LEVERAGE TERHADAP NILAI PERUSAHAAN
(Studi Empir is pada Perusahaan Perkebunan yang Go Public di Indonesia dan Singapura Tahun 2013-2015)
ANALYSIS OF THE INFLUENCE OF CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY DISCLOSURE, PROFITABILITY, SIZE, AND
LEVERAGE TO COMPANY VALUES
(An EmpiricalStudy of Go Public Plantation Companies in Indonesia and Singapore during The Period of 2013-2015)
SKRIPSI
Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan untuk Memperoleh Gelar Sarjana pada Fakutas Ekonomi Program Studi Akuntansi Universitas Muhammadiyah
Yogyakarta
Oleh
Shafrina Nur Rachmayanti 20100420158
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
LEVERAGE TERHADAP NILAI PERUSAHAAN
(Studi Empir is pada Perusahaan Perkebunan yang Go Public di Indonesia dan Singapura Tahun 2013-2015)
ANALYSIS OF THE INFLUENCE OF CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY DISCLOSURE, PROFITABILITY, SIZE, AND
LEVERAGE TO COMPANY VALUES
(An EmpiricalStudy of Go Public Plantation Companies in Indonesia and Singapore during The Period of 2013-2015)
SKRIPSI
Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan untuk Memperoleh Gelar Sarjana pada Fakutas Ekonomi Program Studi Akuntansi Universitas Muhammadiyah
Yogyakarta
Oleh
Shafrina Nur Rachmayanti 20100420158
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
iv
Dengan ini saya,
Nama : Shafrina Nur Rachmayanti Nomor mahasiswa : 20100420158
Menyatakan bahwa skripsi ini dengan judul “ANALISIS PENGARUH PENGUNGKAPAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY, PROFITABILITAS, UKURAN PERUSAHAAN, DAN LEVERAGE TERHADAP NILAI PERUSAHAAN (Studi Empir is pada Per usahaan Per kebunan yang Go Public di Indonesia dan Singapura Tahun 2013-2015)” tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam Daftar Pustaka. Apabila ternyata dalam skripsi ini diketahui terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain maka saya bersedia karya tersebut dibatalkan.
Yogyakarta, 30 Desember 2016
ix
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN DOSEN PENGUJI ... iii
HALAMAN PERNYATAAN ... iv
INTISARI ... v
ABSTRAK ... vi
KATA PENGANTAR... vii
DAFTAR ISI ... ix
DAFTAR TABEL ... xii
DAFTAR GAMBAR ... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ... xiv
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Penelitian ... 1
B. Rumusan Masalah ... 6
C. Batasan Masalah ... 6
D. Tujuan Penelitian ... 7
E. Manfaat Penelitian ... 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 10
A. Landasan Teori ... 10
1. Teori Agensi ... 10
2. Teori Stakeholder ... 11
x
5. Pengungkapan Corporate Social Responsibility ... 14
6. Profitabilitas ... 18
7. Ukuran Perusahaan ... 19
8. Leverage ... 21
B. Penurunan Hipotesis ... 22
1. Pengungkapan CSR dan Nilai Perusahaan ... 22
2. Profitabilitas dan Nilai Perusahaan ... 24
3. Ukuran Perusahaan dan Nilai Perusahaan ... 25
4. Leverage dan Nilai Perusahaan ... 27
5. Perbedaan Pengungkapan CSR di Indonesia dan Singapura ... 29
6. Perbedaan Pengaruh Pengungkapan CSR, Profitabilitas, Ukuran Perusahaan, dan Leverage terhadap Nilai Perusahaan di Indonesia dan Singapura ... 31
C. Model Penelitian ... 33
BAB III METODE PENELITIAN ... 34
A. Objek Penelitian ... 34
B. Jenis Data ... 34
C. Teknik Pengambilan Sampel ... 34
D. Teknik Pengumpulan Data ... 35
E. Definisi Operasional Variabel Penelitian ... 36
F. Uji Kualitas Instrumen dan Data ... 37
xi
A. Gambaran Umum Objek Penelitian... 44
B. Analisis Statistik Deskriptif ... 45
C. Uji Asumsi Klasik ... 47
D. Hasil Penelitian ... 52
E. Pembahasan .. ... 66
BAB V SIMPULAN, SARAN, DAN KETERBATASAN PENELITIAN ... 74
A. Simpulan ... 74
B. Saran ... 75
C. Keterbatasan Penelitian ... 76
xiv
Lampiran A. Daftar Nama Perusahaan Perkebunan
Lampiran B. Data Perusahaan
xii
Tabel 4.1 Gambaran Perusahaan yang Menjadi Sampel ... 44
Tabel 4.2 Hasil Uji Statistik Deskriptif Indonesia dan Singapura ... 45
Tabel 4.3 Hasil Uji Normalitas Indonesia dan Singapura ... 48
Tabel 4.4 Hasil Uji Multikolonieritas Indonesia dan Singapura ... 49
Tabel 4.5 Hasil Uji Autokorelasi Indonesia dan Singapura ... 50
Tabel 4.6 Hasil Uji Heteroskedastisitas Indonesia dan Singapura ... 51
Tabel 4.7 Hasil Uji Koefisien Determinasi Indonesia dan Singapura ... 52
Tabel 4.8 Hasil Uji Nilai F Indonesia dan Singapura ... 53
Tabel 4.9 Hasil Uji Nilai t Indonesia dan Singapura ... 54
Tabel 4.10 Hasil Uji Normalitas Indonesia dan Singapura ... 57
Tabel 4.11 Hasil Uji Beda Group Indonesia dan Singapura ... 58
Tabel 4.12 Hasil Uji Levene’s ... 59
Tabel 4.13 Hasil Restricted Residual Sum of Square Indonesia dan Singapura (RSSr) ... 61
Tabel 4.14 Hasil Residual Sum of Square Indonesia (RSS1) ... 62
Tabel 4.15 Hasil Residual Sum of Square Singapura (RSS2) ... 62
vi
This research aimed to analyze the influence of Corporate Social Responsibility disclosure, profitability, company size, and leverage to the company values on go public plantation companies in Indonesia and Singapore. This research uses a variable Corporate Social Responsibility disclosure based Global Reporting Index Version 4 (GRI G4) instrument, profitability measured by Retrun on Equity (ROE), the company size measured by Ln_total asset and leverage measured by Debt Ratio (DR).
This research uses secondary data derived from annual reports of plantation companies listed on the website of Bank Indonesia, the Indonesia Stock Exchange (BEI) and the Singapore Stock Exchange (SGX) in the year 2013 to 2015. This research using purposive sampling method and obtained 11 plantation companies Indonesia and 7 plantation companies in Singapore. Methods using multiple regression analysis using SPSS 17.0.
Results showed partial t test, showed that the variable of CSR disclosure has positive influence on the company values in Indonesia, CSR disclosure has no influence on the company values in Singapore, profitability has positive influence on the company values in Indonesia, profitability has negative influence on the company values in Singapore, company size does not influence on the company values in Indonesia, company size has negative influence on the company values in Singapore, leverage does not influence on the company values in Indonesia, leverage has positive influence on the company values in Singapore, there are no differences in the disclosure of CSR in Indonesia and Singapore, and there are differences in the influence of Corporate Social Responsibility disclosure, profitability, company size, and leverage to the company values on go public plantation companies in Indonesia and Singapore.
1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Preparatory Meeting of Bilateral Economic Working Groups RI-Singapura tahun 2013 yang berlangsung di Jakarta antara menteri koordinator bidang perekonomian Hatta Rajasa dengan Lim Hng Kiang Minister for Trade and Industry Singapore. Pertemuan ini membahas kerjasama bilateral antara Indonesia-Singapura dalam Working Groups (WG) salah satunya membahas WG Investasi, WG Sumber Daya Manusia dan WG Perkebunan. Memasuki Asean Economic Community (AEC) pada akhir 2015 merupakan suatu tantangan yang besar bagi negara-negara anggota AEC, termasuk Indonesia dan Singapura. Sektor perkebunan terutama kelapa sawit telah menjadi primadona investasi di kedua negara tersebut, dimana 85% dari kebutuhan minyak sawit dunia di produksi di Indonesia (kompas.com).
yang membahas kerjasama di bidang pertanian. Selain itu juga Indonesia harus mempersiapkan diri dalam memasuki pasar bebas 2015 di negara negara ASEAN. Penelitian ini menggunakan sampel perusahaan perkebunan di Indonesia dan Singapura guna melihat siklus perkembangan setelaha perjanjian Preparatory Meeting of Bilateral Economic Working Groups RI-Singapura dan memperhatikan Indonesia dalam mempersiapkan diri di pasar bebas AEC 2015 pada perusahaan perkebunan yang go public di Indonesia dan Singapura.
Pencatatan keuangan Indonesia dan Singapura pada perusahaan perkebunana memiliki beberapa perbedaan. Pada perusahaan perkebunan, pos aset tetap dalam neraca mencantumkan akun tanaman perkebunan, yang merupakan elemen utama dalam menghasilkan pendapatan sehingga keberadaan aset tanaman ini sangatlah penting. Selama ini, perusahaan perkebunan di Indonesia masih menggunakan konsep historical cost (model biaya atau nilai buku) dalam prinsip akuntansinya termasuk dalam menyajikan besarnya aset tanaman. Pencatatan aset tanaman nilai wajar di Singapura berpedoman pada IAS (International Accounting Standards) 41 sedangkan pencatatan laporan keuangan di Indonesia belum menggunakan perhitungan aset tanaman sehingga pencatatannya berpedoman pada PSAK (Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan) 16 (Yusuf, 2014).
pencatatan laporan keuangan perusahaan perkebunan di Singapura. Sehingga, beban depresiasi atau penyusutan yang diperoleh akan dibebankan menjadi biaya dalam laporan keuangan laba rugi. Karena menjadi beban maka akan menjadi pengurang laba yang pada akhirnya akan berpengaruh pada ekuitas dan aset perusahaan. Pengurangan nilai aset perusahaan menimbulkan nilai perusahaan tersebut menurun.
Pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR) merupakan faktor baru dalam mengukur nilai perusahaan yang tidak melihat profit perusahaan, rasio keuangan, harga saham, dan laporan keuangan. Pada era globalisasi ini, perusahaan tidak lagi dihadapkan pada tanggung jawab yang berpijak pada single bottom line, yaitu nilai perusahaan yang direfleksikan dalam kondisi keuangannya saja. Namun tanggung jawab perusahaan harus berpijak pada triple bottom lines, yaitu tidak hanya profit, namun juga mampu memberikan kontribusi kepada masyarakat (people) serta ikut aktif dalam menjaga kelestarian lingkungan (planet) sehingga perusahaan harus seimbang dalam kegiatan sosial, ekonomi dan lingkungan.
yang dirasa masih kurang dalam peningkatan kesejahteraan karyawan di Indonesia dan Singapura perusahaan yang bertempat di Indonesia.
Weston dan Copeland (1992) mendefinisikan profitabilitas sejauh mana perusahaan menghasilkan laba dari penjualan dan investasi perusahaan. Apabila profitabilitas perusahaan baik maka stakeholders yang terdiri dari kreditur, supplier, dan juga investor akan melihat sejauh mana perusahaan menghasilkan laba dari penjualan dan investasi perusahaan. Jadi semakin tinggi tingkat profitabilitas yang dicapai perusahaan maka semakin tinggi nilai perusahaan.
Leverage juga mempengaruhi nilai perusahaan. Leverage digambarkan untuk melihat sejauh mana aset perusahaan dibiayai oleh utang dibandingkan dengan modal sendiri. Leverage yang semakin besar menunjukkan resiko investasi yang semakin besar pula. Perusahaan dengan leverage yang rendah memiliki resiko investasi yang rendah pula. Dalam penelitian ini leverage menggunakan rasio debt ratio (DR). Fungsi DR digunakan sebagai pengukur yaitu untuk melihat seberapa jauh suatu perusahaan dibiayai oleh kreditur. Besar kecilnya DR selalu diikuti besar kecilnya resiko. Rasio DR merupakan perbandingan antara jumlah hutang dengan total aset. Resiko keuangan yang dimaksud adalah kemungkinan perusahaan tidak mampu membayar utang-utangnya. Oleh karena itu, jika tingkat leverare tinggi maka mengakibatkan tingkat kemampuan perusahaan dalam membayar utang tidak bisa menutupi dari total aset perusahaan, jadi tingkat kepercayaan investor menurun dan berpengaruh terhadap nilai perusahaan.
menurut Yuyetta (2009), Ogolmagai (2013), dan Sambora dkk. (2014), menyatakan bahwa leverage tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan.
Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan sebuah penelitian dengan judul “ANALISIS PENGARUH PENGUNGKAPAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY, PROFITABILITAS, UKURAN PERUSAHAAN, DAN LEVERAGE TERHADAP NILAI PERUSAHAAN (Studi Empiris pada Perusahaan Perkebunan yang Go Public di Indonesia dan Singapura tahun 2013-2015)”. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk menguji pengaruh pengungkapan CSR, profitabilitas, ukuran perusahaan, dan leverage terhadap nilai perusahaan secara parsial maupun simultan. Selain itu, untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan pengungkapan CSR perusahaan perkebunan di Indonesia dan Singapura, dan untuk mengetahui perbedaan pengaruh pengungkapan CSR, profitabilitas, ukuran perusahaan, dan leverage terhadap nilai perusahaan pada perkebunan yang go public di Indonesia dan Singapura.
B. Batasan Masalah Penelitian
Dalam penelitian ini, penulis membatasi masalah sebagai berikut: 1. Faktor-faktor yang diteliti yaitu pengungkapan Corporate Social
Responsibility berdasarkan instrumen Global Reporting Initiative (GRI) G4, profitabilitas yang diukur dengan Return on Equity (ROE), ukuran perusahaan yang diukur dengan total aset, leverage yang diukur dengan Debt Ratio (DR), dan nilai perusahaan yang diukur dengan Price Book Value (PBV).
2. Sektor perusahaan yaitu perusahaan perkebunan yang go public di Indonesia dan Singapura.
3. Tahun pengamatan yaitu tahun 2013-2015. C. Rumusan Masalah Penelitian
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:
1. Apakah pengungkapan Corporate Social Resposibility berpengaruh positif signifikan terhadap nilai perusahaan pada perusahaan perkebunan yang go public di Indonesia dan Singapura?
2. Apakah profitabilitas berpengaruh positif signifikan terhadap nilai perusahaan pada perusahaan perkebunan yang go public di Indonesia dan Singapura?
4. Apakah leverage berpengaruh negatif signifikan terhadap nilai perusahaan pada perusahaan perkebunan yang go public di Indonesia dan Singapura? 5. Apakah terdapat perbedaan pengungkapan Corporate Social Responsibility
pada perusahaan perkebunan yang go public di Indonesia dan Singapura? 6. Apakah terdapat perbedaan pengaruh pengungkapan Corporate Social
Responsibility, Profitabilitas, Ukuran Perusahaan, dan Leverage terhadap Nilai Perusahaan pada perusahaan perkebunan yang go public di Indonesia dan Singapura?
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini sebagai berikut:
1. Untuk menguji pengaruh positif signifikan pengungkapan Corporate Social Resposibility terhadap nilai perusahaan pada perusahaan perkebunan yang go public di Indonesia dan Singapura.
2. Untuk menguji pengaruh positif signifikan profitabilitas terhadap nilai perusahaan pada perusahaan perkebunan yang go public di Indonesia dan Singapura.
3. Untuk menguji pengaruh positif signifikan ukuran perusahaan terhadap nilai perusahaan pada perusahaan perkebunan yang go public di Indonesia dan Singapura.
5. Terdapat perbedaan pengungkapan Corporate Social Responsibility pada perusahaan perkebunan yang go public di Indonesia dan Singapura.
E. Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat: 1. Secara Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah perbendaharaan atas pengembangan ilmu pengetahuan, khususnya ilmu ekonomi tentang analisis perbedaan perusahaan perkebunan yang go public yang ada di Indonesia dan Singapura, pengungkapan CSR, profitabilitas, ukuran perusahaan, leverage, nilai perusahaan, dan segala bentuk yang menyangkut pengambilan keputasan para investor dan calon investor.
2. Secara Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat:
a. Bagi peneliti, penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk menambah pengetahuan dan pengalaman peneliti secara praktis dalam bidang ilmu ekonomi tentang pengungkapan CSR, profitabilitas, ukuran perusahaan, leverage, nilai perusahaan, dan analisis perbandingan perusahaan perkebunan yang go public di Indonesia dan Singapura.
b. Bagi mahasiswa, penelitian ini diharapkan mampu memberikan sumbangan pemikiran bagi pengembangan ilmu akuntansi pada umumnya dan perusahan perkebunan yang go public di Indonesia dan Singapura, serta bisa dijadikan rujukan lebih lanjut bagi peneliti berikutnya.
10
BAB II
TINJ AUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori 1. Teor i Agensi
Teori keagenan (agency theory) dapat dipandang sebagai suatu model kontraktual antara dua atau lebih orang (pihak), dimana salah satu pihak disebut agent dan pihak lain disebut principal. Konsep teori keagenan menurut Anthony dan Govindarajan (2003) adalah hubungan atau kontrak antara principal dan agent. Teori agency merupakan teori yang menjelaskan tentang hubungan keagenan antara manajemen selaku agent dan pemegang saham selaku principal. Inti dari hubungan keagenan adalah adanya pemisahan antara kepemilikan (di pihak principal) dan pengendalian (di pihak agent).
modal yang telah diinvestasikan dikelola dengan baik dan benar. Apabila tujuan agent dan principal sama maka tujuan untuk menaikkan nilai perusahaan melalui kinerja perusahaannya akan terwujud.
2. Teor i Stakeholder
Stakeholders atau pemangku kepentingan adalah orang atau kelompok orang yang dapat mempengaruhi atau dipengaruhi oleh berbagai keputusan, kebijakan, maupun operasi perusahaan. Teori stakeholder merupakan teori yang menjelaskan bagaimana manajemen perusahaan memenuhi atau mengelola harapan para stakeholder. Teori stakeholders ini mengasumsikan bahwa suatu eksistensi perusahaan ditentukan oleh para stakeholdersnya, artinya semakin banyak pemangku kepentingan suatu perusahaan maka perusahaan tersebut baik di mata para pemangku kepentingan. Teori stakeholder menekankan mengenai akuntabilitas organisasi jauh melebihi kinerja keuangan atau ekonomi sederhana. Teori ini menyatakan bahwa organisasi akan memilih secara sukarela mengungkapkan informasi tentang kinerja lingkungan, sosial dan intelektual mereka, melebihi dan di atas permintaan wajibnya, untuk memenuhi ekspektasi sesungguhnya atau yang diakui oleh stakeholders (Brealey, 2007).
dibutuhkan melalui pengungkapan CSR. Melalui pengungkapan CSR, perusahaan dapat memberikan informasi yang lebih cukup dan lengkap berkaitan dengan kegiatan dan pengaruhnya terhadap kondisi sosial masyarakat dan lingkungan. Akibat dari kurangnya perhatian terhadap stakeholder adalah rendahnya tingkat pengungkapan informasi sosial dan rendahnya kinerja sosial perusahaan (Cecilia, dkk., 2015).
3. Per usahaan Per kebunan
Perkebunan adalah segala kegiatan yang mengusahakan tanaman tertentu pada tanah dan/atau media tumbuh lainnya dalam ekosistem yang sesuai, mengolah dan memasarkan barang dan jasa hasil tanaman tersebut, dengan bantuan ilmu pengetahuan dan teknologi, permodalan serta manajemen untuk mewujudkan kesejahteraan bagi pelaku usaha perkebunan dan masyarakat. Sedangkan pengertian perusahaan perkebunan adalah pelaku usaha perkebunan warga negara Indonesia atau badan hukum yang didirikan menurut hukum Indonesia dan berkedudukan di Indonesia yang mengelola usaha perkebunan dengan skala tertentu.
dikembangkan diantaranya adalah kelapa sawit, karet, kakao, teh dan sebagainya. Peluang bisnis dari sektor ini termasuk sektor yang diandalkan mengingat sektor ini memiliki sifat renewable (terbarukan). Kawasan Asia Tenggara, khususnya Indonesia, secara alami memiliki keunggulan karena memiliki iklim tropis yang cocok untuk dikembangkan sebagai kawasan budidaya pertanian termasuk perkebunan.
Sejumlah perusahaan perkebunan telah mengambil peran dalam peningkatan sumber daya keuangannya dengan menggunakan instrumen pasar modal. Beberapa perusahaan perkebunan Indonesia telah memasuki dan terdaftar di Bursa Efek Indonesia, seperti PT Astra Agro Lestari, PT PP London Sumatra Indonesia, dan PT BW Plantation. Selain itu terdapat juga sejumlah perusahaan Indonesia yang terdaftar di bursa regional seperti di Singapura, perusahaan tersebut yaitu, Bumitama, Ltd; Indofood Agri, Ltd; dan Kencana Agri, Ltd.
4. Nilai Per usahaan
Tujuan utama perusahaan adalah untuk meningkatkan nilai perusahaan melalui peningkatan kemakmuran pemilik atau para pemegang saham. Nilai perusahaan pada dasarnya diukur dari beberapa aspek salah satunya adalah harga pasar saham perusahaan, karena harga pasar saham perusahaan mencerminkan penilaian investor atas keseluruhan ekuitas yang dimiliki.
satunya Price Book Value (PBV). Rasio ini mengukur nilai yang diberikan pasar keuangan kepada manajemen dan organisasi perusahaan sebagai sebuah perusahaan yang terus tumbuh (Brigham dan Houston, 2010). Rasio PBV merupakan perbandingan antara nilai saham menurut pasar dengan nilai buku ekuitas perusahaan. Nilai buku dihitung sebagai hasil bagi antara ekuitas pemegang saham dengan jumlah saham yang beredar.
Price Book Value yang tinggi akan mencerminkan tingkat kemakmuran yang tinggi pula bagi pemegang saham, dimana kemakmuran pemegang saham menjadi tujuan utama dari suatu perusahaan. Terdapat banyak faktor yang dapat mempengaruhi nilai suatu perusahaan, dan berdasarkan beberapa penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, nilai perusahaan dapat dipengaruhi oleh profitabilitas (Cecilia dkk., 2015), ukuran perusahaan (Pratama dan Wiksuana, 2016 dan Cecilia dkk., 2015), dan leverage (Sambora dkk., 2014 dan Yuyetta, 2009).
5. Pengungkapan Corporate Social Responsibility
ini dikarenakan kondisi keuangan saja tidak cukup menjamin nilai perusahaan tumbuh secara berkelanjutan (sustainable) sehingga perusahaan perlu untuk melaksanakan pengungkapan CSR dengan meminimalkan dampak negatif terhadap lingkungan serta bertindak sesuai dengan harapan masyarakat. Pemikiran yang melandasi pengungkapan CSR sering dianggap inti dari etika bisnis adalah bahwa perusahaan tidak hanya mempunyai kewajiban-kewajiban ekonomi dan legal tetapi juga kepada stakeholders yang jangkauannya meliputi pelanggan, pegawai, komunitas, pemilik atau investor, pemerintah, supplier bahkan juga kompetitor.
Menurut Standar Akuntansi Keuangan (SAK), laporan keuangan yang lengkap biasanya meliputi: laporan posisi keuangan (neraca), laporan laba rugi komprehensif, laporan perubahan ekuitas, laporan arus kas, catatan atas laporan keuangan, dan laporan posisi keuangan pada awal periode komparatif. Tujuan laporan keuangan menurut SAK adalah memberikan informasi mengenai posisi keuangan, kinerja keuangan, dan arus kas entitas yang bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan dalam pembuatan keputusan ekonomi. Laporan keuangan juga menunjukkan hasil pertanggungjawaban manajemen atas penggunaan sumber daya yang dipercayakan kepada mereka (IAI, 2009).
para investor berbuat demikian agar mereka dapat membuat keputusan dalam berinvestasi. Keputusan ini mencakup misalnya, keputusan untuk menahan atau menjual investasi mereka dalam perusahaan.
Pada perusahaan perkebunan, pos aset tetap dalam neraca mencantumkan akun tanaman perkebunan, yang merupakan elemen utama dalam menghasilkan pendapatan sehingga keberadaan aset tanaman ini sangatlah penting. Selama ini, perusahaan perkebunan di Indonesia masih menggunakan konsep historical cost (model biaya atau nilai buku) dalam prinsip akuntansinya termasuk dalam menyajikan besarnya aset tanaman. Dalam hal ini, pengaturan standar akuntansi keuangan di Indonesia masih belum mengatur pengukuran nilai aset tanaman sehingga selama ini masih menggunakan PSAK 16.
(Biological Assets) telah menggunakan standar akuntansi keuangan internasional (IAS 41) yaitu menggunakan pengukuran berdasarkan Nilai Wajar (Yusuf, 2014).
Cecilia dkk., (2015) menyatakan konsep piramida pengungkapan CSR yang terdiri dari ekonomi, legal, etika dan filantropi. Arti dari piramida tersebut adalah perusahaan yang terlibat dalam pengungkapan CSR akan bekerja untuk membuat laba, mematuhi hukum, berperilaku etis dan menjadi perusahaan yang baik. Dari tiga pandangan tersebut dapat disimpulkan bahwa pengungkapan CSR sangat erat berkaitan dengan masalah etika, hukum dan tanggung jawab sosial perusahaan terhadap lingkungan sekitar.
Pengungkapan atas kegiatan pengungkapan CSR adalah sinyal yang bagus bagi investor dan stakeholder bahwa perusahaan aktif dalam melakukan kegiatan pengungkapan CSR, serta nilai pasar perusahaan berada dalam posisi yang bagus. Kinerja sosial perusahaan yang bagus membantu perusahaan untuk memperoleh reputasi dari pasar modal dan pasar utang sehingga membuat nilai suatu perusahaan akan meningkat. Konsep pengungkapan CSR perusahaan tercermin dalam pengungkapan CSR pada laporan tahunan. Untuk mengukur tingkat pengungkapan CSR, penelitian ini menggunakan content analyse berdasarkan instrumen Global Reporting Initiative (GRI) G4 dengan indikator sebanyak 150 item. Pengungkapan CSR merupakan faktor baru dalam mengukur nilai perusahaan yang tidak melihat profit perusahaan, rasio keuangan, harga saham, dan laporan keuangan.
Profitabilitas merupakan gambaran dari kinerja manajemen dalam mengelola perusahaan dan merupakan salah satu faktor yang menjadi acuan investor dalam membeli saham. Bagi perusahaan, meningkatkan profitabilitas adalah suatu keharusan agar saham perusahaan tetap menarik bagi investor. Para investor melakukan overview suatu perusahaan dengan melihat rasio keuangan sebagai alat evaluasi investasi, karena rasio keuangan mencerminkan tinggi rendahnya nilai perusahaan. Apabila investor ingin melihat seberapa besar perusahaan menghasilkan return atas investasi yang mereka tanamkan, yang akan dilihat pertama kali adalah rasio profitabilitas, terutama Return On Equity (ROE), karena rasio ini mengukur seberapa efektif perusahaan menghasilkan return bagi para investor.
Return on Equity sebagai salah satu rasio profitabilitas merupakan indikator yang sangat penting bagi para investor. Return on Equity dibutuhkan investor untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba bersih yang berkaitan dengan dividen. Pemilihan ROE sebagai proksi dari profitabilitas adalah karena dalam ROE ditunjukkan, semakin tinggi ROE menunjukkan semakin efisien perusahaan dalam menggunakan modal sendiri untuk menghasilkan laba investor yang ditanam pada perusahaan (Cecilia dkk., 2015).
theory bahwa ketika ROE tinggi maka diasumsikan sebagai informasi yang positif. Sehingga hal ini dipandang positif oleh investor yang mengharapkan pengembalian keuntungan dari laba yang diperoleh. Sejalan dengan meningkatnya permintaan saham akan menyebabkan nilai perusahaan juga meningkat (Cecilia dkk., 2015). Naiknya rasio ROE dari tahun ke tahun pada perusahaan berarti terjadi adanya kenaikan laba bersih dari perusahaan yang bersangkutan. Naiknya laba bersih dapat dijadikan salah satu indikasi bahwa nilai perusahaan juga naik karena naiknya laba bersih sebuah perusahaan yang bersangkutan akan menyebabkan harga saham yang berarti juga kenaikan dalam nilai perusahaan (Cecilia dkk., 2015).
Profitabilitas merupakan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba dalam upaya meningkatkan nilai pemegang saham (Setiawan, 2010). Profitabilitas dalam penelitian ini diproksikan melalui ROE dengan skala rasio, yang mencerminkan seberapa efektif perusahaan menghasilkan return bagi para investor. Tingginya minat investor untuk menanamkan modalnya pada perusahaan dengan ROE yang tinggi akan meningkatkan harga saham.
7. Ukuran Per usahaan
menghasilkan laba yang lebih besar dibandingkan perusahaan yang memiliki total aset sedikit atau rendah.
Ukuran perusahaan adalah salah satu variabel yang dipertimbangkan dalam menentukan nilai perusahaan. Semakin besar ukuran perusahaan, berarti asset yang dimiliki perusahaan pun semakin besar dan dana yang dibutuhkan perusahaan untuk mempertahankan kegiatan operasionalnya pun semakin banyak. Semakin besar ukuran perusahaan akan mempengaruhi keputusan manajemen dalam memutuskan pendanaan apa yang akan digunakan oleh perushaan agar keputusan pendanaan dapat mengoptimalkan perusahaan. Ukuran perusahaan yang besar mencerminkan bahwa perusahaan tersebut sedang mengalami perkembangan dan pertumbuhan yang baik sehingga meningkatkan nilai dari suatu perusahaan. Nilai perusahaan yang meningkat dapat ditandai dengan total aktiva perusahaan yang mengalami kenaikan dan lebih besar dibandingkan dengan jumlah hutang perusahaan.
cenderung menyukai perusahaan berukuran besar daripada perusahaan kecil. Ukuran perusahaan dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan total aset yang dimiliki perusahaan pada akhir periode.
8. Leverage
Leverage (struktur modal) adalah variabel yang digunakan untuk menjelaskan kemampuan perusahaan dalam menggunakan aset dan sumber dana untuk memperbesar hasil pengembalian kepada pemiliknya. Menurut Subramanyam (2011), leverage keuangan (financial leverage) merupakan penggunaan utang untuk meningkatkan laba. Leverage memperbesar keberhasilan (laba) dan kegagalan (rugi) manajerial. Utang yang terlalu besar menghambat inisiatif dan fleksibilitas manajemen untuk mengejar kesempatan yang menguntungkan.
Leverage digambarkan untuk melihat sejauh mana asset perusahaan dibiayai oleh hutang dibandingkan dengan modal sendiri. Leverage yang semakin besar menunjukkan resiko investasi yang semakin besar pula. Perusahaan dengan leverage yang rendah memiliki resiko investasi yang rendah pula. Dalam penelitian ini rasio leverage yang menjadi variabel independen adalah Debt Ratio (DR).
pada masa mendatang. Perusahaan yang memiliki utang yang tinggi bisa berdampak pada risiko keuangan yang semakin besar. Risiko keuangan yang dimaksud adalah kemungkinan perusahaan tidak mampu membayar utang-utangnya. Dengan demikian besar kecilnya DR selalu diikuti besar kecilnya resiko pula sehingga DR berpengaruh baik positif maupun negatif.
Debt Ratio (DR) merupakan perbandingan antara jumlah hutang dengan total aktiva. Hal ini berarti semakin tinggi nilai rasio ini maka semakin tinggi pula resiko bagi kreditur dan sebaliknya. DR yang kecil belum tentu lebih baik dari DR yang besar karena untuk mencapai tingkat laba yang diharapkan perusahaan membutuhkan untuk tumbuh dan berkembang. Hasil penelitian berpengaruhnya leverage secara positif terhadap nilai perusahaan menunjukan bahwa perusahaan mampu dalam melunasi hutang-hutang jangka panjangnya. Sehingga dapat dikatakan bahwa perusahaan sudah melakukan kinerja terbaiknya untuk menciptakan nilai perusahaan yang baik pula.
Leverage mempunyai pengaruh yang negatif bagi nilai perusahaan karena dengan tingginya rasio leverage perusahaan berarti tidak solvabel dan hal ini juga akan menunjukan resiko yang tinggi yang nantinya akan dibebankan kepada pemegang saham dan membuat return saham mereka turun, sehingga investor akan merespon negatif terhadap perusahaan tersebut. Hal ini akan berdampak pada penurunan harga saham perusahaan sehingga terjadi penurunan nilai perusahaan.
1. Pengungkapan Corporate Social Resposibility dan Nilai Perusahaan
Carrol (1979) mengemukakan konsep piramida pengungkapan CSR yang terdiri dari ekonomi, legal, etika dan filantropi. Arti dari piramida tersebut adalah perusahaan yang terlibat dalam pengungkapan CSR akan bekerja untuk membuat laba, mematuhi hukum, berperilaku etis dan menjadi perusahaan yang baik. Elkington (1997) mengemukakan konsep triple bottom line (people, profit, planet) yang artinya bahwa agar perusahaan dapat mempertahankan keberlangsungannya maka perlu memperhatikan 3P, yaitu tidak hanya profit, namun juga mampu memberikan kontribusi kepada masyarakat (people) serta ikut aktif dalam menjaga kelestarian lingkungan (planet) sehingga perusahaan harus seimbang dalam kegiatan sosial, ekonomi dan lingkungan.
Kegiatan pengungkapan CSR adalah sinyal yang bagus bagi investor dan stakeholder yang jangkauannya meliputi pelanggan, pegawai, komunitas, pemerintah, supplier bahkan juga kompetitor karena aktifnya perusahaan tersebut dalam pengungkapan CSR dapat meminimalkan dampak negatif terhadap lingkungan serta bertindak sesuai dengan harapan masyarakat. Dengan demikian nilai pasar perusahaan berada dalam posisi bagus. Kinerja sosial perusahaan yang bagus akan membantu perusahaan untuk memperoleh reputasi dari pasar modal dan pasar utang sehingga membuat nilai suatu perusahaan akan meningkat.
Berdasarkan uraian tersebut, maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian:
H1a: Pengungkapan Corporate Social Responsibility berpengaruh positif
terhadap nilai perusahaan pada perusahaan perkebunan yang go public di Indonesia.
H1b: Pengungkapan Corporate Social Responsibility berpengaruh positif
terhadap nilai perusahaan pada perusahaan perkebunan yang go public di Singapura.
2. Pr ofitabilitas dan Nilai Per usahaan
Profitabilitas yang tinggi mencerminkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan yang tinggi bagi pemegang saham. Profitabilitas yang tinggi akan berdampak pada dividen yang tinggi (bird in the Hand Theory), dimana merupakan sinyal yang bagus bagi investor maupun calon investor untuk membeli saham yang berdampak pada meningkatnya harga saham dan nilai perusahaan.
perusahaan berarti terjadi adanya kenaikan laba bersih dari perusahaan yang bersangkutan. Naiknya laba bersih dapat dijadikan salah satu indikasi bahwa nilai perusahaan juga naik karena naiknya laba bersih sebuah perusahaan yang bersangkutan akan menyebabkan harga saham yang berarti juga kenaikan dalam nilai perusahaan.
Penelitian lainnya yaitu Cecilia dkk., 2015; Agustine, 2014; Hardiyanti dan Mohammad Kholiq, 2012; Maspuspah, 2014; dan Yuniansih dan Wirakusuma, 2007; menyimpulkan bahwa profitabilitas sebagai indikator kinerja perusahaan berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan. Karena dengan meningkatnya kinerja perusahaan akan meningkatkan ROA dan ROE yang merupakan salah satu pengukur dari rasio profitabilitas.
Berdasarkan uraian tersebut, maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian:
H2a: Profitabilitas berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan pada perusahaan
perkebunan yang go public di Indonesia.
H2b: Profitabilitas berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan pada perusahaan
perkebunan yang go public di Singapura.
3. Ukuran Per usahaan dan Nilai Per usahaan
dikategorikan menjadi dua jenis, yaitu perusahaan berskala kecil dan perusahaan berskala besar. Semakin besar ukuran perusahaan, berarti aset yang dimiliki perusahaan pun semakin besar dan dana yang dibutuhkan perusahaan untuk mempertahankan kegiatan operasionalnya pun semakin banyak. Semakin besar ukuran perusahaan akan mempengaruhi keputusan manajemen dalam memutuskan pendanaan apa yang akan digunakan oleh perusahaan agar keputusan pendanaan dapat mengoptimalkan nilai perusahaan.
Menurut Riyanto (2011), suatu perusahaan yang besar dimana sahamnya tersebar sangat luas, setiap perluasan modal saham hanya akan mempunyai pengaruh yang kecil terhadap kemungkinan hilangnya atau tergesernya kontrol dari pihak dominan terhadap perusahaan yang bersangkutan. Sebaliknya perusahaan yang kecil dimana sahamnya hanya tersebar di lingkungan kecil, penambahan jumlah saham akan mempunyai pengaruh yang besar terhadap kemungkinan hilangnya kontrol pihak dominan terhadap perusahaan yang bersangkutan. Dengan demikian maka pada perusahaan yang besar dimana sahamnya tersebar sangat luas akan lebih berani mengeluarkan saham baru dalam memenuhi kebutuhannya untuk membiayai pertumbuhan penjualan dibandingkan dengan perusahaan yang kecil. Ukuran perusahaan dianggap mampu memengaruhi nilai perusahaan.
ditandai dengan total aktiva perusahaan yang mengalami kenaikan dan lebih besar dibandingkan dengan jumlah utang perusahaan. Adapun penelitian yang dilakukan oleh Gill dan Obradovich (2012) dan Pratama dan Wiksuana (2016) menyatakan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan. Selain itu penelitian yang dilakukan oleh Yusuf (2014) dan Cecilia dkk., (2015) memiliki hasil penelitian menyatakan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh negatif dan signifikan terhadap nilai perusahaan.
Berdasarkan uraian tersebut, maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian:
H3a: Ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan pada
perusahaan perkebunan yang go public di Indonesia.
H3b: Ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan pada
perusahaan perkebunan yang go public di Singapura.
4. Leverage dan Nilai Perusahaan
a. Penggunaan utang akan memberikan perlindungan pajak, sebagai akibatnya penggunaan utang yang lebih besar akan mengurangi pajak dan menyebabkan makin banyak laba operasi perusahaan yang akan diterima investor.
b. Dalam dunia nyata perusahaan memiliki rasio utang yang meminta utang kurang dari 100% dengan alasan untuk mengurangi dampak potensi kebangkrutan yang buruk.
c. Terdapat batas tingkat penggunaan utang dimana struktur modal optimal terjadi ketika manfaat perlindungan pajak marjinal sebanding dengan biaya-biaya yang berhubungan dengan kebangkrutan manajerial.
Leverage merupakan kebijakan pendanaan yang berkaitan dengan keputusan perusahaan dalam membiayai perusahaan. Perusahaan yang menggunakan utang mempunyai kewajiban atas beban bunga dan beban pokok pinjaman. Penggunaan utang (external financing) memiliki risiko yang cukup besar atas tidak terbayarnya utang, sehingga penggunaan utang perlu memperhatikan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba (Prasetyorini, 2013). Leverage diukur dengan menghitung debt ratio yaitu dengan membandingkan antara total utang dengan total aset dari suatu perusahaan periode tertentu (Dhaliwal et al, 1991).
berdampak pada penurunan harga saham perusahaan sehingga terjadi penurunan nilai perusahaan.
Adapun penelitian yang dilakukan oleh Sambora, dkk., (2014) menyatakan bahwa variabel leverage dan rasio profitabilitas secara bersama-sama signifikan berpengaruh terhadap nilai perusahaan dan leverage secara parsial tidak signifikan berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Ogolmagai (2013) menyatakan bahwa variabel leverage yang diukur menggunakan DER (Debt to Equity Ratio) dan DAR (Debt to Asset Ratio) secara bersama-sama maupun secara parsial tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Yuyetta (2009) meneliti leverage pada masa krisis tahun 1997 di Indonesia tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Berbeda dengan temuan Allayannis et al. (2003), dan Baker and Wurgler (2002) yang menunjukkan pengaruh negatif tingkat leverage terhadap nilai perusahaan.
Berdasarkan uraian tersebut, maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian:
H4a: Leverage berpengaruh negatif terhadap nilai perusahaan pada perusahaan
perkebunan yang go public di Indonesia.
H4b: Leverage berpengaruh negatif terhadap nilai perusahaan pada perusahaan
perkebunan yang go public di Singapura.
Elkington (1997) mengemukakan konsep triple bottom line (people, profit, planet) yang artinya bahwa agar perusahaan dapat mempertahankan keberlangsungannya maka perlu memperhatikan 3P, yaitu tidak hanya profit, namun juga mampu memberikan kontribusi kepada masyarakat (people) serta ikut aktif dalam menjaga kelestarian lingkungan (planet) sehingga perusahaan harus seimbang dalam kegiatan sosial, ekonomi dan lingkungan.
Cara yang berbeda dilakukan oleh pemerintah Indonesia dan pemerintahan Singapura dalam menangani kelestarian lingkungan yang di akibatkan kabut asap. Pada tahun 2015 pemerintahan Indonesia mengganti cara menyelesaikan masalah kabut asap dengan mengganti metode 80% penanganan kebakaran dan 20% pencegahan menjadi 80% pencegahan dan 20% penanganan. Sedangkan negara pemerintahan Singapura membuat peraturan yaitu menuntut denda perusahaan perkebunan milik Singapura yang lahan pertaniannya yang berada di Indonesia yang mengakibatkan kabut asap dengan denda sebesar 50-100 USD (kompas.com).
nilai wajar tanaman dalam pencatatan setiap tahunnya, apakah positif atau negatif akan menjadi pendapatan lain-lain setelah dikurangi biaya penjualan pada pos laba rugi. Kenaikan atau penurunan laba akibat selisih Nilai Wajar tersebut akan berpengaruh kepada besaran ekuitas perusahaan dan otomatis dapat menaikan nilai perusahaan.
Cecilia dkk., (2015) menyatakan bahwa terdapat perbedaan pengungkapan CSR terhadap nilai perusahaan di perusahaan perkebunan di Indonesia, Malaysia dan Singapura. Yusuf (2014) meneliti bahwa terdapat perbedaan perusahaan perkebunan di Indonesia dan Singapura.
Berdasarkan uraian tersebut, maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian:
H5: Terdapat perbedaan pengungkapan Corporate Social Responsibility pada
perusahaan perkebunan yang go public di Indonesia dan Singapura.
6. Per bedaan Pengaruh Pengungkapan Corporate Social Responsibility, Pr ofitabilitas, Ukuran Per usahaan, dan Leverage di Indonesia dan Singapura
Negara Singapura memiliki luas wilayah 710 km2 atau 277,6 mi2. Singapura adalah sebuah negara pulau di lepas ujung selatan Semenanjung Malaya, 137 kilometer di utara khatulistiwa di Asia Tenggara. Singapura termasuk negara maju dan menjadi perantara bisnis di dunia untuk kawasan Asia Tenggara. Ada lebih dari 7.000 perusahaan multinasional yang saat ini beroperasi di Singapura. Perusahaan yang list di BEI sebanyak 532 perusahaan pada bulan Agustus tahun 2016 (kompas.com).
Terdapat banyak perbedaan antara Negara Indonesia dan Singapura, dalam kaitannya dengan penelitian ini ada beberapa peneliti yang meneliti tentang perbandingan Indonesia dan Singapura. Cecilia dkk., (2015) meneliti perbedaan perusahaan perkebunan Indonesia dan Singapura yang menunjukkan adanya perngaruh yang signifikan terhadap pengungkapan CSR, profitabilitas, dan ukuran perusahaan pada nilai perusahaan perkebunan antara di Indonesia, Malaysia, dan Singapura.
Peneliti lain yaitu Yusuf (2014) yang membandingkan perusahaan perkebunan dengan nilai tanaman antara Negara Indonesia dan Singapura. Hasil dari penelitian tersebut terdapat perbedaan pengaruh nilai perusahaan pada perusahaan perkebunan antara Indonesia dan Singapura dan terdapat perbedaan pengaruh ROE terhadap nilai perusahaan pada perusahaan perkebunan antara Indonesia dan Singapura.
H6: Terdapat perbedaan pengaruh pengungkapan Corporate Social
C. Model Penelitian
Adapun gambar model penelitian yaitu sebagai berikut:
Gambar 1 Rerangka Penelitian
Gambar 2 Rerangka Penelitian
Gambar 3 Rerangka Penelitian
Leverage (X4)
Ukuran Perusahaan (X3)
H3
H4
Pengungkapan Corporate Social Responsibility di
Indonesia
H5
Pengungkapan Corporate Social Responsibility di
Singapura Nilai Perusahaan
(Y) Perusahaan
Perkebunan yang Go Public di Indonesia dan
Singapura
Profitabilitas(X2)
Pengungkapan CSR (X1)
H1 H2 + + + - Pengungkapan CSR, Profitabilitas, Ukuran Perusahaan, dan Leverage terhadap Nilai Perusahaan
di Indonesia
H6
Pengungkapan CSR, Profitabilitas, Ukuran Perusahaan, dan Leverage terhadap Nilai Perusahaan
[image:45.612.132.514.166.642.2] [image:45.612.154.508.171.360.2]34
METODE PENELITIAN
A. Objek Penelitian
Objek penelitian yang digunakan yaitu perusahaan perkebunan yang go publik di Indonesia dan Singapura pada tahun 2013-2015.
B. J enis Data
Penelitian ini menggunakan data sekunder yaitu data yang diperoleh secara tidak langsung dari objek penelitian. Data penelitian bersumber dari pusat data pasar modal yang ada di Pojok BEI (Bursa Efek Indonesia) Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta yaitu FAST (First Asia Smart Trading), website Indonesia Stock Exchange (w w w.idx.co.id), website Singapore Stock Exchange (w w w .sgx.com), website Bank Indonesia, serta berbagai sumber di internet yang menyangkut dengan penelitian.
C. Teknik Pengambilan Sampel
perusahaan perkebunan Singapura. Kriteria yang digunakan untuk perusahaan perkebunan di Indonesia dalam penelitian ini yaitu:
1. Perusahaan perkebunan go public yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun 2013-2015.
2. Menerbitkan laporan tahunan dan melaporkan pengungkapan CSR pada tahun 2013-2015 dengan tahun yang berakhir 31 Desember.
3. Tidak delisting dan data-data tersedia selama periode pengamatan.
Sedangkan pada perusahaan perkebunan di Singapura kriteria yang digunakan yaitu:
1. Perusahaan perkebunan go public yang terdaftar di Singapore Stock Exchange (SGX) pada tahun 2013-2015.
2. Menerbitkan laporan tahunan dan melaporan pengungkapan CSR pada tahun 2013-2015 dengan tahun yang berakhir 31 Desember.
3. Tidak delisting dan data-data tersedia selama periode pengamatan.
D. Teknik Pengumpulan Data
E. Definisi Operasional Var iabel Penelitian 1. Variabel Independen
Variabel independen dalam penelitian ini adalah pengungkapan CSR profitabilitas, ukuran perusahaan dan leverage yang masing-masing akan dijelaskan sebagai berikut:
a. Pengungkapan Corporate Social Responsibility
Pengukuran pengungkapan CSR menggunakan instrumen Global Reporting Initiative (GRI) versi G4 yaitu sebagai berikut:
= ∑ Keterangan:
CSRDI = pengungkapan CSR Disclosure Index Xij = Jumlah disclosure perusahaan, n ≤ 150
n = Jumlah item checklist disclosure, n = 150
b. Profitabilitas diukur dengan rasio Return on Equity yaitu perbandingan laba (rugi) bersih dibanding dengan total ekuitas.
Return on Equity = ( )
c. Ukuran perusahaan digambarkan dengan total aset yang dimiliki perusahaan pada akhir periode. Ukuran Perusahaan = Ln_Total Aset d. Leverage diukur dengan menghitung debt ratio yaitu dengan
membandingkan antara total utang dengan total aset dari suatu perusahaan periode tertentu. Persamaan untuk mengukur debt ratio yaitu:
2. Variabel Dependen
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah nilai perusahaan. Nilai
perusahaan diukur dengan Price Book Value (PBV). Rasio PBV merupakan perbandingan antara nilai saham menurut pasar dengan nilai buku ekuitas
perusahaan. Nilai buku dihitung sebagai hasil bagi antara ekuitas pemegang
saham dengan jumlah saham yang beredar. Rumus PBV adalah sebagai
berikut:
PBV = Harga Pasar per Lembar Saham Nilai Buku per Lembar Saham
F. Uji Kualitas Instrumen dan Data
Penelitian ini tergolong penelitian kausatif (cauxative). Penelitian kausatif merupakan tipe penelitian untuk menganalisis pengaruh beberapa
variabel terhadap variabel lainnya. Metode analisis data dalam penelitian ini
dilakukan dengan menggunakan uji regresi linier berganda, dengan bantuan
software SPSS 17.0.
Uji kualitas instrumen dan data dalam penelitian ini dilakukan dengan
melewati beberapa uji yaitu sebagai berikut:
1. Uji Statistik Deskriptif
Stastistik deskriptif memberikan informasi atau penjelasan mengenai
2. Uji Asumsi Klasik
Agar model regresi menghasilkan estimator linier tidak bias, maka
harus dipenuhi beberapa asumsi klasik sebagai berikut:
a. Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah dalam sebuah
model regresi, variabel dependen dan variabel independen atau keduanya
berdistribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah berdistribusi
normal atau mendekati normal yaitu dengan melihat normal probability plot. Apabila data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal maka regresi memenuhi asumsi normalitas. Uji statistik yang
digunakan untuk menguji normalitas residual adalah dengan uji statistik
non-parametrik Kolmogorov-Smirnov (Sanusi, 2013).
b. Uji Multikolinearitas
Uji Multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi
ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Model regresi
yang baik adalah tidak terjadi korelasi diantara variabel independen.
Multikolinearitas dapat dilihat dari nilai tolerance dan lawannya yaitu
Variance Inflation Factor (VIF). Untuk pengambilan keputusan dalam menentukan ada atau tidaknya multikolinearitas yaitu dengan kriteria
sebagai berikut:
1) Jika nilai VIF > 10 atau jika nilai tolerance < 0,1 maka ada
multikolinearitas dalam model regresi.
multikolinearitas dalam model regresi (Sanusi, 2013).
c. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi dilakukan untuk mengetahui apakah model regresi
linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan
kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Model regresi yang
baik adalah model regresi yang bebas autokorelasi. Dalam penelitian ini,
untuk mengetahui adanya autokorelasi dilakukan uji Durbin Watson. Apabila nilai DW-test pada model regresi berada pada daerah du < dw < 4-du maka tidak terjadi autokorelasi negatif maupun positif.
d. Uji Heterokedastisitas
Uji heteroskedastisitas dilakukan untuk mengetahui apakah model
regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual satu pengamatan ke
pengamatan yang lainnya. Model regresi yang baik adalah yang
homoskedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas. Dalam penelitian
ini, untuk mengetahui adanya heteroskedastisitas dilakukan uji Glejser
dengan meregresi nilai absolut residual terhadap variabel independen (Gujarati, 2003). Apabila nilai p value > alpha (0,05) pada uji Glejser maka pada model regresi tidak terjadi heteroskedastisitas.
G. Uji Hipotesis dan Analisis Data
Uji hipotesis dalam metode ini yaitu menggunakan Analisis Regresi
Linier Sederhana. Analisis regresi ini digunakan untuk memperkirakan nilai
dapat diketahui berapa besar pengaruh suatu variabel terhadap variabel lainnya.
Setiap perubahan variabel bebas (X) akan diimbangi dengan perubahan
variabel tidak bebas (Y). Penelitian ini menggunakan Moderated Regression Analysis (MRA) untuk analisis data. Peneliti menggunakan MRA karena terdapat dua atau lebih variabel independen yang akan diteliti sehingga
persamaan regresi untuk penelitian ini adalah sebagai berikut:
Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + e
Keterangan:
Y : Nilai perusahaan
a : Nilai konstan
b : Koefisien arah regresi
X1 : Pengungkapan CSR
X2 : Profitabilitas
X3 : Ukuran perusahaan
X4 : Leverage e : Error
Pengujian hipotesis pada penelitian ini yaitu H1, H2, H3, dan H4 diuji
dengan menggunakan uji nilai t, H5 diuji menggunakan Uji Beda, dan H6 diuji
a. Uji Nilai t (uji Individual)
Uji t dilakukan untuk menguji signifikansi dari setiap variabel
independen akan berpengaruh terhadap variabel dependen. Pengambilan
kesimpulan dilakukan dengan membandingkan t hitung dengan t tabel. Jika t
hitung lebih besar dibandingkan dengan t tabel pada taraf signifikansi 5%,
maka variabel independen memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
variabel dependen. Sebaliknya jika t hitung lebih kecil dibandingkan t tabel
pada taraf signifikansi 5% maka variabel independen tersebut memiliki
pengaruh yang tidak signifikan.
b. Uji Nilai F (uji Serentak)
Uji signifikansi nilai F dilakukan untuk menguji apakah
variabel-variabel independen secara keseluruhan atau bersama-sama mampu
memengaruhi variabel dependen. Pengambilan keputusan untuk pengujian
ini adalah jika p-value (sig) < (α) 0,05 maka variabel independen secara bersama-sama berpengaruh terhadap variabel dependen (Ghozali, 2006).
c. Koefisien Determinasi (Adjusted R2)
Koefisien determinasi (Adjusted R2) bertujuan untuk mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel
dependen. Nilai koefisien determinasi (Adjusted R2) adalah antara nol dan satu. Nilai Adjusted R2 yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen sangat terbatas.
hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi
variabel dependen (Ghozali, 2006).
d. Uji Beda
Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui perbedaan pengaruh
pengungkapan CSR pada perusahaan perkebunan di Indonesia dan
Singapura. Sebelum dilakukan uji t test sebelumnya dilakukan uji kesamaan
varian (homogenitas) dengan f test (Levene’s Test) artinya jika varian sama maka uji t menggunakan Equal Variance Assumed (diasumsikan varian sama) dan jika varian berbeda menggunakan Equal Variance not Assumed
(diasumsikan varian berbeda). Pengambilan keputusan hipotesis jika H0 >
0,05 maka hipotesis diterima. Jika H0 < 0,05 maka hipotesis ditolak.
e. Uji Chow
Uji chow untuk menguji apakah terjadi perbedaan pengaruh
pengungkapan CSR, profitabilitas, ukuran perusahaan, dan leverage
terhadap nilai perusahaan perkebunan yang go public antara Indonesia dan Singapura. Menurut Ghozali (2006), uji chow adalah alat untuk menguji test for equality of coefficient atau uji kesamaan efisien.
Jika hasil observasi yang diteliti dapat dikelompokan menjadi dua
atau lebih kelompok, maka pertanyaan yang timbul adalah apakah kedua
kelompok ini merupakan subyek proses ekonomi. Uji kesamaan koefisien
untuk rekresi kedua kelompok tersebut dilakukan dengan F-Test (Ghozali, 2006). Rumus yang digunakan untuk mengukur F-test adalah sebagai
=
Keterangan:
RSSr : Residual Sum of Square – Restricted Rergression / Sum of Square Residual untuk regresi dengan total observasi
RSSur : Residual Sum of Square – Unrestricted Rergression (penjumlahan
sum of square residual dari masing-masing kelompok regresi) n1 : Jumlah sampel penelitian untuk perusahaan perkebunan di
Indonesia.
n2 : Jumlah sampel penelitian untuk perusahaan perkebunan di
Singapura.
k : Jumlah parameter yang diestimasikan yaitu pengaruh CSR,
profitabilitas, ukuran perusahaan, dan leverage terhadap nilai perusahaan antara Indonesia dan Singapura
Dasar penolakan terhadap hipotesis adalah dengan membandingkan
perhitungan F Hitung dengan F Tabel. Perbandingan dipakai apabila hasil F
Hitung > F Tabel maka H0 ditolak yang berarti bahwa model regresi
pengaruh pengungkapan CSR, profitabilitas, ukuran perusahaan, dan
44
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A.
Gambaran Umum Obyek Penelitian
Sampel dalam penelitian ini yaitu perusahaan perkebunan yang
go public
pada
Indonesian Stock Exchage
(IDX) dan
Singapore Stock Exchage
(SGX) dengan
periode penelitian dari tahun 2013 sampai dengan tahun 2015. Data yang digunakan
dalam penelitian ini adalah data sekunder, yaitu data berupa
annual report
dan
laporan keuangan perusahaan perkebunan. Pengambilan sampel dalam penelitian ini
dilakukan dengan menggunakan sampel dari semua populasi, yaitu menggunakan 11
perusahaan perkebunan yang terdaftar di IDX dan 7 perusahaan perkebunan yang
terdaftar di SGX.
Tabel 4.1
Gambaran Perusahaan yang Menjadi Sampel
No.
Negara
Tahun
Penelitian
J umlah
Perusahaan
J umlah
Sampel
1
Indonesia
3 Tahun
11
33
2
Singapura
3 Tahun
7
21
Total Sampel
54
B.
Analisis Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif yaitu menggambarkan jumlah pengamatan, nilai
minimum, nilai maksimum, nilai rata-rata dan standar deviasi dari variabel dependen
dan variabel independen. Hasil deskriptif variabel penelitian yang disajikan dalam
[image:57.612.54.588.315.436.2]tabel berikut ini:
Tabel 4.2
Hasil Uji Statistik Deskriptif
Descriptive Statistics
Indonesia Singapur a
N Minimum Maximum Mean Deviation Std. N Minimum Maximum Mean Deviation Std.
CSR 33 0,447 0,527 0,474 0,019 21 0,393 0,46 0,4219 0,0189
PROF 33 -0,568 0,420 0,036 0,161 21 -0,264 0,527 0,092 0,176
UP 33 2.658.827 215.122.371 18.026.837 36.402.725 21 17.045 14.666.621 2.967.574,8 4842.566
LEV 33 0,046 0,802 0,508 0,193 21 0,001 0,685 0,245 0,235
NP 33 0,014 3,145 1,174 0,870 21 0,0005 0,4147 0,0673 0,1144
Sumber: Data spss yang diolah (2016)
Tabel 4.2 memberikan gambaran statistik deskriptif untuk setiap variabel
yang digunakan dalam model penelitian. Nilai N pada semua variabel menunjukkan
angka 54 sampel yaitu jumlah observasi yang dilakukan pada 33 perusahaan di
IDX dan 21 perusahaan di SGX yang terbagi dalam 3 tahun penelitian.
Sampel Indonesia menunjukan pengungkapan
Corporate
Social
Responsibility
memiliki nilai minimum 0,447; nilai maksimum 0,527; nilai rata-rata
0,474 dan standar deviasi sebesar 0,019. Variabel profitabilitas memiliki nilai
minimum -0,568 atau; maksimum 0,420; nilai rata-rata 0,036
danstandar deviasi
maksimum 215.122.371; nilai rata-rata 18.026.837 dan standar deviasi sebesar
36.402.725. Variabel jumlah
leverage
memiliki nilai minimum 0,046; maksimum
0,802; nilai rata-rata 0,508 dan standar deviasi sebesar 0,193. Variabel nilai
perusahaan memiliki nilai minimum 0,014; maksimum 3,145; nilai rata-rata 1,174
dan standar deviasi sebesar 0,870.
Sampel Singapura menunjukkan pengungkapan
Corporate Social
Responsibility
memiliki nilai minimum 0,393; nilai maksimum 0,46; nilai rata-rata
0,422 dan standar deviasi sebesar 0,019. Variabel profitabilitas memiliki nilai
minimum -0,264 atau; maksimum 0,527; nilai rata-rata 0,092
danstandar deviasi
sebesar 0,176. Variabel ukuran perusahaan memiliki nilai minimum 17.045;
maksimum 14.666.621; nilai rata-rata 2.967.574,8 dan standar deviasi sebesar
4.842.566. Variabel jumlah
leverage
memiliki nilai minimum 0,001; maksimum
0,685; nilai rata-rata 0,245 dan standar deviasi sebesar 0,235. Variabel nilai
perusahaan memiliki nilai minimum 0,0005; maksimum 0,4147; nilai rata-rata
0,06732 dan standar deviasi sebesar 0,1144.
C.
Uji Asumsi Klasik
Pengujian yang dilakukan untuk melihat dan menilai kualitas data yaitu
dengan menggunakan uji asumsi klasik. Sebelum dilakukan pengujian hipotesis
asumsi dalam penelitian ini meliputi uji normalitas, uji multikolinieritas, uji
autokorelasi, dan uji heteroskedastisitas.
1.
Uji Nor malitas
Uji normalitas merupakan uji yang dilakukan untuk menunjukkan
bahwa data yang digunakan dalam penelitian berdistribusi normal atau tidak.
Hasil uji normalitas pada perusahaan perkebunan di Indonesia dan Singapura
dapat dilihat dari histogram yang memberikan pola distribusi normal (lampiran
1), grafik P-P plot yang berdistribusi normal (lampiran 2) dan hasil uji
One-Sample Kolmogorov Smirnov
(KS) dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 4.3
Hasil Uji Nor malitas
One-Sample Kolmogor ov-Smir nov Test
Unstandardized Residual
Indonesia N 33
Normal Parametersa Mean -5,31561E-16
Std. Deviation 0,70666138 Most Extreme Differences Absolute 0,089087215
Positive 0,076581774
Negative -0,089087215
Kolmogorov-Smirnov Z 0,511767087
Asymp. Sig. (2-tailed) 0,955915834
Singapura N 21
Normal Parametersa Mean 0,000000
Std. Deviation 0,04973121
Most Extreme Differences Absolute 0,086
Positive 0,086
Negative -0,058
Kolmogorov-Smirnov Z 0,392
Asymp. Sig. (2-tailed) 0,998
[image:59.612.167.476.382.680.2]Tabel 4.3 menunjukkan hasil uji normalitas yang menunjukkan nilai
Asymp. Sig
(2-
tailed
) yang diperoleh melalui uji
One-Sample Kolmogorov
Smirnov
(KS) sampel Indonesia dan Singapura menunjukkan sebesar 0,9559
dan 0,998 lebih besar dari α (0,05). Dari data di atas bahwa semua variabel
lebih besar dari α (0,05), maka dapat disimpulkan bahwa data berdistribusi
normal.
2.
Uji Multikolinieritas
Uji multikolonieritas merupakan uji yang dilakukan untuk melihat ada
tidaknya korelasi antar variabel independen pada model regresi. Model regresi
yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel independen.
Metode yang digunakan untuk mendeteksi ada atau tidaknya multikolonieritas
dapat dilihat dari nilai
tolerance
> 0,10 atau jika VIF < 10. Hasil uji
multikolonieritas pada perusahaan perkebunan di Indonesia dan Singapura dapat
dilihat pada Tabel 4.4 berikut ini:
Tabel 4.4
Hasil Uji Multikolonieritas
Negara Variabel Tolerance VIF
Indonesia Corporate Social Resposibility 0,866 1,154
Profitabilitas 0,828 1,208
Ukuran Perusahaan 0,893 1,120
Leverage 0,859 1,165
Singapura Corporate Social Resposibility 0,858 1,165
Profitabilitas 0,506 1,978
Ukuran Perusahaan 0,873 1,146
Leverage 0,430 2,327
Berdasarkan Tabel 4.4 menunjukkan nilai
tolerance
semua variabel
independen dalam penelitian d i Indonesia dan Singapura lebih besar dari 10%
atau 0,10 dan nilai VIF (
variance Inflation Factors
) untuk semua variabel
kurang dari 10. Sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi multikolonieritas
dalam penelitian ini.
3.
Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi merupakan uji yang dilakukan untuk mengetahui ada
tidaknya korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan periode t-1
(sebelumnya) pada persamaan regresi linear. Terjadinya autokorelasi
menunjukkan adanya masalah autokorelasi. Salah satu cara untuk mengetahui
atau mendeteksi autokorelasi adalah dengan uji Dubin Watson (dw). Hasil uji
autokorelasi pada perusahaan perkebunan Indonesia dan Singapura dapat dilihat
[image:61.612.176.467.535.631.2]pada Tabel 4.5 berikut ini:
Tabel 4.5
Hasil Uji Autokor elasi
Negara
N
du
dw
4-du
Indonesia
33 1,73 1,750 2,27
Singapura
21 1,81 1,874 2,19
Sumber: Data spss yang diolah (2016)
Berdasarkan pada Tabel 4.5 model persamaan pada sampel Indonesia
< 4-du sebesar 2,27. Sampel Singapura model persamaan menunjukkan bahwa
nilai du sebesar 1,81 < dw sebesar 1,874 < 4-du sebesar 2,19. Dari data diatas
menunjukan bahwa nilai du < dw < 4-du maka model regresi tidak mengalami
autokorelasi.
4.
Uji Heteroskedastisitas
Heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi terjadi ketidaksamaan
variance
dari residual satu pengamatan ke
pengamatan lain. Jika
variance
dari residual satu pengamatan ke pengamatan
lain tetap, maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda disebut
heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang homoskedastisitas atau
tidak terjadi heteroskedastisitas. Untuk mengetahui ada atau tidaknya
heteroskedastisitas dapat dilihat melalui hasil uji statistik yang dilakukan dengan
uji
gletser.
Hasil uji heteroskedastisitas pada perusahaan perkebunan di
Indonesia dan Singapura dapat dilihat pada Tabel 4.6 berikut ini:
Tabel
4.6Hasil Uji
Heteroskedastisitas
Variabel
Sig.
Indonesia
Singapura
Corporate Social Responsibility
0,29
0,218
Profitabilitas
0,452
0,994
Ukuran Perusahaan
0,052
0,19
Leverage
0,206
0,878
[image:62.612.168.474.538.665.2]Berdasarkan Tabel 4.6 hasil uji heteroskedastisitas menunjukkan bahwa
variabel CSR, profitabilitas, ukuran perusahaan dan
leverage
memiliki nilai
probabilitas sig