SKRIPSI
Oleh:
Ratna Hidayatullaili NPM: 20130730020
FAKULTAS AGAMA ISLAM PRODI MUAMALAT
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Islam (S.E.I) Strata Satu
pada Prodi Muamalat Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Oleh:
Ratna Hidayatullaili NPM: 20130730020
FAKULTAS AGAMA ISLAM PRODI MUAMALAT
Puji syukur Alhamdulillah atas terselesaikannya karya tulis ilmiah ini peneliti persembahkan kepada orang-orang yang selalu menginspirasi dan memotivasi dalam perjalanan
hidup masa-masa kuliah. Tiada kata yang lebih pantas selain kata alhamulillah dan terima kasih sebesar-besarnya kepada semua yang membantu dan mendukung penulisan Karya Tulis Ilmiah
ini.
Dengan ini penulis persembahkan karya ini untuk :
1. Ayah dan Ibu tercinta yaitu Bpk. Pauzi dan Ibu Wardiatun Azizah, kakak-kakakku Fatoni Azhari, Putrawan Jauhari, adikku Chandra Khairurrusli dan keluarga besar saya di
Lombok yang tidak bisa disebut satu persatu. Tiada kata terucap selain terimakasih atas semuanya.
2. Bapak Dr. Mahli Zainudin, M.SI. selaku Dekan Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
3. Bapak Syarif As’ad, S.E.I., M.S.i. selaku Ketua Jurusan Ekonomi dan Perbankan Islam Universitas Muhammadiyah Yogyakarta dan sekaligus selaku pembimbing penulis yang selalu sabar dalam memberikan masukan dan mendengarkan keluhan di setiap konsultasi.
4. Taman-teman Prodi EPI angkatan 2013, trimakasih atas semua kenangan-kenangan yang sudah kalian berikan baik itu bahagia maupun sedih selama perkuliahan.
5. Teman-teman seperjuangan Lombok satu angkatan yang sudah memberikan dukungan. 6. Semua pihak-pihak yang telah membantu secara tidak langsung dalam pengusunan
Jika ragu dalam melakukan sesuatu, sebaiknya tanya kepada diri sendiri, apa yang kita inginkan esok hari dari apa yang telah kita lakukan sebelumnya
(Jonh Lubbock)
Barang siapa yang keluar untuk mencari ilmu maka ia berada di jalan Allah hingga ia pulang
(HR. Turmudzi)
Pekerjaan hebat tidak dilakukan dengan kekuatan, tapi dengan ketekunan dan kegigihan
Alhamdulillahirabbil ,,alamin…, Puji Syukur Penulis panjatkan kehadirat Allah SWT
yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
penelitian yang berjudul “Pengaruh Etika Bisnis Islam Terhadap Customer Retention Nasabah Simpanan (Studi Kasus Pada BMT Universitas Muhammadiyah Yogyakarta)”. Karya Tulis Ilmiah ini disusun dan diajukan kepada Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Yogyakarta sebagai salah satu syarat memperoleh gelar sarjana dalam ilmu Ekonomi Islam.
Selama proses penyusunan hingga terselesaikannya skripsi ini, banyak pihak yang
memberikan bantuan dan masukan sehingga penyusunan skripsi ini berjalan dengan lancar. Oleh karena itu penulis mengucapkan terimakasih kepada:
1. Ayah dan Ibu tercinta yaitu Bpk. Pauzi dan Ibu Wardiatun Azizah, kakak-kakakku Fatoni Azhari, Putrawan Jauhari, adikku Chandra Khairurrusli dan keluarga besar saya di Lombok yang tidak bisa disebut satu persatu. Tiada kata terucap selain terimakasih atas semuanya.
2. Bapak Prof. Dr. H. Bambang Cipto, MA. Selaku Rektor Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
3. Bapak Dr. Mahli Zainudin, M.SI. selaku Dekan Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN NOTA DINAS ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN PERNYATAAN ... iv
PERSEMBAHAN ... v
MOTTO ... vi
KATA PENGANTAR ... vii
DAFTAR ISI ... ix
DAFTAR TABEL ... xiv
DAFTAR GAMBAR ... xvi
ABSTRAK ... xvii
ABSTRAC ... xviii
PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB - LATIN ... xix
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI
A. Tinjauan Pustaka ... 14
B. KerangkaTeori ... 18
1) Etika Bisnis Islam ... 18
a. Pengertian Etika Islam ... 18
b. Pengertian Bisnis ... 20
c. Pengertian Etika Bisnis Islam ... 22
1) Keadilan (‘adl) ... 27
2) Kehendak Bebas (Free Will) ... 31
3) Tanggungjawab (Responsibility) ... 36
4) Kebenaran ... 40
2) Customer Retention………. ... 44
3) Manajemen Risiko……….. ... 47
4) Produk-Produk Lembaga Keuangan Syariah ... 50
a. Produk Penyaluran Dana (Financing) ... 50
1) Pembiayaan dengan Prinsip Jual Beli ... 50
2) Pembiayaan dengan Prinsip Sewa ... 51
3) Pembiayaan dengan Prinsip Bagi Hasil ... 52
3) Giro ... 58
BAB III METODE PENELITIAN A. Metodologi Penelitian ... 60
1) Jenis Penelitian ... 60
2) Sifat Penelitian ... 60
3) Subjek dan Objek Penelitian ... 60
4) Populasi dan Sampel ... 60
5) Tekhnik Pengumpulan Data ... 61
6) Model Penelitian ... 62
B. Penurunan Hipotesis ... 62
C. Analisis Data ... 68
1. Pengujian Instrumen ... 69
a. Uji Validitas ... 69
b. Uji Reliabilitas ... 70
2. Uji Asumsi Klasik ... 70
a. Uji Multikolinearitas ... 71
b. Uji Heteroskedastisitas ... 72
c. Ujia Normalitas ... 73
D. Pengujian Hipotesis ... 74
c. Uji Koefesien Determinasi (R2) ... 75
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Objek Penelitian ... 77
1. Sejarah BMT UMY... 57
2. Visi dan Misi BMY UMY ... 79
3. Keuanggulan BMT UMY ... 79
4. Produk dan Jasa BMT UMY... 80
5. Struktur Organisasi BMT UMY ... 83
6. Jaringan Kantor BMT UMY ... 85
B. Hasil Penelitian ... 86
1. Karakteristik Responden ... 86
a. Jenis Kelamin Responden ... 86
b. Usia Responden ... 87
c. Pendidikan Responden ... 88
d. Pekerjaan Responden ... 89
e. Lama Menjadi Nasabah ... 90
2. Uji Instrumen ... 91
a. Uji Validitas ... 91
b. Uji Realibilitas ... 95
4. Metode Analisis ... 101
a. Analisis Regresi Linear Berganda ... 101
b. Uji Determinasi (R2) ………... . 102
c. Uji F (Simultan) ……….. . 103
d. Uji t (Parsial) ……… 104
5. Pembahasan Hipotesis ... 106
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 114
B. Saran ... 116
Tabel 1.2 Data Perkembangan Simpanan BMT UMY ... 8
Tabel 2.1 Tinjauan Pustaka ... 14
Tabel 4.1 Jenis Kelamin Responden ... 86
Tabel 4.2 Usia Responden ... 87
Tabel 4.3 Pendidikan Responden ... 88
Tabel 4.4 Pekerjaan Responden ... 89
Tabel 4.5 Lama Menjadi Nasabah ... 90
Tabel 4.6 Uji Validitas Variabel Keadilan (XI) ... 91
Tabel 4.7 Uji Validitas Variabel Kehendak Bebas (X2)... 92
Tabel 4.8 Uji Validitas Variabel Tanggungjawab (X3) ... 93
Tabel 4.9 Uji Validitas Variabel Kebenaran (X4) ... 94
Tabel 4.10 Uji Validitas Variabel Customer Retention (Y) ... 95
Tabel 4.11 : Uji Reliabilitas ... 96
Tabel 4.12 Uji Normalitas ... 97
Tabel 4.16: Hasil Uji F (Simultan) ... 103
xvii
(Studi Kasus Pada BMT Universitas Muhammadiyah Yogyakarta) Oleh: Ratna Hidayatullaili
NPM: 20130730020
BMT sebagai salah satu pilihan masyarakat terkait lembaga keuangan berbasis syariah semakin menghadapi tantangan yang lebih besar, melihat semakin ketatnya persaingan yang dihadapi mengharuskan BMT untuk lebih meningkatkan kinerja pelayanan dan memperkuat segmen pasar agar dapat bersaing dengan lembaga keuangan lainnya. Hal ini juga sedang dihadapai oleh BMT UMY. BMT dituntut untuk meningkatkan kualitas pelayanan agar mampu bersaing dengan lembaga keuangan lainnya.
Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan dan menganalis pengaruh etika bisnis islam terhadap customer retention nasabah simpanan. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan menggunakan data primer. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh nasabah simpanan pada BMT Universitas Muhammadiyah Yogyakarta yang berjumlah 3000 nasabah, sedangkan jumlah sampel berjumlah 100 responden yang diambil menggunakan quota sampling. Alat analisis yang digunakan adalah regresi linear berganda. Hasil penelitian ini secara parsial menunjukkan variabel etika bisnis islam berpengaruh positif signifikan terhadap customer retention nasabah simpanan dimana variabel kebenaran memiliki pengaruh terbesar terhadap customer retention dengan nilai beta sebesar 0,271, sedangkan variabel tanggung jawab memiliki pengaruh paling kecil terhadap customer retention dengan nilai beta sebesar 0,152. Secara simultan variabel keadilan, kehendak bebas, tanggung jawab, dan kebenaran berpengaruh positif signifikan terhadap customer retention. Sehingga dapat disimpulkan variabel etika bisnis Islam (keadilan, kehendak bebas, tanggung jawab, kebenaran) berpengaruh terhadap customer retention pada BMT UMY.
xviii
( A case study at BMT of University of Muhammadiyah Yogyakarta)
By Ratna Hidayatullaili
NPM: 20130730020
BMT as one of the society’s choices of sharia-based financial institution faces a bigger challenge as the competition is getting tight to improve service performance and to strengthen the market segment to be able to compete with other financial institutions. This is also faced by BMT UMY. BMT must improve the quality of service in order to be able to compete with other financial institutions.
This research was aimed at explaining and analyzing the effects of Islamic business ethic
towards the retention of customers’ saving. This research employed quantitative research using
primary data. The population consisted of all saving customers at BMT University of Muhammadiyah Yogyakarta with as many as 3000 customers, while the total samples consisted of 100 respondents taken using quota sampling. The analysis instrument which was used was double linear regression. The research result shows partially that the variable of Islamic
business ethics has significant positive effect towards the retention of customers’ saving with
beta value 0.271, while the variable of responsibility has the least effect towards customer retention with beta value 0.152. Simultaneously, the variables of justice, freewill, responsibility,
and truth have positive significant effect towards customers’ retention. Therefore, it can be
concluded that the variables of Islamic business ethics (justice, freewill, responsibility, and truth) have effect towards customer retention at BMT UMY.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Baitul Mal Wa Tamwil (BMT) adalah balai usaha mandiri terpadu yang
isinya berintikan bayt-mal wa at-tamwil dengan kegiatan mengembangkan usaha-usaha produktif dan investasi dalam meni gkatkan kualitas kegiatan ekonomi pengusaha kecil bawah dan kecil dengan mendorong kegiatan ekonominya. Selain
itu BMT juga dapat menerima titipan zakat, infak, dan sedekah, serta menyaalurkannya sesuai dengan peraturan dan amanatnya. BMT merupakan
lembaga ekonomi atau lembaga keuangan syariah nonperbankan yang bersifat informal karena lembaga ini didirikan oleh kelompok Swadaya Masyarakat
(KSM).1
BMT merupakan lembaga keuangan syariah yang tidak hanya berorientasi pada bisnis tetapi juga sosial, dan juga lembaga yang tidak melakukan pemusatan
kekayaan pada bagian kecil orang pemilik modal dengan penghisapan pada mayoritas orang, tetapi lembaga yang kekayaannya terdistribusi secara merata dan
adil. BMT merupakan lembaga yang terlahir dari kesadaran umat dan ditakdirkan untuk menolong kelompok mayoritas yakni pengusaha mikro/kecil, dan lembaga
1
yang tidak terjebak pada permainan bisnis untuk keuntungan pribadi, tetapi membangun kebersamaan untuk mencapai kemakmuran bersama.2
Kehadiran BMT (Baitul maal wa Tamwil), sebagai pendatang baru dalam dunia pemberdayaan masyarakat melalui sistem simpan pinjam syariah
bertujuan untuk menjadi alternatif yang lebih inovatif dalam jasa keuangan.3 Secara konseptual BMT memiliki fungsi melakukan kegiatan pengembangan usaha-usaha produktif dan investasi dalam meningkatkan kualitas ekonomi
pengusaha mikro dan kecil terutama dengan mendorong kegiatan menabung dan menunjang pembiayaan kegiatan ekonominya. Sedangkan tujuan BMT yaitu
terciptanya sistem, lembaga, dan kondisi kehidupan ekonomi rakyat banyak dilandasi oleh nilai-nilai dasar salam (keselamatan) berintikan keadilan, kedamaian, dan kesejahteraan, melandasi tumbuh dan berkembangnya tiga
perempat usaha mikro dan kecil di seluruh Indonesi.4
Mengamati perilaku pasar (makro), pelaku ekonomi dan kebijakan
pemerintah. Ada beberapa kebijakan pemerintah yang harus direspon dengan cepat oleh pegiat BMT. Salah satu sisi kedudukan atau regulasi BMT makin kuat, namun disisi yang lain persaingan pasar mikro juga tidak kalah ramainya.
2
Ridwan, Muhammad, Manajemen Baitul Mal wa Tamwil (BMT), (Yogyakarta: UII Press, 2004), hal. 73.
3
Ridwan, Muhammad, Manajemen Baitul Mal wa Tamwil (BMT), (Yogyakarta: UII Press, 2004), hal. 31.
4
Regulasi yang membolehkannya bank-bank besar membuka layanan mikro dan branchless banking. Regulasi tersebut ditengarai bisa menggerus pangsa pasar
BMT yang sudah terbina selama puluhan tahun. Ini jelas sebuah tantangan agar BMT dituntut tetap menjaga pangsa pasar.5
Salah satu alternatif strategi pemasaran yang dapat digunakan BMT adalah customer retention (mempertahankan pelanggan). Customer retention telah banyak digunakan oleh beberapa perusahaan bisnis untuk meningkatkan kinerja
perusahaanya. Retensi pelanggan (mempertahankan pelanggan) lebih murah dalam biaya dibandingkan mencari pelanggan yang baru. Mendapatkan pelanggan
yang baru bisa menghabiskan biaya lima kali lebih besar dari biaya yang tercakup dalam memuaskan dan mempertahankan pelanggan yang sudah ada.6
Dalam era bisnis modern saat ini, untuk menghadapi persaingan serta
mewujudkan persaingan yang sehat dalam bisnis, dikenal dengan istilah etika bisnis. Etika bisnis digunakan untuk mengendalikan persaingan bisnis agar tidak
menjauhi norma-norma yang ada. Etika bisnis juga dapat digunakan oleh para pelaku bisnis agar dapat berfikir, apakah dalam melaksanakan kegiatan bisnisnya, menggangu kegiatan pelaku bisnis yang lain atu tidak.
Pandangan etika kontemporer berbeda dari sistem etika Islam dalam banyak hal. Terdapat enam sistem etika yang saat ini menjadi acuan pemikiran
etika pada umumnya. Keenam sistem etika ini adalah relativisme (kepentingan
5
Majalah Marhamah, 2014, hal. 38. 6
pribadi), utilitarisme (perhitungan untung dan rugi), universalisme (kewajiban), hak (kepentingan individu), dan keadilan.7 Hal ini yang menjadi dasar pemikiran
etika bisnis Islam.
Dalam etika bisnis Islam terdapat beberapa prinsip yang menjadi acuan
dalam melakukan bisnis sesuai dengan ajaran Islam, yaitu keseimbangan atau dalam literatur disebut juga dengan keadilan (‘adl), kehendak bebas (free will), tanggung jawab (responsibillity), kebenaran.8
Etika bisnis Islam yang diterapkan oleh BMT dinilai mampu meningkatkan kinerja BMT dalam hal operasional internal BMT, pelayanan
terhadap konsumen (nasabah), serta mampu membantu BMT dalam menerapkan customer retention (mempertahankan konsumen) terhadap nasabahnya.
BMT dalam operasionalnya bukan semata-mata untuk memperoleh
kekayaan, tetapi lebih dari itu BMT menjadi sebuah gerakan sosial dan sekaligus bisnis yang berorientasi pada ridho Allah SWT. Dengan demikian pendirian BMT
juga tidak dapat mengabaikan aspek ekonomi, aspek ini menjadi sangat penting disamping aspek syariah sehingga keduanya harus dijalankan secara seimbang.9 Hal ini menjadi keunggulan lembaga keuangan syariah dibanding konvensional
sebab dalam operasionalnya BMT menerapkan etika bisnis Islam.
7
Beekum, Rafiq Issa, Etika Bisnis Islam, alih bahasa Muhammad, M. Ag, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004), hal.16.
8
Beekum, Rafiq Issa, Etika Bisnis Islam, alih bahasa Muhammad, M. Ag, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004), hal.32.
9
Ridwan, Muhammad, Sistem dan Prosedur Pendirian BMT (Baitul Mal wa Tamwil),
Jumlah lembaga keuangan mikro saat ini diduga tidak kurang berjumlah mencapai 9000 LKM. Jumlah BMT diseluruh Indonesia mencapai 3.307 unit
dengan asset mencapai 1,5 triliun. Artinya hampir separuh dari LKM nasional adalah BMT. Secara internal kelembagaan BMT sangat bervariasi tidak sedikit
BMT yang mengelola asset diatas 10 M dengan jumlah anggota diatas 3000 orang, meskipun juga banyak BMT yang assetnya kurang dari 50 juta dan nasabahnya kurang dari 500 orang.
Di Yogyakarta terdapat salah satu BMT yang bisa dikatakan cukup baru dan mempunyai jumlah asset yang cukup memuaskan yaitu BMT Universitas
Muhammadiyah Yogyakarta. BMT UMY didirikan dengan prinsip pengelolaan yang professional dan kredibel dengan motto cakap & terpercaya dikelola oleh sumberdaya insani yang memiliki kemampuan dan ketrampilan yang sangat baik
dibidang lembaga keuangan mikro syariah dan didukung oleh jajaran pengurus, dewan pengawas menejemen dan dewan pengawas syariah yang memiliki
kemampuan manajerial dan pengetahuan syariah yang diakui kepakaranya sehingga dalam upaya membangun hubungan dengan nasabah, BMT Universitas Muhammadiyah Yogyakarta dinilai mampu meningkatkan kualitas sumber daya
insani sebagai kekuatan penting dalam mencapai sasaran yang telah ditetapkan. Pengembangan dan peningkatan profesionalisme menjadi hak mutlak yang akan
salah satu strategi bisnis yang diterapkan oleh BMT Universitas Muhammadiyah Yogyakartauntuk memenangkan persaingan bisnisnya.10
Saat ini BMT menghadapi berbagai tantangan, salah satunya yaitu dengan banyaknya pilihan lembaga keuangan yang menawarkan pembiayaan dan
aktivitas keuangan lainnya.Banyaknya pilihan ini menjadikan BMT memiliki kompetisi ketat dalam mengembangkan usahanya. Akses masyarakat terhadap upaya memperoleh sumber dana semakin mudah dan banyak pilihan, seperti
banyak berdirinya bank syariah dan bank konvensional. Banyaknya ATM di setiap ruas jalan yang dimiliki oleh Bank Syariah dan Bank Konvensional
mengharuskan BMT untuk semakin memperkuat dirinya. Lembaga syariah seperti BMT dalam skala yang lebih kecil akan menghabiskan ongkos administrasi yang lebih besar daripada Bank Syariah. Akibatnya penawaran yang
diberikan kepada nasabah lebih mahal.Lembaga keuangan konvensional yang merambah ke sektor mikro juga menjadi tantangan bagi BMT dalam
mengembangkan amal usahanya.11 Tantangan itu juga dipersulit dengan masih rendahnya pemahaman masyarakat tentang nilai-nilai keuangan islam. Menanggapi hal seperti itu BMT UMY tidak hanya memberikan bantuan
keuangan , namun juga memberikan konsultasi manajemen dan pemahaman tentang keuangan Islam kepada anggotanya yang didominasi oleh pelaku usaha
10
SOP BMT UMY 11
kecil.12 Dalam hal ini kemampuan mengelola para penguruslah yang diuji sehingga mendapatkan kepercayaan di tengah-tengah persaingan.
BMT UMY adalah salah satu BMT yang ada di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).Sejak dilakukan peresmian oleh bapak Jusuf Kalla pada awal
bulan April 2011, kini perkembangan BMT UMY menunjukkan perkembangan yang memuaskan.Berikut data perkembangan BMT UM
Tabel 1.1
Data Perkembangan BMT UMY Tahun 2012-2015
(Sumber: Laporan Keuangan Tahun 2015)
12
http://www.umy.ac.id/milad-kedua-bmt-umy-harus-terus-berkembang-dan-bermanfaat-bagi-masyarakat.html
Tahun 2012 2013 2014 2015
Anggota 70 1550 2600 3000
Tabel 1.2
Data Perkembangan Simpanan BMT UMY Tahun 2012-2015
Jenis Simpanan 2012 2013 2014 2015
Simpanan Pendidikan 73 juta 118 juta 126 juta 203 juta
Simpanan Mudharabah 1,8 M 5,3 M 6,7 M 8,5 M
Simpanan Mudharabah Berjangka
1,5 M 2,1 M 3,4 M 2,9 M
Simpanan Walimah 528 Ribu 21, 8 Juta 19 Juta 22,8 Juta Simpanan Aqiqah/qurban 8,1 Juta 10,8 Juta 19 Juta 22,8 Juta Simapana Haji 2,8 Juta 8,9 Juta 16,5 Juta 26,4 Juta (Sumber: Laporan Keuangan Tahun 2015)
Berdasarkan laporan rapat akhir tahun 2015 total asset mencapai 18,7 Milyar, naik 30%. Kontribusi terbesar peningkatan asset dari produk simpanan
(simpanan mudharabah, mudharabah berjangka, pendidikan, walimah, aqiqah, haji/umrah) sebesar 16,02 Milyar,naik 31%. Kontribusi kenaikan simpanan BMT UMY berasal dari simpanan mudharabah dan simpanan mudharabah berjangka,
tetapi pada tahun 2015 simpanan mudharabah berjangka mengalami penurunan dari 3,4 Milyar pada tahun 2014, menjadi 2,9 Milyar pada tahun 2015, sedangkan
Supaya target pencapaian dana simpanan dapat mencapai target yang diharapkan, BMT UMY terus berupaya untuk mempertahankan nasabah dan memperluas
pangsa pasar, sehingga BMT UMY harus mengetahui apa yang menjadi kebutuhan dan keinginan konsumen mengingat banyaknya kompetitor lain.13
Letak kantor BMT UMY yang berada di lingkungan kampus memudahkan mahasiswa, dosen, karyawan untuk melakukan suatu transaksi. Tetapi berbeda dengan nasabah yang berada di luar kampus. Lokasi kantor pusat
BMT UMY berada di gedung AR. Fachruddin B Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Saat ini BMT UMY memiliki dua kantor cabang yang berada di
Jalan KH. Ahmad Dahlan Yogyakarta dan kantor cabang Sleman, kantor cabang tersebut dapat melayani nasabah di luar UMY atau dapat dikatakan dengan nasabah umum.
Dengan demikian, alasan peneliti memilih BMT UMY sebagai objek
penelitian, yaitu karena visi misi dari BMT UMY sesuai dengan syariat Islam, dan
BMT UMY mampu bersaing dengan lembaga keuangan syariah lainnya, yang
dibuktikan dengan kurun waktu yang singkat kurang lebih 5 tahun BMT UMY
mampu mendapatkan nasabah dengan jumlah yang terus berkembang. BMT UMY
dapat memberikan kontribusi bagi nasabahnya seperti, pembiayaan untuk modal
usaha, pembiayaan talangan SPP bagi mahasiswa UMY dan yang tidak kalah penting
BMT UMY setiap tahun mengadakan Rapat Anggota Tahunan (RAT) dalam rangka
13
pembagian Sisa Hasil Usaha (SHU) dan doorprize bagi nasabah yang loyal terhadap
BMT UMY.
Berangkat dari pemikiran pentingnya menumbuhkan pemahaman yang
baik terhadap praktik keuangan syariah yang merupakan model pengelolaan ekonomi yang lebih sesuai dengan tuntunan Islam maka dengan menggunakan
penerapan etika bisnis Islam BMT Universitas Muhammadiyah Yogyakarta dinilai mampu bekerja dengan optimal yang sesuai dengan etika bisnis Islam untuk meningkatkan market share BMT Universitas Muhammadiyah Yogyakarta,
serta mampu menyebabkan terjadinya customer retention.
Penellitian ini dilakukan untuk meneliti sejauh mana etika bisnis Islam
memberikan pengaruh terhadap strategi customer retention (mempertahankan pelanggan) untuk lebih meningkatkan kinerja BMT, sehingga dapat bersaing dengan BMT yang lainnya. Berdasarkan latar belakang, maka peneliti ingin
melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Etika Bisnis Islam Terhadap
Customer Retention Nasabah Simpanan (Studi Kasus Pada BMT
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA)”.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah Etika Bisnis Islam berpengaruh secara parsial terhadap retensi
2. Apakah Etika Bisnis Islam berpengaruh secara simultan terhadap retensi nasabah simpanan di BMT Universitas Muhammadiyah Yogyakarta?
3. Diantara variabel keadilan, kehendak bebas, responsibility dan kebenaran manakah yang paling dominan mempengaruhi retensi nasabah simpanan di
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
C. Batasan Masalah
Dalam penelitian ini untuk membatasi penelitian yang terlalu luas maka penelitian ini difokuskan pada variabel keadilan, kehendak bebas, responsibility
dan kebenaran terhadap retensi nasabah simpanan pada BMT Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
Dalam penelitian ini terdapat variabel dependen dan independen, variabel dipenden dalam penelitian ini yaitu retensi nasabah sedangkan variabel independen adalah variabel etika bisnis Islam yang dianggap mempengaruhi,
meliputi: keadilan, kehendak bebas, responsibility, kebenaran.
D. Tujuan Penelitian
1. Untuk menjelaskan dan menganalisis variabel etika bisnis Islam yang mempengaruhi secara parsial terhadap retensi nasabah simpanan pada
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
2. Untuk menjelaskan dan menganalisis variabel etika bisnis Islam yang
berpengaruh secara simultan terhadap retensi nasabah simpanan pada BMT Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
3. Untuk menjelaskan dan menganalisis variabel etika bisnis Islam yang paling
dominan mempengaruhi retensi nasabah simpanan pada BMT Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
E. Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan bisa memberikan beberapa manfaat antara lain:
1. Secara akademis hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber bacaan
dilingkungan kampus Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
2. Secara Praktis
a. Bagi peneliti dapat menambah wawasan keilmuan agar lebih mengenal
tentang faktor-faktor variabel etika bisnis islam.
langkah yang tepat dalam upaya mempertahankan retensi nasabah simpanan sehingga akan memberikan pelayanan yang terbaik bagi
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI
[image:33.612.60.572.298.698.2]A. Tinjauan Pustaka
Tabel 2.1 Tinjauan Pustaka
No Peneliti Terdahulu Hasil Penelitian Perbedaan
1 Penelitian oleh Zuni Lestari (2015) dalam
bentuk skripsi dengan
judul “Pengaruh
Penerapan Etika
Bisnis Islam
Terhadap Kepuasan
Anggota (Studi pada
BMT KUBE
Sejahtera Sleman)”.
Hasil dari penelitian ini
adalah variabel ihsan (x1) berpengaruh positif
signifikan, variabel keadilan, kebebasan,
tanggung jawab
berpengaruh positif signifikan.
Perbedaan penelitian yang dilakuakn oleh
Zuni Lestari dengan penelitian ini adalah pada penelitian Zuni Lestari data diperoleh
dari penyebaran kuisioner terhadap 60 anggota pembiayaan BMT KUBE Sleman, dan teknik pengambilan sampel yang
digunakan pada penelitian Zuni Lestari adalah purposive sampling. Sedangkan pada penelitian ini data diperoleh dari penyebaran
kuesioner terhadap 100 responden nasabah simpanan BMT Universitas Muhammadiyah
2 penelitian yang
dilakukan oleh
Fauzan dan Ida
Nurjana (2014) dalam
jurnal Modernisasi,
Vol 10, No.1,
Februari 2014 dengan
judul “Pengaruh
Penerapan Etika
Bisnis Terhadap
Kepuasan Pelanggan
Warung Bebek H.
Slamet di kota
Malang”.
Hasil penelitian
menunjukkan bahwa etika
bisnis Islam secara bersama-sama
berpengaruh positif dan signifikan. Sedangkan secara parsial variabel
Keadilan (X1)
berpengaruh negative dan
tidak signifikan terhadap kepuasan pelanggan.
Kejujuran (X2)
berpengaruh positif dan
tidak signifikan.
Kepercayaan (X3)
berpengaruh positif dan
signifikan.
Perbedaan penelitian yang dilakukan oleh Fauzan dan Ida Nurjana dengan penelitian ini
adalah penelitian Fauzan dan Ida berfokus terhadap kepuasan pelanggan warung bebek
H. Slamet di Kota Malang. Sedangkan saya meneliti mengenai pengaruh etika bisnis Islam terhadap customer retention nasabah
simpanan, berfokus terhadap customer retention nasabah simpanan, dan penelitian
ini dilakukan di BMT UMY. Teknik pengambilan sampel pada penelitian Fauzan dan Ida Nurjana menggunakan accidental
sampling, sedangkan pada penelitian yang saya lakukan menggunakan quota sampling.
Tekhnik analisis data yang digunakan pada penelitian Fauzan dan Ida Nurjana dengan
3 Penelitian yang dilakukan oleh Shinta
Maharani (2013)
dalam jurnal Etika
Bisnis Islam Vol.7,
No. 2, Sya’ban
1434/2013 dengan
judul “ Pengaruh
Etika Bisnis Islam
Terhadap
Kecenderungan
Kecurangan
Akuntansi Dalam
Pelaporan Keuangan
Pada Entitas Publik
Di Indonesia.”
Shinta Maharani
menemukan bahwa Etika bisnis Islam memiliki
pengaruh yang signifikan negatif terhadap penipuan
dalam pelaporan keuangan di badan public di
Indonesia.
perbedaan penelitian Shinta Maharani dengan penelitian ini adalah penelitian Shinta Maharani berfokus terhadap
kecurangan akuntansi dalam pelaporan keuangan entitas publik di Indonesia, objek
pada penelitian Shinta Maharani dilakukan di Badan Publik di Indonesia dan data diperoleh
dengan penyebaran kuesioner kepada 112 responden yaitu manajer keuangan. Sedangkan pada penelitian yang saya
lakukan berfokus terhadap customer retention nasabah simpanan. Objek pada
penelitian dilakukan di BMT Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, dan data diperoleh dengan penyebaran kuesioner
4 Penelitian yang
dilakukan oleh
Muhammad Faiz
Rosyadi (2012)
dengan judul
“Pengaruh Etika
Bisnis Islam terhadap
Customer Retention
(Studi Kasus Pada
Bank BPD DIY
Cabang Syariah)”.
Muhammad
Faiz Rosyadi
menemukan bahwa
secara simultan
variabel keadilan (‘adl), kehendak bebas
(free will), tanggung
jawab (responsibility), kebenaran
berpengaruh positif
signifikan terhadap customer retention di
Bank BPD DIY
Cabang Syariah, dan secara parsial variabel
keadilan (‘adl), kehendak bebas (free will), tanggung jawab
(responsibility),
kebenaran
berpengaruh positif
Relevansi penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Faiz Rosyadi dengan penelitian ini adalah data pada
penelitian Muhammad Faiz Rosyadi diperoleh dari penyebaran kuesioner
terhadap 100 nasabah Bank BPD DIY Syariah, yang diperoleh dengan
menggunakan accidental sampling, dan analisis terhadap data diperoleh dengan menggunakan analisis data secara
kuantitatif dan kualitatif. Sedangkan pada penelitian ini data diperoleh dari
penyebaran kuesioner terhadap 100 responden nasabah simpanan BMT Universitas Muhammadiyah Yogyakarta,
teknik pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan quota sampling, dan analisis terhadap data
menggunakan analisis data secara kuantitatif. Penelitian ini dengan
signifikan terhadap customer retention di
Bnak BDP DIY
Cabang Syariah.
Muhammad Faiz Rosyadi sama-sama berfokus terhadap customer retention.
B. Kerangka Teori 1. Etika Bisnis Islam
a. Pengertian Etika Islam
Etika berkaitan dengan nilai-nilai, tata cara hidup yang baik, aturan hidup yang baik, dan segala kebiasaan yang dianut dan diwariskan dari
satu orang ke orang yang lain atau dari generasi ke generasi yang lain. Kebiasaan ini lalu terungkap dalam perilaku berpola yang terus berulang
sebagai sebuah kebiasaan.1
Menurut Imam al-Ghazali etika (akhlaq) adalah suatu sifat yang tertanam dalam jiwa (manusia), yang dapat melahirkan suatu perbuatan
yang gampang dilakukan tanpa melalui maksud untuk memikirkannya (lebih lama). Maka jika sifat tersebut melahirkan suatu tindakan yang
terpuji menurut ketentuan akal dan norma agama, dinamakan akhlak yang baik. Tapi manakala ia melahirkan tindakan yang jahat, maka dinamakan
1
akhlak yang buruk.2 Etika Islam merupakan etika yang berdasarkan agama Islam , yaitu yang berasal dari Al-Qur’an dan Hadits.3
Titik sentral etika Islam adalah menentukan kebebasan manusia untuk bertindak dan bertanggung jawab karena kepercayaan terhadap
kemahakuasaan Tuhan. Hanya saja kebebasan itu tidaklah mutlak, dalam arti, kebasan yang terbatas. Jika sekiranya manusia memiliki kebebasan mutlak, maka berarti manusia menyaingi kemahakuasaan Tuhan selaku
Pencipta (Khalik) semua makhluk, tanpa kecuali adalah manusia itu sendiri. Dalam skema etika Islan, manusia adalah pusat ciptaan Tuhan.4
Manusia merupakan wakil Tuhan di muka bumi sebagaimana firman-Nya:
ت ج د
م
م ل ج
ي
-
-
م ح
غ
ق
س
م
م ل
“Dan Dialah yang menjadikan kamu penguasa-penguasa di bumi dan Dia meninggikan sebahagian kamu atas sebahagian (yang lain) beberapa derajat, untuk mengujimu tentang apa yang diberikan-Nya kepadamu. Sesungguhnya Tuhanmu amat cepat siksaan-Nya dan sesungguhnya Dia Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”5
2
Aziz, Abdul, ETIKA BISNIS PERSPEKTIF ISLAM: Implementasi Etika Islami Untuk Dunia Usaha, (Bandung: ALFABETA, 2013) hal. 44.
3
Haris, Abdul, ETIKA HAMKA; Konstruksi Etik Berbasis Rasional Religius, (Yogyakarta: LKis, 2010), hal. 44.
4
Djakfar, Muhammad, ETIKA BISNIS: Menangkap Spirit Ajaran Langit dan Pesan Moral Ajaran Bumi, (Jakarta: Penebar Plus+ imprint dari Penebar Swadaya, 2012), hal 20.
5
Dengan demikian, seluruh tujuan hidup manusia adalah untuk kebajikan kekhalifahannya sebagai pelaku bebas, bertindak secara bebas
sehingga manusia mampu memilih antara yang baik dan yang jahat, antara yang benar dan yang salah, dan antara yang halal dan yang haram.6
b. Pengertian Bisnis
Bisnis dengan segala bentuknya ternyata tanpa disadari telah terjadi dan menyelimuti aktivitas dan kegiatan kita setiap harinya.
Menurut buchari Alma, (2007: 5), pengertian bisnis ditujukan pada sebuah kegiatan berorientasi profit yang memproduksi barang dan atau jasa untuk
memenuhi kebutuhan masyarakat. Bisnis juga bisa diartikan sebagai suatu lembaga yang menghasilkan barang dan jasa yang dibutuhkan oleh masyarakat.7
Bisnis adalah pertukaran barang, jasa, atau uang yang saling menguntungkan atau memberikan manfaat. Bisnis juga dipahami dengan
suatu kegiatan usaha individu (privat) yang terorganisasi atau melembaga untuk menghasilkan dan menjual barang atau jasa guna mendapatkan keuntungan dalam memenuhi kebutuhan masyarakat. Bisnis dilakukan
dengan tujuan untuk mendapatkan keuntungan (profit), mempertahankan
6
Djakfar, Muhammad, ETIKA BISNIS: Menangkap Spirit Ajaran Langit dan Pesan Moral Ajaran Bumi, (Jakarta: Penebar Plus+ imprint dari Penebar Swadaya, 2012), hal 21.
7
kelangsungan hidup perusahaan, pertumbuhan sosial, dan tanggung jawab sosial.8
Secara etimologi, bisnis berarti keadaan dimana seseorang atau sekelompok orang sibuk melakukan pekerjaan yang menghasilkan keuntungan. Kata “bisnis” sendiri memiliki tiga penggunaan, tergantung
skupnya- penggunaan singular kata bisnis dapat merujuk pada badan usaha, yaitu kesatuan yuridis (hukum), teknis, dan ekonomis yang
bertujuan mencari laba atau keuntungan.
Bisnis dalam Islam merupakan unsur penting dalam perdagangan.
Sejarah telah mencatat bahwa penyebaran agama Islam diantaranya melalui perdagangan (bisnis). Masuknya Islam ke Indonesia, dilakukan oleh para pedagang muslim yang mengadakan hubungan yang sangat baik
dengan masyarakat dan para tokoh setempat. Jadi bisnis merupakan bagian dari kegiatan perdagangan dalam rangka mencari pencaharian
melalui jual beli untuk tujuan untung.9
Dalam zaman modern seperti sekarang ini, banyak dijumpai praktik-praktikbisnis yang tidak sesuai dengan ajaran Islam. Banyak
manusia mengembangkan modalnya dengan menghalalkan segala cara, tanpa memenuhi ajaran Islam, sehingga merugikan banyak pihak, dan
8
Fauzia, Yunia Ika, Etika Bisnis dalam Islam, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2013) hal. 3.
9
hanya menguntungkan sekelompok individu. Praktik-praktik pengembangan modal yang tidak sesuai dengan ajaran Islam yang terjadi
saat ini antara lain seperti penggunaan uang pelican saat perizinan usaha, menyimpan uang dalam rekening koran yang berbunga, penayangan iklan
yang tidak senonoh, pembuatan diskotik, panti pijat, prostitusi, dan lain sebagainya yang semuanya itu mengandung unsur penipuan dan maksiat yang dilarang oleh agama Islam.
Denagn melihat fenomena pengembangan modal seperti di atas jelas melanggar aturan Islam yang banyak terjadi saat ini. Islam
memberikan solusi dengan konsepnya tentang bagaimana mengembangkan modal yang benar yang tidakmerugikan diri sendiri maupun orang lain. Salah satu caranya yaitu berbisnis sesuai dengan
ajaran Islam.10
c. Pengertian Etika Bisnis Islam
Etika bisnis Islam adalah landasan normatif yang bersumber dari ajaran Islam yaitu Al-Qur’an dan as-Sunnah Nabi Muhammad Saw, sebagai acuan bagi para pelaku bisnis untuk menjalankan bisnis secara
alami.11 Islam memberiakan kebebasan kepada pemeluknya untuk melakukan bisnis, namun dalam Islam ada beberapa prinsip dasar yang
10
Djakfar, Muhammad, ETIKA BISNIS: Menangkap Spirit Ajaran Langit dan Pesan Moral Ajaran Bumi, (Jakarta: Penebar Plus+ imprint dari Penebar Swadaya, 2012), hal 121.
11
menjadi etika normatif yang harus ditaati ketika seorang muslim sedang menjalankan usahanya, yaitu:
1. Proses mencari rezeki bagi seorang muslim merupakan suatu tugas wajib.
2. Rezeki yang dicari haruslah rezeki yang halal. 3. Bersikap jujur dalam menjalankan usaha.
4. Semua proses yang dilakukan dalam rangka mencari rezeki haruslah
dijadikan sebagai sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT. 5. Bisnis yang akan dan sedang dijalankan jangan sampai menimbulkan
kerusakan lingkungan hidup.
6. Persaingan dalam bisnis dijadikan sebagai sarana untuk berprestasi secara fair dan sehat (fastabikul al-khayrat).
7. Tidak boleh berpuas diri dengan apa yang sudah didapatkan.
8. Menyerahkan setiap amanah kepada ahlinya, bukan kepada sembarang
orang, sekalipun keluarga sendiri.
Etika bisnis Islam merupakan suatu proses dan upaya untuk mengetahui hal-hal yang benar dan yang salah yang selanjutnya tentu
melakukan hal-hal yang benar berkenaan dengan produk, pelayanan perusahaan dengan pihak yng berkepentingan dengan tuntutan perusahaan. Dalam membicarakan etika bisnis Islam adalah menyangkut “Business
Firm” dan atau “Business Person”, yang mempunyai arti yang bervariasi.
adalah studi tentang seseorang atau organisasi melakukan usaha atau kontak bisnis yang saling menguntungkan sesuai dengan nilai-nilai ajaran
Islam.12 Etika bisnis islam harus berdasarkan pada prinsip-prinsip dasar yang berlandaskan pada al-Qur;an dan al-Hadits. Sebagaimana dalam
firman Allah SWT :
د س
س
م ل ع
ل ع
ق
-
-
ل
م
م
د ش
غ
م ع
“Dan katakanlah: “Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mu’min akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan.”13
Dengan demikian, harta yang diperoleh dengan cara yang halal dan baik akan mendatangkan keberkahan pada harta tersebut, sehingga
pemanfaatan harta dapat lebih maksimal bagi dirinya maupun bagi orang lain. Sebaliknya, harta yang diperoleh dengan cara yang tidak halal atau tidak baik, meskipun berjumlah banyak namun tidak mendatangkan
manfaat bahkan senantiasa menimbulkan kegelisahan dan selalu merasa kurang.
12
Aziz, Abdul, ETIKA BISNIS PERSPEKTIF ISLAM: Implementasi Etika Islami Untuk Dunia Usaha, (Bandung: ALFABETA, 2013) hal. 35.
13
Etika untuk berbisnis secara baik dan fair dengan menegakkan hukum dan konsekuen setia pada prinsip-prinsip kebenaran, keadaban dan
bermartabat.
a. Karena bisnis tidak hanya bertujuan untuk profit melainkan perlu
mempertimbangkan nilai-nilai manusiawi, apabila tidak akan mengorbankan hidup banyak orang, sehingga masyarakat pun berkepentingan agar bisnis dilaksanakan secara etis.
b. Bisnis dilakukan diantara manusia yang satu dengan manusia yang lainnya, sehingga membutuhkan etika sebagai pedoman dan orientasi
bagi pengambilan keputusan, kegiatan, dan tindak tanduk manusia dalam berhubungan (bisnis) satu dengan lainnya.
c. Bisnis saat ini dilakukan dalam persaingan yang sangat ketat, maka
dalam pesaingan bisnis tersebut tetap memperhatikan norma-norma etis pada iklim yang semakin professional justru akan menang.14
Etika bisnis Islam merupakan pengejawantahan nilai-nilai kebenaran, kejujuran, keadilan, kebebasan, dan pertanggungjawaban dalam realitas bisnis.15 Etika bisnis Islam merupakan pemahaman
nilai-nilai etika secara mendalam terhadap pandangan Al-Qur’an tentang bisnis,
14
Aziz, Abdul, ETIKA BISNIS PERSPEKTIF ISLAM: Implementasi Etika Islami Untuk Dunia Usaha, (Bandung: ALFABETA, 2013) hal. 36.
15
pengembangan etika bisnis, dan relevansinya dalam membangun aktivitas bisnis yang Islami.
Dalam mendekatkan hubungan pemasaran berdasarkan etika bisnis Islam yang digunakan oleh lembaga keuangan syari’ah untuk menciptakan
kepuasan pada nasabah serta komitmen kepercayaan yang kuat sebagai ukuran untuk mengetahui pentingnya sebuah hubungan untuk tetap dijaga. Sehingga tercipta pula konsekuensi timbal balik berupa perilaku untuk
secara intensif berhubungan dengan perusahaan berupa customer retention.
“Dari Abdullah Radiyallahu Anhuma, dari Rasulullah Shalallahu Alaihi wa Sallam, beliau bersabda, ‘jika dua orang saling berjual beli, maka masing-masing diantara keduanya mempunyai hak pilih selagi keduanya belum berpisah, dan keduanya sama-sama mempunyai hak, atau salah seorang diantara keduanya memberi pilihan kepada yang lain’. Beliau bersabda, ‘jika salah seorang diantaranya memberi pilihan kepada yang lain, lalu keudanya menetapkan jual beli atas atas dasar pilihan itu, maka jual beli menjadi wajib’.” (HR Bukhari-Muslim).16
Manusia mempunyai kebebasan untuk menentukan suatu pilihan. Dengan kebebasan manusia dapat memilih mana yang baik dan yang
buruk baginya. Seorang pelaku bisnis hanya mungkin bertindak secara etis jika dia diberikan kebebasan dan kewenangan untuk mengambil keputusan dan bertindak sesuai dengan apa yang dianggapnya baik. Sehingga, di
16
dalam berbisnis sangat perlu adanya kebebasan yang diberikan oleh pelaku bisnis untuk menciptakan hubungan yang baik antar pelaku
bisnis.17
Dalam etika bisnis Islam terdapat beberapa prinsip yang menjadi
acuan dalam melakukan bisnis yang sesuai dengan ajaran Islam, yaitu keadilan (‘adl), kehendak bebas (free will), tanggung jawab (responsibillity), dan kebenaran.18
1) Keadilan (‘adl)
Keadilan menggambarkan dimensi horizontal ajaran Islam
yang berhubungan dengan keseluruhan harmoni pada alam semesta. Hukum dan tatanan yang kita lihat pada alam semesta mencerminkan kesetimbangan yang harmonis. Sifat keadilan bukan hanya sekedar
karakteristik alami, tetapi merupakan karakteristik dinamis yang harus diperjuangkan oleh setiap muslim di dalam kehidupannya.19
Pada struktur ekonomi bisnis, agar kualitas kesetimbangan dapat mengendalikan semua tindakan manusia, maka harus memenuhi beberapa persyaratan, yaitu pertama, hubungan-hubungan dasar antara
konsumsi, distribusi dan produksi harus berhenti pada suatu
17
Keraf, A. Sonny, Etika Bisnis: Tuntutan dan Relevansinya, (Yogyakarta: Kanisius, 1998), hal. 74.
18
Beekum, Rafiq Issa, Etika Bisnis Islam, alih bahasa Muhammad, M. Ag, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004), hal.32.
19
Muhammad, Fauroni L, Visi Al-Qur’an tentang Etika dan Bisnis, (Jakarta: Salemba
kesetimbangan tertentu demi menghindari pemusatan kekuasaan ekonomi dan bisnis dalam genggaman segelintir orang. Kedua,
keadaan perekonomian yang tidak konsisten dalam distribusi pendapatan dan kekayaan harus ditolak karena Islam menolak daur
tertutup pendapatan dan kekayaan yang menjadi semakin menyempit. Sebaliknya memaksimumkan kesejahteraan total dan tidak berhenti pada distribusi optimal, bertentangan dengan prinsip kesetimbangan.
Ketiga, sebagai akibat dari pengaruh sikap egalitarian yang kuat demikian, maka dalam ekonomi dan bisnis Islam tidak mengakui
adanya, baik hak milik yang tak terbatas maupun sistem pasar yang bebas tak terkendali. Hal ini disebabkan karena ekonomi dan bisnis dalam pandangan Islam bertujuan bagi penciptaan keadilan sosial.20
Masalah keadilan berkaitan secara timbal balik dengan kegiatan bisnis, khususnya bisnis yang baik dan etis. Di satu pihak
terwujudnya keadilan dalam masyarakat akan melahirkan kondisi yang baik dan kondusif bagi kelangsungan bisnis yang baik dan sehat.21 Tidak hanya dalam pengertian bahwa terwujudnya keadilan akan
menciptakan stabilitas sosial yang akan menunjang kegiatan bisnis,
20
Muhammad, Fauroni L, Visi Al-Qur’an tentang Etika dan Bisnis, (Jakarta: Salemba
Diniyah, 2002), hal. 12-14. 21
melainkan juga dalam pengertian bahwa sejauh prinsip keadilan dijalankan akan lahir wajah bisnis yang baik dan etis.
Beberapa definisi keadilan,22 yaitu:
a) Kepada setiap orang mendapat bagian yang sama.
b) Kepada setiap orang sesuai dengan kebutuhan induvidualnya. c) Kepada setiap orang sesuai dengan haknya.
d) Kepada setiap orang sesuai dengan usahanya.
e) Kepada setiap orang sesuai dengan kontibusinya kepada masyarakat
f) Kepada setiap orang sesuai dengan jasa yang di berikan.
Prinsip keadilan (‘adl) menggambarkan dimensi horizontal dalam ajaran Islam dan berhubungan dengan harmoni segala sesuatu di
alam semesta. Sifat ini lebih dari sekedar karakteristik alam, keadilan merupakan karakter dinamik yang harus diperjuangkan oleh setiap
Muslim dalam kehidupannya.23
Ajaran Islam berorientasi pada terciptanya karakter manusia yang memiliki sikap dan prilaku yang adil dalam konteks hubungan
antara manusia dengan diri sendiri, dengan orang lain (masyarakat), dan dengan lingkungan. Sebagaimana firman Allah SWT :
22
Bertens, K, Pengantar Etika Bisnis, (Yogyakarta: Kanisius, 2000), hal. 95. 23
ع
ق
ي
ء
ح
د
-
٢
-
م ل
م ظ
غ
ء ش
“Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi bantuan kepada kerabat, dan Dia melarang (melakukan) perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran.”24
Disini sangat jelas bahwa Islam menuntut untuk berlaku adil antara kepentingan diri sendiri dan kepentingan orang lain, antara
kepentingan si kaya dan si miskin, antara hak pembeli dan hak penjual dan sebagainya. Artinya, hendaknya sumber daya ekonomi itu tidak hanya terakumulasi pada kalangan orang atau kelompok orang tertentu
semata, karena jika hal ini terjadi berarti kekejaman yang berkembang di masyarakat. Bukankah orang lain juga mempunyai hak yang sama
setelah mereka menunaikan kewajibannya masing-masing.25
Implementasi ajaran keadilan dalam kegiatan bisnis harus berkaitan dengan pembagian manfaat kepada semua pihak yang
terlibat langsung maupun tidak langsung, sesuai dengan peran dan
24
An-Nahl, 16: 90. 25
kontribusi yang telah mereka berikan terhadap kegiatan bisnis yang dilakukan.26
Dalam kegiatan bisnis yang berkaitan dengan jasa, seperti perbankan syariah, asuransi syariah atau baitul mal tamwil (BMT)
implementasi keadilan sangatlah mempengaruhi kepuasan customernya. Pada BMT keadilan yang meliputi perlakuan baik pihak BMT kepada semua nasabah tanpa membedakan satu sama lain,
memberikan kompensasi/bagi hasil sesuai dengan hak nasabah sangat berpengaruh terhadap kepuasan anggota nasabah sehingga terjadi
customer retention, sehingga nasabah tertarik untuk tetap menggunakan produk jasa pada BMT.
2) Kehendak bebas (Free Wiil)
Kehendak bebas merupakan kontribusi Islam yang paling orisinal dalam filsafat sosial tentang konsep manusia bebas. Hanya
Tuhan yang bebas, namun dalam batas-batas skema penciptaan-Nya manusia juga secara relatif mempunyai kebebasan. Manusia
dianugerahi kehendak bebas untuk membimbing kehidupannya sebagai khalifah.
Berdasarkan aksioma kehendak bebas, dalam bisnis manusia mempunyai kebebasan untuk membuat suatu perjanjian, termasuk
26
Muslich, Etika Bisnis Islam Landasan Filososfis, dan Substansi Implementatif,
menepati atau mengingkarinya. Seorang muslim yang percaya pada kehendak Allah, akan memuliakan semua janji yang dibuatnya.27
Pada tingkat tertentu manakala Allah SWT menurunkannya ke bumi, manusia diberikan kebebasan untuk mengendalikan
kehidupannya sendiri. Dengan tanpa mengabaikan kenyataan bahwa manusia sepenuhnya dituntun oleh hukum yang diciptakan Allah SWT.28
Manusia diberikan akal pikiran untuk dapat membuat keputusan sesuai dengan apa yang diinginkannya. Dengan
menggunakan akal pikiran, manusia dapat memilih prilaku etis atau tidak etis yang akan dijalankannya. Kebebasan merupakan sikap dan kemampuan manusia untuk mengambil keputusan dan bertindak
berdasarkan kesadarannya sendiri tentang apa yang dianggapnya baik untuk dilakukan.
Dalam Firman Allah SWT:
د ع أ
ل
ء ش
ل
ء ش
م
ق
ي ش
ء
ث غ
ث غ
ق د س
م
ط ح أ
ظل
-
٩٢
-
ق
تء س
ش
ه ج
27
Muhammad, Fauroni L, Visi Al-Qur’an tentang Etika dan Bisnis, (Jakarta: Salemba
Diniyah, 2002), hal. 15. 28
“Dan katakanlah (Muhammad), “Kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu; barang siapa menghendaki (beriman) hendaklah dia beriman, dan barang siapa menghendaki (kafir) biarlah dia kafir.”Sesungguhnya Kami telah menyediakan neraka bagi orang zalim, yang gejolaknya mengepung mereka. Jika meminta pertolongan (minum), mereka akan diberi air seperti besi yang mendidih yang menghanguskan wajah. (Itulah) minuman yang paling buruk dan tempat istirahat yang paling jelek”.29
Perlu disadari oleh setiap muslim, bahwa dalam situsi apapun,
ia dibimbing oleh aturan-aturan dan prosedur-prosedur yang didasarkan pada ketentuan-ketentuan Tuhan dalam Syariat-Nya yang
dicontohkan melalui Rasul-Nya. Oleh karena itu “kebebasan memilih” dalam hal apa pun, termasuk dalam bisnis misalnya, harus
dimaknai kebebasan yang tidak kontra produksi dengan ketentuan
syariat yang sangat mengedepankan etika.30
Dalam etika kebebasan adalah prasyarat utama untuk bertindak
secara etis. Hanya orang yang bebas yang bisa bertindak secara etis, karena tindakan etis adalah tindakan yang bersumber dari kemauan baik seseorang serta kesadaran pribadi. Hanya karena seseorang
mempunyai kebebasan, maka ia dituntut untuk bertindak secara etis.
29
Al-Kahfi, 18: 29. 30
Seorang pelaku bisnis hanya mungkin bertindak secara etis jika dia diberikan kebebasan dan kewenangan penuh untuk mengambil
keputusan dan bertindak sesuai dengan apa yang dianggapnya baik. Tanpa kebebasan, pelaku bisnis hanya akan menjadi robot yang hanya
bisa tuntuk pada tuntutan, perintah, dan kendali dari luar dirinya.31 Bebeberapa pengertian mengenai kebebasan, yaitu:32
a) Kebebasan fisik, kebebasan dalam hal ini tiada paksaan atau
rintangan dari pihak lain. Orang menganggap dirinya bebas dalam arti ini, jika bisa melakukan sesuatu tanpa hambatan apapun.
b) Kebebasan psikologis, kebebasan psikologis dapat diartikan sebagai kemampuan yang dimiliki manusia untuk mengembangkan dan mengarahkan hidupnya sendiri. Kebebasan ini berkaitan erat
dengan kenyataan bahwa manusia adalah makhluk berasio. Ia bisa berfikir sebelum bertindak.
c) Kebebasan yuridis, kebebasan yang berkaitan erat dengan hukum dan harus dijamin oleh hukum. Kebebasan yuridis ini merupakan sebuah aspek dari hak-hak manusia, karena dalam setiap hak
manusia mengandung kemungkinan untuk melakukan
31
Keraf, A. Sonny, Etika Bisnis: Tuntutan dan Relevansinya, (Yogyakarta: Kanisius, 1998), hal. 74.
32
perbuatan tertentu dengan bebas dan tidak terganggu oleh apapun dan siapapun.
Dalam perusahaan yang bergerak disektor jasa, seperti BMT kehendak bebas yang meliputi: pelayanan yang cepat pihak BMT
untuk menanggapi keluhan nasabah, banyaknya produk yang terdapat pada BMT membuat nasabah bebas untuk memilih sesuai dengan keinginan tanpa adanya paksaan. Sehingga kehendak bebas
sangat mempengaruhi nasabah untuk tetap menggunakan produk jasa pada BMT.
Dalam kegiatan bisnis yang berkaitan dengan jasa, seperti perbankan syariah, asuransi syariah, dan baitul mal wa tamwil (BMT) implementasi kehendak bebas sangatlah mempengaruhi loyalitas
customernya. Pada BMT kehendak bebas yang meliputi pemberian kebebasan kepada nasabah seperti para nasabah dihimbau untuk
menyampaikan kritik dan sarannya apabila ada pelayanan yang kurang memuaskan yang diberikan oleh pihak BMT itu sendiri dan alternatif pilihan produk yang diberikan membuat nasabah merasa bebas untuk
memilih sesuai dengan keinginan tanpa adanya paksaan sangat berpengaruh terhadap kepuasan nasabah sehingga terjadi customer
3) Tanggung Jawab (Responsibility)
Islam sangat menekankan pada konsep tanggung jawab, walaupun tidaklah berarti mengabaikan kebebasan individu. Ini berarti bahwa yang dikehendaki ajaran Islam adalah kebebasan yang
bertanggung jawab. Manusia harus berani mempertanggungjawabkan segala pilihannya tidak saja di hadapan manusia, bahkan yang paling
penting adalah kelak di hadapan Tuhan. Bisa saja, manusia mampu melepaskan tanggung jawab perbuatannya yang merugikan manusia, tetapi kelak ia tidak akan pernah lepas dari tanggung jawab di hadapan
Tuhan Yang Maha Mengetahui.
Manusia harus memberikan pertanggungjawabannya nanti di
hadapan Allah atas segala keputusan dan tindakan yang dilakukannya.33 Sebagaimana firman Allah SWT :
-
-
“setiap orang bertanggungjawab atas apa yang telah dilakukannya.”34
Tanggung jawab kepada Tuhan dalam perspektif etika bisnis karena disadari bahwa manusia dalam melakukan aktivitas bisnis segala objek yang diperdagangkan pada hakikatnya adalah
33
Harahap, Sofyan S, Etika Bisnis dalam Perspektif Islam, (Jakarta: Salemba Empat, 2011), hal. 79.
34
Nya. Manusia selaku pelaku bisnis hanyalah sebatas melakuakan sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan oleh Tuhan.
Adapun tanggung jawab kepada manusia karena manusia adalah mitra yang harus dihormati hak dan kewajibannya. Islam tidak pernah
mentoleriri pelanggaran atas hak dan kewajiban itu sehingga di sinilah arti penting pertanggungjawaban itu yang harus dipikul oleh manusia.35
Sikap tanggung jawab merupakan suatu prinsip dinamis yang berhubungan dengan keseluruhan prilaku manusia dalam hubungan
dengan masyarakat atau situasi. Tanggung jawab memiliki kekuatan untuk mempertahankan kualitas kesetimbangan dalam masyarakat.36 Bertanggung jawab hanya dilakukan oleh orang yang menganggap
serius nilai dan prinsip moral. Hanya orang yang jujur yang mau bertanggung jawab, orang yang menganggap serius nilai dan prinsip
keadilan yang mau bertanggung jawab, hanya orang yang menghargai martabat manusia yang mau bertanggung jawab atas tindakan yang dilakukan. Dengan kata lain, kesediaan seseorang untuk bertanggung
jawab tidak hanya merupakan titik pangkal moral, melainkan juga adalah konsekuensi dari sikap moral. Orang yang bermoral adalah
35
Djakfar, Muhammad, ETIKA BISNIS: Menangkap Spirit Ajaran Langit dan Pesan Moral Ajaran Bumi, (Jakarta: Penebar Plus+ imprint dari Penebar Swadaya, 2012), hal 27.
36
orang yang selalu bersedia untuk bertanggung jawab atas semua tindakannya.37
Bertanggung jawab adalah perbuatan yang menjunjung tinggi etika dan moral, pelaku bisnis harus memiliki sikap tanggung jawab.
Bagi para pebisnis sikap yang sangat mendasar adalah kebebasan dan bertanggung jawab.38 yaitu:
a) Tanggung jawab kepada dirinya sendiri, tanggungjawab kepada
hati nurani. Apakah ia sudah bekerja sesuai dengan hati nuraninya sebagai pelaku bisnis yang baik dan bertanggungjawab atau
sebaliknya.
b) Tanggung jawab kepada pemberi amanah, dapat disamakan dengan tanggungjawab kepada orang ataupun pihak-pihak yang
telah mempercayakan kegiatan bisnis padanya. Sehingga ia akan terus menjaga kepercayaan itu dan tentunya adanya
pertanggungjawaban yang diberikan pada orang yang telah memberikan kepercayaan itu.
c) Tanggung jawab kepada orang yang terlibat, dapat dicontohkan
sebagai tanggungjawab kepad atasan pada bawahan (karyawan), apakah sebagai atasan, telah memperhatikan hak-hak para
37
Keraf, A. Sonny, Etika Bisnis: Tuntutan dan Relevansinya, (Yogyakarta: Kanisius, 1998), hal. 74.
38
bawahan, sepertigaji, cuti, bonus, tunjangan, kenaikan pangkat, sudah sesuai dengan hak atau prestasi yang telah diberikan.
d) Tanggung jawab kepada konsumen. Dalam dunia bisnis, seorang produsen tidak dapat dipisahkan dari konsumen. Seorang
konsumen harus diperlakukan dengan baik secara moral. Hal ini bukan hanya karena tuntunan etis, melainkan prasyarat mutlak untuk mencapai keberhasilan dalam berbisnis.
Kekuatan yang dimiliki oleh perusahaan modern saat ini menunjukkan bahwa setiap keputusan bisnis dan tindakan yang
dilakukan oleh perusahaan dapat berdampak nyata pada kualitas kehidupan masyarakat, maka dalam dunia bisnis saat ini dikembangkan tanggung jawab sosial perusahaan.
Dalam kegiatan bisnis yang berkaitan dengan jasa, seperti perbankan syariah, asuransi syariah atau baitul mal tamwil (BMT)
implementasi tanggung jawab sangatlah mempengaruhi loyalitas customernya. Pada BMT tanggung jawab yang meliputi memberikan kemudahan kepada nasabah dalam melakukan transaksi, menangani
transaksi secara cepat, memberikan solusi dan saran sangat berpengaruh terhadap kepuasan anggota nasabah sehingga terjadi
4) Kebenaran
Islam tidak membenarkan setiap tindakan yang dapat menimbulkan kerusakan terhadap diri, masyarakat, bahkan makhluk lain seperti binatang, tumbuhan, dan alam. Semua keputusan harus
menguntungkan manusia baik di dunia maupun di akhirat.39
Kebenaran dalam konteks etika bisnis Islam, selain
mengandung makna kebenaran lawan dari kesalahan, tetapi mengandung pula dua unsur, yaitu kebajikan dan kejujuran. Kejujuran sangat penting artinya bagi kepentingan masing-masing pihak dan
sangat menentukan relasi dan kelangsungan bisnis masing-masing pihak selanjutnya.40 Kebenaran adalah nilai yang dianjurkan dan tidak
bertentangan dengan ajaran Islam. Sebagaimana firman Allah SWT :
-
-
“kebenaran itu dari Tuhanmu, maka janganlah sekali-kali engkau
(Muhammad) adalah termasuk orang-orang yang ragu.”41
39
Harahap, Sofyan S, Etika Bisnis dalam Perspektif Islam, (Jakarta: Salemba Empat, 2011), hal. 79.
40
Keraf, A. Sonny, Etika Bisnis: Tuntutan dan Relevansinya, (Yogyakarta: Kanisius, 1998), hal. 77.
41
Manusia bisa melakukan apa saja untuk menyembunyikan kebenaran, tetapi kita tidak bisa mengenyahkannya. satu-satunya jalan
keselamatan di dunia dan akhirat hanyalah jalan Islam.
Dalam konteks kebenaran dimaksudkan sebagai niat, sikap,
dan prilaku yang benar, yang meliputi proses akad, proses mencari atau memperoleh komoditas proses pengembangan, maupun proses upaya meraih atau menetapkan keuntungan.
Menurut al Ghazzali, terdapat enam bentuk kebenaran, yaitu:42 a) Jika seseorang membutuhkan sesuatu, maka orang lain harus
memberikannya, dengan mengambil keuntungan sesedikit mungkin.
b) Jika seseorang membeli sesuatu dari orang miskin, akan lebih baik
baginya untuk kehilangan sedikit uang dengan membayarnya lebih dari harga yang sebenarnya.
c) Dalam mengabulkan hak pembayaran dan pinjaman, seseorang harus bertindak secara bijaksana, dengan memberi waktu lebih banyak kepada peminjam untuk membayar hutangnya.
d) Sudah sepantasnya mereka yang ingin mengembalikan barang-barang yang sudah dibeli, seharusnya diperbolehkan untuk
melakukannya demi kebajikan.
42
e) Merupakan tindakan yang sangat baik bagi sang peminjam jika mereka membayar hutangnya tanpa harus diminta, dan jika
mungkin jauh-jauh hari sebelum jatuh waktu pembayarannya. f) Ketika menjual barang secara kredit seseorang harus cukup
bermurah hati, tidak memaksa membayar ketika orang tidak mampu membayar dalam waktu yang telah ditetapkan.
Dalam dunia bisnis, kebenaran menemukan wujudnya dalam
tiga aspek,43 yaitu:
a) Kebenaran terwujud dalam pemenuhan syarat-syarat perjanjian
dan kontrak.
b) Kebenaran menemukan wujudnya dalam penawaran barang dan jasa dengan mutu yang baik.
c) Kebenaran menyangkut pula hubungan kerja dalam perusahaan. Dalam ketiga aspek wujud kebenaran tersebut terkait dengan
erat dengan kepercayaan, karena kepercayaan yang dibangun di atas prinsip kebenaran yang meliputi kejujuran dan kebajikan, merupakan modal dasar usaha yang akan mengalirkan keuntungan yang
berlimpah. Keuntungan merupakan symbol kepercayaan dan tanda trimakasih masyarakat dan mitra bisnis atas kejujuran kegiatan bisnis.
Dalam kegiatan bisnis yang berkaitan dengan jasa, seperti perbankan syariah, asuransi syariah atau baitul mal tamwil (BMT)
43
implementasi kebenaran sangatlah mempengaruhi loyalitas customernya. Pada BMT kebenaran yang seperti BMT melakukan
kegiatan bisnisnya sesuai dengan prinsip syariah, melayani nasabah dengan penuh rasa kekeluargaan, cepat, dan ramah sehingga sangat
berpengaruh terhadap kepuasan nasabah, sehingga terjadi customer retention, dan nasabah tertarik untuk tetap menggunakan produk jasa pada BMT.
Paparan mengenai keadailan (‘adl), kehendak bebas (free will), tanggungjawab (responsibility), dan kebenaran, mempertlihatkan
adanya suatu bangunan bisnis yang ideal apabila ditopang oleh keempat prinsip tersebut. Dengan menerapkan etika bisnis Islam sebagai landasan operasional bisnis, maka diharapkan akan timbul
suatu kepuasan pelanggan yang nanti akan mengarah kepada customer retention.
Dari uraian di atas tentang etika bisnis secara Islam, maka dapat disimpulkan bahwa pengertian etika bisnis Islam adalah suatu landasan dalam menjalankan bisnis yang tidak bertentangan dengan
ajaran-ajaran yang terdapat dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah.
Pertama: prinsip keadilan. Keadilan adalah suatu usaha yang
Kedua: prinsip kehendak bebas. Kehendak bebas adalah suatu usaha yang dilakukan oleh pelaku bisnis secara bebas, namun dapat
dipertanggungjawabkan.
Ketiga: prinsip tanggungjawab. Tanggungjawab adalah aspek yang
wajib diberikan oleh pelaku bisnis pada konsumen dalam setiap kegiatan bisnis.
Keempat: kebenaran. Kebenaran adalah sejauh mana usaha-usaha
yang seharusnya dilakukan oleh pelaku bisnis, sesuai dengan ajaran Al Qur’an dan Hadits.
2. Customer Retention
Kelangsungan hidup sebuah perusahaan sangat tergantung pada kepuasan para pelanggannya. Upaya-upaya perusahaan untuk memuaskan kebutuhan pelanggannya dilakukan dengan berbagai strategi dan cara dengan
harapan pelanggan tersebut puas dan dan selanjutnya akan melakukan pembelian ulang. Apabila seorang pelanggan telah berubah menjadi
pelanggan yang loyal karena kepuasannya terpenuhi, maka pelanggan tersebut tidak akan beralih ke produk/jasa perusahaan lain). Mengingat semakin
perusahaan harus menempatkan orientasi pada kepuasan pelanggan sebagai tujuan ut