• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH ETIKA BISNIS ISLAM TERHADAP CUSTOMER RETENTION NASABAH SIMPANAN (STUDI KASUS PADA BMT UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH ETIKA BISNIS ISLAM TERHADAP CUSTOMER RETENTION NASABAH SIMPANAN (STUDI KASUS PADA BMT UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA)"

Copied!
171
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Oleh:

Ratna Hidayatullaili NPM: 20130730020

FAKULTAS AGAMA ISLAM PRODI MUAMALAT

(2)

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Islam (S.E.I) Strata Satu

pada Prodi Muamalat Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Oleh:

Ratna Hidayatullaili NPM: 20130730020

FAKULTAS AGAMA ISLAM PRODI MUAMALAT

(3)
(4)

Puji syukur Alhamdulillah atas terselesaikannya karya tulis ilmiah ini peneliti persembahkan kepada orang-orang yang selalu menginspirasi dan memotivasi dalam perjalanan

hidup masa-masa kuliah. Tiada kata yang lebih pantas selain kata alhamulillah dan terima kasih sebesar-besarnya kepada semua yang membantu dan mendukung penulisan Karya Tulis Ilmiah

ini.

Dengan ini penulis persembahkan karya ini untuk :

1. Ayah dan Ibu tercinta yaitu Bpk. Pauzi dan Ibu Wardiatun Azizah, kakak-kakakku Fatoni Azhari, Putrawan Jauhari, adikku Chandra Khairurrusli dan keluarga besar saya di

Lombok yang tidak bisa disebut satu persatu. Tiada kata terucap selain terimakasih atas semuanya.

2. Bapak Dr. Mahli Zainudin, M.SI. selaku Dekan Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

3. Bapak Syarif As’ad, S.E.I., M.S.i. selaku Ketua Jurusan Ekonomi dan Perbankan Islam Universitas Muhammadiyah Yogyakarta dan sekaligus selaku pembimbing penulis yang selalu sabar dalam memberikan masukan dan mendengarkan keluhan di setiap konsultasi.

4. Taman-teman Prodi EPI angkatan 2013, trimakasih atas semua kenangan-kenangan yang sudah kalian berikan baik itu bahagia maupun sedih selama perkuliahan.

5. Teman-teman seperjuangan Lombok satu angkatan yang sudah memberikan dukungan. 6. Semua pihak-pihak yang telah membantu secara tidak langsung dalam pengusunan

(5)

Jika ragu dalam melakukan sesuatu, sebaiknya tanya kepada diri sendiri, apa yang kita inginkan esok hari dari apa yang telah kita lakukan sebelumnya

(Jonh Lubbock)

Barang siapa yang keluar untuk mencari ilmu maka ia berada di jalan Allah hingga ia pulang

(HR. Turmudzi)

Pekerjaan hebat tidak dilakukan dengan kekuatan, tapi dengan ketekunan dan kegigihan

(6)

Alhamdulillahirabbil ,,alamin…, Puji Syukur Penulis panjatkan kehadirat Allah SWT

yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan

penelitian yang berjudul “Pengaruh Etika Bisnis Islam Terhadap Customer Retention Nasabah Simpanan (Studi Kasus Pada BMT Universitas Muhammadiyah Yogyakarta)”. Karya Tulis Ilmiah ini disusun dan diajukan kepada Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Yogyakarta sebagai salah satu syarat memperoleh gelar sarjana dalam ilmu Ekonomi Islam.

Selama proses penyusunan hingga terselesaikannya skripsi ini, banyak pihak yang

memberikan bantuan dan masukan sehingga penyusunan skripsi ini berjalan dengan lancar. Oleh karena itu penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Ayah dan Ibu tercinta yaitu Bpk. Pauzi dan Ibu Wardiatun Azizah, kakak-kakakku Fatoni Azhari, Putrawan Jauhari, adikku Chandra Khairurrusli dan keluarga besar saya di Lombok yang tidak bisa disebut satu persatu. Tiada kata terucap selain terimakasih atas semuanya.

2. Bapak Prof. Dr. H. Bambang Cipto, MA. Selaku Rektor Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

3. Bapak Dr. Mahli Zainudin, M.SI. selaku Dekan Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

(7)
(8)

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN NOTA DINAS ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERNYATAAN ... iv

PERSEMBAHAN ... v

MOTTO ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xvi

ABSTRAK ... xvii

ABSTRAC ... xviii

PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB - LATIN ... xix

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

(9)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI

A. Tinjauan Pustaka ... 14

B. KerangkaTeori ... 18

1) Etika Bisnis Islam ... 18

a. Pengertian Etika Islam ... 18

b. Pengertian Bisnis ... 20

c. Pengertian Etika Bisnis Islam ... 22

1) Keadilan (‘adl) ... 27

2) Kehendak Bebas (Free Will) ... 31

3) Tanggungjawab (Responsibility) ... 36

4) Kebenaran ... 40

2) Customer Retention………. ... 44

3) Manajemen Risiko……….. ... 47

4) Produk-Produk Lembaga Keuangan Syariah ... 50

a. Produk Penyaluran Dana (Financing) ... 50

1) Pembiayaan dengan Prinsip Jual Beli ... 50

2) Pembiayaan dengan Prinsip Sewa ... 51

3) Pembiayaan dengan Prinsip Bagi Hasil ... 52

(10)

3) Giro ... 58

BAB III METODE PENELITIAN A. Metodologi Penelitian ... 60

1) Jenis Penelitian ... 60

2) Sifat Penelitian ... 60

3) Subjek dan Objek Penelitian ... 60

4) Populasi dan Sampel ... 60

5) Tekhnik Pengumpulan Data ... 61

6) Model Penelitian ... 62

B. Penurunan Hipotesis ... 62

C. Analisis Data ... 68

1. Pengujian Instrumen ... 69

a. Uji Validitas ... 69

b. Uji Reliabilitas ... 70

2. Uji Asumsi Klasik ... 70

a. Uji Multikolinearitas ... 71

b. Uji Heteroskedastisitas ... 72

c. Ujia Normalitas ... 73

D. Pengujian Hipotesis ... 74

(11)

c. Uji Koefesien Determinasi (R2) ... 75

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Objek Penelitian ... 77

1. Sejarah BMT UMY... 57

2. Visi dan Misi BMY UMY ... 79

3. Keuanggulan BMT UMY ... 79

4. Produk dan Jasa BMT UMY... 80

5. Struktur Organisasi BMT UMY ... 83

6. Jaringan Kantor BMT UMY ... 85

B. Hasil Penelitian ... 86

1. Karakteristik Responden ... 86

a. Jenis Kelamin Responden ... 86

b. Usia Responden ... 87

c. Pendidikan Responden ... 88

d. Pekerjaan Responden ... 89

e. Lama Menjadi Nasabah ... 90

2. Uji Instrumen ... 91

a. Uji Validitas ... 91

b. Uji Realibilitas ... 95

(12)

4. Metode Analisis ... 101

a. Analisis Regresi Linear Berganda ... 101

b. Uji Determinasi (R2) ………... . 102

c. Uji F (Simultan) ……….. . 103

d. Uji t (Parsial) ……… 104

5. Pembahasan Hipotesis ... 106

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 114

B. Saran ... 116

(13)

Tabel 1.2 Data Perkembangan Simpanan BMT UMY ... 8

Tabel 2.1 Tinjauan Pustaka ... 14

Tabel 4.1 Jenis Kelamin Responden ... 86

Tabel 4.2 Usia Responden ... 87

Tabel 4.3 Pendidikan Responden ... 88

Tabel 4.4 Pekerjaan Responden ... 89

Tabel 4.5 Lama Menjadi Nasabah ... 90

Tabel 4.6 Uji Validitas Variabel Keadilan (XI) ... 91

Tabel 4.7 Uji Validitas Variabel Kehendak Bebas (X2)... 92

Tabel 4.8 Uji Validitas Variabel Tanggungjawab (X3) ... 93

Tabel 4.9 Uji Validitas Variabel Kebenaran (X4) ... 94

Tabel 4.10 Uji Validitas Variabel Customer Retention (Y) ... 95

Tabel 4.11 : Uji Reliabilitas ... 96

Tabel 4.12 Uji Normalitas ... 97

(14)

Tabel 4.16: Hasil Uji F (Simultan) ... 103

(15)
(16)
(17)
(18)

xvii

(Studi Kasus Pada BMT Universitas Muhammadiyah Yogyakarta) Oleh: Ratna Hidayatullaili

NPM: 20130730020

BMT sebagai salah satu pilihan masyarakat terkait lembaga keuangan berbasis syariah semakin menghadapi tantangan yang lebih besar, melihat semakin ketatnya persaingan yang dihadapi mengharuskan BMT untuk lebih meningkatkan kinerja pelayanan dan memperkuat segmen pasar agar dapat bersaing dengan lembaga keuangan lainnya. Hal ini juga sedang dihadapai oleh BMT UMY. BMT dituntut untuk meningkatkan kualitas pelayanan agar mampu bersaing dengan lembaga keuangan lainnya.

Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan dan menganalis pengaruh etika bisnis islam terhadap customer retention nasabah simpanan. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan menggunakan data primer. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh nasabah simpanan pada BMT Universitas Muhammadiyah Yogyakarta yang berjumlah 3000 nasabah, sedangkan jumlah sampel berjumlah 100 responden yang diambil menggunakan quota sampling. Alat analisis yang digunakan adalah regresi linear berganda. Hasil penelitian ini secara parsial menunjukkan variabel etika bisnis islam berpengaruh positif signifikan terhadap customer retention nasabah simpanan dimana variabel kebenaran memiliki pengaruh terbesar terhadap customer retention dengan nilai beta sebesar 0,271, sedangkan variabel tanggung jawab memiliki pengaruh paling kecil terhadap customer retention dengan nilai beta sebesar 0,152. Secara simultan variabel keadilan, kehendak bebas, tanggung jawab, dan kebenaran berpengaruh positif signifikan terhadap customer retention. Sehingga dapat disimpulkan variabel etika bisnis Islam (keadilan, kehendak bebas, tanggung jawab, kebenaran) berpengaruh terhadap customer retention pada BMT UMY.

(19)

xviii

( A case study at BMT of University of Muhammadiyah Yogyakarta)

By Ratna Hidayatullaili

NPM: 20130730020

BMT as one of the society’s choices of sharia-based financial institution faces a bigger challenge as the competition is getting tight to improve service performance and to strengthen the market segment to be able to compete with other financial institutions. This is also faced by BMT UMY. BMT must improve the quality of service in order to be able to compete with other financial institutions.

This research was aimed at explaining and analyzing the effects of Islamic business ethic

towards the retention of customers’ saving. This research employed quantitative research using

primary data. The population consisted of all saving customers at BMT University of Muhammadiyah Yogyakarta with as many as 3000 customers, while the total samples consisted of 100 respondents taken using quota sampling. The analysis instrument which was used was double linear regression. The research result shows partially that the variable of Islamic

business ethics has significant positive effect towards the retention of customers’ saving with

beta value 0.271, while the variable of responsibility has the least effect towards customer retention with beta value 0.152. Simultaneously, the variables of justice, freewill, responsibility,

and truth have positive significant effect towards customers’ retention. Therefore, it can be

concluded that the variables of Islamic business ethics (justice, freewill, responsibility, and truth) have effect towards customer retention at BMT UMY.

(20)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Baitul Mal Wa Tamwil (BMT) adalah balai usaha mandiri terpadu yang

isinya berintikan bayt-mal wa at-tamwil dengan kegiatan mengembangkan usaha-usaha produktif dan investasi dalam meni gkatkan kualitas kegiatan ekonomi pengusaha kecil bawah dan kecil dengan mendorong kegiatan ekonominya. Selain

itu BMT juga dapat menerima titipan zakat, infak, dan sedekah, serta menyaalurkannya sesuai dengan peraturan dan amanatnya. BMT merupakan

lembaga ekonomi atau lembaga keuangan syariah nonperbankan yang bersifat informal karena lembaga ini didirikan oleh kelompok Swadaya Masyarakat

(KSM).1

BMT merupakan lembaga keuangan syariah yang tidak hanya berorientasi pada bisnis tetapi juga sosial, dan juga lembaga yang tidak melakukan pemusatan

kekayaan pada bagian kecil orang pemilik modal dengan penghisapan pada mayoritas orang, tetapi lembaga yang kekayaannya terdistribusi secara merata dan

adil. BMT merupakan lembaga yang terlahir dari kesadaran umat dan ditakdirkan untuk menolong kelompok mayoritas yakni pengusaha mikro/kecil, dan lembaga

1

(21)

yang tidak terjebak pada permainan bisnis untuk keuntungan pribadi, tetapi membangun kebersamaan untuk mencapai kemakmuran bersama.2

Kehadiran BMT (Baitul maal wa Tamwil), sebagai pendatang baru dalam dunia pemberdayaan masyarakat melalui sistem simpan pinjam syariah

bertujuan untuk menjadi alternatif yang lebih inovatif dalam jasa keuangan.3 Secara konseptual BMT memiliki fungsi melakukan kegiatan pengembangan usaha-usaha produktif dan investasi dalam meningkatkan kualitas ekonomi

pengusaha mikro dan kecil terutama dengan mendorong kegiatan menabung dan menunjang pembiayaan kegiatan ekonominya. Sedangkan tujuan BMT yaitu

terciptanya sistem, lembaga, dan kondisi kehidupan ekonomi rakyat banyak dilandasi oleh nilai-nilai dasar salam (keselamatan) berintikan keadilan, kedamaian, dan kesejahteraan, melandasi tumbuh dan berkembangnya tiga

perempat usaha mikro dan kecil di seluruh Indonesi.4

Mengamati perilaku pasar (makro), pelaku ekonomi dan kebijakan

pemerintah. Ada beberapa kebijakan pemerintah yang harus direspon dengan cepat oleh pegiat BMT. Salah satu sisi kedudukan atau regulasi BMT makin kuat, namun disisi yang lain persaingan pasar mikro juga tidak kalah ramainya.

2

Ridwan, Muhammad, Manajemen Baitul Mal wa Tamwil (BMT), (Yogyakarta: UII Press, 2004), hal. 73.

3

Ridwan, Muhammad, Manajemen Baitul Mal wa Tamwil (BMT), (Yogyakarta: UII Press, 2004), hal. 31.

4

(22)

Regulasi yang membolehkannya bank-bank besar membuka layanan mikro dan branchless banking. Regulasi tersebut ditengarai bisa menggerus pangsa pasar

BMT yang sudah terbina selama puluhan tahun. Ini jelas sebuah tantangan agar BMT dituntut tetap menjaga pangsa pasar.5

Salah satu alternatif strategi pemasaran yang dapat digunakan BMT adalah customer retention (mempertahankan pelanggan). Customer retention telah banyak digunakan oleh beberapa perusahaan bisnis untuk meningkatkan kinerja

perusahaanya. Retensi pelanggan (mempertahankan pelanggan) lebih murah dalam biaya dibandingkan mencari pelanggan yang baru. Mendapatkan pelanggan

yang baru bisa menghabiskan biaya lima kali lebih besar dari biaya yang tercakup dalam memuaskan dan mempertahankan pelanggan yang sudah ada.6

Dalam era bisnis modern saat ini, untuk menghadapi persaingan serta

mewujudkan persaingan yang sehat dalam bisnis, dikenal dengan istilah etika bisnis. Etika bisnis digunakan untuk mengendalikan persaingan bisnis agar tidak

menjauhi norma-norma yang ada. Etika bisnis juga dapat digunakan oleh para pelaku bisnis agar dapat berfikir, apakah dalam melaksanakan kegiatan bisnisnya, menggangu kegiatan pelaku bisnis yang lain atu tidak.

Pandangan etika kontemporer berbeda dari sistem etika Islam dalam banyak hal. Terdapat enam sistem etika yang saat ini menjadi acuan pemikiran

etika pada umumnya. Keenam sistem etika ini adalah relativisme (kepentingan

5

Majalah Marhamah, 2014, hal. 38. 6

(23)

pribadi), utilitarisme (perhitungan untung dan rugi), universalisme (kewajiban), hak (kepentingan individu), dan keadilan.7 Hal ini yang menjadi dasar pemikiran

etika bisnis Islam.

Dalam etika bisnis Islam terdapat beberapa prinsip yang menjadi acuan

dalam melakukan bisnis sesuai dengan ajaran Islam, yaitu keseimbangan atau dalam literatur disebut juga dengan keadilan (‘adl), kehendak bebas (free will), tanggung jawab (responsibillity), kebenaran.8

Etika bisnis Islam yang diterapkan oleh BMT dinilai mampu meningkatkan kinerja BMT dalam hal operasional internal BMT, pelayanan

terhadap konsumen (nasabah), serta mampu membantu BMT dalam menerapkan customer retention (mempertahankan konsumen) terhadap nasabahnya.

BMT dalam operasionalnya bukan semata-mata untuk memperoleh

kekayaan, tetapi lebih dari itu BMT menjadi sebuah gerakan sosial dan sekaligus bisnis yang berorientasi pada ridho Allah SWT. Dengan demikian pendirian BMT

juga tidak dapat mengabaikan aspek ekonomi, aspek ini menjadi sangat penting disamping aspek syariah sehingga keduanya harus dijalankan secara seimbang.9 Hal ini menjadi keunggulan lembaga keuangan syariah dibanding konvensional

sebab dalam operasionalnya BMT menerapkan etika bisnis Islam.

7

Beekum, Rafiq Issa, Etika Bisnis Islam, alih bahasa Muhammad, M. Ag, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004), hal.16.

8

Beekum, Rafiq Issa, Etika Bisnis Islam, alih bahasa Muhammad, M. Ag, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004), hal.32.

9

Ridwan, Muhammad, Sistem dan Prosedur Pendirian BMT (Baitul Mal wa Tamwil),

(24)

Jumlah lembaga keuangan mikro saat ini diduga tidak kurang berjumlah mencapai 9000 LKM. Jumlah BMT diseluruh Indonesia mencapai 3.307 unit

dengan asset mencapai 1,5 triliun. Artinya hampir separuh dari LKM nasional adalah BMT. Secara internal kelembagaan BMT sangat bervariasi tidak sedikit

BMT yang mengelola asset diatas 10 M dengan jumlah anggota diatas 3000 orang, meskipun juga banyak BMT yang assetnya kurang dari 50 juta dan nasabahnya kurang dari 500 orang.

Di Yogyakarta terdapat salah satu BMT yang bisa dikatakan cukup baru dan mempunyai jumlah asset yang cukup memuaskan yaitu BMT Universitas

Muhammadiyah Yogyakarta. BMT UMY didirikan dengan prinsip pengelolaan yang professional dan kredibel dengan motto cakap & terpercaya dikelola oleh sumberdaya insani yang memiliki kemampuan dan ketrampilan yang sangat baik

dibidang lembaga keuangan mikro syariah dan didukung oleh jajaran pengurus, dewan pengawas menejemen dan dewan pengawas syariah yang memiliki

kemampuan manajerial dan pengetahuan syariah yang diakui kepakaranya sehingga dalam upaya membangun hubungan dengan nasabah, BMT Universitas Muhammadiyah Yogyakarta dinilai mampu meningkatkan kualitas sumber daya

insani sebagai kekuatan penting dalam mencapai sasaran yang telah ditetapkan. Pengembangan dan peningkatan profesionalisme menjadi hak mutlak yang akan

(25)

salah satu strategi bisnis yang diterapkan oleh BMT Universitas Muhammadiyah Yogyakartauntuk memenangkan persaingan bisnisnya.10

Saat ini BMT menghadapi berbagai tantangan, salah satunya yaitu dengan banyaknya pilihan lembaga keuangan yang menawarkan pembiayaan dan

aktivitas keuangan lainnya.Banyaknya pilihan ini menjadikan BMT memiliki kompetisi ketat dalam mengembangkan usahanya. Akses masyarakat terhadap upaya memperoleh sumber dana semakin mudah dan banyak pilihan, seperti

banyak berdirinya bank syariah dan bank konvensional. Banyaknya ATM di setiap ruas jalan yang dimiliki oleh Bank Syariah dan Bank Konvensional

mengharuskan BMT untuk semakin memperkuat dirinya. Lembaga syariah seperti BMT dalam skala yang lebih kecil akan menghabiskan ongkos administrasi yang lebih besar daripada Bank Syariah. Akibatnya penawaran yang

diberikan kepada nasabah lebih mahal.Lembaga keuangan konvensional yang merambah ke sektor mikro juga menjadi tantangan bagi BMT dalam

mengembangkan amal usahanya.11 Tantangan itu juga dipersulit dengan masih rendahnya pemahaman masyarakat tentang nilai-nilai keuangan islam. Menanggapi hal seperti itu BMT UMY tidak hanya memberikan bantuan

keuangan , namun juga memberikan konsultasi manajemen dan pemahaman tentang keuangan Islam kepada anggotanya yang didominasi oleh pelaku usaha

10

SOP BMT UMY 11

(26)

kecil.12 Dalam hal ini kemampuan mengelola para penguruslah yang diuji sehingga mendapatkan kepercayaan di tengah-tengah persaingan.

BMT UMY adalah salah satu BMT yang ada di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).Sejak dilakukan peresmian oleh bapak Jusuf Kalla pada awal

bulan April 2011, kini perkembangan BMT UMY menunjukkan perkembangan yang memuaskan.Berikut data perkembangan BMT UM

Tabel 1.1

Data Perkembangan BMT UMY Tahun 2012-2015

(Sumber: Laporan Keuangan Tahun 2015)

12

http://www.umy.ac.id/milad-kedua-bmt-umy-harus-terus-berkembang-dan-bermanfaat-bagi-masyarakat.html

Tahun 2012 2013 2014 2015

Anggota 70 1550 2600 3000

(27)

Tabel 1.2

Data Perkembangan Simpanan BMT UMY Tahun 2012-2015

Jenis Simpanan 2012 2013 2014 2015

Simpanan Pendidikan 73 juta 118 juta 126 juta 203 juta

Simpanan Mudharabah 1,8 M 5,3 M 6,7 M 8,5 M

Simpanan Mudharabah Berjangka

1,5 M 2,1 M 3,4 M 2,9 M

Simpanan Walimah 528 Ribu 21, 8 Juta 19 Juta 22,8 Juta Simpanan Aqiqah/qurban 8,1 Juta 10,8 Juta 19 Juta 22,8 Juta Simapana Haji 2,8 Juta 8,9 Juta 16,5 Juta 26,4 Juta (Sumber: Laporan Keuangan Tahun 2015)

Berdasarkan laporan rapat akhir tahun 2015 total asset mencapai 18,7 Milyar, naik 30%. Kontribusi terbesar peningkatan asset dari produk simpanan

(simpanan mudharabah, mudharabah berjangka, pendidikan, walimah, aqiqah, haji/umrah) sebesar 16,02 Milyar,naik 31%. Kontribusi kenaikan simpanan BMT UMY berasal dari simpanan mudharabah dan simpanan mudharabah berjangka,

tetapi pada tahun 2015 simpanan mudharabah berjangka mengalami penurunan dari 3,4 Milyar pada tahun 2014, menjadi 2,9 Milyar pada tahun 2015, sedangkan

(28)

Supaya target pencapaian dana simpanan dapat mencapai target yang diharapkan, BMT UMY terus berupaya untuk mempertahankan nasabah dan memperluas

pangsa pasar, sehingga BMT UMY harus mengetahui apa yang menjadi kebutuhan dan keinginan konsumen mengingat banyaknya kompetitor lain.13

Letak kantor BMT UMY yang berada di lingkungan kampus memudahkan mahasiswa, dosen, karyawan untuk melakukan suatu transaksi. Tetapi berbeda dengan nasabah yang berada di luar kampus. Lokasi kantor pusat

BMT UMY berada di gedung AR. Fachruddin B Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Saat ini BMT UMY memiliki dua kantor cabang yang berada di

Jalan KH. Ahmad Dahlan Yogyakarta dan kantor cabang Sleman, kantor cabang tersebut dapat melayani nasabah di luar UMY atau dapat dikatakan dengan nasabah umum.

Dengan demikian, alasan peneliti memilih BMT UMY sebagai objek

penelitian, yaitu karena visi misi dari BMT UMY sesuai dengan syariat Islam, dan

BMT UMY mampu bersaing dengan lembaga keuangan syariah lainnya, yang

dibuktikan dengan kurun waktu yang singkat kurang lebih 5 tahun BMT UMY

mampu mendapatkan nasabah dengan jumlah yang terus berkembang. BMT UMY

dapat memberikan kontribusi bagi nasabahnya seperti, pembiayaan untuk modal

usaha, pembiayaan talangan SPP bagi mahasiswa UMY dan yang tidak kalah penting

BMT UMY setiap tahun mengadakan Rapat Anggota Tahunan (RAT) dalam rangka

13

(29)

pembagian Sisa Hasil Usaha (SHU) dan doorprize bagi nasabah yang loyal terhadap

BMT UMY.

Berangkat dari pemikiran pentingnya menumbuhkan pemahaman yang

baik terhadap praktik keuangan syariah yang merupakan model pengelolaan ekonomi yang lebih sesuai dengan tuntunan Islam maka dengan menggunakan

penerapan etika bisnis Islam BMT Universitas Muhammadiyah Yogyakarta dinilai mampu bekerja dengan optimal yang sesuai dengan etika bisnis Islam untuk meningkatkan market share BMT Universitas Muhammadiyah Yogyakarta,

serta mampu menyebabkan terjadinya customer retention.

Penellitian ini dilakukan untuk meneliti sejauh mana etika bisnis Islam

memberikan pengaruh terhadap strategi customer retention (mempertahankan pelanggan) untuk lebih meningkatkan kinerja BMT, sehingga dapat bersaing dengan BMT yang lainnya. Berdasarkan latar belakang, maka peneliti ingin

melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Etika Bisnis Islam Terhadap

Customer Retention Nasabah Simpanan (Studi Kasus Pada BMT

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA)”.

B. Rumusan Masalah

1. Apakah Etika Bisnis Islam berpengaruh secara parsial terhadap retensi

(30)

2. Apakah Etika Bisnis Islam berpengaruh secara simultan terhadap retensi nasabah simpanan di BMT Universitas Muhammadiyah Yogyakarta?

3. Diantara variabel keadilan, kehendak bebas, responsibility dan kebenaran manakah yang paling dominan mempengaruhi retensi nasabah simpanan di

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

C. Batasan Masalah

Dalam penelitian ini untuk membatasi penelitian yang terlalu luas maka penelitian ini difokuskan pada variabel keadilan, kehendak bebas, responsibility

dan kebenaran terhadap retensi nasabah simpanan pada BMT Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

Dalam penelitian ini terdapat variabel dependen dan independen, variabel dipenden dalam penelitian ini yaitu retensi nasabah sedangkan variabel independen adalah variabel etika bisnis Islam yang dianggap mempengaruhi,

meliputi: keadilan, kehendak bebas, responsibility, kebenaran.

D. Tujuan Penelitian

(31)

1. Untuk menjelaskan dan menganalisis variabel etika bisnis Islam yang mempengaruhi secara parsial terhadap retensi nasabah simpanan pada

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

2. Untuk menjelaskan dan menganalisis variabel etika bisnis Islam yang

berpengaruh secara simultan terhadap retensi nasabah simpanan pada BMT Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

3. Untuk menjelaskan dan menganalisis variabel etika bisnis Islam yang paling

dominan mempengaruhi retensi nasabah simpanan pada BMT Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

E. Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan bisa memberikan beberapa manfaat antara lain:

1. Secara akademis hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber bacaan

dilingkungan kampus Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

2. Secara Praktis

a. Bagi peneliti dapat menambah wawasan keilmuan agar lebih mengenal

tentang faktor-faktor variabel etika bisnis islam.

(32)

langkah yang tepat dalam upaya mempertahankan retensi nasabah simpanan sehingga akan memberikan pelayanan yang terbaik bagi

(33)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI

[image:33.612.60.572.298.698.2]

A. Tinjauan Pustaka

Tabel 2.1 Tinjauan Pustaka

No Peneliti Terdahulu Hasil Penelitian Perbedaan

1 Penelitian oleh Zuni Lestari (2015) dalam

bentuk skripsi dengan

judul “Pengaruh

Penerapan Etika

Bisnis Islam

Terhadap Kepuasan

Anggota (Studi pada

BMT KUBE

Sejahtera Sleman)”.

Hasil dari penelitian ini

adalah variabel ihsan (x1) berpengaruh positif

signifikan, variabel keadilan, kebebasan,

tanggung jawab

berpengaruh positif signifikan.

Perbedaan penelitian yang dilakuakn oleh

Zuni Lestari dengan penelitian ini adalah pada penelitian Zuni Lestari data diperoleh

dari penyebaran kuisioner terhadap 60 anggota pembiayaan BMT KUBE Sleman, dan teknik pengambilan sampel yang

digunakan pada penelitian Zuni Lestari adalah purposive sampling. Sedangkan pada penelitian ini data diperoleh dari penyebaran

kuesioner terhadap 100 responden nasabah simpanan BMT Universitas Muhammadiyah

(34)

2 penelitian yang

dilakukan oleh

Fauzan dan Ida

Nurjana (2014) dalam

jurnal Modernisasi,

Vol 10, No.1,

Februari 2014 dengan

judul “Pengaruh

Penerapan Etika

Bisnis Terhadap

Kepuasan Pelanggan

Warung Bebek H.

Slamet di kota

Malang”.

Hasil penelitian

menunjukkan bahwa etika

bisnis Islam secara bersama-sama

berpengaruh positif dan signifikan. Sedangkan secara parsial variabel

Keadilan (X1)

berpengaruh negative dan

tidak signifikan terhadap kepuasan pelanggan.

Kejujuran (X2)

berpengaruh positif dan

tidak signifikan.

Kepercayaan (X3)

berpengaruh positif dan

signifikan.

Perbedaan penelitian yang dilakukan oleh Fauzan dan Ida Nurjana dengan penelitian ini

adalah penelitian Fauzan dan Ida berfokus terhadap kepuasan pelanggan warung bebek

H. Slamet di Kota Malang. Sedangkan saya meneliti mengenai pengaruh etika bisnis Islam terhadap customer retention nasabah

simpanan, berfokus terhadap customer retention nasabah simpanan, dan penelitian

ini dilakukan di BMT UMY. Teknik pengambilan sampel pada penelitian Fauzan dan Ida Nurjana menggunakan accidental

sampling, sedangkan pada penelitian yang saya lakukan menggunakan quota sampling.

Tekhnik analisis data yang digunakan pada penelitian Fauzan dan Ida Nurjana dengan

(35)

3 Penelitian yang dilakukan oleh Shinta

Maharani (2013)

dalam jurnal Etika

Bisnis Islam Vol.7,

No. 2, Sya’ban

1434/2013 dengan

judul “ Pengaruh

Etika Bisnis Islam

Terhadap

Kecenderungan

Kecurangan

Akuntansi Dalam

Pelaporan Keuangan

Pada Entitas Publik

Di Indonesia.”

Shinta Maharani

menemukan bahwa Etika bisnis Islam memiliki

pengaruh yang signifikan negatif terhadap penipuan

dalam pelaporan keuangan di badan public di

Indonesia.

perbedaan penelitian Shinta Maharani dengan penelitian ini adalah penelitian Shinta Maharani berfokus terhadap

kecurangan akuntansi dalam pelaporan keuangan entitas publik di Indonesia, objek

pada penelitian Shinta Maharani dilakukan di Badan Publik di Indonesia dan data diperoleh

dengan penyebaran kuesioner kepada 112 responden yaitu manajer keuangan. Sedangkan pada penelitian yang saya

lakukan berfokus terhadap customer retention nasabah simpanan. Objek pada

penelitian dilakukan di BMT Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, dan data diperoleh dengan penyebaran kuesioner

(36)

4 Penelitian yang

dilakukan oleh

Muhammad Faiz

Rosyadi (2012)

dengan judul

“Pengaruh Etika

Bisnis Islam terhadap

Customer Retention

(Studi Kasus Pada

Bank BPD DIY

Cabang Syariah)”.

Muhammad

Faiz Rosyadi

menemukan bahwa

secara simultan

variabel keadilan (‘adl), kehendak bebas

(free will), tanggung

jawab (responsibility), kebenaran

berpengaruh positif

signifikan terhadap customer retention di

Bank BPD DIY

Cabang Syariah, dan secara parsial variabel

keadilan (‘adl), kehendak bebas (free will), tanggung jawab

(responsibility),

kebenaran

berpengaruh positif

Relevansi penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Faiz Rosyadi dengan penelitian ini adalah data pada

penelitian Muhammad Faiz Rosyadi diperoleh dari penyebaran kuesioner

terhadap 100 nasabah Bank BPD DIY Syariah, yang diperoleh dengan

menggunakan accidental sampling, dan analisis terhadap data diperoleh dengan menggunakan analisis data secara

kuantitatif dan kualitatif. Sedangkan pada penelitian ini data diperoleh dari

penyebaran kuesioner terhadap 100 responden nasabah simpanan BMT Universitas Muhammadiyah Yogyakarta,

teknik pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan quota sampling, dan analisis terhadap data

menggunakan analisis data secara kuantitatif. Penelitian ini dengan

(37)

signifikan terhadap customer retention di

Bnak BDP DIY

Cabang Syariah.

Muhammad Faiz Rosyadi sama-sama berfokus terhadap customer retention.

B. Kerangka Teori 1. Etika Bisnis Islam

a. Pengertian Etika Islam

Etika berkaitan dengan nilai-nilai, tata cara hidup yang baik, aturan hidup yang baik, dan segala kebiasaan yang dianut dan diwariskan dari

satu orang ke orang yang lain atau dari generasi ke generasi yang lain. Kebiasaan ini lalu terungkap dalam perilaku berpola yang terus berulang

sebagai sebuah kebiasaan.1

Menurut Imam al-Ghazali etika (akhlaq) adalah suatu sifat yang tertanam dalam jiwa (manusia), yang dapat melahirkan suatu perbuatan

yang gampang dilakukan tanpa melalui maksud untuk memikirkannya (lebih lama). Maka jika sifat tersebut melahirkan suatu tindakan yang

terpuji menurut ketentuan akal dan norma agama, dinamakan akhlak yang baik. Tapi manakala ia melahirkan tindakan yang jahat, maka dinamakan

1

(38)

akhlak yang buruk.2 Etika Islam merupakan etika yang berdasarkan agama Islam , yaitu yang berasal dari Al-Qur’an dan Hadits.3

Titik sentral etika Islam adalah menentukan kebebasan manusia untuk bertindak dan bertanggung jawab karena kepercayaan terhadap

kemahakuasaan Tuhan. Hanya saja kebebasan itu tidaklah mutlak, dalam arti, kebasan yang terbatas. Jika sekiranya manusia memiliki kebebasan mutlak, maka berarti manusia menyaingi kemahakuasaan Tuhan selaku

Pencipta (Khalik) semua makhluk, tanpa kecuali adalah manusia itu sendiri. Dalam skema etika Islan, manusia adalah pusat ciptaan Tuhan.4

Manusia merupakan wakil Tuhan di muka bumi sebagaimana firman-Nya:

ت ج د

م

م ل ج

ي

-

-

م ح

غ

ق

س

م

م ل

“Dan Dialah yang menjadikan kamu penguasa-penguasa di bumi dan Dia meninggikan sebahagian kamu atas sebahagian (yang lain) beberapa derajat, untuk mengujimu tentang apa yang diberikan-Nya kepadamu. Sesungguhnya Tuhanmu amat cepat siksaan-Nya dan sesungguhnya Dia Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”5

2

Aziz, Abdul, ETIKA BISNIS PERSPEKTIF ISLAM: Implementasi Etika Islami Untuk Dunia Usaha, (Bandung: ALFABETA, 2013) hal. 44.

3

Haris, Abdul, ETIKA HAMKA; Konstruksi Etik Berbasis Rasional Religius, (Yogyakarta: LKis, 2010), hal. 44.

4

Djakfar, Muhammad, ETIKA BISNIS: Menangkap Spirit Ajaran Langit dan Pesan Moral Ajaran Bumi, (Jakarta: Penebar Plus+ imprint dari Penebar Swadaya, 2012), hal 20.

5

(39)

Dengan demikian, seluruh tujuan hidup manusia adalah untuk kebajikan kekhalifahannya sebagai pelaku bebas, bertindak secara bebas

sehingga manusia mampu memilih antara yang baik dan yang jahat, antara yang benar dan yang salah, dan antara yang halal dan yang haram.6

b. Pengertian Bisnis

Bisnis dengan segala bentuknya ternyata tanpa disadari telah terjadi dan menyelimuti aktivitas dan kegiatan kita setiap harinya.

Menurut buchari Alma, (2007: 5), pengertian bisnis ditujukan pada sebuah kegiatan berorientasi profit yang memproduksi barang dan atau jasa untuk

memenuhi kebutuhan masyarakat. Bisnis juga bisa diartikan sebagai suatu lembaga yang menghasilkan barang dan jasa yang dibutuhkan oleh masyarakat.7

Bisnis adalah pertukaran barang, jasa, atau uang yang saling menguntungkan atau memberikan manfaat. Bisnis juga dipahami dengan

suatu kegiatan usaha individu (privat) yang terorganisasi atau melembaga untuk menghasilkan dan menjual barang atau jasa guna mendapatkan keuntungan dalam memenuhi kebutuhan masyarakat. Bisnis dilakukan

dengan tujuan untuk mendapatkan keuntungan (profit), mempertahankan

6

Djakfar, Muhammad, ETIKA BISNIS: Menangkap Spirit Ajaran Langit dan Pesan Moral Ajaran Bumi, (Jakarta: Penebar Plus+ imprint dari Penebar Swadaya, 2012), hal 21.

7

(40)

kelangsungan hidup perusahaan, pertumbuhan sosial, dan tanggung jawab sosial.8

Secara etimologi, bisnis berarti keadaan dimana seseorang atau sekelompok orang sibuk melakukan pekerjaan yang menghasilkan keuntungan. Kata “bisnis” sendiri memiliki tiga penggunaan, tergantung

skupnya- penggunaan singular kata bisnis dapat merujuk pada badan usaha, yaitu kesatuan yuridis (hukum), teknis, dan ekonomis yang

bertujuan mencari laba atau keuntungan.

Bisnis dalam Islam merupakan unsur penting dalam perdagangan.

Sejarah telah mencatat bahwa penyebaran agama Islam diantaranya melalui perdagangan (bisnis). Masuknya Islam ke Indonesia, dilakukan oleh para pedagang muslim yang mengadakan hubungan yang sangat baik

dengan masyarakat dan para tokoh setempat. Jadi bisnis merupakan bagian dari kegiatan perdagangan dalam rangka mencari pencaharian

melalui jual beli untuk tujuan untung.9

Dalam zaman modern seperti sekarang ini, banyak dijumpai praktik-praktikbisnis yang tidak sesuai dengan ajaran Islam. Banyak

manusia mengembangkan modalnya dengan menghalalkan segala cara, tanpa memenuhi ajaran Islam, sehingga merugikan banyak pihak, dan

8

Fauzia, Yunia Ika, Etika Bisnis dalam Islam, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2013) hal. 3.

9

(41)

hanya menguntungkan sekelompok individu. Praktik-praktik pengembangan modal yang tidak sesuai dengan ajaran Islam yang terjadi

saat ini antara lain seperti penggunaan uang pelican saat perizinan usaha, menyimpan uang dalam rekening koran yang berbunga, penayangan iklan

yang tidak senonoh, pembuatan diskotik, panti pijat, prostitusi, dan lain sebagainya yang semuanya itu mengandung unsur penipuan dan maksiat yang dilarang oleh agama Islam.

Denagn melihat fenomena pengembangan modal seperti di atas jelas melanggar aturan Islam yang banyak terjadi saat ini. Islam

memberikan solusi dengan konsepnya tentang bagaimana mengembangkan modal yang benar yang tidakmerugikan diri sendiri maupun orang lain. Salah satu caranya yaitu berbisnis sesuai dengan

ajaran Islam.10

c. Pengertian Etika Bisnis Islam

Etika bisnis Islam adalah landasan normatif yang bersumber dari ajaran Islam yaitu Al-Qur’an dan as-Sunnah Nabi Muhammad Saw, sebagai acuan bagi para pelaku bisnis untuk menjalankan bisnis secara

alami.11 Islam memberiakan kebebasan kepada pemeluknya untuk melakukan bisnis, namun dalam Islam ada beberapa prinsip dasar yang

10

Djakfar, Muhammad, ETIKA BISNIS: Menangkap Spirit Ajaran Langit dan Pesan Moral Ajaran Bumi, (Jakarta: Penebar Plus+ imprint dari Penebar Swadaya, 2012), hal 121.

11

(42)

menjadi etika normatif yang harus ditaati ketika seorang muslim sedang menjalankan usahanya, yaitu:

1. Proses mencari rezeki bagi seorang muslim merupakan suatu tugas wajib.

2. Rezeki yang dicari haruslah rezeki yang halal. 3. Bersikap jujur dalam menjalankan usaha.

4. Semua proses yang dilakukan dalam rangka mencari rezeki haruslah

dijadikan sebagai sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT. 5. Bisnis yang akan dan sedang dijalankan jangan sampai menimbulkan

kerusakan lingkungan hidup.

6. Persaingan dalam bisnis dijadikan sebagai sarana untuk berprestasi secara fair dan sehat (fastabikul al-khayrat).

7. Tidak boleh berpuas diri dengan apa yang sudah didapatkan.

8. Menyerahkan setiap amanah kepada ahlinya, bukan kepada sembarang

orang, sekalipun keluarga sendiri.

Etika bisnis Islam merupakan suatu proses dan upaya untuk mengetahui hal-hal yang benar dan yang salah yang selanjutnya tentu

melakukan hal-hal yang benar berkenaan dengan produk, pelayanan perusahaan dengan pihak yng berkepentingan dengan tuntutan perusahaan. Dalam membicarakan etika bisnis Islam adalah menyangkut “Business

Firm” dan atau “Business Person”, yang mempunyai arti yang bervariasi.

(43)

adalah studi tentang seseorang atau organisasi melakukan usaha atau kontak bisnis yang saling menguntungkan sesuai dengan nilai-nilai ajaran

Islam.12 Etika bisnis islam harus berdasarkan pada prinsip-prinsip dasar yang berlandaskan pada al-Qur;an dan al-Hadits. Sebagaimana dalam

firman Allah SWT :

د س

س

م ل ع

ل ع

ق

-

-

ل

م

م

د ش

غ

م ع

“Dan katakanlah: “Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mu’min akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan.”13

Dengan demikian, harta yang diperoleh dengan cara yang halal dan baik akan mendatangkan keberkahan pada harta tersebut, sehingga

pemanfaatan harta dapat lebih maksimal bagi dirinya maupun bagi orang lain. Sebaliknya, harta yang diperoleh dengan cara yang tidak halal atau tidak baik, meskipun berjumlah banyak namun tidak mendatangkan

manfaat bahkan senantiasa menimbulkan kegelisahan dan selalu merasa kurang.

12

Aziz, Abdul, ETIKA BISNIS PERSPEKTIF ISLAM: Implementasi Etika Islami Untuk Dunia Usaha, (Bandung: ALFABETA, 2013) hal. 35.

13

(44)

Etika untuk berbisnis secara baik dan fair dengan menegakkan hukum dan konsekuen setia pada prinsip-prinsip kebenaran, keadaban dan

bermartabat.

a. Karena bisnis tidak hanya bertujuan untuk profit melainkan perlu

mempertimbangkan nilai-nilai manusiawi, apabila tidak akan mengorbankan hidup banyak orang, sehingga masyarakat pun berkepentingan agar bisnis dilaksanakan secara etis.

b. Bisnis dilakukan diantara manusia yang satu dengan manusia yang lainnya, sehingga membutuhkan etika sebagai pedoman dan orientasi

bagi pengambilan keputusan, kegiatan, dan tindak tanduk manusia dalam berhubungan (bisnis) satu dengan lainnya.

c. Bisnis saat ini dilakukan dalam persaingan yang sangat ketat, maka

dalam pesaingan bisnis tersebut tetap memperhatikan norma-norma etis pada iklim yang semakin professional justru akan menang.14

Etika bisnis Islam merupakan pengejawantahan nilai-nilai kebenaran, kejujuran, keadilan, kebebasan, dan pertanggungjawaban dalam realitas bisnis.15 Etika bisnis Islam merupakan pemahaman

nilai-nilai etika secara mendalam terhadap pandangan Al-Qur’an tentang bisnis,

14

Aziz, Abdul, ETIKA BISNIS PERSPEKTIF ISLAM: Implementasi Etika Islami Untuk Dunia Usaha, (Bandung: ALFABETA, 2013) hal. 36.

15

(45)

pengembangan etika bisnis, dan relevansinya dalam membangun aktivitas bisnis yang Islami.

Dalam mendekatkan hubungan pemasaran berdasarkan etika bisnis Islam yang digunakan oleh lembaga keuangan syari’ah untuk menciptakan

kepuasan pada nasabah serta komitmen kepercayaan yang kuat sebagai ukuran untuk mengetahui pentingnya sebuah hubungan untuk tetap dijaga. Sehingga tercipta pula konsekuensi timbal balik berupa perilaku untuk

secara intensif berhubungan dengan perusahaan berupa customer retention.

“Dari Abdullah Radiyallahu Anhuma, dari Rasulullah Shalallahu Alaihi wa Sallam, beliau bersabda, ‘jika dua orang saling berjual beli, maka masing-masing diantara keduanya mempunyai hak pilih selagi keduanya belum berpisah, dan keduanya sama-sama mempunyai hak, atau salah seorang diantara keduanya memberi pilihan kepada yang lain’. Beliau bersabda, ‘jika salah seorang diantaranya memberi pilihan kepada yang lain, lalu keudanya menetapkan jual beli atas atas dasar pilihan itu, maka jual beli menjadi wajib’.” (HR Bukhari-Muslim).16

Manusia mempunyai kebebasan untuk menentukan suatu pilihan. Dengan kebebasan manusia dapat memilih mana yang baik dan yang

buruk baginya. Seorang pelaku bisnis hanya mungkin bertindak secara etis jika dia diberikan kebebasan dan kewenangan untuk mengambil keputusan dan bertindak sesuai dengan apa yang dianggapnya baik. Sehingga, di

16

(46)

dalam berbisnis sangat perlu adanya kebebasan yang diberikan oleh pelaku bisnis untuk menciptakan hubungan yang baik antar pelaku

bisnis.17

Dalam etika bisnis Islam terdapat beberapa prinsip yang menjadi

acuan dalam melakukan bisnis yang sesuai dengan ajaran Islam, yaitu keadilan (‘adl), kehendak bebas (free will), tanggung jawab (responsibillity), dan kebenaran.18

1) Keadilan (‘adl)

Keadilan menggambarkan dimensi horizontal ajaran Islam

yang berhubungan dengan keseluruhan harmoni pada alam semesta. Hukum dan tatanan yang kita lihat pada alam semesta mencerminkan kesetimbangan yang harmonis. Sifat keadilan bukan hanya sekedar

karakteristik alami, tetapi merupakan karakteristik dinamis yang harus diperjuangkan oleh setiap muslim di dalam kehidupannya.19

Pada struktur ekonomi bisnis, agar kualitas kesetimbangan dapat mengendalikan semua tindakan manusia, maka harus memenuhi beberapa persyaratan, yaitu pertama, hubungan-hubungan dasar antara

konsumsi, distribusi dan produksi harus berhenti pada suatu

17

Keraf, A. Sonny, Etika Bisnis: Tuntutan dan Relevansinya, (Yogyakarta: Kanisius, 1998), hal. 74.

18

Beekum, Rafiq Issa, Etika Bisnis Islam, alih bahasa Muhammad, M. Ag, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004), hal.32.

19

Muhammad, Fauroni L, Visi Al-Qur’an tentang Etika dan Bisnis, (Jakarta: Salemba

(47)

kesetimbangan tertentu demi menghindari pemusatan kekuasaan ekonomi dan bisnis dalam genggaman segelintir orang. Kedua,

keadaan perekonomian yang tidak konsisten dalam distribusi pendapatan dan kekayaan harus ditolak karena Islam menolak daur

tertutup pendapatan dan kekayaan yang menjadi semakin menyempit. Sebaliknya memaksimumkan kesejahteraan total dan tidak berhenti pada distribusi optimal, bertentangan dengan prinsip kesetimbangan.

Ketiga, sebagai akibat dari pengaruh sikap egalitarian yang kuat demikian, maka dalam ekonomi dan bisnis Islam tidak mengakui

adanya, baik hak milik yang tak terbatas maupun sistem pasar yang bebas tak terkendali. Hal ini disebabkan karena ekonomi dan bisnis dalam pandangan Islam bertujuan bagi penciptaan keadilan sosial.20

Masalah keadilan berkaitan secara timbal balik dengan kegiatan bisnis, khususnya bisnis yang baik dan etis. Di satu pihak

terwujudnya keadilan dalam masyarakat akan melahirkan kondisi yang baik dan kondusif bagi kelangsungan bisnis yang baik dan sehat.21 Tidak hanya dalam pengertian bahwa terwujudnya keadilan akan

menciptakan stabilitas sosial yang akan menunjang kegiatan bisnis,

20

Muhammad, Fauroni L, Visi Al-Qur’an tentang Etika dan Bisnis, (Jakarta: Salemba

Diniyah, 2002), hal. 12-14. 21

(48)

melainkan juga dalam pengertian bahwa sejauh prinsip keadilan dijalankan akan lahir wajah bisnis yang baik dan etis.

Beberapa definisi keadilan,22 yaitu:

a) Kepada setiap orang mendapat bagian yang sama.

b) Kepada setiap orang sesuai dengan kebutuhan induvidualnya. c) Kepada setiap orang sesuai dengan haknya.

d) Kepada setiap orang sesuai dengan usahanya.

e) Kepada setiap orang sesuai dengan kontibusinya kepada masyarakat

f) Kepada setiap orang sesuai dengan jasa yang di berikan.

Prinsip keadilan (‘adl) menggambarkan dimensi horizontal dalam ajaran Islam dan berhubungan dengan harmoni segala sesuatu di

alam semesta. Sifat ini lebih dari sekedar karakteristik alam, keadilan merupakan karakter dinamik yang harus diperjuangkan oleh setiap

Muslim dalam kehidupannya.23

Ajaran Islam berorientasi pada terciptanya karakter manusia yang memiliki sikap dan prilaku yang adil dalam konteks hubungan

antara manusia dengan diri sendiri, dengan orang lain (masyarakat), dan dengan lingkungan. Sebagaimana firman Allah SWT :

22

Bertens, K, Pengantar Etika Bisnis, (Yogyakarta: Kanisius, 2000), hal. 95. 23

(49)

ع

ق

ي

ء

ح

د

-

٢

-

م ل

م ظ

غ

ء ش

“Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi bantuan kepada kerabat, dan Dia melarang (melakukan) perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran.”24

Disini sangat jelas bahwa Islam menuntut untuk berlaku adil antara kepentingan diri sendiri dan kepentingan orang lain, antara

kepentingan si kaya dan si miskin, antara hak pembeli dan hak penjual dan sebagainya. Artinya, hendaknya sumber daya ekonomi itu tidak hanya terakumulasi pada kalangan orang atau kelompok orang tertentu

semata, karena jika hal ini terjadi berarti kekejaman yang berkembang di masyarakat. Bukankah orang lain juga mempunyai hak yang sama

setelah mereka menunaikan kewajibannya masing-masing.25

Implementasi ajaran keadilan dalam kegiatan bisnis harus berkaitan dengan pembagian manfaat kepada semua pihak yang

terlibat langsung maupun tidak langsung, sesuai dengan peran dan

24

An-Nahl, 16: 90. 25

(50)

kontribusi yang telah mereka berikan terhadap kegiatan bisnis yang dilakukan.26

Dalam kegiatan bisnis yang berkaitan dengan jasa, seperti perbankan syariah, asuransi syariah atau baitul mal tamwil (BMT)

implementasi keadilan sangatlah mempengaruhi kepuasan customernya. Pada BMT keadilan yang meliputi perlakuan baik pihak BMT kepada semua nasabah tanpa membedakan satu sama lain,

memberikan kompensasi/bagi hasil sesuai dengan hak nasabah sangat berpengaruh terhadap kepuasan anggota nasabah sehingga terjadi

customer retention, sehingga nasabah tertarik untuk tetap menggunakan produk jasa pada BMT.

2) Kehendak bebas (Free Wiil)

Kehendak bebas merupakan kontribusi Islam yang paling orisinal dalam filsafat sosial tentang konsep manusia bebas. Hanya

Tuhan yang bebas, namun dalam batas-batas skema penciptaan-Nya manusia juga secara relatif mempunyai kebebasan. Manusia

dianugerahi kehendak bebas untuk membimbing kehidupannya sebagai khalifah.

Berdasarkan aksioma kehendak bebas, dalam bisnis manusia mempunyai kebebasan untuk membuat suatu perjanjian, termasuk

26

Muslich, Etika Bisnis Islam Landasan Filososfis, dan Substansi Implementatif,

(51)

menepati atau mengingkarinya. Seorang muslim yang percaya pada kehendak Allah, akan memuliakan semua janji yang dibuatnya.27

Pada tingkat tertentu manakala Allah SWT menurunkannya ke bumi, manusia diberikan kebebasan untuk mengendalikan

kehidupannya sendiri. Dengan tanpa mengabaikan kenyataan bahwa manusia sepenuhnya dituntun oleh hukum yang diciptakan Allah SWT.28

Manusia diberikan akal pikiran untuk dapat membuat keputusan sesuai dengan apa yang diinginkannya. Dengan

menggunakan akal pikiran, manusia dapat memilih prilaku etis atau tidak etis yang akan dijalankannya. Kebebasan merupakan sikap dan kemampuan manusia untuk mengambil keputusan dan bertindak

berdasarkan kesadarannya sendiri tentang apa yang dianggapnya baik untuk dilakukan.

Dalam Firman Allah SWT:

د ع أ

ل

ء ش

ل

ء ش

م

ق

ي ش

ء

ث غ

ث غ

ق د س

م

ط ح أ

ظل

-

٩٢

-

ق

تء س

ش

ه ج

27

Muhammad, Fauroni L, Visi Al-Qur’an tentang Etika dan Bisnis, (Jakarta: Salemba

Diniyah, 2002), hal. 15. 28

(52)

“Dan katakanlah (Muhammad), “Kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu; barang siapa menghendaki (beriman) hendaklah dia beriman, dan barang siapa menghendaki (kafir) biarlah dia kafir.”Sesungguhnya Kami telah menyediakan neraka bagi orang zalim, yang gejolaknya mengepung mereka. Jika meminta pertolongan (minum), mereka akan diberi air seperti besi yang mendidih yang menghanguskan wajah. (Itulah) minuman yang paling buruk dan tempat istirahat yang paling jelek”.29

Perlu disadari oleh setiap muslim, bahwa dalam situsi apapun,

ia dibimbing oleh aturan-aturan dan prosedur-prosedur yang didasarkan pada ketentuan-ketentuan Tuhan dalam Syariat-Nya yang

dicontohkan melalui Rasul-Nya. Oleh karena itu “kebebasan memilih” dalam hal apa pun, termasuk dalam bisnis misalnya, harus

dimaknai kebebasan yang tidak kontra produksi dengan ketentuan

syariat yang sangat mengedepankan etika.30

Dalam etika kebebasan adalah prasyarat utama untuk bertindak

secara etis. Hanya orang yang bebas yang bisa bertindak secara etis, karena tindakan etis adalah tindakan yang bersumber dari kemauan baik seseorang serta kesadaran pribadi. Hanya karena seseorang

mempunyai kebebasan, maka ia dituntut untuk bertindak secara etis.

29

Al-Kahfi, 18: 29. 30

(53)

Seorang pelaku bisnis hanya mungkin bertindak secara etis jika dia diberikan kebebasan dan kewenangan penuh untuk mengambil

keputusan dan bertindak sesuai dengan apa yang dianggapnya baik. Tanpa kebebasan, pelaku bisnis hanya akan menjadi robot yang hanya

bisa tuntuk pada tuntutan, perintah, dan kendali dari luar dirinya.31 Bebeberapa pengertian mengenai kebebasan, yaitu:32

a) Kebebasan fisik, kebebasan dalam hal ini tiada paksaan atau

rintangan dari pihak lain. Orang menganggap dirinya bebas dalam arti ini, jika bisa melakukan sesuatu tanpa hambatan apapun.

b) Kebebasan psikologis, kebebasan psikologis dapat diartikan sebagai kemampuan yang dimiliki manusia untuk mengembangkan dan mengarahkan hidupnya sendiri. Kebebasan ini berkaitan erat

dengan kenyataan bahwa manusia adalah makhluk berasio. Ia bisa berfikir sebelum bertindak.

c) Kebebasan yuridis, kebebasan yang berkaitan erat dengan hukum dan harus dijamin oleh hukum. Kebebasan yuridis ini merupakan sebuah aspek dari hak-hak manusia, karena dalam setiap hak

manusia mengandung kemungkinan untuk melakukan

31

Keraf, A. Sonny, Etika Bisnis: Tuntutan dan Relevansinya, (Yogyakarta: Kanisius, 1998), hal. 74.

32

(54)

perbuatan tertentu dengan bebas dan tidak terganggu oleh apapun dan siapapun.

Dalam perusahaan yang bergerak disektor jasa, seperti BMT kehendak bebas yang meliputi: pelayanan yang cepat pihak BMT

untuk menanggapi keluhan nasabah, banyaknya produk yang terdapat pada BMT membuat nasabah bebas untuk memilih sesuai dengan keinginan tanpa adanya paksaan. Sehingga kehendak bebas

sangat mempengaruhi nasabah untuk tetap menggunakan produk jasa pada BMT.

Dalam kegiatan bisnis yang berkaitan dengan jasa, seperti perbankan syariah, asuransi syariah, dan baitul mal wa tamwil (BMT) implementasi kehendak bebas sangatlah mempengaruhi loyalitas

customernya. Pada BMT kehendak bebas yang meliputi pemberian kebebasan kepada nasabah seperti para nasabah dihimbau untuk

menyampaikan kritik dan sarannya apabila ada pelayanan yang kurang memuaskan yang diberikan oleh pihak BMT itu sendiri dan alternatif pilihan produk yang diberikan membuat nasabah merasa bebas untuk

memilih sesuai dengan keinginan tanpa adanya paksaan sangat berpengaruh terhadap kepuasan nasabah sehingga terjadi customer

(55)

3) Tanggung Jawab (Responsibility)

Islam sangat menekankan pada konsep tanggung jawab, walaupun tidaklah berarti mengabaikan kebebasan individu. Ini berarti bahwa yang dikehendaki ajaran Islam adalah kebebasan yang

bertanggung jawab. Manusia harus berani mempertanggungjawabkan segala pilihannya tidak saja di hadapan manusia, bahkan yang paling

penting adalah kelak di hadapan Tuhan. Bisa saja, manusia mampu melepaskan tanggung jawab perbuatannya yang merugikan manusia, tetapi kelak ia tidak akan pernah lepas dari tanggung jawab di hadapan

Tuhan Yang Maha Mengetahui.

Manusia harus memberikan pertanggungjawabannya nanti di

hadapan Allah atas segala keputusan dan tindakan yang dilakukannya.33 Sebagaimana firman Allah SWT :

-

-

“setiap orang bertanggungjawab atas apa yang telah dilakukannya.”34

Tanggung jawab kepada Tuhan dalam perspektif etika bisnis karena disadari bahwa manusia dalam melakukan aktivitas bisnis segala objek yang diperdagangkan pada hakikatnya adalah

33

Harahap, Sofyan S, Etika Bisnis dalam Perspektif Islam, (Jakarta: Salemba Empat, 2011), hal. 79.

34

(56)

Nya. Manusia selaku pelaku bisnis hanyalah sebatas melakuakan sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan oleh Tuhan.

Adapun tanggung jawab kepada manusia karena manusia adalah mitra yang harus dihormati hak dan kewajibannya. Islam tidak pernah

mentoleriri pelanggaran atas hak dan kewajiban itu sehingga di sinilah arti penting pertanggungjawaban itu yang harus dipikul oleh manusia.35

Sikap tanggung jawab merupakan suatu prinsip dinamis yang berhubungan dengan keseluruhan prilaku manusia dalam hubungan

dengan masyarakat atau situasi. Tanggung jawab memiliki kekuatan untuk mempertahankan kualitas kesetimbangan dalam masyarakat.36 Bertanggung jawab hanya dilakukan oleh orang yang menganggap

serius nilai dan prinsip moral. Hanya orang yang jujur yang mau bertanggung jawab, orang yang menganggap serius nilai dan prinsip

keadilan yang mau bertanggung jawab, hanya orang yang menghargai martabat manusia yang mau bertanggung jawab atas tindakan yang dilakukan. Dengan kata lain, kesediaan seseorang untuk bertanggung

jawab tidak hanya merupakan titik pangkal moral, melainkan juga adalah konsekuensi dari sikap moral. Orang yang bermoral adalah

35

Djakfar, Muhammad, ETIKA BISNIS: Menangkap Spirit Ajaran Langit dan Pesan Moral Ajaran Bumi, (Jakarta: Penebar Plus+ imprint dari Penebar Swadaya, 2012), hal 27.

36

(57)

orang yang selalu bersedia untuk bertanggung jawab atas semua tindakannya.37

Bertanggung jawab adalah perbuatan yang menjunjung tinggi etika dan moral, pelaku bisnis harus memiliki sikap tanggung jawab.

Bagi para pebisnis sikap yang sangat mendasar adalah kebebasan dan bertanggung jawab.38 yaitu:

a) Tanggung jawab kepada dirinya sendiri, tanggungjawab kepada

hati nurani. Apakah ia sudah bekerja sesuai dengan hati nuraninya sebagai pelaku bisnis yang baik dan bertanggungjawab atau

sebaliknya.

b) Tanggung jawab kepada pemberi amanah, dapat disamakan dengan tanggungjawab kepada orang ataupun pihak-pihak yang

telah mempercayakan kegiatan bisnis padanya. Sehingga ia akan terus menjaga kepercayaan itu dan tentunya adanya

pertanggungjawaban yang diberikan pada orang yang telah memberikan kepercayaan itu.

c) Tanggung jawab kepada orang yang terlibat, dapat dicontohkan

sebagai tanggungjawab kepad atasan pada bawahan (karyawan), apakah sebagai atasan, telah memperhatikan hak-hak para

37

Keraf, A. Sonny, Etika Bisnis: Tuntutan dan Relevansinya, (Yogyakarta: Kanisius, 1998), hal. 74.

38

(58)

bawahan, sepertigaji, cuti, bonus, tunjangan, kenaikan pangkat, sudah sesuai dengan hak atau prestasi yang telah diberikan.

d) Tanggung jawab kepada konsumen. Dalam dunia bisnis, seorang produsen tidak dapat dipisahkan dari konsumen. Seorang

konsumen harus diperlakukan dengan baik secara moral. Hal ini bukan hanya karena tuntunan etis, melainkan prasyarat mutlak untuk mencapai keberhasilan dalam berbisnis.

Kekuatan yang dimiliki oleh perusahaan modern saat ini menunjukkan bahwa setiap keputusan bisnis dan tindakan yang

dilakukan oleh perusahaan dapat berdampak nyata pada kualitas kehidupan masyarakat, maka dalam dunia bisnis saat ini dikembangkan tanggung jawab sosial perusahaan.

Dalam kegiatan bisnis yang berkaitan dengan jasa, seperti perbankan syariah, asuransi syariah atau baitul mal tamwil (BMT)

implementasi tanggung jawab sangatlah mempengaruhi loyalitas customernya. Pada BMT tanggung jawab yang meliputi memberikan kemudahan kepada nasabah dalam melakukan transaksi, menangani

transaksi secara cepat, memberikan solusi dan saran sangat berpengaruh terhadap kepuasan anggota nasabah sehingga terjadi

(59)

4) Kebenaran

Islam tidak membenarkan setiap tindakan yang dapat menimbulkan kerusakan terhadap diri, masyarakat, bahkan makhluk lain seperti binatang, tumbuhan, dan alam. Semua keputusan harus

menguntungkan manusia baik di dunia maupun di akhirat.39

Kebenaran dalam konteks etika bisnis Islam, selain

mengandung makna kebenaran lawan dari kesalahan, tetapi mengandung pula dua unsur, yaitu kebajikan dan kejujuran. Kejujuran sangat penting artinya bagi kepentingan masing-masing pihak dan

sangat menentukan relasi dan kelangsungan bisnis masing-masing pihak selanjutnya.40 Kebenaran adalah nilai yang dianjurkan dan tidak

bertentangan dengan ajaran Islam. Sebagaimana firman Allah SWT :

-

-

“kebenaran itu dari Tuhanmu, maka janganlah sekali-kali engkau

(Muhammad) adalah termasuk orang-orang yang ragu.”41

39

Harahap, Sofyan S, Etika Bisnis dalam Perspektif Islam, (Jakarta: Salemba Empat, 2011), hal. 79.

40

Keraf, A. Sonny, Etika Bisnis: Tuntutan dan Relevansinya, (Yogyakarta: Kanisius, 1998), hal. 77.

41

(60)

Manusia bisa melakukan apa saja untuk menyembunyikan kebenaran, tetapi kita tidak bisa mengenyahkannya. satu-satunya jalan

keselamatan di dunia dan akhirat hanyalah jalan Islam.

Dalam konteks kebenaran dimaksudkan sebagai niat, sikap,

dan prilaku yang benar, yang meliputi proses akad, proses mencari atau memperoleh komoditas proses pengembangan, maupun proses upaya meraih atau menetapkan keuntungan.

Menurut al Ghazzali, terdapat enam bentuk kebenaran, yaitu:42 a) Jika seseorang membutuhkan sesuatu, maka orang lain harus

memberikannya, dengan mengambil keuntungan sesedikit mungkin.

b) Jika seseorang membeli sesuatu dari orang miskin, akan lebih baik

baginya untuk kehilangan sedikit uang dengan membayarnya lebih dari harga yang sebenarnya.

c) Dalam mengabulkan hak pembayaran dan pinjaman, seseorang harus bertindak secara bijaksana, dengan memberi waktu lebih banyak kepada peminjam untuk membayar hutangnya.

d) Sudah sepantasnya mereka yang ingin mengembalikan barang-barang yang sudah dibeli, seharusnya diperbolehkan untuk

melakukannya demi kebajikan.

42

(61)

e) Merupakan tindakan yang sangat baik bagi sang peminjam jika mereka membayar hutangnya tanpa harus diminta, dan jika

mungkin jauh-jauh hari sebelum jatuh waktu pembayarannya. f) Ketika menjual barang secara kredit seseorang harus cukup

bermurah hati, tidak memaksa membayar ketika orang tidak mampu membayar dalam waktu yang telah ditetapkan.

Dalam dunia bisnis, kebenaran menemukan wujudnya dalam

tiga aspek,43 yaitu:

a) Kebenaran terwujud dalam pemenuhan syarat-syarat perjanjian

dan kontrak.

b) Kebenaran menemukan wujudnya dalam penawaran barang dan jasa dengan mutu yang baik.

c) Kebenaran menyangkut pula hubungan kerja dalam perusahaan. Dalam ketiga aspek wujud kebenaran tersebut terkait dengan

erat dengan kepercayaan, karena kepercayaan yang dibangun di atas prinsip kebenaran yang meliputi kejujuran dan kebajikan, merupakan modal dasar usaha yang akan mengalirkan keuntungan yang

berlimpah. Keuntungan merupakan symbol kepercayaan dan tanda trimakasih masyarakat dan mitra bisnis atas kejujuran kegiatan bisnis.

Dalam kegiatan bisnis yang berkaitan dengan jasa, seperti perbankan syariah, asuransi syariah atau baitul mal tamwil (BMT)

43

(62)

implementasi kebenaran sangatlah mempengaruhi loyalitas customernya. Pada BMT kebenaran yang seperti BMT melakukan

kegiatan bisnisnya sesuai dengan prinsip syariah, melayani nasabah dengan penuh rasa kekeluargaan, cepat, dan ramah sehingga sangat

berpengaruh terhadap kepuasan nasabah, sehingga terjadi customer retention, dan nasabah tertarik untuk tetap menggunakan produk jasa pada BMT.

Paparan mengenai keadailan (‘adl), kehendak bebas (free will), tanggungjawab (responsibility), dan kebenaran, mempertlihatkan

adanya suatu bangunan bisnis yang ideal apabila ditopang oleh keempat prinsip tersebut. Dengan menerapkan etika bisnis Islam sebagai landasan operasional bisnis, maka diharapkan akan timbul

suatu kepuasan pelanggan yang nanti akan mengarah kepada customer retention.

Dari uraian di atas tentang etika bisnis secara Islam, maka dapat disimpulkan bahwa pengertian etika bisnis Islam adalah suatu landasan dalam menjalankan bisnis yang tidak bertentangan dengan

ajaran-ajaran yang terdapat dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah.

Pertama: prinsip keadilan. Keadilan adalah suatu usaha yang

(63)

Kedua: prinsip kehendak bebas. Kehendak bebas adalah suatu usaha yang dilakukan oleh pelaku bisnis secara bebas, namun dapat

dipertanggungjawabkan.

Ketiga: prinsip tanggungjawab. Tanggungjawab adalah aspek yang

wajib diberikan oleh pelaku bisnis pada konsumen dalam setiap kegiatan bisnis.

Keempat: kebenaran. Kebenaran adalah sejauh mana usaha-usaha

yang seharusnya dilakukan oleh pelaku bisnis, sesuai dengan ajaran Al Qur’an dan Hadits.

2. Customer Retention

Kelangsungan hidup sebuah perusahaan sangat tergantung pada kepuasan para pelanggannya. Upaya-upaya perusahaan untuk memuaskan kebutuhan pelanggannya dilakukan dengan berbagai strategi dan cara dengan

harapan pelanggan tersebut puas dan dan selanjutnya akan melakukan pembelian ulang. Apabila seorang pelanggan telah berubah menjadi

pelanggan yang loyal karena kepuasannya terpenuhi, maka pelanggan tersebut tidak akan beralih ke produk/jasa perusahaan lain). Mengingat semakin

(64)

perusahaan harus menempatkan orientasi pada kepuasan pelanggan sebagai tujuan ut

Gambar

Tabel 1.1
Tabel 1.2
Tabel 2.1 Tinjauan Pustaka
Tabel 4.2 Usia Responden
+7

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan Penelitian ini adalah untuk: 1) mengetahui bagaimana tingkat kepuasan nasabah terhadap kinerja pelayanan BMT Amanah Ummah Kartasura, dan 2) bagaimana

Untuk itu penelitian ini bertujuan untuk menganalisa pengaruh citra perusahaan dan promosi terhadap minat nasabah pada produk simpanan idul fitri di BMT Al-Falah Cirebon.. Penelitian

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: etika bisnis pedagang kaki lima di kawasan Universitas Negeri Yogyakarta ditinjau dari prinsip ekonomi yang sudah dijalankan pedagang

Skripsi dengan judul “Tinjaun Hukum Islam Terhadap Praktik Bagi Hasil Akad Mudharabah (Studi Kasus Simpanan Berjangka di KSPS BMT Logam Mulia Klambu Grobogan)”

Berdasarkan hasil pengujian data tabel 4.13 bahwa nilai koefisien Etika Bisnis Islam berpengaruh secara signifikan terhadap customer retention di KJKS BTM Mentari

Etika Bisnis Islam Pada Perilaku Pelayanan Customer Service PT.Pos Indonesia KCP Magetan Dalam melakukan upaya pelayanan pelanggan yang memuaskan, PT.Pos Indonesia meluncurkan

KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya tentang Implementasi Etika Bisnis Islam pada Aflah Bakery Yogyakarta, maka penulis dapat menyimpulkan bahwa;

vi LEMBAR PENGESAHAN Skripsi yang berjudul “PENGARUH ETIKA BISNIS ISLAM DAN KUALITAS PELAYANAN TERHADAP LOYALITAS NASABAH DI BANK SYARIAH INDONESIA KANTOR CABANG