EVALUASI DIRI PERILAKU PROFESIONAL DI INSTITUSI
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN GUNA BANGSA YOGYAKARTA
Tesis
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana S-2
Program Studi Ilmu Pendidikan Kedokteran
Diajukan oleh : Widuri
09/293121/PKU/10738
Kepada
PROGRAM MAGISTER ILMU PENDIDIKAN KEDOKTERAN UNIVERSITAS GADJAH MADA
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahi Rabbil ‘alamin, segala puji hanya bagi Allah SWT.
Sholawat dan salam bagi Nabi Muhammad SAW. Atas segala rahmat dan
hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan tesis dengan judul “Evaluasi
Diri Perilaku Profesional di Institusi Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Guna
Bangsa Yogyakarta”. Tesis ini dimaksudkan untuk memenuhi sebagian
syarat memperoleh gelar Master in Medical Education di S2 Ilmu
Pendidikan Kedokteran Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada
Yogyakarta.
Terwujudnya tesis ini tidak lepas dari bantuan, bimbingan, dan
dorongan berbagai pihak, maka sebagai ungkapan hormat dan
penghargaan penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. dr. Gandes Retno Rahayu, M.Med.Ed, Ph.D sebagai Ketua Program
Studi S2 Ilmu Pendidikan Kedokteran FK UGM.
2. Prof. Dr. Amitya Kumara, MS sebagai dosen pembimbing utama, atas
segala bimbingan, arahan, saran dan motivasi yang telah diberikan
kepada penulis.
3. dr. Tridjoko Hadianto, DTM&H, M.Kes sebagai dosen pembimbing
pendamping yang telah memberikan bimbingan, arahan dan motivasi
kepada penulis.
4. Prof. Soenarto, Prof. Harsono, Prof. Hardyanto, Prof. Soewadi, Prof.
Laksono, dr. Titi Savitri, M.Med.Ed, Ph.D, dr. Ova Emilia, Sp.OG,
M.Med.Ed, Ph.D, Dra. Yayi Suryo Purbandari, M.Si, Ph.D, dr. Mora
Claramita, MHPE, dr. Tri Nur,Ph.D, dr. Siti Rohmah, M.Med.Ed, dr
Yoyo Suhoyo, M.Med.Ed, dr. Widyandana, MHPE, dr. Anis, DEA
telah memberikan ilmu serta semangat didalam menempuh
pendidikan.
5. Keluarga terkasih, Bapak, Ibu, Suami dan Putraku yang selalu
memberikan cinta, kasih, sayang, dukungan serta doa yang tidak
terputus kepada penulis.
6. Mbak Tini, Mas Farid, Mbak Rita, Mbak Siska, Mbak Ratih, Pak Tono,
Mas Lutfi, serta segenap karyawan Bagian Pendidikan Kedokteran FK
UGM yang telah membantu kelancaran pembelajaran selama ini.
7. Mbak Lisa, yang telah bersedia meluangkan waktu untuk berdiskusi
sebagai teman sejawat.
8. Teman-teman kuliah di S2 Ilmu Pendidikan Kedokteran : Mbak Nindya
dan Bu Metha yang sudah kembali ke peradaban masing-masing,
Mbak Yeti, Bu Rahma, Mbak Nunung mari lebih semangat lagi.
9. Teman-teman dosen di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Guna Bangsa
Yogyakarta, atas bantuannya sebagai responden dalam penelitian ini
nantinya.
10. Semua pihak yang telah membantu, yang tidak dapat penulis sebutkan
satu-persatu.
Penulis menyadari bahwa tesis ini masih jauh dari sempurna, oleh
karena itu penulis mengharapkan saran dan masukan dari semua pihak.
Semoga tesis ini dapat dilanjutkan untuk melakukan penelitian.
Yogyakarta, 4 Mei 2013
DAFTAR ISI
Halaman
Halaman Judul ... i
Halaman Pengesahan ... ii
Lembar Pernyataan ... iii
Kata Pengantar ... iv
Daftar Isi ... vi
Daftar Lampiran ... xiii
Abstract... ix
Daftar Intisari... x
Bab I Pendahuluan A. Latar Belakang ... 1
B. Perumusan Masalah ... 4
C. Tujuan Penelitian ... 4
D. Manfaat Penelitian ... 4
E. Keaslian Penelitian... 5
Bab II Tinjauan Pustaka A. Profesi... 7
B. Profesionalisme ... 8
C. Dosen... 19
D. Karyawan ... 19
E. Pimpinan ... 19
F. Mahasiswa ... 20
G. Landasan Teori ... 20
H. Kerangka Konsep ... 21
I. Pertanyaan Penelitian ... 21
B. Subyek Penelitian ... 22
C. Instrumen Penelitian ... 23
D. Cara Pengumpulan Data... 23
E. Variabel Penelitian ... 25
F. Definisi Operasional ... 25
G. Prosedur Penelitian... 26
H. Analisis Data ... 27
I. Keabsahan Data ... 29
J. Etika Penelitian ... 30
Bab IV Hasil dan Pembahasan A. Hasil Penelitian ... 32
1. Gambaran umum Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Guna Bangsa Yogyakarta ... 32
2. Karakteristik narasumber... 32
3. Perilaku profesional di institusi ... 32
B. Pembahasan ... 41
1. Perilaku profesional dosen ... 41
2. Perilaku profesional karyawan... 44
3. Perilaku profesional pimpinan ... 48
4. Perilaku profesional mahasiswa ... 52
C. Keterbatasan Penelitian ... 56
Bab V Kesimpulan dan Saran A. Kesimpulan ... 57
B. Saran ... 58
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Lembar Penjelasan Kepada Calon Subyek... 67
Lampiran 2. Persetujuan Keikutsertaan dalam Penelitian... 70
Lampiran 3. Pedoman Focused Group Discussion (FGD)... 71
Lampiran 4. Blueprint Perilaku Profesional di Institusi ... 72
Lampiran 5. Pedoman Wawancara... 78
Lampiran 6. Karakteristik Narasumber... 86
SELF ASSESSMENT OF PROFESSIONAL BEHAVIOR AT INSTITUTION OF
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN GUNA BANGSA YOGYAKARTA
ABSTRACT
Background: Education world has a very important role in improving the
quality of human resources, as it is the environment in which the process of the formation of professional behavior through a series of teaching and learning process. Professional behavior should be clearly seen as an aspect of personal identity and character developed over time. Based on this, the focus of professionalism began to shift from individual to the institution and stated that professionalism must be embedded in an educational institution with a complete integration of the culture of professionalism that involves the institution leader, staffs, lecturers, and students. The purpose of this study is to investigate the professional behavior of the institution of Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Guna Bangsa Yogyakarta.
Methods: This study is a descriptive qualitative research. Subjects were
the institutional leader, lecturers, staffs and students are determined by purposive sampling. Interview instruments include altruism, honor and integrity, caring and compassion, respect for others, responsibility and accountability, excellence and scholarship, and leadership. Participant at the data collection focused group discussion (FGD) is 10 persons and on interview data collection is 21 persons. Efforts to achieve the credibility of the informant are done by triangulation and discussions with colleagues. Research supervisor role as auditors, maintain dependency and certainty degree of this research.
Results: Participants considered that the lecturers, staffs, students and
institutional leader have done with the guidance of a good, high integrity, good communication, mutual respect, responsibility and provide exemplary. However, some behavioral components still require improvement such as the level of lecturers’ discipline, staffs’ job and responsibility distribution, student discipline and responsibility, and supervisor leadership patterns.
Conclusion: As there are still some components of professional behavior
that needs any improvement, requires institutions to increase self-understanding and awareness to professional behavior. Institutions need to consider any strategies to be taken to overcome any problems faced by the institution to achieve professional behavior.
EVALUASI DIRI PERILAKU PROFESIONAL DI INSTITUSI
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN GUNA BANGSA YOGYAKARTA
INTISARI
Latar belakang: Dunia pendidikan mempunyai peranan yang sangat
penting dalam upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia, karena merupakan lingkungan tempat berlangsungnya proses pembentukan perilaku profesional melalui serangkaian proses belajar mengajar. Perilaku profesional harus dilihat dengan jelas sebagai aspek identitas pribadi dan karakter yang berkembang sepanjang waktu. Berdasarkan hal tersebut, fokus profesionalisme mulai bergeser dari individu ke lembaga dan dinyatakan bahwa profesionalisme harus ditanamkan dalam institusi pendidikan dengan integrasi lengkap dari budaya profesionalisme yang melibatkan pimpinan, karyawan, dosen, dan mahasiswa. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perilaku profesional di institusi Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Guna Bangsa Yogyakarta.
Metode: Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif deskriptif. Subyek
penelitian adalah pimpinan, dosen, karyawan dan mahasiswa yang ditentukan dengan accidental sampling. Instrumen wawancara meliputi altruism, honor and integrity, caring and compassion, respect for others, responsibility and accountability, excellence and scholarship, dan leadership. Narasumber pada pengambilan data focused group discussion (FGD) sebanyak 10 orang dan pada pengambilan data wawancara sebanyak 21 orang. Upaya pencapaian kredibilitas dilakukan melakukan triangulasi informan dan diskusi dengan sejawat. Peran pembimbing penelitian sebagai auditor menjaga derajat kebergantungan dan kepastian penelitian.
Hasil: Narasumber menilai bahwa dosen, karyawan, mahasiswa dan
pimpinan telah melakukan bimbingan dengan baik, integritas tinggi, komunikasi baik, saling menghormati, tanggung jawab dan memberikan keteladanan. Akan tetapi, beberapa komponen perilaku masih membutuhkan perbaikan seperti tingkat kedisiplinan dosen, pembagian tugas karyawan, kedisiplinan dan tanggung jawab mahasiswa, dan pola kepemimpinan atasan.
Kesimpulan: Masih adanya beberapa komponen perilaku profesional
yang memerlukan perbaikan menuntut institusi untuk meningkatkan pemahaman dan kesadaran diri terhadap perilaku profesional. Institusi perlu memikirkan strategi yang dilakukan untuk mengatasi permasalahan yang dihadapi oleh institusi untuk mewujudkan perilaku profesional.
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kualitas manusia yang dibutuhkan oleh bangsa Indonesia pada masa
yang akan datang adalah yang mampu menghadapi persaingan yang
semakin ketat dengan bangsa lain di dunia. Kualitas manusia Indonesia
tersebut dapat dihasilkan melalui penyelenggaraan pendidikan yang
bermutu.
Dunia pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dalam
upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia, karena merupakan
lingkungan tempat berlangsungnya proses pembentukan profesi melalui
serangkaian proses belajar mengajar.
Pendidikan profesional belum sejalan dengan tantangan, terutama
karena terfragmentasi, ketinggalan jaman, dan kurikulum yang statis serta
adanya masalah sistemik yaitu adanya ketidakcocokan kompetensi,
kurangnya kerja tim, stratifikasi gender, teknis fokus tanpa pemahaman
kontekstual yang luas, ketidakseimbangan kuantitatif dan kualitatif tenaga
kerja profesional, dan kepemimpinan yang lemah untuk meningkatkan
sistem kinerja (Frenk et. al, 2010).
Sosiologi cenderung menyoroti isu-isu kerja dan organisasinya yaitu
dengan adanya kontrol kerja oleh individu yang sangat terampil dan
khusus (misalnya profesional), kontrol oleh birokrasi (misalnya manajer)
dan kontrol dari pasar bebas (misalnya konsumen). Hal tersebut
memerlukan eksplorasi variabel struktural, seperti bentuk-bentuk
organisasi yang berbeda, mekanisme pembayaran, atau inisiatif
kebijakan, yang mungkin meningkatkan atau menghambat ekspresi
profesionalisme ditingkat individu, organisasi atau social (Hafferty &
Castellani, 2009).
Baru-baru ini, Royal College of Physicians of London’s Working Party
singkat sebagai seperangkat nilai-nilai, perilaku dan hubungan yang
mendukung kepercayaan publik dengan berkomitmen untuk integrity,
compassion, altruism, continuous improvement, excellence dan teamwork.
Meskipun demikian, penting untuk menekankan bahwa masih ada
ketidakpastian tentang apa sebenarnya yang dimaksud profesionalisme
dan meskipun pendidik bidang medis mendefinisikan profesionalisme
sebagai karakteristik atau perilaku, sosiolog banyak mendukung teori-teori
yang menggabungkan dimensi politik, ekonomi dan sosial ke dalam
pemahaman tentang alam dan fungsi profesionalisme. Selain itu,
profesionalisme harus dilihat dengan jelas sebagai aspek identitas pribadi
dan karakter yang berkembang sepanjang waktu. Berdasarkan hal
tersebut, fokus profesionalisme mulai bergeser dari individu ke lembaga
dan dinyatakan bahwa profesionalisme harus ditanamkan dalam institusi
pendidikan dengan integrasi lengkap dari budaya profesionalisme yang
melibatkan staf, dosen, dan mahasiswa (Passi et. al, 2010).
Quaintance, J. L, Arnold, L., and Thompson, G. S (2008) melakukan
penelitian tentang perilaku profesional pada lingkungan klinik pada
sejumlah mahasiswa dan anggota fakultas. Pada penelitian tersebut
memperlihatkan bahwa mahasiswa pre klinik menilai perilaku profesional
fakultas lebih tinggi dibandingkan yang dilakukan oleh mahasiswa klinik
dan penilaian terhadap mengajar profesional fakultas lebih tinggi yang
dilakukan oleh mahasiswa daripada oleh fakultas sendiri.
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Guna Bangsa Yogyakarta merupakan
institusi pendidikan baru yang berlokasi di Jl. Ring Road Utara
Condongcatur Depok Sleman Yogyakarta. Ijin pendirian berdasarkan pada
Rekomendasi PPNI Pusat No.107/PP.PPNI/K/III/2009, Rekomendasi
PPSDM DepKes RI No. HK.03.05/1/4/1275-1277-1670/2009 dan SK
MENDIKNAS RI No. 70/D/O/2009. Saat ini STIKES Guna Bangsa
Yogyakarta menyelenggarkan tiga program studi yang telah terakreditasi
dari BAN-PT, yaitu S1 Ilmu Keperawatan, D3 Kebidanan dan D3 Analis
Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan di Sekolah Tinggi
Ilmu Kesehatan Guna Bangsa Yogyakarta didapatkan sebanyak 11,11%
dosen kurang terlibat dalam penyelesaian masalah yang ada di STIKES
Guna Bangsa, 83,33% dosen sangat senang menghabiskan sisa
mengajar dengan mengembangkan materi pengajaran, 77,78% dosen
senang dan bangga memilih bergabung dengan STIKES Guna Bangsa,
11,11% dosen kurang mendukung setiap kebijakan yang ditetapkan oleh
STIKES Guna Bangsa, 27,78% dosen kurang menerima dengan senang
hati tugas apapun yang diberikan, dan 77,78% dosen senang membantu
teman kerja yang sedang kesusahan dalam meyelesaikan tugasnya.
Studi pendahuluan terhadap karyawan didapatkan 20% karyawan
kurang terlibat dalam penyelesaian masalah yang ada di STIKES Guna
Bangsa, 20% karyawan sangat senang menghabiskan sisa waktu kerja
untuk mengerjakan yang lain, 86,67% karyawan senang dan bangga
memilih bergabung dengan STIKES Guna Bangsa, 73,33% karyawan
mendukung setiap kebijakan yang ditetapkan oleh STIKES Guna Bangsa,
66,67% karyawan menerima dengan senang hati tugas apapun yang
diberikan, dan 66,67% karyawan senang membantu teman kerja yang
sedang kesusahan dalam meyelesaikan tugasnya.
Studi pendahuluan terhadap pimpinan didapatkan 100% pimpinan
sering menyelesaikan masalah yang ada di STIKES Guna Bangsa, 100%
pimpinan senang menghabiskan sisa waktu dengan mengembangkan
institusi, 100% pimpinan senang dan bangga memilih bergabung dengan
STIKES Guna Bangsa, 50% pimpinan mendukung setiap kebijakan yang
ditetapkan oleh yayasan Guna Bangsa, 50% karyawan menerima dengan senang hati tugas apapun yang diberikan, dan 50% pimpinan senang
membantu bawahan yang sedang kesusahan dalam meyelesaikan
tugasnya.
Studi pendahuluan terhadap mahasiswa didapatkan 60% mahasiswa
kurang terlibat dalam kegiatan yang ada di STIKES Guna Bangsa, 20%
belajar, 55% mahasiswa senang dan bangga memilih bergabung dengan
STIKES Guna Bangsa, 40% mahasiswa mendukung setiap kebijakan
yang ditetapkan oleh STIKES Guna Bangsa, 55% mahasiswa menerima
dengan senang hati tugas apapun yang diberikan dosen, dan 5%
mahasiswa kurang senang membantu teman yang sedang kesusahan
dalam meyelesaikan tugasnya.
Berdasarkan hasil tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan evaluasi
diri perilaku profesional di institusi Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Guna
Bangsa Yogyakarta lebih mendalam.
B. Rumusan Permasalahan
Rumusan permasalahan pada penelitian adalah bagaimana perilaku
profesional di institusi Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Guna Bangsa
Yogyakarta.
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian yang diharapkan dari penelitian ini adalah:
Mengetahui perilaku profesional di institusi Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
Guna Bangsa Yogyakarta.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat teoritis dari penelitian ini adalah:
Memperkaya penelitian kualitatif mengenai perilaku profesional
institusi.
Manfaat praktis dari penelitian ini adalah:
1. Memberi masukan kepada institusi mengenai perilaku profesional di
institusi Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Guna Bangsa Yogyakarta.
2. Memberi masukan kepada institusi Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
Guna Bangsa Yogyakarta dalam upaya peningkatan kualitas perilaku
E. Keaslian Penelitian
Judul pada penelitian ini adalah “Evaluasi Diri Perilaku Profesional di
Institusi Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Guna Bangsa Yogyakarta”
dengan jenis penelitian kualitatif. Sampel adalah pimpinan, dosen,
karyawan dan mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Guna Bangsa
Yogyakarta yang dipilih secara accidental sampling dan sesuai dengan
kriteria inklusi.
Beberapa penelitian mengenai perilaku profesional anatara lain:
1. Jha, V. et. al (2007), dengan judul A systematic review of studies
assessing and facilitating attitudes towards professionalism in
medicine. Hasil penelitian ini adalah dari total 97 artikel yang direview,
sikap profesionalisme yang terbanyak diukur adalah masalah etika,
hubungan pasien-dokter, dan masalah budaya. Metode penelitian yang
digunakan adalah review sistematis yang diperoleh dari database dari
MEDLINE, EMBASE, Educational Resources Information Centre
(ERIC), PsychINFO, Sociological Abstracts, Cumulative Index to
Nursing and Allied Health Literature (CINAHL) and Topics in Medical
Education (TIMELIT).
2. Ginsburg, S., Regehr, G., Mylopoulos, M (2009), dengan judul From
behaviours to attributions : further concerns regarding the evaluation of
professionalism. Hasil penelitian ini menjelaskan bahwa reliabilitas
antar penilai dalam penilaian profesionalisme kurang, juga tidak
adanya korelasi antara penilaian dosen dengan kerangka teori. Jenis
penelitian mixed-methods, dengan sampel 10 dosen dan 40
mahasiswa. Data diperoleh dari penilaian respon profesionalisme
mahasiswa dan interview terhadap dosen. Penelitian ini menggunakan
grounded theory.
3. Roberts,C & Stark,P (2008), dengan judul Readiness for self-directed
change in professional behaviours : factorial validation of the
self-reflection and insight scale. Hasil penelitian ini adalah faktor validitas
menunjukkan semua item yang memuat secara signifikan pada
faktor-faktor yang diharapkan dan cocok dengan data. setiap sub skala
memiliki reliabilitas internal yang baik (> 0.8), ada hubungan kuat
antara kebutuhan untuk refleksi dan keterlibatan dalam refleksi (r =
0.77). Insight yang terkait dengan kebutuhan untuk refleksi (0.22) dan
usia (0.21), tapi tidak terlibat dalam proses refleksi (0.06). Metode
penelitian yang digunakan adalah structural equation modeling yang
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Profesi 1. Definisi
Profesi berasal dari bahasa latin "Proffesio" yang mempunyai
dua pengertian yaitu janji/ikrar dan pekerjaan. Arti profesi dapat dibuat
dalam pengertian yang lebih luas menjadi kegiatan "apa saja" dan
"siapa saja" untuk memperoleh nafkah yang dilakukan dengan suatu
keahlian tertentu. Dalam arti sempit profesi berarti kegiatan yang
dijalankan berdasarkan keahlian tertentu dan sekaligus dituntut
daripadanya pelaksanaan norma-norma sosial dengan baik.
Profesi merupakan kelompok lapangan kerja yang khusus
melaksanakan kegiatan yang memerlukan ketrampilan dan keahlian
tinggi guna memenuhi kebutuhan yang rumit dari manusia. Meliputi
pemakaian cara yang benar akan ketrampilan dan keahlian tinggi,
hanya dapat dicapai dengan penguasaan pengetahuan dengan ruang
lingkup yang luas, mencakup sifat manusia, kecenderungan sejarah
dan lingkungan hidupnya serta adanya disiplin etika yang
dikembangkan dan diterapkan oleh kelompok anggota yang
menyandang profesi tersebut (Kururu, 2008).
Istilah profesi adalah suatu hal yang berkaitan dengan bidang
tertentu atau jenis pekerjaan (occupation) yang sangat dipengaruhi
oleh pendidikan dan keahlian, sehingga banyak orang yang bekerja
tetapi belum tentu dikatakan memiliki profesi yang sesuai. Mempunyai
keahlian saja yang diperoleh dari pendidikan kejuruan, juga belum
cukup untuk menyatakan suatu pekerjaan dapat disebut profesi, tetapi
perlu penguasaan teori sistematis yang mendasari praktek pelaksaan,
dan penguasaan teknik intelektual yang merupakan hubungan antara
Orientasi utama profesi adalah untuk kepentingan masyarakat
dengan menggunakan keahlian yang dimiliki. Akan tetapi tanpa disertai
suatu kesadaran diri yang tinggi, profesi dapat dengan mudahnya
disalahgunakan oleh seseorang.
2. Karakteristik Profesi
Karakteristik Profesi antara lain:
a. Sebuah profesi menyaratkan pelatihan ekstensif sebelum
memasuki sebuah profesi;
b. Pelatihan tersebut meliputi komponen intelektual yang signifikan;
c. Tenaga yang terlatih mampu memberikan jasa yang penting
kepada masyarakat;
d. Adanya proses lisensi atau sertifikat;
e. Adanya organisasi;
f. Otonomi dalam pekerjaannya.
B. Profesionalisme 1. Profesional
Profesional dinyatakan sebagai pekerjaan atau kegiatan yang
dilakukan oleh seseorang dan menjadi sumber penghasilan kehidupan
yang memerlukan keahlian, kemahiran, atau kecakapan yang
memenuhi standar mutu atau norma tertentu serta memerlukan
pendidikan profesi (UU Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan
Dosen Bab 1 Pasal 1 ayat 4).
Undang-undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan
Dosen tentang Prinsip Profesionalitas (Bab III pasal 7 ayat 1)
menjelaskan bahwa profesi guru dan profesi dosen merupakan bidang
pekerjaan khusus yang dilaksanakan berdasarkan prinsip sebagai
berikut:
b. Memiliki komitmen untuk meningkatkan mutu pendidikan,
keimanan, ketakwaan, dan akhlak mulia;
c. Memiliki kualifikasi akademik dan latar belakang pendidikan sesuai
dengan bidang tugas;
d. Memiliki kompetensi yang diperlukan sesuai dengan bidang tugas;
e. Memiliki tanggung jawab atas pelaksanaan tugas keprofesionalan;
f. Memperoleh penghasilan yang ditentukan sesuai dengan prestasi
kerja;
g. Memiliki kesempatan untuk mengembangkan keprofesionalan
secara berkelanjutan dengan belajar sepanjang hayat;
h. Memiliki jaminan perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas
keprofesionalan; dan
i. Memiliki organisasi profesi yang mempunyai kewenangan
mengatur hal-hal yang berkaitan dengan tugas keprofesionalan
guru.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Hay Group
Management Consultans mengenai karakteristik pengajaran yang
efektif dan standar karakteristik professional, ditemukan tiga faktor
utama dosen dalam mengontrol kemajuan siswa secara signifikan
yaitu ketrampilan mengajar, karakteristik profesional dan suasana
kelas. Mereka juga menemukan bahwa ada 16 karakteristik yang
berkontribusi terhadap efektifitas pengajaran. Karakteristik profesional
ini kemudian dibedakan dalam lima kelompok, yaitu: (Green, 2004)
a. Professionalism
1) Confidence
2) Respect for others
3) Creating trust
4) Challenge & support
b. Thinking
2) Conceptual thinking
c. Planning and setting expectations
1) Drive for improvement
2) Initiative
3) Information seeking
d. Leading
1) Managing pupils
2) Passion for learning
3) Holding people accountable
4) flexibility
e. Relating to others
1) Understanding others
2) Influencing
3) Team working
College for School Leadership (NCSL) menggambarkan
sepuluh dimensi pengajaran dan kepemimpinan (Green, 2004): a)
pengetahuan dan pemahaman, b) perencanaan dan pengaturan
harapan, c) mengajar dan mengelola pembelajaran siswa, d) penilaian
dan evaluasi, e) prestasi siswa, f) hubungan dengan orang tua dan
masyarakat luas, g) mengelola kinerja sendiri dan pengembangan, h)
mengelola dan mengembangkan staf dan orang lain, i) mengelola
sumber daya dan, j) strategi kepemimpinan.
2. Profesionalisme
The Accreditation Council for Graduated Medical Education
(ACGME) mendefinisikan profesionalisme sebagai salah satu dari
beberapa kompetensi yang diharapkan peserta pelatihan medis untuk
diperoleh selama pelatihan (Huddle, 2005). Sifat professional
seseorang dapat dilihat dari sikap atau perilaku yang ditunjukkan oleh
altruism, duty, dan humanism; karakteristik dan sifat-sifat nonkognitif;
peran dokter; hubungan pasien-dokter; sikap; kepribadian; dan
pendidikan kesehatan (Arnold, 2002).
Pengembang penilaian profesionalisme dari Northeastern Ohio
Universities College of Medicine menyusun ada delapan elemen
profesionalisme, yaitu: a) reliability and responsibility, b) honesty and
integrity, c) maturity, respect for others, d) critique, e) altruism, f)
interpersonal skills, dan g) (absence of) impairment.
American Board of Internal Medicine mengidentifikasi elemen
profesionalisme menjadi tujuh, yaitu: a) excellence, b) humanism, c)
accountability, d) altruism, e) duty, f) honor and Integrity dan, g)
respect for others.
3. Perilaku Profesional
Perilaku profesional mengacu pada perilaku yang dapat diamati
yang mencerminkan nilai-nilai dan standar profesional. Perilaku
profesional bagi para pendidik (educators) sering didefinisikan sebagai
suatu proses yang melibatkan seorang individu dalam membuat
keputusan etis atau moral tentang dilema yang terjadi sebagai bagian
dari aktivitas pengajaran (Hewitt, 2006).
Perilaku profesional dibuktikan dengan kata-kata, perilaku,
penampilan dan hal tersebut sangat penting dalam membangun dasar
kepercayaan dengan orang lain. Dimensi perilaku profesional dapat
dibedakan menjadi tiga yaitu menghadapi tugas atau pekerjaan
(dealing with task/work), dengan orang lain (dealing with others) dan
dengan diri sendiri (dealing with oneself) (Van Luijk, 2005).
Berdasarkan tiga dimensi tersebut, Maastricht/Groningen
kemudian membedakan elemen perilaku profesional dengan cara yang
berbeda yaitu mengelola tugas/kerja (manage taks/work), menghadapi
Elemen perilaku profesional menurut University of Amsterdam
(AMC) (2005) adalah:
a. Integritas dan menghormati (Integrity and respect)
b. Mengumpulkan informasi (Gathering information)
c. Memberikan informasi (Giving information)
d. Menghadapi emosi (Dealing with emotions)
e. Komunikasi (Structuring communication)
f. Wawasan menjadi suatu standar, nilai-nilai dan prasangka (Insight
into one’s standards, values and prejudices)
g. Interaksi dengan kolega (Adequate interaction with colleagues)
h. Kesiapan untuk menilai diri sendiri dan menanggapi umpan balik
(Awareness of limintations/ readiness to assess oneself and
respond to feedback)
i. Menunjukkan dedikasi, rasa tanggung jawab dan komitmen
(Demonstrate dedication, sense of responsibility and commitment)
University of Kansas School of Medicine (2001) telah menyusun
"Profesionalism Initiative", dengan tujuan untuk meningkatkan
kesadaran akan profesionalisme dalam medis secara keseluruhan.
Mereka menggunakan bagian dari "Project Professionalism" dari
American Board of Internal Medicine dalam mendefinisikan komponen
profesional, yaitu:
a. Altruism
Altruism merupakan inti dari profesionalisme, yaitu dengan
mendahulukan kepentingan orang lain dibanding kepentingan
pribadi.
b. Accountability
Tenaga yang profesional dapat bertanggungjawab kepada pasien,
kolega dan masyarakat secara keseluruhan untuk kepentingan
bertanggung jawab kepada profesi menghormati prinsip-prinsip
etika.
c. Excellence
Excellence adalah upaya bersungguh-sungguh melebihi harapan
dan membuat komitmen untuk belajar seumur hidup.
d. Duty
Merupakan penerimaan komitmen untuk melayani. komitmen ini
tersedia dan responsif bila diperlukan, menerima ketidaknyamanan
untuk memenuhi kebutuhan pasien, memberikan perawatan
terbaik, berperan aktif dalam mengajar dan organisasi profesional,
dan menerapkan keterampilan dan keahlian untuk kesejahteraan
masyarakat .
e. Honor and integrity
Merupakan konsisten dalam memperhatikan standar tertinggi
perilaku dan penolakan untuk melanggar kode pribadi dan
profesional. Mereka menyiratkan untuk bersikap adil dan jujur,
menjaga kata dan memenuhi komitmen. Mereka juga
membutuhkan pengakuan dari kemungkinan konflik kepentingan
dan menghindari hubungan yang memungkinkan keuntungan
pribadi untuk menggantikan kepentingan profesi.
f. Respect for others
Menghormati orang lain termasuk untuk belajar seumur hidup
adalah hal penting untuk menjamin kualitas pelayanan dan
kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.
g. Challenges to professionalism.
Masalah yang diidentifikasi dalam tantangan profesionalisme
antara lain: penyalahgunaan kekuasaan; diskriminasi, bias,
pelecehan; pelanggaran kerahasiaan; kesombongan; keserakahan;
kekeliruan; kerusakan; keengganan untuk menarik perhatian pada
Menurut The Association of American Medical Colleges (AAMC)
dan The National Board of Medical Examiners (NBME) (2002), perilaku
profesional meliputi:
1. Altruism
1) Memberikan bantuan pada anggota tim yang sedang sibuk, 2)
berkontribusi terhadap profesi, 3) tidak menggunakan altruism
sebagai alasan untuk hal yang tidak penting atau merasionalkan
suatu perilaku. Inti dari sikap altruism ini adalah sikap
mengutamakan kepentingan orang lain.
2. Honor and integrity
1) Bersikap terbuka terhadap informasi, tidak menahan dan atau
menggunakan informasi untuk kekuasaan; 2) mengakui kesalahan;
3) menggunakan informasi rahasia dengan bijaksana dan sesuai;
4) tidak menyalahgunakan sumber-sumber yang ada.
3. Caring and compassion
1) Memperlakukan pasien dengan baik sebagai individu, 2)
menyampaikan berita buruk dengan ketulusan hati dan perasaan
terharu, 3) menghadapi kesakitan, kematian, dan kesekaratan
dengan professional terhadap pasien dan anggota keluarga, 4)
mendukung keseimbangan aktivitas personal dan profesional untuk
teman sejawat dan bawahan. Inti dari sikap caring and compassion
ini adalah sensitivitas, toleransi, keterbukaan dan komunikasi.
4. Respect for others
1) menghormati staf institusi dan para representative, 2)
menhormati hak-hak pasien, 3) menerapkan toleransi dalam
rentang perilaku dan kepercayaan, 4) tidak mengganggu jalannya
diskusi. Inti dari respect for others adalah menghormati hak-hak
pasien/orang lain, menghormati tenaga professional lain, dan
5. Responsibility and accountability
1) menunjukkan kesadaran akan keterbatasan diri dan
mengidentifikasi kebutuhan yang berhubungan dengan
pengembangan dan pendekatan-pendekatan untuk kemajuan, 2)
peduli terhadap kesesuaian diri dan membawa diri dalam perilaku
yang professional, 3) mengenali dan melaporkan perilaku yang
kurang baik/kesalahan yang terjadi, 4) memberitahu orang lain
ketika tidak mampu untuk memenuhi tanggung jawab dan
mendapatkan pengganti, 5) mengambil tanggung jawab untuk andil
yang sesuai dengan tim, 6)datang tepat waktu, 7)
bertanggungjawab terhadap batasan waktu, 8) menjawab surat,
e-mail, dan telepon segera.
6. Excellence and Scholarship
1) menguasai teknik dan teknologi pembelajaran, 2) melakukan
self-critical dan mampu mengidentifikasi area sendiri untuk belajar,
3) memiliki fokus internal dan sesuai tujuan, 4) melakukan inisiatif
dalam mengorganisir, berpartisipasi, dan berkolaborasi dalam peer
study group.
7. Leadership
1) menjadi teladan bagi orang lain, 2) membantu mengatur dan
membangun suatu kultur yang memfasilitasi profesionalisme, 3)
tidak melakukan kepemimpinan yang bersifat merusak/memecah
belah.
Prinsip etika yang dikonseptualisasikan sebagai pedoman
umum, cita-cita atau harapan yang perlu diperhatikan bersama dengan
kondisi lain yang relevan dalam desain dan analisis mengajar di
universitas menurut Murray et al (1996) sebagai berikut:
a. Principle 1—Content Competence
Seorang pengajar mempertahankan materi pembelajaran yang
date, akurat, representatif, dan sesuai dengan kondisi mahasiswa.
Prinsip ini berarti bahwa pengajar bertanggung jawab untuk
menjaga atau memperoleh kompetensi tidak hanya di bidang
personal interest tetapi di semua bidang yang relevan dengan
tujuan pendidikan.
b. Principle 2—Pedagogical Competence
Seorang pengajar yang kompeten pedagogis mengkomunikasikan
tujuan dari pembelajaran kepada mahasiswa, menyadari metode
atau strategi pembelajaran alternatif, dan memilih metode
pengajaran yang berdasarkan bukti penelitian (termasuk
penelitian pribadi), efektif dalam membantu mahasiswa untuk
mencapai tujuan pembelajaran. Prinsip ini menyiratkan bahwa
selain untuk mengetahui materi pembelajaran, pengajar memiliki
pengetahuan dan keterampilan pedagogis yang memadai,
termasuk mengkomunikasikan tujuan pembelajaran, pemilihan
metode pembelajaran yang efektif, penyediaan praktek dan
kesempatan umpan balik, dan mengakomodasi keragaman
mahasiswa.
c. Principle 3—Dealing With Sensitive Topics
Mahasiswa akan cenderung menemukan topik yang sensitif atau
tidak menyenangkan yang ditangani dengan cara yang terbuka,
jujur, dan positif. Prinsip ini berarti bahwa pengajar mengakui dari
awal bahwa suatu topik tertentu sensitif, dan menjelaskan mengapa
perlu untuk memasukkannya dalam silabus.
d. Principle 4—Student Development
Tanggung jawab utama dari pengajar adalah untuk memberikan
kontribusi bagi pengembangan intelektual mahasiswa, setidaknya
dalam konteks wilayah keahlian pengajar sendiri, dan untuk
menghindari tindakan seperti eksploitasi dan diskriminasi yang
mengurangi pengembangan mahasiswa. Menurut prinsip ini,
merancang instruksi yang memfasilitasi pembelajaran dan
mendorong pemikiran otonomi dan mandiri mahasiswa,
menghargai mahasiswa dengan hormat dan bermartabat, dan
untuk menghindari tindakan-tindakan yang mengurangi
pengembangan mahasiswa.
e. Principle 5—Dual Relationships with Students
Untuk menghindari konflik kepentingan, seorang pengajar tidak
masuk ke dual-realtionship dengan mahasiswa yang cenderung
mengurangi pengembangan mahasiswa atau mengakibatkan
favoritisme aktual kepada pengajar. Prinsip ini berarti bahwa
tanggung jawab pengajar untuk menjaga hubungan dengan
mahasiswa terfokus pada tujuan pedagogis dan persyaratan
akademik.
f. Principle 6—Confidentiality
Tingkatan mahasiswa, catatan kehadiran, dan komunikasi pribadi
diperlakukan sebagai hal yang rahasia, dan disampaikan hanya
dengan persetujuan mahasiswa, atau untuk tujuan akademik, atau
jika ada alasan yang kuat untuk menyampaikan informasi tersebut
akan bermanfaat bagi mahasiswa atau akan mencegah merugikan
orang lain. Prinsip ini menunjukkan bahwa mahasiswa mempunyai
hak sama dalam kerahasiaan dalam hubungan mereka dengan
pengajar seperti yang ada dalam hubungan pengacara-klien atau
dokter-pasien. Pelanggaran kerahasiaan dalam hubungan
pengajar-mahasiswa dapat menyebabkan mahasiswa tidak
percaya kepada pengajar dan menunjukkan penurunan motivasi
akademik.
g. Principle 7—Respect for Colleagues
Seorang pengajar menghormati martabat dirinya atau
rekan-rekannya dan bekerja sama dengan rekan-rekan untuk kepentingan
dalam interaksi antara rekan sejawat sehubungan dengan
pengajaran, perhatian utama adalah pengembangan mahasiswa.
h. Principle 8—Valid Assessment of Students
Mengingat pentingnya penilaian kinerja mahasiswa dalam
pengajaran dan dalam kehidupan mahasiswa dan karir, instruktur
bertanggung jawab untuk mengambil langkah-langkah yang
memadai untuk memastikan bahwa penilaian mahasiswa terbuka,
adil, dan kongruen dengan tujuan pembelajaran. Prinsip ini berarti
bahwa pengajar menyadari keuntungan dan kerugian dari
alternative metode penilaian dan berbasis pada pengetahuan,
pengajar memilih teknik penilaian yang konsisten dengan tujuan
pembelajaran sehingga dapat diandalkan dan valid.
i. Principle 9—Respect for Institution
Dalam kepentingan pengembangan mahasiswa, pengajar
menyadari dan menghormati tujuan pendidikan, kebijakan, dan
standar dari lembaga di mana ia mengajar. Prinsip ini menyiratkan
bahwa seorang pengajar berbagi tanggung jawab bersama untuk
bekerja demi kebaikan institusi secara keseluruhan, untuk
menegakkan tujuan dan standar pendidikan institusi, dan untuk
mematuhi kebijakan institusi dan peraturan yang berkaitan dengan
pendidikan mahasiswa.
Menurut West and Shanafelt (2007), ada dua faktor yang
berkontribusi dalam mempengaruhi perilaku profesional dalam
pendidikan kesehatan, yaitu:
a. Faktor personal (pribadi)
Perilaku profesional dapat dipengaruhi oleh faktor personal
(pribadi) termasuk distress pengalaman selama pembelajaran,
karakteristik individu dan kepribadian, dan ketrampilan
b. Faktor lingkungan
Selain faktor personal (pribadi), sejumlah organisasi, lingkungan,
dan faktor-faktor sosial budaya sangat mempengaruhi
profesionalisme individu. Faktor-faktor ini termasuk institutional
culture, kurikulum formal dan informal, dan karakteristik lingkungan
praktek seperti beban kerja, pengaturan praktek, kekhawatiran
melakukan kesalahan.
C. Dosen
Menurut UU Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen Bab 1
Pasal 1 ayat 2, dosen adalah pendidik profesional dan ilmuwan dengan
tugas utama mentransformasikan, mengembangkan, dan
menyebarluaskan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni melalui
pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat.
Dosen mempunyai kedudukan sebagai tenaga profesional pada
jenjang pendidikan tinggi yang diangkat sesuai dengan peraturan
perundang-undangan.
Kedudukan dosen sebagai tenaga profesional berfungsi untuk
meningkatkan martabat dan peran dosen sebagai agen pembelajaran,
pengembang ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni, serta pengabdi
kepada masyarakat berfungsi untuk meningkatkan mutu pendidikan
nasional.
D. Karyawan
Menurut Hasibuan (2007) Karyawan adalah setiap orang yang bekerja
dengan menjual tenaganya (fisik dan pikiran) kepada suatu perusahaan
dan memperoleh balas jasa yang sesuai dengan perjanjian. Sedangkan
menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002), karyawan adalah orang
yang bekerja pada suatu lembaga (kantor, perusahaan, dan sebagainya)
E. Pimpinan
Pemimpin adalah seorang pribadi yang memiliki kecakapan dan
kelebihan, khususnya kecakapan dan kelebihan di satu bidang, sehingga
dia mampu mempengaruhi orang lain untuk bersama-sama melakukan
aktivitas-aktivitas tertentu untuk pencapaian satu atau beberapa tujuan.
Sedangkan menurut Robbins (2002) kepemimpinan adalah kemampuan
untuk mempengaruhi suatu kelompok untuk mencapai tujuan.
F. Mahasiswa
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002), mahasiswa adalah
orang yang telah terdaftar di perguruan tinggi, baik negeri maupun swasta.
Jadi, secara istilah dapat dikatakan bahwa mahasiswa adalah
orang-orang yang memiliki kecerdasan intelektual dan moral yang dapat
digunakan atau diterapkan dalam kehidupan sosial. Menurut Kenniston
sebagaimana disitasi oleh Rahmawati (2006) mengatakan bahwa
mahasiswa adalah suatu periode yang terjadi hanya pada individu yang
memasuki post secondary education dan sebelum masuk ke dalam dunia
kerja yang menetap.
G. Landasan Teori
Perilaku profesional mengacu pada perilaku yang dapat diamati yang
mencerminkan nilai-nilai dan standar profesional. Perilaku profesional
dibuktikan dengan kata-kata, perilaku, penampilan dan hal tersebut sangat
penting dalam membangun dasar kepercayaan dengan orang lain.
Menurut The Association of American Medical Colleges (AAMC)
dan The National Board of Medical Examiners (NBME) (2002), perilaku
profesional meliputi altruism, honor and integrity, caring and compassion,
respect for others, responsibility and accountability, excellence and
H. Kerangka Konsep
Wawancara FGD
1. Altruism
2. Honor and integrity 3. Caring and
compassion 4. Respect for others 5. Responsibility and
accountability 6. Excellence and
scholarship 7. Leadership. Perilaku
profesional di institusi STIKES Guna Bangsa Yogyakarta : 1. Dosen 2. Karyawan 3. Pimpinan 4. Mahasiswa
Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku profesional
: yang diteliti
I. Pertanyaan Penelitian
Bagaimana perilaku profesional di institusi Sekolah Tinggi Ilmu
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Rancangan Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif deskriptif. Penelitian
kualitatif adalah metode penelitian yang digunakan untuk meneliti pada
kondisi obyek alamiah, dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci
(Satori dan Komariah, 2010). Teknik pengumpulan data dilakukan secara
induktif (penarikan kesimpulan berdasarkan keadaan–keadaan yang
khusus untuk diperlakukan secara umum). Hasil penelitian kualitatif lebih
menekankan makna daripada generalisasi. Penelitian deskriptif
menggambarkan dan menginterpretasi objek sesuai dengan apa adanya
(Riduwan, 2004).
B. Subyek Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Guna
Bangsa Yogyakarta dengan populasi penelitian adalah seluruh pimpinan,
dosen, karyawan dan mahasiswa. Jumlah pimpinan adalah tiga orang,
dosen sebanyak 21 orang, karyawan sebanyak 41 orang, dan mahasiswa
sebanyak 870 orang.
Sampel penelitian ditetapkan dengan cara accidental sampling,
merupakan teknik penentuan sampel berdasarkan faktor spontanitas
(Riduwan, 2004). Pemilihan sampel berdasarkan pada kriteria inklusi,
yaitu narasumber bertugas pada saat penelitian dilakukan dan bersifat
netral. Sampel pada penelitian kualitatif dapat berkisar antara n = 1
sampai n = 40 atau lebih (McMillan dan Schumacher, 2001).
Pada pengumpulan data pertama yaitu FGD terdiri dari 10 orang
narasumber, yaitu 1 orang pimpinan, 3 orang dosen dari 3 program studi,
3 orang karyawan dari departemen yang berbeda, dan 3 orang
mahasiswa dari 3 program studi dan dianggap sudah mewakili setiap
masing-masing program studi dan departemen dipilih secara accidental pada saat
akan dilaksanakan kegiatan FGD. Sedangkan pada pengumpulan data
selanjutnya dengan metode wawancara, narasumber yang sesuai dengan
kriteria inklusi diambil secara accidental dari setiap komponen sampai
didapatkan data yang jenuh. Narasumber yang diambil pada saat
wawancara berjumlah 21 orang, yaitu 1 orang pimpinan, 4 orang dosen, 4
orang karyawan, dan 12 mahasiswa.
C. Instrumen Penelitian
Pada penelitian kualitatif, peneliti merupakan instrumen kunci yaitu
peneliti sebagai alat pengumpul data utama. Kekuatan peneliti sebagai
instrumen peneliti meliputi empat hal yaitu (1) kekuatan akan pemahaman
metodologi kualitatif dan wawasan bidang profesinya, (2) kekuatan dari
sisi personality, (3) kekuatan dari sisi kemampuan hubungan sosial
(human relation), dan (4) kekuatan dari sisi ketrampilan berkomunikasi
(Satori dan Komariah, 2010). Akan tetapi, untuk menghindari bias pada
pengambilan data dibantu oleh seorang asisten dengan kualifikasi lulusan
S1 Psikologi dan berpengalaman dalam penelitian.
Pada penelitian ini peneliti membuat pedoman FGD dan wawancara
untuk menggali data yang lebih mendalam. Panduan FGD dan wawancara
mengenai perilaku profesional meliputi altruism, honor and integrity, caring
and compassion, respect for others, responsibility and accountability,
excellence and scholarship, dan leadership (AAMC and NBME, 2002).
Konten pedoman FGD dan wawancara telah dikonsultasikan kepada
pembimbing.
D. Cara Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilaksanakan melalui Focused Group Discussion
(FGD) dan wawancara dengan menggunakan penilaian umpan balik 360
derajat. Focused Group Discussion (FGD) adalah upaya menemukan
menghindari dari pemaknaan yang salah oleh seorang peneliti (Bungin,
2007). Focused Group Discussion (FGD) merupakan metode penelitian di
mana peneliti memilih orang-orang yang dianggap mewakili dengan cara
dikumpulkan dalam sebuah ruang diskusi yang dipimpin seorang
fasilitator.
Pengambilan data pertama pada FGD melibatkan 10 orang
narasumber yang dikumpulkan dalam satu ruang pertemuan dan
difasilitasi oleh fasilitator. Sebelum dilakukan FGD, peneliti telah
melakukan persamaan persepsi dengan asisten peneliti selaku fasilitator.
Pada forum diskusi, fasilitator mengeksplorasi opini dan
pandangan-pandangan narasumber tentang perilaku profesional institusi dan usulan
perbaikannya. Seorang fasilitator harus mempunyai kemampuan dalam
penguasaan teknik wawancara, menjaga agar aliran diskusi terus
berjalan, dan mampu bertindak sebagai wasit atau bahkan sebagai
pembela yang menentang apa yang dianggap baik (devil’s advocate)
(Hariwijaya, 2007). Selama proses diskusi dilengkapi dengan alat
perekam, sehingga membantu dalam analisis data. Narasumber
mendapatkan souvenir, makan siang dan jaminan kerahasiaan atas
pernyataan yang telah disampaikan.
Wawancara adalah suatu teknik pengumpulan data untuk
mendapatkan informasi yang digali dari sumber data langsung melalui
percakapan atau tanya jawab (Satori dan Komariah, 2010). Wawancara
yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara semi struktur.
Pada wawancara semi struktur, peneliti membuat garis besar pokok-pokok
pembicaraan tetapi dalam pelaksanaannya interviewer mengajukan
pertanyaan secara bebas. Wawancara dilakukan oleh seorang interviewer
secara bergantian dalam suatu ruangan. Sebelum dilakukan wawancara,
peneliti melakukan persamaan persepsi dengan asisten peneliti selaku
interviewer. Narasumber pada tahap wawancara berjumlah 21 orang dan
data yang diperoleh dinilai sudah jenuh serta dianggap sudah cukup
Penilaian umpan balik 360 derajat adalah instrumen yang digunakan
untuk mengukur perilaku seseorang berdasarkan evaluasi dari dua atau
lebih sumber, seperti atasan, rekan kerja atau bawahan, bahkan
melibatkan pihak luar seperti pelanggan (Beehr, dkk, 2001). Ada beberapa
keuntungan dari sistem penilaian umpan balik 360 derajat, yaitu informasi
yang diperoleh lebih akurat dan komprehensif, organisasi menjadi lebih
datar dan lebih efisien, dan meningkatkan kepercayaan, kerjasama dan
komunikasi antara partisipan dengan yang dinilai (Rynes, Gerhart & Park,
2005). Pelaksanaan penilaian umpan balik 360 derajat pada penelitian ini
melibatkan pimpinan, dosen, karyawan dan mahasiswa.
E. Variabel Penelitian
Variabel penelitian pada dasarnya adalah sesuatu hal yang berbentuk
apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh
informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya. Penelitian
ini hanya menggunakan satu variabel berupa variabel bebas, yaitu
perilaku profesional di institusi Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Guna
Bangsa Yogyakarta.
F. Definisi Operasional
1. Profesional
Profesional merupakan pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan oleh
seseorang dan menjadi sumber penghasilan kehidupan yang
memerlukan keahlian, kemahiran, atau kecakapan yang memenuhi
standar mutu atau norma tertentu serta memerlukan pendidikan
profesi.
2. Perilaku profesional
Perilaku profesional mengacu pada perilaku yang dapat diamati yang
mencerminkan nilai-nilai dan standar profesional.
Komponen perilaku profesional institusi yang digunakan dalam
compassion, respect for others, responsibility and accountability,
excellence and scholarship, dan leadership.
3. Dosen
Pendidik profesional dan ilmuwan dengan tugas utama
mentransformasikan, mengembangkan, dan menyebarluaskan ilmu
pengetahuan, teknologi, dan seni melalui pendidikan, penelitian, dan
pengabdian kepada masyarakat yang mengajar di Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Guna Bangsa Yogyakarta dan bertanggung jawab
langsung kepada Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Guna Bangsa
Yogyakarta.
4. Pimpinan
Pimpinan dalam hal ini adalah Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
Guna Bangsa Yogyakarta dan Pembantu Ketua, yaitu pimpinan Tinggi
Ilmu Kesehatan Guna Bangsa Yogyakarta yang berada dibawah dan
bertanggung jawab langsung kepada Yayasan Pendidikan dan
Kebudayaan Guna Bangsa Yogyakarta.
5. Karyawan
Karyawan adalah tenaga kerja yang diterima dan diperkerjakan di
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Guna Bangsa Yogyakarta dan
ditetapkan dengan perjanjian kerja oleh Ketua Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Guna Bangsa Yogyakarta.
6. Mahasiswa
Mahasiswa adalah peserta didik yang terdaftar di Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Guna Bangsa Yogyakarta dan merupakan bagian dari
civitas akademika Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Guna Bangsa
Yogyakarta.
G. Prosedur Penelitian
1. Tahap Persiapan
Tahap persiapan dilaksanakan pada bulan Oktober 2012. Tahap
dengan melakukan konsultasi dengan dosen pembimbing, mengurus
perijinan studi pendahuluan, menyusun proposal penelitian dan
seminar proposal penelitian.
2. Tahap Pelaksanaan
Penelitian dilaksanakan pada bulan Desember 2012, didahului dengan
mengurus perijinan penelitian.
a. Pemilihan sampel dengan menggunakan accidental sampling.
b. Pengumpulan data awal dengan menggunakan teknik Focused
Group Discussion (FGD) yang dilakukan oleh fasilitator.
c. Analisis data hasil Focused Group Discussion (FGD).
d. Pengumpulan data dengan menggunakan teknik wawancara semi
struktur dilakukan oleh seorang interviewer. Wawancara dilakukan
dengan metode umpan balik 360 derajad.
e. Analisis data hasil wawancara.
f. Peer review terhadap hasil analisis data wawancara dan Focused
Group Discussion (FGD).
g. Audit hasil analisis data dan peer review oleh pembimbing
penelitian.
3. Tahap Pelaporan
Setelah semua data terkumpul dan dianalisis, selanjutnya peneliti
melakukan penulisan laporan penelitian dengan membuat narasi dan
seminar hasil.
H. Analisis Data
Analisis data mengungkapkan bagaimana strategi peneliti dalam
mereduksi data yang diperoleh menjadi informasi yang memiliki makna
tetapi lebih ringkas. Cara analisis data dalam penelitian kualitatif adalah
dengan melakukan koding. Koding merupakan proses kreatif dengan
memecah data menjadi unit yang lebih kecil (kode), memahami kode-kode
tersebut, kemudian merangkum kembali kode-kode tersebut dalam bentuk
singkatan atau simbol yang mewakili sekelompok kata, frase, kalimat atau
paragraf. Kode biasa dikembangkan dari permasalahan penelitian,
hipotesis, konsep-konsep kunci, atau tema-tema yang penting (Miles &
Huberman, 1994).
Dalam melakukan koding, peneliti sebelumnya mempersiapkan
kelengkapan transkrip. Transkrip adalah catatan lengkap mengenai
seluruh data yang diperoleh dari informan (Utarini, 2000). Transkrip yang
digunakan pada penelitian ini adalah hasil FGD dan wawancara.
Pada penelitian ini, koding dilakukan oleh peneliti dan seorang asisten
secara mandiri dan terpisah untuk menghindari adanya subjektifitas.
Koding dilakukan dengan menggunakan bantuan program Atlas.ti. Pada
tahap pertama, dilakukan open coding dengan memberi kode-kode yang
sesuai dengan data yang terdapat pada transkrip. Kode-kode yang
dihasilkan selanjutnya dikelompokkan ke dalam kategori. Koding
dilakukan baris per baris. Setelah melakukan open coding, tahap
selanjutnya adalah mencari hubungan antar kategori-kategori tersebut
yang bertujuan untuk menghasilkan theoretical codes. Tahap terakhir
proses analisis adalah dengan menetapkan kategori utama (main
category) yaitu kategori yang berkaitan dengan sebanyak mungkin
kategori yang telah dihasilkan sebelumnya (Utarini, 2000).
Setelah koding selesai, peneliti dan asisten bertemu untuk membahas
perbedaan pandangan dan membuat kesepakatan tentang hasil koding.
Perbedaan pandangan yang ditemukan antara lain, peneliti memberikan
kode “keteladanan dosen” pada satu quotasi tetapi asisten peneliti
memberikan kode “komunikasi dosen”. Setelah diskusi, diambil
kesepakatan menggunakan kode “keteladanan dosen” yang diambil. Pada
quotasi lain, peneliti memberikan kode “bimbingan terhadap mahasiswa”
dan asisten peneliti memberikan kode “diskriminasi terhadap mahasiswa”.
Setelah berdiskusi, diambil kesepakatan menggunakan kode “diskriminasi
I. Keabsahan Data
Penelitian kualitatif dinyatakan absah apabila memiliki derajat
keterpercayaan (credibility), keteralihan (transferability), kebergantungan
(dependability), dan kepastian (confirmability).
Keterpercayaan (credibility) oleh Satori dan Komariah (2010)
dinyatakan sebagai ukuran kebenaran data yang diperoleh, dimana
terdapat kecocokan konsep peneliti dengan hasil penelitian. Peningkatan
keterpercayaan penelitian kualitatif dapat dilakukan dengan melakukan
perpanjangan pengamatan (prolonged engagement), peningkatan
ketekunan/kegigihan (persistent observation), triangulasi, analisis kasus
negatif (negative case analysis), diskusi dengan teman sejawat (peer
review), dan member check (Satoridan Komariah, 2010).
Upaya pencapaian kredibilitas yang dilakukan dalam penelitian ini
adalah :
1. Triangulasi
Triangulasi adalah pengecekan data dari berbagai sumber dengan
berbagai cara dan waktu. Berbagai teknik triangulasi yang dapat
dilakukan yaitu triangulasi dari sumber/informan, triangulasi dari
sumber pengumpulan data, dan triangulasi waktu (Satori dan
Komariah, 2010).
Proses triangulasi yang dilakukan dalam penelitian ini adalah
triangulasi sumber/informan untuk menggali data lebih mendalam yaitu
dengan menggunakan penilaian umpan balik 360 derajat. Dalam
penelitian ini, peneliti mengumpulkan data dari pimpinan, dosen,
karyawan dan mahasiswa.
2. Diskusi dengan teman sejawat (peer review)
Moleong (2007) mengungkapkan bahwa diskusi dengan teman
sejawat akan menghasilkan: (a) pandangan kritis terhadap hasil
penelitian, (b) temuan teori substantive, (c) membantu
mengembangkan langkah berikutnya, (d) pandangan lain sebagai
dengan seorang sejawat, LM, yang merupakan seorang dosen suatu
institusi pendidikan, lulusan Magister Pendidikan Kedokteran FK UGM,
dan mengambil tema tesis “integritas akademik mahasiswa” sehingga
dianggap mempunyai pemahaman yang sama mengenai perilaku
profesional. Peneliti mendiskusikan hasil analisa data dan interpretasi
dengan teman sejawat. Sejawat memberikan masukan mengenai
data-data yang masih dilewatkan dan interpretasi data-data yang kurang sesuai.
Keteralihan (transferability) suatu penelitian didapatkan apabila orang
lain dapat memahami hasil penelitian kualitatif sehingga ada kemungkinan
untuk menerapkan hasil penelitian tersebut di tempat lain (Satori dan
Komariah, 2010). Suatu penelitian dinyatakan reliabilitas (dependability)
apabila orang lain dapat mengulangi proses penelitian tersebut (Satori dan
Komariah, 2010). Pengujian ini dilakukan dengan mengaudit keseluruhan
proses penelitian. Audit dilakukan oleh independen atau pembimbing
untuk mengaudit keseluruhan aktivitas peneliti dalam melakukan
penelitian.
Objektivitas (confirmability) didapatkan apabila hasil penelitian telah
disepakati oleh banyak orang (Satori dan Komariah, 2010). Uji objektivitas
hampir sama dengan uji reliabilitas, sehingga pengujiannya dapat
dilakukan secara bersamaan. Uji objektivitas menguji hasil penelitian
dikaitkan dengan proses yang dilakukan.
J. Etika Penelitian
Penelitian ini telah mematuhi prosedur yang berlaku, yaitu dengan
melakukan :
1. Perijinan kepada bagian Lembaga Penelitian dan Pengabdian
Masyarakat (LP2M) Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Guna Bangsa
Yogyakarta.
2. Pengisian surat kesediaan sebagai narasumber setelah dijelaskan
3. Permohonan ethical clearance dari Komisi Etik Fakultas Kedokteran
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Gambaran umum Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Guna Bangsa Yogyakarta
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Guna Bangsa Yogyakarta
merupakan lembaga pendidikan tinggi bidang kesehatan yang
diselenggarakan oleh Yayasan Guna Bangsa Yogyakarta. Saat ini
STIKES Guna Bangsa Yogyakarta menyelenggarkan tiga program
studi yang telah terakreditasi dari BAN-PT, yaitu S1 Ilmu Keperawatan,
D3 Kebidanan dan D3 Analis Kesehatan.
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Guna Bangsa Yogyakarta dipimpin
oleh seorang Ketua yang dibantu oleh Pembantu Ketua 1 (Puket 1)
Bidang Akademik dan Pembantu Ketua 2 (Puket 2) Bidang Non
Akademik. Jumlah dosen sebanyak 21 orang yang sebagian besar
masih S1 dan jumlah karyawan sebanyak 41 orang. Jumlah
mahasiswa tiga program studi sebanyak 870 orang.
2. Karakteristik narasumber penelitian
Keseluruhan narasumber yang terlibat dalam penelitian ini
berjumlah 31 orang, terdiri dari 2 orang pimpinan, 7 orang dosen, 7
orang karyawan, dan 15 orang mahasiswa. Empat belas narasumber
dengan jenis kelamin laki-laki dan 17 lainnya berjenis kelamin
perempuan. Narasumber pada kegiatan FGD sejumlah 10 orang dan
21 orang dalam kegiatan wawancara.
3. Perilaku profesional di institusi
Berikut ini adalah pemaparan hasil penelitian berdasarkan hasil koding
a. Perilaku profesional dosen
Berdasarkan pernyataan narasumber, perilaku altruism terlihat
dari pengembangan dan bimbingan mahasiswa yang dilakukan
dosen (n=15). Akan tetapi, ada narasumber yang menyatakan
bahwa dosen dianggap diskriminatif terhadap mahasiswa dalam
memberikan bimbingan (n=1).
“…..kalau mahasiswa ada masalah dosen mau memberi pengarahan.” (Narasumber 13N)
“…..tapi ada beberapa dosen lebih mengutamakan anak yang lebih pintar atau anak itu anak yang lebih disukai.” (Narasumber 12N)
Pada perilaku honor and integrity, dosen dinilai telah
menyampaikan informasi kepada mahasiswa melalui berbagai
media informasi (n=9), mau menerima saran dan kritik dari orang
lain (n=8), dan kemampuan menempatkan diri dan berperan dalam
pencapaian visi misi institusi (n=3).
“Berusaha semaksimal mungkin dan berpedoman bahwa stikes bisa menciptakan tenaga kerja yang professional sesuai visi dan misi.” (Narasumber 28N)
Perilaku caring and compassion terlihat dari komunikasi dosen
yang baik dengan orang lain (n=7), “Baik, cukup dekat, komunikasi
dengan mahasiswa (Narasumber 25N)”. Akan tetapi 1 orang
narasumber mengatakan komunikasi dosen masih kurang karena
masih ada mis komunikasi.
“Kalau mungkin dari segi saya disitu masih antara etika hubungan dosen satu dengan karyawan kurang terjaga, istilahnya kurang kompak. Ini masalah kebijakan prodi. Jadi banyak mis com. Tapi kalau sekarang sudah mulai ada pembenahan.” (Narasumber 14N)
Penerapan respect for others tercermin dari sikap saling
menghormati dan menghargai dalam membina hubungan dengan
“Jadi kita saling menghormati satu sama lain. Jadi misal ada di rapat walaupun senior-junior kita saling menghargai dan pada satu hal saat ujian sama rata baik yang senior maupun junior.” (Narasumber 31N)
Dalam penerapan responsibility and accountability, sebagian
dosen masih dianggap kurang disiplin terhadap waktu (n=5) dan
kurang disiplin terhadap jadwal perkuliahan (n=4).
“Yang saya keluhkan seringnya ada perubahan jadwal mendadak sehingga harus menjadwal ulang.” (Narasumber 2N)
Pada perilaku excellence and scholarship, sebagian besar
narasumber menyatakan bahwa dosen sudah berusaha untuk
memberikan materi yang up to date sesuai dengan perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi (n=21), sudah menerapkan
metode pembelajaran yang mengarah ke student centered learning
(SCL) (n=15), dan menjelaskan silabus pada awal perkuliahan
(n=18).
“Semua dosen up to date, kalau kita memasuki masa ajaran baru pasti akan dirapatkan dulu dari prodi kemudian apa aja sih materi matakuliah yang belum masuk semester kemarin yang harus dikoreksi dan diapakan. Jadi ada koreksi setiap tahun ajaran.” (Narasumber 24N)
“Pembelajaran di laboratorium, terus ada PBL dan ISS-IT dimana mahasiswa langsung mencari sumber sendiri, itu lebih mengajarkan mahasiswa lebih mandiri. Materinya lebih mudah diingat dari pada pembelajaran yang dilakukan dosen ke mahasiswa.” (Narasumber 22N)
Sikap leadership dosen tercermin dari hal-hal yang dapat
diteladani dari dosen terutama dalam hal mengajar dan komunikasi
(n=1), “…yang dapat diteladani dari cara mengajar,
b. Perilaku profesional karyawan
Pada perilaku altruism karyawan, menurut narasumber terlihat
dalam sikap saling berkolaborasi, saling membantu, dan
bekerjasama dalam tim (n=5).
“Saling membantu siapa yang membutuhkan bantuan ya kira-kira dibantu, kerjasama baik.” (Narasumber 25N)
Pada honor and integrity, karyawan dalam pemberian informasi
dinilai masih kurang karena ada beberapa informasi yang
disampaikan tidak tepat (n=1). Integritas karyawan terhadap
institusi dinilai baik oleh narasumber (n=4).
“Harap info, pelayanan, dan fasilitas perkuliahan dijelaskan apa adany.” (Narasumber 22N)
Narasumber menilai bahwa sikap caring and compassion
karyawan terlihat dari sifat kekeluargaan diantara mereka, hal ini
dapat dilihat dari cara mereka menyelesaikan masalah, menjenguk
teman yang sakit dan sebagainya (n=10). Akan tetapi, untuk
komunikasi antar karyawan masih kurang karena kadang masih
terjadi mis komunikasi sehingga menimbulkan permasalahan (n=1).
“Sudah menganggap seperti keluarga jadi sangat dekat kalau ada masalah diselesaikan bareng-bareng.” (Narasumber 27N)
Respect for others terlihat dari sikap saling menghormati satu
dengan yang lain (n=2) , “Bisa saling menghormati (Narasumber
28N)”.
Responsibility and accountability karyawan dinilai dari sikap
tanggung jawab terhadap tugas-tugas yang diembannya (n=4).
Akan tetapi, ada narasumber yang menilai tanggung jawab
karyawan masih kurang terutama untuk bagian kebersihan (n=5).
Mayoritas narasumber berpendapat bahwa sebagian besar
karyawan yang bertugas sangat disiplin terhadap waktu (n=17).
“Sudah bagus, karena saya lihat dari segi karyawan masuk misalnya jam 08.00 tapi jam 08.00 kurang sudah masuk.” (Narasumber 27N)
Pada komponen excellence and scholarship, karyawan dinilai
cukup kompeten terhadap bidang atau bagian yang menjadi
tanggung jawabnya masing-masing (n=12).
“Menurut saya sesuai. Dibagian security fokus dibagian security. Di bagian keuangan fokus di bagian keuangan. Pustakawan, mereka itu bekerja di perpustakaan. Jadi mereka bekerja sesuai dengan ilmu, pendidikan mereka.” (Narasumber 30N)
Akan tetapi, ada narasumber yang menilai bahwa job
description karyawan kurang jelas karena masih ada tumpang
tindih pekerjaan dan tanggung jawab, misalnya OB membantu
menjadi driver (n=5).
“Masih ada tumpang tindih tanggung jawab karena ada unit meng-handle 2 tugas dalam waktu yang berbarengan sehingga akan susah.” (Narasumber 5N)
Penerapan leadership tergambar dari hal yang dapat diteladani
dari karyawan yaitu sikap bersahabat dan ramah (n=4).
“……disini ketika saya masuk senyum, sapa, dan ramah. Bahwasannya karyawan disini semua senyum, sopan, ramah, tidak ada karyawan atau apapun yang bersikap kurang acuh.” (Narasumber 23N)
c. Perilaku profesional pimpinan
Penerapan altruism pimpinan dinilai dari adanya pemberikan
perhatian dan bimbingan kepada bawahan (n=3), dan pemberikan
dukungan terhadap program ataupun kegiatan yang dilaksanakan
oleh bawahan (n=8).
Sikap honor and integrity terlihat dari adanya penyusunan
program kerja bersama program studi dan departemen terkait
setiap awal tahun (n=8). Pimpinan juga dinilai memberikan
kepercayaan kepada bawahan untuk melaksanakan tugas sesuai
dengan wewenangnya (n=2).
“Kepercayaan diberikan dengan memberikan suatu tanggung jawab kegiatan akademik, kepanitiaan, ketua, pengurus yang lain.” (Narasumber 17N)
Caring and compassion pimpinan tercermin dari rasa peduli
terhadap bawahan (n=3). Akan tetapi, menurut narasumber untuk
masalah komunikasi pimpinan dinilai masih kurang sehingga
kadang menimbulkan mis komunikasi (n=1).
“Mungkin dalam pemberian perintah kadang sering terjadi mis karena tidak adanya ketegasan karena tidak ada hitam di atas putihnya karena kalau secara verbal kadang terjadi mis.” (Narasumber 5N)
Dalam penerapan respect for others, pimpinan menghargai
keputusan yang diambil oleh bawahan (n=7) dan memberikan
penghargaan terhadap hasil kerja bawahannya (n=2).
“Semacam rewardnya, tidak bentuk materi tapi bentuk penghargaan sikap, ucapan, saya kira itu.” (Narasumber 17N)
Responsibility and accountability pimpinan dinilai cukup disiplin
terhadap waktu (n=1) dan bertanggung jawab terhadap
bawahannya (n=5), “Kalau untuk tanggung jawab mereka sudah
cukup disiplin waktu kerja (Narasumber 3N).” Akan tetapi, yang
dikeluhkan oleh beberapa narasumber adalah keberadaan
pimpinan yang jarang ada sehingga ketika ada masalah tidak bisa
langsung disampaikan kepada pimpinan (n=4).
“…..jarang di sini kita tahu hanya sekilas waktu even-even kalau seperti biasa gak ada.” (Narasumber 16N).
Excellence and scholarship pimpinan terlihat dari penyelesaian
masalah yang melibatkan bawahan melalui rapat atau musyawarah
diambil oleh pimpinan dinilai kurang tepat karena terlalu
memaksakan kepada bawahan (n=4).
“Biasanya diadakan rapat, diselesaikan bersama dan evaluasi. Biasanya semua perwakilan dipanggil.” (Narasumber 25N).
Menurut narasumber leadership yang diterapkan pimpinan di
institusi cenderung otoriter meskipun sering dilakukan rapat
bersama (n=1), “Bentuk kepemimpinan otoriter, demokrasi kurang
(Narasumber 14N).”
d. Perilaku profesional mahasiswa