CIPUTAT-TANGERANG
Oleh:
ARIF NUR PRABOWO
E'-
--PiE!lPU5irAKAAl\I UT.llJ\i!A
-···-·1
NIM: 103070028983
.
.
!JIN
sQヲセャoayャャtAjluゥh@
JAl\AllTt\
1
Skripsi diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam
memperoleh gelar Sarjana Psikologi
FAKULTAS PSIKOLOGI
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1428 H / 2007 M
CIPUTAT-TANGERANG
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Psikologi untuk memenuhi syarat-syarat
memperoleh gelar Sarjana pウゥォッャッセQゥ@
Oleh:
Arif Nur Prabowo NIM : 103070028983
Dibawah Bimbingan
Pen
Prof. Harnd asun. M. Si.
NIP.130 ,1146 NIP. 150 267 280
FAKULTAS PSIKOLOGI
UIN SYARIF HIDAYATULL.AH
Skripsi yanJ oerr.1dul HUBUNGAN SOSIAL MAHASISWA RANTAU
DENGJ.\f\J
M,l\S'I f,RAKAT
l<AMPUNG SEMANGGI II
CIPUT1\T-TPJJG::.1:::1-"NG
tu!ali diajukan jalam sidang munaqasyah l"akultas
Psik.-,:ogi Universitc.s Islam Neqeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada
セ。ョァァ。ャ@ 7 Seotember 2007.
Sl\ripsi ini telah diterima sebagai salah satu
syarCJt untuk merr,perol•ah gelar <:::arjana Psikciogi.
Sidang Munaqasyah
Sekretaris Merangkap Anggota
Penguji
iPembir bir1g I
rvit
Per
birnbing IIProf. H · .. d, n
Yacun.
M.SL---I⦅[NイIセ@
jLェIセ@
セセ@ セjN@
J
l
ッ|NヲZjセ@
セI@
)j))
J,J))
Oセセ|[NセI@
HPMYセ|@
Allah akan meninggikan orang-orang yang
beriman di antaramu dan orang-orang yang
diberi ilmu pengetahuan beberap1rJ derajat.
dan Allah Maha mengetahui apa
jセ。ョァ@
kamu
Tiada kelu lisan ini memuji dan bersyukur kepada Allah SWT yang dengan karuniaNya penulis dapat menyelesaikan skripsi walau 、・ョセQ。ョ@ tidak mudah. Shalawat dan salam semoga selalu tercurah pada Nabi Muhammad saw. beserta keluarga, sahabat dan para pengikutnya yang telah membimbing manusia keluar dari masajahi/iyyah menuju masa yang penuh harapan.
Ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya penulis sampaikan kepada individu-individu yang menjadi sandaran di kala jenuh dan s•emangat penulis di kala tiada asa.
Ucapan terima kasih penulis ucapkan kepada :
1. Dra. Hj. Netty Hartati, M.Si., Dekan Fakultas Psikolog1i Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Dra. Hj. Zahrotun Nihayah, M.Si., Pembantu Dekan Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Prof. Hamdan Yasun, M.Si., Ketua Bidang Psikologi Sosial Fakultas Psikologi sekaligus dosen pembimbing I yang telah memberikan banyak masukan yang korektif pada skripsi ini.
4. Ors. Achmad Syahid, M.Ag. Pembimbing II yang telah banyak meluangkan waktu pribadinya untuk memberi koreksi pada skripsi penulis.
membara yang tiada henti agar penulis cepat menyelesaikan skripsi. Saudara kandung penulis satu-satunya di dunia ini, Dian, yang banyak mewarnai kehidupan penulis, Thanks God for this Great Family!!.
8. Alm. Mbah kakung dan Mbah putri Klaten, Mbah kakung dan aim. Mbah Putri Tulung, yang selalu mendoakan dan mernberi kepercayaan pada penulis.
9. lbu Siti Masitoh selaku ketua RW, Bapak Jhon Yon, Adih Zajadih, Wiwid Widya, dan bapak Syamsi Komar selaku ketua RT yang telah mengizinkan penulis melakukan penulisan.
10. Teman-teman di kelas A, kost Bre, kost Dani yang tu rut memberi inspirasi dan sernangat dalam penulisan skripsi ini.
Dan untuk semua pihak yang turut membantu penyusunan skripsi yang tidak dapat disebutkan satu persatu namanya karena keterbatasan ruang. Hanya doa yang bisa penulis panjatkan, semoga bantuan dan kebaikan yang telah mereka berikan menjadi amal ibadah yang diterima di sisi Allah SWT.
Jakarta,. 23 Agustus 2007
(C) Arif Nur Prabowo
(A) Fakultas Psikologi (B) Agustus
2007
(D) Hubungan Sosial Mahasiswa Rantau dengan Mas•yarakat Kampung Semanggi II Ciputat-Tangerang
(E)
87
halaman + lampiranPendidikan tinggi bukan lagi merupakan kebutuhan melainkan suatu keharusan bagi seseorang untuk dapat bersaing di ウQセァ。ャ。@ bidang pada era milenium saat ini. Dan tidak setiap kota memiliki perguruan tinggi sehingga terkadang, mau tidak mau, para pemuda tersebut harus merantau.
Ketika merantau, interaksi berlangsung secara luas, tidal< hanya antara teman sekampus, melainkan juga dengan mai;yarakat sekitar tempat ia tinggal sehingga hubungan sosial dengan norma sosial sebagai peraturannya pun harus ditaati oleh para mahasiswa rantau.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Hubungan sosial mahasiswa rantau dengan masyarakat. Hubungan sosial yang dimaksudkan adalah interaksi antara individu dengan individu pada kelompok lain, baik yang berbentuk asosiatif maupun disosiatif. Lokasi pelaksanaan penelitian di Kampung Semanggi II Ciputat-Tangerang. Responden dalam penelitian ini adalah mahasiswa rantau dan masyarakat yang tinggal di Kampung Semanggi II Ciputat-Tangerang .• Jumlah subjek sebanyak
152
orang dengan rincian80
orang mahasiswa rantau dan72
orang masyarakat Kampung Semanggi II.Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif demgan menggunakan metode deskriptif survei. Teknik analisis data menggunakan Uji Korelasi Product Moment Pearson dengan taraf signifikansi
0.05.
Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh bahwa r hit (0.344) > r tab
(0.281).
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa ada hubungansosial timbal balik mahasiswa rantau dengan masyar;akat Kampung Semanggi II.
Halaman Judul
Halaman Persetujuan
Halaman Pengesahan
Motto
Kata Pengantar ... i
Abstrak ... iii
Daftar lsi ... iv
Daftar Tabel ... viii
Daftar Bagan ... x
Daftar Lampiran ... xi
BABl.PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah ... 11.2 Perumusan dan Pembatasan Masalah ... 1 O 1.2.1 Pembatasan Masalah ... 1 O 1.2.2 Perumusan Masalah ... 10
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 11
1.3.I Tujuan Penelitian ... 11
BAB II. KAJIAN PUSTAKA
2.1 Hubungan Sosial ... 14
2.1.1 Pengertian Hubungan Sosial. ... 14
2.1.1.1 lnteraksi Sosial ... 18
1. Kontak Sosial ... 20
2. Komunikasi ... 20
2.1.2 Bentuk Hubungan Sosial ... 21
1. Asosiatif ... 21
2. Disosiatif ... 26
2.2 Mahasiswa Rantau ... 31
2.2.1 Mahasiswa ... 31
2.2.2 Rantau ... 34
2.3 Masyarakat Kampung Semanggi 11. ...•...•..•...•... 37
2.3.1 Masyarakat ... 37
2.3.2 Kampung Semanggi 11 ... 40
2.4 Kerangka Berpikir ... 45
3.1.1 Pendekatan Penelitian ... 49
3.1.2 Metode Penelitian ... 50
3.2 Definisi Konseptual dan Operasional Variabel. ... 50
3.3 Responden ... 52
3.3.1 Populasi ... 52
3.3.2 Sampel ... 53
3.3.3 Teknik Pengambilan Sampel ... 53
3.4 Pengumpulan Data ... 54
3.4.1 Metode dan lnstrumen Pengumpulan Data ... 54
3.4.2 Teknik Uji lnstrumen Penelitian ... 58
3.4.3 Prosedur Penelitian ... 59
3.5 Teknik Analisa Data ... 60
BAB IV PRESENT ASI DAN ANALISIS DATA 4.1 Gambaran Um um Responden ... 63
4.1.1 Gambaran Umum Responden Berdasarkan Jen is Kelamin ... 63
4.2 Uji lnstrumen Penelitian ... 68
4.2.1 Hasil Uji Validitas Hubungan Sosial. ... 68
4.2.2 Hasil Uji Reliabilitas Hubungan Sosial. ... 71
4.3 Uji Persyaratan ... 72
4.3.1 Uji Normalitas ... 72
4.3.2 Uji Homogenitas ... 74
4.4 Hasil Penelitian ... 75
4.5 Hasil Tambahan ... 77
BAB V KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 82
5.2 Diskusi ... 82
5.3 Saran ... 84
DAFTAR PUSTAKA ... 85
Tabel 3.1 Jumlah Populasi dan Sampel ... 54
Tabel 3.2 Skar Item ... 56
Tabel 3.3 Blue Print TRY OUT Skala Hubungan Sosial ... 57
Tabel 4.1 Kategori Sampel Mahasiswa Rantau Berdasarkan Jenis Kelamin per-RT ... 64
Tabel 4.2 Kategori Sampel Masyarakat Kampung Semanggi II Berdasarkan Jenis Kelamin per-RT ... 64
Tabel 4.3 Kategori Sampel Mahasiswa Rantau Berdasarkan Daerah Asal ... 65
Tabel 4.4 Kategori Sampel Masyarakat Kampung Semanggi II berdasarkan Suku ... 66
Tabel 4.5 Kategori Sampel Mahasiswa Rantau Berdasarkan Lama Tinggal di Kampung Semanggi 11 ... 67
Tabel 4.6 Kategori Sampel Masyarakat Kampung Semanggi II Berdasarkan Lama Tinggal di Kampung Semanggi 11 ... 67
Tabel 4.7 Blue Print Skala TRY OUT Hubungan Sosial ... 69
Tabel 4.8 Blue Print Skala Penelitian Hubungan Sosial ... 70
Tabel 4.9 Norma Reliabilitas ... 72
[image:12.519.22.436.121.596.2]Masyarakat Kampung Semanggi per-RT ... 81
Tabel 4.13 Hubungan Sosial Masyarakat Kampung s・ュ。ョセQァゥ@ II
[image:13.518.67.437.130.489.2]Gambar 2.1 Peta Wilayah Kampung Semanggi II Ciputat-Tangerang ... 42
Bagan 2.2 Penggambaran Kerangka Berpikir ... .48
Bagan 3.1 Metode Penelitian ... 62
Lampiran 1. Surat Bimbingan Skripsi
Lampiran 2. Peta Kelurahan Cempaka Putih 15412
Lampiran 3. Surat lzin Penelitian dari Ketua RW 03
Lampiran 4. Surat lzin Penelitian dari Ketua RT 001/03
Lampiran 5. Surat lzin Penelitian dari Ketua RT 002/03
Lampiran 6. Surat lzin Penelitian dari Ketua RT 003/03 dan 004/03
Lampiran 7. Angket TRY OUT Untuk Mahasiswa Rantau
Lampiran 8. Angket Penelitian Untuk Mahasiswa Rantau
Lampiran 9. Angket TRY OUT Untuk Masyarakat Kampung Semanggi II
Lampi ran 10. Angket Penelitian Untuk Masyarakat Kampun9 Semanggi II
Lampiran 11. Validitas
Lampiran 12. Reliabilitas
Lampiran 13. Data Hasil Penelitian Mahasiswa Rantau
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Mengingat semakin pesatnya usaha pembangunan, modemisasi dan
industrialisasi yang mengakibatkan semakin kompleksnya masyarakat, maka
banyak muncul gangguan mental di kota-kota besar. lndividu yang tidak
mampu melakukan penyesuaian diri (adjusment), selalu tida1k sesuai
(conform) tindakannya dengan norma-norma dan kebiasaan sosial. Mereka
selalu mengalami banyak ketegangan dan tekanan batin, disebabkan oleh
sanksi batin sendiri, ataupun oleh sanksi-sanksi sosial. Tuntutan sosial - dari
lingkungan dan proses modernisasi - menjadi semakin banyak dan berat,
misalnya pendidikan harus menjadi semakin lama, jika ッイ。ョAセ@ mau
mendapatkan pekerjaan (Kartono, 2003. h 232).
Ketika pendidikan formal mulai menjadi salah satu proses sosialisasi yang
dibutuhkan untuk menjadi masyarakat modern, maka pertumbuhan
pusat-pusat pendidikan cenderung pula mengarah kepada pembeintukan kota-kota
budaya dan agarna yang berbeda. Kota seperti ini rnenjadi ternpat berternu
dan bergaul bagi berbagai pelajar dan pengajar yang datan(J dari berbagai
penjuru tanah air, sehingga terjadilah perhubungan dan selcinjutnya integrasi
sosial yang penting artinya bagi persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia.
Kota-kota ini dapat pula disebut sebagai kola intelektual karena rnernang
kebanyakan turnbuh sejak didirikannya sekolah-sekolah dari yang paling
rendah (TK atau SD) sarnpai Perguruan Tinggi (Hidayah dkk, 1997. h 6).
Akibatnya, tanggung jawab besar berada di pundak para pemuda, yang
nantinya akan menerirna estafet dari generasi sebelurnnya, dan akibat proses
rnodernisasi tersebut kompetisi pun akan sernakin ketat untuk mencapai
cita-cita yang diidarnkan. Pendidikan pun menjadi faktor penting dalam kompetisi
ini, sehingga para pemuda tersebut terkadang rela merantau untuk rnenuntut
ilrnu sebagai persiapan diri dalarn kompetisi yang akan dihadapi.
Islam telah rnemprediksikan bahwa hal ini akan terjadi. Oleh karena itu, Islam
telah menyerukan bagairnana pentingnya ilmu sejak 16 abad yang lalu.
Allah akan meninggikan orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan. (Al Mujadalah: 11)
Untuk memperoleh suatu ilmu, terkadang seseorang harus meninggalkan
daerah asalnya (merantau) guna pencapaian cita-citanya tersebut, yaitu
untuk belajar di sekolah yang ia inginkan termasuk perguruEm tinggi idaman.
Dalam pepatah Arab disebutkan :
"Tuntutlah ilmu walau sampai ke negeri Cina"
Ketika merantau, banyak suka duka yang dialami oleh para perantau. Pada
mahasiswa, kondisi tersebut coba digambarkan dalam bentuk lagu oleh salah
satu band yang bernama Pemuda Harapan Bangsa.
"Mahasiswa rantau, makan tak teratur ... Senin makan
Selasa
puasa ... Rabu ngutang, eh Kamis dibayar ... Rambut metal gondrong, celananya bolong ... jarang makan apalagi jajan ... "
Kutipan lagu dari sebuah band asal Bandung tersebut, diun11kapkan
bagaimana perjuangan mahasiswa yang sedang merantau demi menuntut
ilmu. Lagu tersebut menggambarkan permasalahan mahasiswa rantau, dari
menggambarkan realita yang terjadi pada diri mahasiswa rantau, walau tidak
sepenuhnya benar.
Untuk tempat berteduh setelah menjalani aktivitas kuliah sehari-harinya,
seorang mahasiswa rantau biasanya menetap dengan ュ・ョQセッョエイ。ォ@ rumah
ataupun kost. Tentunya dengan lingkungan baru yang berbeda dengan
lingkungan daerah asalnya, sehingga ia tidak hanya bersosialisasi dengan
lingkungan kampus tetapi juga dengan lingkungan sekitar tempat tinggalnya
agar keberadaannya dapat diterima baik dalam kegiatan kesehariannya
maupun sampai kegiatan sosial kemasyarakatan.
Kampung Semanggi merupakan salah satu tujuan rantau dari mahasiswa
karena terletak di antara beberapa perguruan tinggi, seperti Universitas Islam
Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, lnstitut llmu Al-Qur'an Jakarta,
Universitas Muhammadiyah Jakarta dan sejumlah perguruain tinggi lainnya
dan secara geografis sangat strategis karena berada di anta1ra tiga wilayah
administrasi yang berbeda, yaitu Tangerang, Jakarta Selatan dan Begor.
Dengan demikian, banyak mahasiswa rantau yang bermukirn di lingkungan
Pada saat ini, Kampung Semanggi dihuni oleh masyarakat asli dan
pendatang yang menyewa kontrakan ataupun kost-an. Beberapa masyarakat
memang menggunakan kesempatan strategisnya lokasi l<arnpung Semanggi
untuk rnenyewakan ternpat tinggal bagi orang-orang yang rnerantau, baik
yang belum berkeluarga ataupun yang sudah berkeluarga. Mahasiswa rantau
yang tinggal di Kampung Semanggi termasuk sebagai pendatang.
Hal ini mengakibatkan perubahan-perubahan pada ォ。ューオョAセN@ yang
mencakup perubahan fisik bangunan dan lingkungan serta perubahan sikap
masyarakatnya karena proses asimulasi (perpaduan budaya; pembauran
hidup; penyesuaian cara hidup) dan akulturasi (proses percampuran dua
kebudayaan atau lebih) dengan masyarakat pendatang.
Selain dimanfaatkan sebagai tempat tinggal, Kampung Semanggi juga
dimanfaatkan untuk berbagai aktifitas rutin yang juga melibaitkan masyarakat
dan mahasiswa rantau, seperti (1) l<egiatan Ta'lim lbu-ibu, (2) l<egiatan
Pembinaan Remaja dan Anak-anak, dan (3) Tempat Latihan dan Praktek
dalam Berdakwah juga Muhadharah (latihan ceramah agama) berbagai
mahasiswa perguruan tinggi yang tinggal di lingkungan Kampung Semanggi
Dari segi fisik bangunan dan lingkungan, dapat terlihat 、・ョセQ。ョ@ jelas bahwa
kuantitas bangunan jauh lebih banyak dan juga banyaknya usaha-usaha
rnasyarakat dalarn bentuk lain yang rnuncul, seperti toko kelontong, warung
nasi, wartel, warnet, rental kornputer, play station dan lapak.-lapak lain yang
"rnenghiasi" Karnpung Sernanggi sehingga kehidupan di Kampung Sernanggi
pun lebih berwarna.
Kedatangan rnahasiswa rantau juga telah rnerubah beberapa tradisi
rnasyarakat Karnpung Sernanggi akibat proses asirnulasi da1n akulturasi
tersebut, seperti kegiatan keagamaan shalat tarawih, yang pada awalnya
dikerjakan sebanyak
11
rakaat, tetapi setelah kedatangan mahasiswa rantauyang dalarn kaitannya dengan kegiatan shalat tarawih, berubah rnenjadi
11
dan 23 rakaat dalarn pelaksanaannya.
Selarna rnasa transisi sebagai rnahasiswa baru, rnahasiswa rantau
rnenghadapi situasi yang berbeda dari lingkungan sebelumnya, antara lain
hidup berpisah dari orang tua dan ternan-ternan. Mahasiswa tersebut harus
mempunyai tanggung jawab secara pribadi alas tugas-tugas dalarn
kehidupan sehari-hari, rnernbina hubungan dengan ternan sebaya dan
Mahasiswa yang berasal dari daerah lebih berupaya melakukan adaptasi
yang cukup besar untuk menanggulangi stress yang diderita mereka. Pada
mahasiswa yang berasal dari daerah, terjadi perubahan-perubahan kondisi
yang mereka alami. Kondisi yang pada awalnya bagi mahasiswa yang
berasal dari daerah mungkin dirasakan sebagai tantangan, lama kelamaan
dapat menjadi beban yang melebihi kadar penyesuaian yan!g dimilikinya.
Perubahan-perubahan kondisi tersebut adalah perubahan kondisi fisik,
kondisi lingkungan atau budaya dan kondisi psikologis (Gunarsa, 2004. h
131 ).
Dengan demikian, para mahasiswa sebagai pemuda harapan bangsa yang
sedang menuntut ilmu memiliki banyak tuntutan dan tanggung jawab, bukan
hanya yang bersifat akademik maupun pribadi, akan tetapi juga tuntutan yang
bersifat sosial sehingga mau ataupun tidak, para mahasiswa harus
bersosialisasi dengan masyarakat sekitar tempat mereka tinggal. Mahasiswa
bukan hanya tinggal dan menetap dalam suatu lingkungan, melainkan juga
diharapkan dapat berperan serta dalam kegiatan sosial masyarakat di
lingkungan tempat ia menetap.
Dari hasil wawancara penulis terhadap dua orang mahasiswa dan dua orang
memperoleh dua persepsi yang dimiliki oleh mahasiswa dan masyarakat.
Menurut mahasiswa, mereka ingin ikut berpartisipasi dalam kegiatan sosial
warga, akan tetapi mereka merasa tidak enak untul< ikut ャ」・セQゥ。エ。ョ@ tanpa
undangan. Sedanglcan masyaralcat menganggap lcegiatan mahasiswa yang
padat membuat mereka kurang berpartisipasi dalam lcegiatan sosial warga
sehingga ada kesan dari warga bahwa mahasiswa kurang inisiatif dalam
mengikuti kegiatan sosial warga yang ada. Masyaralcat juga menyayangkan
adanya beberapa insiden yang melibatlcan mahasiswa kost, seperti
kunjungan dari mahasiswa yang berlainan jenis lebih dari jam sepuluh malam
dan juga kondisi kost mahasiswa yang berisik ketika walctu istirahat.
Banyak penelitian yang mencoba menggambarkan bagaimana hubungan
sosial antara masyarakat, salah satunya adalah penelitian yang dilakukan
oleh Drs. Zulyani Hidayah, M.A dkk
(1997.
h 6} yang menelrni corak dan polahubungan sosial antar golongan dan kelompok etnik di daer:ah Surabaya,
dengan kesimpulan bahwa orang yang merantau lebih alcrab dalam
berhubungan dengan suku bangsa yang sama. Dan juga penelitian yang
dilakukan oleh Sri Mulyani Martaniah
(1984.
h17}
yang meneliti tentang motifsosial remaja suku Jawa dan keturunan Cina di beberapa SE!kolah menengah
Yogyakarta yang memiliki kesimpulan bahwa interaksi sosial yang bersifat
yang berasal dari suku yang sama. Akan tetapi, kedua pene>litian di atas
kurang menyinggung hubungan sosial mahasiswa yang merantau dengan
masyarakat penetap.
Dari penjelasan latar belakang masalah di alas, dapat kita ketahui bahwa
selama belajar di perguruan tinggi, para mahasiswa tidak hanya dituntut
menyelesaikan program studi, tetapi juga harus aktif dalam kegiatan
kemahasiswaan dan kemasyarakatan. Dengan demikian, para mahasiswa
mempunyai banyak tuntutan dan tanggung jawab, baik ケ。ョセQ@ bersifat
akademik, sosial, maupun pribadi, sehingga mahasiswa tersebut terkadang
kurang aktif dalam bersosialisasi dengan masyarakat sekitar tempat
tinggalnya.
Karena itu, ada kemungkinan mahasiswa rantau dan masyarakat memiliki
hubungan sosial yang cukup jauh selama para mahasiswa rantau tersebut
tinggal di suatu wilayah ketika mereka belajar di perguruan tinggi. Namun
demikian, kita belum mengetahui dengan pasti bagaimana hubungan sosial
masyarakat, khususnya masyarakat Kampung Semanggi II, dengan
mahasiswa rantau. Oleh karena itu, penelitian perlu diadakan untuk
mengetahui bagaimana hubungan sosial mahasiswa rantau dengan
1.2 Perumusan dan Pembatasan Masalah
1.2.1
Pembatasan MasalahUntuk menghindari meluasnya dan lebih terarahnya penelitian mengenai
hubungan sosial mahasiswa rantau dengan masyarakat Kampung Semanggi
II Ciputat-Tangerang, maka perlu dilakukan adanya suatu pembatasan
masalah. Masalah dalam penelitian ini dibatasi pada :
1) Hubungan sosial, yaitu : interaksi antara individu dengan individu
pada kelompok lain secara timbal batik, baik yang berbentuk
asosiatif maupun disosiatif. Kelompok tersebut adalah mahasiswa
rantau dan masyarakat yang tinggal di JI Semanggi II.
2) Mahasiswa Rantau, yaitu mahasiswa/i yang ting1gal sementara di
lingkungan JI. Semanggi II RW 03 Ciputat-Tangerang, baik
mengontrak atau kost.
3) Masyarakat Kampung Semanggi, yaitu masyarakat di lingkungan
JI. Semanggi II RW 03 Ciputat Tangerang.
1.2.2 Perumusan Masalah
Dari pembatasan masalah di atas dapat dirumuskan masalah dalam
penelitian, yaitu "Apakah ada hubungan sosial timbal batik mahasiswa rantau
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.3.1 Tujuan Penelitian
lngin mengetahui apakah ada hubungan sosial timbal balik mahasiswa rantau
dengan masyarakat Kampung Semanggi II Ciputat-Tangerang.
1.3.2 Manfaat Penelitian
1.3.2.1 Manfaat Teoritis
Menambah dan memperkaya khazanah keilmuan dalam bidang psikologi,
khususnya Psikologi Sosial dan sebagai bahan perloandingan untuk
penelitian selanjutnya.
1.3.2.2 Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dan dapat menjadi bahan
bacaan dan masukan bagi masyarakat umum, khususnya para mahasiswa,
dosen, pemerintah, serta instansi yang terkait dengan pendidikan terutama
pendidikan tinggi.
1.4
Sistematika Penulisan
Pada penulisan tugas ini, peneliti menggunakan kaidah buku pedoman
penulisan Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Bab I Pendahuluan
Pada bab ini, peneliti membaginya ke dalam beberapa bagian, yaitu lalar
belakang penelitian, pembatasan dan perumusan masalah dan sistematika
penulisan.
Bab II Kajian Pustaka
Pada bab ini, peneliti menjelaskan teori-teori yang digunakan dalam
penelitian ini. Teori tersebut yaitu teori mengenai hubungan sosial,
mahasiswa rantau dan masyarakat Kampung Semanggi II. Selain itu, dalam
kajian pustaka ini juga terdapat kerangka berpikir dan hipote1sis.
Bab Ill Metodologi Penelitian
Pada bagian ini peneliti membagi ke dalam beberapa bagian, yaitu jenis
penelitian, definisi konseptual dan operasional, subjek penelitian,
pengumpulan data dan analisis data.
Bab IV Presentasi dan Analisa Data
Pada bab ini, peneliti menjelaskan hasil penelitian berupa de!skripsi subjek
Bab V Kesimpulan, Diskusi dan Saran
Pada bagian ini, peneliti akan memberikan kesimpulan dari penelitian yang
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Hubungan Sosial
2.1.1 Pengertian Hubungan Sosial
Telah banyak ahli yang meninjau sifat hakekat manusia. Ada ahli yang
melihat manusia sebagai makhluk individual, di samping itu ada pula ahli
yang melihat manusia sebagai makhluk berke-Tuhanan di samping sifat-sifat
yang lain. Manusia sebagai makhluk individual, manusia mempunyai
hubungan dengan dirinya sendiri, adanya dorongan untuk mengabdi kepada
dirinya sendiri. Manusia sebagai makhluk sosial, adanya hubungan manusia
dengan sekitarnya, adanya dorongan pada manusia untuk mengabdi kepada
masyarakat. Manusia sebagai makhluk berke-Tuhanan atau makhluk religi
adanya hubungan manusia dengan Sang Pencipta, adanya dorongan pada
manusia untuk mengabdi kepada Sang Pencipta, kekuatan yang ada di luar
dirinya.
Dalam Islam, hubungan seorang muslim dengan individu lain telah diatur
yang sangat baik dengan orang lain karena ia menyayangi clan mencintai
mereka. Dengan kata lain, ia dalam berhubungan dengan mereka penuh
cinta dan kasih sayang, suka menolong, selalu jujur mengatakan sesuatu
kepada orang lain, dapat dipercaya ketika melakukan interaksi sosial, serta
tidak berbohong dan menipu. la tidak menyakiti orang lain, tidak menyimpan
rasa dengki, benci, dan hasut kepada orang lain. la rendah diri, tidak
mengagungkan dirinya di hadapan orang lain atau tidak menyombongkan
dirinya. la bersikap waspada terhadap berbagai motivasi, peirasaan dan
emosi orang, menghormati pendapat dan hak setiap manusiia, memaafkan
orang yang berbuat salah karena kelalaiannya semampu mungkin. la
bertanggung jawab terhadap masyarakat, selalu melakukan aktivitasnya demi
kemaslahatan dan kemajuan masyarakat. Secara umum, hubungan individu
dengan keluarganya merupakan hubungan yang baik karena ia menyayangi,
dan memperlakukan kedua orang tuanya dengan baik. Dan terakhir, ia pun
memperlakukan tetangganya dengan baik pula (Najati,2004 .. h 324).
Karena manusia sebagai makhluk individual, maka dalam
tindakan-tindakannya manusia kadang-kadang menjurus kepada kepentingan pribadi.
Namun, karena manusia juga sebagai makhluk sosial, dalam
tindakan-tindakannya, manusia juga sering menjurus kepada kepentingan-kepentingan
Berdasarkan hat tersebut, manusia dapat digambarkan sebagai dua buah
garis lurus yang berpotongan tegak lurus satu dengan yang lain. Gambaran
inilah yang sering disebut sebagai termometer harga-diri yang dikemukakan
oleh Kunkel.
A
B
Mengabdi kepada masyarakatMengabdi kepada dirinya sendiri
Dari gambaran termometer harga diri di atas, dapat diketahui bahwa jika
pengabdiannya kepada diri sendiri besar, maka pengabdian kepada
masyarakat akan menjadi kecil dan begitu pula sebaliknya (1Nalgito, 2003. h
21).
Hubungan sosial pada penelitian ini digambarkan sebagai b1erikut,
"Social relation can refer to a multitude of social interactions, regulated by
and performing
a
social role. In sociological hierarchy, social relation is more advanced then behavior, action, social behavior, social action, social contact and social interaction. Social relations form the basis of concepts such as social organization, social structure, social movement and social system."Hubungan sosial dapat mengarah pada berbagai sikap dari interaksi sosial,
yang ditentukan oleh norma sosial antara dua orang atau lebih, di mana
masing-masing memiliki posisi sosial yang berbentuk peran sosial. Dalam
hierarki sosiologi, hubungan sosial merupakan kelanjutan dari kebiasaan,
perbuatan, kebiasaan sosial, perbuatan sosial, kontak sosial dan interaksi
sosial. Hubungan sosial terbentuk dari konsep dasar yang berupa struktur
sosial, pergerakan sosial dan sistem sosial.
lstilah hubungan sosial lebih banyak digunakan dalam ilmu sosial, akan tetapi
tidak ada kesepakatan mengenai arti dari hubungan sosial. Hubungan sosial
secara umum dapat digambarkan berupa hubungan yang ウ・セ、・イィ。ョ。@ antara
setiap manusia, secara spesifik dapat digambarkan sebagai berikut :
1) Hubungan antara individu dengan individu lain dalam satu kelompok
2) Hubungan antara kelompok-kelompok individu, dan
Kelompok yang dimaksud dapat berbentuk kelompok etnik, institusi sosial
atau organisasi, kelas atau strata sosial, negara, populasi penduduk dan jenis
kelamin (www.wikipedia.com, 2007).
Definisi hubungan sosial di atas sangat berkaitan erat dengan interaksi sosial
karena hubungan sosial merupakan proses kelanjutan dari interaksi sosial.
Kuswanto (2000. h 1) menjelaskan bahwa interaksi sosial merupakan bentuk
dari hubungan sosial.
2.1.1.1 lnteraksi Sosial
Dengan adanya dorongan atau motif sosial pada manusia, rnaka manusia
akan mencari orang lain untuk mengadakan hubungan atau untuk
mengadakan interaksi. Dengan demikian akan terjadi interaksi antara
manusia satu dengan manusia yang lain.
lnteraksi sosial ialah hubungan antara individu satu dengan individu yang
lain, individu satu dapat mempengaruhi individu yang lain atau sebaliknya,
jadi terdapat adanya hubungan yang saling timbal balik. Hubungan tersebut
dapat antara individu dengan individu, individu dengan kelornpok atau
lnteraksi sosial merupakan hubungan-hubungan sosial yang dinamis yang
menyangkut hubungan antara orang perorangan, antara kelompok-kelompok
manusia (Soekanto,
1995.
h 67).Di dalam interaksi sosial ada kemungkinan individu dapat menyesuaikan
dengan yang lain, atau sebaliknya. Pengertian penyesuaian di sini dalarn arti
yang luas, yaitu bahwa individu dapat meleburkan diri dengan keadaan di
sekitarnya, atau sebaliknya individu dapat mengubah lingkungan sesuai
dengan keadaan dalam diri individu, sesuai dengan apa yanig diinginkan oleh
individu yang bersangkutan.
lnteraksi sosial berlangsung didasarkan oleh faktor-faktor, yaitu
1) Faktor imitasi, imitasi merupakan dorongan untuk meniru orang lain.
2) Faktor sugesti, pengaruh psikis, baik yang datang da1ri diri sendiri,
maupun yang datang dari orang lain, yang pada umumnya diterima
tanpa adanya kritik dari individu yang bersangkutan.
3) Faktor identifikasi, identifikasi merupakan dorongan untuk menjadi
identik (sama) dengan orang lain (Walgito, 2003. h 64).
4) Faktor simpati, proses di mana seseorang merasa tertarik pada pihak
Soekanto (1995. h 71) menjelaskan, bahwa syarat-syarat terjadinya interaksi
sosial yaitu adanya kontak sosial dan adanya komunikasi.
1.
Kontak SosialKontak sosial berarti secara harfiah adalah sama-sama menyentuh, akan
tetapi sebagai gejala sosial itu bukan berarti hubungan secara badaniyah.
Oleh karena itu, orang dapat mengadakan hubungan dengan pihak lain tanpa
menyentuhnya, seperti dengan cara berbicara. lni berarti kontak sosial
merupakan sikap mengetahui dan siap untuk mengadakan interaksi dengan
pihak lain.
2. Komunikasi
Komunikasi adalah suatu proses penyampaian pesan (ide, セQ。ァ。ウ。ョI@ dari
satu pihak kepada pihak lain agar terjadi saling mempengamhi diantara
keduanya. Pada umumnya, komunikasi dilakukan dengan menggunakan
kata-kata (lisan) yang dapat dimengerti oleh kedua belah pihak. Apabila tidak
ada bahasa verbal yang dapat dimengerti oleh keduanya, komunikasi masih
dapat dilakukan dengan menggunakan gerak-gerik badan, menunjukkan
sikap tertentu, misalnya tersenyum, menggelengkan kepala, mengangkat
bahu. Cara seperti ini disebut komunikasi dengan bahasa nonverbal atau
2.1.2 Bentuk Hubungan Sosial
Bentuk-bentuk dari interaksi sosial menurut Gillin dan Gilliin, yaitu:
1) Proses Asosiatif, yang terdiri dari kerjasama dan akomodasi
2) Proses Disosiatif, yang terdiri dari persaingan, kontravensi, dan konflik
(Soekanto, 1995. h 78)
1. Asosiatif
Dalam Kam us Psikologi, arti asosiatif merupakan relasi (koneksi atau
hubungan) fungsional di antara dua gejala psikologis yang tierbentuk oleh
usaha belajar atau oleh pengalaman (Chaplin, 2005. h. 39). Dengan
demikian, asosiatif dapat diartikan sebagai salah satu bentuk hubungan
sosial yang mengarah pada ikatan dan koneksi.
Bentuk asosiatif, oleh Gilin dan Gilin (Soekanto, 1995. h. 79) dibagi menjadi
dua bentuk yang lebih khusus lagi, yaitu kerjasama dan akomodasi.
Kerjasama
Baron dan Byrne menjelaskan, bahwa kerjasama adalah perilaku di mana
kelompok bekerja secara bersama-sama untuk mendapatkan tujuan yang
Kerjasama timbul karena orientasi orang perorangan terhadap kelompoknya
(yaitu in-group-nya) dan kelompok lainnya (merupakan out-group-nya).
Kerjasama mungkin akan bertambah apabila ada bahaya luar yang
mengancam atau ada tindakan-tindakan yang menyinggung kesetiaan yang
telah tertanam di dalam kelompok, dalam diri seorang segolongan orang.
Kerjasama dapat bersifat agresif apabila kelompok dalam jangka waktu yang
lama mengalami kekecewaan sebagai akibat perasaan tidak puas, karena
keinginan-keinginan pokoknya tak dapat terpenuhi oleh karema adanya
rintangan-rintangan yang bersumber dari luar kelompok itu. Keadaan tersebut
dapat menjadi lebih tajam apabila kelompok yang demikian merasa
tersinggung atau dirugikan (Soekanto, 1995. h 80).
Islam mengajarkan umatnya agar saling bekerja sama, sebagaimana firman
Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa,
dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. dan
bertakwalah kamu kepada Allah, Sesungguhnya Allah Amat berat siksa-Nya.
Berdasarkan ayat di atas, diterangkan bahwa Islam juga memiliki peraturan
dalam kerja sama, selama kerja sama tersebut tidak ada yang dirugikan dan
masih dalam batas-batas Islam. Bahkan, perbuatan khianat dalam suatu
kerja sama sangat dibenci oleh Islam. Dalam hadis Qudsi, Allah SWT
mengatakan :
"Saya adalah ketiga dari dua orang yang bersyarikat itu, selama salah satu
pihak tidak mengkhianati kawannya; jika sa/ah satu mengkhianati kawannya,
maka saya akan keluar dari antara mereka berdua itu." (Riwayat Abu Daud
dan Hakim dan ia sahkannya)
lbnu Razin dalam kitab Jami'nya menambahkan: (dan akan datang syaitan).
Akomodasi
lstilah akomodasi dipergunakan dalam dua arti yaitu menunjuk pada suatu
keadaan dan untuk menunjuk pada suatu proses. Akomoda:si yang menunjuk
pada suatu keadaan, berarti adanya suatu keseimbangan (equilibrium) dalam
kaitannya dengan norma-norma sosial dan nilai-nilai sosial セイ。ョァ@ berlaku di
dalam masyaral<at.
Sebagai suatu proses, akomodasi menunjuk pada usaha·-usaha manusia
untuk meredakan suatu pertentangan yaitu usaha-usaha untuk mencapai
kestabilan.
Akomodasi sebenarnya merupakan suatu cara untuk menyesaikan
pertentangan tanpa menghancurkan pihak lawan, hingga lawan tidak
kehilangan kepribadiannya. Dalam Kamus Psikologi, akomodasi berarti
penyesuaian diri dalam hal ini penyesuaian diri dengan orang lain (Chaplin,
2005.h. 35).
Tujuan akomodasi berbeda-beda sesuai dengan situasi yang dihadapinya,
yaitu:
1. Untuk mengurangi pertentangan antara orang-perorangan atau
kelompok-kelompok manusia sebagai akibat perbedaan faharn.
Akomodasi di sini bertujuan untuk menghasilkan suatu sintesa antara
kedua pendapat tersebut, agar menghasilkan suatu pola yang baru.
2. Mencegah meledaknya suatu pertentangan untuk sementara waktu
3. Untuk memungkinkan terjadinya kerjasama antara kelompok-kelompok
sosial yang hidupnya terpisah sebagai akibat faktor-faktor sosial
psikologis dan kebudayaan, seperti yang dijumpai pada masyarakat
yang mengenal sistem berkasta.
4. Mengusahakan peleburan antara kelompok-kelompol( sosial yang
terpisah, misalnya lewat perkawinan campuran atau asimilasi dalam
arti luas (Soekanto, 1995. h 83).
Dalam Islam, akomodasi sangat diperbolehkan sebagai salah satu ciri bahwa
seorang muslim memiliki sifat toleran yang tinggi walaupun dengan orang
yang memiliki perbedaan keyakinan. Akan tetapi, sifat akomodasi ini dilarang
oleh Islam jika menimbulkan keburukan bagi diri dan lingkungan kita. Allah
berfirman dalam surat Huud ayat 113,
Dan janganlah kamu cenderung kepada orang-orang yang zalim yang
menyebabkan kamu disentuh api neraka, dan sekali··kali kamu tiada
mempunyai seorang penolongpun selain daripada Allah, kemudian kamu
2. Disosiatif
Disosiatif berarti pemisahan, menjauhkan diri, dan tidak mau bersatu
(Chaplin, 2005.h. 143). Dalam hal ini, disosiatif merupakan salah satu bentuk
hubungan sosial yang mengarah pada perpecahan dan pemisahan diri.
Gilin dan Gilin membagi bentuk disosiatif dalam tiga bentuk yang lebih
khusus, yaitu persaingan, kontravensi dan konflik (Soekanto, 1995.h. 85).
Persaingan
Persaingan atau competition dapat diartikan sebagai suatu proses sosial, di
mana individu atau kelompok-kelompok manusia yang bersaing, mencari
keuntungan melalui bidang-bidang kehidupan yang pada suatu masa tertentu
menjadi pusat perhatian umum (baik perseorangan maupun kelompok
manusia) dengan cara menarik perhatian publik atau dengan mempertajam
prasangka yang telah ada, tanpa mernpergunakan ancaman atau kekerasan
(Soekanto, 1995. h 99).
Persaingan dalam urusan duniawi dilarang dalam agama Islam jika
persaingan itu merugikan orang lain. Akan tetapi, persaingan yang mengarah
mengejar prestasi adalah baik menurut Islam. Hal ini sesuai dengan firman
Allah dalam surat Al Baqarah ayat 148,
Maka berlomba-lombalah (da/am membuat) kebaikan. di mana saja kamu
berada pasti Allah akan mengumpulkan kamu sekalian (pada hari kiamat).
Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.
Kontravensi
Kontravensi pada hakikatnya merupakan suatu bentuk proses sosial yang
berada antara persaingan dan pertikaian. Kontravensi terutama ditandai oleh
gejala-gejala adanya ketidakpastian mengenai diri seseorang atau suatu
rencana dan perasaan tidak suka yang disembunyikan, kebencian atau
keragu-raguan terhadap kepribadian seseorang. Atau, perasaan tersebut
dapat pula berkembang terhadap kemungkinan, kegunaan, keharusan atau
penilaian terhadap suatu usu!, buah pikiran, kepercayaan, doktrin, atau
rencana yang dikemukakan orang perorangan atau kelompok manusia lain.
Dalam bentuknya yang murni, kontravensi adalah sikap mental yang
tersembunyi terhadap orang-orang lain atau terhadap unsur-unsur
kebudayaan suatu golongan tertentu. Sikap tersembunyi tersebut dapat
atau pertikaian. Suatu contoh adalah kecurigaan yang masilh ada terhadap
seseorang yang sering dijumpai atau ditemui atau apabila suatu rencana
yang telah ditetapkan oleh pemerintah, diragukan kegunaannya oleh
masyarakat. Bentuk kontravensi menurut Leopold von Wiese dan Howard
Becker, ada lima, yaitu :
1) Yang umum meliputi perbuatan-perbuatan sep19rli penolakan,
keengganan, perlawanan, perbuatan menghalang-halangi,
protes, gangguan-gangguan, perbuatan kekerasan dan
mengacaukan rencana pihak lain.
2) Yang sederhana seperti menyangkal pemyataan orang lain di
muka umum, memaki-maki melalui surat-sura1 selebaran,
mencerca, memfitnah, melemparkan beban pembuktian kepada
pihak lain, dan seterusnya.
3) Yang intensif mencakup penghasutan, menyebarkan
desas-desus, mengecewakan pihak-pihak lain dan sHterusnya.
4) Yang rahasia, umpamanya mengumumkan rahasia pihak lain,
perbuatan khianat dan seterusnya.
5) Yang taktis, misalnya mengejutkan lawan, mengganggu atau
Sikap kontravensi ini sebaiknya dihindari oleh seorang muslim. Persepsi yang
baik (husnuzhan) adalah lebih baik dari persepsi buruk (su'uzhan) terhadap
seseorang, walaupun orang tersebut berlaku kurang baik. Perasaan tidak
suka akan menjadi sikap hidup sehingga kehidupan bermasyarakat pun tidak
nyaman jika ada perasaan seperti itu.
Berkenaan dengan ini, Allah berfirman dalam surat Al Hujuraat ayat 11,
Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpu/an orang /aki-laki
merendahkan kumpulan yang lain, boleh Jadi yang diterlawakan itu lebih baik
dari mereka. dan jangan pula sekumpu/an perempuan merendahkan
kumpulan lainnya, boleh Jadi yang direndahkan itu /ebih baik. dan jangan/ah
suka mencela dirimu sendiri dan jangan memanggil dengan gelaran yang
mengandung ejekan. seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk
sesudah iman dan Barangsiapa yang tidak berlobat, Maka mereka /tu/ah
orang-orang yang zalim.
Konflik
Konflik merupakan suatu proses di mana individu atau kelompok
tindakan yang tidak sejalan dengan kepentingan pribadi mereka (Baron,
2005. h 267).
Konflik berasal dari kata kerja Latin configere yang berarti saling memukul.
Secara sosiologis, konflik diartikan sebagai suatu proses sosial antara dua
orang atau lebih (bisa juga kelompok) dimana salah satu pihak berusaha
menyingkirkan pihak lain dengan menghancurkannya atau rnembuatnya tidak
berdaya.
Konflik dilatarbelakangi oleh perbedaan ciri-ciri yang dibawa1 individu dalam
suatu interaksi. Perbedaan-perbedaan tersebut diantaranya adalah
menyangkut ciri fisik, kepandaian, pengetahuan, adat istiadat, keyakinan, dan
lain sebagainya. Dengan dibawasertanya ciri-ciri individual dalam interaksi
sosial, konflik merupakan situasi yang wajar dalam setiap masyarakat dan
tidak satu masyarakat pun yang tidak pernah mengalami konflik antar
anggotanya atau dengan kelompok masyarakat lainnya, l<0nflik hanya akan
hilang bersamaan dengan hilangnya masyarakat itu sendiri.
Konflik bertentangan dengan integrasi. Konflik dan lntegrasi berjalan sebagai
menghasilkan integrasi. Sebaliknya, integrasi yang tidak sempurna dapat
menciptakan konflik (www.wikipedia.com, 2007).
Konflik merupakan hal yang wajar terjadi dalam kehidupan. Ketika seorang
muslim memiliki konflik dengan orang lain, maka bukan bernrti harus ada
yang menang dan yang kalah sehingga terjadi adu argumen bahkan adu otot.
Prinsip yang harus dipegang oleh seorang muslim yang meingalami konflik
dengan saudaranya, yaitu sesuai dengan hadis Nabi Muhammad,
"Orang mukmin yang satu dengan yang lain bagaikan satu llangunan yang
menguatkan satu sama lainnya" (HR. Bukhari - Muslim).
Sehingga dengan prinsip tersebut, kita akan mencari solusi terbaik tanpa
merugikan siapapun.
2.2 Mahasiswa Rantau
2.2.1 Mahasiswa
Mahasiswa berarti pelajar perguruan tinggi (Poerwadarminta, 1984. h 619).
Sedangkan dalam Kamus llmiah Populer, mahasiswa diartik:an sebagai siswa
Mahasiswa adalah panggilan untuk orang yang sedang menjalani pendidikan
tinggi di sebuah universitas atau perguruan tinggi, serta merniliki pemikiran
intelektual, dan juga pengabdian kepada masyarakat.
Mahasiswa adalah satu kelompok masyarakat yang memperoleh statusnya
dalam ikatan dengan Perguruan Tinggi. Roeslan Abdulgani, mengatakan
secara formal fungsional, mahasiswa adalah individu yang sedang menuntut
ilmu dalam salah satu perguruan tinggi. Mahasiswa pada tahun pertama
masih belum dianggap dewasa penuh (sesuai dengan umurnya) sekalipun
dalam hal-hal lain misalnya berperilaku rasional, objektif, pengendalian diri
dan hubungan-hubungan sosial sudah mencapai tingkat kedewasaan
(Gunarsa, 2004. h 128).
Gunarsa (2004. h 128) menjelaskan, bahwa seorang anak yang tidak pernah
tinggal kelas, maka pada usia 18 tahun akan memasuki pen;iuruan tinggi,
inipun jika bermaksud meneruskan studi. Jadi, pada usia 18 tahun seseorang
mulai memasuki dunia mahasiswa. Umur 18 sampai 21 tahun oleh para ahli
Psikologi Perkembangan, masih digolongkan pada remaja lanjut dan masih
Masa remaja adalah periode perkembangan antara masa anak dan masa
dewasa. Cole mengemukakan bahwa masa remaja terjadi antara umur 13-21
tahun. Menurut Hill
&
Monks (1977) dalam "The International Col/oqium onAdolence in The Year 2000," kebanyakan pesertanya tertar1k perhatiannya
pada gejala-gejala yang terjadi pada individu yang berumur 12-24 tahun. Dari
kenyataan tersebut para peserta "Colloqium" tersebut beranggapan bahwa
yang dinamakan remaja adalah individu yang berumur 12-24 lahun. Pada
dewasa ini, kesempatan untuk mendapatkan pendidikan formal yang lebih
panjang memang lebih luas, akibatnya banyak kaum muda yang tidak puas
hanya mendapatkan pendidikan sekolah dasar saja, sehingga banyak yang
ingin melanjutkan sekolah sampai selinggi-tingginya. Perkembangan sosial
remaja juga meningkal. Remaja sadar akan tekanan sosial dan perlunya
hubungan sosial. la mulai terjun dalam masyarakat, dalam arti ia lebih
banyak melakukan aktivitas dengan teman sebayanya dan ikatannya dengan
orang tua menjadi lebih longgar. Pada masa remaja ini, individu sangat
memikirkan pendapat orang lain mengenai dirinya dan berusaha
mendapatkan peran dalam masyarakat (Erikson, 1959. h 211 ).
Dari penjelasan yang telah dipaparkan di alas, dapat disimpulkan bahwa
mahasiswa adalah individu yang sedang menjalani pendidikan di perguruan
2.2.2
RantauRantau memiliki arti daerah (tanah, negeri) di luar negerinya sendiri; negeri
asing; tanah (negeri) tempat mencari penghidupan (Poerwa1darminta, '1984. h
800).
Salama masa transisi sebagai mahasiswa baru, mahasiswa rantau tersebut
menghadapi situasi yang berbeda dari lingkungan sebelumnya, antara lain
hidup berpisah dari orang tua dan teman-teman. Mahasiswa tersebut harus
mempunyai tanggung jawab secara pribadi alas tugas-tuga:s dalam
kehidupan sehari-hari, membina hubungan dengan teman sebaya dan
menghadapi tantangan-tantangan lain yang muncul dalam kampus.
Menurut Singgih D Gunarsa dalam Psikologi Praktis (2004. h 131),
mahasiswa yang berasal dari daerah lebih berupaya melakukan adaptasi
yang cukup besar untuk menanggulangi stress yang mereka alami. Pada
mahasiswa yang berasal dari daerah, terjadi perubahan-perubahan kondisi
yang mereka alami. Kondisi yang pada awalnya bagi mahas;iswa yang
berasal dari daerah mungkin dirasakan sebagai tantangan, lama kelaman
Perubahan-perubahan kondisi tersebut adalah perubahan fmndisi fisik,
kondisi lingkungan atau budaya dan kondisi psikologis.
Gunarsa (2004. h 134) juga menambahkan, bahwa perubahan-perubahan
tersebut dapat menimbulkan masalah bagi mahasiswa. Adapun masalah
yang dihadapi mahasiswa, antara lain :
1) Bersumber pada kepribadian
Gairah pada mahasiswa yang ditandai dengan disiplin diri dan ditampilkan
dengan ketekunan dan keuletan belajar serta menyelesaikan tugas-tugas
2) Prestasi akademik
Salah satu permasalahan mahasiswa yang sering dihadapi adalah
masalah prestasi akademik yang tidak sesuai harapan ataupun tekanan
dari keluarga untuk mendapatkan prestasi akademik yang baik.
3) Kondisi yang tidak menunjang
Kondisi tempat tinggal yang lingkungan kurang mendukung mahasiswa
beraktivitas, seperti penerangan, ventilasi, bising dan lain-lain, atau
keadaan serta suasana psikologis tempat tinggal dengan tuntutan yang
kadang memaksa diri untuk menyesuaikan, namun dalam kenyataannya
Gunarsa menambahkan, bahwa penyesuaian mahasiswa ketika masuk
perguruan tinggi, antara lain :
1. Perbedaan sifat pendidikan dari SL TA dengan Perguruan Tinggi
.. Kurikulum, di Perguruan Tinggi dalam satu semester lebih
sedikit dari pada di SL TA
• Disiplin, di Perguruan Tinggi tidak seketat di SL TA dalam hal
disiplin
• Hubungan antara pengajar dengan mahasiswa yang lebih
terbuka
2. Hubungan sosial
• Pada Perguruan Tinggi, mahasiswa lebih bebas bergaul dan
berhubungan sosial
3. Masalah ekonomi
• Mahasiswa yang merantau, memiliki permasalahan jika mereka
masih dibiayai orang tua dan juga permasalahan dalam
pengaturan keuangan
4. Pemilihan program studi dan jurusan
• Antara bakat-minat dengan kesempatan yang kadang tidak
sesuai sehingga mempengaruhi motivasi (Gunarsa, 2004. h
Jadi dapat disimpulkan, bahwa mahasiswa rantau adalah peilajar perguruan
tinggi yang tinggal di luar daerahnya untuk kepentingan akademik.
2.3 Masyarakat Kampung Semanggi II
2.3.1 Masyarakat
lndividu merupakan elemen terpenting dalam pembentukan sebuah keluarga,
berkumpulnya beberapa orang individu menjadi sebuah keluarga. Sedangkan
keluarga merupakan elemen terkecil dalam kelompok sosial, berkumpulnya
beberapa keluarga terciptalah sebuah kelompok, kemudian dengan adanya
kesamaan tujuan dari masing-masing kelompok, maka terciptalah sebuah
kehidupan masyarakat.
Hal ini digambarkan oleh Tumanggor (2004. h 36) dalam sebuah skema
dalam pembentukan masyarakat :
lndividu
+
Keluarga+
Kelompok+
MasyarakatMenurut Ali Syariati (Tumanggor, 2004. h 35), masyarakat b1erasal dari kata
amma yang berarti "berniat" dan "menuju" dan berkaitan juga dengan kata
amam yang artinya di muka, sebagai lawan kata wara'a atau khalaf, artinya
belakang. Dari sini ia menarik empat arti, yaitu ikhtiar, gerak, tujuan dan
pengertian tentang "kumpulan orang, di mana setiap individu sepakat dalam
tujuan yang sama dan masing-masing saling membantu agar bergerak ke
arah tujuan yang diharapkan, atas dasar kepemimpinan yang sama.
Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam surat Ali lmran ayat 104 dan 110,
セB@
_..-
Mセ@(,,
QセQ@,,
HセLv@ NNNN⦅ZNNjセMTMQ@ セ@
104. Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar, merekalah orang-orang yang beruntung. [217]
. ,,, J ,....,,..,.,, J. J. J.:' ,,.. '$
セオjセャセセャェ@
110. Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. sekiranya ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik.
Masyarakat yang dalam bahasa inggris diartikan sebagai society didefinisikan
dalam wikipedia.com sebagai berikut :
members can be from a different ethnic group. A "Society" may refer to a
particular people, such as the Villager, to
a
nation state, such as Switzerland,or to
a
broader cultural group, such asa
Western society. Society can alsorefer to an organized group of people associated together for religious, benevolent, cultural, scientific, political, patriotic, or other pwposes
(www.wikipedia.com, 2007).
Masyarakat merupakan sekelompok individu-individu dengan ketertarikan
akan suatu hal yang sama yang mungkin mempunyai institusi dan budaya
yang berbeda. Dalam masyarakat, anggotanya mungkin saja dari etnis yang
berbeda. Sebuah masyarakat dapat mengarah pada orang-orang tertentu,
seperti masyarakat desa, sebuah negara, seperti masyarakat Swiss, atau
suatu kelompok budaya yang lebih luas, seperti masyarakat barat.
Masyarakat juga dapat mengarah pada organisasi kelompok: dari kumpulan
orang-orang yang memiliki persamaan dalam agama, kebaik:an hati, budaya,
keilmuan, politik, kebangsaan, atau tujuan yang lain.
Definisi di atas sesuai dengan apa yang didefinisikan oleh Abu Ahmadi, yang
menerangkan bahwa masyarakat adalah suatu kelompok manusia yang telah
memiliki tatanan kehidupan, norma-norma, adat istiadat yan!J sama-sama
Masyarakat diartikan sebagai pergaulan hidup manusia (sehimpunan orang
yang hidup bersama di suatu tempat dengan ikatan-ikatan aturan tertentu)
(Poerwadarminta, 1984. h 636).
Masyarakat, menurut Koentjoroningrat, adalah kesatuan hidup manusia yang
berinteraksi menurut suatu sistem adat-istiadat tertentu yang bersifat
kontinyu, dan yang terikat oleh suatu rasa identitas bersama
(Koentjoroningrat, 1990. h 136). Sedangkan Soekanto meneirnngkan, bahwa
masyarakat adalah orang yang hidup bersama yang menghasilkan
kebudayaan (Soekanto, 1995. h 187).
Berdasarkan definisi-definisi di atas, dapat diketahui bahwa ciri-ciri
masyarakat, yaitu :
1) Sekelompok orang
2) Tinggal bersama dalam waktu yang lama
3) Berinteraksi
4) Memiliki aturan yang mengatur untuk kepentingan bersama
2.3.2
Kampung Semanggi IIMenurut ibu Siti Masitoh, Ketua RW 03, secara administratif l<ampung
Ciputat Timur Kabupaten Tangerang Selatan Propinsi Banten. Sedangkan
secara geografis berada di perbatasan antara Jakarta Selata1n, Tangerang
dan Depok, merupakan daerah yang tergolong sebagai pemukiman padat
dan sibuk dengan kegiatan yang beraneka ragam. Menurut c:atatan desa
yang penulis peroleh dari Ketua RW, Kampung Semanggi memiliki luas
wilayah sekitar
±.
13
hektar dengan batas wilayah, bagian utara dibatasi olehtembok kampus UIN di Pesanggrahan, bagian selatan berbatasan dengan
Diklat dan Ciputat Mega Mall, bagian timur berbatasan dengan Jalan Raya Ir.
Juanda, sedangkan batas barat adalah sawah dan kali Ciputat. Berikut peta
kelurahan Cempaka Putih yang termasuk di dalamnya Kampung Semanggi
[image:56.519.42.467.331.696.2]11.
Gambar3.1
Sebagai wilayah pemukiman, Kampung Semanggi II ditandai oleh kepadatan
perumahan yang dihubungkan ke jalan raya oleh jalan-jalan kampung atau
gang-gang yang demikian banyak, sehingga membentuk semacam labirin
lalu lintas manusia dan kendaraan kecil. Struktur sosial masyarakat juga
demikian kompleks, yang secara fisik ditandai oleh keanel<aragaman jenis
rumah dan kendaraan, serta sikap dan pergaulan sosial yan!J ada. Pasar,
pertokoan serta warung-warung merupakan sarana kehidupan ekonomi serta
merupakan cermin bagaimana tingkat kebutuhan ekonomi masyarakat di
sekitar wilayah Kampung Semanggi (Hidayah dkk, 1997).
Kampung Semanggi II terbentuk dan memiliki wilayah administratif sendiri
sekitar tahun 1980 setelah sebelumnya merupakan bagian dari daerah
Kampung Utan Selatan RT 002 dengan ketua RT, Bapak Slarnet S, yang
saat ini masih tinggal di Kampung Semanggi II RT 003 (Syamsi Komar, ketua
RT 004).
Saal ini Kampung Semanggi dihuni oleh lebih dari lebih dari !550 kepala
keluarga atau lebih dari 1200 jiwa yang terdaftar sebagai warga penetap dan
sekitar 1300 orang pendatang yang bukan penetap berdasarkan jumlah pintu
perhimpunan mahasiswa yang mengontrak rumah atau 「。ョセQオョ。ョ@ seperti
Himpunan Mahasiswa Banten (HMB) dan Asrama putri HMI (KOHATI) yang
terletak di RT 004 dan 003. Warga pendatang yang tidak menetap rata-rata
(sekitar 90 %) merupakan warga yang mengontrak dengan sebagian besar
merupakan mahasiswa.
Akan tetapi, menurut H. Wiwied selaku ketua RT 003, banyak dari
mahasiswa yang mengontrak atau kost tidak melapor kepada ketua RT
setempat sehingga menyulitkan pihak RT dalam mendata jumlah pasti dari
mahasiswa yang mengontrak atau kost tersebut. Pernyataan tersebut
diperkuat pula dengan pernyataan 8yamsi Komar dan Adih Zajadih selaku
ketua RT 004 dan RT 002 yang berpendapat sangat sulit me,nentukan jumlah
pasti mahasiswa yang mengontrak atau kost di lingkungan R:T mereka.
Adapun mahasiswa untuk tingkat pendidikan 82 dan 83, bia>Sanya sudah
berkeluarga dan mengontrak rumah bersama keluarganya. Mahasiswa 82
dan 83 yang mengontrak rata-rata tinggal di RT 004 dan OOa (Ketua RT 001,
002, 003, 004).
8edangkan suku bangsa yang menghuni Kampung 8emanggi berasal dari
Batak, Madura, dan beberapa suku di wilayah Indonesia b。セQゥ。ョ@ Timur (Ketua
RT 001, 002, 003, 004 dan Ketua RW 003).
Kampung Semanggi II memiliki satu RW dan empat RT. Dan dari hasil
wawancara peneliti dengan ketua-ketua RT, ada beberapa kesimpulan yang
dapat diambil, yaitu :
1) Dari keseluruhan jumlah warga, RT 001 memiliki jumlah warga yang
lebih banyak dari jumlah pendatang, yang terdiri dari 70 kepala
keluarga atau sekitar 100 orang warga penetap dan 50 orang bukan
penetap, dengan presentasi suku, yaitu Sunda-Betawi 75 % dan
campuran 25 % (Jhon Yon, Ketua RT 001).
2) Dari keseluruhan jumlah warga, RT 002 memiliki jumlah warga yang
seimbang dengan jumlah pendatang, yang terdiri dari 265 kepala
keluarga atau sekitar 500 orang warga penetap dan 250 orang bukan
penetap, dengan presentasi suku, yaitu Sunda-Betawi 50 % dan
campuran 50 % (Adih Zajadih, Ketua RT 002).
3) Dari keseluruhan jumlah warga, RT 003 memiliki jumlah warga yang
lebih sedikit dari jumlah pendatang, yang terdiri dari 180 kepala
keluarga atau sekitar 400 orang warga penetap dan 800 orang bukan
penetap, dengan presentasi suku, yaitu Padang 50 %, Sunda-Betawi
4) Dari keseluruhan jumlah warga, RT 004 memiliki jumlah warga yang
lebih banyak dari jumlah pendatang, yang terdiri dari 80 kepala
keluarga atau sekitar 200 orang warga penetap dan 200 orang bukan
penetap, dengan presentasi suku, yaitu Jawa 75 % dan campuran 25
% (Syamsi Komar, Ketua RT 004).
Berdasarkan pemaparan di atas, dapat disimpulkan bahwa rnasyarakat
Kampung Semanggi II merupakan sehimpunan orang yang hidup bersama di
suatu tempat dengan ikatan-ikatan aturan yang tertentu. Tempat yang
dimaksud dikhususkan pada Kampung Semanggi II Ciputat-Tangerang.
2.4
Kerangka Berpikir
Sebagai makhluk individual dan sosial, manusia bertindak seisuai dengan
kepentingannya yaitu kepentingan dirinya sendiri dan kepentingan sosial.
Kedua kepentingan ini berjalan berdampingan dalam mempemgaruhi perilaku
seseorang.
Pendidikan menjadi kebutuhan individual yang sangat penting dalam
menghadapi ketatnya persaingan pada saat ini, sehingga banyak orang
membutuhkan pendidikan yang layak, tidak terkecuali pendiclikan tinggi,
tinggi idaman, terkadang seorang mahasiswa harus menin91ialkan daerah
asalnya (merantau) guna pencapaian cita-citanya tersebut, yaitu untuk
belajar di perguruan tinggi idaman.
Hal ini menyebabkan adanya tekanan terhadap mahasiswa rantau yang
sedang menuntut ilmu di perguruan tinggi sambil merantau, mereka tidak
hanya memiliki tuntutan dan tanggung jawab yang bersifat akademik maupun
pribadi, tetapi juga tuntutan yang bersifat sosial sehingga mau ataupun tidak,
para mahasiswa harus bersosialisasi dengan masyarakat sekitar tempat
mereka tinggal. Mahasiswa tidak hanya tinggal dan menetap dalam suatu
lingkungan, melainkan juga diharapkan dapat berperan serta dalam kegiatan
sosial masyarakat. Akan tetapi, mahasiswa tersebut terkadang kurang aktif
dalam bersosialisasi dengan masyarakat sekitar tern pat tin91Jalnya karena
kesibukannya.
Mahasiswa rantau sebagai bagian dari masyarakat k。ューオョQセ@ Semanggi II
yang dalam hubungan sosialnya, tidak hanya mengarah pada sikapnya
dalam berinteraksi sesuai dengan norma-norma yang telah clitentukan
sebelumnya oleh masyarakat Kampung Semanggi II, tetapi juga memiliki
posisi dan peran dalam kehidupan sosial untuk ikut memajulcan daerah
Dari pihak masyarakat penetap pun terjadi proses sebaliknya. Masyarakat
yang telah memiliki norma dan nilai-nilai harus berinteraksi dengan
mahasiswa-mahasiswa rantau yang memiliki latar belakang dan budaya yang
berbeda-beda sehingga masyarakat harus berinteraksi sefleksibel mungkin.
Sebagai makhluk sosial, mahasiswa rantau dan masyarakat mempunyai
tujuan yang sama yaitu ingin memajukan lingl<ungan tempat mereka tinggal.
Akan tetapi, pada kenyataannya untuk mendapatkan suatu hubungan sosial
yang sesuai dengan tujuan bersama tidaklah mudah. Sehingga dalam
hubungan sosialnya antara mahasiswa rantau dengan masyarakat Kampung
Semanggi II bisa mengarah pada proses assosiatif maupun dissosiatif.
Berikut penulis gambarkan dalam bentuk bagan :
/Bagan
3.2
Kerangka Berpikir Hubungan Sosial Mahasiswa Rantau Dengan Masyarakat Kampung Semanggi II Ciputat Tangerang
Mahasiswa
Rantau Hubungan Sosial
Masyarakat Kampung Semanggi II
--)
2.5
Hipotesis
Ha : Ada hubungan sosial timbal balik mahasiswa rantau dengan masyarakat
Kampung Semanggi IL
Ho : Tidak ada hubungan sosial timbal balik mahasiswa rantau dengan
3.1 Jenis Penelitian
3.1.1 Pendekatan penelitian
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan
kuantitatif. Pada umumnya penelitian kuantitatif banyak dituntut
menggunakan angka, mulai dari pengumpulan data, penafsiran, serta
penampilan dari hasil penelitiannya (Arikunto, 2002).
Penelitian ini diawali dengan studi yang bertujuan untuk mencari teori-teori,
konsep-konsep, dan generalisasi yang dapat dijadikan landasan teoritis bagi
penelitian ini. Data yang diperoleh kemudian dikuantitatifkan dengan metode
statistik. Dan dilakukan interpretasi serta analisis untuk membuat kesimpulan.
Bentuk penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif, sesuai dengan
tujuan penelitian yang meneliti apakah ada hubungan sosial timbal balik
mahasiswa rantau dengan masyarakat Kampung Semanggi II.
3.1.2
Metode PenelitianMetode penelitian yang digunakan adalah metode dHskriptif. Adapun
pertimbangan peneliti adalah untuk mengetahui apakah ada hubungan sosial
timbal balik mahasiswa rantau dengan masyarakat Kampung Semanggi II,
dalam penelitian ini tidak diperlukan administratif dan pengontrolan terhadap
perlakuan (Arikunto, 2002).
Penelitian ini merupakan penelitian survei. Penelitian survei merupakan
penelitian yang dimaksudkan untuk mengukur gejala-gejala yang ada tanpa
'
menyelidiki kenapa gejala-gejala tersebut ada (eksis) (Sevilla, 1993. h 76).
3.2
Definisi Konseptual dan Operasional Variabel
Adapun definisi operasional berarti melekatkan arti pada sesuatu konstruk
atau variabel dengan cara menetapkan tindakan-tindakan yang perlu untuk
mengukur variabel tersebut. Definisi operasional memberikan batasan atas
sesuatu variabel dengan cara merinci hal-hal yang perlu dikeirjakan oleh
Hubungan Sosial
Definisi Konseptual : lnteraksi sosial yang dinamis yang menyangkut
hubungan antara orang perorangan, antara kelompok-kelompok
manusia.
Definisi Operasional : lnteraksi antara individu dengan individu pada
kelompok lain, baik yang berbentuk asosiatif maupun disosialif.
Kelompok tersebut adalah mahasiswa rantau dan masyarakat yang
tinggal di JI Semanggi II.
Mahasiswa Rantau
Definisi Konseptual : Pelajar perguruan tinggi yang berasal bukan dari
daerahnya.
Definisi Operasional : Mahasiswa/i yang tinggal sementara di
lingkungan
JI.
Semanggi II RW 03 Ciputat-Tangerang, baikmengontrak atau kost.
Masyarakat Kampung Semanggi
Definisi Konseptual : Sehimpunan orang yang hidup bersama di suatu
tempat dengan ikatan-ikatan aturan yang tertentu.
Definisi Operasional : Masyarakat di lingkungan
JI.
SHmanggi II 1-=?..W 03\ mN sw:imr
QMQュQセyaイュNオュ@
.lllKMiTA
l
L MセMMMMMMᄋ@3.3 Responden
3.3.1 Populasi
Populasi adalah kelompok besar yang merupakan sasaran &1eneralisasi suatu
penelitian (Sevilla, 1993. h 160). Adapun populasi dalam penelitian ini adalah
individu-individu yang tinggal atau berdomisili di Kampung Semanggi II, baik
yang penetap (masyarakat Kampung Semanggi II) dengan jumlah 1200
orang dengan perbandingan usia 20 % usia anak-anak (240 orang), 20 %
usia remaja (240 orang) dan 60 % usia dewasa (720 orang), maupun yang bukan penetap dengan status mahasiswa (mahasiswa rantau) dengan jumlah
800 orang.
Adapun karakteristik pemilihan sampel didasarkan pada :
1. Mahasiswa Rantau :
1) Mahasiswa/i yang mengontrak atau kost di Karnpung Semanggi
11.
2) Berasal dari daerah selain Kampung Semanggi II.
2. Masyarakat Kampung Semanggi II :
1) Anggota masyarakat Kampung Semanggi II yang telah memiliki
Kartu Tanda Penduduk (KTP) atau dengan karakteristik usia
3.3.2 Sampel
Sampel adalah kelompok kecil yang diama!i dan ditarik dari populasi (Sevilla,
1993. h 161). Dan yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah
masyarakat yang menetap di lingkungan JI. Semanggi II RW 03
Ciputat-Tangerang dan mahasiswa/i yang tinggal sementara di lingkungan JI.
Semanggi II RW 03 Ciputat-Tangerang, baik mengontrak atau kost dengan
ketetapan masing-masing 10 % di tiap RT.
3.3.3 Teknik Pengambilan Sampel
Teknik pengambilan sampel yang dilakukan adalah teknik proporsional
random sampling. Teknik ini digunakan oleh peneliti dengan pertimbangan
memungkinkan setiap anggota populasi terpilih menjadi anggota sampel
dengan peluang yang sama dengan perbandingan yang proporsional yaitu 10
% dari pihak mahasiswa rantau dan masyarakat di tiap-tiap RT (Bungin,
Tabel 3.1
Jumlah Populasi dan Sampel
RT Jml Warga Jml Sampel Jml Jmli Mhs Jml Sampel
Warga Dewasa Warga Pendatang Mhs
I ± 100 ±60 6 ±SO ±SO
s
II ±SOO ±300 30 ±2SO ±200 20
111 ±400 ±240 24 ±800 ±400 40
IV ±200 ±120 12 ±200 ± 150 15
L
± 1200 ±720 72 ±1300 ±800 803.4 Pengumpulan Data
3.4.1 Metode dan lnstrumen Pengumpulan Data
Peneliti memilih metode angket dengan kuesioner sebaga1i ala! pengumpul
data. Kuesioner merupakan salah satu jenis alat pengumpul data berupa
sejumlah daftar yang berisi suatu rangkaian pertanyaan atau pernyataan
mengenai suatu bidang untuk memperoleh data berupa jawaban-jawaban
dari para responden dalam suatu penelilian (Koentjaraningrnt, 1990. h 73).