• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan sosial mahasiswa rantau dengan masyarakat kampung Semanggi II Ciputat Tangerang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan sosial mahasiswa rantau dengan masyarakat kampung Semanggi II Ciputat Tangerang"

Copied!
141
0
0

Teks penuh

(1)

CIPUTAT-TANGERANG

Oleh:

ARIF NUR PRABOWO

E'-

--PiE!lPU5irAKAAl\I UT.llJ\i!A

-···-·1

NIM: 103070028983

.

.

!JIN

sQヲセャoayャャtAjluゥh@

JAl\AllTt\

1

Skripsi diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam

memperoleh gelar Sarjana Psikologi

FAKULTAS PSIKOLOGI

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1428 H / 2007 M

(2)

CIPUTAT-TANGERANG

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Psikologi untuk memenuhi syarat-syarat

memperoleh gelar Sarjana pウゥォッャッセQゥ@

Oleh:

Arif Nur Prabowo NIM : 103070028983

Dibawah Bimbingan

Pen

Prof. Harnd asun. M. Si.

NIP.130 ,1146 NIP. 150 267 280

FAKULTAS PSIKOLOGI

UIN SYARIF HIDAYATULL.AH

(3)

Skripsi yanJ oerr.1dul HUBUNGAN SOSIAL MAHASISWA RANTAU

DENGJ.\f\J

M,l\S'I f,RAKAT

l<AMPUNG SEMANGGI II

CIPUT1\T-TPJJG::.1:::1-"NG

tu!ali diajukan jalam sidang munaqasyah l"akultas

Psik.-,:ogi Universitc.s Islam Neqeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada

セ。ョァァ。ャ@ 7 Seotember 2007.

Sl\ripsi ini telah diterima sebagai salah satu

syarCJt untuk merr,perol•ah gelar <:::arjana Psikciogi.

Sidang Munaqasyah

Sekretaris Merangkap Anggota

Penguji

i

Pembir bir1g I

rvit

Per

birnbing II

Prof. H · .. d, n

Yacun.

M.SL
(4)

---I⦅[NイIセ@

jLェIセ@

セセ@ セjN@

J

l

ッ|NヲZjセ@

セI@

)j))

J,J))

Oセセ|[NセI@

HPMYセ|@

Allah akan meninggikan orang-orang yang

beriman di antaramu dan orang-orang yang

diberi ilmu pengetahuan beberap1rJ derajat.

dan Allah Maha mengetahui apa

jセ。ョァ@

kamu

(5)

Tiada kelu lisan ini memuji dan bersyukur kepada Allah SWT yang dengan karuniaNya penulis dapat menyelesaikan skripsi walau 、・ョセQ。ョ@ tidak mudah. Shalawat dan salam semoga selalu tercurah pada Nabi Muhammad saw. beserta keluarga, sahabat dan para pengikutnya yang telah membimbing manusia keluar dari masajahi/iyyah menuju masa yang penuh harapan.

Ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya penulis sampaikan kepada individu-individu yang menjadi sandaran di kala jenuh dan s•emangat penulis di kala tiada asa.

Ucapan terima kasih penulis ucapkan kepada :

1. Dra. Hj. Netty Hartati, M.Si., Dekan Fakultas Psikolog1i Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Dra. Hj. Zahrotun Nihayah, M.Si., Pembantu Dekan Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Prof. Hamdan Yasun, M.Si., Ketua Bidang Psikologi Sosial Fakultas Psikologi sekaligus dosen pembimbing I yang telah memberikan banyak masukan yang korektif pada skripsi ini.

4. Ors. Achmad Syahid, M.Ag. Pembimbing II yang telah banyak meluangkan waktu pribadinya untuk memberi koreksi pada skripsi penulis.

(6)

membara yang tiada henti agar penulis cepat menyelesaikan skripsi. Saudara kandung penulis satu-satunya di dunia ini, Dian, yang banyak mewarnai kehidupan penulis, Thanks God for this Great Family!!.

8. Alm. Mbah kakung dan Mbah putri Klaten, Mbah kakung dan aim. Mbah Putri Tulung, yang selalu mendoakan dan mernberi kepercayaan pada penulis.

9. lbu Siti Masitoh selaku ketua RW, Bapak Jhon Yon, Adih Zajadih, Wiwid Widya, dan bapak Syamsi Komar selaku ketua RT yang telah mengizinkan penulis melakukan penulisan.

10. Teman-teman di kelas A, kost Bre, kost Dani yang tu rut memberi inspirasi dan sernangat dalam penulisan skripsi ini.

Dan untuk semua pihak yang turut membantu penyusunan skripsi yang tidak dapat disebutkan satu persatu namanya karena keterbatasan ruang. Hanya doa yang bisa penulis panjatkan, semoga bantuan dan kebaikan yang telah mereka berikan menjadi amal ibadah yang diterima di sisi Allah SWT.

Jakarta,. 23 Agustus 2007

(7)

(C) Arif Nur Prabowo

(A) Fakultas Psikologi (B) Agustus

2007

(D) Hubungan Sosial Mahasiswa Rantau dengan Mas•yarakat Kampung Semanggi II Ciputat-Tangerang

(E)

87

halaman + lampiran

Pendidikan tinggi bukan lagi merupakan kebutuhan melainkan suatu keharusan bagi seseorang untuk dapat bersaing di ウQセァ。ャ。@ bidang pada era milenium saat ini. Dan tidak setiap kota memiliki perguruan tinggi sehingga terkadang, mau tidak mau, para pemuda tersebut harus merantau.

Ketika merantau, interaksi berlangsung secara luas, tidal< hanya antara teman sekampus, melainkan juga dengan mai;yarakat sekitar tempat ia tinggal sehingga hubungan sosial dengan norma sosial sebagai peraturannya pun harus ditaati oleh para mahasiswa rantau.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Hubungan sosial mahasiswa rantau dengan masyarakat. Hubungan sosial yang dimaksudkan adalah interaksi antara individu dengan individu pada kelompok lain, baik yang berbentuk asosiatif maupun disosiatif. Lokasi pelaksanaan penelitian di Kampung Semanggi II Ciputat-Tangerang. Responden dalam penelitian ini adalah mahasiswa rantau dan masyarakat yang tinggal di Kampung Semanggi II Ciputat-Tangerang .• Jumlah subjek sebanyak

152

orang dengan rincian

80

orang mahasiswa rantau dan

72

orang masyarakat Kampung Semanggi II.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif demgan menggunakan metode deskriptif survei. Teknik analisis data menggunakan Uji Korelasi Product Moment Pearson dengan taraf signifikansi

0.05.

Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh bahwa r hit (0.344) > r tab

(0.281).

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa ada hubungan

sosial timbal balik mahasiswa rantau dengan masyar;akat Kampung Semanggi II.

(8)

Halaman Judul

Halaman Persetujuan

Halaman Pengesahan

Motto

Kata Pengantar ... i

Abstrak ... iii

Daftar lsi ... iv

Daftar Tabel ... viii

Daftar Bagan ... x

Daftar Lampiran ... xi

BABl.PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Perumusan dan Pembatasan Masalah ... 1 O 1.2.1 Pembatasan Masalah ... 1 O 1.2.2 Perumusan Masalah ... 10

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 11

1.3.I Tujuan Penelitian ... 11

(9)

BAB II. KAJIAN PUSTAKA

2.1 Hubungan Sosial ... 14

2.1.1 Pengertian Hubungan Sosial. ... 14

2.1.1.1 lnteraksi Sosial ... 18

1. Kontak Sosial ... 20

2. Komunikasi ... 20

2.1.2 Bentuk Hubungan Sosial ... 21

1. Asosiatif ... 21

2. Disosiatif ... 26

2.2 Mahasiswa Rantau ... 31

2.2.1 Mahasiswa ... 31

2.2.2 Rantau ... 34

2.3 Masyarakat Kampung Semanggi 11. ...•...•..•...•... 37

2.3.1 Masyarakat ... 37

2.3.2 Kampung Semanggi 11 ... 40

2.4 Kerangka Berpikir ... 45

(10)

3.1.1 Pendekatan Penelitian ... 49

3.1.2 Metode Penelitian ... 50

3.2 Definisi Konseptual dan Operasional Variabel. ... 50

3.3 Responden ... 52

3.3.1 Populasi ... 52

3.3.2 Sampel ... 53

3.3.3 Teknik Pengambilan Sampel ... 53

3.4 Pengumpulan Data ... 54

3.4.1 Metode dan lnstrumen Pengumpulan Data ... 54

3.4.2 Teknik Uji lnstrumen Penelitian ... 58

3.4.3 Prosedur Penelitian ... 59

3.5 Teknik Analisa Data ... 60

BAB IV PRESENT ASI DAN ANALISIS DATA 4.1 Gambaran Um um Responden ... 63

4.1.1 Gambaran Umum Responden Berdasarkan Jen is Kelamin ... 63

(11)

4.2 Uji lnstrumen Penelitian ... 68

4.2.1 Hasil Uji Validitas Hubungan Sosial. ... 68

4.2.2 Hasil Uji Reliabilitas Hubungan Sosial. ... 71

4.3 Uji Persyaratan ... 72

4.3.1 Uji Normalitas ... 72

4.3.2 Uji Homogenitas ... 74

4.4 Hasil Penelitian ... 75

4.5 Hasil Tambahan ... 77

BAB V KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 82

5.2 Diskusi ... 82

5.3 Saran ... 84

DAFTAR PUSTAKA ... 85

(12)

Tabel 3.1 Jumlah Populasi dan Sampel ... 54

Tabel 3.2 Skar Item ... 56

Tabel 3.3 Blue Print TRY OUT Skala Hubungan Sosial ... 57

Tabel 4.1 Kategori Sampel Mahasiswa Rantau Berdasarkan Jenis Kelamin per-RT ... 64

Tabel 4.2 Kategori Sampel Masyarakat Kampung Semanggi II Berdasarkan Jenis Kelamin per-RT ... 64

Tabel 4.3 Kategori Sampel Mahasiswa Rantau Berdasarkan Daerah Asal ... 65

Tabel 4.4 Kategori Sampel Masyarakat Kampung Semanggi II berdasarkan Suku ... 66

Tabel 4.5 Kategori Sampel Mahasiswa Rantau Berdasarkan Lama Tinggal di Kampung Semanggi 11 ... 67

Tabel 4.6 Kategori Sampel Masyarakat Kampung Semanggi II Berdasarkan Lama Tinggal di Kampung Semanggi 11 ... 67

Tabel 4.7 Blue Print Skala TRY OUT Hubungan Sosial ... 69

Tabel 4.8 Blue Print Skala Penelitian Hubungan Sosial ... 70

Tabel 4.9 Norma Reliabilitas ... 72

[image:12.519.22.436.121.596.2]
(13)

Masyarakat Kampung Semanggi per-RT ... 81

Tabel 4.13 Hubungan Sosial Masyarakat Kampung s・ュ。ョセQァゥ@ II

[image:13.518.67.437.130.489.2]
(14)
[image:14.519.58.439.171.490.2]

Gambar 2.1 Peta Wilayah Kampung Semanggi II Ciputat-Tangerang ... 42

Bagan 2.2 Penggambaran Kerangka Berpikir ... .48

Bagan 3.1 Metode Penelitian ... 62

(15)

Lampiran 1. Surat Bimbingan Skripsi

Lampiran 2. Peta Kelurahan Cempaka Putih 15412

Lampiran 3. Surat lzin Penelitian dari Ketua RW 03

Lampiran 4. Surat lzin Penelitian dari Ketua RT 001/03

Lampiran 5. Surat lzin Penelitian dari Ketua RT 002/03

Lampiran 6. Surat lzin Penelitian dari Ketua RT 003/03 dan 004/03

Lampiran 7. Angket TRY OUT Untuk Mahasiswa Rantau

Lampiran 8. Angket Penelitian Untuk Mahasiswa Rantau

Lampiran 9. Angket TRY OUT Untuk Masyarakat Kampung Semanggi II

Lampi ran 10. Angket Penelitian Untuk Masyarakat Kampun9 Semanggi II

Lampiran 11. Validitas

Lampiran 12. Reliabilitas

Lampiran 13. Data Hasil Penelitian Mahasiswa Rantau

(16)

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Mengingat semakin pesatnya usaha pembangunan, modemisasi dan

industrialisasi yang mengakibatkan semakin kompleksnya masyarakat, maka

banyak muncul gangguan mental di kota-kota besar. lndividu yang tidak

mampu melakukan penyesuaian diri (adjusment), selalu tida1k sesuai

(conform) tindakannya dengan norma-norma dan kebiasaan sosial. Mereka

selalu mengalami banyak ketegangan dan tekanan batin, disebabkan oleh

sanksi batin sendiri, ataupun oleh sanksi-sanksi sosial. Tuntutan sosial - dari

lingkungan dan proses modernisasi - menjadi semakin banyak dan berat,

misalnya pendidikan harus menjadi semakin lama, jika ッイ。ョAセ@ mau

mendapatkan pekerjaan (Kartono, 2003. h 232).

Ketika pendidikan formal mulai menjadi salah satu proses sosialisasi yang

dibutuhkan untuk menjadi masyarakat modern, maka pertumbuhan

pusat-pusat pendidikan cenderung pula mengarah kepada pembeintukan kota-kota

(17)

budaya dan agarna yang berbeda. Kota seperti ini rnenjadi ternpat berternu

dan bergaul bagi berbagai pelajar dan pengajar yang datan(J dari berbagai

penjuru tanah air, sehingga terjadilah perhubungan dan selcinjutnya integrasi

sosial yang penting artinya bagi persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia.

Kota-kota ini dapat pula disebut sebagai kola intelektual karena rnernang

kebanyakan turnbuh sejak didirikannya sekolah-sekolah dari yang paling

rendah (TK atau SD) sarnpai Perguruan Tinggi (Hidayah dkk, 1997. h 6).

Akibatnya, tanggung jawab besar berada di pundak para pemuda, yang

nantinya akan menerirna estafet dari generasi sebelurnnya, dan akibat proses

rnodernisasi tersebut kompetisi pun akan sernakin ketat untuk mencapai

cita-cita yang diidarnkan. Pendidikan pun menjadi faktor penting dalam kompetisi

ini, sehingga para pemuda tersebut terkadang rela merantau untuk rnenuntut

ilrnu sebagai persiapan diri dalarn kompetisi yang akan dihadapi.

Islam telah rnemprediksikan bahwa hal ini akan terjadi. Oleh karena itu, Islam

telah menyerukan bagairnana pentingnya ilmu sejak 16 abad yang lalu.

(18)

Allah akan meninggikan orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan. (Al Mujadalah: 11)

Untuk memperoleh suatu ilmu, terkadang seseorang harus meninggalkan

daerah asalnya (merantau) guna pencapaian cita-citanya tersebut, yaitu

untuk belajar di sekolah yang ia inginkan termasuk perguruEm tinggi idaman.

Dalam pepatah Arab disebutkan :

"Tuntutlah ilmu walau sampai ke negeri Cina"

Ketika merantau, banyak suka duka yang dialami oleh para perantau. Pada

mahasiswa, kondisi tersebut coba digambarkan dalam bentuk lagu oleh salah

satu band yang bernama Pemuda Harapan Bangsa.

"Mahasiswa rantau, makan tak teratur ... Senin makan

Selasa

puasa ... Rabu ngutang, eh Kamis dibayar ... Rambut metal gondrong, celananya bolong ... jarang makan apalagi jajan ... "

Kutipan lagu dari sebuah band asal Bandung tersebut, diun11kapkan

bagaimana perjuangan mahasiswa yang sedang merantau demi menuntut

ilmu. Lagu tersebut menggambarkan permasalahan mahasiswa rantau, dari

(19)

menggambarkan realita yang terjadi pada diri mahasiswa rantau, walau tidak

sepenuhnya benar.

Untuk tempat berteduh setelah menjalani aktivitas kuliah sehari-harinya,

seorang mahasiswa rantau biasanya menetap dengan ュ・ョQセッョエイ。ォ@ rumah

ataupun kost. Tentunya dengan lingkungan baru yang berbeda dengan

lingkungan daerah asalnya, sehingga ia tidak hanya bersosialisasi dengan

lingkungan kampus tetapi juga dengan lingkungan sekitar tempat tinggalnya

agar keberadaannya dapat diterima baik dalam kegiatan kesehariannya

maupun sampai kegiatan sosial kemasyarakatan.

Kampung Semanggi merupakan salah satu tujuan rantau dari mahasiswa

karena terletak di antara beberapa perguruan tinggi, seperti Universitas Islam

Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, lnstitut llmu Al-Qur'an Jakarta,

Universitas Muhammadiyah Jakarta dan sejumlah perguruain tinggi lainnya

dan secara geografis sangat strategis karena berada di anta1ra tiga wilayah

administrasi yang berbeda, yaitu Tangerang, Jakarta Selatan dan Begor.

Dengan demikian, banyak mahasiswa rantau yang bermukirn di lingkungan

(20)

Pada saat ini, Kampung Semanggi dihuni oleh masyarakat asli dan

pendatang yang menyewa kontrakan ataupun kost-an. Beberapa masyarakat

memang menggunakan kesempatan strategisnya lokasi l<arnpung Semanggi

untuk rnenyewakan ternpat tinggal bagi orang-orang yang rnerantau, baik

yang belum berkeluarga ataupun yang sudah berkeluarga. Mahasiswa rantau

yang tinggal di Kampung Semanggi termasuk sebagai pendatang.

Hal ini mengakibatkan perubahan-perubahan pada ォ。ューオョAセN@ yang

mencakup perubahan fisik bangunan dan lingkungan serta perubahan sikap

masyarakatnya karena proses asimulasi (perpaduan budaya; pembauran

hidup; penyesuaian cara hidup) dan akulturasi (proses percampuran dua

kebudayaan atau lebih) dengan masyarakat pendatang.

Selain dimanfaatkan sebagai tempat tinggal, Kampung Semanggi juga

dimanfaatkan untuk berbagai aktifitas rutin yang juga melibaitkan masyarakat

dan mahasiswa rantau, seperti (1) l<egiatan Ta'lim lbu-ibu, (2) l<egiatan

Pembinaan Remaja dan Anak-anak, dan (3) Tempat Latihan dan Praktek

dalam Berdakwah juga Muhadharah (latihan ceramah agama) berbagai

mahasiswa perguruan tinggi yang tinggal di lingkungan Kampung Semanggi

(21)

Dari segi fisik bangunan dan lingkungan, dapat terlihat 、・ョセQ。ョ@ jelas bahwa

kuantitas bangunan jauh lebih banyak dan juga banyaknya usaha-usaha

rnasyarakat dalarn bentuk lain yang rnuncul, seperti toko kelontong, warung

nasi, wartel, warnet, rental kornputer, play station dan lapak.-lapak lain yang

"rnenghiasi" Karnpung Sernanggi sehingga kehidupan di Kampung Sernanggi

pun lebih berwarna.

Kedatangan rnahasiswa rantau juga telah rnerubah beberapa tradisi

rnasyarakat Karnpung Sernanggi akibat proses asirnulasi da1n akulturasi

tersebut, seperti kegiatan keagamaan shalat tarawih, yang pada awalnya

dikerjakan sebanyak

11

rakaat, tetapi setelah kedatangan mahasiswa rantau

yang dalarn kaitannya dengan kegiatan shalat tarawih, berubah rnenjadi

11

dan 23 rakaat dalarn pelaksanaannya.

Selarna rnasa transisi sebagai rnahasiswa baru, rnahasiswa rantau

rnenghadapi situasi yang berbeda dari lingkungan sebelumnya, antara lain

hidup berpisah dari orang tua dan ternan-ternan. Mahasiswa tersebut harus

mempunyai tanggung jawab secara pribadi alas tugas-tugas dalarn

kehidupan sehari-hari, rnernbina hubungan dengan ternan sebaya dan

(22)

Mahasiswa yang berasal dari daerah lebih berupaya melakukan adaptasi

yang cukup besar untuk menanggulangi stress yang diderita mereka. Pada

mahasiswa yang berasal dari daerah, terjadi perubahan-perubahan kondisi

yang mereka alami. Kondisi yang pada awalnya bagi mahasiswa yang

berasal dari daerah mungkin dirasakan sebagai tantangan, lama kelamaan

dapat menjadi beban yang melebihi kadar penyesuaian yan!g dimilikinya.

Perubahan-perubahan kondisi tersebut adalah perubahan kondisi fisik,

kondisi lingkungan atau budaya dan kondisi psikologis (Gunarsa, 2004. h

131 ).

Dengan demikian, para mahasiswa sebagai pemuda harapan bangsa yang

sedang menuntut ilmu memiliki banyak tuntutan dan tanggung jawab, bukan

hanya yang bersifat akademik maupun pribadi, akan tetapi juga tuntutan yang

bersifat sosial sehingga mau ataupun tidak, para mahasiswa harus

bersosialisasi dengan masyarakat sekitar tempat mereka tinggal. Mahasiswa

bukan hanya tinggal dan menetap dalam suatu lingkungan, melainkan juga

diharapkan dapat berperan serta dalam kegiatan sosial masyarakat di

lingkungan tempat ia menetap.

Dari hasil wawancara penulis terhadap dua orang mahasiswa dan dua orang

(23)

memperoleh dua persepsi yang dimiliki oleh mahasiswa dan masyarakat.

Menurut mahasiswa, mereka ingin ikut berpartisipasi dalam kegiatan sosial

warga, akan tetapi mereka merasa tidak enak untul< ikut ャ」・セQゥ。エ。ョ@ tanpa

undangan. Sedanglcan masyaralcat menganggap lcegiatan mahasiswa yang

padat membuat mereka kurang berpartisipasi dalam lcegiatan sosial warga

sehingga ada kesan dari warga bahwa mahasiswa kurang inisiatif dalam

mengikuti kegiatan sosial warga yang ada. Masyaralcat juga menyayangkan

adanya beberapa insiden yang melibatlcan mahasiswa kost, seperti

kunjungan dari mahasiswa yang berlainan jenis lebih dari jam sepuluh malam

dan juga kondisi kost mahasiswa yang berisik ketika walctu istirahat.

Banyak penelitian yang mencoba menggambarkan bagaimana hubungan

sosial antara masyarakat, salah satunya adalah penelitian yang dilakukan

oleh Drs. Zulyani Hidayah, M.A dkk

(1997.

h 6} yang menelrni corak dan pola

hubungan sosial antar golongan dan kelompok etnik di daer:ah Surabaya,

dengan kesimpulan bahwa orang yang merantau lebih alcrab dalam

berhubungan dengan suku bangsa yang sama. Dan juga penelitian yang

dilakukan oleh Sri Mulyani Martaniah

(1984.

h

17}

yang meneliti tentang motif

sosial remaja suku Jawa dan keturunan Cina di beberapa SE!kolah menengah

Yogyakarta yang memiliki kesimpulan bahwa interaksi sosial yang bersifat

(24)

yang berasal dari suku yang sama. Akan tetapi, kedua pene>litian di atas

kurang menyinggung hubungan sosial mahasiswa yang merantau dengan

masyarakat penetap.

Dari penjelasan latar belakang masalah di alas, dapat kita ketahui bahwa

selama belajar di perguruan tinggi, para mahasiswa tidak hanya dituntut

menyelesaikan program studi, tetapi juga harus aktif dalam kegiatan

kemahasiswaan dan kemasyarakatan. Dengan demikian, para mahasiswa

mempunyai banyak tuntutan dan tanggung jawab, baik ケ。ョセQ@ bersifat

akademik, sosial, maupun pribadi, sehingga mahasiswa tersebut terkadang

kurang aktif dalam bersosialisasi dengan masyarakat sekitar tempat

tinggalnya.

Karena itu, ada kemungkinan mahasiswa rantau dan masyarakat memiliki

hubungan sosial yang cukup jauh selama para mahasiswa rantau tersebut

tinggal di suatu wilayah ketika mereka belajar di perguruan tinggi. Namun

demikian, kita belum mengetahui dengan pasti bagaimana hubungan sosial

masyarakat, khususnya masyarakat Kampung Semanggi II, dengan

mahasiswa rantau. Oleh karena itu, penelitian perlu diadakan untuk

mengetahui bagaimana hubungan sosial mahasiswa rantau dengan

(25)

1.2 Perumusan dan Pembatasan Masalah

1.2.1

Pembatasan Masalah

Untuk menghindari meluasnya dan lebih terarahnya penelitian mengenai

hubungan sosial mahasiswa rantau dengan masyarakat Kampung Semanggi

II Ciputat-Tangerang, maka perlu dilakukan adanya suatu pembatasan

masalah. Masalah dalam penelitian ini dibatasi pada :

1) Hubungan sosial, yaitu : interaksi antara individu dengan individu

pada kelompok lain secara timbal batik, baik yang berbentuk

asosiatif maupun disosiatif. Kelompok tersebut adalah mahasiswa

rantau dan masyarakat yang tinggal di JI Semanggi II.

2) Mahasiswa Rantau, yaitu mahasiswa/i yang ting1gal sementara di

lingkungan JI. Semanggi II RW 03 Ciputat-Tangerang, baik

mengontrak atau kost.

3) Masyarakat Kampung Semanggi, yaitu masyarakat di lingkungan

JI. Semanggi II RW 03 Ciputat Tangerang.

1.2.2 Perumusan Masalah

Dari pembatasan masalah di atas dapat dirumuskan masalah dalam

penelitian, yaitu "Apakah ada hubungan sosial timbal batik mahasiswa rantau

(26)

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.3.1 Tujuan Penelitian

lngin mengetahui apakah ada hubungan sosial timbal balik mahasiswa rantau

dengan masyarakat Kampung Semanggi II Ciputat-Tangerang.

1.3.2 Manfaat Penelitian

1.3.2.1 Manfaat Teoritis

Menambah dan memperkaya khazanah keilmuan dalam bidang psikologi,

khususnya Psikologi Sosial dan sebagai bahan perloandingan untuk

penelitian selanjutnya.

1.3.2.2 Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dan dapat menjadi bahan

bacaan dan masukan bagi masyarakat umum, khususnya para mahasiswa,

dosen, pemerintah, serta instansi yang terkait dengan pendidikan terutama

pendidikan tinggi.

1.4

Sistematika Penulisan

Pada penulisan tugas ini, peneliti menggunakan kaidah buku pedoman

penulisan Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

(27)

Bab I Pendahuluan

Pada bab ini, peneliti membaginya ke dalam beberapa bagian, yaitu lalar

belakang penelitian, pembatasan dan perumusan masalah dan sistematika

penulisan.

Bab II Kajian Pustaka

Pada bab ini, peneliti menjelaskan teori-teori yang digunakan dalam

penelitian ini. Teori tersebut yaitu teori mengenai hubungan sosial,

mahasiswa rantau dan masyarakat Kampung Semanggi II. Selain itu, dalam

kajian pustaka ini juga terdapat kerangka berpikir dan hipote1sis.

Bab Ill Metodologi Penelitian

Pada bagian ini peneliti membagi ke dalam beberapa bagian, yaitu jenis

penelitian, definisi konseptual dan operasional, subjek penelitian,

pengumpulan data dan analisis data.

Bab IV Presentasi dan Analisa Data

Pada bab ini, peneliti menjelaskan hasil penelitian berupa de!skripsi subjek

(28)

Bab V Kesimpulan, Diskusi dan Saran

Pada bagian ini, peneliti akan memberikan kesimpulan dari penelitian yang

(29)

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Hubungan Sosial

2.1.1 Pengertian Hubungan Sosial

Telah banyak ahli yang meninjau sifat hakekat manusia. Ada ahli yang

melihat manusia sebagai makhluk individual, di samping itu ada pula ahli

yang melihat manusia sebagai makhluk berke-Tuhanan di samping sifat-sifat

yang lain. Manusia sebagai makhluk individual, manusia mempunyai

hubungan dengan dirinya sendiri, adanya dorongan untuk mengabdi kepada

dirinya sendiri. Manusia sebagai makhluk sosial, adanya hubungan manusia

dengan sekitarnya, adanya dorongan pada manusia untuk mengabdi kepada

masyarakat. Manusia sebagai makhluk berke-Tuhanan atau makhluk religi

adanya hubungan manusia dengan Sang Pencipta, adanya dorongan pada

manusia untuk mengabdi kepada Sang Pencipta, kekuatan yang ada di luar

dirinya.

Dalam Islam, hubungan seorang muslim dengan individu lain telah diatur

(30)

yang sangat baik dengan orang lain karena ia menyayangi clan mencintai

mereka. Dengan kata lain, ia dalam berhubungan dengan mereka penuh

cinta dan kasih sayang, suka menolong, selalu jujur mengatakan sesuatu

kepada orang lain, dapat dipercaya ketika melakukan interaksi sosial, serta

tidak berbohong dan menipu. la tidak menyakiti orang lain, tidak menyimpan

rasa dengki, benci, dan hasut kepada orang lain. la rendah diri, tidak

mengagungkan dirinya di hadapan orang lain atau tidak menyombongkan

dirinya. la bersikap waspada terhadap berbagai motivasi, peirasaan dan

emosi orang, menghormati pendapat dan hak setiap manusiia, memaafkan

orang yang berbuat salah karena kelalaiannya semampu mungkin. la

bertanggung jawab terhadap masyarakat, selalu melakukan aktivitasnya demi

kemaslahatan dan kemajuan masyarakat. Secara umum, hubungan individu

dengan keluarganya merupakan hubungan yang baik karena ia menyayangi,

dan memperlakukan kedua orang tuanya dengan baik. Dan terakhir, ia pun

memperlakukan tetangganya dengan baik pula (Najati,2004 .. h 324).

Karena manusia sebagai makhluk individual, maka dalam

tindakan-tindakannya manusia kadang-kadang menjurus kepada kepentingan pribadi.

Namun, karena manusia juga sebagai makhluk sosial, dalam

tindakan-tindakannya, manusia juga sering menjurus kepada kepentingan-kepentingan

(31)

Berdasarkan hat tersebut, manusia dapat digambarkan sebagai dua buah

garis lurus yang berpotongan tegak lurus satu dengan yang lain. Gambaran

inilah yang sering disebut sebagai termometer harga-diri yang dikemukakan

oleh Kunkel.

A

B

Mengabdi kepada masyarakat

Mengabdi kepada dirinya sendiri

Dari gambaran termometer harga diri di atas, dapat diketahui bahwa jika

pengabdiannya kepada diri sendiri besar, maka pengabdian kepada

masyarakat akan menjadi kecil dan begitu pula sebaliknya (1Nalgito, 2003. h

21).

Hubungan sosial pada penelitian ini digambarkan sebagai b1erikut,

"Social relation can refer to a multitude of social interactions, regulated by

(32)

and performing

a

social role. In sociological hierarchy, social relation is more advanced then behavior, action, social behavior, social action, social contact and social interaction. Social relations form the basis of concepts such as social organization, social structure, social movement and social system."

Hubungan sosial dapat mengarah pada berbagai sikap dari interaksi sosial,

yang ditentukan oleh norma sosial antara dua orang atau lebih, di mana

masing-masing memiliki posisi sosial yang berbentuk peran sosial. Dalam

hierarki sosiologi, hubungan sosial merupakan kelanjutan dari kebiasaan,

perbuatan, kebiasaan sosial, perbuatan sosial, kontak sosial dan interaksi

sosial. Hubungan sosial terbentuk dari konsep dasar yang berupa struktur

sosial, pergerakan sosial dan sistem sosial.

lstilah hubungan sosial lebih banyak digunakan dalam ilmu sosial, akan tetapi

tidak ada kesepakatan mengenai arti dari hubungan sosial. Hubungan sosial

secara umum dapat digambarkan berupa hubungan yang ウ・セ、・イィ。ョ。@ antara

setiap manusia, secara spesifik dapat digambarkan sebagai berikut :

1) Hubungan antara individu dengan individu lain dalam satu kelompok

2) Hubungan antara kelompok-kelompok individu, dan

(33)

Kelompok yang dimaksud dapat berbentuk kelompok etnik, institusi sosial

atau organisasi, kelas atau strata sosial, negara, populasi penduduk dan jenis

kelamin (www.wikipedia.com, 2007).

Definisi hubungan sosial di atas sangat berkaitan erat dengan interaksi sosial

karena hubungan sosial merupakan proses kelanjutan dari interaksi sosial.

Kuswanto (2000. h 1) menjelaskan bahwa interaksi sosial merupakan bentuk

dari hubungan sosial.

2.1.1.1 lnteraksi Sosial

Dengan adanya dorongan atau motif sosial pada manusia, rnaka manusia

akan mencari orang lain untuk mengadakan hubungan atau untuk

mengadakan interaksi. Dengan demikian akan terjadi interaksi antara

manusia satu dengan manusia yang lain.

lnteraksi sosial ialah hubungan antara individu satu dengan individu yang

lain, individu satu dapat mempengaruhi individu yang lain atau sebaliknya,

jadi terdapat adanya hubungan yang saling timbal balik. Hubungan tersebut

dapat antara individu dengan individu, individu dengan kelornpok atau

(34)

lnteraksi sosial merupakan hubungan-hubungan sosial yang dinamis yang

menyangkut hubungan antara orang perorangan, antara kelompok-kelompok

manusia (Soekanto,

1995.

h 67).

Di dalam interaksi sosial ada kemungkinan individu dapat menyesuaikan

dengan yang lain, atau sebaliknya. Pengertian penyesuaian di sini dalarn arti

yang luas, yaitu bahwa individu dapat meleburkan diri dengan keadaan di

sekitarnya, atau sebaliknya individu dapat mengubah lingkungan sesuai

dengan keadaan dalam diri individu, sesuai dengan apa yanig diinginkan oleh

individu yang bersangkutan.

lnteraksi sosial berlangsung didasarkan oleh faktor-faktor, yaitu

1) Faktor imitasi, imitasi merupakan dorongan untuk meniru orang lain.

2) Faktor sugesti, pengaruh psikis, baik yang datang da1ri diri sendiri,

maupun yang datang dari orang lain, yang pada umumnya diterima

tanpa adanya kritik dari individu yang bersangkutan.

3) Faktor identifikasi, identifikasi merupakan dorongan untuk menjadi

identik (sama) dengan orang lain (Walgito, 2003. h 64).

4) Faktor simpati, proses di mana seseorang merasa tertarik pada pihak

(35)

Soekanto (1995. h 71) menjelaskan, bahwa syarat-syarat terjadinya interaksi

sosial yaitu adanya kontak sosial dan adanya komunikasi.

1.

Kontak Sosial

Kontak sosial berarti secara harfiah adalah sama-sama menyentuh, akan

tetapi sebagai gejala sosial itu bukan berarti hubungan secara badaniyah.

Oleh karena itu, orang dapat mengadakan hubungan dengan pihak lain tanpa

menyentuhnya, seperti dengan cara berbicara. lni berarti kontak sosial

merupakan sikap mengetahui dan siap untuk mengadakan interaksi dengan

pihak lain.

2. Komunikasi

Komunikasi adalah suatu proses penyampaian pesan (ide, セQ。ァ。ウ。ョI@ dari

satu pihak kepada pihak lain agar terjadi saling mempengamhi diantara

keduanya. Pada umumnya, komunikasi dilakukan dengan menggunakan

kata-kata (lisan) yang dapat dimengerti oleh kedua belah pihak. Apabila tidak

ada bahasa verbal yang dapat dimengerti oleh keduanya, komunikasi masih

dapat dilakukan dengan menggunakan gerak-gerik badan, menunjukkan

sikap tertentu, misalnya tersenyum, menggelengkan kepala, mengangkat

bahu. Cara seperti ini disebut komunikasi dengan bahasa nonverbal atau

(36)

2.1.2 Bentuk Hubungan Sosial

Bentuk-bentuk dari interaksi sosial menurut Gillin dan Gilliin, yaitu:

1) Proses Asosiatif, yang terdiri dari kerjasama dan akomodasi

2) Proses Disosiatif, yang terdiri dari persaingan, kontravensi, dan konflik

(Soekanto, 1995. h 78)

1. Asosiatif

Dalam Kam us Psikologi, arti asosiatif merupakan relasi (koneksi atau

hubungan) fungsional di antara dua gejala psikologis yang tierbentuk oleh

usaha belajar atau oleh pengalaman (Chaplin, 2005. h. 39). Dengan

demikian, asosiatif dapat diartikan sebagai salah satu bentuk hubungan

sosial yang mengarah pada ikatan dan koneksi.

Bentuk asosiatif, oleh Gilin dan Gilin (Soekanto, 1995. h. 79) dibagi menjadi

dua bentuk yang lebih khusus lagi, yaitu kerjasama dan akomodasi.

Kerjasama

Baron dan Byrne menjelaskan, bahwa kerjasama adalah perilaku di mana

kelompok bekerja secara bersama-sama untuk mendapatkan tujuan yang

(37)

Kerjasama timbul karena orientasi orang perorangan terhadap kelompoknya

(yaitu in-group-nya) dan kelompok lainnya (merupakan out-group-nya).

Kerjasama mungkin akan bertambah apabila ada bahaya luar yang

mengancam atau ada tindakan-tindakan yang menyinggung kesetiaan yang

telah tertanam di dalam kelompok, dalam diri seorang segolongan orang.

Kerjasama dapat bersifat agresif apabila kelompok dalam jangka waktu yang

lama mengalami kekecewaan sebagai akibat perasaan tidak puas, karena

keinginan-keinginan pokoknya tak dapat terpenuhi oleh karema adanya

rintangan-rintangan yang bersumber dari luar kelompok itu. Keadaan tersebut

dapat menjadi lebih tajam apabila kelompok yang demikian merasa

tersinggung atau dirugikan (Soekanto, 1995. h 80).

Islam mengajarkan umatnya agar saling bekerja sama, sebagaimana firman

(38)

Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa,

dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. dan

bertakwalah kamu kepada Allah, Sesungguhnya Allah Amat berat siksa-Nya.

Berdasarkan ayat di atas, diterangkan bahwa Islam juga memiliki peraturan

dalam kerja sama, selama kerja sama tersebut tidak ada yang dirugikan dan

masih dalam batas-batas Islam. Bahkan, perbuatan khianat dalam suatu

kerja sama sangat dibenci oleh Islam. Dalam hadis Qudsi, Allah SWT

mengatakan :

"Saya adalah ketiga dari dua orang yang bersyarikat itu, selama salah satu

pihak tidak mengkhianati kawannya; jika sa/ah satu mengkhianati kawannya,

maka saya akan keluar dari antara mereka berdua itu." (Riwayat Abu Daud

dan Hakim dan ia sahkannya)

lbnu Razin dalam kitab Jami'nya menambahkan: (dan akan datang syaitan).

Akomodasi

lstilah akomodasi dipergunakan dalam dua arti yaitu menunjuk pada suatu

keadaan dan untuk menunjuk pada suatu proses. Akomoda:si yang menunjuk

pada suatu keadaan, berarti adanya suatu keseimbangan (equilibrium) dalam

(39)

kaitannya dengan norma-norma sosial dan nilai-nilai sosial セイ。ョァ@ berlaku di

dalam masyaral<at.

Sebagai suatu proses, akomodasi menunjuk pada usaha·-usaha manusia

untuk meredakan suatu pertentangan yaitu usaha-usaha untuk mencapai

kestabilan.

Akomodasi sebenarnya merupakan suatu cara untuk menyesaikan

pertentangan tanpa menghancurkan pihak lawan, hingga lawan tidak

kehilangan kepribadiannya. Dalam Kamus Psikologi, akomodasi berarti

penyesuaian diri dalam hal ini penyesuaian diri dengan orang lain (Chaplin,

2005.h. 35).

Tujuan akomodasi berbeda-beda sesuai dengan situasi yang dihadapinya,

yaitu:

1. Untuk mengurangi pertentangan antara orang-perorangan atau

kelompok-kelompok manusia sebagai akibat perbedaan faharn.

Akomodasi di sini bertujuan untuk menghasilkan suatu sintesa antara

kedua pendapat tersebut, agar menghasilkan suatu pola yang baru.

2. Mencegah meledaknya suatu pertentangan untuk sementara waktu

(40)

3. Untuk memungkinkan terjadinya kerjasama antara kelompok-kelompok

sosial yang hidupnya terpisah sebagai akibat faktor-faktor sosial

psikologis dan kebudayaan, seperti yang dijumpai pada masyarakat

yang mengenal sistem berkasta.

4. Mengusahakan peleburan antara kelompok-kelompol( sosial yang

terpisah, misalnya lewat perkawinan campuran atau asimilasi dalam

arti luas (Soekanto, 1995. h 83).

Dalam Islam, akomodasi sangat diperbolehkan sebagai salah satu ciri bahwa

seorang muslim memiliki sifat toleran yang tinggi walaupun dengan orang

yang memiliki perbedaan keyakinan. Akan tetapi, sifat akomodasi ini dilarang

oleh Islam jika menimbulkan keburukan bagi diri dan lingkungan kita. Allah

berfirman dalam surat Huud ayat 113,

Dan janganlah kamu cenderung kepada orang-orang yang zalim yang

menyebabkan kamu disentuh api neraka, dan sekali··kali kamu tiada

mempunyai seorang penolongpun selain daripada Allah, kemudian kamu

(41)

2. Disosiatif

Disosiatif berarti pemisahan, menjauhkan diri, dan tidak mau bersatu

(Chaplin, 2005.h. 143). Dalam hal ini, disosiatif merupakan salah satu bentuk

hubungan sosial yang mengarah pada perpecahan dan pemisahan diri.

Gilin dan Gilin membagi bentuk disosiatif dalam tiga bentuk yang lebih

khusus, yaitu persaingan, kontravensi dan konflik (Soekanto, 1995.h. 85).

Persaingan

Persaingan atau competition dapat diartikan sebagai suatu proses sosial, di

mana individu atau kelompok-kelompok manusia yang bersaing, mencari

keuntungan melalui bidang-bidang kehidupan yang pada suatu masa tertentu

menjadi pusat perhatian umum (baik perseorangan maupun kelompok

manusia) dengan cara menarik perhatian publik atau dengan mempertajam

prasangka yang telah ada, tanpa mernpergunakan ancaman atau kekerasan

(Soekanto, 1995. h 99).

Persaingan dalam urusan duniawi dilarang dalam agama Islam jika

persaingan itu merugikan orang lain. Akan tetapi, persaingan yang mengarah

(42)

mengejar prestasi adalah baik menurut Islam. Hal ini sesuai dengan firman

Allah dalam surat Al Baqarah ayat 148,

Maka berlomba-lombalah (da/am membuat) kebaikan. di mana saja kamu

berada pasti Allah akan mengumpulkan kamu sekalian (pada hari kiamat).

Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.

Kontravensi

Kontravensi pada hakikatnya merupakan suatu bentuk proses sosial yang

berada antara persaingan dan pertikaian. Kontravensi terutama ditandai oleh

gejala-gejala adanya ketidakpastian mengenai diri seseorang atau suatu

rencana dan perasaan tidak suka yang disembunyikan, kebencian atau

keragu-raguan terhadap kepribadian seseorang. Atau, perasaan tersebut

dapat pula berkembang terhadap kemungkinan, kegunaan, keharusan atau

penilaian terhadap suatu usu!, buah pikiran, kepercayaan, doktrin, atau

rencana yang dikemukakan orang perorangan atau kelompok manusia lain.

Dalam bentuknya yang murni, kontravensi adalah sikap mental yang

tersembunyi terhadap orang-orang lain atau terhadap unsur-unsur

kebudayaan suatu golongan tertentu. Sikap tersembunyi tersebut dapat

(43)

atau pertikaian. Suatu contoh adalah kecurigaan yang masilh ada terhadap

seseorang yang sering dijumpai atau ditemui atau apabila suatu rencana

yang telah ditetapkan oleh pemerintah, diragukan kegunaannya oleh

masyarakat. Bentuk kontravensi menurut Leopold von Wiese dan Howard

Becker, ada lima, yaitu :

1) Yang umum meliputi perbuatan-perbuatan sep19rli penolakan,

keengganan, perlawanan, perbuatan menghalang-halangi,

protes, gangguan-gangguan, perbuatan kekerasan dan

mengacaukan rencana pihak lain.

2) Yang sederhana seperti menyangkal pemyataan orang lain di

muka umum, memaki-maki melalui surat-sura1 selebaran,

mencerca, memfitnah, melemparkan beban pembuktian kepada

pihak lain, dan seterusnya.

3) Yang intensif mencakup penghasutan, menyebarkan

desas-desus, mengecewakan pihak-pihak lain dan sHterusnya.

4) Yang rahasia, umpamanya mengumumkan rahasia pihak lain,

perbuatan khianat dan seterusnya.

5) Yang taktis, misalnya mengejutkan lawan, mengganggu atau

(44)

Sikap kontravensi ini sebaiknya dihindari oleh seorang muslim. Persepsi yang

baik (husnuzhan) adalah lebih baik dari persepsi buruk (su'uzhan) terhadap

seseorang, walaupun orang tersebut berlaku kurang baik. Perasaan tidak

suka akan menjadi sikap hidup sehingga kehidupan bermasyarakat pun tidak

nyaman jika ada perasaan seperti itu.

Berkenaan dengan ini, Allah berfirman dalam surat Al Hujuraat ayat 11,

Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpu/an orang /aki-laki

merendahkan kumpulan yang lain, boleh Jadi yang diterlawakan itu lebih baik

dari mereka. dan jangan pula sekumpu/an perempuan merendahkan

kumpulan lainnya, boleh Jadi yang direndahkan itu /ebih baik. dan jangan/ah

suka mencela dirimu sendiri dan jangan memanggil dengan gelaran yang

mengandung ejekan. seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk

sesudah iman dan Barangsiapa yang tidak berlobat, Maka mereka /tu/ah

orang-orang yang zalim.

Konflik

Konflik merupakan suatu proses di mana individu atau kelompok

(45)

tindakan yang tidak sejalan dengan kepentingan pribadi mereka (Baron,

2005. h 267).

Konflik berasal dari kata kerja Latin configere yang berarti saling memukul.

Secara sosiologis, konflik diartikan sebagai suatu proses sosial antara dua

orang atau lebih (bisa juga kelompok) dimana salah satu pihak berusaha

menyingkirkan pihak lain dengan menghancurkannya atau rnembuatnya tidak

berdaya.

Konflik dilatarbelakangi oleh perbedaan ciri-ciri yang dibawa1 individu dalam

suatu interaksi. Perbedaan-perbedaan tersebut diantaranya adalah

menyangkut ciri fisik, kepandaian, pengetahuan, adat istiadat, keyakinan, dan

lain sebagainya. Dengan dibawasertanya ciri-ciri individual dalam interaksi

sosial, konflik merupakan situasi yang wajar dalam setiap masyarakat dan

tidak satu masyarakat pun yang tidak pernah mengalami konflik antar

anggotanya atau dengan kelompok masyarakat lainnya, l<0nflik hanya akan

hilang bersamaan dengan hilangnya masyarakat itu sendiri.

Konflik bertentangan dengan integrasi. Konflik dan lntegrasi berjalan sebagai

(46)

menghasilkan integrasi. Sebaliknya, integrasi yang tidak sempurna dapat

menciptakan konflik (www.wikipedia.com, 2007).

Konflik merupakan hal yang wajar terjadi dalam kehidupan. Ketika seorang

muslim memiliki konflik dengan orang lain, maka bukan bernrti harus ada

yang menang dan yang kalah sehingga terjadi adu argumen bahkan adu otot.

Prinsip yang harus dipegang oleh seorang muslim yang meingalami konflik

dengan saudaranya, yaitu sesuai dengan hadis Nabi Muhammad,

"Orang mukmin yang satu dengan yang lain bagaikan satu llangunan yang

menguatkan satu sama lainnya" (HR. Bukhari - Muslim).

Sehingga dengan prinsip tersebut, kita akan mencari solusi terbaik tanpa

merugikan siapapun.

2.2 Mahasiswa Rantau

2.2.1 Mahasiswa

Mahasiswa berarti pelajar perguruan tinggi (Poerwadarminta, 1984. h 619).

Sedangkan dalam Kamus llmiah Populer, mahasiswa diartik:an sebagai siswa

(47)

Mahasiswa adalah panggilan untuk orang yang sedang menjalani pendidikan

tinggi di sebuah universitas atau perguruan tinggi, serta merniliki pemikiran

intelektual, dan juga pengabdian kepada masyarakat.

Mahasiswa adalah satu kelompok masyarakat yang memperoleh statusnya

dalam ikatan dengan Perguruan Tinggi. Roeslan Abdulgani, mengatakan

secara formal fungsional, mahasiswa adalah individu yang sedang menuntut

ilmu dalam salah satu perguruan tinggi. Mahasiswa pada tahun pertama

masih belum dianggap dewasa penuh (sesuai dengan umurnya) sekalipun

dalam hal-hal lain misalnya berperilaku rasional, objektif, pengendalian diri

dan hubungan-hubungan sosial sudah mencapai tingkat kedewasaan

(Gunarsa, 2004. h 128).

Gunarsa (2004. h 128) menjelaskan, bahwa seorang anak yang tidak pernah

tinggal kelas, maka pada usia 18 tahun akan memasuki pen;iuruan tinggi,

inipun jika bermaksud meneruskan studi. Jadi, pada usia 18 tahun seseorang

mulai memasuki dunia mahasiswa. Umur 18 sampai 21 tahun oleh para ahli

Psikologi Perkembangan, masih digolongkan pada remaja lanjut dan masih

(48)

Masa remaja adalah periode perkembangan antara masa anak dan masa

dewasa. Cole mengemukakan bahwa masa remaja terjadi antara umur 13-21

tahun. Menurut Hill

&

Monks (1977) dalam "The International Col/oqium on

Adolence in The Year 2000," kebanyakan pesertanya tertar1k perhatiannya

pada gejala-gejala yang terjadi pada individu yang berumur 12-24 tahun. Dari

kenyataan tersebut para peserta "Colloqium" tersebut beranggapan bahwa

yang dinamakan remaja adalah individu yang berumur 12-24 lahun. Pada

dewasa ini, kesempatan untuk mendapatkan pendidikan formal yang lebih

panjang memang lebih luas, akibatnya banyak kaum muda yang tidak puas

hanya mendapatkan pendidikan sekolah dasar saja, sehingga banyak yang

ingin melanjutkan sekolah sampai selinggi-tingginya. Perkembangan sosial

remaja juga meningkal. Remaja sadar akan tekanan sosial dan perlunya

hubungan sosial. la mulai terjun dalam masyarakat, dalam arti ia lebih

banyak melakukan aktivitas dengan teman sebayanya dan ikatannya dengan

orang tua menjadi lebih longgar. Pada masa remaja ini, individu sangat

memikirkan pendapat orang lain mengenai dirinya dan berusaha

mendapatkan peran dalam masyarakat (Erikson, 1959. h 211 ).

Dari penjelasan yang telah dipaparkan di alas, dapat disimpulkan bahwa

mahasiswa adalah individu yang sedang menjalani pendidikan di perguruan

(49)

2.2.2

Rantau

Rantau memiliki arti daerah (tanah, negeri) di luar negerinya sendiri; negeri

asing; tanah (negeri) tempat mencari penghidupan (Poerwa1darminta, '1984. h

800).

Salama masa transisi sebagai mahasiswa baru, mahasiswa rantau tersebut

menghadapi situasi yang berbeda dari lingkungan sebelumnya, antara lain

hidup berpisah dari orang tua dan teman-teman. Mahasiswa tersebut harus

mempunyai tanggung jawab secara pribadi alas tugas-tuga:s dalam

kehidupan sehari-hari, membina hubungan dengan teman sebaya dan

menghadapi tantangan-tantangan lain yang muncul dalam kampus.

Menurut Singgih D Gunarsa dalam Psikologi Praktis (2004. h 131),

mahasiswa yang berasal dari daerah lebih berupaya melakukan adaptasi

yang cukup besar untuk menanggulangi stress yang mereka alami. Pada

mahasiswa yang berasal dari daerah, terjadi perubahan-perubahan kondisi

yang mereka alami. Kondisi yang pada awalnya bagi mahas;iswa yang

berasal dari daerah mungkin dirasakan sebagai tantangan, lama kelaman

(50)

Perubahan-perubahan kondisi tersebut adalah perubahan fmndisi fisik,

kondisi lingkungan atau budaya dan kondisi psikologis.

Gunarsa (2004. h 134) juga menambahkan, bahwa perubahan-perubahan

tersebut dapat menimbulkan masalah bagi mahasiswa. Adapun masalah

yang dihadapi mahasiswa, antara lain :

1) Bersumber pada kepribadian

Gairah pada mahasiswa yang ditandai dengan disiplin diri dan ditampilkan

dengan ketekunan dan keuletan belajar serta menyelesaikan tugas-tugas

2) Prestasi akademik

Salah satu permasalahan mahasiswa yang sering dihadapi adalah

masalah prestasi akademik yang tidak sesuai harapan ataupun tekanan

dari keluarga untuk mendapatkan prestasi akademik yang baik.

3) Kondisi yang tidak menunjang

Kondisi tempat tinggal yang lingkungan kurang mendukung mahasiswa

beraktivitas, seperti penerangan, ventilasi, bising dan lain-lain, atau

keadaan serta suasana psikologis tempat tinggal dengan tuntutan yang

kadang memaksa diri untuk menyesuaikan, namun dalam kenyataannya

(51)

Gunarsa menambahkan, bahwa penyesuaian mahasiswa ketika masuk

perguruan tinggi, antara lain :

1. Perbedaan sifat pendidikan dari SL TA dengan Perguruan Tinggi

.. Kurikulum, di Perguruan Tinggi dalam satu semester lebih

sedikit dari pada di SL TA

• Disiplin, di Perguruan Tinggi tidak seketat di SL TA dalam hal

disiplin

• Hubungan antara pengajar dengan mahasiswa yang lebih

terbuka

2. Hubungan sosial

• Pada Perguruan Tinggi, mahasiswa lebih bebas bergaul dan

berhubungan sosial

3. Masalah ekonomi

• Mahasiswa yang merantau, memiliki permasalahan jika mereka

masih dibiayai orang tua dan juga permasalahan dalam

pengaturan keuangan

4. Pemilihan program studi dan jurusan

• Antara bakat-minat dengan kesempatan yang kadang tidak

sesuai sehingga mempengaruhi motivasi (Gunarsa, 2004. h

(52)

Jadi dapat disimpulkan, bahwa mahasiswa rantau adalah peilajar perguruan

tinggi yang tinggal di luar daerahnya untuk kepentingan akademik.

2.3 Masyarakat Kampung Semanggi II

2.3.1 Masyarakat

lndividu merupakan elemen terpenting dalam pembentukan sebuah keluarga,

berkumpulnya beberapa orang individu menjadi sebuah keluarga. Sedangkan

keluarga merupakan elemen terkecil dalam kelompok sosial, berkumpulnya

beberapa keluarga terciptalah sebuah kelompok, kemudian dengan adanya

kesamaan tujuan dari masing-masing kelompok, maka terciptalah sebuah

kehidupan masyarakat.

Hal ini digambarkan oleh Tumanggor (2004. h 36) dalam sebuah skema

dalam pembentukan masyarakat :

lndividu

+

Keluarga

+

Kelompok

+

Masyarakat

Menurut Ali Syariati (Tumanggor, 2004. h 35), masyarakat b1erasal dari kata

amma yang berarti "berniat" dan "menuju" dan berkaitan juga dengan kata

amam yang artinya di muka, sebagai lawan kata wara'a atau khalaf, artinya

belakang. Dari sini ia menarik empat arti, yaitu ikhtiar, gerak, tujuan dan

(53)

pengertian tentang "kumpulan orang, di mana setiap individu sepakat dalam

tujuan yang sama dan masing-masing saling membantu agar bergerak ke

arah tujuan yang diharapkan, atas dasar kepemimpinan yang sama.

Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam surat Ali lmran ayat 104 dan 110,

セB@

_..-

Mセ@

(,,

QセQ@

,,

HセLv@ NNNN⦅ZNNjセMTMQ@ セ@

104. Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar, merekalah orang-orang yang beruntung. [217]

. ,,, J ,....,,..,.,, J. J. J.:' ,,.. '$

セオjセャセセャェ@

110. Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. sekiranya ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik.

Masyarakat yang dalam bahasa inggris diartikan sebagai society didefinisikan

dalam wikipedia.com sebagai berikut :

(54)

members can be from a different ethnic group. A "Society" may refer to a

particular people, such as the Villager, to

a

nation state, such as Switzerland,

or to

a

broader cultural group, such as

a

Western society. Society can also

refer to an organized group of people associated together for religious, benevolent, cultural, scientific, political, patriotic, or other pwposes

(www.wikipedia.com, 2007).

Masyarakat merupakan sekelompok individu-individu dengan ketertarikan

akan suatu hal yang sama yang mungkin mempunyai institusi dan budaya

yang berbeda. Dalam masyarakat, anggotanya mungkin saja dari etnis yang

berbeda. Sebuah masyarakat dapat mengarah pada orang-orang tertentu,

seperti masyarakat desa, sebuah negara, seperti masyarakat Swiss, atau

suatu kelompok budaya yang lebih luas, seperti masyarakat barat.

Masyarakat juga dapat mengarah pada organisasi kelompok: dari kumpulan

orang-orang yang memiliki persamaan dalam agama, kebaik:an hati, budaya,

keilmuan, politik, kebangsaan, atau tujuan yang lain.

Definisi di atas sesuai dengan apa yang didefinisikan oleh Abu Ahmadi, yang

menerangkan bahwa masyarakat adalah suatu kelompok manusia yang telah

memiliki tatanan kehidupan, norma-norma, adat istiadat yan!J sama-sama

(55)

Masyarakat diartikan sebagai pergaulan hidup manusia (sehimpunan orang

yang hidup bersama di suatu tempat dengan ikatan-ikatan aturan tertentu)

(Poerwadarminta, 1984. h 636).

Masyarakat, menurut Koentjoroningrat, adalah kesatuan hidup manusia yang

berinteraksi menurut suatu sistem adat-istiadat tertentu yang bersifat

kontinyu, dan yang terikat oleh suatu rasa identitas bersama

(Koentjoroningrat, 1990. h 136). Sedangkan Soekanto meneirnngkan, bahwa

masyarakat adalah orang yang hidup bersama yang menghasilkan

kebudayaan (Soekanto, 1995. h 187).

Berdasarkan definisi-definisi di atas, dapat diketahui bahwa ciri-ciri

masyarakat, yaitu :

1) Sekelompok orang

2) Tinggal bersama dalam waktu yang lama

3) Berinteraksi

4) Memiliki aturan yang mengatur untuk kepentingan bersama

2.3.2

Kampung Semanggi II

Menurut ibu Siti Masitoh, Ketua RW 03, secara administratif l<ampung

(56)

Ciputat Timur Kabupaten Tangerang Selatan Propinsi Banten. Sedangkan

secara geografis berada di perbatasan antara Jakarta Selata1n, Tangerang

dan Depok, merupakan daerah yang tergolong sebagai pemukiman padat

dan sibuk dengan kegiatan yang beraneka ragam. Menurut c:atatan desa

yang penulis peroleh dari Ketua RW, Kampung Semanggi memiliki luas

wilayah sekitar

±.

13

hektar dengan batas wilayah, bagian utara dibatasi oleh

tembok kampus UIN di Pesanggrahan, bagian selatan berbatasan dengan

Diklat dan Ciputat Mega Mall, bagian timur berbatasan dengan Jalan Raya Ir.

Juanda, sedangkan batas barat adalah sawah dan kali Ciputat. Berikut peta

kelurahan Cempaka Putih yang termasuk di dalamnya Kampung Semanggi

[image:56.519.42.467.331.696.2]

11.

Gambar3.1

(57)

Sebagai wilayah pemukiman, Kampung Semanggi II ditandai oleh kepadatan

perumahan yang dihubungkan ke jalan raya oleh jalan-jalan kampung atau

gang-gang yang demikian banyak, sehingga membentuk semacam labirin

lalu lintas manusia dan kendaraan kecil. Struktur sosial masyarakat juga

demikian kompleks, yang secara fisik ditandai oleh keanel<aragaman jenis

rumah dan kendaraan, serta sikap dan pergaulan sosial yan!J ada. Pasar,

pertokoan serta warung-warung merupakan sarana kehidupan ekonomi serta

merupakan cermin bagaimana tingkat kebutuhan ekonomi masyarakat di

sekitar wilayah Kampung Semanggi (Hidayah dkk, 1997).

Kampung Semanggi II terbentuk dan memiliki wilayah administratif sendiri

sekitar tahun 1980 setelah sebelumnya merupakan bagian dari daerah

Kampung Utan Selatan RT 002 dengan ketua RT, Bapak Slarnet S, yang

saat ini masih tinggal di Kampung Semanggi II RT 003 (Syamsi Komar, ketua

RT 004).

Saal ini Kampung Semanggi dihuni oleh lebih dari lebih dari !550 kepala

keluarga atau lebih dari 1200 jiwa yang terdaftar sebagai warga penetap dan

sekitar 1300 orang pendatang yang bukan penetap berdasarkan jumlah pintu

(58)

perhimpunan mahasiswa yang mengontrak rumah atau 「。ョセQオョ。ョ@ seperti

Himpunan Mahasiswa Banten (HMB) dan Asrama putri HMI (KOHATI) yang

terletak di RT 004 dan 003. Warga pendatang yang tidak menetap rata-rata

(sekitar 90 %) merupakan warga yang mengontrak dengan sebagian besar

merupakan mahasiswa.

Akan tetapi, menurut H. Wiwied selaku ketua RT 003, banyak dari

mahasiswa yang mengontrak atau kost tidak melapor kepada ketua RT

setempat sehingga menyulitkan pihak RT dalam mendata jumlah pasti dari

mahasiswa yang mengontrak atau kost tersebut. Pernyataan tersebut

diperkuat pula dengan pernyataan 8yamsi Komar dan Adih Zajadih selaku

ketua RT 004 dan RT 002 yang berpendapat sangat sulit me,nentukan jumlah

pasti mahasiswa yang mengontrak atau kost di lingkungan R:T mereka.

Adapun mahasiswa untuk tingkat pendidikan 82 dan 83, bia>Sanya sudah

berkeluarga dan mengontrak rumah bersama keluarganya. Mahasiswa 82

dan 83 yang mengontrak rata-rata tinggal di RT 004 dan OOa (Ketua RT 001,

002, 003, 004).

8edangkan suku bangsa yang menghuni Kampung 8emanggi berasal dari

(59)

Batak, Madura, dan beberapa suku di wilayah Indonesia b。セQゥ。ョ@ Timur (Ketua

RT 001, 002, 003, 004 dan Ketua RW 003).

Kampung Semanggi II memiliki satu RW dan empat RT. Dan dari hasil

wawancara peneliti dengan ketua-ketua RT, ada beberapa kesimpulan yang

dapat diambil, yaitu :

1) Dari keseluruhan jumlah warga, RT 001 memiliki jumlah warga yang

lebih banyak dari jumlah pendatang, yang terdiri dari 70 kepala

keluarga atau sekitar 100 orang warga penetap dan 50 orang bukan

penetap, dengan presentasi suku, yaitu Sunda-Betawi 75 % dan

campuran 25 % (Jhon Yon, Ketua RT 001).

2) Dari keseluruhan jumlah warga, RT 002 memiliki jumlah warga yang

seimbang dengan jumlah pendatang, yang terdiri dari 265 kepala

keluarga atau sekitar 500 orang warga penetap dan 250 orang bukan

penetap, dengan presentasi suku, yaitu Sunda-Betawi 50 % dan

campuran 50 % (Adih Zajadih, Ketua RT 002).

3) Dari keseluruhan jumlah warga, RT 003 memiliki jumlah warga yang

lebih sedikit dari jumlah pendatang, yang terdiri dari 180 kepala

keluarga atau sekitar 400 orang warga penetap dan 800 orang bukan

penetap, dengan presentasi suku, yaitu Padang 50 %, Sunda-Betawi

(60)

4) Dari keseluruhan jumlah warga, RT 004 memiliki jumlah warga yang

lebih banyak dari jumlah pendatang, yang terdiri dari 80 kepala

keluarga atau sekitar 200 orang warga penetap dan 200 orang bukan

penetap, dengan presentasi suku, yaitu Jawa 75 % dan campuran 25

% (Syamsi Komar, Ketua RT 004).

Berdasarkan pemaparan di atas, dapat disimpulkan bahwa rnasyarakat

Kampung Semanggi II merupakan sehimpunan orang yang hidup bersama di

suatu tempat dengan ikatan-ikatan aturan yang tertentu. Tempat yang

dimaksud dikhususkan pada Kampung Semanggi II Ciputat-Tangerang.

2.4

Kerangka Berpikir

Sebagai makhluk individual dan sosial, manusia bertindak seisuai dengan

kepentingannya yaitu kepentingan dirinya sendiri dan kepentingan sosial.

Kedua kepentingan ini berjalan berdampingan dalam mempemgaruhi perilaku

seseorang.

Pendidikan menjadi kebutuhan individual yang sangat penting dalam

menghadapi ketatnya persaingan pada saat ini, sehingga banyak orang

membutuhkan pendidikan yang layak, tidak terkecuali pendiclikan tinggi,

(61)

tinggi idaman, terkadang seorang mahasiswa harus menin91ialkan daerah

asalnya (merantau) guna pencapaian cita-citanya tersebut, yaitu untuk

belajar di perguruan tinggi idaman.

Hal ini menyebabkan adanya tekanan terhadap mahasiswa rantau yang

sedang menuntut ilmu di perguruan tinggi sambil merantau, mereka tidak

hanya memiliki tuntutan dan tanggung jawab yang bersifat akademik maupun

pribadi, tetapi juga tuntutan yang bersifat sosial sehingga mau ataupun tidak,

para mahasiswa harus bersosialisasi dengan masyarakat sekitar tempat

mereka tinggal. Mahasiswa tidak hanya tinggal dan menetap dalam suatu

lingkungan, melainkan juga diharapkan dapat berperan serta dalam kegiatan

sosial masyarakat. Akan tetapi, mahasiswa tersebut terkadang kurang aktif

dalam bersosialisasi dengan masyarakat sekitar tern pat tin91Jalnya karena

kesibukannya.

Mahasiswa rantau sebagai bagian dari masyarakat k。ューオョQセ@ Semanggi II

yang dalam hubungan sosialnya, tidak hanya mengarah pada sikapnya

dalam berinteraksi sesuai dengan norma-norma yang telah clitentukan

sebelumnya oleh masyarakat Kampung Semanggi II, tetapi juga memiliki

posisi dan peran dalam kehidupan sosial untuk ikut memajulcan daerah

(62)

Dari pihak masyarakat penetap pun terjadi proses sebaliknya. Masyarakat

yang telah memiliki norma dan nilai-nilai harus berinteraksi dengan

mahasiswa-mahasiswa rantau yang memiliki latar belakang dan budaya yang

berbeda-beda sehingga masyarakat harus berinteraksi sefleksibel mungkin.

Sebagai makhluk sosial, mahasiswa rantau dan masyarakat mempunyai

tujuan yang sama yaitu ingin memajukan lingl<ungan tempat mereka tinggal.

Akan tetapi, pada kenyataannya untuk mendapatkan suatu hubungan sosial

yang sesuai dengan tujuan bersama tidaklah mudah. Sehingga dalam

hubungan sosialnya antara mahasiswa rantau dengan masyarakat Kampung

Semanggi II bisa mengarah pada proses assosiatif maupun dissosiatif.

Berikut penulis gambarkan dalam bentuk bagan :

/Bagan

3.2

Kerangka Berpikir Hubungan Sosial Mahasiswa Rantau Dengan Masyarakat Kampung Semanggi II Ciputat Tangerang

Mahasiswa

Rantau Hubungan Sosial

Masyarakat Kampung Semanggi II

--)

(63)

2.5

Hipotesis

Ha : Ada hubungan sosial timbal balik mahasiswa rantau dengan masyarakat

Kampung Semanggi IL

Ho : Tidak ada hubungan sosial timbal balik mahasiswa rantau dengan

(64)

3.1 Jenis Penelitian

3.1.1 Pendekatan penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan

kuantitatif. Pada umumnya penelitian kuantitatif banyak dituntut

menggunakan angka, mulai dari pengumpulan data, penafsiran, serta

penampilan dari hasil penelitiannya (Arikunto, 2002).

Penelitian ini diawali dengan studi yang bertujuan untuk mencari teori-teori,

konsep-konsep, dan generalisasi yang dapat dijadikan landasan teoritis bagi

penelitian ini. Data yang diperoleh kemudian dikuantitatifkan dengan metode

statistik. Dan dilakukan interpretasi serta analisis untuk membuat kesimpulan.

Bentuk penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif, sesuai dengan

tujuan penelitian yang meneliti apakah ada hubungan sosial timbal balik

mahasiswa rantau dengan masyarakat Kampung Semanggi II.

(65)

3.1.2

Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah metode dHskriptif. Adapun

pertimbangan peneliti adalah untuk mengetahui apakah ada hubungan sosial

timbal balik mahasiswa rantau dengan masyarakat Kampung Semanggi II,

dalam penelitian ini tidak diperlukan administratif dan pengontrolan terhadap

perlakuan (Arikunto, 2002).

Penelitian ini merupakan penelitian survei. Penelitian survei merupakan

penelitian yang dimaksudkan untuk mengukur gejala-gejala yang ada tanpa

'

menyelidiki kenapa gejala-gejala tersebut ada (eksis) (Sevilla, 1993. h 76).

3.2

Definisi Konseptual dan Operasional Variabel

Adapun definisi operasional berarti melekatkan arti pada sesuatu konstruk

atau variabel dengan cara menetapkan tindakan-tindakan yang perlu untuk

mengukur variabel tersebut. Definisi operasional memberikan batasan atas

sesuatu variabel dengan cara merinci hal-hal yang perlu dikeirjakan oleh

(66)

Hubungan Sosial

Definisi Konseptual : lnteraksi sosial yang dinamis yang menyangkut

hubungan antara orang perorangan, antara kelompok-kelompok

manusia.

Definisi Operasional : lnteraksi antara individu dengan individu pada

kelompok lain, baik yang berbentuk asosiatif maupun disosialif.

Kelompok tersebut adalah mahasiswa rantau dan masyarakat yang

tinggal di JI Semanggi II.

Mahasiswa Rantau

Definisi Konseptual : Pelajar perguruan tinggi yang berasal bukan dari

daerahnya.

Definisi Operasional : Mahasiswa/i yang tinggal sementara di

lingkungan

JI.

Semanggi II RW 03 Ciputat-Tangerang, baik

mengontrak atau kost.

Masyarakat Kampung Semanggi

Definisi Konseptual : Sehimpunan orang yang hidup bersama di suatu

tempat dengan ikatan-ikatan aturan yang tertentu.

Definisi Operasional : Masyarakat di lingkungan

JI.

SHmanggi II 1-=?..W 03
(67)

\ mN sw:imr

QMQュQセyaイュNオュ@

.lllKMiTA

l

L MセMMMMMMᄋ@

3.3 Responden

3.3.1 Populasi

Populasi adalah kelompok besar yang merupakan sasaran &1eneralisasi suatu

penelitian (Sevilla, 1993. h 160). Adapun populasi dalam penelitian ini adalah

individu-individu yang tinggal atau berdomisili di Kampung Semanggi II, baik

yang penetap (masyarakat Kampung Semanggi II) dengan jumlah 1200

orang dengan perbandingan usia 20 % usia anak-anak (240 orang), 20 %

usia remaja (240 orang) dan 60 % usia dewasa (720 orang), maupun yang bukan penetap dengan status mahasiswa (mahasiswa rantau) dengan jumlah

800 orang.

Adapun karakteristik pemilihan sampel didasarkan pada :

1. Mahasiswa Rantau :

1) Mahasiswa/i yang mengontrak atau kost di Karnpung Semanggi

11.

2) Berasal dari daerah selain Kampung Semanggi II.

2. Masyarakat Kampung Semanggi II :

1) Anggota masyarakat Kampung Semanggi II yang telah memiliki

Kartu Tanda Penduduk (KTP) atau dengan karakteristik usia

(68)

3.3.2 Sampel

Sampel adalah kelompok kecil yang diama!i dan ditarik dari populasi (Sevilla,

1993. h 161). Dan yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah

masyarakat yang menetap di lingkungan JI. Semanggi II RW 03

Ciputat-Tangerang dan mahasiswa/i yang tinggal sementara di lingkungan JI.

Semanggi II RW 03 Ciputat-Tangerang, baik mengontrak atau kost dengan

ketetapan masing-masing 10 % di tiap RT.

3.3.3 Teknik Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel yang dilakukan adalah teknik proporsional

random sampling. Teknik ini digunakan oleh peneliti dengan pertimbangan

memungkinkan setiap anggota populasi terpilih menjadi anggota sampel

dengan peluang yang sama dengan perbandingan yang proporsional yaitu 10

% dari pihak mahasiswa rantau dan masyarakat di tiap-tiap RT (Bungin,

(69)
[image:69.518.18.439.123.480.2]

Tabel 3.1

Jumlah Populasi dan Sampel

RT Jml Warga Jml Sampel Jml Jmli Mhs Jml Sampel

Warga Dewasa Warga Pendatang Mhs

I ± 100 ±60 6 ±SO ±SO

s

II ±SOO ±300 30 ±2SO ±200 20

111 ±400 ±240 24 ±800 ±400 40

IV ±200 ±120 12 ±200 ± 150 15

L

± 1200 ±720 72 ±1300 ±800 80

3.4 Pengumpulan Data

3.4.1 Metode dan lnstrumen Pengumpulan Data

Peneliti memilih metode angket dengan kuesioner sebaga1i ala! pengumpul

data. Kuesioner merupakan salah satu jenis alat pengumpul data berupa

sejumlah daftar yang berisi suatu rangkaian pertanyaan atau pernyataan

mengenai suatu bidang untuk memperoleh data berupa jawaban-jawaban

dari para responden dalam suatu penelilian (Koentjaraningrnt, 1990. h 73).

Gambar

Tabel 3.1 Jumlah Populasi dan Sampel ................................................ 54
Tabel 4.12 Hubungan Sosial Mahasiswa Rantau dengan
Gambar 2.1 Peta Wilayah Kampung Semanggi II Ciputat-Tangerang ... 42
Gambar3.1 Peta Wilayah Semanggi II Ciputat-Tangerang
+7

Referensi

Dokumen terkait

Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Universitas Negeri Semarang. Oleh Liyun Sari

Sejarah Web dimulai pada tahun 1989 ketika tim Berner-Lee yang berkerja di laboraturium Fisika Partikel Eropa atau yang dikenal dengan nama CERN (Consei European pour la

Lazimnya orang tertawa dengan hal-hal yang aneh atau ganjil sifatnya. Maka dalani bertutur yang rekreatif ini, kita mesti piawai dalam mencuatkan aneka keanehan dan ke ganjilan,

Grafik hasil uji linearitas kulit pisang kepok berdasarkan luas puncak Pada gambar 2 Uji linieritas kurva kalibrasi antioksidan kulit pisang kepok ditentukan berdasarkan luas

Dalam metode ini tentu diperlukan kemampuan guru untuk menjelaskan pelajaran tauhid dengan dalil-dalil naqal dan dalil aka1, kemudian mengajak murid-muridnya untuk merenungkan

Table 3.1 Data Presentation of Power Exercises in Pretty Little

Dari hasil perancangan yang telah dilakukan menghasilkan suatu sistem, yaitu Sistem Pelayanan Posyandu Kecamatan Jakenan Kabupaten Pati yang dapat digunakan Bidan dan

Klik File , kemudian pilih New, kemudian pilih Appointment ( bisa dilakukan singkat dengan dobel klik pada jam yang diinginkan) akan muncul menu untuk Appointment.. Isilah