• Tidak ada hasil yang ditemukan

Manajemen Dakwah Politik PKS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Manajemen Dakwah Politik PKS"

Copied!
104
0
0

Teks penuh

(1)

Kota Depok)

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)

Oleh : ADE PRIATNA

108053000027

JURUSAN MANAJEMEN DAKWAH

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(2)
(3)
(4)

ii

Dengan ini saya menyatakan :

1. Skripsi ini merupakan karya asli saya yang saya ajukan untuk memenuhi salah

satu persyaratan memperoleh gelar strata satu di Universitas Islam Negeri

Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan

sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta.

3. Jika dikemudian hari hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya

atau merupakan jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima

sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, Maret 2014

(5)

iii

Puji syukur Alhamdulillah, penulis panjatkan kehadirat

Allah SWT. Yangtelah melimpahkan Rahmat dan karunianya,

sehingga penulis dapatmenyelesaikan penulisan skripsi ini dengan

judul ―Manajemen Dakwah Politik PKS(Study Dewan Perwakilan

Daerah (DPD) Partai Keadilan Sejahtera Kota Depok)‖. tepatpada

waktunya.

Sholawat dan Salam, barokah yang seindah-indahnya,

mudah-mudahanselalu terlimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW.

Yang telah membawa kitadari zaman kegelapan menuju zaman

Ilmiah yaitu Dinul Islam.

Penulismenyampaikanterimakasih yang

sebesar-besarnyakepadaKeduaOrangtuatercintaIbuSaedahdanBapakMuhari

(alm).Yang

senantiasaberdo’adanmemberikansemangatjuangtakkenallelahsampa

isaatini, sehinggaskripsiinidapatterselesaikan.

Penulisan Skripsi ini dimaksud untuk memenuhi salah satu

persyaratandalam menyelesaikan program Sarjana Ilmu Dakwah dan

Imu Komunikasi UINJakarta sebagai wujud serta partisipasipenulis

dalam mengembangkan dan mengaktualisasikan ilmu-ilmu yang

telahpenulis peroleh selama dibangku kuliah.

Penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya

(6)

iv

1. Bapak Dr. Arief Subhan, MA selaku Dekan Fakultas Ilmu

Dakwah &Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2. Dr. Suparto, M. Ed, MA selakuWakilDekanBidangAkademik

3. Drs. Jumroni, M.si

selakuWakilDekanBidangAkademikumum

4. Drs. WahidinSaputra, MA

selakuselakuWakilDekanBidangKemahasiswaan

5. Bapak Cecep Castrawijaya, MM dan Bapak Mulkanasir,

S.Pd, MM selaku Ketua dan Sekretaris Jurusan Manajemen

Dakwah UIN SyarifHidayatullah Jakarta.

6. Bapak Drs. Sihabuddin Noor, MA selaku Dosen

Pembimbing, yang telah membimbing dan mengarahkann

penulisan skripsi ini.

7. Bapak dan Ibu Dosen UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang

telah memberikan ilmunya kepada penulis selama 4 tahun.

8. M. Supariyono, A.Mdselaku Ketua UmumDPD PKS Kota

Depok, yang telah menberikan izin kepada penulis untuk

(7)

v dengan baik.

10.Segenap pengurus DPD PKS kota Depok, yang telah

meluangkanwaktunya untuk membantu penulis mendapatkan

informasi yang dibutuhkan.

11.Serta semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian

skripsi ini Semoga Allah SWT, melimpahkan Rahmat dan

Karunia-Nya kepada kita semua. Penulis menyadari

sepenuhnya bahwa didunia ini tidak ada yang sempurna.

Begitu juga dari penulisan skripsi ini, yang tidak luput dari

kekurangan dan kesalahan.

Akhirnya dengan segala bentuk kekurangan dan

kesalahan, penulisberharap sungguh dengan rahmat dan izin-Nya

mudah-mudahan skripsi inibermanfaat bagi penulis khususnya

dan bagi pihak-pihak yang bersangkutan.

Jakarta, 25 Maret2014

(8)

vi

Ade Priatna (108053000027), 2014. “Manajemen Dakwah Politik PKS (Study DewanPerwakilan Daerah(DPD) Partai Keadilan Sejahtera Kota Depok)”. Skripsi Jurusan Manajemen Dakwah, FakultasIlmu Dakwah & Ilmu Komunikasi, Universitas Islam Negeri Jakarta. Dr. Sihabuddin Noor, MA

Untuk melaksanakan Amar ma’ruf nahi munkar, dakwah memerlukan

media atau sarana penunjang, baik lisan, tulisan bahkan politik. Melalui media ini dakwah akan dapat disebarkan secara luas, selain juga dapat menterjemahkan perilaku kehidupan masyarakat. Hal ini sesuai dengan apa yang dikatakan Endang Saifuddin Ansari bahwa dengan cara-cara ini Islam dapat diterjemahkan secara lebih leluasa termasuk soal politik.Sudah menjadi kata sepakat bagi para ahli, bahwa perkembangan pemikiran politik itu mempunyai hubungan langsung yang

tidak terpisah dengan perkembangan sejarah (Political Science History). Soal ini

terbukti jelas dalam ―Pemikiran Politik Islam‖ di mana Sejarah Islam itu sendirilah yang membawa dan mencetuskan ―Politik Islam‖.

BerdasarkanhaltersebutmakarumusanmasalahdalampenelitianiniapakahMan ajemenDakwahPolitik DPD PKS Kota Depokdapatmeningkatkantujuandakwah

Islam dalamberpolitik di Kota

Depokdengancarapolitikpemerintahanmelaluikekuasaan,

kegiatandanaktifitasdakwah yang dilakukanoleh PKS Kota Depok. Penelitian ini menggunakan pendekatan Deskriptif-Kualitatif. Diharapkandengan menggunkan pendekatan tersebut penulis mendapatkan gambaran yangobjektif, faktual, akurat dan sistematis, mengenai masalah-masalah yang ada diobyek penelitian. Pengumpulan data penelitian ini menggunakan interview danobservasi. Kemudian hasil penelitian tersebut dianalisis dengan tahapan reduksidata, penyajian data dan yang terakhir adalah verifikasi atau menarik kesimpulan

Hasil dari penelitian ini adalah:pertama,Bahwa konsep dakwah politik yang di

jalankan oleh DPD PKS Depokdiantaranya melalui : Dakwah bit Tadwin, Dakwah Fardiyah, Dakwah bil Lisan, Dakwah bil Haal yang rutin mereka lakukan baik

terhadap kader, simpatisan maupun masyarakat umum di Kota Depok.kedua,

kunci keberhasilan Manajemen Dakwah Politik itu berorientasi pada pengenalan nilai-nilai dasar Islam dan dilakukan di berbagai kesempatan dakwah yang merupakan pembentukan opini umum Islami, penyebaran fikrah Islam yang benar dan menyeluruh.

(9)

vii

B. PembatasandanPerumusanMasalah………...…...… 10

C. TinjauanPustaka ………...…. 10

D. MetodologiPenelitian …………...………. 12

E. TujuandanManfaatPenelitian………... 22

F. SistematikaPenulisan ...23

BAB IILandasan Teori Konsep Dakwahdan Politik A. KonsepDakwah 1. PengertianManajemenDakwah ……….…………. 52

2. Fungsi-fungsiManajemenDakwah ……….……… 54

(10)

viii

B. VisidanMisiPartaiKeadilanSejahtera ………. 59

C. Lokasi DPD PKS Kota Depok ……… 61

D. Keanggotaan Partai Keadilan Sejahtera ... 61

E. StrukturKepengurusan ……….. 64

BAB IVAnalisisManajemen Dakwah Politik DPD PKS Kota Depok A. AplikasiKonsepManajemenDakwahPolitik …...………….... 65

B. AnalisisAplikasiManajemenDakwahPolitik……….. 79

BAB VPenutup 1. Kesimpulan ……… 83

2. Saran ………..84

(11)

1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Islam adalah agama dakwah yang selalu mendorong pemeluknya

untuk senantiasa aktif melakukan kegiatan dakwah. Kemajuan dan

kemunduran umat Islam sangat berkaitan erat dengan kegiatan dakwah yang

dilakukannya. Predikat Khaira Ummah (umat yang paling baik dan pilihan)

hanyalah diberikan Allah Swt. kepada kelompok umat yang aktif terlibat

dalam kegiatan dakwah. Sekaligus Islam telah mengatur segala sesuatu baik

mengenai ekonomi maupun dagang atau soal hidup sosial dan lain

sebagainya hingga tidak ada satu soal sekecil apapun yang ditinggalkan.1

Islam tampil di dunia untuk menyebarluaskan dakwah dan panggilan

Allah di bumi dan membawa kabar gembira bagi penduduknya, sekaligus

untuk membangun suatu pemerintahan yang menjamin kehidupan manusia

yang teratur dan terarah dan memberikan perlindungan kepadanya dari

kejahatan dirinya sendiri dan kejahatan orang lain. Oleh karena itu, sifat,

watak atau karakteristik negara menurut konsepsi Islam tidak pernah

terpisah dari jiwa dakwah dan medannya. Negara harus berjalan secara

harmonis dengan kegiatan dakwah, persis seperti bertemunya ujung sungai

1

(12)

dan hilirnya.2 Dakwah Islam yang telah berlangsung sekian lama ini pada

intinya adalah sebuah proses dan upaya tabligh dalam arti menyampaikan

kebenaran ajaran agama untuk membangun tatanan kehidupan yang penuh

kedamaian dan jauh dari dendam masa lalu serta berusaha menatap ke depan

yang lebih baik.

Berdakwah merupakan salah satu fenomena yang tidak dapat

dipisahkan dari kehidupan kita. Dakwah membuat masygul akal pikiran

kita. Dakwah bisa menggerakkan pelbagai naluri kita dan menempati tempat

yang sentral dalam kehidupan kita, apalagi di dalam era yang sarat dengan

krisis akidah sepeti sekarang ini.3 Perjuangan Islam sepanjang sejarahnya

dapat dilihat sebagai usaha kaum Muslim memenuhi gambaran al-Qur’an

itu, khususnya berkenaan dengan tugas kewajibannya bagi kemanusiaan.

Tugas itu juga sering diungkapkan dalam kalimat aslinya dalam bahasa

Arab, yaitu “Amar ma‟ruf nahi munkar”. Karena tugas Amar ma‟ruf nahi

munkar itulah umat Islam selalu terlibat dalam perjuangan melawan setiap

bentuk kezaliman.4

Untuk melaksanakan Amar ma‟ruf nahi munkar, dakwah

memerlukan media atau sarana penunjang, baik lisan, tulisan bahkan politik.

Melalui media ini dakwah akan dapat disebarkan secara luas, selain juga

dapat menterjemahkan perilaku kehidupan masyarakat. Hal ini sesuai

dengan apa yang dikatakan Endang Saifuddin Ansari bahwa dengan

(13)

cara ini Islam dapat diterjemahkan secara lebih leluasa termasuk soal

politik.5

Banyak ayat Al-Qur’an yang mengungkap masalah dakwah. Tetapi,

dari sekian banyak ayat yang memuat prinsip-prinsip dakwah itu ada satu

ayat yang memuat sandaran dasar dan fundamen pokok bagi metodologi

dakwah. Ayat yang dimaksud adalah sebagai berikut :

“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk”. (Q.S An-Nahl: 125)

Banyak yang tidak menyadari bahwa politik menyangkut kekuasaan,

cara menggunakan kekuasaan serta proses pengelolaan pemerintahan dan

negara maka politik termasuk salah satu alat untuk dakwah. Sudah menjadi

kata sepakat bagi para ahli, bahwa perkembangan pemikiran politik itu

mempunyai hubungan langsung yang tidak terpisah dengan perkembangan

sejarah (Political Science History). Soal ini terbukti jelas dalam ―Pemikiran

Politik Islam‖ di mana Sejarah Islam itu sendirilah yang membawa dan

mencetuskan ―Politik Islam‖. Dengan kata lain dapat disebut, bahwa

―Politik Islam‖ dengan ―Sejarah Islam‖ sejalan dan masing-masing

5

(14)

sempurna menyempurnakan ibarat darah dan daging. Maka tidaklah dapat

diketahui mana yang menimbulkan yang lain laksana ayam dan telur dan

mana yang menjadi sebab dan mana pula yang menjadi musabbab ibarat kata dan bahasa. Kait mengait ini didapatkan di dalam ―Sejarah Islam‖

secara keseluruhan, sejarah tidak terpisah dari politik dan politik adalah

sebahagiaan daripada sejarah. Kalau diambil arti politik yang luas itu, maka

didapatkan bahwa politik itu terkadang ditimbulkan oleh pribadi manusia,

terkadang oleh sekelompok manusia dan terkadang pula oleh satu aliran

tertentu.6 Sistem politik dalam pandangan Islam adalah hukum atau

pandangan yang berkaitan dengan cara bagaimana urusan masyarakat

dikelola dan diatur dengan hukum Islam.7 Setelah runtuhnya rezim orde

baru, proses demokrasi di Indonesia mengalami perubahan yang signifikan.

Hal ini terlihat dengan berubahnya sistem kepartaian, dari tiga partai

menjadi sistem multi partai.8

Alam reformasi telah melahirkan banyak partai politik, baik yang

berlabel agama maupun non agama. Ada partai politik yang menggunakan

label agama, seperti Partai Kristen dan Partai Islam (PI), sedangkan partai

politik nonagama, diantaranya berlabel sosialisme, nasionalisme, dengan

berbagai variannya.9 Pandangan-pandangan mengenai unsur-unsur lain,

misalnya mengenai konsep dan ideologi perjuangan umat Islam, yang

6

Fuad Mohd. Fachruddin, Pemikiran Politik Islam, 11 7Hafidz Abdurrahman, diskursus ―

Islam Politik Spiritual” (Bogor : Al-Azhar Press, 2007), 202

8

http:// Partisipasi Politik Non Muslim Dalam Partai Politik Islam (Analisa Terhadap PK Sejahtera) _ Garam Manis.htm

9

(15)

menjadi bagian integral dari batang tubuh politik Islam, menjadi jelas

dengan sendirinya.10

Sebagai contoh peran dakwah dalam politik, pada masa kejayaan

umat Islam era Khalifah Abbasiah, hingga Turki Usmani dan Kerajaan

Islam Aceh masa Sultan Iskandar Muda, semua aktifitas dakwah Agama

ditopang oleh para pemegang kekuasaan atau pelaku politik, bahkan mereka

sendiri juga merupakan politisi-politisi yang sekaligus sebagai da’i,

sehingga kita tidak heran bagaimana jayanya Islam dan kaum Muslimin

ketika itu.

Satu hal yang sangat menggembirakan apabila semangat untuk

mendakwahkan Islam tumbuh di masyarakat dan pemerintah kita. Karena

hal yang demikian berarti umat ini mulai menuju kepada kebahagiaan hidup

di dunia dan di akhirat. Maka langkah apapun yang bisa kita lakukan untuk

mendukung masyarakat atau pemerintah kita dalam menghidupkan

ajaran-ajaran Islam ini, hendaknya kita berikan dukungan.

Profesionalisme politik yang tipikal Islam harus dirumuskan.

Dikalangan umat dibina dan ditumbuhkan kader yang tangguh berakidah

kuat, berakhlaq mulia, menguasai persoalan politik serta kaitannya dengan

masalah sosial, ekonomi, budaya, dan sebagainya. Syaikh Hasan Al Banna menegaskan, ―Setelah batasan global dari makna Islam yang syamil dan

substansi makna politik yang luas dan tidak terkait dengan kepartaian ini,

saya bisa mengatakan secara terus terang bahwa seorang muslim tidak akan

10

(16)

sempurna Islamnya kecuali jika ia seorang politisi, mempunyai jangkauan

pandangan yang jauh, dan mempunyai kepedulian yang besar terhadap

umatnya‖.

Allah berfirman : "Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan

umat yang menyeru kepada kebajikan, menyeru kepada yang ma'ruf dan mencegah yang munkar, merekalah orang-orang yang beruntung." (QS. Ali Imran : 104)

Telah sama-sama diketahui bahwa cara yang efektif untuk mencegah

kemungkaran adalah dengan terlibat dalam pengambilan kebijakan atau

kekuasaan. Apabila kekuasaan berada di tangan orang-orang salih, atau

didukung oleh orang-orang salih, maka memiliki kesempatan yang lebih

besar untuk menolak kemungkaran dalam kehidupan masyarakat luas.

Sebaliknya, jika kekuasaan di tangan orang zhalim, maka akan bisa

digunakan untuk mengembangkan kemungkaran dan kezhaliman secara

luas. Salah satu sarana perubahan yang cukup efektif dalam sistem

demokrasi saat ini adalah partai politik.

Diskursus seputar politik dakwah dan dakwah politik terus bergulir

yang berawal sebenarnya dari sebuah kekhawatiran akan terjadinya distorsi

pemetaan antara dakwah dan politik di ranah kenegaraan. Politik identik

dengan kekuasaan yang berarti menghalalkan segala cara, sementara

dakwah adalah untuk kebaikan dan perbaikan masyarakat yang jelas tujuan

dan misi yang diembannya. Lewat kiprah partai politik tersebut, diharapkan

(17)

pemerintahan Negara. Dalam hal ini jelas kebenaran ajaran Islam bahwa

berpolitik bagian dari dakwah dan dakwah merupakan tujuan dari berpolitik.

Tentu karena ini wilayah politik maka strategi dan upaya yang

dilakukan harus juga sesuai dengan praktik perpolitikan dengan senantiasa

mengacu kepada koridor nilai-nilai Islam yang universal. Di sini setiap kita

dituntut arif mencermati setiap strategi kebijakan yang coba dijalankan oleh

sebuah partai yang menjadikan dakwah sebagai basis aktivitasnya.

Munculnya sejumlah partai yang menggunakan simbol dan asas Islam atau

yang mempunyai pendukung utama komunitas Islam, maka tidak terlalu

salah untuk mengatakan bahwa yang dimaksudkan adalah munculnya

kembali kekuatan politik Islam.11

Paradigma ini terus berlangsung sekian lama sampai lahirnya PKS,

sebuah partai yang mengusung jargon dan misi dakwah dalam praktik

perpolitikannya. Partai Keadilan Sejahtera (PKS), sebelumnya bernama

Partai Keadilan (PK), hadir menjadi sebuah alternatif cara pandang Islam

yang baru, selain NU dan Muhammadiyah. Partai Keadilan Sejahtera

memberikan harapan baru bagi masyarakat Indonesia yang memiliki

karakter : muda, religius Islam, loyal pada organisasi, berjiwa nasionalisme,

dan peduli pada persoalan internasional (wa bil khusus Palestina). Beda

dengan gerakan politik berhaluan Islam yang lain. Mereka jelas mengambil

jalur politik bergabung dengan sistem demokrasi dengan nilai-nilai

perjuangan Ikhwanul Muslimin yang teramat kental.

11

(18)

Sejak awal idiom partai dakwah merupakan tantangan terbesar bagi

para politikus Muslim. Di satu pihak, nilai Islam harus selalu hadir dalam

keseharian politik mereka. Manakala sistem perpolitikan yang sekian lama

berlangsung justru berseberangan dengan nilai dakwah dan politik Islam itu

sendiri, tentu kekhawatiran itu wajar saja muncul karena memang

mempertemukan politik dengan dakwah merupakan satu fenomena dan

ijtihad yang baru di arena perpolitikan Indonesia yang sekian lama jauh dari

nilai dakwah atau sama sekali tidak beririsan dengan dakwah. Karenanya

menjadi sebuah keharusan jika kita memberikan kesempatan bagi

munculnya sebuah partai Islam, yang mengaspirasikan suara umat muslim

untuk mewujudkan cita-cita plitik yang tidak pernah padam mengingat tugs

dakwah amar ma‟ruf nahi munkar.

Ini bisa saja menjadi upaya politisasi dakwah dalam konotasi positif,

yaitu mengemas dakwah dalam kemasan politik yang menjunjung tinggi

nilai kebaikan dan kemanusiaan. Atau akan menjadi dakwahisasi politik,

dalam arti membawa dakwah dalam wilayah politik sehingga praktik

dakwah sedikit demi sedikit akan bergeser menjadi praktik yang sesuai

dengan nilai siyasah syar'iyyah yang dijunjung tinggi oleh Islam. Pada

tataran ini, kembali semangat menjunjung siyasah syar'iyyah dalam wilayah

politik praktis direduksi perannya atau dimarginalkan.

PKS pada dasarnya adalah partai dakwah, yang tidak berhenti pada

peraihan suara, suara bagi PKS adalah sarana untuk melompat ke tahapan

(19)

dakwah melalui pemilu dan kampanye akan tetapi setelah itu berlanjut ke

tahap berikutnya yaitu melakukan intensifikasi.12

Kondisi yang demikian mengandung indikasi bahwa persoalan

dakwah akan semakin berat dan meningkat. Untuk penanggulangan dakwah

tidak mungkin dilakukan sendiri-sendiri dan sambil lalu, tetapi hendaklah

dilakukan secara bekerjasama dalam satu kesatuan yang teratur rapi. Hal ini

menghendaki adanya tenaga-tenaga terampil dan mampu untuk mengelola

dan mengatur pelaksanaan dakwah atau disebut dengan manajemen dakwah.

Kemampuan itu dimulai dari mengidentifikasikan masalah menyusun

rencana yang tepat, mengorganisir para pelaksana (sumber daya manusia)

dan daya lainnya yang tersedia, menggerakkan kepada pencapaian tujuan

dan melakukan penggendalian atau pengawasan terhadap tindakan-tindakan

dakwah.

Manajemen sangat diperlukan dalam mencapai tujuan dakwah,

karena manajemen merupakan suatu sistem dan metode atau teknik untuk

melakukan pengelolaan yang baik, mendapatkan hasil yang memuaskan,

menghindarkan perbuatan yang merugikan dan mubazir, menghindari

kesalahan dan kekeliruan dan upaya untuk menegak kebenaran dalam suatu

lembaga. Semua itu akan terwujud jika manajemen tersebut sesuai dengan

nilai-nilai dan prinsip-prinsip dalam al-Qur’an dan Hadis. Seperti efesiensi

yang mengajarkan kepada manusia untuk tidak boros, seimbang,

pencapaian manfaat dan adil. Dalam bekerja dan mengambil keputusan

12

Adi Andriana, “Momentum Politik Dakwah PKS‖. Terbit 31 Maret 2014, (diakses pada tanggal 15 Apri 2014 dari

(20)

hendaklah memegang prinsip berfikir positif, bermusyawarah, disiplin,

kebersamaan dalam hal-hal yang konstruktif dan sebagainya.

Atas dasar pemikiran tersebut, penulis mencoba mengangkat

pembahasan yang terangkum dalam skripsi yang berjudul: “Manajemen

Dakwah Politik Partai Keadilan Sejahtera” (Study Dewan Perwakilan Daerah (DPD) Partai Keadilan Sejahtera Kota Depok).

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

1. Pembatasan Masalah

Banyak hal yang terkait mengenai aktifitas dakwah PKS. Namun,

fokus pembatasan masalah hanya pada Konsepsi Manajemen Dakwah DPD

PKS Depok sebagai partai politik Islam.

2. Perumusan Masalah

Untuk memperjelas permasalahan yang akan dibahas dalam skripsi

ini, maka penulis merumuskan masalah-masalah sebagai berikut:

a. Apa Saja Aplikasi Konsep Manajemen Dakwah Politik DPD PKS

Depok?

b. Bagaimana Analisis Dari Manajemen Dakwah Politik DPD PKS

Depok?

C. Tinjauan Pustaka

Melihat dari banyaknya partai-partai Islam yang muncul pada masa

(21)

dengan beragam kegiatan serta aktivitas dakwah politiknya dalam upaya

merebut kekuasaan demi tujuan dakwah itu tercapai. Skripsi tentang PKS ini

juga sebelumnya sudah pernah dibuat dalam bentuk skripsi diantaranya :

Karya Miftahuddin (S1, PPI, FUF, 2008) yang berjudul Pengaruh

Ideologi Ikhwanul Muslimin Terhadap Partai Keadilan Sejahtera (PKS).

Beliau menjelaskan proses pengaruh ideologi Ikhwanul Muslimin terhadap

Partai Keadilan Sejahtera terjadi melalui proses transfer pemikiran yang

dibawa oleh para sarjana-sarjana dari Timur Tengah tahun 1980-an yang

membentuk sebuah gerakan yang terkenal dengan istilah “tarbiyah”.

Dari tinjaun pustaka diatas dapat dipahami bahwa aktivitas ataupun

kegiatan dakwah politik PKS sedikit banyak terpengaruh oleh

pemikiran-pemikiran Ikhwanul Muslimin. Namun dalam penelitian yang penulis buat

jauh berbeda yaitu “Manajemen Dakwah Politik Partai Keadilan Sejahtera

(22)

D. Metodologi Penelitian

A. Metode Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan dengan pendekatan kualitatif, karena

fokus penelitiannya adalah Manajemen Dakwah Politik. Penelitian kualitatif

memiliki karakteristik antara lain: ilmiah, manusia sebagai alat (instrument),

menggunakan metode kualitatif, analisis data secara induktif, teori dari

dasar (grounded theory), deskriptif, lebih mementingkan proses dari pada

hasil, adanya batas yang ditentukan, fokus, adanya kriteria untuk keabsahan

data, desain penelitian yang bersifat sementara, dan hasil penelitian

dirundingkan dan disepakati bersama.13

Moleong dalam Metodologi Penelitian Kualitatif mengutip dari

Bogdan dan Taylor, mendefinisikan metode kualitatif sebagai prosedur

penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau

lisan dari orang-orang atau pelaku yang dapat diamati.14 Pendekatan

kualitatif digunakan untuk mengungkapkan data deskriptif dari informasi

tentang apa yang mereka lakukan, dan yang mereka alami terhadap fokus

penelitian. Pendekatan ini merupakan suatu proses pengumpulan data secara

sistematis dan intensif untuk memperoleh pengetahuan tentang Manajemen

Dakwah Politik, yang mana penelitian ini dilakukan di DPD Partai Keadilan

Sejahtera Kota Depok.

13

Lexy Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2006), 8-13

14

(23)

B. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di kantor DPD PKS kota Depok yang

beralamat di Margonda Raya Gg. Beringin No. 07, Kemiri Muka, Beji,

Depok. Adapun waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Februari 2013.

C. Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini adalah subjek dari mana data dapat

diperoleh. Adapun sumber data yang digali dalam penelitian ini terdiri dari

sumber data utama yang berupa kata-kata dan tindakan, serta sumber data

tambahan yang berupa dokumen-dokumen. Sumber dan jenis datanya dibagi

kedalam kata-kata dan tindakan,sumber data tertulis, foto dan statistik.15

Sehingga beberapa sumber data yang dimanfaatkan dalam penelitian ini

meliputi:

1. Sumber data primer, yaitu sumber data yang diambil peneliti

melalui wawancara dan observasi. Sebagaimana yang

diungkapkan Moleong bahwa: ‖Kata-kata dan tindakan

orang-orang yang di amati atau diwawancarai merupakan sumber data

utama. Sumber data utama dicatat melalui catatan tertulis dan

melalui perekaman video atau audio tape, pengambilan foto, atau

film. Pencatatan sumber data utama melalui wawancara atau

15

(24)

pengamatan berperan serta sehingga merupakan hasil usaha gabungan dari kegiatan melihat, mendengar dan bertanya‖.16

2. Sumber data sekunder, yaitu sumber data diluar kata-kata dari

tindakan yakni sumber data tertulis. Sumber tertulis dapat dibagi

atas sumber dari buku dan majalah ilmiah, sumber data arsip,

dokumen pribadi dan dokumen resmi yang digunakan penulis

dalam penelitian ini.

D. Teknik Pengambilan Data

Adapun teknik pengambilan sumber data dalam penelitian ini adalah

menggunakan teknik bola salju (snow bolling sampling). Yang dimaksud

dengan teknik bola salju adalah:

‖Peneliti memilih responden atau sample secara berantai, jika pengumpulan dari data responden atau sample ke-1 sudah selesai, peneliti minta agar responden kelurahan-2, lalu yang ke-2 juga memberikan rekomendasi untuk responden ke-3, dan selanjutnya. Proses bola salju ini berlangsung terus sampai peneliti memperoleh data yang cukup sesuai kebutuhan‖.17

Dari keterangan diatas, maka sumber data utama yang menjadi

sumber informasi dalam penelitian ini adalah: ketua umum dpd pks depok

yang nantinya akan memberikan pengarahan kepada peneliti dalam

pengambilan sumber data, dan memberikan informasi serta rekomendasi

kepada informan lainnya seperti; para anggota dalam kepengurusan dpd pks

16

Ibid 17

(25)

depok. Sehingga semua data-data yang diperlukan peneliti terkumpul sesuai

dengan kebutuhan penelitian.

E. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data adalah alat pada waktu penelitian

menggunakan suatu metode. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan

beberapa metode antara lain:

1. Metode Interview

Metode interview adalah suatu bentuk komunikasi verbal,

melakukan percakapan yang bertujuan untuk memperoleh informasi dari

terwawancara.18 Peneliti mengumpulkan data dengan cara mewawancarai

secara langsung dengan pihak-pihak yang bersangkutan, terutama penasehat, ketua, dan para anggota ta’mir. Dalam metode interview peneliti

memakai pedoman wawancara berstruktur. Dalam wawancara berstruktur

semua pertanyaan telah dirumuskan dengan cermat biasanya secara tertulis

sehingga pewawancara dapat menggunakan daftar pertanyaan itu sewaktu

melakukan interview atau jika mungkin menghafalkan diluar kepala agar

percakapan lebih lancar dan wajar.19

2. Metode Observasi

Metode observasi dilakukan untuk memperoleh informasi

tentang kelakuan manusia seperti terjadi dalam kenyataan. Dengan

18

M.Nasution, Metode Research (Jakarta: Bumi Aksara, 2006), 113 19

(26)

observasi dapat kita peroleh gambaran yang lebih jelas tentang

kehidupan sosial, yang sukar diperoleh dengan metode lain.20

Observasi digunakan untuk memperoleh data dilapangan

dengan alasan untuk mengetahui situasi, menggambarkan keadaan,

melukiskan bentuk. Guga dan Lincoln. menyebutkan observasi

dalam penelitian kualitatif, yaitu: ada beberapa alasan mengapa

penelitian kualitatif menggunakan pengamatan:

a. Pengamatan didasarkan pada pengamatan langsung, b.

Pengamatan juga memungkinkan melihat dan mengamati

sendiri kemudian mencatat perilaku kejadian sebagaimana

yang terjadi pada keadaan yang sebenarnya, c. Pengamatan

memungkinkan peneliti mencatat peristiwa dalam situasi yang

berkaitan dengan bidang usaha yang profesional maupun

pengetahuan yang diperoleh secara langsung dari data, d.

Sering terjadi ada keraguan data yang diperoleh dengan teknik

wawancara, jalan yang terbaik untuk mengecek kepercayaan

data adalah dengan pengamatan, e. Teknik pengamatan

memungkinkan peneliti mampu memahami situasi-situasi yang

rumit dan dalam kasus-kasus tertentu di mana teknik

komunikatif lainnya tidak memungkinkan, pengamatan dapat

menjadi alat yang sangat bermanfaat.21

20

Ibid, 106 21

(27)

Dalam penelitian ini metode observasi yang digunakan

adalah observasi dengan partisipasi. maka dari itu peneliti

mengamati dengan langsung kegiatan yang ada pada lembaga serta

hal-hal yang terkait dengan penelitian ini.22

3. Metode Dokumentasi

Metode dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal

atau variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar,

majalah, prasasti, notulen rapat,agenda dan sebagainya.23 Adapun

penelitian ini, metode dokumentasi ini digunakan dengan cara

memeriksa dan mencatat dokumen yang diperlukan dalam

penelitian. Dokumen yang dikumpulkan dan dianalisis peneliti adalah dokumen yang berkaitan dengan kondisi ta’mir masjid

sebagai lokasi penelitian dan dokumen yang berkaitan dengan fokus

dan masalah penelitian. Dokumen yang dianalisis yaitu struktur

organisasi, profil keangotaan program-program atau kegiatan usaha

ta,mir masjid, data-data yang dihasilkan peneliti tersebut diharapkan

mampu menjawab rumusan masalah pada penelitian ini.

F. Analisis Data

Analisis data adalah proses mengorganisasikan dan mengurutkan

data ke dalam pola, kategori, dan satuan uraian dasar sehingga dapat

ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang

22

M. Nasution, Metode Research (Jakarta: Bumi Aksara, 2006), 152 23

(28)

disarankan oleh data.24 Analisis data dalam penelitian kualitatif, dilakukan

pada saat pengumpulan data berlangsung, dan setelah selesai pengumpulan

data dalam periode tertentu.

Aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan berlangsung secara

terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh25. Aktivitas

dalam analisis data, yaitu data reduction, data display, dan conclusion

drawing/verification.26

1. Data reduction

Data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup banyak,

untuk itu maka perlu dicatat secara teliti dan rinci. Seperti telah

dikemukakan semakin lama peneliti di lapangan, maka jumlah data

akan semakin banyak, kompleks dan rumit. Untuk itu perlu segera

dilakukan analisis data melalui reduksi data. Mereduksi data berarti

merangkum, memilih hal yang pokok, memfokuskan pada

hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya. Dengan demikian data

yang direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas, dan

mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data

selanjutnya, dan mencari bila diperlukan.27

2. Data display (penyajian data)

24

Lexy Moelong, Metodologi Penelitian Kualitatif , 280 25

Milles,and Huberman, M.A. Qualitative Data Analysis. Terjemahan Tjejep RR ( Jakarta : UI Press :1982), 87

26

Sugiyono. Metode Penelitian Kombinasi, (Bandung : Alfabeta. 2011), 334 27

(29)

Dalam penelitian kualitatif, penyajian data bisa dilakukan

dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori,

flowchart dan sejenisnya. Dalam hal ini Miles and huberman menyatakan ―yang paling sering digunakan untuk menyajikan data

dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks yang bersifat naratif.28

3. Conclusion drawing/verification

Langkah ke tiga dalam analisis data kualitatif menurut Miles

and Huberman adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi.

Kesimpulan awal yang dikemukakan masih besifat sementara, dan

akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang

mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya. Tetapi apabila

kesimpulan yang valid dan konsisten saat peneliti kembali

kelapangan mengumpulkan data, maka kesimpulan yang

dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel.29

G. Pengecekan Keabsahan Data

Moleong berpendapat bahwa "Dalam penelitian diperlukan suatu

teknik pemeriksaan keabsahan data. Sedangkan untuk memperoleh

keabsahan temuan perlu diteliti kredibilitasnya dengan menggunakan teknik

sebagai berikut:30

1. Persistent Observation (ketekunan pengamatan) yaitu

mengadakan observasi secara terus menerus terhadap objek

(30)

penelitian guna memahami gejala lebih mendalam terhadap

berbagai aktivitas yang sedang berlangsung di lokasi penelitian.31

Dalam hal ini berkaitan dengan peranan Bidang Usaha masjid

dalam kemandirian Masjid.

2. Triangulasi yaitu pemeriksaan keabsahan data yang

memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data untuk keperluan

pengecekan atau perbandingan terhadap data. Triangulasi yang

digunakan dalam penelitian ini adalah triangulasi sumber data

dengan cara "membandingkan dan mengecek balik derajat

kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan

alat yang berbeda dalam metode kualitatif".32

H. Tahapan Penelitian

1. Tahap Pra Lapangan

Dalam taraf pra lapangan peneliti akan melakukan observasi

terus terang atau tersamar. Observasi terus terang atau tersamar

dalam hal ini, peneliti dalam melakukan pengumpulan data, bahwa

ia sedang melakukan penelitian. Sehingga mereka yang diteliti

mengetahui sejak awal sampai akhir tentang aktivitas peneliti. Tetapi

dalam suatu saat peneliti juga tidak terus terang atau tersamar dalam

observasi, hal ini untuk menghindari kalau suatu data yang dicari

merupakan data yang masih dirahasiakan. Kemungkinan kalau

31

Ibid, 329 32

(31)

dilakukan dengan terus terang, maka peneliti tidak akan diijinkan

untuk melakukan observasi.33

2. Tahap Pelaksanaan Penelitian

a. Pengumpulan data, pada tahap ini yang dilakukan peneliti dalam

mengumpulkan data adalah:

1) Wawancara dengan Ketua Umum DPD Partai Keadilan

Sejahtera Kota Depok.

2) Wawancara dengan para anggota bidang DPD Partai

Keadilan Sejahtera Kota Depok.

3) Observasi langsung dan pengambilan data langsung dari

lapangan.

4) Menelaah teori-teori yang relevan.

b. Mengidentifikasi data

Data yang sudah terkumpul dari hasil wawancara,

dokumentasi dan observasi diidentifikasi agar memudahkan

peneliti dalam menganalisa sesuai dengan tujuan yang diinginkan.

3. Tahap Akhir Penelitian

a. Menyajikan data dalam bentuk deskripsi.

b. Menganalisa data sesuai dengan tujuan yang diinginkan.

33

(32)

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

1) Untuk mengkaji Apa Saja Aplikasi Konsep Manajemen Dakwah

Politik yang diterapkan Partai Keadilan Sejahtera (PKS) mampu

menopang dakwah, sebagai perwujudan eksistensi partai yang

berbasis Islam.

2) Dapat memberikan gambaran yang jelas, Bagaimana Analisis

Dari Manajemen Dakwah Politik PKS Kota Depok sebagai partai

yang memiliki karakter ke-Islaman, sehingga mampu

menghubungkan atau mensinergiskan dakwah Islam terhadap

politik.

2. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini diharapkan dari penelitian ini

adalah :

a. Manfaat Akademis : Penelitian ini diharapkan memberikan

kontribusi khasanah ilmu pengetahuan kepada mahsiswa/i agar

dapat mengkaji lebih jauh bagaimana aplikasi konsep

manajemen dakwah politik PKS Kota Depok.

b. Manfaat praktis : penelitian ini diharapkan dapat menambah

informasi, wawasan serta acuan bagi peneliti mengenai

(33)

F. Sistematika Penulisan

Untuk memudahkan dalam menguraikan materi yang akan dibahas

dan sekaligus agar pembaca dapat memahami uraian selanjutnya, maka

penulis mensistemasikan pembahasan yang akan ditulis kedalam bab-bab

sebagai berikut:

BAB I Pendahuluan. Bab ini menjelaskan seputar Latar

Belakang Masalah, Pembatasan dan Perumusan

Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Tinjauan

Pustaka, Metodologi Penelitian dan Sistematika

Penulisan.

BAB II Landasan Teori. Bab ini menjelaskan seputar teori

yang berisikan mengenai Pengertian Manajemen,

Manajemen Dakwah, Dakwah dan Politik, Pengertian

Manajemen Dakwah Politik, Perspektif Dakwah dan

Politik dan Hubungan dan keterkaitan Dakwah dan

Politik.

BAB III Gambaran Umum Tentang PKS. Bab ini akan

menjelaskan tentang Latar Belakang Sejarah

Berdirinya PKS Depok, Keanggotaan Partai Keadilan

Sejahtera, Struktur Organisasi, Landasan Filosofi

Partai dan Visi dan Misi Politiknya. Item di atas

untuk menjelaskan bagaimana doktrin dan

(34)

BAB IV Memaparkan Hasil analisis dan temuan-temuan

tentang Manajemen Dakwah Politik DPD Partai

Keadilan Sejahtera Kota Depok berupa Aplikasi

Konsep Manajemen Dakwah Politik PKS dan

Bagaimana Aplikasinya Dalam Manajemen Dakwah

Politik tersebut.

BAB V Bab ini merupakan akhir dari pembahasan yang

berisi tentang kesimpulan terhadap pembahasan

data-data yang telah di analisis dan saran-saran

(35)

25

bentuk isim Masdar dari kata daa‟a yad‟u da‟watan yang artinya menyeru,

memanggil, mengajak dan menjamu.34 Berdasarkan Ensiklopedi Islam,

dakwah adalah masdar (kata dasar) dari kata kerja da‟a-yad‟u yang berarti

panggilan, seruan atau ajakan.35 Kata daa‟a mengandung arti mengajak,

menyeru dan memanggil, maka sebagai ajakan, seruan, panggilan kepada

Islam.

Adapun pengertian lain mengatakan kata dakwah diambil dari kata daa‟a yang artinya memanggil, menyeru, dan menghimpun manusia untuk

suatu perkara dan menganjurkan mereka untuk mengamalkannya

sebagaimana yang terdapat dalam surat QS.Yunus : 2536

Muhammad Yunus, Kamus Arab-Indonesia, (Jakarta: Yayasan penyelenggara Penerjemahan/Penafsiran Al-Qur’an), (1973), 127

35

Ismah Ismail, Ensiklopedi Islam, Vol-1 (Jakarta: PT Ichtiar Baru Van Hoeve, 1997), 280

36

(36)

“Allah menyeru (manusia) ke darussalam (surga), dan menunjuki orang yang dikehendaki-Nya kepada jalan yang Lurus (Islam)”. (QS.Yunus : 25)

Sedangkan secara istilah dakwah didefinisikan dengan

mengemukakan pendapat bahwa dakwah ialah sebagai setiap kegiatan yang

bersifat menyeru, mengajak dan memanggil orang untuk beriman dan taat kepada Allah Swt. Sesuai dengan garis aqidah, yaitu syari’at dan akhlaq

Islamiyah.37 Dalam buku Prinsip dan Kode Etik Dakwah, dakwah ialah

mengajak dan mengumpulkan manusia untuk kebaikan serta membimbing

mereka kepada petunjuk dengan cara ber amar ma‟ruf nahyi munkar.38

Sedangkan konsep dakwah menurut penulis adalah seruan atau ajakan yang berupa amar ma’ruf nahyi munkar baik melalui perbuatan yang artinya orang melakukan dakwah. Sedangkan secara terminologis da’i

yaitu setiap muslim yang berakal Mukallaf (aqil baligh) dengan kewajiban

dakwah.39 Definisi terminologis tersebut memberi pengertian, bahwa

kewajiban dakwah terbebani kepada setiap muslim yang telah mencapai usia

baligh, aqil dan mukallaf, baik laki-laki maupun perempuan. Sehingga

37

Muhammad Sayyid al-Wakil, Prinsip dan Kode Etik Dakwah, Penerjemahan Nabhani Idris (Jakarta Akademika Pressindo, 2002), 1

38

Ensiklopedi Islam, 280 39Ismah Ismail, ―

(37)

secara luas dakwah bukan hanya aktifitas yang diperlukan oleh sekelompok

orang, tetapi hanya diaktifkan oleh para ulama, tidak hanya oleh para aktivis

kampus, tetapi seluruh elemen dan komponen masyarakat yang mempunyai

kewajiban yang sama.40

Dakwah merupakan kewajiban individu, tetapi harus ada kelompok

khusus yang menangani dakwah secara profesional. Kewajiban dakwah

secara individu berlaku pada tingkatan wa tawaa shaw bi al-haq wa

tawaa shaw bi al-shabr. Sementara itu, secara kolektif, kewajiban

dakwah membutuhkan organisasi, menejemen, dan jaringan sosial yang

kuat.41

Menjadi seorang da’i adalah suatu tugas yang sangat mulia dan

memiliki beban tersendiri, karena semua yang telah didakwahkannya harus

bias masuk dan diaplikasikan dalam kehidupan keseharian dari objek

dakwahnya. Idris Abdus Shomad dalam Diktat Ilmu Dakwah membagi

bekal yang harus dimilki oleh seorang da’i menjadi tiga bekal utama yakni:

1. Pemahaman yang benar dan tepat, maksudnya ialah pengetahuan

tentang hal-hal yang terkait dengan dakwah dan konsekuensinya.

Baik pengetahuan ke-Islaman maupun pengetahuan ilmu dakwah

serta pengetahuan umum yang dapat menunjang dakwahnya.

2. Ke-Islaman yang kokoh, maksudnya ialah keyakinan da’i tentang

kebenaran Islam sebagai isu utama dakwahnya, yakni keimanan

40

Idris Abdu Shomad, Diktat Ilmu Dakwah (Depok:T:pn.,2004), 6 41

(38)

yang melahirkan kecintaanya kepada Allah Swt. Rasul-Nya dan

kepada al-Islam, keimanan yang mewujudkan rasa takut hanya

kepada Allah Swt. Dan rasa harap kepada rahmat dan

keberkahan (daya guna) dari-Nya.

3. Hubungan kuat dengan Allah Swt, yaitu keterkaitan da’i kepada

Allah dan sikap tawakkal hanya kepada-Nya, karena

keyakinannya bahwa Allah Maha Esa dalam penciptaan Alam

Semesta, Pemeliharaan, Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu.

b. Mad’u (Objek Dakwah)

Mad’u secara etimologis berasal dari bahasa Arab yaitu dari kata

Da‟a Yad‟u yang merupakan bentuk isim maf‟ul yang artinya orang yang di ajak, atau dikenakan perbuatan dakwah. Secara terminologis Mad’u adalah

objek dan sekaligus subjek yaitu seluruh manusia tanpa terkecuali.42

Siapapun mereka, laki-laki maupun perempuan, tua maupun muda, seorang

bayi yang baru lahir ataupun orang tua menjelang ajalnya, semua adalah mad’u dalam dakwah Islam.dkawah tidak hanya ditujukan kepada orang

Islam, tetapi juga kepada orang-orang di luar Islam. Intinya dakwah itu

ditujukan untuk siapa saja tanpa melihat status sosialnya, ekonomi dan latar belakang mereka. Pernyataan ini sesuai dengan Q.S Saba’: 28

manusia seluruhnya sebagai pembawa berita gembira dan sebagai

42

(39)

pemberi peringatan, tetapi kebanyakan manusia tiada mengetahui”.

dikemukakan pada bagian sebelumnya adalah ajakn, seruan manusia untuk

mencapai suatu tujuan atas dasar hikmah dan kasih sayang.44

Secara teknis operasional, rumusan dakwah diarahkan kepada subjek

atau juru dakwah. Pemahaman ini dapat diperoleh dari ayat-ayat yang

menjelaskan tentang bagaimana sikap, tindakan atau perilaku yang harus

dimiliki oleh seorang juru dakwah dalam menjalankan misi dakwahnya.

Dengan kata lain, pengertian dakwah yang dirumuskan al-Qur’an lebih

ditekankan pada aspek teknis penyampaian dakwah itu sendiri, yakni berupa

sikap, tindakan maupun perilaku dalam berdakwah.45

Metode dakwah seperti yang terdapat dalam Q.S An-Nahl: 125

43

M. Munir, Metode Dakwah (Jakarta: Pemuda Media, 2006), 6 44

Toto Tasmara, Komunikasi Dakwah (Jakarta: Gaya Media Pratama, 1997), 43 45

Masmudin, “Dakwah dan Pengembangan Masyarakat‖ terbit 2 Maret 2011, (diakses pada tanggal 16 April 2014 dari

(40)

“serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.” (Q.S An-Nahl: 125)

Dari ayat diatas dapat dijelaskan pada dasarnya dakwah mempunyai

beberapa metode diantaranya:

Terbagi menjadi tiga metode dakwah, yaitu sebagai berikut:

1) Al-Hikmah

Kata hikmah berbentuk masdarnya hukuman atau Hakama

yang artinya secara makna aslinya adalah mencegah, jika dikaitkan

dengan dakwah akan berarti menghindari hal-hal yang kurang

relevan dalam melaksanakan tugas dakwah.46

Al-hikmah diartikan pula sebagai al-adl (keadilan), al-haq

(kebenaran), al-hilm (ketabahan), al-„ilm (pengetahuan) dan

an-nubuwwah (kenabian), yang tentunya dilihat dari porsinya. Hikmah

dalam dunia dakwah mempunyai posisi yang sangat penting, yaitu

dapat menentukan sukses tidaknya dakwah. Oleh karena itu, para Da’i dituntut untuk mampu mengerti, memahami sekaligus

memanfaatkan latar belakangnya, sehingga ide-ide yang diterima

46

(41)

dirasakan sebagai sesuatu yang menyentuh dan menyejukkan

kalbunya.

Lebih lanjut Imam Abdullah bin Ahmad Mahmud an-Nasafi

mengartikan hikmah yaitu dakwah bil hikmah dengan dakwah

menggunakan perkataan yang benar dan pasti, yaitu dalil yang

menjelaskan kebenaran dan menghilangkan keraguan.47 Dengan

demikian, jika dikaitkan dengan dakwah, akan ditemui bahwa

hikmah merupakan peringatan kepada juru dakwah untuk tidak

menggunakan satu metode saja. Sebaliknya, mereka harus konsisten

dengan objek dakwah dan selalu bersumber kepada al-Qur’an dan al

-Hadits.

2) Al-Mau‟izhah Al-Hasanah

Secara bahasa Mau‟izhah Hasanah terdiri dari dua kata, yaitu

Mau‟izhah dan Hasanah. Kata Mau‟izhah berasal dari kata Wa‟adza-ya‟idzu-wa‟adzun-I‟dzatan yang berarti nasehat,

bimbingan, pendidikan dan peringatan. Sementara Hasanah atau

merupakan kebalikan dari sayyi‟ah yang berarti kebaikan.48

Adalah perkataan-perkataan yang tidak tersembunyi bagi

mereka, bahwa engkau memberikan nasehat dan menghendaki

manfaat kepada mereka atau dengan al-Qur’an.49

(42)

Sedangkan M. Munir dalam buku Metode Dakwah dalam mengklasifikasikan Mau’izhah Hasanah menjadi beberapa bentuk,

yaitu:

a. Nasehat atau petuah

b. Bimbingan, pengajaran (Pendidikan)

c. Kisah-kisah

d. Kabar gembira dan peringatan (al-Basyis dan al-Nadzir)

e. Wasiat (pesan-pesan positif)

3) Al-Mujadalah Bi-al-lati hiya ahsan

Dari segi etimologi langkah lafadz mujadalah diambil dari

kata jadala yang bemakna memintal atau melilit. Apabila

ditambahkan alif pada huruf jim yang mengikuti wazan faa‟ala,

jadala dapat bermakna berarti berdebat, dan mujadalah perdebatan.

Secara terminologis al-mujadala berarti upaya tukar pendapat yang

dilakukan oleh dua pihak secara sinergis, yang tidak melahirkan

permusuhan dengan tujuan agar lawan menerima pendapat yang

diajukan dengan memberikan argumentasi dan bukti yang kuat.50

d. Materi Dakwah

Pada dasarnya materi dakwah adalah ajaran Islam yang

memiliki karakter sejalan dengan fitrah manusia dan kebutuhannya,

sirah Nabawiyah mengajarkan kepada kita bahwa materi pertama

yang menjadi landasan utama ajaran Islam, yang disampaikan

50

(43)

Rasulullah SAW kepada umat manusia adalah masalah yang

berkaitan dengan aqidah salimah. Keimanan yang benar, masalah

al-insan, tujuan program, status dan tugas hidup manusia di dunia dan

tujuan akhir yang harus dicapainya, dan persamaan manusia

dihadapan Allah SWT.51 Jadi materi dakwah adalah Al-Islam yang

bersumber di Al-Qur’an dan Hadits sebagai sumber utama yang

meliputi aqidah, syariah dan akhlak dengan berbagai macam cabang

ilmu yang diperoleh darinya.

e. Tujuan Dakwah

Dakwah merupakan suatu rangkaian kegiatan atau proses

dalam rangka mencapai suatu tujuan. Tujuan ini dilakukan untuk

memberikan arah atau pedoman bagi gerakan langkah kegiatan

dakwah, sebab tanpa tujuan yang jelas seluruh aktivitas dakwah akan

sia-sia.52

Salah satu misi kerasulan dari zaman ke zaman senantiasa sama yaitu sebagai da’i yang menyeru kejalan Allah, mereka

mengajak umat-Nya agar menyembah hanya kepada Allah Swt. Dan

menjauhi illah selain Allah Swt. Berupa ideology, isme-isme dan

kepercayaan hidup lainnya. Sehingga tujuan dakwah adalah mengajak

umat manusia kepada jalan Islam yang benar dan diridhai Allah Swt.

Agar hidup bahagia dan sejahtera didunia dan di akhirat yang pada

dasarnya menjadi tujuan akhir manusia hidup di muka bumi ini.

51

Muhammad Idris, Ilmu Dakwah, 17 52

(44)

3. Hukum Dakwah

Hukum menurut M.H. Tirtaatmadja ialah semua aturan (norma) yang

harus diturut dalam tingkah laku tindakan-tindakan dalam pergaulan hidup

dengan ancaman mesti mengganti kerugian –jika melanggar aturan-aturan

itu—akan membahayakan diri sendiri atau harta.

Sedangkan menurut J.C.T. Simorangkir dan Woerjono Sastropranoto

berpendapat bahwa hukum ialah peraturan-peraturan yang bersifat

memaksa, yang menentukan tingkah laku manusia dalam lingkungan

masyarakat yang dibuat oleh badan-badan resmi yang berwajib, pelanggaran

mana terhadap peraturan-peraturan tadi berakibatkan diambilnya tindakan,

yaitu dengan hukum tertentu.53

Pengertian dakwah secara bahasa berasal dari bahasa Arab,د و,ع,

yang berarti dasar kecenderungan sesuatu disebabkan suara dan kata-kata.54

Sedangkan secara istilah pengertian dakwah mengalami perkembangan dan

perbedaan makna sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan

sebagaimana telah dijelaskan di atas. Dengan demikian pengertian hukum

dakwah adalah aturan-aturan yang memuat tentang kewajiban dan tata-cara

dakwah sesuai dengan hukum Islam.

53

Hasanuddin, Hukum Dakwah, 12 54

(45)

4. Prinsip-Prinsip Dakwah

Prinsip mengandung pengertian dasar atau asas kebenaran yang

menjadi pokok pada dasarnya berfikir, bertindak dan sabagainya. Pada

esensinya dakwah adalah meletakkan prinsipnya kepada al-Qur’an dan al

-Hadits. Dakwah dapat diartikan sebagai suatu proses yang

berkesinambungan, maksudnya suatu proses yang bukan isidensial,

melainkan benar-benar direncanakan, dilaksanakan dan dievaluasi secara

terus menerus oleh para pengemban dakwah dalam rangka mengubah

perilaku sasaran dakwah sesuai dengan tujuan-tujuan yang telah

dirumuskan.55

Pada dasarnya prinsip dakwah yaitu amar ma’ruf nahyi munkar,

meskipun demikian tidak menjadikan dakwah sebagai suatu yang mudah

untuk dilakukan, tanpa mengindahkan tata cara yang sopan dan santun

sebagaimana yang dicontohkan Rasulullah Saw. Karena dakwah adalah

merupakan kewajiban terhadap setiap muslim tanpa memandang asal

golongan maupun sosial dari objek dakwahnya.

Berdasarkan pernyataan tersebut, maka ada beberapa hal yang perlu

kita perhatikan secara seksama agar dakwah dapat dilaksanakan dengan baik

dan menyejukkan pendengar (mad’u), berdasarkan M. Munir yang terdapat

dalam buku Metode Dakwah56 yang memuat prinsip-prinsip dakwah yang

menyejukkan yakni sebagai berikut :

55

Didin Hafidhuddin, Dakwah Faktual (Jakarta: Gema Insani Press, 2001), 77 56

(46)

Pertama, mencari titik temu atau sisi kesamaan. Apabila diamati

pola dakwah Rasulallah Saw. Sebelum tiba masanya hijrah, tidak pernah

menyeru ummatnya sendiri atau ahli kitab sebutan orang-orang kafir,

musyrik atau munafik. Melainkan dengan seruan yang sama dengan dirinya

yakni yaa ayyuhan naas (wahai manusia) atau yaa qaumii (wahai kaumku).

Bahkan untuk orang-orang yang munafik, sebelum jatuhnya kota mekkah

nabi Muhammad Saw. mempergunakan panggilan yaa ayyuhal ladziina

aamanu (wahai orang-orang yang beriman), dan sama sekali tidak pernah

mengucapkan terang-terangan kemunafikan mereka dengan panggilan yaa

ayyuhal munaafiquun (wahai orang-orang yang munafiq).

Kedua, menggembirakan sebelum menakut-nakuti. Sudah menjadi

fitrah manusia menyukai hal-hal yang menyenangkan dan membenci kepada yang menakutkan, maka selayaknya bagi para da’i untuk memulai

dakwahnya dengan member harapan yang menarik dan menggembirakan

sebelum memberikan ancaman. Rasulallah Saw. bersabda dalam hadits yang

diriwayakan Muslim.

―Serulah manusia! Berilah kabar gembira dan janganlah membuat

orang lari. ―Seorang da’i seharusnya terlebih dahulu memberikan targhib

(kabar gembira) sebelum tarhib (ancaman). Contohnya memberi tahu

keutamaan menjalankan sholat pada waktunya sebelum memberi peringatan

besarnya dosa meninggalkan sholat. Kabar gembira dan ancaman memang

sesuatu yang tidak dapat dipisahkan dalam berdakwah, karena targhib

memberikan perenungan dan penyadaran motivasi untuk menumbuhkan

(47)

perenungan dan penyadaran kepada seseorang untuk kembali kepada jalan

Allah Swt.

Ketiga, memudahkan tidak mempersulit, Rasulallah Saw. selalu

menerapkan metode yang mempermudah tidak mempersulit, karena pada

dasarnya Allah Swt. menyukai yang mudah dan tidak mempersulit seperti

yang terdapat dalam al-Qur’an surat al-Baqarah ayat 185 :

“(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil). karena itu, Barangsiapa di antara kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, Maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu, dan Barangsiapa sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), Maka (wajiblah baginya berpuasa), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur”. (QS. Al-Baqarah : 185)

Keempat, memperhatikan psikologi mad’u. mengingat bermacam -macam tipe manusia yang dihadapi da’i dan berbagai jenis antara dia dengan mereka serta kondisi psikologis mereka. Setiap da’i yang mengharapkan sejuk dalam aktifitas dakwahnya harus memperhatikan kondisi psikologis mad’u. hal ini menjadi penting, mengingat tidak semua pokok persoalan yang dihadapi seseorang dapat diselesaikan dengan metode penyampaian yang sama.

(48)

dibutuhkan oleh mad’u. Dakwah dilakukan tidak semata-mata dakwah

bil-lisan (dengan kata-kata) melainkan dengan aksi social (dakwah bil-hal).

Sehingga urgensi manajemen dalam dakwah menjadi takterelakkan, agar

dakwah yang dilakukan secara individual dan kelompok baik melalui

perkataan, tulisan, lembaga dan berbagai aktivitas sehari-hari menjadi

efektif dan sesuai dengan tujuan dakwah Islam. Mengajak manusia dari apa

adanya menuju kepada apa yang seharusnya, menyelamatkan orang-orang

agar tidak sampai jatuh ke dalam murka Allah.57

Lebih lanjut Faizhah dan Lalu Muchsin Effendi dalam bukunya

Psikologi Dakwah58 menjelaskan bahwa agar dakwah menjadi efektif, masyarakat dakwah khususnya para da’i harus memahami prinsip dakwah

yang sesuai dengan kenyataan dakwah di lapangan, yakni sebagai berikut :

1. Dakwah itu harus dimulai kepada diri sendiri (Ibda‟ binafsik)

dan menjadikan keluarganya sebagai contoh bagi masyarakat,

sebagaimana firman Allah Swt. yang terdapat dalam Al-Qur’an manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar,

57

Muhammad Zen, “Signifikansi Manajemen Dakwah Islam Dalam Agenda

Perubahan Sosial” (Tulisan ini di muat di jurnal SIMBOL Tahun 2000), (diakses pada tanggal 15 April 2014 dari http://muhammadzen.wordpress.com/manajemen/)

58

(49)

keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan”. (QS. At-Tahrim : 6)

2. Secara mental, da’i harus siap menjadi pewaris para nabi yakni

mewarisi pejuangan yang beresiko seperti para nabi juga harus

mengalami kesulitan ketika berdakwah kepada kaumnya meski

sudah dilengkapi dengan mu‟jizat.

3. Da’i juga harus menyadari bahwa masyarakat membutuhkan

waktu untuk dapat memahami pesan dakwah, oleh karena itu

dakwah pun harus memperhatikan tahapan-tahapan sebagaimana

dahulu nabi Muhammad Saw. harus melalui tahapan periode

Mekkah dan Madinah.

4. Da’i juga harus menyelami alam fikiran masyarakat sehingga

kebenaran Islam bisa disampaikan dengan menggunakan logika

masyarakat. Sebagaimana pesan Rasul : Khatib an as‟ala qadri

„uqulihim dalam menghadapi kesulitan, da’i harus bersabar,

jangan bersedih atas kearifan masyarakat dan jangan terbelenggu

dalam tipu daya setan, karena sudah menjadi sunnatullah bahwa

setiap pembawa kebenaran pasti akan dilawan oleh orang kafir,

bahkan setiap nabi pun harus mengalami di usir oleh kaumnya. Seorang da’i harus bisa mengajak, sedangkan yang memberi

petunjuk adalah Allah Swt.

5. Citra positif dakwah akan sangat melancarkan komunikasi

dakwah, sebaliknya citra buruk dakwah akan membuat semua

(50)

dibangun dengan kesungguhan dan konsisten dalam waktu yang

lama, tetapi citra buruk dapat dibangun hanya karena oleh satu

kesalahan fatal. Dalam hal ini, keberhasilan membangun

komunitas Islam, meski kecil akan sangat efektif untuk dakwah.

6. Da’i harus memperhatikan tertib urutan pusat perhatian dakwah,

yaitu prioritas pertama berdakwah sehubungan dengan hal-hal

yang bersifat universal. Yakni Al-Khair adalah kebaikan

universal yang datangnya secara normatif dari Tuhan, seperti

keadilan dan kejujuran, sedangkan Al-Ma‟ruf adalah sesuatu

(51)

B. Konsep Politik Islam

1. Pengertian Politik

Politik diambil dari kata “polis” dalam bahasa Yunani Kuno yang

artinya “kota atau city” ―kota dalam bahasa itu adalah Negara yang

berkuasa, menurut istilah sekarang.59 Kata politik berasal dari bahasa

Inggris yaitu politia yang menunjukkan sifat pribadi atau perbuatan, secara

leksikal, kata asal tersebut berarti acting or judging wisely, well judge,

prudent.60 Politik secara lughah, berasal dari kata „sasa‟, yasuusu‟, siyasatan‟ yang berarti mengurus kepentingan seseorang. Pengarang kamus

al-Muhits mengatakn bahwa, Sustu ar-ra‟iyata siyasatan atau ―berarti saya

memerintahnya dan melarangnya.‖61

Dalam soal ini didapatkan kata Arab yang telah dipakai dalam bahasa Indonesia dalam arti sama ―siasat‖. Dalam

arti demikian arti politik/siasat itu sangat luas jangkauannya dan pemakaiannya. Sebab ―Politik‖ yang demikian dipakai dalam segala tindak

tanduk manusia.62

Secara istilah, ―Politik‖ pertama kali dikenal melalui buku Plato

yang berjudul Politiea yang juga dikenal dengan Republik. Kemudian

muncul karya Aristoteles yang berjudul politiea dan menjalankan dua karya

tersebut sebagai pangkal pemikiran politik. Pada umumnya dapat dikatakan

bahwa politik adalah bermacam-macam kegiatan dalam satu system (atau

Negara) yang menyangkut proses menentukan tujuan-tujuan dari sistem

59

Fuad. Muhd. Fachruddin, Pemikiran Politik Islam, 1 60

Abdul Muin Salim, Konsepsi Kekuasaan Politik Dalam Al-Qur‟an (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,1994), 34

61

Abdul Qodim Zallum, Pemikiran Politik Islam, 11 62

(52)

politik itu menyangkut seleksi antara beberapa alternatif dan penyusunan

skala prioritas dari tujuan-tujuan yang telah dipilih itu.

Untuk melaksanakan tujuan-tujuan itu perlu ditentukan

kebijaksanaan-kebijaksanaan umum (Public Policies) yang mengatur

pengaturan dan pembagian (distribution) atau alokasi (allocation) dari

sumber-sumber yang ada. Untuk melaksanakan kebijakan itu, perlu

memiliki kekuasaan (power) dan kewenangan (authority) yang akan dipakai

dari proses ini. Cara yang dipakainya dapat bersifat meyakinkan

(persuasive) dan jika perlu paksaan (coercion).63

Berdasarkan uraian sebelumnya seperti yang dikemukakan oleh

Miriam Budiarjo dalam bukunya Dasar-dasar Ilmu Politik dapat

disimpulkan bahwa konsep-konsep politik itu terbagi menjadi sebagai

berikut :

a. Negara (State)

Negara adalah suatu organisasi dalam sebuah wilayah yang

mempunyai kekuasaan tertinggi yang sah dan ditaati oleh rakyatnya.

Sarjana-sarjana yang menekankan Negara sebagai inti dari politik

(politics) memusatkan perhatiannya pada lembaga-lembaga

kenegaraan serta bentuk formulirnya dengan definisi yang bersifat

tradisional dan agak sempit ruang lingkupnya.

b. Kekuasaan (Power)

63

(53)

Kekuasaan adalah kemampuan seseorang ataupun kelompok

untuk mempengaruhi tingkah laku orang atu kelompok lain sesuai

dengan keinginan dari pelaku sarjana-sarjana yang melihat kekuatan

sebagai inti dari politik, beranggapan bahwa politik adalah semua

kegiatan yang menyangkut masalah merebutkan dan

mempertahankan kekuasaan yang biasanya dianggap bahwa

perjuangan kekuasaan (power struggle) ini mempunyai tujuan yang

menyangkut kepentingan seluruh masyarakat.

Pendekatan ini banyak terpengaruh oleh sosiologi, lebih luas

ruang lingkupnya dan juga menutup gejala-gejala sosial seperti

serikat buruh, organisasi keagamaan, organisasi kemanusiaan dan

kaum militer. Bidang ilmu yang membahas khusus masalah ini

disebut politikologi studi pembentukan pembagian kekuasaan.

c. Konflik dan Kerjasama

Perbedaan politik yang menjadi ciri dan menjadi sumber dari

tindakan-tindakan dari tema-tema politik, adalah perbedaan antara

kawan-lawan. Pernyataan ini diperjelas dengan ucapan seorang

negarawan Inggris yang menyatakan “we have no permanent friends

but we have a permanent policies” yang artinya kami tidak

mempunyai kepentingan yang kekal abadi.64

Politik adalah perbuatan kemasyarakatan (yaitu perbuatan

yang diarahkan kepada kelakuan orang-orang lain) yaitu bertujuan

64

(54)

untuk mengatur secara mengikat konflik-konflik kemasyarakatan

mengenai nilai-nilai. Lebih lanjut dinyatakan, politik terdiri dari

pertarungan antara aktor-aktor yang mempunyai

keinginan-keinginan yang saling bertentangan mengenai pokok-pokok

pertentangan masyarakat.65

d. Kebijakan (Policy)

Politik adalah aspek dari semua perbuatan yang berkenaan

dengan usaha kolektif. Kehidupan politik menurut pendirian yang

lazim, meliputi semua aktivitas yang berpengaruh terhadap

kebijaksanaan ini. Lebih lanjut dijelaskan bahwa politik adalah

tindakan yang dijalankan menurut suatu rencana tertentu,

terorganisasi dan terarah yang secara tekun berusaha menghasilkan,

mempertahankan atau merubah susunan kemasyarakatan.66

e. Pembagian (Distibution) atau Alokasi (Allocation)

Harold D. Laswell mengatikan politik dengan siapa

memperoleh, bilamana, dengan cara apa? J. J jong mengartikan

bahwa :

―…...proses politik akan kita artikan sebagai keseluruhan dari

perbuatan-perbuatan daripada interaksi-interaksi antara orang-orang

dan hubungan-hubungan dalam ruang ketegangan antara kuasa

65

A. Hoogerwerf. Politikologi: Pengertian dan problem-problem (Jakarta: Erlangga, 1985), 45

66

Gambar

Gambaran Umum Tentang PKS. Bab ini akan
Tabel 3 Jenjang Keanggotaan PKS
Tabel aktivitas dakwah DPD PKS Kota Depok 2010-2013

Referensi

Dokumen terkait

Pendidikan politik bagi partai politik merupakan sarana bagi penguatan dan peningkatan kualitas kader partai politik. Di tengah pertumbuhan partai politik di

Dari hasil penelitian di lapangan setelah data telah terkumpul, di olah, dan di analisis, bahwa peran perempuan dalam partai politik di DPW PKS Provinsi Sumatera Utara sudah

Perbandingan partisipasi politik perempuan akan membandingakan bagaimana partisipasi politik perempuan pada Partai NasDem dan PKS ikut dalam proses perumusan kebijakan dan

Oleh karena itu, penulis ingin mengetahui seperti apa proses sosialisasi politik yang dilaksana- kan Partai Keadilan Kesejahteraan (PKS) pada pemilihan umum legislatif

Dari temuan penelitian diatas, secara umum pandangan terhadap keterwakilan dan peran perempuan dalam kepemimpinan dan politik di PKS (sebagai partai yang

rekrutment politik telah dicantumkan oleh Partai PKS untuk mewakili keterwakilan perempuan. Pemberdayaan perempuan dalam berbagai aspek kehidupan perlu diperhatikan sebelum

Perbandingan partisipasi politik perempuan akan membandingakan bagaimana partisipasi politik perempuan pada Partai NasDem dan PKS ikut dalam proses perumusan kebijakan dan

Sementara itu, misi yang ditetapkan PKS mencerminkan langkah-langkah dan agenda-agenda gerakan dakwah yakni; (1) menyebarluaskan dakwah Islam dan mencetak seluruh kadernya