• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peran frofesional guru PAI dalam membina pengamalan beribadah siswa di SMK al-Hidayah Lestari lebak Bulus Jakarta Selatan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Peran frofesional guru PAI dalam membina pengamalan beribadah siswa di SMK al-Hidayah Lestari lebak Bulus Jakarta Selatan"

Copied!
106
0
0

Teks penuh

(1)

LEBAK BULUS JAKARTA SELATAN

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Gelar

Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)

Disusun Oleh:

AHMAD SIDROTUL MUNTAHA 106011000060

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

(2)
(3)
(4)
(5)

i

ABSTRAK

Nama : Ahmad Sidrotul Muntaha Nim : 106011000060

Fak/jur : Ilmu Tarbiyah dan Keguruan/Pendidikan Agama Islam Judul : Peran Profesional Guru PAI dalam Membina Pengamalan

Beribadah Siswa di SMK Al-Hidayah Lestari Lebak Bulus Jakarta Selatan

Skripsi ini mengkaji tentang peran profesional guru pendidikan agama Islam dalam membina pengamalan beribadah siswa. Pembahasan skripsi ini dimaksudkan untuk mengetahui peran profesional guru pendidikan agama Islam dalam membina pengamalan beribadah siswa di SMK Al-Hidayah Lestari.

Pengamalan beribadah siswa yang beragam disebabkan oleh tingkat pengetahuan, pengamalan, serta penghayatan yang berbeda-beda, sehingga lembaga pendidikan perlu meletakan upaya peningkatan siswa dengan berbasis nilai-nilai keagamaan menjadi landasan yang perlu dibentuk melalui proses belajar mengajar dalam hal ini melalui pendidikan keagamaan. Disinilah perlunya adanya peran profesional dari guru pendidikan agama Islam dalam membina pengamalan beribadah siswa, agar siswa-siswi bersemangat dan antusias dalam mengamalkan ibadah baik di sekolah maupun di luar sekolah.

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif analitis yaitu penelitian yang bertujuan menggambarkan suatu keadaan atau sifat seperti adanya untuk kemudian dianalisa. Dengan metode ini diharapkan peneliti dapat menjelaskan peran profesional guru PAI dalam membina pengamalan beribadah siswa di SMK Al-Hidayah Lestari. Sedangkan penelitian yang digunakan untuk memperoleh data dan informasi adalah penelitian lapangan (field research) yaitu penelitian yang dilakukan dengan meneliti secara langsung objek penelitian yang ditentukan, dan ditunjang oleh referensi-referensi yang berkaitan dengan tema yang dibahas di skripsi ini (library research).

Sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas X (sepuluh) sebanyak 80 orang (40%) berdasarkan pertimbangan dan tujuan penelitian. Teknik yang digunakan Random Sampling (acak) pada tiap kelas hanya diambil 16 siswa. Hasil angket yang telah diisi oleh responden, ditabulasikan dalam bentuk hitungan analisis deskriptif, kemudian dianalisis dengan mencari nilai mean atau rata-rata. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui kondisi atau gambaran masing-masing dimensi dan item yang diteliti berdasarkan tanggapan responden.

(6)

ii











KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan nikmat dan karunia-Nya yang tak terkira sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Peran Profesional Guru PAI dalam Membina Pengamalan Beribadah Siswa di SMK Al-Hidayah Lestari Lebak Bulus Jakarta Selatan”. Shalawat dan salam tak lupa selalu tersanjungkan kepada junjungan alam Rosulullah saw, yang telah membawa umat manusia Minaz Zulumaati Ilan Nuur. Doa dan salam juga semoga selalu terlimpahkan kepada keluarga, sahabat dan pengikutnya yang setia hingga akhir zaman.

Penulis menyadari skripsi ini tidak mungkin dapat terselesaikan tanpa dukungan dan dorongan baik moril maupun materil dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Prof. Dr. Dede Rosyada, M.A., selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan Univesitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

2. Bahrissalim, M.Ag dan Drs. Sapiuddin Shiddiq, MA. Ketua dan Sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta beserta seluruh staffnya.

(7)

iii

4. Drs. Mu’arif SAM, M.Pd., dosen pembimbing yang dengan bimbingan dan kesabarannya meluangkan waktu dan pikiran, perhatian serta arahan untuk membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

5. Prof. Dr. H. Abdurrahman Ghazali, M.A. Dosen pembimbing akademik yang telah memberikan bimbingan dan arahan selama perkuliahan berlangsung

6. Pimpinan dan seluruh staff administrasi Perpustakaan Utama, Perpustakaan FITK yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk meluangkan waktu dengan membaca dan meminjamkan buku-buku kepada penulis yang digunakan sebagai referensi yang berkaitan dengan skripsi ini

7. Ibu Parhanah S.E, Kepala SMK Al-Hidayah Lestari yang telah bersedia membantu penulis melakukan penelitian di sekolah.

8. Kedua orang tua yang selalu penulis sayangi, cintai dan hormati yakni Ayahhanda Ahmad Kamil dan Ibunda Watmah, terima kasih atas segala do’a, nasehat, kesabaran, kasih sayang serta pengorbanan yang selalu diberikan kepada penulis, sehingga penulis dapat mempersembahkan sesuatu yang mudah-mudahan dapat dijadikan kebanggaan.

9. Untuk Kakak tercinta Ahmad Syarif Hidayatullah yang selalu mendo’akan, memberikan motivasi dan inspirasi bagi penulis.

10.Teman-teman PAI angkatan (2006), khususnya kelas B dan SEJARAH yang telah memberikan masukan dan saran bagi penulis sehingga selesainya skripsi ini. Pastikan tali silaturahim kita tetap terjalin sampai akhir hayat

(8)

iv

12.Kakak-kakak senior. Kak Abdillah, dan Kak Fatimah Mahbub yang telah memberikan saran, masukan dan memberikan motivasi kepada penulis

13.Dan semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu yang telah membantu penulisan skripsi ini.

Hanya harapan dan do’a semoga Allah SWT memberikan balasan yang berlipat ganda kepada semua pihak yang telah berjasa dalam membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Akhirnya kepada Allah jualah penulis serahkan segalanya dalam mengharapkan keridhoan, semoga skripsi ini bermanfaat bagi masyarakat umumnya dan bagi penulis, khususnya keluarga, anak dan keturunan penulis kelak. Amien

Jakarta, 24 April 2011

(9)

v LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI

LEMBAR PERNYATAAN KARYA SENDIRI

ABSTRAKSI ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 8

C. Pembatasan Masalah ... 9

D. Perumusan Masalah ... 10

E. Tujuan Penelitian ... 10

F. Manfaat Penelitian ... 10

BAB II KAJIAN TEORI ... 11

A. Pengamalan Beribadah Siswa ... 11

1. Pengertian Pengamalan Beribadah ... 11

a. Pengertian Ibadah ... 11

b. Pengertian Pengamlan Beribadah ... 12

2. Dasar Hukum Ibadah ... 13

3. Macam-macam Ibadah ... 14

4. Tujuan Ibadah ... 17

5. Pengamalan Ibadah Siswa di Sekolah ... 18

B. Membina Pengamalan Ibadah Siswa ... 22

1. Maksud Membina Pengamlan Ibadah Siswa ... 22

(10)

vi

D. Populasi, Sampel dan Teknik Sampling ... 31

E. Teknik Pengumpulan Data ... 32

F. Instrumen Penelitian ... 33

G. Teknik Pengolahan dan Analisis Data ... 37

H. Interpretasi Data ... 39

BAB IV HASIL PENELITIAN ... 40

A. Gambaran Umum SMK Al-Hidayah Lestari ... 40

1. Sejarah Berdirinya SMK Al-Hidayah Lestari ... 40

2. Visi dan Misi SMK Al-Hidayah Lestari ... 41

3. Sarana dan Prasarana SMK Al-Hidayah Lestari ... 42

4. Profil Siswa SMK Al-Hidayah Lestari ... 42

5. Profil Guru dan Karyawan SMK Al-Hidayah Lestari ... 45

6. Profil Guru Pendidikan Agama Islam ... 47

B. Deskripsi Data ... 48

1. Data Tentang Pengamlan Beribadah Siswa ... 48

2. Data Tentang Peran Guru Pendidikan Agama Islam ... 66

C. Analisis dan Interpretasi Data ... 78

BAB V PENUTUP ... 89

A. Kesimpulan ... 89

B. Saran ... 90

(11)

vii

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Waktu Penelitian ... 29

Tabel 2 Kisi-kisi Quisioner... 33

Tabel 3 Kisi-kisi Pedoman Wawancara 9 ... 36

Tabel 4 Analisa Data ... 38

Tabel 5 Jumlah Siswa ... 43

Tabel 6 Profil Guru Bidang Studi dan Karyawan ... 45

Tabel 7 Membaca beberapa surat pendek dalam juz’Amma ... 48

Tabel 8 Kebiasaan membaca al-Qur’an di rumah... 49

Tabel 9 Berusaha menghafal beberapa surat pendek dalam juz’Amma ... 49

Tabel 10 Hafal juz’Amma ... 50

Tabel 11 Dapat membaca al-Qur’an dengan lancar ... 50

Tabel 12 Mampu membaca al-Qur’an dengan tartil ... 51

Tabel 13 Mengalami kesulitan tentang ilmu tajwid ... 52

Tabel 14 Membaca al-Qur’an dan mempraktekkan makharijul hurufnya ... 52

Tabel 15 Dengan Membaca al-Qur’an hati menjadi tenang ... 53

Tabel 16 Terbiasa membaca al-Qur’an di sekolah membuat lancar dalam membaca al-Qur’an ... 53

Tabel 17 Shalat dhuha di sekolah ... 54

Tabel 18 Melaksanakan shalat dhuha diluar jadwal yang ditentukan sekolah 55 Tabel 19 Berdoa setelah shalat dhuha ... 55

Tabel 20 Hafal do’a Shalat dhuha ... 56

Tabel 21 Hafal makna do’a shalat dhuha ... 56

Tabel 22 Hafal doa shalat dhuha, karena terbiasa melaksanakan shalat dhuha di sekolah ... 57

Tabel 23 Yakin dengan shalat dhuha Allah akan memberikan rizki ... 57

Tabel 24 Shalat Dhuha di Rumah ... 58

(12)

viii

Tabel 26 Melaksanakan shalat dzuhur berjama’ah sesuai dengan jadwal

yang ditentukan sekolah... 59

Tabel 27 Melaksanakan shalat berjama’ah di sekolah, dirumah juga melaksanakanya... 60

Tabel 28 Melaksankan Shalat 5 waktu dengan berjama’ah ... 60

Tabel 29 Dengan shalat keimanan dan ketqwaan semakin bertambah ... 61

Tabel 30 Terbiasa berdo’a dalam kehidupan sehari-hari ... 62

Tabel 31 Berdo’a setiap memulai aktifitas ... 62

Tabel 32 Hafal bacaan do’a sehari-hari... 63

Tabel 33 Berdo’a ketika mulai belajar dan sesudah belajar ... 63

Tabel 34 Berdo’a jika hendak tidur... 64

Tabel 35 Berdo’a bila hendak keluar rumah ... 64

Tabel 36 Berdo’a setelah shalat fardhu ... 65

Tabel 37 Karena terbiasa berdo’a yakin Allah SWT akan memberikan kemudahan dalam segala urusan ... 65

Tabel 38 Berdo’a ketika menghadapi ujian semester sehingga hati menjadi tenang, dan menjawab soal dengan penuh percaya diri ... 66

Tabel 39 Mengajarkan cara membaca al-Qur’an yang baik ... 67

Tabel 40 Memberikan contoh membaca al-Qur’an yang baik ... 67

Tabel 41 Mengajarkan tatacara praktek shalat yang baik dan benar ... 68

Tabel 42 Mengajarkan tatacara praktek shalat sunnah dhuha yang baik dan benar ... 68

Tabel 43 Mengajarkan do’a sesudah shalat dan do’a sehari-hari ... 69

Tabel 44 Memberikan bimbingan membaca al-Qur’an ... 70

Tabel 45 Membimbing dengan baik dalam belajar membaca al-Qur’an ... 70

Tabel 46 Memberikan bimbingan tentang shalat yang baik ... 71

Tabel 47 Membimbing tentang tatacara praktek shalat sunnah dhuha yang baik dan benar ... 71

Tabel 48 Memberikan bimbingan cara berdoa yang baik dan benar ... 72

Tabel 49 Memberikan latihan hafalan do’a sehari-hari ... 72

(13)

ix

Tabel 51 Mengawasi siswa membaca al-Qur’an ... 74

Tabel 52 Menegur/member hukuman kepada siswa yang tidak membaca al-Qur’an ... 74

Tabel 53 Memperhatikan perlengkapan shalat siswa ... 75

Tabel 54 Memerintahkan siswa untuk shalat ... 75

Tabel 55 Mengajak para siswa untuk shalat dzuhur berjama’ah di sekolah ... 76

Tabel 56 Mengajak para siswa untuk mengerjakan shalat sunnah dhuha ... 77

Tabel 57 Menegur/memberi hukuman kepada siswa yang tidak shalat ... 77

Tabel 58 Nilai rata-rata skor penelitian pengamalan membaca al-Qur’an ... 78

Tabel 59 Nilai rata-rata skor penelitian pengamalan shalat dhuha ... 80

Tabel 60 Nilai rata-rata skor penelitian pengamalan shalat dzhur berjama’ah 82 Tabel 61 Nilai rata-rata skor penelitian pengamalan berdo’a... 83

Tabel 62 Nilai rata-rata skor penelitian peran guru sebagai pengajar... 84

Tabel 63 Nilai rata-rata skor penelitian peran guru sebagai pembimbing ... 86

(14)

1 BAB I PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

Realitas permasalahan remaja (siswa sekolah menengah kejuruan) saat ini makin kompleks. Tawuran antar pelajar, ugal-ugalan di jalan, penyalahgunaan narkoba, minum-minuman keras, pornoaksi, menganut ramalan bintang yang berbuah kesyirikan adalah beberapa contohnya.

“Komisi Nasional Perlindungan Anak merilis data bahwa 62,7 % remaja putri SMP di Indonesia sudah tidak perawan. Hasil lain, ternyata 93,7 % siswa SMP dan SMA pernah berciuman, 21,2 % remaja SMP mengaku pernah aborsi dan 97% remaja SMP dan SMA pernah melihat film porno”.1 Kondisi ini diperparah dengan hadirnya program televisi yang menayangkan hal-hal yang bertentangan dengan ajaran agama, gaya hidup selebriti yang terkesan rela menghalalkan segala cara, juga tayangan yang menyajikan contoh-contoh tindak kekerasan, kejahatan, perselingkuhan dan tindak korupsi yang telah membudaya dalam masyarakat kelas teri sampai kelas kakap. Krisis moral, krisis spiritual, krisis keteladanan berakibat pada pembodohan masal dan nilai menuju kehancuran2.

Kenyataan sebagaimana dikemukakan di atas merupakan masalah yang merisaukan, dan menunjukkan bahwa telah terjadi penurunan akhlak dan moral peserta didik, dan kurangnya pengamalan nilai-nilai dan ajaran agama. Timbulnya

1

Adi Suhendi, “62.7.Persen Remaja SMP Tidak Perawan”, dari www.kompas.com, 13 Oktober 2010

2

(15)

kondisi semacam ini disebabkan oleh beberapa hal, diantaranya bahwa ada sebagian dari orang tua tidak atau kurang memiliki kemampuan untuk mendidik anak dengan baik dikarenakan tidak mempunyai pemahaman agama yang cukup. Sebagian yang lain merupakan orang tua yang cukup memiliki bekal pemahaman agama dan kemampuan mendidik tetapi tidak mempunyai waktu yang cukup untuk melaksanakan karena kesibukannya.

Orang tua adalah orang dewasa pertama yang memikul tanggung jawab pendidikan, sebab itu secara alami anak pada masa-masa-masa awal kehidupanya berada di tengah-tengah ibu dan ayahnya. Pendidikan yang diberikan mulai dari hal-hal yang terkecil seperti berwudhu, shalat 5 waktu, mengaji beramal dan berbuat baik kepada orang lain dan dari hal baik samapai kepada hal yang buruk, serta mulai dari “bahasa cinta” samapai “bahasa benci”. Sehingga perkembangan agama pada anak sangat ditentukan oleh pendidikan dan pengalaman yang dilaluinya, terutama pada masa-masa pertumbuhan masa-masa pertumbuhan pertama (masa anak) dari 6-12 tahun. “Seorang anak yang pada masa itu tidak mendapat pendidikan tentang agama dan tidak mempunyai pengalaman keagamaan, maka nanti setelah dewasa akan cenderung kepada sikap negatif terhadap agama”.3

Penyebab lain kurangnya siswa mengamalkan nilai-nilai dan ajaran agama adalah faktor lingkungan. Lingkungan merupakan faktor yang sangat penting, sebab dalam hal ini pengaruh lingkungan dapat bersifat positif yang berarti pengaruhnya baik dan sangat menunjang perkembangan suatu potensi atau bersifat negatif yaitu pengaruh lingkungan itu tidak baik dan akan menghambat/merusak perkembangan. Oleh karena itu sudah menjadi tugas utama seorang pendidik (orang tua atau guru) untuk menciptakan atau menyediakan lingkungan yang positif agar dapat menunjang perkembangan si anak dan berusaha untuk mengawasi dan menghindarkan pengaruh faktor lingkungan yang negatif yang dapat merusak perkembangan sang anak.

Selain itu fase usia peserta didik yang duduk di bangku Sekolah Menengah Kejuruan/sederajat merupakan fase usia yang sedang berada dalam taraf masa

3

(16)

remaja atau masa adolescence. Masa remaja atau adolescence ini berlangsung dari umur 15 atau 16 sampai umur 21 tahun atau berlangsung dari saat individu matang secara seksual sampai mencapai usia matang secara hukum. Masa remaja ini dibagi dua bagian; (a.) masa remaja awal, yang berlangsung hingga umur tujuh belas tahun, dan (b.) masa remaja akhir, yang berlangsung hingga mencapai usia kematangan resmi secara hukum yakni usia 21 tahun. “Masa remaja ini merupakan masa yang penting dalam rentang kehidupan. Masa ini dikenal sebagai suatu periode peralihan; suatu masa perubahan; usia bermasalah; saat dimana individu mencari indentitas; usia yang menakutkan; masa tidak realistik dan masa ambang dewasa.”4

Fase usia siswa Sekolah Menengah Kejuruan/sederajat ini adalah fase usia bermasalah. Hal ini tentu disebabkan karena mereka merasa dirinya mandiri, sehingga mereka ingin mengatasi masalahnya sendiri, menolak bantuan orang tua dan guru. Padahal mereka sendiri juga kurang berkemampuan untuk mengatasi sendiri masalahnya menurut cara yang mereka yakini. Selain itu, pada fase usia remaja ini perasaan mereka terhadap agama pun tidak tetap. Hal ini dapat ditandai dengan sikap mereka yang kadang-kadang sangat cinta terhadap Tuhan, akan tetapi kadang-kadang berubah menjadi acuh tak acuh atau menentang apabila mereka merasa kecewa, menyesal dan putus asa. Itu semua memang perasaan yang masih ambivalensi.

Problematika pendidikan agama di sekolah selama ini hanya dipandang melalui aspek kognitif atau nilai dalam bentuk angka saja, tidak mendorong bagaimana siswa didik mengamalkan ajaran-ajaran agama dalam dunia nyata sehingga belajar agama sebatas menghafal dan mencatat. Hal ini mengakibatkan pelajaran agama menjadi pelajaran teoritis bukan pengamalan atau penghayatan terhadap nilai agama itu sendiri.

Pengamalan beribadah siswa yang beragam disebabkan oleh tingkat pengetahuan yang berbeda-beda, sehingga lembaga pendidikan perlu meletakan upaya peningkatan siswa dengan berbasis nilai-nilai keagamaan menjadi landasan

4

(17)

yang perlu dibentuk melalui proses belajar mengajar dalam hal ini melalui pendidikan keagamaan. Disinilah perlunya adanya peran profesional dari guru pendidikan agama Islam dalam membina pengamalan beribadah siswa yaitu bagaimana agar siswa-siswi bersemangat dan antusias dalam mengamalkan ibadah baik di sekolah maupun di luar sekolah.

Guru adalah salah satu unsur pokok yang sangat penting dalam dunia pendidikan. Tugas sucinya adalah mendidik dan memberikan pendidikan dan pengajaran, baik secara formal maupun nonformal kepada anak didiknya. Tanpa guru, pendidikan hanya akan menjadi slogan muluk karena segala bentuk kebijakkan dan program pada akhirnya akan ditentukan oleh kinerja pihak yang berada di garis depan yaitu guru.5

Sebagai salah satu piranti penting dalam dunia pendidikan, guru hadir mendedikasikan sebagian besar waktunya di sekolah untuk anak didiknya, ia dituntut banyak untuk membiana dan membimbing peserta didik agar menjadi manusia-manusia yang berperadaban mulia, berilmu pengetahuan yang luas, memiliki sikap dan watak yang baik, cakap dan terampil serta memiliki moral dan berakhlak mulia.

Guru pendidikan agama Islam harus menguasai banyak pengetahuan (akademik, pedagogik, sosial dan budaya), mampu berpikir kritis, tanggap terhadap setiap perubahan, dan mampu menyelesaikan masalah. Guru diharapkan bisa menjadi pemimpin dan agen perubahan, yang mampu mempersiapkan anak didik untuk siap menghadapi tantangan global di luar sekolah.

Guru dalam dimensi kekinian digambarkan sebagai sosok manusia yang berakhlak mulia, arif, bijaksana, berkepribadian stabil, mantap, disiplin, santun, jujur, obyektif, bertanggung jawab, menarik, mantap, empatik, berwibawa, dan patut diteladani.

Dengan sosok kekiniannya, seorang guru harus manjadi manusia yang dinamis dan berfikir ke depan (futuristic) dengan tanda-tanda dimilikinya sifat informatif, modern, bersemangat, dan komitmen untuk pengembangan individu maupun

5

(18)

bersama-sama. Dan yang tak kalah penting, guru diharuskan mampu menguasai IT, atau setidak-tidaknya mampu mengoperasionalkan.

'Abdullah ‘Ulwan berpendapat bahwa tugas guru ialah melaksanakan pendidikan ilmiah, karena ilmu mempunyai pengaruh yang besar terhadap pembentukan kepribadian dan emansipasi harkat manusia. Sebagai pemegang amanat orang tua dan sebagai salah satu pelaksanaan pendidikan Islam, guru tidak hanya betugas memberikan pendidikan ilmiah. Tugas guru hendaknya merupakan kelanjutan dan sinkron dengan tugas orang tua, yang juga merupakan tugas pendidik muslim pada umumnya, yaitu memberikan pendidikan yang berwawasan manusia seutuhnya.6

Maka, guru pendidikan agama Islam mempunyai tanggung jawab yang besar dalam mengupayakan perkembangan seluruh potensi anak didik. Baik potensi kognitif, afektif, dan psikomotorik berdasarkan ajaran agama Islam kearah terbentuknya kepribadian yang utama.

Salah satu ciri kemajuan zaman adalah adanya suatu pekerjaan yang ditangani secara profesional, sehingga pekerjaan itu dikerjakan secara sungguh-sungguh dan serius oleh orang yang memiliki profesi dibidang tersebut. Pekerjaan guru merupakan pekerjaan profesi, karena itu mesti dikerjakan dengan tuntutan profesionalis.

Di bidang keguruan ada 3 persyaratan pokok untuk menjadi tenaga professional guru. Pertama, memiliki ilmu pengetahuan di bidang yang diajarkannya sesuai dengan kualifikasinya. Kedua, memiliki pengetahuan dan keterampilan dibidang keguruan, dan ketiga memiliki moral akademik.7 Dengan demikian untuk menjadi seorang guru dipersyaratkan adanya kualifikasi dan kompetensi.

Dalam UU Guru dan dosen (Pasal 1 ayat 1) dinyatakan bahwa: “Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini, jalur pendidikan formal, pendidikan dasar dan pendidikan

6

Hery Noer Aly, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: PT. Logos Wacana Ilmu 1999), h.95. 7

(19)

menengah”.8 Guru profesional akan tercermin dalam penampilan pelaksanaan pengabdian tugas-tugas yang ditandai dengan keahlian baik dalam materi maupun metode, rasa tanggung jawab, pribadi, sosial, intelektual, moral dan spiritual dan kesejawatan.

Sosok ideal guru pendidikan agama Islam di atas pada konteks dewasa ini tak sebanding lurus dengan keadaan sesungguhnya. Guru hanya mampu mengajar namun sedikit semangat dalam mendidik. Pemberian pendidikan agama hanya berbentuk kajian teoritis namun tidak diupayakan dalam bentuk praktis. Apa yang dilakukan para siswa di luar sekolah ini tidak menjadi perhatian para pendidik agama. Selain itu tidak sedikit dari para guru mulai pudar jati dirinya, yaitu karena sebagian tampilan ulah guru nakal, tindak asusila yang diperbuat, dan ditambah lagi rendahnya kualitas profesionalitas.

Oleh karena itu peran seorang guru pendidikan agama Islam yang memiliki profesionalisme yang baik dan sesuai dengan keahliannya sangat dibutuhkan demi kemajuan dan perkembangan pendidikan.

Kenyataannya, banyak guru pendidikan Agama Islam yang belum menjalankan peran-peran profesinya secara baik, sehingga banyak siswa yang tidak mengamalkan ajaran agama secara baik. Fenomena tersebut dapat dijumapai di berbagai sekolah, salah satunya adalah SMK Al-Hidayah Lestari Lebak Bulus Jakarta Selatan.

SMK Al-Hidayah Lestari sebagai sekolah kejuruan merupakan lembaga pendidikan formal yang memiliki tujuan dalam proses pembelajaran PAI, dimana tujuannya yakni:

Membina siswa agar benar-benar beriman kepada Allah dan RasulNya serta apa yang disyariatkan Allah, Menanamkan kepercayaan siswa tentang akhlak dan nilai yang baik dalam masyarakat atas dasar pemikiran dan pemahaman, meningkatkan kemauan siswa untuk selalu menjaga dasar dan syiar agama, mengokohkan jiwa keagamaan, sehingga siswa dapat menghadapi berbagai

8

(20)

aliran yang merusak masyarakat dan idiologi atheisme serta terhindar dari penyimpangan yang bertentangan dengan aqidah.9

Dalam proses pembelajaran Guru PAI selain berperan dalam mengembangkan pemahaman, penghayatan dan pengamalan siswa terhadap ajaran Islam sehingga menjadi manusia muslim yang beriman dan bertakwa kepada Allah SWT, juga diharapkan berperan dalam membangun akhlak mulia dalam diri siswa. Namun, pada kenyataannya peran yang diberikan guru PAI khususnya di Sekolah Menengah Kejuruan Al-Hidayah Lestari Jakarta kurang berjalan efektif hal ini bisa dilihat dari semakin rendahnya minat siswa kelas X terhadap materi pembelajaran PAI, semakin menurunnya prestasi belajar mereka dalam proses pembelajaran PAI, turunnya kedisiplinan sekolah hingga turunnya pengamalan beribadah siswa seperti sholat, puasa dan sebagainya. Hal tersebut didasarkan pada penelitian awal yang dilakukan di SMK Al-Hidayah Lestari menunjukkan bahwa nilai rata-rata ulangan harian mata pelajaran PAI belum mencapai hasil yang maksimal. Dari keseluruhan siswa kelas X yang berjumlah 183 orang sebanyak lebih dari 4 orang/kelas yang belum tuntas mengikuti pembelajaran PAI. Hasil penelitian dari hal ini didapatkan bahwa terkadang guru PAI sendiri yang memberikan evaluasi kepada siswa diluar materi pembahasan yang belum dipelajari, sehingga banyak diantara mereka harus mengikuti evaluasi ulang (remedial) agar mendapatkan nilai yang maksimal. Hasil penelitian dari hal ini didapatkan bahwa terkadang guru PAI sendiri yang memberikan evaluasi kepada siswa diluar materi pembahasan yang belum dipelajari, sehingga banyak diantara mereka harus mengikuti evaluasi ulang (remedial) agar mendapatkan nilai yang maksimal. Tentu saja hal itu menyebabkan kurang efektifnya pembelajaran PAI di SMK tersebut.

Selain itu, faktor yang menjadi penghambat kurang efektifnya pembelajaran PAI di SMK Al-Hidayah Lestari yakni guru terkadang kesulitan menciptakan suatu lingkungan belajar yang dapat membawa siswa menjadi lebih kreatif dan logis. Pembelajaran cenderung berpusat pada guru (teacher centered teaching

9

(21)

method). Pembelajaran seperti ini cenderung menghambat kreatifitas berpikir siswa sehingga pembelajaran terasa kurang efektif.

Peran profesional guru PAI yang diarahkan khususnya di SMK Al-Hidayah Lestari dapat seyogyanya membantu meningkatkan keyakinan, pemahaman, penghayatan dan pengamalan ajaran Islam bagi siswa yang pengaruhnya dapat membentuk kesalehan pribadi dan sosial dalam diri mereka. Akan tetapi, pengaruh tersebut tampaknya masih kurang begitu terealisasikan dengan nyata dalam diri siswa kelas X SMK Al-Hidayah Lestari. Hal ini ditandai dengan semakin meningkatnya perilaku (akhlak) negatif mereka akibat pemahaman yang kurang terhadap ajaran Islam, seperti perilaku menentang guru, berkata tidak sopan baik kepada guru maupun sesama teman, sering tidak hadir saat kegiatan belajar mengajar berlangsung, merokok ditempat umum sebelum batas umur yang pantas dan lain-lain menjadi indikasi betapa kurang berpengaruhnya peran profesional guru PAI di SMK tersebut sehingga menghasilkan perilaku-perilaku yang jauh dari harapan.

Melihat realita seperti ini, hendaknya setiap guru khususnya guru PAI mampu berperan secara profesional dalam memberikan bimbingan dan tuntunan agar siswa-siswi bersemangat dan antusias dalam mengamalkan ibadah baik di sekolah maupun di luar sekolah.

Berdasarkan masalah tersebut, penulis tertarik mengkaji dan meneliti lebih dalam permasalahan tersebut dalam sebuah skripsi yang berjudul: “Peran Profesional Guru PAI dalam Membina Pengamalan Beribadah Siswa di SMK Al-Hidayah Lestari Lebak Bulus Jakarta Selatan”

B.Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, penulis mengidentikasikan permasalahannya sebagai berikut:

1. Rendahnya kompetensi profesionalisme guru berpengaruh terhadap rendahnya mutu pendidikan

(22)

3. Masih kurangnya peran dan fungsi guru pendidikan agama Islam dalam membina pengamalan beribadah siswa

4. Kurang terintegrasinya aspek kognitif, afektif dan psikomotorik dari orientasi pendidikan yang dilaksanakan

5. Guru kurang memberikan contoh berprilaku yang baik kepada anak didiknya

6. Telah terjadinya degradasi pengamalan beribadah siswa

7. Masih terjadi pelanggaran yang dilakukan peserta didik terhadap norma-norma agama yang berlaku

C.Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah dalam penelitian ini, melihat luasnya ruang lingkup permasalahan yang akan dibahas membutuhkan spesifikasi kajian hal-hal yang dilakukan agar pembahasan lebih terfokus, penulis membatasi permasalahan sebagai berikut:

1. Peran Profesional Guru PAI

Menurut Sujana, yang dimaksud dengan peran guru ialah “keterlibatan aktif seseorang dalam suatu proses kerja, penampilan ia tampil sebagai suatu yang dimainkan atau tingkah laku yang diharapkan dari seseorang pada satu waktu tertentu.”10 Dalam UU Guru dan dosen (Pasal 1 ayat 1) dinyatakan bahwa: “Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini, jalur pendidikan formal, pendidikan dasar dan pendidikan menengah”11 Peran profesional guru PAI yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kemampuan profesional seorang guru pendidikan agama Islam dalam memberikan pengajaran, bimbingan tuntunan, dan pengawasan agar siswa-siswi bersemangat dan antusias dalam mengamalkan ibadah baik di sekolah maupun di luar sekolah.

10

Nana Sudjana, Cara Belajar Siswa Aktif dalam Proses Belajar Mengajar, (Bandung : Sinar Baru, 1999), h. 32-35

11

(23)

2.Pengamalan beribadah siswa yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pengamalan beribadah siswa kelas X SMK Al-Hidayah Lestari yang dibatasi pada ibadah yang dilaksanakan di sekolah tersebut yaitu: membaca al-Qur’an, shalat dhuha, shalat dzhur berjama’ah, dan berdoa.

D.Perumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah yang telah dipaparkan maka masalah yang diangkat dalam penelitian ini adalah: “Bagaimana peran profesional guru pendidikan agama Islam dalam membina pengamalan beribadah siswa di SMK Al-Hidayah Lestari Lebak Bulus Jakarta Selatan?”

E.Tujuan Penelitian

Berdasarkan masalah yang telah dirumuskan, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran profesional guru pendidikan Agama Islam dalam membina pengamalan beribadah siswa di SMK Al-Hidayah Lestari Lebak Bulus Jakarta Selatan”

E.Manfaat Penelitian

Secara teoritis dan praktis penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat:

1. Bagi pihak sekolah sebagai masukan untuk pengembangan penelitian serupa di masa yang akan datang.

2. Bagi pihak guru sebagai bahan masukan untuk lebih berperan dalam membina, dan memberikan tuntunan yang benar tentang pengamalan beribadah.

3. Bagi siswa sebagai bahan masukan untuk meningkatkan kualitas ibadah dengan bertambahnya pengetahuan yang diperoleh.

(24)

11 BAB II

KAJIAN TEORITIS

A.Pengamalan Beribadah Siswa

1. Pengertian Pengamalan Beribadah a. Pengertian Ibadah

Secara etimologi "kata ‘ibadah’ diambil dari bahasa Arab ﺓﺩﺎﺒﻋ– ﺩﺒﻌﻴ- ﺩﺒﻋ

yang berarti beribadah atau menyembah”.1 Menurut kamus istilah fiqih, ibadah yaitu “memperhambakan diri kepada Allah dengan taat melaksanakan segala perintah-Nya dan anjuran-Nya, serta menjauhi segala larangan-Nya karena Allah semata, baik dalam bentuk kepercayaan, perkataan maupun perbuatan. Orang beribadah berusaha melengkapi dirinya dengan perasaan cinta, tunduk dan patuh kepada Allah swt.”2

Pengertian ibadah di atas mengandung makna bahwa setiap perbuatan manusia yang didasari oleh ketaatan kepada Allah swt dengan melakukan segala amal perbuatan yang dianjurkan atau diperintah-Nya dan menjauhi segala amal perbuatan yang dilarang-Nya merupakan suatu ibadah. Ibadah juga dapat berarti “sikap tunduk seorang hamba dan merendahkan diri kepada Allah swt sebagai tanda syukur atas segala karunia yang diterimanya dengan cara mengerjakan

1

Atabik Ali dan Ahmad Zuhdi Muhdlor, Kamus Kontemporer Arab-Indonesia, (Yogyakarta : Multi Karya Grafika, 1996), cet. ke-V, h. 1268.

2

(25)

perintah-Nya seperti shalat, puasa, zakat, haji dan lain-lain. Serta manjauhi segala perbuatan maksiat yang dilarang-Nya”.3

Menurut ensiklopedi hukum Islam ; “ibadah berasal dari bahasa Arab yaitu

al-ibadah, yang artinya pengabdian, penyembahan, ketaatan,

menghinakan/merendahkan diri dan doa. Secara istilah ibadah yaitu perbuatan yang dilakukan sebagai usaha menghubungkan dan mendekatkan diri kepada Allah swt sebagai tuhan yang disembah.”4

Secara menyeluruh dapat dipahami bahwa ibadah itu ialah penghambaan diri, penundukan diri, dan penghinaan diri dihadapan Sang Pencipta baik secara ucapan, perbuatan, dan gerak-gerik hati pada saat sendiri maupun di keramaian, yang diiringi dengan rasa ikhlas, ridh'a, dan cinta dengan apa yang Ia perintahkan untuk dilaksanakan dan menjauhi apapun yang Ia larang.

b. Pengertian Pengamalan Beribadah

Pengamalan beribadah artinya pelaksanaan segala yang diperintahkan Allah swt dan meninggalkan atau menjauhi semua yang dilarang-Nya. Sesuatu yang diperintahkan oleh Allah swt itu ada yang bersifat suruhan pasti (tâlab jâzim) yang melaksanakannya merupakan suatu kewajiban; ada pula yang bersifat tidak pasti (tâlab ghairu jâzîm), yang melaksanakannya merupakan anjuran sunat. Adapun yang dilarang oleh Allah swt itu ada yang bersifat larangan pasti (tâlab tarki jâzim) yang meninggalkannya merupakan suatu perintah yang haram; adapula larangan yang bersifat tidak pasti (talab tarki ghairu jazim), yang meninggalkannya merupakan suatu perintah yang tidak haram, tetapi makruh; boleh dilaksanakan (tidak berdosa pelakunya) dan sebaiknya ditinggalkan atau dijauhi.

3

Abdul Mudjib, Fikih Ibadah, (Surabaya: Al-Ikhlas, 2000), h. 38. 4

(26)

2. Dasar Hukum Ibadah

Di dalam al-Qur'an banyak sekali ayat yang menyatakan perintah kepada hamba Allah untuk melaksanakan ibadah. Ibadah dalam Islam sebenarnya bukan bertujuan supaya Tuhan disembah dalam arti penyembahan yang terdapat dalam agama-agama primitif, melainkan sebagai perwujudan rasa syukur atas nikmat yang telah dikaruniakan Allah atas hamba-hamba-Nya. Adapun ayat-ayat yang menyatakan perintah untuk melaksanakan ibadah tersebut di antaranya dalam al-Qur’an surat Al-Baqarah ayat 21 yang berbunyi:



































)

ﻩﺮﻘﺒﻟﺍ

/

٢

:

٢١

(

“Wahai manusia, sembahlah Tuhan-mu yang telah menciptakanmu dan orang-orang yang sebelummu, agar kamu bertakwa.” (Al-Baqarah/2: 21)5 Di dalam al-Qur’an terdapat penjelasan bahwa penciptaan manusia oleh Allah tidak mengandung maksud lain kecuali supaya mereka menyembah Allah atau beribadah kepada-Nya. Hal ini disebutkan dalam al-Qur’an surat Adz-Dzariyat ayat 56 yang berbunyi:





















)

ﺕﺎﻳﺭﺍﺬﻟﺍ

/

٥١

:

٥٦

(

“dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.” (Adz-Dzariyat/51: 56)6

Dari dua ayat tersebut jelas tergambar program yang sudah Allah tetapkan untuk manusia sebagai makhluk ciptaan-Nya adalah beribadah, atau dengan kata lain menjalankan segala perintah Allah dan menjauhi larangan Allah dalam keadaan suka maupun duka.

5

Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Bandung: PT. Syamil Cipta Media. 2005) h. 4

6

(27)

3. Macam-macam Ibadah

Dalam kaitan dengan maksud dan tujuan pensyariatannya ulama fiqih membaginya kepada tiga macam, yakni: 1) ibadah mahdah, 2) ibadah gair mahdah dan 3) ibadah zi al-wajhain.

1. Ibadah Mahdah adalah ibadah yang mengandung hubungan dengan Allah

swt semata-mata, yakni hubungan vertikal. Ibadah ini hanya sebatas pada ibadah-ibadah khusus. Ciri-ciri ibadah mahdah adalah semua ketentuan dan atuaran pelaksanaannya telah ditetapkan secara rinci melalui penjelasan-penjelasan Al-Qur.an dan / atau hadits. Ibadah mahdah dilakukan semata-mata bertujuan untuk mendekatkan diri kepada Allah swt.

2. Ibadah ghair mahdah ialah ibadah yang tidak hanya sekedar menyangkut hubungan dengan Allah swt, tetapi juga berkaitan dengan sesama makhluk (habl min Allāh wa habl min an-nās), di samping hubungan vertikal juga ada hubungan horizontal. Hubungan sesama makhluk ini tidak hanya terbatas pada hubungan antar manusia, tetapi juga hubungan manusia dengan lingkungannya, seperti ayat yang artinya : “dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi setelah (diciptakan) dengan baik ..”(Q.S. Al-A’raf /7 : 56)

3. Ibadah zi al-wajhain adalah ibadah yang memiliki dua sifat sekaligus, yaitu

mahdah dan ghair mahdah. Maksudnya adalah sebagian dari maksud dan tujuan pensyariatannya dapat diketahui dan sebagian lainnya tidak dapat diketahui, seperti nikah dan idah.7

Pembagian ibadah menurut Hasby Ash Shiedieqy berdasarkan bentuk dan sifat ibadah terbagi kepada enam macam :

1. Ibadah-ibadah yang berupa perkataan dan ucapan lidah, seperti tasbih, tahmid, tahlil, takbir, taslim, do’a, membaca hamdalah oleh orang yang bersin, memberi salam, menjawab salam, membaca basmalah ketika makan, minum dan menyembelih binatang, membaca Al-Qur’an dan lain-lain.

7

(28)

2. Ibadah-ibadah yang berupa perbuatan yang tidak disifatkan dengan sesuatu sifat, seperti berjihad di jalan Allah, membela diri dari gangguan, menyelenggarakan urusan jenazah.

3. Ibadah-ibadah yang berupa menahan diri dari mengerjakan sesuatu pekerjaan, seperti puasa, yakni menahan diri dari makan, minum dan dari segala yang merusakan puasa.

4. Ibadah-ibadah yang melengkapi perbuatan dan menahan diri dari sesutu pekerjaan, seperti I’tikaf (duduk di dalam sesuatu rumah dari rumah-rumah Allah), serta menahan diri dari jima. dan mubasyarah, haji, thawaf, wukuf di Arafah, ihram, menggunting rambut, mengerat kuku, berburu, menutup muka oleh para wanita dan menutup kepala oleh orang laki-laki.

5. Ibadah-ibadah yang bersifat menggugurkan hak, seperti membebaskan orang-orang yang berhutang, memaafkan kesalahan orang, memerdekakan budak untuk kaffarat.

6. Ibadah-ibadah yang melengkapi perkataan, pekerjaan, khusyuk menahan diri dari berbicara dan dari berpaling lahir dan batin untuk menghadapiNya.8 Baihaqi membagi ibadah ke dalam empat macam berdasarkan:

1. Khusus-umum, 2. Pelaksanaan, 3. Kepentingan pribadi dan masyarakat, 4. Bentuk dan sifatnya.

Dari segi umum dan khususnya, ibadah terbagi kepada:

1. Ibadah khusus, yaitu ibadah yang ketentuannya telah ditetapkan oleh nash al-Qur’an atau hadits, seperti shalat, puasa, haji. Ibadah yang terkategori

ibadah khusus tidak menerima penambahan atau pengurangan.

2. Ibadah umum, yaitu semua perbuatan baik atau terpuji yang dilakukan oleh manusia muslim-mukmin dengan niat ibadah dan diamalkan semata-mata karena Allah.

Ibadah umum, dengan demikian amatlah banyak. Diantara contohnya adalah makan dan minum dengan niat agar badan menjadi sehat sehingga kuat beribadat. Demikian juga mendidik anak dengan niat agar ia menjadi anak yang saleh;

8

(29)

membeli kain sarung, mukena, sajadah dengan niat agar nyaman beribadah; berusaha memperoleh uang banyak dengan niat agar dapat melaksanakan ibadah haji; bergaul dengan isteri dengan niat agar terhindar dari perbuatan zina. Pendeknya, semua perbuatan mukmin (tentu saja yang baik dan halal; yang tidak baik dan tidak halal bukan perbuatan manusia mukmin) yang dilakukan dengan niat ibadah terhitung ibadah umum.

Dari segi pelaksanaannya, ibadah terbagi kepada:

1. Ibadah jasmaniyah dan ruhaniyah, yaitu ibadah yang dilaksanakan dengan menggunakan jasmani dan ruhani, seperti shalat dan puasa.

2. Ibadah ruhaniyah dan maliyah, yaitu ibadah yang dilaksanakan dengan menggunakan ruhani dan harta, seperti zakat.

3. Ibadah jasmaniyah, ruhaniyah, dan maliyah, yaitu ibadah yang dilaksanakan dengan menggunakan jasmani, ruhani, dan harta sekaligus, seperti haji.9

Dari segi pribadi dan masyarakatnya, ibadah terbagi kepada:

1. Ibadah fardi, yaitu ibadah yang dapat dilaksanakan secara perseorangan, seperti shalat dan puasa.

2. Ibadah ijtima’i, yaitu ibadah yang dilaksanakan dalam rangka memenuhi tuntutan kebutuhan sosial kebutuhan sosial kemasyarakatan, seperti zakat dan haji.

Dari segi bentuk dan sifatnya, ibadah terbagi kepada:

1. Ibadah yang terdiri atas perkataan atau ucapan lidah seperti berzikir, bertasbih, bertahmid, bertahlil, bershalawat dan sebagainya.

2. Ibadah yang sudah terinci perkataan dan perbuatannya, seperti shalat, zakat, puasa, dan haji.

3. Ibadah yang tidak ditentukan teknik pelaksanaannya, seperti menolong orang lain, berjihad, membela diri, mendirikan madrasah, masjid, rumah sakit, dan sebagainya.

9

(30)

4. Ibadah yang pelaksanaannya dalam bentuk menahan diri seperti puasa, ihram, dan i’tikaf.

5. Ibadah yang sifatnya menggugurkan hal, seperti membebaskan seorang dari kewajiban membayar hutangnya kepada kita, memaafkan kesalahan yang dilakukan orang lain kepada kita dan sebagainya.10

4. Tujuan Ibadah

Ibadah mempunyai tujuan pokok dan tujuan tambahan. Tujuan pokoknya adalah menghadapkan diri kepada Allah yang maha esa dan mengkonsentrasikan niat kepada-Nya dalam setiap keadaan. Dengan adanya tujuan itu seseorang akan mencapai derajat yang tinggi di akhirat.Tujuan tambahan adalah agar terciptanya kemaslahatan diri manusia dan terwujudnya usaha yang baik.

Shalat umpamanya, disyariatkan pada dasarnya bertujuan untuk menundukkan diri kepada Allah swt dengan ikhlas, mengingatkan diri dengan berzikir. Sedangkan tujuan tambahannya antara lain adalah untuk menghindarkan diri dari perbuatan keji dan munkar, sebagaimana dipahami dari firman Allah swt:

































































”Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, Yaitu Al kitab (Al-Quran) dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan- perbuatan) keji dan mungkar. dan Sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan”.(al-ankabut/29: 45)11

Selain menghindarkan diri dari kemungkaran dan kekejian, masih banyak tujuan lain yang dapat diwujudkan melalui ibadah shalat, seperti beristirahat dari kesibukan dunia, membantu dalam memenuhi kebutuhan, membawa seseorang masuk surga dan menjauhkannya dari neraka.12 Adapun tujuan pengajaran ibadah

10

Baihaqi, Fiqih Ibadah, (Bandung, M2S Bandung, 1996), cet. ke-1, h.. 14-15. 11

Departemen Agama RI, Al-Qur’an Dan Terjemahnya, (Bandung: PT. Syamil Cipta Media 2005), h. 401

12

(31)

di SMK adalah agar siswa mengetahui hukum-hukum agamanya dalam bidang ibadah, menumbuhkan hubungan erat dengan Allah SWT, menambah kepatuhan padaNya melalui ibadah shalat, puasa, zakat, haji dan ibadah lainnya.

5. Pengamalan Ibadah Siswa di Sekolah

Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Menyatakan secara tegas bahwa pendidikan agama adalah salah satu muatan wajib dalam semua jenis, jalur, dan jenjang pendidikan di Indonesia. Salah satu konsekuensi dari ketentuan ini adalah bahwa pendidikan agama diajarkan pada jalur sekolah mulai dari sekolah dasar hingga perguruan tinggi. Semua peserta didik diharuskan mengikuti pendidikan agama di sekolah yang dalam praktiknya tidak hanya di kelas (intarakurikuler). Dengan ketentuan ini maka pendidikan agama diharapkan dapat meningkatkan keimanan, pemahaman serta penghayatan dan pengamalan peserta didik tentang agama Islam sehingga menjadi manusia Muslim yang beriman dan bertakwa kepada Allah SWT serta berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

Pengamalan ibadah siswa di sekolah adalah program pembinaan, pelayanan, kajian dan peningkatan Imtaq dan budi pekerti atau akhlak untuk siswa yang dipandu oleh seorang mentor. Program ini digulirkan dengan tujuan:

1. Membentuk pribadi muslim yang memiliki pemahaman terhadap Islam 2. Mendekatkan siswa kepada Masjid/Musholla, agar tercapai perilaku yang

senantiasa menyucikan diri dan berakhlakul karimah. 3. Mengantisipasi kenaklan remaja13

Macam-macam pengamalan ibadah siswa di sekolah meliputi kegiatan yang dilakukan atas dasar perasaan tunduk dan patuh seseorang makhluk kepada Allah, atau bisa kita bahasakan segala perbuatan yang dilakukan siswa sebagai usaha menghubungkan dan mendekatkan diri kepada Allah swt dengan taat melaksanakan perintah-Nya serta menjauhi segala larangan-Nya. Diantara macam-macam pengamalan ibadah siswa di sekolah yaitu:

13

(32)

a. Membaca al-Qur’an

Membaca adalah “suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan yang hendak disampaikan oleh penulis melalui media kata-kata atau bahasa tertulis”.14

Kata membaca berasal dari kata baca yaitu suatu kegiatan atau pekerjaan kemudian ditambah dengan awalan imbuhan me jadi membaca berarti berbuat atau melakukan sesuatu pekerjaan atau kegiatan. Jadi, bisa diartikan bahwa membaca adalah suatu kegiatan atau perbuatan yang dilakukan oleh seseorang untuk memperoleh pesan atau informasi yang berbentuk tulisan.

Al-Qur’an secara bahasa berasal dari kata “qaroa-yaqrou-qiradatan-quranan yang berarti bacaan atau hal membaca15. Sedangkan secara terminologis, al-Qur’an adalah “kalam Allah atau firman Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad s.a.w dan membacanya merupakan suatu ibadah”.16

Pengertian membaca al-Qur’an di atas, penulis dapat simpulkan bahwa membaca al-Qur’an adalah suatu perbuatan atau kegiatan yang dilakukan seseorang untuk memperoleh kesan dan pesan dari sebuah pelajaran ilahi yang merupakan kegiatan ibadah dalam membacanya, karena merupakan kalamullah yang diturunkan kepada Rasul-Nya yaitu Muhammad saw dan sebagai pedoman serta petunjuk bagi manusia kepada jalan yang lurus yaitu jalan keselamatan di dunia dan akhirat.

b. Shalat Dhuha

Dhuha menurut bahasa adalah “waktu pada saat matahari telah bersinar dan memanasi bumi”.17 Secara terminologis, waktu dhuha dimulai pada saat matahari naik setinggi + 7 hasta (+ jam 07.15-07.30 atau 2 jam 10 menit dari waktu subuh) hingga matahai tergelincir, yang menandakan waktu dzhur

14

Henry G. Tarian, Membaca Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa, (Bandung: Angkasa, 1956), h.7

15

A.W. Munawwir, Kamus Bahasa Arab-Indonesia, (Surabaya: Pustaka Progressif, 1997) Cet. Ke-25, h.1101

16

Manna Khalil al-Qattan, Studi Ilmu-Ilmu al-Quran, (Jakarta: Literatur Antar Nusa, 2006), cet. Ke-9 h. 17

17

(33)

masuk.18 Jadi dapat dipahami shalat dhuha adalah shalat shalat sunat yang dikerjakan pada waktu matahari sedang naik kira-kira sepenggalah dan berakhir di waktu matahari lingsir.

Cara mengerjkan shalat dhuha adalah sama seperti shalat sunah yang lain, dua rakaat satu salam, dengan bacaan pelan, tidak nyaring, serta tidak dikerjakan dengan cara berjamaah. Shalat ini boleh dilakukan 2 rakaat atau lebih; dan umumnya dikerjakan antara 2 rakaat sampai 12 rakaat. Shalat dhuha yang dilakukan siswa di sekolah biasanya pada saat jam istirahat yakni jam 9.30 sampai dengan selesai.

c. Shalat Dzhur Berjama’ah

Secara bahasa shalat bermakna doa. Menurut istilah ialah “Ibadah yang tersusun dari beberapa perkataan dan perbuatan yang dimulai dengan takbir, disudahi dengan salam, dan memenuhi syarat yang ditentukan.”19 Jama’ah menurut bahasa adalah “jumlah dan banyaknya segala sesuatu”.20 Menurut istilah jama’ah digunakan untuk mewakili banyak orang. Diambil dari makna

“al-ijtima” (perkumpulan).21 Jumlah minimal suatu jamaah adalah dua orang, yakni: iman dan makmum. Dinamakan shalat berjama’ah karena orang-orang yang shalat berkumpul dalam melakukan suatu perbuatan pada tempat dan waktu yang sama.

Allah Swt berfirman:





























..



“Dan apabila engkau (Muhammad) berada di tengah-tengah mereka (sahabatmu) lalu kamu hendak mendirikan shalat bersama-sama mereka, maka hendaklah segolongan dari mereka berdiri (shalat) besersamamu..” (QS. An-Nisa/4: 102)22

18

Sjaiful Hamid, Tuntunan Praktis Shalat, Dzkir…, h.26-27 19

Sulaiman Rasjid, Fiqih Islam, (Bandung: Sinar Baru, Aglesindo, 2010) Cet. Ke-49 h.53 20

Sa’id in Ali bin Wahf Al-Qahthani, Meraih Berkah Dengan Shalat Berjama’ah. (Jakarta: Pustaka At-Tazkia, 2005) h.8

21

Sa’id in Ali bin Wahf Al-Qahthani, Meraih Berkah…,h. 9 22

(34)

Jadi yang dimaksud shalat dzhur berjama’ah yaitu shalat fardu yang dikerjakan secara bersama-sama antara siswa dan guru pada waktu dzhur atau setelah kegiatan belajar mengajar di kelas berakhir.

d. Berdoa

Pengertian berdo’a adalah “memohon atau meminta pertolongan kepada Allah SWT”.23 Do’a merupakan unsur yang paling esensial dalam ibadah. Sebagaimana Sabda Rasulullah saw “Do’a adalah intinya ibadah” (H.R. Tirmidzi).24 Berdoa merupakan puncak ibadah yang menggambarkan peristiwa pertemuan seorang hamba dengan Sang Khalik. Untuk mencapai doa yang khusyu’, diperlukan kesiapan lahir dan batin. Oleh karena itu, ketika berdoa hendaknya kita mengedepankan etika dalam berdoa, diantaranya adalah badan telah disucikan terlebih dahulu dari najis maupun hadats, berpakaian sopan, menghadap ke arah kiblat, dan lainnya.25 Disamping itu, mental kita tenang, penuh penghayatan, dan keyakinan yang kuat, dan bersih dari sikap sombong, riya dan lainnya.

Sistematika doa biasanya terdiri atas doa pembuka, isi doa, dan penutup doa. Doa pembuka berisi basmallah, pujian dan pernyataan syukur atas kenikmatan yang diterima dari Allah SWT serta shalawat kepada Nabi Muhammad SAW, keluarga dan para pengikutnya. Isi doa menyatkan permohonan ampun untuk pribadi, orang tua dan kaum muslimin. Disamping itu, isi doa memohon kebahagiaan keluarga, kekuatan iman, kesehatan fisik, kelapangan rizki dan kebutuhan masing-masing. Doa penutup diisi dengan doa sapu jagat, yakni harapan kebahagian dunia dan akhirat, dan ditutup dengan shalawat kepada nabi Muhammad SAW.

Doa-doa yang biasa diamalkan oleh siswa dalam kehidupan sehari-hari yaitu: doa sebelum makan, doa sesudah makan, doa sebelum tidur, doa bangun tidur, doa masuk rumah, doa keluar rumah, doa masuk masjid, doa keluar

23

Raudlatul Mubtadiin’s Blog Santri, “Kumpulan Doa”, dari http://ppraudlatulmubtadiin.wordpress.com, 25 Januari 2011

24

Imam Tirmidzi, Jami’ Shahih Sunan Tirmidzi, Juz 5, (Beirut: Darul Ihya Turast Arabi, tt), h. 456.

25

(35)

masjid, doa masuk WC, doa keluar WC, doa naik kendaraan, doa memulai pelajaran, doa ketika bercermin, doa setelah shalat fardhu.

B.Membina Pengamalan Ibadah Siswa

1. Maksud Membina Pengamalan Ibadah Siswa

Dalam kehidupan sehari-hari kita kerap mendengar istilah membina. Misalnya dalam konteks membina anak, membina bahasa, membina prajurut. Dari istilah ini tampak tersirat bahwa membina adalah suatu usaha atau kegiatan yang mengarah kepada kebaikan hal yang dibina sehingga diharapkan menjadi lebih baik. Dalam membina ini tampak atau identik dalam perubahan, bergantung obyek yang bina, tentu saja perubahan yang mengacu kepada peningkatan. Berkaitan dengan hal di atas dalam kamus besar Bahasa Indonesia dijelaskan membina adalah “membangun, mengusahkan agar lebih baik, lebih maju”.26

Yang dimaksud membina pengamalan ibadah siswa yang penulis maksudkan adalah suatu proses, kegiatan, atau perbuatan, atau cara yang dilakukan dengan harapan menjadi lebih baik terhadap sesuatu. Dalam konteks membina pengamalan beribadah siswa bermakna usaha yang ditempuh oleh guru pendidikan agama Islam untuk menjadikan siswa lebih baik dalam mengamalkan ibadah dalam kehidupan sehari-hari, terutama dalam mengamalakan pengamalan ibadah yang dilaksankan di sekolah seperti; membaca al-Qur’an, shalat dhuha, shalat dzhur berjama’ah dan berdoa.

2. Peran Profesional Guru dalam Membina Pengamalan Ibadah Siswa Istilah “peran” kerap diucapkan banyak orang. Sering kita mendengar kata peran dikaitkan dengan posisi atau kedudukan seseorang. Atau “peran” dikaitkan dengan “apa yang dimainkan” oleh seorang aktor dalam suatu drama. Mungkin tak banyak orang tahu, bahwa kata “peran”, atau role dalam bahasa Inggrisnya, memang diambil dari dramaturgy atau seni teater. Dalam seni teater seorang actor diberi peran yang harus dimainkan sesuai dengan plot-nya, dengan alur ceritanya,

26

(36)

dengan lakonnya. Lebih jelasnya kata “peran” atau “role” dalam kamus oxford dictionary diartikan : Actor’s part; one’s task or function. Yang berarti aktor; tugas seseorang atau fungsi.27

Dalam kamus besar bahasa Indonesia pengertian peran adalah seperangkat tingkat yang diharapkan dimiliki oleh orang yang berkedudukan dalam masyarakat.28 Ketika istilah peran digunakan dalam lingkungan pekerjaan, maka seseorang yang diberi (atau mendapatkan) sesuatu posisi, juga diharapkan menjalankan perannya sesuai dengan apa yang diharapkan oleh pekerjaan tersebut.

Sedangkan kata “profesional” berasal dari kata sifat yang berarti pencaharian dan sebagai kata benda yang berarti orang yang mempunyai keahlian seperti guru, dokter, hakim, dan sebagainya.29 Dengan kata lain, pekerjaan yang bersifat profesional adalah pekerjaan yang hanya dapat dilakukan oleh mereka yang khusus dipersiapkan untuk itu dan bukan pekerjaan yang dilakukan oleh mereka yang karena tidak dapat memperoleh pekerjaan lain.

Dengan bertitik tolak pada pengertian ini, maka pengertian peran profesional guru dalam membina pengamalan ibadah siswa adalah peran profesional guru pendidikan agama Islam, yang memiliki kemampuan dan keahlian khusus dalam bidang studi Agama Islam serta telah berpengalaman dalam mengajar pendidikan agama Islam sehingga ia mampu melakukan tugas dan fungsinya sebagai guru pendidikan agama Islam dengan kemampuan yang maksimal serta memiliki kompetensi sesuai dengan kriteria guru profesional dengan kata lain peran profesional guru dalam membina pengamalan beribadah siswa ialah keterlibatan aktif seseorang dalam suatu proses kerja, atau usaha guru agama dalam mendidik, membimbing serta mengarahkan siswa kepada yang lebih baik dan sempurna.

27

The New Oxford Illustrated Dictionary, ( Oxford University Press, 1982), h. 1466. 28

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahsa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1998), Cet. Ke-1, h.667

29

(37)

Guru memegang peranan penting dalam proses belajar mengajar. Dipundaknya terpikul tanggung jawab utama keefektifan seluruh usaha kependidikan persekolahan.

Sebelum mengetahui peran guru PAl lebih jauh maka harus tahu tugas dan tanggung jawab seorang guru karena jabatan guru adalah jabatan profesional, sebab tidak semua orang dapat menjadi guru kecuali yang memang dipersiapkan melalui pendidikan keguruan. Menjadi guru berdasarkan tuntutan pekerjaan adalah suatu pekerjaan yang mudah tetapi menjadi guru yang berdasarkan panggilan jiwa atau tuntutan hati nurani adalah tidak mudah.

Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang guru dan dosen pasal 1 dikemukakan bahwa guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.30

Menurut Zakiah Darajat, “Guru yang ideal adalah yang dapat menunaikan dua fungsi sekaligus yaitu sebagai guru dan dokter jiwa yang dapat membekali anak dengan pengetahuan agama, serta dapat membina kepribadian anak menjadi seorang muslim yang dihendaki oleh ajaran agama”.31

Dengan demikian guru agama harus dapat menjadi contoh teladan bagi anak didiknya sesuai dengan ajaran agama di Iingkungan sekolah maupun di lingkungan masyarakat. Untuk dapat menjadikan siswa-siswa yang baik, maka gurunya pun juga harus baik. Adapun ciri-ciri guru yang baik adalah:

a. Guru yang baik memahami dan menghormati murid.

b. Guru yang baik harus menghormati bahan pelajaran yang diberikannya. c. Guru yang baik menyesuaikan metode mengajar dengan bahan pelajaran. d. Guru yang baik menyesuaikan bahan pelajaran dengan kesanggupan

individu.

e. Guru yang baik mengaktifkan murid dalam hal belajar.

f. Guru yang baik memberi pengertian dan bukan hanya kata-kata semata.

30

Undang-Undang Republik Indonesia No. 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen, (Bandung: Citra Umbara, 2006), h. 1-2

31

(38)

g. Guru menghubungkan pelajaran dengan kebutuhan murid.

h. Guru mempunyai tujuan tertentu dengan tiap pelajaran yang diberikannya. i. Guru jangan terikat oleh suatu text book.

j. Guru yang baik tidak hanya mengajar dalam arti menyampaikan pengetahuan saja kepada murid melainkan senantiasa mengembangkan pribadi anak.32

Dalam pelaksanaan pendidikan di sekolah, tugas guru yang terpenting adalah mengajar, tetapi sesungguhnya tugas seorang guru tidak hanya mengajar, dia juga bertugas untuk membimbing dalam rangka menemukan pembawaan yang ada pada anak didiknya. Selanjutnya tugas guru adalah menolongnya untuk mengembangkan pembawaan tersebut. Tugas guru berikutnya adalah, mengevaluasi perkembangan anak didiknya apakah berjalan baik atau buruk. Serta memberikan bimbingan pada saat siswa menemukan kesulitan dalam mengembangkan potensinya. Hal tersebut merupakan tugas guru pada umumnya. Adapun tugas pendidik agama :

a. Mengajarkan ilmu pengetahuan agama Islam. b. Menanamkan keimanan dalam jiwa sang anak. c. Mendidik anak agar taat menjalankan agama. d. Mendidik anak agar berbudi pekerti yang luhur.33

Tanggung jawab pendidikan diselenggarakan dengan kewajiban mendidik dengan cara membantu anak didik melalui bantuan atau bimbingan dilakukan dalam pergaulan antara pendidik dengan anak didik. Sebagai seorang guru pendidikan agama Islam di samping terikat dengan sifat yang harus dimiliki sebagai pendidik muslim juga harus mampu rnembina dan membentuk pribadi seorang anak menjadi seorang anak yang taat dan berbakti sesuai dengan ajaran dan tuntutan agama Islam.

32

S. Natution. Didaktik Asas-asas Mengajar, (Bandung: PT. Jemmars, 1995), Ed.2, Cet Ke-1 h.12

33

(39)

Mengenai tanggung jawab guru Pendidikan Agama Islam agar berhasil dalam mengajar dan mendidik murid-muridnya adalah sebagai berikut:

1. Guru harus menuntut murid-murid belajar. 2. Turut serta membina kurikulum sekolah.

3. Melakukan pembinaan terhadap diri siswa (kepribadian, watak dan jasmaniah).

4. Memberikan bimbingan kepada murid.

5. Melakukan diagnosis atas kesulitan-kesulitan, belajar dan mengadakan penilaian atas kemajuan belajar.

6. Menyelenggarakan penelitian.

7. Mengenal masyarakat dan ikut serta aktif. 8. Menghayati, dan mengamalkan pancasila.

9. Turut serta membantu terciptanya kesatuan dan persatuan dan persatuan bangsa dan perdamaian dunia.

10. Turut mensukseskan pembangunan.

11. Tanggung jawab meningkatkan profesional guru.34

Peran guru PAI dalam pelaksanaan pendidikan agama Islam di sekolah sangat menentukan keberhasilan pencapaian tujuan Pendidikan Agama Islam, peran guru PAI sebenarnya tidak beda dengan peran guru secara umum, sehubungan dengan fungsinya sebagai pengajar, pendidik dan pembimbing. Peran guru PAI akan senantiasa menggambarkan pola tingkah laku yang diharapkan dalam berbagai interaksinya, baik dengan siswa (yang terutama) sesama guru maupun dengan orang lain.

Menurut Federasi dan Organisasi Profesional guru sedunia, sebagaimana dikutip Sardiman, “Peranan guru di sekolah, tidak hanya sebagai transmitter dari ide tetapi juga berperan sebagai transformer dan katalisator dari nilai dan sikap”35

Peran guru (termasuk guru PAI) dalam kegiatan belajar mengajar dapat dijelaskan sebagai berikut :

1. Informator (Guru sebagai pelaksana dalam proses belajar mengajar).

34

Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, Jakarta: Bumi Aksara, 2001), hal. 127-133 35

(40)

2. Organisator (Guru sebagai pengelola kegiatan akademik silabus, workshop, jadual pelajaran dan lain-lain).

3. Motivator (Artinya dalam rangka meningkatkan kegairahan dan pengembangan kegiatan belajar siswa).

4. Pengarahan/Direktor (Dalam hal ini harus dapat membimbing dan mengarahkan kegiatan belajar siswa sesuai dengan tujuan yang dicita-citakan)

5. Inisiator (Dalam hal ini sebagai pencetus ide-ide dalam proses bclajar). 6. Transmitter (Dalam kegiatan belajar, guru bertindak selaku penyebar

kebijaksanaan).

7. Fasilitator (Guru dalam hal ini akan memberikan fasilitas / kemudahan dalam proses belajar mengajar).

8. Mediator (Guru sebagai penengah dalam kegiatan belajar siswa).

9. Evaluator (Guru tidak hanya melihat dari bisa atau tidaknya mengerjakan mata pelajaran yang diujikan, terutama yang menyangkut perilaku dan values yang ada)36

Guru Pendidikan Agama Islam selain berperan mengarjakan pendidikan agama Islam juga berperan melakukan bimbingan dan latihan yang meliputi:

1) Menyiapkan program bimbingan dan latihan siswa dalam pendidikan Agama Islam

2) Membimbing dan melatih siswa dalam hal: (a)Ibadah (Shalat)

(b)Membaca Al-Qur’an (c)Akhlaq

(d)Syariah dan muamalah

3) Membimbing dan melatih siswa dalam kegiatan sapta lomba yang meliputi: (a)MTQ

(b)Adzan

(c)Puitisasi terjemahan Al-Qur’an (d)Keterampilan menjadi imam

36

(41)

(e)Menulis indah huruf/ayat Al-Qur’an (f)Cerdas cermat pendidikan Agama Islam (g)Mengarang cerita dan pidato keagamaan.37

Berdasarkan uraian dan teori-teori yang telah dijelaskan dapat disimpulkan bahwa peran guru (termasuk guru agama) sangat menentukan berhasil atau tidaknya proses dan hasil pembelajaran, baik keberhasilan prestasi siswa secara keseluruhan maupun keberhasilan dari sisi guru itu sendiri. Peran-peran tersebut dapat dijalankan guru agama dengan cara memberikan bimbingan dan latihan yang meliputi:

1) Membimbing dan melatih siswa dalam hal: (a)Ibadah (Shalat)

(b)Membaca Al-Qur’an (c)Akhlaq

(d)Syariah dan muamalah

37

(42)

29 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A.Tujuan Penelitian

Berdasarkan masalah yang telah dirumuskan, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran profesional guru pendidikan Agama Islam dalam membina pengamalan beribadah siswa di SMK Al-Hidayah Lestari

B. Tempat dan Waktu Penelitian

[image:42.612.135.541.52.427.2]

Penelitian ini dilaksanakan di SMK Al-Hidayah Lestari Jakarta Selatan yang beralamat di Jalan Kana Lestari, Blok K/I Lebak Bulus Jakarta Selatan. Adapun waktu penelitiannya berlangsung pada tanggal 13 Desember 2010 s.d 31 Maret 2011, dengan rincian waktu sebagai berikut :

Tabel 1 Waktu Penelitian

No. Tanggal Kegiatan Sumber Data

1. 2. 3.

4.

13 Desember 2010 16 Desember 2010 7 Januari-8 Januari

16 Februari- 19 Februari 2011

Persiapan penelitian Survei ke sekolah

Pembuatan instrumen dan revisi instrumen

Wawancara Kepala Sekolah,

(43)

5. 6.

7.

10 Maret 2011 14-15 Maret 2011 21-26 Maret

31 Maret 2011

Penyebaran angket Pengumpulan dokumen Analisis data dan penulisan laporan penelitian

Revisi laporan penelitian

Agama Islam Siswa Tata usaha

C. Metode Penelitian, Jenis dan Sumber data

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif analitis yaitu penelitian yang bertujuan menggambarkan suatu keadaan atau sifat seperti adanya untuk kemudian dianalisa. Dengan metode ini diharapkan peneliti dapat menjelaskan peran profesional guru PAI dalam membina pengamlan beribadah siswa di SMK Al-Hidayah Lestari. Jenis dan sumber data dalam penelitian ini ada dua, yaitu :

1. Penelitian Kepustakaan (Library Research)

Melalui penelitian ini penulis berusaha mengkaji buku-buku yang relevan dengan judul di atas dalam rangka menyusun kajian teoritis penelitian. 2. Penelitian Lapangan (Field Research)

(44)

D.Populasi, Sampel dan Teknik Sampling 1. Populasi

Menurut Ronny Kountur ”populasi adalah suatu kumpulan menyeluruh dari objek yang merupakan perhatian peneliti. Objek penelitian dapat berupa makhluk hidup, benda-benda, sistem dan prosedur, fenomena, dan lain-lain”.1 Suharsimi Arikunto dalam bukunya mengatakan bahwa ”populasi adalah keseluruhan subyek penelitian”.2 Dikatakan pula oleh Ibnu Hajar bahwa ”populasi adalah kelompok besar individu yang mempunyai karakteristik umum yang sama”.3

Berdasarkan pendapat yang dikemukakan oleh para ahli mengenai populasi, penulis dapat menyimpulkan bahwa pada dasarnya populasi merupakan sekumpulan subyek dan obyek yang mempunyai karakteristik sama dalam suatu wilayah yang telah ditetapkan oleh penulis untuk kemudian

Gambar

Tabel 1
Tabel 2 Kisi-kisi Quisioner
Tabel 3 Kisi-kisi pedoman wawancara pada judul
Tabel 3 Analisa Data
+7

Referensi

Dokumen terkait

(3) job knowledge (pengetahuan mengenai pekerjaannya) , luasnya pengetahuan mengenai pekerjaan dan keterampilannya; (4) creativeness (kreativitas) , keaslian

Selain itu berkaitan dengan kode visual, penulis juga mengambil beberapa sample desain yang dibuat OINK!, dimana desain tersebut dianggap memiliki makna yang

Skripsi dengan judul “Pengaruh Senam Kebugaran Jasmani 2012 Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada Lansia Wanita Dengan Hipertensi Ringan Dan Sedang Di Posyandu Lansia

[r]

PULAU MAS MORO MULIA. Integrated

Menurut Sugiyono (2011: 192-293), kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara member seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis

Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) adalah semua kegiatan kurikuler yang harus dilakukan oleh mahasiswa praktikan, sebagai pelatihan untuk menerapkan teori yang diperoleh

 Dari data-data yang sudah dipaparkan diatas dapat dikatakan bahwa bukaan pada masjid jendral sudirman dapat mempengaruhi kinerja termal namun tidak signifikan