PENGARUH PARTISIPASI PENYUSUNAN ANGGARAN, KOMITMEN ORGANISASI, DAN KETIDAKPASTIAN LINGKUNGAN TERHADAP
KINERJA MANAJERIAL PADA KOPERASI DI WILAYAH TANGERANG SELATAN
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat-syarat Guna Meraih Gelar Sarjana
Oleh: Reni Anggraini NIM: 109082000054
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I. IDENTITAS PRIBADI
1. Nama Lengkap : Reni Anggraini
2. Tempat, Tanggal Lahir : Cianjur, 10 Agustus 1992
3. Alamat : Jl. Dr Setia Budi No.31 Pamulang Timur
Tangerang Selatan, 15419
4. Telepon : 085782107238
5. Email : anggrainireni92@yahoo.com
II. PENDIDIKAN
1. MI Assadatudarain I Pamulang Tahun 1997-2003
2. MTS Daarul Hikmah Tahun 2003-2004
3. MTS Khazanah Kebajikan Tahun 2004-2006
4. SMK Khazanah Kebajikan Tahun 2006-2009
5. S1 Ekonomi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2009-2013
III. PENDIDIKAN NON FORMAL
1. Kursus Bahasa Inggris (LPIKK), 2006-2009
2. Kursus Matematika (LPIKK), 2006-2009
IV. PENGALAMAN ORGANISASI
1. Divisi Ekstrakurikuler MTS DAARUL HIKMAH periode 2003-2004
2. Ketua Angkatan MTS Khazanah Kebajikan tahun 2006
3. Divisi Pendidikan SMK Khazanah Kebajikan peride 2007-2008
4. Divisi Bahasa ORSANKHA periode 2008-2009
5. Divisi BIUS (Bisnis dan Usaha) BEMJ Akuntansi UIN Syarif Hidayatullah periode
2010-2011
V. SEMINAR DAN WORKSHOP
1. Think Acct 2009, “To Be Happy In Community Of Accounting”, 31 Oktober-1
November 2009
2. Insurance Goes To Campus, “Peran Asuransi Dalam Era Globalisasi” 26 Mei 2010
3. Company Visit 2010, “Visit to Bursa Efek Indonesia & Museum Bank Indonesia, 28
Desember 2010
4. Tax Intercollegiate Forum 2011, “Revealing the Newest Regulation of Tax Holiday
VI. LATAR BELAKANG KELUARGA
1. Ayah : Dedi Jubaidi
2. Tempat, Tanggal Lahir : Sukabumi, 20 November 1960
3. Ibu : Rohayati
4. Tempat, Tanggal Lahir : Cianjur, 01 Januari 1964
5. Alamat : Jl. Dr Setia Budi N0.31 Pamulang Timur
6. Telepon : 081585334935
INFLUENCE OF BUDGET PARTICIPATION, ORGANIZATIONAL COMMITMENT, AND ENVIRONMENTAL UNCERTAINTY TO MANAGERIAL PERFORMANCE AT
COOPERATIVE IN SOUTH TANGERANG AREAS
ABSTRACT
This research purposed to examine the effect of budget participation, organizational commitment, and environmental uncertainty to managerial performance. Respondents in this research were managements who work in cooperative in south Tangerang areas. Based on purposive sampling method, total sample in this research was 75 respondents of 15 cooperatives in south Tangerang areas. Hypothesis in this research used multiple regression analysis.
The results of this research indicate that budget participation is not significant effect on managerial performance, and organizational commitment and environmental uncertainty positive and significant effect on managerial performance.
PENGARUH PARTISIPASI PENYUSUNAN ANGGARAN, KOMITMEN ORGANISASI, DAN KETIDAKPASTIAN LINGKUNGAN TERHADAP KINERJA MANAGERIAL
PADA KOPERASI DI WILAYAH TANGERANG SELATAN
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh partisipasi penyusunan anggaran, komitmen organisasi, dan ketidakpastian lingkungan terhadap kinerja manajerial. Responden dalam penelitian ini adalah pengurus yang bekerja di koperasi di wilayah Tangerang Selatan. Berdasarkan metode purposive sampling, total sampel dalam penelitian ini adalah 75 responden dari 15 Koperasi di wilayah Tangerang Selatan. Hipotesis dalam penelitian ini menggunakan analisis regresi berganda.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa partisipasi penyusunan anggaran tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja manajerial, dan komitmen organisasi dan ketidakpastian linbgkungan berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja manajerial.
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah S.W.T yang telah memberikan rahmat dan karunia- Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “Pengaruh Partisipasi Penyusunan Anggaran, Komitmen Organisasi, dan Ketidakpastian Lingkungan Terhadap Kinerja Manajerial”. Penyusunan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi sebagian syarat-syarat guna mencapai gelar Sarjana Ekonomi di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini terutama kepada:
1. Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya yang diberikan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.
2. Kedua orang tua yang telah memberikan semangat serta doa yang tiada henti-hentinya kepada penulis.
3. Keluarga yang telah menyemangati dan memberikan banyak inspirasi dalam menyelesaikan skripsi ini.
4. Bapak Prof. Dr. Abdul Hamid, MS selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
5. Ibu Dr. Rini selaku Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
6. Bapak Hepi Prayudiawan SE,Ak, M.Si selaku Sekretaris Jurusan Akuntansi Fakultas
Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
7. Bapak Dr.Yahya Hamja selaku dosen Pembimbing Skripsi I yang telah bersedia memberikan waktunya yang sangat berharga untuk membimbing penulis selama menyusun skripsi.
8. Ibu Erika Amelia SE., M.Si selaku dosen Pembimbing Skripsi II yang telah bersedia meluangkan waktu, memberikan pengarahan dan bimbingan dalam penulisan skripsi ini. 9. Seluruh staf pengajar dan karyawan Universitas Islam Negeri yang telah memberikan
bantuan kepada penulis.
11. Sahabat Eight Suja: Syauffa, Meisari, Willya Randika, M. Reza, Septian, Khairul yang tidak bosan-bosan mendengarkan keluhan dan memberikan pendapat kepada penulis.
12. Kekasih tercinta Alpiaris yang selalu berada disamping penulis dalam keadaan apapun, terimakasih atas dukungannya dan selalu memberikan pendapat kepada penulis.
13. Sahabat seperjuangan Meiysa Magi, Dhellia Eka, Lira, Fiky, Eko, Danang, Wayan, Ranti yang selalu saling mendukung dan mamberi masukan dalam perjuangan skripsi ini.
13. Teman-teman Akuntansi B angkatan 2009 yang telah menemani baik suka maupun duka. 14. Seluruh keluarga Yayasan Khazanah Kebajikan yang selalu memberikan motivasi dan
dukungan dalam menyelesaikan skripsi ini.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki penulis. Oleh karena itu, penulis mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik yang membangun dari berbagai pihak.
Jakarta, 20 Agustus 2013
DAFTAR ISI
Keterangan Halaman
HALAMAN JUDUL ... i
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI ... ii
LEMBAR PENGESAHAN UJI KOMPREHENSIF ... iii
LEMBAR PENGESAHAN UJI SKRIPSI ... iv
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 8
1. Tujuan Penelitian ... 8
2. Manfaat Penelitian ... 9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 10
A. Tinjauan Literatur ... 10
1. Anggaran (Budget) ... 10
2. Partisipasi Penyusunan Anggaran ... 14
3. Komitmen Organisasi ... 16
4. Ketidakpastian Lingkungan ... 19
5. Kinerja Manajerial ... 21
C. Kerangka Pemikiran dan Perumusan Hipotesis ... 29
1. Pengaruh antara partisipasi penyusunan anggaran dengan kinerja manajerial ... 29
2. Pengaruh antara komitmen organisasi dengan kinerja manajerial ... 30
3. Pengaruh antara ketidakpastian lingkungan dengan kinerja manajerial ... 30
4. Pengaruh partisipasi penyusunan anggaran, komitmen organisasi, dan ketidakpastian lingkungan terhadap kinerja manajerial ... 32
Kerangka Pemikiran ... 34
D. Operasionalisasi Variabel Penelitian ... 37
1. Partisipasi Penyusunan Anggaran ... 37
2. Komitmen Organisasi ... 38
3. Ketidakpastian Lingkungan ... 38
4. Kinerja Manajerial ... 39
A. Sekilas Gambaran Umum Objek penelitian ... 49
1. Tempat dan Waktu Penelitian ... 49
2. Karakteristik Profil Responden ... 52
B. Hasil Uji Instrumen Penelitian ... 57
2. Hasil Uji Kualitas Data ... 58
3. Hasil Uji Asumsi Klasik ... 63
4. Hasil Uji Hipotesis ... 67
BAB V PENUTUP ... 78
A. Kesimpulan ... 78
B. Implikasi ... 79
C. Keterbatasan ... 82
D. Saran ... 82
Daftar Pustaka ... 84
Daftar Tabel
No Keterangan Halaman
2.1 Penelitian Terdahulu ... 24
3.1 Operasionalisasi Variabel Penelitian ... 40
4.1 Data Sampel Penelitian ... 51
4.2 Data Distribusi Sampel Penelitian ... 51
4.3 Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 53
4.4 Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Usia ... 53
4.5 Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Posisi Terakhir ... 54
4.6 Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir ... 55
4.7 Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Lama Bekerja ... 56
4.8 Hasil Uji Statistik Deskriptif ... 57
4.9 Hasil Uji Validitas Partisipasi Penyusunan Anggaran ... 59
4.10 Hasil Uji Validitas Komitmen Organisasi ... 59
4.11 Hasil Uji Validitas Ketidakpastian Lingkungan ... 60
4.12 Hasil Uji Validitas Kinerja Manajerial ... 61
4.13 Hasil Uji Reliabilitas ... 61
4.14 Hasil Uji Multikolonieritas ... 63
4.15 Hasil Uji Normalitas ... 65
4.16 Hasil Uji Koefisien Determinasi (R2) ... 67
4.17 Hasil Uji Statistik F ... 69
Daftar Gambar
No Keterangan Halaman
2.1 Skema Kerangka Pemikiran ... 34
4.1 Gambar Struktur Organisasi Koperasi ... 49
4.2 Hasil Uji Normalitas Menggunakan Grafik P-Plot ... 64
Daftar Lampiran
No Keterangan Halaman
1 Surat Penelitian ... 88
2 Surat Keterangan Riset ... 95
3 Kuesioner Peneitian ... 105
4 Daftar Jawaban Responden ... 114
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Koperasi sebagai gerakan ekonomi yang tumbuh di masyarakat
merupakan organisasi swadaya yang lahir atas kehendak, kekuatan dan
partisipasi masyarakat dalam menentukan tujuan, sasaran kegiatan serta
pelaksanannya. Keberadaan koperasi sebagai wadah untuk mewujudkan
kesejahteraan bersama bagi seluruh rakyat Indonesia, sejalan dengan nilai
yang terkandung dalam pasal 33 ayat 1 Undang-Undang Dasar 1945.
Secara kualitatif koperasi mengalami kemajuan yang pesat seperti yang
tampak dari jumlah koperasi, jumlah anggota, total aktiva dan volume
usaha. Sampai saat ini jumlah koperasi yang terbanyak di Jawa Timur
(29.150 unit), Jawa Tengah (26.604 unit), Jawa Barat (23.848 unit).
Berikutnya Sumatra Utara (10.879 unit), Sulawesi Selatan (8.044 unit),
DKI Jakarta (7.663 unit), Nangroe Aceh Daroesalam (7.079 unit), Banten
(6.056 unit), Sulawesi Utara (5.766 unit), dan Kalimantan Timur (5.338
unit).
Sementara berdasarkan jenisnya, jumlah koperasi konsumen yang
terbesar (75,68 persen). Berikutnya koperasi produsen (17,98 persen),
simpan pinjam (4,53 persen), pemasaran (1,24 persen), dan jasa (0,56
persen). Jumlah anggotanya pun bertambah dari 29.240.271 orang (2009),
(2012). Sedangkan tenaga kerjanya dari 357.330 orang (2009), 358.768
orang (2010), 377.238 orang (2011), ke 425.822 orang (2012). Dimana
pekerja koperasi itu seperti manajer, pegawai. Sebagian anggota koperasi
terserap menjadi anggota koperasi. Namun diakui dari peningkatan
tersebut masih ada yang mengalami break disebabkan para pengurusnya
berpikir tentang berbagai hal sehingga belum sempat memberdayakan
koperasi yang dipimpinnya (http://finance.detik.com/read/2013/07/12).
Tugas untuk melakukan evaluasi kinerja manajerial merupakan fungsi
yang penting dalam suatu organisasi. Penyusunan program dan
mengembangkan sistem anggaran adalah merupakan langkah kritis dalam
perencanaan kegiatan organisasi, baik organisasi perusahaan, sosial,
pemerintah, maupun dalam skala individu (Hasyim, 2001). Berdasarkan
dari teori tersebut dan dihubungkan dengan fenomena-fenomena yang
dihadapi Indonesia yang berkaitan dengan koperasi akan berdampak
terhadap target pemerintah. Dengan pengamatan yang berdasarkan pada
fenomena dasar yang dihadapi koperasi mengenai lemahnya membuat
perencanaan bisnis (pengamatan terhadap potensi, perubahan pengurus
internal, penyalahgunaan dana, dan tidak meratanya klasifikasi
Seiring dengan fenomena diatas maka menurut M.Rawan Raharjo
(2002) bahwa dalam berbagai survey yang dilakukan, ditemukan persepsi
industri kecil dan koperasi mengenai masalah utama yang dihadapi, yaitu
modal. Kemudian masalah ini dijawab dengan Peraturan Bank Indonesia
(PBI) No.14/22/PBI/2012 tentang peningkatan pemberian dana kredit
usaha kecil dan koperasi, yang mengindikasikan bahwa peluang
mendapatkan modal usaha sangat besar.
Perusahaan tumbuh dan berkembang seiring dengan semakin
meningkatnya aktivitas yang dijalankan oleh perusahaan. Perkembangan
tersebut memerlukan anggaran sebagai alat yang digunakan manajemen
untuk dapat mencapai tujuan perusahaan dan memenangkan persaingan
yang senantiasa berubah. Penyusunan anggaran yang melibatkan berbagai
pihak manajer secara umum memainkan peran dalam mempersiapkan dan
mengevaluasi berbagai alternatif dan tujuan anggaran sehingga dengan
adanya partisipasi dalam penyusunan anggaran diharapkan kepuasan kerja
dan kinerja manajer dapat meningkat.
Dalam usaha untuk mempertahankan dan mengembangkan
perusahaan, manajer sangat memerlukan alat yang dapat membantu dalam
perencanaan dan pengalokasian sumber daya yang terbatas. Salah satu alat
yang dapat digunakan untuk membantu perencanaan, koordinasi dan
penilaian kinerja adalah anggaran (Isti Rahayu, 1999). Lebih lanjut Isti R
mengatakan bahwa proses penyusunan anggaran pada dasarnya
organisasi diberi peran untuk melaksanakan kegiatan pencapaian sasaran
yang ditetapkan oleh anggaran. Sehingga dalam proses penyusunan
anggaran melibatkan berbagai tingkatan manajemen baik itu manajemen
tingkat atas (top level management) sampai manajemen tingkat bawah
(lower level management). Siegel (1989) menyatakan bahwa anggaran
mempunyai dampak langsung terhadap perilaku manusia, terutama bagi
orang yang terlibat langsung dalam proses penyusunan/perancangan
anggaran. Manajer oleh perusahaan karena ia merasa diminta
pertimbangannya dan dilibatkan langsung dalam penentuan rencana
perusahaan dimasa yang akan datang. Sehingga akan mendorong para
manajer untuk mencapai sasaran perusahaan dan ia tidak akan merasa
terpaksa dan terbebani dalam melaksanakan anggaran tersebut. Oleh
karena itu partisipasi dalam penentuan anggaran yang melibatkan berbagai
tingkat manjemen sangat diperlukan.
Hubungan pekerjaan antara karyawan dan manajemen juga dapat
membuat dampak penting untuk mencapai keefektifan organisasi (Sunarto,
2005). Oleh karena itu, kinerja manajerial menjadi suatu hal yang sangat
menentukan kelanjutan hidup perusahaan di Era globalisasi ini.
Sistem anggaran yang ada pada saat ini ternyata menimbulkan
ketidakpuasan terhadap karyawan. Partisipasi dalam penyusunan anggaran
terjadi apabila dalam kegiatan penganggaran bawahan diperbolehkan
untuk ikut berpartisipasi menyusunnya. Dalam penyusunan anggaran, top
mencerminkan kebutuhan dan kepentingan seluruh anggota. Hal inilah
yang mendorong munculnya anggaran partisipatif (Argyris, 1952).
(Argyris, 1952) menyarankan perlunya keikutsertakan manajemen level
yang lebih rendah dalam proses penyusunan anggaran. Para bawahan yang
dilibatkan dalam penyusunan anggaran akan mempunyai tanggungjawab
dan konsekuensi moral serta pengetahuan mengenai usaha yang akan
dilakukan untuk meningkatkan kinerja sesuai dengan yang telah
ditargetkan.
Dengan adanya variabel komitmen organisasi menyebabkan kinerja
lebih terlihat sehingga setiap karyawan berusaha untuk bekerja sesuai
dengan sasarn dan target perusahaan,karena komitmen organisasi
menunjukkan keyakinan dan dukungan yang kuat terhadap nilai dan
sasaran (goal) yang ingin dicapai oleh organisasi (Mowday et al dalam
Darlis (2002). Komitmen organisasi yang kuat di dalam individu akan
menyebabkan individu berusaha keras mencapai tujuan organisasi sesuai
dengan tujuan perusahaan sehingga dapat meningkatkan kinerja para
karyawan di perusahaan. Bawahan yang memiliki tingkat komitmen
organisasi yang tinggi akan memiliki pandangan positif dan lebih berusaha
berbuat yang terbaik demi kepentingan organisasi (Porter et al, 1974).
Sebaliknya, individu dengan komitmen rendah akan mementingkan
dirinya atau kelompoknya. Dia tidak memiliki keinginan untuk
terjadinya penyalahgunaan anggaran apabila dia terlibat dalam
penyusunan anggaran.
Ketidakpastian lingkungan adalah variabel lain yang dipertimbangkan
dalam penelitian ini. Ketidakpastian lingkungan yang tinggi didefinisikan
sebagai rasa ketidakmampuan individu untuk memprediksi sesuatu yang
terjadi di lingkungan secara akurat (Miliken, 1987). Ketidakpastian
lingkungan merupakan salah satu faktor yang sering menyebabkan
organisasi melakukan penyesuaian terhadap kondisi organisasi dengan
lingkungan. Seseorang mengalami ketidakpastian karena merasa tidak
memiliki informasi yang cukup untuk memprediksi keadaan pada masa
yang akan datang. Bagi suatu organisasi, sumber utama ketidakpastian
berasal dari lingkungan yang meliputi pesaing, konsumen, pemasok,
regulator, dan tekhnologi yang dibutuhkan (Kren dan Kerr, 1993;
Wartono, 1998 dalam Asriningati, 2006). Gul dan Chia (1994) dalam
Dwirandra (2007) menyatakan bahwa ketika persepsi ketidakpastian
lingkungan tinggi, organisasi membutuhkan tambahan informasi untuk
mengantisipasi kompleksitas lingkungan. Semakin canggih laporan yang
dihasilkan dari informasi sistem akuntansi manajemen akan dapat lebih
membantu mengurangi ketidakpastian dan memperbaiki kinerja manajerial
(Dwirandra, 2007).
Ketidakpastian lingkungan rendah mendorong terjadinya
penyalahgunaan anggaran dan menyebabkan kinerja manajerial menjadi
informasi. Walaupun pada kondisi ketidakpastian rendah informasi mudah
diperoleh, kemampuan analisis atasan tetap terbatas. Atasan tidak
sepenuhnya dapat mengakses dan memproses informasi terutama
informasi teknis yang lebih dikuasai bawahan yang membidanginya.
Atasan perlu bantuan bawahan untuk memproses informasi agar
menghasilkan analisis yang akurat. Kondisi ini dapat dimanfaatkan
bawahan untuk melakukan tindakan. Dari variabel tersebut, peneliti
mempunyai keinginan untuk mengetahui apakah partisipasi penyusunan
anggaran, komitmen organisasi, dan ketidakpastian lingkungan
mempengaruhi kinerja manajerial, dan manakah variabel yang paling
mempengaruhi diantara ketiganya. Berdasarkan hal tersebut, maka peneliti
melakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh Partisipasi Penyusunan
Anggaran, Komitmen Organisasi, dan Ketidakpastian Lingkungan terhadap Kinerja Manajerial”
Penelitian ini merupakan pengembangan dari penelitian sebelumnya,
yaitu penelitian yang dilakukan oleh Kadek Juli Suardana dan I Ketut
Suryanawa (2010). Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya
adalah sebagai berikut:
1. Variabel yang digunakan peneliti terdahulu adalah Partisipasi
Penyusunan Anggaran sebagai variabel independen dan Kinerja
Manajerial sebagai variabel dependen, serta Komitmen Organisasi
sebagai variabel moderasi. Sedangkan, dalam penelitian ini peneliti
Ketidakpastian Lingkungan. Penelitian saat ini juga tidak
menggunakan Komitmen Organisasi sebagai variabel independen.
2. Populasi dalam penelitian ini adalah Koperasi-koperasi yang berada di
wilayah Tangerang Selatan. Sedangkan, populasi penelitian
sebelumnya adalah Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Dinas
Kabupaten Bandung.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan permasalahan yang
hendak diteliti dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Apakah partisipasi penyusunan anggaran berpengaruh signifikan
terhadap kinerja manajerial?
2. Apakah komitmen organisasi berpengaruh signifikan terhadap kinerja
manajerial?
3. Apakah ketidakpastian lingkungan berpengaruh signifikan terhadap
kinerja manajerial?
4. Apakah partisipasi penyusunan anggaran, komitmen organisasi, dan
ketidakpastian lingkungan bersama-sama berpengaruh secara
signifikan terhadap kinerja manajerial?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah, penelitian ini bertujuan untuk
menemukan bukti empiris mengenai:
b. Komitmen organisasi terhadap kinerja manajerial.
c. Ketidakpastian lingkungan terhadap kinerja manajerial.
d. Partisipasi penyusunan anggaran, komitmen organisasi, dan
ketidakpastian lingungan bersama-sama terhadap kinerja manajerial.
2. Manfaat Penelitian a. Kontribusi Teoritis
1) Peneliti berikutnya, penelitian ini bermanfaat sebagai bahan
referensi bagi pihak-pihak yang akan melaksanakan penelitian
lebih lanjut mengenai topik ini dan pembanding untuk
menambah ilmu pengetahuan.
2) Penulis, sebagai sarana untuk memperluas wawasan serta
menambah referensi mengenai akuntansi manajemen, terutama
tentang kinerja manajerial koperasi sehingga diharapkan dapat
bermanfaat bagi penulis di masa yang akan datang.
b. Kontribusi Praktis
1) Koperasi, sebagai tinjauan yang diharapkan dapat dijadikan
informasi untuk meningkatkan kinerjanya.
2) Pengguna koperasi, diharapkan dapat bermanfaat dalam
menilai pengaruh partisipasi penyusunan anggaran, komitmen
organisasi, dan ketidakpastian lingkungan terhadap kinerja
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Literatur 1. Anggaran (Budget)
a. Pengertian Anggaran (Budget)
Anggaran (budget) menurut M. Nafarin (2004:12) adalah
sebagai berikut:
“Suatu rencana keuangan periodik yang disusun berdasarkan
program yang telah disahkan. Anggaran (budget) merupakan
rencana tertulis mengenai kegiatan suatu organisasi yang
dinyatakan secara kuantitatif dan umumnya dinyatakan dalam
satuan uang untuk jangka waktu tertentu.” Jadi anggaran bukan
tujuan dan tidak dapat menggantikan manajemen. Dalam
penyusunan anggaran perlu dipertimbangkan faktor-faktor berikut:
1) Pengetahuan tentang tujuan dan kebijakan umum perusahaan.
2) Data tahun-tahun sebelumnya.
3) Kemungkinan perkembangan kondisi ekonomi.
4) Pengetahuan tentang taktik, strategi pesaing, dan gerak-gerik
pesaing.
5) Kemungkinan adanya perubahan kebijakan pemerintah.
Penganggaran (budgeting) menurut Sony Yuwono, dkk
(2005:29) adalah proses penerjemahan rencana aktivitas ke dalam
rencana keuangan (budget). Dalam makna yang lebih luas,
penganggaran meliputi penyiapan, pelaksanaan, pengendalian, dan
pertanggungjawaban anggaran yang biasa dikenal dengan siklus
anggaran. Dengan demikian, penganggaran perlu adanya
standarisasi dalam berbagai formulir, dokumen, instruksi dan
prosedur karena menyangkut dan terkait dengan operasional
perusahaan sehari-hari.
b. Tujuan Anggaran
Ada beberapa tujuan disusunnya anggaran menurut M. Nafarin
(2004:15), antara lain:
1) Digunakan sebagai landasan yuridis formal dalam memilih
sumber dan investasi dana.
2) Memberikan batasan atas jumlah dana yang dicari dan
digunakan.
3) Merinci jenis sumber dana yang dicari maupun jenis investasi
dana, sehingga dapat memudahkan pengawasan.
4) Merasionalkan sumber dan investasi dana agar dapat mencapai
hasil yang maksimal.
5) Menyempurnakan rencana yang telah disusun, karena dengan
6) Menampung dan menganalisis serta memutuskan setiap usulan
yang berkaitan dengan keuangan.
c. Manfaat dan Kelemahan Anggaran
Anggaran mempunyai banyak manfaat menurut M. Nafarin
(2004:15), antara lain:
1) Segala kegiatan dapat terarah pada pencapaian tujuan bersama.
2) Dapat digunakan sebagai alat menilai kelebihan dan
kekurangan pegawai.
3) Dapat memotivasi pegawai.
4) Menimbulkan rasa tanggung jawab pada pegawai.
5) Menghindari pemborosan dan pembayaran yang kurang perlu.
6) Sumber daya, seperti tenaga kerja, peralatan, dan dana dapat
dimanfaatkan seefisien mungkin.
7) Alat pendidikan bagi para manajer.
Anggaran menurut M. Nafarin (2004:16) selain mempunyai
banyak manfaat, juga memiliki kelemahan, antara lain:
1) Anggaran dibuat berdasarkan taksiran dan asumsi, sehingga
mengandung unsure ketidakpastian.
2) Menyusun anggaran yang cermat memerlukan waktu, uang,
dan tenaga yang tidak sedikit, sehingga tidak semua perusahaan
mampu menyusun anggaran secara lengkap (komprehensif) dan
3) Pihak yang merasa dipaksa untuk melaksanakan anggaran
dapat menggerutu dan menentang, sehingga pelaksanaan
anggaran dapat menjadi kurang efektif.
d. Prosedur Penyusunan Anggaran
Menurut Ida Bagus Agung D. (2010:14) Ada dua prosedur penyusunan anggaran yang biasanya digunakan suatu organisasi,
yaitu:
1) Top – Down Budgeting adalah prosedur penyusunan anggaran
dimana anggaran ditentukan oleh manajemen puncak dengan
sedikit atau bahkan tidak ada konsultasi dengan manajemen.
2) Bottom – Up Budgeting adalah prosedur penyusunan anggaran
dimana anggaran akan disiapkan oleh pihak yang akan
melaksanakan anggaran tersebut. Kemudian diberikan kepada
pihak yang lebih tinggi untuk mendapat persetujuan.
3) Participative Budget (anggaran partisipasi) Pendekatan
penganggaranyang melibatkan manajer level menengah dalam
pembuatan estimasi anggaran disebut participative budget.
Anggaran partisipasi adalah anggaran yang dibuat dengan
kerjasama dan partisipasi penuh dari manajer pada semua
tingkatan. Sejumlah keunggulan yang biasanya diungkapkan
atas anggaran partisipasi adalah :
a) Setiap orang pada semua tingkatan diakui sebagai anggota
manajer puncak.
b) Orang yang berkaitan langsung dengan suatu aktivitas
mempunyai kedudukan terpenting dalam pembuatan
estimasi anggaran.
c) Orang lebih cenderung untuk mencapai anggaran yang
penyusunnya melibatkan orang tersebut.
d) Suatu anggaran partsipasi mempunyai system kendali
sendiri yang unik sehingga jika mereka tidak mencapai
anggaran, maka yang harus mereka salahkan adalah
anggaran partisipasi.
2. Partisipasi Penyusunan Anggaran
Partisipasi Menurut Ida Bagus Agung D (2010:80) menjelaskan sebagai berikut :
“Adanya keterlibatan upaya dan input oleh manajer dalam penyusunan
anggaran.”
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa dalam
penyusunan anggaran setiap manajer ikut berpartisipasi dan dapat
mengemukakan pendapat yang akan disampaikan untuk mencapai
tujuan yang akan dicapai dalam tanggung jawab masing-masing.
Proses penyusunan anggaran bisa dari atas ke bawah (Top Down),
bisa juga sebaliknya yaitu dari bawah ke atas (Bottom Up) dan adapula
yang menggunakan gabungan keduanya. Partisipasi dalam penyusunan
pertimbangan dan usulan dari bawahan kepada pimpinan dalam
mempersiapkan dan merevisi anggaran.
Penerapan partisipasi dalam penyusunan anggaran memberikan
banyak manfaat antara lain Ida Bagus Agung D (2010:22):
a. Partisipasi akan menaikkan rasa kebersamaan dalam kelompok,
yang akibatnya akan menaikkan kerjasama anggota kelompok di
dalam penetapan sasaran.
b. Partisipasi dapat mengurangi rasa tertekan akibat adanya anggaran.
c. Partisipasi dapat mengurangi rasa ketidaksamaan di dalam alokasi
sumber daya diantara bagian-bagian organisasi.
Prasyarat Partisipasi Menurut Ida Bagus Agung D (2010:22)
adalah sebagai berikut :
a. Waktu yang cukup untuk berpartisipasi.
b. Relevan dengan kepentingan pegawai.
c. Kemampuan pegawai memadai untuk menangani bidang garapan
partisipasi.
d. Kemampuan berkomunikasi timbal balik.
e. Tidak timbul perasaan terancam bagi kedua belah pihak.
f. Masih dalam bidang keleluasaan pekerjaan.
Hal – hal tersebut menunjukkan bahwa partisipasi lebih berhasil
dalam situasi tertentu ketimbang situasi yang lain dan dalam situasi
3. Komitmen Organisasi
a. Pengertian Komitmen Organisasi
Menurut Steven L. Mcshane (2005:126) komitmen organisasi
adalah:
“Organizational commitment refers to the employee’s emotional
attachment to identification with, and involvement in a particular
organization.”
Dimaksudkan bahwa komitmen organisasi mengacu pada
keterikatan emosional karyawan untuk identifikasi dan terlibat
dalam organisasi tertentu.
Komitmen organisasional merupakan komitmen seseorang
terhadap organisasi tempatnya bekerja. Komitmen seseorang
terhadap organisasi merupakan salah satu jaminan untuk menjaga
kelangsungan organisasi tersebut, seseorang yang bergabung dalam
organisasi pada sebuah perusahaan dituntut adanya komitmen
dalam dirinya (Luthans, 1992 dalam Setiadi 2004:22).
Komitmen organisasi juga didefinisikan sebagai tingkat
dimana seseorang mengaitkan dirinya kepada pekerjaannya, secara
aktif berpartisipasi di dalamnya, dan menganggap kinerjanya
penting bagi nilai dirinya (Robbins, 2006). Organisasi yang
dianggap baik adalah organisasi yang dapat diakui keberadaannya
oleh masyarakat disekitarnya, karena memberikan kontribusi
seperti pengambilan sumber daya manusia dalam masyarakat
pengangguran. Organisasi sendiri terdiri dari beberapa bentuk yaitu
organisasi politik, sosial, mahasiswa, olahraga, sekolah, negara.
Berdasarkan beberapa pendapat tersebut maka dapat
disimpulkan bahwa komitmen organisasi sebagai sifat hubungan
antara karyawan dengan organisasi yang menyangkut rasa
mengidentifikasi dengan tujuan organisasi, rasa terlibat dengan
tugas organisasi dan rasa setia pada organisasi sehingga karyawan
tersebut bersedia untuk tetap aktif dalam organisasi.
b. Faktor-faktor yang mempengaruhi Komitmen Organisasi Menurut David (1997) dalam Sopiah (2008:35) mengemukakan
empat faktor yang mempengaruhi komitmen karyawan pada
organisasi, yaitu:
1) Faktor personal, misalnya usia, jenis kelamin, tingkat
pendidikan, pengalaman kerja, kepribadian, dan lain-lain.
2) Karakteristik pekerjaan, misalnya lingkup jabatan, tantangan,
konflik, peran, tingkat kesulitan dalam pekerjaan, dan lain-lain.
3) Karakteristik struktur, misalnya besar/kecilnya organisasi,
bentuk organisasi (sentralisasi/desentralisasi), kehadiran serikat
pekerja.
4) Pengalaman kerja, pengalaman kerja sangat berpengaruh
c. Jenis Komitmen Organisasi
Jenis komitmen menurut Allen dan Meyer dalam Ummi
Narimawati (2005:28) membedakan komitmen organisasi atas tiga
komponen yaitu:
1) Komponen efektif berkaitan dengan emosional, identifikasi dan
keterlibatan karyawan didalam suatu organisasi.
2) Komponen normative merupakan perasaan-perasaan karyawan
tentang tujuan yang harus diberikan kepada organisasi.
3) Komponen continuance berarti komponen berdasarkan persepsi
karyawan tentang kerugian yang akan dihadapinya jika ia
meninggalkan organisasi.
Meyer dan Alten dalam Umi Narimawati (2005:28),
berpendapat bahwa setiap komponen memiliki dasar yang berbeda.
Karyawan dalam komponen efektif tinggi, masih bergabung
dengan organisasi karena keinginan untuk tetap menjadi anggota.
Sementara itu karyawan dengan komponen continuance tinggi,
tetap bergabung dengan organisasi tersebut karena mereka
membutuhkan organisasi. Karyawan yang memiliki komponen
normative yang tinggi, tetap menjadi anggota organisai karena
mereka harus melakukannya. Setiap karyawan memiliki dasar dan
tingkah laku yang berbeda dengan karyawan yang berdasarkan
continuance, karyawan yang ingin menjadi anggota akan memiliki
organisasi.
Sebaliknya, mereka yang terpaksa menjadi anggota akan
menghindar kerugian finansial dan kerugian lain, sehingga
mungkin hanya melakukan usaha yang tidak maksimal, sementara
itu, komponen normatif yang berkembang sebagai hasil dari
pengalaman sosialisasi, tergantung dari jumlah apa perasaan
kewajiban yang dimiliki karyawan. Komponen normatif
menimbulkan perasaan kewajiban pada karyawan.
Berdasar uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa komitmen
organisasi dapat dibedakan menjadi komitmen efektif, komitmen
berkesinambungan dan komitmen normatif. Komitmen efektif
menunjukkan keberadaan seseorang dalam organisasi oleh karena
hal tersebut memang diinginkan. Komitmen berkesinambungan
menunjukkan keberadaan seseorang dalam organisasi oleh karena
kebutuhan. Komitmen normatif menunjukkan keputusan seseorang
untuk tetap berada didalam organisasi oleh karena hal tersebut
dipandang sebagai suatu keharusan.
4. Ketidakpastian Lingkungan
Ketidakpastian lingkungan yang dimaksud adalah persepsi
responden atas ketidakmampuan individu untuk menilai probabilitas
dirinya sebesar keputusan yang telah dibuat, akan gagal atau berhasil
yang disebabkan karena kesulitan untuk memprediksi
Teori kontinjensi atas ketidakpastian lingkungan yang
dipersepsikan yang dipelopori oleh Burn & Stalker (1961) dalam
Oktavianus (2002:15), menyebutkan mencoba mengidentifikasi tipe
struktur dan praktik manajemen yang tepat untuk berbagai kondisi
yang lingkungannya berbeda. Kedua peneliti tersebut menyimpulkan
bahwa organisasi yang mekanis (dengan ciri pembagian tugas yang
spesifik dan tegas) tepat untuk lingkungan yang stabil sedangkan
organisasi yang organis (dengan ciri dan kontrol lebih sulit dalam
situasi operasi yang tidak pasti disebabkan oleh kejadian-kejadian
dimasa akan datang tidak dapat diprediksi.
Dalam kondisi ketidakpastian lingkungan yang dipersepsikan yang
tinggi, informasi merupakan komoditi yang sangat berguna sekali
dalam proses kegiatan perencanaan dan kontrol dalam suatu
organisasi. Informasi akuntansi manajemen yang andal (ditunjukkan
dengan tingkat ketersediaan informasi akuntansi manajemen) akan
memudahkan penyediaan informasi yang tepat waktu dan relevan,
dimana manajemen (manajer) memiliki tingkat kebutuhan informasi
yang berbeda. Heterogenitas dan dinamika lingkungan yang disebut
Simon (1987) dan Oktovianus (2002:16) sebagai sumber utama
ketidakpastian lingkungan, membutuhkan rentang sasaran yang
memungkinkan untuk dicapai. Hal ini disebabkan oleh kompleksitas,
keanekaragaman aktivitas yang tidak terduga, ketidakstabilan dan
tidak pasti respon yang cepat terhadap perubahan yang sulit diprediksi.
Semua itu disebabkan oleh pencapaian sasaran dalam kondisi yang
tidak menentu lebih besar tantangannya daripada kondisi stabil.
Umpan balik tepat waktu akan sangat diharapkan.
5. Kinerja Manajerial
a. Pengertian Kinerja Manajerial
Kinerja manajerial diartikan sebagai salah satu faktor penting dalam perusahaan, karena dengan meningkatnya kinerja manajerial
diharapkan akan dapat meningkatkan kinerja perusahaan. Kinerja
manajerial yang diperoleh manajer juga merupakan salah satu
faktor yang dapat dipakai untuk meningkatkan keefektifan
perusahaan. Kinerja manajerial menunjukkan kemampuan
manajemen dalam menjalankan fungsi manajemen yang
merupakan aktivitas bisnis, yang tentu selalu berkenaan dengan
pengambilan keputusan (Widarsono, 2007:45).
Kinerja merupakan hasil pekerjaan yang mempunyai
hubungan kuat dengan tujuan strategis organisasi, kepuasan
konsumen, dan memberikan kontribusi pada ekonomi (Amstrong
dan Baron, 1985 dalam Prof. Dr. Wibowo, SE,M.Phil 2007:2).
Dengan demikian, kinerja adalah tentang melakukan pekerjaan dan
hasil yang dicapai dari pekerjaan tersebut. Kinerja adalah tentang
Keberhasilan suatu organisasi dalam mencapai tujuan dan
memenuhi tanggung jawab sosialnya, sebagian besar tergantung
pada manajer. Apabila manajer mampu melakukan tugas-tugasnya
dengan baik, maka organisasi akan mampu mencapai sasaran dan
tujuan yang dikehendaki. Seberapa baik seorang manajer
melakukan perannya dalam mengerjakan tugas-tugas yang
merupakan isu utama yang banyak diperdebatkan dalam penelitian
akhir-akhir ini.
Narsa (2007:80) menyatakan kinerja manajerial adalah adalah
kinerja para individu dalam kegiatan manajerial. Kinerja personel
meliputi delapan dimensi yaitu:
1) Perencanaan, dalam arti kemampuan untuk menentukan tujuan,
kebijakan dan tindakan/pelaksanaan, penjadwalan kerja,
penganggaran, merancang prosedur, dan pemrograman.
2) Investigasi, yaitu kemampuan mengumpulkan dan
menyampaikan informasi untuk catatan, laporan, dan rekening,
mengukur hasil, menentukan persediaan, dan analisis
pekerjaan.
3) Pengkoordinasian, yaitu kemampuan melakukan tukar menukar
informasi dengan orang lain di bagian organisasi yang lain
untuk mengkaitkan dan menyesuaikan program, memberitahu
4) Evaluasi, yaitu kemampuan untuk menilai dan mengukur
proposal, kinerja yang diamati atau dilaporkan, penilaian
pegawai, penilaian catatan hasil, penilaian laporan keuangan,
pemeriksaan produk.
5) Pengawasan (supervisi), yaitu kemampuan untuk mengarahkan,
memimpin dan mengembangkan bawahan, membimbing,
melatih dan menjelaskan peraturan kerja pada bawahan,
memberikan tugas pekerjaan dan menangani bawahan.
6) Pengaturan staff (staffing), yaitu kemampuan untuk
mempertahankan angkatan kerja dibagian anda, merekrut,
mewawancarai dan memilih pegawai baru, menempatkan,
mempromosikan dan mutasi pegawai.
7) Negosiasi, yaitu kemampuan dalam melakukan pembelian,
penjualan atau melakukan kontrak untuk barang dan jasa,
menghubungi pemasok, tawar menawar dengan wakil penjual,
tawar-menawar secara kelompok.
8) Perwakilan (representatif), yaitu kemampuan dalam
menghadiri pertemuan-pertemuan dengan perusahaan lain,
pertemuan perkumpulan bisnis, pidato untuk acara-acara
kemasyarakatan, pendekatan kemasyarakatan, mempromosikan
tujuan umum perusahaan.
Kinerja (performance) adalah hasil yang dapat dicapai oleh
dengan wewenang dan tanggung jawab masing-masing, dalam
rangka mencapai tujuan organisasi. Seseorang yang memegang
posisi manajerial diharapkan mampu menghasilkan suatu kinerja
manajerial. Berbeda dengan kinerja karyawan yang umumnya
bersifat konkrit, kinerja manajerial adalah bersifat abstrak dan
kompleks (Mulyadi dan Johny, 2001:80).
b. Pentingnya Kinerja Manajerial
Menurut Mulyadi dan Johny (2001:80) menjelaskan pentingnya
kinerja manajerial sebagai berikut:
1) Memungkinkan tim manajemen yang bertanggung jawab
mewujudkan kinerja manajerial dapat bekerja in concert.
2) Memungkinkan setiap anggota tim melakukan alignment atas
kinerja yang dihasilkan dengan kinerja anggota tim yang lain.
3) Memungkinkan dilakukannya evaluasi terhadap konsistensi
kinerja manajerial.
4) Memungkinkannya dilakukannya evaluasi kekuatan dan
kelemahan setiap jika lingkungan bisnis menuntut perubahan
tertentu.
B. Hasil-hasil Penelitian Terdahulu
Adapun hasil-hasil sebelumnya dari penelitian-penelitian terdahulu
mengenai topik yang berkaitan dengan penelitian ini dapat dilihat dalam
Tabel 2.1
Hasil-hasil Penelitian Terdahulu
Tabel 2.1 Lanjutan koperasi di kota Palu
Sama-sama
Tabel 2.1 Lanjutan variabel moderasi dan senjangan anggaran yang tinggi, tingkat tinggi partsisipasi anggaran
C. Kerangka Pemikiran dan Perumusan Hipotesis
1. Pengaruh antara partisipasi penyusunan anggaran dengan kinerja manajerial
Peranan penyusunan anggaran terhadap kinerja, baik kinerja manajer,
karyawan dan perusahaan Menurut Hansen dan Mowen (2004:35)
mendefinisikan bahwa:
“Anggaran sering digunakan untuk menilai kinerja manajer, bonus,
kenaikan kerja dan promosi adalah semua hal yang dipengaruhi oleh
kemampuan seorang manajer. Untuk mencapai atau melampaui tujuan
yang direncanakan, oleh karena status keuangan seorang manajer dan karir
dapat berpengaruh, penyusunan anggaran dapat memiliki pengaruh
signifikan apakah pengaruh tersebut positif atau negatif tergantung
sebagian besar pada bagaimana anggaran tersebut digunakan.”
Menurut Hansen dan Mowen mendefinisikan bahwa partisipasi
penyusunan anggaran memungkinkan para manajer tingkat bawah untuk
turut serta dalam pembuatan anggaran. Peningkatan tanggung jawab dan
tantangan yang inheren dalam proses tersebut memberikan insentif non
uang yang mengarah pada tingkat kinerja yang lebih tinggi.
Partisipasi juga merupakan proses dimana individu-individu terlibat
langsung didalamnya dan mempunyai pengaruh pada penyusunan
anggaran. Partisipasi para manajer dalam proses penyusunan anggaran
serta bekerja sama dalam team guna mencapai tujuan perusahaan.
Sedangkan kinerja juga merupakan evaluasi terhadap pekerjaan yang
dilakukan lewat atasan langsung, teman, dirinya sendiri dan bawahan.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa partisipasi penyusunan anggaran
memiliki keterkaitan. Keterkaitan tersebut dapat berdampak positif atau
negatif tergantung pada pihak yang melaksanakan dalam perusahaan.
H1 : Partisipasi penyusunan anggaran berpengaruh positif terhadap kinerja
manajerial
2. Pengaruh komitmen organisasi terhadap kinerja manajerial
Nouri dan Parker, (1998) dikutip dalam M. Yahya dkk, (2008)
menganalisis komitmen organisasi dalam pengaruhnya pada hubungan
partisipasi anggaran dan kinerja. Hasil penelitiannya menyatakan bahwa
komitmen organisasi dan kinerja memiliki hubungan positif dan
signifikan. Semakin tinggi komitmen terhadap organisasi, manajer merasa
memiliki organisasi tempatnya bekerja sehingga membuat manajer akan
memberikan hasil upaya dan kinerja yang lebih baik. Hipotesis hubungan
antara komitmen organisasi dan kinerja adalah sebagai berikut:
H2 : Komitmen organisasi berpengaruh positif terhadap kinerja manajerial
2. Pengaruh ketidakpastian lingkungan terhadap kinerja manajerial Menurut Miliken (1987) dalam Lena (2009), ketidakpastian
Lingkungan dapat diartikan sebagai rasa ketidakmampuan individu dalam
dihadapi merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi keberhasilan
perusahaan. Semakin tinggi kemampuan dalam memprediksi, maka
semakin rendah tingkat ketidakpastian lingkungan yang dihadapi.
Dwirandra (2007) melakukan penelitian tentang pengaruh
ketidakpastian lingkungan terhadap kinerja manajerial. Dari hasil
penelitiannya disimpulkan bahwa ketidakpastian lingkungan berpengaruh
terhadap kinerja manajerial.
Ketidakpastian lingkungan yang tinggi diidentifikasi sebagai faktor
penting karena kondisi demikian dapat menyulitkan perencanaan dan
pengendalian. Perencanaan menjadi bermasalah dalam situasi operasi
yang tidak pasti karena tidak terprediksinya kejadian masa mendatang. Ini
berarti bahwa semakin tinggi ketidakpastian lingkungan akan semakin
menurunkan kinerja manajerial.
Organisasi yang sukses akan selalu beradaptasi dengan
perubahan-perubahan lingkungannya dan secara proaktif merubah lingkungannya.
Organisasi harus mengelola ketidakpastian lingkungan untuk menjadi
efektif. Menurut Daft (2009), ada dua strategi dasar untuk mengatasi
ketidakpastian lingkungan yang tinggi yaitu mengadaptasi organisasi
dengan perubahan-perubahan lingkungan untuk membuatnya lebih
harmonis dengan kebutuhan-kebutuhan organisasi.
Bagi perusahaan, sumber utama ketidakpastian berasal dari
manajer akan mengalami kesulitan dalam membuat perencanaan dan
melakukan pengendalian terhadap perusahaan. Perencanaan akan menjadi
masalah dalam ketidakpastian karena peristiwa-peristiwa yang akan
datang tidak dapat diprediksi. Pengendalian terhadap aktivitas perusahaan
juga sulit dilakukan dalam suasana yang tidak pasti.
Ketidakpastian lingkungan yang tinggi diidentifikasi sebagai faktor
yang penting karena kondisi demikian dapat menyulitkan perencanaan dan
pengendalian. Perencanaan menjadi bermasalah dalam situasi operasi
yang tidak pasti karena tidak terprediksinya kejadian masa mendatang.
Dalam ketidakpastian lingkungan individu akan mengalami keterbatasan
sehingga tidak dapat mengetahui kegagalan atau keberhasilan terhadap
keputusan yang telah dibuat. Semakin tinggi kemampuan dalam
memprediksi, maka berarti semakin rendah tingkat ketidakpastian
lingkungan yang dihadapi.
H3 : Ketidakpastian lingkungan berpengaruh positif terhadap kinerja
manajerial.
3. Pengaruh partisipasi penyusunan anggaran, komitmen organisasi, dan ketidakpastian lingkungan terhadap kinerja manajerial
Partisipasi juga merupakan proses dimana individu-individu terlibat
langsung didalamnya dan mempunyai pengaruh pada penyusunan
anggaran. Partisipasi para manajer dalam proses penyusunan anggaran
serta bekerja sama dalam team guna mencapai tujuan perusahaan.
Sedangkan kinerja juga merupakan evaluasi terhadap pekerjaan yang
dilakukan lewat atasan langsung, teman, dirinya sendiri dan bawahan.
Nouri dan Parker, (1998) dikutip dalam M. Yahya dkk, (2008)
menganalisis komitmen organisasi dalam pengaruhnya pada hubungan
partisipasi anggaran dan kinerja. Hasil penelitiannya menyatakan bahwa
komitmen organisasi dan kinerja memiliki hubungan positif dan
signifikan. Semakin tinggi komitmen terhadap organisasi, manajer merasa
memiliki organisasi tempatnya bekerja sehingga membuat manajer akan
memberikan hasil upaya dan kinerja yang lebih baik.
Dwirandra (2007) melakukan penelitian tentang pengaruh ketidakpastian
lingkungan terhadap kinerja manajerial. Dari hasil penelitiannya
disimpulkan bahwa ketidakpastian lingkungan berpengaruh terhadap
kinerja manajerial.
Ketidakpastian lingkungan yang tinggi diidentifikasi sebagai faktor
penting karena kondisi demikian dapat menyulitkan perencanaan dan
pengendalian. Perencanaan menjadi bermasalah dalam situasi operasi
yang tidak pasti karena tidak terprediksinya kejadian masa mendatang. Ini
berarti bahwa semakin tinggi ketidakpastian lingkungan akan semakin
menurunkan kinerja manajerial.
H4: Partisipasi penyusunan anggaran, komitmen organisasi, dan
KERANGKA PEMIKIRAN
Kerangka pemikiran dalam penelitian ini dapat digambarkan dalam gambar
2.1
Gambar 2.1
Skema Kerangka Pemikiran
lemahnya membuat perencanaan bisnis (pengamatan terhadap potensi), perubahan pengurus internal, penyalahgunaan dana, dan tidak meratanya klasifikasi pembentukan koperasi seesuai dengan
potensi daerah.
Model Analisis: Regresi Berganda Tuntutan Atas Kinerja Pengurus Koperasi
Komitmen Organisasi (X2)
(Andi Kartika, 2010)
Basis Teori : Teori Anggaran (Budget)
Ketidakpastian Lingkungan (X3)
(Andi Kartika, 2010) Partisipasi Anggaran (X1)
(Kadek Juli Suardana, dkk 2010)
Kinerja Manajerial (Y)
(Kadek Juli Suardana, dkk,
2010)
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis seberapa besar pengaruh
partisipasi penyusunan anggaran (X1), komitmen organisasi (X2), dan
ketidakpastian lingkungan (X3) terhadap kinerja manajerial (Y) sebagai
variabel-variabel dalam penelitian. Penyebaran serta pengambilan kuesioner
dilakukan mulai dari tanggal 25 Mei 2013 sampai dengan 30 Juni 2013.
Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah pengurus koperasi yang
berada di wilayah Tangerang Selatan.
B. Metode Penentuan Sampel
Sampel pada penelitian ini adalah semua pengurus yang berpartisipasi di
dalam koperasi di wilayah Tangerang Selatan. Metode yang digunakan
peneliti dalam pemilihan sample penelitian adalah pemilihan sampel bertujuan
(purposive sampling), dengan teknik berdasarkan pertimbangan (judgement
sampling) yang merupakan tipe pemilihan sampel secara tidak acak yang
informasinya diperoleh dengan menggunakan pertimbangan tertentu
(umumnya disesuaikan dengan tujuan atau masalah penelitian) (Nur
Indriantoro dan Bambang Supomo, 2002:131) dengan kriteria sebagai berikut:
1. Sampel merupakan pengurus yang berpartisipasi di dalam koperasi yang
2. Pengurus yang bekerja di koperasi, yang pernah berpengalaman menyusun
RKA (Rencana Kerja Anggaran).
3. Pengurus koperasi yang mempunyai pengalaman bergabung minimal satu
tahun.
C. Metode Pengumpulan Data
Dalam memperoleh data-data pada penelitian ini, peneliti menggunakan
dua cara yaitu penelitian pustaka dan penelitian lapangan.
1. Penelitian Pustaka (Library Research)
Peneliti memperoleh data yang berkaitan dengan masalah yang sedang
diteliti melalui buku, jurnal, skripsi, tesis, internet, dan perangkat lain
yang berkaitan dengan judul penelitian.
2. Penelitian Lapangan (Field Research)
Data utama penelitian ini diperoleh melalui penelitian lapangan, peneliti
memperoleh data langsung dari pihak pertama (data primer). Pada
penelitian ini, yang menjadi subyek penelitian adalah pengurus koperasi
yang berada di koperasi wialayah Tangerang Selatan. Peneliti memperoleh
data dengan mengirimkan kuesioner kepada koperasi-koperasi tersebut
secara langsung ataupun melalui perantara. Data primer diperoleh dengan
menggunakan daftar pertanyaan yang telah terstruktur dengan tujuan
untuk mengumpulkan informasi dari pengurus koperasi sebagai responden
dalam penelitian.
indikator variabel yang diperoleh dari pengisian kuesioner yang telah
dibagikan kepada pengurus koperasi sebagai responden.
D. Operasionalisai Variabel Penelitian
Pada bagian ini akan diuraikan definisi dari masing-masing variabel yang
digunakan berikut dengan operasional dan cara pengukurannya.
1. Partisipasi Penyusunan Anggaran (X1)
Partisipasi penyusunan anggaran adalah keterlibatan manajer dan
luasnya pengaruh dalam proses penyusunan anggaran (Milani, 1975 dalam
Supriyono 2005). Partisipasi anggaran diukur dengan menggunakan
instrumen daftar pertanyaan yang disusun oleh Milani (1975) dalam
Supriyono (2005). Daftar pertanyaan tersebut terdiri atas enam butir
pertanyaan yang digunakan untuk menilai tingkat partisipasi responden
atas daftar pertanyaan tersebut didesain menggunakan skala ordinal
dimana Persepsi responden terhadap indikator tersebut diukur dengan lima
point skala likert dari “Sangat Tidak Setuju” sampai “Sangat Setuju”.
Instrumen pertanyaan pada variabel partisipasi anggaran antara lain
mengenai seberapa besar keterlibatan para pengurus dalam proses
penyusunan anggaran, tingkat kelogisan alasan atasan untuk merevisi
usulan anggaran yang dibuat, intensitas manajer mengajak diskusi tentang
manajer merasa mempunyai kontribusi penting terhadap anggaran, serta
frekuensi alasan meminta pendapat manajer dalam penyusunan anggaran.
2. Komitmen Organisasi (X2)
Komitmen organisasi didefinisikan sebagai dorongan dari dalam diri
individu untuk berbuat sesuatu agar dapat menunjang keberhasilan
organisasi sesuai dengan tujuan dan lebih mengutamakan kepentingan
organisasi di atas kepentingan pribadinya (Wiener, 1982 dalam Rahman
dan Supomo, 2003). Komitmen organisasional bisa tumbuh disebabkan
karena individu memiliki ikatan emosional terhadap organisasi yang
meliputi dukungan moral dan menerima nilai yang ada di dalam organisasi
serta tekad dalam diri untuk mengabdi kepada organisasi (Porter et al,
1974).
Untuk mengukur komitmen organisasi digunakan sembilan item
pertanyaan yang telah digunakan oleh Mowday dan Steers (1979) dalam
Christina Tri Setyorini,dkk . Skala yang digunakan adalah satu untuk
menunjukkan jawaban sangat tidak setuju dan lima berarti sangat setuju.
3. Ketidakpastian Lingkungan (X3)
Duncan, (1972) dalam Darlis, (2002) mendefinisikan ketidakpastian
lingkungan sebagai keterbatasan individu dalam menilai probabilitas
seberapa besar keputusan yang telah dibuat akan gagal atau berhasil yang
disebabkan karena kesulitan untuk memprediksi
situasi dimana seseorang mengalami hambatan untuk memprediksi situasi
di sekitarnya sehingga mencoba untuk melakukan sesuatu untuk
menghadapi ketidakpastian tersebut (Luthans, 1998 dalam Darlis, 2002).
Di dalam ketidakpastian lingkungan, individu akan menghadapi
keterbatasan dan memperoleh informasi dari lingkungan, sehingga tidak
dapat mengetahui kegagalan atau keberhasilan terhadap keputusan yang
telah dibuatnya (Fisher, 1996 dalam Darlis, 2002).
Untuk mengukur persepsi responden atas ketidakpastian lingkungan
yang dirasakan, digunakan 9 item yang dikembangkan oleh Duncan,
(1972) dalam Darlis, (2002). Skala yang digunakan adalah ordinal satu
untuk menunjukkan jawaban sangat tidak setuju dan lima berarti sangat
setuju.
4. Kinerja Manajerial (Y)
Kinerja manajerial merupakan hasil upaya yang dilakukan manajer
dalam melakukan tugas dan fungsinya dalam organisasi. Kinerja
manajerial didefinisikan juga sebagai kinerja manajer dalam memahami
fungsi manajer dalam mencapai sasaran kinerjanya (Weihrich dan Koontz
2005). Kinerja manajerial diukur dengan menggunakan instrumen daftar
pertanyaan yang dikembangkan oleh Mahoney et al, (1965) dalam Diana
Rahmawati (2006). Daftar pertanyaan terdiri dari enam butir pertanyaan
adalah ordinal satu untuk menunjukkan jawaban sangat tidak setuju dan
lima berarti sangat setuju.
Tabel 3.1
Operasionalisasi Variabel dan Pengukuran
Variabel Indikator No. Butir
Pertanyaan
1. Bekerja keras untuk kemajuan organisasi. 2. Senang dan bangga
E. Metode Analisis Data
Analisis data merupakan suatu proses penyederhanaan data ke dalam
bentuk yang lebih mudah dibaca dan diinterpretasikan. Dengan menggunakan
metode kuantitatif, diharapkan akan didapatkan hasil pengukuran yang lebih
akurat tentang respon yang diberikan oleh responden, sehingga data yang
berbentuk angka tersebut dapat diolah dengan menggunakan metode statistik.
Dalam menguji data yang diperoleh sehubungan dengan masalah yang
diteliti digunakan pengujian statistik untuk melihat pengaruh variabel
independen dengan variabel dependen. Berdasarkan pengujian tersebut akan
ditarik suatu kesimpulan untuk menjawab perumusan masalah yang ada.
Pengujian statistik akan didahului dengan pengujian realibilitas dan
validitas, kemudian akan dilakukan transformasi data kuesioner dari data
ordinal menjadi data interval dengan menggunakan MSI (Metode Suksesive
Interval). Setelah transformasi dilakukan, maka akan dilanjutkan dengan uji
hipotesis.
1. Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif memberikan gambaran atau deskripsi suatu data
yang dilihat dari nilai minimum, maksimum, rata-rata (mean), dan standar
deviasi. (Imam Ghozali, 2009).
Statistik deskriptif digunakan untuk menganalisis data dengan cara
sebenarnya tanpa maksud membuat kesimpulan yang berlaku umum atau
generalisasi.
Analisis statistik deskriptif digunakan untuk memberi gambaran
umum mengenai demografi responden dalam penelitian dan deskripsi
mengenai variabel-variabel penelitian (partisipasi penyusunan anggaran,
komitmen organisasi, ketidakpastian lingkungan, dan kinerja manajerial).
2. Uji Kualitas Data a. Uji Validitas
Uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau valid tidaknya
suatu kuesioner. Suatu kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan pada
kuesioner mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang akan diukur
oleh kuesioner tersebut (Imam Ghozali, 2009). Pengujian validitas
dalam penelitian ini menggunakan Pearson Correlation yaitu dengan
cara menghitung korelasi antara nilai yang diperoleh dari
pertanyaan-pertanyaan. Dengan tingkat signifikansi yang didapat memiliki nilai di
bawah 0,05 berarti data yang diperoleh adalah valid (Imam Ghozali,
2011).
b. Uji Reliabilitas
Reliabilitas adalah alat untuk mengukur suatu kuesioner yang
merupakan indikator dari variabel atau konstruk. Suatu kuesioner
pernyataan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu (Imam
Ghozali, 2009).
Menurut Arikunto (2002), koefisien korelasi reabilitas dapat
dikelompokkan menjadi lima kategori, yaitu:
1) Antara 0,800 sampai dengan 1,000 = sangat tinggi
2) Antara 0,600 sampai dengan 0,800 = tinggi
3) Antara 0,400 sampai dengan 0,600 = cukup tinggi
4) Antara 0,200 sampai dengan 0,400 = rendah
5) Antara 0,000 sampai dengan 0,200 = sangat rendah (tidak
berkorelasi).
Kriteria pengujian dilakukan dengan menggunakan pengujian
Cronbach Alpha (α). Suatu variabel dikatakan reliable jika
memberikan nilai pada kategori 1 sampai 3(Arikunto, 2002).
3. Uji Asumsi Klasik
Untuk melakukan uji asumsi klasik atas data primer ini, maka peneliti
melakukan uji multikolonieritas, uji normalitas, dan uji
heteroskedastisitas.
a. Uji Multikolonieritas
Pengujian multikolonieritas bertujuan untuk menguji apakah pada
model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas
(independen). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi
ada atau tidaknya multikolonieritas di dalam model regresi dapat
dilihat dari besaran VIF (Variance Inflation Factor) dan tolerance.
Regresi bebas dari multikolonieritas jika nilai VIF < 10 dan nilai
tolerance > 0,10 (Imam Ghozali, 2009).
b. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk mengukur apakah di dalam model
regresi variabel independen dan variabel dependen keduanya
mempunyai distribusi normal atau mendekati normal. Model regresi
yang baik adalah memiliki distribusi normal atau mendekati normal.
Dalam penelitian ini, uji normalitas menggunakan Normal Probability
Plot (P-P Plot). Suatu variabel dikatakan normal jika gambar
distribusi dengan titik-titik data yang menyebar di sekitar garis
diagonal, dan penyebaran titik-titik data searah mengikuti garis
diagonal (Imam Ghozali, 2011). Dalam penelitian ini juga, uji
normalitas menggunakan kolmogrov-sminorv test yaitu jika
p-valuenya menunjukkan lebih besar dari 0,05 berarti hipotesis diterima
atau terdistribusi normal.
c. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah model regresi
terjadi ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan ke
pengamatan yang lain. Jika varians dari residual satu pengamatan ke
berbeda disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah
homoskedastisitas (Imam Ghozali, 2009).
Deteksi ada atau tidaknya heterokedastisitas dapat dilihat dengan
ada tidaknya pola tertentu pada grafik scaterplot. Jika ada pola tertentu
maka mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas. Tetapi jika
tidak ada pola yang jelas serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah
angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas (Imam
Ghozali, 2009).
4. Uji Hipotesis a. Uji F
Pengujian pengaruh variabel independen secara bersama-sama
(simultan) terhadap perubahan nilai variabel dependen, dilakukan
melalui pengujian terhadap besarnya perubahan nilai variabel
dependen yang dapat dijelaskan oleh perubahan nilai semua variabel
independen, untuk itu perlu dilakukan uji F. Uji F atau ANOVA
dilakukan dengan membandingkan tingkat signifikasi yang ditetapkan
untuk penelitian dengan probability value dari hasil penelitian
(Ghozali, 2009).
b. Uji t
Uji t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh dari
dependen. Hipotesis diterima jika nilai probabilitas signifikansi 0,05
hipotesis ditolak jika nilai probabilitas signifikansi (Imam
Ghozali, 2011).
c. Koefisien Determinasi ( R2)
Koefisien determinasi menunjukkan seberapa besar persentase variasi variabel independen yang digunakan dalam model mampu
menjelaskan variasi variabel dependen (Priyatno,2010:66).
Multikolonieritas terjadi apabila nilai R2 yang dihasilkan oleh
suatu model regresi empiris sangat tinggi, tetapi secara individual
variabel-variabel independen banyak yang tidak signifikan
mempengaruhi variabel dependen (Priyatno,2010).
d. Pengujian dengan Analisis Regresi Berganda
Model regresi berganda bertujuan untuk memprediksi besar
variabel dependen dengan menggunakan data variabel independen
yang sudah diketahui besarnya (Singgih Santoso, 2004).
Dalam penelitian ini untuk mengolah data hasil penelitian
digunakan metode regresi berganda. Analisis ini digunakan untuk
mengetahui pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat, yaitu
pengaruh dari partisipasi penyusunan anggaran (X1), komitmen
organisasi (X2), ketidakpastian lingkungan (X3) terhadap kinerja
dilakukan dengan analisis regresi berganda dengan persamaan statistik
sebagai berikut:
Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + E
Dimana:
Y = Kinerja Manajerial E = Error
a = Konstanta
b = Koefisien Regresi
X1 = Partisipasi Penyusunan Anggaran
X2 = Komitmen Organisasi