• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Tingkat Pengetahuan dan Sikap Orang Tua dengan Perilaku Pencegahan Diare Di Gampong Kuala Langsa Kecamatan Langsa Barat Kota Langsa

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Hubungan Tingkat Pengetahuan dan Sikap Orang Tua dengan Perilaku Pencegahan Diare Di Gampong Kuala Langsa Kecamatan Langsa Barat Kota Langsa"

Copied!
115
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP ORANG TUA DENGAN PERILAKU PENCEGAHAN DIARE DI GAMPONG

KUALA LANGSA KECAMATAN LANGSA BARAT KOTA LANGSA

SKRIPSI

OLEH :

091000043 EFA RINI

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP ORANG TUA DENGAN PERILAKU PENCEGAHAN DIARE DI GAMPONG

KUALA LANGSA KECAMATAN LANGSA BARAT KOTA LANGSA

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

OLEH :

091000043 EFA RINI

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

HALAMAN PENGESAHAN

Judul Skripsi : HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP ORANG TUA DENGAN PERILAKU PENCEGAHAN DIARE DI GAMPONG KUALA LANGSA KECAMATAN LANGSA BARAT KOTA LANGSA

Nama Mahasiswa : Efa Rini Nomor Induk Mahasiswa : 091000043

Program Studi : Ilmu Kesehatan Masyarakat

Peminatan : Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku Tanggal Lulus : 11 Februari 2014

Disahkan Oleh Komisi Pembimbing

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

Drs. Tukiman, MKM Drs. Eddy Syahrial, MS NIP. 196110241990031003 NIP. 19590713198731001

Medan, Maret 2014 Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara Dekan,

(4)

ABSTRAK

Diare merupakan salah satu masalah kesehatan utama di negara berkembang termasuk Indonesia. Di Indonesia, penyakit diare adalah salah satu penyebab kematian utama setelah infeksi saluran pencernaan. Pengetahuan dan sikap seseorang sangat memengaruhi tindakan seseorang terhadap pencegahan diare. Namun, peningkatan pengetahuan tidak selalu menyebabkan terjadinya perubahan sikap dan perilaku.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hasil dari tingkat pengetahuan dan sikap orang tua terhadap pencegahan diare di Gampong Kuala Langsa Kecamatan Langsa Barat Kota Langsa. Penelitian ini bersifat analitik dengan desain penelitian cross sectional. Data yang digunakan adalah data primer dan sekunder. Data primer diperoleh dengan wawancara dan kuesioner sebagai panduan wawancara. Wawancara dilakukan pada 78 orang yang berumur 20-40 tahun dan dipilih secara

simple random sampling. Sedangkan data sekunder diperoleh dari Puskesmas

Pembantu dan literatur-literatur yang terkait.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan yang paling banyak adalah baik dengan jumlah 37 orang (47,5%), sikap yang paling banyak adalah baik (positif) dengan jumlah 39 orang (50,0%), dan kategori tindakan yang paling banyak adalah baik dengan jumlah 35 orang (44,9%). Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa ada hubungan antara tingkat pengetahuan dan sikap orang tua dengan perilaku pencegahan diare.

Saran dari penelitian ini adalah agar petugas kesehatan terus memberikan penyuluhan untuk menciptakan lingkungan yang sehat, masyarakat agar terus meningkatkan perilaku hidup bersih dan sehat terutama dalam pencegahan diare, dan peneliti lain agar menambah faktor-faktor lain di luar penelitian ini dan menambah jumlah sampel.

(5)

ABSTRACT

Diarrhea is one of the major health problems in developing countries, including Indonesia. In Indonesia, diarrhea is one of the major affect of death after infection of the digestive tract. Knowledge and attitude of person greatly affect one's actions on the prevention of diarrhea. However, increasing of the knowledge does not always cause to changes in attitudes and behavior.

The purpose of this research was to know the outcome of the level of knowledge and attitudes of parents towards the prevention of diarrhea in the Kuala Langsa Village, West Langsa District, Langsa City. This research was an analysis by cross-sectional design. The data used primary and secondary data. The primary data is obtained through interviews and a questionnaire as an interview guide. Interviews were conducted on 78 people who were 20-40 years old and selected by simple random sampling. While the secondary data is taken by primary health center and is related literatures.

The results show that the most level of knowledge is good by the number of it is 37 persons (47.5%), the most attitude is good (positive) by the number of it is 39 persons (50.0%), and the most category of is good by the number of it is 35 persons (44.9%). The results also show that there is a relationship between knowledge and attitude of parents with behavioral prevention of diarrhea.

Suggestions of this research is that health officers should continue to give health education to create a healthy environment, the people should continue to improve hygiene and healthy behavior, especially in the prevention of diarrhea, and other researchers in order to add other factors outside of this research and add the number of sample.

(6)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Efa Rini

Tempat/Tanggal Lahir : Kuala Simpang/24 Oktober 1990

Agama : Islam

Status Perkawinan : Belum Menikah

Nama Orang Tua

Ayah : Paridi

Ibu : Suginem

Anak ke : 1 dari 4 bersaudara

Alamat Rumah : Dusun Ar-Rahim, Kota Lintang, Kuala Simpang,

Kabupaten Aceh Tamiang.

Riwayat Pendidikan

Tahun 1997-2003 : SD Negeri 3, Kuala Simpang

Tahun 2003-2006 : MTs Pon-Pes Modern Darul Hikmah TPI, Medan

Tahun 2006-2009 : MA Pon-Pes Modern Darul Hikmah TPI, Medan

(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT serta shalawat beriring salam bagi Rasulullah SAW, atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Hubungan Tingkat Pengetahuan dan Sikap Orang Tua dengan Perilaku Pencegahan Diare Di Gampong Kuala Langsa Kecamatan Langsa Barat Kota Langsa”.

Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar

Sarjana Kesehatan Masyarakat di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas

Sumatera Utara. Banyak pengalaman yang penulis peroleh dalam menyelesaikan

skripsi ini.

Dalam penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan juga dukungan

dari berbagai pihak, baik moril maupun materil. Untuk itu penulis ingin

menyampaikan rasa terima kasih dan penghargaan yang sedalam-dalamnya kepada:

1. Bapak Dr. Drs. Surya Utama, M.S selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Drs. Tukiman, M.K.M, selaku Dosen Pembimbing Skripsi I yang telah banyak membantu dan meluangkan waktu serta pikirannya dalam membimbing

penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

3. Bapak Drs. Eddy Syahrial, M.S, selaku Dosen Pembimbing Skripsi II yang juga telah banyak membantu dan meluangkan waktu serta pikirannya dalam

(8)

4. Bapak Drs. Alam Bakti, M.Kes, selaku Tim Penguji Skripsi yang telah memberikan kritik dan saran serta motivasi kepada penulis untuk perbaikan

skripsi ini.

5. Ibu Maya Fitria, SKM, M.Kes, selaku Tim Penguji Skripsi yang juga telah memberikan kritik dan saran serta motivasi kepada penulis untuk perbaikan

skripsi ini.

6. Bapak dr. Heldi BZ, M.P.H, selaku Dosen Pembimbing Akademik yang telah memberikan bimbingan dan dukungan selama penulis menjalani perkuliahan di

FKM USU.

7. Seluruh Staf Pengajar FKM USU serta Dosen Peminatan Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku.

8. Kepada Kak Murni staf Puskesmas Pembantu Kuala Langsa yang telah

memberikan izin melakukan penelitian skripsi ini.

9. Bapak Sekretaris Desa Kuala Langsa yang telah meluangkan waktunya

memberikan informasi yang dibutuhkan penulis sehingga skripsi ini dapat

diselesaikan.

10.Sembah sujud penulis kepada kedua orang tua terkasih dan juga teristimewa

Ayahanda Paridi dan Ibunda Suginem yang senantiasa memberikan do’a, kasih sayang, cinta, perhatian, semangat, dukungan moral, spiritual, dan juga material.

Kalian adalah My Wonderful Spirit untuk meraih kesuksesanku kelak dan You’re

The Best I Ever Had in My Life.

(9)

12.Teristimewa kepada kakanda Sertu Ika Saputra sumber motivasi dan penyemangatku yang selalu mendukung dan mendoakan dalam pengerjaan skripsi

ini.

13.Sahabat-sahabatku : Neni, Cici, Lulu, Winda, Yeni, jumhy, Intan Kesuma Wardani, Cindy, Hayu, Ayu, Dewi, Citra, Dara, dan Kak Nilawati terima kasih untuk selalu menemani, meluangkan waktu, tenaga dan pikiran, serta

motivasinya dalam pengerjaan skripsi ini.

14.Seluruh pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah banyak

memberikan bantuan dan dorongan semangat, semoga Allah SWT senantiasa

memberikan rahmat-Nya kepada Bapak, Ibu dan teman-teman sekalian.

Penulis menyadari sepenuhnya masih banyak kekurangan dalam penulisan skripsi

ini sehingga dengan penuh kerendahan hati penulis menerima kritik dan saran dari

semua pihak dalam rangka penyempurnaan skripsi ini. Akhir kata semoga Allah SWT

senantiasa melimpahkan karunia-Nya kepada kita semua dan semoga skripsi ini dapat

bermanfaat bagi semua pihak.

Medan, Februari 2014

Penulis,

(10)

DAFTAR ISI

HALAMAN PERSETUJUAN ... i

ABSTRAK ... ii

ABSTRACT ... iii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR... xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

2.2.1 Faktor-Faktor yang Memengaruhi Perilaku ... 15

2.2 Pencegahan ... 16

2.7 Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Penyakit Diare ... 25

2.7.1 Faktor Sosiodemografi ... 25

(11)

3.3 Waktu Penelitian ... 34

3.9 Pengolahan Data dan Analisis Data ... 38

3.9.1 Pengolahan Data ... 38

3.9.2 Analisis Data ... 39

BAB IV HASIL PENELITIAN ... 40

4.1 Gambaran Umum Lokasi Penetian ... 40

4.1.1 Keadaan Geografi ... 40

4.1.2 Keadaan Demografi ... 40

4.2 Hasil Analisis Univariat ... 41

4.3.1 Hubungan Pengetahuan dan Tindakan Pencegahan Diare ... 57

4.3.2 Hubungan Antara Sikap dengan Tindakan Pencegahan Diare ... 58

BAB V PEMBAHASAN ... 60

5.1 Karakteristik Responden ... 60

5.1.1 Umur ... 60

5.1.2 Tingkat Pendidikan ... 60

5.1.3 Jenis Pekerjaan ... 60

5.2 Hubungan Pengetahuan dengan Tindakan Pencegahan Diare ... 61

5.3 Hubungan Sikap dengan Tindakan Pencegahan Diare ... 62

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ... 64

6.1 Kesimpulan ... 64

6.2 Saran ... 64

(12)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Derajat Dehidrasi Menurut WHO ... 24

Tabel 4.1 Distribusi Responden Berdasarkan Umur, Tingkat Pendidikan dan Jenis Pekerjaan ... 41

Table 4.2 Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan Pengetahuan ... 45

Tabel 4.3 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan ... 47

Table 4.4 Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan Sikap ... 51

Tabel 4.5 Distribusi Responden Berdasarkan Sikap ... 52

Table 4.6 Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan Tindakan ... 55

Tabel 4.7 Distribusi Responden Berdasarkan Tindakan ... 57

Tabel 4.8 Hubungan Antara Pengetahuan dengan Tindakan Pencegahan Diare ... 57

(13)

DAFTAR GAMBAR

(14)

ABSTRAK

Diare merupakan salah satu masalah kesehatan utama di negara berkembang termasuk Indonesia. Di Indonesia, penyakit diare adalah salah satu penyebab kematian utama setelah infeksi saluran pencernaan. Pengetahuan dan sikap seseorang sangat memengaruhi tindakan seseorang terhadap pencegahan diare. Namun, peningkatan pengetahuan tidak selalu menyebabkan terjadinya perubahan sikap dan perilaku.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hasil dari tingkat pengetahuan dan sikap orang tua terhadap pencegahan diare di Gampong Kuala Langsa Kecamatan Langsa Barat Kota Langsa. Penelitian ini bersifat analitik dengan desain penelitian cross sectional. Data yang digunakan adalah data primer dan sekunder. Data primer diperoleh dengan wawancara dan kuesioner sebagai panduan wawancara. Wawancara dilakukan pada 78 orang yang berumur 20-40 tahun dan dipilih secara

simple random sampling. Sedangkan data sekunder diperoleh dari Puskesmas

Pembantu dan literatur-literatur yang terkait.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan yang paling banyak adalah baik dengan jumlah 37 orang (47,5%), sikap yang paling banyak adalah baik (positif) dengan jumlah 39 orang (50,0%), dan kategori tindakan yang paling banyak adalah baik dengan jumlah 35 orang (44,9%). Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa ada hubungan antara tingkat pengetahuan dan sikap orang tua dengan perilaku pencegahan diare.

Saran dari penelitian ini adalah agar petugas kesehatan terus memberikan penyuluhan untuk menciptakan lingkungan yang sehat, masyarakat agar terus meningkatkan perilaku hidup bersih dan sehat terutama dalam pencegahan diare, dan peneliti lain agar menambah faktor-faktor lain di luar penelitian ini dan menambah jumlah sampel.

(15)

ABSTRACT

Diarrhea is one of the major health problems in developing countries, including Indonesia. In Indonesia, diarrhea is one of the major affect of death after infection of the digestive tract. Knowledge and attitude of person greatly affect one's actions on the prevention of diarrhea. However, increasing of the knowledge does not always cause to changes in attitudes and behavior.

The purpose of this research was to know the outcome of the level of knowledge and attitudes of parents towards the prevention of diarrhea in the Kuala Langsa Village, West Langsa District, Langsa City. This research was an analysis by cross-sectional design. The data used primary and secondary data. The primary data is obtained through interviews and a questionnaire as an interview guide. Interviews were conducted on 78 people who were 20-40 years old and selected by simple random sampling. While the secondary data is taken by primary health center and is related literatures.

The results show that the most level of knowledge is good by the number of it is 37 persons (47.5%), the most attitude is good (positive) by the number of it is 39 persons (50.0%), and the most category of is good by the number of it is 35 persons (44.9%). The results also show that there is a relationship between knowledge and attitude of parents with behavioral prevention of diarrhea.

Suggestions of this research is that health officers should continue to give health education to create a healthy environment, the people should continue to improve hygiene and healthy behavior, especially in the prevention of diarrhea, and other researchers in order to add other factors outside of this research and add the number of sample.

(16)

BAB I PENDAHULUAN

1.5 Latar Belakang

Diare merupakan salah satu masalah kesehatan utama di negara berkembang

termasuk Indonesia. Di Indonesia, penyakit diare adalah salah satu penyebab

kematian utama setelah infeksi saluran pencernaan (Maryunani, 2010).

Diare menyebabkan kehilangan banyak cairan dan elektrolit melalui feces.

Kelainan yang mengganggu penyerapan di usus halus cenderung menyebabkan diare,

sedangkan kelainan penyerapan di usus besar lebih jarang menyebabkan diare. Pada

dasarnya semua diare merupakan gangguan transportasi larutan. Gejala klinis sesuai

dengan derajat atau banyaknya kehilangan cairan. Bila dilihat dari banyaknya cairan

yang hilang, derajat dehidrasi dapat dibagi berdasarkan kehilangan berat badan.

Berdasarkan kehilangan berat badan, dehidrasi ada empat kategori, yaitu tidak ada

dehidrasi (bila penurunan berat badan 2,5%), dehidrasi ringan (bila terjadi penurunan

berat badan 2,5%), dehidrasi sedang (bila penurunan berat badan 5-10%), dan

dehidrasi berat bila terjadi penurunan berat badan 10% (Sodikin, 2011).

Penyakit dengan insidensi rendah tetapi dengan CFR yang tinggi seperti

rabies, merupakan penyakit yang berat secara perseorangan, sedangkan penyakit

dengan insidensi yang tinggi tetapi tidak berat seperti diare, yang akan memberikan

keadaan yang lebih serius sebagai masalah kesehatan masyarakat karena merupakan

unsur yang menimbulkan peningkatan kematian populasi secara keseluruhan (Nasry,

(17)

Diare yang berlangsung kurang dari 2 minggu, disebut sebagai diare akut.

Apabila diare berlangsung 2 minggu atau lebih, maka digolongkan pada diare kronis.

Di negara-negara berkembang diare merupakan penyebab kematian paling banyak

terutama menyebabkan kematian balita (Zulkoni, 2010). Penyakit diare akut (DA)

atau gastroenteristik akut (GEA) merupakan suatu penyakit penting di Indonesia yang

masih merupakan sebab utama kesakitan dan kematian anak. Walaupun hanya

sebagian kasus diare akan mengalami dehidrasi, namun banyak kasus akan meninggal

bila tidak dilakukan tindakan-tindakan yang tepat. Pengelolaan diare akut pada bayi

dan anak telah mengalami kemajuan pesat sejak ditingkatkannya pengetahuan tentang

faktor-faktor yang menjadi penyulit (komplikasi) diare akut (Suharyono, 2008).

Penyebab diare lainnya adalah makanan dan minuman yang terkontaminasi

oleh serangga atau kontaminasi oleh tangan yang kotor, bermain dengan mainan yang

terkontaminasi, apalagi pada bayi yang sering memasukkan tangan, mainan atau

apapun ke dalam mulut karena virus ini dapat bertahan di permukaan udara sampai

beberapa hari. Penggunaan sumber air yang sudah tercemar dan tidak memasak air

dengan benar, pencucian dan pemakaian botol susu yang tidak bersih, tidak mencuci

tangan dengan bersih sesudah buang air besar dan setelah membuang tinja anak,

sehingga mengontaminasi perabot atau alat-alat yang ada di rumah (Suririnah, 2006).

Pada anak–anak yang gizinya tidak begitu baik, sering menderita diare

walaupun tergolong ringan. Akan tetapi karena diare itu dibarengi oleh menurunnya

nafsu makan dan keadaan tubuh yang lemah, sehingga keadaan yang demikian sangat

(18)

sungguh karena sifat diarenya ringan. Padahal penyakit diare walaupun dianggap

ringan tetapi sangat berbahaya bagi kesehatan anak (Hiswani, 2003).

Pandangan masyarakat untuk menanggulangi penyakit diare, anak harus

dipuasakan. Jadi usus dikosongkan agar tidak terjadi rangsangan yang menyebabkan

anak merasa ingin buang air besar. Jika anak sudah dalam keadaan gizi kurang,

keadaan gizinya akan menjadi lebih buruk akibat puasa. Maka memuasakan anak saat

diare ditambah dengan dehidrasi yang mudah terjadi pada anak saat diare akan

memperburuk keadaan bahkan dapat menyebabkan kematian (Hiswani, 2003).

Karena itu, peran ibu dalam melakukan penatalaksanaan terhadap diare

diperlukan suatu pengetahuan, karena pengetahuan merupakan salah satu komponen

faktor predisposisi yang penting. Peningkatan pengetahuan tidak selalu menyebabkan

terjadinya perubahan sikap dan perilaku tetapi mempunyai hubungan yang positif,

yakni dengan peningkatan pengetahuan maka terjadinya perubahan perilaku akan

cepat (Notoatmodjo, 2007).

Menurut catatan WHO, diare membunuh dua juta anak di dunia setiap tahun,

sedangkan di Indonesia menurut Surkesnas tahun 2001, diare merupakan salah satu

penyebab kematian kedua terbesar pada balita dan nomor 3 bagi bayi serta nomor 5

bagi semua umur (Amirudin, 2007).

Diare merupakan penyebab utama kematian bayi dan anak balita (anak usia 1

bulan sampai <5 tahun) di Indonesia. Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar

(Riskesdas, 2007) yang dilakukan oleh Kemenkes Badan Litbangkes pada tahun

2007, penyakit diare menjadi penyebab utama kematian bayi (31,4%) dan anak balita

(19)

dehidrasi (kekurangan cairan tubuh) tingkat berat. Kondisi dehidrasi berat pada anak

sering kali tidak diketahui atau tidak disadari oleh orang tua sehingga orang tua

‘kecolongan’ dan mendapati anaknya sudah dalam kondisi kritis (Riskesdas, 2007).

Angka kematian akibat diare di Indonesia masih sekitar 7,4%. Sedangkan

angka kematian akibat diare persisten lebih tinggi yaitu 45%. Sementara itu, pada

survei morbiditas yang dilakukan oleh Depkes tahun 2001 menemukan angka

kejadian diare di Indonesia adalah berkisar 200-374 per 1000 penduduk. Sedangkan

menurut SKRT 2004, angka kematian akibat diare 23 per 100.000 penduduk dan

angka kematian akibat diare pada balita adalah 75 per 100.000 balita. Insiden

penyakit diare yang berkisar antara 200-374 dalam 1000 penduduk, dimana 60-70%

di antaranya anak-anak usia di bawah 5 tahun (Solaiman, EJ, 2001).

Berdasarkan hasil survei Depkes RI (2006) diketahui bahwa kejadian Diare

pada semua usia di Indonesia adalah 423 per 1000, dan frekuensi 1-2 kali per tahun

pada anak-anak berusia di bawah 5 tahun. Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan

Provinsi Aceh pada tahun 2007 angka kejadian diare di Provinsi Aceh sebanyak

41.344 kasus, sementara itu pada tahun 2008 terdapat 45.157 kasus diare, angka ini

terus meningkat pada tahun 2009 menjadi 86.089 kasus (Dinkes Provinsi Aceh,

2007).

Penyakit diare dapat menimbulkan KLB di beberapa wilayah dengan jumlah

penderita dan kematian yang cukup tinggi. Di Kota Langsa penyakit dengan jumlah

tertinggi yang menduduki tingkat pertama yaitu diare, kemudian pada tingkat kedua

malaria dan yang ketiga yaitu TB paru. Jumlah kasus penyakit diare di Kota Langsa

(20)

Berdasarkan Jurnal Kesehatan Masyarakat, penyakit diare sering menyerang

bayi dan balita, bila tidak diatasi lebih lanjut akan menyebabkan dehidrasi yang

menyebabkan kematian. Banyak faktor resiko yang diduga menyebabkan terjadinya

penyebab diare pada bayi dan anak di Indonesia. Salah satu faktor resiko yang sering

diteliti adalah faktor lingkungan yang meliputi sarana air bersih (SAB), sanitasi

jamban, saluran pembuangan air limbah (SPAL), kualitas bakteriologis air, dan

kondisi rumah. Sanitasi yang buruk ditandai sebagai penyebab banyaknya

kontaminasi bakteri E-coli dalam air bersih yang dikonsumsi masyarakat. Bakteri

E-coli mengindikasikan adanya pencemaran tinja manusia. Kontaminasi bakteri E-coli

terjadi pada air tanah yang banyak disedot penduduk diperkotaan, dan sungai yang

menjadi sumber air baku di PDAM pun tercemar bakteri ini (Adisasmito, 2007).

Penanggulangan diare dapat dilakukan oleh ibu dengan cara tetap

memberikan ASI dan memberikan larutan gula garam. Bayi yang menderita diare

tidak boleh dipuasakan. Praktek cuci tangan tiap melakukan pekerjaan terkait

makanan atau menyusui dan minum air yang telah dimasak hingga mendidih,

merupakan bentuk praktek perawatan bayi yang dapat mencegah terjadi diare,

termasuk usaha mencegah makanan dari gangguan lalat dan kontaminasi lain

(Ridwan, 2010).

Berdasarkan hasil penelitian Endah (2009), diketahui bahwa ada pegaruh

tingkat pengetahuan terhadap penanganan diare yang memperlihatkan distribusi

tingkat pengetahuan ibu berdasarkan kelompok usia. Usia berpengaruhi terhadap

daya tangkap dan pola pikir seseorang. Semakin bertambah usia akan semakin

(21)

diperolehnya semakin membaik. Pengetahuan yang kurang bisa diakibatkan oleh

berbagai faktor yang kompleks dan saling memengaruhi. Sedangkan menurut hasil

penelitian Yulisa (2008) mengatakan bahwa ada pengaruh tingkat pendidikan, sumber

air minum, kualitas fisik air minum, jenis jamban keluarga, jenis lantai rumah serta

tidak ada pengaruh jenis pekerjaan dengan kejadian diare pada anak balita.

Berdasarkan hasil survei pendahuluan yang dilakukan peneliti di Gampong

Kuala Langsa Kecamatan Langsa Barat Kota Langsa yang memiliki jumlah penduduk

2118 orang dengan jumlah kepala keluarga 562 orang memiliki tingkat perilaku dan

kebersihan yang kurang, seperti tidak menjaga kebersihan lingkungan, tidak mencuci

tangan pakai sabun sebelum makan, dan tidak membuang sampah pada tempatnya.

Kebersihan di lingkungan Gampong Kuala Langsa tersebut masih dikatakan sangat

rendah karena air untuk keperluan sehari-hari masih kurang sehingga penyakit diare

rentan terkena oleh masyarakat di sekitarnya. Dan hasil penelitian juga mengatakan

bahwa tidak adanya mobil pengangkut sampah yang beroperasi di sekitar wilayah

Gampong Kuala Langsa tersebut untuk membersihkan atau mengangkut

sampah-sampah rumah tangga sehingga masyarakat membuang sampah-sampah-sampah-sampah tersebut di

kolong rumah atau laut (Pustu Gampong Kuala Langsa, 2013).

Dari uraian di atas maka peneliti tertarik untuk meneliti bagaimanakah tingkat

pengetahuan dan sikap orang tua terhadap diare dengan perilaku dalam pencegahan

diare di wilayah Pelabuhan Kota Langsa itu sendiri. Perilaku seseorang muncul

karena ada beberapa hal yang menyebabkan munculnya perilaku tersebut yaitu sikap,

norma subjektif dan kemampuan dalam megontrol perilaku untuk menciptakan suatu

(22)

1.2 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui

hubungan tingkat pengetahuan dan sikap orang tua dengan perilaku pencegahan diare

di Wilayah Gampong Kuala Langsa Kecamatan Langsa Barat Kota Langsa.

1.3 Tujuan

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan antara tingkat pengetahuan dan sikap orang tua

dengan perilaku pencegahan diare di Gampong Kuala Langsa Kecamatan Langsa

Barat Kota Langsa.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengetahui tingkat pengetahuan orang tua terhadap pencegahan diare di

Gampong Kuala Langsa Kecamatan Langsa Barat Kota Langsa.

2. Mengetahui sikap orang tua terhadap pencegahan diare di Gampong Kuala

Langsa Kecamatan Langsa Barat Kota Langsa.

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini adalah :

1. Bagi Lokasi Penelitian

Dapat memberi penambahan wawasan kepada masyarakat Gampong Kuala

(23)

2. Bagi Puskesmas Pembantu (Pustu)

Dapat digunakan sebagai bahan masukan untuk mengoptimalisasikan

penanggulangan diare di Gampong Kuala Langsa Kecamatan Langsa Barat Kota

Langsa.

3. Bagi Penulis

Memberi pengalaman dan kesempatan untuk melaksanakan penulisan dengan

metode yang benar, penulis mampu berpikir lebih baik dalam memahami

(24)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Perilaku

Perilaku pada dasarnya berorientasi pada tujuan. Dengan perkataan lain, perilaku

kita pada umumnya dimotivasi oleh suatu keinginan untuk mencapai tujuan tertentu,

Tujuan spesifik tersebut tidak selalu diketahui secara sadar oleh individu yang

bersangkutan.

Perilaku adalah suatu kegiatan atau aktifitas organisme (makhluk hidup) yang

bersangkutan. Oleh sebab itu, dari sudut pandang biologis semua makhluk hidup

mulai dari tumbuh-tumbuhan, binatang sampai dengan manusia itu berperilaku,

karena mereka mempunyai aktifitas masing-masing (Notoatmodjo, 2007).

Menurut Bloom dalam Notoatmodjo (2007), perilaku dibagi dalam 3 domain,

yaitu:

a. Pengetahuan peserta didik terhadap pendidikan yang diberikan (knowledge).

b. Sikap atau anggapan peserta didik terhadap materi pendidikan yang diberikan

(attitude).

c. Praktek atau tindakan yang dilakukan oleh peserta didik sehubungan dengan

materi pendidik yang diberikan (practice) (Notoatmodjo, 2003).

Dilihat dari bentuk respons terhadap stimulus ini, maka perilaku dapat dibedakan

menjadi dua, yaitu:

a. Perilaku tertutup, yaitu respons seseorang terhadap stimulus dalam bentuk

terselubung atau tertutup. Respons atau reaksi terhadap stimulus ini masih

(25)

orang yang menerima stimulus tersebut, dan belum diamati secara jelas oleh

orang lain.

b. Perilaku terbuka, yaitu respons seseorang terhadap stimulus dalam bentuk

tindakan nyata atau terbuka. Respons terhadap stimulus tersebut sudah jelas

dalam bentuk tindakan atau praktek, yang dengan mudah dapat diamati dan

dilihat oleh orang lain (Notoatmodjo, 2003).

2.1.1 Pengetahuan (Knowledge)

Pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang

melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui

panca indera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan

raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.

Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk

terbentuknya tindakan seseorang (overt behavior). Berdasarkan pengalaman dan

penelitian ternyata perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari

pada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan (Notoatmodjo, 2007).

Dalam pengertian lain, pengetahuan yang lebih menekankan pengamatan dan

pengalaman inderawi dikenal sebagai pengetahuan empiris atau pengetahuan

aposteriori. Pengetahuan ini bisa didapatkan dengan melakukan pengamatan dan

observasi yang dilakukan secara empiris dan rasional. Pengetahuan empiris tersebut

juga dapat berkembang menjadi pengetahuan deskriptif bila seseorang dapat

melukiskan dan menggambarkan segala ciri, sifat, dan gejala yang ada pada objek

(26)

pribadi manusia yang terjadi berulangkali. Misalnya, seseorang yang sering dipilih

untuk memimpin organisasi dengan sendirinya akan mendapatkan pengetahuan

tentang manajemen organisasi.

Apabila penerimaan perilaku baru atau adopsi perilaku melalui proses yang

didasari oleh pengetahuan, kesadaran dan sikap yang positif, maka perilaku tersebut

akan bersifat langgeng (long lasting) daripada perilaku yang tidak didasari oleh

pengetahuan. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting

dalam membentuk tindakan seseorang.

Adapun tingkat pengetahuan mempunyai 6 tingkatan (Notoatmodjo, 2007), yakni :

a. Tahu (know)

Diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari

sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat

kembali (recall) terhadap suatu spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari

atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu tahu merupakan tingkat

pengetahuan yang paling rendah.

b. Memahami (comprehention)

Diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar

tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi tersebut

secara benar.

c. Aplikasi (application)

Diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah

(27)

d. Analisis (analysis)

Adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke

dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam suatu struktur organisasi

tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama lain.

e. Sintesis (synthesis)

Ini menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau

menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang

baru.

f. Evaluasi (evaluation)

Ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau

penilaian terhadap suatu materi atau objek.

2.1.2 Sikap (Attitude)

Menurut Saifuddin Azwar (2002), sikap merupakan reaksi atau respon yang

masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap memiliki 3

komponen pokok yaitu :

a. Kepercayaan (keyakinan), ide, konsep terhadap suatu objek.

b. Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap objek.

c. Kecenderungan untuk bertindak (tend to behave).

Pengertian sikap yaitu merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih

tertutup terhadap suatu stimulasi atau objek. Manifestasi sikap itu tidak dapat

(28)

tertutup. Sikap itu merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak dan bukan

merupakan pelaksana motif tertentu (Notoatmodjo, 2007).

Sikap ada tiga komponen yang secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh

(total attitude) yaitu :

a. Kognitif (cognitive)

Berisi kepercayaan seseorang mengenai apa yang berlaku atau apa yang

benar bagi objek sikap. Sekali kepercayaan itu telah terbentuk maka ia akan

menjadi dasar seseorang mengenai apa yang dapat diharapkan dari objek

tertentu.

b. Afektif (affective)

Menyangkut masalah emosional subjektif seseorang terhadap suatu objek

sikap. Secara umum komponen ini disamakan dengan perasaan yang dimiliki

objek tertentu.

c. Konatif (conative)

Komponen konatif atau komponen perilaku dalam struktur sikap

menunjukkan bagaimana perilaku atau kecenderungan berperilaku dengan

yang ada dalam diri seseorang berkaitan dengan objek sikap yang dihadapi.

2.1.3 Tindakan

Menurut Notoatmodjo (2003), untuk mewujudkan suatu sikap menjadi tindakan

nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan.

(29)

1. Persepsi (perseption), mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan

dengan tindakan yang akan diambil adalah merupakan praktek tingkat

pertama.

2. Respon terpimpin (guided response), dapat melakukan sesuatu sesuai dengan

urutan yang benar dan sesuai dengan contoh adalah indikator praktik tingkat

kedua.

3. Mekanisme (mecanism), apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu

dengan benar secara otomatis, atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan,

maka ia sudah mencapai praktik tingkat ketiga.

4. Adopsi (adoption), adalah suatu praktik atau tindakan yang sudah

berkembang dengan baik. Artinya tindakan itu sudah dimodifikasikannya

tanpa mengurangi kebenaran tindakan tersebut.

Perilaku seseorang atau masyarakat tentang kesehatan ditentukan oleh

pengetahuan, sikap, kepercayaan, tradisi, dan sebagainya dari orang atau masyarakat

yang bersangkutan. Di samping itu juga ketersediaan fasilitas, sikap, dan perilaku

para petugas kesehatan terhadap kesehatan juga akan mendukung dan memperkuat

terbentuknya perilaku.

(30)

2.2 Determinan Perilaku

Faktor penentu atau determinan perilaku manusia sulit untuk dibatasi karena

perilaku merupakan resultansi dari berbagai faktor, baik internal maupun eksternal

(lingkungan). Secara lebih terinci perilaku manusia sebenarnya merupakan refleksi

dari berbagai gejala kejiwaan, seperti pengetahuan keinginan, kehendak, minat,

motivasi, persepsi, sikap dan sebagainya. Namun demikian pada realitasnya sulit

dibedakan atau dideteksi gejala kejiwaan yang menentukan perilaku seseorang.

Apabila ditelusuri lebih lanjut, gejala kejiwaan tersebut ditentukan atau dipengaruhi

oleh berbagai faktor lain, diantaranya adalah faktor pengalaman, keyakinan, sarana

fisik, sosio budaya masyarakat dan sebagainya (Notoatmodjo, 2003).

2.2.1 Faktor-Faktor yang Memengaruhi Perilaku

Menurut teori Lawrance Green dan kawan-kawan (1980) menyatakan bahwa

perilaku manusia dipengaruhi oleh dua faktor pokok, yaitu faktor perilaku (behavior

causes) dan faktor diluar perilaku (non behaviour causes). Selanjutnya perilaku itu

sendiri ditentukan atau terbentuk dari 3 faktor yaitu:

a. Faktor-faktor predisposisi (predisposing factor), yang terwujud dalam

pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai, dan sebagainya.

b. Faktor-faktor pendukung (enabling factor), yang terwujud dalam lingkungan

fisik, tersedia atau tidak tersedianya fasilitas-fasilitas atau sarana-sarana

kesehatan, misalnya puskesmas, obat-obatan, alat-alat kontrasepsi, jamban,

(31)

c. Faktor-faktor pendorong (reinforcing factor) yang terwujud dalam sikap dan

perilaku petugas kesehatan, atau petugas yang lain, yang merupakan

kelompok referensi dari perilaku masyarakat.

2.3 Pencegahan 2.3.1 Definisi

pencegahan merupakan mengambil tindakan terlebih dahulu sebelum kejadian.

pencegahan penyakit secara umum ada 4 tingkatan, yaitu :

1. Pencegahan tingkat dasar

Bisa dikatakan dengan primordial prevention, yaitu usaha mencegah

terjadinya risiko atau mempertahankan keadaan risiko rendah dalam

masyarakat terhadap penyakit secara umum. Tujuan dari pencegahan

primordial adalah untuk menghindari terbentuknya pola hidup sosial ekonomi

dan kultural yang diketahui mempunyai kontribusi untuk meningkatkan risiko

penyakit.

2. Pencegahan tingkat pertama

Disebut juga dengan primary prevention, yaitu suatu usaha pencegahan

penyakit melalui usaha mengatasi atau mengontrol faktor-faktor risiko dengan

sasaran utamanya orang sehat melalui usaha peningkatan derajat kesehatan

secara umum (promosi kesehatan) serta usaha pencegahan khusus terhadap

penyakit tertentu, pencegahan primer terdiri dari :

a. peningkatan derajat kesehatan (health promotion) : yaitu meningkatkan

(32)

peranan penyebab serta derajat risiko, juga meningkatkan secara optimal

lingkungan yang sehat.

b. perlindungan khusus (spesific protection) : yaitu pencegahan khusus untuk

meningkatkan daya tahan maupun untuk mengurangi risiko terhadap

penyakit tertentu.

3. Pencegahan sekunder

Merupakan pencegahan yang mana sasaran utamanya adalah pada mereka

yang baru terkena penyakit atau yang terancam akan menderita penyakit

tertentu melalui diagnosis dini serta pemberian pengobatan yang cepat dan

tepat. Tujuan dari pencegahan sekunder adalah untuk menghentikan proses

penyakit lebih lanjut dan mencegah komplikasi.

4. Pencegahan tersier

Yaitu merupakan pencegahan dengan sasaran utamanya adalah penderita

penyakit tertentu, dalam usaha mencegah bertambah beratnya penyakit atau

mencegah terjadinya cacat serta program rehabilitasi. Tujuannya adalah

menurunkan kelemahan dan kecacatan, memperkecil penderitaan, dan

membantu penderita-penderita untuk melakukan penyesuaian-penyesuaian

(33)

2.4 Diare 2.4.1 Pengertian

Sesuai dengan definisi Hippocrates, maka diare adalah buang air besar dengan

frekuensi yang tidak normal (meningkat) dan konsistensi tinja yang lebih lembek atau

cair. Diare biasanya selalu disertai sakit perut dan sering sekali mual dan muntah.

Dalam kondisi hidup yang bersih dengan makanan mencukupi dan air tersedia

banyak, pasien yang sakit biasanya sembuh dari infeksi virus umum dalam beberapa

hari dan paling lama satu minggu, namun untuk individu yang sakit dan kurang gizi,

diare dapat menyebabkan dehidrasi yang parah dan dapat mengancam jiwa bila tanpa

perawatan (Suharyono, 2008).

Diare adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi mikroorganisme termasuk

bakteri, virus dan parasit lainnya seperti jamur, cacing dan protozoa. Diare ditandai

dengan buang air besar dalam bentuk cairan lebih dari tiga kali dalam satu hari dan

biasanya berlangsung selama dua hari atau lebih. Pada bayi volume tinja lebih dari

15g/kg/24 jam disebut diare. Pada umur 3 tahun yang volume tinjanya sudah sama

dengan volume orang dewasa, volume lebih dari 200g/24 jam disebut diare

(Amirudin, 2008).

Resiko terbesar dari diare adalah dehidrasi. Jika seseorang menderita diare dapat

kehilangan air 5 liter sehari yang didalamnya terkandung zat mineral (elektrolit) yang

penting untuk tubuh normal terutama kandungan natrium dan kalium. Dehidrasi

berat menyebabkan syok dan kematian. Dehidrasi akan lebih berat pada bayi dan

(34)

2.4.2 Etiologi

Diare dapat disebabkan oleh berbagai hal diantaranya :

a. Faktor Infeksi

a) Infeksi enteral : merupakan infeksi saluran pencernaan yang merupakan

penyebab utama diare pada anak. Rotavirus merupakan penyebab utama

infeksi (70-80%), sedangkan bakteri dan parasit ditemukan 10-20% pada

anak.

Berikut ini nama-nama bakteri, virus dan parasit penyebab diare :

• Golongan bakteri :

- Aeromonas hidrophilia

- Bacillus cereus

- Campylobacter jejuni

- Clostridium diffcile

- Clostridium perfringens

- Escherichia coli

- Salmonella spshigella sp

- Staphylococcus aureus

- Vibrio cholera

- Vibrio parahaemoliticus

- Yersinia enterocolitica

• Golongan virus :

(35)

- Rotavirus

- Virus Norwalk

- Astrovirus

- Calicivirus

- Coronavirus

- Minirotavirus

- Virus bulat kecil

• Golongan parasit :

- Balantidium coli

- Capillaria philippinensis

- Cryptosporidium

- Entamoeba histolytica

- Giardia lamblia

- Strongyloides stercotalis

- Faciolopsis buski

- Sarcocystis suthominis

- Trichuris trichiura

- Candida sp

- Isospora belli

b) Infeksi parenteral : merupakan infeksi diluar saluran pencernaan makanan,

seperti : otitis media akut (OMA), bronkopneumonia, tonsilitis, ensefalitis.

(36)

b. Faktor Malabsorbsi (Gangguan Absorbsi) :

Faktor malasorbsi dibagi menjadi dua yaitu malasorbsi karbohidrat dan lemak.

Malasorbsi karbohidrat, pada bayi kepekaan terhadap lactoglobulis dalam susu

formula dapat menyebabkan diare. Gejalanya berupa diare berat, tinja berbau

sangat asam, dan sakit di daerah perut. Sedangkan malabsorbsi lemak, terjadi bila

dalam makanan terdapat lemak yang disebut triglyserida. Triglyserida, dengan

bantuan kelenjar lipase, mengubah lemak menjadi micelles yang siap diabsorbsi

usus. Jika tidak ada lipase dan terjadi kerusakan mukosa usus, diare dapat muncul

karena lemak tidak terserap dengan baik.

c. Faktor Makanan :

Seperti alergi makanan, makanan basi, beracun.

d. Faktor Psikologis :

Seperti rasa takut dan cemas.

2.4.3 Jenis Diare

Menurut Sodikin (2012), Secara klinis diare dibedakan menjadi tiga macam

sindrom, yaitu diare akut, disentri, dan diare persisten. Masing-maisng mencerminkan

pathogenesis berbeda dan memerlukan pendekatan yang berlainan dalam

pengobatannya.

• Diare akut (gastroenteritis)

Buang air besar dengan frekuensi yang meningkat dan konsistensi tinja

yang lebih lembek atau cair dan bersifat mendadak datangnya dan

(37)

• Disentri

Disentri adalah diare yang disertai darah dalam feces, menyebabkan

anoreksia, penurunan berat badan dengan cepat, dan kerusakan mukosa usus

akibat bakteri invasive. Penyebab utama disentri akut adalah shigella,

sedangkan penyebab lain adalah Campylobacter jejuni dan penyebab yang

jarang adalah E-Coli enteroinvasife atau salmonella. Pada orang dewasa

muda, disentri yang serius sering kali disebabkan oleh Entamoeba histolytica.

Akan tetapi, bakteri tersebut jarang menjadi penyebab disentri pada

anak-anak.

• Diare Persisten

Diare persisten adalah diare yang pada mulanya akut, tetapi berlangsung

lebih dari 14 hari. Kejadian dapat dimulai sebagai diare cair atau disentri.

Diare jenis ini mengakibatkan kehilangan berat badan yang nyata, dengan

volume feses dalam jumlah yang banyak sehingga pasien beresiko mengalami

dehidrasi. Diare persisten tidak disebabkan oleh penyebab mikroba tunggal,

E-Coli enteroaggregative, Shigella, dan Cryptosporidium mungkin berperan

lebih besar dari penyebab lain. Diare persisten tidak boleh dikacaukan dengan

diare kronik, yakni diare intermiten atau hilang timbul, atau berlangsung lama

dengan penyebab noninfeksi, seperti penyakit sensitive terhadap gluten atau

(38)

2.4.4 Gejala Diare

Menurut Widjaja (2000), gejala-gejala diare adalah sebagai berikut :

a. Bayi atau anak menjadi cengeng dan gelisah.

b. Suhu badan meninggi.

c. Tinja bayi encer, berlendir atau berdarah.

d. Warna tinja kehijauan akibat bercampur dengan cairan empedu.

e. Lecet pada anus.

f. Gangguan gizi akibat intake (asupan) makanan yang kurang.

g. Muntah sebelum dan sesudah diare.

h. Hipoglikemia (penurunan kadar gula darah).

i. Dehidrasi (kekurangan cairan).

2.5 Pencegahan Diare

Menurut Sodikin (2009), upaya pemutusan penyebaran kuman penyebab diare

harus berfokus pada cara penyebaran kuman tersebut. Berbagai upaya yang terbukti

efektif adalah:

1. Memberi ASI ekslusif kepada bayi usia hingga berumur 6 bulan.

2. Menghindari penggunaan susu botol.

3. Memperbaiki cara penyiapan dan penyimpanan makanan pendamping ASI

(untuk mengurangi pajanan ASI terhadap bakteri dan perkembangbiakan

bakteri).

(39)

5. Mencuci tangan dengan baik sesudah buang air besar dan setelah membuang

feces bayi, serta sebelum menyiapkan makanan atau sebelum makan.

6. Membuang feces (termasuk feces bayi) dengan benar.

2.6 Gambaran Klinik

Gambaran klinik penyakit diare sesuai dengan derajat dehirasinya.

Derajat dehidrasi menurut WHO, adalah sebagai berikut :

Tabel 2.1 Derajat Dehidrasi Menurut WHO

Kategori Tanpa

Dehidrasi

- Lunglai, tidak sadar

- Tidak ada - Sangat cekung - Sangat kering - Sangat cepat atau

kussmaul

3. Meraba/palpasi :

- Kulit sangat kurang - Sangat cepat,

lemah/tidak teraba, >140/menit - Sangat cekung

4. Menimbang berat

badan Tetap Turun :

25-100gr/kgBB

Turun : >100gr/kgBB

5. Taksiran

(40)

2.7 Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Penyakit Diare 2.7.1 Faktor Sosiodemografi

Demografi adalah ilmu yang mempelajari persoalan dan keadaan

perubahan-perubahan penduduk yang berhubungan dengan komponen-komponen perubahan-perubahan

tersebut seperti kelahiran, kematian, migrasi sehingga menghasilkan suatu keadaan

dan komposisi penduduk menurut umur dan jenis kelamin tertentu (Lembaga

Demografi FE UI, 2000). Dalam pengertian yang luas, demografi juga

memperhatikan berbagai karakteristik individu maupun kelompok yang meliputi

karakteristik sosial dan demografi, karakteristik pendidikan dan karakteristik

ekonomi. Karakteristik social dan demografi meliputi: jenis kelamin, umur, status

perkawinan, dan agama. Karakteristik pendidikan meliputi tingkat pendidikan.

Karakteristik ekonomi meliputi jenis pekerjaan, status ekonomi dan pendapatan

(Mantra, 2000).

Faktor sosiodemografi meliputi tingkat pendidikan, jenis pekerjaan, dan umur.

a. Tingkat Pendidikan

Jenjang pendidikan memegang peranan cukup penting dalam kesehatan

masyarakat. Pendidikan masyarakat yang rendah menjadikan mereka sulit diberi

tahu mengenai pentingnya higyne perseorangan dan sanitasi lingkungan untuk

mencegah terjadinya penyakit menular, diantaranya diare (Sander, 2005).

Masyarakat yang memiliki tingkat pendidikan lebih tinggi yang lebih

berorientasi pada tindakan preventif, mengetahui lebih banyak tentang masalah

(41)

semakin tinggi pendidikan, maka semakin rendah angka kematian bayi dan

kematian ibu (Widyastuti, 2005).

b. Jenis Pekerjaan

Karakteristik pekerjaan seseorang dapat mencerminkan pendapatan, status

social, pendidikan, status social ekonomi, resiko cedera atau masalah kesehatan

dalam suatu kelompok populasi. Pekerjaan juga merupakan suatu determinan

resiko dan determinan terpapar yang khusus dalam bidang pekerjaan tertentu serta

merupakan predictor status kesehatan dan kondisi tempat suatu populasi bekerja

(Widyastuti, 2005).

c. Umur

Sifat manusia yang dapat membawa perbedaan pada hasil suatu penelitian

atau yang dapat membantu memastikan hubungan sebab akibat dalam hal

hubungan penyakit, kondisi cidera, penyakit kronis, dan penyakit lain yang dapat

menyengsarakan manusia, umur merupakan karakter yang memiliki pengaruh

paling besar. Umur mempunyai lebih banyak efek pengganggu dari pada yang

dimiliki karakter tunggal lain. Umur merupakan salah satu variabel terkuat yang

dipakai untuk memprediksi perbedaan dalam hal penyakit, kondisi, dan peristiwa

kesehatan (Widyastuti, 2005).

Umur adalah variabel yang selalu diperhatikan didalam

penyelidikan-penyelidikan epidemiologi. Angka-angka kesakitan maupun kematian didalam

hampir semua keadaan menunjukkan hubungan dengan umur (Notoatmodjo,

(42)

2.7.2 Faktor Lingkungan

a. Sumber Air Minum

Air sangat penting bagi kehidupan manusia. Di dalam tubuh manusia

sebagian besar terdiri dari air. Tubuh orang dewasa sekitar 55-60% berat

badan terdiri dari air, untuk anak-anak sekitar 65% dan untuk bayi sekitar

80%. Kebutuhan manusia akan air sangat kompleks antara lain untuk minum,

masak, mandi, mencuci dan sebagainya. Di negara-negara berkembang

termasuk Indonesia tiap orang memerlukan air antara 30-60 liter per hari. Di

antara kegunaan-kegunaan air tersebut, yang sangat penting adalah kebutuhan

untuk minum. Oleh karena itu, untuk keperluan minum dan memasak air

harus mempunyai persyaratan khusus agar air tersebut tidak mengalami

penyakit bagi manusia (Notoatmodjo, 2003).

Sumber air minum utama merupakan salah satu sarana sanitasi yang tidak

kalah pentingnya berkaitan dengan kejadian diare. Sebagian kuman infeksius

penyebab diare ditularkan melalui jalur fekal oral. Dapat ditularkan dengan

memasukkan kedalam mulut, cairan atau benda yang tercemar dengan tinja,

misalnya air minum, jari-jari tangan, dan makanan yang disiapkan dalam

keadaan panik yang dicuci dengan air tercemar (Depkes RI, 2000).

Menurut Depkes RI (2000), hal-hal yang perlu diperhatikan

dalampenyediaan air bersih adalah:

- Mengambil air dari sumber air yang bersih.

- Mengambil dan menyimpan air dalam tempat yang bersih dan tertutup

(43)

- Memelihara atau menjaga sumber air dari pencemaran oleh binatang,

anak-anak, dan sumber pengotoran. Jarak antara sumber air minum

dengan sumber pengotoran seperti septictank, tempat pembuangan

sampah dan air limbah harus lebih dari 10 meter.

- Menggunakan air yang direbus.

- Mencuci semua peralatan masak dan makan dengan air yang bersih

dan cukup.

b. Jenis Tempat Pembuangan Tinja

Pembuangan tinja merupakan bagian yang penting dari kesehatan

lingkungan. Pembuangan tinja yang tidak menurut aturan memudahkan

terjadinya penyebaran penyakit tertentu yang penularannya melalui tinja

antara lain penyakit diare. Menurut Notoatmodjo (2003), syarat pembuangan

kotoran yang memenuhi aturan kesehatan adalah:

- Tidak mengotori permukaan tanah di sekitarnya.

- Tidak mengotori air permukaan di sekitarnya.

- Tidak mengotori air dalam tanah di sekitarnya.

- Kotoran tidak boleh terbuka sehingga dapat dipakai sebagai tempat

lalat bertelur atau perkembangbiakan vektor penyakit lainnya.

- Tidak menimbulkan bau.

- Pembuatannya murah.

- Mudah digunakan dan dipelihara.

Menurut Entjang (2000), macam-macam tempat pembuangan tinja antara

(44)

a) Jamban Cemplung (Pit Latrine)

Jamban cemplung ini sering dijumpai di daerah pedesaan. Jamban

ini dibuat dengan jalan membuat lubang ke dalam tanah dengan

diameter 80-120cm sedalam 2,5-8 meter. Jamban cemplung tidak

boleh terlalu dalam, karena akan mengotori air tanah dibawahnya.

Jarak dari sumber air minum sekurang-kurangnya 15 meter.

b) Jamban Air (Water Latrine)

Jamban ini terdiri dari bak yang kedap air, diisi air di dalam tanah

sebagai tempat pembuangan tinja. Proses pembusukkannya sama

seperti pembusukan tinja air dalam kali.

c) Jamban Leher Angsa (Swan Latrine)

Jamban ini berbentuk leher angsa sehingga akan selalu terisi air.

Fungsi air ini sebagai sumbat sehingga bau busuk dari kakus tidak

tercium.

d) Jamban Bor (Bored Hole Latrine)

Tipe ini sama dengan jamban cemplung, hanya ukurannya lebih

kecil karena untuk pemakaian yang tidak lama, misalnya untuk

perkampungan sementara. Kerugiannya bila air permukaan banyak

mudah terjadi pengotoran tanah permukaan (meluap).

e) Jamban Keranjang (Bucket Latrine)

Tinja ditampung dalam ember atau bejana lain dan kemudian

dibuang di tempat lain, misalnya untuk penderita atau orang sakit yang

(45)

biasanya menundang lalat dalam jumlah besar, tidak di lokasi

jambannya, tetapi di sepanjang perjalanan ke tempat pembuangan.

Pengguanaan jenis jamban ini biasanya dapat menimbulkan bau yang

tidak enak.

f) Jamban Parit (Trench Latrine)

Pada jamban parit ini dibuat lubang dalam tanah sedalam 30-40cm

untuk tempat defaecatie. Tanah galiannya digunakan untuk menimbun.

Penggunaan jamban parit sering mengakibatkan pelanggaran standar

dasar sanitasi, terutama yang berhubungan dengan pencegahan

pencemaran tanah, pemberantasan lalat, dan pencegahan pencapaian

tinja oleh hewan.

g) Jamban Empang/Gantung (Overhung Latrine)

Jamban ini semacam rumah-rumahan dibuat di atas kolam,

selokan, kali, rawa dan sebagainya. Kerugiannya mengotori air

permukaan sehingga bibit penyakit yang terdapat didalamnya dapat

tersebar kemana-mana dengan air yang dapat menimbulkan wabah.

h) Jamban Kimia (Chemical Toilet)

Tinja ditampung dalam suatu bejana yang berisi caustic soda

sehingga dihancurkan dan didesinfeksi. Biasanya dipergunakan dalam

kendaraan umum, misalnya dalam pesawat udara, bus. Tempat

pembuangan tinja yang tidak memenuhi syarat sanitasi akan

meningkatkan resiko terjadinya diare berdarah pada anak balita

(46)

kebiasaan membuang tinjanya yang memenuhi syarat sanitasi

(Wibowo, 2004).

c. Jenis Lantai Rumah

Menurut Notoatmodjo (2003), syarat rumah yang sehat yaitu jenis lantai

yang tidak berdebu pada musim kemarau dan tidak basah pada musim

penghujan. Lantai rumah dapat terbuat dari ubin atau semen, kayu, dan tanah

yang disiram kemudian dipadatkan. Lantai yang basah dan berdebu dapat

menimbulkan sarang penyakit.

Lantai yang baik adalah lantai yang dalam kedadaan kering dan tidak

lembab. Bahan lantai harus kedap air dan mudah dibersihkan, paling tidak

perlu di plester dan akan lebih baik jika dilapisi dengan ubin atau keramik

yang mudah dibersihkan (Depkes, 2002).

2.7.3 Faktor Perilaku

Menurut Depkes RI (2005), faktor perilaku yang dapat menyebabkan penyebaran

kuman enteric dan meningkatkan resiko terjadinya diare adalah sebagai berikut:

a. Pemberian ASI Ekslusif

ASI turut memberikan perlindungan terhadap diare. Jika tidak

memberikan ASI Ekslusif secara penuh sampai bayi berumur 6 bulan akan

beresiko menderita diare lebih besar dari pada bayi yang diberikan ASI

(47)

b. Penggunaan Botol Susu

Penggunaan botol susu memudahkan pencemaran oleh kuman, karena

botol susu sisah dibersihkan. Penggunaan botol susu formula biasanya

menyebabkan resiko terkena diare.

c. Kebiasaan Cuci Tangan

Kebiasaan yang berhubungan dengan kebersihan perseorangan yang

penting dalam penularan kuman diare adalah mencuci tangan. Mencuci tangan

dengan sabun terutama sesudah buang air besar, sesudah membuang tinja

anak, sebelum menyiapkan makanan, sebelum dan sesudah makan.

d. Kebiasaan Membuang Tinja

Membuang tinja (termasuk tinja bayi) harus dilakukan secara bersih dan

benar. Banyak masyarakat disekitar kita beranggapan bahwa tinja bayi

tidaklah berbahaya, padahal sebenarnya pada tinja bayi mengandung virus

atau bakteri dalam jumlah besar. Tinja bayi dapat pula menularkan penyakit

pada anak-anak maupun orang tua.

e. Menggunakan Air Minum yang Tercemar

Air mungkin sudah tecemar dari sumbernya atau pada saat disimpan.

Pencemaran dapat terjadi jika tempat penyimpanan tidak tertutup atau tangan

(48)

2.8 Kerangka Konsep

Berdasarkan tujuan penelitian, maka disusun kerangka konsep dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut :

Gambar 2.1 Kerangka Konsep Hipotesis

Hipotesis merupakan suatu jawaban sementara dari pertanyaan penelitian,

yang berfungsi untuk menentukan kearah pembuktian (Notoatmodjo, 2010)

Hipotesis dalam penelitian ini adalah :

1. Ada hubungan antara pengetahuan dengan pencegahan diare di

wilayah Pelabuhan Kota Langsa.

2. Ada hubungan antara sikap dengan pencegahan diare di wilayah

Pelabuhan Kota Langsa.

• Pengetahuan

• Sikap

(49)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian analitik, dengan desain penelitian cross

sectional. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan

dan sikap orang tua dengan perilaku pencegahan diare di Gampong Kuala Langsa

Kecamatan Langsa Barat Kota Langsa.

3.2 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini telah dilakukan di Gampong Kuala Langsa Kecamatan

Langsa Barat Kota Langsa. Adapun alasan memilih lokasi penelitian ini karena pada

daerah Gampong Kuala Langsa Kecamatan Langsa Barat masih memiliki tingkat

kebersihan yang kurang sehingga dapat menimbulkan diare.

3.3 Waktu Penelitian

Penelitian ini telah dilakukan mulai Agustus 2013 - Februari 2014.

3.4 Populasi dan Sampel 3.4.1 Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh orang tua yang tinggal di Gampong

Kuala Langsa Kecamatan Langsa Barat Kota Langsa yang berumur 20-40 tahun yaitu

(50)

3.4.2 Sampel

Untuk memperoleh sampel sampel orang tua (ayah dan ibu) dengan menggunakan

rumus besar sampel Lemesow :

=

[�����(1−��) + �����(1−��)�

2

(��−��)2

=

[1,96 �0,15(1−0,15� + 0,842�0,05(1−0,05��

2

�0,05−0,15�2

= 78,04

78 orang

Keterangan :

n = Jumlah sampel

Zα = Nilai distribusi normal baku (table Z) pada α = 5%

Zβ = Nilai distribusinormal baku (table Z) pada β = 20%

Po = Proporsi awal 15% = 0,15

Pa = Proporsi yang diinginkan 5% = 0,05

Dari hasil perhitungan di atas, diketahui bahwa besar sampel minimal 78 orang

yang diambil dengan teknik pengambilan sampel secara random sampling yakni

simple random sampling, yaitu pengambilan sampel sedemikian rupa sehingga setiap

unit dasar (individu) mempunyai kesempatan yang sama untuk di ambil sebagai

(51)

3.5. Metoda Pengumpulan Data 3.5.1 Data Primer

Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan instrumen kuesioner yang

berisi pertanyaan dan jawaban yang sudah disediakan di lembaran kuesioner. Data

yang dikumpulkan meliputi pengetahuan, sikap dan tindakan.

3.5.2 Data Sekunder

Data sekunder diperoleh meliputi data kunjungan pasien yang berkunjung ke

Puskesmas pembantu (pustu) dan data jumlah penduduk 2.118 orang dan kepala

keluarga berjumlah 562 orang di Gampong Kuala Langsa yang didapat dari Kepala

Desa.

3.6. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan melakukan

wawancara untuk mengetahui pengertahuan dan sikap responden terhadap

pencegahan diare di Gampong Kuala Langsa Kecamatan Langsa Barat Kota Langsa.

3.10 Definisi Operasional

1. Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui oleh responden mengenai

diare.

2. Sikap adalah suatu respon atau tindakan responden tentang bagaimana

pencegahan diare.

3. Perilaku pencegahan adalah suatu kegiatan yang dilakukan responden untuk

(52)

4. Orang Tua adalah komponen dari pada keluarga yang akan diteliti terdiri dari

ayah dan ibu.

3.8 Aspek Pengukuran

Aspek pengukuran dalam penelitian ini didasarkan dari jawaban responden

terhadap pertanyaan yang disesuaikan dengan skor. Nilai yang dikumpulkan

dikategorikan menjadi tiga tingkat (Arikunto, 2006).

Baik : Jika total nilai yang diperoleh > 75%

Sedang : Jika total nilai yang diperoleh 40%-75%

Kurang : Jika total nilai yang diperoleh < 40%.

I. Pengukuran pengetahuan

Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui oleh orang tua tentang diare

terhadap kesehatan yang diukur dengan 10 pertanyaan dengan total tertinggi dari

hasil pertanyaan yaitu 20 dan terendah 0. Pengetahuan dapat diukur dengan scoring

terhadap kuesioner yang telah diberi bobot dimana nilai tertinggi adalah 2 dengan

kriteria jawaban:

- Jawaban baik 2

- Jawaban cukup 1

- Jawaban kurang 0

II. Pengukuran sikap

Sikap dapat diukur dengan skoring kuesioner dimana jawaban yang memiliki sifat

(53)

setuju, dan Sangat Tidak Setuju. Dengan jumlah pertanyaan 10 yang memiliki nilai

tertinggi 30 dan terendah 0.

- Jawaban sangat setuju 3

- Jawaban setuju 2

- Jawaban tidak setuju 1

- Jawaban sangat tidak setuju 0

III. Pengukuran tindakan

Tindakan adalah dimana suatu perilaku apa yang dilakukan responden terhadap

pencegahan diare dengan memiliki 10 pertanyaan dan memiliki total skor paling

tinggi 20 dan yang paling rendah 0.

- Jawaban iya 2

- Jawaban kadang-kadang 1

- Jawaban tidak pernah 0

3.9 Pengolahan Data dan Analisis Data

Pengolahan data yang didapat dari lapangan dilakukan dengan teknik pengolahan

data sebagai berikut :

3.9.1 Pengolahan Data

Data yang di kumpulkan diolah secara manual dengan langkah sebagai berikut

(Suyono 2007).

a. Pengeditan Data (Editing)

Dilakukan dengan memeriksa kelengkapan isi kuesioner dengan tujuan

(54)

yang benar atau pengecekan pada kuesioner yang telah diisi sehingga nantinya

dapat menggambarkan masalah yang diteliti.

b. Pengkodean Data (Coding)

Setelah data diperoleh dan melakukan pengeditan maka peneliti

melakukan pengkodean pada setiap jawaban responden untuk mempermudah

analisis data yang telah dikumpulkan.

c. Pemasukan Data (Entry)

Kegiatan memasukkan data ke dalam program computer untuk

pengambilan hasil dan keputusan.

d. Pengecekan Data (Cleaning)

Pengecekan data yang sudah di entry, apakah ada kesalahan atau tidak.

3.9.2 Analisis Data

Peneliti dalam tahapan analisis data menggunakan aplikasi statistic computer,

selanjutnya analisis dilakukan secara bertahap, sebagai berikut :

a. Univariat

Analisis deskriptif dilakukan untuk menggambarkan setiap variabel yang

diteliti secara terpisah dengan cara membuat tabel frekuensi dari

masing-masing variabel.

b. Bivariat

Analisis ini digunakan bertujuan untuk mengetahui perkiraan ada tidaknya

hubungan antara kedua variabel dengan dilakukan melalui aplikasi computer

menggunakan chi square test. Metode ini digunakan karena variabel

(55)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian 4.1.1 Keadaan Geografi

Gampong Kuala Langsa merupakan salah satu daerah yang terdapat di

Kecamatan Langsa Barat Kota Langsa. Gampong Kuala Langsa memiliki luas

wilayah 777 Ha. Dengan memiliki 4 dusun yaitu, Dusun Setia 93 Ha, Dusun Ikhlas

143 Ha, Dusun Damai 445 Ha, dan Dusun Harapan 96 Ha.

Adapun batas wilayah Gampong Kuala Langsa adalah sebagai berikut :

a. Sebelah Utara bebatasan dengan Gampong Telaga 7

b. Sebelah Timur berbatasan dengan Langsa Lama/Alur brawe

c. Sebelah Selatan berbatasan dengan Sungai Pao/lhok Banu

d. Sebelah Barat berbatasan dengan Pasir Putih

4.1.2 Keadaan Demografi

Gampong Kuala Langsa terdiri dari 562 KK dengan jumlah penduduk

sebanyak 2.118 jiwa, dengan perincian jumlah penduduk laki-laki sebanyak 1134

jiwa, dan jumlah penduduk perempuan sebanyak 984 jiwa. Di desa ini terdapat

Puskesmas Pembantu (Pustu) dengan 4 perawat dan 1 dokter umum. Selain itu juga

(56)

4.2. Hasil Analisi Univariat 4.2.1 Umur Responden

Adapun umur responden dibagi menjadi lima kategori yaitu umur 20-24

berjumlah 7 orang (9,0%), umur 25-29 berjumlah 26 orang (33,3%), umur 30-34

berjumlah 26 orang (33,3%), umur 35-40 berjumlah 9 orang (11,5%), dan umur

40-44 berjumlah 10 orang (12,8%). Hasil selengkapnya pada Tabel 4.1.

4.2.2 Tingkat Pendidikan

Pendidikan responden dibagi lima kategori yaitu tidak sekolah berjumlah 3

orang (3,8%), tamat SD berjumlah 23 orang (29,5%), tamat SLTP berjumlah 32

orang (41,0%), tamat SLTA berjumlah 18 orang (23,1%), dan tamat diploma III

berjumlah 2 orang (2,6%). Hasil selengkapnya disajikan pada Tabel 4.1.

4.2.3 Jenis Pekerjaan

Pekerjaan responden dibagi menjadi empat kategori yaitu pedagang berjumlah

11 orang (14,1%), pegawai negeri berjumlah 2 orang (2,6%), nelayan berjumlah 29

orang (37,2%), dan ibu rumah tangga berjumlah 36 orang (46,2%). Hasil

selengkapnya disajikan pada Tabel 4.1.

Tabel 4.1 Distribusi Responden Berdasarkan Umur, Tingkat Pendidikan dan Jenis Pekerjaan

(57)

Tabel 4.1 Lanjutan Ibu Rumah Tangga

11

Hasil penelitian mengenai pengetahuan diperoleh dari penyebaran kuesioner

kepada responden.

a. Dampak Bagi Kesehatan Jika Mengonsumsi Air Tidak Masak

Dampak bagi kesehatan jika mengonsumsi air tidak masak dibagi menjadi tiga

kategori yaitu menimbulkan sakit perut, diare, dan rasa pusing. Dari 78 responden

ternyata yang menjawab sakit perut berjumlah 35 orang (44,9%), yang menjawab

diare berjumlah 32 orang (41,0%), dan yang menjawab rasa pusing berjumlah 11

orang (14,1%). Hasil selengkapnya disajikan pada Tabel 4.2.

b. Pengertian Diare

Pengertian diare dibagi menjadi tiga kategori yaitu buang air besar dalam

bentuk cair lebih dari 3 kali dalam sehari, penambahan frekuensi buang air besar,

(58)

buang air besar dalam bentuk cair lebih dari 3 kali dalam sehari berjumlah 24

orang (30,8%), yang menjawab penambahan frekuensi buang air besar berjumlah

23 orang (29,5%), dan yang menjawab buang air besar dalam bentuk cair

berjumlah 31 orang (39,7%). Hasil selengkapnya disajikan pada Tabel 4.2.

c. Bahaya Diare

Bahaya diare dibagi menjadi tiga kategori yaitu lemas, kekurangan cairan

(dehidrasi) dan berat badan menurun. Dari 78 responden ternyata yang menjawab

lemas berjumlah 41 orang (52,6%), yang menjawab kekurangan cairan (dehidrasi)

berjumlah 20 orang (25,6%), dan yang menjawab berat badan menurun berjumlah

17 orang (21,8%). Hasil selengkapnya disajikan pada Tabel 4.2.

d. Tanda-Tanda Kekurangan Cairan (Dehidrasi)

Tanda-tanda kekurangan cairan (dehidrasi) dibagi menjadi tiga kategori yaitu

mata cekung, anak gelisah, mulut kering. Dari 78 responden ternyata yang

menjawab mata cekung berjumlah 25 orang (32,1%), yang menjawab anak

gelisah berjumlah 14 orang (17,9%), dan yang menjawab mulut kering berjumlah

39 orang (50,0%). Hasil selengkapnya disajikan pada Tabel 4.2.

e. Pengaruh Diare

Pengaruh diare dibagi menjadi tiga kategori yaitu makanan terkontaminasi

E-Coli, makanan yang tidak dimasak, makanan cepat saji. Dari 78 responden

ternyata yang menjawab makanan terkontaminasi E-Coli berjumlah 34 orang

(43,6%), yang menjawab makanan yang tidak dimasak berjumlah 19 orang

(24,3%), dan yang menjawab makanan cepat saji berjumlah 25 orang (32,1%).

Gambar

Tabel 2.1 Derajat Dehidrasi Menurut WHO
Gambar 2.1 Kerangka Konsep
Tabel 4.1 Distribusi Responden Berdasarkan Umur, Tingkat Pendidikan
Tabel 4.1 Lanjutan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa peran pedagang kaki lima terhadap kesejahteraan keluarga di Kelurahan Tidung Kecamatan Rappocini Kota Makassar adalah selain

Setelah melakukan proses mencari data maka akan diperoleh hasil dari pengamatan tersebut. Untuk meningkatkatkan kredibilitas data yang diperoleh maka peneliti

KETIGA : Membebankan biaya pelaksanaan tugas Provincial Project Management Unit (PPMU) sebagaimana dimaksud dalam Diktum KEDUA pada Anggaran Pendapatan Belanja

Berdasarkan hasil wawancara dengan pihak LKMA-S, petani anggota yang diberikan pembiayaan adalah petani yang merupakan anggota Gapoktan, menyertakan foto kopi KTP

Hasil dari penelitian menunjukkan sebagian besar responden mengalami mengalami retardasi mental ringan 16 (55,2 %), dan hampir setengah responden mengalami

itu bisa dilihat dari kerusakan lingkungan (dampak dari gas rumah kaca, semakin panasnya bumi, dan perubahan iklim) yang terjadi diseluruh dunia termasuk di

dialami pasien kepada pasien dan keluarganya, memberikan informasi tentang penyebab dan prognosis penyakit yang dialami kepada pasien dan keluarganya dan meminta kerjasama

: Analisis Penerapan E-Nofa (Electronic Nomor Faktur) Terhadap Jumlah Pelaporan Wajib Pajak Badan Di KPP Bekasi Selatan.. :