• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH MOTIVASI DAN LINGKUNGAN KERJA TERHADAP KINERJA KARYAWAN (Studi pada Karyawan PT. Anugrah Raharjo Semarang)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH MOTIVASI DAN LINGKUNGAN KERJA TERHADAP KINERJA KARYAWAN (Studi pada Karyawan PT. Anugrah Raharjo Semarang)"

Copied!
122
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH MOTIVASI DAN LINGKUNGAN KERJA

TERHADAP KINERJA KARYAWAN

(Studi pada Karyawan PT. Anugrah Raharjo Semarang)

SKRIPSI

Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi pada Universitas Negeri Semarang

Oleh

Ragil Permanasari NIM 7311409020

JURUSAN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI

(2)

ii

Hari :

Tanggal :

Pembimbing I Pembimbing II

Dra. Palupiningdyah, M.Si. VitradesieNoekent, S.E., M.M. NIP. 195208041980032001 NIP. 197503212008122001

Mengetahui, KetuaJurusanManajemen a.nSekretarisJurusanManajemen,

(3)

iii

Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Semarang pada

Hari :

Tanggal :

Penguji Skripsi

RR. Endang Sutrasmawati, S.E., S.H., M.M. NIP. 196704182000122001

Anggota I Anggota II

Dra. Palupiningdyah, M.Si. Vitradesie Noekent, S.E., M.M. NIP. 195208041980032001 NIP. 197503212008122001

Mengetahui, Dekan Fakultas Ekonomi

(4)

iv

karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain, baik sebagian atau seluruhnya. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah. Apabila di kemudian hari terbukti skripsi ini adalah hasil jiplakan dari karya tulis orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Semarang, Juni 2013

Ragil Permanasari

(5)

v

 Di dunia ini tidak ada yang

namanya kegagalan, yang ada adalah kita kurang bekerja keras untuk mencapai hasil yang kita inginkan. (Penulis, 2013)

 Suasana yang menyenangkan

akan membantu anda untuk memberikan hasil yang baik. (Penulis, 2013)

 Untuk orang tuaku, dan keluarga terima kasihku untuk doa, kasih sayang, dukungan dan perhatian selama menempuh studi.

 Untuk dosen pembimbing

(6)

vi

dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan

judul “Pengaruh Motivasi dan Lingkungan Kerja Terhadap Kinerja Karyawan”.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak, skripsi ini tidak dapat tersusun. Oleh karena itu penulis sampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Prof. Dr. Fathur Rokhman M.Hum, Rektor Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan kesempatan untuk menuntut ilmu di Universitas Negeri Semarang.

2. Dr. S. Martono, M.Si, Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan kesempatan menyelesaikan studi di Fakultas Ekonomi.

3. Drs. Sugiharto, M.Si, Ketua Jurusan Manajemen dan Dra. Palupiningdyah, M.Si, Sekretaris Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Semarang, yang telah memberikan ijin observasi dan penelitian.

4. Dra. Palupiningdyah, M.Si, Dosen Pembimbing I yang telah memberikan bimbingan, saran dan masukan dalam penyusunan skripsi ini.

5. Vitradesie Noekent, S.E.,M.M. Dosen Pembimbing II yang telah memberikan bimbingan, saran dan masukan dalam penyusunan skripsi ini. 6. Seluruh staf dan dosen pengajar jurusan Manajemen yang telah memberikan

banyak ilmu selama mengikuti perkuliahan.

7. Seluruh karyawan PT. Anugrah Raharjo Semarang yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini.

(7)

vii

Semarang, Juni 2013

(8)

viii

Semarang. Pembimbing I. Dra. Palupiningdyah, M.Si., Pembimbing II. Vitradesie Noekent, S.E., M.M.

Kata Kunci: Motivasi, Lingkungan Kerja , Kinerja Karyawan.

Kinerja yang optimal merupakan syarat mutlak terpenuhinya tujuan organisasi. Melalui pemberian motivasi dan lingkungan kerja diharapkan kinerja yang dihasilkan lebih optimal. Hasil observasi awal di PT. Anugrah Raharjo Semarang menunjukan rata-rata absensi karyawan terutama keterlambatan pada bulan Juli – Desember 2012 yang tinggi sebesar 18,84%, serta adanya daftar ceklist kebersihan, perlengkapan, dan penampilan karyawan selama bulan Desember yang masih belum baik yaitu pada SPBU Tamanwinangun Kebumen 15,66%, SPBU Jetis Salatiga 15,82%, dan SPBU Pucang Gading Semarang 20,05%, hal ini dapat dikatakan bahwa masih kurang optimalnya kinerja karyawan. Peningkatan pemberian motivasi dan lingkungan kerja menjadi salah satu faktor yang diharapkan dapat meningkatkan kinerja karyawan PT. Anugrah Raharjo Semarang. Masalah yang dikaji dalam penelitian ini adalah adakah pengaruh antara motivasi dan lingkungan kerja terhadap kinerja karyawan. Tujuan penelitian ini untuk mengidentifikasi dan menganalisis pengaruh motivasi dan lingkungan kerja terhadap kinerja karyawan.

Populasi dalam penelitian ini adalah karyawan PT. Anugrah Raharjo Semarang yang berjumlah 69 orang dengan sampel sejumlah 69 orang menggunakan sample jenuh. Metode pengumpulan data dokumentasi dan kuesioner, metode analisis yaitu uji instrumen (uji validitas dan uji reliabilitas), analisis deskriptif persentase, uji asumsi klasik dan uji hipotesis menggunakan SoftwareSPSS 16 for Windows.

(9)

ix

(10)

x

Semarang. Mentors I. Dra. Palupiningdyah, M.Si., Mentors II. Vitradesie Noekent, S.E., M.M.

Keywords: Motivation, Work Environment, Employee Working Performance.

Optimal performance is an absolute requirement to fulfillment of the goals the provision of motivation and working environment will surely drive employees produce the optimal performance. The result of preliminary observations in PT. Anugrah Raharjo Semarang shows the average levels of abentees, especially delay in july – dec 2012 that high of 18,84% and check list hygiene and appearance of employees during December are still below expected that namely in Kebumen Tamanwinangun gas station 15,66%, 15,82% Salatiga Jetis gas station and Pucang Gading Semarang gas station 20,05%, the data showing is that working performance at PT. Anugrah Raharjo is less than optimum because of back of motivation and working environment not support the employees to be more productive. The purpose of this study is to identity and analyze the impact of motivation and good working environment on employee.

The responden of study are employees of PT. Anugrah Raharjo Semarang grace with amounts to 69 people with a sample of 69 people who use saturade sample. The data collection methods and questionnaries, methods of analysis, testing instrument (validity and reability testing) the percentage of descriptive analysis, the classical assumption and hypothesis testing are using software spss 16 for windows.

The calculation results are optaining the impacts of motivation and employee working performance is t count of 6,023 to 0,000 sig As such motivations has a significant positive impact on performance, this means the higher a company’s motivation has an impact on the higher working performance t of the company. The impact of working environment on employee working performance t count of 5,379 to 0,000 sig. As such motivation and the working environment have positive and significant impact on employee working performance. And the calculation of Coefficient of determination (R2) both motivation and working environment have an impacts of the working performance of 55,4%.

(11)
(12)

xii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

PENGESAHAN KELULUSAN ... iii

PERNYATAAN ... iv

2.2.2. Faktor yang Mempengaruhi Motivasi... 14

2.2.3. Teori Motivasi... 17

2.2.4. Indikator Motivasi... 20

(13)

xiii

Indikator Lingkungan Kerja……….

2.4. Penelitian Terdahulu ... 26

2.5. Kerangka Berpikir ... 28

2.6. Hipotesis ... 29

BAB III METODE PENELITIAN... 30

3.1.Populasi ... 30

3.2.Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel ... 30

3.3.Variabel Penelitian ... 32

3.4.Metode Pengumpulan Data ... 33

3.5.Uji Validitas dan Reliabilitas ... 33

3.5.1. Uji Validitas ... 33

3.5.2. Uji Reliabilitas ... 38

3.6. Metode Analisis Data ... 38

3.6.1. Analisis Deskriptif Presentase ... 38

3.6.2. Uji Asumsi Klasik ... 40

3.6.2.1. Uji Normalitas ... 40

3.6.2.2. Uji Multikolinieritas ... 41

3.6.2.3. Uji Heterokedastisitas ... 41

3.6.3. Pengujian Hipotesis ... 42

3.6.3.1.Analisis Regresi Berganda……….. ... 42

3.6.3.2.Uji Parsial………. ... 42

3.6.3.3. Uji F Simultan……… ... 43

3.6.3.4. Koefisien Determinasi (R2)…………. ... 44

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 45

4.1. Hasil Penelitian ... 45

4.1.1. Deskripsi Variabel Penelitian ... 45

4.1.2. Uji Asumsi Klasik ... 63

(14)

xiv

BAB V PENUTUP ... 80

5.1. Simpulan... 80

5.2. Saran ... 81

DAFTAR PUSTAKA ... 83

(15)

xv

Tabel1.1. Cheklist Penampilan, Perlengkapan, dan Kebersihan Karyawan

SPBU 44.543.09 Tamanwinangun Kebumen ... 4

Tabel 1.2. Tabel 1.2 Cheklist Penampilan, Perlengkapan, dan Kebersihan Karyawan SPBU 44.501.38 Pucang Gading Semarang ... 5

Tabel 1.3 Cheklist Penampilan, Perlengkapan, dan Kebersihan Karyawan SPBU 44.507.11 Jetis Salatiga ... 5

Tabel 1.4 Absensi PT. Anugrah Raharjo (Juli – Desember 2012) ... 6

Tabel 2.4 Peneliti terdahulu ... 26

Tabel 3.1 Hasil Uji Validitas Motivasi (X1) ... 35

Tabel 3.2 Hasil Uji Validitas Lingkungan Kerja (X2) ... 36

Tabel 3.3 Hasil Uji Validitas Kinerja (Y) ... 37

Tabel 3.4 Hasil Uji Reabilitas Motivasi (X1), Lingkungan kerja (X2), Kinerja (Y) ... 38

Tabel 3.5 Kategori variabel penelitian ... 40

Tabel 4.1 Analisis deskriptif variabel motivasi... 45

Tabel 4.2 Distribusi frekuensi indikator motivasi PT. Anugrah Raharjo Semarang ... 46

Tabel 4.3 Analisis deskriptif variabel lingkungan kerja ... 51

Tabel 4.4 Distribusi frekuensi indikator lingkungan kerja PT. Anugrah Raharjo... 52

Tabel 4.5 Analisis deskriptif variabel kinerja ……… ... 56 Tabel 4.6 Distribusi frekuensi indikator kinerja karyawan PT. Anugrah Raharjo Semarang... 57

Tabel 4.7. Hasil Uji normalitas ... 62

(16)

xvi

(17)

xvii

Gambar 2 Diagram Batang Deskriptif Persentasi tentang kebutuhan

fisiologis ... 47

Gambar 3 Diagram Batang Deskriptif Persentasi tentang kebutuhan akan rasa aman ... 48

Gambar 4 Diagram Batang Deskriptif Persentasi kebutuhan sosial ... 49

Gambar 5 Diagram Batang Deskriptif Persentasi tentangkebutuhan akan penghargaan ... 50

Gambar 6 Diagram Batang Deskriptif Persentasi kebutuhan aktualisasi diri… ... 51

Gambar 7 Diagram Batang Deskriptif Persentasi hubungan karyawan.. ... 53

Gambar 8 Diagram Batang Deskriptif Persentasi suasana kerja……….. ... 54

Gambar 9 Diagram Batang Deskriptif Persentasi fasilitas kerja……….. 55

Gambar 10 Diagram Batang Deskriptif Persentasi keamanan… ... 56

Gambar 11 Diagram Batang Deskriptif Persentasi kuantitas …. ... 57

Gambar 12 Diagram Batang Deskriptif Persentasi kualitas……. ... 58

Gambar 13 Diagram Batang Deskriptif presentasi ketepatan waktu….. ... 59

Gambar 14 Diagram Batang Deskriptif presentasi efektifitas……… ... 60

(18)

xviii

Lampiran 2. Uji Validitas dan Reliabilitas ... 87

Lampiran 3. Tabulasi Data Penelitian ... 88

Lampiran 4. Uji Asumsi Klasik ... 89

Lampiran 6. Surat Ijin Penelitian ... 90

Lampiran 7. Surat Balasan Penelitian……….. 91

(19)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Masalah

Sumber daya manusia (SDM) di perusahaan perlu dikelola secara profesional

agar terwujud keseimbangan antara kebutuhan pegawai dengan tuntutan dan kemampuan organisasi perusahaan. Keseimbangan tersebut merupakan kunci

utama perusahaan agar dapat berkembang secara produktif dan wajar (Mangkunegara, 2009:1). SDM selalu berperan aktif dan dominan dalam setiap

kegiatan organisasi, karena manusia menjadi perencana, pelaku dan penentu terwujudnya tujuan organisasi. Tujuan tidak akan terwujud tanpa peran aktif karyawan meskipun alat–alat yang dimiliki perusahaan begitu canggihnya. Alat–

alat canggih yang dimiliki perusahaan tidak ada manfaatnya bagi perusahaan, jika peran aktif karyawan tidak diikutsertakan.

Berkaitan dengan hal diatas, karyawan merupakan sumber daya penting yang wajib mereka jaga. Oleh karena itu bagi perusahaan yang khususnya bergerak di bidang perdagangan yang mengandalkan tingkat kinerja pegawai

diperusahaannya, maka perusahaan tersebut dituntut untuk mampu mengoptimalkan kinerja karyawannya (Fahmi, 2009:2). Karyawan mempunyai

peran yang strategis didalam perusahaan yaitu sebagai pemikir, perencana, dan pengendali aktivitas perusahaan karena memiliki bakat, tenaga dan kreatifitas yang sangat dibutuhkan oleh perusahaan untuk mencapai tujuan. Demi

(20)

Motivasi menjadi penting karena dengan motivasi setiap karyawan akan mau bekerja keras dan antusias untuk mencapai kinerja yang lebih tinggi. Motivasi

seseorang dipengaruhi dan dirangsang oleh keinginan, pemenuhan kebutuhan serta tujuan dan kepuasan. Rangsangan timbul dari dalam dan dari luar. Hal ini

akan menciptakan dorongan pada seseorang untuk melakukan aktifitas (Sunyoto, 2012:11).

Untuk dapat memberikan hasil kerja yang berkualitas dan berkuantitas maka

seorang pegawai membutuhkan motivasi kerja yang akan berpengaruh terhadap semangat kerjanya sehingga dapat meningkatkan kinerja. Selain faktor motivasi

kerja lingkungan kerja tempat karyawan tersebut bekerja juga tidak kalah pentingnya dalam meningkatkan kinerja karyawan. Lingkungan kerja yang sesuai dapat mendukung pelaksanaan kerja sehingga karyawan memiliki semangat

bekerja dan meningkatkan kinerja karyawan, sedangkan ketidaksesuaian lingkungan kerja dapat menciptakan ketidaknyamanan bagi karyawan dalam

melaksanakan tugas–tugasnya. Lingkungan kerja yang baik dapat mendukung pelaksanaan kerja sehingga karyawan memiliki semangat bekerja dan

meningkatkan kinerja karyawan. Hal ini sesuai dengan penelitian Suprayitno dan Sukir (2007) di Dinas Kebersihan dan Tata Kota Kabupaten Karanganyar yang menyatakan bahwa motivasi dan lingkungan kerja berpengaruh terhadap kinerja.

PT. Anugrah Raharjo merupakan perusahaan yang bergerak di bidang perdagangan, yang menaungi tiga Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU).

(21)

SPBU Kebumen dan Semarang termasuk dalam golongan kelas C (20.000-25.000 liter/hari), sedangkan Salatiga termasuk golongan kelas D (15.000-20.000

liter/hari). Permasalahan yang paling utama adalah meningkatkan efektifitas kinerja para karyawannya PT. Anugrah Raharjo Semarang melalui kualitas

pelayanan kepada konsumen yang optimal dan menjaga peringkat perusahaan agar tetap baik. Pelanggan atau klien sangat penting dalam bisnis dan memerlukan perhatian khusus. Manajemen harus memastikan bahwa karyawanya mampu

melayani pelanggan dengan baik, sehingga pelanggan merasa puas dengan perusahaan.Tetapi pada kenyataannya terdapat beberapa karyawan yang tidak

bekerja sesuai standar yang telah ditetapkan oleh perusahaan, tingginya tingkat keterlambatan karyawan dan banyaknya karyawan yang tidak memperhatikan kebersihan, perlengkapan dan penampilan membuktikan bahwa kinerja karyawan

masih belum sesuai harapan dapat dibuktikan dengan melihat data checklist penampilan, perlengkapan dan kebersihan karyawan dan data absensi karyawan

bulan Juli - Desember 2012 dibawah ini. Yang menunjukan bahwa banyak karyawan yang bekerja tidak sesuai dengan standar perusahaan dan banyaknya

tingkat absensi karyawan, terutama keterlambatan. Padahal dalam hal ini pihak perusahaan sudah menerapkan kebijakan-kebijakan diantaranya memperhatikan faktor motivasi dari pemenuhan kebutuhan fisik seperti pemberian gaji, selain itu

dari perusahaan memberikan tunjangan selain gaji seperti tunjangan hari raya yang setiap tahun diberikan, upah lembur dan bonus untuk prestasi yang dicapai

(22)

perusahaan yang nantinya dapat meningkatkan kinerjanya. Perusahaan juga menerapkan disiplin kepada karyawannya untuk selalu memperhatikan

penampilan, kebersihan dan kerapian, diharapkan dengan karyawan disiplin dalam menjaga penampilan, kebersihan, dan kerapian pelayanan kepada konsumen dapat

lebih maksimal dan dapat menjaga peringkat perusahaan. Oleh karena itu motivasi diharapkan dapat mendorong dan mengarahkan karyawan untuk bekerja lebih baik untuk mencapai tujuan perusahaan.

Tabel 1.1 Cheklist Penampilan, Perlengkapan, dan Kebersihan Karyawan SPBU 44.543.09 Tamanwinangun Kebumen Bulan Desember

No Kebersihan Standard Penilaian

Perlengkapan Prosentase Perlengkapan tidak komplit

5 Kaos Kaki 775 755 2,58 %

6 Tas Pinggang 775 715 7,74 %

7 Buku saku 775 723 6,71 %

Rata-rata 2325 2193 5,68%

Penampilan Prosentase penampilan tidak rapi

Jumlah Rata-rata 15,66%

(23)

Tabel 1.2 Cheklist Penampilan, Perlengkapan, dan Kebersihan Karyawan SPBU 44.501.38 Pucang Gading Semarang Bulan Desember

No Kebersihan Standard Penilaian

Perlengkapan Prosentase perlengkapan tidak lengkap

5 Kaos Kaki 713 672 5,75 %

6 Tas Pinggang 713 643 9,82 %

7 Buku saku 713 677 5,05 %

Rata-rata 2139 1992 6,87%

Penampilan Prosentase penampilan tidak rapi

Jumlah rata-rata 20,05%

Sumber : Laporan kepegawaian Pucang Gading Semarang

Tabel 1.3 Cheklist Penampilan, Perlengkapan, dan Kebersihan Karyawan SPBU 44.507.11 Jetis Salatiga Bulan Desember

No Kebersihan Standard Penilaian

Perlengkapan Prosentase Perlengkapan Tidak Lengkap

5 Kaos Kaki 651 632 2,92 %

6 Tas Pinggang 651 605 7,07 %

7 Buku saku 651 619 4,92 %

Rata-rata 1953 1856 4,97%

(24)

13 Jenggot 651 628 3,53 %

Rata-rata 3906 3704 5,17%

Jumlah rata-rata 15,82%

Sumber : Laporan Kepegawaian Jetis Salatiga

Tabel 1.4 Absensi PT. Anugrah Raharjo (Juli – Desember 2012)

Bln S Prosentase I Prosentase A Prosentase TL Prosentase CT Prosentase

Sumber : Laporan Kepegawaian PT. Anugrah Raharjo Semarang Jumlah Karyawan : 69

Persoalan inilah yang menarik diteliti untuk membuktikan asumsi – asumsi bahwa faktor Motivasi dan Lingkungan Kerja akan mempengaruhi Kinerja karyawan PT. Anugrah Raharjo Semarang. Berdasarkan uraian tersebut penulis

tertarik mengadakan penelitian dengan judul “Pengaruh Motivasi dan

Lingkungan Kerja Terhadap Kinerja Karyawan di PT. Anugrah Raharjo

(25)

1.2Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka permasalahan yang dapat

dirumuskan pada penelitian ini adalah :

1. Adakah pengaruh motivasi terhadap kinerja karyawan pada PT. Anugrah

Raharjo Semarang?

2. Adakah pengaruh lingkungan kerja terhadap kinerja karyawan pada PT.

Anugrah Raharjo Semarang?

3. Adakah pengaruh motivasi dan lingkungan kerja secara bersama-sama

terhadap kinerja karyawan PT. Anugrah Raharjo Semarang?

1.3Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka tujuan penelitian yang ingin dicapai peneliti pada PT. Anugrah Raharjo Semarang yaitu :

1. Menganalisis adanya pengaruh motivasi terhadap kinerja karyawan pada PT.

Anugrah Raharjo Semarang.

2. Menganalisis adanya pengaruh lingkungan kerja terhadap kinerja karyawan

PT. Anugrah Raharjo Semarang.

3. Menganalisis adanya pengaruh motivasi dan lingkungan kerja secara

bersama-sama terhadap kinerja karyawan PT. Anugrah Raharjo Semarang.

1.4Manfaat Penelitian

a. Bagi pembaca, untuk menambah informasi tentang pemikiran dan

pengetahuan dalam penelitian di bidang MSDM. Hasil penelitian ini

(26)

motivasi, lingkungan kerja terhadap kinerja karyawan pada PT. Anugrah Raharjo Semarang.

b. Bagi peneliti, untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dan menerapkan

teori yang penulis peroleh di bangku kuliah yang dipraktikkan dalam dunia

usaha yang realitas.

c. Bagi PT. Anugrah Raharjo Semarang, untuk mengetahui adanya pengaruh

motivasi, lingkungan kerja terhadap kinerja karyawan pada PT. Anugrah

Raharjo Semarang yang diharapkan perusahaan. Dan hasilnya diharapkan dapat digunakan menjadi bahan pertimbangan dalam menyusun kebijakan

(27)

9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1Kinerja

2.1.1 Pengertian Kinerja

Istilah kinerja sendiri berasal dari kata job performance atau actual performance (prestasi kerja atau prestasi sesungguhnya yang dapat dicapai oleh seseorang). Pengertian kinerja (prestasi kerja) adalah hasil kerja secara kualitas

dan kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikannya (Mangkunegara,2009:67). Pada

umumnya kinerja dibedakan menjadi dua yaitu kinerja individu dan kinerja organisasi. Kinerja individu adalah hasil kerja karyawan baik dari segi kualitas maupun kuantitas berdasarkan standar kerja yang telah ditentukan, sedangkan

kinerja organisasi adalah gabungan dari kinerja individu dengan kinerja kelompok.

Menurut Nurhalis (2007 :569) kinerja karyawan merupakan sebuah proses pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan tingkat profesionalisme masing – masing

karyawan. Proses itu terlihat melalui pelayanan dalam melaksanakan suatu pekerjaan. Dalam proses ini diperlukan prosedur kerja dan penetapan hasil yang akan dicapai. Kinerja organisasi yang optimal tidak terlepas dari kinerja anggota

(28)

kualitas dan kuantitas sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya yang didasarkan pada kecakapan, pengalaman, kesungguhan serta waktu.

2.1.2 Karakteristik Kinerja

Menurut Wirawan (2009 : 9) kinerja karyawan merupakan hasil sinergi dari

sejumlah faktor, faktor–faktor tersebut adalah faktor lingkungan internal organisasi, faktor lingkungan eksternal dan faktor internal karyawan atau pegawai.

1. Faktor internal pegawai, yaitu faktor–faktor dari dalam diri pegawai yang

merupakan faktor bawaan dari lahir dan faktor yang diperoleh ketika ia berkembang. Faktor–faktor bawaan misalnya bakat, sifat pribadi, serta

keadaan fisik dan kejiwaan, sementara itu faktor–faktor yang diperoleh, misalnya pengetahuan, ketrampilan, etos kerja, lingkungan kerja, pengalaman kerja dan motivasi kerja. Setelah dipengaruhi oleh lingkungan internal

organisasi dan lingkungan eksternal faktor internal ini menentukan kinerja karyawan, jadi dapat diasumsikan bahwa semakin tinggi faktor – faktor

internal tersebut, makin tinggi pula kinerja pegawai. Sebaliknya makin rendah faktor – faktor tersebut makin rendah pula kinerjanya.

2. Faktor–faktor lingkungan internal organisasi. Dalam melaksanakan tugasnya,

pegawai memerlukan dukungan organisasi tempat ia bekerja. Dukungan tersebut sangat mempengaruhi tinggi rendahnya kinerja pegawai. Sebaliknya

jika motivasi dan iklim kerja organisasi buruk, kinerja karyawan akan menurun. Faktor internal organisasi lainnya misalnya strategi organisasi,

(29)

menciptakan budaya kerja dan lingkungan kerja yang kondusif sehingga dapat mendukung dan meningkatkan kinerja karyawan.

3. Faktor lingkungan eksternal organisasi, faktor – faktor lingkungan eksternal

organisasi adalah keadaan, kejadian atau situasi yang terjadi dilingkungan

eksternal organisasi yang mempengaruhi kinerja karyawan, misalnya krisis ekonomi, dan keuangan, menurunkan nominal upah dan gaji karyawan, dan selanjutnya menurunkan daya beli karyawan. Jika inflasi tidak diikuti dengan

kenaikan upah atau gaji para karyawan yang sepadan dengan tingkat inflasi maka kinerja mereka akan menurun.

Menurut Anyim dan Chidi ( 2012 : 37) mencapai tujuan organisasi tergantung pada kontribusi yang dibuat oleh karyawan, faktor organisasi dan lingkungan kerja mendorong efektifitas karyawan untuk dapat meningkatkan kinerjanya

sehingga dapat mencapai tujuan perusahaan, langkah-langkahnya antara lain :

1. Manajemen perlu pemahaman tentang apa yang memotivasi karyawan untuk

menggunakan bakat dan kemampuan mereka untuk meningkatkan kinerja mereka.

2. Manajemen dalam organisasi didorong untuk menunjukan minat yang lebih

besar dalam kesejahteraan pekerja untuk membuat mereka lebih berharga dan melihat diri mereka sebagai kontributor bagi organisasi tersebut.

3. Sebuah kondisi kerja yang baik dan lingkungan kerja yang baik dan nyaman

yang harus disediakan ditempat kerja untuk membuat karyawan memberikan

(30)

4. Manajemen harus menilai dan mengevaluasi kinerja karyawannya agar kinerja

karyawan tetap terpantau oleh perusahaan.

5. Pelanggan atau klien yang paling penting dalam bisnis dan memerlukan

perhatian khusus. Manajemen harus memastikan bahwa karyawannya mampu

melayani pelanggan dengan baik sehingga pelanggan merasa puas dengan perusahaan.

2.1.3 Indikator Kinerja

Menurut Mathis dan Jackson (2006 :378) indikator kinerja adalah :

1. Kuantitas, diukur dari persepsi karyawan terhadap jumlah aktivitas yang

ditugaskan beserta hasilnya.

2. Kualitas, dapat diukur dari persepsi karyawan terhadap kualitas pekerjaan

yang dihasilkan serta kesempurnaan tugas terhadap ketrampilan dan

kemampuan karyawan. Hasil pekerjaan yang dilakukan mendekati sempurna atau memenuhi tujuan yang diharapkan dari pekerjaan tersebut.

3. Ketepatan waktu, diukur dari persepsi karyawan terhadap suatu aktivitas yang

diselesaikan dari awal waktu sampai menjadi output. Dapat menyelesaikan

pada waktu yang telah ditetapkan serta memaksimalkan waktu yang tersedia untuk aktivitas yang lain.

4. Efektifitas, pemanfaatan secara maksimal sumber daya dan waktu yang ada

pada organisasi untuk meningkatkan keuntungan dan mengurangi kerugian. 5. Kehadiran, tingkat kehadiran karyawan dalam perusahaan dapat menetukan

(31)

2.2Motivasi

2.2.1 Pengertian Motivasi

Menurut Mathis dan Jackson (2006 : 114) motivasi merupakan keinginan dalam diri seseorang yang menyebabkan orang tersebut bertindak. Orang

bertindak biasanya karena suatu alasan untuk mencapai tujuan. Menurut (Sunyoto, 2012 : 11), motivasi merupakan sebuah dorongan yang tumbuh dalam diri seseorang. Baik yang berasal dari dalam maupun dari luar dirinya untuk

melakukan suatu pekerjaan dengan semangat tinggi menggunakan semua kemampuan dan ketrampilan yang dimilikinya guna mencapai tujuan organisasi.

Menurut Terry (2009 : 130) motivasi menyangkut soal perilaku manusia dan merupakan elemen vital dalam manajemen. Motivasi dapat diartikan mengusahakan supaya seseorang dapat menyelesaikan pekerjaan dengan semangat

karena dia ingin melaksanakannya. Manusia memiliki motivasi yang berbeda tergantung dari banyak faktor seperti kepribadian dan ambisi. Seseorang yang

termotivasi menunjukan usaha dan bekerja keras (Robbins dan Coulter, 2010:109).

Menurut Winardi (dalam Wardani, 2009 : 4) motivasi adalah sesuatu kekuatan potensial yang ada di dalam diri seseorang manusia, yang dapat dikembangkan sendiri atau dikembangkan oleh sejumlah kekuatan luar yang dapat

mempengaruhi hasil kinerjanya secara positif atau negatif, yang tergantung pada situasi dan kondisi yang dihadapi orang yang bersangkutan. Menurut Siagian

(32)

ketrampilan, tenaga dan juga waktunya untuk menyelenggarakan berbagai kegiatan yang menjadi tanggung jawabnya dan menunaikan kewajibanya dalam

rangka pencapaian tujuan dan berbagai sasaran organisasi yang telah ditentukan sebelumnya.

Menurut Hasibuan (dalam Edy, 2008 : 160 ) motivasi merupakan salah satu faktor yang akan menentukan hasil kinerja seseorang karyawan. Apabila seseorang termotivasi dalam bekerja maka akan berusaha berbuat sekuat tenaga

untuk mewujudkan dan menyelesaikan apa yang menjadi tugas dan pekerjaannya. Seseorang akan cenderung bekerja dengan penuh semangat apabila kepuasan kerja

dapat diperoleh dari pekerjanya, kepuasan kerja dan lingkungan kerja merupakan kunci pendorong moral, kedisiplinan, dan prestasi kerja karyawan dalam mendukung terwujudnya tujuan perusahaan. Kepuasan kerja yang tinggi,

lingkungan kerja yang baik, dan karyawan yang termotivasi akan menciptakan loyalitas yang tinggi terhadap perusahaan dan akan berdampak pada

meningkatnya kinerja karyawan.

2.2.2 Faktor Yang Mempengaruhi Motivasi

Motivasi dipengaruhi oleh beberapa faktor yang dapat dibedakan atas faktor internal dan faktor eksternal dari seseorang menurut Sutrisno (dalam Wardani, 2009 : 4) antara lain :

1. Faktor internal, meliputi keinginan untuk dapat hidup, keinginan untuk dapat

memiliki, keinginan untuk memperoleh penghargaan, keinginan untuk

(33)

2. Faktor eksternal, meliputi kondisi lingkungan kerja, supervise yang baik,

adanya jaminan pekerjaan, adanya pengharagaan atas prestasi, peraturan yang

fleksibel, status dan tanggung jawab.

Menurut Anyim dan Chidi ( 2012 : 34) ada beberapa faktor yang memotivasi

seseorang untuk bekerja, faktor motivasi dapat dibagi menjadi dua :

1. Faktor Moneter atau financial

Terdiri dari unsur-unsur sebagai berikut : a. Gaji atau upah

Gaji atau upah merupakan salah satu faktor motivasi yang paling penting.

Pemberian gaji yang baik harus dibayar tepat waktu. b. Bonus

Hal ini mengacu pada pembayaran tambahan kepada karyawan yang lebih

atau berprestasi dan atas gaji yang diberikan sebagai insentif. Para karyawan harus diberi jumlah bonus yang cukup.

c. Insentif

Organisasi juga dapat memberikan insentif tambahan seperti tunjangan

kesehatan, tunjangan pendidikan, dan lain-lain. d. Insentif khusus individu

Perusahaan dapat memberikan insentif khusus individu. Insentif tersebut

(34)

2. Faktor Non Moneter atau non financial

Terdiri dari unsur-unsur sebagai berikut :

a. Status atau jabatan

Dengan memberikan status yang lebih tinggi kepada karyawan maka

karyawan tersebut akan merasa termotivasi. Karena karyawan lebih suka dan bangga apabila mereka mendapat status atau jabatan yang tinggi di dalam perusahaan.

b. Apresiasi dan pengakuan

Karyawan harus dihargai karena jasa mereka. Pujian tidak harus datang

dari atasan langsung tetapi juga datang dari pihak yang mempunyai wewenang yang lebih tinggi.

c. Pendelegasian wewenang

Pendelegasian wewenang memotivasi bawahan untuk melakukan tugas-tugas dengan dedikasi dan berkomitmen. Ketika tugas-tugas-tugas-tugas didelegasikan

bawahan tau bahwa perusahaan telah menempatkan kepercayaan pada karyawanya.

d. Kondisi kerja

Memperhatikan kondisi kerja yang lebih baik seperti sarana dan prasarana yang baik akan memotivasi karyawan.

e. Keamanan kerja

Jaminan keamanan kerja atau kurangnya pemberhentian pada karyawan

(35)

ini tidak diperhatikan dapat mengakibatkan karyawan meninggalkan perusahaan.

2.2.3 Teori Motivasi

Hierarki kebutuhan Maslow, suatu teori motivasi manusia yang dikembangkan

oleh Abraham Maslow. Maslow mengelompokan kebutuhan manusia menjadi 5 kategori dalam urutan tertentu. Sebelum kebutuhan mendasar terpenuhi seseorang tidak akan berusaha untuk memenuhi kebutuhan yang lebih tinggi (Daft, 2006 :

367).

Teori Hierarki Kebutuhan Maslow terdiri atas :

1. Kebutuhan fisiologis, merupakan kebutuhan-kebutuhan fisik manusia yang

paling dasar, termasuk makanan, air, dan oksigen. Dalam susunan organisasi kebutuhan fisiologis tercermin dalam kebutuhan-kebutuhan akan gairah kerja,

ruang, dan gaji pokok untuk menjamin kelangsungan hidup.

2. Kebutuhan akan rasa aman, merupakan kebutuhan akan lingkungan fisik dan

emosional yang aman dan terlindung dari ancaman-ancaman yaitu kebutuhan akan kebebasan dari kekuasaan, dan masyarakat yang tertib. Dalam

lingkungan kerja organisasional, kebutuhan akan rasa aman mencerminkan kebutuhan akan pekerjaan yang aman, imbalan kerja tambahan, dan perlindungan pekerjaan.

3. Kebutuhan sosial, kebutuhan ini mencerminkan keinginan untuk diterima oleh

teman-teman, menjalin persahabatan, menjadi bagian dari suatu kelompok,

(36)

pekerja, partisipasi dalam kelompok kerja, dan hubungan positif dengan para pengawas.

4. Kebutuhan akan penghargaan, kebutuhan-kebutuhan ini berkenaan dengan

keinginan akan kesan diri yang positif dan untuk menerima perhatian,

pengakuan, dan apresiasi dari orang lain. Dalam organisasi kebutuhan akan penghargaan mencerminkan motivasi untuk mendapatkan pengakuan, peningkatan tanggung jawab, dan pujian atas kontribusi bagi organisasi. 5. Kebutuhan aktualisasi diri, ini mempresentasikan kebutuhan pemenuhan diri,

yang merupakan kategori kebutuhan tertinggi. Kebetuhan tersebut berkenaan

dengan mengembangkan potensi maksimal seseorang, meningkatkan kompetensi seseorang, dan menjadi seseorang yang lebih baik. Kebutuhan aktualisasi diri dapat dipenuhi dalam organisasi dengan memberi karyawan

peluang untuk tumbuh kreatif, dan mendapatkan perhatian untuk melakukan tugas-tugas yang menantang serta kemajuan.

Teori harapan, teori ini menyatakan bahwa individu mendasarkan keputusan tentang perilaku mereka pada harapan mereka bahwa suatu perilaku atau perilaku

pengganti lainya cenderung menimbulkan hasil yang dibutuhkan atau diinginkan. 3 aspek yang sangat penting dari hubungan perilaku – hasil adalah sebagai berikut (Mathis dan Jackson,2006 : 115) :

1. Harapan usaha – kinerja merujuk pada keyakinan karyawan bahwa bekerja

lebih keras akan menghasilkan kinerja. Apabila orang tidak percaya bahwa

(37)

2. Hubungan kinerja – penghargaan mempertimbangkan harapan individu bahwa

kinerja yang tinggi benar-benar akan menghasilkan penghargaan. Hubungan

kinerja – penghargaan mengindikasikan bagaimana kinerja efektif yang instrumental atau penting membuahkan hasil yang diinginkan.

3. Nilai penghargaan merujuk pada seberapa bernilainya penghargaan bagi

karyawan. Satu faktor yang menentukan kesediaan karyawan untuk mengarahkan usahanya adalah tingkat sampai mana mereka menilai

penghargaan yang diberikan oleh organisasi.

Teori ERG, Clayton Alderfer mengusulkan modifikasi teori Maslow sebagai

usaha untuk menyederhanakan dan merespon akan kurangnya verifikasi yang empiris. Teori ERG miliknya mengidentifikasikan tiga kategori kebutuhan: (Daft, 2006 : 369)

1. Kebutuhan kehidupan (existence needs). Merupakan kebutuhan-kebutuhan

akan kesejahteraan fisik.

2. Kebutuhan keterhubungan (relatedness needs). Ini menyinggung kebutuhan

akan pemenuhan hubungan dengan orang lain.

3. Kebutuhan pertumbuhan (growth needs). Ini berfokus pada perkembangan

(38)

2.2.4 Indikator Motivasi

Menurut Maslow Indikator motivasi adalah : (Daft, 2006 :367)

1. Kebutuhan fisiologis, merupakan kebutuhan-kebutuhan fisik manusia yang

paling dasar, termasuk makanan, air, dan oksigen. Dalam susunan organisasi

kebutuhan fisiologis tercermin dalam kebutuhan-kebutuhan akan gairah kerja, ruang, dan gaji pokok untuk menjamin kelangsungan hidup.

2. Kebutuhan akan rasa aman, merupakan kebutuhan akan lingkungan fisik dan

emosional yang aman dan terlindung dari ancaman-ancaman yaitu kebutuhan akan kebebasan dari kekuasaan, dan masyarakat yang tertib. Dalam

lingkungan kerja organisasional, kebutuhan akan rasa aman mencerminkan kebutuhan akan pekerjaan yang aman, imbalan kerja tambahan, dan perlindungan pekerjaan.

3. Kebutuhan akan sosial, kebutuhan ini mencerminkan keinginan untuk diterima

oleh teman-teman, menjalin persahabatan, menjadi bagian dari suatu

kelompok, dan dicintai. Dalam organisasi organisasi kebutuhan-kebutuhan ini mempengaruhi keinginan untuk memiliki hubungan baik dengan sesama

pekerja, partisipasi dalam kelompok kerja, dan hubungan positif dengan para pengawas.

4. Kebutuhan akan penghargaan, kebutuhan-kebutuhan ini berkenaan dengan

keinginan akan kesan diri yang positif dan untuk menerima perhatian, pengakuan, dan apresiasi dari orang lain. Dalam organisasi kebutuhan akan

(39)

5. Kebutuhan aktualisasi diri, ini mempresentasikan kebutuhan pemenuhan diri,

yang merupakan kategori kebutuhan tertinggi. Kebetuhan tersebut berkenaan

dengan mengembangkan potensi maksimal seseorang, meningkatkan kompetensi seseorang, dan menjadi seseorang yang lebih baik. Kebutuhan

aktualisasi diri dapat dipenuhi dalam organisasi dengan memberi karyawan peluang untuk tumbuh kreatif, dan mendapatkan perhatian untuk melakukan tugas-tugas yang menantang serta kemajuan.

2.3Lingkungan Kerja

2.3.1 Pengertian Lingkungan Kerja

Menurut Darvis (dalam Ekaningsih, 2012 : 21) lingkungan kerja dalam suatu organisasi mempunyai arti penting bagi individu yang bekerja di dalamnya,

karena lingkungan ini akan mempengaruhi secara langsung maupun tidak langsung manusia yang ada di dalamnya. Hal ini ada tiga alasan, ada bukti yang

menunjukan bahwa tugas dapat diselesaikan dengan lebih baik pada lingkungan kerja organisasi yang baik, ada bukti bahwa manager dapat mempengaruhi

lingkungan kerja dalam organisasi atau unit kerja yang dipimpin, kecocokan antara individu dengan organisasi mempunyai peranan yang sangat penting dalam mencapai prestasi dan kepuasan individu itu sendiri dalam organisasi.

Menurut Gibson (dalam Ekaningsih, 2012 : 21) menyatakan bahwa kinerja pegawai salah satunya dipengaruhi oleh lingkungan kerja. Lingkungan kerja

(40)

pekerjaanya. Menurut Supardi (dalam Ekaningsih, 2012 : 21) lingkungan kerja merupakan keadaan sekitar tempat kerja baik secara fisik maupun non fisik yang

dan memberikan kesan menyenangkan, mengamankan, menentramkan dan kesan betah bekerja dan lain sebagainya.

Menurut Anorogo dan Widiyanti (dalam Septianto, 2010 :6) lingkungan kerja merupakan segala sesuatu yang ada di sekitar karyawan dan yang dapat mempengaruhi dirinya dalam menjalankan tugas–tugas yang dibebankan.

Menurut Akinyele (dalam Noah and Steve, 2012 : 2) lingkungan kerja yang kondusif menjamin kesejahteraan karyawan yang selalu akan memungkinkan

mereka, mengarahkan diri dan mengeluarkan kemampuan yang mereka miliki untuk mencapai kinerja yang lebih tinggi. Menurut Brenner (dalam Noah and Steve, 2012 : 2) kemampuan karyawan dalam suatu organisasi untuk berbagi

pengetahuan seluruh sistem tergantung pada kondisi lingkungan kerja mereka. Beberapa karyawan cenderung lebih produktif dalam bekerja dengan baik apabila

di fasilitasi lingkungan kerja yang baik. Lebih dari itu kenyamanan dari lingkungan kerja menentukan tingkat kepuasan dan produktivitas, pekerja tidak

bisa optimal, jika kondisi lingkungan yang tidak menguntungkan.

Menurut Rivai (dalam Afrizal, 2012 : 3) lingkungan kerja merupakan elemen-elemen organisasi sebagai sistem sosial yang mempunyai pengaruh yang kuat

didalam pembentukan perilaku individu dalam organisasi dan berpengaruh terhadap prestasi organisasi adanya sarana dan prasarana kerja yang sesuai dengan

(41)

manajemen. Meskipun lingkungan kerja tidak melakukan proses produksi dalam suatu perusahaan, namun lingkungan kerja mempunyai pengaruh langsung

terhadap para karyawan yang melaksanakan proses produksi tersebut. Lingkungan kerja yang memusatkan bagi karyawannya dapat meningkatkan prestasi kerja.

Sebaliknya lingkungan kerja yang tidak memadai akan dapat menurunkan prestasi kerja dan akhirnya menurunkan kinerja karyawan. Podsakoff dan McKenzie (dalam Musriha, 2011 : 306) menyatakan bahwa penciptaan lingkungan kerja

yang lebih menarik dapat meningkatkan kinerja dan komitmen karyawan. Hal ini konsisten dengan pendapat Domneyetal (dalam Musriha, 2011 : 306) menyatakan

bahwa persepsi karyawan tentang lingkungan kerja akan mempengaruhi kinerja karyawan, yang berarti bahwa penyediaan lingkungan kerja yang kondusif oleh perusahaan akan dapat meningkatkan kinerja karyawan.

2.3.2 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Lingkungan Kerja

Menurut Ahwari (dalam Ekaningsih, 2012 : 21 ) faktor – faktor yang

mempengaruhi lingkungan kerja sebagai berikut :

1. Pelayanan makan atau minum

2. Pelayanan kesehatan bagi pegawai dan keluarganya 3. Penyediaan kamar mandi atau kamar kecil

4. Kondisi kerja

5. Penerangan cukup

6. Penggunaan warna kantor

(42)

Lingkungan kerja yang memenuhi syarat sebagaimana di atas dapat membuat karyawan merasa nyaman, senang, betah bekerja dan memiliki gairah kerja yang

bertambah sehingga dapat meningkatkan kinerja.

Menurut Wahyudi dan Suryono (2006 : 5) secara garis besar lingkungan kerja

dipengaruhi oleh faktor sebagai berikut :

1. Fasilitas kerja, lingkungan kerja yang kurang mendukung pelaksanaan

pekerjaan ikut menyebabkan kinerja yang buruk, seperti kurangnya alat kerja,

fasilitas yang kurang, serta prosedur yang tidak jelas.

2. Gaji dan tunjangan, gaji yang tidak sesuai dengan harapan pekerja akan

membuat pekerja setiap saat melirik pada lingkungan kerja yang lebih menjamin pencapaian harapan pekerja.

3. Hubungan kerja, kelompok kerja dengan kekompakan dan loyalitas yang

tinggi akan meningkatkan kinerja, karena antara satu pekerja dengan pekerja lainnya akan saling mendukung pencapaian tujuan dan hasil kerja.

2.3.3 Jenis Lingkungan Kerja

Menurut Sedarmayanti (dalam Septianto, 2010 : 6) menyatakan bahwa secara

garis besar jenis lingkungan kerja dibagi menjadi dua yaitu :

1. Lingkungan kerja fisik, lingkungan kerja fisik adalah semua keadaan

berbentuk fisik yang terdapat disekitar tempat kerja yang dapat mempengaruhi

(43)

2. Lingkungan kerja non fisik, lingkungan kerja non fisik adalah semua keadaan

yang terjadi yang berkaitan dengan hubungan kerja, baik hubungan dengan

atasan maupun hubungan dengan sesama rekan kerja, ataupun bawahan.

2.3.4 Indikator Lingkungan kerja

Menurut Sunyoto (2012 : 45) indikator lingkungan kerja adalah

1. Hubungan karyawan

Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi karyawan tetap tinggal dalam

suatu organisasi adalah adanya hubungan yang harmonis diantara rekan kerja. Hubungan rekan kerja yang harmonis dan kekeluargaan merupakan salah satu

faktor yang dapat mempengaruhi kinerja karyawan. 2. Suasana kerja

Setiap karyawan selalu menginginkan suasana kerja yang menyenangkan,

suasana kerja yang nyaman meliputi cahaya atau penerangan yang jelas, serta keamanan di dalam bekerja. Karena berawal dari kenyamanan karyawan

tersebut maka dapat meningkatkan semangat kerja. 3. Tersedianya fasilitas kerja

Hal ini dimaksudkan bahwa peralatan yang digunakan untuk mendukung kelancaran kerja sudah lengkap atau mutahir. Tersedianya fasilitas kerja yang lengkap, walaupun tidak baru merupakan salah satu penunjang proses

(44)

4. Keamanan

Lingkungan kerja dengan rasa aman akan menimbulkan ketenangan dan

kenyamanan, dimana hal ini akan dapat memberikan dorongan semangat untuk bekerja.

2.4Penelitian Terdahulu

Tabel 2.4 Peneliti terdahulu

Untuk melandasi penelitian ini, maka ditunjang dengan adanya beberapa

penelitian terdahulu yang tersaji pada tabel berikut ini:

Peneliti Variabel

Motivasi kerja berpengaruh signifikan terhadap kinerja, lingkungan kerja tidak mampu memperkuat motivasi kerja pada kinerja pegawai (Studi Pada Satuan Polisi Pamong Praja Kota

Gaya kepemimpinan, motivasi dan lingkungan kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja (Studi Pada Pegawai Negeri Sipil di Kantor Informasi Komunikasi dan Kehumasan Kabupaten Boyolali)

Disiplin kerja, lingkungan kerja dan motivasi kerja berpengaruh positif terhadap kinerja karyawan Dinas Kebersihan dan tata kota

Motivasi berpengaruh terhadap kinerja di sektor publik dan swasta

(45)

berpengaruh signifikan terhadap kinerja di pabrik cengkeh rokok di kudus indonesia.

Noah And Steve, 2012

Y Produktivitas, X1 Lingkungan Kerja, X2 Perilaku Kerja.

(46)

2.5Kerangka Berfikir

Berdasarkan penelitian terdahulu diatas secara garis besar pengaruh motivasi

dan lingkungan kerja terhadap kinerja digambarkan sebagai berikut :

Gambar 6. Kerangka Berfikir Motivasi Indikator motivasi menurut Maslow (Daft, 2006 : 367) 1. Kebutuhan fisiologis 2. Kebutuhan akan rasa aman 3. Kebutuhan sosial

4. Kebutuhan akan penghargaan 5. Kebutuhan aktualisasi diri

Lingkungan Kerja Indikator lingkungan kerja menurut Sunyoto (2012 : 45) 1. Hubungan karyawan 2. Suasana kerja 3. Fasilitas kerja 4. Keamanan

Kinerja

Indikator kinerja : (Mathis dan Jackson, 2006 :378) 1. Kuantitas

2. Kualitas

(47)

2.6Hipotesis

Hipotesis adalah jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan

penelitian sampai terbukti melalui data yang terkumpul. Suatu hipotesis yang akan diterima apabila data yang dikumpulkan mendukung persyaratan. Hipotesis

merupakan suatu anggapan dasar yang kemudian membuat suatu teori yang masih harus di uji kebenarannya.

Dalam penelitian ini hipotesisnya adalah:

H1 : Motivasi berpengaruh positif terhadap kinerja karyawan.

H2 : Lingkungan kerja berpengaruh positif terhadap kinerja karyawan.

(48)

30

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1Populasi

Populasi merupakan kelompok atau kumpulan individu–individu atau objek

penelitian yang memiliki standar tertentu dari ciri–ciri yang telah ditetapkan sebelumnya. Populasi pada penelitian ini adalah seluruh pegawai PT. Anugrah Raharjo Semarang yang berjumlah 69 orang. Terdiri dari karyawan SPBU

Tamanwinangun Kebumen yang berjumlah 25 orang, karyawan SPBU Jetis Salatiga yang berjumlah 21 orang, dan SPBU Pucang Gading Semarang yang

berjumlah 23 orang.

3.2Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel

Sedangkan sampel merupakan bagian dari jumlah dan karakteristik yang

dimiliki oleh populasi. Penentuan sampel dalam penelitian ini adalah sampel jenuh (sensus). Hal ini sering dilakukan apabila jumlah populasi kecil atau kurang

dari 30 orang. Istilah lain sampel jenuh adalah sensus, dimana semua anggota populasi dijadikan sampel. Dengan demikian sampel pada penelitian ini adalah

semua populasi atau seluruh karyawan PT. Anugrah Raharjo Semarang yang berjumlah 69 orang.

1. Tinjauan Pustaka/Dokumentasi

Penelitian yang dilakukan dengan cara mengumpulkan membaca, dan mempelajari literatur serta referensi yang relevan dengan permasalahan yang

(49)

teori yang berguna dalam pembahasan. Dokumen perusahaan berupa data checklist penampilan, perlengkapan dan kebersihan karyawan serta data absensi

PT. Anugrah Raharjo Semarang (Juli – Desember 2012).

2. Tinjauan Lapangan/Observasi

Penelitian yang dilakukan dengan memperoleh data langsung di lapangan melalui kuesioner. Kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari tiga bagian. Bagian pertama berisikan sejumlah pertanyaan yang berhubungan dengan

motivasi, bagian kedua berisikan sejumlah pertanyaan yang berhubungan dengan lingkungan kerja, dan bagian ketiga berisikan sejumlah pertanyaan yang

berhubungan dengan kinerja pegawai PT. Anugrah Raharjo Semarang.

Kuesioner ini terdiri dari sejumlah pertanyaan dengan tanda checklist pada jawaban yang disediakan. Kuesioner dalam penelitian ini disusun menggunakan

skala Likert. Penelitian ini akan menggunakan skala Likert 1-5 dengan rincian sebagai berikut:

1. = sangat tidak setuju 2. = tidak setuju

3. = netral 4. = setuju

(50)

3.3Variabel Penelitian

3.3.1 Variabel Dependen

Variabel dependen dalam penelitian ini adalah kinerja pegawai. Menurut Mathis dan Jackson (2006 :378) indikator kinerja adalah :

1. Kuantitas 2. Kualitas

3. Ketepatan waktu

4. Efektifitas 5. Kehadiran

3.3.2 Variabel Independen

Variabel independen dalam penelitian ini adalah motivasi dan lingkungan kerja. Dapat dijelaskan variabel-variabel tersebut yaitu: Menurut Maslow

Indikator motivasi adalah : (Daft, 2006 :367)

1. Kebutuhan fisiologis

2. Kebutuhan akan rasa aman 3. Kebutuhan sosial

4. Kebutuhan akan penghargaan 5. Kebutuhan aktualisasi diri

Menurut Sunyoto (2012 : 45) indikator Lingkungan Kerja :

1. Hubungan karyawan 2. Suasana kerja

(51)

4. Keamanan

3.4Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Observasi b. Studi Pustaka

c. Kuesioner dengan menggunakan skala Likert:

1) Sangat Tidak Setuju (STS) : Skor 1 2) Tidak Setuju (TS) : Skor 2

3) Netral (N) : Skor 3

4) Setuju (S) : Skor 4

5) Sangat Setuju (SS) : Skor 5

3.5Uji Validitas dan Reabilitas

3.5.1 Uji Validitas

Uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau valid tidaknya suatu kuesioner. Suatu kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan pada kuesioner

mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut (Ghozali, 2011:52). Suatu instrumen dikatakan valid atau sahih manakala mempunyai tingkat validitas yang tinggi, mampu mengukur apa yang diinginkan

dan dapat mengungkap data dari variabel yang diteliti secara tepat.

Sebelum angket yang sesungguhnya disebar, terlebih dahulu perlu dilakukan

(52)

pertanyaan yang diajukan dalam angket mudah dimengerti oleh responden atau tidak, dan untuk mengetahui lamanya pengisian angket.

Uji validitas instrumen dalam penelitian ini dilakukan dengan membandingkan nilai probabilitas (p value) dengan taraf signifikan 5% atau 0,05.

Apabila perhitungan dilakukan dengan bantuan SPSS, diperoleh probabilitas (p value) < 0,05 maka dapat dikatakan butir instrumen tersebut valid. Namun sebaliknya, apabila diperoleh probabilitas > 0,05 maka dapat dikatakan bahwa

butir instrumen tersebut tidak valid.

Menurut Ghozali (2011:53) untuk menguji validitas dilakukan dengan

membandingkan nilai r hitung dengan r tabel untuk degree of freedom (df) = n – 2, dalam hal ini n adalah jumlah sample, dengan demikian (n) = 20 dan besarnya df dapat dihitung 20 – 2 = 18 dengan df = 18 dan alpha = 0,05 didapat r tabel =

(53)

Tabel 3.1 Hasil Uji Validitas Motivasi (X1)

No r hitung r table Keterangan

1 0.657 0.444 Valid

2 0.553 0.444 Valid

3 0.685 0.444 Valid

4 0.520 0.444 Valid

5 0.564 0.444 Valid

6 0.558 0.444 Valid

7 0.475 0.444 Valid

8 0.679 0.444 Valid

9 0.519 0.444 Valid

10 0.631 0.444 Valid

11 0.391 0.444 Tidak valid

12 0.636 0.444 Valid

13 0.615 0.444 Valid

14 0.593 0.444 Valid

Sumber : Data penelitian diolah 2013

Berdasarkan hasil perhitungan uji validitas X1 yang ditunjukan pada tabel 3.1 diketahui dari 14 item pertanyaan terdapat 1 item pertanyaan yang tidak valid

yaitu nomor 11 karena memiliki rhitung < rtabel yaitu 0,391<0,444 pada taraf

signifikansi 5%, dapat dikatakan instrument ini tidak valid karena item nomor 11

tersebut tidak membangun variabel tersebut, atau instrumen tersebut tidak memenuhi syarat pemahaman responden yang masih bias, responden tidak bisa

(54)

Tabel 3.2 Hasil Uji Validitas Lingkungan Kerja (X2)

No r hitung r tabel Keterangan

1 0.483 0.444 Valid

2 0.649 0.444 Valid

3 0.575 0.444 Valid

4 0.681 0.444 Valid

5 0.612 0.444 Valid

6 0.383 0.444 Tidak valid

7 0.502 0.444 Valid

8 0.451 0.444 Valid

9 0.528 0.444 Valid

10 0.638 0.444 Valid

Sumber : Data penelitian diolah 2013

Berdasarkan hasil perhitungan uji validitas X2 yang ditunjukan pada tabel 3.2

diketahui dari 10 item pertanyaan terdapat 1 item pertanyaan yang tidak valid yaitu nomor 6 karena memiliki rhitung < rtabel yaitu 0,383<0,444 pada taraf

signifikansi 5%, dapat dikatakan instrumen ini tidak valid karena item nomor 6 tersebut tidak membangun variabel tersebut, atau instrumen tersebut tidak memenuhi syarat pemahaman responden yang masih bias, responden tidak bisa

memahami isi kuesioner. Dikarenakan sudah terwakili oleh pertanyaan dari indikator-indikator lain, maka item tersebut dikeluarkan dari daftar pertanyaan.

(55)

Tabel 3.3 Hasil Uji Validitas Kinerja (Y)

No r hitung r tabel Keterangan

1 0.696 0.444 Valid

2 0.746 0.444 Valid

3 0.05 0.444 Tidak valid

4 0.549 0.444 Valid

5 0.698 0.444 Valid

6 0.673 0.444 Valid

7 0.481 0.444 Valid

8 0.658 0.444 Valid

9 0.751 0.444 Valid

10 0.566 0.444 Valid

11 0.525 0.444 Valid

12 0.497 0.444 Valid

13 0.605 0.444 Valid

14 0.523 0.444 Valid

Sumber : Data penelitian diolah 2013

Berdasarkan hasil perhitungan uji validitas Y yang ditunjukan pada tabel 3.3

diketahui dari 14 item pertanyaan terdapat 1 item pertanyaan yang tidak valid yaitu nomor 3 karena memiliki rhitung < rtabel yaitu 0,05<0,444 pada taraf

signifikansi 5%, dapat dikatakan instrumen ini tidak valid karena item nomor 3 tersebut tidak membangun variabel tersebut, atau instrumen tersebut tidak memenuhi syarat pemahaman responden yang masih bias, responden tidak bisa

memahami isi kuesioner. Dikarenakan sudah terwakili oleh pertanyaan dari indikator-indikator lain, maka item tersebut dikeluarkan dari daftar pertanyaan.

(56)

3.5.2 Uji Reliabilitas

Reliabilitas adalah alat untuk mengukur suatu kuesioner yang merupakan

indikator dari variabel atau konstruk. Suatu kuesioner dikatakan reliabel atau handal jika jawaban seseorang terhadap pertanyaan adalah konsisten atau stabil

dari waktu kewaktu (Ghozali, 2011:47). Suatu penelitian dapat dipercaya apabila dalam beberapa kali pengukuran terhadap suatu kelompok dengan subyek yang sama akan menghasilkan hasil yang sama. Pengujian reliabilitas setiap variabel

dilakukan dengan Cronbach Alpha Coeficient menggunakan bantuan software SPSS 16.0. Data yang diperoleh akan dapat dikatakan reliabel apabila nilai Cronbach’s Alpha > 0,6.

Tabel 3.4

Hasil Uji Reabilitas Motivasi (X1), Lingkungan kerja (X2), Kinerja (Y)

No Variabel Cronbach

Alpha

Cronbach Alpha yang disyaratkan

Kesimpulan

1 Motivasi 0,847 >0,600 Reliabel

2 Lingkungan kerja 0,740 >0,600 Reliabel

3 Kinerja 0,836 >0,600 Reliabel

Sumber : Data penelitian diolah 2013

3.6Metode Analisis Data

3.6.1 Analisis Deskriptif Presentase

Analisis ini digunakan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh partisipasi motivasi dan lingkungan kerja terhadap kinerja. Langkah-langkah yang ditempuh

(57)

1. Membuat tabel distribusi angket.

2. Menentukan skor jawaban responden dengan ketentuan skor yang telah

ditetapkan.

3. Menjumlahkan skor jawaban yang diperoleh dari setiap responden.

4. Memasukan skor tersebut ke dalam rumus

%= N

n

x 100%

Keterangan :

n = Nilai diperoleh N = Jumlah nilai total

% = Presentase yang diperoleh

5. Hasil yang diperoleh dikonsultasikan dengan tabel.

Dalam penyajiannya, hasil analisis ini didasarkan pada distribusi frekuensi

yang memberikan gambaran mengenai distribusi subjek menurut kategori-kategori nilai untuk setiap alternatif jawaban yang tersedia dalam angket. Untuk menentukan kategori deskriptif presentase (DP) yang diperoleh, maka

dibuat tabel kategori yang disusun dalam perhitungan sebagai berikut :

1) Persentase maksimal : (5/5) x 100 % = 100% 2) Persentase miminal : (1/5) x 100 % = 20% 3) Rentang persentase : 100% - 20 % = 80% 4) Interval kelas persentase : 80% / 5 = 16 %

Dari perhitungan diatas diperoleh tabel kategori untuk variabel motivasi (X1),

(58)

Tabel 3.5

Kategori variabel penelitian Interval Persen Kriteria

84% <Skor ≤ 100% Sangat Baik

68% <Skor ≤ 84% Baik

52% <Skor ≤ 68% Cukup

36% <Skor ≤52 % Tidak baik

≤ 36% Sangat tidak baik

Sumber: Data yang diolah, 2013

3.6.2 Uji Asumsi Klasik

Uji Asumsi Klasik dilakukan untuk mengetahui apakah model regresi yang dibuat dapat digunakan sebagai alat prediksi yang baik. Uji asumsi klasik yang

akan dilakukan adalah uji normalitas, uji multikolineritas, dan uji heteroskedastisitas.

3.6.2.1Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk menguji apakah model regresi memiliki distribusi normal atau tidak (Ghozali, 20011:160). Model regresi yang baik adalah

model regresi yang memiliki distribusi normal atau mendekati normal, sehingga layak dilakukan pengujian secara statistik. Cara untuk mendeteksi apakah residual

(59)

keputusan dapat dilakukan berdasarkan probabilitas (Asymtotic Significance), yaitu:

1) Jika probabilitas > 0,05 maka distribusi dari populasi adalah normal. 2) Jika probabilitas < 0,05 maka populasi tidak berdistribusi secara normal.

3.6.2.2Multikolinearitas

Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi diantara variabel bebas (independen). Model yang baik

seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel bebas (Ghozali, 2011:105). Deteksi terhadap ada tidaknya multikolinearitas yaitu dengan melihat pada nilai

tolerance serta nilai Variance Inflation Factor (VIF). Jika nilai VIF tidak lebih dari 10 dan nilai tolerance tidak kurang dari 0.1, maka dapat dikatakan terbebas dari multikolinearitas.

3.6.2.3Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model

regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan

yang lain tetap, maka disebut homoskedastisitas, dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang homoskedastisitas. Dasar analisis uji heteroskedastisitas ini (Ghozali, 2011:139):

1. Jika ada pola tertentu seperti titik-titik yang ada membentuk pola

teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit), maka

(60)

2. Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan di

bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas.

3.6.3 Pengujian Hipotesis

3.6.3.1Regresi Linier Berganda

Model analisis yang digunakan adalah model analisis regresi linear berganda melalui program SPSS 16 dengan tingkat signifikansi sebesar 5%. Model ini digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat.

Sugiyono (2011:275) menyatakan rumus dari regresi linier berganda adalah sebagai berikut:

Y = a + b1 X1 + b2X2

Keterangan:

Y = Kinerja Karyawan a = Konstanta

b1, b2 = Koefisien regresi variabel X1, X2 (motivasi dan lingkungan kerja)

X1 = Motivasi

X2 = Lingkungan kerja 3.6.3.2Uji Parsial (uji t)

Uji parsial menggunakan uji t, yaitu untuk menguji seberapa jauh pengaruh

satu variabel penjelas/independen secara individual dalam menerangkan variasi variabel dependen. Pengambilan keputusan berdasarkan perbandingan nilai t

hitung sesuai dengan tingkat signifikan yang digunakan yaitu 0,05. Pengambilan keputusan didasarkan nilai probabilitas yang didapatkan dari hasil pengolahan data melalui program SPSS Statistik Parametrik sebagai berikut:

H0= Variabel independen secara parsial tidak berpengaruh terhadap variabel

(61)

Ha= Variabel independen secara parsial berpengaruh terhadap variabel dependen.

Dasar pengambilan keputusan:

a. Jika probabilitas >0,05 maka H0 diterima

b. Jika probabilitas <0,05 maka H0 ditolak

Nilai probabilitas dari uji t dapat dilihat dari hasil pengolahan dari program SPPS pada tabel COEFFICIENT kolom sig atau significance (Ghozali,2011:98-99).

3.6.3.3Uji F Simultan

Menurut (Ghozali, 2011) uji stastistik F pada dasarnya menunjukkan apakah

semua variabel bebas yang dimaksudkan dalam model mempunyai pengaruh secara simultan terhadap variabel dependen. Pengujian dilakukan dengan menggunakan significance level 0,05 (α=5%). Ketentuan peneriman atau

penolakan hipotesis adalah sebagai berikut :

1) Jika nilai signifikan > 0,05 maka hipotesis diterima (koefisien regresi tidak

signifikan). Ini berarti bahwa secara simultan ketiga variabel independen tersebut tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel

dependen.

2) Jika nilai signifikan ≤ 0,05 maka hipotesis ditolak (koefisien regresi

signifikan). Ini berarti secara simultan kedua variabel independen tersebut

mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen.

(62)

Koefisien determinasi (R²) dimaksudkan untuk mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai koefisien

determinasi berada di antara nol dan satu. Nilai R² yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variabel dependen amat terbatas.

Nilai yang mendekati satu berarti variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen (Ghozali, 2011). Pada penelitian ini software yang digunakan sebagai

(63)

45

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1Hasil Penelitian

4.1.1 Deskriptif Variabel Penelitian

Pada bab ini akan dibahas deskripsi data masing-masing variabel penelitian dan pengaruh dari dua variabel bebas yaitu motivasi (X1), lingkungan

kerja(X2), terhadap satu variabel dependen yaitu kinerja karyawan (Y) pada objek

penelitian PT. Anugrah Raharjo Semarang.

4.1.1.1Variabel Motivasi

Pada deskriptif variabel motivasi, penilaian dilakukan dengan lima

indikator, yaitu kebutuhan fisiologis, kebutuhan akan rasa aman, kebutuhan sosial, kebutuhan akan penghargaan, dan kebutuhan aktualisasi diri sebagaimana disajikan pada Tabel 4.1.

Tabel 4.1 : Analisis deskriptif variabel motivasi

No Indikator Skor Ideal ∑ Skor % Kriteria

Sumber : Data diolah 2013

Berdasarkan Tabel 4.1, variabel motivasi di perusahaan PT. Anugrah

(64)

terbaik, sebagai berikut kebutuhan akan penghargaan sebesar 75,51%, kebutuhan akan rasa aman sebesar 74,30%, kebutuhan aktualisasi diri sebesar 71,88%, dan

kebutuhan sosial sebesar 70,92%. Adapun distribusi frekwensi untuk masing-masing indikator tersaji pada Tabel 4.2.

Tabel 4.2 : Distribusi frekuensi indikator motivasi PT. Anugrah Raharjo Semarang

No Indikator Frekuensi

SS S N TS STS 4 Kebutuhan akan penghargaan 15

(22%) 5 Kebutuhan aktualisasi diri 20

(29%) Sumber : Data diolah 2013

Berdasarkan Tabel 4.2, dari 69 karyawan diperoleh keterangan tentang tingkat kebutuhan fisiologis sebagai berikut : 4 karyawan (6%) sangat setuju

dengan kebutuhan fisiologis yang ada diperusahaan, 32 karyawan (46%) setuju dengan kebutuhan fisiologis yang ada diperusahaan, 31 karyawan (45%) netral

dengan kebutuhan fisiologis yang ada diperusahaan, 2 karyawan (3%) tidak setuju dengan kebutuhan fisiologis yang ada diperusahaan, 0 karyawan (0%) sangat tidak setuju dengan kebutuhan fisiologis yang ada diperusahaan. Untuk lebih jelasnya

(65)

Gambar 2 : Diagram Batang Deskriptif Persentasi tentang kebutuhan fisiologis.

Sumber : Data Penelitian diolah 2013.

Berdasarkan Tabel 4.2, dari 69 karyawan diperoleh keterangan tentang

kebutuhan akan rasa aman sebagai berikut : 5 karyawan (7%) sangat setuju dengan kebutuhan akan rasa aman yang ada diperusahaan, 40 karyawan (58%)

setuju dengan kebutuhan akan rasa aman yang ada diperusahaan, 21 karyawan (30%) netral dengan kebutuhan akan rasa aman yang ada diperusahaan, 3 karyawan (4%) tidak setuju dengan kebutuhan akan rasa aman yang ada

diperusahaan , 0 karyawan (0%) sangat tidak setuju dengan kebutuhan akan rasa aman yang ada diperusahaan. Untuk lebih jelasnya berikut disajikan diagram

batang tentang kebutuhan akan rasa aman.

0%

(66)

Gambar 3 : Diagram Batang Deskriptif Persentasi tentang kebutuhan akan rasa aman.

Sumber : Data penelitian diolah 2013.

Berdasarkan Tabel 4.2, dari 69 karyawan diperoleh keterangan tentang

kebutuhan sosial sebagai berikut : 1 karyawan (1%) sangat setuju dengan kebutuhan yang ada diperusahaan, 44 karyawan (64%) setuju dengan kebutuhan

sosial yang ada diperusahaan, 18 karyawan (26%) netral dengan kebutuhan sosial yang ada diperusahaan, 6 karyawan (9%) tidak setuju dengan kebutuhan sosial

yang ada diperusahaan , 0 karyawan (0%) sangat tidak setuju dengan kebutuhan sosial yang ada diperusahaan. Untuk lebih jelasnya berikut disajikan diagram batang tentang kebutuhan sosial.

0%

(67)

Gambar 4 : Diagram Batang Deskriptif Persentasi tentang kebutuhan sosial. Sumber : Data penelitian diolah 2013.

Berdasarkan Tabel 4.2., 69 karyawan diperoleh keterangan tentang kebutuhan akan penghargaan sebagai berikut : 15 karyawan (22%) sangat setuju

dengan kebutuhan akan penghargaan yang ada diperusahaan, 36 karyawan (52%) setuju dengan kebutuhan akan penghargaan yang ada diperusahaan , 18 karyawan

(26%) netral dengan kebutuhan akan penghargaan yang ada diperusahaan, 0 karyawan (0%) tidak setuju dengan kebutuhan akan penghargaan yang ada diperusahaan , 0 karyawan (0%) sangat tidak setuju dengan kebutuhan akan

penghargaan yang ada di perusahaan. Untuk lebih jelasnya berikut disajikan diagram batang tentang kebutuhan akan penghargaan.

0%

Gambar

Tabel 2.4 Peneliti terdahulu
Gambar 6. Kerangka Berfikir
Tabel 3.1 Hasil Uji Validitas Motivasi (X1)
Tabel 3.2 Hasil Uji Validitas Lingkungan Kerja (X2)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdikari dengan menggunakan program Microsoft Access 2000, dimana dalam pengelolaan data ini menggunakan komputer yang tujuannya untuk mempercepat pengolahan data penjualan

yang berkaitan dengan perilaku kesehatan pada remaja adalah hasil dari keterlibatan faktor-faktor kompleks yang mencakup pengetahuan mereka tentang konsekuensi kesehatan

Puji syukur dihaturkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan rahmatNya, penulisan skripsi yang berjudul “Uji Efek Antiinflamasi Dari Ekstrak Daun Dewa (

Berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul: Konstribusi Perkebunan Pala Terhadap Pendapatan Rumah Tangga Petani Pala

Di lingkungan Departemen Agama kebijakan nasional tersebut ditindaklanjuti dengan ditetapkannya Keputusan Menteri Agama Nomor 489 Tahun 2001 yang disempurnakan dengan

Ekstrakurikuler Patroli Keamanan Sekolah (PKS) memiliki berbagai bentuk aktivitas yang cukup membantu dalam pembentukan sikap tertib berlalu lintas siswa, seperti pemberian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif, yang bertujuan untuk Untuk mengetahui strategi

Dari kondisi pra siklus menunjukkan bahwa kemampuan siswa dalam melakukan roll depan masih rendah. Untuk itu dilakukan upaya perbaikan pembelajaran agar tujuan