• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Kelayakan Usahaternak Sapi Perah pada Alda Alya Dairy Farm di Kecamatan Tambun Selatan, Kabupaten Bekasi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Kelayakan Usahaternak Sapi Perah pada Alda Alya Dairy Farm di Kecamatan Tambun Selatan, Kabupaten Bekasi"

Copied!
104
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS KELAYAKAN USAHATERNAK SAPI PERAH

PADA ALDA ALYA

DAIRY FARM

DI KECAMATAN TAMBUN

SELATAN, KABUPATEN BEKASI

SEPTIANY FAZRIN

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini, saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Kelayakan Pengembangan Usahaternak Sapi Perah pada Alda Alya Dairy Farm di Kecamatan Tambun Selatan, Kabupaten Bekasi adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsiini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya ilmiah saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Juni 2014

Septiany Fazrin

(4)

ABSTRAK

SEPTIANY FAZRIN.Analisis Kelayakan Usahaternak Sapi Perah pada Alda Alya Dairy Farm di Kecamatan Tambun Selatan, Kabupaten Bekasi. Dibimbing oleh NETTI TINAPRILA.

Ketersediaan susu nasional yang ada saat ini belum mampu memenuhi kebutuhan susu yang ada, sekitar 21 persen saja pada tahun 2013. Di sisi lain, potensi pasar yang ada cukup besar seiring bertambahnya jumlah penduduk. Alda Alya Dairy Farm mengambil peluang tersebut dan membuka usahaternak sapi perah pada tahun 2007. Namun, investasi dalam usaha tersebut memerlukan modal besar dengan pengembalian modal yang lama. Oleh karena itu, diperlukan penelitian mengenai analisis kelayakan usahaternak tersebut. Analisis kelayakan usahaternak dilakukan pada kelayakan finansial dan nonfinansial. Kelayakan nonfinansial dilakukan berdasarkan aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen dan hukum, serta aspek sosial, ekonomi, dan lingkungan. Dan kelayakan finansial diukur dengan nilai NPV, IRR, Net B/C, Gross B/C, dan Payback Period. Selain itu, terdapat analisis switching value pada komponen penurunan volume penjualan dan peningkatan biaya pakan. Berdasarkan hasil analisis kelayakan baik finansial maupun nonfinansial, usahaternak Alda Alya Dairy Farm layak untuk dijalankan. Dan berdasarkan analisis switching value Alda Alya Dairy Farm lebih peka terhadap komponen penurunan volume penjualan. Kata kunci: investasi, kelayakan, usahaternak, sapi perah, susu.

ABSTRACT

SEPTIANY FAZRIN. Feasibility Study of Dairy Farming at Alda Alya Dairy Farm in the District of South Tambun, Bekasi. Guided by NETTI TINAPRILA .

The availability of national milk has not been able to meet the needs of milk, only about 21 persen in 2013. While existing market potential was quite large with the increasing number of population. Alda Alya Dairy Farm took that chance and opened dairy farming on 2007. However, the investments made in the business requires substantial capital investment and a long payback. Therefore,it was necessary to conduct research on the feasibility analysis of dairy cattle farming. The feasibility analysis of dairy farming conducted on the feasibility of financial and nonfinancial. Nonfinancial feasibility was done based on market aspects, technical aspects, management and legal aspects, and social, economic, and environmental aspects. While the financial feasibility was measured by investment criteria such as NPV, IRR, Net B/C, Gross B/C, and Payback Period. In addition, there was a switching value analysis on components of lower sales volume and an increase in feed costs. Based on the results of the analysis of both financial and nonfinancial feasibility, Alda Alya Dairy Farm is feasible to run.And based on switching value analysis Alda Alya Dairy Farm more sensitive to components of lower sales volume.

(5)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi

pada

Departemen Agribisnis

ANALISIS KELAYAKAN USAHATERNAK SAPI PERAH

PADA ALDA ALYA

DAIRY FARM

DI KECAMATAN TAMBUN

SELATAN, KABUPATEN BEKASI

SEPTIANY FAZRIN

DEPARTEMENAGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(6)
(7)

Judul Penelitian: Analisis Kelayakan Usahaternak Sapi Perah pada Alda Alya

Dairy Farm di Kecamatan Tambun Selatan, Kabupaten Bekasi

Nama :Septiany Fazrin NIM :H34100160

Disetujui oleh,

Dr Ir Netti Tinaprila, MM Pembimbing

Diketahui oleh,

Dr Ir Dwi Rachmina, MSi Ketua Departemen Agribisnis

(8)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wata’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan bulan Maret 2014 ini ialah kelayakan usahaternak sapi perah, dengan judul Analisis Kelayakan Usahaternak Sapi Perah pada Alda Alya Dairy Farm di, Kecamatan Tambun Selatan, Kabupaten Bekasi.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Dr Ir Netti Tinaprila, MMselaku pembimbing skripsi yang telah memberikan bimbingan selama penyusunan skripsi; Ibu Febriantina Dewi, SE, MSc, MM selaku pembimbing akademik; Ibu Dr Ir Heny K. Daryanto, M.Ecselaku penguji utama dan Bapak Dr Ir Amzul Rifin, SP MA selaku penguji komisi pendidikan Departemen Agribisnis yang telah memberikan masukan dan arahan;serta Ibu Ir Juniar Atmakusuma, MSyang telah banyak memberi saran. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada Bapak H. Untung, Bapak Nursiman, dan Ibu Marina dari pihak Alda Alya Dairy Farm, yang telah membantu selama pengumpulan data. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah, ibu, seluruh keluarga, teman-teman agribisnis angkatan 47, teman-teman HIPMA periode 2011/2012 dan 2012/2013, serta teman-teman Wisma Kamila atas segala doa dan kasih sayangnya.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Juni 2014

(9)
(10)

SIMPULAN DAN SARAN 54

Simpulan 54

Saran 55

DAFTAR PUSTAKA 55

LAMPIRAN 57

(11)

DAFTAR TABEL

1 Data populasi sapi perah dan produksi susu di Pulau Jawa 1 2 Jumlah ternak besar dan kecil Kabupaten Bekasi tahun 2008-2010 2 3 Produksi susu di Kabupaten Bekasi tahun 2008-2012 2 4 Jumlah sapi perah menurut kecamatan di Kabupaten Bekasi tahun 2012 3 5 Hasil uji mutu produk susu Alda Alya Dairy Farmoleh PT. Frishian

Flag 27

6 Siklus birahi sapi perah pada Alda Alya Dairy Farm 33 7 Perbedaan produktivitas pada setiap masa laktasi 34 8 Daftar nama peralatan dan perlengkapan di Alda Alya Dairy Farm 39 9 Proporsi penjualan susu pada Alda Alya Dairy Farm menurut jenis

konsumen 44

10 Proyeksi penjualan susu pada Alda Alya Dairy Farm 45

11 Perhitungan nilai sisa sapi perah 47

12 Daftar nilai sisa investasi Alda Alya Dairy Farm 47

13 Perhitungan nilai investasi sapi perah 48

14 Nilai Investasi pada Alda Alya Dairy Farm 49

15 Daftar biaya variabel yang dikeluarkan Alda Alya Dairy Farm 50 16 Hasil perhitungan kelayakan kriteria investasi 51 17 Proyeksi laba bersih Alda Alya Dairy Farm selama umur bisnis 52 18 Hasil analisis switching valuepada Alda Alya Dairy Farm 53

DAFTAR GAMBAR

1 Hubungan antara NPV dan IRR 14

2 Kerangka pemikiran operasional analisis kelayakan usahaternak sapi

perah pada Alda Alya Dairy Farm 17

3 Kandang pedet dan kandang sapi dewasa 30

4 Peralatan yang terdapat di ruang penyimpanan susu 31

5 Mobil pick-up 32

6 Proses penyaringan ke dalam milkcan 35

7 Susu yang telah dikemas 36

8 Proses pemeriksaan kehamilan pada sapi betina 36

9 Layout produksi Alda Alya Dairy Farm 38

10 Struktur organisasi informal pada Alda Alya Dairy Farm 41 11 Grafik perbedaan produksi susu pada dua genetik sapi perah 46

DAFTAR LAMPIRAN

1 Proyeksi populasi sapi perah jenis genetik I pada Alda Alya Dairy

Farm 58

2 Proyeksi populasi sapi perah jenis genetik II pada Alda Alya Dairy

Farm 59

(12)

5 Total penjualan susu pada Alda Alya Dairy Farm 63

6 Arus kas normal 64

7 Laporan laba rugi normal 67

8 Arus kas pada switching value penurunan volume penjualan 69 9 Laporan laba rugi pada switching value penurunan volume penjualan 72 10 Arus kas pada switching valuepeningkatan biaya rumput 74 11 Laporan laba rugi pada switching value peningkatan biaya rumput 77 12 Arus kas pada switching value peningkatan harga ampas tahu 79 13 Laporan laba rugi pada switching value peningkatan harga ampas

tahu 82

14 Arus kas pada switching valuepeningkatan harga konsentrat 84 15 Laporan laba rugi pada switching value peningkatan harga

konsentrat 88

(13)

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Subsektor peternakan merupakan salah satu bagian yang penting dalam pembangunan pertanian Indonesia.Kontribusi pertumbuhan ekonomi subsektor peternakandalam pembangunan pertanian dan regional cenderung mengalami peningkatan dari waktu ke waktu jika dibandingkan dengan subsektor lainnya. Dalam Rencana Kerja Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat 2012, disebutkan pada periode 1990-an kontribusi pembentukan PDB peternakan terhadap pertanian masih berkisar antara 3-5 persen, sementara pada periode 2000 kontribusi mencapai 15 persen dari total PDB pertanian. Data terbaru yang dikeluarkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) di tahun 2013 ini, kontribusi subsektor peternakan sebesar 1.81 persen terhadap PDB Indonesia dan 11.90 persen terhadap PDB pertanian. Maka dari itu dapat disimpulkan bahwa kontribusi subsektor pertanian terhadap PDB pertanian Indonesia cenderung mengalami peningkatan.

Salah satu komoditas unggulan dalam subsektor peternakan Indonesia adalah sapi perah. Menurut data dari Direktorat Jendral Peternakan populasi sapi perah di Indonesia pada lima tahun terakhir ini mengalami peningkatan.Populasi sapi perah dan produksi susu terbesar terdapat pada pulau Jawa dengan rata-ratamasing-masing tahun 2009-2013 sebesar 98.88 persen dan 99.18 persen.Angka tersebut sangatlah besar potensinya untuk dapat dikembangkan. Oleh karena itu, pulau Jawa dikenal sebagai sentra produksi susu di Indonesia. Berikut ini disajikan data produksi susu di beberapa provinsi sentra di Pulau Jawa. Tabel 1. Data populasi sapi perah dan produksi susu di Pulau Jawaᵃ

Provinsi Tahun (ton)

(14)

2

dalam kontribusinya membangun PDB daerah Kabupaten Bekasi. Namun sektor pertanian ini semakin menurun akibat adanya pembebasan tanah sawah untuk kepentingan eksplorasi dan produksi migas.Dengan adanya pembebasan tersebut akhirnya masyarakat beralih ke perdagangan. Efek lain dari adanya eksplorasi migas adalah rusaknya tanah persawahan dan perkebunan yang dekat dengan eksplorasi. Akibat tanah kering dan rusak, sehingga menyebabkan berkurangnya hasil panen dan akhirnya petani akan mengalami kerugian. Tanah menjadi tidak produktif, hanya bisa ditanami rumput.Menurut data BPS Kabupaten Bekasi tahun 2008-2010, jumlah ternak besar dan kecil di Kabupaten Bekasi semakin meningkat yang disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2. Jumlah ternak besar dan kecil Kabupaten Bekasi tahun 2008-2010ᵃ

Jenis Ternak Jumlah Ternak (ekor)

Tahun 2008 Tahun 2009 Tahun 2010

Sapi potong 14 744 15 039 19 449

Sapi perah 99 100 128

Kerbau 2 117 2 148 2 717

Kuda 66 73 74

Kambing 98 208 103 119 109 233

Domba 166 260 174 572 218 847

Babi -ᵇ -ᵇ 555

ᵃSumber:Badan Pusat Statistik Kabupaten Bekasi. ᵇData tidak tersedia.

Meskipun populasi sapi perah terbesar di Provinsi Jawa Barat bukan dari Kabupaten Bekasi, namun dapat dilihat dari tabel diatas populasi sapi perah yang terdapat di Kabupaten Bekasi cenderung meningkat populasinya dari tahun 2008-2010. Setiap tahunnya Kabupaten Bekasi rata-rata menyumbang sebesar 0.0884 persen dari seluruh produksi susu di Jawa Barat. Nilai tersebut masih cukup kecil namun sangat berpotensi untuk dapat ditingkatkan mengingat konsumsi susu di Indonesia saat ini baru saja terpenuhi 21 persen dari kebutuhan yang ada dan cenderung mengalami peningkatan setiap tahunnya. Maka dari itu, Kabupaten Bekasi sangat berpotensi untuk dapat meningkatkan produksi susunya dalam perannya memenuhi kebutuhan susu nasional. Data produksi susu pada Kabupaten Bekasi disajikan pada tabel 3 dibawah ini.

Tabel 3. Produksi susu di Kabupaten Bekasi tahun 2008-2012ᵃ

Tahun Produksi Susu (liter)

2008 209 575

2009 211 692

2010 270 966

2011 228 627

2012 230 744

(15)

3 Pada Kabupaten Bekasi kebutuhan akan susu segar semakin bertambah seiring bertambahnya penduduk yang sudah mencapai laju pertumbuhan 4,18 persen pada tahun 2012. Jumlah sapi perah di Kabupaten Bekasi sangat tidak mengimbangi kebutuhan susu yang ada. Menurut BAPPEDA Kabupaten Bekasi tahun 2012 hanya terdapat 3 kecamatan yang sudah mengusahakan sapi perah yaitu Babelan, Cibitung, dan Tambun Selatan. Maka dari itu diperlukan pengoptimalan produksi susu pada Kabupaten Bekasi. Data penyebaran populasi sapi perah di Kabupaten Bekasi disajikan pada tabel 4.

Tabel 4. Jumlah sapi perah menurut kecamatan di Kabupaten Bekasi tahun 2012ᵃ

Kecamatan Jumlah Sapi Perah (ekor)

Babelan 8

Cibitung 7

Tambun Selatan 92

Total 117

ᵃSumber : BAPEDDA Kabupaten Bekasi2012.

Dapat dilhat dari tabel diatas, populasi sapi perah paling besar di Kabupaten Bekasi berada pada Kecamatan Tambun Selatan yaitu sebesar 92 ekor pada tahun 2012. Menurut hasil wawancara yang dilakukan, populasi sapi perah pada Kecamatan Babelan dimiliki oleh Pak H. Ali yang hasil susunya dikirim pula ke peternakan Alda Alya Dairy Farm yang merupakan satu-satunya peternakan mandiri yang berada di Kecamatan Tambun Selatan sekitar 40-50 liter. Namun Pak H. Ali hanya bertahan satu tahun beternak sapi perah kemudian menggantinya dengan usahaternak sapi potong.

Salah satu yang menyebabkan masih sedikitnya jumlah usaha ternak sapi perah adalah dibutuhkannya investasi atau modal yang besar untuk memulai usaha tersebut dan pengembalian modalnya pun lama.Baik untuk memenuhi pembelian bibit, peralatan, lahan, kandang, dan lain-lain serta perawatan sehari-harinya sangat menyita waktu.Hal itu pula yang dialami bapak H. Ali.Di sisi lain, pengusahaan usaha ternak di Kabupaten mempunyai prospek yang cerah karena harga 1 liter susu segar dapat mencapai hingga 8 ribu rupiah saat ini. Maka dari itu perlu dilakukan penelitian tentang kelayakan usaha pada usahaternak yang berada di Kabupaten Bekasi.

Perumusan Masalah

(16)

4

susu segar terbilang sangat rendah. Usmiati S dan Abubakar (2009) menjelaskan konsumsi susu masyarakat Indonesia hanya 8 liter/kapita/tahun termasuk produk-produk olahannya. Sedangkan konsumsi susu di Negara lain seperti Thailand, Malaysia, dan Singapura rata-rata mencapai 30 liter/kapita/tahun, serta untuk negara-negara di Eropa sudah mencapai 100 liter/kapita/tahun. Jika dibandingkan dengan konsumsi susu di negara-negara tersebut, konsumsi susu per kapita Indonesia sangat rendah. Namun seiring dengan berjalannya waktu dengan meningkatnya jumlah penduduk Indonesia maka konsumsi susu masyarakat Indonesia dapat meningkat pula. Selain ketersediaannya kualitas susu sapi segar indonesia juga salah satu problematika yang berakibat pada harga yang rendah. Manajemen pemberian pakan pada sapi perah sangat mempengaruhi kualitas dari susu sapi yang dihasilkan.

Untuk mendukung pemenuhan kebutuhan susu nasional, di Kabupaten Bekasi mulai bermunculan beberapa peternak baik yang membangun usahaternak secara mandiri maupun kelompok. Salah satu usahaternak yang terdapat di Kabupaten Bekasi adalah Alda Alya Dairy Farm yang terdapat di Desa Sumber Jaya, Kecamatan Tambun Selatan.Alda Alya Dairy Farmmerupakan usahaternak mandiri pertama yang terdapat di Kabupaten Bekasi. Usahaternak tersebut berada memulai usahanya dengan 80 ekor sapi perah pada tahun 2007 yang dalam sejarahnya dapat memproduksi susu segar hingga mencapai 1000 liter per hari. Maka dari itu usahaternak ini sudah melakukan investasi yang cukup besar baik pada awal pendirian usaha maupun pada saat dibutuhkannya reinvestasi.Pada tahun awal 2014 ini, Alda Alya Dairy Farm menambah investasi berupa 4 ekor sapi dara 2 tahun, 25 ekor sapi laktasi I, dan 9 ekor sapi laktasi 2 serta menambah peralatan berupa alat perah portabel sebanyak 4 buah dan membuat bak pendingin untuk mendukung penyimpanan susu yang belum terjual. Pihak peternakan menambah investasi sapi perah tahun ini untuk mengganti sapi yang telah afkir pada periode sebelumnya. Sedangkan investasi yang dilakukan dalam menambah peralatan atau mesin dilakukan agar proses produksi dapat berjalan lebih efisien dan efektik.

Di dalam Alda Alya Dairy Farm terdapat permasalahan yang dapat menghambat proses produksi yaitu kurangnya tenaga kerja dan kemauan seseorang untuk bekerja di peternakan. Mereka lebih memilih melakukan pekerjaan dalam sektor industri yang menjadi primadona di Kabupaten Bekasi.Dalam pemerolehan pakan hijauan yaitu rumput biasanya dilakukan oleh tenaga kerja cabutan dengan upah Rp 2 500 per ikat. Dikarenakan semakin sedikit tenaga kerja yang mau melakukan pekerjaan tersebut, maka mungkin saja penawaran biaya yang dikeluarkan dalam setiap ikat rumput akan semakin meningkat. Hal tersebut adalah salah satu kondisi ketidakpastian yang harus diantisipasi oleh pihak perusahaan.

(17)

5 Berdasarkan uraian tersebut, maka masalah yang dapat dirumuskan adalah :

1. Bagaimana kelayakan usahaternak sapi perah Alda Alya Dairy Farm dilihat dari aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen dan hukum, serta aspek sosial dan lingkungan?

2. Bagaimana kelayakan finansial usahaternak sapi perah pada Alda Alya Dairy Farm?

3. Bagaimana sensitivitas usahaternak sapi perah pada Alya Dairy Farm

berdasarkan analisis switching valuepada komponen penurunan volume penjualan susu segar dan peningkatan biaya pakan berupa peningkatan biaya rumput, kenaikan harga ampas tahu, dan kenaikan harga konsentrat?

Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian yang akan dilaksanakan diantaranya, yaitu :

1. Menganalisis kelayakan usahaternak pada Alda Alya Dairy Farmyang dilihat dari dari aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen dan hukum, serta aspek sosial dan lingkungan.

2. Menganalisis kelayakan finansial usahaternak sapi perah pada Alda Alya

Dairy Farm.

3. Menganalisis sensitivitas dengan mengukur switching valuepada Alda Alya

Dairy Farmberdasarkan pada komponen penurunan volume penjualan susu

segar dan peningkatan biaya pakan berupa peningkatan biayarumput, kenaikan harga ampas tahu, dan kenaikan harga konsentrat.

Manfaat Penelitian

Berdasarkan penelitian yang telah dilaksanakan maka diharapkan dapat memberikan informasi dan bermanfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan, diataranya :

1. Bagi Alda Alya Dairy Farm, dapat berguna sebagai masukan terhadap manajemen dan informasi mengenai kelayakan usahanya baik dalam aspek non-finansial maupun aspek finansial, serta informasi tentang sensitivitas yang disebabkan oleh perubahan inflow maupun outflow.

2. Bagi pemerintah, dapat mamberikan inforamasi dan masukan serta menjadi bahan pertimbangan dalam penentuan kebijakan yang berkaitan dengan usahaternak sapi perah khususnya bagi pemerintah daerah Kabupaten Bekasi. 3. Bagi mahasiswa, dapat menjadi pembelajaran mengenai studi kelayakan usaha

(18)

6

TINJAUAN PUSTAKA

Kelayakan Nonfinansial Aspek Pasar

Terdapat beberapa hal yang diukur dalam analisis aspek pasar yaitu seperti potensi pasar, pangsa pasar, dan strategi pemasaran.Potensi pasar diukur seberapa besar permintaan yang ada baik pada masa lalu maupun masa yang akan datang. Potensi pasar pada komoditas ternak besar seperti sapi potong, sapi perah, da kambing perah cukup besar. Menurut Rahmanto (2004) dalam Nisa (2013) menyebutkan bahwa pertambahan populasi penduduk dan peningkatan pendapatan akan menyebabkan permintaan terhadap produk peternakan semakin meningkat. Menurut Nisa (2013), peningkatan jumlah penduduk yang terjadi akan memberikan peluang bagi peningkatan jumlah konsumsi daging sapi. Jika diasumsikan laju pertumbuhan penduduk Jabodetabek pada tahun dasar 2000 adalah 1.65 persen dengan jumlah penduduk Jabodetabek tahun 2015 dan 2020 berturut-turut sebesar 30 338 144 jiwa dan 32 932 141 jiwa serta konsumsi daging sapi sebesar 2 kg/kapita/tahun, maka kebutuhan daging sapi sapinya akan mencapai 60 676 288 kg dan 65 864 283 kg pada kedua tahun tersebut. Pada sapi perah, potensi pasar yang juga cukup menjanjikan bagi para pengusaha peternakan sapi potong.

Pada Sinambela (2013) disebutkan tahun 2011 kebutuhan bahan baku susu untuk industri pengolahan susu hanya dapat dipenuhi oleh produksi susu sekitar 23.5 persen. Seiring dengan bertambahnya penduduk dewasa ini, maka permintan akan produk utama sapi perah yaitu susu semakin meningkat dan memberikan peluang yang sangat besar bagi pelaku usaha agribisnis untuk mengusahakan sapi perah. Kemudian pada kambing perah, menurut Dewi (2010), permintan dan penawaran kambing perah yang ada di Kabupaten bogor tahun 2009 tidak seimbang yaitu permintaan lebih tinggi dari pada penawaran susu kambing yang tersedia pada sembilan peternakan. Selain di Kabupaten Bogor, permintaan susu kambing juga terdapat di beberapa daerah di Indonesia, menurut Ketua Asosiasi Peternak Kambing Perah dalam Dewi (2010), permintaan susu yang belum terpenuhi pada tahun 2010 sebesar 75 persen. Artinya terdapat peluang sebesar 75 persen pelaku usaha agribisnis dalam memainkan peran memenuhi permintaan susu kambing perah Indonesia.Dapat disimpulkan pengusahaan komoditas ternak besar di Indonesia memiliki peluang yang sangat cerah dikarenakan masih adanya kesenjangan antara permintaan dan penawaran.

Hal kedua yang dibahas dalam aspek pasar adalah pangsa pasar atau

market share. Pangsa pasar yang dimiliki salah satu perusahaan penggemukan

(19)

7 perah di Kabupaten Bogor yaitu Prima Fit sebesar 10.06 persen dari permintaan yang ada. Pangsa pasar pada komoditi ternak besar tersebut menjelaskan produk komoditi ternak besar yang diproduksi saat ini masih mempunyai serapan pasar yang kecil baik pada keseluruhan permintaan nasional maupun daerah target yang dituju kecuali pasar yang dituju sudah pasti dan jelas.

Penilaian selanjutnya yang dianalisis dalam aspek pasar adalah bagaimana strategi atau program pemasaran yang diterapkan pada perusahaan yang mengusahakan komoditi ternak besar.Adapun strategi-strategi yang dipakai adalah dengan menggunakan brosur, pamphlet, media cetak, maupun media elektronik.Namun ada juga yang tidak melakukan pemasaran secara tertulis melainkan secara lisan dengan metode mouth to mouth. Berdasarkan pemaparan mengenai aspek pasar pada komoditas ternak besar berupa sapi potong, sapi perah, dan kambing perah pada tiga macam penilaian, usahaternak yang mengusahakan ternak besar di Indonesia yang diwakili oleh Kabupaten Bogor pada tinjauan layak untuk dijalankan.

Aspek Teknis

Aspek teknis yang dinilai dalam analisis kelayakan usaha adalah lokasi bisnsis, luas produksi, proses produksi, layout, serta pemilihan jenis teknologi dan

equipment. Pada Nisa (2013), usaha bisnisnya memiliki dua lokasi bisnis yaitu lokasi kandang di Desa Cairu, Kabupaten Bogor dan lokasi kantor di Jakarta Selatan. Lokasi kandang dipilih berdasarkan ketersediaan lahan yang luas dan ketersedian lahan rumput gajah untuk keperluan pakan. Sedangkan lokasi kantor dipilih atas dasar kedekatan dengan konsumen yaitu Jabodetabek. Pada Dewi (2010) juga memiliki dua lokasi bisnis yaitu lokasi kandang dan lokasi kantor namun terdapat pada satu wilayah. Pada penelitian Dewi (2010) dan Sinambela (2013) memiliki alasan pemilihan lokasi yang sama yaitu salah satunya akses transportasi untuk mencapai ke lokasi mudah dan akses terhadap pasar pun juga mudah. Namun luas produksi yang dimiliki masing-masing usaha tersebut berbeda-beda, ada yang dalam bentuk kelompok maupun perusahaan mandiri.

Setiap perusahaan yang mengusahakan ternak besar harus memiliki infrastruktur dan fasilitas yang cukup untuk mendukung berjalannya bisnis tersebut. Infrastruktur yang dibutuhkan diantaranya lahan, kandang, instalasi air dan listrik, bangunan untuk administrasi, serta mesin-mesin dan peralatan yang mendukung aktivitas bisnis baik proses produksi maupun kegiatan administrasi. Pada ketiga tempat penelitian sebelumnya mengenai keelayakan usaha pada komoditas ternak benar memiliki infrastuktur dan fasilitas yang cukup lengkap dan memadai serta tata letak (layout)yang dimiliki pun jelas.Dapat disimpulkan berdasarkan analisis aspek teknis pada ketiga usaha tersebut maka bisnis yang mengusahakan ternak besar di Indonesia secara umum dapat dikatakan layak untuk dijalankan.

Aspek Manajemen dan Hukum

(20)

8

perusahaan. Pada penelitian Dewi (2010) dan Nisa (2013) telah memiliki struktur organisasi formal dengan menggambarkan pemisahan jenis pekerjaan dan pembagian tugas dengan cukup jelas sehingga aktivitasi bisnis baik proses produksi maupun administrasi berjalan dengan baik. Sedangkan pada Sinambela (2013) yang merupakan kelompok peternak belum memiliki struktur organisasi secara formal.Namun hal itu tidak menghambat aktivitas bisnis yang ada dan memiliki struktur organisasi informal dalam menjalankan aktivitas bisnis.

Pada aspek hukum pada suatu usaha membahas aspek legal perizinan suatu bisnis dalam membuka usaha seperti SIUP, TDP, dan lainnya.Namun dewasa ini, tidak semua bisnis telah memiliki surat-surat perizinan yang lengkap dan sudah membentuk badan usaha.Pada usaha penggemukan sapi potong TARUMA sudah memiliki surat-surat perizinan yang dan sudah mempunyai badan usaha yaitu PT (Nisa 2013). Sedangkan pada Darul Fallah dan Kelompok Peternak KANIA sudah memiliki surat izin untuk mendirikan usaha namun belum memiliki dadan usaha yang jelas. Dapat disimpulkan bahwa bisnis usahaternak besar masih memiliki masalah pada aspek hokum yaitu perizinan dan badan usaha yang dimiliki. Padahal hal itu perlu dan dibutuhkan sebagai syarat jika suatu usaha akan meminjam dana kepada perbankan agar usaha dapat lebih berkembang. Maka dari itu disimpulkan saat ini aspek manajemen dan hukum bagi usahaternak besar Indonesia sebagian telah dikatakan layak dan sebagian belum dan perlu perbaikan. Aspek Sosial dan Lingkungan

Aspek sosial dan lingkungan dalam kelayakan usaha menilai apakah suatu usaha memiliki manfaat dan pengaruh terhadap masyarakat sekitar lokasi peternakan baik dalam hal sosial maupun terhadap lingkungan.Penilaian aspek social dan lingkungan dinilai pula pada bisnis ternak besar. Dalam berdirinya suatu usaha akan memberikan dampak kepada masyarakat atau lingkungan sekitar dibandingkan sebelum adanya usaha tersebut baik dampak negatif maupun positif. Pada Dewi (2013), usahaternak kambing perah yang didirikan memberikan dampak positif pada peningkatan peluang kerja dan pengurangan pengangguran. Sedangkan dampak pada lingkungan terdapat dampak positif maupun negatif. Dampak negatifnya terjadi pada penumpukan kotoran ternak dikarenakan sistem pembuangan kotoran kurang baik yang akan menimbulkan bau tidak sedap dan menyebabkan ketidaknyamanan yang dirasakan oleh masyarakat sekitar. Begitu pula pada Nisa dan Sinambela (2013), pada penelitian keduanya juga memiliki masalah pada limbah kotoran hewan ternak besar.Kemudian yang dinilai adalah bagaimana suatu bisnis mengelola permasalahan tersebut. Maka dari itu penilaian kelayakan pada aspek ini dilakukan berdasarkan kontribusi usaha terhadap kesejahteraan masyarakat sekitar dan cara penanganan mengatasi masalah limbah kotoran ternak.

Kelayakan Finansial

(21)

9 kriteria investasi yang mutlak harus ada adalah nilai NPV, IRR, dan Net B/C. Dalam melakukan perhitungan pada analisis finansia, terdapat istilah yang dinamakan time value of money yaitu pengaruh waktu terhadap nilai uang. Uang senilai Rp 50 000.00 saat ini nilainya tidak akan sama pada 5 tahun yang akan datang. Maka dari itu, dalam perhitungan analisis finansial perlu dilakukan metode Discounted Cash Flaw, dimana seluruh manfaat dan biaya untuk setiap tahun didiskonto dengan discount factor (DF) disesuaikan dengan jenis modal yang digunakan (Nurmalina et al 2010). Selain itu, terdapat analisis sensitivitas

dan switching value yang dilakukan untuk mengantisipasi perubahan-perubahan

yang mungkin terjadi yang dapat mempengaruhi kelayakan usaha komoditas ternak besar di Indonesia dikhususkan komoditas sapi perah pada analisis finansial ini. mengusahakan dalam skala menengah dan besar.Hal ini dikarenakan kesulitan akses modal, sebab jika ingin mengusahakan sapi perah dalam jumlah banyak/skala usaha besar perlu adanya modal dan biaya yang besar untuk diinvestasikan. Pada Ratnawati (2002) menghasilkan NPV sebesar Rp 31 721 510.00, IRR 15 persen, Net B/C 1.07, dan PP dalam 4.90 tahun pada umur bisnis 8 tahun dengan menggunakan tingkat diskonto 13 persendan skala usaha sebanyak 50 induk laktasi. Pada Harmini et al (2012) membahas kelayakan usahaternak sapi perah rakyat di Provinsi Jawa Timur khususnya pada Kecamatan Pujon dengan skala usaha peternak dibawah 10 ekor. Hasil kelayakannya adalah NPV sebesar Rp 16 505 885.08 untuk umur bisnis 15 tahun, Net B/C 1.23, IRR 9.90 persen (DF=6.70 persen), dan PP dalam 14 tahun 4 bulan.Sedangkan pada Sinambela (2013), lokasi yang diteliti adalah Kelompok Ternak KANIA yang memiliki skala usaha rata-rata 3 ekor.Hasil kelayakannya pada suku bunga sebesar 14 persen adalah nilai NPV sebesar Rp 85 269 090.00, IRR sebesar 21 persen, Net B/C 1.37, dan PP selama 10 tahun.Dapat disimpulkan berdasarkan ketiga penelitian mengenai kelayakan finansial usahaternak sapi perah di Indonesia dapat dikatakan namun perlu adanya peningkatan pada skala usahanya agar pendapatan yang diperoleh lebih besar.

(22)

10 Indonesia sapi perah yang umum diternakkan adalah bangsa sapi Fries Holland

(Sudono 1999).Sapi pejantan Fries Holland mulai diimpor pada abad ke-19 dari Belanda yang sebelumnya telah mengimpor sapi Milking Shorthon, Ayrshire, dan

Jersey dari Australia (PPPP 2009). Dikarenakan sapi FH mempunyai produksi

susu tertinggi dibandingkan bangsa-bangsa sapi perah lain, maka bangsa sapi tersebut yang banyak dipilih untuk diusahakan khususnya di Indonesia. Sapi FH mampu memproduksi susu sebanyak 7245 kg dalam satu kali masa laktasi sekitar 10 bulan, sedangkan sapi Jersey menghasilkan 4957, sapi Guersney menghasilkan susu 5205 kg, dan sapi Ayrshire menghasilkan susu 6585 kg dalam satu kali masa laktasi (Ratnawati 2002). Bangsa sapi FH memiliki sifat yang tenang, jinak, mudah dikuasai, dan tidak tahan panas, serta memiliki bobot untuk sapi jantan 800 kg dan sapi betina 625 kg dalam satu masa laktasi (Kanisius dalam Ratnawati 2002).

Menurut Erwidodo dalam Ratnawati (2002) menyatakan bahwa peternakan sapi perah yang terdapat di Indonesia umumnya adalah usaha keluarga di pedesaan dalam skala kecil, dengan komposisi ternak sapi perah kurang dari 4 ekor diperkirakan 80 persen, 17 persen peternak yang mempunyai 4-7 ekor, dan 3 persen peternak memiliki lebih dari 7 ekor. Tetapi dewasa ini, menurut data BPS tahun 2011 sudah terdapat 91 perusahaan yang mengusahakan sapi perah yang berupa 3 perusahaan pembibitan, 87 perusahaan budidaya, dan 1 perusahaan pengumpul susu sapi.

Studi Kelayakan Bisnis

Studi kelayakan bisnis menurut Nurmalina et al (2010) merupakan penelaahanatau analisis tentang apakah suatu kegiatan investasi memberikan manfaat atau hasil jika dilaksanakan. Studi kelayakan juga sering disebut feasibility study merupakan bahan pertimbangan dalam mengambil keputusan: apakah menerima atau menolak suatu rencana bisnis yang direncanakan dan apakah menghentikan atau mempertahankan bisnis yang sudah/sedang dilaksanakan. Terdapat empat jenis kegiatan studi kelayakan bisnis yaitu kelayakan pada usaha baru, untuk pengembangan skala usaha, penambahan atau penggantian mesin dan untuk kepentingan pemasaran.

(23)

11 basis finansial yang memadai dengan investasi yang tepat, serta memulai usaha yang tepat. Dan yang paling penting, dalam melakukan analisa kelayakan bagi usaha baru harus menjawab pertanyaan mendasar seperti apa yang harus dilakukan untuk mengimplementasikan gagasan usaha baru, dapatkah dijual, besar biayanya, dan mampukah produk yang dihasilkan mendatangkan laba.

Studi kelayakan tidak hanya perlu dijalankan untuk usaha baru, tapi juga produk baru yang akan dijalankan oleh perusahaan (Johan 2011). Dengan kata lain studi kelayakan juga perlu dilakukan dalam hal pengembangan suatu perusahaan seperti produk baru, unit usaha baru, pengembangan skala usaha dan termasuk dalam akuisisi perusahaan lainnya. Akuisisi perusahaan lain yang telah memproduksi produk yang ada atau perusahaan yang mempunyai kemampuan untuk menghasilkan produk baru yang diinginkan tetapi belum mempunyai modal (Johan 2011). Selanjutnya terdapat pula kelayakan usaha untuk kebutuhan penambahan mesin atau penggantian mesin yang sudah rusak.Penambahan mesin sangat berhubungan erat dengan efisiensi dan peningkatan kapasitas produksi suatu usaha.Adanya penambahan mesin sebuah perusahaan dapat mengurangi biaya tenaga kerja yang seharusnya dikeluarkan dan meningkatkan kinerja perusahaan dengan mengganti mesin-mesin yang sudah rusak.Studi kelayakan ini juga dapat dilakukan pada penggunaan sebuah mesin baru yang sebelumnya belum pernah digunakan dalam usaha tersebut atau merupakan penemuan dari penelitian yang dilakukan oleh lembaga tertentu maupun perusahaan tersebut. Sedangkan pada studi kelayakan pemasaran dilakukan jika sebuah perusahaan ingin menerapkan sistem pemasaran yang baru atau mengadopsi sistem pemasaran perusahaan lain.

Menurut Fahmi et al (2010) terdapat beberapa yang berkepentingan dalam studi kelayakan bisnis, yaitu:

a. Investor merupakan mereka yang menempatkan sejumlah dana pada sebuah usaha dengan harapan akan memperoleh keuntungan, dengan begitu informasi yang diperoleh dari studi kelayakan tersebut akan membantu investor tersebut dalam mengambil keputusan.

b. Kreditur merupakan pihak yang memberikan pinjaman. Studi kelayakan bisnis berguna memberikan informasi kemampuan debitur dalam membayar cicilan pinjaman yang telah diberikan.

c. Pihak akademis dan universitas adalah mereka yang melakukan research

terhadap sebuah bisnis. Sehingga kebutuhan informasi studi kelayakan yang dapat dipercaya dan dipertanggungjawabkan adalah mutlak, apalagi jika nanti penelitian tersebut dipublikasikan.

d. Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah adalah mereka yang mempunyai hubungan kuat dengan kajian dari berbagai aspek yang berkaitan dengan bisnis yang akan dijalankan. Sehingga studi kelayakan dapat menilai dampak positif atau negatif yang ditimbulkan bila usaha tersebut dijalankan, apakah sesuai dengan kebijakan yang ditetapkan pemerintah atau tidak.

(24)

12

investment) dan investasi finansial (financial investment).Investasi nyata

merupakan investasi yang dibuat dalam harta tetap (fixed asset) seperti tanah, bangunan, peralatan atau mesin-mesin. Sedangkan investasi finansial merupakan investasi dalam bentuk kontrak kerja, pembelian saham atau obligasi atau surat berharga lainnya seperti sertifikat deposito.

Aspek-Aspek dalam Studi Kelayakan Bisnis

Di dalam studi kelayakan bisnis terdapat tiga macam analisis yaitu analisis kelayakan non-finansial, finansial, dan ekonomi.Pada kelayakan non-finansial terdiri dari beberapa aspek yang dinilai seperti aspek pasar; aspek teknis; aspek manajemen dan hukum; aspek sosial dan ekonomi; serta aspek lingkungan.Aspek-aspek tersebut dinilai sesuai dengan kebutuhan bisnis, tidak semua lingkungan.Aspek-aspek harus dinilai.Sedangkan pada analisis finansial terdapat perhitungan biaya, penerimaan, pendapatan, arus kas, laporan laba rugi, kriteria investasi, analisis sensitivitas, serta analisis switching value.Dan pada analisis ekonomi, diukur apakah setelah bisnis ini dibangun bermanfaat bagi pembangunan ekonomi nasional. Analisis kelayakan ekonomi dapat diukur dari performa arus kas sosialnya yang memperhitungkan biaya sosial di dalamnya berupa harga bayangan baik output maupun input, tradeable maupun non-tradeable. Berikut beberapa penjelasan menurut Haming dan Basalamah (2010) tentang aspek-aspek di dalam studi kelayakan bisnis diantaranya:

1. Aspek Pasar

Studi pasar dan pemasaran sangatlah penting dalam studi kelayakan karena akan merinci potensi penerimaan (arus kas masuk) selama umur bisnis. Selain itu, studi pasar akan memberikan gambaran mengenai intensitas persaingan, informasi tentang kebutuhan dan keinginan konsumen, pendapatan rata-rata calon konsumen, ketersediaan saluran distribusi, dan kondisi sarana angkutan. Hal-hal yang dijelaskan dalam aspek pasar adalah sebagai berikut:

a. Taksiran atas volume permintaan pasar, mencakup volume permintaan agregat dan permintaan terhadap produk bisnis yang dikaji. Taksiran permintaannya sebaiknya dilakukan mencakup periode selama umur bisnis dijalankan.

b. Taksiran permintaan secara regional selama umur bisnis disertai pangsa pasar (market share) di tiap daerah dari periode ke periode.

c. Kajian mangenai kebijaksanaan harga dilengkapi dengan perbandingan harga yang ditetapkan oleh perusahaan dengan harga dari perusahaan pesaing.

d. Studi mengenai siklus hidup produk (produk life cycle analysis).

e. Rumusan strategi yang akan digunakan, seperti marketing mix strategy

yang akan menjadi acuan dalam penetapan rencana produk, analisis harga, teknik dan metode promosi.

2. Aspek Teknis

(25)

13 bahan baku serta pendukung dan cara pemerolehannya, desain produk, dan analisis biaya produksi.

3. Aspek Manajemendan Hukum

Pada saat awal usaha, manajemen akan menentukan visi, misi, dan nilai-nilai dasar dari perusahaan. Visi dan misi tersebut yang digunakan untuk menjadi arahan seluruh organisasi bergerak dan melakukan kegiatan bisnis dalam mencapai tujuan perusahaan.Sedangkan aspek hukum dibahas jaminan-jaminan atau perizinan yang dimiliki perusahaan yang diperlukan dalam hal mempermudah dan memperlancar yang dijalankan.Terdapat empat tahap dalam pelaksanaan manajemen dalam suatu perusahaan, yaitu:

a. Planning

Perencanaan adalah tahapan pertama dalam proses manajemen yang meliputi perencanaan produksi, perencanaan keuangan, perencanaan pemasaran, dan perencanaan SDM. Dalam penyususnan sebuah studi kelayakan, perlu disusun perencanaan-perencanaan tersebut dalam jangka pendek sampai minimal janngka menengah, jika tidak dapat merencanakan dalam jangka panjang khususnya pada perencanaan keuangan yang sangat dipengaruhi oleh kondisi eksternal seperti inflasi, depresiasi, kebijakan pemerintah, dan lainnya.

b. Organizing

Organizing menyangkut sistem pengorganisasian dari sumber daya yang terarah guna dapat mencapai tujuan yang diinginkan.Kegiatan pengorganisasian berupa pembagian tugas yang jelas diantara pekerjaan serta membentuk struktur organisasi seperti bagian pembelian, bagian produksi, bagian pemasaran, dan lainnya. Dalam pembentukan struktur organisasi yang perlu diperhatikan adalah bentuk kegiatan dan cara peneglolaan dari kegiatan usaha yang direncanakan secara efisien.

c. Leading

Dalam pelaksanaan kegiatan manajemen diperlukan adanya pemimpin untuk menggerakan para karyawan agar dapat berjalan dengan baik dan mencapai tujuan yang dinginkan.

d. Controlling

Controlling dilakukan untuk mencegah adanya penyimpangan di dalam setiap pelaksanaannya agar dapat berjalan sesuai dengan yang direncanakan sehingga tujuan perusahaan dapat tercapai.

4. Aspek Sosialdan Lingkungan

(26)

14

Analisis Finansial

Pada kelayakan finansial diukur menggunakan beberapa kriteria. Kriteria tersebut digunakan untuk mengukur apakah investasi yang akan dilakukan layak untuk dijalankan. Terdapat 6 kriteria yang digunakan dalam mengukur kelayakan suatu investasi secara finansial. Menurut Nurmalina (2010), kriteria investasi tersebut diantaranya berupa Net Present Value (NPV), Gross Benefit Cost Ratio (Gross B/C), Net Benefit Cost Ratio (Net B/C), Internal Rate of Return (IRR), Profitability Ratio (PV/K), dan Payback Period (PP). Dalam analisis kelayakan investasi dilakukan dengan terlebih dahulu menyusun aliran tunai pendiskontoan (discounted cashflow) karena adanya pengaruh waktu terhadap nilai uang atau semua biaya dan manfaat yang akan datang harus diperhitungkan (Husnan dan Suwarsono 2000; Nurmalina et al 2009 dalam Harmini et al 2012). Pendiskontoan ditentukan dari tingkat diskonto tertentu (discount rate) yang ditentukan oleh tingkat bunga yang berlaku.Selain menghitung aliran kas dari suatu usaha, dalam kelayakan finansial juga dihitung atau ditampilkan pula laporan laba rugi dari usaha tersebut.Laporan laba rugi itu perlu diperhitungkan supaya dapat mengetahui berapa keuntungan bersih yang dapat diberikan oleh usaha tersebut.Dalam melakukan perhitungan cashflow, data satu dengan data lainnya sangat berkaitan dan penting adanya dalam menilai kriteria investasi.Seperti nilai IRR ditentukan oleh nilai NPV dan Discount Rate (i) yang digunakan. Berikut ini digambarkan kurva hubungan antara nilai NPV dan besarnya IRR yang dihasilkan (Nurmalina et al. 2010)

NPV

�������

IRR

���

0 i = Discount Rate

���

OCC� �

Gambar 1. Hubungan antara NPV dan IRR Analisis Sensitivitas

(27)

15 kenaikan biaya.Seperti yang kita ketahui, harga sangat rentan dengan perubahan.Terlebih lagi produk yang dihasilkan adalah produk pertanian yang mayoritas harga ditetapkan oleh pasar atau termasuk kedalam pasar persaingan sempurna dan beberapa diantaranya sering digunakan sebagai alat politik. Hal tersebut tidak memungkiri bahwa selama umur bisnis berjalan akan terjadi perubahan harga. Selain itu, kenaikan biaya juga merupakan hal sensitif yang dapat terjadi dalam berjalannya suatu bisnis.Jika terjadi kenaikan biaya dari biaya yang sudah diestimasikan, maka suatu binsis yang mempunyai potensi yang baik menjadi kurang menarik lagi.Hal itu dikarenakan dapat mengurangi keuntungan yang didapatkan. Maka dari itu analisis sensitivitas perlu untuk dilakukan dalam sebuah studi kelayakan, untuk dapat mengantisipasi perubahan-perubahan yang memiliki dampak negative pada kelayakan suatu usaha yang akan dijalakan.

Analisis sensitivitas mempunyai variasi dalam metode analisisnya yaitu analisis nilai pengganti (Switching Value). Dalam analisis Switching Value, kita ingin menghitung suatu nilai pengganti maka harus ditanyakan beberapa elemen yang kurang baik dalam analisis bisnis yang akan diganti agar suatu bisnis dapat memenuhi tingkat minimum yang diterimanya. Sehingga para stakeholdersdapat memeperkirakan bagaimana pengaruh perubahan terhadap kepentingan bisnis. Teori Biaya dan Manfaat

Biaya didefinisikan sebagai segala sesuatu berupa pengeluaran atau pengorbanan yang dapat mengurangi manfaat yang diterima atau tujuan suatu bisnis (Nurmalina et al 2010).Perhitungan biaya sangat penting diketahui dalam kegiatan studi kelayakan bisnis ini, khususnya pada kelayakan finansial yang mempengaruhi besarnya outflow sebuah perusahaan. Nurmalina et al (2010) menyebutkan bahwa komponen-komponen biaya pada dasarnya terdiri dari: 1. Barang-barang fisik

Barang atau bahan dalam bentuk fisik dibutuhkan baik sebagai material terbentuknya aset bisnis maupunyang dibutuhkan untuk bahan material dalam operasional bisnis.Contoh barang-barang fisik adalah gudang penyimpanan produksi atau input-input fisik untuk menghasilkan suatu komoditi pertanian seperti benih, pupuk, dan pestisida.

2. Tenaga kerja

Secara umum tenaga kerja dibedakan menjadi dua jenis, yaitu tenaga kerja terdidik dan tidak terdidik.Semakin terdidik dan terlatih mobilitas tenaga kerjanya semakin besar, dan sebaliknya semakin tidak terdidik semakin sulit mobilitasnya.

3. Tanah

Tanah yang digunakan untuk usaha pertanian tidak akan sulit untuk diindentifikasi dan komponen ini tidak dapat habis atau menyusut selama umur bisnis.

4. Biaya tak terduga

(28)

16

umum.Dikarenakan biaya tak terduga fisik dan harga menyebabkan berkurangnya pendapatan nasional sehingga perlu dimasukkan ke dalam bisnis.

5. Sunk Cost

Sunk Cost adalah biaya-biaya yang dikeluarkan di masa lalu sebelum investasi

baru yang direncanakan akan ditetapkan.

Selain biaya, dalam studi kelayakan bisnis juga terdapat teori mengenai manfaat. Manfaat terdiri dari tiga macam, yaitu tangible benefit, indirect benefit,

dan intangible benefit(Nurmalina et al 2010).

1. Tangible Benefit

Tangible benefit adalah manfaat yang dapat diukur yang dihasilkan oleh

sebuah bisnis atau proyek. Contoh-contoh dari tangible benefit seperti peningkatan produksi akibat adanya teknologi baru, peningkatan kualitas produk, perubahan waktu dan lokasi penjualan, serta perubahan bentuk produk (grading and processing). Selain itu, manfaat bisnis juga dapat disebabkan oleh penurunan biaya yang berupa mekanisasi pertanian, pengurangan biaya transportasi, dan penurunan atau menghindari kerugian.

2. Indirect Benefit

Indirect benefit atau manfaat tidak langsung adalah manfaat yang secara tidak

langsung ditimbulkan karena adanya bisnis tersebut dan mempengaruhi keadaan eksternal di luar bisnis. Contohnya adalah manfaat bisnis irigasi seringkali diidentifikasikan sebagai peningkatan produksi padi, tetapi di lain sisi bisnis tersebutmeningkatkan ketersediaan air bagi rumah tangga rumah tangga yang kesulitan air. Selain itu, ada pula contoh manfaat tidak langsung yang dapat dihasilkan oleh usaha pertanian yaitu efek multiplier bisnis dan peningkatan skala ekonomi yang lebih besar.

3. Intangible Benefit

Intangible benefit adalah manfaat yang secara tidak langsung dinikmati oleh masyarakat tetapi sulit untuk dihitung.Contohnya adalah bisnis pertanaman yang manfaatnya berupa keindahan, kenyamanan, dan kesegaran juga kesehatan dan pendidikan.Selain itu, manfaat peningkatan pengamanan juga biasanya dirasakan oleh masyarakat karena adanya sebuah bisnis.

Pada performa cahflow usaha pertanian atau agribisnis seringkali terdapat perhitungan manfaat bersih tambahan (incremental net benefit) yaitu manfaat bersih dengan bisnis dikurangi manfaat bersih tanpa bisnis.Hal ini dimungkinkan terdapat faktor-faktor produksi yang sebelumnya tidak terpakai atau belum dimanfaatkan sehingga pada saat ada bisnis diperhatikan apakah faktor tersebut memberikan manfaat atau tidak bagi bisnis yang dijalankan. Contoh yang dapat digunakan dalam perhitungan incremental net benefit adalah tanah. Pada kegiatan tanpa bisnis, tanah diberakan sehingga tidak ada manfaat yang diperoleh (manfaat bersihnya=0), tetapi jika dengan adanya bisnis lahan dapat digunakan tanaman padi dan tanaman lainnya sehingga memperoleh manfaat bersih.

Kerangka Pemikiran Operasional

(29)

17 21 persen kebutuhan susu nasional tahun 2013. Disisi lain konsumsi per kapita masyarakat Indonesia dibandingkan dengan negara-negara lain terbilang sangat rendah dan belum cukup memenuhi kebutuhan protein di dalam tubuh. Untuk dapat memenuhi kebutuhan protein masyarakat Indonesia dengan meningkatkan konsumsi per kapita nasional, hal pertama yang harus dilakukan adalah meningkatkan produksi susu di dalam negeri. Hal tersebut menjadi peluang yang sangat besar bagi pelaku usaha agribisnis untuk mengusahakan sapi perah yang hasil utamanya adalah susu segar serta bagi pengusaha yang sudah mengusahakan sapi perah untuk meningkatkan produksi susunya dan mengoptimalkannya.

Gambar 2. Kerangka pemkiran operasional analisis kelayakan pengembangan usaha ternak sapi perah pada Alda Alya Dairy Farm

(30)

18

METODE

Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian dilaksanakan dipilih secara sengaja (purposive) di Desa Sumber Jaya, Kecamatan Tambun Selatan, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat. Lokasi ini dipilih karena di Kabupaten Bekasi belum banyak terdapat peternakan sapi perah dan letaknya pun dekat pusat kota.Pada kabupaten Bekasi hanya 3 kecamatan yang terdapat usaha ternak sapi perah dan diantara ketiganya Kecamatan Tambun Selatan yang memiliki potensi paling besar untuk dikembangkan.Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret 2014.

Jenis dan Sumber Data

Data digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui pengamatan langsung (observasi) dan wawancara langsung dengan pihak yang berkepentingan baik peternak, pemilik usaha peternakan dan pekerja untuk mengetahui proses produksi, mengetahui kegiatan usaha selain produksi, respon masyarakat sekitar akan adanya bisnis ini, dan lainnya yang dibutuhkan dalam penelitiaan ini.

Sedangkan data sekunder diperoleh dari data-data lainnya yang mendukung seperti data monografi kecamatan setempat maupun data dari Badan Pusat Statistik (BPS) daerah setempat, Departemen Pertanian Kabupaten Bekasi, Perpustakaan LSI maupun Perpustakaan Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor, internet dan literatur yang relevan untuk kepentingan penelitian.

Metode Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data primer untuk analisis nonfinansial yaitu dengan membuat indikator-indikator pada setiap aspek nonfinansial, kemudian melakukan wawancara kepada pihak yang berkepentingan yang dapat memberikan informasi terhadap data-data yang dibutuhkan. Pengumpulan data primer untuk analisis finansial yaitu dengan wawancara langsung secara mendalam kepada para

stakeholders usaha ternak sapi perah Alda Alya Dairy Farm yaitu 1 orang

penanggung jawab peternakan, 1 orang pengelola keuangan dan pemilik usaha. Sedangkan untuk data sekunder, teknik pengumpulan data dilakukan melalui penelusuran pustaka dan studi literatur baik melalui media cetak maupun elektronik seperti pencarian di internet.

Metode Pengolahan Data

(31)

19 finansial.Di dalam analisis nonfinansial terdapat beberapa aspek yang dibahas diantaranya aspek pasar; aspek teknis; aspek manajemen dan hukum; aspek sosial dan ekonomi; dan aspek lingkungan.Berikut ini uraian dari ketiga analisis tersebut. Selain ketiga analisis tersebut terdapat pula beberapa metode seperti analisis sensitivitas dan analisis switching value yang juga digunakan dalam penelitian ini. Analisis Nonfinansial

Aspek yang perlu diperhatikan dalam studi kelayakan ada dua macam yaitu aspek finansial (keuangan) dan aspek non-finansial.Banyaknya aspek yang perlu diperhatikan sangat tergantung kepada karakteristik dari masing-masing bisnis. Masing-masing aspek saling terkait satu sama lain misal aspek teknis akan sangat terkait dengan aspek finansial. Berikut ini hal-hal diukur dalam masing-masing aspek menurut Nurmalina et al (2010).

1. Aspek Pasar

Sebelum melaksanakan bisnis, hendaknya dilakukan analisis terhadap aspek pasar potensial yang akan dimasuki oleh produk yang dihasilkan oleh perusahaan, sehingga akan diketahui keberadaan pasar potensial yang dimaksud. Setiap pelaku bisnis akan mencoba menciptakan pasar potensialnya sendiri sehingga produk dapat menjadi leader. Dalam pengkajian aspek pasar yang dianalisis adalah sebagai berikut:

a. Potensi pasar (market potensial), yakni keseluruhan jumlah produk yang mungkin dapat dijual dalam pasar tertentu.

b. Harga, yakni bagaimana penetapan harga yang dilakukan unit usaha dan apakah dapat diterima oleh pasar.

c. Strategi pemasaran yang ditetapkan dan digunakan dalam mencapai market share yang telah ditetapkan.

2. Aspek Teknis

Aspek teknis merupakan suatu aspek yang berkenaan dengan proses pembangunan bisnis secara teknis dan pengoperasiannya setelah bisnis tersebut selesai dibangun. Pertanyaan-pertanyaan yang perlu dijawab dari aspek teknis ini adalah sebagai berikut:

a. Lokasi bisnis, yakni tempat di mana bisnis dapat dilaksanakan dengan baik untuk pertimbangan lokasi dan lahan pabrik maupun lokasi bukan pabrik. b. Kriteria pemilihan mesin dan peralatan utama serta alat pembantu.

c. Bagaimana proses produksi dilakukan dan layout pabrik yang dipilih, termasuk juga layout bangunan dan fasilitas lain.

d. Apa jenis teknologi yang tepat digunakan termasuk didalamnya pertimbangan sosial yaitu kemampuan atau penerimaan masyarakat terhadap teknologi yang digunakan.

3. Aspek Manajemen dan Hukum

(32)

20

banyak jumlah tenaga kerja yang digunakan, dan menentukan siapa-siapa anggota direksi dan tenaga-tenaga inti.Serta aspek hukum membahas perizinan-perizinan serta akomodasi yang diperlukan yang dimiliki perusahaan dalam hal mempermudah dan memperlacar kegiatan bisnis yang dijalankan.

4. Aspek Sosial dan Lingkungan

Dalam aspek sosial, ekonomi, dan lingkunganyang dinilai adalah seberapa besar bisnis mempunyai dampak terhadap masyarakat keseluruhan.Pada aspek sosial dibahas penambahan kerja atau pengurangan pengangguran, bagaimana pengaruh bisnis terhadap pemerataan kesempatan kerja.Dan pada aspek lingkungan membahas bagaimana pengaruh bisnis terhadap lingkungan, apakah dengan adanya bisnis menciptakan lingkungan semakin baik atau semakin buruk. Analisis Finansial

Dalam analisis finansial, kelayakan suatu usaha diukur dari beberapa kriteria investasi. Kriteria investasi menurut Nurmalina et al (2010) terdiri dari Net Present Value (NPV), Gross Benefit Cost Ratio (Gross B/C), Net Benefit Cost Ratio (Net B/C), Internal Rate of Return (IRR), Profitability Ratio (PV/K), dan Payback Period (PP), tetapi dalam penelitian ini kriteria investasi PV/K tidak digunakan. Karena terdapat time value of money yang berarti nilai uang disetiap waktu dapat berubah maka terlebih dahulu harus memperhitungkan discount factor.Besaran discount factor (DF) yang digunakan dalam discounted cashflow

dapat dihitung dengan rumus:

� = 1 + �1 t

dimana:

t = tahun saat biaya dikeluarkan atau manfaat diterima

i = discount rate menguntungkan atau memberikan manfaat.NPV dinyatakan dalam satuan mata uang (Rp). Secara matematis dapat dirumuskan sebagai berikut:

NPV = ∑ 1 + �

Bt = Penerimaan (Benefit) tahun ke-t Ct = Biaya (Cost) tahun ke-t

n = Umur ekonomis bisnis

i = Tingkat suku bunga/discount rate

(33)

21 Menurut Nurmalina et al (2010), Gross Benefit Cost Ratio merupakan kriteria kelayakan yang menggambarkan pengaruh adanya tambahan biaya terhadap tambahan manfaat yang diterima. Baik manfaat atau biaya yang digunakan dalam perhitungan adalah nilai kotor (gross).Suatu bisnis dinyatakan layak jika nilai Gross B/C lebih besar dari 1 (Gross B/C>1). Secara matematis

Bt = Penerimaan (Benefit) tahun ke-t Ct = Biaya (Cost) tahun ke-t

n = Umur ekonomis bisnis

i = Tingkat suku bunga/discount rate

3. Net Benefit Cost Ratio (Net B/C)

Menurut Nurmalina et al (2010), Net Benefit Cost Ratio merupakan rasio antara manfaat bersih yang bernilai positif dengan manfaat bersih yang bernilai negatif atau manfaat bersih yang menguntungkan bisnis yang dihasilkan terhadap setiap satu satuan kerugian dari bisnis tersebut. Suatu bisnis dinyatakan layak jika nilai Net B/C lebih besar dari 1 (Net B/C>1). Secara matematis dapat dirumuskan sebagai berikut:

Bt = Penerimaan (Benefit) tahun ke-t Ct = Biaya (Cost) tahun ke-t

n = Umur ekonomis bisnis

i = Tingkat suku bunga/discount rate 4. Internal Rate of Return (IRR)

Menurut Nurmalina et al (2010), Internal Rate of Return merupakan tingkat pengembalian yang dapat dibayar proyek atas sumber-sumber yang digunakan untuk menutupi pengeluaran investasi dan operasional selama umur proyek. IRR dinyatakan dalam satuan presentase (%). Suatu bisnis dinyatakan layak jika mempunyai nilai IRR lebih besar dari opportunity cost of capital/discount rate-nya (IR>DR). Secara matematis dapat dirumuskan sebagai berikut:

IRR = � +��� − ��� � � − ����

dimana:

� = Discount rate yang menghasilkan NPV positif

� = Discount rate yang menghasilkan NPV negatif

���= NPV yang bernilai positif

���= NPV yang bernilai negatif

(34)

22

Metode ini mencoba mengukur seberapa cepat investasi bisa kembali.Semakin kecil angka yang dihasilkan mempunyai arti semakin cepat tingkat pengembalian investasinya, maka usaha tersebut semakin baik diusahakan.Masalah utama dari metode ini adalah sulitnya menentukan periode payback maksimum yang diisyararkan untuk dipergunakan sebagai angka pembanding.Secara normatif, tidak ada pedoman yang bisa dipakai untuk menentukan payback maksimum ini.Dalam prakteknya, dipergunakan payback yang umumnya terjadi dari perusahaan sejenis.Payback Periodmenurut Harmini et al (2012) dapat dirumuskan sebagai berikut:

I = Manfaat hasil bersih rata-rata per tahun per periode Analisis Sensitivitas dan Switching Value

Analisis sensitivitas digunakan untuk melihat dampak dari keadaan yang berubah-ubah terhadap hasil suatu analisis kelayakan bisnis. Analisis sensitivitas dilakukan dengan cara mengubah besarnya variable-variabel yang penting, masing-maing dapat terpisah atau beberapa dala kombinasi dengan suatu presentase tertentu yang sudah diketahui atau diprediksi. Kemudian dinilai seberapa besar sensitivitas perubahan variable-variabel tersebut berdampak pada hasil kelayakan (NPV, IRR, Net B/C).Perubahan-perubahan yang biasa terjadi disebabkan oleh perubahan harga, keterlambatan pelaksanaan, kenaikan dalam biaya, dan hasil produksi.

Pada Switching value mengukur perubahan maksimum dari perubahan slayak. Perhitungan ini mengacu pada seberapa besar perubahan terjadi sampai dengan kondisi netral (NPV=0, Net B/C=1, IRR=DR). Perbedaan mendasar dari kedua analisis ini yaitu pada analisis sensitivitas besarnya perubahan sudah diketahui secara empirik sedangkan pada analisis switching value justru perubahan tersebut yang dicari.

Definisi Operasional

Dalam melakukan analisis kelayakan usahternak sapi perah ini banyak istilah-istilah peternakan yang digunakan, yaitu seperi:

1. Sapi pedet adalah anak sapi perah baik jantan maupun betina yang memiliki umur berkisar 0-5 bulan.

2. Laktasi adalah suatu masa dalam kehidupan sapi perah betina yang dapat menghasilkan susu setelah melahirkan. Biasanya masa laktasi pada sapi perah betina terjadi selama 300 hari dalam setahun, 3 bulan setelah melahirkan dan 7 bulan setelah mengalami kehamilan.

(35)

23 bunting kering biasanya terjadi pada kehamilan sapi perah pada bulan ketujyh sampai melahirkan.

4. Sapi Afkir adalah sapi perah betina ketika tidak dapat memproduksi susu lagi atau memiliki produksi susu yang sangat kecil dan tidak dapat bereproduksi

8. Inseminasi buatan adalah cara dalam melakukan reproduksi pada hewan ternak dengan menyuntikan sel sperma jantan pilihan kedalam rahim betina.

9. Satuan ternak adalah pengukuran ternak berdasarkan nilai ternak dewasa. Sapi perah dewasa dihitung 1 satuan ternak, sapi dara dihitung 0.5 satuan ternak, dan sapi pedet dihitung 0.25 satuan ternak.

Asumsi Dasar

Asumsi-asumsi yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

a) Umur bisnis ditentukan dari umur ekonomis kandang yaitu selama 15 tahun. Kandang terbuat dari semen sehingga umur ekonomisnya menjadi lebih lama dari kandang yang terbuat dari kayu.

b) Tahun pertama pada perhitungan finansial atau proses produksi dimulai pada awal tahun 2014 sesuai dengan tahun dilakukannya penelitian.

c) Harga barang barang-barang investasi yang digunakan adalah harga yang berlaku pada tahun 2014.

d) Pada awal periode bisnis, jumlah sapi perah sebanyak 59 ekor. e) Jumlah hari produksi dalam setahun adalah 300 hari.

f) Sex ratio yang berlaku dalam proyeksi populasi sapi perah dengan betiana : jantan adalah 50 : 50.

g) Angka kelahiran pedet 80 persen dari jumlah sapi produktif dan Gross Calf

Crop atau angka kehidupan sapi pedet hingga mencapai dewasa sebesar 90

persen.

h) Perusahaan sudah mulai berproduksi pada tahun pertama, karena terdapat sapi betina yang telah produktif.

i) Harga input dan output yang digunakan dalam perhitungan finansial berdasarkan data harga sewaktu penelitian dilakukan yaitu pada tahun 2014. j) Penentuan harga pakan, susu, peralatan, dan perlengkapan dalam analisis

finansial adalah harga pada saat penelitian. Diasumsikan tidak terjadi inflasi atau deflasi ekonomi sehingga konstan hingga umur proyek berakhir.

k) Nilai sisa atau salvage value pada periode akhir bisnis akan diperhitungkan ke dalam inflow (penerimaan).

(36)

24

m) Tingkat suku bunga yang digunakan dalam analisis finansial berdasarkan tingkat suku bunga kredit mikro Bank BRI yang berlaku sejak tahun 2014 sebesar 19.25 persen. Hal ini dikarenakan walaupun sumber modal yang digunakan oleh Alda Alya Dairy Farm adalah modal sendiri yang berasal dari pemilik usaha, namun di tahun-tahun yang akan datang terdapat kemungkinan perusahaan melakukan pinjaman ketika usahanya semakin berkembang.

GAMBARAN UMUM USAHA

Sejarah Perusahaan

Alda Alya Dairy Farm berdiri pada pertengahan tahun 2007 oleh Bapak H. Untung yang merupakan lulusan sarjana teknik mesin dari Universitas Pancasila, Depok, Jawa Barat. Saat ini peternakan tersebut sudah hampir memasuki usia 8 tahun. Nama Alda Alya pada peternakan tersebut berasal dari nama kedua anak Bapak Untung yang bernama Alda dan Alya. Pada awal mulanya, peternakan ini memiliki sapi perah dengan usia siap perah sebanyak 40 ekor yang dapat menghasilkan susu segar sampai 1000 liter dalam 3 hari dan 40 ekor dara 1 tahun. Pemasaran pertama dilakukan dengan mengirimkan susu pada koperasi pengumpul susu di daerah mampang, Jakarta Selatan yang saat ini pindah menjadi koperasi peternakan sapi perah di Pondok Rangon, Jakarta Timur.

Pada tahun 2009, Alda Alya Dairy Farmmendapatkan akses untuk dapat mengirimkan susunya kepada perusahaan susu ternama di Indonesia yaitu PT. Frisian Flag. Untuk dapat menyuplai ke PT. Frisian Flag, susu produksi sebuah peternakan harus diperiksa dan diukur kandungan gizi, nutrisi, dan juga kadar bakterinya sesuai dengan standardisasi PT. Frisian Flag. Semakin baik kandungannya dan sudah memenuhi syarat, harga yang ditetapkan semakin mahal setiap satu liternya. Jika produk susu sebuah peternakan tidak memenuhi syarat kemudian ditolak dan dikembalikan. Seiring berjalannya waktu semakin banyak konsumen yang datang langsung membeli di peternakan sehingga kebutuhan untuk pengiriman susu ke PT. Frisian Flag semakin berkurang. Oleh karena itu, empat tahun kemudian pengiriman susu harus dihentikan karena tidak memenuhi batas minimal jumlah pengiriman. Saat ini jumlah sapi perah yang terdapat di Alda Alya Dairy Farmhanya terdapat 59 ekor saja yang menurun dari awal berdirinya peternakan.Hal ini diasebabkan oleh terdapat beberapa sapi yang telah afkir dan berkurangnya tenaga kerja yang ada.

Lokasi Perusahaan

(37)

25 Visi dan Misi Perusahaan

Secara tertulis Alda Alya Dairy Farmtidak memiliki visi misi dalam menjalankan bisnisnya.Akan tetapi secara tersirat dalam wawancara yang dilakukan dengan pemilik usaha, tujuan utama dalam menjalankan usaha ini adalah menghasilkan profit, dapat bermanfaat bagi masyarakat, membuka lapangan pekerjaan, dan dapat membantu mencerdaskan anak bangsa Indonesia.

Aktivitas Perusahaan

Aktivitas yang dilakukan perusahaan adalah kegiatan pemerahan yang dilakukan setiap hari pada pagi dan sore hari.Pada pagi hari pemerahan dilakukan mulai pukul 5.30 pagi.Sedangkan pada sore hari dilakukan pukul 16.30 sore.Selain pemerahan, saat ini penjualan hasil produksi susunya masih dilakukan di kandang. Pada jam-jam pemerahan banyak konsumen seperti loper-loper, masyarakat sekitar, koperasi atau usaha pengolahan susu datang langsung ke kandang untuk melakukan pembelian.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Analisis Kelayakan Nonfinansial

Analisis kelayakan nonfinansial dilakukan untuk mengetahui kelayakan usahaternak sapi perah pada Alda Alya Dairy Farmyang dilihat dari empat aspek yaitu aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen dan hukum, serta aspek sosial dan lingkungan.

Aspek Pasar

Potensi Pasar (Market Potensial)

(38)

26

produksi susunya sehingga semua permintaan yang ada dapat terpenuhi dan dapat membidik pasar yang lebih luas.

Permintaan produk peternakan sangat berkaitan dengan pengaruhnya dengan peningkatan populasi penduduk. Menurut Rahmanto (2004) dalam Nisa (2013) menyebutkan bahwa pertambahan populasi penduduk dan peningkatan pendapatan akan menyebabkan permintaan terhadap produk peternakan semakin meningkat. Menurut proyeksi dari BPS (2014), laju pertumbuhan penduduk pada tahun 2020-2025 sebesar 0.92 persen. Maka dari itu pada tahun 2020-2025 dapat diperhitungkan peningkatan permintaan terhadap susu dengan memakai asumsi konsumsi susu per kapita tahun 2013 yaitu sebesar 11.90 liter dan jumlah penduduk Indonesia tahun 2010 sebesar 237 641 326 adalah sebesar 2 601 697 237 liter atau setara dengan 2 653 731.182 ton setiap tahunnya. Hal itu peluang dan juga potensi pasar yang sangat besar bagi Alda Alya Dairy Farm untuk dapat meningkatkan produksi susunya dan berperan aktif dalam memenuhi kebutuhan serta permintaan susu nasional.

Produk

Produk yang dihasilkan oleh Alda Alya Dairy Farm hanya berupa susu segar saja. Alda Alya Dairy Farmbelum mempunyai kemampuan dalam segi teknologi dan SDM untuk melakukan pengolahannya pula. Oleh karena itu, saat ini perusahaan masih fokus untuk mengembangkan perusahaan menjadi skala yang lebih besar dan dapat memenuhi kebutuhan gizi masyarakat melalui susu.

Harga

Gambar

Grafik perbedaan produksi susu pada dua genetik sapi perah
Tabel 1. Data populasi sapi perah dan produksi susu di Pulau Jawaᵃ
Tabel 3. Produksi susu di Kabupaten Bekasi tahun 2008-2012ᵃ
Gambar 2. Kerangka pemkiran operasional analisis kelayakan pengembangan
+7

Referensi

Dokumen terkait

PENGARUH KANDANG BEDDING DAN NON BEDDING TERHADAP PENAMPILAN REPRODUG1 SAP1 PERAH (Studi Kasus Di PT. Taurus Dairy Farm Cicurug, Sukabumi). Oleh

Penelitian ini bertujuan untuk (1) mengetahui pendapatan usaha susu sapi perah pada Koperasi Peternak Galur Murni, (2) mengetahui kelayakan finansial usaha susu sapi perah

Usaha peternakan sapi perah rakyat adalah usaha peternakan sapi perah yang diselenggarakan sebagai usaha sampingan yang memiliki sapi perah kurang dari 10 ekor sapi

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui profil agribisnis ternak sapi perah yang dijalankan oleh peternak di Desa Jelok Kecamatan Cepogo Kabupaten Boyolali dan

Para peternak sapi perah di Kecamatan juga memiliki preferensi risiko sebagai risk taker terhadap penggunaan ampas tahu meskipun berdasarkan hasil estimasi

PEMBERIAN BUNGKIL KOPRA DAN KULIT SINGKONG TERHADAP PRODUKTIFITAS SUSU SAPI PERAH DI FANDI FARM DESA TANJUNGSARI KECAMATAN TAMAN KABUPATEN

Mawar Mekar Farm di kelola untuk menghasilkan produksi susu dari usaha peternakan sapi perah, tidak hanya terletak pada keunggulan induk untuk menghasilkan susu, akan tetapi juga

Merajuk pada tabel 3.1 dapat diketahui bahwa Total Digesti Nutrient yang terkandung pada pakan sapi perah di Fandi Farm adalah 70,97% dan standart TDN sapi perah adalah