• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analysis of Information Literacy for Library Users in Sumatera Utara University

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analysis of Information Literacy for Library Users in Sumatera Utara University"

Copied!
92
0
0

Teks penuh

(1)

SUMATERA UTARA

LAILA HADRI NASUTION

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

Dengan ini saya menyatakan bahwa tugas akhir berjudul Analisis Literasi Informasi Pengguna Perpustakaan Universitas Sumatera Utara adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun ke perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir dari tugas akhir ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, September 2013

(3)

Users in Sumatera Utara University. Under supervision of YANI NURHADRYANI, and JANTI G SUDJANA.

Information literacy is a set of skills and knowledge that one has to know when information is needed, the ability to search, find, locate, analyze, evaluate, and use information effectively. The purpose of this study was to analyze information literacy library users of Sumatera Utara University using ACRL standards which have five competencies, determines the nature and extent of the information needed, accesses needed information effectively and efficiently, evaluates information and its sources critically and incorporates selected information into his or her knowledge base and value system, uses information effectively to accomplish a specific purpose, and understands many of the economic, legal, and social issues surrounding the use of information and accesses and uses information ethically and legally. The research used quantitative research method with a descriptive explanation. The results showed that 71.25% of respondents stated the need of information literacy training in Sumatera Utara University. The average score of all information literacy standard of the Sumatera Utara University library users is 3.15. The score is included in the category of interval fair. Average rating is 3.29 on standard one, 3.08 standard two, 3.10 standard three and 3.15 for standard four and five. Sumatera Utara University is expected to arrange the information literacy training. To be more focused, USU needs to determine the needs of information literacy in USU and arrange the model of information literacy.

(4)

LAILA HADRI NASUTION. Analisis Literasi Informasi Pengguna Perpustakaan Universitas Sumatera Utara. Dibimbing oleh YANI NURHADRYANI, dan JANTI G SUDJANA.

Literasi informasi adalah seperangkat kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki seseorang untuk mengetahui kapan informasi dibutuhkan, kemampuan dalam mencari, menemukan, menempatkan, menganalisis, mengevaluasi, mengkomunikasikan dan menggunakan secara efektif. Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis literasi informasi pengguna perpustakaan Universitas Sumatera Utara menggunakan standar ACRL yang terdiri dari lima kompetensi yaitu menentukan jenis dan sifat informasi yang dibutuhkan, mengakses informasi yang dibutuhkan secara efektif dan efisien, mengevaluasi informasi dan sumber-sumbernya secara kritis, menggunakan informasi untuk menyelesaikan tujuan tertentu, dan memahami aspek ekonomi, hukum, dan sosial yang berkaitan dengan penggunaan informasi. Metode penelitian ini adalah kuantitatif dengan penjelasan secara deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 71,25% responden menjawab perlu diadakan pelatihan literasi informasi bagi pengguna perpustakaan Universitas Sumatera Utara. Nilai rata-rata dari seluruh standar kemampuan literasi informasi pengguna perpustakaan Universitas Sumatera Utara adalah 3,15. Nilai ini termasuk dalam kategori interval cukup. Nilai rata-rata pada standar satu adalah 3,29, standar dua 3,08, standar tiga 3,10 dan standar empat dan lima 3,15. Perpustakaan Universitas Sumatera Utara diharapkan menyusun rancangan pelatihan literasi informasi dengan langkah awal melakukan analisis kebutuhan pelatihan dan menetapkan model literasi informasi mana yang digunakan agar pelatihan lebih terarah.

(5)

©

Hak Cipta milik IPB, tahun 2013

Hak Cipta dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB

(6)

SUMATERA UTARA

LAILA HADRI NASUTION

Tugas Akhir

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Magister Profesional

pada

Program Studi Teknologi Informasi untuk Perpustakaan

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(7)
(8)

NRP : G652090045

Disetujui oleh Komisi Pembimbing

Dr. Yani Nurhadryani, S.Si., MT

Ketua Anggota

Ir. Janti G. Sudjana, MA

Diketahui oleh

Ketua Program Studi Dekan Sekolah Pascasarjana Magister Teknologi Informasi

untuk Perpustakaan

Aziz Kustiyo, S.Si., M.Kom Dr. Ir. Dahrul Syah, MScAgr

(9)

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan April 2010 ini ialah literasi informasi dengan judul Analisis Literasi Informasi Pengguna Perpustakaan Universitas Sumatera Utara.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Dr. Yani Nurhadryani, S.Si., M.T, dan Ibu Ir. Janti G. Sudjana, M.A, selaku pembimbing serta Bapak Aziz Kustiyo, S.Si, M.Kom., selaku ketua Program Studi Magister Teknologi Informasi untuk Perpustakaan yang telah banyak memberikan saran dan motivasi. Disamping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada Bapak Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, selaku Rektor Universitas Sumatera Utara dan PHKI USU 2009 yang telah memberi penulis kesempatan untuk mengikuti program beasiswa S2. Ungkapan terima kasih kepada Bapak Drs. Jonner Hasugian, M.Si selaku kepala Perpustakaan Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan izin kepada penulis untuk meneliti di perpustakaan tersebut. Ungkapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada suami, ibu, ayah, anak, adik, abang, kakak, ibu mertua seluruh keluarga serta sahabat khususnya sahabat-sahabat MTP 3 IPB atas do’a dan dukungan moril sehingga penulis dapat menyelesaikan studi S2 ini. Ungkapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada dosen-dosen di Departemen Studi Perpustakaan dan Informasi USU yang telah memberi penulis dukungan selama menyelesaikan studi S2.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, September 2013

(10)

i

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL...ii

DAFTAR GAMBAR...iii

DAFTAR LAMPIRAN... BAB I iii PENDAHULUAN... 1

1.1. Latar Belakang... 1

1.2.Rumusan Masalah...4

1.3.Tujuan Penelitian...4

1.4.Manfaat Penelitian...5

1.5.Ruang Lingkup Penelitian...5

BAB II TINJAUAN LITERATUR ... 5

2.1.Kompetensi untuk Pendidikan Tinggi...5

2.2.Literasi Informasi...8

2.3.Model Literasi Informasi...12

2.4.Standar Kompetensi Literasi Informasi Model ACRL...18

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 28

3.1.Metode Penelitian...28

3.2.Prosedur Penelitian...28

3.3.Jadwal Penelitian...32

3.4.Lokasi Penelitian...32

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 32

4.1.Gambaran Umum Perpustakaan Universitas Sumatera Utara...32

4.2.Identifikasi Kebutuhan Pelatihan...34

4.3.Identifikasi Kemampuan Literasi Informasi...36

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 63

5.1.Kesimpulan...63

5.2.Saran...65

DAFTAR PUSTAKA...66

(11)

ii

DAFTAR TABEL

3.1 Kisi-kisi kuesioner...30

4.1 Keikutsertaan dalam pelatihan literasi informasi...34

4.2 Penyelenggara pelatihan literasi informasi...35

4.3 Perlunya diadakan pelatihan literasi informasi...36

4.4 Identifikasi kebutuhan secara spesifik...37

4.5 Penggunaan sumber informasi tercetak dan elektronik...37

4.6 Meringkas poin utama dari sumber informasi...38

4.7 Membedakan sumber informasi primer, sekunder dan tersier...39

4.8 Membandingkan informasi dari berbagai sumber...40

4.9 Penggunaan bukti untuk mendukung argumen...40

4.10 Identifikasi waktu untuk memperoleh informasi...41

4.11 Membedakan informasi dalam majalah popular dan jurnal...42

4.12 Standar 1 kemampuan menentukan jenis dan sifat informasi yang dibutuhkan...44

4.13 Kemampuan mencari informasi di internet...44

4.14 Kemampuan menggunakan logika boolean...44

4.15 Kemampuan menggunakan katalog online perpustakaan lokal...45

4.16 Kemampuan menggunakan katalog online perpustakaan lain...46

4.17 Kemampuan memilih alat pencarian...47

4.18 Kemampuan menggunakan kata kunci...47

4.19 Kemampuan menggunakan search engine...48

4.20 Kemampuan menggunakan millist dan kelompok diskusi online...49

4.21 Partisipasi dalam diskusi online... 50

4.22 Kemampuan menggunakan alamat website...50

4.23 Kemampuan menyimpan dan menggunakan kembali hasil penelusuran...51

4.24 Standar 2 kemampuan mengakses informasi yang dibutuhkan secara efektif dan efisien ...52

4.25 Kemampuan mengevaluasi keaslian informasi...53

4.26 Kemampuan membedakan sumber informasi dari format file berbeda...54

4.27 Kemampuan mengevaluasi kualitas informasi tercetak dan elektronik...55

4.28 Kemampuan memahami isu-isu saat ini...55

4.29 Kemampuan menyaring informasi yang akan digunakan untuk membuat esai...56

4.30 Kemampuan mengidentifikasi informasi bias...57

4.31 Standar 3 kemampuan mengevaluasi informasi dan sumber-sumbernya...58

4.32 Kepatuhan terhadap peraturan hak cipta dan plagiarisme...59

4.33 Pemahaman masalah hak cipta di web...59

4.34 Kemampuan membuat daftar pustaka dari berbagai sumber...60

4.35 Kemampuan mengkombinasikan informasi...61

4.36 Kemampuan menciptakan pengetahuan baru...61

4.37 Standar 4 kemampuan penggunaan informasi secara efektif, efisien, etis dan berdasar hukum...62

(12)

iii

DAFTAR GAMBAR

2.1 Konsep literasi informasi...10

2.2 Pola kemampuan seven pillar...15

2.3 The Big6 nonlinear...17

3.1 Prosedur Penelitian...28

DAFTAR LAMPIRAN 1 Kuesioner...69

(13)

Penulis dilahirkan di Medan pada tanggal 25 Juni 1979 dari ayah H. M. Saleh Nasution dan Ibu Hj. Saridah Hanum. Penulis merupakan anak keempat dari lima bersaudara.

Tahun 1998 penulis lulus dari SMA Swasta Josua Medan dan pada tahun yang sama penulis diterima di Universitas Sumatera Utara pada Program Studi D3 Perpustakaan, Fakultas Sastra, lulus pada tahun 2001 dan pada tahun yang sama penulis melanjutkan kuliah S1 Ilmu Perpustakaan di Universitas dengan fakultas yang sama, lulus pada tahun 2004.

(14)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Pembelajaran di perguruan tinggi harus mampu mengajarkan kepada

mahasiswa belajar bagaimana cara belajar (learning how to learn) dan

menuntut kemandirian dalam belajar yang dimulai dari mahasiswa

memasuki perguruan tinggi. Di samping itu, mahasiswa harus punya

keyakinan bahwa dosen bukan sumber pengetahuan utama. Mahasiswa

diharapkan bisa memenuhi kebutuhan informasi dengan berbagai cara dan

strategi. Strategi dan cara memenuhi kebutuhan informasi tidak sama untuk

setiap individu. Setiap individu mungkin menemukan kesulitan dalam

menentukan teknik pencarian dan diharapkan kesulitan tersebut tidak

menimbulkan kesenjangan informasi yaitu antara yang memiliki dan

menguasai akses informasi dan yang tidak. Kesenjangan tersebut bisa

diatasi dengan pelatihan literasi informasi.

Pelatihan literasi informasi merupakan konsep pembelajaran seumur

hidup yang membantu meningkatkan kemampuan dan produktifitas

mahasiswa. Literasi informasimerupakan bagian yang tidak dapat

dipisahkandari kegiatan pembelajaran. Literasi informasi dibutuhkan dalam

implementasi kurikulum berbasis kompetensi yang mensyaratkan peserta

didik untuk memanfaatkan banyak sumber informasi, sedangkan dalam

lingkungankerja sering digunakan istilah informationcompetencies dan

information proficiencies(Hasugian, 2008). Pelatihan literasi informasi

diharapkan dapat meningkatkan kompetensi agar inovatif, mampu

memecahkan masalah secara kreatif, dan mampu melakukan tugas dengan

efektif dan efisien. Kemampuan ini merupakan elemen penting bagi

pembelajaran mahasiswa. Kemampuan tersebut meliputi identifikasi

kebutuhan informasi, identifikasi dan pemilihan sumber informasi yang

tepat, membangun strategi pencarian, mengevaluasi informasi dan

sumber-sumbernya, menggunakan dan mengkomunikasikan informasi serta taat

(15)

Perpustakaan Universitas Sumatera Utara (USU) selalu berupaya

untuk meningkatkan kemampuan pengguna informasinya. Pelatihan rutin

dilakukan namun hanya sebatas pada pengenalan perpustakaan dan

koleksinya yaitu pada saat kegiatan orientasi bagi mahasiswa baru.

Perpustakaan USU memiliki misi menyediakan akses terhadap informasi

dan layanan informasi secara tepat waktu, tepat guna dan efektif untuk

mendukung fungsi tridharma USU melalui pengadaan dan penyediaan

bahan pustaka serta membantu mahasiswa dan dosen, sehingga menjadi

terampil dalam menemukan informasi yang relevan dengan kebutuhan

mereka.

Untuk melayani kebutuhan pengguna, Perpustakaan USU

menyediakan bahan pustaka dalam jumlah yang besar dan beraneka ragam

jenis maupun subyeknya. Koleksi tersedia dalam format tercetak dan non

tercetak. Teknologi informasi dan komunikasi di perpustakaan

memunculkan jenis koleksi digital. Perpustakaan melanggan sejumlah jurnal

elektronik (e-journal) untuk sivitas akademika USU. Selain itu,

perpustakaan USU menyediakan jurnal yang dilanggan oleh Direktorat

Jenderal Pendidikan Tinggi (DIKTI) Kementerian Pendidikan dan

Kebudayaan yang penggunaannya dibagi-pakai kepada seluruh perguruan

tinggi di Indonesia.

Jumlah koleksi perpustakaan yang besar merupakan sumber daya

informasi yang sangat penting untuk mendukung proses belajar mengajar

terutama bila dimanfaatkan secara maksimal. Mahasiswa bisa belajar untuk

memanfaatkan sumber daya dan fasilitas yang tersedia bagi mereka.

Meluasnya orientasi dasar untuk literasi informasi dan berbagai cara untuk

meningkatkan keterampilan dan pengetahuan termasuk sesi mengajar dan

lokakarya, paket belajar interaktif dan panduan menulis.

Pendidikan pengguna merupakan usaha untuk memberikan petunjuk

dalam menggunakan atau mencari informasi yang dibutuhkan mahasiswa

sebagai pengguna perpustakaan (Wooliscroft, 1997). Namun saat ini

pendidikan pengguna sudah ditingkatkan ke taraf pelatihan literasi informasi

(16)

Menurut Pendit (2008), “pada perpustakaan, konsep literasi informasi

sendiri bermula dari pendidikan pengguna di perpustakaan. Prinsip kegiatan

yang ada dalam pendidikan pengguna sama dengan apa yang akan

dikembangkan melalui program-program literasi informasi yaitu

mengembangkan kemampuan pengguna dalam menetapkan hakikat dan

rentang informasi yang dibutuhkan, mengakses informasi secara efektif dan

efisien, mengevaluasi informasi dan sumbernya secara kritis, menggunakan

informasi untuk keperluan tertentu.

Penelitian literasi informasi sudah pernah dilakukan sebelumnya

mengenai manfaat dan penerapan literasi informasi di dunia pendidikan.

Penelitian-penelitian tersebut antara lain yaitu dilakukan oleh

Apriyanti(2010) dengan judul Literasi Informasi Pemustaka: Studi Kasus di

Perpustakaan Umum Daerah Provinsi DKI Jakarta denganhasil penelitian

kemampuan literasi informasi pemustaka tergolong cukup baik.Penelitian

lain dilakukan oleh Kurnianingsih(2012)dengan judul Perancangan

Pembelajaran Literasi Informasi Berbasis Web di Perpustakaan Sekolah

dengan hasil rancangan web untuk pembelajaran literasi informasi.

Penelitian-penelitian tersebut mengukur kompetensi literasi informasi dan

penerapan literasi informasi untuk mendukung pendidikan. Tolok ukur yang

digunakan standar ACRL.

Ada banyak standar yang bisa dipakai sebagai tolok ukur mengetahui

tingkat kemampuan literasi informasi pengguna perpustakaan perguruan

tinggi. Namun dalam penelitian ini yang digunakan sebagai tolok ukur yaitu

standar yang dikeluarkan oleh Association of College and Research

Libraries yang selanjutnya akan disebut ACRL.Alasan menggunakan

ACRL karena memiliki serangkaian standar,

Association of College and Research Libraries(ACRL) telah membuat

standar kompetensi literasi informasi untuk pendidikan tinggi yang

menginspirasi pembangunan standar yang sama di negara-negara maju indikator kinerjadan hasil

untukliterasi informasidalam pendidikan tinggi.Setiap tingkatdikaitkan

denganindikator kinerjadan hasilsecara spesifik untuk menentukan tingkat

(17)

seperti Inggris, Australia dan New Zealand. Standar ACRL sudah banyak

diterapkan untuk negara-negara di Asia. Standar ACRL digunakan karena

standar ini diterapkan untuk lingkup perguruan tinggi dan indikatornya bisa

mewakili sejumlah kemampuan yang harus dimiliki dalam memahami dan

berinteraksi dengan informasi.Standar ACRL membantu mengembangkan

metode untuk mengukur pembelajaran mahasiswa yang mencakup

kompetensi literasi informasi yang harus dimiliki oleh pengguna

perpustakaan di perguruan tinggi khususnya pengguna perpustakaan USU.

Standar ini bertujuan agar mahasiswa memiliki kemampuan mengenali

kebutuhan informasi pribadinya, sebelum mencari dan menemukan

informasi tersebut. Pernyataan ini mengindikasikan adanya upaya untuk

membentuk mahasiswa yang melek terhadap informasi.

1.2. Rumusan Masalah

Secara teoritis pendidikan pengguna yang selama ini dilakukan oleh

perpustakaan USU masih belum memenuhi standar suatu pelatihan.

Pelatihan yang dilakukan hanya sebatas memperkenalkan jenis koleksi dan

cara memanfaatkannya secara umum kepada pengguna. Sementara banyak

kemampuan lain yang perlu dimiliki mahasiswa sebagai pengguna informasi

seperti pengetahuan mengidentifikasi kebutuhan informasi, mengakses dan

menggunakan informasi secara efisien, mengevaluasi informasi yang

didapat dan menggunakan informasi dengan mematuhi hukum yang berlaku.

Rumusan masalahdan sekaligus menjadi pertanyaan dalam penelitian

ini adalah bagaimanakah literasi informasi pengguna perpustakaan

Universitas Sumatera Utara?

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis literasi informasi

pengguna perpustakaan USU menggunakan standar ACRL yang mencakup

kemampuan menentukan jenis dan sifat informasi yang dibutuhkan,

kemampuan mengakses informasi yang dibutuhkan secara efektif dan

(18)

kemampuan menggunakan informasi secara efektif, efisien, etis dan

berdasar hukum.

1.4. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini yaitu bagi perpustakaan USU, hasil

penelitian ini bisa menjadi barometer untuk melihat sejauhmana tingkat

kemampuan literasi informasi pengguna perpustakaan dan masukan untuk

meningkatkan kemampuan literasi informasi pengguna perpustakaan USU

melalui pelatihan literasi informasi.

1.5. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini merupakan analisis mengenai literasi informasi

menggunakan standar ACRL dengan responden pada penelitian ini adalah

pengguna perpustakaan USU yang menjadi peminjam terbanyak selama

periode September hingga Nopember 2012.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kompetensi untuk Pendidikan Tinggi

Perpustakaan universitas biasanya membedakan pengguna

berdasarkan tingkat kebutuhan informasinya, yaitu:

mahasiswaundergraduate (S0 dan S1), postgraduate (S2 dan S3), dan dosen

(Siregar, 1998). Kebutuhan kelompok pertama terutama adalah untuk

mendukung kurikulum yang sebagian besar sumber informasinya berbentuk

buku teks. Kelompok kedua dan ketiga, karena tugasnya antara lain harus

melakukan penelitian, kebutuhan informasi sifatnya lebih spesifik,

mendalam, dan mutakhir. Kelompok ini kebutuhannya terutama adalah

literasi informasi jurnal, disamping bahan-bahan lainnya seperti monografi

riset, proceedings, disertasi, dan informasi tentang penelitian yang telah,

(19)

Keterampilan mencari dan menemukan informasi menjadi faktor

pendukung dan semacam fasilitas untuk belajar secara lebih efektif dan

efisien. Seseorang yang sudah melek informasi dianggap akan mampu

menjelajahi banyaknya informasi yang semakin lama semakin luas dan

rumit, baik yang menggunakan sumber-sumber tercetak maupun yang

elektronik. Program penguasaan literasi informasi dianggap dapat

menciptakan keberaksaraan yang berbasis keterampilan (skills-based

literacy). Termasuk di dalam keterampilan ini adalah kemampuan mencari

informasi, memilih sumber informasi secara cerdas, menilai dan

memilah-milah sumber informasi, menggunakan serta menyajikan informasi secara

etis (Webber, 2000).

Perguruan Tinggi saat ini menerapkan Kurikulum Berbasis

Kompetensi (selanjutnya di sebut KBK)yang bertujuan untukmenciptakan

sejumlah kemampuan atau kompetensi dalam rangka pembelajaran

seumurhidup. Pembentukan kompetensi memerlukanketersediaan informasi

yang bermakna. Informasiakan terus mengalir tiada henti dan menawarkan

berbagai macampilihan.

Kelimpahruahan informasi menuntutketerampilan mengelola,

mencermati, danmenyaring secara efisien. Berbeda dengan informasidari

perpustakaan, informasi dari dunia mayamempunyai ketersediaan yang

melampaui batasruang dan waktu. Informasi yang bersumber

dariperpustakaan cenderung diterima sebagai informasiyang andal karena

sumber informasinya dianggapdipercaya. Akan tetapi, dari dunia maya,

segalamacam informasi membaur dari yang masihmentah, dalam proses

diolah sampai yang sudahmatang, oleh karena itu kesahihan(validity) dan

keandalannya patut dipertanyakan.Perlu seperangkat kemampuan atau

kompetensiuntuk mengelola dan memanfaatkan informasisecara efektif

yaitu kemampuan dalam pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi.

Perubahan pembelajaran dari teacher centered learning menjadi

student centered learning dikarenakan kondisi global (persaingan,

persyaratan kerja, perubahan orientasi) membawa perubahan pada

(20)

nantinya diharapkan dapat terjadinya perubahan kurikulum yang akan

berdampak pada perubahan perilaku pembelajaran yang akan menghasilkan

peningkatan mutu lulusan dan relevansi.

Setiap perpustakaan sedang berusaha sangat giat mendayagunakan

literasi informasi untuk meningkatkan akses, pengelolaan, dan

pendayagunaan informasi dalam volume yang besar secara cepat dan akurat.

Menurut California State University (2001) yang dikutip Hasugian (2008)

manfaat kompetensi literasi informasi dalam dunia perguruan tinggi adalah:

1. Menyediakan metode yang telah teruji untuk dapat memandu

mahasiswa kepada berrbagai sumber informasi yang terus

berkembang. Sekarang ini individu berhadapan dengan informasi

yang beragam dan berlimpah. Informasi tersedia melalui

perpustakaan, sumber-sumber komunitas, organisasi khusus, media

dan internet.

2. Mendukung usaha nasional untuk meningkatkan kualitas pendidikan.

Lingkungan belajar yang proaktif mensyaratkan setiap mahasiswa

memiliki kompetensi literasi informasi. Dengan keahlian informasi

tersebut maka mahasiswa akan selalu dapat mengikuti

perkembangan bidang ilmu yang dipelajarinya.

3. Menyediakan perangkat tambahan untuk memperkuat isi

perkuliahan. Dengan kompetensi literasi informasi yang dimilikinya,

maka mahasiswa dapat mencari bahan-bahan yang berhubungan

dengan perkuliahan sehingga dapat menunjang isi perkuliahan

tersebut.

4. Meningkatkan pembelajaran seumur hidup. Meningkatkan

pembelajaran seumur hidup adalah misi utama dari institusi

pendidikan tinggi dengan memastikan bahwa setiap individu

memiliki kemampuan intelektual dalam berfikir secara kritis yang

ditunjang dengan kompetensi informasi yang dimiliki individu dapat

melakukan pembelajaran seumur hidup secara mandiri.

Kompetensi literasi informasi berguna bagi mahasiswa karena dapat

(21)

informasi yang berbeda-beda. Kompetensi ini juga akan menjadikan

mahasiswa lebih peka dalam mengembangkan pola pikir dalam sistem

pembelajaran serta menjadikan mahasiswa mengetahui tindakan yang

diperlukan untuk mengumpulkan, menganalisis dan menggunakan

informasi.

2.2. Literasi Informasi

Literasi informasi dibutuhkan di era globalisasi informasi agar

pengguna memiliki kemampuan untuk menggunakan informasi dan

teknologi komunikasi dan aplikasinya untuk mengakses dan membuat

informasi seperti kemampuan dalam menggunakan alat penelusuran

internal. Literasi informasi memiliki tujuan membantu seseorang dalam

memenuhi kebutuhan informasinya baik untuk kehidupan pribadi maupun

lingkungan masyarakat.

Konsep literasi informasi pertama kali diperkenalkan oleh Paul

Zurkowski pada tahun 1974 ketika mengajukan proposal kepada National

Commission for Libraries and Information Science (NCLIS). Dalam

proposal tersebut Zurkowski berpendapat bahwa masyarakat yang terampil

dalam menggunakan aplikasi sumber daya informasi dalam pekerjaan

mereka adalah orang-orang yang melek informasi (information literates),

(UNESCO, 2007).

Literasi informasi adalah seperangkat keterampilan, sikap

danpengetahuan yang diperlukanuntuk mengetahui kapaninformasi

diperlukan untukmembantu memecahkanmasalah ataumembuat keputusan,

bagaimanamengartikulasikankebutuhaninformasibisa dicari menggunakan

istilahdan bahasa, kemudian pencarian informasi dengan

efisien,mengambilnya, menafsirkandan memahami, mengatur,

mengevaluasikredibilitas dankeaslian,menilairelevansi,

berkomunikasikepada orang lainjika perlu,

1.

kemudianmemanfaatkannya

untukmencapai tujuanyang diinginkan (UNESCO, 2007). Dalam hal ini

UNESCO menyusun sebelas tahapan siklus hidup literasi informasi berikut:

Menyadari adanya kebutuhan atau masalah yang memerlukan

(22)

2. Mengetahui secara akuratbagaimana mengidentifikasi dan

menentukaninformasi yang dibutuhkanuntuk memenuhikebutuhan,

memecahkan masalah, atau membuatkeputusan

3.

.

Mengetahui bagaimana menentukan informasi apa yang

dibutuhkandan tidak dibutuhkan,

4.

dan mengetahui cara membuatatau

menciptakaninformasi atau pengetahuan baru.

5.

Mengetahui bagaimana menemukaninformasi yang dibutuhkan

Mengetahui cara membuat atau menciptakan pengetahuan baru jika

informasiyang dibutuhkantidak tersedia

6.

.

Mengetahui bagaimanamemahamiinformasi yang ditemukanatau jika

tidak memahaminya,

7.

tahu ke mana harusmeminta bantuan.

Mengetahui bagaimana mengatur,menganalisis, menafsirkan

danmengevaluasi informasi,

8.

termasuk keandalansumbernya.

Mengetahui bagaimanaberkomunikasi danmenyajikan

informasikepada orang laindalam formatdan mediayang tepatdan

bermanfaat

9.

.

10.

Mengetahui bagaimana memanfaatkaninformasi untuk

memecahkanmasalah,membuat keputusanataumemenuhikebutuhan

Mengetahui bagaimanamelestarikan, menyimpan, menggunakan

kembali, merekam danmeng

11.

arsipinformasiuntuk penggunaan di

masa depan

Mengetahui bagaimanamembuanginformasiyang

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa literasi informasi adalah

seperangkat kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki seseorang untuk

mengetahui kapan informasi dibutuhkan, kemampuan dalam mencari,

menemukan, menempatkan, menganalisis, mengevaluasi,

mengkomunikasikan dan menggunakan secara efektif informasi yang

berfungsi dalam pemenuhan kebutuhan informasi yang akan memecahkan

berbagai masalah.

tidak lagi

diperlukan,danmenjaga informasiyang harusdilindungi.

Chartered Institute of Library and Information Professionals (CILIP)

(23)

when and why you need information, where to find it, and how to evaluate,

use and communicate it in an ethical manner” (CILIP, 2007). Dari definisi

tersebut dapat diartikan bahwa literasi informasi adalah mengetahui kapan

dan mengapa membutuhkan informasi, dimana mendapatkannya, bagaimana

mengevaluasi, menggunakan dan mengkomunikasikan informasi dengan

cara etis.

Merujuk pada berbagai definisi literasi informasi yang telah

dirumuskan, pada dasarnya semua definisi memiliki kesamaan. Walaupun

ada beberapa perbedaan, hal tersebut bisa menjadi saling melengkapi satu

dengan lainnya.

Literasi informasi adalah kompetensi yang memerlukan pengetahuan

tentang informasi, sifat dan format yang tersedia,kemampuan untuk

mengambil informasi yang relevan dengan menyaring yang tidak relevan,

dan sikap untuk menggunakan informasi dan berbagidengan cara etis

(Koneru, 2010).

Berikut konsep literasi informasi yang digambarkan oleh Lau (2006):

Gambar 2.1Konsep literasi informasi

Pendidikan pengguna (user education)adalah pendekatan umum dalam

mengajarkan kepada pengguna bagaimana mengakses informasi,

bibliographic instruction adalah pelatihan penggunaan sarana bibliografi

(24)

yang berfokus pada temu kembali informasi, library orientation adalah

pengenalan perpustakaan secara umum, information competencies adalah

penggabungan kemampuan dan tujuan dari literasi informasi, dan

development of information skills adalah proses memfasilitasi kemampuan

literasi.

Dalam konteks literasi informasi, perlu membekali pengguna dengan

kemampuan yang diperlukan untuk menemukan dan memanfaatkan

informasi yang mereka butuhkan untuk bekerja, belajar dan rekreasi.

Kemampuan bisa didapat melalui bermacam konsep literasi informasi di

atas.

Shapiro danHughes (1996) mendefinisikan literasi informasi sebagai

berikut:1) Dalamartisempitliterasi informasi mencakupketerampilan

praktisyang terlibat dalampenggunaan teknologi informasidan sumber

dayainformasi yang efektif, baikcetak maupun elektronik,2) Literasi

informasiadalah seniliberalbaruyangmelampauiketerampilan teknis

dandipahamisebagairefleksi kritispada sifatinformasi itu sendiri,

infrastruktur teknis dankonteks sosial, budayadan bahkanfilosofisdan

dampaknya, 3) Kurikulummelek informasimeliputi:a) Tool Literacy, yakni

kemampuan memahami dan menggunakan alat teknologiinformasi secara

konseptual maupun praktikal, termasuk di dalamnyakemampuan

menggunakan perangkat lunak, perangkat keras, dan multimedia, b)

Resource Literacy, yakni kemampuan memahami bentuk, format, lokasi

dancara mendapatkan sumberdaya informasi, c) Social-Structure Literacy,

yakni kemampuan memahami tentang bagaimanainformasi dihasilkan dalam

suatu masyarakat, d) Research Literacy, yakni kemampuan menggunakan

peralatan berbasisteknologi informasi sebagai alat riset, e) Publishing

Literacy, yakni kemampuan menyusun dan menerbitkan publikasidan ide

ilmiah ke kalangan luas dengan memanfaatkan komputer dan internet, f)

Emerging Technology Literacy, yakni kemampuan yang

memungkinkanseseorang untuk terus menerus menyesuaikan diri dengan

perkembanganteknologi, g) Critical Literacy, yakni kemampuan

(25)

Menurut Association of College and Research Libraries (ACRL)

setelah menguasai keterampilan literasi informasi individu akan bisa:

1. Menentukan batas informasi yang diperlukan.

2. Mengakses informasi yang diperlukan dengan efektif dan efisien

3. Mengevaluasi informasi dan sumber-sumbernya dengan kritis

4. Memadukan sejumlah informasi yang terpilih menjadi dasar

pengetahuan seseorang

5. Menggunakan informasi dengan efektif untuk mencapai tujuan

tertentu.

6. Mengerti masalah ekonomi, hukum, dan sosial sehubungan dengan

penggunaan informasi, serta mengakses dan menggunakan informasi

secara etis dan legal (ACRL, 2000)

2.3. Model Literasi Informasi

Literasi informasi pada dunia perguruan tinggi dianggap sebagai

serangkaian kemampuan yang bersifat generik dan dapat diterapkan di

segala bidang ilmu (Hasugian, 2008). Program-program literasi informasi di

perguruan tinggi pada umumnya berdasarkan pada kemampuan mencari,

menemukan, dan menggunakan informasi. Kemampuan seperti itu disebut

kemampuan teknis.

1.

UNESCO memasukkan enam kategori kelangsungan hidup

kemampuan literasi abad 21 yang terdiri dari:

Basic Literacy, kadang-kadang disebutLiterasiFungsional

(Functional Literacy), merupakan kemampuan dasar

literasiatausistem belajar konvensionalseperti

bagaimanamembaca,menulis,

2.

danmelakukan

perhitungannumerikdan mengoperasikan sehingga setiap

individudapat berfungsidan memperoleh kesempatan untuk

berpartisipasi dimasyarakat, di rumah, di kantor maupun sekolah.

Computer literacy,merupakanseperangkat keterampilan, sikap dan

pengetahuan yang diperlukanuntuk memahami

(26)

dankomunikasi, termasukperangkatdan alat-alatseperti komputer

pribadi(PC), laptop, ponsel, iPod, BlackBerry, dansebagainya,

literasikomputerbiasanyadibagi menjadihardwaredan

softwareliterasi

3.

.

Media Literacy,merupakanseperangkat keterampilan, sikapdan

pengetahuanyang diperlukan untuk memahamidan

memanfaatkanberbagai jenismediadan formatdi mana

informasidikomunikasikandari pengirimke penerima, seperti

gambar, suara, danvideo,dan apakahsebagai transaksiantara

individu, atausebagai transaksimassalantara pengirimtunggal

danbanyak penerima, atau, sebaliknya

4.

.

Distance LearningdanE-Learningadalah istilah yangmerujuk

pada modalitaspendidikan dan pelatihanyang

menggunakanjaringan telekomunikasi, khususnya worldwide

webdan internet, sebagai ruang kelasvirtual bukanruang

kelasfisik.Dalam distance learningdane-learning, baikguru dan

siswaberinteraksi secara online,

5.

sehinggasiswadapat

menyelesaikanpenelitian dantugasdarirumah,atau di mana sajadi

mana mereka dapatmemperoleh akseske komputer dansaluran

telepon.

Cultural Literacy. Merupakan literasibudayayang

berartipengetahuan, dan pemahaman, tentang bagaimanasuatu

negara, agama, sebuah kelompok etnisatau suatusuku, keyakinan,

simbol, perayaan, dancara komunikasi tradisional.Sebuah elemen

penting daripemahamanliterasi informasiadalahkesadaran tentang

bagaimanafaktor budaya berdampak secara positif maupunnegatif

dalam hal

6.

penggunaaninformasi moderndan teknologi komunikasi.

Information literacy, eratkaitannya denganpembelajaran untuk

belajar, danberpikir kritis, yang menjaditujuan

pendidikanformal,tapi seringtidak terintegrasike dalam

kurikulum, silabusdanrencana

(27)

istilahinformation competenciesatauinformation fluencyatau

bahkanistilah lain (UNESCO, 2007).

Literasi informasitidak bisa hanya mengandalkanpustakawanatau

pengetahuan yang terbatas dari mahasiswa. Sebaliknya, perlu

pendekatanmelaluimitrakampusyang bekerjasama untukkepentingan

literasiinformasi danmenerima tanggung jawabbersamadi

dalamnya.Mengintegrasikanliterasi informasidi seluruhkurikulumadalah

kesempatandan tantangan bagipustakawanuntuk membantu sivitas

akademika. Ada banyak model pembelajaran literasi informasi untuk

memandumahasiswa memahamiliterasi informasiyang

dikaitkandalamkurikulumpendidikan tinggi yang antara lain yaitu:

SCONUL (Seven Pillar)

Kelompok KerjaLiterasiInformasiSCONULmenerbitkan keterampilan

informasidalam pendidikan tinggipada tahun 1999.

SCONULmemperkenalkanTujuhPilar (seven pillar)

ModelKeterampilanInformasi.Sejak itu, modelini diadopsi

olehpustakawandan gurudi seluruh duniasebagaisarana untuk

membantumereka memberikaninformasi kepadapeserta didik.

1. Recognize information need(mengenal kebutuhan informasi).

Keterampilan

tersebut sebagai berikut:

2. Distinguish ways of addressing gap(membedakan cara mengatasi

kesenjangan, mengetahui sumber informasi).

3. Construct strategies for locating(membangun strategi untuk menentukan

lokasi informasi).

4. Locate and access(menentukan lokasi dan akses informasi).

5. Compare and evaluate(membandingkan dan mengevaluasi informasi

yang diperoleh dari sumber yang berbeda).

6. Organise, apply and communicate (mengorganisasikan, menerapkan dan

mengkomunikasikan informasi ke orang lain dengan cara yang sesuai

dengan situasi).

7. Synthesise and create (menyatukan dan membangun atas informasi yang

(28)

Berikutgambar pola kemampuanseven pillars:

Gambar 2.2 Pola Kemampuan Seven Pillar

Information Literacy

B

a

sic

L

ib

ra

ry

S

k

il

ls

a

n

d

I

T

S

k

il

ls

Novice Advanced Beginner Competent Proficient Expert

Recognise information need

Distinguish ways of addressing gap

Construct strategies for locating

Locate and access

Compare and evaluate

Organise, apply and communicate

(29)

SCONUL memasukkan kemampuan dasar perpustakaan dan

kemampuan teknologi informasi ke dalam tujuh pilar kemampuan literasi

informasi dan mengelompokkan tingkat kemampuan pada tingkatnovice,

advanced beginner, competent, proficient dan expert.

The Big6

The Big6 ditemukan oleh Eisenberg dan Berkowitz pada tahun 1990.

Mereka mengelompokkan keterampilan literasi informasi kedalam 6 (enam)

bidang yaitu:

1. Perumusan masalah

a. Merumuskan masalah yang dihadapi

b. Mengidentifikasi informasi yang diperlukan

2. Strategi mencari informasi

a. Menentukan semua sumber yang mungkin dapat digunakan

b. Memilih sumber yang terbaik

3. Menentukan lokasi dan akses informasi

a. Menentukan sumber informasi secara intelektual

b. Menemukan informasi dari berbagai sumber

4. Menggunakan informasi

a. Membaca, mendengar, menyentuh dan sebagainya

b. Mengekstrak informasi yang relevan

5. Mensintesis

a. Mengorganisasikan informasi dari berbagai sumber

b. Mempresentasikan informasi

6. Mengevaluasi

a. Menilai produk yang dihasilkan dari segi efektivitas

b. Menilai proses dari segi efisiensi

Menurut Eisenberg, The Big6 dapat digunakan siapapun ketika

mereka mencari atau mengaplikasikan informasi untuk memecahkan

masalah atau membuat keputusan. Namun perlu diperhatikan bahwa tahapan

(30)

harus selalui melalui tahapan secara berurutan. Untuk lebih jelasnya dapat

dilihat pada gambar berikut:

Gambar 2.3The Big6 nonlinear

Enam poin yang menggambarkan The Big6 merupakan keterampilan

penting, sebuah model proses pemecahan masalah informasi, sederhana,

bisa berlaku dimana saja, bisa diterapkan untuk setiap situasi informasi,

mudah diimplementasikana dan sangat kuat (powerful).

Task Defenition

Information Seeking Strategies

Location and Access

Information Use

Synthesis

(31)

Empowering8

Model literasi informasi Empowering8 dihasilkan dari kegiatan

workshop yang diprakarsai oleh UNESCO yang dilaksanakan di Srilanka

pada tahun 2004 dan di India pada tahun 2005. Model ini dikembangkan

oleh orang Asia untuk Asia. Empowering 8 merupakan hak cipta NILIS

(National Institute of Library and Information Science) yang menghasilkan

pengelompokan keterampilan yaitu:

1. Mengidentifikasi topik, format yang relevan dan jenis-jenis sumber

informasi

2. Mengeksplorasi sumber informasi

3. Menyeleksi sumber informasi, merekam dan mengumpulkan

kutipan-kutipan yang relevan

4. Mengorganisasi informasi, mengevaluasi dan menyusun informasi secara

logis, dan menggunakan alat bantu untuk membandingkan dan

mengkontraskan informasi

5. Menciptakan informasi dengan menggunakan kata-kata dan ide sendiri

6. Mempresentasi dan menyebarkan informasi yang dihasilkan

7. Menilai informasi

8. Menerapkan informasi yang didapat dan menggunakan pengetahuan baru

tersebut untuk berbagai situasi (Wijetunge, 2005).

Empowering8 dikembangkan menggunakan pendekatan pemecahan

masalah ke sumber berdasarkan pembelajaran karena mencakup delapan

komponen dalam hal menemukan dan menggunakan informasi secara

efektif.

2.4. Standar Kompetensi Literasi Informasi Model ACRL

Kemampuan baru dapat diperoleh dengan menjalani proses belajar.

Dalam proses belajar memerlukan informasi yang tepat dan benar. Bagi

mahasiswa, kemampuan ini akan menentukan banyaknya informasi yang

dapat diserap, dan lebih dari itu mahasiswa makin mampu menyelesaikan

(32)

diterimanya tanpa evaluasi. Untuk itu diperlukan standar kompetensi literasi

informasi.

The Association of College and Research Libraries (ACRL) meminta

pengesahan pengumuman standar kompetensi literasi informasi dari para

profesional dan asosiasi akreditasi di perguruan tinggi. Standar kompetensi

literasi informasi untuk pendidikan tinggi menyediakan kerangka kerja

untuk mengidentifikasikan individu yang memiliki kompetensi informasi.

Standar berfokus pada kebutuhan mahasiswa di pendidikan tinggi. Standar

ini juga menampilkan daftar hasil untuk menilai perkembangan kompetensi

informasi mahasiswa. Dalam standar kompetensi literasi informasi dari

ACRL (2000), seseorang disebut information literate jika memiliki:

(1) Kemampuan menentukan jenis dan sifat informasi yang

dibutuhkan

a. Kemampuan mendefinisikan kebutuhan informasi.

• Berunding dengan instruktur dan berpartisipasi dalam kelas

diskusi, kelompok rekan kerja, dan diskusi elektronik untuk

mengidentifikasi topik penelitian, atau kebutuhan informasi

lainnya.

• Mengembangkan pernyataan tesis dan merumuskan pertanyaan

berdasarkan kebutuhan informasi.

• Menggali sumber-sumber informasi umum untuk meningkatkan

keakraban dengan topik.

• Mendefinisikan atau memodifikasi kebutuhan informasi untuk mencapai fokus pengelolaan.

• Mengidentifikasi konsep-konsep kunci dan istilah yang

menggambarkan kebutuhan informasi.

• Mengakui bahwa informasi yang ada dapat dikombinasikan dengan pemikiran yang orisinal, eksperimentasi atau analisis

(33)

b. Kemampuan mengidentifikasi beragam jenis dan format dari

sumber-sumber informasi yang potensial.

• Mengetahui bagaimana informasi formal dan informal diproduksi,

terorganisir, dan disebarluaskan.

• Mengakui pengetahuan yang dapat diatur dalam disiplin ilmu

yang mempengaruhi cara informasi diakses.

• Mengidentifikasi nilai dan perbedaan potensi sumber informasi dalam berbagai format (misalnya, multimedia database website,

kumpulan data, audio/visual, dan buku).

• Mengidentifikasi tujuan dan pengguna potensial dari sumber

informasi (misalnya majalah populer vs majalah ilmiah, informasi

terbaru vs lama)

• Membedakan antara sumber primer dan sekunder, mengenali bagaimana penggunaan dan pentingnya variasi sumber-sumber

tersebut dengan masing-masing disiplin.

• Menyadari informasi yang mungkin perlu dibangun dengan data

mentah dari sumber primer.

c. Kemampuan mempertimbangkan biaya dan manfaat dari pencarian

informasi yang dibutuhkan.

• Menentukan ketersediaan informasi yang dibutuhkan dan

membuat keputusan tentang perluasan proses pencarian informasi

di luar sumber lokal (misalnya, interlibrary loan, menggunakan

sumber informasi di lokasi lain, memperoleh gambar, video, teks,

atau suara).

• Mempertimbangkan kelayakan menemukan bahasa atau

keterampilan baru (misalnya, berbahasa asing atau berbasis

disiplin) dalam rangka untuk mengumpulkan informasi yang

dibutuhkan dan untuk memahami konteksnya.

• Mendefinisikan rencana realistis secara keseluruhan dan waktu

untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan.

d. Kemampuan mengevaluasi kembali sifat dan cakupan informasi yang

(34)

• Mengulas kebutuhan informasi awal untuk memperjelas, merevisi

atau memperbaiki pertanyaan.

• Menjelaskan kriteria yang digunakan untuk membuat keputusan

informasi dan pilihan

(2) Kemampuan mengakses informasi yang dibutuhkan secara efektif

dan efisien

a. Kemampuanmenyeleksi metode pencarian atau sistem temu kembali

informasi yang paling tepat untuk mencari informasi yang

dibutuhkan.

• Mengidentifikasi metode investigasi yang tepat (misalnya, percobaan laboratorium, simulasi, kerja lapangan).

• Menyelidiki manfaat dan penerapan berbagai metode investigasi.

• Menelaah ruang lingkup, isi, dan organisasi sistem pencarian informasi.

• Memilih pendekatan yang efisien dan efektif untuk mengakses

informasi yang diperlukan dari metode investigasi atau sistem

pencarian informasi.

b. Kemampuan membangun dan menerapkan strategi penelusuran yang

efektif.

• Mengembangkan rencana penelitian yang sesuai dengan metode

investigasi.

• Mengidentifikasi kata kunci, sinonim dan istilah terkait untuk informasi yang dibutuhkan.

• Memilih kosakata terkontrol khusus untuk disiplin atau sumber

temu kembali informasi.

• Membangun strategi pencarian menggunakan perintah yang sesuai untuk sistem pencarian informasi tertentu (misalnya,

operator boolean, pemotongan (truncation), dan proximity untuk

mesin pencari, penyelenggara internal seperti indeks untuk buku).

• Menerapkan strategi pencarian di berbagai sistem pencarian

(35)

mesin pencari, dengan bahasa perintah yang berbeda, protokol,

dan parameter pencarian.

• Mengimplementasikan pencarian menggunakan protokol

investigasi sesuai dengan disiplin.

c. Kemampuan menemukan kembali informasi secara onlineatau secara

pribadi menggunakan beragam metode.

• Menggunakan berbagai sistem pencarian untuk mengambil

informasi dalam berbagai format.

• Menggunakan berbagai skema klasifikasi dan sistem lain (misalnya, sistem nomor panggil atau indeks) untuk mencari

sumber informasi dalam perpustakaan atau untuk

mengidentifikasi situs tertentu untuk eksplorasi fisik.

• Menggunakan layanan online atau khusus orang yang tersedia di

suatu lembaga untuk mengambil informasi yang diperlukan

(misalnya, pinjaman antar/dokumen pengiriman, asosiasi profesi,

kantor lembaga penelitian, sumber daya masyarakat, pakar dan

praktisi).

• Menggunakan survei, surat, wawancara, dan bentuk lain dari

penyelidikan untuk mengambil informasi primer.

d. Kemampuan mengubah strategi penelusuran jika perlu.

• Menilai kuantitas, kualitas, dan relevansi hasil pencarian untuk

menentukan apakah sistem pencarian informasi alternatif atau

metode investigasi harus dimanfaatkan.

• Mengidentifikasi kesenjangan dalam informasi yang diambil dan

menentukan apakah strategi pencarian harus direvisi.

• Mengulangi pencarian dengan menggunakan strategi revisi

seperlunya.

e. Kemampuan mengutip, mencatat, dan mengolah informasi dan

sumber-sumbernya.

• Memilih di antara berbagai teknologi yang paling tepat untuk

(36)

fungsi perangkat lunak, mesin fotokopi, scanner, peralatan

audio/visual, atau instrumen eksplorasi).

• Menciptakan sistem untuk mengorganisasikan informasi.

• Membedakan antara jenis sumber yang dikutip dan memahami

unsur-unsur dan sintaks yang benar dari kutipan untuk berbagai

sumber informasi.

• Mencatat semua informasi kutipan yang relevan untuk referensi di masa mendatang.

• Menggunakan berbagai teknologi untuk mengelola informasi

yang terpilih dan terorganisir

(3) Kemampuan mengevaluasi informasi dan sumber-sumbernya

secara kritis

a. Kemampuanmeringkas ide utama yang dapat dikutip dari informasi

yang terkumpul.

• Membaca teks dan memilih gagasan utama.

• Menyatakan kembali konsep tekstual dalam kata-kata sendiri dan

memilih data yang akurat.

• Mengidentifikasi materi verbatim yang tepat dan dapat dikutip

kemudian.

b. Kemampuan mengeluarkan dan menggunakan kriteria awal untuk

mengevalusi informasi dan sumber -sumbernya.

• Memeriksa dan membandingkan informasi dari berbagai sumber untuk mengevaluasi reliabilitas, validitas, akurasi, otoritas,

ketepatan waktu, dan sudut pandang bias.

• Menganalisa struktur dan logika argumen pendukung atau

metode.

• Mengakui prasangka, penipuan, atau manipulasi.

• Mengakui budaya, fisik, atau konteks lainnya di mana informasi

diciptakan dan memahami dampak dari konteks dalam

menafsirkan informasi

c. Kemampuan mengumpulkan ide-ide utama untuk membangun

(37)

• Mengakui keterkaitan antar konsep dan menggabungkannya ke

dalam laporan utama potensial dengan bukti pendukung.

• Memperpanjang awal sintesis, bila mungkin, pada tingkat lebih

tinggi dari abstraksi untuk membangun hipotesis baru yang

mungkin memerlukan informasi tambahan.

• Memanfaatkan komputer dan teknologi lainnya (misalnya

spreadsheet, database, multimedia, dan perlengkapan audio atau

visual) untuk mempelajari interaksi ide dan fenomena lain.

d. Kemampuan membandingkan pengetahuan baru dengan pengetahuan

terdahulu untuk menentukan nilai tambahnya, kontradiksi, atau

karakteristik literasi informasi unik lainnya dari informasi.

• Menentukan apakah informasi memenuhi kebutuhan penelitian

atau informasi lainnya.

• Menggunakan kriteria memilih untuk menentukan apakah

informasi yang bertentangan atau memverifikasi informasi yang

digunakan dari sumber lain.

• Menarik kesimpulan berdasarkan informasi yang dikumpulkan.

• Pengujian teori dengan disiplin yang sesuai teknik (misalnya,

simulator, percobaan)

• Menentukan akurasi kemungkinan dengan mempertanyakan sumber data, keterbatasan alat pengumpulan informasi atau

strategi, dan kewajaran kesimpulan.

• Mengintegrasikan informasi baru dengan informasi atau

pengetahuan sebelumnya.

• Memilih informasi yang menyediakan bukti untuk topik

e. Kemampuan menentukan apakah pengetahuan baru memiliki

dampak terhadap sistem nilai seseorang dan menentukan cara untuk

menyatukan perbedaan-perbedaan.

• Menyelidiki sudut pandang yang berbeda yang ditemui dalam

literatur.

• Menentukan apakah untuk memasukkan atau menolak sudut

(38)

f. Kemampuan membuktikan kebenaran dari pemahaman dan

interpretasi informasi melalui diskusi dengan individu lain, para ahli,

dan/atau praktisi.

• Berpartisipasi dalam kelas dan diskusi lainnya.

• Berpartisipasi dalam forum komunikasi elektronik yang dirancang

untuk mendorong wacana pada topik (misalnya, e-mail, papan

buletin, chat room).

• Mencari pendapat ahli melalui berbagai mekanisme (misalnya, wawancara, e-mail, listservs).

g. Kemampuan menentukan apakah query (pertanyaan) awal perlu

direvisi

• Menentukan apakah kebutuhan akan informasi asli telah

memuaskan atau masih memerlukan informasi tambahan.

• Mengulas strategi pencarian dan menggabungkan konsep

tambahan yang diperlukan.

• Mengulas sumber pencarian informasi yang digunakan dan

memperluas untuk memasukkan hal lain yang diperlukan.

(4) Kemampuan menggunakan informasi untuk menyelesaikan tujuan

tertentu

a. Kemampuanmenggunakan informasi baru dan yang terdahulu untuk

perencanaan dan penciptaan hasil kinerja yang istimewa.

• Mengatur konten dengan cara yang mendukung tujuan dan format

produk atau kinerja (misalnya garis, draft, storyboard).

• Mengartikulasikan pengetahuan dan transfer keterampilan dari

pengalaman sebelumnya dalam merencanakan dan menciptakan

produk atau kinerja.

• Mengintegrasikan informasi baru dan sebelumnya, termasuk

kutipan dan penafsiran dengan cara yang mendukung tujuan dari

produk atau kinerja.

• Memanipulasi teks digital, gambar, dan data sesuai kebutuhan, memindahkannya dari tempat asli ke dalam format baru.

(39)

• Mempertahankan jurnal atau log kegiatan yang berkaitan dengan

pencarian informasi, evaluasi, dan proses berkomunikasi.

• Memikirkan kesuksesan masa lalu, kegagalan, dan strategi

alternatif.

c. Kemampuan mengkomunikasikan hasil atau performa secara efektif

kepada orang lain.

• Memilih media komunikasi dan format yang paling mendukung tujuan dari produk atau kinerja dan pengguna yang dituju.

• Menggunakan berbagai aplikasi teknologi informasi dalam

menciptakan produk atau kinerja.

• Menggabungkan prinsip-prinsip desain dan komunikasi.

• Berkomunikasi dengan jelas dan dengan gaya yang mendukung tujuan dari pengguna.

(5) Memahami aspek ekonomi, hukum, dan sosial yang berkaitan

dengan penggunaan informasi

a. Memahami isu-isu ekonomi, hukum dan aspek sosial ekonomi

seputar informasi dan teknologinya.

• Mengidentifikasi dan membahas isu-isu yang berkaitan dengan

privasi dan keamanan baik di media cetak dan lingkungan

elektronik.

• Mengidentifikasi dan membahas isu-isu yang berkaitan dengan akses informasi secara gratis vs berbayar.

• Mengidentifikasi dan membahas isu-isu yang berkaitan dengan

penyensoran dan kebebasan berbicara.

• Menunjukkan pemahaman tentang kekayaan intelektual, hak cipta, dan penggunaan secara wajar dari materi yang berhak cipta.

b. Mengikuti peraturan/hukum serta kebijakan institusi dan etika yang

berhubungan dengan akses dan penggunaan sumber-sumber

informasi.

• Berpartisipasi dalam diskusi elektronik dan mematuhi peraturan

(40)

• Menggunakan password yang disetujui dan bentuk lain dari ID

untuk akses ke sumber informasi.

• Mematuhi kebijakan institusional terhadap akses ke sumber

informasi.

• Menjaga integritas sumber informasi, peralatan, sistem dan

fasilitas.

• Secara hukum memperoleh izinmenyebarkan teks, data, gambar,

atau suara.

• Menunjukkan pemahaman tentang apa yang merupakan

plagiarisme dan tidak mengakui karya orang lain sebagai milik

sendiri.

• Menunjukkan pemahaman tentang kebijakan institusi yang terkait dengan penelitian tentang manusia.

c. Menghargai penggunaan sumber-sumber informasi dalam

mengkomunikasikan produk atau kinerja.

• Memilih gaya dokumentasi yang sesuai dan menggunakan

kutipan sumber-sumber secara konsisten.

• Memberitahukan izin yang diberikan sesuai kebutuhan untuk

karya yang berhak cipta.

Selain standar-standar literasi informasi yang disebut di atas masih

banyak lagi standar lainnya. Masing-masing standar memiliki karakteristik

dalam hal mengajarkan cara belajar yang mengarahkan dan mendorong

manusia untuk mengembangkan pengetahuan yang dapat memupuk

motivasi untuk belajar lebih jauh dan lebih dalam. Namun, model literasi

informasi pada SCONUL, The Big6 dan Empowering 8 tidak secara spesifik

menjabarkan indikator kinerja kemampuan literasi informasi seperti yang

dijabarkan pada ACRL.

Kemampuan literasi informasi SCONUL sulit untuk dipraktekkan.

Ketikamenggunakansistemdasarpenelitian sepertikatalog online

(41)

denganketerampilan berpikir kritis yang tidak dijabarkan secara spesifik

pada SCONUL.

The Big6 bisa digunakan oleh semua tingkat pendidikan dan usia,

namun pada penerapannya The Big6 lebih banyak digunakan bagi siswa di

sekolah. Sedangkan Empowering 8 belum banyak digunakan untuk

penelitian dengan objek literasi informasi.

ACRL memiliki serangkaian standar, indikator kinerjadan hasil

untukliterasi informasidalam pendidikan tinggi.Setiap tingkatdikaitkan

denganindikator kinerjadan hasilsecara spesifik untuk menentukan tingkat

kemampuan literasi informasi untuk mahasiswa.ModelACRLjuga

memasukkanketerampilanperpustakaandasar dankemampuan teknologi

informasisebagaielemen dasar, dan denganmenekankanstrategi

untuklokasiinformasi sertadimensikreatif dengan mengembangkan

kompetensi untuk visual dan media

BAB III

literasi.

METODE PENELITIAN

3.1. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian

kuantitatif dengan penjelasan secara deskriptif.Data yang dikumpulkan dari

penyebaran kuesioner dianalisis dengan menggunakan metode

deskriptif.Dalam penelitian data dituangkan dalam bentuk narasi deskriptif.

Analisis data digunakan untuk menganalisis tingkat literasi informasi

pengguna perpustakaan Universitas Sumatera Utara.

3.2. Prosedur Penelitian

Berikut langkah-langkah atau prosedur penelitian yang akan

dilakukan:

Observasi

(42)

Gambar 3.1 Prosedur penelitian

Berikut adalah penjelasan dari prosedur penelitian di atas:

1. Observasi

Studi pendahuluan dilakukan dengan melakukan observasi dan

pengamatan awal untuk mengetahui apakah perpustakaan USU sudah

pernah melakukan pelatihan literasi informasi dan mengamati pengguna

perpustakaan USU yang sedang melakukan penelusuran di layanan

digital perpustakaan USU untuk melihat sejauhmana kemampuan

penelusuran mereka.

2. Penentuan Populasi dan Sampel

Populasi penelitian ini adalah pengguna perpustakaan USU. Mengingat

banyaknya populasi, maka ditetapkan yang menjadi sampel dari

penelitian ini sebanyak 80 orang.Teknik pengambilan sampel yang

digunakan adalah purposive sampling dengan kriteria: a) peminjam

terbanyak periode September hingga Nopember 2012, b) mahasiswa

tingkat sarjana strata 1 (S1) semester VI.

3. Instrumen Penelitian

Penyebaran kuesioner

Pengolahan data

Penentuan Instrumen Penelitian

(43)

Penelitian ini menggunakan kuesioner sebagai instrumen penelitian.

Setiap kuesioner berisi pertanyaan yang memuat indikator-indikator

variabel penelitian. Kuesioner mengacu pada standar ACRL. Dari

standar ACRLdibentuk menjadi empat standar kemampuan yang

menghasilkan 33 butir pertanyaan kuesioner. Berdasarkan 33 butir

pertanyaan tersebut, disusun kisi-kisi kuesioner pada Tabel 3.1.

Tabel 3.1 Kisi-kisi Kuesioner

Parameter Indikator ACRL Nomor Item

Kuesioner* Jumlah Variabel

(44)

efektif, efisien, etis dan berdasar hukum

Jumlah 33 33

*Kuesioner dapat dilihat pada Lampiran 1

4. Penyebaran Kuesioner

Langkah selanjutnya adalah penyebaran kuesioner kepada pengguna

perpustakaan. Kuesioner dibagikan dikelas yang telah ditentukan.

Sebelum mengisi kuesioner, responden diberi petunjuk mengenai topik

pada kuesioner dan diberi petunjuk cara mengisi. Setelah diisi,

kuesioner langsung dikumpulkan dihari yang sama.

5. Pengolahan Data

Pengolahan data dilakukan dengan tahapan 1) memeriksa ketepatan dan

kelengkapan jawaban atau pertanyaan, 2) memasukkan data ke program

komputer dengan menggunakan program SPSS dan Microsoft excel,3)

data yang telah dimasukkan ke komputer di periksa kembali guna

menghindari kesalahan, 4) data ditabulasi kemudian dihitung

presentasinya untuk dianalisis dan diinterpretasikan.

6. Analisis Data

Data yang dikumpulkan dari penyebaran kuesioner dianalisis dengan

menggunakan metode deskriptif. Hasil penelitian ini diharapkan bisa

menjadi rekomendasi untuk menentukan materi apa saja yang perlu

diperdalam dalam kegiatan pelatihan. Materi diambil berdasarkan

penghitungan nilai rata-rata dari jawaban responden untuk setiap item

pertanyaan yang < 3,25. Hal ini ditetapkan dengan pertimbangan nilai

rata-rata 3,25 cenderung lebih dekat ke interval kemampuan cukup,

dengan harapan setelah mengikuti pelatihan peserta akan mencapai nilai

maksimum yaitu pada level kemampuan baik.

Skala pengukuran dalam penelitian ini menggunakan rating scale.

Rating scale digunakan karena lebih fleksibel, tidak terbatas untuk

mengukur sikap saja tetapi untuk mengukur persepsi responden

terhadap fenomena lainnya seperti skala untuk mengukur status sosial

ekonomi, kelembagaan, pengetahuan, kemampuan, proses kegiatan dan

(45)

bertujuan untuk mengartikan setiap angka yang diberikan pada

alternatif jawaban pada setiap item instrumen. Untuk menghitung nilai

rata-rata jawaban seluruh responden untuk tiap item pertanyaan dapat

dihitung dengan rumus sebagai berikut:

Keterangan:

= rata-rata jawaban responden tiap item pertanyaan = banyaknya responden yang menjawab sangat kurang = banyaknya responden yang menjawab kurang

= banyaknya responden yang menjawab cukup = banyaknya responden yang menjawab baik

= bobot jawaban sangat kurang = 1 = bobot jawaban kurang = 2 = bobot jawaban cukup = 3 = bobot jawaban baik = 4

3.3. Jadwal Penelitian

Penelitian ini dimulai pada bulan Desember 2012 sampai Mei 2013.

3.4. Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di perpustakaan Universitas Sumatera Utara

Jalan Perpustakaan No. 1 Kampus Universitas Sumatera Utara.

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Umum Perpustakaan Universitas Sumatera Utara

Sebagai perpustakaan sentral, perpustakaan Universitas Sumatera

(46)

pemakai dari berbagai jenjang pendidikan. Saat ini, Perpustakaan USU

melayani kebutuhan bahan pustaka mahasiswa dan dosen dari 11 fakultas

dan satu sekolah pascasarjana yang mengasuh jenjang program sarjana

(S-1), program diploma III, program diploma IV, program magister (S-2),

program spesialis/profesi, dan program doktor. Jumlah mahasiswa yang

terdaftar menjadi pemakai aktif Perpustakaan USU terdiri dari 29.443 orang

dan jumlah tenaga dosen sebanyak 1.636 orang.Untuk melayani kebutuhan

itu, Perpustakaan USU menyediakan bahan pustaka dalam jumlah yang

besar dan beraneka ragam jenis maupun subyeknya. Berdasarkan Laporan

Akuntabilitas Kinerja (LAKIP) 2011, perpustakaan USU memiliki jumlah

koleksi tercetak sebanyak 682.403 judul dengan rincian koleksi buku

sebanyak 498.731 eksemplar (73,06%), Jurnal sebanyak 137.738 eksemplar

(20,16%), koleksi deposit & lainnya sebanyak 46.294 eks. ( 6,78%).

Selain koleksi tercetak, perpustakaan USU memiliki koleksi digital

yang dipublikasikan sampai dengan tahun 2010 melalui usu repository

(repository.usu.ac.id) sebanyak 18.916 eksemplar. Perpustakaan melanggan

sejumlah jurnal elektronik (e-journal) untuk sivitas akademika USU. Selain

itu, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (DIKTI) Kementerian

Pendidikan dan Kebudayaan juga melanggan sejumlah jurnal yang

penggunaannya dibagi-pakai kepada seluruh perguruan tinggi di Indoenesia.

Jumlah perolehan bahan pustaka elektronik (e-materials)dari bulan Januari

s.d Desember 2010 berupa e-journal sebanyak 33.115 eksemplar terdiri dari

jurnal Proquest, EBSCO, GALE, TEAL, Westlaw Int., Institute of Physics

(IOP), Royal Society Chemistry (RSC), Springer, World Scientific.

Sedangkan jumlah koleksi e-book sebanyak 42.776 eksemplar yang

merupakan produk dari Springer dan EBSCO.

Pemanfaatan fasilitas dan layanan yang diberikan oleh perpustakaan

USU tidak terlepas dari dukungan infrastruktur yang ada. Pengelolaan

perpustakaan didukung oleh sistem yang terintegrasi dimana:

 Seluruh modul Sistem Perpustakaan (SiPus) terintegrasi (Integrated

Library System)

(47)

 Katalog perpustakaan dan seluruh karya ilmiah dosen dan

mahasiswa dapat diakses dari situs perpustakaan (library.usu.ac.id)

dan USU Repository (repository.usu.ac.id).

 Tersedia jaringan Hotspot Internet di perpustakaanuniversitas dan

perpustakaan cabang

Infrastruktur Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) yang

disediakan perpustakaan USU terdiri dari:

 Tersedia 139 unit PC untuk akses publik:

• 38 unit khusus untuk akses penelusuran literatur bagi

mahasiswa pascasarjana, dosen dan peneliti.

• 31 unit untuk akses penelusuran literatur bagi mahasiswa

Diploma dan S-1.

• 57 unit tersebar di seluruh lantai gedung Perpustakaan, untuk

akses penelusuran literatur.

• 13 unit untuk akses Online Public Access Catalog (OPAC)

 Tersedia 100 unit PC untuk pengolahan koleksi dan administrasi

Berdasarkan data di atas menunjukkan bahwa dengan infrastruktur

yang memadai seharusnya ada peningkatan pencarian dan pemanfaatan

informasi yang menjadi salah satu kebutuhan utama khususnya bagi

mahasiswa. Untuk memenuhi kebutuhan informasi tersebut mahasiswa

perlu diberikan pelatihan literasi informasi. Infrastruktur yang disediakan

oleh perpustakaan USU mampu mendukung terlaksananya pelatihan literasi

informasi bagi penggunanya.

4.2. Identifikasi Kebutuhan Pelatihan

Identifikasi kebutuhan pelatihan bertujuan untuk mengetahui apakah

responden pernah mengikuti pelatihan literasi informasi dan apakah

pelatihan literasi informasi perlu dilakukan atau tidak. Untuk mengetahui

hasilnya dapat dilihat pada uraian berikut:

(48)

Berdasarkan seleksi kuesioner diketahui bahwa banyak mahasiswa

tidak pernah mengiktui pelatihan literasi informasi. Uraian yang lebih jelas

lagi mengenai apakah mahasiswa pernah mengikuti pelatihan literasi

informasi bisa dilihat pada Tabel 4.1.

Tabel 4.1 Keikutsertaan dalam pelatihan literasi informasi

Jawaban Frekuensi Persentase

Ya 21 26,3

Tidak 42 52,5

Tidak tahu/tidak yakin 17 21,3

Total 80 100

Dari Tabel 4.1 hal yang bisa diketahui bahwa sebanyak 52,5% tidak

pernah mengikuti pelatihan literasi informasi. Kemudian ada 26,3%

menjawab pernah mengikuti pelatihan literasi informasi dan responden yang

tidak tahu/tidak yakin pernah mengikuti pelatihan literasi informasi

sebanyak 21,3%. Hasil tabulasi ini menunjukkan bahwa banyak mahasiswa

yang tidak pernah mengikuti pelatihan literasi informasi.

Pelaksana Kegiatan Pelatihan Literasi Informasi

Perpustakaan USU menyediakan layanan pendidikan pengguna bagi

mahasiswa untuk dapat memanfaatkan layanannya. Namun kegiatan

rutinnya biasa dilakukan pada saat orientasi mahasiswa baru dan akan

diadakan lagi jika ada permintaan dari pengguna. Untuk lebih jelasnya

apakah ada pihak lain yang menyelenggarakan pelatihan selain perpustakaan

dapat dilihat pada Tabel 4.2.

Tabel 4.2 Penyelenggara pelatihan literasi informasi

Jawaban Frekuensi Persentase

Perpustakaan 13 16,3

Fakultas 4 5,0

Jurusan/Program Studi 1 1,3

Tidak menjawab 62 77,5

Total 80 100

Tabel 4.2 adalah jawaban lanjutan pertanyaan pertama dari kuesioner.

Gambar

Gambar 2.1Konsep literasi informasi
Gambar 2.2 Pola Kemampuan Seven Pillar
Gambar 2.3The Big6 nonlinear
Gambar 3.1 Prosedur penelitian
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dewi Fitriani : Pelayanan Pengguna Pada Perpustakaan Fakultas Matematikan Dan Ilmu Pengetahuan Alam (MIPA) Universitas Sumatera Utara, 2007... Dewi Fitriani : Pelayanan Pengguna

Nurbeti Sinulingga : Pelayanan Pengguna Pada Perpustakaan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Sumatera Utara, 2006... Nurbeti Sinulingga : Pelayanan Pengguna

Pengguna Menjadi Anggota Perpustakaan Pada Badan Perpustakaan, Arsip, dan Dokumentasi (BPAD) Provinsi Sumatera Utara.. Medan: Program

Perpustakaan USU saat ini berdasarkan data yang diperoleh dari LAKIP (Laporan Akuntabilitas Kinerja Perpustakaan) tahun 2011 perpustakaan Universitas Sumatera Utara,

Martines, Agnes. Literasi Media Mahasiswa Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara. Program Studi Perpustakaan Dan Sains Informasi, Fakultas Ilmu

Dengan adanya Pendidikan Pemakai kepada pengguna perpustakaan pada Dinas Perpustakaan dan Arsip Provinsi Sumatera Utara, dapat memanfaatkan semua kegiatan yang

PERAN KODE ETIK PUSTAKAWAN PADA DINAS PERPUSTAKAAN DAN ARSIP PROVINSI SUMATERA UTARA 3.1 Hubungan Dengan pengguna.. Pengguna atau user adalah orang yang menggunakan fasilitas

Ketika kampus IAIN Sumatera Utara pindah dari Jalan Sutomo ke Jalan Williem Iskandar Pasar V Medan Estate (lokasi yang sekarang) pada tahun 1995, perpustakaan juga dipindahkan