• Tidak ada hasil yang ditemukan

Produktivitas dan Kandungan Nutrisi Beberapa Galur Mutan Sorgum Pada Umur Pemanenan yang Berbeda

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Produktivitas dan Kandungan Nutrisi Beberapa Galur Mutan Sorgum Pada Umur Pemanenan yang Berbeda"

Copied!
45
0
0

Teks penuh

(1)

PRODUKTIVITAS DAN KANDUNGAN NUTRISI BEBERAPA GALUR

MUTAN SORGUM PADA UMUR PEMANENAN YANG BERBEDA

RIZKI EKA PUTERI

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Produktivitas dan Kandungan Nutrisi Beberapa Galur Mutan Sorgum Pada Umur Pemanenan yang Berbeda adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Maret 2015

(4)

RINGKASAN

RIZKI EKA PUTERI. Produktivitas dan Kandungan Nutrisi Beberapa Galur Mutan Sorgum Pada Umur Pemanenan yang Berbeda. Dibimbing oleh PANCA DEWI MHKS, LUKI ABDULLAH, dan SUPRIYANTO.

Sorgum merupakan salah satu hijauan pakan ternak yang berpotensi untuk dikembangkan di Indonesia. Sorgum telah banyak dikembangkan di negara- negara di Afrika, Asia dan Amerika. Melihat potensi sorgum yang cukup besar, beberapa peneliti mulai mengembangkan beberapa varietas sorgum guna meningkatkan produksi serta kualitas dari sorgum itu sendiri. Saat ini di Indonesia telah banyak galur sorgum yang sedang dikembangkan, beberapa diantaranya yaitu sorgum hasil dari pemuliaan yang dilakukan oleh Pusat Aplikasi Teknologi Isotop dan Radiasi BATAN (Badan Tenaga Nuklir Nasional) dan SEAMEO BIOTROP yang disebut dengan sorgum Brown midrib (BMR). Penelitian ini bertujuan untuk mencari umur pemanenan yang tepat untuk menghasilkan biomassa dan kandungan nutrient yang optimal dari galur sorghum hasil mutasi yang disebut BMR yaitu PATIR 3.5 M7, PATIR 3.6 M7 dan PATIR 3.7 M7.

Penelitian ini menggunakan rancangan acak kelompok pola faktorial dengan 2 faktor dan 3 ulangan. Faktor pertama adalah jenis sorgum dan faktor kedua adalah umur pemanenan. Materi yang digunakan pada penelitian ini adalah bibit sorgum dari varietas SAMURAI I (M17) sebagai pembanding, dan galur sorgum hasil mutasi yang disebut Brown Midrib (Bmr) yaitu PATIR 3.5 M7, PATIR 3.6 M7 dan Patir 3.7 M7. Peubah yang diamati yaitu produksi dari batang, daun, bulir, produksi biomassa total, kadar abu, lemak kasar, BETN, serat kasar, protein kasar, TDN, KCBK, KCBO, N-amonia, produksi protein kasar/plot dan produksi TDN/plot. Data dianalisis dengan ANOVA, jika terdapat perbedaan yang nyata dilakukan uji lanjut DMRT.

Hasil penelitian menunjukkan terdapat interaksi yang sangat nyata antar umur panen dan jenis sorghum terhadap produksi batang, daun, bulir, produksi biomassa total, nilai TDN, KCBK, KCBO dan konsentrasi N-amonia. Umur panen berpengaruh nyata terhadap persentase kandungan abu, protein kasar serta lemak kasar. Jenis sorghum berpengaruh nyata terhadap kandungan lemak kasar. Umur panen yang tepat untuk menghasilkan produksi biomassa dan kandungan nutrisi optimal pada setiap jenis sorghum Brown midrib bervariasi.

(5)

SUMMARY

RIZKI EKA PUTERI. Productivity and Nutrient Content of Some Sorghum Mutant Lines At Different Cutting Age Levels. Supervised by PANCA DEWI MHKS,LUKI ABDULLAH and SUPRIYANTO

Sorghum is one of the potential forage to be developed in Indonesia. Sorghum has been developed in Africa, Asia and America.The potential use of sorghum arequite large, some researchers began to develope some sorghum varieties to improve production and quality of sorghum. Currently in Indonesia has many sorghum mutant lines that are being developed, some of which are the result of breeding sorghum conducted by Pusat Aplikasi Teknologi Isotop dan Radiasi BATAN (Badan Tenaga Nuklir Nasional)and the SEAMEO BIOTROP called Brown midrib (BMR) sorghum. The objective of the study was to explore the appropriate cutting age to produce optimal biomass and good nutrient quality from sorghum mutant lines BMR are 3.5 M7, PATIR 3.6 M7 and PATIR 3.7 M7.

This study was used block randomized in Factorial design with 2 factors and 3 replicates was used. The first factor was the type of sorghum and the second factor was the cutting age. The material used in this study are the seeds of sorghum type I SAMURAI M17 as a comparison, and sorghum mutant lines called Brown midrib (Bmr) is PATIR 3.5 M7, PATIR 3.6 M7 and PATIR 3.7 M7. Parameters observed was the production of stems, leaves, grains, total biomass production, ash, crude fat, crude fiber, crude protein, NFE, TDN,percentage of DMD, OMD and N-NH3. Data was analyzed using ANOVA, followed by DMRT test.

The result showed that there were highly significant interaction between cutting age and type of sorghum in production of stems, leaves, grains, total biomass production, value of TDN, DMD, OMD and N-NH3. Cutting age significantly effected the percentage of ash content, crude protein and crude fat. The sorghum type significantly effected on crude fat content. BMR sorghum mutant lines achieved optimal biomass production and nutrient content at different cutting age level.

(6)

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2015

Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB

(7)

Tesis

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains

pada

Program Studi Ilmu Nutrisi dan Pakan

PRODUKTIVITAS DAN KANDUNGAN NUTRISI BEBERAPA GALUR MUTAN SORGUM PADA UMUR PEMANENAN YANG BERBEDA

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2015

(8)
(9)

Judul Tesis : Produktivitas dan Kandungan Nutrisi Beberapa Galur Mutan Sorgum Pada Umur Pemanenan yang Berbeda

Nama : Rizki Eka Puteri NIM : D251120151

Disetujui oleh Komisi Pembimbing

Prof Dr Ir Panca Dewi MHK, MSi Ketua

Prof Dr Ir Luki Abdullah, MSc Agr Dr Ir Supriyanto

Anggota Anggota

Diketahui oleh

Ketua Program Studi Ilmu Nutrisi dan Pakan

Dr Ir Dwierra Evvyernie A, MS, MSc

Dekan Sekolah Pascasarjana

Dr Ir Dahrul Syah, MSc Agr

(10)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT. atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan September 2013 sampai dengan bulan Juni 2014 ini ialah ketahanan pakan, dengan judul Produktivitas dan Kandungan Nutrisi Beberapa Galur Mutan Sorgum Pada Umur Pemanenan yang Berbeda. Hasil penelitian ini dalam proses publikasi di jurnal ilmiah Media Peternakan dengan judul Productivity and Nutrient Content of Some Sorghum Mutant Lines at Different Cutting Age Levels.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Prof.Dr.Ir. Panca Dewi MHKS, M.Si, Bapak Prof.Dr.Ir. Luki Abdullah, MSc.Agr dan Bapak Dr.Ir. Supriyanto selaku

pembimbing yang telah banyak memberi bimbingan, saran, waktu dan tenaga sehingga tesis ini dapat diselesaikan. Terima kasih juga disampaikan kepada kedua Orang Tua Bapak H.Ir. Rosyidi M.Pd dan Ibu Hj. Nyimas Nuraini yang tidak hentinya mendoakan, menjadi penyemangat dan pendengar yang setia. Terima kasih kepada Nanang Krisnawan telah menjadi teman yang setia mendampingi dan menghibur. Kepada Nanda, Dini, Dada terima kasih atas segala doa, semangat dan kasih sayangnya. Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada Ibu Dr.Ir. Dwierra Evvyernie A MS.MSc dan Ibu Prof.Dr.Ir. Sumiati MSc sebagai ketua dan sekretaris program studi Ilmu Nutrisi dan Pakan Pascasarjana IPB, kepada seluruh dosen Ilmu Nutrisi dan Pakan, mas Supri dan Ibu Ade, kepada Ibu Dian yang banyak membantu di laboratorium. Terima kasih kepada SEAMEO BIOTROP, joint FAO/IAEA Division dan BATAN atas bantuan pengadaan benih sorgum untuk penelitian ini. Terima kasih kepada program beasiswa BU DIKTI 2012 atas bantuan biaya pendidikannya.

Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada teman-teman seperjuangan di tanah rantau, Diana, Zikri Maulina Gaznur, M. Zaki, Romi Seroja, Fawwarahly dan Yusrizal Akmal terima kasih atas semangat dan kebersamaannya. Terima kasih kepada mahasiswa pascasarjana INP angkatan 2012 yang telah berkontribusi dalam proses penyelesaian tesis ini. Terimakasih atas segala bantuan dari semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat untuk kita semua dan bagi perkembangan ilmu pengetahuan selanjutnya.

Bogor, Maret 2015

(11)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL xvi

DAFTAR LAMPIRAN xvi

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Tujuan 2

METODOLOGI PENELITIAN 2

Waktu dan Lokasi 2

Materi 2

Metode 2

HASIL DAN PEMBAHASAN 6

Produksi Tanaman Sorgum 6

Kandungan Nutrisi Tanaman Sorgum 8

Kecernaan Bahan Kering, Kecernaan Bahan Organik 10

Konsentrasi N-amonia Tanaman Sorgum 11

Produksi Protein Kasar/Plot dan Total Digestibility Nutrien (TDN)/Plot 12

Hasil Skoring Antar Peubah 13

SIMPULAN 14

UCAPAN TERIMA KASIH 14

DAFTAR PUSTAKA 15

LAMPIRAN 17

(12)

DAFTAR TABEL

1 Kombinasi perlakuan antara galur sorgum dan umur pemotongan pada

tanaman sorgum 6

2 Pengaruh umur panen dan beberapa sorgum mutan terhadap produksi daun, batang, bulir/plot serta produksi total biomassa/plot (kering) 7 3 Kandungan nutrisi tanaman sorgum pada umur pemanenan yang berbeda

(berdasarkan 100% BK) 9

4 Nilai kecernaan dan N-amonia,tanaman sorgum mutan pada umur pemanenan

yang berbeda 10

5 Produksi protein kasar dan TDN/plot tanaman sorgum mutan pada umur

pemanenan yang berbeda 12

6 Hasil skoring antar peubah pada semua perlakuan. 13

DAFTAR LAMPIRAN

1 Hasil Analisis Statistik Produksi Daun 17

2 Hasil Analisis Statistik Produksi Batang 18

3 Hasil Analisis Statistik Produksi Bulir 18

4 Hasil Analisis Statistik Produksi Total 19

5 Hasil Analisis Statistik Kadar Abu 20

6 Hasil Analisis Statistik Kandungan BETN 20

7 Hasil Analisis Statistik Kandungan Serat Kasar 21

8 Hasil Analisis Statistik Kandungan Lemak Kasar 21

9 Hasil Analisis Statistik Kandungan Protein Kasar 22

10 Hasil Analisis Statistik TDN 22

11 Hasil Analisis Statistik KCBK 23

12 Hasil Analisis Statistik KCBO 24

13 Hasil Analisis Statistik Konsentrasi N-amonia 25

14 Hasil Analisis Statistik Produksi Protein Kasar/Plot 28

15 Hasil Analisis Statistik Produksi TDN/Plot 29

(13)

1

PENDAHULUAN Latar Belakang

Hijauan merupakan sumber utama pakan ternak ruminansia yang digunakan untuk hidup pokok dan produksi.Oleh sebab itu, kualitas, kuantitasdan kontinuitas hijauan perlu diperhatikan. Permasalahan alih fungsi lahan yang tinggi menyebabkan sempitnya lahan sebagai tempat penanaman hijauan pakan.Selain itu kondisi lahan serta iklim juga menjadi faktor yang menyebabkan rendahnya produksi hijauan pakan ternak di beberapa wilayah di Indonesia. Hal ini secara tidak langsung dapat berpengaruh terhadap ketersedian pakan. Melihat permasalahan tersebut maka perlu dilakukan upaya eksploratif guna mendapatkan tanaman pakan ternak yang memiliki produktivitas yang tinggi serta mampu bertahan pada kondisi lahan dan iklim di Indonesia.

Salah satu hijauan pakan ternak yang berpotensi untuk dikembangkan di Indonesia yaitu tanaman sorgum.Sorgum merupakan salah satu tanaman serealia yang termasuk dalam famili Gramineae yang hidup di daerah tropis.Sorgum telah banyak dikembangkan di negara- negara di Afrika, Asia dan Amerika. Menurut Godoy dan Tesso (2013) ; Vasilakoglou et al. (2011) tanaman ini memiliki daya adaptasi yang cukup baik pada kondisi lahan marginal.

Selama ini tanaman sorgum telah banyak digunakan untuk biofuel, pangan dan juga untuk pakan ternak (Godoy dan Tesso 2013). Bagian dari tanaman sorgum yang umumnya digunakan saat ini hanya berupa biji. Menurut National Research Council (1994) biji sorgum pada umumnya mengandung energi metabolisme sebesar 3288 kkal/kg, hampir sama dengan jagung yang memiliki kandungan energi sebesar 3330 kkal/kg (Lesson dan Summer 2005). Beberapa penelitian di bidang peternakan, sorgum umumnya digunakan untuk mensubstitusi jagung dalam ransum. Selain biji, bagian lain dari tanaman sorgum sebenarnya cukup berpotensi jika digunakan sebagai pakan ternak, di beberapa negara maju hijauan dari tanaman sorgum sudah mulai digunakan sebagai pakan ternak.Umumnya hijauan tersebut diolah menjadi silase.

Melihat potensi sorgum yang cukup besar, beberapa peneliti mulai mengembangkan beberapa varietas sorgum guna meningkatkan produksi serta kualitas dari sorgum itu sendiri. Saat ini di Indonesia telah banyak galur sorgum yang sedang dikembangkan, beberapa diantaranya yaitu sorgum hasil dari pemuliaan yang dilakukan oleh pusat aplikasi teknologi isotop dan radiasi BATAN (Badan Tenaga Nuklir Nasional) dan SEAMEO BIOTROP yang disebut dengan sorgum Brown midrib (BMR) (BATAN 2013). Sorgum tersebut merupakan hasil mutasi yang memiliki sifat genotipe yang rendah lignin dan tinggi kecernaan bahan keringnya (Dann et al. 2008). Sorgum ini diharapkan kedepannya dapat lebih unggul baik dari segi produktivitas maupun nilai nutriennya.

(14)

2

Tujuan

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mencari umur pemanenan yang tepat dari beberapa galur sorgum mutan (Brown midrib) untuk menghasilkan produksi biomassa dan kandungan nutrisi yang optimal.

METODOLOGI PENELITIAN Waktu dan Lokasi

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September2013 sampai dengan Juni 2014 di kebun percobaan University Farm Cikabayan Institut Pertanian Bogor dan Laboratorium Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor. cm x 20 cm (Gambar 4). Pada tiap petakan dibuat guludan dengan ukuran 40 cm dengan jarak antar guludan yaitu 20 cm (Gambar 2) dengan total tanaman dalam setiap petakan yaitu 150 batang. Lahan tanaman dibuat petakan-petakan sebanyak 12 pada tiap blok. Lahan yang telah siap tanam dipupuk menggunakan pupuk kandang berupa kotoran kambing dengan dosis 1 kg/m2. Setelah berusia 15 hari, tanaman dipupuk menggunakan pupuk anorganik yaitu urea, TSP, KCl. Dosis pupuk anorganik yang digunakan 270 kg/Ha dengan perbandingan 4:3:2. Selain itu juga dilakukan pengapuran (Gambar 1). Pemanenan

(15)

3

C = Berat cawan dengan sampel setelah dikeringkan (gram) 2) Analisis kadar abu (AOAC 2005)

Cawan dibersihkan dan dikeringkan di dalam oven selama 30 menit dengan suhu 105 oC, lalu dimasukkan ke dalam desikator dan kemudian ditimbang. Sampel sebanyak 1-3 gram ditimbang lalu dimasukkan ke dalam cawan dan kemudian dibakar di atas kompor listrik (diarangkan) sampai tidak berasap lagi dan selanjutnya dimasukkan ke dalam tanur pengabuan (600 oC) selama 6 jam. Cawan dimasukkan ke dalam desikator lalu ditimbang. Kadar abu ditentukan dengan rumus:

Keterangan :

A = Berat Cawan

B = Bobot sampel + cawan setelah tanur 3) Analisis kadar protein (AOAC 2005)

Analisis kadar protein terdiri dari tiga tahap, yaitu destruksi, destilasi, dan titrasi. Pengukuran ini dilakukan dengan metode kjeldahl. Sampel ditimbang sebanyak 0.3 gram, kemudian dimasukkan ke dalam labu kjeldahl 50 ml, lalu ditambahkan katalis Se dan 20 ml H2SO4 lalu dipanaskan sampai cairan berubah warna menjadi bening hijau.

Dinginkan larutan yang telah didestruksi kemudian masukkan kelabu destilasi ditambahkan akuades ±500 ml dihomogenkan dan didinginkan terlebih dahulu. Labu destilasi ditempatkan di alat destilasi dan hasil destilasi ditangkap dengan larutan H2SO4

dan metilen blue dalam labu elenmeyer. Hasil yang ditangkap kemudian dititrasi menggunakan NaOH hingga warnanya berubah menjadi hijau. Untuk mengetahui kelebihan titrasi larutan ditetesi kembali dengan H2SO4 sampai warna kembali kewarna

biru semula. Kadar protein kasar dihitung menggunakan rumus:

H x H x x

4) Analisis serat kasar (AOAC 2005)

Sampel 0.5 - 1 gram (x) ditimbang dan dimasukkan kedalam gelas piala 600 ml, tambahkan 50 ml H2SO4 0,3 N dan didihkan selama 30 menit. Setelah 30 menit

tambahkan NaOH 1,5 N sebanyak 50 ml dan dipanaskan lagi selama 30 menit, lalu disaring dengan kertas saring Whatman 41 yang telah ditimbang (a gram). Endapan yang ada pada saringan di crucible glass dicuci berturut-turut dengan 50 mlaquadest panas, asam sulfat 50 ml, H2SO4 0.3 N 50 ml, aquadest panas lagi dan aceton. Endapan

(16)

4

Kadar serat kasar dihitung dengan rumus:

Keterangan :

Y = Bobot sampel yang telah disaring dan di Oven 105 oC selama 1 jam Z = Bobot sampel akhir setalah ditanur

a = Bobot kertas saring Whatman 41

Selongsong lemak dimasukkan ke dalam ruang ekstraktor tabung soxhlet dan disiram dengan pelarut lemak (n-heksana). Tabung ekstraksi dipasang pada alat destilasi soxhlet lalu dipanaskan pada suhu 40 oC dengan menggunakan pemanas listrik dan direfluks selama 6 jam. Pelarut lemak yang ada dalam labu lemak didestilasi hingga semua pelarut lemak menguap. Pada saat destilasi pelarut akan tertampung di ruang ekstraktor, pelarut dikeluarkan sehingga tidak kembali ke dalam labu lemak, selanjutnya labu lemak dikeringkan dalam oven pada suhu 105 oC, setelah itu labu dimasukkan ke dalam desikator hingga beratnya konstan lalu ditimbang (W3). Kadar lemak ditentukan

dengan rumus: dengan gas CO2 selama 30 detik dan ditutup rapat. Tabung fermentor ditempatkan pada

suhu 39o dan fermentasi dibiarkan berlangsung selama 48 jam. Setiap 6 jam, tabung diaduk dengan gas CO2.

2. Pencernaan Hidrolisis

Setelah diinkubasi selama 48 jam, kedalam tabung fermentor ditambahkan 2-3 tetes HgCl2 jenuh untuk menghentikan aktivitas mikroba. Campuran tersebut

(17)

5

Pakan difermentasi menggunakan cairan rumen menggunakan (General Laboratory Procedure, 1966). Sebanyak 0.5 gram silase daun rami yang sudah dikeringkan, digiling dan disaring menggunakan saringan berukuran 0.5 mm. Sampel itu dimasukkan ke dalam tabung fermentor bervolume 50 ml, kemudian ditambahkan 40 ml larutan buffer McDougall dan 10 ml cairan rumen lalu diaduk dengan gas CO2

selama 30 detik dan ditutup rapat dengan prop karet yang berventilasi, kemudian diinkubasi selama 6 jam di dalam shaker water bath bersuhu 39 0C. Setelah inkubasi, ditambahkan 2-3 tetes HgCl2 jenuh ke dalam tabung fermentor untuk menghentikan

aktivitas mikroba, kemudian tabung fermentor disentrifuge dengan kecepatan 10000 rpm selama 10 menit. Kemudian tampung supernatannya.

Cawan Conway diolesi dengan vaselin kemudian 1 ml supernatan ditempatkan pada salah satu ujung alur cawan Conway kemudian 1 ml larutan Na2CO3 ditempatkan

pada sisi yang bersebelahan dengan sampel. Asam borat berindikator sebanyak 1 ml ditempatkan di dalam cawan kecil yang ada dibagian tengah cawan Conway kemudian tutup rapat cawan Conway. Supernatan dan larutan Na2CO3 dicampur hingga rata

dengan cara cawan Conway dimiringkan. Diamkan selama 24 jam pada suhu kamar dan setelah 24 jam asam borat berindikator dititrasi menggunakan H2SO4 sampai terjadi

Nilai TDN (Total Digestible Nutrients) dihitung menggunakan rumus TDN Hartadi et al. (1980).

TDN = 92.464 (3.338 x CF) (6.945 x EE) (0.762 x NFE) + (1.115 x CP) + (0.031 x EE2) + (0.036 x CF x NFE) + (0.207 x EE x NFE) + (0.1 x EE x CP) (0.022 x EE x CP)

(18)

6

Tabel 1 Kombinasi perlakuan antara galur sorgum dan umur pemanenan pada tanaman sorgum

Keterangan: C1= SAMURAI I (M17); C2= PATIR 3.5 M7; C3= PATIR 3.6 M7; C4= PATIR 3.7 M7

Hasil yang diperoleh dari peubah-peubah yang diamati akan dimasukkan sebagai faktor penentuan skor semua perlakuan, pengambilan kesimpulan dilakukan berdasarkan hasil skor tertinggi dari semua perlakuan. Peubah yang diamati dalam penelitian ini adalah produksi kering daun/plot, produksi kering batang/plot, produksi kering bulir/plot, total produksi kering biomassa, kandungan abu, lemak kasar, serat kasar, BETN, protein kasar, Total Digestible Nutrients, KCBK, KCBO, N-NH3, produksi protein kasar/plot dan produksi TDN/plot. Data yang diperoleh dianalisis dengan sidik ragam (ANOVA), jika terdapat perbedaan yang nyata maka dilakukan uji lanjut DMRT (Steel dan Torrie 1993).

HASIL DAN PEMBAHASAN Produksi Tanaman Sorgum

Produksi kering beberapa jenis sorgum pada penelitian ini diperoleh dari pemanenan dengan umur pemanenan 85 hari, 95 hari dan 105 hari. Pemanenan dilakukan berdasarkan umur dimana tanaman sorgum mulai memasuki fase berbunga di umur 85 hari (Gambar 13), fase pengisian bulir di umur 95 hari (Gambar 14) dan fase bulir penuh di umur 105 hari (Gambar 15). Hasil produksi kering dari sorgum berupa daun, batang dan bulir pada setiap satuan percobaan dapat dilihat pada Tabel 2. Terdapat pengaruh sangat nyata (P<0.01) pada umur panen dan jenis sorgum serta interaksi antara keduanya terhadap produksi daun, batang, bulir dan produksi biomassa. Hasil uji lanjut menunjukkan perbedaan nyata (P<0.05) antar perlakuan. Tabel 2 menunjukkan bahwa produksi daun, batang dan bulir sorgum galur PATIR 3.5 meningkat seiring dengan peningkatan umur panen, sedangkan galur PATIR 3.6 dan PATIR 3.7 masing-masing mengalami penurunan produksi daun dan batang pada umur pemanenan 105 hari. Sorgum galur PATIR 3.7 mencapai produksi daun dan batang tertinggi pada umur pemanenan 95 hari sama dengan kontrol (varietas SAMURAI I (M17)), galur PATIR 3.6 mencapai produksi daun tertinggi pada umur panen 85 hari dan produksi batang pada umur 95 hari sedangkan galur PATIR 3.5 mencapai produksi daun dan batang tertinggi pada umur pemanenan 105 hari.

(19)

7

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sorgum varietas SAMURAI I (M17) memiliki produksi daun dan batang lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok sorgum Bmr. Sorgum varietas SAMURAI I (M17) rata-rata memiliki jumlah daun yaitu 11 helai ketika dipanen, lebih banyak jika dibandingkan dengan sorgum Bmr (PATIR 3.5; PATIR 3.6; PATIR 3.7) yang rata-rata hanya memiliki daun 8 helai, hal ini dapat menyebabkan rataan produksi kering daun sorgum varietas SAMURAI I (M17) lebih tinggi dibandingkan jenis lain. Perbedaan jumlah daun pada sorgum varietas SAMURAI I (M17) dan sorgum Brown midrib dapat disebabkan oleh genetiknya (Gerik et al. 1914). Sorgum jenis SAMURAI I (M17) juga memiliki tinggi rata-rata lebih besar dibandingkan sorgum Bmr yaitu 250 cm pada saat dipanen sedangkan sorgum jenis Brown midrib hanya memiliki tinggi rata-rata 160 cm.

Adanya pengaruh umur panen terhadap produksi daun dan batang keempat jenis sorgum disebabkan oleh adanya perbedaan waktu tanaman dalam memasuki fase generatif. Sorgum galur PATIR 3.5 diduga memiliki lama fase vegetatif yang cenderung lebih bervariasi sehingga pada waktu dipanen ada beberapa tanaman yang sudah memasuki fase generatif dan ada yang masih dalam fase vegetatif sehingga beberapa tanaman masih terus tumbuh dan berkembang. Pengamatan dilapangan menunjukkan bahwa pertumbuhan sorgum galur PATIR 3.5 lebih beragam dibanding galur PATIR 3.6 dan galur PATIR 3.7, ini mungkin berkaitan dengan belum stabilnya galur tersebut. Tabel 2 Pengaruh umur panen dan beberapa sorgum mutant terhadap produksi daun,

batang, bulir/plot serta produksi total biomassa/plot (kering)

Parameter Jenis Sorgum Umur Panen (Hari)

85 95 105 Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada kolom dan baris yang sama menunjukkan ada perbedaan

yang nyata (P<0.05).

(20)

8

yang merupakan fase terakhir dari pertumbuhan sorgum, fase ini dimulai dari sorgum mulai berbunga hingga pengisian bulir penuh. Tanaman sorgum biasanya mencapai produksi optimum apabila dipanen pada periode vegetatif, setelah periode itu produksi cenderung menurun (Newman et al. 2010).

Rataan produksi bulir pada semua jenis sorgum meningkat seiring dengan peningkatan umur panen. Tingginya bobot kering bulir pada umur panen 105 hari dapat disebabkan karena pada umur ini sorgum sudah mulai memasuki fase pengisian biji yang optimal (Gambar 15). Pada fase ini menurut Gerik et al.(1914) pertumbuhan tanaman sudah mulai terpusat pada pembentukan biji, nutrien-nutrien seperti asam amino, gula serta protein yang dihasilkan di daun dan akar ditransportasikan ke bagian biji untuk diubah menjadi pati dan protein. Tabel 2 menunjukkan bahwa terdapat varietas SAMURAI I (M17) memiliki produksi biomassa paling tinggi di semua umur panen dibandingkan sorgum Bmr, ini dapat disebabkan oleh ukuran batang yang lebih tinggi, bulir yang lebih besar serta jumlah daun yang lebih banyak dibandingkan dengan sorgum Bmr. Dari penelitian ini dapat dilihat bahwa ada perbedaan yang nyata (P<0.05) antara sorgum Bmr dan non Bmr. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Miller dan Stroup (2003); Oliver et al. (2005), sorgum BMR rata-rata memiliki produksi biomassa lebih rendah dibandingkan sorgum non BMR.

Kandungan Nutrisi Tanaman Sorgum

Kualitas dari hijauan pakan ternak dapat dilihat dari kandungan nutrisinya seperti abu, lemak kasar (LK), serat kasar (SK), protein kasar (PK), Total Digestible Nutrients (TDN), dan C (BETN). Hasil analisis kandungan nutrisi dari 4 jenis sorgum yang dipanen pada umur yang berbeda disajikan pada Tabel 3. Data hasil analisis pada Tabel 3 merupakan hasil analisis kandungan nutrien tanaman sorgum dari batang, daun dan bulir. Terdapat interaksi yang nyata (P<0.05) antara umur panen dan jenis sorgum terhadap persentase TDN (Total Digestible Nutrients), kandungan lignin dan protein kasar. Umur panen berpengaruh nyata (P<0.05) terhadap kandungan abu dan lemak kasar tetapi tidak berpengaruh nyata (P>0.05) terhadap kandungan serat kasar.

Tabel 3 menunjukkan bahwa nilai TDN (Total Digestible Nutrients) pada sorgum Bmr (PATIR 3.5;3.6;3.7) lebih tinggi dibandingkan kontrol (SAMURAI I (M17)). Penurunan nilai TDN sorgum Bmr dengan bertambahnya waktu panen juga tidak terlalu tinggi dibandingkan kontrol. Semakin lama umur panen maka nilai TDN semakin menurun karena kandungan nutrisi yang dapat dicerna oleh ternak seperti kandungan protein kasar,kandungan BETN dan kandungan lemak semakin berkurang.

(21)

9

maka masih perlu digunakan penambahan pakan sumber energi dalam penyusunan ransum guna mencukupi kebutuhan TDN ternak. Selain nilai TDN, kandungan yang sangat perlu untuk diperhatikan yaitu kandungan protein kasar pada tanaman.

Tabel 3 Kandungan nutrisi tanaman sorgum pada umur pemanenan yang berbeda (berdasarkan 100% BK)

Parameter Jenis Sorgum Umur Panen (Hari) Rataan

85 95 105

Data kandungan protein kasar pada Tabel 3 menunjukkan bahwa semakin lama umur panen tanaman sorgum, kandungan protein kasar akan semakin menurun. Menurut hasil penelitian Nabi et al. (2006) hijauan sorgum yang dipanen pada saat fase berbunga memiliki nilai protein kasar lebih tinggi dibandingkan yang dipanen pada fase selanjutnya. Menurunnya kandungan protein kasar seiring dengan lamanya waktu panen berkaitan dengan fisiologi dari tanaman sorgum itu sendiri.

(22)

10

memiliki persentase kandungan protein kasar lebih tinggi dibandingkan dengan sorgum non BMR.

Koefisien Cerna Bahan Kering dan Koefisien Cerna Bahan Organik

Nilai rataan Koefisien Cerna Bahan Kering (KCBK) dan Koefisien Cerna Bahan Organik (KCBO) disajikan pada Tabel 4. Terdapat interaksi yang nyata (P<0.05) antara umur panen dan jenis sorgum terhadap Koefisien Cerna Bahan Kering (KCBK) dan Koefisien Cerna Bahan Organik (KCBO)

Kualitas suatu bahan pakan dapat dilihat dari nilai kecernaan bahan pakan tersebut. Nilai KCBK dan KCBO menggambarkan berapa nutrisi yang mampu dicerna oleh mikroorganisme dalam rumen, semakin tinggi nilai KCBK dan KCBO maka semakin banyak nutrisi yang bisa dimanfaatkan oleh ternak. Nilai KCBK umumnya berbanding lurus dengan nilai KCBO. Data nilai kecernaan bahan kering dan bahan organik yang diperoleh dari penelitian ini menunjukkan bahwa nilai kecernaan tertinggi diperoleh pada umur panen 85 hari pada semua jenis sorgum. Nilai kecernaan bahan kering dan kecernaan bahan organik yang diperoleh pada penelitian ini menurun seiring dengan lamanya umur panen tanaman sorgum. Penurunan nilai kecernaan sorgum seiring dengan lamanya waktu panen berkaitan dengan fraksi serat kasar salah satunya kandungan lignin dalam tanaman. Semakin tua umur tanaman maka proses pembentukan lignin (lignifikasi) pada tanaman akan semakin tinggi. Lignin merupakan salah satu pembatas kecernaan bahan pakan bagi ternak ruminansia, seperti yang dikatakan oleh Jayanegara et al. (2009) nilai kecernaan sangat dipengaruhi oleh kandungan lignin yang merupakan salah satu komponen dari ADF (Acid Detergent Fibre). Melihat permasalahan inilah para peneliti mulai menciptakan sorgum Bmr yang memang dikhususkan untuk pakan.

Tabel 4 Nilai Kecernaan dan N-amonia, tanaman sorgum mutan pada umur pemanenan yang berbeda.

Parameter Jenis Sorgum Umur Panen (Hari)

85 95 105

KCBK (%)

SAMURAI I (M17) 61.29± 2.82abcd 56.26± 1.62cdef 40.29± 1.64g PATIR 3.5 64.98± 5.97ab 50.97± 0.82ef 48.99± 4.72f PATIR 3.6 67.44± 8.27a 55.26± 1.57def 54.08± 1.90def PATIR 3.7 64.58± 2.48abc 57.49± 5.43bcde 57.90± 7.73bcde

KCBO Keterangan : KCBK (Koefisien Cerna Bahan Kering), KCBO (Koefisien Cerna Bahan Organik). Angka yang diikuti oleh

huruf yang berbeda pada kolom dan baris yang sama menunjukkan ada perbedaan yang nyata (P<0.05).

(23)

11

Stroup (2003); Oliver et al. (2004); Vogler et al. (2009) bahwa sorgum BMR (4.3%) memiliki persentase kandungan lignin yang lebih rendah dibandingkan non BMR (5.6 %). Bukti bahwa kandungan lignin pada tanaman sorgum Bmr lebih rendah dibandingkan dengan sorgum non Bmr dapat dilihat dari perbedaan nilai kecernaannya. Rataan nilai kecernaan yang diperoleh dari tanaman sorgum galur PATIR 3.5, PATIR 3.6 dan PATIR 3.7 (sorgum Bmr) rata-rata lebih tinggi dibandingkan dengan varietas SAMURAI I (M17) pada semua umur panen. Rendahnya kandungan lignin pada sorgum Bmr disebabkan karena pada Bmr, gen pengkodean COMT (Caffeic acid O-methyltransferase) yang berfungsi memproduksi lignin diubah, kemudian COMT ini bersama CAD (Cinnamyl alcohol dehidrogenase) memodifikasi dan mengurangi kandungan lignin pada tanaman (Purdue University 2003). Lignin pada tanaman sorgum diubah menjadi selulosa yang ditandai dengan timbulnya warna coklat kemerahan pada bagian tulang daun, batang dan bulir (Gambar 7).

Nilai kecernaan bahan kering dan kecernaan bahan organik yang menurun seiring dengan lamanya umur panen juga dapat disebabkan oleh kandungan senyawa tanin yang banyak terdapat pada bulir tanaman sorgum. Semakin lama tanaman sorgum dipanen maka semakin banyak bulir yang terbentuk. Produksi bulir sorgum (Tabel 2) yang dihasilkan pada umur 105 hari paling tinggi dibandingkan umur panen 85 hari dan 95 hari. Senyawa tanin merupakan salah satu senyawa antinutrisi yang terdapat pada tanaman sorgum, senyawa ini disebut antinutrisi karena mampu menghambat penyerapan nutrisi didalam tubuh ternak. Pada dosis tertentu senyawa ini mampu menurunkan nilai kecernaan bahan kering dan kecernaan bahan organik dengan cara menghambat proses degradasi protein dan serat (Makkar 2003; Makkar et al. 2007). Menurut jayanegara et al. (2009) penambahan tanin murni dari berbagai sumber tanaman pada dosis 0.5 mg/ml cairan rumen mengakibatkan penurunan nilai kecernaan bahan organik.

Konsentrasi N-amonia Tanaman Sorgum.

Rataan konsentrasi N-amonia disajikan pada Tabel 4. Terdapat interaksi yang nyata (P<0.05) antara umur panen dan jenis sorgum terhadap konsentrasi N-amonia. Terdapat perbedaan konsentrasi N-amonia yang nyata (P<0.05) antara masing-masing jenis sorgum. Konsentrasi N-amonia pada semua jenis sorgum menurun secara nyata (P<0.05) seiring dengan lamanya umur panen tanaman sorgum. konsentrasi N-amonia tertinggi diperoleh pada umur pemanenan 85 hari.

Penurunan konsentrasi N-amonia berkaitan dengan kandungan protein kasar pada tanaman. Data persentase kandungan protein kasar (Tabel 3) menunjukkan bahwa semakin lama tanaman sorgum dipanen, kandungan protein kasar yang tersedia semakin rendah. Dengan begitu secara tidak langsung ini mengakibatkan konsentrasi N-amonia yang dihasilkan dari proses fermentasi didalam cairan rumen menjadi semakin rendah. Konsentrasi N-amonia dalam cairan rumen dihasilkan dari proses degradasi pakan salah satunya yaitu protein kasar. Semakin tinggi kandungan protein kasar yang tersedia maka makin tinggi konsentrasi N-amonia yang dihasilkan.

(24)

12

degradasi protein pada bahan pakan, secara tidak langsung degradasi protein menjadi N-amonia juga akan berkurang.

Produksi Protein Kasar/Plot dan Total Digestibility Nutrient (TDN) /Plot

Hasil uji statistik pengaruh umur panen dan jenis sorgum terhadap produksi protein kasar/plot dan produksi TDN/plot disajikan pada Tabel 5. Terjadi interaksi yang nyata (P>0.05) antara umur panen dan jenis sorgum terhadap produksi protein kasar/plot dan produksi TDN/plot. Nilai produksi protein kasar/plot dan produksi TDN/plot merupakan hasil perhitungan dari produksi biomassa total dari setiap plot dikali dengan persentase nilai protein kasar dan TDN.

Produksi protein kasar tertinggi untuk varietas SAMURAI I (M17) diperoleh pada umur pemanenan 85 hari, berbeda dengan galur PATIR 3.5 yang memperoleh produksi protein kasar tertinggi yaitu pada umur pemanenan 105 hari. Sedangkan galur PATIR 3.6 dan galur PATIR 3.7 sama-sama memperoleh produksi protein kasar tertinggi pada umur pemanenan 95 hari.

Perbedaan waktu optimal produksi protein kasar dari beberapa jenis sorgum dapat disebabkan oleh perbedaan persentase protein kasar serta produksi biomassa masing-masing sorgum. Sorgum varietas SAMURAI I (M17) meskipun mencapai produksi biomassa optimum pada umur panen 95 hari tetapi ketika dikalikan dengan persentase protein kasar-nya ternyata hasilnya pada umur 85 hari produksi protein kasar yang dihasilkan lebih tinggi, begitu juga dengan jenis sorgum lainnya. Nilai protein kasar cenderung menurun seiring dengan lamanya umur panen berbanding terbalik dengan produksi biomassa yang meningkat seiring lamanya umur panen.

Tabel 5 Produksi protein kasar dan TDN/plot tanaman sorgum mutan pada umur pemanenan yang berbeda

Parameter Jenis Sorgum Umur Panen (Hari)

85 95 105

Protein Kasar (Kg/Plot)

SAMURAI I (M17) 1.22±0.03a 1.07±0.13ab 0.69±0.04d PATIR 3.5 0.65±0.09d 0.75±0.02d 0.81±0.01cd Keterangan : TDN (Total Digestible Nutrient).Angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada kolom dan baris yang sama

menunjukkan ada perbedaan yang nyata (P<0.05)

(25)

13

Hasil Skoring Antar Peubah

Tabel 6 disajikan hasil skoring dari varietas SAMURAI I dan ketiga galur mutan sorgum BMR. Peubah yang digunakan untuk skoring yaitu produksi biomassa, kandungan nutrien, nilai kecernaan, konsentrasi N-amonia, produksi protein kasar/plot dan produksi TDN/plot. Pemilihan faktor penilaian berdasarkan tingkat kepentingan masing-masing peubah tersebut. Skor tertinggi adalah 10 dan skor terendah adalah 1. Dalam penyusunan ransum, sangat penting sekali untuk memperhatikan kandungan protein kasar dan TDN dalam bahan pakan. Hasil skor tertinggi semua jenis sorgum yang diperoleh dengan cara mempertimbangkan beberapa peubah diatas akan menentukan umur panen yang tepat untuk memperoleh produksi biomassa dan kandungan nutrien yang optimal.

Tabel 6 Hasil skoring antar peubah pada semua perlakuan.

Perlakuan dibandingkan sorgum galur Bmr bila dilihat dari hasil skoring semua peubah. Sorgum varietas SAMURAI I pada umur panen 85 hari memperoleh hasil skor tertinggi dari semua perlakuan (69), artinya sorgum varietas SAMURAI I pada umur panen 85 hari memiliki produksi biomassa dan kandungan nutrien yang terbaik dari semua perlakuan. Umur panen 85 hari juga merupakan umur panen terbaik bagi sorgum Bmr galur PATIR 3.5 dan PATIR 3.6 sedangkan PATIR 3.7 pada umur panen 95 hari.

(26)

14

SIMPULAN

Berdasarkan penilaian terhadap beberapa faktor penting, dapat disimpulkan bahwa untuk memperoleh produksi biomassa dan kandungan nutrisi yang optimal maka sorgum SAMURAI I, sorgum BMR galur PATIR 3.5 dan PATIR 3.6 dapat dipanen pada umur 85 hari setelah tanam, sedangkan sorgum Bmr galur PATIR 3.7 pada umur 95 hari setelah tanam. Semua jenis sorgum tersebut tidak disarankan untuk dipanen pada umur 105 hari. Nilai kecernaan sorgum BMR (galur PATIR 3.5;3,6;3.7) lebih baik dari sorgum varietas SAMURAI I (M17).

(27)

15

DAFTAR PUSTAKA

AOAC. 2005. Official Methods of Analysis of AOAC International. 18th ed. Assoc. Off. Anal. Chem., Arlington.

Colombo D, Crovetto Gm, Colombini S, Galassi G, Rapetti L. 2007. Nutritive value of different hybrids of sorghum forage determined in vitro. Ital. J. Anim. Sci. 6(1): 289-291.

Badan Tenaga Nuklir Nasional [BATAN]. 2013. Pemuliaan Tanaman Sorghum di PATIR-BATAN. Pusat Aplikasi Teknologi Isotop dan Radiasi. www.batan.go.id/patir/_berita/pert/sorgum/sorgum.html. [15 Juli 2013]. Dann HM, Grant RJ, Cotanch KW, Thomas ED, Ballard CS, Rice R. 2008. Comparison

of brown midrib sorghum-sudanggrass with corn silage on lactational performances and nutrient digestibility in Holstein dairy cows. J Dairy Sci. 91: 663-672.

Gerik T, Brent B, Richard V. 1914. Sorghum Growth and Development.Texas A&M University.

Godoy JGV, Tesso TT. 2013. Analysis of juice yield, sugar content, and biomass accumulation in sorghum. J Crop Sci. 53(4) : 1288-1297.

Hartadi H, Reksohadiprojo S, Lebdosukojo S, Tillman AD. 1980. Tabel Komposisi Pakan untuk Indonesia. Yogyakarta (ID): Gajah Mada University Press.

Jayanegara A, Sofyan A, Makkar HPS, Becker K. 2009. Kinetika produksi gas, kecernaan bahan organik dan produksi gas metana In Vitro pada hay dan jerami yang disuplementasi hijauan mengandung tanin. Media Peternakan.32(2):120-tannins, and strategies to overcome detrimental effects of feeding tannin-rich feeds. J. Small Ruminant. 49:241-256.

Makkar HPS, Francis G, Becker K. 2007. Bioactivity of phytochemicals in some lesser known plants and their effects and potential applications in livestock and aquaculture production systems. J. animal. 1:1371-1391

Mansyur HD, Dhalika T, Hardjosoewignyo, Abdullah L. 2005. Pengaruh interval pemotongan dan invasi gulma Choromolaena odorata terhadap produksi dan kualitas rumput Brachiaria humidicola. Media Peternakan. 28(2 ):77-86. Miller FR, Stroup JA. 2003. Brown midrib forage sorghum,sudanggrass and corn: what

is the potential?. California Alfalfa Symposium Proceeding. University of California Alfalfa and Forage.

Nabi C G, Muhammad Riaz, Ghulam Ahmad. 2006. Comparison of Some Advances Lines of Sorghum Bicolor L. Monech For Green Fodder/Dry Matter Yields and Morpho-Economic Parameters. J Agric Res. 44(3).

Newman Y, John E, Wilfred V, David W. 2010. Forage Sorghum (Sorghum bicolor): Overview and Management. Agronomy Department.University of Florida. NRC. 1994. Nutrient Requirement of Poultry. National Academic Press. Washington

(28)

16

O v AL G n RJ d n JF ’ J. . C n f wn d 6 and -18 forage sorgum with conventional sorghum and corn silage in diets of lactating dairy cows. J.Dairy Sci. 87:637-644.

Oliver AL, Pedersen JF, Grant RJ, Klopfenstein TJ. 2005. Comparative effects of the sorghum Bmr-6 and Bmr-12 genes: I. Forage sorghum yield and quality. J. Crop.Sci. 45: 2234-2239.

Reich JM.2005.Utilizing the BMR trait in sudanggrass and sorghums.California Alfalfa Symposium Proceeding. University of California Alfalfa and Forage.

Steel RGD, Torrie JH. 1993. Prinsip dan Prosedur Statistika Suatu Pendekatan Biometrik. Edisi Kedua. Gramedia. Jakarta.

Supriyanto. 2010. Pengembangan sorgum di lahan kering untuk memenuhi kebutuhan pangan, pakan, energi dan industri. Simposium Nasional menuju Purworejo dinamis dan kreatif: 45-51.

Tilley JMA, Terry RA. 1963. A two stagetechnique for the in vitro digestion of foragecrops. J. Br. Grassland Soc.18 : 104 111.

Vasilakoglou I, Dhima K, Karagiannidis N, Gatsis T. 2011. Sweet sorghum productivity for biofuels under increased soil salinity and reduced irrigation. Field Crops Research. 120: 38-46.

(29)

17

LAMPIRAN Hasil Analisis Statistik

Produksi Biomassa 1. Daun

Dependent Variable: KeringDaun

Source DF Type III SS Mean Square F Value Pr > F

Varietas 3 6.24476831 2.08158944 53.73 <.0001

Blok 2 0.37469800 0.04683725 1.21 0.3538

UmurPanen 2 4.85451539 2.42725769 62.66 <.0001

Varietas*UmurPanen 6 10.47194994 1.74532499 45.05 <.0001

Duncan Grouping Mean N UmurPanen A 3.16367 12 D2

B 2.61942 12 D1 C 2.27133 12 D3

Duncan Grouping Mean N Varietas

A 3.3576 9 C1

B 2.6083 9 C3

B

B 2.5564 9 C2

C 2.2169 9 C4

Varietas

Mean Kering Daun Umur Panen

(30)

18

2. Batang

Dependent Variable: Kering Batang

Source DF Type III SS Mean Square F Value Pr > F

Varietas 3 39.63345053 13.21115018 374.49 <.0001

Blok 2 0.26731178 0.03341397 0.95 0.5070

UmurPanen 2 11.77160689 5.88580344 166.84 <.0001

Varietas*UmurPanen 6 12.36151822 2.06025304 58.40 <.0001

Varietas

Varietas 3 1.64870542 0.54956847 244.76 <.0001

Blok 2 0.01994022 0.00249253 1.11 0.4065

UmurPanen 2 11.74357172 5.87178586 2615.12 <.0001

Varietas*UmurPanen 6 0.55882583 0.09313764 41.48 <.0001

Duncan Grouping Mean N UmurPanen

A 4.87825 12 D2 Duncan Grouping Mean N Varietas

A 1.27311 9 C1

B 0.94878 9 C3

C 0.78389 9 C2

(31)

19

Means with the same letter are not significantly different.

Duncan Grouping Mean N UmurPanen

A 1.68350 12 D3

B 0.81133 12 D2

C 0.30008 12 D1

4. Produksi Total

Dependent Variable: KeringTotal

Source DF Type III SS Mean Square F Value Pr > F

Varietas 3 83.55085656 27.85028552 346.10 <.0001

Blok 2 1.26806711 0.15850839 1.97 0.1183

UmurPanen 2 36.74559817 18.37279908 228.32 <.0001

Varietas*UmurPanen 6 25.65876628 4.27646105 53.14 <.0001

Varietas

Mean Kering Total Umur Panen

D1 D2 D3 C1 9,163c 11,489a 10,194b C2 4,178g 6,241f 8,406d C3 6,360f 8,658cd 5,894f C4 5,937f 9,023c 7,396e

Duncan Grouping Mean N UmurPanen

A 8.8532 12 D2

B 7.9733 12 D3

C 6.4101 12 D1

Duncan Grouping Mean N Varietas

A 10.2827 9 C1

B 7.4526 9 C4

C 6.9713 9 C3

(32)
(33)
(34)

22

5. Protein Kasar

Source DF Type III SS Mean Square F Value Pr > F

Varietas 3 9.16710670 3.05570223 1.95 0.1615

Blok 2 24.21240306 3.02655038 1.94 0.1241

UmurPanen 2 89.56939376 44.78469688 28.65 <.0001

Varietas*UmurPanen 6 33.89170616 5.64861769 3.61 0.0185

6. Total Digestible Nutrien (TDN)

Source DF Type I SS Mean Square F Value Pr > F

varietas 3 45.4044750 15.1348250 2.17 0.1313 blok 2 80.5354222 10.0669278 1.44 0.2526 defoliasi 2 154.8812056 77.4406028 11.11 0.0009 defoliasi*varietas 6 248.8822833 41.4803806 5.95 0.0020

Duncan Grouping Mean N interaksi

A 50.496 3 C2D1 A

B A 48.314 3 C2D2 B A

B A 48.265 3 C4D2 B A

B A C 46.675 3 C4D1 B A C

B D A C 46.188 3 C3D2 B D A C

B D A C 45.484 3 C1D1 B D C

B D C 44.709 3 C1D3 B D C

B D C 44.304 3 C1D2 B D C

B D C 43.150 3 C3D3 D C

D C 42.633 3 C3D1 D

D E 40.991 3 C2D3 E

(35)

23

Nilai Kecernaan dan Konsentrasi N-amonia 1. Koefisien Cerna Bahan Kering (KCBK)

Dependent Variable: KCBK

Source DF Type I SS Mean Square F Value Pr > F

interaksi 11 1919.610302 174.510027 8.65 <.0001

Hasil Uji Lanjut

Duncan Grouping Mean N Interaksi

(36)

24

2. Koefisien Cerna Bahan Organik (KCBO) Dependent Variable: KCBO

Source DF Sum of Squares Mean Square F Value Pr > F

Model 11 1881.492543 171.044777 7.67 <.0001

Error 24 535.263004 22.302625

Corrected Total 35 2416.755547

Source DF Type I SS Mean Square F Value Pr > F

interaksi 11 1881.492543 171.044777 7.67 <.0001

Duncan Grouping Mean N Interaksi

(37)

25

3. Konsentrasi N-amonia Dependent Variable: NH3

Source DF Sum of Squares Mean Square F Value Pr > F

Model 13 108.8460198 8.3727708 12.90 <.0001

Error 22 14.2776140 0.6489825

Corrected Total 35 123.1236339

R-Square Coeff Var Root MSE NH3 Mean

0.884038 10.62467 0.805594 7.582302

Source DF Type I SS Mean Square F Value Pr > F

Blok 2 15.55745925 7.77872963 11.99 0.0003

Varietas 3 12.63571978 4.21190659 6.49 0.0026

UmurPanen 2 68.69365448 34.34682724 52.92 <.0001

Varietas*UmurPanen 6 11.95918631 1.99319772 3.07 0.0244

The GLM Procedure Level of

Varietas

N NH3

Mean Std Dev

C1 9 8.31413678 1.98214531

C2 9 7.33016956 1.45386527

C3 9 6.75518667 1.72687095

C4 9 7.92971556 2.18775724

Level of UmurPanen

N NH3

Mean Std Dev

D1 12 8.02842908 1.80672711

D2 12 9.00634633 1.00042290

(38)

26

Level of Varietas

Level of UmurPanen

N NH3

Mean Std Dev

C1 D1 3 9.65370900 0.33618500

C1 D2 3 9.26949667 1.52406407

C1 D3 3 6.01920467 1.14847250

C2 D1 3 9.13601500 0.03119400

C2 D2 3 6.87791800 0.36251300

C2 D3 3 5.97657567 0.61300050

C3 D1 3 8.29143633 1.76477350

C3 D2 3 6.55984567 1.20629850

C3 D3 3 5.41427800 1.03168100

C4 D1 3 9.40645600 1.91433350

C4 D2 3 8.94422500 0.92193400

C4 D3 3 5.43846567 0.71134750

Dependent Variable: NH3

Source DF Sum of Squares Mean Square F Value Pr > F

Model 11 93.2885606 8.4807782 6.82 <.0001

Error 24 29.8350733 1.2431281

Corrected Total 35 123.1236339

R-Square Coeff Var Root MSE NH3 Mean

0.757682 14.70472 1.114957 7.582302

Source DF Type I SS Mean Square F Value Pr > F

interaksi 11 93.28856058 8.48077823 6.82 <.0001

Source DF Type III SS Mean Square F Value Pr > F

interaksi 11 93.28856058 8.48077823 6.82 <.0001

(39)

27

Hasil Uji Lanjut

Duncan Grouping Mean N Interaksi

A 9.6537 3 C1D1

A

A 9.4065 3 C4D1

A

A 9.2695 3 C1D2

A

A 9.1360 3 C2D1

A

A 8.9442 3 C4D2

A

B A 8.2914 3 C3D1

B

B C 6.8779 3 C2D2

B C

B C 6.5598 3 C3D2

C

C 6.0192 3 C1D3

C

C 5.9766 3 C2D3

C

C 5.4385 3 C4D3

C

(40)

28

Produksi Protein Kasar/Plot

Source DF Type I SS Mean Square F Value Pr > F

Varietas 2 0.43888783 0.21944392 21.30 <.0001

Blok 2 0.09581426 0.01596904 1.55 0.2187

UmurPanen 3 0.33183299 0.11061100 10.74 0.0003

Varietas*UmurPanen 6 0.53683256 0.08947209 8.68 0.0002

Hasil Uji Lanjut

Duncan Grouping Mean N Interaksi

(41)

29

Produksi Total Digestible Nutrient/Plot

Source DF Sum of Squares Mean Square F Value Pr > F

Model 11 14.05111825 1.27737439 2.52 0.0283

Error 24 12.17052951 0.50710540

Corrected Total 35 26.22164776

Hasil Uji Lanjut

Duncan Grouping Mean N Interaksi

(42)

30

Foto Penelitian

Gambar 1. Pemberian kapur pada lahan sebelum penanaman.

Gambar 3. Penyiraman lahan.

Gambar 5. Sorgum Samurai I (M17).

Gambar 2. Pembuatan guludan

Gambar 4. Lahan sorghum

(43)

31

Gambar 7. Perbedaan warna tulang daun antara sorghum Samurai I (kiri) dan sorghum Bmr (kanan).

Gambar 9. Sorghum Brown midrib (BMR).

Gambar 11. Sorghum BMR pada saat mulai berbunga

Gambar 8. Terlihat perbedaan ukuran tanaman sorghum Samurai I (belakang) dan Bmr (depan).

Gambar 10. Sorghum Samurai I (M17) pada saat hamil.

(44)

32

Gambar 13. Bulir pada saat umur 85 hari.

Gambar 15. Bulir pada saat umur 105 hari.

(45)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan pada tanggal 8 April 1991 di Palembang, Sumatera Selatan. Penulis merupakan anak pertama dari empat bersaudara, orang tua bernama Bapak H.Ir.Rosyidi Muchtar, M.Pd dan Ibu Hj.Nyimas Nuraini. Penulis mengawali pendidikan di Taman Kanak-Kanak Bina Putra, Sekolah Dasar Muhammadiyah 14 Palembang, Sekolah Menengah Pertama Negeri 14 Palembang, Sekolah Menengah Atas Negeri 14 Palembang, Sumatera Selatan. Pada tahun 2008 penulis meneruskan studi di Universitas Sriwijaya (UNSRI) pada Program Studi Nutrisi dan Makanan Ternak,

Gambar

Tabel 2 Pengaruh umur panen dan beberapa sorgum mutant terhadap produksi daun,
Tabel 3 Kandungan nutrisi tanaman sorgum pada umur pemanenan yang berbeda (berdasarkan 100% BK)
Tabel 4 Nilai Kecernaan dan N-amonia,  tanaman sorgum mutan pada umur pemanenan
Tabel 5 Produksi protein kasar dan TDN/plot tanaman sorgum mutan pada umur
+5

Referensi

Dokumen terkait

Strategi tersebut berupa bantuan/dukungan pemerintah terdapat proyek infrastruktur Semarang Middle Ring Road agar pembangunan sarana infrastruktur dengan

Data sekunder yang dimaksud adalah Laporan keuangan tahunan Bank Muamalat Indonesia (BMI) periode 2009 sampai 2011, yang meliputi iktisar keuangan, laporan laba rugi

Selain itu alunan musik menciptakan ketenangan dan kenyamanan, sebagai pendidikan moral, mengubah dan mengendalikan emosi, mengembangkan spiritual serta dipercaya dapat

Hasil analisis menunjukan bahwa aktivitas pelayanan jasa menjadi aktvitas menjadi aktivitas unggulan di PPP Tegalsari dengan total skor berjumlah 14 di dapat dari analisis

Kemudian saya diarahkan ke pembimbing yaitu Mas Nanang, kemudian saya dikenalkan sistem-sistem yang ada di kecamatan, yaitu SiMARDi (Sistem Informasi Manajemen

Penelitian ini berjudul “Analisis dampak pembangunan jalan layang (flyover) terhadap kondisi sosial ekonomi masyarakat di Kecamatan Jaten Kabupaten

[r]

Menurut Soekondo Bustaman dalam bukunya, lukisan ini jelas sekali menampakkan pengaruh yang sangat besar dari karya Géricault yang berjudul The Raft of the “Medusa”