• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Pemberian Asi Eksklusif Pada Ibu Tidak Bekerja Dan Status Gizi Bayi Usia 6-12 Bulan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Pemberian Asi Eksklusif Pada Ibu Tidak Bekerja Dan Status Gizi Bayi Usia 6-12 Bulan"

Copied!
53
0
0

Teks penuh

(1)

i

ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMBERIAN

ASI EKSKLUSIF PADA IBU TIDAK BEKERJA

DAN STATUS GIZI BAYI USIA 6-12 BULAN

SORAYA QATRUNNADA

DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

iii

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul “Analisis Faktor yang Mempengaruhi Pemberian ASI Eksklusif pada Ibu Tidak Bekerja dan Status Gizi Bayi Usia 6-12 Bulan” adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

(4)
(5)

v

ABSTRAK

SORAYA QATRUNNADA. Analisis Faktor yang Mempengaruhi Pemberian ASI Eksklusif pada Ibu Tidak Bekerja dan Status Gizi Bayi Usia 6-12 Bulan. Dibimbing oleh M RIZAL MARTUA DAMANIK dan SRI ANNA MARLIYATI.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi pemberian ASI eksklusif dan status gizi bayi usia 6-12 bulan. Desain penelitian yang digunakan adalah cross sectional dengan jumlah subjek 55 orang. Subjek adalah bayi serta ibu menyusui dan tidak bekerja yang memiliki bayi usia 6-12 bulan dengan kelahiran normal serta bersedia untuk menjadi responden penelitian. Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret–April 2015.Pengambilan data dilakukan melalui kunjungan langsung kepada para subjek di rumah masing-masing. Kota Bogor dijadikan sebagai lokasi penelitian dikarenakan kota ini diduga mendapat pengaruh pola hidup modern ibukota serta menerima arus informasi yang tinggi terkait susu formula atau makanan pendamping ASI lainnya. Berdasarkan uji korelasi Spearman terdapat hubungan signifikan antara praktik ibu dalam pemberian ASI (r=0.359, p=0.007), kondisi kesehatan ibu (r=0.282, p=0.037), peran suami (r=0.542, p=0.000), dan tindakan bidan (r=-0.352, p=0.008) dengan pemberian ASI eksklusif.Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara umur ibu (r=-0.047, p=0.735), pendidikan formal ibu (r=0.166, p=0.225), pendapatan/kapita/bulan (r=0.264, p=0.052), jumlah persalinan (r=0.007, p=0.958), jumlah balita (r=-0.012, p=0.933), besar keluarga (r=-0.179, p=0.192), pengetahuan ibu tentang ASI (r=0.033, p=0.809), sikap ibu terhadap ASI (r=0.135, p=0.326), pengalaman menyusui (r=0.124, p=0.368), frekuensi ANC (r=0.252, p=0.064), dan lingkungan sosial keluarga (r=-0.021, p=0.877) dengan pemberian ASI eksklusif. Hasil uji beda Mann Whitney menunjukkan tidak ada perbedaan status gizi bayi antara yang diberikan ASI eksklusif dan non-eksklusif, baik BB/U (p=0.445), PB/U (p=0.285), maupun BB/PB (p=0.752). Berdasarkan analisis multivariat yang menggunakan Multiple Logistic Regression menunjukkan bahwa variabel praktik ibu dalam pemberian ASI dan peran suami merupakan variabel dominan yang berpengaruh terhadap pemberian ASI eksklusif.

Kata Kunci : ASI eksklusif, ibu menyusui, ibu tidak bekerja, status gizi bayi

ABSTRACT

SORAYA QATRUNNADA. Analyze of Factors Influencing Exclusive Breastfeeding on Housewife and Infant Nutritional Status at Age 6-12 Months. Supervised by M RIZAL MARTUA DAMANIK and SRI ANNA MARLIYATI.

(6)

complementary foods. Spearman correlation test showed significant correlation between maternal practice of breastfeeding (r=0.359, p=0.007), maternal health (r=0.282, p=0.037), the role of husband (r=0.542, p=0.000), and the role of midwife (r=-0.352, p=0.008) with exclusive breastfeeding. There were no significant correlation between maternal age (r=-0.047, p=0.735), maternal education (r=0.166, p=0.225), income/capita/month (r=0.264, p=0.052), amount of parity (r=0.007, p=0.958), amount of children under five (r=-0.012, p=0.933), family size (r=-0.179, p=0.192), maternal knowledge of breast milk (r=0.033, p=0.809), maternal attitude of breast milk (r=0.135, p=0.326), breastfeeding experience (r=0.124, p=0.368), ANC visits (r=0.252, p=0.064), and family social environment (r=-0.021, p=0.877) with exclusive breastfeeding. Mann Whitney different test showed no difference of infant nutritional status between exclusive breastfed and non exclusive breastfed, as well as W/A (p=0.445), L/A (p=0.285), or W/L (p=0.752). Multivariate analysis result which used Multiple Logistic Regression showed variable of maternal practice of breastfeeding and the role of husband were dominant variables that influence exclusive breastfeeding.

(7)

vii

ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMBERIAN

ASI EKSKLUSIF PADA IBU TIDAK BEKERJA

DAN STATUS GIZI BAYI USIA 6-12 BULAN

SORAYA QATRUNNADA

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Gizi

dari Program Studi Imu Gizi pada Departemen Gizi Masyarakat

DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(8)
(9)
(10)
(11)

xi

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Maret 2015 sampai April 2015 ini ialah ASI eksklusif, dengan judul Analisis Faktor yang Mempengaruhi Pemberian ASI Eksklusif pada Ibu Tidak Bekerja dan Status Gizi Bayi Usia 6-12 Bulan. Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Ayahanda Muhammad Pribadi Romard dan Ibunda Herlina selaku orang tua penulis atas segala dukungan yang tak ternilai baik moral maupun material serta perhatian dan curahan kasih sayang yang telah diberikan;

2. Prof drh M Rizal M Damanik, MRepSc, PhD dan Dr Ir Sri Anna Marliyati, MS selaku dosen pembimbing skripsi yang telah meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran serta memberikan masukan kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan karya kecil ini dengan baik;

3. Adik tersayang Ericaltov Rabbany, terima kasih atas dukungannya dan perhatiannya. Kak Mila dan keluarga, bibi Emy dan keluarga, serta keluarga besar lainnya yang tak henti mendoakan, mendukung, dan memberikan bantuan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan tugas kecil ini; 4. Dr Ir Ikeu Ekayanti, MS, Mbak Ryan, dan Bu Nurmala selaku dosen yang

telah membantu penulis dalam mencari rumus terbaik dan memahami beberapa variabel penelitian yang masih kurang dipahami peneliti;

5. Para teman tersayang, kak Nining, Elvi, Ricamon, Laeli, Pipeh, Nur, Echa, Tika, Mr Kecap, dan Putra yang senantiasa bersedia menemani dan membantu penulis dalam menyelami perjalanan pembuatan karya ini yang berliku-liku;

6. Para pembahas seminar, Mimin, Ricamon, Dyas, dan Asmi, yang telah memberi masukan dan segala pertanyaan yang semakin memperkaya isi karya kecil ini;

7. Mineral 48, para sahabat, wisma pinkiers, juga para praktikan yang selalu mendoakan dan mendukungku;

8. Para bidan serta para ibu di Kota Bogor selaku responden penulis yang telah bersedia sepenuh hati membantu penulis;

9. Seluruh pihak terkait yang belum disebutkan namanya yang telah memberikan kontribusinya dari penulisan proposal penelitian sampai karya kecil ini selesai.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan karya kecil ini masih terdapat beberapa kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan karya ini. Semoga karya kecil ini bermanfaat.

(12)
(13)

v

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL ix

DAFTAR GAMBAR ix

DAFTAR LAMPIRAN ix

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Rumusan Masalah 2

Tujuan Penelitian 3

Hipotesis 3

Manfaat Penelitian 3

KERANGKA PEMIKIRAN 4

METODE PENELITIAN 5

Desain, Lokasi, dan Waktu 5

Jumlah dan Cara Penarikan Responden 6

Jenis dan Cara Pengumpulan Data 7

Pengolahan dan Analisis Data 8

Definisi Operasional 15

HASIL DAN PEMBAHASAN 16

Karakteristik Ibu 16

Perilaku Ibu terhadap ASI 17

Pengetahuan Ibu tentang ASI 17

Sikap Ibu terhadap ASI 17

Praktik Ibu dalam Pemberian ASI 18

Pengalaman Menyusui 18

Kesehatan Ibu 19

Antenatal Care (ANC) 19

Dukungan Keluarga 20

Peran Suami 20

Lingkungan Sosial Keluarga 21

Tindakan Bidan 21

Status Gizi Bayi 22

Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pemberian ASI Eksklusif 24

Faktor Dominan yang Mempengaruhi Pemberian ASI Eksklusif 30

SIMPULAN DAN SARAN 33

Simpulan 34

Saran 34

DAFTAR PUSTAKA 34

LAMPIRAN 38

(14)

DAFTAR TABEL

1 Variabel dan jenis data yang dikumpulkan 7

2 Kategori variabel 9

3 Sebaran ibu berdasarkan usia dan karakteristik lainnya 16

4 Sebaran ibu berdasarkan tingkat pengetahuan ibu tentang ASI 17

5 Sebaran ibu berdasarkan sikap ibu terhadap ASI 18

6 Sebaran ibu berdasarkan praktik ibu dalam pemberian ASI 18

7 Sebaran ibu berdasarkan pengalaman menyusui 19

8 Sebaran ibu berdasarkan kondisi kesehatan selama menyusui 19

9 Sebaran ibu berdasarkan frekuensi ANC 20

10 Sebaran ibu berdasarkan peranan suami 21

11 Sebaran ibu berdasarkan peranan lingkungan sosial keluarga 21

12 Sebaran ibu berdasarkan tindakan bidan 22

13 Sebaran ibu berdasarkan status gizi bayi 22

14 Sebaran bayi menurut status gizi saat pengamatan 23

15 Sebaran ibu yang memberikan ASI eksklusif dan ASI non-eksklusif berdasarkan praktik ibu dalam pemberian ASI 27

16 Sebaran ibu yang memberikan ASI eksklusif dan ASI non-eksklusif berdasarkan kesehatan ibu 28

17 Sebaran ibu yang memberikan ASI eksklusif dan ASI non-eksklusif berdasarkan peran suami 29

18 Sebaran ibu yang memberikan ASI eksklusif dan ASI non-eksklusif berdasarkan tindakan bidan 30

19 Variabel kandidat yang masuk dalam analisis multivariat 30

20 Hasil analisis multivariat terhadap pemberian ASI eksklusif 31

DAFTAR GAMBAR

1 Skema kerangka pemikiran penelitian 5

DAFTAR LAMPIRAN

1 Hasil uji beda status gizi bayi 38

2 Hasil uji korelasi antara semua variabel yang diteliti dengan pemberian ASI eksklusif 38

(15)

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Tingginya kualitas sumber daya manusia (SDM), yang dapat dilihat menurut indeks pembangunan manusia (IPM), menggambarkan tingginya umur harapan hidup yang dapat menunjukkan derajat kesehatan masyarakat. Peningkatan kualitas SDM secara langsung dipengaruhi oleh adanya upaya dalam peningkatan derajat kesehatan SDM tersebut. Hal ini sejalan dengan tujuan pembangunan kesehatan dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan, kualitas sumber daya manusia, taraf hidup, kecerdasan dan kesejahteraan rakyat pada umumnya. Peningkatan SDM perlu dilaksanakan sejak anak masih dalam kandungan yang diarahkan pada pembinaan kualitas kesehatan ibu dan anak. Salah satu yang berperan penting dalam peningkatan kesehatan anak adalah pemberian air susu ibu (ASI) eksklusif.

ASI merupakan makanan yang paling sempurna dan terbaik bagi bayi karena mengandung unsur-unsur gizi yang dibutuhkan bayi untuk pertumbuhan dan perkembangannya secara optimal. Pemberian ASI sebagai makanan utama bagi bayi, terutama bayi berusia kurang dari 6 bulan, mendapat perhatian khusus dari pemerintah. Melalui Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 450/MENKES/SK/IV/2004, pemerintah mewajibkan pemberian ASI secara eksklusif bagi bayi sejak lahir sampai dengan berumur enam bulan dan dianjurkan untuk dilanjutkan sampai anak berusia dua tahun dengan pemberian makanan tambahan yang sesuai.

Kenyataannya di lapangan, khususnya di Indonesia, pemberian ASI eksklusif kepada bayi sejak lahir sampai berusia 6 bulan masih belum sesuai target yang diharapkan. Data Riskesdas tahun 2013 menunjukkan bahwa cakupan pemberian ASI eksklusif meningkat dua kali lebih tinggi dibandingkan tahun 2010, yaitu dari 15.3% menjadi 38% (Kemenkes RI 2013). Tetapi data tersebut belum memenuhi target pemberian ASI eksklusif, yaitu sebesar ≥67%. Secara nasional, hanya terdapat 73 kabupaten atau kota dari 497 kabupaten atau kota di Indonesia, sekitar 14.7%, yang telah mencapai target pemberian ASI eksklusif (Kemenkes RI 2012).

Rendahnya pemberian ASI, terutama ASI eksklusif, menjadi salah satu pemicu rendahnya status gizi bayi dan balita. Prevalensi gizi buruk berdasarkan BB/U pada balita di Indonesia mengalami peningkatan antara tahun 2010 dan 2013. Berdasarkan data Riskesdas tahun 2010, prevalensi gizi buruk pada balita berdasarkan BB/U sebesar 4.9% dan mengalami peningkatan pada tahun 2013 menjadi 5.3% (Kemenkes RI 2013). Gizi buruk pada balita dapat terjadi karena beberapa faktor, salah satunya yaitu balita tidak mendapatkan makanan yang cukup dan sesuai dengan usianya. Gizi buruk pada balita dapat juga merupakan manifestasi jangka panjang yang dialami sejak bayi.

(16)

informasi tentang susu formula dari media massa (TV), 13.3% dari keluarga, 6.7% dari tenaga medis, dan sisanya dari tempat pelayanan kesehatan. Hal ini menunjukkan bahwa media massa memegang kedudukan terbesar dalam mempengaruhi pemberian ASI eksklusif, selain itu tenaga medis dan tempat pelayanan kesehatan turut andil dalam memberikan informasi terkait susu formula. Keberadaan bidan yang merupakan bagian dari tenaga medis sangat erat kaitannya dengan keberhasilan pemberian ASI eksklusif. Terlebih lagi sasaran bidan dalam kinerjanya yaitu para ibu rumah tangga. Provinsi Jawa Barat merupakan provinsi di pulau Jawa yang mempunyai cakupan ASI eksklusif di bawah angka cakupan nasional, yaitu 25.4%. Kota Bogor merupakan salah satu kota yang memiliki cakupan ASI eksklusif di bawah rata-rata cakupan ASI eksklusif Provinsi Jawa Barat (Dinkes Jabar 2013). Wilayah tersebut merupakan wilayah yang dekat dengan Provinsi DKI Jakarta sehingga diduga mendapat pengaruh pola hidup modern ibukota serta menerima arus informasi yang tinggi terkait susu formula atau makanan pengganti ASI lainnya.

Permasalahan tersebut melatarbelakangi penelitian ini untuk menganalisis lebih lanjut faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan ibu untuk memberikan ASI eksklusif, terutama pada ibu tidak bekerja yang mendapatkan pertolongan persalinan dan pendampingan terkait ASI dari bidan, serta gambaran status gizi bayi usia 6-12 bulan di Kota Bogor.

Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka rumusan masalah yang akan menjadi fokus penelitian yang akan diteliti oleh penulis sebagai berikut: 1. Apakah terdapat perbedaan status gizi bayi usia 6-12 bulan antara yang

mendapatkan ASI eksklusif dengan yang ASI non-eksklusif?

2. Apakah terdapat hubungan antara karakteristik ibu (usia, tingkat pendidikan, jumlah persalinan, jumlah balita, besar keluarga, pengalaman menyusui, dan jumlah ANC) dengan pemberian ASI eksklusif?

3. Bagaimana hubungan antara tingkat pengetahuan, sikap, dan praktik ibu dalam pemberian ASI dengan pemberian ASI eksklusif?

4. Apakah terdapat hubungan antara kondisi kesehatan ibu dengan pemberian ASI eksklusif?

5. Apakah terdapat hubungan antara tingkat pendapatan keluarga dengan pemberian ASI eksklusif?

6. Apakah terdapat hubungan antara lingkungan sosial keluarga dan peran suami dengan pemberian ASI eksklusif?

7. Apakah terdapat hubungan antara peranan bidan dalam memberikan ASI eksklusif?

(17)

3 Tujuan Penelitian

Tujuan Umum

Penelitian ini secara umum bertujuan menganalisis faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi pemberian ASI eksklusif dan status gizi bayi usia 6-12 bulan.

Tujuan Khusus

Adapun tujuan khusus dari penelitian ini yaitu:

1.

Mengidentifikasi karakteristik responden;

2.

Menganalisis status gizi bayi usia 6-12 bulan antara yang mendapatkan ASI eksklusif dan ASI non-eksklusif;

3.

Menganalisis hubungan antara tingkat pengetahuan, sikap, dan praktik ibu dalam pemberian ASI dengan pemberian ASI eksklusif;

4. Menganalisis hubungan antara kondisi kesehatan ibu dengan pemberian ASI eksklusif;

5. Menganalisis hubungan antara tingkat pendapatan keluarga dengan pemberian ASI eksklusif;

6. Menganalisis hubungan antara lingkungan sosial keluarga dan peran suami dengan pemberian ASI eksklusif;

7.

Menganalisis hubungan antara peranan bidan dengan pemberian ASI eksklusif;

8.

Menganalisis faktor dominan yang berpengaruh terhadap pemberian ASI eksklusif pada bayi usia 6-12 bulan.

Hipotesis

1. Terdapat perbedaan status gizi bayi usia 6-12 bulan antara yang mendapatkan ASI eksklusif dengan yang ASI non-eksklusif;

2. Karakteristik ibu, kondisi kesehatan ibu, kondisi sosial ekonomi keluarga, peran suami, dan peran bidan berhubungan dengan pemberian ASI eksklusif.

Manfaat Penelitian

(18)

KERANGKA PEMIKIRAN

Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No 33 Tahun 2012 tentang Pemberian ASI Eksklusif, ASI eksklusif adalah ASI yang diberikan kepada bayi sejak dilahirkan selama enam bulan tanpa menambahkan dan atau mengganti dengan makanan atau minuman lain. Hal ini dikarenakan ASI eksklusif merupakan makanan terbaik pada anak usia tersebut dengan komposisi yang tepat dan mutu gizi yang baik. Pemberian ASI eksklusif dapat mencegah bayi dari berbagai penyakit infeksi dan risiko penyakit lainnya karena ASI mengandung zat kekebalan tubuh. Mendapatkan ASI merupakan hak seorang anak sedangkan memberikan ASI merupakan kewajiban seorang ibu. Keputusan ibu untuk menyusui bayinya atau tidak dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik faktor intrinsik dari dalam diri ibu (seperti pengetahuan, sikap, kesehatan, serta karakteristik dari ibu yang mencakup usia, tingkat pendidikan, jumlah persalinan, jumlah balita, besar keluarga, pengalaman menyusui, dan jumlah kunjungan antenatal) maupun faktor ekstrinsik yang berasal dari luar diri ibu (seperti pendapatan keluarga, dukungan keluarga yang mencakup lingkungan sosial keluarga dan peran suami, serta peran bidan).

Keputusan ibu untuk menyusui ASI diduga secara langsung dipengaruhi oleh pengetahuan dan sikap ibu terhadap ASI. Di sisi lain, pengetahuan dan sikap merupakan dua faktor yang secara sinergis mempengaruhi praktik pemberian ASI. Pengetahuan dan sikap dapat secara bersama-sama atau sendiri-sendiri mempengaruhi praktik pemberian ASI. Sementara itu pengetahuan dan sikap ibu dipengaruhi oleh karakteristik ibu dan informasi mengenai ASI dan MPASI (makanan pendamping air susu ibu) dari berbagai sumber media, seperti media cetak, media elektronik, teman, keluarga, ataupun tenaga kesehatan.

Kesehatan ibu akan mempengaruhi keputusan ibu dalam memberikan ASI, terutama jika ibu sakit sehingga memutuskan untuk tidak menyusui atau berhenti menyusui, baik atas anjuran dokter maupun inisiatif sendiri. Tingkat morbiditas, infeksi, serta riwayat penyakit ibu juga turut mempengaruhi kesehatan ibu yang akan berdampak pada keputusan pemberian ASI. Tetapi hal tersebut tidak diteliti. Praktik pemberian ASI juga dipengaruhi langsung oleh tingkat pendapatan keluarga dan dukungan keluarga, baik secara emosi maupun psikis, terutama dari suami dan orang-orang yang terdekat dengan ibu. Pemberian ASI khususnya ASI eksklusif tidak hanya melibatkan ibu dan bayi. Keluarga dengan pendapatan tinggi terdapat kecenderungan bahwa ibu beralih ke susu formula karena daya beli dan alasan praktis. Akan tetapi, keluarga dengan tingkat ekonomi atas memiliki kesempatan dan fasilitas yang lebih baik dalam mengakses informasi tentang ASI. Karakteristik ibu secara tidak langsung dapat berpengaruh terhadap praktik pemberian ASI. Foo et al. (2005) dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa usia, suku, agama, tingkat pendidikan, status kerja, dan pengalaman menyusui yang dimiliki ibu berhubungan dengan praktik pemberian ASI. Ada tidaknya pengalaman menyusui anak sebelumnya, termasuk pemberian ASI eksklusif dan kesulitan menyusui yang dialami, diduga berhubungan dengan perilaku pemberian ASI saat ini. Riwayat persalinan yang diduga berhubungan dengan keadaan pemberian ASI eksklusif dibatasi pada cara dan kondisi bayi dilahirkan.

(19)

5 dan pelayanan kesehatan yang baik dapat meningkatkan cakupan ASI eksklusif. Salah satu dampak praktik ASI eksklusif yang dapat dengan mudah dan cepat diketahui yaitu pada status gizi bayi, meskipun hal ini turut dipengaruhi oleh status kesehatan bayi dan konsumsi makanan selain ASI berupa pemberian susu non-ASI dan MPASI (Boyle 2003). Secara keseluruhan kerangka pemikiran penelitian ini disajikan pada Gambar 1.

Gambar 1 Skema kerangka pemikiran penelitian

METODE PENELITIAN

Desain, Lokasi, dan Waktu

Desain penelitian ini adalah cross sectional study, yaitu data yang dikumpulkan merupakan satu kesatuan data dalam satu waktu tertentu. Lokasi dipilih dengan berbagai pertimbangan yaitu Kota Bogor merupakan daerah di Jawa Barat yang dekat dengan Provinsi DKI Jakarta sehingga diduga mendapat pengaruh pola hidup modern ibukota serta menerima arus informasi yang tinggi terkait susu formula atau makanan pelengkap ASI lainnya. Pertimbangan lain dari peneliti

(20)

terletak pada sumber daya yang dimiliki peneliti berupa dana, tenaga, dan waktu. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret 2015 hingga bulan April 2015.

Jumlah dan Cara Penarikan Responden

Responden penelitian adalah ibu menyusui di wilayah Kota Bogor. Penarikan sampel sebagai responden dilakukan secara acak sederhana (simple random sampling) dengan kriteria inklusi sebagai berikut: 1) Ibu melaksanakan persalinan di bidan praktik mandiri; 2) Ibu masih memberikan ASI dan tidak bekerja; 3) Memiliki bayi usia 6-12 bulan yang lahirnya secara normal, tidak prematur (≥37 minggu) dan tidak BBLR (≥2500 g); 4) Ibu dalam keadaan sadar dan dapat berkomunikasi dengan baik; serta 5) Ibu bersedia menjadi responden dan diwawancarai dengan menyetujui informed consent yang diberikan. Pemilihan ibu selaku responden dengan bayi berusia 6-12 bulan dilakukan dengan pertimbangan bahwa terdapat lebih besar peluang bayi yang diberikan ASI eksklusif sampai 6 bulan serta daya ingat ibu tentang proses kehamilan, kelahiran, dan menyusui masih baik untuk menghindari bias informasi.

Bidan praktik mandiri digunakan sebagai kriteria dengan beberapa pertimbangan, yaitu: 1) Pelayanan yang diberikan bidan praktik mandiri lebih dipertanggungjawabkan sendiri daripada yang lain; 2) Persalinan yang dilakukan yaitu normal karena merupakan kompetensi bidan dan sebagai akibat dari tidak adanya komplikasi atau penyakit pengganggu kelahiran yang dimiliki sang ibu; 3) Bidan menghabiskan lebih banyak waktu bersama calon ibu dalam menjalani persalinan daripada dokter yang hanya mengunjungi ibu bila sudah siap melahirkan; 4) Sasaran bidan praktik mandiri adalah masyarakat dari semua golongan yang terutama membidik para ibu rumah tangga; 5) Lebih sering sebagai tempat pemberdayaan masyarakat dan ikut serta dalam kegiatan peran serta masyarakat yang salah satunya sebagai ibu asuh; 6) Bidan praktik mandiri bisa mempromosikan susu formula daripada bidan yang praktik di puskesmas, sehingga dapat mengurangi terjadinya kesalahan dalam pengumpulan data; serta 7) menurut Putri (2003), 52.5% ibu melahirkan di rumah bersalin, 32.5% di rumah sakit umum swasta, dan 15% di rumah sakit umum negeri. Berdasarkan setiap lokasi melahirkan tersebut yang mendapatkan rawat gabung antara ibu dan bayi sebesar 88.6% di rumah bersalin, 38.5% di rumah sakit umum swasta, dan 50% di rumah sakit umum negeri. Terdapatnya ruang gabung tersebut dapat meningkatkan intensitas kedekatan antara ibu dan bayi, sehingga pemberian ASI dapat segera dilakukan.

Jumlah minimal ibu yang menjadi responden diperoleh menggunakan rumus Lngawa, Lemeshow dan WHO (1991). Penentuan jumlah ini diperoleh melalui perhitungan dengan derajat kepercayaan yang diinginkan 95% dan presisi 10%. Cakupan ASI eksklusif di Kota Bogor sebesar 17.17% (Dinkes Jabar 2013), sehingga jumlah minimal ibu yang dapat dijadikan responden sebanyak:

n ≥ Z2α p (1-p) d2

n ≥ (1.96)2 x 0.1717 x (1-0.1717) (0.1)2

(21)

7 Keterangan:

α = Derajat kepercayaan

p = Proporsi jumlah ASI eksklusif di Kota Bogor d = Presisi

Apabila estimasi drop out sebesar 50%, jumlah acuan ibu yang dibutuhkan yaitu: 1.5 x 55 = 83 orang.

Jenis dan Cara Pengumpulan Data

Jenis data yang digunakan pada penelitian ini adalah data sekunder dan data primer. Data sekunder diperoleh dari ikatan bidan Indonesia (IBI) di Kota Bogor mengenai nama dan alamat para bidan praktik mandiri serta dari pihak bidan mengenai nama dan alamat para ibu yang melahirkan secara normal melalui jasa mereka. Data primer diperoleh dari hasil wawancara langsung kepada ibu selaku responden menggunakan kuesioner sebagai alat bantu yang mencakup karakteristik responden (ibu), pengetahuan ibu tentang ASI, sikap ibu terhadap ASI, praktik ibu dalam pemberian ASI, pengalaman menyusui, kesehatan ibu, ANC (antenatal care), orang yang paling berpengaruh dalam pemberian ASI, peran suami, lingkungan sosial keluarga, akses informasi mengenai ASI dan MPASI, serta tindakan bidan. Sedangkan untuk data status gizi bayi dikumpulkan melalui pengukuran langsung. Selengkapnya variabel dan data yang dikumpulkan dalam penelitian disajikan dalam Tabel 1.

Tabel 1 Variabel dan jenis data yang dikumpulkan

Variabel Data yang dikumpulkan Cara pengumpulan

data

 Pengetahuan seputar ASI dan menyusui

Wawancara

Sikap ibu terhadap ASI Kecenderungan ibu terkait

pemberian ASI Wawancara

Praktik ibu dalam pemberian ASI

 Praktik ASI eksklusif dan alasannya

 Status peaksanaan IMD dan alasannya

 Waktu pemberian ASI  Frekuensi pemberian ASI

sehari

 Cara memberikan ASI

(22)

Tabel 1 Variabel dan jenis data yang dikumpulkan (lanjutan)

Variabel Data yang dikumpulkan Cara pengumpulan

data Pengalaman menyusui Kondisi terkait pengalaman

menyusui Wawancara

Kesehatan ibu Kondisi kesehatan ibu

selama menyusui Wawancara

ANC Frekuensi pemeriksaan

kehamilan secara berkala Wawancara Orang yang paling Peran suami Peranan suami dalam

peningkatan ASI eksklusif Wawancara Lingkungan sosial

keluarga

 Dukungan keluarga  Pihak yang berdiskusi  Pihak pengambil  Informan yang paling

dipercaya

 Informan yang paling banyak

menginformasikan

Wawancara

Tindakan bidan Peranan bidan pada

peningkatan ASI eksklusif Wawancara Status gizi bayi  BB/U

Proses pengolahan data meliputi editing, coding, entry, cleaning, dan analisis data. Data kuesioner yang telah diperoleh dilakukan editing untuk mengecek kelengkapan dan konsistensi informasi. Kemudian dilakukan coding atau pemberian kode tertentu yang telah disepakati terhadap jawaban pertanyaan pada kuesioner untuk memudahkan pengumpulan dan pengelompokan data. Entry data dilakukan sesuai dengan kode yang telah dibuat untuk setiap variabel sehingga menjadi suatu data dasar. Cleaning dilakukan untuk memeriksa kemungkinan adanya kesalahan dalam pemasukan data. Pengolahan data dilakukan menggunakan Microsoft Office Excel 2013 dan dianalisis dengan program Statistical Product and Service Solutions version 16.0 (SPSS v.6) for Windows. Pengolahan data terkait status gizi bayi dilakukan menggunakan aplikasi WHO Antro.

(23)

9 yang digunakan adalah statistik deskriptif dan statistik inferensia. Analisis data secara deskriptif dilakukan dengan mengelompokkan atau membandingkan dengan cut off point. Sebelum dilakukan uji statistik inferensia, data diuji kenormalannya dengan uji Kolmogorov-Smirnov.

Analisis deskriptif dilakukan dengan beragam analisis seperti analisis univariat untuk mendeskripsikan karakteristik responden dan variabel lainnya, analisis bivariat untuk menguji hipotesis hubungan faktor-faktor yang mempengaruhi pemberian ASI eksklusif melalui uji Spearman (agar didapatkan informasi terkait hubungan yang signifikan antara masing-masing variabel bebas dengan variabel terikat berupa keberhasilan pemberian ASI eksklusif), serta analisis multivariat untuk mengetahui pengaruh secara bersama-sama antara variabel independen dengan dependen menggunakan Multiple Logistic Regression dengan metode Backwald Wald. Variabel bebas yang terpilih untuk uji regresi logistik ganda adalah hasil dari analisis bivariat dengan nilai p<0.25 (Sabri dan Hartono 2006). Uji beda Mann-Whitney dilakukan untuk mengetahui perbedaan status gizi bayi antara yang diberikan ASI eksklusif dengan ASI non eksklusif. Selengkapnya pemaparan terkait kategori untuk masing-masing variabel dijelaskan pada Tabel 2 terkait pengkategorian variabel berikut sumber acuannya.

Tabel 2 Kategori variabel

Variabel Data yang

dikumpulkan Kategori Sumber Acuan

Karakteristik Pendidikan 1. Tidak sekolah

2. Tidak tamat SD Besar keluarga 1. Keluarga kecil (≤4

(24)

Tabel 2 Kategori variabel (lanjutan) Variabel Data yang

dikumpulkan Kategori Sumber Acuan

Pengetahu

2. Saat bayi menunjukkan rasa lapar yang ditandai

(25)

11 Tabel 2 Kategori variabel (lanjutan)

Variabel Data yang

dikumpulkan Kategori Sumber Acuan

ANC Peran suami Peranan suami

(26)

Tabel 2 Kategori variabel (lanjutan) Variabel Data yang

dikumpulkan Kategori Sumber Acuan

Status gizi bayi (lanjutan)

BB/PB 2. Normal (2 SD≥z -score≥-2 SD) 3. Kurus (-2

SD>z-score≥-3 SD) 4. Sangat kurus

(z-score<-3 SD)

Riskesdas (2010)

Penjelasan terkait pengkategorian beberapa variabel, baik yang tidak dimasukkan dalam Tabel 2 maupun yang membutuhkan penjelasan lebih lanjut, dipaparkan sebagai berikut.

1) Perilaku Pemberian ASI

Notoatmodjo (2003) memaparkan bahwa perilaku merupakan semua tindakan atau aktivitas manusia, baik yang diamati langsung maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar. Perilaku terbagi ke dalam 3 domain untuk kepentingan pendidikan, yaitu ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotor. Perkembangan pendidikan selanjutnya mengembangkan ketiga domain tersebut untuk pengukuran hasil suatu pengamatan atau penelitian terhadap dunia pendidikan yang diukur dari pengetahuan, sikap, dan praktik yang disesuaikan dengan kebutuhan.

a. Pengetahuan ibu tentang ASI

Pengetahuan ASI ibu diukur dengan memberikan skor terhadap jawaban pertanyaan yang terdiri atas 9 pertanyaan seputar ASI dan menyusui. Skor jawaban benar adalah 1 dan skor jawaban salah adalah 0. Kemudian skor jawaban yang benar dijumlahkan dan dibandingkan dengan total skor maksimal. Skor maksimal yang diperoleh yaitu 9, sedangkan skor minimalnya yaitu 0. Hasil penilaian tersebut dikelompokkan menjadi 3 kategori menurut Khomsan (2000), yaitu kurang (<60%), sedang (60-80%), dan baik (>80%). b. Sikap ibu terhadap ASI

Sikap terkait ASI diukur dari 10 pernyataan yang kemudian diukur dengan cara memberikan tiga alternatif jawaban, yaitu setuju, ragu-ragu, dan tidak setuju. Skor untuk pernyataan positif (pernyataan nomor 1-5) dengan jawaban setuju, ragu-ragu, dan tidak setuju berturut-turut adalah 2, 1, dan 0. Sedangkan untuk pernyataan negatif (pernyataan nomor 6-10) berturut-turut diberi skor 0, 1, dan 2. Skor tertinggi adalah 20 dan terendah adalah 0. Hasil penilaian dari pernyataan yang dibuat dikelompokkan menjadi 3 kategori, yaitu rendah (<6.7), sedang (6.7-13.4), dan tinggi (>13.4) menurut perhitungan berikut.

Interval kelas (I)= � � � − � � �

� �ℎ � �� �

Berdasarkan interval kelas tersebut, pengkategorian variabel sikap dikelompokkan berdasarkan nilai skor menggunakan rumus sebagai berikut:

(27)

13 - Sedang = (NR+I) sampai {(NR+I)+I}

- Tinggi = {(NR+I)+I} sampai NT c. Praktik ibu dalam pemberian ASI

Praktik ibu dalam pemberian ASI secara umum terdiri atas praktik ASI eksklusif dan alasannya, makanan dan minuman pertama kali yang diberikan, pemberi saran diberikannya MPASI serta waktu pemberiannya pertama kali (dalam umur bayi), status pelaksanaan inisiasi menyusui dini (IMD) dan alasannya, waktu pemberian ASI, frekuensi pemberian ASI, dan cara menyusui bayi. Hal-hal yang tidak dimasukkan untuk dijadikan nilai yaitu praktik ASI eksklusif dan alasannya, makanan dan minuman pertama kali yang diberikan, pemberi saran diberikannya MPASI serta waktu pemberiannya pertama kali (dalam umur bayi), status pelaksanaan inisiasi menyusui dini (IMD) dan alasannya, serta waktu pemberian ASI. Nilai minimum yang akan diperoleh sebesar 9, sedangkan nilai maksimum yang akan diperoleh sebesar 22. Penilaian terkait praktik ibu dalam pemberian ASI dibedakan menjadi 3 kategori menurut Putri (2003), yaitu rendah (<13.3), sedang (13.3-17.6), dan tinggi (>17.6) berdasarkan perhitungan berikut.

Interval kelas (I)= � � � − � � �

� �ℎ � �� �

Berdasarkan interval kelas tersebut, variabel tersebut dikelompokkan berdasarkan nilai skor menggunakan rumus sebagai berikut:

- Rendah = NR sampai (NR+I)

- Sedang = (NR+I) sampai {(NR+I)+I} - Tinggi = {(NR+I)+I} sampai NT 2. Pengalaman menyusui

Pengalaman menyusui terdiri atas 3 hal, yaitu ada atau tidaknya pengalaman menyusui, status pemberian ASI sebelumnya, serta ada atau tidaknya kesulitan saat menyusui sebelumnya. Nilai minimal yang akan diperoleh yaitu 1, sedangkan nilai maksimalnya yaitu 6. Total skor dibedakan menjadi 2 kategori menurut Putri

(2003), yaitu kurang (≤50%) dan baik (>50%).

3. Kesehatan ibu

Kondisi kesehatan ibu selama menyusui dibedakan menjadi 2 kategori, yaitu sehat dan sakit. Menurut Hikmawati (2008), ibu dinilai sakit apabila ibu mengeluh tidak nyaman menyusui karena payudara bengkak, puting lecet, atau karena minum obat dan atau harus dirawat di rumah sakit.

4. Orang yang paling berpengaruh

Pemberi pengaruh dalam pemberian ASI eksklusif ataupun tidak bisa dari pihak keluarga ataupun bukan pihak keluarga. Pihak yang memberi pengaruh bisa dari suami, orang tua, nenek, saudara, teman, petugas kesehatan, ataupun lainnya.

5. Peran suami

(28)

diperoleh yaitu 40, sedangkan nilai minimalnya sebesar 0. Total skor dibedakan menjadi 3 kategori, yaitu rendah (<6.7), sedang (6.7-13.4), dan tinggi (>13.4) menurut perhitungan berikut.

Interval kelas (I)= � � � − � � �

� �ℎ � �� �

Berdasarkan interval kelas tersebut, pengkategorian variabel peran suami dikelompokkan berdasarkan nilai skor menggunakan rumus sebagai berikut:

- Rendah = NR sampai (NR+I)

- Sedang = (NR+I) sampai {(NR+I)+I} - Tinggi = {(NR+I)+I} sampai NT 6. Lingkungan sosial keluarga

Lingkungan sosial keluarga menggambarkan dukungan keluarga dalam pemberian ASI, terutama ASI eksklusif. Hal ini mencakup dukungan keluarga, pihak yang diajak berdiskusi, dan pihak pengambil keputusan. Penilaian terkait dukungan keluarga diperoleh dengan memberikan 7 pernyataan yang berkaitan dengan bentuk dukungan keluarga menurut Friedman (1998), yaitu dukungan instrumental, dukungan informasi, dukungan penilaian (appraisal), dan dukungan emosional. Pemberian skor diklasifikasikan menjadi sering (2), kadang-kadang (1), dan tidak pernah (0). Nilai maksimal dari dukungan keluarga yaitu 14, sedangkan nilai minimalnya sebesar 0. Nilai dukungan keluarga responden kemudian dibandingkan dengan nilai maksimal sehingga diperoleh nilai persentase. Pihak yang diajak berdiskusi bisa dengan suami, orang tua, keluarga, teman, atau petugas kesehatan. Pihak pengambil keputusan di dalam keluarga menurut Guhardja et al. (1992) dalam Abdullah (2002) berasal dari seseorang yang relatif lebih dominan (pola tradisional) ataupun secara bersama antara suami dan istri dengan pertimbangan pada kedua pihak (pola modern).

7. Akses informasi tentang ASI dan MPASI

Akses terhadap informasi diperinci oleh 3 hal, yaitu informan pertama, informan yang paling dipercaya disertai alasannya, serta informan yang paling sering memberikan informasi terkait ASI dan MPASI. Informan dapat berasal dari keluarga, media cetak, media elektronik, serta tenaga kesehatan (bidan dan dokter) dan sarana pelayanan kesehatan (seperti posyandu, puskesmas, rumah sakit, dan klinik bersalin).

8. Tindakan bidan

Data peranan bidan terhadap peningkatan program ASI eksklusif terdiri atas 6 pernyataan dari penelitian Ramadhani (2014) yang telah dimodifikasi. Setiap pernyataan dikelompokkan berdasarkan pelaksanaannya yang diklasifikasikan menjadi tidak terlaksana (0) dan terlaksana (1). Total skor dibedakan menjadi 3 kategori, yaitu kurang (<60%), sedang (60-80%), dan baik (>80%).

9. Status gizi bayi

(29)

15 yang mendadak baik karena penyakit infeksi maupun konsumsi makanan, indeks PB/U untuk mengukur pencapaian pertumbuhan linear dan status gizi masa lalu, serta BB/PB untuk mengukur status gizi saat ini yang semua dibandingkan dengan standar WHO-NCHS. Mendapatkan data panjang badan (PB) dilakukan dengan pengukuran panjang bayi menggunakan meteran dengan ketelitian 0.1 cm, sedangkan data berat badan (BB) dilakukan dengan menimbang BB ibu yang sedang menggendong bayi yang dikurangi dengan BB ibu tanpa menggendong bayi menggunakan timbangan BB digital dengan ketelitian 0.1 kg.

Definisi Operasional

Akses informasi tentang ASI dan MPASI adalah beragam jenis media massa yang biasa dibaca atau didengar atau dilihat, dan sumber informasi dalam hal gizi dan kesehatan yang dapat memberikan wawasan baru bagi ibu khususnya ASI eksklusif.

Besar keluarga adalah jumlah anggota keluarga yang tinggal dalam rumah tangga yang hidupnya tergantung dengan pengelolaan sumber daya yang bersangkutan.

Frekuensi menyusui adalah jumlah berapa kali ibu biasa memberikan ASI setiap hari.

Pendapatan perkapita perbulan adalah jumlah pendapatan perbulan yang dihasilkan dari pendapatan kepala keluarga dan anggota keluarga lain dibagi dengan besar keluarga dinilai dalam satuan rupiah.

Pendidikan ibu adalah tingkatan ibu dalam belajar dan menuntut ilmu di pendidikan formal berupa perhitungan, ilmu alam, ilmu sosial, dan kejuruan serta mendapatkan ijazah resmi dengan kategori SD/sederajat, SMP/sederajat. SMA/sederajat, dan Perguruan Tinggi/Sekolah Tinggi/Akademi.

Pengalaman menyusui adalah gambaran pengalaman ibu ketika menyusui anak sebelum kelahiran yang terakhir termasuk status pemberian ASI eksklusif dan kesulitan yang dialaminya selama menyusui.

Peranan suami dalam pemberian ASI adalah kegiatan yang dilakukan suami dalam membantu dan mendukung istri dan bayi dalam pemberian ASI. Praktik pemberian ASI adalah riwayat pemberian ASI oleh ibu kepada bayinya

yang mencakup praktik ASI eksklusif dan alasannya, durasi pemberian ASI eksklusif, status pelaksanaan IMD dan alasannya, waktu pemberian ASI, frekuensi pemberian ASI, dan cara menyusui.

Sikap ibu tentang pemberian ASI adalah ungkapan perasaan ibu dan kecenderungan pandangan ibu tentang pemberian ASI yang diukur dengan jawaban setuju, ragu-ragu, dan tidak setuju terhadap beberapa pernyataan yang diberikan.

(30)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Karakteristik Ibu

Responden dalam penelitian ini merupakan ibu menyusui yang melahirkan secara normal dibantu oleh bidan praktik mandiri di wilayah Kota Bogor sekitar 6-12 bulan sebelum bulan April 2015. Umumnya umur ibu yang melakukan persalinan berada pada rentang 20-35 tahun. Umur wanita yang melahirkan lebih dari 35 tahun dianggap berbahaya sehingga dapat meningkatkan penyulit kehamilan dan persalinan (Depkes RI 2005). Tingkat pendidikan merupakan salah satu aspek sosial yang umumnya berpengaruh pada sikap dan perilaku seseorang. Ibu berpendidikan rendah (menempuh pendidikan kurang dari 9 tahun) yang tidak bekerja lebih banyak tinggal di rumah sehingga cenderung dapat memberikan ASI, terutama ASI eksklusif, karena lebih banyak memiliki kesempatan untuk menyusui bayinya (Depkes RI 2000; Widagdo et al. 2000; Gulo 2002).

Tabel 3 Sebaran ibu berdasarkan usia dan karakteristik lainnya

Karakteristik ibu

Usia responden

20-35 tahun >35 tahun Total

n % n % n %

Pendidikan SD/sederajat 10 20 3 75 13 100

SMP/sederajat 12 23 1 25 13 100

SMA/sederajat 21 41 0 0 21 100

Perguruan

tinggi 8 16 0 0 8 100

Pendapatan/kapita /bulan

Miskin 9 18 1 25 10 100

Tidak miskin 42 82 3 75 45 100

Jumlah persalinan 1-2 kali 41 80 1 25 42 100

≥3 kali 10 20 3 75 13 100

Jumlah balita 1 orang 39 76 4 100 43 100

>1 orang 12 24 0 0 12 100

Besar keluarga Keluarga kecil 30 59 1 25 31 100 Keluarga

sedang 17 33 3 75 20 100

Keluarga besar 4 8 0 0 4 100

(31)

17 tamatan SD/sederajat (75%), tergolong tidak miskin (75%), telah melakukan persalinan minimal 3 kali (75%), serta memiliki balita sebanyak 1 orang (100%) dalam keluarga yang tergolong sedang (75%).

Perilaku Ibu terhadap ASI

Pengetahuan Ibu tentang ASI

Pengetahuan merupakan fase awal dari pembuatan dan penentuan keputusan yang akan mempengaruhi perilaku seseorang berdasarkan pengetahuan yang diperolehnya (Notoatmodjo 1996). Tabel 4 menunjukkan bahwa sebagian besar ibu memiliki tingkat pengetahuan gizi tentang ASI yang baik (36.4%), meskipun tidak berbeda jauh dengan jumlah ibu yang tingkat pengetahuan gizi tentang ASI-nya tergolong kurang (34.5%). Rata-rata persentase pengetahuan ibu terkait ASI sebesar 69.1%, sedangkan persentase terendah dan tertinggi yang dicapai secara berturut-turut yaitu 22.2% dan 100.0%.

Pengetahuan tertinggi terkait ASI dari hasil penelitian didapatkan ketika seorang ibu memiliki pemahaman yang benar terkait ASI eksklusif, kolostrum, cara menyusui yang benar, dampak pemijatan payudara selama masa menyusui, serta dampak pemberian ASI sampai anak usia 2 tahun. Pengetahuan gizi yang tinggi didukung oleh pendidikan formal yang tinggi akan mempengaruhi pengaplikasian pemberian makanan yang terbaik bagi keluarganya, meskipun pendidikan formal bukan satu-satunya cara untuk meningkatkan pengetahuan gizi karena dapat ditunjang oleh penyuluhan gizi (Pujiastuti 2008).

Tabel 4 Sebaran ibu berdasarkan tingkat pengetahuan ibu tentang ASI Tingkat pengetahuan ibu tentang ASI n %

Baik 20 36.4

Sedang 16 29.1

Kurang 19 34.5

Total 55 100.0

Rata-rata ± SD (69.1 ± 22.2)%

Sikap Ibu terhadap ASI

Sikap mencakup pendapat, keyakinan, dan penilaian seseorang yang berhubungan dengan pengetahuan serta pandangan seseorang terhadap suatu hal (Abdullah 2002). Sikap ibu merupakan hal yang paling mempengaruhi keputusan ibu untuk melanjutkan pemberian ASI eksklusif hingga 6 bulan (Bai 2007). Tabel 5 menunjukkan bahwa sebagian besar ibu memiliki sikap terhadap ASI yang tergolong tinggi (92.7%). Rata-rata nilai sikap ibu terkait ASI sebesar 16.8 dari total nilai maksimal sebesar 20, sedangkan nilai terendah dan tertinggi yang dicapai secara berturut-turut yaitu 12 dan 20.

(32)

proses laktasi penting ditanamkan karena ibu harus menyadari sepenuhnya bahwa laktasi merupakan ikatan erat yang melibatkan sentuhan fisik ataupun psikis (Abdullah 2002).

Tabel 5 Sebaran ibu berdasarkan sikap ibu terhadap ASI

Sikap ibu terhadap ASI n %

Tinggi 51 92.7

Sedang 4 7.3

Rendah 0 0.0

Total 55 100.0

Rata-rata ± SD 16.8 ± 2.1

Praktik Ibu dalam Pemberian ASI

Praktik merupakan suatu rangkaian aktivitas seseorang yang dipengaruhi oleh pengetahuan dan sikap yang dimilikinya, baik positif maupun negatif. Tabel 6 menunjukkan bahwa sebagian besar ibu praktik pemberian ASI-nya tergolong tinggi (80.0%). Rata-rata nilai praktik ibu dalam pemberian ASI sebesar 18.9 dari total nilai maksimal sebesar 22, sedangkan nilai terendah dan tertinggi yang dicapai secara berturut-turut yaitu 14 dan 22.

Praktik tertinggi terkait ASI dari hasil penelitian didapatkan ketika seorang ibu melaksanakan pemberian IMD, pemberian ASI yang masih dilakukan sampai sekarang, pemberian ASI secara on demand (sesuai keinginan bayi), pemberian ASI minimal 7 kali dalam sehari, dan perlakuan pemberian ASI yang baik dan benar (daerah areola masuk ke dalam mulut bayi, menyusui dimulai dari payudara yang tidak disusui sebelumnya, menggunakan kedua payudara secara bergantian, menyusui bayi ketika bayi bangun tengah malam, menyendawakan bayi setelah disusui, dan tidak memberikan empeng atau dot). Praktik pemberian ASI yang baik dapat mempengaruhi kualitas dan kuantitas ASI yang dihasilkan, termasuk perilaku terkait makanan bagi ibu menyusui dan perawatan payudara (Depkes RI 1997).

Tabel 6 Sebaran ibu berdasarkan praktik ibu dalam pemberian ASI

Praktik ibu dalam pemberian ASI n %

Tinggi 44 80.0

Sedang 11 20.0

Rendah 0 0.0

Total 55 100.0

Rata-rata ± SD 18.9 ± 1.9

Pengalaman Menyusui

(33)

19 sebagian besar tergolong baik (69.1%). Hal ini dikarenakan sebagian besar ibu (67.3%) memiliki anak minimal 2 orang termasuk anak yang masih bayi, sehingga mereka diduga telah memiliki pengalaman menyusui. Rata-rata persentase pengalaman menyusui ibu sebesar 60.9%, sedangkan nilai terendah dan tertinggi yang dicapai secara berturut-turut yaitu 16.7% dan 100%.

Pengalaman menyusui yang dinilai baik dari hasil penelitian didapatkan ketika seorang ibu memiliki pengalaman menyusui sebelumnya yang tergolong ASI eksklusif dan tidak ada kesulitan selama menyusui. Moreland dan Coombs (2000) menyatakan bahwa pengalaman pemberian MPASI yang terlalu dini atau dialaminya kesulitan menyusui pada anak sebelumnya perlu dicatat dalam riwayat kehamilan yang sekarang dan didiskusikan agar kesulitan menyusui tersebut tidak terulang kembali.

Tabel 7 Sebaran ibu berdasarkan pengalaman menyusui

Pengalaman menyusui n %

Baik 38 69.1

Kurang 17 30.9

Total 55 100.0

Rata-rata ± SD (60.9 ± 31.2)%

Kesehatan Ibu

Kesehatan ibu berpengaruh langsung terhadap kemampuan ibu untuk merawat dan memberi makan bayinya. Tabel 8 menunjukkan bahwa kondisi kesehatan sebagian besar ibu selama menyusui tergolong sehat (69.1%). Kondisi kesehatan yang tergolong sehat dari hasil penelitian didapatkan ketika seorang ibu tidak merasakan rasa sakit atau meminum obat-obatan tertentu akibat menderita suatu penyakit yang semuanya dirasa dapat mengganggu proses menyusui. Pada beberapa penyakit ringan seperti flu, sakit kepala, ataupun demam bukan merupakan kontraindikasi yang menghalangi ibu memberikan ASI eksklusif. Keadaan ibu yang sakit seperti mastitis, pembengkakan payudara, ataupun lainnya dapat mempengaruhi ibu dalam memberikan ASI untuk bayinya (Soetjiningsih 1997; Bahiyatun2008).

Tabel 8 Sebaran ibu berdasarkan kondisi kesehatan selama menyusui

Kondisi kesehatan ibu n %

Sehat 38 69.1

Tidak sehat 17 30.9

Total 55 100.0

Antenatal Care (ANC)

(34)

dapat memberikan ibu kesempatan untuk dapat mempersiapkan persalinan ataupun menyusui, termasuk juga menghilangkan atau mengurangi faktor risiko kehamilan (seperti toksemia, hipertensi, diabetes, perdarahan selama hamil, atau lainnya) (Hikmawati 2008).

Tabel 9 menunjukkan bahwa sebagian besar ibu sudah lengkap frekuensi ANC-nya (90.9%). Rata-rata nilai kategori frekuensi ANC ibu sebesar 1.9, sedangkan nilai terendah dan tertinggi yang dicapai secara berturut-turut yaitu 1 (kurang dari 4 kali kunjungan) dan 2 (minimal 4 kali kunjungan). Frekuensi ANC yang tergolong lengkap dari hasil penelitian didapatkan ketika seorang ibu telah melakukan kunjungan antenatal minimal 4 kali, baik hanya kepada bidan, dokter, ataupun bidan dan dokter. Penetapan frekuensi ANC di Indonesia sebanyak 4 kali dianggap cukup, yaitu 1 kali setiap trisemester dan 2 kali pada trisemester terakhir. Salah satu tujuan ANC yaitu mempersiapkan agar ibu mampu memelihara bayi dan memberikan ASI secara optimal (Manuaba 2001).

Tabel 9 Sebaran ibu berdasarkan frekuensi ANC

Frekuensi ANC n %

Lengkap 50 90.9

Kurang lengkap 5 9.1

Total 55 100.0

Rata-rata ± SD 1.9 ± 0.3

Dukungan Keluarga

Peran Suami

Suami atau ayah merupakan pihak terdekat ibu yang dapat membimbing ibu untuk tidak melakukan tindakan yang keliru selama masa laktasi (Kleiman 2000). Tabel 10 menunjukkan bahwa sebagian besar ibu memiliki suami yang berperan baik (70.9%) dalam mendukung keberhasilan menyusui, terutama pemberian ASI eksklusif. Rata-rata nilai peranan suami terkait ASI sebesar 14.9 dari total nilai maksimal sebesar 40, sedangkan nilai terendah dan tertinggi yang dicapai secara berturut-turut yaitu 4 dan 20.

(35)

21 Tabel 10 Sebaran ibu berdasarkan peranan suami

Peranan suami n %

Tinggi 39 70.9

Sedang 15 27.3

Rendah 1 1.8

Total 55 100.0

Rata-rata ± SD 14.9 ± 3.7

Lingkungan Sosial Keluarga

Dukungan bagi ibu meliputi hal-hal yang didapatkannya seperti kepedulian, keutamaan, perhatian, pemahaman, saran, dorongan, dan bantuan (Williams 2005). Dorongan dari lingkungan sangat berperan penting terutama bagi ibu-ibu yang memiliki pengalaman menyusui yang tidak menyenangkan (Ahluwalia et al. 2005). Tabel 11 menunjukkan bahwa sebagian besar ibu berada pada lingkungan sosial keluarga yang tergolong baik (83.6%) dalam mendukung keberhasilan menyusui, terutama pemberian ASI eksklusif. Rata-rata persentase peranan lingkungan sosial keluarga terkait ASI sebesar 78.3%, sedangkan persentase terendah dan tertinggi yang dicapai secara berturut-turut yaitu 0% dan 100%.

Peranan lingkungan sosial keluarga yang baik terkait ASI dari hasil penelitian didapatkan ketika seorang ibu memiliki keluarga yang sering turut berdiskusi tentang ibu dan bayi, mengingatkan ibu untuk memeriksakan kesehatan ibu dan bayi, membantu menjaga bayi, menciptakan suasana yang tenang selama menyusui, mengizinkan ibu untuk menyusui meskipun sedang sibuk, serta membantu ibu ketika sedang menyusui. Dukungan dari pihak keluarga sendiri merupakan reinforcing factor yang pada prinsipnya merupakan suatu kegiatan, baik bersifat emosional maupun psikologis, yang diberikan kepada ibu menyusui dalam memberikan ASI (Depkes RI 2001).

Tabel 11 Sebaran ibu berdasarkan peranan lingkungan sosial keluarga Peranan lingkungan sosial keluarga n %

Baik 46 83.6

Kurang 9 16.4

Total 55 100.0

Rata-rata ± SD (78.3 ± 27.5)%

Tindakan Bidan

(36)

terkait ASI sebesar 73.6%, sedangkan persentase terendah dan tertinggi yang dicapai secara berturut-turut yaitu 33.3% dan 100%.

Tindakan bidan tertinggi terkait ASI dari hasil penelitian didapatkan ketika seorang bidan berperan dalam membantu pelaksanaan IMD, menjelaskan terkait kolostrum dan ASI eksklusif, mendukung pelaksanaan ASI eksklusif, menyarankan tindakan terbaik ketika ibu mengalami kesulitan menyusui, serta menjelaskan gizi atau makanan terbaik untuk ibu selama menyusui. Kurangnya atau salahnya perhatian dari petugas kesehatan dalam keberhasilan praktik menyusui dapat mengurangi keinginan ibu untuk menyusui anaknya. Pertanyaan atau promosi terkait penggunaan susu formula yang akan digunakan ibu ketika sudah berada di rumah secara tidak langsung merupakan anjuran dan dorongan ibu untuk tidak memberikan ASI eksklusif (Hikmawati 2008).

Tabel 12 Sebaran ibu berdasarkan tindakan bidan

Tindakan bidan n %

Baik 30 54.6

Sedang 12 21.8

Kurang 13 23.6

Total 55 100.0

Rata-rata ± SD (73.6 ± 20.3)%

Status Gizi Bayi

Pertambahan berat badan ibu selama kehamilan mempengaruhi berat badan bayi yang akan dilahirkan. Wanita berisiko tinggi melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah (<2.5 kg) merupakan mereka yang pertambahan beratnya kurang dari 8 kg dan mereka yang beratnya 50 kg atau kurang. Hal tersebut tentunya akan mempengaruhi status gizi bayinya yang mencerminkan keadaan kesehatan tubuh akibat pengonsumsian, penyerapan, dan penggunaan zat gizi makanan (WHO 2002). Tabel 13 menunjukkan bahwa sebagian besar bayi responden memiliki status gizi BB/U yang tergolong gizi baik (94.6%), status gizi PB/U yang tergolong normal (78.2%), dan status gizi BB/PB yang tergolong normal (80.0%). Status gizi seorang bayi dipengaruhi oleh 3 faktor, yaitu kecukupan asupan energi, kualitas asupan zat gizi (terutama zat gizi mikro) dari makanan pendamping ASI (MPASI) yang diperkenalkan, serta adanya infeksi (WHO 2002).

Tabel 13 Sebaran ibu berdasarkan status gizi bayi

Kategori n %

Status gizi BB/U

Gizi lebih 1 1.8

Gizi baik 52 94.6

Gizi kurang 1 1.8

Gizi buruk 1 1.8

Status gizi PB/U

(37)

23 Tabel 13 Sebaran ibu berdasarkan status gizi bayi (lanjutan)

Kategori n %

Normal 43 78.2

Pendek 5 9.1

Sangat pendek 3 5.5

Status gizi BB/PB

Overweight 5 9.0

Normal 44 80.0

Kurus 3 5.5

Sangat kurus 3 5.5

Hasil uji beda Mann-Whitney menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan antara status gizi bayi yang diberikan ASI eksklusif ataupun ASI non-eksklusif. Hal ini diperjelas melalui hasil uji korelasi Spearman yang menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang nyata antara status gizi bayi dengan pemberian ASI eksklusif (p>0.05). Hasil ini sejalan dengan penelitian WHO (2002) yang menunjukkan bahwa BB/U, PB/U, dan BB/PB pada bayi berusia minimal 6 bulan tidak berbeda nyata antara yang menerima ASI eksklusif dan yang non-eksklusif. Hal ini bisa disebabkan beragam faktor yang salah satunya berupa perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) ibu dalam memberikan ASI dan MPASI kepada bayinya, sehingga apabila ibu menerapkan PHBS yang tidak baik dan tidak benar dapat menimbulkan suatu penyakit yang dapat menghambat pertumbuhan bayi.

Tabel 14 Sebaran bayi menurut status gizi saat pengamatan Kategori BB/U Kategori PB/U Kategori BB/PB n %

Gizi lebih Normal Overweight 1 2

Gizi baik Panjang Normal 1 2

Gizi baik Panjang Sangat kurus 3 5

Gizi baik Normal Overweight 2 4

Gizi baik Normal Normal 37 66

Gizi baik Normal Kurus 2 4

Gizi baik Pendek Normal 5 9

Gizi baik Sangat pendek Overweight 2 4

Gizi kurang Normal Normal 1 2

Gizi buruk Sangat pendek Kurus 1 2

(38)

kurus dengan PB/U tergolong panjang (5%) serta terdapat bayi yang pertumbuhannya terhambat dan tergolong gizi buruk sehingga tampak kurus dan pendek (2%). Hal ini bisa disebabkan beragam faktor, seperti adanya infeksi yang mengganggu pertumbuhan bayi, terlalu dini pemberian MPASI, ataupun ketidakcukupan zat gizi yang diterima bayi selama hidupnya (WHO 2002).

Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pemberian ASI Eksklusif

Hubungan Umur Ibu dengan Pemberian ASI Eksklusif

Hasil uji korelasi Spearman menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang nyata antara umur ibu dengan pemberian ASI eksklusif (p>0.05). Hal ini disebabkan adanya pengaruh dari faktor lain yang salah satunya adalah kondisi kesehatan ibu seperti puting lecet atau adanya pembengkakan payudara (engorgement). Hal tersebut bagi ibu yang sedang dalam masa menyusui, baik ibu pemberi ASI eksklusif maupun ASI non-eksklusif, dapat mempengaruhi perilaku ibu untuk terus melanjutkan pemberian ASI eksklusif atau tidak, meskipun mereka memiliki umur yang sama di atas 35 tahun dan memiliki pengalaman menyusui yang baik.

Hasil ini sejalan dengan penelitian Ekiawati (2002) dan Pujiastuti (2008) yang menyatakan bahwa umur ibu tidak berhubungan dengan durasi pemberian ASI (p>0.05), namun tidak sesuai dengan penelitian Shahla et al. (2010). Hasil penelitian Shahla et al. (2010) menunjukkan bahwa kesuksesan dalam durasi pemberian ASI eksklusif selama enam bulan salah satunya dipengaruhi oleh umur ibu yang tergolong dewasa. Hal ini diduga dewasanya umur ibu akan menyebabkan pola pikir ibu semakin matang dan pastinya telah memiliki beragam pengalaman, baik yang dialami sendiri maupun dari orang lain.

Hubungan Pendidikan Formal Ibu dengan Pemberian ASI Eksklusif

Hasil uji korelasi Spearman menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang nyata antara pendidikan formal ibu dengan pemberian ASI eksklusif (p>0.05). Hal ini dapat disebabkan adanya pemahaman yang salah terkait ASI dan menyusui pada ibu yang memberikan ASI non-eksklusif, meskipun sudah menempuh jenjang pendidikan sampai perguruan tinggi. Informan yang kurang tepat dan akurat dalam memberikan informasi bisa menjadi salah satu pemicunya. Hasil ini tidak sejalan dengan penelitian Ekiawati (2002), Gulo (2002) dan Hikmawati (2008) yang menyatakan bahwa terdapat hubungan antara tingkat pendidikan ibu dengan pemberian ASI (p<0.05).

(39)

25 Hubungan Pendapatan/Kapita/Bulan dengan Pemberian ASI Eksklusif

Hasil uji korelasi Spearman menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang nyata antara pendapatan/kapita/bulan dengan pemberian ASI eksklusif (p>0.05). Hasil ini sejalan dengan penelitian Pujiastuti (2008) yang menyatakan bahwa pendapatan/kapita/bulan tidak berhubungan nyata dengan lama pemberian ASI (p>0.05). Hal ini disebabkan oleh terdapatnya ibu pemberi ASI non-eksklusif yang nilai pengetahuan gizi terkait ASI-nya tergolong kurang, meskipun pendapatan/kapita/bulannya tergolong tidak miskin.

Pendapatan keluarga yang tinggi dapat mempermudah ibu untuk melakukan perawatan atau pengasuhan anak dan mendapatkan akses untuk menambah pengetahuannya terkait ASI dan perawatan bayi, seperti dengan cara berkonsultasi ke dokter ahli atau tenaga kesehatan profesional lainnya (Abdullah 2002). Menurut Suhendar (2002), pengasuhan anak berupa pemberian ASI, terutama ASI eksklusif, dapat terganggu akibat rendahnya akses terhadap pangan dan rendahnya pengetahuan yang tepat dan akurat terkait ASI dan makanan bagi ibu menyusui. Hubungan Jumlah Persalinan dengan Pemberian ASI Eksklusif

Hasil uji korelasi Spearman menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang nyata antara jumlah persalinan dengan pemberian ASI eksklusif (p>0.05). Hal ini disebabkan oleh terdapatnya ibu yang memberikan ASI non-eksklusif tidak mendapatkan dukungan yang baik dari lingkungan sosial keluarganya, meskipun telah melakukan persalinan sebanyak dua kali dan tinggal bersama anggota keluarga lain yang seharusnya menjadikannya dekat dengan sumber dukungan atau bantuan.

Hasil ini tidak sejalan dengan penelitian Hikmawati (2008) yang menyatakan bahwa terdapat hubungan antara jumlah persalinan dengan kesuksesan pemberian ASI eksklusif (p<0.05), sehingga ibu yang memiliki persalinan minimal tiga kali, terutama semua yang dilahirkan masih hidup sampai lahir anak selanjutnya, menjadikan perhatian ibu terhadap pengasuhan anak akan terganggu. Hal ini akan semakin parah bila tidak didapatkannya dukungan dan bantuan yang baik dari lingkungan sosialnya.

Hubungan Jumlah Balita dengan Pemberian ASI Eksklusif

Hasil uji korelasi Spearman menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang nyata antara jumlah balita dengan pemberian ASI eksklusif (p>0.05). Hal ini disebabkan oleh terdapatnya ibu yang memberikan ASI non-eksklusif tidak mendapatkan dukungan yang baik dari lingkungan sosial keluarganya, meskipun hanya memiliki satu orang balita dan tinggal bersama anggota keluarga lain yang seharusnya menjadikannya mendapat dukungan dan bantuan yang baik karena hanya terdapat satu balita dalam rumah tersebut.

(40)

Hubungan Besar Keluarga dengan Pemberian ASI Eksklusif

Hasil uji korelasi Spearman menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang nyata antara besar keluarga dengan pemberian ASI eksklusif (p>0.05). Hal ini disebabkan oleh terdapatnya ibu yang tidak bisa memberikan ASI eksklusif, meskipun tinggal dalam keluarga berkategori keluarga kecil dan memiliki satu balita yang seharusnya menjadikannya lebih dapat memberikan perhatian dan pengasuhan yang baik kepada balitanya.

Hasil ini tidak sejalan dengan penelitian Suhendar (2002) yang menyatakan bahwa terdapat hubungan antara besar keluarga dengan pelaksanaan ASI eksklusif (p<0.05). Besarnya keluarga mempunyai pengaruh yang negatif terhadap status gizi anak balita dan berkaitan dengan keterbatasan sumber daya keluarga. Semakin bertambah anggota keluarga, jika pangan yang tersedia terbatas, akan menyebabkan berkurangnya pangan yang didapat oleh seluruh anggota keluarga, termasuk ibu yang masih dalam masa menyusui dan bayi yang telah mendapatkan makanan tambahan di atas usia 6 bulan. Hal tersebut akan mempengaruhi status gizi mereka (Suhendar 2002).

Hubungan Pengetahuan Ibu tentang ASI dengan Pemberian ASI Eksklusif Hasil uji korelasi Spearman menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang nyata antara pengetahuan ibu tentang ASI dengan pemberian ASI eksklusif (p>0.05). Hal ini disebabkan oleh terdapatnya ibu yang tidak bisa memberikan ASI eksklusif, meskipun memiliki pengetahuan gizi tentang ASI berkategori baik yang seharusnya dapat meningkatkan perilaku ibu terhadap ASI sehingga dapat meningkatkan peluang pemberian ASI eksklusif. Hasil ini sejalan dengan penelitian Pujiastuti (2008) yang menyatakan bahwa pengetahuan gizi ibu tidak berhubungan nyata dengan lama pemberian ASI (p>0.05), namun tidak sejalan dengan penelitian Ekiawati (2002), Gulo (2002), dan Suhendar (2002) yang menyatakan bahwa terdapat hubungan positif antara pengetahuan gizi ibu dengan pemberian ASI eksklusif (p<0.05).

Sejalan dengan tingkat pendidikan, pengetahuan ibu yang baik diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap perilaku yang positif. Seorang ibu yang mempelajari ASI dan tata laksana menyusui akan meningkatkan pencapaian keberhasilan pemberian ASI eksklusif. Hal ini akan menyebabkan mereka beranggapan bahwa ASI sangat penting bagi pertumbuhan dan perkembangan anaknya, sehingga mereka akan menerapkan ilmu yang telah didapatkan. Tetapi ketersediaan akses dan dukungan sosial turut mempengaruhi meskipun pengetahuan ibu tergolong baik (Gulo 2002).

Hubungan Sikap Ibu terhadap ASI dengan Pemberian ASI Eksklusif

Hasil uji korelasi Spearman menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang nyata antara sikap ibu terhadap ASI dengan pemberian ASI eksklusif (p>0.05). Hal ini disebabkan oleh terdapatnya ibu yang tidak bisa memberikan ASI eksklusif, meskipun ibu memiliki sikap terkait ASI berkategori tinggi yang seharusnya dapat meningkatkan peluang pemberian ASI eksklusif dikarenakan ibu memiliki pandangan yang baik seputar ASI.

(41)

27 satunya dipengaruhi oleh sikap ibu terhadap ASI. Seorang ibu yang telah memiliki keinginan yang kuat untuk dapat menyusui sebelum dan saat masa kehamilan dapat menyusui bayinya sampai usia minimal 20 minggu bila bersikap positif terhadap proses menyusui (DiGirolamo et al. 2005).

Hubungan Praktik Ibu dalam Pemberian ASI dengan Pemberian ASI Eksklusif

Hasil uji korelasi Spearman menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang nyata antara praktik ibu dalam pemberian ASI dengan pemberian ASI eksklusif (p<0.05). Tabel 15 menunjukkan bahwa sebanyak 100% ibu-ibu yang memberikan ASI eksklusif memiliki praktik pemberian ASI yang tergolong tinggi, sehingga dapat disimpulkan bahwa ibu yang memberikan ASI eksklusif sudah pasti memiliki nilai yang tinggi dalam praktiknya terkait ASI.

Tabel 15 Sebaran ibu yang memberikan ASI eksklusif dan ASI non-eksklusif berdasarkan praktik ibu dalam pemberian ASI

Praktik ibu dalam pemberian ASI

ASI eksklusif ASI non-eksklusif

n % n %

Tinggi 10 100 34 76

Sedang 0 0 11 24

Rendah 0 0 0 0

Total 10 100 45 100

Hasil ini sejalan dengan penelitian Kurniawan (2013) yang menyatakan bahwa terdapat hubungan antara praktik pemberian ASI dengan keberhasilan pemberian ASI eksklusif (p<0.05). Tindakan ibu seperti melakukan perawatan dan pemijatan payudara, melaksanakan inisiasi menyusui dini (IMD) maksimal satu jam setelah bayi dilahirkan, tidak memberikan empeng pada bayi, menyusui minimal tujuh kali dalam sehari, menyusui ketika bayi bangun tengah malam, serta menyusui bayi tanpa dijadwalkan (on demand) akan meningkatkan keberhasilan pemberian ASI eksklusif (Bahiyatun 2008; Kurniawan 2013).

Hubungan Pengalaman Menyusui dengan Pemberian ASI Eksklusif

Hasil uji korelasi Spearman menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang nyata antara pengalaman menyusui dengan pemberian ASI eksklusif (p>0.05). Hal ini disebabkan oleh terdapatnya ibu yang tidak bisa memberikan ASI eksklusif, meskipun ibu memiliki pengalaman menyusui berkategori baik yang seharusnya dapat dijadikan pedoman atau acuan bagi ibu tersebut agar dapat memberikan ASI eksklusif. Hasil ini tidak sejalan dengan penelitian Suhendar (2002) dan Putri (2003) yang menyatakan bahwa terdapat hubungan positif antara pengalaman menyusui dengan kesuksesan pemberian ASI (p<0.05).

(42)

dan tidak selalu berpikiran suatu kesulitan dalam menyusui hanya sebagai aspek negatif yang dapat menghambat proses menyusui.

Hubungan Kesehatan Ibu dengan Pemberian ASI Eksklusif

Hasil uji korelasi Spearman menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang nyata antara kesehatan ibu dengan pemberian ASI eksklusif (p<0.05). Tabel 16 menunjukkan bahwa sebagian besar ibu yang memberikan ASI eksklusif (80%) tidak merasakan rasa sakit atau adanya gangguan pada kondisi kesehatannya selama menyusui, sehingga mereka dapat dikategorikan sehat. Sisanya sebanyak 20% merasakan adanya rasa sakit selama menyusui, meskipun hal tersebut tidak mengubah pemikiran ibu untuk memberikan ASI eksklusif.

Tabel 16 Sebaran ibu yang memberikan ASI eksklusif dan ASI non-eksklusif berdasarkan kesehatan ibu

Kesehatan ibu ASI eksklusif ASI non-eksklusif

n % n %

Sehat 8 80 30 67

Tidak sehat 2 20 15 33

Total 10 100 45 100

Hasil ini sejalan dengan penelitian Hikmawati (2008) yang menyatakan bahwa terdapat hubungan antara kondisi kesehatan ibu dengan keberhasilan ASI eksklusif (p<0.05). Faktor medis yang sering muncul pada ibu yang dalam masa menyusui antara lain puting susu lecet atau nyeri, payudara bengkak (engorgement), kelainan anatomis pada puting susu seperti puting terbenam (inverted nipple) atau mendatar (flat nipple), saluran susu tersumbat, dan lainnya. Semua keadaan tersebut tidak jarang menyebabkan seorang ibu mengambil keputusan untuk menghentikan pemberian ASI kepada bayinya bahkan ASI eksklusif (Hikmawati 2008).

Hubungan Frekuensi ANC dengan Pemberian ASI Eksklusif

Hasil uji korelasi Spearman menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang nyata antara frekuensi ANC dengan pemberian ASI eksklusif (p>0.05). Hal ini disebabkan oleh terdapatnya ibu yang tidak bisa memberikan ASI eksklusif, meskipun kunjungan antenatalnya tergolong lengkap yang seharusnya bisa meningkatkan kesiapan ibu untuk dapat memberikan ASI eksklusif.

Hasil ini tidak sejalan dengan penelitian Hikmawati (2008) yang menyatakan bahwa terdapat hubungan antara kunjungan antenatal dengan kesuksesan pemberian ASI eksklusif (p<0.05) yang dapat diakibatkan oleh adanya pengaruh kesiapan seorang ibu dalam mempersiapkan persalinan ataupun menyusui ketika kunjungan antenatalnya tergolong cukup atau minimal empat kali. Tetapi kualitas antenatal berupa keberlanjutan kunjungan dan tindakan yang dilakukan tenaga kesehatan juga turut mempengaruhi.

Hubungan Peran Suami dengan Pemberian ASI Eksklusif

Gambar

Gambar 1  Skema kerangka pemikiran penelitian
Tabel 1  Variabel dan jenis data yang dikumpulkan
Tabel 1  Variabel dan jenis data yang dikumpulkan (lanjutan)
Tabel 2  Kategori variabel
+7

Referensi

Dokumen terkait

Irene kemudian sekitar pukul 19.00 Wit Terdakwa datang bersama 3 (tiga) orang temannya dan Saksi tidak tahu identitasnya dalam keadaan mabuk selanjutnya Terdakwa

Kesimpulan penelitia ini adalah tidak ada hubungan asupan Vitamin C, vitamin E, dan Magnesium dengan kadar gula darah pada pasienDM rawat inap di RS Mitra Keluarga

menunjukkan bahwa koefisien reliabilitas tes termasuk dalam kategori (0,800-1,000), maka instrument dinyatakan memiliki reliabilitas yang tinggi. Dengan demikian dapat

Hasil dari penelitian yang telah dilakukan adalah bahwa periklanan dan sales promotion dapat memengaruhi proses keputusan konsumen untuk membeli, sedangkan personal selling,

apakah ekstrak etanol kulit batang sikkam mempunyai efek antidiare dan berapa dosis optimal yang sesuai bila dibandingkan dengan loperamid HCl.. Universitas

Maksud hasil belajar dalam penelitian ini adalah sikap ilmiah yang timbul dari dalam diri siswa setelah melakukan proses pembelajaran diukur dari hasil post test

− Tanggal terakhir penyelesaian transaksi saham dengan Nilai 15 Juli 2010 Nominal Lama di Pasar Reguler dan Pasar Negosiasi. − Tanggal Penentuan Rekening Efek yang Berhak

So, the students speaking skill was improved after using Wayang in teaching learning process..