• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis kesalahan penggunaan morfem infleksi dalam konjugasi bahasa Arab pada santriwati kelas II Pesantren Darul Arafah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisis kesalahan penggunaan morfem infleksi dalam konjugasi bahasa Arab pada santriwati kelas II Pesantren Darul Arafah"

Copied!
167
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN MORFEM

INFLEKSI DALAM KONJUGASI BAHASA ARAB PADA

SANTRIWATI KELAS II PESANTREN DARUL ARAFAH

TESIS

OLEH

NURAINUN HASIBUAN

127009012/LNG

FAKULTAS ILMU BUDAYA

FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN MORFEM

INFLEKSI DALAM KONJUGASI BAHASA ARAB PADA

SANTRIWATI KELAS II PESANTREN DARUL ARAFAH

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Sains dalam Program Studi Linguistik pada Program Pascasarjana

Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara

Oleh:

NURAINUN HASIBUAN

127009012/LNG

FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

Judul Tesis : ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN MORFEM INFLEKSI DALAM KONJUGASI BAHASA ARAB PADA SANTRIWATI KELAS II PESANTREN DARUL ARAFAH Nama Mahasiswa : Nurainun Hasibuan

Nomor Pokok : 127009012 Program Studi : Linguistik

Menyetujui Komisi Pembimbing

(Dr. Khairina Nasution, M.S.)

Ketua Anggota

(Rahmadsyah Rangkuti, M.A., Ph.D.)

Ketua Program Studi Dekan

(Prof. T. Silvana Sinar, M.A.,Ph.D.) (Dr. Syahron Lubis, M.A.)

(4)

Telah diuji pada

Tanggal: 29 Agustus 2014

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Dr. Khairina Nasution, M.S.

Anggota : 1. Rahmadsyah Rangkuti, M.A., Ph.D. 2. Dr. M. Husnan Lubis, M.A.

(5)

SURAT PERNYATAAN

Judul Tesis : ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN MORFEM INFLEKSI DALAM KONJUGASI BAHASA ARAB PADA SANTRIWATI KELAS II PESANTREN DARUL ARAFAH

Dengan ini penulis menyatakan bahwa tesis ini disusun sebagai syarat untuk

memperoleh gelar Magister dari Program Studi Linguistik Fakultas Ilmu Budaya

Universitas Sumatera Utara adalah benar hasil karya penulis sendiri.

Adapun pengutipan-pengutipan yang penulis lakukan pada bagian-bagian tertentu

dari hasil karya orang lain dalam penulisan tesis ini, telah penulis cantumkan sumbernya

secara jelas sesuai dengan norma, kaidah dan penulisan ilmiah.

Apabila dikemudian hari ditemukan seluruh atau sebagian tesis ini bukan hasil

karya penulis sendiri atau adanya plagiat dalam bagian-bagian tertentu, penulis bersedia

menerima sanksi pencabutan gelar akademik yang saya sandang dan sanksi-sanksi

lainnya sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku.

Medan Agustus 2014

Penulis,

(6)

ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN MORFEM INFLEKSI DALAM KONJUGASI BAHASA ARAB PADA SANTRIWATI KELAS II

PESANTREN DARUL ARAFAH Nur Ainun Hasibuan

Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara

ABSTRAK

Penelitian ini mengkaji masalah kesalahan berbahasa yang dilakukan oleh santriwati kelas II Pesantren Darul Arafah. Latar belakang yang mendasari kajian mengenai kesalahan berbahasa adalah kenyataan bahwa kesalahan akan timbul ketika seseorang memperoleh bahasa selain bahasa ibunya. Kesalahan berbahasa lisan yang dimaksud dalam tesis ini adalah kesalahan penggunaan morfem infleksi dalam konjugasi bahasa Arab. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan bentuk kesalahan penggunaan morfem infleksi dan faktor penyebab terjadinya kesalahan dalam konjugasi bahasa Arab oleh santriwati kelas II Pesantren Darul Arafah dalam bidang morfologi. Data yang dianalisis bersumber dari percakapan santriwati kelas II Pesantren Darul Arafah. Metode yang digunakan untuk memperoleh data adalah metode simak (metode observasi), dan untuk analisis data digunakan metode agih (Sudaryanto, 1993) dan metode analisis kesalahan (Corder 1981). Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori Analisis kesalahan dan teori morfologi yang membahas tentang morfem infleksi dalam konjugasi bahasa Arab (Versteegh, 1997). Temuan penelitian menunjukkan bahwa jenis kesalahan yang berbentuk taksonomi linguistik pada verba Perfect sebanyak 15 buah (15%) yang berupa kesalahan penggunaan sufiks, verba Imperfect sebanyak 59 buah (57%) yang berupa kesalahan penggunaan prefiks dan sufiks, dan verba Imperative sebanyak 29 buah (28%) yang berupa kesalahan penggunaan sufiks. Jenis kesalahan berbentuk taksonomi siasat permukaan, berupa penambahan sebanyak 6 buah (60%) dan jenis penghilangan sebanyak 4 buah (40%). Adapun faktor penyebab terjadinya kesalahan tersebut berupa interferensi yang mengakibatkan penerapan kaidah yang tidak sempurna, penyemarataan berlebihan, pengurangan kaedah, dan salah menghipotesiskan konsep.

(7)

ERROR ANALYSIS IN USE THE INFLECTION MORPHEME OF ARABIC CONJUGATION BY THE SECOND GRADE STUDENTS AT DARUL

ARAFAH COLLEGE

Nur Ainun Hasibuan Faculty of Humatities University of North Sumatera

ABSTRACT

This research is analysed the error problem is using a given language in students speaking class two in Darul Arafah college, major in Arabic. This research is based on the fact that’s speaking is one of language skills is mother language. The error spoken language used in this thesis is the error of using morpheme conjugation. This study aims to describe the use of the errors inflection morpheme forms and the trigerring factors of the errors in Arabic conjugation in morphology by the second grade students at Pesantren Darul Arafah. The data analyzed by using a conversation of the second grade students at Pesantren Darul Arafah. The method used to obtain the data was observe of the method (observation method), and to analyzed the data used an ‘Agih’ method (Sudaryanto, 1993) and errors analysis method (Corder 1981). The theory which used in this study was an error analysis theory and morphological theory which discussed about the inflection morpheme in Arabic conjugation (Versteegh, 1997). The results of this study showed that there were 15 pieces (15%) suffixes errors in the type of error in perfect verbs form of linguistic taxonomy, 59 pieces (57%) prefixes and suffixes errors in imperfect verbs, and 29 pieces (28%) suffixes errors in imperative verbs. The types of an error strategy surfaces taxonomy forms, such as the addition of 6 (60%) units and 4 pieces (40%) of deletions. As the trigerring factors of the errors were the forms of interference which caused the imperfect application of rules, the excessive of leveling, the reduction of the rules, and the errors of hypothesized concept.

(8)

UCAPAN TERIMA KASIH

Puji syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan limpahan

rahmatNya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini dengan baik. Adapun

judul tesis ini adalah “Analisis kesalahan penggunaan morfem infleksi dalam

konjugasi bahasa Arab pada santriwati kelas II Pesantren Darul Arafah.”

Tesis ini disusun untuk memenuhi sebagian syarat memperoleh gelar

pasca sarjana program studi liguistik di Fakultas Ilmu Budaya, Universitas

Sumatera Utara. Selama menyelesaikan tesis ini, banyak sekali bantuan dan

dukungan dari berbagai pihak yang diperoleh penulis, sehingga tesis ini dapat

diselesaikan dengan baik. Untuk itu, rasa hormat dan terima kasih penulis

sampaikan kepada pihak-pihak yang terkait.

Pertama-tama, penulis menyampaikan penghargaan setulus hati kepada

dosen pembimbing satu, Dr. Khairina Nasution, M.S. yang penuh dengan kerelaan

hati telah memberikan ilmu yang berharga berupa bimbingan, arahan, masykuan,

waktu, dan kesabaran kepada penulis. Ucapan yang serupa ditujukan kepada

pembimbing dua, Rahmadsyah Rangkuti, M.A., Ph.D. Yang telah merelakan

waktu dan tenaga dalam membimbing dan mengarahkan penulis sehingga tesis ini

diselesaikan dengan baik.

Selanjutnya, penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan

setinggi-tingginya kepada Rektor Universitas Sumatera Utara, Prof. Dr. Syahril Pasaribu,

DTMH&H, M.Sc. (CTM), Sp. A(K) atas berbagai kemudahan dalam melengkapi

fasilitas akademik; kepada Direktur Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera

(9)

penulis menjadi mahasiswa Program Magister Linguistik; kepada Dekan Fakultas

Ilmu Budaya Universitas Sumtera Utara, Dr. Syahron Lubis, M.A. atas pelayanan

kebutuhan akademik yang diperoleh penulis; kepada ketua Program Magister

Linguistik Universitas Sumatera Utara, Prof. T. Silvana Sinar, M.A, Ph.D., serta

sekertaris Program Magister Linguistik Universitas Sumatera Utara, Dr. Nurlela,

M.hum., yang selalu memberikan nasehat kepada penulis dan melengkapi

kebutuhan akademik.

Selain itu, ungkapan terima kasih dan rasa hormat disampaikan kepada tim

penguji tesis, Dr. M. Husnan Lubis, M.A, Dra. Pujiati, M.Soc., Sc.,Ph.D, dan Dr.

Nurlela, M.Hum. atas berbagai saran, koreksi, kritik, dan sanggahan yang

kontrusif sehingga tesis ini memiliki kualitas yang dapat digunakan sebagai

rujukan penulisan selanjutnya.

Pada kesempatan ini, penulis juga menyampaikan terima kasih kepada staf

pengajar Program Magister Linguistik Universitas Sumatera Utara, yang telah

memperluas wawasan penulis tentang kajian linguistik pada setiap mata kuliah.

Dan kepada staf administrasi rogram Magister Linguistik Universitas Sumatera

Utara, atas keramahan dan kesantunannya dalam melengkapi kebutuhan akademik

penulis.

Selanjutnya, penulis juga menyampaikan terima kasih kepada Ketua

Yayasan Pesantren Darul Arafah, H. Indra Perkasa, Lubis, M.A, beserta stafnya

Agus Susanto yang telah memberikan izin dan melengkapi administrasi penulisan

(10)

kasih kepada santriwati kelas II Pesantren Darul Arafah yang telah membantu

penulis untuk menghimpun data penulisan.

Ucapan terimah kasih yang tulus disampaikan kepada teman-teman kuliah

angkatan 2012, khususnya Linguistik Paralel, Rendra Anriadi Siregar, S.S., Ilham

Sahdi Lubis, S.Pd., Rahmawati, S.Pd., Nanda Dwi Astri, S.S., Novita Sari, S.Pd.,

Deli Kesuma, S.Pd., Nurhayati Sitorus, S.Pd., Dairi Sapta Simanjntak, Imanuel

Tarigan, S.Pd., Maya sari, S.Pd., Dian Marisha Putri, S.S., Besliana Siagian, S.S.,

sebagai teman seperjuangan, dan teman-teman yang ada di kelas Reguler.

Di atas semua ungkapan itu, rasa terima kasih dan penghormatan yang

tinggi disampaikan kepada orang tua penulis, Ayahanda Ali Syahwan Hasibuan,

dan Ibunda Nur Aidah Nasution, yang telah memotivasi penulis untuk menjalani

kehidupan dengan doa dan usaha. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada

abangda Ahmad Rivai Hasibuan, dan adinda Ahmad Ridwan Hasibuan atas

kesempatan dan doa yang memberangkatkan penulis menapaki pendidikan yang

lebih lanjut.

Penulis menyadari penulisan tesis ini belum mencapai hasil yang

maksimal, sehigga penulis mengharapkan masukan dari pembaca. Semoga tesis

ini bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan, dan membantu terhadap

penulisan-penulisan yang relevan selanjutnya, khususnya bidang kajian Morfologi

bahasa Arab.

(11)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ...ii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iii

DAFTAR ISI ...vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... x

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMBANG ... xii

DAFTAR SINGKATAN ... xiii

PEDOMAN TRANSLITERASI ... xiv

BAB I : PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Batasan masalah ... 7

1.3 Rumusan masalah ... 7

1.4 Tujuan penelitian ... 7

1.5 Manfaaf penelitian ... 8

1.5.1 Manfaat Teoretis ... 8

1.5.2 Manfaat Praktis ... 8

1.6 Defenisi istilah ... 9

BAB II : KAJIAN PUSTAKA ... 11

2.1 Teori yang Relevan ... 11

2.1.1 Analisis kesalahan ... 11

2.1.2 Jenis analisis kesalahan ... 12

2.1.3 Kesalahan berbahasa ... 15

2.1.3.1 Perbedaan kesalahan dan kekeliruan ... 17

2.1.4 Faktor penyebab terjadinya kesalahan berbahasa………..18

2.2 Morfologi ... 22

(12)

2.2.2 Proses infleksi dalam konjugasi bahasa Arab ... 25

2.2.3 Morfem infleksi dalam konjugasi bahasa Arab ... 29

2.3 Penelitian yangrelevan...36

2.4 Kerangka kerja teoretis ... 39

BAB III : METODE PENELITIAN ... 41

3.1 Pendekatan dan metode yang digunakan ... 41

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 41

3.2.1 Lokasi Penelitian ... 41

3.2.2 Waktu Peneletian ... 42

3.3 Data dan Sumber Data ... 42

3.4 Teknik Pengumpulan data ... 43

3.5 Teknik Analisis Data ... 44

BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 47

4.1 Kesalahan Berdasarkan Taksonomi Linguistik ... 47

4.1.1 Kesalahan Penggunaan Afiks pada Verba Perfect ... 48

4.1.2 Kesalahan Penggunaan Afiks pada Verba Imperfect ... 54

4.1.3 Kesalahan Penggunaan Afiks pada Verba Imperative ... 74

4.2 Kesalahan Berdasarkan Taksonomi Siasat Permukaan ... 85

4.2.1 Kesalahan Penambahan ... 85

4.2.2 Kesalahan Penghilangan ... 88

4.3 Faktor Penyebab Kesalahan Berbahasa ... 90

4.4 Pembahasan ... 93

4.4.1 Kesalahan Berdasarkan Taksonomi Linguistik ... 94

4.4.1.1 Kesalahan Penggunaan Afiks pada Verba Perfect ... 94

4.4.1.2 Kesalahan Penggunaan Afiks pada Verba Imperfect ... 98

4.4.1.3 Kesalahan Penggunaan Afiks pada Verba Imperative ... 103

4.4.2 Kesalahan Berdasarkan Taksonomi Siasat Permukaan ... 105

BAB V PENUTUP ... 106

5.1 Simpulan ... 106

5.2 Saran ... 107

(13)

Page

2.1 Perbandingan antara Kesalahan dan kekeliruan ... 17

2.2 Paradigma Verba Perfect ... 30

2.3 Sufiks Verba Perfect ... 31

2.4 Paradigma Verba Imperfect... 33

2.5 Prefiks dan Sufiks Verba Imperfect ... 34

2.6 Paradigma Verba Imperative... 36

(14)

DAFTAR LAMPIRAN

Page

1. Daftar Pertanyaan tentang penggunaan verba ‘Perfect’ ... 51

2. Daftar Pertanyaan tentang penggunaan verba ‘Imperfect’ ... 54

3. Daftar Pertanyaan tentang penggunaan verba ‘Imperative’ ... 58

4. Daftar Pertanyaan tentang faktor penyebab kesalahan berbahasa... 61

5. Transkrip percakapan verba Perfect ... 121

6. Transkip percakapan verba Imperfect ... 126

7. Transkip percakapan verba Imperative ... 136

8. Transkip percakapan penambahan dan penghilangan ... 143

9. RPP Morfologi Arab/sharf ... 145

10.Bentuk Kesalahan Verba ‘Perfect’ ... 122

11.Bentuk Kesalahan Verba ‘Imperfect’ ... 123

12.Bentuk kesalahan verba ‘Imperative’ ... 127

13.Bentuk Penambahan ... 130

(15)

DAFTAR GAMBAR

Page

1. Kerangka teoretis ... 41

2. Faktor penyebab ‘antarbahasa’ ... 91

(16)

DAFTAR LAMBANG : Proses menjadi

‘……..’ : Makna/Arti

/……./ : Transliterasi

(17)

DAFTAR SINGKATAN

(B2) : Bahasa Kedua

(B1) : Bahasa Pertama

(TM) : Tunggal Maskulin

(DM) : Dual Maskulin

(JM) : Jamak Maskulin

(TF) : Tunggal Feminin

(DF) : Dual Feminin

(JF) : Jamak Feminin

(18)

PEDOMAN TRANSLITERASI

Transliterasi yang digunakan dalam proposal ini adalah Pedoman

Transliterasi berdasarkan SK Bersama Menteri Agama dan Menteri Pendidikan

dan Kebudayaan RI No.158 tahun 1987 dan No. 0543b /U/1987 tertanggal 22

Januari 1988.

A. Konsonan

Huruf

Arab Nama Huruf Latin Nama

ﺍ Alif Tidak dilambangkan Tidak dilambangkan

ﺏ Ba B Be

ﺕ Ta T Te

ﺙ Sa Ś Es (dengan titik di atas)

ﺝ Jim J Je

ﺡ Ha ḥ Ha (dengan titik di bawah)

ﺥ Kha Kh Ka dan ha

ﺩ Dal D De

ﺫ Zal Ż Zet (dengan titik di atas)

ﺭ Ra R Er

ﺯ Zai Z Zet

(19)

ﺵ Syin Sy Es dan ye

ﺹ Sad ș Es (dengan titik di bawah)

ﺽ Dad ḍ De (dengan titik di bawah)

ﻁ Ta ṭ Te (dengan titik di bawah)

ﻅ Za ẓ Zet (dengan titik di bawah)

ﻉ ‘Ain ‘ Koma terbalik (di atas)

ﻍ Gain G Ge

ﻑ Fa F Ef

ﻕ Qaf Q Ki

ﻙ Kaf K Ka

ﻝ Lam L El

ﻡ Mim M Em

ﻥ Nun N En

ﻭ Waw W We

ﻫ Ha H Ha

ء Hamzah ` Apostrof

(20)

ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN MORFEM INFLEKSI DALAM KONJUGASI BAHASA ARAB PADA SANTRIWATI KELAS II

PESANTREN DARUL ARAFAH Nur Ainun Hasibuan

Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara

ABSTRAK

Penelitian ini mengkaji masalah kesalahan berbahasa yang dilakukan oleh santriwati kelas II Pesantren Darul Arafah. Latar belakang yang mendasari kajian mengenai kesalahan berbahasa adalah kenyataan bahwa kesalahan akan timbul ketika seseorang memperoleh bahasa selain bahasa ibunya. Kesalahan berbahasa lisan yang dimaksud dalam tesis ini adalah kesalahan penggunaan morfem infleksi dalam konjugasi bahasa Arab. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan bentuk kesalahan penggunaan morfem infleksi dan faktor penyebab terjadinya kesalahan dalam konjugasi bahasa Arab oleh santriwati kelas II Pesantren Darul Arafah dalam bidang morfologi. Data yang dianalisis bersumber dari percakapan santriwati kelas II Pesantren Darul Arafah. Metode yang digunakan untuk memperoleh data adalah metode simak (metode observasi), dan untuk analisis data digunakan metode agih (Sudaryanto, 1993) dan metode analisis kesalahan (Corder 1981). Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori Analisis kesalahan dan teori morfologi yang membahas tentang morfem infleksi dalam konjugasi bahasa Arab (Versteegh, 1997). Temuan penelitian menunjukkan bahwa jenis kesalahan yang berbentuk taksonomi linguistik pada verba Perfect sebanyak 15 buah (15%) yang berupa kesalahan penggunaan sufiks, verba Imperfect sebanyak 59 buah (57%) yang berupa kesalahan penggunaan prefiks dan sufiks, dan verba Imperative sebanyak 29 buah (28%) yang berupa kesalahan penggunaan sufiks. Jenis kesalahan berbentuk taksonomi siasat permukaan, berupa penambahan sebanyak 6 buah (60%) dan jenis penghilangan sebanyak 4 buah (40%). Adapun faktor penyebab terjadinya kesalahan tersebut berupa interferensi yang mengakibatkan penerapan kaidah yang tidak sempurna, penyemarataan berlebihan, pengurangan kaedah, dan salah menghipotesiskan konsep.

(21)

ERROR ANALYSIS IN USE THE INFLECTION MORPHEME OF ARABIC CONJUGATION BY THE SECOND GRADE STUDENTS AT DARUL

ARAFAH COLLEGE

Nur Ainun Hasibuan Faculty of Humatities University of North Sumatera

ABSTRACT

This research is analysed the error problem is using a given language in students speaking class two in Darul Arafah college, major in Arabic. This research is based on the fact that’s speaking is one of language skills is mother language. The error spoken language used in this thesis is the error of using morpheme conjugation. This study aims to describe the use of the errors inflection morpheme forms and the trigerring factors of the errors in Arabic conjugation in morphology by the second grade students at Pesantren Darul Arafah. The data analyzed by using a conversation of the second grade students at Pesantren Darul Arafah. The method used to obtain the data was observe of the method (observation method), and to analyzed the data used an ‘Agih’ method (Sudaryanto, 1993) and errors analysis method (Corder 1981). The theory which used in this study was an error analysis theory and morphological theory which discussed about the inflection morpheme in Arabic conjugation (Versteegh, 1997). The results of this study showed that there were 15 pieces (15%) suffixes errors in the type of error in perfect verbs form of linguistic taxonomy, 59 pieces (57%) prefixes and suffixes errors in imperfect verbs, and 29 pieces (28%) suffixes errors in imperative verbs. The types of an error strategy surfaces taxonomy forms, such as the addition of 6 (60%) units and 4 pieces (40%) of deletions. As the trigerring factors of the errors were the forms of interference which caused the imperfect application of rules, the excessive of leveling, the reduction of the rules, and the errors of hypothesized concept.

(22)

BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang Masalah

Analisis kesalahan berbahasa adalah salah satu cara kerja untuk

menganalisis kesalahan manusia dalam berbahasa yang merupakan komponen

linguistik. Penggunaan bahasa sehari-hari tentu tidak luput dari kesalahan, dan

kesalahan tersebut bervariasi. Melalui analisis kesalahan berbahasa, dapat

dijelaskan bentuk kesalahan-kesalahan yang dilakukan oleh siswa baik secara

morfologis, fonologis, dan sintaksis yang kemudian memberikan manfaat tertentu

bagi proses pengajaran bahasa. Hal ini menjadi sangat menarik ketika dalam

proses pengajaran bahasa dilakukan analisis kesalahan untuk menjadi umpan balik

sebagai titik tolak perbaikan dalam pengajaran bahasa dalam mencegah dan

mengurangi terjadinya kesalahan berbahasa yang dilakukan para siswa. Hal ini

ditegaskan oleh James, (1998:2) the study of human error-making in the domain

of language error analysis is a major component of core linguistics. Kesalahan

berbahasa terjadi karena adanya penyimpangan terhadap kaidah-kaidah

kebahasaan yang dilakukan oleh pembelajar ketika ia menggunakan bahasa.

Penyimpangan yang dimaksud dalam hal ini adalah penyimpangan yang bersifat

sistematis, yakni penyimpangan yang berhubungan dengan kompetensi. Penelitian

ini berkenaan dengan kesalahan berbahasa lisan, yaitu kesalahan berbahasa

sehari-hari dalam bahasa Arab. Kesalahan berbahasa dimaksudkan pada kesalahan

menggunakan bentuk-bentuk bahasa dalam penampilannya secara lisan untuk

(23)

Kesalahan morfologi mencakup berbagai kesalahan, seperti kesalahan

pembentukan kata, kesalahan memilih afiks atau penggunaan kosa kata yang tidak

tepat dalam berbahasa. Adapun dasar dalam berbahasa yang efektif yaitu dengan

pengaplikasian tata bahasa tersebut yang di dalam bahasa Arab dikenal dengan

Sharf ‘morfologi’. Ketika suatu kata mengalami proses morfologis, terkadang

kata tersebut mengalami perubahan kelas kata. Kalimat yang di dalamnya

menggunakan suatu kata dengan kelas kata yang berbeda meskipun kata dasarnya

sama akan memilki makna dan interpretasi yang berbeda apalagi dalam

berkomunikasi dengan berbahasa Arab. Namun dalam penelitian ini akan dibahas

tentang perubahan bentuk kata yang tidak mengalami pemindahan kelas kata,

yang dikenal dengan istilah “infleksi”. Dalam infleksi, proses morfologis atau

perubahan bentuk kata yang terjadi lebih disebabkan oleh adanya hubungan

sintaksis dan tidak berakibat pemindahan kelas kata. Dalam morfologi bahasa

arab istilah infleksi disebut dengan tashrif. Di dalam proses infleksi tersebut

terdapat sebuah perubahan bentuk verba (konjugasi) sesuai dengan persona,

jumlah dan jender yang digunakan dan disebut dengan istilah /tashrifu

al-lughuwiy/ ﻱﻮﻐﻠﻟﺍ ﻒﻳﺮﺼﺗ seperti contoh kalimat berikut ini.

seperti contoh kalimat berikut ini.

(1a) /yal’abu al-waladu al-kurrota/ ﺓﺮﻜﻟﺍ ﺪﻟﻮﻟﺍ ﺐﻌﻠﻳ ‘dia laki-laki sedang bermain bola’

(1b) /al-awlādu yal-‘abūna al-kurrota/ ﺓﺮﻜﻟﺍ ﻥﻮﺒﻌﻠﻳ ﺩﻻﻭﻻﺍ ‘mereka (anak laki-laki) sedang bermain bola’

(24)

Pada contoh (1a) /yal’abu/ menunjukkan penggunaan persona ketiga

tunggal Maskulin terdapat prefiks {ya-} yang menunjukkan penggunaan persona

(KTM) yang terjadi pada kala sekarang. Selanjutnya pada contoh (1b) /yal’abūna/

menunjukkan persona ketiga Jamak Maskulin terdapat afiks {ya -ū na}yang

menunjukkan penggunaan persona ketiga (JM) yang terjadi pada kala sekarang,

kemudian pada contoh (1c) /yata’allamna/ menunjukkan persona ketiga Jamak

Feminin terdapat afiks {ya -na} yang menunjukkan persona ketiga (JF) yang

terjadi pada kala sekarang.

Perubahan yang terjadi pada kata-kata tersebut dalam proses morfem

infleksi berfungsi untuk mengubah identitas leksikalnya tanpa mengubah identitas

kategorialnya sesuai dengan persona, jender, dan jumlahnya masing-masing

sebagai dasar pembelajaran pembentukan verba bahasa Arab sesuai dengan teori

Versteegh tentang morfem infleksi dalam konjugasi bahasa Arab yang berupa

Kala dan Diathesis. Disinilah sering terjadi kesalahan berbahasa arab pada

pembelajaran bahasa Arab dalam menentukan verba yang menunjukkan jumlah,

persona dan jender dalam berbahasa. Hal inilah yang menjadi alasan peneliti

memilih proses morfem inleksi sebagai objek penelitian karena adanya kesulitan

santriwati membedakan arti dasar dalam bagian morfem tersebut dan

menggunakan konjugasinya dalam berbahasa Arab.

Pemilihan topik ini menjadi bidang kajian dalam tesis ini bertitik tolak dari

(1) Dalam hal ini kesalahan berbahasa akan timbul ketika seseorang memperoleh

bahasa kedua selain bahasa ibunya. Bisa jadi bahasa itu merupakan berupa bahasa

(25)

istilah Kedwibahasaan. Haugen dalam Tarigan (1988:8) mengemukakan bahwa

Kedwibahasaan adalah kemampuan menghasilkan ujaran yang bermakna di dalam

dua bahasa (atau lebih), bersifat relatif karena penguasaan bahasa seseorang

berbeda-beda. Kebiasaan menggunakan dua bahasa atau lebih secara bergantian,

sebagai contoh penguasaan bahasa asing oleh santriwati pesantren Darul Arafah.

Pesantren Darul Arafah sebagai salah satu model pendidikan Islam yang

mempertahankan nilai-nilai kemasyarakatan dan keagamaan demi menghasilkan

generasi muda Islam yang mampu berperan dalam pembangunan bangsa dan

negara. Adapun alasan peneliti memilih pesantren Darul Arafah sebagai lokasi

penelitian dikarenakan pada dasarnya bahasa Arab merupakan salah satu bahasa

yang digunakan dalam berkomunikasi sehari-hari oleh pelajar di pesantren Darul

Arafah. Adanya pemisahan lokasi antara santri dan santriwati di pesantren Arafah

yang memudahkan peneliti untuk berfokus meneliti hanya pada lokasi santriwati

pesantren Darul Arafah. Kemudian pesantren Darul Arafah merupakan lembaga

Pendidikan Islam yang memiliki prestasi cukup banyak dibandingkan pesantren

lainnya yang ada di Medan terutama dibidang Pendidikan, alumni Pesantren Darul

Arafah banyak yang melanjutkan studinya keluar Negeri misalnya: India, Mesir,

Sudan, Madinah, dan Pakistan. Dalam bidang Olahraga, Pesantren Darul Arafah

sering mendapatkan kejuaraan Pospenas (Pekan Olahraga Nasional) di Sumatera

Utara misalnya dibidang olahraga sepak bola, basket, dan silat. Dan dalam bidang

Seni, Pesantren Darul Arafah menghasilkan grup vokal nasyid “Ashabul-kahfi”

yang sudah terkenal dikalangan Pesantren lainnya bahkan grup ini juga cukup

(26)

(2) Dari hasil penelitian awal ditemukan bahwa analisis dibidang bahasa

kurang diperhatikan sehingga berjalan begitu saja, padahal dalam kajian bahasa

Arab penggunaan bahasa Arab merupakan alat komunikasi yan sangat penting.

Kalau bahasa salah, maka pemahaman bahasa kita salah, disinilah perlunya

dilakukan analisis kesalahan di Pesantren Darul Arafah. Jika dilihat dari segi

analisis kesalahan berdasarkan linguistik, Penyebab kesalahan tersebut adalah

akibat bahasa pertama terhadap bahasa kedua yang biasa disebut kesalahan

interlingual (Interlanguage errors), dan akibat pengaruh unsur-unsur di dalam

bahasa target itu sendiri yang biasa disebut kesalahan intralingual (intralingual

erros).

(3) Berdasarkan observasi awal didapati bahwa nilai morfologi yang

diperoleh santiwati kelas II Pesantren Darul Arafah sangat rendah dan tidak

mencapai KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal), dan mereka sering melakukan

kesalahan dalam percakapan sehari-hari misalnya, kesalahan ini dapat dilihat dari

model kesalahan penggunaan bahasa antara lain model analisis kesalahan

taksonomi/kategori linguistik yaitu mengenai kesalahan morfologi dalam

berbahasa arab. Pada data ditemukan /at-tilmīdzu tahfadzu ad-darsa/ ﻆﻔﺤﺗ ﺬﻴﻤﻠﺘﻟﺍ

ﺱﺭﺪﻟﺍ ‘murid itu sedang menghafal pelajaran’. Pada contoh ini terdapat kesalahan

morfologi penggunaan persona pada verba bahasa Arab, yaitu penggunaan prefiks

{ta-} pada verba /tahfadzu/. Seharusnya verba ini menggunakan prefiks {ya-}

menjadi /yahfadzu/ Kesalahan yang terjadi pada contoh ini adalah kesalahan

dalam menggunakan persona yang berkaitan dengan gender. Inilah yang menjadi

(27)

Dalam berbahasa Arab santriwati memilki konsep bahasa yang menurut mereka

itu sudah benar padahal penggunaan morfem infleksi dalam konjugasi ini masih

bersalahan tetapi si lawan bicara dapat memahami akan informasi yang

disampaikan oleh pembicara.

Santriwati yang menuntut ilmu di Pesantren Darul Arafah merupakan

sejumlah santriwati yang berasal dari berbagai daerah dengan bahasa daerah yang

berbeda. Meskipun mereka datang dari berbagai daerah dan bahasa yang mungkin

berbeda, dapat dikatakan bahwa bahasa pertama mereka adalah bahasa Indonesia

yakni sebagai bahasa ibu mereka. Pada kelas pertama dilakukan tahap pengenalan

tentang bahasa Arab selama enam bulan pertama, setelah itu mereka sudah

diwajibkan berbahasa Arab walaupun mereka baru mengenal dan mempelajarinya,

Selanjutnya pada kelas II mereka lebih difokuskan untuk berbahasa, disinilah

pentingnya dilakukan analisis kesalahan dalam penggunaan morfem infleksi

dalam konjugasi bahasa arab, sebagai bahan masukan untuk mereview kesalahan

berbahasa yang mereka lakukan pada kelas selanjutnya. Sedangkan pada kelas III,

IV, V, dan VI santriwati dianggap sudah mahir menggunakan bahasa Arab

khususnya penggunaan morfem infleksi dalam konjugasi bahasa Arab. Idealnya,

memperbaiki kesalahan berbahasa itu dilakukan lebih awal sehingga bahasa itu

dapat diperbaiki.

Berdasarkan konsep dan fenomena yang dijelaskan, penelitian ini akan

difokuskan pada bentuk kesalahan morfologi pada penggunaan morfem infleksi

dalam konjugasi bahasa Arab dan Faktor penyebabnya. Artinya, dalam tulisan ini

(28)

taksonomi yaitu pada taksonomi linguistik dan siasat permukaan oleh Corder

(1981), dan morfologi yang dibatasi pada morfem infleksi oleh Versteegh (1997).

Penelitian tentang analisis kesalahan pembentukan kata pada morfem infleksi

dalam konjugasi bahasa Arab sudah pernah diteliti sebelumnya. namun kajian

tentang analisis kesalahan penggunaan morfem infleksi dalam konjugasi bahasa

Arab di Pesantren Darul Arafah belum pernah diteliti. Penelitian ini diharapkan

dapat mendeskripsikan dan menjelaskan penggunaan morfem infleksi dalam

konjugasi bahasa Arab santriwati di Pesantren Darul Arafah yang pada akhirnya

dapat bermanfaat untuk perbaikan pembelajarannya.

1.2 Batasan Masalah

Untuk menghindari ruang lingkup yang terlalu luas dan agar penelitian lebih

fokus, perlu ada pembatasan masalah. Penelitian ini hanya dibatasi pada Analisis

Kesalahan penggunaan morfem infleksi dalam Konjugasi Bahasa Arab oleh

santriwati kelas II di Pesantren Darul Arafah, dan penyebab kesalahan tersebut.

Verba yang diteliti dibatasi pada verba Perfect, verba Imperfect, dan verba

Imperative. Dan jenis atau model kesalahan yang akan di analisis dibatasi pada 2

taksonomi yaitu taksonomi linguistik, dan siasat permukaan.

1.3 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimanakah bentuk kesalahan penggunaan “Morfem Infleksi dalam

Konjugasi Bahasa Arab” pada santriwati kelas II Pesantren Darul

(29)

2. Apa faktor penyebab kesalahan penggunaan “Morfem Infleksi dalam

Konjugasi Bahasa Arab” pada santriwati kelas II Pesantren Darul

Arafah?

1.4 Tujuan Penelitian

1. Menjelaskan bentuk kesalahan penggunaan “Morfem Infleksi dalam

Konjugasi Bahasa Arab” pada santrwati kelas II Pesantren Darul Arafah.

2. Menjelaskan faktor penyebab kesalahan penggunaan “Morfem Infleksi

dalam Konjugasi Bahasa Arab” pada santriwati kelas II Pesantren Darul

Arafah.

1.5Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat, baik secara teoretis maupun

praktis.

1.5.1 Manfaat Teoretis

Manfaat dalam penelitian ini adalah:

1. Memperkaya khazanah pengetahuan ilmu bahasa khususnya morfem

infleksi yang termasuk dalam kajian morfologi dengan teori analisis

kesalahan berbahasa.

2. Sebagai penguatan teori analisis kesalahan berbahasa yang sering timbul

dalam pengajaran bahasa kedua.

3. Menambah pemahaman tentang perubahan bentuk konjugasi bahasa Arab

khususnya yang berkaitan dengan pola verba Perfect, Imperfect dan

(30)

1.5.2 Manfaat Praktis

Pada tataran hasil penelitian ini dapat digunakan:

1. Sebagai bahan masukan bagi para pengurus lembaga bahasa dan guru di

Pesantren Darul Arafah guna untuk memecahkan masalah yang

berkaitan dengan kesalahan berbahasa dan mengajarkan bahasa kedua

yang selanjutnya dapat mengusulkan model pembelajaran baru sehingga

dapat meningkatkan pengajaran morfologi di Pesantren Darul Arafah.

2. Sebagai bahan masukan bagi siswa Pesantren Darul Arafah dalam

proses pembelajaran bahasa Arab, khususnya pemahaman Penggunaan

morfem infleksi dalam konjugasi bahasa Arab dan pengaplikasiannya

dalam berkomunikasi sehari-hari.

3. Sebagai usaha pendokumentasian bahasa yang melibatkan bidang

morfologi dan analisis kesalahan berbahasa bagi generasi mendatang.

1.6 Defenisi Istilah

1. Infleksi : menurut Bauer (1988:73) infleksi adalah proses morfologis

yang menyebabkan terbentuknya berbagai bentukan, tetapi bentukan

itu tidak berakibat pada perubahan kelas kata atau tetap pada kelas

kata yang sama.

2. Konjugasi : (Verhaar, 1999:121) Konjugasi adalah alternasi infleksi

pada verba.

3. Verba Perfect : perbuatan yang telah lalu (verba perfektif), diandai

(31)

4. Verba Imperfect : perbuatan yang lagi akan datang’ (verba

imperfektif), ditandai oleh kata sedang. (Ad-dahdah, 1981:4)

5. Verba Imperative : menuntut perbuatan, yakni menyuruh berbuat’

(verba imperatif). (Ad-dahdah, 1981:4)

6. Maskulin : menunjukkan jender ‘laki-laki’

7. Feminin : menunjukkan jender ‘perempuan’

8. Taksonomi : Taksonomi dapat diartikan sebagai klasifikasi dari

sesuatu, atau prinsip yang mendasari klasifikasi; model; kategorial.

9. Kesalahan: bentuk penyimpangan/ketidakakuratan berbahasa dalam

bahasa pembelajar yang tersistematis, tidak dapat disadari dan

(32)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA 2.1 Teori yang Relevan

2.1.1 Analisis kesalahan

Ellis (1987:296) mengatakan analisis kesalahan adalah suatu prosedur kerja,

yang biasa digunakan oleh para peneliti dan guru bahasa, yang meliputi

pengumpulan sampel, pengidentifikasian kesalahan yang terdapat dalam sampel,

penjelasan kesalahan tersebut, pengklasifikasian kesalahan itu berdasarkan

penyebab-penyebabnya serta pengevaluasian atau penilaian taraf keseriusan

kesalahan itu.

James (1998:5-6) juga mengemukakan bahwa analisis kesalahan sebagai

cabang dari linguistik terapan pembelajaran bahasa pertama dan bahasa

kedua/bahasa asing yang melibatkan bahasa ibu, bahasa sasaran, dan bahasa

antara-bahasa sasaran yang digunakan pembelajar. Namun, ciri khas analisis

kesalahan terletak pada pendeskripsian bahasa sasaran dan bahasa antara termasuk

analisis perbandingan diantaranya. Oleh karena itu, pendeskripsian dan

perbandingan bahasa sasaran dengan bahasa antara termasuk dalam tahapan

analisis kesalahan berbahasa.

Selanjutnya Corder (1981) dalam (Tarigan, 1988:70-72) menyatakan, bahwa

analisis kesalahan mempunyai fungsi dalam proses pembelajaran, yaitu untuk

menginvestigasi proses pembelajaran bahasa. Menganalisis kesalahan yang dibuat

siswa jelas memberi manfaat tertentu, karena pemahaman terhadap kesalahan itu

(33)

Perencanaan. Yang diartikan bahwa analisis kesalahan adalah sutau prosedur

kerja, sebagai prosedur kerja analisis kesalahan mempunyai langkah-langkah

tertentu, yang dimaksud dengan “metodologi” analisis kesalahan. Yang mencakup

pada pengumpulan data kesalahan, pengidentifikasian kesalahan dan

pengklasifikasian kesalahan, memperingkat kesalahan, menjelaskan kesalahan,

dan mengoreksi kesalahan.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas dalam penelitian ini digunakan teori

(Corder 1981) karena teori ini dapat memandu Peneliti untuk mencari data di

lapangan. Dapat disimpulkan bahwa analisis kesalahan adalah suatu proses yang

betujuan untuk menganalisis kesalahan berbahasa yang digunakan oleh

pembelajar bahasa asing melalui prosedur kerja dengan menggunakan teknik

penelitian meliputi pengumpulan data pada sampel, pengidentifikasi kesalahan

tersebut berdasarkan faktor penyebabnya, dan menginterpretasikan kesalahan

tersebut secara sistematis.

2.1.2 Jenis analisis kesalahan

Menurut Tarigan (1988: 87) kesalahan berbahasa erat kaitannya dengan

pengajaran bahasa, baik pengajaran bahasa pertama maupun pengajaran kedua.

Kesalahan berbahasa tersebut mengganggu pencapaian tujuan pengajaran bahasa.

Kesalaan berbahasa harus dikurangi bahkan dapat dihapuskan.

Kesalahan-kesalahan tersebut sering timbul dan banyak terjadi pada penulisan-penulisan

ilmiah. Ada empat pengklasifikasian atau taksonomi kesalahan berbahasa yang

(34)

(1) taksonomi kategori linguistik;

(2) taksonomi siasat permukaan;

(3) taksonomi komparatif; dan

(4) taksonomi efek komunikatif.

Taksonomi kategori linguistik adalah kesalahan berbahasa yang berdasarkan

pada butir linguistik. Jadi, kesalahan berbahasa dapat dikategorikan menjadi

kesalahan fonologi, morfologi, sintaksis dan leksikon. Kemudian Politzer dan

Remirez dalam Parera (1999) mengelompokkan kategori kesalahan linguistik

yang mencakup kesalahan morfologi diantaranya kesalahan memilih afiks, salah

menggunakan kata ulang, salah memilih bentuk kata.

Contohnya: banyak pelajar-pelajar baris-baris di tanah lapangan itu.

Gerakan tanganmu dengan gerakkan silat!

Yang seharusnya:

Banyak pelajar berbaris di lapangan itu.

Gerakkan tanganmu dengan gerakan silat!

Taksonomi siasat permukaan atau suface strategy taxonomy menyoroti

bagaimana cara-caranya struktur permukaan berubah. Para pelajar mungkin saja

menghindarkan/menghilangkan hal-hal penting, menambahkan sesuatu yang tidak

perlu, salah memformasikan hal-hal, atau salah menyusun hal-hal tersebut

(Tarigan:1988:133). Secara garis besarnya, kesalahan-kesalahan yang terkandung

(35)

1. Omission ‘Penghilangan’, yaitu kesalahan ini ditandai oleh ketidak

hadiran suatu butir yang seharusnya ada dalam ucapan yang baik dan

benar.

Contoh: kami membeli makanan yang enak di warung berubah menjadi

kami membeli makanan enak warung.

2. Addition ‘Penambahan’, penutur bahasa menambahkan satu atau lebih

unsur-unsur bahasa yang tidak diperlukan dalam suatu frase atau kalimat.

Akibatnya terjadi penyimpangan konstruksi frase atau kalimat.

Contoh: Para mahasiswa-mahasiswa seharusnya para mahasiswa

Banyak rumah-rumah seharusnya banyak rumah

3. Misformation ‘Kesalahbentukan’, penutur membentuk suatu frase atau

kalimat yang tidak sesuai kaidah bahasa itu. Akibatnya konstruksi frase

atau kalimat menjadi salah (penyimpangan) kaidah bahasa.

Contoh: Ani sedang mensapu rumah seharusnya Ani sedang menyapu

rumah.

4. Misordering ‘Kesalahurutan’, penutur menyusun atau mengurutkan

unsur-unsur bahasa dalam suatu konstruksi frase atau kalimat di luar

kaidah bahasa itu. Akibatnya frase atau kalimat itu menyimpang dari

kaidah bahasa.

Contoh: aku tidak tahu apa itu, seharusnya aku tidak tahu yang dimaksud

dengan hal itu.

Taksonomi komparatif merupakan klasifikasi kesalahan yang didasarkan

(36)

tipe-tipe kontruksi tertentu lainnya. Sebagai contoh: penggunaan bahasa Inggris pada

pelajar Indonesia.

Contoh: I not craying seharusnya I am not crying

Taksonomi efek komunikatif memandang serta menghadapi kesalahan dari

perspektif efeknya terhadap penyimak atau pembaca. Pusat perhatian tertuju pada

pembedaan antara kesalahan-kesalahan yang seolah-olah menyebabkan salah

komunikasi.

contoh: bahasa Indonesia banyak orang disenangi. Seharusnya bahasa

Indonesia banyak disenangi orang.

Dari jenis analisis kesalahan di atas penelitian ini hanya fokus pada jenis

analisis kesalahan berdasarkan kategori 2 taksonomi. Yakni pada taksonomi

linguistik dan siasat permukaan. Karena bentuk kesalahan berdasarkan bentuk

morfem infleksi ini lebih cenderung kepada taksonomi linguistik dan siasat

permukaan.

2.1.3 Kesalahan berbahasa

Dalam berkomunikasi setiap orang pasti pernah melakukan kesalahan.

Kesalahan berbahasa adalah penggunaan bahasa baik secara lisan maupun tertulis

yang menyimpang dari faktor-faktor penentu komunikasi atau menyimpang dari

norma kemasyarakatan dan meyimpang dari kaidah tata bahasa (Setyawati,

2010:15). Kesalahan bahasa dianggap sebagai suatu proses pembelajaran baik

secara formal maupun non formal.

Selanjutnya Tarigan (1988:126) menyatakan bahwa kesalahan merupakan

(37)

tersebut merupakan bagian-bagian yang “menyimpang” dari norma baku atau

norma terpilih dari performansi bahasa orang dewasa.

Istilah kesalahan berbahasa memiliki pengertian yang beragam. Untuk

membahas tentang kesalahan berbahasa. Corder (1974) menggunakan 3(tiga)

istilah untuk membatasi kesalahan berbahasa: (1) lapses, (2) error, dan (3)

mistake.

Ketiga isitilah itu memliki domain yang berbeda dalam memandang

kesalahan berbahasa. Corder (1974) menjelaskan:

a. Lapses

Lapses adalah kesalahan berbahasa akibat penutur beralih cara untuk

menyatakan sesuatu sebelum seluruh tuturan(kalimat) selesai dinyatakan

selengkapnya. Untuk berbahasa lisan, jenis kesalahan ini di istilahkan dengan

“slip of the tongue” sedang untuk berbahasa tulis, jenis kesalahan ini diistilahkan

“slip of the pen”. Keslahan ini terjadi akibat ketidak sengajaan oleh penuturnya.

b. Error

Error adalah kesalahan berbahasa akibat penutur melanggar kaidah atau

aturan tata bahasa (breaches of code). Kesalahan ini terjadi akibat penutur sudah

memiliki (kaidah) tata bahasa yang berbeda dari tata bahasa yang lain, sehungga

itu berdampak kekurang sempurnaan atau ketidak mampuan penutur. Hal tersebut

berimpliksi terhadap penggunaa bahasa, terjadi kesalahan berbahasa akibat

(38)

c. Mistake

Mistake adalah kesalahan berbahasa akibat penutur tidak tepat dalam

memilih kata atau ungkapan untuk suatu situasi tertentu. Menurut Huda (1981),

kesalahan berbahasa yang dilakukan oleh siswa (anak) yang sedang memperoleh

dan belajar bahasa kedua disebut kekhilafan (error). Kekhilafan (error), menurut

Nelson Brook dalam Syafi’ie (1984), itu “dosa/kesalahan” yang harus dihindari

dan dampaknya harus dibatasi, tetapi kehadiran kekhilafan itu tidak dapat

dihindari dalam pembelajaran bahasa kedua. Ditegaskan Oleh Dulay, Burt

maupun Richard (1979), kekhilafan akan selalu muncul betapa pun usaha

pencengahan dilakukan, tidak seorang pun dapat belajar bahasa tanpa melakukan

kekhilafan (kesalahan) berbahasa.

Uraian di atas menunjukkan bahwa dalam kesalahan berbahasa adanya

kesamaan antara kesalahan (error) dan kekeliruan (mistake). Selanjutnya akan

dibahas mengenai perbedaan antara kesalahan dan kekeliruan.

2.1.3.1 Perbedaan kesalahan dan kekeliruan

Dalam kehidupan sehari-hari kita mengenal kata “kesalahan” dan

“kekeliruan” sebagai dua kata yang bersinonim, dua kata yang mempunyai makna

yang kurang lebih sama. Tarigan (1988:75) mengatakan bahwa istilah kesalahan

(error) dan kekeliruan (mistake) dalam pengajaran bahasa dibedakan yakni

penyimpangan dalam pemakai bahasa.

Kekeliruan pada umunya disebabkan oleh faktor performansi. Hanya

keterbatasan dalam mengingat sesuatu atau kelupaan menyebabkan seseorang

(39)

biasanya dapat diperbaiki oleh para siswa sendiri bila yang bersangkutan lebih

sadar dan lebih berkonsentrasi. Siswa sebenarnya sudah mengetahui sistem bahasa

tersebut, namun karena suatu hal dia lupa akan sistem itu. Jadi, kekeliruan ini

agak bersifat lama.

Sebaliknya kesalahan disebabkan oleh faktor kompetensi. Artinya, siswa

memang belum memahami sistem linguistik bahasa yang digunakannya.

Kesalahan biasanya terjadi secara konsisten, jadi secara sistematis kesalahan itu

dapat berlangsung lama apabila tidak diperbaiki. Perbedaan tersebut dapat dilihat

dari table berikut ini:

Kategori /sudut pandang Kesalahan Kekeliruan 1. Sumber

2. Sifat 3. Durasi

4. Sistem linguistik 5. Hasil

Dibantu oleh guru: latihan, pengajaran

Tabel 2.1 perbandingan keslahan dan kekeliruan (Sumber: Tarigan, 1988:76)

Dari paparan di atas disimpulkan bahwa adanya kesamaan antara mistake

(kekeliruan) dan error (kesalahan) yang mana kedua-duanya adalah bagian dari

kesalahan. dalam hal ini akan diteliti kekeliruan dan kesalahan yang terjadi dalam

berbahasa yang merupakan bagian dari sebuah kesalahan (error).

2.1.4 Faktor penyebab terjadinya kesalahan berbahasa

Kita telah mengetahui bahwa identifikasi dan analisis interferensi anatara

bahasa-bahasa yang saling kontak, secara tradisional merupakan aspek pokok

(40)

saling mempengaruhi, yang mengakibatkan terjadinya kesalahan berbahasa.

Secara garis besarnya, Richards (1974) mengatakan bahwa faktor penyebab

kesalahan berbahasa yang terjadi oleh pembelajar bahasa itu dibedakan atas:

kesalahan ‘antarbahasa’ (nterlanguage errors, dan kesalahan ‘intrabahasa’

intralingual errors.

1. Kesalahan ‘antarbahasa’ interlanguage errors, yaitu kesalahan yang

disebabkan oleh interferensi (B1) terhadap (B2) yang dipelajari.

Richards (1985:37) mengelompokkan faktor kesalahan antar bahasa

Interlingual error di dalam proses antar bahasa terdapat 5 proses antar bahasa

yaitu: transfer bahasa language transfer transfer latihan transfer of training

,siasat pembelajaran bahasa kedua strategies of second language learnig,,

siasat komunikasi bahasa kedua strategies of second language communication,

penyamarataan yang berlebihan mengenai bahan linguistik bahasa sasaran

over-generalization of target language linguistic material. Namun selain 5

proses antarbahasa tersebut ada sejumlah proses lainnya yang dalam beberapa

hal berkaitan dengan bentuk-bentuk permukaan ucapan-ucapan antarbahasa. Di

antaranya sebagai berikut:

a. Transfer bahasa adalah interferensi dari bahasa ibu atau B1 kepada

bahasa sasaran atau B2;

b. Transfer latihan adalah kesalahan yang berkaitan dengan hakikat

bahan-bahan pembelajaran bahasa dan pendekatan-pendekatannya

(41)

c. Siasat pembelajaran bahasa kedua adalah kesalahan yang berkaitan

dengan pendekatan sang pembelajar sendiri pada bahan yang

dipelajari;

d. Siasat komunikasi bahasa kedua adalah kesalahan yang berkaitan

dengan cara sang pembelajar berupaya berkomunikasi dengan para

penutur asli di dalam situasi pemakaian bahasa secara alamiah;

e. Overgeneralisasi kaidah-kaidah bahasa sasaran adalah kesalahan yang

berkaitan dengan cara sang pembelajar menstruktur kembali

(mereorganisasikan) bahan linguistik atau materi kebahasaan

2. Kesalahan ‘intrabahasa’ intralingual errors, yaitu kesalahan yang

merefleksikan ciri-ciri umum kaidah yang dipelajari seperti kesalahan

generalisasi, aplikasi yang tidak sempurna terhadap kaidah-kaidah, dan

kegagalan mempelajari kondisi-kondisi penerapan kaidah.

Dengan singkat, penyebab kesalahan” intrabahasa” ini adalah:

a. Over-generalization ‘penyemarataan berlebihan’

Penyemarataan berlebihan atau over-generalisasi mencakup

contoh-contoh dimana seorang pelajar menciptakan struktur yang menyimpan

berdsarakan pengalamannya mengenai struktur-struktur lain dalam

bahasa sasaran atau bahasa target.

Contoh: he can sings yang seharusnya he can sing

Pada umumnya, penyamarataan berlebihan (over generalization)

(42)

yang regular. Hal ini mungkin saja sebagai akibat upaya seorang pelajar

mengurangi beban linguistiknya. (Richards:1985:174)

b. Ketidaktahuan akan pembatasan kaidah

Berkaitan erat dengan penyamarataan atau generalisasi

struktur-struktur yang menyimpang yang telah dijelaskan sebelumnya adalah

kegagalan mengamati pembatasan-pembatasan atau restriksi-restriksi

struktur-struktur yang ada, yaitu penerapan kaidah-kaidah terhadap

konteks-konteks yang tidak menerima penerapan tersebut.

Contoh: The man who I saw him

We saw him play football and we admired

c. Penerapan kaidah yang tidak sempurna

Dalam kategori ini terjadinya struktur-struktur yang penyimpangannya

menggambarkan taraf perkembangan kaidah-kaidah yang diperlukan untuk

menghasilkan ucapan-ucapan yang berterima atau dapat diterima. Sebagai

contoh: kesulitan-kesulitan sistematis dalam penggunaan

pertanyaan-pertanyaan yang dapat diamati dengan jelas pada siswa yang mempelajari

bahasa kedua (B2). Pelajar B2 yang mungkin hanya tertarik pada

komunikasi, dapat mencapai komunikasi yang cukup efisien tanpa

memerlukan pengawasan yang lebih banyak daripada kaidah-kaidah

sederhana pemakai pertanyaan.

Contoh:

(43)

What was she saying? She saying she would ask him

(Richards: 1985:178)

d. Salah menghipotesiskan konsep

Sebagai tambahan terhadap jajaran-kesalahan intralingual yang telah

dibahas di atas, masih terdapat sejenis kesalahan perkembangan yang

diturunkan dari pemahaman yang salah terhadap

pembedaan-pembedaan di dalam bahasa target. Hal ini kadang-kadang berkaitan

dengan gradisi hal-hal pengajaran yang tidak selaras. Sebagai contoh,

bentuk was dalam bahasa Inggris dapat diinterpretasikan sebagai

penanda atau ciri pada masa lalu sehingga menghasilkan one day it

was happened dan bentuk is mungkin dipahami sebagai yang

berhubungan dengan penanda pada masa kini (sekarang) sehingga

menghasilkan he is speaks dutch. Seharusnya he speaks dutch

Contoh: farmers are went to their houses Seharusnya Farmers went to

their houses

2.2 Morfologi

Secara etimologi morfologi berasal dari kata morf yang berarti ‘bentuk’ dan

kata logi yang berarti ‘ilmu’. Jadi secara harfiah kata morfologi berarti ‘ilmu

mengenai bentuk’. Di dalam kajian linguistik, morfologi berarti ‘ilmu mengenai

bentuk-bentuk dan pembentukan kata’ (Chaer: 2008:3). Ramlan (1983: 16)

mengatakan bahwa Morfologi adalah bagian dari ilmu bahasa yang membicarakan

seluk-beluk bentuk kata serta pengaruh perubahan-perubahan bentuk kata

(44)

kata serta fungsi perubahan-perubahan bentuk kata itu, baik fungsi garamatik

maupun fungsi semantik. Secara struktural objek kajian morfologi adalah morfem

pada tingkat rendah dan pada tingkat tertinggi. Itulah sebabnya, morfolgi sebagai

seluk beluk kata (struktur kata) serta pengaruh perubahan-perubahan bentuk kata

terhadap makna (arti) dan kelas kata.

Dari pendapat di atas disimpulkan bahwa Morfologi merupakan salah satu

cabang linguistik yang membahas mengenai perubahan kata. Dalam bahasa Arab,

morfologi merupakan sharf, dimana di dalamnya banyak membahas tentang

perubahan-perubahan kata dari satu kata menjadi sejumlah kata yang mempunyai

arti tersendiri. Dalam kajian morfologi, terdapat poin-poin yang menjelaskan lebih

rinci tentang morfologi itu sendiri, seperti objek kajian morfologi, proses

morfologi, hubungan morfologi dengan ilmu-ilmu tata bahasa lainnya, serta

morfologi dalam bahasa Arab itu sendiri dimana salah diantaranya yaitu morfem.

Morfem adalah satuan morfologi yang tidak dapat dibagi lagi menjadi

satuan – satuan yang lebih kecil, dalam arti kata yang ada dalam rangkaian kata –

kata mempunyai fungsi formal yang sama dan tidak dapat dibagi lagi. Bentuk

linguistik di atas diartikan sebagai setiap kombinasi fonem yang mengandung

makna. Jadi morfem merupakan suatu gramatikal terkecil yang mempunyai arti.

Verhaar (1988:97) menjelaskan bahwa morfem bebas adalah bentuk yang

dapat berdiri sendiri secara morfemis dan tidak membutuhkan bentuk lain yang

digabung. Morfem terikat Bound morpheme adalah morfem yang tanpa digabung

(45)

Sedangkan menurut Yule (1985:76), terdapat dua kategori morfem terikat, yaitu

derivational morphemes dan inflectional morphemes.

a. Derivational Morpheme

Derivational Morpheme adalah morfem yang membentuk kata – kata baru

dan sering digunakan untuk membentuk kata-kata dengan kategori gramatikal

yang berbeda dari stem-nya, misalnya penambahan morfem –ly pada kata sifat

careful akan mengubahnya menjadi kata keterangan carefully. Dalam bahasa

arab misalnya kata /kataba/ ﺐﺘﻛ ‘menulis’ (verba) /kitabun/ ﺏﺎﺘﻛ ‘buku’

(nomina)

b. Inflectional Morpheme

Inflectional morpheme ini digunakan untuk menunjukkan kata yang

bersifat jamak atau tunggal dan tidak mengubah kelas kata. Contohnya,

morfem infleksi –s pada kata books menunjukkan kata benda jamak. Dalam

bahasa arab contohnya:

/muslimun/ ﻢﻠﺴﻣ ‘satu orang muslim’ /muslimāni/ ﻥﺎﻤﻠﺴﻣ ‘dua orang

muslim’ /muslimūna/ ﻥﻮﻤﻠﺴﻣ ‘beberapa orang muslim’

2.2.1 Morfem Infleksi

Istilah Fleksi (flexion dalam bahasa inggris) atau “Infleksi” (inflexion)

berarti semua perubahan paradigmatis yang dihasilkan dengan proses morfemis

mana pun, boleh dengan afiksasi, boleh dengan modifikasi intern

(Verhaar:1976:69). Ciri infleksi ialah bahwa bentukan infleksi itu tergolong dalam

kategori kata yang sama dengan morfem dasarnya; kedua, bahwa kontruksi

(46)

bahasa Indonesia: tulis, tulisi, tuliskan, ditulisi, dituliskan, menulisi, menuliskan,

tertulis, tertuliskan, semuanya tergolong kategori verba.

Telah diketahui dalam bahasa-bahasa fleksi, seperti bahasa Arab, Latin, dan

bahasa Italia, ada pembentukan kata secara inflektif dan derivatif. Dalam

pembentukan kata inflektif identitas leksikal kata yang dihasilkan sama dengan

identitas leksikal bentuk dasarnya. Jadi pembentukan kata Inggris dari dasar write

menjadi writes adalah pembentukan kata inflektif, karena baik write maupun

writes adalah sama-sama verba (Chaer, 2007:37)

Infleksi menurut Bauer (1988:73) adalah proses morfologis yang

menyebabkan terbentuknya berbagai bentukan, tetapi bentukan itu tidak berakibat

pada perubahan kelas kata atau tetap pada kelas kata yang sama. Pendapat yang

lain mengatakan Inflection adalah proses pembentukan kata dengan cara

menambahkan imbuhan tetapi tidak mengubah kelas kata pada bentukan kata

yang baru tersebut Katamba, 1993: 47).

2.2.2 Proses infleksi dalam konjugasi bahasa Arab

Proses morfologi infleksi dalam bahasa-bahasa dunia dikenal dalam

konjugasi dan deklinasi (Verhaar, 1999:121-126). Konjugasi adalah alternasi

infleksi pada verba dan deklinasi adalah alternasi pada nomina dan adjektiva.

Konjugasi mencakup (1) kala, (2) aspek, (3) modus, (4) diathesis, (persona:

jumlah dan jender). kemudian Chaer (2007:258) menjelaskan perbedaan antara

kala, aspek, modus dan dhiatesis.

Kala adalah informasi dalam kalimat yang menyatakan waktu terjadinya

(47)

Dan aspek adalah cara untuk memandang pembentukan waktu secara internal di

dalam suatu situasi, keadaan, kejadian, dan proses. Selanjutnya Modus adalah

pengungkapan atau penggambaran suasana psikologis perbuatan menurut tafsiran

si pembicara atau sikap si pembicara tentang apa yang diucapkannya. Kemudian

dhiatesis adalah gambaran hubungan antara pelaku atau peserta dalam kalimat

dengan perbuatan yang dikemukakan dalam kalimat itu.

Kategori verba dalam bahasa Arab terbagi menjadi verba Perfect (fi’il

mādi), verba Imperfect (fi’il mudāri’), dan verba Imperative (fi’il ? amr).

Penggolongan kata menjadi verba, selain ditentukan oleh fungsi di dalam kalimat,

juga ditentukan oleh pola yang ada dalam bahasa Arab. Pola disini menunjukkan

bahwa masing-masing verba mempunyai cirri-ciri tersendiri (Ad-dahdah,

1981:115).

Menurut Shini ” (1990:79) berdasarkan segi waktu (kala) verba dalam

bahasa Arab dibagi menjadi tiga yaitu, verba mādi, verba mudāri’ dan verba

?amr. Ia memberikan defenisi mengenai verba-verba tersebut sebagai berikut:

" ﻡﻼﻜﻟﺍ ﻞﺒﻗ ﺙﺪﺣ ﻰﻠﻋ ﻝﺪﻳ ﻱﺬﻟﺍ ﻞﻌﻔﻟﺍ ﻮﻫ ﻲﺿﺎﻤﻟﺍ ﻞﻌﻔﻟﺍ ".

" ﻞﺒﻘﺘﺴﻤﻟﺍ ﻭﺍ ﺮﺿﺎﺤﻟﺍ ﻦﻣﺰﻟﺍ ﻲﻓ ﺙﺪﺣ ﻰﻠﻋ ﻝﺪﻳ ﻱﺬﻟﺍ ﻞﻌﻔﻟﺍ ﻮﻫ ﻉﺭﺎﻀﻤﻟﺍ ﻞﻌﻔﻟﺍ ".

" ﻞﺒﻘﺘﺴﻤﻟﺍ ﻭﺍ ﺮﺿﺎﺤﻟﺍ ﻲﻓ ﺐﻠﻁ ﻰﻠﻋ ﻝﺪﻳ ﻱﺬﻟﺍ ﻞﻌﻔﻟﺍ ﻮﻫ ﺮﻣﻻﺍ ﻞﻌﻓ ".

/al-fi’lu mādi huwa al-fi’lu al-ladzi yadullu alā hadatsin qobla al-kalami/

/al-fi’lu mudhari’ huwa al-fi’lu al-ladzi hadatsin fi az-zamani al-hādhiri aw

al-mustaqbal/

/fi’lu al-amri huwa al-fi’lu al-ladzi yadullu ‘ala tholabin fi al-hāhiri aw al

(48)

Makna:

“verba mādi adalah verba yang menunjukkan peristiwa yang terjadi sebelum

pengujaran.”

“verba mudāri’ adalah verba yang menunjukkan peristiwa pada waktu kini

ata waktu mendatang.”

“verba ?amr adalah verba yang menunjukkan sebuah permintaan untuk

melakukan sesuatu pada kala waktu atau mendatang.”

Misalnya:

/ba’sa allahu muhammadan/ ﺍﺪﻤﺤﻣ ﷲ ﺚﻌﺑ ‘ Allah telah mengutus

Muhammad.’

/naqra-u al-qur āna al-karima/ ﻢﻳﺮﻜﻟﺍ ﻥﺍﺮﻘﻟﺍ ﺃﺮﻘﻧ ‘ kami sedang membaca

Al-quran al-karim.’

/?ati’ rabbaka/ ﻚﺑﺭ ﻊﻁﺃ ‘ta’atilah Tuhanmu.’

Kata /ba’sa/ ‘mengutus’ menunjukkan pada pengutusan Nabi Muhammad

SAW yang terjadi pada masa lalu, yaitu masa ketika belum ada di dalamnya.

Bentuk verba tersebut adalah verba mādi. Jadi verba mādi adalah verba yang

berfungsi untuk menunjukkan perstiwa yang terjadi di kala lampau. Kemudian

/naqra-u/ ‘kami sedang membaca’ adalah verba mudāri’ berbentuk yang

menunjukkan tindakan yang dilakukan pada waktu kini ketika pengujaran. Berarti

verba mudāri’ berfungsi untuk mengungkapkan situasi atau tindakan yang terjadi

pada waktu kini dan mendatang. Untuk verba ?amr Shini menjelaskan kata /?ati’/

(49)

melakukan suatu tindakan tanpa mengkaitkannya dengan permasalahan waktu

kebahasaan. (Shini, 1990 :71-72)

Dalam morfem infleksi, proses morfologis atau perubahan bentuk yang

terjadi lebih disebabkan oleh adanya hubungan sintaksis dan tidak berakibat

pemindahan kelas kata, seperti: I write ‘saya menulis’ menjadi He writes ‘dia

laki-laki menulis’ (untuk orang ketiga tunggal pada kala kini), verba teach ‘mengajar’

(kini) menjadi teached ‘mengajar’ (kala lampau) dan sebagainya. Afiks-afiks

infleksi yang bersifat inflektif meliputi hubungan garamatikal berkenaan dengan

kategori persona, jumlah, jender, dan kala.

Persona, jumlah, jender merupakan kategori gramatikal yang memarkahi

verba dalam bahasa Arab. Pemarkahan semacam ini merupakan bentukan

penyesuian verba dengan subjeknya (Verhaar, 1999:132). Penyesuaian itu dalam

hal persona, jumlah, dan jendernya sehingga verba dalam Arab berubah menjadi

empat belas pola. Budaya bangsa Arab memilki konsep jender yang membedakan

maskulin versus feminin secara ketat berimplikasi pada perwujudan bahasanya

sehingga hampir semua kelas kata dalam bahasa Arab termasuk verba. Verba

dalam bahasa Arab dapat ditentukan atas maskulin dan feminin, seperti contoh di

bawah ini:

/kataba/ ﺐﺘﻛ ‘dia laki-laki menulis’ (Maskulin)

/katabat/ ﺖﺒﺘﻛ ‘dia perempuan menulis’ (Feminin)

Demikian juga dengan kategori jumlah, budaya Arab memilki konsep

(50)

/kataba/ ﺐﺘﻛ ‘seorang laki-laki menulis’ (Persona ketiga TM)

/katabā/ ﺎﺒﺘﻛ ‘dua laki-laki menulis’ (Persona ketiga DM)

/katabū/ﺍﻮﺒﺘﻛ ‘mereka laki-laki menulis’ (Persona ketiga JM)

Afiks-afiks infleksi berfungsi menandai hubungan gramatikal seperti

berkaitan dengan masalah jumlah, persona, kala, modus, dan kasus. Tetapi

afiks-afiks tersebut tidak mengubah kelas kata dari kata yang dilekatinya. bahasa Arab

adalah salah satu contoh bahasa yang kata-katanya berinfleksi untuk menandai

hubungan-hubungan gramatikal di atas. Berbagai konsep gramatikal dinyatakan

secara sistematis dan ekonomis menggunakan infleksi-infleksi, seperti konjugasi

verba Perfect, verba Imperfect dan verba Imperative dalam bahasa Arab.

Berdasarkan uraian tersebut, penelitian akan mengkaji morfem infleksi penanda

persona, jumlah, dan jender dalam verba Arab.

2.2.3 Mofem Infleksi Dalam Konjugasi Bahasa Arab yang berupa Kala dan Diathesis: Persona Jumlah, dan Jender

Kategori gramatikal persona, jumlah, dan gender dalam bahasa Arab

memarkahi verba dengan infleksi-infleksi. Infleksi dapat didefenisikan sebagai

perubahan paradigmatik sebuah leksem yang tidak menimbulkan makna baru

(Jensen, 1990:150). Morfem infleksi berubah secara paradigmatis berdasarkan

persona, jumlah dan jender dari pelaku perbuatan. Berdasarkan teori Dahdah

sebelumnya, dijelaskan bahwa verba di dalam bahasa Arab terdiri dari 3 macam

yaitu, verba Perfect, verba Imperfect dan verba Imperative. Verba Perfect

berinfleksi secara paradigmatik melalui konjugasi sufiks pemarkah subjek atau

(51)

berinfleksi secara paradigmatik melalui konjugasi prefiks pemarkah subjek atau

disebut dengan nama konjugasi prefiks (prefix conjugation), selanjutnya verba

Imperative’ yang berinfleksi melalui konjugasi prefiks pemarkah subjek atau

disebut dengan nama konjugasi prefiks (prefix conjugation) .(Versteegh,

1997:84).

Berikut ini tabel morfem infleksi dalam konjugasi ditinjau dari persona,

jumlah, dan jender pada verba Perfect dalam bahasa Arab:

No. Bentuk verba Persona Jumlah Jender Makna dalam

bahasa Indonesia 1. /kataba/ﺐﺘﻛ Ketiga Tunggal Maskulin ‘dia laki-laki telah

menulis’

2. /kataba/ﺎﺒﺘﻛ Dual ‘mereka (dua)

laki-laki telah menulis’

3. /katabu/ﺍﻮﺒﺘﻛ Jamak ‘mereka telah

7. /katabta/ﺖﺒﺘﻛ Kedua Tunggal Maskulin ‘kamu (laki-laki) telah menulis’

8. /katabtuma/ﺎﻤﺘﺒﺘﻛ Dual ‘kamu (dua

laki-laki) telah menulis’

9. /katabtum/ﻢﺘﺒﺘﻛ Jamak

‘kalian (laki-laki) telah menulis’

10. /katabti/ﺖﺒﺘﻛ Tunggal Feminin ‘kamu perempuan

(52)

13. /katabtu/ﺖﺒﺘﻛ Pertama Tunggal Feminin/maskulin ‘saya telah menulis’

14. /katabna/ﺎﻨﺒﺘﻛ Jamak Feminin/maskulin ‘kami telah

menulis’ Tabel 2.2 Paradigma Verba Perfect Bahasa Arab Dengan Menggunakan

Sufiks Kala dan Persona, Jumlah dan Jender. (Nur, 2010:5)

Tabel tersebut memperlihatkan sebuah verba Perfect dalam bahasa Arab

yang berubah secara inflektif berdasarkan perubahan persona, jumlah, dan jender

menjadi empat belas macam melalui morfem infleksi yang berbentuk sufiks.

Untuk lebih jelas, lihat table morfrm infleksi sufiks berikut ini.

No. Maskulin Feminin 2.3 Sufiks Verba Perfect dalam Konjugasi Bahasa Arab

(Nur, 2010: 5)

Berdasarkan tabel tersebut, dapat dilihat bahwa pada bagian pertama pada

verba sufiks dimulai dari persona ketiga terdiri dari sufiks {-a}, {-ā}, dan {-ū}

masing-masing untuk subjek tunggal, dual, dan Jamak maskulin. Selanjutnya

(53)

subjek tunggal, dual, Jamak feminin. Dan pada bagian dua terdiri dari Dari

persona kedua, sufiks berubah menjadi {-ta}, {-tumā}, {-tum} masing-masing

untuk subjek persona kedua jumlah tunggal, dual, dan Jamak maskulin, dan

selanjutnya diikuti dengan sufiks {-ti},{-tumā}, dan {-tunna} masing-masing

untuk subjek orang kedua feminin dengan jumlah tunggal, dual, dan Jamak. Dan

yang terakhir yaitu persona pertama menjadi {-tu}, dan {-nā} masing-masing

untuk jumlah tunggal dan Jamak digunakan baik untuk jender maskulin dan

feminin.

Selain verba Perfect, verba Imperfect juga menggunakan morfem infleksi

yang berbentuk prefiks dan sufiks seperti pada tabel berikut:

No. Bentuk verba Persona Jumlah Jender Makna dalam

bahasa Indonesia

1. /yaktubu/ ﺐﺘﻜﻳ / III Tunggal Maskulin

‘dia laki-laki sedang menulis’

2. yaktubani/ ﻥﺎﺒﺘﻜﻳ

Dual ‘mereka (dua)

(54)

9. /taktubuna/ ﻥﻮﺒﺘﻜﺗ Jamak

‘kalian laki-laki sedang menulis’

10. /taktubina/ ﻦﻴﺒﺘﻜﺗ Tunggal Feminin

‘kamu anak perempuan sedang menulis’

11. /taktubani/ ﻥﺎﺒﺘﻜﺗ Dual

‘kamu (dua) perempuan sedang menulis’

12. /taktubna/ﻦﺒﺘﻜﺗ Jamak

‘kalian perempuan sedang menulis’

13. /aktubu/ ﺐﺘﻛﺍ Pertama Tunggal Feminin/maskulin

‘saya sedang menulis’

14. /naktubu/ ﺐﺘﻜﻧ Jamak Feminin/maskulin ‘kami sedang

menulis’ Tabel 2.4 Verba mudari’ dengan Menggunakan Prefiks ditinjau dari

Persona, Jumlah, dan Jender (Nur, 2010: 6)

Tabel di atas memperlihatkan bahwa sebuah verba Imperfect dalam bahasa

Arab berubah secara inflektif berdasarkan persona, jumlah, dan jender (subjek)

menjadi empat belas macam. Dalam verba Imperfect yang terjadi proses pada

prefiks, dan sufiks. Untuk menunjukkan peubahan persona dan jender digunakan

prefiks, sedangkan untuk perubahan pada jumlah digunakan sufiks.dapat

disimpulkan bahwa dalam verba Imperfect 3 morfem infleksi yaitu pada prefiks

dan sufiks.

Untuk lebih jelasnya Prefiks dan Sufiks yang menunjukkan pada verba

(55)

No Tabel 2.5 Tabel Prefiks dan Sufiks Verba Imperfect

(Nur, 2010: 7)

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa prefiks verba Imperfect mulai dari

persona ketiga adalah prefiks {ya-} untuk maskulin, sedangkan pada persona

ketiga untuk feminin verba prefiks adalah {ta-}. tetapi pada persona ketiga

feminin Jamak verba Imperfect kembali lagi dengan bentuk prefik {ya-}

selanjutnya untuk persona kedua untuk feminin dan maskulin dalam bentuk

tunggal, dual dan Jamak bentuk verba prefiks menjadi {ta-}dan untuk persona

pertama tunggal menggunakan prefiks{a-} dan untuk pertama Jamak {na-}. Perlu

digaris bawahi bahwa dalam prefiks dalam verba Imperfect menunjukkan

penanda kala.

Selain mengalami perubahan prefiks, verba Imperfect juga mengalami

Gambar

Tabel  2.1 perbandingan keslahan dan kekeliruan
Tabel 2.2 Paradigma Verba Perfect Bahasa Arab Dengan Menggunakan
Tabel 2.4 Verba mudari’ dengan Menggunakan Prefiks ditinjau dari
Tabel 2.5 Tabel  Prefiks dan Sufiks Verba Imperfect
+7

Referensi

Dokumen terkait

Biaya merepresentasikan investasi yang penting untuk menangkap nilai atau keuntungan- keuntungan dari proyek-proyek yang diajukan. Unit-unit TI atau bisnis bisa saja

Tujuan Praktek Kerja Lapang di Balai Besar Perikanan Budidaya Air Payau, Provinsi Jawa Tengah adalah mempelajari manajemen pembesaran dan mengetahui permasalahan yang

income is influenced by the independent variables used in this model, the remaining 14.6% influenced by other variables or factors out of this study.The finding also suggest

 Dengan ekspansi pada komoditas lain dan pemulihan harga batu bara, perseroan menargetkan pada tahun depan dapat membukukan kenaikan pendapatan pada kisaran 30%, dan

Untuk menganalisis faktor – faktor apa saja yang melatarbelakangi interaksi masyarakat Tionghoa dan Melayu di Kelurahan Kuday, dalam..

Dengan demikian Komite Olahraga Provinsi Sumbar memiliki peran strategis dalam mengelola, menerapkan, serta memberi masukan kepada pemerintah daerah terkait peningkatan

 Hari ini, pergerakan harga SBN secara umum di pasar sekunder diprediksi cenderung melemah terbatas mejelang lelang SUN besok yang melelang seri yang

- Peneliti BBRSEKP turut serta dalam melakukan coaching dan pendampingan pencacah terkait pengumpulan data nilai tukar pengolah hasil perikanan (riset kerjasama NTPHP dengan PDS)