• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kajian teknik pengambilan contoh dalam pemeriksaan kesehatan buah segar impor

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Kajian teknik pengambilan contoh dalam pemeriksaan kesehatan buah segar impor"

Copied!
64
0
0

Teks penuh

(1)

KAJIAN TEKNIK PENGAMBILAN CONTOH

DALAM PEMERIKSAAN KESEHATAN

BUAH SEGAR IMPOR

FERl ASTUTI

SEKOLAHPASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

PERNYATAANMENGENAITESISDAN

SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Kajian Teknik Pengambilan Contoh dalam Pemeriksaan Buah Segar lmpor adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Dafiar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Bogor, Februari 2009

Feri Astuti

(3)

ABSTRACT

FERl ASTUTI. Analysis of Sampling Technique in the Health Inspection of Imported Fresh Fruits. Under direction of HERMANU TRlWlDODO and ALI NURMANSYAH.

In order to fulfil domestic demand of fresh fruit, Indonesia hasn't even been able to be self sufficient. Total volume of fresh fruit import increased sharply between 2003-2006. Consequently, this f a d gives rise to higher risk of pest regulated introduction which means a threat for local fruit production. Plant health inspection is needed to suppress this risk. An appropriate and accurate sampling technique is, thus critical point to run the inspection procedure. This research is aimed to assess sampling technique in health inspection of imported fresh fruit. Research was performed through various including fresh fruit import situation and its check out procedure. The assess was done by simple random sampling technique simulation using Computer Microsoft excel program. Data showed that apple, oranges and pears, are respectively imported fresh fruit with higher to lower volume and frequency. Highest frequency fresh fruit import record resulted on Tanjung Priok harbour. Intercept data 2006 and 2007 showed no plant pest occurred. Fresh fruit recorded on seaport were shipped using container equipped with refrigerator. The general sampling technique is simple random sampling technique. Simulation result suggested that sampling with maximum size (39), yet couldn't give the best result in detecting target pest. Assumtion on boxes with fruit flies in 0,25% container (3 box) within population of 1127, the probability to find pest based on sampel size 39 was 11%. Meanwhile, assumption on boxes with fruit flies 5% (56 boxes) within population of 1127 boxes, the probability to find pest with maximum sample size 39 was 89%.

(4)

FERl ASTUTI. Kajian Teknik Pengambilan Contoh dalam Pemeriksaan Kesehatan Buah Segar Impor. Dibimbing oleh HERMANU TRlWlDODO dan ALI NURMANSYAH.

lndonesia merupakan negara pengimpor produk-produk hortikultura terutama buah segar. Tingginya volume impor buah segar akan mengancam kelestarian produk buah segar lokal yaitu meningkatnya ancaman risiko masuknya Organisme Pengganggu Tumbuhan Karantina (lalat buah) yang dapat merusak buah segar lokal. Pemeriksaan kesehatan terhadap impor buah segar dilakukan untuk meminimalisasi risiko masuknya OPTK tersebut. Dalam pemeriksaan kesehatan diperlukan teknik sampling khusus yang tepat sehingga dapat digunakan untuk mendeteksi keberadaan lalat buah dalam buah yang diimpor. Teknik sampling acak sederhana (simple random sampling) merupakan salah satu teknik sampling yang umum digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji ukuran sampel dalam Pengambilan contoh buah segar impor sehingga nantinya diharapkan dapat digunakan sebagai protocol dalam penyusunan pedoman pengambilan contoh buah segar. Penelitian dilakukan dengan beberapa kajian diantaranya kajian situasi buah segar impor, kajian prosedur pemeriksaan kesehatan buah segar impor, dan kajian teknik pengambilan contoh dengan simulasi komputer. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jenis buah yang mempunyai volume dan frekuensi tertinggi pada tahun 2006 dan 2007 adalah buah apel, jeruk dan pir. Buah segar yang masuk ke wilayah Indonesia terutama buah apel, jeruk dan pir sebagian besar berasal dari negara Cina. Pintu pemasukan buah segar yang mempunyai frekuensi impor buah segar tertinggi adalah melalui Pelabuhan Tanjung Priok. Buah segar diimpor menggunakan kontainer yang telah dilengkapi dengan sarana pendingin (refrigerator). Hasil simulasi statistik dengan program Microsoft excel menunjukkan bahwa ukuran sampel 1 sampai 39 belum dapat mendeteksi kotak berlalat buah dalam kontainer dengan akurat. Untuk dapat mendeteksi kotak berlalat buah diperlukan ukuran sampel yang lebih besar dari 39. Pengambilan contoh dengan ukuran sampel 1-3 kotak setiap kontainer memberikan peluang kotak berlalat buah terdeteksi sebanyak 0-1%. Ukuran contoh optimum pada populasi 0,25% kotak berlalat buah dengan tingkat kesalahan 1% adalah 96. Untuk dapa mendeteksi keberadaan kotak berlalat buah yang populasinya rendah (0,25%) dengan tingkat kepercayaan 95% dan batas kesalahan maksimum sebesar I%, ukuran contoh optimumyang diperlukan adalah 96 kotak. Ukuran contoh optimum yang diperlukan dalam pengarnbilan sampel tergantung dari tingkat kesalahan yang diinginkan.

(5)

O Hak Cipta milik IPB, tahun 2009 Hak Cipta dilindungi Undang-Undang

Dilarang rnengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa rnencanturnkan atau rnenyebutkan surnbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilrniah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu rnasalah; dan pengutipan tersebut tidak rnerugikan kepentingan yang wajar 1PB

(6)

KAJIAN TEKNIK PENGAMBILAN CONTOH

DALAM PEMERIKSAAN KESEHATAN

BUAH SEGAR IMPOR

FERl ASTUTI

Tesis

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains Pada

Program Studi EntomologilFitopatologi

SEKOLAHPASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(7)

Judul Tesis : Kajian Teknik Pengambilan Contoh dalam Pemeriksaan Kesehatan Buah Segar lmpor

Nama : Feri Astuti

NRP : A451064154

Disetujui: Komisi Pembimbing

Ketua Anggota

Diketahui

Ketua Program Studi n Sekolah Pasca Sa rjana

Entomologi IFitopatologi

(8)

PRAKATA

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SVVT atas segala rahmat dan hidayah yang telah dikaruniakan dengan tiada terhingga kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini. Penelitian ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada Program Pasca Sarjana, lnstitut Pertanian Bogor. Penelitian dilaksanakan di Badan Karantina Pertanian, Balai Besar Karantina Pertanian Tanjung Priok dan Departemen Proteksi Tanaman, lnstitut Pertanian Bogor, dari Bulan Juli 2008 hingga Januari 2009.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr. Ir. Hermanu Triwidodo, MSc. dan Dr. Ir. Ali Nurmansyah MSi. selaku komisi pembimbing atas segala bimbingannya dalam penyusunan tesis ini. Ucapan terima kasih juga kami ucapkan kepada lbu lr. Ummu Salamah Rustiani, MSG dan rekan-rekan rnahasiswa pasca sarjana program khusus S2 Karantina Pertanian yang telah memberikan masukan yang sangat berguna dalam penyusunan tesis ini.

Penghargaan penulis sampaikan kepada Kepala Badan Karantina Pertanian yang telah memberikan kesempatan untuk mengikuti program Magister Sains pada Program Studi Entomologi-Fitopatologi serta seluruh jajaran Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian IPB serta seluruh petugas Karantina khususnya di kantor Karantina Tumbuhan Graha Segara atas bantuan dan kerjasamanya. Ungkapan terima kasih penulis sampaikan kepada seluruh keluarga penulis atas doa, dukungan, perhatian dan kesabaran hingga studi ini lancar.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Februari 2009

(9)

Riwayat Hidup

Penulis dilahirkan di Slernan, Yogyakarta pada tanggal 16 Desernber 1979 sebagai anak ketiga dari pasangan Trubus Purnomohadi (Alm) dan Lasinem. Penulis merupakan putra ketiga dari tiga bersaudara.

Setelah tamat dari SMUN 10 Yogyakarta pada tahun 1998 penulis rnelanjutkan ke Universitas Gadjah Mada Yogyakarta pada Jurusan Hama dan Penyakit Turnbuhan, Fakultas Pertanian. Gelar Sarjana Pertanian diperoleh pada tahun 2003.

Sejak tahun 2005, penulis rnenjadi Pegawai Negeri Sipil di Badan Karantina Pertanian dan ditempatkan di Unit Pelaksana Teknis Stasiun Karantina Tumbuhan Kelas I Pontianak, dan sekarang rnenjadi Balai Karantina Pertanian Kelas I Pontianak. Pada tahun 2007, penulis rnernperoleh beasiswa pendidikan Pasca Sarjana dari Badan Karantina Pertanian, Departernen Pertanian pada Program Studi Entornologi-Fitopatologi, Sekolah Pasca Sarjana, lnstitut Pertanian Bogor. Selarna rnenernpuh pendidikan 52, penulis ditugaskan sebagai staf Sub Bidang Benih dan Benda Lain Irnpor, Bidang Impor, Pusat Karantina Turnbuhan, Badan Karantina Pertanian.

(10)

DAFTAR IS1

DAFTAR GAMBAR

...

.

.

...

...

DAFTAR LAMPIRAN PENDAHULUAN

Latar Belakang

...

Tujuan

...

Manfaat

...

TINJAUAN PUSTAKA

Lalat buah

...

Metodologi pengambilan sampel

... .

.

...

Metodologi Pengambilan contoh di Karantina ... Metode sampling di USA dan Taiwan

...

lmpor buah segar ...

Tempat dan Waktu ... Metode

...

HASlL DAN PEMBAHASAN

Kondisi impor buah segar di Indonesia ...

Prosedur irnpor buah segar Indonesia

...

Kajian teknik pengambilan contoh terhadap buah segar impor .

...

...

KESIMPULAN DAN SARAN

.

.

...

...

DAFTAR PUSTAKA

.

.

...

LAMPIRAN

(11)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Bagan prosedur simulasi teknik pengambilan contoh

...

Distribusi persentase frekuensi impor buah segar tahun 2006 (A, N=12.598) dan tahun 2007 (B, N=l5.198)

...

Distribusi persentase volume buah segar tahun 2006 (A, N=) dan 2007 (B, N=308.784.226)

...

Persentase frekuensi pemasukan buah ape1 (A), jeruk (B), dan Pir (C) berdasarkan negara pengekspor

...

Distribusi frekuensi impor buah segar berdasarkan pintu pemasukan tahun 2006 (A) dan 2007 (B)

...

Kontainer 40 feet yang digunakan untuk impor buah segar dan kontainer 20 feet

...

Susunan kotak buah ape1 (A) dan buah pir (B) di dalam

...

kontainer

Selang kepercayaan 95% bagi rata-rata ditemukan kotak berlalat buah pada populasi kotak berlalat buah 0,25% pada

...

buah ape1 (A), jeruk (B) dan pir (C)

Selang kepercayaan 95% bagi rata-rata ditemukan kotak berlalat buah pada populasi kotak berlalat buah 0,5% pada

...

buah ape1 (A), jeruk (B) dan pir (C)

Selang kepercayaan 95% bagi rata-rata ditemukan kotak berlalat buah pada populasi kotak berlalat buah 1% pada

...

buah ape1 (A), jeruk (B) dan pir (C)

Selang kepercayaan 95% bagi rata-rata ditemukan kotak berlalat buah pada populasi kotak berlalat buah 2,5% pada

...

buah ape1 (A), jeruk (B) dan pir (C)

Selang kepercayaan 95% bagi rata-rata ditemukan kotak berlalat buah pada populasi kotak berlalat buah 5% pada

...

buah ape1 (A), jeruk (B) dan pir (C)

Peluang ditemukan kotak berlalat buah pada apel, jeruk dan pir pada populasi kotak berlalat buah 0,25% (A), 0,5% (B), 1%

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lalat buah yang masuk dalam daftar OPTK beserta daerah

...

sebar pada buah ape1 (Pyrus malus) 40

Lalat buah yang masuk dalam datlar OPTK beserta daerah

sebar pada buah jeruk (Citrus sp.)

...

42 Lalat buah yang masuk dalam daftar OPTK beserta daerah

...

sebar pada buah pir (Pyrus communis) 44

Frekuensi dan volume impor buah segar tahun 2006 dan

2007

...

46 lmpor buah segar pada tujuh pintu pemasukan di Indonesia .... 47 Jenis dan frekuensi buah segar lmpor berdasarkan negara

...

pengirim 2006 dan 2007 48

Rata-rata dan Galat baku kotak berlalat buah terambil pada

simulasi pengambilan contoh acak sederhana pada buah ape1 50 Rata-rata dan Galat baku kotak berlalat buah terambil pada

simulasi pengambilan contoh acak sederhana pada buah

jeruk

...

51 Rata-rata dan Galat baku kotak berlalat buah terambil pada
(13)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Saat ini dalam rangka memenuhi kebutuhan penduduk akan konsumsi buah segar, lndonesia masih mengimpor produk-produk hortikultura tersebut (Sumarno 2005). Berdasarkan data dari Departernen Pertanian (2008), total impor buah-buahan terus meningkat. Selama periode 2003-2006, volume impor mengalami peningkatan cukup signifikan yaitu dari 228.447.156 kg pada tahun 2003 menjadi 427.484.330 kg pada tahun 2006. Jenis-jenis buah impor yang banyak masuk ke lndonesia antara lain adalah anggur, apel, kiwi, jeruk, dan durian (Sulaevi 2000).

Peningkatan impor buah-buahan ke dalam wilayah Republik lndonesia tersebut dapat meningkatkan risiko masuknya organisme pengganggu tumbuhan (OPT) yang belum ada di lndonesia atau lebih dikenal dengan sebutan organisme pengganggu tumbuhan karantina (OPTK). Menurut Deptan (2006), OPTK adalah organisme pengganggu tumbuhan yang belum ada di lndonesia dan dicegah pemasukannya ke dalam wilayah negara Republik Indonesia. Masuknya OPTK tersebut dapat mengancam kelestarian produk hortikultura lokal terutama buah-buahan segar. Jenis buah lokal yang mulai berkurang adalah jeruk brastagi, ape1 malang dan durian petruk (Sulaevi 2000).

Lalat buah rnerupakan salah satu jenis OPT yang dilaporkan banyak menimbulkan kerusakan pada tanaman hortikultura terutama buah-buahan dan sayuran. Serangga tersebut menyerang buah pada saat masih dalam fase larva dengan menggigit daging buah dan menyebabkan buah membusuk dan akhirnya buah jatuh dari pohon sebelum matang. Lalat buah tersebut menyerang lebih dari 100 jenis tanaman hortikultura (Kalshoven 1981). Beberapa jenis lalat buah termasuk OPTK yang dicegah pemasukannya kedalam wilayah negara Indonesia. Lalat buah yang termasuk dalam daftar OPTK tersebut sangat berbahaya. Lalat buah tersebut apabila masuk ke suatu area baru dan mampu berkolonisasi (established) rnaka akan lebih berbahaya dan lebih tinggi daya rusaknya dibandingkan dengan lalat buah lokal.

(14)

oleh instansi pernerintah yaitu Pusat Karantina Turnbuhan, Badan Karantina Pertanian, Departemen Pertanian. Pelaksanaan di pelabuhan dilakukan oleh petugas Karantina Turnbuhan yang rnerupakan pegawai dari Unit Pelaksana Teknis (UPT) Karantina Tumbuhan. Dalam pelaksanaan tugasnya, Pusat Karantina Tumbuhan tersebut berpedornan pada Undang-undang No. 16 tahun 1992 teniang Karantina Hewan, lkan dan Turnbuhan serta Peraturan Pernerintah (PP) No. 14 tahun 2002 tentang Karantina Tumbuhan. Salah satu tugas yang diarnanatkan oleh Undang-undang tersebut adalah rnelakukan perneriksaan kesehatan untuk rnernastikan bahwa buah yang masuk telah mernenuhi persyaratan kesehatan yang telah ditentukan.

Selarna ini perneriksaan kesehatan buah segar irnpor tidak dikenakan pada seluruh buah yang dikirirn rnelainkan dengan pengarnbilan contoh (sampel). Beberapa alasan dilakukannya pengarnbilan contoh tersebut adalah (a) populasi kotak buah dernikian banyaknya sehingga dalam prakteknya tidak mungkin seluruh kotak diperiksa; (b) keterbatasan waktu pemeriksaan, biaya, dan sumber daya manusia, (c) bahkan kadang perneriksaan yang dilakukan terhadap sarnpel dapat lebih dipercaya daripada terhadap seluruh populasi, akibat dari kekeliruan yang disebabkan oleh kelelahan fisik dan mental petugas. Untuk rnenjarnin kredibilitas hasil perneriksaan, pengambilan contoh harus dilakukan menurut suatu prosedur baku dan dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah, sebagai akibatnya, dengan adanya prosedur pengarnbilan contoh buah impor ini, pengarnbilan contoh buah di satu pintu pernasukan ke pintu pernasukan lainnya dapat dilakukan secara seragarn. Namun dernikian, sarnpai saat ini prosedur baku tentang teknik pengambilan contoh buah segar irnpor ini masih belurn tersusun.

Tujuan Penelitian

Mengkaji rnetode pengambilan contoh buah dalam pemeriksaan kesehatan buah segar irnpor dan rnenentukan ukuran contoh yang tepat dalam mendeteksi keberadaan OPTK.

Manfaat Penelitian

(15)

TINJAUAN PUSTAKA

Lalat Buah

Lalat buah (ordo Diptera, farnili Tephritidae), terdiri dari 4000 spesies yang terbagi dalarn 500 genus. Tephritidae rnerupakan farnili terbesar dari ordo Diptera dan rnerupakan salah satu farnili yang penting karena secara ekonorni sangat rnerugikan. Farnili Tephritidae rnerniliki beberapa subfamili. Dacinae merupakan subfarnili yang terkenal sebagai harna lalat buah. Dacinae dibagi rnenjadi dua genus yaitu Dacus (Fabricus) dan Bactrocera (Macquart) (Siwi et a1 2006). Sekitar 35% lalat buah menyerang buah yang berkulit lunak dan tipis. Disarnping rnenyerang buah yang berkulit lunak sekitar 40% larva lalat buah berkembang pada bunga Asteraceae. Dan sebagian yang lain hidup pada tanarnan farnili lainnya sebagai pengorok daun, batang dan akar. Kebanyakan lalat buah ini bersifat fitofag (Ortiz et a1 1986).

Kebanyakan larva dari lalat buah yang rnernpunyai nilai ekonorni penting berada pada daging buah yang rnasak atau setengah rnasak. Larva berwarna putih kekuningan, berbentuk bulat panjang dan salah satu ujungnya runcing (White & Harris 1992). Larva yang kecil rnerupakan tipe belatung Diptera dengan panjang tidak lebih dari 1 crn, dan lebih terkenal karena kernarnpuannya rnelornpat. Lalat buah ini sering diternukan berada pada daun atau bunga pada siang hari. Penarnpilan dari lalat buah ini sering beraneka ragarn narnun perbedaan khususnya seringkali sangat kecil dan sulit untuk diklasifikasikan. Akhir-akhir ini berbagai jenis lalat buah ini dapat diidentifikasi dengan kunci identifikasi. Telur lalat buah umurnnya berwarna putih kekuningan berbentuk bulat panjang (CAB1 2007). Telur seringkali diletakkan secara rnengelornpok di bawah kulit atau didalarn kulit yang luka pada perrnukaan buah. Bekas luka yang hitam secara urnurn dapat terlihat pada ternpat peletakan telur. Setelah larva rnenggigit daging buah rnaka biasanya buah akan segera membus~k dan selanjutnya akan rnenyebabkan buah jatuh sebelurn rnatang. Seluruh perkembangan larva berada didalarn buah dan hanya pada fase pupa yang berada pada perrnukaan tanah. Secara urnurn jenis lalat buah ini berkernbang selarna 18 hari (Kalshoven 1981).

(16)

Indonesia. Lalat buah yang termasuk OPTK kategori A1 tersebut antara lain pada buah ape1 (Pyrus malus) adalah Anastrepha fraterculus, A. ludens, A. serpentina, A. suspensa, Bactrocera jarvisi, B tryonii, Ceratitis capitata, C. rosa, Rhagolestis cerasi, R. cingulata, R. fausta, R. pomonella, dan Rioxa pornia. OPTK yang terdapat pada buah jeruk (Citrus sp.) adalah: Anastrepha fraterculus, A. ludens, A. serpentina, A. suspensa, Bactrocera jarvisi, B. caryeae, B. passiflorae,

5.

kandiensis, B. curvipennis,

5.

philipinensis, B. psidii, B tryonii,

5.

tsuneonis, Ceratitis capitata, C. cosyra, C. quinaria, C rosa, dan Rioxa pornia. Sedangkan pada buah pir (Pyrus communis) adalah Anastrepha fraterculus, A. ludens, A. suspensa, A. obligua, A. suspensa Bactrocera jarvisi, B. tryonii, Ceratitis capitata, C. rosa, Rhagoletis cerasi, R. cingulata, R. fausta, R. pomonella dan Rioxa pornia (Deptan 2006).

Farnili Tephritidae hampir ada di seluruh daerah di dunia kecuali Antartica. Genus utarna dari lalat buah yang harus dibatasi penyebarannya diantaranya (White & Harris 1992):

a. Anastrepha spp. menyerang berbagai buah di wilayah Amerika selatan, Tengah dan lndia Barat, spesies ini rnampu bertahan dan berkembang di daerah diluar wilayah tersebut;

b. Bactrocera spp. (sebelurnnya terdiri dari Dacus), rnerupakan lalat buah asli Asia Tropik, Australia, dan daerah Pasifik Selatan. Salah satu dari genus ini berasosiasi dengan bunga dan buah dalarn famili Cucurbitaceae, dan genus yang lainnya berasosiasi dengan inang yang luas terutarna pada hutan tropik yang lembab.

c. Ceratitis spp. rnenyerang inang yang luas pada buah dan merupakan lalat buah asli Afrika tropik. Ceratitis capitata telah berkembang di seluruh penjuru dunia, kecuali Asia, dan pada saat meledak di Amerika Utara lalat buah ini telah dieradikasi.

d. Harnpir seluruh spesies Dacus spp. berasosiasi dengan bunga dan buah pada famili Cucurbitaceae. spesies ini banyak di ternukan di Afrika. D. ciliatus rnenjadi berkembang di Subkontinen lndia dan Pulau India.

(17)

adalah berasosiasi dengan Rosaceae dan mempunyai potensi untuk berkembang di daerah baru.

Pemasukan jenis lalat buah baru sangat berbahaya bagi kelestarian buah lokal di Indonesia. Salah satu jenis tersebut misalnya Mediterranean fruit fly Ceratitis capitata. Mediterranean fruit fly (Medfly), Ceratitis capitata (Diptera:Tephritidae) merupakan salah satu hama yang paling serius menyerang buah di dunia. Lalat buah ini menyerang lebih dari 300 jenis tanaman. Banyaknya populasi hama ini ditentukan oleh jumlah dan ketersediaan inang serta ditentukan oleh kondisi lingkungan terutama suhu dan kelembaban (Ortiz et a1 1986).

Metode Pengambilan Contoh Teknik pengambilan contoh

Sampling (pengambilan contoh) adalah mengumpulkan informasi dari sebagian unsur-unsur suatu populasi. Secara umum, ada dua jenis teknik pengambilan contoh yaitu, contoh acak (random sampling atau probability sampling) dan contoh tidak acak (nonrandom sampling atau nonprobability sampling) (Cochran 1977). Beberapa teknik yang termasuk dalam contoh acak (random sampling) adalah contoh acak sederhana, contoh acak berlapis, contoh gerombol, contoh sistematik, dan contoh wilayah. Sedangkan teknik pengambilan contoh yang termasuk dalam contoh tidak acak antara lain adalah contoh yang dipilih dengan pertimbangan kemudahan (convenience sampling), contoh yang dipilih dengan maksud atau tujuan tertentu (purposive sampling), bentuk dari contoh berlapis secara proporsional, namun tidak dipilih secara acak melainkan secara kebetulan (quota sampling) dan snowball sampling (Usman 2006).

(18)

Menurut Supranto (2001) terdapat dua kriteria untuk menentukan contoh yang baik. Kriteria pertama adalah akurasi atau ketepatan, yaitu tingkat ketidakadaan bias (kekeliruan) dalam contoh. Kriteria yang kedua adalah presisi. Dalam setiap pengambilan contoh senantiasa melekat kesalahan-kesalahan, yang dikenal dengan nama sampling error Presisi diukur oleh simpangan baku (standard error). Makin kecil perbedaan di antara simpangan baku yang diperoleh dari contoh (S) dengan simpangan baku dari populasi makin tinggi pula tingkat presisinya.

Menurut Cochran (1991) dalam survei contoh terdapat beberapa tahapan penting adalah: tujuan survei yaitu dalam survei harus mengandung sebuah pernyataan yang jelas sehingga dapat memudahkan pengambilan contoh, populasi yang disampelkan yaitu kumpulan dari obyek yang akan diambil contohnya, data yang dikumpulkan yaitu data yang sssuai dengan tujuan dan tidak ada data pokok yang dihilangkan, tingkat ketelitian yang diinginkan, metode pengukuran, kerangka (frame) yaitu sebelum dilakukan pengambilan contoh, populasi harus dibagi dalam bagian-bagian yang disebut unit pengambilan contoh, pemilihan contoh, uji pendahuluan, organisasi lapangan, ringkasan serta analisis data, dan keterangan yang bermanfaat untuk survei mendatang.

Menurut Walpole (1997) dalam berbagai ilmu pengetahuan telah dikembangkan berbagai cara untuk mensimulasi nilai-nilai suatu peubah acak yang berkaitan dengan suatu percobaan statistik. Pensimulasian nilai-nilai suatu peubah acak dapat dicapai dengan memberikan bilangan-bilangan pada nilai peubah acak sehingga tidak mengubah peluang setiap kemungkinan hasil percobaan. Sebaran pengambilan contoh adalah sebaran peluang suatu statistik. Sebaran pengambilan contoh bergantung pada ukuran populasi, ukuran contoh, dan teknik pengambilan contohnya.

Ukuran

contoh

(19)

keseragaman, (2) rencana analisis, (3) biaya, waktu, dan tenaga yang tersedia. Makin tidak seragam sifat atau karakter setiap elemen populasi, makin banyak contoh yang harus diambil. Jika rencana analisisnya mendetail atau rinci maka jumlah contoh harus banyak juga (walpole 1977).

Metodologi Pengambilan Contoh d i Karantina

Metodologi sampling digunakan oleh NPPO (National plant Protection convention) dalam ha1 ini Badan Karantina Pertanian dalam memilih contohuntuk pemeriksaan kiriman suatu komoditas yang dilalulintaskan. Metodologi sampling ini mengandung beberapa parameter diantaranya: acceptance level (tingkat penerimaan), level of detection (tingkat deteksi), confidence level (tingkat kepercayaan), efikasi dari deteksi dan ukuran contoh. Aplikasi dari teknik pengambilan contohberdasarkan statistik diantaranya adalah simple random sampling (contohacak sederhana), systematic sampling (contohsisematik), stratified sampling (contohstratifikasi), clustered sampling (contohkluster), akan rnenghasilkan tingkat kepercayaan statistik. Metode sampling lain yang tidak berdasarkan statistik diantaranya adalah convenience sampling, haphazard sampling atau selective sampling, dapat menghasilkan data yang valid dalam menentukan keberadaan atau ketiadaan OPTK (IPPC 2008).

Metode Pengambilan Contoh d i USA dan Taiwan

Pengambilan contoh terhadap buah segar impor di USA biasanya dilakukan dengan teknik contohacak. Untuk menentukan ukuran contoh biasanya menggunakan tabel hipergeometri. Apabila jumlah karton yang dikirim 3,940 maka ukuran contoh yang diarnbil adalah sebanyak 29 karton. Contoh tersebut diambil dari arah depan, tengah dan bagian belakang dari tumpukan. Di Taiwan persyaratan pengambilan contoh buah segar yang diimpor dari Australia harus diperiksa secara acak dari sernua buah segar yang dikirim dengan ukuran contoh minimal 2% dari seluruh buah segar yang dikirim (Crowther 2006).

lmpor Buah segar

(20)

adalah bahwa buah segar yang dikirim harus ( a ) dilengkapi Sertifikat Kesehatan Tumbuhan dari negara asal dan negara transit, ( b ) melalui tempat-tempat pemasukan yang telah ditetapkan,(c) dilaporkan dan diserahkan kepada Petugas Karantina Tumbuhan di tempat-tempat pemasukan untuk keperluan tindakan karantina tumbuhan (Deptan 2006).

Selain persyaratan umum, buah segar yang diimpor harus memenuhi beberapa persyaratan khusus atau persyaratan teknis seperti yang tercantum dalam Permentan No. 37 Tahun 2006 tentang Persyaratan Teknis dan Tindakan Karantina Tumbuhan untuk Pemasukan Buah-buahan dan atau Sayuran Buah Segar ke dalam Wilayah Negara Republik Indonesia. Persyaratan teknis tersebut adalah bahwa: ( 1 ) buah-buahan berasal dari area produksi yang bebas dari infestasi OPT, (2) buah-buahan yang berasal dari area produksi yang tidak bebas dari infestasi OPT harus diberi perlakuan sesuai dengan ketentuan yang berlaku, (3) buah-buahan dikemas menggunakan karton dan atau plastik, dan diangkut dengan peti kemas yang diberi pendingin, dilakukan pemeriksaan kesehatan di tempat pemasukan untuk memastikan buah-buahan tersebut bebas OPTK dan (5) harus melalui salah satu dari ketujuh pintu masuk berikut: Pelabuhan Laut (PL) Tanjung Priok, Jakarta, (PL) Tanjung Perak, Surabaya, (PL)Belawan Medan, (PL) Batu Ampar, Batam, Bandar udara (BU) Soekarno- Hatta, Jakarta, (BU) Ngurah Rai, Denpasar, dan (PL) Makassar.

Perlakuan karantina terhadap buah-buahan dan atau sayuran buah segar impor terdiri dari tiga jenis, yaitu pendinginan (cold treatment), vapour heat treatment, dan fumigasi dengan Metil Bromide (CH3Br). Perlakuan pendinginan digunakan untuk membunuh lalat buah sasaran: Mediterranean fruitfly (Ceratitis capitata wied), Anastrepha spp., dan Rhagoletis spp., Queensland fruiffly (Bactrocera tryoni Frogg), Bactrocera spp., dan Rioxa spp. Perlakuan vapour heat treatment digunakan untuk membunuh lalat buah sasaran Mediterranean fruiffly (Ceratitis capitata) dan Bactrocera spp. poda suhu 44,4' C dan Anastrepha spp. dengan suhu 44,3 O C. Perlakuan fumigasi digunakan untuk

(21)

METODOLOGI

Tempat dan Waktu

Penelitian di laksanakan di Badan Karantina Pertanian, Balai Besar Karantina Tumbuhan Tanjung Priok, dan Departemen Proteksi Tanaman, lnstitut Pertanian Bogor pada bulan Juli 2008 hingga Januari 2009.

Metode Penelitian Kajian Situasi Buah Segar lmpor

Kajian ini bertujuan untuk melihat jenis-jenis buah segar yang diimpor, frekuensi dan volume, negara pengirim, pintu pemasukan, alat angkut dan data intersepsi impor buah segar ke dalam wilayah Indonesia. lnformasi tentang keenam ha1 di atas diperoleh dari Laporan Tahunan Unit Pelaksana Teknis (UPT) Karantina Pertanian untuk tahun 2006 dan 2007. Laporan Tahunan tahun 2008 tidak tersedia pada saat kajian ini dilaksanakan. UPT yang ditunjuk sebagai pintu pemasukan resmi bagi pemasukan buah dan sayuran buah segar adalah seperti yang terdaftar dalam Permentan No. 37 Tahun 2006.

Kajian Prosedur Pemeriksaan Kesehatan Buah Segar lmpor

Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk mengkaji prosedur yang dilakukan dalam pemeriksaan terhadap kiriman buah segar yang masuk ke wilayah Indonesia. Kajian ini dilaksanakan dengan melakukan survei di Kantor Karantina Tumbuhan Graha Segara, Balai Besar Karantina Pertanian Tanjung Priok. Survei dilakukan dengan mengamati secara langsung pemeriksaan kesehatan buah segar impor oleh petugas Karantina Tumbuhan. Selain prosedur pemeriksaan kesehatan, informasi lain yang dicatat dalam kegiatan ini adalah penerapan persyaratan umum dan persyaratan khusus impor buah segar, perlakuan buah s e g x impor, jumlah kotak buah dalam kontainer, metode pengambilan contoh, dan ukuran sampel yang digunakan dalam pengambilan contoh.

Kajian Teknik Pengambilan Contoh

(22)

mencoba 20 macam ukuran contoh (n), yaitu n=

1,

3, 5, 7, 9,

1 1 ,

13, 15, 17, 19,

21, 23, 25, 27, 29, 31, 33, 35, 37, 39. Pengambilan contoh pada berbagai

ukuran contoh tersebut diambil dari 5 macam kondisi populasi, yaitu 0,25%,

0,5%,

I%,

2,5% dan 5% kotak buah yang mengandung lalat buah. Kelima

macam kondisi populasi kotak buah ini dibuat melalui pembangkitan bilangan acak dari sebaran Poisson sebanyak seratus kali untuk setiap populasi. Pada setiap kali pengambilan contoh dicatat jumlah kotalc berlalat buah dan tidak berlalat buah. Setelah seratus kali pengambilan, kemudian dihitung rata-rata dan simpangan baku dari banyaknya kotak berlalat buah yang terpilih. Disamping itu, juga dihitung besarnya peluang mendapatkan kotak berlalat buah pada berbagai ukuran contoh yang dianalisis. Bias dari masing-masing pengambilan contoh ditentukan dari 100 kali pengambilan contoh. Dari 100 kali pengambilan contoh kemudian dapat ditentukan untuk mendapatkan besarnya bias dari masing-masing ukuran contoh tersebut. Bagan dari prosedur simulasi diatas dapat dilihat pada Gambar

1.

Simulasi dilakukan pada 3 jenis buah yang mempunyai frekuensi dan volume tertinggi.

Berdasarkan data rata-rata dan simpangan baku banyaknya kotak berlalat buah, grafik selang kepercayaan 95% bagi rata-rata ditemukannya kotak berlalat buah di buat untuk ke-20 ukuran contoh yang dianalisis. Grafik ini dimaksudkan untuk melihat perbedaan hasil pendugaan jumlah kotak berlalat buah pada berbagai ukuran contoh yang dianalisis. Keakuratan contoh dalam menduga jumlah kotak berlalat buah ditentukan dengan melihat besarnya bias dari setiap ukuran contoh. Bias adalah perbedaan antara hasil dugaan contoh dengan nilai populasinya (jumlah kotak berlalat buah sesungguhnya). Uji terhadap perbedaan hasil dengan contoh dengan nilai populasi ini dilakukan dengan uji Z menggunakan Minitab versi 14.0

(23)

Penentuan ukuran contoh optimum tersebut dilakukan dengan rumus:

dimana: n = Ukuran contoh optimum;

P = Proporsi kotak berlalat buah sesungguhnya didalam kontainer; E = Tingkat kesalahan yang diinginkan;

Z = Tingkat kepercayaan yaitu 95%.

Asumsi populasi kotak berlalat buah dalam kontainer: 0,25%, 0,5%,1%, 2,5% dan 5%

Pengambilan contoh dengan berbagai ukuran contoh 1,3,5,7,9,11,13,15,17,19

21,23,25,27,29,31,33,35,37,39

Jumlah kotak berlalat buah untuk masing- masing ukuran contoh

n

[image:23.599.89.473.62.665.2]

Rata-rata dan Galat baku Peluang kotak berlalat buah terdeteksi

(24)

HASlL DAN PEMBAHASAN

Situasi Buah Segar lrnpor di Indonesia.

Berdasarkan data impor buah segar dari tujuh pintu pemasukan yang ditunjuk diperoleh bahwa jenis buah segar yang diimpor pada tahun 2006 dan 2007 adalah apel, jeruk, pir, anggur, durian, kelengkeng, buah naga, longan, leci, mangga, kiwi, almond, stroberi, nanas, melon, tamarind, lawang, arbei, aprikot, jambu air, ceri, dan mentimun. Dari ke-22 jenis buah impor diatas, terdapat 3 jenis buah mempunyai frekuensi impor tertinggi yaitu apel, jeruk dan pir masing- masing dengan persentase frekuensi impor sebesar 29%, 19%, dan 18% dari sebanyak 12.598 kali impor pada tahun 2006 (Gambar 2A) dan sebesar 32%, 20%, dan 20% dari sebanyak 15.198 kali impor pada tahun 2007 (Gambar 28).

Buah segar lain

7%

Lonsan

Buah segar lain

Loman

-

4%

Durian

6%

Anggur

9%

20%

(B)

Gambar 2 Distribusi persentase frekuensi impor buah segar tahun 2006 (A,

N=

[image:24.602.82.486.79.762.2]
(25)

Serupa dengan frekuensi impor, jenis buah dengan volume impor tertinggi juga adalah apel, jeruk dan pir baik pada tahun 2006 (Gambar 3A) maupun tahun 2007 (Gambar 3B). Volume impor ape1 mencapai 34%, jeruk 26%, dan pir 21% dari total volume impor buah segar sebesar 308.784,2 ton pada tahun 2006, sedangkan pada tahun 2007, volume impor ape1 mencapai 37%, jeruk 22%, dan pir 20% dari total volume sebesar 420.387,7 ton.

Dunan Buah r q a r lain

Buah segar lain Longan

Durian

-".

3%

Gambar 3 Distribusi persentase volume impor buah segar pada tahun 2006 (A, N=308.784,2 ton) dan 2007 (B, N=420.387,7 ton)

[image:25.599.96.396.218.500.2]
(26)

Selatan, Mesir, Brazil, Malaysia, Uruguay, Korea selatan, Afrika, Yunani, Turki dan Singapura. Sama dengan buah ape1 Cina juga merupakan negara pengekspor buah jeruk tertinggi dengan persentase frekuensi sebesar 51%. Untuk impor buah pir, negara pengekspornya adalah Cina, Afrika Selatan, Korea Selatan, Australia, Amerika Serikat, Cili, Argentina, Malaysia, Tailand, Singapura dan Hongkong. Persentase frekuensi pemasukan buah pir paling tinggi berasal dari negara Cina yaitu mencapai 92%

[image:26.616.84.427.92.793.2]

(C)

(27)

Buah segar impor masuk ke wilayah Indonesia melalui 5 pelabuhan iaut (PL) yaitu Tanjung Priok, Tanjung Perak, Belawan, Batu Ampar, dan Makassar dan 2 bandar udara (BU) yaitu Soekarno-Hatta dan Ngurah Rai. Diantara ketujuh pintu pemasukan tersebut, pintu pemasukan yang sering dilalui impor buah segar adalah Pelabuhan Tanjung Priok. Persentase frekuensi impor buah yang masuk melalui pelabuhan ini pada tahun 2006 adalah berkisar 82%-90% untuk ketiga jenis buah impor utama (Gambar 5A) dan pada tahun 2007 mencapai 66%

-

80% (Gambar 5B) dari total frekuensi buah yang masuk di tujuh pintu pemasukan buah. Pada Gambar 5 juga dapat dilihat bahwa impor ketiga buah utama tersebut tidak pernah masuk melalui pelabuhan Makassar

pintu pemasukan buah

m Apel e Jeruk

o Pir

U

Pintu pemasukan buah

(B)

[image:27.611.93.469.182.812.2]
(28)

Prosedur Pemeriksaan Kesehatan Buah Segar lmpor

Buah segar yang diimpor ke Indonesia sebagian besar melalui pelabuhan laut. Kiriman buah segar yang masuk melalui pelabuhan laut tersebut biasanya dimasukkan ke dalam kontainer berukuran 40 feet (Gambar 6), yang dapat menampung buah maksimal sebanyak 22.000 kg. Jenis buah dalam satu kontainer biasanya seragarn. Kontainer yang digunakan untuk impor buah segar dilengkapi dengan alat pendingin (refrigerator) untuk memberi perlakuan pendinginan pada buah selama dalam perjalanan dengan suhu bewariasi tergantung dari OPTK sasaran khususnya lalat buah.

(A) (B)

Gambar 6 Kontainer 40 feet yang digunakan untuk impor buah segar (A) dan kontainer 20 feet

Buah segar yang diimpor biasanya menggunakan kemasan kotak karton, namun beberapa jenis buah lain tidak menggunakan kotak karton. Buah yang tidak rnenggunakan kemasan kotak karton tersebut adalah buah anggur dikemas menggunakan stereoform dan buah kelengkeng dikemas menggunakan keranjang plastik. Kotak buah disusun secara berurutan didalam kontainer. Susunan kotak buah dalam kontainer bewariasi tergantung dari jenis buah yang dikirim serta ukuran kotak karton yang digunakan.

[image:28.595.88.493.104.562.2]
(29)

(A)

(B)

Gambar 7 Susunan kotak buah ape1 (A) dan buah pir (B) di dalam Kontainer

Berdasarkan survei diperoleh bahwa prosedur pemeriksaan buah segar di Pelabuhan Tanjung Priok telah sesuai dengan Undang-undang yang berlaku. Undang-undang tersebut adalah UU No. 16 tahun 1992 dan PP No. 14 tahun 2002. Persyaratan umum untuk pemasukan buah segar sesuai dengan UU No. 16 tahun 1992 (pasal 5) dan PP No. 14 tahun 2002 (pasal 2) adalah (1) dilengkapi Sertifikat Kesehatan (Phytosanifary Certificate) dari negara asal dan negara transit, (2) melalui tempat-tempat pemasukan yang telah ditetapkan, dan (3) dilaporkan dan diserahkan kepada petugas karantina turnbuhan di tempat- tempat pemasukan.

(30)

OPTK. Tindakan perlakuan dilakukan apabila hasil pemeriksaan kesehatan menunjukkan bahwa buah segar yang dikirim ditemukan OPT atau OPTK golongan II yaitu OPT yang dapat dibebaskan dari media pembawanya dengan cara perlakuan. Tindakan penolakan atau pemusnahan dilakukan apabila hasil pemeriksaan kesehatan menemukan OPTK golongan I yaitu OPT yang tidak dapat dibebaskan dari media pembawanya dengan cara perlakuan.

Pengambilan contoh yang dilakukan terhadap buah segar dipilih secara acak. Ukuran sampel yang digunakan adalah 1 hingga 2 kotak setiap kontainer. Berdasarkan hasil laporan intersepsi OPTK dari tujuh pintu pemasukan buah pada tahun 2006 dan 2007 menunjukkan bahwa OPTK sasaran pada buah impor, yaitu lalat buah tidak pernah ditemukan terbawa dalam buah yang dikirim.

Kajian Teknik Pengambilan Contoh dalam Pemeriksaan Kesehatan Buah Segar lmpor

Simulasi pengambilan contoh untuk setiap ukuran contoh (n= 1,3,5,

...

39), dilakukan pada 3 macam populasi buah impor utama, yaitu buah apel, jeruk dan pir. Asumsi ukuran populasi dari ketiga jenis buah tersebut adalah 1127 kotak buah pada apel, 2160 kotak buah pada jeruk dan 1260 kotak pada pir.

Secara umum hasil simulasi pada asumsi populasi kotak berlalat buah 0,25% pada ketiga jenis buah tersebut menunjukkan bahwa rata-rata kotak berlalat buah yang terdeteksi semakin meningkat dengan semakin besarnya ukuran contoh (Gambar 8A-C). Akan tetapi sampai dengan ukuran sampel 39, rata-rata kotak berlalat buah tertinggi yang ditemukan ini masih jauh dari jumlah kotak berlalat buah yang sesungguhnya. Hasil tersebut terlihat pada rata-rata kotak berlalat buah tertinggi pada ape1 yaitu adalah 0,11 kotak dibandingkan jumlah kotak sesungguhnya adalah 3 kotak (Gambar 8A), pada jeruk rata-rata kotak berlalat b ~ l a h yang ditemukan tertinggi adalah 0,l kotak dibandingkan jumlah kotak berlalat buah sesungguhnya adalah 5 kotak (Gambar 8B), dan pada pir rata-rata kotak berlalat buah tertinggi adalah 0,l kotak dibandingkan jumlah kotak berlalat buah sesungguhnya adalah 3 kotak (Gambar 8C). Hal ini mengindikasikan bahwa untuk dapat menduga kepadatan OPTK yang lebih akurat diperlukan ukuran contoh yang besar (lebih besar dari 39 kotak).

(31)

sebesar 0.000. Angka ini menunjukkan bahwa pada taraf kepercayaan 99% hasil dugaan kepadatan kotak berlalat buah dari pengambilan contoh dengan n=

1 sampai 39 kotak berbeda nyata dengan jumlah kotak berlalat buah sesungguhnya. Hal ini berarti bahwa pengambilan contoh dengan n<39 memberikan hasil yang berbias.

Grafik selang kepercayaan pada Gambar 8 A-C menunjukkan perbedaan rata-rata kotak berlalat buah antar ukuran contoh. Garis selang yang berpotongan berarti tidak terdapat beda nyata antar ukuran contoh, sedangkan garis selang yang tidak berpotongan menunjukkan beda nyata antar ukuran contoh. Selang kepercayaan hasil simulasi pada buah ape1 dengan populasi kotak berlalat buah 0,25% menunjukkan bahwa ukuran contoh 1 sampai 21 tidak berbeda nyata namun pada ukuran contoh yang lebih tinggi ukuran contoh tersebut berbeda nyata. Pada jeruk diperoleh hasil yang sama bahwa perbedaan rata-rata yang ditemukan antar ukuran contoh tidak berbeda nyata. Beda nyata ditemukan setelah ukuran sampel tersebut mencapai 23. Sedangkan pada pir juga diperoleh hasil yang sama yaitu ukuran sampel 1 sampai 25 tidak berbeda nyata, namun setelah ukuran sampel tersebut yaitu mulai 27 keatas rata-rata kotak berlalat buah yang terdeteksi berbeda nyata dengan ukuran contoh 1 sampai 23.

(32)

I

I

I

1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29 31 33 35 37 39

W r a n mntoh

I

. . . .

1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29 3 1 3.3 35 37 39

w a n mntoh

[image:32.595.111.421.77.697.2]
(33)

Pada populasi kotak berlalat buah 0,5% pada buah apel, jeruk dan pir rnenunjukkan bahwa berdasarkan hasil simulasi rata-rata kotak berlalat buah yang ditemukan rneningkat dengan semakin besarnya ukuran contoh (Gambar 9 A-C). Narnun rata-rata kotak berlalat buah yang diternukan sarnpai dengan ukuran contoh 39 rnasih berbeda jauh dengan jurnlah kotak berlalat buah yang sesungguhnya baik pada buah apel, jeruk dan pir. Hasil tersebut adalah pada buah ape1 rata-rata tertinggi 0,26 dibandingkan jumlah kotak berlalat buah sesungguhnya 6 kotak (Garnbar 9A), pada jeruk rata-rata tertingginya adalah 0,26 dibandingkan kotak berlalat buah sesungguhnya 11 kotak (Garnbar 9B), dan pada pir rata-rata tertingginya adalah 0,21 dibandingkan jumlah kotak berlalat buah sesungguhnya adalah 6 kotak (Garnbar 9C). Pengambilan contoh dengan teknik sarnpel acak sederhana dengan ukuran contoh 1 sarnpai 39 rnasih rnernperoleh hasil yang bias, artinya tidak dapat rnenemukan kotak berlalat buah sesuai dengan jurnlah kotak berlalat buah sesungguhnya didalam kontainer.

(34)
[image:34.595.111.417.68.691.2]
(35)

Hasil yang sama juga ditunjukkan pada populasi kotak berlalat buah yang lebih tinggi yaitu 1%. Kecenderungan rata-rata kotak berlalat buah yang ditemukan meningkat dengan adanya peningkatan ukuran contoh yang digunakan (Gambar 10 A-C). Nilai rata-rata tersebut meningkat secara teratur terutama pada buah apel. Hasil simulasi pada ketiga jenis buah yaitu apel, jeruk dan pir, semuanya menunjukkan hasil yang bias yaitu bahwa rata-rata kotak berlalat buah yang ditemukan tidak sesuai dengan jumlah kotak berlalat buah yang sesungguhnya. Perbedaan tersebut cukup jauh dimana rata-rata yang ditemukan paling tinggi hanya dapat menemukan sebanyak 4% dari populasi kotak berlalat buah yang sesungguhnya. Hasil tersebut terlihat pada buah ape1 dimana rata-rata kotak berlalat buah tertinggi yang ditemukan adalah 0,44 kotak dan jumlah kotak berlalat buah sesungguhnya 11 kotak, sedangkan pada buah lain yaitu jeruk dan pir hanya mampu mendeteksi paling banyak sebesar 2% dari populasi kotak berlalat buah sesungguhnya. Pada jeruk 0,47 kotak dibandingkan dengan 22 kotak dan pada pir 0,45 kotak dibandingkan jumlah kotak 12.

(36)
[image:36.595.111.413.65.693.2]
(37)

Hasil simulasi buah apel, jeruk, dan pir pada populasi kotak berlalat buah yang lebih tinggi yaitu 2,5% hasilnya tetap sama dengan rata-rata kotak berlalat buah pada populasi < 2,5%. Rata-rata ditemukan kotak berlalat buah meningkat dengan adanya peningkatan ukuran contoh yang digunakan. Peningkatan rata- rata tersebut terlihat lebih teratur daripada pada populasi < 2,5%. Hasil rata-rata ditemukan kotak berlalat buah pada ketiga jenis buah juga bias. Masing-masing hanya mampu rnendeteksi kotak berlalat buah ~ 5 % populasi yang sesungguhnya. Yaitu pada buah apel rata-rata ditemukan kotak berlalat buah tertinggi 1,21 kotak dibandingkan dengan jumlah kotak sesungguhnya 28 kotak (Garnbar I I A ) , jeruk 0,93 kotak dibandingkan 54 kotak (Gambar l l B ) dan pir 0,89 kotak dibandingkan jumlah kotak sesungguhnya 31 (Gambar 1 IC).

Analisis uji Z juga menunjukkan hasil yang bias. Selang kepercayaan pada populasi kotak berlalat buah 2,5% pada buah ape1 menunjukkan bahwa ukuran contoh yang menunjukkan tidak berbeda nyata adalah pada 3 sampai I I, 13 sampai 21, 23 sampai 25, 25 sampai 35 dan 37 sampai 39. Sedangkan ukuran contoh berbeda nyata terdapat pada ukuran sampel 1, 3,13,23, 27 dan 39. Pada jeruk ukuran contoh yang tidak berbeda nyata terdapat pada ukuran contoh 3 sampai 5, 7 sampai 11, 13 sampai 21, 23 sampai 33, dan 35 sampai 39. sedangkan ukuran contoh yang berbeda nyata adalah 1,3,7,13, 23 dan 35. Pada pir ukuran contoh antara 5 sampai 9, 13 sampai 17, 23 sarnpai 31, dan 33 sampai 39 tidak berbeda nyata, sedangkan ukuran contoh 1,3,5, 11, 19 dan 33 berbeda nyata.

(38)
[image:38.595.101.424.63.711.2]
(39)

Hasil simulasi pada populasi yang tertinggi yaitu 5% menunjukkan rata- rata kotak berlalat buah yang ditemukan sama dengan pada populasi <5%. Rata-rata kotak berlalat buah yang ditemukan atau terdeteksi meningkat dengan adanya peningkatan ukuran contoh yang digunakan. Pada ketiga jenis buah diperoleh hasil yang bias. Dengan ukuran contoh 1 sampai 39 maksimal hanya mampu mendeteksi kotak berlalat buah sebanyak 36% dari populasi kotak berlalat buah sesungguhnya ha1 ini terlihat pada Gambar IN. Pada buah ape1 rata-rata kotak berlalat buah yang ditemukan paling tinggi adalah 2,05 dibandingkan kotak berlalat buah sesungguhnya adalah 56 kotak (Gambar I N ) , pada jeruk rata-rata ditemukan kotak berlalat buah tertinggi 2, 28 kotak dengan jumlah kotak berlalat buah sesungguhnya 108 kotak (Gambar 12B), dan pada pir rata-rata ditemukan kotak berlalat buah tertinggi 2,14 kotak dengan jumlah kotak berlalat buah sesungguhnya adalah 60 kotak (Gambar 12C). Pada populasi ini peningkatan rata-ratanya lebih teratur. Analisis uji Z juga menunjukkan hasil yang bias.

Selang kepercayaan pada populasi kotak berlalat buah 5% menunjukkan bahwa hampir semua ukuran contoh menunjukkan beda nyata. Pada ape1 ukuran sampel yang tidak berbeda nyata adalah 17 sampai 27, dan 33 sampai 37 sedangkan ukuran contoh yang berbeda nyata adalah 1,3, 5, 7, 9, 11, 13, 29, dan 39. Selang kepercayaan pada jeruk juga menunjukkan hasil yang sama. Hasil tersebut adalah bahwa setiap peningkatan ukuran contoh maka rata-rata yang diperoleh berbeda nyata. Ukuran sampel yang tidak berbeda nyata hanya terdapat pada ukuran contoh 23 sampai 31. Demikian pula pada buah pir setiap peningkatan ukuran contoh menunjukkan beda nyata namun pada beberapa ukuran sampel rata-rata yang diperoleh tidak berbeda nyata. Hal ini dapat dilihat pada ukuran sampel 11 sampai 21, dan 35 sampai 37.

(40)
[image:40.595.113.426.66.704.2]
(41)

Peluang ditemukan kotak berlalat buah pada Gambar 13A terlihat bahwa pada populasi kotak berlalat buah paling rendah yaitu 0,25% pada buah apel, jeruk, dan pir terlihat bahwa pengambilan contoh sebanyak 1 kotak diperoleh peluang kotak berlalat buah terdeteksi adalah I % , sedangkan pada pengambilan contoh dengan ukuran contoh 39 hanya mampu mendeteksi lalat buah dalam kontainer dengan peluang tertinggi sekitar 11% (Gambar 10A). Hal ini berarti peluang untuk menemukan kotak berlalat buah lebih kecil dari pada peluang kotak berlalat buah tersebut 1010s. Peluang kotak berlalat buah tersebut 1010s dari pemeriksaan hampir 8 kali lebih tinggi daripada peluang kotak berlalat buah terdeteksi, bila ukuran contoh maksimumnya sebesar 39 kotak.

Pada populasi kotak berlalat buah yang lebih tinggi yaitu jumlah kotak berlalat buah 0,5%, masih diperoleh bahwa peluang kotak berlalat buah 1010s lebih tinggi daripada peluang ditemukan kotak berlalat buah. Pada pengambilan contoh 1 kotak buah peluang kotak berlalat buah 1010s hampir empat kali lebih tinggi daripada peluang kotak berlalat buah terdeteksi pada ukuran contoh 39 kotak. Peluang kotak berlalat buah ditemukan tersebut adalah 20% sedangkan peluang lolosnya adalah 80% (Gambar 138).

Populasi kotak berlalat buah yang lebih tinggi yaitu 1% masih diperoleh bahwa peluang kotak berlalat buah terdeteksi lebih kecil daripada peluang kotak berlalat buah lolos. Peluang ditemukan kotak berlalat buah tertinggi tersebut adalah 36% sedangkan peluang kotak berlalat buah tersebut 1010s adalah 64%.

Peluang ditemukan kotak berlalat buah pada populasi yang lebih tinggi yaitu 2,5% baru diperoleh hasil bahwa peluang kotak berlalat buah terdeteksi lebih tinggi daripada peluang kotak berlalat buah tersebut 1010s dari pemeriksaan. Peluang kotak berlalat buah terdeteksi mencapai 68% sedangkan peluang kotak berlalat buah tersebut 1010s hanya 32% (Gambar 13D).

(42)

0.111 -

0.1, 0.x

0.12 0 2

-

o.,

.E ..

Eo.. aP4

o m ~ ~ D I

8 3 4 11 35 I7 I0 11 21 1 3 21 a 3, U 15 17 9 I 1 5 1 O < 3 1 3 ' 5 ? 1 I P N z I J Z 8 3 1 B s 1 1 s

"Lu." r m h Ulun*-

(E)

Gambar 13 Peluang ditemukan kotak berlalat buah pada apel, jeruk dan pir pada populasi kotak berlalat buah 0,25% (A), 0,5% (B), 1% (C), 2,5% (D) dan 5% (E)

Penghitungan ukuran contoh optimum yang dapat mendeteksi keberadaan OPTK lebih tepat pada tingkat kepercayaan 95% dan tingkat kesalahan maksimum sebesar 10% dapat dilihat pada Tabel 1. Pada proporsi populasi kotak berlalat buah paling rendah yaitu 0.0025 diperoleh bahwa dengan tingkat kesalahan paling kecil yaitu 1% atau sangat teliti ukuran contoh yang diperlukan adalah 96. Akan tetapi apabila tingkat kesalahan yang diinginkan semakin tinggi maka ukuran contoh yang diperlukan akan semakin kecil. Ukuran contoh optimum dengan tingkat kesalahan 10% hanya diperlukan 1 kotak. Hal ini berarti bahwa pengambilan contoh sebanyak 1 kotak dapat dilakukan namun hasil yang diperoleh akan mempunyai tingkat kesalahan 10%.

[image:42.602.86.494.80.811.2]
(43)

akurat. Semakin kecil tingkat kesalahan yang diinginkan maka ukuran sampel yang diperlukan semakin tinggi

Tabel I Ukuran contoh optimum berdasarkan pendugaan proporsi atau persentase p pada tingkat kepercayaan 95%

Ukuran contoh yang diperlukan

Proporsi (persentase) Tingkat kesalahan

kotak berlalat buah

10% 5% 3% 1%

0.0025 1 4 11 96

0.005 2 8 21 191

0.01 4 15 42 380

0.025 9 37 104 936

0.05 18 73 202 1824

Pembahasan

Buah segar yang diimpor ke dalam wilayah negara lndonesia kebanyakan mempunyai jenis yang sama dengan jenis buah segar lokal yang telah ada di Indonesia. Buah tersebut mempunyai jenis yang sama namun varietasnya berbeda. Kesamaan jenis tersebut terdapat pada buah yang mempunyai volume dan frekuensi impor tertinggi yaitu ape1 dan jeruk. Buah ape1 dan jeruk lokal dapat ditemukan di berbagai wiiayah di Indonesia, sehingga untuk meminimalkan risiko masuknya OPTK sebaiknya dilakukan pengurangan frekuensi maupun volume impor buah ape1 dan jeruk. Pengurangan impor sebaiknya juga diikuti dengan peningkatan produksi dan kualitas buah ape1 serta jeruk lokal sehingga buah tersebut tidak kalah bersaing dengan jenis buah impor.

(44)

Selain Cina beberapa jenis buah berasal dari negara Brazil. Buah tersebut adalah ape1 dan jeruk. Negara Brazil merupakan salah satu negara endemi penyakit SALB (South American Leaf Blight) atau penyakit hawar daun karet Amerika Selatan. Selain lalat buah OPTK lain yang kemungkinan dapat terbawa pada buah segar yang dikirim dari negara Brazil adalah cendawan Microcyclus ulei penyebab penyakit SALB. Untuk meminimalkan risiko masuknya penyakit SALB buah segar yang berasal dari Brazil harus diberi perlakuan khusus. Perlakuan tersebut dilakukan terhadap alat angkut dan buah segar yang diimpor. Perlakuan terhadap alat angkut dapat dilakukan dengan desinfestasi, sedangkan perlakuan terhadap buah segarnya dapat dilakukan dengan perlakuan sinar UV. Pengambilan sampel juga dilakukan setelah buah segar tersebut diberi perlakuan. Hal ini dilakukan untuk memastikan bahwa buah segar yang diimpor bebas dari OPTK khususnya lalat buah.

Frekuensi buah segar yang masuk ke Indonesia melalui pelabuhan Tanjung Priok. Tingginya frekuensi pemasukan buah di PL. Tanjung Priok tersebut juga meningkatkan risiko masuk OPTK lalat buah melalui pintu pemasukan tersebut. Untuk meminimalkan risiko tersebut maka tindakan pemeriksaan di pintu pemasukan tersebut harus dilaksanakan secara efektif. Tindakan karantina untuk buah segar tersebut meiiputi pemeriksaan dokumen, fisik, maupun pemeriksaan kesehatan. Pengambilan sampel untuk pemeriksaan kesehatan sebaiknya dilakukan sesuai dengan syarat pengambilan sampel yang tepat. Seperti yang dikemukakan oleh Usman (2006) syarat sampel yang baik adalah akurasi atau ketepatan yaitu tingkat ketidakadaan bias (kekeliruan) dalam sampel dan presisi yaitu semakin kecil perbedaan simpangan baku maka semakin tinggi presisinya.

(45)

belum dapat mendeteksi keberadaan lalat buah dalam kiriman, apabila populasi lalat buah dalam kiriman rendah.

Teknik pengambilan contoh buah segar di PL. Tanjung Priok dilakukan secara acak, namun prosedur teknik pengambilan secara acak belum diterapkan sepenuhnya. Seperti yang dikemukakan oleh Supranto (2001) Pengambilan sampel acak pada populasi terbatas dapat dilakukan dengan undian atau lotere, namun pengambilan sampel acak pada populasi yang tidak terbatas tidak dapat dilakukan mengunakan undian atau lotere melainkan dengan menggunakan tabel bilangan acak atau dapat juga menggunakan blind step mefhod artinya pemilihan sampel dengan mata tertutup, atau menggunakan kalkulator dan komputer. Pengambilan contoh dengan teknik acak sederhana dalam pemeriksaan kesehatan buah segar impor sebaiknya dilakukan sesuai dengan prosedur di atas. Hal ini agar dalam pengambilan contoh dapat diperoleh hasil yang akurat. Pengambilan sampel yang dilakukan sebaiknya tidak berdasarkan atas kepentingan tertentu misalnya alasan kemudahan dalam pengambilan sampel, tetapi sebaiknya didasarkan pada pemilihan sampel yang sesuai.

Hasil simulasi pengambilan sampel acak sederhana pada buah apel, jeruk dan pir menunjukkan bahwa ukuran sampel 1 sampai 39 belum dapat mendeteksi kotak berlalat buah dalam kontainer secara akurat. Hasil tersebut diperoleh pada kelima populasi kotak berlalat buah dalam kontainer yaitu dari 0,25%, 0,5%, I%, 2,5% dan 5%. Ukuran sampel optimum yang dapat digunakan untuk mendeteksi kotak berlalat buah secara akurat adalah ukuran contoh seperti tercantum dalam Tabel 1. Ukuran contoh tersebut adalah dengan tingkat kesalahan paling kecil 1% pada populasi kotak berlalat 0,25% diperlukan sebanyak 96, namun apabila tingkat kesalahan yang diinginkan lebih tinggi maka ukuran sampel yang diperlukan juga lebih kecil dari 96. Ukuran contoh optimum dengan tingkat kesalahan 5% hanya diperlukan 4 kotak. Besarnya ukuran contoh yang kita gunakan akan sangat tergantung dari tingkat kesalahan yang kita inginkan. Semakin tinggi tingkat kesalahan yang diinginkan maka ukuran contohnya semakin rendah dan ketepatannya akan semakin kecil. Semakin kecil tingkat kesalahannya atau semakin teliti hasil yang diinginkan maka ukuran sampel yang diperlukan semakin banyak.

(46)

populasi sesungguhnya kotak berlalat buah dalam kontainer adalah 0,25%. Peluang kotak berlalat buah terdeteksi pada pengambilan contoh dengan ukuran contoh 1 sampai 2 kotak adalah 1% sedangkan peluang kotak berlalat buah 1010s dari pemeriksaan adalah 99%.

Usman (2006) menyatakan bahwa teknik pengambilan contoh dengan teknik sampel acak sederhana mempunyai kebaikan yaitu prosedurnya mudah dilaksanakan dan tidak memerlukan proses pengolahan data yang rumit. Namun kelemahan teknik ini adalah kemungkinan muncul sampel error tinggi. Ukuran contoh yang digunakan tergantung dari tingkat kesalahan yang kita inginkan. Semakin teliti hasil pengambilan contoh tersebut maka semakin besar ukuran contoh yang diperlukan.

Teknik sampel acak sederhana merupakan teknik pengambilan contoh yang telah digunakan oleh beberapa negara untuk pengambilan sampel terhadap buah segar impor. Salah satu negara tersebut adalah Amerika. Ukuran sampel yang digunakan dalam pengambilan sampel untuk buah segar yang populasinya lebih dari 886 kotak adalah 29 kotak. Pengambilan contoh di Australia untuk produk tumbuhan yang mempunyai risiko rendah seperti bunga potong, dan buah kering teknik yang digunakan adalah teknik sampel acak sederhana dan ukuran sampel maksimal yang digunakan adalah 13 kotak.

(47)

oleh petugas karantina, namun pelaksanaannya dilakukan di negara asal sebelum buah segar dikirim ke Indonesia.

(48)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Terdapat tiga jenis primadona buah impor yaitu apel, jeruk dan pir. Negara pengekspor buah ke wilayah Indonesia paling besar adalah Cina. Pintu pemasukan buah segar yang paling banyak adalah melalui Tanjung Priok. Pengambilan sampel 1-2 kotak memberi peluang 1010s lebih besar daripada peluang terdeteksi. Ukuran contoh optimum yang dapat mendeteksi kotak berlalat buah dengan akurat adalah lebih besar dari 39. Pengambilan contoh dengan ukuran < 39 masih belum memberikan atau menghasilkan data yang akurat dalam mendeteksi OPTK dalam kiriman buah impor.

Saran

1. Perlu dilakukan penelitian lanjutan dengan menggunakan perbedaan ukuran contoh yang lebih besar;

(49)

DAFTAR PUSTAKA

[Barantan] Badan Karantina Pertanian. 2006. Surat Keputusan No. 53IKptslHK.

060/U3/06 tentang Perlakuan terhadap Buah-buahan dan atau Sayuran

Buah segar. Jakarta: Barantan.

[BBKT] Balai Besar Karantina Turnbuhan Belawan. 2006. Laporan Tahunan

2006. Medan: BBKT Belawan.

2007. Laporan Tahunan

2007. Medan: BBKT Belawan.

[BBKT] Balai Besar Karantina Tumbuhan Makassar. 2006. Laporan Tahunan

2006. Makassar: BBKT Makassar.

2007. Laporan Tahunan

2007. Makassar: BBKT Makassar.

[BKT] Balai Karantina Tumbuhan Kelas I Ngurah Rai. 2006. Laporan Tahunan

2006. Denpasar: BKT Kelas I Ngurah Rai.

2007. Laporan Tahunan

2007. Denpasar: BKT Kelas I Ngurah Rai.

[BKT] Balai Karantina Turnbuhan Kelas I Soekarno-Hatta. 2006. Laporan Tahunan 2006. Jakarta: BKT Kelas I Soekarno-Hatta.

2007. Laporan Tahunan

2007. Jakarta: BKT Kelas I Soekarno-Hatta.

[BKT] Balai Karantina Pertanian Subdirektorat Karantina Tumbuhan Otorita Batam. 2006. Laporan Tahunan 2006. Batam: BKPKT Otorita Batam.

2007. Laporan Tahunan

2007. Batam: BKPKT Otorita Batam.

[BBKT] Balai Besar Karantina Tumbuhan Tanjung Perak. 2006. Laporan Tahunan 2006. Surabaya: BBKT Tanjung Perak.

2007. Laporan Tahunan

Tanjung Perak. Surabaya: BBKT Tanjung Perak.

[BBKT] Balai Besar Karantina Turnbuhan Tanjung Priok. 2006. Laporan Tahunan 2006. Jakarta: BBKT Tanjung Priok.

2007. Laporan Tahunan

2007. Jakarta: BBKT Tanjung Priok.

[CABI] Center in Agricultural and Biological Institute. 2007. Crop Protection Compendium (CD-ROM) Wallingford: CAB nternational 2 CD-ROM dengan penuntun didalamnya.

Cochran WG. 1977. Sampling Techniques. South Orleans: Ernerittus Harvard University.

Crowther J. 2006. Industry Advice Notice No. 2006149- Sampling and inspection rate for product permitted under the protocol agreement by Taiwan. Taiwan: Horticulture export program. Web site:

(50)

[Deptan] Departemen Pertanian. 1992. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1992 tentang Karantina Hewan, lkan dan tumbuhan. Jakarta: Deptan.

2002. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2002 tentang Karantina Tumbuhan. Jakarta: Deptan.

2006. Peraturan Menteri Pertanian Repubik lndonesia Nomor 371Kpts1HK.0601112006 tentang Persyaratan Teknis dan Tindakan Karantina Tumbuhan Untuk Pemasukan Buah-Buahan dan atau Sayuran Buah Segar ke Dalam Wilayah Negara Republik Indonesia. Jakarta: Deptan.

2006. Keputusan Menteri Pertanian Republik lndonesia Nomor 38 tahun 2006 tentang Daftar Organisme Pengganggu Tumbuhan Karantina (OPTK) Kategori A1 dan A2, Golongan I dan Golongan II. Jakarta: Deptan.

2008. Volume impor komoditas buah-buahan di lndonesia periode 2003-2006. Website:

http:lhnrw\N.hortikultura.deptan.go.idlindex.php?option=com~content&task =view&id=l35&ltemid=168. [ I 0 Juli 20081.

[IPPC] International Plant Protection Convention. 2008. Metodologies for sampling consignment. [Draft International Standar Phytosanitary Measures ISPM]. IPPC: Roma.

Kalshoven LGE. 1981. Pest of crops in lndonesia. Van Der laan PA, penerjemah. Jakarta: PT lchtiar Baru-van hoeve. Terjemahan dari: De Plagen van de Cultuurgewasswn in lndonesie.

Mulyono S., 2006. Statistika untuk ekonomi dan bisnis. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.

Mustafa H., 2000. Teknik sampling.

http:llhome.unpar.ac.id/-hasanlSAMPLING.doc. [ 04 Maret 20081.

Ortiz G., Liedo P., Reyes j., Schwarz A,, and Hendrichs J. 1986. Mediterranean fruit fly Ceratitis capitata: Present status of eradication program in southern Mexico. Di dalam: Cavalloro, editor. Fruit flies of Economic Importance 84. Boston: Commission of the European Communities. Hlm 101-111.

Pedigo PL, and Buntin GD. 1993. Handbook of sampling methods for arthropods in agriculture. United states of America:Department of Entomology lowa State University, Ames lowa and Department of Entomoology of Georgia Experiment Station. Griffin: Georgia.

Porrit D. 2007. Draft ISPM: Sampling of Consignment. Australian Government:Department of Agriculture, Fisheries and Forestry.

Siwi SS.. Hidavat P.. & Suouta. 2006. Taksonomi dan Bioekoloai Lalat Buah ~ e n t i n g d i lndonesia (Diptera: Tephritidae). Bogor: Balai ~ & a r Penelitian dan Penaembanaan Bioteknoloai dan Sumberdava Genetik Pertanian kerjasama deng& ~e~artrnent-of Agriculture, Fisheries and Forestry Australia.

(51)

Sulaevi. 2000. Peluang, Kendala dan Strategi Pengembangan Ekspor Agribisnis-Agroindustri Hortikultura Indonesia di Era millenium. Jakarta: Humas-BPPTIANY.

Supranto J. 2001. Statistika Teon'dan Aplikasi. Jakarta: Penerbit Erlangga. Usman H., Akbar PS. 2006. Pengantar Statistika. Jakarta: PT Burni Aksara. Walpole R.E., 1997. Pengantar Statistika. Jakarta: PT Gramedia Pustaka

Utarna.

(52)

Lampiran 1 Lalat buah yang masuk daiam daftar OPTK beserta daerah sebar pada buah ape1 (Pyrus malus)'.

No. Nama llmiah Nama U m u m Daerah Sebar

1. Anastrepha fraterculus South American America: Argentina, Bolivia, fruiffly Brazil, Colombia, Costa Rica, Equador, Guatemala, Guyana, Mexico, Panama. Paraguay, Peru, Suriname. Trinidad- Tobago, USA. Uruguay, Venezuela

2. Anastrepha ludens Mexican fruiffly America: Belize, Costa Rica, el Salvador, Guatemala, Honduras, Mexico, Nicaragua, USA

3. Anastrepha serpentina Sapodilla fruiMy America: Argentina, Brazil, Colombia, Costa Rica, Equador, Guyana-France, Guatemala, Guyana, Mexico, Antilles Netherland, Panama, Peru, Suriname, Trinidad-Tobago, USA, Venezuela

4. Anastrepha suspensa Carribean fruiffly America: Virgin Island, Cuba, Dominica, Guyana, rance, Haiti, Jamaica, Puerto rico, USA

5. Bactrocera jarvisi Fiji fruitfly Oceania: Australia

6. Elactrocera tryonii Quensland fruiffly Oceania: Australia, Polynesia- France, New Caledonia

7. Ceratitis capitata Mediterranean Europe: Albania, Croatia, fruiffly Cyprus, France, Greece, Italy, Malta, portugal, Russian Federation, Slovenia, Spain, Swiss, Yugoslavia.

Asia: Israel, Yordania, Lebanon, Saudi Arabia, Syria, turkey, Yaman.

Africa: Algeria. Angola, Benin, Botswana, Burkina, Faso, Burundi, Cameroon, Cape Verde, Democratic Republic of Congo, Congo, Ivory coast, egypt, Ethiopia, Gabon, Ghana, Guniea.Kenya, Liberia, Libya, Madagaskar, Malawi, Mali. Mauritius, Marocco Mozambique, niger, Nigeria, Reunian, Saint Helena, Saotoe & Principe, Senegal, Seychelles, Sierra Leone, South Africa, Sudan, Tanzania, Togo, Tunisia, Uganda, Zambia, Zimbabwe America: Argentina, Bolivia, Brazil, Colombia, Costa Rica,

(53)

8. Ceratitis rosa

9. Rhagoletis cerasi

Lampiran I Lalat buah yang masuk dalam daftar OPTK beserta daerah sebar pada buah ape1 (Pyrus malus)' (lanjutan)

No. Narna llmiah Nama Urnurn Daerah Sebar

Equador, El Salvador, Guatemala. Honduras, Jamaica, Mexico, Antilles the Netherland, Nicaragua, Panama, Paraguay, Peru, USA, Uruguay, Venezuela Natal fruitfly Africa: Angola. Democratic

Republic of Congo, Ethiopia, Kenya, Malawi, Mali, Mauritius, Mozambique, Nigeria, Rwanda, Reunion. South Africa, Swaziland, Sudan, Tanzania, Uganda, Zambia, Zimbabwe European ceri Asia: Georgia, Iran, Kazakhstan,

fruitfly Kyrgyzstan, Tajikistan, Turkey, Turkmenistan. Uzbekistan

Europe: Austria, Belgium. Bulgaria, Croatia, Czech, Slovakia, Denmark, Estonia. France, Germany, Greece, Hungary, Italy, Latvia, Lithuania, Moldova, Netherland. Norwegia, Polandia, Portugal, Romania, Russian Federation, Spain, Swedia, Swiss, Ukraina, Yugoslavia.

10. Rhagolefis cingulata Ceri fruitfly America: Canada, Mexico, USA

1 1. Rhagoletis fausta Black (dark) ceri America: Canada, USA fruitfly

12. Rhagoletis pomonella Apple maggot fly America: Canada, Mexico, USA

13. Rioxa pornia lcelandian fruitfly Oceania: Australia, France Polynesia, New Caledonia, Fiji. Samoa America.

(54)

Lampiran 2 Lalat buah yang masuk dalam daftar OPTK beserta daerah sebar pada buah jeruk (Citrus sp.')

No. Nama llmiah Nama Umum Daerah Sebar

1. Anastrepha fratenulus South American America: Argentina, Bolivia,

fruitfly Brazil, Colombia, Costa Rica, Equador, Guatemala, Guyana,

Mexico, Panama, Paraguay, Peru, Suriname, Trinidad- Tobago, USA, Uruguay,

Anastrepha ludens Anastrepha serpentina Anastrepha suspensa Bactrocera jarvisi Bactmcera caryeae Bactrocera passiflorae Bactmera kandiensis Bactrocera curvipennis Bactrocera philipinensis Bactrocera psidii Bactrocera tryonii Bactrocera tsuneonis Ceratitis capitata Mexican fruiffly Sapodilla fruitfly Carribean fruiffly Fiji fruiffly Indian fruiffly Fijian fruiffly Srilankan fruitfly Banana fruiffly Philipines fruiffly

Southsea guava

fruitfly Quensland fruitfly Japanese orange fruitfly Mediterranean fruiffly ~enezuela

America: Belize, Costa Rica, el Salvador, Guatemala, Honduras, Mexico, Nicaragua, USA

America: Argentina, Brazil, Colombia, Costa Rica, Equador, Guyana-France, Guatemala, Guyana, Mexico, Antilles Netherland, Panama, Peru, Suriname, Trinidad-Tobago, USA, Venezuela

America: Virgin Island, Cuba, Dominica. Guyana, rance, Haiti, Jamaica, Puerto rim, USA Oceania: Australia

Asia: India, Srilanka

Oceania: fiji, Niue, Tonga, Tuvalu, Wallis-Futuna

Asia: Srilanka

Oceania: New Caledonia, Vanuatu

Asia: The Philippines

Oceania: New Caledonia

Oceania: Australia, Polynesia- France, New Caledonia

Asia: Cina, Japan, Vietnam

Europe: Albania, Croatia, Cyprus, France, Greece, Italy, Malta, portugal, Russian Federation, Slovenia, Spain, Swiss, Yugoslavia.

Asia: Israel, Yordania, Lebanon, Saudi Arabia, Syria, turkey, Yaman.

Africa: Algeria, Angola, Benin, Botswana. Burkina, Faso, Burundi, Cameroon, Cape Verde,

(55)

Gambar

Gambar 1 Bagan prosedur simulasi teknik pengambilan contoh
Gambar 2 Distribusi persentase frekuensi impor buah segar tahun 2006 (A, N=
Gambar 3 Distribusi persentase volume impor buah segar pada tahun 2006 (A,
Gambar 4 Persentase Frekuensi pemasukan buah ape1 Pir (C) berdasarkan negara pengekspor
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hal inilah yang mendorong peneliti untuk meneliti lebih jauh ekstrak etanol daun dewandaru (Eugenia uniflora L.) yang sudah terbukti sebagai antiradikal, yaitu dengan memfraksi

Berdasarkan hasil penelitian di atas dapat disimpulkan bahwa penerapan metode pembelajaran snowball throwing dapat meningkatkan Aktivitas Belajar Siswa dan Hasil Belajar

(Pembelajaran inklusif gender pada prinsipnya adalah bagaimana menempatkan posisi antara perempuan dan laki-laki berdasarkan proporsi yang ada baik pada perempuan

Lawannya maut artinya mati, yaitu mustahil tiada diterima oleh aqal sekali-kali dikatakan Ia mati karena jikalau Ia mati niscaya tiadalah ada sifat yang lain seperti Qudrat, Iradat

Sementara ini pendekatan legal formal dengan pemberlakuan un- dang-undang ITE dan penerapannya secara tegas, sedikit banyak telah membantu meredakan potensi kemunculan fenomena

Berdasarkan hasil penelitian, analisis data, serta pembahasan maka dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh model pembelajaran inkuiri dengan menggunakan media simulasi

1) Terjadinya Perbaikan Proses Pembelajaran. Terjadinya perbaikan proses pembelajaran jika aktivitas guru dan peserta didik mengalami peningkatan. Selain itu, juga terjadi kesesuaian

Sum ber pem biayaan Dari dan a m asyarakat, berwujud pajak dan retribusi, laba perusahaan n egara, pin jam an pem erin tah, dan pen dapat lain -lain yan g sah &amp; tidak berten