• Tidak ada hasil yang ditemukan

Desain Manual Sistem Jaminan Halal untuk Usaha Kecil dan Implementasinya di Koperasi Sapta Fateta-IPB

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Desain Manual Sistem Jaminan Halal untuk Usaha Kecil dan Implementasinya di Koperasi Sapta Fateta-IPB"

Copied!
73
0
0

Teks penuh

(1)

DESAIN MANUAL SISTEM JAMINAN HALAL

UNTUK USAHA KECIL DAN IMPLEMENTASINYA

DI KOPERASI SAPTA FATETA–IPB

ARMAN FAUZI GULTOM

DEPARTEMEN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Desain Manual Sistem Jaminan Halal untuk Usaha Kecil dan Implementasinya di Koperasi Sapta Fateta-IPB adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

(4)

ABSTRAK

ARMAN FAUZI GULTOM. Desain Manual Sistem Jaminan Halal untuk Usaha Kecil dan Implementasinya di Koperasi Sapta FATETA–IPB. Dibimbing oleh MUSLICH.

Manual SJH (Sistem Jaminan Halal) merupakan dokumen perencanaan implementasi sistem jaminan halal suatu perusahaan atau pelaku usaha. Manual SJH menguraikan seluruh aktifitas untuk memenui sebelas kriteria yang tertulis dalam Halal Assurance System 23 000 (HAS 23 000). Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan manual SJH yang mudah diimplementasikan di usaha kecil dan mengevaluasi implementasi Manual SJH yang dihasilkan di Koperasi Sapta FATETA-IPB. Penelitian berlangsung melalui serangkaian tahapan mulai dari identifikasi proses bisnis, pengumpulan data yang diperlukan untuk kelengkapan pembuatan manual SJH, penyusunan manual SJH, implementasi manual SJH dan proses pendaftaran untuk sertifikasi halal produk Koperasi Sapta Fateta-IPB. Penyusunan manual SJH dilakukan dengan identifikasi proses bisnis, bahan dan kondisi fasilitas produksi di semua unit pelaku usaha kecil di Koperasi Sapta FATETA-IBPB. Berdasarkan data-data tersebut dirumuskan manual SJH dalam bentuk yang sederhana yang diharapkan mudah untuk diimplementasikan. Secara garis besar, manual SJH yang dibuat terdiri dari pernyataan kebijakan halal, tim manajemen halal, prosedur operasional implementasi dan evaluasi implementasi sistem. Manual SJH yang dibuat selanjutnya dapat dijadikan sebagai dokumen untuk pendaftaran sertifikat halal. Uji coba implementasi yang dilakukan di Koperasi Sapta FATETA-IPB menunjukkan bahwa masih ada kendala yang dihadapi sehingga memerlukan beberapa perbaikan sebelum melakukan proses sertifikasi halal ke Majelis Ulama Indonesia (MUI).

Kata kunci : Manual SJH, HAS 23 000, sertifikat halal, koperasi, bahan

ABSTRACT

ARMAN FAUZI GULTOM. Design of Halal Assurance System Manual for Small Business and Implementation in Sapta Cooperative FATETA–IPB. Supervised by MUSLICH.

(5)

manual consists of halal policy statement, halal management team, operational procedure of implementation and evaluation of system implementation. It was then able to be used as halal certification registration. Implementation simulation which was held in Sapta Cooperative FATETA-IPB showed that there were several obstacles needed to be solved before advancing to the halal certification process in Majelis Ulama Indonesia (MUI).

(6)
(7)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknologi Pertanian

pada

Departemen Teknologi Industri Pertanian

DESAIN MANUAL SISTEM JAMINAN HALAL

UNTUK USAHA KECIL DAN IMPLEMENTASINYA

DI KOPERASI SAPTA FATETA–IPB

ARMAN FAUZI GULTOM

DEPARTEMEN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(8)
(9)

Judul Skripsi : Desain Manual Sistem Jaminan Halal untuk Usaha Kecil dan Implementasinya di Koperasi Sapta Fateta-IPB

Nama : Arman Fauzi Gultom NIM : F34090113

Disetujui oleh

Dr Ir Muslich MSi Pembimbing

Diketahui oleh

Prof Dr Ir Nastiti Siswi Indrasti Ketua Departemen

(10)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga penyusunan skripsi “Desain Manual Sistem Jaminan Halal untuk Usaha Kecil dan Implementasinya di Koperasi Sapta Fateta-IPB” berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan adalah penyusunan manual sistem jaminan halal untuk usaha kecil.

Penulis menyampaikan terimakasih dan penghargaan teristimewa kepada : 1. Dr Ir Muslich MSi selaku dosen pembimbing atas perhatian dan

bimbingannya selama penelitian dan penyelesaian skripsi.

2. Pihak Pemerintah Daerah Kabupaten Tapanuli Selatan yang telah bersedia membantu pembiayaan selama perkuliahan.

3. Ibunda dan Ayahanda, seluruh keluarga, adik-adik saya Sulhana, Sulhani, Rosmayanti dan Muhammad atas motivasi dan kasih sayangnya.

4. Ibu Endang Setiawati, Ibu Rusmawati dan pihak pengelola Koperasi Sapta Fateta-IPB atas bantuannya kepada penulis selama pengumpulan data. 5. Teman-teman seangkatan Organisasi Mahasiswa Daerah Yeni, Azis, Aldi,

Habibi, Novi, Sahri, Dedi, Adil dan lainnya atas kebersamaan dan dukungannya selama penyelesaian skripsi.

6. Teman-teman seperjuangan di Teknologi Industri Pertanian Doli, Adhe Naoki, Sampit, Pempem, Nashi, Aloy, Drajat, Apri, Botak, Riki, Taufik atas kebersamaannya.

7. Keluarga besar TIN 46 atas kenangan indah yang tak terlupakan dan pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini. Semoga karya tulis ini bermanfaat dan memberi kontribusi nyata kepada pembaca. Amin

(11)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi

DAFTAR GAMBAR vi

DAFTAR LAMPIRAN vi

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Tujuan Penelitian 1

TINJAUAN PUSTAKA 1

Pangan Halal 1

Manual Sistem Jaminan Halal 2

Sertifikasi Halal 3

METODE 5

Tahapan penelitian 5

HASIL DAN PEMBAHASAN 6

Keadaan Umum Koperasi Sapta Fateta-IPB 6

Manual Sistem Jaminan Halal (SJH) 9

Pendaftaran Sertifikasi Halal 19

SIMPULAN DAN SARAN 20

Simpulan 20

Saran 21

DAFTAR PUSTAKA 21

LAMPIRAN 22

(12)

DAFTAR TABEL

1 Pelaku Usaha Kecil di Koperasi Sapta Fateta-IPB 8

DAFTAR GAMBAR

1 Siklus Sistem Jaminan Halal 3

2 Proses Sertifikasi Halal 4

3 Struktur Organisasi Pengelola Koperasi Sapta Fateta-IPB 7 4 Struktur Manajemen Halal Koperasi Sapta Fateta-IPB 11

DAFTAR LAMPIRAN

1 Diagram Alir Tahapan Penelitian 22

2 Manual Sistem Jaminan Halal 23

3 Daftar Bahan yang Digunakan 56

(13)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Salah satu karakteristik mutu penting produk pangan, obat-obatan dan kosmetika untuk kaum muslimin adalah halal. Hal ini dikarenakan sebagian besar penduduk Indonesia adalah muslim yang diharuskan hanya mengkonsumsi pangan halal. Itulah sebabnya cukup banyak produsen besar makanan dan minuman di Indonesia yang melakukan sertifikasi halal sebagai jaminan bahwa produk yang dihasilkan berstatus halal, meskipun sertifikasi halal tidak bersifat wajib.

Sertifikasi halal diperlukan oleh produsen karena praktis produsen tidak dapat menyatakan sendiri status halal produknya. Pernyataan halal harus berasal dari pihak ketiga yang independen yang dapat dipercaya oleh semua pihak. Dalam konteks Indonesia, sertifikasi halal dilakukan oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI). Semua persyaratan yang harus dipenuhi dalam sertifikasi halal telah dituangkan MUI dalam buku HAS (Halal Assurance System) 23 000 yang berisi kebijakan dan prosedur sertifkasi serta kriteria sistem jaminan halal. Dalam persyaratan tersebut terdapat sebelas kriteria yang harus dijawab setiap aplikan sertifikasi dalam bentuk manual SJH (Sistem Jaminan Halal) dan implementasinya.

Perusahaan besar dengan pengalaman implementasi sistem manajemen mutu atau sistem keamanan pangan serta telah mengikuti pelatihan SJH umumnya tidak terlalu sulit untuk menyusun manual SJH dan mengimplementasikannya. Berbeda dengan usaha kecil, karena tidak ada format manual SJH baku, terbatasnya biaya dan tidak adanya pengalaman dalam pelaksanaan sistem manajemen mutu atau sistem keamanan pangan, maka agak sulit bagi usaha kecil untuk memenuhi persyaratan sertifikasi tersebut. Oleh karena itu, diperlukan contoh manual SJH yang sederhana, mudah diikuti tetapi tetap memenuhi persyaratan sertifikasi. Harapannya dengan penulisan skripsi Desain dan Implementasi Sistem Jaminan Halal untuk Usaha Kecil ini dapat memberikan gambaran kepada pelaku usaha kecil dalam proses pembuatan manual SJH.

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan manual SJH yang mudah diimplementasikan dan diterapkan di usaha kecil serta mengevaluasi implementasi manual SJH yang dihasilkan di Koperasi Sapta FATETA-IPB.

TINJAUAN PUSTAKA

Pangan halal

(14)

2

yang diolah maupun tidak diolah yang diperuntukkan sebagai makanan atau minuman bagi konsumsi manusia, termasuk bahan tambahan pangan, bahan baku pangan, dan bahan lainnya yang digunakan dalam proses penyiapan, pengolahan, dan/atau pembuatan makanan atau minuman (UU No.18, 2012).

Pangan yang beredar di Indonesia harus merupakan pangan yang menjamin untuk keamanan pangan. Keamanan pangan adalah kondisi dan upaya yang diperlukan untuk mencegah pangan dari kemungkinan cemaran biologis, kimia, dan benda lain yang dapat mengganggu, merugikan, dan membahayakan kesehatan manusia serta tidak bertentangan dengan agama, keyakinan, dan budaya masyarakat sehingga aman untuk dikonsumsi (UU No.18, 2012).

Kemanan pangan ini harus dilakukan oleh setiap produsen pangan untuk menjamin keamanan konsumen dalam mengkonsumsi pangan yang dihasilkan. Hal ini sesuai dengan hukum islam juga yang menyebutkan bahwa pangan atau makanan dan minuman yang beredar harus merupakan produk halal sehingga boleh dikonsumsi oleh konsumen. Pengertian halal sendiri secara harfiah adalah segala sesuatu yang mubah (diperkenankan), yang terlepas dari ikatan larangan, dan diizinkan olehAllah SWT, sedangkan haram merupakan sesuatu yang dilarang oleh Allah SWT dengan larangan yang pasti, di mana orang yang melanggarnya akan dikenai hukuman (siksa) di akhirat, dan ada kalanya dikenai hukuman juga di dunia (Qardhawi, 2002).

Manual Sistem Jaminan Halal

Menurut Lembaga Pengkajian Pangan, Obat-obatan dan Kosmetika (LPPOM MUI) (2005), manual SJH merupakan dokumen tertulis dari suatu sistem jaminan halal ang terpisah dari manual mutu lain yang dimiliki oleh suatu perusahaan, seperti ISO atau HACCP. Manual SJH menunjukkan kesungguhan dan keseriusan dari pimpinan perusahaan untuk memproduksi produk yang halal. Dengan adanya kebijakan mengenai halal dari pimpinan berupa kebijakan halal tertulis, maka diharapkan semua anggota di dalam lingkup perusahaan atau usaha dapat melaksanakan SOP (Standard Operating Procedure) halal dalam memproduksi produk.

Kebijakan halal merupakan pernyataan tertulis tentang komitmen suatu perusahaan untuk memproduksi produk halal secara konsisten, mencakup konsistensi dalam penggunaan dan pengadaan bahan baku, bahan tambahan dan bahan penolong serta konsistensi dalam proses produksi halal. Pernyataan kebijakan halal adalah langkah awal dan menjadi dasar dalam menyusun, melaksanakan, memantau dan mengevaluasi pelaksanaan serta tindakan perbaikan terhadap pelaksanaan SJH.

(15)

3 Siklus kerangka kerja akan terbentuk dalam pelaksanaan sistem jaminan halal. Siklus tersebut yang harus dipantau terus menerus dan dilakukan pengkajian secara periodik untuk memberikan arahan dan masukan yang efektif bagi pelaksanaan proses produksi halal. Hal ini perlu dilakukan mengingat adanya peluang perubahan sistem jaminan halal terkait perencanaan, tindakan perbaikan, pelaksanaan, dan pemantauan (evaluasi), baik secara internal maupun eksternal. Menurut LPPOM MUI (2005), siklus sistem jaminan halal dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 1 Siklus sistem jaminan halal

Sertifikasi halal

Sertifikasi halal merupakan pemeriksaan yang rinci terhadap kehalalan produk, yang selanjutnya diputuskan kehalalannya dalam bentuk fatwa MUI (Marina, 2003). Sertifikasi halal perlu dilakukan untuk membuktikan kebenaran pengakuan halal oleh pihak produsen atau pelaku usaha yang biasanya dilakukan dengan pencantuman label halal pada kemasan produknya. Dengan perkembangan teknologi pengolahan pangan yang ada, pemeriksaan kehalalan suatu produk pangan tidak bisa dilakukan secara sepihak hanya oleh pihak produsen atau pelaku usaha saja, perlu keahlian dalam bidang rekayasa proses, penentuan asal-usul bahan serta pemahaman hukum Islam yang mendalam. Pemberian sertifikat halal terhadap sebuah produk perlu dilakukan oleh sebuah lembaga sertifikasi. Sertifikasi halal di Indonesia dilakukan oleh MUI melalui dua lembaga di bawahnya yaitu LPPOM MUI dan Komisi Fatwa MUI.

Sertifikat halal adalah fatwa tertulis yang dikeluarkan oleh Majelis Ulama Indonesia melalui keputusan sidang Komisi Fatwa yang menyatakan kehalalan suatu produk berdasarkan proses audit yang dilakukan oleh LPPOM MUI. Sertifikat halal diberikan kepada suatu produk setelah melalui serangkaian proses sertifikasi dan persyaratan-persyaratan untuk sertifikasi telah dipenuhi oleh produk terkait setelah dilakukan audit dan inspeksi langsung terhadap produk. Prosedur sertifikasi halal di Indonesia dapat dilihat pada gambar berikut ini (LPPOM MUI, 2012):

Perencanaan

Kebijakan halal

Pemantauan dan evaluasi Tindakan

(16)

4

Persiapan Sistem Jaminan Halal

Pendaftaran/ penyerahan dokumen sertifikasi

Pemeriksaan kecukupan dokumen

Rapat komisi fatwa Rapat auditor

Audit

Penerbitan sertifikat halal Dapat diaudit

Perlu Analisis lab?

Persyaratan terpenuhi ? (status SJH A/B)

Persyaratan terpenuhi

Pre audit memorandum

Analisis Lab

Mengandung bahan haram

Tidak dapat Disertifikasi Pembiayaan

Lunas ?

penyerahan dokumen sertifikasi halal

Audit memorandum

Ya

Ya

Ya

Tidak

Ya Produk berbasis hewan Tidak

ya tidak

Tidak

Ya

Tidak

LP POM MUI

Perusahaan/pelaku usaha

(17)

5

METODE

Tahapan Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan beberapa urutan tahapan, yaitu: Identifikasi proses bisnis

Tahapan identifikasi proses bisnis dilakukan untuk mengamati secara langsung aktivitas dan kegiatan yang berlangsung di lokasi penelitian, dalam hal ini Koperasi Sapta Fateta-IPB. Identifikasi proses bisnis melihat aktivitas apa saja yang sedang berlangsung di lokasi penelitian yaitu proses sebelum berlangsung aktivitas produksi, saat berlangsung proses produksi dan proses pasca dilakukannya produksi.

Pengumpulan data untuk kelengkapan pembuatan Manual SJH

Tahapan ini berupa pengumpulan data secara langsung dari pelaku usaha kecil di Koperasi Sapta Fateta-IPB terdaftar yang diusulkan untuk pembuatan sertifikat halal. Data-data yang dikumpulkan berupa nama pemilik usaha, alamat pemilik usaha, daftar menu, nama bahan yang digunakan, proses produksi, dan data-data yang dibutuhkan untuk proses sertifikasi halal.

Penyusunan Manual SJH

Manual SJH digunakan untuk menjawab sebelas kriteria persyaratan halal dalam buku HAS 23 000. Manual SJH yang dibuat disesuaikan dengan proses bisnis dari masing-masing pelaku usaha kecil di Koperasi Sapta Fateta-IPB.

Implementasi Manual SJH

Implementasi manual SJH berupa sosialiasi kebijakan halal, pelaksanaan pelatihan internal dan eksternal, implementasi prosedur operasional sehingga kondisi di lapangan sesuai dengan apa yang terdapat dalam manual SJH yang telah ditetapkan.

Proses pendaftaran untuk Sertifikasi Halal

(18)

6

HASIL DAN PEMBAHASAN

Keadaan umum Koperasi Sapta Fateta–IPB

Koperasi Sapta Fateta–IPB merupakan koperasi yang berperan sebagai sarana penunjang persaudaraan pegawai dan civitas Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor (Fateta-IPB). Menurut Undang-Undang, Koperasi merupakan badan hukum yang didirikan oleh orang perseorangan atau badan hukum koperasi dengan pemisahan kekayaan para anggotanya sebagai modal untuk menjalankan usaha, yang memenuhi aspirasi dan kebutuhan bersama di bidang ekonomi, sosial, dan budaya sesuai dengan nilai dan prinsip koperasi (UU No. 17, 2012).

Koperasi Sapta Fateta–IPB memiliki badan hukum dengan nomor 185 A/PAD/BH/KDK. 105/IV/2004 yang diperoleh pada tanggal 28 April 2004. Koperasi ini terletak di Gedung Fakultas Teknologi Pertanian IPB, Kampus IPB Darmaga yang bergerak di bidang pengolahan dan penjualan makanan dan minuman. Terdapat beberapa pelaku usaha kecil yang beroperasi di dalam koperasi dan diatur oleh pengelola dalam menjalankan usahanya. Pelaku usaha kecil ini meyediakan beragam jenis makanan dan minuman di setiap kios berbeda masing-masing diantaranya adalah bangka, soto ayam, soto daging, gado-gado dan ketoprak, berbagai jenis gorengan, nasi uduk, pecel ayam, ayam bakar, mie, nasi bakar, nasi padang, makanan cepat saji, minuman susu dan yoghurt, berbagai jenis jus buah, kopi dan lainnya.

(19)

7

Pembina Prof Dr Ir Sugiyono,

M.App. Sc

Ketua Endang Setiawati

Sekretaris Ina Rachdiani

Bendahara Darsah

Bagian Usaha Siti Rusmawati Bagian Humas

Gozali

Bagian Simpan Pinjam Anny Silvianny

Gambar 3 Struktur organisasi pengelola Koperasi Sapta Fateta – IPB

Koperasi bergerak di bidang pengolahan dan penjualan makanan dan minuman yang sebagian besar konsumennya adalah mahasiswa IPB. Kegiatan ini dilakukan oleh pelaku usaha kecil yang menempati kios-kios yang disediakan oleh koperasi. Kios-kios pelaku usaha kecil ini berada di bawah pengawasan pengelola koperasi bagian usaha dalam menjalankan usaha dan mengikuti aturan yang dibuat oleh pengelola supaya proses berlangsungya kegiatan dapat dijaga dan dikontrol, contohnya pengelolaan kebersihan koperasi.

Produk-produk makanan dan minuman yang diolah dan dijual oleh pelaku usaha kecil tersebut pada saat ini belum memiliki sertifikat halal dari MUI. Sertifikat halal merupakan salah satu kewajiban umat beragama islam untuk memproduksi dan mengkonsumsi produk halal serta sebagai bukti jaminan keamanan konsumen. Oleh karena itu, produk-produk pelaku usaha kecil di Koperasi Sapta Fateta-IPB akan didaftarkan untuk memperoleh sertifikat halal MUI.

(20)

8

Tabel 1 Pelaku usaha kecil Koperasi Sapta Fateta-IPB No. Jenis produk Nama Counter/kios Pemilik 1.

Koperasi Sapta Fateta-IPB dapat dikategorikan sebagai salah satu bentuk usaha kecil. Hal ini sesuai dengan Undang-Undang Republik Indonesia nomor 20 tahun 2008 pasal 1 tentang pengertian usaha kecil yaitu usaha kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah atau usaha besar yang memenuhi kriteria Usaha Kecil. Kriteria usaha kecil ini disebutkan dalam UU nomor 20 tahun 2008 pasal 6 yaitu memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha atau memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp 300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak hingga Rp 2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus juta rupiah).

(21)

9 dan tidak ada ketetapan tertulis mengenai kegiatan produk (pembelian bahan, penyimpanan, pengawasan mutu, pemasaran, pengembangan).

Manual Sistem Jaminan Halal (SJH)

Manual SJH disusun untuk memenuhi sebelas kriteria SJH yang dimuat dalam buku HAS 23 000 tentang persyaratan sertifikasi halal. Menurut LPPOM MUI (2012), sebelas kriteria SJH tersebut adalah:

1. Kebijakan halal 2. Tim manajemen halal 3. Pelatihan dan edukasi 4. Bahan

5. Produk

6. Fasilitas produksi

7. Prosedur tertulis aktivitas kritis 8. Kemampuan telusur

9. Penanganan produk yang tidak memenuhi kriteria 10.Audit internal

11.Kaji ulang manajemen

Manual SJH yang dirancang untuk diterapkan di Koperasi Sapta Fateta-IPB disesuaikan dengan kebutuhan dan keadaan koperasi sehingga ke depannya implementasi SJH dapat diterapkan dan sesuai. Manual disesuaikan dengan data-data dan hasil identifikasi yang telah diperoleh sebelumnya pada awal-awal penelitian ini berlangsung seperti bentuk proses bisnis, data bahan-bahan yang digunakan dan proses produksinya. Karena koperasi tergolong usaha kecil dan proses bisnis yang dilakukan pelaku usaha kecil di dalamnya tergolong sederhana, maka manual SJH yang disusun berupa manual SJH sederhana tidak seperti manual yang dimiliki oleh perusahaan dan industri besar pada umumnya. Perbedaan yang terdapat dalam manual SJH koperasi ini terletak pada isi manual yang dibuat. Pada manual koperasi ini, bagian prosedur aktivitas kritis, kemampuan telusur dan penanganan produk tidak memenuhi kriteria diganti menjadi prosedur operasional agar bentuk manual SJH lebih sederhana dan mudah dipahami.

Kebijakan halal

Kebijakan halal merupakan kebijakan yang tertulis yang menunjukkan komitmen perusahaan, industri atau pelaku usaha dalam hal ini Koperasi Sapta Fateta-IPB untuk memperoduksi produk halal secara konsisten. Kebijakan halal juga dapat dijadikan sebagai dasar bagi penyusunan dan penerapan sistem jaminan halal. Kebijakan ini harus disosialisasikan kepada seluruh jajaran koperasi sehingga dapat dipahami dan diterapkan. Bentuk sosialisasi kebijakan halal ini dapat dilakukan secara tertulis dalam manual halal dan juga dapat melalui poster-poster yang mudah dilihat oleh jajaran koperasi khususnya para pelaku usaha kecil yang melakukan usaha di dalam pengelolaan koperasi.

(22)

10

produksi, saat produksi dan setelah produksi bisa benar-benar dilakukan dalam tujuannya untuk memproduksi produk dan pangan halal. Pengertian halal sendiri secara harfiah berarti segala sesuatu yang mubah (diperkenankan), yang terlepas dari ikatan larangan, dan diizinkan oleh Allah SWT, sedangkan haram merupakan sesuatu yang dilarang oleh Allah SWT dengan larangan yang pasti, di mana orang yang melanggarnya akan dikenai hukuman (siksa) di akhirat, dan ada kalanya dikenai hukuman juga di dunia (Qardhawi, 2002).

Koperasi Sapta Fateta-IPB mempunyai kebijakan halal yang dituangkan dalam manual SJH yang berbunyi “Kami berkomitmen tinggi untuk menghasilkan produk halal secara konsisten mencakup konsistensi dalam penggunaan dan pengadaan bahan baku, bahan tambahan dan bahan penolong serta konsistensi dalam proses produksi halal sesuai persyaratan sertifikasi halal HAS 23000 LPPOM MUI. Kami akan mencapainya dengan membentuk tim manajemen halal dan melaksanakan dengan sungguh-sungguh prosedur operasional”. Kebijakan halal ini dapat dilaksanakan dengan membentuk tim manajemen halal untuk menyusun, mengelola, dan mengevaluasi Sistem Jaminan Halal. Kebijakan halal yang akan diterapkan oleh koperasi saat ini harus benar-benar dapat diterapkan setelah koperasi melakukan pendaftaran sertifikasi halal dan memperoleh sertifikat halal dari MUI.

Kebijakan halal yang dibuat tidak akan menimbulkan masalah atau kesenjangan antara pengelola koperasi dengan pelaku usaha kecil/pedagang di dalamnya karena kebijakan halal tersebut dapat diterapkan dan harus diterapkan. Untuk mencegah terjadinya kesenjangan dan masalah terkait kebijakan halal, maka dapat dilakukan proses sosialisasi kebijakan halal. Hal ini merupakan salah satu manfaat dari kesediaan pihak pengelola koperasi pada umumnya, dan tim manajemen halal koperasi pada khususnya dalam mensosialisasikan kebijakan halal sehingga kebijakan halal koperasi bisa dipahami seluruh bagian terkait di koperasi.

Tim manajemen halal

Pelaksanaan produksi halal dilakukan oleh sebuah tim dalam koperasi yang disebut tim manajemen halal yang secara bersama-sama menjalankan fungsi masing-masing untuk mempertahankan kehalalan produk yang dihasilkan. Tim manajemen halal merupakan tim yang mempunyai kewenangan untuk menyusun, mengelola, dan mengevaluasi sistem jaminan halal yang mencakup semua bagian yang terlibat dalam aktivitas koperasi.

Tim manajemen halal di Koperasi Sapta Fateta-IPB ditetapkan oleh manajemen puncak koperasi melalui surat edaran penunjukan. Manajemen puncak menunjuk secara langsung siapa yang menjadi auditor halal dan koordinator halal sehingga tanggung jawab dan tugas tim manajemen halal dapat dilaksanakan. Contoh surat penunjukan tim manajemen halal dapat dilihat di manual SJH (Lampiran 2).

(23)

11 yang bertugas untuk merancang dan mengevaluasi manual SJH serta berkomunikasi dengan LPPOM MUI terkait SJH yang diterapkan. Struktur tim manajemen halal lebih lengkapnya dapat dilihat pada gambar 4.

= Pelaku usaha kecil

Gambar 4 Struktur manajemen halal Koperasi Sapta Fateta-IPB Manajemen halal dilaksanakan oleh auditor halal internal yang diketuai oleh seorang koordinator halal internal. Auditor halal internal melakukan komunikasi internal-eksternal antara koperasi dengan pihak LPPOM MUI yang berkaitan dengan pelaksanaan sistem jaminan halal. Auditor halal internal memiliki tugas menyusun, mengkoordinasi serta melaporkan pelaksanaan sistem jaminan halal di Koperasi Sapta Fateta-IPB. Auditor halal internal diberi kewenangan penuh untuk mengambil tindakan yang berkaitan dengan status kehalalan produk. Secara lengkap persyaratan, tugas dan wewenang auditor halal internal Koperasi Sapta Fateta-IPB dapat dilihat pada manual SJH (Lampiran 2).

Menurut Apriyantono et al (2007), bagian-bagian yang terlibat dalam struktur manajemen halal selain auditor internal juga melibatkan bagian penelitian dan pengembangan (R and D), pembelian, produksi, gudang, bagian pengawasan mutu sampai dengan bagian ekspedisi yang mengantarkan produk ke pelanggan. Bagian-bagian ini mempunyai tugas dan tanggung jawab masing-masing untuk menjalankan pedoman reproduksi halal sesuai kebijakan halal perusahaan. Struktur tersebut merupakan struktur organisasi yang terdapat di dalam sebuah industri atau perusahaan besar. Hal ini akan berbeda dengan Koperasi Sapta Fateta-IPB karena koperasi bukan merupakan sebuah perusahaan besar dengan struktur organisasi yang mempunyai bagian-bagian dan departemen-departemen yang terpisah setiap tahapan proses produksinya.

Bagian penelitian dan pengembangan (R and D), pembelian, produksi, gudang, bagian pengawasan mutu sampai dengan bagian ekspedisi yang mengantarkan produk ke pelanggan disatukan menjadi satu bagian dalam sebuah prosedur operasional sehingga tugas dan kewajiban bagian ini dilakukan oleh tim manajemen halal dan diterapkan kepada masing-masing pelaku usaha kecil yang berada dalam koperasi. Secara keseluruhan standar operasional yang diterapkan untuk setiap pelaku usaha kecil sama yaitu sesuai dengan prosedur operasional yang ada manual SJH. Prosedur operasional yang ditetapkan harus dilaksanakan oleh tim manajemen halal agar konten dari prosedur operasional dapat dilaksanakan oleh pelaku usaha kecil di dalamnya sehingga kebijakan halal

Pembina koperasi

Auditor internal halal LPPOM

(24)

12

koperasi dapat diwujudkan. Untuk lebih lengkapnya, prosedur operasional yang dilakukan oleh tim manajemen halal koperasi dapat dilihat di Manual SJH (Lampiran 2).

Pelatihan dan edukasi

Pelatihan bertujuan untuk memastikan semua personel yang berhubungan dengan sistem jaminan halal mengetahui dan memahami manual SJH yang diterapkan di Koperasi Sapta Fateta-IPB. Pemahaman tersebut diharapkan mampu menimbulkan kepedulian terhadap kebijakan kehalalan dan menerapkannya di tingkat operasional khususnya dalam proses produksi produk halal.

Koperasi sudah pernah mengikuti pelatihan yang diberikan oleh LPPOM MUI dengan materi Sistem Jaminan Halal (pengembangan, dokumentasi dan implementasi), pengenalan sertifikat halal dan implementasi SJH di industri pangan, manual SJH standar, persyaratan sertifikasi halal (kebijakan dan prosedur), dan persyaratan sertifikasi halal (kriteria SJH). Permasalahan terkait pelatihan dan edukasi ini adalah pelatihan yang sudah pernah diikuti ini hanya diikuti oleh pihak pengelola koperasi tetapi pelaku usaha kecil di dalamnya belum mengikuti. Solusi dalam mengatasi permasalahan ini adalah untuk ke depannya pihak pengelola koperasi dapat membuat pelatihan dengan materi pelatihan yang disiapkan oleh pihak pengelola koperasi sendiri untuk pelaku usaha kecil di koperasi sehingga sosialisasi dan pelaksanaan sistem jaminan halal lebih tepat sasaran.

Koperasi Sapta Fateta-IPB telah membuat rencana pelatihan dan edukasi yang akan diikuti oleh pelaku usaha kecil di koperasi. Pelatihan dan edukasi yang akan diterapkan di koperasi dimuat dalam manual SJH berupa pelatihan internal dengan tujuan akan memberikan pemahaman yang lebih detail dan tujuan pelatihan lebih tepat sasaran. Materi pelatihan yang akan dilaksanakan berupa materi terkait sistem jaminan halal dan sertifikasi halal. Materi pelatihan internal koperasi untuk lebih lengkapnya dapat dilihat dalam manual SJH (Lampiran 2). Bahan

Bahan adalah segala sesuatu yang digunakan baik secara langsung maupun tidak langsung dalam proses pembuatan produk. Bahan yang dimaksud mencakup bahan baku, bahan tambahan, dan bahan penolong, sedangkan produk adalah produk yang didaftarkan untuk sertifikasi, mencakup produk antara/intermediet dan produk akhir, baik yang dijual eceran atau curah. Pelaku usaha kecil di koperasi secara administrasi dalam menjalankan dan menerapkan SJH harus mempunyai daftar bahan baku yang lengkap yang digunakan dalam proses produksi. Daftar bahan baku yang jelas merupakan suatu bukti untuk menunjukkan bahwa semua bahan yang digunakan adalah halal dalam proses pembuatan produk.

(25)

13 daftar pemasok, daftar produsen bahan, dokumen kehalalan bahan (sertifikat halal, spesifikasi produk), dokumentasi permintaan barang, bon pembelian barang, stok barang, dokumen pengeluaran barang. Daftar bahan hanya mencakup nama bahan, merk bahan, produsen, nomor dan masa berlaku sertifikat halal (jika ada).

Berdasarkan hasil yang diperoleh, bahan-bahan yang digunakan oleh setiap pelaku usaha kecil di koperasi terdiri dari bahan-bahan yang termasuk kategori bahan kritis dan bahan yang bisa dikategorikan sebagai bahan tidak kritis. Bahan-bahan yang digunakan tersebut adalah antara lain garam (asam-basa anorganik) seperti garam natrium, bahan nabati, bahan hewani dan bahan mikrobial serta air. Beberapa bahan tersebut dapat dikategorikan sebagai bahan tidak kritis berdasarkan keputusan yang dikeluarkan oleh LPPOM MUI mengenai daftar bahan tidak kritis. Bahan-bahan yang dapat dikategorikan bahan tidak kritis adalah bahan yang tidak mengalami pengolahan yang melibatkan penambahan bahan aditif dan bahan penolong atau hanya mengalami proses fisik secara alami berupa penghancuran, pemotongan, pengendapan, pengeringan dan lainnya. Lebih lengkapnya daftar bahan tidak kritis dapat dilihat di Lampiran 4.

Secara umum, bahan-bahan yang digunakan oleh pelaku usaha kecil di koperasi merupakan bahan kritis, hal ini dikarenakan bahan-bahan yang digunakan sudah mengalami proses pengolahan yang melibatkan penambahan bahan-bahan lain seperti aditif, penambah rasa, dan bahan lainnya. Bahan-bahan kritis yang digunakan oleh pelaku usaha kecil di koperasi antara lain adalah daging (ayam, sapi, kambing dll), bumbu-bumbu (bahan tambahan pangan), minuman dan minyak dan emulsi. Daging sapi digunakan oleh beberapa kios di koperasi yaitu kios mie bangka, kios nasi padang, dan kios soto daging. Sedangkan daging ayam digunakan oleh kios Batagor dan Siomay, Mie Bangka, Nasi Bakar, Nasi Padang, Nasi Uduk, Pecel Ayam Telur, dan Soto Ayam. Keterangan mengenai bahan daging yang dipakai oleh beberapa kios di koperasi ini tidak mempunyai keterangan mengenai asal daging (rumah potong hewan), cara penyembelihan dan lokasi Rumah Potong Hewan (RPH). Seharusnya data-data mengenai bahan daging didokumentasikan oleh pelaku usaha kecil agar saat dilakukan proses audit dari LPPOM MUI bisa langsung di audit ke lokasi RPH. Untuk lebih lengkapnya daftar bahan yang digunakan oleh pelaku usaha kecil di koperasi dapat dilihat di Lampiran 3.

Menurut LPPOM MUI (2012), RPH harus memenuhi persyaratan untuk rumah potong hewan agar dapat dikategorikan halal yaitu RPH hanya dikhususkan untuk produksi hewan halal, lokasi RPH harus terpisah secara nyata dari RPH/pemotongan babi (tidak satu site, jarak minimal 5 km dari peternakan babi, tidak ada kontaminasi silang), alat penyembelih harus memenuhi persyaratan (tajam, bukan berasal dari yang tidak diperbolehkan (kuku, taring, tulang), ukurannya harus sesuai dengan leher yang akan dipotong, tidak diasah di depan hewan yang akan disembelih). Persyaratan tersebut akan menjadi faktor-faktor yang berpengaruh dalam pemenuhan persyaratan sertifikasi halal sehingga sangat perlu didokumentasikan.

(26)

14

pematang, penambah gizi, pengawet, pengemulsi, pemantap dan pengental, pengeras, pewarna alami dan sintetik, penyedap rasa dan aroma, sekuestran serta bahan tambahan lain.

Bumbu (BTM) yang digunakan oleh pelaku usaha kecil di koperasi berupa penyedap rasa, cuka makan, dan lada. Kios yang menggunakan penyedap rasa di koperasi yaitu kios Batagor dan Siomay, Bento Q, Mie Bangka, Nasi Bakar, Nasi padang, Nasi Uduk, Pecel Ayam Telur, Toge Goreng, Sop Iga, Gorengan, dan Soto Daging. Cuka makan digunakan oleh kios Gado-gado sedangkan lada digunakan oleh kios Batagor dan Siomay, Bento Q, Nasi Uduk, Sop Iga, dan Soto Ayam. Bumbu yang digunakan tersebut sudah mempunyai keterangan mengenai bahan baik itu sertifikat halal dari MUI atau sertifikat dari BPOM RI (Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia). Keterangan mengenai bahan yang diperoleh dari MUI atau BPOM RI ini sangat diperlukan dan membantu dalam proses audit yang akan dilakukan pihak LPPOM MUI ketika pihak pelaku usaha sudah mendaftarkan produk untuk sertifikasi halal.

Bahan kritis lain yang digunakan oleh pelaku usaha di koperasi adalah minyak dan emulsi. Jenis minyak goreng yang digunakan pelaku usaha di koperasi berupa minyak goreng curah dan minyak goreng kemasan. Minyak goreng kemasan yang dipakai berupa minyak goreng dengan merek yang berbeda yang digunakan oleh kios Gorengan, Pecel Ayam Telur, Toge Goreng, Nasi Padang, Bento Q, Nasi Bakar, Nasi Uduk, Soto Daging, dan Soto Ayam . Sedangkan emulsi yang digunakan berupa mentega dan mayonaise yang digunakan oleh kios Batagor dan Siomay, Bento Q, dan Aya Fruity. Minyak goreng kemasan yang digunakan sudah memperoleh sertifikat halal dari MUI begitu juga dengan bahan mentega dan mayonaise. Sertifikat halal dari MUI yang ada di bahan akan sangat membantu dan mempermudah dalam hal proses audit yang akan dilakukan LPPOM MUI ke koperasi setelah dilakukan proses pendaftaran sertifikasi halal.

Bahan minuman siap saji digunakan oleh beberapa kios di koperasi. Bahan minuman ini termasuk bahan kritis sehingga perlu ditelusuri keterangan mengenai komposisinya karena merupakan bahan yang sudah mengalami pengolahan dan penambahan bahan penolong dan bahan tambahan. Bahan minuman siap saji yang digunakan oleh pelaku usaha di koperasi berupa bubuk kopi, sirup, dan yoghurt. Bubuk kopi digunakan oleh kios Javapuccino dengan beragam varian bubuk kopi, sedangkan sirup digunakan oleh kios Momomilk seperti sirup leci, sirup mangga, sirup anggur dan sirup sirsak. Bahan lain berupa yoghurt juga digunakan oleh kios Momomilk. Dalam daftar bahan tidak tertulis lengkap mengenai keterangan bahan (bubuk kopi, sirup, yoghurt) seperti nomor sertifikat halal dan masa berlakunya. Seharusnya keterangan mengenai bahan ini harus lengkap sehingga akan mempermudah dalam hal audit yang akan dilakukan oleh LPPOM MUI setelah dilakukan pendaftaran sertifikasi halal.

(27)

15 yang digunakan sesuai dengan persyaratan bahan untuk produk halal menurut HAS 23 000 (2012) yaitu :

a. Bahan tidak berasal dan tidak mengandung babi atau turunannya b. Bahan tidak mengandung bahan dari babi atau turunannya

c. Bahan bukan merupakan dan tidak mengandung khamr atau turunan khamr yang dipisahkan secara fisik

d. Bahan bukan merupakan dan tidak mengandung darah, bangkai, dan bagian tubuh dari manusia

e. Bahan tidak boleh dihasilkan dari fasilitas produksi yang juga digunakan untuk membuat produk yang menggunakan babi atau turunannya sebagai salah satu bahannya

f. Bahan tidak bercampur dengan bahan haram atau najis yang dapat berasal dari bahan tambahan, bahan penolong, dan fasilitas produksi g. Bahan hewani harus berasal dari hewan halal

Permasalahan yang terjadi terkait bahan adalah data mengenai bahan yang digunakan oleh pelaku usaha kecil/pedagang tidak memiliki dokumen lengkap mengenai bahan. Pihak pengelola koperasi belum membuat sistem dokumentasi yang lengkap terkait keterangan bahan yang digunakan oleh pelaku usaha kecil di koperasi. Pada saat penelitian berlangsung, dokumen mengenai bahan yang digunakan hanya mencakup nama bahan, merk bahan dan tempat beli. Keterangan mengenai bahan kemudian ditambahkan dengan data produsen, nomor sertifikat halal dan masa berlaku sertifikat halal (jika ada).

Berdasarkan hasil yang diperoleh, kebanyakan pelaku usaha kecil yang berada di koperasi melakukan pembelian bahan di pasar-pasar terdekat di daerah bogor, seperti pasar Anyar, pasar Jambu Dua, pasar Bogor, pasar Parung, pasar Merdeka, pasar Ciampea, pasar Darmaga. Selain itu pembelian bahan ada juga yang dilakukan di toko-toko terdekat dari kawasan kampus IPB Darmaga seperti Citra Usaha, warung, Indomart, Alfamart dan toko milik warga sekitar.

(28)

16

bahan yang sudah memperoleh sertifikat halal. Hal ini dapat dilakukan dengan cara pengawasan oleh pihak tim manajemen halal koperasi ketika pelaku usaha kecil/pedagang akan menggunakan bahan serta dilakukan prosedur pemeriksaan mengenai keterangan bahan dan jika ditemukan bahan yang tidak sesuai agar bahan tersebut tidak digunakan atau diberlakukan block.

Fasilitas produksi

Fasilitas produksi adalah semua fasilitas yang digunakan untuk menghasilkan produk, baik milik perusahaan sendiri atau menyewa dari pihak lain. Fasilitas ini mencakup semua fasilitas yang digunakan dalam proses sejak penyiapan bahan, proses utama, hingga penyimpanan produk. Fasilitas produksi yang digunakan oleh pelaku usaha dalam koperasi tidak seperti fasilitas dan peralatan yang digunakan dalam suatu industri atau perusahaan pada umumnya. Fasilitas produksi hanya berupa peralatan-peralatan memasak sederhana seperti yang terdapat dalam sebuah rumah tangga.

Fasilitas yang digunakan dalam proses penyiapan bahan berupa tempat pencucian, saluran pembuangan sisa pencucian, wadah pencucian. Fasilitas ini digunakan untuk memcuci bahan-bahan yang akan diolah sebelum digunakan. Selain untuk mencuci bahan juga dapat digunakan untuk membersihkan fasilitas produksi lain seperti wadah penggorengan, alat-alat masak, dan wadah penyanjian. Fasilitas pencucian yang ada di koperasi terletak di belakang kios-kios setiap pelaku usaha dengan jarak kira-kira 2 meter dari tempat produksi utama. Hal ini dapat memudahkan proses produksi jika di tengah-tengah proses produksi perlu dilakukan pencucian alat atau bahan.

Fasilitas yang digunakan dalam proses utama yaitu produksi berupa peralatan memasak, sepert wadah penggorengan, wadah perebusan, kompor, peralatan pendukung penggorengan dan lainnya. Fasilitas proses utama merupakan fasilitas yang paling penting untuk menghasilkan produk utama yang akan dijual. Fasilitas produksi yang digunakan pelaku usaha di koperasi sangat kecil kemungkinanya menyebabkan keharaman produk karena bahan-bahan yang digunakan juga tidak memiliki resiko keharaman yang tinggi, seperti yang dijelaskan sebelumnya bahan-bahan yang digunakan oleh pelaku usaha koperasi merupakan bahan dengan tingkat resiko keharaman yang sangat kecil. Fasilitas produksi juga tidak digunakan untuk memproduksi sesuatu yang mengandung unsur haram.

Fasilitas berikutnya yang digunakan adalah fasilitas penyimpanan produk dan penyajian. Fasilitas ini tidak seperti fasilitas penyimpanan yang ada di sebuah perusahaan atau industri yang mempunyai gudang dan tempat penyimpanan khusus. Pelaku usaha kecil di koperasi tidak memerlukan media penyimpanan khusus karena produk yang dibuat langsung dijual di tempat. Sebagian besar pelaku usaha kecil di koperasi hanya menggunakan sebuah rak pajangan untuk menyimpan dan memajang produk setengah jadi yang akan diolah menjadi produk akhir dan langsung disajikan ke konsumen dengan media penyajian. Fasilitas penyajian berupa wadah penyajian dan peralatan pendukungnya. Fasilitas penyajian yang digunakan oleh pelaku usaha kecil hanya dikhususkan untuk menyajikan produk halal.

(29)

17 kecil/pedagang ke lokasi koperasi tempat berlangsungnya proses produksi. Hal ini tentu tidak menjadi masalah bagi tim manajemen halal dalam menjalankan prosedur operasional terkait pemakaian fasilitas produksi karena dapat diawasi langsung di lokasi produksi. Hal yang menjadi permasalahan adalah fasilitas-fasilitas yang digunakan diluar lokasi koperasi. Ada beberapa pelaku usaha kecil/pedagang yang harus menggunakan fasilitas produksi di tempat lain maupun di rumah sendiri. Hal ini dikarenakan ada beberapa produk yang dibuat berupa produk setengah jadi yang harus diolah terlebih dahulu sebelum diproses lebih lanjut di koperasi.

Pemeriksaan terhadap fasilitas yang digunakan di luar koperasi tidak akan mudah dilakukan oleh tim manajemen halal koperasi. Permasalahan ini dapat diatasi dengan cara tim manajemen halal membuat prosedur yang harus dilakukan oleh pelaku usaha kecil/pedagang di koperasi terkait pemakaian fasilitas di luar fasilitas yang dipakai di koperasi dan fasilitas baru yang akan dipakai. Pelaku usaha kecil/pedagang harus memberikan data yang lengkap mengenai fasilitas yang digunakan mulai dari lokasi fasilitas, nama fasilitas, proses yang dilakukan dengan fasilitas tersebut sehingga dapat menjamin fasilitas tidak terkontaminasi dan tidak dipakai bersamaan dengan fasilitas yang kontak dengan bahan yang haram. Pemakaian fasilitas juga harus didokumentasikan oleh pelaku usaha kecil sehingga proses audit internal halal dan eksternal dapat dilakukan.

Peraturan dan prosedur mengenai penggunaan fasilitas harus dapat memenuhi persyaratan mengenai fasilitas produksi yang dikeluarkan LPPOM MUI. Menurut LPPOM MUI (2012), fasilitas produksi untuk restoran/katering (proses bisnis pelaku usaha kecil/pedagang dapat dikategorikan restoran/katering) harus memenuhi syarat yaitu hanya dikhususkan untuk produksi halal, penyimpanan tidak menyebabkan kontaminasi dengan bahan haram, peralatan penyajian hanya untuk penyajian halal, dan tempat pencucian tidak digunakan bersama dengan peralatan yang kontak dengan bahan babi atau turunannya.

Koperasi harus dapat memastikan bahwa semua fasilitas produksi yang digunakan oleh pelaku usaha kecil di koperasi bebas dari kontaminasi najis dan bahan haram lainnya. Pemeriksaan dan verifikasi terhadap fasilitas produksi ini mencakup fasilitas ynag digunakan langsung di koperasi dan fasilitas yang digunakan di luar koperasi. Pemeriksaan terhadap fasilitas produksi dilakukan oleh tim audit internal halal yang telah dibentuk di koperasi.

Produk

Produk adalah produk yang didaftarkan untuk disertifikasi, mencakup produk antara/intermediet dan produk akhir, baik yang dijual eceran atau curah. Dalam hal restoran atau pedagang, produk mencakup semua menu yang dijual baik dibuat sendiri maupun yang dibuat di tempat lain. Nama produk tidak boleh menggunakan nama yang mengarah pada sesuatu yang diharamkan atau ibadah yang tidak sesuai dengan syariah islam. Karakter produk/profil sensori produk juga tidak boleh memiliki kecenderungan bau atau rasa yang mengarah pada produk haram atau yang telah dinyatakan haram berdasarkan fatwa MUI.

(30)

18

sangat sederhana untuk produk tidak beresiko, manual sederhana untuk produk beresiko rendah, manual sangat lengkap untuk produk beresiko sangat tinggi dan manual standar lengkap untuk produk beresiko.

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh mengenai nama produk yang dihasilkan oleh pelaku usaha kecil/pedagang di koperasi, tidak terdapat permasalahan mengenai nama atau merek produk yang dibuat. Hal ini sesuai dengan persyaratan mengenai produk yang dikeluarkan LPPOM MUI. Menurut LPPOM MUI (2012), data produk harus memenuhi syarat yaitu merek atau nama produk tidak boleh menggunakan nama yang mengarah pada sesuatu yang diharamkan atau ibada yang tidak sesuai syariah islam, karakter atau profil sensori tidak boleh memiliki kecenderungan bau atau rasa mengarah pada produk haram atau yang telah dinyatakan haram berdasar fatwa MUI. Persyaratan mengenai hal tersebut sudah dipenuhi oleh produk yang dihasilkan oleh pelaku usaha kecil/pedagang yang diusulkan untuk proses sertifikasi halal di koperasi. Untuk lebih jelasnya data produk yang dihasilkan dapat dilihat pada manual SJH (Lampiran 2).

Prosedur operasional dan audit internal

Prosedur operasional merupakan proses-proses yang dilakukan dalam menjalankan dan menerapkan sistem jaminan halal sehingga tujuan dan target halal dapat dicapai. Prosedur operasional harus bisa menjamin bahwa kontaminasi unsur-unsur yang dapat menyebabkan keharaman produk bisa diatasi. Prosedur dalam manual SJH disusun dan disesuaikan dengan kondisi di lapangan koperasi sehingga cocok untuk diterapkan. Prosedur ini akan berbeda dengan prosedur operasional di perusahaan besar pada umumnya yang biasanya mempunyai prosedur yang rinci dan detail untuk setiap tahapan prosesnya mulai dari pembelian, penggudangan, pengawasan mutu, dan pengembangan produk.

Prosedur operasional yang ditentukan merupakan prosedur-prosedur penting terkait proses produksi. Prosedur operasional ini dilakukan oleh tim manajemen halal koperasi untuk mengawasi pelaku usaha kecil dalam koperasi. Prosedur operasional mencakup sosialisasi kebijakan halal, prosedur mengenai bahan dan fasilitas produksi, pelatihan sistem jaminan halal dan prosedur mengenai audit internal halal.

Kebijakan halal yang dibuat koperasi harus di sosialisasikan kepada masing-masing pelaku usaha kecil di koperasi dengan tujuan agar kebijakan halal dapat dipahami oleh semua pihak sehingga tujuan dari kebijakan halal dapat dicapai. Prosedur mengenai bahan juga tertulis di dalam prosedur operasional dimana bahan baru yang akan dipakai harus disetujui oleh LPPOM MUI. Para pelaku usaha dapat membuat surat permohonan pemakaian bahan baru melalui tim manajemen halal.

(31)

19 Prosedur mengenai penggunaan bahan baru, penyimpanan produk, pelatihan, pemeriksaan bahan, penambahan fasilitas produksi dimuat dalam prosedur operasional. Hal penting lain yang diatur dalam prosedur operasional adalah penanganan produk yang tidak memenuhi kriteria. Produk tidak memenuhi kriteria ini dapat terjadi jika fasilitas dan bahan yang digunakan tidak memenuhi kriteria atau tidak sesuai. Produk yang tidak memenuhi kriteria tersebut tidak boleh dijual ke konsumen dan harus ditarik. Prosedur mengenai audit internal juga dimuat dalam prosedur operasional. Audit internal dilakukan setiap 6 bulan sekali dengan cara memeriksa pelaksanaan prosedur operasional. Hasil audit internal kemudian dibahas dalam tim manajemen halal untuk membuat tindakan koreksi yang akan dilakukan dan hasil audit berisi form yang telah diisi dikirim ke LPPOM MUI. Untuk lebih lengkapnya prosedur operasional dapat dilihat pada manual SJH (Lampiran 2).

Kaji ulang manajemen

Kaji ulang manajemen dilakukan oleh manajemen untuk melihat efektivitas implementasi SJH yang dilakukan. Bahan untuk melakukan kaji ulang dapat berupa hasil audit internal maupun audit eksternal. Dalam hal ini, pelaksanaan kaji ulang manajemen di Koperasi Sapta Fateta- IPB dapat dilakukan setelah dilaksanakannya audit internal.

Pandaftaran sertifikasi halal

Salah satu karakteristik mutu penting dari suatu produk adalah halal. Halal mempunyai beberapa kriteria sehingga dapat dikategorikan sebagai sesuatu yang halal. Kriteria halal tersebut menurut Mustafa (2009) adalah:

1. At-Thayyib (baik) yang berarti sesuatu yang suci, enak dan tidak berbahaya pada tubuh dan akal.

2. Bukan merupakan al-Dharar (bahaya), yaitu sesuatu yang dilakukan manusia berupa hal yang tidak disukai atau menyakitkan baik menimpa akal, harta, keturunan, jiwa, agama dan hal lainnya ( semuanya ).

3. Bukan merupakan Najasah (najis), yaitu sesuatu yang dipandang jijik dan menghalangi syarat sahnya shalat.

4. Tidak termasuk Iskar (memabukkan), yaitu setiap benda yang memabukkan apapun jenisnya baik cair maupun padat, mentah atau matang, berasal dari perasan anggur atau bahan lainnya adalah haram. 5. Tidak mengandung produk-produk yang berasal dari organ tubuh manusia

siapapun orangnya, baik masih hidup atau mati. Produk yang mengandung organ tubuh manusia dalam pangan, kosmetik, atau obat maka secara syariat hukumnya adalah haram.

(32)

20

diperlukan saat proses pendaftaran untuk katering berdasarkan HAS 23 000 menurut LPPOM MUI (2012) adalah:

a. Daftar bahan untuk seluruh menu b. Matriks bahan untuk seluruh menu

c. Copy sertifikat halal produk yang lama (untuk sertifikasi/pengembangan) d. Manual SJH untuk perusahaan baru atau revisi manual SJH untuk

perusahaan yang telah memiliki sertifikat halal (jika ada)

e. Copy status SJH (untuk perusahaan yang telah memiliki sertifikat halal) f. Peta lokasi dapur

g. Daftar alamat dapur

h. Daftar produk rekanan (jika ada)

i. Copy sertifikat halal atau komposisi bahan pada produk rekanan yang dibuat oleh produsen (jika ada)

j. Profil perusahaan (untuk perusahaan baru)

Proses sertfikasi halal yang telah dilakukan oleh Koperasi Sapta FATETA-IPB sampai saat ini masih pada tahap pendaftaran sertifikasi halal ke LPPOM MUI. Pendaftaran sertifikasi halal dilakukan secara online di web Majelis Ulama Indonesia (MUI). Pendaftaran dilakukan dalam CEROL 23 000 yang disediakan MUI di web dengan melakukan upload dokumen-dokumen yang diperlukan untuk pendaftaran sertifikasi halal. Setelah melakukan proses pendaftaran sertifikasi halal, tahap selanjutnya adalah koperasi menunggu tahap verifikasi dokumen oleh pihak LPPOM MUI. Verifikasi tersebut dilakukan untuk memeriksa persyaratan dokumen-dokumen, sehingga dapat dilakukan tahap selanjutnya jika persyaratan dokumen sudah dipenuhi.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

(33)

21 LPPOM MUI bila ada perubahan bahan atau penambahan fasilitas, daftar bahan dan diagram alir proses produksi serta pelaporan berkala enam (6) bulan sekali.

Evaluasi emplementasi SJH halal yang dilakukan berupa perbaikan dan pembuatan dokumen yang diperlukan untuk sertifikasi halal. Evaluasi implementasi yang dilakukan adalah pemenuhan kelengkapan manual SJH dan pelaksanaan sistem jaminan halal dengan dibentuknya tim manajemen halal yang bertugas untuk melaksanakan prosedur operasional dalam menerapkan sistem jaminan halal.

Saran

1. Koperasi Sapta FATETA-IPB perlu membuktikan bahwa semua aktivitas yang dilakukan oleh pelaku usaha kecil di koperasi bebas dari bahan najis dan kontaminasi haram sehingga perlu dilakukan verifikasi pada semua proses bisnis yang dilakukan pelaku usaha kecil secara menyeluruh.

2. Sistem administrasi dan dokumentasi di Koperasi Sapta FATETA-IPB perlu diperbaiki sehingga proses implementasi dapat dilakukan dan sesuai dengan manual SJH yang dibuat.

DAFTAR PUSTAKA

Apriyantono, A., Hermanianto J, Wahid N. 2007. Pedoman Produksi Pangan Halal. Jakarta : Penerbit Khairul Bayan

2008. Undang-Undang RI No. 20 tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menegah, Jakarta.

2012.Undang-Undang RI NO. 17 TAHUN 2012 tentang Perkoperasian.

2012.Undang-Undang RI NO. 18 TAHUN 2012 tentang Pangan. Qardhawi, Y., 2002. Halal dan Haram. Terjemahan A.S. Al-Falahi. Robbani

Press, Jakarta.

Lembaga Pengkajian Pangan, Obat-obatan dan Kosmetika, 2005. Panduan Penyusunan Sistem Jaminan Halal. Lembaga Pengkajian Pangan, Obat-obatan dan Kosmetika Majelis Ulama Indonesia, Jakarta.

Lembaga Pengkajian Pangan, Obat-obatan dan Kosmetika, 2012. HAS 23 000: Persyaratan Sertifikasi Halal : Kriteria Sistem Jaminan Halal dan Kebijakan dan Prosedur. LPPOM MUI.

Marina, S.J., 2003. Survei Implementasi Sistem Sertifikasi dan Labelisasi Halal di Indonesia. Skripsi. Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan, Fakultas Teknologi Pangan, Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Muhandri, T. dan Darwin Kadarisman, 2005. Sistem Jaminan Mutu Industri Pangan. Handbook. Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan, Fakultas Teknologi Pangan, Institut Pertanian Bogor, Bogor.

(34)

22

Lampiran 1 Diagram alir tahapan penelitian

Identifikasi proses bisnis

Pengumpulan data untuk kelengkapan pembuatan manual SJH

Penyusunan manual SJH

Implementasi manual SJH

Pendaftaran untuk sertifikasi halal

Lengkap

Ya

(35)

23 Lampiran 2 Manual Sistem Jaminan Halal

MANUAL SISTEM JAMINAN

HALAL KOPERASI SAPTA

FATETA – IPB

Gedung FATETA – IPB, Kampus IPB Darmaga PO Box 220 Bogor 16680, Telp. ( 0215 ) 8621210, Fax ( 0215 ) 8623203

Disiapkan oleh, Disetujui oleh,

Manajemen puncak

(36)

24

I.

PENDAHULUAN

Koperasi Sapta Fateta–IPB merupakan koperasi sebagai sarana penunjang persaudaraan pegawai dan civitas Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor. Koperasi merupakan badan hukum yang didirikan oleh orang perseorangan atau badan hukum koperasi dengan pemisahan kekayaan para anggotanya sebagai modal untuk menjalankan usaha, yang memenuhi aspirasi dan kebutuhan bersama di bidang ekonomi, sosial, dan budaya sesuai dengan nilai dan prinsip koperasi.

Koperasi Sapta Fateta–IPB memiliki Badan Hukum Nomor 185 A/PAD/BH/KDK105/IV/2004 yang diperoleh pada tanggal 28 April 2004. Berlokasi di Gedung Fakultas Teknologi Pertanian IPB, Kampus IPB Dramaga dan bergerak di bidang pengolahan dan penjualan makanan dan minuman. Koperasi beranggotakan beberapa pelaku usaha kecil/pedagan yang menjalankan usaha di lingkungan koperasi dan menyediakan beragam jenis makanan dan minuman di masing-masing kios/counter.

Manual halal merupakan dokumen tertulis dari suatu sistem jaminan halal yang disusun untuk menjaga kesinambungan proses produksi halal, sehingga produk yang dihasilkan dapat dijamin kehalalannya sesuai dengan syari’at Islam. Manual Sistem Jaminan Halal (manual SJH) Koperasi Sapta Fateta-IPB disusun berdasarkan Panduan Penyusunan Sistem Jaminan Halal HAS 23 000 (Halal Assurance System 23 000) yang dikeluarkan oleh LPPOM MUI. Manual SJH ini mencakup kebijakan halal, perencanaan sistem jaminan halal, pelaksanaan sistem jaminan halal, pemantauan dan evaluasi sistem jaminan halal, dan tindakan perbaikan.

Defenisi

a. Sistem jaminan halal, yaitu suatu sistem yang disusun, dilaksanakan dan dipelihara oleh pelaku usaha (dalam hal ini koperasi) dengan tujuan untuk menjaga kesinambungan proses produksi halal sehingga produk yang dihasilkan dapat dijamin kehalalannya dan sesuai dengan aturan yang ditetapkan oleh LPPOM MUI.

b. Kebijakan halal merupakan pernyataan tertulis tentang komitmen koperasi untuk memproduksi produk halal secara konsisten.

c. Tim Manajemen halal merupakan organisasi internal koperasi yang mengelola seluruh fungsi dan aktivitas manajemen dalam menghasilkan produk halal.

d. Panduan halal adalah pedoman koperasi dalam melaksanakan kegiatan untuk menjamin produksi halal.

e. Koordinator halal adalah orang yang bertanggung jawab atas seluruh proses yang diperlukan untuk sistem produksi halal agar dapat dilaksanakan dan dipelihara dengan baik.

(37)

25 A.Profil umum Koperasi Sapta FATETA-IPB

B.Tujuan

Manual SJH disusun sebagai pedoman dalam penerapan SJH di Koperasi Sapta Fateta-IPB, dalam rangka menjamin dan menjaga konsistensi kehalalan produk sesuai persyaratan HAS 23 000 (Halal Assurance System 23 000) tentang persyaratan sertifikasi halal dan menyempurnakan kewajiban bagi kaum muslimin untuk mengkonsumsi produk halal.

C.Ruang lingkup

Ruang lingkup rangkaian sistem jaminan halal adalah fasilitas produksi yang digunakan oleh pelaku usaha kecil/pedagang di masing-masing counter/kios terdaftar di Koperasi Sapta Fateta-IPB yang dibuat berdasarkan HAS 23000 tentang Persyaratan Sertifikasi Halal. Manual SJH berlaku untuk setiap tahapan proses produksi halal untuk setiap kios/counter pelaku usaha kecil/pedagang di lokasi Koperasi Sapta Fateta-IPB dengan data sebagai berikut ini:

1. Counter Batagor dan Siomay 2. Counter Bento Q

3. Counter Gado-gado 4. Counter Gorengan 5. Counter Javapuccino 6. Counter Jus Buah 7. Counter Mie Bangka 8. Counter Momomilk 9. Counter Nasi Bakar 10. Counter Nasi Padang 11. Counter Nasi Uduk

12. Counter Nasi Pecel Ayam Telur 13. Counter Aya Fruitty

14. Counter Sop Iga 15. Counter Soto Ayam 16. Counter Soto Daging 17. Counter Toge Goreng

Nama usaha

Badan hukum

Alamat

Telepon

Fax

Lini produksi

: Koperasi Sapta Fateta-IPB

: 185 A/PAD/BH/KDK. 105/IV/2004

: Gedung FATETA IPB, Kampus IPB Dramaga

: ( 0251 ) 8621210

: ( 0251 ) 8623203

(38)

26

II.

KEBIJAKAN HALAL

III.

PERENCANAAN SISTEM JAMINAN HALAL

A.Tim Manajemen Halal

: pelaku usaha kecil/pedagang KEBIJAKAN HALAL

KOPERASI SAPTA FATETA – IPB

“Kami berkomitmen tinggi untuk menghasilkan produk halal secara konsisten mencakup konsistensi dalam penggunaan dan pengadaan bahan baku, bahan tambahan dan bahan penolong serta konsistensi dalam proses produksi halal sesuai persyaratan sertifikasi halal HAS 23000 LPPOM MUI. Kami akan mencapainya dengan membentuk tim manajemen halal dan melaksanakan dengan sungguh-sungguh prosedur operasional seperti yang tertera pada point C berikut ini ”

Bogor, ... 2014 Manajemen Puncak

( Prof Dr Ir Sugiyono, M.App. Sc ) NIP. 196 50729 199 002 1 002

Pembina Koperasi

Auditor internal halal LPPOM

(39)

27 Manajemen puncak membentuk susunan Tim Manajemen Halal dalam rangka menjaga konsistensi kehalalan produk melalui surat penunjukan seperti pada Lampiran a sebagai berikut :

No. Nama Jabatan Bagian

1. Koordinator halal Endang Setiawati Ketua Koperasi 2. Auditor halal internal Rusmawati Bagian usaha koperasi

Persyaratan dan tugas auditor halal internal di Koperasi Sapta Fateta-IPB adalah sebagai berikut:

• Persyaratan Auditor Halal Internal a. Merupakan pengelola koperasi

b. Auditor halal internal adalah seorang muslim yang mengerti dan menjalankan syari’at Islam

c. Berada dalam lingkup manajemen halal

d. Berasal dari bagian yang terlibat dalam proses produksi secara umum e. Memahami titik kritis produk, ditinjau dari bahan maupun proses

produksi secara keseluruhan

f. Diangkat melalui surat penunjukan manajemen puncak dan diberi kewenangan penuh untuk melakukan tindakan yang diperlukan dalam melaksanakan SJH sesuai dengan aturan yang ditetapkan LPPOM MUI. g. Melaksanakan proses audit internal terhadap pelaku usaha

kecil/pedagang di koperasi dan membuat laporan ke LPPOM MUI mengenai pelaksanaan audit internal halal.

• Tugas Auditor Halal Internal Secara Umum

a. Menyusun sistem jaminan halal di internal Koperasi Sapta Fateta- IPB secara tertulis

b. Mengkoordinasikan pelaksanaan sistem jaminan halal di Koperasi Sapta Fateta- IPB

c. Membuat laporan pelaksanaan sistem jaminan halal di Koperasi Sapta Fateta- IPB

d. Merumuskan kebijakan Koperasi Sapta Fateta-IPB yang berkaitan dengan kehalalan produk yang dihasilkan

e. Memberikan dukungan penuh bagi pelaksanaan SJH di Koperasi Sapta Fateta-IPB

B.Prosedur operasional

Tim manajemen halal melaksanakan prosedur operasional berikut dengan sungguh-sungguh dan konsisten :

(40)

28

b. Mendaftarkan menu baru yang akan diproduksi oleh pelaku usaha kecil/pedagang di koperasi kepada LPPOM MUI dengan cara tiap pelaku usaha kecil/pedagang yang akan membuat menu baru membuat surat permohonan penggunaan bahan baru kepada tim manajemen halal koperasi dan tim manajemen kemudian menyampaikan kepada pihak LPPOM MUI sebelum menu baru diproduksi dan dijual kepada konsumen.

c. Mendaftarkan setiap penambahan alat dan fasilitas produksi baru yang akan digunakan oleh pelaku usaha kecil/pedagang di koperasi.

d. Mengikuti pelatihan manajemen halal di LPPOM MUI setidaknya sekali dalam 2 tahun.

e. Melakukan pelatihan dengan materi seperti tercantum dalam lampiran b setidaknya setahun sekali. Setiap anggota baru dalam hal ini pelaku usaha kecil/pedagang harus mendapat pelatihan dan pengarahan sebelum mulai beroperasi di koperasi. Daftar hadir harus dibuat dan disimpan setidaknya selama 6 bulan sebagai bukti pelaksanaan pelatihan.

f. Membuat daftar bahan lengkap yang digunakan oleh pelaku usaha kecil/pedagang untuk proses pembuatan produk seperti tercantum pada lampiran c untuk masing-masing kios/counter terdaftar dan dikumpulkan kepada pihak pengelola koperasi.

g. Memastikan pelaku usaha kecil/pedagang di koperasi membeli bahan dengan nama dan merk serta nama produsen sesuai dengan yang tercantum dalam daftar bahan.

h. Memeriksa label bahan setiap pembelian bahan atau penerimaan bahan untuk memastikan kesesuaian nama bahan dan merk dengan tercantum dalam daftar bahan yang telah dibuat. Bahan yang boleh digunakan hanya bahan yang nama dan merknya sesuai dengan daftar bahan.

i. Meminta persetujuan penggunaan bahan baru ke LPPOM MUI sebelum digunakan. Pengajuan persetujuan penggunaan bahan baru dilakukan oleh pelaku usaha kecil/pedagang di koperasi melalui tim menajemen halal dengan cara memberitahu kepada tim manajemen halal dan tim manajemen halal akan membuat pengajuan kepada LPPOM MUI untuk diklarifikasi dengan mengisi form surat pengantar permohonan izin bahan baru seperti pada lampiran d.

j. Memastikan setiap pelaku usaha kecil/pedagang melakukan produksi dengan hanya menggunakan bahan sesuai dengan daftar bahan yang ada atau bahan baru yang sudah mendapatkan persetujuan dari LPPOM MUI melalui perantara tim manajemen halal.

k. Memastikan semua peralatan yang akan dipakai untuk produksi oleh pelaku usaha kecil/pedagang terlebih dahulu dicuci dengan air bersih sebelum dan sesudah digunakan serta menjaga kebersihan lingkungan tempat berproduksi. l. Memastikan pelaku usaha kecil/pedagang menyimpan bahan dan produk di

tempat yang bersih dan menjaganya supaya tidak terkontaminasi najis dan kotoran dengan menempatkan bahan dan produk pada tempat khusus penyimpanan bahan dan produk. Bahan dan produk ditempatkan di tempat yang terpisah.

(41)

29 Sistem Jaminan Halal, maka produk yang dihasilkan tidak akan dijual ke pembeli .

n. Memastikan pelaku usaha kecil/pedagang melakukan produksi dengan proses produksi untuk masing-masing kios/counter seperti pada lampiran f dan memastikan proses dan peralatan produksi tidak terkontaminasi unsur haram.

o. Melakukan audit internal setiap 6 bulan sekali dengan cara memeriksa pelaksanaan seluruh prosedur operasional dan mengisi form daftar pertanyaan untuk audit internal seperti pada lampiran e. Audit internal harus dilakukan oleh ketua Tim Manajemen Halal.

p. Hasil audit internal dibahas dalam Tim Manajemen Halal. Jika dalam audit internal ditemukan kelemahan, yaitu ada pertanyaan yang dijawab “tidak”, maka akan segera dilakukan perbaikan agar kelemahan tersebut tidak terulang.

q. Form hasil audit internal yang telah terisi dikirimkan ke LPPOM MUI. C. Panduan halal

Panduan halal merupakan uraian singkat tentang aturan halal haram dalam Islam yang dapat dipahami oleh seluruh jajaran koperasi yang mencakup pengertian halal-haram, dasar Al Qur’an /hadits dan fatwa MUI, serta pedoman halal-haram bahan yang digunakan dan proses produksi yang dijalankan. Adapun output dari panduan halal ini berupa daftar bahan beserta titik kritisnya, bagan alir proses produksi beserta titik kritisnya dan tindakan pencegahan yang diambil.

Status bahan yang dulunya pernah difatwakan halal jika ditemukan hal-hal yang meragukan maka bisa menjadi berubah fatwanya. Oleh karena itu dalam panduan halal ini dimuat kedudukan ketetapan hukum dalam Islam agar dapat diterima mengapa hal tersebut dapat terjadi. Selain itu dalam panduan halal ini disampaikan pula dasar hukum dari Al Qur’an serta fatwa MUI terbaru tentang status bahan baku serta bahan tambahan pangan.

Beberapa kedudukan ketetapan hukum dalam Islam antara lain:

a. Al Qur’an : hukumnya bersifat tetap, dan sebagiannya masih bersifat umum sehingga memerlukan penjelasan lebih lanjut.

b. Al Hadits : merupakan penjabaran aplikatif dari kaidah-kaidah Qur’aniyyah yang bersifat tetap, sekaligus juga penjelasan lebih lanjut terhadap kaidah-kaidah yang bersifat umum.

c. Fatwa : merupakan keputusan hukum agama yang dibuat dengan ijtihad (ulama) atas hal-hal yang tidak terdapat di dalam Al Qur’an maupun Al Hadits, berdasarkan pada kaidah-kaidah pengambilan dan penentuan hukum seperti halnya metode qiyas atau ijma’.

Halal dan Haram dijelaskan dalam Al Qur’an seperti berikut ini :

a. Al Baqarah 168 : “Hai sekalian umat manusia, makanlah dari apa yang ada di bumi ini yang halal dan baik. Dan janganlah kalian ikuti langkah-langkah syetan, sesungguhnya ia adalah musuh yang nyata bagi kalian.” b. Al Baqarah 172-173: “Hai orang-orang yang beriman, makanlah diantara

(42)

30

keada Allah, jika benar-benar kepada-Nya kalian menyembah. Sesungguhnya Allah hanya mengharamkan bagi kalian bangkai, darah, daging babi dan binatang yang disembelih atas nama selain Allah. Barang siapa dalam keadaan terpaksa, sedangkan ia tidak berkehendak dan tidak melampaui batas, maka tidaklah berdosa. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Pengasih.”

c. Al Anam 145 : ”Katakanlah, saya tidak mendapat apa yang diwahyukan kepada Ku sesuatu yang diharamkan bagi yang memakannya, kecuali bangkai, darah yang tercurah, daging babi karena ia kotor atau binatang yang disembelih dengan atas nama selain Allah. Barangsiapa dalam keadaan terpaksa sedangkan ia tidak menginginkannya dan tidak melampaui batas, maka tidaklah berdosa. Sesungguhnya Allah Maha pengampun lagi Maha Pengasih.”

d. Al Maidah 3 : ”Diharamkan bagi kalian bangkai, darah, daging babi, hewan yang disembelih atas nama selain Allah, yang tercekik, yang dipukul, yang jatuh, yang ditanduk, dan yang diterkam binatang buas, kecuali yang kalian sempat menyembelihnya. Dan diharamkan pula bagi kalian binatang yang disembelih di sisi berhala.”

e. Al Maidah 90-91 : ”Wahai orang-orang yang beriman sesungguhnya meminum khamr, berjudi, berkorban untuk berhala, mengundi nasib dengan panah adalah perbuatan kejitermasuk perbuatan syetan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kalian mendapat keberuntungan. Sesungguhnya syetan itu hendak menimbulkan permusuhan dan kebencian diantara kalian lantaran meminum khamr dan berjudi dan menghalangi kalian dari mengingat Allah dan sholat, maka apakah kalian berhenti dari mengerjakan pekerjaan itu.”

f. Al Maidah 96 : ”Dihalalkan untuk kalian binatang buruan laut dan makanannya.”

g. Al A’raf 157 : ”Dia menghalalkan kepada mereka segala yang baik dan mengharamkan kepada mereka segala yang kotor.

D. SOP (Standard Operating Procedure) Halal

Proses produksi merupakan gambaran mengenai tahapan yang dilakukan oleh setiap pelaku usaha kecil/pedagang di koperasi dalam proses pembuatan produk sampai menjadi produk yang dapat dijual ke konsumen. Prosedur produksi yang dilakukan pelaku usaha kecil/pedagang di koperasi dapat dilihat pada lampiran f.

IV.

PELAKSANAAN SISTEM JAMINAN HALAL

A.Fungsi Struktur Organisasi Manajemen Halal

(43)

31 B.Penetapan dan Pelaksanaan SOP Halal

Standard operating procedure (SOP) yang dilakukan dalam melaksanakan proses produksi halal ditetapkan sebagai panduan pelaksanaan produksi bagi setiap pelaku usaha kecil/pedagang yang berada di koperasi. Pemantauan pelaksanaan prosedur produksi halal dilakukan melalui audit halal internal.

C.Sosialisasi Sistem Jaminan Halal

Metode sosialisasi sistem jaminan halal yang dilakukan adalah berupa pemberitahuan secara langsung kepada setiap pelaku usaha kecil/pedagang di koperasi, poster, pelatihan dan komunikasi internal-eksternal.

D. Pelatihan Sistem Jaminan Halal

1. Pelatihan pelaksanaan Sistem Jaminan Halal harus melibatkan pelaku usaha kecil/pedagang dan personel yang pekerjaannya mungkin mempengaruhi status kehalalan produk

2. Pelatihan tersebut bertujuan untuk meningkatkan pemahaman pelaku usaha kecil/pedagang dan pengelola koperasi terhadap hukum-hukum Islam tentang pentingnya kehalalan suatu produk dan sistem jaminan halal yang diterapkan.

3. Pemahaman tersebut diharapkan mampu menimbulkan kepedulian terhadap kebijakan kehalalan dan menerapkannya di tingkat operasional.

4. Hal-hal yang perlu didokumentasikan dalam pelaksanaan pelatihan SJH adalah identifikasi perencanaan dan jadwal pelatihan, serta laporan pelaksanaan pelatihan (pelaksanaan kualifikasi, kuesioner, dan evaluasi). E.Komunikasi Internal dan Eksternal

Dalam melaksanakan sistem jaminan halal, Koperasi Sapta Fateta-IPB harus melakukan komunikasi dengan berbagai pihak yang terkait, baik internal maupun eksternal. Bentuk komunikasi yang dilakukan antara lain poster, fax, komunikasi individual atau secara langsung.

F. Pemeliharaan Dokumentasi dan Pelaporan

(44)

32

V.

PEMANTAUAN DAN EVALUASI SJH

A.Tujuan Audit Internal

1. Menentukan kesesuaian SJH koperasi dengan standar yang telah ditetapkan oleh LPPOM MUI.

2. Menentukan kesesuaian pelaksanaan SJH koperasi dengan perencanaannya. 3. Mendeteksi penyimpangan yang terjadi serta menentukan tindakan

perbaikan dan pencegahan.

4. Memastikan bahwa permasalahan yang ditemukan pada audit sebelumnya telah diperbaiki.

5. Menyediakan informasi tentang pelaksanaan SJH kepada manajemen dan LPPOM MUI.

B. Ruang Lingkup Audit Internal 1. Dokumentasi sistem jaminan halal

Pemeriksaan kelengkapan dan kesesuaian dokumen-dokumen pendukung kehalalan produk yang menyangkut bahan, proses produksi maupun produk di masing-masing pelaku usaha kecil/pedagang di koperasi.

2. Pelaksanaan audit sistem jaminan halal

Audit pelaksanaan sistem jaminan halal dilakukan melalui suatu audit halal internal yang dilakukan setiap enam bulan sekali pada masing-masing pelaku usaha/pedagang di koperasi.

C. Pelaksanaan Audit Internal halal 1. Waktu Pelaksanaan

Audit halal internal dilaksanakan sekurang-kurangnya setiap enam bulan atau pada saat ada perubahan yang menyangkut bahan, proses produksi maupun produk pada setiap masing-masing pelaku usaha kecil/pedagang di koperasi.

2. Metode Pelaksanaan

Audit halal internal dapat dilakukan dengan metode wawancara, pengujian dokumen ataupun observasi lapang dan fisik.

3. Pelaksana (Auditor)

Audit halal internal dilakukan oleh auditor halal internal yang telah ditetapkan secara resmi oleh pihak manajemen puncak koperasi.

4. Pihak yang Diaudit (Auditee)

Gambar

Gambar 1  Siklus sistem jaminan halal
Gambar 2 Proses sertifikasi halal
Tabel 1 Pelaku usaha kecil Koperasi Sapta Fateta-IPB
Gambar 4 Struktur manajemen halal Koperasi Sapta Fateta-IPB

Referensi

Dokumen terkait

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas selesainya penulisan hukum (skripsi) yang berjudul ARGUMENTASI PENUNTUT UMUM MENGAJUKAN KASASI

Metode Adam-Bashforth-Moulton ordo lima memberikan alternatif metode dalam mendapatkan solusi dengan tingkat ketelitian yang lebih tinggi dengan jumlah komputasi yang lebih

Tujuan pembelajaran umum : Mahasiswa dapat menguraikan sistem rekruitmen pegawai dan pengembangan pegawai melalui beberapa bentuk pelatihan dalam kaitannya dengan

Menurut Prasetyo dan Benedicta (2004, p8), di dalam misi produk dan jasa yang dihasilkan oleh perusahaan, pasar yang dilayani dan teknologi yang digunakan untuk

Penelitian yang dilakukan dalam kaitannya dengan konformitas teman sebaya terhadap perilaku delinkuen pada remaja di LAPAS anak Kutoarjo juga.. belum pernah dilakukan

Dari beberapa hasil data proses berfikir matematis siswa dalam memecahkan masalah matematika pada materi pecahan yang di tinjau dari tipe kepribadian keirsey, dapat

Kemudian harga K ini disubstitusikan ke persamaan (g), sehingga diperoleh bentuk persamaan arus pada rangkaian apabila saklar ditutup adalah :.. Rangkaian seperti di

Berdasarkan pembelajaran siklus I, masih terdapat banyak kekurangan- kekurangan yang harus diperbaiki untuk pembelajaran pada siklus berikutnya. Perbaikan