• Tidak ada hasil yang ditemukan

Produksi Pisang Cavendish Di Kebun Cibungur, Ptpn Viii, Sukabumi, Jawa Barat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Produksi Pisang Cavendish Di Kebun Cibungur, Ptpn Viii, Sukabumi, Jawa Barat"

Copied!
69
0
0

Teks penuh

(1)

PRODUKSI PISANG CAVENDISH DI KEBUN CIBUNGUR,

PTPN VIII, SUKABUMI, JAWA BARAT

LUBERING ARTHA

A24110085

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Produksi Pisang Cavendish di Kebun Cibungur, PTPN VIII, Sukabumi, Jawa Barat adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, April 2016

(4)
(5)

ABSTRAK

Magang dilaksanakan di Afdeling 5 dan 6 Panarewuan, Kebun Cibungur, PTPN VIII selama empat bulan dari tanggal 1 Maret 2015 hingga 30 juni 2015. Kegiatan ini secara umum bertujuan untuk meningkatkan keterampilan teknis budidaya pisang Cavendish dan secara khusus untuk mempelajari dan menganalisis klasifikasi kesesuaian lahan dan produksi pisang Cavendish. Data sekunder didapatkan dari arsip perusahaan. Data primer didapatkan dari pengamatan komponen produksi di lapangan terdiri atas bobot buah per tandan, bobot buah bermutu, jumlah sisir per tandan, jumlah sisir bermutu, jumlah buah per sisir bermutu dan bobot buah per sisir pada tanaman contoh di blok „A‟, „B‟, „C‟. Hasil pengamatan menunjukkan blok „C‟ memiliki peringkat bobot per tandan tertinggi diduga karena kedekatan dengan sumber air dan pengawasan yang lebih baik. Blok „A‟ memiliki peringkat jumlah sisir bermutu tertinggi diduga karena kondisi jalan yang baik dan jarak yang dekat dari packing house. Lokasi magang dinyatakan telah sesuai dengan syarat perbaikan ketersediaan air dan kemiringan lereng. Pengelolaan kebun belum dilakukan secara maksimal. Masalah utama di kebun adalah keterlambatan bahan produksi, lemahnya pengawasan karyawan, kondisi jalan yang kurang memadai, ketersediaan air bagi tanaman saat musim kemarau dan lereng yang curam tanpa peremajaan teras. Kata kunci : cavendish, klasifikasi kesesuaian lahan, produksi, komponen

produksi

ABSTRACT

The internship program was conducted at Afdeling 5 and 6 Panarewuan, Cibungur estate, PTPN VIII, Sukabumi, West Java for four month from 1st March to 30th june 2015. The purpose the internship is to improve technical and skill of the cultivation of Cavendish and specifically to study and analyze banana land suitability classification and Cavendish production. Secondary data has gotten from business archives. Primary data has gotten from direct observation of plantation consist weight per cluster, weight grade per cluster, comb per cluster, comb grade per cluster, finger per comb and weight comb grade from sample plant on blok ‘A’, ‘B’, ‘C’. Results indicated blok ‘C’ had the best rank of weight per cluster to assumption water nearness and good control. Blok ‘A’ had the best rank comb grade to assumption packing house nearness and good track to aim. Internship location had suitable land for banana cultivation with irrigation and slope conditional repair. Maximal estate management has not be done. The problems were delay material production, weakness labor control, bad track, irrigation on dry season and steep slope without terace rejuvenation.

(6)
(7)

PRODUKSI PISANG CAVENDISH DI KEBUN CIBUNGUR,

PTPN VIII, SUKABUMI, JAWA BARAT

LUBERING ARTHA

A24110085

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian

pada

Departemen Agronomi dan Hortikultura

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

(8)
(9)
(10)
(11)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Produksi Pisang Cavendish di Kebun Cibungur, PTPN VIII, Sukabumi, Jawa Barat. Skripsi ini merupakan hasil dari kegiatan magang penulis pada bulan 01 Maret – 30 Juni 2015 di Kebun Cibungur , PT. Perkebunan Nusantara VIII, Sukabumi, Jawa Barat. Penulis menyampaikankan terima kasih kepada:

1. Ir. Winarso Drajad Widodo, M.S., Ph.D. selaku pembimbing skripsi I dan Prof. Dr. Ir. Roedhy Poerwanto, M.Sc. selaku pembimbing skripsi II atas segala bimbingan, pengarahan dan sarannya sehingga penulis bisa menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

2. Dr. Ir. Ketty Suketi, M.Si. dan Dr. Ir. Supijatno, M.Si. selaku dosen penguji yang telah memberikan arahan dan saran-saran sehingga skripsi ini dapat diselasaikan dengan baik.

3. Prof. Dr. Ir. Memen Surahman, M.Agr. selaku dosen pembimbing akademik atas seluruh arahan, masukan, motivasi dan saran selama penulis melaksanakan studi.

4. PT. Perkebunan Nusantara VIII yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melaksanakan magang di salah satu kebun yang dibawahinya.

5. Manajer kebun Kebun Cibungur beserta seluruh staf dan karyawan yang telah memberikan fasilitas dan kesempatan untuk melaksanakan magang. 6. Kedua orang tua Drs. Sarino (alm), Endang Setyowati, S.Pd. dan Sukaeri,

S.Pd. serta kakak-kakak saya Bandhu, Ginanjar, Pramestuti, Kresna dan Ika yang selalu memberikan d‟oa kepada penulis.

7. Teman-teman Renaya, Adelina, Nuri, Etik, Ila yang selalu memberi dukungan kepada penulis

Semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis dan pembaca.

Bogor, April 2016

(12)
(13)

DAFTAR ISI

DARFTAR TABEL vii

DAFTAR GAMBAR vii

DAFTAR LAMPIRAN vii

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Tujuan 1

TINJAUAN PUSTAKA 2

Pisang Cavendish 2

Morfologi Pisang Cavendish 2

Persyaratan Tumbuh Tanaman Pisang 3

Kriteria Kesesuaian Lahan untuk Pisang 4

Kesesuaian Lahan Aktual dan Potensial 4

Kesuburan Tanah 5

METODE 6

Tempat dan Waktu Magang 6

Metode Pelaksanaan 6

Pengumpulan Data dan Informasi 6

Analisis Data dan Informasi 8

KEADAAN UMUM 8

Sejarah Singkat 8

Letak Geografi dan Administratif 8

Keadaan Topografi, Tanah dan Iklim 9

Tata Guna Lahan 9

Keadaan Pertanaman dan Produksi 9

Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan 10

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG 11

Aspek Teknis 11

Aspek Manajerial 25

PEMBAHASAN 27

Manajerial Produksi 27

Potensi Produksi di Lokasi Magang 28

Produksi Aktual di Lapangan 28

Kesesuaian Lahan Tanaman Pisang 29

Hasil Pengamatan Komponen Produksi 31

KESIMPULAN DAN SARAN 32

Kesimpulan 32

Saran 33

DAFTAR PUSTAKA 33

LAMPIRAN 35

(14)
(15)

DAFTAR TABEL

1 Data informasi blok pengamatan 7

2 Produksi tahun pertama pisang Cavendish di Afdeling 5 dan 6 Panarewuan 10

3 Dosis pupuk per satu siklus tanaman 13

4 Perolehan suntik tandan bunga Afdeling 5 dan 6 Panarewuan 18 5 Taksasi produksi Afdeling 5 dan 6 Panarewuan di Kebun Cibungur 21 6 Daftar harga sesuai kelas mutu buah pisang Cavendish 24 7 Produksi Cavendish Kebun Cibungur Maret-Juni 2015 24 8 Prestasi kerja penulis saat menjadi karyawan harian lepas 27 9 Kriteria kesesuaian lahan terhadap potensi produksi pisang Cavendish 28 10 Kelas kesesuaian lahan berdasarkan potensi produksi tertinggi di lapangan 29 11 Penilaian karakteristik lahan berdasarkan literatur 30

12 Rata-rata pengamatan komponen produksi 31

DAFTAR GAMBAR

1 Pengendalian gulma secara manual 11

2 Pengendalian gulma secara kimiawi 12

3 Pemupukan 13

4 Pengendalian hama dan penyakit 14

5 Penjarangan anakan 15

6 Pemangkasan daun 16

7 Pemasangan penyangga 16

8 Penyuntikan tandan bunga 18

9 Pembrongsongan 20

10 Pemanenan 21

11 Proses packaging 23

12 Spesifikasi bentuk pisang Cavendish 24

DAFTAR LAMPIRAN

1 Jurnal harian kegiatan karyawan harian lepas di Afdeling 5

dan 6 Kebun Cibungur PTPN VIII 36

2 Jurnal harian kegiatan sebagai pendamping mandor di

Afdeling 5 dan 6 Kebun Cibungur PTPN VIII 37

3 Jurnal harian kegiatan sebagai pendamping kepala afdeling

di Afdeling 5 dan 6 Kebun Cibungur PTPN VIII 38

4 Kriteria klasifikasi kesesuaian lahan untuk tanaman pisang

menurut CSR/FAO (1983) 40

5 Kriteria klasifikasi kesesuaian lahan untuk tanaman pisang

menurut Sys et al. (1993) 41

6 Kriteria klasifikasi kesesuaian lahan untuk tanaman pisang

menurut LREP II (1994) 42

7 Kriteria klasifikasi kesesuaian lahan untuk tanaman pisang

(16)
(17)

8 Curah hujan di Kebun Cibungur PT. Perkebunan Nusantara

VIII 45

9 Peta areal konsesi Kebun Cibungur 46

10 Jumlah dan posisi tenaga kerja di Afdeling 5 dan 6 Kebun

Cibungur 47

11 Struktur organisasi Afdeling 5 dan 6 Kebun Cibungur 48

12 Kalender pita tahun 2015 49

(18)
(19)

1 PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pisang merupakan produk unggulan tanaman hortikultura. Buah pisang juga merupakan salah satu buah yang berpotensi sebagai bisnis usaha dan bahan pangan utama. Hampir setiap orang gemar mengkonsumsi buah pisang. Pisang juga dianggap sebagai komoditas penting sehingga ada lembaga dunia yang mengurusi masalah pisang, yaitu International Network for Improvement of Banana and Plantain (INIBAP), yang berkedudukan di Perancis. Pisang Cavendish menjadi salah satu jenis pisang komersial paling berpengaruh di perdagangan buah dunia (Ansyori, 2009).

Produksi dan produktivitas pisang nasional berdasarkan provinsi selama tahun 2010-2013 adalah 5,9 juta ton/tahun dan 17,94 ton/ha/tahun (BPS, 2013). Menurut Sys et al. (1993), tanaman pisang yang diusahakan secara komersial pada lahan tadah hujan mampu menghasilkan pisang segar sebanyak 30-35 ton/ha/tahun dan pada lahan irigasi sebanyak 40-60 ton/ha/tahun.

Menurut Kuswanto (1990), masyarakat masih memanfaatkan tanaman pisang sebagai tambahan penghasilan keluarga tanpa perawatan intensif. Hanya sebagian kecil produksi pisang yang dihasilkan dengan sistem pertanian komersial. Data FAOSTAT (2016) menunjukkan produksi pisang di Indonesia masih tergolong rendah jika dibandingkan dengan negara lain yang memiliki wilayah geografis lebih sempit seperti Filipina dan Ekuador. Produksi pisang yang dihasilkan dengan sistem pertanian komersial pisang harus mempertimbangkan beberapa hal. Salah satunya adalah kesesuaian lahan.

Kriteria kesesuaian lahan yang telah ada untuk berbagai komoditas pertanian di Indonesia masih bersifat umum dengan hanya mengacu pada publikasi dari luar negeri, antara lain FAO (1976) dan Sys et al. (1993). Kriteria kesesuaian lahan umumnya disusun berdasarkan syarat tumbuh tanaman secara empiris, tetapi jarang yang didasarkan pada data produksi aktual di lapangan.

Pemilihan lahan untuk mencapai produktivitas optimal akan dapat dilakukan dengan baik, apabila dilakukan melalui tahap evaluasi lahan dengan kriteria yang mencerminkan persyaratan tumbuh untuk berproduksinya suatu tanaman secara optimal. Lahan yang tidak sesuai akan berdampak pada produksi yang tidak optimal sehingga kurang menguntungkan. Berdasarkan hal tersebut , upaya perbaikan lahan diperlukan.

Budidaya pisang berbasis perkebunan yang dikelola secara intensif masih sedikit di Indonesia. Sebagian besar kebutuhan pisang nasional diperoleh dari pekarangan dan ladang warga. Budidaya pisang berbasis perkebunan diperlukan untuk mendukung pemenuhan kebutuhan pisang nasional. Budidaya pisang berbasis perkebunan yang dikelola secara intensif selanjutnya akan menghasilkan pisang dengan mutu tinggi yang dapat mendukung ekspor nasional.

Tujuan

(20)

2

di lapangan. Tujuan khusus magang mempelajari karakteristik kesesuaian lahan lokasi magang dan mempelajari produksi pisang Cavendish berdasarkan kesesuaian lahan dan komponen produksi di lapangan.

TINJAUAN PUSTAKA

Pisang Cavendish

Jenis pisang Cavendish mempunyai genom A yang tergolong jenis pisang makan “edible banana”. Jenis ini lazim digolongkan dalam Musa acuminata, yang di dalamnya terdapat jenis diploid A, triploid A dan tetraploid A. Pisang olahan “cooking banana” digolongkan dalam jenis M. balbisiana. Golongan pisang ini yang mempunyai genom A berkombinasi dengan genom B, yang di dalamnya terdapat jenis diploid AB, triploid B, triploid AAB, triploid ABB dan tetraploid ABBB. Pisang Cavendish termasuk dalam golongan M. acuminata dengan genom AAA ( Stover dan Simmonds, 1987 ).

Morfologi Pisang Cavendish

Akar

Akar pisang Cavendish berupa akar serabut. Akar keluar pada bagian bonggol yang berbatasan dengan batang semu. Akar terdiri atas akar primer, akar sekunder dan akar tersier. Massa akar terakumulasi pada kedalaman 0-40 cm sekitar 70%. Produktifitas pisang berkaitan dengan kondisi fisik, biologi dan kimia tanah sebagai media tumbuh akar dan berkorelasi dengan iklim dan tehnik budidaya yang diterapkan, kesuburan bagian tanaman di atas tanah mencerminkan banyak dan sehatnya keadaan akar ( Turner, 2003 ).

Bonggol (Corm)

Bonggol pisang merupakan organ batang yang sesungguhnya dari tanaman pisang. Bonggol pisang terdiri atas dua bagian yaitu sentral silinder pada bagian dalam dan korteks merupakan bagian luar yang bersentuhan dengan tanah. Bonggol pisang terus membesar sesuai dengan pertambahan umur tanaman, pada tanaman pisang dewasa besar bonggol lebarnya mencapai ± 30 cm ( Stover dan Simmonds, 1987 ). Bonggol pisang yang terpendam di dalam tanah merupakan tempat keluarnya akar dan anakan ( Nakasone dan Paull, 1999).

Batang semu (Pseudostem)

(21)

3 Daun

Daun pisang diproduksi oleh tanaman mulai dari awal tanam hingga keluarnya jantung pisang, daun keluar dari bagian sentral meristem bonggol pisang ( Robinson, 1995 ). Semakin cepat pertumbuhan tanaman, maka akan semakin cepat pula jumlah daun yang diproduksi. Umur daun berkisar 130-180 hari ( Stover dan Simmonds, 1987 ). Jumlah daun saat keluar jantung antara 10-15 helai. Jumlah daun pada saat keluar jantung berkorelasi positif dengan berat tandan pada saat dipanen ( Nakasone dan Paull, 1999).

Bunga dan Tandan

Bunga terdiri dari kumpulan dua baris bunga pertama adalah bunga betina dan disusul bunga jantan. Braktea membuka secara sekuen sekitar satu per hari. Tangkai bunga terus memanjang sampai 1,5 m. Buah kemungkinan berkembang dari ovari interior dan eksokarp disusan pada lapisan epidermis dan aerenkim, dengan daging menjadi mesokarp. Endokarp terdiri atas lapisan hampir rongga ovarian. Masing-masing node memiliki dua baris pada bunga yang membentuk tandan pada buah dan secara umum disebut „sisir‟ dengan buah individual yang disebut finger. Pisang Cavendish mempunyai 16 sisir per tandan dengan 30 finger persisir dan potensial berat tandan buah hingga 70 kg. Buah matang pada daerah tropik sekitar 85-110 hari setelah muncul inflorescence (antesis) dan perkembangan buah pada daerah subtropik dingin atau dibawah kondisi mendung sekitar 210 hari ( Nakasone dan Paull, 1999 ).

Persyaratan Tumbuh Tanaman Pisang

Tanaman pisang tumbuh dengan baik pada daerah tropik basah dan beriklim panas (Espino et al., 1999). Menurut Purseglove (1978) udara lembab di daerah yang terletak antara 30 ºLU dan 30 ºLS merupakan keadaan yang dibutuhkan pisang untuk tumbuh subur. Meskipun tidak optimal, tanaman pisang dapat ditanam di daerah subtropik. Tanaman pisang yang ditanam di daerah subtropik akan mengalami keterlambatan dalam pertumbuhan. Air merupakan komponen penting lainnya. Air lebih diperlukan saat fase penanaman dan pembentukan buah. Kebutuhan air per minggu minimal tanaman pisang adalah 25 mm dengan curah hujan 2.000 – 2.500 mm per tahun. Kebutuhan air tanaman pisang menurut Robinson (1995) sekitar 3 – 6,3 mm per hari dengan pertimbangan faktor udara, kelembaban, radiasi matahari dan angin. Akibat kekurangan air ketika fase pembentukan buah adalah sunburn (Nakasone dan Paull, 1999). Pengairan tambahan sangat penting dilakukan ketika suplai air tidak memenuhi. Suhu udara yang baik berkisar 18 – 35 ºC dan optimum pada suhu 25 – 27 ºC (Deptan, 1997).

(22)

4

pisang yang mendapat naungan ringan akan lambat dalam pertumbuhan dan menghasilkan tandan yang kecil (Espino et al., 1999). Cahaya matari penuh dan cukup adalah yang dibutuhkan tanaman pisang untuk tumbuh dengan optimum. Drainase dan aerasi tanah untuk tanaman pisang harus baik. Kisaran pH yang dibutuhkan adalah 5,8 – 6,5 (Espino et al., 1999). Nilai pH tanah yang rendah dapat meningkatkan serangan penyakit sehingga menyebabkan pertumbuhan terhambat (Purseglove, 1978).

Kriteria Kesesuaian Lahan untuk Pisang

Kriteria klasifikasi kesesuaian lahan berguna untuk menilai atau memprediksi potensi atau kelas kesesuaian lahan dari suatu lahan tertentu. Kriteria kesesuaian lahan sebaiknya disusun berdasarkan tujuan evaluasi dan persyaratan penggunaan lahan dari suatu tipe penggunaan lahan tertentu. Hal tersebut karena setiap tipe penggunaan lahan memerlukan persyaratan penggunaan lahan yang berbeda untuk dapat tumbuh dan berproduksi secara optimal. Pemilihan kualitas atau karakteristik lahan yang dibutuhkan sangat ditentukan oleh tujuan evaluasi, relevansi, ketersediaan dan kualitas data yang tersedia (Ansyori, 2009).

Kriteria klasifikasi kesesuaian lahan untuk tanaman pisang telah dikemukakan oleh CSR/FAO (1983), Sys et al. (1993), LREP II (1994), dan Djaenudin et al. (2003). Sys et al. (1993) menyusun kriteria klasifikasi kesesuaian lahan untuk tanaman pisang menjadi lima kelas dengan menggunakan kerangka FAO (1976). Kelas kesesuaian lahan tersebut yaitu sangat sesuai (S1), cukup sesuai (S2), sesuai terbatas (S3), tidak sesuai saat ini (N1) dan tidak sesuai (N2). Penilaian dilakukan dengan cara: metode pembatas sederhana; metode pembatas dengan memperhatikan jumlah dan intensitas pembatas; dan metode parametrik. Parameter yang digunakan pada kriteria ini adalah karakteristik iklim dan tanah yang meliputi: topografi, kelembaban, sifat fisik tanah, kesuburan tanah, salinitas dan alkalinitas tanah

Kriteria klasifikasi kesesuaian lahan LREP II (1994) merupakan hasil modifikasi kriteria kesesuaian lahan CSR/FAO (1983) dan Sys et al. (1993). Persyaratan penggunaan lahan dalam kriteria LREP II ini telah memperhatikan persyaratan tumbuh tanaman, persyaratan pengelolaan, dan konservasi lahan. Kriteria ini juga telah memasukkan ketersediaan hara dalam parameternya.

Djaenudin et al. (2003) telah menetapkan dan menyusun kriteria kesesuaian lahan untuk tanaman pisang berdasarkan kualitas/karakteristik lahan yang dianggap relevan dengan kondisi wilayah di Indonesia untuk skala semi detil (skala peta 1: 50.000). Kriteria kesesuaian lahan tersebut terbagi menjadi empat kelas kesesuaian lahan, serta terdiri dari 11 macam kualitas lahan dan 24 karakteristik lahan. Kriteria tersebut memasukkan ketinggian tempat sebagai penentu kelas kesesuaian lahannya, tetapi tidak memasukkan parameter ketersediaan hara.

Kesesuaian Lahan Aktual dan Potensial

(23)

5 aktual adalah kelas kesesuaian lahan yang dihasilkan berdasarkan data yang ada, belum mempertimbangkan asumsiasumsi atau usaha perbaikan dan tingkat pengelolaan yang dapat dilakukan untuk mengatasi faktor-faktor pembatas. Faktor pembatas dapat bersifat permanen atau sementara. Faktor pembatas yang bersifat permanen tidak ekonomis jika dilakukan perbaikan seperti tekstur tanah, kedalaman efektif tanah, dan komponen-komponen iklim. Faktor pembatas yang bersifat sementara memungkinkan dan ekonomis diperbaiki dengan memberikan masukan seperti kesuburan tanah dan pembuatan teras untuk lahan yang berlereng. Klasifikasi kesesuaian lahan potensial adalah klasifikasi kesesuaian lahan yang menyatakan keadaan kesesuaian lahan yang akan dicapai setelah usahausaha perbaikan dilakukan. Usaha perbaikan yang dilakukan harus sejalan dengan tingkat penilaian kesesuaian lahan yang akan dilaksanakan. Kesesuaian lahan potensial merupakan kondisi yang diharapkan sesudah diberi masukan sesuai dengan tingkat pengelolaan yang akan diterapkan, sehingga dapat diduga produktivitas dari suatu lahan serta produksi per satuan luasnya (FAO, 1976).

Usaha perbaikan yang dapat dilakukan harus mengacu pada karakteristik lahan yang tergabung dalam masing-masing kualitas lahan. Karakteristik lahan dapat dibedakan atas karakteristik lahan yang dapat diperbaiki dan tidak dapat diperbaiki. Karakteritik lahan yang dapat diperbaiki sangat bervariasi dalam hal masukan, tergantung pada tingkat pengelolaan yang akan diterapkan. Kelas kesesuaian lahan mempunyai faktor pembatas dapat diperbaiki, setelah diberikan perbaikan akan meningkat kelas kesesuaian lahannya, sesuai dengan tingkat asumsi perbaikan yang digunakan. Sebaliknya kelas kesesuaian lahan dengan faktor pembatas permanen tidak berubah kelas kesesuaian lahannya ( FAO, 1976).

Kesuburan Tanah

Menurut Nakasone dan Paull (1999), tanaman pisang akan tumbuh baik pada tanah yang subur dan gembur, dengan kandungan bahan organik tinggi (3%), kelembaban tanah yang cukup (60-70%), dan pada tanah bertekstur pasir sampai tanah bertekstur liat. Selain itu tanaman pisang memerlukan unsur hara dalam jumlah yang tinggi untuk pertumbuhan dan perkembangannya. Setiap kultivar memerlukan dosis pupuk yang berbeda karena perbedaan karakteristik dan hasil produksi sebagai contoh kultivar Cavendish memerlukan 189 N kg/ha, 29 P kg/ha, 778 K kg/ha, dan 101 Ca kg/ha. Selanjutnya dikatakan iklim berpengaruh terhadap pemupukan, di daerah subtropik pupuk diperlukan dalam jumlah yang lebih besar, karena sangat dipengaruhi oleh suhu udara. Keterlambatan pemberian pupuk akan mengurangi produksi sebesar 40-50%.

Menurut Espino et al. (1999) hara yang diserap untuk memproduksi 30 ton/ha/tahun buah pisang dari tanah sebesar 50 kg N, 15 kg P2O5, 175 kg K2O, serta 10 kg CaO dan 25 kg MgO. Sementara itu Lahav (1995) menyatakan bahwa untuk menghasilkan 50 ton/ha/tahun buah pisang segar, diperlukan hara N sebanyak 388 kg/ha, P 52 kg/ha, K 1.438 kg/ha, Ca 227 kg/ha, Mg 125 kg/ha, S 73 kg/ha, Cl 525 kg/ha, Na 10,6 kg/ha, dan hara mikro 26,94 kg/ha.

(24)

6

P 2O5, dan 56 - 78 K2O. Kalium merupakan unsur penting dalam tanaman pisang. Pupuk yang dibutuhkan untuk memproduksi 30 ton/ha per siklus pertumbuhan adalah N 50 - 90 kg/ha, P2O5 60 -100 kg/ha, dan K2O 150 - 250 kg/ha. Dengan perbandingan CaO/MgO/K2O sebesar 10/5/0,5. (Sys et al., 1993).

Menurut Nakasone dan Paull (1999), setiap kultivar memerlukan dosis pupuk yang berbeda karena perbedaan karakteristik dan hasil produksi, sebagai contoh kultivar Cavendish memerlukan 189 N kg/ha, 29 P kg/ha, 778 K kg/ha, dan 101 Ca kg/ha. Iklim berpengaruh terhadap pemupukan, di daerah subtropik pupuk diperlukan dalam jumlah yang lebih besar, karena sangat dipengaruhi oleh suhu udara. Keterlambatan pemberian pupuk akan mengurangi produksi sebesar 40-50%.

METODE

Tempat dan Waktu Magang

Kegiatan magang dilaksanakan di Afdeling 5 dan 6 Panarewuan, Kebun Cibungur, PT Perkebunan Nusantara VIII, Sukabumi, Jawa Barat. Kegiatan magang dilakukan selama empat bulan, yakni mulai dari tanggal 01 Maret sampai 30 Juni 2015.

Metode Pelaksanaan

Kegiatan magang yang dilakukan oleh penulis dibagi 2 aspek, yaitu aspek teknis selama menjadi karyawan harian lepas (KHL) dan aspek manajerial selama menjadi pendamping mandor dan pendamping asiten afdeling. Kegiatan menjadi KHL dilaksanakan selama 1 bulan, setelah itu dilanjutkan dengan menjadi pendamping mandor selama 1 bulan dan pendamping kepala afdeling selama 2 bulan (Lampiran 1-3).

Pengumpulan Data dan Informasi

Data yang diperoleh dalam kegiatan magang adalah data primer dan data sekunder. Pengumpulan data dilakukan ketika penulis melakukan kegiatan sebagai karyawan harian lepas (KHL), pendamping mandor dan pendamping kepala afdeling. Data primer merupakan data yang diperoleh oleh penulis di lapangan melalui pengamatan langsung di lapangan dan wawancara serta diskusi langsung dengan karyawan. Data sekunder merupakan data yang diperoleh dari arsip perusahaan.

Data sekunder meliputi data karakteristik lahan yang dinilai dari literatur yaitu: CSR/FAO (1983), Sys et al. (1993), LREP II (1994) dan Djaenudin et al. (2003) (Lampiran 4 – 7); data produksi kebun; data data areal dan tata guna lahan; struktur organisasi dan ketenagakerjaan; sejarah kebun dan peta kebun.

(25)

7 blok „A‟, „B‟ dan „C‟. Ketiga blok dipilih karena adanya perbedaan informasi dari hasil wawancara dengan karyawan setempat (Tabel 1).

Tabel 1. Data informasi blok pengamatan

Informasi Blok A Blok B Blok C

Tahun tanam November 2013 Desember 2013 Oktober 2013

Jarak ke packing house Cukup dekat Jauh Dekat

Kondisi jalan menuju blok Baik Baik Buruk

Jangkauan sumber air Cukup jauh Cukup jauh Dekat Intensitas gulma Sedang-tinggi Sedang-tinggi Sedang

Tanaman sebelumnya Singkong Singkong Karet

Luas (ha) 20 20 22.89

Jumlah karyawab (orang) 13 13 15

Kemiringan (%) 42 37 40

Sumber : wawancara penulis (2015)

Tanaman yang diamati adalah tanaman dengan umur 8 minggu setelah shooting (keluarnya jantung dari pohon). Tanaman contoh yang diamati berjumlah 16 setiap blok. Sehingga jumlah tanaman yang diamati sebanyak 48 tanaman. Dalam pengamatan komponen produksi, peubah yang diamati adalah : 1. Bobot per Tandan

Pengamatan dilakukan dengan melakukan penimbangan pada tandan-tandan yang baru dipanen menggunakan timbangan mekanik kapasitas 25 kg. Tandan yang ditimbang masih utuh bersama buah yang yang tidak layak masuk grade namun masih melekat pada tandan. Setelah itu memposisikan tandan untuk pengamatan peubah selanjutnya.

2. Bobot per Tandan Bermutu

Pengamatan bobot tandan bermutu dilakukan dengan menimbang bobot sisir-sisir buah yang layak masuk dalam bak grading. Untuk mendapatkan data peubah pengamatan ini penulis mengamati proses penyisiran. Buah yang layak masuk dalam bak grading dari tempat penyisiran diantaranya buah yang berkulit mulus atau berkulit tidak mulus dengan cacat kurang dari 50% kecuali cacat karena lecet.

3. Jumlah Sisir per Tandan

Jumlah sisir per tandan penulis dapatkan dari pengamatan terhadap kegiatan penyisiran. Penulis menghitung berapa jumlah sisir yang terdapat dalam tandan sebelum proses penyisiran.

4. Jumlah Sisir Bermutu

Pengamatan jumlah sisir bermutu dilakukan setelah proses pada bak grading. Karyawan yang bertugas dalam bak grading bertugas meneliti kembali buah yang layak menuju bak sortasi. Hal yang diteliti dalam bak grading adalah diameter buah dan panjang buah. Karyawan di bak grading juga bertugas untuk menentukan buah akan dijadikan dalam bentuk sisir (hand), setengah sisir (cluster), dan jari ( 1- 3 buah ). Penulis meminta izin untuk membiarkan buah dalam bentuk sisir dan hanya melakukan penghilangan pada jari-jari yang tidak layak produksi.

5. Jumlah Buah per Sisir

(26)

8

buah dan mengelompokkan buah-buah sesuai grade yang telah dibuat oleh karyawan di bak grading. Karyawan dalam bak sortasi juga meneliti kembali apakah ada buah yang tidak layak produksi.

6. Bobot Buah per Sisir

Pengamatan dilakukan dengan menimbang bobot masing-masing sisir yang diperoleh. Penimbangan dilakukan dengan timbangan analog kapasitas 100 kg.

Analisis Data dan Informasi

Data kesesuaian lahan dianalisis dengan analisis deskriptif. Data prestasi kerja dan data produksi diolah menggunakan perhitungan sederhana rata-rata dan persentase. Pengamatan komponen produksi pada masing-masing tanaman contoh di 3 blok dianalisis menggunakan analisis nonparametrik Kruskal-Wallis dengan uji lanjut Dunn‟s taraf 5 % menggunakan software XLSTAT 2014.5.03 untuk melihat perbedaan hasil produksi pada ketiga blok pengamatan.

KEADAAN UMUM

Sejarah Singkat

Status Kebun Cibungur pada masa Kolonial Belanda adalah perusahaan swasta dengan nama NV. Cultur MIJ Cibungur dan NC.Cultur MIJ Mandaling. Kemudian perkebunan dinasionalkan oleh Pemerintahan Republik Indonesia berdasarkan UU nomor 86 tahun 1958 dengan status perkebunan negara. Selanjutnya berdasarkan PP nomor 34 tahun 1971 perkebunan berganti status menjadi PT. Persero. Hingga akhirnya Kebun Cibungur menjadi salah satu anak perusahaan dari gabungan PTP XI, PTP XII dan PTP XIII yang melebur menjadi PT. Perkebunan Nusantara VIII pada wilayah Sukabumi, Jawa Barat. Kantor pusat PT. Perkebunan Nusantara VIII bertempat di Jalan Sindangsirna No 4 Bandung.

Letak Geografi dan Administratif

Kebun Cibungur merupakan salah satu kebun milik PTPN VIII yang berada di Desa Ubrug, Kecamatan Warung Kiara, Kabupaten Sukabumi, Provinsi Jawa Barat. Terletak sekitar 28 km sebelah barat daya Kota Sukabumi dengan jarak tempuh ± 1 jam.

Pusat Kebun Cibungur yang terletak di Desa Ubrug dibatasi oleh beberapa desa lainnya. Sebelah utara berbatasan dengan Desa Damarraja, sebelah timur berbatasan dengan Desa Cikembar, sebelah selatan berbatasan dengan Desa Sukaharja dan sebelah barat berbatasan dengan Desa Giriharja.

(27)

9 kehutanan. Secara administratif berbatasan dengan Desa Sukamaju, Kecamatan Cikembar. Berbatasan langsung dengan Desa Bantar Panjang, Kecamatan Bantar Tengah di sebelah selatan. Sebelah barat berbatasan dengan Desa Bantar Kalong, Kecamatan Warung Kiara dan sebelah timur berbatasan dengan Desa Cijulang, Kecamatan Jampang Tengah.

Keadaan Topografi, Tanah dan Iklim

Wilayah Kebun Cibungur terletak pada ketinggian 100 m dpl untuk titik ketinggian terendah dan 600 m dpl untuk titik ketinggian tertinggi. Keadaan topografi di lokasi magang bergelombang dan berbukit. Suhu rata-rata tahunan sebesar 29 ºC. Rata-rata curah hujan 3.199 mm/tahun. Berdasarkan klasifikasi Schmidth – Ferguson, tipe iklim di Kebun Cibungur tergolong dalam kategori iklim basah (B) dengan 1,72 bulan kering (Lampiran 8).

Secara umum jenis tanah di perkebunan Cibungur adalah latosol coklat tua kemerahan .Kelas drainase tanah agak cepat. Tekstur tanah permukaan liat sampai liat berpasir. Kedalaman efektif tanah 100 cm. Derajat keasaman tanah (pH) tanah sebesar 5,83. KTK tanah sebesar 40,22 cmol(+)/kg. Kandungan N total permukaan sebesar 0,03 %, kandungan P2O5 sebesar 1,56 ppm dan kandungan K sebesar 0,33 cmol(+)/kg.

Tata Guna Lahan

Kebun Cibungur dibagi menjadi 6 afdeling yang terdiri atas Afdeling 1 Ciawitali, Afdeling 2 Cilandak, Afdeling 3 Mandaling, Afdeling 4 Artana. Luas areal HGU (Hak Guna Usaha) yang dikelola seluas 5.889,98 ha yang dapat dilihat di Lampiran 5. Areal cadangan tanaman kayu 1.872,19 ha dan tanaman hortikultura seluas 152,88 ha.

Luas total areal yang ditanami pisang adalah 330,34 ha. Total areal pisang terdiri atas 176,12 areal pisang Cavendish;101,50 ha pisang Emas Kirana; 46,30 ha pisang Barangan dan 5,83 ha pisang Raja Sereh.

Total areal Afdeling 5 dan 6 Panarewuan adalah 162,15 ha yang 158,9 ha diantaranya ditanami pisang Cavendish sejumlah 317.800 pohon dan 3,25 ha ditanami pisang Barangan sejumlah 6.500 pohon. Bulan tanam pisang Cavendish antara lain, September tahun 2013, Oktober 2013, November 2013, Desember 2013, Januari 2014 dan Desember 2015.

Keadaan Pertanaman dan Produksi

(28)

10

Bulan tanam pisang Cavendish di Afdeling 5 dan 6 Panarewuan : September tahun 2013, Oktober 2013, November 2013, Desember 2013, Januari 2014 dan Desember 2015. Produksi pada panen tahun pertama di Afdeling 5 dan 6 Panarewuan pada bulan Desember 2014 adalah produksi bobot per tandan terbaik. Produksi tertinggi adalah tanaman yang ditanam pada Oktober dan November 2013. Bobot per tandan masing-masing adalah 14 kg dan 15 kg dengan produktivitas 28 ton/ha/tahun dan 30 ton/ha/tahun. Rata-rata produktivitas panen pertama di Afdeling 5 dan 6 Panarewuan sebesar 27 ton/ha/tahun dengan kisaran bobot per tandan sebesar 13.5 kg/tandan. Produksi tahun pertama Afdeling 5 dan 6 Panarewuan disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2. Produksi tahun pertama pisang Cavendish di Afdeling 5 dan 6

Sumber : Data PTPN VIII (2015)

Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan

Struktur organisasi di Kebun Cibungur dipimpin oleh seorang administratur kebun. Administratur memiliki wewenang terhadap kepala tanaman, kepala administrasi, kepala teknik dan pengolahan dan kepala afdeling. Administratur diangkat melalui rapat direksi dan bertanggung jawab kepada direksi.

(29)

11 sebanyak 251 orang (Lampiran 10) . Struktur organisasi di Afdeling 5 dan 6 Panarewuan dapat dilihat pada Lampiran 11.

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG

Aspek Teknis

Pengendalian gulma secara manual

Pengendalian gulma secara manual sering dilakukan pada pertanaman pisang TBM dan dikerjakan oleh karyawan blok di bawah pengawasan mandor blok. Alat yang digunakan adalah kored. Alat perlindungan diri adalah sepatu boot. Pekerjaan dilakukan pada pukul 07.00 – 11.00. Pekerjaan ini lebih dikhususkan pada areal TBM yang memiliki intensitas gulma tinggi. Prosedur pekerjaan adalah membersihkan area 30 cm di sekitar pokok tanaman. Berikut pekerjaan pengendalian gulma secara manual disajikan pada Gambar 1.

a. Gulma menutup tanaman pisang b. Kegiatan penyiangan gulma manual Gambar 1. Pengendalian gulma secara manual

Norma kerja pekerjaan pengendalian gulma manual adalah 0,05 ha/HOK. Jumlah karyawan dalam pekerjaan adalah 13 orang. Maka areal yang diselesaikan setiap hari adalah 0,65 ha. Penulis mengikuti pekerjaan pengendalian gulma manual selama 5 hari. rata prestasi kerja penulis adalah 0,04 ha/HOK. Rata-rata prestasi kerja karyawan sebesar 0,06 ha/HOK, di atas standar yang ditetapkan perusahaan adalah 0,05 ha. Prestasi penulis masih di bawah prestasi kerja standar perusahaan maupun karyawan.

Pengendalian gulma secara kimiawi

Siklus pengendalian gulma secara kimiawi adalah 1 kali per bulan setiap plot. Pekerjaan dilakukan pada areal TBM maupun TM oleh 3 orang karyawan semprot di bawah pengawasan mandor blok. Bahan kimia yang digunakan adalah herbisida sistemik dengan bahan aktif isopropilamina glifosat 615 g/l atau setara dengan glifosat 456 g . Konsentrasi larutan sebesar 7,5 ml/l. Volume semprot sebesar 200 liter/ha. Sehingga dosis yang digunkana adalah 1,5 liter/ha. Alat yang

(30)

12

digunakan adalah knapsack sprayer kapasitas 15 liter, drum, ember dan gelas ukur. Alat perlindungan diri adalah sepatu boot dan masker. Pekerjaan dimulai pukul 07.00 – 12.00. Tahapan pekerjaan dimulai dengan membuat larutan dengan dosis yang telah ditetapkan, kemudian memasukkan larutan ke knapsack sprayer dan aplikasi di lapangan. Berikut pengendalian gulma secara kimiawi disajikan pada Gambar 2.

a. Persiapan larutan b. Pengaplikasian

Gambar 2. Pengendalian gulma secara kimiawi

Penulis mengikuti pekerjaan ini selama 2 hari. Rata-rata prestasi kerja penulis adalah 0,08 ha/HOK. Standar prestasi kerja pengendalian gulma kimiawi adalah 1 ha/HOK. Prestasi kerja karyawan sebesar 0,33 ha/HOK. Prestasi kerja panulis maupun karyawan masih di bawah standar prestasi kerja. Kendala dari pekerjaan ini adalah sumber air yang jauh dari lokasi sehingga memakan banyak waktu hanya untuk mengambil air.

Pemupukan

Pemupukan di kebun ini terdapat 2 jenis yaitu pemupukan anorganik dan organik. Pemupukan organik dilakukan pada awal penanaman. Pupuk organik yang digunakan adalah pupuk kandang kompos sapi dengan dosis 15 kg/lubang tanam. Pupuk anorganik yang digunakan adalah NPK 16-16-16 , 6-16 dan 12-6-18 sesuai dengan umur tanaman. Alat yang digunakan adalah ember dan alat penakar (bekas gelas air mineral). Alat perlindungan diri yang digunakan adalah sepatu boot. Pekerjaan dilakukan dari pukul 07.00 – 11.00 dan dilakukan oleh karyawan blok sebanyak 13 orang terdiri atas 10 orang penebar dan 3 orang pengecer. Norma kerja pada pekerjaan pemupukan adalah 0,4 ha/HOK. Khusus pekerjaan pemupukan anorganik, selain mandor blok, mandor besar dan sinder juga ikut mengawasi. Hal ini karena banyak karyawan terdahulu yang menyalahgunakan penggunaan pupuk. Pemupukan anorganik dilakukan sebanyak 6 kali selama satu siklus tumbuh. Kebutuhan pupuk tanaman pisang Cavendish selama satu siklus tumbuh disajikan pada Tabel 3.

(31)

13 Tabel 3. Dosis pupuk per satu siklus tanaman

Umur Pupuk (kg/tanaman)

Organik NPK 16-16-16 NPK 12-6-16 NPK 12-6-18

0 BST 15 - - -

1 BST - 0,1 - -

2 BST - 0,1 - -

4 BST - - 0,15 -

6 BST - - 0,15 -

8 BST - - - 0,2

10 BST - - - 0,2

Sumber : Data PTPN VIII (2015)

Tahapan pertama dalam pemupukan anorganik adalah menyiapkan pupuk dan membagi kepada para karyawan dengan menggunakan ember. Tahap selanjutnya adalah menebar pupuk sesuai dosis pada jarak 20 cm dari pohon. Kemudian pupuk ditutup kembali dengan tanah. Pemupukan dilakukan sebelum pukul 11.00. Tujuan dilakukan pemupukan sebelum pukul 11.00 untuk mengurangi penguapan pupuk oleh terik matahari. Berikut tahapan pemupukan disajikan pada Gambar 3.

a. Persiapan c. Penyebaran pupuk b. Takaran pemupukan d. Penutupan dengan tanah Gambar 3. Pemupukan

Kendala umum dari jenis kegiatan ini adalah kurangnya pengawasan. Karyawan banyak melakukan prosedur yang kurang bila lepas dari pengawasan mandornya karena kelelahan. Saran teknis yang mungkin adalah dengan

a

c d

(32)

14

mengawali pekerjaan dari dalam kebun mengarah ke luar kebun. Sehingga pekerjaan karayawan mudah diawasi oleh mandornya.

Pengendalian Hama dan Penyakit

Pengendalian hama dan penyakit di lokasi magang disebut dengan istilah Spray daun adalah jenis pekerjaan yang dilakukan dengan cara menyemprot daun menggunakan alat power sprayer untuk mencegah dan mengendalikan penyakit dan hama pada tanaman. Penyakit yang sering terjadi di lokasi adalah sigatoka yang disebabkan oleh cendawan Mycosphaerella musicola. Oleh sebab itu, spray daun lebih sering digunakan untuk aplikasi fungisida. Siklus spray daun adalah 2 kali dalam satu bulan pada tanaman 1 BST, 2 BST, 3 BST dan 4 BST. Setelah itu aplikasi spray daun sesuai kondisi di lapangan. Pekerjaan ini dilakukan oleh karyawan di bawah pengawasan mandor pengendalian hama penyakit. Perlengkapan pelindung diri karyawan adalah sepatu boot, masker dan sarung tangan karet. Alat yang digunakan yaitu power sprayer kapasitas 20 liter, drum kapasitas 200 liter, gelas ukur, ember dan kayu pengaduk. Fungisida yang digunakan berbahan aktif difenoconazole 250 g/l. Dosis yang digunakan 1 ml/l. Standar prestasi kerja karyawan adalah 0,33ha/HOK. Prestasi kerja karyawan di lapangan sudah memenuhi prestasi kerja karyawan. Berikut tahapan dalam pekerjaan spray daun ditampilkan pada Gambar 4.

a. Penentuan dosis c. Aplikasi

b. Pengadukan larutan d. Daun yang disemprot Gambar 4. Pengendalian hama dan penyakit

Penjarangan Anakan

Penjarangan anakan adalah salah satu pekerjaan mengambil anakan yang tidak diinginkan dalam rumpun dengan maksud mengoptimalkan produksi. Tanaman yang dipelihara dalam satu rumpun berjumlah 3 tanaman yang terdiri atas 1 pohon induk dan 2 anakan. Jarak umur masing-masing tanaman dalam satu rumpun adalah 4 bulan. Pekerjaan dilakukan oleh karyawan blok di bawah

a b

(33)

15 pengawasan mandor blok dan dimulai pukul 07.00 – 12.00. Alat yang digunakan adalah sabit atau golok. Alat perlindungan diri yang digunakan adalah sepatu boot. Berdasarkan prosedur, penjarangan anakan dilakukan setiap 4 bulan sekali pada setiap rumpun. Tahapan pertama dalam penjarangan anakan adalah menentukan anakan yang akan dibuang. Kemudian potong anakan sebatas permukaan tanah. Anakan yang dibuang adalah anakan air yang memiliki ciri daun lebar dan batang kerdil. Anakan yang dipelihara adalah anakan pedang yang memiliki bentuk daun runcing dan mengerucut. Pemilihan juga memperhatikan jumlah tanaman dalam satu rumpun. Berikut pekerjaan penjarangan anakan disajikan pada Gambar 5.

a. Anakan air c. Rumpun sesuai standar b. Anakan pedang

Gambar 5. Penjarangan anakan

Penulis mengikuti pekerjaan penjarangan anakan selama 3 hari. Rata-rata prestasi kerja penulis adalah 410 anakan/HOK. Rata-rata prestasi kerja karyawan adalah 517 anakan/HOK. Standar prestasi kerja adalah 600 anakan/HOK. Prestasi kerja penulis maupun karyawan masih di bawah standar perusahaan.

Pemangkasan daun

Pemangkasan dilakukan 2 minggu sekali. Pemangkasan daun dilakukan untuk menghilangkan daun tua dan kering. Pemangkasan daun juga dapat dilakukan pada daun yang terkena serangan penyakit yang disebabkan oleh cendawan atau bakteri yang sifatnya menular. Pemangkasan daun merupakan salah satu upaya menjaga kondisi kebun agar tetap bersih dan sehat untuk mendukung pertumbuhan tanaman secara optimal. Pemangkasan daun dikerjakan oleh karyawan blok di bawah pengawasan mandor blok. Pekerjaan dimulai pukul 07.00 – 12.00. Alat yang digunakan sabit atau sabit yang telah disambung dengan bambu. Alat perlindungan diri yang digunakan sepatu boot .Tindakan pemangkasan dilakukan sesuai dengan keadaan daun yang kering secara penuh (deleafing) maupun sebagian (trimming). Pekerjaan pemangkasan daun ditampilkan pada Gambar 6.

(34)

16

a. Pemangkasan penuh b. Pemangkasan sebagian Gambar 6. Pemangkasan daun

Penulis mengikuti pekerjaan pemangkasan daun selama 3 hari. Rata-rata prestasi kerja penulis adalah 0,30 ha/HOK, masih di bawah rata-rata prestasi kerja karyawan sebesar 0,40 ha/HOK. Standar kerja perusahaan adalah 0,5 ha/HOK. Prestasi kerja penulis masih di bawah standar kerja perusahaan. Prestasi kerja karyawan sudah melampaui standar prestasi kerja perusahaan.

Pemasangan Penyangga

Pohon pisang yang telah berbuah tekadang condong karena menahan beban tandan pisang yang semakin berat. Beban berat pada pohon dan hembusan angin yang kencang sering mengakibatkan kerobohan Untuk mengantisipasi pohon agar tidak roboh maka perlu dilakukan pemasangan penyangga. Pekerjaan ditujukan untuk memperkuat pohon pisang. Prosedur pekerjaan diutamakan pada pohon yang memiliki tandan besar. Alat perlindungan diri pekerja berupa sepatu boot . Pekerjaan dimulai pada pukul 07.00 – 12.00 oleh karyawan blok di bawah pengawasan mandor blok. berikut adalah tahapan pada pemasangan penyangga disajikan pada Gambar 7.

a. Bambu penyangga c. Pengikatan b. Pemasangan penyangga

Gambar 7. Pemasangan penyangga

Selama menjadi karyawan harian lepas penulis melakukan kegiatan pemasangan penyangga selama 2 hari. Rata-rata prestasi kerja penulis sebesar 32 batang /HOK, karyawan 53 batang /HOK dengan standar perusahaan sebesar 100 batang/HOK. Rendahnya prestasi kerja penulis dibandingkan prestasi kerja karyawan karena kurangnya pengalaman. Rendahnya prestasi kerja karyawan

b

a b c

(35)

17 dibandingkan standar kerja perusahaan karena ketersedian bambu yang tidak selalu ada.

Penyuntikan Tandan Bunga (Bud Injection)

Penyuntikan tandan bunga (bud injection) atau dalam bahasa setempat disebut suntik ontong merupakan hal yang penting untuk menjaga kualitas buah. Menurut pengalaman di lapangan, tandan bunga yang tidak mendapatkan suntikan menghasilkan tandan buah dengan kualitas yang tidak maksimal. Dampak umum jika tandan bunga tidak disuntik adalah munculnya „kudis‟ pada permukaan kulit buah ( banana scab moth).

Alat suntik tandan bunga berupa alat suntik khusus yang terdiri atas jarum suntik khusus, hand sprayer, selang plastik transparan dan sebilah bambu ringan. (Gambar 8a – 8d). Prosedur suntik tandan bunga berlaku pada pohon yang sudah muncul tandan bunga pada ujung pohon, menancapkan jarum pada 1/4 bagian tandan bunga. Hand sprayer dipompa , klep penutup dibuka. Larutan suntik naik melalui selang menuju ujung jarum suntik yang menancap pada tandan bunga. Indikasi larutan sudah cukup bagi tandan bunga yang disuntik adalah keluarnya larutan suntik dari bekas suntikan. Rata – rata dosis suntik untuk setiap tandan bunga adalah 125 – 150 ml larutan suntik. Larutan suntik yang diaplikasikan adalah insektisida sistemik dengan bahan aktif abamectin 18 g/l dengan konsentrasi larutan 1 ml/l.

Penandaan pita untuk suntik berdasarkan kalender pita yang telah ditetapkan PTPN VIII. Warna pita dicantumkan pada kalender tahunan menggunakan warna secara berurutan sehingga membentuk pola sebagai berikut : putih, merah, kuning, hijau, hitam, biru kembali ke putih dan seterusnya (Lampiran 12). Misalkan pada tanggal 1 Maret 2015 (merah) maka warna pita yang digunakan sebagai tanda suntik pada hari itu adalah merah. Kebijakan kalender pita ditetapkan untuk memeudahkan kegiatan suntik tandan bunga, pembrongsongan juga panen. Kalender pita mulai diterapkan pada tahun 2014.

(36)

18

a. Jarum suntik e. Tandan bunga yang siap disuntik b. Hand sprayer f. Penyuntikan tandan bunga

c. Selang plastik g. Tanda pita pada pohon setelah penyuntikan d. Penggunaan alat suntik

Gambar 8. Penyuntikan tandan bunga

Pekerjaan suntik tandan bunga telah memiliki standar perusahaan. Standar suntik 100 pohon/HOK , karyawan sebanyak 14 orang , hari kerja ada 26 hari/bulan. Maka perolehan suntik tandan bunga standar per bulan adalah 18,2 ha atau jika dalam populasi sebanyak 36.400 pohon. Berdasarkan arsip Afdeling 5 dan 6 menyatakan rata-rata perolehan suntik karyawan pada bulan Januari – Mei sebanyak 13.211 pohon/bulan atau 6,60 ha dalam satuan luas. Angka ini baru mencapai 36,26 % dari standar perusahaan. Berikut perolehan suntik tandan bunga Afdeling 5 dan 6 pada Januari – Mei 2015 (Tabel 4).

Tabel 4. Perolehan suntik tandan bunga Afdeling 5 dan 6 Januari - Mei 2015

Bulan

Perolehan suntik ontong per bulan

(pohon)

Luasan (ha)

Standar (ha)

Persentase tercapai

(%)

Januari 8.902 4,45 18,2 24,45

Februari 8.887 4,44 18,2 24,39

Maret 16.880 8,44 18,2 46,37

a b c

d e f

(37)

19

Sumber : Data PTPN VIII (2015)

Tabel 4 menunjukkan perolehan suntik Afdeling 5 dan 6 Panarewuan per bulan. Standar (ha) dihitung berdasarkan standar kerja 100 pohon/HOK (0.05 ha dalam satuan luas) dikali dengan 14 karyawan suntik dikali 26 hari kerja karyawan suntik. Standar kerja per bulan dalam satuan luas adalah 18,2 ha. Jika dibandingkan dengan perolehan suntik di Afdeling 5 dan 6 Panarewuan terlihat bahwa antara standar dan prestasi kerja karyawan tidak seimbang. Persentase tandan bunga yang tersuntik pada bulan Januari hanya mencapai angka 24,45 % dari target. Bulan Februari persentase tandan bunga yang tersuntik memiliki perolehan terendah yaitu 24,39 %. Persentase tandan bunga yang tersuntik mengalami peningkatan pada bulan Maret mencapai angka 46,36 %, di mana perolehan bulan Maret menjadi perolehan yang tertinggi. Pada bulan April mengalami penurunan menjadi 41,09 % dan terakhir bulan Mei persentase bunga yang tersuntik sebesar 45,10 %. Rata-rata perolehan suntik tandan bunga bulan Januari-Mei sebesar 36,26 % dari target perusahaan. Rendahnya prestasi karyawan adalah karena kurangnya pengawasan oleh mandor suntik. Selain itu belum ada realisasi kompensasi yang ditetapkan perusahaan jika karyawan mengerjakan pekerjaan di bawah maupun di atas standar perusahaan.

Pembrongsongan (Bagging)

Salah satu aspek budidaya yang secara langsung berdampak dengan kualitas buah adalah pembrongsongan. Kegiatan ini dilakukan oleh karyawan brongsong yang bertugas sebanyak 7 orang per afdeling dibawah pengawasan mandor suntik. Bahan yang digunakan adalah tali rafia dan plastik dursban. Alat yang dibutuhkan adalah tangga untuk mencapai tandan yang akan dirongsong dan pisau. Alat perlindungan diri yang digunakan adalah sepatu boot. Pekerjaan dilakukan mulai pukul 07.00 – 15.00.

(38)

20

di atas pangkal sisir pertama. Tahapan terakhir adalah memberi tanda pita sesuai warna pita pada minggu berjalan. Tahapan pembrongsongan disajikan pada Gambar 10.

a. Pemotongan tandan bunga c. Pembrongsongan

b. Pembrongsongan d. Buah cacat pada sisir terakhir Gambar 9. Pembrongsongan

Selama penulis melakukan kegiatan pembrongsongan selama 6 hari, penulis mempunyai rata-rata prestasi kerja 50 pohon/HOK. Prestasi karyawan 81 pohon/HOK. Namun prestasi karyawan masih di bawah standar yang ditetapkan perusahaan sebesar 100 pohon/HOK. Masalah pada pekerjaan ini adalah karyawan yang tidak tertib dan keterlambatan plastik dursban.

Pemanenan

Pemanenan dilakukan kurang lebih 3 bulan (10-12 minggu setelah pembrongsongan). Panen dilakukan dengan tenaga manusia. Alat yang digunakan adalah golok/sabit dan tali tambang. Tim panen terdiri atas 2 orang pemanen, 3 orang pembawa tandan ke penggantungan sementara dan 2 orang yang menaikkan tandan ke truk panen dan menurunkan tandan ke packing house.

Pekerjaan dilakukan pukul 06.00 – selesai. Tahapan pertama dalam panen adalah menentukan pohon mana yang buahnya akan dipanen sesuai dengan warna pita yang berada di tandan. Pohon dirundukkan sampai tandan tersandar di pundak pemanen, kemudian pangkal tandan ditebas. Tahap berikutnya tandan dibawa ke tempat penggantungan sementara di pinggir kebun untuk kemudian diangkut ke truk panen untuk dibawa menuju packing house. Tahapan akhir panen adalah menggantungkan tandan ke patio packing house. Alat perlindungan diri pekerja adalah sepatu boot .

a b c

(39)

21

a. Merundukkan pohon c. Penggantungan sementara b. Menebas tandan d. Tandan di truk panen Gambar 10. Pemanenan

Standar kerja untuk pemanenan bisa berbeda setiap waktunya sesuai dengan perintah dari kantor pusat. Berikut taksasi dan realisasi produksi minggu 10 – minggu 20 Afdeling 5 dan 6 Panarewuan disajikan pada Tabel 5.

Tabel 5. Taksasi produksi afdeling 5 dan 6 Kebun Cibungur

Minggu Taksasi Produksi Realisasi produksi Tercapai

(tandan) (kg) (kg/tandan) (tandan) (kg) (kg/tandan) (%)

10 2.407 36.105 15 9.537 65.448 6,86 45,73

11 2.127 31.905 15 11.319 80.157 7,08 47,20

12 1.966 29.490 15 1.080 10.200 9,44 62,93

13 1.763 26.445 15 3.269 26.951 8,24 54,93

14 2.066 30.990 15 4.853 37.594 7,74 51,60

15 2.207 33.105 15 6.131 48.715 7,94 52,93

16 2.630 39.450 15 441 4.273 9,68 64,53

17 1.984 29.760 15 2.725 28.778 10,56 70,40

18 3.130 46.950 15 5.336 55.186 10,34 68,93

19 3.597 53.955 15 7.866 79.117 10,05 67,00

20 28.526 427.890 15 10.485 104.017 9,92 66,13 Rata-rata 4.764 71.459 15 5.731 49.131 8,89 54,21

Sumber : Data PTPN VIII (2015)

Tabel 5 menunjukkan bahwa persentase perolehan produksi terbaik terdapat pada minggu 17 dengan persentase hasil mencapai 70,40 % diperoleh dari perbandingan (kg/tandan realisasi produksi) per (kg/tandan taksasi produksi). Perolehan persentase produksi terendah terdapat pada minggu 10 dengan angka persentase tercapai 45,73 % dari target produksi. Berdasarkan tabel terlihat bahwa rata produksi (kg/tandan) masih jauh dari angka harapan. Jika dihitung rata-rata taksasi produksi Afdeling 5 dan 6 Panarewuan pada minggu 10-20 adalah 4.764 tandan dengan bobot sebesar 71.459 kg dan bobot rata-rata sebesar 15 kg/tandan. Realisasi produksi menunjukkan perolehan panen pada minggu 10-20

a b

(40)

22

adalah 5.731 tandan, bobot sebesar 49.131 kg dengan bobot rata-rata sebesar 8,89 kg/tandan. Terlihat bahwa target produksi dengan realisasi sangat berbeda jauh. Penyebabnya adalah pengelolaan kebun yang kurang maksimal. Hal yang sering menjadi permasalahan teknis di kebun adalah keterlambatan barang bahan budidaya pisang Cavendish.

Packaging

Tandan-tandan pisang yang dipanen mengalami proses packaging di packing house. Pekerjaan dimulai pukul 07.00 – selesai seperti halnya pekerjaan panen. Jumlah karyawan di packing house sebanyak 28 orang setiap timnya. Afdeling 5 dan 6 Panarewuan memiliki 2 tim karyawan packing house. Karyawan diawasi oleh 2 orang mandor panen dan seorang mador besar packing house. Para karyawan melakukan pekerjaan yang terdiri atas penimbangan , penggantungan tandan, pencatatan hasil penimbangan, penyisiran, sortasi dan grading, penimbangan, penyemprotan crown dengan fungisida, pelabelan dan pengepakan, bagian boks, bagian unspek (pisang yang tidak masuk grade), pencatatan jumlah boks yang diperoleh.

Pekerjaan pertama adalah penurunan tandan dari truk kemudian ditimbang. Timbangan yang digunakan adalah timbangan mekanik dengan merk “NAGATA” kapasitas 25 kg. Kemudian setelah itu tandan digantung pada patio, dilanjutkan dengan penyisiran dari sisir terbawah sampai ke atas. Sisiran buah pisang kemudian dimasukkan dalam bak-bak pencucian. Volume bak pencucian 4 m x 0,6 m x 0,5 m. Tahap selanjutnya adalah membentuk grading buah di bak pencucian dengan memperhatikan panjang dan diameter buah . Kemudian hasil grading disortasi pada bak pencucian selanjutnya. Hasil sortasi kemudian ditempatkan pada nampan-nampan alumunium berukuran 50 cm x 50 cm dengan arah crown menghadap ke atas. Selanjutnya ditimbang dalam ukuran 16 kg. Setelah itu crown disemprot dengan larutan fungisida untuk menjaga penampilan buah agar tetap baik sampai ke tangan konsumen. Larutan yang digunakan untuk menyemprot crown tandan adalah fungisida berbahan aktif iprodion 50 % (merek dagang rovral) 1 g/l air dan tawas sebanyak 30 g/l air. Tahap berikutnya adalah pelabelan. Tahap terakhir adalah pengepakan. Alat yang digunakan adalah patio (penggantungan), pisau sisir, caliper, pengukur panjang buah, nampan, timbangan, knapsack sprayer, kardus, sekat sterefoam, plastik pengepakan, dan isolasi.

(41)

23

a. Penimbangan f. Penimbangan

b. Tandan digantung di patio g. Penyemprotan fungisida

c. Penyisiran h. Pelabelan

d. Grading i. Pengepakan

e. Sortasi

Gambar 11. Proses packaging

PTPN VIII menentukan kelas mutu sendiri untuk produk pisang Cavendish. Kelas mutu pisang dibedakan menjadi 2 kelas yaitu kelas super dan kelas ambon. Kedua lekas mutu dibedakan berdasarkan kemulusan kulit buah dan kesempurnaan bentuk buah. Kedua kelas mutu buah terdiri atas 3 kelas dengan spesifikasi bentuk : sisir penuh, ½ sisir, jari (1 – 3 buah). Potongan sisir disajikan pada Gambar 12. Dasar spesifikasi bentuk adalah panjang buah disajikan di Lampiran 13 dan 14.

a b c

d e f

(42)

24

a. Jari (Finger) c. Sisir penuh (Hand) b. ½ sisir (Cluster)

Gambar 12. Spesifikasi bentuk pisang Cavendish

Setiap spesifikasi bentuk dan kelas mutu buah dihargai dengan harga yang berbeda. Kewenangan dalam penetapan harga terletak pada kantor pusat. Harga dapat berubah sesuai dengan keadaan buah. Berikut daftar harga per kelas mutu disajikan pada Tabel 6.

Tabel 6. Daftar harga sesuai kelas mutu buah pisang Cavendish

Kelas mutu Spesifikasi bentuk

Super Cluster

Sumber : Data PTPN VIII (2015)

Jumlah produksi

Banyaknya produksi sesuai kelas mutu untuk setiap kebun ditentukan oleh pihak kantor pusat PTPN VIII di Bandung. Jumlah. Berikut adalah data produksi sesuai kelas mutu disajikan pada Tabel 7.

(43)

25 Tabel 7. (Lanjutan)

Bulan produksi

Spesifikasi bentuk

(AC) (AH) (AHK) (AB) (AS) (AK)

(Boks)

Maret 312 - - 494 1.326 507

April 65 - - 403 754 741

Mei 182 858 468 520 689 -

Juni 65 221 78 169 286 -

Jumlah 624 1.079 546 1.586 3.055 1.248

Sumber : Data PTPN VIII (2015)

Aspek Manajerial

Tenaga kerja di tingkat Afdeling Kebun Cibungur, PTPN VIII terdiri atas tenaga staf dan non staf. Tenaga staf meliputi kepala afdeling, mandor besar dan juru tulis kepala. Tenaga non staf di Kebun Cibungur meliputi juru tulis afdeling, mandor dan KHL. Aspek manajerial yang dilakukan penulis di Afdeling dimulai dari pendamping mandor selama 1 bulan, pendamping mandor besar selama 1 bulan dan yang terakhir sebagai pendamping kepala afdeling selama 2 bulan. Di sela kegiatan menjadi pendamping kepala afdeling, penulis membantu pekerjaan administrasi afdeling bersama juru tulis afdeling.

Pendamping Mandor Blok

Pekerjaan yang dilakukan penulis bersama mandor blok adalah melakukan pengawasan terhadap pekerja di wilayah blok nya. Pekerjaan meliputi pengendalian gulma manual maupun kimiawi, pemupukan, penjarangan anakan, pangkas daun dan pemasangan gantar. Pengawasan dilakukan mulai pukul 07.00, sebelumnya mandor bertugas menyiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan untuk kegiatan pada hari itu serta melakukan pengarahan kepada karyawan. Setelah pekerjaan selesai, mandor melakukan evaluasi pekerjaan dan mengumumkan pekerjaan pada esok hari. Mandor blok juga bertugas mengisi absensi terhadap karyawan di awal dan akhir pekerjaan. Melakukan pengawasan dan bertanggung jawab pada pekerjaan karyawan blok yang ada di bawah tanggung jawabnya. Selepas dari kebun, mandor blok menuju kantor afdeling untuk memberi laporan tentang evaluasi kegiatan dan absensi karyawannya. Pekerjaan selesai pada pukul 13.00.

Pendamping Mandor Suntik

(44)

26

tulis afdeling dan direkap oleh juru tulis kepala di afdeling. Juru tulis kepala di afdeling ini selanjutnya melaporkan rekapan data suntik ke kebun induk. Pekerjaan selesai pada pukul 15.00.

Pendamping Mandor Pengendalian Hama dan Penyakit (PHP)

Pekerjaan dimulai pada pukul 07.00 dengan pengarahan, sebelumnya mandor melakukan penyiapan alat dan bahan yang akan digunakan. Kemudian dilanjutkan dengan absensi karyawan, pengawasan terhadap pekerjaan karyawan, absensi setelah pekerjaan selesai. Selanjutnya adalah laporan ke kantor afdeling dan penyerahan absensi. Pekerjaan selesai pada pukul 13.00.

Pendamping Mandor Panen

Pekerjaan yang dilakukan adalah pengawasan terhadap karyawan suntik dan karyawan brongsong yang dimulai pada pukul 06.00. Mandor sebelumnya telah melakukan pengecekan alat panen. Pertama mandor melakukan pengarahan terhadap karyawan ke blok mana mereka harus memanen dan taksiran jumlah tandan yang harus dipanen. Mandor melakukan absensi kehadiran di awal pekerjaan. Mandor kemudian mengawasi pekerjaan para karyawan. Melakukan absensi kembali setelah pekerjaan usai. Laporan pekerjaan ke kantor afdeling dan absensi karyawan. Pekerjaan selesai pada pukul 15.00.

Pendamping Mandor Packing House

Pekerjaan dilakukan pada pukul 07.00 yang didahului oleh persiapan bahan-bahan packaging seperti kardus, foam dan palstik. Setelah itu mandor melakukan absensi kehadiran terhadap karyawan, mengawasi pekerjaan karyawan, mendata tandan yang masuk, mendata jumlah unspek pisang, mendata boks pisang yang dihasilkan, melaporkannya di kantor afdeling, melakukan absensi kembali pada karyawan, mengawasi pengangkutan boks oleh truk pengangkut. Pekerjaan selesai pada pukul 18.00.

Pendamping Mandor Besar

(45)

27 Pendamping Kepala Afdeling

Tanggung jawab seorang kepala afdeling meliputi semua yang ada di wilayah afdelingnya. Segala bentuk pekerjaan mulai dari monitor kegiatan lapangan, mengatur persediaan barang bahan, menerima laporan mandor, menyusun rencana kerja bulanan (RKB), didampingi juru tulis afdeling merapatkan rancangan kerja bulanan (RKB) bersama kepala tanaman, kepala administrasi dan administratur kebun. menyusun jadwal pekerjaan afdeling, merekap hasil panen, mengambil upah karyawan di kebun induk, membagikan upah kepada para karyawan dan mandor.

Seorang kepala afdeling juga dituntut untuk selalu dapat memimpin dan mempengaruhi semua karyawan afdeling untuk dapat bekerja lebih baik sehingga hasil yang diperoleh memenuhi standar yang telah ditetapkan perusahaan atau bahkan lebih. Pekerjaan diawali pada pukul 06.00 di kantor afeling dengan pekerjaan kepada para mandor dan mandor besar tentang pekerjaan yang akan dilakukan, dilanjutkan dengan mengabsen para mandor, mengecek alat dan bahan yang dibawa para mandor, menuju ke kebun, melakukan pengawasan pada blok-blok tanggung jawabnya. Pekerjaan dilanjutkan di kantor afdeling, menerima laporan mandor, mengevaluasi kerja mandor, mengecek alat yang dikembalikan oleh mandor. Pekerjaan berakhir pada pukul 16.00.

PEMBAHASAN

Manajerial Produksi

Aspek manajerial di lokasi magang masih perlu perbaikan pada manajemen ketenagakerjaan antara lain : perencanaan tenaga kerja, kompensasi, keselamatan kerja dan pelatihan pengembangan tenaga kerja.

Ketika penulis menjadi karyawan harian lepas, prestasi kerja penulis masih di bawah prestasi kerja karayawan. Hal ini karena kurangnya pengalaman penulis dlam pekerjaan. Prestasi kerja karyawan beberapa masih ada yang di bawah standar yang ditetapkan perusahaan. Prestasi kerja penulis, karyawan dengan standar perusahaan disajikan pada Tabel 8.

Tabel 8. Prestasi kerja saat menjadi karyawan harian lepas Kegiatan

Prestasi kerja Satuan/HOK

(46)

28

Tabel 8. (Lanjutan)

Kegiatan

Prestasi kerja Satuan/HOK

Penulis Karyawan Standar Pemasangan penyangga 32 pohon 52 pohon 100 pohon Pemangkasan daun 0,30 ha 0,42 ha 0,5 ha

Sumber : Data PTPN VIII (2015)

Potensi Produksi di Lokasi Magang

Kebun Cibungur, PTPN VIII menanam 3 jenis pisang yaitu Cavendish, Emas Kirana dan Barangan. Informasi klon pada setiap jenis pisang khususnya Cavendish tidak diketahui. Indeks produksi digunakan sebagai parameter produksi di lapangan dengan potensial produksi klon. Karena tidak ada informasi tentang klon dan potensi produksi klon, maka digunakan produksi tertinggi di Kebun. Produksi tertinggi memiliki rata-rata berat per tandan 15 kg dengan produktivitas tertinggi di lokasi magang adalah 30 ton/ha/tahun terjadi pada tahun 2014 bulan tanam November 2013. Cavendish DM2 adalah klon hasil seleksi massa positif oleh PT. Nusantara Tropical Farm, Lampung Indonesia. Klon pisang DM2 memiliki potensi produktivitas sebesar 50 ton/ha/tahun. Produksi tertinggi klon DM2 di PT. NTF adalah 49,58 ton/ha/tahun yang dicapai pada tahun 2004 (Ansyori 2009). Mengacu Wood dan Dent (1983), hubungan kelas kesesuaian lahan dengan produksi pisang Cavendish lokasi magang dan potensi produksi pisang Cavendish di NTF tersaji pada Tabel 9.

Tabel 9. Kriteria kesesuaian lahan terhadap potensi produksi pisang Cavendish Kelas

Kesesuaian Lahan

Indeks Produksi Produksi Tertinggi di Lokasi Magang

Sumber : Data PTPN VIII (2015) dan Ansyori (2009)

Berdasarkan Tabel 9 produksi pisang Cavendish lokasi magang jika dibandingkan dengan produksi pisang Cavendish di PT. NTF masih terpaut jauh. Salah satu penyebab rendahnya produksi di lokasi magang diduga karena ketidaksesuaian lahan lokasi.

Produksi Aktual di Lapangan

(47)

29 kg per jumlah tandan yang dipanen. Pada bulan Februari 2014 produksi mencapai 100.041 kg dengan jumlah tandan sebanyak 13.890 tandan, produktivitas 14,40 ton/ha. Produktivitas bulan Maret adalah 14,45 ton/ha dari produksi 90.044 kg per 12.455 tandan. Peningkatan produktivitas cukup berarti terjadi di bulan April dari bulan Maret sebesar 1,44 ton. Produktivitas bulan April 15,89 ton/ha dari 48. 715 kg/6.131 tandan. Peningkatan produktivitas yang kembali terjadi di bulan Mei dengan angka produktivitas mencapai 19,84 ton/ha dengan mencapai produksi 104.017 kg dari 10.485 tandan dengan produktivitas sebesar 19,84 ton/ha dari produksi 104.017 kg/10.485 tandan yang dipanen. Bulan Juni terlihat produktivitas pisang Cavendish di lokasi magang menurun menjadi 18,32 ton/ha dari angka produksi 85.973 kg/9.382 tandan yang dipanen. Rata-rata hasil produksi bulan Februari-Juni, produktivitas Afdeling 5 dan adalah 16,38 ton/ha.

Tabel 10. Kelas kesesuaian lahan berdasarkan potensi produksi tertinggi di

Sumber : Data PTPN VIII (2015)

Kesesuaian Lahan Tanaman Pisang

Tingkat kemampuan lahan berproduksi dapat dilihat dari tingkat kesesuaian lahan yang dimiliki. Penilaian tingkat kesesuaian lahan dapat dikaji dari karakteristik lahan yang dimaksud. Kesesuaian lahan pada lokasi magang didapatkan dari data sekunder perusahaan. Karakteristik lahan dalam data kesesuaian lahan meliputi suhu udara rata-rata tahunan, curah hujan tahunan, kelas drainase tanah, tekstur tanah, kedalaman efektif, kemiringan lereng. Unsur kimia tanah berupa pH tanah, KTK tanah, % N total dan P2O5 tersedia diuji di laboratorium pengujian tanah, pupuk dan tanaman, Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik.

(48)

30

Tabel 11. Penialaian karakteristik lahan berdasarkan literatur Karakteristik

Sumber : Analisis penulis berdasarkan data PTPN VIII (2015)

Gambar

Tabel 1. Data informasi blok pengamatan
Tabel 2. Produksi tahun pertama pisang Cavendish di Afdeling 5 dan 6   Panarewuan
Gambar 1.  Pengendalian gulma secara  manual
Gambar 2. Pengendalian gulma secara kimiawi
+7

Referensi

Dokumen terkait

Cocopet yang ditemukan pada bunga jantan kelapa sawit di kebun Cimulang terdiri 3 spesies yang termasuk dalam tiga famili, yaitu Chelisochidae, Forficulidae, dan

Berdasarkan hasil pengamatan, Odontoponera merupakan genus dengan jumlah individu paling sedikit yang ditemukan pada bunga jantan kelapa sawit dibandingkan dengan

PTPN III PKS Kebun Rambutan – Tebing Tinggi merupakan pabrik yang mengolah minyak kelapa sawit ( CPO ) mulai dari tandan buah segar ( TBS ) hingga menjadi minyak kasar.Dan hasil

Pemeliharaan Tanaman Kakao (Theobronta cacao L.) dengan Aspek Khusus Pemupukan di Afdeling Banaran-Delik, Kebun Getas,.. PTPN IX, Semarang,

Lampiran 3.Uji Korelasi pada Komponen Produksi Tandan Buah Segar bulanan Kebun Sei Baruhur pada Tanaman Berumur 5, 7,dan 9 Tahun selama 3

Penanganan Tandan Buah Segar Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Pra Pengolahan di Kebun Ujan Mas, PT.. Cipta Futura,

Hasil menunjukkan bahwa di kebun plasma nutfah pisang Yogyakarta terdapat 5 jenis Hymenoptera parasitoid yang memarasit stadia pradewasa dari E.. Dari ke-lima parasitoid

Hasil menunjukkan bahwa di kebun plasma nutfah pisang Yogyakarta terdapat 5 jenis Hymenoptera parasitoid yang memarasit stadia pradewasa dari E.. Dari ke-lima parasitoid