• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perbedaan Motivasi Berprestasi Pada India Tamil dan Punjabi di Kota Medan Susi Mariani

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Perbedaan Motivasi Berprestasi Pada India Tamil dan Punjabi di Kota Medan Susi Mariani"

Copied!
85
0
0

Teks penuh

(1)

PERBEDAAN MOTIVASI BERPRESTASI PADA INDIA

TAMIL DAN PUNJABI DI KOTA MEDAN

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi persyaratan Ujian Sarjana Psikologi

Oleh

SUSI MARIANI HARAHAP

081301066

FAKULTAS PSIKOLOGI

(2)

ii

Susi Mariani Harahap dan Rika Eliana

ABSTRAK

Kehadiran masyarakat India Tamil dan Punjabi di kota Medan telah menambah kemajuan masyarakat kota Medan. Kedua golongan etnis ini memiliki perbedaan status ekonomi, mayoritas masyarakat India Punjabi memiliki tingkat ekonomi yang lebih tinggi dibandingkan India Tamil. Menurut McClelland (1987) perkembangan ekonomi suatu negara atau kelompok ditentukan oleh motivasi berprestasi masyarakatnya. Motivasi berprestasi ini dipengaruhi oleh faktor budaya. Budaya yang masih dipertahankan masyarakat India hingga saat ini adalah sistem pelapisan sosial (kasta), yang mana etnis India Punjabi menempati tingkatan yang lebih tinggi dibandingkan dengan etnis India Tamil. Perbedaan kasta menimbulkan perbedaan motivasi berprestasi karena masing-masing kasta mengajarkan nilai hidup dan lingkungan sosial yang berbeda.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan motivasi berprestasi pada masyarakat India Tamil dan India Punjabi di kota Medan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif denganmetode komparasi. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala motivasi berprestasi yang diadopsi dari alat ukur motivasi berprestasi direvisi dan divalidasi oleh Ye and Hagtvet (1992) dalam konteks China. Alat ukur ini terdiri dari 45 aitem dengan reliabilitas 0,921. Adapun jumlah subjek dalam penelitian ini adalah 140 orang dengan jumlah masing-masing dari masyarakat India Tamil maupun India Punjabi sebanyak 70 orang.

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh dari uji dan interpretasi independent sample t-test didapatkan nilai p=0,000 yang menunujukkan bahwa hipotesis alternatif yang berbunyi motivasi berprestasi India Punjabi di kota Medan lebih tinggi dibandingkan dengan motivasi berprestasi India Tamil diterima. Skor rata motivasi berprestasi masyarakat India Punjabi adalah 108,41 dan skor rata-rata motivasi berprestasi India Tamil sebesar 92,53.

(3)

iii

Achievement Motivation Differences Of Indian Tamil and Punjabi in Medan Susi Mariani Harahap and Rika Eliana

ABSTRACT

The presence of Indian Tamil and Punjabi in Medan has added a progress of Medan. These two classes of society have a different of economic status, which is the majority of Indian Punjabi has a more settled economic status than Indian Tamil. According to McClelland (1987), economic development of a country or a group of people determined by achievement motivation. Achievement motivation is influenced by cultural factor. Culture that still retained by Indian society till now is a system of social stratification (caste), which is the caste system of India's ethnic of Punjabi occupy a higher level than India's ethnic of Tamil. Caste differences lead to differences in achievement motivation because each caste teach the value of life and different social environments.

This study aimed to determine differences in achievement motivation of Indian Tamil and Punjabi in Medan. The method used in this study is a quantitative approach to the comparative method. Measuring device used in this research is the achievement motivation scale adopted from revised and validated measuring device by Ye and Hagtvet (1992) in the context of China. This instrument consists of 45 items with a reliability of 0.921. The number of subjects in this study is 140 people with the amount of each society from Indian Tamil and Punjabi as many as 70 people.

Based on the results obtained from the test and interpretation of the independent sample t-test, found that the value of p = 0.000, which indicate that the alternative hypothesis which says Indian Punjabi’s achievement motivation in Medan higher than Indian Tamil’s is acceptable. Mean score of Indian Punjabi’s achievement motivation is 108,41 and the Tamil’s is 92,53.

(4)

iv

Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas karunia kekuatan dan kemudahan yang diberikan dalam menyelesaikan skripsi yang berjudul “Perbedaan Motivasi Berprestasi pada India Tamil dan Punjabi di kota Medan” ini. Penelitian ini dilakukan untuk memenuhi salah satu syarat mencapai gelar Sarjana Psikologi Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara.

Peneliti telah melalui berbagai tahap dan proses dalam menyelesaikan skripsi ini. Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan, bimbingan, dan dukungan dari berbagai pihak, mulai dari masa perkuliahan sampai pada penyusunan skripsi ini, sangatlah sulit bagi peneliti untuk melaluinya. Untuk itu penulis ingin mnegucapkan banyak terima kasih kepada:

1. Ibu Prof. Dr. Irmawati, M.Si, psikolog, selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Rika Eliana, M.Psi., Psikolog selaku Pembimbing Skripsi yang telah meluangkan waktu dan memberikan bimbingan, masukan serta motivasi dengan sabar selama seminar dan pengerjaan skripsi ini.

3. Bapak Ari Widiyanta, S.Psi., M.Si., Psikolog selaku dosen Penguji II sekaligus dosen pembimbing akademik yang telah banyak memberikan masukan dan motivasi selama 4 tahun perkuliahan.

4. Ibu Ika Sari Dewi, S.Psi, Psikolog selaku dosen Penguji III yang telah banyak memberikan masukan kepada penulis.

5. Seluruh staff pengajar dan pegawai Fakultas Psikologi USU atas bimbingan, bantuan, dan kekeluargaannya selama ini.

6. Ibunda Nursyam Rao dan Lelo Gawi Harahap selaku kedua orangtua atas dukungan moril, materil, serta doa yang selalu diberikan.

7. Darma Sari Hanum, Am.Keb selaku kakak penulis atas bantuan yang diberikan baik secara langsung maupun tidak langsung.

8. Henti dan Nija selaku adik penulis yang telah banyak memberikan dukungan dan motivasi.

(5)

v

10. Sahabat-sahabat penulis, khususnya Teguh Bagoes Raharjo, Kartika Sari Aggraeni, Jefri Sani, Fatma Indriani, Suci Trisnawati, Siti Rahmah, Ervi Aprilyanti, Nanda Khairani, Puspita Melia Mias, Rizki Febrianti, dan Heni Rahmayeni Putri atas bantuan, dukungan, serta segala prosesnya.

11. Seluruh keluarga besar PsikoNolapan atas kebersamaan dan kekeluargaannya selama ini.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih mengandung banyak kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak guna menyempurnakannya. Akhir kata, penulis berharap semoga Allah SWT membalas kebaikan semua pihak yang telah memberikan bantuannya. Semoga penelitian ini bermanfaat bagi banyak pihak.

Medan, Januari 2013 Penulis,

(6)

vi

1. Definisi Motivasi Berprestasi ………….………12

2. Ciri Motivasi Berprestasi ………...13

3. Faktor Motivasi Berprestasi ……….………..17

B. Masyarakat India ………20

1. Nilai Sosial Budaya India ……….20

2. Sistem Pelapisan Sosial Etnis India ………...21

3. Karakteristik Etnis India ………23

4. Pembagian Suku Etnis India ………….……….24

5. Masyarakat India di Kota Medan ……….………..24

C. Perbedaan Motivasi BerprestasiIndia Tamil dan Punjabi di Kota Medan ……….…29

D. Hipotesis Penelitian ………32

BAB III : METODOLOGI PENELITIAN ……….………33

(7)

vii

B. Definisi Operasional ………...………33

C. Populasi dan Sampel ………34

D. Alat Ukur ………36

E. Validitas Dan Reliabilitas ………..………38

F. Metode Analisis Data ……….41

G. Prosedur Pelaksanaan Penelitian ……….42

BAB IV : ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN ………44

A. Analisa Data ………..……….……….44

1. Gambaran Umum Subjek Penelitian ………44

2. Hasil Penelitian ………..47

B. Pembahasan ………52

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN ………56

A. Kesimpulan ……….………56

B. Saran ……….……….57

(8)

viii

Tabel 1 Daftar Penilaian Skala Bentuk Pernyataan ………37

Tabel 2 Blue Print Skala Motivasi Berprestasi Sebelum Uji Coba …………37

Tabel 3 Blue Print Skala Motivasi Berprestasi Setelah Uji Coba …………..40

Tabel 4 Blue Print Skala Motivasi Berprestasi ………40

Tabel 5 Gambaran Subjek Berdasarkan Jenis Kelamin ………..44

Tabel 6 Gambaran Subjek Berdasarkan Usia ………..45

Tabel 7 Gambaran Subjek Berdasarkan Tingkat Pendidikan ………45

Tabel 8 Gambaran Subjek Berdasarkan Status Pernikahan ………46

Tabel 9 Gambaran Subjek Berdasarkan Agama ……….46

Tabel 10 Gambaran Subjek Berdasarkan Pekerjaan ……….47

Tabel 11 Uji Normalitas ………48

Tabel 12 Uji Homogenitas ………49

Tabel 13 Independent Sample t test ………..50

Tabel 14 Rata-rata Skor Motivasi Berprestasi ……….51

Tabel 15 Gambaran Motivasi Berprestasi berdasarkan Jenis Kelamin ……….51

Tabel 16 Gambaran Motivasi Berprestasi berdasarkan Usia ………51

(9)

ix

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN 1 Reliabilitas Uji Coba Skor Skala Motivasi Berprestasi …….61

LAMPIRAN 2 Reliabilitas Skala Motivasi Berprestasi ……….66

LAMPIRAN 3 Analisa Hasil Penelitian ………69

(10)

ii

Susi Mariani Harahap dan Rika Eliana

ABSTRAK

Kehadiran masyarakat India Tamil dan Punjabi di kota Medan telah menambah kemajuan masyarakat kota Medan. Kedua golongan etnis ini memiliki perbedaan status ekonomi, mayoritas masyarakat India Punjabi memiliki tingkat ekonomi yang lebih tinggi dibandingkan India Tamil. Menurut McClelland (1987) perkembangan ekonomi suatu negara atau kelompok ditentukan oleh motivasi berprestasi masyarakatnya. Motivasi berprestasi ini dipengaruhi oleh faktor budaya. Budaya yang masih dipertahankan masyarakat India hingga saat ini adalah sistem pelapisan sosial (kasta), yang mana etnis India Punjabi menempati tingkatan yang lebih tinggi dibandingkan dengan etnis India Tamil. Perbedaan kasta menimbulkan perbedaan motivasi berprestasi karena masing-masing kasta mengajarkan nilai hidup dan lingkungan sosial yang berbeda.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan motivasi berprestasi pada masyarakat India Tamil dan India Punjabi di kota Medan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif denganmetode komparasi. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala motivasi berprestasi yang diadopsi dari alat ukur motivasi berprestasi direvisi dan divalidasi oleh Ye and Hagtvet (1992) dalam konteks China. Alat ukur ini terdiri dari 45 aitem dengan reliabilitas 0,921. Adapun jumlah subjek dalam penelitian ini adalah 140 orang dengan jumlah masing-masing dari masyarakat India Tamil maupun India Punjabi sebanyak 70 orang.

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh dari uji dan interpretasi independent sample t-test didapatkan nilai p=0,000 yang menunujukkan bahwa hipotesis alternatif yang berbunyi motivasi berprestasi India Punjabi di kota Medan lebih tinggi dibandingkan dengan motivasi berprestasi India Tamil diterima. Skor rata motivasi berprestasi masyarakat India Punjabi adalah 108,41 dan skor rata-rata motivasi berprestasi India Tamil sebesar 92,53.

(11)

iii

Achievement Motivation Differences Of Indian Tamil and Punjabi in Medan Susi Mariani Harahap and Rika Eliana

ABSTRACT

The presence of Indian Tamil and Punjabi in Medan has added a progress of Medan. These two classes of society have a different of economic status, which is the majority of Indian Punjabi has a more settled economic status than Indian Tamil. According to McClelland (1987), economic development of a country or a group of people determined by achievement motivation. Achievement motivation is influenced by cultural factor. Culture that still retained by Indian society till now is a system of social stratification (caste), which is the caste system of India's ethnic of Punjabi occupy a higher level than India's ethnic of Tamil. Caste differences lead to differences in achievement motivation because each caste teach the value of life and different social environments.

This study aimed to determine differences in achievement motivation of Indian Tamil and Punjabi in Medan. The method used in this study is a quantitative approach to the comparative method. Measuring device used in this research is the achievement motivation scale adopted from revised and validated measuring device by Ye and Hagtvet (1992) in the context of China. This instrument consists of 45 items with a reliability of 0.921. The number of subjects in this study is 140 people with the amount of each society from Indian Tamil and Punjabi as many as 70 people.

Based on the results obtained from the test and interpretation of the independent sample t-test, found that the value of p = 0.000, which indicate that the alternative hypothesis which says Indian Punjabi’s achievement motivation in Medan higher than Indian Tamil’s is acceptable. Mean score of Indian Punjabi’s achievement motivation is 108,41 and the Tamil’s is 92,53.

(12)

BAB I PENDAHULUAN

Kota Medan adalah ibukota provinsi Sumatera Utara dan merupakan salah satu kota ketiga terbesar di Indonesia setelah Jakarta dan Surabaya. Sejak abad ke 19 kota Medan telah tumbuh sebagai kota berpenduduk majemuk. Hal ini dikarenakan kota Medan berada pada posisi jalur lalu litas perdagangan. Posisinya yang terletak di dekat pertemuan Sungai Deli dan Babura sehingga cepat berkembang menjadi pelabuhan transit yang sangat penting (pemkomedan.go.id).

Pada tahun 1863 di kota Medan didirikan industri perkebunan (mulanya perkebunan tembakau) yang dirintis oleh Jacobus Nienhys. Pada masa itu banyak buruh dari Cina, India, dan Pulau Jawa didatangkan oleh pengusaha-pengusaha perkebunan untuk memenuhi kebutuhan tenaga kerja. Selain mereka yang didatangkan sebagai kuli, migran lain pun terus berdatangan ke kota ini untuk tujuan berdagang dan mengisi berbagai lowongan pekerjaan yang tersedia (Suprayitno, 2005).

(13)

2

negara lain dan yang kedua adalah keturunan India yang sudah menjadi warga negara di tempatnya merantau (Emsan, 2011).

Masyarakat India di Indonesia mempunyai sub kelompok yakni Punjabi, Tamil, Sindhi, Telegu, dan Gujarat. Kelompok India Tamil yang berasal dari India Selatan merupakan etnis India terbesar di kota Medan. Orang India lainnya yang terdapat di Medan adalah Punjabi yang berasal dari India Utara (Waspada, Juni 2011).

Kepribadian orang India ditandai oleh konsep jiva. Jiva mewakili segala sesuatu mengenai seorang individu. Konsep jiva ini terdiri dari lima lapisan, lapisan terluar adalah tubuh (body), lapisan berikutnya adalah nafas kehidupan (mengarah kepada proses fisiologis), lapisan ketiga melibatkan sensasi dan fikiran yang mengkoordinasi fungsi sensoris, lapisan keempat mewakili aspek kognitif dan yang kelima atau lapisan terdalam adalah atman, suatu asas abadi sebagai representasi Yang Esa (Panjpe dalam Berry dkk, 2004).

Hal yang menarik adalah secara kultural mayoritas masyarakat Indonesia secara intensif memperoleh pengaruh dari kebudayaan India. Disebutkan bahwa orang India mementingkan hal yang bersifat universal, mengecilkan arti individualitas, memandang segala sesuatu sebagai kesatuan statik, menganggap kepribadian manusia dari segi subjektif, tunduk kepada hal universal, terasing dari dunia nyata, serta suka kepada pemikiran introspektif dan metafisik (Habib, 2004).

(14)

beberapa komunitas etnis di Sumatera Utara, namun sungguh disayangkan hampir tidak pernah dibahas secara ilmiah melalui seminar terutama dijenjang perguruan tinggi (Analisa, 2009). Sehingga peneliti tertarik untuk meneliti tentang etnis India yang ada di kota Medan. Penelitian ini secara khusus akan membahas mengenai etnis India Tamil dan Punjabi yang ada di kota Medan.

Lubis (2005) dalam penelitiannya mengenai kajian awal komunitas India di kota Medan menyebutkan bahwa orang-orang Cina yang pada awalnya datang ke Medan sebagai kuli perkebunan telah berkembang menjadi satu kelompok yang menguasai ekonomi. Sementara itu imigran keturunan India yang juga datang dalam kurun waktu yang sama dan untuk sebagian besar dengan status yang sama tidak memperlihatkan kemajuan penguasaan ekonomi semaju orang Cina. Hal ini terlihat dari pernyataan yang diberikan oleh Mose Algesen, seorang tokoh keturunan India Tamil, kepada anggota DPRD Sumut pada awal Mei 2011, bahwa kebanyakan masyarakat India Tamil di kota Medan bekerja di sektor-sektor informal seperti menjadi tukang parkir, pedagang, guru, atau buruh kasar. Tidak sedikit pula yang bekerja keluar negeri sebagai TKI. Sangat sedikit orang-orang Tamil yang bekerja di kantor pemerintahan di Medan dibandingkan jumlah warga Tamil yang mencapai puluhan ribu orang. Di sektor kecil, seperti kelurahan tidak pernah ada wakil suku Tamil. Bahkan di Kampung Madras yang kebanyakan orang India, tidak ada warga India yang pernah menjadi lurah (Waspada,Juni 2011).

(15)

4

memiliki pendidikan formal. Hal senada juga diungkapkan oleh Sofyan Tan, seorang tokoh masyarakat Sumatera Utara, bahwa satu-satunya cara untuk mengangkat kesejahteraan hidup etnis India Tamil agar lebih baik dan bisa hidup sejajar dengan lainnya adalah memperbaiki pendidikan mereka (Analisa, Juni 2011).

Berbeda dengan orang-orang Tamil, orang-orang Punjabi tergolong tekun dan sukses menjalankan bisnis mereka, sehingga baik secara ekonomi maupun tingkat pendidikan, Punjabi terlihat lebih mapan dibandingkan suku-suku India lain yang menetap di Sumatera Utara. Kesuksesan ini ditopang oleh kuatnya solidaritas sesama orang-orang Punjabi, yang antara lain diwujudkan melalui pengembangan jaringan bisnis sesama warga Punjabi. Kesuksesan orang-orang Punjabi ini dapat dilihat dari berdirinya toko-toko sport yang sudah ditekuni sejak tahun 1930-an. Hingga saat ini telah ada kurang lebih 20 toko sport di Kota Medan yang pemiliknya berasal dari suku bangsa Punjabi. Pada bidang pendidikan orang–orang secara khusus sangat kuat dalam bidang pendidikan Bahasa Inggris, suku bangsa Punjabi membuka tempat-tempat kursus bahasa Inggris yang dibuka untuk umum. Selain toko sport dan pendidikan, suku Punjabi di kota Medan juga terkenal dengan kemampuan berternak sapi yang menghasilkan susu yang sudah dikenal luas di Sumatera (Lubis, 2005).

(16)

mencari penghasilan dan karir. McClelland (1987) menyebutkan bahwa individu yang mempunyai motivasi berprestasi tinggi akan mempunyai rasa tanggung jawab dan rasa percaya diri yang tinggi, lebih ulet, lebih giat dalam melaksanakan suatu tugas, mempunyai harapan yang tinggi untuk sukses dan mempunyai keinginan untuk menyelesaikan tugasnya dengan baik.

(17)

6

setiap hari sabtu dan di sekolah ini diajarkan bahasa serta kebudayaan Punjabi kepada anak-anak etnis India Punjabi yang beragama Sikh.

Di dalam seluruh kebudayaan India sifat yang paling kuat ialah susunan kasta (Waluya, 2007). Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Florence (2008) budaya dalam bentuk kasta telah menyebabkan perbedaan ekonomi antara India Tamil dan Punjabi. Budaya kasta telah mempengaruhi motivasi kerja dan moral ekonomi komunitas Tamil dalam berdagang sehingga sulit berkembang. Pada umumnya komunitas Tamil hanya memiliki usaha yang lebih kecil seperti pedagang kaki lima, warung kecil, dan tukang parkir sedangkan komunitas Punjabi memiliki toko dalam mengembangkan usaha mereka.

Sistem kasta masyarakat India memiliki ciri-ciri yaitu, keanggotaan kasta berdasarkan kelahiran, perkawinan dengan orang diluar golongan tersebut dilarang dan pergaulan dengan golongan terendah dilarang. Kemudian setiap golongan memiliki kedudukan sosial yang sangat tajam batasan-batasannya, sehingga lahir dan mati dalam golongannya dan sepanjang hidupnya tidak dapat dirubah (kodrati) (Waluya, 2007).

Sistem kasta pada etnis India ini timbul akibat perbedaan asal dan warna kulit. Pada tahun 1500 SM bangsa Arya memasuki India. Kulit mereka lebih putih dibandingkan dengan penduduk asli. Perbedaan ini menyebabkan timbulnya kasta agar keturunan dan warna kulit bangsa Arya tetap terjaga dan tidak bercampur dengan penduduk asli, yaitu bangsa Dravida (Florence, 2008).

(18)

Ksatria. Walaupun agama Sikh mengatakan sistem kasta tidak ada namun pengaruh dari agama Hindu itu masih ada, terbukti dengan realitas komunitas Sikh yang dimasukkan ke dalam kategori kasta Ksatria yaitu kasta kaum pejuang.

Sistem kasta ini sampai sekarang masih tetap dipertahankan walaupun masyarakat India sendiri terkadang tidak mengakuinya (Noorkasiani, 2007). Hal ini terlihat dengan masyarakat Punjabi yang menekankan untuk menikah dengan sesama kasta. Dalam kehidupan sehari–hari biasanya etnis India Tamil dan India Punjabi tidak berbaur. Orang-orang Punjabi lebih mengutamakan satu etnik yang kastanya sama baik untuk dipekerjakan di toko maupun untuk ditolong pada saat kesulitan (Florence, 2008) . Hal ini sesuai dengan yang dinyatakan oleh J (30 tahun) seorang yang berasal dari etnis tamil :

“ walaupun rumah ibadah mereka (Punjab) bersebelahan dengan kita, kita

gak pernah bertegur sapa dengan mereka, mereka itu orangnya kejam- kejam, orang punjab juga ga pernah beli di tempat kami, kalo ketemu di jalan juga gak saling berteguran .

(Wawancara Interpersonal, Oktober 2011) Kasta memainkan peranan dalam pembentukan ekonomi seseorang. Sistem kasta adalah bagian dari budaya Hindu yang membentuk nilai-nilai dan keyakinan individu. Pekerjaan seseorang ditentukan oleh kasta mereka, kemudian diteruskan kepada generasi mendatang (Audretsch dan Meyer, 2009).

Sistem kasta telah dihapuskan sejak tahun 1950 tetapi dampaknya pada persepsi masyarakat India tetap bertahan. Kasta yang rendah dipersepsikan sebagai inferior. Secara umum stigma kasta mereka menandai mereka tidak mampu (Hoff and Pandey, 2008).

(19)

8

kasta tinggi dan kasta rendah. Mereka yang berasal dari kasta yang tinggi memiliki motivasi berprestasi yang lebih tinggi dibandingkan dengan mereka yang berasal dari kasta rendah. Hoff dan Pandey (2011) menemukan bahwa kasta menghasilkan kesenjangan dalam kinerja, mereka yang berasal dari kasta tinggi belajar dan bekerja lebih produktif dari pada kasta rendah. Ditemukan juga bahwa mereka yang berasal dari kasta tinggi memiliki konsep diri dan kepercayaan diri yang lebih baik daripada mereka yang berasal dari kasta yang rendah. Mereka yang berasal dari kasta rendah merasa tidak bisa (I can’t) dan tidak berani (I don’t

dare). Demikian juga penelitian mengenai perbedaan prestasi pada siswa di India yang dilakukan oleh Nuthanap (2007 ) menunjukkan bahwa siswa dengan kasta rendah berbeda dalam hal prestasi akademik dengan siswa yang berasal dari kasta tinggi. Siswa dengan kasta yang rendah memiliki prestasi akademik yang lebih rendah daripada siswa kasta tinggi. Menurut Hoff dan Pandey (2008) hal ini dikarenakan mereka yang berasal dari kasta tinggi termotivasi oleh lingkungan sosial mereka.

(20)

mendorong individu untuk memecahkan masalah secara mandiri tanpa dihantui perasaan takut gagal, maka dalam diri seseorang akan berkembang hasrat untuk berprestasi tinggi. Motivasi berprestasi merupakan suatu komponen penting dalam kepribadian yang membuat manusia berbeda satu sama lain (Morgan,dkk, 1986).

Graham (dalam Santrock, 2003) menyebutkan perlunya mempelajari motivasi berprestasi dari anak-anak yang berasal dari golongan minoritas. Hal ini dikarenakan bukan hanya faktor kelas sosial saja yang membedakan perbedaan prestasi remaja jika ditinjau dari etnis. Motivasi berprestasi juga dapat menjelaskan mengapa suatu kelompok dapat lebih sukses secara ekonomi daripada kelompok lain.

Berkaitan dengan perbedaan latar belakang ekonomi India tamil dan India Punjabi yang ada di kota Medan, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang “Perbedaan Motivasi BerprestasiIndia Tamil dan Punjabi di kota Medan”

B. PERUMUSAN MASALAH

Perumusan masalah pada penelitian ini adalah apakah terdapat perbedaan Motivasi Berprestasi pada masyarakat India Tamil dan Punjabi di kota Medan.

C. TUJUAN PENELITIAN

(21)

10

D. MANFAAT PENELITIAN

Dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan dua manfaat, yaitu: manfaat secara teoritis dan manfaat secara praktis.

1. Manfaat teoritis

Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah ilmu pengetahuan khususnya pada bidang Psikologi Sosial mengenai motivasi berprestasi masyarakat India di kota Medan. Penelitian ini diharapkan akan berperan dalam pengembangan ilmu psikologi.

2. Manfaat praktis

a. Masyarakat India Tamil dan Punjabi Kota Medan

Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan oleh masyarakat India di kota Medan dan institusi yang terkait dalam hal motivasi berprestasi India Tamil dan Punjabi di kota Medan.

b. Peneliti lain

(22)

E. SISTEMATIKA PENULISAN

Penelitian ini terdiri dari lima bab dimulai dari bab I sampai bab V. Adapun sistematika penulisan proposal penelitian ini adalah :

BAB I Merupakan bab pendahuluan yang terdiri atas :

Latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.

BAB II Merupakan landasan teori yang terdiri atas :

Teori motivasi berprestasi, Ciri Motivasi Berprestasi dan faktor yang mempengaruhi motivasi berprestasi. Bab ini juga menjelaskan mengenai masyarakat India di kota Medan.

BAB III Merupakan metodologi penelitian, yang terdiri atas:

Identifikasi variabel penelitian, definisi operasional penelitian, sampel dan populasi, metode pengumpulan data, dan metode analisis data.

BAB IV Analisa dan Interpretasi Data, yang terdiri atas:

Gambaran subjek penelitian, uji asumsi penelitian, hasil utama penelitian dan hasil tambahan.

BAB V Kesimpulan, Diskusi, dan Saran

(23)

12

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Motivasi Berprestasi

1. Definisi Motivasi Berprestasi

McClelland (1987) menggunakan istilah need for achievement (n Ach)

untuk kebutuhan berprestasi yaitu sebagai suatu dorongan pada seseorang untuk berhasil dalam berkompetisi dengan suatu standar keunggulan (standar of excellence).

Atkinson (1978) menyatakan bahwa motivasi berprestasi individu didasarkan atas dua hal, yaitu tendensi untuk meraih sukses dan tendensi untuk menghindari kegagalan. Individu yang memiliki motivasi berprestasi tinggi berarti ia memiliki motivasi untuk meraih sukses yang lebih kuat daripada motivasi untuk menghindari kegagalan, begitu pula sebaliknya.

Menurut Woolfolk (1993) pengertian motivasi berprestasi sebagai suatu keinginan untuk berhasil, berusaha keras dan mengungguli orang lain berdasarkan suatu standar mutu tertentu. Dwivedi dan Herbert (dalam Asnawi, 2002) juga mengungkapkan motivasi berprestasi sebagai dorongan untuk sukses dalam situasi kompetisi yang didasarkan pada ukuran keunggulan dibanding standarnya sendiri ataupun orang lain.

(24)

mendefinisikan motivasi berprestasi sebagai keinginan untuk mencapai sukses dan berpartisipasi dalam kegiatan, yang mana sukses itu tergantung pada upaya dan kemampuan individu. Sama halnya dengan Santrock (2003) yang merumuskan bahwa motivasi berprestasi adalah suatu dorongan untuk menyempurnakan sesuatu, untuk mencapai sebuah standar keunggulan dan untuk mencurahkan segala upaya untuk mengungguli. Jadi motivasi berprestasi sangat tergantung pada usaha dan upaya seseorang.

Berdasarkan uraian di atas dapat ditarik pengertian bahwa motivasi berprestasi adalah dorongan atau keinginan dalam diri individu yang menimbulkan kecenderungan menuntut dirinya berusaha lebih keras untuk melakukan sesuatu hal yang lebih baik serta adanya dorongan untuk mengatasi tantangan atau rintangan dan memecahkan masalah tersebut.

2. Ciri Motivasi Berprestasi

Ada beberapa karakteristik dari individu yang memiliki motivasi berprestasi yang dijabarkan oleh McClelland (1987), yakni sebagai berikut: a. Menyukai tugas yang memiliki taraf kesulitan sedang

(25)

14

mereka yang memiliki motivasi berprestasi tinggi menyukai tugas-tugas dengan taraf kesulitan sedang yang dianggap realistis sesuai dengan kemampuannya.

b. Bertanggung jawab secara personal

Individu yang memiliki motivasi berprestasi yang tinggi memilih untuk bertanggung jawab secara personal terhadap performanya. Mereka akan memperoleh kepuasan setelah melakukan sesuatu yang lebih baik dengan tanggung jawab personal terhadap tugas yang dilakukan. Mereka juga mempunyai kecenderungan untuk menyelesaikan pekerjaan sampai tuntas, dan selalu ingat akan tugas-tugasnya yang belum terselesaikan.

c. Menyukai umpan balik

Orang dengan motivasi berprestasi tinggi menyukai tugas-tugas dimana prestasi mereka dapat dibandingkan dengan prestasi orang lain. Mereka menyukai umpan balik tentang pekerjaan mereka. Umpan balik dibutuhkan agar dapat meningkatkan efektivitas dari pekerjaan yang telah dilakukan dan untuk mencapai hal yang diinginkan. Orang yang memiliki kebutuhan berprestasi tinggi lebih menyukai timbal balik (feedback) yang cepat dan efisien mengenai prestasi mereka.

d. Inovatif

(26)

Mereka senang mencari informasi untuk menemukan cara menyelesaikan tugas dengan lebih baik dan menghindari cara kerja yang monoton dan rutin. Mereka yang memiliki motivasi berprestasi tinggi akan mencari kesempatan yang menantang mulai dari yang mampu mereka lakukan sampai pada sesuatu kesempatan yang sedikit lebih menantang. Ketika orang yang memiliki kebutuhan berprestasi meraih kesuksesan dengan taraf kesulitan sedang, maka mereka akan terus meningkatkan level aspirasi mereka dengan cara yang realistis, sehingga dapat bergerak menuju tugas yang lebih sulit dan lebih menantang. Orang yang memiliki kebutuhan berprestasi yang tinggi suka bertanggung jawab pada pemecahan masalah

e. Ketahanan

Mereka yang memiliki motivasi berprestasi tinggi memiliki ketahanan kerja yang lebih tinggi dalam mengerjakan tugas dibanding dengan orang dengan motivasi berprestasi rendah. Individu tersebut umumnya mampu bertahan terhadap tekanan sosial yang ada. Orang dengan motivasi berprestasi tinggi percaya bahwa mereka dapat menyelesaikan pekerjaannya dengan tepat dan baik serta mampu mengerjakan pekerjaan yang serupa dengan hasil yang lebih baik di masa yang akan datang.

(27)

16

Atkinson dan Feather (1966) menyatakan bahwa persepsi terhadap kemungkinan untuk berprestasi didasarkan atas dua hal yaitu untuk motive to achieve dan motive to avoid failure (takut gagal)

Motif untuk mencapai keberhasilan didasarkan pada kebutuhan untuk sukses, persepsi individu tentang kemungkinan untuk berhasil, dan persepsi individu terhadap nilai hasilnya (Atkinson & Feather, 1966).

Motif untuk menghindari kegagalan didasarkan pada kebutuhan untuk menghindari kegagalan, persepsi individu dari kemungkinan untuk gagal, dan persepsi individu terhadap efek kegagalan.

Persepsi seseorang tentang kemungkinan berprestasi ditentukan oleh kebutuhan untuk mencapai dan rasa takut terhadap kegagalan. Efek yang dihasilkan memutuskan perilaku nya, apakah akan mencoba atau tidak. Jika kebutuhan untuk berprestasi lebih kuat dari rasa takut akan kegagalan, ia akan melanjutkan untuk mencoba tugas. Sebaliknya, jika rasa takut akan kegagalan lebih kuat dari kebutuhan untuk berprestasi, ia akan menghindari tugas (Atkinson & Feather, 1966). Oleh karena itu, apakah seseorang akan mencoba tugas ditentukan oleh keseimbangan antara kebutuhan untuk berprestasi dan ketakutan akan kegagalan.

(28)

melemparkan cincin ke pasak dengan jarak sepuluh kaki (Atkinson & Feather, 1966). Atkinson dan Feather (1966) menyatakan bahwa individu dengan kebutuhan berprestasi yang tinggi lebih menyukai tugas dengan kesulitan moderat karena mereka akan berhasil dengan usaha dan hasil keberhasilan akan berharga. Sebaliknya, individu dengan motif tinggi untuk menghindari kegagalan cenderung untuk memilih baik mudah atau sulit tugas karena kemungkinan kegagalan untuk tugas-tugas mudah akan sangat rendah dan mereka tidak akan merasa malu banyak ketika gagal dalam tugas-tugas yang sulit (Atkinson & Feather, 1966).

3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Motivasi Berprestasi Menurut Mc.Clelland (1987) tinggi rendahnya derajat motivasi berprestasi yang dimiliki individu, dipengaruhi oleh dua faktor utama yaitu :

1. Faktor individual a. Intelegensi

Intelegensi merupakan kecakapan yang bersifat potensial yang dimiliki individu dan merupakan salah satu unsur penting dalam proses pemecahan masalah yang dihadapi individu.

b. Penilaian tentang diri

(29)

18

bersifat positif maupun negatif. Bila individu memiliki penilaian diri yang positif, maka ia akan percaya pada kemampuan diri sendiri, aktif berusaha dan berani menghadapi tantangan. Dalam berprestasi, individu akan merasa tertantang untuk menyelesaikan tugas yang menuntut keahlian atau kemampuannya serta berusaha untuk mencapai standar keunggulan yang ditetapkan olehnya. Sebaliknya, seseorang yang memiliki penilaian diri negatif akan tampak kurang percaya diri dan kurang berani menghadapi tantangan meski ia sebenarnya memiliki kemampuan.

c. Self-efficacy

Self-efficacy, mengacu pada keyakinan individu pada dirinya untuk mampu

mencapai sukses. Semakin tinggi tingkat keyakinan seseorang maka individu akan

semakin termotivasi untuk berprestasi.

d. Konsep Diri

Konsep diri adalah penilaian, pandangan, dan perasaan seseorang tentang dirinya. Konsep diri terdiri atas dua aspek, yaitu konsep diri fisik yang tercermin pada penampilannya, dan konsep diri psikologis yang terinci atas konsep diri akademis dan konsep diri sosial.

e. Jenis Kelamin

Laki-laki memiliki motivasi berprestasi yang lebih tinggi karena laki-laki

lebih dilatih untuk aktif, kompetitif, dan mandiri daripada perempuan karena

(30)

f. Usia

Kualitas motivasi berprestasi mengalami perubahan sesuai dengan usia

individu. Motivasi berprestasi individu tertinggi pada usia 20-30 tahun, dan

mengalami penurunan setelah usia pertengahan.

g. Kepribadian

Faktor kepribadian juga dapat mempengaruhi motivasi berprestasi seseorang.

Individu yang menganggap keberhasilan adalah karena dirinya akan memiliki

motivasi berprestasi yang berbeda pula dengan individu yang menganggap

keberhasilan hanya karena sesuatu diluar dirinya atau karena keberuntungan saja.

Individu yang mengalami kecemasan akan semakin termotivasi karena adanya

perasaan takut terhadap kegagalan.

2. Faktor Lingkungan a. Lingkungan keluarga

Suasana keluarga yang harmonis dan hangat akan memberikan rasa aman kepada individu untuk berekspresi secara bebas. Dengan suasana seperti ini, individu diberi kesempatan untuk mengekspresikan diri dan akan merasa tertantang untuk dapat meraih prestasi yang lebih baik walaupun ia mengalami kegagalan.

b. Lingkungan sosial

(31)

20

sehingga walaupun ia mengalami kegagalan, ia tetap terdorong untuk mengatasinya dan berusaha lebih baik.

Apabila dibesarkan dalam budaya yang menekankan pada pentingnya keuletan, kerja keras, sikap inisiatif dan kompetitif, serta suasana yang selalu mendorong individu untuk memecahkan masalah secara mandiri tanpa dihantui perasaan takut gagal, maka dalam diri seseorang akan berkembang hasrat untuk berprestasi tinggi.

B. Masyarakat India

1. Nilai-nilai Sosial Budaya India

Kebudayaaan dan kehidupan orang India sehari-hari ditentukan oleh sistem kepercayaan yang berasal dari agama Hindu. Dalam agama Hindu tercantum juga etika, bentuk masyarakat, dan juga keseluruhan yang berkaitan dengan etika tersebut. Keseluruhan ini disebut dengan agama Hindu. Jadi agama Hindu ialah agama orang India dan juga seluruh kebudayaan yang berkaitan dengan orang India (Ghonig, 2005).

Karakteristik utama filsafat India adalah kebatinan spiritualnya yaitu, orientasinya ke arah realisasi. Kepribadian orang India ditandai oleh konsep jiva.

(32)

mewakili aspek kognitif dan yang kelima atau lapisan terdalam adalah atman, suatu asas abadi sebagai representasi Yang Esa (Panjpe dalam Berry dkk, 2004).

Etnis India mempercayai ajaran Karmaphala atau hukum karma untuk mempertebal keyakinan agar tidak melakukan tingkah laku yang menyimpang. Ajaran ini mengajarkan tentang hubungan antara perbuatan atau tingkah laku manusia itu sendiri. Apabila berbuat jahat atau berfikiran jahat maka akibat buruk yang didapat dan sebaliknya apabila berbuat baik maka kebaikan yang akan didapat. Etnis India juga percaya bahwa keharmonisan diri dengan alam dan lingkungan sekitar merupakan bagian dari keagamaan yang harus dilaksanakan. Karena manusia tidak dapat hidup sendri dan tidak dapat hidup tanpa alam sekitar, jadi harus adanya hubungan yang harmonis antara manusia dengan alam dan manusia dengan sesamanya (Nuriah, 1990).

2. Sistem Pelapisan Sosial Etnis India

Di India diterapkan lapisan sosial tertutup. Lapisan Sosial ini terwujud dalam bentuk kasta. Di dalam seluruh kebudayaan India, sifat yang paling kuat ialah susunan kasta. Sistem kasta ini telah ada sejak berabad-abad yang lalu, yang disebut Yati, sedangkan sistemnya disebut Varna. Satu-satunya jalan untuk menjadi anggota yaitu melalui kelahiran atau keturunan. Kasta pada masyarakat India tersusun dari atas ke bawah, yaitu sebagai berikut :

(33)

22

b. Ksatria , yaitu kasta para bangsawan dan tentara

c. Waisya, yaitu kasta para pedagang. Kasta ini dianggap sebagai kelompok lapisan menengah pada masyarakat

d. Sudra , yaitu kasta yang dimiliki oleh orang kebanyakan atau rakyat jelata e. Di dalam sistem kasta ini terdapat kelompok masyarakat yang tidak

memiliki kasta atau budak. Adapun mereka yang tidak berkasta disebut kaum Paria.

Kasta pada masyarakat India ini mempunyai ciri -ciri sebagai berikut :

1. Keanggotaan pada kasta diperoleh karena keturunan / warisan

2. Keanggotaan yang diwariskan berlaku seumur hidup karena seseorang tidak mungkin mengubah kedudukannya, kecuali bila ia dikeluarkan dari kastanya

3. Perkawinan bersifat endogam, artinya harus menikah dengan orang yang sekasta

4. Hubungan dengan kelompok-kelompok sosial lainnya bersifat terbatas 5. Kesadaran pada keanggotaan suatu kasta tertentu, terutama nyata dari

nama kasta

6. Kasta diikat oleh kedudukan yang secara tradisional telah ditetapkan 7. Prestise suatu kasta benar-benar diperhatikan

(34)

terutama mereka yang berada pada lapisan bawah jarang memiliki cita-cita yang tinggi karena masyarakat akan melecehkannya atau terkadang keberhasilan yang ditempuh seseorang tidak diakui. Dengan demikian, kedudukan yang dimiliki setiap individu sebagai anggota masyarakat relatif bersifat permanen. Begitu pula hubungan yang dilakukan dengan sesama anggota masyarakat yang berlainan lapisan harus dibatasi sesuai dengan kedudukan sosial yang dimiliki. Sistem lapisan sosial tertutup ini sering disebut sebagai sistem yang kaku atau ekstrim. Sebagai akibatnya, kemampuan pribadi tidak diperhitungkan dalam menentukan tinggi rendah kedudukan seseorang dalam masyarakat (Waluya, 2007).

3. Karakteristik Etnis India

Karakter orang India adalah ulet dan pekerja keras (Oentoro 2010). Orang India mementingkan hal yang bersifat universal, mengecilkan arti individualitas, memandang segala sesuatu sebagai kesatuan statik, menganggap kepribadian manusia dari segi subektif, tunduk kepada hal universal, terasing dari dunia nyata, serta suka kepada pemikiran introspektif dan metafisik (Habib, 2004).

(35)

24

4. Pembagian Suku Etnis India

India memiliki bermacam-macam hal yang berkaitan dengan ras, etnis, agama dan bahasa yang sangat berbeda. Sulit untuk membuat suatu pengelompokan yang sederhana untuk semua penduduk. Suatu penelitian yang dilaksanakan pada tahun 1991 menemukan adanya 4.635 masyarakat atau suku. India Utara dan tengah terdapat beragam suku seperti Hindi, Marath, Bengal, Urdu, Bhojpurbihar, Gujarat, Oriya, Punjab, Sindhi, Rajasthan/Mawar, Assam, Nepal, Kasmir, Lambad/Gypsy, Konkan dan Bagri. India Selatan terdapat orang Dravida. Dravida sendiri terbagi atas 4 suku yakni, Tamil, Telugu, Kannada, dan Malayalam (Cahyono, 2003).

Masyarakat India di Indonesia mempunyai sub kelompok yakni Punjabi, Tamil, Sindhi, Telegu, Gujarat. Kelompok India Tamil yang berasal dari India Selatan merupakan etnis India terbesar di kota Medan. Orang India lainnya yang terdapat di Medan adalah Punjabi. Suku bangsa Punjabi adalah kelompok suku bangsa Indo-Arya dari Asia Selatan yang berasal dari India Utara (Waspada, Juni 2011).

5. Masyarakat India di Kota Medan a. Komunitas Tamil

(36)

dari India bagian selatan, namun tidak sedikit pula yang berasal dari India bagian utara (Sinar, 2001)

Umumnya etnis Tamil berasal dari kerajaan Drawidia di India Selatan, sebagian besar dari mereka berasal dari kelas atau status sosial ekonomi rendah dan tidak terpelajar. Mereka dibujuk untuk datang ke tanah Deli dengan cerita tentang kekayaan dan kesuburan Tanah Deli serta dijanjikan akan mendapatkan pekerjaan mudah dengan bayaran tinggi pada industri perkebunan yang berkembang pada masa itu (Sinar, 2001).

Etnis Tamil yang masuk ke Indonesia kebanyakan dipekerjakan di perusahaan perkebunan Belanda yang bernama Deli Maatschappij. Pada kenyataannya mereka tidak mendapatkan seperti apa yang dijanjikan. Mereka dipekerjakan sebagai buruh kasar dengan beban kerja yang sangat berat tetapi gaji yang diperoleh rendah. Mereka juga menempati perumahan yang tidak layak. Mereka banyak diasosiasikan dengan pekerjaan kasar, seperti kuli perkebunan, kuli pembuat jalan, penarik kereta lembu, dan pekerjaan-pekerjaan lainnya yang lebih mengandalkan otot. Hal ini terkait dengan latar belakang orang Tamil yang datang ke Medan, yaitu mereka yang berasal dari golongan rendah di India, yang tentu saja memiliki tingkat pendidikan yang amat rendah pula (Sinar, 2001).

(37)

26

identik dengan kulit gelap, khususnya masyarakat Tamil dan julukan ini cenderung memiliki konotasi negatif. Padahal sebenarnya istilah kata “keling” ini digunakan untuk orang Jawa yang berasal dari kerajaan Kalingga di Jawa Tengah. Namun orang Belanda membuat kesalahan pengucapan kata Kalingga sehingga menjadi kata keling. Hal ini juga berdampak pada penyebutan nama daerah yang sampai saat ini merupakan salah satu pusat kebudayaan dan pengembangan etnis Tamil yaitu Kampung Keling (Bates, 2001).

Dari segi ekonomi mayoritas orang-orang India Tamil bermata pencaharian sebagai pedagang. Orang India Tamil umumnya berjualan makanan seperti martabak, burger, mie goreng, sate, nasi goreng, mie balap, bubur candil dan lain-lain. Tidak jarang juga orang-orang India Tamil bermata pencaharian dari hasil Salon, Laundry dan ada juga yang hanya sebagai tukang parkir (Florence, 2008).

Dalam sistem kasta, orang Tamil menduduki golongan kasta Sudra. Hal ini sesuai dengan kasta mereka ketika didatangkan sebagai buruh di perkebunan Deli. Falsafah hidup orang India Tamil berbunyi “ Yathum Ure, Yawerum Kellir“ yang

(38)

harus membantu mereka ketika membutuhkan dan demikian pula sebaliknya (Florence, 2008).

b. Komunitas Punjabi

Orang Punjabi menganut Agama Sikh. Ajaran Sikh merupakan bagian dari agama Hindu yang didirikan pada abad ke-16 di Punjab. Guru Nanak merupakan pembawa ajaran sikh. Guru Nanak mengambil yang terbaik dari agama Hindu dan Islam selanjutnya menggabungkan kedua agama tersebut, sehingga terbentuk ajaran sikh. Dari kedua agama tersebut, ajaran sikh mengikuti sisi teologi dari agama Islam yaitu tentang keyakinan satu Tuhan serta percaya kepada Allah Yang Maha Esa dan melarang penggunaan berhala. Selain itu, ajaran Sikh mengikuti sisi ritual dari agama Hindu yaitu pengaruh tradisi Hindu yang sangat kental (Veneta, 1998).

Dalam sistem kasta, orang India Punjabi menduduki kasta Ksatria. Komunitas ini masih memegang teguh sistem kasta. Mereka ditekankan untuk menikah dengan sesama kasta dan mereka lebih mengutamakan satu etnik yang kastanya sama baik untuk dipekerjakan di usaha mereka maupun untuk ditolong pada saat kesulitan (Florence, 2008).

(39)

28

Orang Punjabi yang beragama Sikh sudah hadir di Sumatera Utara sejak awal perkebunan tembakau dibuka. Asal-usul mereka dapat ditelusuri ke Amritsar atau Jullundur di kawasan Punjab, India. Mereka biasanya datang ke Deli untuk beberapa tahun dan kembali ke India untuk menikah, lalu membawa isterinya kembali ke Sumatera. Di Sumatera Utara mereka banyak bermukim di kota Medan, Binjai, dan Pematang Siantar. Pada umumnya dulu mereka bekerja sebagai pengawas dan pengantar surat di perkebunan, serta memelihara ternak sapi (Mani, 1980).

Berbeda dengan orang Tamil yang bermukim di suatu tempat yang relatif menyatu dan mudah dikenali menurut nama-namanya, orang Punjabi tidak bermukim di suatu tempat yang demikian. Mereka tersebar di kota maupun di pinggiran kota berbaur dengan pemukiman penduduk lainnya. Biasanya mereka bertempat tinggal dekat dengan lokasi usaha, misalnya di sekitar pusat perdagangan, dan juga di bagian pinggiran kota di mana mereka bisa memelihara sapi. Tidak diketahui dengan jelas berapa jumlah mereka saat ini di kota Medan. Diperkirakan jumlah mereka lebih dari 5000 orang termasuk yang berada di Pematang Siantar dan Binjai (Lubis, 2005).

(40)

Pekerjaan yang ditekuni oleh orang-orang Punjabi berada di seputar triple S, yaitu susu, sport, dan sekolah (pendidikan). Pada masa sekarang boleh dikatakan mereka yang menguasai bisnis tersebut, meskipun banyak juga di antara orang-orang Punjabi yang sudah menggeluti profesi lain seperti dokter, dosen, manajer, akuntan, dan lain sebagainya. Jenis usaha lain yang banyak digeluti bahkan jaringan bisnisnya dikuasai oleh orang-orang Punjabi adalah bisnis alat-alat olah raga dan musik, yang di Medan dikenal dengan sebutan toko sport.

Diperkirakan usaha toko sport ini sudah berkembang di Medan sejak tahun 1930-an (Veneta 1998).

C. Perbedaan Motivasi Berprestasi India Tamil dan Punjabi di Kota Medan Masyarakat India di Indonesia mempunyai sub kelompok yakni Punjabi, Tamil, Sindhi, Telegu, dan Gujarat. Kelompok India Tamil yang berasal dari India Selatan merupakan etnis India terbesar di kota Medan . Orang India lainnya yang terdapat di Medan adalah Punjabi yang berasal dari India Utara (Waspada, Juni 2011).

India Punjabi yang ada di kota Medan tergolong tekun dan sukses menjalankan bisnis mereka dibandingkan dengan etnis India Tamil, sehingga baik secara ekonomi maupun tingkat pendidikan, Punjabi terlihat lebih mapan dibandingkan suku-suku India lain yang menetap di Sumatera Utara (Lubis, 2005).

(41)

30

sebagai TKI. Tidak adanya orang Tamil yang diterima menjadi pegawai negeri sipil dan juga wilayah kampung Madras seluas 10 hektar yang sebetulnya area yang penuh dengan peluang kerja namun ternyata di tempat seperti itu tidak ada orang Tamil yang diterima bekerja (Waspada, Juni 2011).

Di dalam seluruh kebudayaan India sifat yang paling kuat ialah susunan kasta (Waluya, 2007). Dalam sistem kasta, India Tamil ditempatkan pada kasta yang lebih rendah daripada India Punjabi. India Tamil menduduki kasta Sudra sedangkan India Punjabi menduduki kasta Ksatria (Florence, 2008).

LeVine (dalam Martaniah, 1998) menyatakan bahwa kebudayaan akan mempengaruhi motif sosial. Maka dapat diperkirakan bahwa budaya kasta pada etnis India akan mempengaruhi motif sosial mereka. Motif sosial merupakan motif yang mendasari aktifitas yang dilakukan individu dalam reaksinya terhadap orang lain (Borkowitz dalam Martaniah, 1998). Motif sosial terdiri dari motivasi afiliasi, berprestasi dan berkuasa.

Sistem kasta telah dihapuskan sejak tahun 1950, tetapi dampaknya pada persepsi masyarakat India tetap bertahan. Kasta yang rendah mempersepsikan dirinya dan dipersepsikan oleh masyarakat sebagai inferior dalam domain tugas dan tugas kognitif lainnya. Secara umum stigma kasta mereka menandai mereka tidak mampu. Persepsi individu terhadap dirinya mempengaruhi motivasi berprestasi (Hoff dan Pandey, 2006).

(42)

maka seseorang tersebut akan merasa bahwa dirinya tidak mampu untuk mencapai suatu prestasi sehingga dalam dirinya kurang memiliki motivasi untuk meraih sesuatu (Fernald dan Fernald, 1999).

Penelitian Hoff dan Pandey (2008) menunjukkan perbedaan motivasi berprestasi antara siswa yang berasal kasta tinggi dan kasta rendah. Mereka yang berasal dari kasta yang tinggi memiliki motivasi berprestasi yang lebih tinggi dibandingkan dengan mereka yang berasal dari kasta rendah. Menurut Hoff dan Pandey (2008) hal ini dikarenakan mereka yang berasal dari kasta tinggi termotivasi oleh lingkungan sosial mereka.

Hal ini sejalan dengan penelitian Florence (2008) yang menyebutkan bahwa budaya dalam bentuk kasta telah menyebabkan perbedaan ekonomi antara India Tamil dan Punjabi. Budaya kasta telah mempengaruhi motivasi kerja dan moral ekonomi komunitas Tamil dalam berdagang sehingga sulit berkembang. Pada umumnya komunitas Tamil hanya memiliki usaha yang lebih kecil seperti pedagang kaki lima, warung kecil, dan tukang parkir sedangkan komunitas Punjabi memiliki toko dalam mengembangkan usaha mereka.

(43)

32

Menurut McClelland (1987) salah satu faktor keberhasilan/kesuksesan individu adalah motivasi berprestasi. Motivasi berprestasi merupakan konsep personal yang merupakan faktor pendorong untuk meraih atau mencapai sesuatu yang diinginkannya dengan kesuksesan (keberhasilan).

Terdapat suatu penelitian yang menyatakan bahwa motivasi berprestasi memiliki hubungan yang selaras dengan tingkat ekonomi seseorang (Laurier dalam Hariyono, 2006). Motivasi berprestasi juga dapat menjelaskan mengapa suatu kelompok dapat lebih sukses secara ekonomi daripada kelompok lain. Motivasi yang tinggi sering diasosiasikan dengan kesuksesan dalam materi dan karir. McClelland (1987) menjelaskan bahwa hal yang bertanggung jawab terhadap perkembangan ekonomi suatu negara ataupun suatu kelompok adalah motivasi berprestasi. Perkembangan ekonomi India Punjabi yang lebih baik daripada India Tamil di Kota Medan dikarenakan India Punjabi memiliki motivasi berprestasi yang lebih tinggi daripada India Tamil di kota Medan.

D. HIPOTESIS PENELITIAN

(44)

BAB III

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Penelitian dengan menggunakan metode kuantitatif menekankan analisisnya pada data-data numerikal (angka) yang diolah dengan menggunakan metode statistika. (Azwar, 1998). Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian komparasi. Metode ini digunakan karena penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui dan atau menguji perbedaan dua kelompok atau lebih, yaitu untuk menguji perbedaan motivasi berprestasi India Tamil dan Punjabi di kota Medan. A. VARIABEL PENELITIAN

Variabel ialah suatu sifat yang dapat memiliki bermacam nilai. Variabel dalam penelitian kuantitatif mempunyai tiga ciri, yakni dapat diukur, membedakan satu objek dengan objek yang lain dalam satu populasi, dan memiliki nilai yang bervariasi (Purwanto, 2007).

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Variabel tergantung : Motivasi Berprestasi

Variabel bebas : India Tamil dan India Punjabi B. DEFINISI OPERASIONAL

Definisi operasional adalah suatu definisi yang memiliki arti tunggal dan dapat diterima secara objektif bilamana indikator variabel yang bersangkutan tersebut tampak. Definisi mengenai suatu variabel dirumuskan berdasarkan karakteristik–karakteristik variabel tersebut yang dapat diamati (Azwar, 1998).

(45)

34

b. India Punjabi yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah komunitas India yang berasal dari India Utara dan telah menetap di kota Medan. c. Motivasi berprestasi adalah dorongan dalam diri individu yang

menimbulkan kecenderungan menuntut dirinya berusaha lebih keras untuk melakukan sesuatu hal yang lebih baik serta adanya dorongan untuk mengatasi tantangan atau rintangan dan memecahkan masalah tersebut. Motivasi berprestasi dapat dilihat dari skor yang diperoleh individu dari skala motivasi berprestasi yang diadopsi dari skala motivasi berprestasi yang direvisi dan divalidasi oleh Ye dan Hagtvet (1992) dalam konteks China. Jika semakin tinggi skor pada skala maka individu memiliki motivasi berprestasi yang tinggi. Demikian sebaliknya, jika semakin rendah skor motivasi berprestasi maka individu memiliki motivasi berprestasi yang rendah.

C. POPULASI DAN SAMPEL PENELITIAN 1. Populasi Penelitian

Pada setiap penelitian masalah populasi dan sampel yang dipakai dalam penelitian merupakan salah satu faktor penting yang harus diperhatikan. Populasi adalah seluruh subjek yang dimaksud untuk diteliti. Populasi adalah individu yang bisa dikenai generalisasi dari pernyataan-pernyataan yang diperoleh dari sampel penelitian (Hadi, 2000).

(46)

2. Sampel Penelitian

Sampel penelitian adalah sebahagian dari populasi atau sejumlah penduduk yang jumlahnya kurang dari jumlah populasi dan harus mempunyai paling sedikit satu sifat yang sama (Hadi, 2000).

Mengingat keterbatasan waktu, biaya, dan tenaga yang dimiliki oleh peneliti, maka peneliti hanya meneliti sebagian dari keseluruhan populasi yang dijadikan sebagai subyek penelitian, atau yang dikenal dengan nama sampel (Hadi, 2002). Sehubungan dengan hal ini, yang perlu mendapat perhatian bahwa sampel harus mencerminkan keadaan populasinya, agar sampel dapat digeneralisasikan terhadap populasinya (Hadi, 2002). Sugiarto (2003) berpendapat bahwa untuk penelitian yang akan menggunakan analisis data dengan statistik, besar sampel yang paling kecil adalah 30 subjek, walaupun ia juga mengakui bahwa sampel sebesar 100 merupakan jumlah yang minimum. Menurut Azwar (2004), secara tradisional statistika jumlah sampel yang lebih dari 60 subjek dianggap sudah cukup banyak. Sampel yang akan diambil dalam penelitian ini adalah 140 orang yang terdiri dari 70 orang India tamil dan 70 orang India Punjabi yang ada di kota Medan yang masing-masing jumlahnya terdistribusi secara seimbang. Sampel akan diambil dengan menggunakan teknik Incidental Sampling.

Subjek penelitian yang akan diambil haruslah memenuhi karakteristik sebagai berikut:

(47)

36

c. Berusia 18-60 tahun

Hal ini sesuai dengan tahapan perkembangan yang dikemukakan oleh Havighurst (dalam Newman, 2011) bahwa tahap remaja akhir (18-24), dewasa awal (24-34), dan dewasa tengah (34-60) merupakan masa pencarian dan mempertahankan prestasi.

d. Telah menetap di kota Medan D. Alat Ukur Penelitian

Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan metode self report yang berbentuk skala. Skala yaitu suatu metode pengumpulan data yang berisikan suatu daftar pertanyaan yang harus dijawab oleh subjek secara tertulis (Hadi, 2000). Skala merupakan kumpulan pernyataan-pernyataan mengenai suatu objek. Skala merupakan suatu bentuk pengukuran terhadap performansi tipikal individu yang cenderung dimunculkan dalam bentuk respon terhadap situasi-situasi tertentu yang sedang dihadapi. (Azwar, 2009).

(48)

semua aitem, yang mana skor yang tinggi mengindikasikan motive to achieve

yang tinggi dan motive to avoid failure yang rendah. Motive to achieve dan motive to avoid failure diskor dengan berkebalikan sehingga tidak mungkin tinggi dikedua-duanya. Jadi total dari keseluruhan skor aitem merupakan skor dari motivasi berprestasi.

Tabel 2. Blue print skala Motivasi Berprestasi

(49)

38

E. Validitas Dan Reliabilitas 1. Validitas

Suatu alat ukur dapat dikatakan baik apabila alat ukur tersebut valid dan reliabel. Validitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat ukur betul-betul mengukur apa yang hendak diukur (Azwar, 2009).

Penelitian ini menggunakan validitas isi. Validitas isi terdiri dari face validity dan content validity. Face validity adalah validitas didasarkan pada penilaian terhadap format tampilan tes. Face validity ini mengacu pada bentuk dan penampilan suatu alat ukur. Face validity telah terpenuhi apabila penampilan tes telah meyakinkan dan memberikan kesan mampu mengungkap apa yang hendak diukur.

Content validity berkaitan dengan kemampuan suatu alat ukur untuk mengukur isi atau variabel yang hendak diukur. Content validity diperoleh melalui pendapat profesional judgment dari dosen pembimbing dan dosen yang memiliki kompetensi dalam bidang yang hendak diteliti (Azwar, 2009).

2. Reliabilitas

Konsep dari alat ukur adalah mencari dan mengetahui sejauh mana hasil pengukuran dapat dipercaya. Reliabel dapat juga dikatakan sebagai kepercayaan, kehandalan, stabil, konsisten (Azwar, 2009).

(50)

estimasi yang digunakan untuk mengukur reliabilitas penelitian ini adalah teknik koefisien Alpha Cronbach.

3. Uji Daya Beda Aitem

Setelah melakukan validitas isi kemudian dilanjutkan dengan melakukan uji daya beda aitem. Uji daya beda aitem dilakukan untuk melihat sejauh mana aitem mampu membedakan antara individu atau kelompok individu yang memiliki atribut dengan yang tidak memiliki atribut yang akan diukur (Azwar, 2000). Komputasi ini menghasilkan koefisien korelasi aitem total yang dapat dilakukan dengan menggunakan formula koefisien korelasi Pearson Product Moment (Azwar, 2000). Uji daya beda aitem ini akan dilakukan pada alat ukur yang dalam penelitian ini adalah skala motivasi berprestasi.

Setiap butir pernyataan pada alat ukur ini akan dikorelasikan dengan skor total alat ukur. Prosedur pengujian ini menggunakan taraf signifikansi 5% (p<0,05). Besarnya koefisien korelasi aitem total bergerak dari 0 sampai dengan 1,00 dengan nilai positif dan negatif. Semakin baik daya diskriminasi aitem maka koefisien korelasinya semakin mendekati angka 1,00 (Azwar, 2006). Batasan nilai indeks daya beda aitem (riX) dalam penelitian ini adalah 0.3, sehingga setiap aitem yang memiliki nilai riX ≥ 0.3 sajalah yang akan digunakan dalam pengambilan data yang sebenarnya.

(51)

40

Tabel 3. Blue print skala Motivasi Berprestasi setelah ujicoba

No. Aspek-aspek Indikator Aitem Jlh

Yang dicetak tebal adalah aitem yang gugur

Tabel 4. Blue print skala Motivasi Berprestasi

(52)

F. Metode Analisis Data

Penganalisisan data merupakan proses lanjutan dari proses pengolahan data untuk melihat bagaimana menginterpretasikan data, kemudian menganalisis data dari hasil yang sudah ada. Penganalisisan data bertujuan agar data dapat dibaca dan ditafsirkan. (Azwar, 2005).

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan motivasi berprestasi India Tamil dan Punjabi sehingga metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis statistika dengan menggunakan uji t. Uji t dipilih karena uji t merupakan perhitungan statistika yang paling tepat digunakan untuk uji hipotesa komparasi. Uji t yang dipakai dalam penelitian ini adalah Independent sample t test. Independent sample t test digunakan karena penelitian ini bertujuan untuk membandingkan antara dua sample yang tidak saling berhubungan.

(53)

42

G. PROSEDUR PELAKSANAAN PENELITIAN 1. Persiapan Penelitian

Dalam rangka pelaksanaan penelitian ini ada beberapa hal yang perlu dipersiapkan oleh peneliti, antara lain :

a. Pembuatan alat ukur

Pada tahap ini, alat ukur yang terdiri dari skala motivasi berprestasi yang diadopsi dari alat ukur motivasi berprestasi yang direvisi dan divalidasi oleh Ye and Hagtvet dalam konteks China pada tahun 2011. Aitem-aitem yang ada dalam alat ukur ini diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dengan bantuan ahli bahasa. Setelah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia masing-masing aitem disesuaikan kembali dengan teks asli yang berasal dari bahasa Inggris untuk melihat kesesuaian maknanya.

b. Uji coba alat ukur

Uji coba dilaksanakan pada tanggal 12 sampai 25 November 2012. Sampel yang ikut uji coba dalam penelitian ini adalah sebanyak 70 orang India Tamil dan 70 orang India Punjabi.

c. Revisi Alat Ukur

(54)

dalam penelitian dengan daya diskriminasi aitem yang bergerak dari rentang 0.316 – 0.757 dan reliabilitas alat ukur sebesar 0.92. Peneliti kemudian melakukan penomoran baru terhadap aitem yang bertahan dalam proses uji coba agar dapat kemudian disusun menjadi skala penelitian. Aitem-aitem tersebut kemudian disusun kembali menjadi skala dalam bentuk booklet dengan huruf Times New Roman ukuran 16.

2. Tahap Pelaksanaan

(55)

44

BAB IV

ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN

Pada Bab ini akan diuraikan mengenai keseluruhan hasil penelitian. Pembahasan akan dimulai dengan memberikan gambaran umum subjek penelitian kemudian dilanjutkan dengan hasil utama penelitian dan hasil tambahan penelitian.

A. ANALISA DATA

1. Gambaran Umum Subjek Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah masyarakat India Tamil dan Punjabi di kota Medan. Subjek dalam penelitian ini berjumlah 140 orang yang telah memenuhi kriteria sample penelitian. Dari 140 orang masyarakat India Tamil dan Punjabi yang berpartisipasi dalam penelitian ini dapat diperoleh gambaran subjek penelitian berdasarkan jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan terakhir, pekerjaan, status pernikahan, dan agama.

a. Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Jenis Kelamin

Subjek dalam penelitian ini dibedakan berdasarkan jenis kelaminnya, yaitu Laki –laki dan Perempuan, dengan penyebaran data sebagai berikut:

Tabel 1. Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis Kelamin Jumlah (N) Persentase (%)

Punjabi Tamil

Laki-laki 36 31 48%

Perempuan 34 39 52%

(56)

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa kebanyakan etnis India Tamil dan Punjabi yang berpartisipasi dalam penelitian ini adalah perempuan yakni sejumlah 73 (52%) dan kemudian diikuti oleh laki-laki sejumlah 67 orang (48%).

b. Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Usia

Berdasarkan usianya, maka diperoleh gambaran penyebaran subjek penelitian seperti sebagai berikut :

Tabel 2. Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Usia

Usia (Tahun) Punjabi Tamil Persentase

(%)

18 – 34 41 62 74%

35- 50 29 8 36%

Total 70 70 100

Subjek dalam penelitian ini berasal dari rentang usia 18-50 tahun. Kelompok usia terbanyak dalam penelitian ini ditempati oleh kelompok rentang usia 18-34 tahun yakni sejumlah 103 orang (74%) dan diikuti oleh kelompok usia 35-50 tahun yakni 37 orang (36%).

c. Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Berdasarkan tingkat pendidikan, maka diperoleh gambaran penyebaran subjek penelitian sebagai berikut:

(57)

46

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa tingkat pendidikan terakhir yang dimiliki subjek dalam penelitian ini adalah SLTP sampai S1. Kebanyakan subjek penelitian memiliki tingkat pendidikan terakhir SLTA yakni sejumlah 83 orang (59%) yang diikuti oleh kelompok kedua terbanyak yakni S1 yang berjumlah 44 orang (31%), kemudian D3 sebanyak 11 orang (7,8%) dan terakhir SLTP sebanyak 2 orang (1,4%).

d. Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Status Pernikahan

Tabel 4. Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Status Pernikahan Status Pernikahan Punjabi Tamil Persentase

(%)

Belum Menikah 14 42 40%

Menikah 56 28 60%

Total 70 70 100

Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa subjek penelitian yang telah menikah lebih banyak dengan subjek penelitian yang belum menikah, subjek penelitian yang sudah menikah berjumlah 84 orang (60%) dan subjek penelitian yang belum menikah berjumlah 56 orang (40%).

e. Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Agama

Tabel 5. Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Agama

Agama Punjabi Tamil Persentase

(%)

Hindu - 70 50

Sikh 70 - 50

Total 70 70 100

(58)

f. Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Pekerjaan

Tabel 6. Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Pekerjaan

Pekerjaan Punjabi Tami Persentase

(%)

Dalam penelitian ini, kebanyakan subjek penelitian berprofesi sebagai wiraswasta yakni sebanyak 78 orang (56%). Selain wiraswasta, subjek penelitian lainnya berprofesi sebagai pegawai swasta sebanyak 21 orang (15%), belum bekerja sebanyak 16 orang (11%), ibu rumah tangga sebanyak 23 orang (16%), dan pekerja sosial sebanyak 2 orang (1,4%)

2. Hasil Penelitian a. Uji Asumsi Penelitian

Sebelum analisa data dilakukan, ada beberapa syarat yang harus dilakukan terlebih dahulu yaitu uji asumsi normalitas sebaran dan uji homogenitas untuk melihat apakah data tersebar secara normal dan populasi homogen atau tidak homogen. Pengujian asumsi dan analisa data dilakukan dengan menggunakan program komputer SPSS 16.0 for window.

1. Uji normalitas sebaran

(59)

48

Tabel 7. Uji satu sampel Kolmogorov Smirnov Tamil Punjabi

Nilai Rata-rata 92,53 108,41

Kolmogorov- Smirnov Z 0,784 1,279

Sig. (2 arah) 0,570 0,076

Dari hasil uji normalitas diperoleh nilai Z pada India Punjabi sebesar 1,279 dengan nilai p=0.0763 sehingga dapat dikatakan penelitian pada variabel India Punjabi terdistribusi normal. Pada variabel Tamil nilai Z yang diperoleh sebesar 0,7848 dengan nilai p=0.570, oleh karena itu data penelitian variabel motivasi berprestasi dapat dikatakan terdistribusi normal. Variabel-variabel pada tabel di atas memiliki nilai probabilitas (p) > 0.05, sehingga dapat disimpulkan bahwa persyaratan normalitas sudah terpenuhi.

2. Uji Homogenitas

Uji homogenitas digunakan untuk mengetahui apakah populasi sampel penelitian adalah homogen. Berikut ini adalah hasil uji Levene Statistic untuk mengetahui homogenitas dalam kelompok sampel penelitian. Kaidah yang digunakan adalah jika nilai signifikansi p>0,05 maka kelompok sampel homogen, sedangkan jika p<0,05 maka sampel tidak homogen. Jika sampel homogen, maka uji t menggunakan Equal Variance Assumed (diasumsikan varians sama) dan jika sampel tidak homogen, maka uji t menggunakan Not Variance Assumed

Gambar

Tabel 2. Blue print skala Motivasi Berprestasi
Tabel 3. Blue print skala Motivasi Berprestasi setelah ujicoba
Tabel 1. Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Jenis Kelamin
Tabel 2. Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Usia
+7

Referensi

Dokumen terkait

The contributions of this study are threefold: (1) to develop a spatial-temporal classification framework to discriminate crops using a sequence of multitemporal TerraSAR-X images,

c.bahwa berdasarkan Indikator Kinerja yang mendukung Tujuan dan Sasaran Perubahan RPJMD Provinsi Sulawesi Selatan tahun 2013-2018 dan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a

Salah satu cara memanfaatkan energi surya adalah dengan mengubahnya menjadi energi listrik menggunakan modul fotovoltaik atau modul surya yang disebut pembangkit

- Tersusunnya laporan hasil kegiatan pelaksanaan pemeliharaan jalan dan jembatan provinsi - Terlaksananya

Rangkaian VOX terdiri dari mikrofon dan speaker, penguat, pengganda tegangan, komparator, multivibrator monostabil dan relay.. Rangkaian VOX hanya membutuhkan berbagai suara

Jumlah Dokumen Pelaksanaan Kegiatan Monitoring dan Pelaporan Program &amp; Kegiatan Pembangunan Sulsel Yang Tersusun 6

CS theory can be discussed from four viewpoints as: an intellectual discipline within science and the philosophy of science, a part of engineering, with industrial

kami: (1) kurangnya keseragaman pengambilan keputusan antar stakeholders, (2) komunikasi dan pemahaman yang tidak konsisten dari hambatan diseminasi, (3) distribusi