• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis kelayakan usaha ikan maanvis (Pterophyllum scalarae) di Vizan Farm Kecamatan Bojong Sari Kota Depok

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis kelayakan usaha ikan maanvis (Pterophyllum scalarae) di Vizan Farm Kecamatan Bojong Sari Kota Depok"

Copied!
135
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS KELAYAKAN USAHA IKAN MAANVIS

(

Pterophyllum scalarae

) DI VIZAN FARM

KECAMATAN BOJONG SARI

KOTA DEPOK

SKRIPSI

UMAIDI H34104024

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

ii

RINGKASAN

UMAIDI. Analisis Kelayakan Usaha Ikan Maanvis (Pterophyllum scalarae) di Vizan Farm Kecamatan Bojong Sari Kota Depok. Skripsi. Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor (Dibawah bimbingan HARMINI).

Tingginya permintaan akan ikan hias di dalam negeri terutama oleh para

supplier dan eksportir sebagai akibat semakin tingginya posisi Indonesia sebagai negara eksportir ikan hias dunia, dimana saat ini Indonesia telah berada posisi tiga sebagai eksportir ikan hias dunia dengan pangsa pasar 7,5 persen. Salah satu jenis ikan hias yang cukup diminati yaitu ikan maanvis (Pterophyllum scalarae), ikan maanvis memiliki keindahan warna dan corak tubuh yang menawan, dan memiliki sirip panjang yang indah serta tingkah laku yang unik. Selain itu perawatan untuk budidaya ikan ini tidak terlalu rumit. Usaha ikan maanvis cukup menarik dikarenakan usaha ini lebih mudah dalam pembudidayaannya dengan permintaan yang cukup tinggi.

Vizan Farm Merupakan salah satu perusahaan ikan hias yang bergerak pada ikan maanvis di Kota Depok, usaha ini baru berjalan sekitar enam bulan yang lalu tepatnya pada bulan Juni 2012. Dalam pendirian usahanya, Vizan Farm Telah mengeluarkan biaya invesatasi yang cukup besar seperti membangunan hatchery, pembelian akuarium, pembangunan kolam bak semen dan peralatan lain untuk mendukung kegitan usaha ikan maanvis. Biaya investasi yang dikeluarkan mencapai Rp 111.947.000,00. Melihat besarnya biaya investasi yang telah dikeluarkan oleh perusahaan maka sebaiknya perlu dilakukan analisis kelayakan usaha sebagai bahan evaluasi agar dapat mengefektifkan dan mengefisienkan investasi yang telah dikeluarkan tersebut. Tujuan Penelitian ini adalah (1) Menganalisis kelayakan usaha ikan maanvis di Vizan Farm dari aspek non finansial, (2) menganalisis kelayakan finansial usaha ikan maanvis di Vizan Farm untuk berbagai alternatif usaha, (3) Menganalisis kepekaan (sensitivitas) dari usaha ikan maanvis di Vizan Farm.

Penelitian dilakukan pada usaha ikan maanvis di Vizan Farm yang beralamat di Jalan Rapi, Kelurahan Pondok Petir, Kecamatan Bojong Sari, Kota Depok, Jawa Barat. Waktu penelitian dilakukan pada Bulan Desember 2012 sampai dengan Bulan Januari 2013. Pengambilan data dilakukan dengan wawancara dengan pemilik dan karyawan perusahaan serta observasi langsung ke perusahaan. Metode yang digunakan terdiri dari metode analisis kualitatif (aspek non finansial) dan metode analisis kuantitatif (aspek finansial). Analisis non finansial terdiri dari aspek pasar, aspek teknis, aspek hukum dan manajemen, aspek sosial ekonomi dan budaya, serta aspek lingkungan. Analisis kelayakan finansial dilakukan dengan menggunakan kriteria investasi meliputi Net Present Value (NPV), Internal Rate Of Return (IRR), Net Benefit-Cost Ratio (Net B/C),

Payback Period (PP), serta Analisis Switching Value. Komponen perubahan yang diuji yaitu penurunan produksi dan kenaikan harga pakan.

(3)

iii sumber daya air, listrik dan tenaga kerja yang memadai serta proses produksi yang baik. Aspek manejemen dan hukum, pembagian tugas yang baik serta penempatan tenaga kerja yang ahli dibidangnya. Vizan Farm tergolong usaha perorangan dimana seluruh modal usaha yang digunakan berasal dari satu orang yang berperan sebagai pemilik perusahaan. Aspek sosial ekonomi dan budaya, usaha ini memberikan lapangan kerja baru bagi masyarakat sehingga mendapatkan penerimaan dari masyarakat sekitar lokasi usaha. Aspek Lingkungan, Usaha ini tidak memberikan dampak negatif terhadap lingkungan bahkan usaha ini ikut serta dalam pelestarian lingkungan.

Analisis kelayakan finansial usaha dilakukan dengan dua skenario usaha, penggunaan skenario ini menfokuskan pada penggunaan jumlah indukan maanvis. Pada kondisi skenario I yaitu kondisi usaha yang terjadi dilapangan dimana indukan yang digunakan terdiri tiga jenis diantaranya 25 pasang jenis Black and white 20 pasang jenis Platinum dan 10 pasang jenis Red eye. Sedangkan pada kondisi skenario II, indukan yang digunakan hanya indukan jenis Black and white

dan Platinum dimana jumlah indukan yang digunakan yaitu 35 pasang jenis Black and white dan 20 pasang jenis Platinum.

Hasil analisis kelayakan finansial usaha ikan maanvis pada kondisi skenario II menunjukkan bahwa usaha ikan maavis layak untuk dijalankan dilihat dari hasil analisis kriteria kelayakan investasi seperti nilai NPV sebesar Rp 216.187.201,00 yang lebih besar dari nol, nilai IRR sebesar 51 persen yang lebih besar dari tingkat suku bunga 5,75 persen, nilai Net B/C sebesar 3,85 yang lebih dari satu dan

Payback Period selama 2 tahun 10 bulan 27 hari yang lebih cepat dari umur usaha yakni 10 tahun. Hasil proyeksi laba-rugi diperoleh bahwa usaha ikan maanvis pada skenario I akan memperoleh keuntungan sebesar Rp 34.107.338,00 per tahun dengan tingkat tarif pajak 25 persen. Sedangkan pada kondisi skenario II menunjukkan bahwa usaha ini juga layak untuk dijalankan dilihat dari hasil analisis kriteria investasi dengan nilai NPV sebesar Rp 300.553.794,00 yang lebih besar dari nol, Net B/C sebesar 5,52 yang lebih besar dari satu, nilai IRR sebesar 75 persen yang lebih besar dari tingkat suku bunga 5,75 persen dan Payback period selama 2 tahun 3 bulan 22 hari yang lebih cepat dari umur usaha yakni 10 tahun. Proyeksi laba rugi dengan tarif pajak sebesar 25 persen usaha ikan maanvis pada skenario II menghasilkan keuntungan sebesar Rp 45.655.388,00 per tahun.

Hasil analisis switching value pada kondisi skenario I diperoleh bahwa maksimal penurunan produksi yang dapat ditoleransi sebesar 32,84 persen dan maksimal kenaikan harga pakan yang dapat ditoleransi sebesar 549,84 persen sedangkan pada kondisi usaha pada skenario II menunjukkan bahwa maksimum penurunan produksi sebesar 42,08 persen dan maksimum kenaikan harga pakan sebesar 721,10 persen. Hasil analisis kelayakan finansial yang dilihat dari hasil analisis kriteria investasi dan switching value menunjukkan bahwa usaha pada kondisi skenario II lebih menguntungkan dari pada kondisi usaha pada kondisi usaha pada skenario I.

(4)

iv

ANALISIS KELAYAKAN USAHA IKAN MAANVIS

(

Pterophyllum scalarae

) DI VIZAN FARM

KECAMATAN BOJONG SARI

KOTA DEPOK

UMAIDI H34104024

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada

Departemen Agribisnis

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(5)

v Judul Skripsi : Analisis Kelayakan Usaha Ikan Maanvis (Pterophyllum scalarae)

di Vizan Farm Kecamatan Bojong Sari Kota Depok Nama : Umaidi

NIM : H34104024

Disetujui, Pembimbing

Ir. Harmini, M.Si NIP. 19600921 1987 03 2002

Diketahui,

Ketua Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen

Institut Pertanian Bogor

Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS NIP. 19580908 198403 1 002

(6)

vi

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul “Analisis Kelayakan Usaha Ikan Maanvis (Pterophyllum scalarae) di Vizan Farm Kecamatan Bojong Sari Kota Depok” adalah karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam bentuk daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, Maret 2013

(7)

vii

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Mendahara Tengah pada tanggal 20 Februari 1989. Penulis adalah anak pertama dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak Ambo Wahab dan Ibunda Indo Akkang.

Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SD Negeri 6 Pangkal Duri pada tahun 2001 dan pendidikan menengah pertama diselesaikan pada tahun 2004 di SMP Negeri 4 Kota Jambi. Pendidikan lanjutan menengah atas di SMA Negeri 2 Kota Jambi dan lulus pada tahun 2007.

Penulis diterima di Program Diploma Istitut Pertanian Bogor, Program Keahlian Teknologi Industri Benih, melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) pada tahun 2007 dan lulus pada tahun 2010. Kemudian setelah menyelesaikan pendidikan diploma (D3) pada tahun 2010 Penulis melanjutkan studinya di Pendidikan Sarjana (S1) melalui Program Sarjana Alih Jenis Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

(8)

viii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT atas segala berkat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Kelayakan Usaha Ikan Maanvis (Pterophylum scalarae) di Vizan Farm Kecamatan Bojong Sari Kota Depok”. Shalawat dan salam selalu dilimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW karena perjuangan dan pengorbanan beliau dalam menyeru kepada seluruh alam.

Penelitian ini merupakan hasil observasi pada usaha ikan maanvis Vizan Farm selama dua bulan, yang dimulai pada bulan Desember 2012 sampai dengan Januari 2013. Penulis tertarik dengan komoditi ikan maanvis karena merupakan usaha yang cukup prospektif di masyarakat perkotaan dan sangat potensial untuk di ekspor. Penelitian ini mengkaji kelayakan finansial maupun non finansial usaha ikan maanvis di Vizan Farm Kecamatan Bojong Sari Kota Depok.

Namun demikian, sangat disadari masih banyak terdapat kekurangan karena keterbatasan dan kendala yang dihadapi. Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang berkepentingan.

Bogor, Maret 2013

(9)

ix

UCAPAN TERIMAKASIH

Penyelesaian skripsi ini juga tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Sebagai bentuk rasa syukur kepada Allah SWT, penulis ingin menyampaikan terima kasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada:

1. Ir. Harmini, M.Si selaku dosen pembimbing atas bimbingan, arahan, waktu dan kesabaran yang telah diberikan kepada penulis selama penyusunan skripsi ini.

2. Prof. Dr. Ir. Rita Nurmalina, MS dan Tintin Sarianti, SP, MM selaku dosen penguji pada saat ujian sidang yang telah memberikan kritik dan saran demi perbaikan skripsi ini.

3. Ir. Popong Nurhayati, MM selaku dosen evaluator yang telah memberi masukan dan saran sebagai bekal sebelum turun lapang.

4. Rahmat Yanuar, S.P M.Si selaku dosen pembimbing akademik yang selalu memberi arahan akademik selama kuliah di Departemen Agribisnis.

5. Orangtua dan Adik-adik tercinta unntuk setiap dukungan cinta kasih dan doa yang diberikan, Semoga ini bisa menjadi persembahan yang terbaik. 6. Pak Sugeng Widyarso sebagai pemilik Vizan Farm beserta seluruh

karyawan Vizan Farm yang telah banyak membantu dan memberikan informasi dalam penyelesaian skripsi ini.

7. Ilyas Afief selaku pembahas dalam seminar skripsi yang telah memberikan saran dan kritik untuk kesempurnaan skripsi ini.

8. Dinas Pertanian dan Perikanan Kota Depok yang telah bersedia memberikan data dan informasi penting untuk tujuan penelitian ini.

9. Teman-teman kosan FWLI (maman, fadli, hardi, eki, muhsin, bang mulyadi, rendy, dede, mas bayu, bang rudi) atas dukungan, semangat dan kerjasamanya selama penyusunan skripsi ini.

10.Teman-teman seperjuangan Agribisnis AJ 1 atas semangat dan sharing

selama penelitian, serta seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, terima kasih atas bantuannya.

Bogor, Maret 2013

(10)

x

1.5 Ruang Lingkup Penelitian ... 9

II TINJAUAN PUSTAKA ... 10

2.1 Usaha Ikan Hias Air Tawar ... 10

2.2 Deskripsi Ikan Maanvis (Pterophyllum scalarae) ... 11

2.3 Penelitian Terdahulu ... 12

2.4 Persamaan dan Perbedaan Penelitian Terdahulu... 15

III KERANGKA PEMIKIRAN... 16

3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis ... 16

3.1.1 Teori Investasi ... 16

3.1.2 Studi Kelayakan Bisnis ... 17

3.1.3 Kriteria Kelayakan Bisnis ... 18

3.1.4 Analisis Sensititvitas dan Nilai Pengganti (Switching Value)26 3.1.5 Umur Bisnis ... 27

3.1.6 Konsep Time Value of Money (Nilai Waktu Uang) ... 28

3.1.7 Teori Biaya dan Manfaat ... 28

3.2 Kerangka Pemikiran Operasional... 29

IV METODE PENELITIAN ... 33

4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 33

4.2 Jenis dan Sumber Data ... 33

4.3 Metode Pengumpulan Data ... 33

4.4 Metode Pengolahan dan Analisis Data ... 34

4.4.1 Analisis Aspek Pasar... 34

4.4.2 Analisis Aspek Teknis ... 35

4.4.3 Analisis Aspek Manajemen dan Hukum ... 35

4.4.4 Analisis Aspek Sosial, Ekonomi dan Budaya ... 36

4.4.5 Analisis Aspek Lingkungan ... 36

4.4.6 Analisis Aspek Finansial ... 36

4.4.7 Analisis Sensitivitas dan Nilai Pengganti (Switching Value)40 4.5 Asumsi Dasar Penelitian ... 40

V GAMBARAN UMUM USAHA ... 43

5.1 Lokasi dan Tata Letak ... 43

5.2 Sejarah ... 43

(11)

xi

VI ANALISIS KELAYAKAN NON FINANSIAL ... 48

6.1 Aspek Pasar ... 48

6.2 Aspek Teknis... 52

6.3 Aspek Hukum dan Manajemen ... 60

6.4 Aspek Sosial, Ekonomi dan Budaya ... 61

6.5 Aspek Lingkungan ... 61

VII ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL ... 63

7.1 Arus Penerimaan (Inflow) ... 63

7.1.1 Penerimaan Penjualan ... 63

7.1.2 Nilai Sisa ... 68

7.2 Arus Pengeluaran (Outflow) ... 69

7.2.1 Biaya Investasi ... 69

7.2.2 Biaya Operasional ... 71

7.3 Analisis Kelayakan Finansial Usaha Ikan Maanvis Skenario I ... 76

7.3.1 Proyeksi Laba Rugi Usaha ... 77

7.3.2 Analisis Switching Value Usaha ... 77

7.4 Analisis Kelayakan Finansial Usaha Ikan Maanvis Skenario II ... 79

7.4.1 Proyeksi Laba Rugi Usaha ... 79

7.4.2 Analisis Switching Value Usaha ... 80

7.5 Perbandingan Analisis Kelayakan Skenario I dan Skenario II ... 80

VIII KESIMPULAN DAN SARAN ... 82

8.1 Kesimpulan ... 82

8.2 Saran ... 83

DAFTAR PUSTAKA ... 84

(12)

xii

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Produksi Ikan Hias Kota Depok, Tahun 2006-2011 ... 4

2. Produksi Ikan Maanvis Kota Depok, Tahun 2010 - 2011 ... 5

3. Penerimaan Penjualan Usaha Ikan Maanvis skenario I di Vizan Farm ... 65

4. Penerimaan Penjualan Usaha Ikan Maanvis Skenario II di Vizan Farm ... 67

5. Biaya Investasi Usaha Budidaya Maanvis di Vizan Farm ... 69

6. Biaya Reinvestasi pada Usaha Ikan Maanvis di Vizan Farm ... 71

7. Biaya Tetap Usaha Budidaya Ikan Maanvis di Vizan Farm ... 72

8. Biaya Variabel Usaha Ikan Maanvis pada Kondisi Skenario I ... 75

9. Biaya Varibel Usaha Ikan Maanvis pada Kondisi Skenario II ... 76

10. Kriteria Kelayakan Usaha Ikan Maanvis di Vizan Farm Skenario I ... 77

11. Analisis Switching Value Kelayakan Usaha Ikan Maanvis Skenario I ... 78

12. Kriteria Kelayakan Usaha Ikan Maanvis Skenario II ... 79

13. Analisis Switching Value Kelayakan Usaha Ikan Maanvis Skenario II ... 80

14. Perbandingan analisis Kriteria Investasi usaha ikan maanvis ... 81

(13)

xiii

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1. Kerangka Pemikiran Operasional Analisis Kelayakan

Usaha budidaya Ikan Maanvis di Vizan Farm ... 32

3. Saluran Distribusi Ikan Maanvis di Vizan Farm ... 51

4. Indukan yang telah berpasangan ... 54

5. Proses Pemijahan Maanvis ... 55

6. Penetasan Telur Maanvis ... 56

7. Proses Pemeliharaan Benih ... 57

8. Proses Pembesaran ... 57

9. Proses Panen Maanvis ... 58

(14)

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Lay Out Bangunan Hatchery Ikan Maanvis di Vizan Farm ... 87 2. Nilai Penyusutan Barang Investasi Usaha Ikan Maanvis di Vizan Farm .. 87

3. Jenis Maanvis (Pterophyllum scalarae) yang di Usahakan Vizan Farm .. 89

4. Proyeksi Cashflow Usaha Ikan Maanvis Skenario I di Vizan Farm ... 90

5. Proyeksi Laba Rugi Usaha Ikan Maanvis Skenario I di Vizan Farm... 94

6. Analisis Switching Value Penurunan Jumlah Produksi 32,84 %

Usaha Ikan Maanvis di Vizan Farm (Skenario I) ... 96

7. Analisis Switching Value Kenaikan Harga Pakan 549,14 %

Usaha Ikan Maanvis di Vizan Farm (Skenario I) ... 100

8. Proyeksi Cashflow Usaha Ikan Maanvis Skenario II di Vizan Farm ... 104

9. Proyeksi Laba Rugi Usaha Ikan Maanvis Skenario II ... 108

10. Analsis Switching Value Penurunan Jumlah Produksi 42,08 %

Usaha Ikan Maanvis di Vizan Farm (Skenario II) ... 110

11. Analisis Switching Value Kenaikan Harga Pakan 721,10 %

Usaha Ikan Maanvis di Vizan Farm (Skenario II) ... 114 12. Pola Tanam Usaha Ikan Maanvis di Vizan Farm ... 118 13. Kuesioner Penelitian Untuk Analisis Kelayakan Usaha Ikan

(15)

1

I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perikanan merupakan salah satu sektor ekonomi yang mempunyai potensi dan peranan penting bagi perekonomian Indonesia. Dimana disini Indonesia Merupakan negara kepulauan yang seluruh wilayahnya dikelilingi oleh laut yang kaya akan berbagai macam potensi perikanan. Bila kekayaan laut tersebut tergali secara optimal, maka perekonomian lokal dan nasional akan lebih berkembang. Potensi besar tersebut diantaranya perikanan tangkap, budidaya laut, perairan umum dan lainnya. Potensi tersebut diperkirakan mencapai 82 miliar Dolar AS per tahun. Potensi perikanan tangkap mencapai 15,1 miliar Dolar AS per tahun, potensi budidaya laut sebesar 46,7 miliar Dolar AS per tahun, potensi peraian umum sebesar 1,1 Miliar Dolar AS per tahun, potensi budidaya tambak sebesar 10 miliar Dolar AS per tahun, potensi budidaya air tawar sebesar 5,2 miliar Dolar AS per tahun, dan potensi bioteknologi kelautan sebesar 4 miliar Dolar AS per tahun. Selain itu sektor perikanan juga mampu memberikan lapangan kerja yang tidak kecil yakni sekitar 5,35 juta orang bekerja pada sektor perikanan, dimana diantaranya sekitar 2,65 juta orang adalah

pembudidaya ikan. 1.

Pembangunan perikanan merupakan bagian integral dari pembangunan nasional.

Peranan sektor perikanan dalam pembangunan nasional bisa dilihat dari fungsinya

sebagai penyedia bahan baku pendorong agroindustri, peningkatan devisa melalui

penyediaan ekspor hasil perikanan, penyedia kesempatan kerja, peningkatan pendapatan

nelayan dan pembangunan daerah, serta peningkatan kelestarian sumberdaya perikanan

dan lingkungan hidup (Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya, 2004 dalam Agustika,

2009). Salah satu bisnis sektor perikanan yang mempunyai potensi cukup besar adalah

ikan hias. Ikan hias merupakan salah satu komoditas perikanan yang belakangan ini

menjadi komoditas perdagangan yang potensial di dalam maupun di luar negeri. Ikan hias dapat dijadikan sebagai sumber pendapatan devisa negara karena nilai ekspornya yang cukup tinggi.

1

(16)

2 Ikan hias memiliki keanekaragaman spesies yaitu ikan hias air laut dan air tawar. Ikan hias air laut merupakan ikan hias hasil usaha perikanan tangkap, sedangkan ikan hias air tawar yaitu ikan hias yang telah dibudidayakan sehingga ketersediaannya tidak tergantung dari alam. Jumlah ikan hias yang diperdagangkan Indonesia mencapai 1.600 jenis, dimana 750 jenis diantaranya adalah ikan hias air tawar sedangkan sekitar 650 jenis yang lain merupakan ikan hias air laut. Dari 1100 ikan hias air tawar di dunia, Indonesia memiliki jenis ikan hias air tawar sekitar 400 jenis.2

Dengan demikian, sudah selayaknya para pembudidaya dan pemangku kepentingan dapat bekerja sama dalam meningkatkan kualitas ikan hias untuk menambah nilai jual sebagai komoditas ekspor maupun di pasar lokal sendiri. Menurut pernyataan dari Kementrian Kelautan dan Perikanan, pada tahun 2011 Indonesia sebagai negara eksportir ikan hias terbesar nomor tiga dunia dengan pangsa pasar sebesar 7,5 persen, dimana nilai ekspor ikan hias sebesar 13,262 juta Dolar AS. Hingga April 2012 nilai ekspor telah mencapai sebesar 5,241 juta Dolar AS. Oleh sebab itu komoditas ikan hias air tawar memiliki pasar yang potensial untuk pangsa ekspor dunia sehingga perlu ditingkatkan pengembangannya demi peningkatan devisa

Negara 3.

Permintaan akan ikan hias yang cukup tinggi dari segi ekspor maupun dari dalam negeri sendiri merupakan peluang yang terbuka lebar bagi pengusaha untuk

mengoptimalkan potensi usaha4. Untuk menjawab peluang tersebut maka sebaiknya

dilakukan kegiatan investasi usaha ikan hias dalam rangka meningkatkan kualitas maupun kapasitas produksi yang selama ini masih terbatas. Bisnis ikan hias tergolong cukup prospektif dan menjanjikan, karena dalam bisnis ini perputaran modal relatif lebih cepat dikarenakan harga jual yang tinggi dan permintaannya yang tidak pernah

2

http://www.kkp.go.id/index.php/arsip/c/8243/mendulang-devisa-dari-bisnis-ikan-hias/ (diakses 25 oktober 2012)

3

http://m.wartaekonomi.co.id/berita5603/menjanjikan-hingga-april-ekspor-ikan-hias-capai-us-524-juta.html (diakses 28 November 2012)

4

(17)

3 sepi. Selain itu dalam bisnis ikan hias lebih menekankan kualitas bukan kuantitas seperti halnya ikan konsumsi, sehingga ikan hias bisa dihargai per ekornya.

Ikan hias yang dibudidayakan di Indonesia tidak hanya komoditas ikan hias lokal saja, sebagian besar adalah ikan hias yang diimpor kemudian dikembangkan di Indonesia dan produknya banyak yang sudah di ekspor untuk memenuhi selera para penggemar ikan hias di luar negeri. Ikan hias tersebut seperti ikan maanvis (Pterophyllum scalare), Discus (Symphysodon discus), koi (Cyrpinus carpio),

maskoki (Carrasius auratus), kardinal tetra (Paracheirodon axelrodi) dan masih

banyak lainnya. Keadaan Indonesia yang memiliki iklim tropis membuat beragam jenis ikan hias dapat hidup dan dibudidayakan dengan baik. Hal ini dikarenakan faktor pendukung seperti beragamnya jenis ikan yang ada, air yang cukup, lahan masih sangat luas menyebabkan ikan hias tersebut dapat hidup layak dan berkembang biak di Indonesia.

Ikan hias memiliki daya tarik tersendiri bagi para pecinta ikan hias (hobiis) maupun masyarakat yang kini mulai tertarik pada usaha ikan hias. Banyak para pengusaha ikan konsumsi yang beralih profesi pada usaha ikan hias, ini karena kelebihan dari usaha ikan hias yang dapat diusahakan dalam skala besar, menengah kecil maupun rumah tangga. Selain itu perputaran modal pada usaha ini relatif cepat. Harga jual ikan hias yang cukup tinggi dapat memberi pemasukan yang lebih besar untuk pendapatan usaha. Kegiatan usaha ikan hias juga memiliki beberapa

keunggulan lain, seperti pengembangan strain baru dapat dilakukan secara individu.

(18)

4 Salah satu daerah sentra ikan hias nasional adalah Jawa Barat. Penyumbang produksi ikan hias yang cukup besar untuk Propinsi Jawa Barat adalah Kota Depok, diamana produksi ikan hiasnya tahun 2011 mencapai 78.337.769 ekor.

Wilayah Kota Depok yang tidak berbatasan langsung dengan laut menjadikan

usaha budidaya ikan hias air tawar berkembang dengan baik di daerah ini. Komoditi ikan

hias memiliki pangsa pasar yang sangat potensial sehingga usaha ikan hias di Kota

Depok dapat dilakukan oleh berbagai kalangan seperti petani, supplier maupun eksportir.

Selain itu kemudahan seperti ketersediaan lahan, air, listrik, tenaga kerja serta akses pasar

dan transportasi menjadikan Kota Depok semakin diminati sebagai tempat usaha

budidaya ikan hias.

Potensi kolam ikan hias di Kota Depok yaitu 9,04 ha, dengan produksi ikan hias mencapai 68.782.346 ekor. Produksi ikan pada kolam pembenihan 16.506,63 RE (Depok dalam Angka, 2009). Pada tahun 2010 dan Tahun 2011 produksi ikan hias Kota Depok Terus Meningkat, peningkatan ini dapat dilihat pada data produksi ikan hias Kota Depok pada Tabel 1 dibawah ini.

Tabel 1. Produksi Ikan Hias Kota Depok, Tahun 2006-2011

Tahun Jumlah (Ekor) Pertumbuhan (%)

2006 58.719.390 -

Sumber : Dinas Pertanian dan Perikanan Kota Depok (2012)

Data Tabel 1 di atas menunjukkan bahwa produksi ikan hias di Kota Depok terus meningkat dari tahun ke tahun. Peningkatan tersebut menunjukkan minat akan budidaya ikan hias masyarakat Kota Depok cukup tinggi. Pada tahun 2011, produksi ikan hias Kota Depok mencapai 78.337.769 ekor dengan nilai Rp 33.395.947.800,00.

Ikan hias ini terdiri atas berbagai jenis ikan hias diantaranya Neon tetra, Red nose,

(19)

5 Ikan maanvis menjadi salah satu komoditas ikan hias yang produksinya cukup tinggi di Kota Depok dengan jumlah 10.390.946 ekor pada tahun 2011 dengan nilai Rp 3.636.831.100,00 (Dinas Pertanian dan Perikanan Kota Depok, 2011). Ini menunjukkan bahwa minat masyarakat Kota Depok akan usaha ikan maanvis cukup tinggi. Harga jual ikan maanvis yang cukup tinggi serta didukung oleh permintaannya yang tinggi pula di pasaran semakin menambah minat masyarakat untuk membudidayakannya. Menurut data dari Dinas Pertanian dan Perikanan Kota Depok, tahun 2011 saja tercatat terdapat 26 kelompok pembudidaya perikanan untuk komoditas ikan hias di Kota Depok yang aktif memproduksi ikan hias.

Ikan maanvis di Kota Depok, umumnya dipasarkan di daerah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi sedangkan untuk tujuan ekspor meliputi Negara Amerika Serikat, Brazil, Malaysia dan Singapura (Dinas pertanian dan Perikanan, 2011).

Depok merupakan pemasok ikan maanvis yang cukup penting di Jawa Barat yang mana produksinya mencapai 10, 39 juta ekor di Tahun 2011. Data produksi ikan hias di Kota Depok dapat dilihat pada tabel 2 dibawah ini :

Tabel 2. Produksi Ikan Maanvis Kota Depok, Tahun 2010 - 2011

Tahun Jumlah (ekor) Pertumbuhan (%)

2010 9.696.114

7,166

2011 10.390.946

Sumber : Dinas Pertanian dan Perikanan Kota Depok (2012)

Data Tabel 2 di atas menunjukkan pertumbuhan produksi ikan maanvis yang cukup tinggi di Kota Depok yakni hampir mencapai 1 juta ekor dari tahun 2010 ke tahun 2011 dengan persentase pertumbuhan sebesar 7, 166 persen. Pertumbuhan tersebut menunjukkan bahwa ikan maanvis cukup digemari untuk dibudidayakan.

Keunggulan maanvis terletak pada keindahan warna dan corak tubuh yang menawan, sirip panjang yang indah serta tingkah laku yang unik. Perawatan untuk budidaya ikan ini tidak terlalu rumit. Sekarang ini Maanvis strain baru sudah banyak dikembangkan oleh pembudidaya sehingga pasar maanvis tidak jenuh.

(20)

6 Kecamatan Bojong Sari Kota Depok. Perusahaan ini tergolong baru dalam bisnis ikan maanvis dimana kegiatan investasi usaha ikan maanvis dimulai sejak Juni 2012. Usaha ini didirikan karena adanya permintaan ikan maanvis yang cukup tinggi di Vizan Farm dari daerah Jakarta, Bogor, Depok, Bekasi dan Tangerang. Permintaan

tersebut didominasi oleh para supplier dan eksportir ikan hias di daerah tersebut.

Adanya kegiatan usaha ikan maanvis ini diharapkan memberi keuntungan bagi perusahaan, karena usaha ini baru berjalan sekitar enam bulan, maka pengembalian modal investasi belum terlihat. Perlu dilakukan analisis kelayakan terhadap usaha untuk melihat berapa keuntungan dan berapa lama tingkat pengembalian modal untuk beberapa tahun kedepan, sehingga nantinya dapat diketahui apakah usaha ini layak untuk diajalankan atau tidak.

1.2 Perumusan Masalah

Vizan Farm merupakan salah satu perusahaan yang bergerak pada komoditas ikan hias. Perusahaan ini dimiliki dan didirikan oleh Bapak Sugeng Widyarso. Perusahaan ini merupakan salah satu perusahaan ikan hias yang cukup besar di Kota Depok, dimana produk unggulan terbarunya yaitu ikan maanvis. Ikan maanvis cukup

diminati oleh para supplier dan eksportir ikan hias di Kota Depok, Bogor, Bekasi,

Jakarta dan Tangerang. Ini dikarenakan jenis ikan hias ini merupakan salah satu komoditas ekspor yang cukup prospektif.

Saat ini Vizan Farm memiliki lahan seluas 100 m2 untuk unit usaha maanvisnya

dengan volume produksi rata-rata sebanyak 10.000 - 12.000 ekor per bulan. Produk

ikan maanvis Vizan Farm terdiri dari tiga jenis yaitu Red Eye, Black and White, dan

Platinum.

Unit usaha ini merupakan usaha baru dan mulai berjalan sekitar enam bulan yang lalu, tepatnya pada Bulan Juni 2012. Investasi usaha yang telah dilakukan diantaranya terdiri atas 95 buah akuarium untuk pemijahan dan pembenihan dan delapan buah kolam bak semen untuk kegiatan pembesaran. Indukan maanvis terdiri

dari tiga jenis yaitu 20 pasang Platinum, 10 Pasang Indukan Red Eye, dan 25 Pasang

(21)

7 memproduksi ikan maanvis siap jual sebanyak 21.500 ekor dalam satu siklus produksi, dimana satu siklus produksi terjadi selama dua bulan.

Vizan Farm melihat bahwa bisnis ikan maanvis dapat memberikan harapan

yang cukup menjanjikan untuk menambah keuntungan usaha. Hal tersebut dilihat dari permintaan ikan maanvis yang cukup tinggi selama beberapa bulan berjalannya usaha, sementara dalam hal teknis ikan maanvis tergolong sangat mudah untuk dibudidayakan.

Permintaan ikan maanvis di Vizan Farm lebih dari 30.000 ekor tiap bulannya5.

Permintaan tersebut didominasi oleh para supplier dan eksportir ikan hias yang

berdomisili di daerah Jakarta, Bogor, Depok, Bekasi, dan Tangerang. Permintaan tersebut dalam rangka memenuhi permintaan ikan maanvis dari luar negeri yang cukup tinggi. Tujuan ekspor ikan maanvis Kota Depok yaitu Amerika Serikat, Brazil, Malaysia dan Singapura (Dinas Pertanian dan Perikanan Kota Depok, 2012).

Dalam menjalankan usaha ini pemilik telah mengeluarkan investasi yang besar,

seperti pendirian bangunan hatchery, pembuatan kolam bak semen, pembelian

akuarium dan indukan maanvis, sepeda motor, genset serta peralatan lain untuk mendukung proses produksi ikan maanvis. Biaya investasi usaha mencapai Rp 111.947.000,00. Namun investasi yang besar tersebut belum diketahui seberapa besar manfaat yang akan diberikan pada usaha ini. Analisis kelayakan dilakukan dalam rangka untuk mengevaluasi usaha yang telah dijalankan, serta melihat kedepannya apakah usaha ini menguntungkan atau tidak bagi perusahaan.

Melihat kondisi tersebut, peneliti akan melakukan analisis kelayakan usaha ikan maanvis di Vizan Farm untuk mengevaluasi dan memprediksi kedepannya apakah usaha ini akan memberi keuntungan bagi perusahaan serta berapa lama tingkat pengembalian terhadap investasi yang telah ditanam. Dengan hasil analisis ini diharapakan nantinya akan diketahui seberapa layak usaha tersebut untuk dijalankan, sehingga dapat menjadi pertimbangan bagi pihak Vizan Farm dalam rangka mengevaluasi kegiatan usaha tersebut.

5

(22)

8 Dalam analisis kelayakan finansial digunakan metode skenario untuk mencari alternatif usaha yang nantinya akan memberi manfaat paling baik bagi usaha ikan maanvis di Vizan Farm. Perlakuan skenario ini memfokuskan pada penggunaaan jumlah indukan yang akan digunakan untuk proses produksi, dimana indukan merupakan salah satu komponen utama dalam kegiatan budidaya ikan maanvis. Dua skenario usaha diantaranya skenario I merupakan kondisi usaha yang saat ini sedang

berjalan dengan menggunakan tiga jenis indukan maanvis yaitu Black and white,

Platinum dan Red Eye dengan proporsi 25 pasang indukan Black and white, 20

pasang indukan Platinum dan 10 pasang indukan Red eye. Sedangkan pada kondisi

skenario II usaha telah dilakukan modifikasi penggunaan jumlah dan jenis indukan

dimana tidak lagi menggunakan indukan jenis Red eye, hal ini dikarenakan

produktivitas yang rendah. Sehingga pada kondisi skenario II indukan maanvis yang

digunakan hanya jenis Black and white dan Platinum dengan proporsi 35 pasang

indukan Black and white dan 20 pasang indukan Platinum.

Dalam kegiatan sehari-hari faktor ketidakpastian selalu ada, apalagi dalam sektor perikanan. Untuk itu diperlukan analisis sensitivitas untuk menilai apa yang akan terjadi dengan analisis kelayakan usaha ikan maanvis di Vizan Farm apabila terjadi perubahaan dalam perhitungan biaya dan manfaat. Perubahan ini didasarkan pada kejadian sebelumnya yang pernah terjadi di perusahaan Vizan Farm. Salah satu contoh dengan memperhatikan komponen utama input seperti harga pakan yang terus meningkat karena permintaan yang tinggi, serta produksi ikan maanvis yang dapat menurun pada kondisi tertentu, hal ini disebabkan oleh pengaruh cuaca yang berakibat menurunnya daya hidup benih maanvis. Kondisi ini akan mempengaruhi penerimaan dan keuntungan usaha maanvis di Vizan Farm.

Berdasarkan uraian di atas, dapat dirumuskan beberapa permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini, yaitu :

1. Bagaimana kelayakan usaha ikan maanvis di Vizan Farm ditinjau dari aspek non

finansial?

2. Bagaimana kelayakan finansial usaha ikan maanvis di Vizan Farm untuk berbagai

(23)

9

3. Bagaimana tingkat kepekaan (sensitivitas) dari hasil penelitian usaha ikan

maanvis di Vizan Farm?

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah :

1. Menganalisis kelayakan usaha ikan maanvis di Vizan Farm dilihat dari aspek non

finansial.

2. Menganalisis kelayakan finansial usaha ikan maanvis di Vizan Farm untuk

berbagai alternatif usaha.

3. Menganalisis tingkat kepekaan (sensitivitas) dari hasil penelitian usaha ikan

maanvis di Vizan Farm.

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi berbagai pihak :

1. Bagi penulis, sehingga dapat menerapkan ilmu studi kelayakan bisnis yang

diperoleh dalam perkuliahan sekaligus sebagai referensi bisnis yang dapat dilakukan di sekor perikanan budidaya.

2. Bagi perusahaan, sebagai referensi bisnis dan pertimbangan dalam memulai usaha

apakah menguntungkan atau tidak bagi perusahaaan.

3. Bagi investor, dapat menambah referensi dalam hal penanaman modal usaha pada

ikan maanvis.

4. Hasil penelitian diharapkan ini dapat menjadi referensi atau bahan rujukan bagi

pembaca dalam melakukan penelitian lebih lanjut.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

Usaha ikan maanvis Vizan Farm merupakan suatu usaha tersendiri yang terpisah induk perusahaan Vizan Farm, dimana usaha ini memiliki manajemen tersendiri dan sumberdaya yang dimiliki terpisah dari induk perusahaan Vizan Farm. Usaha ikan maanvis merupakah usaha yang bergerak padang tiga jenis ikan maanvis

yaitu ikan maanvis jenis Platinum, Black and white dan Red Eye. Penelitian

(24)

10

II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Usaha Ikan Hias Air Tawar

Ikan hias air mempunyai jenis yang beranekaragam dengan corak dan warna yang berbeda-beda. Tempat pemeliharaan ikan hias dapat berupa kolam (bak semen) ataupun akuarium. Tempat tersebut praktis dan mudah dibuat serta cocok untuk budidaya yang dilakukan pada lahan sempit.

Kegiatan budidaya perikanan, khususnya ikan hias air tawar membutuhkan input modal yang tidak dan sarana lain yang tidak sedikit nilainya. Oleh karena itu, persiapan harus dilakukan dengan sungguh-sungguh agar usahanya terhindar dari resiko kegagalan (Daelami, 2000).

Pada kegiatan perdagangan ikan hias, sangat memperhatikan mutu dari ikan yang dihasilkan. Mutu yang dimaksud adalah mutu yang disesuaikan dengan standar berlaku, hal ini dikarenakan perdagangan ikan hias lebih besar untuk ekspor. Faktor-faktor yang mempengaruhi mutu suatu ikan hias antaralain:

1) Kegiatan Budidaya, meliputi:

a) Perawatan yang terdiri dari penangkapan, pembenihan, pembesaran, kemampuan untuk berkembangbiak.

b) Pemberian pakan

c) Penanggulangan penyakit

d) Variasi dan ketajaman warna ikan hias e) Ukuran dan umur ikan hias

2) Metode Penangkapan dan Peralatan

Metode penangkapan yang salah dapat mengakibatkan ketidaksehatan hasil tangkapan, sedangkan penangkapan dengan menggunakan alat yang tidak sesuai dapat menyebabkan rusaknya hasil tangkapan terse but.

3) Penanganan pada tempat pengumpulan

(25)

11 kadar suhu tempat pengumpulan dan intensitas cahaya pada tempat tersebut (Badan Pengembangan Ekspor Nasional, 2000 dalam Agustika, 2009).

Prosedur dalam perdagangan ikan hias adalah bebas, artinya tidak ada batasan dalam jumlah. Namun jika perdagangan ikan hias dalam skala ekspor, maka eksportir harus memiliki ijin perdagangan dari Kementerian Industri dan Perdagangan. Ikan hias merupakan komoditi yang mempunyai ciri dan sifat tertentu, sehingga para pelaku pasar ikan hias harus memiliki pengetahuan dan keterampilan yang baik agar dapat menghasilkan ikan yang sesuai dengan keinginan pasar.

Pada umumnya saluran distribusi perdagangan ikan hias dalam pasar domestik dimulai dari petani atau peternak lalu ke pedagang pengumpul, kemudian pedagang pengumpul akan menjualnya kembali kepada pedagang pengumpul lain yang berada di kota besar, baru setelah itu disalurkan kepada pengecer dam konsumen.

2.2 Deskripsi Ikan Maanvis (Pterophyllum scalarae)

Menurut Susanto (2000), deskripsi maanvis (Pterophyllum scalarae) yaitu ;

Asal : Kolam Amazon, Sungai Rupupuni, dan Sungai Essequibo di Guyana

Ukuran : Maksimum 15 cm, mau kawin pada ukuran 7,5 cm

Sifat : Cocok untuk akuarium umum, tetapi akan memangsa ikan kecil

Suhu : 20-32,2OC, dapat hidup pada kisaran suhu tinggi

Sifat Air : Jernih, netral

Habitat : Ditemukan pada Perairan tenang, tergenang, diantara tumbuhan air

Maanvis termasuk satu diantara ikan hias yang memiliki penampilan khas, yakni anggun, lemah lembut, dan cantik. Oleh karena itu, tak heran bila ikan ini

dijuluki sebagai ”Queen of Aquarium”. Selain itu bentuk badannya unik seperti anak

panah, dan pipih kesamping dengan sirip punggung serta sirip perut yang simetris dan melebar. Sirip dadanya berbentuk kecil panjang dan sempit seperti “dasi” yang umumnya berwarna keputihan. Pada maanvis jenis slayer, sirip-siripnya amat panjang seperti selendang yang indah. ikan ini memiliki warna asli abu-abu keperakan ke arah putih kekuningan dengan empat buah garis hitam yang terlihat seperti memotong

(26)

12

berbagai macam warna maanvis seperti black and white (BW), black, tricolor, kuning

dan albino serta masih banyak lainnya.

2.3 Penelitian Terdahulu

Ada beberapa penelitian terdahulu yang penulis jadikan acuan untuk menulis skripsi ini, seperti Made (2005) yang meneliti tentang Analisa Kelayakan Bisnis Usaha Pembudidayaan Ikan Koki pada Lahan Terbatas di Jakarta. Penelitian tersebut mengkaji kelayakan usaha dilihat dari aspek pemasaran, aspek teknis dan aspek finansial. Melihat semakin terbatasnya lahan di daerah perkotaan, maka kawasan perkotaan menjadi objek penelitian dalam hal menerapkan teknologi hemat lahan dan air. Dari hasil analisa dapat dikatakan bahwa usaha budidaya ikan koki pada lahan terbatas di Kota Jakarta layak dilakukan, karena usaha ini dapat memberikan keuntungan bagi pengelolanya. Dilihat dari hasil NPV sebesar Rp. 109. 863.062, IRR

sebesar 64,91 persen, payback period dicapai dalam 7,32 bulan, B/C Ratio 2,18 kali

dan BEP tercapai pada tingkat penjualan Rp 1.748.414. Tetapi usaha ini sensitif

terhadap perubahan harga jual (output) dan perubahan volume produksi minimal 45

persen. Jika terjadi penurunan terhadap faktor-faktor tersebut lebih dari 45 persen maka kegiatan usaha budidaya tidak layak secara finansial untuk dilakukan.

Rohmawati (2010), meneliti tentang Analisis Kelayakan Pengembangan Usaha Ikan Hias Air Tawar pada Arifin Fish Farm di Desa Ciluar Kecamatan Bogor Utara, Kota Bogor. Hasil penelitian dilihat dari aspek teknis menunjukkan bahwa perusahaan tidak mengalami kesulitan dalam tersediaan bahan baku dalam pengadaan atau ketersediaan induk ikan hias air tawar. Dari aspek manajemen menunjukan perusahaan menggunakan struktur organisasi berbentuk garis dan cukup sederhana sehingga mampu menjalankan tugas masing-masing sesuai dengan kewajibannya. Aspek Hukum menunjukkan bahwa Arifin Fish Farm dapat digolongkan dalam usaha perorangan. Aspek pasar usaha ini menunjukkan potensi ikan hias air tawar sangat baik untuk dikembangkan dapat dilihat dari permintaan yang cukup tinggi. Hasil Perhitungan aspek finansial pada usaha ikan hias air tawar dengan rencana

pengembangan dengan lahan 800 m2 menunjukan perhitungan nilai NPV yang

(27)

13

IRR sebesar 60 persen, payback period sebesar 2,03, nilai manfaat bersih yang

diperoleh sebesar Rp 434.591.902,00. Pada hasil perhitungan analisis sensitivitas jika terjadi penurunan harga penjualan, maka menunjukkan usaha ini masih tetap layak untuk dilanjutkan. Penurunan harga jual ikan hias sebesar 20 persen per tahun menghasilkan NPV Rp 1.125.203.260,00, Net B/C sebesar 2,43 dan IRR sebesar 34 persen. sedangkan penurunan sebesar 30 persen menghasilkan NPV sebesar 667.985.016,00, Net B/C sebesar 1,79 dan IRR sebesar 24 persen.

Rahmawan (2004), meneliti tentang Analisis Kelayakan Pengembangan

Investasi Pengembangan Usaha Pemasok (supplier) Ikan Hias di Adil Fish Farm,

Depok. Penelitian tersebut mengkaji tentang aspek finansial dan aspek non finansial. Dari segi aspek non finansial diperoleh bahwa pada aspek teknis tidak ada kesulitan dalam pengadaan ikan hias dari petani maupun dalam proses produksinya. Pada aspek manajemen, dengan struktur yang sederhana Adil Fish Farm masih mampu menjalankan manajemen usahanya dengan baik. Pada aspek pasar, adanya permintaan yang kontinu dari pihak konsumen menunjukkan usaha ini masih memiliki peluang pasar yang baik. Pada aspek finansial, usaha ini layak untuk dijalankan karena memiliki NPV sebesar Rp 453.361.955,00, Net B/C Ratio sebesar 2,35 dan IRR sebesar 61 persen serta keuntungan yang cukup besar yaitu sebesar Rp 126.781.000,00. Pada hasil analisis sensitivitas, untuk kenaikan harga bahan bakar (BBM) maksimal yaitu sebesar 10 persen dan kenaikan harga cacing (pakan) maksimal sebesar 50 persen maka usaha ini tetap layak untuk dilaksanakan.

Surahmat (2009), meneliti tentang Analisis Kelayakan Usaha Pembenihan

Larva Ikan Bawal Air Tawar Ben’s Fish Farm Cibungbulang Kabupaten Bogor.

(28)

14

pekerjaan yang dijalankan setiap karyawan Ben’s Fish Farm cukup baik, dari segi

aspek sosial tidak memberikan dampak buruk bagi masyarakat dan lingkungan sekitar. Dari hasil analisis aspek finansial, usaha dibagi dalam dua skenario yang terdiri dari skenario I menggunakan investasi modal sendiri dengan tingkat diskonto sebesar 7,25 persen dan skenaio II menggunakan modal pinjaman dengan tingkat diskonto sebesar 14 persen. Skenario I layak untuk dilaksanakan, hal ini dapat dilihat dari nilai NPV skenario I sebesar Rp 587.596184,05 dengan umur usaha 10 tahun, Net B/C Ratio sebesar 4,15. Nilai IRR sebesar 61 persen serta dengan lama pengembalian investasi selama 2 tahun 3 bulan. Sedangkan analisis kelayakan finansial pada skenario II diperoleh Nilai NPV sebesar Rp 9.501.982,34. Net B/C sebesar 3,1. Nilai IRR sebesar 29 persen tetapi dengan lama pengembalian investasi lebih dari 10 tahun yang lebih lama dari umur proyek sehingga tidak layak.

Berdasarkan hasil analisis switching value. Untuk skenario I, penurunan harga jual

larva yang masih dapat ditolerir yaitu sebesar 7,04 persen dan penurunan jumlah produksi tidak lebih dari 42,1 persen. Sedangkan untuk skernario II tidak dilakukan

analisis switching value karena dengan modal pinjaman usaha tidak layak untuk

dilaksanakan berdasarkan waktu pengembalian modal invesatasi yang lebih lama dari umur proyek. Berdasarkan hasil analisis kelayakan finansial penggunaan skenario I lebih layak dilaksanakan dibandingkan sekenario II.

(29)

15 sebesar 4,22, IRR sebesar 41 persen, dan PBP selama 3,4 tahun. Sedangkan untuk pola usaha III diperoleh hasil NPV sebesar Rp 138.280.330, Net B/C sebesar 5,14, IRR sebesar 52 persen, dan PBP selama 2,79 tahun. Dari hasil analisis finansial tersebut dapat dilihat bahwa jenis usaha lobster air tawar yang paling menguntungkan

adalah pola usaha III. Sementara dari hasil analisis switching value diperoleh hasil

pada pola usaha I masih layak untuk dilaksanakan apabila terjadi penurunan jumlah produksi sebesar 23,8 persen, kenaikan harga pakan sebesar 774,95 persen, dan penurunan harga jual sebesar 23,8 persen. Pola usaha II masih layak untuk dilaksanakan apabila terjadi penurunan jumlah produksi sebesar 23,11 persen, kenaikan harga pakan sebesar 571,77 persen, dan penurunan harga jual sebesar 23,11 persen. Sementara pola usaha III masih layak untuk dilaksanakan apabila terjadi penurunan produksi sebesar 34,87 persen, kenaikan harga pakan sebesar 828,33 persen, dan penurunan harga jual sebesar 34,87 persen. Berdasarkan analisis switching value tersebut dapat disimpulkan bahwa pola usaha II adalah jenis usaha yang peling sensitif terhadap perubahan jika dibandingkan dengan pola usaha I dan pola usaha III.

2.4 Persamaan dan Perbedaan Penelitian Terdahulu

(30)

16

III KERANGKA PEMIKIRAN

3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis

Kerangka pemikiran teoritis merupakan landasan teori atau kumpulan teori-teori yang relevan dengan masalah. Berikut adalah teori-teori yang dapat digunakan dan relevan dengan penelitian ini.

3.1.1 Teori Investasi

Menurut Mankiw (2007), definisi investasi adalah suatu kegiatan membeli barang-barang oleh perusahaan baik itu barang-barang berupa bahan mentah, barang setengah jadi, maupun barang jadi yang digunakan pada waktu yang akan datang. Sedangkan menurut Gittinger (1986), kegiatan pertanian adalah suatu kegiatan investasi yang mengubah sumber-sumber finansial menjadi barang-barang kapital yang dapat menghasilkan keuntungan-keuntungan atau manfaat setelah beberapa

periode waktu. Sementara itu Gray et al (1992) dalam Nurmalina et al. (2009)

mendefinisikan suatu kegiatan investasi sebagai kegiatan yang dapat direncanakan dan dilaksanakan dalam satu bentuk kesatuan dengan mempergunakan

sumber-sumber untuk mendapatkan benefit. Selain itu, Kasmir dan Jakfar (2010) mengatakan

investasi dapat pula diartikan penanaman modal dalam suatu kegiatan yang memiliki jangka relatif panjang dalam berbagai bidang usaha, penanaman modal yang ditanamkan dapat dalam arti sempit berupa proyek tertentu baik bersifat fisik maupun non fisik, seperti proyek pendirian pabrik, jalan, jembatan, pembangunan gedung dan proyek penelitian dan pengembangan. Investasi dapat dilakukan dalam membangun usaha baru maupun investasi dalam mengembangkan usaha yang telah ada.

Mankiw (2003) membagi jenis investasi ke dalam tiga bagian antara lain,

investasi tetap bisnis (business fixed investment) yaitu mencakup peralatan dan

struktur yang dibeli perusahaan dalam kegiatan proses produksi, investasi residensial (residential investment) yaitu mencakup pembelian rumah baru untuk tempat tinggal

dan pembelian tanah untuk disewakan, serta investasi persediaan (inventory

(31)

17

3.1.2 Studi Kelayakan Bisnis

Menurut Gittinger (1986), Proyek merupakan suatu elemen operasional sederhana yang dipersiapkan dan dilaksanakan sebagai suatu kesatuan terpisah dalam suatu perencanaan nasional atau program pembangunan pertanian. Didalam kegiatan proyek pertanian seluruh biaya-biaya, baik itu biaya produksi ataupun biaya pemeliharaan yang dikeluarkan diharapkan dapat memberikan manfaat secara cepat dengan perkiraan waktu pengembalian selama satu tahun.

Menurut Kasmir dan Jakfar (2010), Penanaman modal dalam suatu usaha atau proyek, baik untuk usaha baru maupun perluasan usaha yang sudah ada biasanya disesuaikan dengan tujuan dan bentuk badan usahanya. Dalam menjalankan suatu

bisnis oleh perusahaan salah satu tujuannya yaitu memperoleh keuntungan (profit),

dalam arti seluruh aktivitas perusahaan ditujukan untuk mencari keuntungan bahkan usaha yang bersifat sosial pun pada praktiknya juga perlu memperoleh keuntungan agar mampu membiayai usahanya sendiri, tidak hanya tergantung pada donatur. Agar tujuan perusahaan tersebut dapat tercapai sesuai dengan yang diinginkan maka apabila ingin melakukan investasi dalam memulai suatu usaha sebaiknya didahului dengan suatu studi. Tujuannya adalah untuk menilai apakah investasi yang akan ditanam layak atau tidak untuk dijalankan (sesuai dengan tujuan perusahaan) atau dengan kata lain apakah usaha tersebut dijalankan akan memberikan suatu manfaat atau tidak. Studi tersebut disebut studi kelayakan bisnis.

Menurut Nurmalina et al (2010), studi kelayakan bisnis merupakan penelaahan

(32)

18 Dalam membangun usaha baru sangat diperlukan studi kelayakan bisnis, sehingga dalam proses perencanaan pembangunannya nanti dapat dilakukan kajian yang cukup mendalam dan komprehensif untuk mengetahui apakah usaha yang akan dilakukan itu layak atau tidak layak. Pertimbangan tersebut dapat digunakan dalam rangka melihat apakah perusahaan mendapatkan keuntungan jika menjalankan usaha.

3.1.3 Kriteria Kelayakan Bisnis

Dalam melihat kriteria kelayakan suatu bisnis ada beberapa aspek yang perlu diperhatikan diantaranya aspek finansial dan aspek non finansial yang mana masing-masing aspek tersebut saling berkaitan dalam memenuhi kriteria kelayakan suatu

bisnis. Nurmalina et al. (2009) membagi studi kelayakan bisnis kedalam aspek non

finansial terdiri dari aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen-hukum, aspek sosial-ekonomi-budaya, aspek lingkungan dan aspek finansial.

3.1.3.1 Aspek Pasar

Menurut Kasmir dan Jakfar (2010), aspek pasar dan pemasaran adalah meneliti seberapa besar pasar yang akan dimasuki dan seberapa besar kemampuan perusahaan untuk menguasainya pasar serta bagaimana strategi yang akan dijalankan nantinya. Sebelum melaksanakan bisnis, analisis tehadap aspek pasar potensial perlu diketahui agar produk yang dihasilkan perusahaan mampu menempatkan diri dalam pasar potensial yang akan dimasuki.

(33)

19 bersangkutan, kondisi persaingan antara produsen dan siklus hidup produk (Umar, 2003).

Menurut Nurmalina et al. (2010), aspek pasar dan pemasaran mencoba

mempelajari tentang :

a) Permintaan

Baik secara total maupun diperinci menurut daerah, berbagai jenis konsumen, perusahaan besar pemakai. Disini juga perlu diperkirakan tentang proyeksi permintaan tersebut.

b) Penawaran

Baik yang berasal dari dalam negeri maupun yang berasal dari produk impor. Serta bagaimana perkembangannya di masa lalu dan dan bagaimana perkiraan di masa yang akan datang. Faktor yang mempengaruhi penawaran ini seperti seperti jenis barang yang bisa menyaingi, kebijakan dari pemerintah, dan sebagainya perlu diperhatikan.

c) Harga

Dilakukan perbandingan harga dengan barang-barang impor, dengan barang produksi dalam negeri lainnya. Apakah ada kecenderungan perubahan harga dan bagaimana polanya.

d) Program Pemasaran

Mencakup strategi pemasaran yang akan dipergunakan, bauran pemasaran (marketing mix). Identifikasi siklus kehidupan produk (product life cycle), pada tahap apa produk yang akan dibuat.

e) Perkiraan penjualan yang bisa dicapai perusahaan

Perkiraan penjualan dimasa yang akan datang dilihat dari sumber daya yang dimiliki.

3.1.3.2 Aspek Teknis

(34)

20 Studi teknis akan mengungkapkan kebutuhan yang diperlukan dan secara teknis

proses produksi akan dilaksanakan. Selain itu menurut Nurmalina et al. (2010) aspek

teknis juga membahas tentang lokasi bisnis, luas produksi, proses produksi, lay out,

pemilihan jenis teknologi dan equipment.

a. Lokasi Bisnis

Beberapa variabel yang perlu diperhatikan untuk pemilihan lokasi bisnis dibedakan dalam dua golongan besar, yakni variabel utama dan variabel bukan utama. Penggolongan ke dalam kedua kelompok tersebut tidak mengandung kekakuan, artinya dimungkinkan untuk berubah golongan sesuai dengan ciri utama output dan bisnis yang bersangkutan. Variabel utama antara lain ketersediaan bahan

baku, letak pasar yang dituju, tenaga listrik dan air, supply tenaga kerja, dan fasilitas

transportasi. Sedangkan variabel bukan utama yaitu hukum dan peraturan yang berlaku, iklim dan keadaan tanah, sikap dari masyarakat setempat, dan rencana masa depan perusahaan.

b. Luas Produksi

Luas produksi adalah jumlah produk yang seharusnya diproduksi untuk mencapai keuntungan yang optimal. Beberapa faktor yang perlu diperhatikan dalam penentuan luas produksi yaitu batasan permintaan, tersedianya kapasitas mesin-mesin, jumlah dan kemampuan tenaga kerja pengelola proses produksi, kemampuan finansial dan manajemen perusahaan, kemampuan adanya perubahan teknologi produksi dimasa yang akan datang.

c. Proses Produksi

Proses produksi adalah tahapan-tahapan kegiatan produksi dalam menghasilkan

suatu output yang siap jual atau dipasarkan. Proses produksi dikenal adanya tiga jenis

(35)

21 d. Lay Out

Lay out merupakan keseluruhan proses penentuan bentuk dan penempatan fasilitas-fasilitas yang dimiliki perusahaan. Kriteria yang dapat digunakan untuk

evaluasi lay out khususnya pabrik antara lain adanya konsentrasi dengan teknologi

produksi, adanya arus produk dalam proses yang lancar dari proses satu ke proses yang lain, penggunaan ruangan yang optimal, kemudahan dalam melakukan penyesuaian maupun untuk ekspansi, minimisasi biaya produksi dan memberikan jaminan yang cukup untuk keselamatan tenaga kerja.

e. Pemilihan Jenis Teknologi dan Equipment

Patokan umum yang dapat digunakan dalam pemilihan jenis teknologi adalah seberapa jauh derajat mekanisasi yang diinginkan dan manfaat ekonomi yang diharapkan, disamping kriteria-kriteria yang lain sperti ketepatan jenis teknologi, keberhasilan penggunaan jenis teknologi tersebut di tempat lain yang memiliki ciri-ciri yang mendekati lokasi dengan lokasi bisnis, kemampuan pengetahuan penduduk (masyarakat) setempat dan kemungkinan pengembangannya, pertimbangan kemungkinan adanya teknologi lanjutan. Selain itu, perlu diperhatikan penggunaan teknologi yang tepat baik dalam penggunaan potensi ekonomi lokal dan kesesuaian dengan kondisi sosial budaya setempat. Pemilihan mesin dan peralatan serta jenis teknologi mempunyai hubungan yang erat sekali. Apabila pengadaan teknologi tidak terpisah dari mesin yang ditawarkan, maka praktis jenis teknologi, mesin dan

peralatan yang akan dipergunakan telah menjadi satu (Nurmalina, et al., 2010)

3.1.3.3 Aspek Manajemen dan Hukum

(36)

22 kerja yang digunakan, dan menentukan siapa-siapa anggota direksi dan tenaga-tenaga inti.

Aspek hukum mempelajari tentang bentuk badan usaha yang akan digunakan, dan mempelajari jaminan-jaminan yang bisa disediakan bila akan menggunakan sumber dana yang berupa pinjaman, berbagai akta, sertifikat dan izin. Aspek hukum dari suatu usaha diperlukan dalam hal mempermudah dan memperlancar kegiatan

bisnis pada saat menjalin jaringan kerjasama (networking) dengan pihak lain

(Nurmalina et al., 2010).

3. 1.3.4Aspek Sosial, Ekonomi dan Budaya

Dalam aspek sosial, ekonomi dan budaya yang akan dinilai adalah seberapa besar bisnis mempunyai dampak sosial, ekonomi dan budaya terhadap masyarakat keseluruhan. Pada aspek sosial yang dipelajari adalah penambahan kesempatan kerja atau pengurangan pengangguran, serta adanya pemerataan kesempatan kerja dan pengaruh bisnis terhadap lingkungan sekitar lokasi bisnis. Dari aspek ekonomi, suatu bisnis dapat memberikan peluang peningkatan pendapatan masyarakat, pendapatan asli daerah (PAD), pendapatan dari pajak dan dapat menambah aktivitas ekonomi. Suatu bisnis tidak akan ditolak oleh masyarakat sekitar bila secara sosial budaya

diterima dan secara ekonomi memberikan kesejahteraan (Nurmalina et al., 2010).

3.1.3.5 Aspek Lingkungan

(37)

23 sebab tidak ada bisnis yang akan bertahan lama apabila tidak bersahabat dengan

lingkungan (Hufschmidt, et al., 1987 diacu dalam Nurmalina et al., 2010).

3.1.3.6 Aspek Finansial

Aspek finansial merupakan proyeksi anggaran yang akan mengestimasi penerimaan dan pengeluaran bruto pada masa yang akan dating setiap tahunnya (Gittinger, 1986). Dalam pengkajian aspek finansial diperhitungkan berapa jumlah dana yang dibutuhkan untuk membangun dan kemudian mengoperasikan kegiatan bisnis, dana yang dibutuhkan berupa modal tetap dan modal kerja. Pertimbangan lain adalah berapa banyak investor yang dapat menanamkan dana, jumlah pinjaman dari yang dapat diperoleh dan menilai apakah penghasilan yang diperoleh dapat memberikan keuntungan yang memadai bagi perusahaan. Dari sisi keuangan (aspek finansial).

Bisnis dikatakan sehat apabila dapat memberikan keuntungan yang layak dan mampu memenuhi kewajiban finansialnya (Umar, 2003). Kegiatan dalam aspek keuangan (finansial) ini antara lain adalah perhitungan perkiraan jumlah dana yang diperlukan untuk keperluan modal kerja awal dan untuk pengadaan harta tetap proyek. Juga dipelajari mengenai struktur pembiayaan mana yang paling menguntungkan dengan menentukan berapa dana yang harus disiapkan lewat pinjaman dari pihak lain dan berapa dana dari modal sendiri. Aspek-aspek tersebut

akan tercatat dalam aliran kas (cash flow). Cashflow yaitu aktivitas keuangan yang

mempengaruhi posisi/kondisi kas pada suatu periode tertentu (Nurmalina et al.,2010).

Cashflow disusun berdasarkan untuk menunjukkan perubahan kas selama satu periode tertentu serta memberikan alasan mengenai perubahan kas tersebut dengan menunjukkan dari mana sumber-sumber kas dan penggunaannya.

Cashflow terdiri dari cash inflow (arus penerimaan) dan cash outflow (arus

pengeluaran). Cash inflow meliputi nilai produksi total, penerimaan pinjaman, dana

bantuan (Grants), nilai sewa dan nilai sisa (Salvage value). Cash outflow terdiri dari

biaya investasi, biaya produksi, biaya pinjaman bunga dan pajak. Pengurangan cash

(38)

24

Menurut Nurmalina et al. (2010), ada beberapa kriteria investasi yang dapat

dilihat dalam analisis finansial yang mana dapat digunakan untuk menyatakan layak atau tidaknya suatu usaha. Kriteria investasi yang digunakan yaitu :

a. Net Present Value (NPV)

Menurut Nurmalina et al. (2010) secara umum mendefinisikan Net Present

Value adalah selisih antara manfaat dan biaya atau yang disebut dengan arus kas. Suatu bisnis dikatakan layak jika jumlah seluruh manfaat yang diterimanya melebihi

biaya yang dikeluarkan. Gittinger (1986) mendefinisikan Net Present Value adalah

nilai sekarang dari arus pendapatan yang ditimbulkan oleh penanaman investasi.

Menurut umar (2003) Net Present Value yaitu selisih antara Present Value dari

investasi dengan nilai sekarang dari penerimaan-penerimaan kas bersih dimasa yang akan datang.

Terdapat tiga kriteria ukuran kelayakan investasi menurut metode Net Present

Value (NPV) yaitu :

1. NPV sama dengan nol (NPV = 0) artinya, bisnis atau usaha yang dijalankan tidak

menguntungkan atau tidak merugikan

2. NPV lebih besar dari nol (NPV > 0) artinya, bisnis atau usaha yang dijalankan

menguntungkan atau memberikan manfaat.

3. NPV lebih kecil dari nol (NPV < 0) artinya, bisnis atau usaha tersbut tidak layak

untuk dijalankan atau memberikan kerugian.

b. Net Benefit - Cost Ratio (Net B/C)

Net Benefit Cost Ratio adalah rasio antara manfaat bersih yang bernilai positif dengan manfaat bersih yang bernilai negatif, atau disebut juga manfaat bersih yang menguntungkan bisnis yang dihasilkan terhadap setiap satu satuan kerugian dari bisnis tersebut. Suatu kegiatan investasi atau bisnis dapat dikatakan layak jika Net B/C lebih besar dari satu dan diakatakan tidak layak bila Net B/C lebih kecil dari satu

(Nurmalina et al., 2010). Menurut Gittinger (1986), Net B/C merupakan

perbandingan antara nilai sekarang permintaan kas bersih di masa yang akan datang

dengan nilai sekarang investasi. Net benefit cost ratio diperoleh berdasarkan nilai

(39)

25

Terdapat tiga kriteria ukuran kelayakan investasi menurut metode Net benefit

cost ratio (Net B/C Ratio) yaitu:

1. Net B/C Ratio sama dengan satu (Net B/C = 1) artinya, usaha tersebut tidak

c. Internal Rate of Return (IRR)

Menurut Gittinger (1986), Internal Rate of Return merupakan suatu ukuran

manfaat proyek terdiskontokan, dengan memakai tingkat diskonto akan diperoleh nilai sekarang netto dari tambahan arus manfaat netto, atau tambahan arus keuntungan menjadi nol. Bunga maksimal yang dapat dibayar proyek atas sumber-sumber yang digunakan proyek untuk menutupi pengeluaran investasi dan

operasional dan proyek masih berada posisi pulang pokok. Menurut Nurmalina et al.

(2010), penilaian suatu bisnis dapat dikatakan dapat dikatakan layak dilihat dari seberapa besar pengembalian bisnis terhadap invesatasi yang ditanamkan, ditujukan

dengan mengukur besarnya Internal Rate of Return. Gittinger (1986) mendefinisikan

Internal Rate of Return adalah tingkat rata-rata keuntungan interval tahunan bagi perusahaan yang melakukan kegiatan investasi dan dinyatakan dalam bentuk persentase.

Menurut Umar (2003) metode Internal Rate of Return digunakan untuk mencari

tingkat bunga yang menyamakan nilai sekarang dari arus kas yang diharapkan dimasa

datang, penerimaan kas, dengan mengeluarkan investasi awal. Menurut Nurmalina et

al. (2010), dalam metode penghitungan tingkat IRR, metode yang umumnya

digunakan adalah dengan menggunakan metode interpolasi diantara tingkat discount

rate yang lebih rendah (menghasilkan NPV positif) dengan tingkat discount rate yang

(40)

26

d. Payback Period (PP)

Menurut Kasmir dan Jakfar (2010), metode Payback Period (PP) merupakan

teknik penilaian terhadap jangka waktu (periode) pengembalian investasi suatu

proyek atau bisnis. Menurut Nurmalina et al. (2010) Payback Period adalah suatu

analisis yang berfungsi untuk mengukur seberapa cepat investasi yang ditanam pada

suatu bisnis dapat kembali. Oleh karena itu bisnis yang Payback Period-nya cepat

pengembaliannya, maka memiliki kemungkinan untuk dijalankan. Sedangkan

menurut Gittinger (1986), Payback Period adalah jangka waktu kembalinya seluruh

jumlah investasi modal yang ditanam dan dihitung mulai dari permulaan proyek sampai dengan arus nilai produksi setiap tambahan, sehingga mencapai jumlah keseluruhan investasi modal yang ditanam.

Masalah utama dari metode ini adalah sulitnya menentukan periode Payback

Period maksimum yang diisyaratkan, untuk digunakan sebagai angka pembanding. Kelemahan-kelemahan lain dari metode ini adalah diabaikannya nilai waktu uang (time value of money) dan diabaikannya cashflow setelah periode payback. Untuk

mengatasi masalah diabaikannya time value of money maka kadang dipakai

discounted payback period (Nurmalina et al., 2010).

3.1.4 Analisis Sensititvitas dan Nilai Pengganti (Switching Value)

Suatu investasi memiliki resiko akibat dari ketidakpastian kondisi yang berlangsung. Resiko dan ketidakpastian menjabarkan suatu keadaan yang memungkinkan adanya berbagai macam hasil atau berbagai akibat dari usaha tertentu. Perubahan-perubahan yang terjadi akan mempengaruhi tingkat kelayakan suatu investasi, hal ini untuk melihat pengaruh-pengaruh yang terjadi akibat adanya perubahan-perubahan tersebut (Gittinger, 1986). Tujuan analisis ini adalah untuk menilai apa yang akan terjadi dengan hasil analisis kelayakan suatu kegiatan investasi atau bisnis apabila terjadi perubahan didalam perhitungan biaya atau manfaat. Analisis ini menilai apakah suatu kegiatan investasi atau bisnis yang di analisis peka terhadap perubahan yang terjadi.

Menurut Kadariah (1986) yang diacu dalam Nurmalina et al. (2010), analisis

(41)

27 bisnis perhitungan umumnya didasarkan pada proyeksi-proyeksi yang mengandung ketidakpastian tentang apa yang akan terjadi diwaktu yang akan datang. Serta merupakan analisis pasca kriteria investasi yang digunakan untuk melihat apa yang akan terjadi dengan kondisi ekonomi dan hasil analisis bisnis jika terjadi perubahan atau ketidaktepatan dalam perhitungan biaya dan manfaat. Dengan kata lain, analisis sensitivitas merupakan suatu analisis untuk dapat melihat pengaruh-pengaruh yang

akan terjadi akibat keadaan yang berubah-ubah. Menurut Nurmalina et al. (2010),

perubahan-perubahan yang biasa terjadi dalam menjalankan bisnis umumnya

disebabkan oleh perubahan harga, keterlambatan pelaksanaan, kenaikan biaya (Cost

Over Run), dan ketidaktepatan dan perkiraan hasil produksi.

Analisis switching value merupakan perhitungan untuk mengukur “perubahan

maksimum” dari perubahan suatu komponen inflow atau perubahan komponen

outflow yang masih dapat ditoleransi agar bisnis masih tetap layak. Perhitungan ini mengacu kepada berapa besar perubahan terjadi sampai dengan NPV sama dengan

nol (Nurmalina et al., 2010). Perbedaan mendasar antara analisis sensitivitas dengan

switching value adalah pada analisis sensitivitas besarnya perubahan sudah diketahui secara empirik dan dilihat bagaimana dampaknya terhadap hasil analisis kelayakan.

Sedangkan pada perhitungan switching value justru perubahan tersebut dicari, berapa

besar perubahan yang masih dapat ditoleransi agar bisnis masih tetap layak.

3.1.5 Umur Bisnis

Umur bisnis sangat berpengaruh dalam suatu perencanan dalam studi kelayakan bisnis, dimana bisnis ini diproyeksikan akan berjalan sesuai dengan umur bisnis yang telah ditentukan, ini biasanya berdasarkan tingkat kemampuan kegiatan bisnis.

Menurut Nurmalina et al. (2010) ada beberapa cara dalam menentukan umur bisnis,

diantaranya :

a. Umur ekonomis suatu bisnis ditetapkan berdasarkan jangka waktu (periode) yang

Gambar

GAMBARAN UMUM USAHA .......................................................... 43
Gambar 1. Kerangka Pemikiran Operasional Analisis Kelayakan Usaha budidaya
Gambar 2. Saluran Distribusi Ikan Maanvis di Vizan Farm
Gambar 4. Proses Pemijahan Maanvis
+5

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan kandungannya, maka dalam penelitian ini digunakan sari buah strawberry (Fragaria x ananassa Duchesne ) sebagai pelembab pada sediaan krim.. Buah

Berberapa peneliti dan asosiasi sudah mengembangkan berberapa metode evaluasi kinerja dari prosedur analisa Statis Nonlinear diantaranya FEMA dengan dokumenya

Sistem sensor pada penelitian ini memiliki keluaran berupa frekuensi analog serta dapat digunakan untuk mengetahui kuantisasi nilai warna kulit biji kedelai serta indeks warna

Salah satu penyewaan yang ada pada JN Photograph Kudus dalam bidang fotografi adalah penyewaan kamera dan jasa fotografi.Pelayanan penyewaan yang ada saat ini

Yang dimaksud dengan sudut antara dua garis yang berpotongan adalah sudut terkecil yang dibentuk oleh kedua garis tersebut..

Konsep ini merupakan sesuatu hal yang abstrak berkenaan dengan gejala yang nyata tentang Geografi untuk mengungkapkan beberapa gejala, faktor atau masalah, sehingga setiap

Pemetaan 3D gua menggunakan software Blender, pemetaan dilakukan dengan mengambil dasar peta 2D yang telah di olah dengan Compass Cave sebagai pembuatan dasar lorong

Jika pengalokasian anggaran pengadaan sarana dan prasarana sudah sesuai dengan perencanaan yang telah dilakukan, maka hal ini akan mengindikasikan bahwa pelaksanaan