• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambaran Perilaku Ibu Yang Menikah Di Usia dini Dalam Pemenuhan Gizi Balita Di Desa Pulau Mungkur Kecamatan Gunung Toar Kabupaten Kuantan Singingi Provinsi Riau Tahun 2012

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Gambaran Perilaku Ibu Yang Menikah Di Usia dini Dalam Pemenuhan Gizi Balita Di Desa Pulau Mungkur Kecamatan Gunung Toar Kabupaten Kuantan Singingi Provinsi Riau Tahun 2012"

Copied!
129
0
0

Teks penuh

(1)

GAMBARAN PERILAKU IBU YANG MENIKAH DI USIA DINI DALAM PEMENUHAN GIZI BALITA DI DESA PULAU MUNGKUR

KECAMATAN GUNUNG TOAR KABUPATEN KUANTAN SINGINGI PROVINSI RIAU

TAHUN 2012

SKRIPSI

OLEH :

101000395 MAYA KASWARI

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

GAMBARAN PERILAKU IBU YANG MENIKAH DI USIA DINI DALAM PEMENUHAN GIZI BALITA DI DESA PULAU MUNGKUR

KECAMATAN GUNUNG TOAR KABUPATEN KUANTAN SINGINGI PROVINSI RIAU

TAHUN 2012

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat

Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

OLEH :

101000395 MAYA KASWARI

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)
(4)

ABSTRAK

Ibu yang menikah di usia dini kemungkinan besar akan sulit memahami permasalahan gizi terutama dalam pemenuhan gizi balita. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui gambaran perilaku ibu yang menikah di usia dini dalam pemenuhan gizi balita di Desa Pulau Mungkur Kecamatan Gunung Toar Kabupaten Kuantan Singingi Provinsi Riau Tahun 2012.

Penelitian ini bersifat deskriptif dengan desain penelitian cross sectional. Populasi adalah ibu yang menikah di usia dini yang memiliki balita dengan jumlah sebanyak 45 orang dan seluruhnya dijadikan sampel (total sampling). Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara dengan menggunakan kuesioner, formulir food frequency dan formulir food recall.

Hasil penelitian diperoleh bahwa pengetahuan, sikap dan tindakan ibu yang menikah di usia dini berkaitan dengan pemenuhan gizi balita berada dalam kategori sedang. Demikian juga dengan konsumsi energi dan protein berada dalam kategori sedang, namun ada juga balita yang memiliki konsumsi energi kurang (6,7%) dan defisit (11,1%) serta konsumsi protein kurang (26,7%) dan defisit (8,9%). Umumnya balita mengkonsumsi makan dengan frekuensi 3 kali sehari. Status gizi balita berdasarkan indeks berat badan menurut umur, tinggi badan menurut umur dan berat badan menurut tinggi badan sebagian besar kategori normal, terdapat juga sebagian balita yang memiliki status gizi kategori kurang (22,2%), kategori pendek (15,5%) serta kategori kurus (17,8%) dan sebagian besar ibu balita yang menikah di usia dini memiliki tindakan kurang baik dengan tingkat pendidikan mulai dari SD dan SMP, pendapatan keluarga <Rp 1.200.000/bulan dan dengan lama usia pernikahan 6-10 tahun.

Perlu dilakukan penyuluhan tentang makanan, gizi dan kesehatan kepada ibu yang menikah usia dini yang mempunyai balita oleh kader posyandu sehingga dapat meningkatkan perilaku ibu dalam pemenuhan gizi balita dan peranan penyuluhan tentang pangan palawija dalam mengantisipasi lahan kosong oleh dinas pertanian untuk meningkatkan ketahanan pangan keluarga.

(5)

ABSTRACT

A mother who has get married in earlier can be difficult to understand the nutrition problem especially to fullfill the nutrition of under five years old. This research mean to know the behavior description of a mother who has get married in earlier to fullfill the nutrition of under five years old at Village of Pulau Mungkur, subdistrict of Gunung Toar, Regency of Kuantan Singingi, Province of Riau in 2012.

This research is a descriptive study by cross sectional research design. The population is early married women has under five years old for 45 people and then to be total sampling. The data was collected by interview using questionnaire, food frequency form and food recall form.

The results of research indicates that knowledge, behavior and attitude of early married woman is related to the fulfillment of nutrition for under five years old that classified into good less category. As well energy and protein consumption in medium category but there are under five years old who have the lower energy consumption (6,7%) and deficit (11,1%) and protein consumption is lower (26,7%) and deficit (8,9%). Generally, the under five years old consumes food three time a day. The nutrition status of under five years old to the weight for age, height for age and weight for height is classified into normal category. And there are under five years old who have nutrition status in underweight category (22,2%),stunted category (15,5%) and wasted category (17,8%) and a mother who has get married in earlier of under five years old has a bad behavior with grade education from primary school up to junior high school, with family income rate <1.200.000/month and by long married time 6-10 years.

It is necessary to provide the early married woman and has under five years old with exstension about food, nutrition and healthy by the posyandu cadre in order to increase the behavior of mother in fullfill the nutrition need of under five years old and the role of extension about crops food in anticipate the vacant land by the departement of agriculture in order to increase food security of family.

(6)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Maya Kaswari

Tempat/Tanggal Lahir : Seberang Pantai, 16 September 1989

Agama : Islam

Status Perkawinan : Belum Kawin Jumlah Bersaudara : 5 (Lima)

Nama Ayah : Sudarmin, S.Pd

Nama Ibu : Rosdiati, S.Pd

Alamat Rumah : Jl. Sei Padang Gg. Sipirok No.18A Medan

Alamat Orang Tua : Desa Seberang Pantai Kecamatan Kuantan Mudik Kabupaten Kuantan Singingi Riau

Riwayat Pendidikan

Tahun 1995 – 2001 : SD Negeri 025 Seberang Pantai Tahun 2001 – 2004 : SLTP Negeri 1 Kuantan Mudik Tahun 2004 – 2007 : SMA Negeri 1 Kuantan Mudik

(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan ridho-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan skripsi dengan judul “Gambaran Perilaku Ibu Yang Menikah Di Usia dini Dalam Pemenuhan Gizi Balita Di Desa Pulau Mungkur Kecamatan Gunung Toar Kabupaten Kuantan Singingi Provinsi Riau Tahun 2012”.Skripsi ini adalah salah satu syarat yang ditetapkan untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Skripsi ini penulis persembahkan untuk kedua orang tua tercinta ayahanda Sudarmin, S.Pd dan ibunda Rosdiati, S.Pd yang tiada henti memberikan kasih sayang, do’a serta selalu memberikan bimbingan, arahan dan motivasi kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Selanjutnya tidak lupa penulis juga mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamya kepada :

1. Bapak Dr. Drs. Surya Utama, MS selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Prof. Dr. Ir. Albiner Siagian, M.Si selaku Ketua Departemen Gizi Kesehatan Masyarakat FKM USU.

3. Ibu Dra. Jumirah, Apt, M.Kes selaku dosen pembimbing I dan ketua penguji yang telah banyak meluangkan waktu dan selalu sabar untuk memberikan dukungan dan bimbingan yang sangat menginspirasi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

4. Bapak Dr. Mhd. Arifin Siregar, MS selaku dosen pembimbing II dan dosen penguji I yang selalu sabar dalam memberikan pengarahan dan motivasi dalam menyelesaikan skripsi ini.

(8)

6. Bapak Prof. Dr. Ir. Albiner Siagian, MSi selaku dosen penguji III yang telah banyak memberikan saran yang membangun dan arahan dalam penulisan skripsi ini.

7. Bapak Drs, Tukiman, MKM selaku dosen pembimbing akademik penulis.

8. Seluruh dosen dan pegawai administrasi di lingkungan FKM USU khususnya dosen Departemen Gizi Kesehatan Masyarakat FKM USU dan Bapak Marihot Samosir S.T yang telah sabar memberi masukan serta membantu penulis dalam segala urusan administrasi.

9. Bapak Samsir Alam, ST selaku Camat Kecamatan Gunung Toar Kabupaten Kuantan Singingi.

10. Bapak Zulfahmi selaku kepala Desa Pulau Mungkur, terima kasih telah memberikan izin pengambilan data dan melakukan penelitian di Desa yang Bapak pimpin.

Selanjutnya secara khusus penulis juga mengucapkan terima kasih yang tulus kepada :

1. Abangda Tilka Mandiri dan adik-adikku tersayang Ardha Handayani, Afdhal Lestari dan Bintang Kafila yang selalu memberikan dukungan yang tiada henti. Terima kasih atas doa, kasih sayang dan semangat yang selalu ada untuk penulis. 2. Rekan-rekan ekstensi FKM USU 2010, terimakasih atas dukungan, motivasi dan

doanya selama ini.

3. Teman-teman dari peminatan Gizi Kesehatan Masyarakat, Maulida, Khoirani, Hikmah, Kak Rini, Kak Nova, Kak Roseni, Pak Darmawan, Suharni, Sulastri, Aklima, Suci dan teman lainnya yang tidak bisa disebutkan satu per satu terima kasih atas dukungan, bantuan, dan kebersamaannya selama ini

4. Sahabatku Titin Herlina dan Ogi Okta serta keluarga kecilku kak Airin Nurul Hasanah, Lukmanul Hakim, Khodijah Tussolihin Dalimunte, Nuzulia Rahayu dan Emma Sihombing yang telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

(9)

6. Serta semua pihak yang telah membantu penulis dalam nenyelesaikan skripsi ini. Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna. Maka dari itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun dari semua pihak demi kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Januari 2013 Penulis

(10)

DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN. ... i

ABSTRAK. ... ii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... x

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 6

1.3 Tujuan Penelitian ... 7

1.3.1 Tujuan Umum ... 7

1.3.2 Tujuan Khusus ... 7

1.4 Manfaat Penelitian ... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 8

2.1 Karakteristik Balita ... 8

2.2 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pemberian Makan Pada Balita ... 9

2.3 Kebutuhan Gizi Balita ... 10

2.4 Menu Seimbang Balita ... 11

2.5 Status Gizi ... 12

2.6 Penilaian Status Gizi ... 13

2.7 Perilaku ... 13

2.7.1 Pengetahuan ... 15

2.7.2 Sikap ... 17

2.7.3 Tindakan ... 18

2.7.4 Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Perilaku Kesehatan ... 19

2.8 Perilaku Ibu ... 20

2.8.1 Pengetahuan Ibu ... 20

2.8.2 Sikap Ibu ... 21

2.9 Pernikahan ... 23

2.9.1 Pernikahan Usia Dini ... 23

2.9.2 Faktor-Faktor Yang mempengaruhi Terjadinya Pernikahan Usia Dini ... 24

2.9.3 Risiko Pernikahan Usia Dini ... 25

(11)

BAB III METODE PENELITIAN ... 29

3.1 Jenis Penelitian ... 29

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 29

3.2.1 Lokasi Penelitian ... 29

3.2.2 Waktu Penelitian ... 29

3.3 Populasi dan Sampel ... 29

3.3.1 Populasi ... 29

3.3.2 Sampel ... 30

3.4 Metode Pengumpulan Data ... 30

3.4.1 Data Primer ... 30

3.4.2 Data Sekunder ... 30

3.5 Definisi Operasional ... 30

3.6 Aspek Pengukuran ... 31

3.7 Metode Pengolahan Data ... 36

3.7.1 Metode Pengolahan Data ... 36

3.7.2 Analisis Data ... 36

BAB IV HASIL PENELITIAN ... 37

4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 37

4.1.1 Data Geografis ... 37

4.2 Karakteristik Ibu Dan Balita ... 37

4.3 Pengetahuan Ibu Yang Menikah Di Usia Dini Dalam Pemenuhan Gizi Balita ... 40

4.4 Sikap Ibu Yang Menikah Di Usia Dini Dalam Pemenuhan Gizi Balita ... 44

4.5 Tindakan Ibu Yang Menikah Di Usia Dini Dalam Pemenuhan Gizi balita ... 47

4.6 Pola Makan Balita Pada Ibu Yang Menikah Di Usia Dini .... 51

4.6.1 Frekuensi Makan Balita ... 51

4.6.2 Jenis Makanan Yang Dikonsumsi Balita ... 51

4.6.3 Konsumsi Energi dan Protein Balita ... 54

4.7 Status Gizi Balita Pada Ibu Yang Menikah Usia Dini ... 56

BAB V PEMBAHASAN ... 58

5.1 Pengetahuan Ibu Yang Menikah Di Usia Dini Dalam Pemenuhan Gizi Balita ... 58

5.2 Sikap Ibu Yang Menikah Di Usia Dini Dalam Pemenuhan Gizi Balita ... 59

5.3 Tindakan Ibu Yang Menikah Di Usia Dini Dalam Pemenuhan Gizi Balita ... 60

(12)

5.5 Sikap Ibu Berdasarkan Pengetahuan Dalam Pemenuhan Gizi Balita ... 5.6 Tindakan Ibu Berdasarkan Pengetahuan Dalam Pemenuhan Gizi Balita ... 5.7 Tindakan Ibu Berdasarkan Sikap Dalam Pemenuhan Gizi Balita ... 5.8 Tindakan Ibu Berdasarkan Pendidikan Dalam Pemenuhan Gizi Balita ... 5.9 Tindakan Ibu Berdasarkan Pendapatan Dalam Pemenuhan Gizi Balita ... 5.10 Tindakan Ibu Berdasarkan Lama Menikah Dalam Pemenuhan Gizi Balita ...

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN... 67 6.1 Kesimpulan ... 67 6.2 Saran ... 68

DAFTAR PUSTAKA

(13)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Kebutuhan Energi dan Protein Balita Berdasarkan Angka Kecukupan Gizi (AKG) Rata-Rata Per Hari ... 11 Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Ibu dan Balita Menurut Karakteristik

Di Desa Pulau Mungkur Kecamatan Gunung Toar

Kabupaten Kuantan Singingi Provinsi Riau Tahun 2012 ... 39 Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Makanan Yang Baik Bagi Balita ... 40 Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Tentang Makanan Yang

Paling Banyak Memberikan Tenaga ... 40 Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Tentang Makanan Yang Mengandung

Protein Hewani dan Nabati ... 41 Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Tentang Makanan Yang Paling

Banyak Mengandung Vitamin dan Mineral ... 41 Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Tentang Pertumbuhan Balita

Yang Normal ... 41 Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Tentang Cara Mengetahui

Pertumbuhan dan Perkembangan Balita ... 42 Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi Tentang Makanan Yang Baik

Diperkenalkan Pada Anak Balita ... 42 Tabel 4.9 Distribusi Frekuensi Tentang Manfaat Makanan Beraneka

Jenis ... 42 Tabel 4.10 Distribusi Frekuensi Tentang Manfaat Pemenuhan

Makanan Yang Bergizi ... 43 Tabel 4.11 Distribusi Frekuensi Tentang Tujuan Mengonsumsi

Makanan Yang Sesuai ... 43 Tabel 4.12 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Ibu Yang Menikah

Di Usia Dini Dalam Pemenuhan Gizi Balita Di Desa Pulau Mungkur Kecamatan Gunung Toar Kabupaten

Kuantan Singingi Provinsi Riau Tahun 2012 ... 44 Tabel 4.13 Distribusi Frekuensi Sikap Ibu Yang Menikah Di Usia

Dini Dalam Pemenuhan Gizi Balita Di Desa Pulau Mungkur Kecamatan Gunung Toar Kabupaten Kuantan Singingi

Provinsi Riau Tahun 2012 ... 46 Tabel 4.14 Distribusi Frekuensi Sikap Ibu Yang Menikah Di Usia Dini Dalam Pemenuhan Gizi Balita Di Desa Pulau Mungkur Kecamatan Gunung Toar Kabupaten Kuantan Singingi

Provinsi Riau Tahun 2012 ... 47 Tabel 4.15 Distribusi Frekuensi Tentang Cara Memenuhi

Kebutuhan Gizi Balita ... 47 Tabel 4.16 Distribusi Frekuensi Tentang Susunan Menu Yang

Dihidangkan Ibu Untuk Balita ... 48 Tabel 4.17 Distribusi Frekuensi Tentang Cara Ibu Apabila Balita

(14)

Tabel 4.18 Distribusi Frekuensi Tentang Cara Ibu Memberikan

Makan Pada Balita ... 48 Tabel 4.19 Distribusi Frekuensi Tentang Pemberian Susu

Kepada Balita. ... 49 Tabel 4.20 Distribusi Frekuensi Tentang Cara Ibu Agar Balita Tidak

Jajan Diluar Rumah terutama Di Pinggir Jalan ... 49 Tabel 4.21 Distribusi Frekuensi Tentang Cara Ibu Agar Makanan Yang

Diberikan Kepada Balita Tetap Terjaga Asupan Gizinya ... 49 Tabel 4.22 Distribusi Frekuensi Tentang Waktu Ibu Menghidangkan

Sayur dan Buah Untuk Balita ... 50 Tabel 4.23 Distribusi Frekuensi Tindakan Ibu Yang Menikah Di

Usia Dini Dalam Pemenuhan Gizi Balita Di Desa Pulau Mungkur Kecamatan Gunung Toar Kabupaten

Kuantan Singingi Provinsi Riau Tahun 2012 ... 50 Tabel 4.24 Distribusi Frekuensi Makan Balita Pada Ibu Yang

Menikah Di Usia Dini Di Desa Pulau Mungkur Kecamatan Gunung Toar Kabupaten Kuantan

Singingi Provinsi Riau Tahun 2012. ... 51 Tabel 4.25 Distribusi Jenis Makanan Balita Pada Ibu Yang

Menikah Di Usia Dini Di Desa Pulau Mungkur Kecamatan Gunung Toar Kabupaten Kuantan

Singingi Provinsi Riau Tahun 2012 ... 52 Tabel 4.26 Distribusi Frekuensi dan Jenis Makanan Pokok

Balita Pada Ibu Yang Menikah Di Usia Dini Di

Desa Pulau Mungkur Kecamatan Gunung Toar Kabupaten Kuantan Singingi Provinsi Riau Tahun 2012 ... 52 Tabel 4.27 Distribusi Frekuensi dan Jenis Makanan Lauk Pauk

Balita Pada Ibu Yang Menikah Di Usia Dini Di

Desa Pulau Mungkur Kecamatan Gunung Toar Kabupaten Kuantan Singingi Provinsi Riau Tahun 2012 ... 53 Tabel 4.28 Distribusi Frekuensi dan Jenis Makanan Sayuran

dan Buah-buahan Balita Pada Ibu Yang Menikah Di Usia Dini Di Desa Pulau Mungkur Kecamatan Gunung Toar Kabupaten Kuantan Singingi

Provinsi Riau Tahun 2012... 54 Tabel 4.29 Distribusi Konsumsi Energi Balita Pada Ibu Yang

Menikah Di Usia Dini Di Desa Pulau Mungkur Kecamatan Gunung Toar Kabupaten Kuantan Singingi Provinsi Riau Tahun 2012 ... 55 Tabel 4.30 Distribusi Konsumsi Protein Balita Pada Ibu Yang

(15)

Tabel 4.31 Distribusi Status Gizi Balita Menurut BB/U Pada Ibu Yang Menikah Di Usia Dini Di Desa Pulau Mungkur Kecamatan Gunung Toar Kabupaten Kuantan Singingi Provinsi Riau Tahun 2012 ... 56 Tabel 4.32 Distribusi Status Gizi Balita Menurut TB/U Pada Ibu Yang

Menikah Di Usia Dini Di Desa Pulau Mungkur Kecamatan Gunung Toar Kabupaten Kuantan Singingi Provinsi Riau Tahun 2012 ... 56 Tabel 4.33 Distribusi Status Gizi Balita Menurut BB/TB Pada Ibu Yang

Menikah Di Usia Dini Di Desa Pulau Mungkur Kecamatan Gunung Toar Kabupaten Kuantan Singingi Provinsi Riau Tahun 2012 ... 57 Tabel 4.34 Tabulasi Silang Pengetahuan Ibu Yang Menikah Di Usia Dini

Dalam Pemenuhan Gizi Balita Berdasarkan Sikap Di Desa Pulau Mungkur Kecamatan Gunung Toar Kabupaten Kuantan Singingi Provinsi Riau Tahun 2012... Tabel 4.35 Tabulasi Silang Pengetahuan Ibu Yang Menikah Di Usia Dini Dalam Pemenuhan Gizi Balita Berdasarkan TindakanDi Desa Pulau Mungkur Kecamatan Gunung Toar Kabupaten

Kuantan Singingi Provinsi Riau Tahun 2012... Tabel 4.36 Tabulasi Silang Sikap Ibu Yang Menikah Di Usia Dini

Dalam Pemenuhan Gizi Balita Berdasarkan Tindakan Di Desa Pulau Mungkur Kecamatan Gunung Toar Kabupaten

Kuantan Singingi Provinsi Riau Tahun 2012... Tabel 4.37 Tabulasi Silang Tindakan Ibu Yang Menikah Di Usia Dini

Dalam Pemenuhan Gizi Balita Berdasarkan Pendidikan Di Desa Pulau Mungkur Kecamatan Gunung Toar Kabupaten

Kuantan Singingi Provinsi Riau Tahun 2012... Tabel 4.38 Tabulasi Silang Tindakan Ibu Yang Menikah Di Usia Dini

Dalam Pemenuhan Gizi Balita Berdasarkan Pendapatan Di Desa Pulau Mungkur Kecamatan Gunung Toar Kabupaten

Kuantan Singingi Provinsi Riau Tahun 2012... Tabel 4.39 Tabulasi Silang Tindakan Ibu Yang Menikah Di Usia Dini

Dalam Pemenuhan Gizi Balita Berdasarkan Lama Menikah Di Desa Pulau Mungkur Kecamatan Gunung Toar Kabupaten

(16)

DAFTAR GAMBAR

(17)

ABSTRAK

Ibu yang menikah di usia dini kemungkinan besar akan sulit memahami permasalahan gizi terutama dalam pemenuhan gizi balita. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui gambaran perilaku ibu yang menikah di usia dini dalam pemenuhan gizi balita di Desa Pulau Mungkur Kecamatan Gunung Toar Kabupaten Kuantan Singingi Provinsi Riau Tahun 2012.

Penelitian ini bersifat deskriptif dengan desain penelitian cross sectional. Populasi adalah ibu yang menikah di usia dini yang memiliki balita dengan jumlah sebanyak 45 orang dan seluruhnya dijadikan sampel (total sampling). Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara dengan menggunakan kuesioner, formulir food frequency dan formulir food recall.

Hasil penelitian diperoleh bahwa pengetahuan, sikap dan tindakan ibu yang menikah di usia dini berkaitan dengan pemenuhan gizi balita berada dalam kategori sedang. Demikian juga dengan konsumsi energi dan protein berada dalam kategori sedang, namun ada juga balita yang memiliki konsumsi energi kurang (6,7%) dan defisit (11,1%) serta konsumsi protein kurang (26,7%) dan defisit (8,9%). Umumnya balita mengkonsumsi makan dengan frekuensi 3 kali sehari. Status gizi balita berdasarkan indeks berat badan menurut umur, tinggi badan menurut umur dan berat badan menurut tinggi badan sebagian besar kategori normal, terdapat juga sebagian balita yang memiliki status gizi kategori kurang (22,2%), kategori pendek (15,5%) serta kategori kurus (17,8%) dan sebagian besar ibu balita yang menikah di usia dini memiliki tindakan kurang baik dengan tingkat pendidikan mulai dari SD dan SMP, pendapatan keluarga <Rp 1.200.000/bulan dan dengan lama usia pernikahan 6-10 tahun.

Perlu dilakukan penyuluhan tentang makanan, gizi dan kesehatan kepada ibu yang menikah usia dini yang mempunyai balita oleh kader posyandu sehingga dapat meningkatkan perilaku ibu dalam pemenuhan gizi balita dan peranan penyuluhan tentang pangan palawija dalam mengantisipasi lahan kosong oleh dinas pertanian untuk meningkatkan ketahanan pangan keluarga.

(18)

ABSTRACT

A mother who has get married in earlier can be difficult to understand the nutrition problem especially to fullfill the nutrition of under five years old. This research mean to know the behavior description of a mother who has get married in earlier to fullfill the nutrition of under five years old at Village of Pulau Mungkur, subdistrict of Gunung Toar, Regency of Kuantan Singingi, Province of Riau in 2012.

This research is a descriptive study by cross sectional research design. The population is early married women has under five years old for 45 people and then to be total sampling. The data was collected by interview using questionnaire, food frequency form and food recall form.

The results of research indicates that knowledge, behavior and attitude of early married woman is related to the fulfillment of nutrition for under five years old that classified into good less category. As well energy and protein consumption in medium category but there are under five years old who have the lower energy consumption (6,7%) and deficit (11,1%) and protein consumption is lower (26,7%) and deficit (8,9%). Generally, the under five years old consumes food three time a day. The nutrition status of under five years old to the weight for age, height for age and weight for height is classified into normal category. And there are under five years old who have nutrition status in underweight category (22,2%),stunted category (15,5%) and wasted category (17,8%) and a mother who has get married in earlier of under five years old has a bad behavior with grade education from primary school up to junior high school, with family income rate <1.200.000/month and by long married time 6-10 years.

It is necessary to provide the early married woman and has under five years old with exstension about food, nutrition and healthy by the posyandu cadre in order to increase the behavior of mother in fullfill the nutrition need of under five years old and the role of extension about crops food in anticipate the vacant land by the departement of agriculture in order to increase food security of family.

(19)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pernikahan anak merupakan praktik yang tersebar luas didunia. UNICEF (2010) mencatat bahwa sekitar 60% anak perempuan di dunia menikah di bawah usia 18 tahun. Di Indonesia BPS (2008) mencatat bahwa sekitar 34,5% anak perempuan menikah dibawah usia 19 tahun.

Berdasarkan Survei Data Kependudukan Indonesia pada Tahun 2007 terkait dengan pernikahan diusia muda, di beberapa daerah tercatat sepertiga dari jumlah pernikahan dilakukan pasangan usia dibawah 16 tahun. Di Jawa Timur, angka pernikahan dini mencapai 39,43%, Kalimantan Selatan 35,48%, Jambi 30,63%, dan Jawa Barat 36%. Bahkan, di sejumlah pedesaan, pernikahan sering kali dilakukan segera setelah anak perempuan mendapat menstruasi pertama (Kertamuda, 2009).

Data sensus tahun 2000, dari 1.000 penduduk usia 15 tahun keatas, terdapat 652 orang yang sudah berstatus menikah, berdasarkan data BPS tahun 2002, di Indonesia 34,2% perempuan menikah di bawah usia 15 tahun, sementara laki-laki, 11,9% (Yoseptin, 2009).

(20)

Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) mewanti-wanti agar tidak menikah diusia muda. Usia muda artinya, usia yang belum matang secara medis dan psikologinya. Usia menikah ideal untuk perempuan adalah 20-35 tahun dan 25-40 tahun untuk pria (Indarini, 2011).

Data-data diatas menggambarkan banyaknya fenomena perkawinan usia dini di Indonesia, berbagai macam dampak negatif mengiringi fenomena tersebut, dari hasil penelitian tentang pernikahan dini di Kelurahan Gejuk Jati Kecamatan Lekok Kabupaten Pasuruan didapat beberapa dampak negatif dari pernikahan usia dini antara lain kualitas pendidikan menurun, terjadinya perceraian dini dan minimnya kesehatan ibu dan anak (Dwi Hanggara, 2009).

Berdasarkan kenyataan, terlihat bahwa sebagian besar fenomena pernikahan usia dini lebih banyak didasari oleh ketidakmampuan keluarga melanjutkan sekolah anaknya terlebih lagi bagi anak perempuannya. Hal ini akan mengakibatkan kompleksnya permasalahan gizi keluarga terutama pada anak balita yang dipicu oleh pendidikan rendah sehingga tidak memiliki kemampuan untuk menyediakan makanan yang bergizi baik untuk dirinya maupun bagi keluarganya. Balita merupakan kelompok umur yang rawan gizi karena balita berhubungan dengan proses pertumbuhan yangg relatif pesat yang memerlukan zat gizi dalam jumlah yang besar. Balita yang kurang gizi mempunyai resiko yang lebih tinggi dibanding balita yang tidak kurang gizi.

(21)

menjadi dewasa. Secara lebih spesifik kekurangan gizi dapat menyebabkan keterlambatan pertumbuhan badan dan keterlambatan perkembangan otak serta dapat pula terjadinya penurunan atau rendahnya daya tahan tubuh terhadap penyakit infeksi. Hal ini berdampak pada status gizi dan kesehatan masyarakat karena tidak terpenuhinya kecukupan konsumsi makanan dan terjadi perubahan pola makan yang dapat meningkatkan prevalensi gizi kurang dan gizi buruk.

Di Indonesia prevalensi gizi buruk pada balita menurut BB/U pada tahun 2002 adalah 8,0% dengan jumlah balita dengan jumlah balita sebanyak 18.369.762 orang dan meningkat pada tahun 2003 yaitu 8,3% dengan jumlah balita sebanyak 18.608.762 orang (Hayatinur. E, 2006).

Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar Provinsi Riau (Riskesdas) 2007, status gizi balita terdapat 21,1% gizi buruk atau kurang, 32,1 % kategori pendek dan sangat pendek, dan 22,4% masuk kategori kurus dan sangat kurus.

Masalah gizi juga dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti faktor ekonomi. Menurut Suhardjo (1996) kemiskinan merupakan salah satu penyebab terjadinya gizi kurang yang berkaitan erat dengan pendapatan keluarga. Pendapatan akan menentukan daya beli terhadap pangan dan fasilitas lain yang dapat mempengaruhi status gizi terutama balita.

(22)

jumlah makanan untuk dikonsumsi seluruh anggota keluarganya termasuk anak balitanya (Suhardjo, 1996). Dalam hal ini pendidikan gizi perlu diberikan kepada ibu terutama bagi ibu yang menikah di usia dini karena melalui pendidikan gizi diharapkan tercipta pola kebiasaan makan yang baik dan sehat sehingga dapat mengetahui kandungan gizi dan pengetahuan yang terkait dengan pola makan lainnya.

Pola pengasuhan balita sangat tergantung pada orang tua atau keluarga yang mengasuh. Orang tua harus mempunyai percaya diri yang besar dalam menjalankan peran pengasuhan ini terutama dalam pemahaman tentang pertumbuhan dan perkembangan balita. Menurut Supartini (2004) menyatakan apabila ibu menikah terlalu muda kemungkinan tidak dapat menjalankan peran pengasuhan secara optimal karena diperlukan kekuatan fisik dan psikososial.

Seorang ibu yang menikah di usia muda juga sulit untuk dapat memahami tentang masalah gizi yang dihadapi terutama dalam pemenuhan gizi balita. Semakin muda umur ibu pada saat mempunyai anak maka pengalaman yang dimiliki tentang pemenuhan gizi balita semakin sedikit karena ibu yang masih muda cenderung kurang peduli pada kebutuhan anggota keluarganya dan disini termasuk kebutuhan akan konsumsi makanan dalam keluarga terutama untuk balita.

(23)

kegiatan ekonomi produktif keluarga serta menciptakan lingkungan hijau yang bersih dan sehat secara mandiri.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Sagita (2009) tentang pola makan dan status gizi pada ibu dan balita pada keluarga pra sejahtera menunjukkan bahwa pola makan anak balita pada pra sejahtera berdasarkan jenis dan frekuensi yang paling banyak dikonsumsi yaitu PASI dan nasi sebagai makanan pokok, untuk lauk pauk yaitu telur, tahu dan sayur bayam dan untuk buah semua anak balita mengkonsumsi pisang, pepaya dan jeruk. Sedangkan untuk status gizi anak balita berdasarkan indeks BB/U secara umum baik yaitu 23 orang (74,2%), berdasarkan indeks TB/U yaitu 23 orang (61,3%) dengan kategori normal dan 12 orang (38,7%) dengan kategori pendek dan menurut BB/TB pada semua kelompok umur berstatus gizi normal tetapi terdapat juga beberapa anak balita gizinya gemuk dan sangat kurus.

(24)

mereka harus membagi dari hasil yang diberikan suaminya tidak terkecuali untuk memenuhi kebutuhan makanan yang dikonsumsi, melalui pengamatan peneliti didapatkan bahwa masyarakat setempat memakan makanan yang tidak memenuhi kecukupan energi dan gizi yang diperlukan oleh tubuh, mereka makan dengan menu apa adanya. Dari survei awal yang dilakukan ditemukan 80 pasangan usia subur terdapat 45 pasangan yang menikah dibawah usia 20 tahun. Beberapa hal yang mempengaruhi mereka untuk menikah di usia muda adalah ekonomi yang rendah sehingga masyarakat daerah tersebut berasumsi dengan menikah cepat dapat mengurangi beban ekonomi keluarga. Disamping itu karena pencapaian tingkat pendidikan anak yang tergolong rendah mendorong mereka untuk menikahkan anaknya.

Hal inilah yang membuat penulis tertarik meneliti tentang “Gambaran Perilaku Ibu Yang Menikah Di Usia Dini Dalam Pemenuhan Gizi Balita Di Desa Pulau Mungkur Kecamatan Gunung Toar Kabupaten Kuantan Singingi Provinsi Riau Tahun 2012.

1.2 Perumusan Masalah

(25)

1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui gambaran perilaku ibu yang menikah diusia dini yang meliputi pengetahuan, sikap dan tindakan dalam pemenuhan gizi balita di Desa Pulau Mungkur Kecamatan Gunung Toar Kabupaten Kuantan singingi Provinsi Riau Tahun 2012.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui gambaran karakteristik ibu yang meliputi pekerjaan, pendapatan dan pengetahuan.

2. Untuk mengetahui gambaran pola makan dan status gizi balita. 1.4 Manfaat Penelitian

1. Untuk memberikan informasi kepada remaja tentang penundaan usia perkawinan. 2. Untuk memberikan masukan bagi ibu tentang pentingnya pemenuhan gizi balita. 3. Sebagai bahan informasi bagi masyarakat untuk dapat menerapkan ilmu

(26)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1Karakteristik Balita

Balita adalah anak usia kurang dari lima tahun sehingga bayi usia dibawah satu tahun juga termasuk golongan ini. Balita usia 1-5 tahun dapat dibedakan menjadi dua yaitu anak usia lebih dari satu tahun sampai tiga tahun yang dikenal dengan batita dan anak usia lebih dari tiga tahun sampai lima tahun yang dikenal dengan usia prasekolah (Proverawati dan wati, 2010).

Anak usia 1-3 tahun merupakan konsumen pasif, artinya anak menerima makanan dari apa yang disediakan ibunya sehingga anak batita sebaiknya diperkenalkan dengan berbagai bahan makanan. Laju pertumbuhan masa batita lebih besar dari masa usia prasekolah sehingga diperlukan jumlah makanan yang relatif besar. Pola makan yang diberikan sebaiknya dalam porsi kecil dengan frekuensi sering karena perut balita masih lebih kecil sehingga tidak mampu menerima jumlah makanan dalam sekali makan.

(27)

2.2Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Pemberian Makan pada Balita

Faktor- faktor yang mempengaruhi pemberian makan pada balita diantaranya adalah sebagai berikut :

a. Genetik

Genetik menentukan bentuk tubuh. Pada tubuh tinggi dan lebar akan memerlukan energi yang lebih besar dari pada yang pendek dan kurus. Hal ini disebabkan karena pada tubuh yang permukaan lebih luas diperlukan suplai sel-sel untuk tumbuh dan berkembang lebih dari pada yang kurang lebar permukaan tubuhnya. b. Kecenderungan pada Tahap Perkembangan

Pada tahap perkembangan anak balita cenderung sulit untuk mendapatkan makanan yang sesuai keinginan sehingga mencoba memilih-milih makanan yang disukainya saja.

c. Hormon

Kelenjar hormon mempengaruhi pertumbuhan tubuh. d. Gizi

Kebutuhan kalori anak balita bahkan juga manusia berbeda-beda sesuai dengan tahap perkembangan.

e. Kecenderungan Sekuler

(28)

f. Status Sosial Ekonomi

Jenis makanan sangat ditentukan oleh kemampuan daya beli. Oleh karena itu biasakan membeli bahan yang murah dengan kandungan yang sama dengan yang mahal.

g. Tingkat Aktivitas

Pada anak yang aktif akan banyak membakar lemak, sebaliknya lemak akan menumpuk dan bisa jadi kegemukan.

h. Penyakit

Pengaruh buruk penyakit, malas makan, nafsu makan berkurang oleh karena itu anak yang sakit segera diobati pada tenaga kesehatan agar dapat ditanggulangi sedini mungkin (Angria R, dkk, 2012).

2.3Kebutuhan Gizi Balita

Setiap anak memerlukan nutrisi yang baik dan seimbang. Artinya, setiap balita memerlukan nutrisi dengan menu seimbang dan porsi yang tepat, tidak berlebihan dan disesuaikan dengan kebutuhan tubuhnya. Jika pemberian nutrisi pada anak balita kurang baik dari segi kualitas maupun kuantitasnya maka pertumbuhan dan perkembangan anak balita akan berjalan lambat. Sebaliknya, jika pemberian nutrisi melebihi kapasitas yang dibutuhkan akan menyebabkan kegemukan yang mengakibatkan pertumbuhan dan perkembangan anak balita terganggu (Asydhad, 2006).

(29)

Tabel 2.1. Kebutuhan Konsumsi Energi dan Protein Balita Berdasarkan Angka Kecukupan Gizi (AKG) rata-rata per hari

No Golongan Umur (Tahun)

Berat Badan (Kg)

Tinggi Badan (cm)

Energi (Kkal)

Protein (gr)

1 0-6 bulan 6,0 60 550 10

2 7-11 bulan 8,5 71 650 16

3 1-3 tahun 12 90 1.000 25

4 4-6 tahun 17 110 1.550 39

Sumber : Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi IV, 2004

Energi atau kalori sangat dibutuhkan untuk mempertahankan hidup, menunjang pertumbuhan dan melakukan aktivitas fisik sehari-hari. Apabila terjadi kekurangan energi maka akan dapat menghambat pertumbuhan, penurunan berat badan serta kerusakan jaringan (Almatsier, 2004).

Protein merupakan zat pembangun utama yang sangat diperlukan oleh balita untuk pembuatan sel-sel baru serta merupakan unsur pembentuk berbagai struktur organ tubuh (Asydhad, 2006).

2.4Menu Seimbang Balita

(30)

Menu seimbang balita tidak jauh berbeda dengan menu seimbang orang dewasa, hanya saja balita membutuhkan lebih banyak lemak dan lebih sedikit serat. Menu seimbang untuk balita yaitu :

a. Gula dan Garam

Konsumsi garam untuk balita tidak lebih dari 1/6 jumlah maksimal orang dewasa sehari atau kurang dari 1 gram.

b. Porsi Makan

Porsi makan anak balita berbeda dengan orang dewasa. Mereka membutuhkan makanan sumber energi yang lengkap gizi dalam jumlah lebih kecil namun sering.

c. Kebutuhan Energi dan Nutrisi

Bahan makanan sumber energi seperti karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral dan serat wajib dikonsumsi balita setiap hari.

d. Susu Pertumbuhan

Susu merupakan salah satu sumber kalsium sehingga penting juga dikonsumsi oleh balita. Sedikitnya balita butuh 350 ml/12 ons per hari. Susu pertumbuhan merupakan susu lengkap gizi yang mampu memenuhi kebutuhan nutrisi anak usia 12 tahun keatas (Angria R, dkk, 2012).

2.5Status Gizi

(31)

Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi dibedakan antara status gizi buruk, kurang, baik dan lebih (Almatsier, 2004). Status gizi adalah ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam bentuk variabel tertentu atau perwujudan dari nutriture dalam bentuk variabel tertentu (Supariasa, 2002).

2.6 Penilaian Status Gizi

Status gizi dapat dinilai melalui beberapa cara yaitu dengan pengukuran antropometri, klinis, biokimia dan biofisik yang disebut dengan penilaian status fizi secara langsung. Pengukuran antropometri adalah pengukuran yang paling sederhana dan praktis, karena mudah dilakukan dan dapat dilakukan dalam jumlah sampel yang besar. Pengukuran antropometri adalah pengukuran yang dilakukan terhadap Berat Badan (BB), Tinggi Badan (TB) dan lingkaran bagian-bagian tubuh serta Lemak di Bawah Kulit (Supariasa, 2002).

Cara pengukuran dengan antropometri menggunakan beberapa indeks seperti : Berat Badan menurut Umur (BB/U), Tinggi Badan menurut Umur (TB/U) dan Berat Badan menurut Tinggi Badan (BB/TB). Pada saat sekarang untuk mengukur status gizi anak balita menggunakan WHO Antro 2005.

2.7 Perilaku

(32)

terjangkau oleh masyarakat, dan terakhir adalah faktor keturunan, dimana faktor ini erat kaitannya dengan gen yang diturunkan terhadap individu.

Perilaku menurut Notoatmodjo (2003), adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang dapat diamati langsung maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar. Perilaku diartikan sebagai suatu reaksi organisme terhadap lingkungannya. Hal ini berarti bahwa perilaku baru terjadi apabila ada sesuatu yang diperlukan untuk menimbulkan reaksi, yakni yang disebut rangsangan dan rangsangan tersebut dapat menimbulkan suatu perubahan perilaku (Ensiklopedi Amerika, Notoadmodjo, 2003).

Blum (1908) membedakan menjadi tiga bentuk perilaku yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor. Ahli lain menyebut pengetahuan (knowledge), sikap

(attitude), dan tindakan (practice). Menurut Notoatmodjo (2003), perilaku dibedakan atas pengetahuan, sikap dan tindakan.

Skiner (1983) seorang ahli psikologi, merumuskan bahwa perilaku merupakan respons atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar. Oleh karena peilaku ini terjadi melalui proses adanya stimulus terhadap organisme, dan kemudian organisme tersebut merespons, maka teori Skiner ini disebut teori “S-O-R” atau Stimulus-Organisme-Respons. Skiner membedakan respons ini dalam dua bentuk yaitu :

1. Respondent respons atau reflexive, yakni respons yang ditimbulkan oleh rangsangan-rangsangan (stimulus) tertentu. Stimulus semacam ini disebut

eliciting stimulation karena menimbulkan respons-respons yang relatif tetap. 2. Operant respon atau Instrumental respons, yakni respons yang timbul dan

(33)

Perangsang ini disebut reinforcing stimulation atau rein-forcer, karena memperkuat respon.

Dilihat dari bentuk respons terhadap stimulus ini, maka perilaku dapat dibedakan menjadi dua antara lain :

1. Perilaku tertutup (covert behavior)

Respons seseorang terhadap stimulus dalam bentuk terselubung atau tertutup

(covert). Respons atau reaksi terhadap stimulus ini masih terbatas pada perhatian, persepsi, pengetahuan/kesadaran, dan sikap orang yang terjadi pada orang yang menerima stimulus tersebut, dan belum dapat diamati secara jelas oleh orang lain. 2. Perilaku terbuka (overt behavior)

Respons seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata atau terbuka. Respons terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk tindakan atau praktek (practice), yang dengan mudah dapat diamati dan dilihat oleh orang lain (Notoatmodjo, 2003).

2.7.1 Pengetahuan (knowledge)

Pengetahuan (knowledge) adalah hasil tahu dari manusia, yang sekedar menjawab pertanyaan “What”, misalnya apa air, apa manusia, apa alam, dan sebagainya. Pengetahuan hanya dapat menjawab apa sesuatu itu (Notoatmodjo, 2005).

(34)

Pengetahuan atau kognitif merupakan dominan yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (overt behaviour) (Notoatmodjo, 2007).

Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan, yakni :

1. Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali

(recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima.

2. Memahami (comprehension)

Memahami diartikan sebagai kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. 3. Aplikasi (application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi riil (sebenarnya). Aplikasi disini dapat diartikan aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi lainnya.

4. Analisis (analysis)

(35)

5. Sintesis (synthesis)

Sintesis menunjuk pada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.

6. Evaluasi (evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek.

2.7.2 Sikap (attitude)

Sikap adalah reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup terhadap suatu stimulus atau objek (Notoatmodjo, 2007).

Newcomb, salah seorang ahli psikologis sosial, menyatakkan bahwa sikap itu merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas, akan tetapi merupakan predisposisi tindakan suatu perilaku (Notoatmodjo, 2007).

Seperti halnya dengan pengetahuan, sikap ini terdiri dari berbagai tingkatan, yakni :

1. Menerima (receiving)

Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan (objek).

2. Merespons (responding)

(36)

3. Menghargai (valuing)

Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah adalah suatu indikasi sampai tingkat tinggi.

4. Bertanggung jawab (responsible)

Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala risiko merupakan sikap yang paling tinggi.

2.7.3 Tindakan atau Praktik (Practice)

Suatu sikap belum tentu terwujud dalam suatu tindakan (overt behaviour). Untuk mewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan (Notoatmodjo, 2007).

Tindakan praktik mempunyai beberapa tingkatan, yakni : 1. Persepsi (perception)

Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang akan diambil.

2. Respons terpimpin (guided response)

Dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar dan sesuai dengan contoh.

3. Mekanisme (mecanism)

(37)

4. Adopsi (adoption)

Adaptasi adalah suatu praktik atau tindakan yang sudah berkembang baik. Artinya tindakan itu sudah dimodifikasikannya tanpa mengurangi kebenaran tindakan tersebut.

2.7.4 Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Perilaku Kesehatan

Menurut Lawrence Green (1980) dalam Notoatmodjo (2005), perilaku ditentukan 3 faktor yaitu:

1. Faktor Predisposisi (Predisforsing Factors)

Faktor yang dapat memudahkan atau memprodisposisi terjadinya perilaku pada diri seseorang atau masyarakat adalah pengetahuan dan sikap seseorang atau masyarakat tersebut terhadap apa yang akan dilakukan.

2. Faktor Pemungkin (Enabling Factors)

Faktor pemungkin atau pendukung (enabling) perilaku adalah fasilitas, sarana dan prasarana yang mendukung atau memfasilitasi terjadinya perilaku seseorang atau masyarakat.

3. Faktor Penguat (Reinforsing Factors)

(38)

2.8 Perilaku ibu

Perilaku adalah segala bentuk tanggapan dari individu terhadap lingkungannya dan merupakan suatu perwujudan dari adanya kebutuhan. Untuk mewujudkan sikap dalam pemberian makanan bergizi menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu yang memungkinkan antara lain adalah fasilitas. Tingkatan praktik adalah mulai dari persepsi, respon terpimpin, mekanisme dan adaptasi.

Dimana dalam perilaku pemberian makanan bergizi ini dapat terlihat dari ibu bisa memilih makanan yang bergizi bagi keluarganya terutama balita, serta ibu dapat pula memilih bahan makanan yang bergizi tinggi berdasarkan bahan yang murah dan sederhana (Notoatmodjo, 2002).

2.8.1 Pengetahuan Ibu

Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (overt behavior). Pengetahuan merupakan hasil tahu dan terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap objek tertentu. Penginderaan ini terjadi melalui pengelihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba.( Notoatmodjo, 2003)

Adapun faktor- faktor yang mempengaruhi pengetahuan ibu antara lain sebagai berikut :

1. Umur ibu

(39)

semakin sedikit, ibu yang masih muda cenderung kurang peduli pada kebutuhan gizi balita (Suhardjo, 1996).

2. Pekerjaan ibu

Ibu yang bekerja sebagai pencari nafkah diluar rumah akan menyita waktunya dalam mempersiapkan makanan bagi keluarganya, sehingga terpaksa dialihkan kepada orang lain demikian juga dalam pemberian makan kepada balita (Suhardjo, 1996).

3. Pendapatan keluarga

Masalah gizi selain dipengaruhi oleh asupan zat gizi, keadaan kesehatan individu juga berkaitan erat dengan keadaan sosial ekonomi masyarakat. Pada umumnya kekurangan zat gizi berkaitan erat dengan masalah kemiskinan.

4. Pendidikan ibu

Pendidikan ibu memberikan pengaruh terhadap perilaku perawatan anak, khususnya tanggung jawab dalam memilih makanan. Tingkat pendidikan yang rendah mempengaruhi penerimaan informasi termasuk gizi, sehingga pengetahuan akan terbatas (Sediaoetama, 2004).

Tingkat pendidikan ibu erat kaitannya dengan keadaan gizi anak. Hal ini disebabkan karena ibu rumah tangga mempunyai peranan penting dalam menentukan dan mengatur belanja keluarga, karena makin tinggi pendidikan ibu maka makin baik status gizi anak (Hasanah, 2012).

2.8.2 Sikap ibu

(40)

belum merupakan suatu tindakan atau aktifitas, akan tetapi merupakan predisposisi tindakan suatu perilaku. Sikap merupakan suatu kedaan mental dan saraf dari kesiapan, yang diatur melalui respon individu pada semua obyek dan situasi yang berkaitan dengannya dan bersifat dinamis (Widayatun, 2004).

Dalam penentuan sikap, pengetahuan, berpikir, keyakinan dan emosi memegang peranan penting. Faktor-faktor yang mempengaruhi sikap adalah kepribadian, intelegensia, minat dan motivasi individu tersebut (faktor intrinsik). Sedang faktor ekstrinsik adalah faktor lingkungan, pendidikan, idiologi, ekonomi, politik serta pertahanan dan keamanan (Hankam). Sikap dapat dipelajari dan dibentuk sehingga sikap akan mencerminkan kepribadian dan karakter seseorang. Kebutuhan sikap yang cenderung dinamis tentu dibarengi dengan perubahan sikap melalui beberapa tahapan yaitu perhatian, mengerti, menerima dan keyakinan (proses rasional). Sikap ibu terhadap gizi dapat dilihat dari kesediaan dan perhatian ibu terhadap ceramah-ceramah tentang gizi. Merespon dengan memberikan jawaban ketika ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan. Kemudian mengajak tetangga untuk pergi menimbangkan anaknya ke posyandu adalah menunjukkan ibu mempunyai sikap positif terhadap gizi anaknya. Sehingga diharapkan kepada ibu-ibu dapat meningkatan atau mempertahankan gizi dengan baik yang meliputi :

1. Ibu dapat memilih makanan yang bergizi tinggi bagi balita.

2. Ibu dapat memasak dan memilih makanan yang bergizi tinggi berdasarkan bahan- bahan yang murah dan sederhana.

(41)

4. Semua bayi disusui ibunya sampai berusia 2 tahun dan mendapatkan makanan tambahan sesuai dengan kebutuhannya.

5. Pemanfaatan pekarangan untuk meningkatkan gizi keluarga.

2.9 Pernikahan

Pernikahan adalah hubungan yang sah dari dua orang yang berlainan jenis kelamin. Sahnya hubungan tersebut berdasarkan atas hukum perdata yang berlaku, agama atau peraturan-peraturan lain yang dianggap sah dalam negara bersangkutan. Sedangkan di Indonesia perkawinan ialah ikatan lahir batin antara seorang pria dan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Perkawinan bukan merupakan komponen yang langsung memengaruhi pertambahan penduduk akan tetapi mempunyai pengaruh cukup besar terhadap fertilitas yang merupakan salah satu unsur pertumbuhan penduduk (Lembaga Demografi FEUI, 2007).

Perkawinan/pernikahan adalah ikatan batin antara pria dan wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga/rumah tangga yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa (UU Perkawinan No1 Tahun 1974) (Sudarsono, 2005).

2.9.1 Pernikahan Usia Dini

(42)

dengan umur. Sementara dalam kaca mata agama, pernikahan dini ialah pernikahan yang dilakukan oleh orang yang belum baligh (Fatawie, 2012).

Menurut UU Perkawinan No 1 Tahun 1974 pasal 7 bahwa perkawinan diizinkan bila laki-laki berumur 19 tahun dan wanita berumur 16 tahun. Namun pemerintah mempunyai kebijakan tentang perilaku reproduksi manusia yang ditegaskan dalam UU No 10 Tahun 1992 yang menyebutkan bahwa pemerintah menetapkn kebijakan upaya penyelenggaraan Keluarga Berencana (Yeni, 2011). 2.9.2 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Terjadinya Pernikahan Usia Dini

Beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya pernikahan usia dini antara lain :

1. Faktor Ekonomi

Persoalan ekonomi keluarga, orang tua menganggap jika anak gadisnya telah ada yang melamar dan mengajak menikah, setidaknya ia diharapkan akan mandiri tidak lagi bergantung kepada orang tua karena sudah ada suami yang siap menafkahinya. Sekalipun usia anak perempuannya belum mencapai kematangan, baik secara fisik terlebih mental. Sayangnya, para gadis ini juga menikah dengan pria berstatus ekonomi tak jauh berbeda, sehingga menimbulkan kemiskinan baru.

2. Faktor Sosial Budaya

(43)

3. Faktor Lingkungan dan Pergaulan

Tidak bisa dipungkiri, masih ada pula perkawinan usia muda yang terjadi karena hamil dimasa pacaran.

4. Faktor Pendidikan

Remaja khususnya wanita mempunyai kesempatan yang lebih kecil untuk mendapatkan pendidikan formal dan pekerjaan yang pada akhirnya mempengaruhi kemampuan pengambilan keputusan dari pemberdayaan mereka untuk menunda perkawinan (Ellya Sibagariang, dkk, 2010).

2.9.3 Risiko Pernikahan Usia Dini 1. Risiko Sosial Pernikahan Usia Dini

Masa remaja merupakan masa untuk mencari identitas diri dan membutuhkan pergaulan dengan teman-teman sebaya. Pernikahan dini secara sosial akan menjadi bahan pembicaraan teman-teman remaja dan masyarakat. Pernikahan dini mengakibatkan remaja berhenti sekolah sehingga kehilangan kesempatan untuk menuntut ilmu sebagai bekal hidup di masa depan. Pernikahan dini memberi pengaruh bagi kesejahteraan keluarga dan dalam masyarakat secara keseluruhan. Wanita yang kurang berpendidikan dan tidak siap menjalankan perannya sebagai ibu akan kurang mampu untuk mendidik anaknya sehingga anak akan tumbuh dan berkembang secara kurang baik, yang dapat merugikan masa depan anak tersebut. 2. Risiko Kejiwaan Pernikahan Usia Dini

(44)

hidup sendiri kemasa hidup bersama dan berkeluarga. Kesiapan dan kematangan mental ini biasanya belum dicapai pada umur di bawah 20 tahun. Apabila wanita pada masa perkawinan usia muda menjadi hamil dan secara mental belum mantap, maka janin yang di kandungnya akan menjadi anak yang tidak dikehendaki ini berakibat jauh terhadap perkembangan jiwa anak sejak dalam kandungan. Bila anak lahir, ibu biasanya kurang memberikan perhatian dan kasih sayang malahan anak dianggap sebagai beban. Sebagai akibat kurang matangnya kejiwaan dan emosi remaja, maka pernikahan dini akan menimbulkan perasaan gelisah kadang-kadang mudah timbul rasa curiga dan pertengkaran suami istri sering terjadi ketika masa bulan madu sudah berakhir. Masalah tersebut akan bertambah apabila pasangan tersebut terpaksa tinggal ditempat orang tua dan belum memiliki pekerjaan/penghasilan yang memadai. Tidak jarang pasangan ini mengalami ketidak harmonisan dalam kehidupan keluarga, sehingga pernikahan tidak bahagia, bahkan dapat berakhir dengan perceraian. Dalam hal ini maka remaja wanita lebih menderita dari remaja pria.

3. Risiko Kesehatan Pernikahan Usia Dini

(45)

Berikut beberapa risiko kehamilan dan persalinan yang dapat dialami oleh remaja (usia kurang dari 20 tahun) :

a. Kurang darah (anemia) ada masa kehamilan dengan akibat yang buruk bagi janin yang dikandungnya seperti pertumbuhan janin terhambat, kelahiran prematur. b. Kurang gizi pada masa kehamilan yang dapat mengakibatkan perkembangan

biologis dan kecerdasan janin terhambat. Bayi lahir dengan berat badan rendah. c. Penyulit pada saat melahirkan seperti perdarahan dan persalinan lama.

d. Preeklampsi dan eklampsi yang dapat membawa maut bagi ibu maupun bayinya. e. Ketidakseimbangan besar bayi dengan lebar panggul. Biasanya ini akan

menyebabkan macetnya persalinan. Bila tidak diakhiri dengan operasi caesar maka keadaan ini akan menyebabkan kematian ibu maupun janinnya.

f. Pasangan yang kurang siap untuk menerima kehamilan untuk mencoba melakukan pengguguran kandungan (aborsi) yang dapat berakibat kematian bagi wanita. g. Pada wanita yang menikah sebelum usia 20 tahun mempunyai risiko kira-kira dua

(46)
[image:46.612.118.578.124.267.2]

2.10 Kerangka konsep

Gambar 2.1 Kerangka konsep

Kerangka konsep diatas, dapat dijelaskan bahwa ibu yang menikah di usia dini dalam pemenuhan gizi balita dilatarbelakangi oleh pendapatan, pekerjaan dan pengetahuan tentang gizi balita yang dapat mempengaruhi sikap ibu dalam pemenuhan gizi balita yang dapat dilihat dari praktek pola makan balita berdasarkan jenis, jumlah dan frekuensi makan yang pada akhirnya dapat mempengaruhi status gizi balita.

Menikah Dini :

- Pendapatan - Pekerjaan - Pengetahuan

tentang gizi balita

Status gizi balita Sikap Ibu Praktek Pola

(47)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian yang bersifat deskriptif dengan desain penelitian cross sectional yang bertujuan untuk mengetahui gambaran perilaku ibu yang menikah diusia dini dalam pemenuhan gizi balita di Desa Pulau Mungkur Kecamatan Gunung Toar Kabupaten Kuantan Singingi Provinsi Riau Tahun 2012.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Desa Pulau Mungkur Kecamatan Gunung Toar Kabupaten Kuantan Singingi Provinsi Riau. Adapun alasan dipilihnya lokasi tersebut adalah masih banyaknya wanita yang menikah diusia dini di daerah ini.

3.2.2 Waktu

Penelitian dilakukan pada bulan Februari sampai dengan November 2012.

3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1. Populasi

(48)

3.3.2 Sampel

Sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah total sampling yaitu seluruh ibu yang menikah dibawah usia 20 tahun yang mempunyai balita sebanyak 45 orang dengan batas maksimal usia perkawinan 10 tahun.

3.4 Metode Pengumpulan Data 3.4.1 Data Primer

Data primer yang diperlukan dalam penelitian ini meliputi identitas responden yang diperoleh dengan menggunakan kuesioner yang telah disusun sebelumnya. Untuk mengetahui jenis dan frekuensi makan diperoleh dengan menggunakan food ferquency dan untuk jumlah makan diperoleh dengan cara recall 24 jam.

3.4.2 Data Sekunder

Data sekunder dalam penelitian ini adalah data gambaran umum wilayah dan masyarakat Desa Pulau Mungkur yang diperoleh dari kantor kepala Desa Pulau Mungkur.

3.5 Definisi Operasional

1. Pendapatan adalah penghasilan kepala keluarga ditambah penghasilan ibu bila ibu bekerja per bulan.

2. Pekerjaan adalah pekerjaan ibu disamping sebagai ibu rumah tangga dan menjadi sumber pendapatan bagi ibu.

3. Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui ibu tentang pemenuhan gizi balita.

(49)

5. Tindakan ibu adalah segala sesuatu yang dilakukan ibu rumah tangga dalam pemenuhan gizi balita.

6. Ibu yang menikah usia dini adalah ibu yang melakukan pernikahan pada usia dibawah 20 tahun.

7. Balita adalah anak yang berusia 0-59 bulan.

8. Perilaku pemenuhan gizi balita adalah upaya ibu untuk memenuhi kebutuhan gizi balita, yaitu tercukupinya asupan gizi yang seimbang bagi balita.

9. Pola makan adalah kebiasaan makan yang dilakukan oleh balita meliputi jenis, jumlah dan frekuensi makan.

10. Status gizi balita adalah keadaan gizi balita yang diukur dengan menggunakan indeks antropometri BB/U, TB/U dan BB/TB.

3.6 Aspek Pengukuran

Menurut Sudjana (2002), aspek pengukuran dapat dilakukan dengan menggunakan nilai tengah (median) yang dapat dibagi menjadi kategori baik dan kurang baik. Pada penelitian ini, kuesioner terdiri dari 30 pertanyaan yang terdiri dari 10 pertanyaan pengetahuan, 10 pertanyaan sikap dan 10 pertanyaan tindakan.

a. Pengukuran Pengetahuan

Pengetahuan diukur melalui 10 pertanyaan dengan menggunakan skala

(50)

Dengan kriteria nilai adalah :

- Pengetahuan baik apabila nilai ≥20,5

- Pengetahuan kurang baik apabila nilai <20,5 b. Pengukuran Sikap

Sikap diukur melalui 10 pertanyaan dengan menggunakan skala Likert

(Ridwan, 2008). Kriteria dalam pertanyaan sikap adalah sangat setuju, setuju, tidak setuju, sangat tidak setuju. Nilai tertinggi dari seluruh pertanyaan adalah 4 sehingga total nilainya adalah sebesar 40.

Dengan kriteria nilai adalah :

- Sikap baik apabila nilai ≥27,5

- Sikap kurang baik apabila nilai <27,5 c. Pengukuran Tindakan

Tindakan diukur melalui 10 pertanyaan dengan menggunakan skala Thurstone

(Singarimbun, 1989). Skala pengukuran tindakan berdasarkan pada jawaban yang diperoleh dari responden terhadap semua pertanyaan yang diberikan.

Dengan kriteria nilai adalah :

- Pengetahuan baik apabila nilai ≥21

(51)

d. Pengukuran Pola Makan Balita

Pola makan balita diukur menggunakan metode frekuensi makanan (food frequency method) dan metode recall 24 jam.

1. Jenis Makanan

Jenis makanan diukur dengan konsumsi makanan yang terdiri dari makanan pokok, lauk pauk, sayur-sayuran, buah-buahan dan lain-lain menggunakan food frequency.

2. Frekuensi Makanan

Data frekuensi makan diolah menjadi 7 jenis yaitu : >1x/hari, 1x/hari, 4-6x/minggu, 1-3x/minggu, 1x/bulan, jarang dan tidak pernah dengan menggunakan formulir food frequency.

3. Jumlah Zat Gizi (energi dan protein)

Jumlah zat gizi (energi dan protein) diperoleh dari hasil food recall 24 jam, dengan cara bahan makanan dikonsumsi balita dihitung energi dan proteinnya kemudian dibandingkan dengan angka kecukupan energi dan protein yang dianjurkan dengan menggunakan rumus :

TK= K x 100%

KC

Dimana :

TK : Tingkat Konsumsi K : Konsumsi

(52)

Tingkat energi dan protein dapat digolongkan atas (Supariasa, dkk, 2002) : - Baik : ≥100%

- Sedang : 80-99% - Kurang : 70-79% - Defisit : <70% 4. Status gizi balita

Status gizi anak balita diperoleh melalui pengukuran antropometri. Berat Badan menurut Umur (BB/U), Tinggi Badan menurut Umur (TB/U) dan Berat badan menurut Tinggi Badan (BB/TB) dengan menggunakan baku WHO 2005. Kategorinya sesuai dengan klasifikasi status gizi berdasarkan :

a. Berat Badan menurut Umur (BB/U) 1. Sangat kurang : < -3 SD

2. Kurang : -3 SD s/d < -2 SD 3. Normal : -2 SD s/d <1 SD 4. Lebih : > 1 SD

b. Tinggi Badan menurut Umur (TB/U) 1. Sangat pendek : < -3 SD

2. Pendek : - 3 SD s/d < -2 SD 3. Normal : - 2 SD s/d <3 SD 4. Tinggi : >3 SD

c. Berat Badan menurut Tinggi Badan (BB/TB) 1. Sangat kurus : < -3 SD

(53)

3. Normal : -2 SD s/d 1 SD 4. Gemuk : >2 SD

Cara menghitung Z-score = Nilai Individu Subjek – Nilai Medium Baku Rujukan Nilai simpangan Baku Rujukan

3.7 Metode Pengolahan dan Analisis Data

3.7.1 Metode Pengolahan Data

Pengolahan dan analisis data dengan menggunakan software komputer. Dengan melalui proses-proses sebagai berikut :

1. Editing 2. Coding 3. Entri

3.7.2 Analisis Data

(54)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

4.1.1 Data Geografis

Desa Pulau Mungkur adalah salah satu desa yang ada di Kecamatan Gunung Toar Kabupaten Kuantan Singingi Provinsi Riau yang memiliki luas wilayah 13.650 Ha. Dengan jumlah penduduk sebanyak 1067 jiwa, jumlah penduduk laki-laki sebanyak 542 orang dan jumlah penduduk perempuan sebanyak 525 orang. Jumlah kepala keluarga di desa ini sebanyak 251 kepala keluarga. Keluarga yang menikah di usia dini sebanyak 120 orang sebaesar 47,3%. Desa Pulau Mungkur memiliki batas-batas wilayah sebagai berikut :

a. Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Koto Gunung b. Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Cengar c. Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Teluk Beringin d. Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Pulau Rumput 4.2 Karakteristik Ibu dan Balita

(55)
[image:55.612.113.528.378.693.2]

berdasarkan agama yaitu beragama islam sebanyak 45 orang (100%). Jumlah ibu berdasarkan pendidikan sebagian besar SMP sebanyak 17 orang (37,8%). Jumlah ibu berdasarkan jumlah pendapatan yang terbanyak adalah <Rp 1.200.000 yaitu sebanyak 26 orang (57,8%) yang berasal dari pendapatan kepala keluarga. Jumlah ibu berdasarkan pekerjaan adalah seluruhnya sebagai ibu rumah tangga sebanyak 45 orang (100%). Jumlah ibu berdasarkan lama pernikahan sebagian besar yaitu antara 6-10 tahun sebanyak 40 orang (88,9%) dan jumlah balita berdasarkan kelompok umur sebagian besar balita berumur 37-48 bulan sebanyak 18 orang (40,0%) dan jumlah balita berdasarkan jenis kelamin sebagian besar berjenis kelamin laki-laki sebanyak 25 orang (55,6%). Secara rinci dapat dilihat pada tabel 4.1

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Ibu dan Balita Menurut Karateristik Di Desa Pulau Mungkur Kecamatan Gunung Toar Kabupaten Kuantan Singingi Provinsi Riau Tahun 2012

No Karakteristik Ibu

n Persentase

1 Umur

22-25 tahun 14 31,1

25-28 tahun 31 68,9

Jumlah 45 100,0

2 Suku

Melayu 1 2,2

Piliang 13 28,9

Chaniago 10 22,2

Pitopang 2 4,4

Nan Limo 6 13,3

Tujuah 8 17,8

Pamudiak 2 4,4

Tigo Susu 3 6,7

Jumlah 45 100,0

3 Agama

Islam 45 100,0

Jumlah 45 100,0

4 Pendidikan

SD 16 35,6

SMP 17 37,8

SMA 12 26,7

(56)

No Karakteristik Ibu n Persentase 5 Pendapatan

<1.200.000 26 57,8

≥1.200.000 19 42,2

Jumlah 45 100,0

6 Pekerjaan

IRT 45 100,0

Jumlah 45 100,0

7 Lama Pernikahan

1-5 tahun 5 11,1

6-10 tahun 40 88,9

Jumlah 45 100,0

Karakteristik Balita 8 Umur (Bulan)

12-24 8 17,8

25-36 13 28,9

37-48 18 40,0

49-59 6 13,3

Jumlah 45 100,0

9 Jenis Kelamin

Laki-laki 25 55,6

Perempuan 20 44,4

Jumlah 45 100,0

4.3 Pengetahuan Ibu Yang Menikah Di Usia Dini Dalam Pemenuhan Gizi Balita

[image:56.612.114.527.83.371.2]

Pengetahuan ibu yang menikah di usia dini dalam pemenuhan gizi balita dapat dilihat dari jawaban ibu atas pertanyaan yang berkaitan dengan pemenuhan gizi balita. Secara lengkap hasil penelitian tentang pengetahuan ibu yang menikah di usia dini dalam pemenuhan gizi balita ditampilkan pada tabel 4.2 sampai dengan 4.14. Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Tentang Makanan Yang Baik Bagi Balita

Item Makanan Yang Baik Bagi Balita n Persentase a Makanan yang terdiri dari nasi, ikan, sayur dan buah 22 48,9

b Makanan yang porsinya banyak 17 37,8

c Makanan yang rasanya enak dan gurih 6 13,3

Jumlah 45 100,0

(57)
[image:57.612.115.534.140.268.2]

(48,9%) dapat menjawab bahwa makanan yang baik bagi balita adalah makanan yang terdiri dari nasi, ikan sayur dan buah.

Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Tentang Makanan Yang Paling Banyak Memberikan Tenaga

Item Makanan Yang Paling Banyak Memberikan Tenaga

n Persentase

a Tahu, tempe, singkong 8 17,8

b Ikan, jagung, singkong dan telur 29 64,4

c Nasi, jagung, ubi jalar dan singkong 8 17,8

Jumlah 45 100,0

Berdasarkan tabel 4.3 dapat diketahui bahwa pengetahuan tentang makanan yang paling banyak memberikan tenaga sebagian besar ibu menjawab bahwa makanan yang memberikan tenaga adalah ikan, jagung, singkong dan telur yaitu sebanyak 29 orang (64,4%).

Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Tentang Makanan Yang Mengandung Protein Hewani dan Nabati

Item Makanan Yang Mengandung Protein Hewani dan Nabati

n Persentase

a Daun singkong, kangkung dan bayam 8 17,8

b Daging, ikan, telur, tahu dan tempe 8 17,8

c Tempe dan tahu 29 64,4

Jumlah 45 100,0

[image:57.612.113.536.398.517.2]
(58)
[image:58.612.114.535.85.232.2]

Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Tentang Makanan Yang Paling banyak Mengandung Vitamin dan Mineral

Item Makanan Yang Paling Banyak Mengandung Vitamin dan Mineral

n Persentase

a Wortel, kangkung, tahu dan tempe 22 48,9

b Kacang panjang, wortel, bayam, buncis, kangkung, daun ubi

6 13,3

c Kentang, jagung, singkong 17 37,8

Jumlah 45 100,0

[image:58.612.113.536.323.438.2]

Berdasarkan tabel 4.5 dapat diketahui bahwa pengetahuan ibu tentang makanan yang paling banyak mengandung vitamin dan mineral sebagian besar menjawab wortel, kangkung, tahu dan tempe yaitu sebanyak 22 orang (48,89%). Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Tentang Pertumbuhan Anak Balita Yang Normal

Item Pertumbuhan Anak Balita Yang Normal n Persentase

a Anak tidak sakit dan gemuk 19 42,2

b Anak tampak gemuk 22 48,9

c Berat badan dan tinggi badan anak sesuai dengan umur anak

4 8,9

Jumlah 45 100,0

Berdasarkan tabel 4.6 dapat diketahui bahwa pengetahuan ibu tentang pertumbuhan anak balita yang normal sebagian besar menjawab anak tampak gemuk yaitu sebanyak 22 orang (48,89%).

Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Tentang Cara Mengetahui Pertumbuhan dan Perkembangan Balita

Item Cara Mengetahui Pertumbuhan dan Perkembangan Balita

n Pesentase

a Melakukan penimbangan berat badan 9 20

b Pemeriksaan anak ke dokter 17 37,8

c Pemberian makanan tambahan di posyandu 19 42,2

(59)
[image:59.612.113.534.186.310.2]

Berdasarkan tabel 4.7 dapat diketahui bahwa pengetahuan ibu tentang cara mengetahui pertumbuhan dan perkembangan balita sebagian besar menjawab dengan pemberian makanan tambahan di posyandu yaitu sebanyak 19 orang (42,2%).

Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi Tentang Makanan Yang Baik Diperkenalkan Pada Anak Balita

Item Makanan Yang Baik Diperkenalkan Pada Anak Balita

n Persentase

a Telur, ikan, sayur dan buah 23 51,1

b Makanan olahan seperti bakso 12 26,7

b Makanan jajanan seperti makanan ringan yang disukai balita

10 22,2

Jumlah 45 100,0

Berdasarka tabel 4.8 dapat diketahui bahwa untuk pengetahuan ibu tentang makanan yang baik diperkenalkan pada anak balita tergolong baik, dimana sebanyak 23 orang (51,1%) dapat menjawab bahwa makanan yang baik bagi balita adalah telur, ikan, sayur dan buah.

Tabel 4.9 Distribusi Frekuensi Tentang Manfaat Makanan Beraneka Jenis Item Tentang Manfaat Makanan Beraneka Jenis n Persentase a Agar semua kebutuhan gizi yang diperlukan balita

terpenuhi

3 6,7

b Agar balita mau makan 24 53,3

c Agar balita tidak suka jajan 18 40

Jumlah 45 100,0

[image:59.612.111.536.419.532.2]
(60)

Tabel 4.10 Distribusi Frekuensi Tentang Manfaat Pemenuhan Makanan Yang Bergizi

Item Manfaat Pemenuhan Makanan Yang Bergizi n Persentase a Meningkatkan berat badan anak balita dan menjadi

sehat

5 11,1

b Agar anak balita menjadi sehat dan pintar 20 44,4

c Agar anak gemuk 20 44,4

Jumlah 45 100,0

[image:60.612.112.535.94.210.2]

Berdasarkan tabel 4.10 dapat diketahui bahwa pengetahuan ibu tentang manfaat pemenuhan makanan yang bergizi pada balita sebagian besar menjawab agar anak balita menjadi sehat dan agar anak gemuk yaitu sebanyak 20 orang (44,4%). Tabel 4.11 Distribusi Frekuensi Tentang Tujuan Mengkonsumsi Makanan

Yang Sesuai

Item Tujuan Mengkonsumsi Makanan Yang Sesuai n Persentase a Agar tumbuh kembang anak balita optimal dan

memiliki daya tahan tubuh yang kuat

5 11,1

b Agar tidak mudah sakit 31 68,9

c Agar lebih lincah 9 20

Jumlah 45 100,0

Berdasarkan tabel 4.9 dapat diketahui bahwa pengetahuan ibu tentang tujuan mengkonsumsi makanan yang sesuai bagi balita adalah agar

Gambar

Gambar 2.1 Kerangka konsep
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Ibu dan Balita Menurut Karateristik Di Desa Pulau Mungkur Kecamatan Gunung Toar Kabupaten Kuantan Singingi Provinsi Riau Tahun 2012
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Tentang Makanan Yang Baik Bagi Balita
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Tentang Makanan Yang Paling Banyak
+7

Referensi

Dokumen terkait

Sistem Informasi Manajemen Pengarsipan Surat Pada Kantor Kecamatan Gesi Kabupaten Sragen pada Bagian Umum dan Surat menyurat khususnya masih

Tujuan kegiatan ini adalah menentukan dan memetakan lahan yang potensial untuk pengembangan tanaman padi gogo berdasarkan pewilayahan komoditas pertanian di

Rata-Rata Penerimaan dan Pendapatan, dan biaya yang dikeluarkan dalam Penangkapan Ikan Bedukang Di Desa Tanjung Ketapang Kecamatan Toboali Kabupaten Bangka Selatan Dalam Satu.

PROGAM STUDI SISTEM INFORMASI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS MURIA KUDUS.. KUDUS

Berdasarkan uraian tersebut, peneliti tertarik untuk mengangkat permasalahan ini sebagai skripsi dengan judul: “Pengaruh Atribut Produk dan Persepsi Harga Terhadap

Berdasarkan dua hasil analisis dengan Fuzzy NN-MCDM dengan bantuan OWA operator pada Tabel 7, dapat dilihat bahwa dalam upaya pemberdayaan industri kecil hasil

Musi Banyuasin Tahun Anggaran 2012, dengan kami ini minta kepada Saudara Direktur untuk hadir dalam melakukan Pembuktian Kualifikasi dengan membawa berkas asli data perusahaan pada

Pada dasarnya setiap gaya kepemimpinan aplikabel dengan birokrasi publik, dengan catatan disesuaikan dengan kultur organisasi atau kemampuan pemimpin puncak untuk