• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Efektivitas Bantuan Program Penanggulangan Kemiskinan di Kota Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Efektivitas Bantuan Program Penanggulangan Kemiskinan di Kota Medan"

Copied!
74
0
0

Teks penuh

(1)

Lampiran 1

KUESIONER PENELITIAN

Kuesioner ini dibutuhkan sehubungan dengan tugas penyusunan skripsi

sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan program studi S1 pada Perguruan

Tinggi. Research/Survey ini dipergunakan hanya untuk kepentingan ilmiah semata. Demikian saya sampaikan, terima kasih yang sebesar–besarnya saya

ucapkan kepada Bapak/Ibu/Saudara/i yang telah berpartisipasi untuk mengisi

kuesioner ini. Semoga penelitian ini dapat berguna untuk dikemudian hari.

Petunjuk : Berilah tanda silang (X) pada pilihan jawaban yang dianggap paling

benar dari pertanyaan berikut ini:

1. Nama :

2. Usia :

3. Status tingkat pendidikan Saudara/i :

a. SD

b. SMP

c. SMA/SMK

d. Sarjana

4. Pekerjaan Saudara/i saat ini :

a. Pegawai Swasta

b. Pedagang

c. Buruh

d. Nelayan

e. Lainnya…

5. Pendapatan keluarga Saudara/i per bulan :

a. < Rp. 1.000.000

(2)

c. > Rp. 1.500.000

6. Apa jenis lantai bangunan tempat Saudara/i tinggal?

a. Semen

b. Keramik

c. Tanah

7. Apa jenis dinding bangunan tempat Saudara/i tinggal?

a. Beton/Tembok

b. Semi/Setengah Beton

c. Kayu

8. Bagaimana fasilitas tempat buang air (jamban/kakus) tempat Saudara/i tinggal?

a. Milik Sendiri

b. Milik Umum

c. Sungai

9. Apa sumber air minum tempat Saudara/i tinggal?

a. Air dalam kemasan

b. Pompa/Sumur

c. PDAM

10. Apa sumber penerangan yang digunakan ditempat tinggal Saudara/i?

a. Listrik

b. Lilin

c. Lampu teplok

11. Apa jenis bahan bakar yang digunakan ditempat tinggal Saudara/i?

a. Gas LPG

b. Minyak tanah

c. Kayu bakar

12. Selain PSKS, Program pemerintah apa yang pernah Saudara/i terima?

a. Raskin

b. Kartu Indonesia Pintar

(3)

kehidupan sehari-hari?

a. PSKS

b. Kartu Indonesia Pintar

c. Jamkesmas

Daftar Pernyataan

Kuesioner berikut dirancang untuk mengetahui kecukupan dan ketepatan

Program Simpanan Keluarga Sejahtera (PSKS). Tandai dengan checklist (√) sesuai dengan pengalaman Bapak/Ibu/Saudara/i.

S : untuk Sangat Setuju

S : untuk Setuju

KS : untuk Kurang Setuju

TS : untuk Tidak Setuju

STS : untuk Sangat Tidak Setuju

No Pernyataan SS S KS TS STS

1 Menurut saya dana pemberian PSKS sebesar Rp200.000/bulan sudah mencukupi.

2 Menurut saya PSKS berdaya guna dalam meningkaktan kesejahteraan masyarakat miskin dalam memenuhi kebutuhan hidup. 3 Menurut saya PSKS tersebut sudah tepat

sasaran / efektif.

4 Menurut saya cara penyaluran dana PSKS sudah melalui proses yang tepat (mulai pendataan sampai penerimaan dana PSKS).

(4)

Lampiran 2

Hasil Skor Total Jawaban Kuesioner Penelitian

No. X1 X2 X3 X4 TOTAL X Y TOTAL Y

4 5 4 5 18.00 5 5

5 5 5 5 20.00 5 5

3 3 3 3 12.00 3 3

4 4 4 4 16.00 4 4

5 4 5 4 18.00 5 5

4 4 4 4 16.00 4 4

5 4 5 4 18.00 5 5

4 4 4 4 16.00 5 5

5 4 5 4 18.00 5 5

3 3 3 3 12.00 3 3

5 5 5 5 20.00 5 5

4 5 4 4 17.00 4 4

4 4 4 4 16.00 5 5

3 4 5 4 16.00 5 5

3 4 5 5 17.00 5 5

2 3 4 2 11.00 2 2

2 3 3 4 12.00 3 3

3 4 4 4 15.00 3 3

4 4 4 4 16.00 4 4

3 4 4 4 15.00 4 4

4 5 4 4 17.00 5 5

3 4 2 2 11.00 2 2

4 4 4 4 16.00 4 4

2 3 4 2 11.00 2 2

2 3 4 4 13.00 4 4

4 4 4 4 16.00 4 4

5 4 4 4 17.00 5 5

5 5 5 4 19.00 5 5

5 5 4 4 18.00 4 4

4 3 3 4 14.00 3 3

4 4 4 4 16.00 4 4

4 4 4 5 17.00 5 5

4 4 4 4 16.00 4 4

5 5 5 4 19.00 3 3

4 4 4 4 16.00 3 3

5 5 4 4 18.00 4 4

5 4 5 5 19.00 5 5

5 5 5 4 19.00 4 4

4 4 5 5 18.00 5 5

4 4 4 5 17.00 4 4

5 5 5 5 20.00 5 5

(5)

5 5 4 4 18.00 4 4

3 3 4 4 14.00 3 3

2 2 2 2 8.00 2 2

4 4 4 4 16.00 4 4

5 5 5 5 20.00 5 5

4 4 5 4 17.00 5 5

4 5 4 5 18.00 4 4

5 5 5 5 20.00 5 5

4 4 4 3 15.00 3 3

3 3 4 3 13.00 4 4

4 3 2 2 11.00 2 2

5 4 4 3 16.00 2 2

4 4 4 4 16.00 4 4

4 4 4 3 15.00 3 3

5 5 5 5 20.00 5 5

4 3 3 3 13.00 4 4

4 4 4 4 16.00 4 4

4 4 4 4 16.00 5 5

2 2 2 3 9.00 4 4

5 5 5 5 20.00 5 5

4 4 5 5 18.00 5 5

2 3 3 4 12.00 5 5

4 4 4 3 15.00 3 3

5 5 4 4 18.00 4 4

5 4 4 4 17.00 4 4

4 4 5 5 18.00 5 5

3 3 4 4 14.00 4 4

4 4 4 5 17.00 5 5

4 4 4 4 16.00 5 5

4 4 4 5 17.00 5 5

4 5 5 5 19.00 5 5

5 5 5 5 20.00 5 5

4 5 5 4 18.00 4 4

5 5 5 4 19.00 4 4

4 4 4 4 16.00 4 4

4 5 3 4 16.00 4 4

5 4 4 4 17.00 5 5

4 4 4 4 16.00 4 4

2 2 3 3 10.00 2 2

4 4 4 4 16.00 4 4

4 5 5 5 19.00 4 4

4 5 4 5 18.00 4 4

4 4 4 4 16.00 4 4

4 5 4 5 18.00 4 4

(6)

4 4 5 4 17.00 4 4

3 4 4 4 15.00 4 4

5 5 5 5 20.00 5 5

5 5 4 4 18.00 4 4

4 4 4 5 17.00 5 5

2 3 3 2 10.00 2 2

4 4 4 4 16.00 4 4

4 5 4 5 18.00 4 4

4 4 5 5 18.00 5 5

5 5 5 5 20.00 5 5

4 4 4 5 17.00 5 5

(7)

Hasil Koefisien Determinasi (R2 )

Model Summary

Model R R Square

Adjusted R

Square

Std. Error of the

Estimate

1 .706a .499 .494 .64973

a. Predictors: (Constant), efektivitasbantuan

Hasil Uji T

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized

Coefficients

t Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) .223 .400 .559 .578

efektivitasbantuan .240 .024 .706 9.878 .000

(8)

DAFTAR PUSTAKA

Anonymus. (2006). Kajian Efektivitas Pemanfaatan Program Bantuan Perkuatan untuk UMK Deputi Bidang Pengkajian Sumberdaya UKMK. Kementrian Negara Koperasi dan UKM.

Amin, Atu Nuri. 2010. Efektivitas Program Penanggulangan Kemiskinan Perkotaan terhadap Tingkat Pendapatan Masyarakat di Kota Surabaya. Buono, Suko. 2012. Efektifitas Penanggulangan Kemiskinan Melalui Program

Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri di Kabupaten Kutai Kartanegara Provinsi Kalimantan Timur. Jurnal Ilmiah Administrasi Publik, Vol.XIII, No. 1 (Juni).

Darmawan, Deni. 2013. Metode Penelitian Kuantitatif. Bandung: PT. Remaja Kosdakarya.

Irianto, L. (2009). Kemiskinan: Penyebab dan Pemecahan. Pikiran Rakyat. 12 April 2009. Bandung.

Kristanto, S. (2011). Masalah Kemiskinan di Indonesia. Kompas 15 Maret 2001. Kurniawan, Budi. 2013. “Implementasi Program Penanggulangan Kemiskinan

Terpadu oleh Pakem (Panitia Kemitraan) di Kelurahan Saigon Kecamatan Pontianak Timur”.

Kuncoro, M. (2001). Metode Kuantitatif: Teori dan Aplikasi untuk Bisnis dan Ekono mi. Yogyakarta: UPP-AMP YKPN.

Kuncoro, Mudrajad. 2009. Metode Riset untuk Bisnis dan Ekonomi. Edisi 3, Erlangga, Jakarta.

Lubis, Dj. 2004. “Strategi Penanggulangan Kemiskinan Nasional”. Jakarta : TKP3KPK Kementrian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat.

Lestari, Rini Puji. 2015. Efektifitas Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri (PNPM MANDIRI) (Studi Kasus di Desa Sedengan Mijen, Kecamatan Krian, Kabupaten Sidoarjo).

(9)

Perkotaan (P2KP) di Desa Jombang Kecamatan Jombang Kabupaten Jombang.

Said, Juanita. 2004. Perempuan dan Kemiskinan. Makassar: Pascasarjana Unhas, Tesis.

Siagian, Matias. 2012. Kemiskinan dan Solusi. PT. Grasindo Monoratama, Medan.

(10)

27 BAB III

METODE PENELITIAN

Metode penelitian merupakan cara ilmiah untuk mengumpulkan data

dengan tujuan dan kegunaan tertentu secara rasional, empiris dan sistematis.

Adapun metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut:

3.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan ini adalah penelitian deskriptif kuantitatif

Menurut Kuncoro (2009), penelitian deskriptif merupakan pengumpulan data

untuk diuji hipotesis atau menjawab pertanyaan mengenai status terakhir dari

subjek penelitian. Tujuan penelitian deskriptif adalah mengembangkan dan

menggunakan model-model matematis, teori-teori dan hipotesis yang berkaitan

dengan fenomena lain. Penelitian kuantitatif adalah penelitian ilmiah yang

sistematis terhadap bagian-bagian dan fenomena serta hubungan-hubungannya.

Data pada penelitian kuantatif diukur dalam suatu skala numerik (angka).

(Kuncoro, 2009).

3.2. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kota Medan. Dalam penelitian ini peneliti

mengambil di Kecamatan Medan Deli, Kecamatan Medan Perjuangan, dan

(11)

Kecamatan Medan Deli, Kecamatan Medan Perjuangan, dan Kecamatan Medan

Selayang merupakan Kecamatan di Kota Medan yang mendapatkan bantuan

Program Simpanan Keluarga Sejahtera (PSKS).

3.3 Batasan Operasional

Penelitian ini mengkaji tentang efektivitas bantuan program penanggulangan

kemiskinan yaitu Program Simpanan Keluarga Sejahtera (PSKS) yang diberikan

kepada masyarakat di Kota Medan pada Kecamatan Medan Deli, Kecamatan

Medan Perjuangan, dan Kecamatan Medan Selayang. Untuk menjawab

permasalahan yang ada, penelitian ini dibatasi dengan melihat bantuan program

penanggulangan kemiskinan yaitu PSKS telah terlaksana secara efektif.

3.4. Defenisi Operasional

Untuk menghindari kesalahan penafsiran dalam menjawab pertanyaan

penelitian ini, adapun defenisi operasional yang digunakan adalah sebagai berikut:

1. Efektivitas adalah pencapaian keberhasilan dari program yang dilaksanakan

sehingga tujuan yang diinginkan dicapai dengan hasil yang memuaskan (tepat

sasaran).

2. Kemiskinan adalah kondisi ekonomi masyarakat yang menunjukkan

ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan hidup seperti makanan,

(12)

29 3.5 Skala Pengukuran Variabel

Skala pengukuran variabel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu skala

Likert. Menurut Iqbal Hasan (2002), skala Likert merupakan jenis skala yg

digunakan untuk mengukur variabel penelitian seperti sikap, pendapat, dan

persepsi sosial seseorang atau sekelompok orang. Dalam penelitian ini peneliti

menggunakan, pernyataan sikap seperti berikut (Muhammad, 2008).

a. Sangat Setuju (SS), dengan skor 5

b. Setuju (S), dengan skor 4

c. Kurang Setuju (KS), dengan skor 3

d. Tidak Setuju (TS), dengan skor 2

e. Sangat Tidak Setuju (STS), dengan skor 1

3.6 Populasi dan Sampel

3.6.1 Populasi

Populasi adalah kelompok elemen yang lengkap, yang biasanya berupa

orang, objek, transaksi, atau kejadian dimana kita tertarik untuk mempelajari atau

menjadi objek penelitian (Kuncoro, 2009). Populasi dalam penelitian ini adalah

masyarakat miskin Kecamatan Medan Deli, Kecamatan Medan Perjuangan, dan

Kecamatan Medan Selayang.

3.6.2 Sampel

Sampel adalah suatu himpunan bagian (subset) dari unit populasi (Kuncoro, 2009), atau merupakan bagian dari populasi diteliti secara rinci.

(13)

mewakili segmen kelompok masyarakat yang dinilai mempunyai pengaruh.Dalam

penelitian yang dilakukan ditetapkan sampel sebanyak 30 orang. Sesuai dengan

penelitian sosial menurut Roscoe (1982) dalam Tamiredja dan Mustafidah (2011)

memberikan saran-saran untuk penelitian sebagai berikut:

1. Ukuran sampel yang layak dalam penelitian adalah antara 30 sampai 500

2. Bila sampel dibagi dalam kategori maka jumlah anggota sampel setiap

kategori minimal 30

Berdasarkan jumlah populasi penduduk miskin di Kecamatan Medan Deli,

Kecamatan Medan Perjuangan, dan Kecamatan Medan Selayang yaitu sebanyak

19.005 responden maka dapat ditetapkan sampel dengan menggunakan rumus

sebagai berikut :

2 .

1 Nd

N n

+ =

Keterangan

n = jumlah sampel

N = jumlah populasi

d = batas toleransi kesalahan

Berdasarkan rumus Slovin diatas sehingga perhitungan sampelnya sebagai

berikut:

2 .

1 Nd

(14)

31

47 , 99

=

n dibulatkan 100 orang

3.7 Jenis Data

Untuk mendapatkan data dalam keperluan penelitian ini maka jenis data

yang digunakan adalah:

1. Data primer

Data primer yaitu data yang diperoleh secara langsung dari pihak pertama

yang nmenjadi objek Penelitian. Data primer dalam penelitian ini diperoleh

dari wawancara dan juga pengisian kuisioner terhadap masyarakat yang

dijadikan sampel.

2. Data sekunder

Data sekunder yaitu data yang diperoleh dari instansi-instansi terkait dengan

melakukan studi kepustakaan terhadap bahan-bahan publikasi secara resmi,

buku-buku, majalah, serta laporan lain yang berhubungan dengan penelitian.

3.8 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Kuisioner

Kuisioner yaitu terdiri suatu daftar pertanyaan yang akan ditanyakan kepada

masyarakat yang menjadi responden (objek peneliti). Hal ini dilakukan untuk

memperoleh informasi dari masyarakat yang menjadi responden dalam

penelitian ini.

(15)

ataupun mengajukan pertanyaan langsung kepada masyarakat yang menjadi

responden untuk menggali informasi yang lebih mendalam mengenai

tanggapan ataupun jawaban dari masyarakat secara langsung.

3.9 Teknik Analisis Data

Penulis menggunakan program komputer SPSS for Windows Evaluation Version untuk mengolah data dalam penulisan penelitian ini. Untuk menjawab pertanyaan dalam penelitian ini, teknik analisis yang digunakan adalah sebagai

berikut:

3.10 Pengujian Hipotesis

3.10.1 Uji Koefisien Determinasi (R2 )

Koefisien determinan (R2) pada intinya mengukur seberapa besar kemampuan model dalam menerangkan variabel dependen. Nilai koefisien

determinan adalah 0 dan 1. Nilai R2 yang semakin besar dapat dikatakan bahwa pengaruh variabel independen (X) terhadap variabel dependen (Y) semakin besar,

begitu pula sebaliknya.

3.10.2 Uji t

Digunakan untuk menguji berarti atau tidaknya hubungan variabel

independen terhadap variabel dependen.

Kriteria pengambilan keputusan :

1. Ho diterima jika thitung < ttabel, artinya variabel independen tidak berpengaruh

(16)

33 2. Ha diterima jika thitung > ttabel, artinya variabel independen berpengaruh nyata

(17)

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Kota Medan sebagai ibu kota propinsi Sumatera Utara. Kota Medan yang

merupakan kota terbesar di daerah Sumatera Utara telah menjadi tumpuan pusat

perhatian bukan saja oleh penduduk Sumatera Utara, melainkan juga menjadi

pusat tumpuan harapan penduduk yang berada di luarnya. Sehingga Kota Medan

menjadi salah satu kota penting di luar jawa dengan keadaan wilayahnya sangat

strategis. Kota Medan dibagi atas 21 Kecamatan, dalam penelitian ini diambil 3

Kecamatan yaitu Kecamatan Medan Deli, Medan Perjuangan, dan Medan

Selayang. Kecamatan Medan Deli berbatasan dengan

sebelah barat,

Medan Perjuangan berbatasan dengan

selatan, dan

Medan Selayang berbatasan dengan

di timur,

(18)

37 4.1.1 Kependudukan

Penduduk kota Medan dapat digolongkan pada kategori masyarakat

heterogen, yaitu masyarakat yang terdiri dari berbagai jenis suku, agama, ras dan

golongan. Komposisi masyarakat kota Medan terdiri atas Melayu, Batak

(Mandailing, Toba, Karo, Pak-pak, Simalungun, Angkola), Jawa, Aceh, Tionghoa,

India (Tamil, Sikh). Di Kecamatan Medan Deli sebagaian besar penduduknya

adalah pendatang sedangkan penduduk asli Suku Melayu Deli 30% saja.

Kecamatan Medan perjuangan sebagaian besar penduduk di kecamatan ini adalah

suku-suku pendatang seperti : Batak, Tionghoa, Miang, Aceh dan Jawa sedangkan

suku asli Suku Melayu Deli 40%. Dan Kecamatan Medan Selayang Penduduk di

kecamatan ini adalah suku-suku pendatang seperti: Batak, Tionghoa, Minang,

Aceh dan Jawa serta Ambon juga sudah banyak, sedangkan suku asli Suku

Melayu Deli dan batak Karo 60%.

4.2 Hasil Analisis Data

4.2.1 Karakteristik Responden

Sebelum masuk pada analisis data sebagai mana yang telah ditetapkan

dalam definisi operasional penelitian, ada baiknya terlebih dahulu mengetahui

sampel penelitian yang dalam hal ini sekaligus merupakan responden dari

(19)

Karakteristik Responden Berdasarkan Usia

No Usia Jumlah Persentase

1 25 – 30 tahun 7 7

2 31 – 40 tahun 29 29

3 41 – 50 tahun 34 34

4 51 – 60 tahun 21 21

5 61 – 70 tahun 9 9

Jumlah 100 100

Sumber: Kuesioner Tahun 2016

Berdasarkan hasil tabulasi kuesioner pada penelitian ini diketahui bahwa

responden penerima Program Simpanan Keluarga Sejahtera (PSKS) yang paling

banyak adalah yang berumur 41–50 tahun (34%), kemudian dilanjutkan dengan

yang berumur 31–40 tahun (29%), kemudian dilanjutkan dengan yang berumur

51–60 tahun (21%), kemudian dilanjutkan dengan yang berumur 25-30 tahun

(7%) dan 61-70 tahun sebanyak (9%). Ini menunjukkan bahwa responden

penerima Program Simpanan Keluarga Sejahtera (PSKS) adalah yang berusia

produktif.

Tabel 4.2

Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

No Jenis Kelamin Jumlah Persentase

1 Laki – Laki 27 27

2 Perempuan 73 73

Jumlah 100 100

Sumber: Kuesioner Tahun 2016

Berdasarkan hasil tabulasi kuesioner pada penelitian ini diketahui bahwa

dari 100 orang responden penerima Program Simpanan Keluarga Sejahtera

(PSKS) dalam penelitian ini terdapat (27%) responden laki-laki yang menerima

atau mendapatkan bantuan Program Simpanan Keluarga Sejahtera (PSKS) dan

(20)

39 Simpanan Keluarga Sejahtera (PSKS). Dalam daftar penerima Program Simpanan

Keluarga Sejahtera (PSKS) ini memang ada beberapa laki – laki tidak dimasukkan

kedalam responden karena kepala keluarga tidak ada di rumah atau sedang

bekerja.

Tabel 4.3

Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir

No Pendidikan Jumlah Persentase

1 SD 58 58

2 SMP 27 27

3 SMA 15 15

4 Sarjana 0 0

Jumlah 100 100

Sumber: Kuesioner Tahun 2016

Berdasarkan hasil tabulasi kuesioner pada penelitian ini diketahui bahwa

responden penerima Program Simpanan Keluarga Sejahtera (PSKS) yang paling

banyak adalah yang memiliki pendidikan terakhir di bangku SD (58%) dan

disusul yang berpendidikan SMP (27%) dan yang paling sedikit adalah yang

tamatan SMA (15%). Jika melihat fenomena yang ada di daerah penelitian ini

ternyata masih banyak warga ataupun orang tua yang masih hanya mengenyam

tingkat pendidikan SD dan disusul SMP dari pada tingkat SMA ataupun

Sarjana. Mungkin hal ini dapat diprediksi bahwa para warga ataupun orang tua

masih belum dapat memperjuangkan pendidikan untuk anak-anaknya pada masa

mereka untuk dapat sampai pada tingkat minimal SMA/sederajat, ataupun hal ini

dapat juga terjadi karena faktor ekonomi keluarga yang tidak mampu untuk

menyekolahkan anak-anaknya kejenjang yang lebih tinggi akibat kebutuhan dan

(21)

Karakteristik Responden Berdasarkan Pendapatan/bulan

No Pendapatan Jumlah Persentase

1 <Rp1.000.000 31 31

2 Rp1.000.000 – Rp1.500.000 34 34

3 >Rp1.500.000 10 10

Jumlah 100 100

Sumber: Kuesioner Tahun 2016

Berdasarkan hasil tabulasi kuesioner pada penelitian ini diketahui bahwa

responden yang memilikki penghasilan dibawah upah minimum rata–rata

<Rp1.000.000,- yaitu sebanyak (31%), Rp1.000.000-Rp1.500.000,- sebanyak

(34%), sedangkan yang memilikki penghasilan yang tidak terlalu tinggi sebesar

>Rp1.500.000,- sebanyak (10%).

Kita dapat melihat bahwa penghasilan yang mereka peroleh sedikit.

Penghasilan responden juga merupakan salah satu kriteria pemilihan penerima

program simpanan keluarga sejahtera (PSKS) karena dari penghasilan tersebut

dapat diukur kemampuan responden dalam memenuhi kebutuhan hidupnya baik

itu sandang, pangan maupun papan. Apabila dikaitkan dengan penghasilan yang

diterima maka responden merupakan keluarga yang tergolong miskin. Hal ini

mendukung responden untuk terdaftar sebagai penerima program simpanan

(22)

41 Tabel 4.5

Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Pekerjaan

No Pekerjaan Jumlah Persentase

1 Pegawai swasta 8 8

2 Pedagang 22 22

3 Buruh 28 28

4 Nelayan 4 4

5 Lainnya 38 38

Jumlah 100 100

Sumber: KuesionerTahun 2016

Berdasarkan hasil tabulasi kuesioner pada penelitian ini diketahui bahwa

responden penerima Program Simpanan Keluarga Sejahtera (PSKS) yang paling

banyak adalah di nomor 5 yaitu IRT, pemulung, dan pembantu rumah tangga

(38%) kemudian buruh (28%), lalu pedagang (22%), selanjutnya pegawai

swasta (8%), dan yang paling sedikit adalah nelayan (4%). Dalam distribusi

frekuensi ini responden penerima Program Simpanan Keluarga Sejahtera (PSKS)

yang paling banyak adalah di nomor 5, hal ini dikarenakan responden tersebut

mayoritas adalah perempuan dan untuk dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari

keluarganya mereka mencari pekerjaan tambahan untuk mampu meringankan

sedikit dari beban kepala rumah tangganya ataupun suaminya. Kebanyakan dari

mereka mencari pekerjaan tambahan seperti IRT sambil berdagang kecil–kecilan

di rumah, menjadi pembantu rumah tangga, ada yang ikut dengan suaminya

menebar jala, dan ada juga yang berprofesi sebagai pemulung ataupun pengutip

botol–botol minuman ataupun sampah non organik disepanjang lingkungan tempat

(23)

Karakteristik Responden Berdasarkan Lantai Bangunan

No Lantai Bangunan Jumlah Persentase

1 Semen 48 48

2 Keramik 41 41

3 Tanah 11 11

Jumlah 100 100

Sumber: Kuesioner Tahun 2016

Berdasarkan hasil tabulasi kuesioner pada penelitian ini diketahui bahwa

responden penerima Program Simpanan Keluarga Sejahtera (PSKS) dalam

penelitian ini lantai bangunan tempat tinggalnya terbuat dari semen sebanyak

(48%), selanjutnya keramik (41%) dan tanah (11%), hal ini menunjukkan bahwa

di ketiga kecamatan tersebut masih ada responden menggunakan tanah sebagai

lantai bangunan tempat tinggalnya.

Tabel 4.7

Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Dinding Bangunan No Jenis Dinding Bangunan Jumlah Persentase

1 Tembok/Beton 28 28

2 Semi/Setengah Beton 49 49

3 Kayu 23 23

Jumlah 100 100

Sumber: Kuesioner Tahun 2016

Berdasarkan hasil tabulasi kuesioner pada penelitian ini diketahui bahwa

responden penerima Program Simpanan Keluarga Sejahtera (PSKS) dalam

penelitian ini jenis dinding bangunan yang digunakan masih menggunakan kayu

(23%), selanjutnya semi/setengah beton (49%) dan tembok/beton (28%), hal ini

menunjukkan bahwa di ketiga kecamatan tersebut masih ada jenis dinding

(24)

43 Tabel 4.8

Karakteristik Responden Berdasarkan Fasilitas Tempat Buang Air (Jamban/Kakus)

No Fasilitas Tempat Buang

Air Jumlah Persentase

1 Milik Sendiri 92 92

2 Milik Umum 8 8

3 Sungai 0 0

Jumlah 100 100

Sumber: Kuesioner Tahun 2016

Berdasarkan hasil tabulasi kuesioner pada penelitian ini diketahui bahwa

responden penerima Program Simpanan Keluarga Sejahtera (PSKS) dalam

penelitian ini fasilitas tempat buang air (jamban/kakus) diketiga kecamatan

penelitian menggunakan milik sendiri (92%), milik umum (8%) dan tidak ada

yang menggunakan sungai sebagai fasilitas tempat buang air.

Tabel 4.9

Karakteristik Responden Berdasarkan Sumber Air Minum

No Sumber Air Minum Jumlah Persentase

1 Air dalam Kemasan 35 35

2 Pompa/Sumur 22 22

3 PDAM 43 43

Jumlah 100 100

Sumber: Kuesioner Tahun 2016

Berdasarkan hasil tabulasi kuesioner pada penelitian ini diketahui bahwa

responden penerima Program Simpanan Keluarga Sejahtera (PSKS) dalam

penelitian ini sumber air minum yang digunakan masyarakat di ketiga kecamatan

tersebut masih menggunakan pompa/sumur (22%), selanjutnya mengunakan air

dalam kemasan (35%) dan PDAM sebanyak (43%), hal ini menunjukkan bahwa di

ketiga kecamatan penelitian tersebut masyarakatnya masih ada yang

(25)

Karakteristik Responden Berdasarkan Fasilitas Sumber Penerangan

No Sumber Penerangan Jumlah Persentase

1 Listrik 87 87

2 Lilin 0 0

3 Lampu Teplok 13 13

Jumlah 100 100

Sumber: Kuesioner Tahun 2016

Berdasarkan hasil tabulasi kuesioner pada penelitian ini diketahui bahwa

responden penerima Program Simpanan Sejahtera (PSKS) dalam penelitian ini

sumber penerangan ditempat tinggalnya adalah listrik (87%), selanjutnya lampu

teplok (13%) dan tidak ada yang menggunakan lilin, hal ini menunjukkan bahwa

di ketiga kecamatan tersebut sumber penerangan ditempat tinggalnya adalah

listrik.

Tabel 4.11

Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Bahan Bakar untuk Memasak

No Jenis Bahan Bakar Jumlah Persentase

1 Gas LPG 62 62

2 Minyak Tanah 29 29

3 Kayu Bakar 9 9

Jumlah 100 100

Sumber: Kuesioner Tahun 2016

Berdasarkan hasil tabulasi kuesioner pada penelitian ini diketahui bahwa

responden penerima Program Simpanan Sejahtera (PSKS) dalam penelitian ini

jenis bahan bakar untuk memasak sehari-harinya adalah Gas LPG (62%),

selanjutnya Minyak Tanah (29%), dan Kayu Bakar sebesar (9%) hal ini

(26)

45 masyarakat gunakan kebanyakan adalah gas LPG, hal ini disebabkan karena

keikutsertaan masyarakat dalam program konversi minyak tanah ke gas LPG yang

telah dibuat oleh pemerintah, daripada masyarakat harus mencari bahan bakar

minyak tanah yang semakin langka dan masyarakat pun beranggapan bahwa

penggunaan gas LPG lebih efisien walaupun masih ada masyarakat yang

menggunakan minyak tanah dan kayu bakar.

Tabel 4.12

Jawaban Responden Berdasarkan Program Pemerintah Yang Pernah Diterima

No Program pemerintah yang

Pernah diterima Jumlah Persentase

1 Raskin 47 47

2 Kartu Indonesia Pintar 10 10

3 Jamkesmas 44 44

Jumlah 100 100

Sumber: Kuesioner Tahun 2016

Berdasarkan hasil tabulasi kuesioner pada penelitian ini diketahui bahwa

responden penerima Program Simpanan Keluarga Sejahtera (PSKS) dalam

penelitian ini juga pernah menerima program bantuan pemerintah selain PSKS,

yaitu raskin (47%), kemudian jamkesmas (44%), dan kartu Indonesia pintar (10%)

hal ini menunjukkan bahwasannya Pemerintah Kota Medan betul-betul serius

menannggapi kondisi kemiskinan yang ada di ketiga kecamatan penelitian

tersebut, dalam arti pemko Medan sangat mmeperhatikan kondisi masyarakat

miskin dan berusaha untuk menekan tingkat kemiskinan lewat berbagai bantuan

program kemiskinan walaupuun terkadang fakta dilapangan menunjukan masih

banyak warga yang belum mendapatkan bantuan yang sepadan dengan kondisi

(27)

mereka walaupun tidak begitu besar manfaat yang mereka rasakan.

Tabel 4.13

Jawaban Responden Berdasarkan Program yang sangat membantu dalam kehidupan sehari-hari

No Program Pemerintah yang

pernah diterima Jumlah Persentase

1 PSKS 41 41

2 Jamkesmas 36 36

3 Kartu Indonesia Pintar 23 23

Jumlah 100 100

Sumber: Kuesioner Tahun 2016

Berdasarkan hasil tabulasi kuesioner pada penelitian ini diketahui bahwa

responden penerima Program Simpanan Keluarga Sejahtera (PSKS) dalam

penelitian ini program yang sangat membantu dalam kehidupan sehari-hari yaitu

PSKS (41%), selanjutnya Jamkesmas (36%) dan Kartu Indonesia Pintar (23%),

hal ini menunjukkan bahwa masyarakat di ketiga kecamatan penelitian tersebut

menyatakan bahwa PSKS sebagai program yang cukup membantu dalam

pemenuhan kebutuhan sehari-hari karena berbentuk dana yang dapat digunakan

responden untuk meningkatkan kesejahteraan, walaupan dana yang diterima tidak

besar.

4.2.2 Analisis Deskriptif

Tabel 4.14

Pendapat Responden mengenai bantuan PSKS terhadap penanggulangan kemiskinan

No. Pernyataan Sangat

Setuju Setuju

Kurang Setuju Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju

1 Menurut saya dana

pemberian PSKS sebesar

(28)

47 Rp200.000/bulan

sudah mencukupi.

2 Menurut saya PSKS

berdaya guna dalam meningkaktan

kesejahteraan

masyarakat miskin

dalam memenuhi

kebutuhan hidup.

31 51 15 3 0

3 Menurut saya PSKS

tersebut sudah tepat sasaran / efektif.

30 56 10 4 0

4 Menurut saya cara

penyaluran dana PSKS sudah melalui proses yang tepat (mulai pendataan sampai penerimaan dana PSKS).

30 53 10 7 0

5 Menurut saya PSKS

masih diperlukan

40 40 12 8 0

Berdasarkan tabel diatas, sebagian responden merasa bahwa dana

pemberian PSKS sebesar Rp200.000/bulan sudah mencukupi kebutuhan mereka

sebanyak 53 orang menyatakan setuju, kemudian sebanyak 51 orang responden

menyatakan bahwa PSKS berdaya guna dalam meningkaktan kesejahteraan

masyarakat miskin dalam memenuhi kebutuhan hidup mereka. Ada juga yang

menyatakan bahwa PSKS tersebut sudah tepat sasaran / efektif sebanyak 56

orang responden. Dan ada sebanyak 53 orang responden yang menyatakan cara

penyaluran dana PSKS sudah melalui proses yang tepat (mulai pendataan sampai

penerimaan dana PSKS). Serta responden merasa PSKS masih diperlukan oleh

mereka, dimana jumlah yang menyatakan sangat setuju dan setuju seimbang yaitu

(29)

4.3.1. Uji Koefisien Determinasi (R2)

Pengujian koefisien determinasi (R2) bertujuan untuk mengetahui seberapa

besar kemampuan variabel bebas menjelaskan variabel terikat.Dalam output SPSS, koefisien determinasi terletak pada tabel Model Summaryb dan tertulis R square. Namun untuk regresi linear berganda sebaiknya menggunakan R square yang sudah disesuaikan atau tertulis Adjusted R Square, karena di sesuaikan dengan jumlah variabel bebas dalam penelitian. Nilai R square dikatakan baik jika di atas 0,5 karena nilai R square berkisar 0 sampai 1.

Tabel 4.15

Model Summary

Model R R Square

Adjusted R

Square

Std. Error of the

Estimate

1 .706a .499 .494 .64973

a. Predictors: (Constant), efektivitasbantuan

Sumber: Hasil Pengolahan SPSS (2015)

Pada Tabel 4.15 nilai koefisien korelasi (R) sebesar 0,706 yang berarti

bahwa korelasi atau hubungan penanggulangan kemiskinan (variabel dependen)

dengan efektivitas bantuan (variabel independen) mempunyai hubungan yang

cukup erat yaitu sebesar 70,6%. Besarnya pengaruh variabel efektivitas bantuan

terhadap variabel dependen penanggulangan kemiskinan ditunjukkan oleh nilai

(30)

49 50,6% dipengaruhi oleh faktor-faktor lain yang tidak termasuk dalam penelitian

ini.

4.3.2 Uji t – Statistik

Untuk menjawab permasalahan kedua peneliti/penulis menggunakan

analisis compare means uji t – statistik (paired sample t – test) yang digunakan untuk membandingkan rata-rata dua variabel dalam satu grup (Tunggun

Naipospos, 2012:48). Artinya, analisis ini berguna untuk melakukan pengujian

terhadap dua sampel yang berhubungan atau dua sampel yang berpasangan

dengan mentotalkan seluruh jumlah ataupun point dari keduabelas variabel

kemiskinan setiap responden tersebut sehingga dapat diketahui bagaimana

keberhasilan Program Simpanan Keluarga Sejahtera (PSKS) bagi pengentasan

kemiskinan di Kecamatan Medan Deli, Kecamatan Medan Selayang dan

Kecamatan Medan Perjuangan. Adapun tabel total keseluruhan dari keduabelas

variabel indikator kemiskinan setiap responden, penulis cantumkan pada

Lampiran 2 dan adapun program pengolahan data yang digunakan adalah dengan

menggunakan program SPSS for Windows Evaluation Version. Adapun pengujian hipotesis yang dapat digunakan:

Ho = Ho diterima jika t – hitung < t – tabel maka tidak berpengaruh signifikan

pada bantuan PSKS terhadap penanggulangan kemiskinan di Kota Medan

dan terlaksana secara efektif.

Ha = Ha diterima jika t – hitung > t – tabel maka terdapat pengaruh yang

signifikan pada bantuan PSKS terhadap penanggulangan kemiskinan di Kota

(31)

Uji-t

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized

Coefficients

t Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) .223 .400 .559 .578

Efektivitasbantuan .240 .024 .706 9.878 .000

a. Dependent Variable: PenanggulanganKemiskinan

Berdasarkan criteria uji hipotesis dapat diketahui bahwa :

Nilai t hitung adalah 9,878. Pada α= 5%, t tabel = 1,985, sehingga t hitung> t

tabel maka dapat dinyatakan bahwa bantuan PSKS berpengaruh positif dan

signifikan (0,000<0,05) terhadap penanggulangan kemiskinan di kota Medan dan

sudah terlaksana secara efektif.

4.4 Pembahasan

Berdasarkan hasil analisis, bantuan program penanggulangan kemiskinan yaitu

Program Simpanan Keluarga Sejahtera (PSKS) di Kota Medan telah terlaksana

secara efektif. Hal ini disebabkan karena dana bantuan PSKS dapat digunakan

oleh masyarakat untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari, walaupun

dana PSKS nominalnya tidak terlalu besar. Masyarakat yang menerima dana

PSKS biasanya digunakan untuk keperluan-keperluan rumah tangga seperti:

membayar air, listrik, dan keperluan sekolah sehingga semua anggota keluarga

ikut terlibat dalam menikmati hasil Program Simpanan Keluarga Sejahtera

[image:31.596.110.557.109.262.2]
(32)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Pada uraian dan analisis data yang telah dilakukan oleh penulis terhadap

objek penelitian ini maka dapat ditarik beberapa kesimpulan, yaitu antara lain:

1. Dari analisis data yang ada di Bab IV dan juga untuk menjawab rumusan

permasalahan, maka dapat disimpulkan bahwa bantuan program

penanggulangan kemiskinan yg dilakukan oleh Pemerintah telah terlaksana

secara efektif. Masyarakat miskin di Kecamatan Medan Deli, Kecamatan

Medan Perjuangan, dan Kecamatan Medan Selayang mengalami peningkatan

dan perbaikan pemenuhan kebutuhan setelah menerima bantuan program

penanggulangan kemiskinan yaitu Program Simpanan Keluarga Sejahtera

(PSKS).

2. Dari hasil compare means uji statistik (paired sample t-test) pada total keseluruhan dari jumlah ataupun skor yang juga akan menjawab

rumusan masalah sesuai dengan hipotesis yang ada, penulis/peneliti

menyimpulkan bahwa bantuan PSKS berpengaruh positif terhadap

penanggulangan kemiskinan yang sudah terlaksana secara efektif. Dan

berdasarkan pengujian koefisien Determinasi (R2) diketahui bahwa R sebesar

0,706 berarti hubungan antara efektivitas bantuan terhadap penanggulangan

(33)

faktor-faktor lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini .

5.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan yang telah dikemukakan di atas, saran yang

diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagi pemerintah terutama untuk Pemerintah Kota Medan baik pusat

maupun daerah selaku pembuat kebijakan program penanggulangan

kemiskinan agar tetap mempertahankan ataupun lebih memperkuat

program–program penanggulangan kemiskinan yang telah ada untuk

kedepannya. Dan dalam upaya pengentasan kemiskinan diantaranya dapat

berupa dukungan penyediaan anggaran yang diperlukan untuk

memperluas jangkauan sasaran penerima program dan operasional

pelaksanaan program dalam meletakkan skala prioritas pembangunan

dan kualitas manusia dalam bidang pendidikan, kesehatan, penyerapan

tenaga kerja serta bidang lain yang mampu menekan tingkat kemiskinan.

2. Masyarakat di Kecamatan Medan Deli, Medan Perjuangan dan Medan

Selayang yaitu walaupun pemerintah kerap memberikan berbagai jenis

bantuan saat ini, tentu bantuan tersebut adalah bantuan untuk sekedar

pemenuhan kebutuhan hidup untuk saat ini saja, kita belum tau

bagaimana keberlanjutan program tersebut untuk kedepannya. Namun

sebagai saran dan harapan penulis agar setiap masyarakat tak terkecuali

dimanapun berada, lebih giat lagi untuk mencari nafkah demi membutuhi

(34)

dan menunggu-nunggu bantuan pemerintah saja, harus mampu

menciptakan kreasi agar masyarakat dapat memperbaiki kondisi hidup

sosial masing-masing terlebih lagi dapat membantu pemerintah dalam

(35)

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Efektivitas

2.1.1. Pengertian Efektivitas

Menurut Stoner (dalam Darsono & Siswandoko, Tjatjuk, 2011) menjelaskan

efektivitas adalah konsep yang luas mencakup berbagai faktor di dalam maupun di

luar organisasi, yang berhubungan dengan tingkat keberhasilan organisasi dalam

usaha untuk mencapai tujuan atau sasaran organisasi.

Efektivitas memiliki makna berhasil atau tepat guna, dimana efektifitas

merupakan hubungan antara output dengan tujuan, semakin besar kontribusi

(sumbangan) output terhadap pencapaian tujuan, maka semakin efektif organisasi,

program atau kegiatan (Mahmudi, 2005).

Efektivitas dapat didefinisikan sebagai tingkat ketepatan dalam memilih atau

meggunakan suatu metode untuk melakukan sesuatu (efektif=do right things) (Triton Pb: 2010). Efektivitas organisasi adalah kemampuan untuk bertahan,

menyesuaikan diri dan tumbuh, lepas dari fungsi tertentu yang dimilikinya.

(Schein dalam Pabundu Tika, 2005)

Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pengertian efektivitas adalah

keberhasilan suatu aktifitas atau kegiatan dalam mencapai tujuan dan target, sesuai

dengan yang telah ditentukan sebelumnya, dan apabila tujuan dan target dapat

tercapai sesuai dengan yang telah ditentukan sebelumnya, dikatakan efektif dan

sebaliknya apabila tujuan dan target tidak dapat tercapai sesuai dengan yang telah

(36)

2.1.2 Ukuran Efektivitas

Mengukur efektivitas organisasi bukanlah suatu hal yang sangat sederhana,

karena efektivitas dapat dikaji dari berbagai sudut pandang dan tergantung pada

siapa yang menilai serta menginterpretasikannya. Bila dipandang dari sudut

produktivitas, maka seorang manajer produksi memberikan pemahaman bahwa

efektivitas berarti kualitas dan kuantitas (output) barang dan jasa.

Tingkat efektivitas juga dapat diukur dengan membandingkan antara rencana

yang telah ditentukan dengan hasil nyata yang telah diwujudkan. Namun, jika

usaha atau hasil pekerjaan dan tindakan yang dilakukan tidak tepat sehingga

menyebabkan tujuan tidak tercapai atau sasaran yang diharapkan, maka hal itu

dikatakan tidak efektif.

Adapun kriteria atau ukuran mengenai pencapaian tujuan efektif atau tidak,

sebagaimana dikemukakan oleh S.P. Siagian (1978:77), yaitu:

1. Kejelasan tujuan yang hendak dicapai, hal ini dimaksudkan supaya karyawan

dalam pelaksanaan tugas mencapai sasaran yang terarah dan tujuan organisasi

dapat tercapai.

2. Kejelasan strategi pencapaian tujuan, telah diketahui bahwa strategi adalah

“pada jalan” yang diikuti dalam melakukan berbagai upaya dalam mencapai

sasaran-sasaran yang ditentukan agar para implementer tidak tersesat dalam

pencapaian tujuan organisasi.

3. Proses analisis dan perumusan kebijakan yang mantap, berkaitan dengan

(37)

pelaksanaan kegiatan operasional.

4. Perencanaan yang matang, pada hakekatnya berarti memutuskan sekarang apa

yang dikerjakan oleh organisasi dimasa depan.

5. Penyusunan program yang tepat suatu rencana yang baik masih perlu

dijabarkan dalam program-program pelaksanaan yang tepat sebab apabila

tidak, para pelaksana akan kurang memiliki pedoman bertindak dan bekerja.

6. Tersedianya sarana dan prasarana kerja, salah satu indikator efektivitas

organisasi adalah kemamapuan bekerja secara produktif. Dengan sarana dan

prasarana yang tersedia dan mungkin disediakan oleh organisasi.

7. Pelaksanaan yang efektif dan efisien, bagaimanapun baiknya suatu program

apabila tidak dilaksanakan secara efektif dan efisien maka organisasi tersebut

tidak akan mencapai sasarannya, karena dengan pelaksanaan organisasi

semakin didekatkan pada tujuannya.

8. Sistem pengawasan dan pengendalian yang bersifat mendidik mengingat sifat

manusia yang tidak sempurna maka efektivitas organisasi menuntut

terdapatnya sistem pengawasan dan pengendalian.

Adapun kriteria untuk mengukur efektivitas suatu organisasi ada tiga

pendekatan yang dapat digunakan, seperti yang dikemukakan oleh Martani dan

Lubis (1987:55), yakni:

(38)

yakni mengukur efektivitas dari input. Pendekatan mengutamakan adanya

keberhasilan organisasi untuk memperoleh sumber daya, baik fisik maupun

nonfisik yang sesuai dengan kebutuhan organisasi.

2. Pendekatan proses (process approach)

adalah untuk melihat sejauh mana efektivitas pelaksanaan program dari semua

kegiatan proses internal atau mekanisme organisasi.

3. Pendekatan sasaran (goals approach)

dimana pusat perhatian pada output, mengukur keberhasilan organisasi untuk

mencapai hasil (output) yang sesuai dengan rencana.

Selanjutnya Strees dalam Tangkilisan (2005:141) mengemukakan 5 (lima)

kriteria dalam pengukuran efektivitas, yaitu:

1. Produktivitas

2. Kemampuan adaptasi kerja

3. Kepuasan kerja

4. Kemampuan berlaba

5. Pencarian sumber daya

2.2 Kemiskinan

2.2.1 Pengertian Kemiskinan

Kemiskinan merupakan masalah sosial yang senantiasa hadir ditengah

masyarakat khususnya di negara-negara berkembang dalam konteks masyarakat

Indonesia, masalah kemiskinan juga merupakan masalah sosial yang senantiasa

(39)

dengan kekuatan yang ada pada-Nya

Kemiskinan berarti sejumlah penduduk yang tidak dapat memenuhi

kebutuhan dasar hidup yang telah ditetapkan oleh suatu badan atau orang tertentu

dan perhitungan yang dilakukan oleh badan atau organisasi tersebut digunakan

sebagai standar perhitungan untuk menentukan jumlah kemiskinan yang ada di

suatu daerah, atau singkatnya penduduk yang hidup di bawah garis kemiskinan,

garis kemiskinan yang digunakan adalah garis kemiskinan yang ditetapkan.

(Badan Pusat Statistik). Untuk tingkat kemiskinan di Sumatera Utara sendiri

jumlah rumah tangga yang miskin cukup tinggi sebesar 944.972 KK.

Dalam kamus besar bahasa Indonesia, kata miskin diartikan sebagai tidak

berharta benda, serta kekurangan (berpenghasilan rendah). “Menurut Suparlan

bahwa kemiskinan adalah suatu standar hidup yang rendah yaitu: adanya suatu

tingkat kekurangan materi pada sejumlah atau segolongan orang yang

dibandingkan dengan standar kehidupan yang umum berlaku dalam masyarakat

bersangkutan. Standar hidup yang rendah ini secara langsung nampak

mempengaruhi terhadap tingkat kesehatan, kehidupan moral, dan rasa harga diri

dari mereka yang tergolong miskin” (Juwanita,2004).

Beberapa Pengertian Kemiskinan Menurut Para Ahli :

1. BAPPENAS (1993), mendefinisikan kemiskinan sebagai situasi kekurangan

yang terjadi bukan karena kehendak oleh orang miskin, tetapi karena keadaan

(40)

2. Levitan (1980), kemiskinan adalah kekurangan barang dan jasa yang

diperlukan untuk mencapai standar hidup yang layak.

3. Faturchman dan Marcelinus Molo (1994), kemiskinan adalah

ketidakmampuan individu atau rumah tangga untuk memenuhi kebutuhan

dasar mereka.

4. Ellis (1994), kemiskinan adalah fenomena multideimensi yang dapat

dianalisis dari ekonomi, social dan politik.

5. Suparlan (1993), kemiskinan didefinisikan sebagai tingkat rendah standar

hidup, yaitu tingat kekurangan materi dalam jumlah atau sekelompok orang

dibandingkan dengan standar hidup yang berlaku dalam masyarakat yang

bersangkutan.

6. Reitsma dan Kleinpenning (1994), kemiskinan didefinisikan sebagai

ketidakmampuan seseorang untuk memenuhi kebutuhan mereka, baik

material dan non material.

7. Friedman (1979), ketimpangan kemiskinan kesempatan untuk merumuskan

kekuatan dasar dari sosial yang meliputi: asset (tanah, perumahan, peralatan,

kesehatan), sumber keuangan (pendapatan dan kredit memadai), organisasi

dapat dimanfaatkan untuk mencapai kepentingan bersama, jaringan sosial

politik untuk mendapatkan pekerjaan, barang atau jasa, pengetahuan dan

keterampilan yang memadai dan informasi yang berguna.

Sejalan dengan Emil salim (ALA, 1981) dikutip dalam (Sumrah, 2008) bahwa

(41)

1. Mereka yang hidup di bawah garis kemiskinan pada umumnya tidak memiliki

faktor produksi sendiri, seperti tanah yang tidak cukup luas, modal yang

memadai, ataupun keterampilan yang memadai untuk melalukan suatu

aktivitas ekonomi sesuai dengan mata pencahariannya, faktor produksi yang

dimiliki umumnya sedikit sehingga kemampuan untuk memperoleh

pendapatan menjadi sangat terbatas.

2. Mereka pada umumnya tidak mempunyai kemungkinan untuk memperoleh

asset produksi dengan kekuatan sendiri, pendapatan yang diperolehnya tidak

cukup untuk memperoleh tanah garapan ataupun modal usaha. Perolehan

pendapatan masyarakat miskin hanya cukup untuk konsumsi, mereka tidak

memiliki harta yang dapat digunakan sebagai agunan yang merupakan salah

satu syarat untuk mendapat kredit dari Perbankan. Kondisi seperti inilah yang

memaksa masyarakat miskin berpaling ke lembaga keuangan non bank,

institusi seperti ini tidak membebankan birokrasi yang sulit untuk

memperoleh pinjaman namun untuk pelunasan pinjaman tersebut mereka

dihadapkan pada syarat-syarat yang berat misalnya dengan bunga yang tinggi

sehingga pengembalian pinjaman tersebut justru menjadi proses pemiskinan

bagi masyarakat.

3. Tingkat pendidikan pada umumnya rendah, misalnya tidak sampai tamat SD

atau hanya tamat SD. Kondisi seperti ini sangat berpengaruh terhadap

wawasan mereka. Waktu mereka umumnya habis tersita untuk mencari

nafkah sehingga tidak ada lagi waktu untuk belajar atau meningkatkan

(42)

menyelesaikan sekolahnya oleh karena mereka harus membantu orang tuanya

mencari tambahan pendapatan.

4. Banyak diantara mereka tidak mempunyai tanah. Kalaupun ada hanya relatif

kecil, pada umumnya mereka menjadi buruh tani atau pekerja kasar di luar

pertanian, karena pertanian bekerja atas dasar musiman, maka kesinambungan

kerja menjadi kurang terjamin.

5. Banyak diantara mereka yang hidup di kota masih berusia muda dan tidak

mempunyai keterampilan atau pendidikan yang memadai, sedangkan kota

tidak siap menampung gerak urbanisasi dari desa. Masyarakat desa cenderung

melakukan migrasi kekota karena dianggap sebagai alternatif dalam upaya

mengubah nasib. Dengan demikian kemiskinan masyarakat perkotaan yang

terus meningkat juga diperparah dengan pindahnya kaum miskin perdesaan,

sehingga angka masyarakat miskin perkotaan meningkat secara tajam.

2.2.2 Program Penanggulangan Kemiskinan

Masalah kemiskinan merupakan salah satu masalah penting yang harus

ditanggulangi oleh pemerintah sesuai dengan amanat Undang-Undang Dasar 1945

sebagaimana tertuang dalam Pembukaan UUD 1945, yaitu memajukan

kesejahteraan umum dengan melakukan pemberdayaan masyarakat. Sasaran

pemberdayaan itu adalah terciptanya manusia Indonesia seutuhnya dan

masyarakat secara keseluruhan. Dalam sasaran jangka panjang kedua sasaran ini

ditegaskan kembali dengan menggaris bawahi terciptanya kualitas manusia dan

(43)

negara berdasarkan Pancasila (BPS, 2005).

Telah banyak dilakukan berbagai program untuk menanggulangi kemiskinan

yang terjadi di Indonesia, diantaranya program terpadu Program Keluarga

Sejahtera (Prokesra) untuk Memantapkan Program Menghapus Kemiskinan

(MPMK) yang dirancang oleh Menteri Negara Kependudukan/Badan Koordonasi

Keluarga Berencana Nasional pada tahun 1997, program pembangunan keluarga

sejahtera merupakan kelanjutan dari upaya membangun keluarga kecil yang

bahagia dan sejahtera yang dimulai pada tahun 1970, program Inpres Desa

Tertinggal (IDT) yang pelaksanaanya dikoordinasikan oleh Departemen Dalam

Negeri (Depdagri) yang bertujuan membantu 22,5 juta jiwa penduduk miskin,

Program Kesejahteraan Sosial (Prokesos) berperan dan memberikan sumbangan

kepada penghapusan kemiskinan dan program pembangunan keluarga dan

penduduk melalui Kelompok Usaha Bersama (KUBE) serta upaya pengembangan

wilayah melalui Rehabilitasi Sosial Daerah Kumuh (RSDK).

2.2.3 Pengelompokan Kemiskinan

Kemiskinan dalam pengertian konvensional merupakan pendapatan (income) dari suatu kelompok masyarakat yang berada dibawah garis kemiskinan.Oleh

karena itu seringkali berbagai upaya pengentasan kemiskinan hanya berorientasi

pada upaya peningkatan pendapatan kelompok masyarakat miskin.Kemiskinan

seringka li dipahami dalam pengertian yang sangat sederhana yaitu sebagai

keadaan kekurangan uang, rendahnya tingkat pendapatan dan tidak terpenuhinya

(44)

masalah yang sangat kompleks, baik dari faktor penyebab maupun dampak yang

ditimbulkannya, menurut Eny (2007) kemiskinan dapat dibedakan menjadi 4

(empat) pengertian, yakni :

a. Kemiskinan absolut

Seseorang termasuk golongan miskin absolut apabila hasil pendapatannya

berada di bawah garis kemiskinan, tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan

hidup minimum, seperti: pangan, sandang, kesehatan, papan, dan pendidikan,

hal ini dapat diukur/dilihat dengan kebutuhan minimum (subsistence) dalam

memenuhi kebutuhan hidup.

b. Kemiskinan relatif

Seseorang tergolong miskin relatif apabila seseorang tersebut sebenarnya telah

hidup di atas garis kemiskinan namun masih berada di bawah kemampuan

masyarakat sekitarnya, hal ini berkaitan dengan distribusi pendapatan ataupun

ukuran tertentu

c. Kemiskinan struktural

Kemiskinan yang diderita oleh suatu golongan masyarakat karena struktur

sosial masyarakat tersebut tidak dapat ikut menggunakan sumber-sumber

pendapatan yang sebenarnya tersedia untuk mereka.

d. Kemiskinan kultural

Keadaan dimana individu ataupun kelompok memilih untuk atau mengambil

sikap untuk tidak memperbaiki taraf hidupnya, menganggap miskin adalah

(45)

dibawah ini :

a. Ukuran kemiskinan absolut

Pendekatan yang memandang kemiskinan dalam suatu ukuran yang bersifat

mutlak yang bermuara atau berwujud sebagai garis, titik atau batas

kemiskinan.

b. Ukuran kemiskinan relatif

Pendekatan yang memandang kemiskinan dalam suatu ukuran yang

dipengaruhi oleh ukuran-ukuran lainya yang mempunyai hubungan dengan

proporsi atau distribusi.

2.2.4 Penyebab Kemsikinan

Faktor Penyebab Kemiskinan Secara Sistematik Secara umum faktor-faktor

penyebab kemiskinan secara kategoris dengan menitikberatkan kajian pada

sumbernya terdiri dari dua bagian besar, yaitu :

1. Faktor Internal, berasal dari dalam diri individu yang mengalami kemiskinan

itu yang secara substansial adalah dalam bentuk kekurangmampuan, seperti

cacat fisik, kurangnya pengetahuan, temperamental, tidak disiplin, kurangnya

keterampilan.

2. Faktor Eksternal, berasal dari luar diri individu atau keluarga yang mengalami

dan menghadapi kemiskinan itu, sehingga pada suatu waktu menjadikannya

miskin, seperti terbatasnya lapangan pekerjaan, kondisi geografis, budaya

yang kurang mendukung, pembangunan ekonomi belum merata, dan

(46)

Kajian tentang faktor-faktor penyebab kemiskinan yang telah dikemukakan

memang pada awalnya berupaya memberikan sajian sistematik, namun jika

kita dalami, tidaklah keliru jika kita menyatakan bahwa kandungan sajian itu

justru kurang sistematik. Hanya saja, sajian berkategoris tersebut memang

berupaya melakukan kajian dan mencoba menyajikannya secara sistematik.

Kompleksitas masalah kemiskinan pada umumnya dan masalah faktorfaktor

penyebab terjadinya kemiskinan pada khususnya justru menyulitkan

konsistensi dalam sistematika sajian. Selain itu fenomena sosial juga

menunjukkan pada umumnya faktor penyebab kemiskinan tidak bekerja

sendiri, melainkan berinteraksi dan terintegrasi dengan factor - faktor lain.

Bahkan tidak jarang interaksi dan integrasi itu demikian kompleks sehingga

tidak jelas mana pangkal dan ujungnya.

Faktor Penyebab Berdasarkan Jenis Kemiskinan:

1. Kemiskinan massa dan non massa sulit untuk memvonis satu faktor tertentu

dalam menetapkan penyebab kemiskinan itu terjadi. Terutama karena

kemiskinan itu merupakan masalah yang sangat kompleks, sehingga antara

sebab dan akibat sering sulit dibedakan. Kesulitan lain yang dihadapi dalam

menetapkan faktor-faktor penyebab kemiskinan adalah berbedanya corak

kemiskinan itu sendiri, seperti kemiskinan massa, yakni kemiskinan yang

diderita oleh mayoritas masyarakat yang ada dalam suatu negara ataupun

dalam suatu daerah, dengan kemiskinan non massa, yakni kemiskinan yang

diderita oleh segelintir anggota masyarakat disuatu negara maupun di suatu

(47)

2. Kemiskinan Alamiah dan Kemiskinan Budaya Harus diakui bahwa kondisi

kehidupan merupakan fungsi dari interaksi antara faktor-faktor alamiah dan

non alamiah. Interaksi yang serasi, selaras, dan seimbang merupakan syarat

dari tercapainya kesejahteraan masyarakat yang dicita-citakan. Adakalanya

alam kurang bersahabat, sehingga masyarakat yang ada di lingkungan tersebut

tidak memilikki taraf hidup yang layak. Namun ada kalanya, masalah

kemiskinan justru dapat diterima oleh masyarakat itu sendiri, sehingga

akhirnya seakan-akan hal itu bukan lagi dianggap masalah. Secara makro,

sulit diterima adanya kemiskinan alamiah. Oleh karena itu, pernyataan yang

menegaskan faktor alam sebagai penyebab kemiskinan selalu menjadi

polemik. Uraian tentang kemiskinan alamiah selalu ditegaskan dengan suatu

anggapan bahwa negara tersebut pada dasarnya secara alamiah miskin, yakni

berkah fisiknya sangat miskin, ditandai dengan tanah yang berbatu-batu,

kering, atau tidak cukup luas, atau kekayaan alam lainnya.

2.2.5 Data Jumlah Penduduk Miskin Periode 2015

Data Badan Pusat Statistik (BPS), Jumlah penduduk miskin di Sumatera

Utara (Sumut) pada September 2015 sebanyak 1.508.140 orang atau 10,79 persen.

Angka tersebut bertambah sebanyak 44.470 orang bila dibandingkan dengan

jumlah penduduk miskin di bulan Maret 2015 yang berjumlah 1.463.670 orang

atau 10,53 persen. Selama periode maret hingga September 2015, penduduk

miskin di daerah pedesaan bertambah 16.010 orang dari 764.370 orang pada

Maret 2015 menjadi 780.380 orang pada September 2015. Di daerah perkotaan

(48)

2015 menjadi 727.760 orang pada bulan September. Penduduk miskin di daerah

perkotaan pada September 2015 sebesar 10,51 persen, naik dibanding Maret 2015

yang sebesar 10,16 persen. Begitu juga dengan penduduk miskin daerah pedesaan

yaitu 10,89 persen pada Maret 2015 naik menjadi 11,06 persen pada September

2015. Pada September 2015, garis kemiskinan Sumatera Utara secara total sebesar

Rp 366.137 per kapita per bulan. Untuk daerah perkotaan, garis kemiskinannya

sebesar Rp 369.878 dan untuk daerah pedesaan sebesar Rp 352.637 per kapita per

bulan.

Pada periode Maret hingga September 2015, Indeks Kedalaman Kemiskinan

dan Indeks Keparahan Kemiskinan menunjukkan kecenderungan meningkat.

Indeks Kedalaman Kemiskinan naik dari 1,649 pada Maret 2015 menjadi 1,893

pada September 2015 dan Indeks Keparahan Kemiskinan naik dari 0,421 pada

Maret 2015 menjadi 0,521 pada September 2015. Kondisi ini disebabkan banyak

faktor, di antaranya kebijakan pemerintah yang berubah, meningkatnya inflasi,

serta nilai tukar petani yang menurun.

Komoditi makanan yang berpengaruh besar terhadap nilai Garis Kemiskinan

di perkotaan relatif sama dengan di perdesaan, diantaranya adalah beras, telur

ayam ras, daging ayam ras, mie instan, gula pasir, tempe, tahu, dan kopi.

Sedangkan, untuk komoditi bukan makanan diantaranya adalah biaya perumahan,

bensin, listrik, pendidikan, dan perlengkapan mandi. Pada periode September

2014–Maret 2015, baik Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks

(49)

Program Simpanan Keluarga Sejahtera

2.3 Program Simpanan Keluarga Sejahtera (PSKS)

Pemerintah saat ini tengah mengimplementasikan sejumlah kebijakan yang

bertujuan meningkatkan kesejahteraan rakyat dengan memberikan bantuan

finansial kepada masyarakat berekonomi lemah dalam tajuk Program Simpanan

Keluarga Sejahtera (PSKS).

Program Simpanan Keluarga Sejahtera (PSKS) adalah program pemberian

bantuan dana simpanan dari Pemerintah dalam rangka membangun keluarga

produktif untuk memberdayakan dan melindungi masyarakat miskin. Manfaat

Program Simpanan Keluarga Sejahtera (PSKS) adalah untuk mendorong akses

terhadap sistem keuangan bagi seluruh lapisan masyarakat dalam rangka

meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui pemerataan pendapatan, serta

menjaga stabilitas sistem keuangan. Program Simpanan Keluarga Sejahtera (PSKS) dijalankan sebagai pelaksanaan Instruksi Presiden Republik Indonesia

Nomor 7 Tahun 2014 Tentang Pelaksanaan Program Simpanan Keluarga

Sejahtera, Program Indonesia Pintar, dan Program Indonesia Sehat untuk

membangun keluarga produktif. Syarat untuk pencairan dana, warga penerima

wajib membawa Kartu Perlindungan Sosial (KPS) yang sudah diterima pada tahun

lalu, fotocopy KTP dan KK. Pencairan dana PSKS berlangsung tertib dan lancar,

warga tidak saling berebutan. Program dari Kemensos ini dirasa warga masyarakat

sangat membantu. Dari 2.983.868 jiwa penduduk Medan, tercatat sebanyak

(50)

Keluarga Sejahtera

melakukan pengambilan dana bisa kapan saja dan besar uang yang diambil bisa

bertahap sesuai dengan keinginan Rumah tangga Sasaran (RTS), dengan

maksimal Rp. 600.000,- masing-masing RTS saat ini mendapat alokasi dana

per-bulan selama 3 (tiga) per-bulan per-RTS Rp. 200.000,- (dua ratus ribu rupiah) atau

total jumlah Rp. 600.000,- (enam ratus ribu rupiah).

[image:50.596.116.569.360.751.2]

2.4 Penelitian terdahulu

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu

No Nama/Tahun Judul Variabel penelitian Hasil penelitian 1 Widiya Arie

Pradana(2015)

Efektivitas Program Penanggulangan Kemiskinan Perkotaan (P2KP) di Desa Jombang Kecamatan Jombang Kabupaten Jombang 1. Efektivitas 2. Program Penanggulangan Kemiskinan Perkotaan (P2KP)

Hasil penelitian ini menunjukkan sasaran penerima bantuan modal P2KP ialah

KSM, KSM penerima bantuan

beranggotakan

minimal lima orang yang berasal dari keluarga yang berbeda,

berpenghasilan rendah dan

mempunyai usaha atau akan memulai usaha.

2 Rini Puj i

Lestari (2015) Efektifitas Program Nasiona l Pemberdayaan Masyarakat Mandiri (PNPM MANDIRI) (Studi Kasus Di Desa Sedengan Mijen, Kecamatan Krian, Kabupaten Sidoarjo). 1. Efektifitas 2. Program Nasiona l Pemberdayaan Masyarakat Mandiri (PNPM MANDIRI)

Hasil dari penelitian

yang dilakukan

(51)

masih banyak kekurangan dalam pelaksanaannya.

3 Budi Kurniawan (2013)

Implementasi Program Penanggulangan

Kemiskinan Terpadu Oleh Pakem Pontianak Timur. 1. Implementasi 2. Program Penanggulangan Kemiskinan Terpadu Oleh Pakem Penanggulangan Kemiskinan Perkotaan khususnya di kelurahan Saigon diantaranya masih kurang aktifnya misalnya dalam kegiatan penyusunan proposal anggaran PAKET yang terlambat karena tidak hadirnya salah satu unsur organisai PAKET itu sendiri

4 Atu Nuri

Amin (2010) Efektifitas Program Penanggulangan Kemiskinan Perkotaan Terhadap Tingkat Pendapatan Masyarakat di Kota Surabaya.

1. Efektifitas 2. Program Penanggulangan Kemiskinan Perkotaan 3. Pendapatan Masyarakat di Kota Surabaya.

Melalui analisa uji beda dua rata-rata dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan antara pendapatan sebelum

dan sesudah

menerima dana

[image:51.596.117.571.111.750.2]

bantuan dengan melihat nilai thitung tabelsebesar 32,807 yang lebih besar dari nilai t= 2,060.

(52)

produktif di Kota Sragen.

6 Masruri

(2010) Analisis Efektivitas Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perkotaan (PNPM-MP) Studi kasus pada Kecamatan Bunyu Kabupaten Bulungan. 1. Efektivitas 2. Program Nasiona l Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perkotaan (PNPM-MP). Hasil penelitian menunjukkan program nasional pemberdayaan masyarakat mandiri perkotaan di Kecamatan Bunyu Kabupaten Bulungan menunjukkan bahwa telah bisa dikatakan efektif meskipun masih banyak kekurangan dalam pelaksanaannya

[image:52.596.113.572.112.336.2]

2.5 Kerangka Konseptual

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

2.6 Hipotesis

Hipotesis adalah suatu penjelasan sementara tentang perilaku, fenomena,

atau keadaan tertentuyang telah terjadi dan akan terjadi. Hipotesis merupakan Efektivitas Program

Penanggulangan Kemiskinan

Program Simpanan Keluarga Sejahtera (PSKS)

Terciptanya masyarakat yang kehidupannya lebih sejahtera dalam

(53)

kebenarannya melalui penelitian yang dilakukan (Kuncoro, 2009).

Berdasarkan perumusan masalah dan kerangka konseptual yang telah

dipaparkan, maka peneliti mengajukan hipotesis sebagai berikut:

Ho = Bantuan program penanggulangan kemiskinan di kota Medan tidak berjalan

efektif.

Ha = Bantuan program penanggulangan kemiskinan di kota Medan berjalan

(54)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Permasalahan yang tengah dihadapi oleh dunia adalah kemiskinan.

Kemiskinan telah ada sejak lama pada hampir semua peradaban manusia. Pada

setiap belahan dunia dapat dipastikan adanya golongan konglomerat dan golongan

melarat. Dimana golongan yang konglomerat selalu bisa memenuhi

kebutuhannya, sedangkan golongan yang melarat hidup dalam keterbatasan materi

yang membuatnya semakin terpuruk. Sebagai masalah yang menjadi isu global

disetiap negara berkembang, wacana kemiskinan dan pemberantasanya haruslah

menjadi agenda wajib bagi para pemerintah pemimpin negara. Peran serta pekerja

sosial dalam menagani permasalahan kemiskinan sangat diperlukan, terlebih

dalam memberikan masukan (input) dan melakukan perencanaan strategis tentang

apa yang akan menjadi suatu kebijakan dari pemerintah.

Kemiskinan merupakan masalah kompleks tentang kesejahteraan yang

dipengaruhi oleh berbagai faktor yang saling berkaitan, antara lain tingkat

pendapatan masyarakat, pengangguran, kesehatan, pendidikan, akses terhadap

barang dan jasa, lokasi, geografis, gender dan lokasi lingkungan. Kemiskinan

tidak lagi dipahami hanya sebatas ketidakmampuan ekonomi, tetapi juga

kegagalan memenuhi hak-hak dasar dan perbedaan perlakuan bagi seseorang atau

sekelompok orang dalam menjalani kehidupan secara bermartabat. Hak-hak dasar

yang diakui secara umum meliputi terpenuhinya kebutuhan pangan, kesehatan,

(55)

hak berpartisipasi dalam kehidupan sosial politik.

Namun penanganan kemiskinan selama ini masih belum terlaksana secara

maksimal dan tidak berkelanjutan. Peran dunia usaha dan masyarakat pada

umumnya juga belum optimal, untuk itu diperlukan perubahan yang sistemik dan

menyeluruh dalam upaya penanggulangan kemiskinan dan penciptaan lapangan

kerja. Kemiskinan merupakan masalah yang harus ditanggulangi secara serius,

kemiskinan bukanlah masalah pribadi, golongan, bahkan pemerintah saja, akan

tetapi hal ini merupakan masalah setiap warga negara. Kepedulian dan kesadaran

antar sesama warga diharapkan dapat membantu menekan tingkat kemiskinan.

Upaya menanggulangi kemiskinan merupakan usaha yang tidak dapat

diselesaikan dalam waktu tertentu. Penanggulangan kemiskinan merupakan suatu

proses yang tidak pernah boleh berhenti karena kemiskinan itu sendiri sangat

dinamis. Dalam Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan (P2KP),

masalah kemiskinan dipandang bukan suatu hal yang terjadi dengan sendirinya,

melainkan karena sebagai akibat dari suatu kebijakan.

Sebagai upaya serius dalam meningkatkan efektifitas penekanan angka

kemiskinan, pemerintah telah memiliki konsep penanggulangan kemiskinan

secara terpadu dengan basis pemberdayaan masyarakat dimana masyarakat

sebagai subjek penanggulangan kemiskinan bukan objek dengan kata lain

pemerintah telah memerhatikan faktor partisipasi sebagai salah satu faktor penentu

(56)

Beban kemiskinan paling besar terletak pada kelompok tertentu. Kaum

perempuan pada umumnya, perempuan yang menanggung beban hidup karena

menggantungkan nasibnya kepada seorang laki-laki ataupun tanggungan

orangtuanya. Akibatnya kualitas dari segi ekonomi dan pendidikan sangat rendah.

Berbagai upaya telah dilakukan oleh pemerintah selama ini untuk memberikan

peluang pada masyarakat miskin untuk mengurangi kemiskinan. Kemiskinan

terjadi akibatnya banyaknya jumlah orang dalam satu keluarga, ekonominya

kurang baik, lapangan kerja yang masih kurang, pendidikan yang rendah, dan

kurangnya keterampilan. Salah satu upaya tersebut adalah melalui pendekatan

pemberdayaan keluarga yang mengacu pada UU No.10 tahun 1992 tentang

Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga Sejahtera yang

pelaksanannya diatur dalam Inpres No 3 tahun 1996 tentang Pembangunan

Keluarga Sejahtera dalam Rangka Peningkatan Penanggulangan Kemiskinan.

Salah satu prasyarat keberhasilan pengentasan kemiskinan adalah dengan cara

mengidentifikasi kelompok sasaran dan wilayah sasaran dengan tepat. Program

pengentasan dan pemulihan nasib orang miskin tergantung dari langkah awal yaitu

ketetapan mengidentifikasi siapa yang dikatakan miskin dan di mana dia

Gambar

Tabel 4.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia
Tabel 4.3
Tabel 4.4
Tabel 4.5 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Pekerjaan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Universitas Bina Nusantara yang di kelola oleh swasta merupakan salah satu fasilitas pendidikan dan sebagai perguruan tinggi yang cukup besar, jumlah mahasiswa yang dapat ditampung

Pengembangan Perangkat Pembelajaran Mesin Listrik Berorientasi SKKNI Untuk Meningkatkan Pencapaian Kompetensi Mahasiswa Politeknik Negeri Bali. 36 Hibah Bersaing

[r]

Maksud disusunnya tatacara dan persyaratan teknis pengolahan limbah dan tanah terkontaminasi minyak bumi secara biologis adalah untuk mewujudkan

[r]

Gangguan matriks yang lain adalah pengendapan unsur yang dianalisis sehingga jumlah atom yang mencapai nyala menjadi lebih sedikit dari konsentrasi yang seharusnya

Struktur sedimen merupakan suatu kelainan darim perlapisan normal batuan sedimen yang diakibatkan oleh proses pengendapan dan keadaan energi pembentuknya. Pembentuknya dapat

Fatty acid (particularly VDWXUDWHG IDWW\ DFLG VXFK DV SDOPLWLF DFLG ODXULF DFLGVWHDULFDFLGPD\SUHFLSLWDWHDQGGHFUHDVHWKH capacity of cholesterol solution which supports the formation