Lampiran 1
ANGKET PENELITIAN
Judul:
“Analisis Pengaruh Sosial Ekonomi Keluarga Terhadap Tingkat Pendidikan
Anak (Studi Kasus Pada Keluarga Buruh Tani di Desa Empat Lima
Kecamatan Bukit Tusam Kabupaten Aceh Tenggara)”.
I. Identitas Responden
No. Responden : (diisi peneliti)
Nama :
Umur :
Tempat Tinggal :
II. Ketentuan Menjawab
1. Mohon anda memberikan tanda (X) pada salah satu alternatif jawaban yang
anda anggap paling sesuai dan isilah titik tersebut sesuai dengan pendapat anda
pada lembar instrumen ini.
2. Apabila terjadi kekeliruan dalam menjawab dan anda ingin membenarkan,
maka berilah tanda dua garis bawah pada jawaban yang dianggap salah kemudian
silanglah jawaban yang semestinya menurut anda benar.
Contoh : Pilihan semula a b c d
Pembetulannya a b c d
III. Daftar Pertanyaan
A. Latar Belakang Pendidikan Orang Tua
1. Apa Pendidikan formal terakhir yang suami tempuh?
a. SMA c. SD
b. SMP d. Tidak Sekolah
2. Apa Pendidikan formal terakhir yang istri tempuh?
a. SMA c. SD
b. SMP d. Tidak Sekolah
B. Umur Orang Tua
3. Berapa umur suami sekarang . . . .
a. Lebih dari 64 tahun……sebutkan
b. Antara 55-64 tahun…….sebutkan
c. Antara 45-54 tahun…….sebutkan
d. Kurang dari 45 tahun…..sebutkan
4. Berapa umur istri sekarang . . . .
a. Lebih dari 64 tahun ……sebutkan
b. Antara 55-64 tahun…….sebutkan
c. Antara 45-54 tahun…….sebutkan
d. Kurang dari 45 tahun …..sebutkan
C. Pendapatan dan Pengeluaran Keluarga
5. Berapakah pendapatan pokok dan sampingan anda per bulan?
No Jenis Pendapatan Nilai Rupiah
Pendapatan Pokok
2 Pendapatan pokok istri Rp... 3 Pendapatan pokok anak (yang sudah bekerja) Rp...
Pendapatan sampingan
1 Pendapatan sampingan kepala keluarga Rp... 2 Pendapatan sampingan istri Rp... 3 Pendapatan sampingan anak Rp...
Jumlah Rp...
6. Pengeluaran keluarga selama 1 bulan yang lalu yang berasal dari pembelian
yang berupa makanan dan bukan makanan.
a. Berupa manakan
No Jenis barang Jumlah
1 Berupa makana 2 Bukan makanan
Jumlah
D. Pemilik Kekayaan
7. Bagaimana status rumah yang ditempati bapak/ibu . . . .
a. Rumah sendiri c. Menumpang orang lain
b. Menyewa d. Menumpang pada saudara
8. Apa jenis/sifat rumah yang ditempati bapak/ibu . . . .
a. Permanen
b. Semi permanen
c. Kayu/papan
d. Bambu
9. Apa jenis lantai dasar rumah yang ditempati bapak/ibu . . . .
a. keramik
b. Ubin
c. Plester
d. Tanah
10. Tipe/ukuran berapakah rumah yang ditempati bapak/ibu . . . .
a. Lebih dari 149 m²……..sebutkan
b. 100 –149 m²……..sebutkan
c. 50 –99 m²……..sebutkan
d. Kurang dari 50 m²
11. Berapakah uang yang keluarga anda sisihkan untuk ditabung dalam satu
bulan?
a. Lebih dari Rp. 300.000
b. Antara Rp. 200.000 - Rp. 299.000
c. Antara Rp. 100.000 - Rp. 199.000
d. Tidak menabung-kurang dari Rp. 100.000
E. Tingkat pendidikan anak
12. Apakah tingkat pendidikan formal terakhir anak anda?
a. SD c. SMA
b. SMP d. Perguruan Tinggi
39 Supardi Manik Desa Empat Lima L 33 SD
40 Sanali Desa Empat Lima L 58 SD
41 Kabul Ramli Desa Empat Lima L 40 SMP
42 M.yasin Arsyad Desa Empat Lima L 32 SMA
43 Hadine Desa Empat Lima P 50 SMP
44 Zulham Efendi Desa Empat Lima L 37 SMA
45 Midrawati Desa Empat Lima P 35 SMA
46 Ponirin Desa Empat Lima L 57 SD
47 Salamiah Desa Empat Lima P 50 SMA
48 Asyrah Desa Empat Lima P 55 SD
49 Timah Desa Empat Lima P 52 Tidak Sekolah
50 Sabariah Desa Empat Lima P 50 Tidak Sekolah
51 Sahebol Desa Empat Lima L 45 SMP
52 Basiruddin Desa Empat Lima L 44 SMP
53 M.Yunaji Desa Empat Lima L 55 SMP
54 Ridwan Desa Empat Lima L 34 SMA
55 Siti Desa Empat Lima P 40 SMP
56 Riniati Desa Empat Lima P 32 SMA
57 Ratna Dewi Desa Empat Lima P 35 SMA
58 Amir Desa Empat Lima L 51 SMP
59 Yusriadi Desa Empat Lima L 38 SMA
Lampiran 3
HASIL TABULASI DAN ANALISIS DATA
HASIL SPSS KARAKTERISTIK RESPONDEN Pendidikan Suami
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent
Umur Istri
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid 1 34 56,7 56,7 56,7
3 1 1,7 1,7 75,0
4 15 25,0 25,0 100,0
Total 60 100,0 100,0
Jenis Rumah
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
2 2 3,3 3,3 10,0
3 5 8,3 8,3 18,3
4 49 81,7 81,7 100,0
Total 60 100,0 100,0
pendidikan anak
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). *. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
Uji F Variabel Ekonomi (X2) Between
Lampiran 5
DOKUMENTASI
Gambar kondisi tempat tinggal buruh tani di Desa Empat Lima
Gambar situasi buruh tani sedang menanam padi disawah
Gambar buruh tani sedang mengutip jagung
Gambar buruh Tani sedang menjemur hasil cetakan batu bata
Gambar buruh Tani sedang membakar hasil cetakan batu bata
DAFTAR PUSTAKA
Abdulsyani. 1994. Sosiologi: Sistematika, Teori Dan Terapan. Jakarta: Bumi Aksara.
Ahmad,A, 1990. Psikologi Sosial. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Alhusin, S. 2003. Aplikasi Statistik dengan Menggunakan SPSS 10 for Windows.
Yogyakarta: Graha Ilmu
Arifin, Z. 2002. Kondisi Sosial Ekonomi Petani Tebu di Desa Negara Batik Sungkai. Bandar Lampung: UNILA.
Arikunto, Suharmi. 2006. Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan dan Praktek.
Jakarta: Rineka Cipta.
Badan Pusat Statistik. 2014. Statistik Daerah Kabupaten Aceh Tenggara 2014.
Aceh Tenggara: BPS.
Badan Pusat Statistik. Kecamatan Bukit Tusam Dalam Angka 2014. Aceh Tenggara.
---. 2011. Pedoman Pencacahan SPDT12-K: BPS
Cahyawati. 2013. Analisis Pendapatan Petani Kelapa Sawit Dalam Meningkatkan Pendidikan Anak di Desa Air Putih. Jurnal.Universitas Tanjungpura
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1993. Kamus Besar Bahasa Indonesia.
Jakarta: Balai Pustaka.
Dewantara, Ki hadjar.1994. Karya Ki Hadjar Dewantara. Yogyakarta: Majelis Luhur Persatuan Tamansiswa
Elisabeth, B. Hurlock. 1996. Psikologi Perkembangan-Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan, Jakarta: Erlangga
Fathoni, 2003, Manajemen Sumber Daya Manusia, Bandung: Rineka
Hamalik,O.2001. Kurikulum dan Pembelajaran, Jakarta: Bumi Aksara.
Hamid Hasan. 2008. Pengantar Ilmu Sosial: Sebuah Kajian Pendekatan Struktural. Jakarta: PT Bumi Aksara
Jumain. 2010. Pengaruh Tingkat Pendidikan Orang Tua dan Motivasi Orang Tua Terhadap Motivasi belajar Mata Pelajaran Sosiologi Siswa Kelas XI SMA Al-Islam 1 Surakarta 2009-2010, Skripsi: FKIP
Universitas Sebelas Maret Surakarta,
Http://digilib.uns.ac.id/upload/dokumen/165541048201133278.
Khairuddin. 1997.Sosiologi Keluarga, Yogyakarta: Liberty.
Maftukhah. 2007. Pengaruh Kondisi Sosial Ekonomi Orang Tua Terhadap Prestasi Belajar Siswa Kelas VII SMP N 1 Radudonkal Kabupaten Pemalang Tahun 2006/2007. Skripsi: Universitas Negeri Semarang.
Mulyanto,Sunardi, M. dan H.D. Evers. 1985. Kemiskinan dan Kebutuhan Pokok.
Jakarta: CV.Rajawali.
Narwoko,D dan Suyanto,B. 2004. Sosiologi: Teks Pengantar dan Terapan.
Jakarta: Prenanda Media
Nasirotun,Siti. (2013). Pengaruh Kondisi Sosial Ekonomi dan Pendidikan Orang Tua Terhadap Motivasi Melanjutkan Pendidikan Ke Perguruan Tinggi Pada Siswa. Jurnal. Universitas Veteran Semarang.
Oktama, R.Z. 2013. Pengaruh Kondisi Sosial Ekonomi Terhadap Tingkat Pendidikan Anak Keluarga Nelayan di Kelurahan Sugihwaras Kecamatan Pemalang Kabupaten Pemalang Tahun 2013. Skripsi.
Universitas Negeri Semarang.
Purwaanto,N.2007. Psikologi Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
Redja Mudyaharjo. 2001. Pengantar pendidikan (Sebuah Studi Awal Tentang Dasar-Dasar Pendidikan pada Umumnya dan Pendidikan di Indonesia). Jakarta: PT Grafindo Persada.
Sajogyo. 1995. Sosiologi Pedesaan.Yogyakarta: Gadjah Mada Press.
Sugioyono. 2006. Metode Penelitian Administrasi. Bandung: CV. Alfabeta
Sagala, S. 2009. Konsep dan Makna Pembelajaran, Untuk Membantu Memecahkan Problematika Belajar dan Mengajar, Bandung: Alfabeta.
Samuelson, Nordhaus. 2004. Ilmu Ekonomi Makro. Jakarta: PT. Media Global Edukasi .
Soerjono Soekanto. 2004. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Rajawali Press.
Soleman, Munandar. 1986. ILMU SOSIAL DASAR Teori dan Konsep Ilmu Sosial. Bandung: PT. Refika Aditama.
Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003. Tentang Sistem Pendidikan Nasional,
Jakarta: Pustaka Widyatama.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Jenis Penelitian ini merupakan penelitian Asosiatif dengan metode
kuantitatif. Menurut Sugiyono (2006:11), penelitian asosiatif merupakan
penelitian yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara dua variabel atau
lebih.
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Desa Empat Lima, Kec. Bukit Tusam
Kabupaten Aceh Tenggara. Tempo waktu penelitian direncanakan selama tiga
bulan. Untuk dua bulan pertama digunakan untuk menyusun proposal penelitian
dan proses seminar, dan satu bulan berikutnya digunakan untuk melakukan
penelitian di lapangan sampai kepada penulisan akhir skripsi.
3.3 Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2006;90).
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh keluarga buruh tani yang
terdiri dari 114 rumah tangga di Desa Empat Kecamatan Bukit Tusam Kabupaten
Aceh Tenggara. (Kecamatan Bukit Tusam Dalam Angka,2014).
Sampel merupakan bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
Penarikan sampel yang digunakan adalah “Simple Random Sampling
dimana teknik pengambilan anggota sampel dari populasi dilakukan secara acak
tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu. Berdasarkan hal tersebut
ditarik sampel berjumlah 60 orang buruh tani.
3.4 Jenis dan Sumber Data
Jenis dan sumber data yang dikumpulkan berupa data primer dengan jenis
data cross section yang diperoleh langsung dari objek yang diteliti yaitu Desa
Empat Lima Kecamatan Bukit Tusam Kabupaten Aceh Tenggara.
3.5 Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data secara teknik menunjukkan bagaimana cara
mendapatkan atau mengumpulkan data yang dibutuhkan dalam penelitian yang
dimaksud. Metode pengumpulan data dimaksudkan untuk memperoleh
bahan-bahan yang relevan, akurat dan terpercaya, adapun metode yang digunakan
adalah:
a. Metode Angket
Metode angket adalah sejumlah pernyataan tertulis yang digunakan untuk
memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya atau
hal-hal yang responden ketahui (Arikunto, Suharmi, 2006:151). Metode ini
digunakan untuk mendapatkan data atau keterangan dari responden dengan
memberikan daftar pertanyaan secara tertulis.
b. Metode Wawancara
Metode ini dilakukan untuk melengkapi angket atau kusionner, yaitu jika
keterbatasan kemampuan dalam memahami angket atau kusioner, maka keadaan
seperti ini wawancara perlu digunakan dengan pedoman pada pernyataan yang
terdapat dalam kuisioner.
3.6 Batasan Operasional
Dalam Penelitian ini batasan yang akan diteliti peneliti mencakup
permasalahan kondisi sosial, kondisi ekonomi dan Tingkat pendidikan anak
keluarga buruh tani di Desa Empat Lima. Permasalahan dalam penelitian ini,
peneliti akan melihat apakah kondisi sosial dan ekonomi akan berpengaruh
terhadap tingkat pendidikan anak yang ada di Desa Empat Lima khususnya
keluarga buruh tani.
3.7 Definisi Operasional
Dalam definisi operasional ini akan dijabarkan pengertian dari tiga topik
inti yang diangkat penulis sebagai judul penelitian, yaitu:
1. Kondisi sosial, dalam penelitian ini kondisi sosial yang akan diteliti adalah
bagaimana latar belakang pendidikan dan usia orang tua apakah berpengaruh
terhadap tingkat pendidikan anak. Orang tua dengan latar belakang pendidikan
yang baik tentunya mampu memberikan arahan kepada anaknya tentang
pentingnya pendidikan dan begitu pula orang tua yang usia nya lebih tua atau
dewasa akan lebih baik dalam mendidik anak dikarenakan sudah memiliki
pengalam hidup.
2. Kondisi ekonomi, yang berupa kemampuan manusia dalam memenuhi
kebutuhannya. Kondisi ekonomi dapat diukur dengan 4 indikator yaitu
Pendapatan yang diperoleh keluarga yang biasanya berasal dari pendapatan
pokok, pendapatan sampingan, dan pendapatan lain-lain. Selain itu,
pengeluaran keluarga juga bisa dilihat dari pengeluaran berupa makanan dan
bukan makanan. Disamping itu, tempat tinggal dan tabungan juga dapat
dijadikan penilaian terhadap kondisi ekonomi suatu keluarga. Tempat tinggal
biasanya dinilai dengan melihat status, jenis, dan ukuran rumah yang ditempati.
3. Tingkat pendidikan anak, dalam penelitian ini tingkat pendidikan anak yang
diteliti yaitu pendidikan yang bersifat formal. Pendidikan yang formal
merupakan pendidikan yang berstruktur mulai dari Sekolah Dasar (SD),
Sekolah Menengah Pertama (SMP), Sekolah Menengah Atas (SMA) dan
Perguruan Tinggi.
3.8 Variabel penelitian
Menurut Suharmi Arikunto (2006:118), variabel adalah objek penelitian
atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian. Sesuai dengan
permasalahan yang telah dirumuskan, maka variabel dalam penelitian ini sebagai
berikut:
1. Variabel Bebas (X)
Variabel bebas adalah gejala atau faktor yang mempengaruhi gejala atau
unsur lain, yang selanjutnya disebut dengan variabel X. Dalam penelitian ini yang
menjadi variabel bebas (X) adalah kondisi sosial dan ekonomi keluarga buruh
tani, yaitu:
a) Kondisi Sosial keluarga (X1)
Usia orang Tua
b) Kondisi Ekonomi Keluarga (X2)
1. Pendapatan dan pengeluaran pokok
o Pendapatan pokok
o Pengeluaran Keluarga 2. Pemilik kekayaan
o Tempat Tinggal
o Tabungan
Variabel Terikat (Y)
Variabel terikat adalah variabel sebagai akibat dari variabel bebas, yang
termasuk variabel terikat dalam penelitian ini adalah tingkat pendidikan anak (Y1)
yaitu pendidikan Dasar (SD/MI) atau (SMP/MTS), pendidikan menengahh
(SMA/sederajat), dan pendidikan tinggi (Perguruan Tinggi).
3.9 Instrumen Penelitian 3.9.1 Validitas
Pengujian Validitas bertujuan agar data yang diambil benar-benar valid,
yakni benar-benar mengukur apa yang hendak diukur. Kemudian, instrumen itu
harus reliable,artinya “konstan” dalam pengambilan data (Syahri,2003;335).
3.9.2 Reliablitas
Pengujian Reliablitas adalah berkaitan dengan masalah adanya
kepercayaan terhadap alat test (instrument). Suatu instrumen dapat memiliki
tingkat kepercayaan yang tinggi jika hasil pengujian test/instrumen menunjukkan
3.10 Teknik Analisis Data 3.10.1 Uji Kolerasi Tau kendall
Pengujian Kolerasi Tau Kendall adalah pembuatan rangking dari
pengamatan terhadap objek dengan pengamatan yang berbeda untuk mengetahui
kesesuaian objek yang diamati.
Model yang digunakan dalam analisis Tau Kendall sekaligus digunakan
sebagai statistik uji yaitu:
= S n (n – 1 )/2
dimana :
= Koefisien Korelasi Tau Kendall S = Selisish jumlah rank X dan Y N = banyaknya Populasi
Hipotesis yang digunakan untuk melakukan analisis kolerasi Tau Kendall adalah:
Untuk uji dua arah:
: τ=0
: τ≠0
Dengan kata lain :
: X dan Y saling Bebas atau independen
: X dan Y tidak Saling Bebas
Untuk uji satu arah
: τ=0 (1)
: τ>0
: τ=0 (2)
: τ<0
3.10.2 Analisis Regresi Berganda
Analisis ini digunakan untuk mengetahui pengaruh antara Kondisi Sosial
(X1) dan Kondisi Ekonomi (X2) terhadap Tingkat Pendidikan Anak (Y) di Desa
Empat Lima Kecamatan Bukit Tusam Kabupaten Aceh Tenggara. Untuk
menghitung koefisien regresi linier menmggunakan persamaan sebagai berikut:
y = a + b1x1 + b2x2
Keterangan :
y : Variabel Terikat (Tingkat Pendidikan Anak)
x1 : Variabel Bebas (Kondisi Sosial)
o Pendidikan orang tua
o Usia orang tua
x2 : Variabel Bebas (Kondisi Ekonomi)
o Pendapatan pokok
o Pengeluaran keluarga
o Pemilik kekayaan
b1 : Koefisien peubah bebas X1 terhadap Y
3.10.3 Uji Signifikansi Parsial (Uji T)
Pengujian hipotesis yang kedua yaitu regresi secara parsial (uji t)
digunakan untuk mengetahui pengaruh masing-masing variabel bebas terhadap
variabel teikat. Dengan rumus hipotesis: Ho: artinya variabel bebas secara parsial
tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel terikat. Ha: variabel
bebas secara parsial mempunya pengaruh signifikan terhadap variabel terikat,
pengujian dilakukan dengan membandingkan nilai t hitung masing-masing
variabel dengan t tabel signifikan 5%.
Kriteria uji t adalah:
Jika > : maka Ho ditolak dan Ha diterima
Jika < : maka Ho diterima dan Ha ditolak
3.10.4 Uji Signifikan Simultan (Uji F)
Pengujian hipotesis pertama yaitu regresi simultan (Uji F) digunakan
untuk mengetahui pengaruh variabel bebas (pendidikan orang tua, usia orang tua,
pendapatan pokok, pengeluaran keluarga, jumlah anggota keluarga, pemilik
kekayaan ) secara bersama-sama berpengaruh terhadap variabel terikat (tingkat
pendidikan anak), F hitung dibandingkan dengan F table dengan menggunakan
derajat signifikan 5% dengan:
Jika > , maka Ho ditolak dan Ha diterima
Jika < , maka Ho diterima dan Ha ditolak.
Analisis dengan menggunakan bantuan komputer yaitu dengan Statistik
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum Desa Empat Lima
Desa Empat Lima terletak di Kecamatan Bukit Tusam Kabupaten Aceh
Tenggara. Desa Empat Lima merupakan salah satu desa dengan tingkat
pendidikan masyarakat yang rendah dan penduduk bermata pencarian sebagai
petani atau buruh tani di Kabupaten Aceh tenggara. Berikut paparan gambaran
umum tentang Desa Empat Lima mengenai letak dan luas wilayah serta kondisi
penduduknya.
4.1.1 Batas dan Luas Wilayah Desa Empat Lima
Desa Empat Lima Kecamatan Bukit Tusam Kabupaten Aceh Tenggara
merupakan salah satu Desa dari 23 Desa di wilayah Kecamatan Bukit Tusam.
Berdasarkan letak dan batas Desa Empat Lima, maka dapat dilihat pada tabel
berikut ini:
Tabel 4.1.
Batas Wilayah Desa Empat Lima
No Batas Wilayah Batasan Dengan Desa Batas Lain
1 Sebelah Utara Pejuang 2 Sebelah Timur Sebudi Jaya 3 Sebelah Barat Pegunungan 4 Sebelah Selatan Lawe Dua
Sumber: Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kute (RPJMK) Empat Lima Tahun 2015-2020.
Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa untuk sebelah utara, Desa
Empat Lima berbatasan dengan Desa Pejuang, sebelah timur berbatasan dengan
selatan berbatasan dengan Desa Lawe Dua. Selanjutnya untuk luas wilayah Desa
Empat Lima dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 4.2
Luas Wilayah Dirinci Per Desa Kecamatan Bukit Tusam Tahun 2013
No Desa Luas Desa
Sumber : Kecamatan Bukit Tusam Dalam Angka 2014
Desa Empat Lima berlokasi di Kecamatan Bukit Tusam Kabupaten Aceh
Tenggara dengan cakupan luas 2,9 . Penelitian ini difokuskan pada Desa
Empat Lima karena Desa ini merupakan salah satu Kasawan pertanian yang
4.1.2 Kondisi Penduduk
4.1.2.1 Jumlah dan Komposisi Penduduk
Berdasarkan data BPS (Badan Pusat Statistik) Kecamatan Bukit Tusam
dalam angka tahun 2014, jumlah penduduk Desa Empat Lima secara keseluruhan
sebanyak 456 jiwa yang terdiri dari penduduk laki-laki sebanyak 219 dan
perempuan sebanyak 237 jiwa, terdiri dari 114 KK. Lebih jelasnya dapat dilihat
pada tabel berikut ini:
Tabel 4.3
Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Sex Ratio Dirinci Per Desa Dalam Kecamatan Bukit Tusam Tahun 2013.
No Desa Laki-laki Perempuan Sex Ratio
4.1.2.2 Mata Pencaharian
Data mengenai mata pencaharian penduduk bisa mengambarkan
karakteristik suatu daerah, berikut ini adalah komposisi penduduk menurut mata
pencaharian di Desa Empat Lima Kecamatan Bukit Tusam Kabupaten Aceh
Tenggara disajikan dalam tabel 4.2.
Tabel 4.4.
Jumlah Rumah Tangga Menurut Pekerjaan Utama Kepala keluarga Dirinci Per Desa Dalam Kecamatan Bukit Tusam Tahun 2013
No Mata Pencaharian Jiwa
1 Pertanian 111
Sumber : Kecamatan Bukit Tusam Dalam Angka 2014.
Komposisi penduduk menurut mata pencaharian di Desa Empat Lima
didominasi oleh pertanian sebesar (97,37%), karena wilayah Desa Empat Lima
sebagian besar merupakan daerah pertanian.
4.2 Hasil Penelitian
4.2.1 Karakteristik Responden
Berdasarkan penelitian yang dilakukan terhadap 60 responden di Desa
Empat Lima yang dianalisis secara regresi dan uji statistik untuk membuktikan
hipotesis yang diajukan oleh peneliti. Variabel yang diteliti adalah kondisi sosial
dan kondisi ekonomi keluarga sebagai variabel bebas dan tingkat pendidikan anak
sebagai variabel terikatnya. Lebih rinci hasil penelitian terhadap ketiga variabel
Ketika responden mengisi angket, responden tersebut didampingi oleh
peneliti supaya ketika responden ingin bertanya dan ada yang kurang jelas
terhadap pertanyaan-pertanyaan yang ada dalam angket yang telah disediakan,
responden dapat bertanya kepada peneliti dan sebaliknya peneliti dapat tanya
jawab dengan responden. Proses penelitian berlangsung selama 5 hari dengan
menggunakan bantuan 2 orang ketika terjun kelapangan. Satu hari mendapatkan
5-10 responden. Responden dalam mengisi angket membutuhkan waktu sekitar
kurang lebih 10 menit.
4.2.1.1 Karakteristik Responden Berdasarkan pendidikan Suami
Gambaran tentang pendidikan suami berdasarkan hasil penelitian sebagai
berikut:
Tabel 4.5
Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan Suami
No Pendidikan Frekuensi Persen
1 SMA 27 45
Berdasarkan tabel 4.5 di atas, dapat diketahui tingkat pendidikan suami
buruh tani di Desa Empat Lima. Terlihat bahwa, responden yang berpendidikan
Sekolah Menengah Atas (SMA) sebanyak 27 orang responden atau sebesar 45%
hal tersebut yang mendominasi pendidikan suami buruh tani yaitu Sekolah
Menengah Pertama (SMA). Selanjutnya, Suami yang berpendidikan Sekolah
Menengah Pertama (SMP) sebanyak 19 orang responden atau sebesar 31,7%.
responden atau sebesar 18,3% dan responden suami buruh tani yang tidak sekolah
atau tidak tamat SD sebanyak 3 orang responden atau sebesar 5%.
4.2.1.2 Karakeristik Responden Berdasarkan Pendidikan Istri
Gambaran tentang pendidikan istri berdasarkan hasil penelitian sebagai
berikut:
Tabel 4.6
Karakteristik Responden Berdasarkan pendidikan Istri
No Pendidikan Frekuensi Persen
1 SMA 21 35
Berdasarkan tabel 4.6 di atas, dapat diketahui tingkat pendidikan istri
buruh tani di Desa Empat Lima. Terlihat bahwa, responden yang berpendidikan
Sekolah Menengah Atas (SMA) sebanyak 21 orang responden atau sebesar 35%
hal tersebut yang mendominasi pendidikan istri buruh tani yaitu Sekolah
Menengah Pertama (SMA). Selanjutnya, istri yang berpendidikan Sekolah
Menengah Pertama (SMP) sebanyak 20 orang responden atau sebesar 33,3%.
Diikuti dengan istri yang berpendidikan Sekolah Dasar (SD) sebanyak 13 orang
responden atau sebesar 21,7% dan responden istri buruh tani yang tidak sekolah
atau tidak tamat SD sebanyak 6 orang responden atau sebesar 10%.
4.2.1.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia Suami
Usia responden yang menjadi responden dalam penelitian ini berkisar
antara < 45 sampai >64 tahun. Adapun usia dari suami buruh tani yang ada di
Tabel 4.7
suami buruh tani yang paling dominan adalah antara <45 tahun sebanyak 34 orang
responden atau sebesar 56,7%, untuk usia 45-54 tahun sebanyak 8 orang
responden atau sebesar 13,3%, begitu juga dengan usia 55-64 tahun sebanyak 15
orang responden atau sebesar 25%. Selanjutnya untuk usia >64 tahun sebanyak 3
orang responden atau sebesar 5%.
4.2.1.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia Istri
Gambaran tentang usia istri berdasarkan hasil observasi adalah sebagai
berikut:
istri buruh tani yang paling dominan adalah antara <45 tahun sebanyak 36 orang
responden atau sebesar 60%, untuk usia 46-54 tahun sebanyak 18 orang
orang responden atau sebesar 8,3%. Selanjutnya untuk usia >64tahun sebanyak 1
orang responden atau sebesar 1,7%.
4.2.1.5 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendapatan
Gambaran tentang pendapatan keluarga buruh tani di Desa Empat Lima
berdasarkan hasil observasi sebagai berikut:
Tabel 4.9
Karakteristik Responden Berdasarkan Pendapatan
No Kriteria Frekuensi Persentase
1 2.400.000 - 3.000.000 2 3,3
2 1.700.000 - 2.399.000 6 10
3 1.000.000 - 1.699.000 21 35
4 < 1.000.000 31 51,7
Jumlah 60 100
Sumber: Diolah oleh penulis
Berdasarkan tabel 4.9 di atas, dapat diketahui dari 60 responden diperoleh
keterangan tentang tingkat pendapatan keluarga buruh tani sebagai berikut: 2
keluarga (3,3%) memiliki tingkat pendapatan keluarga antara Rp.
2.400.000-3.000.000 dalam satu bulan, 6 keluarga (10%) memiliki tingkat pendapatan antara
Rp. 1.700.000-Rp. 2.399.000 dalam satu bulan, 21 keluarga (35%) memiliki
pendapatan antara Rp. 1.000.000-Rp. 1.699.000 dan 31 keluarga (51,7%)
memiliki tingkat pendapatan kurang dari Rp. 1.000.000.
4.2.1.6 Karakteristik Responden Berdasarkan Pengeluaran
Gambaran tentang pengeluaran keluarga buruh tani di Desa Empat Lima
Tabel 4.10
Karakteristik Responden Berdasarkan Pengeluaran
No Kriteria Frekuensi Persentase
1 2.400.000 - 3.000.000 2 3,3
pengeluaran antara Rp. 2.400.000-Rp. 3.000.000, selanjutnya 6 orang responden
atau sebesar 10% memiliki tingkat pengeluaran antara Rp. 1.700.000-Rp.
2.399.000, 20 orang atau sebesar 33,3% memiliki tingkat pengeluaran antara Rp.
1.000.000-Rp 1.699.000 dan 32 orang responden atau sebesar 53,3% memiliki
tingkat pendapatan < Rp. 1.000.000
4.2.1.7 Karakteristik Responden Berdasarkan Status Rumah
Keluarga buruh tani mayoritas memiliki rumah dengan status menyewa,
untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 4.11
Karakteristik Responden Berdasarkan Status Rumah
No Status Rumah Frekuensi Persen
1 Rumah Sendiri 10 16,7
Berdasarkan tabel 4.11 di atas, dapat dijelaskan bahwa persentase tertinggi
56,7% mereka menyewa rumah yang ditempati, sedangkan persentase terendah
sebanyak 1,7% yaitu dengan status menumpang pada orang lain.
4.2.1.8 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Rumah
keluarga buruh tani mayoritas memiliki rumah dengan jenis kayu atau
papan, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 4.12
Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Rumah
No Jenis Rumah Frekuensi Persen
1 Permanen 2 3,3
Berdasarkan tabel di atas, persentase tertinggi jenis rumah yang ditempati
keluarga buruh tani sebesar 71,7% yaitu dari kayu atau papan, persentase terendah
sebesar 1,7% yaitu dengan jenis rumah bambu.
4.2.1.9 Karakteristik Responden Berdasarkan Lantai Dasar Rumah
Keluarga buruh tani mayoritas memiliki rumah dengan lantai dasar plaster,
untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 4.13
Karakteristik Responden Berdasarkan Lantai Dasar Rumah
No Lantai Dasar Frekuensi Persen
Berdasarkan tabel 4.13 di atas, bahwa persentase tertinggi dari lantai dasar
sedangkan persentase terendah sebesar 1,7% yaitu dengan jenis lantai dasar
keramik.
4.2.1.10 Karakteristik Responden Berdasarkan Ukuran Rumah
Keluarga buruh tani mayoritas memiliki rumah dengan tipe atau ukuran
kurang dari 50 , untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 4.14
Karakteristik Responden Berdasarkan Ukuran Rumah
No Tipe/Ukuran Rumah Frekuensi Persentase
1 >149 0 0
Berdasarkan tabel 4.14 di atas, bahwa persentase tertinggi tipe atau ukuran
rumah yang dimiliki keluarga buruh tani sebesar 86,7% yaitu dengan tipe atau
ukuran <50 , persentase terendah sebesar 0% yaitu dengan tipe atau ukuran
>149 .
4.2.1.11 Karakteristik Responden Berdasarkan Tabungan
Keluarga buruh tani mayoritas menabung dalam satu bulan kurang dari
100.000 rupiah, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 4.15
Karakteristik Responden berdasarkan Tabungan
No Tabungan Dalam 1 bulan Frekuensi Persen
Berdasarkan tabel 4.15 di atas, dapat dijelaskan bahwa persentase tertinggi
untuk tabungan yang dimiliki sebesar 81,7 mereka menyisihkan uangnya untuk
ditabung kurang dari Rp. 100.000 dalam satu bulan. Sedangkan persentase
terendag adalah sebesar 3,3% mereka menyisihkan uangnya untuk ditabung antara
Rp. 200.000-Rp. 300.00 dalam satu bulan.
4.2.1.12 Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Anak
Pada karakteristik responden tingkat pendidikan anaknya, penilaian
dilakukan dengan tingkat pendidikan yang tertinggi yang telah ditempu atau
masih di tempuh oleh salah satu anak dari suatu keluarga. Untuk lebih jelasnya
dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 4.16
Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Anaknya
No Kriteria Frekuensi Persen
1 Perguruan Tinggi 9 15
2 SMA 22 36,7
3 SMP 13 21,7
4 SD 16 26,7
Jumlah 60 100
Sumber: Diolah oleh penulis
Berdasarkan tabel 4.16 di atas, dapat diketahui dari 60 responden
diperoleh tentang tingkat pendidikan anak sebagai berikut: 9 keluarga (15%)
memiliki tingkat pendidikan anak sampai perguruan tinggi, 22 keluarga (36,7%)
memiliki tingkat pendidikan anak sampai SMA, 13 keluarga (21,7%) memiliki
tingkat pendidikan anak sampai SMP, 16 keluarga (26,7%) memiliki tingkat
4.2.2 Analisis Korelasi Tau Kendall
Analisis Korelasi Tau Kendall bertujuan untuk mencari hubungan dan
menguji hipotesis terhadap variabel-variabel penelitian, yaitu kondisi sosial,
kondisi ekonomi terhadap tingkat pendidikan anak. Pada analisis korelasi tau
kendall, penilaian dilakukan dengan 2 indikator, diantaranya adalah Variabel
kondisi sosial dan Kondisi Ekonomi Keluarga. Berikut adalah hasil analisis
korelasi tau kendall berdasarkan pada hasil penelitian mengenai kondisi sosial dan
Ekonomi keluarga.
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). *. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
a. Analisis:
1. Hipotesis
a. H0: Tidak ada pengaruh antara kondisi sosial terhada tingkat pendidikan anak
keluarga buruh tani di Desa Empat Lima Kecamatan Bukit Tusam
Ha: Ada pengaruh antara kondisi sosial terhadap tingkat pendidikan anak
keluarga buruh tani di Desa Empat Lima Kecamatan Bukit Tusam
Kabupaten Aceh Tenggara.
b. H0: Tidak ada pengaruh antara kondisi ekonomi terhadap tingkat pendidikan
anak keluarga buruh tani di Desa Empat Lima Kecamatan Bukit Tusam
Kabupaten Aceh Tenggara.
Ha: Ada pengaruh antara kondisi ekonomi terhadap tingkat pendidikan anak
keluarga buruh tani di Desa Empat Lima Kecamatan Bukit Tusam
Kabupaten Aceh Tenggara.
2. Dasar penarik Kesimpulan
Jika probabilitas (P-value/Sig.) > ɑ (0,05%), maka H0 diterima
Jika probabilitas (P-value/sig.) < ɑ (0,05%), maka H0 ditolak
3. Kesimpulan
Dari uraian dan perhitungan diatas didapatkan hasil sebagai berikut:
1. Koefisien korelasi tau kendall untuk variabel kondisi sosial (X1) τ =
0,082 bahwa koefisien korelasi variabel kondisi sosial (X1) dengan
tingkat pendidikan anak (Y) memiliki korelasi yang kuat dan nilai
Probabilitas sebesar 0,004 jauh lebih kecil dari pada 0,05 atau
pengaruh variabel tersebut signifikan yang berarti H0 ditolak dengan
demikian, Ha diterima yang berarti terdapat pengaruh antara kondisi
sosial terhadap tingkat pendidikan anak di Desa Empat Lima
2. Koefisien korelasi tau kendall untuk variabel kondisi ekonomi (X2) τ =
0,31 bahwa koefisien korelasi variabel kondisi ekonomi (X2) dengan
tingkat pendidikan anak (Y) memiliki korelasi yang kuat dan nilai
probabilitas sebesar 0,006 jauh lebih kecil dari pada 0,05 dan pengaruh
variabel tersebut signifikan yang berarti H0 ditolak dengan demikian,
Ha diterima. Jadi, terdapat pengaruh antara kondisi ekonomi terhadap
tingkat pendidikan anak keluarga buruh tani di Desa Empat Lima
Kecamatan Bukit Tusam Kabupaten Aceh Tenggara.
4.2.3 Analisis Regresi Berganda
Analisis Regresi Berganda bertujuan untuk mengetahui bagaimana
variabel dependen dapat diprediksikan melalui variabel independen atau variabel
prediktor. Penilaian yang dilakukan pada analisis regresi berganda yaitu 2
indikator diantaranya variabel kondisi sosial, dan variabel kondisi ekonomi
keluarga. Berikut adalah hasil analisis pada variabel kondisi sosial dan kondisi
ekonomi keluarga.
Tabel 4.18
Hasil Analisis Regresi Berganda
Model regresi untuk persamaan ini dapat dilihat dari tabel coefficients
Y = 0,54 + 0,246 + 0,315
Dimana :
Y = Tingkat pendidikan anak
X1 = Kondisi sosial keluarga
X2 = Kondisi Ekonomi Keluarga
Persamaan di atas dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Konstanta sebesar 0,054 menyatakan bahwa jika tidak ada faktor kondisi
sosial dan kondisi ekonomi keluarga maka tingkat pendidikan anak tetap
ada 0,054.
2. Koefisien regresi sebesar 0,246 menyatakan setiap peningkatan
variabel kondisi sosial keluarga, akan meningkatkan tingkat pendidikan
anak sebesar 0,246. Ini menunjukkan berbanding lurus antara kondisi
sosial keluarga dengan tingkat pendidikan anak (pola hubungan Positif).
3. Koefisien regresi sebesar 0,315 menyatakan setiap peningkatan
variabel kondisi ekonomi keluarga, akan meningkatkan tingkat pendidikan
anak sebesar 0,315. Ini menunjukkan berbanding lurus antara kondisi
ekonomi keluarga dengan tingkat pendidikan anak (pola hubungan
positif).
4.2.4 Uji Signifikansi Parsial (Uji T)
Uji T untuk mengetahui apakah secara individual (parsial) kondisi sosial
ekonomi mempengaruhi tingkat pendidikan anak secara signifikan atau tidak.
kondisi sosial (X1) dengan sebesar 2,727, selanjutnya untuk variabel
kondisi ekonomi (X2) dengan 2,772.
. Hipotesis :
1. H0: Tidak ada pengaruh antara kondisi sosial terhadap tingkat pendidikan anak
keluarga buruh tani di Desa Empat Lima Kecamatan Bukit Tusam
Kabupaten Aceh Tenggara.
Ha: Ada pengaruh anatara kondisi sosial terhadap tingkat pendidikan anak
keluarga buruh tani di Desa Empat Lima Kecamatan Bukit Tusam
Kabupaten Aceh tenggara.
2. H0: Tidak ada pengaruh antara kondisi ekonomi terhadap tingkat pendidikan
anak keluarga buruh tani di Desa Empat Lima Kecamatan Bukit Tusam
Kabupaten Aceh Tenggara.
Ha: Ada pengaruh antara kondisi ekonomi terhadap tingkat pendidikan anak
keluarga buruh tani di Desa Empat Lima Kecamatan Bukit Tusam
Kabupaten Aceh Tenggara.
Kriteria pengambil keputusan:
Maka dengan tingkat kepercayaan = 95% atau (ɑ) = 0,05. Derajat
kebebasan (df)= n-k-1 = 60-3-1 = 56, serta pengujian dua sisi diperoleh dari nilai
= 2.003.
Jika > ; maka Ho ditolak dan Ha diterima
Jika < ; maka Ho dierima dan Ha ditolak
Hasil pengujian statistik dengan SPSS pada variabel (Kondisi Sosial )
Ha diterima yang berarti ada pengaruh antara kondisi sosial terhadap tingkat
pendidikan anak di Desa Empat Lima Kecamatan Bukit Tusam Kabupaten Aceh
Tenggara.
Pada variabel ( Kondisi Ekonomi) diperoleh nilai = 2.772 >2.003
= , jadi Ho ditolak. Dengan demikian, Ha diterima yang berarti terdapat
pengaruh antara kondisi ekonomi terhadap tingkat pendidikan anak di Desa Empat
Lima Kecamatan Bukit Tusam Kabupaten Aceh Tenggara.
4.2.5 Uji Signifikansi Simultan (Uji F)
Uji F dilakukan untuk melihat keberartian pengaruh kondisi sosial dan
ekonomi secara simultan terhadap tingkat pendidikan anak atau sering disebut uji
kelinieran persamaan regresi.
Hipotesis :
1. H0: Kondisi sosial secara simultan tidak berpengaruh terhadap tingkat
pendidikan anak keluarga buruh tani di Desa Empat Lima Kecamatan
Bukit Tusam Kabupaten Aceh Tenggara.
Ha: Kondisi sosial secara simultan berpengaruh terhadap tingkat pendidikan
anak keluarga buruh tani di Desa Empat Lima Kecamatan Bukit Tusam
Kabupaten Aceh Tenggara.
2. H0: Kondisi ekonomi secara simultan tidak berpengaruh terhadap tingkat
pendidikan anak keluarga buruh tani di Desa Empat Lima Kecamatan
Ha: Kondisi ekonomi secara simultan berpengaruh terhadap tingkat pendidikan
anak keluarga buruh tani di Desa Empat Lima Kecamatan Bukit Tusam
Kabupaten Aceh Tenggara.
Pengambil keputusan
Ho diterima jika ≤
Ha diterima jika ≥
Untuk melakukan uji F dapat dilihat pada tabel anova dibawah ini :
Tabel 4.19
Hasil Uji Signifikansi Simultan (Uji F)
ANOVA Variabel Ekonomi (X2) Between
Groups
Hasil pengujian statistik dengan SPSS pada variabel (Kondisi Sosial )
diperoleh nilai = 8,577 > 3,17= , jadi Ho ditolak. Dengan demikian,
pendidikan anak di Desa Empat Lima Kecamatan Bukit Tusam Kabupaten Aceh
Tenggara.
Pada variabel ( Kondisi Ekonomi) diperoleh nilai = 8.534>3,17
= , jadi Ho ditolak.. Dengan demikian, Ha diterima yang berarti terdapat
pengaruh antara kondisi ekonomi terhadap tingkat pendidikan anak di Desa Empat
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, dapat diambil kesimpulan
bahwa:
1. Terdapat pengaruh yang signifikan antara kondisi sosial keluarga terhadap
tingkat pendidikan anak buruh tani sebesar 8,2%, artinya variabel kondisi
sosial mampu menjelaskan variabel tingkat pendidikan anak sebesar 8,2%.
Maka semakin tinggi kondisi sosial keluarga akan semakin tinggi pula tingkat
pendidikan anaknya.
2. Terdapat pengaruh yang signifikan antara kondisi ekonomi keluarga terhadap
tingkat pendidikan anak buruh tani sebesar 31%, artinya variabel kondisi
ekonomi mampu menjelaskan variabel tingkat pendidikan anak sebesar 31%.
Maka semakin tinggi kondisi ekonomi keluarga akan semakin tinggi pula
tingkat pendidikan anaknya.
3. Kondisi sosial ekonomi berpengaruh sebesar 39,2%, artinya kondisi sosial
ekonomi secara bersama-sama berpengaruh sebesar 39,2% terhadap tingkat
pendidikan anak di Desa Empat Lima Kecamatan Bukit Tusam Kabupaten
Aceh Tenggara sedangkan sisanya 60,8% merupakan faktor lain seperti
aksesbilitas, motivasi, lingkungan dan masih banyak lagi yang tidak masuk
5.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan tersebut, maka penulis memberi saran-saran
sebagai berikut:
1. Orang tua memegang peranan yang penting terhadap tingkat pendidikan anak,
jadi sebagai orang tua harus membimbing, mendukung dan memperhatikan
pentingnya pendidikan anak. Orang tua tidak boleh memaksakan
kehendaknya untuk menyuruh anak bekerja setelah tamat dari pendidikan
dasar dan menengah, diutamakan anak dapat sekolah minimal sampai ke
tingkat pendidikan menengah atas karena dengan pendidikanlah anak akan
lebih membantu orang tua.
2. Orang tua sebaiknya meningkatkan pendapatannya dengan cara bekerja lebih
giat lagi dan mencari pekerjaan tambahan/atau sampingan, melalui
pelatihan-pelatihan yang ada atau pendidikan informal agar pendapatannya bisa
bertambah untuk mencukupi kebutuhan.
3. Untuk meningkatkan tingkat pendidikan di lokasi penelitian, perlu diadakan
program penyuluhan pendidikan dari pemerintah daerah setempat melalui
program wajib belajar pendidikan dasar, serta baik pemerintah daerah
maupun masyarakat setempat dapat memberikan bantuan bagi mereka yang
benar-benar tidak mampu khususnya buruh tani agar dapat menyekolahkan
BAB II
TINJAUAN TEORITIS 2.1 Sosial Ekonomi
2.1.1 Pengertian dan Ruang Lingkup Sosial Ekonomi
Kata sosial berasal dari „‟socious’’ yang artinya kawan atau teman. Dalam
hal ini arti kawan bukan terbatas sebagai teman sepermainan, teman sekelas,
teman sekampung dan sebagainnya. Maksud kawan disini adalah mereka
(orang-orang) yang ada disekitar kita, yakni yang tinggal dalam satu lingkungan tertentu
dan mempunyai sifat saling mempengaruhi (Wahyuni,1986:60).
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI,2002;1454.), kata sosial
berarti segala sesuatu yang berkenaan dengan masyarakat. Sedangkan kata sosial
menurut departemen sosial adalah segala sesuatu yang dipakai sebagai acuan
dalam berinteraksi antar manusia dalam konteks masyarakat atau komuniti,
sebagai acuan berarti sosial bersifat abstrak yang berisi simbol-simbol yang
berkaitan dengan pemahaman terhadap lingkungan, dan berfungsi untuk mengatur
tindakan-tindakan yang dimunculkan oleh individu-individu sebagai anggota
suatu masyarakat sehingga dengan demikian, sosial harus lah mencakup lebih dari
seorang individu yang terkait pada kesatuan interaksi, karena lebih dari seorang
individu yang saling berfungsi satu dengan yang lainnya.
Sedangkan istilah ekonomi berasal dari bahasa Yunani “oikos” yang
artinya rumah tangga dan “nomos” yang artinya mengatur. Jadi secara harfiah
ekonomi berarti cara mengatur rumah tangga. Namun seiring dengan
menjadi lebih luas. Ekonomi juga sering diartikan sebagai cara manusia dalam
memenuhi kebutuhan sehari-hari (Hamid Hasan,2008:336)).
Menurut istilah Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI,2002:379),
ekonomi berarti segala sesuatu tentang azas-azas produksi, distribusi dan
pemakaian barang-barang serta kekayaan (seperti perdagangan, hal keuangan, dan
perindustrian).
Keadaan sosial ekonomi setiap orang itu berbeda-beda dan bertingkat, ada
yang keadaan sosial ekonomi nya tinggi, sedang, dan rendah. Sosial ekonomi
menurut abdulsyani (1994) adalah kedudukan atau posisi seseorang dalam
kelompok manusia yang ditentukan oleh jenis aktivitas ekonomi, pendapatan,
tingkat pendidikan, usia, jenis rumah tinggal, dan kekayaan yang dimiliki.
Menurut Soerjono (2001) sosial ekonomi adalah posisi seseorang dalam
masyarakat berkaitan dengan orang lain dalam arti lingkungan pergaulan,
prestasinya, dan hak-hak serta kewajibannya dalam hubungannya dengan
sumberdaya.
Dari beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa sosial ekonomi
diartikan sebagai sesuatu keadaan atau kedudukan yang diatur secara sosial dan
memantapkan seseorang dalam posisi tertentu dalam struktur masyarakat sebagai
segala sesuatu yang berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan masyarakat, antara
lain sandang, pangan, perumahan, pendidikan, kesehatan dan lain-lain.
Kehidupan ekonomi seharusnya dipandang sebagai sistem sosial, yaitu
kesatuan. Kehidupan sosial adalah kehidupan bersama manusia atau kesatuan
manusia yang hidup dalam suatu pergaulan (Soleman,1986:9). Oleh karena itu
kehidupan sosial pada dasarnya ditandai dengan:
1. Adanya kehidupan bersama yang pada ukuran minimalnya berjumlah dua atau
lebih.
2. Manusia tersebut bergaul (berhubungan) dan hidup bersama dalam waktu yang
cukup lama dan hidup bersama, maka akan terjadi adaptasi dan
pengorganisasian prilaku serta munculnya suatu perasaan sebagai kesatuan
(kelompok).
3. Adanya kesadaran bahwa mereka merupakan satu kesatuan.
4. Suatu kehidupan sistem bersama.
2.1.2 Indikator Sosial Ekonomi
Merujuk pada hasil penelitian yang dilakukan oleh Lorenzia (2003),
diketahui bahwa proporsi pendapatan, persepsi pendidikan dan jumlah
tanggungan keluarga berpengaruh positif terhadap tingkat pendidikan anak, maka
dalam kajian penelitian ini akan dibatasi enam faktor yang melatar belakangi
kondisi sosial ekonomi keluarga buruh tani yang berpengaruh terhadap tingkat
pendidikan anak yaitu latar belakang pendidikan orang tua, Usia/umur orang tua,
pendapatan pokok, pengeluaran keluarga, tempat tinggal, tabungan.
1. Kondisi Sosial Keluarga
a. Latar Belakang Pendidikan Orang Tua
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan
dirinya, masyarakat, bangsa dan negara (UU RI No.20 Tahun 2003 pasal 1).
b. Usia orang tua
Umur adalah individu yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai saat
beberapa tahun. Semakin cukup umur tingkat pematangan dan kekuatan seseorang
akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja, dari segi kepercayaan masyarakat
yang lebih dewasa akan lebih dipercaya dari pada orang yang belum cukup tinggi
kedewasaannya. Lebih lanjut menurut Weliono dalam Fandi (2012), umur atau
usia adalah waktu yang mengukur waktu berdasarkan satu benda atau makhluk
hidup maupun mati, misalnya umur manusia dikatakan 15 tahun diukur sejak dia
lahir sehingga waktu umur itu dihitung, oleh karena itu umur itu diukur dari mulai
dia lahir sampai sekarang ini.
2. Kondisi Ekonomi Keluarga
a. Pendapatan Keluarga
Tingkat pendapatan adalah jumlah penerimaan berupa uang atau barang
yang dihasilkan oleh segenap orang yang merupakan balas jasa untuk faktor
-faktor produksi (BPS, 2006 ). Ada 3 sumber penerimaan rumah tangga yaitu:
1. Pendapatan dari gaji dan upah yaitu balas jasa terhadap kesediaan orang
menjadi tenaga kerja
2. Pendapatan dari dari aset produktif yaitu aset yang memberikan
3. Pendapatan dari pemerintah atau penerimaan transfer adalah pendapatan
yang diterima bukan sebagai balas jasa atau input yang diberikan
Pendapatan dibedakan menjadi tiga yaitu:
1) Pendapatan pokok
Pendapatan pokok yaitu pendapatan yang tiap bulan yang diharapkan
diterima, pendapatan ini diperoleh dari pekerjaan utama yang bersifat rutin.
2) Pendapatan sampingan
Pendapatan sampingan yaitu pendapatan yang diperoleh dari pekerjaan di
luar pekerjaan pokok, maka tidak semua orang mempunyai pekerjaan sampingan.
3) Pendapatan lain- lain
Pendapatan lain-lain yaitu pendapatan yang berasal dari pemberian pihak
lain, baik bentuk barang maupun uang, pendapatan bukan dari usaha.
Pendapatan adalah seluruh penerimaan baik berupa barang maupun uang
baik dari pihak lain maupun dari hasil sendiri dengan jalan dinilai dengan
sejumlah uang atau harga yang berlaku saat itu. Uang atau barang tidak langsung
kita terima sebagai pendapatan tanpa kita melakukan suatu pekerjaan baik itu
barupa jasa ataupun produksi. Pendapatan ini digunakan untuk pemenuhan
kebutuhan sehari-hari demi kelangsungan hidup. Oleh karena itu, setiap orang
harus bekerja demi kelangsungan hidupnya dan tanggung jawabnya seperti istri
b. Pengeluaran Pokok
Pengeluaram konsumsi rumah tangga dibedakan menjadi 2 yaitu
pengeluaran berupa makanan dan bukan makanan. Pengeluaran konsumsi rumah
tangga yang dimaksud dalam penelitian ini antara lain:
1) Pengeluaran rumah tangga untuk bahan makanan, seperti: padi-padian,
umbi-umbian, daging, ikan laut, ikan tawar/tambak, kacang-kacangan,
bumbu-bumbuan, lemak dan miyak.
2) Pengeluaran rumah tangga untuk makanan jadi, minuman, rokok dan
tembakau seperti makanan jadi, bahan minuman/minuman tidak
berakohol, tembakau dan minuman berakohol.
Pengeluaran konsumsi rumah tangga bukan makanan yang dimaksud
dalam penelitian ini antara lain:
1) Pengeluaran perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar seperti: sewa
rumah, kontrak rumah, semen, cat, air minuman atau PAM, listrik, kipas
angin, gas elpiji, sabun cuci, dan lain-lain.
2) Pengeluaran sandang, seperti: kemeja, celana, pembalut wanita, emas
perhiasan yang sifatnya bukan investasi.
3) Pengeluaran konsumsi kesehatan, seperti: obat batuk, biaya dokter, pasta
gigi, sabun mandi, sampo, biaya gunting rambut, dan lain-lain.
4) Pengeluaran konsumsi pendidikan, rekreasi, dan olahraga seperti: uang
sekolah, buku tulis, penggaris, koran, majalah, bioskop, sepeda anak, TV,
5) Pengeluaran konsumsi transportasi dan komunikasi, seperti sepeda motor,
mobil, bensin, solar, ban, Handpohone, dan lain-lain (BPS, pedoman
Pencacahan Survei Penyempurnaan Diagram Timbang Nilai Tukar Petani
2012)
c. Pemilik Kekayaan
Menurut Maftukhah (2007), untuk mengukur tingkat sosial ekonomi
seseorang dari rumahnya dapat dilihat dari:
a. Status rumah yang ditempati, bisa rumah sendiri, rumah dinas, menyewa,
menumpang pada saudara atau ikut orang lain.
b. Kondisi fisik bangunan dapat berupa rumah permanen, kayu dan bambu.
c. Besarnya rumah yang ditempati, semakin luas rumah yang ditempati pada
umumnya semakin tinggi tingkat ekonomi.
d. Tabungan
Menurut Undang-undang No. 10 Tahun 1998 Tentang Perbankan,
Tabungan adalah simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan menurut
syarat tertentu yang disepakati, tetapi tidak dapat ditarik dengan cek, bilyet giro,
dan/atau alat lainnya yang dipersamakan dengan itu. Tabungan yang dimaksud
dalam penelitian ini adalah bagian dari pendapatan yang tidak dikonsumsikan.
2.2 Keluarga
2.2.1 Pengertian keluarga
Pengertian keluarga berdasarkan asal usul yang dikemukakan oleh Ki
Hajar Dewantara (1994:30), bahwa keluarga berasal dari bahasa jawa yang
kawula berarti hamba dan warga Artinya anggota. Secara bebas dapat diartikan
bahwa keluarga adalah anggota hamba atau warga saya. Artinya setiap anggota
dari kawula merasakan sebagai kesatuan yang utuh sebagai bagian dari dirinya
dan dirinya juga merupakan bagian dari warga lainnya secara keseluruhan.
Keluarga adalah lingkungan dimana beberapa orang yang masih memiliki
hubungan darah dan bersatu. Keluarga didefinisikan sebagai sekumpulan orang
yang tinggal dalam satu rumah yang masih mempunyai hubungan
kekerabatan/hubungan darah karena perkawinan, kelahiran, adopsi dan
sebagainya. Keluarga yang terdiri dari ayah, ibu dan anak-anak yang belum
menikah disebut keluarga batih. (Soerjono, 2004:).
Keluarga merupakan suatu kelompok yang terbentuk dari suatu hubungan
seks yang tetap, untuk menyelenggarakan hal-hal yang berkenan dengan
keorangtuaan dan pemeliharaan anak. Walaupun sulit untuk menentukan atau
mencari persamaan-persamaan dan ciri-ciri pada semua keluarga, paling tidak kita
dapat menentukan ciri-ciri keluarga secara umum dan khusus, yang akan terdapat
pada keluarga dalam bentuk dan tipe apapun (Kahiruddin, 1997:5).
Untuk itu, ciri-ciri keluarga dapat digolongkan yaitu sebagai berikut.
a. Ciri-ciri Umum
Ciri-ciri umum keluarga antara lain seperti yang dikemukakan oleh Mac
Iver dan Page dalam Khairuddin,1997:6 yaitu:
1. Keluarga merupakan hubungan perkawinan.
2. Bentuk perkawinan atau susunan kelembagaan yang berkenaan dengan
3. Suatu sistem tata nama, termasuk bentuk perhitungan garis keturunan.
4. Ketentuan-ketentuan ekonomi yang dibentuk oleh anggota-anggota
kelompok mempunyai ketentuan khusus terhadap kebutuhan ekonomi
yang berkaitan dengan kemampuan untuk mempunyai keturunan dan
membesarkan anak.
5. Merupakan tempat tinggal bersama, rumah atau rumah tangga yang walau
bagaimanapun, tidak mungkin terjadi terpisah terhadap kelompok
keluarga.
b. Ciri-ciri Khusus
Disamping memiliki ciri-ciri umum sebagai suatu organisasi lazimnya,
keluarga juga memiliki ciri-ciri khusus sebagai berikut:
1. Kebersamaan.
2. Dasar-dasar emosional.
3. Pengaruh perkembangan.
4. Ukuran yang terbatas.
5. Posisi inti dalam struktur sosial.
6. Mempunyai tipe masyarakat patriakal.
7. Tanggung jawab para anggota
8. Aturan masyarakat
2.2.2 Tipe-tipe Keluarga
Dwi dan Bagong,(2004;211), memberikan tipe-tipe keluarga yaitu sebagai
berikut:
1) Conjugal Family, didasarkan atas ikatan perkawinan dan terdiri dari
seorang suami, seorang istri, dan anak-anak mereka yang belum kawin.
2) Consanguine Familiy, hubungan kerabat sedarah atau tidak didasarkan
pada pertalian kehidupan suami-istri, melainkan pada pertalian darah atau
ikatan keturunan dari sejumlah orang kerabat. Keluarga kerabat terdiri dari
hubungan darah dari beberapa generasi yang mungkin berdiam pada suatu
rumah atau mungkin pula berdiam pada tempat lain yang berjauhan.
2.2.3 Fungsi Keluarga
a. Fungsi Pengaturan Keturunan
Dalam masyarakat orang telah terbiasa dengan fakta bahwa kebutuhan
seks dapat dipuasakan tanpa adanya prekreasi (mendapatkan anak) dengan
berbagai cara, misalnya kontrasepsi, abortus dan teknik lainnya. Meskipun
sebagian masyarakat tidak membatasi kehidupan seks pada situasi perkawinan,
tetapi semua masyarakat setuju bahwa keluarga akan menjamin reproduksi karena
fungsi reproduksi ini merupakan hakikat untuk kelangsungan hidup manusia dan
sebagai dasar kehidupan sosial manusia bukan hanya sekedar kebutuhan biologis
saja.
b. Fungsi Sosialisasi atau Pendidikan
Fungsi ini adalah untuk mendidik anak mulai dari awal sampai
bekal sosial, agar si anak dapat berpartisipasi maka harus disosialisasikan oleh
orang tuanya tentang nilai-nilai yang ada dalam masyarakat.
c. Fungsi Ekonomi dan Unit Produksi
Urusan-urusan pokok untuk mendapatkan suatu kehidupan dilaksanakan
keluarga sebagai unit-unit produksi yang sering kali dengan mengadakan
pembagian kerja di antara anggota-anggotanya.
d. Fungsi pelindung
Fungsi ini adalah melindungi seluruh anggota keluarga dari berbagai
bahaya yang dialami oleh suatu keluarga. Dengan adanya negara, maka fungsi ini
banyak diambil alih oleh instansi negara.
e. Fungsi Penentuan Status
Jika dalam masyarakat terdapat perbedaan status yang besar, maka
keluarga akan mewariskan statusnya pada tiap-tiap anggota atau individu
sehingga tiap-tiap anggota keluarga mempunyai hak-hak istimewa.
f. Fungsi Pemeliharaan
Keluarga pada dasarnya berkewajiban untuk memelihara anggota-anggota
yang sakit, menderita, atau tua. fungsi pemeliharan ini pada setiap masyarakat
berbeda-beda, akan tetapi sebagian masyarakat membebani keluarga dengan
pertanggungjawaban khusus terhadap anggotanya bila mereka bergantung pada
masyarakat.
g. Fungsi Afeksi
Salah satu kebutuhan dasar manusia adalah kebutuhan akan kasih sayang
serius adalah satu ciri khas dari anak yang sama sekali tidak pernah mendapatkan
perhatian atau rasa kasih sayang (Dwi dan Bagong,2004;214).
2.2.4 Faktor-Faktor Keluarga Terhadap Perkembangan Anak
Menurut Abu Ahmad, (1990;247), terdapat 5 (lima) faktor keluarga
terhadap perkembangan anak yaitu:
1. Perimbangan Perhatian
Disini yang dimaksud ialah perimbangan perhatian orang tua atas
tugas-tugasnya, terhadap tugas-tugas ini pun harus menyeluruh. Masing-masing tugas
menuntut perhatian yang penuh sesuai dengan porsinya.
2. Kebutuhan Keluarga
Keluarga yang utuh adalah keluarga yang dilengkapi dengan
anggota-anggota keluarga ialah: ayah, ibu dan anak-anak. Sebaliknya keluarga yang pecah
atau Broken Home terjadi dimana tidak hadirnya salah satu orang tua karena
kematian atau perceraian, atau tidak hadirnya kedua-keduanya. Keluarga yang
utuh dan yang pecah mempunyai pengaruh yang berbeda terhadap perkembangan
anak. Keluarga yang utuh tidak sekedar utuh dalam arti berkumpulnya ayah dan
ibu tetapi utuh dalam arti yang sebenar-benarnya yaitu disamping utuh dalam fisik
juga utuh dalam psikologis.
3. Status Sosial
Status sosial orang tua mempunyai pengaruh terhadap tingkah laku dan
pengalaman anak-anaknya. Yang dimaksud dengan status sosial ialah kedudukan
4. Besar Kecilnya Keluarga
Besar kecilnya keluarga mempengaruhi perkembangan sosial anak,
keluarga yang besar memiliki beberapa anak, sedangkan keluarga kecil, anggota
keluarganya juga sedikit.
5. Keluarga Kaya/Miskin
Keluarga yang kaya mampu menyediakan keperluan materil bagi
anak-anaknya. Keperluan materil ini diperlukan oleh anak dari alat permainan sampai
ke alat-alat sekolah dan pakaian yang mahal-mahal. Sebaliknya anak yang lahir
dalam keluarga yang miskin. Kebutuhan-kebutuhan yang bersifat tidak materil
tidak terpenuhi kalaupun terpenuhi hanya secara minimal.
2.3 Buruh
2.3.1 Pengertian Buruh
Buruh menurut kamus kamus Besar Bahasa Indonesia adalah orang yang
bekerja untuk orang lain dengan mendapatkan upah. Buruh adalah setiap orang
yang bekerja dengan menerima upah atau imbalan dalam bentuk lain.
Menurut Undang-undang Nomor 13 tahun 2003 pasal 1 pekerja/buruh
adalah setiap orang yang bekerja dengan menerima upah atau imbalan dalam
bentuk lain. Tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan
guna menghasilkan barang dan jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri atau
masyarakat. Sedangkan pemberi kerja adalah perorangan, pengusaha badan
hukum atau badan lainnya yang mempekerjakan tenaga kerja dengan membayar
1. Bentuk-bentuk buruh
Buruh merupakan orang yang bekerja untuk orang lain yang mempunyai
suatu usaha kemudian mendapatkan upah atau imbalan sesuai dengan kesepakatan
sebelumnya. Upah biasanya diberikan secara harian maupun bulanan tergantung
dari kesepakatan yang disetujui.
Buruh terdiri dari berbagai macam, yaitu:
a. Buruh harian, buruh yang menerima upah berdasarkan hari masuk kerja.
b. Buruh kasar, buruh yang menggunakan fisiknya karena tidak mempunyai
keahlian dibidang tertentu.
c. Buruh musiman, buruh yang hanya bekerja pada musim-musim tertentu
(misalnya buruh tebang tebu dll).
d. Buruh pabrik, buruh yang bekerja dipabrik.
e. Buruh tambang, buruh yang bekerja dipertambangan.
f. Buruh tani, buruh yag menerima upah dengan bekerja dikebun atau
disawah orang lain.
Kalangan buruh itu terdiri dari dua jenis:
1. Pekerja merdeka, yaitu orang-orang yang bekerja dengan bayaran khusus.
Mereka itu seperti pengelola industri kerajinan yang memiliki tempat
khusus, juga pemilik bisnis atau profesi yang memiliki kantor sendiri.
2. Para pekerja sekunder (lapisan Kedua), yaitu orang-orang yang bekerja
untuk memperoleh upah atau gaji tertentu, seperti para buruh dilahan
lainnya, apakah pekerjaan itu untuk pribadi-pribadi tertentu atau untuk
Negara.
2.3.2 Buruh Harian Lepas (BHL)
Buruh harian lepas adalah buruh yang diikat dengan hubungan kerja dari
hari-kehari dan menerima penerimaan upah sesuai dengan banyaknya hari kerja,
atau jam kerja atau banyak barang atau jenis pekerjaan yang disediakan. Disebut
buruh harian lepas karena (BHL) karena buruh yang bersangkutan tidak ada
kewajiban untuk masuk kerja dan tidak mempunyai hak yang sama seperti buruh
tetap. Umumnya buruh harian lepas (BHL) adalah buruh yang mempekerjakan
pekerjaan yang sifatnya tidak terus menerus tetapi bersifat musiman.
Dalam penelitian ini buruh harian lepas yang dimaksud adalah pekerja
lepas dibidang pertanian karena mereka hanya bekerja disektor pertanian.
Sehingga mereka lebih tepat dikatakan buruh tani. Buruh tani dalam pengertian
yang sesungguhnya memperoleh penghasilan terutama dari bekerja yang
mengambil upah untuk para pemilik tanah atau para petani penyewa tanah.
Sebagian besar dari mereka atas dasar jangka pendek, dipekerjakan dan lepas dari
hari ke hari. Disamping itu melakukan pekerjaan yang diupah, buruh harian itu
juga melakukan perdagangan kecil-kecilan, menjual pisang, rokok dan hasil
pertanian secara kecil-kecilan, menjualnya berdasarkan komisi dan
kadang-kadang ada juga dari mereka yang menanami sebidang tanah kehutanan dengan
perajinan (Sajoyo, 1995:112).
Sajoyo memberikan ciri-ciri buruh tani yang bekerja dengan upah harian
Kegiatan Ekonomi
a. Buruh tani biasanya dipekerjakan oleh tuan tanah besar dengan digaji
sebagai pekerja harian.
b. Setelah hasil pertanian dipungut, buruh tani diperbolehkan menanami
tanah-tanah itu selama masa sekitar enam bulan sebelum tanah ditanami
oleh para pemilik lahan atau tuan tanah.
c. Diwaktu mereka tidak dipekerjakan sebagai buruh, para buruh tani
melakukan perdagangan kecil-kecilan yang menghasilkan laba kira-kira
sama besarnya dengan gaji mereka.
Kedudukan Sosial
1. Para buruh tani berada ditingkat terendah dalam lapisan masyarakat.
Mereka tidak mungkin jatuh lebih rendah lagi dan mereka tidak
mempunyai kedudukan yang akan dipertahankan maupun yang akan
hilang.
2. Buruh tani hidup menyambung nyawa saja, karena tidak ada benda atau
orang yang menjamin kehidupan mereka dimasa depan. Kenyataan ini
mempunyai implikasi penting terhadap rencana-rencana pembangunan
yang telah dipertimbangkan sebaik-baiknya berada diluar pengertian buruh
tani.
3. Buruh tani yang sesungguhnya tidak mempunyai latar belakang
kecerdasan, juga tidak mempunyai pengalaman pertanian. Mereka telah