TUGAS AKHIR
ANALISIS LINK BUDGET JARINGAN SERAT OPTIK
GIGABIT PASSIVE OPTICAL NETWORK
Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam menyelesaikan Pendidikan Sarjana (S-1) pada Departemen Teknik Elektro
Oleh
Puti Mayangsari Fhatony
NIM : 100402110
DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
ABSTRAK
Seiring dengan perkembangan pembangunan dan meningkatnya kebutuhan
data service, maka diperlukan suatu Jaringan Lokal Akses Fiber yang lebih handal
yaitu Fiber to The Home (FTTH) menawarkan paket lengkap untuk layanan triple
play (data, audio, dan video) dengan kecepatan tinggi serta bandwidth yang besar.
Salah satu teknologi yang mendukung layanan triple play adalah Gigabit Passive
Optical Network (GPON) yang merupakan salah satu teknologi yang
dikembangkan oleh ITU-T (International Telecommunication Union) via G.984.
Standar G.984 untuk GPON mendukung bit rate yang lebih tinggi dan ketersediaan
bandwidth yang besar.
Pada Tugas Akhir ini dilakukan penelitian di PT. Telekomunikasi
Indonesia,Tbk. Pengamatan ini dimulai dari OLT (Optical Line Terminal) yang
terletak di dalam STO (Sentral Telepon Otomat) Blimbing yang terhubung kabel
feeder sejauh 509 m ke ODC (Optical Distribution Cabinet) yang terletak di depan
gedung Witel Malang, Jalan Ahmad Yani nomor 11, Malang, yang kemudian
diteruskan ke ONU (Optical Network Unit).
Dari hasil pengukuran daya sinyal yang diterima pelanggan (Pr) dan Bit
Error Rate (BER) untuk semua pelanggan dinyatakan layak karena telah memenuhi
standar. Dari hasil perhitungan SNR, hanya 4 pelanggan yang memiliki standar
kelayakan SNR untuk sistem komunikasi serat optik. Hal ini disebabkan oleh
pengaruh jarak yang juga berpengaruh pada total loss sepanjang saluran optik ke
suatu pelanggan. Kemudian, jarak dan total loss berpengaruhi terhadap daya sinyal
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis haturkan kehadirat Allah S.W.T yang telah
memberikan kemampuan dan ketabahan dalam menghadapi segala cobaan,
halangan, dan rintangan dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini, serta shalawat
beriring salam penulis hadiahkan kepada junjungan Nabi Besar Muhammad S.A.W.
Tugas Akhir ini penulis persembahkan kepada yang teristimewa yaitu
ayahanda H. Fhatony, ST. dan ibunda Hj. Nurul Husna, SH., serta abang dan adik
saya, Anugrah Agung Septianto dan M. Fachrurazi yang senantiasa mendukung dan
mendoakan penulis.
Tugas Akhir ini merupakan bagian dari kurikulum yang harus diselesaikan
untuk memenuhi persyaratan menyelesaikan pendidikan Sarjana Strata Satu di
Departemen Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara. Adapun
judul Tugas Akhir ini adalah :
“ ANALISIS LINK BUDGET JARINGAN SERAT OPTIK GIGABIT PASSIVE OPTICAL NETWORK”
Selama penulis menjalani pendidikan di kampus hingga diselesaikannya
Tugas Akhir ini, penulis banyak menerima bantuan, bimbingan, dan dukungan dari
berbagai pihak. Untuk itu dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih
kepada :
1. Ibu Naemah Mubarakah, ST. MT. selaku dosen Pembimbing Tugas
Akhir saya, atas nasehat, bimbingan, dan motivasi dalam menyelesaikan
2. Bapak Ir. Surya Tarmizi Kasim, M.Si dan Bapak Rahmad Fauzi ST, MT
selaku Ketua dan Sekretaris Departemen Teknik Elektro Fakultas Teknik
Universitas Sumatera Utara.
3. Bapak Ir.Arman Sani, MT. dan Bapak Suherman, ST. M.Com, Ph.D.
selaku penguji seminar dan sidang Tugas Akhir saya.
4. Seluruh staf pengajar yang telah memberi bekal ilmu kepada penulis dan
seluruh pegawai Departemen Teknik Elektro, Fakultas Teknik,
Universitas Sumatera Utara atas segala bantuannya.
5. Sahabat-sahabat baik saya Kak Tari, Angel, Weg Ola, Weg Dila, Weg
Dewi, Weg Agil, Weg Dwi dan M. Mulia Maulana yang selalu ada untuk
penulis.
6. Teman-teman angkatan 2010 di Elektro, Dhuha, Sylvester, Eden, Ilham,
Yahya, pak Dani, Chandra, Deni, Lutphi, Diki, Andika, Rimbo, Ryan,
Kharisma, Pakwin, Ipin, Fatih, Fadlan, dan lain-lain yang tidak bisa
penulis sebutkan satu per satu, semoga silaturahmi kita terus terjaga.
7. Keluarga Besar Ikatan Mahasiswa Teknik Elektro dan semua pengurus
IMTE.
8. Serta Keluarga Besar MME-GS yang telah memberikan banyak sekali
pembelajaran.
9. Semua pihak yang tidak sempat penulis sebutkan satu per satu.
Penulis menyadari bahwa Tugas Akhir ini masih banyak kekurangan baik
dari segi materi maupun penyajiannya. Oleh karena itu saran dan kritik dengan
tujuan menyempurnakan dan mengembangkan kajian dalam bidang ini sangat
Akhir kata penulis berserah diri pada Allah SWT, semoga Tugas Akhir ini
bermanfaat bagi pembaca sekalian terutama bagi penulis sendiri.
Medan, April 2015
Penulis
DAFTAR ISI
ABSTRAK ... i
KATA PENGANTAR ... ii
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR GAMBAR ... viii
DAFTAR TABEL ... x
I. PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Rumusan Masalah ... 2
1.3 Tujuan Penulisan Tugas Akhir ... 2
1.4 Batasan Masalah... 3.
1.5 Metode Penulisan ... 3
1.6 Sistematika Penulisan ... 4
II. DASAR TEORI ... 6
2.1 Umum ... 6
2.2 Serat Optik ... 6
2.3.1 Serat Optik Single-mode Index... 8
2.3.2 Serat Optik Multi-mode Graded Index ... 8
2.3.3 Serat Optik Multi-mode Step Index ... 9
2.4 Jaringan Lokal Akses Fiber (JARLOKAF) ... 10
2.5 Konsep Dasar Fiber To The Home (FTTH) ... 12
2.6 PON (Passive Optical Network) ... 13
2.7 GPON (Gigabit Passive Optical Network) ... 14
2.7.1 Prinsip Kerja GPON ... 15
2.7.2 Konfigurasi GPON ... 20
2.7.3 Standar GPON ... 24
III. METODELOGI PENELITIAN ... 25
3.1 Umum ... 25
3.2 Peta Lokasi Penelitian ... 26
3.3 Power Link Budget ... 28
3.3.1 Daya Sinyal yang Diterima (Pr) ... 28
3.3.2 Signal to Noise Ratio (SNR) ... 29
3.3.3 Bit Error Rate (BER) ... 32
3.5 Penggunaan GUI untuk Perhitungan ... 35
IV. ANALISIS LINK BUDGET JARINGAN SERAT OPTIK ... 38
4.1 Data Parameter Perhitungan ... 38
4.2 Perhitungan dan Analisis Daya Sinyal yang Diterima (Pr) ... 39
4.2.1 Hasil Perhitungan Daya Sinyal yang Diterima (Pr) ... 42
4.2.2 Analisis Hasil Perhitungan Daya Sinyal yang Diterima (Pr) ... 43
4.3 Perhitungan dan Analsis Signal to Noise Ratio (SNR) dan Bit Error Rate (BER) ... 46
4.3.1 Hasil Perhitungan Signal to Noise Ratio (SNR) ... 48
4.3.2 Analisis Hasil Perhitungan Signal to Noise Ratio (SNR) ... 47
4.3.3 Hasil Perhitungan Bit Error Rate (BER) ... 52
4.3.4 Analisis Hasil Perhitungan Bit Error Rate (BER) ... 53
V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 56
5.1 Kesimpulan ... 56
5.2 Saran ... 57
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Serat optik single-mode index ... 8
Gambar 2.2 Serat optik multi-mode graded index ... 9
Gambar 2.3 Serat optik multi-mode step index ... 10
Gambar 2.4 Arsitektur Jaringan FTTH ... 11
Gambar 2.5 Posisi PON di jaringan akses ... 14
Gambar 2.6 Proses konversi dari paket Ethernet ke frame GEM ... 16
Gambar 2.7 Sistem transmisi teknologi GPON ... 17
Gambar 2.8 Sistem pengiriman sinyal downstream pada GPON ... 18
Gambar 2.9 Sistem pengiriman sinyal upstream pada GPON ... 19
Gambar 2.10 Arsitektur GPON ... 20
Gambar 2.11 Perangkat OLT ... 21
Gambar 2.12 Optical Network Termination / Unit (ONT / ONU)... 23
Gambar 3.1 Diagram alur penelitian ... 25
Gambar 3.2 Denah jaringan penelitian ... 26
Gambar 3.3 Rute pengamatan (denah lokasi penelitian) ... 27
Gambar 3.4 Tampilan GUI untuk perhitungan Pr... 35
Gambar 4.1 Hasil perhitungan daya sinyal yang diterima pelanggan
pertama pada keadaan upstream ... 40
Gambar 4.2 Hasil perhitungan daya sinyal yang diterima pelanggan pertama pada keadaan downstream ... 41
Gambar 4.3 Grafik daya yang diterima (Pr) oleh pealanggan terhadap jarak (Upstream) ... 44
Gambar 4.4 Grafik daya yang diterima (Pr) oleh pealanggan terhadap jarak (Downstream) ... 45
Gambar 4.5 Hasil perhitungan SNR dan BER pelanggan pertama pada keadaan upstream ... 47
Gambar 4.6 Hasil perhitungan SNR dan BER pelanggan pertama pada Keadaan downstream ... 48
Gambar 4.7 SNR pada pelanggan terhadap jarak (upstream) ... 50
Gambar 4.8 SNR pada pelanggan terhadap jarak (downstream) ... 51
Gambar 4.9 BER pada pelanggan terhadap jarak (upstream) ... 54
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Loss Maksimum pada FTTH ... 12
Tabel 2.2 Standart Teknologi GPON ... 24
Tabel 4.1 Data parameter Power Link Budget ... 39
Tabel 4.2 Hasil perhitungan daya sinyal yang diterima (Pr)
9 pelanggan pada keadaan upstream, ... 42
Tabel 4.3 Hasil perhitungan daya sinyal yang diterima (Pr)
9 pelanggan pada keadaan downstream, ... 43
Tabel 4.4 Hasil Perhitungan Signal to Noise Ratio (SNR) oleh 9
pelanggan pada keadaan upstream ... 49
Tabel 4.5 Hasil Perhitungan Signal to Noise Ratio (SNR) oleh 9
pelanggan pada keadaan downstream, ... 49
Tabel 4.6 Hasil Perhitungan Bit Error Rate (BER) oleh 9
pelanggan pada keadaan upstream ... 52
Tabel 4.7 Hasil Perhitungan Bit Error Rate (BER) oleh 9
ABSTRAK
Seiring dengan perkembangan pembangunan dan meningkatnya kebutuhan
data service, maka diperlukan suatu Jaringan Lokal Akses Fiber yang lebih handal
yaitu Fiber to The Home (FTTH) menawarkan paket lengkap untuk layanan triple
play (data, audio, dan video) dengan kecepatan tinggi serta bandwidth yang besar.
Salah satu teknologi yang mendukung layanan triple play adalah Gigabit Passive
Optical Network (GPON) yang merupakan salah satu teknologi yang
dikembangkan oleh ITU-T (International Telecommunication Union) via G.984.
Standar G.984 untuk GPON mendukung bit rate yang lebih tinggi dan ketersediaan
bandwidth yang besar.
Pada Tugas Akhir ini dilakukan penelitian di PT. Telekomunikasi
Indonesia,Tbk. Pengamatan ini dimulai dari OLT (Optical Line Terminal) yang
terletak di dalam STO (Sentral Telepon Otomat) Blimbing yang terhubung kabel
feeder sejauh 509 m ke ODC (Optical Distribution Cabinet) yang terletak di depan
gedung Witel Malang, Jalan Ahmad Yani nomor 11, Malang, yang kemudian
diteruskan ke ONU (Optical Network Unit).
Dari hasil pengukuran daya sinyal yang diterima pelanggan (Pr) dan Bit
Error Rate (BER) untuk semua pelanggan dinyatakan layak karena telah memenuhi
standar. Dari hasil perhitungan SNR, hanya 4 pelanggan yang memiliki standar
kelayakan SNR untuk sistem komunikasi serat optik. Hal ini disebabkan oleh
pengaruh jarak yang juga berpengaruh pada total loss sepanjang saluran optik ke
suatu pelanggan. Kemudian, jarak dan total loss berpengaruhi terhadap daya sinyal
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Teknologi memegang peranan penting dihampir semua sektor kehidupan,
tak terkecuali pada sektor telekomunikasi dan komunikasi. Semakin beragamnya
aktifitas manusia, semakin menuntut adanya teknologi yang dapat membantu
jalannya komunikasi maupun transaksi dengan lebih cepat, mudah dan efisien.
Seiring dengan perkembangan pembangunan dan meningkatnya kebutuhan
data service, maka diperlukan suatu Jaringan Lokal Akses Fiber yang lebih handal
dengan prospek untuk jangka waktu yang lama. Jaringan Lokal Akses Fiber
(JARLOKAF) adalah jaringan yang menggunakan serat optik untuk
menghubungkan antara sentral lokal dengan terminal pelanggan. Fiber to The
Home (FTTH) menawarkan paket lengkap untuk layanan triple play (data, audio
dan video) dengan kecepatan tinggi serta bandwidth yang besar.
FTTH merupakan suatu format transmisi sinyal optik dari pusat penyedia
(provider) ke kawasan pengguna dengan menggunakan serat optik sebagai media
transmisinya. Perkembangan teknologi ini tidak lepas dari kemajuan perkembangan
teknologi serat optik yang dapat menggantikan kabel konvensional. Serta didorong
oleh kebutuhan layanan yang dikenal dengan istilah layanan triple play. Layanan
triple play adalah layanan yang berupa layanan komunikasi data, suara dan video
2 media koneksi saja. Dibutuhkan perangkat akses yang canggih serta handal agar
dapat menyalurkan layanan triple play langsung kepada pelanggan.
Salah satu teknologi yang mendukung layanan triple play adalah teknologi
Gigabit Passive Optical Network (GPON). GPON merupakan salah satu teknologi
yang dikembangkan oleh ITU-T (International Telecommunication Union) via
G.984 dan hingga kini bersaing dengan Gigabit Ethernet Passive Optical Network
(GEPON), yaitu PON versi IEEE yang berbasiskan teknologi Ethernet. Standar
G.984 untuk GPON mendukung bit rate yang lebih tinggi, perbaikan keamanan dan
ketersediaan bandwidth yang besar.
Jaringan FTTH dengan menggunakan teknologi GPON ini telah banyak
diterapkan di kota-kota besar di Indonesia, termasuk di kota Medan. Maka pada
Tugas Akhir ini akan dilakukan penelitian di gedung Witel Malang yang merupakan
kantor pusat PT Telkom wilayah Malang Kota, kabupaten Malang dan Batu.
1.2 Rumusan Masalah
Dalam Tugas Akhir ini dirumuskan beberapa permasalahan antara lain :
1. Pemahaman jaringan dan komponen FTTH.
2. Bagaimana kebutuhan dan spesifikasi komponen.
3. Bagaimana perhitungan untuk analisa parameter transmisi link budget
jaringan FTTH di gedung Witel Malang yang sesuai persyaratan teknis.
1.3 Tujuan Penulisan Tugas Akhir
Tujuan dari tugas akhir ini adalah untuk menganalisis parameter link budget
3 spesifikasi aplikasi di lapangan agar memenuhi standar kinerja FTTH yang
diharapkan.
1.4 Batasan Masalah
Untuk memudahkan pembahasan dalam tulisan ini, maka dibuat
pembatasan masalah sebagai berikut :
1. Jaringan yang dianalisa adalah topologi FTTH dengan lokasi dari STO
Blimbing ke gedung Witel Malang.
2. Perhitungan yang akan dilakukan adalah daya sinyal yang diterima (Pr),
Signal to Noise Ratio (S/N) dan Bit Error Rate (BER).
3. Analisa menggunakan serat optik single mode.
4. Tidak membahas topologi jaringan lainnya.
5. Tidak membahas tentang jaringan serat optik lainnya seperti DLC, HFC dan
OAN.
1.5 Metode Penelitian
Untuk dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini maka penulis menerapkan
beberapa metode studi diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Studi Literatur.
Berupa studi kepustakaan dan kajian dari buku-buku dan tulisan-tulisan lain
yang terkait, diskusi dengan dosen pembimbing Tugas Akhir, pihak PT.
4 2.Studi Lapangan.
Dengan melaksanakan pengukuran langsung untuk memperoleh data-data
yang diperlukan.
3.Studi analisa.
Yaitu dengan melakukan analisa terhadap hasil perhitungan dari data-data
yang diperoleh di lapangan.
1.6 Sistematika Penulisan
Untuk memudahkan pemahaman terhadap Tugas Akhir ini maka penulis
menyusun sistematika penulisan sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini merupakan pendahuluan yang berisikan tentang latar
belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penulisan, batasan
masalah, metode penulisan dan sistematika penulisan dari Tugas
Akhir ini.
BAB II DASAR TEORI
Pada bab ini membahas tentang teori-teori yang mendukung sistem
komunikasi serat optik meliputi jenis serat optik, arsitektur jaringan
serat optik secara umum, jaringan lokal akses fiber (JARLOKAF),
5 BAB III METODELOGI PENELITIAN
Pada bab ini membahas tentang metedologi penelitian, dan
persamaan untuk mendukung perhitungan parameter daya sinyal
yang diterima (Pr), Signal to Noise Ratio (S/N) dan Bit Error Rate
(BER).
BAB IV ANALISIS LINK BUDGET JARINGAN SERAT OPTIK
GIGABIT PASSIVE OPTICAL NETWORK
Pada bab ini membahas tentang analisis hasil perhitungan daya
sinyal yang diterima (Pr), Signal to Noise Ratio (S/N) dan Bit Error
Rate (BER).
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Pada bab ini membahas tentang hasil penelitian Tugas Akhir yang
dirangkum sebagai kesimpulan serta saran untuk penelitian lebih
6
BAB II
DASAR TEORI
2.1 Umum
Teknologi telekomunikasi yang telah berkembang pesat, memberikan
dampak yang besar pada perkembangan teknologi informasi pada masyarakat masa
kini. Salah satu solusi untuk mengatasi perkembangan teknologi informasi ini
adalah dengan menggunakan teknologi serat optik. Teknologi serat optik
merupakan suatu teknologi komunikasi yang menggunakan media cahaya sebagai
penyalur informasi. Pada teknologi ini terjadi perubahan informasi yang biasanya
berbentuk sinyal listrik menjadi sinyal cahaya yang kemudian disalurkan melalui
kabel serat optik dan diterima pada sisi penerima untuk diubah kembali menjadi
sinyal listrik. Akan tetapi pada saat serat optik dipilih sebagai media transmisi,
maka perlu dilakukan suatu perhitungan dan analisis power budget (anggaran daya)
sebelum serat optik digunakan dalam sebuah jaringan telekomunikasi agar suatu
sistem komunikasi optik dapat berjalan dengan baik dan lancar, seperti adanya
rugi-rugi transmisi (loss) pada kabel serat optik yang dapat menurunkan kualitas
transmisi. Analisis ini sangat penting dilakukan untuk mengetahui kualitas suatu
jaringan, biaya dan prediksi lamanya usia suatu jaringan telekomunikasi serta untuk
mengetahui kelayakan suatu jaringan dalam mengirim informasi.
2.2 Serat Optik
Serat optik merupakan helaian optik murni yang sangat tipis (tebalnya
7 jauh. Helaian tipis ini tersusun dalam bundelan yang dinamakan kabel serat optik
dan berfungsi mentransmisikan (mengirim) cahaya, hampir tanpa kerugian. Dimana
artinya, cahaya yang berhasil dikirim dari satu tempat ke tempat lain hanya
mengalami kehilangan sinyal dalam jumlah yang sangat sedikit. Karena bukan
penghantar listrik, kabel kebal terhadap interferensi listrik [1].
Sebuah kabel serat optik dibuat sekecil-kecilnya (mikroskopis) agar tak
mudah patah/retak, tentunya dengan perlindungan khusus sehingga besaran wujud
kabel akhirnya tetap mudah dipasang. Satu kabel serat optik disebut sebagai core.
Untuk satu sambungan/link komunikasi serat optik dibutuhkan dua core, satu
sebagai transmitter dan satu lagi sebagai receiver. Variasi kabel yang dijual sangat
beragam sesuai kebutuhan, ada kabel 4 core, 6 core, 8 core, 12 core, 16 core, 24
core, 36 core hingga 48 core. Satu core serat optik yang terlihat oleh mata kita
adalah masih berupa lapisan pelindungnya (coated), sedangkan kacanya sendiri
yang menjadi inti transmisi data berukuran mikroskopis, tak terlihat oleh mata.
Bagian-bagian dari serat optik biasanya terdiri dari inti (core) yaitu kaca
tipis yang berada di tengah serat yang digunakan sebagai jalan cahaya, pembungkus
(cladding) yaitu bagian optikal terluar yang mengelilingi inti yang berfungsi untuk
memantulkan cahaya kembali ke inti, serta jaket penyangga (coating) yang
berfungsi melindungi serat dari temperatur dan kerusakan.
2.3 Jenis Serat Optik
Saat ini ada tiga 3 jenis serat optik yang populer pemanfaatannya pada
8
2.3.1 Serat Optik Single-mode Index
Pada single-mode fiber, terlihat pada Gambar 2.1 bahwa indeks bias akan
berubah dengan segera pada batas antara core dan cladding (step index). Bahannya
terbuat dari silica glass baik untuk cladding maupun corenya. Diameter core jauh
lebih kecil, sekitar 10 µm, dibandingkan dengan diameter cladding , konstruksi
demikian dibuat untuk mengurangi atenuasi akibat adanya fading. Single-mode
fiber sangat baik digunakan untuk menyalurkan informasi jarak jauh karena di
samping atenuasi yang kecil juga mempunyai jangkauan frekuensi yang lebar.
Gambar 2.1 Serat Optik Single-mode index [2].
2.3.2 Serat Optik Multi-mode Graded Index
Multi-mode graded index dibuat dengan menggunakan bahan multi
component glass atau dapat juga dibuat dengan silca glass baik untuk core maupun
claddingnya. Pada serat optik tipe ini, indeks bias berubah secara perlahan-lahan
(graded index multi-mode). Indeks bias inti berubah mengecil perlahan mulai dari
pusat core sampai batas antara core dengan cladding. Semakin kecil indeks bias
maka kecepatan rambat cahaya akan semakin tinggi dan akan berakibat dispersi
waktu antara berbagai mode cahaya yang merambat akan berkurang dan pada
9
Diameter core serat optik ini 30 – 60 µm dan diameter cladding
100 – 150 µm. Atenuasi minimum adalah sebesar 0.70 dB/Km pada panjang
gelombang 1180 nm dan lebar pita frekuensi sebesar 150 Mhz sampai dengan 2
Ghz. Oleh karenanya jenis serat optik ini sangat ideal untuk menyalurkan informasi
pada jarak menengah dengan menggunakan seumber cahaya LED maupun LD
(Laser Diode). Perambatan cahaya pada jenis Multi-mode graded index dapat
dilihat pada gambar 2.2.
Gambar 2.2 Serat optik Multi-mode graded index [2].
2.3.3 Serat Optik Multi-mode Step Index
Serat optik ini pada dasarnya mempunyai diameter core yang besarnya
50 – 400 µm dan diameter cladding sebesar 125 – 500 µm. Pada serat optik ini
terjadi perubahan indeks bias dengan segera atau lazim dimana dengan diameter
core yang besar digunakan untuk menikkan efisiensi coupling pada sumber cahaya
yang tidak koheren seperti LED. Atenuasi pada saat pengiriman tetap besar,
sehingga hanya baik digunakan untuk menyalurkan data dengan kecepatan rendah
dan jarak dekat. Perambatan cahaya pada jenis Multi-mode step index dapat dilihat
10 Gambar 2.3 Serat optik Multi-mode step index [2].
2.4 Jaringan Lokal Akses Fiber (JARLOKAF)
Jaringan kabel lokal akses fiber paling sedikitnya terdapat dua perangkat
aktif yang dipasang di Central Office dan yang lainnya dipasang di dekat dan atau
di lokasi pelanggan. Berdasarkan lokasi penempatan perangkat aktif yang dipasang
di dekat dan atau dilokasi pelanggan maka terdapat beberapa konfigurasi, antara
lain sebagai berikut: [3]
1. Fiber To The Building (FTTB)
TKO (Titik Konverensi Optik) terletak di dalam gedung dan biasanya
terletak pada ruangan telekomunikasi di basement atau tersebar di beberapa lantai,
terminal pelanggan dihubungkan dengan TKO melalui kabel tembaga indoor atau
IKG, FTTB dapat dianalogikan dengan daerah catu langsung pada jaringan kabel
tembaga.
2. Fiber To The Zone (FTTZ)
TKO terletak disuatu tempat di luar bangunan, biasanya berupa cabinet
yang ditempatkan di pinggir jalan sebagai mana biasanya RK (Rumah Kabel),
terminal pelanggan dihubungkan dengan TKO melalui kabel tembaga hingga
11
3. Fiber To The Curb (FFTC)
TKO terletak disuatu tempat di luar bangunan, baik di dalam kabinet, di
atas tiang maupun di manhole, terminal pelanggan dihubungkan dengan TKO
melalui kabel tembaga hingga beberapa ratus meer saja, FTTC dapat dianologikan
sebaai pengganti titik pembagi.
4. Fiber To The Tower (FTTT)
TKO terletak di dalam shelter dari pada tower, terminal equipmentsystem
GSM/CDMA dihubungkan dengan TKO melalui kabel tembaga indoor hingga
beberapa meter saja. Jaringan kabel serat optik yang mencatu tower adalah kabel
fiber optik drop jika lokasi tower di perkotaan, dan kabel fiber optik distribusi kalau
lokasi tower di pinggiran kota. Sehingga FTTT dapat dianalogikan sebagai
pengganti ODP (FTTC) atau TB (FTTH).
5. Fiber To The Home (FTTH)
TKO terletak di dalam rumah pelanggan, terminal pelanggan dihubungkan
dengan TKO melalui kabel tembaga indoor atau IKR hingga beberapa puluh meter
saja. FTTH dapat dianalogikan sebagai pengganti Terminal Blok (TB). Arsitektur
jaringan FTTH dapat dilihat pada Gambar 2.4.
12 Secara umum jaringan FTTH dapat dibagi menjadi empat segmen catuan
kabel, selain perangkat aktif sperti OLT dan ONU atau ONT, yaitu sebagai berikut:
1. Segmen A, yaitu catuan kabel feeder.
2. Segmen B, yaitu catuan daya distribusi.
3. Segmen C, yaitu catuan kabel penanggal atau drop.
4. Segmen D, yaitu catuan kabel rumah atau gedung.
2.5 Konsep Dasar Fiber To The Home (FTTH)
FTTH dapat didefinisikan sebagai arsitektur jaringan optik mulai dari
sentral office (STO) hingga ke perangkat pelanggan. Dalam jaringan akses fiber
FTTH terdapat segmen-segmen catuan, antara lain: catuan kabel feeder, catuan
kabel distribusi, catuan kabel drop dan catuan kabel indoor, serta pelanggan aktif
yaitu OLT dan ONU/ONT seperti terlihat pada Gambar 2.4.
Spesifikasi loss maksimum pada jaringan Fiber To The Home (FTTH)
dapat dilihat pada Tabel 2.1 [4].
Tabel 2.1 Loss Maksimum pada FTTH.
No. Network Element Ukuran
1 Kabel 0,35 dB/km
2 Splicing 0,1 dB
3 Connector Loss 0,25 dB (Refer IEC 61300-3-34 Grade B attenuation)
4 Splitter 1:2 3,70 dB
5 Splitter 1:4 7,25 dB
6 Splitter 1:8 10,38 dB
7 Splitter 1:16 14,10 dB
13
2.6 PON (Passive Optical Network)
PON adalah bentuk khusus dari FTTH yang mengandung perangkat optik
pasif dalam jaringan distribusi optik. Perangkat optik pasif yang dipakai adalah
konektor, passive splitter dan kabel optik. Dengan passive splitter kabel optik dapat
dipecah menjadi beberapa kabel optik lagi, dengan kualitas informasi yang sama
tanpa adanya fungsi addressing dan filtering, namun terjadi redaman. Dalam PON
terdapat tiga komponen utama, yaitu :
1.OLT (Optical Line Termination).
2.ODN (Optical Distribution Network).
3.ONU (Optical Network Unit).
Keluaran dari OLT ditransmisikan melalui ODN yang menyediakan
alat-alat transmisi optik mulai dari OLT sampai pelanggan. ONU menyediakan interface
pada sisi pelanggan dari DS (Distribution Point) dan dihubungkan dengan ODN.
Teknologi PON pada dasarnya adalah teknologi untuk hubungan point to multipoint
dan topologi ini sesuai untuk melayani kelompok pelanggan yang letaknya terpisah,
dengan hanya menambah perangkat ONU di lokasi pelanggan. Metode akses yang
digunakan pada PON salah satunya adalah TDM (Time Division
Multiplexing)/TDMA (Time Division Multiplexing Access). Pada arah downstream,
sinyal TDM dari PLT memuat semua informasi pelanggan dalam slot yang
ditentukan dan disebarkan ke semua ONU yang terhubung oleh OLT.
Tiap ONU hanya mengakses pada slot yang telah ditentukan utuk
transmisi, karena semua informasi downstream disebarkan ke semua ONU, seperti
pengaman sinyal, dengan encryption. Sinyal optik upstream dari setiap ONU
14 collision, karena jarak antara OLT dan semua ONU berbeda-beda. Sedangkan
panjang gelombang yang digunakan untuk downstream dan upstream pada daerah
1310 nm dan 1490 nm sesuai dengan rekomendasi ITU-T G 984 [2].
Karena kemampuan teknologi PON untuk mengirim dengan bandwidth
yang lebih tinggi dan jarak yang jauh, sekitar 20 – 30 Km, bahkan dengan
gelombang tertentu bisa menembus jarak 50 Km, PON biasanya digunakan untuk
jaringan metro atau untuk mobile backhaul yaitu koneksi antar core network atau
base station dengan core network. Posisi PON di jaringan akses ini dapat dilihat
pada Gambar 2.5.
Gambar 2.5 Posisi PON di jaringan akses [5].
Jaringan PON memiliki beberapa tipe dan yang terkenal adalah
APON/BPON, EPON atau GEPON dan GPON. Dimana dalam Tugas Akhir ini
membahas tentang GPON.
2.7 GPON (Gigabit Passive Optical Network)
GPON merupakan teknologi yang didukung oleh jaringan akses serat
15 dapat melayani tiga layanan (triple play) berupa data, suara, video. Bila
sebelumnya pelanggan dalam menggunakan internet membutuhkan modem,
melakukan panggilan telepon atau IPTV dengan peralatan berbeda, maka
penerapan GPON menyebabkan pelanggan bisa menggunakan layanan tersebut
hanya pada satu alat bernama ONU (Optical Network Unit). Namun, dalam
proses transmisi melalui serat optik tidak menutup kemungkinan terjadinya
degradasi sinyal yang disebabkan karena redaman dan dispersi sehingga dapat
mengganggu proses transmisi [6].
2.7.1 Prinsip Kerja GPON
Prinsip kerja GPON itu sendiri ketika data atau sinyal dikirimkan dari OLT,
maka ada bagian yang bernama splitter yang berfungsi untuk membuat serat optik
tunggal dapat mengirim ke beberapa ONU, untuk ONU sendiri akan memberikan
data-data dan sinyal yang diinginkan pengguna.
Passive splitter merupakan optical fiber coupler sederhana yang membagi
sinyal optik menjadi beberapa path (multiple path) atau sinyal – sinyal kombinasi
dalam satu jalur. Splitter juga berfungsi sebagai perute dan pengkombinasi berbagai
sinyal optik.
Pada prinsipnya, PON adalah sistem point to multipoint, dari serat optik
tunggal ke arsitektur jaringan. Untuk sistem kerja dari teknologi GPON dapat
16 a. Metode Enkapulasi : GEM – GPON
GEM merupakan metode enkapsulasi frame pada GPON dimana
mekanisme ini bekerja pada lapis dua OSI. Frame GEM akan terdiri atas
enkapsulasi data pengguna (suara, data dan video) dan ditambah dengan overhead.
Jika tidak ada data pengguna yang akan dikirim, proses pengiriman frame akan
disisipkan ke frame kosong (idle frame). Untuk selanjutnya frame GEM akan
digabung dalam lapisan sub GTC (GPON Transmission Convergence) dengan
panjang frame 125 µs.
Proses konversi Ethernet ke GEM diawali dengan sistem GPON yang
memecah frame ethernet dan langsung mengisi ke dalam payload GEM, kemudian
frame GEM melakukan enkapsulasi informasi header. Proses konversi ini dapat
dilihat pada Gambar 2.6.
Gambar 2.6 Proses konversi dari paket Ethernet ke frame GEM [5].
b. AES (Advance Encryption Standard)
AES ini, merupakan mekanisme keamanan sistem transmisi antara OLT
dengan ONU. Sistem GPON secara periodik akan mengganti (renew) kode
17 Teknik mekanisme AES hanya untuk downstream saja, diawali dengan
enkripsi yang dibuat dalam model counter 128 bit blok chiper kode dengan 128 bit
key. Pergantian key diinisiasi dan dikontrol oleh OLT dan key diganti tiga kali setiap
detiknya. Ketika OLT menerima key yang benar, maka OLT akan mengirim key
switch message ke ONU dan kemudian melakukan trafik downstream.
c. DBA (Dynamic Bandwidth Assignment)
Mekanisme dimana secara dinamik ONT dapat meminta dan memberi
bandwidth yang telah dialokasikan oleh T-CONT (Transmission Containers).
Mekanisme kerja DBA dibagi dua yaitu status reporting dan predictive. Pada saat
melakukan status reporting, ONT melaporkan status buffer mereka dan
membuatkan antrian dengan DBR (Dynamic Bandwidth Reports) ke arah OLT,
kemudian OLT menetapkan ulang bandwidth berdasarkan kapasitas buffer yang
tersedia dan informasi antrian diberikan oleh ONT. Pada saat melakukan predictive,
OLT memonitoring dan mengadakan pengaturan berdasarkan utilisasi setiap ONT.
Ketika utilisasi ONT melebihi nilai threshold yang diberikan, maka tambahan
bandwidth segera ditetapkan jika tersedia. Pada umumnya sistem GPON itu
berbasis teknologi PON dan dari satu core mengeluarkan tiga gelombang (full
duplex). Dapat dilihat pada Gambar 2.7.
18 Sistem Transmisi GPON mempunyai dua model, yaitu downstream dan
upstream. Arah downstream, frame GEM akan dibroadcast (mengirim) ke semua
ONU, dari OLT ke semua ONU, dimana masing-masing ONU akan
mengidentifikasi paket yang diterimanya dari overhead frame serta memfilter data
yang masuk berdasarkan portID. Proses model transmisi downstream dapat dilihat
pada Gambar 2.8.
Gambar 2.8 Sistem pengiriman sinyal downstream pada GPON [5].
Downstream frame GTC memiliki durasi 125 µs dan panjang 38880 byte,
dimana sesuai dengan data downstream 2.48832 Gbps. Psync (4 bite) menunjukkan
frame permulaan untuk ONU. Indent berisi superframe counter 8 Khz yang
digunakan oleh sistem enkripsi dan juga digunakan untuk memberikan sinyal
synchronous refrence tingkat rendah. PLOAMd menangani fungsi seperti OAM
(operation, administration, and management) yang berhubungan dengan penanda.
BIP (Bit Interleaved Parity) digunakan untuk memperkirakan tingkat kesalahan bit.
Plend (Payload Length Indicator downstream) memberikan panjang bandwidth
upstream (Bwmap). Setiap masukan dalam bandwidth upstream (Bwmap)
19 Sedangkan untuk model transmisi upstream, frame GEM akan dibawa
dalam bentuk semacam kontainer (kotak-kotak) yang diistilahkan T-CONT
(Transmission Container). T-CONT akan membawa portID dari GEM setiap ONU.
Pada saat transmisi upstream bekerja, OLT mengkontrol kanal upstream dengan
pengaturan seperti window (jendela) waktu dari masing-masing ONT. Proses model
transmisi upstream dapat dilihat pada Gambar 2.9.
Pada Gambar 2.9 terlihat bahwa durasi upstream frame GTS sebesar 125 µs
dan panjang bit 19440, yang memberikan kecepatan data upstream sebesar
1,24416 Gbps. Setiap frame upstream berisi beberapa pecahan transmisi yang
berasal dari satu atau beberapa ONU. Setiap pecahan transmisi upstream memiliki
PLOu (Physic Layer Overhead upstream) dimana PLOu pada awalnya memecah
link upstream ONU pada lapisan fisik dari link pecahan upstream.
Gambar 2.9 Sistem pengiriman sinyal upstream pada GPON [5].
PLOAMu (Physic Layer operation administration management upstream)
bertanggung jawab untuk fungsi-fungsi mengelola seperti memulai, aktivasi ONT
20 tentang tingkatan daya laser yang terlihat dengan OLT. DBRu (Dynamic Bandwidth
Report upstream) menginformasikan panjang antrian masing-masing T-CONT di
ONT.
Arsitektur GPON berdasarkan pada TDM, sehingga mendukung layanan
T1, E1 dan DS3 (digital signal 3). Tidak seperti sistem multiplexer lainnya, GPON
mempunyai layer PMD (Physical Medai Dependent) yang dilengkapi dengan FEC
(Forward Error Correction). ONU mempunyai kemampuan untuk
mentransmisikan data di tiga mode power. Pada mode 1, ONT akan
mentransmisikan pada kisaran daya output yang normal. Pada mode 2 dan 3 ONT
akan mentransmisikan 3-6 dB lebih rendah daripada mode 1 yang memberikan
OLT untuk memerintahkannya menurunkan daya apabila OLT mendeteksi sinyal
dari ONT terlalu kuat atau sebaliknya, OLT akan memberi perintah ONT untuk
menaikkan jika terdeteksi sinyal dari ONT terlalu rendah. Arsitektur GPON dapat
dilihat pada Gambar 2.10.
21
2.7.2 Konfigurasi GPON
Konfigurasi jaringan GPON pada dasarnya dapat dibagi menjadi 3 bagian
[7] :
1. Optical Line Terminal (OLT)
OLT menyediakan interface antara sistem PON dengan penyedia
layanan (servive provider) data, video dan jaringan telepon. Bagian ini
akan membuat link ke sistem operasi penyedia layanan melalui Elemen
Managemen System (EMS). Bentuk nyata dari OLT dapat dilihat pada
Gambar 2.11.
Gambar 2.11 Perangkat OLT.
2. Optical Distribution Network (ODN)
Konfigurasi jaringan optik atau kadang disebut dengan istilah ODN
22 ODN menyediakan sarana transmisi optik dari OLT terhadap pengguna dan
sebaliknya. Transmisi ini menggunakan komponen optik pasif. ODN
menyediakan peralatan transmisi optik antara OLT dan ONU. Perangkat
Interior pada ODN terdiri dari :
1. Optical Fiber / Kabel Fiber Optik.
2. Splices.
3. Konektor.
4. Splitter.
Splices merupakan peralatan yang digunakan untuk menyambungkan
satu kabel serat optik dengan yang lainnya secara permanen. Ada dua prinsip
sambungan yaitu sambungan fusi dan sambungan mekanik Sambungan fusi
menggunakan pancaran listrik untuk mematri dua kabel serat optik secara
bersama-sama. Teknik ini memerlukan orang yang ahli dan berpengalaman
karena penjajaran kabel serat optik membutuhkan komputer terkontrol untuk
mencapai kerugian sesedikit 0,05 dB. Untuk sambungan mekanik, semuanya
menggunakan elemen biasa. Teknik ini lebih mudah diterapkan dilapangan
dengan kerugian sekitar 0,2 dB.
Konektor optik merupakan salah satu perlengkapan kabel serat optik
yang berfungsi sebagai penghubung serat. Dalam operasinya konektor
mengelilingi serat kecil sehingga cahayanya terbawa secara bersama-sama
tepat pada inti dan segaris dengan sumber cahaya (serat lain). Splitter
merupakan komponen pasif yang dapat memisahkan daya optik dari satu input
serat kedua atau beberapa output serat. Splitter pada PON dikatakan pasif sebab
23 terhadap daya yang digunakan terhadap pelanggan yang jaraknya berbeda
dari node splitter, sehingga sifatnya idle dan cara kerjanya membagi daya
optik sama rata.
3. Optical Network Termination/Unit (ONT/ONU)
ONU menyediakan interface antara jaringan optik dengan pelanggan.
Sinyal optik yang ditransmisikan melalui ODN diubah oleh ONU menjadi
sinyal elektrik yang diperlukan untuk service pelanggan.
Pada arsitektur FTTH, ONU diletakkan di sisi pelanggan. ONU
dihubungkan dengan melalui suatu Adaptation Unit (AU) yang
menyediakan fungsi penyesuai antara ONU dan sisi pelanggan. Bentuk nyata
dari ONT / ONU dapat dilihat pada Gambar 2.12.
24
2.7.3
Standar GPONStandar teknologi GPON dapat dilihat pada Tabel 2.2 [8].
Tabel 2.2 Standar Teknologi GPON.
Karakteristik GPON
Standarisasi ITU-T G.984
Rilis Draft Dokumen 2002
Frame ATM
Efisiensi Frame ~92%
Bandwidth Downstream 2,5 Gbps
Upstream 1,25 Gbps
Bandwidth per user 2,5 / 32 = 75 Mbps / ONU 2,5 / 64 = 35 Mbps / ONU 2,5 / 128 = 15 Mbps / ONU Layanan Data, voice, video
Jarak Maksimum 20 km
Jumlah Percabangan ONU 1 : 32 1 : 64 1 : 128
25
BAB III
METODELOGI PENELITIAN
3.1. Umum
Untuk alur analisa dan perhitungan jaringan serat optik teknologi GPON
(gigabit passive optical network) di gedung Witel Malang dapat dilihat dengan
diagram alur pada Gambar 3.1.
Mulai
Daya Sinyal yang Diterima (Pr) Signal to Noise Ratio (SNR)
Bit Error Rate (BER)
Analisis Perhitungan Kelayakan Sistem Jaringan
Ya
26
3.2. Peta Lokasi Penelitian
Pada Tugas Akhir ini dilakukan penelitian di PT. Telekomunikasi
Indonesia,Tbk. Pengamatan dimulai dari ODF dan OLT yang terletak di dalam STO
Blimbing yang terhubung kabel feeder sejauh 509 m ke ODC yang terletak di depan
gedung Witel Malang, Jalan Ahmad Yani nomor 11, Malang, hingga menuju ODC
yang terletak di lantai satu gedung Witel Malang dan kemudian di bagi untuk di
hubungkan ke ONT di setiap lantai yang terdiri dari delapan lantai dan satu lantai
basement, kemudian dibagi lagi ke modem di setiap ruangan dalam satu lantainya.
Gambar denah jaringan pengamatan dapat dilihat pada Gambar 3.2.
Gambar 3.2 Denah Jaringan Penelitan
Gambar rute pengamatan dapat dilihat pada Gambar 3.3, dengan
27 STO Blimbing
Plasa Telkom Blimbing
(-7.960931' 112.650258') ODC_BLB_G.Witel_A.Yani No.11
28/24 core
OLT-ODF_BLB
28
3.3. Power Link Budget
3.3.1. Daya Sinyal yang Diterima (Pr)
Perhitungan daya sinyal diuraikan dari persamaan berikut [9]:
=
(3.1)Dimana:
Pt = daya sinyal yang dikirim (dB)
Pr = daya sinyal yang diterima (dB)
αf= redaman pada fiber (dB/km)
αc = redaman pada conector (dB/km)
αs = redaman pada splice / sambungan (dB/Km)
L = jarak antar sambungan
M = fiber Margin pada system, diambil harga 6dB
Atau dapat dirumuskan sebagai berikut [10]:
= − − (dB) (3.2)
Dimana:
Pi = Pt = Daya sinyal input yang dikirim (dB)
Po = Pr = Daya sinyal diterima receiver (dB)
CL = Total loss saluran (dB)
29 Sehingga rumus daya sinyal yang diterima (Pr) oleh pelanggan antara lain:
= − − ( ) (3.3)
Safety Margin bergantung pada besar komponen sistem serta prosedur
desain sistem dan biasanya dalam rentang 5 sampai 10 dB. Sistem yang
menggunakan injection laser transmitter, umumnya memerlukan safety margin
yang lebih besar (yaitu 8 dB) dibandingkan dengan yang menggunakan sumber
LED (yaitu 6 dB) karena variasi suhu dan usia dari LED yang kurang jelas [10].
3.3.2 Signal to Noise Ratio (SNR)
Dalam menetukan kualitas transmisi, digunakan parameter SNR atau BER.
Signal to Noise Ratio merupakan perbandingan antara daya sinyal terhadap daya
noise pada satu titik yang sama, dan dapat dirumuskan sebagai berikut [11]:
=
(3.4)
Perhitungan signal power dan daya noise adalah sebagai berikut:
a.
Daya Sinyal (Signal Power)Daya sinyal merupakan kuat daya pada sinyal yang diterima oleh receiver.
Besar daya sinyal di penerima ditunjukkan dengan persamaan berikut [11]:
30 Dimana:
Popt = daya sinyal yang diterima (Watt)
= R = Responsivitas
M = Loss margin system pada detector cahaya (apabila yang
digunakan adalah APD)
b. Noise
Noise adalah sinyal-sinyal yang tidak diinginkan yang selalu ada dalam suatu
system transmisi. Level noise yang cukup besar akan terasa mengganggu pada sisi
penerima. Sumbangan daya noise di detektor cahaya pada sistem komunikasi serat
optik ada tiga macam, antara lain:
1. Arus Gelap (Dark Current)
Arus gelap yaitu arus balik kecil yang mengalir melalui persikap balik. Arus
gelap ini terjadi pada setiap diode yang dikenal dengan arus bocor balik.
Sumbangan arus gelap terhadap daya noise dirumuskan sebagai berikut [11]:
= 2 (3.6)
Dimana:
q = muatan electron (1,6x10-19C)
iD= arus gelap (A)
31
2.
Derau Termal (Thermal Noise)Derau termal adalah arus yang berasal dari struktur gerak acak elektron bebas
pada komponen elektronik. Biasanya level noise ini sebanding dengan temperature
pada sistem komunikasi serat optik. Besar daya noise termal dirumuskan sebagai
berikut [11]:
ℎ = (3.7)
Dimana:
k = konstanta Boltzman (1,38×10-23 Joule/K)
Teff = temperature noise efektif (K)
Req = resistansi ekivalen (Ω)
3.
Derau Tembakan (Shot Noise)Derau tembakan terjadi karena adanya ketidak linieran pada sistem.
Sumbangan shot noise pada total noise sistem komunikasi serat optik dirumuskan
sebagai berikut [11]:
ℎ = 2 2 ( ) (3.8)
Dimana,
Popt = daya sinyal yang diterima di detektor (Watt)
M = tambahan daya sinyal pada detektor cahaya (apabila yang
32 F(M) = noise figure, menunjukkan kabaikan penguat dalam memproses
sinyal.
Sehingga, Signal to Noise Ratio dapat di tulis menjadi [11]:
=
(3.9)Jika jaringan serat optik menggunakan detector APD, maka Signal to Noise
Ratio dapat di tulis menjadi [11]:
=
( )
(3.10)
3.3.3 Bit Error Rate (BER)
BER merupakan laju kesalahan bit yang terjadi dalam mentransmisikan sinyal
digital, dimana BER dapat dihitung dengan rumus sebagai beikut [12]:
(S/N) = 20 Log2Q (3.11)
Sehingga diperoleh nilai pendekatan:
= ( ) =√ .
(3.12)
Dimana,
Q = Quantum noise
33
3.4 Standar Power Link Budget
1. Daya Sinyal yang Diterima(Pr)
Link budget jaringan fiber optik GPON dari OLT hingga ONT adalah
28dB. Maka, untuk mengantisipasi kebutuhan operasional (perbaikan jaringan FO)
maka desain FTTH dengan maksimum redaman 25 dB atau ekivalen dengan
panjang fiber optik dari OLT sampai dengan ONT maksimum 17 km [4].
2. Signal to Noise Ratio (SNR)
Makin tinggi SNR, makin baik mutu komunikasinya. Oleh karena itu, ada
suatu batasan minimum dari SNR dalam hubungan telekomunikasi untuk dapat
memuaskan konsumen pemakai jasa telekomunikasi. Standar SNR untuk Sistem
Komunikasi Serat Optik adalah 21,5 dB [11].
3. Bit Error Rate (BER)
Standar dari Bit Error Rate (BER) yaitu 1×10-9, dimana sebuah sistem
jaringan komunikasi serat optik tidak boleh lebih dari standar yang telah ditentukan
[11].
3.5 Penggunaan GUI untuk Perhitungan
Dalam tugas akhir ini, penulis melakukan setiap perhitungan dengan
menggunakan GUI yang didesain menjadi kalkulator praktis pada program
34 perhitungan daya sinyal diterima, SNR maupun BER. Adapun proses
perhitungan yang dilakukan antara lain:
1. Menentukan terlebih dahulu rumus persamaan yang dibutuhkan dalam
melakukan perhitungan yang kemudian akan dimasukkan ke dalam GUI
agar menghasilkan kalkulator perhitungan praktisnya. Rumus persamaan
yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah Persamaan (3.3) untuk
perhitungan daya sinyal yang diterima, Persamaan (3.10) untuk
perhitungan SNR dan Persamaan (3.11) serta Persamaan (3.12) untuk
perhitungan BER.
2. Kemudian dibuatlah kalkulator GUI untuk tiap perhitungan.Adapun
syntax dan tampilan program yang digunakan untuk membangun
perhitungan dengan GUI, sebagai berikut:
a.
Perhitungan Daya Sinyal yang Diterima (Pr)Syntax GUI yang digunakan untuk menghitung besar daya yang
diterima (Pr), antara lain:
% --- Executes on button press in hitung.
function hitung_Callback(hObject, eventdata, handles)
% hObject handle to hitung (see GCBO)
% eventdata reserved - to be defined in a future version of MATLAB
% handles structure with handles and user data (see GUIDATA)
input1=get(handles.nilai_Pt,'string'); %mengambil nilai Pt input2=get(handles.nilai_Cl,'string'); %mengambil nilai Cl input3=get(handles.nilai_Ma,'string'); %mengambil nilai Ma
Pt=str2num(input1); %mengubah string menjadi number Cl=str2num(input2);
Ma=str2num(input3);
35
set(handles.hasil,'string',(hasil)) %menampilkan hasil pada hasil
% --- Executes on button press in reset.
function reset_Callback(hObject, eventdata, handles)
% hObject handle to reset (see GCBO)
% eventdata reserved - to be defined in a future version of MATLAB
% handles structure with handles and user data (see GUIDATA) set(handles.nilai_Pt,'String','');
set(handles.nilai_Cl,'String',''); set(handles.nilai_Ma,'String',''); set(handles.hasil,'String','');
Sehingga tampilan GUI yang dihasilkan dapat di lihat pada Gambar 3.4.
Gambar 3.4 Tampilan GUI untuk perhitungan Pr.
b. Perhitungan Signal to Noise Ratio (SNR) dan Bit Error Rate (BER)
Syntax GUI yang digunakan untuk menghitung Signal to Noise Ratio (SNR)
36
% --- Executes on button press in hitung.
function hitung_Callback(hObject, eventdata, handles)
% hObject handle to hitung (see GCBO)
% eventdata reserved - to be defined in a future version of MATLAB
% handles structure with handles and user data (see GUIDATA) input1=get(handles.nilai_Popt,'string'); %mengambil nilai Popt input2=get(handles.nilai_R,'string'); %mengambil nilai R
input3=get(handles.nilai_q,'string'); %mengambil nilai q input4=get(handles.nilai_M,'string'); %mengambil nilai M input5=get(handles.nilai_iD,'string'); %mengambil nilai iD input6=get(handles.nilai_FM,'string'); %mengambil nilai F(M) input7=get(handles.nilai_k,'string'); %mengambil nilai k
input8=get(handles.nilai_Teff,'string'); %mengambil nilai Teff input9=get(handles.nilai_Req,'string'); %mengambil nilai Req input10=get(handles.nilai_B,'string'); %mengambil nilai B Popt=str2num(input1); %mengubah string menjadi number
R=str2num(input2);
set(handles.SNR,'string',(snr)) %menampilkan hasil SNR pada snr set(handles.BER,'string',(ber)) %menampilkan hasil BER pada ber
% --- Executes on button press in reset.
function reset_Callback(hObject, eventdata, handles)
% hObject handle to reset (see GCBO)
% eventdata reserved - to be defined in a future version of MATLAB
% handles structure with handles and user data (see GUIDATA) set(handles.nilai_Popt,'String','');
37 Sehingga tampilan GUI yang dihasilkan dapat di lihat pada Gambar 3.5.
Gambar 3.5 Tampilan GUI untuk perhitungan SNR dan BER.
3. Kemudian masukan data-data parameter yang dibutuhkan pada kolom kosong
pada tampilan GUI, lalu klik “Hitung” sehingga akan muncul hasil perhitungan
38
BAB IV
ANALISIS LINK BUDGET JARINGAN SERAT OPTIK GIGABIT PASSIVE OPTICAL NETWORK
Pada bab ini akan dibahas perhitungan dan analisa dari daya yang diterima
(Pr), Signal to Noise Ratio (SNR) dan Bit Error Rate (BER) bedasarkan dari data
perameter perhitungan yang telah diukur.
4.1 Data Parameter Perhitungan
Pengambilan data dilakukan dengan menggunakan program protocol PUTTY
yang tampilannya dapat dilihat pada lampiran 2. Sehingga didapat data spesifikasi
parameter link power budget jaringan serat optik dari STO Blimbing sampai dengan
gedung Witel Malang pada Tabel 4.1.
Dari pengukuran dengan menggunakan program protocol PUTTY, maka dapat
dirumuskan agar dapat mudah dalam pembacaan data saat melaksanakan analisis
dan perhitungan dalam berupa satu tabel yang berisikan data parameter perhitungan
pada tiap-tiap pelanggan (pengguna jaringan) yang berupa panjang kabel, jumlah
konektor, jumlah sambungan (splicer), daya pengiriman (Pt) baik upstream maupun
downstream dapat dilihat pada lampiran 3.
Pengambilan data dilakukan dalam tiga waktu dalam sehari yaitu pada pukul
11.00 WIB (jam sibuk berdasarkan survei PT. Telkom), pukul 14.00 WIB dan pukul
16.20 WIB yang kemudian akan dibandingkan kinerja system tiap waktunya
39 Tabel 4.1 Data Parameter Link Power Budget
NO. Link Parameter Simbol Nilai Satuan
1 Jenis Sumber Cahaya ILD
2 Panjang Gelombang Λ Upstream 1310
Downstream 1490 nm
3 Jenis Detektor Cahaya PIN
4 Dark Current iD 2×10-9 A
5 Responsifity R = ( ) 0,85 A/W
6 Bandwidth B 0,5×109 Hz
7 Resistansi ekivalen Req 50 Ω
8 Koef. Redaman Kabel αf 0,35 dB
9 Koef. Redaman Konektor αc 0,25 dB
10 Koef. Redaman Sambungan αs 0,2 dB
4.2
Perhitungan dan Analisis Daya Sinyal yang Diterima (Pr)Berdasarkan rumus Pr pada Persamaan (3.3), maka dibuatlah perhitungan
praktis menggunakan GUI pada program Matlab. Serta dengan meng-input data
pada Lampiran 3, maka diperoleh hasil perhitungan dari daya sinyal yang diterima
pada 9 pengguna (pelanggan) di setiap lantai pada gedung Witel Malang dengan
dua keadaan pengiriman, yaitu keadaan upstream dan keadaan downstream.
40 perhitungan pada pelanggan pertama yaitu port GPON-ONU_0//1/1:2 (Lantai
Dasar / Basement, LT-G).
a. Keadaan Upstream
Setelah meng-input semua data yang dibutuhkan, maka didapatlah besar hasil
untuk daya sinyal yang diterima pada keadaan upstream pada pelanggan pertama
yaitu seperti pada Gambar 4.1.
Gambar 4.1 Hasil perhitungan daya sinyal yang diterima pelanggan pertama pada
keadaan upstream.
Daya sinyal yang diterima pelanggan pertama pada keadaan upstream adalah
41
b. Keadaan Downstream
Setelah meng-input semua data yang dibutuhkan, maka didapatlah besar hasil
untuk daya sinyal yang diterima pada keadaan downstream pada pelanggan pertama
yaitu seperti pada Gambar 4.2.
Gambar 4.2 Hasil perhitungan daya sinyal yang diterima pelanggan pertama pada
keadaan downstream.
Daya sinyal yang diterima pelanggan pertama pada keadaan downstream
42
4.2.1 Hasil Perhitungan Daya Sinyal yang Diterima (Pr)
Setelah melakukan perhitungan daya sinyal yang diterima oleh 9 pelanggan
maka hasil perhitungannya dapat dilihat pada Tabel 4.2 untuk transmisi dalam
keadaan upstream dan pada Tabel 4.3 untuk transmisi dalam keadaan downstream.
43 Tabel 4.3 Hasil Perhitungan Daya Sinyal yang Diterima (Pr) 9 Pelanggan Pada
Keadaan Downstream
4.2.2 Analisis Hasil Perhitungan Daya Sinyal yang Diterima (Pr)
Setelah melakukan perhitungan terhadap 9 pengguna (pelanggan), maka dapat
kita lihat grafik daya sinyal yang diterima oleh pelanggan terhadap jarak pelanggan
ke OLT. Untuk daya sinyal yang diterima saat keadaan upstream dapat kita lihat
44 Gambar 4.3 Grafik Daya yang diterima (Pr) oleh pelanggan terhadap jarak
(upstream).
Dari grafik yang ditampilkan pada Gambar 4.3, dapat dilihat bahwa
rata-rata daya sinyal yang diterima paling tinggi adalah pada pelanggan kedua dengan
jarak 0,634 km dan loss total sepanjang saluran yang dimiliki adalah 14,3219 dB
yang merupakan pemilik loss total yang paling kecil dan jarak yang paling dekat
dari 8 pelanggan lainnya. Sedangkan daya sinyal yang diterima paling rendah
adalah pada pelanggan ke-tujuh dengan jarak 4,205 km dan loss total sepanjang
saluran yang dimiliki adalah 23.90175 dB dimana merupakan loss total yang paling
besar dari 8 pelanggan lainnya.
Untuk daya sinyal yang diterima saat keadaan downstream dapat kita lihat pada
Gambar 4.4.
0.663 0.634 2.083 3.139 3.379 3.979 4.205 4.523 8.755
Pr (dBm)
Jarak (km)
Daya Sinyal yang Diterima (Pr) Dalam Keadaan
Upstream
45 Gambar 4.4 Grafik Daya yang diterima (Pr) oleh pelanggan terhadap jarak
(downstream).
Dari grafik pada Gambar 4.4, daya yang diterima oleh pelanggan yang
tertinggi adalah tetap pada pelanggan kedua dan daya yang diterima oleh pelanggan
yang terendah adalah tetap pada pelanggan ke-tujuh. Hal ini dapat disimpulkan
bahwa loss total dan jarak yang dimiliki setiap pelanggan sangat berpengaruh pada
besarnya daya sinyal yang diterima oleh pelanggan tersebut. Karena setiap saluran
pelanggan memiliki loss kabel fiber, jarak juga berpengaruh terhadap besar loss
total dan daya sinyal yang diterima oleh setiap pelanggan.
Dengan melakukan tiga kali pengukuran dalam tiga waktu yaitu pukul
11.00 WIB, pukul 14.00 WIB dan pukul 16.20 WIB, besar daya sinyal yang
diterima oleh pelanggan tidak terjadi perubahan yang jauh dari hasil pengukuran
diwaktu yang lainnya. Hal ini disebabkan karena daya sinyal yang dikirimkan ke
pelanggan juga tidak mengalami banyak perubahan pula serta jumlah penggunaan
pada pelanggan yang tetap atau konstan.
-29
0.663 0.634 2.083 3.139 3.379 3.979 4.205 4.523 8.755
Pr (dBm)
Jarak (km)
Daya Sinyal yang Diterima (Pr) Dalam Keadaan
Downstream
46 Berdasarkan standart link budget yang telah ditetapkan oleh PT. Telkom
kita dapat menyimpulkan bahwa jaringan fiber optik pada setiap pelanggan dalam
keadaan upstream maupun downstream dinyatakan layak karena besar loss total
terbesar yaitu 23,90175 dB, yang artinya kurang dari batas maksimum redaman
pada jaringan fiber optik yaitu 25 dB.
4.3 Perhitungan dan Analisis Signal to Noise Ratio (SNR) dan Bit Error Rate (BER)
Berdasarkan rumus SNR pada Persamaan (3.10) dan rumus BER pada
Persamaan (3.12), maka dibuatlah perhitungan praktis menggunakan GUI pada
program Matlab. Serta dengan meng-input data pada Lampiran 3 dan spesifikasi
pada Tabel 4.1, maka diperoleh hasil perhitungan dari Signal to Noise Ratio (SNR)
dan Bit Error Rate (BER)pada 9 pengguna (pelanggan) di setiap lantai pada gedung
Witel Malang dengan dua keadaan pengiriman, yaitu keadaan upstream dan
keadaan downstream. Sebagai contohnya tampilan perhitungannya dapat lihat
dengan melakukan perhitungan pada pelanggan pertama yaitu port
GPON-ONU_0//1/1:2 (Lantai Dasar / Basement, LT-G).
Hasil perhitungan dengan menggunakan perhitungan praktis melalui GUI
untuk besar SNR dan BER pada 9 pelanggan dengan dua keadaan pengiriman, yaitu
pengiriman upstream dan pengiriman downstream, dengan Popt merupakan besar
daya sinyal yang diterima (Pr) pelanggan yang telah dihitung sebelumnya, antara
47
a. Keadaan Upstream
Setelah meng-input semua data yang dibutuhkan, maka didapatlah besar hasil
untuk daya sinyal yang diterima pada keadaan upstream pada pelanggan pertama
yaitu seperti pada Gambar 4.5.
Gambar 4.5 Hasil perhitungan SNR dan BER pelanggan pertama pada keadaan
upstream.
Signal to Noise Ratio (SNR) yang dimiliki pelanggan pertama pada keadaan
upstream adalah 25,278 dB dan Bit Error Rate (BER) yang dimiliki oleh pelanggan
pertama adalah 2,31576×10-16.
b. Keadaan Downstream
Setelah meng-input semua data yang dibutuhkan, maka didapatlah besar hasil
untuk daya sinyal yang diterima pada keadaan downstream pada pelanggan pertama
48 Gambar 4.6 Hasil perhitungan SNR dan BER pelanggan pertama pada keadaan
downstream.
Signal to Noise Ratio (SNR) yang dimiliki pelanggan pertama pada keadaan
upstream adalah 27,7352 dB dan Bit Error Rate (BER) yang dimiliki oleh
pelanggan pertama adalah 3,49028×10-16.
4.3.1 Hasil Perhitungan Signal to Noise Ratio (SNR)
Setelah melakukan perhitungan Signal to Noise Ratio (SNR)
dengan
bantuan program GUI
pada 9 pelanggan maka hasil perhitungannya dapatdilihat pada Tabel 4.4 untuk keadaan upstream dan Tabel 4.5 untuk keadaan
49 Tabel 4.4 Hasil Perhitungan SNR oleh 9 Pelanggan Pada Keadaan Upstream
No Port GPON Jarak (km) SNR (dB) Rata SNR
Rata-Tabel 4.5 Hasil Perhitungan SNR oleh 9 Pelanggan Keadaan Downstream
Rata-50
4.3.2 Analisis Hasil Perhitungan Signal to Noise Ratio (SNR)
Setelah melakukan perhitungan terhadap 9 pelanggan, maka dapat kita lihat
grafik rata-rata SNR pada pelanggan terhadap jarak pelanggan ke OLT. Untuk
Signal to Noise Ratio (SNR) dalam keadaan upstream dapat dilihat pada
Gambar 4.7.
Gambar 4.7 SNR pada pelanggan terhadap jarak (upstream).
Standarisasi nilai minimum SNR untuk sistem komunikasi serat optik adalah
21,5 dB. Semakin tinggi nilai SNR, makin baik mutu komunikasinya. Pada
Gambar 4.7 dapat dilihat bahwa masih banyak pelanggan yang berada di bawah
standarisasi nilai minimum SNR. Nilai rata-rata SNR tertinggi pada keadaan
upstream terjadi pada pelanggan kedua dengan nilai SNR sebesar 29,46457 dB dan
nilai rata-rata SNR terendah terjadi pada pelanggan ke-tujuh dengan nilai SNR
sebesar 10.5477 dB. Berdasarkan grafik pada Gambar 4.7 dapat disimpulkan bahwa
hanya 4 pelanggan yang dinyatakan layak dan bagus berdasarkan standarisasi SNR
dalam keadaan upstream yaitu pelanggan pertama, kedua, ke-tiga dan ke-lima.
51 Untuk grafik rata-rata Signal to Noise Ratio (SNR) dalam keadaan downstream
dapat dilihat pada Gambar 4.8.
Gambar 4.8 SNR pada pelanggan terhadap jarak (downstream).
Pada Gambar 4.8 dapat dilihat bahwa masih banyak pula pelanggan yang
berada di bawah standarisasi nilai minimum SNR. Nilai rata-rata SNR tertinggi
pada keadaan downstream tetap terjadi pada pelanggan kedua dengan nilai SNR
sebesar 30,75207 dB dan nilai rata-rata SNR terendah terjadi pada pelanggan
ke-tujuh dengan nilai SNR sebesar 12,8167 dB. Berdasarkan grafik pada Gambar 4.8
dapat disimpulkan bahwa hanya 4 pelanggan yang dinyatakan layak dan bagus
berdasarkan standarisasi SNR dalam keadaan downstream yaitu pelanggan
pertama, kedua, ketiga, ke-lima.
Dari analisis dua keadaan yaitu upstream dan downstream, jadi disimpulkan
bahwa hanya 4 pelanggan yang memiliki standar kelayakan SNR untuk sistem
komunikasi serat optik. Hal ini disebabkan oleh jarak central office ke pelanggan
yang berpengaruh terhadap total loss sepanjang saluran optik ke suatu pelanggan,
yang kemudian keduanya mempengaruhi daya sinyal yang diterima (Pr) oleh setiap
52 digunakan disepanjang saluran ke pelanggan. Sehingga dapat kita lihat pada
pelanggan ke-empat terjadi penurunan dibandingkan pelanggan ke-lima, karena
pelanggan ke-empat memiliki total loss lebih besar dari pelanggan ke-lima. Makin
besar nilai daya sinyal yang diterima suatu pelanggan, maka semakin besar nilai
SNR yang diperoleh oleh setiap pelanggan.
4.3.3 Hasil Perhitungan Bit Error Rate (BER)
Setelah melakukan perhitungan Bit Error Rate (BER) oleh 9 pelanggan maka
hasil perhitungannya dapat dilihat pada Tabel 4.6 untuk hasil perhitungan BER
dengan transmisi dalam keadaan upstream dan pada Tabel 4.7 untuk hasil
perhitungan BER dengan transmisi dalam keadaan downstream.
53 Tabel 4.3 Hasil Perhitungan Bit Error Rate (BER) 9 Pelanggan Pada Keadaan
Downstream
No Port GPON Jarak (km) BER Rata-Rata
BER Pukul
11.00 WIB 14.00 WIB Pukul 16.20 WIB Pukul
1 ONU_0/1/1:2 0,663 GPON- 3.49028× 10-16 3.49028× 10-16 3.49028× 10-16 3.49028× 10-16
2 ONU_0/3/1:9 0,634 GPON- 4.91621× 10-16 4.92417× 10-16 4.95673× 10-16 4.93237× 10-16
3 ONU_0/4/3:1 2,083 GPON- 2.5652× 10-16 2.56634× 10-16 2.58706× 10-16 2.57287× 10-16
4 ONU_0/4/1:5 3,139 GPON- 6.71235× 10-17 6.64334× 10-16 6.62971× 10-17 6.6618E× 10-17
5 ONU_0/3/1:7 3,379 GPON- 3.01563× 10-17 3.01563× 10-16 3.01563× 10-16 3.01563× 10-16
6 ONU_0/3/2:6 3979 GPON- 6.46899× 10-17 6.51978× 10-17 6.35791× 10-17 6.44889× 10-17
7 ONU_0/1/4:6 4,205 GPON- 6.07624× 10-17 6.07624× 10-17 6.07624× 10-17 6.07624× 10-17
8 ONU_0/5/2:5 4,523 GPON- 1.02385E-16 1.02975E-16 1.02127E-16 1.02496E-16
9 ONU_0/4/1:2 8,755 GPON- 6.67642E-17 6.82214E-17 6.80802E-17 6.76886E-17
4.3.4 Analisis Hasil Perhitungan Bit Error Rate (BER)
Setelah melakukan perhitungan terhadap 9 pelanggan, maka dapat kita lihat
grafik BER pada pelanggan terhadap jarak pelanggan ke OLT. Untuk Bit Error Rate
54 Gambar 4.9 BER pada pelanggan terhadap jarak (upstream).
Dari Gambar 4.9 yang merupakan perbandingan nilai rata-rata BER dalam
keadaan upstream terhadap jarak pelanggan, dimana pelanggan ketiga memiliki
nilai rata-rata BER terbesar yaitu 3,12149×10-16. Pelanggan ke-tujuh memiliki nilai
rata-rata BER terkecil yaitu 3,94511×10-17. Untuk Bit Error Rate (BER) pada tiap
pelanggan dalam keadaan downstream dapat dilihat pada Gambar 4.10.
Gambar 4.10 BER pelanggan terhadap jarak (downstream).
0
0.663 0.634 2.083 3.139 3.379 3.979 4.205 4.523 8.755
BER
0.663 0.634 2.083 3.139 3.379 3.979 4.205 4.523 8.755
BER
Jarak (km)
55 Dari Gambar 4.10 yang merupakan perbandingan nilai rata-rata BER dalam
keadaan downstream terhadap jarak pelanggan, dimanapelanggan kedua memiliki
nilai BER terbesar yaitu 4,93237×10-16. Pelanggan ke-tujuh memiliki nilai rata-rata
BER terkecil yaitu 6,07624×10-17. Dimana daya sinyal yang diterima dalam
keadaan oleh pelanggan kedua cenderung lebih tinggi daripada daya sinyal yang
diterima oleh pelanggan ke-tujuh, sehingga nilai BER pelanggan kedua lebih besar
daripada BER yang diperoleh oleh pelanggan ke-tujuh.
Dengan melakukan tiga kali pengukuran dalam tiga waktu yaitu pukul 11.00,
pukul 14.00 dan pukul 16.20, besar BER pelanggan tidak terjadi perubahan yang
jauh dari hasil pengukuran diwaktu yang lainnya. Hal ini disebabkan karena daya
sinyal yang dikirimkan ditiap waktu ke pelanggan juga tidak mengalami banyak
perubahan pula, serta jumlah penggunaan pada pelanggan yang tetap atau konstan.
Dilihat dari hasil perhitungan BER baik upstream maupun downstream, dapat
ditarik kesimpulan bahwa semua pelanggan dinyatakan layak dalam perhitungan
BER, karena semua pelanggan memiliki nilai BER lebih kecil dari 1×10-9, dengan
56
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan perhitungan dan analisa link budget, dapat disimpulkan bahwa:
1. Jarak central office ke pelanggan berpengaruh terhadap total loss sepanjang
saluran optik ke pelanggan, yang kemudian keduanya mempengaruhi daya
sinyal yang diterima (Pr) oleh setiap pelanggan. Total loss juga dipengaruhi
oleh splitter maupun konektor yang digunakan disepanjang saluran ke
pelanggan. Makin besar nilai daya sinyal yang diterima (Pr) oleh setiap
pelanggan, maka makin besar pula nilai SNR dan BER yang terjadi di setiap
pelanggan.
2. Besarnya daya sinyal yang diterima (Pr) oleh pelanggan dipengaruhi oleh
daya yang dikirimkan (Pt) dan total loss disepanjang jalur serat optik pada tiap
pelanggan ke central office. Total loss terbesar dari 9 pelanggan yang diamati
yaitu sebesar 23,90175 dB. Sehingga, setiap pelanggan dinyatakan layak
karena total loss setiap pelanggan kurang dari batas maksimum redaman pada
jaringan fiber optik yaitu 25 dB.
3. Dari hasil perhitungan SNR, hanya 4 pelanggan yang memiliki standar
kelayakan SNR untuk sistem komunikasi serat optik. Hal ini disebabkan oleh
pengaruh jarak yang juga berpengaruh pada total loss sepanjang saluran optik
ke suatu pelanggan. Jarak dan total loss mempengaruhi pada daya sinyal yang
diterima. Makin besar nilai daya sinyal yang diterima suatu pelanggan, maka