RIWAYAT HIDUP
DATA PRIBADI
Nama : RM. Reezky Dinan
Jenis Kelamin : Laki-laki
Tempat/Tgl. Lahir : Bandung, 08 Maret 1991
Kewarganegaraan: Indonesia
Status Pernikahan: Belum menikah
Tinggi/Berat Badan: 179 cm / 77 kg
Agama : Islam
Alamat : Jl. Bola Voli No.20 Komplek Arcamanik Endah, Antapani Bandung.
No. H/p : 0857 7070 7918
E-mail : reezkydinan@yahoo.com
JENJANG PENDIDIKAN
1995 – 1997 : TK Mesjid Agung Cianjur
1998 – 2003 : Sekolah Dasar Ibu Jenab 1 Cianjur
2003 – 2006 : Sekolah Menengah Pertama / SMP Pasundan Cianjur
2006 – 2009 : Sekolah Menengah Akhir / SMAN 1 Cilaku Cianjur
2009 – 2013 : Universitas Komputer Indonesia (UNIKOM) Bandung (Fakultas
Laporan Pengantar Tugas Akhir
PERANCANGAN BUKU BERGAMBAR MENGENAI ASAL USUL KOTA
BANDUNG
DK 38315/ Tugas Akhir
Semester II 2012-2013
Oleh :
RM. Reezky Dinan
51909043
Program Studi Desain Komunikasi Visual
FAKULTAS DESAIN
UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA
BANDUNG
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmat dan kasih‐Nya, atas anugerah yang telah penulis terima, serta petunjuk‐Nya sehingga memberikan kemampuan dan kemudahan bagi penulis dalam penyusunan laporan tugas akhir ini.
Didalam laporan tugas akhir ini penulis hanya sebatas ilmu yang bisa penulis sajikan dengan topik “PERANCANGAN BUKU BERGAMBAR
MENGENAI ASAL USUL KOTA BANDUNG ”. Dimana didalam topik tersebut
ada beberapa hal yang bisa kita pelajari khususnya pengetahuan tentang asal mula terbentuknya kota Bandung.
Penulis menyadari bahwa keterbatasan pengetahuan dan pemahaman tentang perancangan media buku bergambar ini, menjadikan keterbatasan untuk memberikan penjabaran yang lebih dalam tentang masalah ini, kiranya mohon dimaklumi apabila masih terdapat banyak kekurangan dan kesalahan dalam penyusunan laporan tugas akhir ini.
Harapan penulis, semoga laporan tugas akhir ini membawa manfaat bagi semuanya, Tidak lupa penulis ucapkan terimakasih kepada Bpk. Kankan Kasmana, M.Ds selaku Dosen Pembimbing dalam laporan tugas akhir ini, atas bimbingan dan dukungannya, serta untuk teman‐teman atas kerjasamanya.
Bandung, 28 Agustus 2013
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN ... i
SURAT PERNYATAAN EKSKLUSIF ... ii
LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS KARYA TUGAS AKHIR ... iii
KATA PENGANTAR ... iv
ABSTRAK ... v
ABSTRACT... vi
DAFTAR ISI ... vii
DAFTAR GAMBAR ... x
BAB I PENDAHULUAN ... 1
I.1 Latar Belakang Masalah ... 1
I.2 Identifikasi Masalah ... 2
I.3 Rumusan Masalah ... 3
I.4 Batasan Masalah ... 3
I.5 Tujuan Perancangan ... 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 5
II.1 Perancangan Buku Bergambar Mengenai Asal Usul Kota Bandung ... 5
II.1.1 Sejarah Bandung ... 5
II.1.2 Danau Purba ... 6
II.1.3 Sangkyang Tikoro ... 7
II.1.4 Fakta-fakta Bandung Purba ... 9
II.1.5 Mitos yang Berkembang di Masyarakat ... 10
II.2 Anak-anak ... 11
II.2.1 Tahap-Tahap Perkembangan Anak ... 11
II.3 Buku Cerita Bergambar ... 12
II.3.1 Pengertian Buku ... 12
II.3.2 Buku Bergambar ... 13
II.3.3 Elemen Visual Buku Cerita Bergambar ... 14
II.3.4 Jenis-Jenis Buku Bergambar ... 15
II.4.1 Teknik Pop-Up ... 17
II.4.2 Kelebihan Buku Pop-Up ... 17
II.4.3 Kekurangan Buku Pop-Up ... 18
II.4.4 Manfaat Buku Pop-Up ... 18
II.5 Informasi Tentang Asal Usul Kota Bandung Pada Anak-Anak ... 19
II.6 Solusi Permasalahan ... 20
II.7 Pendekatan Segmentasi ... 20
II.7.1 Target Audience ... 21
II.7.1 Target Market ... 22
BAB III STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP VISUAL ... 23
III.1 Strategi Perancangan ... 23
III.1.1 Pendekatan Komunikasi ... 23
III.1.2 Strategi Kreatif ... 24
III.1.2.1 Sinopsis ... 24
III.1.2.2 Story Line ... 24
III.1.2.3 Story Board ... 26
III.1.3 Strategi Media ... 28
III.1.3.1 Media Utama ... 29
III.1.3.2 Media Pendukung ... 29
III.1.4 Strategi Distribusi ... 32
III.2 Konsep Visual ... 32
III.2.1 Format Desain ... 32
III.2.2 Tata Letak (lay-Out) ... 32
III.2.3 Tipografi ... 33
III.2.4 Ilustrasi ... 35
III.2.5 Studi Karakter ... 35
III.2.6 Studi Warna ... 38
BAB IV TEKNIS PRODUKSI MEDIA ... 41
IV.1 Media Cetak ... 41
IV.2 Proses Perancangan Buku Bergambar ... 41
IV.3 Media Utama ... 42
IV.3.2 Isi Buku ... 42
IV.4 Media Pendukung ... 47
IV.4.1 Kemasan ... 47
IV.4.2 Flag Chain ... 47
IV.4.1 Display Book ... 48
IV.4.4 Poster ... 49
IV.4.5 Alat Ukur Tinggi Badan ... 50
DAFTAR PUSTAKA ... 52
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Bachtiar. T (2012).
Bandung Purba
. Bandung: Pustaka Jaya.
Dungworth. Richard. (2009).
Kreasi Pop Up
. Jakarta: PT Penerbit Erlangga.
Rustan. Surianto. (2009).
Layout (Dasar dan Penerapannya).
Jakarta: Gramedia
Syamsu. Yusuf . (2011).
Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja
. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya.
Wijayati. Lilis. (2012).
Petualangan Muto
. Depok: PT Gema Insani.
Halaman Web
Bachtiar. T. (2012)
Sejarah Kota Bandung Purba dan Danau Bandung
. Tersedia di:
http://era90.blogspot.com/2010/03/sejarah-bandung-purba-dan-danau-bandung.html
[2 Februari]
Denis-aji. (2012)
Sanghyang Ttikoro Danau Purba Bandung
. Tersedia di:
http//denis-aji.blogspot.com/2012/09/sanghyang-tikoro-danu-purba-bandung.html [1 Februari
2013]
Dhatux.
(2012)
Sejarah
Sanghyang
Tikoro
.
Tersedia
di:
http//www.ceritamu.com/cerita/sejarah-sanghyang-tikoro.html [1 Februari 2013]
KutuBlog. (2012)
Sejarah Kota Bandung
. Tersedia di:
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar belakang Masalah
Sejarah adalah sebagai kejadian dan peristiwa yang benar-benar terjadi pada masa lampau atau asal-usul. Kota Bandung merupakan kota metropolitan sekaligus menjadi ibu kota dari provinsi Jawa Barat. Kota bandung sering disebut juga kota parahyangan yang berarti tempat para rahyang atau dewa bersemayam. Sejak zaman Kerajaan Sunda, wilayah jajaran pengunungan di tengah Jawa Barat dianggap sebagai kawasan suci tempat hyang bersemayam. Nama kota Bandung berasal dari kata bendung atau dalam bahasa Indonesia disebut dengan kata bendungan, karena proses terbendungnya sungai Citarum oleh larva Gunung Tangkuban Parahu yang setelah itu membentuk telaga (Kusumadinata, 1959). Asal-usul yang diceritakan oleh masyarakat terdahulu di kota Bandung mengatakan bahwa nama Bandung itu sendiri diambil dari sebuah kendaraan air yang terdiri dari dua perahu kemudian diikatkan secara berdampingan yang disebut sebagai perahu bandung, perahu atau kendaraan tersebut yang dahulu digunakan oleh bupati Bandung pada saat itu yaitu R.A. Wiranatakusumah II, untuk mengarungi sungai Citarum dalam usahanya untuk mencari tempat kedudukan Kabupaten yang baru untuk menggantikan ibu kota yang lama di Dayeuhkolot. Sebagian mengatakan bahwa kata Bandung mengandung arti besar atau luas. Kata itu berasal dari kata bandeng, dalam bahasa Sunda ngabandeng adalah sebutan untuk genangan air yang luas dan tenang namun terkesan menyeramkan, diduga kata bandeng itu berubah bunyi menjadi Bandung.
Cerita mengenai asal usul kota Bandung tersebut lambat laun di kalangan masyarakat pada saat ini sudah jarang ditemukan dan keberadaanya pun sangat terbatas. Informasi tentang sejarah asal-usul kota Bandung sangat terbatas, sehingga banyak masyarakat yang tidak mengetahui hal tersebut. Lebih jauh sekarang ini anak-anak sudah tidak mengetahui akan sejarah asal usul kota Bandung.
ini yang menyebabkan perhatian anak-anak akan cerita asal usul kota Bandung sedikit demi sedikit berkurang. Selain membelajarkan anak-anak mengenai sejarah atau asal-usul dari suatu daerah yang belum mereka ketahui, hal tersebut juga bermanfaat dalam memelihara cerita tradisional yang keberadaannya terlupakan di masyarakat akibat pengaruh teknologi dan informasi yang diterima.
Pada era informasi dan pesatnya laju perkembangan ilmu dan teknologi seperti sekarang ini, keberadaan cerita-cerita dengan karakter-karakter yang baru lebih disukai oleh anak-anak dibandingkan cerita atau sejarah yang dimiliki oleh suatu daerah. Hal tersebut disebabkan oleh beberapa faktor, salah satunya seperti aktivitas bercerita yang sudah jarang dilakukan oleh orang tua terhadap anak-anaknya, anak-anak sudah jarang diperkenalkan apa yang disebut dengan bercerita, sehingga mereka lebih banyak menghabiskan waktu luangnya dengan membaca buku cerita yang baru dan berlatar luar negeri yang menarik seperti
Doraemon, Naruto, Avatar dan Spongebob Square Pants, serta bermain permainan dengan karakter-karakter yang lebih menarik dibandingkan dengan membaca atau mendengarkan cerita dari buku-buku mengenai sejarah atau cerita dalam negeri.
Pada saat ini banyak sekali buku-buku dari luar negeri yang masuk ke Indonesia dan sudah di terjemahkan kedalam bahasa Indonesia agar lebih mudah dibacanya dan lebih menarik dengan berbagai macam variasi bentuk buku dan alur ceritanya sehingga anak lebih berminat untuk membacanya. Hal itu menggantikan buku-buku lokal yang berlatarkan suasana dari daerah yang berada di Indonesia yang sudah ada sebelumnya. Alasan inilah yang memunculkan ide untuk membuat buku cerita dengan kemasan yang menarik, buku bergambar itu sendiri membantu anak untuk berimajinasi dan menikmati cerita tersebut.
I.2 Identifikasi Masalah
Cerita asal usul kota Bandung kalah populer dengan keberadaan cerita dari luar negeri yang sudah di terjemahkan ke dalam bahasa Indonesia sehingga lebih menarik minat anak-anak.
Keberadaan media informasi dan data yang terbatas sehingga masyarakat sulit untuk mengenal cerita tersebut.
Kurangnya buku atau media-media lainya yang menarik minat anak-anak tentang asal usul kota Bandung.
I.3 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian identifikasi diatas dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:
Bagaimana merancang sebuah media yang dapat menjadi solusi pada keterbatasan data dan informasi tentang cerita asal usul kota Bandung yang akan menjadikan sarana edukasi bagi penggunanya.
I.4 Batasan Masalah
Dari beberapa penjelasan yang telah diuraikan diatas, agar penulisan ini lebih terarah, permasalahan yang dihadapi tidak terlalu luas, maka perlu dilakukan batasan masalah. Masalah yang ditemukan yaitu keterbatasan data dan informasi mengenai cerita asal usul kota Bandung. Maka difokuskan untuk membuat suatu perancangan buku bergambar yang berlatarkan suasana Bandung pada zaman purba yang dapat menjadi sarana edukasi bagi penggunanya dengan mengangkat kembali cerita mengenai asal usul kota Bandung di kalangan masyarakat kota Bandung.
I.5 Tujuan Perancangan
Berdasarkan batasan masalah diatas, maka tujuan dari perancangan ini adalah:
Mengenalkan kembali cerita tentang asal usul kota Bandung kepada masyarakat Jawa Barat pada khususnya di kota Bandung
Dipilih anak usia 9 sampai 12 tahun sekolah dasar sebagai target perancangan ini.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Perancangan Buku Bergambar Mengenai Asal Usul Kota Bandung II.1.1 Sejarah Bandung
Kota Bandung merupakan kota metropolitan terbesar di Jawa Barat dan sekaligus menjadi ibu kota provinsi tersebut. Selain itu, kota bandung juga merupakan kota terbesar ketiga di indonesia setelah Jakarta dan Surabaya.
Kata Bandung berasal dari kata bendung atau bendungan disebabkan karena terbendungnya aliran sungai Citarum oleh lava Gunung Tangkuban Perahu yang lalu membentuk telaga. Legenda yang diceritakan oleh orang tua dulu di kota Bandung mengatakan bahwa nama “Bandung” diambil dari sebuah kendaraan air yang terdiri dari dua perahu yang diikatkan berdampingan yaitu disebut perahu bandung yang digunakan pertama kali oleh Bupati Bandung yaitu R.A. Wiranatakusumah II, untuk melayari atau menyebrang melintasi sungai Ci Tarum dalam upaya untuk mencari tempat kedudukan kabupaten yang baru dan menggantikan ibu kota yang lama di Dayeuhkolot. R.A. Wiranatakusumah II atau yang sering dijuluki "Dalem Kaum I" adalah seorang bupati untuk kabupaten Bandung yang keenam. Ia menjadi bupati Bandung sejak tahun 1794 hingga tahun
Gambar II.1 Peta Bandung Purba
1829. Dalam pandangan masyarakat pribumi, ia adalah “Bapak Pendiri Kota Bandung”. Hal ini antara lain dinyatakan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia terbitan Balai Pustaka (1994) dan Kamus Sunda-Indonesia terbitan Pustaka Setia (1996), bahwa kata “Bandung” berarti berpasangan dan berarti pula berdampingan. Secara historis, kata atau nama “Bandung” mulai dikenal sejak di daerah bekas danau tersebut berdiri pemerintah Kabupaten Bandung. Dengan demikian, sebutan “Danau Bandung” terhadap danau besar itu pun terjadi setelah berdirinya Kabupaten Bandung.
II.1.2 Danau Purba
Gambar II.2 Danau Bandung
Sumber: rovicky.wordpress.com (15 Mei 2013)
Menurut (Haryoto Kunto, 2009) Bandung kota dan sekitarnya, pada masa lampau merupakan danau yang dikenal dengan sebutan Danau Bandung. Keadaan yang sekarang terlihat merupakan pedataran yang biasa disebut dengan istilah “Cekungan Bandung”. Daerah sekitar cekungan tersebut, diperkirakan dahulu merupakan tepian danau sehingga banyak diperoleh sisa-sisa aktivitas manusia masa lampau.
kuali raksasa tersebut, lalu sungai itu berbelok mengalir ke arah Barat Laut, sesuai arah kemiringan wilayah ini.
Pinggiran Cekungan Bandung terdiri dari rangkaian gunung-gunung. Di utara, ada Gunung Burangrang, Gunung Sunda, Gunung Tangkuban Parahu, Bukit Tunggul, dan Gunung Putri. Sebelah timur ada Gunung Manglayang, di selatan ada Gunung Patuha, Gunung Tilu, Gunung Malabar, Gunung Mandalawangi. Di bagian tengah ada rangkaian gunung api tua, dan di barat dibentengi rangkaian bukit-bukit kapur Rajamandala. Bandung memang dikelilingi oleh banyak gunung.
Kota Bandung secara geografis dikelilingi oleh pegunungan, dan ini menunjukkan bahwa pada masa lalu kota Bandung memang merupakan sebuah telaga atau danau. Akibatnya, daerah antara Padalarang hingga Cicalengka dan daerah antara Gunung Tangkuban Parahu hingga Soreang terendam air menjadi sebuah danau besar yang kemudian dikenal dengan sebutan “Danau Bandung” atau “Danau Bandung Purba”. Proses keringnya danau Bandung sehingga meninggalkan cekungan seperti sekarang ini, menurut legenda keringnya di akibatkan karena mengalirnya air dari danau Bandung atau Danau Bandung Purba melalui sebuah gua yang bernama Sangkyang Tikoro.
II.1.3 Sangkyang Tikoro
Gambar II.3 Sanghyang Tikoro
Menurut (T.Bachtiar bersama rekan-rekan dari Riset Cekungan Bandung, 2010) Sanghyang Tikoro merupakan legenda masyarakat pajajaran berkaitan dengan asal mula terbentuknya kota Bandung. Sanghyang Tikoro adalah sebuah lubang atau gua tempat mengalirnya air menuju sungai Citarum. Lubang tersebut dalam legenda masyarakat dipercaya sebagai tempat jebolnya danau Bandung purba. Danau Bandung purba yang sebelumnya penuh dengan air menjadi surut kemudian terbentuklah kota Bandung seperti sekarang ini.
Kata Sanghyang Tikoro dalam bahasa pewayangan Sunda yaitu, Sanghyang
artinya dewa sedangkan Tikoro artinya kerongkongan. Bila diartikatakan
Sanghyang Tikoro adalah dewa kerongkongan. Belum ada alasan pasti mengapa masyarakat menamai lobang aliran air dekat danau saguling tersebut dinamai dengan nama Sanghyang Tikoro. Sekitar 20 juta tahun yang lalu daerah tersebut adalah terumbu karang indah dengan kedalaman sekitar 10-20 meter. Terbentuknya gua bawah tanah tersebut membuktikan bagaimana hebatnya proses erosi yang dilakukan aliran Citarum hingga mampu melubangi batuan kapur yang keras.
II.1.4 Fakta-fakta Bandung Purba
Gambar II.4 Buku Bandung Purba
Sumber: DokumenPribadi (27 Juli 2013)
Cekungan Bandung juga pernah dijelajahi oleh binatang-binatang besar seperti gajah (Elephas Maximus), badak (Rhinocherus Sondaicus), dan tapir (Tapirus Indicus). Jauh sebelum hadirnya binatang-binatang itu, J.A. Katili menulis, di lembah Ci Tarum ditemukan gigi Kuda Nil (Hippopotamus). Sementara binatang yang berada di pulau lain di Paparan Sunda, gajah dan tapir sudah lama punah, yang tertinggal hanyalah tulang belulang yang terawetkan oleh gejala alam, sebagai bukti untuk pelajaran.
Dr. G.R.H. von Koenongswald (1939), melaporkan, di sisi CI Tarum, DI daerah Banuraja yang lokasi penemuannya itu kini sebagian terendau oleh Danau Saguling, disana terdapat fosil-fosil gigi tapir dan fosil-fosil lainnya. Fosil-fosil itu disimpan di National Natuurhistorich Museum di Leiden, Negeri Belanda.
dangkal, atau sesekali berenang. Gajah misalnya dapat berenang sejauh Bandung-Cianjur dan bertahan selama 3 hari dalam keadaan ekstrim.
Bukti adanya gajah di Cekungan Bandung, gerahamnya yang utuh ditemukan secara tidak sengaja oleh Iman Rismansyah saat ia memperdalam sumur di rumahnya di Rancamalang Kabupaten Bandung. Bila graham gajah yang terlewatkan di kedalaman 6 meter di antara bebetuan besar. Air Danau Purba pada saat itu sedang dalam kondisi puncaknya. Melihat utuhnya graham di Rancamalang, sangat mungkin gajah tersebut mati di tempat, terjebak dalam lupur disana. Fosil itu merupakan pindahan karena terbawa oleh aliran air sungai.
Fosil-fosil tersebut saat ini di pindahkan di Museum Geologi Bandung agar dapat di pelajari dan masyarakat pun mengetahuinya. Dari fosil itu harus dijadikan titik berangkat untuk penelitian lebih lanjut misalnya untuk merekontruksi geografinya purba Cekungan Bandung ketika Hippopotamus yang lingkungan hidupnya di perairan, atau geografinya purba Cekungan Bandung ketika menjadi padang rumput, hutan terbuka, atau hutan lebat.
II.1.5 Mitos Yang Berkembang Di Masyarakat
Ada mitos yang berkembang di masyrakat mengenai Bandung pada saat zaman purba yang intinya terdapat pada peristiwa rapuhnya atau tempat jebolnya air yang menggenang di dataran atau cekungan Bandung yang bernama
Sanghyang Tikoro masyarakat setempat menyebutkan bahwa bila di lemparkan seutas rambut atau sepotong lidi terbawa yang hanyut ke dalam Sanghyang Tikoro
yang mengalirinya pada saat ini sudah terkontaminasi oleh limbah pabrik yang berada di sekitar Padalarang sampai Citarum sehingga tercium bau yang menyengat. Oleh karena itu, dibutuhkan kesadaran manusia-manusia Sunda khususnya masyarakat kota Bandung untuk melestarikan kekayaannya yang telah dimiliki oleh Jawa Barat.
II.2 Anak-anak
Gambar II.5 Anak-anak sedang membaca buku
Sumber: indonesiabuku.com (15 Mei 2013)
Anak adalah mahkluk sosial yang membutuhkan orang lain untuk dapat membantu mengembangkan kemampuannya. Anak tidaklah sama dengan orang dewasa, anak memiliki kecenderungan lebih mudah belajar dengan contoh-contoh yang mudah diterima dari pada aturan-aturan yang bersifat memaksa.
II.2.1 Tahap-tahap Perkembangan Anak
Menurut Piaget (Nursiam. 2009) perkembangan ini dibagi dalam 4 tahap : 1. Sensori Motor (usia 0-2 Tahun)
menggunakan gambar sebagai alat peraga, melainkan harus dengan sesuatu yang bergerak (panggung boneka akan sangat membantu).
2. Pra-operasional (usia 2-7 Tahun)
Pada usia ini anak menjadi egois, sehingga berkesan 'pelit', karena ia tidak bisa melihat dari sudut pandang orang lain. Anak tersebut juga memiliki kecenderungan untuk meniru orang di sekelilingnya. Meskipun pada saat berusia 6-7 tahun mereka sudah mulai mengerti motivasi, namun mereka tidak mengerti cara berpikir yang sistematis-rumit. Dalam menyampaikan cerita harus ada alat peraga.
3. Operasional Kongkrit (usia 7-11 Tahun)
Saat ini anak mulai meninggalkan egoisnya dan dapat bermain dalam kelompok dengan aturan kelompok (bekerja sama). Anak sudah dapat dimotivasi dan mengerti hal-hal yang sistematis.
4. Operasional Formal (usia 11 tahun keatas)
Pengajaran pada anak pra-remaja ini menjadi sedikit lebih mudah, karena mereka sudah mengerti konsep dan dapat berpikir, baik secara konkrit maupun abstrak, sehingga tidak perlu menggunakan alat peraga. Namun kesulitan baru yang dihadapi guru adalah harus menyediakan waktu untuk dapat memahami pergumulan yang sedang mereka hadapi ketika memasuki usia pubertas.
II.3 Buku Cerita Bergambar II.3.1 Pengertian Buku
itu peristiwa, bermacam cerita, dan apapun yang menghasilkan informasi. Bentuk buku tidak harus berupa teks, namun buku juga dapat disajikan berupa gambar atau foto yang disertai teks, seperti buku bergambar (picture book), yang disesuaikan dengan kebutuhan penyampaian informasi mengenai buku tersebut.
II.3.2 Buku Bergambar
Gambar II.6 Buku Bergambar Anak
Sumber: lagendamahsuri.com (15 Mei 2013)
Menurut Guntur (seperti yang dikutip Nurmarwan, 2010), “Buku bergambar merupakan salah satu bentuk penyampaian pesan dengan bentuk teks disertai dengan gambar ilustrasi yang mendukung yang dikemas menjadi sebuah buku. Buku bergambar terdiri dari beberapa jenis, yang diantaranya adalah sebagai berikut:
Buku yang mengandalkan gambar/ilustrasi, di mana teks hanya berfungsi sebagai penjelasan gambar.
Buku yang mengandalkan gambar/ilustrasi sebagai penjelas teks. Gambar/ilustrasi hanya berfungsi sebagai tambahan.
II.3.3 Elemen Visual Buku Cerita Bergambar
Secara garis besar, elemen-elemen yang terdapat dalam sebuah cerita bergambar dapat dijabarkan sebagai berikut:
Garis
Garis menciptakan arah, gerak dan energi. Garis tegas umunya digunakan untuk menggambarkan fenomena alam, sedangkan garis lembut dapat menciptakan kesan feminin, melankolis ataupun kelunakan.
Bentuk
Bentuk mampu mengahadirkan suasan berbeda layaknya bentuk imajinatif, geometrik dan sebagainya.
Warna
Warna adalah kualitas dari mutu cahaya yang di pantulkan oleh suatu obyek ke mata manusia sehingga dapat membangkitkan perasaan manusia. Warna umunya digunakan untuk menghidupkan emosi dan suasan yang terdapat di dalam satu kesatuan ilustrasi. Ada beberapa peran warna secara rinci :
- Identifikasi - Menarik perhatian
- Memberi pengaruh psikologi - Membangun ketahanan minat - Menciptakan suasana
Berikut ini adalah bentuk-bentuk dari arti struktural bentuk, warna dan garis:
Bentuk horizontal menciptakan perasaan stabil atau tenang. Semua gambar yang bentuknya seimbang dan horizontal akan terlihat lebih stabil.
Bentuk vertikal menciptakan kesan enerjik dan kegembiraan. Bentuk diagonal mengacu pada gerakan atau tekanan.
Bentuk runcing menciptakan kesan menakutkan, sedangkan bentuk bulat membuat kesan aman.
Kontras antara warna dan bentuklah yang akan membuat pembaca menginterpretasikan gambar tersebut.
II.3.4 Jenis-jenis buku bergambar
Buku bergambar (picture book) dapat dikelompokkan menjadi beberapa jenis.
Rothlein dan Meinbach (1991) dalam Abu membedakan jenis buku bergambar menjadi 5 macam, yaitu :
1. Buku abjad (alpabet book)
Dalam buku alfabet, setiap huruf harus dikaitkan dengan suatu ilustrasi objek yang diawali dengan huruf. Ilustrasi harus jelas berkaitan dengan huruf-huruf kunci dan gambar objek serta mudah teridentifikasi. Buku alfabet berfungsi untuk membantu anak menstimulasi dan membantu pengembangan kosakata.
2. Buku mainan (toys book)
Buku mainan ini mengarahkan anak-anak untuk lebih memahami teks, mengeksplorasi konsep nomor, kata bersajak dan alur cerita. Buku mainan anak-anak untuk mengembangkan keterampilan kognitif, meningkatkan kemampuan bahasa dan sosialnya serta mencintai buku.
3. Buku konsep (concept books)
4. Buku bergambar tanpa kata (wordless picture books)
Buku bergambar tanpa kata adalah buku untuk menyampaikan suatu cerita melalui ilustrasi saja. Alur cerita disajikan dengan gambar yang diurutkan dan tindakan juga digambarkan dengan jelas.
5. Buku cerita bergambar
Buku cerita bergambar memuat pesan melalui ilustrasi dan teks tertulis. Kedua elemen ini merupakan elemen penting pada cerita. Buku-buku ini memuat berbagai tema yang sering didasarkan pada pengalaman kehidupan sehari-hari anak.
II.3.5 Manfaat buku bergambar
Buku cerita bergambar dapat digunakan untuk membantu anak mengenal lingkungan dan situasi yang berbeda dengan lingkungan mereka. Stewing dalam Hafid (2002:83) menyatakan bahwa ada tiga manfaat buku cerita bergambar yaitu:
a. Memberikan masukan bahasa kepada anak-anak, b. Memberikan masukan visual bagi anak-anak, c. Menstimulasi kemampuan verbal dan visual anak.
II.4 Teknik Mengkreasikan Gambar Dua Dimensi Menjadi Tiga Dimensi II.4.1 Teknik Pop-Up
Pop-up book adalah buku dengan elemen kertas dalam halaman-halaman yang dapat dimanipulasi oleh pembuatnya sehingga terlihat nyata.
Pop-up book dapat dilipat, dilem, atau tarik- sehingga membentuk elemen yang bergerak di dalam halaman-halaman cerita. untuk membuat Unsur-unsur kertas bergerak dalam bentuk pop-up memerlukan keahlian seorang
paper engineer yang dapat secara efektif mendesain tiap detail elemennya. Perakitan dan pemotongan kertas biasanya cenderung mahal dan kompleks.
II.4.2 Kelebihan Buku Pop-Up
Buku pop-up dapat memberikan visualisasi cerita yang lebih menarik. Mulai dari ampilan gambar yang terlihat lebih memiliki dimensi, gambar yang dapat bergerak ketika halamannya dibuka atau bagiannya digeser, bagian yang dapat berubah bentuk, memiliki tekstur seperti benda aslinya bahkan beberapa ada yang dapat mengeluarkan bunyi. Hal-hal seperti ini membuat ceritanya lebih menyenangkan dan menarik untuk dinikmati.
Hal lain yang membuat buku pop-up menarik dan berbeda dari buku cerita ilustrasi biasa adalah ia memberikan kejutan-kejutan dalam setiap
Gambar II.7 Referensi Pop Up
halamannya yang dapat mengundang ketakjuban ketika halamannya dibuka. Pembaca seperti menjadi bagian dari hal yang menakjubkan itu karena mereka memiliki andil ketika mereka membuka halaman buku. Hal ini membuat pembaca memancing antusias pembaca dalam mengikuti ceritanya karena mereka menanti kejutan apa lagi yang akan diberikan di halaman selanjutnya.
Buku pop-up mempunyai kemampuan untuk memperkuat kesan yang ingin disampaikan dalam sebuah cerita sehingga dapat lebih dapat terasa. Tampilan visual yang lebih berdimensi membuat cerita semakin terasa nyata ditambah lagi dengan kejutan yang diberikan dalam setiap halamannya. Gambar dapat secara tiba-tiba muncul dari balik halaman atau sebuah bangunan dapat berdiri megah ditengah-tengah halaman dengan cara pemvisualisasi ini, kesan yang ingin ditampilkan dapat lebih tersampaikan.
Jenis cerita yang disampaikan dalam buku pop-up bias sangat beragam mulai dari pengetahuan seperti pengenalan hewan, geografis suatu negara, kebudayaan, sejarah, kegiatan keagamaan, hingga cerita imaginer seperti dongeng, fabel, cerita rakyat, mitos, legenda.
II.4.3 Kekurangan Buku Pop-Up
Selain berbagai keunggulannya, buku pop-up memiliki kelemahan juga. Kelebihan buku pop-up adalah kelemahannya juga karena memiliki mekanik yang dapat membuat buku pop-up bergerak, muncul hingga secara lebih berdimensi waktu pengerjaannya cenderung lebih lama karena menuntut ketelitian yang lebih ekstra sehingga mekanik dapat bekerja dengan baik dalam waktu yang lama dan juga untuk menjaga durabilitynya.
II.4.4 Manfaat Buku Pop-Up
Buku pop-up memiliki berbagai manfaat yang sangat berguna, seperti: Mengajarkan anak untuk lebih menghargai buku dan memperlakukannya dengan lebih baik, lebih mendekatkan anak dengan orang tua karena buku
(mendekatkan hubungan antara orang tua dan anak), dapat mengembangkan kreatifitas anak, merangsang imaginasi anak, menambah pengetahuan hingga memberikan penggambaran bentuk suatu benda.
Manfaat lain dari buku pop-up adalah media ini dapat digunakan sebagai media untuk menanamkan kecintaan terhadap membaca. Dibandingkan dengan buku cerita anak yang biasa, buku pop-up dapat lebih memberikan kenikmatan dalam membaca cerita. Dalam menikmati buku pop-up, anak tidak hanya membaca sebuah cerita, mereka dapat berinteraksi dengan cerita yang disampaikan dalam buku dan ikut aktif sebagai pelaku, baik itu melalui sentuhan, pengama-tan atau bahkan melalui suara yang disajikan dalam buku pop-up. Unsur kejutan yang dimiliki buku pop-up dapat menumbuhkan rasa penasaran anak terhadap kelanjutan suatu cerita sehingga membuat anak semakin gemar untuk membaca.
II.5 Informasi Tentang Asal Usul Kota Bandung Pada Anak-Anak
Berdasarkan data hasil wawancara yang dilakukan terhadap beberapa anak anak sekolah dasar di kota bandung, secara keseluruhan anak-anak pada saat ini sedikit yang mengetahui akan asal-usul kota Bandung. Bahkan dari beberapa anak-anak pun mengaku tidak pernah diceritakan oleh orang tuanya dan beberapa anak-anak mengaku tidak pernah diajarkan di sekolahnya, mereka sebagian yang mengetahui sedikit tentang asal-usul kota Bandung mengaku mengenal atau mengetahui cerita asal-usul kota Bandung tersebut di ceritakan oleh nenek kakek mereka masing-masing, itupun tidak secara rinci mereka menceritakannya karena pada waktu itu belum ada fasilitas teknologi yang mendukung untuk mendokumentasikan cerita tersebut.
asal-usul kota Bandung, baik dalam buku cerita maupun dalam buku pelajaran di sekolah.
Pada dasarnya anak-anak zaman sekarang ini lebih memilih cerita-cerita bergambar yang lebih menarik minatnya dengan karakter yang baru dan disukai oleh anak-anak dibandingkan cerita yang dimiliki oleh suatu daerah. Hal tersebut disebabkan oleh beberapa faktor salah satunya seperti media informasi dan data yang terbatas sehingga masyarakat sulit untuk mengenal cerita tersebut. Aktivitas bercerita kepada anak-anaknya yang sudah jarang dilakukan oleh orangtuanya. Anak-anak sudah jarang diperkenalkan apa yang disebut dengan bercerita dan diperkenalkan cerita atau sejarah dari daerahnya sehingga mereka lebih banyak menghabiskan waktu luangnya dengan menonton televisi, menyaksikan tayang film kartun berlatar luar negeri serta bermain video games dibandingkan dengan membaca buku.
II.6 Solusi Permasalahan
Fenomena ini menjadi suatu kesempatan bagi penulis untuk membuat sebuah media informasi yaitu buku cerita bergambar yang akan menceritakan tentang asal usul kota Bandung yang menarik dan berguna, guna untuk menarik perhatian anak-anak dan masyarakat agar pengetahuan mengenai kota Bandung sangat luas. Selain itu, media pembelajaran yang bervariasi dapat membantu mengembalikan semangat anak. Di samping itu, media pembelajaran yang bervariasi membuat para anak tertarik dan tertantang untuk membacanya tanpa membuat anak tersebut jenuh dan bosan.
II.7 Pendekatan Segmentasi
Pendekatan-pendekatan segmentasi ada beberapa macam diantaranya adalah geografi, demografi, psikografi, dan behavioral. Masing-masing pendekatan ini memiliki ciri-ciri yang berbeda satu sesuai.
Geografi
kota, dan desa. Perusahaan akan beroperasi pada satu atau beberapa area geografi yang dipandang potensial dan menguntungkan.
Demografi
Dalam segmentasi demografi, pasar dibagi menjadi grup-grup dengan dasar pembagian seperti usia, jenis kelamin, tingkat pendekatan, tingkat pendidikan, dan agama. Demografi dapat dilihat untuk melihat perubahan permintaan aneka produk dan yang terakhir demografi dapat digunakan untuk mengevaluasi kampanye-kampanye pemasaran.
Psikografi
Dalam segmentasi psikografis, perilaku konsumen diobservasi melalui gaya hidup (lifestyle), nilai-nilai kehidupan dan kepribadian (personality).
II.7.1 Target Audience
Target Audience untuk buku cerita bergambar ini adalah anak usia sekolah dasar yang sudah mengenal huruf-huruf dan bisa membaca. Selain itu para orang tua dan juga guru diharapkan bisa membantu supaya anak-anak mau dan tertarik untuk membaca buku cerita bergambar ini.
Geografis
Anak-anak sekolah dasar di perkotaan seluruh Jawa Barat. khususnya di daerah kota Bandung.
Demografis
Target primer :
Jenis kelamin : Anak -anak Kelompok Umur : usia 9 - 12 tahun Status : Anak usia SD Ekonomi : Menengah ke atas (B)
teks dan visual sebagai gambaran imajinasi anak. Dalam hal status ekonomi Kalangan menengah ke atas cenderung memiliki bentuk kehidupan yang cukup layak sehingga memungkinkan untuk menyisihkan sebagian dari kemampuan finansialnya dalam hal pendidikan dan hiburan.
Psikografis
Anak-anak yang memiliki kecenderungan berimajinasi yang tinggi Tertarik kepada sejarah atau cerita tertentu
Rasa ingin tahu yang besar Tertarik pada warna
Anak-anak sangat berenergi
II.7.2 Target Market Geografis
Orang tua (Ibu dan Ayah) yang berada di perkotaan. khususnya di daerah kota Bandung.
Demografis
Jenis kelamin : Perempuan dan Laki-laki Kelompok Umur : 25-40 Tahun
Status : Orang tua (ibu dan Ayah) Ekonomi : Menengah ke atas (B) Psikografis
Orang tua yang peduli terhadap pendidikan anak-anaknya.
Orang tua yang menginginkan pengetahuan yang lebih untuk anak- anaknya.
BAB III
STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP VISUAL
III.1 Strategi Perancangan
Pengertian strategi menurut Stephanie K (seperti dikutip dalam Bernado Periangan 2011). Strategi didefinisikan sebagai suatu proses penentuan rencana para pemimpin puncak yang berfokus pada tujuan jangka panjang organisasi, disertai penyusunan suatu cara atau upaya bagaimana agar tujuan tersebut dapat dicapai.
Strategi perancangan yang akan dilaksanakan mengenai keterbatasan sarana informasi terhadap cerita asal usul Bandung yaitu dengan membuatkan sebuah buku bergambar yang memberikan segala pengetahuan tentang asal usul Bandung agar menjadi sarana edukasi bagi penggunanya.
III.1.1 Pendekatan Komunikasi 1. Visual
Visual menggunakan gaya pendekatan lugas, informasi disampaikan secara langsung tanpa menggunakan pengumpamaan atau analogi. Di dalam bukunya pun akan banyak sekali gambar-gambar yang akan mengajak anak-anak menjadi aktraktif.
2. Verbal
III.1.2 Strategi Kreatif
Penulis melakukan pendekatan dengan memberikan informasi teks dan visual. Dimana anak pada umur 9 - 12 tahun tahun berada di fase perkembangan dan daya pikir mereka telah bekerja dengan baik. Oleh karena itu, dalam penyampaian informasi kepada anak dilakukan melalui teks dan visual sebagai gambaran imajinasi anak. Media informasi disajikan dalam bentuk semi 3 dimensi yaitu dengan dihadirkannya pop-up
di dalam bukunya agar anak lebih tertarik dan tidak cepat bosan.
Dari strategi kreatif ini, penulis mengembangkan sebuah gagasan untuk membuat sebuah buku bergambar yang menyajikan teks dan visual yang disertai pop-up agar imajinasi anak dapat ikut berkembang seiring dengan informasi baru yang mereka terima.
Dari strategi kreatif ini kemudian dikembangkan cerita dari sebuah
sinopsis menjadi storyline dan storyboard.
III.1.2.1 Sinopsis
Alkisah diceritakan dahulu kala terdapat dataran pegunungan yang mirip dengan kuali raksasa yang didalamnya terdapat aliran sungai yang mengalir menuju pegunungan, serta hutan yang lebat dan dipenuhi dengan hewan-hewan. Suatu ketika, Gunung Tangkuban Parahu meletus dengan dahsyatnya, Letusan tersebut membuat saluran sungai yang berada di kuali raksasa tersebut tersumbat sehingga membuat aliran sungai terhalang. Aliran sungai Citarum yang terbendung itu lambat laun menggenang sehingga menyebabkan kuali raksasa terisi oleh air.
III.1.2.2 Storyline
Hal Deskripsi Dialog
1 Pengenalan
Hi, perkenalkan namaku Dinan, disini aku akan menceritakan tentang asal usul kota Bandung dari
segi geologinya dan memberikan informasi Bandung pada saat zaman purba. Nah teman-teman ayo kita cari tahu dan menjelajah bersama.
2 Kuali Raksasa
Teman-teman tahukah kamu bahwa dulu di kota Bandung ini terdapat sebuah pegunungan yang mirip dengan kuali raksasa, yang kini bernama
cekungan Bandung? Pegunungan tersebut bernama Gunung Tangkuban Parahu. Namun di dalam cekungan Bandung tersebut terdapat hutan hijau nan rimbun dan disana hiduplah bermacam-macam hewan, mulai dari yang terkecil sampai
yang terbesar.
3 Sungai Citarum Purba
Didalam kuali raksasa itu terdapat sungai yang mengalir dari gunung yang berada di pinggiran kuali raksasa. Sungai yang mengalir ke daerah cekungan tersebut adalah sungai Citarum purba,
yang sekarang ini lebih dikenal dengan sungai Citarum yang berada di daerah Rajamandala.
4 Gunung Tangkuban Parahu meletus
Suatu ketika, Gunung Tangkuban Parahu meletus dengan dahsyatnya, getaran itu datang dengan
seketika sehingga membuat panik seluruh penghuni hutan.
5 Gunung Tangkuban Parahu meletus
Letusan tersebut membuat saluran sungai yang berada di kuali raksasa tersebut tersumbat sehingga membuat aliran sungai yang sekarang
I I I . 1 . 3 I II.1.2.2 Storyboard
Storyboard merupakan pengembangan dari storyline, storyboard
ini terdiri dari dialog dan visualisasi. 6 Citarum Purba
Terbendung
Kemudian, aliran sungai Citarum yang terbendung itu lambat laun menggenang sehingga
menyebabkan kuali raksasa terisi air. Dari situlah terjadinya asal mula terbentuknya Danau Purba.
7 Dinding Gunung Rapuh
Beberapa tahun kemudian, dinding gunung tersebut mulai rapuh dan tidak bisa menahan air lebih banyak lagi. Dan akhirnya dinding gunung rapuh dan air pun mulai mencari jalan keluarnya.
8 Dinding Gunung Rapuh
Dinding gunung yang jebol itu mengakibatkan bolong yang sangat besar dan panjang seperti gua,
yang sekarang dikenal oleh masyarakat setempat dengan nama Sanghyang Tikoro yang berarti Tenggorokan Dewa. Bolong gua tersebut sampai sekarang masih menjadi misteri, karena tidak ada
yang mengetahui kemana perginya air itu mengalir.
9 Dinding Gunung Rapuh
Alhasil, akibat dari rapuhnya kuali raksasa tersebut setelah beberapa juta tahun lambat laun air yang menggenang di kuali raksasa itu menjadi mulai berkurang. Dan kemudian kembali menjadi hutan yang lebat dan dipenuhi oleh hewan-hewan.
10 Kuali Raksasa Menjadi Dataran
Setelah berjuta-juta tahun berlalu, kuali raksasa tersebut berubah menjadi dataran dan kemudian timbulah Kota Bandung yang sekarang kita huni
Hal Deskripsi Visual 1
Pegunungan yang mirip dengan kuali raksasa, Pegunungan
tersebut bernama Gunung Tangkuban Parahu. Namun di
dalam cekungan Bandung tersebut terdapat hutan hijau
yang rimbun. 2
Terdapat sungai yang mengalir dari gunung yang berada di pinggiran kuali raksasa. Sungai
yang mengalir ke daerah cekungan tersebut adalah sungai
Citarum purba.
3
Gunung Tangkuban Parahu meletus dengan dahsyatnya, getaran itu datang dengan seketika dan membuat hutan
tersebut menjadi hancur.
4
Letusan tersebut membuat saluran sungai yang berada di kuali raksasa tersebut tersumbat sehingga membuat aliran sungai yang sekarang disebut sebagai
5
Aliran sungai Citarum yang terbendung itu lambat laun
menggenang sehingga menyebabkan kuali raksasa
terisi air.
6
Dinding gunung tersebut mulai rapuh dan tidak bisa menahan
air lebih banyak lagi. Dan akhirnya dinding gunung rapuh dan air pun mulai mencari jalan
keluarnya.
7 Dinding gunung yang jebol itu mengakibatkan bolong yang sangat besar dan panjang seperti gua, yang sekarang dikenal oleh
masyarakat setempat dengan nama Sanghyang Tikoro yang
berarti Tenggorokan Dewa. 8
Setelah berjuta-juta tahun berlalu, kuali raksasa tersebut
berubah menjadi dataran dan kemudian timbulah Kota Bandung yang sekarang kita
huni ini.
III.1.3 Strategi Media
melalui sebuah media utama dan beberapa media pendukung. media-media yang dipilih harus dapat diterima dengan baik oleh target audiens dan bentuknya disesuaikan dengan kepentingan serta kedekatan target audiens terhadap media tersebut karena, setiap media memiliki nilai kelebihan dan nilai keterbatasan, terutama dari segi efektifitas dan efisiensinya.
III.1.3.1 Media Utama
Dalam perancangan media informasi buku bergambar ini, akan menggunakan media utama media yang akan digunakan berupa buku cergam dengan teknik pop up dan tampilan penuh warna maka diharapkan akan menambah ketertarikan bagi anak untuk membaca buku cergam ini. Selain itu pemilihan media informasi berupa buku akan lebih efektif karena tidak membutuhkan media lain sebagai perantara. Buku dikalangan masyarakat juga lebih dikenal sebagai jendela ilmu.
Dalam bentuk cergam anak akan mengikuti sesuai alur penceritaan tanpa merasa digurui. Namun, akan ada fakta-fakta yang sekilas akan dibahas sehingga antara hiburan dan pendidikan akan seimbang porsinya.
III.1.3.2 Media Pendukung
Selain media utama yang akan digunakan untuk pembelajaran, ada unsur yang penting lagi seperti media pendukung. Fungsi media pendukung adalah untuk memberikan penambahan media-media yang belum ada di media utama, ada pun media-media pendukung yang akan digunakan adalah sebagai berikut:
1. Pembatas Buku
Gambar III.1 Pembatas Buku
Sumber: DokumenPribadi
2. Poster
Poster disini berfungsi sebagai penanda bahwa buku telah terbit dan akan ditempatkan pada papan jenis-jenis buku yang baru diterbitkan. Visualisasi yang ditampilkan juga mengambil dari visualisasi pada bagian cover buku.
Gambar III.2 Poster
[image:40.612.242.430.392.664.2]3. Pengukur Tinggi Badan
Alat pengukur tinggi badan disini yaitu souvenir diberikan kepada konsumen setiap pembelian buku.
Gambar III.3 Pengukur Tinggi Bandan
Sumber: DokumenPribadi
4. Flag Chain
III.1.4 Strategi Distribusi
Target utama dalam pendistribusian buku cerita bergambar ini ditempatkan di toko-toko buku seperti toko buku Gramedia, sehingga cerita bergambar ini dapat dibaca oleh anak-anak seluruh Indonesia khususnya masyarakat di daerah Jawa Barat. Penerbit yang dipilih adalah Erlangga For Kids yang berada di bawah naungan penerbit Erlangga. Pernerbit Erlangga For Kids sudah banyak menerbitkan buku anak-anak baik buku tentang pebgetahuan ayau dongen-dongeng lainnya.
III.2 Konsep Visual
III.2.1 Format Desain
Format buku bergambar yang digunakan dalam setiap halaman adalah lanskap dengan tampilan penuh dengan ukuran 50 cm x 28 cm. Dengan ukuran yang kecil ini memudahkan anak-anak untuk bisa membawa dan membaca dimana saja.
III.2.2 Tata Letak (layout)
[image:42.612.238.463.94.241.2]Ukuran Lay out yang digunakan dalam media informasi ini adalah custom yaitu dengan ukuran 50 x 28 cm. Ukuran tersebut merupakan ukuran standar dalam layout untuk buku cergam anak.
Gambar III.4 Rantai Bendera
Gambar III.5 Cover Buku
Sumber: Dokumen Pr ibadi III.2.3 Tipografi
Untuk Judul pada Cergam asal usul kota Bandung ini, menggunakan Font original. Jenis Font yang digunakan adalah “akaDylan Plan”. Alasan memilih jenis font diatas adalah karena untuk menyesuaikan dengan tulisan anak-anak yang tidak terlalu formal, seperti tulisan tangan sendiri sehingga dapat menarik perhatian lagi ketika dibaca.
Gambar III.6 Font judul cover
Sumber: Dokumen Pribadi
[image:43.612.262.412.357.587.2]Gambar III.7 Tipografi untuk Bodyteks
Sumber: Dokumen Pribadi
Gambar III.8 Tipografi untuk judul
[image:44.612.186.491.377.489.2]III.2.4 Ilustrasi
Ilustrasi yang dipakai dalam buku cerita bergambar ini memiliki gaya kartun dimana gaya gambar ini sangat disuka anak-anak. Ilustrasi dibuat menggunakan teknik digital (vector). Keseluruhan Ilustrasi pada perancangan buku bergambar ini menampilkan objek yang menggunakan bentuk-bentuk yang telah mengalami abstraksi (penyederhanaan bentuk) yang dirancang berdasarkan aktivitas anak sehari-hari.
III.2.5 Studi Karakter 1. Tokoh Si Dinan
Gambar III.10 Karakter
[image:45.612.213.446.214.409.2]Sumber: Dokumen Pribadi Gambar III.9 Referensi Ilustrasi
Dalam menentukan karakter dalam buku ini yaitu mengambil beberapa kesan berdasarkan karakter anak-anak di daerah Jawa Barat. Tokoh ini adalah salah satu tokoh utama yang akan menjelaskan dalam buku cerita ini, dibuat lucu agar anak-anak merasa tertarik ingin membaca buku cerita ini. Kata nama “Si Dinan” dalam tokoh di adalah yang akan menjelaskan di dalam buku cerita Asal Usul Kota Bandung. Diambil dari tokot wayang orang yaitu cepot yang sangat terkenal sebagai ciri khas orang sunda .
[image:46.612.164.534.292.397.2]2. Gunung Tangkuban Parahu
Gambar III.11 Gunung Tangkuban Perahu
Sumber: Dokumen Pribadi
3. Pohon Bambu
Gambar III.12 Pohon bambu
Sumber: Dokumen Pribadi
Dalam pembuatan ilustrasi ini di ambil pohon bambu atau di kalangan orang sunda sering di sebut juga dengan tangkal awi. Pohon ini sangat banyak tumbuh di daerah Jawa Barat apalagi di daerah pedesaan. Jadi pohon ini di gunakan karena sangat menggambarkan suasana Jawa Barat.
4. Tanaman Talas
Gambar III.13 Tanaman Talas
Dalam pembuatan ilustrasi ini di ambil daun dari tanaman talas. Tumbuhan ini sangat banyak tumbuh di daerah Jawa Barat hampir di setiap pedesaan ditumbuhi tumbuhan ini. Tumbuhan talas ini membuat kesan hutan di buku ini menjadi.
[image:48.612.177.496.214.392.2]5. Pohon Pisang
Gambar III.14 Pohon Pisang
Sumber: Dokumen Pribadi
Dalam pembuatan ilustrasi ini di ambil Pohon pisang. Karena pohon ini sangat banyak tumbuh di daerah Jawa Barat dan pohon pisang ini juga tumbuh sudah sejak Bandung pada saat zaman purba di sekitar datarannya di tumbuhi oleh tumbuhan ini. Jadi pohon ini cocok di gunakan karena sangat menggambarkan suasana Jawa Barat.
III.2.6 Studi Warna
Pewarnaan ilustrasi pada buku ini menggunakan warna-warna yang cerah agar menarik minat pembacanya dan tidak bosan. Menurut Eko Nugroho, M.Si. adalah, Warna yang digunakan adalah warna coklat dimaksudkan untuk membangkitkan rasa peduli terhadap cerita asal usul kota Bandung dan merupakan warna dominan tanah. Warna Hijau mengandung unsur alam. Dan warna Biru untuk melambangkan kepercayaan melestarikan cerita asal usul kota Bandung kepada masyarakat. Warna kuning dan merah Mewakili kesan kekuatan dan kesungguh-sungguhan dan warna merah juga sebagai menjadi warna pokok pandangan mata.
Gambar III.15 Warna
Sumber: Dokumen Pribadi
Cokelat : Melambangkan kekuatan, energi, kehangatan, cinta, tanah/bumi, daya
tahan. Warna ini seringkali menunjukan ciri-ciri suka merebut, tidak suka memberi hati, kurang toleran, pesimis terhadap kesejahteraan dan kebahagian masa depan. Di Indonesia warna coklat merupakan warna netral.
Hijau : Melambangkan alami, warna harmoni, tenang, sejuk, suci, kekayaan,
spiritual, sehat, keberuntungan, pembaharuan, keseimbangan, nyaman, kesegaran sehingga menjadikan optimis akan ketenangan jiwa dan pikiran.
Oranye: Warna yang melambangkan sifat yang enerjik dan penarik perhatian.
Kuning : Warna yang bisa mewakili kesan kehangatan, semangat dan
keseimbangan. Oleh karena itu warna ini dipilih untuk mewarnai karakter matahari.
Soft Pink : Sering disebut juga dengan merah muda. Warna ini adalah warna
BAB IV
MEDIA DAN TEKNIS PRODUKSI
IV.1 Media Cetak
Media yang dipilih adalah media buku sebagai media utama dalam perancangannya. Selain itu disertai dengan media pendukung. Dengan begitu tujuan dari pembuatan buku cerita ini untuk memperkenalkan kembali cerita Asal Usul Kota Bandung ini dapat mencapai tujuan yang direncanakan.
IV.2 Proses Perancangan Buku Bergambar
Proses pembuatan buku bergambar tentang cerita Asal Usul Kota Bandung ini dimulai dengan pembuatan sketsa kemudian berkemban menjadi storyline. Selanjutnya, dikembangkan kembali menjadi storyboard yang terdiri dari dialog dan visualisasi, merupakan jalan cerita dari masing-masing informasi yang ingin di sampaikan.
Setelah proses sketsa yang sebelumnya telah dilakukan studi terlebih dahulu, selanjutnya adalah dilakukan proses scanning dengan menggunakan media scanner. Seluruh sketsa kemudian discan dan diedit untuk membersihkan tekstur sketsa yang kotor dan dilakukan proses pengkoreksian warna jika hasil
scan gelap yaitu menggunakan Corel Draw X4 dan software Adobe Photoshop CS3. Selanjutnya sketsa-sketsa tersebut mengalami proses tracing dan dilakukan pewarnaan dengan proses digital juga dengan menggunakan software yang sama.
Selanjutnya file yang telah selesai di editing siap untuk dicetak dan dibuat
IV.3 Media Utama
Adapun spesifikasi media utama buku cerita bergambar yaitu: Format / bentuk : Persegi panjang
Ukuran : 50 cm x 28 cm
Material : Kertas art paper 260 gr Teknik Produksi : Cetak offset
IV.3.1 Cover
Dibagian Cover bagian depan terdapat sebuah danau yang di dapati dengan karakter-karakter dari binatang dengan gaya ilustrasi yang sudah di sederhanakan tetapi tidak menghilangkan ke aslian bentuk binatang tersebut.
Sedangkan pada bagian cover belakang, ditampilkan karakter sebagian binatang yang terdapat di cover depan dan di belakangnya terdapat aliran sungai yang mengalir kea rah Gunung Tangkuban Parahu.
IV.3.2 Isi Buku
[image:52.612.134.503.98.297.2]Pada halaman 1 berisikan tentang kota Bandung pada saat zaman purba yang dipenuhi oleh pepohonan yang sangat rimbun sekali dan
Gambar IV.1 Cover Buku
dipenuhi oleh binatang-binatang dari mulai yang terkecil sampai yang terbesar.
[image:53.612.215.454.135.301.2]Kemudian pada halaman ke 2 yaitu terdapat kuali raksasa yang didalamnya terdapat sungai yang mengalir dari gunung yang berada di pinggiran kuali raksasa. Sungai yang mengalir ke daerah cekungan tersebut adalah sungai Citarum purba, yang sekarang ini lebih dikenal dengan sungai Citarum yang berada di daerah Rajamandala.
Gambar IV.2 Halaman Pertama
Sumber: DokumenPribadi
Gambar IV.3 Halaman Kedua
[image:53.612.218.458.473.634.2]Di halamn ke 3 dan ke 4 berisi tentang meletusnya Gunung Tangkuban Parahu dengan dahsyatnya, getaran itu datang dengan seketika sehingga membuat panik seluruh penghuni hutan. Letusan tersebut membuat saluran sungai yang berada di kuali raksasa tersebut tersumbat sehingga membuat aliran sungai yang sekarang disebut sebagai Citarum Purba terhalang.
Gambar IV.4 Halaman Ketiga
Sumber: DokumenPribadi
Gambar IV.5 Halaman Keempat
[image:54.612.215.471.438.609.2]Sedangkan di halaman ke 5 aliran sungai Citarum yang terbendung itu lambat laun menggenang sehingga menyebabkan kuali raksasa terisi oleh air. Dan dari situlah terjadinya asal mula terbentuknya danau purba. Dan di halaman ke 6 berisi tentang mulai rapuh dan tidak bisa menahan air lebih lama lagi. Dan akhirnya dinding gunung pun rapuh dan air pun mulai mencari jalan keluarnya.
Halaman ke 7 menceritakan dinding gunung yang jebol itu mengakibatkan bolong yang sangat besar dan panjang seperti gua, yang sekarang dikenal oleh masyarakat setempat dengan nama Sanghyang Tikoro yang berarti Tenggorokan Dewa. Bolong gua tersebut sampai sekarang masih menjadi misteri, karena tidak ada yang mengetahui kemana perginya air itu mengalir.
[image:55.612.212.464.217.384.2]Halaman ke 8 menceritakan tentang akibat dari rapuhnya kuali raksasa tersebut setelah beberapa juta tahun lambat laun air yang menggenang di kuali raksasa itu menjadi mulai berkurang. Dan kemudian kembali menjadi hutan yang lebat dan dipenuhi oleh hewan-hewan.
Gambar IV.6 Halaman Kelima
Kemudian halaman yang ke 9 menceritakan tentang, setelah berjuta-juta tahun berlalu, kuali raksasa tersebut berubah menjadi dataran dan kemudian timbulah Kota Bandung yang sekarang kita huni ini.
Gambar IV.7 Halaman Ketujuh
Sumber: DokumenPribadi
Gambar IV.8 Halaman Kedelapan
[image:56.612.195.463.404.583.2]IV.4 Media Pendukung
IV.4.1 Kemasan
Kemasan yang digunakan pada buku cerita bergambar ini, yaitu mengambil dari bentuk visualisasi cover buku. Bagian depan kemasan ini dilapisi dengan menggunakan laminasi transparan yang sehingga terlihat memntulkan cahaya.
Spesifikasi Media :
Format / bentuk : Persegi panjang Ukuran : 26 cm x 20,7 cm
Material : Kertas art paper 260 gr Teknik Produksi : Cetak offset
IV.4.2 Flag Chain
Media Flag Chain akan digantungkan di depan pintu masuk toko buku besar seperti Gramedia, bentuk dari rantai bendera ini juga mengambil tampilan dari visualisasi pada cover buku.
[image:57.612.213.459.349.547.2]Spesifikasi Media :
Gambar IV.9 Kemasan
Format / bentuk : Persegi panjang Ukuran : 14cm x 21cm
Material : Kertas art paper 150 gr Teknik Produksi : Cetak offset
IV.4.3 Display Buku
Penggunaan display Buku berfungsi selain tempat menyimpan buku, juga digunakan sebagai pembeda dari jenis buku yang lainnya yang akan ditempatkan pada bagian buku khusus anak-anak.
Spesifikasi Media :
Format / bentuk: Persegi panjang Ukuran: 100 cm x 30 cm
Material: Kertas Vinyl
[image:58.612.213.471.183.265.2]Teknik produksi: Cetak offset
Gambar IV.10 Flag Chain
IV.4.4 Poster
Poster disini berfungsi sebagai penanda bahwa buku telah terbit dan akan ditempatkan pada papan jenis-jenis buku yang baru diterbitkan. Visualisasi yang ditampilkan juga mengambil dari visualisasi pada bagian
cover buku.
Spesifikasi Media :
Format / bentuk : Persegi panjang Ukuran : 42 cm x 59.4 cm
Material : kertas Vinyl
[image:59.612.255.413.77.277.2]Teknik produksi : Cetak offset
Gambar IV.11 Display Book
IV.4.5 Alat Ukur Tinggi Badan
Penerapan media alat ukur tinggi badan akan diberikan kepada setiap pembelian buku Asal Usul Kota Bandung. visualisasi Yang ditampilkan pada media ini juga mengambil dari visualisasi yang ada di bagian dari dalam gunung tangkuban parahu menyerupai letusan larva.
Spesifikasi Media :
Format / bentuk : Persegi panjang Ukuran : 50 cm x 160 cm
Material : Kertas Vinyl
[image:60.612.171.468.73.277.2]Teknik produksi : Cetak offset
Gambar IV.12 Poster
Gambar IV.13 Alat Ukur Tinggi Badan