• Tidak ada hasil yang ditemukan

Studi Kelayakan Pendirian Industri Surfaktan Metil Ester Sulfonat dan Minyak Sawit (CPO)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Studi Kelayakan Pendirian Industri Surfaktan Metil Ester Sulfonat dan Minyak Sawit (CPO)"

Copied!
141
0
0

Teks penuh

(1)

STUDI KELAYAKAN PENDIRIAN INDUSTR!

SURFAKTAN METIL ESTER SULFONAT

DARI MINY AK SAWIT (CPO)

Oleh

DINA YULIANA

F03499084

2003

JURUSAN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

(2)

><jr

42lol

i61)[

,..,C1.,'"''',t

/,a

"

�"h.J,

"""j'�"''''' S4?4Z

�'''

. ElO

l4f

"b"j" F"

..

I"5.

(3)

STUDI KELAYAKAN PENDIRIAN INDUSTRI

SURFAKTAN METIL ESTER SULFONAT

DARI MINYAK SAWn (CPO)

Oleh

DINA YULIANA

F03499084

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN

Pada Jurusan Teknologi Industri Petanian,

FakultasTeknologi Pertanian,

Institut Petanian Bogar

2003

JURUSAN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

(4)

INSTITUT PERTNIAN BOGOR

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

STUDI KELAYAKAN PENDIRIAN INDUSTRI

SURFAKTAN METIL ESTER SULFONAT

DARI MINYAK SAWIT (CPO)

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SAJANA TEKNOLOGI

PERT

ANIAN

Pada Jurusan Teknologi Industi Pertanian,

FakultasTeknologi Petanian,

Institut Petanian Bogor

Oleh

DINA ULiANA

F03499084

Dilahikan di Bogor, pads tanggal 24 Juli

1981

Tanggal luluo : 5 Agustuo 2003

Disetujui,

Bgor, AgusUs 2003

" ' .' ,

. -/

Dr. Ir. Yand.

(5)

Dina Yuliana. F03499084. Studi Kelayakan Pendinan Industri Sufaktan Meti! Ester Sulfonat dan Minyak Sawit (CPO). Di bawah bimbingan Yandra Arkeman dan Erliza Hambali.

Ringkasan

Areal perkebunan kelapa sawit di Indonesia semakin meningkat setiap tahunnya. Berdasarkan data Direktorat Jenderal Pekebunan (2003), luas areal perkebunan kelapa sawit diperkirakan mencapai 3.743.131 ha pada tahun 2002. Sampai saat ini minyak sawit Indonesia sebagian besar masih diekspor dalam bentuk CPO, sedangkan di dalam negen, minyak sawit diolah menjadi produk pangan terutama ninyak goreng. Secara teknis, CPO dapat diolah menjadi berbagai jenis produk hilir, baik pangan maupun oleokimia yag mempunyai nilai tambah yang tinggi. Indonesia masih mengimpor kebutuhan industri akan produk-produk hilir minyak sawit dalam jumlah yang tidak sedikit dan dengan harga yang mahal.

Salah satu contoh industri hilir dari kelapa sawit adalah industn oleokimia yang mengolah kelapa sawit menjadi sufaktan. Sufaktan digunakan sebagai bah an penggumpal, pembasah, pembusaan, emulsiier, komponen bahan adhesif(pelekat), dan bahan penetrasi yang telah diaplikasikan secara luas pada berbagai bidang industri seperti industri farmasi, industri kosmetika, industri kimia, industri petanian dan industri pangan. Linear alkilbenzen sulfonat (AS) merupakan sufaktan yang jumlahnya paling banyak digunakan di dunia saat inL Selama ini AS diproduksi dengan menggunakan minyak bumi, sehingga detejen yang menggunakan AS berdampak negatif tettadap lingkungan karena tidak bisa didegradasi secara alamL Jenis surfaktan anionik lainnya yaitu metH ester sulfonat (MES) yang berasal dari oleokimia dan diduga mampu menjadi pesaing

(

copetitor) bagi LAS yang berasal dari minyak bumi. Dengan memproduksi sufaktan dari minyak sawit dalam bentuk industri yang berada di Indonesia maka diharapkan kecenderungan mengimpor sufaktan dapat ditekan. Tujuan penelitian in; adalah untuk mengetahui kelayakan pendirian industri surfaktan berjenis meti! ester sulfonat dari minyak sawit (CPO). Untuk mengetahui kelayakannya, maka diperlukan kajian khusus tentang pend irian industri tersebut di Indonesia. Aspek-aspek yang perlu dikaji adalah aspek pasar dan pemasaran, aspek teknis dan teknologis, aspek manajemen operasional, aspek lingkungan, aspek legalitas, dan aspek finansial. Pada aspek pemasaran digunakan metode 2-parameter Holt's untuk menghitung prakiraan data masa mendatang, sedangkan aspek teknis taknologis, digunakan metode AHP dalam penenuan lokasi pabrik yang tepal. Selain itu, dilakukan penentuan kapasitas produksi, jenis teknologi, neraca massa, neraca energi, mesin dan peralatan, dan tata letak pabrik. Pada aspek manajeman operasional, yaiu dalam dilakukan analis;s untuk menentukan badan usaha, tenaga manajenal dan operasional yang mendukung keberttasilan usaha tersebut nantinya. Aspek lingkungan dan legalitas, yaitu menentukan Rencana Pengelolaan Ungkungan (RKL) yang dapat mcndukung kelayakan industri tersebut dan kesesuaian dengan peraturan yang ber1aku. Kajian aspek finansial, yaitu menganalisis prakiraan jumlah dana yang diper1ukan dan struktur pembiayaan yang paling menguntungkan, baik dari sumber bank konvensional maupun dari bank syariah.

(6)

produksi. Harga ini dinilai cukup bersaing dan diprediksikan menjadi kompetitor dari sufaktan AS yang selama ini digunakan. Pabrik sufaktan MES mempunyai kapasitas produksi total 16 ribu ton per tahun atau 2.221 kg per jam, dengan produksi tahun petama sebanyak 80 persen dari total kapasitas. Kapasitas ini dapat memenuhi 30 persen dari peluang pasar yang ada.

Berdasarkan analisis aspek manajemen, kebutuhan akan tenaga kerja sebanyak 100 orang dan hampir semuanya merupakan tenga ahli terdidik, karena penggunaan teknolog; yang tinggi. Berdasarkan hasil analisis legalitas dan lingkungan, dapat disimpulkan bahwa industri 5ufaktan MES layak direalisasikan. Hal ini karena industri ini mampu melengkapi ketentuan per­ syaratan yang diminta oleh pemerintah. elain itu, industi surfaktan MES mampu untuk menangani limbah yang dihasilkan, sehingga tidak menimbulkan bahaya limbah, baik itu meninggalkan emis; gas berbahaya ataupun limbah cair dan padat yang berbahaya.

Sumber dana yang diperoleh dan dua sumber, yaitu pinjaman dan modal sendiri. Untuk pinjaman terlapat dua plllhan pendanaan, yaitu dari bank konvensianal dan dan bank syariah. Untuk skema pekreditan dari bank konvensianal, suku bunga pinjaman yang berlaku untuk kredit investasi adalah

19 persen dengan nilai parsi pendanaan 70 persen bag; bank dan 30 bagi peminjam. Untuk pendanaan dari bank syariah digunakan skema kredit

musyarakah atau bagi hasil, dengan parsi pendanaan sebesar 70 persen dari bank dan 30 persen dari peminjam dan pembagian nisbah keuntungan sebesar

30 persen bagi bank dan 70 persen bagi peminjam.

Oari hasil knteria investasi yang dilakukan meliputi perhitungan NPV, IRR,

Net BIC dan ROI, industri surfadan MES layak untuk direalisasikan. Kriteria ini berlaku untuk kedua sumber dana, yaitu dan bank konvensional dan bank syanah. Nilai NPV dari bank konvensional sebesar Rp.127.456.831.630; IRR

sebesar 37,41 persen; Net BIC 1,87; wadu pengembalian modal selama 3 tahun

3 bulan, dan nila; ROI 50,39 persen. Untuk pendanaan dari bank syariah diperoleh nilai NPV sebesar Rp.139.112.295.893; IRR 38,86 ersen; Net BIC sebesar 1,95; waktu pengembalian modal selama 2 tahun 11 bulan, dan ROI 51,27 persen. Penila;an kriteria investasi untuk bank syariah memperhitungkan perubahan nila; uang terhadap waktu, namun hal in; hanya sebagai alat ukur penentuan kelayakan, tanpa mengurangi keabsahan dari perhiungan laba rugi.

Pad a kriteria ini tidak dapat dibandingkan mana yang lebih balk skema perkreditannya. Hal ini disebabkan karena sistem pembagian kompensasi bagi bank yang tidak sana. Kesimpulan dari penggunaan dua sumber dana ini adalah bank syariah memlliki toleransi yang lebih besar terhadap perubahan harga, baik terhadap kenaikan bahan baku maupun penurunan harga jual, seperti yang terlihat pada analisis sensitifitas. Hal ini disebabkan karena pembagian bagi hasil pada bank syariah berdasarkan laba yang diterima, sedangkan pada bank kanvensional pembayaran bunga berdasarkan besamya pinjaman yang mau tidak mau dibayarkan sebanyak iu.

Untuk pendanaan dari bank konvensional, industri surfaktan MES mempunyai titik kritis terhadap kenaikan bahan bakU sebesar 28,89 sampai

28,91 persen, sedangkan untuk bank syariah titik kritis kelayakannya barada disekitar 37,40 hingga 37,45 persen. Untuk sensitifitas tehadap penurunan harga jual, industri sufadan MES pada pendanaan dari bank kanvensianal mempunyai titik kritis 15,00 hingga 15,02 persen, sedangkan untuk pendanaan dan bank syariah titik kritis tersebut erada pada kisaran 20,25 sampai 20,28

(7)

Dina Yuliana. F034990B4. The Feasibility Study of Surfatant Methyl Ester Sulfonate Industry from Crude Palm Oil (CPO). Supervised by Yandra Arkeman and Erliza Hambali.

Summay

1 he area of oil palm plantation in Indonesia has been increasing each year.

Based on the data taken from Direktorat Jenderal Perkebunan (2003), oil palm plantation area is estimates to reach about 3.743.131 Ha in year 2002. Unil this moment, most of industries palm oil is still exported in the form of Crude Palm Oil (CPO), while palm oil is processed into essential food products such as fy oil. Technically, CPO can be processed into various kinds of downstream products, such as food products or oleo chemicals that have high additional values. Indonesia still imports industrial needs towards downstream products made from palm oil in large quantities with high pices.

One of the examples of palm oil downstream industry is oleochemical industry that processes palm oil and changes into sufactant. Surfactant has been widely used in many industrial fields such as pharmaceutical industries, cosmetic industries, chemical industries, agricultural industries, and food industries as crumbling agent, mOisturizing agent, foaming agent, emulsifier, adhesive agent component, and penetrating agent. Linier Alkyl benzene Sulfonates (LAS) is the mostly used sufactant in the world today. Up until now, using petroleum as its Indonesia, the tendency of importing sufactant will decrease.

The aim of this study is to find out the feasibility of establishing an industy producing methyl ester sulfonate made from CPO. To do so, a specific study related to the establishment of similar industries is needed. Cetain aspects that need to be put into concern are the marketing aspect, technical technological aspect, operational management aspect, environmental aspect, legal aspect, and financial aspect. For the marketing aspect, the 2-parameter Holt's methods is used for calculate future data estimation. The Analytical Hierarchy Process (AHP) method is used for the technical and technological aspect to determine factory location, beside to determine production capacity, technology type and material handling. In the operational management aspect, determining the type of industy and managerial and operational wok force plays an important role in the success of the industries. Determining environment reatment planning (RKL) that can suppot the industries feasibility and appropriateness towards rules is done in the environmental and legal aspect. The financial aspect will determine the estimated fund needed for the industry and the most advantageous financing structure, either from conventional bank and syariah bank.

Based on the result gained from the AHP method in determining factory location, the chosen location is Batam. Based on the cost and production capacity calculation, the MES sufactant will be sold at a price of Rp. 20.000/kg with a marginal value of 10 percent from the main price. This price is thought to be competitive and is predicted to complete with the LAS surfactant. The fatory

will have a production capacity of

16

thousand tons per year or 2.221 kg per

(8)

concluOeo tnat tms InOusu y I, II� lV v> ' ... ".. ... • • • • _ .. . _____ � •

fulfilling the circumstances of the govenment Besides that. this industry does not cause any kind of pollution. whether it's related to hazardous gas emission or hazardous solid and water pollution.

The source of fund comes from bank and private capital. There are two kind altenatives of bank loan altenative. which are conventional bank and syariah bank and each alternative has its own assumption. The conventional bank has the Debt Equity Ratio (DER) 70:30 with interest 19 percent, mean wihile, syariah bank has DER 70:30 and profit propotion is 30:70.

Based on investment criteria such as Net Present Value (NPV), Internal Rate of Retun (IRR), Net Benefit Cost ratio (Net B/C), Pay Back Period (PBP), and Retum on Original Investment (ROI). MES Sufactant is feasible to be established. this is used for wo kind banks alternatives. For conventional bank, the NPV value was Rp. Rp.127.456.831.630; the IRR value was 37,41 percent; the Net BlC value was 1,87; pay back period was 3 years and 3 months, and the ROI value was 50.39 percent. For syariah bank, the NPV value was Rp.139.112.295.893; the IRR value was 38,86 percent; the Net BIC value was 1,95; pay back period was 2 years and 11 months, and the ROI value was 51,27percent.

Based on the above criteria. it could not determine which credit scheme was better than the other, it is because of the different way of compensation. The conclusion from this analysis was syariah bank has more flexible towards changes of prices. This is happened because the syariah bank has the compesation system based on profit sharing, mean while the conventional bank has the compensation based on the credits accumulative.

(9)

A TA PENGANTAR

Dengan mengucap puji syukur kepada Allah SWT, atas semua rahmat dan karuniaNya, penuHs dapat menyelesaikan tugas akhimya yang berjudul Studi Kelayakan Pendirian Industri Sufaktan MetH Ester Sulfonat dari Minyak Sawit (CPO) pada jurusan Teknologi Indl!stri Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, IPS. Skripsi lni merupakan asli hasil kaya yang dibuat oleh penulis sendiri dan bukan suatu karya orang lain.

Studi kelayakan merupakan perencanaan untuk mengetahui kelayakan dari suatu pend irian industri dengan cara menganalisis aspek-aspek yang mempengaruhinya. Pada umumnya, studi ini dilakukan secara kerja tim (team work). Namun, penulis mencoba untuk membuat studi ini sebagai suatu skripsi. Salah satu syarat agar studi kelayakan in; menjadi skripsi adalah industri yang dikaji adalah industri yang potensial, atinya industri tersebut menghasilkan produk baru, unik, memiliki ciri khas agroindustri. Selain itu, data yang digunakan adalah data primer ditambah dengan beberapa data sekunder, waktu penge�aan yang cukup panjang untuk mengkaji aspek-aspek secara komprehensif, dan yang paling penting adalah original. Karena pengerjaan studi kelayakan in; hanya berupa perorangan, maka terdapat keterbatasan penguasaan dalam pengkajiannya. Masih terdapat aspek-aspek lain yang belum terkaji ataupun belum secara mendalam pengkajiannya.

lndustri surfadan metil ester sulfonat yang dikaji ini merupakan industri baru yangotensial untuk didirikan di Indonesia. Selain dukungan dari ketersediaan bah an baku juga potensi pasar yang semakin meningkat. Industri ini merupakan gabungan dari dua industri yaitu industri penghasil meti! ester dan industri penghasil sufadan. Selama ini, Indonesia mengolah minyak sawit (CPO) hanya sampai metH ester. Dengan menambahkan satu proses lagi untuk menjadikannya sebagai surfadan meti! ester sulfonat, maka diharapkan CPO Indonesia memiliki nilai tambah yang lebih tingg; dan ketergantungan akan sufadan impor dapat dikurangi dengan memproduksi .' surfatan d; Indonesia. Dengan harapan, semoga hasH karya ini dapat bermanfaat bagi pihak yang membutuhkannya.

Bogor, gustus 2003,

(10)

kesempatan ini penulis ingin memberikan ungkapan rasa terima kasih dan penghargaan kepada

1. Dr. Ir. Yandra Arkeman, M.Eng, selaku dosen pembimbing utama yang telah banyak memberikan bimbingan dan nasehat kepada penulis selama masa belajar di IPS,

2. Dr. Ir. Erliza Hambali, M.Si, selaku dosen pembimbing penelitian skripsi yang telah memberikan bimbingan dan pelajaran kepada penulis,

3. Dr. Ir. Tajuddin Bantacut, MSc, selaku dosen penguji yang telah banyak memberikan masukan untuk skripsi.

4. Ayahanda Engkus Kusmana dan Ibunda Oom Rohimah, Kakanda Kapten Czi. Dindin Kamaludin dan Dani Ismail, A.Md AK, anugrah keluarga yang terbesar.

5. Kakanda dr. Mohammad Kurniawan, yang tetah banyak membantu dalam memberikan semangat, motivasi dan inspirasi.

6. Rekan satu tim, Dasa Tri Suryo W, Andri Wi Mahardhika, Tulus Priyadi Arsyad, dan teman-teman proyek surfaktan lainnya.

7. Sahabat yang banyak membantu materi maupun moril, Eni Reptiningsih, Nuning Retno P., Hasmilda, Alfatih Geusan P., Albertus Reinandang, Budiyantoro.

8. Para pendukung yang banyak membantu dalam skripsi ini Dinovita Permanasari, Hadrian Siregar, STP, Arief Budiman, STP, Budi Utomo, STP, Erick Hansnata, Moh. Noer, SE.

9. Rekan yang banyak membantu selama kuliah Linda Febriyanti, Dinna Sulinda, Ely Rosita, Yogi Purna Raharjo, Renny utami T., STP, Teja Putri Utami, STP, I Made Saputra, STP, Agung Yudatama, selaku rekan satu bimbingan, dan rekan-rekan 36, 35 dan 37 lainnya.

10.lbunda Sri Lienau, PT Multisari Langgeng Jaya dan ICAC cew atas dikenalkannya sisi indah dari dunia.

(11)
(12)
(13)
(14)
(15)
(16)
(17)
(18)
(19)
(20)
(21)
(22)
(23)
(24)
(25)
(26)
(27)
(28)
(29)
(30)
(31)
(32)
(33)
(34)
(35)
(36)
(37)
(38)
(39)
(40)
(41)
(42)
(43)
(44)
(45)
(46)
(47)
(48)
(49)
(50)
(51)
(52)
(53)
(54)
(55)
(56)
(57)
(58)
(59)
(60)
(61)
(62)
(63)
(64)
(65)
(66)
(67)
(68)
(69)
(70)
(71)
(72)
(73)
(74)
(75)
(76)
(77)
(78)
(79)
(80)
(81)
(82)
(83)
(84)
(85)
(86)
(87)
(88)
(89)
(90)
(91)
(92)
(93)
(94)
(95)
(96)
(97)
(98)
(99)
(100)
(101)
(102)
(103)
(104)
(105)
(106)
(107)
(108)
(109)
(110)
(111)
(112)
(113)
(114)
(115)
(116)
(117)
(118)
(119)
(120)
(121)
(122)
(123)
(124)
(125)
(126)
(127)
(128)
(129)
(130)
(131)
(132)
(133)
(134)
(135)
(136)
(137)
(138)
(139)
(140)
(141)

Referensi

Dokumen terkait

Kajian Pengaruh Suhu dan Kecepatan Pengadukan pada Proses Produksi Surfaktan dari Metil Ester Minyak Inti Sawit dengan Metode Sulfonasi.. Di bawah bimbingan Erliza

Oleh karena itu, di dalam penelitian ini akan dilakukan adsorpsi tokoferol dan tokotrienol dari campuran metil ester minyak kemiri dengan menggunakan kalsium polistirena sulfonat

Buangan produk yang menggunakan surfaktan dari bahan sintetis minyak bumi secara alami sulit ~erdegradas~. Selain itu, MES juga rnemiliki beberapa kcunggulan, yaitu

Judul yang dipilih dalam penelitian ini yaitu “ Studi Efektivitas Surfaktan Dietanolamida (DEA) dari Metil Ester Olein Minyak Sawit pada Proses Bioremediasi Tanah

Namun apabila produk metil ester akan digunakan sebagai bahan bakar mesin diesel, cukup digunakan bahan baku berupa minyak yang telah. dihilangkan getahnya

Tahapan penelitian dilakukan sebagai berikut : penyiapan bahan baku metil ester dari olein minyak biji karet, proses transesterifikasi menggunakan reaktor berbasis katalis

Telah dilakukan adsorpsi tokoferol (TP) dan tokotrienol (TT) dari campuran metil ester minyak kemiri menggunakan adsorben kalsium polistirena sulfonat (Ca-PSS) dengan kadar logam

Dalam proses transesterifikasi akan dihasilkan metil ester dan hasil samping gliserol (Ketaren, 1986). Distribusi asam lemak yang beragam sebagai penyusun minyak sawit dan