• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LAPORAN ANALISIS DETERJEN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "BAB II LAPORAN ANALISIS DETERJEN"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kondisi Eksisting Wilayah Sampling

Pengambilan sampel pada pratikum analisis deterjen kali ini dilakukan pada hari Rabu, 8 Oktober 2014. Praktikan mengambil sampel air bekas cucian baju disalah satu laundry yang berada di kawasan Pasar Baru, Padang. Pengambilan sampel ini tepatnya dilakukan di Jalan Dr M Hatta No. 03 Pasar Baru, Kec. Pauh, Padang, Sumatera Barat, di My Ore Laundry pada pukul 14.30 WIB. Titik koordinat daerah pengambilan sampel adalah 0°55’36,408” LS dan 100°25’54,342” BT serta kondisi cuaca pada saat pengambilan sampel adalah cerah.

Pengambilan sampel dilakukan dengan mengambil air bekas cucian dibeberapa titik yang telah keluar dari pipa drainase ke dalam sebuah kolam yang bermuara pada selokan. Air diambil dan dimasukkan kedalam ember karena kedalaman kolam tidak memungkinkan botol sampel untuk dapat berdiri tegak dalam mengambil sampel. Kemudian, botol sampel dimasukkan kedalam ember yang telah berisi air dalam posisi tegak dan dipastikan terbenam. Setelah botol sampel terpenuhi dengan air dan tidak ada gelembung udara didalamnya, botol sampel pun ditutup. Proses penutupan ini juga dilakukan dalam keadaan botol sampel terbenam air sehingga gelembung udara tidak masuk kedalamnya.

Air bekas cucian laundry tersebut dibuang melalui pipa drainase ke sebuah kolam kecil yang bermuara ke selokan. Kondisi kolam itu sendiri berada di pinggir jalan. Air yang terdapat di kolam tersebut juga terlihat dangkal. Didalam kolam terdapat binatang air, seperti keong dan ikan-ikan kecil lainnya. Air yang terdapat di kolam tersebut berbau dan keruh, serta di dasar kolam terlihat sampah-sampah kecil.

2.2 Teori

2.2.1 Umum

(2)

adalah bahan untuk mencuci. Namun dalam perkembangannya, deterjen digunakan untuk membedakan sabun cuci, sabun mandi dan dengan bahan pembersih lainnya. Awalnya, bahan pembersih terbuat dari air, minyak dan bahan kasar seperti pasir basah. Baru pada tahun 1913, deterjen menggunakan bahan sintesis ditemukan oleh seorang ahli kimia Belgia, A.Reychler. Hingga kini, deterjen mengalami banyak perubahan dan kemajuan dalam hal bahan-bahan pembuatnya (Conel, 1995).

Seiring dengan pertambahan jumlah penduduk maka pemakaian deterjen semakin bertambah dan pemakaian deterjen dalam Rumah Tangga semakin meluas. Bahan kimia yang digunakan pada deterjen dapat menimbulkan dampak negatif baik terhadap kesehatan maupun lingkungan. Dua bahan terpenting dari pembentuk deterjen yakni surfaktan dan builders, diidentifikasi mempunyai pengaruh langsung dan tidak langsung bagi manusia dan lingkungannya (Effendi, 2003).

2.2.2 Pengertian

Deterjen merupakan salah satu kebutuhan primer dalam kehidupan karena peranannya sebagai produk pembersih serba guna yang dapat digunakan untuk membersihkan bahan kain, alat dapur dari bahan kaca, keramik, metal bahkan lantai. Deterjen adalah senyawa dengan ujung hidrokarbon hidrofobik dan ujung ion sulfat. Sifat dari deterjen adalah memperkecil tegangan permukaan dan menjaga agar kotoran teremulsi dalam pelarut air. Ujung hidrofobik deterjen terikat dengan pengotor sedangkan ujung ion akan tercelup dalam air sehingga kotoran diikat deterjen dan dibebaskan dari bendanya (Yuni,2012).

2.2.3 Klasifikasi

Menurut kandungan gugus aktif maka deterjen diklasifikasikan sebagai berikut (Yuni,2012) :

1. Deterjen Keras

Deterjen jenis keras sukar dirusak mikroganisme meskipun bahan tersebut dibuang akibat zat tersebut masih aktif.

(3)

Deterjen jenis lunak mudah dirusak oleh mikroganisme sehingga tidak aktif lagi bila dipakai.

Sedangkan deterjen menurut keperluannya dibedakan atas : 1. Deterjen dalam bentuk serbuk

Deterjen ini biasanya mempunyai kadar air rendah. 2. Deterjen dalam bentuk padat/batangan

Seperti halnya detergen bubuk deterjen ini juga mempunyai kadar air rendah. 3. Deterjen dalam bentuk krim

Deterjen ini mempunyai kadar air tinggi namun biasanya deterjen ini relatif lebih murah daripada deterjen bubuk dan padatan. Deterjen ini juga merupakan bahan pembersih untuk produk shampo dan pasta gigi.

2.2.4 Kegunaan Deterjen

Deterjen merupakan salah satu kebutuhan primer dalam kehidupan karena peranannya sebagai produk pembersih serba guna yang dapat digunakan untuk membersihkan bahan kain, alat dapur dari bahan kaca, keramik, metal bahkan lantai. Awalnya bahan pembersih terbuat dari air, minyak, dan bahan kasar seperti pasir basah atau clay basah. Deterjen mempunyai kemampuan untuk menghilangkan berbagai kotoran yang menempel pada kain atau objek lain, mengurangi keberadaan kuman dan bakteri yang menyebabkan infeksi(Yuni,2012).

2.2.5 Sifat Deterjen

(4)

membuat minyak atau lemak menjadi butiran-butiran lepas yang dikelilingi oleh lapisan molekul deterjen. Gugus polarnya berada diluar lapisan sehingga butiran itu larut di air (Ratna,2010).

2.2.6 Komposisi Deterjen

Bahan-bahan kimia yang terdapat pada deterjen adalah (Arifin,2008) : 1. Surfaktan

Surfaktan merupakan zat aktif permukaan yang termasuk bahan kimia organik yang bersifat kotionik, anionik, maupun non ionoik. Surfaktan memiliki dua gugus molekul yang berbeda kepolarannya, satu jenis hidrofilik (suka air) dan

lipofilik (suka lemak). Surfaktan bekerja dengan menurunkan tegangan air untuk mengangkat kotoran yang menempel pada pakaian.

Menurut struktur kimia, molekul surfaktan dibedakan menjadi dua, yaitu: a. Rantai bercabang (alkil benzen sulfanat atau ABS);

b. rantai lurus (Linear alkil sulfanat atau ALS).

Sifat deterjen ABS merupakan jenis surfaktan yang ditemukan dan digunakan secara luas sebagai bahan pembersih yag berasal dari minyak bumi. Jenis ini mempunyai sifat yang tidak diuraikan oleh bahan-bahan alami seperti mikroganisme, matahari dan air. Sedangkan ALS merupakan jenis surfaktan yang lebih murah diuraikan oleh bakteri. Akan tetapi bahan poliposfat dalam deterjen menghasilkan limbah yang mengandung fosfor sehingga menyebabkan eutrofikasi.

2. Buildier (Pembetuk)

Builder (Pembentuk) berfungsi meningkatkan efisiensi pencuci surfaktan dengan cara menon-aktifkan mineral penyebabkan kesadahan air. Senyawa pembentuk tersebut adalah:

a. Garam-garam fosfat, seperti natrium tripolipfosfat;

b. senyawa-senyawa asetat, seperti Nitril TriasEtat (NTA), Etilena Diamina TetraAsetat (EDTA);

(5)

3. Filler (Bahan Pengisi)

Filler (Bahan Pengisi) adalah bahan tambahan deterjen yang tidak meningkatkan daya cuci, tetapi menambah kuantitas, contoh Natrium Sulfat.

4. Additives (Bahan Tambahan)

Additives adalah bahan tambahan untuk pembuatan produk lebih menarik, misalnya pewangi, pelarut, pemutih, pewarna, tidak berhubungan langsung dengan daya cuci deterjen, contoh enzim, boraks, Natrium Klorida, dan Karboksi Methil Selulosa (CMC).

2.2.7 Dampak Penggunaan

Deterjen tidak dapat diuraikan oleh organisme lain kecuali oleh ganggang hijau dan sisa deterjen yang tidak terurai oleh ganggang hijau tersebut akan menimbulkan pencemaran air. Senyawa-senyawa organik seperti pestisida (DDT,

dikhloro difenol trikhlor metana), juga merupakan bahan pencemar air. Sisa-sisa penggunaan pestisida yang berlebihan akan terbawa aliran air pertanian dan akan masuk ke dalam rantai makanan dan masuk dalam jaringan tubuh makhluk yang memakan makanan itu (Yuni, 2012).

Surfaktan dapat menyebabkan permukaan kulit kasar, hilangnya kelembapan alami yang ada pada permukaan kulit dan meningkatkan permeabilitas permukaan luar. Hasil pengujian memperlihatkan bahwa kulit manusia hanya mampu memiliki toleransi kontak dengan bahan kimia dengan kandungan 1% LAS dan AOS dengan akibat iritasi sedang pada kulit. Surfaktan bersifat toksik jika tertelan. Sisa bahan sulfaktan yang terdapat dalam deterjen dapat membentuk kloro benzena pada proses klorinasi pengolahan air minum PDAM. Klorobenzena merupakan senyawa kimia yang bersifat racun dan berbahaya bagi kesehatan. Kandungan deterjen yang cukup tinggi dalam air dapat menyebabkan pengurangan kadar oksigen (Dewi, 2010).

2.2.8 Penanggulangan

(6)

menghindari terbentuknya gelembung (buih) deterjen. Pompa celup ini berfungsi sebagai sirkulasi limbah. Di luar bak penampungan dibuat bak kecil dan pompa dosing yang berisi larutan anti deterjen, misalnya jika deterjen yang terbuang banyak mengandung deterjen anionik, maka untuk menetralisir diberikan larutan deterjen kationik sebagai anti deterjennya, demikian pula sebaliknya. Larutan anti deterjen ini dimasukkan kedalam bak penampungan dan dilakukan proses penetralan (Arifin, 2008).

2.2.9 Peraturan Pemerintah

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 82 tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air :

1. Bahwa air merupakan salah satu sumber daya alam yang memiliki fungsi sangat penting bagi kehidupan dan peri kehidupan manusia, serta untuk memajukan kesejahteraan umum, sehingga merupakan modal dasar dan faktor utama pembangunan;

2. bahwa air merupakan komponen lingkungan hidup yang penting bagi kelangsungan hidup dan kehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya; 3. bahwa untuk melestarikan fungsi air perlu dilakukan pengelolaan kualitas air

dan pengendalian pencemaran air secara bijaksana dengan memperhatikan kepentingan generasi sekarang dan mendatang serta keseimbangan ekologis; 4. klasifikasi mutu air ditetapkan menjadi 4 (empat) kelas:

a. Kelas satu, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk air baku air minum, dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut;

b. kelas dua, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk prasarana/sarana rekreasi air, pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi pertanaman, dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut;

(7)

peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut;

d. kelas empat, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk mengairi pertanaman dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut.

2.2.10 Spektofotmetri

Analisis kadar kandungan surfaktan anionik pada deterjen yang terdapat dalam air deterjen dapat dilakukan dengan menggunakan metode spektrofotometri. Pereaksi yang digunakan untuk analisis surfaktan anionik secara spektrofotometri adalah metilen biru. Reaksi yang terjadi antara surfaktan dan metilen biru merupakan reaksi pasangan ion yang terjadi akibat gaya elektrostatis antara ion logam dengan

counter ion (ion lawan). Reaksi asosiasi ion dalam proses ekstraksi pelarut berdasarkan pada interaksi elektrostatis antara komponen penyusunnya dan sifat

hidrofobik kompleks asosiasi ion. Semakin besar gaya elektrostatis antara komponen-komponen penyusun kompleks asosiasi ion semakin dekat jaraknya dan kompleks asosiasi ion yang terbentuk semakin kuat. Jika berada dalam pelarut polar seperti air, komponen penyusun dari kompleks pasangan ion berada dalam bentuk ionik dan ion lawan dan tidak dapat dideteksi sebagai satu kesatuan. Kompleks pasangan ion akan terjadi apabila senyawa ionik dan ion lawan berada dalam pelarut organik dengan adanya gaya elektrostatik (Dewi, 2010).

Reaksi gabungngan sulfunat dan jenis sulfat surfaktan dalam analisis MBAS, tetapi sulfunat dan jenis sulfunat surfaktan dapat juga dibedakan. Jenis penguraian sulfat terjadi pada peristiwa hidrolisis asam. Hasil penurunan dalam penyesuaian MBAS untuk sulfat surfaktan asli, sedangkan MBAS tersisa sesuai dengan sulfunat surfaktan. Alkil benzen sulfunat dapat diidentifikasi dan diukur menggunakan spektrometri inframerah setelah dimurnikan. LAS dapat dicirikan dari alkil benzen sulfunat surfaktan oleh metode inframerah. LAS dapat diidentifikasi dengan jelas dan detail komposisi determinan isomor-homolog

Referensi

Dokumen terkait

Perbandingan Parameter Analisis Metode Titrasi Bebas Air dan Spektrofotometri Sinar Tampak Menggunakan Pereaksi Folin- Cioucalteu……….. KESIMPULAN

untuk mengetahui apakah metode spektrofotometri visibel untuk penetapan kadar amoksisilin menggunakan pereaksi asetilaseton dan formalin memenuhi parameter validasi metode

Metode spektrofotometri sinar tampak di gunakan dalam penetapan kadar nitrit dan nitrat di dalam air di Kota Medan, dimana pereaksi yang di gunakan untuk penetapan

Tinggi rendahnya kadar Mangan dalam air tanah dipengaruhi oleh kandungan oksigen yang terdapat dalam air tersebut, sedikitnya kandungan oksigen yang terdapat

Metode penetapan kadar teobromin secara spektrofotometri sinar tampak menggunakan pereaksi Folin-Cioucalteu dapat memenuhi ketepatan, ketelitian dan kepraktisan yang sama dengan

Cara kedua adalah dengan mengerok bercak lalu menetapkan kadar senyawa yang terdapat dalam bercak tersebut dengan metode analisis yang lain, seperti metode

KESIMPULAN Dari hasil penelitian yang dilakukan dapat diperoleh kesimpulan yaitu nilai kadar surfaktan anionik yang didapat pada limbah laundry di air sungai Martapura dengan

Lebih lanjut, kadar surfaktan anionik dalam sampel limbah laundry di air sungai Martapura adalah sebesar 3,4 mg/L sehingga dapat disimpulkan kadar tersebut juga telah melebihi standar