• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENETAPAN KADAR NITRAT DAN NITRIT DALAM AIR DI KOTA RANTAUPRAPAT DENGAN SPEKTROFOTOMETRI SINAR TAMPAK SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PENETAPAN KADAR NITRAT DAN NITRIT DALAM AIR DI KOTA RANTAUPRAPAT DENGAN SPEKTROFOTOMETRI SINAR TAMPAK SKRIPSI"

Copied!
113
0
0

Teks penuh

(1)

PENETAPAN KADAR NITRAT DAN NITRIT DALAM AIR DI KOTA RANTAUPRAPAT DENGAN SPEKTROFOTOMETRI

SINAR TAMPAK

SKRIPSI

OLEH:

VINA KUMALASARI NIM 141501219

PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

PENETAPAN KADAR NITRAT DAN NITRIT DALAM AIR DI KOTA RANTAUPRAPAT DENGAN SPEKTROFOTOMETRI

SINAR TAMPAK

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh Gelar Sarjana Farmasi pada Fakultas Farmasi

Universitas Sumatera Utara

OLEH:

VINA KUMALASARI NIM 141501219

PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2018

(3)
(4)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat kasih dan karunia-Nya, saya dapat melewati masa perkuliahan, penelitian dan hingga penyusunan skripsi dengan baik. Adapun judul skripsi saya adalah

“Penetapan Kadar Nitrat dan Nitrit dalam Air di Kota Rantauprapat dengan Spektrofotometri Sinar Tampak”. Skripsi ini merupakan salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Farmasi dari Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara.

Dalam menyelesaikan skripsi ini tidak terlepas dari hambatan ataupun kesulitan yang saya temui, namun berkat bantuan moril maupun materil serta dukungan dan saran dari berbagai pihak saya dapat melaluinya dengan baik hingga skripsi ini selesai. Oleh karena itu, saya ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak Prof. Dr. Jansen Silalahi, M.App., Sc., Apt., selaku dosen pembimbing, yang telah mengajarkan, membimbing dan mengarahkan saya selama penelitian hingga penyusunan skripsi ini sehingga menghasilkan skripsi yang lebih baik. Bapak Prof. Dr. rer. nat. Effendy De Lux Putra, S.U., Apt., dan Ibu Dra. Sudarmi, M.Si., Apt., selaku dosen penguji yang telah bersedia menguji dan memberikan arahan untuk menyempurnakan skripsi ini. Bapak dan Ibu dosen Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan ilmu-ilmu yang berharga selama perkuliahan.

Saya juga mengucapkan terima kasih kepada orangtua tercinta, Ayahanda Khioe Peng Wa dan Ibunda Juliana serta kakak dan adik tercinta yang telah memberikan dukungan dan kasih sayang yang tak terhingga serta doa yang selalu mereka panjatkan agar jalan saya menuju Sarjana tidak menemui hambatan.

(5)

Tak lupa saya ucapkan terima kasih kepada teman-teman seperjuangan Marselina Purnama Sari, Octavina Bakie, Cyntia Syahrir, Cindy, Gra Cella, Philip Winarto, Kevin, Steven Tandiono dan Hatigoran Martha yang telah banyak membantu saya dan saling berbagi ilmu untuk kelancaran penelitian serta sahabat- sahabat yang tidak dapat saya sebutkan satu per satu yang senantiasa selalu memberikan dukungan serta doa-nya sehingga saya selalu bersemangat menyelesaikan skripsi ini.

Saya menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih belum sempurna, sehingga saya mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk menambah pengetahuan dan wawasan saya di masa depan.

Akhir kata saya berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi rekan- rekan di bidang farmasi serta adik-adik Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara.

Medan, Agustus 2018 Penulis,

Vina Kumalasari NIM 141501219

(6)

SURAT PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Vina Kumalasari

Nomor Induk Mahasiswa : 141501219

Program Studi : S-1 Reguler Farmasi

Judul Skripsi : Penetapan Kadar Nitrat dan Nitrit dalam Air di Kota Rantauprapat dengan Spektrofotometri Sinar Tampak.

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi ini ditulis berdasarkan data dan hasil pekerjaan yang saya lakukan sendiri, dan belum pernah diajukan orang lain untuk memperoleh gelar kesarjanaan di perguruan tinggi lain, dan bukan plagiat karena kutipan yang ditulis telah disebutkan sumbernya di dalam daftar pustaka.

Apabila dikemudian hari ada pengaduan dari pihak lain karena di dalam skripsi ini ditemukan plagiat karena kesalahan saya sendiri, maka saya bersedia mendapat sanksi apapun oleh Program Studi Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara, dan bukan menjadi tanggung jawab pembimbing.

Demikianlah surat pernyataan ini saya perbuat dengan sebenarnya untuk dapat digunakan jika diperlukan sebagaimana mestinya.

Medan, Agustus 2018 Penulis

Vina Kumalasari NIM 141501219

(7)

PENETAPAN KADAR NITRAT DAN NITRIT DALAM AIR DI KOTA RANTAUPRAPAT DENGAN SPEKTROFOTOMETRI SINAR TAMPAK

ABSTRAK

Sumber utama asupan nitrat dan nitrit secara umum adalah makanan, terutama sayuran dan air minum. Jumlah asupan yang diizinkan (Acceptable Daily Intake=ADI) oleh FAO/WHO untuk berat badan 60 kg adalah 220 mg nitrat dan 8 mg untuk nitrit. Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 492 Tahun 2010, dimana memberikan persyaratan kualitas air minum yang diperbolehkan mengandung nitrat maksimum 50 mg/L dan 3 mg/L untuk nitrit, apabila melebihi kadar yang telah ditetapkan maka akan menyebabkan karsinogen. Kadar nitrat dan nitrit dalam air dipengaruhi oleh kondisi lingkungan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kadar nitrat dan nitrit dalam sampel air minum di Kota Rantauprapat.

Sampel yang di analisis adalah air yang diambil dari lokasi yang berbeda di Kota Rantauprapat : (1) Air PDAM Kecamatan Rantau Utara dan Kecamatan Rantau Selatan; (2) Air Sumur Bor Kecamatan Rantau Utara; (3) Air Sumur Galian Kecamatan Rantau Utara dan Kecamatan Rantau Selatan; (4) Air Minum Isi Ulang Gemilang; (5) Air Minum Isi Ulang Surya; (6) Air Minum Isi Ulang Mutiara; (7) Air Minum Isi Ulang Paris; (8) Air Sungai Bilah Kota Rantauprapat.

Penetapan kadar nitrat dan nitrit dilakukan secara spektrofotometri sinar tampak dengan menggunakan pereaksi warna N-(1-naftil) etilendiamin dihidroklorida dengan panjang gelombang 540 nm.

Hasil penelitian menunjukkan adanya perbedaan antara kadar nitrat dan nitrit yang terdapat dalam air dari berbagai lokasi. Kadar nitrit dan nitrat air PDAM yang di peroleh berada pada rentang 0,0106 mg/L – 0,0136 mg/L dan 0,0540 mg/L - 0,1487 mg/L, kadar nitrit dan nitrat air sumur yang di peroleh berada pada rentang 0,0487 mg/L - 0,363 mg/L dan 0,8543 mg/L - 5,7001 mg/L, kadar nitrit dan nitrat air minum isi ulang/demineral yang diperoleh berada pada rentang 0 mg/L – 0,1141 mg/L dan 0,1677 mg/L -0,3095 mg/L, kadar nitrit dan nitrat air sungai adalah 0,1841 mg/L dan 0,0493 mg/L.

Semua sampel yang dianalisis kadarnya memenuhi persyaratan yang ditetapkan dan aman untuk di konsumsi.

Kata kunci: air, nitrat, nitrit, penetapan kadar, spektrofotometri sinar tampak

(8)

DETERMINATION OF NITRATE AND NITRIT CONDITION IN WATER IN CITY OF RANTAUPRAPAT WITH UV-VISIBLE

SPECTROPHOTOMETRY

ABSTRACT

The main source of nitrate and nitrite intake in general is food, especially vegetables and drinking water. The amount of intake allowed (FAO / WHO Acceptable Daily Intake = ADI) for 60 kg body weight is 220 mg nitrate and 8 mg for nitrite. According to the Minister of Health Regulation No. 492 of 2010, which provides a permissible drinking water quality requirement containing maximum nitrates of 50 mg / L and 3 mg / L for nitrites, if it exceeds the prescribed levels it will cause carcinogens. Nitrate and nitrite levels in water are affected by environmental conditions. The purpose of this study was to determine the nitrate and nitrite levels in drinking water samples in Rantauprapat City.

Samples analyzed were water taken from different locations in Rantauprapat city: (1) Water PDAM North and South Rantau District; (2) Water Well Drilling North Rantau District; (3) Water Well Galian North and South Rantau District; (4) Drinking Water Refills Gemilang; (5) Drinking Water Refills Surya; (6) Drinking Water Refills Mutiara; (7) Drinking Water Refills Paris; (8) River Water Bilah Rantauprapat. Determination of nitrate and nitrite concentration was performed by spectrophotometry of visible light by using N- (1-naphthyl) color reactor ethylenediamine dihydrochloride with wavelength 540 nm.

The results showed that there was a difference between nitrate and nitrite concentrations contained in water from various locations. The water content of nitrite and nitrate of PDAM obtained was in the range 0.0106 mg/L - 0.0136 mg/L and 0.0540 mg/L - 0.1487 mg/L, the nitrite and nitrate content of the well water obtained were in the range of 0.0487 mg/L - 0.363 mg/L and 0.8543 mg/L - 5,7001 mg/L, the nitrites and nitrate content of the reclaimed/demineral drinking water was in the range of 0 mg/L - 0, 1141 mg/L and 0.1677 mg/L - 0.3095 mg/L, the nitrite and nitrate content of river water was 0.1841 mg/L and 0.0493 mg/L.

All the analyzed samples met the required requirements and were safe for consumption.

Key words: water, nitrate, nitrite, determination, uv-visible spectrophotometry

(9)

DAFTAR ISI

Halaman

JUDUL ... i

HALAMAN JUDUL ... ii

LEMBAR PENGESAHAN ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

SURAT PERNYATAAN... vi

ABSTRAK ... vii

ABSTRACT ... viii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR GAMBAR DALAM LAMPIRAN ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 4

1.3 Hipotesis ... 4

1.4 Tujuan Penelitian ... 4

1.5 Manfaat Penelitian ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 6

2.1 Siklus Nitrogen ... 6

2.2 Sumber Nitrat dan Nitrit dalam Makanan ... 8

2.2.1 Sayuran ... 8

(10)

2.2.2 Air ... 9

2.2.3 Daging Olahan ... 11

2.3 Nitrat Nitrit dalam Air Minum ... 12

2.4 Metabolisme Nitrat dan Nitrit di dalam Tubuh ... 13

2.5 Efek Nitrat dan Nitrit dalam Tubuh Manusia ... 14

2.5.1 Efek Positif ... 14

2.4.2 Efek Negatif ... 15

2.6 Kadar Nitrat Nitrit dalam Air Minum ... 16

2.7 Penetapan Kadar Nitrat dan Nitrit dalam Air ... 18

2.7.1 Analisis secara Kualitatif ... 19

2.7.1.1 Identifikasi Nitrit ... 19

2.7.1.2 Identifikasi Nitrat ... 20

2.7.2 Analisis secara Kuantitatif ... 20

2.7.2.1 Metode Spektrofotometri Sinar Tampak ... 20

2.7.2.2 Metode Kolorimetri ... 22

BAB III METODE PENELITIAN ... 24

3.1 Jenis Penelitian ... 24

3.2 Tempat penelitian ... 24

3.3 Alat-Alat ... 24

3.4 Bahan-Bahan ... 24

3.5 Pengambilan sampel ... 24

3.6 Prosedur... 25

3.6.1 Pembuatan pereaksi ... 25

3.6.2 Identifikasi nitrit ... 25

(11)

3.6.3 Identifikasi nitrat ... 26

3.6.4 Pembuatan larutan induk baku nitrit ... 26

3.7 Penetapan Kadar Nitrit dan Nitrat ... 26

3.7.1 Penentuan panjang gelombang maksimum nitrit baku .. 26

3.7.2 Penentuan waktu kerja nitrit baku ... 26

3.7.3 Penentuan kurva kalibrasi nitrit baku ... 27

3.7.4 Penentuan kadar nitrit dalam air minum ... 27

3.7.5 Penentuan kadar nitrat dalam air minum ... 28

3.8 Uji Validasi Metode Analisis ... 29

3.8.1 Uji perolehan kembali ... 29

3.8.2 Uji presisi ... 29

3.8.3 Penentuan batas deteksi dan batas kuantitasi ... 30

3.8.4 Analisis data secara statistik ... 30

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 32

4.1 Identifikasi Nitrit dan Nitrat dalam air minum ... 32

4.2 Kurva Serapan Nitrit ... 33

4.3 Waktu Kerja ... 34

4.4 Uji linieritas Kurva Kalibrasi ... 35

4.5 Uji Validasi ... 35

4.5.1 Uji akurasi ... 36

4.5.2 Uji presisi ... 37

4.5.3 Batas deteksi dan batas kuantitasi ... 38

4.5.4 Kadar nitrit dan nitrat dalam sampel air minum ... 38

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 43

(12)

5.1 Kesimpulan ... 43

5.2 Saran ... 43

DAFTAR PUSTAKA ... 44

LAMPIRAN ... 47

(13)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

2.1 Rentang Kadar Nitrit dan Nitrat pada Sayuran ... 9 2.2 Persyaratan Kualitas Air Minum Peraturan Menteri Kesehatan

No. 492 Tahun 2010 ... 10 2.3 Kadar Nitrat dan Nitrit pada Air Minum secara

Spektrofotometri Sinar Tampak ... 17 4.1 Identifikasi Nitrit dan Nitrat dalam Air di Kota Rantauprapat .... 32 4.2 Persen Perolehan Kembali Nitrit dengan Metode Penambahan

Baku pada Air Sungai Rantauprapat ... 36 4.3 Persen Perolehan Kembali Nitrat dengan Metode Penambahan

Baku pada Air Sungai Rantauprapat ... 37 4.4 Kadar Nitrat dan Nitrit Air Minum di Kota Rantauprapat ... 39

(14)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1 Siklus Nitrogen ... 6

2.2 Reaksi Diazotasi ... 19

4.1 Kurva Serapan Nitrit Pada Konsentrasi 0,8 µg/mL ... 33

4.2 Kurva Waktu Kerja Nitrit ... 34

4.3 Kurva Kalibrasi Nitrit Baku ... 35

4.4 Diagram Kadar Nitrit pada Sampel ... 40

4.5 Diagram Kadar Nitrit pada Sampel ... 40

(15)

DAFTAR GAMBAR DALAM LAMPIRAN

Gambar Halaman

1 a. Air PDAM Kecamatan Rantau Utara ... 48

b. Air PDAM Kecamatan Rantau Selatan... 48

c. Air Sumur Bor Kecamatan Rantau Utara ... 48

d. Air Sumur Galian Kecamatan Rantau Utara ... 48

2 a. Air Minum Isi Ulang Gemilang ... 49

b. Air Minum Isi Ulang Surya ... 49

c. Air Minum Isi Ulang Mutiara ... 49

d. Air Minum Isi Ulang Paris ... 49

3 a. Air Sumur Galian Kecamatan Rantau Selatan ... 50

b. Air Sungai Kota Rantauprapat ... 50

4 Alat Spektrofotometri Sinar Tampak ... 51

5 Neraca Analitik ... 51

6 Uji Kualitatif Nitrit ... 52

7 Uji Kualitatif Nitrat ... 53

8 a. Air minum isi ulang Mutiara... 54

b. Air minum isi ulang Paris ... 54

c. Air sumur bor Kec. Rantau Utara yang dipanaskan ... 54

d. Air sumur galian Kec. Rantau Selatan ... 54

e. Air Sungai Rantauprapat ... 54

(16)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1 Gambar Sampel ... 48

2 Gambar Alat-Alat yang Digunakan dalam Penelitian ... 51

3 Uji Kualitatif Nitrit dan Nitrat ... 52

4 Bagan Alir Pembuatan Larutan Induk Baku Nitrit, Penentuan Panjang Gelombang Maksimum, Waktu Kerja, dan Kurva Kalibrasi Nitrit Baku ... 55

5 Bagan Alir Penentuan Kadar Nitrat dan Nitrit Sampel ... 56

6 Kurva Panjang Gelombang Maksimum Nitrit Baku ... 58

7 Penentuan Waktu Kerja ... 59

8 Data Kurva Kalibrasi Nitrit Baku dan Nitrat Baku, Persamaan Regresi, dan Koefisien Korelasi ... 61

9 Perhitungan Batas Deteksi (Limit of Detection, LOD) dan Batas Kuantitasi (Limit of Quantitation, LOQ) Nitrit ... 63

10 Contoh Perhitungan Kadar Nitrit Air PDAM Kec. Rantau Utara ... 64

11 Contoh Perhitungan Kadar Nitrat Air PDAM Kec. Rantau Utara ... 65

12 Data Statistik Kadar Nitrit dan Nitrat Air di Kota Rantauprapat 67 13 Analisis Data Statistik untuk Menghitung Kadar Nitrit Air PDAM Kec. Rantau Utara ... 68

14 Analisis Data Statistik untuk Menghitung Kadar Nitrit Air PDAM Kec. Rantau Selatan ... 69

15 Analisis Data Statistik untuk Menghitung Kadar Nitrit Air Sumur Bor Kec. Rantau Utara ... 70

16 Analisis Data Statistik untuk Menghitung Kadar Nitrit Air Sumur Galian Kec. Rantau Utara... 71

(17)

17 Analisis Data Statistik untuk Menghitung Kadar Nitrit Air

Minum Isi Ulang Gemilang ... 72 18 Analisis Data Statistik untuk Menghitung Kadar Nitrit Air

Minum Isi Ulang Surya ... 73 19 Analisis Data Statistik untuk Menghitung Kadar Nitrit Air

Minum Isi Ulang Mutiara ... 74 20 Analisis Data Statistik untuk Menghitung Kadar Nitrit Air

Minum Isi Ulang Paris ... 75 21 Analisis Data Statistik untuk Menghitung Kadar Nitrit Air

Sumur Galian Kec. Rantau Selatan ... 76 22 Analisis Data Statistik untuk Menghitung Kadar Nitrit Air

Sungai Kota Rantauprapat ... 77 23 Analisis Data Statistik untuk Menghitung Kadar Nitrit Air

Sumur Bor Kec. Rantau Utara yang Dipanaskan ... 78 24 Analisis Data Statistik untuk Menghitung Kadar Nitrat Air

PDAM Kec. Rantau Utara ... 79 25 Analisis Data Statistik untuk Menghitung Kadar Nitrat Air

PDAM Kec. Rantau Selatan ... 80 26 Analisis Data Statistik untuk Menghitung Kadar Nitrat Air

Sumur Bor Kec. Rantau Utara ... 81 27 Analisis Data Statistik untuk Menghitung Kadar Nitrat Air

Sumur Galian Kec. Rantau Utara... 82 28 Analisis Data Statistik untuk Menghitung Kadar Nitrat Air

Minum Isi Ulang Gemilang ... 83 29 Analisis Data Statistik untuk Menghitung Kadar Nitrat Air

Minum Isi Ulang Surya ... 84 30 Analisis Data Statistik untuk Menghitung Kadar Nitrat Air

Minum Isi Ulang Mutiara ... 85 31 Analisis Data Statistik untuk Menghitung Kadar Nitrat Air

Minum Isi Ulang Paris ... 86 32 Analisis Data Statistik untuk Menghitung Kadar Nitrat Air

Sumur Galian Kec. Rantau Selatan ... 87

(18)

33 Analisis Data Statistik untuk Menghitung Kadar Nitrat Air

Sungai Kota Rantauprapat ... 88 34 Analisis Data Statistik untuk Menghitung Kadar Nitrat Air

Sumur Bor Kec. Rantau Utara yang Dipanaskan ... 89 35 Hasil Uji Perolehan Kembali Nitrit Air Sungai ... 90 36 Contoh Perhitungan Uji Perolehan Kembali Nitrit Air Sungai . 91 37 Contoh Perhitungan Uji Perolehan Kembali Nitrat Air Sungai 92 38 Perhitungan Simpangan Baku Relatif (Relative Standard

Deviation, RSD) Persen Perolehan Kembali Nitrit ... 94 39 Perhitungan Simpangan Baku Relatif (Relative Standard

Deviation, RSD) Persen Perolehan Kembali Nitrat ... 95

(19)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Senyawa nitrogen (nitrit, nitrat dan amonia) di perairan secara alami berasal dari metabolisme organisme perairan dan dekomposisi bahan-bahan organik oleh bakteri (Indrayani, dkk., 2015). Selain itu, nitrit dan nitrat di alam dapat dihasilkan secara alami maupun dari aktivitas manusia. Sumber alami nitrit dan nitrat adalah siklus nitrogen sedangkan sumber dari aktivitas manusia berasal dari penggunaan pupuk nitrogen, limbah industri dan limbah organik manusia.

Pembentukan nitrit dan nitrat pada siklus nitrogen terjadi melalui proses fiksasi nitrogen oleh bakteri Rhizobium, nitrifikasi dan dinitrifikasi oleh bakteri Pseudomonas denitrifican. Nitritifikasi melibatkan dua proses yaitu nitritasi oleh

bakteri Nitrosomonas dan nitratasi oleh bakteri Nitrobacter. Pada kondisi anaerob, nitrat adalah bentuk nitrogen yang cukup stabil tetapi dapat direduksi menjadi nitrit melalui proses nitratasi (Setiowati, dkk., 2016).

Air merupakan kebutuhan pokok bagi manusia, hampir dua per tiga bagian massa tubuh manusia berisi cairan, oleh karena itu setiap hari dianjurkan untuk minum air sebanyak delapan gelas atau sekurang-kurangnya dua setengah liter, dan sebaiknya mengkonsumsi air putih, karena air putih memiliki daya larut yang tinggi sehingga metabolisme tubuh berjalan dengan baik. Hal ini sangat penting apalagi hidup di iklim tropis di mana akan lebih banyak cairan tubuh yang keluar sehingga akibatnya jika tubuh kurang minum maka terjadi dehidrasi dan dapat merusak sel saraf tubuh (Tanty, 2010).

(20)

Peningkatan jumlah penduduk perkotaan akan meningkatkan kebutuhan air bersih. Salah satu sumber air bersih adalah air tanah. Peranan air tanah semakin lama semakin penting karena air tanah menjadi sumber utama air untuk memenuhi kebutuhan pokok hajat hidup orang banyak seperti air minum, rumah tangga, industri, irigasi, perkotaan, dan lain-lain (Setiowati, dkk., 2016).

Air minum adalah air yang melalui proses pengolahan atau tanpa proses pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum.

Sehingga kandungan nitrat dan nitrit di dalam air minum tidak boleh melebihi kadar yang telah ditetapkan oleh Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 492 Tahun 2010, dimana memberikan persyaratan kualitas air minum yang diperbolehkan mengandung nitrat maksimum 50 mg/L dan 3 mg/L untuk nitrit apabila melebihi kadar yang telah ditetapkan maka akan meyebabkan karsinogen (Permenkes RI., 2010).

Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya (Setiowati, dkk., 2015), air yang di gunakan untuk penelitian tersebut adalah air di Kota Yogyakarta yaitu, air sumur dan air RO (Reverse Osmosis). Di dapatkan kadar nitrit dan nitrat yang beragam dan beberapa memenuhi mutu kualitas air minum. Pada penelitian ini kadar nitrit dan nitrat pada air sumur memenuhi syarat mutu yang diizinkan oleh Permenkes R. I. (2010) dan aman untuk dikonsumsi.Sedangkan pada air RO kadar nitratnya sudah melebihi batas yang diizinkan.Hal ini disebabkan karena sumber air yang di gunakan mudah terkontaminasi. Kadar nitrit dan nitrat di dalam air, termasuk air sumur, dapat berupa air permukaan (sumur yang tidak permanen) dan air tanah (sumur permanen), sangat dipengaruhi oleh kondisi lingkungan serta kegiatan pertanian di sekitarnya.

(21)

Pengkonsumsian air dengan kadar nitrat tinggi, akan menimbulkan beberapa gangguan kesehatan seperti gondok, methemoglobinemia, dan sebagainya. Nitrat yang masuk kedalam tubuh, 6% akan direduksi menjadi nitrit yang bersifat karsinogenik. Kesehatan masyarakat petani, baik sebagai modal awal untuk bekerja maupun resiko pada saat bekerja, harus dikelola dengan baik untuk mendukung produktivitas dari wilayah (Manampiring, 2009).

Toksisitas nitrit ditunjukkan dengan methemoglobinemia pada dosis yang tinggi. Reduksi sebagian nitrat menjadi nitrit pada manusia terjadi di air liur untuk semua usia dan di saluran pencernaan pada bayi selama tiga bulan pertama kehidupan. Oleh karena itu, bayi hingga usia 3 bulan lebih rentan karena mereka mengubah 100% nitrat yang tertelan menjadi nitrit, sementara hanya 10% yang diharapkan pada orang dewasa dan anak-anak. Nitrit bertindak dalam darah untuk mengoksidasi hemoglobin menjadi methemoglobin, yang bukan merupakan pembawa oksigen ke jaringan. Konsentrasi nitrit dalam air yang besar dapat menghasilkan potensi pembentukan nitrosamin karsinogenik. (De Zuanne, 1996).

Berdasarkan uraian diatas peneliti tertarik untuk melakukan pemeriksaan kadar nitrit dan nitrat dalam sumber air minum yang berasal dari Kota Rantauprapat dari lokasi yang berbeda, yaituair PDAM Kec. Rantau Utara dan Kec. Rantau Selatan, air sumur bor Kec. Rantau Utara, airsumur galian Kec.

Rantau Utara dan Kec. Rantau Selatan, air minum isi ulang merek Gemilang, air minum isi ulang merek Surya, air minum isi ulang merek Mutiara, air minum isi ulang merek Paris, dan air sungai Bilah Rantauprapat.

(22)

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang penelitian di atas, maka rumusan masalah penelitian adalah sebagai berikut:

a. Apakah terdapat kandungannitrat dan nitrit pada beberapa sumber air minum di Kota Rantauprapat?

b. Apakah kadar nitrat dan nitrit memenuhi persyaratan Permenkes, R. I.

(2010)?

1.3 Hipotesis

Hipotesis penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Terdapat kandungannitrat dan nitrit yang bervariasi pada beberapa sumber air minum di Kota Rantauprapat.

b. Kadar nitrat dan nitrit dalam sumber air minum di Kota Rantauprapat memenuhi persyaratan Permenkes R. I. (2010).

1.4 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Untuk mengetahui kadar nitrat dan nitrit pada beberapa sumber air minum di Kota Rantauprapat.

b. Untuk mengetahuikadar nitrat dan nitrit dalam sumber air minum memenuhi persyaratan Permenkes R. I. (2010).

(23)

1.5 Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Sebagai informasi bagi masyarakat dalam mengkonsumsi air minum sehari-hari

b. Hasil penelitian dapat menjadi sumber data dalam pengawasan kualitas air minum

(24)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Siklus Nitrogen

Nitrogen dalam bentuk unsurnya adalah komponen utama dari udara yang membentuk sekitar 78% dari gas di atmosfer bumi. Pentingnya nitrogen untuk kehidupan adalah bahwa ia membentuk (dengan karbon, hidrogen dan oksigen) bagian utama protein dari semua makhluk hidup. Siklus nitrogen menjelaskan tentang perubahan bentuk ion nitrogen dan senyawa nitrogen di alam, dapat dilihat pada Gambar 2.1 (Ghalydan Ramakrishnan, 2015).

Gambar 2.1 Siklus Nitrogen (Anggreini, 2016) a. Fiksasi Nitrogen

Fiksasi nitrogen adalah proses alam dimana nitrogen di udara di ubah menjadi amonia (NH3). Nitrogen di fiksasi oleh mikroorganisme yang disebut

(25)

diazotrof. Diazotrof terdapat di dalam tanah dan memiliki hubungan simbiosis

dengan tanaman. Mikroorganisme ini memiliki enzim nitrogenase untuk melakukan proses fiksasi (Ghaly dan Ramakrishnan, 2015).

b. Amonifikasi

Amonifikasi adalah proses pembentukan amonium oleh bakteri yang hidup di dalam tanah. Selain dari hasil fiksasi nitrogen, amonium juga dapat terbentuk dari dekomposisi (penguraian) organisme yang sudah mati baik tumbuhan ataupun hewan oleh bakteri. Selain dekomposisi sampah organik, amonifikasi juga dapat terjadi akibat aktivitas bakteri yang merubah senyawa nitrat menjadi amonium (Ghaly dan Ramakrishnan, 2015).

c. Nitrifikasi

Menurut Ghaly dan Ramakrishnan (2015)nitrifikasi adalah proses mengubah nitrogen amonium menjadi nitrit dan nitrat. Ini adalah hasil metabolisme oleh organisme autotrof. Dua kelompok organisme yang dianggap sebagai bakteri nitrifikasi primer adalah Nitrosomonas Sp. dan Nitrobacter Sp.

Nitrosmonas melakukan oksidasi amonium menjadi nitrit untuk memperoleh

energi dan Nitrobacter mengoksidasi nitrit menjadi nitrat untuk tujuan yang sama.Proses nitrifikasi dapat dilihat pada persamaan berikut:

2NH4 + Nitrosomonas + 3O2 2NO2 + 4H + 2H2O + energy 2NO3- + Nitrobacter+ O2 2NO3- + energy

d. Denitrifikasi

Denitrifikasi merupakan proses reduksi nitrat menjadi gas nitrogen.

Proses ini terjadi di dalam tanah dengan bantuan bakteri denitrifikasi seperti Bacillus, Paracoccus dan Pseudomonas. Bakteri denitrifikasi lebih kompetitif

(26)

apabila hidup dalam lingkungan dengan kadar oksigen yang rendah, tetapi terdapat juga beberapa proses denitrifikasi yang berlangsung secara aerobik (Hastuti, 2011).

2.2 Sumber nitrat dan nitrit dalam Makanan

Sumber utamanya secara umum adalah makanan terutama sayuran dan air minum. Sedangkan daging kaleng yang kedalamnya ditambahkan nitrit, ternyata bukan merupakan sumber nitrit yang terpenting. Hal yang perlu diperhatikan adalah pemakaian pupuk pada sayuran. Jika pupuk urea banyak digunakan, akan menyebabkan paparan pada manusia melalui sayuran terutama yang berdaun hijau serta sayuran dari umbi.Jumlah asupan yang diizinkan oleh FAO/WHO untuk berat badan 60 kg adalah 220 mg nitrat dan 8 mg untuk nitrit (Cintya, dkk., 2016).

2.2.1 Sayuran

Sayuran sangat penting untuk kesehatan manusia karena sayuran merupakan sumber vitamin, mineral dan zat aktif biologis yang baik. Namun, sayuran juga mengandung nitrat dan nitrit. Nitrat itu sendiri relatif tidak beracun tetapi metabolitnya, nitrit, berhubungan dengan methaemoglobinaemia (umumnya dikenal sebagai Blue Baby Syndrome). Nitrit juga bereaksi dengan senyawa amin untuk membentuk nitrosamin karsinogenik (Anonim, 2010).

Konsentrasi nitrat dalam sayuran sangat bervariasi, berkisar dari sekitar 1 hingga 10000mg / kg berat segar. Bahkan di antara sampel yang berbeda dari varietas sayuran yang sama, kisaran konsentrasinya bisa sangat besar.Dengan demikian, kandungan nitrat Kelas 1 umumnya kurang dari 200 mg NO3- ion / kg;

kelompok ini termasuk asparagus, jamur, kacang polong, cabai, kentang putih dan

(27)

kentang dan tomat. Sayuran dalam kelas 2 memiliki konsentrasi nitrat sebagian besar kurang dari 500 mg NO3-

/ kg, dan mencakup brokoli, kembang kol, mentimun, bawang dan lobak serta melon. Kadar nitrat hingga 1000 mg NO3-/ kg menutupi sayuran kelas 3 di mana dapat ditemukan kacang hijau, kubis, wortel dan kale. Endives, daun bawang, peterseli dan rhubarb memiliki kandungan nitrat yang sebagian besar kurang dari 2500mg NO3- / kg, dan merupakan kelas 4.

Berikut adalah rentang kadar nitrit dan nitrat pada sayuran (Walters, 1996).

Tabel 2.1. Rentang Kadar Nitrit dan Nitrat pada Sayuran Jenis Sayuran Kadar Nitrat (mg/kg) Kadar Nitrit

(mg/kg)

Kelas

Asparagus 3-700 0,2-0,9 1

Bit 100-4500 0-4,5 5

Brokoli 140-2300 0-1 2

Kubis 0-2700 0,16-0,4 3

Wortel 0-2800 0-0,6 3

Kembang Kol 53-4500 0-1,1 2

Seledri 50-5300 0,4-0,5 5

Ketimun 17-570 0,16-0,8 2

Kubis 30-5500 0,2-1,8 3

Selada 90-13000 0,16-1,4 5

Daun Sop 0-4100 0-94 4

Kacang Polong 20-100 0,4-2,6 1

Kentang 57-1000 0-2,1 1

Lobak 60-9000 0-3,5 5

Bayam 2-6700 0-162 5

Tomat 0-170 0,16-1,6 1

(Sumber: Walters, 1996 dan Keeton, dkk., 2009) 2.2.2 Air

Air merupakan kebutuhan pokok bagi manusia, hampir dua per tiga bagian massa tubuh manusia berisi cairan, oleh karena itu setiap hari dianjurkan untuk minum air sebanyak delapan gelas atau sekurang-kurangnya dua setengah liter, dan sebaiknya mengkonsumsi air putih, karena air putih memiliki daya larut yang tinggi sehingga metabolisme tubuh berjalan dengan baik. Hal ini sangat penting

(28)

apalagi hidup di iklim tropis di mana akan lebih banyak cairan tubuh yang keluar sehingga akibatnya jika tubuh kurang minum maka terjadi dehidrasi dan dapat merusak sel saraf tubuh. Air juga membantu oksigen bersikulasi keseluruh sel tubuh. Terbukti bahwa oksigen dan air adalah sebuah keterkaitan yang erat sekali.

Bisa dibayangkan jika tubuh manusia kekurangan air (Tanty, 2010).

Berdasarkan Permenkes No.492/Menkes/Per/IV/2010, persyaratan kualitas air minum, kadar nitrit dan nitrat maksimal adalah 3 mg/l dam 50 mg/l.

Parameter kualitas air minum yang berhubungan dengan kimia anorganik diantaranya adalah nitrit dan nitrat. Sedangkan parameter yang tidak langsung berhubungan dengan kesehatan antara lain: berupa bau, warna, jumlah zat padat terlarut (TDS), kekeruhan, rasa dan suhu (Manampiring, 2009). Persyaratan kualitas air minum dapat dilihat pada Tabel 2.2

Tabel 2.2 Persyaratan Kualitas Air Minum Peraturan Menteri Kesehatan No. 492 Tahun 2010

No Jenis Parameter Satuan Kadar Maksimum yang

diperbolehkan 1 Parameter yang berhubungan

langsung dengan kesehatan a. Parameter biologi

1) E.Coli Jumlah per ml

sampel

0 2) Total bakteri

Koliform

Jumlah per ml sampel

0 b. Kimia an-organik

1) Arsen mg/L 0,01

2) Fluorida mg/L 1,5

3) Total kromium mg/L 0,05

4) Kadmium mg/L 0,003

5) Nitrit mg/L 3

6) Nitrat mg/L 50

7) Sianida mg/L 0,07

8) Selenium mg/L 0,01

(Sumber: Permenkes RI., 2010)

(29)

2.2.3 Daging Olahan

Daging merupakan salah satu sumber protein hewani yang dibutuhkan masyarakat. Protein berfungsi sebagai pertumbuhan sel, pengganti sel yang rusak, dan bahan bakar dalam tubuh manusia. Selain protein, daging memiliki komponen lain seperti mineral, karbohidrat, dan lemak yang menyebabkan daging mudah rusak khususnya oleh mikroorganisme seperti fungi, dan bakteri. Untuk menghambat kerusakan pada daging,maka diperlukan Bahan Tambahan Pangan (BTP) khususnya bahan pengawet (Agustina, dkk., 2016).

Penggunaan bahan ini menjadi semakin luas karena manfaat nitrit dalam pengolahan daging (seperti sosis, korned, dan burger) selain sebagai pembentuk warna dan bahan pengawet antimikroba, juga berfungsi sebagai pemberi aroma dan cita rasa (Cahyadi, 2009).

Pengawet yang biasa digunakan dalam daging adalah nitrit dan nitrat.

Awalnya nitrit dan nitrat digunakan untuk memperoleh warna merah yang seragam pada daging yang diawetkan. Belakangan ini diketahui zat tersebut dapat menghambat pertumbuhan bakteri Clostridium botulinum yang sering muncul pada makanan awetan (Agustina, dkk., 2016).

Bakteri ini merupakan mikroorganisme patogenik paling berbahaya dan sangat fatal yang dapat mengkontaminasi daging cured. Nitrit menghambat produksi toksin Clostridium botulinum dengan menghambat pertumbuhan dan perkembangan spora. Keracunan makanan yang disebabkan oleh toksin Clostridium botulinum disebut botulisme (Soeparno, 1998).

Batas maksimum penggunaan bahan tambahan pangan pengawet nitrit berdasarkan Peraturan Kepala BPOM No.36. 2013 dalam produk daging olahan

(30)

seperti daging burger yaitu sebesar 30 mg/kg. Konsumsi nitrit yang berlebihan dapat menimbulkan kerugian bagi pemakainya, baik bersifat langsung seperti keracunan maupun yang bersifat tidak langsung yaitu mempunyai sifat karsinogenik (Cahyadi, 2009).

2.3 Nitrat Nitrit dalam Air Minum

Peningkatan jumlah penduduk perkotaan akan meningkatkan kebutuhan air bersih. Salah satu sumber air bersih adalah air tanah. Peranan air tanah semakin lama semakin penting karena air tanah menjadi sumber utama air untuk memenuhi kebutuhan pokok hajat hidup orang banyak seperti air minum, rumah tangga, industri, irigasi, perkotaan, dan lain-lain. Salah satu pemanfaatan air tanah sebagai sumber air minum adalah penggunaan air sumur. Oleh karena itu, air sumur harus memenuhi parameter kualitas air minum seperti kandungan nitrit dan nitrat. Sumber alami nitrit dan nitrat adalah siklus nitrogen sedangkan sumber dari aktivitas manusia berasal dari penggunaan pupuk nitrogen, limbah industri dan limbah organik manusia. Pembentukan nitrit dan nitrat pada siklus nitrogen terjadi melalui proses fiksasi nitrogen oleh bakteri Rhizobium, nitrifikasi dan dinitrifikasi oleh bakteri Pseudomonas denitrifican. Nitritifikasi melibatkan dua proses yaitu nitritasi oleh bakteri Nitrosomonas dan nitratasi oleh bakteri Nitrobacter. Pada kondisi anaerob, nitrat adalah bentuk nitrogen yang cukup stabil tetapi dapat direduksi menjadi nitrit melalui proses nitratasi (Setiowati, dkk., 2015).

Pencemaran air minum oleh bahan organik menyebabkan ammonia meningkat. Ammonia larut di dalam air dan membentuk senyawa ammonium yang cenderung akan mengikat oksigen. Dengan adanya mikroba nitrosomonas

(31)

senyawa ammonium dan oksigen dapat membentuk senyawa nitrit dengan adaya mikroba nitrobakter akan membentuk senyawa nitrat (Sukar, dkk., 1991).

Nitrat dapat ditemukan di dalam tanah dan tersebar meluas ke dalam lingkungan dimulai dari makanan sampai ke atmosfir dan air. Konsentrasi nitrat yang tinggi dapat disebabkan oleh aktivitas pertanian (penggunaan pupuk nitrogen yang berlebihan), pembusukan binatang, pembuangan sampah, kotoran yang terlarut dan limbah industri (WHO, 2011).

Pencemaran air minum oleh bahan-bahan organik menyebabkan kadar amonia dan hidrogen sulfida meningkat. Amonia larut di dalam air dan membentuk senyawa amonium yang cenderung akan mengikat oksigen. Dengan adanya mikroba Nitrosomonas senyawa amonium dan oksigen dapat membentuk senyawa nitrit dan dengan adanya mikroba Nitrobakter dapat membentuk senyawa nitrat (Sukar, dkk., 1991).

2.4 Metabolisme Nitrat dan Nitrit di dalam Tubuh

Nitrat sangatmembahayakan kesehatan jika dikonversi ke nitrit. Setelah dicerna, konversi nitrat menjadi nitrit terjadi di air liur orang-orang dari semua kelompok umur, dan di saluran pencernaan bayi. Bayi mengubah sekitar dua kali lipat, atau 10 persen dari nitrat yang dicerna menjadi nitrit dibandingkan dengan 5 persen konversi pada anak yang lebih tua dan orang dewasa (Anonim, 2006).

Nitrit mengubah bentuk normal hemoglobin, yang membawa oksigen dalam darah ke seluruh tubuh, ke dalam bentuk yang disebut methemoglobin yang tidak dapat membawa oksigen. Konsentrasi nitrat dalam air minum yang cukup tinggi dapat menyebabkan gangguan darah sementara pada bayi yang disebut

(32)

methemoglobinemia, yang biasa disebut "sindrom bayi biru". Dalam kasus yang berat dan tidak diobati, kerusakan otak dan akhirnya kematian dapat hasil dari mati lemas karena kekurangan oksigen. Gejala awal methemoglobinemia dapat mencakup iritabilitas, kekurangan energi, sakit kepala, pusing, muntah, diare, nafas tersengal-sengal, dan warna biru keabu-abuan atau pucat ke daerah sekitar mata, mulut, bibir, tangan dan kaki (Anonim, 2006).

Bayi hingga usia enam bulan dianggap sebagai populasi paling sensitif.

Mereka tidak hanya mengubah persentase nitrat menjadi nitrit, hemoglobin mereka lebih mudah diubah menjadi methemoglobin dan mereka memiliki lebih sedikit enzim yang mengubah methemoglobin kembali ke bentuk pembawa oksigen (Anonim, 2006).

Keseimbangan nitrat pada orang dewasa dan bayi berbeda. Pada bayi, 100% dari asupan nitrat akan diekskresikan dalam urin, sedangkan pada orang dewasa hanya 30-35%. Sebagian reduksi nitrat menjadi nitrit pada manusia terjadi di saliva seumur hidupnya dan pada saluran gastrointestinal terjadi pada bayi dibawah umur tiga bulan. Itulah mengapa, bayi yang berumur diatas tiga bulan mudah terjadi perubahan sebanyak 100% dari bentuk nitart menjadi nitrit, sementara 10% hanya terjadi pada orang dewasa dan anak-anak (De Zuane, 1996).

2.5 Efek Nitrat dan Nitrit pada Tubuh Manusia 2.5.1 Efek positif

Sejumlah penelitian telah mengkonfirmasi efek vasodilatasi oleh nitrit dengan dosis rendah pada tikus, domba, anjing, primata dan manusia. Pemberian terapeutik nitrit untuk memvasodilasi vaskular iskemik menunjukkan harapan

(33)

besar dalam studi praklinis. Pasien yang menderita perdarahan spontan dari aneurisma arteri subaraknoidis berisiko mengalami keterlambatan kejang arteri serebri yang tertunda. Pada model primata, spasme ini berhubungan dengan penipisan akut dari tingkat nitrit cairan tulang belakang. Infus dua kali nitrit sistemik secara efektif mencegah komplikasi ini (Lundberg, 2009).

Hipertensi pulmonal primer pada bayi baru lahir (PPHN) adalah suatu kondisi yang berhubungan dengan resistensi pembuluh darah paru yang tinggi dan oksigenasi sistemik yang sangat rendah. Dalam model PPHN, nitrit inhalasi diubah menjadi gas NO di paru-paru dan secara selektif vasodilatasi sirkulasi pulmonal. Pada penyakit seperti itu, yang dicirikan oleh iskemia regional dan vasokonstriksi, nitrit dapat memberikan donor NO yang ideal yang stabil dan terjadi secara alami (Lundberg, 2009).

2.5.2 Efek Negatif

Toksisitas nitrit ditunjukkan dengan methemoglobinemia pada dosis yang tinggi. Reduksi sebagian nitrat menjadi nitrit pada manusia terjadi di air liur untuk semua usia dan di saluran pencernaan pada bayi selama tiga bulan pertama kehidupan. Oleh karena itu, bayi hingga usia 3 bulan lebih rentan karena mereka mengubah 100% nitrat yang tertelan menjadi nitrit, sementara hanya 10% yang diharapkan pada orang dewasa dan anak-anak. Nitrit bertindak dalam darah untuk mengoksidasi hemoglobin menjadi methemoglobin, yang bukan merupakan pembawa oksigen ke jaringan. Konsentrasi nitrit dalam air yang besar dapat menghasilkan potensi pembentukan nitrosamin karsinogenik. (De Zuanne, 1996).

Pada awal 1950-an, methemoglobinemia dan sianosis terlihat pada bayi- bayi yang di berikan dengan airsumur yang telah terkontaminasi. Efek ini

(34)

dianggap berasal dari kandungan nitrat yang tinggi dari air sumur tersebut. Oleh karena itu Badan Perlindungan Lingkungan AS menetapkan Tingkat Kontaminan Maksimum untuk nitrat 44 mg/L (Katan, 2009).

Dipercaya bahwa setelah nitrat diubah menjadi nitrit dalam tubuh, nitrat dapat bereaksi dengan zat yang mengandung amin tertentu yang ditemukan dalam makanan untuk membentuk nitrosamin, yang dikenal sebagai bahan kimia penyebab kanker yang poten. Formasi nitrosamin dihambat oleh antioksidan yang mungkin ada dalam makanan seperti Vitamin C dan Vitamin E. Dalam beberapa penelitian laboratorium di mana hewan pengerat diberi kadar nitrit tinggi bersama dengan bahan kimia yang mengandung amina, kanker paru-paru, hati, dan esofagus diamati (Anonim, 2006).

Kandungan asam askorbat (vitamin C) yang cukup tersedia dalam sayur- sayuran segar dapat mencegah reaksi yang berpotensi merugikan oleh nitrit, dimana kandungan nitrat di reduksi menjadi agen nitrosasi oleh enzim atau kandungan asam askorbat yang terdapat dalam tanaman atau bakteri lainnya.

Kandungan askorbat dari sayuran yang kaya nitrat, seperti bit, seledri, selada, lobak dan bayam, akan mereduksi nitrat menjadi nitrit. Sebaliknya dengan adanya vitamin C dapat menghambat pembentukan nitrosamin (Anonim, 2008).

2.6 Kadar Nitrat Nitrit dalam Air Minum

Penelitian tentang kadar nitrit dan nitrat dalam air minum telah dilakukan sebelumnya. Diantaranya pada sampel air sumur di beberapa daerah Kota Semarang, air minum PDAM di Jakarta, air sumur gali di daerah Catur Tunggal Yogyakarta, air di Kota Medan dan air baku PDAM Tirtanadi di Kota Medan.

(35)

Metode yang digunakan pada penentuan kadar nitrit dan nitrit tersebut menggunakan metode kolorimetri menggunakan reagen nitra ver 6 powder pillowdan nitri ver 3 nitrit reagen powder pillow dan metode spektrofotometri

sinar tampak dengan menggunakan pereaksi warna azo. Reaksi warna azo menggunakan asam sulfanilat dan N-(1-naftil) etilendiamin dihidroklorida. Hasil penelitian dapat dilihat pada Tabel 2.3

Tabel 2.3Kadar Nitrat dan Nitrit pada Air Minum Secara Spektrofotometri Sinar Tampak

No Sampel Metode Pereaksi Kadar

Nitrit (mg/L)

Kadar Nitrat (mg/L) 1 Air sumur

gali Kota Semarang

Spektrofotometri sinar tampak

Asam

sulfanilat dan NED

0,0311- 0,1064

Tidak diperiksa

a

2 Air minum PDAM di Jakarta

Spektrofotometri sinar tampak

Asam sulfanilat, NED, dan brucine

1,2- 2,27

0,39-1,8 b

3 Air sumur gali di daerah Catur Tunggal Yogyakarta

Spektrofotometri sinar tampak

Asam p-

aminobenzoat,

NED dan

serbuk Zn

0,05- 0,09

8,22- 36,58

c

4 Air di Kota Medan

Spektrofotometri sinar tampak

Asam sulfanilat,

NED dan

serbuk Zn

0,0236- 0,0409

0,0148- 0,0818

d

5 Air baku PDAM Tirtanadi di Kota

Medan

Kolorimetri nitra ver 6 powder

pillowdan nitri ver 3 nitrit reagen powder pillow

0,11 mg/L

0,008 mg/L

e

Keterangan:

a = Prabowo dan Dewi b = Sukar, dkk c = Setiowati, dkk d = Harahap, I. A. e = Dalimunthe, A. I.

(36)

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa, pemeriksaan kadar nitrit dan nitrat di dalam air minum yang berasal dari sumur di Kota Semarang kadar nitrit yang terdapat dalam sampel air mempunyai kadar yang relatif rendah dan tidak melebihi kadar yang diizinkan (Prabowo dan Dewi, 2016). Evaluasi pencemaran nitrit dan nitrat pada air minum PDAM di DKI Jakarta,kandungan kadar rata-rata nitrat dan nitrit pada air hasil olahan PDAM memenuhi syarat yang telah diizinkan kecuali sampel air dari PDAM Pulogadung yang ditemukan menyimpang dari persyaratan dengan kadar nitrit 2,27 mg/L (Sukar, dkk., 1991).

Analisis kandungan nitrit dan nitrat pada air sumur gali di daerah Catur Tunggal Yogyakarta terdapat kadar nitrit dan nitrat yang memenuhi persyaratan kualitas air minum dan aman (Setiowati, dkk., 2015). Penetapan kadar nitrit dan nitrat pada air di Kota Medan didapatkan kadar yang relatif rendah dan tidak melebihi batas yang diizinkan (Harahap, 2015). Penetapan kadar nitrat dan nitrit dalam air baku di PDAM Tirtanadi Kota Medan terdapat kadr nitrat dan nitrit yang memenuhi persyaratan dan aman (Dalimunthe, 2013).

2.7 Penetapan Kadar Nitrat dan Nitrit dalam Air

Prinsip pengukuran kadar nitrit dan nitrat berdasarkan berdasarkan pembentukan senyawa azo yang berwarna merah keunguan yang terjadi bila direaksikan dengan asam sulfanilat dan N-(1-naftil etilen diamin dihidroklorida).

Warna yang terbentuk diukur absorbansinya secara spektrofotometri sinar tampak pada panjang gelombang maksimum 543 nm (SNI, 2006).

Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya (Setiowati, dkk., 2015), air yang di gunakan untuk penelitian tersebut adalah air di Kota Yogyakarta yaitu, air

(37)

sumur dan air RO (Reverse Osmosis). Di dapatkan kadar nitrit dan nitrat yang beragam dan beberapa memenuhi mutu kualitas air minum. Pada penelitian ini kadar nitrit dan nitrat pada air sumur memenuhi syarat mutu yang diizinkan oleh Permenkes R. I. (2010) dan aman untuk dikonsumsi.Sedangkan pada air RO kadar nitratnya sudah melebihi batas yang diizinkan.Hal ini disebabkan karena sumber air yang di gunakan mudah terkontaminasi.

2.7.1 Analisis secara Kualitatif 2.7.1.1 Identifikasi Nitrit

Identifikasi nitrit dilakukan dengan penambahan beberapa tetes larutan asam sulfanilat dan larutan NED ke dalam sampel yang kemudian di diamkan selama beberapa menit, warna ungu merah menunjukkan adanya nitrit(Svehla, 1979).

Reaksi diazotasi merupakan reaksi senyawa aromatik yang teraktifkan terhadap substitusi elektrofilik sehingga terbentuk garam diazonium untuk membentuk warna (Svehla, 1979).

Reaksi diazotasi disebut juga dengan uji griess. Reaksi dizotasi antar asam sulfanilat dengan nitrit yang akan membentuk garam diazonium akan diikuti reaksi kopling dengan NED membentuk zat pewarna azo yang merah (Svehla, 1979). Reaksi diazotasi dapat dilihat pada Gambar 2.2

(38)

Gambar 2.2. Reaksi Diazotasi (Svehla, 1979) 2.7.1.2 Identifikasi Nitrat

Identifikasi nitrat dilakukan dengan cara sebagai berikut. Diambil sebagian sampel. Lalu dimasukkan ke dalam tabung reaksi,dipanaskan dengan serbuk Zn dan NaOH akan terbentuk NH3, yang akan membirukan lakmus merah (Masfria, dkk., 2013).

2.7.2. Analisis secara Kuantitatif

2.7.2.1 Metode Spektrofotometri Sinar Tampak

Metode spektrofotometri sinar tampak di gunakan dalam penetapan kadar nitrit dan nitrat di dalam air di Kota Medan, dimana pereaksi yang di gunakan untuk penetapan kadar nitrit yaitu asam sulfanilat dan N-(1-naftil) etilendiamin dihidroklorida yang akan membentuk senyawa azo yang berwarna ungu kemerahan. Warna yang terbentuk diukur absorbansinya secara spektrofotometri sinar tampak pada panjang gelombang 536 nm. Sedangkan untuk penetapan kadar nitrat di uji sebagai nitrit setelah nitrat direduksi menjadi nitrit oleh serbuk Zn

Asam Sulfanilat

NED

Senyawa Azo

(39)

dalam suasana asam dengan asam sulfanilat dan N-(1-naftil) etilendiamin dihidroklorida yang akan membentuk senyawa azo yang berwarna ungu kemerahan. Hasil penetapan kadar nitrit yang di dapatkan terdapat dalam rentang 0,0236 mg/L - 0,0409 mg/L dan untuk nitrat berada pada rentang 0,0148 mg/L – 0,0818 mg/L (Harahap, 2015).

Metode spektrofotometri sinar tampak dalam penetapan kadar nitrit dan nitrat adalah berdasarkan reaksi kolorimetri uji Griess (lihat Gambar 2.2) dimana nitrit mengalami reaksi diazotasi dengan asam sulfanilat dan N-(1-Naftil) etilendiamin dihidroklorida yang akan menghasilkan senyawa azo berwarna ungu kemerahan yang dapat diukur secara spektrofotometri sinar tampak pada panjang gelombang 540 nm (Svehla, 1979).

Spektra sinar tampak dapat digunakan untuk informasi kualitatif dan sekaligus dapat digunakan untuk analisis kuantitatif. Data yang diperoleh spektofotometri sinar tampak adalah panjang gelombang maksimal, intensitas, efek pH, dan pelarut, yang kesemuanya itu dapat diperbandingkan dengan data yang sudah dipublikasikan (Gandjar dan Rohman, 2008).

Dalam aspek kuantitatif, suatu berkas radiasi dikenakan pada cuplikan dan intensitas sinar radiasi yang diteruskan diukur besarnya. Radiasi yang diserap oleh cuplikan ditentukan dengan membandingkan intensitas sinar yang diteruskan dengan intensitas sinar yang diserap jika tidak ada spesies penyerap lain.

Intensitas atau kekuatan radiasi cahaya sebanding dengan jumlah foton yang melalui satu satuan luas penampang perdetik (Gandjar dan Rohman, 2008).

Menurut (Gandjar dan Rohman, 2008) ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam analisis dengan spektrofotometri sinar tampak terutama untuk

(40)

senyawa yang semula tidak berwarna yang akan dianalisis dengan spektrofotometri sinar tampak karena senyawa tersebut harus diubah terlebih dahulu menjadi senyawa yang berwarna. Berikut adalah tahapan-tahapa yang harus diperhatikan:

a. Pembentukan yang dapat menyerap sinar tampak

Hal ini perlu dilakukan jika senyawa yang dianalisis tidak menyerap pula pada daerah tersebut. Cara yang digunakan adalah dengan merubah senyawa lain atau direaksikan dengan pereaksi tertentu. Pereaksi yang digunakan harus memenuhi beberapa persyaratan yaitu :

• Reaksinya selektif dan sensitif

• Reaksinya cepat, kuantitatif, dan reprodusibel

• Hasil reaksi dalam jangka waktu yang lama.

b. Waktu operasional (operating time)

Cara ini digunakan untuk pengukuran hasil reaksi atau pembentukan warna.Tujuannya adalah untuk mengetahui waktu pengukuran yang stabil. Waktu operasional ditentukan dengan mengukur hubungan antara waktu pengukuran dengan absorbansi larutan

c. Pemilihan panjang gelombang

Panjang gelombang yang digunakan untuk analisis kuantitatif adalah panjang gelombangg yang mempunyai absorbansi maksimal. Untuk memilih panjang gelombang maksimal dilakukan dengan membuat kurva hubungan antara absorbansi dengan panjang gelombang dari suatu larutan baku pada konsentrasi tertentu

(41)

d. Pembuatan kurva baku

Dibuat seri larutan baku dari zat yang akan dianalisis dengan berbagai konsentrasi. Masing-masing absorbansi larutan dengan berbagai konsentrasi diukur, kemudian dibuat kurva yang merupakan hubungan antara absorbansi (y) dengan konsentrasi (x)

e. Pembacaan absorbansi sampel atau cuplikan

Absorban yang terbaca pada spektrofotometri hendaknya antara 0,2 sampai 0,8 atau 15% samapai 70% jika dibaca sebagai tramitans. Anjuran ini berdasarkan anggapan bahwa kesalahan dalam pembacaan T adalah 0,005 atau 0,5% (kesalahan fotometrik)

2.7.2.2 Metode Kolorimetri

Penetapan kadar nitrat dan nitrit pada air PDAM Tirtanadi di lakukan dengan menggunakan alat ColorimeterDR/890 dimana sampel di tambahkan dengan pereaksi nitra ver 6 powder pillowdan nitri ver 3 nitrit reagen powder pillowuntuk penetapan kadar nitrat kemudian di ukur di dalam alat Colorimeter

DR/890. Sedangkan untuk penetapan kadar nitrit di tambahkan dengannitri ver 3 nitrit reagen powder pillow kemudian di tunggu beberapa menit dan warna merah

muda akan muncul jika nitrit terkandung dalam air. Hasil penetapan kadar nitrit dan nitrat yang diperoleh adalah 0,11 mg/L dan 0,008 mg/L dimana hasil tersebut memenuhi syarat dan aman untuk di konsumsi (Dalimunthe, 2013).

(42)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif dengan maksud memeriksa kadar nitrat dan nitrit dalam sampel yang diuji.

3.2Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Penelitian Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara pada bulan Februari 2018 – April 2018.

3.3Alat - alat

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalahspektrofotometer uv- vis (UV-1800 Shimadzu), neraca analitik (Boeco germany), kertas saring, kertas perkamen, tissue, bola karet, spatula, tabung reaksi, penjepit tabung, labu tentukur, mat pipet, dan alat-alat gelas sesuai dengan kebutuhan.

3.4 Bahan-bahan

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini berkualitas pro analisis keluaran E. Merck yaitunatrium nitrit, asam sulfanilat, N-(1-naftil) etilendiamin dihidroklorida, asam asetat glasial, asam klorida 1 N, NaOH dan yang tidak berkualitas pro analisis yaitu air suling dan serbuk zink (Zn).

(43)

3.5 Pengambilan Sampel

Pengambilan sampel dilakukan secara purposif, yaitu tanpa membandingkan antara satu tempat dengan tempat yang lain, karena sampel dianggap homogen (Sudjana, 2002). Sampel diambil sesuai dengan cara masyarakat Rantauprapat.

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah air minum di Kota Rantauprapat, Provinsi Sumatera Utara, yaitu: air PDAM Rantauprapat Kecamatan Rantau Utara, air PDAM Rantauprapat Kecamatan Rantau Selatan, air sumur bor, air sumur galian, air minum isi ulang, dan air sungai. Gambar pada sampel dapat di lihat pada Lampiran 1.

3.6Prosedur

3.6.1Pembuatan Pereaksi

Pereaksi yang digunakan pada penelitian ini adalah larutan asam asetat 15% (v/v). Larutan N-(1-naftil) etilendiamin dihidroklorida, dan larutan asam sulfanilat. Larutan asam asetat 15% (v/v) dibuat dengan cara diencerkan 75 ml asam asetat glasial dengan air suling dalam labu tentukur 500 ml (Cintya, dkk., 2016).

Larutan N-(1-naftil) etilendiamin dihidroklorida dibuat dengan cara dilarutkan 0,350 g N-(1-naftil) etilendiamin dihidroklorida ke dalam 250 ml asam asetat 15% (v/v). Jika perlu disaring dan disimpan didalam di dalam botol berwarna coklat (Cintya, dkk., 2016).

(44)

Larutan asam sulfanilat dibuat dengan cara dilarutkan 0,850 g asam sulfanilat di dalam 250 ml asam asetat 15% (v/v). Disaring dengan kertas saring dan disimpan dalam botol berwarna coklat (Cintya, dkk., 2016).

3.6.2 Identifikasi Nitrit

Identifikasi nitrit dilakukan dengan cara sebagai berikut. Diambil sebagian sampel. Lalu dimasukkan ke dalam tabung reaksi, kemudian ditambahkan dengan beberapa tetes larutan asam sulfanilat dan larutan NED. Dibiarkan selama beberapa menit, warna ungu merah menunjukkan adanya nitrit(Svehla, 1979).

3.6.3 Identifikasi Nitrat

Identifikasi nitrat dilakukan dengan cara sebagai berikut. Diambil sebagian sampel. Lalu dimasukkan ke dalam tabung reaksi,dipanaskan dengan serbuk Zn dan NaOH akan terbentuk NH3, yang akan membirukan lakmus merah (Masfria, dkk., 2013).

3.6.4Pembuatan Larutan Induk Baku Nitrit

Sebanyak 100 mg serbuk natrium nitrit dimasukkan ke dalam labu tentukur 100 ml dan dilarutkan dalam air suling, kemudian dicukupkan volumenya sampai garis tanda (C = 1000μg/ml) (LIB I). Dipipet 1 ml LIB I dandimasukkan ke dalam labu tentukur 100 ml kemudian diencerkan dengan air suling sampai garis tanda (C = 10 μg/ml) (LIB II)(Cintya, dkk., 2016).

3.7Penetapan Kadar Nitrit dan Nitrat

3.7.1 Penentuan Panjang Gelombang Maksimum Nitrit Baku

Dipipet 4 ml LIB II nitrit dan dimasukkan ke dalam labu tentukur 50 ml, ditambahkan 2,5 ml pereaksi asam sulfanilat dan dikocok, setelah 5 menit,

(45)

ditambahkan 2,5 ml pereaksi N-(1-naftil) etilendiamin dihidroklorida dan dicukupkan dengan air suling sampai garis tanda kemudian dihomogenkan, diukur serapan pada panjang gelombang 400 − 800 nm dengan blanko air suling (C = 0,8 μg/ml). Kemudian membuat kurva hubungan absorbansi dan panjang gelombang, sehingga diperoleh panjang gelombang maksimum (Cintya, dkk., 2016).

3.7.2 Penentuan Waktu Kerja Nitrit Baku

Dipipet 4 ml LIB II (C = 0,8 μg/ml) nitrit dan dimasukkan ke dalam labu tentukur 50 ml, ditambahkan 2,5 ml pereaksi asam sulfanilat dan dikocok, setelah 5 menit, ditambahkan 2,5 ml pereaksi N-(1-naftil) etilendiamin dihidroklorida dan dicukupkan dengan air suling sampai garis tanda kemudian dihomogenkan, diukur serapan pada panjang gelombang 540 nm setiap menit selama 60 menit dengan blanko air suling. Kemudian membuat kurva hubungan absorbansi dan waktu, sehingga diperoleh waktu kerja nitrit baku (Cintya, dkk., 2016).

3.7.3 Penentuan Kurva Kalibrasi Nitrit Baku

Dari LIB II dengan konsentrasi 10μg/ml, dipipet masing-masing sebanyak 0,5 ml; 1 ml; 1,5ml; 2 ml; dan 2,5 ml (0,1 μg/ml; 0,2μg/ml; 0,3μg/ml;

0,4μg/ml; 0,5 μg/ml). Masing-masing dimasukkan kedalam labu tentukur 50 ml, kemudian ditambahkan 2,5 ml pereaksi asam sulfanilat dan dikocok. Setelah 5 menit, ditambahkan 2,5 ml pereaksi N-(1-naftil) etilendiamin dihidroklorida dan dicukupkan dengan air suling sampai garis tanda kemudian dihomogenkan.

Diukur serapan pada menit ke-9 pada panjang gelombang 540 nm. Kemudian membuat kurva hubungan absorbansi dan konsentrasi, sehingga diperoleh kurva kalibrasi (Cintya, dkk., 2016).

(46)

3.7.4Penentuan Kadar Nitrit dalam Air Minum

Sampel diambil 50 ml dan disaring dengan kertas saring. Filtrat pertama10 ml dibuang. Dipipet 35 ml filtrat dan dimasukkan ke dalam labu tentukur50 ml, ditambahkan 2,5 ml pereaksi asam sulfanilat dan dikocok. Setelah 5 menit, ditambahkan 2,5 ml pereaksi N-(1-naftil) etilendiamin dihidroklorida dan dicukupkan dengan air suling sampai garis tanda kemudian dihomogenkan.

Diukur serapan pada menit ke-9 dan panjang gelombang 540 nm. Kadar nitrit dalam sampel dapat dihitung dengan persamaan regresi Ȳ = a +b (SNI, 2004).

Rumus perhitungan kadar nitrit:

K =

Keterangan: Y = Absorban

K = Kadar nitrit dalam sampel (mg/L)

X = Kadar nitrit dalam larutan sampel sesudah pengenceran V = volume larutan sampel sebelum pengenceran (ml) Fp = Faktor pengenceran

3.7.5 Penentuan Kadar Nitrat dalam Air Minum

Sampel diambil 50 ml dan disaring dengan kertas saring. Filtrat pertama 10 ml dibuang. Dipipet 35 ml filtrat dan dimasukkan ke dalam labu tentukur50 ml,ditambahkan sedikit logam Zn (0,1 g) dikocok, lalu tambahkan 1 ml larutan asam klorida 1N, dan didiamkan 10 menit, ditambahkan 2,5 ml pereaksi asam sulfanilat dan dikocok. Setelah 5 menit, ditambahkan 2,5 ml pereaksi N-(1-naftil) etilendiamin dihidroklorida dan dicukupkan dengan air suling sampai garis tanda kemudian dihomogenkan. Diukur serapan pada menit ke-9 dan panjang

(47)

gelombang 540 nm.Kadar nitrat dalam sampel dapat dihitung dengan persamaan regresi Ȳ = a +b (Cintya, dkk., 2016).

Rumus perhitungan kadar nitrat:

K =

Keterangan: Y = Absorban

K = Kadar nitrat dalam sampel (mg/L)

X =Kadar nitrat dalam larutan sampel sesudah pengenceran V = volume larutan sampel sebelum pengenceran (ml) Fp= Faktor pengenceran

Kadar nitrit dari reduksi nitrat = Kadar total nitrit sesudah reduksi – Kadar nitrit sebelum reduksi.

Karena hasil pembacaan alat spektrofotometer untuk nitrat adalah sebagai nitrit, oleh sebab itu hasil pembacaan harus dikonfersikan.

Kadar nitrat = kadar nitrit dari reduksi nitrat x

3.8 Uji Validasi Metode Analisis 3.8.1 Uji Perolehan Kembali

Uji perolehan kembali nitrit dan nitrat dapat dilakukan dengan mengambil sampel sebanyak 35 ml, lalu ditambahkan larutan baku nitrit sebanyak 1 ml dengan konsentrasi 10 μg/ml dan nitrat 0,1 mldengan konsentrasi 10 μg/mlke dalam sampel, kemudian dianalisis dengan perlakuan yang sama pada sampel (prosedur 3.6.4 untuk nitrit dan prosedur 3.6.5 untuk nitrat).Persen perolehan kembali dapat dihitung dengan rumus (Harmita, 2004):

(48)

% perolehankembali = 100 % Keterangan:

CF = Konsentrasi analit dalam sampel setelah penambahan bahan baku CA = Konsentrasi analit dalam sampel sebelum penambahan bahan baku C*A = Konsentrasi bahan baku yang ditambahkan ke dalam sampel 3.8.2 Uji Presisi

Berdasarkan hasil perolehan kembali nitrit dan nitrat ditentukan standar deviasi nitrit dan nitrat. Untuk menghitung standar deviasi (SD) digunakan rumus (Sudjana, 2002):

SD =

Keterangan : X = Kadar kandungan zat dalam sampel = Kadar kandungan zat rata-rata sampel n = Jumlah pengulangan

Berdasarkan nilai standar deviasi yang didapat, dihitung simpangan baku relatif nirit dan nitrat. Simpangan baku relatif dapat dihitung dengan rumus di bawah ini:

RSD = x 100 %

Keterangan : = Kadar kandungan rata-rata zat dalam sampel SD = Standar deviasi

RSD = Relative Standard Deviation, Simpangan Baku Relatif 3.8.3 Penentuan Batas Deteksi dan Batas Kuantitas

Batas deteksi atau Limit of Detection (LOD) adalah jumlah terkecil analit dalam sampel yang dapat dideteksi yang masih memberikan respon signifikan dibandingkan dengan blanko (Harmita, 2004).

(49)

Rumus perhitungan batas deteksi:

Batas kuantitas atau limit of quantitation (LOQ) adalah kuantitas terkecil analit dalam sampel yang masih dapat memenuhi kriteria cermat dan seksama (Harmita, 2004). Batas kuantitas dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:

Batas kuantitasi =

3.8.4Analisis Data Secara Statistik

Kadar dapat dihitung dengan persamaan garis regresi dan untuk menentukan data diterima atau ditolak digunakan rumus:

t hitung =

Dengan dasar penolakan apabila t hitung ≥ t tabel. Untuk mencari kadar sebenarnya dengan %, α 1/2 , dk = n-1, dapat digunakan rumus (Sudjana, 2002):

µ = (α/2, dk) x SD/ )

Keterangan : µ : kadar sebenarnya

: kadar analit dalam sampel SD : standar deviasi

dk : derajat kebebasan (dk = n-1)

t : harga t tabel sesuai dengan dk = n-1 α : tingkat kepercayaan

n : jumlah pengulangan

(50)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Identifikasi Nitrit dan Nitrat dalam Air Minum

Identifikasi nitrit yang telah dilakukan dengan menggunakan pereaksi asam sulfanilat dan NED menunjukkan bahwa sampel mengandung nitrit dengan terbentuknya warna ungu muda. Identifikasi nitrat yang dilakukan dengan pereaksi NaOH dan serbuk Zn yang dipanaskan juga menunjukkan adanya nitrat dengan berubahnya lakmus merah menjadi lakmus biru.Identifikasi nitrit dan nitrat dalam air minum dapat dilihat pada Tabel 4.1.

Dari Tabel 4.1 dapat dilihat bahwa sampel air minum isi ulang Gemilang dan Surya tidak mengandung nitrit dan sisa sampel air minum mengandung nitrit dan nitrat yang memberikan reaksi positif. Ada beberapa reaksi pada penambahan reaksi yang sama menghasilkan tingkat kecerahan yang berbeda. Ini menunjukkan bahwa semakin kuat warna yang dihasilkan maka semakin tinggi kadar nitrit yang diperoleh. Gambar Uji Kualitatif nitrit dan nitrat dapat dilihat pada Lampiran 3.

(51)

Tabel 4.1 Identifikasi Nitrit dan Nitrat dalam air di Kota Rantauprapat No Sampel Identifikasi Nitrit

dengan Pereaksi Asam Sulfanilat dan NED

Identifikasi Nitrat dengan Pereaksi NaOH

dan Serbuk Zn lalu dipanaskan 1 Air PDAM Kec.

Rantau Utara

Ungu merah muda (+++)

Lakmus biru (+) 2 Air PDAM Kec.

Rantau Selatan

Ungu merah muda (+)

Lakmus biru (+)

3 Air Sungai Ungu merah muda

(+++)

Lakmus biru (+) 4. Air Sumur Galian

Kec. Rantau Utara

Ungu merah muda (+++)

Lakmus biru (+) 5. Air Minum Isi

Ulang Gemilang

Ungu merah muda (-)

Lakmus biru (+) 6. Air Minum Isi

Ulang Surya

Ungu merah muda (-)

Lakmus biru (+) 7. Air Minum Isi

Ulang Mutiara

Ungu merah muda (+)

Lakmus biru (+) 8. Air Minum Isi

Ulang Paris

Ungu merah muda (++)

Lakmus biru (+) 9. Air Sumur Galian

Kec. Rantau Selatan

Ungu merah muda (+++)

Lakmus biru (+) 10 Air Sumur Bor

Kec. Rantau Utara

Ungu merah muda (+++)

Lakmus biru (+) 11. Air Sumur bor

Kec. Rantau Utara yang dipanaskan

Ungu merah muda (+++)

Lakmus biru (+)

4.2 Kurva Serapan Nitrit

Untuk memperoleh panjang gelombang maksimum, dilakukan dengan membuat kurva hubungan antara absorbansi dengan panjang gelombang dari suatu larutan baku pada konsentrasi tertentu. Penentuan kurva serapan dilakukan pada panjang gelombang 400-800 nm. Pengukuran serapan nitrit dilakukan pada konsentrasi 0,8μg/ml. Kurva serapan nitrit pada konsentrasi 0,8 μg/ml dapat dilihat pada Gambar 4.1.

(52)

Gambar 4.1 Kurva serapan nitrit pada konsentrasi 0,8 μg/ml

Berdasarkan Gambar 4.1, serapan nitrit pada panjang gelombang 540 nm.

Panjang gelombang tersebut sama dengan panjang gelombang nitrit pada serapan maksimum menurut (Cintya, dkk., 2016), yaitu 540 nm. Kurva serapan selanjutnya digunakan untuk penentuan waktu kerja dan penentuan kadar nitrat dan nitrit dalam sampel.

4.3 Waktu Kerja

Penentuan waktu kerja nitrit dilakukan untuk mengetahui waktu dimana senyawa tersebut memiliki nilai serapan paling stabil saat diukur dengan spektrofotometri sinar tampak. Penentuan waktu kerja nitrit dilakukan pada konsentrasi 0,8 μg/ml diukur setiap menit selama 60 menit. Kurva waktu kerja nitrit dapat dilihat pada Gambar 4.2.

Ab sor ba nsi

Gambar

Gambar 2.1 Siklus Nitrogen (Anggreini, 2016)  a. Fiksasi Nitrogen
Tabel 2.1. Rentang Kadar Nitrit dan Nitrat pada Sayuran  Jenis Sayuran  Kadar Nitrat (mg/kg)  Kadar Nitrit
Tabel 2.2 Persyaratan Kualitas Air Minum Peraturan Menteri Kesehatan No. 492  Tahun 2010
Tabel 2.3Kadar Nitrat dan Nitrit pada Air Minum Secara Spektrofotometri Sinar  Tampak
+7

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

[r]

Rangkaian Undian Elektronik merupakan sebuah simulasi permainan dari rangkaian elektronika yang dibuat untuk menentukan atau mengundi 2 buah kondisi atau lebih secara elektronik

[r]

Komputer yang digunakan sebagai server memiliki spesifikasi yang lebih handal dari komputer client yang terhubung dalam satu jaringan, dimana diharapkan komputer client

[r]

Sinar ini tidak dapat dilihat tetapi dapat dideteksi diatas spektrum merah, karena hal tersebut maka sinar infra merah menjadi sebuah jawaban untuk membuat suatu alat sebagai

[r]

Keberadaan situs ini diharapkan tidak hanya dapat memenuhi tuntutan era globalisasi tapi juga dapat menjawab keinginan para customer terhadap suatu media komunikasi yang dapat