• Tidak ada hasil yang ditemukan

DESKRIPSI PERJANJIAN KREDIT PEMILIKAN RUMAH (KPR) BERDASARKAN PRINSIP SYARIAH (Studi pada Bank Muamalat Kota Bandar Lampung) Oleh

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "DESKRIPSI PERJANJIAN KREDIT PEMILIKAN RUMAH (KPR) BERDASARKAN PRINSIP SYARIAH (Studi pada Bank Muamalat Kota Bandar Lampung) Oleh"

Copied!
41
0
0

Teks penuh

(1)

BERDASARKAN PRINSIP SYARIAH

(Studi pada Bank Muamalat Kota Bandar Lampung)

Oleh FIKRI JANSA

Kredit Pemilikan Rumah (KPR) prinsip syariah adalah kredit pemilikan rumah (KPR) yang berdasarkan hukum Islam antara bank dan nasabah. Tujuan dari pemberian kredit pemilikan rumah prinsip syariah adalah untuk membantu masyarakat mendapatkan rumah, baik baru maupun bekas sesuai kemampuan masyarakat dengan berpedoman pada prinsip syariah untuk menghindari praktik ribayang dalam hukum Islam adalah haram. Adapun yang menjadi Permasalahan dalam penelitian ini meliputi syarat dan prosedur dalam pemberian kredit, hak dan kewajiban para pihak, penyelesaian jika terjadi wanprestasi, serta berakhirnya perjanjian kredit pemilikan rumah prinsip syariah.

(2)

mampu melaksanakan kewajibannya, maka akan diselesaikan melalui Badan Arbitrase Muamalat Indonesia (BAMUI). Lalu perjanjian akan berakhir apabila nasabah memenuhi prestasinya ataupun melakukan wanprestasi yang dapat mengakhiri perjanjian secara sepihak.

(3)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Mengenai Perjanjian

1. Pengertian Perjanjian Kredit

Perjanjian dirumuskan dalam pasal 1313 KUHPdt, yaitu suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang atau lebih lainnya. Menurut Pasal 1319 KUHPdt, persetujuan tidak hanya mengikat apa yang dengan tegas ditentukan di dalamnya, melainkan juga segala sesuatu yang menurut sifatnya persetujuan dituntut berdasarkan keadilan, kebiasaan, atau Undang-Undang.

Perjanjian Kredit menurut hukum Perdata Indonesia merupakan salah satu dari bentuk perjanjian pinjam meminjam yang diatur dalam Buku Ketiga KUH Perdata yaitu pada Pasal 1754 sampai dengan Pasal 1769 KUH Perdata.

Perjanjian kredit seperti diuraikan tersebut di atas, yang menunjukkan unsur pinjam meminjam di dalamnya yaitu pinjam meminjam antara bank dengan pihak debitur. Menurut Pasal 1754 KUH Perdata menyatakan bahwa ;

(4)

pemakaian, dengan syarat bahwa pihak yang belakangan ini akan mengembalikan

sejumlah yang sama dari macam dan keadaan yang sama pula”.

Dalam membuat perjanjian kredit terdapat beberapa judul dalam praktik perbankan tidak sama satu sama lain, ada yang menggunakan judul perjanjian kredit, akad kredit, persetujuan pinjam uang, persetujuan membuka kredit, dan lain sebagainya. Meskipun judul dari perjanjian tersebut berbeda-beda tetapi secara yuridis isi perjanjian pada hakekatnya sama yaitu memberikan pinjaman berbentuk uang.1

Mengenai pembakuan bentuk draft isi perjanjian kredit antara bank belum terdapat kesepakatan. Namun mengenai isi perjanjian kredit seperti dikemukakan oleh Hasanuddin, pada pokoknya selalu memuat hal-hal berikut :2

a. Jumlah maksimum kredit yang diberikan oleh bank kepada debiturnya. b. Besarnya bunga kredit dan biaya-biaya lainnya.

c. Jangka waktu pembayaran kredit.

d. Ada dua jangka waktu pembayaran yang digunakan, yaitu jangka waktu angsuran biasanya secara bulanan dan jangka waktu kredit.

e. Cara pembayaran kredit. f. Klausula jatuh tempo

g. Barang jaminan kredit dan kekuasaan yang menyertai serta persyaratan penilaian jaminan, pembayaran pajak dan asuransi atas barang jaminan.

1

Sutarno,Aspek-aspek Hukum Perkreditan Bank, Alfabeta, Bandung, 2003, hal. 97

2

(5)

h. Syarat-syarat lain yang harus dipenuhi oleh debitur, termasuk hak bank untuk melakukan pengawasan dan pembinaan kredit.

2. Asas-asas Perjanjian

Hukum perjanjian mengenal beberapa asas penting yang merupakan dasar kehendak pihak-pihak dalam mencapai tujuan, yaitu :3

a. Asas kebebasan berkontrak

Setiap orang bebas melakukan perjanjian apa saja, baik yang sudah diatur atau belum diatur dalam Undang-Undang.

b. Asas pelengkap

Asas ini mengandung arti bahwa ketentuan Undang-Undang boleh tidak diikuti apabila pihak-pihak menghendaki dan membuat ketentuan-ketentuan sendiri yang menyimpang dari ketentuan Undang-Undang.

c. Asas Konsensual

Asas ini mengandung arti bahwa perjanjian itu terjadi saat tercapainya kata sepakat (consensus) antara pihak-pihak mengenai pokok perjanjian.

d. Asas obligator

Asas ini mengandung arti bahwa perjanjian yang dibuat pihak-pihak itu baru dalam tahap menimbulkan hak dan kewajiban saja, belum memindahkan hak milik.

3

(6)

3. Syarat Sah Perjanjian

Perjanjian yng sah adalah perjanjian yang memenuhi syarat-syarat yang ditetapkan oleh Undng-Undang. Perjanjian yang sah diakui dan diberi akibat hukum. Menurut ketentuan Pasal 1320 KUHPdt adalah supaya terjadi persetujuan yang sah, perlu dipenuhi empat syarat :

a. kesepakatan mereka yang mengikatkan dirinya. b. Kecakapan untuk membuat suatu perikatan c. Suatu pokok persoalan tertentu

d. Suatu sebab yang halal.

4. Wanprestasi

Pelanggaran atas perjanjian disebut wanprestasi, yang berarti prestasi buruk

berasal dari bahasa Belanda yaitu “wanbeheer” yang berarti pengurusan buruk, “wandaad” yang berarti perbuatan buruk. Wanprestasi seorang debitur dapat berupa empat macam :

a. Tidak melakukan apa yang disanggupi akan dilakukannya.

b. Melaksanakan apa yang dijanjikannya, tetapi tidak sebagaimana dijanjikan. c. Melaksanakan apa yang dijanjikannya tetapi terlambat.

(7)

1. Berakhirnya Perjanjian

Pasal 1381 KUHPdt mengatur cara hapusnya suatu perikatan sebagai berikut : a. Pembayaran

b. Penawaran pembayaran tunai dengan penyimpanan atau penitipan (konsinyasi)

c. Pembaharuan hutang

d. Perjumpaan hutang dan kompensasi e. Pencampuran hutang

f. Pembebasan hutang

g. Musnahnya barang yag terutang h. Batal/pembatalan

i. Berlakunya suatu syarat batal j. Lewat waktu

B. Tinjauan Umum Mengenai Kredit

1. Pengertian Kredit

Istilah kreditberasal dari bahasa Romawi “Credere” atau “credo” dan “creditum” yang kesemuanya berarti kepercayaan. Menurut bahasa inggris yaitu “faith” dan “trust”. Dapat dikatakan dalam hubungan ini bahwa kreditur (bank) dalam

(8)

debitur dalam waktu dan dengan syarat- syarat yang telah disetujui bersama, dapat mengembalikan kredit yang bersangkutan.4

Kewajiban adanya pedoman perkreditan pada setiap bank, dilandasi dasar hukum yang kuat yaitu Pasal 29 ayat (3) Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang

Perbankan yang berbunyi “Dalam memberikan kredit atau pembiayaan

berdasarkan prinsip syariah dan melakukan kegiatan usaha lainnya, bank wajib menempuh cara-cara yang tidak merugikan bank dan kepentingan nasabah yang

mempercayakan dananya pada bank.”

Sedangkan pengertian kredit menurut Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 Tentang Perbankan pada pasal 1 angka 12 yaitu kredit adalah penyediaan utang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan perjanjian atau kesepakatan pinjam-meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah bunga, imbalan atau pembagian hasil keuntungan.

2. Unsur-unsur Kredit Bank

Menurut Mohammad Djumhana pengertian kredit bank terkandung unsur-unsur antara lain :5

1. Prestasi, yang dapat berupa uang, jasa, atau barang.

2. Kepercayaan, yaitu suatu keyakinan pemberi kredit bahwa prestasi yang diberikan akan diterimanya kembali pada waktu tertentu di kemudian hari.

4

Rachmadi Usmani,Aspek Hukum Perbankan Di Indonesia, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2001, hal. 236

5

(9)

3. Waktu, yaitu antara pemberian dan penerimaan kembali prestasi dibatasi oleh suatu waktu tertentu sesuai dengan perjanjian.

4. Risiko, yaitu kemungkinan kerugian yang akan diderita pemberi kredit karena prestasi yang telah diberikan kepada orang lain.

3. Fungsi Kredit

Kredit dapat dikatakan mencapai fungsinya apabila secara sosial ekonomis baik bagi debitur, kreditur maupun masyarakat membawa pengaruh yang lebih baik, seperti peningkatan kesejahteraan masyarakat, kenaikan jumlah pajak negara dan peningkatan ekonomi negara yang bersifat mikro maupun makro. Dari manfaat nyata dan manfaat yang diharapkan maka sekarang ini kredit dalam kehidupan perekonomian, dan perdagangan mempunyai fungsi, sebagai berikut :6

a. Meningkatkan daya guna uang

b. Meningkatkan peredaran dan lalu lintas uang c. Meningkatkan daya guna dan peredaran barang d. Salah satu alat stabilitas ekonomi

e. Meningkatkan kegairahan usaha f. Meningkatkan pemerataan pendapatan g. Meningkatkan hubungan internasional.

6

(10)

C. Tinjauan Umum Mengenai Akad

1. Pengertian Akad (Perjanjian Islam)

Akad (perjanjian) dijelaskan dalam Ensiklopedi Hukum Islam dapat diartikan sebagai pertalian ijab (pernyataan melakukan ikatan) dan Kabul (pernyataan menerima ikatan) sesuai dengan kehendak syariat (hukum) yang berpengaruh pada objek perikatan. Semua perikatan (akad) yang dilakukan oleh dua pihak atau lebih, tidak boleh menyimpang dan harus sejalan dengan kehendak masing-masing pihak dan sesuai dengan syariat.

Dalam pandangan syariah suatu akad merupakan ikatan secara hukum yang dilakukan oleh dua orang atau beberapa pihak yang sama-sama berkeinginan untuk meningkatkan diri. Kehendak atau keinginan pihak-pihak yang mengikatkan diri tersebut diungkapkan dalam bentuk suatu pernyataan yang kemudian disebut sebagai ijab dan kabul, yang bisanya dilakukan terlebih dahulu oleh pihak pertama, kemudian oleh pihak kedua.

Bermuamalah dalam ijab dan kabul adalah pernyataan melakukan ikatan yang dilakukan oleh pembeli dan diikuti pernyataan menerima ikatan oleh penjual. Setelah adanya pernyataan tersebut maka akad jual beli tersebut telah sah, karena pembeli telah menerima barang dan penjual menerima harganya.

(11)

menghalalkan berburu ketika kamu sedang mengerjakan haji. Sesungguhnya Allah menetapkan hukum-hukum menurut yang dikehendakinya.”

Kemudian Q.S An-Nahl ayat 91 Allah berfirman : ” Dan tepatilah perjanjian

dengan Allah apabila kamu berjanji dan janganlah kamu membatalkan sumpah-sumpah(mu) itu, sesudah melaksanakannya, sedang kamu telah menjadikan Allah sebagai saksimu (terhadap sumpah-sumpahmu itu). Sesungguhnya Allah

mengetahui apa yang kamu perbuat”.

Hal-hal pokok yang dihindari dalam perjanjian menurut syariah, antara lain : a.RibaatauInterst

Riba secara bahasa bermakna ziyadah (tambahan). Dalam pengertian lain secara liguistic riba juga berarti tumbuh dan membesar. Sedangkan menurut istilah teknis, riba berarti pengambilan tambahan dari harta pokok atau modal secara batil.7

b.GhararatauDubiousness in Contract

Unsurghararartinya ketidakpastian sumber dana yang dipakai untuk membayar. Ghararadalah suatu akad yang memiliki akibat labih dari satu kemungkinan dan yang paling sering terjadi adalah kemungkinan terburuk.

2. Syarat Sahnya Akad

Akad yang sah adalah akad yang memenuhi syarat-syarat yang telah ditentukan sesuai dengan syariat Islam.

7

(12)

Syarat-syarat sah suatu akad adalah sebagai berikut :8

a. Pihak-pihak yang melakukan akad telah dipandang mampu bertindak menurut hukum (mukallaf), apabila belum mampu, harus dilakukan dengan walinya. b. Objek dari akad tersebut harus diakui oleh syara’, dengan syarat sebagai

berikut :

1. Berbentuk harta (kecuali yang diharamkan menurut syara’, seperti minuman keras, barang najis, dan harta wakaf).

2. Dimiliki seseorang

3. Bernilai harta menurutsyara’.

c. Akad yang dilakukan harus memiliki manfaat, sehingga bukan sesuatu yang memang sudah menjadi kewajiban.

d. Ijab harus tetap utuh sampai terjadinya Kabul. Ijab dan Kabul tersebut dilakukan dengan suatu majelis, yaitu keadaan yang menggambarkan proses suatu transaksi.

e. Tujuan akad itu harus jelas dan diakui oleh syara’. Dengan kata lain akad tersebut harus dilaksanakan sesuai dengan tujuan yang telah disepakati oleh para pihak dalam akad tersebut.

8

(13)

3. Asas-asas Akad

Hukum Islam juga mengenal asas-asas perjanjian, yang antara lain :9

a. Al-Hurriyah(Kebebasan)

b. Al-Musawah(Persamaan atau Kesetaraan) c. Al-’Adalah(Keadilan)

d. Al-Ridha(Keadilan)

e. Ash-Shidiq(Kebenaran dan Kejujuran) f. Al-Kitabah(Tertulis)

4. Berakhirnya Akad

Dalam konteks hukum Islam, akad/perjanjian yang dibuat oleh para pihak akan berakhir jika dipenuhi tiga hal sebagai berikut:10

a. Berakhirnya masa berlakunya akad

b. Dibatalkan oleh pihak-pihak yang berakad c. Salah satu pihak yang berakad meninggal dunia.

D.Bai’ Al-Murabahah

1. PengertianBai’ Al-Murabahah

Bai’ Al-Murabahah adalah persetujuan jual beli suatu barang dengan harga sebesar harga pokok ditambah dengan keuntungan yang disepakati bersama. Dalam Bai’ Al-Murabahah, penjual harus memberi tahu harga produk yang ia

9

Ibid, hal. 34 10

(14)

beli dan menentukan suatu tingkat keuntungan sebagai tambahannya. Kemudian pengertian akadMurabahah adalah jual beli barang dengan tambahan harga atau cost plus atas dasar harga pembelian pertama secara jujur. Dengan murabahah ini, bank pada hakekatnya ingin merubah bentuk bisnisnya dari kegiatan pinjam meminjam menjadi transaksi jual beli (lending activy menjadi sale and purchase transaction). Dengan sistem murabahah ini, bank misal memberikan/ menyediakan barang-barang yang diperlukan oleh pengusaha untuk dijual lagi, dan bank minta tambahan harga atas harga pembeliannya. Syarat bisnis dengan murabahah ini adalah si pemilik barang, dalam hal ini bank harus memberi informasi yang sebenarnya kepada pembeli tentang harga pembeliannya dan keuntungan bersihnya (profit margin) dari pada tambahan harganya (cost plus) itu.

2. LandasanBai’ Al-Murabahah

Dasar hukumBai’ Al-Murabahahterdapat dalam : a. Al-Quran

(15)

kepada Allah. Orang yang kembali (mengambil riba), maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya.”

b. Al-Hadist

Dari Shuhaib ar-Rumi bahwa Rasulillah SAW bersabda ”Tiga hal yang di

dalamnya terdapat keberkahan, jual beli secara tangguh, muqaradhah (mudharabah), dan mencampur gandum dengan tepung untuk keperluan rumah,

bukan untuk dijual” (HR Ibnu Majah)

Dari Abu Said al-Hudri bahwa Rasulullah bersabda ” Sesungguhnya jual beli harus dilakukan suka sama suka ”(HR Al Baihaqi, Ibnu Majah, dan Sahih

menurut Ibnu Hiban).

3. Fatwa TentangMurabahah

Fatwa DSN 04/DSN-MUI/IV/2000 tentangMurabahahantara lain : a. Ketentuan UmumMurabahahdalam Bank Syari'ah:

1) Bank dan nasabah harus melakukan akad murabahah yang bebas riba. 2) Barang yang diperjualbelikan tidak diharamkan oleh syariah Islam.

3) Bank membiayai sebagian atau seluruh harga pembelian barang yang telah disepakati kualifikasinya.

4) Bank membeli barang yang diperlukan nasabah atas nama bank sendiri, dan pembelian ini harus sah dan bebasriba.

5) Bank harus menyampaikan semua hal yang berkaitan dengan pembelian, misalnya jika pembelian dilakukan secara hutang.

(16)

Bank harus memberitahu secara jujur harga pokok barang kepada nasabah berikut biaya yang diperlukan.

7) Nasabah membayar harga barang yang telah disepakati tersebut pada jangka waktu tertentu yang telah disepakati.

8) Untuk mencegah terjadinya penyalahgunaan atau kerusakan akad tersebut, pihak bank dapat mengadakan perjanjian khusus dengan nasabah.

9) Jika bank hendak mewakilkan kepada nasabah untuk membeli barang dari pihak ketiga, akad jual beli murabahah harus dilakukan setelah barang, secara prinsip, menjadi milik bank.

b. Ketentuan Murabahah kepada Nasabah:

1) Nasabah mengajukan permohonan dan perjanjian pembelian suatu barang atau aset kepada bank.

2) Jika bank menerima permohonan tersebut, ia harus membeli terlebih dahulu aset yang dipesannya secara sah dengan pedagang.

3) Bank kemudian menawarkan aset tersebut kepada nasabah dan nasabah harus menerima (membeli)nya sesuai dengan perjanjian yang telah disepakatinya, karena secara hukum perjanjian tersebut mengikat; kemudian kedua belah pihak harus membuat kontrak jual beli.

4) Dalam jual beli ini bank dibolehkan meminta nasabah untuk membayar uang muka saat menandatangani kesepakatan awal pemesanan.

5) Jika nasabah kemudian menolak membeli barang tersebut, biaya riil bank harus dibayar dari uang muka tersebut.

(17)

7) Jika uang muka memakai kontrak 'urbun sebagai alternatif dari uang muka, maka jika nasabah memutuskan untuk membeli barang tersebut, ia tinggal membayar sisa harga. Namun jika nasabah batal membeli, uang muka menjadi milik bank maksimal sebesar kerugian yang ditanggung oleh bank akibat pembatalan tersebut; dan jika uang muka tidak mencukupi, nasabah wajib melunasi kekurangannya.

c. Jaminan dalam Murabahah:

1) Jaminan dalam murabahah dibolehkan, agar nasabah serius dengan pesanannya.

2) Bank dapat meminta nasabah untuk menyediakan jaminan yang dapat dipegang.

d. Hutang dalam Murabahah:

1) Secara prinsip, penyelesaian hutang nasabah dalam transaksi murabahah tidak ada kaitannya dengan transaksi lain yang dilakukan nasabah dengan pihak ketiga atas barang tersebut. Jika nasabah menjual kembali barang tersebut dengan keuntungan atau kerugian, ia tetap berkewajiban untuk menyelesaikan hutangnya kepada bank.

2) Jika nasabah menjual barang tersebut sebelum masa angsuran berakhir, ia tidak wajib segera melunasi seluruh angsurannya.

(18)

e. Penundaan Pembayaran dalam Murabahah:

1) Nasabah yang memiliki kemampuan tidak dibenarkan menunda penyelesaian hutangnya.

2) Jika nasabah menunda-nunda pembayaran dengan sengaja, atau jika salah satu pihak tidak menunaikan kewajibannya, maka penyelesaiannya dilakukan melalui Badan Arbitrasi Syari'ah setelah tidak tercapai kesepakatan melalui musyawarah.

f. Bangkrut dalam Murabahah:

Jika nasabah telah dinyatakan pailit dan gagal menyelesaikan hutangnya, bank harus menunda tagihan hutang sampai ia menjadi sanggup kembali, atau berdasarkan kesepakatan.

E. Pengertian Kredit Pemilikan Rumah (KPR)

Kredit Pemilikan Rumah (KPR) adalah kredit yang digunakan untuk membeli

rumah atau untuk kebutuhan konsumtif lainnya dengan jaminan/agunan berupa Rumah. Walaupun penggunaannya mirip, KPR berbeda dengankredit konstruksi dan renovasi.Agunan yang diperlukan untuk KPR adalah rumah yang akan dibeli itu sendiri untuk KPR Pembelian. Sedangkan untuk KPR Multiguna atau KPR Refinancingyang menjadi Agunan adalah Rumah yang sudah dimiliki.

(19)

produktif seperti pembelian stok barang dagangan, modal kerja dan lain sebagainya.11

Berdasarkan Peraturan Menteri Negara Perumahan Rakyat Nomor :06/permen/2007 tentang Pengadaan Perumahan dan Pemukiman Dengan Dukungan Fasilitas Subsidi Perumahan Melalui KPRS/ KPRS Mikro Syariah Bersubsidi, Kredit pemilikan rumah Sederhana Sehat (KPRSH) adalah kredit atau pembiayaan yang diterbitkan oleh Lembaga Penerbit atau pembiayaan yang meliputi KPR bersubsidi, KPRS/ KPRS Mikro Bersubsidi, atau KPR Rasuna Bersubsidi, berdasarkan prinsip syariah diperuntukan bagi masyarakat berpenghasilan rendah.

Komponen-komponen utama KPR adalah sebagai berikut;12

1. Kreditur KPR

Kreditur adalah lembaga keuangan (misalnya; bank) yang mengucurkan dana kepadadebituruntuk membeli objek KPR.

2. Debitur KPR

Debitur adalah seseorang atau sebuah badan hukum (misal; PT) yang akan membeli objek KPR.

11

http://www.wikipedia.com/ kpr.htmldiakses pada Kamis, 8 September 2011 12

(20)

3. Objek KPR

Objek KPR di sini merupakan lahan dan rumah yang hendak dibeli/diakuisisi oleh pihak debitur.

4. Jangka Waktu KPR

Dalam pengertian KPR atau definisi KPR diatas disebutkan bahwa KPR adalah "kredit jangka panjang". Disebut jangka panjang, karena KPR boleh dikata merupakan satu-satunya kredit yang memiliki waktu pelunasan terpanjang, yakni bisa mencapai beberapa puluh tahun.

(21)

Penjelasan terhadap bagan di atas adalah :

1. Nasabah yang hendak mengajukan permohonan pembiayaan datang ke Bank Muamalat Indonesia.

2. Setelah ditentukan jenis pembiayaan yang dipakai berupa Pembiayaan Al Murabahah, maka Bank Muamalat Indonesia membeli barang dari supplier dan akan diteruskan dengan pemenuhan syarat dan prosedur Perjanjian PembiayaanAl Murabahah.

3. Persetujuan kedua belah pihak direalisasikan dalam Perjanjian PembiayaanAl Murabahah.

4. Di dalam pelaksanaan Perjanjian Pembiayaan Al Murabahahakan timbul hak dan kewajiban dari kedua pihak yang tertuang dalam Perjanjian Pembiayaan Al Murabahah.

5. Dalam suatu perjanjian dapat terjadinya wanprestasi karena tidak terpenuhinya hak dan kewajiban masing-masing pihak.

(22)

III. METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian adalah penelitian hukum normatif terapan, yaitu penelitian terhadap asas-asas hukum. Penelitian asas-asas hukum dilakukan terhadap kaidah-kaidah hukum yang merupakan patokan-patokan berperilaku dan bersikap tindak yang pantas. Penelitian tersebut dapat dilakukan (terutama) terhadap bahan-bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder, sepanjang bahan-bahan tadi mengandung kaedah hukum.1

Di dalam penelitian ini, kaidah-kaidah tersebut dapat berupa prosedur untuk mendapatkan kredit pemilikan rumah oleh nasabah bank syariah dan melihat isi perjanjian kredit pemilikan rumah untuk mengetahui hak dan jewajiban masing-masing pihak serta melihat kendala apa saja yang mungkin timbul dalam pengambilan kredit dan melihat akibat hukumnya bagi kedua belah pihak.

B. Tipe Penelitian

Berdasarkan permasalahan pada pokok bahasan dalam penelitian ini, maka tipe penelitian adalah tipe deskriptif, yaitu mendeskripsikan secara jelas, rinci dan sistematis tentang proses mendapatkan kredit pemilikan rumah dan isi perjanjian

1

(23)

kredit pemilikan rumah bank dan nasabah serta melihat akibat hukum bagi keduanya jika terdapat masalah dalam pengambilan kredit.

C. Pendekatan Masalah

Pendekatan masalah yang digunakan adalah normatif-terapan dimana penulis akan merumuskan masalah dan tujuan penelitian terebih dahulu, dengan prosedur sebagai berikut :2

1. Identifikasi pokok bahasan dan subpokok bahasan berdasarkan rumusan masalah.

2. Identifikasi ketentuan hukum normatif yang menjadi tolak ukur terapan yang bersumber dari dan lebih sesuai dengan sub pokok bahasan.

3. Penerapan ketentuan hukum normatif tolak ukur terapan pada peristiwa hukum yang bersangkutan, yang menghasilkan perilaku terapan yang sesuai atau tidak sesuai.

D. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini yaitu pada Bank Muamalat Cabang Kota Bandar Lampung, Jalan Raden Intan No. 92D, Bandar Lampung, telp 0721 242123, 242275,. Lokasi penelitian adalah bank syariah pertama dalam memberikan pembiayaan kredit pemilikan rumah (KPR) prinsip syariah di Propinsi Lampung.

2

(24)

E. Data dan Sumber Data

Dikarenakan jenis penelitian ini adalah normatif terapan, maka data yang digunakan pada penelitian ini adalah data sekunder yang terdiri dari bahan hukum primer, sekunder dan tersier. Bahan hukum primer yang digunakan bersumber dari KUH Perdata, Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 Tentang Perbankan Syariah, Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 Tentang Perbankan, Akad Murabahah, Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1992 Tentang Perumahan dan Pemukiman dan Fatwa Dewan Nasional. Sedangkan bahan hukum sekunder yang digunakan terdiri dari bahan hukum kepustakaan, internet, literatur-literatur ilmu pengetahuan hukum khususnya mengenai kredit pemilikan rumah.

F. Metode Pengumpulan Data

Dalam metode pengumpulan data pada umumnya dikenal dua jenis alat atau cara yaitu studi dokumen atau studi pustaka, pengamatan atau observasi, dan wawancara atau interview.3 Metode pengumpulan data yang dipergunakan di

dalam penelitian ini adalah studi pustaka, studi dokumen dan wawancara atau interview sebagai penunjang bahan pustaka.

1. Studi Kepustakaan

Studi ini dilakukan dengan mengadakan penelaahan terhadap peraturan perundang-undangan, buku-buku, literatur-literatur, dan karya ilmiah lainnya. Teknis yang digunakan adalah mengumpulkan, mengidentifikasikan, lalu

3

(25)

membaca untuk mencari dan memahami data yang diperlukan kemudian dilakukan pencatatan atau pengutipan.

2. Studi Dokumen

Studi dokumen dilakukan dengan melihat perjanjian KPR antara bank dengan nasabah yang diperoleh pada saat penelitian dilakukan.

3. Metode Wawancara

Metode wawancara dilakukan untuk mendapat tambahan informasi serta mencari kesesuaian informasi data yang diperoleh penulis termasuk mencari perbandingan lain dari data yang telah ada. Wawancara akan dilakukan dengan bagian Marketing Bank Muamalat Kota Bandar Lampung yaitu Bapak Zue Eri.

G. Pengolahan Data

Data yang diperoleh dari studi pustaka dan wawancara kemudian diolah dengan cara :

1. Seleksi data, yaitu memilih data dan memilah data yang diperoleh mengenai kelengkapannya, kejelasanya, dan kebenarannya atas jawaban data, kesesuaian atau relevansi informasi jawaban yang diterima dengan pokok bahasan yang akan dibahas.

2. Klasifikasi data, yaitu data yang telah diseleksi selanjutnya diklasifikasikan dan dihubungkan dengan data yang dipergunakan atau diperlukan menurut pokok bahasannya masing-masing.

(26)

H. Analisis Data

Analisis data dan pembahasan dilakukan secara kualitatif yaitu dengan cara menguraikan data dalam bentuk kalimat secara terperinci dan sistematis kemudian dilakukan interpretasi data yang ada dengan cara mengartikan data yang telah diperoleh dan telah disusun tersebut dimana pada akhirnya penulisan ini akan mendapat suatu kesimpulan terhadap pokok bahasan yang akan diteliti.4

4

(27)

(Skripsi)

Oleh

FIKRI JANSA

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG

(28)

Oleh

FIKRI JANSA

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Hukum

pada

Bagian Hukum Keperdataan Fakultas Hukum Universitas Lampung

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG

(29)
(30)

ABSTRAK ... i

C. Tujuan Penelitian ... 3

D. Kegunaan Penelitian ... 4

1. Kegunaan Teoritis ... 4

2. Kegunaan Praktis ... 4

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Perjanjian... 5

1. Pengertian Perjanjian... 5

2. Asas-asas Perjanjian ... 7

3. Syarat Sah Perjanjian ... 8

4. Wanprestasi ... 8

5. Berakhirnya Perjanjian ... 9

B. Tinjauan Umum Kredit ... 9

1. Pengertian Kredit ... 9

2. Unsur-unsur Kredit Bank ... 10

3. Fungsi Kredit ... 11

C. Tinjauan Umum Mengenai Akad ... 12

1. Pengertian Akad (Perjanjian Islam)... 12

2. Syarat Sahnya Akad ... 13

3. Asas-asas Akad ... 15

(31)

3. Fatwa TentangMurabahah ... 17

E. Pengertian Kredit Pemlikan Rumah ... 20

1. Kreditur KPR... 21

2. Debitur KPR ... 21

3. Objek KPR... 22

4. Jangka Waktu KPR... 22

F. Kerangka Pikir ... 22

III. METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 24

B. Tipe Penelitian ... 24

C. Pendekatan Masalah ... 25

D. Lokasi Penelitian ... 25

E. Data dan Sumber Data... 26

F. Metode Pengumpulan Data ... 26

G. Pengolahan Data ... 27

H. Analisis Data ... 28

IV. PEMBAHASAN A. Syarat dan Prosedur KPR Prinsip Syariah... 29

1. Syarat KPR Prinsip Syariah... 29

2. Prosedur KPR Prinsip Syariah ... 33

B. Hak dan Kewajiban Para Pihak Dalam KPR Syariah ... 41

1. Hak dan Kewajiban Debitur ... 41

2. Hak dan Kewajiban Kreditur ... 44

C. Wanprestasi dan Penyelesaiannya Dalam KPR Syariah ... 48

D. Berakhirnya Perjanjian KPR Syariah ... 51

V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan... 53

B. Saran ... 55

DAFTAR PUSTAKA ... 56

(32)

Buku

Anonim. 2008.Format Penulisan Karya Ilmiah.Universitas Lampung. Bandar Lampung

Antonio, M. Syafi’i. 2001.Syariah Dari Teori ke Praktis. Gema Insani. Jakarta Budiono, Herlian. 2010.Ajaran Umum Hukum Perjanjian. Citra Aditya Bakti.

Bandung

Djumhana. Mohammad. 1993.Hukum Perbankan di Indonesia.Citra Aditya.

Bandung.

Muhammad. Abdulkadir. 2004.Hukum dan Penelitian Hukum. PT.Citra Aditya Bakti. Bandung.

Naja, Daeng. 2011.Akad Bank Syariah.,Pustaka Yustisia. Yogyakarta

Rahman, Hasanuddin. 1995.Aspek-aspek Hukum Pemberian Kredit Perbankan di Indonesia. Citra Aditya Bakti. Bandung.

R, Soebekti dan R.Tjitrosudibio. 2001.Kitab Undang-Undang Hukum Perdata Pradnya Paramita. Jakarta

Soekanto, Soejono. 1984. Pengantar Penelitian Hukum. Universitas Indonesia Press. Jakarta.

(33)

Gramedia Pustaka Utama. Jakarta

Peraturan Perundang-undangan

Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 Tentang Perbankan Syariah. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 Tentang Perbankan

Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1992 Tentang Perumahan dan Pemukiman. Peraturan Menteri Negara Perumahan Rakyat Nomor 06/permen/2007 Tentang

Fasilitas Pengadaan Perumahan dan Pemukiman Dengan Dukungan Fasilitas Subsidi Perumahan Melalui Kprs/Kprs Mikro Syaria Bersubsidi. Fatwa Dewan Syariah Nasional No : 04/DSN-MUI/IV/2000 Tentang Murabahah. Fatwa Dewan Syariah Nasional No :17/DSN-MUI/IX2000 Tentang Sanksi

Atas Nasabah Mampu Yang Menunda-nunda Pembayaran.

Internet

http://www.wikipedia.com/ kpr.html diakses pada Kamis, 8 September 2011 http://bicaraproperti.com/2010/pengertian-kpr diakses pada Selasa,

(34)

1. Tim Penguji

Ketua : Hj. Marindowati, S.H., M.H. ...

Sekretaris/Anggota: Hj. Rosida, S.H. ...

Penguji

Bukan Pembimbing: Rilda Murniati, S.H., M.hum ...

2 Dekan Fakultas Hukum

Dr. Heryandi, S.H., M.S. NIP.196211091987031003

(35)

Lampung)

Nama Mahasiswa :

Fikri Jansa

No. Pokok Mahasiswa : 0852011095 Bagian : Hukum Perdata Fakultas : Hukum

MENYETUJUI

1. Komisi Pembimbing

Marindowati, S.H., M.H. Rosida, S.H.

NIP 194911141980032001 NIP 195001091978032000

2. Ketua Bagian Hukum Perdata

(36)

Janganlah kemiskinanmu menyebabkan kekufuran dan janganlah kekayaanmu menyebabkan kesombongan

(H.R. Bukhari)

Sumber kekuatan baru bukanlah uang yang berada dalam genggaman tangan beberapa orang, namun informasi di tangan orang banyak.

(37)

Dengan mengucapkan syukur kehadirat Allah SWT, Zat yang Maha Kuasa dan Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang.

Kupersembahkan skripsi ini kepada :

Kedua orang tuaku Tersayang Mahdi dan Wanisah, serta keluarga besarku tercinta yang telah memberikan cinta, kasih sayang, kebahagiaan, doa, motivasi,

semangat serta pengorbanannya selama ini untuk keberhasilanku.

(38)

Penulis dilahirkan di Tanjung Karang, Bandar Lampung tanggal 1 Januari 1990, sebagai anak pertama dari dua bersaudara, dari Bapak Mahdi dan Ibu Wanisah.

Riwayat pendidikan penulis dimulai pada Taman Kanak-Kanak Pembina Bandar Lampung yang diselesaikan pada tahun 1996 . Sekolah Dasar diselesaikan pada tahun 2002 di SDN 2 Rawalaut Bandar Lampung, Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama di SMP 2 Kartika-II Bandar Lampung diselesaikan pada tahun 2005, dam SMAN 10 Bandar Lampung, diselesaikan pada tahun 2008.

(39)

Segala puji bagi Allah SWT. Tuhan Semesta Alam yang mengadakan dan meniadakan segala sesuatunya di muka bumi ini, serta Shalawat serta Salam selalu tercurahkan kepada Rasullullah Muhammad SAW. Nabi akhir zaman beserta para sahabatnya.

Alhamdulillah atas kehendak-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan

judul ” Deskripsi Perjanjian Kredit Pemilikan Rumah (KPR) Berdasarkan Prinsip Syariah (Studi pada Bank Muamalat Kota Bandar Lampung) ”. Adapun

Maksud penulisan skripsi ini adalah sebagai salah satu syarat yang harus dipenuhi untuk mencapai gelar kesarjanaan di Fakultas Hukum Universitas Lampung. Segala kemampuan telah penulis curahkan guna menyelesaikan skripsi ini, namun penulis menyadari masih terdapat kekurangan baik dari segi substansi maupun penulisannya. Oleh karena itu, berbagai saran, koreksi serta kritik yang membangun dari berbagai pihak sangat penulis harapkan demi perbaikan dan kesempurnaan skripsi ini.

(40)

Fakultas Hukum Universitas Lampung.

2. Bapak Prof. Dr. I Gede AB. Wiranata, S.H., M.H. selaku Ketua Jurusan Hukum Keperdataan Fakultas Hukum Universitas Lampung yang telah banyak membantu penulis selama menyelesaikan studi di Fakultas Hukum Universitas Lampung.

3. Ibu Marindowati, S.H., M.H. selaku pembimbing 1 (satu) yang telah banyak membantu dengan meluangkan waktunya, mencurahkan segenap pemikirannya, memberikan bantuan moril, saran serta kritik yang membangun di dalam menyelesaikan skripsi ini.

4. Ibu Rosida, S.H., selaku pembimbing 2 (dua) yang telah banyak membantu dengan meluangkan waktunya dan mencurahkan segenap pemikirannya, memberikan saran serta kritik yang membangun di dalam menyelesaikan skripsi ini.

(41)

pembelajaran berharga bagi penulis serta memberikan kemudahan dan bantuannya selama ini.

9. Kedua orang tuaku Tersayang Mahdi dan Wanisah, Adikku beserta keluarga besarku tercinta yang selalu memberi nasihat, semangat, doa serta bantuan baik secara moril maupun materiil.

10. Terima kasih untuk teman-teman baik Reguler maupun Mandiri yang telah memberikan motivasi dan dukungan moral sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi ini.

11. Untuk teman-teman Hima Perdata 2010/2011 saya ucapkan terima kasih atas dukungan dan doa serta bantuannya baik secara moril maupun materil.

Semoga Allah SWT, menerima dan membalas semua kebaikan yang kita perbuat. Mudah-mudahan skripsi ini dapat bermanfaat bagi mereka yang membacanya. Amin.

Bandar Lampung, Febuari 2012 Penulis

Referensi

Dokumen terkait

Kelengkapan struktur adalah tulisan yang dihasilkan siswa dapat dikembangkan sesuai dari struktur teks Laporan Hasil Observasi yakni pernyataan umum dan aspek yang

Hal tersebut di duga karena adanya infeksi mikoriza dan jamur patogen pada akar sehingga pada tanaman yang diberi penambahan dosis mikoriza mempunyai berat kering

4 Social Mention es una herramienta que permite conocer qué se comenta en relación a un tema, marca o persona en Internet. En este caso, se buscaron los perfiles más influyentes en

Masalah yang muncul dalam mengatur waktu adalah jika setiap hari kita memiliki kegiatan dan sulit untuk dikontrol, maka masalah akan muncul.. Masalah yang muncul tersebut

Dengan demikian tujuan dari hasil penelitian ini adalah untuk menjelaskan bentuk pengelolaan angkutan umum dan parkir di kawasan Ramayana dan BTC, dan juga untuk mengidentifikasi

Produk hasil pengembangan ini memiliki beberapa kelebihan yaitu modul dapat digunakan secara man- diri oleh semua siswa karena produk berupa media cetak sehingga tidak

Kesimpulan dalam penelitian ini yaitu Bahan ajar PAI berbasis Pendekatan Saintifik pada materi Iman kepada Malaikat-Malaikat Allah swt memenuhi kriteria standar

Uji koefisien korelasi (R) menunjukkan bahwa terjadi hubungan yang kuat dan positif antara bauran pemasaran yang terdiri dari produk, harga, tempat, promosi, orang,