LAPORAN TUGAS AKHIR
METODE PENETAPAN PAJAK HOTEL PADA DINAS PENGELOLAAN KEKAYAAN DAN ASET DAERAH KOTA SIBOLGA
O L E H
NAMA : RAJA MABRUR HUTAGALUNG NIM : 092600038
Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Menyelesaikan Studi Pada Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmannirrahim
Puji dan syukur penulis haturkan kehadiran ALLAH SWT yang telah
memberi rahmat dan hidayah-Nya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan
perkuliahan dan menyelesaikan penulisan Laporan Praktik Kerja Lapangan Mandiri
(PKLM) dengan judul “Metode Penetapan Pajak Hotal Pada Dinas Pengelolaan Kekayaan dan Aset Daerah Kota Sibolga”.
Laporan PKLM ini diajukan guna untuk memenuhi salah satu persyaratan
untuk dapat menyelesaikan pendidikan Program Studi Diploma III Administrasi
Perpajakan pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.
Penulis menyadari bahwa tulisan ini jauh dari sempurna baik dalam susunan
kalimat maupun pembahasannya, Oleh karena itu penulis mengharapkannya adanya
kritik dan saran dari pembaca yang sifatnya membangun laporan ini kearah yang
lebih baik.
Penulis laporan ini tidak terlepas dari bantuan dan perhatian berbagai pihak.
Oleh sebab itu penulis mengucapkan terimakasih setulus-tulusnya kepada:
- Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan
- Bapak Drs. Alwi Hasyim Batubara, M.Si selaku Ketua Program Studi
Diploma III Administrasi Perpajakan FISIP USU.
- Ibu Arlina, SH, M.Hum selaku Dosen Pembimbing, yang telah banyak
membantu dan memberikan pengarahan pengarahan dalam proses penulisan
Laporan PKLM.
- Seluruh Dosen Pengajar Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan,
yang telah memberi ilmu dan wawasan selama mengikuti perkuliahan.
- Seluruh Staf Pengajar jurusan Administrasi Perpajakan yang telah banyak
membantu penulis.
- Almarhum Ayah dan Ibu tercinta yang senantiasa memberikan kasih
sayangnya, didikan, dorongan dan restunya kepada penulis, dan juga materiil
yang diberikan yang tidak dapat dinilai dengan suatu apapun.
- Buat Abangku dan kakakku tersayang terima kasih atas dorongan, semangat
dan do’anya sehingga penulis tetap bersemangat menghadapi segala rintangan
dan cobaan. Khusus buat jagoan kecil rava syah keponakanku yang lucu yang
membuat penulis bersemangat.
- Seluruh teman-teman terbaikku Tax A’ 2009 yang telah banyak membantu
dan memberikan sumbangan pikiran dalam menyelesaikan laporan ini. dan
unik-unik dan gokil gak terasa 3 tahun telah kita lalui bersama pokoknya dari
A sampai Z juga, makasih buat semuanya, Insyallah persahabatan ini tidak
hanya sampai disini tapi untuk selamanya.
- Seluruh teman-teman seperjuangan Tax ‘ Stambuk 2009
- Pihak-pihak lain yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu, saya
mengucapkan banyak terimakasih atas bantuan dan dukungannya sehingga
laporan ini dapat selesai. Dan saya berharap kiranya Laporan PKLM ini dapat
bermanfaat dalam memperkaya ilmu pendidikan.
Medan, Agustus 2012
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ... i
DAFTAR ISI ... iv
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan... 1
B. Tujuan dan Manfaat PKLM... 4
C. Uraian Teoritis ... 6
D. Ruang Lingkup Praktik Kerja Lapangan Mandiri... 10
E. Metode pengumpulan data... 11
F. Sistematika Penulisan Laporan Praktik Kerja Lapangan Mandiri...12
BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK LOKASI PKLM A. Sejarah Singkat Dinas Pengololaan Kekayaan dan Aset Daerah Kota Sibolga ... 16
B. Struktur Organisasi Dinas Pengelolaan Kekayaan Dan Aset Daerah Kota Sibolga... 18
C. Tugas Dan Fungsi Dinas Pengelolaan Kekayaan Dan Aset Daerah Kota Sibolga... ... 21
D. Gambaran Umum Pegawai Dinas Pengelolaan Kekayaan Dan Aset Daerah Kota Sibolga... ...25
B. Objek, Subjek dan Wajib Pajak Hotel... 29
C. Dasar Pengenaan Pajak, Tarif Pajak dan Cara Perhitungan Pajak Hotel. 31 D. Masa Pajak Hotel dan Saat Pajak Terutang... 32
E. Pemungutan Pajak Hotel... 32
BAB IV ANALISA DAN EVALUASI A. Mekanisme Pemungutan Pajak Hotel... ... 38
B. Alalisa Data... 41
C. Hambatan-hambatan Dalam Peningkatan Penerimaan Pajak Hotel...43
D. Upaya-upaya yang Ditempuh Untuk Peningkatkan Pajak Hotel ...43
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 45
B. Saran ... 46
DAFTAR PUSTAKAN
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)
Berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi membawa dampak yang
luas dan kompleks. Kemajuan tersebut tentunya membutuhkan kesiapsediaan semua
pihak Perguruan Tinggi sebagai sebuah wadah pendidikan tertinggi dalam suatu
jenjang pendidikan formal. Berperan serta dalam meningkatkan mutu pendidikan
sehingga produk-produk yang dihasilkan benar-benar berkualitas, terampil dan siap
dipekerjakan ditengah-tengah masyarakat Indonesia. Dan mahasiswa sebagai salah
satu elemen perguruan tinggi dituntut untuk mampu berpikir kritis, tegas dan kreatif
khususnya dibidang yang mereka pilih. Hal ini sangat penting karena mahasiswa
sebagai generasi muda diharapkan dapat meneruskan pembangunan bangsa ini.
Guna memenuhi tuntunan kerja dibutuhkan produk-produk perguruan tinggi
yang berkualitas, mahasiswa tidak hanya dituntut untuk lulus dari program
pendidikannya tetapi juga harus mampu mengembangkan dan menambah ilmu
pengetahuan dari ilmu yang diperolehnya, untuk itu maka mahasiswa diwajibkan
mengikuti Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM).
Dalam melaksanakan PKLM ini, maka mahasiswa memerlukan sebuah
wadah atau tempat untuk mengaplikasikan teori perkuiahannya tersebut. Bahasan
dan karakteristik pajak sebagai sumber utama penerimaan Negara dan kewajiban
kenegaraan bagi warga masyarakat pembayar pajak, dan meningkatnya jumlah
pembayar serta pemahaman akan hak dan kewajibannya dalam melaksanakan
peraturan perundang-undangan perpajakan, mengakibatkan peningkatan penerimaan
daerah.
Pajak daerah merupakan salah satu bentuk peran serta masyarakat dalam
penyelenggaraan otonomi daerah. Sistem otonomi daerah yang berlaku saat ini
menuntut pemerintah untuk lebih aktif berperan serta dalam pembangunan khususnya
pembangunan daerah itu sendiri sebab daerah otonomi mempunyai kewenangan
untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat daerah menurut prakarsa
sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat dalam ikatan Negara Kesatuan Republik
Indonesia.
Pajak Hotel merupakan salah satu pajak daerah yang berpotensial
dikarenakan memberikan kontribusi terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) maka
sangat diharapkan Pajak Hotel sebagai alternatif pendanaan pemerintah untuk
mendukung peningkatan kemampuan daerah dalam rangka mengembangkan
sumber-sumber pendapatan daerah yang diharapkan akan mengingkatkan kemampuan
membangun daerah tersebut.
Sesuai dengan UU Nomor 34 Tahun 2000 yang merupakan perubahan atas
adalah pajak atas pelayanan yang disediakan oleh hotel. Hotel adalah fasilitas
penyedia jasa penginapan/peristirahatan termasuk jasa terkait lainnya dengan
dipungut bayaran, yang mencakup juga motel, losmen, gubuk pariwisata, wisma
pariwisata, pesanggrahan, rumah penginapan dan sejenisnya, serta rumah kos dengan
jumlah kamar lebih dari 10 (sepuluh). Sebagai salah satu sumber pendapatan daerah
yang berperan penting bagi anggaran dan belanja daerah, Pajak Hotel sangat
diharapkan dapat memberikan sumbangsihnya bagi kelangsungan pembangunan
daerah.
Dalam pelaksanaan Pajak Hotel tersebut di daerah tentunya terdapat
permasalahan-permasalahan salah satunya adalah dalam hal peningkatan penerimaan
Pajak Hotel tersebut. Oleh karena itu, petugas yang berwenang dalam pelaksanaan
Pajak Hotel ini harus meningkatkan kinerjanya, sehingga dapat mengatasi
permasalahan yang timbul. Apabila permasalahan tersebut dapat teratasi tentunya
penerimaan daerah meningkat sehingga pembangunan di daerah dapat dibiayai.
Melalui pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan Mandiri ini, penulis tertarik
untuk mengetahui bagaimana prosedur yang dilakukan dalam menentukan besarnya
pajak atas hotel dan bagaimana tata cara yang dilakukan dalam meningkatkan Pajak
B. Tujuan Dan Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)
1. Tujuan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)
1.1Untuk mengetahui mekanisme pelaksanaan pemungutan pajak hotel pada
Dinas Pengelola Kekayaan dan Asset Daerah Kota Sibolga.
1.2Untuk mengetahui data tentang realisasi penerimaan Pajak Hotel.
1.3Untuk mengetahui masalah maupun kendala yang dihadapi dalam peningkatan
penerimaan Pajak Hotel .
1.4Untuk mengetahui upaya - upaya yang ditempuh dalam peningkatan
penerimaan Pajak Hotel.
2. Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) 2.1Bagi Mahasiswa
a. Untuk menambah wawasan dan pengetahuan di bidang perpajakan
b. Agar dapat menerapkan teori-teori yang didapat selama perkuliahan
c. Agar dapat meningkatkan keterampilan mahasiswa. Dalam melaksanakan
kegiatan PKLM mahasiswa dapat menuangkan keterampilan dan
mengaplikasikan dengan baik dalam melaksanakan tugas-tugas yang
berhubungan dengan pengetahuan dan teknologi dalam menghadapi masalah
yang timbul.
d. Mengaplikasikan disiplin ilmu yang telah dipelajari ke dalam permasalahan
e. Dengan melaksanakan PKLM ini dapat menjadi wadah bagi mahasiswa untuk
mempersiapkan dirinya untuk menjadi mahasiswa yang siap memasuki dunia
kerja yang semakin sulit, karena telah dibekali keterampilan,
pengalaman-pengalaman dunia kerja dalam melaksanakan PKLM tersebut.
2.2 Bagi kantor Dinas Pengelolaan Kekayaan dan Aset Daerah Kota Sibolga
a. Sebagai sarana untuk meningkatkan hubungan antara Dinas Pengelola
Kekayaan dan Asset Daerah Kota Sibolga dengan Universitas Sumatera Utara
khususnya Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan sehingga
instansi tersebut dapat mengetahui sejauh mana tingkat perkembangan ilmu
pengetahuan dilembaga pendidikan Program Diploma III Administrasi
Perpajakan FISIP USU
b. Untuk membantu dalam mensosialisasikan pelaksanaan peningkatan
penerimaan pajak hotel.
c. Hasil dari proposal ini diharapkan dapat menjadi salah satu sumbangan
pemikiran kepada Kantor Dinas Pengelola Kekayaan dan Asset Daerah Kota
Sibolga.
d. Untuk menambah Ide dan gagasan untuk perbaikan sistim kerja yang ada di
Dinas Pengelola Kekayaan dan Asset Daerah Kota Sibolga.
e. Memberi uji nyata atas disiplin ilmu yang telah di
a. Untuk meningkatkan kerja sama antara Universitas dengan Dinas Pengelola
Kekayaan dan Asset Daerah Kota Sibolga.
b. Agar memperkenalkan sumber daya Universitas Sumatera Utara Khususnya
Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan FISIP USU.
c. Membuka interaksi antara Program Studi Diploma III Administrasi
Perpajakan FISIP USU dengan instansi yang bersangkutan khususnya Kantor
Dinas Pengelola Kekayaan dan Asset Daerah Kota Sibolga.
C.Uraian Teoritis
A. Pengertian Pajak
1. Pengertian Pajak secara umum
Pajak daerah, yang selanjutnya disebut Pajak adalah iuran wajib yang
dilakukan oleh orang pribadi atau badan kepada daerah tanpa imbalan langsung yang
seimbang, yang dapat dipaksakan berdasarkan peraturan perundang-undangan yagn
berlaku, yang digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan daerah dan
pembangunan daerah (dalam Kesit Bambang P.2003 : 72).
Menurut Prof. Dr. Rochmat Soemitro, SH,
“Pajak adalah iuran rakyat kepada kas Negara berdasarkan Undang-Undang
(yang dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa timbal balik (kontraprestasi)
yang langsung dapat ditunjukkan dan digunakan untuk membayar pengeluaran
Menurut Prof. Dr. M. J. H. Smeets
“Pajak adalah prestasi kepada pemerintah yang terutang melalui norma-norma
umum dan yang dapat dipaksakan, tanpa ada kalanya kontraprestasi yang dapat
ditujukan dalam hal yang individual; maksudny adalah untuk membiayai pengeluaran
pemerintah.”
Menurut Dr. Soeparman Soemahamidjaja
“Pajak adalah iuran wajib, berupa uang atau barang, yang dipungut oleh
penguasa berdasarkan norma-norma hokum, guna menutup biaya produksi
barang-barang dan jasa-jasa kolektif dalam mencapai kesejahteraan umum.” (dalam Erly
Suandy 2002 : 10 – 11)
2. Unsur-unsur Pajak
Dari defenisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa unsur – unsur pajak adalah :
a. Iuran dari rakyat kepada Negara
Yang berhak memungut pajak hanyalah Negara. Iuran tersebut berupa uang
(bukan barang).
b. Berdasarkan Undang -Undang
Pajak dipungut berdasarkan atau dengan kekuatan Undang-Undang serta
c. Tanpa jasa timbal balik atau kontraprestasi dari Negara yang secara langsung
dapat ditunjuk. Dalam pembayaran pajak tidak dapat ditunjukkan adanya
kontraprestasi individual oleh pemerintah.
d. Digunakan untuk membiayai rumah tangga, Negara, yakni
pengeluaran-pengeluaran yang bermanfaat bagi masyarakat.
B. Fungsi Pajak
Fungsi pajak terdiri dari dua, yaitu :
1. Fungsi Budgetair
Pajak sebagai sumber dana bagi pemerintah untuk membiayai pengluaran
-pengeluarannya.
2. Fungsi Mengatur (regulered)
Pajak sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijaksanaan
pemerintah dalam bidang social dan ekonomi.
C. Pengelompokan Pajak
1. Menurut Golongannya
a. Pajak Langsung, yaitu pajak yang harus dipikul sendiri oleh wajib pajak dan tidak dapat dibebankan atau dilimpahkan kepada orang lain.
b. Pajak tidak langsung, yaitu pajak yang ada pada akhirnya dapat diberikan atau dilimpahkan kepada orang lain. Contoh : Pajak
Pertambahan Nilai.
2. Menurut Sifatnya
a. Pajak Subjektif, yaitu pajak yang berpangkal atau berdasarkan pada subjeknya, dalam arti memperhatikan keadaan diri Wajib Pajak.
Contoh : Pajak Penghasilan.
b. Pajak Objektif, yaitu pajak yang berpangkal pada objeknya, tanpa
memperhatikan keadaan diri Wajib Pajak. Contoh : Pajak
Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah.
3. Menurut Lembaga Pemungutnya
3.1Pajak Pusat, yaitu pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat dan
digunakan untuk membiayai rumah tangga Negara. Pajak Pusat terdiri
dari :
a.Pajak Penghasilan
b.Pajak Pertambahan Nilai
c.Pajak Penjualan atas Barang Mewah
d.Pajak Bumi dan Bangunan
3.2Pajak Daerah, yaitu pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah dan
digunakan untuk membiayai rumah tangga daerah. Pajak Daerah
terdiri atas :
a. Pajak Provinsi adalah pajak daerah yang dipungut oleh
pemerintah daerah tingkat provinsi. Pajak provinsi yang
berlaku sampai saat ini, terdiri atas :
1. Pajak Kendaraan Bermotor dan Kendaraan di atas Air.
2. Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor dan Kendaraan Diatas Air
3. Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor
4. Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan Air Bawah Tanah dan Air
Permukaan.
b. Pajak Kabupaten/Kota adalah pajak daerah yang dipungut oleh
pemerintah daerah tingkat kabupaten/kota. Pajak
Kabupaten/Kota yang berlaku sampai saat ini, terdiri dari :
1.Pajak Hotel
2.Pajak Restoran
3.Pajak Hiburan
4.Pajak Reklame
5.Pajak Penerangan Jalan
6.Pajak Pengambilan Bahan Galian Golongan C
Di dalam PKLM penulis membatasi ruang lingkup kegiatan yang akan
dilakukan dalam upaya peningkatan penerimaan Pajak Hotel antara lain :
1. Untuk mengetahui mekanisme pemungutan pajak hotel pada Dinas Pengelola
Kekayaan dan Asset Daerah Kota Sibolga.
2. Untuk mengetahui data tentang realisasi penerimaan Pajak Hotel.
3. Untuk mengatahui kendala dalam peningkatan penerimaan Pajak Hoel.
4. Untuk mengetahui upaya - upaya yang ditempuh dalam peningkatan
penerimaan Pajak Hotel.
E. Metode Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)
Untuk mendapatkan dan mengumpulkan data serta perolehan informasi sesuai
dengan metode yang digunakan, maka tahapannya adalah sebagai berikut :
1. Tahap Persiapan
Dalam tahap ini, penulis melakukan berbagai persiapan yang menyangkut
PKLM ini, mulai dari penentuan judul tempat praktik kerja lapangan mandiri,
mencari bahan untuk membuat proposal, serta konsultasi dengan dosen
2. Studi Literatur
Yaitu mengumpulkan buku- buku yang diperlukan, Undang – Undang di
bidang Perpajakan, dan bahan – bahan tertulis lainnya yang berhubungan
3. Observasi Lapangan
Dalam tahap ini penulis melakukan peninjauan/pengamatan secara langsung
pada objek praktik kerja lapangan dan meninjau secara langsung kondisi
tempat pelaksanaan kegiatan untuk mengetahui sistem kerja yang berlaku
pada Dinas Pengelola Kekayaan dan Asset Daerah Kota Sibolga.
4. Pengumpulan Data
Pada tahap ini penulis mengumpulkan data melalui dua cara yaitu data primer
dan sekunder yang bertujuan untuk pengumpulan data yang berhubungan
dengan penyusunan laporan PKLM.
5. Analisis Data dan Evaluasi
Setelah penulis memperoleh data yang diperlukan, penulis akan menganalisa
dan mengevaluasi data atau keterangan mengenai upaya peningkatan
penerimaan Pajak Hotel
F. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1. Wawancara
Dalam hal ini penulis mengajukan pertanyaan langsung kepada para pegawai
yang berhubungan dengan masalah yang dibahas atau bertanya langsung
kepada pegawai yang dianggap mampu memberikan data primer dan data
2. Observasi
Dalam metode ini penulis langsung turun kelapangan peninjauan, mendengar
serta mencatat mengenai hal-hal yang berhubungan dengan permasalahan
yang dibahas, meneliti penerimaan pajak hotel.
3. Dokumentasi
Studi dokumentasi dengan mempelajari buku dan/atau literatur, hasil-hasil
penelitian, meminta dokumen atau data-data pendukung yang berhubungan
dengan PKLM.
F. Sistematika Penulisan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)
Dalam pembahasan penulisan laporan ini penulis menyajikan pembahasan
laporan ini kedalam 5 bab. Adapun yang menjadi sistematika dalam penyusunan
laporan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) adalah sebagai berikut :
BAB I : PENDAHULUAN
Dalam bab ini penulis menjelaskan secara singkat latar belakang
yang menjadi pemikiran dalam pemilihan judul. Bab ini berisikan
latar belakang PKLM, tujuan, manfaat PKLM, ruang lingkup PKLM,
metode pengumpulan data dan sistematika penulisan.
Dalam bab ini penulis menguraikan secara singkat mengenai lokasi
PKLM, sruktur organisasi, uraian tugas pokok dan fungsi, serta
gambaran mengenai pegawai Kantor Dinas Pengelola Kekayaan dan
Asset Daerah Kota Sibolga.
BAB III : GAMBARAN DATA PENERIMAAN PAJAK HOTEL
Dalam bab ini penulis menjelaskan data yang berkaitan dengan
peningkatan penerimaan pajak hotel yang ada di Kantor Dinas
Pengelola Kekayaan dan Asset Daerah Kota Sibolga.
BAB IV : ANALISIS DAN EVALUASI
Pada bab ini penulis akan membandingkan penerapan teori yang ada
dengan data yang diperoleh di lapangan, yaitu mengenai peningkatan
penerimaan pajak hotel pada Dinas Pengelola Kekayaan dan Asset
Daerah Kota Sibolga.
BAB V : PENUTUP
Pada bab ini berisikan kesimpulan dan saran. Dimana dalam bab ini
disimpulkan uraian-uraian dari bab-bab sebelumnya dan saran yang
mungkin dapat digunakan untuk mengatasi masalah yang ada.
Bab ini merupakan penutup dari bab-bab sebelumnya yang berisi
kepada wajib pajak khususnya Kantor Dinas Pengelola Kekayaan
BAB II
GAMBARAN UMUM OBJEK LOKASI PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI
A. Sejarah Singkat Dinas Pengelola Kekayaan dan Asset Daerah
Kota Sibolga
Pada awalnya Kota Sibolga adalah Kota Administratif yang masih berada di
wilayah Kabupaten Tapanuli Tengah. Namun pada saat sekarang ini telah menjadi
Pemerintahan Kota Sibolga.
Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah menganut
prinsip otonomi yang seluas-luasnya, nyata dan bertanggung jawab, dimana daerah
diberi kewenangan untuk mengurus dan mengatur semua urusan pemerintahan untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Penyelenggaraan urusan pemerintahan
tersebut dilaksanakan oleh pemerintah daerah yang terdiri dari Pemerintah Daerah
dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD). Pemerintah Daerah dipimpin oleh
seorang Kepala Daerah yang berfungsi sebagai eksekutif daerah, sedangkan DPRD
merupakan lembaga legislative daerah.
Dalam melaksanakan tugas, Kepala Daerah dibantu seorang Wakil Kepala
Daerah dan Perangkat Daerah. Perangkat Daerah terdiri dari unsur staf yang
membantu penyusunan kebijakan dan koordinasi yang di wadahi dalam Sekretariat
yang bersifat spesifik yang diwadahi dalam lembaga teknis daerah; serta unsur
pelaksana urusan daerah yang diwadahi dalam lembaga dinas daerah
Sesuai dengan Surat Keputusan Walikota Sibolga 188.4.54/14/ 2000 tentang
Pembentukan Organisasi Dinas Pendapatan Daerah Kota Sibolga, maka terbentuklah
Dinas Pendapatan Daerah Kota Sibolga yang bertugas untuk mengelola penerimaan
dan pendapatan di daerah Kota Sibolga, termasuk untuk mengelola penerimaan pajak
dan retribusi daerah yang merupakan kewajiban para wajib pajak yang berada di
dalam daerah Kota Sibolga.
Namun pada tahun 2008, sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 41 Tahun
2007 maka Dinas Pendapatan Daerah Kota Sibolga melakukan peleburan dengan
Bagian Pengelolaan Kekayaan dan Asset Daerah Pemerintah Kota Sibolga. Maka
sesuai dengan Peraturan Daerah Kota Sibolga No. 11 Tahun 2008 tentang
Dinas-Dinas di Kota Sibolga, Dinas-Dinas Pendapatan Daerah Kota Sibolga berganti nama
menjadi Dinas Pengelola Kekayaan dan Asset Daerah Kota Sibolga. Pembentukan
Dinas Pengelola Kekayaan dan Asset Daerah Kota Sibolga secara yuridis formal
dituangkan dalam Peraturan Daerah Kota Sibolga Nomor 11 Tahun 2008 tentang
Pembentukan Organisasi Dinas-dinas Kota Sibolga. Pembentukan dimaksudkan
sebagai pelaksanaan Peraturana Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Pedoman
Pembentukan Organisasi Perangkat Daerah, yang mengharuskan daerah untuk
melakukan perubahan struktur organisasi daerah sesuai dengan kondisi dan
2008 diberlakukan sejak tanggal 03 Mei 2008 dengan dilantiknya para Pejabat Eselon
II di lingkungan Pemko Sibolga oleh Walikota Sibolga.
B.Struktur Organisasi Dinas Pengelola Kekayaan dan Asset Daerah Kota
Sibolga
Struktur organisasi merupakan penyedia lingkungan kerja yang tepat sesuai
dengan keahlian dan kecakapan karyawan masing-masing serta membatasi kegiatan
kerja dan wilayah kerja setiap karyawan.
Struktur organisasi adalah bagan yang menggambarkan sistematis mengenai
penetapan tugas-tugas, fungsi dan wewenang serta tanggung jawab masing-masing
dengan tujuan yang telah ditentukan sebelumnya. Tujuan struktur tersebut juga untuk
membina keharmonisan kerja agar pekerjaan dapat dilaksanakan dengan teratur dan
baik untuk mencapai tujuan secara maksimal.
Adapun kegunaan dari struktur organisasi tersebut adalah :
a. Memudahkan pelaksanaan kerja
b. Mempermudah pengawasan oleh pimpinan
c. Membagi kegiatan kerja khusus pada tiap bagian
d. Mencegah adanya penumpukan kerja pada staff bagian saja
e. Mempermudah kerjasama dalam menyelesaikan suatu pekerjaan sesuai
Kantor Dinas Pengelola Kekayaan dan Asset Daerah dipimpin oleh seorang
Kepala Kantor yang secara operasional bertanggung jawab terhadap pemerintah
daerah.
Pada Skretariat Dinas Pengelola Kekayaan dan Asset Daerah Kota Sibolga
terdapat Sub Bagian yang dipimpin oleh Kepala Sub Bagian dalam jenjang jabatan
struktural eselon IV. A yaitu :
a. Sub bagian Umum dan Perlengkapan
b. Sub bagian Keuangan dan Kepegawaian dan
c. Sub bagian Perencanaan dan Pelaporan
Sementra itu, Kantor Dinas Pengelola Kekayaan dan asset Daerah Kota Sibolga
juga terdapat 4 (empat) bidang yang dipimpin oleh Kepala Bidang dalam jenjang
jabatan struktural eselon III.b. Tiap-tiap bidang terdiri dari 3 (tiga) Seksi yang masing
– masing dipimpin oleh Kepala Seksi yang termasuk dalam kategori jenjang jabatan
struktural eselon IV.a yaitu :
1. Bidang Pendapatan Terdapat 3 seksi :
a. Seksi Pendapatan, Pandaftaran dan Penetapan
b. Seksi Pajak Retribusi dan Pajak lain – lain
c. Seksi Evaluasi, Pelaporan dan Pengembangan Pendapatan
2. Bidang Penganggaran dan Kuasa BUD
b. Seksi Verifikasi
c. Seksi Perbendaharaan
3. Bidang Keuangan dan Akuntansi
a. Seksi Akuntansi Penerimaan Kas
b. Seksi Akuntansi Pengeluaran Kas dan Selain Kas
c. Seksi Pelaporan
4. Bidang Asset dan Investasi Daerah
a. Seksi Perencanaan Asset dan Investasi Daerah
b. Seksi Pemeliharaan dan Penghapusan
c. Seksi Pengendalian Inventaris Asset dan Investasi Daerah
Selanjutnya masing-masing Kepala Sub Bidang membawahi beberapa orang
staf/pelaksana, dan pada Dinas tersebut terdapat Kelompok Jabatan Fungsional dan
Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD).
Untuk melaksanakan fungsi dan layanan, Dinas Pengelola Kekayaan dann Asset
Daerah Kota Sibolga telah ditempatkan sebanyak 53 orang aparatur sebagai asset
intelektual. Jumlah ini terdiri dari 47 orang Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan 2 orang
Tenaga Harian Lepas (THL) petugas administrasi dan 4 orang petugas kebersihan
kantor.
Tugas Pokok Dinas Pengelola Kekayaan dan Asset Daerah berdasarkan
Peraturan Walikota Sibolga Nomor 188.3.342/24/2008 pasal 83 ayat 1 adalah
melaksanakan sebagian kewenangan daerah dibidang Pendapatan, Pengelolaan,
Keuangan dan Asset Daerah. Sebagai unsur pelaksana daerah dibidang pendapatan,
pengelolaan keuangan dan asset daerah maka fungsinya sesuai pasal 83 ayat 2 adalah:
1. Menyusun program kerja dan kegiatan Dinas Pengelola Keuangan dan
Asset Daerah
2. Menyusun dan mengelola anggaran belanja setiap pelaksanaan program/
kegiatan
3. Melaksanakan program kerja Dinas Pengelola Kekayaan dab Asset
Daerah
4. Membuat laporan pertanggungjawaban kepada Walikota tentang
pelaksanaan program/kegiaatan
5. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh atasan dengan petunjuk
demi kelancaran pelaksanaan tugas
6. Pengadaan barang dan perlengkapan yang diperlukan dalam pelaksanaan
kegiatan.
Disamping tugas pokok dan fungsi diatas, Kepala Dinas Pengelola Keuangan
dan Asset Daerah Kota Sibolga juga berfungsi sabagai Satuan Kerja Pengelola
2006, Kepala SKPKD merupakan pejabat Pengelola Keuangan Daerah (PPKD).
Selanjutnya pasal 7 Permendagri No. 13 Tahun 2006 menetapkan bahwa :
1. Kepala SKPKD selaku PPKD sebagaimana dimaksud dalam pasal 5 ayat
(3) mempunyai tugas :
a. menyusun dan melaksanakan kebijakan pengelolaan keuangan
daerah
b. menyusun rancangan APBD dan rancangan perubahan APBD
c. melaksanakan pemungutan pendapatan daerah yang telah
ditetapkan dengan Perturan Daerah
d. melaksanakan fungsi BUD
e. menyusun laporan keuangan daerah dalam rangka pertanggung
jawaban pelaksanaan APBD
2. PPKD dalam melaksanakan fungsinya selaku BUD berwenang :
a. menyusun kebijakan dan pedoman pelaksanaan APBD
b. mengesahkan DPA – SKPD/DPPA – SKPD
c. melakukan pengendalian pelaksanaan APBD
d. memberikan petunjuk teknis pelaksanaan sistem penerimaan dan
e. melaksanakan pemungutan pajak daerah
f. menetapkan SPD
g. menyiapkan pelaksanaan pinjaman dan pemberian pinjaman atas
nama pemerintah daerah
h. melaksanakan sistem akuntansi dan pelaporan keuangan daerah
i. menyajikan informasi keuangan daerah
j. melaksanakan kebijakan dan pedoman pengelolaa serta
penghapusan barang milik daerah
Berdasarkan tugas dan fungsi dari Dinas Pengelola Kekayaan dan Aset
Daerah Kota Sibolga, Dinas Pengelola Kekayaan dan Aset Daerah Kota Sibolga
memiliki visi dan misi sebagai panutan dalam melaksanakan tugas melaksanakan
pengelolaan terhadap keuangan daerah. Penetapan visi merupakan suatu langkah
penting perjalanan suatu organisasi. Visi diperlukan pada saat organisasi berkarya
dalam kehidupan organisasi selanjutnya. Visi merupakan suatu pedoman dan
pendorong bagi organisasi untuk mencapai tujuannya.
Dalam rangka penyelenggaraan tugas dan kewenangan dibidang Pendapatan,
Pengelolaan Keuangan dan Asset Daerah agar lebih terarah dan terfokus kepada hasil
yang akan dicapai, sesuai dengan tupoksi Dinas Pengelola Kekayaan dan Asset
Daerah bertugas dalam penyelenggaraan Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan
Asset Daerah adalah ” Terkelolanya Keuangan Daerah dengan Tertib, Efisien,
Efektif, Transparan, Akuntabel dan Auditabel.”
Berdasarkan Visi yang telah diuraikan diatas dan sebagaimana pedoman
dalam pelaksanaan tugas sesuai rencana dan tujuan yang akan dicapai, maka yang
menjasi Misi Dinas Pengelola Kekayaan dan Asset Daerah Kota Sibolga adalah :
a. Menyediakan sarana dan prasarana yang cukup dan tepat dalam pengelolaan
keuangan dan asset daerah yaitu :
1. Gedung kantor yang baik dan dapat menampung pegawai dengan segala
aktivitasnya
2. Mengadakan meubeleur dan perlengkapan kantor seperti komputer dan
lain – lain yang cukup
3. Menggunakan aplikasi teknologi komputer dalam pengelolaan
keuangan dan asset daerah
4. Mengadakan sarana mobilitas pegawai yang cukup
5. Menyusun dan melaksanakan kebijakan pengelolaan keuangan daerah
b. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia pengelola keuangan dan asset
daerah, terutama dibidang akuntansi keuangan negara/daerah serta
pengelolaan barang/asset daerah
c. Mengadakan dan meningkatkan koordinasi pengelolaan keuangan daerah dan
d. Melaksanakan pengelolaan keuangan daerah secara profesional sesuai dengan
tuntutan paket 3 Undang – Undang Keuangan Negara 2003 – 2004 dan
turunannya
e. Menginventariskan semua asset daerah dan melengkapi bukti kepemilikannya
sesuai dengan peraturan perundang – undangan
f. Menepati jadwal waktu yang ditentukan dalam pengelolaan keuangan dan
asset daerah.
D. Gambaran Dinas Pengelolaan Kekayaan Dan Aset Daerah Kota
SibolgaTahun 2011
NO JABATAN JUMLAH
1 Kadis 1 orang
2 Sekretaris 1 orang
3 Kasubbag Umum dan Perlengkapan 1 orang 4 Kasubbag Keuangan dan Kepegawaian 1 orang 5 Kasubbag Perencanaan dan Pelaporan 1 orang
6 Kabid Pendapatan 1 orang
7 Kabid Pengenggaran dan Kuasa BUD 1 orang
8 Kabid Keuangan dan Akuntansi 1 orang
9 Kabid Asset dan Investasi Daerah 1 orang 10 Seksi Pendapatan, Pendaftaran, dan Penetapan 1 orang 11 Seksi Pajak Retribusi dan Pajak Lain – lain 1 orang 12 Seksi, Evaluasi, Pelaporan, dan Pengembangan Pendapatan 1 orang 13 Seksi Pengenggaran dan Pembinaan 1 orang
14 Seksi Verifikasi 1 orang
15 Seksi Perbendaharaan 1 orang
16 Seksi Akuntansi Penerimaan Kas 1 orang 17 Seksi Akuntansi Pengeluaran Kas dan selain Kas 1 orang
19 Seksi Perencanaan Asset dan Investasi Daerah 1 orang 20 Seksi Pemeliharaan dan Penghapusan 1 orang 21 Seksi Pengendalian Inventaris Asset dan Investasi Daerah 1 orang
Keterangan :
1. Golongan III/a : 2 Orang
2. Golongan III/b : 4 Orang
3. Golongan III/c : 5 Orang
4. Golongan III/d : 8 Orang
5. Golongan IV/a : 1 Orang
BAB III
GAMBARAN DATA PAJAK HOTEL
A. Pengertian Pajak Hotel
Pajak Hotel adalah pajak atas pelayanan yang disediakan oleh hotel. Hotel
adalah fasilitas penyedia jasa penginapan/peristirahatan termasuk jasa terkait lainnya
dengan dipungut bayaran, yang mencakup juga motel, losmen, gubuk pariwisata,
wisma pariwisata, pesanggrahan, rumah penginapan dan sejenisnya, serta rumah kos
dengan jumlah kamar lebih dari 10 (sepuluh).
Pemungutan pajak hotel ini didasarkan pada Undang-Undang 34 Tahun 2000
tentang Pajak Daerah dan Retibusi Daerah dan Peraturan Pemerintah Nomor 65
Tahun 2001 tentang Pajak Daerah.
Pengenaan pajak hotel tidak mutlak ada pada seluruh daerah kabupaten atau
kota yang ada di Indonesia. Hal ini berkaitan dengan kewenangan yang diberikan
kepada pemerintah kabupaten atau kota untuk mengenakan atau tidak mengenakan
suatu jenis pajak kebupaten/ kota. Oleh karena itu, untuk dapat dipungut suatu daerah
harus terlebih dahulu menerbitkan peraturan daerah tentang Pajak Hotel yang akan
menjadi landasan operasional dalam teknis pelaksanaan pemungutan Pajak Hotel di
Pemungutan pajak hotel di Indonesia saat ini didasarkan oleh ketentuan
hokum yang jelas dan tepat sehingga harus dipatuhi oleh masyarakat dan pihak yang
terkait. Dasar Hukum Pajak Hotel pada suatu kabupaten atau kota adalah :
1. Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000 yang merupakan perubahan atas
Undang – Undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi
Daerah.
2. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pokok – pokok Pemerintahan
di Daerah
3. Undang-Undang No. 19 Tahun 1997 tentang Penagihan Pajak dengan Surat
Paksa
4. Keputusan Bupati/Walikota yang mengatur tentang Pajak Hotel sebagai
aturan pelaksanaan peraturan daerah tentang Pajak Hotel pada
Kabupaten/Kota yang dimaksud.
5. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 170 Tahun 1997 tentang Pedoman
Tata Cara Pungutan Pajak Daerah.
6. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 171 Tahun 1997 tentang Prosedur
Pengesahan Peraturan Daerah tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah
7. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 172 Tahun 1997 tentang kriteria
Wajib Pajak yang menyelenggarakan pembukuan dan Tata Cara Pembukuan.
8. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 173 Tahun 1997 tentang Tata Cara
9. Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2001 tentang Pajak Daerah.
10.Peraturan Daerah Kabupaten/Kota yang mengatur tentang Pajak Hotel.
11.Peraturan Daerah Kotamadya Daerah Tingkat II Sibolga No. 7 Tahun 1976
tentang Pajak Pembangunan I
12.Peraturan Daerah Kota Sibolga No. 11 Tahun 2008 tentang Pembentukan
Organisasi Dinas-Dinas Kota Sibolga.
13.Peraturan Walikota No. 188.3.342/24/2008 tentang Tugas Pokok Dinas
Pengelola Kekayaan dan Asset Daerah Kota Sibolga.
14.Peraturan Daerah Kota Sibolga No. 2 Tahun 1998 tentang Pajak Hotel.
B. Objek, Subjek, dan Wajib Pajak Hotel
1. Objek Pajak Hotel
Objek Pajak Hotel adalah pelayanan yang disediakan oleh Hotel dengan
pembayaran, termasuk jasa penunjang sebagai kelengkapan Hotel yang sifatnya
memberikan kemudahan dan kenyamanan, termasuk fasilitas olahraga dan hiburan.
Jasa penunjang sebagaimana dimaksud adalah fasilitas telepon, faksimile,
teleks, internet, fotokopi, pelayanan cuci, seterika, transportasi, dan fasilitas sejenis
lainnya yang disediakan atau dikelola Hotel. Pada pajak hotel tidak semua pelayanan
yang diberikan oleh hotel dikenakan pajak. Ada beberapa pengecualian yang tidak
a. Jasa tempat tinggal asrama yang diselenggarakan oleh Pemerintah atau
Pemerintah Daerah;
b. Jasa sewa apartemen, kondominium, dan sejenisnya;
c. Jasa tempat tinggal di pusat pendidikan atau kegiatan keagamaan;
d. Jasa tempat tinggal di rumah sakit, asrama perawat, panti jompo, panti
asuhan, dan panti sosial lainnya yang sejenis; dan
e. Jasa biro perjalanan atau perjalanan wisata yang diselenggarakan oleh
Hotel yang dapat dimanfaatkan oleh umum.
2. Subjek Pajak Hotel
Subjek Pajak Hotel adalah orang pribadi atau Badan yang melakukan
pembayaran kepada orang pribadi atau Badan yang mengusahakan Hotel.
3. Wajib Pajak Hotel
Yang menjadi Wajib Pajak Hotel adalah orang pribadi atau Badan yang
mengusahakan Hotel.
Dengan demikian, subjek pajak dan wajib pajak pada hotel tidak sama.
Konsumen yang menikmati pelayanan hotel merupakan subjek pajak yang membayar
(menanggung) pajak sedangkan pengusaha hotel bertindak sebagai wajib pajak yang
C. Dasar Pengenaan Pajak, Tarif Pajak, dan Cara Perhitungan Pajak Hotel 1. Dasar Pengenaan Pajak Hotel
Dasar Pengenaan Pajak Hotel adalah jumlah pembayaran yang dilakukan
kepada hotel. Pembayaran adalah jumlah uang yang harus di bayar oleh subjek pajak
kepada wajib pajak untuk harga jual baik jumlah uang yang dibayarkan maupun
penggantian yang seharusnya diminta wajib pajak sebagai penukaran atas
penginapan.
2. Tarif Pajak Hotel
Tarif Pajak Hotel ditetapkan sebesar 10 % (sepuluh persen) dan ditetapkan
oleh Kabupaten / Kota yang bersangkutan. Hal ini dimaksudkan untuk memberikan
keleluasaan kepada pemerintah kabupaten / kota untuk menetapkan tarif pajak yang
dipandang sesuai dengan kondisi mesing – masing daerah Kabupaten / Kota.
3. Cara Perhitungan Pajak Hotel
Seorang subjek pajak melakukan pembayaran atas pelayanan yang ia terima
kepada hotel sebesar Rp 6.000.000,00. Maka pajak hotel yang harus dibayar adalah
sebagai berikut :
Pajak Terutang = Tarif Pajak x Dasar Pengenaan Pajak
= 10 % x 6.000.000,00
Pajak Hotel yang terutang dipungut di wilayah daerah tempat Hotel berlokasi.
D. Masa Pajak Hotel dan Saat Pajak Terutang
Masa Pajak Hotel adalah jangka waktu yang lamanya 1 (satu) bulan takwim.
Sedangkan saat terutang pajakterjadi pada saat pelayanan di hotel.
E. Pemungutan Pajak Hotel
Pemungutan adalah suatu rangkaian kegiatan mulai dari penghimpunan data
objek pajak, penentuan besarnya pajak atau retribusi serta pengawasan penyetoran.
Tata cara pemungutan Pajak Hotel adalah :
1. Pemungutan Pajak dilarang diborongkan.
2. Setiap Wajib Pajak wajib membayar Pajak yang terutang berdasarkan
surat ketetapan pajak atau dibayar sendiri oleh Wajib Pajak berdasarkan
peraturan perundang-undangan perpajakan.
3. Wajib Pajak yang memenuhi kewajiban perpajakan berdasarkan
penetapan Kepala Daerah dibayar dengan menggunakan SKPD atau
dokumen lain yang dipersamakan.
4. Dokumen lain yang dipersamakan berupa karcis dan nota perhitungan.
5. Wajib Pajak yang memenuhi kewajiban perpajakan sendiri dibayar
Dalam jangka waktu 5 (lima) tahun sesudah saat terutangnya pajak, Kepala
Daerah dapat menerbitkan:
a. SKPDKB dalam hal :
1. Jika berdasarkan hasil pemeriksaan atau keterangan lain, pajak yang
terutang tidak atau kurang dibayar;
2. Jika SPTPD tidak disampaikan kepada Kepala Daerah dalam jangka waktu
tertentu dan setelah ditegur secara tertulis tidak disampaikan pada
waktunya sebagaimana ditentukan dalam surat teguran;
3. Jika kewajiban mengisi SPTPD tidak dipenuhi, pajak yang terutang
dihitung secara jabatan.
b. SKPDKBT jika ditemukan data baru dan/atau data yang semula belum
terungkap yang menyebabkan penambahan jumlah pajak yang terutang.
c. SKPDN jika jumlah pajak yang terutang sama besarnya dengan jumlah
kredit pajak atau pajak tidak terutang dan tidak ada kredit pajak.
Jumlah kekurangan pajak yang terutang dalam SKPDKB dikenakan sanksi
administratif berupa bunga sebesar 2% (dua persen) sebulan dihitung dari pajak yang
kurang atau terlambat dibayar untuk jangka waktu paling lama 24 (dua puluh empat)
Jumlah kekurangan pajak yang terutang dalam SKPDKBT dikenakan sanksi
administratif berupa kenaikan sebesar 100% (seratus persen) dari jumlah kekurangan
pajak tersebut.
Kenaikan tidak dikenakan jika Wajib Pajak melaporkan sendiri sebelum
dilakukan tindakan pemeriksaan. Jumlah pajak yang terutang dalam SKPDKB
dikenakan sanksi administratif berupa kenaikan sebesar 25% (dua puluh lima persen)
dari pokok pajak ditambah sanksiadministratif berupa bunga sebesar 2% (dua persen)
sebulan dihitung dari pajak yang kurang atau terlambat dibayar untuk jangka waktu
paling lama 24 (dua puluh empat) bulan dihitung sejak saat terutangnya pajak.
Secara umum tata cara pemungutan Pajak Hotel adalah :
1. Wajib Pajak Hotel wajib mendaftarkan usahanya pada Dinas Pengelola
Kekayaan dan Asset Daerah untuk dikukuhkan dan diberikan NPWPD
(Nomor Pokok Wajib Pajak Daerah) selambat-lambatnya 30 (tiga puluh
hari) sebelum dimulainya usaha.
2. Setelah Wajib Pajak Hotel dikukuhkan, maka wajib pajak melaksanakan
pendaftaran dan pendataan. Kegiatan pendaftaran dan pendataan diawali
dengan mempersiapkan dokumen yang diperlukan berupa formulir
pendaftaran dan pendataan, kemudian diberikan kepada wajib pajak.
Setelah dokumen disampaikan kepada wajib pajak, wajib pajak mengisi
kepada petugas pajak. Selanjutnya, petugas pajak mencatat formulir
pendaftaran dan pendataan yang dikembalikan oleh wajib pajak dalam
Daftar Induk Wajib Pajak berdasarkan nomor urut yang digunakan
sebagai dasar untuk menerbitkan NPWPD.
3. Kemudian Wajib Pajak mengisi SPTPD (Surat Pemberitahuan Pajak
Daerah). SPTPD diisi dengan jelas dan lengkap dan benarserta
ditandatangani oleh wajib pajak dan disampaikan kepada Walikota /
Bupati atau Pejabat yang ditunjuk. SPTPD disampaikan selambat –
lambatnya 15 (lima belas) hari setelah berakhirnya masa pajak..
4. Berdasarkan SPTPD yang disampaikan wajib pajak dan pendataan yang
dilakukan oleh petugas Dinas Pendapata, Bupati / Walikota menetapkan
pajak restoran yang terutang yang diterbitkan dalam SKPD (Surat
Ketetapan Pajak Daerah). SKPD harus dilunasi paling lambat 30 (tiga
puluh) hari sejak diterimanya SKPD oleh waib pajak. Dalam jangka
waktu 5 (lima) tahun sesudah saat terutangnya pajak, Bupati / Walikota
dapat menerbitkan Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar
(SKPDKB),Surat Ketetapan Daerah Kurang Bayar Tambahan
(SKPDKBT), Surat Ketetapan Pajak Daerah Nihil (SKPDN).
5. Setelah dikeluarkan Surat Ketetapan Pajak Daerah (SKPD), Bupati /
Walikota dapat menerbitkan Surat Tagihan Pajak Daerah (STPD). STPD
harus dilunasi dalam jangka waktu maksimal 1 (satu) bulan sejak
6. Pembayaran Pajak Hotel dilakukan wajib pajak dengan menyetorkan
pajak ke kas daerah, bank, atau tempat lain yangn ditunjuk oleh Bupati /
Walikota dengan menggunakan Surat Setoran Pajak Daerah (SSPD).
Pembayaran pajak harus dilakukan sekaligus atau lunas. Namun, dalam
keadaan tertentu Bupati / Walikota atau Pejabat yang dditunjuk dapat
memberikan persetujuan kepada wajib pajak untuk mengangsur pajak
restoran terutang dalam kurun waktu tertentu. Kepada Wajib Pajak yang
melakukan pembayaran pajak diberikan bukti pembayaran dan dicatat
dalam buku penerimaan(dalam Marihot P. Siahaan 2005 : 279 – 285).
Secara umum Sistem Pemungutan Pajak, yaitu :
a. Self Assessment Systemyaitu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada Wajib Pajak untuk menentukan sendiri besarnya
pajak yang terutan.
Ciri-cirinya :
1. Wewenang untuk menentukan besarnya pajak yang terutang ada
pada Wajib Pajak sendiri.
2. Wajib Pajak Aktif, mulai dari menghitung, menyetor, dan
melaporkan sendiri pajak yang terutang.
b. Official Assessment Systemyaitu sistem yang memberi wewenang kepada pemerintah (Fiskus) untuk menentukan besarnya pajak yang
terutang oleh Wajib Pajak .
Ciri-cirinya :
1. Wewenang untuk menentukan besarnya pajak yang terutang ada pada
fiskus.
2. Wajib Pajak bersifat pasif
3. Utang timbul setelah dikeluarkan Surat Ketetapan Pajak oleh
fiskus
c. With Holding Systemyaitu suatu sistem pemungutan yang memberi wewenang kepada pihak ketiga (bukan fiskus dan bukan wajib pajak
yang bersangkutan) untuk menentukan besarnya pajak yang terutang
oleh Wajib Pajak.
Ciri-cirinya :
1. Wewenang menentukan besarnya pajak yang terutang ada pada
BAB IV
ANALISA DAN EVALUASI
A. Mekanisme Pemungutan Pajak Hotel
Perkembangan penerimaan Pajak Hotel saat ini tentunya tidak terlepas dari
peran penting dari pihak pemungut yang bekerja semaksimal mungkin untuk
mencapai target pendapatan yang dituju. Dalam hal ini Dinas Pengelolaan Kekayaan
dan Aset Daerah Kota Sibolga yang akan menyetorkan hasil pungutan tersebut ke
Pemerintah Daerah untuk dibayarkan sebagai Pajak Hotel.
Pemungutan Pajak merupakan perwujudan dari pengabdian dan peran serta
wajib pajak untuk secara langsung dan bersama-sama melaksanakan kewajiban
perpajakan yang diperlukan untuk pembiayaan Pemerintah Daerah dan pembangunan
daerah. Tanggung jawab atas pelaksanaan pemungutan pajak sebagaiman
pencerminan kewajiban dibidang perpajakan berada pada anggota masyarakat wajib
pajak sendiri. Perintah daerah dalam hal ini aparatur perpajakan sesuai dengan
fungsinya berkewajiban melakukan pembinaan, pelayan dan pengawasan terhadap
pemenuhan kewajiban perpajakan berdasarkan ketentuan yang telah ditetapkan dan
peraturan perundang-undang perpajakan.
Dinas Pengelolaan Kekayaan dan Aset Daerah Kota Sibolga melaksanaan
wajib pajaknya taat dan patuh dalam pembayaran pajak terutang yang telah dikenakan
langsung Pajak Hotel yang dibebankan langsung pada Wajib Pajak yang melakukan
pembayaran. Dengan begitu pelaksanaan pemungutan juga menjadi efisien dan
mudah dipahami oleh pelanggan secara umum.
Secara umum tata cara pemungutan Pajak Hotel adalah :
1. Wajib Pajak Hotel wajib mendaftarkan usahanya pada Dinas Pengelola
Kekayaan dan Asset Daerah untuk dikukuhkan dan diberikan NPWPD
(Nomor Pokok Wajib Pajak Daerah) selambat-lambatnya 30 (tiga puluh
hari) sebelum dimulainya usaha.
2. Setelah Wajib Pajak Hotel dikukuhkan, maka wajib pajak melaksanakan
pendaftaran dan pendataan. Kegiatan pendaftaran dan pendataan diawali
dengan mempersiapkan dokumen yang diperlukan berupa formulir
pendaftaran dan pendataan, kemudian diberikan kepada wajib pajak.
Setelah dokumen disampaikan kepada wajib pajak, wajib pajak mengisi
formulir pendaftaran dengan jelas, lengkap, serta mengembalikan
kepada petugas pajak. Selanjutnya, petugas pajak mencatat formulir
pendaftaran dan pendataan yang dikembalikan oleh wajib pajak dalam
Daftar Induk Wajib Pajak berdasarkan nomor urut yang digunakan
sebagai dasar untuk menerbitkan NPWPD.
3. Kemudian Wajib Pajak mengisi SPTPD (Surat Pemberitahuan Pajak
ditandatangani oleh wajib pajak dan disampaikan kepada Walikota /
Bupati atau Pejabat yang ditunjuk. SPTPD disampaikan selambat –
lambatnya 15 (lima belas) hari setelah berakhirnya masa pajak..
4. Berdasarkan SPTPD yang disampaikan wajib pajak dan pendataan yang
dilakukan oleh petugas Dinas Pendapata, Bupati / Walikota menetapkan
pajak restoran yang terutang yang diterbitkan dalam SKPD (Surat
Ketetapan Pajak Daerah). SKPD harus dilunasi paling lambat 30 (tiga
puluh) hari sejak diterimanya SKPD oleh waib pajak. Dalam jangka
waktu 5 (lima) tahun sesudah saat terutangnya pajak, Bupati / Walikota
dapat menerbitkan Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar
(SKPDKB),Surat Ketetapan Daerah Kurang Bayar Tambahan
(SKPDKBT), Surat Ketetapan Pajak Daerah Nihil (SKPDN).
5. Setelah dikeluarkan Surat Ketetapan Pajak Daerah (SKPD), Bupati /
Walikota dapat menerbitkan Surat Tagihan Pajak Daerah (STPD). STPD
harus dilunasi dalam jangka waktu maksimal 1 (satu) bulan sejak
tanggal diterbitkan.
Pembayaran Pajak Hotel dilakukan wajib pajak dengan menyetorkan
pajak ke kas daerah, bank, atau tempat lain yangn ditunjuk oleh Bupati /
Walikota dengan menggunakan Surat Setoran Pajak Daerah (SSPD).
Pembayaran pajak harus dilakukan sekaligus atau lunas. Namun, dalam
keadaan tertentu Bupati / Walikota atau Pejabat yang dditunjuk dapat
restoran terutang dalam kurun waktu tertentu. Kepada Wajib Pajak yang
melakukan pembayaran pajak diberikan bukti pembayaran dan dicatat
dalam buku penerimaan.
Jumlah kekurangan pajak yang terutang dalam SKPDKB dikenakan sanksi
administratif berupa bunga sebesar 2% (dua persen) sebulan dihitung dari pajak yang
kurang atau terlambat dibayar untuk jangka waktu paling lama 24 (dua puluh empat)
bulan dihitung sejak saat terutangnya pajak.
[image:47.612.107.514.440.543.2]B.Analisa Data
Tabel Target Dan Realisasi Penerimaan Pajak Hotel Pada Dinas Pengelolaan Kekayaan Dan Aset Daerah Kota Sibolga Dalam 5 Tahun Anggaran
TAHUN TARGET REALISASI
2007 320.000.000 350.000.000
2008 350.000.000 470.879.000
2009 400.000.000 540.000.000
2010 420.000.000 570.000.000
2011 450.000.000 610.000.000
Sumber : Dinas Pengelolaan Kekayaan Dan Aset Daerah Kota Sibolga
1. Pada Tahun Anggaran 2007 total realisasi penerimaan dari pembayaran Pajak
Hotel sebesar Rp. 350.000.000,- berada di atas rencana penerimaan dari
pembayaran Pajak Hotel sebesar Rp. 320.000.000,- pada akhir Tahun
,-2. Pada Tahun Anggaran 2008 total realisasi penerimaan dari pembayaran Pajak
Hotel sebesar Rp. 470.879.000,- berada di atas rencana penerimaan dari
pembayaran Pajak Hotel sebesar Rp. 350.000.000,- pada akhir Tahun
Anggaran, yaitu surplus Rp.
110.070.000,-3. Pada Anggaran Tahun 2009 total realisasi penerimaan dari pembayaran Pajak
Hotel sebesar Rp. 540.000.000,- berada di atas rencana penerimaan dari
pembayaran Pajak Hotel sebesar Rp. 400.000.000,- pada akhir Tahun
Anggaran, yaitu surplus Rp.
30.000.000,-4. Pada Anggaran Tahun 2010 total realisasi penerimaan dari pembayaran Pajak
Hotel sebesar Rp. 570.000.000,- berada di atas rencana penerimaan dari
pembayaran Pajak Hotel sebesar Rp. 420.000.000,- pada akhir Tahun
Anggaran, yaitu surplus
Rp.120.879.000,-5. Pada Anggaran Tahun 2011 total realisasi penerimaan dari pembayaran ajak
Hotel sebesar Rp. 610.000.000,- berada di atas rencana penerimaan dari
pembayaran Pajak Hotel sebesar Rp. 450.000.000,- pada akhir Tahun
Anggaran, yaitu surplus Rp.
140.000.000,-Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa Pajak Hotel Kota Sibolga untuk
tahun 2007 , 2008, 2009, 2010, dan 2011 target yang diharapkan sesuai dengan
realisasi yaitu realisasi lebih tinggi dari target yang ditetapkan.
Dalam masalah ini, untuk mencari tahu kendala – kendala apa yang
mempengaruhi penerimaan pajak hotel, penulis melakukan wawancara dengan
pegawai Dinas Pengelola Kekayaan dan Asset Daerah Kota Sibolga. Adapun kendala
– kendala yang diperoleh adalah :
1. Tingkat kesadaran Wajib Pajak Hotel masih kurang
2. Masih adanya keengganan Wajib Pajak untuk mendaftarkan potensi objek
pajak secara Riil dan Akurat.
3. Rendahnya tingkat pengetahuan masyarakat mengenai pajak
4. Kurang aktifnya petugas pendata, penagihan ataupun petugas yang
berhubungan langsung dengan pajak hotel
5. Kurang jelasnya tata letak lokasi dari objek pajak
6. Wajib Pajak belum sepenuhnya melaporkan dan membayar pajak sesuai
dengan yang dikutip dari subjek pajak.
D.Upaya – Upaya yang Ditempuh Dalam Peningkatan Penerimaan Pajak Hotel
Agar penerimaan pajak hotel terus dapat mencapai target yang ditetapkan,
maka diperlukan langkah – langkah atau upaya – upaya yang perlu dilakukan demi
peningkatan penerimaan pajak hotel tersebut.
Adapun upaya – upaya tersebut adalah :
1. Melaksanakan sosialisasi atau himbauan untuk melaksanakan pembayaran
2. Melaksanakan pendataan terhadap objek pajak hotel yang ada.
3. Meningkatkan keterampilan dan kemampuan petugas pemungut pajak di
bidang pajak hotel.
4. Melaksanakan penyuluhan dan konsultasi
5. Meningkatkan pengawasan
6. Memberikan sanksi bagi yang melanggar
7. Penataan ulang administrasi serta melakukan koordinasi antar pegawai pada
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dari uraian dan masalah yang telah dikemukakan ole penulis dari hasil data
yang diperoleh pada dinas Pengelolaan Kekayaan Dan Aaet Daerah Kota Sibolga,
sebagai akhir dari penulis menyimpulkan sebagai berikut
1. Pajak hotel adalah pelayanan yang telah disediakan dengan pembayaran
dihotel
2. Kengiatan penetapan pajak hotel dapat dilakukan dengan tiga cara yaitu :
- Kengiatan penetapan dengan cara penetapan Kepala Daerah
- Kengiatan penetapan dengan cara dibayar sendiri
- Kengiatan penetapan secara jabatan.
3. Menghitung pajak hotel dengan cara mengalihkan tarif dengan dasar
pengenaan pajak.
4. Kontribusi pajak hotel sangat besar terhadap pendapatan Asli Daerah, sehingga
dalam penerimaanya sudah melebihi target yang telah ditetapkan.
5. Dinas Pengelolaan Kekayaan Dan Aset Daerah Kota Sibolga merupakan
unsur pelaksanaan pemerintah Daerah dalam melaksanakn kewenangan
B.Saran
Saran penulis untuk meningkatkan pajak hotel adalah :
1. Pemerintah Kota Sibolga diharapkan tidak menggunakan momentum otonomi
daerah untuk memungut pajak ssebanyak- banyak nya tanpa memperhitung
kan dampak uang ditimbulkan denagn cara mengurangi kebocoran-kebocoran.
2. Peraturan daerah yang dibuat harus menjunjung tinggi azas keadilan.
3. Meningkatkan peran serta dan keaktifan dari aparat pengelola pajak hotel
dalam melaksanakan ketaentuan yang berlaku serta diharapkan aparat yang
mengelola pajak hotel adalah aparat yang jujur dan nertanggung jawab
terhadap tugas nya dan mensosialisasikan persturan daerah kepada
masyarakat.
4. Melakukan pendekatan kepada masyarakat agar lebih sadar akan pentingya
membayar pajak.
5. Hendaknya petugas pajak hotel memang betul-betul mengerti tentang pajak
DAFTAR PUSTAKA
Mardiasmo, Perpajakan Edisi Revisi 2006, CV Andi Offset, Yogyakarta, 2006
Marihot P, Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Suandy, Erly.2002. Hukum Pajak, Jakarta : Salemba Empat.
Undang-Undang Republik Indonesia No.34 Tahun 2000, Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Republik Indonesia N0.18 Tahun 1997 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.
Undang-Undang Republik Indonesia No.28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.
Undang – Undang Nomor 5 Tahun 1974 Tentang Pokok – pokok Pemerintahan di Daerah
Undang – Undang No. 19 Tahun 1997 Tentang Penagihan Pajak dengan Surat Paksa
Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2001 Tentang Pajak Daerah.
Peraturan Daerah Kabupaten/Kota yang mengatur Tentang Pajak Restoran.
Peraturan Daerah Kotamadya Daerah Tingkat II Sibolga No. 7 Tahun 1976Tentang Pajak Pembangunan I
Peraturan Daerah Kota Sibolga No. 11 Tahun 2008 tentang Pembentuka Organisasi Dinas -Dinas Kota Sibolga.
Peraturan Walikota No. 188.3.342/24/2008 tentang Tugas Pokok Dinas Pengelola Kekayaan dan Asset Daerah Kota Sibolga.
Keputusan Bupati/Walikota yang mengatur tentang Pajak Restoran sebagai aturan pelaksanaan peraturan daerah tentang Pajak Restoran pada Kabupaten/Kota yang dimaksud.
Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 170 Tahun 1997 tentang Pedoman Tata Cara Pungutan Pajak Daerah.
Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 171 Tahun 1997 tentang Prosedur Pengesahan Peraturan Daerah tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah
Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 172 Tahun 1997 tentang kriteria Wajib Pajak yang menyelenggarakan pembukuan dan Tata Cara Pembukuan.