• Tidak ada hasil yang ditemukan

KESIAPAN UMKM DALAM MENGHADAPI MASYARAKAT EKONOMI ASEAN 2015 (Studi Pada UMKM Di Sentra Industri Keripik Jl. Pagar Alam Kota Bandar Lampung)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "KESIAPAN UMKM DALAM MENGHADAPI MASYARAKAT EKONOMI ASEAN 2015 (Studi Pada UMKM Di Sentra Industri Keripik Jl. Pagar Alam Kota Bandar Lampung)"

Copied!
86
0
0

Teks penuh

(1)

READINESS of SME’s IN DEALING of ASEAN ECONOMIC COMMUNITY 2015

(Studies in SMEs at Chips Industry Center Jl. Pagar Alam the City of Bandar Lampung)

HERI SETIAWAN

ABSTRACT

ASEAN Economic Community (AEC) is formed on the basis of an agreement to create a relationship of closer cooperation between ASEAN countries. The agreement covers four strategic framework, namely the achievement of a single market and a unified production base, a competitive economic region, equitable economic growth, and is integrated with the global economy. This research is a qualitative descriptive study who aimed to identify the readiness of SMEs Facing the ASEAN Economic Community (AEC), which will begin to be realized in December 2015. Researchers took a case study on SMEs in the industrial district of chips Jl. Pagar Alam, City of Bandar Lampung by selecting informants using purposive method. The data used in this study is a combination of primary data who collected in the field at the time of the study through interviews, and secondary data who taken from various sources as reference material research writing. Data were analyzed with data reduction and validity of data using triangulation techniques. The results showed that SMEs in the center of chips Jl. Pagar Alam, Bandar Lampung has been understood the ASEAN Economic Community, SMEs at the center of chips Jl. Pagar Alam, Bandar Lampung has made various efforts in the framework of the ASEAN Economic Community, and SMEs at the center of chips Jl. Pagar Alam City of bandar lampung has been prepared for the ASEAN Economic Community.

(2)

KESIAPAN UMKM DALAM MENGHADAPI MASYARAKAT EKONOMI ASEAN 2015

(Studi Pada UMKM Di Sentra Industri Keripik Jl. Pagar Alam Kota Bandar Lampung)

HERI SETIAWAN

ABSTRAK

Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) dibentuk atas dasar kesepakatan untuk menciptakan hubungan kerjasama yang lebih erat antar negara-negara ASEAN. Kesepakatan tersebut meliputi empat kerangka strategis, yaitu pencapaian pasar tunggal dan kesatuan basis produksi, kawasan ekonomi yang berdaya saing, pertumbuhan ekonomi yang merata, dan terintegrasi dengan perekonomian global. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif yang bertujuan untuk mengidentifikasi Kesiapan UMKM Menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) yang akan mulai terealisasi pada Desember 2015. Peneliti mengambil studi kasus pada UMKM di sentra industri keripik Jl. Pagar Alam Kota Bandar Lampung dengan memilih informan dengan menggunakan metode Purpossive. Data yang digunakan pada penelitian ini adalah gabungan dari data primer yang diperoleh dilapangan pada saat penelitian berlangsung melalui wawancara dan data skunder yang disadur dari berbagai sumber sebagai bahan acuan penulisan penelitian. Teknik analisis data menggunakan reduksi data dan teknik keabsahan data menggunakan triangulasi. Hasil penelitian menunjukan bahwa UMKM di sentra keripik Jl. Pagar Alam Kota Bandar Lampung telah memahami Masyarakat Ekonomi ASEAN, UMKM di sentra keripik Jl. Pagar Alam Kota Bandar Lampung telah melakukan berbagai upaya dalam rangka menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN, dan UMKM di sentra keripik Jl. Pagar Alam Kota Bandar Lampung telah siap menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN.

(3)

KESIAPAN UMKM DALAM MENGHADAPI MASYARAKAT EKONOMI ASEAN 2015

(Studi Pada UMKM Di Sentra Industri Keripik Jl. Pagar Alam Kota Bandar Lampung)

Oleh

Heri Setiawan

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar SARJANA ADMINISTRASI BISNIS

Pada

Jurusan Ilmu Administrasi Bisnis Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

ILMU ADMINISTRASI BISNIS

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS LAMPUNG

(4)

KESIAPAN UMKM DALAM MENGHADAPI MASYARAKAT EKONOMI ASEAN 2015

(Studi Pada UMKM di Sentra Industri Keripik Kota Bandar Lampung)

(Skripsi)

Oleh

Heri Setiawan

ILMU ADMINISTRASI BISNIS

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS LAMPUNG

(5)

iv

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

Gambar 2.3 Model Kerangka Pemikiran ... 41

Gambar 3.7 Analisis Model Interaktif ... 52

Gambar 4.1 Wilayah Administratif Kota Bandar Lampung ... 58

Gambar 4.2.1 Keripik Fino ... 71

Gambar 4.2.2 Keripik Royyan ... 73

Gambar 4.2.3 Keripik Merry ... 74

Gambar 4.2.4Keripik Rizka ... 75

Gambar 4.2.5 Keripik Nisa ... 76

Gambar 4.2.6 Keripik Aliya (Yaya) ... 77

Gambar 4.3.1 Bu Hanik sedang menjelaskan pemahamannya tentang Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) ... 84

Gambar 4.3.2 Ibu Sofia (kiri) dan karyawan (kanan) saat sedang diwawancara oleh penulis ... 85

Gambar 4.3.3 Pak Asman saat sedang diwawancara penulis ... 88

Gambar 4.3.4 Ibu Nova (tengah) berfoto bersama seusai melakukan wawancara dengan penulis ... 89

Gambar 4.3.5 Pak Asman (kiri) sedang menjelaskan upayanya mnuju MEA 2015 ... 92

Gambar 4.3.6 Dokumentasi setelah melakukan wawancara dengan Ibu Sofia (kanan) ... 97

Gambar 4.3.7 Ibu Nurjanah (kanan) saat diwawancara oleh penulis ... 98

(6)

DAFTAR ISI 2.1 Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) ... 15

2.1.1 Pengertian UMKM ... 17

2.1.2 Peran UMKM ... 19

2.1.3 Karakteristik UMKM ... 20

2.1.4 Perkembangan UMKM ... 22

2.1.5 Kondisi UMKM di Indonesia ... 24

2.1.6 Konsep Pengembangan UMKM ... 26

2.2 Konsep Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) ... 30

2.2.1 Pembentukan MEA 2015 ... 33

2.2.2 Piagam ASEAN (ASEAN Charter) ... 34

2.2.3 Jadwal Strategis MEA ... 36

2.2.4 Menuju Kawasan Bebas Aliran Barang ASEAN 2015 ... 36

2.2.4.1 Aliran Bebas Sektor Jasa ... 38

2.2.4.2 Aliran Bebas Investasi ... 38

2.2.4.3 Aliran Bebas Modal ... 39

2.3 Kerangka Pemikiran ... 39

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian ... 42

3.2 Lokasi Penelitian ... 43

(7)

ii

3.4 Subjek, Sumber dan Jenis Data ... 45

3.4.1 Subjek Penelitian ... 45

3.4.2 Sumber Data ... 46

3.4.3 Jenis Data ... 47

3.5 Teknik Pengumpulan Data ... 47

3.6 Proses Penelitian ... 49

3.7 Teknik Analisis Data ... 50

3.8 Teknik Keabsahan Data ... 53

BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Lokasi Penelitian ... 57

4.1.1 Gambaran Umum Kota Bandar Lampung ... 57

4.1.1.1 Sejarah Singkat Kota Bandar Lampung ... 59

4.1.1.2 Letak Gografis Kota Bandar Lampung ... 62

4.1.2 Kawasan Sentra Industri Keripik Kota Bandar Lampung ... ... 63

4.2 Gambaran Informan ... 70

4.3 Hasil Penelitian ... 81

4.3.1 Pemahaman Tentang MEA ... 81

4.3.1.1 Pemahaman Pelaku UMKM tentang MEA ... 82

4.3.1.2 Upaya Pelaku UMKM Menghadapi MEA ... 91

4.3.1.3 Kesiapan Pelaku UMKM Menghadapi MEA ... 99

(8)

v

DAFTAR LAMPIRAN

No. Keterangan 1. Surat Pengantar Penelitian

2. Panduan Wawancara 3. Profil Informan 4. Transkrip Wawancara

5. Tabel Triangulasi Data (Teknik Keabsahan Data) 6. Foto-foto Dokumentasi

(9)

iii

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman Tabel 1 Perkembangan UMKM dan UB 2011-2012 ... 8 Tabel 2 Perkembangan UMKM di Provinsi Lampung tahun 2012 ... 9 Tabel 3 Data UMKM Kota Bandar Lampung Bulan Desember

(10)
(11)
(12)
(13)

“Jika ingin bermimpi, mimpilah s

esuka

hati.

Jika ingin tercapai, kejar dan

lakukanlah.

Percaya pada keajaiban namun jangan

bergantung kepadanya, maka

berusahalah!!”

(14)

Teriring rasa syukur dan cintaku kepada Sang Pencipta

yang Maha Kasih dan Pencerah Hidup yang selalu

melimpahkan kebahagiaan bagi setiap umatnya

Kupersembahkan Karyaku ini untukmu, Ayah

dan Ibuku, orang paling berjasa dan tanpa

pamrih merawatku dengan baik sampai saat

ini. Sebagai tanda baktiku, terimaksih atas

doa, motivasi, kasih sayang, pengorbanan dan

keikhlasanmu, sungguh jasamu tak ternilai

Adikku tercinta, dan semua keluarga yang

(15)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Wira Jaya, sebuah desa yang saat ini masuk kedalam wilayah Kabupaten Mesuji, tercatat pada 28 April 1993 sebagai anak Pertama dari dua bersaudara. Penulis bangga berkesempatan hadir kedunia dari rahim wanita luar biasa, ibuku Sunarti, darinya lah penulis menemukan kebenaran filosofis dimana wanita adalah tangan dunia dan jembatan akhirat. Juga kepada ayahku Samsul Amin yang telah banyak memberi pelajaran hidup yang sarat hikmah.

(16)

Ditahun yang sama, yaitu tahun 2011, penulis terdaftar sebagai Mahasiswa Jurusan Ilmu Administrasi Bisnis Fakultas Ilmu Sosial & Ilmu Politik Universitas Lampung melalui jalur Penerimaan Mahasiswa Perluasan Akses Pendidikan (PMPAP). Dalam pengabdiannya sebagai Mahasiswa pada Almamater Universitas Lampung, penulis menyelami dinamika kehidupan kampus yang berintonasi dengan mengikuti beberapa organisasi internal kampus, namun penulis memutuskan untuk mengabdi disebuah organisasi yang mewadahi Mahasiswa Jurusan Administrasi Bisnis, yaitu Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) Administrasi Bisnis. Dalam keanggotaan penulis di organisasi tersebut, tercatat penulis pernah menjadi anggota Bidang Kretek (Kreativitas dan Teknis) periode 2012-2013 dan menjadi Kepala Bidang Pengkajian dan Penalaran (Kabid P&P) periode 2013-2014 Himpunan Mahasiswa Jurusan Administrasi Bisnis.

(17)

SANWACANA

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan peneitian dan penulisan skripsi yang berjudul “Kesiapan UMKM Dalam Menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015 (Studi pada UMKM Di Sentra Industri Keripik Kota Bandar Lampung)”. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat dalam meraih gelar Sarjana Administrasi Bisnis dari Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas lampung. Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah memberikan sumbangsihnya baik sumbangan pikiran, waktu, dan tenaga serta bantuan moril maupun materiil khususnya kepada:

1. Bapak Drs. H. Agus Hadiawan, M.Si., selaku Dekan FISIP Universitas Lampung;

2. Bapak Dr. Suripto, S.Sos., M.AB., selaku Ketua Jurusan Ilmu Administrasi Bisnis. Terima kasih atas masukan, nasehat, ilmu, dan saran-sarannya selama proses penyelesaian skripsi ini.

(18)

cara pandang saya terhadap hidup, terima kasih atas kesediaan Bapak serta kesabarannya untuk memberikan bimbingan, ilmu, nasehat, kritik dan saran, serta motivasi yang membangun selama ini hingga sampai proses penyelesaian penulisan skripsi ini. Saya akan tanamkan itu semua dalam pikiran saya dan akan saya jadikan landasan berpikir untuk bertindak lebih baik lagi kedepannya. Terima kasih banyak telah memberikan bimbingan yang berarti ini di sela-sela kesibukan bapak;

4. Bapak Dr. Nur Effendi, S.Sos., M.Si., selaku penguji utama terima kasih Pak telah menyempatkan hadir untuk menguji penelitian dan penulisan skripsi saya di sela-sela agenda Bapak. Terima kasih telah meluangkan waktu untuk membaca skripsi saya, menyampaikan masukan, kritik dan saran yang sangat membantu saya dalam membangun dasar keilmuan tentang bidang yang saya teliti. Semoga Bapak senantiasa berkenan memberikan lebih banyak lagi masukan dan membagi ilmu Bapak kepada saya dikesempatan yang akan datang;

5. Bapak Suprihatin Ali, S.Sos., M.Si., selaku dosen Pembimbing Akademik (PA), terima kasih atas kesediaanya memberikan bantuan dan masukan disaat saya menghadapi kesulitasn berkaitan dengan akademis kampus, dan ilmu yang benar-benar bermanfaat selama saya kuliah, semoga canda dan tawa Bapak tak lekang terkikis oleh waktu;

(19)

atas ilmu yang diberikan selama saya menuntut ilmu di jurusan ini, suatu saat saya akan seperti kalian!;

7. Ibu Mertayana selaku staff Jurusan Ilmi Administrasi Bisnis FISIP Unila, terima kasih ya buk telah menjadi teman setia saya saat sedang menunggu

datangnya Pak Rifa’i untuk bimbingan, terima kasih telah mendengarkan

keluh kesah saya, dan juga terima kasih atas kemudahan serta bantuan dalam mengurus berkas kuliah ataupun skripsi selama ini;

8. Teristimewa untuk Ayah dan Ibuku tercinta, jasamu tak ternilai harganya. Luasnya latuan, tak sebanding dengan luas kasih sayangmu kepadaku. Aku tahu, aku bukanlah seorang anak yang sempurna yang mampu melakukan banyak hal. Tetapi, dengan karya kecil ini, aku akan buktikan bahwa aku layak menjadi kebanggaan mu. Inilah tiketku menuju masa depan yang indah, meski dinamis. Dengan do’amu segalanya mungkin, kasih sayangmu merubah ara, besarnya cintamu membuat semesta. Terima kasih telah merawatku dengan baik selama ini, kau perjuangkan semuanya untuk membesarkanku dan mencoba memenuhi segala kebutuhanku, meski sulit. Kaulah motivator dan inspirator yang sesungguhnya. Thanks a lot for all, I promise you, I’ll be greatful. I will not make you dissapointed. Semoga Allah

SWT memberikan balasan dan kebahagiaan yang luar biasa indah untuk Ayah dan Ibu di dunia dan di akhirat kelak, Amin. Aku akan berjuang untukmu;

(20)

sepintar dan secerdas mungkin agar kelak kau dapat taklukkan dunia. Makasih ya udah perhatian sama kakak, udah sayang, udah cinta, udah.. banyak lah. Jangan pacaran mulu sana-sini, berbakti sama orang tua! Dengerin kata-kata ibu sama bapak, jangan ngebantah. Kamu adik terhebat untukku;

10. Seluruh keuarga besarku di manapun berada, di seluruh Indonesia yang selama ini menanti kelulusanku. Terima kasih atas motivasi dan do’anya, semoga ini merupakan awal untuk mencapai kesuksesan, Amin;

11. Sahabat-sahabat dan rekan-rekan ABI 2011, yang sudah wisuda, yang baru mau wisuda, dan yang belum wisuda: Suhek, Eka, Zeva, William, Paksi, Balqis, Bunan, Gaol, Rohani, Fenika, Resty, Supri, Ogi, David, Isal, Bambang, Fadhil, Ratih, Bekti, Ahwa, Riko, Anas, Angga, Lailatul, Dini, Rinda, Yuki, Wili, dan semua teman-teman ABI 2011 yang tidak dapat disebutkan satu-persatu. You guys rock!!! Makasih udah memberi banyak tawa dan canda selama ini, kalian benar-benar Luarrr Biasza. Semangat terus, gapai mimpi-mimpi kalian;

(21)

hehee jangan pernah kalah sama keadaan, Kita bisa. Wes pokok’e Woyo-Woyo lah.. ;

13. Teman seperjuangan Esa Devi Safiani, makasih udah jadi partner terhebat selama ngurusin skripsi. Makasih udah mau berbagi suka dan duka, kritik dan saran, motivasi dan inspirasi, dan semua mimpi kita. Semoga mimpi-mimpi itu dapat terwujud seiring berjalannya waktu. God will make everything beautifull in the right place, the right time, for the best reason.

Always keep faith in God. Don’t being someone else, just be you!;

14. Teman kecil Nia Neliana (Pend. Biologi ’11), semangat ya buat gelar Sarjana Pendidikan yang sedang kau tempuh sekarang. Dari kecil sampai sekarang kita masih berteman, langgeng yaa. Terimaksih atas warna yang kau beri dari mulai kita kanak-kanak sampai sekarang  ;

15. Mbak Dora Rinova, S.AB., rekan sebimbingan yang gigih dalam berjuang, semangat buat gelar magister science-nya (M.Si.). Terima kasih sudah ngemong aku selama ngurusin skripsi, nasehat-nasehatnya, motivasinya, pokoknya semuanyalah. Akhirnya kita bisa menaklukkan Pak Rifai :v :d ;

16. Rekan-rekan lintas jurusan yang sama-sama berjuang Yudi (Sos’11), Mut

(ANE’11), Fahru (Sos’11), Fahri (Sos’11), Nadiril (ANE’12), Johan

(ANE’12), Sholeh, (ANE’12), To’at (Ilkom’12), Nanang (Ilkom’11), Endah

(PEM’11), Aji (ANE’11), Isma (Ilkom’12), Arif (Sos’11), Faris (IESP’11),

Azies (Kimia’11), and also one and only Tika (Sos’11) Terima kasih atas

(22)

adalah pemicu persatuan. Semoga kalian sukses sesuai dengan dasar keilmuan yang kalian tekuni masing-masing (y). Tak lupa teman kosan yang

selalu ramai Haikal (Hukum’10), Kemal (TI), dan Abel (TI) thanks a lot for

togetherness as long as here, you all fun :d ;

17. Kantin Uye yang selalu jadi tempat nongkrong terasyik, tempat menghabiskan waktu paling seru bareng Mbk Kiki, Mas Kliwon, Hendro, Japrak dan semua crew kantin, jaga kebersihan yaa. Pokok’e njoget!! Hahaa. Kantin Emak juga, makasih mak berkat kwetiaw buatanmu akhirnya aku bisa dapet nutrisi sehingga mampu kelarin ini skripsi, makasih juga nasehat-nasehatnya.;

18. Keluarga baruku di Desa Beringin Kencana, Kecamatan Candipuro, Kabupaten Lampung Selatan. Terima kasih telah menerima saya dengan baik selama 40 hari mengemban tugas disana, senang tiada tara saat semua menyambut dengan penuh suka cita. Mohon maaf apabila terdapat kata-kata ataupun perilaku yang kurang menyenangkan selama melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN). Semoga hubungan silaturahim ini dapat terjaga dengan baik sampai kapanpun. Terimakasih juga buat teman-teman satu kelompok KKN dari berbagai jurusan dan fakultas, kalian mengispirasi.;

(23)

kurang tepat, dikarenakan penulis juga sedang menjalani proses pembelajaran.;

20. Cafe Business yang sudah menjadi tempat nongkrong sambil nunggu dosen, ngobrolin ini-itu apapun juga gak jelas kemana arahnya, haah.. harapan penulis, semoga lahir bintang-bintang besar dari tongkrongan itu. Amin.; 21. Kepada keluarga besar Himpunan Mahasiswa Jurusan Administrasi Bisnis,

terima kasih atas kebersamaan dan pengalamannya selama ini.;

22. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu yang turut membantu penulis menyelesaikan skripsi ini.;

23. Almamaterku tercinta, Universitas Lampung yang mendewasakanku baik dari segi pemikiran dan perbuatan.;

24. Last, but not least, untuk kepingan hatiku yang masih disembunyikan Tuhan, I will find that pieces.

Akhir kata, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, namun harapan penulis semoga skripsi ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua. Amin ya robbal alamin. Wassalammualaikum wr. wb.

Bandar Lampung

(24)

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Diawal pembentukanya pada 1967, ASEAN lebih ditunjukan pada kerjasama yang berorientasi politik guna pencapaian kedamaian dan keamanan dikawasan Asia Tenggara. Dimulai dari lima negara pendiri yaitu Filipina, Indonesia, Malaysia, Singapura, dan Thailand, kini ASEAN terdiri dari sepuluh negara yang bergabung kemudian yaitu Brunei Darusalam (1984), Vietnam (1995), Myanmar dan Laos (1997), dan Kamboja (1999). Kerjasama regional ini semakin diperkuat dengan semangat stabilitas ekonomi dan sosial dikawasan Asia Tenggara, antara lain melalui percepatan pertumbuhan ekonomi, kemajuan sosial dan budaya dengan tetap memperhatikan kesearaan dan kemitraan, sehingga menjadi landasan untuk tercapainya masyarakat yang sejahtera dan damai. Namun, kerjasama regional ASEAN memiliki karakteristik tersendiri antara lain tercermin dari baru dibentuknya Sekretariat ASEAN hampir 10 tahun setelah pendirianya (1976) dan

komitmen kerjasama yang lebih didasarkan pada ‘ASEAN way’ (Arifin, 2008:1).

(25)

2

saling memperkuat tujuan pencapaian perdamaian yang berkelanjutan, stabilitas serta pemerataan kesejahteraan di kawasan.

Dalam perkembangan realisasi konsep MEA selanjutnya,dirumuskan tujuan akhir integrasi ekonomi, yakni mewujudkan ASEAN Vision 2020 pada Deklarasi Bali Concord II, Oktober 2003 (Arifin dkk, 2008:2). Pencapaian dilakukan melalui lima pilar, yaitu; aliran bebas barang, jasa, investasi, tenaga kerja terampil, dan aliran modal yang lebih bebas. Arifin dkk, (2008:3) mernjelaskan, berbagai kerjasama ekonomi dilakukan khususnya dibidang perdagangan dan investasi, dimulai dari Preferential Trade Arrangement (PTA, 1977), ASEAN Free Trade Area (AFTA, 1992), ASEAN Framework Agreement on Services (AFAS, 1995) dan ASEAN Investment Area (AIA, 1998), kemudian dilengkapi dengan perumusan sektor prioritas integrasi dan kerjasama dibidang moneter lain. Semua hal tersebut merupakan perwujudan dari usaha mencapai MEA.

(26)

3

tersebut berisi komitmen negara anggota atas keseriusan pencapaian MEA di mana evaluasi pencapaian MEA akan dilakukan ke masyarakat luas.

Era Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) pada 2015 membawa suatu peluang sekaligus tantangan bagi ekonomi Indonesia. Salah satu pelaku ekonomi yang saat ini kondisinya rawan terkena arus liberalisasi barang dan jasa adalah Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM). Dengan diberlakukannya MEA pada akhir 2015, negara anggota ASEAN akan mengalami aliran bebas barang, jasa, investasi, dan tenaga kerja terdidik dari dan ke masing-masing negara. Melalui

MEA akan terjadi integrasi yang berupa “free trade area” (area perdagangan bebas), penghilangan tarif perdagangan antar negara ASEAN, serta pasar tenaga kerja dan pasar modal yang bebas, yang akan sangat berpengaruh pada pertumbuhan dan pembangunan ekonomi tiap negara. Ibarat pisau bermata dua manfaat dari implementasi MEA itu bagi pertumbuhan ekonomi Indonesia tentu bergantung pada cara menyikapi era pasar bebas tersebut.

(27)

4

Kedua, persiapan matang pada sektor fasilitasi perdagangan. Aspek lain yang menjadi tantangan bagi Indonesia dalam menerapkan AEC blue print adalah fasilitasi perdagangan. Fasilitasi perdagangan menjadi salah satu fokus yang diprioritaskan oleh pemerintah dalam memperlancar arus perdagangan. Berdasarkan kajian Wilson, Mann, dan Otsuki dalam Budiman (2012:9) perbaikan pada empat sektor utama yang menunjang sektor perdagangan akan dapat meningkatkan perdagangan internasional. Empat sektor itu adalah pelabuhan, kepabeanan, peraturan, dan jasa infrastruktur. Pada aspek fasilitas, Indonesia telah memiliki Direktorat Jenderal Bea dan Cukai (DJBC) yang secara teratur telah menerbitkan segala informasi mengenai kepabeanan. DJBC sekaligus menjadi National Single Window yang bertugas melayani segala prosedur mengenai perdagangan ke luar kawasan Indonesia. Namun, pusat informasi dan pelayanan yang mudah diakses bagi masyarakat umum belum dapat direalisasikan.

(28)

5

Untuk menghadapi era pasar bebas se-Asia Tenggara tersebut, dunia usaha di Tanah Air tentu harus mengambil langkah-langkah strategis agar dapat menghadapi persaingan dengan negara ASEAN lainnya, tak terkecuali sektor Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM). UMKM merupakan salah satu bagian penting dalam perekonomian dan pembangunan nasional, karena adanya perkembangan UMKM memberikan dampak positif terhadap peningkatan jumlah tenaga kerja dan pengurangan jumlah kemiskinan. Melalui modal yang sedikit bisa membangun usaha kecil, teknologi yang digunakan sangat sederhana sehingga bersifat padat karya, yang memerlukan banyak tenaga kerja. Dengan penyerapan banyak tenaga kerja tersebut berarti mengurangi jumlah pengangguran, hingga pada akhirnya mampu mengurangi jumlah kemiskinan di Indonesia.

(29)

6

Antisipasi dan persiapan perlu diadakan secara koheren dan terkait antara produk dan faktor yang mendukung seperti pendidikan, pelatihan, dan dukungan teknologi, agar sektor unggulan ini menjadi lebih siap bersaing. Pengalaman menunjukkan bahwa kurangnya persiapan dalam mengantisipasi liberalisasi perdagangan menyebabkan lemahnya daya saing Indonesia. Ekspor Indonesia menjadi industri strategis dan andalan penghasil devisa negara untuk sektor non-migas, yang menjadi sisi sensitif pada sektor ini adalah ekonomi biaya tinggi, yakni biaya bongkar muat Indonesia yang jauh lebih mahal dibandingkan biaya di Singapura, Thailand, Malaysia, dan Vietnam (Tambunan, 2013:18).

Adapun langkah-langkah antisipasi yang telah disusun Kementerian Koperasi dan UMKM untuk membantu pelaku UMKM menyongsong era pasar bebas ASEAN, antara lain peningkatan wawasan pelaku UMKM terhadap MEA, peningkatan efisiensi produksi dan manajemen usaha, peningkatan daya serap pasar produk UMKM lokal, dan penciptaan iklim usaha yang kondusif (liputan6.com, diakses oktober 2014). Kemenkop dan UMKM menyebutkan salah satu faktor hambatan utama bagi sektor UMKM untuk bersaing dalam era pasar bebas adalah kualitas sumber daya manusia (SDM), pelaku UMKM yang secara umum masih rendah. Oleh karena itu, harus dilakukan pembinaan dan pemberdayaan UMKM yang diarahkan pada peningkatan kualitas dan standar produk, agar mampu meningkatkan kinerja UMKM untuk menghasilkan produk-produk yang berdaya saing tinggi.

(30)

7

bersaing dengan pelaku UMKM asing. Peningkatan daya saing dengan pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi (TIK), diperlukan para pelaku UMKM di Indonesia untuk menghadapi persaingan usaha yang makin ketat, khususnya dalam menghadapi MEA. Peningkatan pemanfaatan TIK dalam kegiatan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) di dalam negeri yang didorong melalui kerja sama pemerintah dengan pihak swasta, daya saing UMKM Indonesia pun makin meningkat. Dalam waktu dua tahun daya saing UMKM di Tanah Air dapat sejajar dan bahkan mengungguli Singapura dan Malaysia. Sementara itu, dari pihak Kementerian Perindustrian juga tengah melaksanakan pembinaan dan pemberdayaan terhadap sektor industri kecil menengah (IKM) yang merupakan bagian dari sektor UMKM.

(31)

8

berpendapatan rendah atau miskin (Tambunan, 2013:1). Berikut data perkembangan UMKM di Indonesia yang disadur dari Kementerian Koperasi dan UKM:

Tabel 1. Perkembangan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) dan Usaha Besar (UB) Tahun 2011-2012

Indikator Satuan Tahun 2011 Tahun 2012

Perkembangan

(Umi) (Unit) 54.599.969 55.856.176 1.256.207

2,38

(32)

9

(33)

10

Berikut ini data UMKM Kota Bandar Lampung berdasarkan Laporan

Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Diskoperidag Kota Bandar Lampung:

Tabel 3. Data UMKM Kota Bandar Lampung Bulan Desember Perkecamatan Tahun 2014

Sumber: LAKIP Diskoperindag Kota Bandar Lampung Tahun 2015

(34)

11

2014 tercatat jumlah keseluruhan UMKM dari setiap kecamatan di Kota Bandar Lampung adalah 34.649 unit. Itu berarti, dalam dua tahun terakhir UMKM di Kota Bandar ampung mengalami peningkatan sebesar 3.671 unit. Hal ini cukup menggembirakan karena dengan bertambahnya jumlah UMKM di Bandar Lampung, akan menambah pula pemasukan daerah khususnya di Kota Bandar Lampung serta meningkatkan pula kesejahteraan masyarakatnya.

UMKM penting dilindungi dan dikembangkan lebih besar untuk menopang pertumbuhan ekonomi masyarakat. UMKM di Indonesia perlu mendapatkan perhatian yang baik dari pemerintah maupun masyarakat agar dapat berkembang lebih kompetitif bersama pelaku ekonomi lainnya. Kebijakan pemerintah untuk kedepan harus lebih kondusif bagi tumbuh dan berkembangnya UMKM. Pemerintah harus meningkatkan perannya dalam memberdayakan UMKM di samping mengembangkan kemitraan usaha yang saling menguntungkan antara pengusaha besar dengan pengusaha kecil, dan meningkatkan kualitas sumber daya manusianya.

(35)

12

dan pelatihan, 2) kurangnya pengetahuan atas pemasaran, yang disebabkan oleh terbatasnya informasi yang dapat dijangkau oleh UMKM mengenai pasar, selain karena keterbatasan kemampuan UMKM untuk menyediakan produk/jasa yang sesuai dengan keinginan pasar, dan 3) keterbatasan sumber daya manusia (SDM) secara kurangnya sumber daya untuk mengembangkan SDM, serta kurangnya pemahaman mengenai keuangan dan akuntansi.

Pasar bebas ASEAN menjadi tantangan besar bagi Pelaku UMKM di seluruh Indonesia maupun Pelaku UMKM yang berada di daerah. Umunya, UMKM belum mampu beradaptasi dan meningkatkan keunggulan kompetitifnya. Produk yang dihasilkan akan kalah bersaing dengan produk luar negeri, apabila hal tersebut terjadi, maka UMKM yang ada di Provinsi Lampung akan semakin melemah. Dengan melemahnya UMKM secara terus menerus akan mengakibatkan perekonomian nasional juga akan melemah. Bagi para pemangku kebijakan maupun UMKM di Provinsi Lampung, hal ini menjadi tantangan untuk meningkatkan daya saing UMKM.

(36)

13

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah penulis uraikan tersebut, maka masalah yang akan diangkat dalam penilitian ini adalah, Bagaima Kesiapan UMKM Kota Bandar Lampung dalam Menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2015?

1.3 Tujuan Penelitian

Sesuai dengan masalah yang telah dirumuskan, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Kesiapan UMKM Kota Bandar Lampung dalam Menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2015.

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi semua pihak, yaitu: 1. Bagi UMKM

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan, bahan pertimbangan dan rencana usulan strategi bagi UMKM dalam menghadapi era Pasar Bebas ASEAN maupun Perdagangan Internasional dalam bentuk lain.

2. Bagi Pemerintah

(37)

14

3. Bagi penelitian selanjutnya dan kalangan mahasiswa

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi ilmiah mengenai Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA), Perdagangan Bebas/Internasional, dan Kerjasama Internasional yang terjadi pada negara-negara ASEAN maupun negara-negara di dunia, untuk menjadi salah satu tinjauan referensi bagi penelitian selanjutnya.

4. Bagi Penulis

(38)

15

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM)

Usaha Mikro, Kecil dan Menengah selalu menarik untuk dikaji, bukan hanya dari aspek ketahanan, aspek pembiayaan, perolehan pinjaman atau dari aspek manajerial usaha. Pada era globalisasi khususnya dengan adanya integrasi ekonomi di Asia Tenggara, yaitu penyatuan ekonomi (Economic Union) yang menjadikan Asia Tenggara menjadi suatu komunitas perekonomian dengan basis produksi tunggal membuat UMKM harus mampu mempertahankan eksistensinya ditengah gempuran ekonomi global.

(39)

16

Dari Data BPS dan Kementerian Koperasi dalam Wahyudin (2013:27), dari seluruh kelas usaha menunjukkan bahwa usaha skala kecil di Indonesia menempati porsi sekitar 99%, artinya hampir seluruh usaha di Indonesia merupakan usaha kecil, hanya 1% saja usaha menengah dan besar. Perkembangan dan Pertumbuhan UMKM pun cukup bagus dari tahun ke tahun. Hampir dari setiap pemerintahan menekankan pada pemberdayaan UMKM. Pemerintah secara serius memberikan perhatian lebih pada sektor usaha ini. Alasannya, usaha kecil ini menjadi tulang punggung penyediaan tenaga kerja, karena perusahaan besar lebih menekankan penggunaan teknologi dari pada tenaga kerja manusia.

(40)

17

2.1.1 Pengertian UMKM

UMKM adalah unit usaha produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau Badan Usaha disemua sektor ekonomi (Tambunan, 2012:2). Pada prinsipnya, pembedaan antara Usaha Mikro (UMi), Usaha Kecil (UK), Usaha Menengah (UM) dan Usaha Besar (UB) umumnya didasarkan pada nilai asset awal (tidak termasuk tanah dan bangunan), omset rata-rata pertahun atau njumlah pekerja tetap. Namun definisi UMKM berdasarkan ketiga alat ukur ini berbeda disetiap Negara.

(41)

18

Di Indonesia, definisi UMKM diatur berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah. Definisi menurut UU No. 20 Tahun 2008 tersebut adalah:

a. Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan/atau badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria Usaha Mikro sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini.

b. Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah atau usaha besar yang memenuhi kriteria Usaha Kecil sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang.

c. Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perseorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dengan Usaha Kecil atau usaha besar dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan sebagaimana diatur dalam Undang-undang.

(42)

19

Tabel 4. Klasifikasi UMKM berdasarkan UU No. 20/2008

Ukuran Usaha Asset Omset

Usaha Mikro Minimal 50 Juta Maksimal 300 Juta Usaha Kecil >50 Juta – 500 Juta Maksimal 3 Miliar Usaha Menengah >500 Juta – 10 Miliar >2,5 – 50 Miliar Sumber: UU No. 20/2008

Yang dimaksud dengan kekayaan bersih adalah hasil pengurangan total nilai kekayaan usaha (asset) dengan total nilai kewajiban, tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha.

2.1.2 Peran UMKM

Sejarah perekonomian telah ditinjau kembali untuk mengkaji ulang peranan usaha skala mikro kecil dan menengah (UMKM). Beberapa kesimpulan, setidak-tidaknya hipotesis telah ditarik mengenai hal ini. Pertama, pertumbuhan ekonomi yang sangat cepat sebagaimana terjadi di Jepang, telah dikaitkan dengan besaran sektor usaha kecil. Kedua, dalam penciptaan lapangan kerja di Amerika Serikat sejak perang dunia II, sumbangan UMKM ternyata tak bisa diabaikan (D.L. Birch, 1979 dalam Tambunan, 2013:3).

(43)

20

Negara-negara maju (NM). Di NM, UMKM sangat penting tidak hanya karena kelompok usaha tersebut menyerap paling banyak tenaga kerja dibandingkan dengan usaha besar (UB). Di NSB, khususnya Asia, Afrika, dan Amerika Latin, UMKM juga berperan sangat penting khususnya dari perspektif kesempatan kerja dan sumber pendapatan bagi kelompok miskin, distribusi pendapatan dan pengurangan kemiskinan. Serta pembangunan ekonomi pedesaan (Tambunan, 2012:1). Tambunan menambahkan, dilihat dari kontribusinya terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) dan Ekspor Non-Migas, khususnya produk-produk manufaktur, dan inovasi serta pengembangan teknologi, peran UMKM di NSB relative rendah, dan ini sebenarnya perbedaan yang paling mencolok dengan UMKM di NM.

2.1.3 Karakteristik UMKM

UMKM tidak saja berbeda dengan UB, tetapi ndidalam kelompok UMKM itu sendiri terdapat perbedaan karakteristik antara UMi, UK, dan UM dalam sejumlah aspek yang mudah dilihat sehari-hari di NSB, termasuk Indonesia. Aspek-aspek tersebut termasuk orientasi pasar, profil dan pemilik usaha, sifat dari kesempatan kerja di dalam perusahaan, sistem organisasi dan manajemen yang diterapkan di dalam usaha, derajat mekanisme di dalam proses produksi, sumber-sumber dari bahan baku dan modal, lokasi tempat usaha, hubungan-hubungan eksternal, dan derajat keterlibatan perempuan sebagai pengusaha.

(44)

21

motivasi pengusaha melakukan usaha. Perbedaan motivasin pengusaha sebenarnya harus dilihat sebagai karakteristik paling penting untuk membedakan antara UMKM dan UB, maupun antar sub-kategori di dalam kelompok UMKM itu sendiri. Menurut laporan tersebut, sebagian pengusaha mikro di Indonesia mamunyai latar belakang ekonomi, yakni ingin memperoleh perbaikan penghasilan. Ini menunjukan bahwa pengusaha mikro berinisiatif mencari penghasilan untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarganya sehari-hari. Disamping itu, latar belakang menjadi pengusaha mikro karena faktor keturunan, yaitu meneruskan usaha keluarga. Dalam hal ini, banyak faktor keluarga yang masih dominan, yakni jika orang tuanya seorang nelayan maka anaknya pun akan menjadi nelayan, dan seterusnya. Sedangkan alasan ideal pengusaha mikro adalah merasa telah dibekali keahlian tertentu. Alasan lain menjadi pengusaha mikro adalah tidak ada kesempatan untuk berkarir dibidang lain.

(45)

22

rendah, atau kondisi fisik yang tidak memungkinkan. Hal ini menunjukan bahwa pengusaha kecil mempunyai alasan yang lebih baik daripada UMi.

2.1.4 Perkembangan UMKM

Menurut database dari Menteri Negara Koperasi dan UKM (Menegkop & UKM) dan Badan Pusat Statistik (BPS), pada tahun 1997 dalam Tambunan (2012:8), terdapat sekitar 39,7 juta usaha mikro kecil (UMK), dengan nilai penjualan rata-rata pertahun kurang dari Rp 1 Miliar per unit, atau sekitar 99,8 persen dari total unit usaha pada tahun itu. Pada tahun 1998, pada saat krisis ekonomi mencapai titik terburuknya dengan dampak negative yang sangat besar terhadap hampir semua sector ekonomi di Indonesia, banyak perusahaan dari berbagai skala usaha mengalami kebangkrutan atau mengurangi volume kegiatan secara drastic. Pada saat itu, Menegkop & UKIM memperkirakan hampir 3 juta UMK berhenti berusaha, dan jumlah usaha menengah (UM) dan usaha besar (UB) yang tutup usaha, masing sekitar 12,7 dan 14,2 persen dari jumlah unit masing-masing kelompok.

(46)

23

unit. Pada tahun 2006, jumlah UMK mencapai sekitar 99,77 persen dari jumlah usaha yang ada di Indonesia, sedangkan jumlah UM dan UB, masing-masing 0,01 dan 0,22 persen. Namu demikian, laju pertumbuhan unit usaha dari kelompok UM jauh lebih tinggi dibandingkan dengan UMK. Pada tahun 2008, jumlah populasi UMK dan UM (sebut saja UMKM) mencapai sekitar 52,3 jutab unit dan bertambah lagi menjadi 52,7 juta unit pada tahun 2009, atau 99,99 persen terhadap total unit usaha di Indonesia yang berjumlah 52, 769 juta unit usaha.

Dilihat dari kesempatan kerja, pada tahun 2006, UMK mempekerjakan 80.933.384 orang, atau 91,14 persen dari jumlah angkatan kerja yang bekerja. Jumlah ini meningkat dari 70.282.178 orang pada tahun 2003, atau laju pertumbuhan sebesar 15,15 persen. Sedangkan UM dan UB, masing-masing 4.483.109 dan 3.388.462 orang. Jumlah pekerja di UM dan UB tersebut masing menurun dan meningkat dari 8.754.615 dan 438.198 orang (atau masing-masing dengan tingkat pertumbuhan secara bersamaan), UMKM mempekerjakan hampir 91 juta orang dibandingkan UB yang hanya sekitar 2,8 juta orang (Tambunan, 2012:10).

(47)

24

2.1.5 Kondisi UMKM di Indonesia

Usaha Mikro Kecil dan Menengah telah tumbuh dan berkembang cepat dari waktu ke waktu. Perkembangan yang cukup pesat ini berdampak pada kompetisi yang semakin meningkat. Kompetisi yang meningkat cenderung menyebabkan tingkat keuntungan (rate of return) yang diperoleh UMKM mengarah pada keseimbangan. Bahkan pada kondisi tertentu, industri kecil yang tidak mampu berkompetisi akan tergusur dari persaingan usaha (Herawati, 2003:34).

Krisis ekonomi yang melanda Indonesia sejak pertengahan tahun 1997 lalu, yang diawali dengan krisis nilai tukar rupiah terhadap dolar AS dan krisis moneter telah mengakibatkan perekonomian Indonesia mengalami suatu resesi ekonomi cukup besar. Krisis ini sangat berpengaruh negatif terhadap hampir seluruh lapisan golongan masyarakat dan hampir semua kegiatan perekonomian di dalam negeri, tidak terkecuali kegiatan-kegiatan yang diakukan oleh usaha kecil dan menengah (Tambunan, 2002:11). Berkenaan dengan perubahan yang terjadi, secara fundamental penting bagi perusahaanuntuk mengevaluasi kembali strategi dan kinerjanya disesuaikan dengan kondisi yang ada, sehingga mampu membangun keunggulan kompetitifnya yang merupakan faktor kunci keberhasilan usaha untuk dapat mengikuti kemajuan dan perubahan persaingan yang terjadi dewasa ini.

(48)

25

Perlindungan dan bantuan usaha nampaknya menjadi suatu keharusan, mengingat jumlah tenaga kerja yang terserap dalam sektor ini cukup besar. Upaya dalam mengatasi masalah tersebut harus menjadi agenda pembangunan yang pokok, harus dilandasi oleh strategi penguatan dan pemberdayaan yang tujuannya adalah memampukan juga memandirikan lapisan pengusaha kecil.

Pandangan dari perspektif lain, usaha mikro kecil dan menengah justru memiliki kinerja yang lebih baik dibandingkan usaha besar. Hal tersebut dapat diketahui dari kemampuannya dalam melunasi kewajiban pembayaran hutang. Hasil laporan Badan Penyehatan Perbankkan Nasional (BPPN) tahun 2000 dalam Yuli (2005:5) menyebutkan bahwa dari 97,6 persen nasabah bank pengutang adalah tergolong pengusaha kecil dan menengah. Hal ini diketahui dari besarnya nilai pinjaman yaitu rata-rata dibawah 5 miliyar. Sementara itu, sisanya adalah pengutang dari pengusaha besar.

(49)

26

2.1.6 Konsep Pengembangan UMKM

Menurut Danoko (2008:2), dalam upaya penumbuhan usaha kecil, perlu diketahui karakteristik serta permasalahan dan kendala yang dihadapi oleh usaha kecil. Pada umumnya, usaha kecil mempunyai ciri sebagai berikut:

1. Berbentuk usaha perorangan dan belum berbadan hukum 2. Aspek legalitas usaha lemah

3. Struktur organisasi bersifat sederhana dengan pembagian kerja yang tidak baku 4. Kebanyakan tidak memiliki laporan keuangan dan tidak melakukan pemisahan

antara kekayaan pribadi dengan kekayaan perusahaan

5. Kualitas manajemen rendah dan jarang memiliki rencana usaha 6. Sumber utama modal adalah modal pribadi

7. Sumber daya manusia (SDM) terbatas

8. Pemilik memiliki ikatan batin yang kuat dengan perusahaan, sehingga seluruh kewajiban perusahaan juga menjadi kewajiban pemilik.

Kondisi tersebut berakibat kepada:

1. Lemahnya jaringan usaha serta keterbatasan kemampuan penetrasi dan diversifikasi pasar

2. Skala ekonomi terlalu kecil sehingga sukar menekan biaya 3. Margin keuntungan sangat tipis.

(50)

27

pelakunya. Menurut Kartasasmita (1996:1), yang dimaksud dengan perubahan fundamental tersebut adalah:

1. Terjadi di tingkat internasional yaitu proses globalisasi dengan perdagangan bebas dunia sebagai salah satu motor penggeraknya. Perubahan ini mempunyai dampak langsung pada perekonomian nasional dan usaha kecil nasional adalah globalisasi dan liberalisasi perdagangan. Globalisasi dan liberalisasi perdagangan berarti pasar dunia akan terbuka bagi produk-produk Indonesia, dan sebaliknya pasar domestik Indonesia pun akan makin terbuka pula bagi produk-produk internasional.

(51)

28

mengikuti pola perkembangan yang makin terspesialisasi itu. Faktor nilai (value) aka makin dominan dan merupakan fenomena gobal karena tidak hanya menitikberatkan pada kualitas, tetapi juga pada ketersediaan waktu (time avability) dan tingkat limbah yang dihasilkan.

2. Perubahan fundamental kedua terjadi di dalam negeri, yaitu berlangsungnya transformasi struktur perekonomian nasional dan peningkatan pendapatan masyarakat yang diikuti oleh perubahan pola konsumsi masyarakat berkenaan dengan dinamika pembangunan ekonomi nasional itu sendiri, yaitu transformasi struktur perekonomian dari ekonomi tradisional ke ekonomi modern, dari ekonomi agraris ke ekonomi industri. Proses industrialisasi akan menghasilkan permintaan yang meningkat akan bahan-bahan baku dan barang-barang setengah jadi, serta komponen-komponen bagi industri pada berbagai tahapannya dari hulu ke hilir. Dengan demikian, permintaan akan berbagai jenis barang bukan hanya meningkat, tetapi akan semakin beragam. Di bidang jasa, juga terjadi proses yang sama, karena proses transformasi yang sedang terjadi juga menyangkut jasa-jasa yang akan makin penting perannya dalam struktur ekonomi yang modern. Permintaan akan jasa akan semakin besar, baik volume, jenis, maupun kualitasnya.

(52)

29

karena itu menuntut perhatian kita bersama untuk melakukan langkah-langkah strategis sehingga perubahan-perubahan yang terjadi justru menjadi peluang yang dapat dimanfaatkan oleh usaha kecil, yang jumlahnya sangat besar serta menjadi sandaran hidup sebagian besar rakyat Indonesia, untuk tumbuh dan berkembang secara alamiah, institusional, dan berkelanjutan. Kedua-duanya menghasilkan hal yang sama, yaitu memberikan kesempatan kepada dunia usaha nasional untuk berkembang dengan kecepatan tinggi, karena proses globalisasi itu sendiri berkembang dengan cepat. Untuk dapat memfaatkan kesempatan tersebut, terdapat syarat yang harus dipenuhi, yaitu (Kartasasmita, 1996:3):

a. Daya Saing

(53)

30

b. Kewirausahaan

Kewirausahaan memerlukan syarat-syarat pengetahuan untuk bisa berusaha dalam dunia perekonomian modern, seperti pengetahun yang minimal mengenai modal, pasar, manajemen usaha, teknologi, dan informasi.

Berdasarkan paparan pengembangan UMKM tersebut, upaya efektif menjadikan usaha kecil dan menengah tidak saja mandiri, tetapi mampu beroperasi secara menguntungkan dan memberikan kontribusi besar terhadap perekonomian Indonesia, tampaknya tidak cukup hanya melalui kebijakan pemeritah. Pengusaha mikro kecil dan menengah penting memahami tipe strategi yang dipandang mampu meningkatkan kinerja usahanya dalam menghadapi situasi global yang juga penuh dengan ketidak pastian.

2.2 Konsep Masyarakat Ekonomi ASEAN

(54)

31

“to create a stabel, prosperous and highly copetitive ASEAN economic region in which there is a free flow of goods, services, investment, skilled labor and a freer flow of capital, equitable economic development and reduced poverty and socio-economic disparaties in year 2020”.

Pembukaan MEA dilakukan melalui empat kerangka strategis, yaitu pencapaian pasar tunggal dan kesatuan basis produksi, kawasan ekonomi yang berdaya saing, pertumbuhan ekonomi yang merata, dan integrasi dengan perekonomian global. Upaya pencapaian masing-masing kerangka tersebut dilakukan melalui berbagai elemen dan strategi yang tercakup didalamnya.

Lanjut Arifin, dkk (2008:3) pencapaian MEA melalui penciptaan pasar tunggal dan kesatuan basis produksi, ditujukan sebagai upaya perluasan melalui integrasi regional untuk mencapai skala ekonomis yang optimal. Langkah-langkah integrasi tersebut menjadi strategis mencapai daya saing yang tangguh dan di sisi lain akan berkontribusi positif bagi masyarakat ASEAN secara keseluruhan maupun individual negara anggota. Pembentukan MEA juga menjadikan posisi ASEAN semakin kuat dalam menghadapi negosiasi internasional, baik dalam merespon meningkatnya kecenderungan kerja sama regional, maupun dalam posisi tawar ASEAN dengan mitra dialog, seperti China, Korea, Jepang, Australia-Selandia Baru, dan India.

(55)

32

evaluasi dan rekomendasi untuk menjadikan ASEAN sebagai pasar tunggal dan basis produksi (Nagel, 2013).

Nagel (2013:2) menambahkan, HLTF merekomendasikan pendekatan integrasi ekonomi melalui prosedur dan kebijakan baru untuk memperkuat implementasi beberapa inisiatif ekonomi yang sudah ada, termasuk ASEAN Free Trade Area (AFTA), ASEAN Framework Agreement on Services (AFAS) dan ASEAN Investment Area (AIA); mempercepat integrasi regional di sektor prioritas; memfasilitasi pergerakan tenaga kerja ahli dan bisnis; memperkuat institusi ASEAN, termasuk perbaikan lembaga ASEAN Dispute Settlement Mechanism dalam menjamin kecepatan dan kekuatan hukum apabila terjadi sengketa. Diluar itu, juga diupayakan agar integrasi ekonomi yang berlangsung memberikan manfaat bagi seluruh anggota ASEAN khususnya negara Kamboja, Laos, Myanmar dan Vietnam (atau disebut CLMV). Dengan strategi tersebut diharapkan negara ASEAN secara bersama-sama dapat mencapai MEA pada 2015.

(56)

33

2.2.1 Pembentukan MEA 2015

Cebu Declaration pada 13 Januari 2007 (12th ASEAN Summit) dalam Arifin, dkk (2008:11), memutuskan untuk mempercepat pembentukan MEA menjadi 2015 guna memperkuat daya saing ASEAN dalam menghadapi kompetisi global, terutama dari China dan India. Beberapa pertimbangan yang mendasari hal tersebut adalah, (i) potensi penurunan biaya produksi di ASEAN sebesar 10-20 persen untuk barang konsumsi sebagai dampak integrasi ekonomi; (ii) meningkatkan kemampuan kawasan dengan implementasi standar dan praktik internasional, intelectual proverty rights, dan adanya persaingan. Dengan integrasi ekonomi diharapkan infrastruktur kawasan dapat lebih berkembang bersamaan dengan integrasi transportasi, telekomunikasi dan energi.

Pada saat ini juga dilakukan upaya perjanjian kerja sama perdagangan antara ASEAN dan negara mitra dagang, yaitu China, India, Jepang, Korea, Australia dan Selandia Baru. Semua perjanjian bilateral ASEAN tersebut pada saat realisasinya nanti diharapkan meningkatkan skala ekonomi ASEAN dan mendukung daya saing ASEAN di pasar global. Pada akhirnya integrasi ekonomi menjadi langkah penting bagi pencapaian masyarakat ASEAN yang kuat dan berperan di masyarakat dunia (Arifin dkk, 2008; 12).

(57)

34

20 November 2007. Arifin, dkk (2008; 13) melanjutkan, bersamaan dengan penandatanganan piagam ASEAN, cetak biru yang merupakan arah panduan MEA dan jadwal strategis tentang waktu dan tahapan pencapaian dari masing-masing pilar juga disepakati. Selanjutnya komitment tersebut menjadi arah pencapaian MEA kedepan baik bagi ASEAN secara kawasan maupun oleh individu negara anggota. Masing-masing negara berkewajiban menjaga komitmen tersebut sehingga kredibilitas ASEAN semakin baik dimasa depan. Secara teknis, monitoring pencapaian MEA dilakukan melalui ASEAN Baseline Report. Beberapa kelengkapan tersebut menjadikan komitmen ASEAN tidak lagi bersifat persaudaraan tetapi mempunyai kekuatan hukum.

2.2.2 Piagam ASEAN (ASEAN Charter)

(58)

35

Untuk mewujudkan harapan dan keinginan bersama ASEAN, yakni hidup damai, aman, stabil, makmur, dan sejahtera, Soesastro (2005:32) menambahkan, Piagam ASEAN merumuskan secara detail tujuan dan prinsip ASEAN. Tujuan yang ingin dicapai sejalan dengan tujuan MEA 2015, yaitu (i) Menciptakan ASEAN sebagai pasar tunggal dan kesatuan basis produksi, dan (ii) Mengurangi kemiskinan dan kesenjangan pembangunan diantara negara anggota melalui bantuan dan kerja sama yang saling menguntungkan. Dalam hal prinsip kerja sama, ASEAN tetapmemegang teguh prinsip yang telah dianut selama ini, yang intinya menghormati kedaulatan negari negara lain, serta melakukan konsultasi secara insentif atas berbagai permasalahan regional.

Dalam rangka mengefektifkan dan memfasilitasi proses integrasi dan implementasi keputusan, ASEAN Charter memperkuat kelembagaan ASEAN dengan meningkatkan peran dan mandat Sekretariat ASEAN. Sekretariat ASEAN akan dipimpin oleh Sekretaris Jenderal yang dipilih dalam KTT ASEAN untuk jangka waktu lima tahun dan kemudian dirotasi di antara negara ASEAN yang akan berpartisipasi dalam semua pertemuan ASEAN maupun Konferensi Internasional lainya. Sekretariat Jenderal juga dapat berpartisipasi dalampertemuan ASEAN dengan pihak eksternal. Selain tugas-tugas tersebut, Sekretariat Jendral ASEAN juga bertindak selaku Chief Administration Officer of ASEAN.

(59)

36

mewakili kepentingan masing-masing negara anggota, yaitu (i) Committe of Permnent Representatives to ASEAN, dan (ii) ASEAN National Secretariats (Arifin dkk, 2008:14).

2.2.3 Jadwal Strategis MEA 2015

Bersamaan dengan ditandatangani ASEAN Charter, para pemimpin ASEAN juga menandatangani cetak biru MEA 2015 yang merupakan grand design MEA yang berisi jadwal strategis, yakni tahapan pencapaian dari masing-masing pilar MEA. Target waktu pencapaian MEA terbagi dalam empat fase yaitu 2008-2009, 2010-2011, 2012-2013, dan 2014-2015 (Arifin dkk, 2008:15). Cetak biru ini menjadi arah bagi kawasan maupun negara anggota untuk mencapai MEA 2015. Masing-masing negara berkewajiban untuk melaksanakan komitmen dalam cetak biru untuk membentuk kredibilitas ASEAN.

2.2.4 Menuju Kawasan Bebas Aliran Barang ASEAN 2015

Salah satu pilar utama Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) adalah aliran bebas barang (free flow of goods) dimana pada tahun 2015 perdagangan barang dikawasan ASEAN dilakukan secara bebas tanpa mengalami hambatan, baik tarif maupun non-tarif (Arifin dkk, 2008:71). Aliran bebas barang merupakan salah satu elemen utama dalam mewujudkan ASEAN sebagai pasar tunggal dan basis produksi, sehingga kawasan ASEAN dapat membentuk jaringan produksi regional sebagai bagian dari rantai pasokan dunia.

(60)

37

merupakan kelanjutan dan penyempurnaan dari skema yang telah ditentukan sebelumnya, yaitu Preferential Trading Arrangement (PTA) tahun 1977 dan ASEAN Free Trade Area (AFTA) tahun 1992 (Budiman, 2012:35). Akan tetapi, terdapat perbedaan antara skema PTA, AFTA, dan MEA. PTA dan AFTA lebih menekankan pada pengurangan dan penghapusan hambatan tarif masuk barang kewilayah lain, sedangkan MEA menekankan pada pengurangan dan penghapusan hambatan tarif dan non-tarif. Penghapusan hambatan tarif dilakukan untuk sektor prioritas yaitu produk pertanian, angkutan udara, otomotif, elektronik, perikanan, kesehatan, produk karet, tekstil, pariwisata, produk kayu, dan jasa logistik. Sedangkan penghapusan hambatan non-tarif adalah upaya penegasan kembali komitmen terhadap penyesuaian kebijakan dan ketentuan non-tarif yang selama ini menghambat perdagangan, dan melalui peningkatan tranparansi (Budiman, 2012:37).

(61)

38

2.2.4.1 Aliran Bebas Sektor Jasa

Aliran bebas sektor jasa merupakan salah satu elemen penting dalam pembentukan ASEAN sebagai pasar tunggal dan basis produksi sebagaimana cita-cita MEA 2015. Dalam cetak biru MEA 2015 liberalisasi sektor jasa bertujuan menghilangkan hambatan penyediaan jasa oleh pemasok ataupun pendirian perusahaan jasa baru lintas negara dikawasan ASEAN (Arifin dkk, 2008:125). Untuk memfasilitasi aliran bebas jasa pada 2015, ASEAN juga melakukan perundingan mengenai pengakuan kualifikasi profesional dalam rangka memfasilitasi pergerakan tenaga kerja terampil dikawasan ASEAN. Dengan demikian, liberalisasi sektor jasa terkait erat dengan erus bebas tenaga kerja terampil dan dapat terlaksana dengan baik.

2.2.4.2 Aliran Bebas Investasi

(62)

39

2.2.4.3 Aliran Bebas Modal

Selain perdagangan brang dan jasa, salah satu aspek penting dalam perdaganga internasional adalah perdagangan aset (pertofolio). Aliran modal antar negara merupakan salah satu indikasi adanya transaksi perdagangan aset yang dilakukan antara suatu negara dengan negara lain (Budiman, 2012:15). Dalam mencapai aliran modal yang lebih bebas, cetak biru MEA mengelompokkan dua inisiatif utama bagi negara-negara ASEAN (Arifin dkk, 2008:224), yaitu 1.) Memperkuat pengembangan dan integrasi pasar modal ASEAN, dan 2.) Meningkatkan aliran modal di kawasan melalui proses liberalisasi. Kedua inisiatif tersebut saling terkait satu dengan lainnya mengingat pengembangan dan integrasi pasar modal ASEAN sangat dipengaruhi oleh iklim kebijakan yang berpotensi memengaruhi besarnya aliran modal di kawasan ASEAN.

2.3 Kerangka Pemikiran

(63)

40

(64)

41

Gambar 2.3

Model Kerangka Pemikiran

Keterangan:

1. Pemahaman UMKM tentang MEA akan mendeskripsikan pengetahuan dan pemahaman UMKM di Sentra Industri Keripik Kota Bandar Lampung tentang Masyarakat Ekonomi ASEAN.

2. Upaya UMKM menghadapi MEA akan mendeskripsikan upaya-upaya yang telah UMKM di Sentra Industri Keripik Kota Bandar Lampung persiapkan dalam rangka menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN.

3. Kesiapan UMKM menghadapi MEA akan mendeskripsikan sejauh mana kesiapan UMKM di Sentra Industri Keripik Kota Bandar Lampung dalam menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN.

Pemahaman UMKM tentang MEA

Upaya UMKM menghadapi

MEA

Kesiapan UMKM menghadapi

(65)

42

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

(66)

43

3.2 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian merupakan tempat dimana peneliti melakukan penelitian terutama dalam menangkap fenomena atau peristiwa yang sebenarnya terjadi dari objek yang diteliti dalam rangka mendapatkan data-data penelitian yang akurat. Dalam penentuan Lokasi penelitian, Moleong (2007:132) menentukan cara terbaik untuk ditempuh dengan jalan mempertimbangkan teori substantif dan menjajaki lapangan dan mencari kesesuaian dengan kenyataan yang ada dilapangan. Sementara itu keterbatasan geografi dan praktis seperti waktu, biaya, tenaga perlu juga dijadikan pertimbangan dalam penentuan lokasi penelitian. Lokasi yang diambil dalam penelitian ini ditentukan dengan sengaja (purposive), yang dilakukan di Sentra Keripik, Jl. Pagar Alam Kota Bandar Lampung, Provinsi Lampung. Dengan berbagai pertimbangan dan alasan antara lain:

1) Pertimbangan tenaga, biaya dan waktu

Keterbatasan yang dimiliki oleh peneliti dalam hal tenaga, biaya dan waktu menjadi salah satu pertimbangan pemilihan lokasi.

(67)

44

3) Pertumbuhan UMKM yang semakin bertambah tahun semakin besar khususnya dikota Bandar Lampung, sehingga memunculkan berbagai spekulasi didalam dunia usaha, mengingat UMKM sebagai motor penggerak perekonomian di Provinsi Lampung maupun bagi Negara Indonesia.

4) Jl. Pagar Alam merupakan sentra penjualan keripik olahan yang terbuat dari bahan baku singkong, pisang, dan umbi-umbian lain hasil pertanian masyarakat lampung yang merupakan tempat industri sekaligus tempat pemasaran keripik terbesar di Kota Bandar Lampung yang terpusat di jalan tersebut.

3.3 Fokus Penelitian

(68)

45

3.4 Subjek, Sumber dan Jenis Data 3.4.1 Subjek Penelitian

Subjek penelitian atau seseorang yang memberikan informasi terkait judul penelitian adalah UMKM yang berada di sekitar Sentra Industri Keripik Jl. Pagar Alam Kota Bandar Lampung, seseorang yang memberikan informasi tersebut disebut pula informan. Informan adalah orang yang diharapkan dapat memberikan informasi tentang situasi dan kondisi pada latar belakang. Sugiyono (2007:208) tidak menggunakan istilah populasi pada penelitian kualitatif, melainkan Social Situation atau situasi sosial yang terdiri atas tiga elemen, yaitu, tempat (place), pelaku (actor), dan aktivitas (activity). Situasi sosial itu dapat dinyatakan sebagai objek penelitian yang ingin diketahui apa yang terjadi didalamnya. Adapun penentuan informan dalam penelitian dilakukan secara snowball sampling. Alasan peneliti menggunakan teknik ini adalah dimana pada situasi tertentu, jumlah subjek penelitian yang terlibat menjadi bertambah karena subjek atau informan penelitian yang telah ditentukan sebelumnya kurang memberikan informasi yang mendalam atau pada situasi-situasi tertentu tidak memungkinkan peneiti untuk mendapatkan akses pada sumber, lokasi atau subjek yang hendak diteliti. Adapun informan pada penelitian ini meliputi kriteria dibawah ini:

1) Masyarakat atau pelaku usaha mikro, kecil dan menengah yang berdomisili di Kota Bandar Lampung dan bertempat usaha diwilayah sentra keripik, Jl. Pagar Alam Bandar Lampung;

(69)

46

3) Tidak cacat atau tuna wicara dan dapat diajak berkomunikasi; 4) Bersedia menjadi informan.

3.4.2 Sumber Data

Arikunto (2006:224) menyatakan bahwa, sumber data adalah subjek darimana data dapat diperoleh dan untuk memudahkan peneliti dalam mengidentifikasi sumber data, peneliti telah menggunakan rumus 3P, yaitu:

a. Person (orang), merupakan tempat dimana peneliti bertanya mengenai variabel yang diteliti.

b. Paper (kertas), adalah tempat peneliti membaca dan mempelajari segala sesuatu yang berhubungan dengan penelitian, seperti arsip, angka, gambar, dokumen-dokumen, simbol-simbol, dan lain sebagainya.

c. Place (tempat), yaitu tempat berlangsungnya kegiatan yang berhubungan dengan penelitian.

(70)

47

3.4.3 Jenis Data

Data yang dikumpulkan dari penelitian ini berasal dari dua sumber, yaitu:

a. Data primer, adalah data yang diperoleh langsung dari lapangan baik melalui observasi maupun melalui wawancara dengan pihak informan. Metode pengambilan data primer dilakukan dengan cara wawancara langsung terhadap pengusaha skala mikro, kecil dan menengah di Kota Bandar Lampung.

b. Data sekunder, yaitu berupa dokumen-dokumen atau literatur-literatur dari Badan Pusat Statistik (BPS), internet, surat kabar, jurnal dan lain sebagainya. Pengumpulan data sekunder dilakukan dengan mengambil atau menggunakanya sebagian/seluruhnya dari sekumpulan data yang telah dicatat atau dilaporkan.

3.5 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. menurut Sugiyono (2007:209) bila dilihat dari segi cara atau teknik pengumpulan data, maka teknik pengumpulan data dapat dilakukan dengan observasi, wawancara, angket dan dokumentasi. Namun dalam penelitian ini teknik pengumpulan data yang dilakukan oleh peneliti adalah dengan melalui tiga metode, yaitu:

(71)

48

Observasi bertujuan untuk mengamati subjek dan objek penelitian, sehingga peneliti dapat memahami kondisi yang sebenarnya. Pengamatan bersifat non-partisipatif, yaitu peneliti berada diluar sistem yang diamati.

2. Wawancara

Esterberg dalam Sugiyono (2007:211), mendefinisikan wawancara sebagai pertemuan dua orang atau lebih untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik tersebut. Dengan wawancara, maka peneliti akan mengetahui hal-hal yang lebih mendalam tentang informan dalam menginterpretasikan situasi dan fenomena yang terjadi, dimana hal ini tidak bisa ditemukan melalui observasi. Dalam melakukan wawancara, peneliti menyiapkan instrumen penelitian berupa pertanyaan-pertanyaan tertulis untuk diajukan, dan mencatat apa yang dikemukakan oleh informan, oleh karena itu jenis jenis wawancara yang digunakan oleh peneliti termasuk kedalam jenis wawancara terstruktur.

3. Dokumentasi

(72)

49

3.6 Proses Penelitian

Proses pengumpulan data yang akan dilakukan dalam penelitian ini meliputi tahap-tahap sebagai berikut:

a. Proses memasuki lokasi penelitian

Sebelum memasuki lokasi penelitian untuk memperoleh data, pada tahap initerlebih dahulu peneliti memperkenalkan diri dan meminta izin kepada pemilik usaha skala mikro, kecil, menengah dan pihak informan lain yang terlibat dalam penelitian ini yaitu Diskoperindag Provinsi Lampung dengan membawa surat izin formal penelitian dari Pembantu Dekan 1 Fakultas Ilmu Sosial & Ilmu politik Universitas Lampung. Setelah itu, peneliti mengutarakan maksud dan tujuan penelitian untuk menciptakan kepercayaan kepada masing-masing pihak, kemudian menentukan waktu melakukan wawancara.

b. Ketika berada dilokasi penelitian (getting along)

(73)

50

c. Pengumpulan data (logging data)

Pada tahap ini, peneliti melakukan proses pengumpulan data yang telah ditetapkan berdasarkan fokus penelitian. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1) Observasi, tujuan dari observasi ini adalah untuk mengamati objek penelitian, sehingga dapat memahami kondisi yang sebenarny. Pengamatan bersifat non-partisipatif, yaitu peneliti berada diluar sistem yang diamati.

2) Wawancara mendalam (indeep interview) yang dilakukan kepada informan dengan cara melakukan tanya jawab atau percakapan langsung dengan seluruh sumber data yang ada berdasarkan daftar pertanyaan yang diajukan oleh peneliti sebagai panduan sumber data.

3) Dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang sudah berlaku dan berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang (Sugiyono, 2007:213). Dokumen berguna karena dapat memberikan latar belakang yang lebih luas mengenai pokok penelitian yang dapat dijadikan bahan triangulasi untuk mengecek data dan merupakan bahan utama dalam penelitian.

3.7 Teknik Analisis Data

(74)

51

dari status, keadaan, sikap, hubungan atau sistem pemikiran suatu masalah yang menjadi objek penelitian. Setelah mendapatkan data-data yang diperoleh dalam penelitian ini, maka langkah selanjutnya adalah mengolah data yang terkumpul dengan menganalisis data, mendeskripsikan data, serta mengambil kesimpulan. Untuk menganalisis data ini menggunakan teknik analisis data kualitatif, karena data-data yang diperoleh merupakan kumpulan keterangan-keterangan. Proses analisis data dimulai dengan menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber, yaitu melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi.

Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan pada saat pengumpulan data berlangsung, setelah selesai pengumpulan data dalam periode tertentu. Pada saat wawancara, peneliti sudah melakukan analisis terhadap jawaban dari informan. Apabila jawaban yang diwawancarai setelah dianalisis terasa belum memuaskan, peneliti akan melanjutkan pertanyaan lagi, sampai tahap tertentu sehingga datanya sudah tidak jenuh.

Aktivitas dalam menganalisis data kualitatif yaitu antara lain:

a. Reduksi Data (Reduction Data)

(75)

52

merangkum, memilih hal-hal pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, serta dicari tema dan polanya.

Dengan demikian, data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang jelas dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutya. Data yang diperoleh dari lokasi penelitian dituangkan dalam uraian laporan lengkap dan terperinci. Laporan lapangan direduksi, dirangkum, dipilih hal-hal pokok, difokuskan pada hal-hal penting kemudian dicari tema atau polanya.

b. Penyajian Data (Data Display)

Penyajian data dilakukan dengan tujuan untuk mempermudah peneliti dalam melihat gambaran secara keseluruhan atau bagian tertentu dari penelitian. Penyajian data dilakukan dengan cara mendeskripsikan hasil wawancara yang dituangkan dalam bentuk uraian dengan teks naratif, dan didukung oleh dokumen-dokumen, serta foto-foto maupun gambar sejenisnya untuk diadakanya suatu kesimpulan.

c. Penarikan Kesimpulan (Concluting Drawing)

Gambar

Tabel 1. Perkembangan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) dan
Tabel 2. Perkembangan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) di Privinsi Lampung Pada Tahun 2012
Tabel 3. Data UMKM Kota Bandar Lampung
Tabel 4. Klasifikasi UMKM berdasarkan UU No. 20/2008
+3

Referensi

Dokumen terkait

(2) Kecepatan rata-rata kendaraan ringan pada jam puncak ditinjau dari Jalan Perumnas sampai dengan Gang Johar di Jalan Laksda Adisutjipto Yogyakarta sesudah dipengaruhi

Sesuai dengan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui.Pengaruh selera secara parsial terhadap keputusan konsumen dalam pembelian sepeda motor

Model pembelajaran langsung ( direct intstruction ) yang diterapkan pada pembelajaran berbicara khususnya berwawancara diharapkan dapat meningkatkan keterampilan

Karya Tugas Akhir dengan judul Visualisasi Lipstik melalui Karakteristik Warna dalam Fotografi Still Life merupakan salah satu syarat dalam memperoleh gelar

Tahapan penelitian sebagaimana digambarkan seperti pada gambar di bawah ini meliputi kegiatan yaitu (1) mengadakan pelatihan soft skill untuk pegawai Badan Pelayanan

Jika tidak demikian maka kita harus membaginya dahulu dengan

Hasil yang didapat dari penelitian ini adalah mayoritas mahasiswa berada pola Fearful yang memiliki total tertinggi yaitu 100 orang subjek 28.7% dengan dimensi PIU

Strategi pertama yang dilakukan dalam pengembangan wilayah di Kota Metro yakni dengan memanfaatkan potensi lahan untuk pembangunan jalan sehingga dapat