• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif tipe Numbered Heads Together terhadap Hasil Belajar Fiqih dalam pokok bahasan Riba, Bank, dan Asuransi. (Kuasi Eksperimen di MA Annida Al Islamy, Jakarata Barat)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif tipe Numbered Heads Together terhadap Hasil Belajar Fiqih dalam pokok bahasan Riba, Bank, dan Asuransi. (Kuasi Eksperimen di MA Annida Al Islamy, Jakarata Barat)"

Copied!
150
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH

MODEL

PEMBELAJARAN

KOOPERATIF

TIPE

NUMBERED

HEADS

TOGETHER

(KEPALA

BERNOMOR STRUKTUR) TERHADAP HASIL

BELAJAR FIQIH SISWA DALAM POKOK BAHASAN

RIBA, BANK, DAN ASURANSI

(Penelitian Kuantitatif pada Siswa Kelas X MA Annida Al Islamy, Jakbar)

Skripsi

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana

Pendidikan Islam (S.Pd.I) pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Disusun oleh:

ArifRachmawan(109011000032)

JURUSAN

PENDIDIKAN

AGAMA

ISLAM

FAKULTAS

ILMU

TARBIYAH

DAN

KEGURUAN

UNIVERSITAS

ISLAM

NEGERI

SYARIF

HIDAYATULLAH

JAKARTA

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

ABSTRACK

ArifRachmawan(109011000032).InfluenceofCooperativeLearningmodels tipeNumberedHeadsTogetherto studentslearning fiqihachievementon rateofusury,bankandinsurance.(QuasiEksperimentatMAAnnidaAl Islamy,WestJakarata).

This Research aim to knovw influence of Cooperative Learning model tipe Numbered Heads Together to students learning fiqih achievement on chapter usury, bank, and insurance. This research is done at MA Annida Al Islamy, West Jakarta on march until juny 2013. The research method is quasi eksperiment with 40 students sample and devided into experiment (NHT) and control (Convensional) groups with cluster random sampling method.The research is

usedrandomizedsubjectposttestonlycontrolgroupdesign. The instrumment in

the research is used students achivement test. The result of students learning achivement of experiment group (mean = 74,7 and standard deviation = 10,3) is higher than control group (mean = 63,5 and standard deviation = 22,25) and after

was done to test –t acquired appreciative tcomputering as big as 4,25 meanwhile ttable

on significants level 0,05 = 2,02 and 0,01 = 2,71, is tcomputering > ttable. It concluded

refuse Ho and Ha which declares for to exist to influence of Cooperative Learning models tipe Numbered Heads Together to students learning achievement on chapter usury, bank, and insurance is accepted. It ponits out that Cooperative Learning models tipe Numbered Heads Together purpose give influence that significant to student chemical achivement on rate of usury, bank and insurance

Keywords: Cooperative Learning models tipe Numbered Heads Together,

students learning fiqih achievement, rate of usury, bank and insurance

(7)

ABSTRAK

Arif Rachmawan (109011000032). Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif tipeNumbered HeadsTogetherterhadap HasilBelajarFiqih dalampokokbahasanRiba,Bank,danAsuransi.(KuasiEksperimendiMA AnnidaAlIslamy,JakarataBarat).

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruhModelPembelajaran

Kooperatif tipeNumbered HeadsTogether terhadap hasil belajar fiqih dalam

pokok bahasan riba, bank, dan asuransi. Penelitian ini dilaksanakan di MA Annida Al Islamy Jakarta Barat dari bulan maret sampai bulan juni 2013. Penelitian ini menggunakan metode quasi eksperimen pada 40 siswa yang dikelompokan pada

kelas eksperimen dan kontrol. Pengambilan sampel dilakukan dengan

menggunakan teknik cluster random sampling. Sampel penelitian yang diambil adalah sebanyak 20 orang siswa pada kelas X-I (kelas eksperimen) yang menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) dan 20 orang siswa pada kelas X-II (kelas kontrol) yang menggunakan pembelajaran Konvensional (ceramah). Desain dalam penelitian ini menggunakan

randomizedsubjectposttestonlycontrolgroupdesign. Hasil belajar siswa kelas

eksperimen (mean = 74,7 dan simpangan baku = 10,3) lebih tinggi dari kelas kontrol (mean = 63,5 dan simpangan baku = 22,25) dan menggunakan uji-t

diperoleh setelah uji t diperoleh hasil t- hitung 4,25 dan t-tabel pada taraf

signifikasi 5% adalah sebesar 2,02, dan 1% adalah sebesar 2,71, maka t-hitung

>t-tabel. Hal ini menunjukan bahwa Ha diterima dan tolak Ho. Artinya terdapat

pengaruh yang signifikan penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif tipe

Numbered Heads Together (NHT) terhadap Hasil Belajar Fiqih dalam pokok bahasan Riba, Bank, dan Asuransi.

Kata kunci : Model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together, Hasil belajar fiqih, Riba, bank dan asuransi

(8)

KATA

PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahiim.

Kiranya tiada kata yang lebih pantas untuk diucapkan selain

Alhamdulillah, segala puji hanya milik Allah, karena berkat rahmat dan

hidayah-Nya maka penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat teriring salam

semoga senantiasa tercurah bagi baginda kita, Nabi Muhammad SAW beserta

keluarganya, para shahabat dan pengikutnya hingga akhir masa.

Skripsi ini penulis susun dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk

memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Islam pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan

Keguruan (FITK), Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Penulis sangat menyadari, bahwa dalam penyusunan skripsi ini terdapat

keterbatasan kemampuan dan pengetahuan yang penulis miliki, maka adanya

bimbingan, pengarahan dan dukungan dari berbagai pihak sangat membantu

penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Untuk itu penulis mengucapkan terima

kasih yang sedalam-dalamnya, kepada yang terhormat :

1. Ibu Dra. Nurlena Rifa’i, Ph.D, MA selaku Dekan FITK UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

2. Bapak Dr. H. Abdul Majid Khon, MA selaku Ketua Jurusan Pendidikan

Agama Islam UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Semoga kebijakan yang

dibuat selalu mengarah pada kontinuitas eksistensi mahasiswanya.

3. Ibu Marhamah Shaleh, Lc, MA selaku Sekretaris Jurusan Pendidikan Agama

Islam Jakarta. Terima kasih atas waktu luang yang telah diberikan untuk

memberikan pelayanan yang terbaik kepada kami selaku mahasiswa.

4. Ibu Dra. Djunaidatul Munawwarah, MA yang telah memberikan bimbingan

dan pengarahan yang tulus kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

(9)

5. Bapak dan Ibu Dosen Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan

Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan ilmunya

kepada penulis selama perkuliahan.

6. Pimpinan dan Staf Perpustakaan UIN Syarif Hidayatullah yang telah

memberikan pelayanan dan kesempatan yang seluas-luasnya kepada penulis

untuk menelaah dan meminjam buku-buku yang diperlukan dalam rangka

penyusunan skripsi ini.

7. Orang Tua penulis, Ayahanda H.Endang Jaya dan Ibunda Ubed Jubaedah

tercinta yang dengan tulus ikhlas merawat dan mendidik penuh rasa kasih

sayang, memberikan pengorbanan yang tidak terhitung nilainya dan

senantiasa mendoakan penulis dalam menempuh perjalanan hidup ini.

8. Kakak dan adik-adik ku tersayang, M. Ridwan Setiadi, M. Fikri Awaludin,

dan M.Ilham Fathurrahman semoga selalu menjadi anak-anak yang

membanggakan kedua orang tua kita. Amin..

9. Teman seperjuangan dalam menuntut ilmu, Ajay, Rizki, Deden, Ibnu, BQ,

Anggi, Leo, Nawawi, Adit, Adi, Reza dan semua teman kelas PAI A

angkatan 2009 dan FIQIH C angkatan 2009 yang sama-sama menempuh

pendidikan program S1 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

10. Teman seperjuangan dalam PPKT (Fikah, Mila, Eva, Sayyidah, dan Sadam).

Dan guru-guru MA Annida Al-Islamy Jakbar beserta murid-murid yang

berkualitas. Terima kasih atas bantuan dan keakraban selama beberapa bulan

belajar bersama di MA Annida Al-Islamy.

Wassalamu’alaikumWr.Wb.

Jakarta, 3 Januari 2014

Penulis

(10)

DAFTAR

ISI

Halaman

LEMBAR PERSETUJUAN

LEMBAR PENGESAHAN

SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI

ABSTRAK... i

KATA PENGANTAR... ii

DAFTAR ISI... iv

BAB I PENDAHULUAN... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah... 5

C. Pembatasan Masalah... 5

D. Perumusan Masalah... 6

E. Tujuan Penelitian... 6

F. Manfaat Penelitian... 7

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS... 8

A. Deskripsi Teoritik... 8

1. Model Pembelajaran Kooperatif tipe Numbered Heads Together ... 8

a. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif... 8

b. Tujuan Pembelajaran Kooperatif... 13

c. Pengertian Metode Pembelajaran Numbered Heads Together ...14

d. Langkah-langkah Metode Numbered Heads Together... 16

e. Kelebihan dan Kekurangan Metode Numbered Heads Together..17

2. Metode Pembelajaran Konvensional... 19

a. Pengertian Pembelajaran Konvensional... 19

b. Ciri-Ciri Pembelajaran Konvensional... 20

(11)

c. Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran Konvensional... 20

3. Hasil Belajar Fiqih ... 21

a. Pengertian Hasil Belajar... 21

b. Faktor – faktor yang mempengaruhi hasil belajar... 23

c. Definisi Ilmu Fiqih... 24

d. Tujuan Ilmu Fiqih... 25

e. Ruang Lingkup Pembelajaran Fiqih di Madrasah Aliyah... 26

f. Materi Riba, Bank dan Asuransi... 26

B. Kerangka Berfikir... 32

C. Hasil Penelitian yang Relevan... 34

D. Pengajuan Hipotesis... 35

BAB III METODOLOGI PENELITIAN... 36

A. Waktu dan Tempat Penelitian... 36

B. Metode dan Desain Penelitian... 36

C. Popolasi dan Sampel... 37

D. Tekhnik pengumpulan data... 37

1. Variabel yang diteliti... 37

2. Data Penelitian... 38

3. Tekhnik dan Instrumen Penelitian... 38

a. Uji Validitas... 40

b. Uji Reabilitas... 41

c. Uji Taraf Kesukaran... 42

d. Uji Daya Beda... 43

E. Tekhnik Analisis Data... 44

1. Uji Normalitas... 45

2. Uji Homogenitas... 45

3. Pengujian Hipotesis... 46

F. Hipotesis Statistik... 48

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... 49

A. Deskripsi Data... 49

(12)

1. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads

Together terhadap Pembelajaran Fiqih... 49

2. Penerapan Metode Konvensional (Ceramah) terhadap Pembelajaran Fiqih di Kelas Kontrol... 56

3. Analisis perbandingan pembelajaran fiqih antara kelas eksperimen dan kelas kontrol... 57

4. Hasil Belajar Fiqih Siswa... 59

a. Hasil Belajar Fiqih Siswa dengan Model Pembelajaran Kooperatif Numbered Heads Together... 59

b. Hasil Belajar Siswa dengan Metode Konvensional (Ceramah )....61

B. Pengujian Persyaratan Analisis dan Pengujian Hipotesis... 64

1. Uji Normalitas... 64

2. Uji Homogenitas... 65

C. Pembahasan Hasil Penelitian... 66

D. Interpretasi Data... 67

E. Keterbatasan Penelitian... 68

BAB V KESIMPULAN... 69

A. Kesimpulan ... 69

B. Implikasi... 70

C. Saran... 71

DAFTAR PUSTAKA... 72

(13)

Daftar

Tabel-tabel

Tabel 3.1 Kisi-sisi Soal Post Test... 39

Tabel 3.2 Klasifikasi Interpretasi Taraf Kesukaran... 43

Tabel 4.1 Pelaksanaan Model Kooperatif tipe Numbered Heads Together ...50

Tabel 4.2 Deskripsi hasil belajar fiqih dengan Model Pembelajaran Kooperatif tipe Numbered Heads Together... 60

Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Skor Hasil Belajar fiqih dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together... 60

Tabel 4.4 Deskripsi Hasil Belajar Fiqih Dengan Metode Ceramah... 62

Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Skor Hasil Belajar Fiqih dengan Metode Ceramah... 63

Tabel 4.6 Perbandingan Hasil Belajar siswa berdasarkan Metode Mengajar..64

Tabel 4.7 Hasil Uji Normalitas kedua kelompok... 65

Tabel 9 Data Skor Hasil Belajar fiqih Siswa Kelas Eksperimen... 105

Tabel 10 Data Skor Hasil Belajar fiqih Siswa Kelas Kontrol... 106

Tabel 11 Luas di bawah Lengkungan Normal Standar... 123

Tabel 12 Nilai Kritis L untuk Uji Lilliefors... 124

(14)

Daftar

Gambar

Gambar2.1Kerangkaberfikirpenelitian... 32

Gambar 4.1. Histogram Hasil Belajar dengan Model Pembelajaran Kooperatif

TipeNumberedHeadsTogether………...………61

Gambar 4.2 Histogram untuk distribusi frekuensi hasil belajar dengan Metode

Ceramah………...……….63

(15)

Daftar

Lampiran

Lampiran 1 Silabus Fiqih MA... 75

Lampiran 2 RPP Kelas Kontrol... 78

Lampiran 3 RPP Kelas Eksperimen... 86

Lampiran 4 Kelompok Diskusi Kelas Eksperimen... 94

Lampiran 5 Prosedur Pelaksanaan Model Kooperatif Tipe Numbered Heads Together... 95

Lampiran 6 Contoh hasil jawaban siswa... 97

Lampiran 7 Soal Post Test ... 101

Lampiran 8 Kunci Jawaban Soal Post Test... 104

Lampiran 9 Skor Kelas Eksperimen dan Kontrol... 105

Lampiran 10 Hasil Uji Validitas... 107

Lampiran 11 Hasil Uji Reabilitas... 108

Lampiran 12 Rekapitulisasi Taraf Kessukaran Butir Soal... 109

Lampiran 13 Mencari Mean, Median, Modus, Simpangan Baku dan Varians serta Standar Eror Mean... 110

Lampiran 14 Hasil Perhitungan Normalitas (Uji Lilifors)... 116

Lampiran 15 Hasil Perhitungan Homogenitas (Uji Barlet)... 119

Lampiran 16 Hasil Uji Hipotesis (Uji “t”)... ... 121

Lampiran 17 Luas di bawah Lengkungan Normal Standar... 123

Lampiran 18 Nilai Kritis L untuk Uji Lilliefors... 124

Lampiran 19 Nilai Persentil untuk distribusi f ... 125

Lampiran 20 Nilai Persentil untuk distribusi t ... 128

(16)

Lampiran 21 Surat Permohonan Ijin Penelitian... 129

Lampiran 22 Surat Keterangan Peneitian... 130

Uji referensi... 131

(17)

BAB

I

PENDAHULUAN

A.Latarbelakang

Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi telah mewarnai dunia

pendidikan dewasa ini dan menjadi bagian utama dalam isi pengajaran.

Pendidikan merupakan aspek yang sangat penting dalam menunjang kemajuan

bangsa di masa depan. Melalui pendidikan, manusia sebagai subjek

pembangunan dapat dididik, dibina dan dikembangkan potensi-potensinya. Hal

tersebut sejalan dengan isi tujuan pendidikan nasional yang tertuang dalam

Undang-Undang Republik Indonesia No.20 Tahun 2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional, yaitu:

“Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan

membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung

jawab”.1

Pencapaian tujuan pendidikan tersebut menjadi tantangan termasuk

peningkatan mutu, relevansi dan efektivitas pendidikan sebagai tuntunan

nasional sejalan dengan perkembangan dan kemajuan masyarakat, berimplikasi

secara nyata dalam program pendidikan dan kurikulum sekolah. Akan tetapi,

terdapat banyak permasalahan dalam pendidikan yang dapat menghambat

tercapainya tujuan itu sendiri, salah satunya adalah rendahnya hasil belajar

siswa pada suatu bidang tertentu yang disebabkan oleh berbagai aspek, baik

internal maupun eksternal.

Oleh sebab itu, dalam menunjang kemajuan pendidikan, pemerintah harus

memberikan perhatian yang besar terhadap pelaksanaan program pendidikan di

Indonesia. Pemerintah maupun lembaga pendidikan harus mampu menyiapkan

dan memfasilitasi komponen-komponen pendidikan secara maksimal, baik dari

1Undang-undangSISDIKNAS(UURINo.20Th.2003),(Jakarta:SinarGrafika,2008),

h.50.

(18)

2

segi pendidik, isi pedidikan (materi) maupun sarana pendidikan guna

meningkatan hasil pendidikan yang memuaskan.

Keberhasilan pencapaian kompetensi suatu mata pelajaran bergantung

pada beberapa aspek, salah satu aspek yang sangat mempengaruhi adalah

bagaimana cara seorang guru dalam melaksanakan pembelajaran. Terkadang

kita sering keliru dalam mengartikan tugas atau peran seorang guru dalam

proses pembelajaran, bagi guru melakukan pembelajaran tidak lebih hanya

sekedar menggugurkan kewajiban, asal tugasnya sebagai guru dalam kelas

terlaksana sesuai dengan perintah yang terjadwal tanpa peduli apa yang telah

diajarkan itu bisa dimengerti atau tidak.

Ada beberapa kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang guru

diantaranya adalah pemahaman dan penguasaan tekhnik- tekhnik penyajian

mengajar dan memahami karakteristik materi yang akan disampaikan agar

peserta didik dapat belajar secara efektif dan efisien serta tercapainya tujuan

pembelajaran.2 Menurut James dikutip dalam Sardiman bahwa tugas dan peran

guru antara lain, yaitu menguasai dan mengembangkan materi pembelajaran,

merencanakan dan menyiapkan pelajaran setiap hari, mengontrol dan

mengevaluasi kegiatan siswa.3 Namun faktanya, pembelajaran pada saat ini

masih cenderung berpusat kepada guru (teacher centered) dengan bercerita

atau berceramah, siswa kurang terlibat aktif dalam proses pembelajaran,

akibatnya tingkat pemahaman siswa terdapat materi pelajaran rendah dan tidak

mendapatkan hasil yang memuaskan.

Dalam setiap mata pelajaran memiliki keragaman karakteristik dan juga

tekhnik penyampaian yang berbeda, begitu pun dalam pembelajaran fiqih,

terdapat ruang lingkup materi dan karakteristik yang berbeda pula, maka perlu

adanya penyesuaian antara materi dan metode yang digunakan, tidak semua

metode yang digunakan guru mampu menunjang penyampaian materi yang

2IsrianiHardini,dkk,StrategiPembelajaranTerpadu,(Yogyakarta:PTFamilia,2012),h.

41

3HamzahB.Uno,NurdinMohamad.BelajardenganpendekatanPAILKEM,(Jakarta:PT

(19)

3

maksimal, maka dari itu dibutuhkan keterampilan dan strategi yang baik yang

harus dimiliki oleh seorang guru dalam proses pembelajaran, namun hal yang

penting ini seringkali dilupakan oleh guru pada saat proses pembelajaran.

Rendahnya kemampuan siswa dalam memahami konsep fiqih dan

praktiknya dalam kehidupan sehari-hari berhubungan erat dengan kemampuan

dasar disekolah. Ilmu fiqih merupakan ilmu amal yang wajib diketahui oleh

siswa tidak sekedar asal-asalan akan tetapi pelaksanaannya dalam kehidupan

nyata. Kurangnya minat siswa dalam mengikuti pembelajaran menjadikan

penyebab utama, hal ini disebabkan antara lain karena pembawaan materi yang

kurang menarik dan terjadi ketidaksesuaian metode yang dipakai guru dalam

pembelajaran.

Permasalahan seperti ini ditemui oleh peneliti ketika mengadakan

observasi ke suatu sekolah Madrasah Aliyah di Jakarta barat, yaitu MA Annida

Al Islamy. Dari hasil observasi tersebut, diperoleh bahwa terdapat respon yang

negatif dalam proses pembelajaran yang berlangsung. Hal ini ditunjukan

dengan banyaknya siswa yang kurang antusias terhadap pembelajaran fiqih

dengan gaya mengajar dari gurunya yang bersifat konvensional dengan metode

ceramah dan pemberian tugas membuat siswa kurang termotivasi dan kurang

memuaskan terhadap hasil belajarnya, selain itu, hal tersebut dikuatkan dengan

standar KKM pembelajaran fiqih yang lebih rendah dibandingkan mata

pelajaran yang lainnya.

Berdasarkan alasan tersebut maka sangatlah penting bagi para pendidik

untuk memahami karakteristik materi, peserta didik dan strategi pembelajaran

yang akan dilaksanakan selama proses pembelajaran terutama berkaitan dengan

pemilihan model- model pembelajaran modern; dengan demikian proses

pembelajaran akan menjadi lebih variatif, inovatif, dan konstruktif dalam

merekontruksi wawasan pengetahuan dan implementasinya sehingga dapat

meningkatkan potensi, aktivitas dan kreativitas peserta didik.

Salah satu pembelajaran yang dikenal efektif adalah pembelajaran yang

bersifat melibatkan keaktifan siswa dalam berinteraksi didalam kelas yaitu

(20)

4

satu model pembelajaran yang dapat meningkatkan aktifitas siswa,

meningkatkan daya nalar, cara berfikir logis, aktif, kreatif, terbuka, serta ingin

tahu. Selain itu, model ini mampu meningkatkan interaksi, meningkatkan

perluasaan siswa terhadap materi pembelajaran dan akan meningkatkan

motivasi siswa untuk aktif dalam proses pembelajaran.

Model Pembelajaran Kooperatif memiliki berbagai tipe- tipe kooperatif

dikembangkan oleh Spencer Kagan. Kagan membagi tipe tersebut berdasarkan

interaksi antar siswa dalam kelompok maupun antar kelompok. Salah satu

Model Pembelajaran Kooperatif adalahNumberedHeadsTogether(NHT) yang

merupakan pembelajaran kooperatif dimana siswa belajar bersama dalam

kelompok- kelompok kecil dan saling membantu satu sama lain. Pada tipe ini

siswa dituntut untuk memberikan saran, pendapat, ide, bahkan menjawab soal

yang diberikan oleh guru pada setiap siswa.

Guna meningkatkan partisipasi dan keaktifan siswa di dalam kelas, guru

menerapkanModelPembelajaranKooperatif tipeNumberedHeadsTogether

(NHT) dalam proses pembelajaran untuk mengukur keaktifan seluruh siswa.

Tipe ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk lebih aktif dalam

berkomunikasi dengan guru atau siswa lainnya di dalam kelas, sehingga

terjadilah sesuatu pembelajaran yang hidup didalam kelas.

Adapun langkah- langkah yang digunakan guru dalam model ini yaitu,

siswa dibagi dalam kelompok, setiap siswa dalam setiap kelompok mendapat

nomor, selanjutnya guru memberikan tugas dan masing-masing kelompok

mengerjakannya, kelompok mendiskusikan jawaban yang benar dan

memastikan tiap anggota kelompok dapat mengerjakannya/ mengetahui

jawabannya, guru memanggil salah satu nomor siswa dengan nomor yang

dipanggil melaporkan hasil kerjasama mereka, tanggapan dari teman yang lain,

kemudian guru menunjuk nomor yang lain dan terakhir ditutup dengan

kesimpulan.

Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis tertarik untuk melakukan

penelitian yang berjudul “Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif tipe

(21)

5

pokokbahasanriba,bank,danasuransi. Dalam hal ini peneliti mengadakan

penelitian pada sebuah sekolah yaitu di MA Annida Al Islamy.

B.IdentifikasiMasalah

Sesuai dengan uraian yang ada dalam latar belakang masalah serta

pengamatan awal terhadap para peserta didik, interaksi guru dengan peserta

didik dalam proses mengajar, ada beberapa faktor yang mempengaruhi hasil

belajar peserta didik yang dipilih sebagai objek. Dapat diidentifikasi

permasalahan yang dapat diteliti adalah:

1. Metode pembelajaran yang umumnya diterapkan oleh guru dalam

proses pembelajaran kurang menarik, sebab guru hanya duduk didepan

kelas sambil menerangkan dengan menggunakan metode ceramah

(konvensional) yaitu membaca, menghafal dan menulis.

2. Kurangnya Respon peserta didik selama mengikuti proses

pembelajaran, baik respon peserta didik terhadap guru dan materi

pembelajaran yang disampaikan..

3. Guru tidak menciptakan suasana kelas yang kondusif dikarenakan

metode yang dipakai tidak sinkron dengan materi/ karakteristik

pembelajaran

4. Hasil belajar fiqih peserta didik rendah, banyak peserta didik belum

mencapai nilai KKM

C.PembatasanMasalah

Sesuai dengan judul di atas, maka pembatasan masalah sesuai dengan

pemaparan dibawah ini:

1. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif tipe Numbered Heads

Together dalam pembelajaran fiqih dalam pokok bahasan riba, bank

dan asuransi di MA Annida Al Islamy

2. Perbedaan Model Pembelajaran Kooperatif tipe Numbered Heads

(22)

6

dalam pembelajaran Fiqih dalam pokok bahasan riba, bank dan asuransi

di MA Annida Al Islamy.

3. Hasil Belajar, yaitu hasil tes formatif antara kelas yang memakaiModel

Pembelajaran Kooperatif tipe Numbered Heads Together dengan

konvensional pada mata pelajaran fiqih dalam pokok bahasan riba, bank

dan asuransi di MA Annida Al Islamy.

D.PerumusanMasalah

Dari Pembatasan masalah yang telah dijelaskan diatas, maka penulis dapat

merumuskan masalah sebagai berikut:

1. Apakah terdapat pengaruh penggunaan Model Pembelajaran

KooperatiftipeNumberedHeadsTogether terhadap hasil belajar fiqih

siswa MA Annida Al Islamy pada mata pelajaran fiqih?

2. Apakah terdapat perbedaan hasil belajar fiqih dengan menggunakan

pembelajaran Model Pembelajaran Kooperatif tipe Numbered Heads

Together dengan metode kovensional dalam pokok bahasan riba, bank

dan asuransi?

3. Apakah Model Pembelajaran Kooperatif tipe Numbered Heads

Together efektif digunakan dalam pembelajaran fiqih dalam pokok

bahasan Riba, bank dan asuransi pada siswa MA Annida Al Islamy?

E.TujuanPenelitian

Adapun penelitian ini bertujuan untuk:

1. Mengetahui bagaimana penerapan Model Pembelajaran Kooperatif

tipe Numbered Heads Together dalam pembelajaran fiqih di MA

Annida Al Islamy

2. Mengetahui bagaimana hasil belajar fiqih dengan menggunakanModel

Pembelajaran Kooperatif tipe Numbered Heads Together di MA

(23)

7

3. Mengetahui apakah ada pengaruh pembelajaran dengan menggunakan

Model Pembelajaran Kooperatif tipe Numbered Heads Together

terhadap hasil belajar fiqih siswa.

F.Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:

1. Untuk menjadi bahan acuan bagi guru dalam menggunakan Model

Pembelajaran Kooperatif tipe Numbered Heads Together dalam

pembelajaran fiqih khususnya pada mata pelajaran yang memiliki

karakteristik yang sama.

2. Sebagai bahan informasi mengenai efektif atau tidaknya penggunaan

ModelPembelajaranKooperatif tipeNumberedHeadsTogether pada

mata pelajaran fiqih di MA Annida Al Islamy.

3. Bagi peneliti selanjutnya dapat dijadikan bahan acuan untuk

mengembangkan Model Pembelajaran Kooperatif tipe Numbered

(24)

BAB

II

KAJIAN

TEORI

DAN

PENGAJUAN

HIPOTESIS

A.DeskripsiTeoritik

1.ModelPembelajaranKooperatifTipeNumberedHeadsTogether a. PengertianModelPembelajaranKooperatif

Model dapat diartikan sebagai tampilan grafis, prosedur kerja yang

teratur dan sistematis, serta mengandung pemikiran yang bersifat uraian

atau penjelasan berikut saran.4 Mills berpendapat bahwa model adalah

bentuk representasi sebagai proses aktual yang memungkinkan seseorang

atau sekelompok orang mencoba bertindak berdasarkan model itu. Model

merupakan interpretasi terhadap hasil observasi dan pengukuran yang

diperoleh dari beberapa sistem.5

Sedangkan belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang

untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara

keseluruhan, sebagai hasil pengalamannyanya sendiri dalam interaksi

dengan lingkungannya. Menurut Skinner, belajar adalah suatu proses

adaptasi atau penyesuaian tingkah laku yang berlangsung secara progresif.

Belajar juga dipahami sebagai suatu perilaku, pada saat orang belajar,

maka responya menurun. Dengan demikian belajar diartikan sebagai suatu

perubahan dalam kemungkinan atau peluang terjadinya respon.6

Sedangkan yang dimaksud Model Pembelajaran adalah suatu

perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam

merencanakan pembelajaran dikelas atau dalam pembelajaran dalam

tutorial. Model pembelajaran mengacu kepada pendekatan pembelajaran

yang akan digunakan, termasuk di dalamnya tujuan-tujuan pengajaran,

tahap-tahap dalam pembelajaran, lingkungan pembelajaran, dan

4Dewi Salma Prawiradilaga, Prinsip Desain Pembelajaran, (Jakarta : PT Kencana,

2008),h.23

5Agus Suprijono, Cooperative Learning Teori dan Aplikasi Paikem, (Surabaya: PT

PustakaPelajar,2009),h.45

6Slameto, Belajar &faktor-faktoryangmempengaruhinya,(Jakarta: PT RinekaCipta,

2010),h.82

(25)

9

pengelolaan kelas.7 Menurut Joyce dan Weil dikutip dari Hamzah.B. Uno,

bahwa model pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang dapat

digunakan untuk membentuk kurikulum (rencana pembelajaaran jangka

panjang), merancang bahan-bahan pembelajaran dan membimbing

pembelajaran di kelas atau yang lain.8

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran itu

merupakan bentuk kongkrit pembelajaran yang tergambar dari awal

sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru, yang merupakan

bingkai dari penerapan suatu pendekatan dalam sebuah rancangan

strategis, penggunaan metode-metode dengan teknik pembelajaran, serta

penggunaan media sumber belajar sebagai penunjang. Dengan kata lain

Model Pembelajaran merupakan suatu kerangka konseptual atau pola,

sebagai pedoman dalam merencanakan dan mewujudkan suatu proses

pembelajaran, yang mengarahkan guru dalam membelajarkan peserta

didik, sehingga tujuan pembelajaran tercapai.

Pemilihan penggunaan model-model pembelajaran dilakukan sesuai

dengan langkah-langkah pembelajaran tertentu disesuaikan dengan materi,

kemampuan siswa, karakteristik siswa dan sarana penunjang yang tersedia.

Model-model pembelajaran memiliki beberapa komponen, yaitu:

1) Fokus

Fokus merupakan aspek sentral dalam sebuah model. Fokus dari

sebuah sistem merujuk kepada kerangka acuan yang mendasari

pengembangan sebuah model. Tujuan-tujuan pengajaran dan

aspek-aspek lingkungan pada dasarnya membentuk fokus dari model.

Tujuan apa yang hendak dicapai adalah bagian model pada

umumnya.

7Trianto,ModelPembelajaranTerpadu,(Jakarta:PTBumiAksara,2010),h.51

8Hamzah.BUno,MohamadNurdin,BelajardenganpendekatanPAILKEM,(Jakarta:PT

(26)

10

2) Sintaks

Sintasks atau tahapan dari model mengandung uraian tentang model

dalam tindakan. Sebagai contoh misalnya kegiatan-kegiatan yang

disusun berdasarkan tahapan-tahapan yang jelas dari keseluruhan

program yang melambangkan lingkungan pendidikan dari setiap

model. Ini merupakan susunan dari keseluruhan program mengajar.

3) Sistem sosial

Sistem sosial merupakan bagian penting dari setiap moel, sebab

dalam proses pembelajaran terdapat interaksi antara guru dan murid

serta norma-norma atau prilaku siswa yang dianggap baik.

Mempelajari sesuatu ditentukan oleh jenis hubungan yang tersusun

selama proses mengajar. Model-model mengajar itu menjelaskan

sistem untuk mengajarkan sikap, keterampilan serta pengertian dan

lain-lain.

4) Sistem pendukung

Aspek yang penting dan utama dari suatu model adalah elemen

pendukung yang tujuannya adalah menyiapkan kemudahan kepada

guru dan siswa bagi berhasilnya penerapan strategi mengajar.

Sebagai contohnya adalah menyiapkan bahan materi yang disusun

dengan pendekatan modular, mesin-mesin mengajar, dll.9

Dalam dunia pendidikan terdapat banyak model pembelajaran yang

dapat digunakan oleh guru dalam membantu proses pembejaran agar

menjadi lebih aktif, inovatif, kreatif serta mencapai hasil pembelajaran

yang memuaskan sehingga tercapainyanya tujuan pendidikan di sekolah,

salah satunya adalah dengan model pembelajaran kooperatif.

Pembelajaran Kooperatif (cooperative learning) merupakan model

pembelajaran dalam kelompok- kelompok kecil, dengan anggota

kelompok 3-5 orang, yang dalam menyelesaikan tugas kelompoknya setiap

9

(27)

11

anggota kelompok harus saling kerjasama dan saling membantu untuk

memahami materi, sehingga setiap siswa selain mempunyai tanggung

jawab individu, tanggung jawab berpasangan, juga mempunyai tanggung

jawab kelompok.10

Johnson and Johsnon medefinisikan pembelajaran kooperatif sebagai

penerapan pembelajaran terhadap kelompok kecil sehingga para siswa

dapat bekerjasama untuk memaksimalkan pembelajarannya sendiri serta

memaksimalkan pembelajaran anggota yang lain. Spencer Kagan secara

sederhana merumuskan tentang pembelajaran kooperatif bahwa

pembelajaran kooperatif adalah metode pembelajaran yang melibatkan

sejumlah kelompok kecil siswa yang bekerja sama dan belajara bersama

dengan saling membantu secara interaktif untuk mencapai tujuan

pembelajaran yang dirumuskan.

Pembelajaran kooperatif terkadang disebut juga kelompok

pembelajaran (group learning), yang merupakan istilah generik bagi

bermacam prosedur intruksional yang melibatkan kelompok kecil

interaktif. Siswa bekerja sama untuk menyelesaikan suatu tugas akademik

dalam suatu kelompok kecil untuk saling membantu dan belajar bersama

dalam kelompok mereka serta dengan kelompok yang lain. Pada umumnya

dalam implementasi metode pembelajaran kooperatif, siswa saling berbagi

(sharing), bertukar pikiran tentang masalah yang mereka tangani.11

Pendekatan model pembelajaran seperti ini didasarkan kepada pemikiran

bahwa manusia memiliki derajat potensi yang berbeda-beda. Karena

perbedaan itu manusia dapat saling asah, asih dan asuh sehingga terjadi

masyarakat belajar ( learning community). Siswa tidak harus belajar dari

guru tetapi juga dari sesama siswa. Metode yang cocok untuk pendekatan

ini yaitu STAD (Student Team Achievement Divisions), jigsaw, GI

(Group Investigation), NHT dan sebagainya.12

10Ibid,h.48 11

Warsono.DKK.“PembelajaranAktif TeoridanAsesmen”.2012.Bandung:PTRemaja Rosdakarya, h.161

12

(28)

12

Pembelajaran kooperatif memiliki konsep yang lebih luas meliputi

semua jenis kerja kelompok termasuk bentuk- bentuk yang lebih dipimpin

oleh guru atau diarahkan oleh guru. Secara umum pembelajaran kooperatif

dianggap lebih diarahkan oleh guru, di mana guru menetapkan tugas dan

pertanyaan- pertanyaan serta menyediakan bahan- bahan dan informasi

yang dirancang untuk membantu peserta didik menyelesaikan masalah

yang dimaksud. Guru biasanya menetapkan bentuk ujian tertentu pada

akhir tugas.13

Dalam menjalankan model kooperatif ini guru sering kali tidak

memahami langkah yang benar dan prosedur model pembelajaran yang

harusnya diterapkan, sehingga model kooperatif ini tidak berjalan dengan

baik. Pembagian kerja yang kurang adil dalam kelompok dan memberikan

tugas kepada kelompok tanpa memberikan pedoman yang perlu

dikerjakan, membuat siswa tidak tahu harus bekerja sama dan membuat

kondisi kelas gaduh. Supaya hal ini tidak terjadi, guru wajib memahami

sintak model pembelajaran kooperatif.

Sintak model pembelajaran kooperatif terdiri dari 6 (enam) fase, yaitu;

Fasepertama, guru mengklarifikasi maksud pembelajaran kooperatif.

Hal ini penting untuk dilakukan karena peserta didik harus memahami

dengan jelas prosedur dan aturan dalam pembelajaran.Fasekedua, guru

menyampaikan informasi, sebab informasi ini merupakan isi akademik.

Faseketiga, kekacauan bisa terjadi pada fase ini, oleh sebab itu transisi

pembelajaran dari dan ke kelompok-kelompok belajar harus di orkestrasi

dengan cermat. Sejumlah elemen perlu dipertimbangkan dalam

menstrukturisasikan tugasnya. Guru harus menjelaskan bahwa peserta

didik harus bekerja sama didalam kelompok. Penyelesaian tugas kelompok

merupakan tujuan kelompok, setiap anggota memiliki peran demi

kelompoknya masing-masing. Fase keempat, guru perlu mendampingi

tim-tim belajar, mengingatkan tugas-tugas yang dikerjakan peserta didik

13Agus Suprijono, Cooperative Learning Teori dan Aplikasi Paikem, (Surabaya: PT

(29)

13

dan waktu yang dialokasikan.pada tahap ini, guru harus meengarahkan,

memberikan petunjuk dan membimbing siswa. Fase kelima, guru

melakukan evaluasi dengan menggunakan strategi evaluasi yang konsisten

dengan tujuan pembelajaran.Fasekeenam, guru mempersiapkan struktur

reward yang akan diberikan kepada peserta didik.14

Hal yang terpenting dalam model pembelajaran ini adalah bahwa siswa

dapat belajar dengan bekerja sama dengan teman. Teman yang lebih

mampu dapat menolong teman yang lemah. Setiap anggota kelompok tetap

memberi sumbangan pada prestasi kelompok serta siswa juga mendapat

kesempatan untuk bersosialisasi.15

b. TujuanPembelajaranKooperatif

Model Pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran yang

membantu siswa dalam mengembangkan pemahaman dan sikapnya sesuai

dengan kehidupan nyata dimasyarakat, sehingga dengan bekerja

bersama-sama diantara sebersama-sama anggota kelompok mampu meningkatkan motivasi,

produktifitas dan perolehan belajar.

Model ini dikembangkan untuk mencapai hasil belajar berupa prestasi

akademik, toleransi, menerima keragaman, dan pengembangan

keterampilan sosial. Untuk mencapai hasil belajar itu model pembelajaran

kooperatif menunut kerja sama dan interpedensi peserta didik dalam

struktur tugas, struktur tujuan, dan struktur rewardnya. Struktur tugas

berhubungan bagaimana tugas diorganisir. Struktur tujuan dan reward

mengacu pada derajat kerja sama tau kompetensi yang dibutuhkan untuk

mencapai tujuan maupun reward.

Salah satu ciri model pembelajaran kooperatif adalah interaksi

kelompok. Interaksi kelompok merupakan interaksi interpersonal. Interaksi

kelompok dalam pembelajaran kooperatif bertujuan mengembangkan

intelegensi interpersonal. Intelegensi berupa kemampuan untuk mengerti

14Ibid,h.64-66

15Hamzah. BUno, Mohamad Nurdin, Belajar dengan pendekatan PAILKEM, (Jakarta:

(30)

14

dan menjadi peka terhadap perasaan, intensi, motivasi, watak. Kepekaan

akan ekspresi wajah, suara, isyarat dari orang lain juga termasuk dalam

intelegensi ini. Secara umum intelegensi seseorang menjalin relasi dan

komunikasi dengan berbagai orang. Interaksi kelompok dalam interaksi

pembelajaran kooperatif bertujuan mengembangkan keterampilan sosial.

Beberapa keterampilan sosial adalah kecakapan berkomunikasi, kecakapan

bekerja kooperatif dan kolaboratif serta solidaritas.16

Aspek-aspek esensial yang terdapat dalam pembelajaran kooperatif

(Depdiknas, 2004:2) adalah :

1) Saling bergantung antara satu sama lain secara positif (positif

interdependence).

2) Saling berinteraksi langsung antara anggota dalam kelompok (

face-to-faceintraction).

3) Akuntabilitas individu atas pembelajaran diri sendiri (individual

accountability).

4) Keterampilan sosial (cooperativesocialskill).

5) Pemerosesan kelompok (groupprocessing).17

c. PengertianModelPembelajaranKoperatifNumberedHeadsTogether

Model pembelajaranNumberedHeadsTogether merupakan salah satu

tipe pembelajaran kooperatif yang menekankan pada struktur-struktur

khusus dirancang untuk mempengaruhi pola-pola interaksi siswa dan

memiliki tujuan meningkatkan penguasaan akademik.18 Model ini

dikembangkan oleh Spencer Kagan untuk melibatkan lebih banyak siswa

dalam menelaah materi yang tercakup dalam satu pelajaran dan mengecek

pemahaman mereka terhadap isi pelajaran tersebut. Sebagai gantinya

16Ibid,h.62

17LukmanulHakiim, PerencanaanPembelajaran,(Bandung:PTWacanaPrima,2009),

h.54

18

(31)

15

mengajukan pertanyaan kepada seluruh kelas, guru menggunakan struktur

empat (4) langkah sebagai berikut:

1) Penomoran

Guru membagi siswa kedalam kelompok yang beranggotakan 4-5

orang dan kepada setiap anggota kelompok diberi nomor antara 1

sampai 5.

2) Mengajukan pertanyaan

Guru mengajukan sebuah pertayaan kepada siswa. Pertanyaan dapat

bervariasi. Pertanyaan dapat bersifat spesifik dalam bentuk kalimat

Tanya.

3) Berfikir bersama

Siswa menyatukan pendapatnya terhadap jawaban pertanyaan itu dan

meyakinkan setiap anggota dalam teamnya mengetahui jawaban itu.

4) Menjawab

Guru memanggil satu nomor tertentu, kemudian siswa yang

nomornya sesuai mengacungkan tangannya dan mencoba untuk

menjawab pertanyaan, untuk seluruh kelas.

Model ini mengacu kepada belajar kelompok. Anggota team

menggunakan lembar kegiatan atau perangkat pembelajaran yang lain

untuk menutaskan materi pelajarannya, kemudian saling membantu satu

sama lain untuk memahami bahan pelajaran dan memecahkan suatu

masalah melalui diskusi.19

Hampir sama dengan model pembelajaran kooperatif lainnya, model ini

pun menitikberatkan kepada kemandirian siswa, tanggung jawab dan

kerjasama dalam tim. Dalam pengaturannya didalam kelas, guru/ fasilitator

harus mampu mengatur kondisi ruangan kelas yang cukup agar situasi

belajar menjadi kondusif dan tenang.

19http://www.sarjanaku.com/2012/09/model-pembelajaran-kooperatif-tipe-nht.html?m=1,

(32)

16

d. Langkah-langkahPembelajaranModelNumberedHeadsTogether

Pembelajaran dengan menggunakan Model Kooperatif tipe Numbered

Heads Together diawali dengan Numbering. Guru membagi kelas menjadi

kelompok- kelompok kecil. Jumlah kelompok sebaiknya

mempertimbangkan jumlah konsep yang akan dipelajari. Jika jumlah

peserta didik dalam satu kelas terdiri atas 40 orang dan terbagi menjadi 5

kelompok berdasarkan konsep yang akan dipelajari, maka tiap kelompok

terdiri dari 8 orang. Tiap- tiap orang dalam tiap- tiap kelompok diberi

nomor 1-8.

Setelah kelompok terbentuk guru mengajukan beberapa pertanyaan

yang harus dijawab oleh tiap-tiap kelompok. Berikan kesempatan pada

mereka untuk menemukan jawabannya. Pada kesempatan ini tiap-tiap

kelompok menyatukan kepala “HeadTogether” berdiskusi memikirkan

jawaban atas pertanyaan dari guru.

Langkah berikutnya adalah guru memanggil peserta didik yang

memiliki nomor yang sama dari tiap-tiap kelompok. Mereka diberi

kesempatan untuk memberi jawaban atas pertanyaan yang telah

diterimanya dari guru. Hal itu dilakukan terus sehingga peserta didik

dengan nomor yang sama dari masing-masing kelompok mendapatkan

giliran memaparkan jawaban. Berdasarkan jawaban-jawaban itu guru

dapat mengembangkan diskusi lebih mendalam, sehingga peserta didik

dapat menemukan jawaban pertanyaan itu sebagai pengetahuan yang

utuh.20

Dalam variasinya bisa dilakukan dengan memanggil siswa yang

memiliki nomor yang sama, kemudian siswa yang dipanggil berdiri dan

diizinkan berkumpul dengan temannya yang memiliki nomor yang sama

dikelompok lain dan saling bertukar pikiran terlebih dahulu untuk

merumuskan jawaban atas pertanyaan yang diberikan guru.21

20Agus Suprijono, Cooperative Learning Teori dan Aplikasi Paikem, (Surabaya: PT

PustakaPelajar,2009),h.92

21

(33)

17

e. Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NumberedHeadsTogether

Berbagai sumber memang banyak mengungkapkan manfaat

pembelajaran kooperatif, berdasarkan berbagai hasil penelitian serta fakta

empiris dilapangan, pembelajaran kooperatif ternyata telah mampu

meningkatkan kualitas pembelajaran siswa dalam hal:

1) Memberikan kesempatan kepada sesama siswa untuk saling

berbagi informaasi kognitif;

2) Memberi motivasi kepada siswa untuk mempelajari bahan

pembelajaran lebih baik;

3) Meyakinkan siswa untuk membangun pengetahuannya sendiri;

4) Mengembangkan keterampilan sosial kelompok yang diperlukan

untuk berhasil diluar ruangan kelas, bahkan diluar sekolah;

5) Meningkatkan interaksi positif antar anggota yang berasal dari

berbagai kultur berbeda serta kelompok sosial ekonomi yang

berlainan;

6) Meningkatkan daya ingat siswa karena dalam pembelajaran

kooperatif, siswa secara langsung dapat menerapkan kegiatan

mengajar siswa yang lain (teach order).22

Sejauh ini tidak banyak kritik yang ditunjukan terhadap implementasi

pembelajaran kooperatif. Misalnya, Amanda Post (2006) hanya

menemukan satu kelemahan pembelajaran kooperatif, yaitu terhadap

harapan timbulnya pemikiran tingkat tinggi (higher order thingking) dari

para siswa yang ternyata sesuai dengan keterbatasan kemampuan berfikir

dan tingkat kedewasaan para siswa. Dampak positif ini tidak berkembang,

terutama kepada siswa kelas-kelas rendah.

Vicki Randall mengemukakan kritikannya terhadap implementasi

pembelajaran kooperatif terutama terkait dengan bertanggung jawab

(34)

18

kelompok dalam kelompok yang berkemampuannya berbeda-beda.

Seringkali siswa yang lebih cerdas meninggalkan siswa yang lebih lemah

pembelajaranya. Dalam hal ini harus selalu ada kontrol dari guru.

Kemudian dalam asesmen menyusun rubrik yang diantaranya menilai

sikap siswa dalam membantu temannya.

Orlich menyebutkan kritiknya terhadap upaya pengelompokan para

siswa dengan kecakapan yang berbeda-beda. Sementara para ahli

menyakini bahwa pembentukan heterogen terhadap siswa-siswa yang

berbakat seperti itu justru menurunkan kemampuan belajar mereka atau

kemampuan belajar mereka menjadi berkurang karena terganggu dengan

keharsan membantu teman yang lain.23

Sedangkan secara khusus, Model Pembelajaran Numbered Heads

together memiliki kelebihan sebagai berikut;

1) Situasi belajar lebih aktif, hidup bersemangat dn berdaya guna

2) Merupakan latihan berfikir ilmiah dalam menghadapi masalah

3) Menumbuhkan sifat objektif, percaya diri, keberanian serta tanggung

jawab dalam menghadapi/mengatasi permasalahan.

4) Siswa yang pandai dapat mengajari temannya yang kurang pandai

5) Tidak ada siswa yang mendominasi dalam kelompok.24

Adapun kekurangan Model PembelajaranNumberedHeadsTogether

adalah;

1) Tidak semua anggota kelompok yang dipanggil oleh guru.

2) Siswa menjadi saling mengandalkan.

3) Kemungkinan nomor yang dipanggil guru akan terpanggil kembali.25

23Ibid,h.240-241 24

LaIrudan LaOdeSafiun Arihi,“AnalisisPenerapanPendekatan,Metode,Strategi, DanModel-ModelPembelajaran,(Yogyakarta:PTMultiPresindo,2012)cet.1,h.61

25http://m4y-a5a.blogspot.com/2012/05/metode-numbered-heads-together-nht.html?.

(35)

19

Walapun terdapat kritikan terhadap pembelajaran kooperatif ini, akan

tetapi kecil kemungkinan hal itu bisa terjadi jika proses pembelajaran

diterapkan dengan baik sesuai dengan prinsip dan langkah-langkah yang

benar serta diawasi secara teliti oleh guru.

2.MetodePembelajaranKonvensional

a. PengertianPembelajaranKonvensional

Pembelajaran konvensional adalah sebuah pembelajaran yang biasa

digunakan oleh guru dalam proses pembelajaran. Dalam pembelajaran

konvensional, guru memiliki peranan yang yang sangat penting. Guru

dituntut untuk menjelaskan materi dari awal hingga akhir pelajaran untuk

menjamin bahwa semua siswa mengerti akan materi tersebut.

Pembelajaran konvensional sering disebut dengan metode ceramah.

Metode ceramah merupakan suatu cara penyajian bahan atau penyampaian

bahan pelajaran secara lisan dari guru. Dalam bentuk penyajiannya,

metode ceramah sangat sederhana dari mulai pemberian informasi,

klarifikasi, ilustrasi, dan menyimpulkan.26

Menurut Djamarah, metode pembelajaran konvensional adalah metode

pembelajaran tradisional atau juga disebut metode ceramah, karena sejak

dulu metode ini telah ddipergunakan sebagai alat komunikasi lisan antara

guru dengan siswa dalam proses belajar dan pembelajaran.27

Pembelajaran konvensional menyebabkan siswa menjadi pasif dalam

proses pembelajaran, karena pembelajaan yang berlangsung lebih berpusat

pada guru dan komunikasi yang terjadi adalah komunikasi satu arah. Hal

ini menyebabkan kurangnya interaksi yang terjadi antara guru dengan

siswa. Siswa lebih banyak mendengarkan, mencatat dan akhirnya

menghafal penjelasan yang telah dijelaskan oleh guru. Dalam proses

pembelajaran siswa hanya sekali-kali bertanya mengenai hal-hal yang

disampaikan oleh guru dan biasanya hal tersebut dilakukan oleh siswa

26

LaIrudan LaOdeSafiun Arihi,“AnalisisPenerapanPendekatan,Metode,Strategi, DanModel-ModelPembelajaran,(Yogyakarta:PTMultiPresindo,2012)cet.1,h.22

27http/belajar-nonstop.blogspotnl/2013/03/metodekonvensional.html?m=1diaksespada

(36)

20

yang sama. Sehingga proses pembelajaran yang berlangsung menjadi

kurang efektif.

b. Ciri-ciriPembelajaranKonvensional

Dalam penerapannya, pembelajaran konvensional mudah untuk dikenali

baik dari prosesnya maupun peranan guru dan siswa dalam pembelajaran.

Adapun ciri-cirinya sebagai berikut:

1) Pembelajaran lebih berpusat pada guru.

2) Siswa biasanya lebih pasif dalam proses pembelajaran.

3) Siswa merupakan objek pembelajaran.

4) Siswa belajar dengan menghafal.

5) Bahan ajar biasanya dalam bentuk ceramah, tugas tulis dan media lain

menurut pertimbangan guru.

6) Komunikasi antara guru dengan siswa adalah komunikasi satu arah.28

c. KelebihandanKekuranganPembelajaranKonvensional

Dalam prosesnya, pembelajaran konvensional pun memiliki kelebihan

dan kekurangan dalam penerapannya di kelas. Adapun kelebihan

penggunaan metode konvensional (ceramah ) adalah:

1) Metode ini ekonomis waktu dan biaya karena waktu dan materi

pelajaran dapat di atur oleh guru secara langsung, materi dan waktu

pelajaran sangat ditentukan oleh sistem nilai yang dimiliki oleh guru

yang bersangkutan.

2) Target jumlah siswa akan lebih banyak, apalagi jika menggunakan

alat pengeras suara.

3) Bahan pelajaran sudah dipilih/dipersiapkan sehingga memudahkan

untuk mengklasifikasi dan mengkaji aspek-aspek bahan pelajaran

4) Apabila bahan pelajaran belum dikuasai oleh sebagian siswa maka

guru akan merasa mudah untuk menugaskan dan memberikan

rambu-rambu kepada siswa tersebut.

(37)

21

Sedangkan kelemahan dari metode konvensional adalah :

1) Pembelajaran terasa sulit bagi anak yang kurang memiliki

kemampuan menyimak dan mencatat yang baik.

2) Kemungkinan menimbulkan verbalisme

3) Sangat kurang memberikan kesempatan pada siswa untuk

berpartisipasi secara total.

4) Peran guru lebih banyak sebagai sumber belajar

5) Materi pembelajaran lebih cenderung bersifat ingatan/hafalan.29

3.HasilBelajarFiqih

a. PengertianHasilBelajar

Hasil adalah suatu istilah yang digunakan untuk menunjuk suatu yang

dicapai seseorang setelah melakukan usaha. Bila dikaitkan dengan belajar

berarti hasil menunjuk sesuatu yang dicapai oleh seseorang yang belajar

dalam selang waktu tertentu. Keberhasilan pembelajaran dilihat dari sisi

produk adalah keberhasilan siswa mengenai hasil yang diperoleh dengan

mengabaikan proses pembelajaran. Misalkan, ketika guru merumuskan

tujuan atau kompetensi yang harus dicapai: diharapkan siswa dapat

menyebutkan 2x2, maka pembembelajaran dianggap berhasil manakala

siswa dapat menyebutkan atau menuliskan angka 4, tanpa perlu

menguraikan dari mana angka 4 itu didapat.

Keberhasilan pembelajaran dilihat dari sisi hasil memang mudah dilihat

dan ditentukan krieterianya, akan tetapi hal ini dapat mengurangi makna

proses pembelajaran sebagai proses yang mengandung nilai- nilai

pendidikan. Dengan kata lain keberhasilan pembelajaran yang hanya

melihat sisi hasil sama halnya dengan mengerdilkan makna pembelajaran

itu sendiri.

Dewasa ini, dengan sistem kelulusan diukur dari keberhasilan siswa

dapat menjawab soal- soal tes seperti yang disajikan dalam soal UN (Ujian

29

(38)

22

Nasional), maka kriteria terhadap hasil belajar menjadi tren bagi

guru-guru kita. Manakala kita menerapkan kriteria keberhasilan pendidikan

diukur dari hasil belajar seperti itu maka kita perlu konsisten dan tidak

malu- malu mengatakan bahwa tujuan pendidikan kita yang paling utama

adalah penguasaan materi pembelajaran. Dengan demikian kita perlu

melatih dan membekali guru- guru kita dengan berbagai strategi yang

dapat mengembangkan kemampuan siswa untuk menguasai materi

pembelajaran sebanyak- banyaknya.30

Menurut Soedijarto dalam Nana Sudjana menyatakan bahwa hasil

belajar adalah tingkat penguasaan yang dicapai oleh pelajar dalam

mengikuti program belajar mengajar sesuai dengan tujuan pendiikan yang

telah ditetapkan. Sedangkan menurut Sudjana, hasil belajar adalah

kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima

pengalaman belajar.31

Hasil belajar adalah pola- pola perbuatan, nilai- nilai,

pengertian-pengertian, sikap- sikap, apresiasi dan keterampilan. Merujuk pemikiran

Gagne, hasil belajar berupa:

1) Informasi verbal yaitu kapabilitas mengungkapkan pengetahuan

dalam bentuk bahasa, baik lisan maupun tertulis. Kemampuan

merespon secara spesifik terhadap rangsangan spesifik

2) Keterampilan intelektual yaitu kemampuan mempersentasikan

konsep dan lambang. Keterampilan intelektual terdiri dari

kemampuan mengatagorisasi, kemampuan analitis- sintesis

fakta-konsep dan mengembangkan prinsip- prinsip keilmuan

3) Strategi kognitif yaitu kecakapan menyalurkan dan mengarahkan

aktifitas kognitifnya sendiri. Kemampuan ini meliputi kegunaan

konsep dan kaidah dalam memecahkan masalah.

30WinaSanjaya, PerencanaandanDesainSistemPembelajaran,(Jakarta:PTKencana,

2010),h.14

31Nana Sudjana, Penelitian Proses hasil belajar mengajar, (Bandung:Remaja

(39)

23

4) Kemampuan motorik yaitu kemampuan melakukan serangkaian

gerak jasmani dalam urusan dan koordinasi, sehingga terwujud

otomatisme gerak jasmani.

5) Sikap adalah kemampuan menerima atau menolak objek berdasarkan

penilaian terhadap objek tersebut. Sikap berupa kemampuan

berinternalisasi dan ekstenalisasi nilai-nilai.

Menurut Bloom, hasil belajar mencakup kemampuan kognitif, afektif,

dan psikomotorik. Domain kognitif adalah Knowledge (pengetahuan,

ingatan), Comprehension (pemahaman, menjelaskan, meringkas, contoh),

application (menerapkan), analaysis (menguraikan, menentukan

hubungan), synthesis (mengorganisasikan, merencanakan, membentuk

bangunan baru), dan evaluation (menilai), domain efektif adalah receiving

(sikap menerima), responding (memberikan respon), valuing (nilai),

organization ( organisasi), charaterization (karakterisasi). Domain

psikomotor meliputi initiatory, pre-routine, dan rountinized. Psikomotorik

juga mencakup keterampilalan produktif, teknik, fisik, sosial, menajerial,

dan intelektual. Sementara menurut Lindgren hasil pembelajaran meliputi

kecakapan, informasi, pengertian, dan sikap.32

Hemat penulis, hasil belajar adalah perubahan prilaku secara

keseluruhan bukan hanya salah satu aspek potensi kemanusiaan saja akan

tetapi saling keterkaitan dan tidak terpisahkan satu dengan yang lainnya

(komperhensif).

b. Faktor-faktoryangmempengaruhiHasilBelajar

Hasil belajar yang dicapai siswa dalam proses pembelajaran tidak dapat

terlepas dari faktor-faktor yang dapat mempengaruhinya. Untuk itu, Syah

(2006: 144) mengemukakan faktor-faktor yang mempengaruhi hasil

belajar siswa terdiri dari dua faktor, yaitu faktor yang datangnya dari

32 Agus Suprijono, Cooperative Learning Teori dan Aplikasi Paikem, (Surabaya: PT

(40)

24

dalam diri individu siswa (internalfactor), dan faktor yang datangnya dari

luar diri individu siswa (eksternal factor). Keduanya dapat dijelaskan

sebagai berikut:

1) Faktor internal anak, meliputi:

a) Faktor psikis (jasmani). Kondisi umum jasmani yang menandai

dapat mempengaruhi semangat dan intensitas anak dalam

mengikuti pelajaran.

b) Faktor psikologis (kejiwaan). Faktor yang termasuk aspek

psikologis yang dapat mempengaruhi kualitas perolehan hasil

belajar siswa antara lain: (1) Intelegensi, (2) sikap, (3) bakat, (4)

minat, dan (5) motivasi.

2) Faktor eksternal anak, meliputi :

a) Faktor lingkungan sosial, seperti para guru, staf administrasi dan

teman-teman sekelas.

b) Faktor lingkungan non-sosial, seperti sarana dan prasarana

sekolah/ belajar, letaknya rumah tempat tinggal keluarga, keadaan

cuaca dan waktu belajar yang digunakan anak.

c) Faktor pendekatan belajar, yaitu cara guru mengajar guru,

maupun metode dan media pembelajaran yang digunakan.

c. DefinisiIlmuFiqih

Kata fiqh secara etimologis berarti “Paham yang mendalam”. Bila

“Paham” dapat digunakan untuk hal-hal yang bersifat lahiriah, maka fiqih

berarti paham yang menyampaikan ilmu lahir kepada ilmu batin. Karena

itulah at-Tirmidzi menyebutkan, “fiqih tentang sesuatu,” berarti

(41)

25

berarti “ilmu tentang hukum- hukum syar’i yang bersifat amaliah yang

digali dan dalil- dalil yang terperinci”.33

Ulama sepakat mesipun mereka berlainan dalam mazhabnya, bahwa

segala ucapan dan perbuatan yang timbul dari manusia, baik berupa

ibadah, muamalah, pidana, perdata, atau berbagai macam perjanjian, atau

pembelanjaan, maka semua itu mempunyai hukum dalam syariat islam.

Hukum- hukum ini sebagian telah dijelaskan oleh berbagai nash yang ada

didlam Al-Qur’an dan As- Sunnah, dan sebagian lain belum dijelaskan

oleh nash, akan tetapi syariat telah menegakkan dalil dan mendirikan

tanda-tanda bagi hukum itu, dimana dengan perantaraan dalil dan tanda itu

seorang mujtahid mampu mencapai hukum itu dan menjelaskannya.

Kumpulan hukum- hukum syara’ yang berhubungan dengan ucapan dan

perbuatan yang timbul dari manusia, baik yang diambil dari nash dalam

berbagai kasus yang ada nashnya, maipun yang diistinbatkan dari berbagai

dalil syar’i lainnya dalam kasus-kasus yang tidak ada nashnya terbentuklah

fiqih.34

Ibnu Subki dari kalangan uama syafi’iyah mendefinisikannya sebagai:

اتفصيلي

ادلتها

هن

اوكتسب

اعولي

اشرع

ي

ااحك م

اعلن

Pengetahuan tentang hukum syara’ yang berhubungan dengan

amalperbuatan,yangdigalisatupersatudalilnya(terperinci)”.35

d. TujuanIlmuFiqih

Tujuan ilmu Fiqih adalah menerapkan hukum-hukum syariat terhadap

perbuatan dan ucapan manusia. Jadi ilmu fiqih itu adalah tempat kembali

seorang hakim dalam keputusannya. Tempat kembali seorang mufti dalam

fatwanya, dan tempat kembalinya seorang mukallaf untuk dapat

mengetahui hukum syara’ yang berkenaan dengan ucapan dan perbuatan

33AmirSyarifuddin,UshulFiqh,(Jakarta:PTKencana,2009),h.2-3

34AbdulWahabKhalaf,IlmuUshulFiqh,(Semarang:PT.DinaUtama.1994),h.1 35Satria Efendi, M Zein, Ushul Fiqh, ( Jakarta: PT.Kencana Prenada Media Group,

(42)

26

yang muncul dari dirinya, ini agaknya juga merupakan tujuan yang

dimaksudkan dari setiap undang-undang pada umat mana pun, karena

sesungguhnya undang-undang itu tidak lain dimaksudkan untuk

diterapkannya materi-materinya dan hukum-hukumnya terhadap perbuatan

dan ucapan manusia, dan memberitahukan kepada setiap mukallaf

terhadap hal-hal yang wajib dirinya dan hal-hal yang haram atas dirinya.36

e. RuanglingkupPembelajaranFiqihdiMA

Ruang lingkup mata pelajaran fiqih di Madrasah Aliyah meliputi :

kajian tentang prinsip-prinsip ibadah dan syari’at dalam Islam; hukum

Islam dan perundang-undangan tentang zakat dan haji, hikmah dan cara

pengelolaannya; hikmah kurban dan aqiqah; ketentuan hukum Islam

tentang pengurusan jenazah; hukum Islam tentang kepemilikan; konsep

perekonomian dalam Islam dan hikmahnya; hukum Islam tentang

pelepasan dan perubahan harta beserta hikmahnya; hukum Islam tentang

wakaalah dansulhu beserta hikmahnya; hukum Islam tentang daman dan

kafaalah beserta hikmahnya; riba, bank dan asuransi; ketentuan Islam

tentang jinaayah, Huduud dan hikmahnya; ketentuan Islam tentang

peradilan dan hikmahnya; hukum Islam tentang keluarga, waris; ketentuan

Islam tentangsiyaasahsyar’iyah; sumber hukum Islam dan hukum taklifi;

dasar-dasar istinbaath dalam fikih Islam; kaidah-kaidah usul fikih dan

penerapannya.37

Adapun penelitian yang dilakukan oleh penulis adalah mengukur hasil

belajar fiqih siswa yang ada di kelas X MA Annida Al Islamy pada pokok

bahasan “Riba,BankdanAsuransi” yang ada pada semester genap.

4.MateriRiba,BankdanAsuransi

Secara garis besarnya materi kelas X tentang riba bank dan asuransi

dijabarkan sebagai berikut :

36AbdulWahabKhalaf,IlmuUshulFiqh,(Semarang:PT.DinaUtama.1994),h.5-6

37Direktorat Pendidikan Madrasah, Direktorat Jendral Pendidikan Islam Kementrian

(43)

27

a. PengertianRiba

Menurut bahasa riba yaitu bertambah زياد karena salah satu

perbuatan riba adalah meminta tambahan dari sesuatu yang

dihutangkan. Sedangkan menurut istilah adalah akad yang terjadi atas

penukaran barang tertentu yang tidak diketahui pertimbangannya

menurut ukuran syara’. Menurut syaikh Muhammad Abduh, yang

dimaksud riba adalah penambahan-penambahan yang diisyaratkan oleh

orang yang memiliki harta kepada orang yang meminjam harta nya,

karena pengunduran janji pembayaran oleh peminjam dari waktu yang

telah ditentukan.38

Riba adalah salah satu hal yang diharamkan menurut syariat islam.

Adapun dalil-dalil yang mengharamkan riba adalah firman Allah SWT :























“Haiorang-orangyangberiman,janganlahkamumemakanRiba

denganberlipatgandadanbertakwalahkamukepadaAllahsupaya

kamumendapatkeberuntungan”.(QS.AliImran:130.39

b. Macam-macamRiba

1) Riba fadhli yaitu berlebih salah satu dari dua pertukaran yang

diperjualbelikan. Bila yang diperjual belikan sejenis, berlebihan

timbangannya pada barang-barang yang ditimbang atau barang

yang tidak bisa ditakar. Contohnya menukar emas dengan emas.

2) Riba Nasi’ah yaitu riba yang dikenakan kepada orang yang

berutang disebabkan memperhitungkan waktu yang ditangguhkan.

38HendiSuhendi,FiqihMuamalah,(Jakarta:PTRajaGrafindoPerkasa,2010),h.57-58 39

(44)

28

3) Riba Qardh yaitu pinjam-meminjam atau hutang piutang dengan

menarik keuntungan dari orang yang meminjam/yang berhutang.

4) Riba Yad yaitu bila salah satu dari penjual atau pembeli telah

meninggalkan majelis akad sebelum saling menyerah terimakan

barang.40

c. Hikmahdiharamkannyariba

1) Dapat menghilangkan faedah berhutang piutang yang menjadi

tulang punggung gotong royong atas kebajikan dan takwa.

2) Dapat menjauhkan dari jalan atau cara untuk menjajah orang yang

meminjam tidak dapat mengembalikan pinjamannya.

3) Memberikan semangat kepada seseorang untuk berusaha lebih

keras lagi, ti

Gambar

tabel.  Hal  ini  menunjukan  bahwa  Ha  diterima  dan  tolak  Ho.  Artinya  terdapat
Gambar  4.2  Histogram  untuk  distribusi  frekuensi  hasil  belajar  dengan  Metode
Tabel 3.1 Kisi-sisi Soal Post test pembahasan Riba, Bank dan
Tabel 3.2 Klasifikasi interpretasi taraf kesukaran
+7

Referensi

Dokumen terkait

Peningkatan Kuantitas Dan Kualitas Benih Dan Bibit (1785) Pengadaan Peralatan dan Mesin JB: Modal JP: Barang 50 Unit Rp. Peningkatan Produksi

Dalam melakukan penelitian ini penulis menggunakan dua model komunikasi word of mouth sebagai acuan dasar penelitian, Yaitu organic dan amplified word of

b) Izin - izin Usaha yang dipersyaratkan (TDP, SITU/SIGU/Domisili) c) SIUJK (Jasa Konstruksi Bidang Instalasi Mekanikal dan Elektrikal). d) SBU Sub Klasifikasi MK001 Jasa

a. Memahami pengendalian internal-penjualan: auditor mempelajari bagan arus klien, menyusun kuesioner, dan pengujian penelusuran. Mengukur resiko pengendalian

Makalah ini bertujuan untuk mengetahui pemikiran ekonomi dari tokoh islam yang meberikan dampak pada perkembangan Ilmu Ekonomi dan juga memberikan manfaat

di perairan Rembang banyak ditemukan spesies- spesies kultivan yang potensial untuk dibudidayakan karena mempunyai nilai ekonomis yang tinggi, seperti jenis-jenis ikan bersirip

Dalam penulisan ini telah didapatkan data dari hasil ATP di Sekolah Dasar wilayah Kebumen yang mengacu pada aspek-aspek salah satunya adalah kematangan berfikir

HARAPAN MANUSIA AKAN KEKUATAN ALLAH SWT DAN GAIB PADA RAJAH DALAM TRADISI TERBANGAN DI KABUPATEN BANDUNG. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu