PENGARUH
MODEL
PEMBELAJARAN
KOOPERATIF
TIPE
NUMBERED
HEADS
TOGETHER
(KEPALA
BERNOMOR STRUKTUR) TERHADAP HASIL
BELAJAR FIQIH SISWA DALAM POKOK BAHASAN
RIBA, BANK, DAN ASURANSI
(Penelitian Kuantitatif pada Siswa Kelas X MA Annida Al Islamy, Jakbar)
Skripsi
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana
Pendidikan Islam (S.Pd.I) pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Disusun oleh:
ArifRachmawan(109011000032)
JURUSAN
PENDIDIKAN
AGAMA
ISLAM
FAKULTAS
ILMU
TARBIYAH
DAN
KEGURUAN
UNIVERSITAS
ISLAM
NEGERI
SYARIF
HIDAYATULLAH
JAKARTA
ABSTRACK
ArifRachmawan(109011000032).InfluenceofCooperativeLearningmodels tipeNumberedHeadsTogetherto studentslearning fiqihachievementon rateofusury,bankandinsurance.(QuasiEksperimentatMAAnnidaAl Islamy,WestJakarata).
This Research aim to knovw influence of Cooperative Learning model tipe Numbered Heads Together to students learning fiqih achievement on chapter usury, bank, and insurance. This research is done at MA Annida Al Islamy, West Jakarta on march until juny 2013. The research method is quasi eksperiment with 40 students sample and devided into experiment (NHT) and control (Convensional) groups with cluster random sampling method.The research is
usedrandomizedsubjectposttestonlycontrolgroupdesign. The instrumment in
the research is used students achivement test. The result of students learning achivement of experiment group (mean = 74,7 and standard deviation = 10,3) is higher than control group (mean = 63,5 and standard deviation = 22,25) and after
was done to test –t acquired appreciative tcomputering as big as 4,25 meanwhile ttable
on significants level 0,05 = 2,02 and 0,01 = 2,71, is tcomputering > ttable. It concluded
refuse Ho and Ha which declares for to exist to influence of Cooperative Learning models tipe Numbered Heads Together to students learning achievement on chapter usury, bank, and insurance is accepted. It ponits out that Cooperative Learning models tipe Numbered Heads Together purpose give influence that significant to student chemical achivement on rate of usury, bank and insurance
Keywords: Cooperative Learning models tipe Numbered Heads Together,
students learning fiqih achievement, rate of usury, bank and insurance
ABSTRAK
Arif Rachmawan (109011000032). Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif tipeNumbered HeadsTogetherterhadap HasilBelajarFiqih dalampokokbahasanRiba,Bank,danAsuransi.(KuasiEksperimendiMA AnnidaAlIslamy,JakarataBarat).
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruhModelPembelajaran
Kooperatif tipeNumbered HeadsTogether terhadap hasil belajar fiqih dalam
pokok bahasan riba, bank, dan asuransi. Penelitian ini dilaksanakan di MA Annida Al Islamy Jakarta Barat dari bulan maret sampai bulan juni 2013. Penelitian ini menggunakan metode quasi eksperimen pada 40 siswa yang dikelompokan pada
kelas eksperimen dan kontrol. Pengambilan sampel dilakukan dengan
menggunakan teknik cluster random sampling. Sampel penelitian yang diambil adalah sebanyak 20 orang siswa pada kelas X-I (kelas eksperimen) yang menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) dan 20 orang siswa pada kelas X-II (kelas kontrol) yang menggunakan pembelajaran Konvensional (ceramah). Desain dalam penelitian ini menggunakan
randomizedsubjectposttestonlycontrolgroupdesign. Hasil belajar siswa kelas
eksperimen (mean = 74,7 dan simpangan baku = 10,3) lebih tinggi dari kelas kontrol (mean = 63,5 dan simpangan baku = 22,25) dan menggunakan uji-t
diperoleh setelah uji t diperoleh hasil t- hitung 4,25 dan t-tabel pada taraf
signifikasi 5% adalah sebesar 2,02, dan 1% adalah sebesar 2,71, maka t-hitung
>t-tabel. Hal ini menunjukan bahwa Ha diterima dan tolak Ho. Artinya terdapat
pengaruh yang signifikan penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif tipe
Numbered Heads Together (NHT) terhadap Hasil Belajar Fiqih dalam pokok bahasan Riba, Bank, dan Asuransi.
Kata kunci : Model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together, Hasil belajar fiqih, Riba, bank dan asuransi
KATA
PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahiim.
Kiranya tiada kata yang lebih pantas untuk diucapkan selain
Alhamdulillah, segala puji hanya milik Allah, karena berkat rahmat dan
hidayah-Nya maka penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat teriring salam
semoga senantiasa tercurah bagi baginda kita, Nabi Muhammad SAW beserta
keluarganya, para shahabat dan pengikutnya hingga akhir masa.
Skripsi ini penulis susun dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Islam pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan (FITK), Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
Penulis sangat menyadari, bahwa dalam penyusunan skripsi ini terdapat
keterbatasan kemampuan dan pengetahuan yang penulis miliki, maka adanya
bimbingan, pengarahan dan dukungan dari berbagai pihak sangat membantu
penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Untuk itu penulis mengucapkan terima
kasih yang sedalam-dalamnya, kepada yang terhormat :
1. Ibu Dra. Nurlena Rifa’i, Ph.D, MA selaku Dekan FITK UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
2. Bapak Dr. H. Abdul Majid Khon, MA selaku Ketua Jurusan Pendidikan
Agama Islam UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Semoga kebijakan yang
dibuat selalu mengarah pada kontinuitas eksistensi mahasiswanya.
3. Ibu Marhamah Shaleh, Lc, MA selaku Sekretaris Jurusan Pendidikan Agama
Islam Jakarta. Terima kasih atas waktu luang yang telah diberikan untuk
memberikan pelayanan yang terbaik kepada kami selaku mahasiswa.
4. Ibu Dra. Djunaidatul Munawwarah, MA yang telah memberikan bimbingan
dan pengarahan yang tulus kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
5. Bapak dan Ibu Dosen Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan ilmunya
kepada penulis selama perkuliahan.
6. Pimpinan dan Staf Perpustakaan UIN Syarif Hidayatullah yang telah
memberikan pelayanan dan kesempatan yang seluas-luasnya kepada penulis
untuk menelaah dan meminjam buku-buku yang diperlukan dalam rangka
penyusunan skripsi ini.
7. Orang Tua penulis, Ayahanda H.Endang Jaya dan Ibunda Ubed Jubaedah
tercinta yang dengan tulus ikhlas merawat dan mendidik penuh rasa kasih
sayang, memberikan pengorbanan yang tidak terhitung nilainya dan
senantiasa mendoakan penulis dalam menempuh perjalanan hidup ini.
8. Kakak dan adik-adik ku tersayang, M. Ridwan Setiadi, M. Fikri Awaludin,
dan M.Ilham Fathurrahman semoga selalu menjadi anak-anak yang
membanggakan kedua orang tua kita. Amin..
9. Teman seperjuangan dalam menuntut ilmu, Ajay, Rizki, Deden, Ibnu, BQ,
Anggi, Leo, Nawawi, Adit, Adi, Reza dan semua teman kelas PAI A
angkatan 2009 dan FIQIH C angkatan 2009 yang sama-sama menempuh
pendidikan program S1 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
10. Teman seperjuangan dalam PPKT (Fikah, Mila, Eva, Sayyidah, dan Sadam).
Dan guru-guru MA Annida Al-Islamy Jakbar beserta murid-murid yang
berkualitas. Terima kasih atas bantuan dan keakraban selama beberapa bulan
belajar bersama di MA Annida Al-Islamy.
Wassalamu’alaikumWr.Wb.
Jakarta, 3 Januari 2014
Penulis
DAFTAR
ISI
Halaman
LEMBAR PERSETUJUAN
LEMBAR PENGESAHAN
SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI
ABSTRAK... i
KATA PENGANTAR... ii
DAFTAR ISI... iv
BAB I PENDAHULUAN... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Identifikasi Masalah... 5
C. Pembatasan Masalah... 5
D. Perumusan Masalah... 6
E. Tujuan Penelitian... 6
F. Manfaat Penelitian... 7
BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS... 8
A. Deskripsi Teoritik... 8
1. Model Pembelajaran Kooperatif tipe Numbered Heads Together ... 8
a. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif... 8
b. Tujuan Pembelajaran Kooperatif... 13
c. Pengertian Metode Pembelajaran Numbered Heads Together ...14
d. Langkah-langkah Metode Numbered Heads Together... 16
e. Kelebihan dan Kekurangan Metode Numbered Heads Together..17
2. Metode Pembelajaran Konvensional... 19
a. Pengertian Pembelajaran Konvensional... 19
b. Ciri-Ciri Pembelajaran Konvensional... 20
c. Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran Konvensional... 20
3. Hasil Belajar Fiqih ... 21
a. Pengertian Hasil Belajar... 21
b. Faktor – faktor yang mempengaruhi hasil belajar... 23
c. Definisi Ilmu Fiqih... 24
d. Tujuan Ilmu Fiqih... 25
e. Ruang Lingkup Pembelajaran Fiqih di Madrasah Aliyah... 26
f. Materi Riba, Bank dan Asuransi... 26
B. Kerangka Berfikir... 32
C. Hasil Penelitian yang Relevan... 34
D. Pengajuan Hipotesis... 35
BAB III METODOLOGI PENELITIAN... 36
A. Waktu dan Tempat Penelitian... 36
B. Metode dan Desain Penelitian... 36
C. Popolasi dan Sampel... 37
D. Tekhnik pengumpulan data... 37
1. Variabel yang diteliti... 37
2. Data Penelitian... 38
3. Tekhnik dan Instrumen Penelitian... 38
a. Uji Validitas... 40
b. Uji Reabilitas... 41
c. Uji Taraf Kesukaran... 42
d. Uji Daya Beda... 43
E. Tekhnik Analisis Data... 44
1. Uji Normalitas... 45
2. Uji Homogenitas... 45
3. Pengujian Hipotesis... 46
F. Hipotesis Statistik... 48
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... 49
A. Deskripsi Data... 49
1. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads
Together terhadap Pembelajaran Fiqih... 49
2. Penerapan Metode Konvensional (Ceramah) terhadap Pembelajaran Fiqih di Kelas Kontrol... 56
3. Analisis perbandingan pembelajaran fiqih antara kelas eksperimen dan kelas kontrol... 57
4. Hasil Belajar Fiqih Siswa... 59
a. Hasil Belajar Fiqih Siswa dengan Model Pembelajaran Kooperatif Numbered Heads Together... 59
b. Hasil Belajar Siswa dengan Metode Konvensional (Ceramah )....61
B. Pengujian Persyaratan Analisis dan Pengujian Hipotesis... 64
1. Uji Normalitas... 64
2. Uji Homogenitas... 65
C. Pembahasan Hasil Penelitian... 66
D. Interpretasi Data... 67
E. Keterbatasan Penelitian... 68
BAB V KESIMPULAN... 69
A. Kesimpulan ... 69
B. Implikasi... 70
C. Saran... 71
DAFTAR PUSTAKA... 72
Daftar
Tabel-tabel
Tabel 3.1 Kisi-sisi Soal Post Test... 39
Tabel 3.2 Klasifikasi Interpretasi Taraf Kesukaran... 43
Tabel 4.1 Pelaksanaan Model Kooperatif tipe Numbered Heads Together ...50
Tabel 4.2 Deskripsi hasil belajar fiqih dengan Model Pembelajaran Kooperatif tipe Numbered Heads Together... 60
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Skor Hasil Belajar fiqih dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together... 60
Tabel 4.4 Deskripsi Hasil Belajar Fiqih Dengan Metode Ceramah... 62
Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Skor Hasil Belajar Fiqih dengan Metode Ceramah... 63
Tabel 4.6 Perbandingan Hasil Belajar siswa berdasarkan Metode Mengajar..64
Tabel 4.7 Hasil Uji Normalitas kedua kelompok... 65
Tabel 9 Data Skor Hasil Belajar fiqih Siswa Kelas Eksperimen... 105
Tabel 10 Data Skor Hasil Belajar fiqih Siswa Kelas Kontrol... 106
Tabel 11 Luas di bawah Lengkungan Normal Standar... 123
Tabel 12 Nilai Kritis L untuk Uji Lilliefors... 124
Daftar
Gambar
Gambar2.1Kerangkaberfikirpenelitian... 32
Gambar 4.1. Histogram Hasil Belajar dengan Model Pembelajaran Kooperatif
TipeNumberedHeadsTogether………...………61
Gambar 4.2 Histogram untuk distribusi frekuensi hasil belajar dengan Metode
Ceramah………...……….63
Daftar
Lampiran
Lampiran 1 Silabus Fiqih MA... 75
Lampiran 2 RPP Kelas Kontrol... 78
Lampiran 3 RPP Kelas Eksperimen... 86
Lampiran 4 Kelompok Diskusi Kelas Eksperimen... 94
Lampiran 5 Prosedur Pelaksanaan Model Kooperatif Tipe Numbered Heads Together... 95
Lampiran 6 Contoh hasil jawaban siswa... 97
Lampiran 7 Soal Post Test ... 101
Lampiran 8 Kunci Jawaban Soal Post Test... 104
Lampiran 9 Skor Kelas Eksperimen dan Kontrol... 105
Lampiran 10 Hasil Uji Validitas... 107
Lampiran 11 Hasil Uji Reabilitas... 108
Lampiran 12 Rekapitulisasi Taraf Kessukaran Butir Soal... 109
Lampiran 13 Mencari Mean, Median, Modus, Simpangan Baku dan Varians serta Standar Eror Mean... 110
Lampiran 14 Hasil Perhitungan Normalitas (Uji Lilifors)... 116
Lampiran 15 Hasil Perhitungan Homogenitas (Uji Barlet)... 119
Lampiran 16 Hasil Uji Hipotesis (Uji “t”)... ... 121
Lampiran 17 Luas di bawah Lengkungan Normal Standar... 123
Lampiran 18 Nilai Kritis L untuk Uji Lilliefors... 124
Lampiran 19 Nilai Persentil untuk distribusi f ... 125
Lampiran 20 Nilai Persentil untuk distribusi t ... 128
Lampiran 21 Surat Permohonan Ijin Penelitian... 129
Lampiran 22 Surat Keterangan Peneitian... 130
Uji referensi... 131
BAB
I
PENDAHULUAN
A.Latarbelakang
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi telah mewarnai dunia
pendidikan dewasa ini dan menjadi bagian utama dalam isi pengajaran.
Pendidikan merupakan aspek yang sangat penting dalam menunjang kemajuan
bangsa di masa depan. Melalui pendidikan, manusia sebagai subjek
pembangunan dapat dididik, dibina dan dikembangkan potensi-potensinya. Hal
tersebut sejalan dengan isi tujuan pendidikan nasional yang tertuang dalam
Undang-Undang Republik Indonesia No.20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional, yaitu:
“Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung
jawab”.1
Pencapaian tujuan pendidikan tersebut menjadi tantangan termasuk
peningkatan mutu, relevansi dan efektivitas pendidikan sebagai tuntunan
nasional sejalan dengan perkembangan dan kemajuan masyarakat, berimplikasi
secara nyata dalam program pendidikan dan kurikulum sekolah. Akan tetapi,
terdapat banyak permasalahan dalam pendidikan yang dapat menghambat
tercapainya tujuan itu sendiri, salah satunya adalah rendahnya hasil belajar
siswa pada suatu bidang tertentu yang disebabkan oleh berbagai aspek, baik
internal maupun eksternal.
Oleh sebab itu, dalam menunjang kemajuan pendidikan, pemerintah harus
memberikan perhatian yang besar terhadap pelaksanaan program pendidikan di
Indonesia. Pemerintah maupun lembaga pendidikan harus mampu menyiapkan
dan memfasilitasi komponen-komponen pendidikan secara maksimal, baik dari
1Undang-undangSISDIKNAS(UURINo.20Th.2003),(Jakarta:SinarGrafika,2008),
h.50.
2
segi pendidik, isi pedidikan (materi) maupun sarana pendidikan guna
meningkatan hasil pendidikan yang memuaskan.
Keberhasilan pencapaian kompetensi suatu mata pelajaran bergantung
pada beberapa aspek, salah satu aspek yang sangat mempengaruhi adalah
bagaimana cara seorang guru dalam melaksanakan pembelajaran. Terkadang
kita sering keliru dalam mengartikan tugas atau peran seorang guru dalam
proses pembelajaran, bagi guru melakukan pembelajaran tidak lebih hanya
sekedar menggugurkan kewajiban, asal tugasnya sebagai guru dalam kelas
terlaksana sesuai dengan perintah yang terjadwal tanpa peduli apa yang telah
diajarkan itu bisa dimengerti atau tidak.
Ada beberapa kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang guru
diantaranya adalah pemahaman dan penguasaan tekhnik- tekhnik penyajian
mengajar dan memahami karakteristik materi yang akan disampaikan agar
peserta didik dapat belajar secara efektif dan efisien serta tercapainya tujuan
pembelajaran.2 Menurut James dikutip dalam Sardiman bahwa tugas dan peran
guru antara lain, yaitu menguasai dan mengembangkan materi pembelajaran,
merencanakan dan menyiapkan pelajaran setiap hari, mengontrol dan
mengevaluasi kegiatan siswa.3 Namun faktanya, pembelajaran pada saat ini
masih cenderung berpusat kepada guru (teacher centered) dengan bercerita
atau berceramah, siswa kurang terlibat aktif dalam proses pembelajaran,
akibatnya tingkat pemahaman siswa terdapat materi pelajaran rendah dan tidak
mendapatkan hasil yang memuaskan.
Dalam setiap mata pelajaran memiliki keragaman karakteristik dan juga
tekhnik penyampaian yang berbeda, begitu pun dalam pembelajaran fiqih,
terdapat ruang lingkup materi dan karakteristik yang berbeda pula, maka perlu
adanya penyesuaian antara materi dan metode yang digunakan, tidak semua
metode yang digunakan guru mampu menunjang penyampaian materi yang
2IsrianiHardini,dkk,StrategiPembelajaranTerpadu,(Yogyakarta:PTFamilia,2012),h.
41
3HamzahB.Uno,NurdinMohamad.BelajardenganpendekatanPAILKEM,(Jakarta:PT
3
maksimal, maka dari itu dibutuhkan keterampilan dan strategi yang baik yang
harus dimiliki oleh seorang guru dalam proses pembelajaran, namun hal yang
penting ini seringkali dilupakan oleh guru pada saat proses pembelajaran.
Rendahnya kemampuan siswa dalam memahami konsep fiqih dan
praktiknya dalam kehidupan sehari-hari berhubungan erat dengan kemampuan
dasar disekolah. Ilmu fiqih merupakan ilmu amal yang wajib diketahui oleh
siswa tidak sekedar asal-asalan akan tetapi pelaksanaannya dalam kehidupan
nyata. Kurangnya minat siswa dalam mengikuti pembelajaran menjadikan
penyebab utama, hal ini disebabkan antara lain karena pembawaan materi yang
kurang menarik dan terjadi ketidaksesuaian metode yang dipakai guru dalam
pembelajaran.
Permasalahan seperti ini ditemui oleh peneliti ketika mengadakan
observasi ke suatu sekolah Madrasah Aliyah di Jakarta barat, yaitu MA Annida
Al Islamy. Dari hasil observasi tersebut, diperoleh bahwa terdapat respon yang
negatif dalam proses pembelajaran yang berlangsung. Hal ini ditunjukan
dengan banyaknya siswa yang kurang antusias terhadap pembelajaran fiqih
dengan gaya mengajar dari gurunya yang bersifat konvensional dengan metode
ceramah dan pemberian tugas membuat siswa kurang termotivasi dan kurang
memuaskan terhadap hasil belajarnya, selain itu, hal tersebut dikuatkan dengan
standar KKM pembelajaran fiqih yang lebih rendah dibandingkan mata
pelajaran yang lainnya.
Berdasarkan alasan tersebut maka sangatlah penting bagi para pendidik
untuk memahami karakteristik materi, peserta didik dan strategi pembelajaran
yang akan dilaksanakan selama proses pembelajaran terutama berkaitan dengan
pemilihan model- model pembelajaran modern; dengan demikian proses
pembelajaran akan menjadi lebih variatif, inovatif, dan konstruktif dalam
merekontruksi wawasan pengetahuan dan implementasinya sehingga dapat
meningkatkan potensi, aktivitas dan kreativitas peserta didik.
Salah satu pembelajaran yang dikenal efektif adalah pembelajaran yang
bersifat melibatkan keaktifan siswa dalam berinteraksi didalam kelas yaitu
4
satu model pembelajaran yang dapat meningkatkan aktifitas siswa,
meningkatkan daya nalar, cara berfikir logis, aktif, kreatif, terbuka, serta ingin
tahu. Selain itu, model ini mampu meningkatkan interaksi, meningkatkan
perluasaan siswa terhadap materi pembelajaran dan akan meningkatkan
motivasi siswa untuk aktif dalam proses pembelajaran.
Model Pembelajaran Kooperatif memiliki berbagai tipe- tipe kooperatif
dikembangkan oleh Spencer Kagan. Kagan membagi tipe tersebut berdasarkan
interaksi antar siswa dalam kelompok maupun antar kelompok. Salah satu
Model Pembelajaran Kooperatif adalahNumberedHeadsTogether(NHT) yang
merupakan pembelajaran kooperatif dimana siswa belajar bersama dalam
kelompok- kelompok kecil dan saling membantu satu sama lain. Pada tipe ini
siswa dituntut untuk memberikan saran, pendapat, ide, bahkan menjawab soal
yang diberikan oleh guru pada setiap siswa.
Guna meningkatkan partisipasi dan keaktifan siswa di dalam kelas, guru
menerapkanModelPembelajaranKooperatif tipeNumberedHeadsTogether
(NHT) dalam proses pembelajaran untuk mengukur keaktifan seluruh siswa.
Tipe ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk lebih aktif dalam
berkomunikasi dengan guru atau siswa lainnya di dalam kelas, sehingga
terjadilah sesuatu pembelajaran yang hidup didalam kelas.
Adapun langkah- langkah yang digunakan guru dalam model ini yaitu,
siswa dibagi dalam kelompok, setiap siswa dalam setiap kelompok mendapat
nomor, selanjutnya guru memberikan tugas dan masing-masing kelompok
mengerjakannya, kelompok mendiskusikan jawaban yang benar dan
memastikan tiap anggota kelompok dapat mengerjakannya/ mengetahui
jawabannya, guru memanggil salah satu nomor siswa dengan nomor yang
dipanggil melaporkan hasil kerjasama mereka, tanggapan dari teman yang lain,
kemudian guru menunjuk nomor yang lain dan terakhir ditutup dengan
kesimpulan.
Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis tertarik untuk melakukan
penelitian yang berjudul “Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif tipe
5
pokokbahasanriba,bank,danasuransi”. Dalam hal ini peneliti mengadakan
penelitian pada sebuah sekolah yaitu di MA Annida Al Islamy.
B.IdentifikasiMasalah
Sesuai dengan uraian yang ada dalam latar belakang masalah serta
pengamatan awal terhadap para peserta didik, interaksi guru dengan peserta
didik dalam proses mengajar, ada beberapa faktor yang mempengaruhi hasil
belajar peserta didik yang dipilih sebagai objek. Dapat diidentifikasi
permasalahan yang dapat diteliti adalah:
1. Metode pembelajaran yang umumnya diterapkan oleh guru dalam
proses pembelajaran kurang menarik, sebab guru hanya duduk didepan
kelas sambil menerangkan dengan menggunakan metode ceramah
(konvensional) yaitu membaca, menghafal dan menulis.
2. Kurangnya Respon peserta didik selama mengikuti proses
pembelajaran, baik respon peserta didik terhadap guru dan materi
pembelajaran yang disampaikan..
3. Guru tidak menciptakan suasana kelas yang kondusif dikarenakan
metode yang dipakai tidak sinkron dengan materi/ karakteristik
pembelajaran
4. Hasil belajar fiqih peserta didik rendah, banyak peserta didik belum
mencapai nilai KKM
C.PembatasanMasalah
Sesuai dengan judul di atas, maka pembatasan masalah sesuai dengan
pemaparan dibawah ini:
1. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif tipe Numbered Heads
Together dalam pembelajaran fiqih dalam pokok bahasan riba, bank
dan asuransi di MA Annida Al Islamy
2. Perbedaan Model Pembelajaran Kooperatif tipe Numbered Heads
6
dalam pembelajaran Fiqih dalam pokok bahasan riba, bank dan asuransi
di MA Annida Al Islamy.
3. Hasil Belajar, yaitu hasil tes formatif antara kelas yang memakaiModel
Pembelajaran Kooperatif tipe Numbered Heads Together dengan
konvensional pada mata pelajaran fiqih dalam pokok bahasan riba, bank
dan asuransi di MA Annida Al Islamy.
D.PerumusanMasalah
Dari Pembatasan masalah yang telah dijelaskan diatas, maka penulis dapat
merumuskan masalah sebagai berikut:
1. Apakah terdapat pengaruh penggunaan Model Pembelajaran
KooperatiftipeNumberedHeadsTogether terhadap hasil belajar fiqih
siswa MA Annida Al Islamy pada mata pelajaran fiqih?
2. Apakah terdapat perbedaan hasil belajar fiqih dengan menggunakan
pembelajaran Model Pembelajaran Kooperatif tipe Numbered Heads
Together dengan metode kovensional dalam pokok bahasan riba, bank
dan asuransi?
3. Apakah Model Pembelajaran Kooperatif tipe Numbered Heads
Together efektif digunakan dalam pembelajaran fiqih dalam pokok
bahasan Riba, bank dan asuransi pada siswa MA Annida Al Islamy?
E.TujuanPenelitian
Adapun penelitian ini bertujuan untuk:
1. Mengetahui bagaimana penerapan Model Pembelajaran Kooperatif
tipe Numbered Heads Together dalam pembelajaran fiqih di MA
Annida Al Islamy
2. Mengetahui bagaimana hasil belajar fiqih dengan menggunakanModel
Pembelajaran Kooperatif tipe Numbered Heads Together di MA
7
3. Mengetahui apakah ada pengaruh pembelajaran dengan menggunakan
Model Pembelajaran Kooperatif tipe Numbered Heads Together
terhadap hasil belajar fiqih siswa.
F.Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:
1. Untuk menjadi bahan acuan bagi guru dalam menggunakan Model
Pembelajaran Kooperatif tipe Numbered Heads Together dalam
pembelajaran fiqih khususnya pada mata pelajaran yang memiliki
karakteristik yang sama.
2. Sebagai bahan informasi mengenai efektif atau tidaknya penggunaan
ModelPembelajaranKooperatif tipeNumberedHeadsTogether pada
mata pelajaran fiqih di MA Annida Al Islamy.
3. Bagi peneliti selanjutnya dapat dijadikan bahan acuan untuk
mengembangkan Model Pembelajaran Kooperatif tipe Numbered
BAB
II
KAJIAN
TEORI
DAN
PENGAJUAN
HIPOTESIS
A.DeskripsiTeoritik
1.ModelPembelajaranKooperatifTipeNumberedHeadsTogether a. PengertianModelPembelajaranKooperatif
Model dapat diartikan sebagai tampilan grafis, prosedur kerja yang
teratur dan sistematis, serta mengandung pemikiran yang bersifat uraian
atau penjelasan berikut saran.4 Mills berpendapat bahwa model adalah
bentuk representasi sebagai proses aktual yang memungkinkan seseorang
atau sekelompok orang mencoba bertindak berdasarkan model itu. Model
merupakan interpretasi terhadap hasil observasi dan pengukuran yang
diperoleh dari beberapa sistem.5
Sedangkan belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang
untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara
keseluruhan, sebagai hasil pengalamannyanya sendiri dalam interaksi
dengan lingkungannya. Menurut Skinner, belajar adalah suatu proses
adaptasi atau penyesuaian tingkah laku yang berlangsung secara progresif.
Belajar juga dipahami sebagai suatu perilaku, pada saat orang belajar,
maka responya menurun. Dengan demikian belajar diartikan sebagai suatu
perubahan dalam kemungkinan atau peluang terjadinya respon.6
Sedangkan yang dimaksud Model Pembelajaran adalah suatu
perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam
merencanakan pembelajaran dikelas atau dalam pembelajaran dalam
tutorial. Model pembelajaran mengacu kepada pendekatan pembelajaran
yang akan digunakan, termasuk di dalamnya tujuan-tujuan pengajaran,
tahap-tahap dalam pembelajaran, lingkungan pembelajaran, dan
4Dewi Salma Prawiradilaga, Prinsip Desain Pembelajaran, (Jakarta : PT Kencana,
2008),h.23
5Agus Suprijono, Cooperative Learning Teori dan Aplikasi Paikem, (Surabaya: PT
PustakaPelajar,2009),h.45
6Slameto, Belajar &faktor-faktoryangmempengaruhinya,(Jakarta: PT RinekaCipta,
2010),h.82
9
pengelolaan kelas.7 Menurut Joyce dan Weil dikutip dari Hamzah.B. Uno,
bahwa model pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang dapat
digunakan untuk membentuk kurikulum (rencana pembelajaaran jangka
panjang), merancang bahan-bahan pembelajaran dan membimbing
pembelajaran di kelas atau yang lain.8
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran itu
merupakan bentuk kongkrit pembelajaran yang tergambar dari awal
sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru, yang merupakan
bingkai dari penerapan suatu pendekatan dalam sebuah rancangan
strategis, penggunaan metode-metode dengan teknik pembelajaran, serta
penggunaan media sumber belajar sebagai penunjang. Dengan kata lain
Model Pembelajaran merupakan suatu kerangka konseptual atau pola,
sebagai pedoman dalam merencanakan dan mewujudkan suatu proses
pembelajaran, yang mengarahkan guru dalam membelajarkan peserta
didik, sehingga tujuan pembelajaran tercapai.
Pemilihan penggunaan model-model pembelajaran dilakukan sesuai
dengan langkah-langkah pembelajaran tertentu disesuaikan dengan materi,
kemampuan siswa, karakteristik siswa dan sarana penunjang yang tersedia.
Model-model pembelajaran memiliki beberapa komponen, yaitu:
1) Fokus
Fokus merupakan aspek sentral dalam sebuah model. Fokus dari
sebuah sistem merujuk kepada kerangka acuan yang mendasari
pengembangan sebuah model. Tujuan-tujuan pengajaran dan
aspek-aspek lingkungan pada dasarnya membentuk fokus dari model.
Tujuan apa yang hendak dicapai adalah bagian model pada
umumnya.
7Trianto,ModelPembelajaranTerpadu,(Jakarta:PTBumiAksara,2010),h.51
8Hamzah.BUno,MohamadNurdin,BelajardenganpendekatanPAILKEM,(Jakarta:PT
10
2) Sintaks
Sintasks atau tahapan dari model mengandung uraian tentang model
dalam tindakan. Sebagai contoh misalnya kegiatan-kegiatan yang
disusun berdasarkan tahapan-tahapan yang jelas dari keseluruhan
program yang melambangkan lingkungan pendidikan dari setiap
model. Ini merupakan susunan dari keseluruhan program mengajar.
3) Sistem sosial
Sistem sosial merupakan bagian penting dari setiap moel, sebab
dalam proses pembelajaran terdapat interaksi antara guru dan murid
serta norma-norma atau prilaku siswa yang dianggap baik.
Mempelajari sesuatu ditentukan oleh jenis hubungan yang tersusun
selama proses mengajar. Model-model mengajar itu menjelaskan
sistem untuk mengajarkan sikap, keterampilan serta pengertian dan
lain-lain.
4) Sistem pendukung
Aspek yang penting dan utama dari suatu model adalah elemen
pendukung yang tujuannya adalah menyiapkan kemudahan kepada
guru dan siswa bagi berhasilnya penerapan strategi mengajar.
Sebagai contohnya adalah menyiapkan bahan materi yang disusun
dengan pendekatan modular, mesin-mesin mengajar, dll.9
Dalam dunia pendidikan terdapat banyak model pembelajaran yang
dapat digunakan oleh guru dalam membantu proses pembejaran agar
menjadi lebih aktif, inovatif, kreatif serta mencapai hasil pembelajaran
yang memuaskan sehingga tercapainyanya tujuan pendidikan di sekolah,
salah satunya adalah dengan model pembelajaran kooperatif.
Pembelajaran Kooperatif (cooperative learning) merupakan model
pembelajaran dalam kelompok- kelompok kecil, dengan anggota
kelompok 3-5 orang, yang dalam menyelesaikan tugas kelompoknya setiap
9
11
anggota kelompok harus saling kerjasama dan saling membantu untuk
memahami materi, sehingga setiap siswa selain mempunyai tanggung
jawab individu, tanggung jawab berpasangan, juga mempunyai tanggung
jawab kelompok.10
Johnson and Johsnon medefinisikan pembelajaran kooperatif sebagai
penerapan pembelajaran terhadap kelompok kecil sehingga para siswa
dapat bekerjasama untuk memaksimalkan pembelajarannya sendiri serta
memaksimalkan pembelajaran anggota yang lain. Spencer Kagan secara
sederhana merumuskan tentang pembelajaran kooperatif bahwa
pembelajaran kooperatif adalah metode pembelajaran yang melibatkan
sejumlah kelompok kecil siswa yang bekerja sama dan belajara bersama
dengan saling membantu secara interaktif untuk mencapai tujuan
pembelajaran yang dirumuskan.
Pembelajaran kooperatif terkadang disebut juga kelompok
pembelajaran (group learning), yang merupakan istilah generik bagi
bermacam prosedur intruksional yang melibatkan kelompok kecil
interaktif. Siswa bekerja sama untuk menyelesaikan suatu tugas akademik
dalam suatu kelompok kecil untuk saling membantu dan belajar bersama
dalam kelompok mereka serta dengan kelompok yang lain. Pada umumnya
dalam implementasi metode pembelajaran kooperatif, siswa saling berbagi
(sharing), bertukar pikiran tentang masalah yang mereka tangani.11
Pendekatan model pembelajaran seperti ini didasarkan kepada pemikiran
bahwa manusia memiliki derajat potensi yang berbeda-beda. Karena
perbedaan itu manusia dapat saling asah, asih dan asuh sehingga terjadi
masyarakat belajar ( learning community). Siswa tidak harus belajar dari
guru tetapi juga dari sesama siswa. Metode yang cocok untuk pendekatan
ini yaitu STAD (Student Team Achievement Divisions), jigsaw, GI
(Group Investigation), NHT dan sebagainya.12
10Ibid,h.48 11
Warsono.DKK.“PembelajaranAktif TeoridanAsesmen”.2012.Bandung:PTRemaja Rosdakarya, h.161
12
12
Pembelajaran kooperatif memiliki konsep yang lebih luas meliputi
semua jenis kerja kelompok termasuk bentuk- bentuk yang lebih dipimpin
oleh guru atau diarahkan oleh guru. Secara umum pembelajaran kooperatif
dianggap lebih diarahkan oleh guru, di mana guru menetapkan tugas dan
pertanyaan- pertanyaan serta menyediakan bahan- bahan dan informasi
yang dirancang untuk membantu peserta didik menyelesaikan masalah
yang dimaksud. Guru biasanya menetapkan bentuk ujian tertentu pada
akhir tugas.13
Dalam menjalankan model kooperatif ini guru sering kali tidak
memahami langkah yang benar dan prosedur model pembelajaran yang
harusnya diterapkan, sehingga model kooperatif ini tidak berjalan dengan
baik. Pembagian kerja yang kurang adil dalam kelompok dan memberikan
tugas kepada kelompok tanpa memberikan pedoman yang perlu
dikerjakan, membuat siswa tidak tahu harus bekerja sama dan membuat
kondisi kelas gaduh. Supaya hal ini tidak terjadi, guru wajib memahami
sintak model pembelajaran kooperatif.
Sintak model pembelajaran kooperatif terdiri dari 6 (enam) fase, yaitu;
Fasepertama, guru mengklarifikasi maksud pembelajaran kooperatif.
Hal ini penting untuk dilakukan karena peserta didik harus memahami
dengan jelas prosedur dan aturan dalam pembelajaran.Fasekedua, guru
menyampaikan informasi, sebab informasi ini merupakan isi akademik.
Faseketiga, kekacauan bisa terjadi pada fase ini, oleh sebab itu transisi
pembelajaran dari dan ke kelompok-kelompok belajar harus di orkestrasi
dengan cermat. Sejumlah elemen perlu dipertimbangkan dalam
menstrukturisasikan tugasnya. Guru harus menjelaskan bahwa peserta
didik harus bekerja sama didalam kelompok. Penyelesaian tugas kelompok
merupakan tujuan kelompok, setiap anggota memiliki peran demi
kelompoknya masing-masing. Fase keempat, guru perlu mendampingi
tim-tim belajar, mengingatkan tugas-tugas yang dikerjakan peserta didik
13Agus Suprijono, Cooperative Learning Teori dan Aplikasi Paikem, (Surabaya: PT
13
dan waktu yang dialokasikan.pada tahap ini, guru harus meengarahkan,
memberikan petunjuk dan membimbing siswa. Fase kelima, guru
melakukan evaluasi dengan menggunakan strategi evaluasi yang konsisten
dengan tujuan pembelajaran.Fasekeenam, guru mempersiapkan struktur
reward yang akan diberikan kepada peserta didik.14
Hal yang terpenting dalam model pembelajaran ini adalah bahwa siswa
dapat belajar dengan bekerja sama dengan teman. Teman yang lebih
mampu dapat menolong teman yang lemah. Setiap anggota kelompok tetap
memberi sumbangan pada prestasi kelompok serta siswa juga mendapat
kesempatan untuk bersosialisasi.15
b. TujuanPembelajaranKooperatif
Model Pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran yang
membantu siswa dalam mengembangkan pemahaman dan sikapnya sesuai
dengan kehidupan nyata dimasyarakat, sehingga dengan bekerja
bersama-sama diantara sebersama-sama anggota kelompok mampu meningkatkan motivasi,
produktifitas dan perolehan belajar.
Model ini dikembangkan untuk mencapai hasil belajar berupa prestasi
akademik, toleransi, menerima keragaman, dan pengembangan
keterampilan sosial. Untuk mencapai hasil belajar itu model pembelajaran
kooperatif menunut kerja sama dan interpedensi peserta didik dalam
struktur tugas, struktur tujuan, dan struktur rewardnya. Struktur tugas
berhubungan bagaimana tugas diorganisir. Struktur tujuan dan reward
mengacu pada derajat kerja sama tau kompetensi yang dibutuhkan untuk
mencapai tujuan maupun reward.
Salah satu ciri model pembelajaran kooperatif adalah interaksi
kelompok. Interaksi kelompok merupakan interaksi interpersonal. Interaksi
kelompok dalam pembelajaran kooperatif bertujuan mengembangkan
intelegensi interpersonal. Intelegensi berupa kemampuan untuk mengerti
14Ibid,h.64-66
15Hamzah. BUno, Mohamad Nurdin, Belajar dengan pendekatan PAILKEM, (Jakarta:
14
dan menjadi peka terhadap perasaan, intensi, motivasi, watak. Kepekaan
akan ekspresi wajah, suara, isyarat dari orang lain juga termasuk dalam
intelegensi ini. Secara umum intelegensi seseorang menjalin relasi dan
komunikasi dengan berbagai orang. Interaksi kelompok dalam interaksi
pembelajaran kooperatif bertujuan mengembangkan keterampilan sosial.
Beberapa keterampilan sosial adalah kecakapan berkomunikasi, kecakapan
bekerja kooperatif dan kolaboratif serta solidaritas.16
Aspek-aspek esensial yang terdapat dalam pembelajaran kooperatif
(Depdiknas, 2004:2) adalah :
1) Saling bergantung antara satu sama lain secara positif (positif
interdependence).
2) Saling berinteraksi langsung antara anggota dalam kelompok (
face-to-faceintraction).
3) Akuntabilitas individu atas pembelajaran diri sendiri (individual
accountability).
4) Keterampilan sosial (cooperativesocialskill).
5) Pemerosesan kelompok (groupprocessing).17
c. PengertianModelPembelajaranKoperatifNumberedHeadsTogether
Model pembelajaranNumberedHeadsTogether merupakan salah satu
tipe pembelajaran kooperatif yang menekankan pada struktur-struktur
khusus dirancang untuk mempengaruhi pola-pola interaksi siswa dan
memiliki tujuan meningkatkan penguasaan akademik.18 Model ini
dikembangkan oleh Spencer Kagan untuk melibatkan lebih banyak siswa
dalam menelaah materi yang tercakup dalam satu pelajaran dan mengecek
pemahaman mereka terhadap isi pelajaran tersebut. Sebagai gantinya
16Ibid,h.62
17LukmanulHakiim, PerencanaanPembelajaran,(Bandung:PTWacanaPrima,2009),
h.54
18
15
mengajukan pertanyaan kepada seluruh kelas, guru menggunakan struktur
empat (4) langkah sebagai berikut:
1) Penomoran
Guru membagi siswa kedalam kelompok yang beranggotakan 4-5
orang dan kepada setiap anggota kelompok diberi nomor antara 1
sampai 5.
2) Mengajukan pertanyaan
Guru mengajukan sebuah pertayaan kepada siswa. Pertanyaan dapat
bervariasi. Pertanyaan dapat bersifat spesifik dalam bentuk kalimat
Tanya.
3) Berfikir bersama
Siswa menyatukan pendapatnya terhadap jawaban pertanyaan itu dan
meyakinkan setiap anggota dalam teamnya mengetahui jawaban itu.
4) Menjawab
Guru memanggil satu nomor tertentu, kemudian siswa yang
nomornya sesuai mengacungkan tangannya dan mencoba untuk
menjawab pertanyaan, untuk seluruh kelas.
Model ini mengacu kepada belajar kelompok. Anggota team
menggunakan lembar kegiatan atau perangkat pembelajaran yang lain
untuk menutaskan materi pelajarannya, kemudian saling membantu satu
sama lain untuk memahami bahan pelajaran dan memecahkan suatu
masalah melalui diskusi.19
Hampir sama dengan model pembelajaran kooperatif lainnya, model ini
pun menitikberatkan kepada kemandirian siswa, tanggung jawab dan
kerjasama dalam tim. Dalam pengaturannya didalam kelas, guru/ fasilitator
harus mampu mengatur kondisi ruangan kelas yang cukup agar situasi
belajar menjadi kondusif dan tenang.
19http://www.sarjanaku.com/2012/09/model-pembelajaran-kooperatif-tipe-nht.html?m=1,
16
d. Langkah-langkahPembelajaranModelNumberedHeadsTogether
Pembelajaran dengan menggunakan Model Kooperatif tipe Numbered
Heads Together diawali dengan Numbering. Guru membagi kelas menjadi
kelompok- kelompok kecil. Jumlah kelompok sebaiknya
mempertimbangkan jumlah konsep yang akan dipelajari. Jika jumlah
peserta didik dalam satu kelas terdiri atas 40 orang dan terbagi menjadi 5
kelompok berdasarkan konsep yang akan dipelajari, maka tiap kelompok
terdiri dari 8 orang. Tiap- tiap orang dalam tiap- tiap kelompok diberi
nomor 1-8.
Setelah kelompok terbentuk guru mengajukan beberapa pertanyaan
yang harus dijawab oleh tiap-tiap kelompok. Berikan kesempatan pada
mereka untuk menemukan jawabannya. Pada kesempatan ini tiap-tiap
kelompok menyatukan kepala “HeadTogether” berdiskusi memikirkan
jawaban atas pertanyaan dari guru.
Langkah berikutnya adalah guru memanggil peserta didik yang
memiliki nomor yang sama dari tiap-tiap kelompok. Mereka diberi
kesempatan untuk memberi jawaban atas pertanyaan yang telah
diterimanya dari guru. Hal itu dilakukan terus sehingga peserta didik
dengan nomor yang sama dari masing-masing kelompok mendapatkan
giliran memaparkan jawaban. Berdasarkan jawaban-jawaban itu guru
dapat mengembangkan diskusi lebih mendalam, sehingga peserta didik
dapat menemukan jawaban pertanyaan itu sebagai pengetahuan yang
utuh.20
Dalam variasinya bisa dilakukan dengan memanggil siswa yang
memiliki nomor yang sama, kemudian siswa yang dipanggil berdiri dan
diizinkan berkumpul dengan temannya yang memiliki nomor yang sama
dikelompok lain dan saling bertukar pikiran terlebih dahulu untuk
merumuskan jawaban atas pertanyaan yang diberikan guru.21
20Agus Suprijono, Cooperative Learning Teori dan Aplikasi Paikem, (Surabaya: PT
PustakaPelajar,2009),h.92
21
17
e. Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NumberedHeadsTogether
Berbagai sumber memang banyak mengungkapkan manfaat
pembelajaran kooperatif, berdasarkan berbagai hasil penelitian serta fakta
empiris dilapangan, pembelajaran kooperatif ternyata telah mampu
meningkatkan kualitas pembelajaran siswa dalam hal:
1) Memberikan kesempatan kepada sesama siswa untuk saling
berbagi informaasi kognitif;
2) Memberi motivasi kepada siswa untuk mempelajari bahan
pembelajaran lebih baik;
3) Meyakinkan siswa untuk membangun pengetahuannya sendiri;
4) Mengembangkan keterampilan sosial kelompok yang diperlukan
untuk berhasil diluar ruangan kelas, bahkan diluar sekolah;
5) Meningkatkan interaksi positif antar anggota yang berasal dari
berbagai kultur berbeda serta kelompok sosial ekonomi yang
berlainan;
6) Meningkatkan daya ingat siswa karena dalam pembelajaran
kooperatif, siswa secara langsung dapat menerapkan kegiatan
mengajar siswa yang lain (teach order).22
Sejauh ini tidak banyak kritik yang ditunjukan terhadap implementasi
pembelajaran kooperatif. Misalnya, Amanda Post (2006) hanya
menemukan satu kelemahan pembelajaran kooperatif, yaitu terhadap
harapan timbulnya pemikiran tingkat tinggi (higher order thingking) dari
para siswa yang ternyata sesuai dengan keterbatasan kemampuan berfikir
dan tingkat kedewasaan para siswa. Dampak positif ini tidak berkembang,
terutama kepada siswa kelas-kelas rendah.
Vicki Randall mengemukakan kritikannya terhadap implementasi
pembelajaran kooperatif terutama terkait dengan bertanggung jawab
18
kelompok dalam kelompok yang berkemampuannya berbeda-beda.
Seringkali siswa yang lebih cerdas meninggalkan siswa yang lebih lemah
pembelajaranya. Dalam hal ini harus selalu ada kontrol dari guru.
Kemudian dalam asesmen menyusun rubrik yang diantaranya menilai
sikap siswa dalam membantu temannya.
Orlich menyebutkan kritiknya terhadap upaya pengelompokan para
siswa dengan kecakapan yang berbeda-beda. Sementara para ahli
menyakini bahwa pembentukan heterogen terhadap siswa-siswa yang
berbakat seperti itu justru menurunkan kemampuan belajar mereka atau
kemampuan belajar mereka menjadi berkurang karena terganggu dengan
keharsan membantu teman yang lain.23
Sedangkan secara khusus, Model Pembelajaran Numbered Heads
together memiliki kelebihan sebagai berikut;
1) Situasi belajar lebih aktif, hidup bersemangat dn berdaya guna
2) Merupakan latihan berfikir ilmiah dalam menghadapi masalah
3) Menumbuhkan sifat objektif, percaya diri, keberanian serta tanggung
jawab dalam menghadapi/mengatasi permasalahan.
4) Siswa yang pandai dapat mengajari temannya yang kurang pandai
5) Tidak ada siswa yang mendominasi dalam kelompok.24
Adapun kekurangan Model PembelajaranNumberedHeadsTogether
adalah;
1) Tidak semua anggota kelompok yang dipanggil oleh guru.
2) Siswa menjadi saling mengandalkan.
3) Kemungkinan nomor yang dipanggil guru akan terpanggil kembali.25
23Ibid,h.240-241 24
LaIrudan LaOdeSafiun Arihi,“AnalisisPenerapanPendekatan,Metode,Strategi, DanModel-ModelPembelajaran,(Yogyakarta:PTMultiPresindo,2012)cet.1,h.61
25http://m4y-a5a.blogspot.com/2012/05/metode-numbered-heads-together-nht.html?.
19
Walapun terdapat kritikan terhadap pembelajaran kooperatif ini, akan
tetapi kecil kemungkinan hal itu bisa terjadi jika proses pembelajaran
diterapkan dengan baik sesuai dengan prinsip dan langkah-langkah yang
benar serta diawasi secara teliti oleh guru.
2.MetodePembelajaranKonvensional
a. PengertianPembelajaranKonvensional
Pembelajaran konvensional adalah sebuah pembelajaran yang biasa
digunakan oleh guru dalam proses pembelajaran. Dalam pembelajaran
konvensional, guru memiliki peranan yang yang sangat penting. Guru
dituntut untuk menjelaskan materi dari awal hingga akhir pelajaran untuk
menjamin bahwa semua siswa mengerti akan materi tersebut.
Pembelajaran konvensional sering disebut dengan metode ceramah.
Metode ceramah merupakan suatu cara penyajian bahan atau penyampaian
bahan pelajaran secara lisan dari guru. Dalam bentuk penyajiannya,
metode ceramah sangat sederhana dari mulai pemberian informasi,
klarifikasi, ilustrasi, dan menyimpulkan.26
Menurut Djamarah, metode pembelajaran konvensional adalah metode
pembelajaran tradisional atau juga disebut metode ceramah, karena sejak
dulu metode ini telah ddipergunakan sebagai alat komunikasi lisan antara
guru dengan siswa dalam proses belajar dan pembelajaran.27
Pembelajaran konvensional menyebabkan siswa menjadi pasif dalam
proses pembelajaran, karena pembelajaan yang berlangsung lebih berpusat
pada guru dan komunikasi yang terjadi adalah komunikasi satu arah. Hal
ini menyebabkan kurangnya interaksi yang terjadi antara guru dengan
siswa. Siswa lebih banyak mendengarkan, mencatat dan akhirnya
menghafal penjelasan yang telah dijelaskan oleh guru. Dalam proses
pembelajaran siswa hanya sekali-kali bertanya mengenai hal-hal yang
disampaikan oleh guru dan biasanya hal tersebut dilakukan oleh siswa
26
LaIrudan LaOdeSafiun Arihi,“AnalisisPenerapanPendekatan,Metode,Strategi, DanModel-ModelPembelajaran,(Yogyakarta:PTMultiPresindo,2012)cet.1,h.22
27http/belajar-nonstop.blogspotnl/2013/03/metodekonvensional.html?m=1diaksespada
20
yang sama. Sehingga proses pembelajaran yang berlangsung menjadi
kurang efektif.
b. Ciri-ciriPembelajaranKonvensional
Dalam penerapannya, pembelajaran konvensional mudah untuk dikenali
baik dari prosesnya maupun peranan guru dan siswa dalam pembelajaran.
Adapun ciri-cirinya sebagai berikut:
1) Pembelajaran lebih berpusat pada guru.
2) Siswa biasanya lebih pasif dalam proses pembelajaran.
3) Siswa merupakan objek pembelajaran.
4) Siswa belajar dengan menghafal.
5) Bahan ajar biasanya dalam bentuk ceramah, tugas tulis dan media lain
menurut pertimbangan guru.
6) Komunikasi antara guru dengan siswa adalah komunikasi satu arah.28
c. KelebihandanKekuranganPembelajaranKonvensional
Dalam prosesnya, pembelajaran konvensional pun memiliki kelebihan
dan kekurangan dalam penerapannya di kelas. Adapun kelebihan
penggunaan metode konvensional (ceramah ) adalah:
1) Metode ini ekonomis waktu dan biaya karena waktu dan materi
pelajaran dapat di atur oleh guru secara langsung, materi dan waktu
pelajaran sangat ditentukan oleh sistem nilai yang dimiliki oleh guru
yang bersangkutan.
2) Target jumlah siswa akan lebih banyak, apalagi jika menggunakan
alat pengeras suara.
3) Bahan pelajaran sudah dipilih/dipersiapkan sehingga memudahkan
untuk mengklasifikasi dan mengkaji aspek-aspek bahan pelajaran
4) Apabila bahan pelajaran belum dikuasai oleh sebagian siswa maka
guru akan merasa mudah untuk menugaskan dan memberikan
rambu-rambu kepada siswa tersebut.
21
Sedangkan kelemahan dari metode konvensional adalah :
1) Pembelajaran terasa sulit bagi anak yang kurang memiliki
kemampuan menyimak dan mencatat yang baik.
2) Kemungkinan menimbulkan verbalisme
3) Sangat kurang memberikan kesempatan pada siswa untuk
berpartisipasi secara total.
4) Peran guru lebih banyak sebagai sumber belajar
5) Materi pembelajaran lebih cenderung bersifat ingatan/hafalan.29
3.HasilBelajarFiqih
a. PengertianHasilBelajar
Hasil adalah suatu istilah yang digunakan untuk menunjuk suatu yang
dicapai seseorang setelah melakukan usaha. Bila dikaitkan dengan belajar
berarti hasil menunjuk sesuatu yang dicapai oleh seseorang yang belajar
dalam selang waktu tertentu. Keberhasilan pembelajaran dilihat dari sisi
produk adalah keberhasilan siswa mengenai hasil yang diperoleh dengan
mengabaikan proses pembelajaran. Misalkan, ketika guru merumuskan
tujuan atau kompetensi yang harus dicapai: diharapkan siswa dapat
menyebutkan 2x2, maka pembembelajaran dianggap berhasil manakala
siswa dapat menyebutkan atau menuliskan angka 4, tanpa perlu
menguraikan dari mana angka 4 itu didapat.
Keberhasilan pembelajaran dilihat dari sisi hasil memang mudah dilihat
dan ditentukan krieterianya, akan tetapi hal ini dapat mengurangi makna
proses pembelajaran sebagai proses yang mengandung nilai- nilai
pendidikan. Dengan kata lain keberhasilan pembelajaran yang hanya
melihat sisi hasil sama halnya dengan mengerdilkan makna pembelajaran
itu sendiri.
Dewasa ini, dengan sistem kelulusan diukur dari keberhasilan siswa
dapat menjawab soal- soal tes seperti yang disajikan dalam soal UN (Ujian
29
22
Nasional), maka kriteria terhadap hasil belajar menjadi tren bagi
guru-guru kita. Manakala kita menerapkan kriteria keberhasilan pendidikan
diukur dari hasil belajar seperti itu maka kita perlu konsisten dan tidak
malu- malu mengatakan bahwa tujuan pendidikan kita yang paling utama
adalah penguasaan materi pembelajaran. Dengan demikian kita perlu
melatih dan membekali guru- guru kita dengan berbagai strategi yang
dapat mengembangkan kemampuan siswa untuk menguasai materi
pembelajaran sebanyak- banyaknya.30
Menurut Soedijarto dalam Nana Sudjana menyatakan bahwa hasil
belajar adalah tingkat penguasaan yang dicapai oleh pelajar dalam
mengikuti program belajar mengajar sesuai dengan tujuan pendiikan yang
telah ditetapkan. Sedangkan menurut Sudjana, hasil belajar adalah
kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima
pengalaman belajar.31
Hasil belajar adalah pola- pola perbuatan, nilai- nilai,
pengertian-pengertian, sikap- sikap, apresiasi dan keterampilan. Merujuk pemikiran
Gagne, hasil belajar berupa:
1) Informasi verbal yaitu kapabilitas mengungkapkan pengetahuan
dalam bentuk bahasa, baik lisan maupun tertulis. Kemampuan
merespon secara spesifik terhadap rangsangan spesifik
2) Keterampilan intelektual yaitu kemampuan mempersentasikan
konsep dan lambang. Keterampilan intelektual terdiri dari
kemampuan mengatagorisasi, kemampuan analitis- sintesis
fakta-konsep dan mengembangkan prinsip- prinsip keilmuan
3) Strategi kognitif yaitu kecakapan menyalurkan dan mengarahkan
aktifitas kognitifnya sendiri. Kemampuan ini meliputi kegunaan
konsep dan kaidah dalam memecahkan masalah.
30WinaSanjaya, PerencanaandanDesainSistemPembelajaran,(Jakarta:PTKencana,
2010),h.14
31Nana Sudjana, Penelitian Proses hasil belajar mengajar, (Bandung:Remaja
23
4) Kemampuan motorik yaitu kemampuan melakukan serangkaian
gerak jasmani dalam urusan dan koordinasi, sehingga terwujud
otomatisme gerak jasmani.
5) Sikap adalah kemampuan menerima atau menolak objek berdasarkan
penilaian terhadap objek tersebut. Sikap berupa kemampuan
berinternalisasi dan ekstenalisasi nilai-nilai.
Menurut Bloom, hasil belajar mencakup kemampuan kognitif, afektif,
dan psikomotorik. Domain kognitif adalah Knowledge (pengetahuan,
ingatan), Comprehension (pemahaman, menjelaskan, meringkas, contoh),
application (menerapkan), analaysis (menguraikan, menentukan
hubungan), synthesis (mengorganisasikan, merencanakan, membentuk
bangunan baru), dan evaluation (menilai), domain efektif adalah receiving
(sikap menerima), responding (memberikan respon), valuing (nilai),
organization ( organisasi), charaterization (karakterisasi). Domain
psikomotor meliputi initiatory, pre-routine, dan rountinized. Psikomotorik
juga mencakup keterampilalan produktif, teknik, fisik, sosial, menajerial,
dan intelektual. Sementara menurut Lindgren hasil pembelajaran meliputi
kecakapan, informasi, pengertian, dan sikap.32
Hemat penulis, hasil belajar adalah perubahan prilaku secara
keseluruhan bukan hanya salah satu aspek potensi kemanusiaan saja akan
tetapi saling keterkaitan dan tidak terpisahkan satu dengan yang lainnya
(komperhensif).
b. Faktor-faktoryangmempengaruhiHasilBelajar
Hasil belajar yang dicapai siswa dalam proses pembelajaran tidak dapat
terlepas dari faktor-faktor yang dapat mempengaruhinya. Untuk itu, Syah
(2006: 144) mengemukakan faktor-faktor yang mempengaruhi hasil
belajar siswa terdiri dari dua faktor, yaitu faktor yang datangnya dari
32 Agus Suprijono, Cooperative Learning Teori dan Aplikasi Paikem, (Surabaya: PT
24
dalam diri individu siswa (internalfactor), dan faktor yang datangnya dari
luar diri individu siswa (eksternal factor). Keduanya dapat dijelaskan
sebagai berikut:
1) Faktor internal anak, meliputi:
a) Faktor psikis (jasmani). Kondisi umum jasmani yang menandai
dapat mempengaruhi semangat dan intensitas anak dalam
mengikuti pelajaran.
b) Faktor psikologis (kejiwaan). Faktor yang termasuk aspek
psikologis yang dapat mempengaruhi kualitas perolehan hasil
belajar siswa antara lain: (1) Intelegensi, (2) sikap, (3) bakat, (4)
minat, dan (5) motivasi.
2) Faktor eksternal anak, meliputi :
a) Faktor lingkungan sosial, seperti para guru, staf administrasi dan
teman-teman sekelas.
b) Faktor lingkungan non-sosial, seperti sarana dan prasarana
sekolah/ belajar, letaknya rumah tempat tinggal keluarga, keadaan
cuaca dan waktu belajar yang digunakan anak.
c) Faktor pendekatan belajar, yaitu cara guru mengajar guru,
maupun metode dan media pembelajaran yang digunakan.
c. DefinisiIlmuFiqih
Kata fiqh secara etimologis berarti “Paham yang mendalam”. Bila
“Paham” dapat digunakan untuk hal-hal yang bersifat lahiriah, maka fiqih
berarti paham yang menyampaikan ilmu lahir kepada ilmu batin. Karena
itulah at-Tirmidzi menyebutkan, “fiqih tentang sesuatu,” berarti
25
berarti “ilmu tentang hukum- hukum syar’i yang bersifat amaliah yang
digali dan dalil- dalil yang terperinci”.33
Ulama sepakat mesipun mereka berlainan dalam mazhabnya, bahwa
segala ucapan dan perbuatan yang timbul dari manusia, baik berupa
ibadah, muamalah, pidana, perdata, atau berbagai macam perjanjian, atau
pembelanjaan, maka semua itu mempunyai hukum dalam syariat islam.
Hukum- hukum ini sebagian telah dijelaskan oleh berbagai nash yang ada
didlam Al-Qur’an dan As- Sunnah, dan sebagian lain belum dijelaskan
oleh nash, akan tetapi syariat telah menegakkan dalil dan mendirikan
tanda-tanda bagi hukum itu, dimana dengan perantaraan dalil dan tanda itu
seorang mujtahid mampu mencapai hukum itu dan menjelaskannya.
Kumpulan hukum- hukum syara’ yang berhubungan dengan ucapan dan
perbuatan yang timbul dari manusia, baik yang diambil dari nash dalam
berbagai kasus yang ada nashnya, maipun yang diistinbatkan dari berbagai
dalil syar’i lainnya dalam kasus-kasus yang tidak ada nashnya terbentuklah
fiqih.34
Ibnu Subki dari kalangan uama syafi’iyah mendefinisikannya sebagai:
اتفصيلي
ادلتها
هن
اوكتسب
اعولي
اشرع
ي
ااحك م
اعلن
“Pengetahuan tentang hukum syara’ yang berhubungan dengan
amalperbuatan,yangdigalisatupersatudalilnya(terperinci)”.35
d. TujuanIlmuFiqih
Tujuan ilmu Fiqih adalah menerapkan hukum-hukum syariat terhadap
perbuatan dan ucapan manusia. Jadi ilmu fiqih itu adalah tempat kembali
seorang hakim dalam keputusannya. Tempat kembali seorang mufti dalam
fatwanya, dan tempat kembalinya seorang mukallaf untuk dapat
mengetahui hukum syara’ yang berkenaan dengan ucapan dan perbuatan
33AmirSyarifuddin,UshulFiqh,(Jakarta:PTKencana,2009),h.2-3
34AbdulWahabKhalaf,IlmuUshulFiqh,(Semarang:PT.DinaUtama.1994),h.1 35Satria Efendi, M Zein, Ushul Fiqh, ( Jakarta: PT.Kencana Prenada Media Group,
26
yang muncul dari dirinya, ini agaknya juga merupakan tujuan yang
dimaksudkan dari setiap undang-undang pada umat mana pun, karena
sesungguhnya undang-undang itu tidak lain dimaksudkan untuk
diterapkannya materi-materinya dan hukum-hukumnya terhadap perbuatan
dan ucapan manusia, dan memberitahukan kepada setiap mukallaf
terhadap hal-hal yang wajib dirinya dan hal-hal yang haram atas dirinya.36
e. RuanglingkupPembelajaranFiqihdiMA
Ruang lingkup mata pelajaran fiqih di Madrasah Aliyah meliputi :
kajian tentang prinsip-prinsip ibadah dan syari’at dalam Islam; hukum
Islam dan perundang-undangan tentang zakat dan haji, hikmah dan cara
pengelolaannya; hikmah kurban dan aqiqah; ketentuan hukum Islam
tentang pengurusan jenazah; hukum Islam tentang kepemilikan; konsep
perekonomian dalam Islam dan hikmahnya; hukum Islam tentang
pelepasan dan perubahan harta beserta hikmahnya; hukum Islam tentang
wakaalah dansulhu beserta hikmahnya; hukum Islam tentang daman dan
kafaalah beserta hikmahnya; riba, bank dan asuransi; ketentuan Islam
tentang jinaayah, Huduud dan hikmahnya; ketentuan Islam tentang
peradilan dan hikmahnya; hukum Islam tentang keluarga, waris; ketentuan
Islam tentangsiyaasahsyar’iyah; sumber hukum Islam dan hukum taklifi;
dasar-dasar istinbaath dalam fikih Islam; kaidah-kaidah usul fikih dan
penerapannya.37
Adapun penelitian yang dilakukan oleh penulis adalah mengukur hasil
belajar fiqih siswa yang ada di kelas X MA Annida Al Islamy pada pokok
bahasan “Riba,BankdanAsuransi” yang ada pada semester genap.
4.MateriRiba,BankdanAsuransi
Secara garis besarnya materi kelas X tentang riba bank dan asuransi
dijabarkan sebagai berikut :
36AbdulWahabKhalaf,IlmuUshulFiqh,(Semarang:PT.DinaUtama.1994),h.5-6
37Direktorat Pendidikan Madrasah, Direktorat Jendral Pendidikan Islam Kementrian
27
a. PengertianRiba
Menurut bahasa riba yaitu bertambah زياد karena salah satu
perbuatan riba adalah meminta tambahan dari sesuatu yang
dihutangkan. Sedangkan menurut istilah adalah akad yang terjadi atas
penukaran barang tertentu yang tidak diketahui pertimbangannya
menurut ukuran syara’. Menurut syaikh Muhammad Abduh, yang
dimaksud riba adalah penambahan-penambahan yang diisyaratkan oleh
orang yang memiliki harta kepada orang yang meminjam harta nya,
karena pengunduran janji pembayaran oleh peminjam dari waktu yang
telah ditentukan.38
Riba adalah salah satu hal yang diharamkan menurut syariat islam.
Adapun dalil-dalil yang mengharamkan riba adalah firman Allah SWT :
“Haiorang-orangyangberiman,janganlahkamumemakanRiba
denganberlipatgandadanbertakwalahkamukepadaAllahsupaya
kamumendapatkeberuntungan”.(QS.AliImran:130.39
b. Macam-macamRiba
1) Riba fadhli yaitu berlebih salah satu dari dua pertukaran yang
diperjualbelikan. Bila yang diperjual belikan sejenis, berlebihan
timbangannya pada barang-barang yang ditimbang atau barang
yang tidak bisa ditakar. Contohnya menukar emas dengan emas.
2) Riba Nasi’ah yaitu riba yang dikenakan kepada orang yang
berutang disebabkan memperhitungkan waktu yang ditangguhkan.
38HendiSuhendi,FiqihMuamalah,(Jakarta:PTRajaGrafindoPerkasa,2010),h.57-58 39
28
3) Riba Qardh yaitu pinjam-meminjam atau hutang piutang dengan
menarik keuntungan dari orang yang meminjam/yang berhutang.
4) Riba Yad yaitu bila salah satu dari penjual atau pembeli telah
meninggalkan majelis akad sebelum saling menyerah terimakan
barang.40
c. Hikmahdiharamkannyariba
1) Dapat menghilangkan faedah berhutang piutang yang menjadi
tulang punggung gotong royong atas kebajikan dan takwa.
2) Dapat menjauhkan dari jalan atau cara untuk menjajah orang yang
meminjam tidak dapat mengembalikan pinjamannya.
3) Memberikan semangat kepada seseorang untuk berusaha lebih
keras lagi, ti