• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis konsumsi lemak, sayur, dan buah pada wanita dewasa di Indonesia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis konsumsi lemak, sayur, dan buah pada wanita dewasa di Indonesia"

Copied!
95
0
0

Teks penuh

(1)

ZAINI MUHARRAM

DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT

FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

(2)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Konsumsi Lemak, Sayur, dan Buah pada Wanita Dewasa di Indonesia adalah benar karya saya dengan arahan dari dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Maret 2013

Zaini Muharram NIM I14080090

(3)

among Adult Women In Indonesia. Supervised by HARDINSYAH.

The purpose of this research was to analyze fat, cholesterol, vegetable, and fruit consumption among adult women in Indonesia. This research was carried out through analyzing a data set of Riskesdas collected in May until August 2010 by applying a cross-sectional study design, covered 33 provinces in Indonesia. The final data covered 62 072 women, consist of 39 563 women aged 20 until 39 years and 22 509 women aged 40 until 55 years (include pregnant women). The average total fat intake was 33.2±5.9 g/day. The average total cholesterol intake was 156.6±76.1 mg/day. The average total fruit and vegetable consumption was 139.7±55.9 g/day. The results of Independent samples t-test showed there was no significant different in fat, cholesterol, vegetable, and fruit consumption, between pregnant woman and non pregnant woman (p>0.01). There was significant different in fat, cholesterol, and fruit consumption, between young adult and older adult (p<0.01). Consumption of fat and cholesterol is higher among young adult than in older adult, while consumption of fruit is higher among older adult than in young adult. There was significant different in fat, cholesterol, vegetable, and fruit consumption, according to nutritional status (p<0.01). Consumption of fat, cholesterol, and fruit is higher in overweight adult than in the others, while consumption of vegetable is higher in normal adult than in the others.

(4)

Dewasa di Indonesia. Dibimbing oleh HARDINSYAH.

Pada beberapa dekade terakhir, penyakit degeneratif telah menggeser posisi penyakit infeksi sebagai penyakit tertinggi di dunia. Pola diet kurang sehat dan seimbang seperti konsumsi makanan tinggi lemak, rendah serat, serta kurang buah dan sayur diketahui memiliki hubungan yang erat dengan peningkatan risiko terjadinya berbagai penyakit degeneratif. Gaya hidup merupakan faktor yang sangat berperan dalam menentukan kualitas hidup di usia dewasa. Namun belum diketahui rata-rata konsumsi lemak, sayur, dan buah pada wanita dewasa di Indonesia.

Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk menganalisis konsumsi lemak, konsumsi sayur, serta konsumsi buah pada wanita dewasa usia 20 sampai 55 tahun di Indonesia. Selain itu, penelitian ini juga memiliki tujuan khusus sebagai berikut: (1) menganalisis konsumsi lemak dan kolesterol menurut kondisi fisiologis dan kelompok usia, (2) menganalisis konsumsi sayuran dan buah menurut kondisi fisiologis dan kelompok usia, (3) menganalisis perbedaan konsumsi lemak, kolesterol, sayur, dan buah menurut status gizi (kurus, normal, dan gemuk).

Penelitian ini secara keseluruhan menggunakan data sekunder yang berasal dari data penelitian Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study yang mengacu pada desain penelitian Riskesdas 2010. Data penelitian ini diperoleh dalam bentuk electronic file berupa entry data dan hasil pengolahan Riskesdas 2010. Data antropometri, konsumsi bahan makanan sumber lemak, konsumsi sayur, konsumsi buah, dan karakteristik sosial ekonomi (status pendidikan terakhir, pekerjaan, daerah tempat tinggal) diperoleh dari entry data kuesioner Riskesdas. Sedangkan data konsumsi kolesterol didapatkan dari kandungan gizi pangan Singapura (2012) serta USDA (2011). Data status ekonomi dan konsumsi zat gizi makro diperoleh dari hasil pengolahan tim Riskesdas 2010. Pengumpulan data Riskesdas 2010 dilakukan oleh tenaga terlatih dengan kualifikasi minimal tamat D3 kesehatan di 33 provinsi Indonesia sejak bulan Juni 2010 dan berakhir pada Agustus 2010. Pengolahan, analisis dan interpretasi data untuk penelitian ini dilakukan pada bulan September sampai Juni 2012 di Kampus Institut Pertanian Bogor, Darmaga, Jawa Barat.

Sampel rumah tangga dan anggota rumah tangga dalam Riskesdas 2010 dipilih berdasarkan listing Sensus Penduduk (SP) 2010 oleh Badan Pusat Statistik dengan menggunakan two stage sampling. Tim Riskesdas 2010 berhasil mengumpulkan 2 798 BS (blok sensus) dengan sampel anggota rumah tangga sebanyak 251 388 orang. Berdasarkan jumlah anggota rumah tangga tersebut diperoleh 66 630 orang wanita dewasa usia 20 sampai 55 tahun. Cleaning data diakukan untuk data berat badan, tinggi badan, IMT <12.5 dan IMT >40, konsumsi yang tidak lengkap, konsumsi energi <0.3 atau >3 kali dari energi basal, sampel yang memiliki tingkat kecukupan gizi >400%. Total sampel yang digunakan adalah 62 072 orang sampel wanita dewasa.

(5)

Sebagian besar pekerjaan wanita dewasa muda dan dewasa madya adalah tidak bekerja. Sebagian besar sampel wanita dewasa muda bertempat tinggal di perkotaan (53%) dan wanita dewasa madya tinggal di pedesaan (48%). Persentase kelompok wanita dewasa muda dan dewasa madya hampir tersebar merata pada setiap kuintilnya, namun lebih banyak berasal dari kuintil 1 masing-masing sebesar 20.7% dan 20.3%.

Secara keseluruhan, sampel memiliki status gizi normal dengan persentase sebesar 61.1%. Sebagian sampel dengan kondisi fisiologis hamil dan tidak hamil memiliki status gizi normal, masing-masing sebesar 59.5% dan 61.2%. Persentase terkecil adalah status gizi kurang yaitu sebesar 13.9% pada wanita hamil dan 9.0% pada wanita yang tidak hamil. Selain itu, penelitian juga menunjukkan bahwa terdapat 26.6% wanita hamil yang mengalami kegemukan dan 29.8% wanita tidak hamil mengalami kegemukan. Rata-rata IMT pada dewasa muda lebih rendah dibanding dewasa madya masing-masing sebesar 22.9±3.9 dan 24.0±4.2. Secara keseluruhan wanita dewasa madya memiliki persentase kegemukan lebih besar dibanding dewasa muda, yaitu sebesar 37.1%. Diduga hal ini diakibatkan karena semakin berkurangnya aktivitas fisik wanita dengan usia yang lebih tua sehingga terdapat kecendrungan menjadi lebih gemuk.

Rata-rata asupan lemak total sampel adalah sebesar 33.2±5.9 g/kap/hari, sedangkan rata-rata asupan kolesterol total sampel adalah sebesar 139.7±55.9 mg/kap/hari. Hasil uji beda Independent samples t-test menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang signifikan konsumsi lemak maupun kolesterol menurut kondisi fisiologis (p>0.01). Konsumsi lemak dan kolesterol lebih tinggi pada dewasa muda dibandingkan dewasa madya. Terdapat perbedaan yang signifikan konsumsi lemak dan kolesterol menurut kelompok usia (p<0.01). Terdapat perbedaan yang signifikan konsumsi lemak maupun kolesterol pada wanita dewasa kurus dengan wanita dewasa gemuk (p<0.01) dan wanita dewasa normal dengan wanita dewasa gemuk (p<0.01). Namun, pada wanita dewasa kurus dengan wanita dewasa normal tidak terdapat perbedaan konsumsi yang signifikan. Konsumsi lemak dan kolesterol lebih tinggi pada wanita dewasa gemuk dibandingkan dengan yang lainnya.

Rata-rata konsumsi sayur dan buah total sampel adalah sebesar 139.7±55.9 g/kap/hari. Hasil uji beda independent samples t-test menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang signifikan konsumsi sayur maupun buah menurut kondisi fisiologis (p>0.01). Konsumsi sayur dan buah lebih tinggi pada dewasa madya dibandingkan dewasa muda. Terdapat perbedaan yang signifikan konsumsi buah menurut kelompok usia (p<0.01), sedangkan untuk konsumsi sayur tidak terdapat perbedaan yang signifikan (p>0.01). Terdapat perbedaan yang signifikan konsumsi sayur maupun buah pada wanita dewasa kurus dengan wanita dewasa gemuk (p<0.01) dan wanita dewasa normal dengan wanita dewasa gemuk (p<0.01). Konsumsi sayur pada wanita normal lebih tinggi dibandingkan dengan yang lain, sedangkan konsumsi buah paling tinggi pada wanita gemuk.

(6)

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2013

Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian,penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan sauatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB

(7)

ZAINI MUHARRAM

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Gizi

Departemen Gizi Masyarakat

DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT

FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

(8)

Nama Mahasiswa : Zaini Muharram

NIM : I14080090

Menyetujui,

Dosen Pembimbing

Prof. Dr. Ir. Hardinsyah, MS

NIP. 19590807 198303 1 001

Mengetahui,

Ketua Departemen Gizi Masyarakat

Dr. Ir. Budi Setiawan, MS

NIP 19621218 198703 1 001

(9)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas berkat, rahmat,

serta inayah-Nya sehingga penulis mampu menyelesaikan penyusunan skripsi ini dengan baik. Penulisan skripsi yang berjudul “Analisis Konsumsi Lemak, Sayur, dan Buah pada Wanita Dewasa di Indonesia” ini dilakukan sebagai salah satu

syarat guna mencapai gelar Sarjana Gizi pada Departemen Gizi Masyarakat,

Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor.

Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada

Balitbangkes Depkes RI dan BPS yang telah memberi izin untuk penggunaan

data dalam penelitian ini. Terima kasih yang sebesar-besarnya penulis ucapkan

kepada Prof. Dr. Ir. Hardinsyah, MS selaku dosen pembimbing akademik dan

skripsi yang dengan penuh kesabaran telah meluangkan waktu dan pikiran,

memberikan masukan, kritikan, semangat, dan dorongan untuk menyelesaikan

skripsi ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Prof. Dr. Ir. Siti

Madanijah, MS selaku dosen pemandu seminar dan dosen penguji skripsi atas

saran dan perbaikan untuk penyempurnaan skripsi ini.

Terima kasih untuk kasih sayang, perhatian, dan doa yang diberikan dari

keluarga tercinta: Bapak, Mamah, A Rifky, Neng Reza, dan De Nida yang selalu

setia mendukung penulis dalam penyelesaian skripsi ini. Terima kasih kepada

Yulita Farisa Harahap yang selalu memberikan dorongan dan semangat dalam

penulisan skripsi ini. Selain itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada

teman-teman seperjuangan (Triko, Made, Gita, Fachrudin), teman-teman Gizi

Masyarakat khususnya angkatan 45, teman-teman pembahas seminar (Michel,

Icha, Tami, Hadi), teman-teman Onion Skins, Ziper, saudara-saudara di Noes

Camp, sahabat-sahabat “GWW”, serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan

satu persatu yang telah banyak membantu kelancaran penyelesaian penyusunan

skripsi ini.

Penulis berharap semoga karya ilmiah ini dapat memberikan informasi

dan bermanfaat bagi semua pihak.

Bogor, Maret 2013

(10)

RIWAYAT HIDUP

Zaini Muharram dilahirkan di Tasikmalaya, Jawa Barat pada tanggal 24

Agustus 1989. Penulis merupakan anak kedua dari empat bersaudara, putra

pasangan Bapak Drs. Sofyan Abdullah, M.Ag dan Ibu Dra. Toto T Khoeriyah,

MM. Penulis menempuh pendidikan dasar pada tahun 1996 sampai dengan

tahun 2002 di SD Negeri Sariwangi, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat.

Penulis menyelesaikan pendidikan menengah pertama pada tahun 2002 sampai

dengan tahun 2005 di MTs Negeri Leuwisari, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa

Barat. Selanjutnya penulis menyelesaikan pendidikan menengah atas pada

tahun 2005 sampai dengan tahun 2008 di SMA Negeri 1 Singaparna, Jawa

Barat.

Penulis resmi diterima sebagai mahasiswa Mayor Ilmu Gizi, Departemen

Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia di Institut Pertanian Bogor pada

tahun 2008 melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI). Selama menjadi

mahasiswa, penulis aktif dalam berbagai kegiatan akademik maupun non

akademik. Penulis aktif tergabung ke dalam organisasi kemahasiswaan yaitu

Himpunan Mahasiswa Gizi Masyarkat (Himagizi) Fakultas Ekologi Manusia IPB

sebagai Staff Divisi Kewirausahaan pada tahun 2009-2010. Penulis menjadi

anggota Himalaya (Himpunan Mahasiswa Tasikmalaya). Penulis juga ikut serta

dalam berbagai kepanitiaan yang diselenggarakan oleh IPB, Himagizi, dan

Himalaya. Penulis lebih banyak aktif dalam bidang seni dan olahraga. Dalam

bidang seni penulis menjadi anggota Gizi Perkusi (Ziper), personil Onion Skin

dan Paperline Band. Dalam bidang olahraga, penulis merupakan anggota tim

volly dan tenis meja Fakultas Ekologi Manusia dalam Olympiade Mahasiswa IPB

(11)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ... ix

RIWAYAT HIDUP ... x

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

PENDAHULUAN ... 1

Latar Belakang ... 1

Tujuan ... 3

Kegunaan ... 3

TINJAUAN PUSTAKA ... 4

Kecenderungan Penyakit Tidak Menular ... 4

Diet Rendah Lemak, Tinggi Sayur dan Buah ... 5

Fisiologis Wanita Dewasa ... 6

Pola Konsumsi Pangan Penduduk Indonesia ... 8

Kebiasaan Konsumsi Tinggi Lemak dan Kolesterol ... 9

Sayur dan Buah ... 12

Manfaat Sayur dan Buah Berdasarkan Warna ... 14

Sayur dan Buah sebagai Sumber Vitamin A dan Vitamin C ... 15

Sayur dan Buah sebagai Sumber Serat ... 16

KERANGKA PEMIKIRAN ... 17

METODE ... 19

Desain, Waktu, dan Tempat ... 19

Jumlah dan Cara Pengambilan Sampel ... 19

Jenis dan Cara Pengumpulan Data ... 20

Pengolahan dan Analisis Data ... 21

Karakteristik Sampel ... 21

Status Gizi ... 22

Konsumsi Lemak, Sayur, dan Buah ... 22

Kebutuhan Energi ... 23

Faktor Aktivitas ... 24

Kebutuhan Lemak... 24

(12)

Tingkat Pemenuhan Kebutuhan Zat Gizi ... 24

Analisis data ... 25

Definisi Operasional ... 25

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 26

Karakteristik Sosial dan Ekonomi ... 26

Berat Badan, Tinggi Badan, dan Status Gizi ... 29

Asupan Lemak dan Kolesterol ... 30

Asupan menurut Sumber Bahan Makanan ... 30

Asupan menurut Pemenuhan Kebutuhan ... 34

Asupan menurut Kelompok Usia dan Status Gizi ... 36

Asupan menurut Karakterisitik Sampel ... 37

Konsumsi Sayur dan buah ... 38

Konsumsi menurut Warna Sayur dan Buah ... 38

Konsumsi menurut Pemenuhan Kebutuhan ... 40

Konsumsi menurut Kelompok Usia dan Status Gizi ... 41

Konsumsi menurut Karakteristik Sampel ... 42

Konsumsi Vitamin A dan C serta Serat dari Sayur dan Buah ... 43

KESIMPULAN ... 46

Kesimpulan ... 46

Saran ... 46

DAFTAR PUSTAKA ... 48

(13)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1 Anjuran kecukupan gizi untuk orang dewasa ... 7

Tabel 2 Pola konsumsi pangan Indonesia tahun 2011 ... 9

Tabel 3 Sumber dan cara pengumpulan data ... 21

Tabel 4 Kategori status gizi dewasa berdasarkan IMT ... 22

Tabel 5 Perhitungan kebutuhan energi wanita dewasa ... 23

Tabel 6 Sebaran wanita dewasa hamil menurut karakteristik sampel ... 27

Tabel 7 Sebaran wanita dewasa tidak hamil menurut karakteristik sampel ... 28

Tabel 8 Sebaran status gizi menurut kelompok usia dan kondisi fisiologis ... 30

Tabel 9 Asupan lemak menurut sumber ... 31

Tabel 10 Asupan kolesterol menurut sumber ... 33

Tabel 11 Pemenuhan kebutuhan lemak ... 34

Tabel 12 Asupan lemak dan kolesterol menurut anjuran ... 35

Tabel 13 Asupan lemak dan kolesterol menurut status gizi ... 37

Tabel 14 Konsumsi sayur menurut warna ... 39

Tabel 15 Konsumsi buah menurut kelompok usia, dan kondisi fisiologis ... 39

Tabel 16 Konsumsi sayur dan buah menurut % konsumsi ... 40

Tabel 17 Konsumsi sayur dan buah menurut kelompok usia dan status gizi ... 42

(14)

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 1 Kerangka pemikiran ... 18

(15)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Cara pengumpulan data karakteristik dan antropometri ... 53

Lampiran 2 Cara pengumpulan data konsumsi pangan ... 54

Lampiran 3 Sebaran berat badan dan tinggi badan ... 55

Lampiran 4 Asupan lemak menurut karakteristik sampel ... 56

Lampiran 5 Asupan kolesterol menurut karakteristik sampel ... 58

Lampiran 6 Konsumsi sayur menurut karakteristik sampel ... 60

Lampiran 7 Konsumsi buah menurut karakteristik sampel ... 62

Lampiran 8 Asupan lemak dari bahan makanan ... 64

Lampiran 9 Asupan kolesterol dari bahan makanan ... 69

Lampiran 10 Konsumsi sayur terhadap yang mengkonsumsi ... 72

Lampiran 11 Konsumsi buah terhadap yang mengkonsumsi ... 74

Lampiran 12 Uji beda variabel menurut kondisi fisiologis ... 75

Lampiran 13 Uji beda menurut kelompok usia ... 75

Lampiran 14 Uji beda variabel menurut status gizi ... 75

(16)

Kecenderungan penyakit tidak menular (PTM) setiap tahun terus

meningkat. Pada beberapa dekade terakhir, PTM telah menggeser posisi

penyakit infeksi sebagai penyakit tertinggi di dunia. Menurut WHO (2008), PTM

menjadi penyebab kematian yang tertinggi dibadingkan kematian akibat penyakit

menular dan kematian akibat kecelekaan. Kematian di Asia Tenggara paling

banyak disebabkan penyakit tidak menular yakni 7.9 juta kematian (55%),

sedangkan kematian disebabkan penyakit menular sebanyak 5 juta jiwa (35%),

dan akibat cedera 1.5 juta jiwa (10.7%).

Di Indonesia, kematian karena penyakit tidak menular (PTM) tampak

mengalami peningkatan dari tahun ke tahun jika dibandingkan dengan penyakit

menular (PM) yang semakin menurun jumlahnya. Hasil Riset Kesehatan Dasar

(Riskesdas) 2007 menunjukkan bahwa distribusi kematian karena PM menurun

menjadi 28.1%. Sebaliknya, kematian akibat PTM semakin meningkat menjadi

59.5%. Dari hasil tersebut diketahui bahwa proporsi terbesar penyebab kematian

pada semua umur akibat PTM adalah penyakit Kardiovaskuler (31.9%) termasuk

di dalamnya stroke (15.4%), hipertensi (6.8%), penyakit jantung iskemik (5.1%)

serta penyakit jantung lainnya (4.6%) (Depkes 2008).

Perubahan gaya hidup tidak hanya memberi dampak positif bagi

kelangsungan hidup manusia, tetapi juga menyisakan banyak dampak negatif

khususnya masalah kesehatan (Yuliarti 2009). Pola diet kurang sehat dan

seimbang seperti konsumsi makanan tinggi lemak, rendah serat, serta kurang

buah dan sayur diketahui memiliki hubungan yang erat dengan peningkatan

risiko terjadinya berbagai penyakit degeneratif (Kusharisupeni 2010).

Berbagai komponen pangan termasuk zat gizi ada yang bersifat

mengurangi dan ada pula beberapa yang meningkatkan risiko penyakit

degeneratif (Agrawal et al. 2008). Berbagai studi epidemiologi membuktikan ada hubungan positif antara konsumsi lemak, terutama lemak jenuh, dengan kejadian

penyakit jantung koroner (WHO 2003).

Salah satu efek dari konsumsi lemak berlebih adalah terjadi sindroma

metabolik. Konsumsi lemak yang tidak baik melebihi anjuran persentase lemak

yang dianjurkan dalam sehari memiliki risiko 2.58 kali lebih besar terhadap

kejadian sindroma metabolik, dibandingkan dengan konsumsi lemak yang baik.

(17)

10% pada penduduk usia 20 tahun dan mencapai 40% pada usia 60 tahun.

Selain itu risiko penyakit ini lebih besar terjadi pada wanita, yang berarti

peluangnya lebih besar terjadi pada wanita dewasa (Wiardani et al. 2011).

Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007 menunjukkan

bahwa 93.6% penduduk Indonesia yang berumur 10 tahun ke atas kurang

konsumsi sayur dan buah (Depkes 2008). Sayur dan buah berfungsi sebagai

sumber vitamin dan mineral, sehingga kekurangan konsumsinya berpengaruh

negatif terhadap kondisi gizi. Beberapa zat gizi yang terdapat dalam sayur dan

buah diantaranya vitamin A, vitamin C, serta serat. Sayur dan buah juga

mengandung ratusan phytochemical yang bertanggung jawab terhadap perlindungan banyak penyakit. Konsumsi tinggi buah dan sayur mempunyai

hubungan dengan berkurangnya risiko kejadian penyakit kronis (Hung et al. 2004).

Konsumsi tinggi sayur dan buah mempunyai peranan yang berlawanan

dengan lemak. Para ilmuwan telah menemukan bahwa mengkonsumsi buah dan

sayur dapat mengurangi timbulnya penyakit, seperti kanker dan jantung. Buah

dan sayur juga dapat bermanfaat untuk menghentikan tumbuhnya bakteri,

melindungi dari infeksi, menjaga pertahanan tubuh, menurunkan kadar gula

darah, dan mencegah kolesterol di dalam tubuh (Jusup 2007). Di samping itu

peningkatan konsumsi sayuran dan buah dapat menurunkan konsumsi lemak

seseorang (Drapeau et al. 2004).

Rata-rata konsumsi lemak penduduk Indonesia meningkat dari tahun

2002 ke 2009. Rata-rata konsumsi lemak 58.1 g/kap/hr pada tahun 2002; 61.5

g/kap/hari tahun 2007 dan 64.7 g/kap/hari tahun 2009 (Hardinsyah 2011).

Sebaliknya, konsumsi sayur dan buah menurun dari sebesar 211.5 g/kap/hari

pada tahun 2010, menjadi 197.4 g/kap/hari pada tahun 2011 (BPS 2011).

Lemak, sayur, dan buah berpengaruh besar terhadap kesehatan individu,

salah satunya wanita dewasa. Orang dewasa sangat memperhatikan tujuan

mereka dalam mengonsumsi suatu makanan, mulai dari fungsi utamanya

sebagai penghasil tenaga, kesenangan, kenyamanan, simbol tradisi, atau

perayaan tertentu (Brown 2008). Namun, belum diketahui rata-rata konsumsi

lemak, sayur, serta buah pada kelompok wanita dewasa. Berdasarkan fakta-fakta

tersebut, peneliti bermaksud menganalisis lebih jauh tentang konsumsi lemak,

(18)

Tujuan

Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk menganalisis konsumsi

lemak, konsumsi sayur, serta konsumsi buah pada wanita dewasa di Indonesia.

Tujuan khusus dari penelitian ini adalah :

1. Menganalisis konsumsi lemak dan kolesterol menurut kondisi fisiologis dan

kelompok usia.

2. Menganalisis konsumsi sayur dan buah menurut kondisi fisiologis dan

kelompok usia.

3. Menganalisis perbedaan konsumsi lemak, sayur, dan buah menurut status gizi

(Gemuk, normal dan kurus).

Kegunaan

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai

gambaran konsumsi lemak, sayur, dan buah pada wanita dewasa usia 20 sampai

55 tahun serta hubungannya dengan penyakit degeneratf. Selain itu diharapkan

juga memberikan informasi tentang diet sehat berupa diet rendah lemak dan

kolesterol serta tinggi sayur dan buah. Informasi ini diharapkan dapat membantu

masyarakat khususnya wanita dewasa dalam memperhatikan konsumsi lemak,

sayur, dan buah sehingga wanita dewasa dapat mencapai status gizi dan

kesehatan yang optimal.

(19)

Pola makan yang sehat dan seimbang dapat menunjang kesehatan

seseorang secara optimal sehingga kita dapat terhindar dari berbagai macam

penyakit. Perubahan gaya hidup tidak hanya memberi dampak positif bagi

kelangsungan hidup manusia, tetapi juga menyisakan banyak dampak negatif

khususnya masalah kesehatan (Yuliarti 2009).

Pada beberapa dekade terakhir, penyakit degeneratif telah menggeser

posisi penyakit infeksi sebagai penyakit tertinggi di dunia. Pola diet kurang sehat

dan seimbang seperti konsumsi makanan tinggi lemak, rendah serat, serta

kurang buah dan sayur diketahui memiliki hubungan yang erat dengan

peningkatan risiko terjadinya berbagai penyakit degeneratif (Kusharisupeni

2010).

Tren Penyakit Tidak Menular (PTM) setiap tahun terus meningkat.

Bahkan di dunia, PTM menjadi penyebab kematian yang tertinggi (WHO 2008).

Di Indonesia, kematian karena penyakit tidak menular (PTM) tampak mengalami

peningkatan dari tahun ke tahun jika dibandingkan dengan penyakit menular

(PM) yang semakin menurun jumlahnya. Hasil Riset Kesehatan Dasar

(Riskesdas) 2007 menunjukkan bahwa distribusi kematian karena PM menurun

menjadi 28.1% sebaliknya kematian akibat PTM semakin meningkat menjadi

59.5% (Depkes 2008). Berdasarkan hasil Riskesdas 2007 diketahui bahwa

proporsi terbesar penyebab kematian pada semua umur akibat PTM adalah

penyakit Kardiovaskuler (31.9%) termasuk di dalamnya stroke (15.4%),

hipertensi (6.8%), penyakit jantung iskemik (5.1%) serta penyakit jantung lainnya

(4.6%).

WHO (2005) dalam Thaha (2013) menyebutkan ada lima penyakit tidak

menular di Indonesia yang perlu dicegah yaitu penyakit jantung, stroke, kanker,

penyakit paru kronis, serta diabetes. Dalam media briefing komite Organisasi

Kesehatan Dunia untuk Wilayah Asia Tenggara (WHO SEARO) ke-65, Garg

(2012) mengungkapkan bahwa lima penyakit tidak menular tersebut merupakan

pembunuh nomor satu di Asia Tenggara, termasuk Indonesia. Kematian di Asia

Tenggara paling banyak disebabkan penyakit tidak menular yakni 7.9 juta

kematian (55%). Selanjutnya kematian disebabkan penyakit menular sebanyak 5

(20)

Faktor sosial ekonomi, serta adanya perubahan gaya hidup diduga telah

menyebabkan peningkatan besaran kasus-kasus penyakit tidak menular di

Indonesia. Perilaku makan yang tidak sehat seperti tinggi lemak, kurang sayur

dan buah, makanan asin, makanan manis, kebiasaan merokok, konsumsi

alkohol, stres, serta minimnya aktivitas fisik merupakan faktor-faktor risiko

penyakit degeneratif, disamping faktor-faktor risiko lain seperti usia, jenis kelamin

dan keturunan (Nuryati et al. 2009).

Diet Rendah Lemak, Tinggi Sayur dan Buah

Perubahan pola makan menjurus ke sajian siap santap yang tidak sehat

dan tidak seimbang karena mengandung lemak dan garam tinggi tapi rendah

serat pangan (dietary fiber). Hal tersebut membawa konsekuensi terhadap kejadian perubahan status gizi dan pola penyakit degeneratif (Nurlita 2004).

Berbagai komponen pangan termasuk zat gizi ada yang bersifat

mengurangi dan ada pula beberapa yang meningkatkan risiko penyakit

degeneratif (Agrawal et al. 2008). Berbagai studi epidemiologi membuktikan ada hubungan positif antara konsumsi lemak, terutama lemak jenuh, dengan kejadian

penyakit jantung koroner (WHO 2003).

Salah satu efek dari konsumsi lemak berlebih adalah terjadi sindroma

metabolik. Sindroma metabolik merupakan sekumpulan gejala yang ditemukan

pada seseorang yang mengarah kepada timbulnya penyakit degeneratif seperti

diabetes mellitus, arterosklerosis, dan penyakit jantung koroner. Permasalahan

sindroma metabolik terus berkembang yang erat kaitannya dengan perubahan

gaya hidup di masyarakat (Wiardani et al. 2011).

Hasil penelitian Wiardani et.al (2011) menunjukkan konsumsi lemak yang tidak baik melebihi anjuran persentase lemak yang dianjurkan dalam sehari

memiliki risiko 2.58 kali lebih besar terhadap kejadian sindroma metabolik,

dibandingkan dengan konsumsi lemak yang baik. Prevalensi sindroma metabolik

meningkat dengan bertambahnya usia sekitar 10% pada penduduk usia 20 tahun

dan mencapai 40% pada usia 60 tahun. Selain itu risiko penyakit ini lebih besar

terjadi pada wanita, yang berarti peluangnya lebih besar terjadi pada wanita

dewasa.

Para ilmuwan telah menemukan bahwa mengonsumsi buah dan sayur

dapat mengurangi timbulnya penyakit, seperti kanker dan jantung, terutama buah

yang berwarna merah atau kuning, seperti wortel, tomat, aprikot, bit, dan

(21)

bakteri, melindungi dari infeksi, menjaga pertahanan tubuh, menurunkan kadar

gula darah, dan mencegah kolesterol di dalam tubuh (Jusup 2007). Drapeau et al. (2004) menyatakan bahwa peningkatan konsumsi sayur dan buah dapat menurunkan konsumsi lemak seseorang.

Dalam upaya mengurangi risiko dan menunjang proses penyembuhan

penyakit degeneratif termasuk penyakit jantung dan pembuluh darah, peranan

pola makan sehat dan gizi seimbang sangat penting. Pengaturan pola makan

bagi pengendalian penderita jantung dapat dilakukan dengan mengikuti

Pedoman Umum Gizi Seimbang (PUGS) (Nurlita 2004).

Prinsip pertama dari menu makanan sehat adalah makan berbagai

macam makanan. Hal ini penting karena makanan yang berbeda memberikan

kontribusi gizi yang berbeda. Prinsip kedua menu makanan sehat adalah

konsumsi buah-buahan, sayuran, biji-bijian, kacang-kacangan. Selain itu

konsumsi makanan tinggi karbohidrat kompleks, serat, vitamin, mineral, rendah

lemak, dan bebas dari kolesterol, harus menjadi sebagian besar kalori yang

dikonsumsi. Sisanya harus berasal dari produk susu rendah lemak, daging dan

unggas, dan ikan. Prinsip ketiga menu makanan sehat yaitu mencoba untuk

menjaga keseimbangan antara konsumsi kalori dan pengeluaran kalori. Cara

yang cukup efektif misalnya tidak makan lebih banyak makanan dari tubuh dari

total yang gunakan. Jika tidak, banyak karbohidrat yang disimpan dalam tubuh

akan menjadi lemak. Semakin kita aktif (misalnya beraktifitas sehari-hari),

semakin kita bisa makan dan tetap menjaga keseimbangan ini (Syakur 2011).

Fisiologis Wanita Dewasa

Hurlock (2004) menyatakan istilah dewasa (adult) berasal dari bahasa latin adultus yang berarti telah tumbuh menjadi kekuatan dan ukuran yang sempurna atau telah menjadi dewasa. Secara psikologis orang dewasa adalah

individu yang telah menyelesaikan pertumbuhan fisiknya dan siap menerima

kedudukan dalam masyarakat bersama dengan orang dewasa lainnya.

Menurut WHO (2009), usia wanita dewasa dimulai dari 20 hingga 59

tahun. Masa dewasa dibagi menjadi tiga fase, yaitu masa dewasa dini, masa

dewasa madya, dan masa dewasa lanjut. Masa dewasa dini dimulai dari umur 18

tahun hingga 40 tahun, saat perubahan-perubahan fisik dan psikologis yang

menyertai berkurangnya kemampuan reproduktif. Masa dewasa dini merupakan

periode peenyesuaian diri terhadap pola-pola kehidupan baru dan

(22)

tahun, yakni saat menurunnya kemampuan fisik dan psikologis yang jelas

nampak pada setiap orang. Masa dewasa madya dilihat dari sudut posisi usia

dan terjadinya perubahan fisik maupun psikologis, memiliki banyak kesamaan

dengan masa remaja. Secara fisik, pada masa remaja terjadi perubahan yang

demikian pesat (menuju ke arah kesempurnaan/kemajuan) yang berpengaruh

pada kondisi psikologisnya, sedangkan masa dewasa madya juga mengalami

perubahan kondisi fisik, namun dalam pengertian terjadi penurunan/kemunduran,

yang juga akan mempengaruhi kondisi psikologisnya. Kemudian masa dewasa

lanjut dimulai pada umur 60 tahun keatas hingga kematian, dimana kemampuan

fisik dan psikologis cepat menurun (Hurlock 2004).

Angka kecukupan zat gizi antara wanita dewasa dengan pria dewasa

adalah berbeda. Kecukupan zat-zat gizi bagi orang dewasa menurut Widyakarya

Nasional Pangan dan Gizi (2012) ditunjukkan dalam Tabel 1.

Tabel 1 Anjuran kecukupan gizi untuk orang dewasa

Usia BB

Orang dewasa sangat memperhatikan tujuan mereka dalam

mengonsumsi suatu makanan, mulai dari fungsi utamanya sebagai penghasil

tenaga, kesenangan, kenyamanan, simbol tradisi, atau perayaan tertentu. Gaya

hidup merupakan faktor yang sangat berperan dalam menentukan kualitas hidup

di usia dewasa. Gaya hidup lebih berpengaruh dibanding faktor genetik,

pelayanan kesehatan, dan lingkungan. Masalah yang dialami orang dewasa

dalam upaya pemenuhan kebutuhan gizi adalah kesibukan yang semakin

meningkat sehingga orang dewasa terkadang mengabaikan pemenuhan

makanannya (Brown 2008).

Kehamilan merupakan suatu proses fisiologis normal yang dialami oleh

seorang wanita dewasa. Kebiasaan makan dan status gizi ibu sebelum dan

selama masa kehamilan sangat menentukan kesehatan bayi yang dilahirkannya.

Pemenuhan kebutuhan zat gizi sangat penting karena pada masa kehamilan

(23)

hamil menyalurkan kebutuhan gizi bagi janin tersebut sebagai awal dan

keberlanjutan pertumbuhan dan perkembangannya (Nix 2005).

Pemenuhan kebutuhan zat gizi bagi ibu hamil sangat penting diperhatikan

untuk mengurangi kasus kematian akibat kehamilan. Berdasarkan berbagai

penelitian, sebanyak 20 sampai 45% wanita di negara berkembang mengalami

kematian akibat kehamilan (Eastwood 2003).

Pola Konsumsi Pangan Penduduk Indonesia

Konsumsi pangan merupakan banyaknya atau jumlah pangan, secara

tunggal maupun beragam, yang dikonsumsi seseorang atau sekelompok orang

yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan fisiologis, psikologis, dan sosiologis.

Konsumsi pangan merupakan faktor utama untuk memenuhi kebutuhan gizi yang

selanjutnya bertindak menyediakan energi bagi tubuh, mengatur proses

metabolisme, merperbaiki jaringan jaringan tubuh serta untuk pertumbuhan

(Harper et al. 1986 dalam Maulad 2010). Perilaku konsumsi makanan dan minuman dapat dirumuskan sebagai cara atau tindakan yang dilakukan oleh

individu, keluarga, atau masyarakat di dalam pemilihan makanannya yang

dilandasi oleh pengetahuan dan sikapnya terhadap makanan tersebut (Susanto

1993 dalam Maulad 2010).

Pola konsumsi makanan dan minuman dipengaruhi oleh banyak faktor,

tidak hanya faktor ekonomi tetapi juga faktor budaya, ketersediaan, pendidikan,

gaya hidup, prestise, dan sebagainya. Penilaian konsumsi makanan dan minuman dilakukan sebagai cara untuk mengukur keadaan konsumsi makanan

dan minuman yang kadang-kadang merupakan salah satu cara yang digunakan

untuk menilai status gizi (Suhardjo 2000).

Pola konsumsi pangan di Indonesia masih belum sesuai dengan pola

pangan ideal yang tertuang dalam pola pangan harapan. Konsumsi dari

kelompok padi-padian (beras, jagung, terigu) masih dominan baik di kota

maupun di desa namun perlu diwaspadai bahwa jenis konsumsi pangan yang

bersumber lemak, minyak dan gula sudah berlebihan. Kelebihan dari kedua

pangan ini akan membawa dampak negatif bagi kesehatan terutama penyakit

degeneratif seperti tekanan darah tinggi, jantung dan diabetes (Ariani 2004).

Data Susenas menjadi satu-satunya data untuk mengetahui

perkembangan konsumsi pangan, dengan demikian skor PPH juga dapat

(24)

Terdapat tiga kelompok pangan yang tingkat konsumsinya masih rendah

dibandingkan dengan yang dianjurkan yaitu umbi-umbian, pangan hewani serta

sayur dan buah. Konsumsi sayur dan buah diharapakan dapat mencapai 250

g/kap/hari, namun pada kenyataannya hanya mencapai 197.3 g/kap/hari (Tabel

2).

Tabel 2 Pola konsumsi pangan Indonesia tahun 2011

Kelompok Pangan Realitas Harapan Selisih

Padi-padian 315.9 275 + (40.9)

Sumber: Hardinsyah et al. 2012

Pola makan masyarakat Indonesia tidak jauh dari masyarakat Asia

lainnya yaitu makanan sumber karbohidrat masih dominan bahkan lebih dari 60%

dari total kalori. Besarnya konsumsi lemak dari golongan serealia dan

umbi-umbian menunjukkan bahwa bahan makanan tersebut dikonsumsi dalam

frekuensi yang sering dan jumlah yang banyak. Hal ini berkaitan dengan

kebiasaan makan masyarakat Indonesia yang menjadikan bahan pangan dari

golongan serealia sebagai makanan pokok. Selain itu, kebanyakan masyarakat

Indonesia memiliki proporsi makanan pokok yang lebih besar dibanding lauk

pada setiap waktu makan (Fermanda 2011).

Kebiasaan Konsumsi Tinggi Lemak dan Kolesterol

Pola konsumsi masyarakat sudah mengalami perubahan, tidak lagi

mengonsumsi makanan seimbang yang terdiri dari beraneka ragam jenis

makanan dengan kandungan zat gizi lengkap dan seimbang, tetapi cenderung

mengonsumsi makanan yang mengandung tinggi lemak terutama lemak jenuh,

kolesterol, dan rendah serat. Seperti kita ketahui, lemak merupakan salah satu

zat gizi yang sangat diperlukan oleh tubuh kita disamping zat gizi lain seperti

karbohidrat, protein, vitamin dan mineral. Lemak merupakan salah satu sumber

energi yang memberikan kalori paling tinggi (LIPI 2009).

Lemak/minyak merupakan salah satu jenis makanan yang banyak

digunakan untuk diet sehari-hari. Hal ini disebabkan oleh keuntungan

lemak/minyak yang telah dirasakan oleh segenap lapisan orang, yaitu untuk

(25)

Berbagai komponen pangan, termasuk zat gizi, ada yang bersifat protektif

terhadap atau mengurangi risiko penyakit degeneratif. Sebaliknya ada pula

berbagai komponen pangan yang meningkatkan risiko terjadinya penyakit

degeneratif terutama melalui peningaktan kejadian hiperglikemia, hipertensi,

hiperkolesterol dan penurunan imunitas

(Agrawal

et al.

2008).

Lebih khusus lagi, berbagai studi epidemiologi telah membuktikan bahwa terdapat hubungan

positif yang bermakna antara konsumsi lemak, terutama lemak jenuh, konsumsi

gula dan garam dengan kejadian penyakit jantung koroner (WHO 2003).

WHO (2003) menganjurkan konsumsi lemak 15 sampai 30% total

konsumsi energi, tergantung tahap tumbuh kembang (umur), jenis kelamin dan

pertimbangan lainnya. Dalam berbagai pesan pedoman gizi (dietary guidelines)

di berbagai negara maju dianjurkan konsumsi lemak kurang dari 30% energi; dan

dalam pesan Pedoman Umum Gizi Seimbang (PUGS) Indonesia dianjurkan

konsumsi lemak tidak lebih dari 25% energi (Depkes 2004). Hal ini berarti,

anjuran maksimal kebutuhan lemak perkapita perhari bagi penduduk Indonesia

dengan rata-rata kebutuhan energi 2000 kkal/hari adalah 500 kkal energi dari

lemak atau tidak lebih dari 56 g lemak perkapita perhari (Hardinsyah 2011).

Menurut Hardinsyah (2011) rata-rata konsumsi lemak penduduk

meningkat dari tahun 2002 ke 2009. Rata-rata konsumsi lemak 58.1 g/kap/hari

pada tahun 2002; 61.5 g/kap/hari tahun 2007 dan 64,7 g/kap/hr tahun 2009.

Rata-rata proporsi energi dari lemak adalah 29.1% yang melebihi anjuran

Depkes (2004) dalam Pedoman Gizi Seimbang (PUGS) yaitu tidak lebih dari 25%

energi. Sekitar separuh konsumsi lemak adalah lemak tampak (visible fat) yang tinggi kandungan lemak jenuh. Rata-rata proporsi konsumsi lemak jenuh dalam

konsumsi lemak total adalah 62.6%, dan proporsi energi dari lemak jenuh

terhadap total energi adalah 18.2% yang jauh melebihi anjuran WHO (2003)

yang seharusnya kurang dari 10%.

Meskipun konsumsi lemak total penduduk Indonesia mendekati batas

ambang anjuran maksimal oleh WHO (2003), tetapi proporsi lemak jenuh

tergolong tinggi, yang meningkatkan risiko penyakit kronik degeneratif. Fakta ini

bisa menjadi salah satu penjelas kenapa di beberapa negara asia yang konsumsi

total lemaknya jauh di bawah 30% energi tetapi kejadian penyakit jantung

koroner semakin meningkat (Hardinsyah 2011).

Analisis berdasarkan kelompok pengeluaran rumahtangga, menunjukkan

(26)

tinggi konsumsi lemak total. Rata-rata konsumsi lemak total pada kelompok

pengeluaran tertinggi tiga kali konsumsi lemak total pada kelompok pengeluaran

paling rendah pada Susenas 2009. Hasil berbagai studi selama 25 tahun terakhir

tentang konsumsi lemak total pada contoh wanita dan pria dewasa di Indonesia

adalah 23.0–64.6 g/kap/hr dan pada contoh rumah tangga 47.8–61.5 g/kap/hr

(Hardinsyah 2011).

Kolesterol adalah senyawa lemak kompleks, yang 80 % dihasilkan dari

dalam tubuh (organ hati) dan 20 % sisanya dari luar tubuh (zat makanan) untuk

bermacam-macam fungsi di dalam tubuh, antara lain membentuk dinding sel.

Kolesterol yang berada dalam zat makanan yang kita makan dapat

meningkatkan kadar kolesterol dalam darah. Tetapi, sejauh pemasukan ini

seimbang dengan kebutuhan, tubuh kita akan tetap sehat. Kolesterol dalam

tubuh yang berlebihan akan tertimbun di dalam dinding pembuluh darah dan

menimbulkan suatu kondisi yang disebut aterosklerosis yaitu penyempitan atau

pengerasan pembuluh darah. Peningkatan kadar kolesterol LDL dan penurunan

kadar kolesterol HDL (High Density Lipoprotein) mempunyai pengaruh terhadap terjadinya penyakit jantung dan stroke (LIPI 2009).

Keberadaan kolesterol hanya ditemukan pada pangan yang berasal dari

hewan. Berikut adalah beberapa contoh kandungan kolesterol dalam produk

pangan berdasarkan hasil penelitian USDA (2011). Kandungan kolesterol dalam

produk daging dan olahannya adalah antara 262 mg/100g hingga 3010 mg/100g,

untuk produk telur dan olahannya mencapai 356mg/100g hingga 2335 mg/100g,

untuk produk ikan dan olahannya mencapai 266 mg/100g hingga 766 mg/100g,

dan produk ayam dan olahannya mencapai 262 hingga 568 mg/100g. Pangan

nabati hanya terdapat sterol dalam bentuk fitosterol (Muchtadi et al. 1993).

Menurut Mamat dan Sudikno (2010), terdapat hubungan kebiasaan

merokok, jenis kelamin, obesitas, aktivitas dan konsumsi serat dengan kadar

kolesterol HDL (p<0.05). Diantaranya menyebutkan bahwa kadar kolesterol tidak

normal wanita lebih rendah dibandingkan laki-laki, aktivitas fisik/olahraga dapat

menurunkan kadar kolesterol total dan kolesterol HDL, serta konsumsi tinggi

serat dapat meningkatkan kadar kolesterol HDL yang bermakna. Peningkatan

kadar kolesterol LDL dan penurunan kadar kolesterol HDL mempunyai pengaruh

terhadap terjadinya penyakit jantung dan stroke (LIPI 2009).

Menurut anjuran yang dikeluarkan oleh USDA (2011), produk pangan

(27)

konsumsi kolesterol yang dibutuhkan oleh tubuh dapat diperoleh dari bahan

pangan yang dikonsumsi sehari-hari. Informasi mengenai kadar kolesterol dari

berbagai bahan pangan yang dikonsumsi setiap harinya sangat penting untuk

diketahui mengingat setiap jenis bahan pangan memiliki kandungan kolesterol

yang berbeda-beda.

Konsumsi kolesterol lebih dari 200 mg berpotensi terhadap kejadian

penyakit kardiovaskular (Anwar 2004). Selain itu konsumsi kolesterol lebih dari

200 mg juga meningkatkan risiko penyakit jantung koroner (WHO 2003).

Makanan dengan kandungan kolesterol yang tinggi menyebabkan peningkatan

kadar kolesterol darah, kolesterol LDL, dan risiko penyakit kardiovaskuler,

sebaliknya mengonsumsi makanan dengan kandungan koleterol kurang dari 200

mg memiliki profil lipid yang lebih baik yang ditunjukkan oleh kadar HDL, LDL,

dan trigliserida yang normal (Rolfes et al. 2004). Sayur dan Buah

Sayuran dalam kehidupan manusia sangat berperanan dalam

pemenuhan kebutuhan pangan dan peningkatan gizi, karena sayuran merupakan

salah satu sumber mineral dan vitamin yang dibutuhkan manusia. Sayur-sayuran

dan buah-buahan merupakan salah satu kelompok pangan dalam penggolongan

FAO, yang dikenal dengan Desirable Dietary Pattern (Pola Pangan Harapan/PPH). Kelompok pangan ini berfungsi sebagai sumber vitamin dan

mineral, sehingga kekurangan konsumsinya berpengaruh negatif terhadap

kondisi gizi (Aswatini et al. 2008).

Flu dan diare adalah salah satu penyakit akibat berkurangnya daya tahan

tubuh. Penelitian yang dilakukan oleh Amalia (2008) menunjukkan bahwa pola

konsumsi sayuran dan buah-buahan kaya vitamin A dan citamin C sampel

mahasiswa TPB-IPB masih cukup rendah (kurang dari 7 kali semingu), yaitu

masing-masing 3.4 dan 2.5 kali seminggu. Hasil uji korelasi spearman

menunjukkan adanya korelasi negatif yang signifikan (p<0.05) antara frekuensi

konsumsi sayuran dan lama sakit diare (r=0.19) serta antara konsumsi frekuensi

konsumsi buah-buahan dengan lama sakit flu (r=0.24). Juga terdapat korelasi

negatif yang signifikan antara frekuensi konsumsi sayuran dan buah-buahan

dengan lama sakit flu (r=0.304) dan diare (r=0.24).

Sayur dan buah juga mengandung phytochemical yang bertanggung jawab terhadap perlindungan banyak penyakit. Studi epidemiologi yang

(28)

buah dan sayur dengan berkurangnya risiko kejadian penyakit kronis. Namun

ada ratusan phytochemical yang telah ditemukan mempunyai fungsi biologis yang berbeda pada makanan yang berasal dari tumbuhan. Oleh karena itu

mengkonsumsi berbagai macam makanan yang berasal dari tumbuhan

memungkinkan individu untuk memperoleh manfaat optimal terutama dari sayur

dan buah (Heneman dan Cherr 2008).

WHO (2002) menganjurkan konsumsi sayur dan buah 5 porsi atau setara

dengan 400 g/hari untuk mencegah penyakit kronis/degeneratif. Dari anjuran

tersebut dapat diestimasikan bahwa 1 porsi sayur atau buah adalah sebanyak 80

g. Hasil penelitian Mihardja et al. (2008) tentang kebiasaan konsumsi sayur dan buah pada petani menunjukkan hanya 6.5% responden yang makan sayur buah ≥ 5 porsi/hari. Selanjutnya, kejadian katarak pada responden dengan kebiasaan makan sayur buah ≤ 5 porsi/hari mempunyai risiko 1.74 kali lebih tinggi dibandingkan dengan responden yang mempunyai kebiasaan makan sayur buah ≥ 5 porsi/hari.

Pada umumnya anjuran konsumsi sayur dan buah di Indonesia sebanyak

250 g/hari. Konsumsi sayur dan buah masyarakat Indonesia pada tahun 2010

mencapai 211.5 g/kap/hari. Dari angka tersebut diketahui konsumsi sayur

sebesar 135 g/kap/hari dan konsumsi buah 76.4 g/kap/hari. Akan tetapi pada

tahun 2011 konsumsi sayur dan buah turun menjadi 197.4 g/kap/hari, konsumsi

sayur sebesar 133.7 g/kap/hari dan konsumsi buah sebesar 63.7 g/kap/hari (BPS

2011).

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa sayur dan buah dapat

menecegah berbagai penyakit degeneratif. Penelitian selama 14 tahun pada pria

dan wanita dewasa menemukan rata-rata konsumsi sayur dan buah paling tinggi

mempunyai peluang paling rendah terhadap kejadian penyakit kardiovaskular.

Dibandingkan dengan kelompok yang mengkonsumsi sayur dan buah paling

rendah yaitu kurang dari 140 g/hari, kelompok dengan rata-rata konsumsi 640

g/hari, 30% lebih rendah terkena serangan jantung atau stroke (Hung et al. 2004). Selain itu, seseorang yang mengkonsumsi sayur dan buah lebih dari 400

g/hari, 20% lebih rendah terkena risiko penyakit jantung koroner dan stroke

dibandingkan seseorang yang mengkonsumsi sayur dan buah kurang dari 240

g/hari (He et al. 2007).

(29)

terhadap sampel yang bertekanan darah tinggi dapat mengurangi tekanan darah

sistolik sekitar 11 mmHg dan tekanan darah diastolik hampir 6 mmHg (Appel et al. 1997). Laporan yang luar biasa dari World Cancer Research Fund dan American Institute for Cancer (2007) menyatakan bahwa sayur dan buah dapat mencegah beberapa macam kanker, diantaranya kanker mulut, kerongkongan,

pangkal tenggorokan, perut, serta kanker paru-paru.

Sayur dan buah mengandung serat tidak larut yang dapat mencegah

konstipasi (Lembo dan Camilleri 2003). Sayur dan buah juga dapat memelihara

kesehatan mata karena pada beberapa sayur dan buah ada yang mengandung

Lutein dan Zeaxanthin yang dapat mencegah penyakit katarak. Diet tinggi sayur

dan buah sebanyak 6 porsi dapat mengurangi risiko katarak 10 sampai 15%

dibandingkan dengan konsumsi sayur dan buah lebih rendah (Christen et al. 2005).

Manfaat Sayur dan Buah Berdasarkan Warna

Para ilmuwan melaporkan bahwa terdapat hubungan manfaat kesehatan

dengan sayur dan buah. Sayur dan buah dapat mengurangi risiko penyakit

degeneratif, termasuk stroke, diabetes tipe-2, beberapa macam kanker, penyakit

jantung serta hipertensi. Konsumsi lebih banyak bermacam-macam sayur dan

buah dengan variasi warna yang berbeda setiap hari adalah salah satu cara

untuk memperoleh manfaat kesehatan tersebut (Robinson 2011).

Sayur dan buah berwarna mempunyai kandungan karoten lebih tinggi

dibandingkan yang tidak berwarna (Christen et al. 2005). Konsumsi buah berwarna ≥ 1 porsi sehari memeperlihatkan kejadian katarak lebih rendah (Mihardja 2008). Menurut Almatsier (2004), sayuran daun berwarna hijau dan

sayuran berwarna jingga seperti wortel dan tomat mengandung lebih banyak

provitamin A berupa betakaroten daripada sayuran tidak berwarna. Sayuran

berwarna hijau disamping itu kaya akan kalsium, zat besi, asam folat, dan vitamin

C. Semakin hijau warna daun atau semakin tua warna sayur dan buah, semakin

kaya akan zat-zat gizi.

Sayur dan buah berwarna merah mengandung pigmen likopen dan

antosianin. Likopen terdapat pada tomat, semangka, dan anggur merah muda,

dapat membantu mengurangi risiko beberapa macam kanker, khususnya kanker

prostat. Antosianin terdapat pada stroberri, anggur merah, serta sayur dan buah

lainnya, yang berperan sebagai antioksidan yang kuat dalam mencegah

(30)

Pigmen karotenoid terkandung pada sayur dan buah yang berwarna

oranye/kuning. Beta-karoten dalam ubi, labu, dan wortel, dikonversi menjadi

vitamin A yang membantu memelihara membran mukosa dan kesehatan mata.

Para ilmuwan juga melaporkan bahwa karotenoid pada makanan dapat

membantu mengurangi risiko kanker, penyakit jantung, dan meningkatkan fungsi

sistem imun (Robinson 2011).

Sayur dan buah berwarna hijau mengandung pigmen klorofil. Selain itu,

sayur dan buah berwarna hijau juga mengandung lutein yang dapat memelihara kesehatan mata, seperti mencegah katarak dan kebutaan. Kelompok sayur dan

buah ini juga mengandung indoles yang dapat mencegah beberapa bentuk kanker, serta merupakan sumber folat (vitamin B) sempurna yang dapat

mengurangi risiko cacat kelahiran. Contohnya pada bayam dan brokoli (Robinson

2011).

Antosianin juga merupakan pigmen yang terkandung pada sayur dan

buah berwara biru/ungu. Antosianin pada buah arbei, anggur, dan kismis

merupakan antioksidan kuat dalam mencegah kerusakan sel. Selain itu dapat

membantu mengurangi risiko kanker, stroke, dan penyakit jantung. Studi lainnya

memeperlihatkan bahwa mengkonsumsi lebih banyak buah arbei mempunyai

hubungan dengan peningkatan fungsi ingatan dan penuaan yang sehat

(Robinson 2011).

Selanjutnya, sayur dan buah berwarna putih mengandung pigmen

antosantin. Pigmen ini mengandung alicin yang dapat mengurangi kadar kolesterol, tekanan darah, dan membantu mengurangi risiko kanker perut dan

penyakit jantung. Beberapa contoh sayur dan buah berwarna putih seperti pisang

dan kentang adalah sumber kalium yang baik (Robinson 2011).

Sayur dan Buah sebagai Sumber Vitamin A dan Vitamin C

Zat-zat gizi yang berfungsi sebagai antioksidan diantaranya adalah

vitamin A, vitamin C, vitamin E, selenium, seng, dan kromium. Diantara semua

zat gizi tersebut, vitamin A dan vitamin C dibutuhkan dalam jumlah tertinggi.

Disamping itu, vitamin A dan vitamin C banyak terdapat pada berbagai jenis

makanan dan mudah didapat, yaitu terutama buah-buahan dan sayuran (Amalia

2008).

Selain itu menurut Almatsier (2004), vitamin A dan vitamin C di dalam

(31)

Ibu hamil yang mengkonsumsi vitamin A dan vitamin C bersama vitamin dan beta

karoten rendah mempunyai risiko menderita preeklamsi (Mutia et al. 2010) Sayur dan Buah sebagai Sumber Serat

Serat akhir-akhir ini banyak mendapat perhatian karena peranannya

dalam mencegah berbagai penyakit (Almatsier 2001). Para peneliti masa kini

menduga bahwa kandungan serat dalam makanan yang dikonsumsi sebagian

besar orang sangat kurang memadai. Hasil penelitian Puslitbang Gizi Bogor

menunjukkan bahwa konsumsi serat rata-rata penduduk Indonesia tahun 2001

adalah sekitar 10.5 g/hari. Angka konsumsi tersebut tentu saja masih sangat jauh

dari angka kecukupan yang dianjurkan sebesar 30 g/hari (AKG 2012).

Laporan Jahari dan Sumarno (2002) yang mengemukakan bahwa

rata-rata tingkat konsumsi serat penduduk Indonesia adalah 10.5 g. Dari rata-rata-rata-rata

konsumsi sebesar 10.5 g/orang/hari, sayur dan buah menjadi penyumbang

konsumsi serat terkecil masing-masing sebesar 1.2 g dan 0.9 g. Sumbangan

serat terbesar adalah dari golongan serealia yang diantaranya disumbangkan

oleh beras giling dan 1.1 g oleh jagung.

Penelitian terbaru menunjukkan bahwa konsumsi serat berkontribusi ke

sejumlah efek metabolisme terhadap perubahan berat badan, yang meliputi

perbaikan sensitivitas insulin, modulasi sekresi hormon usus tertentu, dan efek

pada penanda metabolisme dan berbagai inflamasi yang berkaitan dengan

sindrom metabolik (Pfeiffer & Weickert 2008). Kebutuhan akan serat dapat

terpenuhi pada buah, sayur, kacang-kacangan, dan padi-padian. Walaupun tidak

mengandung gizi, tetapi serat makanan memiliki khasiat kesehatan yang

tergantikan oleh zat gizi lain.

Serat khususnya serat larut mempunyai efek hipokolesterol. Serat

mempunyai kemampuan memperbaiki profil lemak karena serat dapat menyerap

asam empedu dan kolesterol di usus halus sehingga absorbsi akan menurun

(Asgard 2008). Menurut Kusharto (2006), intik harian serat makanan yang

disarankan adalah sebesar 20 sampai 35 g serat makanan/orang/hari. Diketahui

bahwa semakin tinggi kandungan serat yang diperoleh dari makanan, maka akan

(32)

mengonsumsi makanan seimbang yang terdiri dari beraneka ragam jenis

makanan dengan kandungan zat gizi lengkap dan seimbang, tetapi cenderung

mengonsumsi makanan yang mengandung tinggi lemak terutama lemak jenuh,

kolesterol, dan rendah serat. Hal ini erat kaitannya dengan kejadian penyakit

tidak menular atau penyakit degeneratif yang semakin meningkat tiap tahunnya

dibandingkan penyakit menular.

Konsumsi pangan merupakan banyaknya atau jumlah pangan, secara

tunggal maupun beragam, yang dikonsumsi seseorang atau sekelompok orang

yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan fisiologis, psikologis, dan sosiologis.

Konsumsi pangan merupakan faktor utama untuk memenuhi kebutuhan gizi yang

selanjutnya bertindak menyediakan energi bagi tubuh, mengatur proses

metabolisme, merperbaiki jaringan jaringan tubuh serta untuk pertumbuhan

(Harper et al. 1986 dalam Maulad 2010).

Kebiasaan makan dan minum wanita dewasa dipengaruhi karakteristik

individu masing-masing seperti usia dan kondisi fisiologis, status gizi, pendidikan,

pekerjaan, status ekonomi, serta tempat tinggal. Masalah yang dialami orang

dewasa dalam upaya pemenuhan kebutuhan gizi adalah kesibukan yang

semakin meningkat sehingga orang dewasa terkadang mengabaikan

pemenuhan makanan dan minumannya (Brown 2008).

Lemak, sayuran, dan buah berpengaruh besar terhadap kesehatan

individu, teutama kaitanya dengan penyakit tidak menular. Namun lemak

nampaknya mempunyai peranan yang berlawanan dengan sayur dan buah.

Sebagai contoh lemak dapat meningkatkan kadar kolesterol dalam darah,

sedangkan sayur dan buah justru dapat menurunkan kadar kolesterol dalam

darah. Berikut pada Gambar 1 disajikan kerangka berpikir mengenai analisis

(33)

Gambar 1 Kerangka pemikiran

Keterangan gambar :

: variabel yang diteliti : hubungan yang tidak diteliti

: variabel yang tidak diteliti : hubungan yang diteliti

Kebiasaan makan Kebiasaan minum

Konsumsi Pangan

Konsumsi sayur dan buah

Asupan Lemak dan kolesterol

Karakteristik sampel - Usia & kondisi fisiologis - Status gizi

- Pendidikan - Pekerjaan - Status ekonomi - Tempat tinggal

Pola Konsumsi

Kesehatan Kecukupan Lemak

Kecukupan vit. A, vit. C, serta Serat

(34)

Penelitian ini menggunakan data hasil Riset Kesehatan Dasar

(Riskesdas) 2010 yang diakukan oeh Badan Penelitian dan Pengembangan

Kesehatan Kementriaan Kesehatan Repubik Indonesia (Balitbangkes Kemenkes

RI). Desain penelitian ini mengikuti desain peneitian Riskesdas 2010 yaitu desain

penelitian cross sectional study dengan menganalisis konsumsi lemak, sayur, dan buah pada wanita di Indonesia. Pengumpulan data Riskesdas 2010

dilakukan oleh tenaga terlatih dengan kualifikasi minimal tamat D3 kesehatan di

beberapa daerah sejak bulan Mei 2010 dan berakhir pada tanggal 8 Agustus

2010. Pengolahan, analisis dan interpretasi data oleh peneliti dilakukan pada

bulan September 2012 sampai Januari 2013 di Kampus Institut Pertanian

Darmaga Bogor, Jawa Barat.

Jumlah dan Cara Pengambilan Sampel

Penelitian ini menggunakan data Riskesdas 2010. Oleh karena itu jumlah

dan cara pengambilan contoh penelitian mengikuti jumlah dan cara pengambilan

contoh Riskesdas 2010. Sampel Riskesdas 2010 di tingkat Kabupaten/Kota

berasal dari 441 Kabupaten/Kota yang tersebar di 33 provinsi. Jumlah tersebut

merupakan sebagian dari jumlah total Kabupaten/Kota di Indonesia (497

kabupaten/kota). Hal ini dikarenakan terdapat 56 Kabupaten di Indonesia yang

dikeluarkan dari data Riskesdas 2010 karena tidak memenuhi syarat dan 1

Kabupaten di Provinsi Papua (Kabupaten Nduga) yang tidak dapat dikunjungi

dalam periode waktu pengumpulan data Riskesdas.

Sampel rumah tangga dan anggota rumah tangga dalam Riskesdas 2010

dipilih berdasarkan listing Sensus Penduduk (SP) 2010 oleh Badan Pusat Statistik dengan menggunakan two stage sampling. Selanjutnya Riskesdas mengambil 2 800 BS (blok sensus) yang telah dikumpulkan BPS melalui SP

2010 dengan 70 000 rumah tangga. Pemilihan blok sensus dilakukan

sepenuhnya oleh BPS dengan memperhatikan status ekonomi, rasio

perkotaan/perdesaan hasil Riskesdas 2007. Namun, sehubungan dengan waktu

pelaksanaan analisis terdapat 94 BS yang tidak dapat disertakan dalam proses

analisis karena tidak sempat dikirim ke manajemen data pusat.

Riskesdas 2010 berhasil mengunjungi 2 798 blok sensus dari 441

Kabupaten/Kota. Jumlah rumah tangga dari blok sensus tersebut sebanyak 69

(35)

anggota. Dari 441 kabupaten/kota tersebut didapatkan 66 630 orang wanita

dewasa usia 20 sampai 55 tahun. Dari jumlah tersebut masih terdapat data

antropometri serta konsumsi pangan yang kurang lengkap dan kurang logis

dalam segi kuantitas, sehingga perlu dilakukan proses cleaning data. Cleaning data mencakup data berat badan, tinggi badan, IMT <12.5 dan IMT >40,

konsumsi yang tidak lengkap, intake energi <0.3 atau >3 kali dari energi basal, sampel yang memiliki tingkat kecukupan gizi >400%. Total sampel yang

digunakan adalah 62 072 orang sampel wanita dewasa (gambar 2).

Gambar 2 Alur memperoleh jumlah sampel yang digunakan

Jenis dan Cara Pengumpulan Data

Penelitian ini sepenuhnya menggunakan data sekunder dari Riskesdas

2010 dalam bentuk electronic file berupa entry data dan hasil pengolahan

(36)

Tabel 3 Sumber dan cara pengumpulan data

Peubah Sumber data yang digunakan Cara pengumpulan data Karakteristik sampel

Hasil olahan data Riskesdas 2010

Data yang diperoleh diolah dengan menggunakan prog Microsoft Office Excel dan SPSS. Proses pengolahan data meliputi editing, cleaning dan analisis.Proses cleaning data dilakukan untuk memastikan bahwa data yang digunakan logis dan sesuai dengan variabel yang ditentukan. Proses Cleaning dilakukan terhadap sampel yang tidak memiliki data berat badan dan tinggi

badan serta dalam kondisi konsumsi tidak biasa (puasa, menjalani diet dan

dalam acara hajatan).

Karakteristik Sampel

Data mengenai pendidikan, pekerjaan, daerah, dan status ekonomi

merupakan data sekunder yang diperoleh dari kuesioner Riskesdas 2010. Data

tersebut kemudian dikelompokkan ke dalam beberapa kategori berdasarkan

Riskesdas 2010. Data karakteristik sampel diolah secara statistik deskriptif.

Daerah tempat tinggal sampel dikelompokkan menjadi dua kelompok,

(37)

enam kelompok, yaitu tidak pernah sekolah, tamat SD/MI, tamat SMP/MTS,

tamat SMA/MA, dan tamat PT (Perguruan Tinggi). Pekerjaan sampel

dikelompokkan menjadi enam kelompok, yaitu tidak bekerja,

TNI/Polri/PNS/Pegawai, wiraswasta/layan jasa/dagang, petani/nelayan, buruh,

dan lainnya. Status ekonomi dikelompokkan menurut kuintil yang didasarkan

pada besar pengeluaran keluarga per kapita setiap bulannya.

Status Gizi

Data status gizi merupakan hasil olahan dari data pokok berat badan dan

tinggi badan dengan menggunakan rumus:

Selanjutnya pengkategorian status gizi dilakukan berdasarkan WHO (2007).

Selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4 Kategori status gizi dewasa berdasarkan IMT

Status Gizi IMT (kg/m2)

Kurus (Underweight) <18.5

Normal 18.5-24.9

Gemuk (Overweight) ≥ 25.0

Nilai indeks massa tubuh (IMT) yang normal untuk dewasa berkisar

antara 18.5 sampai 24.9 (kg/m2). Sampel dikatakan kurus (Kekurangan Energi

Kronis/KEK) bila IMT <18.5 (kg/m2) dan mengalami kegemukan bila IMT ≥ 25

(kg/m2) (WHO 2007). Kriteria status gizi menurut IMT bagi ibu hamil berdasarkan

Institute of Medicine

(IOM) tahun

1990, dikategorikan kurus apabila IMT<19.8 (kg/m2), normal bila IMT 19.8 sampai 26 (kg/m2), dan gemuk dengan IMT≥26

(kg/m2).

Konsumsi Lemak, Sayur, dan Buah

Konsumsi lemak, sayur, dan buah yang berasal dari makanan diperoleh

berdasarkan data food recall 1x24 jam yang terdiri dari tiga waktu makan utama dan dua waktu selingan. Konsumsi tersebut dibagi ke dalam 11 kelompok

makanan berdasarkan Daftar Kode Bahan Makanan yang digunakan oleh

Riskesdas 2010, yaitu (1) serealia, umbi dan olahannya; (2) kacang-kacangan,

biji-bijian dan olahannya; (3) daging dan olahannya; (4) telur dan olahannya; (5)

ikan, hasil perikanan dan olahannya; (6) sayuran dan olahannya; (7)

buah-buahan; (8) olahan susu; (9) minyak dan lemak; dan (10) makanan jajanan. Berat

makanan yang dikonsumsi dikonversikan menggunakan Daftar Komposisi Bahan

(38)

Konversi bahan pangan untuk mengetahui kandungan zat gizi dihitung

menggunakan rumus sebagai berikut :

Kgij = {(Bj/100) x Gij x (BDD/100)}

Keterangan :

Kgij = Kandungan zat-zat gizi-I dalam bahan makanan-j

Bj = Berat makanan-j yang dikonsumsi (g)

Gij = Kandungan zat gizi dalam 100 g BDD bahan makanan-j

BDDj = Bagian bahan makanan-j yang dapat dimakan

Kebutuhan Energi

Kebutuhan energi dihitung berdasarkan rumus perhitungan kebutuhan

energi dari Institute of Medicine (IOM) tahun 2002 dalam Mahan & Escoot-stump (2008) yang didasarkan pada Oxford Equation (Tabel 5).

Tabel 5 Perhitungan kebutuhan energi wanita dewasa menurut status gizi dan kondisi fisiologis

Rumus Perhitungan kebutuhan energi Kebutuhan energi (Kal) Dewasa Perempuan (tidak hamil)

EER = EER perempuan dewasa + 160 kkal (8kkal/minggu*20 minggu) + 180 kkal

Sumber : Mahan & Escoot-stump (2008) Keterangan :

U = usia (tahun), BB = berat badan (kg), TB = tinggi badan (m) EER = estimasi kebutuhan energi (Kal)

TEE = total pengeluaran energi (Kal) PA = koefisien aktivitas fisik

Kebutuhan energi individu pada penelitian ini diperoleh dengan

menghitung kebutuhan energi sesuai jenis kelamin, status gizi, usia, faktor

(39)

pangan. Besarnya nilai TEF dihitung dari total pengeluaran energi yaitu sebesar

10% dari TEE.

Faktor Aktivitas

Faktor aktivitas ditentukan oleh pekerjaan masing-masing sampel.

Sampel yang tidak bekerja tergolong kategori faktor aktivitas yang sangat ringan,

sekolah tergolong kategori aktif, wiraswata/layan jasa/dagang tergolong kategori

aktivitas ringan, petani/nelayan dan buruh tergolong kategori aktivitas sangat

aktif, dan sampel yang memiliki pekerjaan selain dari yang telah disebutkan,

tergolong kategori aktivitas ringan. Setelah ditentukan kategori faktor

aktivitasnya, kemudian dihitung berdasarkan faktor aktivitas (PA) dari rumus

Institute of Medicine (IOM) tahun 2002 dalam Mahan & Escoot-stump (2008) (Tabel 4). Faktor aktivitas ditentukan dari pekerjaan masing-masing sampel

karena pada data Riskesdas 2010 tidak terdapat data mengenai aktivitas

sampel.

Kebutuhan Lemak

Perhitungan data kebutuhan lemak didasarkan pada perbandingan

komposisi energi dari lemak yaitu sebesar 25 sampai 30% (WNPG 2012).

Berdasarkan perbandingan tersebut, kebutuhan lemak untuk wanita dewasa usia

20 sampai 55 tahun adalah 60.7 sampai 72.9 g/hari.

Kebutuhan Zat Gizi Mikro

Perhitungan data kebutuhan zat gizi mikro didasarkan pada Angka

Kecukupan Gizi (AKG) (WNPG 2012) sesuai dengan usia, jenis kelamin, dan

kondisi fisiologis. Zat gizi mikro yang dihitung adalah vitamin A, vitamin C, dan

serat.

Tingkat Pemenuhan Kebutuhan Zat Gizi

Berdasarkan data konsumsi zat gizi, dapat diperoleh data tingkat

pemenuhan zat kebutuhan zat gizi selain air dengan membandingkan antara zat

gizi yang dikonsumsi dengan kebutuhan zat gizi sampel berdasarkan

perhitungan rumus kebutuhan untuk zat gizi makro (energi, protein, lemak, dan

karbohidrat), serta Angka Kecukupan Gizi (AKG) 2012 untuk zat gizi mikro dan

serat yang dinyatakan dalam persen. Berikut adalah perhitungan tingkat

pemenuhan kebutuhan zat gizi sampel :

Gambar

Gambar 1  Kerangka pemikiran
Gambar 2  Alur memperoleh jumlah sampel yang digunakan
Tabel 3  Sumber dan cara pengumpulan data
Tabel 6  Sebaran wanita dewasa hamil menurut karakteristik sosial-ekonomi
+7

Referensi

Dokumen terkait

Ragam hias yang mengulang suatu bentuk baku dengan ukuran tertentu pada komposisi yang seimbang di sebut ragam hias :A. Berdasarkan polanya, ragam hias yang bentuk polanya

[r]

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa aktor dalam sistem pengolahan nilai raport kurikulum 2013 terdiri dari 2 aktor maka sequence diagram memiliki 2

Jadi hipotesis menyatakan “ada perbedaan yang s ignifikan antara kemampuan menulis recount text dari siswa kelas delapan SMP 1 Mejobo Kudus sebelum dan sesudah diajarkan

Hasil pengamatan berat kering total tanaman dari data Tabel 8 menunjukkan bahwa peningkatan konsentrasi larutan daun pepaya yang diberikan hingga 100%, dapat

Dalam penelitian ini, data yang akan diambil yaitu kadar emisi gas buang yang diperoleh dari memvariasikan tegangan listrik pada pompa bahan bakar mobil

Dari penelitian yang dilakukan, dapat diambil kesimpulan bahwa infusa bawang dayak dapat menurunkan tingkat nekrosis epitel tubulus pada ginjal mencit yang diinduksi karbon

Situasi Eropa menjelang Perang Dunia II tidak jauh berbeda dengan situasi menjelang Perang Dunia I. Suasana diliputi ketegangan dan keinginan balas dendam, terutama negara-negara