• Tidak ada hasil yang ditemukan

Evaluasi tepung bungkil biji karet Hevea brasiliensis yang difermentasi cairan rumen domba sebagai pengganti bungkil kedelai dalam pakan ikan lele Clarias sp.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Evaluasi tepung bungkil biji karet Hevea brasiliensis yang difermentasi cairan rumen domba sebagai pengganti bungkil kedelai dalam pakan ikan lele Clarias sp."

Copied!
35
0
0

Teks penuh

(1)

EVALUASI TEPUNG BUNGKIL BIJI KARET

Hevea brasiliensis

YANG DIFERMENTASI CAIRAN RUMEN DOMBA

SEBAGAI PENGGANTI BUNGKIL KEDELAI

DALAM PAKAN IKAN LELE

Clarias

sp.

HOSNOL HOTIMAH

DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Evaluasi

tepung bungkil biji karet Hevea brasiliensis yang difermentasi cairan rumen

domba sebagai pengganti bungkil kedelai dalam pakan ikan lele Clarias sp”.

adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Juni 2013

Hosnol Hotimah

(4)
(5)

ABSTRAK

HOSNOL HOTIMAH. Evaluasi tepung bungkil biji karet Hevea brasiliensis yang

difermentasi dengan cairan rumen domba sebagai pengganti bungkil kedelai

dalam pakan ikan lele Clarias sp. Dibimbing oleh MUHAMMAD AGUS

SUPRAYUDI dan DEDI JUSADI.

Penelitian ini mengevaluasi penggunaan tepung bungkil biji karet (FTBK) yang difermentasi sebagai pengganti tepung bungkil kedelai terhadap

pertumbuhan ikan lele Clarias sp. Efek FTBK dalam pakan menghasilkan

kecernaan total yang baik. Penelitian dilakukan selama 30 hari pemberian pakan untuk mengetahui performa dari tingkat substitusi FTBK terhadap tepung bungkil kedelai sebagai sumber protein. Lima jenis pakan yang isoprotein dan isoenergi digunakan dalam percobaan ini. Pakan A, semua protein nabati berasal dari tepung bungkil kedelai. Pakan B, C, D dan E tepung bungkil kedelai digantikan

dengan FTBK pada tingkat substitusi 12, 23, 34 dan 44%. Cr2O3 digunakan

sebagai indikator dalam pengukuran kecernaan. Ikan diberi pakan selama tiga kali

sehari secara at satiation. Performa pertumbuhan dan jumlah konsumsi pakan

dengan FTBK 12-23% setara dengan kontrol. Peningkatan FTBK lebih dari 23% mengakibatkan penurunan performa pertumbuhan dan kecernaan total pakan.

Kata kunci : Bungkil biji karet, kecernaan, pertumbuhan, Clarias sp.

ABSTRACT

HOSNOL HOTIMAH. Evaluation of fermented rubber seed meal Hevea

brasiliensis with rumen fluid of sheep as a replacement for soybean meal in diet

of catfish Clarias sp. supervised by MUHAMMAD AGUS SUPRAYUDI and

DEDI JUSADI.

The study evaluates the utilization of fermented defatted rubber seed meal

(FDRSM) as soybean meal replacement on growth performance of catfish Clarias

sp. The effect of FDRSM on feed digestibility was observed as well. A thirty day feeding experiment was performed to observe the effect of partial replacement of defatted soybean meal as protein source by FDRSM. Five isonitrogenous and iso energy of diet were used in this experiment. Diet A all plan protein come from SBM. Diet B, C, D and E soybean meal was replaced by

FDRSM at the level of 12, 23, 34, and 44% respectively. Cr2O3 were used as a

tracer for measuring digestibility. Fish were fed experimental diet three times dialy at satiation level. Growth and feeding performance of fish fed with diets containing 12-23% FDRSM protein replacement was comparable to that of control. Increasing level of FDRSM to more than 23% resulted in a decreased in growth performance and feed digestibility.

(6)
(7)

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2013

Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB.

(8)
(9)

EVALUASI TEPUNG BUNGKIL BIJI KARET

Hevea brasiliensis

YANG DIFERMENTASI CAIRAN RUMEN DOMBA

SEBAGAI PENGGANTI BUNGKIL KEDELAI

DALAM PAKAN IKAN LELE

Clarias

sp.

HOSNOL HOTIMAH

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan

Pada

Departemen Budidaya Perairan

DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

(10)
(11)

Judul Skripsi : Evaluasi tepung bungkil biji karet Hevea brasiliensis yang difermentasi cairan rumen domba sebagai pengganti

bungkil kedelai dalam pakan ikan lele Clarias sp.

Nama : Hosnol Hotimah

NIM : C14090006

Program Studi : Teknologi dan Manajemen Perikanan Budidaya

Disetujui oleh,

Dr Muhammad Agus Suprayudi Pembimbing I

Dr Dedi Jusadi Pembimbing II

Diketahui oleh

Dr Sukenda Ketua Departemen

(12)
(13)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada ALLAH subhanahu wa ta’ala

atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Januari ini berjudul

“Evaluasi tepung bungkil biji karet Hevea brasiliensis yang difermentasi cairan

rumen domba sebagai pengganti bungkil kedelai dalam pakan ikan lele Clarias

sp”.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr. Ir. Muhammad Agus Suprayudi, M.Sc dan Bapak Dr. Ir. Dedi Jusadi, M.Sc selaku pembimbing, serta Bapak Wasjan dan mbak Retno yang telah banyak membantu analisa di Laboratorium Nutrisi Ikan. Terima kasih juga penulis sampaikan kepada Pusat

Penelitian dan Pengembangan Kehutanan Bogor dan Sea Fast Center Fakultas

Teknologi Pertanian serta staff Kolam Percobaan Budidaya Perairan, Insitut pertanian Bogor karena telah membantu jalannya penelitian. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah, ibu, serta seluruh keluarga, atas segala doa dan dukungannya

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Juni 2013

(14)
(15)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

PENDAHULUAN ... 1

METODE ... 2

Pembuatan Tepung Bungkil Biji karet ... 2

Pembuatan Pakan Uji ... 2

Percobaan Pertumbuhan ... 3

Percobaan Kecernaan ... 4

Analisis Proksimat Ikan ... 4

Analisis Data ... 4

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 4

Hasil ... 4

Pembahasan ... 6

KESIMPULAN DAN SARAN ... 9

Kesimpulan ... 9

Saran... 9

DAFTAR PUSTAKA ... 9

LAMPIRAN ... 12

(16)

DAFTAR TABEL

1 Perbandingan analisa proksimat tepung biji karet sebelum dan setelah

difermentasi ... 2

2 Formulasi pakan uji ikan lele ... 3

3 Analisa proksimat pakan uji ikan lele ... 3

4 Kualitas air dalam sistem pemeliharaan ikan lele ... 4

5 Penampilan pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan lele ... 5

DAFTAR LAMPIRAN

1 Skema sistem resirkulasi pemeliharaan ikan lele ... 12

2 Hasil analisis proksimat bahan pakan ... 12

3 ANOVA dan uji Duncan tingkat kelangsungan hidup (%) ikan lele ... 12

4 ANOVA dan uji Duncan biomassa (g) ikan lele ... 13

5 ANOVA dan uji Duncan Laju pertumbuhan harian (g/hari) ikan lele ... 13

6 ANOVA dan uji Duncan jumlah konsumsi pakan (g) ikan lele ... 13

7 ANOVA dan uji Duncan Efisiensi pakan (%) ikan lele ... 14

8 ANOVA dan uji Duncan konversi pakan (KP) ikan lele ... 14

9 ANOVA dan uji Duncan kecernaan total (%) ikan lele ... 14

10 ANOVA dan uji Duncan retensi protein (%) ikan lele ... 15

(17)

PENDAHULUAN

Pakan merupakan salah satu faktor utama yang menunjang keberlangsungan usaha budidaya. Menurut Indraja (2010) yang mengutip data Gabungan Pengusaha Ternak (GPPT) bahwa sumber protein pakan sebagian besar masih di

impor, yang terdiri atas 70% bahan baku protein nabati (tepung kedelai, corn

gluten meal, tepung terigu), dan bahan lainnya 5-10% jagung kuning serta 20-30% tepung ikan. Melihat besarnya komponen bahan baku impor, maka perlu dicari alternatif bahan baku lokal untuk substitusi bahan pakan impor tersebut.

Biji karet memiliki potensi sebagai salah satu bahan baku pakan lokal karena mengandung protein kasar 30,15%, serat kasar 7,66%, lemak kasar

34,82%, dan abu 5,83%, BETN 10,73% (Wizna et al. 2000). Kadar protein biji

karet yang tinggi ini diharapkan bisa menjadi substitusi penggunaan tepung kedelai yang impor di dalam pakan ikan. Namun demikian, biji karet juga mengandung zat anti nutrisi sebagai hasil dari aktivitas enzim yang terdapat pada

tanaman itu sendiri yaitu cyanoeix glucosidal yang menghasilkan asam sianida

(HCN) (Oyewushi et al., 2007). Bahkan kandungan HCN dalam biji karet

mencapai 573,72 ppm, sehingga penggunaan dalam ransum unggas terbatas hanya 5% (Bestari 1984).

Kadar lemak yang tinggi dalam biji karet juga merupakan salah satu penyebab tingginya kadar HCN dalam biji karet. Menurut Inara (2011), salah satu cara untuk menurunkan kadar HCN dalam biji karet adalah dengan mengolahnya menjadi konsentrat. Konsentrat merupakan hasil pemekatan fraksi protein biji karet yang kadar proteinnnya sudah tinggi menjadi lebih tinggi lagi yaitu dengan cara mengurangi atau menghilangkan lemak atau komponen-komponen non protein yang larut (Zuhra 2006). Hasil penelitian Inara (2011), menyebutkan bahwa tepung bungkil biji karet yang diolah dengan menurunkan kadar lemaknya dapat digunakan hingga 50% sebagai substitusi tepung bungkil kedelai dapat meningkatkan kecernaan.

Fermentasi dengan cairan rumen domba merupakan salah satu alternatif yang bisa digunakan untuk memperbaiki nilai gizi dan menurunkan kandungan HCN menjadi 30,75 ppm sehingga penggunaan biji karet dapat ditingkatkan pada

pembuatan pakan unggas hingga 16% (Wizna et al. 2000). Ekstrak enzim cairan

rumen domba memiliki aktivitas enzim selulase, amilase, protease dan lipase yang tinggi. Kadar serat kasar bungkil kelapa sawit turun 57% setelah difermentasi selama 24 jam dengan ekstrak enzim cairan rumen domba pada kadar 100 ml/kg,

sehingga kecernaannya meningkat (Wahyu dan Khasani 2010). Suprayudi et al.

(2011) memberikan 200 ml cairan rumen domba per kg pakan berbasis bahan nabati menghasilkan retensi protein dan efisiensi pakan yang tinggi pada ikan nila. Fermentasi dengan ekstrak enzim cairan rumen domba juga bisa menurunkan kadar asam fitat di daun lamtoro (Fitriliyani 2010).

(18)

2

pada target produksi KKP (2013), yang menargetkan total produksi ikan lele yaitu 670.000 ton hingga 900.000 ton pada tahun 2014.

METODE

Pembuatan Tepung Bungkil Biji Karet

Biji karet dipecah kulitnya sehingga hanya tersisa daging bijinya.

Selanjutnya daging biji dikeringkan dalam oven suhu 60oC sekitar 24 jam lalu

digiling. Biji karet yang sudah digiling ditekan dengan menggunakan alat press

hidrolic untuk mengeluarkan minyak dari biji karet. Kandungan minyak dalam biji karet cukup tinggi yaitu dalam 100 g biji karet terdapat 48,5 g minyak. Ekstrak biji karet langsung digiling agar tidak mengeras karena tekanan yang sangat besar dari alat. Selanjutnya dilakukan proses ekstraksi minyak kedua dengan menggunakan pelarut n-heksana dengan perbandingan 2:1, selama 24 jam sehingga diharapkan kandungan lemak dapat kurang dari 10%. Ekstraksi dengan n-heksana dilakukan sebanyak dua kali dengan perbandingan yang sama. Selanjutnya dilakukan pembilasan dengan ethanol 94% dengan perbandingan 2:1. Proses selanjutnya adalah fermentasi selama 24 jam dengan menggunakan rumen domba dengan dosis 400 ml/kg bahan. Selanjutnya biji karet dikeringkan dalam oven selama 1 jam dan siap untuk dianalisa proksimat. Pakan yang digunakan dalam perlakuan adalah pakan yang telah difermentasi. Berikut ini perbandingan analisis proksimat biji karet sebelum dan setelah fermentasi.

Tabel 1 Perbandingan hasil analisis proksimat tepung biji karet sebelum dan

(19)

3

Tabel 2 Formulasi pakan uji ikan lele

Bahan Baku Pakan Perlakuan TBK dalam pakan uji (%)

0 12 23 34 44

Setelah diformulasi pakan bisa dibuat dengan cara mencampurkan

bahan-bahan tersebut dan dilakukan mixing dengan menggunakan alat agar bahan pakan

dapat tercampur dengan rata dan dicetak menggunakan mesin pencetak pelet dengan ukuran pakan 2 mm. Pakan yang telah dicetak kemudian dikeringkan dengan oven selama 1 jam. Setelah pakan jadi dilanjutkan dengan analisis proksimat untuk mengetahui kandungan nutrien yang ada dalam pakan sesuai dengan hasil formulasi. Berikut hasil analisis proksimat pakan uji.

Tabel 3 Hasil analisis proksimat pakan uji ikan lele

Komposisi Nutrien (%) Perlakuan TBK dalam akan uji (%)

0 12 23 34 44

Gross Energy (kkal/kg) 4057,83 3923,95 4046,20 4042,76 3999,61

Ratio DE-P (kkal/g protein) 11,15 11,27 10,99 11,63 11,48

Percobaan Pertumbuhan

Ikan lele yang digunakan diperoleh dari petani di Desa Cibeureum pada

Bulan Januari 2013. Sebelum dilakukan perlakuan ikan diaklimatisasi selama seminggu agar ikan benar-benar teradaptasi dengan lingkungan baru. Percobaan pertumbuhan dilakukan dengan rancangan acak lengkap yaitu 5 perlakuan pakan uji dan 3 ulangan. Ikan dipelihara dalam akuarium yang berukuran 50 x 40 x 35 cm sebanyak 15 unit (Lampiran 1) di Laboratorium Nutrisi ikan, Departemen Budidaya Perairan, IPB. Ikan berukuran 4,12 ± 0,27 g ditebar dengan kepadatan 15 ekor per akuarium.

Pemberian pakan dilakukan setiap tiga kali sehari yaitu pada pukul 08.00,

12.00, dan 16.00 WIB secara at satiation. Percobaan pertumbuhan dilakukan

(20)

4

setiap pagi dan sore, sedangkan untuk parameter total amonia nitrogen (TAN) dilakukan pada awal, tengah dan akhir pemeliharaan. Kondisi kualitas air selama penelitian ditampilkan di Tabel 4.

Tabel 4 Kualitas air dalam sistem pemeliharaan ikan lele yang diberi pakan uji selama 30 hari

Parameter Satuan Nilai terukur Nilai optimum

Suhu oC 28,1 - 28,6 28 – 30

Percobaan kecernaan dilakukan selama 14 hari setelah percobaan pertumbuhan selesai. Setelah dilakukan penimbangan untuk mengukur biomassa akhir, selanjutnya di hari ke-31, ikan diberi pakan perlakuan yang ditambah 0,6%

Cr2O3. Feses dikumpulkan selang satu jam setelah pemberian makan dengan

menggunakan selang dan ditampung dalam botol film. Feses yang telah terkumpul

diletakkan dalam freezer. Selanjutnya feses dikeringkan dengan menggunakan

oven selama 24 jam dan digerus hingga menjadi bubuk dan siap untuk dianalisa kromium dengan metode pembacaan absorban pada spektrofotometer dengan

panjang gelombang 350 nm (AOAC 1984).

Analisis Proksimat Ikan

Analisis proksimat ikan awal dan akhir untuk mengetahui nilai retensi protein dan retensi lemak dengan menggunakan 3 sampel ikan per ulangan. Analisis protein dilakukan dengan metode kjehdahl, lemak tubuh dengan metode folch, serat kasar dengan metode pelarutan asam dan basa kuat serta pemanasan,

dan kadar abu dengan metode pemanasan dalam tanur pada suhu 600 oC

(Takeuchi 1988).

Analisis Data

Parameter yang diukur dianalisis dengan menggunakan program SPPS ver

16.0 for Windows. Perbedaan antar perlakuan dapat diketahui melalui hasil pengujian menggunakan uji F (sidik ragam) dengan selang kepercayaan 99 dan atau 95%. Apabila uji F memberikan hasil yang berbeda nyata, dapat dilanjutkan dengan uji Duncan.

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil

Percobaan Pertumbuhan

(21)

5

Gambar 1 Biomassa ikan lele

Tabel 5 Penampilan pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan lele pada berbagai perlakuan pakan uji

Parameter Perlakuan TBK dalam pakan uji (%)

0 12 23 34 44

LPH (%) 5,40±9,4 e 6,61±0,11c 5,85±0,11d 4,10±0,11a 4,98±0,08b

JKP (g) 168,7±9,4b 202,04±7,3e 176,4±3,7e 140,4±5,07a 173,9±10,4e

EP (%) 96,1±3,5b 98,3±2,0b 99,50±0,34b 87,69±2,56 a 86,2±5,2a

Keterangan: Nilai yang tertera merupakan rata-rata ± standar deviasi; Huruf di belakang standar deviasi yang berbeda dalam baris menunjukkan perbedaan nyata (p<0,05).

Keterangan : LPH = laju pertumbuhan harian, JKP = jumlah konsumsi pakan, EP = efisiensi pakan, KP = konversi pakan, RP = retensi protein, RL = retensi lemak, KT = Kecernaan total, KH = kelangsungan hidup

Jumlah konsumsi pakan pada perlakuan FTBK 12% menunjukkan nilai yang tertinggi dibandingkan kontrol dan perlakuan FTBK lainnya yaitu sebesar 202,04 g. Jumlah konsumsi pakan semakin menurun dengan peningkatan FTBK dalam pakan uji. Namun, pada FTBK 23% dan FTBK 44% masih lebih tinggi dibandingkan kontrol yaitu sebesar 202,04 g dan 173,9 g. Perlakuan FTBK 34% menunjukkan nilai yang terendah yaitu sebesar 140,40 g. Efisiensi pakan pada perlakuan 12% menunjukkan nilai yang tertinggi dan diikuti dengan FTBK 23% yaitu sebesar 98,26% dan 99,50%. Namun demikian, pada perlakuan FTBK 34% dan 44% menunjukkan nilai yang lebih rendah dibandingkan dengan kontrol, FTBK 12% dan FTBK 23% yaitu sebesar 87,69% dan 86,17%.

(22)

6

1,14 dan 1,16. Kelangsungan hidup pada kontrol mencapai 100%, sedangkan pada TBK 12%, 23%, 34% dan 44% kelangsungan hidupnya hampir sama yaitu 91,11% - 95,56%. Kecernaan total masing-masing perlakuan lebih tinggi dibandingkan dengan kontrol. Perlakuan FTBK 12% menunjukkan nilai tertinggi yaitu 70,87% diikuti FTBK 23% yaitu 67,07%. Perlakuan dengan nilai kecernaan terendah ditunjukkan oleh FTBK 34% yaitu 53,05%, namun masih lebih tinggi dibandingkan dengan kontrol yang nilai kecernaannya hanya 48,91%.

Retensi protein pada FTBK 12%, 23% dan 44% lebih tinggi dibandingkan kontrol dengan nilai tertinggi 54,15% pada FTBK 12%. Sedangkan pada FTBK 34% menunjukkan nilai terendah yaitu 38,60%. Retensi protein semakin menurun setiap peningkatan persentase FTBK dalam pakan. Namun, pada FTBK 44% menunjukkan hasil yang lebih tinggi dibandingkan FTBK 34% yaitu sebesar 43,10%. Berbeda halnya dengan retensi lemak, semakin tinggi persentase FTBK maka semakin tinggi pula retensi lemak dalam tubuh ikan dan menurun kembali di FTBK 34%. Namun retensi lemak pada semua perlakuan cukup tinggi yaitu berkisar antara 72,55% hingga 93,25%. Nilai tertinggi ditunjukkan pada FTBK 23% yaitu 93,25% dan terendah pada kontrol yaitu 72,55%.

Laju pertumbuhan harian pada penelitian ini didapatkan semakin meningkat pada FTBK 12% yaitu sebesar 6,61 g dan mengalami penurunan kembali dari FTBK 23% hingga 44%. Laju pertumbuhan harian terendah didapatkan pada FTBK 34% yaitu 4,10 g dan tertinggi didapatkan pada FTBK 12%. Perlakuan TBK 23% LPH masih lebih tinggi dibandingkan kontrol yaitu sebesar 5,85 g. Namun demikian, pada FTBK 34% dan 44% LPH masih lebih rendah dibandingkan kontrol yaitu sebesar 4,10 g dan 4,98 g.

Pembahasan

Tepung biji karet (FTBK) yang telah difermentasi dan dimasukkan kedalam pakan uji sebagai pengganti tepung kedelai dengan berbagai persentase yaitu 12%, 23%, 34%, dan 44% memiliki pengaruh yang berbeda terhadap benih ikan lele yaitu pada berbagai parameter yang diujikan. Parameter pertumbuhan seperti LPH, biomassa, KH, JKP, EP, dan FCR menunjukkan bahwa tepung bungkil biji karet bisa dijadikan sebagai salah satu alternatif bahan baku pakan lokal. Hal ini dikarenakan selain ketersedian yang melimpah dan kandungan nutrisi (Tabel 1) mencukupi untuk dijadikan sebagai bahan baku pakan juga dilihat dari pertumbuhan yang ditunjukkan.

Jumlah konsumsi pakan semakin menurun dengan meningkatnya persentase TBK dalam pakan dan terendah pada FTBK 34% yaitu sekitar 140,40 g,

sedangkan pada TBK 44% lebih tinggi yaitu 173,90 g. Menurut Suprayudi et al.

(1999), palatabilitas dan aksestabilitas pakan secara umum semakin berkurang jika sumber protein nabati ditambahkan dan menggantikan sumber protein hewani pada ikan. Palatabilitas pakan berkorelasi dengan keberadaan asam amino bebas seperti betain, asam glutamat, alanin dan glisin. Peningkatan tepung biji karet diduga dapat mengurangi jenis asam amino tersebut seperti yang terjadi pada

penelitian Suprayudi et al. (1999), pada sumber protein nabati dalam hal ini

tepung bungkil kedelai. Namun dalam perlakuan pakan ini tidak dilakukan substitusi terhadap sumber protein hewani melainkan dengan sumber protein nabati yaitu tepung kedelai sehingga diduga profil asam amino dalam FTBK lebih

(23)

7

kedelai merupakan sumber protein nabati yang memiliki profil asam amino paling kaya dibandingkan sumber protein nabati lainnya.

Kecernaan total pada setiap perlakuan berkisar antara 48,91% pada kontrol hingga 70,87% yang tertinggi pada FTBK 12%. Perlakuan dengan FTBK 12% dan 23% berbeda nyata (P<0,05) terhadap kontrol. Sedangkan pada FTBK 34% memiliki kecernaan yang rendah yaitu 53,05% dan tidak berbeda nyata (P>0,05) terhadap kontrol. Kecernaan total merupakan persentase total bahan yang dapat dicerna oleh ikan. Berdasarkan data kecernaan dihasilkan bahwa kontrol atau pakan uji yang tidak menggunakan tepung biji karet memiliki kecernaan total terendah. Hal ini diduga karena tepung biji karet yang sudah mengalami proses fermentasi sehingga membantu pencernaan pakan didalam tubuh ikan. Kontribusi mikrobial yang berfungsi untuk sintesa nutrien dan metabolisme pakan sangat

sedikit dalam usus catfish (Tucker dan Hargreaves 2004). Selain itu ikan lele

merupakan ikan omnivora yang cenderung karnivora. Oleh karena itu keberadaan enzim dari luar sangat dibutuhkan untuk membantu kecernaan ikan lele. Fermentasi dengan menggunakan rumen domba memberikan pengaruh yang nyata

terhadap semua parameter pertumbuhan. Menurut Suprayudi et al. (2011),

suplementasi crude enzim cairan rumen domba dengan dosis 200 ml/kg memberikan pengaruh yang nyata terhadap efisiensi pakan, retensi protein dan retensi lemak ikan nila.

Retensi protein menunjukkan peningkatan pada FTBK 12% namun semakin tinggi persentase FTBK dalam pakan yaitu dari FTBK 23% dan seterusnya mengalami penurunan kembali. Perlakuan TBK 12% menunjukkan retensi protein tertinggi yaitu 54,15%, namun semakin menurun seiring meningkatnya persentase FTBK dalam pakan uji. Retensi protein terendah ditunjukkan oleh FTBK 34% yaitu 38,60 %. Namun pada semua perlakuan masih berimbang jika dibandingkan dengan kontrol. Hal ini menunjukkan bahwa kandungan nutrisi yang terdapat dalam FTBK masih bisa diterima dalam ransum ikan lele.

Retensi protein dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya kadar protein dalam pakan, total energi dalam pakan, dan kualitas protein terkait dengan

kandungan asam amino esensial dalam pakan tersebut (Suprayudi et al. 1999).

Ketidakseimbangan asam amino menyebabkan rendahnya kemampuan retensi

protein dan tingginya eksresi ammonia (Murai et al. 1986). Dalam perlakuan

pakan uji diformulasikan dengan tingkat protein yang sama, total energi yang sama, sehingga diduga salah satu faktor yang menyebabkan rendahnya retensi protein adalah kualitas protein dalam hal ini profil dari asam amino. Menurut

Suprayudi et al. (2000), kandungan arginin yang rendah dalam pakan dapat

menyebabkan menurunnya tingkat pertumbuhan dan rendahnya retensi protein. Sehingga diduga pada pakan FTBK 34% kadar asam amino esensial tidak seimbang. Selain itu rendahnya konsumsi pakan menyebabkan rendahnya nutrien-nutrien pakan seperti protein dan lemak yang diserap oleh ikan (Syamsunarno et al. 2011). Terbukti dari rendahnya tingkat retensi protein pada FTBK 34% dan diikuti oleh FTBK 44%.

(24)

8

mengkombinasikan berbagai jenis sumber protein bahan pakan (Suprayudi et al.

1999).

Retensi lemak pada setiap perlakuan tidak berbeda nyata (P>0,05) dan cukup tinggi yaitu berkisar antara 72,55 % yang terendah yaitu pada kontrol hingga 93,25% yang tertinggi pada FTBK 23%. Tingginya retensi lemak pada semua perlakuan disebabkan karena rendahnya serat kasar yang terdapat dalam pakan uji (Fitriliyani 2010). Rendahnya serat kasar pada pakan uji dikaitkan dengan proses fermentasi bahan uji yaitu tepung biji karet yang difementasi dengan rumen domba. Proses fermentasi menyebabkan enzim selulase pada cairan domba yang berperan dalam pemecahan partikel-partikel serat kasar yang ada pada bahan dari bentuk kompleks menjadi lebih sederhana (Kamra 2005). Menurut Fitriliyani (2010), serat dapat menghambat proses penyerapan lemak serta mengurangi asupan kalori. Semakin tinggi mengkonsumsi serat, maka akan semakin tinggi lemak yang terbuang lewat feses karena kandungan lemak dibuang dan tidak diserap oleh tubuh. Tingginya retensi lemak juga dapat disebabkan

rendahnya lysosaponin dalam pakan (Murai et al. 1986). Selain itu tingginya

retensi lemak dalam tubuh ikan juga dibutuhkan untuk membentuk struktur lemak

tubuh (Suprayudi et al. 2000).

Efisiensi pakan menunjukkan bahwa hampir semua perlakuan pakan uji dengan substitusi FTBK dari 12% hingga 44% cukup baik jika diberikan pada ikan lele. Bahkan pada FTBK 12% dan 23% tidak berbeda nyata dengan kontrol dan hampir mencapai 100% yaitu berkisar antara 98,26% hingga 99,50%. Konversi pakan pada semua perlakuan hampir mendekati 1 sehingga bisa dikatakan bahwa pakan uji yang menggunakan FTBK sebagai substitusi untuk menyumbang protein nabati dalam pakan hingga 44% masih baik. Pakan diformulasi dengan protein diatas 30% yaitu dari protein 36,39%, 34,81%, 36,81%, 34,76%, dan 34,83%. Menurut Babalola dan Apata (2006), pakan dengan protein 35% dan 12,5% lemak dapat mendukung pertumbuhan optimum pada ikan

lele Afrika Heterobranchus longifilis dan berlaku juga untuk Clarias gariepinus.

(25)

9

Berdasarkan pengukuran kualitas air dapat dilihat bahwa kisaran dari kualitas air yang diukur dalam sistem pemeliharaan selama 30 hari masih dalam

kisaran optimum yaitu suhu 28,1–28,6 oC, pH 6,85–8,06, dissolved oxygen 4,3–5,

dan total ammonia nitrogen 0,04–0,12 mg/l. Kisaran optimum yang seharusnya

dicapai untuk pertumbuhan terbaik bagi catfish yaitu suhu 28–30 oC (Tucker dan

Hargreaves 2004), pH 6,5–9 (Tucker dan Hargreaves 2004), DO >4 mg/l (Gerald dan Cech 1970), dan TAN <0,17 mg/l (Knepp dan Arkin 1973). Menurut

Suprayudi et al. (1999), produksi amonia dapat dijadikan indikator kualitas

protein. Amonia diproduksi karena ketidakseimbangan energi, rendahnya komposisi pakan non-protein seperti karbohidrat dan lemak serta ketidak seimbangan asam amino dalam pakan yang menyebabkan penurunan tingkat sintesa protein per unit dari protein yang tercerna.

Pertumbuhan pada ikan lele yang diberikan pakan uji dengan persentase FTBK yang berbeda-beda hingga 44% cukup bisa menggantikan tepung kedelai sebagai sumbangan protein nabati dalam pakan. Hal ini terlihat dari tingginya konsumsi pakan sehingga biomassa akhir yang dicapai sangat baik bahkan efisiensi pakan hampir mencapai 100% dengan FCR sekitar 1. Penggunaan tepung biji karet yang difermentasi dengan rumen domba dalam pakan ikan lele hingga 23% sangat baik untuk mencapai pertumbuhan yang optimum.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Penggunaan tepung bungkil biji karet yang difermentasi dengan rumen domba dalam pakan uji untuk ikan lele sebagai penyumbang protein nabati substitusi tepung kedelai menghasilkan parameter pertumbuhan yang baik dari laju pertumbuhan harian, biomassa panen, efisiensi pakan, FCR dan dapat dicerna dengan baik dilihat dari nilai kecernaan total serta nilai retensi protein dan retensi lemak yang tinggi. Tepung biji karet dengan sumbangan 12% dalam pakan uji adalah yang terbaik serta dapat meningkatkan performa pertumbuhan ikan lele (Clarias sp).

Saran

Perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk membandingkan antara perlakuan biji karet yang tidak difermentasi dan yang difermentasi dengan berbagai dosis fermentasi. Analisis kandungan asam amino dalam pakan perlu dianalisis sehingga dapat memperkuat dugaan yang berkaitan dengan performa pertumbuhan ikan lele.

DAFTAR PUSTAKA

[AOAC] Association of Official Analytical Chemist. 1984. Official Methods of

Analysis, 14th edition. Airlington: AOAC. p 1141

(26)

10

Heterobranchus longifilis (Valenciennes, 1840) fingerlings. Journal of Animal and Veterinary Advances. 5 (12): 1073-1079.

Babatunde GM, Pond WG, Peo ER Jr. 1990. Nutritive value of rubber seed (Hevea brasiliensis) meal: utilization by growing pigs of semipurified diets

in which rubber seed meal partially replaced soybean meal. J Anim Sci. 68:

392-397.

Bestari. 1984. Pemakaian Tepung biji karet (Hevea brasilliensis) terhadap Pertambahan

Berat Badan Ayam Broiler [tesis]. Padang (ID): Universitas Andalas.

Fitriliyani I. 2010. Peningkatan kualitas nutrisi tepung daun lamtoro dengan

penambahan ekstrak enzim cairan rumen domba (Ovis aries) untuk bahan

pakan ikan nila (Oreochromis niloticus) [disertasi]. Bogor (ID): Institut

Pertanian Bogor.

Gerald JW, Cech JJ. 1970. Respiratory responses of juvenile catfish (Ictalurus

punctatus) to hypoxic condition. Physiological Zoology. 43:47 – 54.

Inara C. 2011. Kajian tepung bungkil karet (TBBK) Hevea brasiliensis sebagai

bahan baku pakan benih ikan mas Cyprinus carpio Linn [tesis]. Bogor (ID):

Institut Pertanian Bogor.

Indraja DD. 2010. Upaya penyediaan pakan untuk mendukung target produksi

perikanan 353. Forum Pakan; 2010 oktober 22-25; Sidoarjo, Indonesia.

Jakarta (ID): Badan Litbang Kelautan dan Perikanan, KKP bekerjasama dengan ISPIKANI.

Kamra DN. 2005. Special section microbial diversity: rumen microbial ecosystem. Current science.

[KKP]. 2013. Bisnis ikan lele menggiurkan. [Internet]. [diunduh 2013 Mei 20]. Tersedia pada: http://www.kkp.go.id/index.php/arsip/c/6990/Bisnis-Ikan-Lele-Menggiurkan.

Knepp GL, Arkin AF. 1973. Ammonia toxicity levels and nitrate tolerance of

channel catfish. Progressive Fish-Culturist. 35:221 – 224.

Lovell RT. 1989. Nutrition and Feeding of Fish. New York (USA): Van Nostrand

Reinhold. p 217.

Murai T, Daozun W, Ogata H. 1989. Effect of amino acid supplementation and methanol treatment on utilization of soyflour by fingerling carp.

Aquaculture. 56: 197 – 198.

[NRC]. 1982. Nutrient Requirement of Warmwater Fishes and Shellfishes.

Wahington D.C (USA): National Academy of Science Press. p 86

[NRC]. 1993. Nutrient Requirement of Warmwater Fishes and Shellfishes.

Wahington D.C (USA): National Academy of Science Press. p 78

Oyewushi P, Akintayo AET, Olaofe O. 2007. The proximate and amino acid

composition of defatted rubber seed meal. J Food, Agriculture &

Environment. 5 (3&4): 115-118.

Suprayudi MA, Bintang M, Takeuchi T, Mokoginta I, Sutardi T. 1999. Defatted soybean meal as an alternative source to substitute fish meal in the feed of

giant gouramy, Osphronemus gouramy Lac. Suisanzoshoku. 47(4), 551 –

557.

Suprayudi MA, Takeuchi T, Mokoginta I, Kartikasari AT. 2000. The effect of additional arginine in the high defatted soybean meal diet on the growth of

giant gouramy Osphronemus gouramy Lac. Fisheries Science. 66: 807 –

(27)

11

Suprayudi MA. 2010. Pengembangan penggunaan bahan baku lokal untuk pakan ikan/udang: status terkini dan prospeknya. Semi-Loka Nutrisi dan Teknologi Pakan Ikan/Udang; 2010 Oktober 26; Bogor, Indonesia. Jakarta (ID): Badan Litbang Kelautan dan Perikanan, KKP bekerjasama dengan ISPIKANI. Suprayudi MA, Diamahesa W, Jusadi D, Setiawati M, Ekasari J. 2011.

Suplementasi crude enzim cairan rumen domba pada pakan berbasis sumber

protein nabati dalam memacu pertumbuhan ikan nila (Oreochromis

niloticus). Jurnal Iktiologi Indonesia. 11(2): 177-183.

Syamsunarno MB, Mokoginta I, Jusadi D. 2011. Pengaruh berbagai rasio energi

protein 30% terhadap kinerja pertumbuhan benih ikan patin (Pangasius

hypopthalmus). Jurnal Riset Akuakultur. 6 (1): 63-70.

Takeuchi T. 1988. Laboratory work chemical evaluation of dietary nutrition. In Watanabe T, ed. Fish Nutrition and Mariculture, JICA Textbook the General Aquaculture Course. Tokyo: Kanagawa internat. Fish. Training Center. p 179-229

Tucker CS, Hargreaves JA. 2004. Biology and Culture of Channel Catfish.

Amsterdam (ND): Elsevier B.V p 279.

Viola S. Rappaport U. 1979. The “extra calory effect” of oil in nutrition of carp.

Bamidgeh. 31(3) : 51-69.

Wahyu P, Khasani I. 2010. Efektivitas Bacillus sp. untuk peningkatan nilai nutrisi bungkil kelapa sawit melalui fermentasi. Prosiding Forum Teknologi Akuakultur; Subang, Indonesia. Bogor (ID). p 769-774

Watanabe T, Verakunpiriya V, Watanabe K, Kiron V, Satoh S. 1997. Feeding of

rainbow trout with non-fish meal diets. Fisheries Science. 63(2): 258 – 266.

Wizna, Mirnawati, Novirman J, Yenti, Zuryani. 2000. Pemanfaatan produk

fermentasi biji karet (Hevea brasiliensis) dengan Rhizopus oligosporus

dalam ransum ayam broiler. Seminar Nasional Peternakan dan Veteriner.

2000 September 18-19; Bogor, Indonesia. Bogor (ID): Pusat Penelitian Peternakan, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. p 296-299. Zonneveld N, Husiman EA, Boon JH. 1991. Prinsip-Prinsip Budidaya Ikan.

Jakarta (ID): PT. Gramedia Pustaka Utama. p 318.

(28)

12

Lampiran 1 Skema sistem resirkulasi pemeliharaan ikan lele

Lampiran 2 Analisa Proksimat Bahan Pakan

Bahan Pakan

Komposisi Nutrisi (%)

protein Lemak Air Abu Serat

Kasar BETN

Gross energy/kg

Polar 13,56 4,36 8,89 5,87 9,55 57,77 3551,34

Kedelai 32,56 3,25 10,45 6,77 4,85 42,12 3874,89

Tepung Ikan 55,35 6,12 11,17 23,2 0,3 3,86 3858,49

MBM 53,28 11,74 8,39 17,16 0,4 9,03 4484,83

Prosin 44 6,1 8 12 2,4 27,5 4188,22

Tapioka 1,67 0 13,8 0,25 0 84,28 3558,86

Lampiran 3 ANOVA dan uji Duncan tingkat kelangsungan hidup (%) ikan lele

Jumlah kuadrat df Rataan Kuadrat F Sig.

Antar kelompok 189.642 4 47.410 .400 .804

Dalam kelompok 1185.304 10 118.530

Total 1374.945 14

Pakan uji N Untuk alpha = 0.05

1

0% 3 91.1100

12% 3 91.1100

23% 3 91.1133

(29)

13

44% 3 100.0000

Sig. .377

Rata-rata untuk tiap kelompok pada homogenus diperlihatkan

Lampiran 4 ANOVA dan uji Duncan biomassa (g) ikan lele

Jumlah kuadrat Df Rataan Kuadrat F Sig.

Rata-rata untuk tiap kelompok pada homogenus yang diperlihatkan

Lampiran 5 ANOVA dan uji Duncan Laju pertumbuhan harian (g/hari) ikan lele

Rata-rata untuk tiap kelompok pada homogenus yang diperlihatkan

Lampiran 6 ANOVA dan uji Duncan jumlah konsumsi pakan (g) ikan lele

(30)

14

Sig. 1.000 .264 1.000

Rata-rata untuk tiap kelompok pada homogenous diperlihatkan

Lampiran 7 ANOVA dan uji Duncan Efisiensi pakan (%) ikan lele

Jumlah kuadrat Df Rataan Kuadrat F Sig.

Rata-rata untuk tiap kelompok pada homogenous diperlihatkan

Lampiran 8 ANOVA dan uji Duncan konversi pakan (KP) ikan lele

Jumlah kuadrat df Rataan Kuadrat F Sig.

Rata-rata untuk tiap kelompok pada homogenous diperlihatkan

Lampiran 9 ANOVA dan uji Duncan kecernaan total (%) ikan lele

Jumlah kuadrat Df Rataan Kuadrat F Sig.

(31)

15

Lampiran 10 ANOVA dan uji Duncan retensi protein (%) ikan lele

Jumlah kuadrat Df Rataan Kuadrat F Sig.

Rata-rata untuk tiap kelompok pada homogenous diperlihatkan

Lampiran 11 ANOVA dan uji Duncan retensi lemak (%) ikan lele

Jumlah kuadrat Df Rataan Kuadrat F Sig.

Antar kelompok 885.281 4 221.320 1.267 .345

Dalam kelompok 1746.208 10 174.621

Total 2631.489 14

(32)

16

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Pamekasan, pada tanggal 11 Maret 1991 yang

dilahirkan dari Ayah bernama Muhammad Suhri dan Ibu bernama Sitti Syuwaibah. Penulis merupakan anak pertama dari dua bersaudara dengan adik bernama Feri Fatahillah. Pada tahun 2009 setelah menyelesaikan studinya di SMA Negeri 3 Pamekasan, penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI).

Selama mengiluti perkuliahan, penulis menjadi asisten mata kuliah Oseanografi Umum (2010-2012), Nutrisi Ikan (2013) dan Teknologi Pembuatan Pakan Ikan (2013). Penulis juga pernah menerima Hibah Dikti untuk kegiatan Program Kreatifitas Mahasiswa Penelitian (PKMP) pada tahun 2010, dan Hibah Dikti untuk program yang sama pada tahun 2011, serta pernah lolos dan mendapat Medali Perak pada Pekan Mahasiswa Ilmiah Nasional di Yogyakarta pada tahun 2012 untuk kategori PKM-GT (Gagasan Tertulis). Penulis juga pernah mengikuti seleksi Mahasiswa Berprestasi Departemen. Penulis juga pernah menjadi delegasi

dan presentator dalam Konferensi Internasional ’’Aceh Development

(33)
(34)
(35)

Gambar

Gambar 1 Biomassa ikan lele

Referensi

Dokumen terkait

Setelah dilakukan Join Planning session dengan para Telco Operator maupun Tower Provider atas pelaporan data BTS maupun menaranya di kabupaten Sampang, terdapat 130

ikan ini sangat cepat berkembangbiak. Selain ikan sepaf siarn, jenis ikan rawa lainnya 1,ang juga ditemukan dalam jumlah banyak adalah ikan. betoak {Anabas

Berdasarkan tabel 4 dapat dilihat bahwa underreported counts terjadi pada data jumlah tindak kejahatan terhadap anak, dimana taksiran rata-rata ( i ) memiliki nilai yang

The Croatian commentator made fewer remarks regard- ing statistical data; however, such information was also given by the Croatian technical analyst.. Twenty-fi ve percent of

&lt; α maka Ho ditolak dan menerima Ha, dengan Ha adanya pengaruh yang signifikan dari penerapan model pembelajaran VCT tipe analisis nilai dalam meningkatkan nilai

Sistem penginderaan jauh ini memanfaatkan modul kamera yang sudah memiliki mikrokontroler dengan memanfaatkan algoritma Lucy Richardson dalam proses pengolahan citra

Berdasarkan Laporan Akuntabilitas Kinerja KPK Tahun 2014 terdapat beberapa upaya KPK dalam penanganan kasus TPK SDA dan kasus Tindak Pidana Korupsi Sumber Daya Alam yang

Akun Instagram Yayasan Dialog Islam Garuda Bandung (@dialog_islam) yang menggunakan Instagram dan menyiarkan pesan dakwah di Instagram. Tujuan penelitian ini adalah untuk