• Tidak ada hasil yang ditemukan

Keragaan Tingkat Stres, Konsumsi Pangan dan Mini Nutritional Assassment (MNA) pada Lansia yang Tinggal Di Panti Werdha Kota Bandung

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Keragaan Tingkat Stres, Konsumsi Pangan dan Mini Nutritional Assassment (MNA) pada Lansia yang Tinggal Di Panti Werdha Kota Bandung"

Copied!
38
0
0

Teks penuh

(1)

KERAGAAN TINGKAT STRES, KONSUMSI PANGAN DAN

MINI NUTRITIONAL ASSASSMENT

(MNA) PADA LANSIA

YANG TINGGAL DI PANTI WERDHA KOTA BANDUNG

BABANG YUSUP

DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Keragaan Tingkat Stres, Konsumsi Pangan dan Mini Nutritional Assassment (MNA) Pada Lansia di Panti Werdha Kota Bandung adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

(4)
(5)

ABSTRAK

BABANG YUSUP. Keragaan Tingkat Stres, Konsumsi Pangan dan Mini Nutritional Assassment (MNA) Pada Lansia di Panti Werdha Kota Bandung. Dibimbing oleh DADANG SUKANDAR.

Mini Nutritional Assassment (MNA) merupakan alat pengajian skrining gizi yang paling cocok untuk lansia. Panti Werdha adalah organisasi atau lembaga sosial masyarakat yang membantu pemerintah dalam menampung dan merawat lansia. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mempelajari keragaan tingkat stress, konsumsi pangan dan Mini Nutritional Assassment (MNA) pada lansia yang tinggal di panti werdha. Penelitian tersebut dilakukan dengan cara survey langsung ke panti werdha sedangkan penelitian yang dilakukan oleh peneliti saat ini adalah penelitian menggunakan data sekunder. Disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara tingkat stress dengan konsumsi pangan , terdapat hubungan antara tingkat stress dengan MNA dan tidak terdapat hubungan antara konsumsi pangan dengan MNA. Terdapat hubungan antara tingkat stres dengan konsumsi pangan (p<0.05) dan tingkat stres dengan MNA (p<0.05), namun tidak terdapat hubungan antara konsumsi pangan dengan MNA (p>0.05).

Kata kunci: data sekunder, Food Recall, lansia, Mini Nutritional Assassment, Panti Werdha.

ABSTRACT

BABANG YUSUP. The Performance of Stress Levels, Food Consumption and Nutritional Mini Assassment (MNA) In Elderly in Nursing Home City of Bandung. Supervised by DADANG SUKANDAR.

Mini Nutritional Assassment (MNA) is a nutrition screening tool study the most suitable for the elderly. Elderly nursing is a community organization or social institution that helps governments in accommodating and caring for the elderly. The purpose of this study was to learn the performance of stress levels, food consumption and the Mini Nutritional Assassment (MNA) in elderly living in nursing homes. The study was conducted by way of a survey directly to nursing homes, while a study conducted by researchers today is research using secondary data. Concluded that there is relationship between the level of stress with food consumption (p<0.05), there is a relationship between the level of stress with MNA (p<0.05) and there is no relationship between food consumption with MNA (p>0.05).

(6)
(7)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Gizi

dari Program Studi Ilmu Gizi pada Departemen Gizi Masyarakat

KERAGAAN TINGKAT STRES, KONSUMSI PANGAN DAN

MINI NUTRITIONAL ASSASSMENT

(MNA) PADA LANSIA

YANG TINGGAL DI PANTI WERDHA KOTA BANDUNG

BABANG YUSUP

DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(8)
(9)

Judul Skripsi : Keragaan Tingkat Stres, Konsumsi Pangan dan Mini Nutritional Assassment (MNA) pada Lansia yang Tinggal Di Panti Werdha Kota Bandung

Nama : Babang Yusup NIM : I14090067

Disetujui oleh

Prof. Dr. Ir. Dadang Sukandar, MSc Pembimbing

Diketahui oleh

Dr Ir Budi Setiawan MS Ketua Departemen

(10)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga proposal penelitian ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan di daerah Bandung ini ialah mengenai penilaian status gizi dengan judul Keragaan Tingkat Stres, Konsumsi Pangan dan Mini Nutritional Assassment (MNA) Pada Lansia di Panti Werdha.

Proposal penelitian ini diajukan dalam rangka memenuhi persyaratan untuk melaksanakan penelitian tugas akhir guna memperoleh gelar sarjana di Departemen Gizi Masyarakat Fakultas Ekologi Manusia Institut Pertanian Bogor.

Terima kasih penulis ucapkan kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Dadang Sukandar, MSc selaku pembimbing atas waktu, bimbingan dan masukannya selama penyelesaian tugas akhir. 2. Bapak Prof. Dr. Ir. Ali Khomsan, MS selaku dosen pemandu dan

penguji yang telah memberikan koreksian demi perbaikan skripsi. 3. Keluarga tercinta (Bapak, Ibu beserta adik dan kakak) atas dukungan

moril, materil, cinta serta kasih sayangnya.

4. Keluarga besar Asrama Sylvasari dan Sylvapinus (penghuni dan pengurus serta alumni) yang telah memberikan kesempatan dalam mengembangkan kemampuan untuk berkreasi selama penelitian.

5. Cahyuning Isnaini dan keluarga yang telah memberikan dukungan dan masukan selama seminar dan penyelesaian skripsi.

6. Sam @skripsit yang telah memberikan banyak inspirasi dan kutipan yang digunakan selama seminar.

7. Teman-teman satu bimbingan : Infoning Paramita, Evi Astuti WS dan Feranita Dwi atas dukungan dan kerja samanya.

8. Teman-teman pembahas : Evi Astuti WS, Karim Mustofa, Dewi Pratiwi A dan Cahyuning Isnaini yang telah memberikan masukan dan saran selama seminar.

9. Teman-teman satu angkatan Gizi Masyarakat Angkatan 46 yang telah membantu dalam penelitian : Ratia Yulizawaty, Nurayu Annisa, Singgih Giri P, Imam Faqih dan teman-teman satu kelas Coconut yang telah memberikan banyak dukungan dan kerja sama selama penelitian.

10.Keluarga Besar Gizi Masyarakat Angkatan 45, 46, 47, 48 dan 49 yang telah memberikan dukungan selama penelitian yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Akhir kata, semoga proposal ini dapat bermanfaat bagi masyarakat luas, walaupun masih jauh dari sempurna, oleh karena itu saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan oleh penulis.

(11)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL x

DAFTAR GAMBAR x

DAFTAR LAMPIRAN x

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Tujuan Penelitian 2

Hipotesis 2

Manfaat Penelitian 3

METODE 3

Desain, Waktu dan Tempat Penelitian 3

Jumlah dan Cara Penarikan Sampel 3

Jenis dan Cara Pengambilan Data 4

Pengolahan dan Cara Pengambilan Data 5

HASIL DAN PEMBAHASAN 8

Karakteristik Sosial Ekonomi Sampel 8

Tingkat Stres 11

Konsumsi Pangan 13

Mini Nutritional Assessment (MNA) 15

Hubungan Antar Variabel 16

SIMPULAN DAN SARAN 17

Simpulan 17

Saran 19

DAFTAR PUSTAKA 20

(12)

DAFTAR TABEL

1 Peubah, alat dan cara pengumpulan serta sumber data 4

2 Kategori peubah 5

3 Karakteristik sosial ekonomi sampel 11

4 Sebaran sampel menurut tingkat stres 12

5 Rata-rata konsumsi, angka kecukupan dan tingkat kecukupan sampel 13 6 Sebaran sampel menurut tingkat kecukupan energi dan protein 14

7 Sebaran sampel menurut kategori MNA 15

DAFTAR GAMBAR

1 Kerangka sampling 4

DAFTAR LAMPIRAN

1 Kuisioner penelitian 21

(13)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Indonesia sebagai salah satu negara berkembang memiliki persentase kenaikan jumlah penduduk yang tinggi setiap tahunnya. Seiring dengan kenaikan jumlah penduduk, pemerintah berusaha meningkatkan taraf hidup dan pelayanan terhadap kesehatan masyarakat melalui program-program kesejahteraan masyarakat. Usaha tersebut merupakan salah satu upaya menuju keberhasilan pembangunan nasional. Namun, keberhasilan pembangunan nasional, salah satunya di bidang kesehatan dan kesejahteraan yang telah dilaksanakan berdampak terhadap peningkatan angka rata-rata usia harapan hidup penduduk. Menurut Zaddana (2010), peningkatan angka rata-rata usia harapan hidup tentu saja akan meningkatkan jumlah populasi lansia.

Menururt Departemen Kesehatan Republik Indonesia, usia lansia dikelompokkan menjadi pertengahan usia lansia (virilitas) antara 45-54 tahun, usia lanjut dini (prasenium) antara 55-64 tahun, kelompok usia lanjut (senium) yaitu usia 65 tahun ke atas dan usia lanjut dengan resiko tinggi yaitu usia 70 tahun ke atas (Notoatmodjo 2007). Jumlah lansia terus meningkat seiring dengan dengan bertambahnya penduduk di Indonesia. Menurut proyeksi World Health Organization (WHO) pada tahun 1995, bahwa pada tahu 2050 dibandingkan dengan tahun 1990 pertumbuhan penduduk lansia Indonesia mengalamai pertumbuhan terbesar di Asia yaitu sebesar 414%, diikuti Thailand (337%), India (242%) dan China (220%) (Martono 2011). Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa jumlah lansia Indonesia pada tahun 2004 sebesar 16 522 311, tahun 2006 sebesar 17 478 282 dan pada tahun 2008 sebesar 19 502 355 (8.55% dari total penduduk sebesar 228 018 900). Diperkirakan pada tahun 2020 jumlah lansia sekitar 28 juta jiwa (Martono 2011). Data BPS (2010) menunjukkan bahwa, terdapat 11 provinsi di Indonesia yang penduduk lansianya sudah lebih dari 7 %, salah satu provinsi tersebut adalah Jawa Barat. Ibu kota Provinsi Jawa Barat adalah Bandung dengan jumlah lansia mencapai 360 000 jiwa atau 15% pada tahun 2009 (Berita Indonesia 2009).

Perubahan-perubahan pada tingkat demografi, lingkungan fisik serta sosial dapat menempatkan lansia pada posisi yang sulit sehingga memungkinkan lansia mengalami gejala depresi. Harris (2004) menyatakan bahwa stress atau depresi dapat mempengaruhi nafsu makan, asupan makanan, berat badan dan kesejahteraan secara keseluruhan.

(14)

2

makan dan menyebabkan berkurangnya asupan makanan pada lansia. Faktor kesehatan yang berperan dalam masalah gizi adalah naiknya insidensi penyakit degeneratif dan nondegeneratif yang berakibat pada perubahan asupan makanan, perubahan absoprsi dan utilisasi zat-zat gizi pada tingkat jaringan serta penggunaan obat-obat tertentu yang harus diminum lansia karena penyakit yang sedang diderita (Muis 2006).

Mini Nutritional Assassment (MNA) merupakan alat pengajian skrining gizi yang paling cocok untuk lansia karena dapat cepat dan mudah untuk digunakan serta secara efektif dapat merefleksikan keadaan status gizi lansia. Pengajian ini secara luas digunakan dalam berbagai pengaturan sebagai alat penilaian yang dapat dipercaya dan divalidasi untuk mengidentifikasi kekurangan gizi atau gizi buruk pada lansia (Miller 2004).

Panti Werdha adalah organisasi atau lembaga sosial masyarakat yang membantu pemerintah dalam menampung dan merawat lansia (Depsos 2012). Kota Bandung juga merupakan salah satu kota yang mencanangkan dan melaksanakan program Nyaah Ka Kolot (Sayang Lansia) sebagai salah satu upaya peningkatan kesejahteraan lansia di Kota Bandung pada tahun 2012 (Diskominfo 2012). Berkaitan dengan hal tersebut, peneliti tertarik untuk mempelajari keragaan Mini Nutritional Assassment (MNA), konsumsi pangan dan tingkat stress pada lansia yang tinggal di panti werdha yang berada di Kota Bandung.

Tujuan Penelitian

Tujuan Umum

Mempelajari keragaan tingkat stress, konsumsi pangan dan Mini Nutritional Assassment (MNA) pada lansia yang tinggal di panti werdha.

Tujuan Khusus

Adapun tujuan khusus dalam penelitian ini adalah:

1. Mengidentifikasi karakteristik sampel meliputi jenis kelamin, usia, agama, tingkat pendidikan, pekerjaan, status pernikahan lansia yang tinggal di panti werdha.

2. Menganalisis tingkat stress lansia yang tinggal di panti werdha. 3. Menganalisis konsumsi pangan lansia yang tinggal di panti werdha.

4. Menganalisis Mini Nutritional Assassment (MNA) lansia yang tinggal di panti werdha.

5. Menganalisis hubungan antara tingkat stress, konsumsi pangan dan Mini Nutritional Assassment (MNA) lansia yang tinggal di panti werdha.

Hipotesis

(15)

3 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran mengenai tingkat stress dan kaitannya terhadap konsumsi pangan dan Mini Nutritional Assassment (MNA). Selanjutnya penelitian ini juga diharapkan dapat berguna bagi pemerintah Kota Bandung untuk menjadi masukan dalam membuat kebijakan terkait peningkatan kesejahteraan para lansia, khususnya yang tinggal di panti werdha, salah satunya di bidang kesehatan. Hasil penelitian ini juga dapat dijadikan sebagai bahan masukan untuk penelitian-penelitian selanjutnya.

METODE

Desain, Waktu, dan Tempat

Penelitian ini merupakan bagian dari penelitian yang berjudul Studi tentang Status Gizi, Karakteristik Kesehatan dan Aspek Psikososial Lansia yang Tinggal dengan Keluarga dan Di Panti Werdha. Penelitian ini diketuai oleh Rita Patriasih S.Pd., M.Si. Penelitian tersebut dilakukan dengan cara survey langsung ke panti werdha sedangkan penelitian yang dilakukan oleh peneliti saat ini adalah penelitian menggunakan data sekunder.

Lokasi penelitian yaitu di panti werdha yang berada di Kota Bandung. panti werdha yang digunakan sebagai lokasi penelitian merupakan panti werdha yang berada di bawah Dinas Sosial Kota Bandung, yaitu Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW) Budi Pertiwi, PSTW Senjarawi, PSTW Laswi dan Wisma Lansia Ny. J. Soenarti Nasution. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli 2012. Proses pengolahan, analisis dan interpretasi data penelitian ini dilakukan pada bulan April 2013 sampai Juni 2013 di Kampus Institut Pertanian Bogor, Darmaga, Bogor, Jawa Barat.

Jumlah dan Cara Penarikan Sampel

Penelitian ini menggunakan sampel dari penelitian paying yang berjudul Studi tentang Status Gizi, Karakteristik Kesehatan dan Aspek Psikososial Lansia yang Tinggal dengan Keluarga dan Di Panti Werdha. Populasi keseluruhan dalam penelitian penelitian ini adalah semua lansia.

Sampel yang diambil sampel yang memenuhi kriteria inklusi, yaitu lansia

berusia ≥ 55 tahun, tinggal di pantiwerdha, mampu makan menggunakan mulut,

dapat berkomunikasi dengan baik, tidak memiliki gangguan ingatan, tidak memiliki gangguan pendengaran, tidak ada bagian tubuh yang diamputasi sehingga tidak perlu koreksi berat badan untuk bagian tubuh yang hilang. Dan bersedia diwawancarai sebagai responden.

(16)

4

Gambar 1 Kerangka sampling

Jenis dan Cara Pengambilan Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini sepenuhnya adalah data sekunder dari penelitian payung yang berjudul Studi tentang Status Gizi, Karakteristik Kesehatan dan Aspek Psikososial Lansia yang Tinggal dengan Keluarga dan Di Panti Werdha. Tipe data, peubah dan metode pengumpulan yang dilakukan enumerator disajikan dalama tabel berikut.

Panti wredha di kota Bandung

n=171 orang Dinas Sosial

Kota Bandung

PSTW Budi Pertiwi n=34 orang

PSTW Laswi n=30 orang

PSTW Senjarawi n=63 orang

Wisma Lansia Ny. J. Soenarti n=20 orang

memenuhi kriteria n=20 orang

memenuhi kriteria n=11 orang

memenuhi kriteria n=33 orang

memenuhi kriteria n=14 orang

(17)

5 Tabel 1 Peubah, alat dan cara pengumpulan serta sumber data

No. Peubah Alat dan cara

Wawancara kuisioner nominal

rasio 3 Indikator dan tingkat

stress

indikator fisik indikator psikis

Wawancara kuisioner ordinal

ordinal

Wawancara kuisioner ordinal

ordinal ordinal ordinal

Pengolahan dan Analisis Data

Data yang didapat sepenuhnya diambil dari database penelitian payung yang berjudul berjudul Studi tentang Status Gizi, Karakteristik Kesehatan dan Aspek Psikososial Lansia yang Tinggal dengan Keluarga dan Di Panti Werdha.

(18)

6 4 Mini Nutritional Assassment

(MNA)

(19)

7 Data sekunder yang diperoleh kemudian diolah dengan tahapan-tahapan meliputi editing dan cleaning. Data sekunder yang diperoleh dari database dilakukan editing untuk mengecek konsistensi informasi. Dilakukan cleaning apabila terdapat data berlebih, yaitu dengan cara menghapus data tersebut. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan Microsoft Excel 2007 untuk mengolah dan menganalisis data statistik deskriptif (menghitung n dan %) dan SPSS version 16.0 for Windows untuk mengolah dan menganalisis data statistik inferensia (uji korelasi Pearson) yang sebelumnya dilakukan uji normalitas menggunakan Kosmogorov Smirnov.

Karakteristik individu sampel yaitu jenis kelamin, usia, agama, tingkat pendidikan, status pernikahan dan pendapatan diolah dengan menggunakan kategori atau pengelompokan pada masing-masing peubah. Usia sampel dikelompokan menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia, yaitu pertengahan usia lansia (virilitas) antara 45-54 tahun, usia lanjut dini (prasenium) antara 55-64 tahun, kelompok usia lanjut (senium) yaitu usia 65 tahun ke atas dan usia lanjut dengan resiko tinggi yaitu usia 70 tahun ke atas (Notoatmodjo 2007). Jenis kelamin dikategorikan, yaitu laki-laki dan perempuan. Agama dikategorikan menjadi lima, yaitu Islam Kristen, Hindu Budha dan lainnya. Pendidikan sampel dikategorikan menjadi lima berdasarkan ijazah, yaitu tidak sekolah, SD, SMP, SMA dan perguruan tinggi. Status pernikahan dibedakan menjadi menikah, janda/duda dan tidak menikah. Pendapatan dibedakan menjadi dua, yaitu berdasarkan standar miskin Bank Dunia sebesar 2 dolar.

Data konsumsi pangan diambil dengan cara recall 2x 24 jam yang terdiri dari kode, jenis, bahan dan jumlah pangan yang dikonsumsi. Data tersebut kemudian diolah untuk mencari nilai gizi dari pangan yang dikonsumsi sampel selama 2x24 jam. Setelah didapatkan nilai gizi dari masing-masing pangan, kemudian dicari rata-rata konsumsi zat gizinya.

Tingkat stress diukur menggunakan klasifikasi pada kuisioner penelitian Patriarsih (2012). Tingkat stress diklasifikasikan ke dalam empat tingkat, yaitu no depression (11-19), light depression (20-27), medium depression (28-35) dan severe depression (36-44).

Tingkat Kecukupan Gizi (TKG) yang dihitung meliputi Tingkat Kecukupan Energi (TKE) dan Tingkat Kecukupan Protein (TKP). Data jumlah makanan yang dikonsumsi responden dikonversikan dari Ukuran Rumah Tangga ke dalam ukuran berat dengan menggunakan Daftar Komposisi Bahan Makanan sehingga diperoleh konsumsinya sendiri (Supriasa et al 2001). Sebelum menentukan TKG sampel, terlebih dahulu menghitung konsumsi zat gizi sampel. Konsumsi zat gizi dapat dihitung menggunakan rumus:

KGij=(Bij/100) x Gij x (BDDj/100) Keterangan:

KGij : kandungan zat gizi bahan makanan j yang dikonsumsi Bj : berat bahan makanan j yang dikonsumsi (gram)

Gij : kandungan zat gizi dalam 100 gram BDD bahan makanan j BDDj : persen bahan makanan j yang dapat dimakan (%BDD).

(20)

8

AKG=∑[(BBi/BBj) x zat gizi yang dianjurkan] Keterangan:

BBi : berat badan sampel (kg) BBj : berat badan standar (kg)

Nilai AKG selanjutnya digunakan untuk menghitung TKG. Rumus yang digunakan untuk menghitung TKG adalah:

TKG=∑[(konsumsi zat gizi/AKG) x 100]

Selanjutnya, TKE dan TKP diklasifikasikan ke dalam lima tingkat, yaitu defisit tingkat berat (<70%), defisit tingkat sedang (70-79%), defisit ringan (80-89%), normal (90-119%) dan lebih (≥120) (Depkes 1996).

Mini Nutritional Assassment (MNA) diklasifikasikan menjadi tiga kategori, yaitu normal (24-30), beresiko malnutrisi (17-23.5) dan malnutrisi (<17). Kategori MNA didapatkan dari total skor masing-masing pertanyaan yang diajukan pada sampel.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Karakteristik Sosial Ekonomi Sampel

Konsusmi pada lansia dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor resiko dalam pemenuhan kebutuhan gizinya. Miller (2004) menyebutkan bahwa, faktor resiko tersebut adalah perawatan mulut yang tidak adekuat, gangguan fungsional dan proses penyakit, efek pengobatan, gaya hidup, faktor psikologi, ekonomi, sosial dan budaya. Selain faktor-faktor di atas, Fatmah (2010) menambahkan bahwa faktor yang memengaruhi pemenuhan kebutuhan gizi pada lansia adalah usia dan jenis kelamin. Karakteristik sosial ekonomi sampel meliputi jenis kelamin, usia, agama, tingkat pendidikan, status pernikahan dan pendapatan dapat dilihat pada Tabel 3. Sebagian besar sampel adalah perempuan yaitu sebanyak 84.6% dan 15.4% adalah laki-laki. Hal tersebut sejalan dengan hasil penelitian Jauhari (2003) yang menyebutkan bahwa sebaran responden di Panti Budhi Mulia 4 Jakarta terdiri dari 75% perempuan dan 25% laki-laki. Jumlah penduduk lansia perempuan yang lebih tinggi dibandingkan laki-laki disebabkan usia harapan hidup perempuan yang lebih tinggi dibandingkan laki-laki (Komisi Lanjut Usia Nasional 2010).

Depkes RI membagi usia lansia kedalam beberapa kategori, yaitu pertengahan usia lansia (virilitas) antara 45-54 tahun, usia lanjut dini (prasenium) antara 55-64 tahun, kelompok usia lanjut (senium) yaitu usia 65 tahun ke atas dan usia lanjut dengan resiko tinggi yaitu usia 70 tahun ke atas. Batasan usia yang digunakan pada penelitian ini adalah usia 55 tahun dan 55 tahun ke atas. Usia lansia yang semakin tinggi menunjukkan adanya peningkatan angka harapan hidup. Sebagian besar sampel berada pada kategori usia ≥70 tahun (65.4%). Berdasarkan pembagian kelompok usia lansia menurut Depkes RI, kelompok usia

(21)

9 Hal tersebut juga mengindikasikan bahwa angka harapan hidup perempuan lebih tinggi daripada laki-laki.

Menurut Suhardjo (1989), kebiasaan makan seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya adalah faktor agama atau kepercayaan. Agama atau kepercayaan yang dianut oleh seseorang dapat memengaruhi makanan yang diperbolehkan atau yang dilarang. Agama atau kepercayaan seseorang juga mengajarkan kepercayaan-kepercayaan tertenatu seperti “tirakat” yang dapat mengurangi kegiatan makana dan minum. Agama yang dianut sampel adalah agama Islam dan Kristen. Sebanyak 53.8 % sampel menganut agama Islam dan 46.2% beragama Kristen. Agama yang dianut dapat menggambarkan panti sebagai sampel. Beberapa panti mewajibkan penghuninya menganut agama tertentu seperti PSTW Budhi Pertiwi dan PSTW Laswi yang mewajibkan penghuninya beragama Islam sedangkan PSTW Senjarawi mewajibkan penghuninya beragama Kristen. Berdasarkan hasil wawancara enumerator, hal tersebut dilakukan untuk memudahkan saat proses pemberian makan dan saat proses pemakaman jika terdapat penghuni yang meninggal.

Lansia memerlukan pendidikan untuk meningkatkan kesejahteraan sosialnya seperti tercantum dalam UU Lansia No. 13 tahun 1998 Bab III Pasal 5 Ayat 2d tentang hak dan kewajiban lansia. Pendidikan untuk lansia bertujuan untuk menyiapkan para lansia agar menjadi mandiri pada hari tuanya. Tingkat pendidikan yang ditempuh oleh sampel bervariasi, mulai dari tidak sekolah sampai perguruan tinggi. Tingkat pendidikan sampel menggambarkan lama pendidikan yang ditempuh. Rata-rata lama pendidikan sampel adalah 6.5±4.7 tahun. Sebanyak 42.3% sampel tidak sekolah dan hanya 6.4% yang menamatkan pendidikan sampai perguruan tinggi. Tingginya julmlah lansia yang tidak bersekolah disebabkan karena lansia yang hidupa pada zaman penjajahan yang mengalami keterbatasan mendapatkan kesempatan pendidikan. Hasil Susenas 2009 menunjukkan bahwa pendidikan penduduk usia lansia relatif masih rendah, yaitu hanya sebanyak 23.01% lansia yang tamat SD, 5.85% lansia yang tamat SMP, 6.83% lansia yang tamat SMA dan hanya 2.51 % lanisa yang mampu menamatkan sampai perguruan tinggi (Komnas Lansia 2010).

Status pernikahan sampel dibedakan menjadi menikah, janda/duda dan tidak menikah. Status pernikahan menikah berarti menunjukkan bahwa lansia saat diwawancara masih memiliki pasangan. Status pernikahan janda/duda menunjukkan bahwa sampel mengalami cerai mati. Sebagaian besar sampel (65.4%) memiliki ststus pernikahan janda/duda. Sejalan dengan hasil penelitian menurut Rahmawati (1998) menyatakan bahwa sebanyak 41.9 % responden lansia di PSTW Khusnul Khotimah Pekanbaru hidup sendiri sebagai janda/duda. Alasan hidup sendiri sebagai janda/duda merupakan alasan sampel tinggal di panti. Terdapat satu orang sampel yang menikah, yaitu lansia laki-laki. Sampel memutuskan untuk tinggal di panti dikarenakan alasan ekonomi. Sebanyak 33.3% sampel memutuskan tidak menikah. Sebagian sampel yang tidak menikah merupakan lansia perempuan. Beberapa alasan sampel tidak menikah adalah kondisi peperangan yang dialami sampel pada masa penjajahan.

(22)

10

bank dunia (2 dolar per hari), Rp < 540 000 dan ≥ 540 000. Pendapatan sampel berkisar antara Rp 0-4 000 000. Sebagian besar (82.1%) sampel berpendapatan Rp < 540 000. Beberapa sampel memiliki pendapatan maksimal Rp 4 000 000. Pendapatan tersebut bersumber dari pensiunan. Rata-rata pendapatan sampel adalah Rp 415 795 ± 776 871.

Tabel 1 Karakteristik sosial ekonomi sampel

Sosial-Ekonomi Jumlah (n) Persentase (%)

Jenis kelamin -Keluarga miskin (Rp < 540 000) -Keluarga tidak miskin (Rp≥ 540 000)

76 2

97.4 2.6

Total 78 100.0

Rata-rata±std (Rp/Kapita/Bulan) 415 795 ± 776 871

Tingkat Stres

(23)

11 akrab digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Depresi adalah penyakit medis yang ditandai dengan kesedihan terus menerus, kekecewaan dan hilangnya harga diri. Depresi mungkin disertai dengan menurunnya energi dan konsentrasi, masalah tidur (insomnia), menurunnya nafsu makan, kehilangan berat badan dan sakit jasmani (Medical Encyclopedia 2010).

Depresi bukanlah bagian normal dari penuaan. Depresi merupakan sakit yang dapat menimbulkan dampak serius jika tidak dikenali dan diobati. Depresi merupakan masalah yang meluas diantara lansia, akan tetapi seringkali tidak dapat secara baik dikenali atau dideteksi pada lansia. Gejala seperti rasa sedih, gangguan tidur dan nafsu makan atau perubahan suasana hati mungkin dianggap sebagai bagian normal pada lansia. Orang-orang terakadang menganggap bahwa masalah dengan ingatan atau konsentrasi disebabkan oleh perubahan berpikir terkait penuaan dibandingkan karena depresi. Lansia mengalami kesulitan untuk berbicara mengenai perasaan sedih atau depresi (Better Health Channel 2010). Berikut disajikan sebaran sampel menurut tingkat stress.

Tabel 4 Sebaran sampel menurut tingkat stres

Kategori n %

No depression 34 43.6

Light depression 41 52.6

Medium depression 3 3.8

Severe depression 0 0.0

Total 78 100.0

Tingkat stress sebagian besar (52.6%) sampel berada pada kategori light depression. Hal tersebut dapat disebabkan beberapa faktor resiko. Smith (2010) menyebutkan beberapa faktor risiko yang dapat memicu depresi. Namun, tidak semua depresi dapat ditelusuri penyebabnya. Faktor risiko depresi pada lansia diantaranya:

1. Kesepian dan isolasi. Tinggal sendirian, berkurangnya aktivitas sosial, berkurangnya mobilitas karena sakit.

2. Hilangnya tujuan hidup. Perasaan hilangnya tujuan hidup atau identitas diri karena masa pensiun atau keterbatasan aktivitas fisik.

3. Masalah kesehatan. Sakit, disabilitas, penyakit kronis, menurunnya fungsi kognitif, serta berbagai penyakit lain yang mengakibatkan perubahan tubuh. 4. Pengobatan. Penggunaan beberapa obat dapat meningkatkan risiko terkena depresi

5. Takut. Rasa takut akan kematian atau kekhwatiran tentang masalah keuangan serta kesehatan.

6. Kehilangan mendadak. Kehilangan pasangan hidup, teman, keluarga bahkan binatang peliharaan dapat memicu rasa tertekan pada lansia.

Konsumsi Pangan

(24)

12

penting dalam menghitung jumlah zat gizi yang dikonsumsi (Hardinsyah & Briawan 1994). Konsumsi pangan merupakan faktor utama untuk memenuhi kebutuhan tubuh akan zat gizi, pada gilirannya zat gizi tersebut berfungsi untuk menyediakan tenaga bagi tubuh, mengatur proses dalam tubuh, dan pertumbuhan serta memperbaiki jaringan tubuh.

Konsumsi makanan haruslah beragam karena tidak ada satu jenis makanan yang mengandung komposisi zat gizi yang lengkap. Oleh karena itu, kekurangan gizi pada jenis makanan yang satu akan dilengkapi oleh keunggulan susunan zat gizi jenis makanan yang lain sehingga diperoleh asupan yang seimbang. Selain itu, konsumsi makanan yang lebih beragam dapat memperbaiki kecukupan akan zat-zat gizi dan menunjukkan perlindungan terhadap serangan berbagai penyakit kronik yang berhubungan dengan proses penuaan (Wirakusumah 2001).

Kebutuhan gizi pada lansia secara umum sedikit lebih rendah dibandingkan kebutuhan gizi di usia dewasa. Kondisi ini merupakan konsekuensi terjadinya penurunan tingkat aktivitas dan metabolisme basal tubuh para lansia. Angka kecukupan gizi yang dianjurkan merupakan patokan bagi lansia yang sehat. Akibatnya, kecukupan gizi tersebut bersifat fleksibel dan tidak mutlak (Wirakusumah 2001).

Tabel 5 Rata-rata konsumsi, angka kecukupan dan tingkat kecukupan sampel

Rata-rata Energi (kkl) Protein (gram)

Konsumsi 1334 32.2

Angka kecukupan 1820 46.0

Tingkat kecukupan (%) 73.3 70.0

Konsumsi harian sampel di setiap panti berbeda. Setiap panti memberikan makan utama dengan frekuensi 3x dalam sehari. Makan utama yang diberikan pada umumnya terdiri dari nasi, sayur dan lauk pauk. Sayur yang dikonsumsi sampel diantaranya kacang panjang, buncis wortel, sawi dan labu. Lauk pauk yang dikonsumsi sampel antara lain tempe, tahu, tongkol, ayam dan telur. Selain memberikan makanan utama, setiap panti juga memberikan makanan selinagn sekali dalam sehari. Makanan selingan yang diberikan antara lain roti, ubi rebus, singkong goreng dan buah. Jenis buah yang sering diberikan adalah pisang dan papaya.

(25)

13 masing-masing sebesar 73.3% dan 70%. Rata-rata tingkat kecukupan energi sampel berada dalam kategori defisit tingkat sedang, yaitu 70-79%, begitu pula dengan rata-rata tingkat kecukupan protein sampel berada pada tingkat defisit sedang, yaitu 70-79% (Depkes 1996). Penurunan konsumsi energi dapat disebabkan karena adanya penurunan tingkat aktivitas dan metabolism basal (BMR) tubuh pada lansia (Arisman 2004) sedangkan rendahnya rata-rata konsumsi sampel disebabkan akrena kurangnya asupan sumber protein yang merupakan sumber protein utama. Pangan sumber protein utama terdapat pada pangan hewani seperti daging dan susu (Gallagher 2004). Beberapa panti seperti Panti Sejarawi dan Panti Laswi tidak memberikan pangan sumber protein hewani setiap harinya. Panti Sejarawi memberikan pangan sumber protein hewani pada hari Minggu sedangkan Panti Laswi memberikan hanya jika ada dana dari donator. Sumber energi yang sering dikonsumsi oleh sampel adalah nasi, dikarenakan nasi merupakan pangan pokok yang disediakan di panti. Sumber energi lainnya yang dikonsumsi sampel adalah ubi, bihun, singkong dan roti. Sumber protein yang dikonsumsi dari pangan nabati adalah tahu dan tempe sedangkan dari pangan hewani adalah ayam, ikan, telur dan susu.

Tingkat kecukupan energi dan protein sampel dibedakan menjadi lima kategori, yaitu defisit tingkat berat (<70%), defisit tingkat sedang (70-79%), defisit tingkat ringan (80-89%), normal (90-119%) dan lebih (≥120%) (Depkes 1996). Tingkat kecukupan energi dan protein sampel berbeda-beda tergantung pada konsumsi pangan dan angka kecukupan gizi setiap individu (Atmaja 2012). Berikut disajikan tabel sebaran sampel menurut tingkat kecukupan energi dan protein.

Tabel 6 Sebaran sampel menurut tingkat kecukupan energi dan protein

Kategori TKE TKP

Tingkat kecukupan energi sebagian besar sampel (46.2%) berada dalam kategori defisit berat. Hal ini disebabkan sebagian besar sampel mengalami penurunan nafsu makan sehingga tidak menghabiskan makanan yang disediakan. Selain itu, terdapat beberpa sampel yang mengurangi jumlah porsi makanan terutama sumber karbohidrat dengan alasan kesehatan, yaitu penyakit diabetes melitus yang diderita beberapa sampel. Hasil penelitian ini lebih tinggi nilai pada kategori defisit berat jika dibandingkan dengan penelitian Jauhari (2003) yang menyatakan bahwa, terdapat 13.3% sampel yang tingkat kecukupan energi masih dibawah 70% atau defisit tingkat berat. Menurut Wellman dan Kamp (2004), proses penuaan dapat menurunkan kemampuan indera peraba dan penciuman sehingga menyebabkan nafsu penurunan makan dan rendahnya asupan makan.

(26)

14

penurunan kemampuan mengunyah sehingga pangan sumber protein hewani seperti ayam dan daging yang bertekstur agak keras sulit untuk dikunyah dan tidak dapat dimakan.

Mini Nutritional Assassment (MNA)

Mini Nutritional Assassment (MNA) merupakan alat skrining yang telah divalidasi secara khusus untuk lansia, memiliki sensitivitas yang tinggi, spesifik, dapat diandalkan, secara luas dapat digunakan sebagai metode skrining dan telah direkomendasikan oleh organisasi ilmiah dan klinis baik nasional maupun internasional. MNA juga mudah dan cepat untuk digunakan, tidak memerlukan waktu lama menjawab pertanyaan yang ada, tidak membutuhkan pelatihan khusus dan tidak membutuhkan pemeriksaan laboratorium (Mini Nutritional Assassment 2011). MNA bertujuan untuk mengetahui seseorang lansia berada pada kondisi resiko malnutrisi atau tidak sehingga dapat ditentukan intervensi gizi sejak dini tanpa membutuhkan penilaian oleh tim khusus gizi (Vellas 1999).

Menurut Guigoz (2006), Mininutritional Assassment (MNA) memiliki dua bnetuk, yaitu bentuk full MNA dan short MNA. Full MNA mencakup 18 item yang dikelompokkan ke dalam 4 bagian, yaitu pengajian antropometri (IMT yang dihitung dari berat badan dan tinggi badan, kehilangan berat badan, lingkar lengan atas dan lingkar lengan betis), pengajian umum (gaya hidup, obat-obatan, mobilisasi dan adanya tanda depresi atau demensia), pengajian pola makan (jumlah makanan, asupan makanan dan cairan serta kemandirian dalam makan) dan pengajian subjektif (persepsi individu dari kesehatan dan status gizinya). Berikut tabel sebaran sampel berdasarkan kategori MNA.

Tabel 7 Sebaran sampel menurut kategori MNA

Kategori n %

Normal 12 15,4

Beresiko malnutrisi 45 57,7

Malnutrisi 21 26,9

Total 78 100,0

Sebagian besar sampel (15.4%) termasuk kategori beresiko malnutrisi, sebagian lainnya (26.9%) sampel mengalami malnutrisi dan hanya sisa sampel (15.4%) termasuk kategori normal. Hal ini sejalan dengan literatur Guigoz (2006) tentang penggunaan MNA lansia yang tinggal di pantiyang dilakukan dalam 32 penelitian (n=6821), yaitu lansia mengalami resiko malnutrisi jumlahnya lebih banyak dibandingkan dengan lansia yang memiliki masalah malnutrisi dan lansia yang memiliki nutrisi baik.

(27)

15 Hubungan Antar Variabel

Hasil korelasi antara tingkat stress dengan konsumsi pangan yang digambarkan oleh tingkat kecukupan energi dan protein dengan metode Food Recall 2x24 jam, menunjukkan bahwa keduanya memiliki hubungan positif untuk energi (p=0.019 dan r=0.265) dan untuk protein (p=0.012dan r=0.284), namun hubungannya tidak terlalu kuat. Artinya semakin tinggi tingkat stres maka semakin tinggi pula konsumsi pangan. Hasil korelasi ini menunjukkan hubungan tingkat stress dan konsumsi pangan dalam waktu yang singkat. Watson (2003) yang menyebutkan bahwa, secara tidak langsung, buruknya kondisi kejiwaan seperti depresi akan menimbulkan sifat apatis lansia terhadap makanan. Sikap negatif ini akan menurunkan selera dan frekuensi makan. Oleh karena itu, kondisi mental yang tidak sehat secara tidak langsung dapat memicu terjadinya status gizi yang tidak normal. Di sisi lain, stress juga dapat memengaruhi fisiologis tubuh untuk mengonsumsi makanan secara berlebih, dikarenakan unsur langsung dimana stres dapat menghasilkan atau mempengaruhi secara langsung dari perubahan fisiologis dan psikologis, seperti adanya ketegangan (stres) akan menyebabkan terjadinya proses pelepasan hormon secara langsung yaitu hormon kotekolamin dan kortikosteroid yang kondisi berdebar-debar, denyut nadi cepat dan lain-lain (Alimul 2008). Hal ini disebabkan karena metode yang digunakan untuk pengambilan data konsumsi pangan adalah metode Food Recall 2x24 jam yang menggambarkan keadaan konsumsi saat waktu yang pendek. Metode Food Recall menunjukkan bahwa, konsumsi zat gizi atau pangan memiliki unti analisis terkecil selama dua 24 jam atau sehari. Metode ini memiliki kelemahan antara lain tidak selalu menunjukkan pola makan harian karena umumnya pola makan tiap hari bervariasi, responden dapat memberikan informasi overreport atau underreport serta memori responden terbatas sehingga informasi yang diperoleh tidak akurat (Nelms et al. 2011). Hasil ini berbeda dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Puspitasari (2011) bahwa, tidak terdapat hubungan antara tingkat stress atau depresi dengan konsumsi pangan yang ditunjukkan oleh tingkat konsumsi eneri dan protein (p>0.05).

Tingkat stress dengan MNA menunjukkan adanya hubungan yang sangat signifikan dan bernilai negatif, namun hubungannya tidak terlalu kuat (p=0.002 dan r=-0.347). Artinya semakin tinggi tingkat stres, maka semakin rendah nilai MNA atau semakin beresiko malnutrisi sampai malnutrisi. Hal ini disebabkan karena semakin tinggi tingkat stres sampel, maka asupannya semakin tidak normal, maka pengajian status gizi melalui MNA dapat menunjukkan skor semakin kecil yang artinya menjauhi status gizi normal. Sesuai dengan teori Wirakusumah (2001) yang menyebutkan bahwa, perubahan lingkungan sosial, kondisi yang terisolasi, kesepian dan berkurangnya aktivitas menjadikan para lansia mengalami rasa frustasi. Akibatnya, selera makan terganggu dan pada akhirnya secara rata-rata akumulasi dalam beberapa waktu lama dapat mengakibatkan terjadinya gangguan pada berat badan yang berujung pada tidak normalnya status gizi.

(28)

16

memengaruhi MNA, yaitu jenis pengambilan data konsumsi pangan dengan metode Food Frequency Quisionere (FFQ). Dikarenakan pada pertanyaan kuisioner MNA terdapat jenis pertanyaan frekuensi makan dan jenis asupan. Menurut Guigoz (2006), faktor-faktor tersebut adalah lingkungan atau tempat tinggal sekarang, terapi pengobatan, adanya luka tekan, frekuensi makan setiap harinya, jenis asupan protein, konsumsi sayur dan buah, asupan cairan, cara makan, persepsi lansia terhadap kesehatan dan status gizinya, serta pengukuran Lingkar Lengan Atas (LLA) dan Lingkar Betis (LB).

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Keragaannya menunjukkan bahwa, pada MNA terdapat pertanyaan yang memuat mengenai tingkat stres dan konsumsi pangan. Tingkat stres terdapat pada pengajian umum (gaya hidup, obat-obatan, mobilisasi dan adanya tanda depresi atau demensia) dan konsumsi pangan terdapat pada pengajian pola makan (jumlah makanan, asupan makanan dan cairan serta kemandirian dalam makan).

Sebagian besar lansia adalah perempuan. Rata-rata usia lansia adalah 72.2±8.8 tahun. Sebagian besar lansia beragama Islam. Sebagian besar lansia tidak bersekolah. Sebagaian besar lansia memiliki ststus pernikahan janda/duda. Sebagian besar lansia berpendapatan Rp < 540 000. Tingkat kecukupan energi sebagian besar lansia berada dalam kategori defisit berat. Hal yang sama dengan tingkat kecukupan energi, tingkat kecukupan protein sebagian besar lansia berada dalam kategori defisit berat. Sebagian besar lansia termasuk kategori beresiko malnutrisi.

Hasil korelasi antara tingkat stress dengan konsumsi pangan yang digambarkan oleh tingkat kecukupan energi dan protein dengan metode Food Recall 2x24 jam, menunjukkan bahwa keduanya memiliki hubungan positif untuk energi (p=0.019 dan r=0.265) dan untuk protein (p=0.012dan r=0.284), namun hubungannya tidak terlalu kuat. Tingkat stress dengan MNA menunjukkan adanya hubungan yang sangat signifikan dan bernilai negatif, namun hubungannya tidak terlalu kuat (p=0.002 dan r=-0.347). Korelasi antara konsumsi pangan yang digambarkan oleh tingkat kecukupan energi dan protein dengan metode Food Recall jam dengan MNA, menunjukkan bahwa keduanya tidak terdapat hubungan yang signifikan (p>0.05) baik untuk energi maupun protein.

Saran

(29)

17 Penelitian selanjutnya diharapkan dapat menganalisis hubungan antara tingkat stres, konsumsi pangan dan MNA dengan cara pengambilan data konsumsi pangan menggunakan metode Food Weighing. Metode Food Weighing diharapkan akan mendapatkan hasil yang lebih menggambarkan konsumsi sampel.

DAFTAR PUSTAKA

Arisman. 2004. Gizi Dalam Daur Kehidupan. Jakarta : EGC

Astawan M & Wahyuni M. 1998. Gizi dan Kesehatan Manula. Palembang: Universitas Sriwijaya Press.

Azad N. 2002. Nutrition in the Elderly. The Canadian Journal of Diagnosis. 55: 83-93.

[BPS] Badan Pusat Statistik. 2010. Jawa Barat DAlam Angka 2009. Badan Pusat Statistik, Bandung.Daud R. 2006. Metrologi dalam Bidang Reumatologi. Di dalam: Sudoyo et al., editor. Ilmu Penyakit Dalam jilid 3 edisi IV. Jakarta: Departemen Penyakit Dalam FKUI hlm 1082-1084.

Berita Indonesia. 2009. Profil Lansia Kota Bandung. http://www.beritaindonesia.co.id [20 April 2013].

Fatmah et al. 2010. Gizi Usia Lanjut. Jakarta: Erlangga.

Hardinsyah & Briawan D. 1994. Penilaian dan Perencanaan Konsumsi Pangan. Bogor: Jurusan Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Harris NG. 2004. Nutrition in Aging. Di dalam: Mhan LK, Stump, editor.

Krause’s: Food, Nutrition and Diet Therapy. Ed. Ke-11. USA: Else.

Medical Encyclopedia. 2010. Depression Elderly. http://www.nlm.nih.gov [20 April 2013].

Mezey. MD. 1993. Health Assessment of The Older Individual. New York: Springer Publishing Company.

Miller & Carol A. 2004. Nursing for Wellnes in Older Adult: Theory and Practice. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkin.

Guigoz. 2006. [MNA] Mini Nutritional Assessment. Style sheet http://www.mna-elderly.com/default [20 April 2013]

[Komnas Lanisa] Komisi Nasional Lanjut Usia. 2010. Profil Penduduk Lanjut Usia Tahun 2009. Jakarta: Komisi Nasional Lnjut Usia.

Morley et al. 2009. Undernutrition: Diagnosis, Causes, Consequences and Treatment. Di dalam : Raats M, de Groot L, van Staveren W, editor. Food for The Aging Population. England: Woodhead Publishing Limited hlm 153-166.

Muchtarohmah B. 2010. Kebutuhan gizi pada orang lanjut usia (Bagian 1). uin- malang.ac.id/bayyinatul/2010/07/10kebutuhan-gizi-pada-orang-lanjut-usia-bagian-1/[20 April 2013]

Muis. 2006. Gizi Pada Usia Lanjut. Di dalam: Martono H.H & Boedhi-Darmojo R, editor. Buku Ajar Geriarti: Ilmu Kesehatan Usia Lanjut. Jakarta: Balai Penerbit FKUI hlm. 539-547

(30)

18

Patriasih. 2005. Pengetahuan dan sikap gizi, perilaku makan serta status gizi, manula pada panti werdha di Kota Bandung [tesis]. Bogor: sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.

Patriasih, et al. 2012. A Study on Nutritional Status, Health Characteristics and Psychosocial Aspects. Bogor: IPB Press.

Puspitasari A. 2011. Keragaan konsumsi pangan, status kesehatan, tingkat depresi dan status gizi lansia peserta dan bukan peserta home care di Tegal Alur Jakarta Barat [skripsi]. Bogor: Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor.

Rahmawati D. 1998. Perencanaan menu di panti werdha, konsumsi zat gizi dan status gizi manula (Kasus di Panti Sosial Tresna Werdha Khusnul Khotimah Pekanbaru) [skripsi]. Bogor: fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Sari DP. 2010. Keragaan aktivitas fisik, kondisi gigi, status kesehatan dan pola

konsumsi pangan lansia di kota bogor [Skripsi]. Bogor. Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor.

Smith M. 2010. Depression in Older Adult and Elderly. http://helpguide.org [20 April 2013].

Suhardjo. 1989. Sosio Budaya Gizi. Jakrta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Suhardjo, Hardinsyah dan Riyadi H. 1988. Survei Konsumsi Pangan. Bogor: Pusat Antar Universitas (PAU) IPB kerjasama dengan Lembaga Sumberdaya Informasi.

Supariasa et al. 2001. Penilaian Status Gizi. Jakarta: EGC.

Vellas et al. 1999. Netsle nutrition workshop series clinical & performance programme volume 1: Mini Nutritional Assessment (MNA) research and practice in elderly. Switzerland: Reinhardt Druck, Basel.

Watson R. 2003. Perawatan Pada Lanisa. Jakarta: EGC.

Wellman NS, Kamp BJ. 2004. Nutrition in Aging. Di dalam : Mahan LK dan Escott Stump S, editor. Food, nutrition and Diet Theraphy. USA: Saunders co. Diponegoro.

[WNPG] Widya Karya Pangan dan Gizi. 2004. Ketahanaan Pangan dan Gizi di Era Otonomi Daerah dan Globalisasi. Jakarta: LIPI.

Wirakusumah ES. 2001. Menu Sehat Untuk Lanjut Usia. Jakarta: EGC

(31)

19

LAMPIRAN

Lampiran 1 Kuesioner penelitian

STUDI STATUS GIZI, KARAKTERISTIK KESEHATAN DAN ASPEK PSIKOSOSIAL LANSIA YANG TINGGAL DENGAN

KELUARGA DAN DI PANTI WREDHA

Sheet 1: CoLans

1. Enumerator A1 : 1. Wiwi 2. Okta 3. Iin 4. Nining 5. Nisa

2. Tanggal wawancara A2 : ______________2012

3. Nomor responden A3 : ______________

4. Nama responden A4 : __________________________________ 5. Tinggal bersama dengan A5 : 1. Panti wredha, A5L nama: Panti_______

2. keluarga

3. tinggal sendiri/berdua, dekat keluarga 4. tinggal sendiri/berdua, jauh dari keluarga Alamat rumah/panti

6. Rt A6 :

7. Rw A7 :

8. Desa A8 :

9. Kelurahan A9 :

10.Kecamatan A10 :

DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

(32)

20

5 Lama Pendidikan B5 _______________ tahun

(33)

21

1) berikan kode pangan/bahan pada saat editing sesuai kode pangan

(34)

22

Sheet 4: StresLans

D. INDIKATOR DAN TINGKAT STRES (diukur dalam kurun waktu 6 bulan terakhir) Ket: TP= Tidak Pernah; JR= Jarang; S= Sering; SS=Sangat Sering

2. INDIKATOR PSIKIS

Ket: TP= Tidak Pernah; JR= Jarang; S= Sering; SS=Sangat Sering

Sheet 5: MNA

E. Mini Nutritional Assassment (MNA)

I.

B Penurunan berat badan selama 3 bulan terakhir

EB 0=lebih dari 3 kg 1=tidak tahu 2=antara 1-3 kg

3=tidak ada penurunan C Mobilitas (apakah bisa

(35)

23

EE 0=demensia (suka lupa) atau depresi (merasa

EF 0=IMT<19 atau >27 1= IMT 19-<21 I Luka tekanan pada kulit

atau koreng

NO PERTANYAAN KODE JAWABAN (isi dengan

V) Daging, ikan atau ayam setiap

hari?

YA=____TIDAK=____

(36)

24

IV.

NO PERTANYAAN KODE JAWABAN SKOR

L Mengonsumsi 2 kali atau lebih buah/sayur per hari? O Persepsi mengenai status

gizi (apakah merasa

P Bila dibandingkan dengan orang lai seusia, Q Lingkar lengan atas (LLA)

= ______cm

(sub total maksimal 16 poin)

(37)

25 Lampiran 2 Hasil uji korelasi Pearson

Uji Korelasi

Tingkat Stres TKE TKP MNA Tingkat Stres Pearson Correlation 1 .265* .284* -.347**

Sig. (2-tailed) .019 .012 .002

N 78 78 78 78

TKE Pearson Correlation .265* 1 .890** -.139

Sig. (2-tailed) .019 .000 .225

N 78 78 78 78

TKP Pearson Correlation .284* .890** 1 -.055

Sig. (2-tailed) .012 .000 .632

N 78 78 78 78

MNA Pearson Correlation -.347** -.139 -.055 1

Sig. (2-tailed) .002 .225 .632

N 78 78 78 78

(38)

26

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bandung, pada tanggal 20 Nopember 1991, dari seorang Ayah yang bernama Mahmud Syarif dan seorang Ibu yang bernama Laswangsih. Penulis merupakan anak keempat dari enam bersaudara. Penulis menempuh pendidikan SMA di sekolah SMA Negeri 1 Ciwidey dari tahun 2006 hingga tahun 2009. Pada tahun 2009, melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI), penulis diterima sebagai mahasiswa Institut Pertanian Bogor di Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor.

Selama perkuliahan, penulis aktif mengikuti kegiatan organisasi seperti Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Ekologi Manusia (BEM FEMA), Himpunan Mahasiswa Ilmu Gizi (Himagizi), Korps Sukarela Palang Merah Indonesia Unit Institut Pertanian Bogor (KSR PMI Unit IPB), Majalah Emulsi, Asrama Sylvasari, Asrama Sylvapinus dan Penggerak Muda Daarut Tauhid Bogor. Penulis juga aktif mengikuti kegiatan kepanitian tingkat Departemen, Fakultas, Institusi serta nasional seperti Nutrition Fair 2010 dan 2012, Indonesia Ecology Expo (INDEX) 2010 dan 2012, Masa Perkenalan Fakultas (MPF) 2011, Bina Desa BEM KM 2010, Ikatan Sarjana Gizi Indonesia 2012.

Selain kegiatan organisasi dan kepanitiaan, penulis juga aktif mengikuti beberapa kompetisi seperti Lomba Karya Tulis Ilmiah Nasional (LKTIN) Soedirman Science Competition 2013 (juara 2), LKTIN Nutrition Expo AKG Universitas Indonesia 2013, Pemilihan Peneliti Remaja Indonesia (finalis) 2013, Olimpiade Karya Tulis Ilmiah PPI Prancis (finalis) 2013, Essay Nasional PAMI Bali (finalis) 2013, Essay Ecsotic Universitas Brawijaya (finalis) 2013, Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) Bidang Kewirausahaan 2011, Bidang Penelitian 2012, Gagasan Tertulis 2011 dan Artikel Ilmiah (didanai) 2012. Selain itu penulis aktif dalam kompetisi yang sifatnya seni, seperti Lomba Jingle Ekologi Nasional INDEX 2011 (juara 2), Lomba Jingle Nasional Asuransi MSIG 2012 (juara 2), Kontingen Liga Gizi Masyarakat 2010 sampai 2012, Kontingen Ecology Sport and Event FEMA 2010 sampai 2012 dan Kontingen Olimpiade Mahasiswa IPB 2010 sampai 2012.

Gambar

Gambar 1 Kerangka sampling
Tabel 1 Peubah, alat dan cara pengumpulan serta sumber data
Tabel 2 Kategori peubah
Tabel 1  Karakteristik sosial ekonomi sampel

Referensi

Dokumen terkait

butir instrumen tersebut telah mengukur dimensi dari variabel kepuasan kerja. sebagaimana telah tercantum pada

Dalam Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 5/PUU-IX/2011, bertanggal 20 Juni 2011 mengenai pengujian Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana

Upacara Pitra Yadnya dapat dibuatkan suatu model standar yang memiliki properti-properti yang dapat digunakan oleh semua jenis upacara, yaitu deskripsi, makna,

Tesis dengan judul “Peneguhan Pendidikan Karakter di Pesantren: Implementasinya di Majlis al-Qurra wal-Huffazh As’adiyah Sengkang Kabupaten Wajo”, yang disusun oleh

Tugas guru sebagai suatu profesi menuntut kepada guru untuk mengembangkan profesionalitas diri sesuai perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi demi masa depan peserta

Pelaksanaan pembayaran klaim kepada Kreditur dilakukan berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan yang mengatur mengenai Tata Cara Pencairan Anggaran Pendapatan dan

(2017) ‘Pengaruh Persepsi Kualitas , Citra Merek , Persepsi Harga terhadap Loyalitas Pelanggan dengan Kepercayaan dan Kepuasan Pelanggan Sebagai Variabel Mediasi’,

There were three main components for analyzing data in qualitative research based on Milles and Huberman (1984, p. Triangulation technique was used to test