• Tidak ada hasil yang ditemukan

Panen dan Pascapanen pada Umbi Bibit dan Umbi Konsumsi Kentang (Solanum tuberosum L.) di Hikmah Farm, Pangalengan, Bandung, Jawa Barat.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Panen dan Pascapanen pada Umbi Bibit dan Umbi Konsumsi Kentang (Solanum tuberosum L.) di Hikmah Farm, Pangalengan, Bandung, Jawa Barat."

Copied!
55
0
0

Teks penuh

(1)

PANEN DAN PASCAPANEN PADA UMBI BIBIT DAN UMBI

KONSUMSI KENTANG (

Solanum tuberosum

L.) DI HIKMAH

FARM, PANGALENGAN, BANDUNG, JAWA BARAT

IRMANUARI SETIANTI

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Panen dan Pascapanen

pada Umbi Bibit dan Umbi Konsumsi Kentang (

Solanum tuberosum

L.) di Hikmah

Farm, Pangalengan, Bandung, Jawa Barat adalah benar karya saya dengan arahan

dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada

perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya

yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam

teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.

Bogor, September 2013

(4)
(5)

ABSTRAK

IRMANUARI SETIANTI. Panen dan Pascapanen pada Umbi Bibit dan Umbi Konsumsi Kentang (Solanum tuberosum L.) di Hikmah Farm, Pangalengan, Bandung, Jawa Barat. Dibimbing oleh AGUS PURWITO.

Tujuan umum dari kegiatan magang ini adalah untuk mempelajari kegiatan budidaya kentang baik teknis maupun manajerial dan melatih kemampuan dalam melakukan analisismengenai permasalahan yang dihadapi di lapangan khususnya pada aspek panen dan penanganan pascapanen kentang. Tujuan khususnya adalah untuk mengamati pengaruh umur panen terhadap kualitas umbi, pengaruh cara panen terhadap efisiensi tenaga kerja pemanen dan kehilangan hasil panen, pengaruh ketinggian jatuhan umbi terhadap kerusakan umbi bakal bibit dan umbi konsumsi, serta mengamati persentase kehilangan hasil panen di lapangan dan gudang penyimpanan. Hasil percobaan aspek khusus menunjukkan bahwa Semakin tua umur panen, persentase kekuatan kulit umbi akan semakin meningkat hingga 100 %. Tanaman yang dipanen terlalu muda akan menghasilkan persentase umbi kecil yang lebih tinggi dibandingkan dengan persentase umbi besar. Perolehan bobot basah umbi akan rendah apabila pemanenan dilakukan pada umur panen kurang dari 90 HST (Hari setelah tanam) dan lebih dari 100 HST. Cara panen 1 (penggalian dengan gala, penjemuran, sortasi dan grading, pengarungan 1, pengangkutan 2) adalah cara panen yang paling baik dalam perolehan kualitas hasil panen. Cara panen 2 (penggalian dengan cangkul, penjemuran, sortasi dan grading, pengarungan 1, pengangkutan 2) adalah cara panen yang paling baik dalam efisiensi tenaga kerja pemanen. Kerusakan pada umbi bibit cenderung lebih tinggi dibandingan dengan tingkat kerusakan umbi konsumsi. Kerusakan umbi paling tinggi terjadi ketika umbi dijatuhkan pada ketinggian 2.5 m. Persentase kehilangan hasil di gudang penyimpanan lebih tinggi dibandingkan dengan persentase kehilangan hasil di lapangan. Kehilangan hasil di lapangan berkisar antara 1-3 % dan kehilangan hasil di gudang penyimpanan berkisar antara 9-52 %.

Kata kunci: cara panen, kehilangan hasil, kentang (Solanum tuberosum L.), panen, pascapanen.

ABSTRACT

IRMANUARI SETIANTI. Harvest and Post Harvest of Seed Tuber and Consumption Tuber of Potato (Solanum tuberosum L.) at Hikmah Farm, Pangalengan, Bandung, West Java. Supervised by AGUS PURWITO.

(6)

percent loss that of product in the field and the storage. The results of specific aspect showed that longer harvesting time harder the tuber skin up to 100 %. Plants that harvested too young will produce small tubers percentage higher than large tubers. Acquisition of tuber fresh weight will be low if the harvesting time is less than 90 days and more than 100 days after planting. Method harvest 1 (digging with gala, drying, sorting and grading, rafting step 1, transport step 2 ) is the highest to get the crop quality. Method harvest 2 (digging with a hoe, drying, sorting and grading, rafting step 1, transport step 2) is the best way to get the efficiency of harvesting labour. Damage of tuber for seed is higher than tuber for consumption. The highest tuber damage occurs when the tuber is dropped at a height of 2.5 m. Percentage tuber losses in storage was higher than losses in the field. The range yield loss in the field between 1 % up to 3 % and yield loss in the storage between 9 % up to 52 %.

(7)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian

pada

Departemen Agronomi dan Hortikultura

PANEN DAN PASCAPANEN PADA UMBI BIBIT DAN UMBI

KONSUMSI (

Solanum tuberosum

L.) DI HIKMAH FARM,

PANGALENGAN, BANDUNG, JAWA BARAT

IRMANUARI SETIANTI

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(8)
(9)
(10)

Judul Skripsi : Panen dan Pascapanen pada Umbi Bibit dan Umbi Konsumsi Kentang (Solanum tuberosum L.) di Hikmah Farm, Pangalengan, Bandung, Jawa Barat.

Nama : Irmanuari Setianti

NIM : A24090073

Disetujui oleh

Dr Ir Agus Purwito, MSc Agr Pembimbing

Diketahui oleh

Dr Ir Agus Purwito, MSc Agr Ketua Departemen

(11)

PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala berkat rahmat dan karuniaNya yang tidak terbatas sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Panen dan Pascapanen pada Umbi Bibit dan Umbi Konsumsi

Kentang (Solanum tuberosum L.)”. Skripsi ini merupakan salah satu syarat

untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian di Institut Pertanian Bogor.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr Ir Agus Purwito, MSc. Agr sebagai dosen pembimbing skripsi, kepada Bapak Dr Ir Ade Wachjar, MS sebagai dosen pembimbing akademik, serta kepada Dr Sintho W. Ardie, SP Msi dan Dr Ir Ni Made A. Wiendi, MS sebagai dosen penguji yang telah memberikan arahan dan memotivasi penulis selama penyelesaian skripsi ini. Ucapan penghargaan penulis sampaikan kepada seluruh Staf Pengajar Departemen Agronomi dan Hortikultura yang telah mamberikan berbagai pengalaman dan ilmu pengetahuan, serta Staf Komisi Pendidikan yang telah memberikan banyak informasi. Di samping itu ucapan penghargaan penulis juga sampaikan kepada seluruh staf dan karyawan di perusahaan Hikmah Farm yang telah membantu dalam pengumpulan data, khususnya kepada Bapak Ir Wildan Mustofa, MM, Ibu Atieq M, Ssi, Ir Bunyan Ismail, MSc, dan Bapak Hilman Sofwana, SP, atas kerjasama dan dukungannya selama kegiatan magang. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada bapak, mamah, adik, serta seluruh keluarga besar dan sahabat tercinta, atas doa, restu, dan kasih sayangnya, dan kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam penyelesaian skripsi ini.

Semoga skripsi ini bermanfaat.

(12)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi

DAFTAR GAMBAR vi

DAFTAR LAMPIRAN vi

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Tujuan 2

MATODE MAGANG 2

Tempat dan Waktu 2

Metode Pelaksanaan 2

Pengamatan dan Pengumpulan Data 2

Analisis Data dan Informasi 4

KEADAAN UMUM 4

Letak Geografi atau Letak Wilayah Administratif 4

Keadaan Iklim dan Tanah 4

Luas Areal dan Tata Guna Lahan 5

Keadaan Tanaman dan Produksi 5

Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan 5

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG 6

Aspek Teknis 6

Aspek Manajerial 19

HASIL DAN PEMBAHASAN 20

Kegiatan Pemanenan 20

Kegiatan Pascapanen 24

Kehilangan Hasil 27

SIMPULAN DAN SARAN 28

Simpulan 28

Saran 29

DAFTAR PUSTAKA 29

LAMPIRAN 31

(13)

DAFTAR TABEL

1 Efisiensi tenaga kerja pemanen berdasarkan cara panen 23

2 Persentase kehilangan hasil di lapangan berdasarkan cara panen 24

3 Persentase kehilangan hasil di lapangan 27

4 Persentase kehilangan hasil di gudang penyimpangan 28

DAFTAR GAMBAR

1 Kegiatan pemanenan di dalam green house 7

2 Kegiatan pengkelasan umbi bibit G0 8

3 Persiapan lahan penanaman di screen house 8

4 Kegiatan pemanenan di dalam screen house 9

5 Pengolahan lahan di lapangan cara konvensional 11

6 Kegiatan penanaman kentang di lapangan 12

7 Kegiatan pemupukan di lapangan 13

8 Kegiatan pemanenan di lapangan 15

9 Kegiatan pascapanen di lapangan 16

10 Jenis kemasan umbi bibit 17

11 Jenis kemasan umbi konsumsi 18

12 Jenis kemasan produk olahan 18

13 Pengaruh umur panen terhadap kualitas umbi 21

14 Pengaruh umur panen terhadap bobot basah umbi 22

15 Pengaruh ketinggian jatuhan umbi terhadap kerusakan umbi pada umur simpan 4 dan 8 MSP 25

16 Pengaruh ketinggian jatuhan umbi terhadap kerusakan umbi pada ukuran AB dan Ares 26

DAFTAR LAMPIRAN

1 Scoring kerusakan bagian luar umbi 31

2 Scoring kerusakan bagian dalam umbi 31

3 Luas areal kebun dan komoditas yang ditanam di Perusahaan HF 32

4 Data produksi umbi bibit dan umbi konsumsi di Perusahaan HF 32

5 Jarak tanam dan kebutuhan bibit per ha 33

6 Pengkelasan umbi bibit dan umbi konsumsi 33

7 Rekomendasi jenis pestisida yang digunakan di kebun Gunung Cupu 34

8 Data Curah hujan tahun 2004-2012 35

9 Jurnal harian sebagai karyawan harian lepas di perusahaan HF 36

10 Jurnal harian sebagai pendamping mandor di perusahaan HF 37

11 Jurnal harian sebagai pendamping kepala kebun di perusahaan HF 39

(14)

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kentang (Solanum tuberosum L.) merupakan salah satu komoditas hortikultura yang dikonsumsi umbinya, atau dikenal sebagai sayuran umbi. Kentang banyak mengandung karbohidrat yang sangat bermanfaat bagi tubuh. Tingginya kandungan karbohidrat menyebabkan kentang dikenal sebagai bahan pangan yang dapat mensubstitusi sumber karbohidrat lain seperti beras, jagung, dan gandum. Astawan (2005) menyatakan bahwa kandungan karbohidrat pada kentang mencapai sekitar 18 %, protein 2.4 %, dan lemak 0.1 %. Total energi yang diperoleh dari 100 gram kentang adalah sekitar 80 kkal. Kentang memegang peranan penting dan mendapat prioritas untuk dikembangkan karena bernilai ekonomi tinggi serta mempunyai potensi untuk menangani masalah diversifikasi pangan. Selain itu, kandungan nutrisi umbi kentang dinilai cukup baik, yaitu mengandung protein berkualitas tinggi, asam amino esensial, mineral, elemen-elemen mikro, sumber vitamin C (asam askorbat), vitamin B (tiamin, niasin, vitamin B6), dan mineral P, Mg, dan K.

Permintaan pasar terhadap kentang terus meningkat akibat dari pertambahan jumlah penduduk, tingkat pendidikan masyarakat, tingkat pendapatan, dan preferensi atau kesukaan masyarakat terhadap kentang, tetapi permintaan tersebut belum dapat dipenuhi secara maksimal oleh petani kentang di Indonesia (Samandi 2007). Data produktivitas kentang pada tahun 2010 sebesar 15.94 ton ha-1 dan pada tahun 2011 sebesar 15.96 ton ha-1 (BPS 2012). Data tersebut menunjukan adanya peningkatan produktivitas, tetapi peningkatan tersebut tidak dapat mencukupi permintaan konsumen terhadap kentang. Rendahnya peningkatan produktivitas tersebut disebabkan oleh teknik budidaya yang belum optimal, penanganan pascapanen yang kurang baik dan kurangnya ketersediaan bibit yang bermutu dan bersertifikat, sehingga untuk memenuhi kebutuhan kentang diperlukan strategi pengembangan seperti pengembangan area produksi, memperbaiki rantai pasok, meningkatkan kualitas dan produksi, serta memperkuat kelembagaan tani.

(15)

2

Tujuan

Tujuan umum dari kegiatan ini adalah untuk mempelajari kegiatan budidaya kentang baik teknis maupun manajerial dan melatih kemampuan dalam melakukan analisis terhadap permasalahan yang dihadapi di lapangan khususnya pada aspek panen dan penanganan pascapanen kentang, sedangkan tujuan khususnya adalah untuk mengamati pengaruh umur panen terhadap kualitas umbi, pengaruh cara panen terhadap efisiensi tenaga kerja pemanen dan kehilangan hasil panen, pengaruh ketinggian jatuhan umbi terhadap kerusakan umbi bakal bibit dan umbi konsumsi, serta mengamati persen kehilangan hasil panen di lapangan dan di gudang penyimpanan.

MATODE MAGANG

Tempat dan Waktu

Kegiatan magang dilaksanakan dari tanggal 11 Februari 2013 sampai 11 Juni 2013, bertempat di Hikmah Farm, Pangalengan, Bandung, Jawa Barat. Alamat dari perusahaan ini di jalan PTPN VIII Kertamanah Km 1, Desa Margamukti, Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung, Jawa Barat 40378.

Metode Pelaksanaan

Kegiatan magang dalam pelaksanaannya menggunakan metode langsung dan tidak langsung. Metode langsung dilakukan dengan melaksanakan kegiatan di lapangan secara langsung, sedangkan metode tidak langsung dilakukan dengan mendapatkan data dari perusahaan. Kegiatan ini dilaksanakan selama empat bulan, pada bulan pertama sebagai karyawan harian lepas, kegiatan yang dilakukan terkait aspek teknis yang terdiri dari pengolahan tanah, penanaman, pemeliharaan tanaman, panen, dan pascapanen. Kegiatan selama menjadi karyawan harian lepas disajikan pada Lampiran 9.

Kegiatan terkait aspek manajerial yaitu sebagai pandamping mandor, pendamping kepala kebun, dan pendamping manajer areal dilakukan pada bulan kedua sampai bulan keempat yang meliputi mengawasi karyawan dalam kegiatan budidaya dan pascapanen kentang, menentukan kebutuhan tenaga kerja, menghitung prestasi kerja pekerja, membuat rencana kerja yang akan dilakukan dalam kegiatan budidaya. Kegiatan pengamatan dan pengumpulan data dilakukan mulai dari bulan kedua magang bersamaan dengan kegiatan terkait aspek manajerial. Kegiatan terkait aspek manajerial disajikan pada Lampiran 10-12.

Pengamatan dan Pengumpulan Data

(16)

3 pencatatan langsung di lapangan, diskusi dengan karyawan kebun, staf kantor, mandor, kepala kebun, manajer areal, dan pembimbing lapangan, sedangkan data sekunder digunakan untuk melengkapi informasi di lapangan, diperoleh dari arsip laporan manajemen di kantor administrasi kebun maupun studi pustaka.

Data primer yang diamati meliputi:

1. Aspek umum dipelajari terkait dengan kegiatan budidaya kentang secara keseluruhan.

2. Aspek manajerial dipelajari mengenai sistem pengaturan kerja dan melakukan analisa terhadap setiap kegiatan yang dilakukan di kebun.

3. Aspek khusus dibagi kedalam dua bagian yaitu panen dan pascapanen. Data yang akan diamati pada kegiatan pemanenan meliputi:

1. Persen kehilangan hasil dan efisiensi tenaga kerja pemanen. Dihitung dengan menggunakan rumus:

Efisiensi tenaga kerja= = ... tumbak/orang/hari Kehilangan hasil panen

2. Kualitas umbi kentang

Bahan tanam yang digunakan adalah kentang varietas Granola generasi G2 ke G3. Pengamatan terdiri atas lima umur panen yaitu umur panen 75 hari, 86 hari, 93 hari, 100 hari, dan 107 hari. Jumlah tanaman yang diamati adalah 6 tanaman untuk setiap umur panen. Total tanaman yang diamati adalah 30 tanaman. Pemanenan dilakukan secara manual. Tanaman dipangkas dengan selang waktu seminggu sebelum dipanen. Pengamatan dilakukan per tanaman, adapun variabel yang diamati adalah ukuran umbi yang dihasilkan kemudian dikelompokan dan dihitung persentasenya, pengelompokan dilakukan berdasarkan pengkelasan umbi di lapangan yaitu ukuran umbi kecil (S=30-60 gram dan SS=<30 g) dan ukuran umbi besar (M=61-90 g dan L=91-120 g), persentase umbi BS (Bellow Standar) yang terdiri dari umbi afkir, busuk, terserang penyakit, dan berwarna hijau, menghitung jumlah total umbi, bobot basah umbi, persentase kualitas kulit umbi.

3. Hasil panen, % umbi bibit, % umbi konsumsi, dan % umbi afkir kemudian dilakukan perhitungan terhadap kehilangan hasil di lapangan.

Data kegiatan pascapanen diamati mengenai:

1. Pengaruh ketinggian jatuhan umbi terhadap kerusakan umbi bakal bibit dan umbi konsumsi.

(17)

4

4 kategori untuk kerusakan umbi bagian dalam. Skoring untuk kerusakan umbi bagian luar dan bagian dalam disajikan pada lampiran 1 dan 2.

2. Kehilangan hasil di gudang penyimpanan. Kehilangan hasil

Data sekunder yang dikumpulkan adalah keadaan umum perusahaan meliputi: sejarah perusahaan, letak geografi, keadaan tanah dan iklim, luas areal, produksi dan produktivitas tanaman, serta struktur organisasi kebun dan ketenagakerjaan.

Analisis Data dan Informasi

Data dan informasi diperoleh dari seluruh hasil kegiatan magang yang berupa data primer dan data sekunder. Analisis data dilakukan dengan metode kualitatif dan kuantitatif. Metode kualitatif diambil dari data sekunder, disajikan dengan mendeskripsikan data yang diperoleh, sedangkan metode kuantitatif diambil dari data primer. Data tersebut diolah dengan menggunakan metode sederhana, yaitu penjumlahan, rataan, dan persentase, kemudian dianalisis dengan cara membandingkan data yang diperoleh dengan data sekunder.

KEADAAN UMUM

Letak Geografi atau Letak Wilayah Administratif

Letak geografi perusahaan Hikmah Farm berada pada 7° 06’-7° 31’ LS dan

107° 49’-107° 64’ BT. Batas-batas wilayah lokasi perkebunan Hikmah Farm

yaitu sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Cimaung, sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Garut, sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Pasir Jambu, dan sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Kertasari.

Keadaan Iklim dan Tanah

(18)

5 Luas Areal dan Tata Guna Lahan

Luas areal pertanaman kentang yang dikelola oleh Hikmah Farm adalah 173.5 ha, dibagi ke dalam enam areal. Sebagian besar dari areal tersebut merupakan tanah milik perkebunan yang bersifat kemitraan dengan melakukan kerjasama operasi (KSO). Kerjasama tersebut berupa sistem sewa, sehingga luas lahan tanaman bervariasi setiap tahunnya. Areal tersebut selain digunakan sebagai lahan untuk pertanaman kentang digunakan juga sebagai lahan untuk pertanaman rotasi seperti wortel, kubis, pecai, sawi, cabe, dan jagung. Luas areal kebun dan komoditas yang ditanam di Hikmah Farm dapat dilihat pada Lampiran 3.

Keadaan Tanaman dan Produksi

Komoditas utama yang diusahakan oleh Hikmah Farm adalah kentang. Varietas kentang yang diproduksi yaitu Granola, Nadia, dan Pinky. Granola merupakan varietas kentang yang paling banyak diproduksi karena paling tahan terhadap serangan hama dan penyakit tanaman serta produksinya yang cukup bagus jika dibandingkan dengan varietas lainnya.

Hikmah Farm memproduksi kentang bibit bersertifikat dan kentang konsumsi. Kentang bibit yang diproduksi mulai dari benih sumber G0 sampai G4. Bahan tanam untuk menghasilkan kentang G0 varietas Granola dan Pinky diperoleh dari Balai Penelitian Tanaman Sayuran (Balitsa), sedangkan varietas Nadia diperoleh dari Institut Pertanian Bogor (IPB). Data produksi kentang bibit dan kentang konsumsi di Hikmah Farm dari tahun 2010-2012 disajikan pada Lampiran 4. Komoditas lain yang diproduksi oleh Hikmah Farm meliputi wortel, lobak, cabe, kubis, sawi, dan jagung. Komoditas tersebut berfungsi sebagai tanaman rotasi bagi pertanaman kentang.

Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan

Hikmah Farm dipimpin oleh H. Mochamad Adung Safei sebagai direktur dibantu oleh Hj. Cucun Cunarsih sebagai Internal auditor. Direktur Operasional dipegang oleh Ir. Wildan Mustofa, MM. Direktur Pemasaran dipegang oleh Aden A. Muchtar. Direktur Administrasi dan Keuangan dipegang oleh Ir. N. Ela Nurlaela. Areal produksi Hikmah Farm dibagi dalam enam areal. Setiap areal dipimpin oleh manajer areal yang dibantu oleh kepala kebun. Kepala kebun dibantu oleh beberapa mandor kebun dan seorang mandor pestisida.

(19)

6

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG

Aspek Teknis

Aspek teknis yang dilakukan selama kegiatan magang yaitu melaksanakan kegiatan budidaya kentang secara keseluruhan. Pada prinsipnya, teknik budidaya tanaman kentang untuk menghasilkan umbi bibit sama dengan teknik budidaya tanaman untuk menghasilkan umbi konsumsi, adapun yang membedakannya adalah dari segi pemeliharaan tanaman, proteksi tanaman terhadap gangguan penyakit, dan kegiatan rouging pada tanaman untuk menghasilkan umbi bibit harus ditangani secara intensif karena akan dilakukan pemeriksaan dari pihak BPSB (Balai Penelitian Sertifikasi Benih). Secara umum kegiatan budidaya kentang yang dilakukan di Hikmah Farm meliputi persiapan lahan penanaman, persiapan bahan tanam, penanaman, pemeliharaan, panen, dan pascapanen.

Teknik budidaya di dalam green house (GH)

Kegiatan budidaya ini bertujuan untuk menghasilkan umbi bibit G0, kegiatannya terdiri dari:

Persiapan lahan penanaman

Persiapan lahan penanaman di dalam green house yaitu dilakukan dengan cara pembersihan atau sterilisasi green house. Kegiatan pembersihan tersebut meliputi, pemeriksaan screen GH, pencucian bak bedengan, dan penyemprotan insektisida. Setelah dilakukan penyemprotan green house tersebut dikosongkan selama beberapa hari sampai serangga dapat dipastikan telah mati dan GH dinyatakan telah steril.

Pemeriksaan screen GH bertujuan untuk mencegah jalan masuknya serangga. Pembersihan bak bedengan bertujuan untuk menghilangkan sisa media tanam dari penanaman sebelumnya karena dapat menyebabkan vektor hama dan penyakit bagi tanaman yang akan ditanam. Media tanam yang digunakan merupakan campuran dari arang sekam bakar, cocopeat, dan pupuk kandang, pupuk kandang yang digunakan adalah berak lalay. Media tanam yang digunakan harus bersifat porous, ringan, dan yang dapat menahan air. Komposisi media tanam untuk luasan lahan 157.5 m2 adalah 240 kg untuk arang sekam bakar, 45 kg untuk cocopeat, dan 35 kg untuk pupuk kandang. Kegiatan penyemprotan insektisida bertujuan untuk membunuh hama atau serangga yang ada di dalam green house.

Persiapan bahan tanam

Bahan tanam yang digunakan berupa planlet yang dihasilkan dari proses perbanyakan dengan teknik kultur jaringan yang diperoleh dari Balitsa (Balai Penelitian Tanaman Sayuran).

Penanaman

(20)

7 tanam 5 cm x 5 cm di dalam bak bedengan, untuk mendapatkan tanaman yang steril maka penanamannya dilakukan dengan menggunakan metode hidroponik. Pemeliharaan

Kegiatan pemeliharaan tanaman meliputi penyiangan gulma, penyemprotan pestisida, dan penyiraman. Penyiangan gulma dilakukan apabila terdapat gulma yang tumbuh. Kegiatan penyemprotan pestisida dilakukan supaya tanaman terhindar dari serangan hama dan penyakit. Kegiatan ini rutin dilakukan dengan jeda waktu 0-3, artinya penyemprotan ke-2 dilakukan pada hari ke-4 setelah penyemprotan pertama.

Penyiraman dilakukan dua kali sehari menggunakan sprinkler dengan sistem drip irigation fertigation, yaitu memberikan unsur hara bersamaan dengan pengairan. Waktu penyiraman dilakukan secara bergilir antar screen house, dimulai dari pukul 07.00 WIB sampai 13.00 WIB dengan lama satu kali penyiraman adalah 15 menit. Komposisi unsur hara yang digunakan berupa stok A (N, K, Ca, Fe) dan stok B (P, Mg, S, B, Mn, Cu, Na, Mo, Zn).

Pemanenan

Pemanenan umbi G0 dilakukan setelah mencapai umur 5-6 bulan setelah tanam. Teknik pemanenan untuk pembibitan G0 dilakukan secara manual. Cara panen dilakukan tanpa alat bantu melainkan hanya dengan menggunakan tangan, hal tersebut bertujuan untuk menjaga keutuhan kulit umbi. Setelah umbi dipanen, umbi dimasukkan langsung dalam wadah kemudian dibawa ke gudang penyimpanan untuk dilakukan kegiatan penanganan pascapanen. Kegiatan pemanenan di dalam green house dan umbi hasil pembibitan dari planlet disajikan pada Gambar 1.

Gambar 1 Kegiatan pemanenan di Green House: a) Kegiatan pemanenan G0, b) Umbi bibit G0

Pascapanen

Perlakuan pascapanen yang diberikan pada umbi G0 meliputi sortasi, grading, dan penyimpanan. Kegiatan sortasi dan grading dilakukan di dalam gudang penyimpanan, umbi yang telah disortasi dipisahkan atau dikelompokkan ke dalam beberapa kelas, kemudian dimasukan ke dalam wadah, sebelum disimpan umbi bibit ditaburi dengan fungisida untuk mencegah serangan hama dan penyakit kemudian dimasukkan ke dalam tempat penyimpanan dingin yang disebut cool storage.

(21)

8

Gambar 2 Pengkelasan umbi bibit G0

Teknik budidaya di dalam screen house (SH)

Kegiatan budidaya ini bertujuan untuk menghasilkan umbi bibit G1 yang terdiri dari:

Persiapan lahan penanaman

Pengolahan tanah di dalam SH menggunakan sistem bedengan dengan lebar bedengan 1.4 m dan panjang bedengan disesuaikan dengan kebutuhan, dengan jarak antar bedengan 30-40 m yang berfungsi sebagai jalan pemeliharaan dan saluran air. Media tanam yang digunakan adalah tanah dan pupuk kandang.

Sterilisasi lahan bertujuan untuk mematikan segala vektor hama dan patogen tanaman. Kegiatan ini dilakukan dengan menggunakan fungisida dengan bahan aktif dazomet. Aplikasi fungisida dilakukan dengan cara menaburkan fungisida tersebut di atas bedengan kemudian diaduk dengan cangkul sampai merata. Bedengan tersebut kemudian ditutup dengan menggunakan mulsa plastik dan dibiarkan selama 2 minggu.

Lahan yang sudah disterilkan kemudian dibuat jarak tanam dengan menggunakan alat bantu yang disebut Caplak (Gambar 3d). Jarak tanam yang digunakan adalah 20 cm x 20 cm. Setelah jarak tanam terbentuk kemudian dilakukan pembuatan lubang tanam dengan cara melubangi mulsa plastik tersebut pada setiap titik jarak tanam yang telah dibuat dengan menggunakan alat yang disebut Anglo (Gambar 3c).

Gambar 3 Persiapan lahan di Screen House: a) Pembuatan jarak tanam, b) Pembuatan lubang tanam, c) Anglo, d) Caplak

Persiapan bahan tanam

(22)

9 dilakukan penyortiran terlebih dahulu di gudang penyimpanan dan sebelum umbi ditanam harus dilakukan penyortiran kembali sehingga umbi yang ditanam dapat dipastikan kesehatannya.

Penanaman

Umbi bibit yang ditanam adalah umbi yang telah bertunas 1-3 cm. Umbi tersebut ditanam pada setiap lubang tanam yang telah dibuat dengan tunas menghadap ke atas, kemudian umbi ditutup dengan tanah dan dibiarkan sampai tumbuh dengan pemeliharaan tertentu.

Pemeliharaan

Kegiatan pemeliharaan yang dilakukan terdiri dari pembersihan gulma, pemupukan susulan, pengendalian hama dan penyakit tanaman, pemasangan ajir tanaman, dan roguing. Pemberian pestisida dilakukan dengan selang waktu 0-3 apabila kondisi tanaman terlihat kurang rimbun, sedangkan apabila tanaman terlihat rimbun maka pertisida diberikan dengan selang waktu 0-2. Hal tersebut dilakukan untuk memperkecil serangan hama dan penyakit tanaman. Pemupukan susulan dilakukan ketika tanaman berumur 30-35 hari, pupuk yang digunakan berupa pupuk kimia dengan dosis 600 kg ha-1, 450 kg ha-1 SP-36, dan 100 kg ha-1 Urea.

Pemanenan

Kegiatan pemanenan dilakukan dengan cara membuka mulsa plastik, kemudian umbi dipanen secara hati-hati. Pengambilan umbi dilakukan dengan menggunakan tangan tanpa dilakukan pembongkaran bedengan terlebih dahulu. Umbi yang telah dipanen kemudian dimasukkan ke dalam wadah. Umbi yang sehat diangkut kemudian ditumpahkan di atas terpal atau sejenisnya untuk dilakukan penjemuran selama kurang lebih satu jam, kemudian dilakukan kegiatan sortasi dan grading di lapangan. Kegiatan pemanenan kentang G1 disajikan pada Gambar 4.

Gambar 4 Kegiatan pemanenan di Screen House: a) Kegiatan pembukaan mulsa plastik, b) Pemanenan umbi G1, c) Kegiatan sortasi dan grading Pascapanen

(23)

10

disimpan di dalam cool storage maka harus dilakukan pemeriksaan umbi di gudang penyimpanan terlebih dahulu oleh pihak BPSB, sehingga umbi bibit yang sudah masuk ke dalam cool storage sudah dapat dipastikan kesehatannya.

Teknik budidaya di lapangan

Kegiatan budidaya ini bertujuan untuk menghasilkan umbi kentang generasi ke-2 sampai ke-5 yang terdiri dari:

Persiapan lahan di lapangan

Pengolahan lahan bertujuan untuk memusnahkan hama dan patogen yang

berada di dalam tanah, memperbaiki sirkulasi udara dalam tanah, serta mempermudah penguapan gas-gas beracun yang berada dalam tanah. Tahapan dalam melakukan pengolahan lahan meliputi pembersihan lahan dan pemupukan dasar. Pengolahan lahan di Hikmah Farm dilakukan dengan menggunakan dua cara, yaitu cara konvensional dengan menggunakan cangkul dan cara mekanik dengan menggunakan mesin traktor. Cara konvensional dilakukan pada lahan yang berada pada daerah lereng gunung, sedangkan cara mekanis dilakukan pada lahan yang datar.

Cara Konvensional. Kegiatan pembersihan lahan dilakukan dengan cara

(24)

11

Gambar 5 Pengolahan lahan cara konvensional: a) pembersihan lahan. b) pembuatan alur pupuk dan saluran air. c) pemberian pupuk dasar dengan cara dialur. d) penutupan alur pupuk.

Cara Mekanis. Kegiatan pembersihan dan dosis pemupukan pada lahan yang

diolah secara mekanik sama dengan lahan yang diolah dengan cara konvensioanal, adapun yang membedakannya adalah dalam cara pengaplikasian pemupukan dasar. Pemberian pupuk dasar dilakukan dengan cara ditebar secara merata pada lahan, pencampuran pupuk dengan tanah dilakukan dengan menggunakan mesin traktor sehingga pupuk dapat tercampur dengan tanah secara merata.

Pembuatan bedengan dilakukan setelah pupuk awal diberikan secara

merata. Bedengan yang dibuat harus membujur ke arah timur-barat supaya cahaya matahari dapat disuplai secara optimal oleh tanaman. Hikmah Farm menerapkan sistem bedengan dengan satu jalur dengan ukuran lebar bedeng 40 cm, panjang bedeng 4-6 m dan jarak antar bedeng 20 cm. Istilah bedengan dalam budidaya kentang biasanya disebut dengan garitan.

Persiapan bahan tanam

Bahan tanam yang digunakan adalah umbi bibit generasi ke-2 sampai G-4. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam persiapan bahan tanam adalah memperhitungkan kebutuhan bibit dan memilih bibit yang sesuai dengan kriteria umbi yang baik untuk pembibitan. Perhitungan kebutuhan bibit sangat penting untuk menekan biaya produksi, kebutuhan bibit per hektar dapat disesuaikan dengan ukuran umbi dan jarak tanam yang akan di gunakan. Semakin kecil ukuran umbi maka jarak tanam yang digunakan semakin rapat dan kebutuhan bibit akan semakin banyak. Jarak tanam dan kebutuhan bibit untuk luasan lahan satu hektar dapat dilihat pada Lampiran 5.

Penanaman

Pengaturan waktu tanam. Tanaman kentang yang dilakukan di lapangan

(25)

12

terhambatnya pertumbuhan umbi serta resiko serangan hama dan penyakit akan lebih tinggi sehingga dibutuhkan penanganan yang lebih intensif, hal tersebut akan menyebabkan biaya produksi yang dikeluarkan semakin tinggi.

Kegiatan penanaman di Hikmah Farm dilakukan mulai pukul 07.00-12.30 WIB. Hal tersebut kurang sesuai dengan literatur, seharusnya dilakukan pada pukul 07.00-11.00 WIB karena apabila penanaman dilakukan lebih dari pukul 11.00 WIB suhu udara akan semakin tinggi yang dapat menyebabkan tanaman menjadi layu sehingga pertumbuhannya akan terhambat karena tidak terjadi keseimbangan dalam proses transpirasi.

Pengaturan jarak tanam. Jarak tanam di lapangan yang digunakan di

Hikmah Farm disesuaikan dengan ukuran bibit yang akan ditanam, bibit kecil ukuran S menggunakan jarak tanam 75 cm x 20 cm, sedang ukuran M 75 cm x 25 cm, besar ukuran L 75 cm x 40 cm. Pembuatan jarak tanam tersebut dilakukan dengan menggunakan alat yang disebut Grendel (roda berjari), lebar antar roda bervariasi disesuaikan dengan jarak tanam yang digunakan.

Cara menanam. Penanaman bibit kentang di lapangan dilakukan dengan

cara meletakkan umbi bibit secara mendatar dalam lubang tanam yang telah dibuat dengan mata tunas menghadap ke atas. Umbi bibit dihindarkan dari pupuk buatan karena dapat menyebabkan kebusukan pada umbi, sehingga ketika penanaman pupuk buatan ditutupi terlebih dahulu dengan tanah tipis kemudian umbi bibit diletakan di atas tanah, umbi bibit tersebut disaeur atau ditutup dengan tanah kemudian dilakukan pembuatan guludan.

Pada musim kemarau umbi sebaiknya ditanam agak dalam yang bertujuan untuk menghindari tersemburnya umbi akibat erosi oleh tiupan angin dan untuk mencegah umbi sukar tumbuh karena tanah dipermukaan sekitar panas. Sedangkan pada musim hujan umbi sebaiknya ditanam agak dangkal, hal tersebut bertujuan untuk mencegah kebusukan umbi karena terendam air. Umbi bibit yang akan di tanam merupakan bibit yang bersertifikasi yang telah memenuhi standar mutu yang telah ditetapkan, sebelum bibit ditanam maka harus disortasi kembali di lapangan supaya bibit yang akan ditanam terjamim kesehatannya. Kegiatan penanaman kentang di lapangan disajikan pada Gambar 6.

(26)

13 Pemeliharaan

Penyiangan yaitu merupakan kegiatan membersihkan dan mencabut

tanaman pengganggu serta menggemburkan tanah. Kegiatan ini dilakukan pada masa awal pertumbuhan saat tanaman pengganggu sudah muncul dilapangan. Mekanisme kerjanya yaitu dengan cara mencabut tanaman pengganggu yang terdapat di sekitar areal tanaman dengan menggunakan alat bantu berupa cangkul dan arit, kegiatan ini harus dilakukan dengan cara hati-hati supaya tidak mengganggu pertumbuhan dan perakaran tanaman.

Pemupukan kedua dilakukan ketika tanaman sudah berumur sekitar 30-35

hari menggunakan pupuk buatan yaitu: phonska dengan dosis 600 kg ha-1, SP-36 450 kh ha-1, dan Urea 100 kg ha-1. Pengaplikasian pemupukan kedua ini diberikan per tanaman yang dilakukan dengan cara yaitu ditebar disekitar tanaman, pupuk tersebut ditutup dengan tanah kemudian dilakukan kegiatan merapihkan bentuk bedengan. Kegiatan pemupukan kedua dapat dilihat pada Gambar 7.

Gambar 7 Kegiatan pemupukan di lapangan: a) Pengaplikasian pemupukan kedua, b) Pemeliharaan bedengan.

Pembumbungan bertujuan supaya tanaman kokoh dan umbi yang

terbentuk tidak terkena sinar matahari. Biasanya dalam satu musim tanam kegiatan pembumbunan dilakukan sebanyak dua kali yaitu ketika tanaman berumur 30-35 hari dan 40-50 hari. Pembumbunan pertama biasanya dilakukan bersamaan dengan pemupukan kedua. Tinggi bumbunan sebaiknya tidak terlalu tinggi karena dapat menghambat pertumbuhan tanaman serta dapat menyebabkan infeksi tanaman dari dalam tanah.

Pemasangan ajir tanaman bertujuan agar tanaman kokoh tidak roboh,

apabila tanaman roboh maka akan menyebabkan busuk batang karena batangnya patah sehingga pertumbuhan tanaman akan terganggu bahkan dapat menyebabkan tanaman tersebut mati sehingga proses pertumbuhan umbi akan terhenti. Kegiatan ini dilakukan apabila kondisi tanaman tinggi dan diperkirakan batang tanaman tidak dapat menahan beban tubuh tanaman tersebut.

Pengendalian hama dan penyakit tanaman penggunaan pestisida

(27)

14

Kebutuhan pestisida adalah 800 L ha-1. Rekomendasi jenis dan dosis pestisida yang digunakan di kebun Gungung Cupu dapat dilihat pada Lampiran 7.

Pemberian pestisida dilakukan dari mulai tanaman tumbuh yaitu sekitar umur 15-20 hari sampai tanaman berumur 90 hari dan ketika tanaman sudah siap panen, 10 hari sebelum tanaman dipanen maka dilakukan penyemprotan dengan menggunakan herbisida dengan bahan aktif paraquat diklorida, pemberian herbisida biasanya dilakukan ketika tanaman berumur 95-100 hari setelah tanam. Waktu pemberian pestisida pada musim hujan dilakukan tiga hari sekali atau 0-2, artinya apabila pemberian obat pertama dilakukan pada hari senin maka pemberian obat yang kedua dilakukan pada hari kamis, banyaknya pemberian pestisida dalam satu musim tanam pada musim hujan adalah 23 kali, sedangkan pada musim kemarau pengobatan dilakukan setiap empat hari sekali atau 0-3, artinya apabila pemberian pestisida pertama dilakukan pada hari senin maka pengobatan kedua dilakukan pada hari jumat, jadi banyaknya kegiatan pemberian pestisida pada musim kemarau dalam satu musim tanam adalah 18 kali.

Hama yang sering menyerang tanaman kentang adalah lalat penggerek daun dan umbi (Phthorimaea operculella Zeller), penggorok daun (Liriomyza huidobrensis), bereng (Thrips palmy Karny), dan kutu daun (Aphis gossipii Glov.). Sedangkan penyakit yang sering ditemukan pada tanaman kentang adalah layu bakteri (Pseudomonas solanacearu) dan cendawan (Fusarium ocysporum), busuk daun (Phytophthora infestans), penggulung daun atau PLRV (Potato Leaf Roll Virus), dan NSK (Nematoda Sista Kentang).

Roguing merupakan kegiatan membersihkan tanaman yang terserang OPT. Kegiatan tersebut dilakukan pada budidaya kentang untuk pembibitan. Kegiatan roguing dilakukan minimal dua kali sebelum pemeriksaan di lapang antara umur 25-35 HST (Hari Setelah Tanam) dan 45-50 HST. Seluruh tanaman yang terserang penyakit yang disebabkan oleh virus dan bakteri harus dicabut dan tanaman hasil rouging tersebut harus dibuang dari lahan untuk mencegah penyebaran penyakit oleh virus pada tanaman yang sehat. Kegiatan roguing ini dibutuhkan keterampilan khusus sehingga harus dilakukan oleh karyawan yang sudah biasa atau terampil melakukan kegiatan tersebut.

Pemanenan

Umur tanaman. Umur panen kentang pada umumnya berkisar antar 90-180

hari. Pada varietas kentang genjah 90-120 hari, varietas medium 120-150 hari, dan varietas dalam 150-180 hari. Penentuan saat panen dapat dilakukan dengan empat cara, yaitu dengan cara visual, cara fisik, cara komputasi, dan cara kimia. Di Hikmah Farm penentuan saat panen dilakukan dengan cara visual dan fisik. Cara visual yaitu dengan melihat perubahan yang terjadi pada bagian tanaman seperti perubahan warna daun yang menguning atau menjadi kering. Cara fisik yaitu dengan teknik perabaan pada bagian umbi, umbi yang sudah siap dipanen apabila ditekan umbinya keras dan kulitnya tidak mengelupas atau sel kulit umbinya sudah melekat dengan daging umbi. Cara fisik ini dilakukan dengan cara mengambil sampel tanaman contoh pada areal tanaman yang akan dipanen.

Teknik memanen. Pemanenan di lapangan dilakukan apabila tanaman

(28)

15 dan penyakit. Tujuan lain dari penyemprotan herbisisda adalah untuk mempermudah kegiatan pemanenan. Penyemprotan herbisida dilakukan 10 hari sebelum panen, herbisida yang digunakan bersifat sistemik sehingga apabila digunakan sesuai dengan dosis yang telah dianjurkan maka tidak berpengaruh terhadap umbinya karena hanya mematikan tanamannya, setelah itu kemudian tanaman tersebut didiamkan selama 10 hari untuk dapat dipanen.

Cara pengambilan umbi di dalam tanah harus dilakukan dengan hati-hati, bongkar guludan terlebih dahulu dengan menggunakan cangkul atau garpu, kemudian umbi diangkat secara hati-hati dengan menggunakan alat seperti cangkul, setelah itu umbi disimpan di atas permukaan tanah dan dilakukan penjemuran terlebih dahulu sampai umbi kering dan tidak ada tanah yang menempel pada permukaan umbi, sebelum umbi dimasukan ke dalam wadah maka dilakukan kegiatan sortasi dan grading di lapangan, kegiatan tersebut dilakukan dengan cara memisahkan umbi ke dalam dua kelas yaitu kelas dengan ukuran besar kelas AL dan AB untuk umbi konsumsi dan kelas dengan ukuran kecil untuk umbi bibit kelas L, M, dan S, selain itu dilakukan juga pemisahan terhadap umbi yang BS (afkir, busuk, dan terkena penyakit), setelah dilakukan penyortiran maka umbi langsung dimasukan ke dalam wadah yaitu berupa waring plastik, kemudian umbi diangkut ke gudang penyimpanan untuk dilakukan penanganan pascapanen selanjutnya. Proses kegiatan panen kentang disajikan pada Gambar 8.

Gambar 8 Kegiatan pemanenan di lapangan: a) Tanaman yang akan dipanen, b) Pembongkaran guludan, c) Pengambilan umbi, d) Penyortiran di lapangan.

Pascapanen

(29)

16

Kegiatan curing di lapangan dilakukan dengan cara menjemur umbi kentang hasil panenan dengan sinar matahari selama kurang lebih 1-2 jam sampai tidak ada lagi tanah yang menempel pada umbi tersebut. Hal tersebut dilakukan untuk menurunkan kadar air sehingga umbi berada dalam kondisi kering dan dapat mengurangi persentase kebusukan umbi ketika dalam masa penyimpanan.

Sortasi dan grading. Kegiatan sortasi dan grading yang dilakukan di

Hikmah Farm ada 2, yaitu sortasi dan grading yang dilakukan di kebun atau dilapangan dan di gudang penyimpanan. Sortasi dan grading di lapangan dilakukan sebelum umbi dimasukan ke dalam wadah. Kegiatan sortasi di lapangan dan di gudang penyimpanan sama yaitu membuang umbi yang busuk atau terserang hama dan penyakit, sedangkan untuk kegiatan grading secara teknis sama namun yang membedakan adalah pemilihan ukuran umbinya. Pengklasan umbi di lapangan biasanya dibagi ke dalam dua kelas yaitu kelas umbi besar untuk umbi konsumsi dan kelas umbi kecil untuk umbi bibit. Kegiatan grading tersebut dilakukan bersamaan dengan kegiatan sortasi yaitu dengan cara membuangan umbi yang busuk dan terserang penyakit. Umbi yang telah disortir dan grading dimasukan ke dalam wadah sesuai dengan ukurannya kemudian diangkut ke dalam alat transportasi kebun untuk dibawa ke gudang penyimpanan. Setelah umbi tiba di gudang penyimpanan, kemudian dilakukan kegiatan sortasi dan grading kembali.

Kegiatan sortasi dan grading di gudang penyimpanan untuk umbi bibit dilakukan sebanyak empat kali sampai proses pemeriksaaan untuk sertifikasi bibit. Kegiatan sortasi dan grading I dilakukan dengan dua cara yaitu dengan menggunakan mesin grading dan cara manual. Kegiatan grading dengan menggunakan mesin dilakukan apabila hasil panennya banyak. Jenis ukuran yang dihasilkan dari mesin grading yaitu ukuran XL, L, M, dan S. Setelah itu umbi disimpan di dalam krat sesuai dengan ukurannya untuk dilakukan sortasi dan grading II yaitu memisahkan umbi yang berukuran S menjadi dua ukuran yaitu S dan SS. Sortasi dan grading III biasanya dilakukan ketika bibit akan diperiksa kesehatannya yaitu sekitar umur tiga bulan penyimpanan. Setelah bibit diperiksa dan dinyatakan lulus, kemudian bibit disimpan dan akan dilakukan penyortiran ulang apabila bibit akan dijual.

Kegiatan sortasi dan grading di gudang penyimpanan untuk umbi konsumsi dilakukan sebanyak dua kali, yaitu pada saat umbi masuk ke gudang penyimpanan dan pada saat umbi konsumsi akan dipasarkan, kegiatan tersebut dilakukan secara manual. Jenis ukuran umbi konsumsi dibagi ke dalam tiga kelas yaitu AL, AB, dan ABC. Kegiatan sortasi dan grading dapat dilihat pada Gambar 9.

(30)

17

Standarisasi. Pembagian kelas ukuran umbi di lapangan biasanya dibagi

ke dalam dua sampai tiga kelas, hal tersebut disesuaikan dengan hasil panen. Apabila umbi yang dihasilkan ukurannya kecil, biasanya hanya di bagi kedalam dua kelas yaitu kelas AB dan Ares, sedangkan apabila umbi yang dihasilkan ukurannya besar maka dapat dibagi ke dalam tiga kelas yaitu AL, AB, dan Ares. Pembagian kelas di gudang penyimpanan untuk umbi bibit dibagi ke dalam empat kelas yaitu kelas L, M, S, dan SS, sedangkan untuk umbi konsumsi dibagi ke dalam tiga kelas yaitu kelas AL, AB, dan ABC. Pengkelasan umbi konsumsi dan umbi bibit dapat dilihat Lampiran 6.

Penyimpanan. Penyimpanan umbi kentang bertujuan untuk mencegah

terjadinya pembusukan, penyusutan berat dan zat gizi, dan pertunasan. Hikmah Farm memiliki 5 gudang penyimpanan yaitu gudang kuning, gudang biru, gudang hitam, gudang ritel, gudang wetan dan gudang kulon. Gudang kuning merupakan gudang terang bersuhu ruang yang digunakan untuk menyimpan umbi bibit dengan ukuran yang kecil yaitu S dan SS, sedangkan umbi bibit yang berukuran besar disimpan di gudang biru yang merupakan gudang terang bersuhu ruang. Gudang hitam merupakan gudang yang di dalamnya terdapat cool storage yang digunakan khusus untuk umbi bibit yang disimpan di dalam cool storage, biasanya umbi bibit yang disimpan di dalam cool storage merupakan umbi dari generasi yang masih muda yaitu dari G0 sampai G2. Gudang wetan dan gudang kulon merupakan gudang gelap bersuhu ruang yang digunakan untuk menyimpan umbi untuk konsumsi dan penyortiran umbi konsumsi sedangkan untuk pengemasan dan pencucian umbi konsumsi dilakukan di dalam gudang ritel.

Pencucian. Kegiatan pencucian hanya dilakukan pada umbi konsumsi, hal

tersebut bertujuan untuk membuang kotoran yang menempel pada umbi tersebut sehingga akan meningkatkan harga jualnya. Kegiatan pencucian tidak dilakukan pada semua umbi konsumsi, tetapi hanya dilakukan pada umbi konsumsi yang akan dijual ke pasar modern seperti supermarket, swalayan, dan mol.

Pengemasan. Kegiatan pengemasan baik pada umbi bibit dan umbi

konsumsi dilakukan ketika ada yang membeli atau memesan umbi tersebut. Jenis kemasan yang digunakan pada umbi bibit yaitu peti kayu berkapasitas 25 kg, tolok berkapasitas 25 kg, krat plastik berkapasitas 10 kg, dan waring plastik berkapasitas 25 kg. Kemasan peti kayu dan krat plastik biasanya digunakan untuk pengiriman jarak jauh, sedangkan untuk pengiriman jarak dekat biasanya menggunakan kemasan tolok bambu dan waring plastik. Kemasan krat plastik hanya digunakan untuk umbi bibit generasi ke-nol (G0). Jenis kemasan yang digunakan pada umbi bibit disajikan pada Gambar 10.

Gambar 10 Jenis kemasan umbi bibit: a) Kemasan waring plastik, b) Kemasan krat plastik, c) Kemasan tolok bambu.

(31)

18

Jenis kemasan untuk kentang konsumsi yaitu polynet berkapasitas 1 kg dan 1.5 kg, dan waring plastik bekapasitas 5 kg, 10 kg, 20 kg dan 40 kg. Jenis kemasan polynet digunakan untuk penjualan ke pasar modern, sedangkan untuk penjualan ke pasar tradisional biasanya menggunakan jenis kemasan waring plastik. Jenis kemasan untuk umbi konsumsi dapat dilihat pada Gambar 11.

Gambar 11 Jenis kemasan umbi konsumsi a) Jenis kemasan polynet, b) Jenis kemasan waring plastik.

Pengolahan. Hikmah Farm menghasilkan produk olahan kentang berupa

keripik kentang dengan merek dagang “BALADOS” dan “KENDO”. Bahan baku yang digunakan untuk memproduksi olahan tersebut berasal dari kentang afkiran umbi konsumsi. Kentang yang dijadikan sebagai bahan baku olahan adalah kentang afkiran varietas Pinky, kentang tersebut biasanya tidak laku dijual karena harganya yang cukup tinggi sehingga pihak Hikmah Farm memilih untuk mengolahnya supaya kentang tersebut tidak terbuang. Kentang varietas ini cocok untuk dijadikan sebagai bahan olahan keripik kentang karena memiliki kadar air yang rendah, sehingga hasil olahannya akan lebih renyah dibandingkan hasil olahan dari kentang varietas lainnya. Produk hasil olahan tersebut hanya dipasarkan ke pasar moderen dan dikemas dalam dua jenis yaitu kemasan plastik bening dengan netto 200 g dan kemasan plastik dengan netto 50 g. Jenis kemasan yang digunakan untuk produk olahan kentang dapat dilihat pada Gambar 12.

(32)

19 Aspek Manajerial

Aspek manajerial yang dilakukan selama kegiatan magang yaitu sebagai karyawan harian kebun dan karyawan gudang, asisten mandor, asisten kepala kebun, dan asisten manajer areal.

Karyawan harian kebun dan karyawan gudang

Karyawan harian kebun diawasi oleh seorang mandor. Tugas pokok yang harus dilakukan adalah bertanggung jawab atas kegiatan yang dilakukan di kebun, meliputi seluruh kegiatan budidaya mulai dari persiapan tanam sampai panen, sedangkan karyawan gudang diawasi oleh kepala gudang. Karyawan gudang harus bertanggung jawab atas kegiatan yang dilakukan di gudang yaitu melakukan kegiatan sortasi dan grading. Karyawan harian kebun bertanggung jawab kepada mandor dan karyawan gudang bertanggung jawab kepada kepala gudang, sehingga seluruh kegiatan yang telah diberikan harus dapat diselesaikan dengan baik. Kegiatan ini dilakukan selama satu bulan pertama.

Asisten Mandor

Jabatan sebagai asisten mandor dilakukan selama satu bulan pada bulan kedua magang. Mandor di lapangan terbagi kedalam dua bagian yaitu mandor kebun dan mandor pestisida, biasanya setiap kebun terdiri dari 2-4 mandor kebun dan satu mandor pestisida. Jumlah karyawan kebun yang diawasi oleh satu mandor kebun sekitar 20-30 orang sedangkan jumlah karyawan kebun yang diawasi oleh satu mandor obat sekitar 5-10 orang.

Tugas asisten mandor adalah membantu pekerjaan mandor, adapun tugas pokok mandor secara umum, meliputi mempersiapkan segala kebutuhan yang diperlukan untuk kegiatan selama di kebun, mengawasi dan memberi arahan kepada karyawan kebun, menentukan jumlah karyawan dalam setiap kegiatan yang akan dilakukan, menulis daftar hadir dan prestasi kerja yang telah dilakukan karyawan, serta menentukan luasan yang akan diolah untuk setiap harinya. Daftar hadir dan prestasi kerja akan mempengaruhi besar upah yang akan diterima oleh karyawan. Tugas pokok mandor kebun yaitu bertanggung jawab atas seluruh kegiatan budidaya di lapangan mulai penanaman sampai panen, sedangkan tugas pokok mandor pestisida yaitu bertanggung jawab atas kegiatan pengendalian hama dan penyakit di lapangan.

Asisten Kepala Kebun

(33)

20

Asisten Manajer Areal

Hikmah Farm memiliki enam areal kebun, setiap kebunnya dipegang oleh seorang manajer areal. Manajer area bertanggung jawab kepada perusahaan atas keadaan kebun, keadaan tanaman, hasil produksi dan pendapatan yang diperoleh dari kebun tersebut. Tugas pokok manajer area yaitu mengawasi dan mengontrol karyawan kebun serta tugas kepala kebun di lapangan, membuat perencanaan kerja meliputi kegiatan budidaya tanaman di lapangan, seperti waktu pengolahan lahan, jadwal penanaman, kegiatan pemeliharaan, waktu panen, dan menetukan jenis tanaman yang akan di tanam serta membuat laporan hasil analisis usaha tani yang akan dipertanggungjawabkan kepada perusahaan. Laporan tersebut dimasukkan dalam buku besar kebun yang ada di kantor. Waktu untuk melaporkan tergantung setiap kepala kebun, waktu maksimal untuk menyerahkan laporan tersebut adalah empat hari sekali.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kegiatan Pemanenan

Kegiatan pemanenan sangat menentukan tingkat kehilangan baik dalam segi kualitas dan kuantitas dari produk yang dihasilkan sehingga dibutuhkan keterampilan dan pemahaman yang baik mengenai proses kegiatan panen yang efektif dan efisien. Keberhasilan dalam kegiatan pemanenan diukur dari seberapa besar tingkat kehilangan yang terjadi selama proses pemanenan. Semakin tinggi kehilangan hasil maka tingkat keberhasilan panen semakin rendah. Tingkat kehilangan tersebut ditentukan oleh beberapa faktor seperti perlakukan prapanen, cuaca, hama dan penyakit, umur panen, dan lamanya penyimpanan. Kehilangan perlakuan prapanen dapat dilihat dari cara panen yang digunakan, apabila panen dilakukan dengan cara yang baik dan benar maka akan diperoleh hasil panen yang baik juga. Selain itu cara panen yang digunakan dapat mempengaruhi keefisiensien tenaga kerja pemanen. Apabila pemanenan dilakukan dengan cara yang tepat maka proses pemanenan akan berjalan lebih efektif dan efisien.

Umur Panen

(34)

21

Gambar 13 Pengaruh umur panen terhadap kualitas umbi. Garis vertikal di atas setiap balok menunjukan standar deviasi.

Hasil pengamatan di lapang menunjukkan bahwa umur panen memiliki pengaruh terhadap kualitas umbi yang dihasilkan. Kualitas yang diamati meliputi ukuran umbi yang dihasilkan, persentase umbi BS (Bellow Standar), dan persentase kerusakan kulit umbi. Ukuran umbi yang dihasilkan per tanaman akan selalu bervariasi, pengelompokan umbi di lapangan dibagi ke dalam dua ukuran yaitu ukuran besar untuk umbi konsumsi dan ukuran kecil (ares) untuk bakal bibit. Gambar 13 menunjukan bahwa semakin tua umur panen maka persentase umbi kecil akan lebih rendah dibandingkan dengan persentase umbi besar, begitu juga sebaliknya apabila tanaman dipanen pada umur panen yang masih muda maka akan menghasilkan persentase umbi kecil yang lebih tinggi. Pada umur panen yang masih muda proses pembentukan umbi belum sempurna sehingga ukuran umbi yang dihasilkan akan kecil-kecil, sedangkan apabila umbi dipanen dengan umur panen yang tua atau sesuai dengan umur panen yang telah ditentukan maka umbi telah terbentuk sempurna sehingga akan menghasilkan umbi yang besar-besar. Ukuran umbi yang dihasilkan tidak hanya dipengaruhi oleh umur panen tetapi masih terdapat faktor lainnya seperti jenis bibit yang ditanam (mutu dan besar), jarak tanam, dan iklim. Menurut Wuur dan Allen (1974), jarak tanam yang rapat akan menghasilkan umbi kecil lebih banyak, hal ini karena pengisian umbi dipengaruhi oleh kepadatan tanaman dan Kusumo (1980) menyatakan bahwa penggunaan bibit yang besar biasanya menghasilkan umbi kecil yang lebih banyak.

Gambar 13 menunjukkan bahwa umur panen tidak mempengaruhi persentase umbi busuk yang dihasilkan, hal tersebut diduga karena karena kondisi pertanaman pada sample tanman beragam seperti terdapat sample tanaman yang terserang virus, hama, dan penyakit tanman. Javandira at al. (2013) menyatakan bahwa salah satu penyakit yang menjadi kendala produksi kentang adalah serangan penyakit busuk lunak yang disebabkan oleh bakteri Erwinia carotovora (syn. Pectobacterium carotovorum). Serangan patogen tersebut dapat

(35)

22

menyebabkan perubahan fisik, fisiologi dan kimia pada umbi kentang sehingga berpengaruh terhadap kuantitas dan kualitas produksi umbi kentang.

Kerusakan kulit umbi dapat dilihat dari tingkat kelecetan permukaan kulit umbi. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa semakin tua umur panen umbi maka persentase kerusakan kulit umbi akan semakin menurun, hal tersebut dapat disebabkan karena pada umur panen yang tua permukaan kulit umbi sudah

Gambar 14 menunjukkan bahwa umur panen mempengaruhi bobot basah umbi hasil panen. Bobot umbi semakin meningkat dari umur 75 hari sampai umur 100 hari tetapi pada umur 107 hari terjadi penurunan bobot. Pada umumnya semakin tua umur umbi dipanen maka umbi yang dihasilkan akan semakin banyak dan hasil panen akan semakin tinggi. Mutiarawati (2007) menyatakan bahwa apabila panen dilakukan terlalu awal, kualitas hasil akan rendah, begitu juga bila panen terlambat, komoditas tidak tahan lama disimpan. Hasil pengamatan menunjukan terjadi penurunan bobot umbi pada umur 107 hari, hal tersebut diduga karena kondisi pertanaman yang kurang baik atau tanaman telah mati. Selain umur panen masih terdapat faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi hasil panen seperti kondisi lokasi penanaman, kondisi bibit yang ditanam, kondisi cuaca dan iklim, intensitas serangan hama dan penyakit tanaman, dan teknik budidaya yang digunakan seperti pemupukan. Lologau (2010) menyatakan bahwa terdapat hubungan antara intensitas kerusakan daun yang disebabkan oleh serangan lalat penggorok daun dengan bobot umbi, penurunan bobot semakin tinggi seiring dengan meningkatnya intensitas serangan. Penurunan bobot umbi ini berkaitan dengan menurunnya kemampuan daun untuk melakukan fotosintesis. Kerusakan jaringan daun dapat menghambat laju fotosintesis yang selanjutnya mempercepat kematian jaringan dan bahkan dapat mematikan tanaman. Haris (2010) menyatakan bahwa peningkatan produktivitas kentang sangat ditunjang oleh sistem pemupukan dan lingkungan tumbuh yang sesuai. Pemupukan sangat diperlukan untuk mencukupi kebutuhan unsur hara tanaman dan memperbaiki kondisi tanah sehingga perakaran dapat tumbuh baik serta dapat menyerap unsur hara dalam jumlah cukup.

Gambar 14 Pengaruh umur panen terhadap bobot basah umbi.

(36)

23 Penentuan waktu panen di lapangan lebih cenderung melihat kondisi tanamannya, apabila kondisi tanaman bagus atau sehat maka waktu panen akan disesuaikan dengan umur panen yang telah ditentukan, tetapi apabila kondisi tanaman menunjukan kurang bagus atau tidak sehat yang disebabkan karena serangan hama dan penyakit tanaman sudah tidak dapat ditangani lagi maka tanaman tersebut harus segera dipanen meskipun umur panennya tidak sesuai dengan yang telah ditentukan, hal tersebut dilakukan supaya tanaman yang belum terserang hama dan penyakit masih bisa diselamatkan sehingga tanaman masih bisa dipanen meskipun dengan produksi yang kurang bagus, pada perusahan skala besar ketidaktepatan dalam penentuan umur panen dapat terjadi apabila kebutuhan atau permintaan kentang dipasaran sedang tinggi dan stok kentang di gudang penyimpanan sedikit, maka tanaman kentang akan dipaksa panen sebelum waktunya, hal tersebut dilakukan karena perusahaan menginginkan keuntungan yang lebih dari proses produksinya.

Cara Panen

Keberhasilan panen dipengaruhi oleh persiapan panen yang dilakukan dengan baik dan efektif, berupa kondisi jalan, tenaga kerja pemanen, alat panen, waktu memulai panen, dan cara memanen. Selain itu, keberhasilan panen juga ditentukan oleh kondisi kebun dan situasi lingkungan kebun (iklim, topografi, sarana, dan prasarana). Cara panen diperkirakan dapat mempengaruhi efisiensi tenaga kerja dan kehilangan hasil panen di lapangan. Cara panen yang digunakan di perusahaan Hikmah Farm ada 3 yaitu, cara panen 1 (penggalian dengan gala, penjemuran, sortasi dan grading, pengarungan 1, pengangkutan 2), cara panen 2 (penggalian dengan cangkul, penjemuran, sortasi dan grading, pengarungan 1, pengangkutan 2), dan cara panen 3 (penggalian dengan cangkul, pengarungan 1, pengangkutan 1, sortasi dan grading, pengarungan 2, pengangkutan 2). Pengarungan 1 adalah kegiatan pengarungan yang dilakukan di dalam wilayah panen, sedangkan pengarungan 2 adalah kegiatan pengarungan yang dilakukan di luar wilayah panen. Pengangkutan 1adalah kegiatan pengangkutan ke tempat sortasi dan grading, sedangkan pengangkutan 2 adalah kegiatan pengangkutan langsung ke alat transportasi panen.

Tabel 1 Efisiensi tenaga kerja pemanen berdasarkan cara panen

Cara Panen

Tenaga Kerja

Kondisi di Lapangan Standar Perusahaan

(37)

24

Tabel 2 Persentase kehilangan hasil di lapangan

Cara panen Hasil panen

Hasil pengamatan menunjukkan bahwa cara panen dapat mempengaruhi efisiensi tenaga kerja pemanen. Persentase kehilangan hasil di lapangan (Tabel 2) yang paling tinggi terjadi apabila kegiatan pemanenan dilakukan dengan cara 3 dan yang paling rendah adalah cara panen 1. Hal tersebut dapat terjadi karena alur kegiatan panen pada cara panen 3 lebih panjang dibandingkan dengan cara panen 1 sehingga kemungkinan umbi mengalami kerusakan akan semakin tinggi. Dilihat dari persentase kehilangan hasil (Tabel 2) cara panen 1 termasuk ke dalam cara panen yang paling baik tetapi jika dilihat dari keefisiensian tenaga kerja pemanen masih belum efisien. Cara panen 2 adalah cara panen yang paling efisien (Tabel 1) tetapi persentase kehilangan hasil di lapangan lebih tinggi jika dibandingkan dengan cara panen 1. Cara panen 3 merupakan cara panen yang dilihat dari keefisiensian tenaga kerja pemanen masih belum efektif dan persentase kehilangan hasil di lapangannya paling tinggi, sehingga cara panen 3 dinilai paling tidak efektif dan tidak efisien.

Kegiatan Pascapanen

Penanganan pascapanen pada dasarnya adalah kegiatan untuk mencegah kerusakan hasil akibat serangan hama atau penyakit, gangguan fisiologi, dan gangguan non parasiter atau lingkungan yang kurang menguntungkan, dengan tujuan untuk mempertahankan mutu hasil panen sehingga tetap baik sampai ke konsumen (Samadi 2007).

(38)

25

Keterangan:

Skor kerusakan bagian luar umbi:

0-2 = Umbi layak konsumsi, layak dijadikan bibit

4 = Umbi kurang layak konsumsi, tidak layak dijadikan bibit 6-10 = Umbi tidak layak konsumsi, tidak layak dijadikan bibit

Skor kerusakan bagian dalam umbi:

0 = Umbi layak konsumsi, layak dijadikan bibit 2 = Umbi layak konsumsi, tidak layak dijadikan bibit

4 = Umbi kurang layak konsumsi, tidak layak dijadikan bibit 6-12 = Umbi tidak layak konsumsi, tidak layak dijadikan bibit

Gambar 15 Pengaruh ketinggian jatuhan umbi terhadap kerusakan umbi pada umur simpan 4 dan 8 Masa Setelah Perlakuan (MSP). Garis vertikal di atas setiap balok menunjukan standar deviasi.

(39)

26

Keterangan:

Skor kerusakan bagian luar umbi:

0-2 = Umbi layak konsumsi, layak dijadikan bibit

4 = Umbi kurang layak konsumsi, tidak layak dijadikan bibit 6-10 = Umbi tidak layak konsumsi, tidak layak dijadikan bibit

Skor kerusakan bagian dalam umbi:

0 = Umbi layak konsumsi, layak dijadikan bibit 2 = Umbi layak konsumsi, tidak layak dijadikan bibit

4 = Umbi kurang layak konsumsi, tidak layak dijadikan bibit 6-12 = Umbi tidak layak konsumsi, tidak layak dijadikan bibit

Gambar 16. Pengaruh ketinggian jatuhan umbi terhadap kerusakan umbi pada umbi ukuran AB dan Ares. Garis vertikal di atas setiap balok menunjukan standar deviasi.

Gambar 16 menunjukkan bahwa ketinggian jatuhan dan ukuran umbi dapat mempengaruhi kerusakan umbi. Kerusakan umbi tersebut termasuk ke dalam kerusakan mekanis karena umbi dijatuhkan pada ketinggian tertentu sehingga umbi akan mengalami benturan dan gesekan dengan benda lain. Semakin tinggi ketinggian jatuhan umbi maka beban jatuhan atau benturan dan gesekan yang diterima umbi akan semakin berat, sehingga menyebabkan persentase kerusakan umbi akan meningkat. Persentase kerusakan umbi dengan umbi ukuran Ares baik kerusakan pada bagian luar maupun bagian dalam umbi cenderung lebih tinggi jika dibandingkan dengan umbi ukuran AB, hal tersebut diduga karena umbi yang berukuran ares proses pembentukan umbi lebih akhir dibandingkan dengan umbi berukuran AB, ketika dipanen dengan umur panen yang sama proses perkembangan umbi belum sempurna maka apabila mengalami benturan akan lebih rentan terhadap keerusakan umbi, sehingga dapat dikatakan bahwa penanganan pascapanen pada bakal umbi bibit harus dilakukan lebih hati-hati dibandingkan dengan umbi konsumsi. Gambar 15 dan 16 menunjukkan bahwa kerusakan umbi pada bagian dalam cenderung lebih tinggi dibandingkan

(40)

27 kerusakan pada bagian luar umbi. Umbi yang mengalami benturan dan gesekan pada awalnya akan menimbulkan kerusakan pada bagian luar atau penampilan umbi tersebut dan setelah disimpan dengan masa simpan tertentu maka akan menyebabkan kerusakan pada bagian dalam umbi. Mutiarawati (2007) menyatakan bahwa kerusakan mekanis sering diikuti dengan kerusakan biologis.

Kehilangan Hasil

Kehilangan hasil dapat terjadi karena penanganan pascapanen yang kurang baik. Mutiarawati (2007) menyatakan bahwa keberhasilan penanganan pascapanen sangat ditentukan dari tidakan awalnya, yaitu panen dan penanganan pasca panen yang baik harus dimulai sedini mungkin, yaitu segera setelah panen. Kehilangan hasil dapat dibagi kedalam dua bagian, yaitu kehilangan hasil yang terjadi di lapangan dan kehilangan hasil di gudang penyimpanan.

Tabel 3 Presentase kehilangan hasil di lapangan Kebun Hasil Panen

(41)

28

scabies). Rodriguez et al. (1975) menyatakan bahwa kentang di dalam penyimpanan akan terus mengalami metabolisme dan respirasi sehingga meningkatkan kadar gula dan menimbulkan penyusutan. Menurut Sinaga (1980) penurunan kualitas kentang dalam penyimpanan disebabkan karena penyakit, susut berat, tumbuhnya tunas juga keriput, dan warna hijau.

Tabel 4 Persentase kehilangan hasil di gudang penyimpanan Kebun

Sumber: Pengamatan lapangan (Maret, 2012), HSG: Hari Simpan Gudang

Tabel 4 menunjukan bahwa hasil panen dari kebun Ciarileu memiliki persentase kehilangan hasil di gudang penyimpanan yang paling tinggi dibandingkan dengan kebun Gunung Cupu dan Pasir Hayam. Hal tersebut terjadi karena masa simpan hasil panen dari kebun Ciarileu lebih lama dibandingkan dengan kebun lainnya. Persentase kehilangan hasil kebun Gunung Cupu lebih rendah dibandingkan dengan kebun Pasir Hayam meskipun masa simpan di gudangnya lebih lama dari masa simpan kebun Pasir Hayam. Hal tersebut dapat terjadi karena kehilangan hasil di gudang tidak hanya disebabkan oleh masa simpan yang terlalu lama tetapi masih terdapat faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi kehilangan hasil tersebut seperti kondisi umbi saat masuk gudang, kegiatan sortasi yang kurang baik, kondisi tempat penyimpanan yang kurang baik, cara menyimpan yang kurang baik dan proses respirasi yang terjadi di dalam umbi. Tabel 3 dan tabel 4 menunjukan bahwa persentase kehilangan hasil di gudang penyimpanan lebih tinggi dibandingkan dengan persentase kehilangan hasil di lapangan.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

(42)

29 pengangkutan 2) adalah cara panen yang paling baik dalam efisiensi tenaga kerja pemanen.

Kerusakan pada umbi bibit cenderung lebih tinggi dibandingan dengan tingkat kerusakan umbi konsumsi. Kerusakan umbi paling tinggi terjadi ketika umbi dijatuhkan pada ketinggian 2.5 m. Persentase kehilangan hasil di gudang penyimpanan lebih tinggi dibandingkan dengan persentase kehilangan hasil di lapangan. Kehilangan hasil di lapangan berkisar antara 1-3 % dan kehilangan hasil di gudang penyimpanan berkisar antara 9-52 %.

Saran

Penulis menyarankan perusahaan memperbaiki manajemen dalam penentuan jumlah dan kebutuhan tenaga kerja pemanen, menentukan SOP untuk kegiatan panen dan pascapanen serta memberikan sanksi yang tegas kepada karyawan yang tidak mematuhi standar operasional yang berlaku di kebun, sehingga kegiatan panen dan pascapanen dapat berjalan lebih efektif dan efisien.

DAFTAR PUSTAKA

Astawan M. 2005. Kentang sumber vitamin C dan pencegah hipertensi. http://web.ipb.ac.id/~tpg/de/pubde_ntrtnhlth_kentang.php. [diunduh 2013 September 27].

[BPS] Badan Pusat Statistik. 2012. Luas panen, produksi, dan produktivitas kentang 2011-2012. Badan Statistik Republik Indonesia. http://www.bps.go .id. [diunduh 2012 Desember 11].

Haris. 2010. Pertumbuhan dan Produksi Kentang pada Berbagai Dosis Pemupukan. J. Agrisistem. 6(1):15-22.

Javandira C, Aini LQ, Abadi AL. 2013. Pengendalian Penyakit Busuk Lunak Umbi Kentang (Erwinia carotovora) dengan Memanfaatkan Agens Hayati Bacillus subtilis dan Pseudomonas fluorescens. J. HPT. 1(1): 90-97.

Kusumo S. 1980. Pengaruh besar umbi dan populasi tanaman kentang terhadap produksi bibit kentang. Di dalam: Sutapradja H. 1983. Pengaruh Jarak Tanam dan Ukuran Umbi Terhadap Hasil Umbi Kentang untuk Bibit. Bull. Panel. Hort. 10(3):1-5.

Lologau BA. 2010. Tingkat Serangan Lalat Penggorok Daun, Liriomyza huidobrensis (Blanchard) dan Kehilangan Hasil Pada Tanaman Kentang. Prosiding Seminar Ilmiah dan Pertemuan Tahunan PGJ dan PFJ XX Komisariat Daerah Sulawesi Selatan; 2010 Mei 2007; Sulawesi Selatan, Indonesia. Sulawesi Selatan (ID): BPTP. Hlm 358-364.

Mutiarawati T. 2009. Penanganan pasca panen hasil pertanian. http://pustaka.unpad.ac.id. [diunduh 2012 Maret 07].

(43)

30

Pengaruh Perlakuan Suhu dan Fungisida terhadap Mutu Kentang di Penyimpanan. Bull. Panel. Hort. 14(1):15-22.

Sinaga RM. 1980. Storage Loss of Potato Tubers in West Java. Bull. Panel. Hort. 8(10):39-44.

Soesanto L. 2006. Penyakit Pascapanen. Kanisius. Yogyakarta (ID). 257 hal. Ummah K. 2010. Produksi Bibit Kentang (Solanum tuberosum L.) di Hikmah

Farm, Pangalengan, Bandung, Jawa Barat [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Widodo M. 2006. Panen dan pasca panen kentang. http://cybex.deptan.go.id. [diunduh 2012 Maret 07].

(44)

31 Lampiran 1 Scoring kerusakan bagian luar umbi

Keterangan: 0-2 = Umbi layak konsumsi, layak dijadikan bibit

4 =Umbi kurang layak konsumsi, tidak layak dijadikan bibit 6-10 = Umbi tidak layak konsumsi, tidak layak dijadikan bibit

Lampiran 2 Scoring kerusakan bagian dalam umbi

Gambar

Gambar 3 Persiapan lahan di Screen House: a) Pembuatan jarak tanam, b)
Gambar 5 Pengolahan lahan cara konvensional: a) pembersihan lahan. b)
Gambar 6 Kegiatan penanaman di lapangan: a) Pembuatan lubang tanam, b)
Gambar 8  Kegiatan pemanenan di lapangan: a) Tanaman yang akan dipanen, b)
+7

Referensi

Dokumen terkait

1) Dapat menambah wawasan untuk berfikir secara kritis dan sistematis dalam menghadapi permasalahan. 2) Dapat mengetahui bagaimana efektivitas peran pasar tradisional

Secara Teori, untuk pihak UPT Pasar penelitian ini dapat digunakan untuk mengetahui dampak revitalisasi pasar tradisional dan untuk Dinas Pekerjaan Umum dapat

Berangkat dari permasalahan tersebut, maka penulis ingin mengkaji permasalahan tersebut, selanjutnya penulis ingin mengadakan penelitian secara ilmiah dengan

Prediksi yang diambil sebagai contoh pada gambar 4.34 adalah prediksi berdasarkan Cust Region dengan intensitas warna pada tree dan jumlah cases menunjukkan bahwa Customer

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada siswa kelas XI di SMAN 5 Kota Serang, berikut beberapa saran yang diharapkan dapat memberikan masukan yang bermanfaat bagi: (1) Guru

5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya mengenai pengaruh karakteristik perusahaan yang diukur dengan menggunakan return on equity