• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Tumbuh Kenaf (Hibiscus Cannabicus L.) Dengan Pemberian Pupuk Hayati Dibawah Tegakan Kelapa Sawit

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Tumbuh Kenaf (Hibiscus Cannabicus L.) Dengan Pemberian Pupuk Hayati Dibawah Tegakan Kelapa Sawit"

Copied!
68
0
0

Teks penuh

(1)

Lampiran 1. Deskripsi Kenaf Varietas Karangploso 12 (KR 12) Permukaan batang : Berduri sedikit

Warna batang : Hijau Bentuk daun : Menjari Umur berbunga : 85–92 hari

Warna bunga : Krem

Umur panen : 130–140 hari (umur panjang) Tinggi tanaman : 262–396 cm

Diameter batang : 1,72–3,20 cm Potensi hasil : 2,75–4,20 ton/ha Kekuatan serat : 2,56–4,07 g/tex P Ersentase serat : 5,5–6,5%

Ketahanan terhadap genangan air : Toleran Ketahanan terhadap fotoperiodisitas : Kurang peka Ketahanan terhadap kekeringan : Toleran Ketahanan terhadap nematoda : Rentan

Ketahanan terhadap Jassid (Amrasca): Moderat rentan

(2)

DAFTAR PUSTAKA

Abbot dan Rabbon. 2008. Peningkatan produksi padi menuju 2020. Menteri Pertanian Republik Indonesia. Departemen Pertanian Republik Indonesia, Jakarta.

Berger, J. 1969. The World's Major Fiber Crops, Their Cultivation and Manuring. Centre D'Etude Del Azote 6, Zurich.

Ben-Hill, J., L.O. Overhold, H.W. Popp, and A.R. Grove. 1960. Botany. Mc. Graw Hill Book Company, Inc. New York, Toronto, London.

Brink, M.. and R.P. Escobin (ed). 2003. PROSEA. Plant Resources of South-East Asia. No. 17. Fibre Plants. Backhuys Publishers, Leiden, The Netherlands. P. 456.

Dempsey, J.M. 1963. Long vegetable fiber development in South Vietnam and Other Asian Countries. USOM-Saigon.

Ghosh, T. 1978. Jute manual. Agric. Res. lost. Yesin, Burma.

Hasibuan, A. 2005.Prospek Perkebunan Indonesia Dalam Pembangunan Ekonomi Nasional.Dies Natalis ke – 53 Universitas Sumatera Utara 20 Agustus 2005. Medan.

Irvan, A. 2007. Pengaruh Pemberian Pupuk Sp-36, KCl, Kieserit Dan Kotoran Sapi Terhadapjumlah Mikroorganisme Pada Tanah Andisol Tongkoh Kabupaten karo. Departemen Ilmu Tanah USU, Medan.

Iswindiyono, S. dan A Sastrosupadi. 1987. Pengaruh Interval Pemberian Air Pada Tenaf Dan Jute Terbadap Pertumbuhan. Skripsi SI Rttultas Pertanian, UPN "Veteran", Surabaya.

Kader, M.A, M.H. Mian and M.S. Hoque. 2002. Effect of Azotobacter inoculant on yield and nitrogen uptake by wheat. OnLine J.Bio. Sci.2 : 259 -251. Khairul, U. 2001. Pemanfaatan Bioteknologi Untuk Meningkatkan Produksi

Pertanian. Makalah Falsafah Sains. Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.

Mahajan A., dan R.D. Gupta. 2009. Integrated Nutrient Management (INM) in a Sustainable Rice–Wheat Cropping System, Springer Sci. + Business Media B.V.

(3)

Nasahi, C. 2010. Peran Mikroba Dalam Pertanian Organik. Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian Universitas Padjajaran, Bandung. Ochse, J.J., M.J. Soule, Jr., M.J. Dijkman, C. Wehlbur. 1961. Tropical and

subtropical agriculture. Vol. II. The Macmillan, New York. p. 1139– 1177.

Patten, C.L. and B.R. Glick. 2002. Role of Pseudomonas Putida Indol Acetic Acid in Development of the Host Plant Root system. Appl. Environ. Microbiol. 68:3795-3801.

Puryono, S.K.S. 1998. Perlunya Label Bibit Bermikoriza. Majalah Kehutanan Indonesia. Ed 2 Th. 1997/1998.

Rahmawati, N. 2005. Pemanfaatan biofertilizer Pada Pertanian Organik. Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan

Rao, S. 1982. Biofertilizer in Agriculture. Oxford and IBH Publishing Co. New Delhi.

Rungkat, J. A. 2009. Peranan MVA dalam meningkatkan pertumbuhan dan produksi tanaman. Jurnal FORMAS 4 : 270-276.

Sastrosupadi, A. 1983. Pengaruh Umur Dan Lama Penggenangan Terhadap Pertumbuhan, Produksi, Dan Kualitas Kenaf Hc G4. Balai Penelitian Tanaman Industri, Malang.

Sastrosupadi, A., Budi, S. Dan Sudjidro. 2014. Budidaya Kenaf (Hisbiscus

cannabinus L.). Balai Penelitian Tembakau dan Tanaman Serat, Malang

Setyo,U dan Budi. 2013. Biologi Tanaman Kenaf. Balai Penelitian Tanaman Tembakau Dan Serat, Malang

Shantharam, S. & Mattoo, A.K. 1997. Enhancing Biological Nitrogen Fixation: Anappraisal of Current and Alternative Technologies For N Input Into Plants. Plant And Soil 194: 205-216.

Sitompul, S.M. dan B. Guritno. 1995. Analisis Pertumbuhan Tanaman. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. Hal. 111 – 165.

Sudjindro. 2010. Produk – Produk Diversifikasi Kenaf. Balai Penelitian Tembakau dan Tanaman Serat, Malang

(4)

BAHAN DAN METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Percobaan

Penelitian ini dilakukan di Kebun Silau Dunia PT Perkebunan Nusantara III Desa Silau Dunia, Kecamatan Silau Kahean, Kabupaten Serdang Bedagai dengan ketinggian tempat 60 – 90 meter di atas permukaan laut pada Mei sampai dengan September 2015.

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan adalah benih kenaf varietas Karangploso 12, Mikoriza Vesikular Arbuskular (MVA), Azotobacter spp., pupuk urea, SP- 36 dan KCl, insektisida lannate dan air.

Alat yang digunakan adalah cangkul, meteran, jangka sorong, oven, timbangan analitik, kertas HVS, kamera, sprayer, amplop dan gelas ukur.

Metode Percobaan

Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) Faktorial dengan 2 faktor perlakuan yaitu :

Faktor I : Pupuk Hayati H0 : Tanpa pupuk hayati H1 : Mikoriza 5 g/tanaman H2 : Azotobacter 10 cc/tanaman Faktor II : Tegakan kelapa sawit TM, yaitu :

N0 : Lahan terbuka

(5)

Maka diperoleh 6 kombinasi, yaitu :

H0N0 H1N0 H2N0

H0N1 H1N1 H2N1

Jumlah ulangan (blok) : 4 ulangan

Jumlah plot : 24 plot

Jumlah tanaman per plot : 171 tanaman Jumlah tanaman seluruhnya : 4104 tanaman Jumlah sampel per plot : 10 tanaman Jumlah sampel seluruhnya : 240 tanaman Jarak antar plot : 10 cm

Jarak antar blok : 50 cm

Data hasil penelitian dianalisis dengan menggunakan sidik ragam dengan model linear aditif sebagai berikut :

Yijk= µ + ρi + αj + βk + (αβ)jk+ εijk

i = 1,2,3,4 j = 1,2,3 k = 1,2 Dimana:

Yijk : Hasil pengamatan pada blok ke-i akibat pemberian pupuk hayati (H) jenis ke-j dan pengaruh tegakan kelapa sawit (N) pada jenis ke-k

µ : Nilai tengah

ρi : Efek dari blok ke-i

αj : Efek perlakuan pemberian pupuk hayati (H) pada jenis ke-j

βk : Efek tegakan kelapa sawit (N) pada jenis ke-k

(6)

εijk : Galat dari blok ke-i, pupuk hayati (H) ke-j dan tegakan kelapa sawit (N)

taraf ke-k

(7)

PELAKSANAAN PENELITIAN Persiapan Lahan

Sebelum penanaman, terlebih dahulu dilakukan pembersihan lahan pertanaman dari gulma yang ada. Pembersihan dilakukan dengan menggunakan cangkul.

Pembuatan Plot Percobaan

Plot percobaan dibuat dengan dua areal yang berbeda, yaitu di gawangan mati kelapa sawit TM umur 8 tahun dan areal terbuka.

a. Pada gawangan mati, lahan dibersihkan dari gulma lalu dibersihkan dari pelepah kelapa sawit dan dibuat plot dengan ukuran 4 m x 4 m dengan parit drainase sedalam 50 cm, jarak antar plot 10 cm dan jarak antar blok disesuaikan dengan kondisi gawangan mati, lalu tanah diolah dengan melakukan pembalikan secara melintang, membujur dan diagonal.

b. Pada areal terbuka, dibuat plot dengan ukuran 4 m x 4 m, dibuat parit drainase sedalam 50 cm dengan jarak antar plot 10 cm dan jarak antar blok 50 cm, lalu tanah diolah dengan melakukan pembalikan secara melintang, membujur dan diagonal.

Penanaman Benih

(8)

Aplikasi Mikoriza

Aplikasi mikoriza dilakukan pada saat tanaman berumur 2 MST dengan memberikan inokulan pada area perakaran tanaman.

Aplikasi Azotobacter

Aplikasi azotobacter dilakukan pada saat tanaman berumur 2 MST, diberikan langsung ke tanah pada area perakaran tanaman.

Pemeliharaan Tanaman Penyiraman

Penyiraman dilakukan setiap hari pada sore hari. Pelaksanaan penyiraman dikurangi tergantung keadaan cuaca. Bila areal hujan, tidak perlu dilakukan penyiraman.

Penjarangan

Penjarangan dilakukan setelah 2 MST dengan cara memotong tanaman menggunakan gunting dan meninggalkan tanaman yang paling baik dan sehat sehingga pada setiap lubang tersisa tanaman yang terbaik untuk dipelihara hingga panen.

Pemupukan

(9)

Penyiangan

Pada awal pertumbuhan kenaf kurang dapat bersaing dengan gulma, karena itu harus diusahakan agar areal tanaman pada saat tanaman masih muda harus bersih dari gulma. Penyiangan dilakukan pada 3 MST dengan menggunakan tangan saat gulma mulai tumbuh. Penyiangan pada lahan pertanaman kenaf hanya dilakukan sekali saja karena setelah penyiangan tersebut tanaman pengganggu tidak dapat tumbuh karena ternaungi tanaman kenaf.

Pembumbunan

Pembumbunan dilakukan dengan cara mengemburkan tanah disekitar tanaman kenaf, kemudian menimbunkan tanah tersebut pada pangkal batang tanaman kenaf. Dengan tujuan untuk memperkokoh kedudukan tanaman dan untuk menekan penguapan air tanah.

Pengendalian Hama dan Penyakit

Pengendalian hama dan penyakit dilakukan pada 6 MST dengan menggunakan insektisida berbahan lannate, yang bertujuan untuk membunuh serangga berupa ulat.

Panen

(10)

Peubah Amatan Tinggi Tanaman (Cm)

Tinggi tanaman diukur mulai dari pangkal batang hingga titik tumbuh tanaman dengan menggunakan meteran. Pengukuran pertama dilakukan pada 2 MST dengan interval 1 minggu sekali sampai masuk masa generatif (12 MST). Diameter batang (mm)

Pengukuran diameter batang dilakukan pada 2 MST dengan interval 1 minggu sekali sampai masuk masa generatif (12 MST). Pengukuran diameter batang menggunakan jangka sorong. Setiap tanaman contoh diukur 1 cm dari pangkal batang tanaman secara 2 kali dan diambil nilai rata-rata.

Jumlah daun (helai)

Daun yang dihitung adalah daun yang sudah terbuka sempurna. Pengamatan dilakukan dua minggu sekali mulai dari 2 MST – 12 MST.

Bobot segar tajuk (g)

Bobot segar tajuk tanaman dihitung pada saat umur tanaman 12 MST, Berat segar tajuk ditimbang menggunakan timbangan analitik.

Bobot segar akar (g)

Bobot segar akar tanaman dihitung pada saat umur tanaman 12 MST, Berat segar akar ditimbang menggunakan timbangan analitik.

Bobot kering akar (g)

(11)

Bobot kering tajuk (g)

Bobot kering tajuk diukur pada saat umur tanaman 12 MST, setelah sampel tanaman masing-masing perlakuan diovenkan selama 24 jam dengan suhu ± 70oC. Berat kering tajuk ditimbang menggunakan timbangan analitik.

Shoot/Root Ratio

Yaitu perbandingan antara bagian atas tanaman (daun dan batang) dengan bagian bawah tanaman (akar) (g). Shoot/root ratio kenaf dihitung pada akhir penelitian. Tajuk dan akar tanaman dibersihkan dari kotoran yang melekat dan dimasukkan kedalam kantongan lalu diovenkan selama kurang lebih 24 jam dengan suhu 70oC dan seterusnya 105oC selama + 24 jam sampai konstan. Setelah dikeluarkan dari oven, ditempatkan pada desikator selama 15 menit dan ditimbang beratnya setiap perlakuan.

Total luas daun (cm2)

Setelah tanaman berumur 12 MST atau pada saat panen, masing-masing daun dicetak pada kertas dan disertai dengan pengukuran panjang serta lebar daun untuk dapat dihitung total luas daun. Total luas daun dihitung menggunakan rumus:

Total Luas Daun =Berat patron

Berat kertas×Luas kertas (Sitompul dan Guritno, 1995)

Laju pertumbuhan tanaman (g/hari)

Laju pertumbuhan tanaman diukur setiap 2 minggu sekali mulai 2 MST hingga 12 MST dengan rumus :

W2 – W1

(12)

Keterangan :

W2 = Bobot kering tanaman pada t2 W1 = Bobot kering tanaman pada t1 t2 = Waktu pengamatan kedua t1 = Waktu pengamatan pertama (Sitompul dan Guritno, 1995). Laju asimilasi bersih

Laju asimilasi bersih diukur setiap 2 minggu sekali mulai 2 MST hingga 12 MST dengan rumus :

Keterangan :

ln A2 = Luas daun pada t2 ln A1 = Luas daun pada t1 A2 = Luas daun pada t2 A1 = Luas daun pada t1

W2 = Bobot kering tanaman pada t2 W1 = Bobot kering tanaman pada t1 t2 = Waktu pengamatan kedua t1 = Waktu pengamatan pertama (Sitompul dan Guritno, 1995).

Laju pertumbuhan relatif (g/hari)

Laju pertumbuhan relatif diukur setiap 2 minggu sekali mulai 2 MST hingga 12 MST dengan rumus :

ln A2 – ln A1 W2 – W1 x

t2 – t1 A2 – A1

ln W2 – ln W1

(13)

Keterangan :

ln W2 = Bobot kering tanaman pada t2 ln W1 = Bobot kering tanaman pada t1 t2 = Waktu pengamatan kedua t1 = Waktu pengamatan pertama (Sitompul dan Guritno, 1995). Indeks Luas Daun

Indeks luas daun diukur setiap 2 minggu sekali mulai 2 MST hingga 12 MST dengan rumus:

ILD= LD' P×L Keterangan:

LD’ = Luas daun rata –rata per tanaman P x L = Jarak tanam

(14)

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil

Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa perlakuan penanaman kenaf dibawah tegakan kelapa sawit (naungan) berpengaruh nyata terhadap parameter tinggi tanaman, jumlah daun, diameter batang, bobot segar tajuk, bobot segar akar, bobot kering tajuk, bobot kering akar, total luas daun, laju pertumbuhan tanaman, indeks luas daun dan laju asimilasi bersih pada 4 MST, sedangkan perlakuan pupuk hayati berpengaruh nyata pada parameter bobot kering akar umur 12 MST dan jumlah daun tanaman umur 4 dan 6 MST .

Interaksi antara naungan dan pupuk hayati berpengaruh tidak nyata pada semua parameter pengamatan.

Tinggi Tanaman (cm)

Rataan pertambahan tinggi kenaf pada umur 4 – 12 MST dapat dilihat pada Lampiran 6 – 23.

Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa perlakuan naungan berpengaruh nyata, tetapi pemberian pupuk hayati berpengaruh tidak nyata terhadap parameter pertambahan tinggi tanaman pada umur 4 MST – 12 MST.

(15)

Tabel 1. Pertambahan tinggi kenaf dengan perlakuan pupuk hayati dan naungan pada umur 4 – 12 MST

MST Naungan Pupuk hayati Rataan

H0 H1 H2

4 N0 42,35 43,62 43,91 43,3a

N1 22,52 30,12 35,64 29,43b

Rataan 32,43 36,87 39,78

5 N0 66,12 70,05 66,34 67,50a

N1 29,67 41,70 49,35 40,24b

Rataan 47,89 55,87 57,84

6 N0 84,83 82,83 88,85 85,50a

N1 35,43 52,12 61,83 49,79b

Rataan 60,13 67,47 75,34

7 N0 102,54 107,22 113,73 107,83a

N1 44,07 65,98 76,73 62,26b

Rataan 73,31 86,60 95,23

8 N0 121,08 128,20 132,41 127,23a

N1 52,89 78,28 92,10 74,42b

Rataan 86,98 103,24 112,26

9 N0 152,12 162,35 164,40 159,63a

N1 61,93 88,58 111,15 87,22b

Rataan 107,03 125,46 137,78

10 N0 168,62 181,04 177,79 175,82a

N1 69,19 111,60 128,22 103,00b

Rataan 118,90 146,32 153,01

11 N0 188,74 203,36 194,80 195,63a

N1 80,07 138,24 148,92 122,41b

Rataan 134,40 170,80 171,86

12 N0 212,76 229,58 215,71 219,35a

N1 94,85 168,79 173,52 145,72b

Rataan 153,81 199,18 194,61

Keterangan: angka-angka yang diikuti notasi yang berbeda pada garis dan kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata pada DMRT taraf 5 %.

(16)

Gambar 1. Tinggi kenaf 4 – 12 MST dengan perlakuan naungan.

Gambar 1 menunjukkan bahwa tinggi kenaf umur 12 MST pada perlakuan tanpa naungan (219,35 cm) dan terendah pada perlakuan naungan (145,72 cm). Jumlah Daun (helai)

Rataan pertambahan jumlah daun kenaf umur 4 – 12 MST dapat dilihat pada Lampiran 24 - 41.

Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa perlakuan naungan berpengaruh nyata terhadap terhadap pertambahan jumlah daun pada umur 4 – 12 MST, sedangkan perlakuan pupuk hayati berpengaruh nyata pada umur 4 dan 6 MST.

Pertambahan jumlah daun kenaf umur 4 – 12 MST pada perlakuan pupuk hayati dan naungan dapat dilihat pada Tabel 2.

0,0 50,0 100,0 150,0 200,0 250,0

4 5 6 7 8 9 10 11 12

T

inggi

T

ana

m

an

(c

m

)

Minggu

(17)

Tabel 2. Pertambahan jumlah daun kenaf umur 4 – 12 MST dengan perlakuan pupuk hayati dan naungan

MST Naungan Pupuk hayati Rataan

H0 H1 H2

4 N0 11,18 11,63 11,90 11,57a

N1 6,00 7,10 8,38 7,16b

Rataan 8,59a 9,36a 10,14b

5 N0 15,75 17,30 17,20 16,75a

N1 7,53 9,40 11,08 9,33b

Rataan 11,64 13,35 14,14

6 N0 19,20 21,48 21,68 20,78a

N1 9,35 12,50 13,30 11,72b

Rataan 14,28a 16,99a 17,49b

7 N0 24,98 26,38 28,18 26,51a

N1 12,53 15,20 16,98 14,90b

Rataan 18,75 20,79 22,58

8 N0 29,45 31,70 33,13 31,43a

N1 14,70 17,78 19,63 17,37b

Rataan 22,08 24,74 26,38

9 N0 36,83 39,73 41,40 39,32a

N1 17,28 21,33 23,85 20,82b

Rataan 27,05 30,53 32,63

10 N0 41,00 44,58 45,80 43,79a

N1 19,68 24,95 27,13 23,92b

Rataan 30,34 34,76 36,46

11 N0 47,18 51,65 52,20 50,34a

N1 24,08 30,78 34,05 29,63b

Rataan 35,63 41,21 43,13

12 N0 50,70 55,58 56,33 54,20a

N1 26,03 33,15 36,88 32,02b

Rataan 38,36 44,36 46,60

Keterangan: angka-angka yang diikuti notasi yang berbeda pada garis dan kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata pada DMRT taraf 5 %.

(18)

Gambar 2. Jumlah daun kenaf umur 4 – 12 MST dengan perlakuan naungan. Rataan jumlah daun tertinggi diperoleh pada kenaf yang ditanam tanpa naungan (Gambar 2).

Gambar 3. Jumlah daun kenaf umur 4 MST dengan perlakuan pupuk hayati. Gambar 3 menunjukkan bahwa jumlah daun tertinggi diperoleh pada pemberian azotobacter (10,14 helai) dan terendah pada perlakuan tanpa pupuk hayati (8,59 helai).

Diameter Batang (mm)

Rataan pertambahan diameter batang kenaf pada umur 4 – 12 MST dapat dilihat pada Lampiran 42 - 59.

0,00 10,00 20,00 30,00 40,00 50,00 60,00

4 5 6 7 8 9 10 11 12

Jum la h da un Minggu N0 N1 7,50 8,00 8,50 9,00 9,50 10,00 10,50

H0 H1 H2

Jum

la

h da

un

(19)

Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa perlakuan naungan berpengaruh nyata, tetapi pemberian pupuk hayati berpengaruh tidak nyata terhadap parameter diameter batang kenaf pada umur 4 – 12 MST.

Tabel 3. Pertambahan diameter batang kenaf 4 – 12 MST dengan perlakuan pupuk hayati dan naungan.

MST Naungan Pupuk hayati Rataan

H0 H1 H2

4 N0 4,59 5,24 5,48 5,10a

N1 1,86 2,47 2,85 2,39b

Rataan 3,23 3,86 4,16

5 N0 6,14 7,28 7,31 6,91a

N1 2,18 3,04 3,52 2,91b

Rataan 4,16 5,16 5,42

6 N0 7,25 8,40 8,67 8,11a

N1 2,63 3,79 4,43 3,62b

Rataan 4,94 6,09 6,55

7 N0 9,59 10,26 10,69 10,18a

N1 3,06 4,60 5,49 4,38b

Rataan 6,33 7,43 8,09

8 N0 10,65 11,47 11,73 11,28a

N1 3,51 5,25 6,26 5,00b

Rataan 7,08 8,36 9,00

9 N0 12,63 13,86 13,79 13,43a

N1 4,24 6,39 7,72 6,12b

Rataan 8,44 10,13 10,76

10 N0 13,48 14,83 14,52 14,27a

N1 4,76 7,60 8,86 7,07b

Rataan 9,12 11,21 11,69

11 N0 14,78 16,24 15,69 15,57a

N1 5,72 9,26 10,45 8,47b

Rataan 10,25 12,75 13,07

12 N0 16,54 19,10 16,79 17,48a

N1 7,70 11,56 13,22 10,83b

Rataan 12,12 15,33 15,00

Keterangan: angka-angka yang diikuti notasi yang berbeda pada garis dan kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata pada DMRT taraf 5 %.

(20)

mm) perlakuan tanpa pupuk hayati menunjukkan pertambahan diameter batang yang paling rendah (12,12 mm) walaupun secara statistik tidak berpengaruh nyata (Tabel 3).

Gambar 4. Diameter batang kenaf dengan perlakuan naungan.

Gambar 4 menunjukkan bahwa diameter batang kenaf tertinggi umur 12 MST terbesar terdapat pada perlakuan tanpa naungan (17,48 mm) dan terendah pada perlakuan naungan (10,83 mm).

Bobot Segar Tajuk (g)

Rataan bobot segar tajuk tanaman pada umur 12 MST dapat dilihat pada Lampiran 60 – 61.

Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa perlakuan naungan berpengaruh nyata, tetapi pemberian pupuk hayati berpengaruh tidak nyata terhadap parameter bobot segar tajuk kenaf pada umur 12 MST.

Bobot segar tajuk tanaman kenaf pada 12 MST pada perlakuan pupuk hayati dan naungan dapat dilihat pada tabel 4.

0,00 2,00 4,00 6,00 8,00 10,00 12,00 14,00 16,00 18,00 20,00

4 5 6 7 8 9 10 11 12

D

iam

et

er

ba

tang

Minggu

(21)

Tabel 4. Bobot segar tajuk tanaman kenaf 12 MST dengan perlakuan pupuk hayati dan naungan.

Naungan Pupuk hayati Rataan

H0 H1 H2

N0 358,04 447,17 444,10 416,44a

N1 35,14 106,02 164,45 101,87b

Rataan 196,59 276,60 304,27

Keterangan: angka-angka yang diikuti notasi yang berbeda pada garis dan kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata pada DMRT taraf 5 %.

Perlakuan pemberian azotobacter menunjukkan bobot segar tajuk yang lebih besar (304,27 gr) dibandingkan dengan pemberian mikoriza (276,60 gr) dan perlakuan tanpa pupuk hayati menunjukkan bobot segar yang paling rendah (196,59 gr) walaupun secara statistik tidak berpengaruh nyata (Tabel 4).

Gambar 5. Bobot segar tajuk kenaf dengan perlakuan naungan.

Penanaman kenaf tanpa naungan menunjukkan bobot segar tajuk kenaf tertinggi terdapat pada perlakuan tanpa naungan (416,44 gr) dan terendah pada perlakuan naungan (101,87 gr) (Gambar 5).

0,00 50,00 100,00 150,00 200,00 250,00 300,00 350,00 400,00 450,00

N0 N1

B

obot

S

ega

r T

aj

uk

(22)

Bobot Segar Akar (g)

Rataan bobot segar tajuk tanaman pada umur 12 MST dapat dilihat pada Lampiran 62 - 63.

Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa perlakuan naungan berpengaruh nyata, tetapi pemberian pupuk hayati berpengaruh tidak nyata terhadap parameter bobot segar akar tanaman pada umur 12 MST.

Tabel 5. Bobot segar akar tanaman kenaf 12 MST dengan perlakuan pupuk hayati dan naungan.

Naungan Pupuk hayati Rataan

H0 H1 H2

N0 56,71 59,74 63,28 59,91a

N1 4,92 10,43 16,16 10,50b

Rataan 30,81 35,08 39,72

Keterangan: angka-angka yang diikuti notasi yang berbeda pada garis dan kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata pada DMRT taraf 5 %.

Perlakuan pemberian azotobacter menunjukkan bobot segar akar yang lebih besar (39,72 g) dibandingkan dengan pemberian mikoriza (35,08 g) dan perlakuan tanpa pupuk hayati menunjukkan bobot segar yang paling rendah (30,81 g) walaupun secara statistik tidak berpengaruh nyata (Tabel 5).

Gambar 6. Bobot segar akar kenaf dengan perlakuan naungan. 0,00 10,00 20,00 30,00 40,00 50,00 60,00 70,00 N0 N1 B obot S ega r A ka r

(23)

Penanaman kenaf tanpa naungan menunjukkan bobot segar akar tertinggi (59,91 g) dan terendah pada perlakuan naungan (10,50 g) (Gambar 6).

Bobot Kering Tajuk (g)

Rataan bobot kering tajuk kenaf pada umur 12 MST dapat dilihat pada Lampiran 64 - 65.

Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa perlakuan naungan dan pemberian pupuk hayati berpengaruh nyata terhadap parameter bobot kering tajuk kenaf pada umur 12 MST.

Tabel 6. Bobot kering tajuk tanaman kenaf 12 MST dengan perlakuan pupuk hayati dan naungan.

Naungan Pupuk hayati Rataan

H0 H1 H2

N0 105,82 164,55 149,17 139,85a

N1 9,20 32,47 47,63 29,77b

Rataan 57,51a 98,51a 98,40b 84,81

Keterangan: angka-aangka yang diikuti notasi yang berbeda pada garis dan kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata pada DMRT taraf 5 %.

Gambar 7. Bobot kering tajuk kenaf dengan perlakuan naungan. 0,00

20,00 40,00 60,00 80,00 100,00 120,00 140,00 160,00

N0 N1

B

obot

ke

ri

ng t

aj

uk

(24)

0,00 20,00 40,00 60,00 80,00 100,00 120,00

H0 H1 H2

B

obot

K

er

ing T

aj

uk

Pupuk Hayati

Gambar 7 menunjukkan bahwa bobot kering tajuk tanaman tertinggi umur 12 MST terbesar terdapat pada perlakuan tanpa naungan (139,85 g) dan terendah pada perlakuan naungan (29,77 g).

Gambar 8. Bobot kering tajuk kenaf dengan perlakuan pupuk hayati

Perlakuan pemberian mikoriza menunjukkan bobot kering tajuk yang lebih besar (98,51 g) dibandingkan dengan pemberian azotobacter (98,40 g) dan perlakuan tanpa pupuk hayati menunjukkan bobot kering tajuk yang paling rendah (57,51 g) (Gambar 8).

Bobot Kering Akar (g)

Rataan bobot kering akar tanaman pada umur 12 MST dapat dilihat pada Lampiran 66 - 67.

(25)

Tabel 7. Bobot kering akar tanaman kenaf 4 MST – 12 MST dengan perlakuan pupuk hayati dan naungan.

Naungan Pupuk hayati Rataan

H0 H1 H2

N0 18,61 20,24 22,72 20,52a

N1 2,56 3,65 4,43 3,55b

Rataan 10,58 11,94 13,57 12,03

Keterangan: angka-angka yang diikuti notasi yang berbeda pada garis dan kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata pada DMRT taraf 5 %.

Bobot kering tajuk tanaman kenaf pada umur 12 MST terbesar terdapat pada perlakuan tanpa naungan (20,52 g) dan terendah pada perlakuan naungan (3,55 g). Walaupun secara statistik tidak berpengaruh nyata, perlakuan pemberian azotobacter menunjukkan bobot kering tajuk yang lebih besar (13,57 g) dibandingkan dengan pemberian mikoriza (11,94 g) dan perlakuan tanpa pupuk hayati menunjukkan bobot kering tajuk yang paling rendah (10,58 g) (Tabel 7).

Gambar 9. Bobot kering akar kenaf dengan perlakuan naungan. 0,00

5,00 10,00 15,00 20,00 25,00

N0 N1

B

obot

ke

ri

ng a

ka

r

(26)

Shoot / Root Ratio (g)

Rataan shoot/root ratio tanaman pada umur 12 MST dapat dilihat pada Lampiran 68 - 69.

Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa perlakuan naungan dan pemberian pupuk hayati berpengaruh tidak nyata terhadap parameter shoot/root ratio kenaf pada umur 12 MST.

Tabel 8. Shoot / root ratio tanaman kenaf umur 12 MST dengan perlakuan pupuk hayati dan naungan.

Naungan Pupuk hayati Rataan

H0 H1 H2

N0 7,98 12,50 7,54 9,34

N1 5,55 9,17 12,30 9,01

Rataan 6,77 10,84 9,92 9,17

Keterangan : angka – angka yang diikuti notasi yang berbeda pada garis dan kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata pada DMRT taraf 5 %.

Tabel 8 menunjukkan bahwa perlakuan tanpa naungan lebih tinggi (9,34 g) dibandingkan dengan perlakuan naungan (9,01 g). Sedangkan pada perlakuan mikoriza menunjukkan shoot/root ratio yang lebih tinggi (10,84 g) dibandingkan dengan perlakuan azotobacter (9,92 g), dan rendah didapatkan pada perlakuan tanpa pupuk hayati (6,77 g) walaupun secara statistik tidak berpengaruh nyata (Tabel 8).

Total Luas Daun (cm2)

Rataan pertambahan total luas daun kenaf pada umur 4 – 12 MST dapat dilihat pada Lampiran 70 – 79.

(27)

Tabel 9. Total luas daun kenaf umur 4 – 12 MST dengan perlakuan pupuk hayati dan naungan.

MST Naungan Pupuk hayati Rataan

H0 H1 H2

4 N0 175,94 241,54 255,47 224,32a

N1 44,20 80,40 62,82 62,47b

Rataan 110,07 160,97 159,14

6 N0 470,56 878,30 797,20 715,35a

N1 92,93 207,96 263,82 188,24b

Rataan 281,74 543,13 530,51

8 N0 1071,64 1367,13 1634,95 1357,90a N1 143,22 345,26 451,42 313,30b Rataan 607,43 856,20 1043,18

10 N0 1649,05 2091,59 2555,53 2098,72a N1 216,14 520,33 735,95 490,80b Rataan 932,59 1305,96 1645,74

12 N0 2689,36 3674,16 3660,93 3341,48a N1 393,47 729,85 1271,76 798,36b Rataan 1541,41 2202,01 2466,35

Keterangan: angka-angka yang diikuti notasi yang berbeda pada garis dan kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata pada DMRT taraf 5 %.

(28)

Gambar 10. Total luas daun kenaf dengan perlakuan naungan.

Gambar 10 menunjukkan bahwa total luas daun tanaman pada perlakuan naungan lebih tinggi dari pada tanpa naungan.

Laju Pertumbuhan Tanaman (g/hari)

Rataan laju pertumbuhan tanaman pada umur 4 – 12 MST dapat dilihat pada Lampiran 80 – 89.

Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa perlakuan naungan berpengaruh nyata, tetapi pemberian pupuk hayati berpengaruh tidak nyata terhadap parameter laju pertumbuhan tanaman pada umur 4 – 12 MST.

Laju pertumbuhan tanaman kenaf umur 4 – 12 MST pada perlakuan naungan dan pupuk hayati dapat dilihat pada Tabel 10.

0 500 1000 1500 2000 2500 3000 3500 4000

4 6 8 10 12

T

ot

al

l

ua

s

da

un

Minggu

(29)

Tabel 10. Laju pertumbuhan tanaman kenaf umur 4 – 12 MST dengan perlakuan pupuk hayati dan naungan

MST Naungan Pupuk hayati Rataan

H0 H1 H2

4 - 6 N0 0,41 0,72 0,69 0,61a

N1 0,02 0,06 0,11 0,06b

Rataan 0,22 0,39 0,40

6 - 8 N0 0,47 0,59 0,80 0,62a

N1 0,11 0,08 0,13 0,11b

Rataan 0,29 0,33 0,47

8 – 10 N0 1,32 1,26 1,63 1,40a

N1 0,10 0,25 0,29 0,21b

Rataan 0,71 0,76 0,96

10 – 12 N0 1,86 2,08 1,99 1,98a

N1 0,12 0,17 0,19 0,16b

Rataan 0,99 1,12 1,09

Keterangan: angka-angka yang diikuti notasi yang berbeda pada garis dan kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata pada DMRT taraf 5 %.

Tabel 10 menunjukkan rataan laju pertumbuhan tanaman perdua minggu lebih tinggi pada kenaf yang tidak ternaungi.

Gambar 11. Laju pertumbuhan kenaf dengan perlakuan naungan.

Gambar 11 menunjukkan bahwa laju pertumbuhan tanaman pada perlakuan tanpa naungan terus meningkat pada umur 4 – 6 MST hingga umur 10 – 12 MST, sementara pada perlakuan naungan umur 4 – 6 MST hingga umur 8 – 10

0,0 0,5 1,0 1,5 2,0 2,5

1 2 3 4

L aj u P er tum buha n T ana m an Minggu N0 N1

(30)

MST laju pertumbuhan tanaman terus meningkat namun mengalami penurunan pada umur 10 - 12 MST.

Laju Asimilasi Bersih (g/cm2/hari)

Rataan laju asimilasi bersih pada umur 4 – 12 MST dapat dilihat pada Lampiran 90 - 103.

Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa perlakuan naungan berpengaruh nyata terhadap parameter laju asimilasi bersih pada umur 4 – 6 MST, tetapi pemberian pupuk hayati berpengaruh tidak nyata terhadap parameter laju asimilasi besih pada umur 4 MST – 12 MST.

[image:30.595.113.518.419.638.2]

Laju asimilasi bersih tanaman kenaf pada umur 4 – 12 MST pada perlakuan naungan dan pemberian pupuk hayati dapat dilihat pada Tabel 11.

Tabel 11. Laju asimilasi bersih kenaf umur 4 – 12 MST dengan perlakuan pupuk hayati dan naungan.

MST Naungan Pupuk hayati Rataan

H0 H1 H2

4 -6 N0 1,457 x10 -3

1,433 x 10-3 1,317 x 10-4 1,402 x 10-3a N1 3,82 x 10-4 8,50 x 10-4 7,42 x 10-4 6,58 x 10-4b Rataan 9,19 x 10-4 1,141 x 10-3 1029 x 10-3

6 – 8 N0 6,02 x 10 -4

5,64 x 10-4 6,15 x 10-4 5,94 x 10-4 N1 1,195 x 10-3 2,87 x 10-4 6,31 x 10-4 7,05 x 10-4 Rataan 8,99 x 10-4 4,25 x 10-4 6,23 x 10-4

8 – 10 N0 9,82 x 10 -4

6,96 x 10-4 1,729 x 10-4 1,136 x 10-3 N1 6,83 x 10-4 2,87 x 10-4 4,41 x 10-4 4,70 x 10-4 Rataan 8,33 x 10-4 4,92 x 10-4 1,085 x 10-4

10 – 12 N0 3,611 x 10 -3

1,098 x 10-3 7,45 x 10-4 1,818 x 10-3 N1 3,82 x 10-4 2,42 x 10-4 2,43 x 10-4 2,89 x 10-4 Rataan 1,996 x 10-4 6,70 x 10-4 4,94 x 10-4

Keterangan: angka-angka yang diikuti notasi yang berbeda pada garis dan kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata pada DMRT taraf 5 %.

(31)
[image:31.595.145.483.201.400.2]

pada pada perlakuan naungan (6,58 x 10-4). Perlakuan tanpa pupuk hayati pada 10 – 12 MST menunjukkan laju asimilasi bersih yang lebih tinggi (1,996 x 10-4) dari pada perlakuan mikoriza (6,70 x 10-4) dan terendah pada perlakuan azotocbacter (4,94 x 10-4) walaupun secara statistik tidak berpengaruh nyata.

Gambar 12. Laju asimilasi bersih kenaf dengan perlakuan naungan.

Gambar 12 menunjukkan bahwa laju asimilasi bersih tanaman pada perlakuan tanpa naungan terus meningkat pada umur 4 – 6 MST hingga umur 10 – 12 MST, sementara pada perlakuan naungan umur 4 – 6 MST hingga umur 8 – 10 MST laju pertumbuhan tanaman terus meningkat namun mengalami penurunan pada umur 10 – 12 MST.

Laju Tumbuh Relatif (g/hari)

Rataan laju tumbuh relatif pada umur 4 – 12 MST dapat dilihat pada Lampiran 104 - 111.

Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa perlakuan naungan dan pupuk hayati berpengaruh tidak nyata pada parameter laju tumbuh relatif tanaman.

Laju tumbuh relatif kenaf umur 4 – 12 MST pada perlakuan naungan dan pemberian pupuk hayati dapat dilihat pada Tabel 12.

0 0,0002 0,0004 0,0006 0,0008 0,001 0,0012 0,0014 0,0016 0,0018 0,002

4 6 8 10

L aju A sim ila si B ers ih Minggu N0 N1

(32)
[image:32.595.109.517.114.354.2]

Tabel 12. Laju tumbuh relatif kenaf umur 4 MST – 12 MST dengan perlakuan pupuk hayati dan naungan.

MST Naungan Pupuk hayati Rataan

H0 H1 H2

4 – 6 N0 0,11 0,14 0,10 0,11

N1 0,08 0,07 0,12 0,09

Rataan 0,09 0,10 0,11

6 – 8 N0 0,04 0,04 0,04 0,04

N1 0,08 0,05 0,06 0,06

Rataan 0,06 0,04 0,05

8 – 10 N0 0,06 0,04 0,05 0,05

N1 0,06 0,07 0,05 0,06

Rataan 0,06 0,05 0,05

10 – 12 N0 0,03 0,05 0,04 0,04

N1 0,03 0,03 0,02 0,03

Rataan 0,03 0,04 0,03

Keterangan: angka-angka yang diikuti notasi yang berbeda pada garis dan kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata pada DMRT taraf 5 %.

Tabel 12 menunjukkan bahwa perlakuan tanpa naungan pada 4 – 6 MST dan 10 – 12 MST lebih tinggi dari pada perlakuan naungan, sementara pada 6 – 8 MST dan 8 – 10 MST perlakuan tanpa naungan lebih rendah dari pada perlakuan naungan.

Indeks Luas Daun

Rataan indeks luas daun kenaf pada umur 4 – 12 MST dapat dilihat pada Lampiran 112 – 121.

Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa perlakuan naungan berpengaruh nyata terhadap parameter indeks luas daun pada umur 4 – 12 MST, tetapi pemberian pupuk hayati berpengaruh tidak nyata terhadap parameter indeks luas daun pada umur 4 MST – 12 MST.

(33)
[image:33.595.114.523.115.380.2]

Tabel 13. Indeks luas daun kenaf umur 4 MST – 12 MST dengan perlakuan pupuk hayati dan naungan.

MST Naungan Pupuk hayati Rataan

H0 H1 H2

4 N0 0,29 0,40 0,43 0,37a

N1 0,07 0,13 0,10 0,10b

Rataan 0,18 0,27 0,27

6 N0 0,78 1,46 1,33 1,19a

N1 0,15 0,35 0,44 0,31b

Rataan 0,47 0,91 0,88

8 N0 1,79 2,28 2,72 2,26a

N1 0,24 0,58 0,75 0,52b

Rataan 1,01 1,43 1,74

10 N0 2,75 3,49 4,26 3,50a

N1 0,36 0,87 1,23 0,82b

Rataan 1,55 2,18 2,74

12 N0 4,48 6,12 6,10 5,57a

N1 0,66 1,22 2,12 1,33b

Rataan 2,57 3,67 4,11

Keterangan: angka-angka yang diikuti notasi yang berbeda pada garis dan kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata pada DMRT

taraf 5 %.

(34)
[image:34.595.139.482.87.296.2]

Gambar 13. Indeks luas daun kenaf dengan perlakuan naungan.

Indeks luas daun pada perlakuan tanpa naungan pada pada lebih tinggi dari pada perlakuan naungan (Gambar 13).

0 1 2 3 4 5 6

4 6 8 10 12

Inde

ks

L

ua

s D

aun

Minggu

(35)

KESIMPULAN DAN SARAN kesimpulan

1. Kenaf yang ditanam pada areal tanpa naungan menunjukkan tinggi tanaman, jumlah daun, diameter batang, bobot segar/kering tajuk, bobot segar/kering akar, shoot/root ratio, total luas daun, laju pertumbuhan tanaman, indeks luas duan, laju asimilasi bersih, laju tumbuh relatif dan indeks luas daun yang lebih baik dibandingkan kenaf yang ditanam dibawah naungan.

2. Mikoriza mampu meningkatkan bobot kering tajuk kenaf lebih tinggi dibandingkan dengan azotobacter dan tanpa pupuk hayati.

3. Azotobacter mampu meningkatkan jumlah daun tanaman pada umur 4 dan 6 MST lebih tinggi dari pada mikoriza dan tanpa pupuk hayati.

Saran

(36)

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman

Sistematika kenaf menurut Ben-Hill, et al. (1960) sebagai berikut: Kingdom : Plantae; Divisio : Spermatophyta; Subdivisio: Angiospermae; Kelas: Dicotyledoneae; Ordo: Malvales; Famili: Malvaceae; Genus: Hibiscus; Spesies: Hibiscus cannabicus L.

Kenaf membentuk akar tunggang yang panjangnya dapat mencapai 25–75 cm. Akar lateralnya tegak lurus pada akar tunggang, panjangnya 25–30 cm. Perakaran kenaf lebih kuat dibanding perakaran rosela. Dalam keadaan tergenang air pada batas tertentu akar kenaf masih dapat bertahan. Perakaran tanaman kenaf akan toleran disaat tanaman sudah berumur 1,5–2 bulan (Sastrosupadi, 1983).

Batang kenaf terdiri dari bagian kulit yang mengandung serat dan bagian kayu. Untuk tujuan penghasil serat, maka diperlukan tanaman serat yang tanpa cabang. Cabang pada batang kenaf tidak dibutuhkan karena menurunkan produksi serat, sedangkan wiwilan adalah tunas kecil tidak menurunkan produksi serat bahkan membantu mempertinggi fotosintesis. Batang berwarna hijau, merah, atau campuran merah dan hijau tidak teratur. Diameter batang kenaf dapat mencapai 25 mm tergantung varietas dan lingkungan tumbuhnya. Permukaan batang kenaf ada yang licin, berbulu halus, berbulu kasar dan ada juga yang berduri. Kandungan serat terbanyak berada pada batang bawah setinggi 1-1,25 m (Wijiastuti, 2013).

(37)

Pada daun akan kelihatan perbedaan warna, terutama pada urat daun dan tepi daun. Panjang tangkai daun (petiole) 3–18 cm dan tidak beruas. Warna tangkai daun umumnya berbeda saat tanaman muda dengan tanaman menjelang panen. Letak tangkai daun pada cabang berbeda pada setiap spesies antara lain

intermediate, horizontal, dan terkulai. Pada ketiak daun terdapat stipula. Tepi

daun kenaf umumnya bergerigi (Setyo dan Budi, 2013).

Tanaman kenaf termasuk tanaman yang menyerbuk sendiri, tetapi sekitar 4% terjadi penyerbukan silang. Tanaman kenaf bersifat otosensitif, yaitu pembungaannya dipengaruhi oleh panjang hari, yaitu akan berbunga awal jika mendapat penyinaran yang lebih pendek dari fotoperiode. Kenaf mulai berbunga pada minggu ke 12 setelah tanam. Bunga biasanya berdiri sendiri, terdapat pada ketiak daun bagian atas. Bunga kenaf terdiri dari: 1) kelopak tambahan 7-10 helai, berdaging tipis, hampir lepas, berbentuk garis; 2) kelopak yang berwarna hijau terbagi lima, tidak lebih panjang dari kelopak tambahan; 3) tajuk atau mahkota berjumlah lima kelopak berbentuk bulat telur terbalik, panjang sampai 6 cm, berwarna kuning atau putih dengan noda merah tua pada pangkalnya; 4) benang sari seluruhnya tertutup dengan kepalasari, dan 5) putik berwarna merah ada yang menonjol dan ada yang pendek tangkai putiknya. Periode pembungaan kenaf tidak serempak. Mekarnya sangat singkat, biasanya terjadi sebelum matahari terbit dan akan menutup kembali pada siang hari atau sore hari. Waktu reseptif berlangsung pada pukul 07.00-09.00 dan pada saat tersebut terjadi penyerbukan (Wijiastuti, 2013).

(38)

halus dan banyak, ada juga yang berduri. Buah muda berwarna hijau. Sedangkan buah tua berwarna hijau tua, dan buah kering berwarna cokelat (Setyo dan Budi, 2013).

Biji kenaf biasanya berbentuk ginjal berdiameter sekitar 0,3–0,5 cm, berwarna kelabu agak kecokelatan Ada juga yang berbentuk reniform,

subreniform, dan angular (Ochse, et al., 1961).

Syarat Tumbuh Tanah

Kenaf mampu beradaptasi terhadap berbagai jenis tanah, tetapi yang paling sesuai untuk pertumbuhan kenaf adalah pada tanah yang subur, remah dan lempung berpasir yang mengandung humus dengan drainase baik (Sastrosupadi, et al., 1996).

Kenaf agak tahan kekeringan, namun karena seluruh bagian vegetatifnya (batang) harus dipanen pada umur 3,5-4 bulan, maka ketersediaan air selama pertumbuhan harus cukup. Kebutuhan air untuk kenaf sebesar 600 mm selama empat bulan (Iswindiyono dan Sastrosupadi, 1987). Kisaran pH cukup luas, yaitu dari 4,5-6,5 sehingga kenaf dapat tumbuh baik di tanah yang agak masam, antara lain di lahan gambut, khususnya untuk varietas He G4.

Iklim

(39)

Daerah penyebaran kenaf sangat luas, terletak antara 4oLU sampai dengan 30oLS. Kenaf sangat toleran terhadap temperatur harian dengan variasi sekitar 10oC–50oC, tapi akan mati pada suhu dingin (frost). Kenaf akan tumbuh baik pada daerah dengan kisaran temperatur 20oC–35oC, dengan curah hujan 500–625 mm selama musim tanam (5–6 bulan), umumnya terdapat varietas yang peka terhadap fotoperiodisitas dan terdapat sedikit varietas yang kurang peka fotoperiodisitas (Brink dan Escobin, 2003).

Mikoriza

Asosiasi antara jamur dan sistem perakaran tanaman tinggi memiliki istilah umum yaitu mikoriza yang secara harfiah diartikan sebagai akar jamur. Akar jamur ditemukan oleh seorang botanis Jerman bernama Frank, pada tahun 1855 di pepohonan hutan seperti pinus tetapi penelitian selanjutnya menunjukkan bahwa asosiasi simbiotik semacam itu juga ada dalam kondisi alami dalam sistem perakaran pada banyak tanaman budidaya lainnya (Rao, 1982).

Berdasarkan struktur dan cara jamur menginfeksi akar, mikoriza dapat dikelompokkan menjadi ektomikoriza dan endomikoriza. Pada ektomikoriza jamur yang menginfeksi tidak masuk ke dalam sel akar tanaman yang hanya berkembang di antara dinding sel jaringan korteks, akar yang terinfeksi membesar dan bercabang. Sedangkan pada endomikoriza jamur yang menginfeksi masuk kedalam jaringan korteks dan akar yang terinfeksi tidak membesar (Khairul, 2001).

(40)

tingkat tinggi. Prinsip kerja mikoriza adalah menginfeksi sistem perakaran tanaman inang, memproduksi jalinan hifa secara intensif sehingga tanaman yang mengandung mikoriza tersebut akan mampu meningkatkan kapasitas dalam penyerapan hara (Rungkat, 2009).

Ciri dari CMA adalah adanya Arbuskula. Arbuskula yang masuk ke sel korteks tanaman inang kemudian hifa ini bercabang – cabang seperti pohon dengan cabang terkecil berdiameter 1 mm, dan akar yang terinfeksi tidak membesar. Salah satu genera CMA yang umum ditemukan adalah Glomus sp., Gigaspora sp. dan Acaulospora sp. Perkembangan CMA berkorelasi erat dengan jumlah eksudat akar. Hal ini disebabkan karena dari akar dikeluarkan eksudat yang mengandung bahan-bahan organik termasuk karbohidrat dan asam amino yang berguna bagi perkecambahan spora mikoriza tersebut. Adanya CMA dapat memperbaiki dan meningkatkan kapasitas serapan air. Cendawan mikoriza Arbuskula dapat meningkatkan pengambilan fosfat dari sumber fosfat. Adanya asam organik dan enzim phosphatase yang dihasilkannya dapat meningkatkan P terlarut fosfor terlarut tersebut dapat masuk kedalam hifa eksternal CMA. Bagian yang penting dari sistem mikoriza adalah miselium yang terdapat diluar akar, berperan dalam penyerapan unsur hara bagi tanaman jarak yang ditempuh oleh hara tanaman dengan adanya mikoriza berdisfusi melalui tanah ke akar dapat diperpendek (Abbot dan Rabbon, 2008).

(41)

logistik tanaman dan perlindungan akar tanaman dari gangguan lingkungan, sehingga tanaman dapat hidup lebih baik di lapangan (Turjaman, 2004).

Menurut Puryono (1997) secara umum peranan mikoriza terhadap pertumbuhan tanaman adalah sebagai berikut :

1. Adanya mikoriza sangat penting bagi persediaan unsur hara dan pertumbuhan tanaman.

2. Adanya simbiosis mikoriza pada akar tanaman akan dapat membantu dalam mengatasi kekurangan unsur hara terutama Phospor (P) yang tersedia dalam tanah. Hal ini disebabkan mikoriza mampu melepaskan ikatan Aluminium fospat (AlPO4) dan Besi fospat (FePO4) pada tanah-tanah yang asam.

3. Mikoriza dapat meningkatkan unsur hara dengan jalan memperkecil jarak antara akar dengan unsur hara tersebut. Hal ini terjadi melalui pembentukan hifa pada pemukaan akar yang befungsi sebagai perpanjangan akar.

4. Dengan perluasan hifanya, mikoriza akan meningkatkan daya serap dari elemen-elemen yang imobil dalam tanah, misalnya : P, Cu, Zn.

5. Mikoriza dapat membantu memperbaiki dan meningkatkan sifat-sifat struktur agregat tanah.

(42)

7. Simbiosis antar jamur dan akar tanaman dapat melindungi tanaman inangnya terhadap serangan jamur patogen dengan cara mengeluarkan zat antibiotik.

8. CMA juga dapat menghasilkan hormon tumbuh auksin, sitokinin, giberelin, dan vitamin yang dapat merangsang pertumbuhan tanaman inang.

Azotobacter

Azotobacter spp. juga merupakan bakteri non-simbiosis yang hidup di daerah perakaran. Dijumpai hampir pada semua jenis tanah, tetapi populasinya relatif rendah. Selain kemampuannya dalam menambat nitrogen, bakteri ini juga menghasilkan sejenis hormon yang kurang lebih sama dengan hormon pertumbuhan tanaman dan menghambat pertumbuhan jenis jamur tertentu. Seperti halnya Azospirillum, Azotobacter dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman melalui pasokan nitrogen udara, pasokan pengatur tumbuh, mengurangi kompetisi dengan mikroba lain dalam menambat nitrogen, atau membuat kondisi tanah lebih menguntungkan untuk pertumbuhan tanaman (Rahmawati, 2005).

(43)

Penambahan atau inokulasi Azotobacter dengan tujuan untuk meningkatkan ketersediaan nitrogen tanah telah sering dilakukan namun dengan hasil yang bervariasi, bahkan kadang-kadang tidak meningkatkan hasil tanaman. Kondisi tersebut sangatlah logis mengingat kontribusi rizobakteri hidup bebas terhadap nitrogen tanah hanya sekitar 15 kg N/ha/tahun yang jauh lebih rendah daripada kontribusi bakteri pemfiksasi nitrogen simbiosis yang mencapai 24-584 kg N/ha/t (Shantharam dan Mattoo, 1997).

Namun demikian, upaya mempertahankan kesehatan tanah dan sekaligus produktivitas tanaman dengan inokulasi Azotobacter perlu dilakukan karena rizobakteri ini berperan sebagai agen peningkat pertumbuhan tanaman melalui produksi fitohormon yang dapat dimanfaatkan oleh tanaman. Selain itu, input rizobakteri dalam suatu sistem pertanian sejalan dengan konsep Mekanisme Pembangunan Bersih (Clea Development Mechanism, CDM) yang penting diupayakan untuk mengurangi emisi gas rumah kaca dan meningkatkan serapan karbon (carbon sequestration) sehingga karbon berada dalam bentuk yang lebih stabil (Murdiyarso, 2003).

(44)

keuntungan dengan memanfaatkan Azotobacter ini adalah; a) tidak berbahaya bagi lingkungan, b) penggunaannya tidak menimbulkan pencemaran, c) harga relatif murah, dan d) teknologinya sederhana (Khairul, 2001).

(45)

PENDAHULUAN Latar Belakang

Indonesia merupakan negara yang memiliki areal lahan perkebunan kelapa sawit terluas di dunia. Menurut Ditjen Perkebunan (2013) bahwa luas areal perkebunan kelapa sawit yang ada di Indonesia adalah 9.271.039 Ha. Lahan tersebut terdiri atas tanaman menghasilkan (TM) maupun tanaman belum menghasilkan (TBM).

Luas tanaman menghasilkan dari perkebunan kelapa sawit di Sumatera Utara sebesar 3.579,73 Ha, dari luas areal tanaman menghasilkan tersebut terdapat sekitar 1.399,67 Ha yang merupakan areal yang dapat dimanfaatkan untuk budidaya kenaf sebagai tanaman sela.

Sistem jarak tanam yang digunakan pada perkebunan kelapa sawit, umumnya adalah segitiga sama sisi dengan jarak 9 x 9 x 9 m. Dengan sistem segitiga sama sisi, jarak Utara – Selatan tanaman adalah 7,82 m dan jarak antar setiap tanaman adalah 9 m. Populasi (kerapatan) tanaman per hektar adalah 143 pohon. Penanaman kelapa sawit dapat juga menggunakan jarak tanam 9,5 x 9,5 x 9,5 m dengan jarak tegak lurusnya (U – S) 8,2 m dan populasi 128 pohon per hektar (Hasibuan, 2005). Sehingga ada lahan diantara kelapa sawit yang memungkinkan untuk ditanami.

(46)

Kenaf (Hibiscus cannabinus L.) adalah tanaman herba semusim hari pendek yang kulit batangnya menghasilkan serat. Hasil utama kenaf adalah serat untuk bahan baku pembuatan karung, bahan pulp, komposit polypropilene dalam industri polimer, pengganti fiberglass, alas tidur binatang, particle board, material absorbent untuk industri, campuran media tanam, pakan ternak, filler organik untuk plastik serta untuk insulasi. Selain itu, biji kenaf juga dapat dimanfaatkan sebagai bahan makanan dan bahan kosmetik yang mengandung asam palmitat, asam oleat dan asam linoleat. Komposisi sterol minyak biji kenaf sama dengan komposisi sterol pada biji kedelai dan biji kapas (Sastrosupadi, et al., 2014).

Kenaf dapat ditanam secara monokultur maupun dikembangkan sebagai tanaman sela kelapa sawit dan karet, pemilihan kenaf sebagai tanaman sela tersebut dikarenakan prospek dan nilai ekonomis yang tinggi, memanfaatkan lahan terbuka disekitar areal perkebunan bertujuaan agar dapat meningkatkan hasil samping selain kelapa sawit pada satu areal yang sama. kenaf juga tidak membutuhkan pupuk dan pestisida yang banyak, selain itu kandungan nitrogen yang tinggi pada daun kenaf juga dapat dimanfaatkan sebagai pupuk hijau maupun pakan ternak.

(47)

Menurut Ghosh (1978) dari hasil analisis tanah di wilayah pengembangan kenaf, unsur K, Ca, dan Mg umumnya tidak menjadi masalah atau cukup tersedia, sedang N dan P sering kekurangan, terutama unsur N. Hal ini sesuai dengan sifat tanaman kenaf. Karena yang dipanen bagian vegetatif berupa batang, maka tanaman kenaf sangat responsif terhadap pemupukan N.

Ditingkat nasional, pengembangan serat alam menghadapi masalah teknis dan non-teknis yang berpengaruh pada rendahnya produktivitas ditingkat petani, dan menurunnya mutu hasil. Untuk mengatasi masalah teknis, diperlukan inovasi teknologi mulai dari perakitan varietas unggul, perbaikan teknik budidaya, sampai penyediaan benih sumber berkualitas.

Salah satu faktor yang mempengaruhi produktivitas lahan pertanian adalah penggunaan pupuk. Petani cenderung meninggalkan pupuk organik termasuk pupuk kandang setelah pupuk kimia diperkenalkan. Pemakaian pupuk kimia awalnya memang memberikan hasil panen yang lebih banyak, sehingga petani terus menerus menggunakannya. Penggunaan pupuk kimia secara terus menerus dapat menyebabkan pencemaran tanah yang akan berpengaruh terhadap populasi mikroorganisme (Irvan, 2007). Menurut Nasahi (2010) pupuk kimia menyebabkan penipisan unsur–unsur mikro seperti seng, besi, tembaga, mangan, magnesium, dan boron, yang bisa mempengaruhi tanaman, hewan, dan kesehatan manusia. Oleh sebab itu perlu di cari suatu alternatif yang dapat mengurangi penggunaan pupuk buatan. Salah satu cara untuk menggantikan pupuk buatan tersebut adalah dengan memanfaatkan pupuk hayati.

(48)

hara tertentu bagi tanaman. Jenis-jenis dari pupuk hayati sangat beragam, diantaranya adalah pupuk hayati pemasok nitrogen dan pupuk hayati yang meningkatkan hara fosfor.

Aplikasi pupuk hayati penambat nitrogen bebas seperti Azotobacter sp. dan Azospirillum sp. mampu menurunkan penggunaan urea, mencegah penurunan bahan organik tanah dan mengurangi polusi. Inokulasi Azotobacter sp. dapat menaikkan hasil antara 15 – 100% dan mengurangi penggunaan pupuk buatan hingga 30% pada ekosistem lahan kering (Kader, et al., 2002).

Azotobacter juga telah diinokulasikan pada tanaman lain dan efektif memperbaiki pertumbuhan dan produksi, tebu, jagung, kapas, padi - padian, tomat, terong, cabe, kubis, dan kentang dan tanaman perkebunan seperti kopi, teh, kakao, kelapa, kapulaga (Mahajan, et al., 2003).

Aplikasi mikoriza pada tanaman merupakan salah satu upaya untuk mengatasi terhambatnya pertumbuhan karena cekaman kekeringan. Mikoriza merupakan bentuk simbiosis mutualisme antara jamur dan sistem akar tanaman tingkat tinggi. Prinsip kerja mikoriza adalah menginfeksi sistem perakaran tanaman inang, memproduksi jalinan hifa secara intensif sehingga tanaman yang mengandung mikoriza tersebut akan mampu meningkatkan kapasitas dalam penyerapan hara (Rungkat, 2009).

Berdasarkan uraian diatas peneliti tertarik untuk meneliti analisis tumbuh kenaf dengan pemberian pupuk hayati dibawah tegakan kelapa sawit.

Tujuan Penelitian

(49)

Hipotesis Penelitian

Terdapat perbedaan pertumbuhan kenaf dengan pemberian pupuk hayati yang ditanam dibawah tegakan kelapa sawit maupun interaksi keduanya.

Kegunaan Penelitian

(50)

ABSTRACT

KHAIRUNNISA. Analysis plants growth of kenaf with biological fertilizer under of oil palm. Supervised by CHAIRANI HANUM and ROSITA SIPAYUNG.

The objective of research was to study effect of biological fertilizer under of oil palm. The research has been conducted at PT. Perkebunan Nusantara III Silau Dunia Village, District Galang Serdang Bedagai, North Sumatera from may to september 2015, The design used was a randomized block design with two factors. The first factor is a biological fertilizer (Without a biological fertilizer, Mycoriza 5 g / plant and Azotobacter 10 cc / plant), the second factor is the shade of the oil palm (open land and shade the of the oil palm). The results showed that kenaf planted under shade of oil palm significantly affected the parameters plant height, number of leaves, stem diameter, fresh weight of shoot, fresh weight of roots, dry weight of shoot, root dry weight, total leaf area, the rate of plant growth, leaf area index and net assimilation rate at 4 weeks after planting, whereas treatment of biological fertilizer significant effect on root dry weight 12 week after planting and the number of leaves of plants 4 and 6 week after planting, There is no interaction between the two treatments on all parameters

(51)

ABSTRAK

KHAIRUNNISA. Analisis tumbuh kenaf dengan pemberian pupuk hayati dibawah tegakan kelapa sawit oleh CHAIRANI HANUM dan ROSITA SIPAYUNG.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pertumbuhan kenaf dengan pemberian pupuk hayati dibawah tegakan kelapa sawit. Penelitian dilaksanakan di PTPN III Desa Silau Dunia, Kecamatan Galang Kabupaten Serdang Bedagai, Sumatera Utara pada bulan Mei sampai September 2015. Rancangan yang digunakan adalah rancangan acak kelompok dengan dua faktor. Faktor pertama yaitu pupuk hayati (Tanpa pupuk hayati, Mikoriza 5 g/tanaman dan Azotobacter 10 cc/tanaman), faktor kedua yaitu naungan kelapa sawit (Lahan terbuka dan dibawah naungan kelapa sawit menghasilkan). Hasil penelitian menunjukkan bahwa kenaf yang ditanam dibawah naungan berpengaruh nyata terhadap parameter tinggi tanaman, jumlah daun, diameter batang, bobot segar tajuk, bobot segar akar, bobot kering tajuk, bobot kering akar, total luas daun, laju pertumbuhan tanaman, indeks luas daun dan laju asimilasi bersih pada 4 MST, sedangkan perlakuan pupuk hayati berpengaruh nyata pada parameter bobot kering akar umur 12 MST dan jumlah daun tanaman umur 4 dan 6 MST, tidak ada interaksi antara kedua perlakuan terhadap semua parameter.

(52)

ANALISIS TUMBUH KENAF (Hibiscus cannabicus L.) DENGAN PEMBERIAN PUPUK HAYATI DIBAWAH TEGAKAN KELAPA SAWIT

SKRIPSI

OLEH: KHAIRUNNISA

110301076 / BUDIDAYA PERTANIAN DAN PERKEBUNAN

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN

(53)

ANALISIS TUMBUH KENAF (Hibiscus cannabicus L.) DENGAN PEMBERIAN PUPUK HAYATI DIBAWAH TEGAKAN KELAPA SAWIT

SKRIPSI

OLEH: KHAIRUNNISA

110301076 / BUDIDAYA PERTANIAN DAN PERKEBUNAN

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN

(54)

Judul Penelitian :iAnalisis Tumbuh Kenaf (Hibiscus Cannabicus L.) Dengan Pemberian Pupuk Hayati Dibawah Tegakan Kelapa Sawit Nama : Khairunnisa

NIM : 110301076

Program Studi : Agroekoteknologi

Minat : Budidaya Pertanian dan Perkebunan

Disetujui Oleh: Komisi Pembimbing

Dr. Dra. Ir. Chairani Hanum, M.S. Ir. Rosita Sipayung, M.P. Ketua Anggota

Mengetahui:

(55)

ABSTRACT

KHAIRUNNISA. Analysis plants growth of kenaf with biological fertilizer under of oil palm. Supervised by CHAIRANI HANUM and ROSITA SIPAYUNG.

The objective of research was to study effect of biological fertilizer under of oil palm. The research has been conducted at PT. Perkebunan Nusantara III Silau Dunia Village, District Galang Serdang Bedagai, North Sumatera from may to september 2015, The design used was a randomized block design with two factors. The first factor is a biological fertilizer (Without a biological fertilizer, Mycoriza 5 g / plant and Azotobacter 10 cc / plant), the second factor is the shade of the oil palm (open land and shade the of the oil palm). The results showed that kenaf planted under shade of oil palm significantly affected the parameters plant height, number of leaves, stem diameter, fresh weight of shoot, fresh weight of roots, dry weight of shoot, root dry weight, total leaf area, the rate of plant growth, leaf area index and net assimilation rate at 4 weeks after planting, whereas treatment of biological fertilizer significant effect on root dry weight 12 week after planting and the number of leaves of plants 4 and 6 week after planting, There is no interaction between the two treatments on all parameters

(56)

ABSTRAK

KHAIRUNNISA. Analisis tumbuh kenaf dengan pemberian pupuk hayati dibawah tegakan kelapa sawit oleh CHAIRANI HANUM dan ROSITA SIPAYUNG.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pertumbuhan kenaf dengan pemberian pupuk hayati dibawah tegakan kelapa sawit. Penelitian dilaksanakan di PTPN III Desa Silau Dunia, Kecamatan Galang Kabupaten Serdang Bedagai, Sumatera Utara pada bulan Mei sampai September 2015. Rancangan yang digunakan adalah rancangan acak kelompok dengan dua faktor. Faktor pertama yaitu pupuk hayati (Tanpa pupuk hayati, Mikoriza 5 g/tanaman dan Azotobacter 10 cc/tanaman), faktor kedua yaitu naungan kelapa sawit (Lahan terbuka dan dibawah naungan kelapa sawit menghasilkan). Hasil penelitian menunjukkan bahwa kenaf yang ditanam dibawah naungan berpengaruh nyata terhadap parameter tinggi tanaman, jumlah daun, diameter batang, bobot segar tajuk, bobot segar akar, bobot kering tajuk, bobot kering akar, total luas daun, laju pertumbuhan tanaman, indeks luas daun dan laju asimilasi bersih pada 4 MST, sedangkan perlakuan pupuk hayati berpengaruh nyata pada parameter bobot kering akar umur 12 MST dan jumlah daun tanaman umur 4 dan 6 MST, tidak ada interaksi antara kedua perlakuan terhadap semua parameter.

(57)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Jati kesuma pada tanggal 07 November 1993 dari ayah Sumito dan ibu Rusmiati. Penulis merupakan putri pertama dari dua bersaudara.

Tahun 2011 penulis lulus dari SMA Harapan 3 Deli serdang dan pada tahun yang sama masuk ke Fakultas Pertanian USU melalui jalur SNMPTN. Penulis memilih minat Budidaya Pertanian dan Perkebunan, Program Studi Agroekoteknologi.

Selama menjalani perkuliahan, penulis aktif sebagai pengurus Unit Kegiatan Mahasiswa Himadita nursery, serta sebagai asisten di laboratorium teknologi benih dan dasar agronomi.

(58)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyusun skripsi ini. Adapun judul dari skripsi ini adalah “Analisis Tumbuh Kenaf (Hibiscus cannabinus L.) Dengan Pemberian Pupuk Hayati Di Bawah Tegakan Kelapa Sawit”. Skripsi ini merupakan syarat untuk dapat melakukan penelitian di Program Studi Agroekoteknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dr. Ir. Chairani Hanum, M. S. selaku ketua komisi pembimbing dan Ibu Ir. Rosita Sipayung, M. P. selaku anggota komisi pembimbing yang telah

membimbing membantu dalam menyelesaikan skripsi ini.

Skripsi ini merupakan tahap awal dari penelitian tentang tanaman kenaf yang belum banyak didukung oleh kajian teori, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih.

Medan, November 2015

(59)

DAFTAR ISI

ABSTRACT ... i

ABSTRAK ... ii

RIWAYAT HIDUP ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GAMBAR ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... viii

PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1

Tujuan Penelitian ... 4

Hipotesis Penelitian ... 4

Kegunaan Penelitian ... 5

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Kenaf ... 6

Syarat tumbuh ... 8

Tanah ... 8

Iklim ... 8

Mikoriza ... 9

Azotobacter ... 12

BAHAN DAN METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian ... 15

Bahan dan Alat Penelitian ... 15

Metode Penelitian ... 15

PELAKSANAAN PENELITIAN Persiapan Lahan ... 18

Pembuatan Plot Percobaan ... 18

Penanaman Benih ... 18

Aplikasi Mikoriza ... 18

Aplikasi Azotobacter ... 18

Pemeliharaan Tanaman ... 19

Penyiraman ... 19

Penjarangan ... 19

Pemupukan ... 19

Penyiangan ... 19

Pembumbunan ... 20

Pengendalian hama dan penyakit ... 20

(60)

Tinggi tanaman (cm) ... 20

Diameter batang (mm) ... 20

Jumlah daun (helai) ... 21

Berat segar akar (g) ... 21

Berat kering akar (g) ... 21

Berat segar tajuk (g) ... 21

Berat kering Tajuk (g) ... 21

Shoot/root ratio (g) ... 21

Total luas daun (cm2) ... 22

Laju pertumbuhan tanaman (g/hari) ... 22

Laju asimilasi bersih (g/cm2/hari) ... 22

Laju Pertumbuhan Relatif (g/hari) ... 23

Indeks Luas Daun ... 24

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil ... 25

Pembahasan ... 48

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 54

Saran ... 54 DAFTAR PUSTAKA

(61)

DAFTAR TABEL

No. Hal

1. Pertambahan tinggi kenaf 4 MST – 12 MST dengan perlakuan pupuk hayati dan naungan ... 26 2. Pertambahan jumlah daun kenaf 4 MST – 12 MST dengan perlakuan

pupuk hayati dan naungan ... 28 3. Pertambahan diameter batang tanaman kenaf 4 MST – 12 MST

dengan perlakuan pupuk hayati dan tegakan kelapa sawit TM ... 31 4. Bobot segar tajuk tanaman kenaf 12 MST dengan perlakuan pupuk

hayati dan naungan ... 33 5. Bobot segar akar tanaman kenaf 12 MST dengan perlakuan pupuk

hayati dan naungan ... 34 6. Bobot kering tajuk tanaman kenaf 12 MST dengan perlakuan pupuk

hayati dan naungan ... 35 7. Bobot kering akar tanaman kenaf 4 MST – 12 MST dengan perlakuan

pupuk hayati dan naungan ... 37 8. Shoot / root ratio tanaman kenaf umur 12 MST dengan perlakuan

pupuk hayati dan naungan ... 38 9. Total luas daun tanaman kenaf 4 MST – 12 MST dengan perlakuan

pupuk hayati dan naungan ... 39 10. Laju pertumbuhan tanaman kenaf 4 MST – 12 MST dengan perlakuan

pupuk hayati dan naungan ... 41 11. Laju asimilasi bersih tanaman kenaf 4 MST – 12 MST dengan

perlakuan pupuk hayati dan naungan ... 43 12. Laju tumbuh relatif tanaman kenaf 4 MST – 12 MST dengan

perlakuan pupuk hayati dan naungan ... 45 13. Indeks luas daun tanaman kenaf 4 MST – 12 MST dengan perlakuan

(62)

DAFTAR GAMBAR

No. Hal 1 Histogram pertambahan tinggi kenaf 4 – 12 MST dengan perlakuan

tegakan kelapa sawit ... 27 2 Histogram pertambahan jumlah daun tanaman umur 4 – 12 MST

dengan perlakuan tegakan kelapa sawit ... 29 3 Histogram pertambahan jumlah daun tanaman umur 4 MST dengan

perlakuan pupuk hayati ... 29 4 Histogram antara diameter batang tanaman dengan perlakuan tegakan

kelapa sawit ... 32 5 Histogram antara bobot segar tajuk tanaman dengan perlakuan

tegakan kelapa sawit ... 33 6 Histogram antara bobot segar tajuk tanaman dengan perlakuan

tegakan kelapa sawit ... 35 7 Histogram antara bobot kering tajuk dengan perlakuan tegakan kelapa

sawit ... 36 8 Histogram antara bobot kering tajuk dengan perlakuan pupuk hayati ... 36 9 Histogram antara bobot kering akar dengan perlakuan tegakan kelapa

sawit ... 38 10 Histogram antara total luas daun dengan perlakuan tegakan kelapa

sawit ... 40 11 Histogram antara laju pertumbuhan tanaman dengan perlakuan

tegakan kelapa sawit ... 42 12 Histogram antara laju asimilasi bersih dengan perlakuan tegakan

kelapa sawit ... 44 13 Histogram antara indeks luas daun dengan perlakuan tegakan kelapa

(63)

DAFTAR LAMPIRAN

No Hal

1. Deskripsi kenaf varietas karangploso 12 (KR 12) ... 56

2. Bagan penelitian di areal terbuka (tanpa naungan) ... 57

3. Bagan penelitian dibawah tegakan kelpa sawit (naungan) ... 58

4. Letak tanaman dalam plot ... 59

5. Jadwal penelitian ... 60

6. Data pengamatan tinggi tanaman umur 4 MST (cm) ... 62

7. Sidik ragam pertambahan tinggi tanaman umur 4 MST ... 62

8. Data pengamatan tinggi tanaman umur 5 MST (cm) ... 63

9. Sidik ragam pertambahan tinggi tanaman umur 5 MST ... 63

10. Data pengamatan tinggi tanaman umur 6 MST (cm) ... 64

11. Sidik ragam pertambahan tinggi tanaman umur 6 MST ... 64

12. Data pengamatan tinggi tanaman umur 7 MST (cm) ... 65

13. Sidik ragam pertambahan tinggi tanaman umur 7 MST ... 65

14. Data pengamatan tinggi tanaman umur 8 MST (cm) ... 67

15. Sidik ragam pertambahan tinggi tanaman umur 8 MST ... 67

16. Data pengamatan tinggi tanaman umur 9 MST (cm) ... 68

17. Sidik ragam pertambahan tinggi tanaman umur 9 MST ... 68

18. Data pengamatan tinggi tanaman umur 10 MST (cm) ... 69

19. Sidik ragam pertambahan tinggi tanaman umur 10 MST ... 69

20. Data pengamatan tinggi tanaman umur 11 MST (cm) ... 70

21. Sidik ragam pertambahan tinggi tanaman umur 11 MST ... 70

(64)

23. Sidik ragam pertambahan tinggi tanaman umur 12 MST ... 71

24. Data pengamatan jumlah daun tanaman umur 4 MST (helai) ... 72

25. Sidik ragam pertambahan jumlah daun tanaman umur 4 MST ... 72

26. Data pengamatan jumlah daun tanaman umur 5 MST (helai) ... 73

27. Sidik ragam pertambahan jumlah daun tanaman umur 5 MST ... 73

28. Data pengamatan jumlah daun tanaman umur 6 MST (helai) ... 74

29. Sidik ragam pertambahan jumlah daun tanaman umur 6 MST ... 74

30. Data pengamatan jumlah daun tanaman umur 7 MST (helai) ... 75

31. Sidik ragam pertambahan jumlah daun tanaman umur 7 MST ... 75

32. Data pengamatan jumlah daun tanaman umur 8 MST (helai) ... 76

33. Sidik ragam pertambahan jumlah daun tanaman umur 8 MST ... 76

34. Data pengamatan jumlah daun tanaman umur 9 MST (helai) ... 77

35. Sidik ragam pertambahan jumlah daun tanaman umur 9 MST ... 77

36. Data pengamatan jumlah daun tanaman umur 10 MST (helai) ... 78

37. Sidik ragam pertambahan jumlah daun tanaman umur 10 MST ... 78

38. Data pengamatan jumlah daun tanaman umur 11 MST (helai) ... 79

39. Sidik ragam pertambahan jumlah daun tanaman umur 11 MST ... 79

40. Data pengamatan jumlah daun tanaman umur 12 MST (helai) ... 80

41. Sidik ragam pertambahan jumlah daun tanaman umur 12 MST ... 80

42. Data pengamatan diameter batang tanaman umur 4 MST (mm) ... 81

43. Sidik ragam pertambahan diameter batang tanaman umur 4 MST ... 81

44. Data pengamatan diameter batang tanaman umur 5 MST (mm) ... 82

45. Sidik ragam pertambahan diameter batang tanaman umur 4 MST ... 82

(65)

47. Sidik ragam pertambahan diameter batang tanaman umur 6 MST ... 83

48. Data pengamatan diameter batang tanaman umur 7 MST (mm) ... 84

49. Sidik ragam pertambahan diameter batang tanaman umur 7 MST ... 84

50. Data pengamatan diameter batang tanaman umur 8 MST (mm) ... 85

51. Sidik ragam pertambahan diameter batang tanaman umur 8 MST ... 85

52. Data pengamatan diameter batang tanaman umur 9 MST (mm) ... 86

53. Sidik ragam pertambahan diameter batang tanaman umur 9 MST ... 86

54. Data pengamatan diameter batang tanaman umur 10 MST (mm) ... 87

55. Sidik ragam pertambahan diameter batang tanaman umur 10 MST ... 87

56. Data pengamatan diameter batang tanaman umur 11 MST (mm) ... 88

57. Sidik ragam pertambahan diameter batang tanaman umur 11 MST ... 88

58. Data pengamatan diameter batang tanaman umur 12 MST (mm) ... 89

59. Sidik ragam pertambahan diameter batang tanaman umur 12 MST ... 89

60. Data pengamatan bobot segar tajuk tanaman umur 12 MST (gr) ... 90

61. Sidik ragam bobot segar tajuk tanaman umur 12 MST ... 90

62. Data pengamatan bobot segar akar tanaman umur 12 MST (gr) ... 91

63. Sidik ragam bobot segar akar tanaman umur 12 MST ... 91

64. Data pengamatan bobot kering tajuk tanaman umur 12 MST (gr) ... 92

65. Sidik ragam bobot kering tajuk tanaman umur 12 MST ... 92

66. Data pengamatan bobot kering akar tanaman umur 12 MST (gr) ... 93

67. Sidik ragam bobot kering akar tanaman umur 12 MST ... 93

68. Data pengamatan shoot/root ratio tanaman umur 12 MST (gr) ... 94

69. Sidik ragam shoot/root ratio tanaman umur 12 MST ... 94

(66)

71. Sidik ragam Total luas daun tanaman umur 4 MST ... 95

72. Data pengamatan Total luas daun tanaman umur 6 MST (cm2) ... 96

73. Sidik ragam Total luas daun tanaman umur 6 ... 96

74. Data pengamatan Total luas daun tanaman umur 8 MST (cm2) ... 97

75. Sidik ragam Total luas daun tanaman umur 8 MST (cm2) ... 97

76. Data pengamatan Total luas daun tanaman umur 10 MST (cm2) ... 98

77. Sidik ragam Total luas daun tanaman umur 10 MST (cm2) ... 98

78. Data pengamatan Total luas daun tanaman umur 10 MST (cm2) ... 99

79. Sidik ragam Total luas daun tanaman umur 12 MST ... 99

80. Data pengamatan laju pertumbuhan tanaman umur 4 – 6 MST (g/hari) ... 90

81. Sidik ragam laju pertumbuhan tanaman umur 4 – 6 MST ... 90

82. Data pengamatan laju pertumbuhan tanaman umur 6 – 8 MST (g/hari) ... 91

83. Sidik ragam laju pertumbuhan tanaman umur 6 – 8 MST ... 91

84. Data pengamatan laju pertumbuhan tanaman umur 8 – 10 MST (g/hari) ... 92

85. Sidik ragam laju pert

Gambar

Tabel 1. Pertambahan tinggi kenaf dengan perlakuan pupuk hayati dan naungan pada umur 4 – 12 MST
Gambar 1. Tinggi kenaf 4 – 12 MST dengan perlakuan naungan.
Tabel 2. Pertambahan jumlah daun kenaf umur 4 – 12 MST dengan perlakuan pupuk hayati dan naungan
Gambar 3 menunjukkan bahwa jumlah daun tertinggi diperoleh pada
+7

Referensi

Dokumen terkait

Parameter yang diamati adalah tinggi bibit, jumlah daun, diameter batang, bobot basah tajuk, bobot basah akar, bobot kering tajuk, bobot kering akar, serapan P tanaman dan kandungan

Dari hasil sidik ragam dapat diketahui bahwa perlakuan beberapa varietas berpengaruh nyata terhadap parameter bobot kering akar (Tabel 8) dan berpengaruh tidah nyata

Kelapa sawit merupakan tanaman yang mempunyai tajuk yang luas serta vegetasi disekitar kelapa sawit tidak dapat ditanami tanaman karena kurang mendapatkan sinar matahari, kenaf

2005.Prospek Perkebunan Indonesia Dalam Pembangunan Ekonomi Nasional.Dies Natalis ke – 53 Universitas Sumatera Utara 20 Agustus 2005.. Pengaruh Pemberian Pupuk Sp-36, KCl,

[r]

Parameter yang diamati adalah tinggi bibit, diameter batang, jumlah daun, total luas daun, bobot segar tajuk, bobot segar akar, bobot kering tajuk dan bobot kering akar,

Parameter yang diamati meliputi tinggi tanaman (cm), jumlah daun (helai), diameter batang (cm), total luas daun (cm 2 ), bobot basah tajuk dan bobot kering tajuk

Perlakuan pemberian pupuk NPKMg berpengaruh nyata terhadap diameter batang, total luas daun, bobot segar tajuk, dan bobot kering tajuk namun tidak berpengaruh nyata terhadap