• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perbedaan Perubahan Kadar Gula Darah pada Olahraga Aerobik dan Anaerobik di Garista Fitness Centre

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Perbedaan Perubahan Kadar Gula Darah pada Olahraga Aerobik dan Anaerobik di Garista Fitness Centre"

Copied!
64
0
0

Teks penuh

(1)

Lampiran 1 : Daftar Riwayat Hidup

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Kevin Barezi Girsang

Tempat/Tanggal Lahir : Jayapura, 21 November 1993

Agama : Katolik

Alamat : Jalan Siboro Perumahan Simalingkar Residance II Simalingkar B Medan

Riwayat Pendidikan : 1. SD RK Don Bosco Saribudolok 1999-2005 2. SMP RK Bintang Timur Pematangsiantar 2005-2008 3. SMA RK Budi Mulia Pematangsiantar 2008-2011 4. Universitas Sumatera Utara 2011-sekarang Riwayat Organisasi : 1. Ketua Seksi Kerohanian OSIS SMA 2009-2010

(2)

Lampiran 2 : Lembar Penjelasan Penelitian

LEMBAR PENJELASAN PENELITIAN (INFORMED)

Selamat Pagi/Siang, Bapak/Ibu/Saudara/i yang terhormat, Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Kevin Barezi Girsang NIM : 110100309

adalah mahasiswa angkatan 2011 semester 7 yang sedang mengikuti perkuliahan di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara (FK USU), Medan dan sekarang sedang melakukan penelitian. Kuisioner ini merupakan instrumen penelitian peneliti untuk menyelesaikan tugas akhir/skripsi sebagai syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Kedokteran di FK USU. Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan perubahan kadar gula darah pada olahraga aerobik dan anaerobik di Garista Fitness Centre Simalingkar Medan.

Responden merupakan member di Garista Fitness Centre. Responden akan diminta untuk mengukur kadar gula darah sebelum dan sesudah melakukan olahraga. Pengukuran akan dilakukan dengan alat ukur gula darah sederhana. Cara ini aman dan tidak berbahaya. Karna hanya menusukan jarum yang berukuran kecil pada jari telunjuk pada tangan yang jarang dipakai untuk bekerja responden. Rasa sakit akibat tusukan jarum akan hilang dalam waktu kurang dari satu jam jadi responden tidak akan mengalami rasa nyeri akibat hal ini.

Responden diminta berolahraga selama 30 menit dengan intensitas dan frekuensi yang biasa dilakukan sebelumnya sebelum penelitian inidilakukan. Selama responden berolahraga peneliti memperhatikan keadaan responden, seperti: tingkat kelelahan dan ada tidaknya kram.. Hal ini dilakukan untuk menghindari cedera pada responden.

Responden diminta untuk memeriksakan kadar gula darah kembali setelah berolahraga selama 30 menit.

Apabila ada terjadi hal-hal yang tidak diinginkan oleh responden atau menolak untuk dilakukan penelitian dapat menghubungi :

(3)

Lampiran 3 : Informed Consent

INFORMED CONSENT

(SURAT PERSETUJUAN PENELITIAN)

Setelah mendapat keterangan secukupnya serta menyadari manfaat dan resiko penelitian ini.

Untuk menjadi sampel penelitian ini, anda diminta menandatangani persetujuan dibawah ini:

Saya yang bertandatangan dibawah ini, bersedia untuk menjadi sampel penelitian yang

berjudul Perbedaan Kadar Gula Darah pada Olahraga Aerobik dan Anaerobik di Garista

Fitness Centre. Saya akan memberikan kerjasama yang sepenuhnya terhadap peneliti.

NAMA : _______________________________________________________

TANDATANGAN : _______________________________________________________

NO HP : _______________________________________________________

TANGGAL :

Diketahui dan diakui peneliti:

PENELITI : KEVIN BAREZI GIRSANG

TANDA TANGAN : _______________________________________________________

TANGGAL :

(4)

Lampiran 4 : Lembar Status Responden

LEMBAR STATUS RESPONDEN

Nama :

Umur :

Nomor HP :

Alamat :

Jenis Olahraga : Aerobik/Anaerobik

SEBELUM SESUDAH

Aerobik Anaerobik Aerobik Anaerobik

Berat Badan Tinggi Badan Indeks Masa Tubuh

(5)

Lampiran 5 : Lembar Persetujuan Komisi Etik

(6)
(7)

Lampiran 7 : Output SPSS Data Penelitian

Jenis_Olahraga Statistic Std. Error

Umur Aerobik Mean 25.20 1.035

Tinggi_Badan Aerobik Mean 162.05 1.178

(8)

Minimum 155

Berat_Badan Aerobik Mean 55.55 1.045

(9)

Range 4.2

Interquartile Range 1.8

Skewness -.575 .512

Kurtosis -.203 .992

KGD_Sebelum Aerobik Mean 106.25 2.723

95% Confidence

KGD_Setelah Aerobik Mean 92.60 2.043

(10)

Skewness .030 .512

* This is a lower bound of the true significance. a Lilliefors Significance Correction

(11)

Cases

Perubahan_KGD Mean 12.55 1.197

95% Confidence

a Lilliefors Significance Correction

T-Test

Group Statistics

Jenis_Olahraga N Mean Std. Deviation

Std. Error

Variances t-test for Equality of Means

(12)

DAFTAR PUSTAKA

American Diabetes Association (ADA). 2013. Blood Glucose Responses to Type, Intensity, Duration, and Timing of Exercise. Available from:

http://care.diabetesjournals.org/content/36/10/e177.full [Accesed 19 May 2015] Campbell. 2008. Blood Glucose Levels. Available from:

http://www.netdoctor.co.uk/health_advice/facts/diabetesbloodsugar.htm [Accesed 19 May 2015]

Dorland’s Medical Dictionary, 2007. Aerobic Exercise. Available from: http://medical-dictionary.thefreedictionary.com/exercise [Accesed 19 May 2015]

Ganong. Energi balance and nutrition: Dalam: Ganong WF, Penyunting. Review of medical physiology, 15 ed. New York: Prentice Hall International Inc, 1991:261-295.

Ganong. 2005. Review of Medical Physiology. 22nd ed. USA: McGraw Hill Companies Guyton.Hall JE. Sport Physiology, 11 ed. Piladelphia: Elsevier, 2007:1111-1123

Guyton and Hall, J.E., 2006. Textbook of Medical Physiology. 11th ed. Philadelphia, PA, USA: Elsevier Saunders.

Lehninger AL, Nelso DL, Cox MM.1993. Principles of Biochemistry. New York: Worth Publisher.

Mayes. 2003A . Glikolisis dan Oksidasi Piruvat. In: Murray, R.K., Granner, D.K., Mayes, P.A., dan Rodwell, V.W., eds. Biokimia Harper. Edisi ke-25. Jakarta: EGC. 178-186

Mayes. 2003B . Metabolisme Glikogen. In: Murray, R.K., Granner, D.K., Mayes, P.A., dan Rodwell, V.W., eds. Biokimia Harper. Edisi ke-25. Jakarta: EGC. 187-194.

(13)

Mihardja L. Energi dan Zat Gizi yang Diperlukan pada Olahra Aerobik dan Anaerobik:

Majalah Gizmindo, 2004:9-13

Mosby’s Medical Dictionary, 2009. Exercise Definition. Available from: http://medical -dictionary.thefreedictionary.com/exercise [Accesed 19 May 2015]

National Diabetes Information Clearinghouse (NDIC), 2013. Diabetes Prevention Program (DPP). Available from: http://diabetes.niddk.nih.gov/dm/pubs/preventionprogram/

[Accesed 19 May 2015]

Sastroasmoro, dkk. 2008. Usulan Penelitian. In: Sudigdo Sastroasmoro dan Sofyan Ismael. ed. Ed. III. Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Klinis. Jakarta: Sagung Seto. 29- 57. Sastroasmoro, dkk. 2008. Pemilihan Subjek Penelitian. In: Sudigdo Sastroasmoro dan Ismael Sofyan (Eds.). Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis, ed. 3. Jakarta: Sagung Seto, 78-91.

Sherwood. 2001. Keseimbangan Energi dan Pengaturan Suhu. In:Beatricia I. Santoso. ed.

Fisiologi Manusia: dari Sel ke Sistem. Ed II. Jakarta: EGC. 590-608.

Shetty. 2005. A Comparritive Study of Pumonary Function Test Between Athletes and

Nonathletic Student. Available from : http://119.82.96.197/gsdl/ collect /disserta/index/assoc/...dir/doc.pdf - [Accesed : 19 May 2015]

Ganong. 2005. Endocrine Functions of The Pancreas & Regulation of Carbohydrate

Metabolism, Review of Medical Physiology. 22nd ed. ASIA: McGraw-Hill: 333-555.

Willmore, dkk. 1999.Physiology of Sports and Exercise. 2 nd ed. USA : Human Kinetics World Health Organization (1999). WHO consultation: definition, diagnosis and

(14)

BAB III

KERANGKA KONSEP

3.1. Kerangka Teori

Gambar 3.1. Kerangka Teori

3.2. Kerangka Konsep

Secara konseptual, variabel-variabel yang diteliti dalam penelitian ini terdiri dari variabel independen dan variabel dependen seperti gambar berikut :

Gambar 3.2. Kerangka Konsep

KGD SEBELUM KGD SESUDAH

KGD SEBELUM KGD SESUDAH

HASIL PERUBAHAN KGD OLAHRAGA

PERUBAHAN

GULA DARAH

AEROB Glikolisis ANAEROB

Glikogenolisis

PERUBAHAN KGD

PERUBAHAN KGD

(15)

3.3. Defenisi Operasional

Tabel 3.1. Tabel Defenisi Operasional

Variabel Defenisi

Operasional Cara Ukur Alat Ukur

Skala

berat badan Skala Rasio

(16)

menit ke-0 dan menit ke-30

diteteskan keatas strip dan diukur dengan alat pengukur kadar glukosa darah

3.3. Hipotesa

(17)

BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1.Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode pre-experimental design dengan bentuk rancangan pretest-postest. Dua kelompok penelitian yaitu kelompok yang melakukan olahraga jenis aerobik dan kelompok yang melakukan olahraga jenis anaerobik. Eksperimen dilakukan dengan memberikan perlakuan pada member Garista Fitness Centre dengan berolahraga selama 30-45 menit dan dilakukan pemeriksaan kadar gula darah (KGD) sebelum dan sesudah perlakuan.

Gambar 4.1.Rancangan dan Mekanisme Pengukuran Penelitian. Peserta

Kriteria Inklusi

X1 X2

O1 O2

Olahraga 30-45 menit

(18)

Keterangan

X1 : Kelompok perlakuan-1, peserta yang melakukan olahraga jenis aerobik selama 30-45 menit

X2 : Kelompok perlakuan-2, peserta yang melakukan olahraga jenis anaerobik selama 30-45 menit

Pengamatan/Observasi

O1,2 : Pengukuran awal sampel penelitian terhadap kadar gula darah (KGD) sebelum tes O3,4 : Pengukuran akhir sampel penelitian terhadap kadar gula darah (KGD) sesudah tes

4.2. Tempat dan waktu penelitian

Tempat penelitian di Garista Fitness Centre Jalan Jamin Ginting Medan. Lokasi ini dipilih karna termasuk lokasi yang mudah untuk dijangkau dan memiliki pusat pelatihan yang lengkap. Waktu penelitian dikerjakan bulan Juni sampai Oktober 2015. Pemeriksaan kadar gula darah dilakukan menggunakan alat On-call plus diperiksa di tempat tes dilakukan. 4.3. Populasi penelitian

Populasi penelitian adalah responden yang terdaftar sebagai member di Garista Fitness Centre. Member aktif dan terdaftar di Garista Fitness Centre sebanyak 40 orang.

4.4. Sampel penelitian

Sampel penelitian adalah responden yang merupakan member resmi Garista Fitness Centre dan dengan kriteria sebagai berikut :

4.4.1 Kriteria Inklusi :

1. Bersedia menjadi responden

2. Umur ≤ 60 tahun

3. Indeks Masa Tubuh Normal (Kg/m2=18,5-22,9)

(19)

4.5.2. Besar Sampel

Sampel dalam penelitian diambil dengan metode consecutive sampling, dimana semua subjek yang memenuhi kriteria pemilihan akan dimasukkan dalam penelitian sampai jumlah sampel yang dibutuhkan terpenuhi atau seluruh subjek yang memenuhi kriteria dalam jangka waktu penelitian dapat dijadikan sampel dengan tetap mencapai jumlah minimal sampel yang ditetapkan.

Penarikan sampel penelitian dilakukan dengan beberapa alasan seperti jumlah populasi yang sangat besar sehingga seluruh populasi tidak mungkin diperiksa karena memakan waktu yang lama, adanya homogenitas atau sifat kesamaan dalam populasi, dan ketelitian terhadap pengukuran sampel akan lebih baik. Alasan lain berupa lebih murah, mudah, cepat, akurat, spesifik, dan mewakili populasi (Wahyuni, 2007)

Perkiraan besar sampel untuk populasi kecil atau lebih kecil dari 10000 dapat menggunakan formula yang lebih sederhana, dimana tingkat kepercayaan yang dikehendaki sebesar 0.05 (Notoatmodjo, 2005). Maka diperoleh 36,3636 sampel. Jumlah sampel ini dibulatkan menjadi 37 sampel.

Perkiraannya dalah sebagai berikut:

� = .�2+

n = besar sampel N = besar populasi

d = presisi 5% (dengan tingkat kepercayaan 95%)

� = . , 2+

� = ,

~� = ����

(20)

4.5. Cara megumpulkan data

Perlakuan yang diberikan pada kedua kelompok perlakuan dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Responden yang merupakan member di Garista Fitness Centre semuanya diminta mengisi kuisioner yang berisi identitas (nama dan umur), jenis kelamin, berat badan, dan tinggi badan

2. Peserta dikelompokan menjadi dua kelompok perlakuan. Kelompok X1 merupakan kelompok yang melakukan olahraga jenis aerobik dan kelompok X2 merupakan kelompok yang melakukan olahraga jenis anaerobik.

3. Pada awal perlakuan peserta (semua kelompok) dilakukan pengukuran kadar gula darah (KGD) dengan menggunakan darah sampel dari ujung jari menggunakan alat ukur.

4. Kelompok X1-X2 diberikan perlakuan dengan memberikan olahraga selama 30-45 menit.

5. Setelah 30-45 menit diberikan perlakuan, peserta kembali dilakukan pengukuran kadar gula darah (KGD) dengan menggunakan darah sampel ujung jari menggunakan alat ukur.

4.5.1. Etichal Clearance

Etichal Clearance merupakan suatu keterangan keizinan untuk melakukan suatu penelitian.

Keizinan perlu didapatkan untuk penelitian yang melibatkan manusia atau hewam sebagai subjek yang diteliti agar prinsip etik kehidupan dan kemanusiaan dipatuhi. Penelitian hanya dapat dijalankan setelah mendapat ethical clearance. Penelitian ini telah mendapatkan

ethical clearance dari Komisi Etik Penelitian Bidang Kesehatan Fakultas Kedokteran

(21)

4.5.2. Mengukur Kadar Gula Darah

Alat dan Bahan : Hemolet dan Glukometer, Glucose Strip Lancet, Alkohol Swab, Alat Tulis

Cara Kerja :

Hemolet dibuka, lanset dimasukan ke dalam hemolet lalu dibuka penutup lanset, kemudian hemolet ditutup kembali. Kedalaman penetrasi kulit pada hemolet telah ditentukan 3 mm, kemudian hemolet ditarik pada kedua bagiannya sehingga terdengar bunyi ‘klik’. Penyediaan glukometer, dimasukan kartu kode pemeriksaan kadar gula darah. Setelah itu dimasukan strip periksa dibagian atas glukometer.

Siswa dipersilahkan duduk di kursi yang disediakan. Jari responden dipijat-pijat dan ujung jari dibersihkan dengan kapas alkohol, kemudian tunggu sampai kering. Hemolet ditusuk pada ujung jari secara tegak lurus dengan kulit. Setetes darah telah diabsorpi pada strip periksa pada glukometer. Dalam 10 detik kadar gula darah dapat dibaca pada glukometer.

(22)

4.6. Analisa Data

(23)

BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1. Hasil penelitian

Penelitian ini menggunakan desain analitik dengan pengambilan sampel secara

consecutive sampling, yang di lakukan pada Desember 2015. Populasi dalam penelitian ini

adalah member Garista Fitness Centre Jl. Simalingkar Medan, Indonesia dan sebagai subjek penelitian di pilih perempuan dan laki-laki berusia 15-25 tahun.

5.1.1. Deskripsi lokasi penelitian

Garista Fitnes Center adalah sebuah tempat pelatihan kebugaran jasmani yang ada di Simalingkar di kota Medan. Fitness centre ini beralamat di jalan Letjen Jamin Ginting No. 20 Simpang Rumah Sakit Jiwa. Tempat fitnes centre ini memiliki lebih dari 100 member yang terdaftar. Luas area kira-kira 800 m2 yang juga memiliki dua lantai. Garista Fitness Centre buka setiap hari mulai jam 10 pagi sampai dengan jam 9 malam.

Garista Fitness Centre menyediakan program latihan barbel, senam aerobik, yoga, dan senam zumba setiap minggunya. Alat-alat yang disediakan meliputi barbel, dumbel, alat treadmil dan alat-alat pelatihan lainnya. Tempat fitness ini memiliki seorang Personal Trainer dan Empat orang pegawai dan seorang teknisi. Senam aerobik dilakukan setiap hari mulai jam 5 sampai jam 6 sore. Senam Zumba dan Yoga dilakukan sekali dalam seminggu.

5.1.2. Deskripsi responden

Responden penelitian ini adalah laki-laki dan perempuan yang berusia 17-25 tahun. Sebanyak 40 orang yaitu 20 orang laki-laki dan 20 orang perempuan setuju menjadi responden yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Kriteria inklusi dari penelitian ini adalah umur dibawah 60 tahun dengan indeks masa tubuh normal serta kadar gula darah sewaktu dibawah 200 mg/dL.

(24)

5.1.3. Deskripsi karakteristik Responden

Penelitian dilakukan pada 40 responden yang merupakan member dari Garista Fitness Centre di Simalingkar Medan. Dari keseluruhan responden gambaran karakteristik yang diamati adalah umur, tinggi badan, berat badan, dan indeks masa tubuh. Data distribusi frekuensi karakteristik responden dapat dilihat pada tabel 5.1.

5.1.4. Frekuensi responden

Tabel 5.1. Frekuensi Karakteristik Semua Responden

Parameter Frekuensi (n) Mean ± Standar Deviasi

Umur (Tahun) 40 24.55 ± 4.663

Tinggi Badan (cm) 40 161.65 ± 4.429

Berat Badan (kg) 40 55.70 ± 4.256

IMT (kg/m2) 40 21.290 ± 1.2838

Kadar Gula Darah

Sebelum (mg/dl) 40 103.38 ± 12.502

Sesudah (mg/dl) 40 90.83 ± 10.414

Keterangan: IMT : Indeks Masa Tubuh

(25)

Berdasarkan karakteristik kadar gula darah sebelum, rerata KGD sebelum responden adalah 103.38 dengan standar deviasi 12.502 dan rentang KGD responden adalah 63 mg/dl. Nilai KGD responden tertinggi adalah 135 dan terendah adalah 72 mg/dl. Nilai kadar gula darah yang didapat dari responden dibagi menjadi 3 kategori yaitu normal 80-120 mg/dL, diatas normal > 120 mg/dL dan rendah < 80 mg/dL. Dari 40 responden pada ditemukan kadar gula darah sewaktunya terdapat 90% responden dengan kadar gula darah normal, 8% responden dengan kadar gula darah tinggi, dan 2% dengan kadar gula darah rendah.

Berdasarkan karakteristik kadar gula darah sesudah, rerata KGD setelah responden adalah 90.83 dengan standar deviasi 10.414 dan rentang KGD responden adalah 55 mg/dl. Nilai KGD responden tertinggi adalah 116 dan terendah adalah 61 mg/dl. Dari 40 responden pada ditemukan kadar gula darah sewaktunya terdapat 92.5% responden dengan kadar gula darah normal, 7.5% dengan kadar gula darah rendah, dan tidak ada responden yang kadar gula tinggi.

Berdasarkan jenis olahraga yang dilakukan oleh responden maka berikut adalah analisis mean dan standar deviasinya.

Keterangan : IMT : Indeks Masa Tubuh

KGD : Kadar Gula Darah

Gambar 5.1. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Olahraga

(26)

5.1.5. Hasil Analisis Statistik

Tabel 5.2. Analisis Kadar Gula Darah responden berdasarkan jenis olahraga

JENIS OLAHRAGA

*P value < 0.05 perubahan bermakna

*P value > 0.05 perubahan tidak bermakna

Pada pemeriksaan kadar gula darah sebelum melakukan olahraga, rerata kadar gula darah pada responden yang akan melakukan olahraga aerobik adalah 106.25 dengan standar deviasi 12.178. Sedangkan kadar gula darah pada responden yang akan melakukan olahraga anaerobik reratanya adalah 100.50 dengan standar deviasi 12.454.

(27)

5.1.5.1 Perbandingan Kadar Gula Darah sebelum dan sesudah melakukan olahraga

pada responden yang melakukan jenis olahraga aerob dan anaerob

Dari hasil analisa dengan menggunakan SPSS didapatkan hasil output :

Hasil uji T paired dependent pada olahraga aerob dan anaerob sebelum dan setelah , nilai p

value masing-masing adalah .000(tepatnya 0.0001). Hal ini berarti terdapat perbedaan

bermakna kadar gula darah sebelum dan setelah melakukan olahraga baik aerob maupun anaerob.

5.1.5.2. Perbandingan Perubahan Kadar Gula Darah terhadap Jenis olahraga aerob

dan anaerob

Dari hasil analisa dengan menggunakan SPSS didapatkan hasil output :

(28)

5.2. Pembahasan

5.2.1. Kadar Gula Darah pada Responden

Glukosa darah merupakan homeostatis antara masukan dengan pengeluaran. Glukosa darah berasal dari makanan, glukoneogenesis, dan glikogenolisis. Pengeluaran glukosa terjadi akibat pengambilan glukosa darah oleh jaringan ekstrahepatik terutama otot rangka dan jaringan adiposa (Mayes, 2003).

Enzim amilase yang terdapat dalam tubuh memecah ikatan α1-4 di dalam zat pati. Amilosa kemudian dipecah menjadi maltosa dan maltriosa serta sejumlah kecil glukosa. Amilopektin dipecah menjadi oligosakarida, yang kemudian didegradasi oleh enzim oligosakaridase spesifik yang terdapat pada sel brush border dengan hasil akhir adalah glukosa (Barasi, 2009).

Rerata Kadar Gula Darah responden yang diukur masih dalam batas normal (80-120 mg/dL). Hal ini dimungkinkan karna tidak ada gangguan pencernaan dan transpor glukosa dalam tubuh responden. Rerata kadar gula darah responden sebelum melakukan olahraga adalah 103,4 mg/dL. Kadar gula darah responden yang tertinggi adalah 135 mg/dL sedangkan terendah adalah 72 mg/dL.

Sistem energi aerobik dapat diketahui dari waktu penyelesaian aktivitasnya. Sistem ini dapat bekerja terus-menerus dalam waktu yang lama dengan intensitas rendah. Sama dengan sistem aerobik, sistem anaerobik juga dapat diketahui berdasarkan waktu, namun lebih singkat dan cepat serta dengan intensitas yang tinggi. Energi yang diperoleh dari aktivitas aerobik adalah pembakaran glikogen dengan oksigen, sedangkan anaerobik adalah dari sistem ATP-PC dan Asam Laktat.

(29)

selama 10 detik. Sistem energi anaerobik bekerja dalam waktu yang singkat dan cepat serta dengan intensitas yang tinggi. Sistem energi ini membentuk energi tanpa bantuan oksigen. Sumber energi yang digunakan adalah Sistem ATP-PC dan Asam Laktat.

ATP merupakan zat kimia yang membuat otot dapat melakukan kontraksi. ATP merupakan senyawa yagn selama aktivitas diubah menjadi ADP dan menghasilkan energi. Apabila ATP dipergunakan dan habis, maka terdapat bantuan PC dalam pembentukan energi. PC dapat kembali mengubah ADP menjaadi ATP. Jumlah ATP yang langsung tersedia adalah untuk kira-kira 6-8 detik (Peter G.J.M Janssen, 1993). ATP yang tersedia di dalam otot, bersamaan dengan zat berenergi tinggi yaitu PC menyediakan energi yang cukup untuk melaksanakan pekerjaan yang maksimal tingginya selama 5-10 detik (Woeryanto, 1985). Apabila aktivitas dengan intensitas tinggi itu diteruskan lebih lama dari sistem energi fosfat, maka didalam otot yang sedang aktif terdapat energi yang diperoleh dari simpanan glikogen. Pelepasan energi anaerobik dari glikogen menghasilkan asam laktat yang mengakibatkan kelelahan. Semua olahraga yang memerlukan kecepatan diawali dengan penggunaan sistem ATP-PC dan dilanjutkan dengan sistem asam laktat, dan diakhiri dengan konversi asam laktat menjadi glukosa di hati. Sistem ini merupakan faktor yang penting dalam olahraga karena dapat menghasilkan ATP relatif lebih cepat.

(30)

Pada penelitian ini walaupun nilai rerata perubahan kadar gula darah pada olahraga aerobik dan anaerobik berbeda, namun dikarenakan hasil uji analisis nilai p < 0,1 maka tidak terjadi perubahan (tidak signifikan). Mekanisme kompensasi untuk memertahankan kadar gula darah dalam batas normal mungkin terjadi.

Jika dibandingkan dengan penelitian yang dilakukan Sheri R. Colberg, dkk dalam jurnal diabetes mengatakan aktivitas fisik seperti berjalan kaki menurunkan kadar glukosa darah paling kecil (-25,0 ± 42,4 mg/dL) dibandingkan dengan olahraga tidak spesifik (-33,5 ± 50,0 mg/dL), berlari/jogging (−40.1 ± 55.1 mg/dL), bersepeda (−42.4 ± 48.8 mg/dL), olahraga

dengan alat (−35.9 ± 48.8 mg/dL), dan menari (−37.4 ± 45.3 mg/dL, P < 0.05).

(31)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Dari uraian-uraian yang telah dipaparkan sebelumnya, maka dalam penelitian ini dapat diambil beberapa kesimpulan, yaitu:

1. Terdapat perbedaan bermakna kadar gula darah pada responden sebelum dan setelah melakukan olahraga jenis aeobik dan anaerobik

2. Tidak terdapat perbedaan bermakna perubahan kadar gula darah pada responden yang melakukan olahraga jenis aerobik dibandingkan dengan responden yang melakukan olahraga jenis anaerobik

6.2. Saran

Dari seluruh proses penelitian yang telah dijalani oleh penulis dalam menyelesaikan penelitian ini, maka dapat diungkapkan beberapa saran yang mungkin dapat bermanfaat bagi semua pihak yang berperan dalam penelitian ini.

Adapun saran tersebut yaitu:

1. Berdasarkan penelitian ini, peneliti menyarankan untuk peneliti selanjutnya untuk memperbanyak sampel penelitian

(32)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kadar glukosa darah

Kadar glukosa darah adalah istilah yang mengacu kepada tingkat glukosa di dalam darah. Konsentrasi gula darah, atau tingkat glukosa serum, diatur dengan ketat di dalam tubuh. Umumnya tingkat gula darah bertahan pada batas-batas yang sempit sepanjang hari (70-150 mg/dL). Tingkat ini meningkat setelah makan dan biasanya berada pada level terendah pada pagi hari, sebelum orang makan (Henrikson dkk., 2009).

Ada beberapa tipe pemeriksaan glukosa darah. Pemeriksaan gula darah puasa mengukur kadar glukosa darah selepas tidak makan setidaknya 8 jam. Pemeriksaan gula darah 2 jam postprandial mengukur kadar glukosa darah tepat selepas 2 jam makan. Pemeriksaan gula darah ad random mengukur kadar glukosa darah tanpa mengambil kira waktu makan terakhir (Henrikson dkk, 2009).

2.1.1. Katabolisme Glukosa

Glukosa dalam tubuh akan mengalami oksidasi untuk menghasilkan ATP. Pengolahan glukosa menjadi ATP berlangsung didalam sel melalui respirasi selular yang melibatkan 4 jenis reaksi yaitu glikolisis, pembentukan asetil koenzim A, siklus Kreb dan rantai transport elektron (Tortora and Derrickson, 2009).

2.1.1.1. Glikolisis

(33)

memerlukan 2 molekul ATP. Sebagai hasil akhir, 8 molekul ATP akan terbentuk (Marks dkk, 2005).

Gambar 2.1. Skema Proses Glikolisis (Mayes, 2003) 2.1.1.2. Pembentukan Asetil Koenzim A

(34)

Gambar 2.2. Skema Proses Pembentukan Asetil Koenzim A (Mayes, 2003) 2.1.1.3. Siklus Kreb

(35)

Gambar 2.3. Skema Proses Siklus Kreb (Mayes, 2003) 2.1.1.4. Rantai Transpor Elektron

Proses ini juga dikenal sebagai proses fosforilasi oksidatif. Di dalam proses ini, NADH dan FADH2 yang mengandung elektron akan melepaskan elektron tersebut ke dalam akseptor utama yaitu oksigen. Pada akhir dari proses ini, akan terhasil 3 molekul ATP dari 1 molekul NADH dan 2 molekul ATP dihasilkan dari 1 molekul FADH2 (Irawan, 2007).

Di dalam otot, terutama selama aktivitas yang berlebihan, kebutuhan terhadap ATP sangat tinggi dan oksigen sudah banyak dikonsumsi, laktat dehidrogenase (LDH) mengkatalisis reduksi NADH oleh piruvat menghasilkan laktat dan NAD+. Reaksi ini dikelompokkan sebagai reaksi ke 11 dalam glikolisis. Proses ini meregenerasi NAD+ untuk berpartisipasi dalam reaksi GAPDH. Jadi total reaksi glikolisis secara anaerob dalam sel otot secara keseluruhan adalah sebagai berikut:

Glukosa + 2 ADP + 2Pi --- 2 laktat + 2 ATP + 2H+.

(36)

2.1.1.5. Glikogenolisis

Glikogen merupakan bentuk penyimpanan karbohidrat yang utama di tubuh mamalia dan dijumpai terutama di hati dan otot. Dalam hati, fungsi utama glikogen adalah untuk melayani jaringan tubuh lain lewat pembentukan glukosa darah. Di otot unsur ini hanya memenuhi kebutuhan organ itu sendiri sebagai sumber bahan bakar metabolik yang siap dipakai (Mayes, 2003).

Glikogen disintesis dari glukosa dan prekursor lainnya lewat lintasan glikogenesis. Pemecahan terjadi melalui sebuah lintasan terpisah yang dikenal sebagai glikogenolisis. Glikogenolisis menyebabkan pembentukan glukosa di hati dan pembentukan laktat di otot yang masing-masing terjadi akibat adanya atau tidak adanya enzim glukosa fosfatase (Mayes, 2003).

AMP siklik mengintegrasikan pengaturan glikoneogenesis dan glikogenesis secara timbal balik dengan mendorong aktivitas enzim fosforilase dan inhibisi enzim glikogen sintase (Mayes, 2003).

2.1.1.6. Glukoneogenesis

Glukoneogenesis merupakan mekanisme untuk mengonversikan unsur-unsur nonkarbohidrat menjadi glukosa atau glikogen. Proses ini memberikan glukosa pada tubuh disaat karbohidrat tidak tersedia. Substrat yang penting adalah asam amino, glukogenik, laktat, gliserol dan propionat (Mayes, 2003).

Lintasan glukoneogenesis yang ditemukan di hati dan di ginjal memanfaatkan reaksi pada glikolisis yang reversibel tambah 4 reaksi tambahan untuk menghindari reaksi nonekuilibrium yang ireversibel. Enzim yang mengkatalisis reaksi tambahan tersebut adalah piruvat karbosilase, fosfoenolpiruvat, fruktosa 1,6-Bifosfatase dan glukosa-6-fosfatase (Mayes, 2003).

Laktat membentuk piruvat yang memasuki mitokondria untuk menjalani karbosilasi menjadi oksaloasetat sebelum terjadi konversi menjadi fosfoenolpiruvat yang diikuti dengan biosintesis glukosa di sitosol (Mayes, 2003).

(37)

penting, yaitu (1) induksi atau represi sistem enzim (2) modifikasi kovalen oleh fosforilasi yang reversibel dan (3) efek alosterik (Mayes, 2003).

Sel hati yang dapat melewati glukosa dengan bebas merupakan yang utama untuk mengatur glukosa darah karena sel tesebut mengandung enzim glukokinase dengan Km yang tinggi, yang secara spesifik disesuaikan dengan fungsi pengeluaran glukosa sesudah makan. Insulin disekresikan sebagai respon langsung hiperglikemia; hormon ini akan membantu hati untuk menyimpan glukosa dalam bentuk glikogen dan memfasilitasi pengambilan glukosa oleh jaringan ekstrahepatik. Glukagon disekresikan sebagai respon terhadap hipoglikemia dan mengaktifkan glikogenesis serta glukoneogenesis di hati yang menyebabkan pelepasan glukosa ke dalam darah (Meyes, 2003).

Enzim-enzim glukoneogenesis yang cacat akan menimbulkan hipoglikemia dan asidosis asam laktat. Penyebab oksidasi asam lemak merupakan penyebab tambahan adanya gangguan pada glikoneogenesis dan hipoglikemia (Mayes, 2003).

2.1.2. Proses Pencernaan Glukosa

Gula sederhana (monosakarida) tidak perlu dicerna sebelum diabsorpsi, yang biasa berlangsung di dalam usus halus. Disakarida dipecah oleh enzim yang spesifik untuk masing-masing gula, saat disakarida melewati permukaan mukosa usus halus. Pati matang (yang telah dimasak) dicerna oleh amilase ludah di dalam mulut. Kadar pH dalam lambung yang rendah mencegah proses pencernaan lebih lanjut, tetapi di duodenum dan jejunum pH naik dan tersedia amilase pankreas. Amilase ini menyebabkan pemecahan selang-seling

pada ikatan α1-4 dalam pati mentah atau matang. Amilosa terutama didegradasi menjadi maltosa dan maltotriosa serta dilepaskan sejumlah kecil glukosa. Amilopektin dipecah menjadi oligosakarida, yang kemudian didegradasi oleh enzim oligosakaridase spesifik yang terikat pada sel brush border dengan hasil akhirnya adalah glukosa. (Barasi, 2009).

Glukosa dan galaktosa diangkut dari usus halus, melintasi membran apikal dan memasuki aliran darah dengan mekanisme 2 tahap.

(38)

menuju sel apikal. Pengangkut GLUT-1, yang berikatan dengan natrium, memfasilitasi difusi ini.

2. Ion natrium kemudian diangkut keluar secara aktif dari sel apikal. Molekul glukosa berpindah dari sel apikal menuju aliran darah, menggunakan molekul pengangkut berikutnya GLUT-2 dan difusi yang terfasilitasi (Barasi, 2009).

2.1.2.1. Metabolisme Glukosa

Semua sel tidak pernah berhenti mendapat pasokan glukosa, tubuh mempertahankan kadar glukosa darah yang konstan, yaitu sekitar 80-100 mg/dL bagi dewasa dan 80-90 mg/dL bagi anak, walaupun pasokan makanan dan kebutuhan jaringan berubah-ubah sewaktu kita tidur, makan, dan bekerja (Cranmer dkk, 2009).

Proses ini disebut homeostasis glukosa. Kadar glukosa yang rendah, yaitu hipoglikemia dicegah dengan pelepasan glukosa dari simpanan glikogen hati yang besar melalui jalur glukoneogenesis dan melalui pelepasan asam lemak dari simpanan jaringan adiposa apabila pasokan glukosa tidak mencukupi. Kadar glukosa yang tinggi yaitu hiperglikemia dicegah oleh perubahan glukosa menjadi triasilgliserol di jaringan adiposa. Keseimbangan antar jaringan dalam menggunakan dan menyimpan glukosa selama puasa dan makan terutama dilakukan melalui kerja hormon homeostasis metabolik yaitu insulin dan glukagon (Ferry, 2008).

2.1.2.2. Metabolisme Glukosa di Hati

Jaringan pertama yang dilewati melalui vena hepatika adalah hati. Dalam hati glukosa dioksidasi dalam jalur-jalur yang menghasilkan ATP untuk memenuhi kebutuhan energi segera sel-sel hati dan sisanya diubah menjadi glikogen dan triasilgliserol. Insulin meningkatkan penyerapan dan penggunaan glukosa sebagai bahan bahan bakar, dan penyimpanannya sebagai glikogen serta triasilgliserol. Simpanan glikogen dalam hati bisa mencapai maksimum sekitar 200-300 g setelah makan makanan yang mengandung karbohidrat. Sewaktu simpanan glikogen mulai penuh, glukosa akan mulai diubah oleh hati menjadi triasilgliserol (Marks dkk., 2000).

2.1.2.3. Metabolisme glukosa di jaringan lain

(39)

jaringan misalnya otot menyimpan glukosa dalam jumlah kecil dalam bentuk glikogen (Raghavan dkk., 2009).

2.1.2.4. Metabolisme glukosa di otot

Otot rangka yang sedang bekerja menggunakan glukosa dari darah atau dari simpanan glikogennya sendiri, untuk diubah menjadi laktat melalui glikolisis atau menjadi laktat melalui glukolisis atau menjadi CO2 dan H2O. Setelah makan, glukosa digunakan oleh otot untuk memulihkan simpanan glikogen yang berkurang selama otot bekerja melalui proses yang dirangsang oleh insulin. Otot yang sedang bekerja juga menggunakan bahan bakar lain dari darah, misalkan asam-asam lemak (Raghavan dkk., 2009).

2.1.2.5. Metabolisme glukosa di jaringan adiposa

Insulin merangsang penyaluran glukosa ke dalam sel-sel adiposa. Glukosa dioksidasi menjadi energi oleh adiposit. Selain itu, glukosa digunakan sebagai sumber untuk membentuk gugus gliserol pada triasilgliserol yang disimpan dijaringan adiposa (Bell dkk., 2001).

2.1.3. Sistem Metabolisme Otot Pada Kerja Fisik

Di dalam otot terdapat sistem metabolik dasar yang sama seperti di dalam semua bagian tubuh yang lain. Terdapat tiga sistem metabolik yang bersifat sangat penting untuk memahami batasan aktivitas fisik. Sistem ini adalah sistem fosfagen, sistem glikogen-asam laktat, dan sistem aerobik.

2.1.3.1. Sistem fosfagen

Sumber dasar energi otot adalah Adenosine Triphosphate (ATP). Jumlah ATP yang terdapat pada otot seorang atlet yang terlatih dengan baik hanya cukup untuk mempertahankan daya otot yang maksimal selama tiga detik.

(40)

Selain ATP otot skeletal juga mempunyai senyawa fosfat berenergi tinggi lain yaitu Creatine Phosphate (CP) yang dapat digunakan untuk menghasilkan ATP. Gabungan antara ATP dan CP disebut sistem energi fosfagen. Sistem ATPCP merupakan sistem energi anaerobik.

2.1.3.2. Sistem Glikogen- Asam Laktat

Glikogen yang disimpan di dalam otot dapat dipecah menjadi glukosa dan glukosa kemudian digunakan untuk energi. Tahap awal proses ini disebut glikolisis. Selama glikolisis setiap molekul glukosa dipecah menjadi dua molekul asam piruvat dan energi dilepaskan untuk membentuk empat molekul ATP. kemudian asam piruvat akan masuk ke mitokondria sel otot dan bereaksi dengan oksigen untuk membentuk lebih banyak molekul ATP. Akan tetapi, bila tidak terdapat oksigen yang cukup untuk melangsungkan tahap kedua metabolisme glukosa ini, sebagian besar dari asam piruvat akan diubah menjadi asam laktat.

Karakteristik dari sistem glikogen-asam laktat adalah bahwa sistem ini dapat membentuk molekul ATP kira kira 2,5 kali lebih cepat daripada yang dapat dilakukan oleh mekanisme oksidatif mitokondria.

2.1.3.3 Sistem aerobik

Sistem aerobik berarti oksidasi dari bahan makanan di dalam mitokondria untuk menghasilkan energi. Dalam sistem aerobik dibutuhkan O2 untuk menguraikan glikogen/glukosa menjadi CO2 dan H2O melalui siklus krebs dan sistem transpot elektron. Waktu yang diperlukan untuk membentuk ATP pada sistem aerobik lebih lambat dibandingkan dengan sistem fosfagen dan sistem glikogen asam-laktat, tetapi jumlah ATP yang dihasilkan lebih banyak.

2.2. Olahraga

2.2.1 Definisi Olahraga

(41)

olahraga adalah aktivitas fisik yang bertujuan untuk meningkatkan kesehatan, atau memelihara kesegaran jasmani (fitness) atau sebagai terapi untuk memperbaiki kelainan atau mengembalikan fungsi organ dan fungsi fisiologis tubuh.

2.2.2 Jenis-jenis olahraga 2.2.2.1. Olahraga aerobik

Olahraga aerobik adalah suatu bentuk aktivitas fisik yang melibatkan otot-otot besar dan dilakukan dalam intensitas yang cukup rendah serta dalam waktu yang cukup lama (Sherwood, 2001). Terdapat banyak jenis latihan fisik aerobik, yaitu:

a. Berjalan

g. Aktivitas olahraga seperti sepak bola, bulu tangkis

Menurut Dorland’s Medical Dictionary (2007), olahraga aerobik adalah aktivitas fisik yang dirancang utnuk meningkatkan konsumsi oksigen dan meningkatkan fungsi sistem respirasi dan sistem kardiovaskular. Latihan aerobik dilakukan dengan tujuan untuk meningkatkan ketahanan kardiovaskular dan untuk menurunkan berat badan. Olahraga jenis ini sangat dianjurkan pada orang yang mengalami obesitas atau overweight (Sherwood, 2001; CDC, 2011; Cleveland Clinic, 2011). Olahraga aerobik atau yang biasa disebut latihan kardiovaskular meningkatkan fungsi kerja paru, jantung dan melancarkan sirkulasi darah, sehingga tubuh mendapatkan dan menggunakan oksigen lebih baik untuk metabolisme sel. Oksigen berfungsi dalam pembentukan sumber energi tubuh yaitu adenosin trifosfat (ATP) dengan menggunakan siklus asam sitrat sebagai jalur metabolisme utama (Sherwood, 2001).

Aktivitas fisik yang termasuk olahraga aerobik adalah jalan cepat, jogging atau lari-lari kecil, renang, dansa, atau bersepeda. Intensitas dalam setiap olahraga aerobik berbeda-beda. Intensitas adalah usaha yang diberikan setiap orang dalam mengerjakan aktivitas fisik.

American Heart Association (AHA) menganjurkan, setidaknya dilakukan aktivitas fisik

(42)

Perkiraan detak jantung maksimal adalah 220 dikurang dengan umur saat ini. AHA juga menganjurkan olahraga aerobik dilakukan dalam 20-30 menit perharinya untuk mengurangi risiko terkena penyakit jantung koroner. Frekuensi atau jumlah hari untuk olahraga dalam seminggu yang dianjurkan adalah 3-7 hari perminggu (AHA, 2001).

Menurut salah satu institusi kesehatan jantung dan toraks terbesar di Amerika Serikat,

Cleveland Clinic (2011), olahraga aerobik memiliki tiga bagian yang utama, yaitu:

a. Warm-up

Pada bagian warm-up atau biasa disebut pemanasan, dilakukan latihan gerakan-gerakan dengan intensitas rendah selama 3-5 menit.

b. Conditioning

Pada bagian ini dilakukan latihan aerobik dalam durasi 30-45 menit sampai mencapai THR yang diinginkan.

c. Cool-down

Bagian ini memerlukan waktu selama 3-5 menit dengan latihan intensitas rendah untuk menurunkan detak jantung secara perlahan dan mengurangi risiko kecelakaan.

2.2.2.2. Olahraga anaerobik

Olahraga anaerobik adalah suatu bentuk aktivitas fisik yang tidak memerlukan oksigen dalam pelaksanaannya. Terdapat dua jenis latihan anaerobik, yaitu lari cepat dan angkat beban. Olahraga angkat beban ini dilakukan dengan tujuan untuk meningkatkan massa otot dan tonus otot (CDC, 2011) yang meningkatkan penggunaan glukosa dan membantu pengendalian glukosa darah (Devlin, 2009). Cleveland Clinic (2011) menganjurkan frekuensi olahraga anaerobik dalam seminggu memiliki satu atau dua hari tanpa olahraga di antara hari-hari latihan. Satu set adalah sejumlah repetisi atau perulangan kembali gerakan. Cleveland Clinic (2011) juga menganjurkan satu set mengandung 12-20 kali repetisi dengan angkat beban ringan dan 8-12 repetisi angkat beban berat untuk membentuk massa otot. Disarankan terdapat masa recovery yaitu 0-180 detik di antara dua set. Hal ini untuk mencegah kelelahan otot yang lebih cepat.

2.2.3. Manfaat Olahraga

Menurut Centre for Diseases Control and Prevention (CDC) pada tahun 2011, terdapat enam manfaat olahraga, yaitu:

(43)

2. Menurunkan tekanan darah.

3. Menurunkan risiko terkena penyakit diabetes tipe 2, serangan jantung, stroke, dan beberapa bentuk kanker.

4. Menurunkan nyeri arthritis dan cacat akibat arthritis 5. Menurunkan risiko terkena osteoporosis

6. Menurunkan gejala depresi dan kecemasan.

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, olahraga yang baik untuk menurunkan berat badan pada orang yang mengalami obesitas atau overweight adalah olahraga aerobik, intensitas sedang dengan frekuensi ≥ 3 kali perminggu. Lebih banyak aktivitas fisik yang dilakukan, lebih banyak kalori yang dibakar untuk digunakan sebagai energi dalam menurunkan berat badan (CDC, 2011). Jika asupan kalori juga dibatasi, maka gabungan antara aktivitas fisik dan penurunan jumlah kalori yang dimakan menimbulkan suatu

calorie deficit” yang akhirnya akan menyebabkan penurunan berat badan (CDC, 2011). Braden dkk. (1998) dalam Adiwinanto (2008) mengatakan bahwa, latihan fisik yang berhubungan dengan posisi berat badan 30 menit, tiga kali seminggu selama 32 minggu meningkatkan densitas mineral tulang belakang, kaki dan densitas mineral total tubuh. Hal ini berkaitan dengan manfaat olahraga yang diungkapkan oleh CDC (2011) tentang olahraga mencegah terjadinya osteoporosis.

2.2.4. Fisiologis Olahraga

(44)

Perubahan fisiologis yang nyata dapat terjadi dalam tubuh kita apabila aktivitas fisik atau latihan olahraga yang berterusan dilakukan. Oleh karena itu, tanggapan tehadap latihan memiliki dua aspek analog dengan respon tubuh terhadap ligkungan stres. Salah satunya adalah respon jangka pendek yaitu serangan tunggal setelah sesekali olahraga ataupun dapat disebut latihan akut. Aspek kedua adalah respon jangka panjang yaitu setelah olahraga teratur yang mempermudahkan latihan berikutnya serta meningkatkan kinerjanya. Adaptasi terhadap latihan kronik ini disebut “training”. (Willmore dkk, 1999) Adaptasi terhadap latihan akut adalah respon terhadap latihan di mana efek terhadap pelatihan (Willmore, 1994).

Respon jangka pendek serta jangka panjang ini memenuhi kebutuhan energi. Kenaikan pesat dalam kebutuhan energi sewaktu latihan memerlukan penyesuaian peredaran darah yang seimbang untuk memenuhi peningkatan kebutuhan oksigen, nutrisi serta mengeliminasi produk akhir metabolisme seperti karbon dioksida dan asam laktat dan membebaskan panas berlebihan. Pergeseran metabolisme tubuh terjadi melalui kegiatan terkoordinasi dari semua sistem tubuh iaitu neuromuskuler, respiratori, kardiovaskular, metabolik, dan hormonal (Shetty , 2005).

2.2.4.1. Respon Jangka Panjang dan Pendek Terhadap Latihan Fisik 2.2.4.1.1. Sistem respirasi

Latihan fisik akan mempengaruhi konsumsi oksigen dan produksi karbon dioksida. Kadar oksigen dalam jumlah yang besar akan terdifusi dari alveoli ke dalam darah vena kembali ke paru-paru. Sebaliknya, kadar karbon dioksida yang sama banyak masuk dari darah ke dalam alveoli. Oleh itu, ventilasi akan meningkat untuk mempertahankan konsentrasi gas alveolar yang tepat untuk memungkinkan peningkatan pertukaran oksigen dan karbon dioksida (William, 1999).

(45)

Tahap kedua lebih bertahap dengan kenaikan respirasi yang dihasilkan oleh perubahan status suhu dan kimia dari darah arteri. Sambil latihan berlangsung, peningkatan proses metabolisme pada otot menghasilkan lebih banyak panas, karbon dioksida dan ion hidrogen. Semua faktor ini meningkatkan penggunakan oksigen dalam otot, yang meningkatkan oksigen arteri juga. Akibatnya, lebih banyak karbon dioksida memasuki darah, meningkatkan kadar karbon dioksida dan ion hidrogen dalam darah. Hal ini akan dirasakan oleh kemoreseptor, yang sebaliknya merangsang pusat inspirasi, dimana terjadi peningkatan dan kedalaman pernapasan. Beberapa peneliti telah menyarankan bahwa kemoreseptor dalam otot juga mungkin terlibat iaitu dengan meningkatkan ventilasi dengan meningkatkan volume tidal (Willmore, 1999).

Walaupun sistem kardiovaskular adalah begitu efisien dengan menyuplai jumlah darah yang cukup ke jaringan, daya tahan masih terhalang jika sistem pernapasan tidak membawa oksigen yang cukup untuk memenuhi permintaan. Fungsi sistem pernapasan biasanya tidak terbatas karena ventilasi dapat ditingkatkan ke tingkat yang lebih besar daripada fungsi kardiovaskular. Melainkan sistem kardiovaskuler dan sistem lain, sistem respirasi juga mengalami adaptasi khusus untuk ketahanan pelatihan untuk memaksimalkan efisiensi. Adaptasi ini meliputi, peningkatan ventilasi dengan peningkatan dalam pengambilan oksigen maksimal dengan minimum empat minggu pelatihan (William, 1991) dan diikuti dengan pengurangan yang signifikan pada ventilasi yang setara yang diamati. Akibatnya, sedikit udara akan dihirup pada konsumsi oksigen pada tingkat tertentu. Hal ini akan mengurangi persentase oksigen total yang digunakan dibandingkan pernapasan. Oleh karena itu, keadaan ini membantu dalam melakukan olahraga berat yang berkepanjangan tanpa kelelahan otot ventilasi. Mekanisme yang tepat tidak diketahui untuk adaptasi pelatihan dalam sistem ventilasi. Secara umum, ada peningkatan dalam 'volume dan kapasitas' saat istirahat karena fungsi pernapasan ditingkatkan (Bijalani, 1998).

2.2.4.1.2. Sistem Kardiovaskular

(46)

Respon akut atau langsung yang terlihat sewaktu latihan adalah peningkatan kontraktilitas miokard, peningkatan curah jantung, peningkatan denyut jantung, tekanan darah dan respon perifer termasuk vasokonstriksi umum pada otot-otot dalam keadaan istirahat, ginjal, hati, limpa dan daerah splanknikus ke otot-otot kerja dan juga ada peningkatan tekanan darah sistolik akibat curah jantung yang meningkat. Dengan pelatihan yang ada akan ditandai penurunan denyut nadi dan pengurangan tekanan darah saat istirahat dengan peningkatan volume darah dan hemoglobin (Guyton, 2006).

Selama tenaga digunakan, akan masih terjadi penurunan denyut nadi, peningkatan

stroke volume, peningkatan curah jantung (Carolin Kisner, 1996) dan peningkatan ekstraksi

oksigen oleh otot bekerja karena perubahan enzimatik dan biokimia pada otot serta peningkatan konsumsi oksigen maksimal untuk setiap intensitas latihan yang diberikan (Ganong, 2005).

2.2.4.1.3. Sistem Muskuloskeletal

Peningkatan aliran darah ke otot-otot yang bekerja memberikan oksigen tambahan. Maka, ekstraksi oksigen lebih banyak dari sirkulasi darah dan penurunan PO2 jaringan lokal dan peningkatan PCO2. Setelah pelatihan daya tahan, ada peningkatan aktivitas enzim mitokondria pada kedua serat lambat dan cepat tanpa mengubah kecepatan kontraksi serat. Oleh itu, pelatihan meningkatkan kemampuan kedua jenis serat untuk menyediakan energi selama latihan berkepanjangan. Setelah mengikuti latihan kekuatan, kegiatan intensitas tinggi membutuhkan perbaikan besar dalam kekuatan otot dan kapasitas aerobik tinggi. Selain itu, akan terjadi peningkatan ukuran otot-otot yang terlibat iaitu hipertrofi. (Carolin Kisner, 1996).

2.2.4.1.4. Sistem Metabolik

(47)

2.2.4.1.5. Perubahan sistem lain

(48)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Menurut American Diabetic Association (ADA) tahun 2003, diabetes melitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi akibat sekresi insulin, kerja insulin, atau kedua-duanya. Prevalensi diabetes melitus di dunia menurut World Health Organisation (WHO) pada tahun 2000 mencapai 171 juta jiwa dan diperkirakan akan menjadi 366 juta jiwa pada tahun 2030 dan diprediksi menjadi penyebab kematian nomor tujuh di dunia (WHO, 2013). Diabetes merupakan penyakit kronis, yang terjadi ketika pankreas tidak menghasilkan cukup insulin, atau ketika tubuh tidak dapat secara efektif menggunakan insulin yang dihasilkan sehingga menyebabkan peningkatan konsentrasi glukosa dalam darah (WHO, 2013).

Kadar gula darah adalah jumlah glukosa yang terdapat didalam darah. Kadar gula ini juga disebut dengan kadar gula plasma. Kadar gula darah ini diukur dengan satuan milimol per liter (mmol/L). Kadar gula darah normal berkisar antara 4-8 mmol/L (Campbell, 2008). Menurut Sherwood (2001) gula darah merupakan satuan terkecil dari karbohidrat yang telah dimetabolisme didalam tubuh dan berada didalam darah. Yang mempengaruhi kadar gula darah adalah : asupan makanan (karbohidrat), pemecahan lipid, glikogen, asam amino, insulin, dan olahraga.

Olahraga adalah suatu bentuk kegiatan fisik yang dapat meningkatkan kesegaran jasmani, karena dalam olahraga melibatkan sistem muskuloskeletal dan banyak sistem lainnya. Nilai olahraga bukan hanya untuk memelihara tubuh yang sehat melainkan juga untuk menyembuhkan tubuh yang tidak sehat. Latihan-latihan olahraga yang teratur dapat dimanfaatkan untuk menurunkan berat badan yang berlebihan juga mempunyai efek langsung menurunkan tekanan darah.

(49)

Olahraga aerobik adalah aktivitas fisik yang menggunakan energi ATP dari hasil fosforilase glikogen dan asam lemak bebas. Proses metabolisme tergantung dari ketersediaan oksigen. Olahraga anaerobik adalah aktivitas fisik yang dalam proses metabolisme pembentukan energi tidak menggunakan oksigen. Energi dihasilkan dari pembentukan ATP melalui sumber energi yang tidak menggunakan oksigen. Energi dihasilkan dari pembentukan ATP melalui sumber energi yang berasal dari kreatin fosfat dan glikogen (Astrand dkk, 2003).

Aktivitas fisik pada umumnya merupakan gabungan dari sistem aerobik dan anaerobik, akan tetapi porsi kedua sistem tersebut berbeda pada setiap cabang olahraga. Untuk cabang olahraga yang menuntut aktivitas fisik dengan intensitas tinggi dan waktu relatif singkat, misal lari sprint 400 m, sistem energi predominannya adalah anaerobik. Sebaliknya, pada cabang olaraga yang menuntut aktivitas fisik dengan intensitas rendah dan berlangsung relatif lama, misal jogging 1600 m, sistem predominannya adalah aerobik. Hal ini dikarenakan energi yang dibentuk dari metabolisme aerobik dan anaerobik di dalam sel merupakan suatu proses pembentukan energi yang berkesinambungan untuk aktivitas fisik yang juga berkesinambungan (Astrand, 2003).

Aktivitas fisik baik aerobik maupun anaerobik dapat mengakibatkan perubahan hemodinamik tubuh. Aktivitas fisik tidak hanya melibatkan fungsi kardiovaskuler dan adaptasi muskular tetapi juga menimbulkan perubahan respon endokrin. Hormon-hormon ini terlibat dalam mobilisasi dan degradasi substrat untuk energi (Mooren, 2005) yang mengakibatkan perubahan kadar gula darah.

Hasil penelitian yang dilakukan Diabetes Prevention Program di Amerika Serikat pada tahun 2013 menunjukan bahwa jutaan orang berisiko tinggi dapat menunda atau menghindari diabetes tipe 2 dengan kehilangan berat badan melalui aktivitas fisik secara teratur dan diet. Peserta yang diintervensi gaya hidupnya yang mendapat latihan fisik dan konseling diet dapat menurunkan resiko diabetes sampai 58 persen. Temuan tersebut berlaku untuk semua etnis dan jenis kelamin. Sedangkan penelitian lain yang dilakukan oleh Sheri R. Colberg, dkk dalam jurnal diabetes mengatakan aktivitas fisik seperti berjalan kaki menurunkan kadar glukosa darah paling kecil (-25,0 ± 42,4 mg/dL) dibandingkan dengan olahraga tidak spesifik (-33,5 ± 50,0 mg/dL), berlari/jogging (−40.1 ± 55.1 mg/dL),

(50)

Berdasarkan penelusuran literatur yang telah dilakukan, peneliti belum banyak menemukan hasil penelitian tentang perubahan gula darah pada olahraga jenis aerobik dan olahraga jenis anaerobik. Selain itu, penelitian mengenai hubungan olahraga aerobik dan anaerobik dengan kadar gula darah jarang dilakukan. Untuk itu peneliti tertarik melakukan penelitian ini agar dapat mengetahui apakah ada perbedaan perubahan gula darah pada peserta yang melakukan olahraga aerobik dan anaerobik.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, dapat dirumuskan pertanyaan penelitian sebagai berikut: Apakah terdapat perbedaan perubahan kadar gula darah (KGD) pada kelompok peserta yang melakukan olahraga aerobik dengan kelompok peserta yang melakukan olahraga anaerobik di Garista Fitness Centre Medan.

1.3. Tujuan Penelitian

1.3.1. Tujuan Umum

Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan perubahan kadar gula darah (KGD) pada responden yang melakukan olahraga aerobik dengan responden yang melakukan olahraga anaerobik di Garista Fitness Centre.

1.3.2. Tujuan Khusus

Tujuan khusus dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perubahan Kadar gula darah (KGD) pada peserta yang melakukan olahraga (aerobik dan anaerobik).

1.4. Manfaat Penelitian

1.4.1. Bagi Peserta

(51)

1.4.2. Bagi Peneliti

(52)

iv

ABSTRAK

Latar Belakang. Diabetes merupakan kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik

hiperglikemia yang terjadi akibat sekresi insulin, kerja insulin, atau kedua-duanya. Prevalensi diabetes melitus pada tahun 2000 mencapai 171 juta jiwa dan diperkirakan akan menjadi 366 juta jiwa pada tahun 2030 dan diprediksi menjadi penyebab kematian nomor tujuh di dunia. KGD dipengaruhi oleh asupan karbohidrat, pemecahan lipid, glikogen, asam amino, insulin, dan Olahraga. Olahraga merupakan aktivitas fisik yang melibatkan banyak sistem, dilakukan secara teratur dalam jangka waktu dan intensitas tertentu. Olahraga terdiri dari olahraga aerobik dan anaerobik. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui perbedaan perubahan KGD pada orang yang melakukan olahraga aerobik dan anaerobik di Garista Fitness Centre.

Metode. Desain penelitian menggunakan metode pre-experimental design dengan bentuk

rancangan pretest-postest. Sampel penelitian diambil dengan metode consecutive sampling, sampel yang diperlukan sebanyak 40 orang, yang memenuhi kriteria inklusi. Data dikumpulkan dengan mengelompokan responden menjadi kelompok aerob dan anaerob, mengukur KGD sebelum berolahraga kemudian meminta responden untuk berolahraga dan memeriksa KGD, kemudian hasil ditabulasi dan dilakukan pengolahan pada tiap KGD yang didapat. KGD tersebut kemudian dianalisa, yang hasilnya dihasilkan dalam bentuk angka, kemudian diinterpretasikan.

Hasil. Setelah dilakukan penelitian didapatkan data dari 40 responden mengenai

perbandingan perbedaan KGD pada olahraga aerobik dan anaerobik di Garista Fitness Centre. Hasil rerata KGD sebelum berolahraga pada semua responden (aerobik dan anaerobik) adalah sebesar 103.38 mg/dl (SD=12.50) dan KGD sesudah berolahraga pada semua responden (aerobik dan anaerobik) adalah sebesar 90.83 mg/dl (SD=10.41). Hasil uji T dependen pada kedua olahraga aerob dan anaerob, nilai P masing-masing 0,0001. Hasil rerata KGD sebelum berolahraga pada responden yang berolahraga aerobik adalah sebesar 106.25 mg/dl (SD=12.17) dan KGD sesudah berolahraga pada responden yang berolahraga aerobik adalah sebesar 92.60 mg/dl (SD=9.13). Hasil rerata KGD sebelum berolahraga pada responden yang berolahraga anaerobik adalah sebesar 100.50 mg/dl (SD=12.45) dan KGD sesudah berolahraga pada responden yang berolahraga anaerobik adalah sebesar 89.05 mg/dl (SD=11.51). Hasil uji T independen pada KGD sebelum dan sesudah kedua olahraga aerob dan anaerob, nilai P adalah 0,365.

Kesimpulan. Hasil ini menunjukan terdapat perbedaan bermakna KGD pada responden

sebelum dan setelah melakukan olahraga jenis aerobik dan anaerobik. Namun Tidak terdapat perbedaan bermakna perubahan KGD pada responden yang melakukan olahraga jenis aerobik dibandingkan dengan responden yang melakukan olahraga jenis anaerobik.

(53)

v

ABSTRACT

Background. Diabetes is a group of metabolic diseases with characteristic hyperglycemia

caused by insulin secretion, insulin action, or both. The prevalence of diabetes mellitus in 2000 reached 171 million people and is expected to be 366 million in 2030 and is predicted to be the cause of death number seven in the world. Glucose level affected by the intake of carbohydrates, lipids breakdown, glycogen, amino acids, insulin, and Sports. Sport is a physical activity that involves many systems, carried out regularly within a certain period of time and intensity. Exercise consists of aerobic and anaerobic exercise. The purpose of this study to determine differences of Blood Glucose Level changes in people who do aerobic exercise and anaerobic in Garista Fitness Centre.

Method. The study design using pre-experimental design with pretest-posttest form.

Samples were taken with Consecutive Sampling method, samples are required as many as 40 people, who met the inclusion criteria. Data collected by grouping the respondents into groups of aerobic and anaerobic, measuring of Glucose Level before exercising then asked respondents to exercise and check Blood Glucose Level, then the results tabulated and processing performed on each Glucose Level obtained. The Blood Glucose Level are then analyzed and the results produced in the form of numbers, and then interpreted.

Results. After a study found data from 40 respondents regarding comparisons of Blood

Glucose Level differences in aerobic and anaerobic exercise in Garista Fitness Centre. The results mean of Glucose Level before exercising all respondents (aerobic and anaerobic) amounted to 103.38 mg / dl (SD = 12.50) and Glucose Level after exercise on all respondents (aerobic and anaerobic) amounted to 90.83 mg / dl (SD = 10.41). T test results dependent on both the aerobic and anaerobic exercise, the P value 0.0001 respectively. The results mean of Glucose Level before exercise on aerobic exercise respondents amounted to 106.25 mg / dl (SD = 12.17) and Glucose Level after exercise on aerobic exercise respondents amounted to 92.60 mg / dl (SD = 9.13). The results mean of Blood Glucose Level before exercising in respondents anaerobic exercise amounted to 100.50 mg / dl (SD = 12.45) and Blood Glucose Level after exercise on anaerobic exercise respondents amounted to 89.05 mg / dl (SD = 11.51). T independent test results on Glucose Level before and after both aerobic and anaerobic exercise, the P value was 0.365.

Conclusion. This result suggests that there are significant differences among respondent’s Blood Glucose Level before and after exercise aerobic and anaerobic. But not significantly different of Glucose Level changes in respondents who do aerobic exercise compared with respondents who exercise the type of anaerobic.

(54)

Perbedaan Perubahan Kadar Gula Darah pada Olahraga Aerobik dan

Anaerobik di Garista Fitness Centre

KARYA TULIS ILMIAH

OLEH :

KEVIN BAREZI GIRSANG

110100309

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(55)

Perbedaan Perubahan Kadar Gula Darah pada Olahraga Aerobik dan

Anaerobik di Garista Fitness Centre

KARYA TULIS ILMIAH

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh

Kelulusan Sarjana Kedokteran

OLEH :

KEVIN BAREZI GIRSANG

110100309

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(56)
(57)

ii

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala kasih dan karunia –Nya yang memampukan penulis untuk dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini sebagai salah satu tugas akhir dalam menyelesaikan pendidikan Sarjana Kedokteran di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini, saya telah mendapat banyak bimbingan, pengarahan, dukungan dan saran dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan kerendahan hati saya ingin mengucapkan terima kasih yang setulusnya kepada:

1. Dr.dr. Dharma Lindarto, SpPD-KEMD selaku Dosen Pembimbing yang telah memberikan waktu, tenaga dan pikiran untuk dapat memberikan bimbingan, saran, motivasi dan semangat sehingga Karya Tulis Ilmiah ini dapat terselesaikan. Juga kepada dr. Tri Widyawati, M.Si dan Dr. dr. Dina Keumala Sari, MG, SpGK selaku dosen penguji yang telah memberikan saran dan masukan yang membangun untuk penelitian ini.

2. Rasa cinta dan terima kasih yang tidak terhingga saya persembahkan untuk kedua orang tua saya, ayahanda Drs. Fendi Raya Girsang dan ibunda Ratna Veronika Sinaga atas segala doa, dukungan, dan semangat yang tak putus-putusnya sebagai bentuk kasih sayang kepada saya.

3. Seluruh staf pengajar dan civitas akademika Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

4. Kepada seluruh teman-teman yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu, terimakasih atas dukungan dan bantuannya.

(58)

iii

kesempurnaan karya tulis ini. Semoga kelak karya tulis ilmiah ini dapat berguna bagi kita semua.

Medan, Mei 2016

Penulis

(59)

iv

ABSTRAK

Latar Belakang. Diabetes merupakan kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik

hiperglikemia yang terjadi akibat sekresi insulin, kerja insulin, atau kedua-duanya. Prevalensi diabetes melitus pada tahun 2000 mencapai 171 juta jiwa dan diperkirakan akan menjadi 366 juta jiwa pada tahun 2030 dan diprediksi menjadi penyebab kematian nomor tujuh di dunia. KGD dipengaruhi oleh asupan karbohidrat, pemecahan lipid, glikogen, asam amino, insulin, dan Olahraga. Olahraga merupakan aktivitas fisik yang melibatkan banyak sistem, dilakukan secara teratur dalam jangka waktu dan intensitas tertentu. Olahraga terdiri dari olahraga aerobik dan anaerobik. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui perbedaan perubahan KGD pada orang yang melakukan olahraga aerobik dan anaerobik di Garista Fitness Centre.

Metode. Desain penelitian menggunakan metode pre-experimental design dengan bentuk

rancangan pretest-postest. Sampel penelitian diambil dengan metode consecutive sampling, sampel yang diperlukan sebanyak 40 orang, yang memenuhi kriteria inklusi. Data dikumpulkan dengan mengelompokan responden menjadi kelompok aerob dan anaerob, mengukur KGD sebelum berolahraga kemudian meminta responden untuk berolahraga dan memeriksa KGD, kemudian hasil ditabulasi dan dilakukan pengolahan pada tiap KGD yang didapat. KGD tersebut kemudian dianalisa, yang hasilnya dihasilkan dalam bentuk angka, kemudian diinterpretasikan.

Hasil. Setelah dilakukan penelitian didapatkan data dari 40 responden mengenai

perbandingan perbedaan KGD pada olahraga aerobik dan anaerobik di Garista Fitness Centre. Hasil rerata KGD sebelum berolahraga pada semua responden (aerobik dan anaerobik) adalah sebesar 103.38 mg/dl (SD=12.50) dan KGD sesudah berolahraga pada semua responden (aerobik dan anaerobik) adalah sebesar 90.83 mg/dl (SD=10.41). Hasil uji T dependen pada kedua olahraga aerob dan anaerob, nilai P masing-masing 0,0001. Hasil rerata KGD sebelum berolahraga pada responden yang berolahraga aerobik adalah sebesar 106.25 mg/dl (SD=12.17) dan KGD sesudah berolahraga pada responden yang berolahraga aerobik adalah sebesar 92.60 mg/dl (SD=9.13). Hasil rerata KGD sebelum berolahraga pada responden yang berolahraga anaerobik adalah sebesar 100.50 mg/dl (SD=12.45) dan KGD sesudah berolahraga pada responden yang berolahraga anaerobik adalah sebesar 89.05 mg/dl (SD=11.51). Hasil uji T independen pada KGD sebelum dan sesudah kedua olahraga aerob dan anaerob, nilai P adalah 0,365.

Kesimpulan. Hasil ini menunjukan terdapat perbedaan bermakna KGD pada responden

sebelum dan setelah melakukan olahraga jenis aerobik dan anaerobik. Namun Tidak terdapat perbedaan bermakna perubahan KGD pada responden yang melakukan olahraga jenis aerobik dibandingkan dengan responden yang melakukan olahraga jenis anaerobik.

(60)

v

ABSTRACT

Background. Diabetes is a group of metabolic diseases with characteristic hyperglycemia

caused by insulin secretion, insulin action, or both. The prevalence of diabetes mellitus in 2000 reached 171 million people and is expected to be 366 million in 2030 and is predicted to be the cause of death number seven in the world. Glucose level affected by the intake of carbohydrates, lipids breakdown, glycogen, amino acids, insulin, and Sports. Sport is a physical activity that involves many systems, carried out regularly within a certain period of time and intensity. Exercise consists of aerobic and anaerobic exercise. The purpose of this study to determine differences of Blood Glucose Level changes in people who do aerobic exercise and anaerobic in Garista Fitness Centre.

Method. The study design using pre-experimental design with pretest-posttest form.

Samples were taken with Consecutive Sampling method, samples are required as many as 40 people, who met the inclusion criteria. Data collected by grouping the respondents into groups of aerobic and anaerobic, measuring of Glucose Level before exercising then asked respondents to exercise and check Blood Glucose Level, then the results tabulated and processing performed on each Glucose Level obtained. The Blood Glucose Level are then analyzed and the results produced in the form of numbers, and then interpreted.

Results. After a study found data from 40 respondents regarding comparisons of Blood

Glucose Level differences in aerobic and anaerobic exercise in Garista Fitness Centre. The results mean of Glucose Level before exercising all respondents (aerobic and anaerobic) amounted to 103.38 mg / dl (SD = 12.50) and Glucose Level after exercise on all respondents (aerobic and anaerobic) amounted to 90.83 mg / dl (SD = 10.41). T test results dependent on both the aerobic and anaerobic exercise, the P value 0.0001 respectively. The results mean of Glucose Level before exercise on aerobic exercise respondents amounted to 106.25 mg / dl (SD = 12.17) and Glucose Level after exercise on aerobic exercise respondents amounted to 92.60 mg / dl (SD = 9.13). The results mean of Blood Glucose Level before exercising in respondents anaerobic exercise amounted to 100.50 mg / dl (SD = 12.45) and Blood Glucose Level after exercise on anaerobic exercise respondents amounted to 89.05 mg / dl (SD = 11.51). T independent test results on Glucose Level before and after both aerobic and anaerobic exercise, the P value was 0.365.

Conclusion. This result suggests that there are significant differences among respondent’s

Blood Glucose Level before and after exercise aerobic and anaerobic. But not significantly different of Glucose Level changes in respondents who do aerobic exercise compared with respondents who exercise the type of anaerobic.

(61)

vi

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN...i

KATA PENGANTAR ... Error! Bookmark not defined. ABSTRAK...iv

1.3. Tujuan Penelitian ... 3

1.3.1. Tujuan Umum ... 3

1.3.2. Tujuan Khusus... 3

1.4. Manfaat Penelitian ... 3

1.4.1. Bagi Peserta ... 3

1.4.2. Bagi Peneliti ... 4

BAB IITINJAUAN PUSTAKA ... 5

2.1. Kadar glukosa darah ... 5

2.1.1. Katabolisme Glukosa ... 5

2.1.2. Proses Pencernaan Glukosa ... 10

2.1.3. Sistem Metabolisme Otot Pada Kerja Fisik ... 12

2.2 Olahraga ... 14

2.2.1 Definisi Olahraga ... 14

2.2.2 Jenis-jenis olahraga ... 14

2.2.3. Manfaat Olahraga ... 16

2.2.4. Fisiologis Olahraga ... 17

BAB IIIKERANGKA KONSEP ... 21

3.1. Kerangka Konsep ... 21

3.2. Defenisi Operasional ... 21

3.3. Hipotesa ... 22

BAB IVMETODE PENELITIAN ... 24

Gambar

Gambar 3.1. Kerangka Teori
Tabel 3.1. Tabel Defenisi Operasional
Gambar 4.1.Rancangan dan Mekanisme Pengukuran Penelitian.
Gambar 4.2. Cara Penggunaan Hemolet
+7

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan nilai kadar gula darah sewaktu pada dewasa obesitas dan non obesitas di Kecamatan Jebres Kota Surakarta. Metode

Perbedaan Pengaruh Senam Aerobik Dan Yoga Terhadap Penurunan Kadar Gula Darah Pada Pasien DM Tipe II Di Poliklinik Khusus Penyakit Dalam RSUP M... Belum ada penelitian yang

Adanya pengaruh latihan fisik: senam aerobik terhadap penurunan kadar gula darah ini disebabkan karena senam aerobik merupakan suatu proses yang sistematis dengan

Tujuan penelitian ini adalah mengetahui perbedaan pengaruh senam aerobik dan yoga terhadap penurunan kadar gula darah pada pasien DM Tipe II.. Penelitian ini dilakukan di

Perbedaan Pengaruh Senam Aerobik Dan Yoga Terhadap Penurunan Kadar Gula Darah Pada Pasien DM Tipe II Di Poliklinik Khusus Penyakit Dalam

PERUBAHAN KADAR GULA DARAH PADA PASIEN LANJUT USIA YANG DIINDUKSI DENGAN ANESTESI

Olahraga aerobik seperti senam dapat memperlambat proses kemunduran dan penurunan kapasitas tersebut selain itu juga dapat menurunkan kadar gula darah puasa,

Olahraga aerobik seperti senam dapat memperlambat proses kemunduran dan penurunan kapasitas tersebut selain itu juga dapat menurunkan kadar gula darah puasa,