INTERPERSONAL DOKTER-PASIEN MENURUT MAHASISWA PREKLINIK DAN KLINIK UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Laporan penelitian ini ditulis sebagai salah satu
syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran
(S.Ked)
Oleh :
Azwar Lazuardi NIM 111203000081
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
v
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Alhamdulillah puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
ridho-Nya serta shalawat dan salam selalu tercurah kepada junjungan Nabi Muhammad SA
W karena dengan rahmat dan ridho-Nya saya dapat menyelesaikan penelitian dan laporan
penelitian dengan judul “Perbedaan Persepsi Tentang Keterampilan Komunikasi Interpersonal Dokter-Pasien Menurut Mahasiswa Preklinik Dan Klinik UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta”
Penyusunan laporan penelitian ini dapat terselesaikan karena bantuan dari berbagai
pihak. Oleh karena itu, saya ingin mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat:
1. Prof. DR. (HC) Dr. MK Tajuddin, Sp. And dan Dr. H. Arif Sumantri, SKM., M.Kes.
selaku Dekan lama dan baru Fakultas Kedokteran dan Ilmu Keseharatan UIN Jakarta,
2. dr. Achmad Zaki, M.Epid selaku Ketua Program Studi Pendidikan Dokter beserta
segenap dosen pendidikan dokter yang selalu membimbing dan memberikan ilmu
kepada saya selama menjalani masa pendidikan di Program Studi Pendidikan Dokter
FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. dr. Nouval Shahab, SpU, PhD, FICS, FACS dan dr. Flori Ratna Sari, Ph.D selaku
Penanggung Jawab Modul Riset Program Studi Pendidikan Dokter 2012.
4. dr. Fika Ekayanti, Dipl.FM, M.Med.Ed selaku pembimbing pertama saya walaupun
dengan kesibukan yang padat tetap selalu memberikan bimbingan, arahan, saran dan
semangat kepada saya agar penelitian ini berjalan dengan sebaik- baiknya.
5. dr. Raendi Rayendra, Sp.KK, M.Kes selaku pembimbing kedua saya yang walaupun
dengan kesibukan yang padat, masih selalu bersedia memberikan bimbingan, arahan,
saran dan semangat kepada saya agar penelitian ini berjalan dengan sebaik- baiknya.
6. dr. Witri Ardini, M.Gizi, Sp. GK selaku penguji I dan dr. Risahmawati, Ph.D selaku
penguji II skripsi saya walaupun dengan kesibukan yang padat tetap menghadiri dan
vi
7. Kedua orang tua saya tercinta, Moch. Jakfar Nasir dan Layla Rohmah, kakak
perempuan saya (Silviana Arini Masjidah) dan ke-dua adik saya (Fahrizal Arman dan
Arkham Nidhlomuddin), serta seluruh keluarga besar saya yang selalu memberikan
kasih sayang, doa, inspirasi, dan semangat, sehingga memotivasi dan menguatkan saya
dalam penelitian ini.
8. Seluruh dosen yang ditengah kesibukan masing-masing bersedia meluangkan waktu
untuk mengisi kuesioner penelitian saya.
9. Mbak Pipit sebagai Administrasi Program Studi Pendidikan Dokter yang telah
memberikan bantuan dalam memberikan data staff pengajar dalam penelitian ini.
10. Teman seperjuangan penelitian, Widiya Wati Rusli, Novia Putri, yang telah
menyemangati, membantu, dan berjuang bersama dalam menyelesaikan penelitian ini.
11. Teman- teman satu rumah Wisma Annisa dan PSPD 2012 untuk waktu yang telah
dilalui bersama selama masa pendidikan saya di FKIK UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
12. Semua pihak yang telah memberi dukungan dan doa kepada saya yang tidak dapat saya
sebutkan satu persatu
Saya menyadari laporan ini jauh dari kesempurnaan. Kritik dan saran yang membangun dari
semua pihak akan saya terima demi terwujudnya laporan penelitian yang lebih baik. Saya
berharap penelitian ini dapat bermanfaat bagi semua pihak. Akhir kata, semoga segala bentuk
dukungan dan bantuan yang diberikan dalam penelitian ini akan mendapat balasan, barokah
dan ridho dari Allah SWT, Aamiin.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Jakarta, 16 Oktober 2015
vii ABSTRAK
Keterampilan interpersonal dokter yang baik dalam berkomunikasi dengan pasien dapat memberikan dampak pada kesehatan yang lebih baik, kenyamanan, kepuasan, dan kepatuhan pasien dalam rencana penatalaksanaan yang diberikan, menurunkan terjadinya malpraktik, serta perselisihan antara dokter dan pasien. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan persepsi tentang keterampilan komunikasi interpersonal dokter dan pasien menurut sudut pandang mahasiswa tahap preklinik dan klinik PSPD UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Desain penelitian ini adalah deskriptif analitik cross sectional dengan teknik pengambilan sampel consecutive sampling. Setelah dilakukan penyebaran kuosioner, terkumpul sebanyak 186 buah. Data dikumpulkan pada bulan September- Oktober 2015 dan dianalisa menggunakan SPSS 22 dan di uji statistik Chi-square test. Pada penelitian ini terdapat perbedaan yang signifikan pada persepsi sikap dan perilaku dokter: mengapresiasi tindakan dan jenis pengobatan yang pernah dilakukan oleh pasien, selama pemeriksaan dokter terlihat tenang dan hal itu menenangkan pasien, dokter harus menyapa dengan memanggil nama pasien, dan seorang dokter menyembunyikan penyakit yang dialami pasiennya menurut mahasiswa preklinik dan klinik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Kata kunci: keterampilan komunikasi interpersonal, komunikasi dokter-pasien, sikap dan prilaku dokter mahasiswa preklinik dan klinik.
ABSTRACT
Good interpersonal skills of physicians in communicating with patients can have an impact on better health, comfort, satisfaction, and patient compliance in a given management plan, reduce the occurrence of malpractice as well as disputes between doctors and patients. The aim of this study was to determine differences in the perception of the interpersonal communication skills of doctors and patients according to the viewpoint of the preclinical and clinical students of PSPD UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. This descriptive-analytic study uses cross-sectional design and consecutive sampling As many as 186 pieces of quetionnaires were collected Data were collected in September - October 2015 and analyzed using SPSS 22 and statistically tested by Chi-square test. There are significant differences in perceptions of the attitudes and behavior of physicians: The physicians appreciate the action and the kind of treatment that have been done by the patient, the physicians look calm and it is reassuring to patients during the examination, the physicians should make greetings by calling the name of the patient, and the physicians hide patients’ diseases according to preclinical and clinical students of UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
viii DAFTAR ISI
LEMBAR JUDUL ... i
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... ii
LEMBAR PERSETUJUAN ... iii
LEMBAR PENGESAHAN ... iv
KATA PENGANTAR ... v
ABSTRAK ... vii
DAFTAR ISI... viii
DAFTAR TABEL ... x
DAFTAR GAMBAR ... xii
DAFTAR SINGKATAN ... xiii
BAB I PENDAHULUAN 2.1 Keterampilan Interpersonal ... 4
2.1.1 Definisi... 4
2.1.2 Faktor yang Mempengaruhi Keterampilan Interpersonal ... 7
2.1.3 Pentingnya Keterampilan Interpersonal ... 8
2.1.4 Langkah Mengembangkan Keterampilan Interpersonal... 8
2.2 Komunikasi Dokter-Pasien ... 9
2.2.1 Definisi... 9
2.2.2 Komponen dalam Komunikasi ... 10
2.2.3 Tujuan dan Manfaat Komunikasi Dokter-Pasien... 11
2.2.3.1 Tujuan ... 11
2.2.3.2 Manfaat ... 12
2.2.4 Cara Membangun Komunikasi dengan Pasien ... 12
2.2.5 Struktur Komunikasi Dokter-Pasien ... 14
2.3 Sikap ... 16
2.3.1 Definisi Sikap ... 16
2.3.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Sikap ... 16
2.4 Mahasiswa Kedokteran ... 16
2.4.1 Definisi Mahasiswa Kedokteran tingkat Preklinik dan Mahasiswa Tingkat Klinik ... 16
2.5. Hubungan Tingkat Mahasiswa Kedokteran Dengan Persepsi Keterampilan Komunikasi Interpersonal ... 17
2.6. Kerangka Teori ... 17
2.7. Kerangka Konsep ... 18
ix BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian ... 20
3.2 Waktu dan Tempat Penelitian ... 20
3.3 Populasi dan Sampel Penelitian ... 20
3.3.1 Populasi ... 20
3.3.2 Jumlah Sampel ... 21
3.3.3 Cara Pengambilan Sampel ... 21
3.3.4 Kriteria Sampel ... 22
3.3.4.1 Kriteria Inklusi ... 22
3.3.4.2 Kriteria Ekslusi ... 22
3.4 Langkah Kerja Penelitian ... 23
3.5 Manajemen Data ... 23
3.5.1 Variabel Penelitian ... 23
3.5.2 Instrumen Penelitian ... 23
3.5.3 Pengumpulan Data ... 23
3.5.4 Pengolahan dan Penyajian Data ... 24
3.5.5 Analisis Data ... 24
3.6 Etika Penelitian ... 24
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian ... 25
4.1.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 25
4.1.2 Data Hasil Penelitian ... 25
4.1.2.1 Distribusi Responden Penelitian ... 25
4.2 Pembahasan ... 34
4.3 Keterbatasan Penelitian ... 35
4.4 Kelebihan Penelitian ... 35
BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan ... 36
5.2 Saran ... ... ... ... ... ... 36
DAFTAR PUSTAKA ... 37
x DAFTAR TABEL
Tabel 2.1. Taksonomi Keterampilan Interpersonal ... 5
Tabel 3.4 Langkah Kerja Penelitian ... 36
Tabel 4.1. Distribusi Responden ... 25
Tabel 4.2. Perbedaan Persepsi persepsi mahasiswa terhadap kemampuan
dokter untuk menjelaskan dengan gamblang pengobatan yang
harus dilakukan oleh pasien ... 26
Tabel 4.3. Perbedaan persepsi mahasiswa terhadap apresiasi seorang
dokter atas tindakan dan jenis pengobatan yang pernah
dilakukan oleh pasien sebelumnya ... 26
Tabel 4.4. Perbedaan persepsi mahasiswa terhadap selama pemeriksaan
dokter terlihat tenang dan hal itu menenangkan pasiennya... 27
Tabel 4.5. Perbedaan persepsi mahasiswa terhadap dokter harus
memperhatikan pasien saat pasien berbicara... 28
Tabel 4.6. Perbedaan persepsi mahasiswa terhadap suara dokter harus
terdengar oleh pasien saat menjelaskan diagnosis pasien ... 28
Tabel 4.7. Perbedaan persepsi mahasiswa terhadap seorang dokter juga
menanyakan tempat tinnggal pasiennya... 29
Tabel 4.8. Perbedaan persepsi mahasiswa terhadap seorang dokter harus
mengingat nama pasien dengan baik... 30
Tabel 4.9. Perbedaan persepsi mahasiswa terhadap pasien harus
mendapatkan penjelasan yang lengkap tentang penyakit yang
diderita dari seorang dokter ... 30
Tabel 4.10. Perbedaan persepsi mahasiswa terhadap seorang dokter harus
menyapa dan mamanggil nama pasien... 31
Tabel 4.11. Perbedaan persepsi mahasiswa terhadap seorang dokter
menjelaskan penyakit yang dialami oleh pasien dari awal
xi
Tabel 4.12. Perbedaan persepsi mahasiswa terhadap seorang dokter
menyembunyikan diagnosis penyakit yang dialami pasiennya. .. 32
xii DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1. Model keterampilan Interpersonal ... 7
Gambar 2.2. Model Proses Komunikasi ... 11
xiii DAFTAR SINGKATAN
FKIK : Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
IDI : Ikatan Dokter Indonesia
KBBI : Kamus Besar Bahasa Indonesia
KKI : Konsil Kedokteran Indonesia
MKDKI : Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia
PSPD : Program Studi Pendidikan Dokter
1
BAB I PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Komunikasi adalah pengiriman atau penerimaan suatu pesan atau berita antara dua
orang atau lebih sehingga pesan yang disampaikan dapat dipahami.1 Dengan berkomunikasi
maka seseorang akan saling bertukar informasi yang baru. Berkomunikasi merupakan
kebutuhan manusia untuk berinteraksi sosial setiap hari, maka komunikasi adalah hal dasar
yang diperlukan untuk berinteraksi sosial, baik itu komunikasi secara verbal ataupun
komunikasi secara nonverbal. Agar berita yang berikan kepada orang lain dapat ditangkap,
diperlukan suatu pemahaman antara individu yang menyampaikan berita dengan individu
yang menerima berita. Persamaan bahasa dan gerakan tubuh adalah salah satu contoh
pemahaman dalam komunikasi. Dalam lingkungan sosial komunikasi yang berlangsung
tidak sama, bergantung pada lingkungan yang ada di masyarakat. Seperti contoh komunikasi
yang dilakukan dalam lingkup sosial kesehtan yang dibahas dalam penjelasan berikut.
Secara umum definisi komunikasi kesehatan adalah komunikasi yang berkaitan
dengan dunia kesehatan. Komunikasi kesehatan merupakan proses komunikasi yang
melibatkan pesan, unsur-unsur atau peserta yang berhubungan dengan lingkup kesehatan.
Peserta komunikasi kesehatan ini antara lain pemerintah, organisasi kesehatan, institusi
kesehatan, dokter, perawat, staff kesehatan lain, pasien dan orang lain. Dalam praktek medis
komunikasi dokter dan pasien merupakan satu kunci dokter dalam memberikan pelayanan
medis. Jika komunikasi yang dilakukan baik maka akan memudahkan seorang dokter mencari
informasi tentang penyakit yang dialami oleh pasiennya dan dokter juga mudah untuk
mendiagnosa penyakit yang diderita oleh pasien serta tatalaksana yang akan dilakukan
kepada pasien. Komunikasi yang baik dan efektif antara dokter-pasien akan berdampak pada
kesehatan yang lebih baik, kenyamanaan, kepuasan dan kepatuhan pasien dalam tatalaksana
yang diberikan, seta menurunkan terjadinya malpraktik dan perselisihan antara dokter dan
Menurut Dr. Sabir Alwy, Wakil Ketua Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran
Indonesia (MKDKI) dalam acara temu media di Kantor Kementerian Kesehatan, kurangnya
komunikasi yang baik antara dokter-pasien masih menjadi penyebab banyaknya pengaduan
kasus malpraktik yang dilakukan oleh dokter dan dokter gigi. Akibatnya walaupun dokter
telah melakukan tugas sesuai standar yang ditetapkan, pasien tetap merasa dirugikan karena
tidak adanya informasi yang diterima sehingga apa yang terjadi tidak sesuai dengan harapan
pasien. Sampai bulan Maret 2011 sebanyak 217 kasus telah ditangani oleh MKDKI terkait
pelanggaran disiplin yang dilakukan dokter atau dokter gigi. Apabila dirincikan sebanyak
80% disebabkan oleh kurangnya komunikasi antara dokter-pasien, dan disiplin ilmu yang
diadukan umunya terjadi pada dokter umum. 3
Dalam kasus seperti ini kunci utama dari seorang dokter adalah keterampilan
berkomunikasi untuk menyampaikan sebuah informasi. Jika dokter tidak pandai untuk
memberi pemahaman kepada pasien maka akan terjadi kesalahan presepsi oleh pasien yang
dapat diadukan kepada MKDKI ataupun aparat hukum. Sebaliknya Menurut Dr. Sabir,
terkadang pasien akan merasa senang dengan terapi yang dilakukan seorang dokter walaupun
tidak memuaskan ketika dokter tersebut dapat berkomunikasi dengan baik walaupun terdapat
unsur pelanggaran disiplin dalam terapi tersebut. 3
Oleh karena itu peneliti tertarik untuk meneliti bagaimana komunikasi dokter dan
pasien yang efektif menurut sudut pandang mahasiswa fakultas kedokteran UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta. Peneliti akan membandingkan antara pandangan mahasiswa preklinik
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan mahasiswa klinik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
tentang komunikasi interpersonal dokter dan pasien.
1.2.Rumusan Masalah
Rumusan masalah penelitian ini adalah apakah terdapat perbedaan persepsi menurut
sudut pandang mahasiswa preklinik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan mahasiswa klinik
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tentang keterampilan komunikasi interpersonal dokter dan
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan umum
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan persepsi tentang
keterampilan komunikasi interpersonal dokter dan pasien menurut sudut pandang
mahasiswa preklinik dan mahasiswa klinik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
1.3.2 Tujuan khusus
1. Untuk mengetahui sudut pandang mahasiswa preklinik UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta terhadap keterampilan komunikasi interpersonal dokter dan pasien.
2. Untuk mengetahui sudut pandang mahasiswa klinik UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta terhadap keterampilan komunikasi interpersonal dokter dan pasien. 1.4 Manfaat penelitian
1.4.1 Bagi instansi terkait
1. Memberikan informasi terkait sudut pandang mahasiswa preklinik dan mahasiswa
klinik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tentang keterampilan komunikasi interpersonal dokter-pesien yang efektif.
2. Memberikan masukan dalam upaya pengembangan komunikasi interpersonal
dokter dan pasien yang efektif ketika pelaksanaan keterampilan klinik dasar di Fakultas UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
1.4.2 Bagi peneliti
1. Untuk menambah pengalaman dalam penelitian dan wawasan pengetahuan mengenai komunikasi interpersonal dokter dan pasien menurut sudut pandang mahasiswa preklinik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan mahasiswa klinik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
4
TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Keterampilan Interpersonal
2.1.1 Definisi
Secara umum keterampilan interpersonal dapat didefinisikan sebagai
keterampilan yang dibutuhkan seseorang untuk berkomunikasi secara efektif dengan
orang lain.4 Keterampilan interpersonal merupakan keterampilan untuk mengenali dan
merespon perasaan sikap dan perilaku orang lain. Bagaimana cara kita dapat
membangun hubungan yang harmonis dan memahami serta merespon orang lain
merupakan bagian dari keterampilan interpersonal.5 Menurut Johnson, keterampilan
interpersonal adalah kemampuan seseorang untuk berinteraksi secara efektif dengan
orang lain baik saat memulai mengembangkan dan memelihara hubungan yang terjadi.6
Keterampilan interpersonal sangat penting hubungannya dengan interaksi antar
individu, yang mencakup skill untuk bersosialisasi dengan keberagaman sifat dan perbedaan lingkungan masing-masing individu. Namun di kalangan masyarakat,
keterampilan interpersonal sudah dianggap sebagai keterampilan yang dilakukan
sehari-hari sehingga banyak masyarakat yang mengganggap remeh keterampilan
interpersonal.7
Keterampilan interpersonal bisa digambarkan sebagai “kecerdasan sosial” suatu
individu. Menurut Fiore sudah banyak penelitian mencakup hal-hal yang terkandung
di dalam komunikasi interpersonal. Salah satunya adalah penelitian disajikan dalam
Tabel 2.1 Taksonomi keterampilan interpersonal.9
Keterampilan
Interpersonal Deskripsi Keterampilan Terkait
Keterampilan Komunikasi
Mendengar aktif
Menaruh perhatian penuh pada apa yang dikatakan, menanyakan pihak lain untuk menjelaskan lebih tepat tentang apa yang ia katakan, dan
Mengirim pesan verbal secara konstruktif
Mengabarkan;
mengekspresikan diri anda dengan gamblang; mengkomunikasikan
emosi; komunikasi
inteerpersonal
Komunikasi tertulis
Menulis dengan jelas dan tepat Kejelasan;
mengkomunikasikan arti yang dimaksudkan
Komunikasi tegas
Secara langsung mengekspresikan perasaan, pilihan, kebutuhan dan opini seseorang dengan cara yang
Menguatkan atau menggantikan komunikasi wicara melalui penggunaan bahasa tubuh, isyarat, suara, atau benda-benda
Pemahaman dan bekerja dengan orang lain dalam grup atau timl termasuk menawarkan bantuan kepada yang membutuhkan dan mengerjakan aktivitas untuk memenuhi kebutuhan tim
Penyesuaian; kesadaran
berbagi bersama
situasional; pelaksanaan pengawasan dan umpan
balik; hubungan
Kepekaan antar-budaya
Menghargai perbedaan individu diantara orang-orang
Penerimaan; keterbukaan terhadap ide-ide baru; kepekaan kepada orang lain; relasi lintas budaya
Orientasi pelayanan
Sebuah perangkat kecendrungan individu dasar dan kecondongan untuk menyediakan pelayanan, menjadi sopan dan penolong dalam berhadapan dengan pelanggan, klien, dan rekan
Melampaui ekspektasi pelanggan; keterampilan kepuasan pelanggan;
kemampuan untuk
menjaga hubungan baik dengan klien; penjualan; membangun hubungan; mewakili organisasi kepada pelanggan dan publik
Presentasi diri
Proses dimana seorang individu mencoba mempengaruhi reaksi dan gambaran yang orang miliki tentang mereka dan ide-ide mereka; mengelola kesan-kesan agar mencakup range yang luas dari perilaku yang dapat membentuk pengaruh positif kepada rekan kerja
Ekspresi diri; pengelolaan adopsi perilaku, kepercayaan dan sikap yang spesifik; mempengaruhi distribusi keuntungan dan kerugian pada organisasi melalui sebuah aksi
Etika bisnis; pemberian alasan; keramahan;
Mengadvokasi sebuah posisi dengan pikiran terbuka, tidak memasukkan pertentangan dengan anggota lain ke dalam urusan pribadi, menempatkan diri pada posisi orang lain, mengikuti argument rasional dan mencegah evaluasi yang terlalu dini, dan mencoba mempersatukan ide-ide terbaik dari seluruh pandangan dan perspektif
Klein, DeRouin, dan Salas menyimpulkan bahwa efektivitas keterampilan
interpersonal membutuhkan berbagai macam kompetensi yang berasal dari
pengalaman, insting, dan belajar tentang konteks sosial tertentu. Mereka berpendapat
bahwa keterampilan interpersonal adalah keterampilan yang mencakup kemampuan
dalam goal-directedbehaviors, komunikasi, kompetensi dalam membangun hubungan, menggunakan persepsi konseptual atau proses kognitif dalam interaksinya, secara
verbal atau nonverbal dinamikanya, memotivasi dan memberikan harapan.8
2.1.2 Faktor yang mempengaruhi Keterampilan Interpersonal
Didalam penelitiannya Klein, DeRouin, dan Salas juga mengembangkan model
kinerja keterampilan interpersonal yang menunjukkan berbagai faktor yang
mempengaruhi keterampilan interpersonal seperti ciri-ciri kepribadian, pengalaman
hidup sebelumnya, dan karakteristik situasi, komunikasi dan membangun hubungan
keterampilan dasar penggunaan individu dalam situasi, dan hasil bagi individu,
kelomok dan organisasi.8
2.1.3 Pentingnya Keterampilan Interpersonal
Di Inggris, General Medical Council telah menetapkan bahwa standar praktek medis yang baik yaitu seorang dokter harus mengutamakan perawatan pasien yang
mereka tangani. Untuk mencapai tujuan ini dokter dituntut selalu up to date, mempertahankan dan meningkatkan mutu kerja. Namun keterampilan interpersonal
dokter merupakan hal terpenting yang harus dijaga, karena dapat menjaga standar klinis
dan bermanfaat dalam jangka panjang.10
Berbagai manfaat yang bisa didapat dari keterampilan interpersonal yang baik,
diantaranya:10 a) Mengurangi litigasi, b) Menciptakan lingkungan yang ramah bagi
pasien dan staf, c) Peningkatan produktivitas staf, d) Manajemen waktu yang efektif,
e) Peningkatan perawatan pasien, f) Pengembangan reputasi yang baik untuk lembaga
atau rumah sakit, g) Memberikan kualitas pelatihan yang baik bagi karyawan dan siswa
2.1.3 Langkah Mengembangkan Keterampilan Interpersonal
Dalam mencapai kompetensi interpersonal seseorang tidak bisa memahami
teori yang didapatkan saja karena antara teori dengan kejadian di dunia nyata sangat berbeda.
Pernyataan diatas menyarankan kita untuk melakukan kajian tentang bagaimana keterampilan
interpersonal dapat kita lakukan dalam dunia nyata.11
Menurut Glaser, cara yang tepat untuk meningkatkan keterampilan
interpersonal adalah dengan mengajarkan keterampilan interpersonal di dalam kelas dengan
menggunakan seorang instruktur dengan pengelompokan tingkatan kompetensi yang
dipelajari. Berikut ini adalah urutan kegiatan pembelajaran yang bisa dilakukan.12
a. Instruksi langsung
Metode yang digunakan adalah metode perkuliahan yakni mendefinisikan,
menjelaskan, dan menggambarkan, menargetkan keterampilan secara langsung.
b. Praktek menulis
Instruktur memberikan masalah yang berhubungan dengan keterampilan
interpersonal. Kemudian siswa diminta untuk membuat persyaratan terkait masalah
c. Self monitoring
Siswa langsung dihadapkan dalam kehidupan sebenarnya dan disuruh untuk
menggembangkan respon terampil yang sesuai dalam situasi tersebut (Studi kasus).
d. Modelling
Instruktur mengajak orang-orang yang ahli dalam bidang keterampilan
interpersonal. Kemudian menyuruh mereka untuk mempraktekkannya di depan para
siswa. Kemudian siswa disuruh untuk mencatat keterampilan apa saja yang mereka
lihat dari praktek yang dilakukan oleh para ahli.
e. Rehearsal
Setelah mendapatkan kurikulum modelling, siswa diperintahkan untuk mempraktekkan kasus yang diberikan oleh instruktur secara berpasangan.
Masing-masing siswa mencatat keterampilan yang dilakukan oleh lawan mainnya
f. In vivo practice
Dalam kurikulum ini siswa disuruh untuk menentukan alur cerita tentang keterampilan interpersonal dalam sebuah kasus yang mereka buat sendiri. Kemudian
siswa tersebut disuruh untuk mengevaluasi keterampilan yang telah mereka tampilkan
dalam kasusnya.
2.2 Kominikasi Dokter-Pasien 2.2.1 Definisi
Berdasarkan etimologi komunikasi berasal dari kata communicare yang berarti
“membuat sama”. Menurut Effendy, istilah komunikasi berasal dari kata latin
communication, dan bersumber dari kata communis yang berarti sama.13
Arti kata “sama” disini adalah sama dalam pemaknaan. Menurut Kamus besar Bahasa Indonesia (KBBI) komunikasi adalah pengiriman atau penerimaan suatu pesan
atau berita antara dua orang atau lebih sehingga pesan yang disampaikan dapat
dipahami.1
Menurut Konsil Kedokteran Indonesia (KKI) komunikasi dokter pasien adalah
hubungan yang berlangsung antara dokter / dokter gigi dengan pasien selama proses
pemeriksaan / pengobatan/ perawatan yang terjadi di ruang praktik perorangan,
poliklinik, rumah sakit, dan puskesmas dalam rangka membantu menyelesaikan
pasien, keluarga, dan masyarakat adalah keterampilan yang penting untuk media dan
penghubung terkait hasil penatalaksanaan.15
2.2.2 Komponen dalam Komunikasi
Kemampuan melakukan komunikasi tidak hanya dilihat dari keterampilan
berkomunikasi saja, namun ada beberapa aspek yang harus diperhatikan dalam
melakukan komunikasi yang baik dan benar. Menurut Konsil Kedokteran Indonesia
(KKI), aspek-aspek yang harus diperhatikan dalam melakukan komunikasi adalah: 14
1. Sumber (pengirim pesan)
Sumber adalah orang yang mengirimkan pesan kepada orang lain, pesan yang
dikirim dapat berupa pesan verbal ataupun pesan non verbal.
2. Penerima pesan
Penerima pesan akan menerjemahkan pesan yang telah dikirim sesuai dengan
kemampuan penerjemahan pesan yang ia miliki. Hal ini dipengaruhi oleh berbagai
faktor seperti perbedaan sudut pandang, pengalaman, atau pengetahuan, perbedaan
budaya, masalah bahasa, dan lain sebagainya.
3. Pesan
Pesan adalah informasi yang disampaikan oleh sumber kepada penerima. Pesan
dapat berupa verbal ataupun non-verbal.
4. Media
Media adalah sarana yang digunakan dalam menyalurkan pesan.
5. Feedback
Feedback merupakan pesan balasan yang dikirim oleh penerima kepada sumber. Hal ini harus dilakukan untuk mengklarifikasikan pesan yang telah disampaikan
oleh sumber apakah dapat dipahami oleh penerima.
6. Noise
Gambar 2.2. Proses Komunikasi.16
2.2.3 Tujuan dan Manfaat Komunikasi Dokter-Pasien 2.2.3.1 Tujuan
Menurut Ong, dalam komunikasi dokter-pasien terdapat tiga tujuan yang
berbeda, yaitu:17
1. Menciptakan hubungan interpersonal yang baik
Terciptanya hubungan yang baik antara dokter-pasien merupakan salah satu
syarat untuk melakukan kegiatan medis. Hubungan dokter-pasien yang baik akan
berdampak pada kepuasan, pemahaman, dan kepatuhan pasien dalam tatalaksana
yang diberikan.
2. Pertukaran komunikasi
Maksud dari pertukaran komunikasi ini adalah dokter mendapatkan informasi
dari pasien terkait masalah yang dihadapi pasien sehingga dokter dapat
mendiagnosis dengan tepat dan melakukan penatalaksanaan yang sesuai.
3. Pengambilan keputusan medis
Saat ini konsep yang dilakukan untuk pengambilan keputusan bukan
“patient centered” yang menekankan pentingnya memahami pengalaman pasien
akan penyakit yang dialami serta faktor-saktor sosial dan lingkungan yang
berhubungan dengan kondisi pasien.
2.2.3.2 Manfaat
Kemampuan interpersonal dokter sangat penting didalam membentuk
hubungan yang kuat dengan pasien. Banyak pasien yang menginginkan hubungan yang
kuat dengan dokter layanan primer. Hubungan yang kuat antara dokter-pasien tidak
hanya berdampak pada tingkat emosional saja tetapi dapat mempengaruhi kepatuhan
pasien terhadap pemulihan yang dilakukan seorang dokter.18
Konsil Kedokteran Indonesia menyatakan bahwa manfaat komunikasi efektif
yang terjadi antara dokter-pasien diantaranya adalah:14
1. Meningkatkan kepuasan pasien dalam menerima pelayanan medis dari dokter
atau institusi pelayanan medis
2. Meningkatkan kepercayaan pasien kepada dokter yang merupakan dasar
hubungan dokter-pasien yang baik.
3. Meningkatkan keberhasilan diagnosis terapi dan tindakan medis.
4. Meningkatkan kepercayaan diri dan ketegaran pada pasien fase terminal dalam
menghadapi penyakitnya.
2.2.4 Cara Membangun Komunikasi dengan Pasien
Saat ini, masih banyak perbedaan pendapat tentang bagaimana cara melakukan
komunikasi dokter-pasien yang efektif. Namun kemampuan berkomunikasi seseorang
itu berbeda antar individu. Pada saat yang sama, banyak organisasi profesional dan
akademik sekarang juga didefinisikan sebagai elemen kunci dari keterampilan
komunikasi. Dewan Akreditasi untuk Sarjana Pendidikan Kedokteran
merekomendasikan bahwa dokter harus kompeten dalam lima keterampilan
komunikasi kunci: (1) mendengarkan secara efektif, (2) memunculkan informasi
menggunakan keterampilan bertanya efektif; (3) menyediakan informasi dengan
menggunakan keterampilan jelas efektif; (4) konseling dan mendidik pasien; dan (5)
Menurut Jhon M. Traveline, MD dalam penelitiannya tentang komunikasi dokter
pasien menjelaskan poin-poin yang harus dimiliki ketika dokter melakukan komunikasi
dengan pasien, diantaranya:19
1. Menilai apa yang sudah pasien tahu
Sebelum memberikan informasi, dokter sebaiknya mencari tahu apakah
pasiennya sudah mengetahui tentang kondisi yang sedang dialaminya. Hal ini
memudahkan seorang dokter untuk mengetahui sejauh mana persepsi yang
diketahui oleh pasiennya sehingga nantinya ketika menjelaskan kondisi pasien bisa
tepat.
2. Menilai apa yang pasien ingin tahu
Tidak semua pasien dengan diagnosis yang sama ingin detail informasi yang
ditawarkan tentang kondisi atau perlakuan mereka disamakan dengan pasien lain.
Dengan demikian dokter harus dapat menilai apa yang diinginkan pasien atau
memahamkan pasien atau memberikan masukan tentang informasi tambahan yang
diinginkan pasien. Di dalam hal ini juga dokter harus memberikan informasi
dengan jelas dan dapat dimengerti oleh pasien. Ketika pasien sudah memahami apa
yang kita jelaskan maka kita bisa lanjutkan ke informasi selanjutnya namun jika
pasien belum memahami apa yang dijelaskan maka kita harus mengulang dari
informasi dasar.
3. Empati
Empati merupakan hal dasar yang harus dimiliki seorang dokter. Karena dengan
berempati secara tidak langsung dokter dapat mengetahui emosi yang dialami oleh
pasien. Selanjutnya dokter sebaiknya tidak meminimalisir atau mengabaikan emosi
yang sedang dialami oleh pasien karena dapat berpengaruh kepada tingkat kepuasan
pasien terhadap pelayanan yang dokter berikan.
4. Tenang
Dokter memberikan informasi secara tenang dan memberikan waktu kepada
pasien untuk memahami informasi yang baru. Sebuah pengiriman pesan dengan
tenang dan jeda yang tepat juga dapat memberikan waktu bagi pendengar untuk
merumuskan pertanyaan, yang kemudian dapat digunakan dokter untuk
Dalam sebuah studi dikatakan jika dokter terlalu sedikit memberikan waktu
untuk pasien berfikir, hal ini dapat menghilangkan kesempatan kepada pasien untuk
memahami hal-hal yang penting dalam kondisinya. Dalam situasi klinis yang buruk,
ketenangan ketika memberikan informasi dapat membantu keluarga pasien dan
pasien untuk sepenuhnya menerima dan memahami informasi yang disampaikan.
5. Buatlah jadi mudah
Dokter harus menghindari pemberian informasi kepada pasien dengan waktu
yang lama. Lebih baik dokter memberikannya dengan singkat, jelas, dan sederhana.
Dengan begitu pasien dapat memahami informasi yang telah disampaikan oleh
dokter. Dokter harus memastikan bahwa informasi yang disampaikan dapat
dipahami oleh pasien.
6. Katakan kebenaran
Dokter harus berkata jujur akan apa yang dialami oleh pasien walaupun itu
adalah hal buruk.
7. Memberi harapan
Meskipun menceritakan kebenaran adalah hal utama, namun nilai terapeutik
dalam menyampaikan sebuah harapan tidak boleh dianggap remeh, terutama pada
pasien dengan riwayat penyakit kronik dan mengalami kegawatdaruratan.
8. Perhatikan tubuh dan wajah pasien
Ketika melakukan komunikasi banyak sekali informasi yang diungkapkan oleh
pasien bukan melalui komunikasi verbal namun dalam bentuk komunikasi non
verbal.
9. Menyiapkan kondisi ketika terjadi reaksi
Untuk mencari informasi dari pasien bukan hanya dari willingness and ability
namun juga dari reaksi yang terjadi pada pasien ketika berkomunikasi.
2.2.5 Struktur Proses Komunikasi Dokter-pasien
Dalam proses komunikasi dokter-pasien terdapat struktur komunikasi yang
terdiri dari menjalin hubungan, proses wawancara, dan struktur wawancara. Ketiga hal
tersebut harus berjalan secara pararel agar dapat terbentuk suatu komunikasi dokter
Gambar 2.3 Tahap Komunikasi Dokter-Pasien.9,20
Dari gambar tahapan komunikasi dokter-pasien diatas dapat kita lihat bahwa dalam
melakukan wawancara terdapat 4 tahap yaitu:9 1) Memulai wawancara,
2.3 Sikap
2.3.1 Definisi Sikap
Secara bahasa sikap berasal dari bahasa italia yaitu attidune. Sikap adalah cara menempatkan atau membawa diri, atau merasakan jalan fikiran atau perilaku.21 LaPiere
mendefinisikan sikap sebagai suatu pola perilaku, tendensi atau kesiapan antisipasi,
prediposisi untuk menyesuaikan diri dalam kehidupan sosial.22
Azwar mendefinisikan sikap dalam 3 golongan pemikiran. Pertama pemikiran
menurut ahli psikologi, menurut mereka sikap adalah suatu bentuk evaluasi atau reaksi
mperasaan terhadap suatu objek. Reaksi perasaan yang timbul bisa berupa perasaan
memihak ataupun tidak memihak pada oibjek. Pemikiran yang kedua menurut Chave,
Bogardus, LaPierre, Mead dan Gordon Allport, sikap adalah respon tubuh yang
dilakukan oleh seseorang ketika mendapatkan suatu stimulus dengan cara-cara
tertentu. Pemikiran ketiga berorientasikan pada skema tiadik mengatakan, sikap adalah
kumpulan komponen kognitif, afektif, dan konatif yang saling berinteraksi didalam
memahami, merasakan, dan berperilaku terhadap suatu objek.23
Jadi berdasarkan definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa sikap adalah respon
tubuh berupa merasakan, memahami dan berperilaku yang timbul akibat hubungan
komponen kognitif, afektif dan konotatif terhadap suatu objek.
2.3.2Faktor-faktor yang Mempengaruhi Sikap
Menurut Azwar, ada 6 faktor yang bisa mempengaruhi sifat yang ditunjukkan
pada suatu objek, diantaranya:23 1) Pengalaman pribadi, 2) Pengaruh orang lain yang
dianggap penting, 3) Pengaruh kebudayaan, 4) Media massa, 5) Lembaga Pendidikan
atau Lembaga Agama, 6) Faktor emosional.
2.4 Mahasiswa Kedokteran
2.4.1 Definisi Mahasiswa Kedokteran tingkat Preklinik dan Mahasiswa tingkat Klinik
Mahasiswa menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia(KBBI) adalah sesorang
yang belajar di perguruan tinggi. Adapun mahasiswa kedokteran adalah seseorang
mahasiswa yang mengikuti pendidikan kedokteran.1 Mahasiswa Kedokteran tingkat
preklinik adalah mahasiswa kedokteran yang mempelajari ilmu-ilmu kedokteran dasar
disebut dengan mahasiswa Co ass adalah mahasiswa yang menerapkan ilmu-ilmu yang didapatkan saat masa preklinik di suatu rumah sakit.
2.5 Hubungan Tingkat Mahasiswa Kedokteran dengan Persepsi Keterampilan Interpersonal
Dengan bertambahnya tingkat seorang pendidikan seorang mahasiswa
kedokteran dari tingkat preklinik ke tingkat klinik maka pengalaman dan ilmu yang
didapatkan akan berbeda. Hal ini dapat berpengaruh pada persepsi seorang mahasiswa
mengenai keterampilan interpersonal dokter pasien.
Menurut Edelmen dalam penelitiannya mengenai komunikasi kesehatan, ada
empat faktor yang mempengaruhi suatu komunikasi antara dokter dan pasien yaitu:2
a) Karakter seorang dokter, b) Karakter pasien, c) Perbedaan kelas sosial dan
pendidikan sikap, keyakinan dan harapan antara kedua belah pihak, d) Situasi
lingkungan yang dihadapi (banyaknya pasien, tingkat kenalan, dan sifat masalah yang
di ajukan).
2.7 Kerangka Konsep
Keterangan :
: Diteliti
Keterangan :
Berdasarkan Kerangka konsep diatas dapat diketahui keterampilan interpersonal dapat
dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya faktor tingkat pendidikan, pengalaman yang didapat,
kebudayaan, media massa, faktor emosional, lembaga pendidikan atau lembaga agama. Pada
penelitian ini memilih faktor tingkat pendidikan dan pengalaman yang didapat dengan
2.8 Definisi Operasional
Variabel Definisi Cara Pengukuran Skala
Peng ukuran Sikap Sikap adalah pikiran dan
perasaan yang mendorong
Perilaku Perilaku adalah komponen dari sikap
Nominal (ya,tidak)
20
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian
Penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif yaitu penelitian yang
bertujuan untuk melakukan deskripsi mengenai fenomena yang ditemukan baik berupa
faktor resiko maupun efek atau hasil.24 Desain atau rancangan yang digunakan adalah
cross sectional yaitu penelitian yang dilakukan dengan cara mengamati atau mengukur suatu obyek pada waktu yang bersamaan dan sekali waktu.25
Data yang digunakan merupakan data primer menggunakan kuesioner yang
diisi oleh subjek penelitian. Data tersebut akan dianalisis untuk mengetahui adanya
perbandingan persepsi antara mahasiswa Progran Studi Pendidikan Dokter (PSPD)
Tingkat preklinik dan klinik Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta tentang keterampilan komunikasi interpersonal dokter-
pasien.
3.2 Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Fakultas Ilmu Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
(FKIK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada bulan Januari-Oktober 2015.
3.3 Populasi dan Sampel
3.3.1 Populasi
Populasi adalah keseluruhan obyek penelitian yang akan diteliti.25 Populasi
dalam penelitian ini adalah mahasiswa PSPD Preklinik dan Klinik FKIK UIN Syarif
3.3.2 Sampel
Sampel adalah sekelompok obyek yang akan di ambil dari keseluruhan objek
yang diteliti, yang dianggap mewakili seluruh populasi.25
Sampel penelitin ini adalah mahasiswa PSPD Preklinik dan Klinik UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, yang dipilih menggunakan cara consecutive sampling.
3.3.3 Cara Pemilihan Sampel
Teknik pengambilan sampel penelitian ini adalah penelitian analitik tidak
berpasangan, yaitu sebagai berikut: 25
N1 = N2 =
(��√
+��√
+
)
−
Keterangan :
N1=N2 : Jumlah sampel penelitian
Zα : derivat baku alpha (menggunakan 95% = 1,96)
Zβ : derivat baku beta (menggunakan 5%= 0,842) P : proporsi total
P1 : proporsi pada beresiko atau kasus
P2 : proporsi pada kelompok tidak terpajan/control, 50%
Q : 1-P
Q1 : 1-P1
Q2 : 1-P2
P1-P2 : perbedaan proporsi minimal yang dianggap bermakna,
Perhitungan persamaan :
Perhitungan jumlah sampel adalah sebagai berikut :
N1 = N2 =
Subjek merupakan mahasiswa PSPD Tingkat Preklinik FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Subjek merupakan mahasiswa PSPD Tingkat Klinik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
b. Kriteria Eksklusi
3.4 Langkah Kerja Penelitian
3.5 Manajemen Data 3.5.1. Variabel penelitian
Dalam penelitian ini menggunakan variabel independen dan variabel
dependen yang kemudian diolah menggunakan SPSS untuk mengetahui perbedaan persepsi
antara variabel independen dan dependen.
a. Variabel independen
Tahap pendidikan mahasiswa yaitu tahap preklinik dan klinik Program Studi
Pendidikan Dokter FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
b. Variabel dependen
Persepsi mahasiswa terhadan keterampilan komunikasi interpersonal dokter-
pasien.
3.5.2 Instrumen Penelitian.
Penelitian ini menggunakan kuesioner yang merupakan modifikasi dari kuosioner
penelitian yang disusun oleh dokter Fika Ekayanti yang terdiri dari 11 pertanyaan
mengenai sikap perilaku dokter terhadap pasiennya saat melakukan komunikasi
dokter-pasien dan dijawab menggunakan pilihan “Ya” atau “Tidak”.
3.5.3 Pengumpulan Data
Pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan cara penyebaran
kuosioner kepada mahasiswa PSPD preklinik dan klinik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3.5.4 Pengolahan danPenyajian data
Semua data dari kuosioner yang diberikan kepada subjek akan dikumpulkan dan diolah
menggunakan SPSS 22 for windows. Langkah pengolahan dimulai dengan editing,
coding, memasukkan data, dan dilanjutkan dengan penyajian data. Selanjutnya akan dilakukan analisis univariat untuk melihat karakteristik subjek penelitian dan dilakukan
analisis bivariat untuk melakukan analisis mengenai perbandingan presepsi komunikasi
interpersonal dokter-pasien antara mahasiswa PSPD prelinik dan klinik UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
3.5.5 Analisis Data
Penelitian ini menggunakan analisis univariat dan bivariat dalam pengolahan data
yang telah diambil.
3.6 Etika Penelitian
Dalam melakukan penelitian ini, peneliti perlu mendapatkan persetujuan dari
Institusi Program Studi Pendidikan Dokter UIN Syarif Hidayatullah Jakarta untuk
mengajukan permohonan malakukan kegiatan penelitian kepada mahasiswa PSPD
preklinik dan klinik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Setelah mendapatkan persetujuan melakukan penelitian, maka peneliti dapat
melakukan penelitian dengan mempertimbangkan masalah etika yang meliputi:
1. Informed Consent
Sebelum melakukan penelitian, pihak responden diberi surat persetujuan untuk
menjadi responden dengan tujuan agar subyek penelitian mengerti maksud dan tujuan
penelitian. Responden yang bersedia maka harus menandatangani surat persetujuan
dan responden yang tidak bersedia maka tidak dilibatkan dalam penelitian.
2. Anonimity (tanpa nama)
Menjelaskan kepada responden bahwa saat dilakukan proses penelitian menggunakan
alat penelitian berupa kuisioner, responden tidak perlu mencantumkan nama pada alat
3. Confidentiality
Peneliti menjelaskan masalah-masalah responden yang akan terjadi ketika proses
penelitian dan harus dirahasiakan. Kerahasiaan informasi yang telah diteliti dipastikan kerahasiaannya oleh peneliti, hanya sebagian dari data tertetu yang
25
HASIL PENELITIAAN DAN PEMBAHASAN
Penelitian ini dilakukan dengan cara pengambilan data primer di kampus
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, di tempat belajar mahasiswa atau tempat
lain yang telah disetujui sebelumnya, dan juga melalui e-mail maupun formulir
dari google document pada bulan Januari sampai Oktober 2015. Penelitian dilakukan dengan metode Consecutive Sampling. Setelah dilakukan penyebaran kuesioner, terkumpul sebanyak 186 kuesioner, terdiri dari 93 mahasiswa tingkat preklinik dan
93 mahasiswa tingkat klinik.
4.1 Hasil Penelitian
4.1.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Lokasi pengambilan data seimbang antara kampus Fakultas Kedokteran dan
Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dengan tempat dokter muda Fakultas
mahasiswa Program Studi Pendidikan Dokter tingkat klinik yang sebelumnya telah
menyesuaikan jadwal dengan mahasiswa yang bersangkutan, selain itu pengambilan
data juga dilakukan di rumah atau tempat menginap mahasiswa.
4.1.2 Data Hasil Penelitian
Pada penelitian ini didapatkan data dari 186 responden, terdiri dari 93
mahasiswa tingkat preklinik dan 93 mahasiswa tingkat klinik.
Table 4.2 Perbedaan persepsi mahasiswa terhadap kemampuan dokter untuk
menjelaskan dengan gamblang pengobatan yang harus dilakukan oleh pasien.
Kategori Ya Tidak ρ*
seorang dokter harus mampu menjelaskan dengan gamblang pengobatan yang harus
dilakukan pasien dan terdapat 40,9 Mahasiswa preklinik menyatakan pendapat yang
sama. Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara kedua persepsi mahsiswa
preklinik dan mahasiswa klinik. Setelah dilakukan analisis menggunakan Chi-Square test didapatkan nilai significancy sebesar 0,085. Karena nilai p>0,05 maka dinyatakan
tidak terdapat perbedaan bermakna antara persepsi mahasiswa preklinik dan
mahasiswa klinik terhadap kemampuan dokter menjelaskan pengobatan yang harus
dilakukan oleh pasien secara gamblang.
Tabel 4.3 Perbedaan persepsi mahasiswa terhadap apresiasi seorang dokter atas
tindakan dan jenis pengobatan yang pernah dilakukan oleh pasien sebelumnya.
Tabel 4.3 menunjukkan bahwa 45,7% mahasiswa klinik berpendapat bahwa
seorang dokter harus mengapresiasi tindakan dan jenis pengobatan yang pernah
dilakukan oleh pasien sebelumnya, sedangkan jumlah mahasiswa preklinik hal yang
sama lebih rendah yaitu sebanyak 39,8% dari total responden mahasiswa klinik.
Terdapat perbedaan persepsi antara mahasiswa klinik dan mahasiswa preklinik
terhadap apresiasi seorang dokter ats tindakan dan pengobatan yang pernah pasien
lakukan sebelumnya. Setelah dikakuan analysis Chi-square test didapatkan nilai
significancy 0,037. Karena nilai p<0,05 maka dinyatakan bahwa terdapat perbedaan
bermakna antara persepsi mahasiswa klinik dan mahasiswa preklinik terhadap
apresiasi seorang dokter atas tindakan dan jenis pengobatan yang pernah dilakukan
oleh pasien sebelumnya.
Tabel 4.4 Perbedaan persepsi mahasiswa terhadap selama pemeriksaan dokter terlihat
tenang dan hal itu menenangkan pasiennya
Kategori Ya Tidak ρ*
selama pemeriksaan dokter terlihat tenang dan hal itu menenangkan pasiennya, angka
ini lebih rendah dari persepsi yang ada di mahasiswa klinik yaitu sebanyak 46,2%
responden mahasiswa klinik yang berpendapat sama. Setelah dilakukan uji analisis
Chi-Square test di dapatkan nilai significancy 0,020. Karena nilai p<0,05 maka dinyatakan bahwa ada perbedaan yang signifikan antara mahasiswa preklinik dan
klinik terhadap ketenangan dokter selama pemeriksaan dapat mempengaruhi
Tabel 4.5 Perbedaan persepsi mahasiswa terhadap dokter harus memperhatikan
Tabel 4.5 menunjukkan 48,4% mahasiswa klinik menyatakan bahwa seorang
dokter harus memperhatikan pasien saat pasien berbicara namun angka ini berbeda
tipis dengan persepsi yang terjadi pada mahasiswa preklinik yakni sebanyak 47,8%
mengenai hal yang serupa. Namun setelah dilakukan analisis menggunakan
Chi-Square test didapatkan nilai significancy 0,833. Karena nilai p>0,005 maka dinyatakan meskipun terdapat perbedaan persepsi namun perbedaan tersebut tidak
bermakna antara mahasiswa klinik dan preklinik terhadap perhatian dokter saat pasien
berbicara.
Tabel 4.6 Perbedaan persepsi mahasiswa terhadap suara dokter harus terdengar oleh
pasien saat menjelaskan diagnosis pasien
Tabel 4.6 menunjukkan bahwa 43,5% mahasiswa preklinik menyatakan
seorang dokter ketika menjelaskan diagnosis penyakit pasien suaranya dapat
terdengar oleh pasien, hampir sama sengan pendapat mahasiswa klinik sebanyak 41,9
yang menyatakan hal serupa. Setelah dilakukan analisi menggunakan Chi-Square test
didapatkan nilai significancy sebesar 0,677. Karena nilai p>0,005 maka dinyatakan
tidak terdapat perbedaan bermakna antara persepsi mahasiswa preklinik dan
mahasiswa klinik bahwa ketika menjelaskan diagnosis penyakit pasien suara dokter
dapat terdengar oleh pasien.
Tabel 4.7 Perbedaan persepsi mahasiswa terhadap seorang dokter juga menanyakan
tempat tinnggal pasiennya
Kategori Ya Tidak ρ*
N % N %
Mahasiswa
Preklinik
87 46,8 6 3,2
0,215 Mahasiswa
Klinik
81 43,5 12 6,5
Total 168 90,3 18 9,7
Tabel 4.7 menunjukkan bahwa 46,8% mahsiswa preklinik menyatakan
seorang dokter juga menanyakan tempat tinnggal pasiennya sedangkan 43,5%
mahasiswa klinik yang sependapat dengan hal tersebut. Setelah dilakukan analisi
menggunakan Chi-Square test didapatkan nilai significancy sebesar 0,215. Karena nilai p>0,005 maka dinyatakan tidak terdapat perbedaan bermakna antara persepsi
mahasiswa preklinik dan mahasiswa klinik mengenai dokter menanyakan daerah
Tabel 4.8 Perbedaan persepsi mahasiswa terhadap seorang dokter harus mengingat
preklinik menyatakan pendapat yang sama. Tidak terdapat perbedaan yang signifikan
antara kedua persepsi mahasiswa preklinik dan mahasiswa klinik. Setelah dilakukan
analisi menggunakan Chi-Square test didapatkan nilai significancy sebesar 0,452. Karena nilai p>0,05 maka dinyatakan tidak terdapat perbedaan bermakna antara
persepsi mahasiswa preklinik dan mahasiswa klinik terhadap kemampuan dokter
mengingat nama pasien dengan baik.
Tabel 4.9 Perbedaan persepsi mahasiswa terhadap pasien harus mendapatkan
penjelasan yang lengkap tentang penyakit yang diderita dari seorang dokter
Table 4.9 menunjukkan 42,5% mahasiswa preklinik menyatakan bahwa
pasien harus mendapatkan penjelasan yang lengkap tentang penyakit yang diderita
dari seorang dokter namun angka ini berbeda tipis dengan persepsi yang terjaadi pada
mahasiswa klinik yakni sebanyak 41,4% mengenai hal yang serupa. Setelah dilakukan
analisis menggunakan Chi-Square test didapatkan nilai significancy 0,842. Karena nilai p>0,05 maka dinyatakan tidak bermakna meskipun terdapat perbedaan persepsi
antara mahasiswa klinik dan preklinik terhadap pernyataan pasien harus mendapatkan
penjelasan yang lengkap tentang penyakit yang diderita dari seorang dokter.
Table 4.10 Perbedaan persepsi mahasiswa terhadap seorang dokter harus menyapa da
n mamanggil nama pasien
Kategori Ya Tidak ρ*
N % N %
Mahasiswa
Preklinik
65 34,9 28 15,1
0,037 Mahasiswa
Klinik
78 41,9 15 8,1
Total 143 76,9 43 23,1
Table 4.10 menunjukkan 34,8 % mahasiswa preklinik berpendapat seorang
dokter harus menyapa dan mamanggil nama pasien, angka ini lebih rendah dari
persepsi yang ada di mahasiswa klinik yaitu sebanyak 41,9% responden mahasiswa
klinik yang berpendapat sama. Setelah dilakukan uji analisis Chi-Square didapatkan nilai significancy 0,037. Karena nilai p<0,05 maka dinyatakan bahwa ada perbedaan yang signifikan antara mahasiswa preklinik dan klinik terhadap perilaku dan sikap
Table 4.11 Perbedaan persepsi mahasiswa terhadap seorang dokter menjelaskan
penyakit yang dialami oleh pasien dari awal sampai tuntas.
Kategori Ya Tidak ρ*
Table 4.12 Perbedaan persepsi mahasiswa terhadap seorang dokter menyembunyikan
diagnosis penyakit yang dialami pasiennya.
Table 4.12 menunjukkan 41,4 % mahasiswa preklinik tidak setuju jika seorang
dokter menyembunyikan diagnosis penyakit yang dialami pasiennya, angka ini lebih
tinggi dari persepsi yang ada di mahasiswa klinik yaitu sebanyak 32,8% responden
mahasiswa klinik yang berpendapat sama. Setelah dilakukan uji analisis Chi-Square didapatkan nilai significancy 0,012. Karena nilai p<0,05 maka dinyatakan bahwa ada perbedaan yang signifikan antara mahasiswa preklinik dan klinik terhadap sikap dan
perilaku seorang dokter menyembunyikan diagnosis penyakit yang dialami pasiennya.
4.2 Pembahasan
Keterampilan komunikasi interpersonal merupakan bagian penting yang
dibutuhkan seseorang untuk membangun hubungan dengan orang lain. Di lingkungan
kedokteran, komunikasi interpersonal merupakan komponen yang penting bagi
seorang dokter ketika berhubungan dengan pasiennya. Komunikasi interpersonal yang
baik dengan pasien dapat memberikan rasa puas seorang pasien terhadap sikap dan
perilaku yang dilakukan oleh dokter dan pasien tidak akan menuntut dokter meskipun
tindakan yang dilakukan oleh dokter mempunyai unsur pelanggaran disiplin dalam
terapinya.3
Di dalam penelitian yang dilakukan oleh Klein, DeRouin dan Salas ditemukan
bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi keterampilan seseorang adalah
pengalaman yang diperoleh sebelumnya. Begitu juga dengan pendapat yang
diungkapkan oleh Azwar (2007) bahwa pengalaman dapat mempengaruhi sikap
seseorang untuk mengenali objek.23
Dari penelitian ini didapatkan bahwa ada beberapa keterampilan interpersonal
dokter yang menunjukkan perbedaan persepsi menurut tingkat pendidikan mahasiswa.
Keterampilan ini diantaranya.
1. Dokter mengapresiasi tindakan dan jenis pengobatan yang pernah dilakukan
pasien. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Jhon M.
Traveline, MD et al bahwa salah satu point yang harus dilakukan oleh dokter
ketika melakukan komunikasi efektif dengan pasien adalah menilai apa yang
sudah pasien tahu.19 Dengan melakukan penilaian ini seorang dokter dapat
mengetahui tatalaksana yang akan dilakukan kepada pasien selanjutnya.
Karena ketika dokter menyapaikan informasi dengan tenang kepada pasien
maka pasien dapat menerima dan mamahami informasi yang disampaikan.
2. Selama pemeriksaan dokter terlihat tenang dan hal itu menenangkan pasien,
Jhon M. Traveline, MD et al mengungkapkan bahwa selain menilai apa yang
sudah pasien tahu, ketenangan dokter saat berhadapan dengan pasien juga
dapat memepengaruhi komunikasi yang efektif.19 hal ini juga bersangkutan
dengan salah satu Five Stars doctor yakni profesionalisme. Ketika dokter terlihat tenang di depan pasien, maka pasien akan merasa bahwa dokter yang
menangani kondisi saat ini adalah dokter yang benar-benar berkompeten dan
3. Dokter harus menyapa dengan memanggil nama pasien, menurut sistem
kekerabatan yang di ungkapkan oleh Emalia Irigilati pada penelitiannya
menunjukkan bahwa untuk menunjukkan rasa hormat kepada seseorang
penting untuk menggunakan dalam bentuk kata ganti orang kedua. Kata ganti
yang sering digunakan adalah sebagai berikut: Bapak, Ibu, Mas, Mbak, Dik,
dan Adek.27 Ketika dokter memanggil pasien dengan namanya maka pasien
menganggap bahwa dokter tersebut sangat memperhatikan kondisi pasien dan
merasa bahwa yang ingin sembuh bukan hanya pasien saja namun juga
dokternya. Hal ini akan berpengaruh terhadap kepatuhan pasien dalam
penatalaksanaan yang dilakukan.
4. Seorang dokter menyembunyikan diagnosis penyakit yang dialami pasiennya.
Pernyataan ini sangat berbeda dengan penelitian yang dilakuakn oleh Mayo Clinic. Di dalam penelitiannya disebutkan salah satu kebiasaan ideal yang diharapkan oleh pasien adalah terus terang terhadap apa yang terjadi pada
pasien walaupun itu adalah kondisi yang buruk.18 Hal ini dapat merugikan
kedua belah pihak baik dokter maupun pasien. Penyampaian kebenaran
penyakit yang dialami pasien dapat membantu dokter dalam hal kepatuhan
pasien untuk mengikuti tatalaksana yang diberikan. Selain itu juga hal ini
dapat menghindarkan tuntutan pasien kepada dokter dalam penatalaksanaan
yang dilakukan.
Hal ini menunjukkan bahwa keterampilan komunikasi interpersonal
dokter harus ditekankan lebih kepada mahasiswa kedokteran agar dimasa
depan dapat terbentuk dokter yang baik.
4.3 Keterbatasan Penelitian
1. Penelitian ini hanya dilakukan disatu tempat saja yaitu PSPD UIN Sayarif
Hidayatullah Jakarta, Sehingga tidak bisa mengukur faktor-faktor lain yang
mempengaruhi persepsi keterampilan komunikasi interpersonal dokter pasien
menurut mahasiswa.
4.4 Kelebihan Penelitian
Kelebihan penelitian ini adalah mengetahui bagaimana pandangan mahasiswa
terhadap keterampilan komunikasi interpersonal dokter-pasien yang baik. Karena di
lingkungan medis para peneliti lebih sering meneliti keterampilan komunikasi
36
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan
1. Terdapat persepsi yang bermakna pada 3 sikap dan perilaku ideal seorang dokter dalam komunikasi interpersonal dokter-pasien menurut mahasiswa preklinik dan
mahasiswa klinik yaitu apresiasi seorang dokter atas tindakan dan jenis pengobatan
yang pernah dilakukan oleh pasien sebelumnya, selama pemeriksaan dokter terlihat
tenang dan hal itu menenangkan pasiennya, terhadap seorang dokter harus menyapa
dan mamanggil nama pasien, dan sikap seorang dokter menyembunyikan diagnosis
penyakit yang dialami pasiennya.
2. Tidak terdapat hubungan yang bermakna pada sikap dan perilaku dokter berikut ini:
kemampuan dokter untuk menjelaskan dengan gamblang pengobatan yang harus
dilakukan oleh pasien, dokter harus memperhatikan pasien saat pasien berbicara,
suara dokter harus terdengar oleh pasien saat menjelaskan diagnosis, dokter
menanyakan tempat tinggal pasien, dokter harus mengingat nama pasien dengan baik,
dokter mejelaskan dengan lengkap penyakit yang diderita oleh pasien, dan dokter
menjelaskan tentang penyakit pasien dari awal sampai tuntas
5.2 Saran
1. Bagi penelitian berikutnya
Melakukan penelitian mengenai keterampilan komunikasi interpersonal dokter
dan pasien yang baik bukan hanya dalam satu lingkungan agar tergambarkan
37
DAFTAR PUSTAKA
1. http://Kbbi.web.id/komunikasi
2. Arianto. Komunikasi Kesehatan: Komunikasi Antara Dokter dan Pasien. Palu: Jurnal Ilmu Komunikasi. 2013; Vol 03, No.02. Diunduh dari:
http://jurnalilkom.uinsby.ac.id/index.php/jurnalilkom/article/view/42/36
3. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Artikel; Dugaan Pelanggaran Disiplin Terbanyak Akibat Kurangnya Komunikasi Dokter-pasien. Jakarta: Pusat Komunikasi Publik Kemenkes RI. 2011. Diunduh dari:
http://www.depkes.go.id/article/print/1519/dugaan-pelanggaran-disiplin-terbanyak-akibat-kurangnya-komunikasi-dokter-dan-pasien.html
4. Shepherd T. Braham J. Carol E. Listening and Inerpersnal Skills Review. 2010 diunduh dari
http://archive.learnhigher.ac.uk/resources/files/LIPS/literature_review.pdf
5. Lestari, Riri A K. Interpersonal Skill. Jakarta: Pusat Pendidikan dan Pelatihan Pengawasan Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan. 2007.
6. W. Johson. Reaching out: interpersonal effectiveness and self-actualization. Englewood Cliffs, (N.J: Prentice-Hall, 1972). hal.54
7. CR, McConnel. Interpersonal Skills: What They Are, How to Improve Them, and How to Apply Them.2004; Apr-Jun;23(2):177-187
Diunduh dari
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/15192999
8. National Research Council. Assessing 21st Century Skills: Summary of a Workshop.
J.A. Koenig, Rapporteur. Committee on the Assessment of 21st Century Skills. Board
on Testing and Assessment, Division of Behavioral and Social Sciences and Education.
Washington, DC: The National Academies Press. 2011
9. Zakiroh, A. Persepsi Pasien Terhadap Keterampilan Interpersonal Dokter Lulusan FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Dalam Komunikasi Dokter-Pasien Di Klinik Makmur Jaya Ciputat, Tangerang Selatan. (Skripsi belum dipublikasikan). UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta. 2014.
11. Cristine NV. An Interpersonal Sklills Learning Taxonomy For Program Evaluation Instructors.Universitas of North Florida.JPAE 18(4), 739-756
Diunduh dari
http://www.naspaa.org/JPAEMessenger/Article/VOL18-4/08_Christie.pdf
12. Glaser, S.R. (1983) Interpersonal Communication Instruction: A behavioral
competency approach. Communication Education, 32, 221-225
13. Miftah M. Komuikasi Efektif dalam Pembelajaran. Semarang.Depdiknas.2012
Diunduh dari:
http://web.unair.ac.id/admin/file/f_35969_komunikasi-2012.pdf
14. Konsil Kedokteran Indonesia. Standart Kompetensi Dokter Indonesia. Jakarta: Konsil Kedokteran Indonesia. 2012.
15. J Bardley.MD Benson, Domain of Competence: Interpersonal and Communication Sklills. University of Mennisota Medical School, Minneapolis, Min. ACADEMIC PEDIATRICS. Volume14, Nmber 2 March-April 2014
16. Hartley, Peter. Interpersonal Communication. London and New York. International Thomson Publishing company.1993.
17. Ong,L.M., de Haes, J.C Hooos, A.M. and Lammes F.B. (1995). Doctor-patien communication: A review of literatory. Social science and medicine.
18. BENDAPUDI NEELI M.BERRY LEONARD L. FREY KEITH A. Et al. Patiens’
Perspectives on Ideal Physician Beheviors. Mayo Clinic Proceendings. March 2006;81(3):338-344
19. Traveline John M. Ruchinskas Robert. D’Alonzo Gilbert E. Jr. Patient-physician Communication: Why and How. Philadelphia. JAOA.2005
20. Silverman J, Kurtz S M, Draper J, Kurtz S M. Skills for Communicating with Patients. 2nd ed. Oxford, UK: Radcliffe Pub; 2005.
21. Ramdani, Neila. Sikap dan Beberapa Desinisi untuk Memahaminya. Diunduh dari
http://neila.staff.ugm.ac.id/wordpress/wp-content/upload/2008/03/definisi.pdf
22. http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/19289/4/Chapter%2011.pdf
23. Azwar,S,2009, Sikap Manusia, Teori dan Pengukurannya.Jakarta: Pustaka Pelajar. 24. Dahlan, Sopiyudin M. Langkah-langkah membuat proposal penelitian bidang
25. Sastroasmoro S, Ismail S. Dasar-dasar Metodelogi Penelitian Klinis. Edisi 3. Jakarta: CV Sagung Seto 2010
26. Hastono, Priyo S. Analisa Data Kesehatan. Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia. 2007.
40
Lampiran 3 uji validitas dari 12 responden validitas.
Variabel R Hitung R Tabel Keterangan
A1 0 0,576 Tidak Valid
A2 0 0,576 Tidak Valid
A3 0 0,576 Tidak Valid
A4 0,174 0,576 Tidak Valid
A5 0,923 0,576 Valid
A6 0 0,576 Tidak Valid
A7 0,111 0,576 Tidak Valid
A8 0,923 0,576 Valid
A9 0,923 0,576 Valid
A10 0,923 0,576 Valid
A11 0,923 0,576 Valid
A12 0,274 0,576 Tidak Valid
A13 0 0,576 Tidak Valid
A14 0,017 0,576 Tidak Valid
A15 0,923 0,576 Valid
A16 0,610 0,576 Valid
A17 0,923 0,576 Valid
A18 0 0,576 Tidak Valid
A19 0,923 0,576 Valid
A20 0,846 0,576 Valid
A21 0 0,576 Tidak Valid
Uji Reabilitas. Dari 11 Pertanaan Yang Valid
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.969 11
Item-Total Statistics
Scale Mean if
Item Deleted
Scale Variance
if Item Deleted
Corrected
Item-Total
Correlation
Cronbach's
Alpha if Item
Deleted
A8 8.83 8.152 .974 .962
A9 8.83 8.152 .974 .962
A10 8.83 8.152 .974 .962
A11 8.83 8.152 .974 .962
A15 8.83 8.152 .974 .962
A16 9.00 8.182 .562 .979
A17 8.83 8.152 .974 .962
A19 8.83 8.152 .974 .962
A20 8.92 8.083 .726 .971
A22 8.92 8.265 .636 .974