• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perbedaan Persepsi Tentang Keterampilan Komunikasi Interpersonal Dokter-Pasien Menurut Mahasiswa Preklinik Dan Klinik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Perbedaan Persepsi Tentang Keterampilan Komunikasi Interpersonal Dokter-Pasien Menurut Mahasiswa Preklinik Dan Klinik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta"

Copied!
73
0
0

Teks penuh

(1)

INTERPERSONAL DOKTER-PASIEN MENURUT MAHASISWA PREKLINIK DAN KLINIK UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

Laporan penelitian ini ditulis sebagai salah satu

syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran

(S.Ked)

Oleh :

Azwar Lazuardi NIM 111203000081

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

(2)
(3)
(4)
(5)

v

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh,

Alhamdulillah puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan

ridho-Nya serta shalawat dan salam selalu tercurah kepada junjungan Nabi Muhammad SA

W karena dengan rahmat dan ridho-Nya saya dapat menyelesaikan penelitian dan laporan

penelitian dengan judul “Perbedaan Persepsi Tentang Keterampilan Komunikasi Interpersonal Dokter-Pasien Menurut Mahasiswa Preklinik Dan Klinik UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta”

Penyusunan laporan penelitian ini dapat terselesaikan karena bantuan dari berbagai

pihak. Oleh karena itu, saya ingin mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat:

1. Prof. DR. (HC) Dr. MK Tajuddin, Sp. And dan Dr. H. Arif Sumantri, SKM., M.Kes.

selaku Dekan lama dan baru Fakultas Kedokteran dan Ilmu Keseharatan UIN Jakarta,

2. dr. Achmad Zaki, M.Epid selaku Ketua Program Studi Pendidikan Dokter beserta

segenap dosen pendidikan dokter yang selalu membimbing dan memberikan ilmu

kepada saya selama menjalani masa pendidikan di Program Studi Pendidikan Dokter

FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. dr. Nouval Shahab, SpU, PhD, FICS, FACS dan dr. Flori Ratna Sari, Ph.D selaku

Penanggung Jawab Modul Riset Program Studi Pendidikan Dokter 2012.

4. dr. Fika Ekayanti, Dipl.FM, M.Med.Ed selaku pembimbing pertama saya walaupun

dengan kesibukan yang padat tetap selalu memberikan bimbingan, arahan, saran dan

semangat kepada saya agar penelitian ini berjalan dengan sebaik- baiknya.

5. dr. Raendi Rayendra, Sp.KK, M.Kes selaku pembimbing kedua saya yang walaupun

dengan kesibukan yang padat, masih selalu bersedia memberikan bimbingan, arahan,

saran dan semangat kepada saya agar penelitian ini berjalan dengan sebaik- baiknya.

6. dr. Witri Ardini, M.Gizi, Sp. GK selaku penguji I dan dr. Risahmawati, Ph.D selaku

penguji II skripsi saya walaupun dengan kesibukan yang padat tetap menghadiri dan

(6)

vi

7. Kedua orang tua saya tercinta, Moch. Jakfar Nasir dan Layla Rohmah, kakak

perempuan saya (Silviana Arini Masjidah) dan ke-dua adik saya (Fahrizal Arman dan

Arkham Nidhlomuddin), serta seluruh keluarga besar saya yang selalu memberikan

kasih sayang, doa, inspirasi, dan semangat, sehingga memotivasi dan menguatkan saya

dalam penelitian ini.

8. Seluruh dosen yang ditengah kesibukan masing-masing bersedia meluangkan waktu

untuk mengisi kuesioner penelitian saya.

9. Mbak Pipit sebagai Administrasi Program Studi Pendidikan Dokter yang telah

memberikan bantuan dalam memberikan data staff pengajar dalam penelitian ini.

10. Teman seperjuangan penelitian, Widiya Wati Rusli, Novia Putri, yang telah

menyemangati, membantu, dan berjuang bersama dalam menyelesaikan penelitian ini.

11. Teman- teman satu rumah Wisma Annisa dan PSPD 2012 untuk waktu yang telah

dilalui bersama selama masa pendidikan saya di FKIK UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta.

12. Semua pihak yang telah memberi dukungan dan doa kepada saya yang tidak dapat saya

sebutkan satu persatu

Saya menyadari laporan ini jauh dari kesempurnaan. Kritik dan saran yang membangun dari

semua pihak akan saya terima demi terwujudnya laporan penelitian yang lebih baik. Saya

berharap penelitian ini dapat bermanfaat bagi semua pihak. Akhir kata, semoga segala bentuk

dukungan dan bantuan yang diberikan dalam penelitian ini akan mendapat balasan, barokah

dan ridho dari Allah SWT, Aamiin.

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Jakarta, 16 Oktober 2015

(7)

vii ABSTRAK

Keterampilan interpersonal dokter yang baik dalam berkomunikasi dengan pasien dapat memberikan dampak pada kesehatan yang lebih baik, kenyamanan, kepuasan, dan kepatuhan pasien dalam rencana penatalaksanaan yang diberikan, menurunkan terjadinya malpraktik, serta perselisihan antara dokter dan pasien. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan persepsi tentang keterampilan komunikasi interpersonal dokter dan pasien menurut sudut pandang mahasiswa tahap preklinik dan klinik PSPD UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Desain penelitian ini adalah deskriptif analitik cross sectional dengan teknik pengambilan sampel consecutive sampling. Setelah dilakukan penyebaran kuosioner, terkumpul sebanyak 186 buah. Data dikumpulkan pada bulan September- Oktober 2015 dan dianalisa menggunakan SPSS 22 dan di uji statistik Chi-square test. Pada penelitian ini terdapat perbedaan yang signifikan pada persepsi sikap dan perilaku dokter: mengapresiasi tindakan dan jenis pengobatan yang pernah dilakukan oleh pasien, selama pemeriksaan dokter terlihat tenang dan hal itu menenangkan pasien, dokter harus menyapa dengan memanggil nama pasien, dan seorang dokter menyembunyikan penyakit yang dialami pasiennya menurut mahasiswa preklinik dan klinik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Kata kunci: keterampilan komunikasi interpersonal, komunikasi dokter-pasien, sikap dan prilaku dokter mahasiswa preklinik dan klinik.

ABSTRACT

Good interpersonal skills of physicians in communicating with patients can have an impact on better health, comfort, satisfaction, and patient compliance in a given management plan, reduce the occurrence of malpractice as well as disputes between doctors and patients. The aim of this study was to determine differences in the perception of the interpersonal communication skills of doctors and patients according to the viewpoint of the preclinical and clinical students of PSPD UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. This descriptive-analytic study uses cross-sectional design and consecutive sampling As many as 186 pieces of quetionnaires were collected Data were collected in September - October 2015 and analyzed using SPSS 22 and statistically tested by Chi-square test. There are significant differences in perceptions of the attitudes and behavior of physicians: The physicians appreciate the action and the kind of treatment that have been done by the patient, the physicians look calm and it is reassuring to patients during the examination, the physicians should make greetings by calling the name of the patient, and the physicians hide patients’ diseases according to preclinical and clinical students of UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

(8)

viii DAFTAR ISI

LEMBAR JUDUL ... i

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... ii

LEMBAR PERSETUJUAN ... iii

LEMBAR PENGESAHAN ... iv

KATA PENGANTAR ... v

ABSTRAK ... vii

DAFTAR ISI... viii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR SINGKATAN ... xiii

BAB I PENDAHULUAN 2.1 Keterampilan Interpersonal ... 4

2.1.1 Definisi... 4

2.1.2 Faktor yang Mempengaruhi Keterampilan Interpersonal ... 7

2.1.3 Pentingnya Keterampilan Interpersonal ... 8

2.1.4 Langkah Mengembangkan Keterampilan Interpersonal... 8

2.2 Komunikasi Dokter-Pasien ... 9

2.2.1 Definisi... 9

2.2.2 Komponen dalam Komunikasi ... 10

2.2.3 Tujuan dan Manfaat Komunikasi Dokter-Pasien... 11

2.2.3.1 Tujuan ... 11

2.2.3.2 Manfaat ... 12

2.2.4 Cara Membangun Komunikasi dengan Pasien ... 12

2.2.5 Struktur Komunikasi Dokter-Pasien ... 14

2.3 Sikap ... 16

2.3.1 Definisi Sikap ... 16

2.3.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Sikap ... 16

2.4 Mahasiswa Kedokteran ... 16

2.4.1 Definisi Mahasiswa Kedokteran tingkat Preklinik dan Mahasiswa Tingkat Klinik ... 16

2.5. Hubungan Tingkat Mahasiswa Kedokteran Dengan Persepsi Keterampilan Komunikasi Interpersonal ... 17

2.6. Kerangka Teori ... 17

2.7. Kerangka Konsep ... 18

(9)

ix BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian ... 20

3.2 Waktu dan Tempat Penelitian ... 20

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian ... 20

3.3.1 Populasi ... 20

3.3.2 Jumlah Sampel ... 21

3.3.3 Cara Pengambilan Sampel ... 21

3.3.4 Kriteria Sampel ... 22

3.3.4.1 Kriteria Inklusi ... 22

3.3.4.2 Kriteria Ekslusi ... 22

3.4 Langkah Kerja Penelitian ... 23

3.5 Manajemen Data ... 23

3.5.1 Variabel Penelitian ... 23

3.5.2 Instrumen Penelitian ... 23

3.5.3 Pengumpulan Data ... 23

3.5.4 Pengolahan dan Penyajian Data ... 24

3.5.5 Analisis Data ... 24

3.6 Etika Penelitian ... 24

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian ... 25

4.1.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 25

4.1.2 Data Hasil Penelitian ... 25

4.1.2.1 Distribusi Responden Penelitian ... 25

4.2 Pembahasan ... 34

4.3 Keterbatasan Penelitian ... 35

4.4 Kelebihan Penelitian ... 35

BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan ... 36

5.2 Saran ... ... ... ... ... ... 36

DAFTAR PUSTAKA ... 37

(10)

x DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Taksonomi Keterampilan Interpersonal ... 5

Tabel 3.4 Langkah Kerja Penelitian ... 36

Tabel 4.1. Distribusi Responden ... 25

Tabel 4.2. Perbedaan Persepsi persepsi mahasiswa terhadap kemampuan

dokter untuk menjelaskan dengan gamblang pengobatan yang

harus dilakukan oleh pasien ... 26

Tabel 4.3. Perbedaan persepsi mahasiswa terhadap apresiasi seorang

dokter atas tindakan dan jenis pengobatan yang pernah

dilakukan oleh pasien sebelumnya ... 26

Tabel 4.4. Perbedaan persepsi mahasiswa terhadap selama pemeriksaan

dokter terlihat tenang dan hal itu menenangkan pasiennya... 27

Tabel 4.5. Perbedaan persepsi mahasiswa terhadap dokter harus

memperhatikan pasien saat pasien berbicara... 28

Tabel 4.6. Perbedaan persepsi mahasiswa terhadap suara dokter harus

terdengar oleh pasien saat menjelaskan diagnosis pasien ... 28

Tabel 4.7. Perbedaan persepsi mahasiswa terhadap seorang dokter juga

menanyakan tempat tinnggal pasiennya... 29

Tabel 4.8. Perbedaan persepsi mahasiswa terhadap seorang dokter harus

mengingat nama pasien dengan baik... 30

Tabel 4.9. Perbedaan persepsi mahasiswa terhadap pasien harus

mendapatkan penjelasan yang lengkap tentang penyakit yang

diderita dari seorang dokter ... 30

Tabel 4.10. Perbedaan persepsi mahasiswa terhadap seorang dokter harus

menyapa dan mamanggil nama pasien... 31

Tabel 4.11. Perbedaan persepsi mahasiswa terhadap seorang dokter

menjelaskan penyakit yang dialami oleh pasien dari awal

(11)

xi

Tabel 4.12. Perbedaan persepsi mahasiswa terhadap seorang dokter

menyembunyikan diagnosis penyakit yang dialami pasiennya. .. 32

(12)

xii DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Model keterampilan Interpersonal ... 7

Gambar 2.2. Model Proses Komunikasi ... 11

(13)

xiii DAFTAR SINGKATAN

FKIK : Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

IDI : Ikatan Dokter Indonesia

KBBI : Kamus Besar Bahasa Indonesia

KKI : Konsil Kedokteran Indonesia

MKDKI : Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia

PSPD : Program Studi Pendidikan Dokter

(14)

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Komunikasi adalah pengiriman atau penerimaan suatu pesan atau berita antara dua

orang atau lebih sehingga pesan yang disampaikan dapat dipahami.1 Dengan berkomunikasi

maka seseorang akan saling bertukar informasi yang baru. Berkomunikasi merupakan

kebutuhan manusia untuk berinteraksi sosial setiap hari, maka komunikasi adalah hal dasar

yang diperlukan untuk berinteraksi sosial, baik itu komunikasi secara verbal ataupun

komunikasi secara nonverbal. Agar berita yang berikan kepada orang lain dapat ditangkap,

diperlukan suatu pemahaman antara individu yang menyampaikan berita dengan individu

yang menerima berita. Persamaan bahasa dan gerakan tubuh adalah salah satu contoh

pemahaman dalam komunikasi. Dalam lingkungan sosial komunikasi yang berlangsung

tidak sama, bergantung pada lingkungan yang ada di masyarakat. Seperti contoh komunikasi

yang dilakukan dalam lingkup sosial kesehtan yang dibahas dalam penjelasan berikut.

Secara umum definisi komunikasi kesehatan adalah komunikasi yang berkaitan

dengan dunia kesehatan. Komunikasi kesehatan merupakan proses komunikasi yang

melibatkan pesan, unsur-unsur atau peserta yang berhubungan dengan lingkup kesehatan.

Peserta komunikasi kesehatan ini antara lain pemerintah, organisasi kesehatan, institusi

kesehatan, dokter, perawat, staff kesehatan lain, pasien dan orang lain. Dalam praktek medis

komunikasi dokter dan pasien merupakan satu kunci dokter dalam memberikan pelayanan

medis. Jika komunikasi yang dilakukan baik maka akan memudahkan seorang dokter mencari

informasi tentang penyakit yang dialami oleh pasiennya dan dokter juga mudah untuk

mendiagnosa penyakit yang diderita oleh pasien serta tatalaksana yang akan dilakukan

kepada pasien. Komunikasi yang baik dan efektif antara dokter-pasien akan berdampak pada

kesehatan yang lebih baik, kenyamanaan, kepuasan dan kepatuhan pasien dalam tatalaksana

yang diberikan, seta menurunkan terjadinya malpraktik dan perselisihan antara dokter dan

(15)

Menurut Dr. Sabir Alwy, Wakil Ketua Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran

Indonesia (MKDKI) dalam acara temu media di Kantor Kementerian Kesehatan, kurangnya

komunikasi yang baik antara dokter-pasien masih menjadi penyebab banyaknya pengaduan

kasus malpraktik yang dilakukan oleh dokter dan dokter gigi. Akibatnya walaupun dokter

telah melakukan tugas sesuai standar yang ditetapkan, pasien tetap merasa dirugikan karena

tidak adanya informasi yang diterima sehingga apa yang terjadi tidak sesuai dengan harapan

pasien. Sampai bulan Maret 2011 sebanyak 217 kasus telah ditangani oleh MKDKI terkait

pelanggaran disiplin yang dilakukan dokter atau dokter gigi. Apabila dirincikan sebanyak

80% disebabkan oleh kurangnya komunikasi antara dokter-pasien, dan disiplin ilmu yang

diadukan umunya terjadi pada dokter umum. 3

Dalam kasus seperti ini kunci utama dari seorang dokter adalah keterampilan

berkomunikasi untuk menyampaikan sebuah informasi. Jika dokter tidak pandai untuk

memberi pemahaman kepada pasien maka akan terjadi kesalahan presepsi oleh pasien yang

dapat diadukan kepada MKDKI ataupun aparat hukum. Sebaliknya Menurut Dr. Sabir,

terkadang pasien akan merasa senang dengan terapi yang dilakukan seorang dokter walaupun

tidak memuaskan ketika dokter tersebut dapat berkomunikasi dengan baik walaupun terdapat

unsur pelanggaran disiplin dalam terapi tersebut. 3

Oleh karena itu peneliti tertarik untuk meneliti bagaimana komunikasi dokter dan

pasien yang efektif menurut sudut pandang mahasiswa fakultas kedokteran UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta. Peneliti akan membandingkan antara pandangan mahasiswa preklinik

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan mahasiswa klinik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

tentang komunikasi interpersonal dokter dan pasien.

1.2.Rumusan Masalah

Rumusan masalah penelitian ini adalah apakah terdapat perbedaan persepsi menurut

sudut pandang mahasiswa preklinik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan mahasiswa klinik

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tentang keterampilan komunikasi interpersonal dokter dan

(16)

1.3 Tujuan

1.3.1 Tujuan umum

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan persepsi tentang

keterampilan komunikasi interpersonal dokter dan pasien menurut sudut pandang

mahasiswa preklinik dan mahasiswa klinik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

1.3.2 Tujuan khusus

1. Untuk mengetahui sudut pandang mahasiswa preklinik UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta terhadap keterampilan komunikasi interpersonal dokter dan pasien.

2. Untuk mengetahui sudut pandang mahasiswa klinik UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta terhadap keterampilan komunikasi interpersonal dokter dan pasien. 1.4 Manfaat penelitian

1.4.1 Bagi instansi terkait

1. Memberikan informasi terkait sudut pandang mahasiswa preklinik dan mahasiswa

klinik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tentang keterampilan komunikasi interpersonal dokter-pesien yang efektif.

2. Memberikan masukan dalam upaya pengembangan komunikasi interpersonal

dokter dan pasien yang efektif ketika pelaksanaan keterampilan klinik dasar di Fakultas UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

1.4.2 Bagi peneliti

1. Untuk menambah pengalaman dalam penelitian dan wawasan pengetahuan mengenai komunikasi interpersonal dokter dan pasien menurut sudut pandang mahasiswa preklinik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan mahasiswa klinik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

(17)

4

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Keterampilan Interpersonal

2.1.1 Definisi

Secara umum keterampilan interpersonal dapat didefinisikan sebagai

keterampilan yang dibutuhkan seseorang untuk berkomunikasi secara efektif dengan

orang lain.4 Keterampilan interpersonal merupakan keterampilan untuk mengenali dan

merespon perasaan sikap dan perilaku orang lain. Bagaimana cara kita dapat

membangun hubungan yang harmonis dan memahami serta merespon orang lain

merupakan bagian dari keterampilan interpersonal.5 Menurut Johnson, keterampilan

interpersonal adalah kemampuan seseorang untuk berinteraksi secara efektif dengan

orang lain baik saat memulai mengembangkan dan memelihara hubungan yang terjadi.6

Keterampilan interpersonal sangat penting hubungannya dengan interaksi antar

individu, yang mencakup skill untuk bersosialisasi dengan keberagaman sifat dan perbedaan lingkungan masing-masing individu. Namun di kalangan masyarakat,

keterampilan interpersonal sudah dianggap sebagai keterampilan yang dilakukan

sehari-hari sehingga banyak masyarakat yang mengganggap remeh keterampilan

interpersonal.7

Keterampilan interpersonal bisa digambarkan sebagai “kecerdasan sosial” suatu

individu. Menurut Fiore sudah banyak penelitian mencakup hal-hal yang terkandung

di dalam komunikasi interpersonal. Salah satunya adalah penelitian disajikan dalam

(18)

Tabel 2.1 Taksonomi keterampilan interpersonal.9

Keterampilan

Interpersonal Deskripsi Keterampilan Terkait

Keterampilan Komunikasi

Mendengar aktif

Menaruh perhatian penuh pada apa yang dikatakan, menanyakan pihak lain untuk menjelaskan lebih tepat tentang apa yang ia katakan, dan

Mengirim pesan verbal secara konstruktif

Mengabarkan;

mengekspresikan diri anda dengan gamblang; mengkomunikasikan

emosi; komunikasi

inteerpersonal

Komunikasi tertulis

Menulis dengan jelas dan tepat Kejelasan;

mengkomunikasikan arti yang dimaksudkan

Komunikasi tegas

Secara langsung mengekspresikan perasaan, pilihan, kebutuhan dan opini seseorang dengan cara yang

Menguatkan atau menggantikan komunikasi wicara melalui penggunaan bahasa tubuh, isyarat, suara, atau benda-benda

Pemahaman dan bekerja dengan orang lain dalam grup atau timl termasuk menawarkan bantuan kepada yang membutuhkan dan mengerjakan aktivitas untuk memenuhi kebutuhan tim

Penyesuaian; kesadaran

berbagi bersama

situasional; pelaksanaan pengawasan dan umpan

balik; hubungan

(19)

Kepekaan antar-budaya

Menghargai perbedaan individu diantara orang-orang

Penerimaan; keterbukaan terhadap ide-ide baru; kepekaan kepada orang lain; relasi lintas budaya

Orientasi pelayanan

Sebuah perangkat kecendrungan individu dasar dan kecondongan untuk menyediakan pelayanan, menjadi sopan dan penolong dalam berhadapan dengan pelanggan, klien, dan rekan

Melampaui ekspektasi pelanggan; keterampilan kepuasan pelanggan;

kemampuan untuk

menjaga hubungan baik dengan klien; penjualan; membangun hubungan; mewakili organisasi kepada pelanggan dan publik

Presentasi diri

Proses dimana seorang individu mencoba mempengaruhi reaksi dan gambaran yang orang miliki tentang mereka dan ide-ide mereka; mengelola kesan-kesan agar mencakup range yang luas dari perilaku yang dapat membentuk pengaruh positif kepada rekan kerja

Ekspresi diri; pengelolaan adopsi perilaku, kepercayaan dan sikap yang spesifik; mempengaruhi distribusi keuntungan dan kerugian pada organisasi melalui sebuah aksi

Etika bisnis; pemberian alasan; keramahan;

Mengadvokasi sebuah posisi dengan pikiran terbuka, tidak memasukkan pertentangan dengan anggota lain ke dalam urusan pribadi, menempatkan diri pada posisi orang lain, mengikuti argument rasional dan mencegah evaluasi yang terlalu dini, dan mencoba mempersatukan ide-ide terbaik dari seluruh pandangan dan perspektif

(20)

Klein, DeRouin, dan Salas menyimpulkan bahwa efektivitas keterampilan

interpersonal membutuhkan berbagai macam kompetensi yang berasal dari

pengalaman, insting, dan belajar tentang konteks sosial tertentu. Mereka berpendapat

bahwa keterampilan interpersonal adalah keterampilan yang mencakup kemampuan

dalam goal-directedbehaviors, komunikasi, kompetensi dalam membangun hubungan, menggunakan persepsi konseptual atau proses kognitif dalam interaksinya, secara

verbal atau nonverbal dinamikanya, memotivasi dan memberikan harapan.8

2.1.2 Faktor yang mempengaruhi Keterampilan Interpersonal

Didalam penelitiannya Klein, DeRouin, dan Salas juga mengembangkan model

kinerja keterampilan interpersonal yang menunjukkan berbagai faktor yang

mempengaruhi keterampilan interpersonal seperti ciri-ciri kepribadian, pengalaman

hidup sebelumnya, dan karakteristik situasi, komunikasi dan membangun hubungan

keterampilan dasar penggunaan individu dalam situasi, dan hasil bagi individu,

kelomok dan organisasi.8

(21)

2.1.3 Pentingnya Keterampilan Interpersonal

Di Inggris, General Medical Council telah menetapkan bahwa standar praktek medis yang baik yaitu seorang dokter harus mengutamakan perawatan pasien yang

mereka tangani. Untuk mencapai tujuan ini dokter dituntut selalu up to date, mempertahankan dan meningkatkan mutu kerja. Namun keterampilan interpersonal

dokter merupakan hal terpenting yang harus dijaga, karena dapat menjaga standar klinis

dan bermanfaat dalam jangka panjang.10

Berbagai manfaat yang bisa didapat dari keterampilan interpersonal yang baik,

diantaranya:10 a) Mengurangi litigasi, b) Menciptakan lingkungan yang ramah bagi

pasien dan staf, c) Peningkatan produktivitas staf, d) Manajemen waktu yang efektif,

e) Peningkatan perawatan pasien, f) Pengembangan reputasi yang baik untuk lembaga

atau rumah sakit, g) Memberikan kualitas pelatihan yang baik bagi karyawan dan siswa

2.1.3 Langkah Mengembangkan Keterampilan Interpersonal

Dalam mencapai kompetensi interpersonal seseorang tidak bisa memahami

teori yang didapatkan saja karena antara teori dengan kejadian di dunia nyata sangat berbeda.

Pernyataan diatas menyarankan kita untuk melakukan kajian tentang bagaimana keterampilan

interpersonal dapat kita lakukan dalam dunia nyata.11

Menurut Glaser, cara yang tepat untuk meningkatkan keterampilan

interpersonal adalah dengan mengajarkan keterampilan interpersonal di dalam kelas dengan

menggunakan seorang instruktur dengan pengelompokan tingkatan kompetensi yang

dipelajari. Berikut ini adalah urutan kegiatan pembelajaran yang bisa dilakukan.12

a. Instruksi langsung

Metode yang digunakan adalah metode perkuliahan yakni mendefinisikan,

menjelaskan, dan menggambarkan, menargetkan keterampilan secara langsung.

b. Praktek menulis

Instruktur memberikan masalah yang berhubungan dengan keterampilan

interpersonal. Kemudian siswa diminta untuk membuat persyaratan terkait masalah

(22)

c. Self monitoring

Siswa langsung dihadapkan dalam kehidupan sebenarnya dan disuruh untuk

menggembangkan respon terampil yang sesuai dalam situasi tersebut (Studi kasus).

d. Modelling

Instruktur mengajak orang-orang yang ahli dalam bidang keterampilan

interpersonal. Kemudian menyuruh mereka untuk mempraktekkannya di depan para

siswa. Kemudian siswa disuruh untuk mencatat keterampilan apa saja yang mereka

lihat dari praktek yang dilakukan oleh para ahli.

e. Rehearsal

Setelah mendapatkan kurikulum modelling, siswa diperintahkan untuk mempraktekkan kasus yang diberikan oleh instruktur secara berpasangan.

Masing-masing siswa mencatat keterampilan yang dilakukan oleh lawan mainnya

f. In vivo practice

Dalam kurikulum ini siswa disuruh untuk menentukan alur cerita tentang keterampilan interpersonal dalam sebuah kasus yang mereka buat sendiri. Kemudian

siswa tersebut disuruh untuk mengevaluasi keterampilan yang telah mereka tampilkan

dalam kasusnya.

2.2 Kominikasi Dokter-Pasien 2.2.1 Definisi

Berdasarkan etimologi komunikasi berasal dari kata communicare yang berarti

“membuat sama”. Menurut Effendy, istilah komunikasi berasal dari kata latin

communication, dan bersumber dari kata communis yang berarti sama.13

Arti kata “sama” disini adalah sama dalam pemaknaan. Menurut Kamus besar Bahasa Indonesia (KBBI) komunikasi adalah pengiriman atau penerimaan suatu pesan

atau berita antara dua orang atau lebih sehingga pesan yang disampaikan dapat

dipahami.1

Menurut Konsil Kedokteran Indonesia (KKI) komunikasi dokter pasien adalah

hubungan yang berlangsung antara dokter / dokter gigi dengan pasien selama proses

pemeriksaan / pengobatan/ perawatan yang terjadi di ruang praktik perorangan,

poliklinik, rumah sakit, dan puskesmas dalam rangka membantu menyelesaikan

(23)

pasien, keluarga, dan masyarakat adalah keterampilan yang penting untuk media dan

penghubung terkait hasil penatalaksanaan.15

2.2.2 Komponen dalam Komunikasi

Kemampuan melakukan komunikasi tidak hanya dilihat dari keterampilan

berkomunikasi saja, namun ada beberapa aspek yang harus diperhatikan dalam

melakukan komunikasi yang baik dan benar. Menurut Konsil Kedokteran Indonesia

(KKI), aspek-aspek yang harus diperhatikan dalam melakukan komunikasi adalah: 14

1. Sumber (pengirim pesan)

Sumber adalah orang yang mengirimkan pesan kepada orang lain, pesan yang

dikirim dapat berupa pesan verbal ataupun pesan non verbal.

2. Penerima pesan

Penerima pesan akan menerjemahkan pesan yang telah dikirim sesuai dengan

kemampuan penerjemahan pesan yang ia miliki. Hal ini dipengaruhi oleh berbagai

faktor seperti perbedaan sudut pandang, pengalaman, atau pengetahuan, perbedaan

budaya, masalah bahasa, dan lain sebagainya.

3. Pesan

Pesan adalah informasi yang disampaikan oleh sumber kepada penerima. Pesan

dapat berupa verbal ataupun non-verbal.

4. Media

Media adalah sarana yang digunakan dalam menyalurkan pesan.

5. Feedback

Feedback merupakan pesan balasan yang dikirim oleh penerima kepada sumber. Hal ini harus dilakukan untuk mengklarifikasikan pesan yang telah disampaikan

oleh sumber apakah dapat dipahami oleh penerima.

6. Noise

(24)

Gambar 2.2. Proses Komunikasi.16

2.2.3 Tujuan dan Manfaat Komunikasi Dokter-Pasien 2.2.3.1 Tujuan

Menurut Ong, dalam komunikasi dokter-pasien terdapat tiga tujuan yang

berbeda, yaitu:17

1. Menciptakan hubungan interpersonal yang baik

Terciptanya hubungan yang baik antara dokter-pasien merupakan salah satu

syarat untuk melakukan kegiatan medis. Hubungan dokter-pasien yang baik akan

berdampak pada kepuasan, pemahaman, dan kepatuhan pasien dalam tatalaksana

yang diberikan.

2. Pertukaran komunikasi

Maksud dari pertukaran komunikasi ini adalah dokter mendapatkan informasi

dari pasien terkait masalah yang dihadapi pasien sehingga dokter dapat

mendiagnosis dengan tepat dan melakukan penatalaksanaan yang sesuai.

3. Pengambilan keputusan medis

Saat ini konsep yang dilakukan untuk pengambilan keputusan bukan

(25)

“patient centered” yang menekankan pentingnya memahami pengalaman pasien

akan penyakit yang dialami serta faktor-saktor sosial dan lingkungan yang

berhubungan dengan kondisi pasien.

2.2.3.2 Manfaat

Kemampuan interpersonal dokter sangat penting didalam membentuk

hubungan yang kuat dengan pasien. Banyak pasien yang menginginkan hubungan yang

kuat dengan dokter layanan primer. Hubungan yang kuat antara dokter-pasien tidak

hanya berdampak pada tingkat emosional saja tetapi dapat mempengaruhi kepatuhan

pasien terhadap pemulihan yang dilakukan seorang dokter.18

Konsil Kedokteran Indonesia menyatakan bahwa manfaat komunikasi efektif

yang terjadi antara dokter-pasien diantaranya adalah:14

1. Meningkatkan kepuasan pasien dalam menerima pelayanan medis dari dokter

atau institusi pelayanan medis

2. Meningkatkan kepercayaan pasien kepada dokter yang merupakan dasar

hubungan dokter-pasien yang baik.

3. Meningkatkan keberhasilan diagnosis terapi dan tindakan medis.

4. Meningkatkan kepercayaan diri dan ketegaran pada pasien fase terminal dalam

menghadapi penyakitnya.

2.2.4 Cara Membangun Komunikasi dengan Pasien

Saat ini, masih banyak perbedaan pendapat tentang bagaimana cara melakukan

komunikasi dokter-pasien yang efektif. Namun kemampuan berkomunikasi seseorang

itu berbeda antar individu. Pada saat yang sama, banyak organisasi profesional dan

akademik sekarang juga didefinisikan sebagai elemen kunci dari keterampilan

komunikasi. Dewan Akreditasi untuk Sarjana Pendidikan Kedokteran

merekomendasikan bahwa dokter harus kompeten dalam lima keterampilan

komunikasi kunci: (1) mendengarkan secara efektif, (2) memunculkan informasi

menggunakan keterampilan bertanya efektif; (3) menyediakan informasi dengan

menggunakan keterampilan jelas efektif; (4) konseling dan mendidik pasien; dan (5)

(26)

Menurut Jhon M. Traveline, MD dalam penelitiannya tentang komunikasi dokter

pasien menjelaskan poin-poin yang harus dimiliki ketika dokter melakukan komunikasi

dengan pasien, diantaranya:19

1. Menilai apa yang sudah pasien tahu

Sebelum memberikan informasi, dokter sebaiknya mencari tahu apakah

pasiennya sudah mengetahui tentang kondisi yang sedang dialaminya. Hal ini

memudahkan seorang dokter untuk mengetahui sejauh mana persepsi yang

diketahui oleh pasiennya sehingga nantinya ketika menjelaskan kondisi pasien bisa

tepat.

2. Menilai apa yang pasien ingin tahu

Tidak semua pasien dengan diagnosis yang sama ingin detail informasi yang

ditawarkan tentang kondisi atau perlakuan mereka disamakan dengan pasien lain.

Dengan demikian dokter harus dapat menilai apa yang diinginkan pasien atau

memahamkan pasien atau memberikan masukan tentang informasi tambahan yang

diinginkan pasien. Di dalam hal ini juga dokter harus memberikan informasi

dengan jelas dan dapat dimengerti oleh pasien. Ketika pasien sudah memahami apa

yang kita jelaskan maka kita bisa lanjutkan ke informasi selanjutnya namun jika

pasien belum memahami apa yang dijelaskan maka kita harus mengulang dari

informasi dasar.

3. Empati

Empati merupakan hal dasar yang harus dimiliki seorang dokter. Karena dengan

berempati secara tidak langsung dokter dapat mengetahui emosi yang dialami oleh

pasien. Selanjutnya dokter sebaiknya tidak meminimalisir atau mengabaikan emosi

yang sedang dialami oleh pasien karena dapat berpengaruh kepada tingkat kepuasan

pasien terhadap pelayanan yang dokter berikan.

4. Tenang

Dokter memberikan informasi secara tenang dan memberikan waktu kepada

pasien untuk memahami informasi yang baru. Sebuah pengiriman pesan dengan

tenang dan jeda yang tepat juga dapat memberikan waktu bagi pendengar untuk

merumuskan pertanyaan, yang kemudian dapat digunakan dokter untuk

(27)

Dalam sebuah studi dikatakan jika dokter terlalu sedikit memberikan waktu

untuk pasien berfikir, hal ini dapat menghilangkan kesempatan kepada pasien untuk

memahami hal-hal yang penting dalam kondisinya. Dalam situasi klinis yang buruk,

ketenangan ketika memberikan informasi dapat membantu keluarga pasien dan

pasien untuk sepenuhnya menerima dan memahami informasi yang disampaikan.

5. Buatlah jadi mudah

Dokter harus menghindari pemberian informasi kepada pasien dengan waktu

yang lama. Lebih baik dokter memberikannya dengan singkat, jelas, dan sederhana.

Dengan begitu pasien dapat memahami informasi yang telah disampaikan oleh

dokter. Dokter harus memastikan bahwa informasi yang disampaikan dapat

dipahami oleh pasien.

6. Katakan kebenaran

Dokter harus berkata jujur akan apa yang dialami oleh pasien walaupun itu

adalah hal buruk.

7. Memberi harapan

Meskipun menceritakan kebenaran adalah hal utama, namun nilai terapeutik

dalam menyampaikan sebuah harapan tidak boleh dianggap remeh, terutama pada

pasien dengan riwayat penyakit kronik dan mengalami kegawatdaruratan.

8. Perhatikan tubuh dan wajah pasien

Ketika melakukan komunikasi banyak sekali informasi yang diungkapkan oleh

pasien bukan melalui komunikasi verbal namun dalam bentuk komunikasi non

verbal.

9. Menyiapkan kondisi ketika terjadi reaksi

Untuk mencari informasi dari pasien bukan hanya dari willingness and ability

namun juga dari reaksi yang terjadi pada pasien ketika berkomunikasi.

2.2.5 Struktur Proses Komunikasi Dokter-pasien

Dalam proses komunikasi dokter-pasien terdapat struktur komunikasi yang

terdiri dari menjalin hubungan, proses wawancara, dan struktur wawancara. Ketiga hal

tersebut harus berjalan secara pararel agar dapat terbentuk suatu komunikasi dokter

(28)

Gambar 2.3 Tahap Komunikasi Dokter-Pasien.9,20

Dari gambar tahapan komunikasi dokter-pasien diatas dapat kita lihat bahwa dalam

melakukan wawancara terdapat 4 tahap yaitu:9 1) Memulai wawancara,

(29)

2.3 Sikap

2.3.1 Definisi Sikap

Secara bahasa sikap berasal dari bahasa italia yaitu attidune. Sikap adalah cara menempatkan atau membawa diri, atau merasakan jalan fikiran atau perilaku.21 LaPiere

mendefinisikan sikap sebagai suatu pola perilaku, tendensi atau kesiapan antisipasi,

prediposisi untuk menyesuaikan diri dalam kehidupan sosial.22

Azwar mendefinisikan sikap dalam 3 golongan pemikiran. Pertama pemikiran

menurut ahli psikologi, menurut mereka sikap adalah suatu bentuk evaluasi atau reaksi

mperasaan terhadap suatu objek. Reaksi perasaan yang timbul bisa berupa perasaan

memihak ataupun tidak memihak pada oibjek. Pemikiran yang kedua menurut Chave,

Bogardus, LaPierre, Mead dan Gordon Allport, sikap adalah respon tubuh yang

dilakukan oleh seseorang ketika mendapatkan suatu stimulus dengan cara-cara

tertentu. Pemikiran ketiga berorientasikan pada skema tiadik mengatakan, sikap adalah

kumpulan komponen kognitif, afektif, dan konatif yang saling berinteraksi didalam

memahami, merasakan, dan berperilaku terhadap suatu objek.23

Jadi berdasarkan definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa sikap adalah respon

tubuh berupa merasakan, memahami dan berperilaku yang timbul akibat hubungan

komponen kognitif, afektif dan konotatif terhadap suatu objek.

2.3.2Faktor-faktor yang Mempengaruhi Sikap

Menurut Azwar, ada 6 faktor yang bisa mempengaruhi sifat yang ditunjukkan

pada suatu objek, diantaranya:23 1) Pengalaman pribadi, 2) Pengaruh orang lain yang

dianggap penting, 3) Pengaruh kebudayaan, 4) Media massa, 5) Lembaga Pendidikan

atau Lembaga Agama, 6) Faktor emosional.

2.4 Mahasiswa Kedokteran

2.4.1 Definisi Mahasiswa Kedokteran tingkat Preklinik dan Mahasiswa tingkat Klinik

Mahasiswa menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia(KBBI) adalah sesorang

yang belajar di perguruan tinggi. Adapun mahasiswa kedokteran adalah seseorang

mahasiswa yang mengikuti pendidikan kedokteran.1 Mahasiswa Kedokteran tingkat

preklinik adalah mahasiswa kedokteran yang mempelajari ilmu-ilmu kedokteran dasar

(30)

disebut dengan mahasiswa Co ass adalah mahasiswa yang menerapkan ilmu-ilmu yang didapatkan saat masa preklinik di suatu rumah sakit.

2.5 Hubungan Tingkat Mahasiswa Kedokteran dengan Persepsi Keterampilan Interpersonal

Dengan bertambahnya tingkat seorang pendidikan seorang mahasiswa

kedokteran dari tingkat preklinik ke tingkat klinik maka pengalaman dan ilmu yang

didapatkan akan berbeda. Hal ini dapat berpengaruh pada persepsi seorang mahasiswa

mengenai keterampilan interpersonal dokter pasien.

Menurut Edelmen dalam penelitiannya mengenai komunikasi kesehatan, ada

empat faktor yang mempengaruhi suatu komunikasi antara dokter dan pasien yaitu:2

a) Karakter seorang dokter, b) Karakter pasien, c) Perbedaan kelas sosial dan

pendidikan sikap, keyakinan dan harapan antara kedua belah pihak, d) Situasi

lingkungan yang dihadapi (banyaknya pasien, tingkat kenalan, dan sifat masalah yang

di ajukan).

(31)

2.7 Kerangka Konsep

Keterangan :

: Diteliti

Keterangan :

Berdasarkan Kerangka konsep diatas dapat diketahui keterampilan interpersonal dapat

dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya faktor tingkat pendidikan, pengalaman yang didapat,

kebudayaan, media massa, faktor emosional, lembaga pendidikan atau lembaga agama. Pada

penelitian ini memilih faktor tingkat pendidikan dan pengalaman yang didapat dengan

(32)

2.8 Definisi Operasional

Variabel Definisi Cara Pengukuran Skala

Peng ukuran Sikap Sikap adalah pikiran dan

perasaan yang mendorong

Perilaku Perilaku adalah komponen dari sikap

Nominal (ya,tidak)

(33)

20

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif yaitu penelitian yang

bertujuan untuk melakukan deskripsi mengenai fenomena yang ditemukan baik berupa

faktor resiko maupun efek atau hasil.24 Desain atau rancangan yang digunakan adalah

cross sectional yaitu penelitian yang dilakukan dengan cara mengamati atau mengukur suatu obyek pada waktu yang bersamaan dan sekali waktu.25

Data yang digunakan merupakan data primer menggunakan kuesioner yang

diisi oleh subjek penelitian. Data tersebut akan dianalisis untuk mengetahui adanya

perbandingan persepsi antara mahasiswa Progran Studi Pendidikan Dokter (PSPD)

Tingkat preklinik dan klinik Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta tentang keterampilan komunikasi interpersonal dokter-

pasien.

3.2 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Fakultas Ilmu Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

(FKIK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada bulan Januari-Oktober 2015.

3.3 Populasi dan Sampel

3.3.1 Populasi

Populasi adalah keseluruhan obyek penelitian yang akan diteliti.25 Populasi

dalam penelitian ini adalah mahasiswa PSPD Preklinik dan Klinik FKIK UIN Syarif

(34)

3.3.2 Sampel

Sampel adalah sekelompok obyek yang akan di ambil dari keseluruhan objek

yang diteliti, yang dianggap mewakili seluruh populasi.25

Sampel penelitin ini adalah mahasiswa PSPD Preklinik dan Klinik UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta, yang dipilih menggunakan cara consecutive sampling.

3.3.3 Cara Pemilihan Sampel

Teknik pengambilan sampel penelitian ini adalah penelitian analitik tidak

berpasangan, yaitu sebagai berikut: 25

N1 = N2 =

(��√

+��√

+

)

Keterangan :

N1=N2 : Jumlah sampel penelitian

Zα : derivat baku alpha (menggunakan 95% = 1,96)

Zβ : derivat baku beta (menggunakan 5%= 0,842) P : proporsi total

P1 : proporsi pada beresiko atau kasus

P2 : proporsi pada kelompok tidak terpajan/control, 50%

Q : 1-P

Q1 : 1-P1

Q2 : 1-P2

P1-P2 : perbedaan proporsi minimal yang dianggap bermakna,

(35)

Perhitungan persamaan :

Perhitungan jumlah sampel adalah sebagai berikut :

N1 = N2 =

 Subjek merupakan mahasiswa PSPD Tingkat Preklinik FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

 Subjek merupakan mahasiswa PSPD Tingkat Klinik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

b. Kriteria Eksklusi

(36)

3.4 Langkah Kerja Penelitian

3.5 Manajemen Data 3.5.1. Variabel penelitian

Dalam penelitian ini menggunakan variabel independen dan variabel

dependen yang kemudian diolah menggunakan SPSS untuk mengetahui perbedaan persepsi

antara variabel independen dan dependen.

a. Variabel independen

Tahap pendidikan mahasiswa yaitu tahap preklinik dan klinik Program Studi

Pendidikan Dokter FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

b. Variabel dependen

Persepsi mahasiswa terhadan keterampilan komunikasi interpersonal dokter-

pasien.

3.5.2 Instrumen Penelitian.

Penelitian ini menggunakan kuesioner yang merupakan modifikasi dari kuosioner

penelitian yang disusun oleh dokter Fika Ekayanti yang terdiri dari 11 pertanyaan

mengenai sikap perilaku dokter terhadap pasiennya saat melakukan komunikasi

dokter-pasien dan dijawab menggunakan pilihan “Ya” atau “Tidak”.

3.5.3 Pengumpulan Data

Pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan cara penyebaran

kuosioner kepada mahasiswa PSPD preklinik dan klinik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

(37)

3.5.4 Pengolahan danPenyajian data

Semua data dari kuosioner yang diberikan kepada subjek akan dikumpulkan dan diolah

menggunakan SPSS 22 for windows. Langkah pengolahan dimulai dengan editing,

coding, memasukkan data, dan dilanjutkan dengan penyajian data. Selanjutnya akan dilakukan analisis univariat untuk melihat karakteristik subjek penelitian dan dilakukan

analisis bivariat untuk melakukan analisis mengenai perbandingan presepsi komunikasi

interpersonal dokter-pasien antara mahasiswa PSPD prelinik dan klinik UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

3.5.5 Analisis Data

Penelitian ini menggunakan analisis univariat dan bivariat dalam pengolahan data

yang telah diambil.

3.6 Etika Penelitian

Dalam melakukan penelitian ini, peneliti perlu mendapatkan persetujuan dari

Institusi Program Studi Pendidikan Dokter UIN Syarif Hidayatullah Jakarta untuk

mengajukan permohonan malakukan kegiatan penelitian kepada mahasiswa PSPD

preklinik dan klinik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Setelah mendapatkan persetujuan melakukan penelitian, maka peneliti dapat

melakukan penelitian dengan mempertimbangkan masalah etika yang meliputi:

1. Informed Consent

Sebelum melakukan penelitian, pihak responden diberi surat persetujuan untuk

menjadi responden dengan tujuan agar subyek penelitian mengerti maksud dan tujuan

penelitian. Responden yang bersedia maka harus menandatangani surat persetujuan

dan responden yang tidak bersedia maka tidak dilibatkan dalam penelitian.

2. Anonimity (tanpa nama)

Menjelaskan kepada responden bahwa saat dilakukan proses penelitian menggunakan

alat penelitian berupa kuisioner, responden tidak perlu mencantumkan nama pada alat

(38)

3. Confidentiality

Peneliti menjelaskan masalah-masalah responden yang akan terjadi ketika proses

penelitian dan harus dirahasiakan. Kerahasiaan informasi yang telah diteliti dipastikan kerahasiaannya oleh peneliti, hanya sebagian dari data tertetu yang

(39)

25

HASIL PENELITIAAN DAN PEMBAHASAN

Penelitian ini dilakukan dengan cara pengambilan data primer di kampus

Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, di tempat belajar mahasiswa atau tempat

lain yang telah disetujui sebelumnya, dan juga melalui e-mail maupun formulir

dari google document pada bulan Januari sampai Oktober 2015. Penelitian dilakukan dengan metode Consecutive Sampling. Setelah dilakukan penyebaran kuesioner, terkumpul sebanyak 186 kuesioner, terdiri dari 93 mahasiswa tingkat preklinik dan

93 mahasiswa tingkat klinik.

4.1 Hasil Penelitian

4.1.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Lokasi pengambilan data seimbang antara kampus Fakultas Kedokteran dan

Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dengan tempat dokter muda Fakultas

mahasiswa Program Studi Pendidikan Dokter tingkat klinik yang sebelumnya telah

menyesuaikan jadwal dengan mahasiswa yang bersangkutan, selain itu pengambilan

data juga dilakukan di rumah atau tempat menginap mahasiswa.

4.1.2 Data Hasil Penelitian

Pada penelitian ini didapatkan data dari 186 responden, terdiri dari 93

mahasiswa tingkat preklinik dan 93 mahasiswa tingkat klinik.

(40)

Table 4.2 Perbedaan persepsi mahasiswa terhadap kemampuan dokter untuk

menjelaskan dengan gamblang pengobatan yang harus dilakukan oleh pasien.

Kategori Ya Tidak ρ*

seorang dokter harus mampu menjelaskan dengan gamblang pengobatan yang harus

dilakukan pasien dan terdapat 40,9 Mahasiswa preklinik menyatakan pendapat yang

sama. Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara kedua persepsi mahsiswa

preklinik dan mahasiswa klinik. Setelah dilakukan analisis menggunakan Chi-Square test didapatkan nilai significancy sebesar 0,085. Karena nilai p>0,05 maka dinyatakan

tidak terdapat perbedaan bermakna antara persepsi mahasiswa preklinik dan

mahasiswa klinik terhadap kemampuan dokter menjelaskan pengobatan yang harus

dilakukan oleh pasien secara gamblang.

Tabel 4.3 Perbedaan persepsi mahasiswa terhadap apresiasi seorang dokter atas

tindakan dan jenis pengobatan yang pernah dilakukan oleh pasien sebelumnya.

(41)

Tabel 4.3 menunjukkan bahwa 45,7% mahasiswa klinik berpendapat bahwa

seorang dokter harus mengapresiasi tindakan dan jenis pengobatan yang pernah

dilakukan oleh pasien sebelumnya, sedangkan jumlah mahasiswa preklinik hal yang

sama lebih rendah yaitu sebanyak 39,8% dari total responden mahasiswa klinik.

Terdapat perbedaan persepsi antara mahasiswa klinik dan mahasiswa preklinik

terhadap apresiasi seorang dokter ats tindakan dan pengobatan yang pernah pasien

lakukan sebelumnya. Setelah dikakuan analysis Chi-square test didapatkan nilai

significancy 0,037. Karena nilai p<0,05 maka dinyatakan bahwa terdapat perbedaan

bermakna antara persepsi mahasiswa klinik dan mahasiswa preklinik terhadap

apresiasi seorang dokter atas tindakan dan jenis pengobatan yang pernah dilakukan

oleh pasien sebelumnya.

Tabel 4.4 Perbedaan persepsi mahasiswa terhadap selama pemeriksaan dokter terlihat

tenang dan hal itu menenangkan pasiennya

Kategori Ya Tidak ρ*

selama pemeriksaan dokter terlihat tenang dan hal itu menenangkan pasiennya, angka

ini lebih rendah dari persepsi yang ada di mahasiswa klinik yaitu sebanyak 46,2%

responden mahasiswa klinik yang berpendapat sama. Setelah dilakukan uji analisis

Chi-Square test di dapatkan nilai significancy 0,020. Karena nilai p<0,05 maka dinyatakan bahwa ada perbedaan yang signifikan antara mahasiswa preklinik dan

klinik terhadap ketenangan dokter selama pemeriksaan dapat mempengaruhi

(42)

Tabel 4.5 Perbedaan persepsi mahasiswa terhadap dokter harus memperhatikan

Tabel 4.5 menunjukkan 48,4% mahasiswa klinik menyatakan bahwa seorang

dokter harus memperhatikan pasien saat pasien berbicara namun angka ini berbeda

tipis dengan persepsi yang terjadi pada mahasiswa preklinik yakni sebanyak 47,8%

mengenai hal yang serupa. Namun setelah dilakukan analisis menggunakan

Chi-Square test didapatkan nilai significancy 0,833. Karena nilai p>0,005 maka dinyatakan meskipun terdapat perbedaan persepsi namun perbedaan tersebut tidak

bermakna antara mahasiswa klinik dan preklinik terhadap perhatian dokter saat pasien

berbicara.

Tabel 4.6 Perbedaan persepsi mahasiswa terhadap suara dokter harus terdengar oleh

pasien saat menjelaskan diagnosis pasien

(43)

Tabel 4.6 menunjukkan bahwa 43,5% mahasiswa preklinik menyatakan

seorang dokter ketika menjelaskan diagnosis penyakit pasien suaranya dapat

terdengar oleh pasien, hampir sama sengan pendapat mahasiswa klinik sebanyak 41,9

yang menyatakan hal serupa. Setelah dilakukan analisi menggunakan Chi-Square test

didapatkan nilai significancy sebesar 0,677. Karena nilai p>0,005 maka dinyatakan

tidak terdapat perbedaan bermakna antara persepsi mahasiswa preklinik dan

mahasiswa klinik bahwa ketika menjelaskan diagnosis penyakit pasien suara dokter

dapat terdengar oleh pasien.

Tabel 4.7 Perbedaan persepsi mahasiswa terhadap seorang dokter juga menanyakan

tempat tinnggal pasiennya

Kategori Ya Tidak ρ*

N % N %

Mahasiswa

Preklinik

87 46,8 6 3,2

0,215 Mahasiswa

Klinik

81 43,5 12 6,5

Total 168 90,3 18 9,7

Tabel 4.7 menunjukkan bahwa 46,8% mahsiswa preklinik menyatakan

seorang dokter juga menanyakan tempat tinnggal pasiennya sedangkan 43,5%

mahasiswa klinik yang sependapat dengan hal tersebut. Setelah dilakukan analisi

menggunakan Chi-Square test didapatkan nilai significancy sebesar 0,215. Karena nilai p>0,005 maka dinyatakan tidak terdapat perbedaan bermakna antara persepsi

mahasiswa preklinik dan mahasiswa klinik mengenai dokter menanyakan daerah

(44)

Tabel 4.8 Perbedaan persepsi mahasiswa terhadap seorang dokter harus mengingat

preklinik menyatakan pendapat yang sama. Tidak terdapat perbedaan yang signifikan

antara kedua persepsi mahasiswa preklinik dan mahasiswa klinik. Setelah dilakukan

analisi menggunakan Chi-Square test didapatkan nilai significancy sebesar 0,452. Karena nilai p>0,05 maka dinyatakan tidak terdapat perbedaan bermakna antara

persepsi mahasiswa preklinik dan mahasiswa klinik terhadap kemampuan dokter

mengingat nama pasien dengan baik.

Tabel 4.9 Perbedaan persepsi mahasiswa terhadap pasien harus mendapatkan

penjelasan yang lengkap tentang penyakit yang diderita dari seorang dokter

(45)

Table 4.9 menunjukkan 42,5% mahasiswa preklinik menyatakan bahwa

pasien harus mendapatkan penjelasan yang lengkap tentang penyakit yang diderita

dari seorang dokter namun angka ini berbeda tipis dengan persepsi yang terjaadi pada

mahasiswa klinik yakni sebanyak 41,4% mengenai hal yang serupa. Setelah dilakukan

analisis menggunakan Chi-Square test didapatkan nilai significancy 0,842. Karena nilai p>0,05 maka dinyatakan tidak bermakna meskipun terdapat perbedaan persepsi

antara mahasiswa klinik dan preklinik terhadap pernyataan pasien harus mendapatkan

penjelasan yang lengkap tentang penyakit yang diderita dari seorang dokter.

Table 4.10 Perbedaan persepsi mahasiswa terhadap seorang dokter harus menyapa da

n mamanggil nama pasien

Kategori Ya Tidak ρ*

N % N %

Mahasiswa

Preklinik

65 34,9 28 15,1

0,037 Mahasiswa

Klinik

78 41,9 15 8,1

Total 143 76,9 43 23,1

Table 4.10 menunjukkan 34,8 % mahasiswa preklinik berpendapat seorang

dokter harus menyapa dan mamanggil nama pasien, angka ini lebih rendah dari

persepsi yang ada di mahasiswa klinik yaitu sebanyak 41,9% responden mahasiswa

klinik yang berpendapat sama. Setelah dilakukan uji analisis Chi-Square didapatkan nilai significancy 0,037. Karena nilai p<0,05 maka dinyatakan bahwa ada perbedaan yang signifikan antara mahasiswa preklinik dan klinik terhadap perilaku dan sikap

(46)

Table 4.11 Perbedaan persepsi mahasiswa terhadap seorang dokter menjelaskan

penyakit yang dialami oleh pasien dari awal sampai tuntas.

Kategori Ya Tidak ρ*

Table 4.12 Perbedaan persepsi mahasiswa terhadap seorang dokter menyembunyikan

diagnosis penyakit yang dialami pasiennya.

(47)

Table 4.12 menunjukkan 41,4 % mahasiswa preklinik tidak setuju jika seorang

dokter menyembunyikan diagnosis penyakit yang dialami pasiennya, angka ini lebih

tinggi dari persepsi yang ada di mahasiswa klinik yaitu sebanyak 32,8% responden

mahasiswa klinik yang berpendapat sama. Setelah dilakukan uji analisis Chi-Square didapatkan nilai significancy 0,012. Karena nilai p<0,05 maka dinyatakan bahwa ada perbedaan yang signifikan antara mahasiswa preklinik dan klinik terhadap sikap dan

perilaku seorang dokter menyembunyikan diagnosis penyakit yang dialami pasiennya.

(48)

4.2 Pembahasan

Keterampilan komunikasi interpersonal merupakan bagian penting yang

dibutuhkan seseorang untuk membangun hubungan dengan orang lain. Di lingkungan

kedokteran, komunikasi interpersonal merupakan komponen yang penting bagi

seorang dokter ketika berhubungan dengan pasiennya. Komunikasi interpersonal yang

baik dengan pasien dapat memberikan rasa puas seorang pasien terhadap sikap dan

perilaku yang dilakukan oleh dokter dan pasien tidak akan menuntut dokter meskipun

tindakan yang dilakukan oleh dokter mempunyai unsur pelanggaran disiplin dalam

terapinya.3

Di dalam penelitian yang dilakukan oleh Klein, DeRouin dan Salas ditemukan

bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi keterampilan seseorang adalah

pengalaman yang diperoleh sebelumnya. Begitu juga dengan pendapat yang

diungkapkan oleh Azwar (2007) bahwa pengalaman dapat mempengaruhi sikap

seseorang untuk mengenali objek.23

Dari penelitian ini didapatkan bahwa ada beberapa keterampilan interpersonal

dokter yang menunjukkan perbedaan persepsi menurut tingkat pendidikan mahasiswa.

Keterampilan ini diantaranya.

1. Dokter mengapresiasi tindakan dan jenis pengobatan yang pernah dilakukan

pasien. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Jhon M.

Traveline, MD et al bahwa salah satu point yang harus dilakukan oleh dokter

ketika melakukan komunikasi efektif dengan pasien adalah menilai apa yang

sudah pasien tahu.19 Dengan melakukan penilaian ini seorang dokter dapat

mengetahui tatalaksana yang akan dilakukan kepada pasien selanjutnya.

Karena ketika dokter menyapaikan informasi dengan tenang kepada pasien

maka pasien dapat menerima dan mamahami informasi yang disampaikan.

2. Selama pemeriksaan dokter terlihat tenang dan hal itu menenangkan pasien,

Jhon M. Traveline, MD et al mengungkapkan bahwa selain menilai apa yang

sudah pasien tahu, ketenangan dokter saat berhadapan dengan pasien juga

dapat memepengaruhi komunikasi yang efektif.19 hal ini juga bersangkutan

dengan salah satu Five Stars doctor yakni profesionalisme. Ketika dokter terlihat tenang di depan pasien, maka pasien akan merasa bahwa dokter yang

menangani kondisi saat ini adalah dokter yang benar-benar berkompeten dan

(49)

3. Dokter harus menyapa dengan memanggil nama pasien, menurut sistem

kekerabatan yang di ungkapkan oleh Emalia Irigilati pada penelitiannya

menunjukkan bahwa untuk menunjukkan rasa hormat kepada seseorang

penting untuk menggunakan dalam bentuk kata ganti orang kedua. Kata ganti

yang sering digunakan adalah sebagai berikut: Bapak, Ibu, Mas, Mbak, Dik,

dan Adek.27 Ketika dokter memanggil pasien dengan namanya maka pasien

menganggap bahwa dokter tersebut sangat memperhatikan kondisi pasien dan

merasa bahwa yang ingin sembuh bukan hanya pasien saja namun juga

dokternya. Hal ini akan berpengaruh terhadap kepatuhan pasien dalam

penatalaksanaan yang dilakukan.

4. Seorang dokter menyembunyikan diagnosis penyakit yang dialami pasiennya.

Pernyataan ini sangat berbeda dengan penelitian yang dilakuakn oleh Mayo Clinic. Di dalam penelitiannya disebutkan salah satu kebiasaan ideal yang diharapkan oleh pasien adalah terus terang terhadap apa yang terjadi pada

pasien walaupun itu adalah kondisi yang buruk.18 Hal ini dapat merugikan

kedua belah pihak baik dokter maupun pasien. Penyampaian kebenaran

penyakit yang dialami pasien dapat membantu dokter dalam hal kepatuhan

pasien untuk mengikuti tatalaksana yang diberikan. Selain itu juga hal ini

dapat menghindarkan tuntutan pasien kepada dokter dalam penatalaksanaan

yang dilakukan.

Hal ini menunjukkan bahwa keterampilan komunikasi interpersonal

dokter harus ditekankan lebih kepada mahasiswa kedokteran agar dimasa

depan dapat terbentuk dokter yang baik.

4.3 Keterbatasan Penelitian

1. Penelitian ini hanya dilakukan disatu tempat saja yaitu PSPD UIN Sayarif

Hidayatullah Jakarta, Sehingga tidak bisa mengukur faktor-faktor lain yang

mempengaruhi persepsi keterampilan komunikasi interpersonal dokter pasien

menurut mahasiswa.

4.4 Kelebihan Penelitian

Kelebihan penelitian ini adalah mengetahui bagaimana pandangan mahasiswa

terhadap keterampilan komunikasi interpersonal dokter-pasien yang baik. Karena di

lingkungan medis para peneliti lebih sering meneliti keterampilan komunikasi

(50)

36

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan

1. Terdapat persepsi yang bermakna pada 3 sikap dan perilaku ideal seorang dokter dalam komunikasi interpersonal dokter-pasien menurut mahasiswa preklinik dan

mahasiswa klinik yaitu apresiasi seorang dokter atas tindakan dan jenis pengobatan

yang pernah dilakukan oleh pasien sebelumnya, selama pemeriksaan dokter terlihat

tenang dan hal itu menenangkan pasiennya, terhadap seorang dokter harus menyapa

dan mamanggil nama pasien, dan sikap seorang dokter menyembunyikan diagnosis

penyakit yang dialami pasiennya.

2. Tidak terdapat hubungan yang bermakna pada sikap dan perilaku dokter berikut ini:

kemampuan dokter untuk menjelaskan dengan gamblang pengobatan yang harus

dilakukan oleh pasien, dokter harus memperhatikan pasien saat pasien berbicara,

suara dokter harus terdengar oleh pasien saat menjelaskan diagnosis, dokter

menanyakan tempat tinggal pasien, dokter harus mengingat nama pasien dengan baik,

dokter mejelaskan dengan lengkap penyakit yang diderita oleh pasien, dan dokter

menjelaskan tentang penyakit pasien dari awal sampai tuntas

5.2 Saran

1. Bagi penelitian berikutnya

Melakukan penelitian mengenai keterampilan komunikasi interpersonal dokter

dan pasien yang baik bukan hanya dalam satu lingkungan agar tergambarkan

(51)

37

DAFTAR PUSTAKA

1. http://Kbbi.web.id/komunikasi

2. Arianto. Komunikasi Kesehatan: Komunikasi Antara Dokter dan Pasien. Palu: Jurnal Ilmu Komunikasi. 2013; Vol 03, No.02. Diunduh dari:

http://jurnalilkom.uinsby.ac.id/index.php/jurnalilkom/article/view/42/36

3. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Artikel; Dugaan Pelanggaran Disiplin Terbanyak Akibat Kurangnya Komunikasi Dokter-pasien. Jakarta: Pusat Komunikasi Publik Kemenkes RI. 2011. Diunduh dari:

http://www.depkes.go.id/article/print/1519/dugaan-pelanggaran-disiplin-terbanyak-akibat-kurangnya-komunikasi-dokter-dan-pasien.html

4. Shepherd T. Braham J. Carol E. Listening and Inerpersnal Skills Review. 2010 diunduh dari

http://archive.learnhigher.ac.uk/resources/files/LIPS/literature_review.pdf

5. Lestari, Riri A K. Interpersonal Skill. Jakarta: Pusat Pendidikan dan Pelatihan Pengawasan Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan. 2007.

6. W. Johson. Reaching out: interpersonal effectiveness and self-actualization. Englewood Cliffs, (N.J: Prentice-Hall, 1972). hal.54

7. CR, McConnel. Interpersonal Skills: What They Are, How to Improve Them, and How to Apply Them.2004; Apr-Jun;23(2):177-187

Diunduh dari

http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/15192999

8. National Research Council. Assessing 21st Century Skills: Summary of a Workshop.

J.A. Koenig, Rapporteur. Committee on the Assessment of 21st Century Skills. Board

on Testing and Assessment, Division of Behavioral and Social Sciences and Education.

Washington, DC: The National Academies Press. 2011

9. Zakiroh, A. Persepsi Pasien Terhadap Keterampilan Interpersonal Dokter Lulusan FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Dalam Komunikasi Dokter-Pasien Di Klinik Makmur Jaya Ciputat, Tangerang Selatan. (Skripsi belum dipublikasikan). UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta. 2014.

(52)

11. Cristine NV. An Interpersonal Sklills Learning Taxonomy For Program Evaluation Instructors.Universitas of North Florida.JPAE 18(4), 739-756

Diunduh dari

http://www.naspaa.org/JPAEMessenger/Article/VOL18-4/08_Christie.pdf

12. Glaser, S.R. (1983) Interpersonal Communication Instruction: A behavioral

competency approach. Communication Education, 32, 221-225

13. Miftah M. Komuikasi Efektif dalam Pembelajaran. Semarang.Depdiknas.2012

Diunduh dari:

http://web.unair.ac.id/admin/file/f_35969_komunikasi-2012.pdf

14. Konsil Kedokteran Indonesia. Standart Kompetensi Dokter Indonesia. Jakarta: Konsil Kedokteran Indonesia. 2012.

15. J Bardley.MD Benson, Domain of Competence: Interpersonal and Communication Sklills. University of Mennisota Medical School, Minneapolis, Min. ACADEMIC PEDIATRICS. Volume14, Nmber 2 March-April 2014

16. Hartley, Peter. Interpersonal Communication. London and New York. International Thomson Publishing company.1993.

17. Ong,L.M., de Haes, J.C Hooos, A.M. and Lammes F.B. (1995). Doctor-patien communication: A review of literatory. Social science and medicine.

18. BENDAPUDI NEELI M.BERRY LEONARD L. FREY KEITH A. Et al. Patiens’

Perspectives on Ideal Physician Beheviors. Mayo Clinic Proceendings. March 2006;81(3):338-344

19. Traveline John M. Ruchinskas Robert. D’Alonzo Gilbert E. Jr. Patient-physician Communication: Why and How. Philadelphia. JAOA.2005

20. Silverman J, Kurtz S M, Draper J, Kurtz S M. Skills for Communicating with Patients. 2nd ed. Oxford, UK: Radcliffe Pub; 2005.

21. Ramdani, Neila. Sikap dan Beberapa Desinisi untuk Memahaminya. Diunduh dari

http://neila.staff.ugm.ac.id/wordpress/wp-content/upload/2008/03/definisi.pdf

22. http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/19289/4/Chapter%2011.pdf

23. Azwar,S,2009, Sikap Manusia, Teori dan Pengukurannya.Jakarta: Pustaka Pelajar. 24. Dahlan, Sopiyudin M. Langkah-langkah membuat proposal penelitian bidang

(53)

25. Sastroasmoro S, Ismail S. Dasar-dasar Metodelogi Penelitian Klinis. Edisi 3. Jakarta: CV Sagung Seto 2010

26. Hastono, Priyo S. Analisa Data Kesehatan. Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia. 2007.

(54)

40

(55)
(56)

Lampiran 3 uji validitas dari 12 responden validitas.

(57)
(58)

Variabel R Hitung R Tabel Keterangan

A1 0 0,576 Tidak Valid

A2 0 0,576 Tidak Valid

A3 0 0,576 Tidak Valid

A4 0,174 0,576 Tidak Valid

A5 0,923 0,576 Valid

A6 0 0,576 Tidak Valid

A7 0,111 0,576 Tidak Valid

A8 0,923 0,576 Valid

A9 0,923 0,576 Valid

A10 0,923 0,576 Valid

A11 0,923 0,576 Valid

A12 0,274 0,576 Tidak Valid

A13 0 0,576 Tidak Valid

A14 0,017 0,576 Tidak Valid

A15 0,923 0,576 Valid

A16 0,610 0,576 Valid

A17 0,923 0,576 Valid

A18 0 0,576 Tidak Valid

A19 0,923 0,576 Valid

A20 0,846 0,576 Valid

A21 0 0,576 Tidak Valid

(59)

Uji Reabilitas. Dari 11 Pertanaan Yang Valid

Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha N of Items

.969 11

Item-Total Statistics

Scale Mean if

Item Deleted

Scale Variance

if Item Deleted

Corrected

Item-Total

Correlation

Cronbach's

Alpha if Item

Deleted

A8 8.83 8.152 .974 .962

A9 8.83 8.152 .974 .962

A10 8.83 8.152 .974 .962

A11 8.83 8.152 .974 .962

A15 8.83 8.152 .974 .962

A16 9.00 8.182 .562 .979

A17 8.83 8.152 .974 .962

A19 8.83 8.152 .974 .962

A20 8.92 8.083 .726 .971

A22 8.92 8.265 .636 .974

Gambar

Tabel 4.13 nilai p keterampilan komuikasi interpersonal dokter pasien.............. 33
Gambar 2.3.  Tahap Komunikasi Dokter-Pasien .............................................
Tabel 2.1 Taksonomi keterampilan interpersonal.9
gambaran yang
+7

Referensi

Dokumen terkait

Masalah utama semasa membangunkan sistem tersebut adalah bagaimanakah untuk membangunkan sesuatu sistem yang dapat berfungsi sebagai Sistem Penggera dan Pelapor Rangkaian Komputer

Kunci dan pembahasan soal ini bisa dilihat di www.zenius.net dengan memasukkan kode 3125 ke menu search.. Copyright © 2013

[r]

KADISOBO PAROKI SANTO YOSEPH MEDARI”. Penulis memilih judul tersebut berdasarkan keprihatinan penulis terhadap kurangnya minat kaum muda untuk ikut terlibat ambil

Terdapat 3 keluaran charger yang digunakan untuk mengisi sel 1,2, dan 3 pada baterai, dengan arus maksimal pengisian tiap sel 1 A.. Frekuensi switching yang digunakan sebesar

[r]

coping behavior to analyze Frank William Abagnale as the major character. in coping his problems in Catch Me If

Artinya: “Dan karena ucapan mereka: &#34;Sesungguhnya kami telah membunuh al -Masih, Isa putra Maryam, Rasul Allah (mereka menyebut Isa putera Maryam itu Rasul Allah