• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Keterampilan Interpersonal Dalam Komunikasi Dokter Pasien Dengan Lama Praktik Pada Dokter Umum Di Tangerang Selatan. 2015

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan Keterampilan Interpersonal Dalam Komunikasi Dokter Pasien Dengan Lama Praktik Pada Dokter Umum Di Tangerang Selatan. 2015"

Copied!
78
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN KETERAMPILAN INTERPERSONAL

DALAM KOMUNIKASI DOKTER PASIEN DENGAN

LAMA PRAKTIK PADA DOKTER UMUM DI

TANGERANG SELATAN

Laporan penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

SARJANA KEDOKTERAN

OLEH :

WIDIYA WATY RUSLI NIM : 1112103000002

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

(2)

(3)
(4)

(5)

v

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh,

Alhamdulillah puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah

melimpahkan rahmat dan ridho-Nya serta shalawat dan salam selalu tercurah

kepada junjungan Nabi Muhammad SAW karena dengan rahmat dan ridho-Nya

saya dapat menyelesaikan penelitian dan laporan penelitian dengan judul Hubungan Keterampilan Interpersonal Dalam Komunikasi Dokter Pasien Dengan Lama Praktik Pada Dokter Umum Di Tangerang Selatan”, Penyusunan laporan penelitian ini dapat terselesaikan karena bantuan dari berbagai pihak. Oleh

karena itu, saya ingin mengucapkan terimakasih kepada yang terhormat:

1. Prof. DR. (HC) Dr. MK Tajuddin, Sp. And dan Dr. H. Arif Sumantri,

SKM., M.Kes. selaku Dekan lama dan baru Fakultas Kedokteran dan Ilmu

Keseharatan UIN Jakarta,

2. dr. Witri Ardini, M.Gizi, Sp. GK dan dr. Achmad Zaki, Sp.OT. M.Epid

selaku Ketua lama dan baru Program Studi Pendidikan Dokter beserta

segenap dosen pendidikan dokter yang selalu membimbing dan memberikan

ilmu kepada saya selama menjalani masa pendidikan di Program Studi

Pendidikan Dokter FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. dr. Nouval Shahab, SpU, PhD, FICS, FACS dan dr. Flori Ratna Sari, Ph.D

selaku Penanggung Jawab Modul Riset Program Studi Pendidikan Dokter

2012.

4. dr. Fika Ekayanti, Dipl.FM, M.Med.Edselaku pembimbing pertama saya

walaupun dengan kesibukan yang padat tetap selalu memberikan

bimbingan, arahan, saran dan semangat kepada saya agar penelitian ini

berjalan dengan sebaik- baiknya.

5. dr. Raendi Rayendra, Sp.KK, M.Kesselaku pembimbing kedua saya yang

walaupun dengan kesibukan yang padat, masih selalu bersedia memberikan

bimbingan, arahan, saran dan semangat kepada saya agar penelitian ini

berjalan dengan sebaik- baiknya.

6. Kedua orang tua saya tercinta, Rusliadi Idris dan Murdina Suardi, dan

(6)

vi

T.S.Rusli.), serta seluruh keluarga besar saya yang selalu memberikan kasih

sayang, doa, inspirasi, dan semangat, sehingga memotivasi dan menguatkan

saya dalam penelitian ini.

7. Seluruh dokter umumdi tangsel yang ditengah kesibukan masing-masing

bersedia meluangkan waktu untuk mengisi kuesioner penelitian saya.

8. Mbak Pipit sebagai Administrasi Program Studi Pendidikan Dokter yang

telah memberikan bantuan dalammemberikan data staff pengajar dalam

penelitian ini.

9. Teman seperjuangan penelitian, Novia Putri , Azwar Lazuardi, yang telah

menyemangati, membantu, dan berjuang bersama dalam menyelesaikan

penelitian ini.

10. Teman- teman satu kosan “Kost Wanita Tulip”, kakak kelas PSPD 2005 -2009 dan PSPD 2012 untuk waktu yang telah dilalui bersama selama masa

pendidikan saya di FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

11. Semua pihak yang telah memberi dukungan dan doa kepada saya yang tidak

dapat saya sebutkan satu persatu

Saya menyadari laporan ini jauh dari kesempurnaan. Kritik dan saran yang

membangun dari semua pihak akan saya terima demi terwujudnya laporan

penelitian yang lebih baik. Saya berharap penelitian ini dapat bermanfaat bagi

semua pihak. Akhir kata, semoga segala bentuk dukungan dan bantuan yang

diberikan dalam penelitian ini akan mendapat balasan, barokah dan ridho dari

Allah SWT, Aamiin.

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Ciputat, 16 Oktober 2015

(7)

vii ABSTRAK

Widiya Waty Rusli. Program Studi Pendidikan Dokter. Hubungan Keterampilan Interpersonal Dalam Komunikasi Dokter Pasien Dengan Lama Praktik Pada

Dokter Umum Di Tangerang Selatan. 2015.

Komunikasi telah ditetapkan menjadi salah satu tantangan untuk dokter pada umumnya. Keterampilan interpersonal dalam komunikasi dokter pasien yang efektif memudahkan dokter mengumpulkan informasi yang dibutuhkan untuk mendiagnosis pasien dengan tepat. Di indonesia belum banyak yang meneliti mengenai komunikasi dokter pasien. Penelitian ini bertujuan menetahui hubungan lama prak tik dokter dengan keterampilan interpersinal dalam komunikasi dokter pasien. Penelitian dengan desain pendekatan cross-sectional dilakukan pada 80 dokter di tangerang selatan. Subjek dinilai sikap dan perilaku dalam komunkasi dokter pasien menggunakan 11 pertanyaan . Didapatkan lama praktik dokter > 5 tahun dan memiliki sikap dan perilaku diatas rata rata 52,5%, sedangakn lama praktik < 5 tahun dan memiliki siakp dan perilaku di bawah rata rata 82,5%. Dikeahui secara statistik terdapat hubungan bermakna antara lama praktik dokter dengan ketrampilan interpersonal dalam komunikasi dokter pasien. Dokter yang praktik lebih lama menunjukan sikap dan perilaku yang lebih baik dalam komunikasi dokter pasien.

Kata kunci: Komunikasi Dokter Pasien, Keterampilan Interpersonal, Lama Praktik,Tangerang Selatan.

ABSTRACT

Widiya Waty Rusli. Medical Education Program. Skills Interpersonal Relations Communication Doctor In Patients With Old Practice On General Practitioners In

South Tangerang. 2015.

Communication has been established as one of the challenges for physicians in general. Interpersonal skills in an effective doctor-patient communication easier for the doctor to collect the information needed to diagnose the patient appropriately. In Indonesia have not been many who were investigating the doctor-patient communication. This study aims menetahui long relationship with the physician practices interpersinal skills in doctor-patient communication. Research design with cross-sectional approach conducted on 80 doctors in the southern tangerang, subject assessed attitudes and behavior in the patient's physician personal communication using 11 questions. Obtained medical practice 5 years old and has the attitude and behavior above average 52.5%, sedangakn practice 5 years old and has siakp and behavior under the average 82.5%. Known statistically significant correlation between the old doctor's practice interpersonal skills in communication with the patient's physician. Doctors who practice longer show the attitude and behavior Better in doctor-patient communication.

(8)

viii DAFTAR ISI

LEMBAR JUDUL ... i

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... ii

LEMBAR PERSETUJUAN... iii

LEMBAR PENGESAHAN ... iv

KATA PENGANTAR ... v

ABSTRAK ... vii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

DAFTAR SINGKATAN ... xiv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

LATAR BELAKANG ... 1

1.1Rumusan Masalah ... 4

1.2Hipotesis ... 5

1.3Tujuan Penelitian ... 5

1.4Manfaat Penelitian ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 7

2.1 Landasan Teori ... 7

2.1.1. Definisi Sikap ... 7

2.1.2. Hubungan Sikap Dan Perilaku ... 9

2.2. Komunikasi ... 10

2.2.1.Pengertian ... 10

2.2.2.Komunikasi Dokter Pasien ... 11

2.2.3.Peranannya Komunikasi Dokter Pasien ... 12

2.2.4. Komunikasi Efektif Dokter Pasien ... 12

2.2.5.Tujuan Komunikasi Efektif Dokter Pasien ... 12

2.3. Struktur Proses Komunikasi Dokter Pasien ... 13

2.3.1.Elemen Dalam Proses Komunkasi ... 14

2.4. Keterampilan Interpersonal ... 16

(9)

ix

2.4.2.Faktor Yang Mempengaruhi Keterampilan Interpersonal ... 21

2.4.3. Pentingnya Keterampilan Interpersonal ... 22

2.4.4. Cara Meningkatkan Ketrampilan Interpersonal ... 23

2.5. Kerangka Teori ... 24

2.6. Kerangka Konsep ... 24

2.7. Definisi Operasional ... 25

BAB III METODOLOGI PENELITIAN... 26

3.1 Desain Penelitian ... 26

3.2 Lokasi Dan Waktu Penelitian ... 26

3.3 Populasi Dan Sampel ... 27

3.4 VariabelYang Diteliti ... 29

3.5 Managemen Data ... 29

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 32

4.1.Hasil Penelitian ... 32

4.1.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 32

4.1.2. Uji Validitas ... 32

4.2.Karakteristik Responden ... 33

4.2.1.Distribusi Frekuensi Usia Responden ... 33

4.2.2.Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin Responden ... 34

4.2.3. Distribusi Frekuensi Jenjang Pendidikan Terakhir Responden .. 35

4.2.4. Distribusi Frekuensi Tempat Praktek Responden ... 36

4.2.5. Distribusi Frekuensi Lama Praktek Responden ... 37

4.2.6. Distribusi Frekuensi Jam Praktek Responden ... 38

4.2.7. Distribusi Frekuensi Lama Waktu Bertemu Pasien ... 39

4.2.8. Distribusi Frekuensi Sikap Dan Perilaku Responden ... 40

4.3. Hubungan Antara Lama Praktek Terhadap Sikap Dan Perilaku .. 40

4.4. Pembahasan ... 41

4.5. Keterbatasan Penelitian ... 43

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 44

5.1 Simpulan ... 44

5.2 Saran ... ... ... ... ... . 45

(10)

x

Lampiran, Tabel, dan Gambar

Daftar Tabel

No Tabel Judul Tabel Hal

2.1. Taksonomi Ketrampilan Interpersonal 16

2.2. Definisi Operasional 21

3.1. Waktu Penelitian 22

Distribusi Frekuensi Usia Responden

Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin Responden

Distribusi Frekuensi Jenjang Pendidikan Terakhir Responden Distribusi Frekuensi Tempat Praktek Responden

Distribusi Frekuensi Lama Praktek Responden Distribusi Frekuensi Jam Praktek Responden Distribusi Frekuensi Lama Waktu Bertemu Pasien Distribusi Frekuensi Sikap Dan Perilaku Responden Jawab Responden Dari 11 Pertanyaan

Hubungan Lama Praktik Terhadap Sikap Dan Perilaku Tabel Uji Validitas Dari 12 Responden Validitas. Tabel Kriteria Reabilitas

Model teori tindakan beralasan Tahap komunikasi dokter pasien Model proses komunikasi

Skill komunikasi yang penting, consensus kalamazoo Model penampilan inter personal

Kerangka teori Kerangka konsep

Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin Responden

Distribusi Frekuensi Jenjang Pendidikan Terakhir Responden Distribusi Frekuensi Tempat Praktek Responden

Distribusi Frekuensi Lama Praktek Responden Distribusi Frekuensi Jam Praktek Responden Distribusi Frekuensi Lama Waktu Bertemu Pasien

(11)

xi Daftar Lampiran

No. Lampiran

Judul Lampiran

1 Uji validitas dari 12 responden

2 Uji reabilitas dari 11 pertanyaan valid 3 Hasil statistik

4 Surat Perizinan Pengambilan Data 5 Surat persetujuan responden 6 Kuesioner Penelitian

(12)

xii Daftar Singkatan

WHO : World Health Organitation

SKDI : Standar Kompetensi Dokter Indonesia BPJS : Badan Penyelenggara Jaminan Kesehatan KKI : Konsil Kedokteran Indonesia

(13)

xiii BAB I PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Dokter sebagai tenaga kesehatan melayani masyarakat Indonesia setiap

waktu dan dalam keadaan apapun. Sebagaimana pelaksanaan profesi ini, dokter

erat berhubungan dengan manusia lainnya, terutama pasien. Hubungan ini

dilakukan melalui komunikasi . Menurut Davis dan Fallowfield (1994)

GreenField, dkk. (1985) Ong,dkk (1995)dalam penelitiannya seorang dokter

yang baik terbukti dapat meningkatkan indeks kesehatan dan tingkat pemulihan

jika keterampilan komunikasi dokter dalam menghadapi pasien baik.1

Menurut Konsil Kedokteran Indonesia (2006) tentang komunikasi dokter

pasien, dijelaskan bahwa komunikasi dokter-pasien adalah hubungan yang

berlangsung antara dokter dengan pasien selama proses pemeriksaan/ pengobata/

perawatan yang terjadi di ruang praktik perorangan, poliklinik, rumah sakit, dan

puskesmas dalam rangka membantu menyelesaikan masalah kesehatan pasien.2 Adapun yang dikatakan komunikasi efektif dokter-pasien adalah pengembangan

hubungan dokter-pasien secara efektif yang berlangsung secara efisien, dengan

tujuan utama penyampaian informasi atau pemberian penjelasan yang diperlukan

dalam rangka membangun kerjasama antara dokter dengan pasien.2

Menjalankan profesi sebagai seorang dokter, keterampilan komunikasi

interpersonal dokter pasien merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan

dalam penyelesaian masalah kesehatan pasien. WHO (World Health

Organization) menjelaskan dalam Five Star Doctor, dimana dokter dituntut

untuk dapat menguasai 5 aspek yaitu Care Provider, Decission Maker,

Communicator, Community Leader,dan Manager3. Aspek communicator termasuk salah satu kompetensi bagi seorang dokter. Menurut keputusan KKI

(Konsil Kedokteran Indonesia)2 dalam Standar Kompetensi Dokter Indonesia (SKDI) 2012 Komunikasi antara dokter pasien menjadi salah satu kompetensi

(14)

xiv

komunikasi dokter-pasien, dalam proses pendidikan dan menunjukan kompetensi

tersebut dalam praktik kedokteran.

Dianne Berry (2007) membuat kategori pandangan pasien terhadap dokter

yang baik.Dokter dipandang baik jika baik dalam komunikasi, maksudnya

dokter dapat menunjukan kepedulian terhadap pasien, mendengarkan pasien dan

menjelaskan dengan bahasa yang mudah dipahami oleh pasien, dan memberikan

kesempatan untuk pasien bertanya. Dokter juga dinilai dari lama berpraktek

sebagai dokter, serta apakah dokter menyelesaikan pendidikan dokter di

universitas ternama.4

SKDI (Standar Kompetensi Daokter Indonesia) merupakan standar

minimal kompetensi lulusan dan bukan merupakan standar kewenangan dokter

layanan primer.Yang disahkan oleh KKI pertama kali pada tahun 2006 dan di

perbaharui pada tahun 2012.SKDI menjadi acuan dalam pengembangan

kurikulum berbasis kompetensi KBK dan pengembangan uji kompetensi dokter

yang bersifat nasional.Dalam SKDI di cantumkan salah satu tantangan profesi

kedokteran di Indonesia saat ini yaitu dalam segi pengembangan diri dan

komunikasi efektif.5

SKDI telah menentukan target terhadap dokter mengenai penerapan

kurikulum pendidikan dokter di tiap institusi di Indonesia. Perlu adanya tindak

lanjut pencapaian target tersebut. Penindaklanjutan ini berupa evaluasi apakah

dokter umum lulusan institusi kedokteran di Indonesia telah memenuhi target

yang ditetapkan oleh tiap institusi.

Menurut Endelmann (2000), terdapat 4 faktor yang mempengaruhi sifat

dan efektifitas komunikasi antara dokter dan pasien. Pertama dilihat dari

karakteristik dokter yang dapat dilihat dari jenis kelamin dan pengalaman dokter

selama berpraktik di lapangan. Kedua dilihat dari karakteristik pasien yaitu

jeniskelamin, kelas sosial di masyarakat, usia, pendidikan, dan keinginan pasien

untuk mendapatkan informasi. Ketiga dilihat dari adanya perbedaan antara

dokter dan pasien baik dari segi kelas sosial, pendidikan, sikap, keyakinan dan

harapan. Terakhir terdapat beberapa faktor situasional seperti beban yang

ditanggung, tingkat saling mengenal satu sama lain dan sifat masalah yang

(15)

xv

Dalam sebuah penelitian oleh departemen Ilmu Kedokteran

Komunitas(IKK) dan departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI / RSCM tentang

“Pengetahuan Dan Keterampilan Komunikasi Dokter Pasien Dan Faktor Faktor

Yang Mempengaruhinya”dikatakan dalam kesimpulan penelitian tersebut bahwa, lebih banyak subjek yang memiliki pengetahuan dan keterampilan yang

rendah dan tidak didapatkan faktor yang bermakna yang mempengaruhi

pengetahuan dan keterampilan.7Sampai saat ini di indonesia masih sedikit yang meneliti tentang komunikasi dokter pasien.

Setelah mencari apa saja keluhan pasien mengenai kinerja dokter umum di

Indonesia, ternyata cukup banyak sekali keluhan pasien terkait pelayanan dokter

seperti, pelayanan rumah sakit, dan pelayanan puskesmas terutama yang sudah

menggunakan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN).

Keluhan keluarga pasien dikemukakan dalam sebuah berita online di Pekanbaru, ada keluarga yang mengeluh anaknya tidak kunjung sembuh setelah

hampir 5 kali keluar masuk RS dalam kurun waktu 2 tahun. “Awalnya keluhan

pasien nyeri ulu hati, demam berdarah dan sempat diopname ”tutur pasien. Kemudian diberikan perawatan hingga keadaan membaik dan dipulangkan dari

pihak RS. Lima bulan kemudian pasien kembali masuk RS yang berbeda dengan

keluhan usus buntu, namun karena fasilitas yang kurang memadai di RS tersebut

pasien dirujuk ke RS yang pertama dikunjungi, dan di RS pertama ini hanya di

periksa dan diberikan obat setelah stabil, dipulangkan. Dua bulan kemudian

pasien masuk RS kedua untuk menjalankan operasi usus buntu. Kemudian

pasien kembali masuk RS kedua karena anemia dan demam berdarah yang

dialaminya. Dari kasus tersebut, terlihat kurangnya komunikasi dari dokter yang

menangani pasien baik berupa tindakan maupun pemberian terapi dalam

penjelasan mengenai penyakit yang diderita, sehingga pasien merasa dirugikan,

berkali kali berobat tidak kunjung sembuh.8

RSUD kota Bogor mendapatkan keluhan dari pasien yang lama menunggu

dokter tak kunjung datang, pasien mengeluh “ Dokter seringkali telat datang sehingga pasien menunggu 30- 90 menit untuk berobat” tutur Yono(40) yang sedang membawa anaknya berobat. Jam kerja yang tercantum pada pukul 10.00

(16)

xvi

dapat kita lihat ada sikap dan perilaku dokter dalam disiplin waktu, dokter tidak

tepat waktu dalam melaksanakan kewajibanya untuk melakukan pelayanan

kesehatan.9

Di Indonesia, dokter umum merupakan pintu pertama layanan primer

masyarakat untuk menyelesaikan masalah kesehatannya. Tidak sedikit dokter

umum merasa waktu untuk berkomunikasi dengan pasiennya sedikit, sehingga

Dokter umum hanya akan memberikan pertanyaan singkat dan melakukan

pemeriksaan fisik sesingkat mungkin.10 Pakar ekonomi kesehatan FKUI Prof. dr. Hasbullah Thabrany MPH(2014) dalam wawancara dengan salah satu berita

11

Menanggapi hal itu prof. dr. Hasbullah Thabrany mengatakanidealnya dokter

menangani 4 pasien dalam 1 jam, atau 35 pasien dalam sehari dengan waktu

kerja 8-10 jam / hari sudah cukup, di Indonesia yang terjadi adalah seorang

dokter dapat menangani 40 pasien dalam 1 hari dengan waktu kerja 14 jam, itu

tidak realistis dan terlalu banyak. Menurut beliau standarnya dokter bertemu

pasien selama 15 menit.1,12 Sebagaimana yang telah di tetapkan oleh KKI yaitu 8-15 menit. Akibat dari itu dokter tidak mendapat keterangan yang cukup untuk

menegakkan diagnosis dan menentukan perencanaan dan tindakan lebih lanjut

untuk pasien.Inilah yang membuat Pasien mengeluh minimnya waktu dokter

untuk menjelaskan dan memberikan informasi mengenai penyakit dan obat yang

diberikan kepada pasien.

Kondisi lainnya adalah rasa superior-inferior, pasien seperti merasa dalam posisi lebih rendah di hadapan dokter, sehingga umumnya pasien di Indonesia merasa takut bertanya dan bercerita lebih banyak bahkan hanya menjawab

sesuai pertanyaan yang diajukan oleh dokter.2,13

Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian untuk

mengidentifikasiadakah hubungan lama praktik sebagai dokter dengan sikap

dan perilaku dokter umum dalam keterampilan interpersonal dalam komunikasi

(17)

xvii 1.2. RUMUSAN MASALAH

Apakah terdapat hubungan antara lama praktik terhadap Sikap Dan

Perilaku Dokter Umum dalam Keterampilan Interpersonal dalam Komunikasi

Dokter Pasien?

1.3. HIPOTESIS

Hipotesis penelitian ini adalah tidak terdapat hubungan yang bermakna

antara lama praktek sebagai dokter dengan keterampilan interpersonal dalam

komunikasi dokter pasien.

1.4. TUJUAN PENELITIAN 1.4.1. Tujuan Umum

Mengetahui adanya hubungan antara lama praktik dokter terhadap sikap

dan perilaku dokter umum dalam keterampilan interpersonal dalam komunikasi

dokter pasien di Tangerang Selatan.

1.4.2. Tujuan Khusus

1. Mengidentifikasi lama praktik dokter

2. Mengidentifikasi sikap dan perilaku komunikasi dokter pasien

3. Hubungan lama praktik terhadap sikap dan perilakudalam

keterampilan interpersonal komunikasi dokter pasien .

4. Melihat bagaimana harapan responden terhadap keterampilan

komunikasi interpersonal dokter pasien yang harus di miliki oleh

dokter umum.

1.4.3. MANFAAT PENELITIAN 1.4.3.1.Bagi Peneliti

a. Meningkatkan pengetahuan, dan keterampilan dalam komunikasi

interpersonal dokter pasien.

b. Meningkatkan pengetahuan terhadap sudut pandang dokter terhadap

(18)

xviii

c. Sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Kedokteran

di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam

NegeriSyariefHidayatullah Jakarta.

1.4.3.2.Bagi Institiusi

a. Untuk menambah referensi penelitian di Fakultas Kedokteran dan Ilmu

Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta sehingga dapatdigunakan

untuk penelitian baru oleh peneliti lain.

1.4.3.3.Bagi Dokter dan Masyarakat

a. Meningkatkan ilmu pengetahuan masyarakat terhadap faktor apa saja

yang mempengaruhi komunikasi dokter pasien yang selama ini dinilai

buruk.

b. Sebagai masukan untuk dokter di Indonesia untuk memperhatikan

sikap dan perilaku dalam keterampilan komunikasi interpersonal

dokter pasien.

c. Untuk menambah referensi kepada dokter umum tentang keterampilan

(19)

xix BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori

2.1.1. Definisi Sikap

Sikap adalah keadaan diri yang menggerakkan manusia untuk bertindak

atau melakukan, baik kegiatan sosial dengan perasaan tertentu di dalam

menanggapi obyek (situasi atau kondisi) di lingkungan sekitarnya. Selain itu

sikap juga memberikan kesiapan untuk merespon yang sifatnya positif atau

negatif terhadap obyek atau situasi.

Sikap menurut Calhoun & Acocella(1995), adalah sekelompok keyakinan

dan perasaan yang melekat tentang objek tertentu dan kecendrungan untuk

bertindak terhadap objek tersebut dengan cara tertentu.

Sarwono (2000) dalam bukunya dipaparkan, Menurut Sarnoff

mengidentifikasikan sikap sebagai kesediaan untuk bereaksi (disposition to react) secara positif (favorably) atau secara negatif (unfavorably) terhadap obyek – obyek tertentu. D.Krech dan R.S Crutchfield (dalam Sears, 1999) berpendapat bahwa sikap sebagai organisasi yang bersifat menetap dari proses

motivasional, emosional, perseptual, dan kognitif mengenai aspek dunia

individu.14,15

Sedangkan La Pierre (dalam Azwar, 2003) mendefinisikan sikap secara

sederhana, sikap adalah respon terhadap stimuli sosial yang telah

terkondisikan.Lebih lanjut Soetarno (1994) memberikan definisi sikap adalah

pandangan atau perasaan yang disertai kecenderungan untuk bertindak terhadap

obyek tertentu.Sikap nampak karena ada sesuatu berupa objek yang dituju.

Objek dapat berupa benda- benda, manusia, peristiwa, pandangan, norma ,

lembaga dan lainya.15,16

2.1.2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pembentukan Sikap

Interaksi sosial, merupakan salah satu proses kita belajar dalm bersikap.

individu membentuk pola sikap tertentu terhadap berbagai objek psikologis

yang dihadapinya. Adapun faktor yang mempengaruhi pembentukan

(20)

xx 1. Pengalaman pribadi.

Untuk dapat menjadi dasar pembentukan sikap, pengalaman pribadi

harus meninggalkan kesan yang kuat. Karena itu, sikap akan lebih mudah

terbentuk apabila pengalaman pribadi tersebut melibatkan faktor

emosional. Dalam situasi yang melibatkan emosi, penghayatan akan

pengalaman akan lebih mendalam dan lebih lama berbekas.

2. Kebudayaan.

B.F. Skinner (dalam, Azwar 2005) menekankan pengaruh lingkungan

(termasuk kebudayaan) dalam membentuk kepribadian seseorang.

Kepribadian tidak lain daripada pola perilaku yang konsisten yang

menggambarkan sejarah reinforcement (penguatan, ganjaran) yang

dimiliki. Pola reinforcement dari masyarakat untuk sikap dan perilaku tersebut, bukan untuk sikap dan perilaku yang lain.15,16

3. Orang lain yang dianggap penting

Pada umumnya, individu bersikap konformis atau searah dengan sikap

orang orang yang dianggapnya penting. Kecenderungan ini antara lain

dimotivasi oleh keinginan untuk berafiliasi dan keinginan untuk

menghindari konflik dengan orang yang dianggap penting tersebut.

4. Media massa.

Sebagai sarana komunikasi, berbagai media massa seperti televisi,

radio, mempunyai pengaruh besar dalam pembentukan opini dan

kepercayaan orang. Adanya informasi baru mengenai sesuatu hal

memberikan landasan kognitif baru bagi terbentuknya sikap terhadap hal

tersebut. Pesan-pesan sugestif yang dibawa informasi tersebut, apabila

cukup kuat, akan memberi dasar afektif dalam mempersepsikan dan

menilai sesuatu hal sehingga terbentuklah arah sikap tertentu.

5. Institusi Pendidikan dan Agama.

Sebagai suatu sistem, institusi pendidikan dan agama mempunyai

pengaruh kuat dalam pembentukan sikap dikarenakan keduanya

meletakkan dasar pengertian dan konsep moral dalam diri individu.

(21)

xxi

dan tidak boleh dilakukan, diperoleh dari pendidikan dan dari

pusatkeagamaan serta ajaran-ajarannya.

6. Faktor emosi dalam diri.

Tidak semua bentuk sikap ditentukan oleh situasi lingkungan dan

pengalaman pribadi seseorang.Kadang-kadang, suatu bentuk sikap

merupakan pernyataan yang didasari oleh emosi yang berfungsi sebagai

semacam penyaluran frustasi atau pengalihan bentuk mekanisme

pertahanan ego. Sikap demikian bersifat sementara dan segera berlalu

begitu frustasi telah hilang akan tetapi dapat pula merupakan sikap yang

lebih persisten dan lebih tahan lama. Contohnya bentuk sikap yang

didasari oleh faktor emosional adalah prasangka.17

2.1.3. Hubungan Antara Sikap Dan Perilaku

Wicker (1969) menyatakan dalam penelitiannya menyatakan bahwa sikap

tidak berkaitan dengan perilaku . Terdapat faktor seperti faktor personal yaitu

seperti tingkat aktivitas, sikap atau motif lain. Faktor situasional juga dapat jadi

pertimbangan lain seperti keberadaan orang lain, norma yang di harapkan,

kedua faktor ini dapat mempengaruhi individu. Setelah Wicker melaporkan

penelitian ini telah ada penelitian oleh Baron dan Byrne (1987) bahwa sikap

dapat memprediksi perilaku dalam kondisi tertentu.

Faktor lain juga ditemukan terbukti memengaruhi ikatan antara sikap dan

perilaku. Sikap yang dibentuk dari pengalaman langsung lebih akan

menggambarkan perilaku yang lebih kuat dan lebih baik dari dari sikap yang

didapatkan secara pasif. (Fazio et. Al. 1982). Ketika ada berita yang memilki

efek langsung terhadap kehidupan individu dan menjadi perhatian individu itu

sendiri akan terbentuk hubungan antara sikap dan perilaku. (Sivacek dan Carno

1982). Sikap yang mudah untuk diaplikasikan dan mudah untuk di realisasikan

akan memberikan pengaruh yang lebih besar (Fazio.1986).18

Hubungan antara sikap dan perilaku dijelaskan Ajzen dan Feishbein (1980)

(22)

xxii

Gambar 2.1. Model teori tindakan beralasan dari Ajzen dan Feishbein (1980).19

Tindakan beralasan merupakan usaha yang paling berpengaruh untuk

menguji hubungan sikap dan perilaku yang dikembangkan oleh Ajzen dan

Feishbein (1980). Sampai saat ini digunakan sebagai kerangka teori utama.19

2.2. KOMUNIKASI 2.2.1. Pengertian

Komunikasi menurut kamus besar bahasa indonesia diartikan sebagai

peniriman dan penerimaan pesan atau berita antara dua orang atau lebih

sehingga pesan yang di maksud dapat dipahami; hubungan; kontak; diartikan

juga sebagai perhubungan.20Komunkasi menurut Widjaja (1986) adalah

hubungan kontak antar dan antara manusia baik individu maupun kelompok.21

2.2.2. Komunikasi Dokter Pasien

Komponen komponen komunikasi dokter pasien yaitu : a. Pasien

Setiap orang yang melakukan konsultasi masalah kesehatannya untuk

memperoleh pelayanan kesehatan yang diperlukan baik secaraa langsung

maupun tidak langsung kepada dokter atau dokter gigi

(23)

xxiii

Dokter dan dokter gigi sebagaimna dimaksud dalam Undang- Undang

No 29 tahun 2004 tentang praktik kedokteran adalah dokter, dokter

spesialis, dokter gigi dan dokter gigi spesialis lulusan pendidikan

kedokteran atau kedokteran gigi, baik di dalam maupun di luar negeri yang

diakui pemerintah republik indonesia sesuai dengan peraturan

perundang-undangan.22

c. Komunikasi dokter – pasien

Hubungan yang berlangsung antara dokter/dokter gigi dengan pasienya

selama proses pemeriksaan/ pengobatan/ perawatan yang terjadi di ruang

praktik perorangan, poliklinik, rumah sakit, dan puskesmas dalam rangka

membantu menyelesaikan masalah kesehatan pasien.

2.2.3. Peranan komunikasi dokter-pasien

peranannya dan manfaat Komunikasi Dokter-Pasien

Pasien dalam proses penyembuhan memiliki peranan penting dari

komunikasi doker pasien yang merupakan suatu bentuk komunikasi yang

kompleks. Upaya kesembuhan pasien yang dilakukan dokter mempunyai hasil

yang signifikan jika tingkat komunkasi interpersonal baik. Manfaat yang

didapatkan baik untuk pasien maupun untuk dokter antara lain :24

1. Meningkatkan indeks kesehatan dan tingkat pemulihan, serta

menimbulkan kenyamanan dan kepuasaan pasien, sehingga dapat

menurunkan risiko malpraktik.

2. Perselisihan, sengketa antara dokter dan pasien maupun keluarga

pasien berkurang. Menurunkan kecemasan pasien.

3. Diagnosis dapat lebih akurat dan komprehensif

4. Meningkatkan angka kepatuhan pasien

Manfaat diatas dapat dirsakan jika komunikasi dokter pasien dapat terjalin

dengan baik. Sebaliknya, jika tidak berjalan dengan baik akan memberikan

dampak buruk berupa:24

(24)

xxiv

2. Pasien menolak menjalani perawatan yang diperlukan. Tingkat

kesembuhan pasien rendah akibat ketidakpatuhan pasien dalam

pengobatan

3. Dapat menyebabkan kematian pasien

4. Gangguan psikologis dan gangguan fisik

5. Meningkatkan kejadian litigasi

2.2.4. Komunikasi efektif dokter – pasien

Pengembangan hubungan dokter-pasien secara aktif yang berlangsung

secara efisien, dengan tujuan utama penyampaian informasi atau pemberian

penjelasan yang diperlukan dalam rangka membangun kerja sama antara dokter

dengan pasien. Komunikasi yang dilakukan secara verbal dan non verbal

menghasikan pemahaman pasien terhadap keadaan kesehatannya, peluang dan

kendalanya, sehingga dapat bersama sama dokter mencari alternatif untuk

mengatasi permasalahanya.

2.2.5. Tujuan komunikasi efektif dokter pasien

Area Komunikasi Efektif dokter yaitu mampu menggali dan bertukar

informasi secara verbal dan nonverbal dengan pasien semua usia, anggota

keluarga, masyarakat, kolega, dan profesi lain.2 Tujuan komunikasi efektif dicapai dengan mengaplikasi komunikasi efektif dokter-pasien dengan cara:25

1. Sikap profesional dokter

Bersikap professional dalam setiap kegiatan yang dilakukan dalam

praktik kedokteran.

2. Sesi pengumpulan informasi

Anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang merupakan

sumber sumber dalam mengumpulkan informasi dengan komunikasi

yang baik.

3. Sesi penyampaian informasi

Informasi telah terkumpul dengan baik, kemudian sampaikan

informasi yang didapat kepada pasien dengan bahasa komunikasi yang

(25)

xxv

4. Langkah-langkah Komunikasi, berikut ini langkah langkah

komunikasi:

a. Anamnesis

Proses penggalian riwayat penyakit pasien oleh dokter.Mendapatkan

informasi yang dibutuhkan untuk menegakan diagnosis.Anamnesis

merupakan bagian dari komunikasi dokter-pasien.

b. Cara/tekhnik komunikasi

Pengetahuan dan keterampilan mengenai komunikasi mempermudah

untuk melakukan komunikasi yang efektif yaitudengan memberi

perhatian, membuka dialog, mencari solusi / alternatif pemecahan

masalah, dan menyimpulkan hasilnya.

c. Media pendukung komunikasi

Dapat berbentuk media cetak, elektronik, dan peraga yang bisa berupa

model atau contoh nyata untuk kesamaan persepsi yang menghasilkan

pemahaman yang sama dalam komunikasi.

2.2.6. Struktur Proses Komunikasi Dokter-Pasien

Struktur komunikasi dalam proses komunikasi dokter pasien yang terdiri

dari tiga hal yang harus berjalan secara bersamaan, dimulai dari menjalin

hubungan, menjalankan proses wawancara, dan struktur wawancara,

(26)

xxvi

Gambar 2.2. Tahap komunikasi dokter-pasien.

Sumber: Annisa Zakirah (2014)26 dari Silverman J, Kurtz SM, Draper J, Kurtz SM. 2005.25

Dari gambartahapan komunikasi dokter pasien tersebut dapat dilihat bahwa

tahapanwawancara dokter-pasien meliputi: pertama memulai

wawancara,kemudian mengumpulkan informasi, ketiga meberikan penjelasan

dan perencanaan, terakhir menutup wawancara. Setiap tahapan tersebut diikuti

dengan menjalin hubungan dan menstruktur wawancara dengan pasien.25

2.2.7. Elemen Dalam Proses Komunikasi

Konsil Kedokteran Indonesia(2006)tentang komunikasi efektif

(27)

xxvii

elemen berupa sumber informasi, pesan yang disampaikan, media, serta umpan

balik selama berjalannya komunikasi, seperti dijelaskan dalam tabel:

Gambar 2.3. Model Proses Komunikasi2

Berikut ini penjelasan model proses kounikasi:27

a. Sumber

Sumber merupakan pengirim pesan yang bertanggungjawab dalam

menerjemahkan pemikiran dan ide menjadi pesan yang akan disampaikan

sehingga informasi yang dikirim kepada orang yang dituju atau penerima

pesan diterima sesuai dengan yang diharapkan oleh sumber.

b. Penerima

Penerima pesan adalah orang yang menerima informasi dari

sumber.Penerima menginterpretasikan pesan yang diterima sesuai

pengetahuan yang dimilikinya.

c. Pesan

Pesan adalah informasi yang disampaikan oleh sumber kepada

penerima pesan.Pesan adalah informasi dalam bentuk verbal, non-verbal,

tulisan ataupun kombinasi dari ketiganya.

d. Media

Media merupakan sarana penyampaian informasi/pesan yang dapat

dipilih sesuai kebutuhan. Adapun media yang lazim digunakan yaitu

(28)

xxviii e. Feedback

Feedback merupakan respon dari penerima pesan untuk pengirim pesan, penerima pesan mengklarifikasi dan memastikan kembali

informasi yang diterimanya sudah sesuai dengan harapan pengirim pesan.

f. Lingkungan

Lingungan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi

proses komunikasi. Lingkungan dapat mendukung terwujudnya tujuan

komunikasi ataupun sebaliknya menghambat proses tersebut.

Setiap elemen dalam komunikasi di atas mempunyai peranan dalam

berjalannya proses komunikasi, sehingga apabila terdapat gangguan ataupun

kesalahan pada salah satu elemen dapat menghambat tercapainya tujuan dan

efektivitas dari komunikasi yang diharapkan. 27

2.3. Keterampilan Interpersonal 2.3.1. Definisi

Keterampilan interpersonal adalah keterampilan dasar yang terlibat dalam

berhubungan antara satu orang dengan yang lainnya.

Keterampilaninterpersonal menjadi hal penting dalam berhubungan dengan

orang lain karenamencakup cara berkomunikasi, bersosialisasi, bekerjasama,

yang cenderung peka terhadap nilai kebudayaan dan keberagaman sikap

individu.Keterampilan komunikasi ini seringakali diremehkan dan merasa

sudah baik karena biasa dilakukan dalam keseharian.28,29

Keterampilaninterpersonal sama seperti kemampuan (skill) yang lainnya,

dibutuhkan usaha usaha dalam meningkatkan kemampuan keterampilan

komunikasi ini pada tiap individu. Keberhasilan keterampilan interpersonal

bergantung pada penanaman nilai dan pengulangan atau repetisi secara

berulang-ulang sehingga terbentuk keterampilan interpersonal dalam pikiran

(29)

xxix

Tabel 2.1. Taksonomi Keterampilan Interpersonal29

Keterampilan Interpersonal

Deskripsi Keterampilan Terkait

Keterampilan Komunikasi

Mendengar Aktif

Menaruh perhatian penuh pada apa

yang dikatakan, menanyakan pihak

lain untuk menjelaskan lebih tepat

tentang apa yang ia katakan, dan

Mengirim pesan verbal secara

konstruktif

Mengabarkan,

mengekspresikan diri

anda dengan gamblang;

mengkomunikasikan

emosi; komunikasi

inteerpersonal

Komunikasi Tertulis

Menulis dengan jelas dan tepat Kejelasan;

mengkomunikasikan arti

yang dimaksudkan

Komunikasi Tegas

Secara langsung mengekspresikan

perasaan, pilihan, kebutuhan dan

opini seseorang dengan cara yang

Menguatkan atau menggantikan

komunikasi wicara melalui

penggunaan bahasa tubuh, isyarat,

suara, atau benda-benda

Ekspresi perasaan;

persepsi/pengakuan

perasaan; ekspresi wajah

(30)

xxx

Pemahaman dan bekerja dengan

orang lain dalam grup atau timl

termasuk menawarkan bantuan

kepada yang membutuhkan dan

mengerjakan aktivitas untuk

memenuhi kebutuhan tim

Penyesuaian; kesadaran

berbagi bersama

situasional; pelaksanaan

pengawasan dan umpan

balik; hubungan

Kepercayaan Keyakinan atau kepercayaan individu pada integritas atau hal

yang dapat dipercaya dari

seseorang atau sesuatu; kemauan

sebuah pihak untuk menjadi lemah

pada aksi dari pihak lain sesuai

dengan ekspektasi bahwa beberapa

aksi penting tertentu akan

Menghargai perbedaan individu

diantara orang-orang

Penerimaan; keterbukaan

terhadap ide-ide baru;

kepekaan kepada orang

lain; relasi lintas budaya

Orientasi Pelayanan

Sebuah perangkat kecendrungan

individu dasar dan kecondongan

untuk menyediakan pelayanan,

menjadi sopan dan penolong dalam

berhadapan dengan pelanggan,

klien, dan rekan

Melampaui ekspektasi

pelanggan; keterampilan

kepuasan pelanggan;

kemampuan untuk

menjaga hubungan baik

(31)

xxxi

membangun hubungan;

mewakili organisasi

kepada pelanggan dan

publik

Presentasi Diri

Proses dimana seorang individu

mencoba mempengaruhi reaksi dan

gambaran yang orang miliki

tentang mereka dan ide-ide mereka;

mengelola kesan-kesan agar

mencakup range yang luas dari

perilaku yang dapat membentuk

pengaruh positif kepada rekan kerja

Ekspresi diri; pengelolaan

adopsi perilaku, kepercayaan dan

sikap yang spesifik; mempengaruhi

distribusi keuntungan dan kerugian

pada organisasi melalui sebuah aksi

Etika bisnis; pemberian

alasan; keramahan;

Mengadvokasi sebuah posisi

dengan pikiran terbuka, tidak

memasukkan pertentangan dengan

anggota lain ke dalam urusan

pribadi, menempatkan diri pada

posisi orang lain, mengikuti

argument rasional dan mencegah

evaluasi yang terlalu dini, dan

mencoba mempersatukan ide-ide

terbaik dari seluruh pandangan dan

perspektif

Gaya mengatasi konflik;

(32)

xxxii

Sumber: Klein, DeRouin dan Salas (2006) sebagaimanatercantum pada

Assesing 21st Century Skill.29

Keterampilan komunikasi merupakan keterampilan yang berperan penting

dalam membentuk keterampilan interpersonal yang baik. Tidak menurut

Steward, karena keterampilan komunikasi saja belum cukup untuk membentuk

keterampilan interpersonal yang baik,namun diperlukan juga keterampilan

membangun hubunganagar dokter dapat mempertahankan hubungan terapeutik

dengan pasien.30

Gambar 2.4. Skill komunikasi yang penting: Consensus Kalamazoo31,32

2.3.2. Unsur-unsur Keterampilan Interpersonal

Adapun unsur unsur penting terwujudnya keterampilan interpersonal

(33)

xxxiii

1. Rasa hormat, menghormati biasanya terjadi secara 2 arah , yaitu

dimana seseorang memeperlakukan orang lain sebagaimana dirinya

sendiri ingin diperlakukan oleh orang lain.

2. Fokus dan perhatian yaitumemperhatiakan pasien dengan seksama

apapun yang dikeluhkan baik secara verbal maupun nonverbal dengan

dokter tidak berfikir atau melakukan hal lain yang tidak berkaitan

dengan masalah pasien sehingga membuat pasien merasa nyaman dan

diperhatikan.

3. Empati, dokter memikirkan kekhawatiran, perasaan, dan perspektif

pasien terhadap apa yang dialami untuk menunjang pengobatan yang

dokter berikan.

4. Fleksibel, dokter mampu menyesuaikan hubungan interpersonal sesuai

keadaan yang dihadapi.

2.3.3. Faktor yang Mempengaruhi Keterampilan Interpersonal

Dari bermacam model keterampilan interpersonal yang telah

dikembangkan oleh para ilmuan dapat memberi gambaran berbagai faktor yang

dapat mempengaruhi kualitas keterampilan interpersonal seseorang. Faktor

tersebut saling berinteraksi dalam mencapai keberhasilan keterampilan

interpersonal seseorang, seperti karakteristik individu, pengalaman hidup yang

dialami sebelumnya, dan karakteristik keadaan yang dihadapi sehingga hasil

kualitas keterampilan interpersonal dapat dilihat dari penilaian hasil dalam

individu, grup/tim, dan organisasi.

Secara garis besar faktor yang mempengaruhi, komponen, dan hasil dari

(34)

xxxiv

Gambar 2.5. Model Penampilan Interpersonal

Sumber: Klein, DeRouin dan Salas (2006) sebagaimanatercantum pada

Assesing 21st Century Skill.29

2.3.4. Pentingnya Keterampilan Interpersonal

Manusia merupakan makhluk sosial yang hakikatnya membutuhkan

interaksi dengan orang lain dan tidak bisa bertahan hidup tanpa bantuan dari

orang lain. Dengan kebutuhan tersebut keterampilan interpersonal sangat

dibutuhkan dalam menjalin hubungan yang baik terhadap individu yang lain

baik dalam hubungan personal maupun berkelompok atau organisasi. 33

Sebagai seorang, dengan keterampilan interpersonal yang baik dan efektif

mempunyai peran penting untuk mencapai keberhasilan proses terapeutik

dengan pasien. Bagi seorang dokter dengan mempunyai keterampilan

interpersonal yang baik, mempunyai beberapa manfaat dari segi hukum dapat

mengurangi perselisihan hukum dipengadilan yang biasa disebut ligitasi.

Menciptakan lingkungan yang ramah bagi pasien dan karyawan sehingga

produktifitas karyawan meningkat adalah salah satu manfaat yang dapat

dirasakan. Kualitas karyawan yang meningkat menjadi teladan bagi karyawan

(35)

xxxv

yang efektif dapat meningkatkan kualitas perawatan pasien, dengan begitu

manfaat yang didapatkan reputasi dapat dikembangkan dengan baik bagi

lembaga ataupun RS.34

2.3.5. Cara Meningkatkan Keterampilan Interpersonal

Dalam meningkatkan keterampilan interpersonal seseorang dapat dilakukan

dengan berbagai cara. Berikut langkah-langkah yang dapat diadaptasi untuk

meningkatkan keterampilan interpersonal:34

a. Memasukkan keterampilan interpersonal dalam kurikulum lembaga

penyelenggara pendidikan kedokteran.

b. Menyertakan keterampilan interpersonal dalam penilaiann sebelum

memasuki sekolah spesialis.

c. Keterampilan interpersonal dapat disertakan dalam penilaian tahunan

dokter yang sedang mengikuti pelatihan.

d. Keterampilan interpersonal digunakan sebagai bagian dari penilaian

dokter pasca sarjana.

e. Menyertakan keterampilan interpersonal dalam proses penilaian dan

revalidasi oleh dokter senior.

f. Mengajarkan keterampilan interpersonal melalui kursus dan workshop

dalam pendidikan kedokteran.

2.4. Komunikasi dalam islam

Al- Quran menjadi pedoman hidup umat islam secara keseluruhan di muka

bumi ini. Allah menjelaskan segala aturan, perintah, larangan, keutamaan, dan

lainnya untuk hambanya dapat hidup dengan baik didunia yang seentar

ini.Allah menciptakan manusia dengan beragam, mulai dari agama, social,

warna kuliat, dan bahasa yang beragam.Allah yang pertama kali mengajarkan

manusia untuk berkomunikasi, sebagaimana dikatakan dalam surah Ar-Rahman

ayat 1-4:

(36)

xxxvi

Allah yang memberikan akal dan pengetahuan untuk manusia dapat pandai

berbicara. Berbicara yang diperintahkan oleh Rasulullah SAW yaitu

mengutamakan berbicara yang baik, jika tidak bisa bicara yang baik maka

diam. “Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaklah berbicara yang baik atau diam”(HR. Al-Imam Al- Bukhari hadist

no 6089 dan Al Imam Muslim no 46 dari Abu Huraira).35

Perkataan yang baik keluar dari manusia yang memiliki akal dan ilmu

pengetahuan.Belajar menggunakan kata dan kalimat yang baik dalam

kehidupan sehari hari. Berkomunikasi dengan individu yang lain sangat

dipengaruhi dengan pengetahuan yang dimiliki, dimana individu yang lain

harus dapat menyesuaikan kata kata yang di ucapkan sehingga dapat

dimengerti dan tersampaikan pesan yang dimaksud.

2.5. Kerangka Teori

(37)

xxxvii

Keterampilan Interpersonal Dalam Komunikasi Dokter Pasien

Sikap Perilaku Lama praktek

2.6. Kerangka Konsep

Gambar 2.7. Kerangka Konsep

2.7. Definisi Operasional

Table 2.2. Definisi Operasional

Variabel Definisi Cara Pengukuran Skala

Peng

ukuran

Sikap Sikap adalah pikiran dan

perasaan yang mendorong

individu bertingkah laku

ketika individu menyukai

atau tidak menyukai

Perilaku Perilaku adalah komponen

dari sikap

dituliskan pada data

(38)

xxxviii

3.Lansia awal (46-55

tahun)

4.Lansia akhir

(56-65tahun)

5.Manula ( >66 tahun)

Depkes, (2009)

Jenis

kelamin

Jeis kelamin responden

yang ditentukan pada saat

kelahiran

Sesuai pada data

kuesioner

1. Laki-laki

2. Perempuan

Nominal

Lama

praktik

Lama praktik dokter umum Sesuai pada data

kuesioner

1.< 5 tahun

(39)

xxxix BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Desain penelitian

Penelitian menggunakan jenis penelitian analitik kategorik dengan desain

pendekatan cross-sectionaluntuk mengetahui perbandingan sikap dan perilaku dokter umum terhadap keterampilan interpersonal dalam komunikasi

dokter-pasien di Tangerang Selatan.

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Tangerang Selatan pada bulan April – September 2015 dengan menggunakan data primer berupa kuesioner yang diisi

oleh subyek penelitian.

Table 3.1. Waktu Penelitian

No. Kegiatan

Juni Juli Agustus September

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV

1. Pembuatan

proposal

(40)

xl

3.3. Populasi dan Sampel

Populasi target pada penelitian ini adalah dokter umum yang berlapangan

kerja di Tangerang Selatan. Populasi terjangkau adalah dokter umum yang

berpraktek di Kec. Ciputat, Kec. Ciputat timur, dan Kec.Pamulang. Sampel

adalah dokter umum yang dipilih secara Consecutive Sampling11,25,26

Cara pemilihan sampel dengan menggunakan non probability sampling

yaituconsecutive sampling. Consecutive sampling merupakan cara pemilihan sampel yang semua responden yang datang dan memenuhi criteria pemilihan

dimasukan dalam penelitian sampai jumlah subyek yang diperlukan

terpenuhi.11,25,26,

3.3.1. JumlahSampel

Perkiraan besar sampel dalam penelitian ini dihitung berdasarkan rumus

besar sampel penelitian analisa kategorik tidak berpasangan11yaitu sebagai berikut:

N1 = N2 = √ √

N1=N2 : jumlah sampel penelitian

Zα : derivate baku alpha

Zβ : derivate baku beta

P1 : proporsi pada beresiko atau kasus

Q1 : 1-P1

P2 : proporsi pada kelompok tidak terpajan/control, 50%

(41)

xli

P : proporsi total

Q : 1-P

P1-P2 : perbedaan proporsi minimal yang dianggap bermakna,

ditetapkan 0,2

Jadi,

P1 = P2 + 0,2 = 0,5 + 0,2 = 0,7

Q1 = 1-P1 = 1-0,7 = 0,3

P = = = = 0,6

Q = 1-P = 1-0,6 = 0,4

Berdasarkan persamaan tersebut, maka untuk total sampel penelitian didapatkan

hasil sebagai berikut:

= √ √

= 72

N1= N2 72

Sampel yang digunakan hanya satu kategori yaitu dokter umum, dengan

begitu diambil jumlah keseluruhan sampel 72.Jumlah sampel penelitian

menjadi 80 responden untuk antisipasi jika responden tidak mengembalikan

kuesioner.

3.3.2. KriteriaSampel 3.3.2.1.Kriteria inklusi

- Subyek merupakan dokter umum yangpraktek

klinik/puskesmas/rumahsakit/pribadi.

- Subyekberpraktik di Tangerang Selatan

- Subyek bersedia menjadi responden penelitian.

3.3.2.2.Kriteria eksklusi

- Subyek tidak bersedia menjadi responden

3.3.2.3.Drop out

(42)

xlii 3.4. Cara Kerja Penelitian

Table 3.2. Cara Kerja Penelitian

3.5. Variabel yang diteliti 3.5.1. Variabel terikat

Sikap dan perilaku dalam keterampilan interpersonal dokter dalam

komunikasi dokter pasien.

3.5.2. Variabel bebas

Lama praktik sebagai dokter terhadap sikap dan perilaku doker dalam

keterampilan interpersonal dalam komunikasi dokter-pasien di Tangerang

Selatan.

Persiapan penelitian

Menentukan tempat melakukan penelitian

Menentukan subyek yang memenuhi criteria inklusi Subyek dipilih secara

Pengisian kuesioner

Analisa data penyusunan laporan

Kesimpulan

(43)

xliii 3.6. Manajemen data

3.6.1. Rencana Analisis Data

3.6.1.1.Instrumen Penelitian

Pada penelitian ini, menggunakan kuesioner dari hasil penelitian dr. Fika

Ekayanti, yang terdiri dari 22 pertanyaan mengenai sikap dan perilaku dokter

terhadap pasiennya saat melakukan komunikasi dokter-pasien dan dijawab

dengan jawaban “ya” atau “tidak”.(10)

Kuesioner ini mengalami perubahan pada subyek dan telah diuji validitas

terdapat 11 pertanyaan yang valid dari 22 pertanyaan sebelumnya, sehingga

dan realibilitas dengan Cronbach Alfa dan didapatkan hasil Cronbach

Alfa=0,969. Suatu instrumen penelitian dikatakan memiliki tingkat reliabilitas tinggi jika nilai koefisien Cronbach Alfa >0,60. Sehinggakuesioner ini telah memenuhi syarat kelayakan untuk digunakan sebagai suatu instrumen

penelitian.(11)

3.6.1.2. Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan mencatat hasil kuesioner yang

dibagikan kepada dokter umum yang berpraktek di Tangerang Selatan.

Penelitian ini dilakukan dengan cara pengambilan data primer di tempat praktik

dokter umum di Tangerang Selatan dan juga melalui e-mail sejak bulan juni

sampai september 2015. Penelitian dilakukan dengan metode consecutive

sampling. Setelah dilakukan penyebaran kuesioner, terkumpul sebanyak 80

kuesioner.

3.6.1.3.Pengolahan, Analisa, dan Penyajian Data

Pengolahan data penelitian dari kuesioner yang telah dikumpulkan

(44)

xliv

frekuensi dan proporsi dari karakteristik responden, kemudian dilakukan

analisis bivariat untuk melakukan analisis antara hubungan komunikasi

interpersonal dokter-pasien dengan sikap dan perilaku dokter umum.

Penelitian ini menggunakan analisis univariat dan bivariat dalam mengolah

data yang telah ada.

a. Analisis Univariat

Analisis univariat dilakukan untuk mengetahui sebaran atau frekuensi dari

setiap karakteristik masing-masing responden. Meliputi usia, jenis kelamin,

tingkat pendidikan terakhir, pekerjaan, lama berpraktik, waktu yang dibutuhkan

dalam pemeriksaan pada pasien, tempat berpraktik, dan lulusan dari

universitas.11

b. Analisis Bivariat

Analisis bivariat pada penelitian ini adalah analisa hubungan kategorik

dengan kategorik yang menggunakan uji Chi-square bila memenuhi syarat atau

(45)

xlv BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Penelitian

4.1.1. Gambaran umum lokasi penelitian

Lokasi pengambilan data di tangerang selatan, dari 7 kecamatan di tangsel

paling banyak pengambilan data di 3 kecamatan yaitu kec. Ciputat, kec. Ciputat

timur, kec. Pamulang. Pengambilan data dilakukan di tempat praktik dokter

umum, baik di rumah sakit pemerintah atau swasta, klinik atau klinik pribadi

dan puskesmas.

4.1.2. Uji Validitas

Kuesioner yang digunakan terdiri dari 22 pertanyaan mengenai sikap dan

perilaku yang ditunjukkan dokter saat komunikasi dokter-pasien berlangsung.

Kuesioner dijawab dengan pilihan „Ya‟ dan „Tidak‟. Masing-masing pertanyaan

akan diberikan skor sebagai berikut, skor 0 untuk jawaban „Tidak‟ dan skor 1

untuk jawaban „Ya‟. Skor total terendah adalah 0 dan skor total tertinggi adalah 11. Kuesioner didapatkan dari penelitian dr. Fika Ekayanti dan telah di

modifikasi dan dilakukan uji validitas diadapatkan 11 pertanyaan yang valid

dengan p value di atas 0,5 dan 11 pertanyaan yang tidak valid dengan p value di

bawah 0,5 atau minus, diputuskan untuk di hapus. Sehingga yang digunakan

hanya 11 pertanyaan yang valid.Uji reliabilitas dengan Cronbach Alfa dan didapatkan hasil Cronbach Alfa=0,969 . Suatu instrumen penelitian dikatakan

memiliki tingkat reliabilitas tinggi jika nilai koefisien Cronbach Alfa >0,60.(10,11)

Dengan demikian kuesioner tersebut dapat digunakan sebagai alat

pengumpul data karena kuesioner tersebut telah memenuhi syarat kelayakan

(46)

xlvi 4.2. Karakteristik Responden

4.2.1. Distribusi Frekuensi Usia Responden

Variabel N Minimum Maksimum Mean Standar Deviasi

Umur 80 24 75 35,33 11,665

Berdasarkan tabel diatas, diketahui bahwa jumlah responden penelitian

sebanyak 80 orang dengan usia responden paling muda adalah 24 tahun dan

paling tua adalah 75 tahun. Rata-rata usia responden penelitian adalah 35,33

tahun dengan standar deviasi sebesar 11,665 tahun.

4.2.2. Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin Responden

Jenis Kelamin N Persentase

Laki-laki 27 33,8

Perempuan 53 66,2

Total 80 100,0

Gambar 4.2.2. Jenis Kelamin Responden 34%

66%

Jenis Kelamin Responden

(47)

xlvii

Berdasarkan tabel diatas, diketahui bahwa responden yang berjenis kelamin

laki-laki sebesar 33,8% dan perempuan sebesar 66,2%.

4.2.3. Distribusi Frekuensi Jenjang Pendidikan Terakhir Responden

Jenjang Pendidikan N Persentase

Dokter umum dan S1 76 95,0

Dokter umum dan S2 3 3,8

Dokter umum dan S3 1 1,2

Total 80 100,0

Gambar 4.2.3. Jenjang Pendidikan Terakhir Responden

Berdasarkan tabel diatas, mayoritas responden memiliki pendidikan dokter

umum dan S1 dengan persentase sebesar 95% 95% 4% 1%

Pendidikan Terakhir

(48)

xlviii

4.2.4. Distribusi Frekuensi Tempat Praktek Responden

Tempat Praktek N Persentase

RS Pemerintah 18 22,5

RS Swasta 9 11,2

Klinik 47 58,8

Klinik Pribadi 11 13,8

RS Islam 1 1,2

Puskesmas 11 13,8

Total 80 100,0

Gambar 4.2.4. Tempat Praktek Responden

19%

9%

49% 11%

1%

11%

Tempat Praktik Responden

(49)

xlix

Berdasarkan tabel diatas, diketahui bahwa tempat praktek responden paling

banyak di Klinik dengan persentase sebesar 58,8%

4.2.5. Distribusi Frekuensi Lama Praktek Responden

Lama Praktek N Persentase

< 5 tahun 40 50,0

>5 tahun 40 50,0

Total 80 100,0

Gambar 4.2.5. Distribusi Frekuensi Lama Praktek Responden

berdasarkan tabel diatas, diketahui bahwa lama praktek responden

memiliki persentase yang sama antara lama praktek kurang dari 5 tahun dengan

lebih dari 5 tahun dengan persentase sebesar 50%. Selain itu, jam praktek

responden memiliki perbedaan. Berikut distribusi jam praktek responden. 50%

50%

Lama Praktik Responden

(50)

l

4.2.6. Distribusi Frekuensi jam Praktek Responden

Jam Praktek N Persentase

<5 Jam 8 10,0

5-12 Jam 55 68,8

12-24 Jam 11 13,8

>24 Jam 6 7,5

Total 80 100,0

Gambar 4.2.6. Distribusi Frekuensi jam Praktek Responden

Berdasarkan tabel diatas, diketahui bahwa lebih banyak responden

memiliki jam praktek sebesar 5-12 jam dengan persentase sebesar 68,8%.

Kemudian lama waktu bertemu pasien selama praktek bervariasi. Berikut lama

bertemu pasien responden saat praktek. 10%

69% 14%

7%

Jam Praktik Responden

(51)

li

4.2.7. Distribusi Frekuensi lama waktu bertemu pasien

Lama Waktu Bertemu Pasien N Persentase

<5 menit 12 15,0

5-10 menit 32 40,0

10-15 menit 8 10,0

15-30 menit 25 31,2

>30 menit 3 3,8

Total 80 100,0

Gambar 4.2.7. Distribusi Frekuensi lama waktu bertemu pasien

15%

40% 10%

31%

4%

Lama Waktu Bertemu Pasien

(52)

lii

4.2.8. Distribusi Frekuensi Sikap dan Perilaku Responden

Sikap dan Perilaku N Persentase

Diatas rata rata 28 35,0

Dibawah rata rata 52 65,0

Total 80 100,0

Berdasarkan tabel diatas, diketahui bahwa sikap dan perilaku responden

paling besar berada pada sikap dan perilaku yang dibawah rata rata dengan

persentase sebesar 65%. Hal ini dapat dilihat dari jawaban responden yang

dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 4.2.9. Jawab Responden Dari 11 Pertanyaan

No Sikap dan Perilaku Ya % Tidak %

1 Sikap dan perilaku dokter menjelaskan pengobatan

yang harus pasien lakukan dengan gamblang. 78 97,5 2 2,5

2

Sikap dan perilaku dokter mengapresiasi tndakan

dan jenis pengobatan yang pernah pasien lakukan

sebelumnya .

71 88,8 9 11,2

3 Sikap dan perilaku dokter menjelaskan diagnosis,

dengan suara yang tegas. 77 96,2 3 3,8

4 Sikap dan perilaku dokter menanyakan daerah

tempat tinggal pasien. 65 81,2 15 18,8

5 Sikap dan perilaku dokter mengingat nama pasien

(53)

liii Dibawah ini 11 pertanyaan yang tidak valid. 6

Sikap dan perilaku dokter memberikan penjelasan

yang lengkap mengenai penyakit yang diderita

pasien.

76 95,0 4 5,0

7 Sikap dan perilaku dokter menyapa pasien dengan

memanggil nama pasien. 72 90,0 8 10,0

8 Sikap dan perilaku dokter menjelaskan riwayat

penyakit pasien dari awal sampai tuntas. 63 78,8 17 21,2

9 Sikap dan perilaku dokter berusaha

menyembunyikan apa diagnosis penyakit pasien. 7 8,8 73 91,2

10 Sikap dan perilaku dokter yang tenang selama

pemeriksaan sehingga menenangkan pasien. 80 100,0 0 0

11 Sikap dan perilaku dokter memperhatikan pasien,

saat pasien berbicara 80 100,0 0 0

No Sikap dan Perilaku Ya % Tidak %

1 Sikap dan perilaku dokter menunjukkan

pemahaman atas perasaan pasien. 80 100,0 0 0,0

2 Sikap dan perilaku dokter menenangkan pasien, saat

pasien mengeluhkan sakit yang ia rasakan 78 97,5 2 2,5

3 Sikap dan perilaku dokter meyakinkan pasien

bahwa pasien akan baik-baik saja. 74 92,5 6 7,5

4 Sikap dan perilaku dokter terbuka dalam menerima

pendapat pasien. 78 97,5 2 2,5

5 Sikap dan perilaku dokter tidak memberi

kesempatan bagi pasien untuk bertanya. 10 12,5 70 87,5

6 Dalam keadaan darurat, dokter mengizinkan pasien

(54)

liv

4.3. Hubungan antara Lama Praktek Terhadap Sikap dan Perilaku

Tabel 4.3.hubunganlama praktik terhadap sikap dan perilaku

Lama

Praktek

Sikap dan Perilaku

Total

P Value

Diatas rata rata Dibawah rata rata

N % N % N %

< 5 Tahun 7 17,5 33 82,5 40 100 0,002

≥ 5 Tahun 21 52,5 19 47,5 40 100

Total 28 35,0 52 65,0 80 100

Lama praktik yang ≥ 5 Tahun memiliki sikap dan perilaku yang di atas rata rata sebesar 52,5% sedangkan lama praktek < 5 tahun dan memiliki sikap dan

perilaku dibawah rata rata sebesar 82,5%. Dari hasil ststistik ini dapat diketahui

bahwa dokter dengan lama praktek <5 tahun yang memiliki sikap dan perilaku

di bawah rata rata sebesar 82,5%, cukup besar presentasinya sehingga

mnunjukan bahwa sikap dan perilaku dokter yang beprakik <5 tahun belum

baik sikap dan perilakunya. Berdasarkan hasil uji statistik, diketahui bahwa P

value sebesar 0,002 yang berarti bahwa pada signifikansi alpha 1 % diketahui

bahwa terdapat hubungan antara lama praktek dengan sikap dan perilaku

responden.

7 Sikap dan perilaku dokter menunjukkan kepedulian

pada kesembuhan pasien. 80 100,0 0 0,0

8 Sikap dan perilaku dokter tidak segan bertanya

tentang keadaan keluarga pasien. 68 85,0 12 15,0

9 Sikap dan perilaku dokter mengatakan dengan jujur

perihal penyakit yang pasien derita. 76 95,0 4 5,0

10 Sikap dan perilaku dokter menjelaskan dengan

bahasa yang sederhana tentang penyakit pasien. 79 100,0 1 0

11 Sikap dan perilaku dokter menjelaskan seluruh

(55)

lv

4.4. PEMBAHASAN

Komunikasi menjadi hal penting yang perlu diperhatikan. Komunikasi

dibutuhkan dalam kehidupan sosial individu untuk dapat berbagi dan bertukar

informasi, komunikasi ada yang bentuk verbal dan nonverbal. Di indonesia

sudah ada beberapa penelitian yang melihat bagaiman komunikasi dokter pasien

yang dimiliki dokter di Indonesia saat ini.

Ekayanti, F dkk. (2013) dalam penelitainya tentang persepsi pasien

terhadap keterampilan interpesonal dokter pada September-Desember 2013 di 3

Rumah Sakit, RS UIN Syarif Hidayatullah Jakarta sebagai RS Islam Swasta, RS

Harapan Bunda sebagai RS Swasta, dan RSUP Fatmawati sebagai RS Umum

Pemerintah.Diketahui bahwa ada perbedaan yang signifikan terhadap

karakteristik keterampilan interperonal dokter dimasing-masing RS tersebut.

Hasil dari penelitian tersebut, dokter di RS Harapan Bunda memiliki

keterampilan interpersonal yang paling baik menurut pasien, dan didapat

disimpulkan bahwa perbedaan karakteristik sikap dan perilaku dokter

tergantung pada tempatnya berpraktik.20

Penelitian serupa juga oleh Zakiroh, A. (2014) secara cross-sectional, kepada 204 pasien yang menjadi responden menilai sikap dan perilaku dokter

selama konsultasi dan mengisi kuesioner penilian setelah kosultasi kesehatan

berakhir. Penelitian tentang persepsi pasien terhadap perbedaan interpersonal

dokter-pasien berdasarkan asal lulusan dokter juga telah diketahui hasil dari

penelitian tersebut menyimpulkan bahwa dokter lulusan UIN Jakarta memiliki

keterampilan interpersonal yang lebih baik dibandingkan dengan dokter yang

bukan lulusan UIN Jakarta48

Banyaknya keluhan pasien terhadap pelayanan dokter di lapangan,dan dari

kedua penelitain dia atas dapat kita lihat dokter yang berpraktik di RS. Swasta

memiliki nilai positif dari pasien. Ikatan Dokter Indonesia (Herquetanto, 2011)

dalam penelitian tentang pengetahuan dan keterampilan interpersonal

komunikasi dokter pasien dan faktor-faktor yang memperngaruhinya.Penelitian

tersebut dilakukan di 3 wilayah, dan hasilnya tidak terdapat faktor yang

berpengaruh secara signifikan terhadap keterampilan komunikasi interpersonal

Gambar

Tabel Uji Validitas Dari 12 Responden Validitas.
Gambar 2.1. Model teori tindakan  beralasan dari Ajzen dan Feishbein (1980).19
Gambar 2.2. Tahap komunikasi dokter-pasien.
Gambar 2.3. Model Proses Komunikasi2
+7

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Fatoni , 2009, Persepsi Guru Non Penjasorkes terhadap Kinerja Guru Penjasorkes Tingkat Sekolah Dasar di Dabin II Kecamatan Brebes Tahun 2009.. Skripsi jurusan Pendidikan

[r]

Sebagai tindak lanjut dari Surat Penunjukan Penyedia Barang/Jasa (SPPBJ) ini Saudara diharuskan untuk menyerahkan Jaminan Pelaksanaan dan menandatangani

[r]

Wahyu Widiana, Proses Pengambi/an Departemen Agama tentang Penentuan Awai dan Akhir Ramadhan (Tangerang: ICM!, Orsa! Kawasan Puspitek dan Sekitamya, 1994), Cet.. Jika menurut

Berdasarkan Berita Acara Penetapan Hasil Kualifikasi Nomor : Nomor : SS/ 7.4/ Pokja.Fajar/ I / 2014, tanggal 10 Januari 2014, dengan ini disampaikan Pengumuman Perusahaan

The persistence of herbicides applied in vineyards has become a concern in recent years due to their wide use. Investigations into the fate of herbicides in a vineyard in the