• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perancangan buku ilustrasi anak mengenal Celepuk Siau

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Perancangan buku ilustrasi anak mengenal Celepuk Siau"

Copied!
61
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)
(4)

RIWAYAT HIDUP

Nama : Bambang Candra Purnama

NIM : 51909297

Tempat Tanggal Lahir : Tasikmalaya, 11 Juni 1990

Jenis Kelamin : Laki-laki

Agama : Islam

Jurusan : Desain Komunikasi Visual

Jenjang : Strata 1

Fakultas : Desain dan Seni

Alamat : Kampung Bandan RT/RW 002/002 Ancol pademangan, Jakarta Utara / Graha Mustika Blok A2 No4 Bojong, Kalapa Nunggal,

Cileungsi Bogor

Contact : 085320455345

Email : cukup.candra@gmail.com

Riwayat Pendidikan

Tahun Pendidikan

1996-2002 SD Negeri Buncitan Sidoarjo

2002-2005 SMP Negeri 4 Tasikmalaya

2005-2008 SMA Negeri 1 Bangkinang Barat, Riau

(5)

Laporan Pengantar Tugas Akhir

PERANCANGAN BUKU ILUSTRASI ANAK MENGENAL CELEPUK SIAU

DK 38315/Tugas Akhir Semester II 2012-2013

Oleh :

Bambang Candra Purnama 51909297

Program Studi Desain Komunikasi Visual

FAKULTAS DESAIN

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA

BANDUNG

(6)

iii KATA PENGANTAR

Puji serta syukur saya sampaikan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat, hidayah dan kesempatan yang telah Allah berikan laporan tugas akhir ini dapat tersusun hingga selesai pada waktunya.

Laporan tugas akhir yang berjudul Perancangan Buku Ilustrasi Mengenal Celepuk Siau ini ini merupakan tugas dimana pokok utamanya adalah meneliti mengenai satwa burung hantu Celepuk Siau secara khusus dan burung hantu pada umumnya di Indonesia. yang bertujuan untuk mempelajari Celepuk siau yang merupakan hewan Endemik kepulauan Sulawesi Utara dan asli Indonesia tersebut secara lebih baik.

Dalam proses penyusunan laporan tugas akhir ini, saya telah dibantu dan melibatkan beberapa pihak terkait, oleh karena itu saya sampaikan rasa terimakasih kepada:

Deni Albar, M.Ds selaku Dosen pembimbing, Dr. Evi selaku narasumber dari yayasan margasatwa kota Bandung, mamah, bapak, teteh Lia, teteh Iki, aa Cahya, aa Yanto, Abang, Kiko, Aish, Bintang, Anak-Anak Funco (Teguh, Liliq, Andhika, kirana, kartika, Uki, dan para junior semua), teman-teman monoponik (iki, nof, adit, farid), teman-teman DKV8, teman -teman kostan dan oma (Neng Ira, Hudan, Ipang, Jasum, Asep) dan seluruh saudara dan teman-teman seperjuangan.

Dalam penulisan laporan tugas akhir ini sudah tentu dalam prosesnya jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu saya memohon kritik dan saran yang membangun agar laporan tugas akhir ini menjadi lebih baik.

Bandung, Agustus 2013

(7)

vii DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ... i

LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS KARYA ... ii

LEMBAR SURAT KETERANGAN PENYERAHAN HAK EKSKLUSIF ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

ABSTRAK ... v

ABSTRACT ... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah ... 1

I.2 Identifikasi Masalah ... 3

I.3 Rumusan Masalah ... 3

I.4 Batasan Masalah ... 3

I.5 Tujuan Perancangan ... 4

BAB II BURUNG HANTU CELEPUK SIAU BURUNG HANTU ENDEMIK INDONESIA II.1 Burung hantu endemik ... 5

II.2 Celepuk Siau Otus siaoensis ... 8

II.3 Wilayah Penyebaran Celepuk Siau Otus siaoensis. ... 9

II.4 Hasil Penelitian Terkait Celepuk Siau. ... 10

II.5 Buku Ilustrasi. ... 12

II.6 Kesimpulan dan Solusi... 14

BAB III STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP VISUAL III.1 Strategi Perancangan ... 16

(8)

viii

III.1.2 Strategi Kreatif ... 19

III.1.3 Strategi Media ... 20

III.1.4 Strategi Distribusi ... 22

III.2 Konsep Visual ... 23

III.2.1 Format Desain ... 24

III.2.2 Tata Letak(Layout) ... 25

III.2.3 Huruf ... 26

III.2.4 Ilustrasi ... 27

III.2.5 Warna ... 41

BAB IV TEKNIS PRODUKSI MEDIA IV.1 Media Cetak ... 42

DAFTAR PUSTAKA ... 52

(9)

52

DAFTAR PUSTAKA

Buku

Roots, C. (2006). Nokturnal animal.London:Greenwood press

BirdLife International, (2008). Critically Endangered birds: a global audit. Cambridge, UK: BirdLife International.

Romulo, chelsea L. (2012). Geodatabase of Global Owl Species and Owl Biodiversity Analysis, faculty of the Virginia Polytechnic Institute and

State University.

Redaksi Ensiklopedi Indonesia. (1989). Ensikopedi Indonesia Fauna, Jakarta: PT Ikhtiar Baru Van-Hoeve.

Papalia, Diane E. Old, Sally Wendkos. Feldman, Ruth Duskin, (2008). Human Development (Psikologi Perkembangan), Jakarta:KENCANA

PRENADA MEDIA GROUP.

Supriono, R. (2010) Desain Komunikasi Visual : Teori dan Aplikasi. Yogyakarta:CV Andy Offset (penerbit Andy).

Kusrianto, Adi. (2007) Pengantar Desain Komunikasi Visual Yogyakarta:CV Andy Offset (penerbit Andy).

Zelanski, Paul. Fisher, Mary Pat (2010) Color. China:Pearson Education Inc.

Website

Jion, Eko. (2012) Jenis-jenis Burung Hantu Indonesia (Suku Tytonidae dan strigidae) Tersedia: http://rumah2hijau.wordpress.com/2012/08/12/13-jenis-burung-hantu-di-indonesia/ (20 Desember 2012)

Forest watch Indonesia (2009) Perkembangan tutupan Hutan Indonesia Tersedia : http://fwi.or.id/?p=82 (30 January 2013)

Http://www.Burung.org// (21 Desember 2012)

Wihardandi, Aji. (2013) Celepuk Siau, Misteri Burung Endemik Kepulauan Sitaro Tersedia : http://www.mongabay.co.id/2013/02/09/celepuk-siau-misteri-burung-endemik-kepulauan-sitaro/ (18 Juli 2013)

Soekartun, Roikan. (2013) Kartun dan Seni Ilustrasi

(10)

53

Mario, Ireneus. (2011) Bagian-Bagian Buku

Tersedia:http://ilmu-fakta.blogspot.com/2011/05/bagian-bagian-buku.html (18 Juli 2013)

Narasumber Wawancara

Drh. Evi . Yayasan Margasatwa Kota Bandung (2012) Mengenal dan mengetahui hewan

(11)

1 BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Masalah

Indonesia termasuk ke dalam daerah tropis dimana didalamnya terdapat banyak kekayaan hayati, baik hutan maupun keanekaragaman satwa hal itu menjadikan Indonesia negara yang unik dan kaya dan patut untuk dijaga dan dilestarikan. satwa-satwa tersebut maupun lingkungan di Indonesia baik satwa-satwa yang dilindungi dan tidak dilindungi sekalipun banyak diantarnya merupakan spesies burung, bahkan Indonesia memiliki 16% dari 10.000 burung di dunia namun dalam kenyataanya hampir 1.600 Jenis Burung tersebut, 126 diantarnya merupakan jenis-jenis yang terancam punah, bahkan diantarnya banyak yang tidak dilindungi dan berkurang (www.burung.org, 2013)

selain dari pada itu pada faktanya pemerintah sendiri sudah membuat Undang-Undang salah satunya adalah Ancaman terhadap populasi dan ekosistem satwa liar, sebagaimana tercantum dalam UU No.5 tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya.

Salah satu dari jenis satwa tersebut adalah jenis-jenis satwa malam (Nocturnal) dari jenis (Class) burung terancam punah (critically endangered) berdasarkan IUCN adalah burung hantu dari Ordo Strigiformes yaitu Celepuk Siau, Burung hantu dalam kenyataannya merupakan satwa pemakan daging (karnivora) yang berperan serta dalam proses kesimbangan ekosistem lingkungannya.

(12)

2 timbulnya penurunan populasi, meningkatnya invasi satwa pemangsa dan rusaknya habitat satwa. Selain itu banyak dari satwa-satwa ini diburu untuk diperjualbelikan secara umum tanpa memikirkan akibat yang ditimbulkan dari proses ini..

Pada faktanya, Indonesia masuk dalam tiga besar dalam zona kritis atau zona renatan terhadap kepunahan burung, setelah Brazil dan USA (Critically Endangered birds: a global audit, 2008, h.3). sekitar 26 spesies burung hantu berada di Kawasan Asia tenggara, dan 15 diantaranya yang terancam kepunahan di area kawasan Indonesia dan 1 diantarnya (critically endangered) atau resiko punah yaitu jenis strigiformes Otus Siaoensis (Chelsea Loise Ramulo, 2012, h.17) yang juga merupakan endemik kepulauan siau, Sulawesi Utara.

Idealnya anak-anak dan masyarakat Indonesia mengetahui mengenai keberadaan Celepuk Siau agar timbul rasa memiliki dan peduli akan populasi Celepuk Siau agar populasi burung celepuk ini tetap lestari, dikarenakan Celepuk Siau merupakan salah satu bentuk kekayaan fauna yang terdapat di Indonesia. Selain atas dasar tersebut sebuah ekosistem yang baik adalah ekosistem yang didalamnya terdapat keseimbangan hubungan satu dengan yang lainnya, contohnya hubungan antara satwa dengan lingkungan alam sekitarnya.

Burung hantu pada contohnya, burung hantu masuk kedalam jenis predator atau pemakan daging yang berperan dalam kesimbangan ekosistem, keuntungan dapat diperoleh apabila satwa dan lingkungan ini tetap lestari diantarnya tempat dimana manusia tersebut tinggal menjadi terkendali dari hama, udara yang terus berganti dengan baik dan jalur arus air yang baik karena adanya pohon-pohon dan tutupan hujan.

(13)

3 awam yang belum mengerti tentang burung hantu, seperti burung hantu strigiformes Celepuk Siau (Otus Siaoensis) yang beresiko punah di Indonesia dan memberikan informasi mengenai pentingnya memahami dan mengenal burung tesebut secara baik.

1.2Identifikasi Masalah

Dari latar belakang tersebut diperoleh beberapa identifikasi masalah diantaranya:

• Kurangnya informasi mengenai keberadaan burung hantu strigiformes Otus Siauoensis sebagai hewan nokturnal yang terancam punah baik literatur tertulis maupun visual.

• Kurangnya rasa memiliki dan kecintaan terhadap satwa-satwa burung dan

Celepuk Siau khususnya di kalangan anak-anak, dikarenakan kurangnya pemahaman akan satwa tersebut.

• Adanya praktek perburuan, jual beli ilegal untuk nilai ekonomis terhadap Celepuk Siau dan burung-burung langka Indonesia, yang menyalahi Undang-undang yang berlaku, dikalangan masyarakat.

• Indonesia masuk kedalam tiga besar zona rawan kepunahan burung di

Dunia.

• Indonesia memiliki keanekaragaman jenis satwa, khususnya jenis burung

hantu endemik yang terancam kepunahan.

1.3Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah yang diperoleh dari identifikasi masalah diatas adalah:

Bagaimana cara menyampaikan informasi mengenai burung hantu strigidae terancam punah (critically endangered) secara informatif kepada anak-anak ?.

1.4Batasan Masalah

(14)

4 saat ini dalam kondisi kritis menuju kepunahan (Crtically Endangered) berdasarkan IUCN yang kurang dipahami oleh anak-anak dan masyarakat.

1.5Tujuan Perancangan

Beberapa tujuan yang dituju adalah :

• Menginformasikan jenis burung hantu strigidae Otus Siaoensis yang terancam punah.

• Memberikan pengetahuan kepada anak-anak untuk lebih mencintai salah

satu pesona hayati yang ada di Indonesia, khususnya burung hantu strigidae Otus Siaoensis di kepulauan Siau.

• Mendukung proses pelestarian satwa-satwa langka secara umum dan

(15)

5 BAB II

BURUNG HANTU CELEPUK SIAU BURUNG HANTU ENDEMIK INDONESIA

2.1Burung Hantu endemik

Indonesia merupakan negara kepulauan dengan terdiri dari 13.466 pulau (nationalgeographic.co.id, 2012) dan masuk ke dalam lima besar kekayaan spesies burung di dunia sekitar 1.597 jenis 16% dari total 10.000 jenis burung di dunia. dari 1.600 jenis tersebut dan 126 jenis diantarnya terancam punah. Dari fakta tersebut Indonesia merupakan Negara yang memiliki kekayaan burung yang termasuk tinggi di dunia (omkicau.com, 2012). Dari ratusan spesies satwa burung 67% menjadi endemik di kawasan habitat mereka tinggal. Seperti disari dari alamandah.org (2011) Endemik atau endemisme berarti gejala yang dialami oleh suatu organisme yang menjadi unik menempati satu zona geografis tertentu, seperti pulau, lungkang, Negara atau zona ekologi tertentu. Dapat memiliki artian bahwa jenis burung atau satwa tersebut hanya ada, hidup, tinggal dan beraktivitas di kawasan tersebut.Contohnya jalak bali, hanya dapat ditemukan di kawasan taman nasional Bali Barat. Sama seperti jalak bali,burung hantu strigiformes Otus Siaoensis dapat dikatakan menjadi endemic karena hanya berada dikawasan kepulauan Siau (koordinat: 2̊ 43’22’’N 125̊ 23’36’’E) kabupaten sangihe provinsi Sulawesi Utara.

(16)

6 Burung Hantu masuk kedalam:

Kingdom : Animalia

Phyllum : Chordata

Subphyllum : Vertebrata

Class : Aves

Ordo : Strigiformes

Familly : Tytonidae

Strigidae

Burung hantu terbagi atas dua familia secara umumnya itu termasuk kedalam golongan :

Familia Tytonidae

Merupakan satwa burung yang termasuk kedalam jenis burung hantu serak atau burung hantu gudang dengan karakteristik suara yang kasar, badan dan kepala yang menengah sampai besar, dan bentuk wajah yang menyerupai bentuk hati, memiliki bentuk kaki yang panjang dan cakar yang kuat.

GambarII.1Sulawesi Masked Owl (Tyto rosenbergii)

(17)

7

Familia Strigidae

Merupakan satwa burung yang termasuk kedalam familia burung hantu asli dengan karakteristik bentuk kepala yang bundar dan membulat. Mempunyai bulu-bulu yang halus di sayap dan disekitar kepala menutupi lubang telinga. Sebagian besar jenis ini memiliki bentuk tubuh kecil sampai menengah.

Gambar II.2Enggano Scops-Owl (Otus enganensis)

Sumber :

http://ibc.lynxeds.com/photo/enggano-scops-owl-otus-enganensis/enggano-scops-owl-0(4-April-2013)

Berdasarkan buku (Clive Roots.2006, h.62) rata-rata burung malam ataupun nokturnal memiliki karateristik bulu yang tidak berwarna- warni, sesuai burung-burung yang hidup di siang hari atau (diurnal). Diantaranya warna yang paling mencolok atau dominan berwarna coklat, hitam, abu-abu, putih, dan bermotif belang-belang, atau berlurik-lurik. Yang dapat membantu kamuflase atau bersembunyi ketika siang hari.

(18)

8 gelap sekalipun, sehingga memudahkan dalam bergerak juga dalam memperoleh mangsa secara tepat dan akurat.Burung Hantu banyak hidup di lubang-lubang pohon-pohon, atau di tempat bekas sarang burung-burung lain tinggal. Berkembang biak dengan cara bertelur satu sampai sebelas butir, untuk burung hantu ukuran besar dan untuk ukuran burung hantu yang lebih kecil cenderung lebih sedikit terutama dikawasan daerah tropis (Ensiklopedia Indonesia seri fauna. 1989, h.166).

2.2Celepuk Siau Otus siaoensis

Gambar II.3 Celepuk Siau (Otus siaoensis)

Sumber :

http://burung.org/media/k2/items/cache/63503204d18160dd6a733e989b70c404_S.jpg

(4-April-2013)

(19)

9 diteliti di pulau Siau pada 1866. Diperkirakan jumlah populasi saat ini tidak lebih dari 50 Individu dewasa (omkicau.com, 2012). Di Indonesia familia Otus disebut Celepuk, hal tersebut antar lain dikarenakan ukuran tubuh mini

ataupun memiliki ukuran tubuh yang cenderung lebih kecil dari familia lain dalam spesiesnya.

Masuk kedalam Apendik II sejak 2008, Apendik adalah daftar yang ditetapkan oleh badan konvensi perdagangan internasional untuk spesies flora dan satwa liar (CITES Convention on International Trade in Endangered Spesies of Wild Flora and Fauna). Yang berarti bahwa satwa ini terancam

punah dalam perdagangan jika terus diperjualbelikan tanpa adanya pengaturan (alamendah.org,2012).

2.3Wilayah Penyebaran Celepuk Siau Otus siaoensis

Makhluk hidup didunia butuh lingkungan atau habitat tempat untuk hidup, tinggal dan berkembangbiak. Begitu pun dengan burung hantu, burung hantu Otus siaoensis. Burung hantu ini diyakini hanya terdapat dikawasan kepulauan

(20)

10 Gambar II.4 peta kepulauan Siau

2.4Hasil Penelitian terkait dengan Celepuk Siau

Didapat fakta lapangan bahwa jumlah burung hantu di alam liar sangat kecil dapat dikatakan menuju kepunahan. Ancaman yang terjadi adalah proses deforestasi hutan yang sangat cepat, pada 1995 sebuah kawasan disekitar danau keppeta yang berada dikawasan kepulaun Siau, namun pada tahun 1998 kawasan hutan ini telah ditebang seperti dikutip dari hasil riset yang dilakukan oleh J Riley pada bukunya yang berjudul (in litt, 1999),. Pada oktober 1998 sebuah survey dilakukan dan menemukan fakta bahwa hanya 50% dari kawasan hutan yang tersisa yang berada dikawasan ketinggian 800m dan itupun hanya bisa diakses melalui desa bernama Lau.dan diperkuat oleh J.C Wardill (in litt, 1999), bahwa pada tahun 1998 telah dilakukan penelitian hanya terdapat beberapa lahan hutan saja yang berada diatas ketinggian 600 menggambarkan kondisi daerah tersebut yang sangat kecil dan sempit.

(21)

11 penyelamatan satwa bukan sekedar seremonial. pemerintah harus melakukan pengubahan pola pikir masyarakat bangsa ini untuk peduli terhadap satwa di negara ini, selama itu tidak dilakukan, maka kepunahan satwa apalagi burung pemangsa tinggal menunggu waktu” (Lim Wen Sin Kepala Konservasi Alam, Raptor Club Indonesia (RCI)).

Burung hantu penting peranannya dalam keseimbangan lingkungan disekitarnya, dikarenakan burung hantu termasuk kedalam jenis burung pemangsa atau raptor dimana diantaranya mengendalikan jumlah populasi hewan yang dimangsa seperti ular, tikus, ataupun serangga.Adanya penurunan populasi terjadi diakibatkan adanya pola deforestasi hutan dan kurangnya informasi terkait hewan tersebut yang kurang diketahui oleh masyarakat secara baik (Dr Evi, yayasan margasatwa kota Bandung).

Tabel II.1Penyebab kepunahan Celepuk Siau

Data penelitian Penyebab kepunahan

J Riley dan J.C wardill in litt 1999.

Pola Deforestasi hutan yang terus berlangsung berakibat pada kurangnya lahan hutan dan habitat Celepuk Siau, dimana hanya menyisakan 50% saja lahan hutan yang ada disekitar danau Kepetta.

Dr. Evi yayasan marga satwa kota Bandung.

Adanya Deforestasi hutan dan kurangnya literatur informasi terkait burung hantu dan satwa liar pada umumnya, baik media visual maupun tulisan yang ada dan dapat dipahami oleh masyarakat.

Lim Wen Sin Kepala

Konservasi Alam, Raptor Club Indonesia (RCI)

(22)

12 2.5Buku Ilustrasi

Buku merupakan media yang dapat menyampaikan sebuah informasi yang sudah ada sejak jaman kuno dari mulai mesir, china, jepang dan bangsa-bangsa lain terdahulu (www.websejarah.com, 2011). bahkan hingga saat ini, buku masih terus berkembang dan bervariasi jenisnya. Hal tersebut membuktikan bahwa buku termasuk kedalam bukti fakta akan sejarah dan peradaban, dimana sudah dekat dengan aktivitas dan kehidupan manusia secara turun temurun sejak dahulu hingga kini.

Buku ilustrasi bergambar merupakan salah satu jenis alternatif buku yang memadukan cerita dengan gambar, dimana ini disadur berdasarkan arti dari buku adalah ilustrasi itu sendiri yaitu merupakan gambar yang berfungsi untuk memperjelas isi cerita (www.kamusbahasaindonesia.org,2013). Dimana bertujuan untuk menciptakan daya tarik yang menarik minat dan pembaca (Rakhmat Supriyono, 2010, h.51)

Dikutip dari ilmu-fakta.blogspot.com (2011) berdasarkan majalah Bobo no.6 (2010), bagian-bagian buku terbagi atas :

Cover Depan

Tertera judul buku, juga gambar atau foto yang menjelaskan isi buku tersebut. Di samping itu, cover depan juga berguna untuk melindungi buku itu sendiri. Cover depan ada yang tipis (soft), ada pula yang tebal (hard).

Halaman Judul

Berisi pengulangan dari judul buku dan nama pengarangnya yang telah ada di cover depan. Biasanya dicantumkan pula nama penerbit dan tahun terbit buku tersebut.

Impresum

(23)

13 • Daftar Isi

Berisi susunan bab-bab yang ada di dalam buku secara keseluruhan. • Kata Pendahuluan

Sering pula disebut prakata atau foreword. Kata pendahuluan berisi garis besar isi buku dan diletakkan setelah kata pengantar. Kata pendahuluan ditulis agak mendalam namun tak sampai membocorkan isinya. Kata pendahuluan biasanya ditulis oleh si pengarang atau penulis buku.

Kata Pengantar

Seting sulit dibedakan dengan kata pendahuluan, biasanya kata pengantar atau preface lebih berisi sapaan dari penulis ke pembaca, juga kadang tertera ucapan terima kasih kepada orang-orang atau pihak-pihak yang telah membantu si penulis dalam pembuatan buku. Kata pengantar juga bisa diisi oleh penerbit atau ahli untuk

menerangkan isi buku. • Prolog

Semacam kata pengantar yang dibuat oleh seseorang yang memahami hal tertentu.

Pagina

Lembaran-lembaran atau halaman yang ada di dalam buku. • Epilog

Semacam kata penutup yang ditulis untuk memberi kesan pada isi buku.

Glossary

Di dalam sebuah buku, sering terdapat istilah tertentu yang tidak kita pahami maksudnya. Istilah-istilah tersebut disatukan oleh penulis di dalam Glossary. Oleh karena itu, Glossary biasanya berisi daftar istilah dan penjelasannya.

Daftar Indeks

(24)

14 • Daftar Pustaka

Berisi daftar refrensi yang digunakan penulis atau pengarang dalam menulis sebuah buku. Hal ini sebagai bentuk dari tanggung jawab si penulis. Kalau tidak dicantumkan, bisa-bisa si penulis dituduh sebagai lagiat, menyontek tanpa menyebutkan sumbernya.

Biodata Penulis

Berisi riwayat singkat atau biodata si penulis atau pengarang agar pembaca dapat mengetahui secara ringkas tentang perjalanan hidup si penulis atau pengarang buku tersebut.

Cover Belakang

Memuat cuplikan isi buku. Bisa juga berisi pendapat atau kesan orang-orang tertentu terhadap buku itu. Cover belakang juga harus dibuat menarik agar calon pembaca mau membeli buku itu.

2.6Kesimpulan dan solusi

Berdasarkan data diatas diperoleh beberapa kesimpulan diantaranya Indonesia merupakan Negara kepulauan yang termasuk memiliki banyak jenis satwa-satwa di dunia bahkan banyak diantaranya endemik Indonesia, namun dalam faktanya banyak dari satwa-satwa ini terancam menuju kepunahan bahkan hilang. Salah satu diantarnya adalah akibat pola hidup manusia sebagai makhluk tetinggi yang kurang baik. Seperti kurangnnya pemahaman dan kesadaran akan pesona burung Celepuk Siau tersebut dan pengurangan lahan hutan untuk kepentingan agribisnis ataupun deforestasi hutan, yang mengakibatkan beberapa masalah di lingkungan sekitarnya berakibat diantaranya invasi binatang pemangsa satwa yang tidak terkendali, rusaknya habitat satwa untuk tinggal dan berkembang biak menjadikan kurangnya spesies dan satwa tersebut.

(25)
(26)

16 BAB III

STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP VISUAL

3.1 Strategi Perancangan

Strategi didefiniskan sebagai cara atau upaya yang dilakukan untuk mencapai suatu tujuan secara khusus, dan untuk mencapai tujuan tersebut dibutuhkan suatu proses atau cara yang disebut perancangan. Dapat diartikan bahwa strategi perancangan adalah metode ataupun cara yang digunakan untuk mencapai sebuah solusi atau tujuan yang baik. Dalam keterangan sebelumnya diperoleh beberapa masalah yang terjadi terkait dengan burung hantu otus siaonosis, salah satunya adalah kurangnya media Informasi yang tertulis maupun visual yang ada dimasyarakat secara umum dan anak-anak secara khusus. dari hal tersebut maka dibutuhkan sebuah solusi, diantaranya melalui pendekatan visual yang didalamnya bermuatan nilai informasi dan bersifat persuasi, yaitu buku infromasi bergambar yang mudah diterima oleh anak-anak, yang berfungsi sebagai bahan pengetahuan dan pengingat pentingnya mencintai, menjaga dan melestarikan satwa-satwa hampir punah di Indonesia.

Dari hal tersebut, maka target audience akan ditentukan berdasarkan segi demografis, psikografis dan geografis sebagai berikut.

1. Target primer a. Demografis :

• Usia : anak-anak usia 8-11 tahun

(27)

17 mereka membuat kemajuan berkesinambungan dalam kemampuan mereka memproses dan menyimpan informasi, selain itu seiring dengan berkembangnya pengetahuan mereka, mereka menjadi semakin awas terhadap jenis informasi yang penting untuk diperhatikan dan diingat” (Diane E.papalila, Sally Wendkos Old, Ruth Duskin Feldman, 2008, h. 441).

Status ekonomi sosial : menengah-bawah

Hal ini dilihat dari mayoritas penduduk di wilayah penyebaran Celepuk Siau yang mayoritas status ekonominya menengah-bawah • Jenis Kelamin : Laki-laki dan perempuan

• Pendidikan : Sekolah dasar

b. Psikografis :

Buku ilustrasi Celepuk Siau ditujukan pada anak-anak yang memiliki minat baca yang cukup tinggi dan menyukai segala hal mengenai satwa khususnya aves (burung).

c. Geografis :

Dari segi geografis target audien mencakup kawasan kepulauan Sulawesi, dikhususkan kepada anak-anak kepulauan SITARO.

2. Target skunder

Target skunder atau target audien kedua lebih ditekankan kepada anak-anak dikota-kota besar dan masyarakat umum di seluruh penjuru Indonesia.

3.1.1 Pendekatan Komunikasi

(28)

18 penurunan populasi dan ditambahkan sisipan pesan-pesan yang diharapkan akan berakhir pada pola tindakan bagi anak-anak dimasa mendatang.

a. Tujuan komunikasi

Adapun tujuan dari komunikasi ini adalah agar anak-anak dapat mengenal burung hantu otus siaonesis secara lebih dekat, untuk meningkatkan rasa cinta anak-anak dalam membaca dan melestarikan alam sekitar.

b. Materi Pesan

Materi pesan yang digunakan dalam perancangan ini adalah pesan-pesan yang seperti cara menghormati orang yang lebih tua, kepedulian terhadap lingkungan. selain itu, didalamnya tidak hanya memuat nilai-nilai yang dapat mengedukasi tapi juga secara tidak langsung mengajarkan anak-anak untuk lebih mencintai pesona kekayaan hayati yang ada di Indonesia, dan kecintaan terhadap alam sekitarnya dimana bertujuan membentuk karakter anak-anak Indonesia dimasa depan yang peduli dan sadar lingkungan.

Hal tersebut dapat diperinci antara lain :

1. Diawali dengan pengenalan tokoh dan sifat dasar dari tokoh yang menghormati orang tua dan ramah. Diharapkan anak-anak secara tidak langsung dapat belajar dengan nilai-nilai kesopanan tersebut.

2. Dilanjutkan dengan materi pesan inti yang bersifat informatif, diantarnya mulai dituturkan tentang morfologi burung hantu, bagaimana burung tersebut beraktivitas, kemudian dilanjutkan dengan penjelasan informatif tentang Celepuk Siau secara khusus.

3. Materi pesan dilanjutkan dengan penjelasan tentang beberapa penyebab kepunahan burung Celepuk Siau secara khusus, hal tersebut di buat agar anak-anak mengetahui dengan jelas akan keadaan yang sebenarnya terjadi saat ini yaitu terancamnya Celepuk Siau dan burung-burung di Indonesia secara umum.

(29)

19 tentang pesona kekayaan burung Indonesia secara umum, dan Celepuk Siau secara khusus

c. Pendekatan Visual

Pada perancangan buku ilustrasi ini pendekatan visual yang digunakan adalah menggunakan ilustrasi atau gambar-gambar yang disesuaikan dengan anak-anak, seperti kartun dan tidak terlalu ralisistis yang bertujuan untuk mengembangkan daya imajinasi anak-anak. Kartun sendiri merupakan penggambaran tentang sesuatu secara sederhana namun tetap memiliki unsur lucu didalamnya (Marianto dalam Indarto, 1999, h.11). Berdasarkan hal tersebut maka gambar kartun bersifat menghibur bagi yang melihatnya.

Selain berdasarkan hal tersebut juga didukung dengan pendekatan pewarnaan, penggunaan huruf dan tata letak (layout) yang mudah dipahami oleh anak-anak. Pendekatan visual tersebut dipilih karena didasari oleh target perancangan karya tugas akhir ini yaitu berusia8-11 tahun atau dengan jenjang pendidikan minimal kelas empat SD hingga enam SD.

d. Pendekatan Verbal

Pendekatan verbal perancangan ini menggunakan bahasa Indonesia tidak baku atau keseharian, dimana menggunakan cara tutur bahasa seperti cerita untuk anak-anak (storytelling) . yang membuat anak-anak menjadi lebih memahami dan tertarik karena panggunaan gaya bahasa yang dimengerti oleh anak-anak.

3.1.2 Strategi Kreatif

Pada perancangan buku ilustrasi ini pendekatan kreatif dilakukan dengan membuat gambar-gambar ilustrasi yang bercerita, dimana gambar tersebut merupakan penguat isi cerita secara umum.untuk menambah wawasan dan pengetahuan pada anak-anak yang membacanya.

(30)

20 dapat bermain, juga mendapat nilai lebih dari permainan tersebut. karena adanya sisipan informasi pada permainan tersebut diantaranya adanya pesan-pesan evaluasi tentang buku ilustrasi Celepuk Siau yang dibuat, yang berhubungan langsung dengan media utama.

Tokoh utama dan tokoh pendukung sedekat mungkin dibuat agar sesuai dengan media utama, antara lain melalui pendekatan karakter dengan burung hantu ataupun Celepuk Siau dan nama karakter yang disesuaikan dengan nama daerah di Sulawesi.

3.1.3 Strategi Media

Bentuk pendekatan media yaitu buku ilustrasi bercerita, yang didalamnya terdapat nilai-nilai informasi dan edukasi untuk anak-anak.Adapun konten yang dibuat berisi antara lain morfologi burung hantu secara umum, dan burung hantu siau secara khusus, pola aktivitas, habitat mereka tinggal, sebab akibat turunnya populasi dan fakta-fakta terkait objek tersebut.

Dipilihnya media ini sebagai media utama antara lain anak-anak pada dasarnya mudah untuk menyerap informasi dengan gambar, menurut Dr. Arief Rachman pakar pendidikan (My Human Body : Amazing fact and experiment inside, 2005) “Berikan kepada anak stimulus yang disesuaikan dengan usia. Misalnya awalnya berupa gambar-gambar yang menarik. Lalu sertakan juga sertakan juga stimulus pembacaan cerita yang dilakukan secara menarik, dan konsisten, Gambar sangat penting karena proses awal anak mengenal sesuatu adalah dengan cara melihat. Gambar itu bisa bendanya sendiri maupun simbol lainnya seperti huruf dan angka”.

Media pendukung dari perancangan ini nantinya merupakan media yang dekat dengan anak-anak seperti:

• Permainan terbang dan turun Celepuk Siau

(31)

21 ular tangga ini nantinya merupakan permainan yang berkesinambungan dengan media utama, hal tersebut antara lain melalui pengabungan pola ataupun sistem permainan dan visual didalamnya dengan buku.

• Puzzle

Anak-anak menyukai permainan, puzzle ditambahkan salah satunya untuk menambahkan nilai lebih pada suatu permainan, tidak hanya bermain namun target audien secara tidak langsung mendapatkan pesan-pesan persuasif dari gambar-gambar yang disusun dalam permainan tersebut.

• Poster

Dipilihnya media poster dikarenakan antara lain, dikarenakan poster masuk kedalam media lini bawah yang bertahan lama, dan efektif untuk dapat ditempatkan diberbagai tempat, seperti tembok dan dinding, ataupun mading pada sekolah nantinya. Selain daripada itu bidang pada poster yang termasuk luas secara umum nilai-nilai informasi akan mudah untuk dapat disampaikan secara baik.

• Sticker

Sticker dipilih diantaranya dikarenakan sticker merupakan media yang mudah untuk ditempatkan dimana saja, dan sticker juga bisa menjadi media pengantar pesan yang baik, karena selain ekonomis dan efisien, juga tahanan dalam jangka waktu yang cukup panjang atau awet. • Pin

Pin merupakan salah satu media yang cukup awet dan tahan lama, selain atas dasar hal tersebut, pin juga dapat ditempatkan dimedia-media lain yang anak-anak gunakan seperti tas, jaket ataupun baju. • Gantungan kunci

(32)

22 • Kaos

Selain dapat digunakan untuk menutup badan, kaos memiliki bidang ruang yang besar untuk menyimpan visual dan informasi, baik pada bagian depan atau belakang. Selain dari pada itu kaos dapat digunakan oleh anak-anak ketika bermain, ataupun beraktivitas.yang secara tidak langsung dapat menginformasikan mengenai informasi Celepuk Siau secara cukup baik.

3.1.4 Strategi Distribusi

Dalam proses pendistribusian, akan dilibatkan pihak-pihak yang terkait erat dengan objek penelitian seperti dinas pendidikan melalui perpustakaan sekolah, komunitas burung Indonesia dan yayasan ataupun dinas margasatwa. Bentuk pendistribusian dimulai dengan pembagian buku ataupun media utama dan media pendukung secara gratis melalui sekolah-sekolah, dan akan mulai dilakukan antara lain disaat peringatan hari migrasi burung sedunia atau World Migratory Bird Day (WMBD) 12-13 Mei 2014, dan masa-masa awal penerimaan siswa baru ataupun masuknya anak-anak ke sekolah . yaitu sekitar bulan Juni disekitar kepulauan SITARO (Siau, Tangguladang, Biaro), dan kawasan Sulawesi utara. Apabila program distribusi tersebut berhasil, maka sistem yang serupa akan dilakukan dikota-kota besar secara berkala.

Tabel III.1 Jadwal penyebaran media

(33)

23

Pin

Gantungan

Kunci

Kaos

3.2 Konsep Visual

Bentuk pola visual akan disesuaikan dengan target audien yang dituju, yang didalamnya diantaranya sedekat mungkin memuat bentuk-bentuk visual yang merepresentasikan hewan atau objek-objek burung hantu dan Celepuk Siau yang sebenarnya dialam liar, ataupun berbentuk gambaran-gambaran visual yang digambarkan berdasarkan atas tulisan ataupun konten-konten dari buku itu sendiri yang berguna untuk menguatkan isi dan buku ilustrasi yang akan dibuat.

Konsep visual yang akan digambarkan antar lain akan dikhususkan kepada bentuk objek burung hantu, bagian-bagian tubuh ataupun morfologi burung hantu, tempat tinggal ataupun habitat, sebab akibat dari kepunahan burung, dan beberapa objek-objek visual pendukung lainnya seperti pohon-pohon, awan dan pendaran bintang-bintang.

(34)

24

Gambar III.1 bahan studi visual

Sumber : http://www.gaiabordicchia.com

3.2.1 Format Desain

Format Desain dan dimensi ukuran akan dibuat dengan ukuran 25 cm x 18 cm ukuran tersebut dipilih antara lain agar buku bersifat efisien dan mudah untuk di simpan di tempat-tempat seperti rak buku, ataupun meja. Dengan ukuran menengah dimana tidak terlalu besar dan tidak terlalu kecil sehingga tulisan ataupun gambar nantinya masih dapat terlihat dan terbaca dengan baik.

Gambar III.2 format halaman

3.2.1 Tata Letak (Layout)

(35)

25 Tata letak yang digunakan pada halaman isi menyesuaikan dengan orientasi halaman yang berupa portrait.Adapun penempatan teks dan elemen-elemen visual disesuaikan, agar konten masing-masing halaman terlihat berbeda dan tidak monoton.

Gambar III.3 contoh tata letak

Pada layout text, yang terdapat pada bagian bawah halaman, disisipkan motif-motif sederhana dari daerah kepulauan Sulawesi Utara. Motif tersebut disadur berdasarkan referensi gambar kain di daerah Sulawesi Utara.

Gambar III.4 Motif batang pakis

Sumber : http://kainikat.com/toko/images/2478/batang-pakis3.jpg

(36)

26 3.2.2 Huruf

Jenis huruf akan disesuaikan dengan target audien dan kesesuaian dengan ilustrasi yang dibuat, mengingat kepada target audien yaitu anak-anak, maka bentuk atau jenis tulisan akan dititik beratkan kepada huruf-huruf yang mudah untuk dibaca dan menarik untuk dilihat. mengingat fungsi dan nilai dari sebuah huruf bukan hanya keindahan yaitu antara lain yaitu adanya readibilty atau nilai keterbacaan yang harus jelas dan Legibility atau Kenyamanan didalamnya (Rakhmat Supriyono, 2010, h.50)

Bentuk huruf yang akan dipilih antara lain merupakan bentuk-bentuk huruf yang biasa digunakan atau serupa dengan buku cerita ataupun komik-komik pada umumnya. Yang didalamnya selain readability juga terdapat nilai fun atau kesenangan dan bermain, chill ataupun santai yang bersifat tidak kaku dan menarik. Dilihat dari karaketristik diatas maka bentuk huruf yang akan dipilih adalah bentuk huruf sanserif yang dibuat sendiri dan gabungan dengan font Homework, hal tersebut dipilih antara lain salah satunya dilihat dari sifat anak-anak yang lebih dekat kepada bermain dan aktif (fleksibel)

Gambar III.6 contoh huruf pada sampul

(37)

27

Gambar III.7 contoh huruf Tekton Pro pada isi halaman

3.2.4 Ilustrasi

Ilustrasi yang dibuat akan menggunakan teknik digital menggunakan software komputer seperti Adobe Illustrator, penggayaan iIustrasi akan dipusatkan kepada gaya ilustrasi kartun, hal tersebut dilihat berdasarkan kedekatan anak-anak terhadap film ataupun tokoh-tokoh kartun dalam televisi. Hal tersebut bertujuan untuk mengembangkan daya imajinasi target audien. Namun tetap didalamnnya unsur-unsur seperti identitas, baik dari burung hantu, dan berbagai objek pendukungnya akan dimunculkan. Dimana bertujuan agar informasi terkait Celepuk Siau dapat tersampaikan.

Studi karakter

Pada buku ilustrasi ini terdapat dua karakter sentral berupa tokoh anak laki-laki, bernama Putra Adhimukti, dan pamanya bernama Palalo Acarya.adapun penjabaran dari dua karakter tersebut adalah:

• Putra Adhimukti

Putra Adalah seorang anak yang memiliki sifat pemberani dan serba ingin tahu, pendengar yang baik dan memiliki semangat yang besar. Sesuai dengan namanya yaitu Putra bermakna laki-laki,dan Adhimukti bermakna semangat. Putra menggunakan aksesoris seperti anak-anak pada umumnya dimana menggunakan kaos dan celana pendek di karenakan salah satunya dari kondisi geografis di tempat dimana putra berada. juga terdapat aksesoris tambahan seperti adanya kacamata, sebagai penanda putra adalah anak yang senang untuk membaca dan serba ingin tahu.

(38)

28 kepala mata yang lebar dan hidung yang menyerupai paruh pada burung.

Gambar III.8 Putra Adhimukti

• Paman Alo (Palalo Acarya)

Paman Alo adalah sosok paman yang baik hati bentuk sosok laki-laki dewasa pendidik yang memiliki hobi berbagi dan berpetualang. Palalo sendiri bermakna pemberi arah atau panutan dan Acarya bermakna Pendidik atau pengajar. Paman Alo digambarkan memiliki banyak buku dan peta, berkacamata, hal tersebut sebagai tanda bahwa ia senang untuk meneliti khusunya burung-burungan. Dan menandakan jiwa petualang pada dirinya.

(39)

29 Penjelasan ilustrasi halaman pada buku ilustrasi

Pada dasarnya gambaran ilustrasi dibagi menjadi beberapa tahapan dan bagian diantarnya :

Studi lokasi

Setting lokasi yang digunakan pada buku ilustrasi Celepuk Siau sebagian besar adalah wilayah penyebaran burung Celepuk Siau itu sendiri, yaitu kepulauan Siau,dimana keseluruhan wilayahnya merupakan hutan tropis, danau, dan terdapatnya gunung berapi. Adapun pemilihan ini dimaksudkan agar pembaca mengetahui lebih dekat dengan habitat asli dari Celepuk Siau.

Gambar III.10 Danau Keppeta

Sumber : http://sitaro.files.wordpress.com/2008/12/danau-kapeta1.jpg?w=570

(40)

30

Gambar III.12 Gunung karangetang

Sumber :

http://www.swisseduc.ch/stromboli/perm-small/karangetang/icons/api-siau-karangetang-2009-mf2333.jpg

Gambar III.13 Aplikasi pada gambar

Gambaran maupun penjelasan pada tiap halaman buku

Gambar III.14 Sampel gambar pada halaman 1

(41)

31 Indonesia. Seperti warna-warna putih merah yang mendominasi, dan ditambahkan indentitas dari wilayah dimana putra tinggal seperti bentuk perkotaan yang digambarkan oleh gedung-gedung bertingkat atau pencakar langit, dan Monas (Monumen Nasional).

Gambar III.15 Sampel gambar pada halaman 3

Pada halaman 3 tokoh utama yaitu putra digambarkan sebagai tokoh yang dekat dengan orang tuanya, dimana disini tokoh utama digambarkan mampu berkoordinasi dengan orang tua diataranya melalui penggambaran dua karakter tokoh ibu dan anak yang saling membantu, dalam gambar diatas misalnya melalui kegiatan membereskan pakaian secara bersama.

Gambar III.16 Sampel gambar pada halaman 5

(42)

32 sekitar bandara, diantaranya trolly tas, plang keberangkatan berikon pesawat, dan objek pesawat itu sendiri.

Gambar III.17 Sampel gambar pada halaman 7

Pada halaman 7, digambarkan putra merupakan karakter yang ramah dan periang, hal tersebut digambarkan melalui ekspresi pada tokoh utama yang tersenyum lebar dan senang ketika bertemu dengan paman yang sangat dekat dengan tokoh utama itu sendiri. Sama seperti pada halaman kelima dalam gambar ini, ber-setting di bandara. hal tersebut dapat diamati diantarnya dari objek-objek yang dibuat merupakan objek-objek yang berada pada sekitar bandara, diantaranya trolly tas, plang keberangkatan berikon pesawat, dan pesawat itu sendiri.

Gambar III.18 Sampel gambar pada halaman 9

(43)

33 kayu besar, dermaga, gunung karanggetang dan laut itu sendiri. Suasana yang ditampilkan dalam halaman kesembilan merupakan suasana kedekatan antar paman dan keponakan, hal tersebut dapat dilihat dari ekspresi keantusiasan antar tokoh terhadap objek kepulauan. Hal tersebut diantarnya seperti adanya senyum yang lebar, gesture tubuh.

Gambar III.19 Sampel gambar pada halaman 11

Pada halaman 11, digambarkan kedatangan tokoh utama menuju rumah tokoh bibi, kedekatan yang serupa dengan halaman sebelumnya pada halaman ini penggambaran ditekankan kepada suasana seperti pertemuan antar keluarga yang baru saja bertemu setelah sekian lama dan kedekatan antar keluarga. Setting disesuaikan dengan keadaan dimana tokoh utama berada seperti adanya rumput-rumputan, pohon-pohon, pasir halaman dan rumah beratap seng.

(44)

34 Pada halaman 13 dimulailah awal pertemuan tokoh utama dengan lingkungan dimana Celepuk Siau berada , diantarnya melalui penggambaran suasana habitat Celepuk Siau seperti danau Keppeta, Gunung Karanggetang, rakit, semak belukar dan pohon-pohon disekitarnya.

Gambar III.22 Sampel gambar pada halaman 15

Pada halaman 15 digambarkan permulaan tokoh pendukung yaitu paman Alo yang sedang melakukan penjelasan tentang Celepuk Siau kepada tokoh utama, halaman ini objek-objek gambar disesuaikan dengan latar dimana kegiatan tersebut berlangsung, diantarnya melalui penggambaran suasana habitat Celepuk Siau seperti danau Keppeta, Gunung Karanggetang, rakit, semak belukar dan pohon-pohon disekitarnya.

Gambar III.21 Sampel gambar pada halaman 18

(45)

35 disesuaikan dengan habitat dan tempat dimana Celepuk Siau melakukan aktivitas, diantarnya adanya suasana malam dan bintang-bintang sebagai representasi Celepuk Siau sebagai hewan nokturnal, ekspresi objek yang sedang tertidur yang berlatar siang hari, dan pohon-pohon penggambaran kedekatan objek utama dengan hutan atau alam.

Gambar III.23 Sampel gambar pada halaman 19

Pada halaman 20, penggambaran dirubah kembali melalui penggambaran lokasi habitat atau

lokasi endemisme objek Celepuk Siau tinggal dan beraktivitas, diantaranya adanya peta

negara, peta daerah dan kepulauan, serta pulau Siau secara langsung dimana diantaranya dapat

dilihat dari objek gunung karanggetang hal tersebut dilakukan sebagai penjelas kepada

pembaca agar lebih mengerti dan mengetahui tentang lokasi secara lebih baik.

Gambar III.24 Sampel gambar pada halaman 22

(46)

36 dan tempat dimana Celepuk Siau melakukan aktivitas, diantarnya adanya suasana malam dan bintang-bintang sebagai representasi Celepuk Siau sebagai hewan nokturnal. Pada halaman ini, objek utama digambarkan sedang melakukan aktivitas yang diantarnya dilakukan oleh satwa-satwa nokturnal pada umumnya yaitu makan pada malam hari, Celepuk Siau merupakan hewan raptor ataupun karnivora maka objek digambarkan sedang memakan serangga.

Gambar III.26 Sampel gambar pada halaman 24

Pada halaman 24 Setting tempat dan latar disesuaikan dengan halaman-halaman sebelumnya seperti halaman-halaman 18 dan halaman-halaman 22. Dalam gambar ini objek utama mulai digambarkan secara lebih dalam dan lebih mendetail, hal tersebut diantaranya dapat dilihat dari adanya gambar-gambar bagian objek-objek pada objek-objek utama yang dibuat secara khusus dan terpisah seperti cakar dan bulu. Pada halaman ini, objek utama digambarkan sedang melakukan aktivitas perburuan.

(47)

37 Pada halaman 26 Setting tempat dan latar disesuaikan dengan halaman-halaman sebelumnya seperti halaman-halaman halaman-halaman 18, halaman-halaman 22, dan halaman-halaman 24. objek utama kembali mulai digambarkan secara lebih dalam dan lebih mendetail, dalam gambar ini objek utama digambarkan sedang melakukan aktivitas pergerakan, hal tersebut diantaranya dapat dilihat dari adanya gambar-gambar pendukung seperti kemampuan bermanuver melalui pohon, dan objek parabola sebagai penggambaran bahwa objek utama dapat menangkap frekuensi layaknya sonar, yang dibuat secara khusus dan terpisah seperti cakar dan bulu.

Gambar III.27 Sampel gambar pada halaman 28

Serupa dengan halaman-halaman sebelumnya pada halaman 28 latar dan setting disesuaikan dengan objek utama yaitu Celepuk Siau. Pada halaman ini

(48)

38

Gambar III.28 Sampel gambar pada halaman 30

Pada halaman 30 objek utama digambarkan sebagai hewan yang dapat bertelur, dan bersarang hal tersebut digambarkan dengan objek-objek seperti telur-telur, cangkang telur dan pohon yang berlubang. Setting sengaja dibuat serupa dengan halaman sebelumnya agar timbulnya kesan bahwa burung tersebut merupakan burung malam atau nokturnal.

Gambar III.29 Sampel gambar pada halaman 31

(49)

39

Gambar III.30 Sampel gambar pada halaman 33

Pada halaman 33 penggambaran dilanjutkan dengan sebab kepunahan kedua yaitu pembangunan tempat pemukiman disekitar Celepuk Siau tinggal. Hal tersebut digambarkan melalui objek-objek seperti orang yang sedang melakukan aktivitas penebangan, beberapa bonggol pohon yang sudah ditebang, dan beberapa rumah yang sedang dibangun.

Gambar III.31 Sampel gambar pada halaman 35

(50)

40

Gambar III.32 Sampel gambar pada halaman 33

Pada halaman terakhir gambar digambarkan tokoh utama dan beberapa tokoh pendukung yang sedang melakukan perpisahan, dalam gambar pada halaman ini ditambahkan seperti tokoh utama yang sedang sedih karena akan berpisah, dan bentuk nilai kasih sayang yang ingin dimasukan diantaranya seperti pelukan antar keluarga.

Sinopsis cerita

Buku ilustrasi Celepuk Siau menceritakan tentang seorang anak bernama Putra, yang melakukan perjalanan liburan bersama pamannya ke kepulauan Siau di Sulawesi Utara.Dalamperjalannya Putra belajar mengenai banyak hal terkait dengan Celepuk Siau, seperti morfologi, pola hidup, dan kondisi terkini dari Celepuk Siau.selain dari pada itu, disana Putra melihat kondisi dan keadaan dari habitat Celepuk Siau yang sangat memprihatinkan. Kondisi ini menyebabkan Putra tergerak untuk mulai menyadari akan pentingnya melestarikan lingkungan dan menjaga spesies langka seperti Celepuk Siau agar tidak punah.

3.2.5 Warna

(51)

warna-41 warna hangat dan dingin. seperti warna hangat merah muda, kuning orange dan warna-warna dingin seperti biru hijau dan beberapa warna coklat muda ataupun krem.

pada dasarnya warna dapat mempengaruhi psikologi seseorang, seperti membuat rileks dan meningkatkan adrenalin (Paul Zelanski dan Mary Pat Fisher, 2010, h.39). atas dasar tersebut maka dipilihlah warna-warna yang lembut tersebut seperti pemilihan beberapa warna hangat dan dominansi warna dingin agar pembaca ataupun target audien merasa nyaman dalam membaca dan memperhatikan isi dari buku.

Gambar III.33 Sampel warna

(52)

42

BAB IV

TEKNIS PRODUKSI MEDIA

4.1 Proses Pembuatan Media Utama

Dalam proses pembuatan buku ini dilakukan beberapa tahapan ataupun proses, yang didalamnya melibatkan berbagai langkah diantaranya dimulai dengan pembuatan konsep alur cerita ataupun (story line) cerita dalam buku ini dibuat berkesinambungan dan berurut dari mulai halaman pertama menuju halaman-halaman berikutnya, pendekatan dalam cerita dibuat dengan mempertimbangkan nilai-nilai informasi dan edukasi yang didalamnya mengandung pesan-pesan yang bersifat persuasif bagi pembacanya.

Setelah proses pembuatan cerita selesai dibuat maka tahapan selanjutnya adalah dilanjutkan dengan pembuatan (story board), story board berisikan sketsa-sketsa kecil berupa gambar-gambar pensil, yang kemudian nantinya dilanjutkan dengan pemindahan sketsa-sketsa kecil tersebut kedalam media kertas yang lebih besar seperti A4 ataupun sejenisnya,

Tahapan yang dilakukan setelahnya adalah membuat gambar tersebut menjadi media digital melalui pemindaian terlebih dahulu menggunakan (scanner) dan dilanjutkan dengan pegolahan dalam software digital menggunakan Adobe Illustrator CS6.

(53)

43

Tahapan selanjutnya adalah melakukan proses (tracing) menggunakan (pen tool) dan (pencil tool). Pada tahapan ini proses dilanjutkan dengan pemilihan,

pengaturan dan penyesuaian warna-warna yang akan digunakan pada gambar.

Gambar IV.2 proses digitalisasi warna

Setelah proses penentuan warna selesai, kemudian proses selanjutnya dilanjutkan dengan penambahan beberapa text sebagai penjelas gambar apabila dibutuhkan.

(54)

44

4.2 Media Utama

Gambar IV.4 buku ilustrasi hasil cetak

4.2.1 Cover

Gambar IV.5 cover depan buku

Media utama : buku ilustrasi

Ukuran : 18 x 25 cm

Material : /Art Paper 250 gram/ Teknis produksi : /Digital Printing/

(55)

45

Pada cover buku ilustrasi ini terdapat judul utama dan nama pengarang untuk sebagai penjelas identitas dari pembuat karya, pada cover buku ini dimunculkan tokoh utama yaitu putra yang dibuat seakan-akan bersemangat bertemu dengan Celepuk Siau, ditambahkan representasi identitas dari Celepuk Siau seperti bulu yang berterbangan.

Gambar IV.6 cover belakang buku

Pada cover belakang buku ini terdapat gambaran sinopsis cerita ataupun cerita sekilas tentang isi buku, dan ditambahkan identitas dari pihak-pihak terkait yang turut berkerjasama dalam pembuatan buku ini.

4.2.1 Isi Buku

Media utama : buku ilustrasi

Ukuran : 18 x 25 cm

(56)

46

Gambar IV.7 isi buku

Bagian isi buku dan informasi didalamnya disesuaikan dengan alur cerita dan storyboard yang telah dibuat, yang diantarnya begitu juga dengan jumlah

halaman dan konten didalamya.

4.3 Media Pendukung

Gambar IV.8 Permainan terbang turun Celepuk Siau

Media Pendukung : Permainan terbang turun Celepuk Siau Ukuran : 23 x 33 cm

(57)

47

Gambar IV.9 Permainan puzzle

Media Pendukung : Permainan puzzle Ukuran : 20 x 20 cm

Material : Sticker Chromo dan duplek Teknis produksi : /Digital Printing/

Jilid : /Laminasi Doff/

Kedua media pendukung ini dibuat untuk memfasilitasi anak-anak dalam bermain, pendekatan permainan pertama yaitu terbang turun Celepuk Siau ini mengadaptasi cara bermain pada ular tangga namun ditambahkan nilai-nilai edukasi didalamnya, sehingga tidak hanya bermain tapi juga dapat belajar. Ular tangga sendiri dipilih dikarenakan alur permainan pada permainan ini cukup sederhana dan mudah untuk dimainkan.

(58)

48

Gambar IV.10 Poster

Media Pendukung : Poster Ukuran : 42 x 60 cm

Material : /Art paper 260 gram/ Teknis produksi : /Digital Printing/

(59)

49

Gambar IV.11 Sticker

Media Pendukung : Sticker Ukuran : 8 x 7 cm

Material : /Sticker Chromo/Laminasi Doff/ Teknis produksi : /Digital Printing/

Gambar IV.12 Pin

Media Pendukung : Pin Ukuran : 6 x 6 cm

(60)

50

Gambar IV.13 Gantungan Kunci

Media Pendukung : Gantungan Kunci Ukuran : 6 x 6 cm

Material : /Plastik/Kertas/Besi/Laminasi/Doff Teknis produksi : /Digital Printing/

Media pendukung seperti sticker, pin dan gantungan kunci merupakan hadiah (merchandise) satu paket yang dibuat khusus untuk anak-anak ketika event, ataupun ketika adanya acara yang terkait dengan Celepuk Siau di sekolah-sekolah, seperti adanya tanya jawab seputar Burung di Indonesia ataupun Celepuk Siau secara khusus.

(61)

51

Media Pendukung : Baju Kaos

Ukuran : small

Material : /Cotton combed 20s/ Teknis produksi : /Direct To Garment (DTG)/

Gambar

Tabel III.1 Jadwal penyebaran media
Gambar III.8 Putra Adhimukti
Gambar III.10 Danau Keppeta
Gambar III.13 Aplikasi pada gambar
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pembelajaran IPS berbasis daur hidup manusia Jawa dilakukan dengan materi yang bersumber dari pemanfaatan sumber daya alam untuk upacara daur hidup dan kebiasaan yang

Tahapan pelaksanaan rekrutmen petugas haji daerah DIY yang dilakukan oleh Biro Bina Mental Spiritual Setda DIY ialah dengan merekrut calon petugas haji daerah baik

[r]

Gambar 6 menunjukkan bahwa kondisi slump yang dihasilkan pada campuran beton geopolymer ini menghasilkan nilai slump awal yang tinggi, dimana kondisi campuran

Dari segi kekerasannya, setelah dilakukan proses perlakuan panas dengan variasi waktu tahan pada 30 menit dan 60 menit, serta variasi media pendingin menggunakan udara, oli, dan

Manfaat penelitian ini antara lain; (1) bagi Universitas Muhammadiyah jember atau Fakultas Keguruan danIlmu Pendidikan, hasil penelitian ini dapat bermanfaat sebagai

bahan pembersih cair untuk melepaskan kotoran jenis lemak, minyak, atau bekas gosong yang menempel di peralatan, dan dioleskan dengan kapas..  PRODUK BAHAN

Proses absensi siswa dilakukan oleh guru di dalam kelas dengan secara manual dan kemudian dimasukkan ke dalam buku absen. Setelah itu buku absen diserahkan kepada