• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Tingkat Faktor Risiko dengan Pengetahuan Tentang Stroke pada Kelompok Usia di atas 35 tahun di RW 09 Kelurah an Cirendeu Kecamatan Ciputat Timur Tahun 2012

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan Tingkat Faktor Risiko dengan Pengetahuan Tentang Stroke pada Kelompok Usia di atas 35 tahun di RW 09 Kelurah an Cirendeu Kecamatan Ciputat Timur Tahun 2012"

Copied!
67
0
0

Teks penuh

(1)

ATAS 35 TAHUN DI RW 09 KELURAHAN CIRENDEU

KECAMATAN CIPUTAT TIMUR TAHUN 2012

Laporan Penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh

gelar SARJANA KEDOKTERAN

Reani Zulfa

NIM : 109103000032

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(2)

ii

Dengan ini saya menyatakan bahwa :

1. Laporan penelitian ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk

memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan

sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan karya asli saya atau

merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima

sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Ciputat, 24 September 2012

(3)

iii

HUBUNGAN TINGKAT FAKTOR RISIKO DENGAN PENGETAHUAN

STROKE PADA KELOMPOK USIA DI ATAS 35 TAHUN DI RW 09

KELURAHAN CIRENDEU KECAMATAN CIPUTAT TIMUR TAHUN 2012

Laporan Penelitian

Diajukan kepada Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran dan

Ilmu Kesehatan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana

Kedokteran (S.Ked)

Oleh

Reani Zulfa

NIM: 109103000032

Pembimbing 1

Pembimbing 2

dr. Hendro Birowo, Sp. S

dr. Rachmania Diandini, MKK

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

(4)

iv

Laporan Penelitian berjudul

HUBUNGAN TINGKAT FAKTOR RISIKO

DENGAN PENGETAHUAN TENTANG STROKE PADA KELOMPOK USIA

DI ATAS 35 TAHUN DI RW09 KELURAHAN CIRENDEU KECAMATAN

CIPUTAT TIMUR TAHUN 2012

yang diajukan oleh Reani Zulfa

(NIM:

109103000032), telah diujikan dalam sidang di Fakultas Kedokteran dan Ilmu

Kesehatan pada 24 September 2012. Laporan penelitian ini telah diterima sebagai

salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran (S. Ked) pada Program Studi

Pendidikan Dokter.

Jakarta, 24 September 2012

DEWAN PENGUJI

Ketua Sidang

dr. Rachmania Diandini, MKK

Pembimbing 1

dr. Hendro Birowo, Sp. S

Pembimbing 2

dr. Rachmania Diandini, MKK

Penguji 1

dr. Poppy Chandra Dewi, Sp.S, M. sc

Penguji 2

dr. Siti Nur Aisyah Jauharoh, PhD

PIMPINAN FAKULTAS

Dekan FKIK UIN SH Jakarta

Prof. Dr (hc). dr. M.K. Tadjudin, Sp. And

Kaprodi PSPD FKIK UIN SH Jakarta

(5)

v

Puji syukur saya panjatkan kepada Allah SWT atas Rahmat dan Inayah-Nya

Penulis dapat menyelesaikan tugas akhir Riset Fakultas Kedokteran dan Ilmu

Kesehatan Universitas Islam Negeri. Shalawat dan salam kami junjungkan kehadirat

baginda nabi besar Muhammad Rasulullah SAW beserta para pengikutnya yang

istiqamah hingga akhir zaman.

Begitu banyak pihak yang telah membantu saya dalam mengerjakan penelitian

ini. oleh karena itu saya ingin menyampaikan rasa terima kasih kepada :

1. Prof. Dr (hc). dr. M. K. Tadjudin, Sp. And selaku Dekan Fakultas Kedokteran

dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Dr. dr. Syarief Hasan Lutfie, Sp. KFR selaku ketua Program Studi Pendidikan

Dokter

3. dr. Hendro Birowo, Sp.S dan dr. Rachmania Diandini, MKK selaku dosen

pembimbing yang selama ini sudah banyak menyediakan waktu, tenaga dan

pikiran dalam menyelesaikan penelitian ini sampai selesai.

4. Orang tua tercinta, Ayahku Prof. Dr. Amsal Bakhtiar, MA dan Nani

Radiastuti, M. Si yang selalu memberi dukungan dalam segala bentuk untuk

menyelesaikan penelitian ini serta adikku tercinta amel dan dara

5. Kepada teman-teman seperjuangan riset dian, adel, ibnu, wildan, dan juga

keluarga besar PSPD 2009 yang saling membantu dalam diskusi untuk

kelancaran penelitian ini.

6. Ketua RW 09 yang telah memberikan ijin dan warganya yang telah

meluangkan waktu sebagai responden dalam penelitian ini

7. Semua pihak yang telah memberikan bantuannya sehingga penelitian ini dapat

terselesaikan.

Jakarta, 7 September 2012

(6)

vi

Reani Zulfa. Program Studi Pendidikan Dokter. Hubungan Tingkat Faktor

Risiko dengan Pengetahuan Tentang Stroke pada Kelompok Usia di atas 35

tahun di RW 09 Kelurah an Cirendeu Kecamatan Ciputat Timur Tahun 2012

Individu dengan faktor risiko stroke yang tinggi seharusnya memiliki

pengetahuan tentang stroke yang lebih baik, agar mereka dapat melakukan

pencegahan supaya tidak terkena stroke. Tujuan penelitian ini adalah untuk

mengetahui hubungan tingkat faktor risiko dengan pengetahuan tentang stroke pada

kelompok usia di atas 35 tahun di RW 09 Kelurahan Cirendeu Kecamatan Ciputat

Timur Tahun 2012. Penelitian ini bersifat analitik dengan studi

Cross Sectional.

Hasil

penelitian ini menunjukkan bahwa yang mempunyai faktor risiko tinggi sebanyak 12

orang (14,1%). Responden dengan pengetahuan tentang stroke yang baik sebanyak 13

orang (15,3%). Pada penelitian ini tidak ditemukan adanya hubungan bermakna

antara tingkat pendidikan dengan tingkat pengetahuan tentang stroke (P=0,161).

Penelitian ini menunjukkan bahwa ada hubungan bermakna antara tingkat faktor

risiko dengan pengetahuan tentang stroke (p = 0,017) dan individu dengan faktor

risiko stroke yang tinggi mempunyai 5,8 kali pengetahuan tentang stroke yang lebih

baik (OR=5,80; 95%CI=1,486-22,668).

Kata Kunci : faktor risiko, pengetahuan, stroke

ABSTRACT

Reani Zulfa. Medicine Study Program. Association the Degree of Risk Factor

with Knowledge About Stroke in Adult Over 35 Years Old at RW 09 Kelurahan

Cirendeu Kecamatan Ciputat Timur. 2012

Individu who have high risk factors of stroke should have a better knowledge

about stroke, so they can prevent the accident of stroke. The purpose of this research

is to determine the association between the degree of risk factor with knowledge

about stroke in adult over the 35 years old at RW 09 Kelurahan Cirendeu Kecamatan

Ciputat Timur year 2012. This research is based on analytic character with

cross-sectional design. The results of this research show that 13 people (14,1%) having a

high risk factor of stroke, 13 (15,3%) of them has a good knowledge about stroke.

This research show that there is no association between education status with

knowledge about stroke (P=0,161). This research shows that there is an association

between the degree of risk factor with knowledge about stroke (p = 0,017) and the

individu with higher risk factor of stroke have 5,8 more times to know better about

stroke. (OR=5,80; 95%CI=1,486-22,668).

(7)

vii

LEMBAR PERNYATAAN ………...

ii

LEMBAR PERSETUJUAN ………...

iii

LEMBAR PENGESAHAN ………...

iv

KATA PENGANTAR ………...

v

ABSTRAK ………..

vi

DAFTAR ISI ………..

vii

DAFTAR TABEL ………..

ix

DAFTAR GAMBAR ……….

x

DAFTAR SINGKATAN ………...

xi

DAFTAR LAMPIRAN………..

xii

BAB I PENDAHULUAN ………..

1

1.1. Latar Belakang Masalah ………....

1

1.2. Rumusan Masalah ………...…..

2

1.3. Hipotesis ………... 2

1.4. Tujuan ………...

2

1.5. Manfaat Penelitian ………

3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ………..…….

4

2.1. Anatomi dan Fisiologi Otak ………..…...

4

2.2. Definisi Stroke ………...

4

2.3. Epidemiologi Stroke ……….…... 5

2.4. Penggolongan Stroke ………...

5

2.5. Patofisiologi Stroke ………...

7

2.6. Faktor Risiko Stroke …………..……….………..

9

2.7. Pencegahan Stroke ………...

13

2.8. Pengenalan Gejala Stroke Secara Dini dan Manajemen

Prehospital ……….

14

2.9. Hubungan Tingkat Faktor Risiko dengan Pengetahuan Stroke...

16

(8)

viii

2.13. Definisi Operasional ………...

20

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ………....

21

3.1. Desain Penelitian ………...

21

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ………

21

3.3. Populasi dan Sampel ……….

21

3.4. Kriteria Inklusi dan Eksklusi ………. 21

3.5. Perhitungan Besar Sampel ………

21

3.6. Identifikasi Variabel ………..

22

3.7. Definisi Operasional……... ………..

22

3.8. Metode Pengumpulan Data ……….………...

25

3.9. Metode Pengolahan dan Analisis Data.……….

26

3.10. Etika Penelitian ………...

26

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN………

27

4.1. Data Karakteristik Responden .……….

27

4.2. Hubungan Faktor Risiko dengan Pengetahuan Stroke …………..

30

4.3. Hubungan Tingkat pendidikan dengan Pengetahuan Stroke.……

32

4.4. Keterbatasan Penelitian……….……….

33

BAB V SIMPULAN DAN SARAN……….………..

34

5.1. Simpulan ………...

34

5.2. Saran ……….

34

DAFTAR PUSTAKA ………

35

(9)

ix

[image:9.612.138.522.107.514.2]
(10)

x

[image:10.612.139.510.174.514.2]
(11)

xi

WHO

:

World Health Organization

RW

: Rukun Warga

RT

: Rukun Tetangga

LDL

:

Low Density Lipoprotein

HDL

:

High Density Lipoprotein

IMT

: Indeks Massa Tubuh

(12)

xii

Lampiran 1

Kuesioner...37

Lampiran 2

Data hasil uji statistik...44

Lampiran 3

Kuesioner Yastroki...54

(13)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Stroke adalah salah satu masalah kesehatan masyarakat di dunia maupun di Indonesia yang memerlukan perhatian serius. Stroke mengakibatkan penderitaan pada penderitanya, beban sosial ekonomi bagi keluarga penderita, masyarakat dan negara. Stroke adalah suatu keadaan yang mempengaruhi suplai darah ke otak, yang merupakan tempat pusat pengontrolan terpenting di dalam tubuh seseorang sehingga menyebabkan defisit neurologis.1 Stroke merupakan penyebab kematian

kedua setelah penyakit jantung iskemik di dunia. Menurut data dari WHO, 15 juta orang menderita stroke setiap tahunnya, kematian yang diakibatkan oleh stroke mencapai 5,5 juta di dunia dan 5 juta lainnya mengalami kecacatan secara permanen.2,3 Maka dari itu stroke merupakan penyebab utama yang

mengakibatkan kecacatan pada orang dewasa. Insidens stroke bervariasi untuk setiap negara dan meningkat sesuai pertambahan umur.4 Di Indonesia, setiap 1000 orang, 8 orang diantaranya terkena stroke. Stroke merupakan penyebab utama kematian pada semua umur, dengan proporsi 15,4%. Setiap 7 orang yang meninggal di Indonesia, 1 diantaranya terkena stroke.5

Strategi yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya stroke adalah mengurangi faktor risiko yang berperan dalam kejadian aterosklerosis, penyakit jantung dan penyakit metabolik.6 Kecacatan dan kematian yang disebabkan oleh

stroke dapat dicegah, yaitu dengan memperkuat upaya pengendalian dan mengurangi beban akibat stroke. Masyarakat perlu mengetahui faktor risiko pribadi masing–masing seperti tekanan darah tinggi, diabetes, dan kolesterol darah yang tinggi dan juga mengenali tanda-tanda peringatan dari stroke serta mengetahui bagaimana tindakan yang harus dilakukan.7

(14)

terhadap peningkatan kejadian stroke baru dan tingginya angka kematian akibat stroke serta tingginya kejadian stroke ulang.8 Pada beberapa penelitian

pengetahuan tentang stroke sangat rendah pada populasi yang berisiko tinggi.9

Oleh sebab itu, upaya yang komprehensif untuk mengendalikan faktor risiko stroke di masyarakat perlu digalakkan di Indonesia, agar individu yang produktif dapat diselamatkan dari serangan stroke. Pencegahan serangan stroke dapat dilakukan oleh semua orang, terutama bagi mereka yang mempunyai risiko stroke, sehingga diperlukan pengetahuan yang baik tentang stroke bagi mereka yang berisiko tinggi.

Banten memiliki prevalensi 5,9% masyarakat yang di diagnosis stroke oleh petugas berdasarkan Laporan Nasional Riset Kesehatan Dasar 2007.10

Berdasarkan data ini Banten merupakan daerah dengan prevalensi stroke yang cukup tinggi. Hal inilah yang mendorong peneliti untuk meneliti tentang “Hubungan Tingkat Faktor Risiko dengan Pengetahuan Stroke pada Kelompok Usia di Atas 35 Tahun di RW 09 Kelurahan Cirendeu Kecamatan Ciputat Timur Tahun 2012”.

1.2. Rumusan Masalah

Masalah yang peneliti ambil pada penelitian ini adalah bagaimana hubungan antara tingkat faktor risiko dengan pengetahuan stroke pada kelompok usia diatas 35 tahun di RW 09 Kelurahan Cirendeu Kecamatan Ciputat Timur tahun 2012?

1.3. Hipotesis

Terdapat hubungan antara tingkat faktor risiko stroke yang dimiliki dengan pengetahuan tentang stroke pada kelompok dewasa berumur diatas 35 tahun di RW 09 Kelurahan Cirendeu Kecamatan Ciputat Timur tahun 2012.

1.4. Tujuan

1.4.1. Tujuan Umum :

(15)

1.4.2. Tujuan Khusus :

1. Mengetahui hubungan antara tingkat faktor risiko dengan tingkat pengetahuan tentang stroke pada kelompok usia di atas 35 tahun di RW 09 Kelurahan Cirendeu Kecamatan Ciputat Timur tahun 2012

2. Mengetahui faktor risiko yang dimiliki oleh masyarakat RW 09 Kelurahan Cirendeu Kecamatan Ciputat Timur tahun 2012

3. Mengetahui hubungan antara tingkat pendidikan dengan pengetahuan stroke pada kelompok usia di atas 35 tahun di RW 09 Kelurahan Cirendeu Kecamatan Ciputat Timur tahun 2012

1.5. Manfaat Penelitian

Manfaat yang bisa diperoleh dari penelitian ini adalah : 1. Bagi responden/masyarakat umum:

Memberikan informasi kepada masyarakat luas khususnya kepada responden penelitian ini dan juga masyarakat di RW 09 Kelurahan Cirendeu Kecamatan Ciputat Timur tahun 2012 .

2. Institusi UIN:

Menambah literatur tentang kesehatan, khususnya tentang hubungan tingkat faktor risiko dengan pengetahuan stroke pada kelompok usia di atas 35 tahun di RW 09 Kelurahan Cirendeu Kecamatan Ciputat Timur tahun 2012. 3. Peneliti:

(16)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Anatomi dan Fisiologi Otak

Otak mempunyai berat 1200-1400 gram (sekitar 2% dari berat badan), dalam keadaan yang fisiologis memerlukan sekitar 17-20 % dari curah jantung, yang membawa oksigen 600 cc (20% dari oksigen yang diperlukan oleh seluruh tubuh), dan glukosa 100 mg tiap menitnya. Jadi jumlah darah yang mengalir ke otak adalah sekitar 50-60 cc/ 100 gram otak/menit.11

[image:16.612.135.504.248.611.2]

Suplai aliran darah ke otak di bagi menjadi dua, yaitu melalui arteri karotis interna dan arteri vertebralis. Arteri karotis interna kanan dan kiri membawa darah ke otak melalui cabang-cabang besarnya yaitu, arteri serebri media, arteri serebri anterior, dan arteri coroidalis anterior (sirkulasi anterior). Arteri vertebralis kiri dan kanan bersatu di garis tengah bagian kauda dari pons membentuk arteri basilaris yang memperdarahi bagian batang otak, cerebellum, bagian dari hemisfer cerebri melalui cabang-cabang terminalnya, dan arteri cerebri posterior (sirkulasi posterior). Sirkulasi anterior dan posterior berhubungan satu dengan lainnya melalui sirkulus wilissi.12

Gambar 1.1. Arteri yang mensuplai darah ke otak. Sumber : Graham Lennox. Essential Neurology

2.2. Definisi Stroke

(17)

secara permanen pada usia produktif.13 Definisi stroke menurut WHO adalah

“Stroke merupakan gangguan fungsional otak yang terjadi secara mendadak dengan tanda klinis fokal maupun global yang berlangsung lebih dari 24 jam atau dapat menimbulkan kematian yang disebabkan oleh karena gangguan peredaran darah otak (1988)”.

2.3. Epidemiologi Stroke

Badan Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan sekitar 15 juta orang terserang stroke setiap tahunnya. Stroke merupakan penyebab kematian utama urutan kedua pada kelompok usia diatas 60 tahun dan urutan kelima penyebab kematian pada kelompok usia 15-59 tahun. Stroke merupakan penyebab kecacatan utama di kalangan usia dewasa di Amerika Serikat dan Eropa. Di Inggris, stroke menjadi penyebab kematian terbanyak setelah serangan jantung, yang diikuti kanker di urutan ketiga. Begitu juga di dunia, stroke menjadi penyebab utama kematian nomor dua. Di masa depan, stroke diperkirakan menjadi penyebab kematian nomor satu.

Insidens stroke di negara berkembang masih meningkat sedangkan di negara maju cenderung untuk menurun. Seperti di Indonesia diperkirakan insidensi dan prevalensi stroke terus meningkat setiap tahunnya, seiring dengan peningkatan usia harapan hidup dan perbaikan tingkat kesejahteraan masyarakat yang tidak diimbangi oleh perbaikan perilaku dan pola hidup yang sehat.7

2.4. Penggolongan Stroke

Secara patologi, Stroke umumnya dibagi dalam 2 golongan besar yaitu hemoragik atau iskemik yang menganggu aliran darah diotak :

1. Stroke perdarahan

Perdarahan spontan intraserebral biasanya terjadi karena penyakit hipertensi, dan yang lebih jarang lagi disebabkan oleh penyakit kelainan koagulopati, malformasi dari pembuluh darah diotak.2

Stroke perdarahan dibagi lagi dalam dua bagian :

 Perdarahan intraerebral, seperti intraparenkim dan intra ventrikel

(18)

2. Stroke nonperdarahan (iskemik)

Penyebab dari stroke iskemik adalah adanya aterosklerosis yang dapat menyebabkan obstruksi pada pembuluh darah diotak, terjadinya obstruksi bisa karena oklusi ditempat terjadinya aterosklerosis atau adanya emboli dari tempat yang lebih distal dari arteri serebral.2

Berdasarkan perjalanan klinisnya stroke iskemik dikelompokkan menjadi :

Transient Ischemic Attack (TIA) : serangan stroke sementara berlangsung kurang dari 24 jam

Reversible Ischemic Neurologis Defisit (RIND) : gejala neurologis akan menghilang antara >24 jam sampai dengan 21 hari

 Progresif stroke atau stroke in evolution : kelumpuhan atau defisit neurologis berlangsung secara bertahap dari yang ringan sampai menjadi berat.

 Stroke komplit atau completed stroke : kelainan neurologis sudah menetap Berdasarkan klasifikasi The National Institute of Neurologisal Disorders Stroke Part III trial (NINDS III ), Stroke iskemik dibagi menjadi 4 golongan yaitu :

- Aterotrombotik : berhubungan erat dengan platelet dan trombosis

- Kardioemboli

- Lakunar

[image:18.612.132.537.185.605.2]

- Penyebab lain yang menyebabkan hipotensi atau tekanan darah rendah.14

Tabel 1.1. Penentuan Jenis Stroke

Stroke Nyeri kepala Gangguan

kesadaran

Defisit fokal

Iskemik

Perdarahan (intraserebral) Perdarahan (subarachnoid)

Ringan / tidak ada Berat

Berat

Ringan/tdk ada Berat

Sedang

Berat Berat

(19)
[image:19.612.131.511.72.563.2]

Gambar 1.2. Gambaran CT-scan pada stroke perdarahan dan iskemik. Sumber : Mathias Baehr. Topical Diagnosis In neurology.

Tabel 1.2.Perbedaan Stroke Perdarahan dan Iskemik

Gejala dan Tanda Stroke Perdarahan Stroke Iskemik

Onset / saat kejadian Peringatan / TIA Nyeri kepala Kejang Muntah

Penurunan kesadaran Nadi bradikardia Papil edema Kaku kuduk Kernig, brudzinzki

Mendadak, sedang aktif Tidak ada

Hebat Ada Ada

Sangat nyata ++ (sejak awal) + (sering) +

++

Mendadak, istirahat Ada

Ringan/ sangat ringan Tidak ada

Tidak ada

Ringan/sangat ringan +/- (pada hari ke-4) -

- -

Sumber : Iskandar. Panduan Praktis Pencegahan dan Pengobatan Stroke

2.5. Patofisiologi Stroke

2.5.1. Stroke Iskemik

(20)

harus selalu dipenuhi tanpa ada gangguan. Otak tidak bisa menyimpan energi, sehingga apabila sel-sel neuron tidak mendapatkan glukosa dan oksigen yang cukup tentu neuron ini akan mengalami gangguan fungsi hanya dalam beberapa detik.13

Transient Ischemic Attack (TIA), yang mana secara klinik diartikan sebagai defisit neurologis yang sementara dan tidak lebih dari 24 jam. 80% dari TIA kurang dari 30 menit. Manifestasi klinis dari TIA tergantung pada daerah yang terkena.13

Jika hipoperfusi terjadi lebih lama lagi dan jaringan otak tidak dapat mentolerirnya maka akan terjadi kematian sel sehingga menjadi stroke iskemik yang irreversible. Iskemik otak dapat menyebabkan edema otak. Berhubungan dengan hukum osmosis, makromolekul intraseluler dan elektrolit akan menarik air ke dalam sel dari ruang ekstraselular dikarenakan tidak berfungsinya Na+/k— ATPase sehingga sel menjadi edema (edema sitotoksik). Iskemik yang terus terjadi akan menyebabkan fungsi dari blood brain barrier terganggu. Secara osmotik substansi aktif akan berpindah dari plasma ke ekstraseluler yang menyebabkan edema karena adanya air disekitar sel (edema vasogenik). Pasien dengan infark yang luas dan edema otak yang berat akan mempunyai tanda-tandi tekanan intrakranial yang meningkat seperti sakit kepala, muntah, dan gangguan kesadaran.13

Penyebab dari stroke iskemik :

a. Infark karena emboli

(21)

b. Infark lakunar

Infark lakunar disebabkan perubahan mikroangiopati di arteri kecil dengan penyempitan yang progresif dari lumen arteri. Arterial hyperntension akan menyebabkan hialinosis di dinding pembuluh darah kecil sehingga merupakan hal yang paling berisiko untuk terjadinya infark lakunar.12

2.5.2. Stroke Perdarahan

Hipertensi merupakan penyebab tersering terjadinya stroke perdarahan. Proses patologi dari stroke perdarahan adalah pecahnya permbuluh darah arteri secara tiba-tiba baik di ruang subarachnoid maupun di jaringan otak. Pada perdarahan subarachnoid perdarahan biasanya berasal dari aneurisma berry. Pada pasien dengan umur pertengahan memiliki riwayat hipertensi, perdarahan intraserebral biasanya terdapat di kapsula interna atau di pons. Pada pasien yang lebih tua perdarahan terjadi lebih superfisial yaitu di daerah korteks akibat cerebral amyloid angiopathy.15

Tanda dan gejala pada perdarahan subarachnoid adalah pasien datang tiba-tiba dengan sakit kepala sangat berat, terdapat kaku kuduk, muntah, kehilangan kesadaran, papilloedema, defisit neurologis. Sedangkan tanda dan gejala pada perdarahan intraserebral adalah pasien yang datang secara tiba-tiba, defisit neurologik yang parah, sakit kepala, muntah, dan papilloedema.15

Perdarahan hipertensif datang tanpa peringatan, umumnya waktu pasien terjaga. Pada 50% pasien dapat terdapat sakit kepala bahkan sakit kepala yang berat. Setelah terjadinya perdarahan lalu diikuti oleh adanya edema disekitar perdarahan yang dapat memperburuk keadaan. Ketika defisit sudah dapat distabilkan tetapi belum terjadi perbaikan, hal ini terjadi karena adanya perdarahan dan edema yang menekan otak. Perdarahan karena hipertensi massif dapat menyebabkan rupturnya arteri di jaringan otak dan masuk ke dalam ventrikel sehingga terdapat darah pada pemeriksaan Cerebrospinal Fluid. Keadaan paling parah yang mungkin terjadi pada stroke perdarahan adalah terjadinya herniasi yang disebabkan oleh massa dari hematoma dan edema otak.15

2.6. Faktor Risiko Stroke

(22)

terkendali atau diobati dapat memperburuk dan menyebabkan terjadinya penyempitan atau pecah pembuluh darah di otak.

Faktor risiko stroke yang dapat dimodifikasi antara lain adalah :

a. Tekanan darah yang tinggi

Hipertensi merupakan faktor risiko terjadinya stroke baik iskemik atau perdarahan. Hipertensi juga menjadi faktor terjadinya gangguan jantung dan terjadinya emboli otak. Penelitian secara epidemiologi menunjukkan bahwa peningkatan tekanan darah merupakan faktor risiko tersendiri yang menyumbangkan 50% kejadian stroke iskemik.2 Pada penelitian Jeong-yeon Kim

dkk, seseorang yang hipertensi akan lebih mungkin mengalami stroke (OR: 3,59; 95% CI: 1,52-8,49).16 Ketika tekanan darah sistemik meningkat, pembuluh darah

serebral akan berkontriksi. Derajat kontriksi tergantung pada peningkatan tekanan darah. Bila tekanan darah meningkat cukup tinggi selama berbulan-bulan atau bertahun-tahun akan menyebabkan hialinisasi pada lapisan otot pembuluh serebral. Akibatnya, diameter lumen pembuluh darah tersebut akan menjadi tetap dan terjadi aterosklerosis. Hal ini akan menyebabkan pembuluh serebral tidak dapat berdilatasi atau berkontriksi untuk menyesuaikan dengan fluktuasi dari tekanan darah sistemik. Bila terjadi kenaikan tekanan darah sistemik maka tekanan perfusi pada dinding kapiler menjadi tinggi. Akibatnya, terjadi hiperemia, edema dan perdarahan pada otak. Hipertensi kronis juga dapat menyebabkan terjadinya aneurisma. Pada lonjakan tekanan darah sistemik, aneurisma bisa pecah dan menyebabkan stroke hemoragik.17 selain itu hipertensi juga mengganggu

mekanisme autoregulasi pembuluh darah otak yang mengatur kestabilan cerebral blood flow. Hipertensi yang menahun merubah rentang autoregulasi hingga tekanan perfusi menurun sehingga otak lebih mudah terkena gangguan aliran darah atau iskemik.7

(23)

b. Kelainan lipid darah

Kolesterol total, kolesterol LDL, trigliserid yang tinggi dan rendahnya HDL meningkatkan risiko terkena stroke iskemik. Kadar kolesterol LDL (low-density lipoprotein) yang tinggi dalam darah akan meningkatkan risiko terjadinya pengerasan pembuluh darah (aterosklerosis). Kolesterol dapat menumpuk di dinding pembuluh darah membentuk plak. Apabila aterosklerosis terjadi pada pembuluh darah di otak, maka hal ini dapat menyebabkan stroke. Pada penelitian T. Leo dkk, dari 889 subyek penelitian pasien stroke 56% diantaranya mengalami dislipidemia. Pasien yang mempunyai atrial fibrilasi dan hiperlipidemia akan mempunyai 1,8 dan 1,7 kali lipat untuk terkena stroke iskemik. (OR = 1.88, 95% CI: 1.03–3.42, p = 0.04, dan OR = 1.78, 95% CI: 1.03–3.10, p = 0.04).6

c. Merokok

Merokok dapat meningkatkan risiko terkena stroke iskemik menjadi dua kali lipat dan juga meningkatkan risiko terjadinya stroke perdarahan.2 Radikal bebas yang

dihasilkan oleh merokok meningkatkan risiko terjadinya aterosklerosis. Pada penelitian Mynt dkk, seseorang yang merokok akan lebih mungkin mengalami stroke (OR: 1,70; 95% CI: 1,29-2,223).18

d. Tidak ada kegiatan fisik atau berolahraga

Beberapa penelitian menyimpulkan bahwa olahraga dapat menurunkan risiko terkena stroke sekitar 25-30%. Pada penelitian Jacob dkk, wanita yang olahraga seperti jalan atau jogging 2 jam atau lebih selama seminggu mempunyai penurunan risiko stroke sebanyak 30% daripada wanita yang tidak olahraga(RR = 0,7; 95%CI: 0,52-0,94).19 Kurang olahraga dapat meningkatkan risiko hipertensi,

rendahnya kadar HDL dan diabetes. Berolahraga rutin 30-40 menit perhari dapat mengurangi risiko tersebut.21

e. Obesitas

(24)

f. Diet yang tidak sehat

Diet berhubungan dengan meningkatnya risiko untuk terkena stroke. Peningkatan konsumsi buah dan sayur dengan jumlah tertentu dapat menurunkan risiko stroke. Setiap tambahan satu porsi buah dan sayur dapat menurunkan risiko stroke sampai 6% . Pada penelitian Nurses’ Health Study dan The Health Professionals’ Follow-Up Study, konsumsi natrium dalam jumlah yang banyak dan konsumsi kalium rendah berhubungan dengan penigkatan terkana stroke, melalui mekanismenya terhadap tekanan darah. Jarang makan buah dan sayur diperkirakan menyebabkan sampai 11% kejadian stroke di dunia. Sering makan makanan berlemak meningkatkan risiko stroke melalui efeknya pada profil lipid dan trombosis.20

g. Diabetes Melitus

Pada diabetes Melitus, gula darah yang tinggi akan menyebabkan pembentukan plak. Plak tersebut akan membuat pembuluh darah di otak menyempit. Penderita diabetes juga biasanya mempunyai tekanan darah yang tinggi sehingga dapat menyebabkan kerusakan pada pembuluh darah diotak dan menyebabkan stroke. Pada penelitian Jeong-yeon Kim dkk, seseorang dengan Diabetes Mellitus lima kali akan lebih mungkin mengalami stroke (OR: 5,57; 95% CI: 1,36-22,79).16

h. Status sosioekonomi yang rendah

Status sosioekonomi yang rendah secara konsisten berhubungan dengan risiko stroke. Status sosiekonomi tentu akan mempengaruhi pola hidup dan lingkungan. Misalnya, tingkat pendidikan yang rendah akan menyebabkan kurangnya pengetahuan tentang menjaga kesehatan atau tingkat penghasilan yang rendah juga akan menyebabkan kurangnya perhatian tentang kesehatan.21

i. Stress psikososial

Stressor kehidupan secara kronik, isolasi secara sosial, dan kecemasan dapat meningkatkan risiko stroke.21

j. Minum alkohol

(25)

Faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi :

a. Usia

Risiko stroke dimulai pada usia 35 tahun, setiap kenaikan sepuluh tahun risiko stroke juga semakin meningkat. Risiko terjadinya stroke mejadi dua kali lipat pada usia setelah 55 tahun. Pada penelitian Jeong-yeon Kim dkk, seseorang yang mengalami peningkatan usia akan lebih mungkin mengalami stroke (OR: 1,06; 95% CI: 1,03-1,10).16

b. Riwayat keluarga

Riwayat keluarga stroke pada orang tua meningkatkan risiko stroke sebelum 55 tahun (untuk relatif yang laki-laki) atau 65 tahun (untuk relatif yang perempuan). Pada seseorang yang memiliki riwayat stroke berhubungan dengan kejadian stroke yang parah. Odd rasio dari skor NIHSS lima atau lebih dua kali lipat lebih banyak pada orang yang mempunyai riwayat stroke dibandingkan dengan yang tidak memiliki riwayat stroke (95% CI, 1.0 to 3.9). 30

c. Etnik atau ras

Risiko stroke meningkat pada orang hitam, beberapa Hispanic Americans,

Chinese, dan populasi Japanese.

d. Jenis kelamin

Stroke lebih banyak dijumpai pada laki-laki. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa laki-laki lebih berisiko terserang stroke dibandingkan wanita. Namun, kematian akibat stroke lebih banyak dijumpai pada wanita dibanding laki-laki karena umumnya wanita terserang stroke pada usia yang lebih tua.21

2.7. Pencegahan Stroke

Stroke dapat dicegah dengan merubah gaya hidup, mengendalikan, mengontrol dan mengobati penyakit yang merupakan faktor risiko stroke. Pencegahan stroke dibagi dua yaitu :

1. Pencegahan primer

(26)

dini pengendalian faktor risiko, caranya adalah dengan mempertahankan gaya hidup sehat, yaitu:

a. Hentikan kebiasaan merokok

b. Berat badan diturunkan atau dipertahankan sesuai berat badan ideal : BMI < 25 kg/m2

Garis lingkar pinggang < 80 cm untuk wanita Garis lingkar pinggang < 90 cm untuk laki-laki c. Makan makanan sehat :

 Rendah lemak jenuh dan kolesterol

 Menambah asupan kalium dan mengurangi natrium

 Buah-buahan dan sayur-sayuran

d. Olah raga yang cukup dan teratur dengan melakukan aktivitas fisk yang punya nilai aerobik (jalan cepat, bersepeda, berenang, dan lain-lain) secara teratur minimal 30 menit dan minimal tiga kali perminggu

e. Kadar lemak (kolesterol) dalam darah kurang dari 200 mg% (hasil laboratorium)

f. Kadar gula darah puasa kurang dari 100 mg / dl g. Tekanan darah dipertahankan 120/80 mmHg 2. Pencegahan sekunder

Pencegahan sekunder adalah upaya pencegahan agar tidak terkena stroke berulang, caranya adalah dengan:

a. Megendalikan faktor risiko yang telah ada seperti mengontrol darah tinggi, kadar kolesterol, gula darah, asam urat

b. Merubah gaya hidup

c. Minum obat sesuai anjuran dokter Anda secara teratur d. Kontrol ke dokter secara teratur.22

2.8. Pengenalan Gejala Stroke Secara Dini dan Manajemen Prehospital

(27)

berbeda-beda. Stroke dapat berhubungan dengan sakit kepala atau tidak ada sakit kepala sama sekali.25

Kewaspadaan masyarakat tentang stroke akan lebih mudah dengan singkatan dari gejala stroke yaitu FAST, yang terdiri atas :

 F = face (wajah)

Wajah tampak mencong sebelah tidak simetris. Sebelah sudut mulut tertarik ke bawah dan lekukan antara hidung ke sudut mulut tampak mendatar.

 A = Arms Drive ( gerakan lengan)

Angkat lurus sejajar kedepan (90O) dengan telapak tangan terbuka keatas

selama 30 detik. Apabila terdapat kelumpuhan lengan yang ringan dan tidak disadari oleh penderita, maka lengan yang lumpuh tersebut akan turun (menjadi tidak sejajar lagi). Pada kelumpuhan yang berat, lengan yang lumpuh tersebut sudah tidak bisa diangkat lagi bahkan sampai tidak bisa digerakan sama sekali.

 S = Speech (bicara)

Bicara menjadi pelo (artikulasi terganggu) atau tidak bisa berkata (gagu) atau bisa bicara tetapi tidak mengerti pertanyaan orang sehingga komunikasi verbal tidak nyambung.

 T = Time (waktu)

Segera memanggil ambulans atau ke rumah sakit jika menemukan tiga gejala yaitu perubahan wajah, kelumpuhan dan bicara, atau disertai gejala lainnya yaitu:

a. Orang tiba-tiba terlihat mengantuk berat atau kehilangan kesadaran (pingsan)

b. Pusing berputar

c. Rasa baal atau kesemutan separuh badan

d. Gangguan penglihatan secara tiba-tiba pada satu atau dua mata23

(28)

mendapat pertolongan yang tepat di Rumah Sakit. Lebih dari jam yang tersebut, pasien yang terkena stroke akan dapat mengalami kecacatan yang berat, karena berat ringannya kecacatan yang ditimbulkan akibat stroke ditentukan dengan penanganan awal yang tepat dengan memanfaatkan golden periode tersebut, disamping itu juga tergantung kepada jenis stroke yang ada pada seseorang.24

Memanfaatkan waktu golden periode bagi seseorang ketika terjadi serangan stroke awal sangatlah penting. Otak perlu segera mendapat pertolongan oleh rumah sakit dan dokter yang tepat, namun jika kita melalaikan masa golden periode berarti kita mensia-siakan harapan hidup seseorang yang seharusnya dapat diselamatkan24

Stroke merupakan keadaan gawat darurat, jika kita melihat salah satu tanda dan gejala stroke segera panggil ambulans atau langsung pergi kerumah sakit karena stroke harus ditangani secara cepat dan tepat agar tidak mengalami kecacatan secara permanen atau bahkan kematian.25

Penatalaksanaan prehospital yang bisa dilakukan untuk pasien yang kita curigai sebagai stroke dikenal dengan “stroke chain of survival” atau the “7 Ds”, yaitu:

1. Detection (pengenalan) : mengidentifikasi onset dan terjadinya gejala-gejala stroke

2. Dispatch (mengirimkan) : memanggil ambulans secepat mungkin/ mengaktifkan sistem kegawat daruratan

3. Delivery (perjalanan) : intervensi oleh petugas ambulans, pengobatan pre-hospital, dan mengantarkan ke stroke unit dirumah sakit

4. Door (sampai di rumahsakit) : penerimaan di trias unit gawat darurat. 5. Data (data) : melakukan evaluasi secara teratur, pemeriksaan laboratorium

dan melakukan pencitraan

6. Decision (keputusan) : diangnosis dan memutuskan obat / terapi yang akan dilakukan

7. Drug (obat) : memberikan obat dengan tepat atau tindakan yang sesuai.26

2.9. Hubungan Tingkat Faktor Risiko dengan Pengetahuan Stroke

(29)

yaitu penglihatan pendengaran, penciuman, perasa, dan perabaan. Sedangkan perilaku adalah hasil dari berbagai pengalaman serta interaksi manusia dengan lingkungannya.27

Hal yang paling efektif dalam mengurangi kejadian stroke adalah dengan memodifikasi fakor risiko stroke. Meningkatnya usia dan faktor risiko stroke, sangat penting bagi mereka untuk memodifikasi faktor risiko yang ada untuk perubahan yang signifikan. Pada beberapa penelitian, telah mengidentifikasi faktor prilaku terbukti untuk meningkatkan kesehatan dan mengurangi risiko terkena serangan stroke, termasuk manajemen yang efektif hipertensi, berhenti merokok, mempertahankan diet yang sehat dan gaya hidup aktif secara fisik.31

Masyarakat luas perlu mendapat pengetahuan yang memadai tentang faktor risiko stroke, pencegahan, pengobatan, serta penanganannya dalam jangka panjang, terutama bagi mereka yang mempunyai faktor risiko stroke. Petugas kesehatan dan pengambil kebijakan kesehatan diharapkan lebih memperhatikan langkah-langkah preventif, promotif, kuratif dan rehabilitatif untuk stroke. Pada akhirnya peran serta aktif seluruh masyarakat diperlukan untuk bersama-sama memerangi bahaya stroke.24

2.10. Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Pengetahuan Stroke

Tingkat pendidikan individu sangat berperan dengan pengetahuan mereka tentang kesehatan, dimana pendidikan dapat mempengaruhi perkerjaan dan pendapatan. Rendahnya tingkatan pendidikan akan menyebabkan kurangnya informasi kesehatan yang akan dia dapatkan, sehingga menyebabkan pengetahuan tentang kesehatan juga kurang.37 Pada penelitian Kuper dkk ditemukan bahwa ada

(30)

2.10. Kerangka Teori

Faktor risiko stroke

Tidak Dapat dimodifikasi

Diabetes

Mellitus lestrolemi Hiperko Olahraga Tidak

Merokok Usia Jenis

Kela min Ras/

suku

STROKE Aterosklerosis

Aneurisma Hipertensi

Disfungsi Endotel

Penyempitan pembuluh darah Pecah pembuluh

darah di otak

Dapat dimodifikasi

Jejas Endotel

Penumpukan lemak/LDL

Di endotel

(31)

2.11. Kerangka Konsep

Faktor risiko : - Merokok

- Diabetes Melitus - Hipertensi

- Hiperkolestrolemia - Obesitas

- Usia - Olahraga

- Riwayat stroke di keluarga

(32)

2.12. Definisi Operasional

No Variabel Definisi Cara ukur Alat ukur Skala

ukur

Hasil ukur

1 Pengetahuan tentang stroke Seberapa tinggi tingkat pengetahuan tentang stroke

Wawancara Kuesioner Ordinal - Baik ≥ 80% - Cukup 60-80% - Rendah < 60%

2 Faktor risiko stroke (sumber : kuesioner penilaian faktor risiko stroke Yastroki) Seberapa tinggi faktor risiko yang dimiliki, dinilai dengan kuesioner Yastroki

Wawancara Kuesioner Ordinal Skor total : 20 0-5 = risiko kecil

6-10 = risiko sedang

11 + = risiko tinggi

3 Usia Usia

dihitung berdasarkan tanggal lahir

di KTP

(33)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Desain Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian analitik dengan design cross sectional.

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di RW 09 Kelurahan Cirendeu Kecamatan Ciputat Timur pada bulan Juni – Agustus 2012.

3.3. Populasi dan Sampel

Populasi terjangkau penelitian ini adalah masyarakat RW 09 Kelurahan Cirendeu Kecamatan Ciputat Timur. Sampel penelitian ini adalah masyarakat RW 09 Kelurahan Cirendeu Kecamatan Ciputat Timur yang memenuhi syarat inklusi dan eksklusi.

3.4. Kriteria Inklusi dan Eksklusi

a. Kriteria inklusi adalah:

 Masyarakat RW 09 Kelurahan Cirendeu Kecamatan Ciputat Timur yang terpilih melalui metode cluster random sampling.

 Usia diatas 35 tahun b. Kriteria eksklusi adalah :

 Tidak mengisi data diri dengan lengkap

 Tidak bisa bicara (tuna wicara)

 Tidak bisa mendengar (tuna rungu)

3.5. Perhitungan Besar Sampel

Perhitungan besar sampel pada penelitian ini adalah sebagai berikut :

N =

Keterangan :

N = jumlah sampel

(34)

Zβ = kesalahan tipe II ditetapkan sebesar 20%, maka Zβ bernilai 0,84 P2 = proporsi stroke, berdasarkan kepustakaan 0,629

Q2 = 1- 0.6 = 0,4

P1 – P2 = proposi pajanan faktor risiko yang dianggap bermakna, ditetapkan sebesar 0,2

P1 = P2 + 0,2 = 0,6 + 0,2 = 0,8 Q1 = 1- P1 = 1- 0,8 = 0,2

P = (P1+P2) / 2 = ( 0,8 + 0,6)/2 = 0,7 Q = 1-P = 1- 0,7 = 0,3

N =

, √

, ,

, √ ,

,

,

,

,

,

N = 70

Sampel minimum sebanyak 70 + 10% = 77

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 85 masyarakat RW 09 Kelurahan Cirendeu Kecamatan Ciputat Timur

3.6. Identifikasi Variabel

1. Variabel bebas : Faktor risiko (usia, riwayat stroke dikeluarga, tekanan darah, diabetes melitus, kadar kolesterol, merokok, berat badan, olahraga, riwayat penyakti jantung), pendidikan

2. Variabel terikat: Pengetahuan tentang stroke

3.7. Definisi Operasional

Tingkat faktor risiko stroke pada penelitian ini bersumber dari kuesioner Penilaian Sendiri Tentang Faktor Risiko Stroke Yayasan Stroke Indonesia (YASTROKI). Penilaian untuk mengetahui tingkat faktor risiko stroke diperoleh dengan kriteria :

0-4 = risiko kecil 5-9 = risiko sedang 10 + = risiko tinggi

Berikut definisi operasional yang terdapat pada penelitian ini :

(35)

pertama (orang tua dan saudara kandung) atau pada tingkat ke dua (kakek atau nenek). Data diperoleh melalui wawancara dengan subyek penelitian. Kategori:

1. Tidak ada riwayat serangan stroke dikeluarga

2. Ada serangan stroke diatas usia 56 tahun atau tidak mengetahui riwayat dikeluarga

3. Ada riwayat stroke dibawah usia 55 tahun

2. Riwayat hipertensi adalah adalah keadaan dimana subyek penelitian dinyatakan pernah menderita hipertensi (sistole > 140 mmHg dan diastole > 90 mmHg oleh dokter, pernah atau masih mendapatkan pengobatan anti hipertensif. Data ini diperoleh dari wawancara dan atau pemeriksaan terhadap subyek penelitian (Sphigmomanometer merk Riester dan stetoskop Littman).

Kategori :

1. Rendah atau normal 2. Meningkat (140/90)

3. Tinggi (>140/90), pernah atau sedang mendapat obat antihipertensi

3. Diabates Mellitus atau kencing manis adalah keadaan dimana subyek telah dinyatakan oleh dokter menderita DM dan mendapatkan terapi diet, olah raga, pernah atau sedang mendapat obat anti hiperglikemia dinyatakan DM jika nilai kadar gula darah puasa > 126 mg/dl/ dan gula darah sewaktu > 200 mg/dl. Bila responden tidak mengetahui riwayat DM, maka ditanyakan gejala diabetes seperti sering buang air kecil, sering haus, sering makan, penurunan berat badan, luka yang lama sembuh. Data diperoleh dengan wawancara.

Kategori:

1. Tidak ada riwayat kencing manis/ DM

2. Riwayat keluarga ada diabetes, tapi belum menderita DM atau tidak mengetahui riwayat DM

3. Penderita diabetes atau sedang mendapat pengobatan diabetes

4. Dislipidemia adalah keadaan dimana hasil pengukuran kadar kolesterol serum memenuhi salah satu atau lebih kriteria berikut :

(36)

- Kadar kolesterol HDL < 40 mg/dl

- Rasio kolesterol total dengan kolesterol HDL > 5 mg/dl - Kadar trigliserida > 150 mg/dl.

Data tentang profil lipid diperoleh dari hasil wawancara Kategori :

1. Tidak ada riwayat kolesterol atau kolesterol < 200 mg/dl

2. Ada riwayat kadar kolesterol dengan atau sama dengan 200 mg/dl atau tidak pernah cek

3. Di atas rata-rata >200mg/dl, pernah atau sedang mendapat obat dislipidemia

5. Kebiasaan merokok adalah kebiasaan yang dinilai berdasarkan kebiasaan merokok dan dinilai berdasarkan banyaknya jumlah batang rokok perhari. Data tentang kebiasaan merokok diperoleh melalui hasil wawancara kepada subyek penelitian.

Kategori :

1. Tidak merokok

2. 15 batang atau kurang perhari 3. 15 batang atau lebih perhari

6. Riwayat obesitas adalah adanya riwayat obesitas sekarang dan dimasa lampau. Data diperoleh melalui wawancara dan perhitungan IMT dari melakukan pemeriksaan berat badan dan tinggi badan dengan subyek penelitian.

Kategori :

1. Normal < 25 kg/m2

2. Diatas normal atau ada riwayat kegemukan dimasa lampau 3. Gemuk atau obesitas > 25 kg/m2

7. Olahraga adalah keadaan melakukan kegiatan olahraga dalam kurun waktu 10 tahun terakhir data diperoleh dengan wawancara.

Kategori :

1. Olahraga setiap hari (30 menit)

(37)

8. Riwayat penyakit jantung adalah riwayat dimana subyek penelitian pernah dinyatakan mengalami penyakit jantung oleh dokter spesialis jantung berdasarkan manifestasi klinis dan elektrokardiografi (EKG), pernah operasi jantung, pernah periksa EKG, hasil EKG yang tidak normal, pernah mendapat obat-obatan untuk jantung. Data diperoleh melalui wawancara denga subyek penelitian;

Kategori :

1. Tidak ada riwayat penyakit jantung dikeluarga

2. Ada riwayat penyakit jantung di keluarga atau tidak mengetahui riwayat dikeluarga

3. Mempunyai riwayat penyakit jantung

9. Tingkat pendidikan adalah jenjang pendidikan formal terakhir yang ditempuh oleh responden, kategorinya :

1. Pendidikan rendah (Tidak sekolah dan SD) 2. Pendidkan menengah (SMP)

3. Pendidikan tinggi (SMA dan Perguruan Tinggi)

3.8. Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data akan dilakukan dengan cara sebagai berikut yaitu :

1. Setelah mendapat persetujuan, pertama responden akan mengisi kuesioner Yastroki untuk menhitung faktor risiko yang dimiliki. Pengumpulan data dilakukan dengan pemeriksaan dan wawancara.

2. Responden kemudian mengisi kuesioner tentang pengetahuan stroke yang sudah peneliti validasi dengan menggunakan uji Pearson Correalation di SPSS 16.

3. Data tentang karakteristik responden dikumpulkan berdasarkan kuesioner karakteristik responden.

4. Menilai faktor risiko stroke dari kuesioner Yastroki.

5. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan pasien tentang stroke data diperoleh dari kuesioner tingkat pengetahuan.

Pengukuran dengan kriteria :

a. Baik : bila skor > 80 % dari nilai maksimal.

(38)

6. Pengolahan data dengan menggunakan SPSS 16

3.9. Metode Pengolahan dan Analisis Data

3.9.1. Pengolahan Data

Setelah pengumpulan data segera diperiksa hasil data yang terkumpul untuk melihat kelengkapan isian kuesioner. Apabila data yang kurang lengkap segera dilengkapi, kemudian diolah dengan tahapan sebagai berikut yaitu :

a. Pengkodean (Coding)

Mengklasifikasikan jawaban responden dan melakukan pengkodean dan dipindah ke lembar koding.

b. Edit (Editing)

Meneliti setiap kuesioner tentang kelengkapan, kejelasan, dan kesesuaian antara satu dengan yang lain.

c. Tabulasi (Tabulating)

Mengelompokkan data sesuai variabel kemudian memasukkan kedalam tabel yang telah disiapkan.

3.9.2. Analisis Data

Analisis data dalam penelitian ini adalah dengan analisis univariat yang dilakukan dengan analisis deskriptif untuk melihat karakteristik masing-masing variabel yang diteliti. Kemudian untuk mengetahui hubungan yang bermakna antara variabel bebas dengan tingkat pengetahuan dilanjutkan dengan analisis bivariat dengan menggunakan uji chi-square jika tidak memenuhi syarat maka menggunakan uji fisher dan untuk uji tabel 2X3 dilkukan uji Kolmogorov-Smirnov.

3.10. Etika Penelitian

 Mengajukan usulan penelitian kepada Fakultas Kesehatan dan Pendidikan Dokter

(39)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil penelitian ini diambil dari 85 sampel yang telah didapat dengan metode cluster random sampling. Penelitian ini dilakukan dengan mengunjungi rumah warga yang berdomisili di RT 01 dan RT 06 RW 09 kelurahan Cirendeu Kecamatan Ciputat Timur pada bulan Juni-Agustus 2012. Penelitian ini menggunakan kuesioner yang sudah divalidasi sebelumnya terhadap 15 responden. Berdasarkan hasil validasi terdapat dua pertanyaan yang tidak valid dan akhirnya tidak dimasukkan ke dalam kuesioner dan ada dua pertanyaan yang dilakukan perubahan pada kata-katanya.

4.1 Data Karakteristik Responden

[image:39.612.130.513.123.709.2]

Penelitian ini dilaksanakan di RW 09 Kelurahan Cirendeu Kecamatan Ciputat Timur pada bulan Juli 2011 – Agustus 2012. Sebaran karakteristik responden dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 4.1. Distribusi karakteristik responden

Karakteristik Jumlah Persentase(%)

Usia

35-45 tahun 39 45,9

46-54 tahun 24 28,2

>55 tahun 22 25,9

Jenis Kelamin

Laki-laki 43 50,6

Perempuan 42 49,4

Pendidikan

Pendidikan rendah 16 18,8

Pendidikan menengah 24 28,2

Pendidikan Tinggi 45 52,9

Bekerja

Tidak 30 35,5

(40)

Faktor Risiko Stroke

Rendah 35 41,2

Sedang 38 44,7

Tinggi 12 14,1

Pengetahuan

Rendah 34 40

Sedang 38 44,7

Tinggi 13 15,3

Tabel 4.1. menunjukkan bahwa sebaran berdasarkan usia responden didominasi oleh kelompok usia 35-45 tahun yaitu sebanyak 39 orang (45,9%). Hasil ini sesuai dengan piramida penduduk Banten yang didominasi oleh usia 25-29 dan semakin mengerucut seiring dengan bertambahnya usia.32

Sebaran berdasarkan jenis kelamin tidak didapatkan perbedaan yang signifikan, yaitu laki-laki sebanyak 43 (50,6%) dan yang berjenis kelamin perempuan berjumlah 42 (49,4%). Data ini sesuai dengan sensus pada Provinsi Banten tahun 2011. Penduduk laki-laki Provinsi Banten sebanyak 5,4 juta jiwa sedangkan perempuan sebanyak 5,1 jiwa.32

Berdasarkan sebaran tingkat pendidikan didominasi oleh tingkat pendidikan tinggi yaitu sebanyak 45 orang (52,9%). Data ini tidak sesuai dengan hasil dari Badan Pusat Statistik Banten yang menyatakan bahwa rata-rata lama sekolah di Banten pada tahun 2010 adalah 8 tahun yaitu kisaran SMP.32

Hasil penelitian berdasarkan sebaran pekerjaan, didapatkan bahwa jumlah yang bekerja ada sebanyak 55 orang (55%) dan jumlah yang tidak bekerja adalah sebanyak 30 (35,5%). Hal ini sesuai dengan data sensus di Provinsi Banten, pada daerah Tanggerang sebanyak 560.078 jiwa bekerja sedangkan yang pengangguran ada 50.132 jiwa, jadi masyarakat yang bekerja lebih banyak dari yang pengangguran.33

[image:40.612.124.514.86.494.2]
(41)

adalah umur, riwayat stroke dikeluarga, tekanan darah, diabetes mellitus, kadar kolesterol, merokok, olahraga, riwayat penyakit jantung, dan berat badan. Dari semua faktor risiko yang ada, faktor risiko yang paling banyak yang dimiliki oleh responden pada penelitian ini adalah tidak melakukan olah raga yaitu sebanyak 46 orang (54,1%). Dari total keseluruhan responden terdapat 38 orang (44,7%) yang merokok baik yang kurang dari 15 batang maupun lebih perharinya.

Pengetahuan responden tentang stroke didominasi oleh kelompok responden yang berpengetahuan sedang yaitu sejumlah 38 orang (44,7%). Pada bagian kuesioner tentang sumber informasi yang didapatkan oleh responden tentang stroke didominasi sebanyak 48,2% mendapatkan informasi dari teman atau saudara. Sumber informasi yang didapatkan dari dokter hanya 8,2%. Dari hasil ini dapat disimpulkan bahwa ternyata dokter belum banyak berperan dalam menyebarkan informasi tentang stroke. Pada bagian kuesioner mengenai pengertian stroke banyak responden yang tidak bisa menjawab yaitu sebanyak 65,9% sedangkan responden yang dapat menjawab dengan benar didominasi sebanyak 70,3% menjawab yaitu terjepitnya pembuluh darah.

Pertanyaan kuesioner tentang gejala stroke sebanyak 76,5% dapat menyebutkan minimal satu gejala stroke dan gejala yang paling banyak disebutkan adalah kelemahan sesisi yaitu sebanyak 56,4%. Sebanyak 68,2% responden dapat menjawab minimal satu faktor risiko stroke dan yang paling banyak dapat dijawab adalah hipertensi yaitu sebanyak 58,9%. Kuesioner tentang faktor risiko stroke didapatkan responden ada yang menjawab pikiran, terjatuh, bekerja, capek, suka bergadang dan mandi malam sebagai faktor risiko stroke dan dinilai sebagai jawaban yang salah. Pada pertanyaan kuesioner tentang komplikasi stroke sebanyak 55,3% dapat menjawab dengan benar dan didominasi sebanyak 38,3% responden menjawab komplikasi yang dapat terjadi adalah kematian. Sebagian besar responden (75,3%) dapat menjawab dengan benar tentang pencegahan stroke dan didominasi sebanyak 41,8% menjawab pencegahan yang dapat dilakukan adalah dengan rajin berolahraga.

(42)

adalah 30 menit dan 45 menit -1 jam. Didominasi sebanyak 42,4% responden menjawab usia dimana risiko stroke mulai meningkat adalah sejak 40 tahun. Pertanyaan mengenai tekanan darah yang dapat menyebabkan stroke didominasi sebanyak 89,4% responden menjawab yaitu tekanan darah yang tinggi. Sebanyak 78,8% setuju bahwa jika melihat seseorang dengan gejala stroke harus segera dibawa kerumah sakit.

[image:42.612.128.504.387.590.2]

Hanya 20% responden yang dapat menjawab dengan benar mengenai bagaimana agar pasien stroke dapat mengembalikan fungsi tubuhnya yang mengalami kelumpuhan dan sebanyak 15,2% responden menjawab hal yang dapat dilakukan bagi pasien stroke yang mengalami kelumpuhan adalah dengan melakukan rehabilitasi. Sebanyak 64,7% dari responden dapat menjawab dengan benar pertanyaan tentang pencegahan stroke berulang atau pencegahan sekunder dan sebagian besar yaitu 53% responden menjawab mengendalikan faktor risiko stroke yang ada. Jawaban responden dari kuesioner dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 4.2. Jawaban responden tentang pertanyaan kuesioner

Pertanyaan kuesioner Benar (%) Tidak Tahu(%)

Pengertian stroke 34,1 65,9

Gejala stroke 76,5 23,5

Faktor risiko stroke 68,2 31,8

Komplikasi stroke 55,3 44,7

Pencegahan primer stroke 75,3 24,7

Hal yang dilakukan jika melihat orang dengan gejala stroke

78,8 21,2

Rehabilitasi untuk pasien stroke 20 80

Pencegahan sekunder 64,7 35,3

4.2 Hubungan Faktor Risiko Stroke dengan Pengetahuan Stroke

(43)

yang dia miliki tentang stroke sehingga dapat dilakukan pencegahan agar tidak terkena stroke.

Tabel. 4.3. Hubungan tingkat faktor risiko stroke dengan pengetahuan stroke

Faktor Risiko Pengetahuan

Baik Sedang - rendah n (%) n (%)

p-value Odd Ratio

Tinggi 5 (41,7) 7 (58,3) 0,017* 5,804

1,486-22,668

Sedang - rendah 8 (41) 65 (89)

Keterangan : *uji fisher

Pada tabel diatas tentang hubungan antara tingkat faktor risiko dengan pengetahuan didominasi oleh faktor risiko sedang dan rendah dengan pengetahuan sedang buruk yaitu berjumlah 65 responden. Berdasarkan hasil statistik ini terdapat hubungan bermakna antara faktor risiko dengan pengetahuan tentang stroke (p = 0,017). Pada penelitian ini didapatkan bahwa individu dengan faktor risiko stroke yang tinggi akan mempunyai 5,8 kali pengetahuan tentang stroke yang lebih baik (OR=5,80; 95%CI=1,486-22,668). Hasil ini sesuai dengan penelitian serupa yang dilakukan oleh Sloma dkk tentang pengetahuan faktor risiko stroke pada pasien pelayanan primer yang sebelumnya pernah mengalami stroke atau TIA pada tahun 2010, pada penelitian ini disebutkan bahwa pengetahuan tentang hipertensi, hiperlipidemia dan merokok sebagai faktor risiko dapat dijawab dengan baik responden penelitian (hampir 90%), tetapi pengetahuannya tentang diabetes sebagai faktor risiko stroke rendah (kurang dari 50%).34

Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan penelitian Shafae dkk tentang persepsi stroke dan pengetahuan tentang faktor risiko stroke menunjukkan bahwa pengetahuan tentang stroke buruk, subjek penelitian tidak mengetahui faktor risiko stroke yang ada pada dirinya. Disebutkan juga dalam penelitian tersebut bahwa pengetahuan tentang stroke sangat buruk pada kelompok yang mempunyai faktor risiko yang tinggi.28

(44)

yang mempunyai penyakit yang merupakan risiko stroke seperti hipertensi, diabetes dan tingkat kolesterol yang tinggi bisa mendapatkan informasi dari tenaga kesehatan tentang stroke. Pengetahuan yang baik tentang stroke tentunya juga dipengaruhi oleh berbagai macam hal, seperti adanya anggota keluarga yang pernah mengalami stroke. Anggota keluarga yang pernah mengalami stroke tentu akan menyebabkan keluarga penderita mengetahui tentang stroke, pencegahan, makanan yang boleh dimakan, bahkan mereka bisa mengetahui obat-obatan yang diminum.

4.3 Hubungan Tingkat pendidikan dengan Pengetahuan Stroke

[image:44.612.125.526.106.504.2]

Hubungan tingkat pendidikan dengan pengetahuan stroke dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 4.4. Hubungan tingkat pendidikan dengan pengetahuan stroke

baik n (%)

Pengetahuan Sedang n (%)

Rendah n (%)

p-value

Pendidikan

- Pendidikan tinggi 9 (20) 22 (48,9) 14 (31,1) 0,161*

- Pendidikan sedang – pendidikan rendah

4 (10) 16 (40) 20 (50)

Keterangan : * = uji Chi-Square

Pada tabel 4.4. untuk hubungan pendidikan dengan pengetahuan stroke didominasi oleh pendidikan tinggi dengan pengetahuan sedang yaitu ada 22 responden, yang kedua oleh pendidikan sedang-rendah dengan pengetahuan rendah yaitu ada 20 responden. Berdasarkan hasil ini tidak di dapatkan hubungan bermakna antara tingkat pendidikan dengan pengetahuan tentang stroke (p =0,161).

Pada beberapa penelitian disebutkan bahwa tingkat pendidikan berpengaruh pada pengetahuan pasien tentang stroke. Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan penelitian Shafae dkk yang menyatakan adanya keterkaitan antara tingkat pendidikan dengan pengetahuan tentang stroke seperti gejala stroke, faktor risiko stroke, dan organ yang terkena oleh penyakit stroke, yaitu otak.28 Hasil

(45)

menyatakan bahwa pekerjaan, pendapatan, dan besarnya rumah sangat berhubungan dengan kejadian stroke.36

Hasil penelitian ini menyatakan bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna anatara tingkat pendidikan dengan pengetahuan stroke. Berarti tingkat pendidikan individu yang semakin baik belum tentu dapat membuat pengetahuan mereka tentang stroke menjadi lebih baik. Hal ini dapat disebabkan oleh berbagai macam faktor seperti memang masih rendahnya kesadaran untuk mendapatkan informasi yang lebih tentang stroke. Pengetahuan tentang stroke juga dapat dipengaruhi oleh berbagai macam faktor seperti riwayat stroke dikeluarga yang akan membuat pengetahuan mereka bisa lebih baik.

4.4 Keterbatasan Penelitian

Peneliti melakukan teknik wawancara sehingga dapat terjadi recall bias oleh responden pada beberapa pertanyaan mengenai fakto risiko. Recall bias yang dapat terjadi pada responden adalah pertanyaan seperti riwayat kadar kolesterol, yang mempunyai riwayat kolesterol tinggi akan lebih mengingat kadar kolesterol daripada yang mempunyai riwayat kadar kolesterol normal.

(46)

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan

1. Pada kelompok usia diatas 35 tahun di RW 09 Kelurahan Cirendeu Kecamatan Ciputat Timur pada tahun 2012 Terdapat hubungan bermakna antara tingkat faktor risiko dengan tingkat pengetahuan (p = 0,017)

2. Tidak Terdapat hubungan bermakna antara tingkat pendidikan dengan tingkat pengetahuan tentang stroke pada kelompok usia diatas 35 tahun di RW 09 Kelurahan Cirendeu Kecamatan Ciputat Timur pada tahun 2012 (p= 0,161)

3. Faktor risiko terbanyak yang terdapat pada kelompok usia diatas 35 tahun di RW 09 Kelurahan Cirendeu Kecamatan Ciputat Timur tahun 2012 adalah tidak melakukan olah raga yaitu sebanyak 46 orang (54,1%), selanjutnya adalah merokok (44,7%) baik yang merokok kurang atau lebih dari 15 batang perharinya.

5.2 Saran

1. Tenaga kesehatan disarankan untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat di RW 09 Kelurahan Cirendeu tentang stroke khususnya tentang rehabilitasi yang bisa dilakukan bagi penyandang stroke dan komplikasi stroke.

2. Peneliti menyarankan untuk menggunakan kuesioner dengan pertanyaan tertutup dengan pilihan jawaban benar, jawaban perancu (salah) dan pilihan tidak tahu.

(47)

DAFTAR PUSTAKA

1. Kaplan LR. Stroke. United States of America: American Academy of Neurology Press; 2006.

2. Truelsen Thomas, Begg Stephen, Mathers Collin: The Global Burden of Cerebrovascular Disease.

3. Stroke center. http://www.strokecenter.org/patients/about-stroke/st roke-statistics/; 2002 diunduh pada tanggal 2 Februari 2012.

4. H. Bart van der Worp MD,PD. Acute Ischemic Stroke. The new england journal of medicine. 2007; 357(6): p. 1.

5. Sekretariat Jenderal Kementerian Kesehatan RI. 8 DARI 1000 ORANG DI INDONESIA TERKENA STROKE. Peringatan Hari Stroke Sedunia. Jakarta; 2011.

6. T. Leoo . Risk factors and Treatment at Recurrent Stroke Onset: Results from the Recurrent Stroke Quality and Epidemiology (RESQUE) Study. PubMedCen. 2008; (25).

7. Asanti L. Penanganan Hipertensi pada Stroke. 2012.

8. Yayasan Stroke Indonesia ; 2011 diunduh pada tanggal 14 Februari 2012 :

http://www.yastroki.or.id/read.php?id=352.

9. Jennifer L. Dearborn. Perception of risk and knowledge of risk factors in women at high risk for stroke. PubMedCentral. 2009.

10. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Riset Kesehatan Dasar 2007 ; 2008.

11. Mark Mumenthaler. Neurology. Stuttgart: Thieme; 2004.

12. Graham Lennox. Essential Neurology. Massachusetts: Blackwell publishing; 2005.

13. Mathias Baehr Mf. Topical Diagnosis in neurology. Stuttgart: Thieme; 2005. 14. Iskandar. Panduan Praktis Pencegahan dan Pengobatan Stroke: PT. Bhuana

Ilmu Populer; 2004.

15. Michael J. Aminoff D. Clinical Neurology Novato: McGraw-Hill/appleton & lange; 2002.

16. Jeong-Yeon Kim. High Levels of Remnant Lipoprotein Cholesterol Is a Risk Factor for Large Artery Atherosclerotic Stroke. PubMedCentral. 2011. 17. Yunita E. http://www.fkumyecase.net. 2010. diunduh pada tanggal14 Mei

2012;http://www.fkumyecase.net/wiki/index.php?page=Hipertensi+Sebagai+

Salah+Satu+Penyebab+Terjadinya+Stroke+Hemoragik&highlight=search.

18. Cole JW. Smoking and stroke: the more you smoke the more you stroke. PubMedCentral. 2011.

19. Jacob R. Sattelmair. Physical Activity and Risk of Stroke in Women. PubMedCentral. 2010.

20. Tatjana Runde. Risk Factor Management to Prevent First Stroke. PubMedCentral. 2008.

(48)

22. Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia. http://www.yastroki.or.id.

diunduh pada tanggal 14 Februari 2012 :

http://www.yastroki.or.id/file/strokemengenal.pdf.

23. Hilary K Wall. Addressing Stroke Signs and Symptoms Through Public Education: The Stroke Heroes Act FAST Campaign. PubMedCentral. 2008 24. Yastroki. www.yastroki.or.id. diunduh pada tanggal 14 Februari 2012.

http://www.yastroki.or.id/read.php?id=340.

25. Stroke Center.

http://www.strokecenter.org/patients/about-stroke/warning-signs-of-stroke/. diunduh pada tanggal 2 Februari 2012:

http://www.strokecenter.org/patients/about-stroke/warning-signs-of-stroke/.

26. Andjelic S. “Chain of survival” in acute stroke. Akademia Medycyny. 2010 march;(4).

27. Irawati D. pengetahuan, sikap, dan prilaku tentang faktor risiko penyakit serebrovaskular terhadap kejadian stroke iskemik. Universitas Sumatra Utara. 2008.

28. Mohammed A Al Shafae. Perception of stroke and knowledge of potential risk factors among Omani patients at increased risk for stroke. PubMedCentral. 2006.

29.

30.

Fadhila N. Hubungan Pengetahuan, Sikap, dan perilaku tentang faktor risiko penyakit serebrovaskular terhadap kejadian stroke iskemik. Universitas Dipenegoro. 2010.

J.F. Meschia. MD. Family history of stroke and severity of neurologic deficit after stroke. PubMedCentral. 2011. 1368-1402

31. Margaret kelly-hayers. Influence of age and health behaviors on stroke risk. PubMedCentral. 2011

32. Badan Pusat Statistik Provinsi Banten.diunduh pada tanggal 4 September 2012; http://sp2010.bps.go.id/index.php/site?id=36&wilayah=Banten

33. Badan Pusat Statistik banten.diunduh pada tanggal 4 September 2012; http://banten.bps.go.id/pop7.php

34. Andrej sloma, Lars G backlund, Lars-Erik Strender, Yiva Skaner. Knowledge of stroke risk factors among primary care patients with previous stroke or TIA : a questionnaire study. PubMedCen. 2010

35. Guangyi Zhou, Xinfeng Liu, Gellin Xu, Xifei Liu, Renliang Zhang, Wusheng Zhu.The effect of socioeconomic status on three-year mortality after first-ever ischemic stroke in Nanjing, China.PubMedCen. 2006

36. Karen A. Matthews, Linda C. Gallo. Psychological Perspectives on Pathways Linking Socioeconomic Status and Physical Health.PubMedCen. 2012

37. Kuper H, Adami HO, Theorell T, Weiderpass E. The socioeconomic gradient in the incidence of stroke: a prospective study in middle-aged women in Sweden. PubMedCen. 2007

(49)

LAMPIRAN 1 Kuesioner

No. Responden :

Tanggal wawancara :

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam yang telah memberikan kesehatan, sehingga kita mampu beraktifitas sebagaimana mestinya.

Dalam rangka menyelesaikan penelitian tentang “Hubungan Tingkat Faktor Risiko dengan Pengetahuan Stroke Pada Kelompok Usia di Atas 35 Tahun di RW 09 Kelurahan Cirendeu Kecamatan Ciputat Timur Tahun 2012”, kami mohon partisipasi Anda dalam kegiatan ini. Kami akan merahasiakan semua data yang kami dapat, dan tidak akan menggunakan hasil penelitian ini untuk hal-hal yang melanggar hukum. Sebagai tanda persetujuan, mohon isi format dibawah ini serta tanda persetujuannya

Nama :

Jenis kelamin :

Usia :

Pendidikan terakhir :

Alamat :

pekerjaan :

Status pernikahan : Penghasilan perbulan :

Suku :

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Saya yang bertanda tangan dibawah ini bersedia untuk menjadi sampel pada penelitian ini dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang ada tanpa ada paksaan.

Jakarta, Juli 2012

(...)

(50)

Pengetahuan tentang stroke :

1. Dari manakah Anda mendapatkan sumber informasi tentang stroke? a. Media cetak (Koran, majalah dll)

b. Media elektronik ( tv, radio, dan internet) c. Teman, saudara

d. Lainnya.. sebutkan :_____ (tidak di skoring)

2. Apakah yang Anda ketahui tentang stroke/yang terjadi di otak… (jawaban bisa lebih dari satu)

a. Pecahnya pembuluh darah diotak b. Terjepitnya pembuluh darah diotak c. Terjadinya Gangguan fungsi otak d. Lainnya

e. Tidak tahu

Jawaban benar : a, b, c

Skor untuk responden jika menjawab : a = 1

b = 1 c = 1 e = 0

3. Apakah yang Anda ketahui tentang gejala stroke... a. Kelemahan sesisi

b. Mulut mencong c. Bicara menjadi pelo

d. Penglihatan tiba-tiba menjadi buram e. Lainnya

f. Tidak tahu Jawaban benar : a, b, c, d

Skor untuk responden jika menjawab : 1-2 = 1

3-4 = 2

4. Apakah yang Anda ketahui mengenai risiko yang menyebabkan terjadinya stroke...

a. Hipertensi/ tekanan darah tinggi b. Diabetes mellitus / gula darah c. Riwayat pernah terkena stroke d. Riwayat penyakit jantung e. Merokok

f. Kadar kolesterol tinggi g. Lainnya

h. Tidak tahu

Jawaban benar : a,b,c,d,e,f Skor untuk responden jika menjawab : 1-2 = 1

3-4 = 2 >4 = 3

(51)

b. Kematian

c. kesulitan atau ketidakmampuan untuk berbicara

d. Gangguan BAB/ BAK

e. lainnya f. tidak tahu jawaban benar : a,b,c,d

Skor untuk responden jika menjawab : 1-2 = 1

3-4 = 2

6. Apa yang Anda ketahui tentang cara agar tidak terkena stroke… a. Tidak merokok

b. Tidak makan makanan berlemak/ fast food

c. Kendalikan hipertensi d. Kendalikan DM e. Rajin berolah raga f. Lainnya

g. Tidak tahu Jawaban benar : a,b, c, d, e

Skor untuk responden jika menjawab : 1-2 = 1

3-4 = 2

7. Berapa kali seharusnya penggunaan minyak goreng yang paling baik? a. 1 kali

b. 2 kali c. 3 kali/ > 3 d. Lainnya e. Tidak tahu Jawaban benar :a

Skor untuk responden jika menjawab : a = 1

b, c, d = 0

8. Berapa menit seharusnya waktu mi

Gambar

Tabel 1.1. Penentuan jenis stroke ..............................................................
Gambar 1.2. Gambaran CT-scan pada stroke perdarahan dan iskemik .......7
Gambar 1.1. Arteri yang mensuplai darah ke otak. Sumber : Graham Lennox. Essential Neurology
Tabel 1.1. Penentuan Jenis Stroke
+6

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian adalah kesiapan karyawan Universitas Muhammadiyah Surakarta dalam menghadapi pensiun tergolong baik karena mayoritas akan mencoba bangkit serta

Pada aspek kelembagaan meliputi belum adanya lembaga yang menangani pembibitan sapi potong, belum tersedianya koperasi bahan baku, tidak tersedianya pabrik

Pengencekan stok barang Memebuat pesanan barang Mengecek barang datang Penjualan Membuat laporan Pemilik Apotek Konsumen supplier Bagian outlet/ pembelian Bagian detail

Prinsip utama metode distilasi bekerja berdasarkan perbedaan titik didih dari masing- Prinsip utama metode distilasi bekerja berdasarkan perbedaan titik didih dari

Penanggulangan masalah Kurang Vitamin A ( KVA ) bukan hanya untuk mencegah kebutaan, tetapi juga berkaitan dengan upaya memacu pertumbuhan dan kesehatan anak 1. Menurut

Tindakan diskriminatif yang dilakukan oleh pihak sekolah atau guru merupakan reaksi yang muncul akibat tindakan siswa IPS yang dianggap menyimpang dari peraturan yang

Oleh karna itu ide dan juga gagasan para kaum milenial inilah yang diharapkan memerikan suatu dobrakan baru didunia wirausaha dan siap bertarung dalam dunia

“Analisis Pengaruh Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja terhadap Kinerja Masinis dan Asisten Masinis, dengan Kepuasan Kerja dan Komitmen Organisasi sebagai