• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan antara gaya hidup dengan intensi membeli telepon selular pada Mahasiswa

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan antara gaya hidup dengan intensi membeli telepon selular pada Mahasiswa"

Copied!
120
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN ANTARA GAYA HIDUP DENGAN

INTENSI MEMBELI TELEPON SELULAR PADA

MAHASISWA

Oleh:

FATIMAH SAFIRA

NIM : 103070028994

Skrlpsl dlajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam

memperoleh gelar Sarjana Psikolcgi

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(2)

MAHASISWA

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Psikologi untuk memenuhi syarat-syarat

memperoleh gelar Sarjana Psikologi

Pembimbing I

Oleh:

FATIMAH SAFIRA

NIM: 103070028994

Di Bawah Bimbingan

Pembimbing II

I

セセMj_@

Drs. Sofiandy Zakaria M.Psi.T

Yunita Faela Nisa M. Psi

NIP. 150 368 748

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(3)

Skripsi yang berjudul HUBUNGAN ANTARA GAYA HIDLJP DENGAN

INTENSI MEMBELI TELEPON SELULAR PADA MAHASISWA telah

diujikan dalam Sidang Munaqasyah Fakultas Psikologi Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pad a tanggal 14 Agustus 2Q07. Skripsi ini

telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana

Psikologi

Jakarta, 14 Agustus 2007

Sidang Munaqasyah

\

Ketua Mer nblrnp Anggota

I

Penguji I

Drni•dhfah Soral

g•.

M SI

NIP. 150 215 283

Pembimbing I

Ors.

sセセNpウゥNt@

Anggota

Sekretaris Merangkap Anggota

Penguji II

セカ@

Ors. Sofiandy Zakaria, M.Psi.T

ーセ@

(4)

"Dan janganlah kamu

「・イャセ「ゥィMャ・「ゥィ。ョL@

Sesungguhnya

Allah tidak 111enyukai orang-orang yang

berlebih-lebihan."

(Q.S., An'a111,

6:14)

"Tidak semua keinginan dapat terwujud, akan tetapi

keinginan dapat diwujudkan dengan kerja keras,

optimis dan berpikir positif."

(5)

(C) Fatimah Safira

(B) Juli 2017

(D) Hubungan Antara Gaya Hidup Dengan lntensi Membeli felepon Se:ular Pad& Mahasiswa

(E) xvi+

87

halaman

(F) gaya hidup merupakan cara hidup atau pola seseorang dalani menjalani kehidupannya, yang dapat dilihat dari bagaimar1a seseorang

mengalokasi uang dan waktunya yang diwujudkan daiam tin;ikah lnku seseorang, seperti kegiatan, minat, cJan opini. Se..-.entar a ;:ierilaku membeli sebagai salah satu pengguaan uang telah bergesor イョ。ォョセQN@

bukan sekedar untuk memenuhi kebutuhan tapi juga untuk tampil memuaskan sesuai dengan gaya hidupnya. Pembelian telepon selular pada mahasiswa merupakan salah satu usaha untuk tampil memuaskan sesuai gaya hidupnya. Dalam penelitian ini dibahas dalam konsep intensi yaitu pandangan subjektif seseorang mengenai kemungkinannya menampilkan suatu tingkah laku, termasuk tingkah laku membeli telepon selular.

Penelitian ini bertujuan untuk menemukan adanya hubungan yang signifikan antara gaya hidup dengan intensi membeli telepon selular pada mahasiswa Fakultas Dakwah dan komunikasi Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam dan Jurusan Jurnalistik.

Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kuantitatif dengan metode penelitian korelasional. Penelitian dilaksanakan di F akultas Dakwah dan Komunikasi Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam dan

Jurusan Jurnalistik dengan jurnlah sampel sebanyak

80

orang yang

berstatus sebagai mahsiswa angkatan

2005-2006

dan

2006-2007.

Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah non probability sampling dengan metode accidental sampling. lnstrumen pengumpul data yang digunakan adalah skala likert. Telmik pengolahan dan analisa data dilakukan dengan analisa statistik dengan menggunakan program

SPSS

12.0,

uji validitas menggunakan korelasi Product Moment dari

Pearson, menguji reliabilitas instrumen dengan Alpha Cronbach dan uji hipotesis penelitian dengan korelasi Product Moment dari Pearson.

Jumlah item valid untuk skala gaya hidup sebanyak 32 item dan

15

item

yang tidak valid. Reliabilitas skala gaya hidup adalah

0.872.

Sedangkan

jumlah item valid untuk intensi membeli telepon selular sebanyak 38 ite1 n

(6)

hipotes_is yang diajukan, diperoleh hasil r hilung (0.526) > r tabel (0.220 &

0.286) artinya terdapat hubungan yang signifikan anlara gaya hidup dengan intensi membeli telepon selular pada mahasiswa.

(G) Bahan Bacaan: 33 (1975 -2007)

(7)

Assalamu'alalkum Wr. Wb

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SI.NT yang telah rnelimpahkan

rahrnat dan karunia-Nya setiap saat, sehingga penulis dapat menyeli.;saikan

skripsi yang berjudul "Hubungan Antara Gaya Hidup Dengan lntensi Membeli

Telepon Selular Pada Mahasiswa". Shalawat serta salam s"!moga tetap

terlimpah atas Nabi Besar Muhammad SAW, yang telal 1 r ienjadi su;·i

tauladan terbaik bagi umat manusia, kepada keluarganya, para sahal •at.1ya

dan para pengikutnya hingga akhir zaman.

Penulisan skripsi ini ditujukan sebagai syarat kelulusan mendapa1kan gelar

Sarjana Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. D;:ilam skr!psi yang

berjudul" Hubungan antara gay::i hidup dengan intensi membE'li telepon

selular pada mahaniswa", sasaran penelitian ditujukan unt•JV. mernahami

perilaku individu kaitannya dengan psikologi perilaku konsumen dan psikologi

ekonorni. Konsep yang penting dalarn perilaku konsurnen adalah bahv1a

konsumen rnempengaruhi lingkungan, seperti lingkungan mempengaruhi

konsumen. Sebagai contoh pola pembelanjaan kons•Jmen dapat

mempengaruhi ekonomi. Bidang perilaku konsumen menfokuskan pada

bagaimana lingkungar, demografis (usia, jenis kelamin, pendapatan,

pendidikan, geografis dan etnis), budaya, kelompok dan psikologis

mempengaruhi pola knnsumsi rlan intensi atau keinginan konsumen untuk

membeli sesuatu, sepe1ti halnya keinginan membeli telepon selular.

Penulis menyadari bahwa terselesaikannya skripsi ini tidak terlepas dari

bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, perkenankanlah penulis untuk

(8)

skripsi ini.

2. Bapak Sofiandy Zakaria, M.Psi.T . Pembimbing I yang selalu dapat

meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan dan pengarahan

kepada pe.nulis, sehingga penulis dapat rnenyelesaikan tugas skripsi ini.

3. lbu Yunita Faela Nisa, M.Psi, Pembimbing II yang senantiasa

memberikan bimbingan, saran, dan motivc>si dalam penyusunan si<ripsi ini.

4. Para Dosen Fakultas Psil<.ologi UIN Syarif Hidayatullah yang dengan

penuh kesabaran dan keikhiasan memberikan ilmu kcpada ka,n1.

5. Seluruh mahsiswa fakultas Dakwah Komunikasi jオセオ\^。ョ@ KPI

(Komunikasi Penyiaran Islam) dan Jurusan Jurnalistik UIN Jakart'l yang

tidak bisa saya sebutkan namanya satu persatu alas bantuan serta

kesediaannya mengisi angket tryout dan nngket penclitia'l yang cukup

banyak jumlahnya di sela-sela kesibukan melaksanakan rutir,itas

perku!iahannya.

6. Kedua orang tua penulis, babah dan mama tercinta y;;ing t<1k kenal lelah

berjuang dan bcrl<0rban untuk memberikan yang ierbaik kEJpada µenulis.

Setiap untaian doa yang beliau panjatkan merupakan sumber kekuatan

bagi ananda untuk menjalani hidup dan mencapai masa depan. Untuk

Mila dan Ima, semoga cita-cita kalian bisa tercapai dan selalu

mendapatkan yang terbaik dalam hidup.

7. Teman-teman Psikologi angkatan 2003, khususnya teman-teman kelas

A, yang selalu me111berikan kebersamaan, tawa canda yang selalu

berbekas dihatiku dan akan selalu kurindukan.

8. Teruntuk sahabat tmbaik, Ami, Ila, /\yu, Lita, Alq, /\yu Karlina, Leni, Ira,

Dani, Rezty, Vi2, Di:in, Ira Kumiawati, Jowya, Yoga, Ari, Vvulan, lnayah,

Fanny, Nia dan Yoori yang selalu berbagi dalam suka dan duka, yang

(9)

Penulis berharap skripsi ini bisa memberikan manfaat bagi diri penulis dan

para pembaca.

Jakarta,Agustus 2007 .

(10)

HALAMAN JUDUL

HALAMAN PERSETUJUAN

HALAMAN PENGESAHAN

MOTTO ... . I

v

ABSTRAKSI . ... .... ... . . ... .... .... .. . . .... . . .. . . v

KAT A PEN GANT AR ... ... ... .. .. .. .... .. .. .. . . .. . .. . v11

DAFT AR ISi ...

x

DAFT AR T ABEL .. .. ... .... ... .. .. . . . .. . . ... . XIV DAFT AR GAMBAR .. .. .. .... .. .. .. .. .. ... . .. .. .. .. .... ... .. . .. .. . . xv

DAFT AR LAMPI RAN ... .... . . ... .... . .. . .. . . .... . . .. . ... .. .. .. .. . . ... . . .. . . xvi

BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah .. .. .. .. .. .... .. .. .. .. .... .. ... .. . .. .. .. .. .. . . .. .. 1

1.2. ldentifil<asi Masai ah .. .. . .. .. ... .... .. .. . .. . .. .. .. .. .. .. .. .. .. . .. .. . 9

1.3. Pernbatasan dan Perurnusan Masalah Penelitian .. 9

1.3.1 Pernbatasan Masnlcih Penelitian ... ... 9

1.3.2 Pr:>rurnusan Masalah Penelitian ... 10

1.4. Tujuan dan Manfaat Penelitian .... ... .... .. .... .. .. .. .. .. .. .... .. .. .. ·: ·1

1.4.1 Tujuan Teoritis dan Praktis ... ... 11

1.4.2 Manfaat Teoritis ... ... 11

1.4.3. Manfaat Praktis ... ... 11

1.5. Sisternatika Penulisan ... ... .... .. .. .. . .. .... .. .... ... 12

(11)

2.1.1.

Definisi lntensi membeli ... ...

13

2.1.2.

komponen-komponen lntensi ... ...

15

2.2.

Gaya hidup (Lifestyle)...

21

2.2.1.

Definisi Gaya Hidup ... ... ... ... .. ..

21

2.2.2.

Pengukuran Gaya Hid up ... ... ... ... 24

2.3.

Telepon Selular... ... ... ..

32

2.4.

Kerangka Berpikir ... .... . ... .. .. . ... .. .. . . ..

35

2.5. Hipotesis ... .... ... .... ... . .... . .. .. . . ... .. . . . ... . . .. .. . 37

BAB 3 : METODOLOGI PENELITIAN

3.1.

Jenis Penelitian ... ...

38

3.1.1.

Pendel<atan Penelitian ... .

38

3.1.2

Metode Penelitian . ... . .. .. . . ... . . .. .. . .

38

3.2.

Variabel Penelitian... ... .. .... ... . .. . . .. . . . 39

. 3.2.1.

Definisi Operasional Variabel ... . . 40

3.3.

Pengambilan Sampel ... .. .. .. . . ... .. . .. .. . .. . . 40

3.3.1.

Populasi .... .... .... ... ... .. .. . .... .. .. .. . .. . . .. . . . .. . . 40

3.3.2.

Sampel Teknik Pengambilari Sampel F8nelitian... 42

3.4.

Pengumpulan Data... 43

3.4.1.

Metode Pe11gumpulan Data . . . .. . . ... . . .. .. .... . . 43

3.4.2.

lnstrumen Pengumpulan Data ... ... ... "4

3.5.

Hasil Uji lnstrumen Penelitian ... ... .... 50

3.5.1

Hasil UJi Coba lnstrumen Gaya Hidup 50
(12)

3.6. Tek.nik Analisa Data dan Uji Hipotesis ... 53

3. 7. Prosedur Penelitian . ... ... .. . . .. . . ... ... . . 56

BAB 4 : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Sampel ... . 57

4.2. Uji Pemyaratan ... 63

4.2.1 Uji Normalitas... ... 63

4.2.2 Jji Homc;ienitas... ... 66

4.3. Hasil Utama Penelitian atau Uji Hipotesis... 67

4.3.1. Uji Korelasi Antara Gaya Hidup Dengen lntensi Membeli Telepon Seluiar ... ... 67

4.4. Hasil Tambahan ... ... .. ... ... 69

4.4.1. Uji Pe:rbedaan ... ... ... 69

4.4.1.1. Uji Perbedaan Gaya Hidup Dilihat Berdasarkan Jurusan Sampel .. . .. . . . .. . . ... . . 69

4.4.1.2. Uji Perbedaan lntensi Membeli Telepon Selular Dilihat Berdasarkan Jurusan Sampel 71 4.4.2. Uji Regresi Berganda ... 73

(13)

5.2.

Diskusi ... ... ...

79

5.3.

Saran ... ... .... . . . .. .. ... ... . . ... . . 82

DAFTAR PUSTAKA ... 83

(14)

Tabel 2.2

Tabet 3.1

Tabel 3.2

Tabet 3.3

Tabel 3.4

Tabet 4.1

Tabet 4.2

Tabet 4.3

Tabel 4.4

Dimensi Gaya Hidup AIO ... ..

Blue Print Skala Gaya H ldup ... .

Blue Print Skala lntensi Membeli Te!epon Selular ... .

Blue Print Revisi lnstrumen Gaya Hidup ... .

Blue Print Revisi lnstrumen lntensi Membeli Telepon Selular ... ..

Kategori Sampel Berdasarkan Jen is Kelamin ... ..

Kategori Sampel Berdasarkan Merek Telepon Selular ... .

Kategori Sampel Berdasarkan Uang Saku ... .

Kategori Sampel Berdasarkan Alasan Membeli Telepon Selular .. .

Tabel 4.5 Kategori Sampel Berdasarkan Alokasi Dana Untuk Membeli Telepon

31 45 49 51 52 57 58 59 60

Selular ... ... 61

Tabet 4.6 Kategori Sampel Berdasarkan Media atau Kelornpok Rujul\an ... f:2

Tabel 4. 7 Uji Homogenitas .... .. ... .. ... .. ... . .. ... .... . .. .. .. . .. .. . .. .. .. . . .. . . .. . . .. . . .. . .. . 67

Tabel4.8

Tabet 4.9

Uji Korelasi ... ..

Tingkat Gaya Hid up Respond en ... .

Tabel 4.10 .Uji Seda Gaya Hidup Berdasarkan Jurusan ... .

Tabel 4.11 Tingkat lntensi Membeli Telepon Selular Responden ... ..

Tabel 4.12 Uji Beda lntensi rnembeli telepon selular Berdasarkan Jurusan .. .

Tabet 4.13 Korelasi Antar Aspek-aspek Gaya Hidup Dengan lntensi Membeli 68

69

70

71

72

Telepon Selular . .. .... .. .. . . ... .. .. . . .. .. . .. .. .. . . .. . . . .. .. .. . . .. .. . . . .. .. .. . . . .. .. . .. 7 4

Tabet 4.14 Model Summary Regresi Berganda Aspek-aspek Gaya Hidup Dengan

lntensi Membeli Telepon Selular... 75

Tabel 4.15 Analisis Varian (ANOVA) Regresi Berganda... 75

[image:14.595.32.436.158.641.2]
(15)

Gambar 2.1 Skema Hubungan Sikap Dan Perilaku Menurut Teori Planned Behavior

Ajzen ... 21

Gambar 2.2 Hubungan Gaya Hidup Dengan lntensi Membeli Telepon Selular... 37

Gambar 4.1 • Q-Q Plot Uji Normalitas Gaya Hidup ... ... .... ... ... 65

[image:15.595.55.433.154.503.2]
(16)

Lampiran 1 : Data mentah sampel hasil pengukuran skala gaya hidup.

Lampiran 2 : Data mentah sampel hasil pengukuran akala intensi mernbeli

telepon selular.

Lampiran 3 . : Data sampel hasil pengukuran skala gaya hidup.

Lampiran 4 : Data sampel hasil pengukuran skal<1 intensi membeli telcpon

selular.

Lampiran 5 : Uji validitas dan reliabilitas skala gaya hidup.

Lampiran

e :

Uji validitas dan reliabilitas skala intensi membeli telepon

selular.

Lampiran 7 : Uji normalitas skala gaya hidup dan skala intensi rnembeli

telepon selular.

Lampiran 8 : uji homogenitas.

Lampiran 9 : Uji korelasi.

(17)

PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang Masalah

Seiring berkembangnya peradaban, informasi yang 、ゥ「オセlZィォRョ@ oleh rnanusia

semakin kompleks dan instan. Adapun inforrnasi kornpleks rnakscJdnya yaitu

semakin beragamnya jenis informasi yang dibutuhkci11 dari in;orrnasi yang

bersifat hiburan sampai yang berisi hal-hal serius. Selain kor.1plei<c., sekarang

ini orang-orang cenderung membutuhkan inforrnasi yang instan. yakni

langsung menerima begitu saja inforrnasi-informasi dari berbagai macam

media tanpa melakukan pengecekan tentang kebenaran informasi tersebut.

Teknologi informasi dt·ngan berbagai kemampuan telah banyak membantu

manusia mendapatkan informasi dengan lebih cepat. Berbagai macam media

dan alat komunikasi teln'1 dibuat dan dikembangkan unt.uk memenuhi

kebutuhan manusia yang kompleks dan instan tersebut di atas. Salah

satunya adalah telepon selular atau ponsel.

Saal ini perkembangan telepon selular semakin pesat seiring kebutuhan

masyarakat yang semakin meningka!. Berbagai macam produk telepon

(18)

aksesoris, dan fungsi tampak semakin gencar ditawarkan pada konsumen.

Sebagian masyarakat telah mengkonsumsi atau menggunal<an produk

telepon selular ini.

Menurut perkiraan jumlah pengguna telepon selular di Indonesia sepanjang

2005 silam sudah mencapai 45 juta orang, jika pengguna di dunia ada 1,5

miliar orang. Sedangkan di tahun 2006 diperkirakan ada 59 juta orang dan

2007 ada 73 juta orang sedangkan pengguna di dunia ada 2 miliar orang

(Sanjaya, 2007).

Adapun telepon sel1Jlar yang menduduki peringkat pertama dalam

penguasaan ponsel di Indonesia dipegang oleh Nokia, disusul oleh Sony

Ericsson diposisi kedua serta Siemens, Samsung, Mctorolla. dan LG

Electronics diposisi selanjutnya (S<.njaya, 2007). Nokia a<ialal1 salah satu

perusahaan yang gencar untuk melakukan pembaharuan untuk menarik

perhatian para konsumennya. Telepon selular Nokia merupakan merek yang

cukui:i lama berada di Indonesia. Hadir sejak tahun 1986, Nokia tidak l1anya

menjual telepon selular saja, tetapi juga mengembangkan jaringar. yang

bernama Nokia Telecommunication sebagai infra struk\u1 pe11dul1ur.g telepon

selular Nokia itu sendiri. Bahkan setelah era radio panggil ;p 'lger) mulai surut

pamor Nokia di tahun 1998, Nokia menggebrnk pasar teiepo11 selular

(19)

fenomena "ponsel sejuta umat". Hampir seluruh lapisa11 pengguna telepon

selular memakainya. Selain itu Nokia merupakan pionir dari produk telepon

selular yang casingnya dapat diganti-ganti sehingga berkesan trendi. Hingga

sekarang, Nokia telah mengeluarkan seri ponsel terbaru setiap 3 bulan sekali

dan selalu mendapatkan sambutan dari konsumen (N0kia mengeluarkan

ponsel setiap tiga bulan sekali, 2006).

Sekarang ini, telepon selular sudah menjadi bagian yang tidar. terpi:::ahkan

dari kehidupan sebagian besar orang di Indonesia, teru\arna rii kct::i-kuta

besar. Sekarang dengan teknologi yang lebih canggih, telepon selular sudah

menjadi barang yang umum dimiliki oleh kalangan 0isnis, mat1asiswa, ibu

rumah tangga, pelajar SMU b::ihkan anak-anal< SD, kemudahan komunikasi

merupakan alasan utamanya.

Namun demikian, seiring dengan kemajuan teknologi telepon selular. kir;i

telepon selular tidak hanya berfungsi sebagai alat komunikasi suara s<:1ja l3pi

berkembang sebagai alat komunikasi visual baik berupa teks yang di kenal

sebagai SMS (short message service) dan berupa gambar yang dikenai

sebagai MMS (multimudia message service). Disamping menjadi alat

komunikasi suara dan visual, kini telepon selular juya dilengkapi dengan

fasilitas seperti radio, MP3, Internet, Video Game, Kamera Digital, dan

(20)

berkomunikasi saja akan tetapi juga untuk fungsi lainnya. Telepon selular kini

telah menjadi bagian kehidupan sehari-hari, dahulu saat mengisi waktu luang

atau mengisi watu menunggu, orang lebih memilih untuk membaca atau

mengobrol tetapi sekarang dapat dilihat orang lebih suka memainkan games

yang ada didalam telepon selularnya atau sibuk mengirimkan SMS. Selain

itu, telepon selular pun telah menjadi bagian dari penampilan diri karena

salah satu faktor yang membuat orang menyukai teleron selular ad<ilah

desain kemasannya yang dapat disesuaikan dengan keingimrn pemiliknya.

Berganti-ganti telepon selular sudah menjadi hal yang oiasa saja karena

produk-produk yang ditawarkan memilil;i keunikan dan kew1ggulan yang

berbeda-becia. Dalam hitungan bulan, berbagai produsen telepon 3&1ular pun

berlomba-lomba meluncurkan produk terbarunya ke ー。セ。Z。ョN@

BerrnJcam-macam merek dan tipe telepon selular berteknologi terban; cengan fasilitas

yang lebih lengkap seperti Kamera Digital, MMS, lnterne1, Vicieo Streaming,

Radio, Kapasitas memori internal yang mencapai 5 M8 (sekitar 5000 Kb),

layar berwarna (65000 warna) dan fasilitas lainnya, siap ur,tuk dikon:"umsi

oleh konsumen.

Gencarnya penawaran berbagai macam telepon selular dari produsen

menimbulkan fenomena menarik pada konsumen pengguna telepon selular.

(21)

selular keluaran terbaru walaupun telepon selular yang ia miliki baru berusia

tiga bulan. Disisi lain, ada juga pengguna telepon selular yan[l suctat1 cukup

puas dengan telepon felular yang dimilikinya kmena sudah memenuhi

kebutuhannya dalam berkomunikasi walaupun secara firrnnsial ia rnampu

untuk membeli telepon selular baru.

Contoh fenomenanya, seorang profesional muda mengatakan bahwa ia akari

berusaha mengikuli perkembangan telepon selular yang ada. la berkata:

"selain asik, saya juga tidak mau dianggap gaptek". Seorang rekannya

beranggapan bahwa telepon selul;:ir yang dimilikinya sejak 2 tahun yang lalu

masih dianggapnya tetap relevan. la berkata: "Yang penting bisa dipakei

untuk telepon dan mengirim SMS". Bukan masalah ekonomi hingga ia tidak

mau mengganti telepon selularnya dengan yang baru tetapi ia merasa

kebutuhannya akan telepon selular sudah terpenuh;.

Jadi, apakah semua teknologi maju yang melengkapi telepon selular itu

memang dibutuhkan oleh konsumen? Pada kenyataa1inya dapat ctiamati

bahwa masih banyak pemilik telepon selular masih memanfaatkannya untuk

berkomunikasi saja, dan kalaupun ada yang membeli telepon selular dengan

fasilitas yang lebih lengkap dan canggih, umumnya mereka hanya me11gik11ti

(22)

Fenomena yang serupa juga terjadi pada kalangan mahasiswa. Ada

kelompok mahasiswa yang sering mengganti telepon selLllarnya untuk

mengikuti tren<;I dan ada pula kelompok mahasiswa yang tet<tp t'etia dengan

telepon selular yang telah ia miliki bertahun-tahun. Dari wawancma antara

penu1is dengan beberapa mahasiswa Fakultas Dakwah dan Kornunikasi, ada

sebagian besar mahasiswa membeli atau minta dibelil:an tAleprm selular

hanya untuk megikuti gaya hidup atau lifestyle, dan ada saL1h satu req)onclen

セQ。ョァ@ mengatakan bahwa dia membeli telepon selular setiap :iga bulan sekali,

ketika ditanya untuk aoa berganti-ganti telepo:i selular? f(esr;onden

menjawab agar dikatakan gaya atau gaul oleh teman-tcmannya.

Dari fenomena di alas saat ini mahasiswa membeli lclepon selular bul(an

karena faktor kebutuhan saja, akan tetapi faktor juga karena gaya hidup atau

lifestyle yang lebih m.:!nunujang mereka untuk membeii tolepon selular.

Namun demikian, walaupun secara finansi31 kelompok mahasiswa berbeda

dengan kelompok profesional muda yang telah memiliki penghasilan sendiri,

mahasiswa dipandang sebagai konsumen produk teknologi modern yang

tidak bisa dipandang sebelah mata. Meriurut Kasali (1998). rnahasiswa

merupakan kelompok transisi yang sangat potensial sebagai pasar sasaran

suatu produk terutama produk-produk yang menggunakan teknologi seperti

(23)

mahasiswa sebagai responden dengan penelitian yang terkait dengan

telepon selular ini.

Mahasiswa sebagai konsumen merupakan individu yang unik dengan

karakteristik yang berbeda-beda. Orang yang berasal dari kelas sosial,

pekerjai:m, dan subkultur yang sama dapat memiliki gaya hidup yang

berbeda. Gaya hidup merupakan pola seseorang dalom menjalani

kehidupannya yang diekspresikan melalui aktivitas, minat, dan

pendapat-pendapatnya tentang lingkungan sekitarnya (Kottler dalam Teguh dkk, 1987).

Gaya hidup dapat digolongkan ke dalam karakteristik-kara:<teristik latar

belakang konsumen yang mernpengaruhi konsumen dalam rnembeli produk.

Selain itu, aktivitas membeli konsumen juga dipengaruhi oleh proses-proses

behavioral yang merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mengidentifikasi

pemikiran dan perasan serta perencanaan untuk membeli su<:Jtu produk.

Proses-proses behavioral ini terdiri dari motivasi, persepsi, bfllajar,

pembentukan sikap, dan pengambilan keputusan.

Aktiv:tas membeli yang dilakukan konsumen memang ュ・イオー。セ。ョ@ hal ;ang

kompleks karena melibatkan kegiatan mental dan fisik D'llarn memL>eli suatu

produk seseorang perlu terlebih dahulu mengidentifikasi <JP"! セ・「オエオィ。ョョケ。L@

(24)

produk-produk apa saja yang dapat memenuhi dan memuaskan kebutuhannya.

Setelah itu, baru dilakukan kegiatan menilai, mencari, membeli, dan rnemakai

produk yang dibutuhkan tersebut. Jadi disini dapat dif'.at2kan bal1wa untuk

mewujudkan.suatu aktivitas membeli perlu adanya kemawm yc;nq kuat atau

pandangan subjektif seseorang untuk melakukannya. Menurut Fishbein I'"

/\jzen

(1975),

a person's subjective probability that he will perform some

behavior, maksudnya adalah intensi merupakan pandangan subjcktif

seseorang mengenai kemungkinannya menampilkan suatu tingkah laku,

termasuk tingkah laku membeli, dapat dijelaskan mclalui konsep intensi.

lntensi dalam diri seseorang menggambarkan aspek motivas!onal yang

mempunyai dampak trnhadap t;ngkah lakunya. lntensi menunjukkan

seberapa kuat seseorang bersedia untuk mencoba dan seberapa jauh ia

bersedia untuk melakukannya. Jika perilaku ini berada dibawah kendali

kemauan, maka usaha orang tersebut akan terwujud sebagai aksi.

Walaupun intensi tidak secara langsung dimasukkan sebagai salah satu daii

proses-proses behavioral, berdasarkan penjelasan diatas sebenarnya intensi

dapat digolongkan ke dalam pros&s-proses behavioral, karena di dalam

intensi terkandung adanya aspek motivasional, pembentukan sikap dan

berpengaruh dalam pengambilan keputusan untuk membeli suatu produk.

(25)

satu dari proses-proses behavioral yang melandasi te1jadinya aktivitas

membeli.

Berdasarkan fenomena yang terjadi pada konsumen telepon selular dalam

mengkonsumsi produk telepon selular yang telah dijelaskan sebelumnya,

peneliti karenanya merasa tertarik untuk meneliti "Hubungan Antara Gaya

Hidup Dengan intensi Membeli Telepon Selular pada Mahasiswa''.

1.2 ldentifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas, maka

masalah yang dapat diidentifikasi dalam penelitian ini adalal1; beragamnya

alasc.n seseorang dalam membeli telepon selular, tidak saja karena ai3san

kegunaannya melainkan juga karena alasan gaya hid up.

1.3 Pembatasan dan Perumusan Masalah Penditian

1.3.1 Pembatasan masaiah penelitian

Untuk menghindari meluasnya dan lebih terarahnya pe:nelitian me'lgenai

gaya hidup dengan intensi membeli telepon sel•Jlar pada mahasiswa. periu

dilakukan pembatasan masalah. Masalah penelitian ir.i dibatasi sebagai

(26)

1.

Gaya hidup adalal1 cara hidup atau pola seseorang d<llam menggunakan

waktu dan uangnya dalam bentuk aklivi!as (Activity), minat (lntewst), dan

opini (Opinion) yang menggambarkan interasksi seseorang dengan

lingkungannya.

2. lntensi adalah kem•.i.1gkinan subjektif seseorang uniuk memunculkar1

tingkah laku tertentu セ・ー・イエゥ@ membeli telepon selular. lntensi terdiri tiga

komponen yaitu sikap, norma subjektif, dan PBC.

3. Telepon selular adalah salah satu jenis alat komunikasi tanpa

menggunakan kabel dan menggunakan sinyal radio yang dii<irim dari sat1J

stasiun pemancar ke stasiun penerima.

4. Mahasiswa yang diteliti adalah mahasiswa Fakultas Dakwah dan

Komunikasi UIN Syarif Hidayat111'ah Jurusan Komunikasi Penyiaran lslarn

dan Jurusan Jurnalistik.

1.3.2

Perumusan masalah penelitian

Permasalahan yang diteliti dirumuskan dalam perta:iyaan sebagai berikut:

1.

Apakah terdapat hubungan yang signifikan antara gaya hidup denga;i

intensi membeli telepon selular?

2. Bagaimana gambaran gaya hidup dan intensi merr.beli telepon selular

pada mahasiswa?

3. Aspek gaya hidup apakah yang paling berperan signifikan dalam

(27)

3. Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat dijadikan masukan b<1gi

konsumen dalam mengelola perilaku konsumtif.

1.5

Sistematika Penulisan

Bab

1

Pendahuluan

Meliputi Latar Belakang Masalah, ldentifikasi fv1asalah, Batasan dan

Rumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, dan Sistematika

Penulisan.

Bab 2 Kajian Pustaka

Membahas mengenai Definisi lntensi membeli, Teori lntensi, Definisi

Gaya Hidup, Pengukuran Gaya Hidup, Definisi Telepon

Selular,Kerangka Berpikir serta Hipotesa.

Bab 3 Metodologi penelitian

Meliputi Pendekatan Penelitian, Metode Penelitian,VaribPI Per.elitian,

Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel, Toknik

Pengumpulan Data dan Metode Pengolanan Data.

Bab 4 Hasil Penelitian

Meliputi Gambaran Umum Subjek, Deskripsi Data, dan Hasil Analisis

Data Penelitian.

Bab 5 Penutup

(28)

2.1

lntensi Membeli

2.1.1 Definisi intensi

Perilaku konsumen merupakan perilaku yang merujuk pada proses

pengambilan keputusan dan kegiatan yang terlibat dalam menilai, mencari,

membeli dan memakai suatu barang atau jasa. Jadi disini t;;;mpal< bahwa

peril11ku konsumen tidak terbatas pada perilaku yang nyata saja tetapi juga

mencakup kegiatan mental. Perhatian para ahli di bidang peri;aku kcnsurnen

terutama tertuju pada proses pengambilan keputusan unt'..lk r.1ern0eli.

Pengambilan keputusan untuk membeli suatu produk belurn terlaksm1a

karena banyak faktor baik dari luar maupun dari dalam diri kcnsumen. Oleh

karena itu, para ahli umumnya cukup puas jika dapat rnenggunakan intensi

seseorang untuk membeli suatu produk sebagai variabel ォセゥエ・イゥ。@

(Brotoharsojo, 1993).

Sarwono (1999) yang mengutip dari Fishbein

&

Ajzen menyatakan intensi

diartikan niat, seperti yang dia katakan : "Setiap perilaku yang bebas, yang

ditentukan oleh kemampuan sendiri selalu didahului oleh niat (intensi)".

(29)

dapat dibedakan dari proses-proses psikologis yang mencakup referensi ats.u

kaitannya dengan satu objek. Sementara menurut Fishbein dan Ajzen (1976),

mendefinisikan intensi sebagai: "a Person's location on a subjective

probability dimension involving a relation between and some action. A

behavioral intention, therefore, refer to person

·s

subjective probability that he

will perform some behavior". Definisi ini menerangkan bahwa intensi

didefinisikan sebaai posisi seseorang dalam dimensi probabalitas subjektif

yang melibatkan suatu hubungan antara dirinya dengan beberapa tindakan.

Oleh karena itu intensi merupakan pandangan subjeklif seseorang mengenai

kemungkinannya menampilkan suatu tingkah laku.

Sedangkan Eagly dan Chaiken (1993) mendefinisikan intensi sebagai

konstruk yang berbeda dengan sikap yang mewakili motivasi seseorang

dalam berusaha menampilkan suatu tingkah laku. Ajzen (1998)

mengemukakan bahwa intensi memiliki hubungan yang sangat tinggi dengan

tindakan yang sepercuhnya dikehendaki oleh pelakunya (Volitional Action)

Fishbein dan Ajzen (1975) menyatakan bahwa intensi memiliki derajat

spesifikasi yang bervariasi. lntensi terdiri dari 4 elemen, yaitu:

I. Tingkah laku

2. Objek target yang mengarahkan tingkah laku

(30)

4. Waktu saat ditampilkannya tingkah laku

Dari definisi-definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa intens1 merupakan

suatu konstruk yang mengacu pada pandangan subjektif sesP.orang

mengenai kemungkinan ia rnenampilkan tingkal1 laku, dan di dalamny<i

tercakup faktor-faktor motivasional yang merupakan indikasi dari sebFlrepa

kerasnya usaha yang dilakukan dan seberapa banyak usaha :;ang digunakan

orang yang bersangkutan dalam rangka menampilkan tingkah laku. selama

tingkah laku yang ditampilkan adalah tingkah laku yang sepenuhnya

dikehendaki oleh pelakunya. Maka ekspresi intensi akan menr;::hasilkan

prediksi yang akurat terhadap tingkah laku orang tersebut (Ajzen da!am

Sarwono, 1999).

lntensi dapat digunakan untuk mengetahui berbagai kecenderungan

bertingkah laku, termasuk kecenderungan tingkah laku untul< membeli

telepon selular, dengan menggunakan pendekatan teori planned behavior.

2.1.2

Komponen-komponen intensi

Komponen-komponen lntensi anatar lain berupa sikap, norma subjektif dan

pereceived behaviroal control oleh Ajzen (1988) dinamakan Theory of

(31)

terhdap tingkah laku dan norma subjektif, yaitu perceived behavioral control

(PBC).

Jadi dalam perkembangan teori Ajzen(1988), mengemukakan bahwa intensi

dipengaruhi oleh tiga faktor penentu, yaitu:

a) Si:<ap terhadap tingkah laku tertentu (attitude toward behavior).

Fishbein" dan Ajzen (1975) rnendefinisikan sikap adalah:

" ... a person's location on a bipolar evaluative or affective dimension with

respect to some nbject, action or event. An attitude represent a person· s

general feeling ol' favorableness or unfavorableness toward some stimulus

object"

Sikap merupakan posisi seseorang dalam dimensi evaluasi yang sifatnya

bipolar yang berkaitan dengan objek, tingkah laku atau kejadian. Sikap

menunjukkan perasaan individu yang positif atau negatif terhadap suatu

objek. Sebagai contoh, seseorang akan terlebih dahulu mengevaluasi

konsekuensi positif dan negatif yang akan timbul apabi!a ia membeli

tslepon selular. Setelah mengevaluasinya, ia akan memiliki sikap yang

favorable atau unfavorahle terlladap tingkah laku membeli lelepon selular.

Dari penjelasan ini dapat disimpulkan bahwa individu atau seseoranq

(32)

ketika ia mengevaluasi bahwa tingkah laku terso::but positif (sikap

favorable).

Menurut Fishbein

&

Ajzen (1980), sikap merupakirn fungsi dari

sekumpulan belief. Belief yang mendasari seseorang terhadap \ingkah

laku tersebut sebagai behavior belief. Sebagai contol1. seseorang

mempunyai beliefkalau ia membeli telepon selular maka i<J akan

membuat teman dan keluarganya senang dan dapat berkomunikasi setiap

hari dimi:mapun da.1 kapanpun dengan teman dan kelua;ganya. Orang

yang mempunyai behavior beliefs seperti ini tentunya juga akan

mempunyai evaluas' yang positif terhadap tingkah laku membeli telepon

selular.

b) Norma subjektif (subjective norm)

Norma subjektif marupakan persepsi seseorang boihwa kebanyakan

orang, yang penting bai dirinya berfikir agar ia seharusnya atau tidak

seharusnya melakukan tingkah laku tertentu (Fishbein & Ajzen dalam

Anshori, 2006)

Norma subjektif sangat dipengaruhi oleh faktor lingkungan atau peng<>ruh

sosial yang merupakan persepsi seseorang terhdap tekanan sosial untuk

(33)

ウ・ウ・」イ。セァ@ berpikir bahwa orang-orang yang dekat dengannya juga

mempunyai pikiran bahwa ia seharusnya membeli atau tidal< membeli

telepon selular.

Disamping itu, terbentuknya norma sbjektif didasari oleh belief normative

(normative belief) yang berhubungan harapan dan keinginan orang

tentang tingkah laku yang seharusnya dilakukan dan yang tidak

seharusnya dilakukan (Ajzen dalam Anshori,

2006).

Jadi apabila

sese.orang yakin bahwa tingkah lakunya adalah harapan dan keinginan

yang seharusnya dilal<Ukan, maka orang tersebut cenderung terdorong

untuk melakukan tingkah laku itu. Sebaliknya bila ,;eseorang yakin bahwa

tingkah lakunya bukan harapan dan keinginan yang seharusnya

dilakukan, maka orang tersebut cenderung akan menghindari tingk'3h

laku. Tetapi dalam kenyataannya seseorang bias saja tiaa;< memenuhi

harapan orang tersebut. Sebagai contoh, seseorang yakir. orar.g-orang

terdekatnya juga berpikir bahwa ia seharusnya membeli l':llepon selulcir

maka ia akan semakin mungkin membeli telepon selular.

Motivation to comply merupakan motivas1 ウ・ウ・ッイセョァ@ untuk rnenyikuti

harapan individu atau kelompok acuan. Belief-belief norffiative dan

motivation to comply akan membentuk norma subjektif (fishbein & Aj2en,

(34)

c) Perceived behavior control (PBC)

Ajzen (dalam Azwar, 2005) mendefinisikan PBC sebagai derajat

kemudahan atau kE,sulitan yang dipersepsikan untuk melakukan suatu

tingkah laku dan hal tersebut diasumsikan mencerminkan pengalaman

masa lampau. Ajzen (dalam Azwar, 2005) menambahkan sebagai aturan

umum, semakin favorable dan norma subjektif terhadap suatu tingkah

laku dan semakin besar PBC, akan semakin besar pulalah intensi

seseorang untuk menampilkan tingkah laku tersebut. Secara empiris

bahwa tingkah laku seseorang mendapat pengaruh kuat dari keyakinan

akan kemampuannya untuk melakukan tingkah laku itu.

Sedangi<an hubungan langsung antara tingkah laku diasumsikan

mencerminkan kontrol nyata yang dimilki individu untuk melakukan

tingkah laku (Ajzen dalam Sarwono, 1999). Hubungan langsung akan

signifikan jika :

1. Tingkah laku tersebut mempunyai aspek-aspek yang tidak

sepenuhnya berada dalam kontrol seseorang.

2. Persepsi terhadap kontrol tingkah laku akurat.

Ajzen (1988) menerangkan bahwa PBC terbentuk dari beliof yang disebut

control belief dan belief jenis ini sangat mempengaruhi intensi bahkan

(35)

memberikan contoh orang yang berniat menonton bioskop oisa tidak jadi

menonton karena hujan, tidak ada kendaraan, dan letak bioskop jauh dari

rumah.

Dalam penelitian ini seseorang mungkin mempunyai niat yang kuat untuk

membeli telepon selular, tetapi memiliki kendala-kendala yang

d:persepsikan oleh orang tersebut sahingga diapun mengurungkan

[image:35.595.27.436.126.583.2]

niatnya untuk mernbeli telepon selular.

Gambar 2.1

Hubungan sikap dan perilaku rnenurut Teori Plannod Behavior Ajzen

Behavio'al

Attitude beliefs and

outcome

.

toward the

evaluations behavior

Normative

Subjective Behavioral

beliefs and .

-motivation to norms intention

comply

Beliefs about Perceived

case difficulty behavioral

of control

-

. control

behavior

Sumber: Ajzen (1988), Attitude, personality and behavior. Bristol: Open University Press.

Dari bagan ini terliha\ bukan hanya sikap dan norma subjektif saja yang

mempengaruhi intensi tetapi kendala-kendala yang dipersepsikan (PBC)

(36)

2.2 Gaya Hidup (Lifestyle)

2.2.1 Definisi gaya hidup

Gaya hidup tilerupkan konsep yang populer untuk memahami perilaku

konsurnen. Adapun pengertian gaya hidup rnenurut Engel, Blackwell

&

Miniard (1995) adalah "Pattern in which people live and spend time and

money". Menurut Mowen (1998) juga rnernberikan dafinisi yang tidak jauh

berbeda dengan Engel, dkk (1995): "Life style denotes how people live, hoVt

they spend their money, and how they allocate their time ". Loudon

&

Bitt'3

(1993) rnenggarnbarkan gaya hidup sebagai : "a unique pattern of living

which influences and

is

reflected by one's consumption behavior".

Dari ketiga pengertian di atas dapat disirnpulkan bahwa gaya hidup

rnerupakan cara hid up atau pola seseorang dalarn rnenjalani kehidupa11nya,

yang dilihat dari bagairnana seseorang rnengalokasi uang dan waktunya yang

diwujudkan dalarn tingkah laku, seperti kegiatan, rninat, dan pendapatnya.

Secara sederhana, gaya hidup dapat diartikan dengan bagairnana seseorang

itu rnenjalani kehidupannya. Gaya hidup seseorang dapat dilihat dari

kegiatan-kegiatan yang dilakukannya (aktivitas), apa yang mereka anggap

penting dalarn lingkt!ngannya (rninat), dan apa yang rnereka pikirkan tentang

(37)

Hawkins, Best & Coney (1995) pembentukan gaya hidup se;;eorang

dipengaruhi oleh situasi-situasi yang pernah dijumpainya, kelas snsialnya,

kelompok sosialnya, keluarganya, dan ciri-ciri pribadinya.

Gaya hidup mempunyai dua peran bagi konsumen, yaitu sebagai pendorono

utama dan sebagai keinginan untuk mempertahankan atau l'T'eningkatkan

gaya hidupnya (Hawkins, dkk, 1995). Gaya hidup seseorang

mempengaruhinya dalam memenuhi kebutuhannya, sikap, dan perilaku

membelinya. Apabila seseorang sudah terbiasa dengan suatu produk

(telepon selular) yang sesuai dengan gaya hidupnya maka ia akan

menetapkan kriteria-kriteria yang akan dipakai dalam memilih produk (telepon

selular) yang akan dibnli agar tetap dapat mempertahankan atau

meningkatkan gaya hidupnya (Hawkins, dkk, 1995).

Gaya hidup konsumen ini dapat diukur melalui inventori AIO atau AIO

statements.

lnventori ini terdiri dari sejumlah pertanyaan tentang aktivitas,

minat dan opini (Hawkins, dkk, 1995). Konsep tersebut sejalan dengan Engel,

Blackwell dan Miniard yang mengatakan bahwa gaya hidup adalah suatu

konsep popular untuk memahami perilaku konsumen, gaya hidup

(38)

Studi tentang gaya hidup mempunyai tempat yang khusus dalam penelitian

pasar. Konsep gaya hidup dalam pemasaran diperkenalkan oleh William

Lazer pada tahun 1963. Konsep ini didefinisikan sebagai: "a systems

concept. It refers to a distinctive mode of living in its aggregate and broadest

sense" (Lazer dalam Susianto, 1993).

Dalam perkembangannya konsep ini dipakai untuk melakukan segmentasi

pasar. Di dalam kehidupannya manusia selalu melakukan sesuatu dengan

alasan yang berbeda. Oleh karena itu, pemasaran membutuhkan cara untuk

meng1dentifikasi perbedaan-perbedaan dan memecah populasi l<e dalam

beberapa sub kelompok yang lebih homogen. Usaha ini disebut segmentasi.

Mowen (1998), mengatakan segmen diidentifikasikan dengan

ュ・ョァ・ャッューッォセ。ョ@ konsumen berdasarkan kebutuhan dan keinginan yang

hampir sama.

Secara umum, ada dua pendekatan dalam segmen pasa1, yait11 berdasarkan

"produk" atau berdasarkan "orang". Dalam ウ・ァュ・ョセ。ウゥ@ bercasarkan p'oduk,

l<riteria pembeda yang digunakan berkaitan dengan ciri-ciri yJng ada pada

produk, seperti manfaat produk, musim penggur.aan produk, dan advertising

appeal. Sedangkan dalam segmentasi berdasarkan ornng, kriteria pembeda

yang digunakan berkaitan dengan ciri-ciri aspek demografis, ォ・ャ。セ@ susial, dan

(39)

karena dipercaya memberi gambaran yang lebih utuh ::Ian kaya ter1ta11g

be1bagai kelompok dalam populasi. Selain itu penelitian gayn hidup dapat

digunakan oleh para pengambil keputusan dalam bidang pemasaran untuk

lebih memahami konsumen dan menetapkfln kelompok yang mana yang

akan dijadikan "taget marketnya".

2.2.2 Pengukuran gaya hidup

Menurut Susianto (1993), gaya hidup tidak digunakan secara seragarn dalam

literatur dan literatur mengenai gaya hidup ini lebih banyak didominasi oleh

penelitian empiris daripada usaha untuk merumuskan suatu teori yang

komprehensif. Oleh karena itu, ia mengelompokkan studi-studi gaya hidup

berdasarkan pada dua dimensi yaitu dasar pembuatan tipologi dan tujuan

penggunaan tipologi gaya hidup. lsi dari setiap sel merupakan tiga

pendekatan yang umum dipakai dalam studi gaya hidup.

Tabel 2.1

Pengalompokkan studi tentang gaya hidup (Susianto,1993)

Pemahaman

Tujuan penggunaan

Peramalan

Dasar pembuatan

Dengan teori Tanpa ieori

Nas Dan V. D Sande

セQP@

(40)

1. Nas dan V.d Sande

Dalam pengertian mereka gaya hidup merujuk pada kerangka acuan yang

dipakai oleh seseorang dalam bertingkah laku. Dui; aspek yang

ditekankan adalah bahwa individu berusaha membuat seluruh aspek

h1dupnya berhubungan dalam suatu pola terlentu, dan mengatur strategi

bagaimana ia ingin dipersepsi olel1 orang lain (Susianto, 1893).

Menurut Nas dan Van Des Sande (dalam Susianto,1993), ada lima

dimensi yang biasa dipakai dalam mengukur gaya hidup. Dimensi-dimensi

tersebut adalah sebagai berikut :

a. Dimensi mo1fologis

Dimensi ini merujuk pada aspek lingkungan dan demograb:. Dari

dimensi ini ingin diketahui sejauh mana individu menggunakan kota

dan fasilitasnya dalam aktivita-aktivitas men;ka.

b. Dimensi hubungan sosial

Dimensi ini menggali pola hubungan sosial incividu. S'"berap3 luaskah

hubungan sosial individu.

c. Dimensi domain

Melalui dimensi domain ini diperoleh informasi rnengenai pola c.ktiv:tas

individu.

d. Dimensi makna

Dimensi ini 「・イセ。ゥエ。ョ@ erat dengan dimensi hubungan sosial. Dimensi

(41)

kegiatan-kegiatannya. Setiap individu mungkin mF.imiliki kegiatan yang sama,

tetapi dapat merrherikan makna yang berbeda pada l<egiatan tersebut.

e. Dimensi gaya

Dimensi ini merujuk pada aspek lahiriah dari gaya hidup tanpa

simbol-simbol yang digunakan dan nilai simbol-simboliknya yang diberil<an oleh

individu. Dimensi ini juga ingin melihat pentingnya gaya bagi individu.

Kekuatan konsep gaya hidup terletak pada fleksibilitas dari kelima

dimensi tersebut. Keunikan suatu gaya hidup ditentukan oleh

seberapa jauh salah satu dimensi mendominasi, atau kornbinasi

tertentu dari berbagai dimensi gaya hidup.

2. VALS

Values

and

lifestyles (VALS) dikembangkan oleh SRI (Survey Research

International) pada tahun 1978. istilah VALS merupakan gabungan dari

dua konsep, yaitu "nilai" dan "gaya hidup". Dalam hal ini nilai merupakan

seluruh aspek yang ada pada diri individu seperti kepercayaan, opini,

sikap, harapan, ketakutan, prasangka, kebutuhan, dorongan, dan lain-lain

yang secara bersama-sama mempengaruhi tingkah laku. Satu bentuk

nilai tersebut sangat kompleks, yang secara menyeluruh diekspresikan

(42)

Berbeda dengan Nas dan Van Des Sande, Mitchell tidak memberikan

uraian teoritis mengenai ko11sep gaya hidup, lebih terkesan menggunakan

gaya hidup sebagai sinonim dari tingkah laku. Dan mer11c.ng uraian

taoritisnya justru terletak pada keterkaitan pada sembilan tipe VALS

(Susianto,

1993).

3. AIO (Activities, Interest, and Opinion)

Kotler dalam Hendani

(1996)

menyebutkan bahwa gaya llidup me1ujuk

pada pola hidup manusia yang diekspresikan melalui aktivitas-dl<tivitas,

minat-minat dan pendapat-pendapatnya. Aktivitas, minat, dan pendapat

dari individu inilah yang dipandang sebagai terjemahan dari !wnsep gay::i

hidup dalam suatu istilah (term) yang dapat diukur (measurable). Ketiga

aspek pengul<Uran gaya hidup yang telah disebutkan diatas dikenal

dengan istilah psikografi. Psikografi adalah teknik utama yang digunakan

oleh peneliti ー・イゥャ。セZオ@ kor.sumen sebagai ukuran operasional gaya h:dup.

Menurut Engel

(1995):

"Psychographics is a term cften used interchangeably with AIO

statements to describe the activities, interest and opinions of consumers.

Some researchers use the A to stand for attitudes, but activities are better

(43)

Maksudnya adalah Selain psikografi ada AIO. AIO adalah istilah yang

dapat dipertukarkan dengan psikografi. Beberapa peneliti menggunakan

A

deng<1n

arti

Attitudes

(sikap), tetapi

activities

(kegiatan) merupakan

pengukuran gaya hidup yang lebih baik karena kegiatan mengukur apa

yang dilakukan orang.

Reynold:> & Darden (dalam Engel, Blackwell & Miniard, 1992 dalam

Budiyanto, 1994) memberikan gambaran tentang komponen AIO sebagai

berikut:

a. Aktivitas merupakan wujud dari aksi atau tindakan yang dilakukan

seseorang (dapat diobsarvasi) seperti belanja ke toko,

memberitahukan kepada tetangga tentang suatu produk baru, dan

tindakan lainnya.

b. Mina!

(interest)

merupakan derajat kesenangar yang mer.yertai

perhatian khusus dan berkelanjutan pada objek, kejadian. atau topik.

c. Opini merupakan jawaban lisan atau berupa tulisan yang diberikan

oleh seseorang terhadap stimulus berupa pertanyaan. Opin! ini

digunakan untuk menjelaskan interpretasi, harapan, dan evalua.>i

seperti beliefs atau keyak:nan mengenai intensi ornng lain da11

(44)

Berdasarkan pengertian dari Reynolds

&

Darden (dalam Engel, Blackwell

&

Miniard,

1992

dalam Budiyanto,

1994)

di alas maka

pernyataan-pernyataan dalam AIO statements terdiri dari :

1.

activity question yang menanyakan pada konsumen tentang apa yang

dilakukan, apa yang dibeli, dan bagaimana mereka mengisi waktu.

2. interest question yang fokusnya pada pilihan-pilihan dcin prioritas

konsumen.

3.

opini6n question yang menggali tentang pandangan l<0nsurr.en dan

perasaannya mengenai berbagai hal.

Peneliti psikografi fokus pada pengukuran aktivitas mencakup bagaimana

konsumen dan keluarganya menghabiskan waktu seperti pei<erjaan,

liburan, dan lain-lain. Ketertarikan (minat) merupakan rujuxan bagi

konsumen atau keluarganya untuk menjadi prioritas. Selanjutrwa o;:iini

mencakup apa yang konsumen rasakan tentang bermacam-macam

peristiwa atau isu, contoh politik, sosial, pendidikan dan masa depan.

Selain psikografi, pengukuran gaya hidup juga mP.libatkari pengukuran

demografi seperti usia, suku bangsa, pendidikan dan seb3vai11ya.

Demografi sendiri adalah suatu studi mengenai karakteristik populcis1

berhubungan dengan ukuran, pertumbuhan, kepadatan, distribusi rlan

(45)

perencanaan media. Meskipun studi demografi penting dalarn proses

perencanaan, mereka biasanya dianggap kepentingan nomor dua setelah

studi mengenai para konsumen atau pemakai produk, dalam kategori

tertentu (Surmanek dalam Hendani, 1996).

Pendekatan tentang studi-studi gaya hidup terdapat dua jenis AIO,

pertama AIO yang digunak<.n untuk tujuan pemahaman dan yang kedua

untuk tujuan peramalan. Penggunaan AIO untuk pemahaman didasari

keyakinan deskripsi konsumen pada sejumlah pernyataan akan

memberikan informasi tentang konsumen yang lebih kaya daripada

deskripsi _demografis saja. Sedangkan penggunaan AIO untuk peramalan

biasanya dilakukan dengan mengkorelasikan ratusan pemyataan AIO

dengan sejumlah perilaku konsumen (Susianto, 1993).

Sebelum kita membuat kita membuat pernyataan-pernyataan gaya hidup,

terlebih dahulu kita tentukan dimensi yang akan kita ukur dari gaya hidup

(46)
[image:46.595.28.431.156.468.2]

Tabel 2.2

Dimensi gaya hidup AIO (Susianto,1993)

Aktivitas Minat Opini Demografi

Kegiatan Keluarga Diri pribadi Usia

-

----·--·--·-·---Hobi Rumah lsu sosial Pe11didika11

MMMMMMMMᄋセMMセMMMMNMMMMᄋ@

Keadaan social Pekerjaan Politik Pendapatan

- -

- - - -

-

-··----·---·---.---·---MセM

Liburan Komunitas Bisnis Pekerjaan

-Hiburan Rekreasi Ekonomi ,Jumlah keluarga

-- - -

---····---·---Keanggotaan klub Mode Pendidikan Kehidupan kota

---

MMMMMMMMMMセMMMMᄋMセMMMMMM

---Komunitas Maka nan Prociuk Geugrafi

----

---·-··

Belanja Media Masa depan Luas kota

·-·--·-·-·-Olah raga Prestasi kebudayaan Riwayat hidup

_J___ ----

---·--Pernyataan-pernyataan dalam AIO ini dapat beruµa

µernyataan-pernyataan umum dan µernyataan-pernyataan-µernyataan-pernyataan yang spes1fik (lebih

berhubungan dengan produk-produk tertentu atau merek produk tertrrnt11)_

Penggunaan pernyataan-pernyataan AIO ini tergantunq pada tujuan clari

peneliti. Pernyataan-pernyataan yang spesifik digunakan untuk

mendapatkan informasi tentang apa yang konsumen pikirkan mengenai

produk-produk tertentu dan bagaimana hubungan produk tersebut dengan

diri mereka. Pernyataan-pernyataan yang umum berguna untuk

(47)

mengetahui profil c:ari pasar konsumen sehingga dapat membantu untuk

memahami gaya hidup konsumen secara umum (Mowen, 1998).

2.3 Telepon Selular

Menurut Gehris dan Szul (2002) pengertian telepon selular adalah :

"A type of wireless communication that uses many base station to

divide a service area into multiple cell. Cellular calls are transferred

from base stations to base stations as a user travels from cell to cell.

Cellular phones send radio signals to low power transmitter located

within cells of 5 to 12 miles in radius.

Jadi telepon, selular merupakan salah satu jenis a lat komunikasi tan pa

menggunakan kabel dan menggunakan sinyal radio yang dikirim dari satu

stasin pemancar ke stasiun penerima. Konsep awal dari telepon selular

dimulai pada tahun 1947 ketika para peneliti mengamati telepon mobil yang

masih kasar buatannya dan menyadari bahwa dengan menggunakan sel-sel

kecil yang memakai frekuensi radio, kapasitas lalu lintas komunikasi dapat

ditingkatkan. Pada tahun 1977, Bell Labs mengkontruksi dan

mengoperasikan prototipe dari sistem selular. Setahun kemudian uji coba

sistem baru ini mulai dilakukan pada warga Chicago, lllionis dengan jumlah

(48)

mulai dioperasikan di Tokyo, Jepang dan pada tahun

198'1

Motorola dan

American Radio Telephone memulai uji coba terhadap sistem radio-telepon

selular ini di Washington-Baltimore. Setelah saat itu, permint2an terhadap

jasa telepon selular mulai meningkat dan jumlah pelanggan telepon selular

menjadi satu juta orang pada tahun

1987

(Gheris & Szul,

2002).

Telepon genggam atau lebih terkenal dengan sebutan handphone (disingkat

HP; juga disebut pula sebagai telepon selular atau ponsel) adalah sebuah

perangkat telekomunikasi elektronik yang mempunyai kemampu<.<n r:lasar

yang sama dengan telepon fixed line yang konvensional namun dapat d;bawa

ke mana-mana (portabel) dan tidak perlu disambungkan dengan jaringan

telepon menggunakan kabel (nirkabel; wireless).

Indonesia mempunyai dua jaringan telepon nirkabel saat ini yaitu GSM

(Global System For Mobile Telecommunications) dan CDMA (Code Division

Multiple Access). Telepon selular adalah sebuah produk teknologi untuk

berkomunikasi tanpa rnenggun.:1kan kabel, sehingga dapat dibawa oleh si

pengguna produk tersebut. Saal ini telepon selular telah menjadi kebutuhan

yang penting bagi individu yang memiliki mobilitas tinggi (GSM dan CDMA,

2007).

Telepon selular juga bisa disebut telepon praktis yang ringan karena

(49)

bisa menghubungi/dihubungi orang lain, juga bisa mengirim pesan. Petunjuk

pada telepon bahkan dapat diubah kedalam Bahasa lnggris. Biaya pulsanya

lebih mahal dibanding telepon biasa. (Tapi telepon selular tidak perlu uang

Hak Pernasangan sebagai "uang jaminan".) Anda dapat membelinya di toko

agen penjualan telepon (Selain agen khusus penjualan, ada juga toko

elektronik yang menjualnya). Untuk pemakaian teleoon selular, anda perlu

menandatarigani perjanjian yang biasanya memerlukan bukti identitas dan

alamat anda (Telepon selular, telepon praktis, 2006).

Telepon genggam, selain berfungsi untuk melakukan dan menerima

panggilan telepon, umumnya juga mempunyai fungsi pengiriman dan

penerimaan pesan singkat (short message service; SMS). Telepon-telepon

yang lebih mahal juga sering menambahkan fitur kamera dan layanan

internet (WAP, GPRS, 3G). Ada pula penyedia jasa telepon genggam di

beberapa negara yang menyediakan layanan generasi ketiga (3G) yang

menambahkan jasa videophone maupun televisi online di telepon genggam

mereka. Fungsi tersebut dapat disebut sebagai alasan mengapa konsumen

(50)

2.4 Kerangka Berpikir

Mahasiswa adalah kelompok transisi yang sangat potensial sebagai pasar

sasaran suati.J produk terutama produk-produk yang menggunetk<:m teknologi

seperti telepon selular. Mahasiswa sebagai konsumen merupakan indivi:Ju

yang unik dengan karakteristik yang berbeda-beda, orang yang berasal dari

kelas sosial, pekerjaan dan subkultur yang sama dapat memiliki gaya hidL1p

yang berbeda. Gaya hidup merupakan cara hidup atau pola tingkah laku

individu yang unik yanq berkaitan dengan penggunaan waktu dan uang yang

merupakan cara individu mejalani hidupnya. Gaya hidup ini mencakup

perilaku nyata dari korisumen.

Gaya hidup merupakan manifestasi eksternal dari karakteristik yang

mendasarinya, yaitu kepribadian, dalam bentuk aktivitas, minat, dan opini

konsumen te.rhadap lingkungan sekitarnya (Mowen,

1988

dalarn Salim,

2002). Karakteristik latar belakang konsumen tersebut berhubungan dengan

proses-proses behavioral konsumen. Proses-proses behavioral konsumen ini

merupakar. kegiatan yang dilakukan untuk mengidentifikasi atau mengenali

perasaan, pemikiran serta perencanaan untuk melakukan aktivitas membeli.

Proses-proses behavioral ini terdiri dari motivasi, persepsi, belajar,

(51)

lntensi dapal digolongkan ke dalam proses-proses behavioral karena di

dalam intensi terkandung adanya aspek motivasional, pembentukan sikap,

dan juga berpengaruh rlalam pengambilan keputusan untuk membeli suatu

produk. lntensi menunjukkan seberapa kuat seseorang bersedia untuk

mencoba dan seberapa jauh ia merencanakan untuk melakukannya. Jika

perilaku ini berada dibawah kendali kemauan, maka usaha orang tersebut

akan menjadi aksi.

Berdasarkan penjelasan di atas, perilaku konsumen yang tergambar dalam

bentuk membeli telepon selular merupakan hasil dari intensi11y11 untuk

membeli telepon selular dengan faktor-faktor lain yang menujang ataupun

menghambatnya. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk melihat

apakah memang ada hubungan gaya hidup (lifestyle) seha:;Jai ャセ。イ。ォエ・イゥウエゥォ@

latar belakang konsumen terhadap intensi membeli telepon selular ya11g

digolongkan kedalam proses behavioral. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat

pada model hubungan gaya hidup terhadap intensi untuk membeli telfo,pon

(52)
[image:52.595.25.425.166.515.2]

Gambar2.2

Hubungan gaya hidup dengan intensi membeli telepon selular

Gaya hidup

2.5

l-lipotesis

.

.

lntensi membeli 11

telepon selular_.__J

H1 : ada hubungan yang signifikan antara gaya hidup dengan intensi

mernbeli telepon selular pada mahasiswa.

Ho : tidak ada hubungan yang signifikan antara gaya hidup dengan intensi

(53)

3.1

Jenis Penelitian

3.1.1

Pendekatan penelitian

Pendekatan yang digunakan dalarn penelitian ini adalah pendekatan

kuantitatif. Penelitian kuantitatif adalah penelitian yang informasirya atau

data-datanya dikelola dengan statistik. Hipotetsis pada penelitian diuji d.:mgan

menggunakan teknik-teknik statistik (Kountur,2004). Sedangkan menurut

Azwar (2005) penelitian dengan pendekatan kuantitatif ュ・ョ・ォ。ョセ。ョ@

analisisnya pada data-data numerikai atau angka yang diolah dengen

mentode statistika. Pada dasarnya, pendekatan kuantitatif di!a:<u1<an pada

penelitian inferensial (dalam rangka pengujian hipotesis) dan menyadarkan

kesimpulan hasilnya pada suatu probabilitas kesalahan penolakan hipotesis

nihil. Dengan pendekatan kuantitatif akan diperoleh signifikansi perbedaan

kelompok atau signifikansi hubungan antar variabel yang diteliti. Pada

umumnya, penelitian セᄋオ。ョエゥエ。エゥヲ@ merupakan penelitian sampel besar.

3.1.2

Metode penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan

(54)

metode deskrlptlf adalah keglatan yang meliputl pengumpulan data dalam

rangka menguji hipotesis atau menjawab pertanyaan yang menyangkut

keadaan pada waktu yang sedang berjalan dari pokok. suatu penelitian.

Sedangkan penelitian korelasional adalah penelitian yang dirancang ntuk

menentukan tingkat hubungan variabel-variabel yang berbeda dalam suatu

populasi (Sevilla, et al., 1993). Menurut Azwar (2005), penelitian korelasional

adalah penelitian yang bertujuan menyelidiki sejauh mana variasi pada satu

variabel berkaitan dengan variasi pada satu atau lebih variabel lain

berdasarkan·koefisien korelasi. Dengan penelitian korelasional, pengukuran

terhadap beberapa variabel serta saling hubungan antara variabel-varibel

tersebut dapat dilakukan secara serentak dalam kondisi yang realistik. Studi

korelasional memungkinkan peneliti untuk memperoleh informasi mengenai

taraf hubungan yang terjadi, bukan mengenai ada tidaknya efek variabel satu

dengan variabel yang lain.

3.2 Variabel Penelitian

Variabel adalah konsep yang mempunyai bermacam-macam nilai. Menurut

Kerlinger (2004), variabel adalah simbol atau lambang yang padanya kita

lekatkan bilangan atau nilai. Variabel dibagi alas dua macam. yaitu variabel

(55)

Dalam penelitan ini yang menjadi variabel bebas adalah ga;a hidup

f,ementara variabel terikatnya adalah intensi membeli telepo11 selular.

3.2.1

Definisi operasional variabel

Dalam penelitian ini definisi operasional yang dipakai untuk keclua variabel

adalah sebagai betikut :

1 . Gaya hidup

Gaya hidup adalah cara hidup atau pola seseorang dalam menggunakan

waktu dan uangnya dalam bentuk aktivitas (Activity), m;nat (lnteres!'), dan

opini (Opinion) yang menggambarkan interasksi seseorang dengan

lingkungannya.

2. lntensi membeli tel-:.pon selular

lntensi adalah kemungkinan subjektif seseorang untuk rnemunc.ulkan

tingkah laku tertentu seperti membeli telepon selular. lntensi terdiri tiga

komponen yaitu sikap, norma subjektif, dan PBC.

3.3. Pengambilan Sampel

3.3.1.

Populasi

Populasi an::ilah jumlah kese1uruhan dari unit analisis yang diperoleh

berdasarkan ciri-ciri yang diduga dari sampel (sebagian dari individu yang

(56)

1994). Sebagai suatu populasi, kelompok subjek ini harus memiliki ciri-ciri

atau karakteristik bersama yang membedakannya dari keiompok subjek yang

lain (Azwar, 2005). Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa Fakultas

Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam dan Jurusan Jurnalistik angkatan

2005-2006 dan 2006-2007, dengan jumlah keseuruhan mencapai 383,

dengan rincian;

1. Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam angkatan 2005-2006 dan

2006-2007 berjumlah 303 orang.

2. Jurusan Jurnalistik angkatan 2005-2006 dan 2006-2007 berjumlah 80

orang.

Alasan pemilihan populasi mahasiswa Fakultas Dakwah dan Komunii'asi UIN

Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam dan Jurusan Jurnalistik merupakan

mahasiswa yang mengikuti perkembangan high technology, terut'3ma

teknologi media komunikasi sesuai dengan karakteristik dan sarana kelimuan

yang mereka tuntut, di samping gaya hidup mereka sebagai k<ium muda.

Selain itu penggunaan telepon selular sebagai salah satu media komunikasi

yang akan memudahkan mereka berhubungan dengan yang lain, terutama

(57)

Kebutuhan akan produk ini sudah menjadi kebutuhan konsumtif, jadi

konsumen mempunyai lteinginan membeli produk tersebut sesuai dengan

apa yang dibutuhkannya.

3.3.2. Sampel dan teknik pengambilan sampel penelitian

Menurut Ferguson sampel adalah beberapa bagian kecil atau cuplikan yang

ditarik dari populasi (dalam Sevilla, et al., 1993). Menurut Donald Ary, 50

sampai 100 sampel penelitian sudah dapat dianggap cukup (Ary, 1985 dalam

Arikunto, 2003). Untuk setiap perhit11ngan statistik, jumlah sampel tersebut

cukup mempresentasikan populasi karena karakter responden dalam

populasi cukup homogen. Sampel dalam penelitian diambil dengan

menggunakan teknik accidental sampling atau sampling kebetulan, yaitu

siapa saja yang secara kebetulan berternu dengan !)eneliti dapat digunakan

.

sebagai sampel, bila dipandang orang yang kebetulan ditemui cocok sebagai

sumber data (Sugiyono,2002). lni berarti semua individu yang telah

memenuhi kriteria dan bersedia turut berpartisipasi dalam penelitian ini dapat

diambil sebagai sampel. Teknik ini memungkinkan peneliti memilih subjek

terdekat dengannya atau mudah ditemui sehingga memudahkan peneliti

dalam mendistribusikan ala! pengumpul data serta menghernat waktu dan

biaya. Meskipun dernikian, teknik ini mempunyai kelemahan, terutarna dalarn

hal generalisasi hasil untuk keseluruhan populasi. Kelemahan ini diusahakan

(58)

Jumlah sampel yang akan dipergunakan dalam penelitian ini ditentukan

dengan menggunakan formula Slevin (Sevilla,

et

a/.,

1993)

sebagai beril<ut:

N

ョ]MMセ@

l+Ne2

n

=

ukuran sampel yang dil<ehendaki

N

=

ukuran populasi

e

=

batas kritis/kesalahan (ketelitian) yang diinginkan lpersen

kelongga-ran ketidaktelitian karena kesalahan pengambila:i s2moel populai)

Batas kritis yang dipergunakan dalam peneliiian ini adalah sE:besar ·: 0%.

Dengan demikian dari 383 orang jumlah keseluruhan populasi yang diteliti.

maka sampel yang dapat dipergunakan dalam penelitian ini adalah sebesar

80 orang.

3.4. Pengumpulan Data

3.4.1

Metode pengumpulan data

Dalarn penelitian ini, peneliti memilih metode kuesioner sebagai alat

pengumpul data. Kuesio.1er rnerupakan salah satu jenis ala! pengumpul data

berupa sejumlah daftar yang berisi suatu rangkaian pertanyaan atau

pernyataan mengenai suatu bidang untuk memperoleh data berupa

jawaban-jawaban dari para responden dalam suatu penelitian (Koentjaraningrat,

(59)

Dalam penelitian ini subjek akan diberikan kuesioner yang terdiri dari tiga

bagian, yaitu :

a. Bagian µengantar, berisi tentang nama peneliti, tujuan penelitian,

kerahasiaan jawaban yang diberikan, dan ucapan terima kasih.

b. Bagian inti, berisi dua alat ukur yaitu alat ukur gaya hidup yang terdiri dari

tiga bagian aktivitas, minat, dan opini; alat ukur intensi yang terdiri dari

ォッューッョセョ@ sikap, norma subjektif dan PBC.

c. Bagian data kontrol, berisi tentang data-data subjek seperti usia, jenis

kelamin, fakultas dan lainnya untuk melengkapi data penelitian. Data

kontrol ini berisi pertanyaan terbuka atau dengan beberapa alternatif

jawaban.

3.4.2 lnstrumen pengumpulan data

lnstrumen pengumpulan data dalam penelitian ini menggunal<an skala model

Liker! yang dibuat untuk mengukur gaya hidup yang terdiri dari bagian

aktivitas, minat .• dan opini; serta skala yang mengukur ukur inter.si untuk

membeli telepon selular yang terdiri dari komponen sikap dan norma

subjektif.

1.

Skala gaya hidup

Pengukuran gaya hidup dikenal dengan istilah psikografik dan AIO

(60)

dari kr•camata ilmu psikologi dan "AIO" merujuk pada opera;;ionali:iasi

gaya hidup yang mencakup kegiatan, minat, dan µendapat kor,sumen.

Pernyataan AIO didalam studi psikografik mungkin bersifat urium atau

khusus. Didalam kedua jenis pernyataan (umum dan khusus), biasanya

diberi skala Likert, dimana orang ditanya apakah mereka sangat setuju,

Gambar

Tabel 2.1 Pengelompokkan Studi Tentang Gaya Hidup ............................... .
Gambar 2.1 Skema Hubungan Sikap Dan Perilaku Menurut Teori Planned Behavior
Gambar 2.1 Hubungan sikap dan perilaku rnenurut Teori Plannod Behavior Ajzen
Tabel 2.2 Dimensi gaya hidup AIO (Susianto,1993)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) hubungan antara sikap terhadap iklan televisi produk TjeFuk dengan intensi membeli, (2) tingkat sikap terhadap

Mengingat hasil penelitian untuk intensi membeli termasuk tingkat tinggi, maka disarankan bagi para pihak terkait, yaitu sebagai berikut: Bagi produsen, mengingat

Semakin positif persepsi individu terhadap interior toko maka semakin tinggi intensi membeli produk, semakin negatif persepsi interior tokonya maka semakin rendah intensi

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TENTANG DESAIN KEMASAN PRODUK DENGAN INTENSI

Penelitian ini dilakukan untuk dapat mengetahui hubungan antara motivasi dengan intensi membeli pada konsumen tas branded serta mengetahui aspek yang dominan

Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa ada hubungan negatif yang signifikan antara coping stress dengan intensi membeli produk fashion pada siswi

Berdasarkan hasil analisis, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan positif yang signifikan antara persepsi terhadap kualitas produk dengan intensi membeli Pertamax

Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa ada hubungan negatif yang signifikan antara coping stress dengan intensi membeli produk fashion pada siswi SMAN