HUBUNGAN ANTARA GAYA HIDUP DENGAN
INTENSI MEMBELI TELEPON SELULAR PADA
MAHASISWA
Oleh:
FATIMAH SAFIRA
NIM : 103070028994
Skrlpsl dlajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam
memperoleh gelar Sarjana Psikolcgi
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
MAHASISWA
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Psikologi untuk memenuhi syarat-syarat
memperoleh gelar Sarjana Psikologi
Pembimbing I
Oleh:
FATIMAH SAFIRA
NIM: 103070028994
Di Bawah Bimbingan
Pembimbing II
I
セセMj_@
Drs. Sofiandy Zakaria M.Psi.T
Yunita Faela Nisa M. Psi
NIP. 150 368 748
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
Skripsi yang berjudul HUBUNGAN ANTARA GAYA HIDLJP DENGAN
INTENSI MEMBELI TELEPON SELULAR PADA MAHASISWA telah
diujikan dalam Sidang Munaqasyah Fakultas Psikologi Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pad a tanggal 14 Agustus 2Q07. Skripsi ini
telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
Psikologi
Jakarta, 14 Agustus 2007
Sidang Munaqasyah
\
Ketua Mer nblrnp Anggota
I
Penguji I
Drni•dhfah Soral
g•.
M SI
NIP. 150 215 283
Pembimbing I
Ors.
sセセNpウゥNt@
Anggota
Sekretaris Merangkap Anggota
Penguji II
セカ@
Ors. Sofiandy Zakaria, M.Psi.T
ーセ@
"Dan janganlah kamu
「・イャセ「ゥィMャ・「ゥィ。ョL@
Sesungguhnya
Allah tidak 111enyukai orang-orang yang
berlebih-lebihan."
(Q.S., An'a111,
6:14)
"Tidak semua keinginan dapat terwujud, akan tetapi
keinginan dapat diwujudkan dengan kerja keras,
optimis dan berpikir positif."
(C) Fatimah Safira
(B) Juli 2017
(D) Hubungan Antara Gaya Hidup Dengan lntensi Membeli felepon Se:ular Pad& Mahasiswa
(E) xvi+
87
halaman(F) gaya hidup merupakan cara hidup atau pola seseorang dalani menjalani kehidupannya, yang dapat dilihat dari bagaimar1a seseorang
mengalokasi uang dan waktunya yang diwujudkan daiam tin;ikah lnku seseorang, seperti kegiatan, minat, cJan opini. Se..-.entar a ;:ierilaku membeli sebagai salah satu pengguaan uang telah bergesor イョ。ォョセQN@
bukan sekedar untuk memenuhi kebutuhan tapi juga untuk tampil memuaskan sesuai dengan gaya hidupnya. Pembelian telepon selular pada mahasiswa merupakan salah satu usaha untuk tampil memuaskan sesuai gaya hidupnya. Dalam penelitian ini dibahas dalam konsep intensi yaitu pandangan subjektif seseorang mengenai kemungkinannya menampilkan suatu tingkah laku, termasuk tingkah laku membeli telepon selular.
Penelitian ini bertujuan untuk menemukan adanya hubungan yang signifikan antara gaya hidup dengan intensi membeli telepon selular pada mahasiswa Fakultas Dakwah dan komunikasi Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam dan Jurusan Jurnalistik.
Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kuantitatif dengan metode penelitian korelasional. Penelitian dilaksanakan di F akultas Dakwah dan Komunikasi Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam dan
Jurusan Jurnalistik dengan jurnlah sampel sebanyak
80
orang yangberstatus sebagai mahsiswa angkatan
2005-2006
dan2006-2007.
Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah non probability sampling dengan metode accidental sampling. lnstrumen pengumpul data yang digunakan adalah skala likert. Telmik pengolahan dan analisa data dilakukan dengan analisa statistik dengan menggunakan program
SPSS
12.0,
uji validitas menggunakan korelasi Product Moment dariPearson, menguji reliabilitas instrumen dengan Alpha Cronbach dan uji hipotesis penelitian dengan korelasi Product Moment dari Pearson.
Jumlah item valid untuk skala gaya hidup sebanyak 32 item dan
15
itemyang tidak valid. Reliabilitas skala gaya hidup adalah
0.872.
Sedangkanjumlah item valid untuk intensi membeli telepon selular sebanyak 38 ite1 n
hipotes_is yang diajukan, diperoleh hasil r hilung (0.526) > r tabel (0.220 &
0.286) artinya terdapat hubungan yang signifikan anlara gaya hidup dengan intensi membeli telepon selular pada mahasiswa.
(G) Bahan Bacaan: 33 (1975 -2007)
Assalamu'alalkum Wr. Wb
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SI.NT yang telah rnelimpahkan
rahrnat dan karunia-Nya setiap saat, sehingga penulis dapat menyeli.;saikan
skripsi yang berjudul "Hubungan Antara Gaya Hidup Dengan lntensi Membeli
Telepon Selular Pada Mahasiswa". Shalawat serta salam s"!moga tetap
terlimpah atas Nabi Besar Muhammad SAW, yang telal 1 r ienjadi su;·i
tauladan terbaik bagi umat manusia, kepada keluarganya, para sahal •at.1ya
dan para pengikutnya hingga akhir zaman.
Penulisan skripsi ini ditujukan sebagai syarat kelulusan mendapa1kan gelar
Sarjana Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. D;:ilam skr!psi yang
berjudul" Hubungan antara gay::i hidup dengan intensi membE'li telepon
selular pada mahaniswa", sasaran penelitian ditujukan unt•JV. mernahami
perilaku individu kaitannya dengan psikologi perilaku konsumen dan psikologi
ekonorni. Konsep yang penting dalarn perilaku konsurnen adalah bahv1a
konsumen rnempengaruhi lingkungan, seperti lingkungan mempengaruhi
konsumen. Sebagai contoh pola pembelanjaan kons•Jmen dapat
mempengaruhi ekonomi. Bidang perilaku konsumen menfokuskan pada
bagaimana lingkungar, demografis (usia, jenis kelamin, pendapatan,
pendidikan, geografis dan etnis), budaya, kelompok dan psikologis
mempengaruhi pola knnsumsi rlan intensi atau keinginan konsumen untuk
membeli sesuatu, sepe1ti halnya keinginan membeli telepon selular.
Penulis menyadari bahwa terselesaikannya skripsi ini tidak terlepas dari
bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, perkenankanlah penulis untuk
skripsi ini.
2. Bapak Sofiandy Zakaria, M.Psi.T . Pembimbing I yang selalu dapat
meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan dan pengarahan
kepada pe.nulis, sehingga penulis dapat rnenyelesaikan tugas skripsi ini.
3. lbu Yunita Faela Nisa, M.Psi, Pembimbing II yang senantiasa
memberikan bimbingan, saran, dan motivc>si dalam penyusunan si<ripsi ini.
4. Para Dosen Fakultas Psil<.ologi UIN Syarif Hidayatullah yang dengan
penuh kesabaran dan keikhiasan memberikan ilmu kcpada ka,n1.
5. Seluruh mahsiswa fakultas Dakwah Komunikasi jオセオ\^。ョ@ KPI
(Komunikasi Penyiaran Islam) dan Jurusan Jurnalistik UIN Jakart'l yang
tidak bisa saya sebutkan namanya satu persatu alas bantuan serta
kesediaannya mengisi angket tryout dan nngket penclitia'l yang cukup
banyak jumlahnya di sela-sela kesibukan melaksanakan rutir,itas
perku!iahannya.
6. Kedua orang tua penulis, babah dan mama tercinta y;;ing t<1k kenal lelah
berjuang dan bcrl<0rban untuk memberikan yang ierbaik kEJpada µenulis.
Setiap untaian doa yang beliau panjatkan merupakan sumber kekuatan
bagi ananda untuk menjalani hidup dan mencapai masa depan. Untuk
Mila dan Ima, semoga cita-cita kalian bisa tercapai dan selalu
mendapatkan yang terbaik dalam hidup.
7. Teman-teman Psikologi angkatan 2003, khususnya teman-teman kelas
A, yang selalu me111berikan kebersamaan, tawa canda yang selalu
berbekas dihatiku dan akan selalu kurindukan.
8. Teruntuk sahabat tmbaik, Ami, Ila, /\yu, Lita, Alq, /\yu Karlina, Leni, Ira,
Dani, Rezty, Vi2, Di:in, Ira Kumiawati, Jowya, Yoga, Ari, Vvulan, lnayah,
Fanny, Nia dan Yoori yang selalu berbagi dalam suka dan duka, yang
Penulis berharap skripsi ini bisa memberikan manfaat bagi diri penulis dan
para pembaca.
Jakarta,Agustus 2007 .
HALAMAN JUDUL
HALAMAN PERSETUJUAN
HALAMAN PENGESAHAN
MOTTO ... . I
v
ABSTRAKSI . ... .... ... . . ... .... .... .. . . .... . . .. . . v
KAT A PEN GANT AR ... ... ... .. .. .. .... .. .. .. . . .. . .. . v11
DAFT AR ISi ...
x
DAFT AR T ABEL .. .. ... .... ... .. .. . . . .. . . ... . XIV DAFT AR GAMBAR .. .. .. .... .. .. .. .. .. ... . .. .. .. .. .... ... .. . .. .. . . xv
DAFT AR LAMPI RAN ... .... . . ... .... . .. . .. . . .... . . .. . ... .. .. .. .. . . ... . . .. . . xvi
BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah .. .. .. .. .. .... .. .. .. .. .... .. ... .. . .. .. .. .. .. . . .. .. 1
1.2. ldentifil<asi Masai ah .. .. . .. .. ... .... .. .. . .. . .. .. .. .. .. .. .. .. .. . .. .. . 9
1.3. Pernbatasan dan Perurnusan Masalah Penelitian .. 9
1.3.1 Pernbatasan Masnlcih Penelitian ... ... 9
1.3.2 Pr:>rurnusan Masalah Penelitian ... 10
1.4. Tujuan dan Manfaat Penelitian .... ... .... .. .... .. .. .. .. .. .. .... .. .. .. ·: ·1
1.4.1 Tujuan Teoritis dan Praktis ... ... 11
1.4.2 Manfaat Teoritis ... ... 11
1.4.3. Manfaat Praktis ... ... 11
1.5. Sisternatika Penulisan ... ... .... .. .. .. . .. .... .. .... ... 12
2.1.1.
Definisi lntensi membeli ... ...13
2.1.2.
komponen-komponen lntensi ... ...15
2.2.
Gaya hidup (Lifestyle)...21
2.2.1.
Definisi Gaya Hidup ... ... ... ... .. ..21
2.2.2.
Pengukuran Gaya Hid up ... ... ... ... 242.3.
Telepon Selular... ... ... ..32
2.4.
Kerangka Berpikir ... .... . ... .. .. . ... .. .. . . ..35
2.5. Hipotesis ... .... ... .... ... . .... . .. .. . . ... .. . . . ... . . .. .. . 37
BAB 3 : METODOLOGI PENELITIAN
3.1.
Jenis Penelitian ... ...38
3.1.1.
Pendel<atan Penelitian ... .38
3.1.2
Metode Penelitian . ... . .. .. . . ... . . .. .. . .38
3.2.
Variabel Penelitian... ... .. .... ... . .. . . .. . . . 39. 3.2.1.
Definisi Operasional Variabel ... . . 403.3.
Pengambilan Sampel ... .. .. .. . . ... .. . .. .. . .. . . 403.3.1.
Populasi .... .... .... ... ... .. .. . .... .. .. .. . .. . . .. . . . .. . . 403.3.2.
Sampel Teknik Pengambilari Sampel F8nelitian... 423.4.
Pengumpulan Data... 433.4.1.
Metode Pe11gumpulan Data . . . .. . . ... . . .. .. .... . . 433.4.2.
lnstrumen Pengumpulan Data ... ... ... "43.5.
Hasil Uji lnstrumen Penelitian ... ... .... 503.5.1
Hasil UJi Coba lnstrumen Gaya Hidup 503.6. Tek.nik Analisa Data dan Uji Hipotesis ... 53
3. 7. Prosedur Penelitian . ... ... .. . . .. . . ... ... . . 56
BAB 4 : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Sampel ... . 57
4.2. Uji Pemyaratan ... 63
4.2.1 Uji Normalitas... ... 63
4.2.2 Jji Homc;ienitas... ... 66
4.3. Hasil Utama Penelitian atau Uji Hipotesis... 67
4.3.1. Uji Korelasi Antara Gaya Hidup Dengen lntensi Membeli Telepon Seluiar ... ... 67
4.4. Hasil Tambahan ... ... .. ... ... 69
4.4.1. Uji Pe:rbedaan ... ... ... 69
4.4.1.1. Uji Perbedaan Gaya Hidup Dilihat Berdasarkan Jurusan Sampel .. . .. . . . .. . . ... . . 69
4.4.1.2. Uji Perbedaan lntensi Membeli Telepon Selular Dilihat Berdasarkan Jurusan Sampel 71 4.4.2. Uji Regresi Berganda ... 73
5.2.
Diskusi ... ... ...79
5.3.
Saran ... ... .... . . . .. .. ... ... . . ... . . 82DAFTAR PUSTAKA ... 83
Tabel 2.2
Tabet 3.1
Tabel 3.2
Tabet 3.3
Tabel 3.4
Tabet 4.1
Tabet 4.2
Tabet 4.3
Tabel 4.4
Dimensi Gaya Hidup AIO ... ..
Blue Print Skala Gaya H ldup ... .
Blue Print Skala lntensi Membeli Te!epon Selular ... .
Blue Print Revisi lnstrumen Gaya Hidup ... .
Blue Print Revisi lnstrumen lntensi Membeli Telepon Selular ... ..
Kategori Sampel Berdasarkan Jen is Kelamin ... ..
Kategori Sampel Berdasarkan Merek Telepon Selular ... .
Kategori Sampel Berdasarkan Uang Saku ... .
Kategori Sampel Berdasarkan Alasan Membeli Telepon Selular .. .
Tabel 4.5 Kategori Sampel Berdasarkan Alokasi Dana Untuk Membeli Telepon
31 45 49 51 52 57 58 59 60
Selular ... ... 61
Tabet 4.6 Kategori Sampel Berdasarkan Media atau Kelornpok Rujul\an ... f:2
Tabel 4. 7 Uji Homogenitas .... .. ... .. ... .. ... . .. ... .... . .. .. .. . .. .. . .. .. .. . . .. . . .. . . .. . . .. . .. . 67
Tabel4.8
Tabet 4.9
Uji Korelasi ... ..
Tingkat Gaya Hid up Respond en ... .
Tabel 4.10 .Uji Seda Gaya Hidup Berdasarkan Jurusan ... .
Tabel 4.11 Tingkat lntensi Membeli Telepon Selular Responden ... ..
Tabel 4.12 Uji Beda lntensi rnembeli telepon selular Berdasarkan Jurusan .. .
Tabet 4.13 Korelasi Antar Aspek-aspek Gaya Hidup Dengan lntensi Membeli 68
69
70
71
72
Telepon Selular . .. .... .. .. . . ... .. .. . . .. .. . .. .. .. . . .. . . . .. .. .. . . .. .. . . . .. .. .. . . . .. .. . .. 7 4
Tabet 4.14 Model Summary Regresi Berganda Aspek-aspek Gaya Hidup Dengan
lntensi Membeli Telepon Selular... 75
Tabel 4.15 Analisis Varian (ANOVA) Regresi Berganda... 75
[image:14.595.32.436.158.641.2]Gambar 2.1 Skema Hubungan Sikap Dan Perilaku Menurut Teori Planned Behavior
Ajzen ... 21
Gambar 2.2 Hubungan Gaya Hidup Dengan lntensi Membeli Telepon Selular... 37
Gambar 4.1 • Q-Q Plot Uji Normalitas Gaya Hidup ... ... .... ... ... 65
[image:15.595.55.433.154.503.2]Lampiran 1 : Data mentah sampel hasil pengukuran skala gaya hidup.
Lampiran 2 : Data mentah sampel hasil pengukuran akala intensi mernbeli
telepon selular.
Lampiran 3 . : Data sampel hasil pengukuran skala gaya hidup.
Lampiran 4 : Data sampel hasil pengukuran skal<1 intensi membeli telcpon
selular.
Lampiran 5 : Uji validitas dan reliabilitas skala gaya hidup.
Lampiran
e :
Uji validitas dan reliabilitas skala intensi membeli teleponselular.
Lampiran 7 : Uji normalitas skala gaya hidup dan skala intensi rnembeli
telepon selular.
Lampiran 8 : uji homogenitas.
Lampiran 9 : Uji korelasi.
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Masalah
Seiring berkembangnya peradaban, informasi yang 、ゥ「オセlZィォRョ@ oleh rnanusia
semakin kompleks dan instan. Adapun inforrnasi kornpleks rnakscJdnya yaitu
semakin beragamnya jenis informasi yang dibutuhkci11 dari in;orrnasi yang
bersifat hiburan sampai yang berisi hal-hal serius. Selain kor.1plei<c., sekarang
ini orang-orang cenderung membutuhkan inforrnasi yang instan. yakni
langsung menerima begitu saja inforrnasi-informasi dari berbagai macam
media tanpa melakukan pengecekan tentang kebenaran informasi tersebut.
Teknologi informasi dt·ngan berbagai kemampuan telah banyak membantu
manusia mendapatkan informasi dengan lebih cepat. Berbagai macam media
dan alat komunikasi teln'1 dibuat dan dikembangkan unt.uk memenuhi
kebutuhan manusia yang kompleks dan instan tersebut di atas. Salah
satunya adalah telepon selular atau ponsel.
Saal ini perkembangan telepon selular semakin pesat seiring kebutuhan
masyarakat yang semakin meningka!. Berbagai macam produk telepon
aksesoris, dan fungsi tampak semakin gencar ditawarkan pada konsumen.
Sebagian masyarakat telah mengkonsumsi atau menggunal<an produk
telepon selular ini.
Menurut perkiraan jumlah pengguna telepon selular di Indonesia sepanjang
2005 silam sudah mencapai 45 juta orang, jika pengguna di dunia ada 1,5
miliar orang. Sedangkan di tahun 2006 diperkirakan ada 59 juta orang dan
2007 ada 73 juta orang sedangkan pengguna di dunia ada 2 miliar orang
(Sanjaya, 2007).
Adapun telepon sel1Jlar yang menduduki peringkat pertama dalam
penguasaan ponsel di Indonesia dipegang oleh Nokia, disusul oleh Sony
Ericsson diposisi kedua serta Siemens, Samsung, Mctorolla. dan LG
Electronics diposisi selanjutnya (S<.njaya, 2007). Nokia a<ialal1 salah satu
perusahaan yang gencar untuk melakukan pembaharuan untuk menarik
perhatian para konsumennya. Telepon selular Nokia merupakan merek yang
cukui:i lama berada di Indonesia. Hadir sejak tahun 1986, Nokia tidak l1anya
menjual telepon selular saja, tetapi juga mengembangkan jaringar. yang
bernama Nokia Telecommunication sebagai infra struk\u1 pe11dul1ur.g telepon
selular Nokia itu sendiri. Bahkan setelah era radio panggil ;p 'lger) mulai surut
pamor Nokia di tahun 1998, Nokia menggebrnk pasar teiepo11 selular
fenomena "ponsel sejuta umat". Hampir seluruh lapisa11 pengguna telepon
selular memakainya. Selain itu Nokia merupakan pionir dari produk telepon
selular yang casingnya dapat diganti-ganti sehingga berkesan trendi. Hingga
sekarang, Nokia telah mengeluarkan seri ponsel terbaru setiap 3 bulan sekali
dan selalu mendapatkan sambutan dari konsumen (N0kia mengeluarkan
ponsel setiap tiga bulan sekali, 2006).
Sekarang ini, telepon selular sudah menjadi bagian yang tidar. terpi:::ahkan
dari kehidupan sebagian besar orang di Indonesia, teru\arna rii kct::i-kuta
besar. Sekarang dengan teknologi yang lebih canggih, telepon selular sudah
menjadi barang yang umum dimiliki oleh kalangan 0isnis, mat1asiswa, ibu
rumah tangga, pelajar SMU b::ihkan anak-anal< SD, kemudahan komunikasi
merupakan alasan utamanya.
Namun demikian, seiring dengan kemajuan teknologi telepon selular. kir;i
telepon selular tidak hanya berfungsi sebagai alat komunikasi suara s<:1ja l3pi
berkembang sebagai alat komunikasi visual baik berupa teks yang di kenal
sebagai SMS (short message service) dan berupa gambar yang dikenai
sebagai MMS (multimudia message service). Disamping menjadi alat
komunikasi suara dan visual, kini telepon selular juya dilengkapi dengan
fasilitas seperti radio, MP3, Internet, Video Game, Kamera Digital, dan
berkomunikasi saja akan tetapi juga untuk fungsi lainnya. Telepon selular kini
telah menjadi bagian kehidupan sehari-hari, dahulu saat mengisi waktu luang
atau mengisi watu menunggu, orang lebih memilih untuk membaca atau
mengobrol tetapi sekarang dapat dilihat orang lebih suka memainkan games
yang ada didalam telepon selularnya atau sibuk mengirimkan SMS. Selain
itu, telepon selular pun telah menjadi bagian dari penampilan diri karena
salah satu faktor yang membuat orang menyukai teleron selular ad<ilah
desain kemasannya yang dapat disesuaikan dengan keingimrn pemiliknya.
Berganti-ganti telepon selular sudah menjadi hal yang oiasa saja karena
produk-produk yang ditawarkan memilil;i keunikan dan kew1ggulan yang
berbeda-becia. Dalam hitungan bulan, berbagai produsen telepon 3&1ular pun
berlomba-lomba meluncurkan produk terbarunya ke ー。セ。Z。ョN@
BerrnJcam-macam merek dan tipe telepon selular berteknologi terban; cengan fasilitas
yang lebih lengkap seperti Kamera Digital, MMS, lnterne1, Vicieo Streaming,
Radio, Kapasitas memori internal yang mencapai 5 M8 (sekitar 5000 Kb),
layar berwarna (65000 warna) dan fasilitas lainnya, siap ur,tuk dikon:"umsi
oleh konsumen.
Gencarnya penawaran berbagai macam telepon selular dari produsen
menimbulkan fenomena menarik pada konsumen pengguna telepon selular.
selular keluaran terbaru walaupun telepon selular yang ia miliki baru berusia
tiga bulan. Disisi lain, ada juga pengguna telepon selular yan[l suctat1 cukup
puas dengan telepon felular yang dimilikinya kmena sudah memenuhi
kebutuhannya dalam berkomunikasi walaupun secara firrnnsial ia rnampu
untuk membeli telepon selular baru.
Contoh fenomenanya, seorang profesional muda mengatakan bahwa ia akari
berusaha mengikuli perkembangan telepon selular yang ada. la berkata:
"selain asik, saya juga tidak mau dianggap gaptek". Seorang rekannya
beranggapan bahwa telepon selul;:ir yang dimilikinya sejak 2 tahun yang lalu
masih dianggapnya tetap relevan. la berkata: "Yang penting bisa dipakei
untuk telepon dan mengirim SMS". Bukan masalah ekonomi hingga ia tidak
mau mengganti telepon selularnya dengan yang baru tetapi ia merasa
kebutuhannya akan telepon selular sudah terpenuh;.
Jadi, apakah semua teknologi maju yang melengkapi telepon selular itu
memang dibutuhkan oleh konsumen? Pada kenyataa1inya dapat ctiamati
bahwa masih banyak pemilik telepon selular masih memanfaatkannya untuk
berkomunikasi saja, dan kalaupun ada yang membeli telepon selular dengan
fasilitas yang lebih lengkap dan canggih, umumnya mereka hanya me11gik11ti
Fenomena yang serupa juga terjadi pada kalangan mahasiswa. Ada
kelompok mahasiswa yang sering mengganti telepon selLllarnya untuk
mengikuti tren<;I dan ada pula kelompok mahasiswa yang tet<tp t'etia dengan
telepon selular yang telah ia miliki bertahun-tahun. Dari wawancma antara
penu1is dengan beberapa mahasiswa Fakultas Dakwah dan Kornunikasi, ada
sebagian besar mahasiswa membeli atau minta dibelil:an tAleprm selular
hanya untuk megikuti gaya hidup atau lifestyle, dan ada saL1h satu req)onclen
セQ。ョァ@ mengatakan bahwa dia membeli telepon selular setiap :iga bulan sekali,
ketika ditanya untuk aoa berganti-ganti telepo:i selular? f(esr;onden
menjawab agar dikatakan gaya atau gaul oleh teman-tcmannya.
Dari fenomena di alas saat ini mahasiswa membeli lclepon selular bul(an
karena faktor kebutuhan saja, akan tetapi faktor juga karena gaya hidup atau
lifestyle yang lebih m.:!nunujang mereka untuk membeii tolepon selular.
Namun demikian, walaupun secara finansi31 kelompok mahasiswa berbeda
dengan kelompok profesional muda yang telah memiliki penghasilan sendiri,
mahasiswa dipandang sebagai konsumen produk teknologi modern yang
tidak bisa dipandang sebelah mata. Meriurut Kasali (1998). rnahasiswa
merupakan kelompok transisi yang sangat potensial sebagai pasar sasaran
suatu produk terutama produk-produk yang menggunakan teknologi seperti
mahasiswa sebagai responden dengan penelitian yang terkait dengan
telepon selular ini.
Mahasiswa sebagai konsumen merupakan individu yang unik dengan
karakteristik yang berbeda-beda. Orang yang berasal dari kelas sosial,
pekerjai:m, dan subkultur yang sama dapat memiliki gaya hidup yang
berbeda. Gaya hidup merupakan pola seseorang dalom menjalani
kehidupannya yang diekspresikan melalui aktivitas, minat, dan
pendapat-pendapatnya tentang lingkungan sekitarnya (Kottler dalam Teguh dkk, 1987).
Gaya hidup dapat digolongkan ke dalam karakteristik-kara:<teristik latar
belakang konsumen yang mernpengaruhi konsumen dalam rnembeli produk.
Selain itu, aktivitas membeli konsumen juga dipengaruhi oleh proses-proses
behavioral yang merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mengidentifikasi
pemikiran dan perasan serta perencanaan untuk membeli su<:Jtu produk.
Proses-proses behavioral ini terdiri dari motivasi, persepsi, bfllajar,
pembentukan sikap, dan pengambilan keputusan.
Aktiv:tas membeli yang dilakukan konsumen memang ュ・イオー。セ。ョ@ hal ;ang
kompleks karena melibatkan kegiatan mental dan fisik D'llarn memL>eli suatu
produk seseorang perlu terlebih dahulu mengidentifikasi <JP"! セ・「オエオィ。ョョケ。L@
produk-produk apa saja yang dapat memenuhi dan memuaskan kebutuhannya.
Setelah itu, baru dilakukan kegiatan menilai, mencari, membeli, dan rnemakai
produk yang dibutuhkan tersebut. Jadi disini dapat dif'.at2kan bal1wa untuk
mewujudkan.suatu aktivitas membeli perlu adanya kemawm yc;nq kuat atau
pandangan subjektif seseorang untuk melakukannya. Menurut Fishbein I'"
/\jzen
(1975),
a person's subjective probability that he will perform somebehavior, maksudnya adalah intensi merupakan pandangan subjcktif
seseorang mengenai kemungkinannya menampilkan suatu tingkah laku,
termasuk tingkah laku membeli, dapat dijelaskan mclalui konsep intensi.
lntensi dalam diri seseorang menggambarkan aspek motivas!onal yang
mempunyai dampak trnhadap t;ngkah lakunya. lntensi menunjukkan
seberapa kuat seseorang bersedia untuk mencoba dan seberapa jauh ia
bersedia untuk melakukannya. Jika perilaku ini berada dibawah kendali
kemauan, maka usaha orang tersebut akan terwujud sebagai aksi.
Walaupun intensi tidak secara langsung dimasukkan sebagai salah satu daii
proses-proses behavioral, berdasarkan penjelasan diatas sebenarnya intensi
dapat digolongkan ke dalam pros&s-proses behavioral, karena di dalam
intensi terkandung adanya aspek motivasional, pembentukan sikap dan
berpengaruh dalam pengambilan keputusan untuk membeli suatu produk.
satu dari proses-proses behavioral yang melandasi te1jadinya aktivitas
membeli.
Berdasarkan fenomena yang terjadi pada konsumen telepon selular dalam
mengkonsumsi produk telepon selular yang telah dijelaskan sebelumnya,
peneliti karenanya merasa tertarik untuk meneliti "Hubungan Antara Gaya
Hidup Dengan intensi Membeli Telepon Selular pada Mahasiswa''.
1.2 ldentifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas, maka
masalah yang dapat diidentifikasi dalam penelitian ini adalal1; beragamnya
alasc.n seseorang dalam membeli telepon selular, tidak saja karena ai3san
kegunaannya melainkan juga karena alasan gaya hid up.
1.3 Pembatasan dan Perumusan Masalah Penditian
1.3.1 Pembatasan masaiah penelitian
Untuk menghindari meluasnya dan lebih terarahnya pe:nelitian me'lgenai
gaya hidup dengan intensi membeli telepon sel•Jlar pada mahasiswa. periu
dilakukan pembatasan masalah. Masalah penelitian ir.i dibatasi sebagai
1.
Gaya hidup adalal1 cara hidup atau pola seseorang d<llam menggunakanwaktu dan uangnya dalam bentuk aklivi!as (Activity), minat (lntewst), dan
opini (Opinion) yang menggambarkan interasksi seseorang dengan
lingkungannya.
2. lntensi adalah kem•.i.1gkinan subjektif seseorang uniuk memunculkar1
tingkah laku tertentu セ・ー・イエゥ@ membeli telepon selular. lntensi terdiri tiga
komponen yaitu sikap, norma subjektif, dan PBC.
3. Telepon selular adalah salah satu jenis alat komunikasi tanpa
menggunakan kabel dan menggunakan sinyal radio yang dii<irim dari sat1J
stasiun pemancar ke stasiun penerima.
4. Mahasiswa yang diteliti adalah mahasiswa Fakultas Dakwah dan
Komunikasi UIN Syarif Hidayat111'ah Jurusan Komunikasi Penyiaran lslarn
dan Jurusan Jurnalistik.
1.3.2
Perumusan masalah penelitianPermasalahan yang diteliti dirumuskan dalam perta:iyaan sebagai berikut:
1.
Apakah terdapat hubungan yang signifikan antara gaya hidup denga;iintensi membeli telepon selular?
2. Bagaimana gambaran gaya hidup dan intensi merr.beli telepon selular
pada mahasiswa?
3. Aspek gaya hidup apakah yang paling berperan signifikan dalam
3. Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat dijadikan masukan b<1gi
konsumen dalam mengelola perilaku konsumtif.
1.5
Sistematika Penulisan
Bab
1
PendahuluanMeliputi Latar Belakang Masalah, ldentifikasi fv1asalah, Batasan dan
Rumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, dan Sistematika
Penulisan.
Bab 2 Kajian Pustaka
Membahas mengenai Definisi lntensi membeli, Teori lntensi, Definisi
Gaya Hidup, Pengukuran Gaya Hidup, Definisi Telepon
Selular,Kerangka Berpikir serta Hipotesa.
Bab 3 Metodologi penelitian
Meliputi Pendekatan Penelitian, Metode Penelitian,VaribPI Per.elitian,
Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel, Toknik
Pengumpulan Data dan Metode Pengolanan Data.
Bab 4 Hasil Penelitian
Meliputi Gambaran Umum Subjek, Deskripsi Data, dan Hasil Analisis
Data Penelitian.
Bab 5 Penutup
2.1
lntensi Membeli
2.1.1 Definisi intensi
Perilaku konsumen merupakan perilaku yang merujuk pada proses
pengambilan keputusan dan kegiatan yang terlibat dalam menilai, mencari,
membeli dan memakai suatu barang atau jasa. Jadi disini t;;;mpal< bahwa
peril11ku konsumen tidak terbatas pada perilaku yang nyata saja tetapi juga
mencakup kegiatan mental. Perhatian para ahli di bidang peri;aku kcnsurnen
terutama tertuju pada proses pengambilan keputusan unt'..lk r.1ern0eli.
Pengambilan keputusan untuk membeli suatu produk belurn terlaksm1a
karena banyak faktor baik dari luar maupun dari dalam diri kcnsumen. Oleh
karena itu, para ahli umumnya cukup puas jika dapat rnenggunakan intensi
seseorang untuk membeli suatu produk sebagai variabel ォセゥエ・イゥ。@
(Brotoharsojo, 1993).
Sarwono (1999) yang mengutip dari Fishbein
&
Ajzen menyatakan intensidiartikan niat, seperti yang dia katakan : "Setiap perilaku yang bebas, yang
ditentukan oleh kemampuan sendiri selalu didahului oleh niat (intensi)".
dapat dibedakan dari proses-proses psikologis yang mencakup referensi ats.u
kaitannya dengan satu objek. Sementara menurut Fishbein dan Ajzen (1976),
mendefinisikan intensi sebagai: "a Person's location on a subjective
probability dimension involving a relation between and some action. A
behavioral intention, therefore, refer to person
·s
subjective probability that hewill perform some behavior". Definisi ini menerangkan bahwa intensi
didefinisikan sebaai posisi seseorang dalam dimensi probabalitas subjektif
yang melibatkan suatu hubungan antara dirinya dengan beberapa tindakan.
Oleh karena itu intensi merupakan pandangan subjeklif seseorang mengenai
kemungkinannya menampilkan suatu tingkah laku.
Sedangkan Eagly dan Chaiken (1993) mendefinisikan intensi sebagai
konstruk yang berbeda dengan sikap yang mewakili motivasi seseorang
dalam berusaha menampilkan suatu tingkah laku. Ajzen (1998)
mengemukakan bahwa intensi memiliki hubungan yang sangat tinggi dengan
tindakan yang sepercuhnya dikehendaki oleh pelakunya (Volitional Action)
Fishbein dan Ajzen (1975) menyatakan bahwa intensi memiliki derajat
spesifikasi yang bervariasi. lntensi terdiri dari 4 elemen, yaitu:
I. Tingkah laku
2. Objek target yang mengarahkan tingkah laku
4. Waktu saat ditampilkannya tingkah laku
Dari definisi-definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa intens1 merupakan
suatu konstruk yang mengacu pada pandangan subjektif sesP.orang
mengenai kemungkinan ia rnenampilkan tingkal1 laku, dan di dalamny<i
tercakup faktor-faktor motivasional yang merupakan indikasi dari sebFlrepa
kerasnya usaha yang dilakukan dan seberapa banyak usaha :;ang digunakan
orang yang bersangkutan dalam rangka menampilkan tingkah laku. selama
tingkah laku yang ditampilkan adalah tingkah laku yang sepenuhnya
dikehendaki oleh pelakunya. Maka ekspresi intensi akan menr;::hasilkan
prediksi yang akurat terhadap tingkah laku orang tersebut (Ajzen da!am
Sarwono, 1999).
lntensi dapat digunakan untuk mengetahui berbagai kecenderungan
bertingkah laku, termasuk kecenderungan tingkah laku untul< membeli
telepon selular, dengan menggunakan pendekatan teori planned behavior.
2.1.2
Komponen-komponen intensiKomponen-komponen lntensi anatar lain berupa sikap, norma subjektif dan
pereceived behaviroal control oleh Ajzen (1988) dinamakan Theory of
terhdap tingkah laku dan norma subjektif, yaitu perceived behavioral control
(PBC).
Jadi dalam perkembangan teori Ajzen(1988), mengemukakan bahwa intensi
dipengaruhi oleh tiga faktor penentu, yaitu:
a) Si:<ap terhadap tingkah laku tertentu (attitude toward behavior).
Fishbein" dan Ajzen (1975) rnendefinisikan sikap adalah:
" ... a person's location on a bipolar evaluative or affective dimension with
respect to some nbject, action or event. An attitude represent a person· s
general feeling ol' favorableness or unfavorableness toward some stimulus
object"
Sikap merupakan posisi seseorang dalam dimensi evaluasi yang sifatnya
bipolar yang berkaitan dengan objek, tingkah laku atau kejadian. Sikap
menunjukkan perasaan individu yang positif atau negatif terhadap suatu
objek. Sebagai contoh, seseorang akan terlebih dahulu mengevaluasi
konsekuensi positif dan negatif yang akan timbul apabi!a ia membeli
tslepon selular. Setelah mengevaluasinya, ia akan memiliki sikap yang
favorable atau unfavorahle terlladap tingkah laku membeli lelepon selular.
Dari penjelasan ini dapat disimpulkan bahwa individu atau seseoranq
ketika ia mengevaluasi bahwa tingkah laku terso::but positif (sikap
favorable).
Menurut Fishbein
&
Ajzen (1980), sikap merupakirn fungsi darisekumpulan belief. Belief yang mendasari seseorang terhadap \ingkah
laku tersebut sebagai behavior belief. Sebagai contol1. seseorang
mempunyai beliefkalau ia membeli telepon selular maka i<J akan
membuat teman dan keluarganya senang dan dapat berkomunikasi setiap
hari dimi:mapun da.1 kapanpun dengan teman dan kelua;ganya. Orang
yang mempunyai behavior beliefs seperti ini tentunya juga akan
mempunyai evaluas' yang positif terhadap tingkah laku membeli telepon
selular.
b) Norma subjektif (subjective norm)
Norma subjektif marupakan persepsi seseorang boihwa kebanyakan
orang, yang penting bai dirinya berfikir agar ia seharusnya atau tidak
seharusnya melakukan tingkah laku tertentu (Fishbein & Ajzen dalam
Anshori, 2006)
Norma subjektif sangat dipengaruhi oleh faktor lingkungan atau peng<>ruh
sosial yang merupakan persepsi seseorang terhdap tekanan sosial untuk
ウ・ウ・」イ。セァ@ berpikir bahwa orang-orang yang dekat dengannya juga
mempunyai pikiran bahwa ia seharusnya membeli atau tidal< membeli
telepon selular.
Disamping itu, terbentuknya norma sbjektif didasari oleh belief normative
(normative belief) yang berhubungan harapan dan keinginan orang
tentang tingkah laku yang seharusnya dilakukan dan yang tidak
seharusnya dilakukan (Ajzen dalam Anshori,
2006).
Jadi apabilasese.orang yakin bahwa tingkah lakunya adalah harapan dan keinginan
yang seharusnya dilal<Ukan, maka orang tersebut cenderung terdorong
untuk melakukan tingkah laku itu. Sebaliknya bila ,;eseorang yakin bahwa
tingkah lakunya bukan harapan dan keinginan yang seharusnya
dilakukan, maka orang tersebut cenderung akan menghindari tingk'3h
laku. Tetapi dalam kenyataannya seseorang bias saja tiaa;< memenuhi
harapan orang tersebut. Sebagai contoh, seseorang yakir. orar.g-orang
terdekatnya juga berpikir bahwa ia seharusnya membeli l':llepon selulcir
maka ia akan semakin mungkin membeli telepon selular.
Motivation to comply merupakan motivas1 ウ・ウ・ッイセョァ@ untuk rnenyikuti
harapan individu atau kelompok acuan. Belief-belief norffiative dan
motivation to comply akan membentuk norma subjektif (fishbein & Aj2en,
c) Perceived behavior control (PBC)
Ajzen (dalam Azwar, 2005) mendefinisikan PBC sebagai derajat
kemudahan atau kE,sulitan yang dipersepsikan untuk melakukan suatu
tingkah laku dan hal tersebut diasumsikan mencerminkan pengalaman
masa lampau. Ajzen (dalam Azwar, 2005) menambahkan sebagai aturan
umum, semakin favorable dan norma subjektif terhadap suatu tingkah
laku dan semakin besar PBC, akan semakin besar pulalah intensi
seseorang untuk menampilkan tingkah laku tersebut. Secara empiris
bahwa tingkah laku seseorang mendapat pengaruh kuat dari keyakinan
akan kemampuannya untuk melakukan tingkah laku itu.
Sedangi<an hubungan langsung antara tingkah laku diasumsikan
mencerminkan kontrol nyata yang dimilki individu untuk melakukan
tingkah laku (Ajzen dalam Sarwono, 1999). Hubungan langsung akan
signifikan jika :
1. Tingkah laku tersebut mempunyai aspek-aspek yang tidak
sepenuhnya berada dalam kontrol seseorang.
2. Persepsi terhadap kontrol tingkah laku akurat.
Ajzen (1988) menerangkan bahwa PBC terbentuk dari beliof yang disebut
control belief dan belief jenis ini sangat mempengaruhi intensi bahkan
memberikan contoh orang yang berniat menonton bioskop oisa tidak jadi
menonton karena hujan, tidak ada kendaraan, dan letak bioskop jauh dari
rumah.
Dalam penelitian ini seseorang mungkin mempunyai niat yang kuat untuk
membeli telepon selular, tetapi memiliki kendala-kendala yang
d:persepsikan oleh orang tersebut sahingga diapun mengurungkan
[image:35.595.27.436.126.583.2]niatnya untuk mernbeli telepon selular.
Gambar 2.1
Hubungan sikap dan perilaku rnenurut Teori Plannod Behavior Ajzen
Behavio'al
Attitude beliefs and
outcome
.
toward theevaluations behavior
•
NormativeSubjective Behavioral
beliefs and .
-motivation to norms intention
comply
•
Beliefs about Perceived
case difficulty behavioral
of control
-
. controlbehavior
Sumber: Ajzen (1988), Attitude, personality and behavior. Bristol: Open University Press.
Dari bagan ini terliha\ bukan hanya sikap dan norma subjektif saja yang
mempengaruhi intensi tetapi kendala-kendala yang dipersepsikan (PBC)
2.2 Gaya Hidup (Lifestyle)
2.2.1 Definisi gaya hidup
Gaya hidup tilerupkan konsep yang populer untuk memahami perilaku
konsurnen. Adapun pengertian gaya hidup rnenurut Engel, Blackwell
&
Miniard (1995) adalah "Pattern in which people live and spend time and
money". Menurut Mowen (1998) juga rnernberikan dafinisi yang tidak jauh
berbeda dengan Engel, dkk (1995): "Life style denotes how people live, hoVt
they spend their money, and how they allocate their time ". Loudon
&
Bitt'3(1993) rnenggarnbarkan gaya hidup sebagai : "a unique pattern of living
which influences and
is
reflected by one's consumption behavior".Dari ketiga pengertian di atas dapat disirnpulkan bahwa gaya hidup
rnerupakan cara hid up atau pola seseorang dalarn rnenjalani kehidupa11nya,
yang dilihat dari bagairnana seseorang rnengalokasi uang dan waktunya yang
diwujudkan dalarn tingkah laku, seperti kegiatan, rninat, dan pendapatnya.
Secara sederhana, gaya hidup dapat diartikan dengan bagairnana seseorang
itu rnenjalani kehidupannya. Gaya hidup seseorang dapat dilihat dari
kegiatan-kegiatan yang dilakukannya (aktivitas), apa yang mereka anggap
penting dalarn lingkt!ngannya (rninat), dan apa yang rnereka pikirkan tentang
Hawkins, Best & Coney (1995) pembentukan gaya hidup se;;eorang
dipengaruhi oleh situasi-situasi yang pernah dijumpainya, kelas snsialnya,
kelompok sosialnya, keluarganya, dan ciri-ciri pribadinya.
Gaya hidup mempunyai dua peran bagi konsumen, yaitu sebagai pendorono
utama dan sebagai keinginan untuk mempertahankan atau l'T'eningkatkan
gaya hidupnya (Hawkins, dkk, 1995). Gaya hidup seseorang
mempengaruhinya dalam memenuhi kebutuhannya, sikap, dan perilaku
membelinya. Apabila seseorang sudah terbiasa dengan suatu produk
(telepon selular) yang sesuai dengan gaya hidupnya maka ia akan
menetapkan kriteria-kriteria yang akan dipakai dalam memilih produk (telepon
selular) yang akan dibnli agar tetap dapat mempertahankan atau
meningkatkan gaya hidupnya (Hawkins, dkk, 1995).
Gaya hidup konsumen ini dapat diukur melalui inventori AIO atau AIO
statements.
lnventori ini terdiri dari sejumlah pertanyaan tentang aktivitas,minat dan opini (Hawkins, dkk, 1995). Konsep tersebut sejalan dengan Engel,
Blackwell dan Miniard yang mengatakan bahwa gaya hidup adalah suatu
konsep popular untuk memahami perilaku konsumen, gaya hidup
Studi tentang gaya hidup mempunyai tempat yang khusus dalam penelitian
pasar. Konsep gaya hidup dalam pemasaran diperkenalkan oleh William
Lazer pada tahun 1963. Konsep ini didefinisikan sebagai: "a systems
concept. It refers to a distinctive mode of living in its aggregate and broadest
sense" (Lazer dalam Susianto, 1993).
Dalam perkembangannya konsep ini dipakai untuk melakukan segmentasi
pasar. Di dalam kehidupannya manusia selalu melakukan sesuatu dengan
alasan yang berbeda. Oleh karena itu, pemasaran membutuhkan cara untuk
meng1dentifikasi perbedaan-perbedaan dan memecah populasi l<e dalam
beberapa sub kelompok yang lebih homogen. Usaha ini disebut segmentasi.
Mowen (1998), mengatakan segmen diidentifikasikan dengan
ュ・ョァ・ャッューッォセ。ョ@ konsumen berdasarkan kebutuhan dan keinginan yang
hampir sama.
Secara umum, ada dua pendekatan dalam segmen pasa1, yait11 berdasarkan
"produk" atau berdasarkan "orang". Dalam ウ・ァュ・ョセ。ウゥ@ bercasarkan p'oduk,
l<riteria pembeda yang digunakan berkaitan dengan ciri-ciri yJng ada pada
produk, seperti manfaat produk, musim penggur.aan produk, dan advertising
appeal. Sedangkan dalam segmentasi berdasarkan ornng, kriteria pembeda
yang digunakan berkaitan dengan ciri-ciri aspek demografis, ォ・ャ。セ@ susial, dan
karena dipercaya memberi gambaran yang lebih utuh ::Ian kaya ter1ta11g
be1bagai kelompok dalam populasi. Selain itu penelitian gayn hidup dapat
digunakan oleh para pengambil keputusan dalam bidang pemasaran untuk
lebih memahami konsumen dan menetapkfln kelompok yang mana yang
akan dijadikan "taget marketnya".
2.2.2 Pengukuran gaya hidup
Menurut Susianto (1993), gaya hidup tidak digunakan secara seragarn dalam
literatur dan literatur mengenai gaya hidup ini lebih banyak didominasi oleh
penelitian empiris daripada usaha untuk merumuskan suatu teori yang
komprehensif. Oleh karena itu, ia mengelompokkan studi-studi gaya hidup
berdasarkan pada dua dimensi yaitu dasar pembuatan tipologi dan tujuan
penggunaan tipologi gaya hidup. lsi dari setiap sel merupakan tiga
pendekatan yang umum dipakai dalam studi gaya hidup.
Tabel 2.1
Pengalompokkan studi tentang gaya hidup (Susianto,1993)
Pemahaman
Tujuan penggunaan
Peramalan
Dasar pembuatan
Dengan teori Tanpa ieori
Nas Dan V. D Sande
セQP@
1. Nas dan V.d Sande
Dalam pengertian mereka gaya hidup merujuk pada kerangka acuan yang
dipakai oleh seseorang dalam bertingkah laku. Dui; aspek yang
ditekankan adalah bahwa individu berusaha membuat seluruh aspek
h1dupnya berhubungan dalam suatu pola terlentu, dan mengatur strategi
bagaimana ia ingin dipersepsi olel1 orang lain (Susianto, 1893).
Menurut Nas dan Van Des Sande (dalam Susianto,1993), ada lima
dimensi yang biasa dipakai dalam mengukur gaya hidup. Dimensi-dimensi
tersebut adalah sebagai berikut :
a. Dimensi mo1fologis
Dimensi ini merujuk pada aspek lingkungan dan demograb:. Dari
dimensi ini ingin diketahui sejauh mana individu menggunakan kota
dan fasilitasnya dalam aktivita-aktivitas men;ka.
b. Dimensi hubungan sosial
Dimensi ini menggali pola hubungan sosial incividu. S'"berap3 luaskah
hubungan sosial individu.
c. Dimensi domain
Melalui dimensi domain ini diperoleh informasi rnengenai pola c.ktiv:tas
individu.
d. Dimensi makna
Dimensi ini 「・イセ。ゥエ。ョ@ erat dengan dimensi hubungan sosial. Dimensi
kegiatan-kegiatannya. Setiap individu mungkin mF.imiliki kegiatan yang sama,
tetapi dapat merrherikan makna yang berbeda pada l<egiatan tersebut.
e. Dimensi gaya
Dimensi ini merujuk pada aspek lahiriah dari gaya hidup tanpa
simbol-simbol yang digunakan dan nilai simbol-simboliknya yang diberil<an oleh
individu. Dimensi ini juga ingin melihat pentingnya gaya bagi individu.
Kekuatan konsep gaya hidup terletak pada fleksibilitas dari kelima
dimensi tersebut. Keunikan suatu gaya hidup ditentukan oleh
seberapa jauh salah satu dimensi mendominasi, atau kornbinasi
tertentu dari berbagai dimensi gaya hidup.
2. VALS
Values
and
lifestyles (VALS) dikembangkan oleh SRI (Survey ResearchInternational) pada tahun 1978. istilah VALS merupakan gabungan dari
dua konsep, yaitu "nilai" dan "gaya hidup". Dalam hal ini nilai merupakan
seluruh aspek yang ada pada diri individu seperti kepercayaan, opini,
sikap, harapan, ketakutan, prasangka, kebutuhan, dorongan, dan lain-lain
yang secara bersama-sama mempengaruhi tingkah laku. Satu bentuk
nilai tersebut sangat kompleks, yang secara menyeluruh diekspresikan
Berbeda dengan Nas dan Van Des Sande, Mitchell tidak memberikan
uraian teoritis mengenai ko11sep gaya hidup, lebih terkesan menggunakan
gaya hidup sebagai sinonim dari tingkah laku. Dan mer11c.ng uraian
taoritisnya justru terletak pada keterkaitan pada sembilan tipe VALS
(Susianto,
1993).
3. AIO (Activities, Interest, and Opinion)
Kotler dalam Hendani
(1996)
menyebutkan bahwa gaya llidup me1ujukpada pola hidup manusia yang diekspresikan melalui aktivitas-dl<tivitas,
minat-minat dan pendapat-pendapatnya. Aktivitas, minat, dan pendapat
dari individu inilah yang dipandang sebagai terjemahan dari !wnsep gay::i
hidup dalam suatu istilah (term) yang dapat diukur (measurable). Ketiga
aspek pengul<Uran gaya hidup yang telah disebutkan diatas dikenal
dengan istilah psikografi. Psikografi adalah teknik utama yang digunakan
oleh peneliti ー・イゥャ。セZオ@ kor.sumen sebagai ukuran operasional gaya h:dup.
Menurut Engel
(1995):
"Psychographics is a term cften used interchangeably with AIO
statements to describe the activities, interest and opinions of consumers.
Some researchers use the A to stand for attitudes, but activities are better
Maksudnya adalah Selain psikografi ada AIO. AIO adalah istilah yang
dapat dipertukarkan dengan psikografi. Beberapa peneliti menggunakan
A
deng<1n
artiAttitudes
(sikap), tetapiactivities
(kegiatan) merupakanpengukuran gaya hidup yang lebih baik karena kegiatan mengukur apa
yang dilakukan orang.
Reynold:> & Darden (dalam Engel, Blackwell & Miniard, 1992 dalam
Budiyanto, 1994) memberikan gambaran tentang komponen AIO sebagai
berikut:
a. Aktivitas merupakan wujud dari aksi atau tindakan yang dilakukan
seseorang (dapat diobsarvasi) seperti belanja ke toko,
memberitahukan kepada tetangga tentang suatu produk baru, dan
tindakan lainnya.
b. Mina!
(interest)
merupakan derajat kesenangar yang mer.yertaiperhatian khusus dan berkelanjutan pada objek, kejadian. atau topik.
c. Opini merupakan jawaban lisan atau berupa tulisan yang diberikan
oleh seseorang terhadap stimulus berupa pertanyaan. Opin! ini
digunakan untuk menjelaskan interpretasi, harapan, dan evalua.>i
seperti beliefs atau keyak:nan mengenai intensi ornng lain da11
Berdasarkan pengertian dari Reynolds
&
Darden (dalam Engel, Blackwell&
Miniard,1992
dalam Budiyanto,1994)
di alas makapernyataan-pernyataan dalam AIO statements terdiri dari :
1.
activity question yang menanyakan pada konsumen tentang apa yangdilakukan, apa yang dibeli, dan bagaimana mereka mengisi waktu.
2. interest question yang fokusnya pada pilihan-pilihan dcin prioritas
konsumen.
3.
opini6n question yang menggali tentang pandangan l<0nsurr.en danperasaannya mengenai berbagai hal.
Peneliti psikografi fokus pada pengukuran aktivitas mencakup bagaimana
konsumen dan keluarganya menghabiskan waktu seperti pei<erjaan,
liburan, dan lain-lain. Ketertarikan (minat) merupakan rujuxan bagi
konsumen atau keluarganya untuk menjadi prioritas. Selanjutrwa o;:iini
mencakup apa yang konsumen rasakan tentang bermacam-macam
peristiwa atau isu, contoh politik, sosial, pendidikan dan masa depan.
Selain psikografi, pengukuran gaya hidup juga mP.libatkari pengukuran
demografi seperti usia, suku bangsa, pendidikan dan seb3vai11ya.
Demografi sendiri adalah suatu studi mengenai karakteristik populcis1
berhubungan dengan ukuran, pertumbuhan, kepadatan, distribusi rlan
perencanaan media. Meskipun studi demografi penting dalarn proses
perencanaan, mereka biasanya dianggap kepentingan nomor dua setelah
studi mengenai para konsumen atau pemakai produk, dalam kategori
tertentu (Surmanek dalam Hendani, 1996).
Pendekatan tentang studi-studi gaya hidup terdapat dua jenis AIO,
pertama AIO yang digunak<.n untuk tujuan pemahaman dan yang kedua
untuk tujuan peramalan. Penggunaan AIO untuk pemahaman didasari
keyakinan deskripsi konsumen pada sejumlah pernyataan akan
memberikan informasi tentang konsumen yang lebih kaya daripada
deskripsi _demografis saja. Sedangkan penggunaan AIO untuk peramalan
biasanya dilakukan dengan mengkorelasikan ratusan pemyataan AIO
dengan sejumlah perilaku konsumen (Susianto, 1993).
Sebelum kita membuat kita membuat pernyataan-pernyataan gaya hidup,
terlebih dahulu kita tentukan dimensi yang akan kita ukur dari gaya hidup
Tabel 2.2
Dimensi gaya hidup AIO (Susianto,1993)
Aktivitas Minat Opini Demografi
Kegiatan Keluarga Diri pribadi Usia
-
----·--·--·-·---Hobi Rumah lsu sosial Pe11didika11
MMMMMMMMᄋセMMセMMMMNMMMMᄋ@
Keadaan social Pekerjaan Politik Pendapatan
- -
- - - --
-··----·---·---.---·---MセMLiburan Komunitas Bisnis Pekerjaan
-Hiburan Rekreasi Ekonomi ,Jumlah keluarga
-- - -
---····---·---Keanggotaan klub Mode Pendidikan Kehidupan kota
---
MMMMMMMMMMセMMMMᄋMセMMMMMM---Komunitas Maka nan Prociuk Geugrafi
----
---·-··Belanja Media Masa depan Luas kota
·-·--·-·-·-Olah raga Prestasi kebudayaan Riwayat hidup
_J___ ----
---·--Pernyataan-pernyataan dalam AIO ini dapat beruµa
µernyataan-pernyataan umum dan µernyataan-pernyataan-µernyataan-pernyataan yang spes1fik (lebih
berhubungan dengan produk-produk tertentu atau merek produk tertrrnt11)_
Penggunaan pernyataan-pernyataan AIO ini tergantunq pada tujuan clari
peneliti. Pernyataan-pernyataan yang spesifik digunakan untuk
mendapatkan informasi tentang apa yang konsumen pikirkan mengenai
produk-produk tertentu dan bagaimana hubungan produk tersebut dengan
diri mereka. Pernyataan-pernyataan yang umum berguna untuk
mengetahui profil c:ari pasar konsumen sehingga dapat membantu untuk
memahami gaya hidup konsumen secara umum (Mowen, 1998).
2.3 Telepon Selular
Menurut Gehris dan Szul (2002) pengertian telepon selular adalah :
"A type of wireless communication that uses many base station to
divide a service area into multiple cell. Cellular calls are transferred
from base stations to base stations as a user travels from cell to cell.
Cellular phones send radio signals to low power transmitter located
within cells of 5 to 12 miles in radius.
Jadi telepon, selular merupakan salah satu jenis a lat komunikasi tan pa
menggunakan kabel dan menggunakan sinyal radio yang dikirim dari satu
stasin pemancar ke stasiun penerima. Konsep awal dari telepon selular
dimulai pada tahun 1947 ketika para peneliti mengamati telepon mobil yang
masih kasar buatannya dan menyadari bahwa dengan menggunakan sel-sel
kecil yang memakai frekuensi radio, kapasitas lalu lintas komunikasi dapat
ditingkatkan. Pada tahun 1977, Bell Labs mengkontruksi dan
mengoperasikan prototipe dari sistem selular. Setahun kemudian uji coba
sistem baru ini mulai dilakukan pada warga Chicago, lllionis dengan jumlah
mulai dioperasikan di Tokyo, Jepang dan pada tahun
198'1
Motorola danAmerican Radio Telephone memulai uji coba terhadap sistem radio-telepon
selular ini di Washington-Baltimore. Setelah saat itu, permint2an terhadap
jasa telepon selular mulai meningkat dan jumlah pelanggan telepon selular
menjadi satu juta orang pada tahun
1987
(Gheris & Szul,2002).
Telepon genggam atau lebih terkenal dengan sebutan handphone (disingkat
HP; juga disebut pula sebagai telepon selular atau ponsel) adalah sebuah
perangkat telekomunikasi elektronik yang mempunyai kemampu<.<n r:lasar
yang sama dengan telepon fixed line yang konvensional namun dapat d;bawa
ke mana-mana (portabel) dan tidak perlu disambungkan dengan jaringan
telepon menggunakan kabel (nirkabel; wireless).
Indonesia mempunyai dua jaringan telepon nirkabel saat ini yaitu GSM
(Global System For Mobile Telecommunications) dan CDMA (Code Division
Multiple Access). Telepon selular adalah sebuah produk teknologi untuk
berkomunikasi tanpa rnenggun.:1kan kabel, sehingga dapat dibawa oleh si
pengguna produk tersebut. Saal ini telepon selular telah menjadi kebutuhan
yang penting bagi individu yang memiliki mobilitas tinggi (GSM dan CDMA,
2007).
Telepon selular juga bisa disebut telepon praktis yang ringan karena
bisa menghubungi/dihubungi orang lain, juga bisa mengirim pesan. Petunjuk
pada telepon bahkan dapat diubah kedalam Bahasa lnggris. Biaya pulsanya
lebih mahal dibanding telepon biasa. (Tapi telepon selular tidak perlu uang
Hak Pernasangan sebagai "uang jaminan".) Anda dapat membelinya di toko
agen penjualan telepon (Selain agen khusus penjualan, ada juga toko
elektronik yang menjualnya). Untuk pemakaian teleoon selular, anda perlu
menandatarigani perjanjian yang biasanya memerlukan bukti identitas dan
alamat anda (Telepon selular, telepon praktis, 2006).
Telepon genggam, selain berfungsi untuk melakukan dan menerima
panggilan telepon, umumnya juga mempunyai fungsi pengiriman dan
penerimaan pesan singkat (short message service; SMS). Telepon-telepon
yang lebih mahal juga sering menambahkan fitur kamera dan layanan
internet (WAP, GPRS, 3G). Ada pula penyedia jasa telepon genggam di
beberapa negara yang menyediakan layanan generasi ketiga (3G) yang
menambahkan jasa videophone maupun televisi online di telepon genggam
mereka. Fungsi tersebut dapat disebut sebagai alasan mengapa konsumen
2.4 Kerangka Berpikir
Mahasiswa adalah kelompok transisi yang sangat potensial sebagai pasar
sasaran suati.J produk terutama produk-produk yang menggunetk<:m teknologi
seperti telepon selular. Mahasiswa sebagai konsumen merupakan indivi:Ju
yang unik dengan karakteristik yang berbeda-beda, orang yang berasal dari
kelas sosial, pekerjaan dan subkultur yang sama dapat memiliki gaya hidL1p
yang berbeda. Gaya hidup merupakan cara hidup atau pola tingkah laku
individu yang unik yanq berkaitan dengan penggunaan waktu dan uang yang
merupakan cara individu mejalani hidupnya. Gaya hidup ini mencakup
perilaku nyata dari korisumen.
Gaya hidup merupakan manifestasi eksternal dari karakteristik yang
mendasarinya, yaitu kepribadian, dalam bentuk aktivitas, minat, dan opini
konsumen te.rhadap lingkungan sekitarnya (Mowen,
1988
dalarn Salim,2002). Karakteristik latar belakang konsumen tersebut berhubungan dengan
proses-proses behavioral konsumen. Proses-proses behavioral konsumen ini
merupakar. kegiatan yang dilakukan untuk mengidentifikasi atau mengenali
perasaan, pemikiran serta perencanaan untuk melakukan aktivitas membeli.
Proses-proses behavioral ini terdiri dari motivasi, persepsi, belajar,
lntensi dapal digolongkan ke dalam proses-proses behavioral karena di
dalam intensi terkandung adanya aspek motivasional, pembentukan sikap,
dan juga berpengaruh rlalam pengambilan keputusan untuk membeli suatu
produk. lntensi menunjukkan seberapa kuat seseorang bersedia untuk
mencoba dan seberapa jauh ia merencanakan untuk melakukannya. Jika
perilaku ini berada dibawah kendali kemauan, maka usaha orang tersebut
akan menjadi aksi.
Berdasarkan penjelasan di atas, perilaku konsumen yang tergambar dalam
bentuk membeli telepon selular merupakan hasil dari intensi11y11 untuk
membeli telepon selular dengan faktor-faktor lain yang menujang ataupun
menghambatnya. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk melihat
apakah memang ada hubungan gaya hidup (lifestyle) seha:;Jai ャセ。イ。ォエ・イゥウエゥォ@
latar belakang konsumen terhadap intensi membeli telepon selular ya11g
digolongkan kedalam proses behavioral. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat
pada model hubungan gaya hidup terhadap intensi untuk membeli telfo,pon
Gambar2.2
Hubungan gaya hidup dengan intensi membeli telepon selular
Gaya hidup
2.5
l-lipotesis
.
.
lntensi membeli 11telepon selular_.__J
H1 : ada hubungan yang signifikan antara gaya hidup dengan intensi
mernbeli telepon selular pada mahasiswa.
Ho : tidak ada hubungan yang signifikan antara gaya hidup dengan intensi
3.1
Jenis Penelitian
3.1.1
Pendekatan penelitianPendekatan yang digunakan dalarn penelitian ini adalah pendekatan
kuantitatif. Penelitian kuantitatif adalah penelitian yang informasirya atau
data-datanya dikelola dengan statistik. Hipotetsis pada penelitian diuji d.:mgan
menggunakan teknik-teknik statistik (Kountur,2004). Sedangkan menurut
Azwar (2005) penelitian dengan pendekatan kuantitatif ュ・ョ・ォ。ョセ。ョ@
analisisnya pada data-data numerikai atau angka yang diolah dengen
mentode statistika. Pada dasarnya, pendekatan kuantitatif di!a:<u1<an pada
penelitian inferensial (dalam rangka pengujian hipotesis) dan menyadarkan
kesimpulan hasilnya pada suatu probabilitas kesalahan penolakan hipotesis
nihil. Dengan pendekatan kuantitatif akan diperoleh signifikansi perbedaan
kelompok atau signifikansi hubungan antar variabel yang diteliti. Pada
umumnya, penelitian セᄋオ。ョエゥエ。エゥヲ@ merupakan penelitian sampel besar.
3.1.2
Metode penelitianMetode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan
metode deskrlptlf adalah keglatan yang meliputl pengumpulan data dalam
rangka menguji hipotesis atau menjawab pertanyaan yang menyangkut
keadaan pada waktu yang sedang berjalan dari pokok. suatu penelitian.
Sedangkan penelitian korelasional adalah penelitian yang dirancang ntuk
menentukan tingkat hubungan variabel-variabel yang berbeda dalam suatu
populasi (Sevilla, et al., 1993). Menurut Azwar (2005), penelitian korelasional
adalah penelitian yang bertujuan menyelidiki sejauh mana variasi pada satu
variabel berkaitan dengan variasi pada satu atau lebih variabel lain
berdasarkan·koefisien korelasi. Dengan penelitian korelasional, pengukuran
terhadap beberapa variabel serta saling hubungan antara variabel-varibel
tersebut dapat dilakukan secara serentak dalam kondisi yang realistik. Studi
korelasional memungkinkan peneliti untuk memperoleh informasi mengenai
taraf hubungan yang terjadi, bukan mengenai ada tidaknya efek variabel satu
dengan variabel yang lain.
3.2 Variabel Penelitian
Variabel adalah konsep yang mempunyai bermacam-macam nilai. Menurut
Kerlinger (2004), variabel adalah simbol atau lambang yang padanya kita
lekatkan bilangan atau nilai. Variabel dibagi alas dua macam. yaitu variabel
Dalam penelitan ini yang menjadi variabel bebas adalah ga;a hidup
f,ementara variabel terikatnya adalah intensi membeli telepo11 selular.
3.2.1
Definisi operasional variabelDalam penelitian ini definisi operasional yang dipakai untuk keclua variabel
adalah sebagai betikut :
1 . Gaya hidup
Gaya hidup adalah cara hidup atau pola seseorang dalam menggunakan
waktu dan uangnya dalam bentuk aktivitas (Activity), m;nat (lnteres!'), dan
opini (Opinion) yang menggambarkan interasksi seseorang dengan
lingkungannya.
2. lntensi membeli tel-:.pon selular
lntensi adalah kemungkinan subjektif seseorang untuk rnemunc.ulkan
tingkah laku tertentu seperti membeli telepon selular. lntensi terdiri tiga
komponen yaitu sikap, norma subjektif, dan PBC.
3.3. Pengambilan Sampel
3.3.1.
PopulasiPopulasi an::ilah jumlah kese1uruhan dari unit analisis yang diperoleh
berdasarkan ciri-ciri yang diduga dari sampel (sebagian dari individu yang
1994). Sebagai suatu populasi, kelompok subjek ini harus memiliki ciri-ciri
atau karakteristik bersama yang membedakannya dari keiompok subjek yang
lain (Azwar, 2005). Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa Fakultas
Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam dan Jurusan Jurnalistik angkatan
2005-2006 dan 2006-2007, dengan jumlah keseuruhan mencapai 383,
dengan rincian;
1. Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam angkatan 2005-2006 dan
2006-2007 berjumlah 303 orang.
2. Jurusan Jurnalistik angkatan 2005-2006 dan 2006-2007 berjumlah 80
orang.
Alasan pemilihan populasi mahasiswa Fakultas Dakwah dan Komunii'asi UIN
Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam dan Jurusan Jurnalistik merupakan
mahasiswa yang mengikuti perkembangan high technology, terut'3ma
teknologi media komunikasi sesuai dengan karakteristik dan sarana kelimuan
yang mereka tuntut, di samping gaya hidup mereka sebagai k<ium muda.
Selain itu penggunaan telepon selular sebagai salah satu media komunikasi
yang akan memudahkan mereka berhubungan dengan yang lain, terutama
Kebutuhan akan produk ini sudah menjadi kebutuhan konsumtif, jadi
konsumen mempunyai lteinginan membeli produk tersebut sesuai dengan
apa yang dibutuhkannya.
3.3.2. Sampel dan teknik pengambilan sampel penelitian
Menurut Ferguson sampel adalah beberapa bagian kecil atau cuplikan yang
ditarik dari populasi (dalam Sevilla, et al., 1993). Menurut Donald Ary, 50
sampai 100 sampel penelitian sudah dapat dianggap cukup (Ary, 1985 dalam
Arikunto, 2003). Untuk setiap perhit11ngan statistik, jumlah sampel tersebut
cukup mempresentasikan populasi karena karakter responden dalam
populasi cukup homogen. Sampel dalam penelitian diambil dengan
menggunakan teknik accidental sampling atau sampling kebetulan, yaitu
siapa saja yang secara kebetulan berternu dengan !)eneliti dapat digunakan
.
sebagai sampel, bila dipandang orang yang kebetulan ditemui cocok sebagai
sumber data (Sugiyono,2002). lni berarti semua individu yang telah
memenuhi kriteria dan bersedia turut berpartisipasi dalam penelitian ini dapat
diambil sebagai sampel. Teknik ini memungkinkan peneliti memilih subjek
terdekat dengannya atau mudah ditemui sehingga memudahkan peneliti
dalam mendistribusikan ala! pengumpul data serta menghernat waktu dan
biaya. Meskipun dernikian, teknik ini mempunyai kelemahan, terutarna dalarn
hal generalisasi hasil untuk keseluruhan populasi. Kelemahan ini diusahakan
Jumlah sampel yang akan dipergunakan dalam penelitian ini ditentukan
dengan menggunakan formula Slevin (Sevilla,
et
a/.,1993)
sebagai beril<ut:N
ョ]MMセ@
l+Ne2
n
=
ukuran sampel yang dil<ehendakiN
=
ukuran populasie
=
batas kritis/kesalahan (ketelitian) yang diinginkan lpersenkelongga-ran ketidaktelitian karena kesalahan pengambila:i s2moel populai)
Batas kritis yang dipergunakan dalam peneliiian ini adalah sE:besar ·: 0%.
Dengan demikian dari 383 orang jumlah keseluruhan populasi yang diteliti.
maka sampel yang dapat dipergunakan dalam penelitian ini adalah sebesar
80 orang.
3.4. Pengumpulan Data
3.4.1
Metode pengumpulan dataDalarn penelitian ini, peneliti memilih metode kuesioner sebagai alat
pengumpul data. Kuesio.1er rnerupakan salah satu jenis ala! pengumpul data
berupa sejumlah daftar yang berisi suatu rangkaian pertanyaan atau
pernyataan mengenai suatu bidang untuk memperoleh data berupa
jawaban-jawaban dari para responden dalam suatu penelitian (Koentjaraningrat,
Dalam penelitian ini subjek akan diberikan kuesioner yang terdiri dari tiga
bagian, yaitu :
a. Bagian µengantar, berisi tentang nama peneliti, tujuan penelitian,
kerahasiaan jawaban yang diberikan, dan ucapan terima kasih.
b. Bagian inti, berisi dua alat ukur yaitu alat ukur gaya hidup yang terdiri dari
tiga bagian aktivitas, minat, dan opini; alat ukur intensi yang terdiri dari
ォッューッョセョ@ sikap, norma subjektif dan PBC.
c. Bagian data kontrol, berisi tentang data-data subjek seperti usia, jenis
kelamin, fakultas dan lainnya untuk melengkapi data penelitian. Data
kontrol ini berisi pertanyaan terbuka atau dengan beberapa alternatif
jawaban.
3.4.2 lnstrumen pengumpulan data
lnstrumen pengumpulan data dalam penelitian ini menggunal<an skala model
Liker! yang dibuat untuk mengukur gaya hidup yang terdiri dari bagian
aktivitas, minat .• dan opini; serta skala yang mengukur ukur inter.si untuk
membeli telepon selular yang terdiri dari komponen sikap dan norma
subjektif.
1.
Skala gaya hidupPengukuran gaya hidup dikenal dengan istilah psikografik dan AIO
dari kr•camata ilmu psikologi dan "AIO" merujuk pada opera;;ionali:iasi
gaya hidup yang mencakup kegiatan, minat, dan µendapat kor,sumen.
Pernyataan AIO didalam studi psikografik mungkin bersifat urium atau
khusus. Didalam kedua jenis pernyataan (umum dan khusus), biasanya
diberi skala Likert, dimana orang ditanya apakah mereka sangat setuju,