• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan antara kinerja kader Posyandu lansia terhadap kepuasan lansia di kelurahan Rempoa wilayah binaan kerja Puskesmas Ciputat Timur

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan antara kinerja kader Posyandu lansia terhadap kepuasan lansia di kelurahan Rempoa wilayah binaan kerja Puskesmas Ciputat Timur"

Copied!
127
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN ANTARA KINERJA KADER POSYANDU

LANSIA TERHADAP KEPUASAN LANSIA DI

KELURAHAN REMPOA WILAYAH BINAAN KERJA

PUSKESMAS CIPUTAT TIMUR

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep)

Oleh:

DESI SUCI ANGRAENI

109104000018

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

v

RIWAYAT HIDUP

Nama : Desi Suci Angraeni Tempat Tanggal Lahir : Kuningan, 23 Maret 1992

Agama : Islam

Status : Belum Menikah

Alamat : Jln Rawa Bebek RT 12/RW 13 No. 33 Penjaringan Jakarta Utara 14440

Telepon : 083872169512 4. S1 Keperawatan (UIN Syarif Hidayatullah Jakarta) (2009-Sekarang)

Pengalaman Organisasi

1. Ketua Osis MTS Pluit Raya 2. Ketua Rohis MTS Pluit Raya 3. Sekertaris Paskibra MTS Pluit Raya 4. Sekertaris Osis MAN 1 Jakarta 5. Bendahara Pramuka MAN 1 Jakarta

6. Ketua Penyelenggara HUT GUDEP Pramuka MAN 1 Jakarta Tingkat Jabodetabek

Pengalaman Seminar

1. Seminar “Cultural Approach In Holistic Nursing Care In Globalization Era” tahun 2009

2. Seminar Umum “Hilangnya Ayat dalam Undang-Undang Anti Rokok”

(7)

vi

3. Seminar Kesehatan “Perawatan Pasien Hipertensi dan Diabetes di Rumah”tahun 2010

4. Workshop Nasional “Uji Kompetensi Keperawatan” Tahun 2012

5. Seminar Nasional “Uji Kompetensi Nasional Perawat: Meningkatkan Peran dan Mutu Profesi Keperawatan dalam Menghadapi Tantangan

Global”tahun 2012

(8)

vii

Semua tertuang dalam secarik kertas ini, ketulusan, untaian doa, harapan serta kegigihan tuk meraih masa depan , untaian rasa syukur semua tertulis dalam persembahan ini.

Yang Utama Dari Segalanya...

Sembah sujud serta syukur kepada Allah SWT. Taburan cinta dan kasih sayang-Mu telah memberikanku kekuatan, membekaliku dengan ilmu serta memperkenalkanku dengan cinta. Atas karunia serta kemudahan yang Engkau berikan akhirnya skripsi yang sederhana ini dapat terselesaikan. Sholawat dan salam selalu terlimpahkan keharibaan Rasullah Muhammad SAW.

Kupersembahkan karya sederhana ini kepada orang yang sangat kukasihi dan kusayangi. Ibunda dan Ayahanda Tercinta

Sebagai tanda bakti, hormat, dan rasa terima kasih yang tiada terhingga kupersembahkan karya kecil ini kepada Ibu dan Ayah yang telah memberikan kasih sayang, segala dukungan, dan cinta kasih yang tiada terhingga yang tiada mungkin dapat kubalas hanya dengan selembar kertas yang bertuliskan kata cinta dan persembahan. Semoga ini menjadi langkah awal untuk membuat Ibu dan Ayah bahagia karna kusadar, selama ini belum bisa berbuat yang lebih. Untuk Ibu dan Ayah yang selalu membuatku termotivasi dan selalu menyirami kasih sayang, selalu mendoakanku, selalu menasehatiku menjadi lebih baik, Terima Kasih Ibu.... Terima Kasih Ayah...

My Brother’s dan Sister

Untuk adik-adikku aldi dan arjun, penghibur disaat penat, membantu dalam keadaan sulit.. untuk kakak dan adik2 ku diorganisasi terima kasih atas waktunya tuk mendengarkan keluh kesahku, memberi

semangat kepada ku dalam menyelesaikan skripsi ini, hanya karya kecil ini yang dapat aq persembahkan. Maaf belum bisa menjadi panutan seutuhnya, tapi aq akan selalu menjadi yang terbaik

untuk kalian semua... My Friend

Buat kalian teman Sri, Ummi, Ryani, adel, Ami, Nining, Qoys,Siska nd Rus, ,,,,,kalau ingat skripsi ini, ingat perjuangan kita dalam menyelesaikannya,, kala malas kalian menyemangati, kala lupa kalian mengingatkan,, perjuangan demi menggapai sebuah masa depan, yang selalu mengerjakan sampai larut malam, perjuangan demi sebuah torehan tanda tangan harus melewati begitu banyak rintangan,,,, Tapi semua itu terbayarkan dengan sebuah karya kecil ini yang mampu membuat kita solid.Terima kasih tuk semangat dan Nasihat yang diberikan, candaan penghibur disaat penat aku tak akan melupakan semua

itu. Semoga karya ini berguna dan kita mampu menggapai asa bersama-sama

Dosen Pembimbing Skripsiku..

Mafthuhah, Mkep.,PhD , Jamaludin, S.Kp, M.Kep, selaku dosen pembimbing tugas akhir saya, terima kasih banyak bu.pak.., saya sudah dibantu selama ini, sudah dinasehati, sudah diajari, saya tidak akan lupa atas bantuan dan kesabaran dari ibu dan bapak. Terima kasih banyak bu, pak

Teman2 angkatan 2009 :

Terima kasih banyak untuk bantuan dan kerja samanya selama ini… Serta semua pihak yg sudah membantu selama penyelesaian Tugas Akhir ini...

.”your dreams today, can be your future tomorrow”

(9)

viii

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA Skripsi, Desember 2013

Desi Suci Angraeni, NIM 109104000018

Hubungan antara Kinerja Kader Pos Pelayanan Terpadu Lanjut Usia terhadap Kepuasan Lansia Di Kelurahan Rempoa Wilayah Binaan Puskesmas Ciputat Timur.

xx + 82halaman + 11 tabel + 2 bagan + 4 Lampiran

Kata Kunci : Kinerja Kader, Posyandu Lansia, Kepuasan Lansia Daftar Bacaan : 55 (1995 – 2012)

ABSTRAK

Kinerja kader merupakan hasil kerja yang dilakukan kader dalam melakukan tugas serta tanggung jawab yang diberikan. Kinerja yang dilakukan dengan baik merupakan suatu proses yang akan menghasilkan input berupa kepuasan lansia sebagai pengguna posyandu lansia. Kepuasan merupakan harapan yang dirasakan lansia saat menerima pelayanan atau kegiatan yang diberikan kader dalam pelaksanaan posyandu lansia.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan kinerja kader posyandu lansia terhadap kepuasan lansia di kelurahan Rempoa binaan Puskesmas Ciputat Timur. Sampel penelitian yang digunakan berjumlah 134 lansia anggota aktif yang tersebar di 4 posbindu. Teknik yang digunakan dengan teknik proporsional starafied random sampling. Desain penelitian yang digunakan adalah penelitian asosiatif pendekatan kuantitatif. Pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian berupa kuesioner. Teknik analisis faktor digunakan untuk menjamin validitas serta reabilitas kuisoner.Teknik analisa data yang digunakan adalah korelasi pearson product moment dengan menggunakan bantuan program aplikasi statistik dalam pengolahannya. Hasil penelitian menunjukkan terbentuknya faktor dari variabel kinerja yaitu faktor sikap dan kegiatan/pelayanan serta dari variabel kepuasan faktor keandalan, empati dan kenyataan. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara kinerja dengan kepuasan lansia dengan P value sebesar 0,000 atau sig < 0,05.

(10)

ix

FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCESISLAMIC STATE UNIVERSITY (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

Undergraduates Thesis, December 2013 Desi Suci Angraeni, NIM 109104000018

The relationship between the performance of PosyanduElderly Cadre to Satisfaction of Elderly In Rempoa under Puskesmas Ciputat Timur Working Area

xx + 82 pages+ 11 tables + 2 images + 4 Attachments

Keywords: Performance Cadre, Elderly Posyandu, Elderly Satisfaction Reading List : 55 (1995 – 2012)

ABSTRACK

Cadre performance is the result of work done cadres in performing the duties and responsibilities given. Performance done well is a process that will generate the input form as user satisfaction in Posyandu elderly. Satisfaction which is perceived expectations elderly while receiving services or activities provided cadres in posyandu elderly.

This study aims to know the relationship between elderly neighborhood health cadre performance to the satisfaction of the elderly in the In Rempoa under Puskesmas Ciputat Timur Working Area. The sample used was 134 elderly active members spread over 4 Posyandu. The technique used by stratified proportional random sampling technique.The design study is a quantitative study of associative approach.Collecting data using a questionnaire research instruments. Factor analysis techniques are used to ensure the validity and reliability of the questionnaire. Data analysis technique used is the Pearson product moment correlation with the help of statistical application program in its processing. The results showed the formation factor of the performance variable factor, namely the attitude and activities / services and of variable reliability factor satisfaction, empathy and reality. Statistical test results showed that there is a relationship between performance and satisfaction of the elderly with P value of 0.000 or sig <0.05.

(11)

x Assalamu’alaikumWr.Wb.

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul ““Hubungan antara Kinerja Kader Posyandu Lanjut Usia terhadap Kepuasan Lansia di Kelurahan Rempoa Wilayah Binaan Kerja Puskesmas Ciputat Timur”yang disusun dan diajukan sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Keperawatan.

Dalam penyusunan skripsi ini, tidak sedikit kesulitan yang penulis hadapi. Namun, karena mendapatkand ukungan dan bantuan yang luar biasadari berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan sebaik-baiknya.Dengan ini, penulis ingin mengungkapkan rasa hormat dan terima kasih serta penghargaan yang tidak terhingga, kepada:

1. Prof. Dr. (hc). dr. MK. Tadjudin,Sp.And selaku Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Ns. Waras Budi Utomo, S.Kep, MKM selaku Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan.

3. Ns. Eni Nuraini, S.Kep, M.Sc selaku Sekretaris Program Studi Ilmu Keperawatan.

4. Ns. Ita Yuanita S.Kep, M.Kep selaku dosen dan pembimbing akademik. 5. Jamaludin, S.Kep, M.Kep selaku dosen dan pembimbing pertama. Terima

(12)

xi penyelesaian skripsi ini.

6. Mafthuhah, Mkep.,PhD selaku dosen pembimbing kedua. Terima kasih sebesar-besarnya untuk beliau yang telah meluangkan waktu, tenaga, arahan,serta kesabaran selama membimbing penulis dalam proses penyelesaian skripsi ini.

7. Segenap Bapak dan Ibu dosen Program Studi Ilmu Keperawatan yang telah membekali penulis dengan berbagai ilmu dan pengetahuan selama penulis mengikuti perkuliahan.

8. Seluruh staf karyawan Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

9. Segenap staf Perpustakaan Fakultas yang telah banyak membantu dalam pengadaan referensi-referensi sebagai bahan rujukan skripsi ini.

10. Ucapan terima kasih peneliti haturkan secara istimewa untuk orang tua tercinta bapak Lamdori dan ibu Sutinah yang telah mencurahkan kasih sayang tiada tara dan senantiasa mendo’akan keberhasilan penulis serta dukungan baik moril maupun materil selama proses penyelesaian skripsi ini.

11. Saudaraku Aldi dan adek Arjun serta adik-adik dan kakak-kakak dalam organisasi yang selalu memberikan do’adan semangat yang luar biasa selama proses penyelesaian skripsi ini.

(13)

xii

persatu. Terima kasih telah memberikan inspirasi, semangat dan kebersamaan yang indah selama ini.

Akhir kata semoga kita semua diberikanrahmat, hidayah serta karunia dari Allah SWT dan apa yang telah penulis peroleh selama pendidikan dapat bermanfaat dan diamalkan dengan baik.

Wassalamu’alaikumWr. Wb.

Ciputat, Januari 2014

(14)

xiii

F. RuangLingkup Penelitian... 9

(15)

xiv

BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL ... A. KerangkaKonsep ...

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN ... A. Desain Penelitian ... B. Populasi,Sampel danTeknik Pengambilan Sampel ...

1. Populasi Penelitian... 2. Sampel Penelitian... 3. Kriteria Sampel... C. Tempat dan Waktu Penelitian ... D. Instrumen Pengumpulan Data ... E. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen ...

(16)

xv

F. Metode Pengambilan Data... G. PengolahanData ... H. AnalisaData ... I. EtikaPenelitian ...

BAB V HASIL PENELITIAN... A. Gambaran Lokasi Penelitian... B. Hasil Analisa Univariat...

1. Karakteristik Responden... 2. Gambaran Distribusi Skor Variabel Kinerja Kader...

a. Distribusi skor pada masing-masing faktor variabel kinerja...

b. Distribusi skor Variabel Kinerja Kader... 3. Gambaran Distribusi Skor Variabel Kepuasan Lansia...

a. Distribusi skor pada masing-masing faktor variabel kepuasan... b. Distribusi skor Variabel Kepuasan Lansia... C. Hasil Analisa Bivariat...

1. Hubungan Masing-Masing Faktor Variabel Kinerja Kader dan Faktor Variabel Kepuasan Lansia... 2. Hubungan Kinerja Kader Terhadap Kepuasan Lansia di

Posyandu Lansia Puskesmas Ciputat Timur...

BAB VI PEMBAHASAN

A. Analisa Univariat... 1. Karakteristik Responden... a. Karakteristik Lansia berasarkan Usia... b. Karakteristik Lansia berasarkan Jenis Kelamin... c. Karakteristik Lansia berasarkan Pendidikan... 2. Gambaran Kinerja Kader... 3. Gambaran Kepuasan Lansia...

(17)

xvi

1. Hubungan antara Kinerja Kader Posyandu Lansia terhadap Kepuasan Lansia di Posyandu Lansia binaan Puskesmas Ciputat Timur, Rempoa Tanggerang Selatan... C. Pembahasan Aspek Dimensi Kepuasan... D. Keterbatasan Peneliti...

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan... B. Saran...

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

72 76 79

(18)

xvii

DAFTAR BAGAN

NomorBagan Judul Bagan hal

(19)

xviii

DAFTAR TABEL

NomorTabel Judul Tabel hal

3.1 Definisi Operasional... 38 4.1 Perhitungan Sampel... 43 4.2

Nilai MSA (Measure of Sampling Adequacy)... Interpretasi Koefisien Korelasi Uji Pearson Product Moment... Distribusi Usia, Jenis Kelamin dan Pendidikan Lanjut Usia di

Posyandu lansia Binaan Puskesmas Ciputat Timur, Rempoa... Distribusi Skor masing-masing factor pada variabel Kinerja... Distribusi Skor Kinerja Kader pada Posyandu Lansia binaan

Puskesmas Ciputat Timur... Distribusi Skor pada masing-masing Faktor Variabel Kepuasan... Distribusi Skor Kepuasan Lansia Posyandu Lansia binaan Puskesmas

Ciputat Timur... Hubungan Masing-Masing Faktor pada Variabel Kinerja dan Variabel

Kepuasan Lansia di Posyandu lansia binaanPuskesmasCiputatTimur, Rempoa... Hubungan Kinerja Kader Terhadap Kepuasan Lansia di Posyandu

(20)

xix

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Perizinan Izin Penelitian Lampiran 2 Lembar Persetujuan Responden Lampiran 3 Kuisoner Penelitian

(21)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Era globalisasi yang terus berkembang ini, Indonesia sangat fokus dalam memajukan negaranya, dengan berusaha mewujudkan masyrakat sehat, maju sejahtera. Kemajuan terjadi pada segala bidang ilmu telah menghasilkan pencapaian hasil yang positif, khususnya pada ilmu pengetahuan dan teknologi bidang medis yang dapat meningkatkan kualitas kesehatan penduduk dan meningkatkan umur harapan hidup manusia, yang pada akhirnya berdampak pada jumlah penduduk lansia yang meningkat (Depkes, 2005).

Meningkatnya jumlah penduduk lansia dapat dilihat berdasarkan hasil prediksi Badan Pusat Statistik Nasional persentase penduduk lanjut usia akan mencapai 9,77 persen dari total penduduk pada tahun 2010 dan menjadi 11,34 persen pada tahun 2020. Jumlah lanjut Usia Di Indonesia Penduduk Lanjut usia dua tahun terakhir menglami peningkatan yang signifikan pada tahun 2007, jumlah penduduk lanjut usia sebesar 18,96 juta jiwa dan meningkat menjadi 20.547.541 pada tahun 2009. Badan kesehatan dunia WHO bahwa penduduk lansia di Indonesia pada tahun 2020 mendatang sudah mencapai angka 11,34% atau tercatat 28,8 juta orang (Bappenas, 2012).

(22)

jumlah lansia Usia Harapan Hidup suatu negara juga semakin meningkat. Usia harapan hidup di Indonesia pada tahun 2009 terpantau pada angka 71 tahun dan diperkirakan akan meningkat mencapai usia 73,7 tahun di tahun 2025 peningkatan tersebut juga diikuti dengan peningkatan jumlah penduduk indonesia yang akan mencapai 273,65 juta jiwa. (Depkes, 2005)

Peningkatan angka harapan hidup dan bertambah jumlah lanjut usia disatu sisi merupakan salah satu keberhasilan dalam pembangunan sosial dan ekonomi, namun keberhasilan tersebut mempunyai konsekuensi dan tanggung jawab baik pemerintah maupun masyarakat untuk memberikan perhatian lebih serius, karena dengan bertambahnya usia kondisi dan kemampuan lanjut usia untuk beraktivitas semakin menurun (KomNasLansia,2010). Dalam hal ini dibutuhkan pemeliharaan serta peningkatan kesehatan dalam rangka mencapai masa tua yang sehat, bahagia berdaya guna dan produktif.

(23)

dikembangkan oleh Puskesmas atau yang muncul dari aspirasi masyarakat sendiri.

Wilayah Tanggerang Selatan merupakan daerah yang sedang berusaha meningkatkan kesehatan lansia hal ini dapat dilihat dari banyaknya jumlah posbindu yang berada di wilayah Tanggerang Selatan, berdasarkan data dari BPS Tangsel tahun 2009 108 posyandu lansia tersebar di 10 kecamatan dengan jumlah kader yang aktif sebanyak 500 kader (BPS Tangsel, 2009).

Posyandu Lansia merupakan suatu forum komunikasi, alih teknologi dan pelayanan kesehatan oleh masyarakat dan untuk masyarakat yang mempunyai nilai strategis untuk pengembangan sumber daya manusia khususnya lanjut usia(Depkes, 2001). Pelaksanaan pelayanan kesehatan lansia di posyandu sangat tergantung kepada sumber daya manusia (SDM) dalam organisasi, SDM yang turut berperan penting menentukan kelancaran kegiatan posyandu adalah kader, karena kader posyandu merupakan pelayan kesehatan (health provider) yang berada di dekat kegiatan sasaran posyandu dan memiliki frekuensi tatap muka lebih sering daripada petugas kesehatan lainnya (Heru, 1995).

(24)

dalam menjalankan pelayanan kesehatan di posyandu merupakan sumber daya yang penting dan sangat dibutuhkan untuk mencapai kinerja yang optimal (heru, 1995). Dalam hal ini, kader posyandu lansia juga dituntut memberikan pelayanan yang optimal sehingga kinerja yang dikeluarkan baik dan pengguna jasa pelayanan dalam hal ini lansia juga dapat merasakan kenyamanan dalam posyandu lansia tersebut.

Pentingnya keaktifan seorang kader posyandu lansia juga tergambarkan dalam sebuah hasil penelitian yang dilakukan di posyandu di daerah Kediri pada tahun 2012, mengatakan bahwa “ada pengaruh antara kinerja kader terhadap tingkat kemandirian posyandu” (Vensi, 2012). Dari hasil tersebut dapat dinyatakan bahwa kinerja kader sangat mempengaruhi kualitas serta eksistensi dari posyandu lansia itu sendiri. Selain penelitian di atas, pnelitian lain yang menjelaskan pentingnya kinerja kader dalam posyandu lansia yaitu penelitian yang dilakukan di Kutai menjelaskan bahwa “ kinerja kader dalam menggerakkan masyarakat sangat mempengaruhi kualitas pelayanan posyandu tersebut”(Arminiwati, 2010).

(25)

posyandu lansia sehingga lansia merasakan harapan yang sesuai dengan yang diiginkan.

Dalam mengukur suatu pelayanan ada tiga variabel yaitu input, proses dan output. Kepuasan terdapat pada variabel output yang sebelumnya dalam variabel proses mencakup interaksi pemberi pelayanan dengan konsumen, kinerja masuk dalam cakupannya, sehingga kinerja dengan kepuasan merupakan elemen yang saling terkait satu sama lain (Donnabodien,1980). Kinerja yang diberikan akan menggambarkan kepuasan para pengguna jasa/pelayanan.

Hasil Studi Pendahuluan yang dilakukan di posyandu lansia wilayah Rempoa kader dimasing-masing posyandu lansia berjumlah 8 orang tetapi yang aktif sebanyak 5-6 orang, pendataan lansia di posyandu dilakukan hanya setiap pelaksanaan diluar pelaksanaan pendataan lansia jarang dilakukan sehingga, pencatatan kunjungan lansia hanya dicatat berat badan ,tinggi badab serta keluhan yang terkadang keluhan pun dicatat oleh petugas kesehatan. Jumlah lansia yang datang mengalami penurunan dari tahun sebelumnya.

(26)

didukung dengan hasil wawancara saat studi pendahuluan yang dilakukan terhadap 8 kader Posyandu dan 10 lansia diwilayah Rempoa dan didapatkan hasil sebanyak 5 orang kader mengatakan bahwa pelatihan kader selama ini dilakukan oleh puskesmas frekuensi pelatihan sesuai dengan dana yang ada, diluar itu kader jarang mengikuti pelatihan dari luar puskesmas. Lima orang kader juga mengatakan bahwa selama ini fasilitas yang digunakan belum optimal dalam menunjang kegiatan posyandu lansia. Wawancara juga dilakukan kepada lansia, sebanyak 5 lansia mengatakan nyaman dengan pelayanan posyandu lansia tetapi terkadang masih belum lengkap fasilitas yang diberikan kader dan petugas kesehatan, sebanyak 7 lansia mengatakan kader jarang melakukan penyuluhan serta pendataan kepada lansia dan 3 orang mengatakan tidak puas terhadap posyandu karena terkadang menunggu lama pada saat posyandu lansia dilaksanakan terutama pada saat pemeriksaan tekanan darah karena hanya dilakukan oleh 1 petugas kesehatan tanpa dibantu oleh kader.

(27)

B. Rumusan Masalah

Posyandu lansia sebagai program puskesmas mengupayakan pemberian pelayanan yang optimal bagi pengunjung atau klien. Pelaksanaan program yang sesuai dan pelayanan yang menunjukkan keramahan dapat menjadikan nilai tersendiri bagi lansia yang mengikuti program tersebut dan dapat tercipta perasaan puas pada lansia.

Pelayanan optimal ditunjang oleh kinerja kader yang baik serta sesuai dengan prosedur dalam memberikan sebuah pelayanan kesehatan, sehingga para pengunjung bisa merasakan pelayanan dan merasakan kepuasan terhadap program pelayanan tersebut.

C. Pertanyaan Penelitian

1. Bagaimana Kinerja kader dalam memberikan pelayanan di posyandu lansia?

2. Bagaimana tingkat kepuasan lansia terhadap kinerja kader posyandu lansia di kelurahan Rempoa daerah binaan puskesmas Ciputat Timur? 3. Bagaimana Hubungan antara Kinerja kader terhadap kepuasan lansia di

kelurahan Rempoa daerah binaan puskesmas Ciputat Timur?

D. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum

(28)

2. Tujuan Khusus

a. Mengidentifikasi kinerja kader dalam memberikan pelayanan di posyandu lansia

b. Mengidentifikasi kepuasan lansia terhadap kinerja kader posyandu lansia

E. Manfaat Penelitian 1. Bagi Peneliti

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengalaman dan pengetahuan yang berharga bagi peneliti, dan mampu menerapkan pengalaman ilmiah yang diperoleh.

2. Bagi Posyandu Lansia dan Kader

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan dan dampak positif untuk lebih meningkatkan pelayanan terutama dalam kinerja kader posyandu itu sendiri, sebagai informasi bagi pemerintah dan praktisi agar lebih memperhatikan masalah kesehatan lansia dan meningkatkan kualitas pelayanan. Untuk Kader diharapakan dapat memberikan pelajaran dan pengetahuan kepada kader agar lebih meningkatkan kinerja dan memahami tugas dan tanggung jawab sebagai kader dalam melaksanakan posyandu lansia.

3. Bagi Praktik Keperawatan

(29)

F. Ruang Lingkup Penelitian

Untuk Menghindari terjadinya perbedaan pemahaman terhadap penelitian karena perbedaan sudut pandang, maka lingkup penelitian sebagai berikut:

1. Lingkup Sasaran

Peneletian ini ditujukan kepada anggota posyandu lansia yang aktif, dengan usia di atas 60tahun, bisa membaca dan berkomunikasi dengan baik.

2. Lingkup Masalah

Masalah dibatasi pada kepuasan lansia dilihat dari aspek Pelayanan yaitu Kinerja Kader Posyandu.

3. Lingkup Keilmuan

Penelitian ini termasuk dalam ruang Ilmu Manajemen Keperawatan dan Keperawatan Komunitas.

4. Lingkup Metode

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif korelasional dengan dengan rancangan penelitian cross sectional. 5. Lingkup Lokasi

Lokasi penelitian ini berada di kabupaten Tanggerang Selatan, wilayah Kelurahan Rempoa, Puskesmas Ciputat Timur.

6. Lingkup Waktu

(30)

10 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Posyandu (Pos Pelayanan Terpadu) Lansia 1. Definisi Posyandu

Posyandu (Pos Pelayanan Terpadu) merupakan salah satu bentuk Upaya Kesehatan Bersumber Daya Masyarakat (UKBM) yang dikelola dan diselenggarakan dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan, guna memberdayakan masyarakat dan memberikan kemudahan kepada masyarakat dalam memperoleh pelayanan kesehatan dasar (Depkes, 2011)

Posyandu adalah pusat kegiatan masyarakat dalam upaya pelayanan kesehatan dan keluarga berencana.Kegiatan posyandu adalah perwujudan dari peran serta masyarakat dalam menjaga dan meningkatkan derajat kesehatan mereka (Yulifah,dkk, 2009)

2. Definisi Posyandu Lansia

Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) Lanjut Usia adalah suatu wadah pelayanan kepada lanjut usia di masyarakat, yang proses pembentukan dan pelaksanaannya dilakukan oleh masyarakat bersama lembaga swadaya masyarakat (LSM), lintas sektor pemerintah dan non-pemerintah, swasta, organisasi sosial dan lain-lain, dengan menitik beratkan pelayanan kesehatan pada upaya promotif dan preventif.

(31)

olah raga dan seni budaya serta pelayanan lain yang dibutuhkan para lanjut usia dalam rangka meningkatkan kualitas hidup melalui peningkatan kesehatan dan kesejahteraan mereka. Selain itu mereka dapat beraktifitas dan mengembangkan potensi diri. (Komnaslansia, 2010)

Posyandu lansia adalah suatu forum komunikasi, alih teknologi dan pelayanan kesehatan oleh masyarakat dan untuk masyarakat yang mempunyai nilai strategis untuk pengembangan sumber daya manusia khususnya lanjut usia (Depkes, 2000).

Posyandu Lansia adalah pos pelayanan terpadu untuk masyarakat usia lanjut disuatu wilayah tertentu yang sudah disepakati, yang digerakkan oleh masyarakat dimana mereka bisa mendapatkan pelayanan kesehatan. Posyandu lansia merupakan pengembangan dari kebijakan pemerintah melalui pelayanan kesehatan bagi lansia yang penyelenggaraannya melalui program Puskesmas dengan melibatkan peran serta para lansia, keluarga, tokoh masyarakat dan organisasi sosial dalam penyelenggaraannya (Erfandi, 2008).

(32)

3. Manfaat dan Tujuan Posyandu Lansia

Manfaat posyandu lansia menurut Depkes RI (2006) adalah :

a. Kesehatan fisik usia lanjut dapat dipertahankan tetap bugar

b. Kesehatan rekreasi tetap terpelihara

c. Dapat menyalurkan minat dan bakat untuk mengisi waktu luang Sedangkan tujuan pembentukan dari posyandu lansia secara garis besar menurut Depkes RI (2006) antara lain :

a. Meningkatkan jangkauan pelayanan kesehatan lansia di masyarakat sehingga terbentuk pelayanan kesehatan yang sesuai dengan kebutuhan lansia

b. Mendekatkan pelayanan dan meningkatkan peran serta masyarakat dan swasta dalam pelayanan kesehatan disamping meningkatkan komunikasi antara masyarakat usia lanjut.

4. Sasaran Posyandu Lansia

a. Sasaran langsung, yang meliputi pra lanjut usia (45-59 tahun), usia lanjut (60-69 tahun), usia lanjut risiko tinggi (>70 tahun atau 60 tahun atau lebih dengan masalah kesehatan.

(33)

5. Mekanisme Pelayanan Posyandu lansia

Penyelenggaraan posyandu lansia dilaksanakan oleh kader kesehatan yang terlatih, tokoh dari PKK, tokoh masyarakat dibantu oleh tenaga kesehatan dari puskesmas setempat baik seorang dokter bidan atau perawat, penyelengaraan posyandu lansia dilakukan dengan sistem 5 meja meliputi :

a. Meja 1 tempat pendaftaran

b. Meja 2 tempat penimbangan dan pencatatan berat badan, pengukuran dan pencatatan tinggi badan serta penghitungan index massa tubuh (IMT)

c. Meja 3 tempat melakukan kegiatan pemeriksaan dan pengobatan sederhana (tekanan darah, gula darah, Hb dan pemberian vitamin, dan lain - lain)

d. Meja 4 tempat melakukan kegiatan konseling (kesehatan, gizi dan kesejahteraan)

(34)

6. Bentuk Kegiatan Pelayanan dalam Posyandu Lansia

Dalam kegiatan posyandu lansia dibagi menjadi 10 tahap pelayanan, yaitu:

1. Pemeriksaan aktivitas kegiatan sehari-hari / activity of daily living, meliputi kegiatan dasar dalam kehidupan seperti makan, minum, berjalan, mandi, berpakaian, naik turun tempat tidur dan buang air. 2. Pemeriksaan status mental. Pemeriksaan ini berhubungan dengan

mentak emosional,

3. Pemeriksaan status gizi melalui penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan dan dicatat pada grafik indeks massa tubuh.

4. Pengukuran tekanan darah serta denyut nadi. 5. Pemeriksaan hemoglobin

6. Pemeriksaan adanya gula dalam air seni sebagai deteksi awal adanya penyakit gula

7. Pemeriksaan adanya protein dalam air seni sebagai deteksi awal penyakit ginjal.

8. Pelaksanaan rujukan ke puskesmas bila mana ada keluhan atau ditemukan kelainan pada pemeriksaan nomor 1 sampai 7

(35)

10. Kunjungan rumah oleh kader disertai petugas bagi kelompok usia lanjut yang tidak datang , dalam rangka kegiatan perawatan kesehatan masyarakat. (Depkes, 2006)

Pelayanan yang dilakukan di posyandu merupakan pelayanan ujung tombak dalam penerapan kebijakan pemerintah untuk pencapaian lanjut usia sehat, mandiri dan berdaya guna. Oleh karena itu arah dari kegiatan posyandu tidak boleh lepas dari konsep active ageing/menua secara aktif.Active Ageingadalah proses optimalisasi peluang kesehatan, partisipasi dan keamanan untuk meningkatkan kualitas hidup di masa tua. Jika seseorang sehat dan aman, maka kesempatan berpartisipasi bertambah besar.Masa tua bahagia dan berdayaguna tidak hanya fisik tetapi meliputi emosi, intelektual, sosial, vokasional dan spiritual yang dikenal dengan dimensi

(36)

B. Kader Posyandu 1. Definisi Kader

Kader kesehatan adalahlaki-laki atau wanita yang dipilih oleh masyarakatdan dilatih untuk menangani masalah-masalahkesehatan perseorangan maupun masyarakat serta untuk bekerja dalam hubungan yang dekat dengan tempat pelayanan kesehatan (Meilani.Dkk, 2009).

Kader adalah tenaga sukarela yang dipilih oleh masyarakat dan bertugas mengembangkan masyarakat (Yulifah,dkk, 2009).Menurut Mia, dkk pada tahun 2008 mendefinisikan kader secara umum yaitu tenaga yang berasal dari masyarakat, dipilih oleh masyarakat itu sendiri dan bekerja secara sukarela untuk menjadi penyelenggara posyandu.

L.A Gunawan (dalam Mia ,dkk pada tahun 2008) memberikan batasan tentang kader kesehatan yaitu : “Kader kesehatan dinamakan juga promotor kesehatan desa (prokes) adalah tenaga sukarela yang dipilih oleh dan dari masyarakat yang bertugas untuk mengebangkan masyarakat”. Direktorat Bina Masyarakat Depkes RI memberikan batasan bahwa “kader adalah warga masyarakat setempat yang dipilih dan ditunjuk oleh masyarakat dan dapat bekerja secara sukarela.

(37)

Kader terbentuk dari dua dasar pemikiran yaitu dari segi kemampuan masyarakat dan segi kemasyarakatan. Pemikiran pertama berpendapat bahwa pembangunan nasional dalam bidang kesehatan, pelayanan kesehatan diarahkan pada prinsip masyarakat bukanlah sebagai objek, akan tetapi sebagai subjek dari pembangunan tersebut, sedangkan dari segi kemasyarakatan berprinsip bahwa perilaku kesehatan pada masyarakat tidak terlepas dari kebudayaan masyarakat itu sendiri sehingga masyarakat perlu ikut berpartisipasi dalam upaya pembangunan kesehatan (Mia ,dkk 2008).

2. Fungsi dan Tugas Kader

Tenaga yang atau kader yang dibutuhkan dalam pelaksanaan posyandu sebaiknya 8 orang namun bisa kurang dengan konsekuensi bekerja rangkap. Kepengurusan yang di anjurkan adalah:

a. Ketua Posyandu Tugas dan Fungsi :

1) Bertanggung jawab terhadap semua kegiatan yang dilakukan posyandu

2) Bertanggung jawab terhadap kerjasama dengan semua stake holder dalam rangka meningkatkan mutu pelaksanaan posyandu

b. Sekretaris

(38)

c. Bendahara

Tugas dan Fungsi :Pencatatan pemasukan dan pengeluaran serta pelaporan keuangan posyandu

d. Kader sekitar 5 orang

Tugas kader dalam posyandu lanjut usia antara lain:

1) Mempersiapkan sarana dan prasarana yang diperlukan pada kegiatan posyandu.

2) Memobilisasi sasaran pada hari pelayanan posyandu. 3) Melakukan pendaftaran sasaran pada pelayanan posyandu

lanjut usia.

4) Melaksanakan kegiatan penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan para lanjut usia dan mencatatnya dalam KMS atau buku pencatatan lainnya.

5) Membantu petugas dalam pelaksanaan pemeriksaan kesehatan dan pelayanan lainnya.

6) Melakukan penyuluhan ( kesehatan, gizi, sosial, agama dan karya) sesuai dengan minatnya.(KomNasLansia, 2010)

Sedangkan menurut Depkes (2011) tugas dan tanggung jawab pelaksana posyandu dalam hal ini adalah kader sebagai berikut

a. Sebelum Hari H Pelaksanaan Posyandu Lansia

1) Menyebarluaskan hari buka Posyandu melalui pertemuan warga setempat

(39)

4) Melakukan pembagian tugas antar kader

5) Berkoordinasi dengan petugas kesehatan dan petugas lainnya.

6) Mempersiapkan bahan PMT penyuluhan b. Saat Hari H Pelaksanaan Posyandu Lansia

1) Melaksanakan pendaftaran pengunjung Posyandu 2) Melakukan pengukuran IMT melalui pengukuran berat

badan dan tinggi badan.

3) Mencatat hasil penimbangan di buku KMS dan mengisi buku register Posyandu.

4) Membantu petugas kesehatan memberikan pelayanan kesehatan seperti Kegiatan pemeriksaan tekanan darah, pemeriksaan kadar haemoglobin darah (Hb), gula darah dan kolesterol darah.

5) Melaksanakan kegiatan penyuluhan dan konseling kesehatan dan gizi sesuai dengan hasil penimbangan serta memberikan PMT

6) Melaksanakan Konseling usaha ekonomi produtif dilakukan sesuai dengan kebutuhan dan Kegiatan aktivitas fisik/senam

(40)

c. Setelah Hari H Pelaksanaan Posyandu Lansia

1) Membuat grafik jumlah seluruh lansia yang ada diwilayah binaan posyandu lansia

2) Melakukan tindak lanjut terhadap sasaran yang tidak datang dan sasaran yang memerlukan penyuluhan lanjutan.

3) Memberitahukan kepada kelompok sasaran agar berkunjung ke Posyandu saat hari buka

(41)

C. Kinerja

1. Definisi Kinerja

Kinerja adalah penampilan hasil kerja personil baik kuantitas maupun kualitas dalan suatu organisasi. Kinerja merupakan penampilan individu maupun kelompok yang tidak terbatas pada jabatan fungsional maupun struktural (Ilyas, 2002).

Menurut Gibson, dkk (2003) kinerja adalah hasil dari pekerjaan terkait dengan tujuan organisasi, efisiensi dan keefektifan kinerja lainnya. kinerja (performance) adalah hasil kerja yang dapat ditampilkan atau penampilan kerja seorang karyawan. Dengan demikian kinerja seseorang karyawan dapat diukur dari hasil kerja, hasil tugas atau hasil kegiatan dalam kurun waktu tertentu (Notoatmodjo, 2007).

Kinerja merupakan suatu penampilan kerja atau hasil kerja secara kuantitas maupun kualitas yang dicapai seseorang dalam melakukan pekerjaan, tugas dan tanggung jawab yang diberikan ( Mangku Prawira, 2002). Sementara menurut Wibowo (2010), kinerja mempunyai makna yang lebih luas, bukan hanya hasil kerja, tetapi

termasuk bagaimana proses pekerjaan berlangsung.

(42)

Jadi, dapat disimpulkan definisi kinerja adalah hasil kerja seseorang baik secara kualiatas maupun kuantitas dalam mengemban tugas serta tanggung jawab yang diberikan.

Kinerja merupakan satu kesatuan dalam pelayanan kesehatan karena dalam mengukur sebuah mutu pelayanan kinerja petugas pun didalamnya akan menjadi salah satu tolak ukur penilaian untuk menentukan kepuasan konsumen/pengguna jasa, apakah kinerja yang diberikan sesuai dengan standar dan etik serta memberikan kepuasan bagi penduduk sekitarnya(DepKes RI, 2007).

Seperti yang dijelaskan oleh Donabodien (1980) yang dikutip Mulayadi(2001) tentang pengukuran mutu pelayanankesehatan dapat diukur dengan menggunakan tiga variabel:

1. Input (struktur) yaitu segala sumber daya yang diperlukan untuk melakukan pelayanankesehatan, seperti tenaga, dana, obat, fasilitas, peralatan, bahan, teknologi, organisasi,informasi, dan lain-lain. Pelayanan kesehatan yang bermutu memerlukan dukungan inputyang bermutu pula. Hubungan struktur dengan mutu pelayanan kesehatan adalah dalamperencanaan dan penggerakan pelaksanaan pelayanan kesehatan.

(43)

3. Output/outcome, ialah hasil pelayanan kesehatan, merupakan perubahan yang terjadi padakonsumen (pasien/masyarakat), termasuk kepuasan dari konsumen tersebut (Donabodien,1980)

2. Faktor – faktor yang Mempengaruhi Kinerja

(44)

Sedangkan Menurut Mathis(2009) faktor- faktor yang mempengaruhi kinerja individu ada tiga faktor meliputi

a. Kemampuan individu dalam melakukan pekerjaan b. Usaha yang dilakukan

c. Dukungan organisasi

Sehingga hubungan ketiga faktor ini dalam teori ilmu manajemen dapat dibuat rumus sebagai berikut

Performance (P) = Ability (A) x Effort (E) x Support (S)

Kinerja individu dapat ditingkatkan jika ketiga komponen tersebut ada pada seseorang. Motivasi individu merupakan salah satu variabel mempengaruhi usaha individu.

Menurut Mangkunegara (2009) menyatakan bahwa faktor yang memengaruhi kinerja antara lain :

a. Faktor kemampuan Secara psikologis kemampuan (ability) pegawai terdiri dari kemampuan potensi (IQ) dan kemampuan realita (pendidikan). Oleh karena itu pegawai perlu dtempatkan pada pekerjaan yang sesuai dengan keahlihannya.

(45)

3. Penilaian Kinerja

Mangkunegara (2000) mengemukakan bahwa “penilaian pegawai merupakan evaluasi yang sistematis dari pekerjaan pegawai dan potensi yang dapat dikembangkan. Penilaian dalam proses penafsiran atau penentuan nilai, kualitas atau status dari beberapa obyek orang ataupun sesuatu (barang)”.

Dari beberapa pendapat ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa evaluasi kinerja adalah penilaian yang dilakukan secara sistematis untuk mengetahui hasil pekerjaan karyawan dan kinerja organisasi.(Mangkunegara,2010).

Tujuan evaluasi kinerja adalah untuk memperbaiki atau meningkatkan kinerja organisasi melalui peningkatan kinerja sumber daya manusia. Secara lebih spesifik, tujuan dari evaluasi kinerja adalah:

a. Meningkatkan saling pengertian antara karyawan tentang persyaratan kinerja.

b. Mencatat dan mengakui hasil kerja seorang karyawan sehingga mereka termotivasi untuk berbuat yang lebih baik atau sekurang-kurangnya berprestasi sama dengan prestasi yang terdahulu.

(46)

d. Mendefinisikan atau merumuskan kembali sasaran masa depan sehingga karyawan termotivasi untuk berprestasi sesuai dengan potensinya.

(47)

D. Kepuasan

1. Definisi Kepuasan

Kepuasan adalah bentuk perasaan seseorang setelah mendapatkan pengalaman terhadap kinerja pelayanan yang telah memenuhi harapan (Gerson, 2004).

Kepuasan menurut kolter, (2007) merupakan perasaan senang atau kecewa yang muncul setelah membandingkan antara presepsi kinerja atau hasil suatu produk atau jasa dan harapan-harapan.Sedangkan Kepuasan pasien adalah tingkat perasaan seseorang setelah membandingkan kinerja atau hasil yang dirasakan dibanding dengan harapan (Kolter, 2007).

Pengertian diatas dapat didefinisikan bahwa, kepuasan adalah sebuah perasaan, pandangan seseorang (pasien atau pengguna jasa) terhadap pelayanan yang diberikan sehingga dapat memenuhi harapan.

Kepuasan adalah tanggapan seseorang terhadap kesesuaian tingkat kepentingan dan harapan (ekspektasi) sebelum mereka menerima jasa pelayanan dengan sesudah pelayanan yang merekaa terima.Sehingga kepuasan pengguna jasa pelayanan kesehatan dapat disimpulkan sebagai selisih kinerja institusi pelayanan dengan harapan pelanggan (pasien atau kelompok masyarakat) (Muninjaya2011). Dari Penjelasan tersebut dapat ditentukan rumus sebagai berikut

(48)

Dari rumus diatas menghasilkan tiga kemungkinan

1.

Performance < Expectation

Jika kinerja institusi pelayanan kesehatan lebih jelek dari apa yang diharapkan para penggunanya (pasien atau kelompok masyarakat, kinerja pelayanan akan dipandang jelek oleh pengguna , karena tidak sesuai dengan harapan.

2.

Performance = Expectation

Jika kinerja institusi penyedia pelayanan kesehatan sama dengan harapan para penggunanya, pengguna jasa akan menerima kinerja pelayanan jasa dengan baik.

3.

Performance > Expectation

Bila kinerja pelayanan kesehatan lebih tinggi dari harapan para penggunanya maka pengguna pelayanan kesehatan akan menerima pelayanan melebihi harapannya. (Muninjaya, 2011)

(49)

dan dikembangkan. Sikap positif petugas kesehatan terhadap pasien atau kelompok masyarakat akan sangat menentukaninteraksi positif ini. Petugas kesehatan mempunyai tanggung jawab moral memberikan tanggapan yang cepat dan akurat dan dilandasi empati. Sikap seperti ini memberikan nilai tambah (added value) untuk kepuasan pengguna dan juga akan menjamin partisipasi aktif mereka (Muninjaya, 2011) 2. Dimensi Kepuasan

Aspek pelayanan jasa yang dapat mengukur kepuasan pelayanan pasien menurut Parasuraman, dkk (Muninjaya, 2011) menganalisis kualitas jasa berdasarkan lima aspek komponen mutu. Kelima komponen mutu pelayanan tersebut dikenal dengan nama ServQual (Service Quality). Kelima dimensi mutu tersebut menurut Parasuraman dkk, meliputi :

a. Responsivennes (Cepat Tanggap)

Dimensi ini dimasukkan kedalam kemampuan petugas kesehatan menolong pelanggan dan kesiapannya dalam melayani sesuai dengan prosedur dan bisa memenuhi harapan pelanggan.Pelayanan kesehatan yang responsif terhadap kebutuhan pelanggannya kebanyakan ditentukan oleh sikap para front-line staff.Mereka secara langsung berhubungan dengan para pengguna jasa dan keluarganya baik melalui tatap, komuniasi non-vverbal, langsung atau melalui telepon.

(50)

Keadalan adalah kemampuan memberikan pelayanan yang dijanjikan secara tepat dan terpercaya (Pasuraman,2001). Kemampuan memberkan pelayanan kesehatan dengan tepat waktu dan akurat sesuai. Reliablity merupakan dimensi paling penting karena jasa yang diberikan sangat tergantung dari aktivitas manusia sehingga akan sulit mengharapkan output yang konsisten. Dalam memberikan pelayanan hendaknya individu melaksanankan tanggung jawab sesuai dengan kebutuhan.

c. Assurance

Kriteria ini berhubungan dengan pengetahuan, kesopanan dan sifat petugas yang dapat dipercaya pelanggan. Pemenuhan kebutuhan ini akan mengakibatkan pengguna jasa merasa terbebas dari resiko. Dimensi ini meliputi faktor keramahan, kompetensi, kredibilitas dan keamanan.

d. Emphaty

Empati meliputi kemampuan dalam melakukan hubungan komunikasi yang baik dan memenuhi kebutuhan pelanggan.Peranan SDM kesehatan sangat menentukan mutu pelayanan kesehatan karena mereka dapat langsung memenuhi kepuasan para pengguna jasa pelayanan kesehatan.

e. Tangible

(51)

(kozier, 2004). Mutu jasa pelayanan kesehatan juga dapat dirasakan secara langsung oleh para penggunanya dengan menyediakan fasilitas fisik dan perlengkapan yang memadai. Para penyedia pelayanan kesehatan akan mampu bekerja secara optimal sesuai keterampilan masing-masing.

3. Metode Pengukuran Kepuasan

Menurut Kotler (2007) ada berbagai metode dalam pengukuran kepuasan pelanggan yaitu :

a. Sistem keluhan dan saran

Pemberi pelayanan memberikan kepuasan pada pelanggan dengan cara menerima saran, keluhan masukan mengenai produk atau jasa layanan. Jika penanganan keluhan, masukan dan saran ini baik dan cepat, maka pelanggan akan merasa puas, sebaliknya jika tidak maka elanggan akan merasa kecewa. Contohnya dengan menggunakan formulir, kotak saran, kartu komentar.

b. Riset kepuasan pelanggan

(52)

c. Ghost shopping

Yaitu model yang mirip dengan marketing intelligence

yaitu pihak pemberi jasa dari pesaingnya dengan cara berpura-pura sebagai pembeli atau pengguna jasa dan melaporkan hal-hal yang berkaitan dengan cara memahami kelemahan dan kekuatan produk jasa atau cara pesaing dalam menangani keluhan.

d. Analisa pelanggan yang hilang

(53)

E. Lansia

1. Definisi Lansia

Menurut UU No.14 tahun 1998 tentang kesejahteraan lanjut usia, pengertian lanjut usia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun keatas. Keadaan ini di bagi menjadi dua, yaitu lanjut usia potensial dan lanjut usia tidak potensial. Lanjut usia potensial adalah lanjut usia yang masih mampu melakukan pekerjaan dan atau kegiatan yang dapat menghasilkan barang dan jasa, sedangkan Lanjut Usia Tidak Potensial adalah lanjut usia yang tidak berdaya mencari nafkah sehingga hidupnya bergantung pada bantuan orang lain.

Lansia bukan Suatu penyakit, namun merupakan tahap lanjut dari suatu proses kehidupan yang ditandai dengan penurunan kemampuan tubuh untuk beradaptasi dengan stress lingkungan (Effendi, 2009)

Lansia adalah keadaan yang ditandai dengan kegagalan seseorang untuk mempertahankan keseimbangan terhadap kondisi stress fisiologis,kegagalan ini berkaitan dengan penurunan daya kemampuan untuk hidup serta peningkatan kepekaan secara individual (Effendi, 2009)

(54)

2. Klasifikasi Lansia

Klasifikasi berikut, mengelompokan lansia dalam lima klasifikasi a. pralansia (prasenilis)

Seseorang yang berusia antara 45-59 tahun b. Lansia

Seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih c. Lansia risiko tinggi

Seseorang yang berusia 70 tahun atau lebih/seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih dengam masalah kesehatan

d. Lansia Potensial

Lansia yang masih mampu melakukan pekerjaan dan dapat menghasilkan barang/jasa

e. Lansia tidak potensial

Lansia yang tidak berdaya mencari nafkah, sehingga hidupnya bergantung pada bantuan orang lain (Maryam, 2008)

3. Tipe Lansia

Pada umumnya lansia lebih dapat beradaptasi tinggal di rumah sendiri daripada tinggalbersama anaknya. Menurut Nugroho W ( 2000) adalah:

(55)

b. Tipe Mandiri: Yaitu mengganti kegiatan yang hilang dengan yang baru, selektif dalam mencari pekerjaan, bergaul dengan teman dan memenuhi undangan

c. Tipe Tidak Puas: Yaitu tipe konflik lahir batin, menentang proses penuaan sehingga menjadi pemarah, tidak sabar, mudah tersinggung , sulit dilayani, pengkritik dan banyak menuntut. d. Tipe Pasrah: Yaitu lansia yang menerima dan menunggu nasib

baik, mengikuti kegiatan agama, dan melakukan pekerjaan apa saja

e. Tipe Bingung: Yaitu kaget, kehilangan kepribadian, mengasingkan diri, minder, menyesa, pasif dan acuh tak acuh.

(56)

KerangkaTeori

Adaptasi dari Teori Donna Bodien (dalam Mulyadi, 2001), Gibson (2008) dan Parasuraman, (dalamMuninjaya, 2011)

- Kinerja indiviual dan Seluruh aspek / Kinerja Kader

- Aktivitas pelayanan posyandu

Outcome

Kinerja = Hasil Kerja yang diberikan & apa yg dilakukan - Kegiatan posyandu & Sikap

Kepuasan Lansia :

Performance < Expectation ( Tidak Puas) Performance = Expectation ( Cukup Puas) Performance > Expectation (Sangat Puas)

Kualitas Pelayanan Posyandu Lansia

(57)

37 BAB III

Kerangka Konsep dan Definisi Operasional

A. Kerangka Konsep

Kerangka konsep pada penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada hubungan antara kinerja kader posyandu lansia terhadap kepuasan lansia didaerah binaan puskesmas Ciputat Timur kelurahan Rempoa. Kinerja merupakan suatu tolak ukur dalam menilai kualitas dan keberhasilan suatu pelayanan kesehatan (Heru, 1995). Individu diharapkan dalam menjalankan tugas dalam hal ini kader posyandu menunjukkan kinerja secara langsung dan nyata dengan kemampuan yang mereka miliki dalam meningkatkan kinerja serta mutu pelayanan kesehatan yang akan memberikan dampak positif bagi posyandu lansia yang dikelola dan pada akhirnya berdampak pada kesejahteraan dan peningkatan kualitas hidup masyarakat dalam hal ini adalah lansia (Mathis dan John, 2009). Lansia meruapakan sasaran utama yang merasakan pelayanan sehingga dapat memberikan gambaran bagaimana kepuasan yang didapat dari kader dalam melaksanakan posyandu lansia tersebut. Dalam penelitian ini terdapat dua variabel yang akan diteliti yaitu Kinerja kader dan Kepuasan lansia, adapun kerangka konsep pada penelitian ini sebagai berikut:

Gambar 3.1

Variabel Bebas Variabel Terikat

Kinerja Kader Kepuasan Lansia tehadap Kinerja Kader

(58)

B. Hipotesis Penelitian

Adapun hipotesis penelitian ini adalah :

Ho Tidak ada hubungan antara Kinerja Kader posyandu lansia terhadap

kepuasan lansia kelurahan Rempoadaerah wilayah kerja puskesmas Ciputat Tmur

Ha Ada hubungan antara Kinerja Kader posyandu lansia terhadap kepuasan lansia kelurahan Rempoadaerah wilayah kerja puskesmas Ciputat Tmur

C. Definisi Operasional

Tabel 3.1

No Variabel Definisi Operasional Alat ukur Hasil ukur Skala

1 Kinerja Kader hasil atau prestasi kerja yang telah dilakukan oleh kader posyandu lansia sesuai dengan tugas dan tanggung jawab yang diberikan dalam memberikan pelayanan posyandu lansia

Kuisoner Hasil skoring nilai

Terpenuhinya suatu harapan dan keinginan lansia tentang pemahaman serta pelayanan yang diberikan oleh kader posyandu meliputi aspek:

(59)

baik kepuasan merespon keluhan lansia secara cepat dan tepat

Reliability (Keandalan) : Kemampuan kader dalam melaksanakan pelayanan posyandu lansia sesuai dengan tugas kader serta tujuan posyandu lansia itu sendiri.

Assurance (keyakinan): keterampilan kader dalam melaksanakan pelayanan sehingga mencerminkan suatu keyakinan serta keamanan pada lansia

(60)

40 BAB IV

Metodologi Penelitian

Metode penelitian adalah usaha untuk menjawab permasalahan, membuat suatu yang masuk akal, memahami peraturan dan memprediksi keadaan yang terjadi (Nursalam,2001). Bab ini menguraikan tentang desain penelitian, populasi dan sampel penelitian, tempat dan waktu penelitian, etika penelitian, alat pengumpulan data, uji validitas dan realibilitas, prosedur pengumpulan data, pengolahan data, pengolahan dan tekhnik analisa data.

A. Desain Penelitian

Desain Penelitian merupakan bentuk rancangan yang akan digunakan dalam melakukan prosedur penelitian. Penelitian ini menggunakan desain penelitian studi analitik kuantitatif deskripsi korelasional dengan rancangan penelitian cross sectional.Penelitian asosiatif/ hubungan dengan cross sectional adalah jenis penelitian yang menekankan waktu pengukuran/ observasi data variabel independen dan dependen hanya satu kali pada satu saat (Nursalam, 2009).

(61)

B. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel 1. Populasi Penelitian

Populasi merupakan wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipeljari dan ditarik sebuah kesimpulan (Sugiyono, 2003). Populasi dalam penelitian ini adalah lansiayang aktif mengikuti kegiatan diposyandu lansiaberjumlah 202 lansia di 4 posyandu lansia yang tersebar di kelurahan Rempoa.

2. Sampel Penelitian

Sampel penelitian merupakan sebagian yang diambil dari keseluruhan objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi (Notoadmodjo, 2002). Sampel merupakan bagian dari populasi yang akan diteliti atau sebagian jumlah dari karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Hidayat, 2008).

Perhitungan pengambilan sampel menggunakan rumus besar sampel yang diketahui populasinya dengan teknik Slovin (Notoadmodjo, 2002). Sampel yang digunakan dalam penelitian adalah lansia pengunjung atau pengguna posyandu lansia di kelurahan Rempoa. Peneliti menghintung sampel berdasarkan jumlah lansia yang aktif mengikuti dan mengujungi posyandu lansia yang tersebar pada empat posyandu lansia.

(62)

Keterangan:

n = jumlah sampel N = jumlah populasi

d = persen kelonggaran ketidak telitian pengambilan sampel (5%)

= 1 + 205(0.05)202

= 1 + 0,51202

= 202 1.51 = 133,7 ≈ 134

Setelah menghintung sampel peneliti membagi sampel dengan menggunakan tekhnik probability sampling dimana setiap anggota populasi mempunyai kesempatan untuk dijadikan sampel, dengan metode proporsional starafied random sampling (Elfindri,dkk, 2011), berdasarkan jumlah lansia anggota aktif di setiap posyandu lansia : Sakura 60 orang, Cempaka 45 orang, Bogenvil 60 orang dan Anggrek 37 orang, maka dengan menggunakan rumus :

= Ni x nN

ni = besarnya sampel

Ni = besarnya populasi pada strata ke I N = besarnya populasi secara keseluruhan n = besarnya ukuran sampel

(63)

Tabel 4.1 Perhitungan Sampel

Posyandu Lansia/Sub populasi Besarnya sampel pada stara I Jumlah

Sakura 60 x 134

Setelah dilakukan perhitungan sampel peneliti menentukan kriteria sampel yang akan digunakan.

3. Kriteria Sampel

Kriteria sampel dalam penelitian keperawatan, meliputi kriteria inklusi dan kriteria eksklusi dimana kriteria tersebut menetukan dapat atau tidaknya sampel tersebut digunakan. Kriteria inklusi merupakan kriteria dimana subjek penelitian mewakili sampel penelitian yang memenuhi syarat sebagai sampel.Kriteria ekslusi merupakan kriteria dimana subjek penelitian tidak dapat mewakili sampel karena tidak memenuhi syarat sebagai sampel penelitian (Hidayat, 2008).

Kriteria Inklusi sampel dalam penelitian ini antara lain : a. Lansia anggota aktif posyandu lansia

b. Bisa berkomunikasi dengan baik

(64)

Kriteria Eksklusi sampel dalam penelitian ini antara lain : a. Lansia yang mempunyai gangguan pendengaran b. Lansia anggota nonaktif posyandu lansia

c. Lansia dalam keadaan sakit ( sakit yang mengganggu aktivitas)

C. Tempat dan Waktu Penelitian

Lokasi Penelitian dilakukan di empat posyandu lansia yang erleta dikelurahan Rempoa wilayah kerja Puskesmas Ciputat Timur. Penelitian dilakukan pada tanggal 12 – 19 November 2013. Penentuan posyandu lansia di kelurahan Rempoa wilayah kerja Puskesmas Ciputat Timur sebagai lokasi penelitian karena daerah tersebut merupakan wilayah yang banyak memiliki posyandu lansia dari daerah lain yang masuk dalam wilayah kerja Puskesmas Ciputat Timur.

D. Instrument Penelitian

Untuk memperoleh informasi dari responden, peneliti menggunakan lembaran kuesioner yang disusun secara terstruktur berdasarkan teori dan berisikan pertanyaan yang harus dijawabresponden. Instrument penelitian terdiri dari data demografi meliputi insial nama, usia, jenis kelamin serta pendidikan dan berisi dua instrument yang meliputi:

a. Kuisoner A

(65)

pelaksanaan posyandu yang meliputi sikap kader dalam pelaksanaan serta bentuk kegiatan/pelayanan yang diberikan kader dalam pelaksanaan posyandu lansia.

b. Kuisoner B

Kuisoner B adalah pernyataan-pernyataan yang memberikan gambaran kepuasan lansia terhadap penerimaan pelayanan posyandu lansia yang diberikan oleh kader , peryantaan tentang harapan dan kenyataan yang dirasakan lansia pada saat pelaksanaan posyandu lansia yang terdiri dari dimensi tangiabels (kenyataan), realibility (keandalan), responsiveness, assurance (jaminan) dan empati.

Pernyataan dibuat berdasarkan skala Likert.Skala ini digunakan untuk mengukur kinerja kader dan kepuasan lansia. Jawaban-jawaban responden pada variabel bebas maupun terikat kemudian akan diberi nilai. Nilai-nilainya adalah sebagai berikut :

a. Pernyataan pada variabel akan dinilai dengan memberikan skala Likert yang kemudian akan diberi skor pada pernyataannya, pada variabel kinerja jawaban selalu akan diberi skor 5, Sering skor 4, kadang-kadang skor 3, jarang skor 2 dan tidak pernah skor 1. Variabel kepuasan jawaban sangat setuju diberi skor 5, setuju skor 4, netral atau biasa skor 3, tidak setuju 2 dan sangat tidak setuju diberi skor 1.

(66)

E. Uji Validitas Reliabilitas Instrumen 1. Uji Validitas

Validitas adalah pernyataan alat ukur (kuisoner) sejauh mana dapat mengukur yang ingin diukur atau sejauh mana hasil penelitian mencerminkan keadaan yang sebenarnya (Hidayat,2008). Agar hasil riset atau penelitian dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah, maka informasi yang menyangkut validitas dan reabilitas alat ukur harus disamapaikan dan diukur (Umar, 2011). Suatu kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan pada kuesioner mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut. Dalam hal ini, beberapa item pertanyaan dapat digunakan untuk mengungkapkan variabel yang diukur tersebut. Apabila aturan-aturan uji validitas dapat dipenuhi, maka diharapkan validitas yang dikehendaki peneliti akan tercapai (Arikunto, 2010).

(67)

ada di buku anggota kemudian dicatat. Keesokan harinya peneliti dan anumerator melakukan uji validitas pada 30 lansia anggota komunitas dengan memberikan arahan dan penjelasan lalu memberikan kuisoner. Setelah selesai melakukan uji validitas peneliti mengumpulkan semua kuisoner, kemudian kuisoner tersebut dilakukan skoring, setelah skoring dilakukan peneliti mengentri data tersebut dalam spss lalu dilakukan uji validitas dengan menggunakan Analisis Faktor.

Uji validitas ini menggunakan Analisis Faktor yakni suatu analisis data untuk mengetahui factor-faktor yang dominan dalam menjelaskan suatu masalah, tujuannya adalah untuk mengelompokkan data menjadi beberapa kelompok sesuai dengan saling korelasi antar

variabel. Korelasi antarvariabel independen, dalam analisis faktor, harus > 0,5 dengan signifikansi < 0,05. Nilai yang diperhatikan adalah MSA (Measure of Sampling Adequacy). Nilai MSA berkisar antara 0 hingga 1, dengan ketentuan sebagai berikut: (Santoso, 2006)

Tabel 4.2

1. MSA = 1, variabel dapat diprediksi tanpa kesalahan oleh variabel yang lain.

2. MSA > 0,5, variabel masih bisa diprediksi dan bisa dianalisis lebih lanjut.

3. MSA < 0,5, variabel tidak bisa diprediksi dan tidak bisa dianalisis lebih lanjut, atau dikeluarkan dari variabel lainnya

(68)

validitas yang dinyatakan valid adalah 10 item yang valid dan terbentuk menjadi 2 faktor baru , sikap kader pada saat pelaksanaan dan pelaksanaan kegiatan/pelayanan. Pada faktor sikap terdapat 6 item yang dinyatakan valid, item pernyataan tersebut yaitu q14, q4, q19, q15, q13 dan q17untuk faktor pelaksanaan kegiatan posyandu lansia 4 item yang dinyatakan valid dalam faktor pelaksanaan kegiatan, dengan item pernyataan q1, q6, q7 dan q5 . 10 item pernyataan tersebut dinyatakan valid karena memiliki nilai MSA > 0,5 sehingga pernyataan tersebut bisa digunakan dan dianalisis kembali, sedangkan 10 item yang tidak valid memiliki nilai Measures of Sampling Adequacy (MSA) < 0,5 sehingga dianggap kurang valid dan tidak sesuai dengan konten dari pernyataan sehingga dianggap tidak valid. 10 item yang valid diatas memiliki nilai Kaiser –Meyer-Olkin MSA sebesar 0,749 (KMO > 0,5), sehingga seluruh item yang valid dan reliabel tersebut dapat digunakan untuk dilakukan pengolahan data lebih lanjut.

Hasil uji validitas kuisoner variabel kepuasan dari jumlah Item

(69)

MSA sebesar 0,733 (KMO > 0,5), sehingga seluruh item yang valid dan reliabel tersebut dapat digunakan untuk dilakukan pengolahan data lebih lanjut.

Item yang tidak relevan atau tidak valid karena nilai MSA kurang <0,5 peneliti tidak gunakan dan tidak dianalisis kembali yaitu pada variabel kinerja item hari pelaksanaan posyandu dan setelah setelah pelaksanaan lalu pada variabel kepuasan item yang tidak valid adalah item jaminan (assurance) dan item cepat tanggap , hasil yang tidak valid karena jawaban yang diberikan responden tidak bervariasi.

2. Uji Realibilitas

Reliabilitas adalah derajat ketepatan atau ketelitian yang ditunjukkan oleh instrument pengukuran atau kuisoner (Umar, 2011). Uji realibilitas pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan uji Alpha Cronbach. Nilai koofesien korelasi yang tinggi adalah 0,600 sampai 0,799 (Hidayat, 2008).

Hasil pengujian realibilitas instrument adalah 0,803 untuk variabel kinerja dengan nilai realibilitas pada faktor Sikap kader memiliki nilai

Cronbach's Alpha sebesar0,778, untuk faktor Pelaksanaan kegiatan 0,627dan 0,825 untuk variabel kepuasan dengan nilai realibilita masing-masing faktor adalah faktor keandalan nilai Cronbach's Alpha

(70)

F. Metode Pengumpulan Data

1. Tahap pertama yaitu persiapan. Peneliti menentukan subjek penelitian, tujuan penelitian, dan tempat penelitian. Peneliti mengajukan surat izin dari Fakultas untuk diserahkan ke Dinas Kesehatan Tanggerang Selatan dengan tembusan Kepala Puskesmas Ciputat Timur dan Kelurahan Rempoa.

2. Tahap kedua pengumpulan data sampel. Peneliti mengumpulkan data dari kader 4 posyandi lansia. Data yang diambil adalah jumlah lansia yang aktif di masing-masing posyandu lansia setelah di dapatkan data dari ke 4 posyandu tersebut peneliti membagi sesuai dengan perhitungan proporsi sampel.

3. Tahap ketiga pelaksanaan. Peneliti dibantu oleh 3 orang numerator yang telah dilatih sebelumnya membagikan kuesioner kepada lansia anggota aktif posyandu lansia yang telah terpilih secara acak pada masing-masing posyandu lansia. Peneliti memperkenalkan diri, menyampaikan maksud dan tujuan serta meminta ijin secara lisan dan tertulis (informed consent). Peneliti dan numerator memberikan kuesioner serta menjelaskan cara mengisi kuesioner tersebut.

(71)

memasukkan data ke dalam software statistik (SPSS 18) dan melakukan analisis. Tahap terakhir adalah memeriksa kembali apakah ada kesalahan pada data atau pada proses input dan analisis.

G. Pengolahan Data

Dalam proses pengolahan data, peneliti menggunakan langkah-langkah pengolahan data menurut Budiarto (2002) diantaranya:

1. Editing

Editing adalah upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data atau formulir kuesioner yang diperoleh atau dikumpulkan.Editing dapat dilakukan pada tahap pengumpulan data atau setalah data terkumpul.

2. Coding

Coding merupakan kegiatan pemberian kode numerik (angka) terhadap data yang terdiri atasa kategori.Pemberian kode ini sangat penting bila pengolahan dan analisis data menggunakan komputer.Biasanya dalam pemberian kode dibuat juga daftar kode dan artinya dalam satu buku (code book) untuk memudahkan kembali melihat lokasi dan arti suatu kode dari suatu variable.

3. Entry data

(72)

H. Analisa Data

1. Analisis univariat

Analisis univariat digunakan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan data atau variabel secara sederhana(Umar, 2011).

Data univariat pada penelitian ini meliputi usia responden, jenis kelamin dan pendidikan responden serta hasil skor kinerja kader dan kepuasan lansia. Untuk hasil skor kinerja di interpetasikan semakin nilai mendekati nilai tertinggi kinerja semakin baik dan jika mendekati nilai terendah kinerja buruk, dan untuk nilai kepuasan di intepretasikan semakin nilai mendekati nilai tertinggi kepuasan yang dirasakan cukup tinggi baik dan jika mendekati nilai terendah reponden merasakan ketidakpuasan.

2. Analisis bivariat

(73)

mengetahui hubungan antara variabel, dengan derajat kepercayaan 95% dan α= 5%. Interpretasi pada uji ini adalah Nilai korelasi (r) berkisar mulai dari -1 sampai dengan 1, nilai semakin mendekati 1 atau -1 berarti hubungan antara dua variabel semakin kuat, sebaliknya nilai mendekati 0 berarti hubungan antara dua variabel semakin lemah. Nilai positif menunjukkan hubungan searah (X naik maka Y naik) dan nilai negatif menunjukkan hubungan terbalik (X naik maka Y turun). Menurut Sugiyono (2012) pedoman untuk memberikan interpretasi koefisien korelasi sebagai berikut:

Tabel 4.3

0,00 – 0,199 Sangat Rendah

0,20 – 0,399 Rendah

0,40 – 0,599 Sedang

0,60 – 0,799 Kuat

0,80 – 1,000 Sangat Kuat

Signifikansi bisa ditentukan lewat baris Sig. (2-tailed), jika nilai Sig. (2-tailed) < 0,05, maka hubungan yang terdapat pada r dianggap signifikan.

I. Etika Penelitian

(74)

dengan manusia. Masalah etika yang harus diperhatikan dalam proses penelitian adalah sebagai berikut (Hidayat, 2008):

1. Lembar persetujuan (Informed consent)

Lembar persetujuan ini di berikan kepada responden yang akan diteliti untuk ketersediaannya menjadi responden penelitian. Persetujuan dari responden merupakan hak dari responden yang sebelumnya sudah diberitahunkan oleh peneliti mengenai tujuan penelitian, prosedur pelaksanaan, manfaat penelitian, dan kerahasiaan responden.Lembar persetujuan ini ditandantangani oleh responden yang bersedia menjadi responden penelitian.

2. Tanpa nama (Anonymity)

Penelitian ini tidak akan mencantumkan nama responden pada lembar pengumpulan data yang di isi oleh responden, tetapi menuliskan kode pada lembar pengumpulan data yang di berikan kepada responden.

3. Kerahasiaan (Confidentially)

(75)

55 BAB V

HASIL PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan di lingkup binaan Puskesmas Ciputat Timur, dengan jumlah responden sebanyak 134 responden, responden tersebut merupakan anggota aktif posbindu yang berada di kelurahan Rempoa binaan Puskesmas Ciputat Timur. Penelitian ini dilakukan pada tanggal12 – 19 November 2013.Pada saat penelitian, peneliti dibantu oleh 3 orang anumerator yang berasal dari Program Studi Ilmu Keperawatan angkatan 2009. Penyebaran kuesioner dilakukan di 4 posyandu lansia di kelurahan Rempoa binaan Puskesmas Ciputat Timur dengan target respondennya adalah Lansia anggota aktif posbindu Cempaka, Sakura, Bogenviel dan Anggrek

A. Gambaran Lokasi Penelitian

(76)

Pelayanan Kesehatan Usia Lanjut terdapat pada klinik geriatri setiap hari jumat. Pemeriksaan kesehatan usia lanjut juga dilakukan setiap satu bulan sekali di 7 Posbindu yang tersebar di dua kelurahan Rempoa terdapat 4 Posbindu dan Cempaka Putih terdapat 3 posbindu dengan memberikan pengobatan. Pelaksanaan penelitian ini dilaksanakan di 4 posbindu yang berada di Kelurahan Rempoa.

B. Hasil Analisa Univariat 1. Karakteristik Responden

Karakteristik responden di bawah ini adalah karakteristik sampel penelitian berdasarkan jenis kelamin, usia dan pendidikan. Berikut adalah kategori responden penelitian, antara lain

Sumber: data primer diolah (2013) Karakteristik

(77)

Tabel 5.1 menunjukkan distribusi frekuensi responden berdasarkan usia, jenis kelamin dan pendidikan. Untuk karakteristik usia dari 134 responden mayoritas responden berusia diantara kisaran 60-70 tahun yaitu berjumlah 115 orang (85,8%), responden yang berusia 70-80 berjumlah14 orang (10.4%) sedangkan responden yang berusia diatas 80 tahun berjumlah 5 orang (3,8%) dengan nilai usia rata-rata 65,24 variasi nilai 5,985 dan dengan nilai usia terendah 60 dan tertinggi 85.

Untuk karakteristik jenis kelamin mayoritas responden adalah perempuan yaitu berjumlah 88 orang (65,7%), sedangkan responden laki-laki berjumlah 48 orang (34.3%) dengan nilai rata-rata 1,66 dan variasi nilai 0,477.

Gambar

No Tabel 3.1 Variabel Definisi Operasional
Tabel 4.1
1.Tabel 4.2  MSA = 1, variabel dapat diprediksi tanpa kesalahan oleh
Tabel 4.3 0,00 – 0,199
+7

Referensi

Dokumen terkait

chain management yang berguna untuk meningkatkan kinerja supply chain secara keseluruhan terutama bagi perusahaan semen instant. Mengidentifikasi proses-proses kunci pada

(2) Universitas dapat menyusun dan menetapkan peraturan yang lebih rendah tingkatannya dalam bentuk pedoman dan/atau panduan dan/atau prosedur dan atau petunjuk

Inventarisasi dari potensi keanekaragaman hayati pada ruang terbuka hijau Kampus Mendalo Universitas Jambi meliputi jalur hijau utama , hutan kampus, hutan sekunder dan beberapa

Perhitungan Debit Lumpur Tinja Berdasarkan Permen PU tentang Penyelenggaraan Pengembangan Sistem Pengelolaan Air Limbah, Sistem Pengolahan Air Limbah Setempat, Buku 4

Although it would be presumed that prosaic earmarks result in the transformation of fungible resources into moral ones and indexical earmarks into social resources,

[r]

(5) Jumlah jurnal internasional bereputasi yang dilanggan; (6) Jumlah jurnal ilmiah di lingkungan UMyang terakreditasi; (7) Jumlah penelitian kerjasama dengan pemerintah daerah;

Bahkan segitiga DHO yang dibuat subjek sama sekali tidak ada kaitannya dengan langkah untuk menghitung jarak dari garis ke bidang, sehingga kelemahan pada kemampuan spasial