• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perbandingan Tingkat kepatuhan Santri Terhap Kiai antara santri Pondok Pesantren Modern dan santri pondok peantren Tradisional(Salafi)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Perbandingan Tingkat kepatuhan Santri Terhap Kiai antara santri Pondok Pesantren Modern dan santri pondok peantren Tradisional(Salafi)"

Copied!
118
0
0

Teks penuh

(1)

PERBANDINGAN TINGKAT KEPATUHAN

SANTRI TERHADAP KIAi

ANTARA SANTRI PONDOK PESANTREN MODERN

DAN SANTRI PONDOK PESANTREN TRADISIONAL (SALAFI)

skripsi

Olch : Murdial Kamal Nim : 007 1020 155

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SY ARIF HIDA YATULLAH

JAKARTA

(2)

LEMBAR PENGESAHAN

PERBANDINGAN TINGKAT KEPATUHAN SANTRI TERHADAP

KIAi ANT ARA SANTRI PESANTREN MODERN DAN

PESSANTREN SALAFI (TRADISIONAL)

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Pikologi untuk Memenuhi Syarat dalam Meraih Gelar Sanjana Psikologi (S. Psi)

Oleh: Murdial Kamal

NIM:100071020155

MMMセp・ュセ[ュ「[B_@

Ors. Asep Hae ul G ni, Psi

FAKUL TAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(3)

LEM BAR F ENGESAHAN

Skripsi yang berjudul PERBANDINGJl.N TINGKAT KEPATUHAN SANTRI TERHADAP KIAi ANTARA SANTRI PONDOK PESANTREN MODERN

DAN SANTRI PONDOK PESANTREN TRADISIONAL ini telah diujikan

dalam sidang munaqasyah Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 30 Agustus 2004. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Program Strata 1 (S-1) pada Fakultas Psikologi.

Oekanl etua Merangk Anggota

Ora. Hj.

N

y Hartati, M.Si NIP. 150\ 1 938

Pembimbing I

Ors. Choliluddin, AS, MA.

Penguji I

Jakarta, 8 Febuari 2005 Sidang M maqasyah,

Pembantu Oekan I Sekretaris Merang p Anggota

Ora. Hj. NIP. 150

ihayah, M.Si

Pembimbing II

I

rJ

I Gani. Psi.

(4)
(5)

KATA PENGANTAR

Puji syukur selayaknya peneliti panjatkan ke hadirat Allah swt. pemilik

alam semesta beserta isinya. Raja menusia. Yang disembah manusia

Dialah yang maha Esa. Tidak ada satupun yang setara dengan Dia.

Pengatur peredaran matahari, bulan beserta planet-planet sehingga

tidak terjadi tabrakan dan benturan. Dialah yang telah menciptakan

siang dan malam silih berganti. Hanya Engkaulah yang kami sembah

dan hanya kepada Engkaulah kami memohon pertolongan. Kepada

yang telah membimbing manusia kita di malam-malam gulita, kepada al

Mustafa yang menjadi anugerah Allah bagi umatnya, kekasih-Nya dan

junjunan al-Amin segenap makluk di alam semesta, Muhammad saw.

Limpahan salam dan Do'a juga untuk keluarga, Ali bin abi Tholib

karomallahu wajha

&

Fatimah az Zahra, beserta Hasan

&

Husen.

Semoga Allah menjaga kesucian Ahlulbayt.

Peneliti ingin mengucapkan terima kasih kepada pihak pihak yang telah

membantu dalam menyelesaikan studi dan skripsi ini. lzinkanlah

(6)

1. Oekan Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Jakarta tahun

2005 lbu Ora. Hj. Netty Hartati, M.Si.

2. Pudek I Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri, lbu Ora. Hj.

Zahrotun Nihayah, M.Si.

3. Untuk kedua pembimbing peneliti, bapak Ors Choliluddin As, M. Ag

dan Bapak Ors. Asep Haerul Gani. Psi. Beliau berdua merupakan

Sosok "Arif wa Uswah Hasanah" bagi peneliti dalam menyelesaikan

skripsi ini. terima kasih atas limpahan ilmu dan waktu yang telah

disediakan bagi peneliti. Semoga niat suci dan apa yang telah

dikerjakan menjadi amalan sholihah dan bermanfaat untuk

kehidupan di dunia dan akhirat nanti.

4. Terima kasih peneliti ucapkan untuk para penguji yang telah

memberikan masukan dan saran agar skripsi ini menjadi baik

adanya.

5. KH. Abdurahim Sanusi, Le. sebagai Pimpinan pondok pesantren

Al-Aulia Cibungbulang Bogar, sekaligus Guru bagi peneliti karena

dialah inspirasi semangat juang dalam belajar, terima kasih pula

peneliti sampaikan kepada KH. Ridwan Alawi, pimpinan pondok

Pesantren Al-ltqon Cibungbulang Bogar, yang telah mengijinkan

(7)

6. Untuk para santri pesantren Al-Aulia dan Al-ltqon sebagai

responden yang telah membantu dan bersedia mengisi skala.

7. Kepada pembimbing akademik lbu Dra. Agustiawati M.Phil. Sne.

Terima Kasih atas saran dan masukan yang baik bagi per

0 1;+;

selama menjalani perkuliahan di Fakultas Psikologi UIN S

Hidayatullah Jakarta.

8. Kepada Ayah dan lbu yang selama ini membesarkan peneliti, yang

memberikan segala perhatian, dan dorongan baik moril dan materil.

Ayah telah menjadi orang tua, sahabat, teman yang baik dan

tauladan bagi keluarga, terima kasih telah membangkitkan

semangat yang hampir pudar, Bunda yang tercinta, tidak ada obat

yang lebih mujarab kecuali belai kasih bunda. Tangisan bunda

menjadi bahan bakar semangat Dial, Allah telah menyiapkan

balasan untuk anda berdua.

9. Kepada adinda Heida, Pupu dan segenap keluarga Al-Khairiyah

(Mang Emang, Umi Ecin, Keluarga Bani Anwar, Mbahku di

Yogyakarta Lik Jan, lik Sud dan semua keluarga dijogja, Ki Toyib di

Tajur, om Endin, om Ucu, om Ndun, bi Yuli, , ,

matur Nuwun ingkang

(8)

1 O. 22-06-02 atas kesabaranmu selama skripsi, cita-cita terbesar dalam hidup ini adalah mencari kebahagiaan yang haqiqi, di dunia dan akhirat, semoga kasih sayang Allah bersama kita amin.

11. Teman teman kelas Adan B angkatan 2000 kita bertemu dilain kesempatan, dan teman teman

PMll

komisariat Fak, Psikologi; Cablak, Maki & FiT, Jabeng & Ima, Fur & Niko, kak Dodo, kukuh, Tom,dan tetangga rumah di Sedap Malam, Temen-teman kosan Pak Gayo; !wan S Psi, Jaka, Alam, Dadan, Afandi. kalian semua sahabat baik yang pernah kutemui.

12. Spesial thank to my best friend, Baydowi S. Psi untuk

gagasannya, Mustain (Norman) trims sudah memberi tempat tinggal, Bowo dan Adi thanks rumus SPSSnya, Doli, Bahri PBI, !wan editor, dan Gina (di Bogar beserta keluarga).

13. Jhon, Kang Atang, Heru, Bondan, Pak Dudi beserta keluarga, dan anak mudanya di Cimacan Cibodas, terima kasih atas

dukungannya untuk kami sewaktu Kuliah Kerja Nyata.

(9)

Semoga skripsi ini dapat bermanfaat untuk Khazanah intelektual dan

kalangan pesantren, khususnya bagi penulis dan pembaca pada

umumnya. Semoga Allah selalu melindungi kita, atas kehendakNya kita

diberi kebahagiaan yang

haqiqi, Amin Yarabbal a'/amin.

21 Januari 2005 M

ldul Qurban 1425 H

(10)
(11)

ABSTRAKSI

(C) Murdial Kamal

(A) Fakultas Psikologi

(B) Januari 2005

(D) PERBANDINGAN TINGKAT KEPATUHAN SANTRI TERHADAP KIAi, ANTARA SANTRI PESANTREN MODERN DAN SANTRI PESANTREN SALA Fl

(E) xiv + 49 halaman

(F) Perilaku kepatuhan santri menarik bila kita perhatikan secara seksama. Kepatuhan merupakan salah satu aspek perilaku dalam kehidupan sosial. Berbagai alasan dapat mendasari timbulnya perilaku tersebut, tetapi mengapa santri memiliki kepatuhan kepada kiainya? Apakah karena santri tersebut menganggap kiainya adalah seorang kiai yang dimuliakan

dengan karismanya dan kedalaman ilmunya? Apakah perilaku santri dipengaruhi oleh tingkat kepatuhan dan penyesuaian diri (obedience and conformity) terhadap kelompok dan komunitasnya dan keinginan untuk melaksanakan semua keinginan kiainya? Untuk mengetahui hal itu peneliti mengajukan pertanyaan untuk penelitian ini yaitu:

"Apakah ada perbedaan tingkat kepatuhan santri terhadap kiai antara santri pesantren modern dan santri pesantren tradisional (salafi)?"

Penelitian ini menggunakan skala sikap kepaluhan santri. Proses penyebaran skala dilakukan di Pondok Pesantren Al-Aulia Situ llir Cibungbulang Bogar dan Pondok Pesantren Al-ltqon Situ llir

Cibungbulang Bogar, dengan persetujuan pihak Pondok Pesantren Al-Aulia dan Pondok Pesantren Al-ltqon di Bogar jumlah subjek dari masing-masing pesantren 30 orang.

(12)

Tahap pengolahan data pertama kali dilakukan skoring terhadap hasil kuesioner yang telah diisi responden, menghitung dan membuat tabulasi data, metode analisis data menggunakan uji-t (!-test) antar kelompok.

Responden terdiri dari dua kelompok, yakni kelompok santri modern dan santri tradisional (salafi), responden yang diambil dalam penelitian ini adalah 60 orang, yang terdiri dari 30 santri modern dan 30 santri salafi, dengan rincian responden laki-laki berjumlah 26 orang dan jumlah responden perempuan 34 orang.

Diketahui nilai rata-rata kelompok santri modern sebesar 323,27 dan nilai rata-rata santri salafi 326,97. Nilai salafi lebih besar, maka dari itu

kepatuhan santri salafi terlihat lebih tinggi.

Dari uji statistik, didapat t hitung -0,617 (p> 0,05) yang menyatakan tidak ada perbedaan sikap kepatuhan santri terhadap kiai antara santri

pesantren modern dan santri pesantren tradisional (salafi) diterima.

Kesimpulan dari penelitian ini adalah tidak ada perbedaan sikap

kepatuhan santri terhadap kiai antara santri pesantren modern dan santri pesantren tradisional (salafi), baik santri santri pesantren modern dan santri pesantren tradisional, dalam memahami perilaku kepatuhan mereka memiliki sikap positif terhadap perilaku kepatuhan, walaupun memang ada kecenderungan santri salafi lebih patuh terhadap kiainya.

(13)
(14)

DAFTAR ISi

LEM BAR PERSETUJUAN . . . ii

LEM BAR PENGESAHAN .... .. .. . .. .. .. .. .. .. .. .. ... . .. .. . .. ... .... ... .. . .. .. .. . iii

KATA PENGANTAR ... ... ... ... .... ... .. .... .. .. .. ... ... .... .. .. .. iv

ABSTRAK ... ··· ... ... .. ... ... ... ... ... IX

DAFT AR ISi ... .. .... .... .. .. .... ... ... ... ... .. .. .. ... ... .. . ... ... ... ... ... .. ... xi

DAFT AR TABEL ... ... ... ... ... ... ... ... xiv

DAFT AR LAMPIRAN ... ... ... ... ... ... ... ... .. ... ... ... ... .. ... ... ... ... xv

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah 1

1.2. Pembatasan Masalah .. . .. . . .. .. . .. . . .. . .. . .. .. . . .. . . .. .. . .. . . .. .. . .. 1 O 1.3. Perumusan Masalah .. ... . .. . .. .. .. .... .. . .. .. . .. .. .. .. .. .. . .. .. .. .. . .. 11 1.4. Tujuan Penelitian .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. 12

1.5. Manfaat Penelitian 12

1.6. Metode Pembahasan... 12 1. 7. Sistematika Penulisan .... .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. . 13

BAB 2 KAJIAN TEORI

(15)

2.1.2. Asal mula adanya pondok pesantren... .. . . 16 2.1.3. Unsur-unsur Yang Terdapat Pada Pesantren .. 17 2.1.4. Jenis-jenis Pondok Pesantren.. . .. .. . .. . . 18 2.2. Kepatuhan. .. . .. ... ... ... ... ... ... ... . .. . . . ... ... .. . .. . ... ... .. . ... . . . ... .. . .. ... 21 2.2.1. Pengertian kepatuhan ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... .... 21 2.2.2. Proses terjadinya kepatuhan ... .

2.2.3. Faktor-faktor yang menyebabkan kepatuhan ... .

2.2.4. Kepatuhan santri terhadap kiai ... . 2.3. Hipotesa Penelitian

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Subjek Penelitian 3.2. Alai Pengumpulan Data 3.3. Prosedur Penelitian 3.4. Metode Analisis Data

BAB 4 HASIL PENELITIAN

22 23

25

30

31 32 36

37

(16)

BAB 5 KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

5.2. Diskusi

5.3. Saran

DAFT AR PUST AKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN

(17)

DAFT AR T ABEL

[image:17.524.30.436.155.504.2]
(18)

LJ\Ml'IRJ\N LAMPIRAN II LAMPIRAN Ill LAMPIRAN IV LAMPIRAN V

DAFTAR LAMPIRAN

Surat izin penclitian Kata pengantar penelitian : Jnstrumen penelitian

: Data has ii try out skala sikap kepatuhan santri tcrhadap kiai : Data hasil penelitian skala sikap antara kclompok pesnntren

(19)
(20)

1.1. Latar Belakang

BAB 1

PENDAHULUAN

Dinamika kehidupan santri memang menarik, bila kita perhatikan secara

seksama, hal ini terlihat dari perilaku dalam kehidupannya sehari-hari, lebih

menarik lagi mengamati perilaku kepatuhan santri terhadap kiai, juga

masalah-masalah sosial yang sering terjadi manakala mereka menjalani

hidup di pesantren. Ada dua sikap santri pada saat masuk pesantren,

pertama; bagi mereka yang terbiasa hidup bebas luar pesanten, mereka

kesulitan dalam beradaptasi dengan kehidupan pesantren yang selalu diatur

dan terikat dengan norma dan etika yang berlaku di pesantren, yang

memaksa mereka melakukan kegiatan yang sama sekali mereka tidak

inginkan, bahkan mengubah tingkah laku atau keyakinan individu agar sesuai

dengan tekanan atau harapan kelompok, (Sarwono, 1997), kedua; santri

yang mukim yaitu santri yang tinggal di pondok dalam kurun waktu yang

lama, dan mempunyai keinginan yang kuat dalam mendalami ilmu agama.

Perilaku kepatuhan menurut tokoh psikologi sosial antara lain sebagai

berikut: (Freedman, 1985) kepatuhan atau ketaatan adalah bilamana orang

(21)

2

lebih tidak suka menampilkannya. Perihal perilaku penyesuaian diri dengan

kepatuhan (conformity and obedience), yaitu adanya perubahan perilaku atau

keyakinan karena adanya tekanan dari kelompok, untuk melakukan suatu

perilaku agar bisa sesuai dengan kelompok tersebut (konformitas), baik yang

sungguh-sungguh ada maupun yang dibayangkan saja, (Kiesler & Kiesler,

1969, dalam Atkinson, 1991). Dari kedua tokoh tersebut tergambar bahwa

perilaku kepatuhan adalah setiap perilaku yang orang lakukan dengan

sengaja dilakukan, yaitu dengan cara menyesuaikan diri terhadap norma,

etika serta aturan yang berlaku dalam suatu kelompok.

Dari uraian di alas, dapal digambarkan tentang kepatuhan santri terhadap

kiai di pesantren. Perilaku kepatuhan bisa dilihat dari adanya pengabdian

sanlri, hal itu merupakan faktor manifestasi dari pengajaran kiainya, sehingga

ketaatan atau kepatuhan terjadi, kepatuhan dan ketaatan merupakan faktor

utama dalam mencapai tujuan mencari ilmu (ta'zim wa ta'ziman). Pada

dasarnya sikap patuh santri merupakan bentuk penghargaan dan

penghormatan terhadap sang guru (kiai), sehingga seorang guru dianggap

mulia dan terhormat karena keilmuan dan kecakapan dalam berpidato di

muka umum, proses semacam itu adalah pengkultusan (menghormati secara

berlebihan). ldealnya kiai adalah sosok yang seharusnya membawa kepada

(22)

3

Perilaku kepatuhan bisa terjadi dalam berbagai cara, kepatuhan yang

dilakukan santri yaitu "takzim" khidmat yang artinya mengabdi, "abdi yang

setia" (KBBI, 1990), dengan sungguh-sungguh mengabdi kepada kiai maka,

tujuan dan cita-cita belajar di pesantren akan mendapat restu dan nilai

kemanfaatan yang tinggi atau sering disebut barokah, saat mendapat

perintah dari kiainya mereka rela melakukan apapun yang menjadi perintah

kiai, tanpa ada penolakan atau alasan untuk tidak melakukannya. Kepatuhan

terjadi ketika adanya peraturan yang dibuat oleh kiai, yang perilaku individu

dikontrol dan diarahkan oleh aturan dalam kelompok itu sendiri, ha! tersebut

efektif dengan adanya sanksi yang dibuat dan disepakati (Wiley, 1961 ). Maka

dari itu perilaku kepatuhan yang dilakukan oleh santri pada dasarnya untuk

menyesuaikan diri pada norma dan aturan pesantren, perilaku demikian guna

kelancaran bersama dalam mencapai keberhasilan agar menjadi kebiasaan,

dan nanti mereka diharapkan menjadi pendakwah yang memiliki mental

spiritual yang tinggi, sehingga ajaran tersebut dapat disebarluaskan kepada

masyarakat baik melalui perilaku atau ucapan (da'wah bi/ qauli wa da'wah bi/

ha/).

Penyebab kepatuhan santri terhadap kiai adalah; pertama begitu besarnya

pengaruh karismatik seorang kiai bagi santrinya dan masyarakat sekitar

lingkungan pesantren, ha! ini terjadi karena kepandaian dan kecakapan kiai

(23)

4

keduanya karena adanya konformitas yaitu perubahan perilaku atau

keyakinan individu agar sesuai dengan tekanan atau harapan kelompok,

ketiganya adanya penerimaan (acceptance) pada saat santri menerima

semua perintah dari kiai, tanpa bantahan atau alasan untuk menolaknya, dan

keempat menu rut (complience) yaitu setiap santri yang berada di pesantren

seharusnya patuh kepada kiai, bila hal ini tidak dilakukan maka kiai yang

menghukum santri, dan sebagai konsekuensi yang diterima santri yang

bandel mulai dikucilkan dan diklaim sebagai santri yang durhaka, dengan

melakukan perilaku kepatuhan ini, nantinya bisa diterima dalam tatanan

kehidupan lingkungan tempat pergaulan sehari-hari (Kiesler & Kiesler, 1969,

dalam Atkinson, 1991 ).

Telah dikemukakan di alas faktor-faktor penyebab kepatuhan, kemudian kita

telaah faktor lain yang menyebabkan kepatuhan di antaranya; konformitas

(penyesuaian diri), menurut (compliance) yaitu perubahan perilaku yang

terbuka secara umum, meskipun dalam hatinya tidak setuju; penerimaan

(acceptance) perubahan perilaku ini dilakukan atas dari keinginan dalam

menyesuaikan diri dengan tatanan sosial, dengan demikian proses

kepatuhan akan menyebabkan keselasaran tatanan kehidupan sosial dengan

(24)

5

Pesantren berasal dari kata santri dengan awalan "pe" dan akhiran "an" yang

berarti tempat tinggal para santri, kemudian kata santri berasal dari kata

"canlrik" bahasa jawa yang berarti seorang yang selalu mengikuti seorang

guru kemana guru ini pergi dan menetap. Yasmadi (2002) menyatakan

bahwa kata pondok berasal dari bahasa Arab "Funduq"yang artinya hotel,

asrama, rumah dan tempat tinggal sederhana, pesantren terdiri dari lima

elemen pokok yaitu kiai, santri, masjid, pondok dan pengajaran kitab Islam

klasik, dari kelima elemen tersebut merupakan ciri khusus yang dimiliki

pesantren, dan yang membedakan dengan pendidikan bentuk Jain.

Tradisi pesantren merupakan kerangka sistem pendidikan Islam tradisional,

perjalanan sejarahnya telah menjadi objek penelitian para sarjana yang

mempelajari Islam di Indonesia. Dilihat dari adanya pesantren-pesantren

yang ada, ternyata banyak pesantren yang mengalami perubahan sejalan

dengan berjalan waktu dewasa ini baik secara keilmuan, teknologi, dan pola

hid up. Maka dari sebab itu kita bisa membagi pesantren dalam 2 jenis

pesantren, jenis pesantren salafi (tradisional) dan pesantren khalafi (modern),

Pesantren salafi yaitu pesantren yang mempertahankan pengajaran

kitab-kitab Islam klasik sebagai inti pendidikannya. Di pesantren ini pengajaran

pengetahuan umum tidak ada, sementara tradisi masa Jalu tetap

dipertahankan, dan pemakaian sistem madrasah hanya memudahkan sistem

(25)

6

sorogan dan weton. Dalam sistem pengajian sorogan merupakan pengajian

yang rumit dari keseluruhan sistem pendidikan Islam tradisional, karena

tuntutan bagi santri membutuhkan kesabaran ketelatenan, ketaatan, dan

disiplin pribadi, maka kebanyakan santri di desa gaga! menempuh pengajian

ini, selain itu mereka menyadari harus mematangkan pada tingkat

"bandongan". Sistem bandongan, seorang murid tidak mesti menunjukkan ia

mengerti pelajaran yang sedang dihadapinya, pada pengajian ini kiai

biasanya membaca dan menerjemahkan kata-kata yang mudah, dengan cara

ini kiai dapat menyelesaikan kitab-kitab pendek dalam beberapa minggu saja.

Sistem bandongan digunakan untuk murid-murid tingkat menengah dan

tingkat tinggi dan hanya efektif bagi murid yang telah mengikuti sistem

sorogan secara intensif. Selain itu ada pengajian musyawarah, pada

pengajian ini para santri harus mempelajari sendiri kitab-kitab yang ditunjuk,

dan kiai hanya memimpin jalannya diskusi layaknya sebuah seminar.

Pesantren modern (khalaf1); pesantren gaya ini sudah terbuka dan menerima

hal-hal baru yang dinilai baik, dan ada sebagian pesantren yang modern yang

masih tetap mempertahankan tradisi-tradisi lama, namun juga mulai

menerapkan hal-hal yang bersifat baru. Pesantren ini mengajarkan pelajaran

umum di madrasah dengan metode klasikal, sudah membuka

(26)

7

pesantren. Di sisi lain pesantren ini masih tetap mempertahankan pengajaran

kitab-kitab klasik, pesantren seperti ini dijuluki pesantren modern.

Dikotomi tradisional dan modern yang sering dipergunakan pada tahun

1970-an oleh b1970-anyak peneliti. Hal ini menunjukk1970-an kekur1970-angmampu1970-an untuk

menjelaskan fenomena yang terjadi di pesantren, dan realitas yang ada,

terlebih dengan perbedaan istilah tradisional diartikan lama dan modern yang

baru. Sebenarnya hal yang terjadi menurut Raharjo (1985), tradisional

memiliki arti tersendiri yaitu pola pengentalan sosio-religius dimana pola

hubungan saling terkait satu sama lain, alas dasar inilah kita tinjau kondisi

dan konstelasi sosio-historis dari perkembangan pesantren sebagai lembaga

yang eksistensial.

Peran kiai di pesanten yang sangat dominan, terjadi karena intensitas kiai

memperlihatkan otoritasnya sebagai pimpinan, karena kiai adalah perintis,

pendiri, pengelola, pengasuh, pimpinan dan pemilik tunggal sebuah

pesantren. Oleh karena itu ada sebagian pesantren yang bubar karena

kiainya wafat, sementara kiai tidak memiliki penerus untuk melanjutkan

pengelolaan pesantren. Sebagai salah satu unsur dominan dalam sebuah

kehidupan pesantren, kiailah yang mengatur irama perkembangan dan

kelangsungan kehidupan suatu pesantren, dengan karisma, keahlian

(27)

8

maka jarang pesantren memiliki menejemen yang rapi dan teratur. Sebagai

tokoh nonformal yang ucapan dan seluruh perilakunya akan menjadi model

bagi santri dan masyarakat sekitarnya, kiai berfungsi sebagai sosok model

keteladanan yang baik (uswah hasanah). Kewibawaan kiai dan kedalaman

ilmunya adalah modal utama bagi kelangsungan semua wewenang yang

dijalankannya, akhirnya hal ini memudahkan segala kebijakannya, karena

semua santri bahkan orang-orang yang ada di lingkungan pesantren taat dan

patuh terhadap kiainya.

Dalam hal manajemen susunan organisasi pesantren modern sudah

terstruktur dan tertata mulai Pimpinan Pesantren, Wakil Pimpinan Pesantren,

Dewan Ustadz, juga organisasi pesantren (OSPA), sehingga intensitas kiai

akan terkonsentrasi kepada santrinya. Karena setiap pengajian diisi oleh

ustadz sebagian dan pengajian oleh kiai pada waktu-waktu tertentu saja,

selanjutnya kegiatan santri seluruhnya dikoordinir oleh OSPA dari mulai olah

raga, seni retorika, shalawatan, dan lain sebagainya. Kiai bisa melakukan

aktivitas di luar pesantren, seperti menjadi anggota/pengurus organisasi

kemasyarakatan atau telibat langsung dengan politik praktis.

Dari beberapa uraian di atas dapat disimpulkan bahwa, perilaku kepatuhan

yang dilakukan seseorang, yaitu agar senantiasa bisa diterima dan sesuai

(28)

9

Di sisi lain etika dan norma yang berlaku di pesantren menciptakan kultur

kepatuhan yang ekslusif. Di pesantren santri dapat melakukan apa saja untuk

kiainya, hanya untuk mendapat barokah dan ridho dari kiai, agar dimudahkan

dalam mencari ilmu agama.

Sebagai makhluk sosial kita tidak bisa lepas dari masalah kepatuhan dan

penyesuaian diri (konformitas). sebagai warga negara yang baik hendaknya

kita mengikuti aturan-aturan yang dimuat dalam Undang-undang Dasar 45

dan perundang-undangan yang berlaku. Di lingkungan RT kita harus patuh

pada aturan yang dibuat dan dihormati, di keluarga kita harus patuh dan

menghormati aturan yang berlaku dalam keluarga, wajar saja sebuah

lembaga seperti pesantren membuat aturan dan norma yang berlaku di

tempatnya supaya tujuan belajar bisa tercapai sebagaimana mestinya.

Dari uraian di alas muncul permasalahan-permasalahan sebagai berikut;

sebagai pengelola kegiatan pendidikan agama mampuhkah kiai mendidik,

membentuk, dan mengarahkan para santri agar memiliki kecakapan dalam

menghadapi masyarakat? Apakah patuh atau tidaknya santri terhadap

aturan pesantren merupakan cerminan seberapa besar otoritas dan pengaruh

karismatik seorang kiai bagi santri dan lingkungan masyarakat sekitar

pesantren?. Apakah benar kesadaran kepatuhan santri terhadap kiai

(29)

agama di pesantren untuk dihadapkan pada lingkungan sosial dan

budayanya?. Dengan adanya babarapa perbedaan karakteristik pesantren

salafi dan modern, peneliti memilih judul penelitian sebagai berikut:

10

"Perbandingan Tingkat Kepatuhan Santri terhadap Kiai antara Santri

Pesantren Modern (Khalafi) dan Santri Pesantren Tradisional (Salafi)

1.2. Pembatasan Masalah

Pada dasarnya permasalahan pada santri cukup kompleks, karenanya itu

penulis perlu membatasi masalah dalam skripsi ini. Permasalahan ini dibatasi

agar permasalahan menjadi lebih fokus dan terarah, maka kepatuhan dalam

penulisan penelitian skripsi ini dibatasi pada tingkat kepatuhan yang dicapai

oleh santri, dalam penelitian yang akan diteliti berkaitan dengan pengaruh

kepatuhan, hubungannya dengan kepatuhan santri dari pengaruh karismatik

dan kedalaman ilmu kiai. Ada dua macam tingkat kepatuhan.

Pertama: tingkat kepatuhan yang menggunakan metode kedisiplinan bagi

santri yang berada di pesantren modern berarti santri harus tunduk dan patuh

pada aturan yang dibukukan yang tertera dalam perjanjian sebelum masuk

pesantren modern tersebul.

Kedua: kepatuhan bagi santri salafi (tradisional), yaitu kepatuhan bagi

(30)

11

tanpa desakan atau penerapan disiplin yang permanen. Pada pesantren

salafi tidak terlalu diterapkan dalam bentuk peraturan yang sudah dibukukan

dalam pesantren salafi, melainkan peraturan yang bersifat dogma agama

yang kaitannya dengan Allah, lain dengan pesantren modern, pada pesantren

modern setiap peraturannya sudah diatur sedemikian rupa dalam proses

pembelajarannya.

Subjek penelitian ini adalah santri yang mukim di pesantren dalam kurun

waktu yang telah ditentukan di pesantren, dengan kisaran usia antara 13 s/d

21 tahun. Pondok pesantren adalah lembaga pendidikan Islam yang

menampung para santri dalam pondok (asrama), di dalamnya dikaji khusus

ilmu agama yang memiliki kiai sebagai pimpinan sekaligus pengasuh.

1.3. Perumusan Masalah

Pada perumusan masalah ini dibagi dalam beberapa permasalahan antara

lain:

Apakah terdapat perbedaan yang signifikan tingkat kepatuhan santri

terhadap kiai, antara santri pesantren modern dengan santri pesantren

(31)

1.4. Tujuan Penelitian

Penelitian yang berkaitan dengan tingkat kepatuhan (obedience) bertujuan

untuk:

Mengetahui perbedaan tingkat kepatuhan santri terhadap kiai antara

santri yang berada di pesantren modern dan di pesantren tradisional

(salafi).

1.5. Manfaat Penelitian

Diharapkan hasil penelitian ini memiliki manfaat pada psikologi khususnya

psikologi sosial, tentang kepatuhan (obedience) santri terhadap kiai yang

memiliki karisma dan kedalaman ilmu dan khususnya sebagai sumbangan

pemikiran dalam penyelenggaraan pendidikan di pesantren.

1.6. Metode Pembahasan

12

Metode ini disusun menggunakan metode penulisan komparatif kuantitatif

yang melalui metode ini penulis ingin mencoba memaparkan masalah dari

data-data yang didapat untuk selanjutnya diolah secara statistik (penelitian

kuntitatif) dan untuk diperbandingkan sesuai kelompok sampel yang dibuat,

dan dibuat kesimpulannya, untuk teknik penulisan dalam skripsi ini mengacu

(32)

13

1.7. Sistematika Penulisan

Hasil penelitian ini disusun secara sisternatis dalarn lirna bab dan dilengkapi

dengan larnpiran yang berkaitan dengan penelitian ini sebagai berikut.

BAB 1 : Pendahuluan yang berisi latar belakang rnasalah, perurnusan

BAB 2

BAB 3

BAB 4

BAB 5

rnasalah, tujuan dan rnanfaat penelitian, rnetode pernbahasan dan

sisternatika penulisan.

Mengernukakan kajian teori tentang pesantren, rneliputi pesantren

modern dan pesantren salafi (tradisional) , kiai, ustadz, santri,

kepatuhan (obedience), perilaku kepatuhan santri terhadap kiai,

dan hipotesis penelitian.

Metode penelitian, berisikan subjekr penelitian, pengumpulan data,

teknik analisis data, dan tahapan penelitian.

Hasil penelitian, yang berisikan garnbaran urnum, deskripsi dan

analisa data.

(33)
(34)

BAB 2

KAJIAN TEORI

2.1. Pondok Pesantren

2.1.1. Pengertian pondok pesantren

Pondok adalah bangunan untuk tempat sementara, bangunan tempat tinggal

berpetak-petak (KBBI, 1988). Pondok berasal dari bahasa Arab yaitu "funduq"

yang artinya hotel, asrama, rumah, dan tempat tinggal (Yasmadi, 2002).

Pondok diartikan sebagai sebuah asrama pendidikan Islam tradisional yang

para santrinya tinggal bersama dan belajar di bawah bimbingan kiai (Dhofier,

1982).

Pondok merupakan hasil penerapan akulturasi dari masyarakat Indonesia

terhadap kebudayaan Hindu Budha, kemudian kebudayaan Islam selanjutnya

menjelmakan menjadi lembaga yang lain dengan warna Indonesia, yang

berbeda dengan apa yang dijumpai di India dan Arab (Raharjo, 1974).

Pondok pesantren merupakan lembaga yang mendukung nilai-nilai agama di

kalangan masyarakat agamis. Pondok pesantren menurut Siraj (1998)

diartikan sebagai suatu tipologi yang unik dari institusi pendidikan; berusia

ratusan tahun sekitas 3 abad silam. Faktor pendukung dalam berjalannya

(35)

15

pendidikan pesantren adalah dengan adanya pondok maka santri bisa belajar

bersama dalam naungan kiai di pesantren, pondok merupkan salah satu

elemen penting karena pondok merupakan tempat bagi para santrinya

tinggal.

Pesantren berasal dari kata santri, dengan awalan "pe" dan akhiran "an"

berarti tempat tinggal santri (Dhofier: 1982). Pesantren pada prinsipnya

adalah sebuah asrama pendidikan tradisional dimana santri tinggal bersama

dan belajar dalam bimbingan kiai. Pondok juga dikenal sebagai asrama

adalah ciri khas dari tradisi pesantren, yang membedakan dengan sistem

dengan pendidikan formal. Menurut Dhofier (1982) ada tiga alasan utama

pesantren harus menyediakan asrama; pertama kemasyhuran sang kiai dan

kedalaman pengetahuannya tentang Islam, hal tersebut menarik santri-santri

dari jauh untuk tinggal di asrama. Kedua; hampir setiap pesantren berada di

desa-desa yang tidak tersedia perumahan (akomodast) yang cukup untuk

menampung santri, dengan demikian keberadaan asrama sangat perlu,

ketiga; adanya sikap timbal balik antara kiai dan santri, dimana para santri

menganggap kiai seolah-olah sebagai bapaknya sendiri, sedangkan kiai

menganggap santri sebagai titipan Tuhan yang senantiasa harus

(36)

16

2.1.2. Asal mula adanya pondok pesantren

Pesantren merupakan fenomena yang sudah cukup tua, setua datangnya

Islam ke Indonesia, walaupun jumlahnya tentu masih sangat terbatas

(Dhofier, 1982). Secara historis pesantren tidak hanya mengandung makna

keislaman tetapi makna keaslian Indonesia, sebab memang cikal bakal

lembaga pesantren memang sudah ada pada masa Hindu-Budha dan Islam

tinggal meneruskan, melestarikan, dan mengislamkan saja (Madjid, 1997).

Secara terminologis dapat dijelaskan bahwa pendidikan pesantren bi/a dilihat

bentuk dan sistemnya, berasal dari India sebelum proses penyebaran Islam

di Indonesia, sistem tersebut telah dipergunakan secara umum untuk

pendidikan dan pengajaran agama Hindu di Jawa, setelah Islam masuk dan

tersebar di Jawa sistem tersebut diambil dan diteruskan oleh Islam yang

kemudian menjadi sebuah pesantren (Yasmadi, 2002).

Bila dilihat dari sistem pengajaran yang ada di dunia pesantren, memang

terdapat kemiripan dengan tatalaksana pengajaran dalam ritual agama Hindu

dimana para ca/on "bikshu" (pendeta) dididik di kui/ untuk disucikan dirinya

menjadi bikshu, demikian juga santri dalam pesantren yang mendalami

pendidikan agama agar nantinya menjadi ustadz bahkan menjadi kiai setelah

lulus dari pesantren, sementara kiai duduk di atas kursi yang dilandasi oleh

bantal dan para santri duduk mengelilinginya, dengan cara ini timbul sikap

(37)

17

mendengarkan uraian yang disampaikan kiainya. Pesantren telah ada sejak

beberapa abad yang silam semenjak datangnya Islam ke Indonesia,

kehadirannya sangat berarti bagi kelangsungan pendidil<an Islam seutuhnya,

karena pesantren merupakan pusat pembelajaran yang mendalami

pendidikan Islam seutuhnya, maka dari itu pesantren memiliki arti penting

bagi kalangan umat Islam.

2.1.3. Unsur-unsur yang terdapat pada pesantren

Pesantren merupakan komplek pendidikan yang meliputi 5 elemen pokok;

kiai, santri, masjid, pondok, dan pengajaran kitab-kitab ldasik Islam (Dhofier,

1982). Dari kelima elemen pesantren dapat diuraikan sebagai berikut;

1. Kiai: kiai (guru) adalah elemen yang paling esensial dari suatu pesantren,

sebagai pendiri dan pengasuh kiai merupakan faktor utama maju atau

mundurnya sebuah pesantren.

2. Santri: santri dibagi menjadi dua klasifikasi sebagai berikut per1ama sa11tri

mukim yaitu santri yang berasal dari daerah yang jauh dan menetap

dalam kelompok pesantren. Kedua santri kalong yaitu santri yang tidak

tinggal dan tinggal di pesantren, mereka datang pada saat belajar saja,

setelah pengajian usai mereka pulang, sebagian besar dari mereka

berasal dari lokasi yang dekat dengan pesantren.

3. Masjid: kedudukan masjid sebagai pusat pendidikan dalam tradisi

(38)

18

tradisional, dengan kata lain kesinambungan sistem pendidikan Islam

berpusat pada masjid, seperti Al-Quba yang didirikan dekat Madinah pada

masa Nabi Muhammad saw .. yang masih terpancar dalam sistem

pendidikan Islam.

4. Pondok: adalah asrama pendidikan yang dihuni oleh santri bersama

belajar di bawah bimbingan kiai.

5. Pengajaran kitab-kitab Islam klasik; pengajaran kitab-kitab Islam klasik

yang dikaji terutama karangan-karangan ulama yang menganut paham

Syafi'iyah merupakan satu-satunya pengajaran formal yang diberikan

dalam lingkungan pesantren.

2.1.4. Jenis-jenis pondok pesantren

2.1.4.1. Pesantren Salafi

Pesantren salafi memiliki arti, yang tetap mempertahankan pengajaran

kitab-kitab Islam klasik sebagai inti dari pendidikan pesantren, sistem madrasah

diterapkan untuk memudahkan sistem sorogan yang terdapat dalam

lembaga-lembaga pengajaran pengajian bentuk lama, tanpa mengenalkan

pengetahuan umum (Yasmadi, 2002).

Ada pun ciri-ciri dari pesantren salafi, pesantren ini tidak memperkenalkan

pengetahuan umum, pesantren salafi biasanya berdomisili di desa, tidak

(39)

19

kelompok santri salafi ini etika hidup mereka merupakan cerminan dari etika

dan perilaku Nabi Muhammad saw .. , jika dibedakan dengan kelompok

abangan maka secara keagamaan kelompok santri salafi memandang dirinya

lebih tinggi dalam pemahaman dan kedalaman ilmu agamanya (Raharjo,

1985).

Ciri yang menonjol pada pesantren salafi adalah pola pengajiannya yang

masih menggunakan metode atau sistem "sorogan" (sistem setoran), hapalan

kitab-kitab dan teks-teks Arab, dan metode pengajiannya masih

melaksanakan pengajian gaya wetonan (bandongan) proses pengajian ini

yaitu: mendengarkan, menerjemahkan, membaca, dan seringkali mengulas

kitab-kitab Islam klasik dalam Bahasa Arab.

2.1.4.2. Pesantren Modern

Pesantren modern dikenal sebagai pesantren khalafi (menerima hal-hal yang

baru) yang memi/iki nilai baik, pembaruan dan modernisasi. Pendidikan Islam

bermula di Turki menjelang pertengahan abad ke-19, menyebar ke seluruh

wilayah Turki Ustmani di Timur Tengal1. Tetapi penting dicatat, program

pembaruan pendidikan di Turki, yang terjadi adalah pembentukan

sekolah-sekolah baru sesuai dengan pendidikan yang ada di Eropa, yang ditujukan

untuk kepentingan-kepentingan reformasi militer dan birokrasi Turki Ustmani.

(40)

20

Islam dengan memperkenalkan sekolah Rusyidiyah, yang mengadopsi sistem pendidikan Eropa. Pesantren ini walau mempertahankan tradisi lama, sudah memperkenalkan pelajaran-pelajaran umum di Madrasah dengan sistem klasikal, dan pesantren ini telah membuka sekolah-sekolah umum di lingkungan pesantren. Namun pesantren khalafi ini pada umumnya

kebanyakan meninggalkan tradisi salafnya (Yasmadi, 2002). Menurut Ziemek (1983), pesantren modern; pesantren yang sudah sesuai dengan tuntutan organisatoris yang beraneka ragam, dan sesuai pula dengan peraturan keagamaan, yang khusus dan juga karena penggunaan rnetode pendidikan "modern barat" maka dari itu pesantren ini mirip dengan kampus, yang sudah memiliki komponen pendidikan lengkap.

Ciri-ciri pesantren modern adalah kelompok santrinya "modernis" urban (kola) adalah bersifat apologik, yang mempunyai pengertian; Islam merupakan kode etik yang paling tinggi, demikian pula Islam sebagai doktrin sosial yang

terdapat pada kehidupan masyarakat modern, (Raharjo: 1985). Pondok pesantren ini membina dan mengelola Taman Kanak-kanak (RA,TPA, TKA), Sekolah Dasar (Madrasah lbtidaiyah/MI), Sekolah Lanjutan Pertama

(41)

21

Berdasarkan ciri-cirinya, dapat dibedakan antara dua jenis pesantren, yaitu pesantren salafi yang berkonsentrasi pada pengajaran kitab-kitab Islam klasik, dan teks-teks Arab tradisional, juga masih mempertahankan tradisi-tradisi lama sebagai norma dan etika yang berlaku di pesantren yang ada sejak lama. Sementara itu pesantren modern tampil dengan gayanya sendiri dengan mengutamakan pemikiran yang bersifat rasional, dan pesantren ini telah mampu menerima hal-hal yang baru, dengan rnemberikan pengetahuan urnum dan rnembangun sekolah-sekolah formal bahkan berani membangun Perguruan Tinggi dan lembaga-lembaga kursus seperti tersedianya

laboratorium komputer, dan pelatihan keterampilan lainnya salah satunya penggunaan Laboratorium Bahasa Arab dan Bahasa lnggris, olah raga dan lain sebagainya.

2.2. Kepatuhan

2.2.1. Pengertian kepatuhan

Patuh dan panut (menurut) merupakan perubahan perilaku atau keyakinan yang dilakukan secara terbuka sehingga terlihat secara umurn, walau hatinya tidak menyetujuinya (Sarwono, 1997). Sears & Freedman (1985) rnenyatakan kepatuhan (obedience) atau ketaatan sebagai berikut: bila orang

(42)

Dalam melakukan kepatuhan, individu dihadapkan pada norma dan etika, pada posisi ini orang akan tergantung pada orang lain dalam menentukan dan menafsirkan situasi yang ambigu (taksa}, ini merupakan proses yang mendasari pembentukan norma sosial dalam masyarakat, orang biasanya menyesuaikan diri dengan hampir tanpa merasa adanya tekanan dari luar untuk melakukannya (Goffman, 1963 dalam Atkinson, 1991 ).

2.2.2. Proses terjadinya kepatuhan

22

Kepatuhan terjadi saat orang menyesuaikan diri oleh individu kepada norma setiap kelompok yang ditemuinya, atau dimana seseorang sudah menjadi anggota atau bagian kelompok tersebut, misalnya pada saat makan di restoran internasional harus terampil dalam menggunakan sendok, garpu, dan pisau (Sarwono, 1997). Kepatuhan orang banyak dilakukan karena adanya tekanan dari kelompok, kepatuhan ini dilakukan untuk menghormati nilai-nilai dan etika yang belaku di masyarakat, supaya menjaga kestabilan tatanan sosial lingkungannya. Penyesuaian diri ini dapat terjadi melalui tiga cara yaitu:

1. Konformitas

(43)

23

2. Menurut (Complience)

Kiesler dan Kiesler (1969, dalam Atkinson, 1991) menyatakan complience

yaitu perubahan perilaku atau keyakinan karena adanya tekanan dari

kelompok, baik yang sungguh-sungguh ada maupun yang dibayangkan saja.

3. Penerimaaan (Acceptance)

Perubahan perilaku dan kepercayaan yang sesuai dengan tatanan sosial,

(Sarwono, 1997). Selanjutnya dalam penerimaan bahwa kecenderungan

untuk konform berdasarkan pengaruh yang bersifat informatif tergantung

pada dua aspek, yaitu seluas apa pengetahuan kelompok tersebut, menurut

individu mempercayai informasi yang dimiliki kelompok dan semakin individu

menghargai pendapat kelompok tersebut pada situasi tertentu, maka semakin

besar kemungkinan individu untuk konform (Sirait, 2002).

2.2.3. Faktor-faktor yang menyebabkan kepatuhan

Dilihat dari adanya kepatuhan dalam komunitas, maka kita perhatikan

faktor-faktor penyebab kepatuhan. (Milgram, 1963) membagi dalam beberapa faktor-faktor

yang mempengaruhinya antara lain:

1. Ketaatan terhadap otoritas yang sah; yaitu dimana harapan dari orang

yang menduduki posisi tertentu dalam otoritas terutama adalah yang

menimbulkan ketaatan.

2. Ganjaran, hukuman, dan ancaman; yaitu: salah satu cara untuk

(44)

individu untuk menampilkan perilaku yang diinginkan melalui ganjaran,

hukuman dan ancaman.

24

3. Harapan orang lain; yaitu: seseorang rela memenuhi permintaan orang lain

hanya karena orang lain tersebut mengharapkannya.

4. Teknik foot in the door, yaitu: salah satu cara untuk meningkatkan ketaatan

dalam semacam ini adalah dengan membujuk orang agar mula-mula

bersedia memenuhi permintaan yang ringan.

5. Batas tekanan ekternal; yaitu: cara yang langsung meningkatkan ketaatan

dengan menekan individu, yang dapat dilakukan melalui ancaman, ganjaran

atau tekanan sosial.

Kepatuhan memang sulit dilepaskan dalam kehidupan ini, misalkan

kepatuhan terhadap otoritas yang sah, sebagai warga negara yang baik kita

harus mengikuti peraturan yang sudah ada, bila kita melanggar ketentuan

yang berlaku konsekuensi yang akan kita terima hukuman, dan yang

mengatur stabilitas dalam bersosial dan bermasyarakat yaitu dengan adanya

sanksi yang diberlakukan, sanksi bertugas mengatur kestabilan sosial, hal itu

menyebabkan kepatuhan dengan adanya ganjaran, hukuman, dan ancaman

(45)

25

2.2.4. Kepatuhan santri terhadap kiai

Pendidikan pesantren tidak semata-mata untuk memperkaya pikiran santri

dengan penjelasan-penjelasan, dan menghargai nilai-nilai spiritual dan

kemanusiaan, mengajarkan sikap dan tingkah laku yang jujur dan bermoral,

pesantren jug a menyiapkan para muridnya untuk hid up sederhana (kona 'ah)

dan besih hati, adalah hal yang wajar bila santri patuh dan taat terhadap

kiainya bukan semata-mata karena uang, kekuasaan, keagungan duniawi,

bahwa dengan belajar bersama kiai merupakan salah satu pengabdian

kepada Allah (Dhofier, 1982).

Kepatuhan terhadap penguasa, pada kondisi ini seseorang dihadapkan

kepada kontrak untuk mengikuti aturan yang akan disepakati dengan

penguasa, supaya dalam keseharian indvidu harus patuh dan taat terhadap

aturan yang telah dibuat (Atkinson, 1983). Oleh karenanya kita amati

kepatuhan santri terhadap kiainya pada masing-masing pesantren yaitu

pesantren salafi dan pesantren modern.

1. Patuhnya santri pada pesantren salafi: merupakan satu aspek cerminan

dari rasa hormat untuk mengagungkan kiai (pengkultusan). Perilaku

kepatuhan santri ini ditandai oleh tingkah laku asketis, yaitu perilaku yang

mementingkan kehidupan akhirat, dan mereka memusatkan perhatiannya

(46)

26

diajarkan oleh kiainya, salah satu yang menonjol di kalangan santri adalah

bahwa institusi ummah merupakan organisasi keagamaan nonformal

perhatian terhadap agama ini manifestasi dari ajaran Nabi Muhammad saw.,

dengan demikian kaum santri lebih menghormati gurunya dengan alasan,

Ulama adalah pewaris para Nabi jadi kiai mesti dihormati, kepatuhan santri

terhadap kiainya mewarnai kehidupan mereka sehari-hari, konsentrasi

pendidikan pesantren salafi menekankan pada aspek akidah dan akhlak

Keyakinan terhadap keesaan Tuhan dan tatakrama (adab dan sopan santun),

sehingga mereka tidak saja menghormati yang lebih tua, mereka juga

menghormati sesama bahkan sangat menghargai orang yang lebih rendah

dari usia mereka, dengan demikian moralitas yang diajarkan kepada mereka

dapat menunjang bagi kehidupan yang bermoral dan beragama.

Menurut Mahali (1988) karakteristik kepatuhan santri salafi terhadap kiai

adalah;

a. Menghormati llmu, santri tidak akan mendapat kesusksesan di dalam

mendalami ilmu dan tidak akan bisa memetik buahnya ilmu, untuk dirinya,

nusa dan bangsa, kecuali dengan cara menghormati ilmu, dan yang

mempunyai ilmu itu sendiri adalah kiai jadi santri harus menghormati Kiai.

b. Menghormati teman berarti menghormati ilmu pengetahuan, sebab teman

(47)

27

c. Sikap hormat: sikap hormat merupakan aspek yang paling tinggi dalam mempelajari ilmu pengetahuan, dengan rasa hormat maka santri akan mudah untuk mencapai apa yang dicita-citakan dalam ilmu pengetahuan. d. Musyawarah memilih ilmu kepada Guru, kaum santri hendaknya jangan

sendiri memilih ilmu, hendaknya konsultasikan dengan Guru dalam memilih jurusan dan benar-benar mantap.

e. Mengambil jarak dengan guru, bila dalam belajar jangan terlampau dekat dengan guru, kecuali dalam keadaan memaksa.

f. Selanjutnya membuang akhlak tercela, kaum santri menjaga dari sifat-sifat tercela dan berupaya kearah akhlak terpuji, adaptasi yang dilakukan santri di alas terangkum dalam sifat iklas,

g. Khidmad dan Ta'zim yaitu kepatuhan yang dilakukan santri kaum salafi

dengan mengabdi dan setia kepada kiai. Khidmad dan ta'zim memiliki arti mengabdi dan setia (KBBI: 1990).

2. Kepatuhan santri pada pesantren modem. Kiai ustadz, dan santri adalah tiga komponen dalam kultur pendidikan yang berada pad a pesantren modern. Pada umumnya santri berasal dari keluarga yang taat beragama, dan

(48)

28

sebenarnya apa yang diberikan pondok bukan barang jadi, tetapi yang

diberikan kepada santri tidak lebih dari "alat atau instrumen" sebagai

pengalaman belajar, yang dapat digunakan bagi kepentingan dan

pengembangan masyarakat Islam manapun, di manapun mereka

mengabdikan diri. Suatu ala! atau instrumen baik atau tidaknya tergantung

pada masyarakat yang menggunakannya, cara memilih bahan pelajaran,

pengalaman belajar, buku teks (textbooks) yang digunakan, cara mengajar

dan membahas persoalan dan segala kegiatan lainnya, organisasi pelajar di

sini sama sekali tidak dipergunakan untuk tercapainya tujuan di luar

organisasi itu sendiri, untuk komitmen terhadap pandangan golongan

tertentu, tetapi merupakan ala!, atau wadah untuk pengalaman belajar

dengan mana mereka mempersiapkan untuk menjadi pemimpin, anggota

kelompok sosial yang baik dan konstruktif.

Karakteristik kepatuhan santri terhadap kiai pada pesantren modern

Pesantren modern lebih mengatur cara belajar santri, kepatuhan dan pola

belajar santri ditentukan alas kemampuan beradaptasi pola belajar mereka di

pesantren tersebut. Kemampuan beradaptasi diatur dengan cara:

1. Menggunakan sistem kelas, sistem kelas mengajar santri tergantung

dengan tingkatan kelas, dengan adanya sistem kelas para santri

diharapkan mampu menyerap pelajaran dengan mematuhi ustadz di

(49)

2. Membina para santri dalam berpengetahuan agama dan umum, modal

utama sebagai santri pesantren modern selain mempunyai kemampuan

agama yang baik jug a memiliki pengetahuan um um untuk bekal

bermasyarakat.

3. Pesantren memberikan pengajaran keterampilan, yang akan jadi bekal

nanti setelah keluar dari pesantren.

Dengan demikian, pondok pesantren berperan membina calon ulama dan

pemimpin yang memiliki sifat yang baik, yaitu:

1. Percaya pada diri sendiri

2. Perasaan kemasyarakatan yang kuat

3. Mempunyai disiplin yang baik

4. Dapat bekerja sama dengan orang lain

5. Dapat belajar mulai dari diri sendiri.

29

Dari segi ini, dapat kita lihat potensi pesantren dalam mempersiapkan

pemimpin yang dihasilkan dari pesantren tersebut, tidak berarti semua santri

disiapkan untuk menjadi kiai, tapi alumni dari pesantren modern sepantasnya

menjadi individu yang memilki mentalitas agama yang baik, cakrawala

pemikiran yang luas. memiliki pribadi disiplin yang baik. dan merupakan

(50)

30

2.3.

Hipotesis Penelitian

Dari uraian di atas je/as bahwa ada perbedaan organisasi antara pesantren

modern dan pesantren sa/afi, perbedaan organisasi dan kegiatan pengajaran

di da/amnya akan berakibat terhadap perubahan pola tindak santri. Karena itu

diajukan hipotesis sebagai berikut:

1. Ho : Tidak ada perbedaan tingkat kepatuhan santri terhadap kiai, antara

santri pesantren modern dan santri pesantren salafi

2. Ha: Ada perbedaan tingkat kepatuhan santri terhadap kiai, antara santri

(51)
(52)

BAB3

METODOLOGI PENELITIAN

Bab berikut ini menguraikan tentang hal-hal yang berkaitan dengan penelitian

dan proses bagaimana penelitian ini dilaksanakan.

3.1.

Subjek Penelitian

Seperti telah diketahui, dalam penelitian diperlukan adanya subjek penelitian

yang diambil berdasarkan populasi yang ada. Maka untuk keperluan

penelitian ini penulis memiliki beberapa kriteria penelitian:

1. Subjek penelitian adalah para santri yang berada dan menetap di

pesantren, baik santri pesantren salafi atau santri pesantren modern.

2. Penelitian dilakukan di Pondok Pesantren Modern Al-Aulia Cibungbulang

Bogar, untuk pesantren salafi adalah Pondok Pesantren Al-ltqon

Cibungbulang Bogar, pesantren yang menjadi subjek penelitian adalah

santri yang tinggal di pondok pesanlren tersebut, mereka berusia 13

sampai dengan 21 tahun.

Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah pengambilan sampel

secara acak (random sampling), dengan cara mengambil secara acak dari

(53)

penelitian adalah 60 orang, yang terdiri 30 orang dari Pesantren Al-Aulia

dan 30 orang dari Pesantren Al-ltqon.

3.2.

Alat Pengumpulan Data

32

Alat yang digunakan untuk mengukur sikap patuh (obedience) terhadap kiai,

adalah skala Liker! berupa metode sumatted ratting. Item-item pada skala

model Likert disusun berdasarkan keharusan bahwa semua item di dalamnya

harus mengukur hal yang sama. Ada dua indikator yaitu aspek kepatuhan

(obedience) dan ketaatan yang imitasi (konformitas) pada skala ini subjek

diharuskan memilih jawaban yang paling menggambarkan dirinya sendiri

bukan merupakan jawaban atau pendapat orang lain dari pernyataan yang

tersedia. Skala ini mengukur derajat persetujuan dan ketidaksetujuan

(strongly agree-strongly disagree), yang menggambarkan kadar sikap positif

dan negatif subjek terhadap objek sikap. Objek sikap dalam penelitian ini

adalah tingkat kepatuhan santri terhadap kiai di pondok pesantren modern

dan pesantren salafi. Dalam skala model Liker! ini, skor akhir subjek

merupakan jawaban skor tetap dari jawaban pada setiap pernyataan. Ada

(54)

33

Pernyataan sikap tersebut diberi bobot nilai sebagai berikut:

Tabel 3.1.

Babat Nilai

Skala Favorable Unfavorable

SS 5 1

R 3 3

TS 2 4

STS ----1 --- _______ 5 __ _

Keterangan:

s

: Setuju

SS : Sangat Setuju

R : Ragu-ragu

TS : Tidak Setuju

[image:54.524.32.418.157.609.2]
(55)

34

[image:55.524.28.437.167.530.2]

3.2.1. Blue print

Tabel 3.2.

Blue Print Tryout

セMMMM --·--·--- _____

,. _____ , ____

--

-NO ASP EK KATEGORI Item favorable Item Unfavorable

1 Kepatuhan - konformitas 116'.111,90,80',18, 4,57,55,69,89',

20,39',62'. 91',95,104',114,

-menu rut 72, 117, 14,41 ',58, 2,22,28,30,93,

(compliance) 66,5. 1or.121·.

-penerimaan 13,68', 115, 110',84. 51·.10.44.15,27',2

(acceptance) ,78,74., 1,3, 9',71, 101',102,73·.

19',31,32,34,35, 6,45,65,83,

42_•,84•,60-, 101_· _ 67'.

- -

セMMMMMMMM MMMMMMMMMMセMM

-2 Khidmat -ketaatan 108,96,113•,21.24, 81,103,128.,129,

(Taal} terhadap otoritas 33,38,46,64 130',131,132,

yang sah 134',61'.

- ganjaran dan

hukuman 70', 100· ,7 ,8 •. 9. 63,53',47,43,75,

11, 12, 16.,37,50, 83,97,98,99·. 105, 1

- teknik in the 56,112. 22',124,127.

door 118,94,92',88', 40',26,79',85·.

17', 87*,

-harapan orang 23•_ 126',86.

lain

76 106

-batasan tekanan internal

119,86,82,52,54', 59',49,25.,77,

36_ 123',

125',133

Total 67 67 134

Item yang bertanda bintang (*) pada blue print adalah item-item yang tidak

(56)

35

Tabel

3.3.

Blue Print Penelitian

NO ASPEK KATEGORI No Item favorable Noitem

Unfavorable

1 Kepatuhan - konformitas

.

111,90, 18,20, 4,57,55,69,91,95, 1

14

-menurut 117, 14,58, 2,22,28,30.

(compliance) 66.

- penerimaan 13,68, 115,78, 1,3,31 10,44, 15,71, 102,73

(acceptance) ,32,34,35,84. ,6,45,65,83,67.

2 Khidmat -ketaatan 108,21,24,33,38,64 81,103,

(Taat) terhadap otoritas 131,132.

yang sah

- ganjaran dan 7.,9, 11, 12,37,56, 11

hukuman 2. 63,47,43,83,98, 105

,124,127.

- teknik in the 118,94.

door 26,85,87,

86. -harapan orang

lain 76 106

-batasan tekanan

internal 119,86,82,52, 49,77,

36. 133

Total 39 39 78

Pada pelaksanaan tryout diujikan sebanyak 134 item yang mengukur tingkat

kepatuhan santri terhadap kiai. Diperoleh 78 item yang valid dan reliabilitas

skala sebesar 0,985. Selanjutnya item yang valid tersebut digunakan dalam

[image:56.522.30.428.168.496.2]
(57)

3.3. Prosedur Penelitian

3.3.1. Tahap persiapan

1. Perumusan masalah.

2. Menentukan variabel penelitian melakukan studi kepustakaan untuk mendapat gambaran dan landasan teoritis yang mengenai variabel penelitian.

36

3. Menentukan, menyusun dan menyiapkan ala! ukur yang akan digunakan dalam penelitian ini, yaitu skala sikap terhadap tingkat kepatuhan santri terhadap kiai di pesantren modern dan pesantren salafi.

4. Menentukan lokasi penelitian dan menyelesaikan administrasi perizinan penelitian.

3.3.2. Tahap pengambilan data

1. Menentukan sampel penelitian dan melakukan konfirmasi dengan pihak lembaga pesantren baik pesantren modern dan pesantren salafi.

2. Memberikan penjelasan mengenai tujuan dan meminta kesediaan subjek supaya bersedia mengisi pernyataan atau kuesioner penelitian.

(58)

37

3.3.3. Tahap pengolahan data

1. Melakukan skoring terhadap hasil kuesioner yang telah diisi oleh responden.

2. Menghitung dan membuat tabulasi data yang diperoleh, kemudian membuat label data.

3. Melakukan analisa data dengan menggunakan metode statistik untuk menguji hipotesa penelitian.

3.3.4. Tahap Pembahasan

1. Menginterpretasi dan membahas hasil analisa statistik berdasarkan teori. 2. Merumuskan kesimpulan hasil penelitian dengan memperhitungkan data

yang diperoleh.

3.4. Metode Analisis Data

Pernyataan penelitaan ini adalah apakah ada perbedaan antara tingkat kepatuhan santri terhadap kiai antara santri pesantren modern dengan santri pesantren salafi untuk itu teknik statistik yang digunakan adalah uji t (I-test) antar kelompok adapun rumus yang digunakan adalah (Sudjana, 1996):

x1-x2

(59)

I Ii - · I

,,

.

I II. . ! 1\ \·

n II

::._, \ ' y. l

\

(60)
(61)

BAB4

HASIL PENELITIAN

4.1. Gambaran Umum Responden

Seperti yang telah dikemukakan dalam Bab 3, reponden dalam penelitian ini

dibagi dalam 2 yaitu kelompok Modern dan kelompok Salafi yang merupakan

santri pondok pesantren tersebut. Responden yang diambil dalam penelitian

ini adalah 60 orang yang terdiri dari 30 santri modern dan 30 santri salafi

sehingga jumlah responden benar-benar seimbang antara santri pesantren

modern dan santri pesantren salafi.

Tabel

4.1.

Penyebaran Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

JK F %

p

34 57

L 26 43

TOTAL 60 100

Responden perempuan berjumlah 34 orang dengan persentase 57% dan

responden laki-laki 26 orang dengan persentase 43%.

[image:61.524.30.435.68.664.2]
(62)
[image:62.518.121.336.564.675.2]

40

Tabel 4.2.

Penyebaran Responden Berdasarkan Usia

Usia F %

13-15 14 23

16-18

44

73

19-21 2 3

TOTAL 60 100

Dilihat dari jenjang usia, responden berusia mulai dari 13 sampai dengan 21

tahun yaitu usia sekolah menengah pertama dan alas.

4.2. Deskripsi Data

4.2.1. Tingkat Kepatuhan Santri Modern dan Salafi

Untuk melihat kategori tingkat kepatuhan santri terhadap kiai digunakan

norma sebagai berikut:

Kategori Interval

Rendah 78

::; x

< 182

Sedang 182::;

x

< 286
(63)
[image:63.518.31.414.170.479.2]

41

Tabel 4.3.

Tingkat Kepatuhan Santri Salafi dan Santri Modern terhadap Kiai

Santri pesantren Santri pesantren

Kategori tradisional modern

F % F %

Rendah 0 0.00% 0 0.00%

Sedang 2 6.67% 2 6.67%

Tinggi 28 93.33% 28 93.33%

Total 30 100.00% 30 100.00%

Dari kedua kelompok di alas, tidak ada santri yang tingkat kepatuhannya

rendah terhadap kiai. Tampak dari label di alas bahwa tingkat kepatuhan

terhadap kiai pada kedua kelompok umumnya tinggi.

4.2.2. Perbandingan Tingkat Kepatuhan Santri Modern dan Salafi

Tabel 4.4.

Skor Kepatuhan

Kelompok

N

Rata-rata Standar deviasi

Santri Modern 30 323,27 24,28

[image:63.518.98.395.564.670.2]
(64)

42

Pada label di alas, dikelahui mean atau nilai rata-rata kelompok santri modern adalah sebesar 323,27 sedangkan mean atau rata-rala sanlri salafi 326,97. Berdasarkan mean alau nilai rata-rata dari dua kelompok di alas, maka kelompok santri salafi mempunyai kecenderungan kepaluhan lebih tinggi lerhadap kiai.

Dari analisis slatislik diperoleh l hilung sebesar -0,617 (p>0,05), Dengan demikian Ho yang menyatakan tidak ada perbedaan sikap kepatuhan santri terhadap kiai antara santri pesantren modern dan santri pesantren tradisional (salafi) diterima.

(65)
(66)

BAB 5

KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Dari hasil analisis data yang telah dikemukakan pada Bab 4, dapat ditarik

kesimpulan bahwa:

1. Tidak ada perbedaan tingkat kepatuhan santri terhadap kiai antara santri

pondok pesantren modern dengan santri pondok pesantren salafi.

2. Santri pondok pesantren modern dan santri pondok pesantren salafi

memiliki sikap positif terhadap perilaku patuh terhadap kiai.

3. Santri pondok pesantren salafi atau pondok pesantren modern memiliki

sikap patuh kepada kiai walaupun ada kecenderungan santri salafi lebih

patuh terhadap kiai.

5.2. Diskusi

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kepatuhan santri terhadap kiai

merupakan perilaku yang sengaja dilakukan oleh santri, karena keinginan

untuk menyesuaikan diri dengan keadaan dan kondisi pesantren. Kiai adalah

sosok yang menjadi model bagi santrinya, pengaruh karisma dan kedalaman

dalam bidang agama adalah modal untuk memberikan ajaran Islam secara

(67)

penuh, keinginan santri membantu kiai merupakan perilaku yang dilakukan

alas kesadaran untuk mendapat perhatian penuh dari kiainya, dengan

demikian proses pembelajaran yang diberikan kepada santri yang patuh

kepada kiai akan mudah.

44

Kepatuhan santri terhadap kiainya adalah hal yang lazim di pesantren,

karena setiap santri yang mempunyai keinginan untuk mendalami bidang

agama, selain harus rajin belajar, menghafal kitab-kitab klasik, memberikan

setoran hapalan Al-Quran, santri juga harus sering banyak membantu

kiainya, hal ini merupakan prasyarat bagi santri untuk mendapat keiklasan

kiainya agar dalam mendalami ilmu agama menjadi mudah dan bermanfaat,

dengan berada di pesantren dan patuh terhadap kiai, dengan mengikuti

garis-garis kebijaksanaan yang ditetapkan kiai, maka kiai berwenang

mengatur pengajaran kepada mereka (Perwiranegara, 1982).

Penelitian ini sejalan hasil penelitian Muiz (1987) yang meneliti motif-motif

sosial dan faktor tujuan intension santri/mahasiswa pendidikan agama

tradisional, formal dan informal bahwa hasil dari penelitian menunjukan lidak

ada perbedaan yang signifikan antara tiga kelompok tadi antara mahasiswa

pendidikan agama tradisional, formal dan informal, menunjukan tidak ada

perbedaan yang signifikan motif sosial antara tiga kelompok tadi,

(68)

melainkan karena adanya faktor kultural yang ada pada awal penelitiannya

tidak dipandang sedemikian menyeragamkan ketiga l<elompok tersebut. 45

SelanJulnya penelitian yang dilakukan oleh Milgran1 ( 1974) de11gan srrmrlasr

kepatul1an terhadap guru dengan melakukan hukuman sengatan lrstrrk

terhadap siswa. kecendrungan unluk meremehkan. yakni betapa sulitnya

untuk tidak mematuhi persetujuan yang telah clibuat. clan ticlak 111ematul11 J811JI

untuk bekerJa sama yang telah dinyatakan secara tersirat. Dalam situasi

Milgram ticlak sepakat berarti menuduh peneliti itu tidak kompeten. jahat atau

sadis. bahkan merupakan clorongan yang kuat untuk tetap untuk melanjutkan

perrntah tersebut. Demikian juga santri dr pesantren semakin sulit untuk trdak

patuh kepada kiarnya seperti yang clilakukan oleh (Hoffing clkk , '1966 dalarn

Atkinson. 1991) penelitian terl1adap perawat di 22 barak yang berbecla di

rurnah sakit urnum dan swasta hasilnya suster 111e111atuhi unclang-unclang

rumal1 sakit clan pelatihan profesional, clengan clemikran sikap patuh

seseorang akan rnenjacli dominan.

SeJalan clengan penelrtian sebelumnya tadi, penelitian yang telali clilakukan

pacla skripsi rni. mendukung penelitian yang dilakukan oleh Muiz clan

ivlrlgram. Hoffing clan kawan-kawan, bahwa sikap l<epatuhan rnerupakan

aspek perrlaku yang terJarJi pacia setiap kel1iclupan. kepatullan clil0kuka11

(69)

diterima oleh kelompok tersebut, walaupun sikap penyesuaian diri yang

dilakukan tersebut tidak disenanginya sadar ataupun tidak disadar.

5.3.

Saran

Bagi yang tertarik melakukan penelitian yang sejenis dan supaya penelitian

selanjutnya bisa dilakukan dengan lebih efektif dan memuaskan. Peneliti

memilki saran sebagai berikut:

46

1. Bagi yang ingin melakukan penelitian serupa dapat mengambil sampel

dan tempat yang berbeda, dan penelitian tentang kepatuhan untuk subjek

salafi hendaknya mengambil sampel penelitian yang belum terjamah

dunia modern, dan dalam mengambil sampel pesantren modern pastikan

mereka benar-benar siap membantu peneliti. Untuk penentuan responden

di pesantren salafi, diperlukan observasi yang intensif agar kita bisa

langsung memilih dan menentukan tempat penelitian, karena itu supaya

penelitian mudah dilakukan, hendaknya mencari santri salafi yang sudah

bersekolah dan tinggal di pesantren tersebut, agar mereka dalam

pelaksanaan penelitian bisa lebih mudah.

2. Saran untuk santri; hendaknya dalam melaksanakan kepatuhan terhadap

kiai santri harus paham dan mengerti tujuan utama mendalarni ilmu

(70)

47

dalam hidup bermasyarakat, dengan landasan keimanan dan ketakwaan

kepada Allah swt.

3. Saran untuk pengasuh; sepantasnya dalam menghadapi perkembangan

zaman yang cepat berubah ini, pesantren sudah lebih mempersiapkan

santrinya dengan berbagai keterampilan, juga dibekali pengetahuan yang

sebanyak-banyaknya baik agama dan umum, yang selanjutnya bisa

dikembangkan dimasyarakat.

4. Penelitian yang bisa dilaksanakan adalah motivasi kepatuhan bagi santri

(71)
(72)

Daftar Pustaka

Adriyanto, M. (1985). Psikologi Sosial (edisi ke-5). Jakarta: Erlangga.

Atkinson, R. L. (1991 ). Pengantar Psikologi (edisi ke-8). Jakarta: Erlangga.

Azwar, S. (2003). Sikap Manusia Teori Pengukuran (cet ke-6). Yogyakarta:

Pustaka Pelajar.

Azwar, S. (2003). Penyusunan Skala Psikologi (eel ke-4). Yogyakarta:

Pustaka Pelajar.

Gambar

Tabel 3.1. : Bobo! nilai ................................ .
Tabel 3.1.
Tabel 3.2.
Tabel 3.3.
+4

Referensi

Dokumen terkait

Nilai yang hampir sama yang ditunjukkan pada perlakuan-perlakuan tersebut diduga terjadi karena terdapat pasangan induk ikan tawes dalam jumlah yang sama pula baik jantan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa PT Pos Indonesia (Persero) masih dalam proses persiapan untuk menjalankan COSO ERM secara penuh dalam perusahaan dan masih

kepemilikan tersebut, pemegang saham pengendali akan memiliki hak arus kas yang semakin

In contrast, the GCPs are completely bypassed in this paper, using the direct georeferencing method (Vassilaki et al., 2011), which is based only on orbital data and other meta-

Telah dilakukan penelitian tentang studi perbandingan kandungan besi (Fe) dan tembaga (Cu) pada air minum yang diproduksi oleh PDAM Tirtanadi pada unit produksi

Penyedia jasa yang merupakan badan usaha dapat diwakilkan dengan ketentuan WAJIB membawa surat kuasa atau surat tugas dari pimpinan perusahaan (isi surat tugas memuat nama kegiatan

Dengan demikian perlu dipastikan bahwa kinerja pengadaan pekerjaan konstruksi berjalan sebagainya yang direncanakan sehingga kiner- ja proyek konstruksi juga akan dapat dicapai

Jadi intinya dalam hal ini adalah kita harus memperhatikan etika, baik itu mengambil, menggunakan, dan mempublikasikan data dan informasi ke dalam dunia internet seperti