PERBANDINGAN TINGKAT KEPATUHAN
SANTRI TERHADAP KIAi
ANTARA SANTRI PONDOK PESANTREN MODERN
DAN SANTRI PONDOK PESANTREN TRADISIONAL (SALAFI)
skripsi
Olch : Murdial Kamal Nim : 007 1020 155
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SY ARIF HIDA YATULLAH
JAKARTA
LEMBAR PENGESAHAN
PERBANDINGAN TINGKAT KEPATUHAN SANTRI TERHADAP
KIAi ANT ARA SANTRI PESANTREN MODERN DAN
PESSANTREN SALAFI (TRADISIONAL)
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Pikologi untuk Memenuhi Syarat dalam Meraih Gelar Sanjana Psikologi (S. Psi)
Oleh: Murdial Kamal
NIM:100071020155
MMMセp・ュセ[ュ「[B_@
Ors. Asep Hae ul G ni, Psi
FAKUL TAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
LEM BAR F ENGESAHAN
Skripsi yang berjudul PERBANDINGJl.N TINGKAT KEPATUHAN SANTRI TERHADAP KIAi ANTARA SANTRI PONDOK PESANTREN MODERN
DAN SANTRI PONDOK PESANTREN TRADISIONAL ini telah diujikan
dalam sidang munaqasyah Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 30 Agustus 2004. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Program Strata 1 (S-1) pada Fakultas Psikologi.
Oekanl etua Merangk Anggota
Ora. Hj.
N
y Hartati, M.Si NIP. 150\ 1 938Pembimbing I
Ors. Choliluddin, AS, MA.
Penguji I
Jakarta, 8 Febuari 2005 Sidang M maqasyah,
Pembantu Oekan I Sekretaris Merang p Anggota
Ora. Hj. NIP. 150
ihayah, M.Si
Pembimbing II
I
rJ
I Gani. Psi.
KATA PENGANTAR
Puji syukur selayaknya peneliti panjatkan ke hadirat Allah swt. pemilik
alam semesta beserta isinya. Raja menusia. Yang disembah manusia
Dialah yang maha Esa. Tidak ada satupun yang setara dengan Dia.
Pengatur peredaran matahari, bulan beserta planet-planet sehingga
tidak terjadi tabrakan dan benturan. Dialah yang telah menciptakan
siang dan malam silih berganti. Hanya Engkaulah yang kami sembah
dan hanya kepada Engkaulah kami memohon pertolongan. Kepada
yang telah membimbing manusia kita di malam-malam gulita, kepada al
Mustafa yang menjadi anugerah Allah bagi umatnya, kekasih-Nya dan
junjunan al-Amin segenap makluk di alam semesta, Muhammad saw.
Limpahan salam dan Do'a juga untuk keluarga, Ali bin abi Tholib
karomallahu wajha
&Fatimah az Zahra, beserta Hasan
&Husen.
Semoga Allah menjaga kesucian Ahlulbayt.
Peneliti ingin mengucapkan terima kasih kepada pihak pihak yang telah
membantu dalam menyelesaikan studi dan skripsi ini. lzinkanlah
1. Oekan Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Jakarta tahun
2005 lbu Ora. Hj. Netty Hartati, M.Si.
2. Pudek I Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri, lbu Ora. Hj.
Zahrotun Nihayah, M.Si.
3. Untuk kedua pembimbing peneliti, bapak Ors Choliluddin As, M. Ag
dan Bapak Ors. Asep Haerul Gani. Psi. Beliau berdua merupakan
Sosok "Arif wa Uswah Hasanah" bagi peneliti dalam menyelesaikan
skripsi ini. terima kasih atas limpahan ilmu dan waktu yang telah
disediakan bagi peneliti. Semoga niat suci dan apa yang telah
dikerjakan menjadi amalan sholihah dan bermanfaat untuk
kehidupan di dunia dan akhirat nanti.
4. Terima kasih peneliti ucapkan untuk para penguji yang telah
memberikan masukan dan saran agar skripsi ini menjadi baik
adanya.
5. KH. Abdurahim Sanusi, Le. sebagai Pimpinan pondok pesantren
Al-Aulia Cibungbulang Bogar, sekaligus Guru bagi peneliti karena
dialah inspirasi semangat juang dalam belajar, terima kasih pula
peneliti sampaikan kepada KH. Ridwan Alawi, pimpinan pondok
Pesantren Al-ltqon Cibungbulang Bogar, yang telah mengijinkan
6. Untuk para santri pesantren Al-Aulia dan Al-ltqon sebagai
responden yang telah membantu dan bersedia mengisi skala.
7. Kepada pembimbing akademik lbu Dra. Agustiawati M.Phil. Sne.
Terima Kasih atas saran dan masukan yang baik bagi per
0 1;+;selama menjalani perkuliahan di Fakultas Psikologi UIN S
Hidayatullah Jakarta.
8. Kepada Ayah dan lbu yang selama ini membesarkan peneliti, yang
memberikan segala perhatian, dan dorongan baik moril dan materil.
Ayah telah menjadi orang tua, sahabat, teman yang baik dan
tauladan bagi keluarga, terima kasih telah membangkitkan
semangat yang hampir pudar, Bunda yang tercinta, tidak ada obat
yang lebih mujarab kecuali belai kasih bunda. Tangisan bunda
menjadi bahan bakar semangat Dial, Allah telah menyiapkan
balasan untuk anda berdua.
9. Kepada adinda Heida, Pupu dan segenap keluarga Al-Khairiyah
(Mang Emang, Umi Ecin, Keluarga Bani Anwar, Mbahku di
Yogyakarta Lik Jan, lik Sud dan semua keluarga dijogja, Ki Toyib di
Tajur, om Endin, om Ucu, om Ndun, bi Yuli, , ,
matur Nuwun ingkang
1 O. 22-06-02 atas kesabaranmu selama skripsi, cita-cita terbesar dalam hidup ini adalah mencari kebahagiaan yang haqiqi, di dunia dan akhirat, semoga kasih sayang Allah bersama kita amin.
11. Teman teman kelas Adan B angkatan 2000 kita bertemu dilain kesempatan, dan teman teman
PMll
komisariat Fak, Psikologi; Cablak, Maki & FiT, Jabeng & Ima, Fur & Niko, kak Dodo, kukuh, Tom,dan tetangga rumah di Sedap Malam, Temen-teman kosan Pak Gayo; !wan S Psi, Jaka, Alam, Dadan, Afandi. kalian semua sahabat baik yang pernah kutemui.12. Spesial thank to my best friend, Baydowi S. Psi untuk
gagasannya, Mustain (Norman) trims sudah memberi tempat tinggal, Bowo dan Adi thanks rumus SPSSnya, Doli, Bahri PBI, !wan editor, dan Gina (di Bogar beserta keluarga).
13. Jhon, Kang Atang, Heru, Bondan, Pak Dudi beserta keluarga, dan anak mudanya di Cimacan Cibodas, terima kasih atas
dukungannya untuk kami sewaktu Kuliah Kerja Nyata.
Semoga skripsi ini dapat bermanfaat untuk Khazanah intelektual dan
kalangan pesantren, khususnya bagi penulis dan pembaca pada
umumnya. Semoga Allah selalu melindungi kita, atas kehendakNya kita
diberi kebahagiaan yang
haqiqi, Amin Yarabbal a'/amin.
21 Januari 2005 M
ldul Qurban 1425 H
ABSTRAKSI
(C) Murdial Kamal
(A) Fakultas Psikologi
(B) Januari 2005
(D) PERBANDINGAN TINGKAT KEPATUHAN SANTRI TERHADAP KIAi, ANTARA SANTRI PESANTREN MODERN DAN SANTRI PESANTREN SALA Fl
(E) xiv + 49 halaman
(F) Perilaku kepatuhan santri menarik bila kita perhatikan secara seksama. Kepatuhan merupakan salah satu aspek perilaku dalam kehidupan sosial. Berbagai alasan dapat mendasari timbulnya perilaku tersebut, tetapi mengapa santri memiliki kepatuhan kepada kiainya? Apakah karena santri tersebut menganggap kiainya adalah seorang kiai yang dimuliakan
dengan karismanya dan kedalaman ilmunya? Apakah perilaku santri dipengaruhi oleh tingkat kepatuhan dan penyesuaian diri (obedience and conformity) terhadap kelompok dan komunitasnya dan keinginan untuk melaksanakan semua keinginan kiainya? Untuk mengetahui hal itu peneliti mengajukan pertanyaan untuk penelitian ini yaitu:
"Apakah ada perbedaan tingkat kepatuhan santri terhadap kiai antara santri pesantren modern dan santri pesantren tradisional (salafi)?"
Penelitian ini menggunakan skala sikap kepaluhan santri. Proses penyebaran skala dilakukan di Pondok Pesantren Al-Aulia Situ llir Cibungbulang Bogar dan Pondok Pesantren Al-ltqon Situ llir
Cibungbulang Bogar, dengan persetujuan pihak Pondok Pesantren Al-Aulia dan Pondok Pesantren Al-ltqon di Bogar jumlah subjek dari masing-masing pesantren 30 orang.
Tahap pengolahan data pertama kali dilakukan skoring terhadap hasil kuesioner yang telah diisi responden, menghitung dan membuat tabulasi data, metode analisis data menggunakan uji-t (!-test) antar kelompok.
Responden terdiri dari dua kelompok, yakni kelompok santri modern dan santri tradisional (salafi), responden yang diambil dalam penelitian ini adalah 60 orang, yang terdiri dari 30 santri modern dan 30 santri salafi, dengan rincian responden laki-laki berjumlah 26 orang dan jumlah responden perempuan 34 orang.
Diketahui nilai rata-rata kelompok santri modern sebesar 323,27 dan nilai rata-rata santri salafi 326,97. Nilai salafi lebih besar, maka dari itu
kepatuhan santri salafi terlihat lebih tinggi.
Dari uji statistik, didapat t hitung -0,617 (p> 0,05) yang menyatakan tidak ada perbedaan sikap kepatuhan santri terhadap kiai antara santri
pesantren modern dan santri pesantren tradisional (salafi) diterima.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah tidak ada perbedaan sikap
kepatuhan santri terhadap kiai antara santri pesantren modern dan santri pesantren tradisional (salafi), baik santri santri pesantren modern dan santri pesantren tradisional, dalam memahami perilaku kepatuhan mereka memiliki sikap positif terhadap perilaku kepatuhan, walaupun memang ada kecenderungan santri salafi lebih patuh terhadap kiainya.
DAFTAR ISi
LEM BAR PERSETUJUAN . . . ii
LEM BAR PENGESAHAN .... .. .. . .. .. .. .. .. .. .. .. ... . .. .. . .. ... .... ... .. . .. .. .. . iii
KATA PENGANTAR ... ... ... ... .... ... .. .... .. .. .. ... ... .... .. .. .. iv
ABSTRAK ... ··· ... ... .. ... ... ... ... ... IX
DAFT AR ISi ... .. .... .... .. .. .... ... ... ... ... .. .. .. ... ... .. . ... ... ... ... ... .. ... xi
DAFT AR TABEL ... ... ... ... ... ... ... ... xiv
DAFT AR LAMPIRAN ... ... ... ... ... ... ... ... .. ... ... ... ... .. ... ... ... ... xv
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah 1
1.2. Pembatasan Masalah .. . .. . . .. .. . .. . . .. . .. . .. .. . . .. . . .. .. . .. . . .. .. . .. 1 O 1.3. Perumusan Masalah .. ... . .. . .. .. .. .... .. . .. .. . .. .. .. .. .. .. . .. .. .. .. . .. 11 1.4. Tujuan Penelitian .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. 12
1.5. Manfaat Penelitian 12
1.6. Metode Pembahasan... 12 1. 7. Sistematika Penulisan .... .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. . 13
BAB 2 KAJIAN TEORI
2.1.2. Asal mula adanya pondok pesantren... .. . . 16 2.1.3. Unsur-unsur Yang Terdapat Pada Pesantren .. 17 2.1.4. Jenis-jenis Pondok Pesantren.. . .. .. . .. . . 18 2.2. Kepatuhan. .. . .. ... ... ... ... ... ... ... . .. . . . ... ... .. . .. . ... ... .. . ... . . . ... .. . .. ... 21 2.2.1. Pengertian kepatuhan ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... .... 21 2.2.2. Proses terjadinya kepatuhan ... .
2.2.3. Faktor-faktor yang menyebabkan kepatuhan ... .
2.2.4. Kepatuhan santri terhadap kiai ... . 2.3. Hipotesa Penelitian
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Subjek Penelitian 3.2. Alai Pengumpulan Data 3.3. Prosedur Penelitian 3.4. Metode Analisis Data
BAB 4 HASIL PENELITIAN
22 23
25
30
31 32 36
37
BAB 5 KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
5.2. Diskusi
5.3. Saran
DAFT AR PUST AKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFT AR T ABEL
[image:17.524.30.436.155.504.2]LJ\Ml'IRJ\N LAMPIRAN II LAMPIRAN Ill LAMPIRAN IV LAMPIRAN V
DAFTAR LAMPIRAN
Surat izin penclitian Kata pengantar penelitian : Jnstrumen penelitian
: Data has ii try out skala sikap kepatuhan santri tcrhadap kiai : Data hasil penelitian skala sikap antara kclompok pesnntren
1.1. Latar Belakang
BAB 1
PENDAHULUAN
Dinamika kehidupan santri memang menarik, bila kita perhatikan secara
seksama, hal ini terlihat dari perilaku dalam kehidupannya sehari-hari, lebih
menarik lagi mengamati perilaku kepatuhan santri terhadap kiai, juga
masalah-masalah sosial yang sering terjadi manakala mereka menjalani
hidup di pesantren. Ada dua sikap santri pada saat masuk pesantren,
pertama; bagi mereka yang terbiasa hidup bebas luar pesanten, mereka
kesulitan dalam beradaptasi dengan kehidupan pesantren yang selalu diatur
dan terikat dengan norma dan etika yang berlaku di pesantren, yang
memaksa mereka melakukan kegiatan yang sama sekali mereka tidak
inginkan, bahkan mengubah tingkah laku atau keyakinan individu agar sesuai
dengan tekanan atau harapan kelompok, (Sarwono, 1997), kedua; santri
yang mukim yaitu santri yang tinggal di pondok dalam kurun waktu yang
lama, dan mempunyai keinginan yang kuat dalam mendalami ilmu agama.
Perilaku kepatuhan menurut tokoh psikologi sosial antara lain sebagai
berikut: (Freedman, 1985) kepatuhan atau ketaatan adalah bilamana orang
2
lebih tidak suka menampilkannya. Perihal perilaku penyesuaian diri dengan
kepatuhan (conformity and obedience), yaitu adanya perubahan perilaku atau
keyakinan karena adanya tekanan dari kelompok, untuk melakukan suatu
perilaku agar bisa sesuai dengan kelompok tersebut (konformitas), baik yang
sungguh-sungguh ada maupun yang dibayangkan saja, (Kiesler & Kiesler,
1969, dalam Atkinson, 1991). Dari kedua tokoh tersebut tergambar bahwa
perilaku kepatuhan adalah setiap perilaku yang orang lakukan dengan
sengaja dilakukan, yaitu dengan cara menyesuaikan diri terhadap norma,
etika serta aturan yang berlaku dalam suatu kelompok.
Dari uraian di alas, dapal digambarkan tentang kepatuhan santri terhadap
kiai di pesantren. Perilaku kepatuhan bisa dilihat dari adanya pengabdian
sanlri, hal itu merupakan faktor manifestasi dari pengajaran kiainya, sehingga
ketaatan atau kepatuhan terjadi, kepatuhan dan ketaatan merupakan faktor
utama dalam mencapai tujuan mencari ilmu (ta'zim wa ta'ziman). Pada
dasarnya sikap patuh santri merupakan bentuk penghargaan dan
penghormatan terhadap sang guru (kiai), sehingga seorang guru dianggap
mulia dan terhormat karena keilmuan dan kecakapan dalam berpidato di
muka umum, proses semacam itu adalah pengkultusan (menghormati secara
berlebihan). ldealnya kiai adalah sosok yang seharusnya membawa kepada
3
Perilaku kepatuhan bisa terjadi dalam berbagai cara, kepatuhan yang
dilakukan santri yaitu "takzim" khidmat yang artinya mengabdi, "abdi yang
setia" (KBBI, 1990), dengan sungguh-sungguh mengabdi kepada kiai maka,
tujuan dan cita-cita belajar di pesantren akan mendapat restu dan nilai
kemanfaatan yang tinggi atau sering disebut barokah, saat mendapat
perintah dari kiainya mereka rela melakukan apapun yang menjadi perintah
kiai, tanpa ada penolakan atau alasan untuk tidak melakukannya. Kepatuhan
terjadi ketika adanya peraturan yang dibuat oleh kiai, yang perilaku individu
dikontrol dan diarahkan oleh aturan dalam kelompok itu sendiri, ha! tersebut
efektif dengan adanya sanksi yang dibuat dan disepakati (Wiley, 1961 ). Maka
dari itu perilaku kepatuhan yang dilakukan oleh santri pada dasarnya untuk
menyesuaikan diri pada norma dan aturan pesantren, perilaku demikian guna
kelancaran bersama dalam mencapai keberhasilan agar menjadi kebiasaan,
dan nanti mereka diharapkan menjadi pendakwah yang memiliki mental
spiritual yang tinggi, sehingga ajaran tersebut dapat disebarluaskan kepada
masyarakat baik melalui perilaku atau ucapan (da'wah bi/ qauli wa da'wah bi/
ha/).
Penyebab kepatuhan santri terhadap kiai adalah; pertama begitu besarnya
pengaruh karismatik seorang kiai bagi santrinya dan masyarakat sekitar
lingkungan pesantren, ha! ini terjadi karena kepandaian dan kecakapan kiai
4
keduanya karena adanya konformitas yaitu perubahan perilaku atau
keyakinan individu agar sesuai dengan tekanan atau harapan kelompok,
ketiganya adanya penerimaan (acceptance) pada saat santri menerima
semua perintah dari kiai, tanpa bantahan atau alasan untuk menolaknya, dan
keempat menu rut (complience) yaitu setiap santri yang berada di pesantren
seharusnya patuh kepada kiai, bila hal ini tidak dilakukan maka kiai yang
menghukum santri, dan sebagai konsekuensi yang diterima santri yang
bandel mulai dikucilkan dan diklaim sebagai santri yang durhaka, dengan
melakukan perilaku kepatuhan ini, nantinya bisa diterima dalam tatanan
kehidupan lingkungan tempat pergaulan sehari-hari (Kiesler & Kiesler, 1969,
dalam Atkinson, 1991 ).
Telah dikemukakan di alas faktor-faktor penyebab kepatuhan, kemudian kita
telaah faktor lain yang menyebabkan kepatuhan di antaranya; konformitas
(penyesuaian diri), menurut (compliance) yaitu perubahan perilaku yang
terbuka secara umum, meskipun dalam hatinya tidak setuju; penerimaan
(acceptance) perubahan perilaku ini dilakukan atas dari keinginan dalam
menyesuaikan diri dengan tatanan sosial, dengan demikian proses
kepatuhan akan menyebabkan keselasaran tatanan kehidupan sosial dengan
5
Pesantren berasal dari kata santri dengan awalan "pe" dan akhiran "an" yang
berarti tempat tinggal para santri, kemudian kata santri berasal dari kata
"canlrik" bahasa jawa yang berarti seorang yang selalu mengikuti seorang
guru kemana guru ini pergi dan menetap. Yasmadi (2002) menyatakan
bahwa kata pondok berasal dari bahasa Arab "Funduq"yang artinya hotel,
asrama, rumah dan tempat tinggal sederhana, pesantren terdiri dari lima
elemen pokok yaitu kiai, santri, masjid, pondok dan pengajaran kitab Islam
klasik, dari kelima elemen tersebut merupakan ciri khusus yang dimiliki
pesantren, dan yang membedakan dengan pendidikan bentuk Jain.
Tradisi pesantren merupakan kerangka sistem pendidikan Islam tradisional,
perjalanan sejarahnya telah menjadi objek penelitian para sarjana yang
mempelajari Islam di Indonesia. Dilihat dari adanya pesantren-pesantren
yang ada, ternyata banyak pesantren yang mengalami perubahan sejalan
dengan berjalan waktu dewasa ini baik secara keilmuan, teknologi, dan pola
hid up. Maka dari sebab itu kita bisa membagi pesantren dalam 2 jenis
pesantren, jenis pesantren salafi (tradisional) dan pesantren khalafi (modern),
Pesantren salafi yaitu pesantren yang mempertahankan pengajaran
kitab-kitab Islam klasik sebagai inti pendidikannya. Di pesantren ini pengajaran
pengetahuan umum tidak ada, sementara tradisi masa Jalu tetap
dipertahankan, dan pemakaian sistem madrasah hanya memudahkan sistem
6
sorogan dan weton. Dalam sistem pengajian sorogan merupakan pengajian
yang rumit dari keseluruhan sistem pendidikan Islam tradisional, karena
tuntutan bagi santri membutuhkan kesabaran ketelatenan, ketaatan, dan
disiplin pribadi, maka kebanyakan santri di desa gaga! menempuh pengajian
ini, selain itu mereka menyadari harus mematangkan pada tingkat
"bandongan". Sistem bandongan, seorang murid tidak mesti menunjukkan ia
mengerti pelajaran yang sedang dihadapinya, pada pengajian ini kiai
biasanya membaca dan menerjemahkan kata-kata yang mudah, dengan cara
ini kiai dapat menyelesaikan kitab-kitab pendek dalam beberapa minggu saja.
Sistem bandongan digunakan untuk murid-murid tingkat menengah dan
tingkat tinggi dan hanya efektif bagi murid yang telah mengikuti sistem
sorogan secara intensif. Selain itu ada pengajian musyawarah, pada
pengajian ini para santri harus mempelajari sendiri kitab-kitab yang ditunjuk,
dan kiai hanya memimpin jalannya diskusi layaknya sebuah seminar.
Pesantren modern (khalaf1); pesantren gaya ini sudah terbuka dan menerima
hal-hal baru yang dinilai baik, dan ada sebagian pesantren yang modern yang
masih tetap mempertahankan tradisi-tradisi lama, namun juga mulai
menerapkan hal-hal yang bersifat baru. Pesantren ini mengajarkan pelajaran
umum di madrasah dengan metode klasikal, sudah membuka
7
pesantren. Di sisi lain pesantren ini masih tetap mempertahankan pengajaran
kitab-kitab klasik, pesantren seperti ini dijuluki pesantren modern.
Dikotomi tradisional dan modern yang sering dipergunakan pada tahun
1970-an oleh b1970-anyak peneliti. Hal ini menunjukk1970-an kekur1970-angmampu1970-an untuk
menjelaskan fenomena yang terjadi di pesantren, dan realitas yang ada,
terlebih dengan perbedaan istilah tradisional diartikan lama dan modern yang
baru. Sebenarnya hal yang terjadi menurut Raharjo (1985), tradisional
memiliki arti tersendiri yaitu pola pengentalan sosio-religius dimana pola
hubungan saling terkait satu sama lain, alas dasar inilah kita tinjau kondisi
dan konstelasi sosio-historis dari perkembangan pesantren sebagai lembaga
yang eksistensial.
Peran kiai di pesanten yang sangat dominan, terjadi karena intensitas kiai
memperlihatkan otoritasnya sebagai pimpinan, karena kiai adalah perintis,
pendiri, pengelola, pengasuh, pimpinan dan pemilik tunggal sebuah
pesantren. Oleh karena itu ada sebagian pesantren yang bubar karena
kiainya wafat, sementara kiai tidak memiliki penerus untuk melanjutkan
pengelolaan pesantren. Sebagai salah satu unsur dominan dalam sebuah
kehidupan pesantren, kiailah yang mengatur irama perkembangan dan
kelangsungan kehidupan suatu pesantren, dengan karisma, keahlian
8
maka jarang pesantren memiliki menejemen yang rapi dan teratur. Sebagai
tokoh nonformal yang ucapan dan seluruh perilakunya akan menjadi model
bagi santri dan masyarakat sekitarnya, kiai berfungsi sebagai sosok model
keteladanan yang baik (uswah hasanah). Kewibawaan kiai dan kedalaman
ilmunya adalah modal utama bagi kelangsungan semua wewenang yang
dijalankannya, akhirnya hal ini memudahkan segala kebijakannya, karena
semua santri bahkan orang-orang yang ada di lingkungan pesantren taat dan
patuh terhadap kiainya.
Dalam hal manajemen susunan organisasi pesantren modern sudah
terstruktur dan tertata mulai Pimpinan Pesantren, Wakil Pimpinan Pesantren,
Dewan Ustadz, juga organisasi pesantren (OSPA), sehingga intensitas kiai
akan terkonsentrasi kepada santrinya. Karena setiap pengajian diisi oleh
ustadz sebagian dan pengajian oleh kiai pada waktu-waktu tertentu saja,
selanjutnya kegiatan santri seluruhnya dikoordinir oleh OSPA dari mulai olah
raga, seni retorika, shalawatan, dan lain sebagainya. Kiai bisa melakukan
aktivitas di luar pesantren, seperti menjadi anggota/pengurus organisasi
kemasyarakatan atau telibat langsung dengan politik praktis.
Dari beberapa uraian di atas dapat disimpulkan bahwa, perilaku kepatuhan
yang dilakukan seseorang, yaitu agar senantiasa bisa diterima dan sesuai
9
Di sisi lain etika dan norma yang berlaku di pesantren menciptakan kultur
kepatuhan yang ekslusif. Di pesantren santri dapat melakukan apa saja untuk
kiainya, hanya untuk mendapat barokah dan ridho dari kiai, agar dimudahkan
dalam mencari ilmu agama.
Sebagai makhluk sosial kita tidak bisa lepas dari masalah kepatuhan dan
penyesuaian diri (konformitas). sebagai warga negara yang baik hendaknya
kita mengikuti aturan-aturan yang dimuat dalam Undang-undang Dasar 45
dan perundang-undangan yang berlaku. Di lingkungan RT kita harus patuh
pada aturan yang dibuat dan dihormati, di keluarga kita harus patuh dan
menghormati aturan yang berlaku dalam keluarga, wajar saja sebuah
lembaga seperti pesantren membuat aturan dan norma yang berlaku di
tempatnya supaya tujuan belajar bisa tercapai sebagaimana mestinya.
Dari uraian di alas muncul permasalahan-permasalahan sebagai berikut;
sebagai pengelola kegiatan pendidikan agama mampuhkah kiai mendidik,
membentuk, dan mengarahkan para santri agar memiliki kecakapan dalam
menghadapi masyarakat? Apakah patuh atau tidaknya santri terhadap
aturan pesantren merupakan cerminan seberapa besar otoritas dan pengaruh
karismatik seorang kiai bagi santri dan lingkungan masyarakat sekitar
pesantren?. Apakah benar kesadaran kepatuhan santri terhadap kiai
agama di pesantren untuk dihadapkan pada lingkungan sosial dan
budayanya?. Dengan adanya babarapa perbedaan karakteristik pesantren
salafi dan modern, peneliti memilih judul penelitian sebagai berikut:
10
"Perbandingan Tingkat Kepatuhan Santri terhadap Kiai antara Santri
Pesantren Modern (Khalafi) dan Santri Pesantren Tradisional (Salafi)
1.2. Pembatasan Masalah
Pada dasarnya permasalahan pada santri cukup kompleks, karenanya itu
penulis perlu membatasi masalah dalam skripsi ini. Permasalahan ini dibatasi
agar permasalahan menjadi lebih fokus dan terarah, maka kepatuhan dalam
penulisan penelitian skripsi ini dibatasi pada tingkat kepatuhan yang dicapai
oleh santri, dalam penelitian yang akan diteliti berkaitan dengan pengaruh
kepatuhan, hubungannya dengan kepatuhan santri dari pengaruh karismatik
dan kedalaman ilmu kiai. Ada dua macam tingkat kepatuhan.
Pertama: tingkat kepatuhan yang menggunakan metode kedisiplinan bagi
santri yang berada di pesantren modern berarti santri harus tunduk dan patuh
pada aturan yang dibukukan yang tertera dalam perjanjian sebelum masuk
pesantren modern tersebul.
Kedua: kepatuhan bagi santri salafi (tradisional), yaitu kepatuhan bagi
11
tanpa desakan atau penerapan disiplin yang permanen. Pada pesantren
salafi tidak terlalu diterapkan dalam bentuk peraturan yang sudah dibukukan
dalam pesantren salafi, melainkan peraturan yang bersifat dogma agama
yang kaitannya dengan Allah, lain dengan pesantren modern, pada pesantren
modern setiap peraturannya sudah diatur sedemikian rupa dalam proses
pembelajarannya.
Subjek penelitian ini adalah santri yang mukim di pesantren dalam kurun
waktu yang telah ditentukan di pesantren, dengan kisaran usia antara 13 s/d
21 tahun. Pondok pesantren adalah lembaga pendidikan Islam yang
menampung para santri dalam pondok (asrama), di dalamnya dikaji khusus
ilmu agama yang memiliki kiai sebagai pimpinan sekaligus pengasuh.
1.3. Perumusan Masalah
Pada perumusan masalah ini dibagi dalam beberapa permasalahan antara
lain:
Apakah terdapat perbedaan yang signifikan tingkat kepatuhan santri
terhadap kiai, antara santri pesantren modern dengan santri pesantren
1.4. Tujuan Penelitian
Penelitian yang berkaitan dengan tingkat kepatuhan (obedience) bertujuan
untuk:
Mengetahui perbedaan tingkat kepatuhan santri terhadap kiai antara
santri yang berada di pesantren modern dan di pesantren tradisional
(salafi).
1.5. Manfaat Penelitian
Diharapkan hasil penelitian ini memiliki manfaat pada psikologi khususnya
psikologi sosial, tentang kepatuhan (obedience) santri terhadap kiai yang
memiliki karisma dan kedalaman ilmu dan khususnya sebagai sumbangan
pemikiran dalam penyelenggaraan pendidikan di pesantren.
1.6. Metode Pembahasan
12
Metode ini disusun menggunakan metode penulisan komparatif kuantitatif
yang melalui metode ini penulis ingin mencoba memaparkan masalah dari
data-data yang didapat untuk selanjutnya diolah secara statistik (penelitian
kuntitatif) dan untuk diperbandingkan sesuai kelompok sampel yang dibuat,
dan dibuat kesimpulannya, untuk teknik penulisan dalam skripsi ini mengacu
13
1.7. Sistematika Penulisan
Hasil penelitian ini disusun secara sisternatis dalarn lirna bab dan dilengkapi
dengan larnpiran yang berkaitan dengan penelitian ini sebagai berikut.
BAB 1 : Pendahuluan yang berisi latar belakang rnasalah, perurnusan
BAB 2
BAB 3
BAB 4
BAB 5
rnasalah, tujuan dan rnanfaat penelitian, rnetode pernbahasan dan
sisternatika penulisan.
Mengernukakan kajian teori tentang pesantren, rneliputi pesantren
modern dan pesantren salafi (tradisional) , kiai, ustadz, santri,
kepatuhan (obedience), perilaku kepatuhan santri terhadap kiai,
dan hipotesis penelitian.
Metode penelitian, berisikan subjekr penelitian, pengumpulan data,
teknik analisis data, dan tahapan penelitian.
Hasil penelitian, yang berisikan garnbaran urnum, deskripsi dan
analisa data.
BAB 2
KAJIAN TEORI
2.1. Pondok Pesantren
2.1.1. Pengertian pondok pesantren
Pondok adalah bangunan untuk tempat sementara, bangunan tempat tinggal
berpetak-petak (KBBI, 1988). Pondok berasal dari bahasa Arab yaitu "funduq"
yang artinya hotel, asrama, rumah, dan tempat tinggal (Yasmadi, 2002).
Pondok diartikan sebagai sebuah asrama pendidikan Islam tradisional yang
para santrinya tinggal bersama dan belajar di bawah bimbingan kiai (Dhofier,
1982).
Pondok merupakan hasil penerapan akulturasi dari masyarakat Indonesia
terhadap kebudayaan Hindu Budha, kemudian kebudayaan Islam selanjutnya
menjelmakan menjadi lembaga yang lain dengan warna Indonesia, yang
berbeda dengan apa yang dijumpai di India dan Arab (Raharjo, 1974).
Pondok pesantren merupakan lembaga yang mendukung nilai-nilai agama di
kalangan masyarakat agamis. Pondok pesantren menurut Siraj (1998)
diartikan sebagai suatu tipologi yang unik dari institusi pendidikan; berusia
ratusan tahun sekitas 3 abad silam. Faktor pendukung dalam berjalannya
15
pendidikan pesantren adalah dengan adanya pondok maka santri bisa belajar
bersama dalam naungan kiai di pesantren, pondok merupkan salah satu
elemen penting karena pondok merupakan tempat bagi para santrinya
tinggal.
Pesantren berasal dari kata santri, dengan awalan "pe" dan akhiran "an"
berarti tempat tinggal santri (Dhofier: 1982). Pesantren pada prinsipnya
adalah sebuah asrama pendidikan tradisional dimana santri tinggal bersama
dan belajar dalam bimbingan kiai. Pondok juga dikenal sebagai asrama
adalah ciri khas dari tradisi pesantren, yang membedakan dengan sistem
dengan pendidikan formal. Menurut Dhofier (1982) ada tiga alasan utama
pesantren harus menyediakan asrama; pertama kemasyhuran sang kiai dan
kedalaman pengetahuannya tentang Islam, hal tersebut menarik santri-santri
dari jauh untuk tinggal di asrama. Kedua; hampir setiap pesantren berada di
desa-desa yang tidak tersedia perumahan (akomodast) yang cukup untuk
menampung santri, dengan demikian keberadaan asrama sangat perlu,
ketiga; adanya sikap timbal balik antara kiai dan santri, dimana para santri
menganggap kiai seolah-olah sebagai bapaknya sendiri, sedangkan kiai
menganggap santri sebagai titipan Tuhan yang senantiasa harus
16
2.1.2. Asal mula adanya pondok pesantren
Pesantren merupakan fenomena yang sudah cukup tua, setua datangnya
Islam ke Indonesia, walaupun jumlahnya tentu masih sangat terbatas
(Dhofier, 1982). Secara historis pesantren tidak hanya mengandung makna
keislaman tetapi makna keaslian Indonesia, sebab memang cikal bakal
lembaga pesantren memang sudah ada pada masa Hindu-Budha dan Islam
tinggal meneruskan, melestarikan, dan mengislamkan saja (Madjid, 1997).
Secara terminologis dapat dijelaskan bahwa pendidikan pesantren bi/a dilihat
bentuk dan sistemnya, berasal dari India sebelum proses penyebaran Islam
di Indonesia, sistem tersebut telah dipergunakan secara umum untuk
pendidikan dan pengajaran agama Hindu di Jawa, setelah Islam masuk dan
tersebar di Jawa sistem tersebut diambil dan diteruskan oleh Islam yang
kemudian menjadi sebuah pesantren (Yasmadi, 2002).
Bila dilihat dari sistem pengajaran yang ada di dunia pesantren, memang
terdapat kemiripan dengan tatalaksana pengajaran dalam ritual agama Hindu
dimana para ca/on "bikshu" (pendeta) dididik di kui/ untuk disucikan dirinya
menjadi bikshu, demikian juga santri dalam pesantren yang mendalami
pendidikan agama agar nantinya menjadi ustadz bahkan menjadi kiai setelah
lulus dari pesantren, sementara kiai duduk di atas kursi yang dilandasi oleh
bantal dan para santri duduk mengelilinginya, dengan cara ini timbul sikap
17
mendengarkan uraian yang disampaikan kiainya. Pesantren telah ada sejak
beberapa abad yang silam semenjak datangnya Islam ke Indonesia,
kehadirannya sangat berarti bagi kelangsungan pendidil<an Islam seutuhnya,
karena pesantren merupakan pusat pembelajaran yang mendalami
pendidikan Islam seutuhnya, maka dari itu pesantren memiliki arti penting
bagi kalangan umat Islam.
2.1.3. Unsur-unsur yang terdapat pada pesantren
Pesantren merupakan komplek pendidikan yang meliputi 5 elemen pokok;
kiai, santri, masjid, pondok, dan pengajaran kitab-kitab ldasik Islam (Dhofier,
1982). Dari kelima elemen pesantren dapat diuraikan sebagai berikut;
1. Kiai: kiai (guru) adalah elemen yang paling esensial dari suatu pesantren,
sebagai pendiri dan pengasuh kiai merupakan faktor utama maju atau
mundurnya sebuah pesantren.
2. Santri: santri dibagi menjadi dua klasifikasi sebagai berikut per1ama sa11tri
mukim yaitu santri yang berasal dari daerah yang jauh dan menetap
dalam kelompok pesantren. Kedua santri kalong yaitu santri yang tidak
tinggal dan tinggal di pesantren, mereka datang pada saat belajar saja,
setelah pengajian usai mereka pulang, sebagian besar dari mereka
berasal dari lokasi yang dekat dengan pesantren.
3. Masjid: kedudukan masjid sebagai pusat pendidikan dalam tradisi
18
tradisional, dengan kata lain kesinambungan sistem pendidikan Islam
berpusat pada masjid, seperti Al-Quba yang didirikan dekat Madinah pada
masa Nabi Muhammad saw .. yang masih terpancar dalam sistem
pendidikan Islam.
4. Pondok: adalah asrama pendidikan yang dihuni oleh santri bersama
belajar di bawah bimbingan kiai.
5. Pengajaran kitab-kitab Islam klasik; pengajaran kitab-kitab Islam klasik
yang dikaji terutama karangan-karangan ulama yang menganut paham
Syafi'iyah merupakan satu-satunya pengajaran formal yang diberikan
dalam lingkungan pesantren.
2.1.4. Jenis-jenis pondok pesantren
2.1.4.1. Pesantren Salafi
Pesantren salafi memiliki arti, yang tetap mempertahankan pengajaran
kitab-kitab Islam klasik sebagai inti dari pendidikan pesantren, sistem madrasah
diterapkan untuk memudahkan sistem sorogan yang terdapat dalam
lembaga-lembaga pengajaran pengajian bentuk lama, tanpa mengenalkan
pengetahuan umum (Yasmadi, 2002).
Ada pun ciri-ciri dari pesantren salafi, pesantren ini tidak memperkenalkan
pengetahuan umum, pesantren salafi biasanya berdomisili di desa, tidak
19
kelompok santri salafi ini etika hidup mereka merupakan cerminan dari etika
dan perilaku Nabi Muhammad saw .. , jika dibedakan dengan kelompok
abangan maka secara keagamaan kelompok santri salafi memandang dirinya
lebih tinggi dalam pemahaman dan kedalaman ilmu agamanya (Raharjo,
1985).
Ciri yang menonjol pada pesantren salafi adalah pola pengajiannya yang
masih menggunakan metode atau sistem "sorogan" (sistem setoran), hapalan
kitab-kitab dan teks-teks Arab, dan metode pengajiannya masih
melaksanakan pengajian gaya wetonan (bandongan) proses pengajian ini
yaitu: mendengarkan, menerjemahkan, membaca, dan seringkali mengulas
kitab-kitab Islam klasik dalam Bahasa Arab.
2.1.4.2. Pesantren Modern
Pesantren modern dikenal sebagai pesantren khalafi (menerima hal-hal yang
baru) yang memi/iki nilai baik, pembaruan dan modernisasi. Pendidikan Islam
bermula di Turki menjelang pertengahan abad ke-19, menyebar ke seluruh
wilayah Turki Ustmani di Timur Tengal1. Tetapi penting dicatat, program
pembaruan pendidikan di Turki, yang terjadi adalah pembentukan
sekolah-sekolah baru sesuai dengan pendidikan yang ada di Eropa, yang ditujukan
untuk kepentingan-kepentingan reformasi militer dan birokrasi Turki Ustmani.
20
Islam dengan memperkenalkan sekolah Rusyidiyah, yang mengadopsi sistem pendidikan Eropa. Pesantren ini walau mempertahankan tradisi lama, sudah memperkenalkan pelajaran-pelajaran umum di Madrasah dengan sistem klasikal, dan pesantren ini telah membuka sekolah-sekolah umum di lingkungan pesantren. Namun pesantren khalafi ini pada umumnya
kebanyakan meninggalkan tradisi salafnya (Yasmadi, 2002). Menurut Ziemek (1983), pesantren modern; pesantren yang sudah sesuai dengan tuntutan organisatoris yang beraneka ragam, dan sesuai pula dengan peraturan keagamaan, yang khusus dan juga karena penggunaan rnetode pendidikan "modern barat" maka dari itu pesantren ini mirip dengan kampus, yang sudah memiliki komponen pendidikan lengkap.
Ciri-ciri pesantren modern adalah kelompok santrinya "modernis" urban (kola) adalah bersifat apologik, yang mempunyai pengertian; Islam merupakan kode etik yang paling tinggi, demikian pula Islam sebagai doktrin sosial yang
terdapat pada kehidupan masyarakat modern, (Raharjo: 1985). Pondok pesantren ini membina dan mengelola Taman Kanak-kanak (RA,TPA, TKA), Sekolah Dasar (Madrasah lbtidaiyah/MI), Sekolah Lanjutan Pertama
21
Berdasarkan ciri-cirinya, dapat dibedakan antara dua jenis pesantren, yaitu pesantren salafi yang berkonsentrasi pada pengajaran kitab-kitab Islam klasik, dan teks-teks Arab tradisional, juga masih mempertahankan tradisi-tradisi lama sebagai norma dan etika yang berlaku di pesantren yang ada sejak lama. Sementara itu pesantren modern tampil dengan gayanya sendiri dengan mengutamakan pemikiran yang bersifat rasional, dan pesantren ini telah mampu menerima hal-hal yang baru, dengan rnemberikan pengetahuan urnum dan rnembangun sekolah-sekolah formal bahkan berani membangun Perguruan Tinggi dan lembaga-lembaga kursus seperti tersedianya
laboratorium komputer, dan pelatihan keterampilan lainnya salah satunya penggunaan Laboratorium Bahasa Arab dan Bahasa lnggris, olah raga dan lain sebagainya.
2.2. Kepatuhan
2.2.1. Pengertian kepatuhan
Patuh dan panut (menurut) merupakan perubahan perilaku atau keyakinan yang dilakukan secara terbuka sehingga terlihat secara umurn, walau hatinya tidak menyetujuinya (Sarwono, 1997). Sears & Freedman (1985) rnenyatakan kepatuhan (obedience) atau ketaatan sebagai berikut: bila orang
Dalam melakukan kepatuhan, individu dihadapkan pada norma dan etika, pada posisi ini orang akan tergantung pada orang lain dalam menentukan dan menafsirkan situasi yang ambigu (taksa}, ini merupakan proses yang mendasari pembentukan norma sosial dalam masyarakat, orang biasanya menyesuaikan diri dengan hampir tanpa merasa adanya tekanan dari luar untuk melakukannya (Goffman, 1963 dalam Atkinson, 1991 ).
2.2.2. Proses terjadinya kepatuhan
22
Kepatuhan terjadi saat orang menyesuaikan diri oleh individu kepada norma setiap kelompok yang ditemuinya, atau dimana seseorang sudah menjadi anggota atau bagian kelompok tersebut, misalnya pada saat makan di restoran internasional harus terampil dalam menggunakan sendok, garpu, dan pisau (Sarwono, 1997). Kepatuhan orang banyak dilakukan karena adanya tekanan dari kelompok, kepatuhan ini dilakukan untuk menghormati nilai-nilai dan etika yang belaku di masyarakat, supaya menjaga kestabilan tatanan sosial lingkungannya. Penyesuaian diri ini dapat terjadi melalui tiga cara yaitu:
1. Konformitas
23
2. Menurut (Complience)
Kiesler dan Kiesler (1969, dalam Atkinson, 1991) menyatakan complience
yaitu perubahan perilaku atau keyakinan karena adanya tekanan dari
kelompok, baik yang sungguh-sungguh ada maupun yang dibayangkan saja.
3. Penerimaaan (Acceptance)
Perubahan perilaku dan kepercayaan yang sesuai dengan tatanan sosial,
(Sarwono, 1997). Selanjutnya dalam penerimaan bahwa kecenderungan
untuk konform berdasarkan pengaruh yang bersifat informatif tergantung
pada dua aspek, yaitu seluas apa pengetahuan kelompok tersebut, menurut
individu mempercayai informasi yang dimiliki kelompok dan semakin individu
menghargai pendapat kelompok tersebut pada situasi tertentu, maka semakin
besar kemungkinan individu untuk konform (Sirait, 2002).
2.2.3. Faktor-faktor yang menyebabkan kepatuhan
Dilihat dari adanya kepatuhan dalam komunitas, maka kita perhatikan
faktor-faktor penyebab kepatuhan. (Milgram, 1963) membagi dalam beberapa faktor-faktor
yang mempengaruhinya antara lain:
1. Ketaatan terhadap otoritas yang sah; yaitu dimana harapan dari orang
yang menduduki posisi tertentu dalam otoritas terutama adalah yang
menimbulkan ketaatan.
2. Ganjaran, hukuman, dan ancaman; yaitu: salah satu cara untuk
individu untuk menampilkan perilaku yang diinginkan melalui ganjaran,
hukuman dan ancaman.
24
3. Harapan orang lain; yaitu: seseorang rela memenuhi permintaan orang lain
hanya karena orang lain tersebut mengharapkannya.
4. Teknik foot in the door, yaitu: salah satu cara untuk meningkatkan ketaatan
dalam semacam ini adalah dengan membujuk orang agar mula-mula
bersedia memenuhi permintaan yang ringan.
5. Batas tekanan ekternal; yaitu: cara yang langsung meningkatkan ketaatan
dengan menekan individu, yang dapat dilakukan melalui ancaman, ganjaran
atau tekanan sosial.
Kepatuhan memang sulit dilepaskan dalam kehidupan ini, misalkan
kepatuhan terhadap otoritas yang sah, sebagai warga negara yang baik kita
harus mengikuti peraturan yang sudah ada, bila kita melanggar ketentuan
yang berlaku konsekuensi yang akan kita terima hukuman, dan yang
mengatur stabilitas dalam bersosial dan bermasyarakat yaitu dengan adanya
sanksi yang diberlakukan, sanksi bertugas mengatur kestabilan sosial, hal itu
menyebabkan kepatuhan dengan adanya ganjaran, hukuman, dan ancaman
25
2.2.4. Kepatuhan santri terhadap kiai
Pendidikan pesantren tidak semata-mata untuk memperkaya pikiran santri
dengan penjelasan-penjelasan, dan menghargai nilai-nilai spiritual dan
kemanusiaan, mengajarkan sikap dan tingkah laku yang jujur dan bermoral,
pesantren jug a menyiapkan para muridnya untuk hid up sederhana (kona 'ah)
dan besih hati, adalah hal yang wajar bila santri patuh dan taat terhadap
kiainya bukan semata-mata karena uang, kekuasaan, keagungan duniawi,
bahwa dengan belajar bersama kiai merupakan salah satu pengabdian
kepada Allah (Dhofier, 1982).
Kepatuhan terhadap penguasa, pada kondisi ini seseorang dihadapkan
kepada kontrak untuk mengikuti aturan yang akan disepakati dengan
penguasa, supaya dalam keseharian indvidu harus patuh dan taat terhadap
aturan yang telah dibuat (Atkinson, 1983). Oleh karenanya kita amati
kepatuhan santri terhadap kiainya pada masing-masing pesantren yaitu
pesantren salafi dan pesantren modern.
1. Patuhnya santri pada pesantren salafi: merupakan satu aspek cerminan
dari rasa hormat untuk mengagungkan kiai (pengkultusan). Perilaku
kepatuhan santri ini ditandai oleh tingkah laku asketis, yaitu perilaku yang
mementingkan kehidupan akhirat, dan mereka memusatkan perhatiannya
26
diajarkan oleh kiainya, salah satu yang menonjol di kalangan santri adalah
bahwa institusi ummah merupakan organisasi keagamaan nonformal
perhatian terhadap agama ini manifestasi dari ajaran Nabi Muhammad saw.,
dengan demikian kaum santri lebih menghormati gurunya dengan alasan,
Ulama adalah pewaris para Nabi jadi kiai mesti dihormati, kepatuhan santri
terhadap kiainya mewarnai kehidupan mereka sehari-hari, konsentrasi
pendidikan pesantren salafi menekankan pada aspek akidah dan akhlak
Keyakinan terhadap keesaan Tuhan dan tatakrama (adab dan sopan santun),
sehingga mereka tidak saja menghormati yang lebih tua, mereka juga
menghormati sesama bahkan sangat menghargai orang yang lebih rendah
dari usia mereka, dengan demikian moralitas yang diajarkan kepada mereka
dapat menunjang bagi kehidupan yang bermoral dan beragama.
Menurut Mahali (1988) karakteristik kepatuhan santri salafi terhadap kiai
adalah;
a. Menghormati llmu, santri tidak akan mendapat kesusksesan di dalam
mendalami ilmu dan tidak akan bisa memetik buahnya ilmu, untuk dirinya,
nusa dan bangsa, kecuali dengan cara menghormati ilmu, dan yang
mempunyai ilmu itu sendiri adalah kiai jadi santri harus menghormati Kiai.
b. Menghormati teman berarti menghormati ilmu pengetahuan, sebab teman
27
c. Sikap hormat: sikap hormat merupakan aspek yang paling tinggi dalam mempelajari ilmu pengetahuan, dengan rasa hormat maka santri akan mudah untuk mencapai apa yang dicita-citakan dalam ilmu pengetahuan. d. Musyawarah memilih ilmu kepada Guru, kaum santri hendaknya jangan
sendiri memilih ilmu, hendaknya konsultasikan dengan Guru dalam memilih jurusan dan benar-benar mantap.
e. Mengambil jarak dengan guru, bila dalam belajar jangan terlampau dekat dengan guru, kecuali dalam keadaan memaksa.
f. Selanjutnya membuang akhlak tercela, kaum santri menjaga dari sifat-sifat tercela dan berupaya kearah akhlak terpuji, adaptasi yang dilakukan santri di alas terangkum dalam sifat iklas,
g. Khidmad dan Ta'zim yaitu kepatuhan yang dilakukan santri kaum salafi
dengan mengabdi dan setia kepada kiai. Khidmad dan ta'zim memiliki arti mengabdi dan setia (KBBI: 1990).
2. Kepatuhan santri pada pesantren modem. Kiai ustadz, dan santri adalah tiga komponen dalam kultur pendidikan yang berada pad a pesantren modern. Pada umumnya santri berasal dari keluarga yang taat beragama, dan
28
sebenarnya apa yang diberikan pondok bukan barang jadi, tetapi yang
diberikan kepada santri tidak lebih dari "alat atau instrumen" sebagai
pengalaman belajar, yang dapat digunakan bagi kepentingan dan
pengembangan masyarakat Islam manapun, di manapun mereka
mengabdikan diri. Suatu ala! atau instrumen baik atau tidaknya tergantung
pada masyarakat yang menggunakannya, cara memilih bahan pelajaran,
pengalaman belajar, buku teks (textbooks) yang digunakan, cara mengajar
dan membahas persoalan dan segala kegiatan lainnya, organisasi pelajar di
sini sama sekali tidak dipergunakan untuk tercapainya tujuan di luar
organisasi itu sendiri, untuk komitmen terhadap pandangan golongan
tertentu, tetapi merupakan ala!, atau wadah untuk pengalaman belajar
dengan mana mereka mempersiapkan untuk menjadi pemimpin, anggota
kelompok sosial yang baik dan konstruktif.
Karakteristik kepatuhan santri terhadap kiai pada pesantren modern
Pesantren modern lebih mengatur cara belajar santri, kepatuhan dan pola
belajar santri ditentukan alas kemampuan beradaptasi pola belajar mereka di
pesantren tersebut. Kemampuan beradaptasi diatur dengan cara:
1. Menggunakan sistem kelas, sistem kelas mengajar santri tergantung
dengan tingkatan kelas, dengan adanya sistem kelas para santri
diharapkan mampu menyerap pelajaran dengan mematuhi ustadz di
2. Membina para santri dalam berpengetahuan agama dan umum, modal
utama sebagai santri pesantren modern selain mempunyai kemampuan
agama yang baik jug a memiliki pengetahuan um um untuk bekal
bermasyarakat.
3. Pesantren memberikan pengajaran keterampilan, yang akan jadi bekal
nanti setelah keluar dari pesantren.
Dengan demikian, pondok pesantren berperan membina calon ulama dan
pemimpin yang memiliki sifat yang baik, yaitu:
1. Percaya pada diri sendiri
2. Perasaan kemasyarakatan yang kuat
3. Mempunyai disiplin yang baik
4. Dapat bekerja sama dengan orang lain
5. Dapat belajar mulai dari diri sendiri.
29
Dari segi ini, dapat kita lihat potensi pesantren dalam mempersiapkan
pemimpin yang dihasilkan dari pesantren tersebut, tidak berarti semua santri
disiapkan untuk menjadi kiai, tapi alumni dari pesantren modern sepantasnya
menjadi individu yang memilki mentalitas agama yang baik, cakrawala
pemikiran yang luas. memiliki pribadi disiplin yang baik. dan merupakan
30
2.3.
Hipotesis Penelitian
Dari uraian di atas je/as bahwa ada perbedaan organisasi antara pesantren
modern dan pesantren sa/afi, perbedaan organisasi dan kegiatan pengajaran
di da/amnya akan berakibat terhadap perubahan pola tindak santri. Karena itu
diajukan hipotesis sebagai berikut:
1. Ho : Tidak ada perbedaan tingkat kepatuhan santri terhadap kiai, antara
santri pesantren modern dan santri pesantren salafi
2. Ha: Ada perbedaan tingkat kepatuhan santri terhadap kiai, antara santri
BAB3
METODOLOGI PENELITIAN
Bab berikut ini menguraikan tentang hal-hal yang berkaitan dengan penelitian
dan proses bagaimana penelitian ini dilaksanakan.
3.1.
Subjek Penelitian
Seperti telah diketahui, dalam penelitian diperlukan adanya subjek penelitian
yang diambil berdasarkan populasi yang ada. Maka untuk keperluan
penelitian ini penulis memiliki beberapa kriteria penelitian:
1. Subjek penelitian adalah para santri yang berada dan menetap di
pesantren, baik santri pesantren salafi atau santri pesantren modern.
2. Penelitian dilakukan di Pondok Pesantren Modern Al-Aulia Cibungbulang
Bogar, untuk pesantren salafi adalah Pondok Pesantren Al-ltqon
Cibungbulang Bogar, pesantren yang menjadi subjek penelitian adalah
santri yang tinggal di pondok pesanlren tersebut, mereka berusia 13
sampai dengan 21 tahun.
Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah pengambilan sampel
secara acak (random sampling), dengan cara mengambil secara acak dari
penelitian adalah 60 orang, yang terdiri 30 orang dari Pesantren Al-Aulia
dan 30 orang dari Pesantren Al-ltqon.
3.2.
Alat Pengumpulan Data
32
Alat yang digunakan untuk mengukur sikap patuh (obedience) terhadap kiai,
adalah skala Liker! berupa metode sumatted ratting. Item-item pada skala
model Likert disusun berdasarkan keharusan bahwa semua item di dalamnya
harus mengukur hal yang sama. Ada dua indikator yaitu aspek kepatuhan
(obedience) dan ketaatan yang imitasi (konformitas) pada skala ini subjek
diharuskan memilih jawaban yang paling menggambarkan dirinya sendiri
bukan merupakan jawaban atau pendapat orang lain dari pernyataan yang
tersedia. Skala ini mengukur derajat persetujuan dan ketidaksetujuan
(strongly agree-strongly disagree), yang menggambarkan kadar sikap positif
dan negatif subjek terhadap objek sikap. Objek sikap dalam penelitian ini
adalah tingkat kepatuhan santri terhadap kiai di pondok pesantren modern
dan pesantren salafi. Dalam skala model Liker! ini, skor akhir subjek
merupakan jawaban skor tetap dari jawaban pada setiap pernyataan. Ada
33
Pernyataan sikap tersebut diberi bobot nilai sebagai berikut:
Tabel 3.1.
Babat Nilai
Skala Favorable Unfavorable
SS 5 1
R 3 3
TS 2 4
STS ----1 --- _______ 5 __ _
Keterangan:
s
: SetujuSS : Sangat Setuju
R : Ragu-ragu
TS : Tidak Setuju
[image:54.524.32.418.157.609.2]34
[image:55.524.28.437.167.530.2]3.2.1. Blue print
Tabel 3.2.
Blue Print Tryout
セMMMM --·--·--- _____
,. _____ , ____
--
-NO ASP EK KATEGORI Item favorable Item Unfavorable
1 Kepatuhan - konformitas 116'.111,90,80',18, 4,57,55,69,89',
20,39',62'. 91',95,104',114,
-menu rut 72, 117, 14,41 ',58, 2,22,28,30,93,
(compliance) 66,5. 1or.121·.
-penerimaan 13,68', 115, 110',84. 51·.10.44.15,27',2
(acceptance) ,78,74., 1,3, 9',71, 101',102,73·.
19',31,32,34,35, 6,45,65,83,
42_•,84•,60-, 101_· _ 67'.
- -
セMMMMMMMM MMMMMMMMMMセMM-2 Khidmat -ketaatan 108,96,113•,21.24, 81,103,128.,129,
(Taal} terhadap otoritas 33,38,46,64 130',131,132,
yang sah 134',61'.
- ganjaran dan
hukuman 70', 100· ,7 ,8 •. 9. 63,53',47,43,75,
11, 12, 16.,37,50, 83,97,98,99·. 105, 1
- teknik in the 56,112. 22',124,127.
door 118,94,92',88', 40',26,79',85·.
17', 87*,
-harapan orang 23•_ 126',86.
lain
76 106
-batasan tekanan internal
119,86,82,52,54', 59',49,25.,77,
36_ 123',
125',133
Total 67 67 134
Item yang bertanda bintang (*) pada blue print adalah item-item yang tidak
35
Tabel
3.3.
Blue Print Penelitian
NO ASPEK KATEGORI No Item favorable Noitem
Unfavorable
1 Kepatuhan - konformitas
.
111,90, 18,20, 4,57,55,69,91,95, 114
-menurut 117, 14,58, 2,22,28,30.
(compliance) 66.
- penerimaan 13,68, 115,78, 1,3,31 10,44, 15,71, 102,73
(acceptance) ,32,34,35,84. ,6,45,65,83,67.
2 Khidmat -ketaatan 108,21,24,33,38,64 81,103,
(Taat) terhadap otoritas 131,132.
yang sah
- ganjaran dan 7.,9, 11, 12,37,56, 11
hukuman 2. 63,47,43,83,98, 105
,124,127.
- teknik in the 118,94.
door 26,85,87,
86. -harapan orang
lain 76 106
-batasan tekanan
internal 119,86,82,52, 49,77,
36. 133
Total 39 39 78
Pada pelaksanaan tryout diujikan sebanyak 134 item yang mengukur tingkat
kepatuhan santri terhadap kiai. Diperoleh 78 item yang valid dan reliabilitas
skala sebesar 0,985. Selanjutnya item yang valid tersebut digunakan dalam
[image:56.522.30.428.168.496.2]3.3. Prosedur Penelitian
3.3.1. Tahap persiapan
1. Perumusan masalah.
2. Menentukan variabel penelitian melakukan studi kepustakaan untuk mendapat gambaran dan landasan teoritis yang mengenai variabel penelitian.
36
3. Menentukan, menyusun dan menyiapkan ala! ukur yang akan digunakan dalam penelitian ini, yaitu skala sikap terhadap tingkat kepatuhan santri terhadap kiai di pesantren modern dan pesantren salafi.
4. Menentukan lokasi penelitian dan menyelesaikan administrasi perizinan penelitian.
3.3.2. Tahap pengambilan data
1. Menentukan sampel penelitian dan melakukan konfirmasi dengan pihak lembaga pesantren baik pesantren modern dan pesantren salafi.
2. Memberikan penjelasan mengenai tujuan dan meminta kesediaan subjek supaya bersedia mengisi pernyataan atau kuesioner penelitian.
37
3.3.3. Tahap pengolahan data
1. Melakukan skoring terhadap hasil kuesioner yang telah diisi oleh responden.
2. Menghitung dan membuat tabulasi data yang diperoleh, kemudian membuat label data.
3. Melakukan analisa data dengan menggunakan metode statistik untuk menguji hipotesa penelitian.
3.3.4. Tahap Pembahasan
1. Menginterpretasi dan membahas hasil analisa statistik berdasarkan teori. 2. Merumuskan kesimpulan hasil penelitian dengan memperhitungkan data
yang diperoleh.
3.4. Metode Analisis Data
Pernyataan penelitaan ini adalah apakah ada perbedaan antara tingkat kepatuhan santri terhadap kiai antara santri pesantren modern dengan santri pesantren salafi untuk itu teknik statistik yang digunakan adalah uji t (I-test) antar kelompok adapun rumus yang digunakan adalah (Sudjana, 1996):
x1-x2
I Ii - · I
,,
.
I II. . ! 1\ \·n II
::._, \ ' y. l
\
BAB4
HASIL PENELITIAN
4.1. Gambaran Umum Responden
Seperti yang telah dikemukakan dalam Bab 3, reponden dalam penelitian ini
dibagi dalam 2 yaitu kelompok Modern dan kelompok Salafi yang merupakan
santri pondok pesantren tersebut. Responden yang diambil dalam penelitian
ini adalah 60 orang yang terdiri dari 30 santri modern dan 30 santri salafi
sehingga jumlah responden benar-benar seimbang antara santri pesantren
modern dan santri pesantren salafi.
Tabel
4.1.
Penyebaran Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
JK F %
p
34 57L 26 43
TOTAL 60 100
Responden perempuan berjumlah 34 orang dengan persentase 57% dan
responden laki-laki 26 orang dengan persentase 43%.
[image:61.524.30.435.68.664.2]40
Tabel 4.2.
Penyebaran Responden Berdasarkan Usia
Usia F %
13-15 14 23
16-18
44
7319-21 2 3
TOTAL 60 100
Dilihat dari jenjang usia, responden berusia mulai dari 13 sampai dengan 21
tahun yaitu usia sekolah menengah pertama dan alas.
4.2. Deskripsi Data
4.2.1. Tingkat Kepatuhan Santri Modern dan Salafi
Untuk melihat kategori tingkat kepatuhan santri terhadap kiai digunakan
norma sebagai berikut:
Kategori Interval
Rendah 78
::; x
< 182Sedang 182::;
x
< 28641
Tabel 4.3.
Tingkat Kepatuhan Santri Salafi dan Santri Modern terhadap Kiai
Santri pesantren Santri pesantren
Kategori tradisional modern
F % F %
Rendah 0 0.00% 0 0.00%
Sedang 2 6.67% 2 6.67%
Tinggi 28 93.33% 28 93.33%
Total 30 100.00% 30 100.00%
Dari kedua kelompok di alas, tidak ada santri yang tingkat kepatuhannya
rendah terhadap kiai. Tampak dari label di alas bahwa tingkat kepatuhan
terhadap kiai pada kedua kelompok umumnya tinggi.
4.2.2. Perbandingan Tingkat Kepatuhan Santri Modern dan Salafi
Tabel 4.4.
Skor Kepatuhan
Kelompok
N
Rata-rata Standar deviasiSantri Modern 30 323,27 24,28
[image:63.518.98.395.564.670.2]42
Pada label di alas, dikelahui mean atau nilai rata-rata kelompok santri modern adalah sebesar 323,27 sedangkan mean atau rata-rala sanlri salafi 326,97. Berdasarkan mean alau nilai rata-rata dari dua kelompok di alas, maka kelompok santri salafi mempunyai kecenderungan kepaluhan lebih tinggi lerhadap kiai.
Dari analisis slatislik diperoleh l hilung sebesar -0,617 (p>0,05), Dengan demikian Ho yang menyatakan tidak ada perbedaan sikap kepatuhan santri terhadap kiai antara santri pesantren modern dan santri pesantren tradisional (salafi) diterima.
BAB 5
KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Dari hasil analisis data yang telah dikemukakan pada Bab 4, dapat ditarik
kesimpulan bahwa:
1. Tidak ada perbedaan tingkat kepatuhan santri terhadap kiai antara santri
pondok pesantren modern dengan santri pondok pesantren salafi.
2. Santri pondok pesantren modern dan santri pondok pesantren salafi
memiliki sikap positif terhadap perilaku patuh terhadap kiai.
3. Santri pondok pesantren salafi atau pondok pesantren modern memiliki
sikap patuh kepada kiai walaupun ada kecenderungan santri salafi lebih
patuh terhadap kiai.
5.2. Diskusi
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kepatuhan santri terhadap kiai
merupakan perilaku yang sengaja dilakukan oleh santri, karena keinginan
untuk menyesuaikan diri dengan keadaan dan kondisi pesantren. Kiai adalah
sosok yang menjadi model bagi santrinya, pengaruh karisma dan kedalaman
dalam bidang agama adalah modal untuk memberikan ajaran Islam secara
penuh, keinginan santri membantu kiai merupakan perilaku yang dilakukan
alas kesadaran untuk mendapat perhatian penuh dari kiainya, dengan
demikian proses pembelajaran yang diberikan kepada santri yang patuh
kepada kiai akan mudah.
44
Kepatuhan santri terhadap kiainya adalah hal yang lazim di pesantren,
karena setiap santri yang mempunyai keinginan untuk mendalami bidang
agama, selain harus rajin belajar, menghafal kitab-kitab klasik, memberikan
setoran hapalan Al-Quran, santri juga harus sering banyak membantu
kiainya, hal ini merupakan prasyarat bagi santri untuk mendapat keiklasan
kiainya agar dalam mendalami ilmu agama menjadi mudah dan bermanfaat,
dengan berada di pesantren dan patuh terhadap kiai, dengan mengikuti
garis-garis kebijaksanaan yang ditetapkan kiai, maka kiai berwenang
mengatur pengajaran kepada mereka (Perwiranegara, 1982).
Penelitian ini sejalan hasil penelitian Muiz (1987) yang meneliti motif-motif
sosial dan faktor tujuan intension santri/mahasiswa pendidikan agama
tradisional, formal dan informal bahwa hasil dari penelitian menunjukan lidak
ada perbedaan yang signifikan antara tiga kelompok tadi antara mahasiswa
pendidikan agama tradisional, formal dan informal, menunjukan tidak ada
perbedaan yang signifikan motif sosial antara tiga kelompok tadi,
melainkan karena adanya faktor kultural yang ada pada awal penelitiannya
tidak dipandang sedemikian menyeragamkan ketiga l<elompok tersebut. 45
SelanJulnya penelitian yang dilakukan oleh Milgran1 ( 1974) de11gan srrmrlasr
kepatul1an terhadap guru dengan melakukan hukuman sengatan lrstrrk
terhadap siswa. kecendrungan unluk meremehkan. yakni betapa sulitnya
untuk tidak mematuhi persetujuan yang telah clibuat. clan ticlak 111ematul11 J811JI
untuk bekerJa sama yang telah dinyatakan secara tersirat. Dalam situasi
Milgram ticlak sepakat berarti menuduh peneliti itu tidak kompeten. jahat atau
sadis. bahkan merupakan clorongan yang kuat untuk tetap untuk melanjutkan
perrntah tersebut. Demikian juga santri dr pesantren semakin sulit untuk trdak
patuh kepada kiarnya seperti yang clilakukan oleh (Hoffing clkk , '1966 dalarn
Atkinson. 1991) penelitian terl1adap perawat di 22 barak yang berbecla di
rurnah sakit urnum dan swasta hasilnya suster 111e111atuhi unclang-unclang
rumal1 sakit clan pelatihan profesional, clengan clemikran sikap patuh
seseorang akan rnenjacli dominan.
SeJalan clengan penelrtian sebelumnya tadi, penelitian yang telali clilakukan
pacla skripsi rni. mendukung penelitian yang dilakukan oleh Muiz clan
ivlrlgram. Hoffing clan kawan-kawan, bahwa sikap l<epatuhan rnerupakan
aspek perrlaku yang terJarJi pacia setiap kel1iclupan. kepatullan clil0kuka11
diterima oleh kelompok tersebut, walaupun sikap penyesuaian diri yang
dilakukan tersebut tidak disenanginya sadar ataupun tidak disadar.
5.3.
Saran
Bagi yang tertarik melakukan penelitian yang sejenis dan supaya penelitian
selanjutnya bisa dilakukan dengan lebih efektif dan memuaskan. Peneliti
memilki saran sebagai berikut:
46
1. Bagi yang ingin melakukan penelitian serupa dapat mengambil sampel
dan tempat yang berbeda, dan penelitian tentang kepatuhan untuk subjek
salafi hendaknya mengambil sampel penelitian yang belum terjamah
dunia modern, dan dalam mengambil sampel pesantren modern pastikan
mereka benar-benar siap membantu peneliti. Untuk penentuan responden
di pesantren salafi, diperlukan observasi yang intensif agar kita bisa
langsung memilih dan menentukan tempat penelitian, karena itu supaya
penelitian mudah dilakukan, hendaknya mencari santri salafi yang sudah
bersekolah dan tinggal di pesantren tersebut, agar mereka dalam
pelaksanaan penelitian bisa lebih mudah.
2. Saran untuk santri; hendaknya dalam melaksanakan kepatuhan terhadap
kiai santri harus paham dan mengerti tujuan utama mendalarni ilmu
47
dalam hidup bermasyarakat, dengan landasan keimanan dan ketakwaan
kepada Allah swt.
3. Saran untuk pengasuh; sepantasnya dalam menghadapi perkembangan
zaman yang cepat berubah ini, pesantren sudah lebih mempersiapkan
santrinya dengan berbagai keterampilan, juga dibekali pengetahuan yang
sebanyak-banyaknya baik agama dan umum, yang selanjutnya bisa
dikembangkan dimasyarakat.
4. Penelitian yang bisa dilaksanakan adalah motivasi kepatuhan bagi santri
Daftar Pustaka
Adriyanto, M. (1985). Psikologi Sosial (edisi ke-5). Jakarta: Erlangga.
Atkinson, R. L. (1991 ). Pengantar Psikologi (edisi ke-8). Jakarta: Erlangga.
Azwar, S. (2003). Sikap Manusia Teori Pengukuran (cet ke-6). Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Azwar, S. (2003). Penyusunan Skala Psikologi (eel ke-4). Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.