• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peran komunikasi guru dan siswa dalam meningkatkan prestasi belajar siswa SMP Islam Baidhaul Ahkam Tangerang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Peran komunikasi guru dan siswa dalam meningkatkan prestasi belajar siswa SMP Islam Baidhaul Ahkam Tangerang"

Copied!
72
0
0

Teks penuh

(1)

TANGERANG

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat

guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan dalam bidang Manajemen Pendidikan

Disusun Oleh :

M R U S A N H A E T A M I NIM : 104018200675

PROGRAM KEPENDIDIKAN ISLAM

JURUSAN MANAJEMEN PENDIDIKAN

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

(2)

Tarbiyah dan Keguruan. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah. Jakarta. 2010.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara peran komunikasi guru dengan prestasi belajar siswa. Penelitian telah dilaksanakan pada bulan Juli 2009 – Februari 2010 (semester 2 tahun pelajaran 2009/2010) di SMP Islam Baidhaul Ahkam Tangerang. Metode penelitian yang digunakan adalah survei dengan pendekatan deskriptif kuantitatif. Teknik pengambilan sampel yaitu

purposive sampling. Instrumen penelitian yang digunakan adalah instrumen

angket dengan menggunakan skala Likert. Hasil yang ditemukan dalam penelitian bahwa terdapat hubungan antara komunikasi guru dan siswa dengan prestasi belajar siswa meskipun sangat lemah.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa komunikasi guru dan siswa termasuk dalam kategori sedang, dengan skor tertinggi 81 dan terendah 58 dan nilai rata-rata 70,30 (rentang nilai 64,26-76,38). Sedangkan prestasi belajar siswa di SMP Islam Baidhaul Ahkam termasuk katagori sedang, skor tertinggi 81, skor terendah 65, dan nilai rata-rata 72,47 (rentang nilai 75,65 – 69,29).

Dengan demikian terdapat hubungan antara komunikasi guru dan siswa dalam meningkatkan prestasi belajar siswa di SMP Islam Baidhaul Ahkam dengan nilai rhitung sebesar 0,168 dan termasuk kategori sangat lemah (nilai rhitung pada rentang

0,00-0,20). Hal ini terjadi karena guru tidak memiliki sikap dan prilaku yang profesional dalam berkomunikasi serta kurang rasa tanggung jawab guru terhadap siswa dalam proses belajar mengajar.

(3)

Lembar Pengesahan Panitia Ujian Munaqasah ... iv

Lembar Pernyataan Karya Sendiri ... v

Abstrak ... vi

Kata Pengantar ... vii

Daftar Isi ... ix

Daftar Lampiran ... xii

Daftar Tabel ... BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Pembatasan, dan Perumusan Masalah ... 8

1. Pembatasan Masalah ... 8

2. Perumusan Masalah ... 8

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 8

BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA BERFIKIR DAN HIPOTESIS PENELITIAN ... 10

A. Prestasi Belajar Siswa ... 10

1. Pengertian Prestasi Belajar ... 10

2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar ... 14

a. Faktor Internal ... 15

1. Aspek Fisiologis ... 15

(4)

b). Sikap ... 16

c). Bakat ... 17

d). Minat ... 17

e). Motivasi ... 18

b. Faktor Eksternal ... 18

1. Lingkungan Keluarga ... 19

2. Lingkungan Sekolah ... 19

3. Lingkungan Masyarakat ... 19

c. Faktor Instrumental ... 20

B. Komunikasi Guru dan Siswa ... 20

1. Pengertian Komunikasi ... 20

2. Fungsi dan Tujuan Komunikasi ... 24

3. Jenis-jenis Komunikasi ... 26

4. Komunikasi Efektif dan Tidak Efektif ... 28

5. Peran Komunikasi Guru dan Siswa ... 31

6. Komunikasi Guru dan Siswa Hubungannya dengan Prestasi Belajar ... 39

C. Kerangka Berpikir ... 40

D. Hipotesis Penelitian ... 41

BAB III METODOLOGI PENELITIAN... 42

(5)

E. Teknik Pengumpulan Data ... 43

F. Uji Intrumen ... 44

G. Instrumen Penelitian ... 46

H. Uji Prasyarat Analisis Data ... 50

I. Teknik Pengolahan Data dan Pengujian Hipotesis ... 51

BAB IV HASIL PENELITIAN ... 54

A. Deskripsi Data ... 54

1. Data Hasil Komunikasi Guru dan Siswa ... 54

2. Data Hasil Prestasi Belajar Siswa ... 56

B. Pengujian Prasyarat Analisis Data ... 59

1. Uji Normalitas ... 59

2. Uji Linearitas ... 59

C. Pengujian Hipotesis ... 59

D. Pembahasan ... 60

E. Keterbatasan Penelitian ... 61

BAB V PENUTUP ... 62

A. Kesimpulan ... 62

B. Saran-saran ... 63

(6)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan suatu transfer pengetahuan dari semua bentuk kejadian yang terjadi di dunia dari makhluk hidup satu kepada makhluk hidup lain yang nantinya akan mempengaruhi proses kebutuhan dasar (basic need) manusia dalam perjalanan kehidupannya.1 Pendidikan merupakan usaha sadar

yang secara sengaja dirancang untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Pendidikan bertujuan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia.2 Pendidikan dapat dilakukan dimana saja tidak mengenal ruang, tempat dan waktu, serta dapat dilakukan oleh siapa saja, karena pada dasarnya pendidikan merupakan pemberian pengetahuan dan bimbingan dari orang yang lebih dewasa kepada orang yang lebih muda.

Dari pernyataan di atas, dapat diketahui pendidikan adalah sebuah proses transformasi masyarakat dari kebodohan menuju kecerdasan dan ketidakmampuan menjadi keahlian, juga mengubah kemalasan dan kejumudan menjadi kesadaran dan kemajuan. Oleh karena itu, pendidikan menjadi pondasi sangat penting dalam mewujudkan kesejahteraan masyarakat. Pendidikan memegang peran yang sangat penting dalam proses peningkatan kualitas sumber daya manusia. Peningkatan kualitas pendidikan merupakan

1

Yunus M firdaus, Pendidikan Berbasis Realitas Sosial, (Yogyakarta: Logung Pustaka, 2004) cet ke-1, hal 1

2

(7)

suatu proses yang terintegrasi dengan proses peningkatan kualitas sumber daya manusia itu sendiri.

Kegiatan memajukan pendidikan di Indonesia telah dilakukan antara lain melalui peningkatan pendidikan yang diwujudkan dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (SISDIKNAS).

Pasal 1 menyebutkan, bahwa

pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mampu mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.3

Lebih jauh telah dijelaskan tentang fungsi dan tujuan pendidikan nasional pada pasal 3 yaitu:

pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan-kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.4

Dari dua pernyataan di atas, dapat difahami bahwa pendidikan merupakan wadah yang sengaja dibuat untuk generasi muda agar bisa

mengembangkan potensi apapun yang ada didalam dirinya, dan tujuan pendidikan tidak hanya menginginkan generasi muda yang cerdas dan berintelektual yang tinggi dari segi kognitif, namun diharapkan juga menjadi generasi muda yang memiliki sikap dan akhlak yang baik yang semua itu tercipta setelah melalui proses pendidikan. Ketika suatu proses pendidikan dapat berjalan dengan baik, maka apa yang diinginkan suatu Negara terhadap generasi mudanya akan tercapai. Oleh karena itu, proses pendidikan yang baik tergantung dari komunikasi guru dan siswa yang baik pula di sekolah.

3

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, hal. 5.

4

(8)

Nunung Prajarto menyatakan bahwa komunikasi merupakan dasar interaksi antarmanusia. Kesepakatan atau kesepahaman dibangun melalui sesuatu yang berusaha bisa dipahami bersama sehingga interaksi berjalan dengan baik5. Di dunia pendidikan terutama di sekolah tak terlepas dari adanya interaksi yang utama, antara guru dan siswa. Interaksi yang

kadangkala bisa terjadi hanya dari guru ke siswa atau interaksi dua arah antara guru dan siswa. Interaksi yang akan mempengaruhi berhasil atau tidaknya proses pembelajaran di kelas. Sama halnya terdapat di dalam bentuk pelayanan kepada masyarakat umumnya yang terjadi pada dunia usaha. Dengan istilah antara lain Public Service. Namun dengan pergeseran waktu, istilah itu berkembang hingga ke semua bentuk aktifitas manusia dipermukaan bumi. Tak terkecuali aktifitas manusia dalam dunia pendidikan.6

Dengan demikian guru adalah orang yang harus memberikan pelayanan terhadap siswanya. Pelayanan yang dapat memberikan kepuasan dalam proses pembelajaran. Kepuasan dalam memperoleh ilmu pengetahun dengan tingkat keberhasilan pembelajaran yang tinggi, sehingga siswa mendapatkan prestasi yang diinginkannya dan menjadi kebanggaan terhadap orang tua dan sekolah. Oleh karena itu, komunikasi merupakan tempat yang tepat bagi guru dalam memberikan pelayanan yang sebaik mungkin terhadap siswanya. Seperti yang di katakan oleh Onong Uchjana Effendi, komunikasi berarti proses penyampaian suatu pernyataan seseorang kepada orang lain.7

Komunikasi yang baik antara guru dan siswa dapat menjadikan sebuah prestasi bagi siswa di dalam dunia pendidikan. Siswa akan mampu mencerna pelajaran yang diberikan guru dengan baik apabila siswa memahami apa yang disampaikan oleh guru dalam proses belajar mengajar. Pentingnya komunikasi dalam proses pembelajaran tidaklah dapat dipungkiri, ini bisa dilihat dari salah

5

Nunung Prajarto, dari artikel yang berjudul Menjalin Komunikasi Efektif. (http://yanpraz.multiply.com/journal/item/5/Komunikasi_Efektif)

6

Dwi Sapno Nugrahanto, S.Pd. dari artikel yang ber judul Guru dan Pelayanan Public

Guru SMA Titian Teras Jambi, 26 juni 2008

7

(9)

satu fungsi komunikasi yaitu, Mass Education, yakni untuk memberi pendidikan. Biasanya fungsi ini dilakukan oleh guru kepada muridnya untuk meningkatkan pengetahuan atau oleh siapa saja yang mempunyai keinginan untuk memberi pendidikan.

Di dalam lembaga sekolah, siswa yang berprestasi tidak terlepas dari

peran guru yang aktif berkomunikasi kepada siswanya. Guru selalu berkomunikasi dengan cara memberikan nasihat-nasihat, masukkan-masukkan, perhatian kepada siswa, memantau siswa dalam melakukan kegiatan/aktifitas di lingkungan sekolah dll.

Menurut Syaiful Bahri Djamarah, “prestasi belajar adalah hasil yang diperoleh berupa kesan-kesan yang mengakibatkan perubahan dalam diri individu sebagai hasil dari aktivitas belajar”.8 Dapat dipahami bahwa prestasi belajar merupakan gambaran dari hasil belajar yang di peroleh siswa akibat dari proses atau kegiatan belajar, sehingga menghasilkan perubahan dalam bidang pengetahuan, daya analisis sintesis dan evaluasi. Ditambah dengan kesejahteraan guru dan sarana prasarana sekolah yang sedang di tingkatkan akhir-akhir ini, dapat menjadikan guru-guru lebih giat lagi didalam kegiatan proses belajar mengajar untuk mendidik siswanya agar brerprestasi. Disitus ladangnet.com, penulis mengutip tentang kesejahteraan guru yang berisi:

Angin segar segar nampaknya akan dirasakan APBN tahun 2007 direncanakan para guru akan memperoleh tunjangan fungsional, tunjangan profesi pendidik, tunjangan khusus, tunjangan KJM guru SD daerah khusus, peningkatan kualifikasi akademik, biaya uji sertifikasi, maslahat tambahan, peningkatan profesionalisme guru dan kepala sekolah berkelanjutan, dan guru bantu. Tunjangan fungsional direncanakan akan diberikan kepada Tunjangan fungsional direncanakan akan diberikan kepada semua guru PNS sekitar 1,5 juta orang dan guru non PNS di lingkungan Diknas sekitar 474 ribu orang, dengan alokasi kurang lebih Rp. 1,8 juta perorang untuk satu tahun. Sedangkan tunjangan profesi direncanakan diberikan kepada sekitar 13 ribu orang guru PNS dan 7 ribu orang guru non PNS, yang masing-masing akan memperoleh dana kurang lebih Rp. 18 juta untuk satu tahun. Tunjangan khusus direncanakan akan diberikan untuk sekitar 10 ribu orang guru, dengan perolehan dana kurang lebih Rp. 16,2 juta

(10)

perorang untuk satu tahun. Sementara, tunjangan KJM guru SD daerah khusus direncanakan diberikan kepada sekitar 91,5 ribu orang guru, yang masing-masing akan memperoleh dana kurang lebih Rp. 1,4 juta untuk satu tahun.9

Jelas guru tidak lagi disibukkan dengan mencari pekerjaan tambahan untuk membiayai kehidupan keluarganya, sehingga ia tidak akan terganggu dalam menjalankan profesinya sebagai seorang guru. Pada akhirnya bisa berkonsentrasi dengan tanggung jawabnya sebagai seorang guru yang memberikan pelayanan yang terbaik kepada siswanya. Pelayanan yang baik terjadi karena komunikasi yang baik yang terjadi antara komunikator kepada komunikan dan memberikan dampak perubahan yang baik kepada komunikan, sehingga apabila terjadi komunikasi yang baik antara guru dan siswa maka akan terciptanya perubahan yang baik pula terhadap siswa, dan akhirnya proses kegiatan belajar mengajar disekolah akan banyak menghasilkan siswa-siswa berprestasi yang memberikan keuntungan bagi dunia pendidikan dan Negara.

Akan tetapi pada kenyataannya, yang kita lihat akhir-akhir ini masih banyak kendala-kendala yang terjadi didalam komunikasi guru dan siswa di sekolah. Bisa dilihat siswa sebagai subjek sekaligus objek belajar dalam kesehariannya di sekolah, seringkali mengalami masalah dalam berkomunikasi terutama di dalam proses belajar mengajar. Siswa kadangkala

tidak memahami apa yang dibicarakan guru dalam memberikan materi pelajaran di kelas. Hal ini diperkuat oleh Husnaini Usman sebagaimana dikutip oleh Suhartono S.Pd.10 menurut Husnaini Usman terdapat 18 hambatan komunikasi di kelas, yaitu:

1. komunikator menggunakan bahasa yang sukar dipahami 2. perbedaan persepsi akibat latar belakang yang berbeda 3. Terjemahan yang salah

9

LadangNet.Com, Situs Web Resmi Irwan Prayitno, Prof., Dr., Psi, MSc. Artikel berjudul

Komitmen Anggaran untuk Pengingkatan Mutu Pendidikan dan Kesejahteraan Guru, 2007-2009. Diakses dari http://irwanprayitno.info/artikel/1195641999-komitmen-anggaran-peningkatan-mutu-dan-kesejahteraan-guru.htm.

10

Suhartono S.Pd, artikel Hambatan Komunikasi di Kelas. Di akses dari

(11)

4. Kegaduhan (noises)

5. Gangguan fisik (gagap, buta, tuli) 6. Semantik, yaitu pesan bermakna ganda

7. Belum berbudaya baca, tulis, dan budaya diam 8. Kecurigaan

9. Teknik bertanya yang buruk 10.Teknik menjawab yang buruk 11.Tidak jujur

12.Tertutup 13.Destruktif 14.Kurang dewasa 15.Kurang respek

16.Kurang menguasai materi 17.Kurang persiapan

18.Kebiasaan menjadi pembicara yang baik dan pendengar yang buruk

Hal-hal di atas masih sering terjadi di dalam proses belajar mengajar, dimana guru masih sangat kurang dalam berkomunikasi terhadap siswanya. Biasanya guru hanya datang kesekolah dan memberikan materi sesuai kurikulum tanpa melihat kondisi atau kendala siswa yang dihadapi didalam proses belajar mengajar, apalagi seorang guru yang memiliki jam pelajaran lebih dari satu sekolah. Sehingga akan menghambat tanggung jawab sebagai seorang guru yang menjadikan siswa menuju arah yang lebih baik.

Dan ini terjadi di SMP Islam Baidhaul Ahkam Tangerang. Sedikit penulis memaparkan apa yang terjadi tentang komunikasi guru dan siswa dalam meningkatkan prestasi belajar siswa di sekolah tersebut.

(12)

mengajar yang baik pula, proses belajar mengajar yang baik terletak pada komunikasi yang efektif artinya adalah suatu proses komunikasi yang membutuhkan aktivitas, cara dan sarana lain agar bisa berlangsung dan mencapai hasil yang efektif.

Kebanyaan guru di SMP Islam Baidhaul Ahkam mengajar lebih dari

satu sekolah, bisa dibayangkan bagaimana seorang guru sangat mengatur waktunya untuk berkomunikasi kepada siswa-siswanya yang tidak dalam satu tempat. Jam masuk SMP Islam Baidhaul Ahkam mulai dari jam 12.30-17.15, biasanya guru-guru yang berada di SMP tersebut telah mengajar dipagi hari di tempat yang lain, sehingga kebanyakan mereka sudah kelelahan ketika datang ke SMP tersebut, pada akhirnya konsentrasi proses belajar mengajar akan sangat terganggu, juga beberapa guru free lance yang hanya datang pada jam-jam tertentu saja, dan dari beberapa guru free lance tersebut menjadi wali kelas. Bisa dibayangkan bagaimana komunikasi yang terjalin antara guru wali kelas dengan siswanya yang sangat sedikit di sekolah. Padahal wali kelas sangat berperan sekali dalam meningkatkan prestasi siswa, dia harus selalu memberikan motivasi dan juga bimbingan kepada siswanya agar selalu bersemangat dalam belajar ketika berada di lingkungan sekolah.

Dari permasalahan yang ada SMP Islam Baidhaul Ahkam bagaimanapun juga seorang guru pasti memiliki tujuan yang mulia. Salah satunya yaitu, menciptakan siswa yang berpendidikan tinggi dan berprestasi, agar dapat membanggakan orang tua, lingkungan, guru dan sekolah. Oleh karena itu penulis ingin meneliti sejauh mana komunikasi yang terjadi antara guru dan siswa di sekolah SMP Islam Baidhaul Ahkam. Karena penulis melihat dari jumlah siswa di sekolah tersebut lebih banyak dibandingkan dari sekolah-sekolah swasta lainnya yang berada didaerah kecamatan periuk. Total siswa saat ini saja berjumlah 509 orang, meningkat dari sebelumnya yang

(13)

Adapun judul skripsi yang penulis ajukan ialah “Peran Komunikasi Guru Dan Siswa Dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa di SMP Islam

Baidhaul Ahkam Tangerang”

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah 1. Pembatasan Masalah

Dalam hal prestasi belajar siswa, banyak factor-faktor yang mendukung tentang bagaimana suatu proses yang kaitannya dengan prestasi belajar siswa. Oleh karena itu penulis akan membatasi akan hal tersebut agar pembahasan masalah dalam skripsi ini terarah pada tujuan yang diinginkan penulis. Dan masalah yang dibahas dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. komunikasi guru dan siswa yang dimaksud dalam penelitian ini adalah peran komunikasi guru dan siswa didalam proses belajar mengajar disekolah. Karena tidak semua siswa memiliki kemampuan yang sama dari segi afektif, psikomotorik terlebih khususnya dari segi koginitif.

b. Prestasi belajar siswa yang dimaksud dalam penelitian ini adalah nilai yang dicapai siswa dalam proses pembelajaran di sekolah. 2. Perumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka perumusan masalahnya adalah sebagai berikut :

a. Bagaiman peran komunikasi guru dan siswa di SMP Islam Baidhaul Ahkam Tangerang?

b. Bagaimana prestasi belajar siswa yang dicapai di SMP Islam Baidhaul Ahkam?

c. Bagaimana Hubungan komunikasi guru dan siswa dalam

meningkatkan prestasi belajar siswa?

C. Manfaat Penelitian

(14)

a. Yayasan Pendidikan Islam Baidhaul Ahkam, sebagai masukan terhadap hasil prestasi belajar yang dicapai oleh siswa-siswanya. b. Guru-guru SMP Islam Baidhaul Ahkam Tangerang, sebagai

masukan untuk meningkatkan keahlian dalam berkomunikasi. Karena, komunikasi sangat berpengaruh terhadap prestasi belajar

siswa.

(15)

BAB II

KAJIAN TEORI, KERANGKA BERFIKIR,

DAN HIPOTESIS PENELITIAN

A.

Prestasi Belajar Siswa

1. Pengertian prestasi belajar

Sebelum menjelaskan tentang pengertian prestasi belajar, terlebih dahulu akan menjelaskan tentang prestasi. Kata prestasi dalam kamus besar Bahasa Indonesia memiliki arti hasil yang telah dicapai (dari yang telah dilakukan, dikerjakan, dan sebagainya).1 Sedangkan menurut S.P. Hayeh dalam kamus populer, istilah prestasi berasal dari bahasa Belanda yaitu “prestatie” yang mengandung pengertian apa yang kerja keras.2

Jadi sudah sangat jelas bahwa prestasi merupakan suatu bentuk yang baru yang tercipta dari seseorang yang merupakan hasil dari cara ia berpikir untuk melakukan suatu perubahan yang baru. Dalam proses belajar mengajar siswa bisa dikatakan prestasi apabila ia bisa melawati

mata pelajaran yang dipelajarinya dengan baik dan benar sehingga ia dapat memperoleh hasil yang maksimal.

Sedangkan pengertian dari belajar menurut James O. Whittaker dikutip oleh Syaiful Bahri Djamarah merumuskan ”belajar sebagai proses di mana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau

      

1

Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2002), Cet. III, h. 895.  

2

(16)

pengalaman”.3 Dikatakan belajar apabila ada dampak atau perubahan terhadap seseorang dari apa yang ia lihat, maksudnya adalah apabila seseorang mempunyai rasa ketertarikan akan suatu hal kemudian berdampak kepada dirinya maka itu yang dinamakan belajar. Siswa akan dikatakan belajar apabila dapat memahami materi yang diberikan guru,

apabila siswa tidak memahami materi tersebut walaupun guru sudah menerangkan secara baik maka tidak akan dinamakan belajar. Oleh karena tugas guru dalam memberikan materi kepada siswa jangan berpatokan pada materi pelajaran, akan tetapi melihat bagaimana siswa yang diajarkannya dapat memahami materi tersebut dengan baik dan benar.

Menurut Muhibbin Syah, “belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam setiap penyelenggaran jenis dan jenjang pendidikan”.4 Yang dikatakan Muhibbin Syah pun hampir sama, hanya saja berada dalam kawasan dunia pendidikan dan sudah dijelaskan di atas.

Menurut Slameto sebagaimana dikutip oleh Syaiful Bahri Djamarah bahwa; “belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya”.5 Apa yang dikatakan Slameto mudah difahami dalam pengertian belajar, bahwa belajar adalah adanya tingkatan seseorang dari yang sebelumnya yang berdasarkan pada pengalaman yang ia cari sendiri dengan interkasi kepada lingkungannya. Seperti kepada orang tua, sekolah, teman dan alam disekitarnya.

Berdasarkan definisi-definisi di atas dapat diambil kesimpulan bahwa pengertian belajar merupakan akifitas yang dilakukan dengan adanya tujuan untuk mencapai suatu pengetahuan, keterampilan, sikap dan

      

3

Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar ..., h. 12. 

4

Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1997), Edisi Revisi, h. 89. 

5

(17)

pengalaman yang baru. Yaitu dengan melalui perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman dan interaksi dengan lingkungan sekitarnya.

Juga dijelaskan bahwa kegiatan belajar merupakan aktifitas yang menghasilkan perubahan ini di kemukakan oleh Alisuf Sabri, hal ini dapat diketahui ketika ia menjelaskan tentang identifiksi ciri-ciri belajar yaitu :

a. Belajar adalah aktifitas yang menghasilkan perubahan pada diri individu yang belajar (dalam arti perubahan tingkah laku) baik aktual dan potensial.

b. Perubahan itu pada dasarnya adalah didapatkannya kemampuan baru yang berlaku dalam waktu yang relatif lama.

c. Perubahan itu terjadi karena adanya usaha (dengan sengaja).6

Apa yang dikatakan alisuf sabri tentang identifikasi ciri-ciri belajar adalah benar. Belajar dapat membuat seseorang akan mendapatkan hal-hal

baru yang berdampak pada dirinya. Biasanya dilihat pada perubahan prilaku orang tersebut, baik dilihat secara fsikis maupun fisik. Dan suatu perubahan akan terjadi apabila dilakukan dengan cara disengaja, seseorang tidak akan berubah jika tidak berusaha. Dalam dunia pendidikan, siswa yang dikatakan berprestasi adalah siswa yang memiliki kelebihan terhadap dirinya, kelebihan terjadi karena ada perubahan dan perubahan yang terjadi karena ada usaha yang disengaja dari siswa tersebut.

Adanya perubahan pada individu yang diperolah dari kegiatan belajar baik dengan cara interaksi dengan lingkungan ataupun dari pengalaman pribadinya dapat membentuk kepada perubahan di sekitarnya. Karena perubahan yang ia dapat tidak hanya dari pengetahuan yang ia peroleh langsung dari lingkungan. Akan tetapi, pengetahuan yang ia bentuk sendiri. Hal ini dinyatakan oleh Piaget bahwa “pengetahuan dibentuk oleh individu, sebab individu melakukan interaksi terus menerus dengan lingkungan. Lingkungan tersebut mengalami perubahan, dengan

      

6

(18)

adanya interaksi dengan lingkungan maka fungsi intelek semakin berkembang”.7

Suatu proses belajar dapat dikatakan berhasil jika terjadi perubahan dalam diri siswa, namun tidak semua perubahan perilaku dapat dikatakan belajar karena perubahan tingkah laku akibat belajar memiliki ciri-ciri

perwujudan yang khas antara lain : a. Perubahan Intensional b. Perubahan Positif dan Aktif

c. Perubahan Efektif dan Fungsional.8

Perubahan Intensional artinya perubahan dalam proses berlajar terjadi karena berkat pengalaman atau praktek yang dilakukan secara sengaja dan disadari atau dengan kata lain bukan kebetulan. Pada ciri ini siswa menyadari bahwa ada perubahan dalam dirinya, seperti penambahan pengetahuan, kebiasaan dan keterampilan.

Perubahan positif dan aktif, positif berarti perubahan tersebut baik dan bermanfaat bagi kehidupan serta sesuai dengan harapan karena memperoleh sesuatu yang baru, yang lebih baik dari sebelumnya. Sedangkan aktif artinya perubahan tersebut terjadi karena adanya usaha dari siswa yang bersangkutan.

Perubahan efektif dan fungsional, perubahan dikatakan efektif apabila berhasil guna artinya perubahan tersebut membawa pengaruh dan manfaat tertentu bagi siswa. Sedangkan perubahan yang fungsional artinya perubahan dalam diri siswa tersebut relatif menetap dan apabila dibutuhkan perubahan tersebut dapat direproduksi dan dimanfaatkan.

Dengan demikian, apabila ada perubahan dalam perilaku siswa yang tidak sesuai dengan ciri khas perilaku belajar tersebut, maka hal tersebut bukanlah perubahan yang diakibatkan oleh proses belajar.

Setelah adanya proses belajar siswa maka terciptanya suatu tujuan. yaitu, prestasi belajar siswa. Menurut Syaiful Bahri Djamarah; “prestasi

      

7

(19)

belajar adalah hasil yang diperoleh berupa kesan-kesan yang mengakibatkan perubahan dalam diri individu sebagai hasil dari aktivitas belajar”.9 Dijelaskan kembali bahwa prestasi belajar merupakan hasil yang dicapai dengan sengaja atau sudah terencana. Hal ini bisa dilihat dari pengertian di atas bahwa prestasi belajar muncul karena adanya proses

belajar mengajar secara formal yang sudah terencana dan sistematis. Siswa dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar dalam sebuah lembaga pendidikan diharuskan untuk selalu berprestasi dari hasil yang ia peroleh dalam kegiatan belajar mengajar, karena apabila siswa tersebut berprestasi setelah mengikuti suatu proses belajar mengajar maka akan berdampak pada perubahan yang baru terhadap dirinya juga terhadap lingkungan sekitar.

Nana Syaodih mengemukakan bahwa hasil belajar atau

avhievement merupakan realisasi atau pemekaran dari

kecakapan-kecakapan potensial atau kapasitas yang dimiliki seseorang. Penguasaan hasil belajar oleh seseorang dapat dilihat dari perilakunya, baik perilaku dalam bentuk penguasaan pengetahuan, keterampilan berpikir maupun keterampilan motorik.10

Jadi jelas sekali apa yang telah dipaparkan di atas bahwa prestasi belajar merupakan hasil dari suatu kegiatan individu baik secara formal maupun informal yang dapat memberikan suatu hal yang baru ataupun penyempurnaan dari suatu bentuk yang sudah ada sebelumnya. Hal ini bisa dilihat dari perubahan pada prilaku individu baik dari penguasaan pengetahuan, keterampilan berpikir maupun keterampilan motorik, dan juga

bisa dilihat dengan adanya perubahan pada lingkungan sekitanya.

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar

Pada dasarnya, prestasi belajar siswa yang optimal dalam kegiatan pembelajaran dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor. Menurut Muhibbin

       

8

Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru..., h.116-118. 

9

Syaiful Bahri Djamarah, Prestasi Belajar Siswa dan Kompetensi Guru, (Surabaya: Usaha Nasional, 1994), Cet I. h. 46. 

10

(20)

Syah bahwa faktor-faktor yang berpengaruh terhadap tinggi rendahnya prestasi belajar seseorang itu di golongkan ke dalam tiga jenis, yaitu faktor yang berasal dari dalam diri siswa sendiri (faktor internal) seperti faktor fisiologis dan faktor psikologis, faktor instrumental, dan faktor yang berasal dari luar diri siswa (faktor eksternal).11 Berikut ini akan di jelaskan

masing-masing aspek dai faktor tersebut. a. Faktor Internal

1. Aspek Fisiologis, yang termasuk aspek fisiologis yang dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa adalah:

a) Panca Indra

Berfungsinya panca indra merupakan syarat supaya belajar berlangsung dengan baik. Dalam system pendidikan di antara panca indra yang paling memegang peranan penting dalam belajar adalah mata dan telinga. Hal ini penting karena sebagian besar hal-hal yang dipelajari oleh manusia diperoleh melalui penglihatan dan pendengaran. Dengan demikian, seorang siswa yang memiliki cacat fisik akan menghambat dirinya di dalam menangkap pelajaran sehingga pada akhirnya aan mempengaruhi prestasi belajarnya di sekolah.

b) Kesehatan Badan

Siswa memerlukan tenaga, karena itu untuk mencapai prestasi balajar yang baik diperlukan badan yang sehat. Sebaliknya anak yang sakit yang kurang makan, dan kurang tidur atau kurang baik alat inderanya, maka ia tidak akan mengikuti pelajaran dengan maksimal.

Kesehatan jasmani sangat besar pengaruhnya terhadap kemampuan belajar. Untuk dapat belajar dengan baik dan bisa

berkonsentrasi dalam proses belajar mengajar, maka kesehatan itu perlu diperhatikan dan dipelihara dengan sebaik-baiknya, karena

      

11

(21)

dengan kesehatan yang baik maka siswa dapat melakukan segala sesuatu dengan baik. Karena itu dalam proses belajar mengajar guru harus selalu memperhatikan kondisi kesehatan siswanya, sebab apabila siswa baik kesehatannya maka mereka akan bersemangat untuk belajar, sehingga memperoleh prestasi belajar

yang optimal.

2. Aspek Psikologis, yang meliputi : intelegensi, sikap, bakat, minat, motivasi dan kemampuan-kemampuan kognitif seperti kemampuan persepsi, ingatan, berfikir dan kemampuan dasar pengetahuan (bahan appersepsi) yang dimiliki siswa. Di bawah ini akan dijelaskan lebih spesifik.

a) Intelegensi

Intelegensi adalah kemampuan siswa sejak lahir, yang memungkinkan seseorang dapat berbuat sesuatu dengan cara yang tertentu. Intelegensi dapat diartikan sebagai kemampuan psiko-fisik untuk mereaksi rangsangan atau menyesuaikan diri dengan lingkungan dengan cara yang tepat.

Tingkat kecerdasan atau siswa tidak dapat diragukan lagi, hal ini sangat menentukan tingkat keberhasilan belajar siswa. Ini bermakna semakin tinggi kemampuan intelegensi siswa maka semakin besar peluangnya untuk meraih sukses sebaliknya semakin rendah kemampuan intelegensi siswa maka semakin kecil peluang untuk memperoleh sukses.12

b) Sikap

Sikap adalah gejala yang berdimensi efektif berupa kecendrungan untuk mereaksi atau merespon dengan cara relatif tetap terhadap objek orang, barang dan sebagainya, baik secara

positif maupun negatif.13 Sikap merupakan faktor psikologis yang

      

12

Muhibbin Syah, Psikologi dengan Pendekatan Baru, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2000) cet. 5 h.133. 

13

(22)

mempengaruhi belajar, dalam hal ini sikap yang akan menunjang belajar siswa ialah sikap positif terhadap bahan atau pelajaran yang akan dipelajari, terhadap guru yang mengajar, dan terhadap lingkungan atau tempat di mana ia belajar. Seperti kondisi kelas, teman-teman, sarana pengajaran dan sebagainya.14

c) Bakat

Bakat adalah kemampuan potensial yang dimiliki untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang. Dengan demikian, sebenarnya setiap orang memiliki bakat yang ada dalam dirinya yang berpotensi untuk mencapai prestasi sampai ke tingkat tertentu sesuai dengan kapasitas masing-masing.15

Dalam perkembangan selanjutnya bakat diartikan sebagai kemampuan yang dimiliki setiap orang. Seseorang siswa yang berbakat dalam bidang kesenian, misalnya akan jauh lebih mudah menyerap informasi pengetahuan dan keterampilan yang berhubungan dengan bidang tersebut dibanding dengan siswa lainnya. Oleh karena itu untuk mencapai prestasi belajar yang baik, perlu adanya kesesuaian antara bakat, minat, perhatian, cita-cita, dan sikapnya. Kesesuaian ini akan membuat orang merasa senang dalam belajar, dan merasa puas terhadap prestasi yang diperolehnya.

d) Minat

Minat (Interest) berarti kecendrungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu. Minat besar pengaruhnya terhadap pencapaian prestasi belajar siswa. Minat dalam belajar disebabkan berbagai hal, antara lain: Karena keinginan yang kuat untuk menaikkan martabat atau memperoleh

pekerjaan yang baik, serta ingin hidup senang dan bahagia.

      

14

M. Alisuf sabri, Psikologi Pendidikan Berdasarkan Kurikulum Nasional …, h. 84. 

15

(23)

Minat akan timbul bila ada perhatian, maka untuk menimbulkan minat juga harus juga menimbulkan perhatian. Karena itu minat dapat merupakan pendorong keberhasilan belajar seseorang. Minat belajar yang tinggi yang tinggi cenderung menghasilkan prestasi yang tinggi, sebaliknya minat belajar yang

rendah akan menghasilkan prestasi yang rendah. e) Motivasi

Pengertian dasar motivasi ialah keadaan internal organisme -baik manusia ataupun hewan yang mendorongnya untuk berbuat sesuatu.16 Motivasi belajar adalah pendorong seseorang untuk belajar. Motivasi timbul karena adanya keinginan atau kebutuhan-kebutuhan dalam diri seseorang. Dalam perkembangannya motivasi dibedakan menjadi dua macam, yaitu : motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik. Motivasi intrinsik adalah hal dan keadaan yang berasal dari dalam siswa sendiri yang dapat mendorongnya melakukan tindakan belajar. Adapun motivasi ekstrinsik adalah hal dan keadaan yang datang dari luar individu siswa yang juga mendorongnya untuk melakukan tindakan belajar. Pujian dan hadiah, peraturan sekolah, suru tauladan merupakan contoh motivasi ekstrinsik.

Motivasi memiliki dua fungsi yaitu mengarahkan atau

directional function, dan kedua mengaktifkan dan meningkatkan

kegiatan atau activating and energizing function.17 Motivasi sangat berperan dalam belajar, dengan motivasi inilah siswa menjadi tekun dalam proses belajar, dan dengan motivasi inilah kualitas hasil belajar yang baik kemungkinan dapat terwujud. Siswa yang dalam proses belajarnya mempunyai motivasi yang kuat dan jelas

pasti akan tekun dan berhasil belajarnya. b. Faktor Eksternal

      

16

(24)

1. Lingkungan Keluarga

Keluarga merupakan lingkungan yang paling berpengaruh terhadap prestasi siswa. Suatu dorongan semangat belajar yang akan mempengaruhi siswa adalah dari lingkungan yang terdekat yaitu keluarga.

Keluarga akan selalu memantau bagaimana perkembangan siswa dari masa ke masa. Orang tua akan selalu memperhatikan si siswa tersebut dalam hal apapun, terutama dalam prestasi belajar. Ia akan selalu memberikan optimis yang baik terhadap siswa agar selalu berprestasi di dalam belajar. Adik ataupun kakaknya pun akan selalu memberi support kepada mereka dalam meningkatkan prestasi belajar. Sehingga pada akhirnya siswa memiliki keinginan yang kuat agar bagaimana ia harus berprestasi demi menggapai apa yang diharapkan dari keluarga mereka.

2. Lingkungan Sekolah

Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal yang sangat penting dalam menentukan keberhasilan belajar siswa, karena itu lingkungan sekolah yang baik dapat mendorong untuk belajar yang lebih giat. Kedaan sekolah meliputi; cara penyajian pelajaran, hubungan guru dengan siswa, alat-alat pelajaran dan kurikulum. Hubungan antara guru dan siswa yang kurang baik akan mempengaruhi hasil belajar siswa.

Di sini guru dituntut untuk menguasai bahan pelajaran yang akan di ajarkan, dan memiliki peranan yang penting dalam mengajar. Oleh sebab itu, guru harus dituntut untuk menguasai bahan pelajaran yang disajikan, dan memiliki metode yang tepat dalam mengajar.

3. Lingkungan Masyarakat

       

17

(25)

Keadaan masyarakat juga mempengaruhi prestasi belajar siswa. Bila di sekitar tempat tinggal keadaan masyarakatnya terdiri dari orang yang berpendidikan, terutama anak-anaknya rata-rata bersekolah tinggi dan bermoral baik, hal ini akan mendorong anak lebih giat belajar.

Dan juga biasanya lingkungan masyarakat juga dapat menimbulkan kesulitan dalam belajar anak, terutama anak-anak yang seumurnya. Apabila anak yang sebaya merupakan anak-anak yang rajin belajar, maka anak-anak akan ikut terangsang untuk mengikuti jejak mereka. Sebaliknya apabila anak-anak di sekitar lingkungannya merupakan anak-anak yang malas belajar, tidak menutup kemungkinan akan terpengaruh pula.

c. Faktor Instrumental

Faktor instrumental ini terdiri dari gedung/sarana fisik kelas, sarana/alat pengajaran, media pengajaran, guru dan kurikulum/materi pelajaran serta strategi pelajar mengajar yang digunakan akan mempengaruhi proses dari belajar siswa.18

B.

Komunikasi Guru dan Siswa

1. Pengertian Komunikasi

Komunikasi merupakan dasar interaksi antarmanusia. Kesepakatan atau kesepahaman dibangun melalui sesuatu yang berusaha bisa dipahami

bersama sehingga interaksi berjalan dengan baik19. Sebelumnya penulis akan menerangkan terlebih dahulu apa itu komunikasi. Secara etimologi atau menurut asal katanya, istilah komunikasi berasal dari bahasa Latin

communication, dan perkataan ini bersumber pada kata communis. Arti

communis disini adalah sama, dalam arti kata sama makna, yaitu sama

      

18

M. Alisuf sabri, Psikologi Pendidikan Berdasarkan Kurikulum Nasional… h. 59-61. 

19

Nunung Prajarto, dari artikel yang berjudul Menjalin Komunikasi Efektif.

(26)

makna mengenai suatu hal. 20 Jadi, komunikasi berlangsung apabila antara

orang-orang yang terlibat terdapat kesamaan makna mengenai suatu hal yang dikomunikasikan.

Secara terminologi komunikasi berarti proses penyampaian suatu pernyataan seseorang kepada orang lain.21 Jelas bahwa komunikasi

melibatkan sejumlah orang, dimana seseorang menyatakan sesuatu kepada orang lain. Jadi, yang terlibat dalam komunikasi adalah manusia.

Menurut William Akbig (1939) bahwa ”komunikasi adalah proses pengoperan lambang-lambang yang berarti antara individu-individu”. Kemudian Brelson dan Steiner (1964) juga merumuskan bahwa ”komunikasi adalah penyampaian informasi, idea, emosi, keterampilan, dan seterusnya, melalui penggunaan symbol, angka, grafik, dan lain-lain”. Demikian juga Astrid S. Susanto (1978) menulis: “komunikasi adalah kegiatan pengoperan lambang yang mengandung arti/makna”.22

Komunikasi yang dikatakan William Akbig adalah proses dimana suatu bentuk penyampaian dalam bentuk utuh atau satu yang berdampak pada orang lain, seperti halnya sebuah perintah yang diberikan manajer kepada bawahannya untuk melakukan sesuatu untuk kemajuan atau perkembangan kantornya, maka seorang bawahan akan mengerjakannya karena akan berdampak pada kualitas kerja bawahan tersebut, dan menurut Brelson dan Steiner sebenarnya hampir sama dengan pendapat William Akbig hanya saja lebih bersifat umum. Brelson dan Steiner berpendapat bahwa komunikasi adalah penyampaian suatu bentuk yang lebih bersifat hal-hal kecil yang dapat mempengaruhi seseorang. Misalkan seorang manajer melakukan komunikasi kepada bawahannya agar puas dalam pekerjaan, maka ia akan memberikan nasehat atau strategi-strategi dalam pekerjaan. Menurut Astrid S. Susanto itu sama dengan pendapat William

      

20

Onong Uchjana Effendi, Dinamika Komunikasi..., h. 3-4. 

21

Onong Uchjana Effendi, Dinamika Komunikasi…, h. 4.

22

(27)

Akbig, jadi dapat disimpulkan komunikasi merupakan bentuk tertentu yang harus dipahami oleh si penerima dengan tujuan agar si penerima komunikasi dapat berubah dari sebelumnya.

Untuk lebih memahami tentang pengertian komunikasi, bisa dilihat pengertian komunikasi secara sederhana menurut Dance (1970):

“komunikasi adalah pengungkapan respons melalui symbol-simbol verbal”. Berikutnya menurut Colin Cherry (1964) ia merumuskan komunikasi sebagai pembentukan satuan social yang terdiri dari individu-individu melalui penggunaan bahasa dan tanda.23

Pengertian komunikasi menurut Dance adalah ungkapan terhadap suatu hal, kemudian ungkapan tersebut disampaikan dalam bentuk yang diinginkan. Misalkan guru itu galak maka yang akan dilakukan siswa adalah bagaimana ia mengungkapkan bahwa guru itu galak seperti memusuhi guru tersebut atau tidak suka mata pelajaran yang diajarkan oleh guru tersebut. Komunikasi menurut Colin Cherry adalah komunikasi yang gunanya sebagai penyampaian pada satu bentuk dari beberapa individu kemudian disatukan yang tujuannya dapat memberikan penyampaian yang berarti kepada individu lainnya, seperti LSM atau organisasi yang berjalan di atas otoritas masyarkat luas. Jadi apabila diambil kesimpulan dari dua pendapat di atas komunikasi merupakan ungkapan suatu hal tertentu kemudian diimplementasikan yang tujuannya dapat merubah kearah yang lebih baik, dan cara mengimplementasikannya adalah dengan cara membentuk suatu kelompok yang terdiri dari beberapa individu yang dapat menginformasikan implementasi tersebut.

Juga Dani Vardiansyah mengutip dari Havloand, Jenis & Kelly (1953) bahwa komunikasi adalah suatu proses melalui mana seseorang (komunikator) menyampaikan stimulus (biasanya dalam bentuk kata-kata)

dengan tujuan mengubah atau membentuk perilaku orang lainnya

      

23

(28)

(khalayak).24 Pendapat Havloand, Jenis & Kelly yang dikutip Dani

Vardiansyah, komunikasi disini adalah komunikasi yang sering kita jumpai disekitar kita yaitu proses penyampaian seseorang kepada orang lain dalam bentuk kata-kata yang tujuannya membentuk prilaku orang lain dari keadaan yang sebenarnya. Seperti guru menasehati muridnya dalam

lingkungan sekolah.

Selanjutnya Hafied Cangara mengutip dari Shannon dan Weaver (1949) bahwa komunikasi adalah bentuk interaksi manusia yang saling pengaruh mempengaruhi satu sama lainnya, sengaja atau tidak sengaja25. Dalam hal ini komunikasi menurut Shannon dan Weaver yang dikutip oleh Hafied Cangara merupakan kesimpulan dari beberapa pengertian komunikasi di atas yang intinya membentuk prilaku seseorang kearah yang lebih baik dari sebelumnya dengan cara berinteraksi, adapun interaksi disini adalah cara atau bentuk komunikasi yang kita inginkan dan secara disengaja atau tidak disengaja.

Pada intinya komunikasi merupakan suatu proses yang dibuat sengaja atau tidak sengaja untuk menyampaikan suatu bentuk yang sifatnya ingin membentuk sebuah perubahan dari sebelumnya. seperti apa yang dikatakan Havlond, Jenis & Kelly bahwa komunikasi adalah suatu proses melalui mana seseorang (komunikator) menyampaikan stimulus (biasanya dalam bentuk kata-kata) dengan tujuan mengubah atau membentuk perilaku orang lainnya (khalayak), tidak jauh berbeda dari beberapa pendapat yang disampaikan oleh para tokoh di atas yang intinya komunikasi merupakan alat perubahan atau perwujudan dari sebelumnya.

Pada hakekatnya tetap mengarah kepada fenomena komunikasi yang sama dan searah, di mana seseorang menginginkan adanya perubahan sikap dan tingkah laku serta kebersamaan dalam menciptakan saling

      

24

Dani Vardiansyah, Filsafat Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar, (Jakarta: PT Indeks, 2005), h. 25. 

25

(29)

pengertian dari orang-orang yang ikut serta daam suatu proses komunikasi.

2. Fungsi dan Tujuan Komunikasi

Fungsi komunikasi pada umumnya ada empat, yakni:

a. Mass Information, yakni untuk memberi dan menerima informasi

kepada halayak. Komunikasi dapat digunakan untuk menyampaikan dan menerima informasi.

b. Mass Education, yakni untuk memberi pendidikan. Biasanya fungsi

ini dilakukan oleh guru kepada muridnya untuk meningkatkan pengetahuan atau oleh siapa saja yang mempunyai keinginan untuk memberi pendidikan.

c. Mass Persuasion, yaitu untuk mempengaruhi. Hal ini bisa dilakukan

oleh setiap orang atau lembaga yang mencari dukungan. Dan ini lebih banyak digunakan oleh orang yang bisnis, dengan cara mempengaruhi melalui iklan yang dibuat.

d. Mass Entertainment, yaitu untuk menghibur. Biasanya dilakukan

antara lain oleh amatir radio, televisi ataupun orang yang mempunyai profesi menghibur26.

Dari beberapa pendapat di atas dapat diasumsikan. Mass Informaton, maksudnya adalah adanya take and give yaitu keuntungan antara si pemberi informasi dengan si penerima informasi. Contoh kecil, informan yang ada di sebuah Mall atau pasar swalayan, informan tersebut dapat menerima informasi yang kemudian harus diberikan lagi informasi tersebut kepada khalayak ramai. Mass Education adalah memberikan pendidikan, apa yang sudah dikatakan di atas biasanya dilakukan antara guru dan siswa di sekolah. Tapi hal ini juga bisa dilakukan antara orang tua dan anak, sahabat, kakak kepada adiknya. Yang intinya ada sifat pendidikan yang terdapat dalam berkomunikasi yang tujuannya merubah prilaku si penerima informasi kearah yang lebih baik. Mass Persuasion, yaitu untuk mempengaruhi. Fungsi komunikasi ini biasanya bagaimana komunikator bisa mempengaruhi seseorang dari keadaan sebelumnya.

Seperti dalam Pemilu, seorang tim sukses dari salah satu partai harus bisa mempengaruhi khalayak ramai agar dapat memilih partai yang

      

26

(30)

dianutnya.dan yang terakhir adalah Mass Entertainment, yaitu untuk menghibur. Jelas bahwa fungsi komunikasi ini terjadi dalam dunia

entertainment, bagaimana komunikator harus bisa menghibur atau

merubah prilaku seseorang yang sedih menjadi senang.

Jelas bahwa fungsi komunikasi pada umumnya memberikan

pengetahuan yang baru dari komunikator (sumber) ke komunikan (penerima) agar terjadi suatu perubahan yang dengan atau tanpa sengaja yang telah disepakati. Dalam lembaga pendidikan fungsi komuniksi yang tepat adalah Mass Education, yaitu guru atau lembaga sekolah dapat memberikan pendidikan melalu proses belajar mengajar juga kegiatan-kegiatan sekolah terhadap siswa yang tujuannya agar siswa tersebut dapat berprestasi setelah melakukan komunikasi terhadap guru dan lembaga sekolahnya.

Secara umum Harold D Lasswel dalam bukunya Roudhonah, menyebutkan bahwa tujuan komunikasi ada empat, yaitu:

a. Social Change (perubahan social). Seseorang mengadakan

komunikasi dengan orang lain, diharapkan adanya perubahan social dalam kehidupannya, seperti hal kehidupannya akan lebih baik dari sebelum berkomunikasi.

b. Attitude change (perubahan sikap). Seseorang berkomunikasi juga

ingin mengadakan perubahan sikap.

c. Opinion change (perubahan pendapat). Seseoarang dalam

berkomunikasi mempunyai harapan untuk mengadakan perubahan pendapat.

d. Behavior change (perubahan perilaku). Seseorang berkomunikasi juga

ingin mengadakan perubahan perilaku27.

Penulis akan mencoba menjabarkan tujuan komunikasi satu-persatu.

Social change, dikatakan juga perubahan social, tujuan komunikasi ini

adalah bagamaimana seseorang dapat merubah orang lain terhadap kehidupan sosialnya. Misalkan dalam sebuah lingkungan RT, bagaimana

agar lingkungan Rt menjadi bersih dan rapih? Maka yang harus dilakukan oleh seorang Rt memberikan informasi kepada warganya agar jangan

      

27

(31)

buang sampah sembarangan dan bergotong royong setiap hari minggu.

Attitude change, atau perubahan sikap adalah tujuan komunikasi yang

lebih bersifat kepada perubahan personal individu, hal ini agak rumit dibandingkan dengan perubahan sosial karena biasanya berkaitan dengan kebiasaan seseorang. Misalkan seorang siswa yang tertutup terhadap

temannya, maka seorang guru harus melakukan komunikasi terhadap siswa tersebut yaitu dengan memberikan beberapa pengertian bahwa tertutup dengan teman sama saja memutuskan tali silaturrahmi, atau pengertian lainnya agar siswa tersebut paham bahwa tertutup dengan teman itu merugikan. Opinion change, atau perubahan pendapat. Tujuan komunikasi disini adalah apabila komunikator memberikan pendapat dalam suatu hal kepada khalayak, maka wajibalah komunikator juga memberikan ruang kepada khalayak untuk merubah pendapat tersebut. Maka inilah yang disebut fungsi komunikasi yang salah satunya adalah

Mass information. Behavior change atau perubahan prilaku, hal ini

sebenarnya sudah disinggung dalam pengertian komunikasi di atas, yang mana komunikasi merupakan suatu proses yang sengaja atau tidak disengaja untuk merubah prilaku seseorang kearah yang lebih baik.

Secara umum tujuan komuniksi adalah adanya perubahan yang telah disepakati sebelumnya agar terciptanya suatu bentuk hal baru dari sebelumnya sesuai dengan tujuan yang diinginkan secara sengaja.

3. Jenis-jenis Komunikasi

Setelah dijelaskan tentang fungsi dan tujuan komunikasi. Maka akan dijelaskan pula tentang jenis-jenis komunikasi, agar lebih memahami maksud dan tujuan dari komunikasi.

Jenis-jenis komunikasi dapat dikelompokkan menjadi beberapa

macam, akan dijelaskan berikut ini:

(32)

merupakan suatu keterampilan yang tentunya membutuhkan ketekunan dan latihan untuk menguasainya. Tak seperti halnya komunikasi lisan yang hampir setiap orang dapat menggunakan. Tentunya karena komunikasi lisan diajarkan sejak manusia dilahirkan. Keuntungan komunikasi tertulis antara lain bahwa komunikasi itu dapat

dipersiapkan terlebih dahulu dengan baik, dapat dibaca berulang-ulang, menurut prosedur tertentu, mengurangi biaya.

b. Komunikasi lisan, adalah komunikasi yang dilakukan secara lisan. Komunikasi ini dapat dilakukan secara langsung berhadapan atau tatap muka dan dapat pula memalui telepon. Di dalam komunikasi lisan, ada dua cara dasar di dalam berkomunikasi, yaitu: komunikasi verbal dan komunikasi non-verbal. Di dalam komunikasi verbal, kita menyampaikan pesan menggunakan kata-kata (bahasa). Sedangkan di dalam komunikasi non-verbal, kita mengirimkan pesan menggunakan tanda-tanda, simbol, sikap tubuh (gesture), ekspresi wajah, nada bicara dan tekanan kalimat.28

c. Komunikasi non verbal, merupakan salah satu bentuk dari komunikasi lisan, dan sudah dijelaskan di atas.

Dijelaskan kembali komunikasi non verbal adalah proses komunikasi dimana pesan disampaikan tidak menggunakan kata-kata. Contoh komunikasi nonverbal ialah menggunakan gerak isyarat, bahasa tubuh, ekspresi wajah dan kontak mata, penggunaan objek seperti pakaian, potongan rambut, dan sebagainya, simbol-simbol, serta cara berbicara seperti intonasi, penekanan, kualitas suara, gaya emosi, dan gaya berbicara.29

d. Komunikasi satu arah, adalah bentuk pesan yang disampaikan oleh sumber kepada sasaran dan sasaran tidak dapat atau tidak mempunyai

      

28

Purnawan Kristanto. Artikel Memahami Proses Komunikasi,

(http://www.sabdaspace.org/ memahami_proses_komunikasi). 

29

(33)

kesempatan untuk memberikan umpan balik atau bertanya. komunikasi ini bersifat koersif dapat berbentuk perintah, instruksi dan bersifat memaksa dengan menggunakan sanksi-sanksi.

e. Komunikasi dua arah lebih bersifat persuasif dan memerlukan hasil

(feed back).

Seperti halnya antara guru dengan siswa satu persatu. Antara guru dan siswa ada garis pemisah yang longgar. Siswa tidak hanya mendengar dan mencatat tetapi siswa sudah dapat bertanya dan menjawab pertanyaan guru.

Dan menurut Andri Hardiansyah, ada 10 hambatan komunikasi dua arah yaitu: 1. bahasa 2. budaya 3. kebenaran yang semu 4. penipuan 5. tujuan tidak jelas 6. salah paham 7.sisi historis atau pengalaman 8. menganggap enteng lawan bicara 9. mendominasi pembicaraan 10. pihak ketiga.30

Jenis-jenis komunikasi di atas merupakan beberapa bentuk atau cara untuk berkomunikasi. biasanya seseorang apabila ingin melakukan komunikasi maka ia akan menggunakan suatu jenis komunikasi yang cocok cara ia berkomunikasi. misalkan orang tua, maka akan cocok apabila berkomunikasi dengan anaknya menggunakan komunikasi lisan, atau komunikasi satu arah. seperti nasehat. adapun guru maka akan menggunakan semua jenis komunikasi di atas karena semuanya sangat diperlukan dalam proses belajar mengajar.

4. Komunikasi Efektif dan tidak efektif

Hasil penelitian Johnson, Sutton dan Harris menunjukkan cara-cara agar komunikasi efektif dapat dicapai. Menurut mereka, komunikasi efektif dapat terjadi melalui atau dengan didukung oleh aktivitas

role-playing, diskusi, aktivitas kelompok kecil dan materi-materi pengajaran

yang relevan. Meskipun penelitian mereka terfokus pada komunikasi efektif untuk proses belajar-mengajar, hal yang dapat dimengerti di sini

      

30

Hardiansyah Andri. 10 Hambatan Komunikasi Dua Arah,,

(34)

adalah bahwa suatu proses komunikasi membutuhkan aktivitas, cara dan sarana lain agar bisa berlangsung dan mencapai hasil yang efektif. 31

Maksud dari proses komunikasi membutuhkan aktifitas adalah komunikasi yang sengaja dilakukan agar terciptanya komunikasi efektif. Seperti sebuah diskusi, tujuan dari adanya diskusi adalah adanya

komunikasi efektif yang terjadi pada beberapa individu untuk sebuah tujuan yang disepakati oleh individu-individu yang terlibat dalam tujuan tersebut. Jelas bahwa komunikasi efektif membutuhkan aktifitas dalam proses komunikasi yang memang sengaja dilakukan.

Adapun yang tidak dikatakan komunikasi tidak efektif adalah penghambat suatu komunikasi. Menurut Onong Uchjana Effendy ada 4 macam faktor-faktor penghambat komunikasi,32 yaitu:

a. Hambatan sosio-antro-psikologi. Faktor ini banyak dipengaruhi oleh situasi ketika komunikasi dilangsungkan, sebab situasi amat berpengaruh terhadap kelancaran komunikasi, terutama situasi yang berhubungan dengan factor-faktor sosiologi-antropologis-psikologis. b. Hambatan Semantik. faktor semantik menyangkut bahasa yang

dipergunakan komunikator sebagai “alat” untuk menyalurkan pikiran dan perasaannya kepada komunikan.

c. Hambatan mekanis. Hambatan mekanis dijumpai pada media yang dipergunakan dalam melancarkan komunikasi seperti telepon, surat kabar, radio, dan televisi

d. Hambatan ekologis. Hambatan ekologis terjadi disebabkan oleh gangguan lingkungan terhadap proses berlangsungnya komunikasi, jadi datangnya dari lingkungan.

Dalam praktek berkomunikasi biasanya seseorang akan menemui berbagai macam hambatan yang jika tidak dapat ditanggapi dan disikapi secara tepat akan membuat proses komunikasi yang terjadi menjadi sia-sia karena pesan tidak tersampaikan atau yang sering terjadi adalah terjadinya penyimpangan. Di antara guru dan siswa hambatan dalam komunikasi sering terjadi, seperti hambatan semantik. Tidak semua perkataan guru

      

31

Nunung Prajarto, dari artikel yang berjudul Menjalin Komunikasi Efektif. (http://yanpraz.multiply.com/journal/item/5/Komunikasi_Efektif).

32

(35)

akan selalu didengar murid, dikarenakan faktor bahasa yang kadang-kadang siswa tidak memahami apa yang dibicarakan oleh guru.

Terhadap hal ini, Green (2000) memberi sejumlah saran agar komunikasi efektif dapat terjalin dengan baik. Saran yang diberikannya antara lain:

a. Memikirkan pihak yang diajak berkomunikasi. Dengan menyadari pihak yang diajak berkomunikasi akan memudahkan pilihan terhadap cara berkomunikasi dan keterbatasan perkembangan kepribadian yang mereka miliki.

b. Memberi perhatian pada pesan-pesan non-verbal yang bisa ditangkap. Perubahan rona muka, gerak tangan dan posisi duduk sebagai contoh, perlu disikapi secara benar agar komunikasi dapat menjadi efektif.

c. Memosisikan diri sebagai pendengar yang aktif. Cara seperti ini dapat menguatkan kejiwaan lawan bicara karena merasa omongannya didengar sehingga lebih memudahkannya untuk semakin terbuka.

d. Memperbanyak frekuensi komunikasi. Di satu sisi hal ini sangat positif dan mampu memberi peneguhan, di sisi yang lain berpeluang menimbulkan kejenuhan.

e. Berkomunikasi secara jelas dan langsung (tidak berbelit-belit). f.Menggunakan pesan-Aku dan bukan pesan-Kamu. Contoh : ”Aku

pikir” pekerjaanmu kemarin masih bisa diperbaiki. jauh lebih efektif daripada ”Kamu” perbaiki pekerjaanmu kemarin ya. Pesan-Aku ini dipandang tidak bernada mengancam, menghakimi, menjatuhkan, menyalahkan dan mengecilartikan. g. Lebih memberi penekanan pada hal positif.33

Neuman (2002), secara khusus memberi arahan lain untuk menjalin komunikasi efektif, utamanya bila komunikannya bersifat jamak dan besar. Dalam hal ini komunikasi efektif yang disarankannya adalah untuk komunikasi kelompok (dalam kelas, sebagai contoh). Beberapa sarannya antara lain:

a. Menguasai kelas; lihat susunan kursi, alat bantu yang ada dan mungkin dapat dipakai, lebar ruangan dan kategori audiensnya. b. Bangkitkan partisipasi audiens, dengan menyatukan pengalaman

yang sama-sama dimiliki. Dengan kata lain, ciptakan interaksi yang interaktif.

      

33

(36)

c. Mempertahankan kontak mata agar terjalin komunikasi non-verbal sebagai pendukung komunikasi non-verbal.

d. Komunikasi efektif membutuhkan suasana yang menghibur. Lelucon atau sumber-sumber multimedia yang memungkinkan hal itu akan membuat transfer informasi mengenai sasaran secara efektif.

e. Mempertahankan kontak dengan mereka hingga di luar kelas sekalipun. Artinya, email atau pertukaran pesan lewat sarana lain sangat membantu efektifitas komunikasi sebelumnya (di dalam kelas).

f. Kerjasama tim biasanya lebih memberi hasil yang efektif.34

Bila receiver (penerimanya) adalah murid dan hal ini untuk tujuan komunikasi pendidikan yang efektif, maka hal-hal yang juga perlu dikembangkan menurut University of California Davis adalah ketrampilan menulis, berbicara, serta komunikasi antarpersonal dan komunikasi kelompok.

5. Peran Komunikasi Guru dan Siswa

Salah satu tujuan komunikasi adalah adanya perubahan yang diinginkan komunikator kepada orang lain yang diinginkan. begitupun guru, tujuan seorang guru adalah membentuk suatu perubahan pada peserta didik. maka seorang guru harus bisa berkomunikasi dengan baik kepada peserta didik untuk tercapainya perubahan, seperti perubahan prilaku, sikap, kehidupan sosial dsb.

Oleh karena itu peran komunikasi guru haruslah jelas, maka penulis akan membahas apa yang semestinya dilakukan oleh guru dalam berkomunkasi kepada siswanya yang bertujuan adanya perubahan yang baik terhadap siswa.

a. Komunikasi Guru

Di dalam komunikasi guru dengan siswanya, banyak hal terjadi

yang maksud dan tujuannya adalah perubahan yang terjadi terhadap

      

34

Nunung Prajarto, dari artikel yang berjudul Menjalin Komunikasi Efektif, karangan Dr. Nunung Prajarto. (http://yanpraz.multiply.com/journal/item/5/Komunikasi_Efektif).

(37)

siswa kearah yang lebih baik. Ada dua uraian dibawah ini yang dijadikan tuntutan agar fungsi komunikasi antara guru dan siswa dilakukan sebagaimana mestinya, yaitu :

1. Profesionalisme guru

Di dalam buku ”wawasan tugas guru dan tenaga kependidikan”

seorang guru yang profesional adalah sangat sederhana dan wajar, ialah guru yang baik, yang lahir dari manusia yang baik. Jadi tidak harus terobsesi dengan menciptakan guru tanpa cacat. Ukuran keberhasilan guru secara sederhana ialah apabila peserta didik bertambah gairah belajar; bila hasil belajar peserta didik meningkat; bila disiplin sekolah membaik; bila hubungan antara guru, orang tua dan masyarakat menjadi mesra.35

Memang benar bahwa guru yang profesional tidak harus sempurna dalam segala hal, akan tetapi bagaimana ia bisa menuntun di sekelilingnya untuk kearah yang lebih baik. Dengan para siswa guru yang profesional harus bisa mengubah siswa agar memiliki watak untuk selalu meningkatkan belajaranya demi prestasi yang akan diraih. Profesional guru akan terlihat oleh orang tua atau masyarakat apabila siswa memiliki prestasi dari hasil belajar siswa di sekolah.

Di dalam buku yang sama, dalam konteks yang luas, terutama dalam kaitannya dengan perkembangan kehidupan bangsa selama ini adalah mutlak bahwa:

a) Guru Memanusiakan Anak Bangsa, yakni Senantiasa membuka peluang dan potensi setiap manusia sebesar-besarnya hingga anak bangsa bebas dari keterbelengguan dan sekaligus berkembang dan berpotensi didalam hidup. b) Guru Membudayakan Anak Bangsa, yakni Membuka

peluang sebesar-besarnya untuk penghayatan, penerapan dan pengembangan nilai-nilai kehidupan yang beradab dan bemoral.

      

35

(38)

c) Guru Mengindonesiakan Anak Bangsa, yakni Guru bertanggung jawab untuk senantiasa mengindonesiakan anak bangsa, yang memupuk kebanggaan berbangsa, menghidupkan aspirasi kesatuan dan presatuan.36

Tugas guru terhadap bangsa memang tidak mudah, guru dituntut untuk selalu mencerdaskan anak bangsa. Bangsa atau negara yang baik bersumber pada sumber daya manusia yang baik. Sumber daya manusia yang baik tercipta pada anak yang baik pula. Anak yang baik muncul karena anak yang pintar, berprestasi, patuh kepada orang tua dan guru. Oleh karena itu guru harus menciptakan siswa-siswa yang cerdas agar dapat memajukan bangsanya.

Jelas bahwa guru profesional menjadikan komunikasi sebagai wadah untuk membentuk siswa yang cerdas. Bagaimanapun prilaku siswa akan bisa di atasai apabila guru memiliki tata cara komunikasi yang baik. Tidak diharuskan ada guru yang pintar juga mapan untuk membimbing siswanya. Oleh karena itu komunikasi yang baik sangatlah penting terhadap guru dan siswa untuk mencapai tujuan yang telah disepakati keduanya.

2. Tanggung jawab guru

Komunikasi guru dan siswa akan terjadi apabila guru memiliki tanggung jawab terhadap siswanya. Yaitu dengan merencanakan dan

menunutun siswa melakukan kegiatan-kegiatan belajar guna mencapai pertumbuhan dan perkembangan yang dinginkannya.

Guru harus membimbing siswanya agar mereka memperoleh keterampilan-keterampilan, pemahaman, perkembangan berbagai kemampuan, kebiasan-kebiasan yang baik, dan perkembangan sikap yang serasi. Oleh karena itu ia harus melakukan banyak hal yang kaitannya dengan komunikasi guru dan siswa agar pengajarannya berhasil, antara lain.

a.Mempelajari setiap peserta didik dikelasnya.

      

36

(39)

b.Memilih dan menggunakan metode mengajar yang sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai, kebutuhan dan kemampuan peserta didik dan dengan bahan bahan yang akan diberikan.

c.Memelihara hubungan pribadi seerat mungkin dengan peserta didik.

d.Membantu para peserta didik memecahkan berbagai masalah.

e.Mengadakan hubungan dengan orang tua peserta didik secara kontiniu dan penuh saling pengertian.

f. Mengadakan hubungan dengan masyarakat secara aktif dan kreatif guna kepentingan pendidikan para siswa.37

b. Komunikasi Siswa

Peran komunikasi siswa disini adalah bagaimana ia dapat menangkap hal-hal yang diberikan oleh guru melalui lisan dalam proses belajar-mengajar. Seperti materi pelajaran, nasehat-nasehat, teguran atau pujian dll. Hal di atas akan terjadi apabila komunikasi guru dan siswa terjalin dengan baik.

Ada beberapa hal yang menjadi penghambat bagaimana peran siswa berkomunikasi kepada gurunya. disinilah para guru dapat menggunakan perannya sebagai seorang komunikator.

ada dua hal yang dapat menyebabkan penghambat antara komunikasi siswa dengan gurunya dalam proses belajar mengajar, yaitu:

1. Kesulitan belajar

Kesulitan belajar ini tidak selalu disebabkan karena faktor intelegensi yang rendah (kelainan mental), akan tetapi disebabkan oleh faktor-faktor non intelegnsi. Dengan demikian, anak yang memiliki intelegensi yang tinggi belum menjamin keberhasilan belajar.

Menurut Syaiful Bahri Djamarah, kesulitan belajar yang

      

37

(40)

dirasakan oleh anak didik bermacam-macam, yang dapat dikelompokkan menjadi empat macam, yaitu sebagai berikut :

a. dilihat dari jenis kesulitan belajar: - ada yang berat;

- ada yang sedang.

b. dilihat dari mata pelajaran yang dipelajari: - ada yang sebagian mata pelajaran; dan - ada yang sifatnya sementara.

c. dilihat dari sifat kesulitannya: - ada yang sifatnya menetap; dan - ada yang sifatnya sementara. d. dilihat dari segi faktor penyebabnya

- ada yang karena faktor intelegensi; dan - ada yang karena faktor non intelegensi.38

Bermacam-macam kesulitan belajar sebagaimana disebutkan

di atas selalu ditemukan di sekolah. Apalagi suatu sekolah dengan sarana prasarana yang kurang lengkap, dan tenaga guru apa adanya. Jadi, dapat disimpulkan bahwa kesulitan belajar adalah suatu kondisi dimana anak didik tidak dapat belajar secara wajar, disebabkan adanya ancaman, hambatan ataupun gangguan belajar.39

Di sinilah tugas guru untuk selalu memahami anak didik, bagaimana ia ahli berkomunikasi dengan anak didik yang memiliki ancaman, hambatan dan gangguan di dalam proses belajar mengajar. Karena kesulitan belajar anak didik dapat terjadi setiap saat. Setiap kali kesulitan belajar anak didik yang satu dapat di atasi, tetapi pada waktu yang lain muncul lagi kasus kesulitan belajar anak didik yang lain. Dalam setiap bulan atau bahkan dalam setiap minggu tidak jarang ditemukan anak didik yang berkesulitan belajar.

Menurut Muhibbin Syah didalam buku psikologi belajar karangan syaiful bahri djamarah. Beberapa penyebab kesulitan belajar yang ditinjau dari sudut intern anak didik dan ekstern anak

      

38

Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2008) Ed, 2. h. 234-235. 

39

(41)

didik. Menurutnya faktor-faktor anak didik meliputi gangguan atau kekurangmampuan psiko-fisik anak didik, yakni berikut ini.

a.Yang bersifat kognitif (ranah cipta), antara lain seperti rendahnya kapasitas intelektual/intelegensi anak didik. b.Yang bersifat afektif (rana rasa), antara lain seperti labilnya

emosi dan sikap.

c.Yang bersikap psikomotor (ranah karsa) antara lain seperti terganggunya alat-alat indra penglihatan dan pendengaran (mata dan telinga).

Sedangkan faktor ekstern anak didik meliputi semua situasi dan kondisi lingkungan

s

ekitar yang tidak mendukung aktifitas belajar anak didik. Faktor lingkungan ini meliputi:

a.Lingkungan keluarga, contohnya; ketidakharmonisan hubungan antara ayah dengan ibu, dan rendahnya kehidupan ekonomi keluarga.

b.Lingkungan perkampungan/masyarakat, contohnya; wilayah perkampungan kumuh (slum area) dan tema sepermainan (peer group) yang nakal.

c.Lingkungan sekolah, contohnya: konidisi dan letak gedung sekolah yang buruk seperti dekat pasar, kondisi guru serta alat-alat belajar yang berkualitas rendah.40

Dari pernyataan di atas dapat dibayangkan betapa mudahnya anak didik menghadapi masalah-masalah yang akan terjadi didalam kesulitan belajar. Maka disinilah peran guru, orang tua, dan lingkungan sekitar untuk selalu memberikan banyak pengaruh hal positif terhadap anak didik agar mampu menghadapi masalah-masalah yang menyulitkan anak didik untuk belajar. Khususnya guru yang lebih banyak berkomunikasi kepada siswa didalam proses belajar mengajar, dengan cara memberikan nasehat, motivasi dan saran ketika sedang memberikan materi pelajaran. Hal ini penting, karena murid akan mencerna apa yang diberikan oleh guru didalam proses belajar mengajar.

(42)

seorang anak memiliki hati nur’ani yang sama. oleh karena itu tugas guru adalah menemukan jatidiri siswa-siswanya agar mereka paham bahwa setiap orang pasti memiliki kelebihan, dan pergunakanlah kelebihan itu untuk menuntut ilmu. Karena, ilmu pengetahuan itu penting dan bermanfaat bagi sekolah, keluarga, lingkungan dan

negara.

2. Perihal anak bermasalah

Tolok ukur keberhasilan seorang guru dapat ditentukan berdasarkan sikap dan perilaku anak-anak didiknya. Sebagai pendidik, seorang guru akan merasa berhasil apabila anak-nak didiknya mau bekerjasama dalam proses belajar mengajar. Makna kerjasama adalah bersama-sama melakukan tugas dalam rangka proses pembelajaran. Tetapi adakalanya sikap dan perilaku anak-anak didik menyebabkan seorang guru tidak tahan dan ingin cepat-cepat menyelesaikan sesi pembelajarannya.

Sebenarnya sikap dan tingkah laku anak-anak didik yang tidak mau bekerjasama merupakan dampak permasalahan dalam proses belajar mengajar. Alasan kenapa anak-anak didik tidak mau bekerja sama karena mereka memiliki masalah yang ada pada dirinya, sangatlah berbeda antara anak yang mengalami kesulitan belajar dengan anak yang bermasalah. Seorang siswa dikategorikan sebagai anak yang bermasalah apabila ia menunjukkan gejala-gejala penyimpangan dari prilaku yang lazim dilakukan oleh anak-anak pada umumnya.

Siswa yang bermasalah tidak bisa dihadapkan hanya sebatas komunikasi biasa saja. Akan tetapi diberikan perhatian lebih, seperti memberikan nasehat dan motivasi, selalu komunikasi dengan orang

tua atau pihak dari keluarganya. Karena masalah yang muncul dari siswa tidaklah merupakan satu aktifiras yang independen.

       

40

(43)

Secara garis besar pangkal soal masalah-masalah siswa dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu Internal dan Eksternal:

a. Internal

masalah internal biasanya lebih disebabkan dari kondisi siswa tersebut, hal ini disebabkan dari adanya kelainan fisik

maupun kelainan psikis b. Eksternal

masalah eksternal hadir dari luar siswa. Biasanya muncul dari keluarga, pergaulan, salah asuh atau pengalaman hidup yang tidak menyenangkan.

Dari uraian di atas dipahami bahwa siswa tidaklah sempurna. seorang peserta didik memiliki kekurangannya masing-masing dalam berkomunikasi, ini mewakili dari kekurangan siswa yang sering dijumpai dalam proses belajar mengajar. Di sini bagaimana peran komunikasi guru berfungsi, guru yang pandai bekomunikasi dengan siswanya adalah guru yang memahami kondisi dari siswa tersebut. Karena tidak semua siswa yang berada dalam satu kelas bisa menggunakan satu bentuk komunikasi yang sama, akan tetapi guru harus menggunakan hal-hal yang dibutuhkan agar komunikasi tersebut bisa berjalan dengan baik.

Menurut Olailani,41 ada tujuh opsi yang bermanfaat dan efektif yang harus dilakukan guru dalam menghadapi siswa yang bermasalah di sekolah, yaitu :

a. Memberi penjelasan apabila ada masalah atau kejadian insidentil di kelas.

b. Berperan sebagai seorang informan. c. Memberikan pilihan/opsi.

d. Memberi perintah dengan pesan singkat atau satu kata. e. Berkomunikasi dengan gerakan atau bahasa tubuh. f. Mengungkapkan perasaan anda.

      

41

Olailani, artikel Opsi Seorang Pendidik Menghadapi Anak-anak yang Bermasalah,

(44)

g. Menyampaikan pesan atau perintah melalui tulisan. Opsi di atas sangat mudah dilakukan bagi seorang guru. Anak-anak didik yang bermasalah akan sangat bergantung kepada guru, mereka akan melewati masalah dengan baik apabila seorang guru selalu menuntun anak didiknya hingga mencapai tujuan yang telah

disepakati bersama didalam proses belajar mengajar yaitu prestasi belajar.

C. Kerangka Berfikir

Dalam suatu perubahan dari satu hal yang lama menjadi baru akan terwujud apabila adanya hubungan yang terjalin untuk mencapai tujuan dari hal yang baru tersebut. Dengan apa hubungan itu terjalin? Yaitu dengan adanya sebuah Komunikasi yang terjalin antara satu sama lain. Dalam ruang lingkup lembaga pendidikan terjalinnya sebuah komunikasi antara guru dan siswa akan terciptanya suatu perubahan yang telah disepakati oleh guru dan siswa. Guru dapat berkembang dari cara ia mengajar, siswa dapat meraih prestasi dengan belajar kepada guru tersebut.

Komunikasi sangatlah diperlukan dalam kegiatan belajar mengajar disekolah. Dalam melaksanakan tugasnya seorang guru memerlukan kesiapan yang matang agar dalam pelaksanaannya dapat berjalan dengan lancer. Guru dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar tidak hanya sekedar

Gambar

tabel (rhitung > rtabel) maka butir tersebut memiliki validitas dan dapat
Tabel 1
Tabel 2 Raport Nilai Siswa Variabel Prestasi Belajar Siswa  (Y)
Tabel 3 Distribusi Frekuensi Komunikasi Guru dan Siswa
+3

Referensi

Dokumen terkait

Kompensasi menjadi salah satu faktor pendorong yang kuat terhadap meningkat atau menurunnya motivasi dan komitmen organisasi pada perusahaan, karyawan yang tingkat motivasinya

Pergeseran pola komunikasi pada dua keluarga urban karena media baru adalah dari yang semula penggunaan media baru tidak intens (frekuensi penggunaan nya

Kedua, sebaliknya, masjid berbasis masyarakat Muhammadiyah terbukti melahirkan tipologi masjid yang tidak terikat pada satu langgam tipikal tetapi mencari tipologi

Sikap, dan tindakan bidan dalam memberikan Asuhan ASI Eksklusif belum sesuai dengan Asuhan ASI Eksklusif yang terdapat dalam Asuhan Kebidanan, dimana para bidan

[r]

yaitu pengukuran tekanan darah yang pertama dilakukan sebelum intervensi SSBM (P0), pengukuran kedua dilakukan setelah pemberian intervensi yang pertama (P1),

Jayawijaya, Kabupaten Nduga, Kabupaten Paniai, Kabupaten.. Puncak, Kabupaten Puncak Jaya dan Kabupaten Yahukimo),. Taman Nasional Wasur

[r]