PENGARUH PENAMBAHAN LARUTAN NaCl DAN
GARAM DAPUR TERHADAP PERUBAHAN
DIMENSI GIPS TIPE III PADA
PEMBUATAN MODEL
KERJA GIGITIRUAN
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi
syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi
Oleh:
VICKY AMALIA SEBAYANG NIM: 100600158
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Fakultas Kedokteran Gigi Departemen Prostodonsia Tahun 2014
Vicky Amalia Sebayang
Pengaruh Penambahan NaCl dan Garam Dapur terhadap Perubahan Dimensi Gips Tipe III pada Pembuatan Model Kerja Gigitiruan
xiii + 49 halaman
Gips tipe III merupakan bahan yang serin digunakan dalam proses pembuatan model kerja yang merupakan media pembuatan gigitiruan. Akselerator merupakan bahan yang ditambahkan ke dalam gips untuk mempersingkat waktu pengerasan. NaCl 2% merupakan akselerator yang sering digunakan untuk mempersingkat waktu pengerasan gips. Garam dapur selain memiliki harga yang lebih ekonomis juga sangat umum digunakan sebagai bumbu masakan dan pengawet. Menurut Standar Nasional Indonesia garam dapur memiliki kandungan NaCl minimal 94,7%. Penambahan NaCl 2% dan garam dapur 2% yang ditambahkan sebagai bahan akselerator pada gips dapat mempengaruhi karakterisitik gips, yaitu perubahan dimensi.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan pengaruh penambahan NaCl 2% dan garam dapur 2% terhadap perubahan dimensi gips tipe III pada pembuatan model kerja untuk pembuatan gigitiruan. Rancangan penelitian ini adalah eksperimental laboratoris. Sampel terbuat dari gips tipe III yang dibentuk menggunakan perangkat stainless steel bentuk silinder untuk pengukuran perubahan dimensi sebanyak 30 sampel. Pengukuran perubahan dimensi menggunakan
travelling microscope. Data yang diperoleh kemudian dianalisis dengan uji statistik ANOVA satu arah untuk mengetahui pengaruh penambahan NaCl 2% dan garam dapur 2% terhadap perubahan dimensi gips tipe III lalu dilanjutkan dengan uji LSD untuk mengetahui kelompok yang paling memberikan pengaruh.
kerja gigitiruan dengan nilai p=0.0001 (p<0.05). Hasil uji LSD menunjukkan adanya perbedaan pengaruh yang bermakna antar kelompok gips dengan penambahan NaCl 2% dan gips dengan penambahan garam dapur 2% terhadap perubahan dimensi gips tipe III dengan nilai p=0.0001 (p<0.05). Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah penambahan aquadestilata (kelompok kontrol) menunjukkan nilai perubahan dimensi yang paling kecil sehingga penambahan aquadestilata lebih dianjurkan pada pembuatan model kerja dibandingkan dengan penambahan NaCl 2% dan garam dapur 2%.
PERNYATAAN PERSETUJUAN
Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan
di hadapan tim penguji skripsi
Medan, 18 November 2014
Pembimbing: Tanda tangan
Siti Wahyuni, drg ………...
TIM PENGUJI SKRIPSI
Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan tim penguji pada 18 November 2014
TIM PENGUJI
KETUA : Eddy Dahar, drg., M.Kes
ANGGOTA : 1. Siti Wahyuni, drg
2. Ricca Chairunnisa, drg., Sp.Pros
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya, sehingga skripsi ini telah selesai disusun sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Kedokteran Gigi di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.
Ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya penulis sampaikan kepada kedua orang tua tercinta yaitu ayahanda Muhammad Fadhilah Sebayang dan ibunda Rukiah Sinambela yang telah membesarkan serta memberikan kasih sayang, doa, semangat dan dukungan baik secara moril maupun materil kepada penulis sehingga mampu menyelesaikan pendidikan ini, begitu juga kepada saudara-saudara penulis yaitu kak Yully, Novi, Citra, Ulie, Dedek dan Wirdha, atas doa, cinta kasih dan dukungan, motivasi serta pengorbanan demi kebaikan dan kebahagiaan penulis.
Dalam penulisan skripsi ini penulis telah banyak mendapat pengarahan, bimbingan, bantuan, dukungan serta doa dari berbagai pihak sehingga skripsi ini dapat disusun dengan baik. Pada kesempatan ini, dengan segala kerendahan hati dan penghargaan yang tulus, penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Siti Wahyuni, drg selaku pembimbing yang telah meluangkan waktu untuk membimbing dan memberikan pengarahan serta dorongan dan semangat kepada penulis selama penulisan skripsi ini hingga selesai.
2. Prof. H. Nazruddin, drg., C.Ort., Ph.D., Sp.Ort., selaku Dekan Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.
3. Prof. Haslinda Z. Tamin, drg., M.Kes., Sp.Pros (K) selaku Koordinator skripsi Departemen Prostodonsia Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara atas kesempatan dan bantuan yang diberikan sehingga skripsi ini dapat berjalan dengan lancar.
5. Eddy Dahar, drg., M.Kes selaku ketua, Ricca Chairunnisa, drg., Sp.Pros. dan Putri Welda Utami Ritonga, drg., MDSc selaku anggota tim penguji skripsi atas segala masukan, saran dan dukungan semangat yang sangat bermanfaat dalam penulisan skripsi ini.
6. Minasari, drg., MM selaku penasehat akademik atas motivasi dan bantuan selama masa pendidikan di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.
7. Seluruh staf pengajar serta karyawan di Departemen Prostodonsia Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara atas bantuan dan motivasi sehingga skripsi ini berjalan dengan lancar.
8. Seluruh pimpinan dan karyawan Unit UJI Laboratorium Dental Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara yang telah membantu dalam pembuatan sampel serta memberikan dukungan.
9. Ir. Sabar Situmorang, selaku Kepala Laboratorium Material PTKI Medan dan Ibu Fitri selaku pegawai Laboratorium yang telah memberikan bantuan, izin dan bimbingan untuk pelaksanaan penelitian.
10. Maya Fitria, SKM, M.Kes staf pengajar di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara atas bantuannya kepada penulis dalam analisis statistik penelitian.
11. Teman-teman seperjuangan yang melaksanakan skripsi di Departemen Prostodonsia yaitu Wennie Fransisca, Winnie Neormansyah, Loo Qai Jack, Sunny Chailes, Fany Yunita, Dendy Dwi Rizki, Dresiani Mareti, Vincent Gomulia, Indah, Ferianny Prima, Haifa Izzatur, Khairina Atyqa, Gustriani, atas dukungan dan bantuannya selama penulis mengerjakan skripsi.
13. Al Ghazali kohler yang telah memberikan dukungan dan motivasi kepada penulis selama penulisan skripsi ini hingga selesai.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih terdapat banyak kekurangan, oleh karena itu penulis memohon maaf yang sebesar-besarnya apabila terdapat kesalahan selama penulis melakukan penelitian dan penyusunan skripsi ini. Dengan kerendahan hati penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan sumbangan pikiran yang berguna bagi pengembangan ilmu, masyarakat, dan bagi Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara khususnya Departemen Prostodonsia.
Medan, 18 November 2014 Penulis,
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ... HALAMAN PERSETUJUAN ... HALAMAN TIM PENGUJI SKRIPSI ...
KATA PENGANTAR ... iv
2.2 Jenis Model Untuk Pembuatan Gigitiruan ... 6
2.5 Faktor yang Mempengaruhi Perubahan Dimensi
Gips Tipe III ... 13
2.5.1 Suhu Ruangan dan Suhu Air ... 13
2.5.2 Rasio W/P ... 13
2.5.3 Waktu dan Kecepatan Pengadukan ... 14
2.5.4 Retarder ... 14
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian ... 23
3.2 Sampel dan Besar Sampel Penelitian ... 23
3.2.1 Sampel Penelitian ... 23
3.2.2 Besar Sampel Penelitian ... 24
3.3 Variabel Penelitian ... 25
3.3.1 Klasifikasi Variabel ... 25
3.3.1.1 Variabel Bebas ... 25
3.3.1.2 Variabel Terikat ... 25
3.3.1.3 Variabel Terkendali ... 25
3.3.1.4 Variabel Tidak Terkendali ... 25
3.3.2 Defenisi Operasional ... 26
3.4 Tempat dan Waktu Penelitian ... 29
3.4.1 Tempat Pembuatan Sampel ... 29
3.4.2 Tempat Pengujian Sampel... 29
3.4.3 Waktu Penelitian ... 29
3.6.2 Pembuatan Sampel Kelompok NaCl 2% dan Garam Dapur 2% Untuk Mengukur Perubahan Dimensi ... 31
3.6.3 Pengukuran Perubahan Dimensi ... 32
3.7 Kerangka Operasional ... 33
3.8 Analisis Data ... 34
BAB 4 HASIL PENELITIAN 4.1 Perubahan Dimensi Gips Tipe III dengan Penambahan NaCl 2% dan Garam Dapur 2% ... 35
Terhadap Perubahan Dimensi Gips Tipe III ... 36 4.3 Perbedaan Pengaruh Penambahan NaCl 2% dan Garam
Dapur 2% terhadap Perubahan Dimensi Gips Tipe III ... 36
BAB 5 PEMBAHASAN
5.1 Metodologi Penelitian ... 38 5.2 Hasil Penelitian ... 38
5.2.1 Perubahan Dimensi Gips Tipe III dengan
Penambahan NaCl 2% dan Garam Dapur 2% ... 38 5.2.2 Pengaruh Penambahan NaCl 2% dan Garam Dapur 2%
terhadap Perubahan Dimensi Gips Tipe III ... 40 5.2.3 Perbedaan Pengaruh Penambahan NaCl 2% dan
Garam Dapur 2% terhadap Perubahan Dimensi
Gips Tipe III ... 41
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan... 44 6.2 Saran ... 44
DAFTAR PUSTAKA ... 46
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1 Tipe-tipe gips ... 10
2 NaCl ... 16
3 Definisi operasional variabel bebas ... 26
4 Definisi operasional variabel terikat ... 27
5 Definisi operasional variabel terkendali... 27
6 Definisi operasional variabel tidak terkendali... 28
7 Perubahan dimensi gips tipe III dengan penambahan NaCl 2%.... dan garam dapur 2% ... 35
8 Pengaruh penambahan NaCl 2% dan garam dapur 2% terhadap perubahan dimensi gips tipe III ... 36
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1 Garis pada ruled block... ... 12
2 Master mould yang dipakai untuk mengukur perubahan dimensi .. 23
3 Ruled block dan gypsum mould ... 29
4 Travelling microscope ... 30
DAFTAR GRAFIK
Grafik Halaman
1 Rata-rata perubahan dimensi gips dengan penambahan NaCl 2%,
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
1. Analisis statistik
Fakultas Kedokteran Gigi Departemen Prostodonsia Tahun 2014
Vicky Amalia Sebayang
Pengaruh Penambahan NaCl dan Garam Dapur terhadap Perubahan Dimensi Gips Tipe III pada Pembuatan Model Kerja Gigitiruan
xiii + 49 halaman
Gips tipe III merupakan bahan yang serin digunakan dalam proses pembuatan model kerja yang merupakan media pembuatan gigitiruan. Akselerator merupakan bahan yang ditambahkan ke dalam gips untuk mempersingkat waktu pengerasan. NaCl 2% merupakan akselerator yang sering digunakan untuk mempersingkat waktu pengerasan gips. Garam dapur selain memiliki harga yang lebih ekonomis juga sangat umum digunakan sebagai bumbu masakan dan pengawet. Menurut Standar Nasional Indonesia garam dapur memiliki kandungan NaCl minimal 94,7%. Penambahan NaCl 2% dan garam dapur 2% yang ditambahkan sebagai bahan akselerator pada gips dapat mempengaruhi karakterisitik gips, yaitu perubahan dimensi.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan pengaruh penambahan NaCl 2% dan garam dapur 2% terhadap perubahan dimensi gips tipe III pada pembuatan model kerja untuk pembuatan gigitiruan. Rancangan penelitian ini adalah eksperimental laboratoris. Sampel terbuat dari gips tipe III yang dibentuk menggunakan perangkat stainless steel bentuk silinder untuk pengukuran perubahan dimensi sebanyak 30 sampel. Pengukuran perubahan dimensi menggunakan
travelling microscope. Data yang diperoleh kemudian dianalisis dengan uji statistik ANOVA satu arah untuk mengetahui pengaruh penambahan NaCl 2% dan garam dapur 2% terhadap perubahan dimensi gips tipe III lalu dilanjutkan dengan uji LSD untuk mengetahui kelompok yang paling memberikan pengaruh.
kerja gigitiruan dengan nilai p=0.0001 (p<0.05). Hasil uji LSD menunjukkan adanya perbedaan pengaruh yang bermakna antar kelompok gips dengan penambahan NaCl 2% dan gips dengan penambahan garam dapur 2% terhadap perubahan dimensi gips tipe III dengan nilai p=0.0001 (p<0.05). Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah penambahan aquadestilata (kelompok kontrol) menunjukkan nilai perubahan dimensi yang paling kecil sehingga penambahan aquadestilata lebih dianjurkan pada pembuatan model kerja dibandingkan dengan penambahan NaCl 2% dan garam dapur 2%.
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pencetakan rahang merupakan tahap awal dalam perawatan prostodontik yang bertujuan untuk mendapatkan replika dari jaringan keras dan jaringan lunak rongga mulut. Cetakan dilakukan untuk mendapatkan model gigi yang merupakan bentuk tiruan yang sesuai dengan bentuk dan ukuran jaringan rongga mulut yang berguna untuk keperluan diagnosis dan perawatan.1 Model untuk pembuatan gigitiruan terbagi dua, yaitu model studi dan model kerja. Model studi digunakan oleh dokter gigi untuk mempelajari keadaan rongga mulut pasien dan model kerja digunakan dokter gigi dan laboran sebagai media pembuatan gigitiruan.2,3 Produk gips digunakan sebagai bahan model untuk pembuatan gigitiruan.
Menurut spesifikasi American Dental Association (ADA) no 25, gips dapat diklasifikasikan menjadi tipe I (impression plaster), tipe II (model plaster), tipe III
(dental stone), tipe IV (Die stone : high strength), tipe V (Die stone : high strength, high expansion).4,5 Berdasarkan kekuatannya, gips tipe I memiliki nilai kekuatan yang rendah dan gips tipe V memiliki nilai kekuatan yang paling tinggi. Gips yang sering digunakan sebagai model pada pembuatan gigitiruan penuh atau gigitiruan sebagian adalah gips tipe III karena gips tersebut memiliki kekuatan yang cukup untuk kontruksi gigitiruan dan lebih mudah dikeluarkan setelah proses selesai.5-7 Jenis gips yang digunakan dalam kedokteran gigi memiliki senyawa dasar yang sama, yaitu kalsium sulfat hemihidrat ((CaSO4)2.H2O atau CaSO4.1/2H2O), yang membedakannya adalah metode yang dilakukan untuk mengubah ukuran dan bentuk partikel gips sehingga terdapat perbedaan jumlah air yang dibutuhkan untuk mengubah kristalisasi kalsium sulfat hemihidrat menjadi dihidrat.5,8,9
Adapun karakteristik gips meliputi kekuatan kompresi, setting time, setting
ekspansi dan perubahan dimensi.8 Perubahan dimensi merupakan hasil dari setting
saling mendorong keluar.10 Perubahan dimensi terjadi selama waktu pengerasan sebagai hasil dari reaksi kimia sehingga mempertahankan dimensi selama prosedur menyiapkan model sangat penting dalam keakuratan restorasi gigi. Semua produk gips mengalami ekspansi selama proses pengerasan, setting ekspansi pada gips tipe III adalah 0,00%-0,20%.8 Hesmati dkk (2002) melaporkan bahwa ekspansi ini dapat terus berlangsung sampai 120 jam.11 Spesifikasi ADA No. 25 mengharuskan pengukuran ekspansi linear dilakukan 2 jam setelah pencampuran bubuk gips dengan air.4
Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan dimensi yaitu suhu ruangan dan suhu air, rasio W/P, waktu dan kecepatan pengadukan, akselerator dan retarder.
Retarder merupakan suatu bahan kimia yang ditambahkan pada gips dan berguna
untuk memperlambat setting time. Jenis-jenis retarder meliputi NaCl > 20%, asetat, boraks, dll. Selain untuk memperlambat setting time penambahan retarder juga mempengaruhi ekspansi dari gips. Menurut Manappallil (2003) penambahan retarder
seperti boraks dapat mengurangi setting ekspansigips.13
Untuk menghasilkan model yang akurat, setting ekspansi dari gips harus tetap dikendalikan. Menurut Anusavice (1996) metode yang paling efektif untuk mengendalikan setting ekspansi adalah dengan penambahan bahan kimia.9 Akselerator selain merupakan bahan kimia yang dapat mempercepat initial setting time dan final setting time hingga 50% juga mempunyai efek untuk menurunkan nilai
setting ekspansi dengan cara mengubah bentuk kristal dihidrat yang terbentuk. Oleh karena itu, akselerator disebut juga sebagai antiexpansion agent, namun penambahan jenis bahan kimia yang berbeda memiliki efek yang berbeda pada ekspansi model gips.3
tipe III dengan penambahan larutan garam NaCl 2% adalah 4±0,5 menit, kelompok gips tipe III dengan penambahan larutan garam dapur Dolphin® adalah 7,17±0,56 menit, dan pada kelompok gips tipe III tanpa penambahan larutan garam adalah 10,94±1,21 menit. Hasil ini menujukkan setting time kelompok gips tipe III tanpa penambahan larutan garam lebih panjang dibandingkan dengan gips tipe III dengan penambahan larutan NaCl 2% dan garam dapur Dolphin®, hal ini disebabkan penambahan NaCl <20% akan meningkatkan kelarutan hemihidrat menjadi dihidrat. Menurut Anusavice (2003) dan Bonsor (2011) penambahan NaCl mempunyai pengaruh mengurangi setting ekspansi dengan menyediakan lokasi tambahan untuk pembentukan kristal, sehingga mencegah kristal untuk mendorong terpisah.5,34
1.2 Permasalahan
Dokter gigi memerlukan model kerja sebagai replika dari keadaan rongga mulut sehingga proses pembuatan gigitiruan dapat dilakukan tanpa kehadiran pasien dan rencana perawatan dapat dijelaskan kepada pasien melalui model tersebut. Keberhasilan pembuatan gigitiruan dapat diperoleh dengan memperhatikan setiap prosedur pembuatannya. Salah satunya yaitu pembuatan model kerja yang dihasilkan dari tahap pencetakan fisiologis. Pembuatan model kerja yang akurat merupakan salah satu tahap laboratoris yang penting karena model kerja yang tidak akurat dapat mempengaruhi hasil akhir dari pemasangan gigitiruan. Model kerja yang akurat dapat mengurangi masalah yang timbul ataupun menghindari kegagalan dari perawatan prostodontik. Salah satu variabel yang sangat mempengaruhi keakuratan model kerja yaitu perubahan dimensi. Perubahan dimensi merupakan hasil dari pertumbuhan kristal yang saling mendorong selama proses pengerasan. Model kerja yang akan digunakan dokter gigi nantinya hendaknya memiliki stabilitas dimensional yang baik artinya, menunjukan perubahan dimensi yang sangat kecil saat setting dan cukup stabil.
mencampur 2gr NaCl murni dan 100 ml air. Penggunaan NaCl sebagai akselerator membawa dampak yang signifikan dalam pembuatan model gigitiruan, hal ini dikarenakan NaCl dapat mempersingkat setting time. Berdasarkan hasil penelitian Christine (2010) penambahan larutan NaCl 2% dan larutan garam dapur Dolphin® menunjukkan setting time yang lebih singkat dibandingkan dengan tanpa penambahan larutan garam, namun pada penambahan NaCl penting untuk melihat seberapa besar perubahan dimensi yang terjadi pada model untuk pembuatan gigitiruan karena mempertahankan dimensi selama prosedur menyiapkan model sangat penting dalam menjaga keakuratan restorasi gigi. Menurut Anusavice (2003)
setting ekspansigips dapat dikurangi dengan penambahan NaCl.5 NaCl yang beredar di pasaran saat ini ada beberapa macam, diantaranya adalah NaCl murni yang dikeluarkan pabrikan yang dibuat untuk kebutuhan bahan kimia. Jenis NaCl lainnya adalah garam dapur.17 Garam dapur lebih mudah didapat dan memiliki harga yang lebih murah dibandingkan dengan NaCl murni. Menurut Standar Nasional Indonesia garam dapur mengandung NaCl minimal 94,7%.14 Dari uraian di atas maka timbul permasalahan apakah ada pengaruh penambahan larutan NaCl 2% dan garam dapur 2% terhadap perubahan dimensi gips tipe III pada pembuatan model kerja gigitiruan.
1.3 Rumusan Masalah
Dalam penelitian ini dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:
1. Berapa besar perubahan dimensi gips tipe III dengan penambahan NaCl 2% dan garam dapur 2%?
2. Apakah ada pengaruh penambahan NaCl 2% dan garam dapur 2% terhadap perubahan dimensi gips tipe III?
3. Apakah ada perbedaan pengaruh penambahan NaCl 2% dan garam dapur 2% terhadap perubahan dimensi gips tipe III?
1. Untuk mengetahui berapa besar perubahan dimensi gips tipe III dengan penambahan NaCl 2% dan garam dapur 2%.
2. Untuk mengetahui pengaruh penambahan NaCl 2% dan garam dapur 2% terhadap perubahan dimensi gips tipe III.
3. Untuk mengetahui perbedaan pengaruh penambahan NaCl 2% dan garam dapur 2% terhadap perubahan dimensi gips tipe III.
1.5 Manfaat Penelitian 1.5.1 Manfaat Praktis
Manfaat praktis yang diperoleh dari penelitian ini adalah:
1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi dokter gigi dan bahan pertimbangan dalam penambahan NaCl 2% dan garam dapur 2% sebagai campuran gips tipe III.
2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi dokter gigi dan bahan pertimbangan dalam penambahan NaCl 2% dan garam dapur 2% sebagai akselerator untuk mempersingkat waktu pembuatan model kerja.
1.5.2 Manfaat Teoritis
Manfaat teoritis yang diperoleh dari penelitian ini adalah: 1. Manfaat bagi akademisi
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi sumbangan bagi pengembangan ilmu pengetahuan maupun menjadi bahan ajar yang berguna di Departemen Prostodonsia.
2. Manfaat bagi peneliti/peneliti lain
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Model Untuk Pembuatan Gigitiruan
Model gigitiruan merupakan replika jaringan keras dan jaringan lunak rongga mulut pasien yang digunakan sebagai media untuk menentukan diagnosis, menjelaskan rencana perawatan dan proses perawatan kepada pasien, serta media pembuatan gigitiruan sehingga model gigitiruan merupakan media yang menghubungkan prosedur klinis yang dilakukan dokter gigi dan prosedur laboratoris yang dilakukan oleh dokter gigi atau laboran.3
2.2 Jenis Model Untuk Pembuatan Gigitiruan 2.2.1 Model Studi
Model studi merupakan replika jaringan rongga mulut pasien yang digunakan oleh dokter gigi untuk mengamati dan mempelajari keadaan rongga mulut pasien sehingga model studi harus dapat mencakup beberapa hal penting, yaitu:2,3,19
a. Lokasi gigi, kontur, dan hubungan dataran oklusal
b. Kontur linggir yang tersisa, ukuran, dan konsistensi mukosa
c. Anatomi rongga mulut yang berguna untuk perluasan basis gigitiruan (vestibulum, trigonum retromolar, pterigomaxillary notch, palatum keras dan palatum lunak, dasar mulut, dan frenulum).
Kegunaan model studi yaitu:3,19
a. Memberikan gambaran keadaan jaringan keras dan lunak rongga mulut pasien dalam bentuk tiga dimensi.
b. Media untuk mempelajari hubungan oklusal dari lengkung rahang pasien. c. Media untuk mempelajari ukuran gigi, posisi gigi, bentuk gigi, dan hubungan rahang pasien.
e. Media untuk membandingkan keadaan rongga mulut pasien sebelum dilakukan perawatan dan setelah dilakukan perawatan.
f. Media untuk menjelaskan keadaan pasien.
g. Rekam medis legal mengenai keadaan lengkung rahang pasien untuk keperluan asuransi, gugatan hukum, dan forensik.
Gips tipe II umumnya digunakan sebagai bahan membuat model studi.
2.2.2 Model Kerja
Model kerja umumnya terbuat dari dental stone atau gips tipe III yang memiliki kekuatan yang cukup untuk menahan tekanan selama prosedur laboratoris karena digunakan sebagai media pembuatan gigitiruan.3,7
2.3 Gips
Gips merupakan mineral yang terdapat di alam yang digunakan sebagai bahan cetak sejak tahun 1844 dan sebagai bahan model sejak tahun 1756.3 Alasan utama penggunaan gips pada bidang kedokteran gigi yaitu karena gips merupakan bahan yang mudah dimodifikasi secara kemis atau fisis untuk tujuan yang berbeda. Gips yang digunakan pada kedokteran gigi merupakan gips yang mengandung kalsium sulfat dihidrat (CaSO4H2O) kemudian dipanaskan pada temperatur 110o-120oC (230o -250oF) untuk mengeluarkan air dari kristalisasi sehingga menghasilkan kalsium sulfat hemihidrat (CaSO4½H2O) dalam bentuk bubuk, dan saat bubuk gips (kalsium sulfat hemihidrat) dicampur dengan air, terjadi reaksi balik secara kimia yaitu kalsium sulfat hemihidrat berubah kembali menjadi kalsium sulfat dihidrat.3,5,20 Terdapat dua
metode pengapuran gips, yaitu untuk menghasilkan α-hemihidrat dan β-hemihidrat. Pengapuran gips pada temperatur 125oC akan menghasilkan kristal yang padat,
kurang berporus, dan kristal dengan bentuk prismatik, yang disebut dengan α-kalsium sulfat hemihidrat yang digunakan sebagai bahan pembuatan model kerja.2,3,5 Pengapuran gips pada temperatur 115oC akan menghasilkan hemihidrat yang
Gips diproduksi menjadi beberapa jenis, yaitu plaster, stone, high-strength stone, dan bahan tanam berdasarkan sifat fisiknya. Perbedaan utama pada sifat fisik gips yaitu tergantung pada variasi ukuran, bentuk, dan porositas bubuk gips yang dihasilkan dari proses pengapuran yang berbeda.3
2.3.1 Tipe – tipe Gips
Berdasarkan spesifikasi ADA (American Dental Association) No. 25, gips dapat diklasifikasikan menjadi:
1. Tipe I (Impression Plaster)
Digunakan untuk mencetak daerah edentulous dan perbaikan gigitiruan. Gips tipe ini memiliki konsistensi yang lebih kental sehingga gips sulit mengalir keluar dari sendok cetak saat dimasukkan kedalam mulut.8 Plaster cetak jarang digunakan lagi sebagai bahan cetak dalam kedokteran gigi karena telah digantikan oleh bahan yang kurang kaku seperti hidrokoloid dan elastomer.3,5
2. Tipe II (Model Plaster)
Gips tipe II umunya digunakan sebagai bahan membuat model studi dan bahan tanam untuk mengisi kuvet dalam pembuatan gigitiruan.3,5 Gips tipe II dihasilkan dari gips yang dipanaskan pada suhu 110ºC-120ºC sehingga menghasilkan senyawa β -hemihidrat yang porus, mempunyai bentuk yang sangat tidak teratur dan jarak antar partikel yang besar yang menyebabkan reaksi pengerasan memerlukan banyak air.8
3. Tipe III (Dental Stone)
Gips tipe III dihasilkan dari gips yang dipanaskan pada temperatur 125ºC dibawah tekanan atmosfer sehingga mengalami dehidrasi dan kandungan airnya akan berkurang, setelah melalui proses dehidrasi, maka akan dihasilkan senyawa α -hemihidrat yang lebih padat, bentuknya teratur, kurang porus, dan kristal dengan
kekuningan atau warna kapur lainnya, namun perlu diketahui bahwa pemberian warna pada gips tidak menentukan kualitas gips. Berdasarkan spesifikasi ADA No.25, setting ekspansi gips tipe III setelah 2 jam pengerasan yaitu sebesar 0,00% - 0,20% dan besar rasio W/P, yaitu sebesar 28-30 ml air/100 gr gips.3,5
4. Tipe IV (Dental Stone, High Strength)
Gips tipe IV digunakan sebagai bahan pembuatan die stone, terdiri dari partikel
α-hemihidrat jenis Densite yang berbentuk kuboidal serta daerah permukaan yang lebih kecil dibandingkan gips tipe III. Pada pencampuran gips tipe IV ini penggunaan air lebih sedikit dibandingkan dengan gips tipe III sehingga memiliki kekuatan dan kekerasan yang cukup untuk tahan terhadap daya abrasi saat penggunaan instrumen yang tajam serta memiliki setting ekspansi yang minimal. 3,5
5. Tipe V (Dental Stone, High Strength, High Expansion)
Tabel 1. Tipe-tipe Gips4,5
Kekuatan gips umumnya dinyatakan dengan istilah kekuatan kompresi, yang diartikan sebagai kemampuan gips untuk menahan tekanan hingga fraktur.5 Kekuatan gips dipengaruhi oleh bentuk kristal, porositas kristal, dan rasio W/P.3 Peningkatan porositas pada partikel mengakibatkan penggunaan air menjadi lebih banyak untuk mengubah hemihidrat menjadi dihidrat sehingga produk gips yang dihasilkan akan semakin lemah kekuatannya.3,5
b. Setting time
Waktu pengerasan gips dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu initial setting time dan final setting time. Initial setting time merupakan interval antara waktu pencampuran gips dan waktu ketika adonan tidak dapat lagi dituangkan ke dalam
ini terjadi karena reaksi kimia dari hemihidrat yang bergabung dengan air menyebabkan partikel hemihidrat menarik permukaan air. Initial setting time berkisar diantara 8 – 16 menit dari waktu pencampuran air dan bubuk gips sesuai dengan spesifikasi ADA No. 25. Final setting time dapat didefinisikan sebagai waktu konversi hemihidrat menjadi dihidrat secara sempurna atau secara klinis produk gips dapat dikeluarkan dari master mold dan dapat dimanipulasi tanpa terjadi distorsi atau fraktur.2,3
c. Setting ekspansi
Selama proses pengerasan gips, seluruh tipe gips secara alamiah akan mengalami ekspansi, namun hal ini harus dihindari semaksimal mungkin dalam pembuatan model karena dapat mempengaruhi perubahan dimensi model gips. Cara yang paling efektif dalam mengontrol setting ekspansi adalah dengan penambahan bahan kimia, ekspansi dapat dikurangi dengan menambahkan K2SO4, NaCl atau boraks. Menurut Noort (2007) penambahan NaCl mempunyai pengaruh menurunkan
setting ekspansi dengan menyediakan lokasi tambahan untuk pertumbuhan kristal.20 d. Perubahan dimensi
Perubahan dimensi pada gips merupakan hasil dari proses ekspansi selama pengerasan gips yang disebabkan oleh hasil dari pertumbuhan kristal gips yang saling mendorong keluar.20,21 Gips mengalami ekspansi selama proses pengerasannya, hal ini dapat diartikan bahwa model akan berukuran sedikit lebih besar dari hasil cetakan dan hal ini mempengaruhi perubahan dimensi dari model gips.
2.4 Perubahan Dimensi Gips
perubahan dimensi model gips merupakan perubahan ukuran pada model gips selama proses pengerasannya, biasanya dinyatakan sebagai persentase dari panjang semula atau volume.2 Ekspansi massa gips dapat dideteksi selama perubahan dari partikel hemihidrat menjadi partikel dihidrat. Perubahan dimensi dipengaruhi oleh
setting ekspansi dan ekspansi higroskopis. Setting ekspansi dapat dijelaskan
Kristal gips yang terbentuk selama proses pengerasan yaitu berbentuk sperulitik, kristal ini saling menimpa satu sama lain dan mencoba untuk mendorong kristal yang lain agar terpisah sehingga terjadi ekspansi selama proses pengerasan yang dapat menyebabkan perubahan dimensi pada gips.20
Dimensi merupakan parameter atau pengukuran yang dibutuhkan untuk mendefenisikan sifat-sifat suatu objek, yaitu ukuran seperti panjang, lebar, dan tinggi, serta bentuk. Perubahan dimensi dapat diukur secara volumetrik dan linear yang biasanya dinyatakan dalam presentase panjang atau volume akhir dibandingkan dengan panjang atau volume-volume dari suatu objek. Perubahan dimensi linear lebih mudah dan sederhana untuk diukur dibandingkan dengan perubahan dimensi volumetrik.2
Pengukuran perubahan dimensi menggunakan travelling microscope. Setiap sampel dilakukan tiga pengukuran, yaitu pengukuran panjang garis cd-c’d’ pada garis A, pengukuran panjang garis c’d’ pada garis B, dan pengukuran panjang garis cd-c’d’ pada garis C.
Gambar 1. Garis pada ruled block
Hasil pengukuran dijumlahkan kemudian didapatkan ratanya. Hasil rata-rata dari setiap sampel dimasukkan ke dalam rumus, yaitu:2
dimana:
l1 = rata-rata panjang garis pada setiap sampel (mm) l0 = panjang garis pada stainless steel die (mm)
2.5 Faktor yang Mempengaruhi Perubahan Dimensi Gips Tipe III 2.5.1 Suhu Ruangan dan Suhu Air
Perubahan suhu ruangan dan suhu air dapat memberikan pengaruh pada gips selama proses pengerasan. Peningkatan suhu ruangan dan suhu air dapat menyebabkan pergerakan ion kalsium dan ion sulfat meningkat sehingga setting time
menjadi lebih singkat. Peningkatan suhu ruangan yang berawal 20ºC menjadi 37ºC dapat meningkatkan kecepatan reaksi pengerasan sehingga setting time menjadi lebih singkat dan setting ekspansi menjadi lebih besar, tetapi suhu yang meningkat diatas 37ºC menyebabkan setting time menjadi lebih lama, serta setting ekspansi menjadi lebih kecil. Peningkatan suhu air (tidak melebihi 37.5ºC) yang digunakan sebagai campuran gips dapat mempersingkat setting time, tetapi jika suhu air diatas 37.5ºC dapat memberikan efek retarder pada pengerasan gips.2,3,5
2.5.2 Rasio W/P
Rasio W/P merupakan faktor penting dalam mempengaruhi sifat fisik dan sifat kimia dari produk akhir gips, misalnya semakin besar rasio W/P maka setting
2.5.3 Waktu dan Kecepatan Pengadukan
Metode pengadukan yang tepat adalah dengan penyediaan air yang sudah diukur terlebih dahulu kemudian diikuti dengan penambahan bubuk yang telah ditimbang secara bertahap. Adonan gips diaduk selama kurang lebih 15 detik dengan kecepatan pengadukan 120 rpm menggunakan spatula dan diikuti dengan pengadukan mekanik selama 20-30 detik dengan kecepatan 450 rpm menggunakan mixer.4,5,22
Sebagian kristal gips terbentuk langsung ketika gips berkontak dengan air. Begitu pengadukan dimulai, pembentukan kristal ini meningkat. Pada saat yang sama, kristal-kristal tersebut diputuskan oleh spatula dan didistribusikan merata dalam adukan dengan hasil pembentukan lebih banyak nukleus kristalisasi. Dalam jangka limitnya, semakin lama pengadukan maka akan meningkatkan jumlah nukleus kristalisasi dari partikel dihidrat. Akibatnya, jalinan ikatan kristalin yang terbentuk akan semakin banyak, pertumbuhan internal dan dorongan keluar dari kristal-kristal dihidrat meningkat. Hal inilah yang menyebabkan setting ekspansi gipsum meningkat sejalan dengan semakin lamanya waktu pengadukan.3,5
2.5.4 Retarder
Retarder merupakan suatu bahan kimia yang ditambahkan pada gips dan
berguna untuk memperlambat setting time. Beberapa contoh retarder adalah NaCl > 20%, natrium sulfat > 3,4%, asetat, boraks, dll.5,23 Menurut Noort (2007) dan Manappallil (2008) penambahan retarder seperti boraks dapat mengurangi ekspansi dengan mengubah bentuk kristal dihidrat. Kristal akan menjadi pendek dan datar dan mencegah pertumbuhan lebih lanjut sehingga dapat mengurangi ekspansi gips.13,20
2.5.5 Akselerator
kristal dihidrat yang terbentuk. Beberapa contoh akselerator, yaitu NaCl 2%, Na2SO4 3,4%, K2SO4 dengan konsentrasi di atas 2%.2,3,5 Menurut Anusavice (2003)
setting ekspansi gips dapat dikurangi dengan penambahan NaCl.5 Menurut Soratur (2002) penambahan bahan kimia seperti kalium sulfat dapat mengurangi ekspansi dengan membawa perubahan dalam bentuk kristal kristal dihidrat. Kristal akan menjadi lebih pendek, tipis, dan datar dan juga dengan menyebabkan tingkat awal kristalisasi begitu cepat sehingga ekspansi berkurang.13 Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Kumar (2012), kelompok gips yang direndam dengan slurry water
memiliki nilai perubahan dimensi yang paling kecil dibandingkan dengan kelompok lain, yaitu gips yang direndam dengan 0,525% sodium hypochlorite dan 2%
glutaradehyde. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan Langgeng (2013) pSada pemakaian slurry water, air bersih dan aquadestilata menunjukkan pada kelompok dengan pemakaian slurry water memiliki nilai perubahan dimensi paling besar dan perubahan dimensi paling kecil terdapat pada kelompok gips dengan penambahan
aquadestilata.33
2.6 Natrium Klorida (NaCl)
heksahedral, berwarna putih dan memiliki rasa asin. Kemurnian yang dipersyaratkan dalam Farmakope Indonesia edisi III tahun 1979 minimal sebesar 99,5%.17
Tabel 2. NaCl 33
Natrium klorida
58.44 gr/mol
Penampilan Tidak berwarna/berbentuk kristal putih
2.16 gr/cm
3
801 °C (1074 K)
1465 °C (1738 K)
35.9 gr/100 mL (25 °C)
2.6.1 NaCl 2%
Penggunaan NaCl sebagai akselerator membawa dampak yang signifikan dalam pembuatan model gigitiruan, hal ini dikarenakan NaCl dapat menyebabkan penurunan setting time. NaCl selain merupakan bahan kimia yang dapat mempercepat
mengurangi setting ekspansi dengan menyediakan lokasi tambahan untuk pembentukan kristal sehingga mengurangi interaksi kristal untuk saling mendorong terpisah.5,20,34 NaCl 2% didefenisikan sebagai 2 gr NaCl/100 ml air. Secara umum, NaCl bertindak sebagai aselerator pada konsentrasi 1 sampai 10% namun konsentrasi NaCl yang paling umum digunakan dan memberikan setting time tercepat, yaitu 210 detik adalah 2%.14
2.6.2 Garam Dapur
Jenis NaCl yang beredar di pasaran saat ini ada beberapa macam, diantaranya adalah garam murni keluaran pabrikan yang dibuat untuk kebutuhan bahan kimia, laboratorium kesehatan, dan industri. Jenis garam NaCl lainnya adalah garam dapur yang sudah dikenal masyarakat luas sebagai bumbu dapur dan pengawet.17 Selain itu garam dapur merupakan salah satu kebutuhan yang merupakan pelengkap dari kebutuhan pangan dan merupakan sumber elektrolit bagi tubuh manusia dan mempunyai kegunaan utama sebagai pencegah gejala kekurangan iodium yang dapat mengakibatkan beberapa penyakit seperti gondok, masalah kelenjar tiroid, dan penurunan mental.26 Menurut Standar Nasional Indonesia nomor 01-3556-2000 garam beriodium adalah garam dapur yang mengandung komponen utama NaCl 94,7%, air maksimal 7% dan kalium iodat (KIO3) 30mg/kg, serta senyawa-senyawa lain seperti timbal (Pb), tembaga (Cu), raksa (Hg), dan arsen (As) dalam jumlah yang sangat kecil.28,29
tepat untuk diterapkan pada perkembangan teknologi dan ekonomi di Indonesia pada waktu sekarang.15
Evaporasi matahari (solar evaporation) dimulai dengan mengumpulkan air laut ke suatu kolam seperti tambak di tepi pantai kemudian dengan bantuan sinar matahari, air laut diuapkan hingga kristal NaCl-nya tertinggal di tambak. Kemudian para petani garam mengumpulkan kristal kristal tersebut untuk dicuci ulang agar bersih, lalu dijemur kembali. Proses pencucian pada garam dapur ini dilakukan berulang kali hingga kotorannya benar-benar hilang dan menghasilkan butiran-butiran kecil garam.16 Garam yang dihasilkan dari proses penguapan air laut dengan tenaga matahari ini sangat bergantung pada luas areanya dengan kondisi air laut yang rata-rata mengandung garam sekitar 3,7%. Garam terdiri dari senyawa kimia dengan bagian terbesar terdiri dari natrium klorida (NaCl) dengan pengotor terdiri dari kalsium sulfat (CaSO4), Magnesium sulfat (MgSO4), Magnesium klorida (MgCl2), dan lain-lain. Apabila air laut diuapkan maka akan dihasilkan kristal garam, yang biasa disebut garam krosok. Untuk meningkatkan kualitas garam dapur dapat dilakukan dengan cara kristalisasi bertingkat, rekristalisasi, dan pencucian garam. Cara lain untuk meningkatkan kualitas garam adalah pemurnian dengan penambahan bahan pengikat pengotor. Tanpa adanya proses pemurnian maka garam dapur yang dihasilkan melalui penguapan air laut masih bercampur dengan senyawa lain yang terlarut.28
2.8 Kerangka konsep
Penambahan NaCl 2% dapat mengurangi setting
ekspansi
Terdapat kandungan H2O
2.9 Hipotesis Penelitian
Berdasarkan rumusan di atas maka dapat disusun hipotesis penelitian, yaitu :
1. Ada pengaruh penambahan NaCl 2% dan garam dapur 2% terhadap perubahan dimensi gips tipe III.
BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimental laboratoris.
3.2 Sampel dan Besar Sampel Penelitian 3.2.1 Sampel Penelitian
Sampel penelitian adalah model gips tipe III yang dibagi menjadi 3 kelompok, yaitu:
1. Gips tipe III dengan penambahan NaCl 2% (kelompok A).
2. Gips tipe III dengan penambahan garam dapur 2% (kelompok B).
3. Gips tipe III dengan penambahan aquadestilata sebagai kontrol (kelompok C)
Setiap sampel dibentuk menggunakan master mould, yaitu perangkat stainless steel berbentuk silinder, terdiri dari ruled block dan gypsum mould. (Spesifikasi ADA No. 19).4,31
( t - 1 )( r – 1 ) ≥ 15 Keterangan gambar:
- Seluruh dimensi dalam satuan millimeter - Kedalaman garis A,B, dan C:
Garis A = 50 μm
Garis B = 20 μm Garis C = 75 μm
3.2.2 Besar Sampel Penelitian
Pada penelitian ini besar sampel minimal diestimasi berdasarkan rumus sebagai berikut:
Keterangan:
t : Jumlah perlakuan r : Jumlah ulangan
Dalam penelitian ini akan digunakan t = 3 karena jumlah perlakuan sebanyak tiga perlakuan, yaitu gips tipe III dengan penambahan NaCl 2%, garam dapur 2%,
dan aquadestilata (kontrol). Jumlah (r) tiap kelompok sampel dapat ditentukan
sebagai berikut:
Jumlah sampel minimal untuk masing-masing kelompok adalah 10 maka total sampel yang digunakan adalah 30 sampel dengan rincian sebagai berikut:
2. Pengujian perubahan dimensi dengan penambahan garam dapur 2% sebesar 10 sampel
3. Pengujian perubahan dimensi dengan penambahan aquadestilata sebesar 10 sampel
Total sampel pada penelitian ini berjumlah 30 sampel.
3.3 Variabel Penelitian
3.3.1 Klasifikasi Variabel
3.3.1.1 Variabel bebas
1. Gips tipe III yang ditambahkan dengan NaCl 2% (kelompok A) 2. Gips tipe III yang ditambahkan dengan garam dapur 2% (kelompok B)
3.3.1.2 Variabel Terikat
1. Perubahan dimensi gips tipe III
3.3.1.3 Variabel Terkendali 1. Jenis gips
2. Rasio W/P gips tipe III 3. Konsentrasi NaCl 4. Waktu pengadukan 5. Kecepatan pengadukan 6. Ukuran sampel
7. Teknik pengujian perubahan dimensi
3.3.2 Definisi Operasional
Tabel 3. Definisi operasional variabel bebas
Variabel Bebas Definisi Operasional Skala
Ukur
Pencampuran gips tipe III merek
Moldano® dengan larutan NaCl 2% yang diaduk menggunakan spatula. Perbandingan gips tipe III dan larutan
NaCl adalah 100 gr gips tipe III /30 ml
larutan NaCl 2% yang dihasilkan dari
pengenceran 0,6 gr NaCl murni /30 mL
air pada suhu ± 25ºC (2% larutan NaCl
didefenisikan sebagai 2gr NaCl /100 ml
air).6
Pencampuran gips tipe III merek
Moldano® dengan larutan garam dapur merek Dolphin® yang diaduk menggunakan spatula. Perbandingan
gips tipe III dan larutan garam adalah
100 gr gips tipe III/ 30 ml larutan garam
dapur 2% yang dihasilkan dari
pengenceran 0,6 gr garam dapur merek
Dolphin® /30 ml air pada suhu ± 25ºC.6
Tabel 4. Definisi operasional variabel terikat
Variabel Terikat Defenisi Operasional Skala
Ukur
Alat Ukur
Perubahan dimensi gips
tipe III
Perubahan ukuran secara linear yang
terjadi selama pengerasan gips.
Skala
ratio
Travelling microscope
Tabel 5. Definisi operasional variabel terkendali
Variabel Terkendali Defenisi Operasional Skala
Ukur
Alat Ukur
Jenis gips Gips tipe III dengan merek Moldano®. - -
Rasio W/P gips tipe III Perbandingan jumlah larutan kelompok
A dan B dengan gips tipe III, yaitu 30
Perbandingan jumlah garam dan air 0,6
gr garam/30 ml air.
Waktu pengadukan Waktu yang dibutuhkan untuk
mengaduk gips hingga homogen yaitu
20-30 detik bila menggunakan alat
pengaduk (mixer) dan 15 detik bila
Variabel Terkendali Defenisi Operasional Skala
Ukur
Alat Ukur
Kecepatan pengadukan Kecepatan untuk mengaduk gips tipe III
yaitu dengan menggunakan mixer (mixyvac) dalam keadaan hampa udara
dengan kecepatan 450 rpm hingga
homogen.
- -
Ukuran sampel pengujian
perubahan dimensi
Ukuran model gips tipe III yang
dibentuk sesuai dengan master mould spesifikasi ADA No. 19.31,32
- -
Teknik pengujian
perubahan dimensi
Pengukuran panjang garis cd-c’d’ pada
garis A, B, dan C pada setiap sampel
dengan menggunakan travelling microscope, kemudian didapatkan nilai rata-ratanya.
- -
Tabel 6. Definisi Operasional Variabel Tidak Terkendali
Variabel Tidak Terkendali Defenisi Operasional Skala
3.4 Tempat dan Waktu Penelitian 3.4.1 Tempat Pembuatan Sampel
1. Unit UJI Laboratorium Dental FKG USU
3.4.2 Tempat Pengujian Sampel 1. Laboratorium Material PTKI Medan
3.4.3 Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan pada bulan Agustus 2014.
3.5 Alat dan Bahan Penelitian 3.5.1 Alat Penelitian
1. Ruled block
2. Gypsum mould
Gambar 3. Ruled block dan gypsum mould
3. Rubber bowl dan spatula
4. Vacuum Mixer (Mixyvac)
5. Glass slab
6. Lecron mass (Smic,China)
Gambar 4. Travelling microscope
8. Termometer 9. Stopwatch
10. Timbangan digital (Sartorius)
11. Gelas ukur (Pyrex®,USA)
12. Vibrator (Fili Manfredi Pulsar-2, Italy)
3.5.2 Bahan Penelitian 1. Gips tipe III (Moldano®) 2. Garam A: NaCl murni 3. Garam B: Dolphin®
4. Vaselin
5. Aquadestilata (Kimia Farma, Indonesia)
3.6 Cara Penelitian
3.6.1 Pembuatan larutan NaCl 2% dan Garam Dapur 2%
a. Timbang berat garam A dan B masing-masing sebesar 0,6 gr dengan menggunakan timbangan digital merek Sartorius.
b. Ukur volume air sebanyak 30 ml dengan suhu ± 25ºC (untuk mengencerkan garam) dengan menggunakan gelas ukur (Pyrex®,USA).
3.6.2 Pembuatan Sampel Kelompok NaCl 2% dan Garam Dapur 2% Untuk Mengukur Perubahan Dimensi
a. Sediakan ruled block dan gypsum mould.
b. Letakkan gypsum mould di atas ruled block dan diputar agar tidak ada celah. c. Olesi ruled block dan gypsum mould dengan vaselin.
d. Timbang berat gips tipe III sebesar 100 gr sebanyak 30 sampel dengan menggunakan timbangan digital merek Sartorius.
e. Masukkan larutan NaCl 2% yang telah diukur ke dalam mixer, kemudian tambahkan bubuk gips tipe III yang telah ditimbang sebanyak 100 gr ke dalam mixer secara perlahan-lahan dan aduk selama 60 detik dengan menggunakan spatula (waktu diukur dengan menggunakan stopwatch) hingga homogen.4,22
f. Tuang adonan ke dalam ruled block dan gypsum mould dengan bantuan spatula sambil digetarkan dengan vibrator.32
f. Kelebihan adonan diratakan menggunakan glass slab.
g. Keluarkan gips dari master mould setelah 1 jam pengadukan.
h. Diamkan sampel gips selama 24 jam. Prosedur pembuatan sampel untuk kelompok B (dengan campuran garam dapur) sama dengan prosedur pembuatan sampel untuk kelompok A.
3.6.3 Pengukuran Perubahan Dimensi
a. Sampel dikeringkan selama 24 jam untuk dilakukan pengukuran perubahan dimensi
b. Pengukuran dilakukan oleh operator menggunakan travelling microscope. c. Setiap sampel dilakukan tiga pengukuran, yaitu pengukuran panjang garis cd-c’d’ pada garis A, pengukuran panjang garis cd-c’d’ pada garis B, dan pengukuran panjang garis cd-c’d’ pada garis C (gambar 1).
d. Hasil pengukuran dijumlahkan kemudian didapatkan ratanya. Hasil rata-rata dari setiap sampel dimasukkan ke dalam rumus.
Adapun rumus yang dipakai untuk menghitung perubahan dimensi pada penelitian adalah:2
dimana:
l1 = rata-rata panjang garis pada setiap sampel (mm) l0 = panjang garis pada stainless steel die (mm)
3.7 Kerangka Operasional
Pembuatan Mastermould
Larutan kelompok A (NaCl 2%)
Larutan kelompok B (garam dapur 2%)
Larutan Kelompok C (aquadestilata)
Pembuatan sampel penelitian (gips tipe III dicampur ke dalam larutan)
Uji perubahan dimensi menggunakan
travelling microscope
Analisis Data
Hasil
Mastermould untuk mengukur perubahan dimensi
3.8Analisis Data
Data dianalisis secara statistik dengan menggunakan:
1. Analisis Univarian untuk mengetahui nilai rata-rata dan standar deviasi masing-masing kelompok.
2. Uji Levene untuk pengujian kesamaan varians.
3. Uji ANOVA satu arah untuk melihat pengaruh penambahan NaCl 2% dan garam dapur 2% terhadap perubahan dimensi gips tipe III.
BAB 4
HASIL PENELITIAN
4.1 Perubahan Dimensi Gips Tipe III dengan Penambahan NaCl 2% dan Garam Dapur 2%
Pengukuran perubahan dimensi dilakukan dengan cara mengukur panjang garis cd-c’d’ pada garis A, B, dan C, yang kemudian diambil nilai rata-ratanya, dengan menggunakan travelling microscope. Nilai yang diperoleh pada setiap sampel dinyatakan dalam bentuk persentase. Perubahan dimensi yang terkecil pada gips tipe III dengan penambahan NaCl 2% (kelompok A) adalah 0.076%, yang terbesar adalah 0.104% dengan rerata±SD adalah 0.090%±0.009. Nilai perubahan dimensi yang terkecil pada gips tipe III dengan penambahan garam dapur 2% (kelompok B) adalah 0.036%, yang terbesar adalah 0.068% dengan rerata±SD adalah 0.051%±0.010. Nilai perubahan dimensi yang terkecil pada kelompok kontrol (kelompok C), yaitu gips tipe III dengan penambahan aquadestilata adalah 0.0001%, yang terbesar adalah 0.040% dengan rerata±SD adalah 0.024%±0.014.
Tabel 7. Perubahan dimensi gips tipe III dengan penambahan NaCl 2% dan garam dapur 2%
Sampel %
Kelompok A Kelompok B Kelompok C
I 0.088 0.056 0.024
±SD 0.090±0.009 0.051±0.010 0,024±0.014 *Nilai Terbesar
4.2 Pengaruh Penambahan NaCl 2% dan Garam Dapur 2% terhadap Perubahan Dimensi Gips Tipe III
Pengaruh penambahan NaCl 2% dan garam dapur 2% terhadap perubahan dimensi gips tipe III dianalisis dengan menggunakan uji ANOVA satu arah. Sebelum pengujian ANOVA, dilakukan uji homogenitas data dengan menggunakan uji Levene untuk mengetahui bahwa data benar-benar homogen. Hasil uji homogenitas diperoleh nilai 0.873 dengan nilai signifikansi p=0.429 (p>0.05). Hal ini berarti data yang diperoleh homogen. Pada tabel 8 dari hasil uji ANOVA diperoleh signifikansi p=0.0001 (p<0.05) hal ini berarti terdapat pengaruh penambahan NaCl 2% dan garam dapur 2% terhadap perubahan dimensi gips tipe III.
Tabel 8. Pengaruh penambahan NaCl 2% dan garam dapur 2% terhadap perubahan dimensi gips tipe III
Kelompok Perubahan Dimensi p
N
A 10 0.090±0.009
p= 0.0001
B 10 0.051±0.010
C 10 0.024±0.014
4.3 Perbedaan Pengaruh Penambahan NaCl 2% dan Garam Dapur 2% terhadap Perubahan Dimensi Gips Tipe III
Tabel 9. Perbedaan pengaruh penambahan NaCl 2% dan garam dapur 2% terhadap perubahan dimensi gips tipe III
NaCl 2% X= 0.024 SD= 0.014
Garam dapur 2% X= 0.051
SD= 0.010
Aquadestilata
X= 0.090 SD= 0.009
Kelompok A - p=0.0001* p=0.0001*
Kelompok B p=0.0001* - p=0.0001*
Kelompok C p=0.0001* p=0.0001* -
BAB 5 PEMBAHASAN
5.1 Metodologi Penelitian
Rancangan penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah eksperimental laboratoris yang bertujuan untuk mengungkapkan pengaruh terhadap perubahan dimensi gips tipe III yang timbul akibat adanya penambahan NaCl 2% dan garam dapur 2%. Tujuan utama penelitian ini adalah untuk menyelidiki adanya pengaruh penambahan NaCl 2% dan garam dapur 2% pada gips tipe III terhadap perubahan dimensi dengan cara memberikan perlakuan kepada satu atau lebih kelompok eksperimen, kemudian hasil dari kelompok yang diberi perlakuan tersebut dibandingkan dengan kelompok kontrol.
5.2 Hasil Penelitian
5.2.1 Perubahan Dimensi Gips Tipe III dengan Penambahan NaCl 2% dan Garam Dapur 2%
Perubahan dimensi diperoleh dengan cara mengukur jarak antara garis cd-c’d’ yang terdapat pada sampel sesuai dengan waktu yang telah ditentukan, kemudian dibandingkan dengan jarak antara garis cd-c’d’ yang terdapat pada mould.4 Perubahan dimensi pada gips dipengaruhi oleh setting ekspansi dan ekspansi higroskopis. Ekspansi massa gips yang terjadi di udara dikenal sebagai normal setting ekspansi, tetapi jika gips pada awal initial setting ditempatkan dalam air maka disebut
hygroscopic expansion. Setting ekspansi gips dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu rasio air bubuk, lama pengadukan (mixing time), penambahan akselerator dan
retarder.
dibandingkan dengan gips tipe III dengan penambahan garam dapur dan NaCl 2%. Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Abass dkk (2011) mengenai perubahan dimensi gips tipe III yang dikeringkan dengan beberapa jenis metode pengeringan yang berbeda. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa gips tipe III yang direndam selama 5 atau 10 menit dengan NaCl 2% yang dikeringkan menggunakan microwave memiliki nilai perubahan dimensi yang lebih besar dibandingkan dengan kelompok lain, yaitu gips tipe III yang direndam dengan larutan aquadestilata yang dikeringkan menggunakan microwave dan gips tipe III yang dikeringkan dengan udara (tidak menggunakan microwave).37
Grafik 1. Rata-rata perubahan dimensi gips dengan penambahan NaCl 2%,
garam dapur 2%, dan aquadestilata
5.2.2 Pengaruh Penambahan NaCl 2% dan Garam Dapur 2% Terhadap Perubahan Dimensi Gips Tipe III
Berdasarkan hasil yang diperoleh, pada tabel 7 terlihat bahwa kelompok dengan penambahan aquadestilata memiliki rerata perubahan dimensi yang terkecil (0.024%±0.014) dibandingkan dengan kelompok dengan penambahan NaCl 2% (0.090%±0.009) dan kelompok dengan penambahan garam dapur 2% (0.051%±0.010). Dari hasil penelitian pada tabel 7 dan 8 terlihat bahwa ada pengaruh penambahan NaCl 2% dan garam dapur 2% terhadap perubahan dimensi gips tipe III karena diperoleh signifikansi p=0.0001 (p<0.05). Pada tabel 9 hasil uji LSD menunjukkan adanya perlakuan yang bermakna antara kelompok dengan penambahan NaCl 2% dan kelompok dengan penambahan garam dapur 2% p=0.0001 (p<0.05), kelompok dengan penambahan NaCl 2% dengan kelompok dengan penambahan aquadestilata p=0.0001 (p<0.05), serta kelompok dengan penambahan garam dapur 2% dengan kelompok dengan penambahan aquadestilata p=0.0001 (p<0.05).
5.2.3 Perbedaan Pengaruh Penambahan NaCl 2% dan Garam Dapur 2% Terhadap Perubahan Dimensi Gips Tipe III
Pada tabel 9 memperlihatkan adanya perbedaan perubahan dimensi yang signifikan antara kelompok gips dengan penambahan NaCl 2% dan gips dengan penambahan garam dapur 2% p=0.0001 (p<0.05), kelompok gips dengan penambahan NaCl 2% dan gips dengan penambahan aquadestilata p=0.0001 (p<0.05), serta kelompok gips dengan penambahan garam dapur 2% dan gips dengan penambahan aquadestilata p=0.0001 (p<0.05).
Peran NaCl sebagai akselerator pada gips yaitu dengan memberikan tempat tambahan untuk pembentukan kristal dan mempersingkat waktu pengerasan. NaCl<20% bertindak sebagai akselerator yang berfungsi untuk mempercepat reaksi pengerasan dengan cara meningkatkan kelarutan hemihidrat menjadi dihidrat. Penambahan NaCl>20% akan bertindak sebagai retarder yang berfungsi memperlambat reaksi pengerasan akibat penumpukan NaCl pada permukaan kristal gips yang akan menghalangi pertumbuhan kristal gips, hal ini disebabkan NaCl sebagai akselerator berfungsi untuk mempercepat reaksi pengerasan dengan cara meningkatkan kelarutan hemihidrat menjadi dihidrat. Penambahan NaCl 2% memiliki kandungan NaCl murni sehingga mengakibatkan sedikitnya kandungan air pada gips yang menyebabkan jarak antar nukleus kristal menjadi lebih kecil sehingga jarak antar kristal menjadi lebih dekat dan dorongan antar kristal menjadi lebih besar yang menyebabkan setting ekspansi menjadi lebih besar.20,34 Menurut Watanabe dkk (2011) penambahan NaCl dalam air mempercepat laju kenaikan suhu sehingga bertambahnya volume gips yang disebabkan pertambahan temperatur. 37
Penambahan garam dapur 2% pada dental stone menunjukkan perubahan dimensi yang lebih kecil, hal ini disebabkan karena adanya kandungan air pada garam dapur. Kandungan air pada garam dapur menyebabkan ruangan antar nukleus lebih besar pada keadaan tersebut, pertumbuhan interaksi kristal-kristal dihidrat akan semakin sedikit demikian juga dorongan keluar sehingga menyebabkan setting
dihidrat maupun adanya kandungan air saat proses mengerasnya gips. Adanya kandungan air pada gipsum mengakibatkan ruang antar nukleus lebih besar sehingga semakin sedikit nukleus kristalisasi per unit volume. Alberto (2011) dalam penelitiannya menyatakan bahwa kandungan air dapat mempengaruhi setting
ekspansi dari gips. Penelitian tersebut menyatakan bahwa semakin sedikit kandungan air pada saat pencampuran maka setting ekspansi akan meningkat.12 Kandungan air pada gips akan mempengaruhi pertumbuhan internal kristal-kristal dihidrat demikian juga dengan dorongan keluar dari kristal-kristal tersebut.5
Perubahan dimensi gips pada penambahan NaCl 2% memiliki nilai perubahan dimensi yang lebih besar dibandingkan dengan gips dengan penambahan garam dapur 2%. Adanya perbedaan perubahan dimensi ini disebabkan oleh kadar air yang lebih rendah pada penambahan NaCl 2% sehingga menyebabkan setting ekspansi yang lebih besar pada kelompok gips dengan penambahan NaCl 2%. Hasil penelitian Cristine (2010) menunjukkan bahwa setting time kelompok gips dengan penambahan NaCl lebih singkat dibandingkan dengan kelompok gips dengan penambahan garam dapur. Hasil penelitian Brukl dkk (1984), menunjukkan bahwa terdapat hubungan pada setting time dan setting ekspansi. Gips yang ditambahkan dengan NaCl 2% menunjukkan setting time yang lebih singkat dan setting ekspansi yang lebih besar.20,21 Menurut Powers (2009) & Mahmood (2012) penambahan NaCl dalam konsentrasi kecil meningkatkan setting ekspansi dan menurunkan setting time.24,40
NaCl merupakan salah satu akselerator yang berguna untuk mempersingkat
setting time sehingga dapat mempermudah pekerjaan dokter gigi atau laboran dan
penambahan NaCl 2% dan garam dapur 2%. Namun, hasil penelitian menunjukkan bahwa perubahan dimensi gips tipe III dengan penambahan NaCl 2% masih dalam batas normal nilai perubahan dimensi gips tipe III berdasarkan spesifikasi ADA yaitu sebesar 0.00%-0.20%. Sehingga meskipun hasil penelitian ini menunjukkan nilai dimensi yang paling besar pada gips tipe III dengan penambahan NaCl 2%, bahan ini masih dapat digunakan untuk mempersingkat waktu pembuatan model kerja.
Pada penelitian ini terdapat kelemahan yaitu suhu ruangan dan kelembaban relatif yang tidak dapat dikendalikan oleh operator. Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa peningkatan suhu ruangan menjadi 370C menyebabkan peningkatan kecepatan reaksi pengerasan dan mempersingkat setting time sehingga dapat mempengaruhi karakteristik gips.2,5,24 Kelembaban ruang yang melebihi 70% dapat menyebabkan produk gips menyerap uap air secukupnya untuk memulai reaksi pengerasan, karena kalsium sulfat hemihidrat bersifat mudah menyerap uap air. Kontaminasi terhadap uap air yang berkelanjutan dapat menyebabkan penurunan jumlah kristal hemihidrat yang tersisa untuk membentuk kristal dihidrat sehingga dapat memberikan efek retarder selama proses pengerasan gips dan menghasilkan produk gips yang lemah.2,5,24
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1Kesimpulan
Berdasarkan hasil yang di dapatkan dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa:
1. Nilai rerata perubahan dimensi gips tipe III dengan penambahan
aquadestilata adalah 0.024%, dengan penambahan NaCl 2% adalah 0.090% dan
dengan penambahan garam dapur 2% adalah 0.051%.
2. Ada pengaruh penambahan NaCl 2% dan garam dapur 2% pada gips tipe III terhadap perubahan dimensi dengan p=0.0001 (p<0.05).
3. Ada perbedaan pengaruh yang bermakna antara kelompok gips tipe III dengan penambahan NaCl 2% dan gips dengan penambahan garam dapur 2% p=0,0001 (p<0,05), kelompok gips dengan penambahan NaCl 2% dan gips dengan penambahan aquadestilata p=0,0001 (p<0,05), serta kelompok gips dengan penambahan garam dapur 2% dan gips dengan penambahan aquadestilata p=0,0001 (p<0,05)
Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah penambahan aquadestilata
menunjukkan nilai perubahan dimensi yang paling kecil sehingga penambahan
aquadestilata lebih dianjurkan pada pembuatan model kerja dibandingkan dengan
penambahan NaCl 2% dan garam dapur 2% jika waktu pembuatan model kerja tidak perlu dipersingkat.
6.2Saran
1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang jenis akselerator lain yang ditambahkan pada gips tipe III.
3. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang perubahan dimensi gips dengan pengendalian suhu dan kelembaban relatif.
DAFTAR PUSTAKA
1. Al-Quran FA, Al-Ghalayini RF, Al-Zu’bi BN. Single-tooth replacement: factors affecting different prosthetic treatment modalities. BMC Oral Health 2011; 11: 1-6
2. Powers JM, Wataha JC. Dental materials properties and manipulation. 9th ed. Missouri: Mosby Elsevier, 2008: 19, 203-17.
3. Hatrick CD, Eakle WS, Bird WF. Dental materials clinical applications for dental assistants and dental hygienists. 2nd ed. Missouri: Saunders Elsevier, 2011: 203-6.
4. American National Standards Institute. Revised american national standards/American dental association specification no.25 for dental gypsum products.
5. Anusavice KJ. Philips’ science of dental materials. 11th ed. St. Louis: Elsevier Inc,2003: 256-77
6. Hasan RH, Mohammad KA. The effects of drying techniques on the compressive strength of gypsum products. Al-Rafidain Dent J 2005; 5: 63-7. 7. Anonymous. Gypsum. faculty.mu.edu.sa/download.php?fid=60936. (3 Desember
2013)
8. Chandra S, Chandra R. A textbook of dental materials with multiple choice questions. New Delhi: Jaypee Brothers Medical Publishers (P) Ltd. 2000: 36-47.
9. Anusavice KJ. Phillips buku ajar ilmu bahan kedokteran gigi. Ed. 10. Alih Bahasa. Budiman J, Purwoko S. Jakarta: EGC, 1996: 155-70.
10. Powers JM, Wataha JC. Dental materials properties and manipulation. 9th ed. St.Losuis: Elsevier Inc, 2008: 19.
12. Alberto N, Carvalho L, Lima H, Antunes P, Nogueira R, Pinto JL. Characterization of different water/powder ratios of dental gipsum using fiber Bragg grating sensors. Dental Materials Journal 2011; 30(5): 700–6.
13. Manappallil JJ. Basic dental materials. 2nd ed. New Delhi: Jaypee Brothers Medical Publisher (P) Ltd., 2008: 85-96
14. Ratwita DF. Pengaruh penambahan NaCl terhadap waktu pengerasan gips keras. Abstrak. Surabaya: Lembaga Penelitian Universitas Airlangga, 1994. 15. Arifin AN. Pabrik sodium chloride dengan proses Multiple-effect
evaporation: Pra rencana pabrik. Skripsi. Jatim: Fakultas Teknologi Industri Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jatim, 2011.
16. Anonymous. Membuat garam dapur. 16 April
17. Sumanto D, Hamidy FA. Studi efisiensi bahan untuk pemeriksaan infeksi kecacingan metode flotasi NaCl jenuh menggunakan NaCl murni dan garam dapur. Universitas Muhammadiyah Semarang, 2010.
18. Sabooni MR, Ghanbarzadeh J. Comparison of tap water, distlled water, and slurry water on surface hardness of gypsum die. J Med Sci 2007; 7: 1351-2.
19. Carr AB, Brown DT. McCracken’s removable partial prosthodontics. 12th ed.
Missouri: Elsevier Mosby, 2011: 149-53, 156-8, 253-4.
20. Van Noort R. Introduction to dental materials. 3rd ed. London: Mosby Elsevier,
2008: 213.
21. Galano MC. Linear expansion of dental stone after its final set and beyond two hours. Thesis. Morgantown: Master of Science in Prosthodontics School of
Dentistry At West Virginia University, 2003: 1-39.
22. Silva MAB, Vitti RP, Consani S, Sinhoreti MAC, Mesquita MF, Consani RLX. Linear dimensional change, compressive strength and detail reproduction in type
IV dental stone dried at room temperature and in a microwave oven. J Appl Oral
23. Sachi. Laptut skenario gips 3. 30 April 2011)
24. Powers JM, Sakaguchi RL. Craig’s Restorative dental materials. 12th ed. Missouri: Mosby Elsevier, 2009: 322.
25. Dewi GPC. Hubungan pemberian NaCl 0,9% pada perawatan luka post operasi dengan tingkat kesembuhan luka di ruang rawat inap rumkit Puspol RS Sukanto Jakarta 2010. Skripsi. Jakarta: Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jakarta, 2010.
26. Ekodhanto F. Garam: Berasal dari air laut yang diuapkan. Koran Jakarta 2011 Sept 4: 1-2.
27. Sartini. Laporan praktikum kimia anorganik I percobaan VII pemurnian NaCl. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Haluoleo Kendari, 2012.
28. Sulistyaningsih T, Sugiyo W, Sedyawati SMR. Pemurnian garam dapur melalui metode kristalisasi air tua dengan bahan pengikat pengotor Na2C204 – NaHCO3 dan Na2C2O4 – Na2CO3. Jurusan Kimia FMIPA UNNES 2010; 8 (1): 26-30.
29. Badan Standarisasi Nasional. Garam konsumsi beryodium SNI 01-3556-2000 2011.
30. Saksono N. Studi pengaruh proses pencucian garam terhadap komposisi dan stabilitas yodium garam konsumsi. Jurusan Teknik Gas dan Petrokimia Universitas Indonesia, 2002.
31. Abdullah MA. Surface detail, compressive strength, and dimensional accuracy of gypsum casts after repeated immersion in hypochlorite solution. J Prosthet Dent
2006; 95: 463-6.
33. Kumar RN, Reddy SM, Karthigeyan S, Punithavathy R, Karthik KS, Manikandan R. The effect of repeated immersion of gypsum cast in sodium hypochlorite and
glutaraldehyde on its physical properties: An in vitro study. J Pharm Bioallied Sci
2012:4.
34. Bonsor SJ, Pearson GJ. A clinical guide to applied dental materials. Trevor Burke 2013:351.
35. Al-Ali AA. Evaluation of compressive strength for refractory casts made from different investment meterials. Al-Rafidian Dent J 2007; 7(2): 166-72
36. Luk WK, Darvell BW. Effect of burnout temperature on strength of gypsum bonded investment. Elsevier Dental Materials 2003; 19: 552-57
37. Abass SM, Mahmood MA, Khalaf BS. Effect of microwave irradiation on disinfection, dimensional accuracy, and surface porosity of dental casts. Mustansiria Dental Journal 2011; 8(2): 179-81.
38. Brukl CE, McConnell RM, Norling BK, Collard SM. Influence of gauging water composition on dental stone expansion and setting time. J Pros Dent 1984; 51: 218-23.
Lampiran 1
Analisis Statistik
No Rata-rata panjang garis pada sampel (mm)
NaCl Garam dapur Aquades
1 25,022 25,014 25,006
2 25,025 25,016 25,009
3 25,020 25,010 25,008
4 25,019 25,015 25,004
5 25,026 25,011 25,007
6 25,024 25,009 25,008
7 25,020 25,012 25,000
8 25,025 25,012 25,009
9 25,024 25,013 25,010
Oneway
Descriptives
perubahandimensi
N Mean Std. Deviation Std. Error
95% Confidence Interval for Mean
Minimum
Lower Bound Upper Bound
NaCl 10 .09080 .009807 .003101 .08378 .09782 .076
garam dapur 10 .05160 .010405 .003290 .04416 .05904 .036
aquadestilata 10 .02440 .014539 .004598 .01400 .03480 .000
Total 30 .05560 .029958 .005470 .04441 .06679 .000
kelompokgips (I-J) Lower Bound Upper Bound
NaCl garam dapur .039200* .005265 .000 .02840 .05000
aquadestilata .066400* .005265 .000 .05560 .07720
garam dapur NaCl -.039200* .005265 .000 -.05000 -.02840
aquadestilata .027200* .005265 .000 .01640 .03800
aquadestilata NaCl -.066400* .005265 .000 -.07720 -.05560
garam dapur -.027200* .005265 .000 -.03800 -.01640