• Tidak ada hasil yang ditemukan

nn

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "nn"

Copied!
51
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Nasional disebutkan di dalam Pasal 1 ayat 1 (dalam Lapono 2009: 4-122)

bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta

keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara. Hal ini

menunjukkan bahwa proses pembelajaran di semua jenjang pendidikan

bertujuan mengembangkan semua potensi siswa baik jasmani maupun rohani,

guna menyiapkan generasi dan warga negara yang memiliki sumber daya

manusia yang baik.

Petikan undang-undang di atas menjadi landasan hukum bagi semua

sekolah untuk menyelenggarakan pembelajaran di sekolah masing-masing.

Hal serupa juga dilakukan oleh Sekolah Dasar Negeri 02 Lesung Bhakti Jaya,

Kecamatan Lambu Kibang, Kabupaten Tulang Bawang Barat. Tindakan

konkret di sekolah ini adalah dengan memberdayakan semua sumber daya

pendidikan yang ada. Selain itu sekolah juga membangun kerja sama dengan

(2)

2

Namun demikian, hasil dari semua upaya tersebut belum dapat

mencapai tujuan yang diharapkan, termasuk pada pembelajaran Ilmu

Pengetahuan Sosial. Data sementara yang diperoleh dari observasi

menunjukkan nilai sumatif semester gasal tahun ajaran 2009/2010 yaitu hanya

13 siswa, atau sekitar 40 % dari 33 siswa tuntas yang mendapatkan nilai 65,0

atau lebih menurut KKM.

Minat belajar siswa terhadap mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial

kurang. Materi mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial dianggap sebagai

materi yang sulit, karena harus menghafalkan berbagai nama kenampakan

alam, nama tokoh, dll. Proses pembelajaran yang dikembangkan guru juga

tidak sesuai dengan karakteristik usia siswa SD. Proses pembelajaran berpusat

pada guru dengan menggunakan metode ceramah, dan diakhiri dengan latihan.

Hal ini mengakibatkan siswa pasif, statis, serta tidak dapat berpartisipasi

dalam proses pembelajaran.

Menurut Kurniawan, (2007: 1) anak usia SD/MI adalah anak yang

senang bekerja dalam kelompok. Dari pergaulannya dengan kelompok sebaya,

anak belajar aspek-aspek yang penting dalam proses sosialisasi, seperti:

belajar memenuhi aturan-aturan kelompok, belajar setia kawan, belajar tidak

bergantung pada orang lain, belajar memposisikan diri di lingkungan, belajar

menerima tanggung jawab, belajar bersaing dengan orang lain secara sehat

(sportif), mempelajari olahraga, dll. Hal ini membawa implikasi bahwa guru

harus merancang model pembelajaran yang memungkinkan siswa untuk

bekerja atau belajar dalam kelompok, serta belajar tentang keadilan dan

(3)

3

Peraturan Pemerintah RI No 19 Tahun 2005 (dalam Abimanyu 2009:

8-6) disebutkan bahwa proses pembelajaran pada satuan pendidikan

diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang,

memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang

yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat,

minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Untuk

mewujudkan proses pembelajaran seperti di atas, diperlukan perencanaan yang

baik. Salah satu komponen yang penting adalah menentukan metode

pembelajaran yang tepat.

Dengan berpijak pada uraian tersbut di atas, maka peneliti akan

mengembangkan pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial dengan metode kerja

kelompok. Menurut Sagala dalam Abimanyu (2009: 7.2-7.3) metode kerja

kelompok akan membiasakan siswa bekerja sama, musyawarah dan

bertanggung jawab. Menimbulkan kompetisi yang sehat antar kelompok,

sehingga membangkitkan kemauan belajar yang sungguh-sungguh. Guru

dipermudah tugasnya karena tugas kerja kelompok cukup disampaikan kepada

para ketua kelompok. Ketua kelompok dilatih menjadi pemimpin yang

bertanggung jawab, dan anggotanya dibiasakan patuh pada aturan yang ada.

B. Identifikasi Masalah

Atas dasar latar belakang permasalahan tersebut di atas, peneliti

menyimpulkan ada beberapa kemungkinan penyebab rendahnya hasil belajar

siswa dalam mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial antara lain:

1. Metode pembelajaran Ilmu Penegtahuan Sosial yang digunakan tidak

(4)

4

2. Sebagian besar siswa menganggap Ilmu Pengetahuan Sosial

membosankan karena harus menghapal berbagai hal. Akibatnya hasil

belajar siswa yang dicapai tidak memenuhi target KKM.

3. Pembelajaran yang berlangsung kurang melibatkan siswa, baik secara fisik

maupun mental siswa.

C. Pembatasan Masalah

Mengingat banyaknya faktor yang menyebabkan rendahnya hasil

belajar siswa dan keterbatasan peneliti dalam melakukan penelitian ini, maka

perlu dibatasi masalah penelitian yakni:

1. Hasil Belajar siswa setelah mengikuti pembelajaran Ilmu Pengetahuan

Sosial dengan menggunakan metode Kerja Kelompok.

2. Metode Kerja Kelompok yang merupakan metode pembelajaran di mana

siswa dalam kelas dibagi dalam beberapa kelompok.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka perumusan masalah yang

akan dikemukakan adalah: ”Bagaimanakah meningkatkan hasil belajar siswa

pada pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial melalui metode kerja kelompok

kelas V Sekolah Dasar Negeri 02 Lesung Bhakti Jaya?“

E. Pemecahan Masalah

Untuk memecahkan permasalahan tersebut di atas, maka peneliti

menetapkan langkah pemecahan masalah sebagai berikut:

1. Untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada pembelajaran, maka

(5)

5

2. Untuk menciptakan pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial yang

menyenangkan diupayakan melibatkan siswa dalam proses pembelajaran

baik secara fisik maupun mental melalui metode kerja kelompok.

F. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian yang ingin capai adalah :

1. Meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan

Sosial kelas V Sekolah Dasar Negeri 02 Lesung Bhakti Jaya melalui

penerapan metode kerja kelompok.

2. Meningkatkan keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran Ilmu

Pengetahuan Sosial melalui metode kerja kelompok.

G. Manfaaat Penelitian

1. Bagi siswa; meningkatkan pemahaman konsep pada pembelajaran Ilmu

Pengetahuan Sosial melalui metode kerja kelompok.

2. Bagi Guru; sebagai pedoman untuk mengembangkan metode pembelajaran

yang cocok, khusunya pembalajaran Ilmu Pengetahuan Sosial dengan

penerapan metode kerja kelompok.

3. Bagi Sekolah; memberikan informasi tentang cara peningkatan hasil

belajar Ilmu Pengetahuan Sosial di sekolah melalui penerapan metode

(6)

6

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Pengertian Belajar

Anitah, W, dkk. (2.3-2.4) menyatakan bahwa menurut definisi lama

belajar adalah menambah dan mengumpulkan pengetahuan. Hal utama dalam

definisi ini adalah penguasaan pengetahuan sebanyak-banyaknya agar cerdas,

sedangkan sikap dan keterampilan diabaikan. Pendapat modern yang muncul

abad XIX menanggap bahwa belajar adalah proses perubahan tingkah laku.

Ernest R. Hiigard (dalam Anitah, W, 2007: 2.4) mengatakan bahwa belajar

merupakan proses perubahan tingkah laku yang diperoleh melalui latihan dan

disebabkan karena ada dukungan dari lingkungan yang positif yang

menyebabkan terjadinya interaksi edukatif. Perubahan tersebut terjadi secara

menyeluruh meliputi pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Tetapi

kadang-kadang hanya nampak salah satu domain saja. Perubahan belajar itu sendiri

tidak berdasarkan naluri tetapi melalui proses latihan.

Menurut Asra, dkk. (2007: 5) belajar adalah proses perubahan perilaku

sebagai akibat dari interaksi individu dengan lingkungan untuk mencapai

tujuan. Siswa adalah pihak yang menjadi fokus sebagai pelaku. Sedangkan

menurut Sanjaya (dalam Aunurrahman, 2009: 3) belajar adalah proses mental

yang terjadi dalam diri seseorang, sehingga munculnya perubahan perilaku

(7)

7

Berdasarkan berbagai pengertian di atas maka dapat disimpulkankan

bahwa belajar adalah perubahan serta peningkatan kualitas dan kuantitas

tingkah laku seseorang di berbagai bidang yang terjadi akibat melakukan

interaksi terus menerus dengan lingkungannya. Sedangkan dalam

pembalajaran, yang menjadi lingkungan peserta didik adalah semua materi

pembelajaran serta segala sesuatu yang terdapat di lingkungan kelas maupun

lingkungan sekolah.

B. Pengertian Hasil Belajar

Menurut Sutrisno, dkk. (2007: 3), hasil belajar adalah perubahan

tingkah laku yang relatif permanen dari keadaan sebelum belajar ke keadaan

setelah belajar. Menurut Dimyati, dan Mudjiono, (dalam Munawar 2009: 1)

hasil belajar merupakan hal yang dapat dipandang dari dua sisi yaitu sisi siswa

dan dari sisi guru. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan tingkat

perkembangan mental yang lebih baik bila dibandingkan pada saat sebelum

belajar. Tingkat perkembangan mental tersebut terwujud pada jenis-jenis

ranah kognitif dan afektif. Sedangkan dari sisi guru, hasil belajar merupakan

saat terselesaikannya bahan pelajaran.

Berdasarkan beberapa pengertian di atas maka dapat disimpulkan

bahwa hasil belajar adalah suatu penilaian terhadap perilaku seseorang dari

sebuah proses dan pengenalan peserta didik dengan lingkungannya yang telah

dilakukan berulang-ulang. Hasil belajar juga turut serta dalam membentuk

kepribadian individu yang selalu ingin mencapai hasil yang lebih baik lagi

sehingga akan merubah cara berpikir serta menghasilkan perilaku yang lebih

(8)

8

C. Pengertian Metode Kerja Kelompok

Sagala dalam Abimanyu (2009: 7.2-7.3) mengatakan bahwa metode

kerja kelompok adalah cara pembelajaran dengan mengkondisikan siswa

dalam kelas dibagi menjadi beberapa kelompok, yaitu setiap kelompok

dipandang sebagai satu kesatuan tersendiri untuk mempelajari materi pelajaran

yang telah ditetapkan untuk diselesaikan secara bersama-sama. Pada

umumnya materi pelajaran yang harus dikerjakan secara bersama-sama dalam

kelompok itu diberikan atau disiapkan oleh guru. Materi itu harus cukup

kompleks isinya dan cukup luas ruang lingkupnya sehingga dapat dibagi-bagi

menjadi bagian yang cukup memadai bagi setiap kelompok. Materi hendaknya

membutuhkan bahan dan informasi dari berbagai sumber untuk

pemecahannya.

Masalah yang bisa diselesaikan hanya dengan membaca satu sumber

saja tentu tidak cocok untuk ditangani melalui kerja kelompok. Kelompok

dapat dibentuk berdasarkan perbedaan individual berdasarkan kemampuan

belajar, perbedaan bakat dan minat belajar, jenis kegiatan, materi pelajaran,

dan tujuan yang ingin dicapai.

Berdasarkan tugas yang harus diselesaikan, siswa dapat dibagi menjadi

beberapa kelompok paralel yaitu setiap kelompok menyelesaikan tugas yang

sama, dan kelompok komplementer di mana setiap kelompok berbeda-beda

tugas yang harus diselesaikan.

D. Tujuan Metode Kerja Kelompok

Menurut Sagala (dalam Abimanyu 2009: 7.2-7.3) tujuan metode kerja

(9)

9

1. Memecahkan masalah pembelajaran melalui proses kelompok

2. Mengembangkan kemampuan bekerjasama di dalam kelompok

E. Alasan Penggunaaan Metode Kerja Kelompok

1. Kerja kelompok dapat mengembangkan perilaku gotong royong dan

demokratis.

2. Kerja kelompok dapat memacu siswa aktif belajar.

3. Kerja kelompok tidak membosankan siswa melakukan kegiatan belajar

diluar kelas bahkan diluar sekolah yang bervariasi, seperti observasi,

wawancara, cari buku di perpustakaan umum, dan sebagainya (Sagala

dalam Abimanyu 2009: 7.2-7.3).

F. Kekuatan Metode Kerja Kelompok

1. Membiasakan siswa bekerja sama, bermusyawarah dan bertanggung

jawab.

2. Menimbulkan kompetisi yang sehat antarkelompok, sehingga akan

mem-bangkitkan kemauan belajar yang sungguh-sungguh. Guru dipermudah

tugasnya karena tugas kerja kelompok cukup disampaikan kepada para

ketua kelompok.

3. Ketua kelompok dilatih menjadi pemimpin yang bertanggung jawab, dan

anggotanya dibiasakan patuh pada aturan yang ada (Sagala dalam

Abimanyu 2009: 7.2-7.3).

G. Kelemahan Metode Kerja Kelompok

1. Sulit membentuk kelompok yang homogen baik segi minat, bakat, prestasi

(10)

10

2. Pemimpin kelompok sering sukar untuk memberikan pengertian kepada

anggota, menjelaskan, dan pembagian kerja.

3. Anggota kadang-kadang tidak mematuhi tugas-tugas yang diberikan oleh

pemimpin kelompok.

4. Dalam menyelesaikan tugas, sering menyimpang dari rencana karena

kurang kontrol dari pemimpin kelompok atau guru.

5. Sulit membuat tugas yang sama sulit dan luasnya terutama bagi kerja

kelompok yang komplementer (Sagala dalam Abimanyu 2009: 7.2-7.3).

H. Langkah-Langkah Pembelajaran dengan Metode Kerja Kelompok. Menurut Abimanyu (2009: 7-4) langkah-langkah pembelajaran dengan metode

kerja kelompok adalah sebagai berikut.

1. Kegiatan Persiapan

a. Merumuskan tujuan pembelajaran yang akan dicapai.

b. Menyiapkan materi pembelajaran dan menjabarkan materi tersebut ke

dalam tugas-tugas kelompok.

c. Mengidentifikasi sumber-sumber yang akan menjadi sasaran kegiatan

kerja kelompok.

d. Menyusun peraturan pembentukan kelompok, cara kerja, saat memulai

dan mengakhiri, dan tata tertib lainnya.

2. Kegiatan Membuka Pelajaran

a. Melaksanakan apersepsi, yaitu pertanyaan tentang materi pelajaran

sebelumnya.

b. Memotivasi belajar dengan mengemukakan kasus yang ada kaitannya

(11)

11

c. Mengemukakan tujuan pelajaran dan berbagai kegiatan yang akan

dikerjakan dalam mencapai tujuan pelajaran itu.

3. Kegiatan Inti Pelajaran

a. Mengemukakan lingkup materi pelajaran yang akan dipelajari.

b. Membentuk kelompok kerja.

c. Mengemukakan tugas setiap kelompok kepada ketua kelompok atau

langsung kepada semua siswa.

d. Mengemukakan peraturan dan tata tertib serta saat memulai dan

mengakhiri kegiatan kerja kelompok.

e. Mengawasi, memonitor, dan bertindak sebagai fasilitator selama siswa

melakukan kerja kelompok.

f. Pertemuan klasikal untuk pelaporan hasil kerja kelompok, pemberian

balikan dari kelompok lain atau dari guru.

4. Kegiatan Mengakhiri Pelajaran

a. Merangkum isi pelajaran yang telah dikaji melalui kerja kelompok.

b. Melakukan evaluasi hasil dan proses.

c. Melaksanakan tindak lanjut baik berupa membahas kembali materi yang belum dikuasai siswa maupun memberi tugas pengayaan bagi

siswa yang telah menguasai materi tersebut.

I. Pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial SD

Menurut Mulyono dalam Hidayati, dkk. (2009: 7) Ilmu Pengetahuan

Sosial merupakan suatu pendekatan interdisipliner dari pelajaran Ilmu-ilmu

sosial, seperti sosiologi, antropologi budaya, psikologi sosial, sejarah,

(12)

12

juga ditegaskan oleh Saidiharjo dalam Taneo (2009: 1-8) bahwa Ilmu

Pengetahuan Sosial merupakan hasil perpaduan dari sejumlah mata pelajaran

seperti geografi, ekonomi, sejarah, antropologi, dan politik. Mata pelajaran

tersebut mempunyai ciri-ciri yang sama, oleh karena itu dipadukan menjadi

satu bidang studi yaitu Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS).

Dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia

Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi (2008: 162) disebutkan bahwa Ilmu

Pengetahuan Sosial merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan mulai

dari SD/MI/SDLB sampai SMP/MTs/SMPLB. Ilmu Pengetahuan Sosial

mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan

dengan isu sosial.

Kesimpulan dari berbagai pendapat tersebut di atas bahwa Ilmu

Pengetahuan Sosial merupakan kajian tentang kahidupan manusia sebagai

individu sekaligus makhluk sosial yang berinterkasi dengan lingkungannya.

Ilmu Pengetahuan Sosial memiliki kajian yang sangat kompleks tentang

kehidupan manusia dan lingkungannya berserta aspek-aspek kehidupan

manusia itu sendiri.

J. Tujuan Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial SD.

Menurut Departemen Pendidikan Nasional (2008: 162) tujuan

pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial agar siswa memiliki kemampuan:

1. Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat

dan lingkungannya.

2. Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu,

(13)

13

3. Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan

kemanusiaan.

4. Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerja sama dan berkompetensi

dalam masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal, nasional, dan global.

K. Ruang Lingkup Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial SD.

Ruang lingkup pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial meliputi

aspek-aspek sebagai berikut.

1. Manusia, Tempat, dan Lingkungan.

2. Waktu, Keberlanjutan, dan Perubahan.

3. Sistem Sosial dan Budaya.

4. Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan (Depdiknas 2008: 163).

L. Karakteristik Siswa SD

Kurniawan (2007: 1) mengetengahkan bahwa, guru perlu menerapkan

metode pembelajaran yang sesuai dengan keadaan siswanya, dan sangatlah

penting bagi seorang pendidik mengetahui karakteristik kebutuhan siswanya.

Salah satu karakeristik peserta didik usia SD/MI adalah anak yang senang

bekerja dalam kelompok. Dari pergaulannya dengan kelompok sebaya, anak

belajar aspek-aspek yang penting dalam proses sosialisasi, seperti: belajar

memenuhi aturan-aturan kelompok, belajar setia kawan, belajar tidak

bergantung pada orang lain, belajar memposisikan diri di lingkungan, belajar

menerima tanggung jawab, belajar bersaing dengan orang lain secara sehat

(sportif), mempelajari olahraga, dll. Hal ini membawa implikasi bahwa guru

(14)

14

bekerja atau belajar dalam kelompok, serta belajar tentang keadilan dan

demokrasi.

M. Hipotesis Tindakan

Peneliti menetapkan hipotesis: ”Apabila dalam Pembelajaran Ilmu

Pengetahuan Sosial di kelas V Sekolah Dasar Negeri 02 Lesung Bhakti Jaya

menggunakan metode kerja kelompok, maka hasil belajar siswa dapat

(15)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Setting Penelitian

Penelitian Tindakan Kelas ini dilaksanakan di SD Negeri 02 Lesung

Bhakti Jaya Kecamatan Lambu Kibang, Kabupaten Tulang Bawang Barat.

Penelitian dilaksanakan pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial kelas V

semester genap tahun pelajaran 2009/2010 yang akan dilaksanakan selama 4

bulan, yakni bulan Februari sampai dengan Mei 2010.

B. Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas V SD Negeri 02 Lesung

Bhakti Jaya, Kecamatan Lambu Kibang, Kabupaten Tulang Bawang Barat,

jumlah siswa sebanyak 33 anak terdiri dari 21 siswa putri dan 12 siswa putra.

SD Negeri 02 Lesung Bhakti Jaya merupakan tempat tugas peneliti. Ruang

kelas V terletak berdampingan dengan ruang kantor guru. Sebagian besar

siswa dari sekolah ini berasal dari keluarga yang bermatapencaharian petani

karet.

C. Faktor yang Diteliti

Faktor-faktor yang diteliti dalam penelitin ini meliputi aktivitas belajar

siswa dan hasil belajar siswa pada pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial

(16)

16

D. Sumber Data

Dalam penelitian ini sumber data berasal dari kegiatan belajar siswa

dan dari kegiatan guru sebagai peneliti. Data kualitatif merupakan kegiatan

belajar siswa dan kegiatan guru. Data kuantitatif berasal dari hasil belajar

siswa.

E. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data kualitatif kegiatan siswa dilakukan dengan kegiatan

observasi dan pemberian angket di akhir proses pembelajaran. Data hasil

belajar siswa dilakukan dengan memberikan tes di akhir pembelajaran. Data

tentang kegiatan guru dilakukan melalui observasi oleh teman sejawat.

F. Alat Pengumpul Data

Alat pengumpul data dalam penelitian ini terdiri atas lembar pedoman

observasi kegiatan belajar siswa, lembar angket siswa, lembar observasi

kegiatan guru, dan lembar tes hasil belajar siswa. Lembar observasi yang

digunakan adalah observasi terstruktur.

G. Teknik Analisis Data

1. Mengumpulkan semua data selama penelitian berlangsung, baik data

kuantitatif maupun kualitatif, selanjutnya menganalisis data dengan

membuat tabulasi dan persentase, serta disajikan dalam bentuk tabel dan

grafik.

2. Menguji hasil penelitian dengan cara membandingkan hasil pengolahan

(17)

17

H. Prosedur Penelitian

Syukri dalam Aunnurahman, dkk. (2009: 3-6-3-7) mendefinisikan

bahwa Penelitian Tindakan Kelas merupakan suatu bentuk kajian yang bersifat

reflektif oleh pelaku tindakan yang dilakukan untuk meningkatkan

kemantapan rasional dari tindakan-tindakan mereka (guru) dalam

melaksanakan tugasnya. Penelitian berbentuk daur yang meliputi tahap

perencanaan, pelaksanaan, observasi dan tahap refleksi. Keempat tahapan

tersebut diilustrasikan berikut ini.

Siklus I

Siklus II

Gambar 1. Alur Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas. Perencanaan

Pelaksanaan Observasi

Refleksi

Perencanaan Observasi

Refleksi

(18)

18

I. Tahap-tahap Tindakan Penelitian 1. Siklus I Pertemuan 1

a. Tahap Perencanaan.

1) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran, alat peraga,

pedoman observasi, lembar tes hasil belajar siswa, dan lembar

angket siswa.

2) Merumuskan tujuan pembelajaran yang akan dicapai.

3) Menyiapkan materi pembelajaran dan menjabarkan materi tersebut

ke dalam tugas-tugas kelompok.

4) Mengidentifikasi sumber-sumber pembelajaran yang akan menjadi

sasaran kegiatan kerja kelompok.

5) Menyusun peraturan pembentukan kelompok, cara kerja, saat

memulai dan mengakhiri, dan tata tertib lainnya.

b. Tahap Pelaksanaan.

1) Melaksanakan apersepsi, yaitu pertanyaan tentang materi pelajaran

sebelumnya.

2) Memotivasi belajar dengan mengemukakan kasus yang ada

kaitannya dengan materi pelajaran yang akan diajarkan.

3) Mengemukakan tujuan pelajaran dan berbagai kegiatan yang akan

dikerjakan dalam mencapai tujuan pelajaran itu.

4) Mengemukakan lingkup materi pelajaran yang akan dipelajari.

5) Membentuk kelompok kerja sebanyak 6 kelompok, masing-masing

kelompok terdiri dari 1 orang ketua, 1 orang sekretaris, dan 3 orang

(19)

19

6) Mengemukakan tugas setiap kelompok kepada ketua kelompok

atau langsung kepada semua siswa.

7) Mengemukakan peraturan dan tata tertib serta saat memulai dan

mengakhiri kegiatan kerja kelompok.

8) Mengawasi, memonitor, dan bertindak sebagai fasilitator selama

siswa melakukan kerja kelompok.

9) Pertemuan klasikal untuk pelaporan hasil kerja kelompok,

pemberian balikan dari kelompok lain atau dari guru.

10) Meminta siswa merangkum isi pelajaran yang telah dikaji melalui

kerja kelompok.

11) Melakukan evaluasi hasil dan proses.

12) Melaksanakan tindak lanjut yaitu membahas kembali materi yang

belum dikuasai siswa maupun memberi tugas pengayaan bagi

siswa yang telah menguasai materi tersebut.

c. Tahap Observasi.

1) Merekam data kegiatan siswa belajar selama proses pembelajaran

berlangung yang dilakukan oleh peneliti.

2) Merekam data kegiatan guru yang dilakukan oleh supervisor.

3) Memberikan tes hasil belajar kepada siswa.

4) Memberikan angket kepada siswa.

d. Tahap Refleksi.

Refleksi dilakukan oleh guru dibantu oleh teman sejawat untuk

(20)

20

dilakukan dalam setiap siklus. Pelaksanaan refleksi dilakukan

berdasarkan analisis data. Keunggulan dalam pembelajaran

dipertahankan, sedangkan kelemahan-kelemahan yang terjadi

diperbaiki untuk dijadikan pertimbangan dalam pembelajaran siklus

berikutnya.

2. Siklus I Pertemuan ke 2 a. Tahap Perencanaan.

1) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran, alat peraga,

pedoman observasi, lembar tes hasil belajar siswa, dan lembar

angket siswa.

2) Merumuskan tujuan pembelajaran yang akan dicapai.

3) Menyiapkan materi pembelajaran dan menjabarkan materi tersebut

ke dalam tugas-tugas kelompok.

4) Mengidentifikasi sumber-sumber pembelajaran yang akan menjadi

sasaran kegiatan kerja kelompok.

5) Menyusun peraturan pembentukan kelompok, cara kerja, saat

memulai dan mengakhiri, dan tata tertib lainnya.

b. Tahap Pelaksanaan.

1) Melaksanakan apersepsi, yaitu pertanyaan tentang materi pelajaran

sebelumnya.

2) Memotivasi belajar dengan mengemukakan kasus yang ada

(21)

21

3) Mengemukakan tujuan pelajaran dan berbagai kegiatan yang akan

dikerjakan dalam mencapai tujuan pelajaran itu.

4) Mengemukakan lingkup materi pelajaran yang akan dipelajari.

5) Membentuk kelompok kerja sebanyak 6 kelompok, masing-masing

kelompok terdiri dari 1 orang ketua, 1 orang sekretaris, dan 3 orang

anggota.

6) Mengemukakan tugas setiap kelompok kepada ketua kelompok

atau langsung kepada semua siswa.

7) Mengemukakan peraturan dan tata tertib serta saat memulai dan

mengakhiri kegiatan kerja kelompok.

8) Mengawasi, memonitor, dan bertindak sebagai fasilitator selama

siswa melakukan kerja kelompok.

9) Pertemuan klasikal untuk pelaporan hasil kerja kelompok,

pemberian balikan dari kelompok lain atau dari guru.

10) Meminta siswa merangkum isi pelajaran yang telah dikaji melalui

kerja kelompok.

11) Melakukan evaluasi hasil dan proses.

12) Melaksanakan tindak lanjut baik berupa membahas kembali materi

yang belum dikuasai siswa maupun memberi tugas pengayaan bagi

siswa yang telah menguasai materi tersebut.

c. Tahap Observasi.

1) Peneliti merekam data kegiatan siswa belajar.

2) Observer merekam data kegiatan guru.

(22)

22

d. Tahap Refleksi Siklus I

1) Melakukan analisis semua data hasil pengamatan selama siklus I.

2) Mengambil kesimpulan atas tindakan yang telah dilakukan dalam

siklus I.

3) Mengambil keputusan untuk menyusun perbaikan pada siklus II.

3. Siklus II Pertemuan ke 1 a. Tahap Perencanaan.

1) Menyiapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran, alat peraga,

pedoman observasi, lembar tes hasil belajar siswa, dan lembar

angket siswa.

2) Merumuskan tujuan pembelajaran yang akan dicapai.

3) Menyiapkan materi pembelajaran tentang Peristiwa-peristiwa

Sekitar Proklamasi Kemerdekaan 17 agustus 1945.

4) Menjabarkan materi tersebut ke dalam tugas-tugas kelompok.

5) Mengidentifikasi sumber-sumber pembelajaran yang akan menjadi

sasaran kegiatan kerja kelompok.

6) Menyusun peraturan pembentukan kelompok, cara kerja, saat

memulai dan mengakhiri, dan tata tertib lainnya.

b. Tahap Pelaksanaan.

1) Melaksanakan apersepsi, yaitu pertanyaan tentang materi pelajaran

sebelumnya.

2) Memotivasi belajar dengan mengemukakan kasus yang ada

(23)

23

3) Mengemukakan tujuan pelajaran dan berbagai kegiatan yang akan

dikerjakan dalam mencapai tujuan pelajaran itu.

4) Mengemukakan lingkup materi pelajaran yang akan dipelajari.

5) Membentuk kelompok 1 orang ketua, 1 orang penulis, dan 3 orang

sebagai anggota.

6) Mengemukakan tugas setiap kelompok kepada ketua kelompok

atau langsung kepada semua siswa.

7) Mengemukakan peraturan dan tata tertib serta saat memulai dan

mengakhiri kegiatan kerja kelompok.

8) Mengawasi, memonitor, dan bertindak sebagai fasilitator selama

siswa melakukan kerja kelompok.

9) Pertemuan klasikal untuk pelaporan hasil kerja kelompok,

pemberian balikan dari kelompok lain atau dari guru.

10) Meminta siswa merangkum isi pelajaran yang telah dikaji melalui

kerja kelompok.

11) Melakukan evaluasi hasil dan proses.

12) Melaksanakan tindak lanjut baik berupa membahas kembali materi

yang belum dikuasai siswa maupun memberi tugas pengayaan bagi

siswa yang telah menguasai materi tersebut.

c. Tahap Observasi.

1) Guru merekam data kegiatan siswa belajar melalui tes hasil belajar

dan lembar angket siswa.

2) Observer merekam data tentang kegiatan guru dalam proses

(24)

24

4. Siklus II Pertemuan ke 2 a. Tahap Perencanaan.

1) Menyiapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran, alat peraga,

lembar observasi, lembar tes hasil belajar, dan lembar angket.

2) Merumuskan tujuan pembelajaran yang akan dicapai.

3) Menyiapkan materi pembelajaran dan menjabarkan materi tersebut

ke dalam tugas-tugas kelompok.

4) Mengidentifikasi sumber-sumber pembelajaran yang akan menjadi

sasaran kegiatan kerja kelompok.

5) Menyusun peraturan pembentukan kelompok, cara kerja, saat

memulai dan mengakhiri, dan tata tertib lainnya.

b. Tahap Pelaksanaan.

1) Melaksanakan apersepsi, yaitu pertanyaan tentang materi pelajaran

sebelumnya.

2) Memotivasi siswa dengan mengemukakan kasus yang ada

kaitannya dengan materi Tokoh-tokoh Penting dalam Peristiwa

Proklamasi Kemerdekaan Indonesia yang akan diajarkan.

3) Mengemukakan tujuan pembelajaran dan berbagai kegiatan yang

akan dikerjakan dalam mencapai tujuan tersebut.

4) Mengemukakan lingkup materi pelajaran yang akan dipelajari.

5) Membentuk kelompok yang terdiri dari 1 orang ketua, 1 orang

penulis, dan 3 orang anggota.

6) Mengemukakan tugas setiap kelompok kepada ketua kelompok

(25)

25

7) Mengemukakan peraturan dan tata tertib serta saat memulai dan

mengakhiri kegiatan kerja kelompok.

8) Mengawasi, memonitor, dan bertindak sebagai fasilitator selama

siswa melakukan kerja kelompok.

9) Pertemuan klasikal untuk pelaporan hasil kerja kelompok,

pemberian balikan dari kelompok lain atau dari guru.

10) Merangkum isi pelajaran yang telah dikaji melalui kerja kelompok.

11) Melakukan evaluasi hasil dan proses.

12) Melaksanakan tindak lanjut dengan cara membahas kembali materi

yang belum dikuasai siswa atau memberikan pengayaan bagi siswa

yang telah menguasai materi tersebut.

c. Tahap Observasi.

Observasi dilakukan bersamaan dengan proses pembelajaran

masing-masing pertemuan dalam siklus II. Observasi dilakukan oleh peneliti

terutama untuk merekam kegiatan siswa. Sedangkan observasi

kegiatan guru dilakukan oleh teman sejawat.

d. Refleksi Siklus II.

1) Menganalisis semua data hasil pengamatan selama siklus II yang

dilakukan peneliti bersama teman sejawat dan supervisor.

2) Mengambil kesimpulan atas tindakan penelitian yang telah

dilakukan dalam siklus II.

3) Menganalisis semua data baik siklus I maupun siklus II dan

(26)

26

J. Indikator Kinerja

Indikator keberhasilan dalam penelitian ini adalah apabila terdapat

minimal 80 % dari jumlah siswa telah mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal

(27)

Foto-foto Kegiatan Siklus I.

Gambar 1. Guru membagikan LKS kepada salah satu kelompok.

(28)

Gambar 3. Guru mengamati aktivitas belajar siswa.

(29)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian. 1. Siklus I.

a. Tahap Perencanaan.

Siklus I terdiri dari 2 pertemuan masing-masing pertemuan

dilaksanakan pada hari Senin, tanggal 8 Februari 2010 dan hari Senin

22 Februari 2010. Kedua pertemuan tersebut dihadiri oleh semua siswa

yang terdiri atas 12 siswa putra dan 21 siswa putri. Kegiatan pada

tahap perencanaan antara lain:

1) Menyiapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran, alat peraga,

lembar observasi, lembar tes hasil belajar siswa, dan lembar

angket.

2) Merumuskan tujuan pembelajaran yang akan dicapai atau dikuasai

oleh siswa.

3) Menyiapkan materi pembelajaran dan menjabarkannya ke dalam

tugas-tugas kelompok.

4) Mengidentifikasi sumber-sumber pembelajaran yang akan menjadi

sasaran kegiatan kerja kelompok.

5) Menyusun peraturan pembentukan kelompok, cara kerja, saat

(30)

b. Tahap Pelaksanaan..

1) Melaksanakan apersepsi, yaitu pertanyaan tentang materi pelajaran

sebelumnya.

2) Memotivasi belajar dengan mengemukakan kasus yang ada

kaitannya dengan materi pelajaran yang akan diajarkan dalam kerja

kelompok.

3) Mengemukakan tujuan pelajaran dan berbagai kegiatan yang akan

dikerjakan dalam mencapai tujuan pelajaran itu.

4) Mengemukakan lingkup materi pelajaran yang akan dipelajari.

5) Membentuk kelompok kerja sebanyak 6 kelompok, tiap kelompok

terdiri dari 1 orang ketua, 1 orang sekretaris, dan 3 orang anggota.

6) Mengemukakan tugas setiap kelompok kepada ketua kelompok

atau langsung kepada semua siswa.

7) Mengemukakan peraturan dan tata tertib serta saat memulai dan

mengakhiri kegiatan kerja kelompok.

8) Mengawasi, memonitor, dan bertindak sebagai fasilitator selama

siswa melakukan kerja kelompok.

9) Pertemuan klasikal untuk pelaporan hasil kerja kelompok,

pemberian balikan dari kelompok lain atau dari guru.

10) Merangkum isi pelajaran yang telah dikaji melalui kerja kelompok.

11) Melakukan evaluasi hasil dan proses.

12) Melaksanakan tindak lanjut yaitu membahas kembali materi yang

belum dikuasai siswa maupun memberi tugas pengayaan bagi

(31)

c. Tahap Observasi.

Kegiatan observasi dilakukan pada saat proses pembelajaran

berlangsung. Semua data yang terkumpul dianalisis. Hasil penelitian

siklus I adalah sebagai berikut.

1) Kegiatan Belajar Siswa Siklus I.

Ada 4 aspek kegiatan belajar siswa yang diamati, yaitu

menyampaikan ide dalam kerja kelompok, bertanya kepada guru,

memberikan tanggapan atas penyampaian hasil kerja kelompok

lain, dan ketepatan waktu dalam mengerjakan tugas individu. Hasil

[image:31.595.114.511.400.511.2]

pengamatan tersebut seperti pada tabel 1 berikut ini.

Tabel 1. Hasil kegiatan belajar siswa siklus I.

NO Komponen yang Diamati Frekuensi %

1. Menyampaikan ide dalam kerja kelompok. 10 30

2. Bertanya kepada guru. 6 18

3. Memberikan tanggapan hasil kerja kelompok lain. 3 9 4. Mengerjakan tugas individu tepat waktu. 16 48

Rata-rata 8,75 26,5

Berdasarkan tabel 1 di atas kegiatan belajar siswa pada siklus I belum

maksimal. Dari keempat aspek yang diamati, aspek yang paling

banyak dilakukan siswa adalah aspek ketepatan waktu dalam

mengerjakan tugas yaitu sebanyak 16 siswa (48 %). Aspek yang paling

sedikit dilakukan oleh siswa adalah aspek memberikan tanggapan atas

penyampaian hasil kerja kelompok lain, yaitu sebanyak 3 siswa (9 %).

Sedangkan dua aspek lainnya masing-masing bertanya kepada guru 6

(32)

sebanyak 10 siswa (30 ). Peneliti akan menganalisis data tersebut

untuk menentukan langkah-langkah perbaikan selanjutnya. Tabel 1 di

[image:32.595.125.500.169.401.2]

atas juga disajikan dalam bentuk grafik batang berikut ini.

Grafik 1. Kegiatan belajar siswa siklus I.

Gambar 2. Kegiatan belajar siswa pada siklus I.

10 6 3 16 0 2 4 6 8 10 12 14 16 B a n y a k n y a S is w a 1

Aspek Kegiatan Siswa

Menyampaikan ide dalam kerja kelompok

Bertanya kepada guru

[image:32.595.149.512.450.717.2]
(33)

2) Hasil Belajar Siswa Siklus I.

Data tentang penguasaan materi pembelajaran oleh siswa dilakukan

dengan memberikan sejumlah tes hasil belajar di setiap akhir

pertemuan. Tes hasil belajar siswa berbentuk tes pilihan ganda

sebanyak 10 item. Analisis data hasil belajar dari dari dua

pertemuan dalam siklus I dianalisis dan selanjutnya disajikan

[image:33.595.112.507.330.457.2]

dalam tabel 2 berikut ini

Tabel 2. Hasil tes belajar siswa siklus I.

No. Rentang Nilai Frekuensi Kualifikasi Keterangan

1. 86-100 3 Sangat Baik Tuntas

2. 71-85 20 Baik Tuntas

3. 56-70 10 Sedang Tidak Tuntas

4. 41-55 - Kurang -

5. 26-40 - Sangat Kurang -

Berdasarkan tabel 2 di atas, maka hasil belajar siswa pada siklus I

belum berhasil. Jumlah siswa yang telah tuntas baru mencapai 23

siswa (69,7 %). Sedangkan siswa yang belum tuntas sebanyak 10

siswa (30,3 %). Kedua data baik data tentang kegiatan belajar siswa

dan data hasil belajar siswa siklus I menjadi bahan renungan peneliti

pada tahap refleksi. Berdasarkan hasil refleksi tersebut peneliti

bersama teman sejawat akan menentukan langkah-langkah perbaikan,

yang akan dilaksanakan pada siklus II. Data tentang hasil belajar siswa

(34)
[image:34.595.127.508.88.340.2]

Grafik 2. Hasil belajar siswa siklus I

3) Hasil angket siswa siklus I.

Di akhir pembelajaran guru memberikan daftar kepada 10 siswa

secara acak. Hasil daftar angket seperti pada tabel 3 berikut ini.

Tabel 3. Hasil angket siswa siklus I.

No. Aspek yang Ditanyakan

Frekuensi Jawaban Siswa

Ya Tidak 1. Kesulitan dalam menyampaikan pendapat dalam

kerja kelompok. 7 3

2. Kesulitan bertanya kepada guru. 8 2

3. Kesulitan dalam memberikan komentar atau

pendapat terhadap hasil kerja kelompok lain. 8 2 4. Tingkat kesulitan tes hasil belajar. 5 5

5 Tanggapan siswa yang senang terhadap belajar

melalui kerja kelompok. 6 4

3 20 10 0 0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 B an ya k n ya S isw a

Nilai 86-100 Nilai 71-85 Nilai 56-70 Nilai 41-55 Nilai 26-40

[image:34.595.115.508.539.758.2]
(35)

Berdasarkan tabel 3 pada halaman 32 dapat disimpulkan bahwa dari 10

siswa terdapat 7 siswa (70 %) mengalami kesulitan dalam

menyampaikan pendapat selama melakukan belajar dengan cara kerja

kelompok, 8 siswa (80 %) mengalami kesulitan dalam mengajukan

pertanyaan kepada guru, 8 siswa (80 %) kesulitan dalam menanggapi

hasil kerja kelompok lain, 6 siswa (60 %) mengaku senang belajar

dengan cara kerja kelompok. Semua kesulitan yang dialami oleh siswa

menjadi pertimbangan peneliti untuk menentukan rencana perbaikan

pada siklus selanjutnya.

d. Refleksi Siklus I.

1) Kekurangan dan Kelemahan pada Siklus I

a) Pada saat membentuk kerja kelompok, sebagian besar siswa

tidak mau ditunjuk sebagai ketua kelompok. Dengan penjelasan

guru akhirnya ada juga siswa yang bersedia menjadi ketua dan

sekretaris kelompok.

b) Pada saat kerja kelompok berlangsung, aktivitas siswa hanya

berpusat pada ketua kelompok saja. Anggota kelompok

cenderung pasif dan kurang berpartisipasi menyampaikan

gagasan dan sanggahannya. Mereka lebih banyak menunggu

gagasan dari ketua kelompok saja.

c) Siswa belum berani menyampaikan pertanyaan kepada guru.

d) Pada waktu kelompok lain membacakan hasil kerjanya di

depan kelas sebagian besar siswa belum berani menyampaikan

(36)

2) Kelebihan pada Siklus I.

a) Siswa kelihatan senang dan leluasa saat belajar dan

berkomunikasi dengan teman sebaya dibandingkan saat

berkomunikasi dengan guru.

b) Melalui belajar kelompok siswa merasa memiliki tanggung

jawab dan persaingan sehat terhadap kelompok lain.

3) Upaya Perbaikan Kelemahan.

a) Pada siklus ke II susunan kepengurusan kelompok akan

dilakukan pergantian, agar terjadi pemerataan tugas dan

tanggung jawab.

b) Peneliti akan memberikan pertanyaan-pertanyaan yang dapat

memotivasi dan menumbuhkan rasa peraya diri dan keberanian

siswa untuk bertanya kepada guru.

c) Ketika salah satu kelompok membacakan hasil kerjanya di

depan kelas, setiap jawaban atau pernyataan yang dibacakan

oleh kelompok, peneliti akan menawarkan pernyataan tersebut

(37)
[image:37.595.156.493.124.351.2]

Foto-foto Kegiatan Siklus II.

Gambar 1. Guru menjelaskan LKS kepada salah satu kelompok.

[image:37.595.158.489.403.665.2]
(38)
[image:38.595.156.491.87.339.2]

Gambar 3. Salah satu presentasi pada siklus II.

[image:38.595.157.493.412.685.2]
(39)

Narasi terletak agak di bawah.

2. Siklus II.

Siklus II terdiri atas 2 pertemuan dan dilaksanakan pada hari Senin,

tanggal 15 Maret 2010 dan hari Senin, tanggal 29 Maret 2010. Siswa yang

hadir pada masing-masing pertemuan sejumlah 33 siswa yang terdiri dari

12 siswa putra dan 21 siswa putri. Terdapat empat langkah dalam

pelaksanaan siklus II. Adapun langkah-langkah tersebut adalah sebagai

(40)

28

a. Kegiatan Persiapan.

1) Menyiapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran, alat peraga,

lembar observasi, lembar tes hasil belajar, dan lembar angket.

2) Merumuskan tujuan pembelajaran yang akan dicapai.

3) Menyiapkan materi pembelajaran tentang Peristiwa-peristiwa

Sekitar Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945.

4) Menjabarkan materi tersebut ke dalam tugas-tugas kelompok.

5) Mengidentifikasi sumber-sumber pembelajaran yang akan menjadi

sasaran kegiatan kerja kelompok.

6) Menyusun peraturan pembentukan kelompok, cara kerja, saat

memulai dan mengakhiri, dan tata tertib lainnya.

b. Pelaksanaan Tindakan.

1) Melaksanakan apersepsi, yaitu pertanyaan tentang materi pelajaran

sebelumnya.

2) Memotivasi belajar dengan mengemukakan kasus yang ada

kaitannya dengan materi pelajaran yang akan diajarkan.

3) Mengemukakan tujuan pelajaran dan berbagai kegiatan yang akan

dikerjakan dalam mencapai tujuan pelajaran itu.

4) Mengemukakan lingkup materi pelajaran yang akan dipelajari.

5) Membentuk kelompok 1 orang ketua, 1 orang penulis, dan 3 orang

sebagai anggota.

6) Mengemukakan tugas setiap kelompok kepada ketua kelompok

(41)

29

7) Mengemukakan peraturan dan tata tertib serta saat memulai dan

mengakhiri kegiatan kerja kelompok.

8) Mengawasi, memonitor, dan bertindak sebagai fasilitator selama

siswa melakukan kerja kelompok.

9) Pertemuan klasikal untuk pelaporan hasil kerja kelompok,

pemberian balikan dari kelompok lain atau dari guru.

10) Guru meminta siswa merangkum isi pelajaran yang telah dikaji

melalui kerja kelompok.

11) Melakukan evaluasi hasil dan proses.

12) Melaksanakan tindak lanjut baik berupa membahas kembali materi

yang belum dikuasai siswa maupun memberi tugas pengayaan bagi

siswa yang telah menguasai materi tersebut.

c. Tahap Observasi.

Data yang telah berhasil dikumpulkan selama kegiatan observasi

selanjutnya dianalisis. Adapun hasil observasi pada siklus II adalah

sebagai berikut.

1) Kegiatan Belajar Siswa

Tingkat keaktifan dan partisipasi belajar siswa pada siklus II

meningkat dibandingkan dengan siklus I. Siswa telah terbiasa

belajar bersama/kelompok, serta telah memiliki rasa percaya diri

dalam mengemukakan pendapatnya, baik kepada teman maupun

kepada guru. Hasil pengamatan kegiatan belajar siswa pada siklus

II dianalisis dan disajikan dalam tabel dan grafik batang pada

(42)
[image:42.595.116.511.109.243.2]

30

Tabel 4. Hasil kegiatan belajar siswa siklus II.

NO Komponen yang Diamati Frekuensi %

1. Menyampaikan ide dalam kerja kelompok. 20 60,6

2. Bertanya kepada guru. 15 45,5

3. Memberikan tanggapan hasil kerja kelompok lain. 7 21

4. Mengerjakan tugas individu tepat waktu. 27 81,8

Rata-rata 17,3 52,4

Berdasarkan tabel 4 di atas dapat disimpulkan bahwa kegiatan belajar

siswa meningkat dibandingkan siklus sebelumnya. Jumlah siswa yang

aktif terlibat dalam kerja kelompok dan menyampaikan ide sebanyak 20

siswa (60,6%), bertanya kepada guru 15 siswa (45,%), memberikan

tanggapan kepada hasil kerja kelompok lain 7 siswa (21%), dan

ketepatan mengerjakan tugas individu sebanyak 27 siswa (81,8%). Hasil

kegiatan belajar siswa siklus II disajikan dalam grafik berikut ini.

Grafik 3. Kegiatan belajar siswa siklus II.

20 15 7 27 0 5 10 15 20 25 30 B a n y a k n y a S is w a 1

Aspek Kegiatan Siswa

Menyampaikan ide dalam kerja kelompok

Bertanya kepada guru

Memberikan tanggapan kepada hasil kerja kelompok lain

[image:42.595.122.501.463.719.2]
(43)
[image:43.595.116.501.84.367.2]

31

Gambar 3. Kegiatan belajar siswa siklus II.

2) Hasil Belajar Siswa.

Jenis tes hasil belajar siswa yang diberikan pada siklus II pada

pertemuan 1 berupa tes isian sebanyak 10 item dan pada pertemuan

ke 2 berupa tes uraian sebanyak 2 item. Adapun hasil tes tersebut

adalah sebagai berikut.

Tabel 5. Hasil tes belajar siswa siklus II.

No. Rentang Nilai Frekuensi Kualifikasi Keterangan

1. 86-100 5 Sangat Baik Tuntas

2. 71-85 25 Baik Tuntas

3. 56-70 3 Sedang Tidak Tuntas

4. 41-55 - Kurang -

[image:43.595.115.505.608.747.2]
(44)

32

Berdasarkan tabel 5 pada halaman 38 dapat disimpulkan bahwa hasil

belajar siswa pada siklus II mengalami peningkatan bila dibandingkan

dengan siklus I. Jumlah siswa yang telah tuntas sebanyak 30 siswa (90,9

%). Hasil belajar siswa siklus II disajikan dalam bentuk diagram batang

[image:44.595.122.503.232.504.2]

berikut ini.

Grafik 4. Hasil belajar siswa siklus II.

3) Hasil Angket Siswa.

Untuk mengetahui tanggapan siswa terhadap metode kerja

kelompok, pada akhir pembelajaran siklus II pertemuan kedua guru

membagikan lembar angket kepada 10 orang siswa secara acak.

Adapun hasil angket siswa tersebut disajikan dalam bentuk tabel

pada halaman berikut ini.

5

25

3 0 0

0 5 10 15 20 25

Ban ya

k

nya S

is

wa

Nilai 86-100 Nilai 71-85 Nilai 56-70 Nilai 41-55 Nilai 26-40

(45)
[image:45.595.114.509.109.274.2]

33

Tabel 6. Hasil angket siswa siklus II.

No. Aspek yang Ditanyakan

Frekuensi Jawaban Siswa

Ya Tidak 1. Kesulitan dalam menyampaikan pendapat dalam

kerja kelompok. 6 4

2. Kesulitan bertanya kepada guru. 7 3

3. Kesulitan dalam memberikan komentar atau

pendapat terhadap hasil kerja kelompok lain. 7 3 4. Tingkat kesulitan tes hasil belajar. 4 6

5 Tanggapan siswa yang senang terhadap belajar

melalui kerja kelompok. 10 0

Berdasarkan tabel 6 di atas secara umum siswa merasa senang belajar

dengan cara kerja kelompok. Dari 10 siswa semuanya menjawab

senang.

d. Refleksi Siklus II 1) Kekurangan Siklus II

a) Belum semua siswa memberikan pendapat dalam proses

belajar/kerja kelompok.

b) Tidak semua siswa berani mengajukan pertanyaan kepada guru

ketika menghadapi kesulitan.

c) Tidak semua siswa berani menanggapi hasil kerja kelompok

lain ketika salah satu kelompok membacakan hasil kerjanya di

depan kelas.

2) Kelebihan dan Keunggulan yang Muncul pada Siklus II.

a) Suasana pembelajaran dengan kerja kelompok berlangsung

menyenangkan bagi anak. Hal ini terlihat dari antusias dan

(46)

34

Meskipun dengan bahasa yang belum sistematik, namun

mereka telah berani mengemukakan pendapat.

b) Proses pembelajaran dengan kerja kelompok memotivasi

semangat belajar siswa. Masing-masing kelompok berusaha

menyelesaikan tugas lebih awal. Terdapat rasa persaingan di

antara kelompok.

3) Upaya Perbaikan dari Kekurangan yang Muncul.

a) Perlunya bimbingan dan motivasi yang lebih dekat, terutama

kepada siswa yang pendiam atau pemalu agar berani

mengemukakan pendapatnya.

b) Perlunya bimbingan dalam menyusun kalimat yang sistematis

dalam mengemukakan pendapat atau sanggahan.

B. Pembahasan. 1. Siklus I.

Pada siklus I proses pembelajaran berlangsung belum maksimal.

Aktivitas dan partisipasi siswa dalam kerja kelompok masih didominasi

oleh sebagian kecil siswa, terutama ketua kelompok saja. Sementara siswa

lain selaku anggota kelompok masih canggung dalam mengerjakan tugas

secara kerja kelompok. Dari 33 siswa terdapat 10 siswa yang

menyampaikan pendapat, 6 siswa bertanya kepada guru, dan 3 siswa

menyampaikan sanggahan ketika salah satu kelompok membacakan hasil

kerjanya di depan kelas. Sedangkan hasil belajar siswa pada siklus I, siswa

yang tuntas baru mencapai 23 dari 33 siswa, atau sekitar 69,7 %. Terdapat

(47)

35

Untuk mengetahui kesan dan tanggapan siswa terhadap metode kerja

kelompok, guru membagikan lembar angket kepada 10 siswa secara

random. Sementara itu dari hasil angket tersebut, terdapat 6 dari 10 siswa

yang menjawab senang dengan belajar kelompok. Semua kekurangan pada

siklus I menjadi bahan perbaikan pada siklus II.

2. Siklus II.

Pada siklus II tingkat aktivitas dan partisipasi siswa dalam kerja

kelompok meningkat dibanding dengan siklus I. Kondisi ini dipengaruhi

oleh pengalamn mereka pada siklus I. Siswa telah mulai terbiasa dan telah

memiliki rasa percaya diri dalam menyampaikan pendapat. Dari 4 aspek

aktivitas belajar siswa, terdapat 20 siswa yang menyampaikan pendapat,

15 siswa bertanya kepada guru, 7 siswa menanggapi hasil kerja kelompok

lain, dan 27 siswa mengerjakan tugas individu tepat waktu.

Pada siklus II siswa yang tuntas sebanyak 30 (90,9 %) dari 33 siswa.

Dalam hal ini terdapat peningkatan sebesar 21,2 % dibandingkan dengan

siklus I, atau terjadi peningkatan 50,9 % jika dibandingkan dengan

sebelum dilakukan penelitian. Hasil penelitian secara umum disajikan

[image:47.595.114.514.651.747.2]

dalam tabel berikut ini.

Tabel 7. Ketuntasan belajar siswa sebelum dan sesudah senelitian.

No. Ketuntasan Belajar Siswa

Sebelum Penelitian Siklus I Siklus II

(48)

36

Tabel 7 pada halaman 42 juga disajikan dalam bentuk diagram batang

[image:48.595.115.508.158.396.2]

berikut ini.

Grafik 5. Ketuntasan belajar siswa sebelumdan sesudah penelitian.

Dari hasil pembahasan tersebut di atas menunjukkan bahwa

pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial yang dikembangkan dengan metode

kerja kelompok dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Hasil akhir penelitian

jumlah siswa yang tuntas sebanyak 30 siswa (90,9 %) dari 33 siswa.

Sedangkan indikator keberhasilan penelitian yang ditetapkan adalah minimal

80 % dari siswa tuntas dan memperoleh nilai KKM 65,0 atau lebih. 13 23 30 0 5 10 15 20 25 30 B a n y a k n y a S is w a 1

Ketuntasan Belajar Siswa

Sebelum Penelitian

Siklus I

(49)

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan

Berdasarkan hasil pembahasan pada BAB IV dapat disimpulkan

bahwa:

1. Penerapan metode kerja kelompok dapat meningkatkan hasil belajar siswa

kelas V SDN 02 Lesung Bhakti Jaya, Kecamatan Lambu Kibang pada

pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial. Hasil akhir dari penelitian ini

menunjukkan bahwa, sebelum dilakukan penelitian jumlah siswa yang

tuntas hanya 13 siswa (40 %) dari 33 siswa. Setelah dilakukan penelitian

jumlah siswa yang tuntas sebanyak 30 siswa (90,9 %) dari 33 siswa.

2. Penerapan metode kerja kelompok juga dapat meningkatkan keterlibatan

dan aktivitas belajar siswa selama mengikuti proses pembelajaran. Dari

analisis hasil akhir pada penelitian ini menunjukkan dari 4 aspek aktivitas

belajar siswa yang diteliti, terdapat 20 siswa (60,6 %) yang menyampaikan

pendapat, 15 siswa (45,5 %) bertanya kepada guru, 7 siswa (21 %)

menanggapi hasil kerja kelompok lain, dan sebanyak 27 siswa (81,8 %)

mengerjakan tugas individu tepat waktu. Hasil angket siswa pada siklus II

tentang tanggapan mereka terhadap metode kerja kelompok terdapat 10

siswa (100 %) dari 10 angket yang dijawab dengan pernyataan senang

(50)

45

B. Saran.

Berdasarkan hasil penelitian ini, peneliti menyarankan kepada:

1. Para siswa supaya belajar dengan tekun dan terus berlatih mengemukakan

pendapatnya kepada teman, jangan malu untuk betanya kepada teman dan

guru ketika sedang belajar.

2. Para Guru untuk menerapkan metode kerja kelompok pada pembelajaran

Ilmu Pengetahuan Sosial maupun pembelajaran lainnya.

3. Kepala Sekolah untuk memfasilitasi serta menyediakan sarana dan

prasarana kepada guru dalam upaya meningkatkan pembelajaran serta

pelaksanaan penelitian tindakan kelas.

4. Peneliti berikutnya agar mencoba melakukan penelitian yang sama dengan

(51)

46

DAFTAR PUSTAKA

Abimanyu, Soli, dkk. 2008. Strategi Pembelajaran. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta.

Anitah, W, dkk. 2008. Strategi Pembelajaran di SD. Universitas Terbuka. Jakarta.

Asra, dkk. 2007. Komputer dan Media Pembelajaran SD. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta.

Aunurrahman. 2009. Penelitian Pendidikan SD. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Departemen Pendidikan Nasional.Jakarta.

Departemen Pendidikan Nasional. 2008. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22, 23, dan 24 Tahun 2006. Departemen Pendidikan Nasional Ditjen Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta.

Hidayati, dkk. 2008. Pengembangan Pendidikan IPS SD. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta.

Lapono, Nabisi, dkk. 2009. Belajar dan Pembelajaran SD. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta.

Munawar, Indra. 2009. Pengertian dan definisi hasil Belajar. http://indramunawar.blogspot.com/2009/06/hasil-belajar-pengertian-dan-definisi.html (Download 6 Januari 2010).

Nursidik, Kurniawan (2007). Karakteristik Pendidikan Usia SD.

http://nhowitzer.multiply.com/journal/item/3/KARAKTERISTIK_PENDI DIKA_USIA_SD (unduh 4 Januari 2010).

.Sutrisno, Leo, dkk. 2007. Pengembangan Pembelajaran IPA SD. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta.

Gambar

Gambar 1. Alur Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas.
Gambar 1. Guru membagikan LKS kepada salah satu kelompok.
Gambar 3. Guru mengamati aktivitas belajar siswa.
Tabel 1. Hasil kegiatan belajar siswa siklus I.
+7

Referensi

Dokumen terkait

Lalu yang terakhir yaitu hasil penelitian dengan judul sejarah berkembangnya agama Islam di Tanah Karo Sumatera Utara pada tahun 1980-2010 menjelaskan bahwa Sejarah

Pada bab ini berisi tentang latar belakang masalah kepemimpinan spiritual, rumusan masalah yang timbul dari latar belakang tersebut, tujuan penelitian, manfaat penelitian,

Bantalan (Bearing) merupakan salah satu bagian dari elemen mesin yang memegang peranan cukup penting karena fungsi dari bantalan yaitu untuk menumpu sebuah poros

Pato$isiologi rinosinusitis digambarkan sebagai lingkaran tetutup, dimulai dengan in$lamasi mukosa hidung khususnya kompleks osteomeatal. edem mukosa akan

Usaha Pengembangan Budidaya Cabe yang akan dikembangkan di Kelompoktani Harapan Jaya Kampung Singkup Kelurahan Singkup Kecamatan Purbaratu Kota Tasikmalaya akan

Penilaian Bapak/Ibu akan digunakan sebagai validasi dan masukan untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas instrument ini sehingga bisa diketahui layak atau tidak

Apabila dilihat berdasarkan lingkup Provinsi, maka Provinsi Papua Barat memiliki laju pertumbuhan ekonomi yang paling tinggi jika dibandingkan dengan seluruh Provinsi

Kata depan atau preposisi adalah kata yang selalu berada di depan kata benda, kata sifat, atau kata kerja untuk membentuk gabungan kata depan (frasa