• Tidak ada hasil yang ditemukan

Beberapa Faktor Yang Mempengaruhi Kejadian Diare Rotavirus Akut

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Beberapa Faktor Yang Mempengaruhi Kejadian Diare Rotavirus Akut"

Copied!
81
0
0

Teks penuh

(1)

BEBERAPA FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

KEJADIAN DIARE ROTAVIRUS AKUT

T E S I S

OLEH

GUNTUR

057027005 / KT

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

BEBERAPA FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

KEJADIAN DIARE ROTAVIRUS AKUT

T E S I S

Untuk memperoleh gelar Magister Kedokteran Tropis

dalam Program Studi Ilmu Kedokteran Tropis

pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara

OLEH

GUNTUR

057027005 / KT

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

Judul Tesis : BEBERAPA FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN DIARE ROTAVIRUS AKUT

Nama Mahasiswa : G U N T U R

Nomor Pokok : 057027005

Program Studi : Ilmu Kedokteran Tropis

Menyetujui,

Komisi Pembimbing

( Prof.dr.Atan Baas Sinuhaji, SpAK ) Ketua

( dr.R. Lia Kusumawati,MS,SpMK) ( Drs. Abdul Jalil Amri A, MKes ) Anggota Anggota

( Prof.dr.Guslihan D.Tjipta,SpAK ) ( Dr.dr.Rosihan Anwar,DMM,MS,SpMK ) Pembanding Pembanding

Ketua Program Studi, Direktur,

(4)

Telah diuji pada

Tanggal 11 Februari 2008

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Prof. dr. Atan Baas Sinuhaji, SpA(K)

Anggota : dr. R. Lia Kusumawati, MS, SpMK

Drs. Abdul Jalil Amri A, MKes

(5)

RINGKASAN

Penelitian ini dilaksanakan di RSU Pirngadi Medan dari tanggal 21 Juni 2007

sampai 25 September 2007. Selama periode tersebut terdapat 226 anak berumur di

bawah 24 bulan yang menjalani rawat inap karena diare. Dari jumlah tersebut

berhasil didapatkan 96 sampel tinja anak yang menderita diare cair akut tanpa

disertai penyakit penyerta yang berat, dengan perincian sebanyak 58 sampel

ditemukan Rotavirus dan 38 sampel tidak ditemukan Rotavirus. Berdasarkan data

tersebut diketahui bahwa jumlah penderita diare rotavirus adalah lebih banyak dari

bukan diare rotavirus dan angka insidensi diare rotavirus adalah sebesar 25,66% .

Penelitian ini bertujuan untuk mencari faktor-faktor yang dapat mempengaruhi

terjadinya diare rotavirus sehingga dapat diupayakan usaha-usaha pencegahan .

Sebuah studi komparatif dilakukan pada kelompok penderita diare rotavirus dan

kelompok bukan diare rotavirus untuk dilihat hubungannya dengan pemberian ASI,

masalah higiene yaitu memasak sampai mendidih air untuk minum atau susu, cuci

tangan sebelum memberi makan/minum kepada anak dan masalah sosial yaitu

kepadatan penghuni rumah penderita yang padat, jarak umur penderita yang dekat

dengan saudaranya, dan data yang bersifat obyektif yaitu jenis kelamin dan umur.

Ternyata yang mempengaruhi terjadinya diare rotavirus adalah faktor umur

penderita, terutama umur 13 sampai 24 bulan, dan pemberian imunisasi dapat

dilakukan sebagai usaha pencegahan diare rotavirus pada anak berumur di bawah 24

bulan. Untuk menentukan adanya pengaruh musim terhadap kejadian diare rotavirus,

diperlukan penelitian yang lebih lama yaitu sepanjang tahun.

(6)

ABSTRACT

This research was conducted in Pirngadi General Hospital Medan, from 21st

June

2007 to 25th September 2007. During that period, there were 226 children less than 24

months of age were admitted because of diarrhoea. Of those amounts, there were 96

faeces samples can be collected from acute watery diarrhoea patient without

accompanied severe disease, with detail counted 58 samples have Rotavirus and 38

samples without Rotavirus. Based on the data known that amount patients of

rotaviral diarrhoea is more than not rotaviral diarrhoea and incidence rate of rotaviral

diarrhoea is equal to 25,66%.

The aim of this research to look for factors influencing rotaviral diarrhoea so that

can be strived the efforts of prevention.

A comparative study was done at both groups patient of rotaviral diarrhoea and

not rotaviral diarrhoea, for look the link of breast feeding, hygiene factors like using

boiled water for drink or milk and hand washing before giving food/ drink, social

factors like crowded home and closed age distance, and objective data like gender

and age. In conclusion, only age factor influencing rotaviral diarrhoea, especially age

between 13 until 24 months, and immunization can be done as preventive effort of

rotaviral diarrhoea for children less than 24 months. To determine influence of

season to occurrence of rotaviral diarrhoea needed longer research through the year.

(7)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis persembahkan ke hadirat Tuhan yang maha pengasih dan

penyayang, atas berkat dan pimpinanNya, telah berhasil menyelesaikan penelitian

dan penulisan tesis serta studi ini.

Terima kasih tak terhingga buat kedua orangtua, isteri dan anak-anak tercinta,

yang telah menjadi penolong, pendorong dan penghibur untuk tetap tabah dan tegar

sampai dengan selesainya pendidikan ini.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada :

01. Prof. dr. Chairuddin P. Lubis, DTM&H, SpA(K), D.S.P.N., selaku Rektor

Universitas Sumatera Utara dan dosen program studi Ilmu Kedokteran Tropis.

02. Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B., MSc, selaku Direktur Sekolah Pascasarjana

Universitas Sumatera Utara, beserta jajarannya.

03. Prof.Dr.dr. Syahril Pasaribu, DTM&H, MSc(CTM), SpA(K), selaku ketua

program studi, pembimbing dan dosen Ilmu Kedokteran Tropis, Sekolah Pasca-

sarjana Universitas Sumatera Utara.

04. Prof.dr. Atan Baas Sinuhaji, SpA(K), dr. R.Lia Kusumawati, MS, SpMK, Drs.

Abdul Jalil Amri A., MKes, selaku Komisi Pembimbing tesis dan dosen.

05. Prof.dr. Guslihan Dasa Tjipta, SpA(K), Dr.dr. Rosihan Anwar, DMM,MS,SpMK

selaku Komisi Pembanding tesis dan dosen.

06. Direktur RSU Pirngadi Medan atas kesediaannya mengizinkan RSU Pirngadi

(8)

07. Dr.Chairul Adilla,SpA, selaku Kepala UPF Anak ,dr. Berlian Hasibuan,SpA, dan

dr.Feraluna Nasution,SpA,selaku staf bagian gastroenterologi anak RSU Pirngadi

Medan.

08. Laboratorium Klinik Pramita Medan atas diizinkannya peneliti menggunakan sa-

rana laboratorium mikrobiologi dan bantuan sumber daya manusia.

09. Enseval Putera Megatrading PT atas bantuannya untuk mendatangkan peralatan

diagnostik Rotavirus.

10. Fitra Adi Utomo,SP dan Siswanto Syahputra selaku staf sekretariat Program

Studi Ilmu Kedokteran Tropis pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera

Utara .

11. Semua pihak yang ikut membantu terlaksananya penelitian ini.

Harapan penulis bahwasannya hasil penelitian ini bermanfaat untuk menambah

khasanah ilmu pengetahuan dan berguna untuk kepentingan pengabdian masyarakat.

Akhir kata, izinkanlah penulis untuk menyampaikan nasehat dari orang bijak

Don't let the pain of one season destroy the joy of all the rest.

Don't judge life by one difficult season. ”

Medan, Januari 2008

(9)

RIWAYAT HIDUP

A. Data Pribadi

Nama : Guntur

Tempat/ Tanggal lahir : Medan/ 28 Agustus 1972

Jenis kelamin : Laki-laki

Agama : Kristen

Status pernikahan : Kawin

Nama isteri : Susilawaty

Nama anak : 1. Shannon Nathanael ( 7 tahun ) 2. Christopher Nathanael ( 6 bulan )

Alamat rumah : Jl. Orion No.15. Medan. Sumatera Utara

B. Riwayat Pendidikan

1. SD PKMI 2, Medan, 1979 – 1985

2. SMP Sutomo 1, Medan, 1985 – 1988

3. SMA Sutomo 1, Medan, 1988 – 1991

4. Fakultas Kedokteran Unika Atma Jaya, Jakarta, 1991 – 2000

C. Riwayat Pekerjaan

1. Dokter Pegawai Tidak Tetap di RSU Pematang Siantar, Sumatera Utara,

2001 – 2004.

2. Dokter paruh waktu di RS Gleni International, Medan, 2002 – sekarang .

(10)

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PENGESAHAN i

LEMBAR PENETAPAN PANITIA PENGUJI ii

RINGKASAN iii

ABSTRACT iv

KATA PENGANTAR v

RIWAYAT HIDUP vii

DAFTAR ISI viii

DAFTAR SINGKATAN xi

DAFTAR GAMBAR xii

DAFTAR TABEL xiii

BAB I. PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang 1

1.2Perumusan Masalah 4

1.3Tujuan Penelitian 4

1.4Kerangka Konsep 5

1.5Hipotesa 6

(11)

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Diare Akut 7

2.2 Rotavirus 9

2.3 Epidemiologi Diare Rotavirus 12

2.4 Manifestasi Klinis Diare Rotavirus 15

2.5 Peranan ASI Pada Diare Rotavirus 18

BAB III. METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian 20

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian 20

3.3 Subyek Penelitian 20

3.4 Kriteria Inklusi 20

3.5 Kriteria Eksklusi 21

3.6 Perkiraan Besar Sampel 21

3.7 Definisi Operasional 21

3.8 Kerangka Kerja 23

3.9 Cara Kerja 24

3.10 Variabel yang Diamati 25

3.11 Analisa Statistik 26

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitian 27

(12)

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan 39

5.2. Saran 39

DAFTAR PUSTAKA 40

(13)

DAFTAR SINGKATAN

ASI : Air Susu Ibu

Balita : Anak di bawah lima tahun

BB : Berat Badan

BKKBN : Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional

CDC : Centers for Disease Control and Prevention

Depkes RI : Departemen Kesehatan Republik Indonesia

Ditjen PP-PL : Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan

dkk : dan kawan-kawan

et al : et alii (Latin) atau et aliances (Perancis)

ICT : Immunochromatography technique

Kepmenkes RI : Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia

KKP : Kurang Kalori Protein

MEP : Malnutrisi Energi Protein

OR : Odd’s Ratio

PCR : Polymerase Chain Reaction

PDAM : Perusahaan Daerah Air Minum

RNA : Ribonucleic Acid

SD : Simpangan Deviasi

(14)

DAFTAR GAMBAR

Judul Halaman

Gambar 1. Rotavirus yang berbentuk seperti roda. 11

Gambar 2. Gambar skematik dari partikel Rotavirus 11

Gambar 3. Urutan manifestasi klinis infeksi Rotavirus pada bayi 17

Gambar 4. Distribusi sampel berdasarkan hasil pemeriksaan Rotavirus

(15)

DAFTAR TABEL

Judul Halaman

Tabel 1. Distribusi sampel berdasarkan pemeriksaan Rotavirus dan

kelompok umur 28

Tabel 2. Distribusi sampel berdasarkan pemeriksaan Rotavirus dan

jenis kelamin 29

Tabel 3. Distribusi sampel berdasarkan pemeriksaan Rotavirus dan

pemberian ASI 30

Tabel 4. Distribusi sampel berdasarkan pemeriksaan Rotavirus dan

kebiasaan memasak air minum 31

Tabel 5. Distribusi sampel berdasarkan pemeriksaan Rotavirus dan

kebiasaan mencuci tangan sebelum memberi makan/ minum 31

Tabel 6. Distribusi sampel berdasarkan pemeriksaan Rotavirus dan

kepadatan rumah tempat tinggal 32

Tabel 7. Distribusi sampel berdasarkan pemeriksaan Rotavirus dan

jarak umur 33

(16)
(17)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Diare rotavirus adalah penyakit infeksi akut yang ditandai oleh buang air besar

yang cair dan muntah, disebabkan oleh Rotavirus, paling sering dijumpai pada anak

di bawah umur dua tahun (Midthun dan Black, 2000). Puncak kejadian klinis

penyakit ini adalah pada kelompok umur 6 sampai 24 bulan (Ditjen PP-PL, 2000) .

Rotavirus adalah salah satu penyebab utama diare pada anak-anak yang penting

di dunia (Brooks dkk, 2005). Bass (2004) memperkirakan lebih dari 125 juta kasus

diare setiap tahunnya pada anak di bawah lima tahun. Dari angka ini, 18 juta kasus

mempunyai tingkat keparahan sedang, dengan kira-kira 600.000 kematian per tahun.

Brooks dkk (2005) memperkirakan 50% sampai 60% kasus diare akut pada

anak-anak yang dirawat di rumah sakit di seluruh dunia disebabkan oleh Rotavirus. Di

negara maju mempunyai angka kesakitan yang tinggi tetapi angka kematiannya

rendah. Bass (2004) melaporkan bahwa di Amerika Serikat, setiap tahunnya ada

sekitar tiga juta kasus, dengan 50.000 kasus perlu rawat inap dan 20 sampai 40

kematian, sedangkan Naik (2004) memperkirakan di negara-negara miskin ada

sekitar 988 anak-anak mati setiap harinya karena infeksi Rotavirus.

Angka kejadian dan kematian akibat diare pada anak-anak di negara-negara

(18)

angka tersebut lebih tinggi secara bermakna dibandingkan dengan anak-anak yang

mendapat air susu ibu ( ASI ). Hal ini disebabkan karena nilai gizi ASI yang tinggi,

adanya antibodi pada ASI, lekosit, enzim, hormon dan lain-lain yang melindungi

bayi terhadap berbagai infeksi (Soetjiningsih, 1997).

Laporan mengenai kejadian infeksi Rotavirus di Indonesia masih sedikit.

Rotavirus pertama kali ditemukan pada tahun 1975 dari penderita diare yang dirawat

di Bagian Ilmu Kesehatan Anak FKUI – RSCM Jakarta. Prevalensinya pada waktu

itu ialah sebanyak 47%. Ternyata kemudian Rotavirus ini juga berhasil ditemukan di

Yogyakarta sekitar 40% (Abdoerrachman dkk, 1991). Suharyono (Noerasid dkk,

1994) mendapatkan angka 30,4% selama penelitian dari tahun 1979 sampai 1981

pada penderita diare akut sedangkan Teluk Sebodo,dkk (Noerasid dkk, 1994) pada

tahun 1977 mendapatkan angka 36,6%. Sunoto (1991) melaporkan angka kurang

lebih 30% sampai 40% terutama bayi dan anak usia 6 sampai 24 bulan.

Bagian Ilmu Kesehatan Anak FK USU – RSU Pirngadi Medan telah melakukan

empat kali penelitian dari tahun 1979 sampai 1982 dengan menggunakan teknik

pemeriksaan enzyme linked immunosorbent assay. Laporan pertama oleh Purba dkk

(1979) ditemukan Rotavirus pada tinja 12 (57,1%) dari 21 penderita yang berusia di

bawah lima tahun dan semua penderita diare rotavirus tersebut berusia antara nol

sampai dua tahun. Laporan kedua oleh Loebis dkk (1979) dijumpai 8 (30,7%) dari 26

penderita yang juga berumur di bawah lima tahun dengan umur tertua penderita diare

(19)

(42,1%) dari 19 penderita yang berusia di bawah tiga tahun dan semua penderita

diare rotavirus tersebut adalah berusia antara nol sampai dua tahun. Laporan keempat

oleh Razali dkk (1982) dijumpai 32 (54,2%) dari 59 penderita diare akut yang

berumur di bawah tiga tahun dengan Rotavirus di tinjanya. Dari 32 penderita ini,

hanya satu anak yang berumur di atas dua tahun.

Virus ini biasanya menyerang anak-anak yang hidup dalam kelompok yang

padat, misalnya di rumah perawatan anak, panti asuhan atau keluarga-keluarga besar

yang hidup berdesakan (Soedarto, 2004). Zahn dan Marshall (2006) melaporkan

penelitian di negara bagian Kentucky, Amerika Serikat, ditemukan bahwa

pengelolaan sanitasi yang efektif tidak menurunkan penyebaran penyakit ini dan

wabah jarang terjadi akibat penularan lewat sumber air dan makanan. Demikian juga

Guardado (2004) berkesimpulan bahwa di negara-negara maju yang sudah ada

sanitasi yang baik, pengolahan makanan yang aman dan suplai air bersih serta

perbaikan higiene, ternyata bisa menurunkan kejadian wabah diare akibat bakteri

tetapi tidak berpengaruh terhadap penyebaran Rotavirus.

Berdasarkan uraian di atas, akan dilaksanakan sebuah penelitian pada anak

berumur di bawah dua tahun yang menderita diare rotavirus untuk melihat pengaruh

dari pemberian ASI, masalah higiene dan masalah sosial terhadap kejadian diare

tersebut.

(20)

1.2. Perumusan Masalah

Masalah pada penelitian ini yaitu kasus diare rotavirus yang banyak pada anak di

bawah dua tahun, keadaan klinis yang ditimbulkan bisa berakibat dehidrasi ringan

sampai berat, bahkan kematian. Akibat hal tersebut maka perlu diteliti apakah ada

pengaruh dari faktor-faktor seperti pemberian ASI, masalah higiene yaitu memasak

sampai mendidih air untuk minum atau susu, cuci tangan sebelum memberi

makan/minum kepada anak dan masalah sosial yaitu kepadatan penghuni rumah

penderita yang padat, jarak umur penderita yang dekat dengan saudaranya terhadap

terjadinya diare rotavirus sehingga dapat diupayakan usaha-usaha pencegahannya .

1.3. Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan umum

Untuk mencari faktor-faktor tertentu yang dapat dipakai untuk mencegah atau

mengurangi kejadian diare rotavirus.

1.3.2 Tujuan khusus

1. Untuk mengetahui angka insidensi diare rotavirus pada anak berusia di

bawah dua tahun selama periode penelitian.

2. Untuk mengetahui apakah pemberian ASI mempunyai pengaruh terhadap

terjadinya diare rotavirus.

3. Untuk mengetahui apakah faktor higiene seperti memasak sampai mendidih

air untuk minum atau susu dan cuci tangan sebelum memberi makan/ mi-

(21)

4. Untuk mengetahui faktor sosial seperti kepadatan penghuni rumah penderita

dan jarak umur anak yang dekat dalam keluarga mempunyai pengaruh pada

terjadinya diare rotavirus.

1.4. Kerangka Konsep

Pemberian ASI, dibagi 3 kelompok, yaitu: 1. ASI eksklusif ,

2. ASI bersama susu formula, 3. Tidak mendapat ASI

Faktor higiene, yaitu:

• Memasak sampai mendidih air minum, dibagi 2 kelompok, yaitu:

1. Mendidih, 2. Tidak mendidih

• Cuci tangan sebelum memberi makan/ minum, dibagi 2 kelompok, yaitu:

(22)

1.5. Hipotesa

Ada pengaruh pemberian ASI, memasak sampai mendidih air untuk minum

atau susu, cuci tangan sebelum memberi makan/ minum kepada anak, kepadatan

penghuni rumah penderita yang padat, jarak umur anak yang dekat dalam

keluarga terhadap terjadinya diare rotavirus.

1.6. Manfaat Penelitian

1. Dapat diketahui beberapa faktor yang mempengaruhi kejadian diare rotavirus

sehingga berguna untuk usaha-usaha pencegahan ataupun usaha-usaha mengu

rangi kejadian diare tersebut.

2. Sebagai tambahan informasi kepada Dinas Kesehatan Kota Medan dan RSU

Pirngadi Medan mengenai angka insidensi diare rotavirus anak berusia di

bawah dua tahun selama periode penelitian .

(23)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Diare Akut

Diare adalah buang air besar dengan konsistensi encer, lebih dari tiga kali sehari,

dengan atau tanpa darah dan dengan atau tanpa lendir dalam tinja (Noerasid

dkk,1994). Meskipun demikian, konsistensi tinja sangat penting dibanding frekuensi

buang air besar. Keluarnya tinja padat yang sering bukanlah diare. Bayi yang hanya

mendapatkan ASI, sering mengeluarkan tinja seperti bubur, hal ini juga bukan diare

(WHO,2005).

Diare akut ialah diare yang terjadi secara mendadak dan sembuh dalam waktu

kurang dari 14 hari. Sedangkan diare yang berlangsung sampai 14 hari atau lebih

disebut diare kronik atau persistent diarrhoea (Suharyono,1991; Thapar dan

Sanderson,2004; WHO,2005). Menurut Suharyono (1986), masalah lain yang

berkaitan dengan diare akut adalah penyakit penyerta yaitu infeksi sistemik seperti

bronkopneumonia, ensefalitis, sepsis dan lain-lain maupun malnutrisi energi protein

berat. Hal ini bisa menyebabkan diare akut berlanjut menjadi diare kronik.

Menurut Sunoto (1991), peringkat urutan penyakit pada bayi dan balita yang

masih menempati urutan pertama adalah infeksi saluran pernafasan atas. Sedangkan

diare menempati urutan kedua dengan persentase sebesar 15% pada bayi dan 25%

(24)

Penyebab terbanyak diare akut adalah infeksi saluran pencernaan, dan pada

kelompok umur 6 sampai 24 bulan, penyebab terbanyak adalah Rotavirus

(Abdoerrachman dkk,1991 dan Sunoto,1991). Golongan virus lainnya yaitu Enteric

adenovirus serotipe 40 dan 41, Astrovirus, Calicivirus, Norwalk virus dan Norwalk

like virus, namun tidak sebanyak Rotavirus (Bass,2004 dan Brooks dkk,2005).

Enteric adenovirus merupakan penyebab diare kedua terpenting pada bayi dan

anak kecil setelah Rotavirus dan bersifat endemis. Astrovirus dan Calicivirus dapat

juga menyebabkan diare pada bayi dan anak kecil tetapi hanya bersifat sporadis.

Sedangkan Norwalk virus dan Norwalk like virus, hanya menyerang anak yang lebih

besar dan orang dewasa (Brooks dkk,2005).

Infeksi lainnya adalah oleh golongan bakteri seperti Vibrio cholera, Vibrio

parahaemoliticus, Escherichia coli, Salmonella spp., Shigella spp., Campylobacter

jejuni, Yersinia enterocolitica, Aeromonas hidrophilia dan sebagainya. Sedangkan

golongan parasit seperti Trichuris trichiura, Strongyloides stercoralis, Entamoeba

histolytica, Giardia lamblia, Cryptosporidium, Candida albicans dan sebagainya

(25)

2.2. Rotavirus

Rotavirus pertama sekali ditemukan oleh dua orang Australia yaitu Ruth Bishop

dan Ian Holmes di tahun 1973, pada biopsi mukosa duodenum bayi penderita diare

(Elliot dan Payne,2004; Zahn dan Marshall,2006). Virus yang berbentuk seperti roda

tersebut, termasuk dalam famili Reoviridae, diklasifikasikan menjadi 7 grup ( A, B,

C, D, E, F, G ), 2 subgrup ( I atau II ) dan serotipe (Bass,2004; Zahn dan

Marshall,2006). Grup A, tidak mempunyai persamaan sifat antigen dengan grup

lainnya, adalah penyebab tersering gastroenteritis pada manusia. Rotavirus grup B,

menyebabkan penyakit berat pada bayi dan orang dewasa di Cina, dan tidak

ditemukan di daerah lainnya. Rotavirus grup C, kadang-kadang dapat menyebabkan

wabah pada manusia, dan grup lainnya menyebabkan penyakit pada binatang

(Bass,2004).

Sifat Rotavirus adalah tidak stabil terhadap panas, pH 3 – 9 dan pelarut lemak,

tetapi dapat diinaktivasi oleh etanol 95%, fenol dan klorin, serta enzim proteolitik

seperti tripsin, pankreatin dan elastin dapat menambah infektivitasnya (Midthun dan

Black,2000; Brooks dkk,2005). Virus ini stabil pada suhu 37oC selama 1 jam atau

suhu kamar selama 24 jam (Midthun dan Black,2000).

Rotavirus mempunyai struktur sebagai berikut :

• Virion berukuran 65 – 75 nm, tidak beramplop atau tidak berselubung lipid

(26)

• Virus mempunyai dua lapis kapsid, di lapisan dalam terdapat kapsid

ikosahedral, sedangkan kapsid bagian luar mempunyai 32 kapsomer

(Soedarto,2004).

Inti virus mempunyai 11 segmen gen double-stranded RNA yang berada

dalam dua macam protein yaitu viral protein (vp) 1 dan vp3. Mengelilingi

inti ini, berturut-turut ada tiga kulit protein yaitu vp2 , vp6, dan vp7.

Menempel pada kulit bagian tengah dan menonjol dengan ujung tajam,

disebut vp4. Masing-masing protein ini, seperti lima protein nonstruktural

lainnya, masing-masing dikode oleh satu segmen gen. Vp6 membawa faktor

antigen yang digunakan untuk mengklasifikasikan Rotavirus dalam beberapa

grup, ditulis dengan huruf besar A sampai G. Protein nonstruktural yang

disebut nsp4, mempunyai aktivitas enterotoksin, menyebabkan peningkatan

kadar kalsium intraseluler, menghilangkan stabilitas membran, mengganggu

struktur sel dan akhirnya terjadi kematian sel (Zahn dan Marshall,2006).

Pada halaman berikut ini diperlihatkan gambar Rotavirus yang diambil dengan

mikroskop elektron oleh Elliot dan Payne (2004) dan gambaran skematik oleh Zahn

(27)

Gambar 1. Rotavirus yang berbentuk seperti roda. Gambar diambil dengan menggunakan mikroskop elektron (Elliot dan Payne,2004)

Gambar 2. Gambar skematik dari partikel Rotavirus (Zahn dan Marshall,2006)

(28)

2.3. Epidemiologi Diare Rotavirus

Rotavirus terdistribusi di seluruh dunia dan merupakan penyebab diare yang

penting pada bayi dan anak kecil. Kenyataannya, infeksi Rotavirus adalah umum

dijumpai di negara industri maupun di negara berkembang. Di negara maju,

konsekuensi klinis dari infeksi bisa diredakan dengan terjangkaunya pelayanan

suportif (Zahn dan Marshall,2006)

Menurut Midthun dan Black (2000), di negara beriklim sedang, diare rotavirus

dipengaruhi musim, dengan prevalensi tertinggi di saat cuaca berhawa dingin.

Selama musim dingin bisa mencapai 70% dari anak-anak yang dirawat karena diare,

sedangkan di musim panas jarang ditemukan. Zahn dan Marshall (2006) memberi

contoh di Amerika Serikat, banyak kasus ditemukan di musim gugur dan musim

dingin, dan jarangnya ditemukan di musim panas karena rendahnya tingkat

penyebaran virus sampai kondisi alam yang lebih mendukung pada musim

berikutnya. Dan kemungkinan lain adalah virus ini masih infeksius walaupun di alam

sampai beberapa bulan.

Midthun dan Black (2000) melaporkan bahwa di tempat-tempat yang beriklim

tropis , infeksi Rotavirus bisa ditemukan sepanjang tahun dan bisa lebih banyak

selama bulan-bulan yang lebih dingin dan panas. Penelitian Vargas dkk (2004) di

Ifakara, Tanzania menemukan bahwa frekuensi infeksi Rotavirus mencapai

puncaknya di musim kering dan ini sesuai dengan penelitian sebelumnya di tempat

(29)

disebabkan oleh Rotavirus dapat terjadi sepanjang tahun, dengan puncak kejadian

pada pertengahan musim kemarau yaitu Juli dan Agustus, sedangkan yang

disebabkan oleh bakteri, puncaknya pada pertengahan musim hujan yaitu Januari dan

Februari. Penelitian oleh Eko Raharjo dan Suharyono (Raharjo dkk,1993) di Jakarta

Utara pada tahun 1990, menunjukkan Rotavirus ditemukan sepanjang tahun dengan

persentase penderita diare rotavirus pada musim kemarau lebih tinggi daripada

musim penghujan.

Rotavirus ditularkan dari satu orang ke orang lainnya secara fekal-oral dan dapat

bertahan hidup selama beberapa jam pada tangan serta berhari-hari di tempat yang

terbuat dari kayu atau bahan pakaian (Sondheimer,2003). Dapat juga terjadi dalam

bentuk infeksi nosokomial seperti yang dilaporkan oleh Zahn dan Marshall (2006)

bahwa di Amerika Serikat, kira-kira seperempat kasus diare rotavirus di dapat

sebagai infeksi nosokomial.

Virus ini biasanya menyerang anak-anak yang hidup dalam kelompok padat,

misalnya di rumah perawatan anak, panti asuhan, atau keluarga-keluarga besar yang

hidup berdesakan (Bass,2004; Soedarto,2004).

Notoatmodjo (2003) membuat persyaratan rumah sehat, salah satunya adalah

harus mempunyai luas lantai bangunan yang cukup untuk penghuni di dalamnya,

artinya luas lantai bangunan tersebut harus disesuaikan dengan jumlah penghuninya.

Luas bangunan yang tidak sebanding dengan jumlah penghuninya akan

(30)

menyebabkan kurangnya konsumsi oksigen, juga bila salah satu anggota keluarga

terkena penyakit infeksi, akan mudah menular kepada anggota keluarga yang lain.

Luas bangunan yang optimum adalah apabila dapat menyediakan 2,5 sampai 3 m2

untuk tiap anggota keluarga.

Sebuah studi yang dilakukan oleh peneliti dari Program Survai Demografik dan

Kesehatan pada tahun 2002, menemukan bahwa anak-anak yang lahir dengan jarak

tiga tahun atau lebih akan lebih sehat dan memiliki kelangsungan hidup lebih besar

di setiap saat pertumbuhan semasa bayi dan balitanya (BKKBN,2006)

Zahn dan Marshall (2006) menemukan bahwa virus bisa terdapat di tinja,

rata-rata adalah 10 hari sejak timbulnya diare, dan bisa berlangsung sampai tiga minggu.

Tetapi pengeluaran virus ke dalam tinja sudah terjadi satu hari sebelum munculnya

gejala klinis.

Sebuah penelitian di Royal Children’s Hospital, Melbourne, Australia oleh

Richardson dkk (1998) pada 37 anak penderita diare rotavirus akut, memperlihatkan

bahwa terdapatnya virus dalam tinja bisa berlangsung dari 4 hari sampai 57 hari

sejak diare. Kelompok terbesar adalah di bawah 10 hari ( 16 anak ), sedangkan pada

kelompok 10 sampai 21 hari dan kelompok yang lebih dari 21 hari adalah

masing-masing 10 dan 11 anak. Mereka menulis bahwa perpanjangan ekskresi Rotavirus ini

berhubungan dengan respon imun yang mempengaruhi replikasi virus tersebut.

Rotavirus paling sering menyebabkan diare pada kelompok umur 6 sampai 24

(31)

terutama di negara berkembang dibandingkan di negara maju (Thapar dan

Sanderson,2004). Pada studi-studi di daerah pedesaan Bangladesh oleh Black dkk

(Midthun dan Black,2000), ditemukan bahwa insiden diare rotavirus terdapat pada

kelompok umur 3 sampai 24 bulan dengan puncaknya pada kelompok umur 6

sampai 11 bulan. Selain penelitian tersebut, juga penelitian di Guatemala,

menunjukkan diare rotavirus ditemukan sekali atau dua kali pada dua tahun pertama

kehidupan seorang anak.

Penelitian lain oleh Salinas dkk (2004) di Valencia, ibukota dari Carabobo,

propinsi di utara Venezuela, memperlihatkan proporsi infeksi Rotavirus menurut

kelompok umur adalah sebagai berikut: 12% pada umur 0 sampai 2 bulan, 28% pada

umur 3 sampai 11 bulan, 23% pada umur 12 sampai 23 bulan dan 14% pada

kelompok umur 24 – 59 bulan.

2.4. Manifestasi Klinis Diare Rotavirus

Midthun dan Black (2000) mengatakan bahwa infeksi Rotavirus bisa asimtomatis

ataupun menyebabkan diare dengan dehidrasi ringan sampai berat. Penelitian di

Malaysia oleh Hsu dkk (2005) memperlihatkan bahwa jumlah penderita diare

rotavirus yang merupakan kunjungan rawat jalan adalah dua kali lebih banyak

dibandingkan dengan yang harus menjalani rawat inap.

Diare dapat terjadi karena adanya pemendekan jonjot usus, peningkatan infiltrasi

sel radang pada lamina propria, pembengkakan mitokondria dan bentuk dari

(32)

kemampuan menyerap cairan dan elektrolit usus halus akan terganggu dan juga

pencernaan makanan terutama karbohidrat terganggu dengan hasil akhir timbul diare

(Abdoerrachman dkk,1991)

Gejala klinis jarang terjadi pada neonatus dan bayi di bawah tiga bulan karena

adanya antibodi maternal yang didapat secara transplasenta, antibodi dan faktor lain

yang didapat dari air susu ibu dan terjadinya perubahan bentuk mukosa usus sesuai

usia bayi (Hart dkk,2000; Zahn dan Marshall,2006).

Setelah umur dua tahun, hampir semua anak sudah memiliki antibodi terhadap

Rotavirus, dan titernya akan terus meningkat sampai dewasa. Titer antibodi yang

mula-mula berasal dari ibunya dan meningkatnya antibodi ini karena infeksi

berulang yang didapat kemudian (Midthun dan Black,2000). Ini bisa menerangkan

kejadian klinis dan derajat beratnya infeksi Rotavirus yang berkurang dengan

bertambahnya umur di atas dua tahun (Salinas,2004; Zahn dan Marshall,2006).

Masa inkubasi berkisar dari satu sampai lima hari dan biasanya kurang dari 48

jam (Midthun dan Black,2000). Lamanya diare biasanya berlangsung sampai lima

atau tujuh hari, tetapi infeksi kronik dapat terjadi pada anak yang imunodefisiensi

dan penyakit bisa lebih berat pada penderita malnutrisi (Pickering dan Cleary,2004).

Menurut Midthun dan Black (2000), penyakit ini ditandai oleh timbulnya secara

mendadak diare dengan tinja cair dan muntah-muntah. Muntahnya bisa mendahului

diare dan biasanya berhenti dalam waktu dua hari, meskipun demikian, Zahn dan

(33)

ditemukan demam dengan suhu badan bisa mencapai lebih 38,9 oC. Kadang-kadang

infeksi virus ini tidak menimbulkan gejala diare.

Sungkapalee dkk (2006) melaporkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan

pada manifestasi klinis diare akut akibat Rotavirus dengan kelompok bukan

Rotavirus seperti Salmonella grup A – I, Shigella, Vibrio dan enteropathogenic

Escherichia coli grup I, II dan III. Pada pemeriksaan tinja yang ada darah hanya

2,2% dan yang ada lekosit sebanyak 11,1%. Sedangkan Bass (2004) melaporkan

tidak ditemukan darah maupun lekosit dan Pickering dan Cleary (2004)

menambahkan bahwa tidak ditemukan lendir pada tinja.

Pada kasus yang terjadi pada bayi, gejala klinisnya lebih berat dibandingkan

dengan enteropatogen lainnya. Dan koinfeksi dengan patogen lainnya tidak

memperberat penyakitnya (Hart dkk, 2003).

Gambar 3. Urutan manifestasi klinis infeksi Rotavirus pada bayi (Zahn dan

(34)

2.5. Peranan ASI Pada Diare Rotavirus

Pada waktu lahir sampai beberapa bulan sesudahnya, bayi belum dapat

membentuk kekebalan sendiri secara sempurna. ASI menyediakan perlindungan

yang unik terhadap infeksi dan alergi, merangsang perkembangan yang memadai

dari sistem imunologi bayi sendiri. ASI memberikan zat-zat kekebalan yang belum

dibuat oleh bayi tersebut. Selain itu ASI juga mengandung beberapa komponen

antiinflamasi, yang fungsinya belum banyak diketahui. Sehingga bayi yang minum

ASI lebih jarang sakit, terutama pada awal kehidupannya (Soetjiningsih,1997).

Dengan adanya komponen-komponen zat anti infeksi, maka bayi yang minum

ASI akan terlindungi dari berbagai infeksi, baik yang disebabkan bakteri, virus,

parasit dan antigen lainnya (Soetjiningsih,1997). Beberapa penelitian yang sudah

dilakukan seperti di Haryana, India pada Oktober 1999 sampai Juni 2000 oleh

Bhandari (Lane,2003), dan juga di desa Halloki, Lahore, Pakistan (1984-1987,

1990-1992, 1995-1997) oleh Saleemi (2004), memperlihatkan penyakit diare berkurang

secara signifikan pada enam bulan pertama kehidupan pada kelompok bayi yang

mendapat ASI eksklusif selama empat sampai enam bulan.

Penelitian di Valencia, Carabobo, bagian utara Venezuela dari Januari 1998

sampai Desember 2002 oleh Salinas (2004), memperlihatkan bahwa pemberian ASI

sampai usia enam bulan mempunyai efek proteksi terhadap diare rotavirus pada

(35)

bayi yang mendapatkan susu formula dibandingkan bayi yang mendapat ASI, baik

secara eksklusif ataupun bersamaan dengan susu formula yang hanya 18%.

Faktor-faktor antivirus dalam ASI yang dapat melawan Rotavirus adalah

Imunoglobulin (Ig) A sekretori, makromolekul dan non imunoglobulin, seperti

mucin yang ditemukan di membran dari butiran lemak (Soetjiningsih,1997). Mucin

terdiri dari beberapa molekul kecil, glikoprotein 70kDa ( butyrophilin ) dan

lactadherin (Newburg dkk, 1998).

Lactadherin adalah glikoprotein 46 kDa yang diproduksi sel epitel payudara

selama menyusui. Melindungi dari infeksi Rotavirus dengan cara mengikatkan diri

pada virus tersebut sehingga menghambat perlekatan virus dengan reseptor sel

pejamu. Jadi, di sini lactadherin berfungsi secara penghambat kompetitif. Dari

faktor-faktor yang telah disebutkan di atas ternyata lactadherin lebih berperanan

(36)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Desain Penelitian

Desain penelitian ini adalah studi komparatif. Studi ini membandingkan antara

dua kelompok penderita diare cair akut berumur di bawah dua tahun, yaitu

kelompok yang ada Rotavirus dengan kelompok yang tidak ada Rotavirus,

kemudian dilihat pengaruh dari faktor-faktor seperti pemberian ASI, memasak

sampai mendidih air untuk minum atau susu, cuci tangan sebelum memberi

makan/ minum kepada anak, kepadatan penghuni rumah penderita yang padat,

jarak umur anak yang dekat dalam keluarga terhadap kejadian diare tersebut.

3.2. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat penelitian adalah Rumah Sakit Umum Pirngadi Medan dan pemerik-

saan Rotavirus dilakukan di salah satu laboratorium klinik swasta di Medan.

2. Penelitian dilaksanakan dari tanggal 21 Juni 2007 sampai 25 September 2007.

3.3. Subyek Penelitian

Subyek penelitian adalah populasi terjangkau yaitu pasien baru anak-anak

berumur di bawah dua tahun yang menderita diare cair akut dan menjalani rawat

inap di Rumah Sakit Umum Pirngadi Medan.

3.4. Kriteria Inklusi :

(37)

2. Bersedia mengikuti penelitian yang dibuktikan dengan surat persetujuan orang

tua atau walinya.

3.5. Kriteria Eksklusi :

1. Pasien dengan penyakit penyerta yang berat seperti gizi buruk, ensefalitis,

meningitis, sepsis, bronkopneumonia dan lain-lain.

2. Bila saat pasien masuk rumah sakit sudah menderita diare 14 hari atau lebih.

3. Tidak mendapatkan tinja untuk diperiksa.

3.6. Perkiraan Besar Sampel

Besar sampel dihitung berdasarkan rumus (Madiyono dkk,2002) :

n = ( Z 2 PQ ) / d2

di mana, P = proporsi penyakit, berdasarkan pustaka, proporsi diare rotavirus se- belumnya adalah 0,46 .

Q = ( 1- P )

d = tingkat ketepatan absolut yang dikehendaki, ditetapkan 0,1

= tingkat kemaknaan, ditetapkan sebesar 95%, maka Z = 1,96

maka diperoleh n = 95,43

Dengan demikian jumlah sampel ditetapkan 96 orang.

3.7. Definisi Operasional

1. Diare cair akut adalah buang air besar dengan konsistensi cair, lebih dari tiga

kali sehari, terjadinya secara mendadak, dan sembuh dalam waktu kurang dari

(38)

umur dengan Z score terletak < -3 SD (standar deviasi) dan atau disertai tanda

klinis kwashiorkor, marasmus, marasmus-kwashiorkor (Kepmenkes RI,2004).

3. Infeksi nosokomial menurut CDC (Pittet dkk,1999) adalah kejadian infeksi

yang muncul sekurang-kurangnya 48 jam setelah menjalani rawat inap di

rumah sakit tanpa ada bukti bahwa infeksi tersebut sudah ada atau sedang

dalam masa inkubasi saat masuk rumah sakit.

4. Insiden adalah jumlah kasus baru suatu penyakit yang terjadi selama satu masa

tertentu (Bia dkk,1994).

5. Prevalensi adalah jumlah total kasus-kasus penyakit yang terjadi pada suatu

waktu tertentu di suatu wilayah (Bia dkk,1994).

6. ASI eksklusif artinya bayi hanya diberikan ASI sebagai makanannya selama

empat sampai enam bulan pertama kehidupan (Padmawati, 1997 dan Roesli,

2005).

7. Rumah tempat tinggal yang padat adalah rumah yang luas bangunannya untuk

tiap anggota keluarga kurang dari 2,5 m2 (Notoatmodjo,2003).

8. Rumah tempat tinggal yang tidak padat adalah rumah yang luas bangunannya

untuk tiap anggota keluarga lebih dari 2,5 m2

(Notoatmodjo,2003).

9. Jarak umur anak yang dekat dalam keluarga adalah kurang dari tiga tahun

(BKKBN,2006).

10. Jarak umur anak yang jarang dalam keluarga adalah tiga tahun atau lebih

(39)

3.8. Kerangka Kerja

Ya

Tidak

Populasi terjangkau yang memenuhi kriteria inklusi

Kriteria eksklusi

Tinja diperiksa dengan VIKIA Rota-Adeno

Rotavirus ( + ) Rotavirus (

-

)

Diteliti hubungannya dengan variabel-variabel sebagai berikut: 1. Pemberian ASI.

2. Memasak sampai mendidih air untuk minum atau susu. 3 Cuci tangan sebelum memberi makan/ minum kepada anak. 4. Kepadatan penghuni rumah penderita.

5. Jarak umur anak dalam keluarga.

(40)

3.9. Cara Kerja

1. Orang tua/wali pasien diminta persetujuannya supaya anaknya boleh diikutkan

dalam penelitian ini.

2. Semua penderita dicatat identitasnya yaitu nama, umur/tanggal lahir, jenis

kelamin, alamat dan nomor telepon yang bisa dihubungi, dan nama orangtua/

wali.

3. Untuk pencatatan berat badan dilakukan sebagai berikut :

Pada anak kurang dari 1 tahun, penimbangan berat badan dilakukan tanpa

busana, sedangkan yang berumur 1 tahun sampai 2 tahun dilakukan tanpa alas

kaki.

4. Dicatat juga mengenai adanya penyakit penyerta yang berat seperti penyakit

dengan penurunan kesadaran, ensefalitis, meningitis, sepsis, bronkopneumonia

dan gizi buruk. Bila ada, tidak diikutkan dalam penelitian.

5. Orangtua/wali/ pengasuh yang mengetahui penyakit pasien ditanya mengenai:

• Kapan anaknya mulai menderita diare

• Konsistensi tinja dan frekuensi diare sehari.

6. Orangtua/wali/pengasuh diminta menjawab kuesioner yang berisi pertanyaan

berikut :

• Apakah bayi mendapatkan ASI, bila ada, apakah hanya ASI saja atau juga

(41)

• Luas rumah tempat tinggal dan jumlah orang yang menghuni rumah

tersebut.

• Apakah air untuk minum atau susu dimasak sampai mendidih atau tidak ?

• Apakah ada cuci tangan sebelum memberikan makan kepada anak. • Jarak umur pasien dengan saudara-saudaranya dalam keluarga.

7. Pot plastik untuk tempat tinja diserahkan kepada orangtua/ wali/ pengasuh yang

menjaga pasien dan diterangkan cara menampung tinja dalam pot plastik

tersebut. Bila ada buang air besar, supaya ditampung dan diserahkan kepada

perawat ruangan. Dan kepada perawat ruangan dipesan supaya pot plastik

tersebut diletakkan dalam cold box sebelum diserahkan kepada peneliti.

8. Sampel tinja yang sudah terkumpul dalam cold box untuk selanjutnya dibawa

ke laboratorium dan harus diperiksa dalam waktu kurang dari 72 jam sejak

ditampung.

9. Cara pendeteksian Rotavirus dengan alat VIKIAR Rota-Adeno, diterangkan

pada bagian lampiran.

3.10. Variabel yang Diamati

1. Variabel tergantung, terdiri dari diare rotavirus dan bukan diare rotavirus.

2. Variabel bebas, terdiri dari :

1. Pemberian ASI, dibagi menjadi tiga kelompok yaitu ASI eksklusif, ASI

(42)

2. Memasak sampai mendidih air untuk minum atau susu, dibagi menjadi dua

kelompok yaitu kelompok air mendidih dan air tidak mendidih.

3. Cuci tangan sebelum memberikan makan/minum kepada anak, dibagi

menjadi dua kelompok yaitu ada cuci tangan dan tidak cuci tangan.

4. Kepadatan penghuni rumah penderita, dibagi dua kelompok yaitu padat

dan tidak padat.

5. Jarak umur anak dalam keluarga, dibagi menjadi dua kelompok yaitu

dekat dan jarang.

3.11. Analisa Statistik

1. Untuk data mengenai insiden diare rotavirus akan dideskripsikan.

2. Untuk mengetahui pengaruh masing-masing variabel bebas, yaitu pemberian

ASI, memasak sampai mendidih air untuk minum atau susu , cuci tangan

sebelum memberikan makan kepada anak,kepadatan penghuni rumah penderita

dan jarak umur anak dalam keluarga terhadap kejadian diare rotavirus dipakai

uji kai kuadrat ( chi square ). Bila jumlah expected count yang kurang dari 5

melebihi 25% sel, maka dipakai uji Fisher’s Exact . Dinyatakan bermakna bila

nilai p < 0,05.

3. Untuk mengetahui pengaruh variabel-variabel bebas tersebut di atas secara ber-

(43)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Penelitian

Pengumpulan sampel untuk penelitian ini dimulai tanggal 21 Juni 2007 sampai

25 September 2007, bertempat di ruang III Anak , RSU Pirngadi Medan. Selama

periode tersebut terdapat 226 anak berumur di bawah 24 bulan yang menjalani rawat

inap karena menderita diare. Dari jumlah tersebut berhasil didapatkan 96 sampel

tinja anak yang menderita diare cair akut tanpa disertai penyakit penyerta yang berat,

dengan perincian sebanyak 58 sampel yang ditemukan Rotavirus dalam tinja dan 38

sampel tidak ditemukan Rotavirus.

Gambar 4. Distribusi sampel berdasarkan hasil pemeriksaan Rotavirus dalam tinja

Diare cair akut

Diare Rotavirus Bukan DiareRotavirus

Frequency

60

50

40

30

20

10

(44)

4.1.1. Karakteristik umur pasien

Umur termuda yang ditemukan Rotavirus dalam tinja adalah enam hari yaitu

sebanyak satu kasus dan umur tertua adalah 22 bulan sebanyak tiga kasus. Pasien

dibagi menjadi empat kelompok umur berdasarkan penelitian-penelitian sebelumnya

yaitu di bawah tiga bulan, tiga sampai enam bulan, tujuh sampai 12 bulan, dan 13

sampai 24 bulan, seperti yang diperlihatkan oleh tabel di bawah ini.

Tabel 1. Distribusi sampel berdasarkan pemeriksaan Rotavirus dan kelompok umur

Berdasarkan uji statistik dengan kai kuadrat untuk mengetahui pengaruh umur

terhadap kejadian diare rotavirus didapatkan nilai p = 0,035. Nilai p yang lebih kecil

dari 0,05 ini, berarti umur mempunyai pengaruh terhadap kejadian diare rotavirus. Diare cair akut

Kelompok

Umur Rotavirus positip Rotavirus negatip

Jumlah

< 3 bulan 1 ( 1,04%) 7 ( 7,29%) 8 ( 8,33%)

3 – 6 bulan 16 (16,67%) 10 (10,41%) 26 (27,08%)

7 – 12 bulan 24 (25 %) 13 (13,54%) 37 (38,54%)

13 – 24 bulan 17 (17,71%) 8 ( 8,33%) 25 (26,04%)

(45)

4.1.2. Distribusi jenis kelamin pasien

Penderita diare cair akut pada penelitian ini didominasi oleh pasien laki-laki, hal

yang sama juga ditemukan pada kelompok diare rotavirus maupun bukan diare

rotavirus, seperti yang diperlihatkan oleh tabel di bawah ini.

Tabel 2. Distribusi sampel berdasarkan pemeriksaan Rotavirus dan jenis kelamin

Diare cair akut Jenis

Kelamin Rotavirus positip Rotavirus negatip

Jumlah

Laki - laki 37 (38,54%) 21 (21,87%) 58 (60,41%)

Perempuan 21 (21,87%) 17 (17,71%) 38 (39,58%)

Jumlah 58 (60,41%) 38 (39,58%) 96 (100%)

Berdasarkan uji statistik dengan kai kuadrat untuk mengetahui pengaruh jenis

kelamin terhadap kejadian diare rotavirus didapatkan nilai p = 0,403. Nilai p yang

lebih besar dari 0,05 menunjukkan bahwa jenis kelamin tidak ada hubungannya

dengan kejadian diare rotavirus.

4.1.3. Pola pemberian ASI

Pola pemberian ASI pada penelitian ini dibagi menjadi tiga kelompok yaitu

kelompok ASI saja, ASI dan susu formula dan kelompok yang tidak mendapatkan

ASI. Distribusi pasien pada masing-masing kelompok tersebut diperlihatkan pada

(46)

Tabel 3. Distribusi sampel berdasarkan pemeriksaan Rotavirus dan pemberian ASI

Diare cair akut Pola pemberian ASI

Rotavirus positip Rotavirus negatip

Jumlah

ASI saja 15 (15,6%) 11 (11,5%) 26 (27,1%)

ASI dan Susu formula 17 (17,7%) 12 (12,5%) 29 (30,2%)

Tidak ASI 26 (27,1%) 15 (15,6%) 41 (42,7%)

Jumlah 58 (60,4%) 38 (39,6%) 96 (100%)

Berdasarkan uji statistik dengan kai kuadrat untuk mengetahui pengaruh pola

pemberian ASI terhadap kejadian diare rotavirus didapatkan nilai p = 0,872. Nilai p

yang lebih besar dari 0,05 ini, berarti bahwa pemberian ASI tidak ada hubungannya

dengan kejadian diare rotavirus.

4.1.4. Kebiasaan memasak air untuk minum sampai mendidih

Sebagian besar responden mengatakan bahwa air untuk minum ataupun untuk

membuat susu dimasak sampai mendidih. Sedangkan kelompok yang tidak memasak

air minum sampai mendidih memakai air minum dalam kemasan sehingga tidak

dimasak lagi.

Berdasarkan uji statistik dengan kai kuadrat untuk mengetahui pengaruh

memasak air minum sampai mendidih terhadap kejadian diare rotavirus didapatkan

nilai p = 0,67. Nilai p yang lebih besar dari 0,05 ini berarti memasak air sampai

(47)

Tabel 4. Distribusi sampel berdasarkan pemeriksaan Rotavirus dan kebiasaan mema-

sak air minum

Diare cair akut Memasak

Air minum Rotavirus positip Rotavirus negatip

Jumlah

Mendidih 42 (43,8%) 29 (30,2%) 71 ( 74%)

Tidak mendidih 16 (16,6%) 9 ( 9,4%) 25 ( 26%)

Jumlah 58 (60,4%) 38 (39,6%) 96 (100%)

4.1.5. Kebiasaan cuci tangan sebelum memberi makan/ minum kepada anak

Sebagian besar responden mengaku tidak mencuci tangan sebelum memberi

makan atau menyusui. Hal yang sama ditemukan pada kelompok diare rotavirus

maupun bukan diare rotavirus, seperti diperlihatkan pada tabel di bawah ini.

Tabel 5. Distribusi sampel berdasarkan pemeriksaan Rotavirus dan kebiasaan cuci

tangan sebelum memberi makan/ minum

Diare cair akut Kebiasaan

Cuci tangan Rotavirus positip Rotavirus negatip

Jumlah

Ada 21 (21,9%) 14 (14,6%) 35 ( 36,5%)

Tidak 37 (38,5%) 24 (25%) 61 ( 63,5%)

(48)

Berdasarkan uji statistik dengan kai kuadrat untuk mengetahui pengaruh

kebiasaan cuci tangan sebelum memberi makan atau menyusui terhadap kejadian

diare rotavirus didapatkan nilai p = 0,95. Nilai p yang lebih besar dari 0,05 ini,

berarti kebiasaan cuci tangan tidak mempengaruhi kejadian diare rotavirus .

4.1.6. Karakteristik kepadatan rumah tempat tinggal

Hasil dari wawancara dengan orangtua atau pengasuh pasien diperoleh data

bahwa sebagian besar pasien tinggal di rumah yang tidak padat ( lebih dari 2,5 m2/

orang ). Hasil yang sama ditemukan pada kelompok diare rotavirus maupun bukan

diare rotavirus, seperti diperlihatkan pada tabel di bawah ini.

Tabel 6. Distribusi sampel berdasarkan pemeriksaan Rotavirus dan kepadatan rumah

tempat tinggal

Diare cair akut Kepadatan

Rumah Rotavirus positip Rotavirus negatip

Jumlah

Tidak padat 55 (57,3%) 37 (38,5%) 92 ( 95,8%)

Padat 3 ( 3,1%) 1 ( 1,1%) 4 ( 4,2%)

Jumlah 58 (60,4%) 38 (39,6%) 96 (100%)

Berdasarkan uji statistik dengan Fisher’s Exact untuk mengetahui pengaruh

kepadatan rumah tempat tinggal terhadap kejadian diare rotavirus didapatkan nilai

p = 1. Nilai p yang lebih besar dari 0,05 ini, berarti rumah tempat tinggal yang padat

(49)

4.1.7. Karakteristik jarak umur pasien dengan saudaranya

Penderita diare rotavirus maupun yang bukan sebagian besar mempunyai jarak

umur yang jarang (tiga tahun atau lebih ) dengan saudaranya. Sedangkan yang

berjarak umur kurang dari tiga tahun lebih banyak pada kelompok bukan diare

rotavirus (13,6%) dibandingkan kelompok diare rotavirus (11,4%). Hal tersebut

diperlihatkan pada tabel di bawah ini.

Tabel 7. Distribusi sampel berdasarkan pemeriksaan Rotavirus dan jarak umur

Diare cair akut Jarak umur

dengan saudara Rotavirus positip Rotavirus negatip

Jumlah

Jarang 47 (49%) 25 (26%) 72 ( 75%)

Dekat 11 (11,4%) 13 (13,6%) 24 ( 25%)

Jumlah 58 (60,4%) 38 (39,6%) 96 (100%)

Berdasarkan uji statistik dengan kai kuadrat untuk mengetahui pengaruh jarak

umur pasien dengan saudaranya terhadap kejadian diare rotavirus didapatkan nilai

p = 0.092. Nilai p yang lebih besar dari 0,05 ini, berarti jarak umur dengan saudara

yang dekat yaitu kurang dari tiga tahun tidak mempengaruhi kejadian diare rotavirus.

4.1.8. Uji regresi logistik

Uji regresi logistik dilakukan untuk mengetahui pengaruh dari semua faktor

(50)

Pada tabel berikut ini disajikan hasil akhir dari delapan tahapan seleksi uji regresi

.124 .584 .045 1 .832 1.132 .360 3.557

2. Cuci Tangan

.112 .488 .053 1 .818 1.119 .430 2.911

3. Luas Rumah

.592 1.221 .235 1 .627 1.808 .165 19.777

4. Jenis Kelamin

.376 .465 .654 1 .419 1.456 .585 3.623

5. Jarak Umur Saudara

-.486 .557 .764 1 .382 .615 .206 1.830

6. ASI dan SusuFormula

-.536 .489 1.201 1 .273 .585 .225 1.525

7. Memasak air minum

.483 .553 .766 1 .382 1.622 .549 4.790

UMUR 3 – 6 bulan 2.416 1.143 4.471 1 .034 11.200 1.193 105.132 UMUR 13 – 14 bulan 2.700 1.152 5.494 1 .019 14.875 1.556 142.195 8.

UMUR 7 – 12 bulan 2.559 1.123 5.191 1 .023 12.923 1.430 116.785

Pada tabel di atas terlihat bahwa faktor umur saja yang berpengaruh terhadap kejadian diare rotavirus dengan nilai p (sig.) yang semuanya lebih kecil dari 0,05.

Dari kelompok umur tersebut ternyata didapatkan bahwa faktor resiko yang paling

besar adalah kelompok umur 13 sampai 24 bulan (OR=14,875), diikuti kelompok

umur tujuh sampai 12 bulan (OR=12,923) dan kelompok umur tiga sampai enam

(51)

4.2. Pembahasan

Selama periode penelitian yaitu dari tanggal 21 Juni 2007 sampai 25 September

2007 di ruang III Anak RSU Pirngadi Medan, dijumpai 226 kasus diare pada anak

berumur di bawah dua tahun yang menjalani rawat inap. Dari jumlah tersebut yang

memenuhi persyaratan inklusi dan eksklusi adalah sebanyak 96 orang dengan 58

anak ditemukan Rotavirus dalam tinjanya, sedangkan yang tidak ditemukan

Rotavirus dalam tinjanya lebih sedikit yaitu sebanyak 38 anak dan kelompok terakhir

ini tidak dibahas dalam penelitian ini. Berdasarkan data tersebut didapat angka

insidensi diare rotavirus dari penelitian ini adalah sebesar 58/226 atau 25,66 %.

Hasil ini sesuai dengan penelitian sebelumnya oleh Vargas dkk (2004) di

Ifakara,Tanzania; Eko Raharjo dan Suharyono (Raharjo dkk,1993) di Jakarta Utara

pada tahun 1990, menunjukkan kasus diare rotavirus di tempat-tempat beriklim

tropis lebih banyak ditemukan pada musim kemarau dengan puncak kejadian di

bulan Juli dan Agustus. Dalam hal ini, ada atau tidaknya pengaruh musim terhadap

kejadian diare rotavirus, diperlukan penelitian lebih lanjut.

Demikian juga bila ditinjau dari faktor umur, ternyata umur mempunyai

pengaruh terhadap kejadian diare rotavirus, seperti penelitian sebelumnya oleh Purba

dkk (1979) dan Razali dkk (1982) bahwa pada pasien diare cair akut di bawah 24

bulan lebih banyak disebabkan oleh infeksi Rotavirus.

Tabel 1 di atas memperlihatkan bahwa kasus diare rotavirus paling banyak

(52)

adalah di bawah tiga bulan. Hasil tersebut sesuai dengan penelitian sebelumnya oleh

Black dkk (Midthun dan Black, 2000) di Bangladesh dan Salinas dkk (2004) di

Valencia, Venezuela. Adanya antibodi maternal yang didapat secara transplasenta

dapat menjelaskan sedikitnya kasus diare rotavirus di bawah usia tiga bulan (Hart

dkk,2000; Zahn dan Marshall,2006), sedangkan berdasarkan uji regresi logistik,

ternyata didapatkan bahwa yang merupakan faktor resiko terbesar adalah kelompok

umur 13 sampai 24 bulan (OR=14,875), diikuti kelompok umur tujuh sampai 12

bulan (OR=12,923) dan kelompok umur tiga sampai enam bulan (OR=11,2). Hal ini

bisa dimengerti karena semakin bertambah umur di atas tiga bulan, antibodi maternal

sudah semakin berkurang dan hilang.

Pada kasus diare rotavirus juga ditemukan bahwa pasien laki-laki adalah lebih

banyak dari perempuan. Hasil ini juga sesuai dengan penelitian sebelumnya oleh

Purba dkk (1979), Ramayati dkk (1982) dan Razali dkk (1982) di RSU Pirngadi

Medan. Meskipun demikian hasil uji statistik memperlihatkan bahwa jenis kelamin

tidak mempengaruhi terjadinya diare Rotavirus.

Penderita diare rotavirus yang tidak mendapat ASI adalah yang paling banyak

yaitu 27,1% dibandingkan dengan kelompok yang mendapat ASI saja (15,6%) dan

kelompok yang mendapat ASI dan susu formula (17,7%). Secara deskriptif

diperlihatkan bahwa kelompok yang mendapat ASI lebih sedikit kasus diare

rotavirusnya dibandingkan dengan kelompok yang sama sekali tidak mendapat ASI,

(53)

berfungsi secara penghambat kompetitif untuk melindungi dari infeksi Rotavirus

(Newburg dkk, 1998). Akan tetapi uji statistik mendapatkan hasil bahwa pemberian

ASI kepada bayi tidak berpengaruh terhadap terjadinya diare rotavirus oleh karena

itu perlu dipikirkan lebih lanjut mengenai adanya pengaruh dari kuantitas dan

kualitas ASI, subyektivitas jawaban dari responden, ikut mempengaruhi keakuratan

data, yang merupakan kelemahan penelitian ini.

Pada penelitian ini sebagian besar responden mengaku ada memasak air sampai

mendidih dan ternyata kasus diare rotavirus masih lebih banyak dari yang bukan

disebabkan oleh Rotavirus. Hal ini didukung oleh hasil uji statistik yang menyatakan

bahwa memasak air sampai mendidih tidak mempengaruhi kejadian diare rotavirus,

dan sesuai dengan penelitian sebelumnya oleh Guardado (2004) di negara-negara

maju yang sudah ada suplai air bersih bahwa pemakaian air bersih tidak berpengaruh

terhadap penyebaran Rotavirus.

Penelitian ini menemukan bahwa kebiasaan cuci tangan tidak mempengaruhi

kejadian diare rotavirus. Hal ini dibuktikan oleh kasus diare rotavirus yang lebih

banyak dari diare bukan rotavirus dan juga sesuai temuan Guardado (2004) di

negara-negara maju bahwa perbaikan higiene tidak berpengaruh terhadap

penyebaran Rotavirus.

Penelitian ini mendapatkan bahwa rumah tempat tinggal yang padat tidak

(54)

ini yang sering menyerang anak-anak yang hidup dalam kelompok yang padat

(Soedarto, 2004).

Penelitian ini juga menemukan bahwa jarak umur dengan saudara yang dekat

yaitu kurang dari tiga tahun tidak mempengaruhi kejadian diare rotavirus . Hal ini

dimungkinkan bila orangtua mempunyai waktu yang cukup banyak untuk mengurus

anak-anak mereka.

Dari semua faktor yang sudah dibahas diatas baik yang bukan termasuk dalam

tujuan penelitian yaitu umur penderita diare cair akut, jenis kelamin, dan yang

termasuk dalam tujuan penelitian, ternyata setelah dilakukan uji statistik secara

regresi logistik didapatkan bahwa faktor umur adalah yang paling berpengaruh

terhadap kejadian diare rotavirus. Dari kelompok ini, ternyata yang paling besar

(55)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Dari faktor-faktor berikut ini, yaitu pemberian air susu ibu, memasak sampai

mendidih air untuk minum atau susu, cuci tangan sebelum memberi makan/ minum

kepada anak, kepadatan penghuni rumah penderita yang padat, jarak umur anak yang

dekat dalam keluarga, jenis kelamin dan umur, ternyata yang berpengaruh adalah

faktor umur, serta pemberian imunisasi dapat dilakukan sebagai usaha pencegahan

diare rotavirus pada anak berumur di bawah 24 bulan.

5.2. Saran

Penelitian ini dilaksanakan dalam jangka pendek yaitu sekitar tiga bulan,

sehingga tidak dapat ditentukan adanya pengaruh musim terhadap kejadian diare

rotavirus, oleh karena itu diperlukan penelitian yang lebih lama yaitu minimal 12

bulan dan bersifat kohort prospektif.

(56)

DAFTAR PUSTAKA

Abdoerrachman,M.H.; Alatas,H.; Dahlan,A.; dkk. 1991. Gastroenterologi. Dalam:

Rusepno H. dan Husein A. (Penyunting). Buku Kuliah 1 Ilmu Kesehatan Anak.

Cetakan ke-6. Bagian Ilmu Kesehatan Anak FKUI. Jakarta. hlm. 283 – 284,310-

311.

Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional. 2006. Peningkatan ketahanan

keluarga dalam mewujudkan keluarga kecil berkualitas. Dikutip dari: URL:

Bass,D..M. 2004. Rotavirus and other agents of viral gastroenteritis. In: Behrman

R.E.; Kliegman R.M. and Jenson H.B. (Eds). Nelson Textbook of Pediatrics.17th

Edition. Saunders. Philadelphia. pp.1081 – 1083.

Bia,F.J.;Brady,J.P.;Brady,L.W.; et al. 1994. Kamus Kedokteran Dorland.Terjemahan

dari Dorland’s Illustrated Medical Dictionary.Oleh Rima M.H.; Andry H.;Willie

J.; dkk. Edisi ke-26. EGC. Jakarta. hlm. 916, 1491.

Brooks,G.F.; Butel,J.S. and Morse,S.A. 2005. Reovirus dan rotavirus. Dalam: Dripa

S.(Penyunting).Mikrobiologi Kedokteran.Terjemahan dari Medical Microbiology

Oleh Nani W. Edisi ke-1. Salemba Medika. Jakarta. hlm. 171 – 176.

Ditjen PP-PL.2000. Penyakit virus akut, gastroenteritis. Dalam:I Nyoman Kandun

(Penyunting).Manual Pemberantasan Penyakit Menular. Terjemahan dari Control

(57)

Elliot,E.J. and Payne,J.R.D. 2004. Acute infectious diarrhoea and dehydration in

children. Med J Aust. 181: 565 – 570.

Guardado,J.A.A; Turcios,R.M.; Fuentes,R.A.C.; et al. 2004. Rotavirus in El Salvador

An outbreak, surveillance and estimates of disease burden, 2000 - 2002. Pediatr

Infect Dis J. 23: 156 – 160.

Hart, C.A.; Cunliffe, N.A. and Bresee, J.S. 2003. Diarrhoea caused by viruses. In:

Gordon C. and Alimuddin Z. (Eds). Manson’s Tropical Diseases. 21st

Edition.

Saunders. London. p. 826.

Hsu,V.P.; Abdul Rahman, H.; Swee,L.W.; et al. 2005. Estimates of the burden of

rotavirus disease in Malaysia. J Infect Dis. 192: 80 – 86.

Kepmenkes RI.2004. Petunjuk Teknis Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan

di Kabupaten/Kota. Jakarta. hlm. 62.

Lane,T. 2003. Exclusive breast-feeding lower risk of diarrhea. Int Family Planning

Perspective. 29:105.

Loebis, S.; Purba, D.; Ramayati, R.; Meliala, R. dan Siregar, H. 1979. Rotavirus

Gastroenteritis di Medan. Laporan kedua. hlm. 1 – 9.

Madiyono,B.; Mz Moeslichan,S.; Sastroasmoro,S.; Budiman,I. dan Purwanto, S.H.

2002. Perkiraan besar sampel. Dalam: Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis.

(58)

Midthun,K. and Black,R.E. 2000.Viral diarrheas. In: Alan J.M.;Larry W.L.and Theo

dore,F.T.(Eds).Hunter’s Tropical Medicine and Emerging Infectious Diseases.

8th Edition. WB Saunders. Philadelphia. pp. 220 – 223.

Nasar,S.S. dan Sudibjo,S. 1991. Gizi. Dalam: A.H. Markum; Sofyan I.; Husein A.;

Arwin A.;Agus A. dan Sudigdo S.(Penyunting).Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak

Jilid 1. FKUI .Jakarta. hlm. 163 - 164.

Newburg, D.S.; Peterson, J.A.; Palacios, G.M.R.; et al. 1998. Role of human milk

lactadherin in protection against symptomatic rotavirus infection. Lancet. 351 :

1160-1164.

Notoatmodjo,S. 2003. Kesehatan lingkungan. Dalam: Prinsip-prinsip Dasar Ilmu

Kesehatan Masyarakat. Cetakan ke-2. Rineka Cipta. Jakarta. hlm. 151.

Noerasid,H.; Suraatmadja,S. dan Asnil, P.O. 1994. Gastroenteritis ( Diare ) akut.

Dalam: Suharyono, Aswitha B. dan E.M. Halimun(Penyunting).Gastroenterologi

Anak Praktis. Cetakan ke-2. Balai Penerbit FKUI. Jakarta. hlm. 52, 76.

Padmawati,I.A. 1997. Manajemen laktasi. Dalam: Soetjiningsih (Penyunting). ASI,

Petunjuk Untuk Tenaga Kesehatan. Cetakan ke-1. EGC. Jakarta. hlm. 94.

Pickering,L.K. and Cleary,T.G. 2004. Infections of the gastrointestinal tract. In:

Gershon,A.A.; Hotez,P.J. and Katz,S.L. (Eds). Krugman’s Infectious Diseases

of Children. 11th

(59)

Pittet,D.; Harbarth,S.; Ruef,C.; et al.1999. Prevalence and risk factors for nosocomial

infections in four university hospitals in Switzerland. Infect Control Hosp

Epidemiol. 20: 37 – 42.

Purba,D.; Sitepu,N.; Loebis,M.S.; Sutanto,A.H. dan Siregar,H. 1979. Gastroenteritis

karena rotavirus di RS Dr.Pirngadi Medan. Laporan pertama. hlm. 1 – 7 .

Raharjo,E.; Heriyanto,B. dan Yuwono, D. 1993. Diare rotavirus pada anak usia di

atas lima tahun dan orang dewasa di Jakarta Utara.Cermin Dunia Kedokteran 84:

51 – 54.

Ramayati, R.; Noeriman, A.J; Tambunan, S.; Sutanto, A.H. dan Siregar, H. 1982.

Rotavirus gastroenteritis di Medan ( laporan ketiga ). Dalam: I. Sudigbia; Ag.

Sumantri; Soedibyakti A.; dkk (Penyunting). Kumpulan Makalah Pertemuan

Ilmiah Berkala ke VIII Badan Koordinasi Gastroenterologi Anak Indonesia.

BKGAI. Semarang. hlm. 247.

Razali,A.; Jufri,A.; Karo-karo,M.; Sutanto,A.H. dan Siregar,H. 1982. Rotavirus

gastroenteritis di Medan ( laporan keempat ). Dalam: I. Sudigbia; Ag.Sumantri;

Soedibyakti A.; dkk(Penyunting).Kumpulan Makalah Pertemuan Ilmiah Berkala

ke VIII Badan Koordinasi Gastroenterologi Anak Indonesia. BKGAI. Semarang.

hlm. 251.

Richardson,S.; Grimwood,K.; Gorrell,R.; et al. 1998. Extended excretion of rotavirus

(60)

Roesli Utami. 2005. Apa itu ASI eksklusif ? Dalam: Mengenal ASI eksklusif.

Cetakan ke-3. Trubus Agriwidya. Jakarta. hlm. 3.

Saleemi,M.A.; Zaman,S.; Akhtar, H.Z.; et al. 2004. Feeding patterns, diarrhoeal ill

ness and linear growth in 0 – 24 month old children. J Trop Pediatr.50:164–169.

Salinas,B.;Gonzales,G.;Escalona,M.;Gonzalez,R.; Materan, M. and Schael, I.P.2004

Epidemiologic and clinical characteristic of rotavirus disease during five years of

surveillance in Venezuela. Pediatr Infect Dis J. 23: 161 – 167.

Soedarto. 2004. Penyakit virus pada pencernaan. Dalam:Sinopsis virologi kedokteran

Cetakan ke-1. Airlangga University Press. Surabaya. hlm. 109 – 110.

Soetjiningsih. 1997. Peran air susu ibu dalam pencegahan dan penatalaksanaan diare

akut. Dalam: Soetjiningsih (Penyunting). ASI, petunjuk untuk tenaga kesehatan.

Cetakan ke-1. EGC. Jakarta. hlm. 65, 68.

Sondheimer,J.M.2003. Gastrointestinal tract. In:William W.H.;Anthony R.H.; Myron

J.L. and Judith M.S. Current pediatrics diagnosis and treatment.16th

Edition. The

McGraw-Hill Companies. Singapore. p.630.

Suharyono. 1986. Diskusi. Dalam: Diare Akut. Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi

Universitas Indonesia. Jakarta. hlm. 196 – 198.

Suharyono. 1991. Diare akut. Dalam: Diare Akut, Klinik dan Laboratorik. Cetakan

(61)

Sungkapalee,T.; Puntukosit,P.; Eunsuwan,O.; Theamboonlers,A.; Chongsrisawat,V.

and Poovorawan, Y. 2006. Incidence and clinical manifestations of rotavirus in

fection among children with acute diarrhea admitted at Buri Ram Hospital,

Thailand. Southeast Asian J Trop Med Public Health. 37:1125 - 1131.

Sunoto. 1991. Penyakit radang usus: infeksi. Dalam: A.H.Markum;Sofyan I.;Husein

A.; Arwin A.; Agus A. dan Sudigdo S. (Penyunting). Buku ajar Ilmu Kesehatan

Anak. Jilid 1. FKUI. Jakarta. hlm. 448 – 450.

Thapar,N. and Sanderson,I.R. 2004. Diarrhoea in children : an interface between

developing and developed countries. Lancet. 363: 641 – 653.

Vargas,M.; Gascon,J.; Casals,C.; Schellenberg,D.; Urassa,H.; Kahigwa,E.;et al.2004

Etiology of diarrhea in children less than five years of age in Ifakara, Tanzania.

Am J Trop Med Hyg. 70: 536 – 539.

World Health Organization. 2005. The treatment of diarrhoea. A manual for

physicians and other senior health workers. 4th

Revision. Geneva. pp. 4, 8.

Wyllie,R. 2004. Clinical manifestations of gastrointestinal disease. In:Behrman R.E.

Kliegman R.M. and Jenson H.B.(Eds).Nelson Textbook of Pediatrics.17th

Edition.

Saunders. Philadelphia. p.1201.

Zahn, M. and Marshall, G.S. 2006. Clinical and epidemiological aspects of rotavirus

Gambar

Gambar 2.         Gambar skematik dari partikel Rotavirus                                         11
Gambar 1. Rotavirusmenggunakan mikroskop elektron (Elliot dan Payne,2004)  yang berbentuk seperti roda
Gambar 4.  Distribusi sampel berdasarkan hasil pemeriksaan Rotavirus dalam tinja
Tabel 1. Distribusi sampel berdasarkan pemeriksaan Rotavirus dan kelompok umur
+5

Referensi

Dokumen terkait

Output dari Autodesk 3D Max Design memiliki sudut-sudut baru pada nurbs (permukaan tidak beraturan) objek dan hasil editannya tidak dapat mengikuti pola dari nurbs tersebut

Berdasarkan hasil observasi kelas II SDN Sungai Kupang 1 dimana pada pra siklus diketahui bahwa diperhatian siswa masih belum fokus terhadap materi pelajaran

Yang mampu menjawab tantangan perubahan ini, antara lain: Pertama, lembaga-lembaga pendidikan Islam perlu mendisain ulang fungsi pendidikannya, dengan memilih

a) Stasiun hidrometri harus dapat dicapai (accessible) dengan mudah setiap saat, dan dalam segala macam kondisi baik musim hujan maupun musim kemarau. b) Di bagian

Namun disebutkan bahwa gambaran dalam bentuk 3D baik digunakan pada kasus-kasus tertentu seperti untuk merepresentasikan objek yang bergerak, merepresentasikan gambar

Bila bersifat akut dan ada gangguan autonom terutama pernapasan maka terapi lebih di tujukan untuk latihan pernapasan ditambah dengan perawatan rehabilitasi lain

Bilas dahulu mulut Anda dengan berkumur-kumur dengan air yang telah disediakan sebelum menguji sampel. Di hadapan Anda terdapat 4 sampel Pie

Tentu saja, agar uraian tentang latar belakang masalah itu mengalir dengan lancar, maka peneliti perlu merenungkan, mempelajari, memikirkan, me- lakukan