• Tidak ada hasil yang ditemukan

makalah emosi dan budaya dan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "makalah emosi dan budaya dan "

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

Dosen Pembimbing: Ibu Ayu Purnamasari, S. Psi, MA

Dibuat Oleh:

(Kelompok 3B)

Addini Setia N A’isyatirrodiyah Annida Firyandini Bellina Widya Budiarti

Firda Hanum Isman Mutiah Anisah Rachmadea Dwi Anggia

Ria Irawati

Syifa Qurrota’aini Al Ghifari Sri Rahayu

Program Studi Psikologi

(2)

Kata Pengantar

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, kami panjatkan puji syukur atas kehadirat-Nya yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan Inayah-Nya kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang emosi dan budaya ini.

Kami juga ingin mengucapkan Terima Kasih kepada Ibu Ayu selaku dosen yang telah membimbing kami baik dalam pembuatan maupun dalam penyusunan makalah. Makalah ini kami susun dengan semaksimal mungkin dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga makalah ini dapat selesai dengan lancar.

Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada banyak kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan segala kritik dan saran dari para pembaca agar kami dapat lebih baik lagi untuk pembuatan makalah selanjutnya.

Akhir kata, kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan banyak manfaat, menambah wawasan, dan menginspirasi semua pembaca.

Palembang, 1 November 2016

Penyusun

Pengantar Materi

(3)

Emosi dan budaya merupakan dua hali yang memiliki hubungan yang erat dimana emosi itu sendiri adalah bagian yang tak terlepaskan dari budaya. Dalam keidupan sehari-hari ada sebagian orang yang menganggap bahawa emosi merupakan pertanyaan mengenai hubungan-hubungan sosial dan ligkungan fisik yang masing-masintg memilik peran yang berbeda-beda. Jadi budaya disini dapat diartikan sebagai hubungan-hubungan sosial dan lingkungan fisik dalam berbagai bidang kehidupan bermasyarakat.

Pengaplikasian hubungan-hubungan tersebut dapat kita temukan dalam pengontrolan emosi kita dibidang pekerjaan,olahraga dan seni. Pengontrolan emosi dibidang pekerjaan difokuskan pada saat kita memanajemen dan mengatur emosi baik sebagai karyawan maupun pemimpin sebuah perusahaan atau institusi. Selanjutnya pengontrolan emosi yang harus dipelajari adalah dibidang olahraga agar pada saat berolahraga seorang atlet mendapatkan hasil yang baik dan memperoleh kemenangan. Dan yang terakhir adalah pengontrolan emosi dibidang seni,dimana seni itu sendiri dibedakan menjadi seni dibidang literatur,musik dan drama. Proses mengekspresikan emosi yang baik dibidang ini dapat memberikan manfaat bagi kita khususnya mendalami suatu hasil karya seni.

Adapun tujuan mempelajari materi emosi dan budaya ini adalah untuk meningkatkan kekayaan pemahaman emosi agar dalam kehidupan sehari-hari kita mempunyai kontrol emosi yang baik. Karena pada dasarnya kontrol emosi ini sangat diperlukan oleh manusia sebagai makhluk sosial.

1) Olahraga (Bellina Widya Budiarti)

(4)

dan juga rasa bersalah terlibat dan menimbulkan rasa bangga, rasa sombong dan suka cita. Teori Attributional emosi (Weiner’s 1986) mengatakan timgkat Weiner’s melihat hasil menang atau kalah sebuah olahraga yang memberikan dampak berupa emosi positif atau emosi negatif. Dengan kata lain, orang membuat asumsi tentang apa yang terjadi berdasarkan bagiannya. Seperti orang yang menang lebih memiliki emosi positif daripada orang yang kalah, orang yang kalah itu merasa lebih tidak berkompeten daripada orang yang menang. Lalu, Boutcher’s (1993) menemukan penelitiannya itu hubungan antara emosi dan aerobic, dimana latihan olahraga yang teratur bisa menurunkan kecemasan, tetapi emosi yang berlebih memberikan keadaan emosi yang negatif karena emosi juga dipengaruhi oleh kondisi tubuh.

Emosi dalam Olahraga (Syifa Qurrota’aini Al Ghifari)

Menurut Boucher (1983), ada tiga fase emosi dalam olahraga, yaitu :

1. Adopsi

Awal dari suatu yang dilakukan itu emosi senang yang menimbulkan semangat itu sangat tinggi, tapi ada ketidaknyamanan di awal ketika melakukan sesuatu.

Misal : Sebelumnya Syifa tidak pernah ikut olahraga apapun, kemudian ia tertarik dan masuk ke club basket di kampusnya. Seusai hari pertama latihan, tubuhnya terasa sakit dan pegal.

2. Pemeliharaan

Di sini emosi senang masih ada dan rasa nyaman mulai muncul (pegal dan rasa sakit pada tubuh tidak terlalu dirasakan, walaupun tetap ada).

3. Habituasi

Di sini Syifa mulai terbiasa dan sangat menikmati latihan dan permainan basket tersebut. Akan tetapi, mulai ada kejenuhan dalam melakukan latihan karena emosi senang sudah sangat berkurang. Bosan dan malas mulai timbul karena melakukan sesuatu secara berulang-ulang.

Catatan: Kejenuhan seseorang itu tergantung pada diri masing-masing, tapi secara umum orang akan jenuh dengan sesuatu yang dilakukan secara berulang-ulang.

Emosi juga dapat mempengaruhi pikiran para atlet. Ada dua emosi, yaitu emosi positif dan emosi negatif.

(5)

Senang Malu

Tenang Cemas

Marah

Jika seorang atlet sedang dalam emosi yang positif, maka secara otomatis atlet tersebut dapat mengikuti latihan bahkan kompetisi dengan baik. begitu juga sebaliknya, jika seorang atlet sedang dalam emosi negatif, maka kegiatan atlet tersebut pasti akan terganggu dan ada ketidaknyamanan.

Contoh :

Mutiah adalah seorang pemain basket yang handal dan hari ini akan mengikuti tournament , akan tetapi sebelum berangkat ke tempat tournament ia sempat adu argument dengan kedua orangtuanya di rumah dan menimbulkan emosi kesal. Efeknya adalah ketika ia tidak bisa mengontrol emosi dengan baik, maka ketika di lapangan pastilah ia tidak fokus dan pada akhirnya gerakan permainannya kacau.

Emosi dipengaruhi (Mutiah Anisah)

Pada kompetisi seperti kompetisi olahraga, harapan setiap peserta pastilah kemenangan , tetapi apa bila pada saat kompetisi pikiran peserta dipenuhi pikiran negatif seperti ia berfikir bahwa ia akan gagal karna lawannya lebih unggul darinya maka akan muncul pula emosi negatif. Emosi negatif adalah perasaan individu yang dirasakan kurang menyenangkan (ketakutan, kekhawatiran, kecemasan, kebencian, kemarahan) yang berlebihan yang dapat membuat individu bertindak dengan sangat tidak rasional atau diluar kontrol. Jika ia berfikir positif seperti berfikir kalau dia akan menang dan akan berhasil maka akan muncul pula emosi positif .Emosi positif Emosi positif adalah emosi yang mampu menghadirkan perasaan positif terhadap seseorang yang mengalaminya.seperti bahagia , tenang dan optimis. Ibaratkan seperti olahraga basket , pada saat kita dalam kondisi tenang maka akan sangat mudah bagi kita memasukkan bola basket kedalam ring tetapi apabila kita dalam kondisi cemas maka akan sangat sulit bagi kita untuk berhasil memasukkan bola kedalam ring. Kesimpulannya, Emosi kita dipengaruhi pikiran kita , apabila kita berfikir positif maka emosi positif yang keluar dan sebaliknya jika fikiran kita negatif maka emosi negatif pula yang akan keluar.

(6)

Seni ini masuk dalam emosi. Dengan kata lain, emosi dan saling berhubungan secara bersamaan, jelas dan belum sulit untuk di terka. Sebagai contoh, reaksi emosional fiksi workof atau untuk pertunjukkan tari tidak hanya untuk workitself tetapi juga untuk karakter atau pemain. Menurut Kreitler dan Kreitler, emosi adalah elemen penting dalam masa kemerdekaan seni. Karena seni pada dasarnya fiksi, mereka berpendapat bahwa keterlibatan emosional adalah di hasilkan melalui empati, yang mereka cirikan sebagai ‘merasa ke’. Pengalaman seni kompleks secara emosional. Baik itu ditingkatkan atau terhambat oleh peran sosial individu apapun, mungkin akan bermain dengan set tertentu yang diadakan.Demikian sumber-sumber pengaruh perubahan budaya dan dengan waktu. Ini adalah reaksi esensial orang yang memiliki pengalaman emosi.Kadang-kadang seni dapat mengekspresikan emosi yang negatif dan emosi yang positif.

Seni disini terbagi menjadi 3 yaitu; musik, drama, dan literatur (kesastraan). Musik, drama, dan literatur ini salingberketerlibatan dengan emosi.

A. Musik (Addini Setia N)

Musik memilik efek terhadap emosi atau lebih tepatnya memiliki dampak emosional. Bagi yang mendengarkan musik pun tidak dapat disangkal lagi bahwa musik dapat menyentuh bagian dari pengalaman pribadi yang pernah dirasakan oleh seseorang tersebut. Banyak efek musik yang berdampak terhadap emosi seperti cepatnya irama,misalnya bertambahnya tingginya melodi mengarah pada kebahagiaan,menurunnya melodi yang berlarut-larut mengarah pada kesedihan (Oswald, 1966).

Ada dua tokoh bernama Gaver and Mandler (1987) yang membuat analisis yang membangun dari reaksi emosional terhadap musik yang didasarkan pada penilaian kognitif dan sebagian besar datang dari ketidaksesuaian dalam persepsi dan perilaku.

Reaksi emosional terhadap musik terjadi ketika tidak sesuai dari harapan. Selain itu, mereka menyarankan bahwa “ kita mengenal apa yang sudah biasa kita kenal dan kita suka dengan apa yang kita kenal”.

Namun Gaver and Mandler membantah cara ini untuk melihat bagaimana pengaruh emosional terhadap musik, tapi mereka menyarankan juga bahwa ada tiga kemungkinan yang lain yaitu:

(7)

b. Musik bisa dilihat sebagai bahasa untuk mengekspresikan emosi.

c. Mungkin ada kesamaan antara acara musik dan acara lainnya di dunia. Maksudnya, contoh adanya kesamaan waktu,dimana musik dijadikan kiasan atau mungkin musik mengarah pada komunikasi emosi secara langsung.

Ada juga seorang tokoh bernama Levinson (1997) yang menempatkan secara sederhana bahwa reaksi emosional terhadap musik datang melalui sensasi langsung misalnya tempo,warna nada,irama,dinamika,dan lain-lain) dan juga melalui kognisi ( saran dari Gaver and Mandler).

Dia menyamakan musik sebagai gambaran dari seni dan juga bisa didengar sebagai macam-macam ekspresi terhadap emosi dari orang-orang pada umumnya daripada perseorangan. Dia menempatkan tiga kemungkinan ini dan inilah keseluruhan dari respon emosi terhadap musik, emosi pun mungkin dapat berupa langsung jika musik hanya mengarah pada suasana hati atau keadaan jiwa atau hanya bagian perasaan dari emosi atau juga barangkali hanya khayalan dari emosi.

B. Drama (Rachmadea Dwi Anggia)

Sama seperti musik, keterlibatan emosi dalam drama sangat jelas bagi siapapun yang pernah menghadiri atau menonton sebuah drama. Reaksi emosional bukan hanya terlihat dari para aktor/pemainnya saja, reaksi emosional juga berasal dari para penontonnya. Walaupun drama berkaitan dengan manipulasi emosi atau pengaturan emosi, tetapi hal ini seringkali terabaikan oleh psikolog. Namun, ini ditangani oleh para penulis skenario dalam drama.

Stanislawski pada tahun 1929 membahas tentang emotion of truth. Dia beranggapan aktor itu sebagai living, complex, emotion yang kemungkinan pada kesempatannya tidak menampilkan aksi yang sempurna secara fisik atau dalam memberi informasi yang tepat. Ini mengarah pada hal yang disebut dengan awkwardness (kecanggungan), satu-satunya cara bagi aktor/pemain dalam mengembangkan perasaan yang kuat dari kebenaran yang ia lakukan.

(8)

Dari deretan posisi fisik dan situasi, timbullah points of excitation (titik rangsangan) yang ditunjukkan dengan beberapa emosi tertentu.

Teori analisis psikologi yang dibuat oleh Konin (1995) berkaitan dengan regulasi emosi. Ia memulai dengan menjelaskan 3 pandangan utama tentang haruskah aktor/pemain mengalami emosi yang digambarkan dengan:

a. Involvement (Keterlibatan)  Emosi harus berdasarkan pengalaman

b. Detachment (tak berpengaruh)  Emosi tidak harus berdasarkan pengalaman

c. Self-Expression (Ekspresi diri) Aktor harus menunjukkan batin di panggung

Masing-masing pandangan ini merujuk pada double consciousness yang pada akhirnya ada 4 tugas utama yang terlibat dalam akting yaitu, (1) Menciptakan emosi bathin, (2) menggambarkan emosi yang meyakinkan, (3) mengulang sesuatu yang telah ditetapkan, dan (4) Menciptakan ilusi spontanitas. Dengan demikian, pada satu waktu, aktor harus menghadapi 4 tingkat emosi yaitu:

1. Seseorang dengan emosi pribadi

2. Keahlian seorang aktor dengan emosinya

3. Bentuk batin dengan emosi yang dimaksud

4. Penampilan karakter yang dilakukan dengan karakter emosi

Titik akhir untuk analisis Konin tentang keterlibatan emosi dalam akting merupakan sebuah tantangan. Dari pandangan ini, penampilan dari akting sendiri adalah sumber energi emosi yang kuat, emosi yang dilakukan dengan pekerjaan akting lebih baik daripada karakterisasi.

(9)

sebabnya mengapa ada orang yang bisa dengan mudah menangis ketika menonton sebuah drama. Ada pula orang yang memiliki emosi yang berbeda saat menonton drama yang sama, disinilah keterlibatan emosi sangat berpegaruh karena kemungkinan kedua orang tersebut memiliki pengalaman emosi yang berbeda.

C. Literatur/Sastra (Firda Hanum Isman)

Secara kategori, sastra memang berbeda dengan psikologi, sebab sastra berhubungan dengan dunia fiksi, drama, dan esay yang diklasifikasikan ke dalam seni (art), sedangkan psikologi merujuk pada sebuah studi ilmiah tentang perilaku manusia dan proses mental. Meski berbeda, keduanya memiliki titik temu atau persamaan, yakni keduanya berangkat dari manusia dan kehidupan sebagai sumber kajian. Bicara tentang manusia, psikologi terlibat erat, karena psikologi mempelajari perilaku. Perilaku manusia tidak lepas dari kehidupan yang membungkusnya dan mewarnai perilakunya. Perilaku yang terbentuk dari emosi-emosi manusia inilah yang akhirnya sangat berkaitan demgan sastra di kehidupan sehari-hari.

(10)

Diketahui pula bahwa dari suatu bacaan seperti novel dapat masuk dan malah sangat berdamoak pada kepribadian si pembaca, apalagi ketika pembacanya ialah remaja, yang notabenenya masih mencari jati diri mereka. Perkembangan dan pencitraan isi maupun performa novel, dinilai sangat sesuai dengan tingkat kedewasaan, pola pikir, hobi dan aspek kepribadian remaja pada umumnya. Remaja yang menginginkan suatu kebutuhan akan struktur otak akan membuat novel ini digandrungi oleh mereka. Perbuatan atau tutur kata yang disajikan dalam cerita akan meninggalkan suatu unsur bimbingan dan konseling terhadap kehidupan remaja, entah itu memberikan pelajaran hidup, mengembangkan pola pikir dan pengembangan kepribadian, mengembangkan pengetahuan agama dan moral yang seharusnya, memperdalam unsur edukatif dari pesan di dalamnya, hingga menimbulkan semangat belajar dalam dirinya. Berbagai peran tersebut membuktikan bahwa sastra sangat dapat mengubah persepsi orang akan dunia, karena lewat membaca lah kita lebih banyak tau dan mendapat ilmu baru, entah itu ilmu kehidupan atau ilmu dalam makna sebenarnya.

(11)

3) Pekerjaan (Annida Firyandini)

Emosi dan tempat kerja adalah dua hal yang tidak bisa dipisahkan. Tetapi, emosi negatif yang terlalu mendominasi dalam pekerjaan bukanlah hal yang profesional, hal ini dapat diimbangi dengan penerapan emosi positif dalam pekerjaan. Ketika berbicara mengenai pekerjaan pada umumnya, maka timbul bahasan mengenai kepemimpinan dan managemen emosi di tempat kerja.

Kepemimpinan memiliki kata dasar pemimpin, yakni seseorang yang mengetuai beberapa pengikut dan mengarahkan untuk mencapai suatu goal/tujuan. Ada beberapa tipe pemimpin terkait emosi. Pertama, pemimpin transaksional. Pemimpin dengan tipe seperti ini cenderung berkuasa tanpa ada pendekatan emosional dengan para pengikutnya. Dengan jabatan yang tinggi, ia hanya berperan sebagai pemimpin yang memberi feedback berupa gaji semata. Sehingga dapat disimpulkan pemimpin jenis ini kurang meraih simpati para pengikutnya dan berdampak pada kedekatan emosional dalam pekerjaan yang kurang. Tipe pemimpin yang kedua adalah pemimpin transformasional. Pemimpin dengan tipe seperti ini memiliki visi untuk bertransformasi bersama para pengikutnya dengan mengedepankan kecerdasan mengolah emosi yang baik. Ia cenderung dekat secara personal dengan banyak orang, kharismatik, sensitif terhadap kebutuhan individu lainnya, dan dapat memotivasi pengikutnya dengan baik. Sehingga para pengikut akan lebih menerima pemimpin dengan tipe seperti ini, tak hanya gaji yang diimbalkan, tetapi kebutuhan akan emosi juga terpenuhi. Dengan situasi seperti itu, kinerha para pengikut cenderung akan lebih efektif, produktif, dan kreativitas dalam bekerja semakin berkembang.

(12)

prestasinya cenderung lebih merasa malu. Adapula malu di tempat kerja terkait diskriminasi, baik dalam domain SARA maupun sosial. Dengan menjadi ‘beda’ sudah cukup untuk menimbulkan rasa malu. Kelompok minoritas sering dipandang berbeda, baik perbedaan dalam ras, suku, agama, strata sosial, kondisi fisik, dan sebagainya. Hal ini sudah menjadi bawaan yang menimbulkan rasa malu di ranah pekerjaan. Malu yang disikapi dengan emosi yang baik dapat membawa seorang pekerja ke arah peningkatan motivasi kerja, lain halnya apabila dikendalikan dengan emosi yang tidak tepat.

Emosi di tempat Kerja (A’isyatirrodiyah)

Beberapa tahun terakhir, emosi dan tempat kerja dipandang sebagai hal yang berlawanan. Terutama tempat kerja yang bergerak dalam bidang komersil yang mendorong pekerjanya untuk bekerja dengan “rasional” bukan “emosi”, pekerja yang bekerja dengan emosi dianggap tidak professiona begitupun sebaliknya jika pekerja bekerja dengan rasional maka dianggap professional, itulah mengapa terjadi perbedaan yang sangat signifikan antara pekerja laki-laki dan pekerja wanita di dalam tempat kerja, dimana laki-laki dominan memiliki kekuasaan yang tinggi dibandingkan wanita, karena wanita dianggap tidak dapat mengontrol emosinya sebaik laki-laki

Selama lebih dari satu dekade terakhir, seorang tokoh bernama Hocschild bekerja sangat baik dalam suatu manipulasi emosi di tempat kerja (Hocshchild, 1983) ia telah menyadari bahwa emosi relevan dengan tempat kerja. Pendapat ini juga didukung oleh Scheiberg (1990), Scheiberg mengatakan “ tampaknya ada hubungan antara emosi positif dengan tempat kerja, kepuasan kerja, dan peningkatan kinerja pekerja” dan “mengekspresikan emosi di tempat kerja merupakan suatu proses penting bagi pekerja”.

(13)

suatu tempat yang nyaman bagi para pekerjanya, apabila pekerja merasa nyaman dalam bekerja maka kinerja pun bisa meningkat dan kualitas tempat kerja semakin baik.

Pertanyaan-pertanyaan:

1. Mengapa ketika mendengarkan musik, kita seperti larut ke dalamnya? (Destya Dwi L)

Jawaban (Annida Firyandini):

Pada dasarnya musik adalah cerita, sebuah kisah yang dapat kita ketahui slurnys dari lirik yang tertuai dalam nyanyian. Ketika kita mendengarkan musik maka akan cenderung menghayati karena memori berfungsi memanggil kembali ingatan-ingatan yang relevan dengan isi cerita dari musik itu sendiri, atau jika tak ada pengalaman yang relevan sama sekali, maka intuisi kita bermain dan ikut membayangkan seolah-olah kita menjadi tokoh utama dalam lagu tersebut. Itulah mengapa seseorang terkesan ikut hanyut ketika mendengarkan musik, tentunya hal ini dapat berlaku pada semua genre musik.

2. Mengapa aktor dapat memerankan emosi berbeda pada waktu yang bersamaan dan apakah aktor yang terlalu sering berperan sebagai antagonis juga akan ikut terbawa dan mempengaruhi karakter aslinya? (Rachmawati Herlinda P)

Jawaban (Rachmadea Dwi Anggia):

Aktor/pemain sebuah drama seringkali bisa mengendalikan emosinya sendiri ketika memainkan sebuah drama meskipun ia di kehidupan nyata sedang memiliki emosi yang sangat berlawanan. Misalnya, ketika seorang aktor di kehidupan nyata sedang

(14)

seorang aktor pasti memiliki motivasi yang kuat dalam dirinya untuk tetap bertanggung jawab terhadap pekerjaannnya agar tetap bisa bertahan pada pekerjaannya tersebut.

Lalu, pertanyaan tentang apakah pemeran yang selalu memainkan peran antagonis akan mempengaruhi karakter aslinya atau tidak, menurut kami hal ini tergantung dari pribadi aktor masing-masing mengenai bagaimana mengatur emosi dengan baik, tetapi kemungkinan terpegaruh itu ada apalagi bagi aktor yang benar-benar mendalami perannya dengan serius. Dapat pula diambil contoh bahwa sudah banyak sekali kita ketahui bahwa para pemain drama yang ketika memainkan peran yang saling jatuh cinta pada akhirnya juga akan saling jatuh cinta di kehidupan aslinya atau yang sering disebut cinta lokasi. Hal ini juga termasuk reaksi emosional yang dialami para pemain dalam drama.

3. Mengapa latihan olahraga yang berlebihan bisa menimbulkan emosi negatif, dan emosi negatif seperti apa yang ditimbulkan? (Melati)

Jawaban (Bellina Widya Budiarti):

(15)

Kesimpulan (Ria Irawati):

1. Emosi dan budaya adalah dua hal yang saling berkaitan dan berpengaruh satu sama lain.

2. Pengontrolan emosi dalam bidang kehidupan dapat dibedakan menjadi 3 bidang yaitu, emosi di tempat kerja, olahraga dan seni.

3. Ada hubungan yang erat antara kontrol emosi di tepat kerj dengan transformasi kepemimpinan seseorang(karismatik).

4. Emosi adalah bagian yang sangat berpengaruh terhadap hasil yang akan diterima oleh seorang atlet.

5. Emosi berperan penting dalam bidang seni khususnya dalam seni musik,drama dan literatur.

6. Setiap bidang dalam kehidupan kita harus memiliki kontrol emosi yang baik agar apa yang kita inginkan dapat tercapai.

7. Ekspresi emosi yang kita tampakkan jangan sampai berlebihan karena sesuatu yang berlebihan itu tidak baik begitu juga dengan pekerjaan yang kita kerjakan.

Peta Konsep

(16)

Pekerjaan

Seni

Musik

Dram

Sastra

Emosi dipengaruhi

ADOPSI

PEMELIHARAA N

HABITUASI

Olahraga

Pengaturan Emosi

Reaksi Emosi Penonton

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa LKS praktikum yang dikembangkan layak untuk dijadikan sebagai bahan ajar yang digunakan

a. Didalam lingkungan pengendalian terdapat: 1) Prosedur dan kebijakan dalam pemberian pembiayaan implan yang sudah ditetapkan, dan dikerjakan oleh orang-orang yang memiliki

?liserin adalah produk samping dari reaksi hidrolisis antara minyak nabati dengan air untuk menghasilkan asam lemak.?liserin merupakan humektan sehingga dapat berfungsi

(3) Hasil pengelolaan unit-unit usaha oleh BUMDes dimasukkan ke dalam anggaran pendapatan belanja desa (APBDes) setiap akhir tahun sesuai yang telah disepakati dari awal.. (4) Dalam

Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah hasil belajar peserta didik pada Kelas X MIPA dengan menerapkan

Nilai Maksimal Jurnal Ilmiah Nilai Akhir Yang Diperoleh Internasional n Nasional Terakreditasi M Nasional Ea. Kecukupan dan

Setelah mendapat semua Materi Perkuliahan Pengantar Ilmu Hukum selama 1 Semester ,maka Mahasiswa Fakultas Hukum di Semester 1.diharapkan menguasai Dasar dasar Ilmu Hukum tersebut

Dengan demikian jelas bahwa biaya standar merupakan alat yang penting untuk perencanaan dan pengendalian biaya produksi berdasarkan pemikiran bahwa pengendalian