SKRIPSI
ANALISIS EVALUASI KINERJA PEMBANGUNAN EKONOMI
KABUPATEN / KOTA PEMEKARAN DI SUMATERA UTARA
Diajukan oleh :
KIKI RISKI RAMADHANI
100501053
PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN
DEPARTEMEN EKONOMI PEMBANGUNAN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ABSTRACT
Purpose of this study is to determine the ratio between time, comparison with the
achievements of the area, and the performance og policy recommendations district/city
development division in north Sumatera. In this study the authours used the development of
performance indicators that economic development.
Processing the data in this study using descriptive method by analyzing the ratio
between time, comparison with the achievements of the district/city division, and policy
recommendations in the economic indicators of performance development is economic
growth, GDP at current prices, GDP per capita, inflations, exports and imports, local
revenues, domestic invesment, foreign invesment, poverty and unemployment.
Of the analysis conducted, found that the gains of economic development in the
district/city has been achieved with good and with the economic development of the province
of North Sumatra.
ABSTRAK
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perbandingan antar waktu,
perbandingan dengan capaian daerah, dan rekomendasi kebijakan kinerja pembangunan
Kabupaten/Kota pemekaran di Sumatera Utara. Dalam penelitian ini penulis menggunakan
satu indikator kinerja pembangunan yaitu pembangunan ekonomi.
Pengolahan data dalam penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan
menganalisis perbandingan antar waktu, pebandingan dengan capaian daerah kabupaten/kota,
dan rekomendasi kebijakan di indikator ekonomi kinerja pembangunan yaitu pertumbuhan
ekonomi, PDRB atas dasar harga berlaku, PDRB per kapita, laju inflasi, ekspor dan impor,
pendapatan asli daerah, penanaman modal dalam negeri, penanaman modal asing,
kemiskinan dan tingkat pengangguran.
Dari hasil analisis yang dilakukan, diperoleh bahwa capaian kinerja pembangunan
ekonomi di kabupaten/kota sudah tercapai dengan baik dan dengan pembangunan ekonomi
Provinsi Sumatera Utara.
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr.Wb.
Puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmad dan hidayah yang
melimpah kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan sebaik-baiknya.
Shalawat beriringkan salam tidak lupa penulis haturkan kepada Baginda Rasul Nabi Besar
Muhammad SAW, para sahabat dan keluarganya yang penulis harapkan syafaatnya di hari kelak.
Skripsi ini merupakan suatu tugas akhir yang harus di selesaikan untuk memenuhi salah satu
syarat memperoleh gelar Sarjana Ekonomi dari Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
Adapun judul dari skripsi ini adalah Analisis Evaluasi Kinerja Pembangunan Ekonomi
Kabupaten / Kota Pemekaran Di Sumatera Utara.
Dalam kesempatan ini penulis juga tidak lupa mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada berbagai pihak yang telah membantu dalam penyelesaian penulisan skripsi ini dalam
berbagai bentuk yang tidak mungkin di tuliskan satu persatu dikarenakan begitu banyak hal yang telah
di perbuat terutama kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum, SE, M.Ec,Ac,Ak, CA selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Wahyu Ario Pratomo, SE, M.Ec selaku Ketua Departemen dan Bapak Drs. Syahrir
Hakim Nasution, M.Si selaku Sekretaris Departemen Ekonomi Pembangunan Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.
3. Bapak Prof. Dr. lic.rer.reg. Sirojuzilam, SE selaku dosen pembimbing penulis yang telah
membimbing penulis dalam penyusunan skripsi ini, memberikan saran, masukan dan
petunjuk yang sangat berarti bagi penulis.
4. Bapak Dr. Irsyad Lubis, SE, M.Soc.Sc, Ph.D selaku Ketua Program Studi S1 Ekonomi
Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara dan Bapak Paidi
Hidayat, SE, M.Si selaku Sekretaris Program Studi S1 Ekonomi Pembangunan Fakultas
5. Bapak Paidi Hidayat, SE, M.Si selaku Dosen Penguji I yang telah bersedia meluangkan waktu
dalam memberikan saran dan kritik demi kesempurnaan skripsi ini.
6. Bapak Drs. Rahmad Sumanjaya Hsb, M.Si selaku Dosen Penguji II yang telah bersedia
meluangkan waktu dalam memberikan saran dan kritik demi kesempurnaan skripsi ini.
7. Untuk Ayahanda Faridl Sulastyo dan Ibunda Sri Wardani SE serta kepada ananda dan adinda
penulis Riski Rafi Raditya Riandhani dan Endah Tripuspita Ning Puri. Terimakasih atas
segala saran, bimbingan, dukungan doa, semangat dan moril yang telah di berikan kepada
penulis.
8. Seluruh staff pengajar (dosen) Departemen Ekonomi Pembangunan yang telah memberikan
ilmu yang sangat berguna bagi penulis yang dapat digunakan pada masa yang akan datang.
9. Pegawai administrasi Departemen Ekonomi Pembangunan, Bang Sugi, Bu Nurailah dan Kak
Leny yang tanpa lelah membantu penulis menyelesaikan segala kelengkapan administrasi.
10. Seluruh Staff dan Pegawai Badan Pusat Statistik Sumatera Utara yang telah membantu
penulis dalam hal memperoleh data yang dibutuhkan dalam skripsi ini.
11. Kepada sahabat-sahabatku (Ade, Ryan, Sheila, Imam) yang telah memberikan dukungan
semangat, serta motivasi kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
12. Teman-teman di Ekonomi Pembangunan khususnya angkatan 2010 yang juga telah
mendukung penulis dalam penyelesaian skripsi ini.
13. Seluruh pihak terkait yang membantu baik secara langsung maupun tidak langsung dalam
kelancaran penyelesaian penulisan skripsi ini.
Akhir kata penulis mengharapkan kiranya skripsi ini dapat bermanfaat dan membantu semua
pihak yang memerlukannya, terutama rekan mahasiswa Ekonomi Pembangunan.
Wassalamualaikum Wr.Wb.
Medan, 2015
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRACT ... i
ABSTRAK ... ii
KATA PENGANTAR... iii
DAFTAR ISI... vi
DAFTAR TABEL ... vii
DAFTAR GAMBAR ... viii
DAFTAR LAMPIRAN... ix
BAB I : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Perumusan Masalah ... 10
1.3 Tujuan Penelitian ... 11
1.4 Manfaat Penelitian ... 11
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Ekonomi Pembangunan... ... 12
2.2.1. Teori Klasik ... 15
2.2.2. Teori Schumpeter ... 15
2.2 Pengertian Perencanaan Pembangunan Ekonomi ... 15
2.3 Desentralisasi Dan Otonomi ... 20
2.4 Daerah dan Kota Belakangnya... 21
2.5 Indikator Kinerja Pembangunan Daerah ... 22
2.6 Penelitian Terdahulu ... 26
2.7 Kerangka Konseptual ... 30
BAB III : METODE PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian ... 30
3.2 Jenis dan Sumber Data ... 30
3.3 Teknik pengumpulan data ... 30
3.4 Metode Analisis ... 30
3.4.1. Analisis Perbandingan Antar Waktu ... 31
3.4.2. Analisis Perbandingan Dengan Capaian Daerah Kabupaten/Kota Pemekaran ... 31
3.4.3. Analisis Rekomendasi Kebijakan ... 31
3.5 Defenisi Operasional ... 31
4.1.1 Sejarah Provinsi Sumatera Utara ... 34
4.1.2 Profil Sumatera Utara ... 35
4.1.3 Gambaran Sumatera Utara ... 37
4.1.3.1 Sumatera Utara Secara Geografis ... 37
4.1.3.2 Sumatera Utara Secara Demografis ... 38
4.1.3.3 Kondisi Perekonomian Sumatera Utara ... 42
4.1.4 Penyelenggaraan Pemerintahan ... 43
4.1.5 Potensi Daerah ... 44
4.2 Hasil Penelitian ... 45
4.2.1 Indikator Pembangunan Ekonomi ... 45
4.2.1.1 Pertumbuhan Ekonomi ... 45
4.2.1.2 PDRB Atas Dasar Harga Berlaku, Harga Konstan dan PDRB Per Kapita ... ... 48
4.2.1.3 Pendapatan Asli Daerah (PAD) ... 57
4.2.1.4 Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) ... 59
4.2.1.5 Penanaman Modal Asing (PMA) ... 63
4.2.1.6 Kemiskinan ... 66
4.2.1.7 Pengangguran... ... 69
4.2.1.8 AnalisisPerbandingan Antar Waktu... ... 73
4.2.1.9 Analisis Perbandingan Dengan Capaian Kinerja Daerah Kabupaten/Kota Pemekaran ... 77
4.2.1.10 Rekomendasi Kebijakan ... 81
BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 83
5.2 Saran ... 86
DAFTAR PUSAKA LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
No. Tabel
Judul
Halaman
1.1.
Tingkat Inflasi Tahun 2008-2012
8
2.1.
Penelitian Terdahulu
27
2.2.
Indikator Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah
29
4.1.
Daftar Kabupaten/Kota Di Sumatera Utara
36
DAFTAR GAMBAR
No. Gambar
Judul
Halaman
4.1 Tren Laju Pertumbuhan ekonomi 46
4.2 Tren PDRB Atas Dasar Harga Berlaku 49
4.3 Tren PDRB Atas Dasar Harga Konstan 51
4.4 Tren PDRB Per Kapita Atas Dasar Harga Berlaku 54
4.5 Tren PDRB Per Kapita Atas Dasar Harga Konstan 56
4.6 Anggaran Pendapatan Asli Daerah (PAD) 59
4.7 Banyaknya Proyek Pada Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) 61
4.8 Nilai Investasi Pada Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) 62
4.9 Banyaknya Proyek Pada Penanaman Modal Asing (PMA) 64
4.10 Nilai Investasi Pada Penanaman Modal Asing (PMA) 65
4.11 Jumlah Persentase Penduduk Miskin 67
4.12 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) 70
DAFTAR LAMPIRAN
No. Lampiran
ABSTRACT
Purpose of this study is to determine the ratio between time, comparison with the
achievements of the area, and the performance og policy recommendations district/city
development division in north Sumatera. In this study the authours used the development of
performance indicators that economic development.
Processing the data in this study using descriptive method by analyzing the ratio
between time, comparison with the achievements of the district/city division, and policy
recommendations in the economic indicators of performance development is economic
growth, GDP at current prices, GDP per capita, inflations, exports and imports, local
revenues, domestic invesment, foreign invesment, poverty and unemployment.
Of the analysis conducted, found that the gains of economic development in the
district/city has been achieved with good and with the economic development of the province
of North Sumatra.
ABSTRAK
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perbandingan antar waktu,
perbandingan dengan capaian daerah, dan rekomendasi kebijakan kinerja pembangunan
Kabupaten/Kota pemekaran di Sumatera Utara. Dalam penelitian ini penulis menggunakan
satu indikator kinerja pembangunan yaitu pembangunan ekonomi.
Pengolahan data dalam penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan
menganalisis perbandingan antar waktu, pebandingan dengan capaian daerah kabupaten/kota,
dan rekomendasi kebijakan di indikator ekonomi kinerja pembangunan yaitu pertumbuhan
ekonomi, PDRB atas dasar harga berlaku, PDRB per kapita, laju inflasi, ekspor dan impor,
pendapatan asli daerah, penanaman modal dalam negeri, penanaman modal asing,
kemiskinan dan tingkat pengangguran.
Dari hasil analisis yang dilakukan, diperoleh bahwa capaian kinerja pembangunan
ekonomi di kabupaten/kota sudah tercapai dengan baik dan dengan pembangunan ekonomi
Provinsi Sumatera Utara.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Indonesia memiliki 34 provinsi yang kini telah tumbuh menjadi beberapa wacana
untuk mendirikan provinsi-provinsi baru di Indonesia. Pembentukan provinsi baru ini
didasari atas beberapa hal, misalnya kondisi alam dan ekonomi, keadaan sosial masyarakat,
keterkaitan beberapa kabupaten/kota dalam suatu kesatuan sejarah, suku bangsa dan budaya,
dan lain sebagainya. Alasan yang paling mengemuka adalah wacana tentang pemekaran
daerah yang sejalan dengan semangat otonomi daerah, beberapa provinsi dianggap memiliki
wilayah terlalu luas sehingga diperlukan upaya untuk memudahkan pelayanan administrasi
dan pemangkasan birokrasi dari ibu kota provinsi ke daerah dengan cara pemekaran, yaitu
dengan penyatuan beberapa kabupaten/kota menjadi provinsi baru.
terdiri dari 151 Kabupaten dan 32 Kota, ini artinya pertumbuhan jumlah daerah
Kabupaten/Kota terjadi rata-rata 20 daerah Kabupaten/Kota per tahun.
Berikut ini adalah nama-nama Kabupaten/Kota sebelum ada pemekaran daerah di
wilayah Sumatera Utara (Sumut), yaitu :
1.
Kabupaten Asahan
2.
Kabupaten Dairi
3.
Kabupaten Deli Serdang
4.
Kabupaten Karo
5.
Kabupaten Labuhanbatu
6.
Kabupaten Langkat
7.
Kabupaten Nias
8.
Kabupaten Simalungun
9.
Kabupaten Tapanuli Selatan
10.
Kabupaten Tapanuli Tengah
11.
Kabupaten Tapanuli Utara
12.
Kota Binjai
13.
Kota Medan
14.
Kota Pematang Siantar
15.
Kota Sibolga
16.
Kota Tanjung Balai
17.
Kota Tebing Tinggi
Dan berikut ini adalah pemekaran kabupaten dan kota di Indonesia yang sebenarnya
sudah berlangsung sejak 1991 khususnya wilayah Sumatera Utara (Sumut) :
1.
Kabupaten Pakpak Bharat, pemekaran dari Kabupaten Dairi (25 Februari 2003)
2.
Kabupaten Serdang Bedagai, pemekaran dari Kabupaten Deli Serdang (18 Desember
2003)
3.
Kabupaten Nias Selatan, pemekaran dari Kabupaten Nias (25 Februari 2003)
4.
Kabupaten Mandailing Natal, pemekaran dari Kabupaten Tapanuli Selatan (23
November 1998)
5.
Kota Padangsidimpuan, pemekaran dari Kabupaten Tapanuli Selatan (21 Juni 2001)
6.
Kabupaten Toba Samosir, pemekaran dari Kabupaten Tapanuli Utara (23 November
1998)
7.
Kabupaten Humbang Hasundutan, pemekaran dari Kabupaten Tapanuli Utara (25
Februari 2003)
8.
Kabupaten Samosir, pemekaran dari Kabupaten Toba Samosir (18 Desember 2003)
9.
Kabupaten Batubara, pemekaran dari Kabupaten Asahan (2 Januari 2007)
10.
Kabupaten Padang Lawas, pemekaran dari Kabupaten Tapanuli Selatan (17 Juli 2007)
11.
Kabupaten Padang Lawas Utara, pemekaran dari Kabupaten Tapanuli Selatan (17 Juli
2007)
12.
Kabupaten Labuhanbatu Utara, pemekaran dari Kabupaten Labuhanbatu (24 Juni 2008)
13.
Kabupaten Labuhanbatu Selatan, pemekaran dari Kabupaten Labuhanbatu (24 Juni 2008)
14.
Kota Gunung Sitoli, pemekaran dari Kabupaten Nias (29 Oktober 2008)
15.
Kabupaten Nias Barat, pemekaran dari Kabupaten Nias (29 Oktober 2008)
16.
Kabupaten Nias Utara, pemekaran dari Kabupaten Nias (29 Oktober 2008)
berkembang dalam usaha pembangunan yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan
penduduknya. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi tersebar cukup merata dan diikuti dengan
membaiknya taraf hidup dibawah garis kemiskinan. Sasaran yang ingin dicapai pada
umumnya dalam pembangunan ekonomi di negara berkembang adalah untuk mencapai
tingkat pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) jauh lebih tinggi
dibandingkan dengan laju pertumbuhan penduduk (Robinson, 2004;18). Dalam
mengendalikan perkembangan penduduk diperlukan kebijakan yang terintegrasi sekaligus
antisipatif sehingga harus ditangani secara terpadu dan komprehensif. Kebijakan
pembangunan tidak semata-mata diarahkan hanya untuk mengejar pertumbuhan ekonomi
daerah yang tinggi, tetapi juga ditujukan kepada upaya mengurangi jumlah penduduk miskin,
mengurangi laju pertumbuhan penduduk yang tinggi serta mengurangi tingkat pengangguran
terbuka.
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang pemerintahan daerah
yang dituangkan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 78 Tahun 2007 tentang tata cara
pembentukan, penghapusan dan penggabungan daerah, diisyaratkan bahwa dalam
pembentukan pemerintah daerah yang baru didasari kepada persyaratan administratif, teknis
dan fisik kewilayahan, termasuk kemampuan ekonomi, potensi daerah, sosial budaya, sosial
politik, kependudukan, luas daerah, pertahanan, keamanan, tingkat kesejahteraan masyarakat,
dan faktor lain yang memungkinkan terselenggaranya otonomi daerah. Secara administratif
paling sedikit 5 (lima) kabupaten/kota untuk pembentukan suatu provinsi dan paling sedikit 5
(lima) kecamatan untuk pembentukan suatu daerah kabupaten, dan 4 (empat) kecamatan
untuk pembentukan kota termasuk lokasi calon Ibukota, sarana, dan prasarana pemerintahan.
(2) menjamin terciptanya integrasi, sinkronisasi, dan sinergi antar daerah, antar ruang, antar
waktu, dan antar fungsi pemerintah, serta antara pusat dan daerah; (3) menjamin keterkaitan
dan konsistensi antara perencanaan, penganggaran, pelaksanaan, dan pengawasan; (4)
mengoptimalkan partisipasi masyarakat; dan (5) menjamin tercapainya penggunaan sumber
daya secara efisien, efektif, berkeadilan, dan berkelanjutan.
Mengacu pada 5 (lima) tujuan tersebut, maka dalam Rencana Strategis (Renstra)
Bappenas dijelaskan bahwa pelaksanaan tugas Kementerian PPN/Bappenas mencakup 4
peran penting yang saling terkait, yaitu peran sebagai: (1) pengambil kebijakan/keputusan
(police maker) dengan penjabaran pengendalian dan evaluasi terhadap pelaksanaan rencana
pembangunan; (2) koordinator; (3) think-tank; dan (4) administrator dengan penjabaran
penyusunan dan pengelolaan laporan hasil pemantauan terhadap pelaksanaan rencana
pembangunan dan penyusunan laporan hasil evaluasi.
Dengan demikian, salah satu peran Bappenas adalah melakukan evaluasi terhadap
pelaksanaan rencana pembangunan. Sebagai tindak lanjut dari peran tersebut telah diterbitkan
Peraturan Pemerintah (PP) No. 39 Tahun 2006 tentang Tata Cara Pengendalian dan Evaluasi
Pelaksanaan Rencana Pembangunan, yang didalamnya mencakup evaluasi ex-ante, on-going,
dan ex-post. Terkait dengan peran utama Bappenas diatas, maka evaluasi tahunan terhadap
pelaksanaan Peraturan Presiden No. 5 Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Nasional (RPJMN) 2010-2014 mutlak diperlukan, demikian juga pencapaian di
tiap daerah.
RPJMN 2010-2014 memiliki 11 prioritas nasional dan 3 prioritas lainnya, yaitu :
1.
Reformasi Birokrasi dan Tata Kelola
2.
Pendidikan
3.
Kesehatan
5.
Ketahanan Pangan
6.
Infrastruktur
7.
Iklim Investasi dan Iklim Usaha
8.
Energi
9.
Lingkungan Hidup dan Pengelolaan Bencana
10.
Daerah Tertinggal, Terdepan, Terluar, dan Pasca Konflik
11.
Kebudayaan, Kreatifitas, dan Inovasi Teknologi
Tiga prioritas lainnya, yaitu :
1.
Kesejahteraan Rakyat
2.
Politik, Hukum, dan Keamanan
3.
Perekonomian
Pelaksanaan evaluasi kinerja pembangunan daerah akan mengacu pada RPJMN
2010-2014, dengan fokus utama untuk mengetahui : (1) tingkat pencapaian target kinerja RPJMN
tahun 2010 dan 2014 di tiap daerah; (2) relevansi isu strategis, sasaran, arah kebijakan, dan
strategi pengembangan dalam RPJMN 2010-2014 dengan kondisi daerah; dan (3) evaluasi
tematik di tiap daerah; (4) indikator kinerja dalam evaluasi kinerja pembangunan ekonomi
daerah yang terdapat indikator ekonomi. Pelaksanaan evaluasi RPJMN 2010-2014 dilakukan
secara eksternal dengan harapan agar seluruh proses evaluasi tersebut beserta
rekomendasinya berlangsung dalam proses yang lebih independen.
berlaku dan harga konstan, PDRB per kapita, pendapatan asli daerah, penanaman modal
dalam negeri, penanaman modal asing, kemiskinan, dan pengangguran.
Dalam indikator ekonomi di Sumatera Utara pada tahun 2009 pertumbuhan ekonomi
mencapai 5.07%, dengan PDRB atas dasar harga berlaku sebesar Rp. 236.353,62, di tahun
2010 mencapai 6.42%, dengan PDRB berdasarkan harga berlaku sebesar Rp. 275.056,51,
pada tahun 2011 sebesar 6.63%, dengan PDRB berdasarkan harga berlaku sebesar Rp.
314.972,44, pada tahun 2012 pertumbuhan ekonomi Provinsi Sumatera Utara mencapai
sebesar 6.22%, dengan PDRB berdasarkan harga berlaku sebesar Rp. 351.118,16, sedangkan
pada tahun 2013 pertumbuhan ekonomi Provinsi Sumatera Utara mencapai sebesar 6.01%
dengan PDRB berdasarkan harga berlaku sebesar Rp. 403.933,05.
Tabel 1.1.
Tingkat Inflasi Tahun 2008-2013
Menurut Kabupaten/Kota (%)
NO
KABUPATEN / KOTA
TINGKAT INFLASI (%)
2009
2010
2011
2012
2013
1.
Medan
2.69
7.65
3.54
3.79
10.09
2.
Sibolga
1.59
11.83
3.71
3.30
10.08
3.
Padangsidimpuan
1.87
7.42
4.66
3.54
7.82
4.
Pematangsiantar
2.72
9.68
4.25
4.73
12.02
5.
Sumatera Utara
2.61
8.00
3.67
3.86
10.18
Sumber : BPS Provinsi Sumatera Utara
Pendapatan Asli Daerah menurut Undang-Undang No. 28 Tahun 2009 yaitu sumber
keuangan daerah yang digali dari wilayah daerah yang bersangkutan yang terdiri dari hasil
pajak daerah, hasil retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan, daerah yang dipisahkan dan
lain-lain pendapatan asli daerah yang sah. Di Sumatera Utara, besar anggaran pendapatan asli
daerah pada tahun 2013 untuk pajak daerah sebesar Rp.1.937.261.087,-, untuk retribusi daerahsebesar Rp.819.180.418,-, dan untuk hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan sebesar
Rp.201.899.721,-.
rencana dan 67 realisasi, sedangkan rencana pada nilai investasi sebesar Rp. 757.784,68 dan
realisasi pada nilai investasi sebesar Rp. 682.868,10.
Kemiskinan sering dianggap sebagai musuh utama pembangunan dan kemiskinan ini terjadi
salah satunya disebabkan tingkat pengangguran terbuka yang tinggi di tengah masyarakat. jumlah
persentase penduduk miskin di Sumatera Utara pada tahun 2008 sebesar 12.55%, dan di tahun 2009
menurun menjadi 11.51%, tahun 2010 kembali menurun menjadi 11.31%, sampai pada tahun 2011
terus mengalami penurunan sebesar 10.83%, dan di tahun 2012 tetap menurun mencapai 10.41%,
sedangkan pada tahun 2013 mengalami penurunan sebesar 10.39%.
Definisi ekonomi tentang pengangguran tidak identik dengan tidak (mau) bekerja.
Tingkat pengangguran terbuka di Sumatera Utara pada tahun 2008 adalah sebesar 9.10%, dan sedikit
mengalami penurunan pada tahun 2009 sebesar 8.45%, sampai pada tahun 2010 terus mengalamipenurunan mencapai 7.43%, di tahun 2011 juga terus menurun sebesar 6.37%, dan pada tahun 2012
penurunan terus terjadi mencapai 6.20%.
Isu strategis dalam evaluasi kinerja pembangunan daerah adalah kondisi atau hal yang
harus diperhatikan atau dikedepankan dalam perencanaan pembangunan, karena dampaknya
yang signifikan bagi entitas (daerah/masyarakat) dimasa datang. Isu strategis juga diartikan
sebagai kondisi/kejadian penting/keadaan yang apabila tidak diantisipasi, akan menimbulkan
kerugian yang lebih besar atau sebaliknya akan menghilangkan peluang apabila tidak
dimanfaatkan. Karakteristik suatu isu strategis adalah kondisi atau hal yang bersifat penting,
mendasar, berjangka panjang, mendesak, bersifat kelembagaan/keorganisasian dan
menentukan tujuan dimasa yang akan datang. Oleh karena itu, untuk memperoleh rumusan
isu-isu strategis diperlukan analisis terhadap berbagai fakta dan informasi kunci yang telah
diidentifikasi untuk dipilih menjadi isu strategis.
menjadi fokus, yaitu : (1) kerangka regulasi yang merupakan struktur peraturan
perundang-undangan yang dibentuk dalam rangka memfasilitasi, mendorong, dan mengatur perilaku
masyarakat, termasuk swasta, dan penyelenggaraan negara dalam rangka mewujudkan tujuan
bernegara yang tercantum dalam pembukaan UUD 1945; (2) kerangka kelembagaan
merupakan struktur kelembagaan dimana dapat terlihat interaksi antar aktor, proses transaksi,
stabilitas dan prediktabilitas interaksi dan transaksi tersebut, serta derajat governability dari
suatu pemerintahan; (3) kerangka pendanaan merupakan salah satu komponen penting dalam
perencanaan pembangunan sehingga analisis mendalam mengenai kondisi pendanaan perlu
dilakukan. Kerangka pendanaan dimaksudkan untuk mendapatkan informasi komprehensif
mengenai kebutuhan pendanaan prioritas dalam rencana pembangunan, kebijakan pendanaan
itu sendiri.
Berdasarkan kajian diatas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian melalui
penulisan skripsi yang berjudul
“Analisis Evaluasi Kinerja Pembangunan Ekonomi
Kabupaten / Kota Pemekaran Di Sumatera Utara”
. Beberapa kabupaten/kota pemekaran
yang akan diteliti di Provinsi Sumatera Utara antara lain : (1) Kabupaten Serdang Bedagai;
(2) Kabupaten Toba Samosir; (3) Kabupaten Padang Lawas Utara; (4) Kabupaten
Labuhanbatu Utara; dan (5) Kabupaten Labuhanbatu Selatan.
1.2.
Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas maka penulis merumuskan masalah
yang menjadi dasar kajian tersebut adalah sebagai berikut :
Negeri (PMDN) dan Penanaman Modal Asing (PMA), Kemiskinan, dan Pengangguran
setelah pemekaran daerah ?
2.
Apakah capaian evaluasi kinerja yang diukur sudah tercapai untuk daerah kabupaten/kota
pemekaran atau belum tercapai untuk daerah kabupaten/kota pemekaran ?
1.3.
Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :
1.
Untuk mengetahui bagaimana evaluasi kinerja pembangunan daerah yang ditinjau dari
indikator ekonomi terkait dalam Pertumbuhan Ekonomi, PDRB Atas Dasar Harga
Berlaku, PDRB Atas Dasar Harga Konstan, PDRB Perkapita, Pendapatan Asli Daerah
(PAD), Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN), Penanaman Modal Asing (PMA),
Kemiskinan, dan Pengangguran setelah pemekaran daerah.
2.
Untuk mengetahui apakah capaian evaluasi kinerja yang diukur sudah tercapai untuk
daerah kabupaten/kota pemekaran atau belum tercapai untuk daerah kabupaten/kota
pemekaran.
1.4.
Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1.
Sebagai bahan studi dan tambahan ilmu pengetahuan bagi mahasiswa Fakultas Ekonomi
terutama Departemen Ekonomi Pembangunan yang ingin melakukan penelitian
selanjutnya.
2.
Sebagai penambah, pelengkap, sekaligus sebagai pembanding hasil-hasil penelitian
menyangkut topik yang sama.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
Teori Ekonomi Pembangunan
Pembangunan ekonomi mencakup pengertian yang sangat luas, tidak hanya sekedar
menaikkan pendapatan perkapita pertahun bahkan indikator PNB (Produk Nasional Bersih).
Sebagai indikator utama tidak selalu dapat menggambarkan suksesnya suatu pembangunan.
Indikator-indikator yang lain seperti pendidikan, distribusi pendapatan, jumlah penduduk
miskin, juga menunjukkan keberhasilan pembangunan. Pengalaman pada tahun 1950-an dan
tahun 1960-an telah membuktikan hal ini. Negara-negara di dunia ketiga telah mencapai
tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi sesuai dengan target namun gagal dalam
meningkatkan taraf hidup sebagian besar masyarakatnya. Masalah-masalah sosial seperti
pengangguran, kesenjangan pendapatan dan sebagainya tidak mengalami perbaiki. Dan
selama tahun 1970-an mulai muncul pandangan bahwa tujuan utama dari usaha-usaha
pembangunan bukan menciptakan tingkat pertumbuhan yang tinggi melainkan penghapusan
dan pengurangan tingkat kemiskinan. Penanggulangan ketimpangan pendapatan, penyediaan
lapangan kerja dalam konteks perekonomian yang terus berkembang.
sendiri dan aspirasi masyarakat dalam ikatan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Artinya,
otonomi daerah memberikan pelimpahan wewenang baik dalam pengambilan kebijakan
maupun keputusan pembiayaan kepada daerah dan berusaha melibatkan masyarakat dalam
upaya pembangunan daerah sehingga kohesi sosial antara politik dan masyarakat semakin
kuat. Berdasarkan alasan tersebut, beberapa daerah mulai tertarik untuk mengajukan
pembentukan daerah otonom baru bagi wilayahnya. Besarnya keinginan daerah untuk
membentuk daerah otonom baru pasca dibentuknya Undang-undang No.22/1999 disebabkan
oleh keinginan daerah untuk ikut serta dalam memajukan dan mengembangkan potensi
wilayahnya berdasarkan prakarsa dan aspirasi sendiri. Dalam Peraturan Pemerintah
No.129/2000 tentang “Persyaratan Pembentukan dan Kriteria Pemekaran, Penghapusan dan
Penggabungan Daerah” disebutkan bahwa tujuan pemekaran daerah adalah untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui : (1) Peningkatan pelayanan kepada
masyarakat, (2) Percepatan pertumbuhan kehidupan demokrasi, (3) Percepatan pelaksanaan
pembangunan ekonomi daerah, (4) Peningkatan keamanan dan ketertiban, serta (5)
Peningkatan hubungan yang serasi antara Pusat dan Daerah.
Widjoyokusumo (2011) mengatakan bahwa secara teoritis, awal dari semangat
pemekaran ini adalah merupakan suatu upaya untuk mencapai pemerataan pembangunan dan
kesejahteraan rakyat serta demi mempercepat perwujudan masyarakat Indonesia yang
sejahtera.
Terdapat 2 (dua) alasan yang melatarbelakangi maraknya fenomena pemekaran
wilayah di Indonesia diantaranya :
a.
Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik
perencanaan pembangunan daerah baru yang lebih terbatas, maka pelayanan publik yang
tersedia akan sesuai dengan kebutuhan lokal. Jarak dan rentang kendali yang lebih singkat
dan pendek antara birokrasi dan masyarakat akan menciptakan interaksi yang lebih intensif
bagi pemerintah maupun masyarakat sehingga kebutuhan akan pelayanan publik akan
terpenuhi dengan baik.
20.
Percepatan Pertumbuhan Ekonomi
Pemekaran daerah di asumsikan mampu mempercepat pertumbuhan ekonomi daerah
melalui pemanfaatan potensi lokal. Dengan dikembangkannya daerah baru, pemerintah
setempat memiliki peluang untuk menggali berbagai potensi ekonomi daerah yang selama ini
tidak tergali. Pemekaran daerah juga memungkinkan terciptanya usaha-usaha baru yang
mampu menyerap tenaga kerja baik sektor formal maupun informal. Penciptaan usaha-usaha
baru diharapkan mampu mempercepat pertumbuhan ekonomi dan mendukung proses
pemerataan dalam pembangunan.
Dalam hal ini, peningkatan kesejahteraan masyarakat menjadi hal yang paling penting
disamping meningkatkan pembangunan maupun pemasukan daerah. Otonomi daerah
diharapkan mampu mendekatkan fungsi pelayanan birokrasi pemerintahan terhadap rakyat
melalui pelayanan publik yang baik guna mempercepat terwujudnya kesejahteraan
masyarakat. Swianiewicz Riani (2012) mengungkapkan bahwa pemerintahan kecil yang lebih
homogen cenderung mudah untuk mengimplementasikan kebijakan yang sesuai dengan
preferensi sebagian besar masyarakatnya.
Teori-teori pertumbuhan ekonomi melihat hubungan antara pertumbuhan ekonomi
dengan faktor-faktor penentu pertumbuhan ekonomi. Beberapa teori mengenai pertumbuhan
ekonomi yaitu :
2.1.1.
Teori Klasik
Adam Smith adalah ahli ekonomi klasik pertama, yang mengemukakan pentingnya
kebijaksanaan lisezfaire atas sistem mekanisme untuk memaksimalkan tingkat perkembangan
ekonomi suatu masyarakat. Menurut Smith sistem ekonomi pasar bebas menciptakan
efisiensi, membawa ekonomi kepada full employment, dan menjamin pertumbuhan ekonomi
sampai tercapai posisi stationer (stationery state) yang terjadi apabila sumber daya alam telah
seluruhnya dimanfaatkan, dan kalaupun ada pengangguran itu bersifat sementara.
2.1.2.
Teori Schumpeter
Schumpeter berpandangan bahwa pertumbuhan ekonomi sangat ditentukan oleh kemampuan
kewirausahaan (entrepreneurship). Sebab, para pengusahalah yang mempunyai kemampuan
dan keberanian mengaplikasi penemuan-penemuan baru dalam dunia usaha merupakan
langkah inovasi. Termasuk dalam langkah-langkah inovasi adalah penyusunan teknik dalam
tahap produksi serta masalah organisasi manajemen, agar produk yang dihasilkan dapat
diterima pasar.
2.2.
Pengertian Perencanaan Pembangunan Ekonomi
keputusan-keputusan atau pilihan-pilihan berbagai alternatif penggunaan sumber daya untuk
mencapai tujuan-tujuan tertentu pada masa yang akan datang.
Walaupun belum ada kesepakatan yang di antara pakar ekonom berkenaan dengan
istilah perencanaan ekonomi, dapat diambil inti dari istilah perencanaan ekonomi
mengandung arti pengendalian dan pengaturan suatu perekonomian untuk mencapai sasaran
dan tujuan tertentu dalam jangka waktu tertentu.
Adapun ciri dari suatu perencanaan pembangunan ekonomi yaitu :
1.
Usaha yang dicerminkan dalam rencana untuk mencapai perkembangan sosial ekonomi
yang mantap (steady social economic growth). Hal ini dicerminkan dalam usaha
pertumbuhan ekonomi yang positif.
2.
Usaha yang dicerminkan dalam rencana untuk meningkatkan pendapatan per kapita.
3.
Usaha untuk mengadakan pertumbuhan struktur ekonomi.
4.
Usaha perluasan kesempatan kerja.
5.
Usaha pemerataan pembangunan sering disebut sebagai distributive justice.
6.
Usaha pembinaan lembaga-lembaga ekonomi masyarakat yang lebih menunjang
kegiatan-kegiatan pembangunan.
Unsur-unsur pokok perencanaan pembangunan ekonomi :
a.
Kebijaksanaan dasar atau strategi dasar rencana pembangunan.
b.
Perkiraan sumberdaya-sumberdaya bagi pembangunan khususnya sumber-sumber
pembiayaan pembangunan.
c.
Perencanaan pembangunan adalah program investasi yang dilakukan secara sektoral.
Penyusunan program investasi secara sektoral ini dilakukan bersama-sama dengan
pernyusunan rencana-rencana sasaran.
Secara umum fungsi perencanaan pembangunan ekonomi yaitu :
1.
Dengan perencanaan diharapkan terdapatnya suatu pengarahan kegiatan, adanya pedoman
bagi pelaksanaan kegiatan-kegiatan yang ditujukan kepada pencapaian tujuan
pembangunan.
2.
Dengan perencanaan dapat dilakukan suatu perkiraan potensi-potensi, prospek-prospek
perkembangan, hambatan serta resiko yang mungkin dihadapi pada masa yang akan
datang.
3.
Perencanaan memberikan kesempatan untuk mengadakan pilihan yang terbaik.
4.
Dengan perencanaan dilakukan penyusunan skala prioritas dari segi pentingnya tujuan.
5.
Perencanaan sebagai alat untuk mengukur atau standar untuk mengadakan pengawasan
evaluasi (Arsyad, 2002).
Menurut Jhingan (1983) syarat-syarat keberhasilan suatu perencanaan memerlukan
adanya hal-hal berikut ini :
1.
Komisi Perencanaan
Pembentukan suatu komisi (badan atau lembaga) perencanaan yang harus
diorganisir secara tepat yang dibagi dalam bagian-bagian dan subbagian yang
dikoordinir oleh para pakar, seperti pakar ekonomi, statistic, teknik serta pakar lain
yang berkenaan dengan masalah perekonomian.
2.
Data Statistik
3.
Tujuan
Suatu perencanaan dapat menetapkan tujuan dan sasaran yang ingin dicapai.
Berbagai sasaran dan tujuan yang ingin dicapai tersebut hendaknya realistis dan
disesuaikan dengan kondisi perekonomian negara yang bersangkutan.
4.
Penetapan Sasaran dan Prioritas
Penetapan sasaran dan prioritas perencanaan secara makro dan sektoral. Sasaran
secara makro dirumuskan secara tegas serta mencakup setiap aspek perekonomian dan
dapat dikuantifikasikan. Untuk sasaran sektoral harus disesuaikan dengan sasaran
makronya, sehingga ada keserasian dalam pencapaian tujuan.
5.
Mobilisasi Sumberdaya
Dalam perencanaan ditetapkan adanya pembiayaan oleh pemerintah sebagai dasar
mobilisasi sumberdaya yang tersedia. Sumber pembiayaan ini bisa berasal dari
sumber luar negeri dan dalam negeri (domestik).
6.
Keseimbangan dalam Perencanaan
Suatu perencanaan hendaknya mempu menjamin keseimbangan dalam
perekonomian, untuk menghindarkan kelangkaan maupun surplus pada periode
perencanaan.
7.
Sistem Administrasi yang Efisien
Administrasi yang baik, efesien dan tidak ada unsure KKN (Korupsi, Kolusi, dan
Nepotisme) adalah syarat mutlak keberhasilan suatu perencanaan.
8.
Kebijakan Pembangunan yang Tepat
ilmiah; penelitian pasar; (b) penyediaan prasarana yang memadai (air, listrik,
infrastruktur, dan telekomunikasi); (c) penyediaan fasilitas latihan khusus dan juga
pendidikan umum yang memadai untuk menyediakan keterampilan yang diperlukan;
(d) perbaikan landasan hukum bagi kegiatan perekonomian.
9.
Administrasi yang Ekonomis
Setiap usaha harus dibuat berdampak ekonomis dalam administrasi, khususnya
dalam pengembangan bagian-bagian departemen dan pemerintahan.
10.
Dasar Pendidikan
Administrasi yang bersih dan efisien memerlukan dasar pendidikan yang kuat.
Perencanaan yang berhasil harus memperhatikan standar moral dan etika masyarakat.
11.
Teori Konsumsi
Menurut Galbraith (1962), satu syarat penting dalam perencanaan pembangunan
modern adalah bahwa perencanaan tersebut harus dilandasi oleh teori konsumsi.
Negara sedang berkembang tidak harus demokratis dan perhatian pertama harus
diberikan kepada barang dan jasa yang berada dalam jangkauan pendapatan
masyarakat tertentu.
12.
Dukungan Masyarakat
2.3.
Desentralisasi Dan Otonomi
Desentralisasi dari sudut asal usul kata berasal dari bahasa latin, yaitu “de” atau lepas
dan
”centrum” atau pusat, jadi desentralisasi dapat berarti lepas dari pusat. Handoko (2003:
229) mengartikan desentralisasi adalah penyebaran atau pelimpahan secara meluas kekuasaan
dan pembuatan keputusan kepada tingkatan-tingkatan organisasi yang lebih rendah.
Desentralisasi menurut Rondinelli (1981) merupakan: “the transfer or delegation of legal
and authority
to plan, make decisions and manage public functions from the central
govermental its agencies to field organizations of those agencies, subordinate
units of
government, semi autonomous public corparation, area wide or regional
development
authorities, functional authorities, autonomous local government, or
non-governmental
organizations”
(desentralisasi adalah pemindahan wewenang perencanaan, pembuatan
keputusan, dan administrasi dari pemerintah pusat kepada organisasi-organisasi lapangannya,
unit-unit pemerintah daerah, organisasi-organisasi setengah swasta-otorita, pemerintah
daearah dan non pemerintah daerah (Koirudin, 2005: 3). Sejalan dengan pengertian/defenisi
desentralisasi di atas, dalam Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah disebutkan bahwa desentralisasi adalah penyerahan wewenang pemerintah kepada
daerah otonom untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dalam kerangka Negara
Kesatuan Republik Indonesia.
adalah hak, wewenang dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri
urusan pemerintahan sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Secara prinsipil terdapat
dua hal yang tercantum dalam otonomi yaitu hak dan wewenang untuk mengelola daerah
serta tanggung jawab untuk kegagalan dalam memanajemeni daerah. Sementara “daerah”
dalam arti local state government adalah pemerintah di daerah yang merupakan perpanjangan
tangan dari pemerintah pusat. Sumodiningrat (1999: 255) mengemukakan bahwa hakikat
otonomi adalah meletakkan landasan pembangunan yang tumbuh berkembang dari rakyat,
diselenggarakan secara sadar dan mandiri oleh rakyat.
2.4.
Kota Dan Daerah Belakangnya
Dalam ekonomi regional, secara implisit dibuat asumsi bahwa wilayah yang dianalisis
adalah homogen. Hal itu karena sifat analisis adalah makro, sifat analisis suatu wilayah
terdapat perbedaan yang menciptakan hubungan antara satu bagian dengan bagian yang
lainnya dalam wilayah tersebut. Perlu diingat bahwa sifat analisis ini disebut dengan analisis
makro regional. Secara umum diketahui dalam suatu wilayah ada tempat-tempat dimana
penduduk atau kegiatan yang terkonsentrasi, dan ada tempat-tempat dimana penduduk atau
kegiatan yang kurang terkonsentrasi. Tempatn konsentrasi penduduk dan kegiatannya
dinamakan dengan berbagai istilah, yaitu kota, pusat perdagangan, pusat industri, dan pusat
pemukiman. Masing-masing istilah itu bersangkut paut dengan asosiasi pikiran kita tentang
fungsi apa yang hendak ditonjolkan atas tempat-tempat konsentrasi tersebut. Daerah diluar
pusat konsentrasi dinamakan dengan berbagai istilah seperti pedalaman, wilayah belakang
(hinterland), dan daerah pertanian atau daerah pedesaan. Hal ini sangat bermanfaat dalam
mengatur kinerja pembangunan kota dan daerah.
pedesaan/pedalaman. Padahal dipedesaan pun terdapat lokasi pemukiman plus berbagai
kegiatan nonpertanian seperti perdagangan, warung kopi, tukang pangkas, atau tukang jahit
pakaian, walaupun dalam jumlah dan intensitas yang kecil dan biasanya hanya ditujukan
untuk melayani kebutuhan masyarakat setempat. Karena fungsinya yang berbeda, maka
kebijakan pembangunan pun bisa berbeda antara wilayah perkotaan dengan wilayah
pedesaan. Di pedesaan umumnya yang menjadi kegiatan basis adalah sektor penghasil barang
(pertanian, industri, dan pertambangan). Di perkotaan selain sektor penghasil barang maka
sektor perdagangan dan jasa dapat menjadi basis asalkan kegiatan tersebut mendatangkan
uang dari luar wilayah (pelanggannya datang dari luar wilayah). Karena kegiatan sektor
penghasil barang, seringkali kegiatannya dibatasi di perkotaan maka kota umumnya
mengandalkan kegiatan perdagangan dan jasa sebagai basis utama. Dengan demikian maka
adalah wajar apabila program pemerintah pun seringkali dibedakan antara program perkotaan
dan program untuk pedesaan. Namun, sektor perdagangan dan jasa di luar yang melayani
pariwisata, bukanlah basis murni. Perkembangan perdagangan dan jasa di perkotaan
tergantung pada perkembangan perekonomian wilayah belakangnya. Perkembangan
perekonomian wilayah belakangnya tergantung pada sektor basis di wilayah belakang
tersebut. Dengan demikian, perkembangan perekonomian secara keseluruhan tetap
tergantung pada perkembangan sektor basis murni.
2.5.
Indikator Kinerja Pembangunan Daerah
dua indikator yang terkait dalam kinerja pembanguan daerah yaitu indikator ekonomi dan
indikator sosial. Salah satu indikator yang terkait dalam penulisan skripsi ini adalah Indikator
Ekonomi. Dalam indikator ekonomi terdapat beberapa hal yang terkait dalam evaluasi kinerja
pembangunan daerah antara lain :
1.
Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi adalah proses perubahan kondisi perekonomian suatu negara
secara berkesinambungan menuju keadaan yang lebih baik selama periode tertentu.
Pertumbuhan ekonomi dapat diartikan juga sebagai proses kenaikan kapasitas produksi suatu
perekonomian yang diwujudkan dalam bentuk kenaikan pendapatan nasional. Adanya
pertumbuhan ekonomi merupakan indikasi keberhasilan pembangunan ekonomi.
2.
PDRB Per Kapita
Produk Domestik Regional Bruto Per Kapita (PDRB Per Kapita) bila dibagi dengan
jumlah penduduk pertengahan tahun yang tinggal di suatu wilayah (wilayah penghitungan
PDRB), akan diperoleh angka PDRB per kapita. PDRB juga terbagi atas dua kategori yaitu
PDRB atas dasar harga berlaku dan PDRB atas dasar harga konstan.
3.
Pendapatan Asli Daerah (PAD)
Pendapatan Asli Daerah menurut Undang-Undang No. 28 Tahun 2009 yaitu sumber
keuangan daerah yang digali dari wilayah daerah yang bersangkutan yang terdiri dari hasil
pajak daerah, hasil retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan, daerah yang dipisahkan dan
lain-lain pendapatan asli daerah yang sah. Menurut Nurcholis (2007:182), pendapatan asli
daerah adalah pendapatan yang diperoleh daerah dari penerimaan pajak daerah, retribusi
daerah, laba perusahaan daerah, dan lain-lain yang sah.
Hasil retribusi daerah yaitu pungutan yang telah secara sah menjadi pungutan daerah sebagai
pembayaran pemakaian atau karena memperoleh jasa atau karena memperoleh jasa pekerjaan,
usaha atau milik pemerintah daerah bersangkutan. (3) Hasil perusahaan milik daerah dan
hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan. (4) Lain-lain pendapatan daerah yang
sah adalah pendapatan-pendapatan yang tidak termasuk dalam jenis-jenis pajak daerah,
retribusi daerah, pendapatan dinas-dinas.
4.
Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN)
Penanaman modal dalam negeri adalah kegiatan menanam modal modal untuk
melakukan usaha di wilayah negara Republik Indonesia yang dilakukan oleh penanam modal
dalam negeri dengan menggunakan modal dalam negeri. Ketentuan mengenai penanaman
modal diatur di dalam Undang-Undang No. 25 Tahun 2005 tentang Penanaman Modal.
Kegiatan usaha-usaha atau jenis usaha terbuka bagi kegiatan penanaman modal, kecuali
bidang usaha atau jenis usaha yang dinyatakan tertutup dan terbuka dengan persyaratan dan
batasan kepemilikan modal negeri atas bidang usaha perusahaan diatur didalam Peraturan
Presiden No. 36 Tahun 2010 tentang Perubahan daftar bidang usaha yang tertutup dan bidang
usaha yang terbuka dengan persyaratan di bidang penanaman modal.
5.
Penanaman Modal Asing (PMA)
Manajemen, membuka lapangan kerja baru. Lapangan kerja ini sangat penting bagi negara
yang sedang berkembang mengingat terbatasnya kemampuan pemerintah untuk penyediaan
lapangan pekerjaan.
6.
Kemiskinan
Kemiskinan merupakan refleksi dari ketidakmampuan seseorang untuk memenuhi
kebutuhannya sesuai standar yang berlaku. Sudah cukup banyak ukuran dan standar yang
dikeluarkan oleh para pakar dan lembaga mengenai batas garis kemiskinan.
Djoyohadikusumo (1996:21) menggunakan standar kemiskinan berdasarkan pendapatan
perkapita pertahun adalah US$50 untuk pedesaan dan US$75 untuk perkotaan. Bank Dunia
(1990:36) untuk standar internasional memberikan batas garis kemiskinan yang lebih tinggi
dari standar-standar lainnya yaitu dengan pendapatan perkapita sebesar US$275 pertahun.
Kemiskinan sering dianggap sebagai musuh utama pembangunan dan kemiskinan ini
terjadi salah satunya disebabkan tingkat pengangguran terbuka yang tinggi di tengah
masyarakat. Penanganan masalah ini diupayakan oleh pemerintah dengan menyalurkan
berbagai bantuan dan subsidi serta membuka lapangan kerja dengan meningkatkan inisiatif
dan kreatifitas masyarakat di samping memperluas kesempatan investasi langsung bagi
semua pihak. Jumlah penduduk miskin yang meningkat disebabkan karena banyaknya tingkat
pengangguran yang tinggi di tengah masyarakat. Diketahui secara umum, upaya untuk
menurunkan angka kemiskinan disebabkan oleh dampak krisis ekonomi yang pada dasarnya
telah menunjukkan hasil walaupun masih bersifat fluktuatif. Upaya menurunkan jumlah
penduduk miskin secara berencana dilakukan baik melalui subsidi-subsidi di bidang sosial.
7.
Pengangguran
tentang pengangguran tidak identik dengan tidak (mau) bekerja. Seseorang baru dikatakan
menganggur bila dia ingin bekerja dan telah berusaha mencari kerja, namun tidak
mendapatkannya. Orang yang mencari kerja masuk ke dalam kelompok penduduk yang
disebut angkatan kerja. Yang dihitung sebagai angkatan kerja adalah penduduk berusia 15-64
tahun dan sedang mencari kerja, sedangkan yang tidak mencari kerja, karena harus mengurus
keluarga dan sekolah, tidak masuk angkatan kerja.
2.6.
Penelitian Terdahulu
Tabel 2.1
Penelitian Terdahulu
No
Nama Peneliti
Judul
Isu yang Diangkat
Variabel Penelitian
Metode Hasil Penelitian
1.
Bidang
Pemerintahan Dan
Kemasyarakatan
BALITBANG
Provinsi Sumatera
Utara, (2009)
Dampak Pemekaran
Daerah Terhadap
Kehidupan Ekonomi Dan
Pelayanan Publik (Public
Service) Bagi Masyarakat
Di Sumatera Utara
Dampak pemekaran
terhadap kehidupan
ekonomi masyarakat di
Sumatera Utara
Penelitian bersifat
deskriptif evaluatif,
yakni menggambarkan
dan mengevaluasi kinerja
pemerintah daerah
(Kabupaten/Kota)
berdasarkan indikator
yang ditentukan
Peningkatan
kesejahteraan dan
kemajuan dalam bidang
ekonomi pasca
pemekaran di daerah
otonom baru dapat dilihat
dari PDRB, pertumbuhan
ekonomi dan ketersediaan
sarana dan prasarana yang
meningkat dari sebelum
dan setelah pemekaran
2.
Fadilla, (2008)
Analisis Ketimpangan
Pendapatan Antar
Kabupaten Pemekaran Di
Sumatera Utara
Bagaimana
pengaruh
jumlah penduduk,
pengaruh PDRB, dan
pengeluaran pemerintah
terhadap ketimpangan
pendapatan antar
kabupaten/kota
pemekaran di Sumatera
Utara
Dengan menggunakan
metode Ordinary Least
Square (OLS)
menunjukkan bahwa data
panel memiliki perilaku
data yang berbeda (tidak
seragam) di
masing-msing kabupaten
pemekaran
Ketimpangan
pembangunan antar
Kabupaten/Kota
pemekaran di Sumatera
Utara relatif kecil atau
lebih merata dengan
angka Indeks Williamson.
3.
Fahrul, (2011)
Efektifitas Dan Relavansi
Kinerja Pembangunan
Kota Medan Terhadap
Sumatera Utara
Bagaimana efektivitas dan
relavansi perekonomian
daerah, kondisi sosial, dan
infrastruktur Kota Medan
terhadap Sumatera Utara
Penelitian bersifat data
sekunder yang diperoleh
dengan melihat
bahan-bahan kepustakaan
berupa tulisan ilmiah,
literature, jurnal, majalah
ekonomi dan internet
dengan menganalisis
efektivitas dan relavansi
kinerja pembangunan
ekonomi
4.
Badan Perencanaan
Pembangunan
Nasional
(BAPPENAS), 2008
Studi Evaluasi Dampak
Pemekaran Daerah
2001-2007
Mengevaluasi
perkembangan pemekaran
daerah dalam aspek
ekonomi, keuangan
pemerintah, serta dampak
terhadap kesejahteraan
masyarakat
Kinerja ekonomi daerah,
meliputi pertumbuhan
PDRB non migas,
pertumbuhan PDRB per
kapita, rasio PDRB
Kabupaten terhadap
PDRB Provinsi, Angka
Kemiskinan
Menggunakan metodologi
treatment-control dan
pemilihan sample secara
purposive
5.
Meita Ahadiyati,
(2005)
Evaluasi Kinerja
Penyelenggara Otonomi
Daerah Periode 1999-2003
Mengukur tingkat kinerja
daerah Kabupaten/Kota
dalam menyelenggarakan
otonomi daerah periode
1999-2003
Derajat kesejahteraan
masyarakat meliputi
pertumbuhan ekonomi,
PDRB per kapita, indeks
pembangunan manusia,
angka pengangguran,
indeks kemiskinan.
Evaluasi Kinerja
Pembangunan Daerah
2.7.
Kerangka Konseptual
[image:43.595.68.527.314.539.2]Pada penulisan skripsi ini, penulis hanya menganalisa data yang diperoleh dari
sumber Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Sumatera Utara, data yang didapat ada di dalam
buku yang berjudul “Sumatera Utara Dalam Angka” mulai dari tahun 2007-2008 sampai
dengan tahun 2012-2013, buku-buku, laporan ilmiah, jurnal dan internet. Yang terkait dalam
indikator ekonomi adalah :
Tabel 2.2.
Indikator Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah
1.
Pertumbuhan Ekonomi
2.
PDRB Atas Dasar Harga Berlaku dan
Harga Konstan, PDRB Per kapita
3.
Pendapatan Asli Daerah (PAD)
4.
Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN)
5.
Penanaman Modal Asing (PMA)
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini dilakukan di Kabupaten/Kota Pemekaran Sumatera
Utara, dengan menganalisis evaluasi kinerja pembangunan ekonomi Kabupaten/Kota
pemekaran di Sumatera Utara melalui Sumatera Utara Dalam Angka dengan melihat
keterkaitan di dalam indikator ekonomi di daerah pemekaran di Sumatera Utara setelah
adanya pemekaran daerah tahun 2001.
3.2. Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang akan dianalisis oleh penulis adalah data sekunder. Data sekunder
adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan peneliti dari berbagai sumber yang telah ada
(peneliti sebagai tangan kedua). Data sekunder dapat diperoleh dari berbagai sumber seperti
Badan Pusat Statistik (BPS), buku-buku, laporan penelitian ilmuah, jurnal, dan internet.
3.3. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian penulis menggunakan teknik penelitian kepustakaan (library
research) melalui jurnal-jurnal dan buku-buku pendukung. Teknik pengumpulan data dengan
pengambilan data langsung berupa buku “Sumatera Utara Dalam Angka” Edisi Tahun
2008-2009 sampai dengan 2012-2013.
3.4. Metode Analisis
pertumbuhan ekonomi setelah terjadinya pemekaran Kabupaten/Kota yang ditunjukkan dari
indikator dari tahun ke tahun, dengan perbandikan antar waktu, perbandingan dengan capaian
daerah kabupaten / kota, serta memberikan rekomendasi kebijakan dari hasil analisis tersebut.
3.4.1.
Analisis Perbandingan Antar Waktu
Dalam hal ini, analisis perbandingan antar waktu menganalisis dengan menggunakan
analisis tren dengan membandingkan capaian dengan tahun sebelumnya, apakah terjadi
kenaikan atau penurunan dalam pencapaiannya (dibuat grafik untuk melihat tren capaian
kinerja).
3.4.2.
Analisis Perbandingan Dengan Capaian Daerah Kabupaten / Kota
Dalam hal ini, analisis perbandingan dengan capaian daerah kabupaten / kota
menganalisis dengan membandingkan capaian daerah dengan capaian nasional, sehingga
diketahui apakah kinerja daerah sudah tercapai atau belum dibandingkan dengan propinsi
nasional.
3.4.3.
Analisis Rekomendasi Kebijakan
Dalam hal ini, analisis rekomendasi kebijakan menganalisis dengan menyusun
sejumlah kebijakan untuk menindaklanjuti penanganan dari kinerja yang tidak tercapai.
Dalam artian harus aplikatif dan dapat segera ditindaklanjuti.
3.5. Definisi Operasional
Dalam hal ini yang didefinisikan adalah variabel yang terkait didalam indikator
ekonomi, yaitu :
1.
Pertumbuhan Ekonomi
perekonomian yang diwujudkan dalam bentuk kenaikan pendapatan nasional. Adanya
pertumbuhan ekonomi merupakan indikasi keberhasilan pembangunan ekonomi.
2.
PDRB Atas Dasar Harga Berlaku, Harga Konstan dan PDRB Per Kapita
PDRB atas dasar harga berlaku adalah jumlah nilai produksi, pendapatan, atau
pengeluaran, yang dinilai sesuai dengan harga yang berlaku pada tahun yang bersangkutan.
PDRB atas dasar harga konstan adalah jumlah nilai produksi, pendapatan, atau pengeluaran
yang dinilai atas dasar harga tetap (harga pada tahun dasar) yang digunakan selama satu
tahun. Sedangkan PDRB Per Kapita adalah bila dibagi dengan jumlah penduduk pertengahan
tahun yang tinggal di suatu wilayah (wilayah penghitungan PDRB), akan diperoleh angka
PDRB per kapita.
3.
Pendapatan Asli Daerah (PAD)
Pendapatan Asli Daerah menurut Undang-Undang No. 28 Tahun 2009 yaitu sumber
keuangan daerah yang digali dari wilayah daerah yang bersangkutan yang terdiri dari hasil
pajak daerah, hasil retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan, daerah yang dipisahkan dan
lain-lain pendapatan asli daerah yang sah.
4.
Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN)
Penanaman Modal Dalam Negeri adalah kegiatan menanam modal untuk melakukan
usaha diwilayah negara Republik Indonesia yang dilakukan oleh penanaman modal dalam
negeri dengan menggunakan modal dalam negeri.
5.
Penanaman Modal Asing (PMA)
6.
Kemiskinan
Kemiskinan merupakan refleksi dari ketidakmampuan seseorang untuk memenuhi
kebutuhannya sesuai dengan standar yang berlaku. Sudah cukup banyak ukuran dan standar
yang dikeluarkan oleh para pakar dan lembaga mengenai batas garis kemiskinan. Pemerintah
saat ini memiliki berbagai program penanggulangan kemiskinan yang terintegrasi mulai dari
program penanggulangan kemiskinan berbasis bantuan sosial, program penanggulangan
kemiskinan yang berbasis pemberdayaan masyarakat serta program penanggulangan
kemiskinan yang berbasis pemberdayaan usaha kecil, yang dijalankan oleh berbagai elemen
Pemerintah baik pusat maupun daerah.
7.
Pengangguran
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
4.1. Gambaran Umum Provinsi Sumatera Utara 4.1.1. Sejarah Provinsi Sumatera Utara
Pada tahun 1863, Jacob Nienhuys seorang Belanda pengusaha perkebunan di Jawa
mengunjungi pesisir timur laut Sumatera dan mendapatkan tanah untuk perkebunan di Labuhan Deli
yang merupakan tanah konsesi dari Sultan Deli Mahmud Perkasa Alam, dan selanjutnya Martubung,
sunggal, Sungai Beras dan Klumpang. Keadaan ini kemudian terbuka kesempatan kepada para
peminat orang eropah menanam modalnya di Deli. Setahun kemudian, hasil panen tembakau yang
pertama sekali dikapalkan ke Rotterdam, hasilnya memuaskan kemudian tembakau Deli menjadi
mashyur. Inilah awal eksploitasi besar-besaran perusahaan perkebunan Eropah di pesisir timur laut
Sumatera, khususnya daerah Deli dan sekitarnya. Pada kurun waktu itu mulai dipekerjakan buruh
perkebunan yang didatangkan dari Swatow (China), Singapura, Malaka serta orang keling (India)
yang didatangkan dari Penang.
Tanah Deli Sumatera Timur adalah merupakan wilayah yang sangat subur untuk melakukan
kegiatan pertanian dan perkebunan. Sepuluh tahun kemudian 1872 jumlah perusahaan perkebunan
tembakau yang beroperasidi deli mencapai 13 perusahaaan yang tersebar di Langkat dan Deli
Serdang. Jumlah orang Eropah yang bekerja sebanyak 75 orang dan jumlah buruh sebanyak 4000
orang.
Badan Warisan Provinsi Sumatera Utara (Seminar Arsitektur, 1995) dataran yang luas daerah
Deli telah di usahakan dengan penanaman tembakau, kopi, teh, karet dan kelapa sawit. Lalu kualitas
tembakau Deli sebagai pembalut cerutu amat terkenal pada masa sekitar 1875 sampai 1900
pembangunan dan perluasan perkebunan berlangsung dengan sangat cepat dan mengagumkan.
Konsensi-konsensi atas tanah diberikan Sultan Deli kepada perusahaan-perusahaan asing yang
Pada zaman penjajahan, pemerintahan daerah Sumatera Utara merupakan bagian dari
pemerintah Sumatera, yakni Gouverment Van Sumatera yang dikepalai seorang Gouvernur
berkedudukan di Medan. Pada tahun 1948 Sumatera dibagi menjadi 3 (tiga) wilayah yaitu :
1. Provinsi Sumatera Utara meliputi keresidenan Aceh, Sumatera Timur dan Tapanuli.
2. Provinsi Sumatera Tengah meliputi keresidenan Sumatera Barat, jambi, dan Riau.
3. Provinsi Sumatera Selatan meliputi keresidenan Bengkulu, Palembang, Lampung dan Bangka
Belitung.
Pada tahun 1956 Sumatera Utara dibagi menjadi dua Propinsi, yakni Provinsi Daerah
Istimewa Aceh yang sekarang dikenal NAD dan Provinsi Sumatera Utara.
4.1.2.
Profil Sumatera Utara
Pusat pemerintahan Sumatera Utara terletak di kot
Utara termasuk ke dalam Provinsi Sumatra sesaat Indonesia merdeka pada tahun 1945. Tahun
1950. Provinsi Sumatera Utara dibentuk meliputi sebagian Aceh. Tahun 1956, Aceh
dipisahkan menjadi Daerah Otonom dari Provinsi Sumatera Utara. Sumatera Utara dibagi
kepada
Tabel 4.1.
Daftar Kabupaten / Kota di Sumatera Utara
No.
Kabupaten/Kota
Ibu Kota
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
25.
26.
27.
-
28.
-
29.
-
30.
-
31.
-
32.
-
33.
-
4.1.3
Gambaran Sumatera Utara
Secara umum ada 3 (tiga) faktor utama yang mempengaruhi kinerja pembangunan
kota, yaitu :
1.
Faktor Geografis,
2.
Faktor Demografis, dan
3.
Faktor Sosial Ekonomi.
4.1.3.1. Sumatera Utara Secara Geografis
Luas daratan Provinsi Sumatera Utara adalah 71.680,68 km
2, sebagian besar berada
di daratan Pulau Sumatera dan sebagian kecil berada di Pulau Nias, Pulau-pulau Batu, serta
beberapa pulau kecil, baik dibagian barat maupun bagian timur pantai Pulau Sumatera.
Berdasarkan luas daerah menurut kabupaten/kota di Sumatera Utara, luas daerah terbesar
adalah Kabupaten Mandailing Natal dengan luas 6.620,70 km
2atau sekitar 9.23 persen dari
total luas Sumatera Utara, diikuti dengan Kabupaten Langkat dengan luas 6.263,29 km
2atau
8.74 persen, kemudian Kabupaten Simalungun dengan luas 4.386,60 km
2atau sekitar 6.12
persen. Sedangkan luas daerah terkecil adalah Kota Sibolga dengan luas 10.77 km
2atau
sekitar 0.02 persen dari total luas wilayah Sumatera Utara.
Provinsi Sumatera Utara berada di bagian barat Indonesia, terletak pada garis 1
˚
- 4
˚
Lintang Utara dan 98
˚
- 100
˚ Bujur Timur. Daerah ini berbatasan dengan :
-
Sebelah Utara
: Provinsi Aceh
-
Sebelah Timur
: Negara Malaysia di Selat Malaka
-
Sebelah Selatan : Provinsi Riau dan Sumatera Barat
-
Sebelah Barat
: Samudera Hindia
Kabupaten Mandailing Natal, Kabupaten Tapanuli Selatan, Kabupaten Padang Lawas,
Kabupaten Padang Lawas Utara, Kabupaten Tapanuli Tengah, Kabupaten Nias Selatan, Kota
Padangsidimpuan, Kota Sibolga dan Kota Gunungsitoli. Kawasan dataran tinggi meliputi
Kabupaten Tapanuli Utara, Kabupaten Toba Samosir, Kabupaten Simalungun, Kabupaten
Dairi, Kabupaten Toba Samosir, dan Kota Pematangsiantar. Kawasan Pantai Timur Meliputi
Kabupaten Labuhanbatu, Kabupaten Labuhanbatu Utara, Kabupaten Labuhanbatu Selatan,
Kabupaten Asahan, Kabupaten Batu Bara, Kabupaten Deli Serdang, Kabupaten Langkat,
Kabupaten Serdang Bedagai, Kota Tanjungbalai, Kota Tebing Tinggi, Kota Medan, dan Kota
Binjai.
Karena terletak dekat garis khatulistiwa, Provinsi Sumatera Utara tergolong ke
dalam daerah beriklim tropis. Ketinggian permukaan daratan Provinsi Sumatera Utara sangat
bervariasi, sebagian daerahnya datar hanya beberapa meter diatas permukaan laut, beriklim
cukup panas bisa mencapai 30.1
˚C, sebagian daerah berbukit dengan kemiringan yang landai,
beriklim sedang dan sebagian lagi berada pada daerah ketinggian yang suhu minimalnya bisa
mencapai 21.4
˚C.
4.1.3.2. Sumatera Utara Secara Demografis
Sumatera Utara merupakan Provinsi keempat terbesar jumlah penduduknya di Indonesia
setelah Jawa Timur, Jawa Barat dan Jawa Tengah. Menurut hasil pencacahan lengkap Sensus
Penduduk (SP) 1990 penduduk Sumatera Utara keadaan tanggal 31 Oktober 1990 (hari sensus)
berjumlah 10.26 juta jiwa, dan dari hasil sensus penduduk tahun 2000, jumlah penduduk Sumatera
Utara sebesar 11.51 juta jiwa. Pada bulan April tahun 2003 dilakukan Pendaftaran Pemilih dan
Pendataan Penduduk Berkelanjutan (P4B). dari hasil pendaftaran tersebut diperoleh jumlah penduduk
sebesar 11.890.399 jiwa. Selanjutnya dari hasil sensus penduduk pada bulan Mei 2010 jumlah
penduduk Sumatera Utara 12.982.204 jiwa. Kepadatan penduduk Sumatera Utara Tahun 1990 adalah
2010 menjadi 188 jiwa per km2. Laju pertumbuhan penduduk Sumatera Utara selama kurun waktu
tahun 1990-2000 adalah 1.20 persen per tahun, dan pada tahun 2000-2010 menjadi 1.22 persen per
tahun.
Pada tahun 2013 penduduk Sumatera Utara berjumlah 13.326.307 jiwa yang terdiri dari
6.648.190 jiwa penduduk laki-laki. Dan 6.678.117 jiwa perempuan atau dengan ratio jenis
kelamin/sex sebesar 99.55. Pada tahun 2013 penduduk Sumatera Utara lebih banyak yang tinggal di
daerah pedesaan dari pada daerah perkotaan. Jumlah penduduk Sumatera Utara yang tinggal di
pedesaan adalah 6.67 juta jiwa (51.83%) dan yang tinggal di daerah perkotaan sebesar 6.55 juta jiwa
(49.17%).
Jumlah penduduk miskin di Sumatera Utara mengalami perubahan dari tahun 1999-2010.
Akibat terjadinya krisis moneter pada pertengahan tahun 1997, penduduk miskin tahun 1999
meningkat tajam menjadi 1.97 jiwa atau sebesar 16.74 persen dari total penduduk Sumatera Utara.
Pada tahun 2003 terjadi penurunan penduduk miskin secara absolute maupun secara persentase, yaitu
menjadi 1.89 juta jiwa atau 15.89 persen, sedangkan tahun 2004 jumlah dan persentase turun
sebanyak 1.80 juta jiwa atau 14.93 persen, kemudian pada tahun 2005 penduduk miskin turun menjadi
1.84 juta jiwa (14.68%), namun akibat dampak kenaikan harga BBM pada bulan Maret dan Oktober
2005 penduduk miskin tahun 2006 meningkat menjadi 1.98 juta jiwa (15.66%).
Pada tahun 2007 jumlah penduduk miskin sebanyak 1.77 juta jiwa atau 13.90 persen, angka
ini menurun pada tahun 2008 menjadi 1.61 juta jiwa atau 12.55 persen. Pada tahun 2009 angka
kemiskinan ini turun menjadi 1.50 juta jiwa atau 11.51 persen. Selanjutnya pada kondisi bulan
September 2013 jumlah penduduk miskin Sumatera Utara menjadi 1.39 juta jiwa atau 10.39 persen.
Pencapaian pembangunan manusia di provinsi Sumatera Utara tahun 2013 lebih baik
dibandingkan tahun 2012, tercermin dari Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Nilai IPM Sumatera
Utara pada tahun 2012 sebesar 75.13, pada tahun 2013 angka tersebut 75.55 atau meningkat sebesar
0.42 poin. Meningkatnya IPM di tahun 2013 tersebut didukung oleh adanya angka harapan hidup
persen, dan rata-rata pengeluaran riel per kapita mencapai Rp. 646.830.000,-. Sementara pada tahun
2012 , angka harapan hidup Sumatera Utara adalah 69.81, rata-rata lama sekolah mencapai 9.07 ,
angka melek huruf mencapai 97.51 persen, dan rata-rata pengeluaran riel per kapita mencapai Rp.
643.630.000,-. Pada tahun 2013 target RPJM tahun 2013 pada indeks pembangunan manusia (IPM)
sudah hampir mencapai target yang ditentukan.
Tingkat pengangguran terbuka (TPT), berdasarkan Survey Angkatan Kerja Nasional
(Sakernas) yang dilakukan BPS pada tahun 2012, masih berada pada kisaran 6.20 persen. Tingkat
pengangguran ini jauh lebih rendah dibandingkan pada tahun 2013 dimana TPT hanya sebesar 6.53
persen. Dan tingkat partisipasi angkatan kerja ((TPAK) pada tahun 2012 sebesar 69.41 persen dan
pada tahun 2013 sebesar 70.67 persen.
Sumatera Utara secara kultural merupakan provinsi multietnis denga
da
umumnya dihuni oleh orang-orang Melayu. Pantai barat dari Barus hingga Natal, banyak
bermukim orang
Suku Batak yang sebagian besarnya beragam
sebelah barat. Sejak dibukanya perkebuna
kolonial
perkebunan.
Pendatang tersebut kebanyakan berasal dari etnis
penyebaran suku-suku di Sumatra Utara, sebagai berikut :
1.
Bedagai, dan Langkat
2.
3.
5.
Mandailing Natal
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
Bahasa yang