• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Evaluasi Kinerja Pembangunan Ekonomi Kabupaten / Kota Pemekaran Di Sumatera Utara

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisis Evaluasi Kinerja Pembangunan Ekonomi Kabupaten / Kota Pemekaran Di Sumatera Utara"

Copied!
100
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

ANALISIS EVALUASI KINERJA PEMBANGUNAN EKONOMI

KABUPATEN / KOTA PEMEKARAN DI SUMATERA UTARA

Diajukan oleh :

KIKI RISKI RAMADHANI

100501053

PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN

DEPARTEMEN EKONOMI PEMBANGUNAN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

ABSTRACT

Purpose of this study is to determine the ratio between time, comparison with the

achievements of the area, and the performance og policy recommendations district/city

development division in north Sumatera. In this study the authours used the development of

performance indicators that economic development.

Processing the data in this study using descriptive method by analyzing the ratio

between time, comparison with the achievements of the district/city division, and policy

recommendations in the economic indicators of performance development is economic

growth, GDP at current prices, GDP per capita, inflations, exports and imports, local

revenues, domestic invesment, foreign invesment, poverty and unemployment.

Of the analysis conducted, found that the gains of economic development in the

district/city has been achieved with good and with the economic development of the province

of North Sumatra.

(3)

ABSTRAK

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perbandingan antar waktu,

perbandingan dengan capaian daerah, dan rekomendasi kebijakan kinerja pembangunan

Kabupaten/Kota pemekaran di Sumatera Utara. Dalam penelitian ini penulis menggunakan

satu indikator kinerja pembangunan yaitu pembangunan ekonomi.

Pengolahan data dalam penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan

menganalisis perbandingan antar waktu, pebandingan dengan capaian daerah kabupaten/kota,

dan rekomendasi kebijakan di indikator ekonomi kinerja pembangunan yaitu pertumbuhan

ekonomi, PDRB atas dasar harga berlaku, PDRB per kapita, laju inflasi, ekspor dan impor,

pendapatan asli daerah, penanaman modal dalam negeri, penanaman modal asing,

kemiskinan dan tingkat pengangguran.

Dari hasil analisis yang dilakukan, diperoleh bahwa capaian kinerja pembangunan

ekonomi di kabupaten/kota sudah tercapai dengan baik dan dengan pembangunan ekonomi

Provinsi Sumatera Utara.

(4)

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr.Wb.

Puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmad dan hidayah yang

melimpah kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan sebaik-baiknya.

Shalawat beriringkan salam tidak lupa penulis haturkan kepada Baginda Rasul Nabi Besar

Muhammad SAW, para sahabat dan keluarganya yang penulis harapkan syafaatnya di hari kelak.

Skripsi ini merupakan suatu tugas akhir yang harus di selesaikan untuk memenuhi salah satu

syarat memperoleh gelar Sarjana Ekonomi dari Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

Adapun judul dari skripsi ini adalah Analisis Evaluasi Kinerja Pembangunan Ekonomi

Kabupaten / Kota Pemekaran Di Sumatera Utara.

Dalam kesempatan ini penulis juga tidak lupa mengucapkan terima kasih yang

sebesar-besarnya kepada berbagai pihak yang telah membantu dalam penyelesaian penulisan skripsi ini dalam

berbagai bentuk yang tidak mungkin di tuliskan satu persatu dikarenakan begitu banyak hal yang telah

di perbuat terutama kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum, SE, M.Ec,Ac,Ak, CA selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan

Bisnis Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Wahyu Ario Pratomo, SE, M.Ec selaku Ketua Departemen dan Bapak Drs. Syahrir

Hakim Nasution, M.Si selaku Sekretaris Departemen Ekonomi Pembangunan Fakultas

Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Prof. Dr. lic.rer.reg. Sirojuzilam, SE selaku dosen pembimbing penulis yang telah

membimbing penulis dalam penyusunan skripsi ini, memberikan saran, masukan dan

petunjuk yang sangat berarti bagi penulis.

4. Bapak Dr. Irsyad Lubis, SE, M.Soc.Sc, Ph.D selaku Ketua Program Studi S1 Ekonomi

Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara dan Bapak Paidi

Hidayat, SE, M.Si selaku Sekretaris Program Studi S1 Ekonomi Pembangunan Fakultas

(5)

5. Bapak Paidi Hidayat, SE, M.Si selaku Dosen Penguji I yang telah bersedia meluangkan waktu

dalam memberikan saran dan kritik demi kesempurnaan skripsi ini.

6. Bapak Drs. Rahmad Sumanjaya Hsb, M.Si selaku Dosen Penguji II yang telah bersedia

meluangkan waktu dalam memberikan saran dan kritik demi kesempurnaan skripsi ini.

7. Untuk Ayahanda Faridl Sulastyo dan Ibunda Sri Wardani SE serta kepada ananda dan adinda

penulis Riski Rafi Raditya Riandhani dan Endah Tripuspita Ning Puri. Terimakasih atas

segala saran, bimbingan, dukungan doa, semangat dan moril yang telah di berikan kepada

penulis.

8. Seluruh staff pengajar (dosen) Departemen Ekonomi Pembangunan yang telah memberikan

ilmu yang sangat berguna bagi penulis yang dapat digunakan pada masa yang akan datang.

9. Pegawai administrasi Departemen Ekonomi Pembangunan, Bang Sugi, Bu Nurailah dan Kak

Leny yang tanpa lelah membantu penulis menyelesaikan segala kelengkapan administrasi.

10. Seluruh Staff dan Pegawai Badan Pusat Statistik Sumatera Utara yang telah membantu

penulis dalam hal memperoleh data yang dibutuhkan dalam skripsi ini.

11. Kepada sahabat-sahabatku (Ade, Ryan, Sheila, Imam) yang telah memberikan dukungan

semangat, serta motivasi kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

12. Teman-teman di Ekonomi Pembangunan khususnya angkatan 2010 yang juga telah

mendukung penulis dalam penyelesaian skripsi ini.

13. Seluruh pihak terkait yang membantu baik secara langsung maupun tidak langsung dalam

kelancaran penyelesaian penulisan skripsi ini.

Akhir kata penulis mengharapkan kiranya skripsi ini dapat bermanfaat dan membantu semua

pihak yang memerlukannya, terutama rekan mahasiswa Ekonomi Pembangunan.

Wassalamualaikum Wr.Wb.

Medan, 2015

(6)
(7)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRACT ... i

ABSTRAK ... ii

KATA PENGANTAR... iii

DAFTAR ISI... vi

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN... ix

BAB I : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 10

1.3 Tujuan Penelitian ... 11

1.4 Manfaat Penelitian ... 11

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Ekonomi Pembangunan... ... 12

2.2.1. Teori Klasik ... 15

2.2.2. Teori Schumpeter ... 15

2.2 Pengertian Perencanaan Pembangunan Ekonomi ... 15

2.3 Desentralisasi Dan Otonomi ... 20

2.4 Daerah dan Kota Belakangnya... 21

2.5 Indikator Kinerja Pembangunan Daerah ... 22

2.6 Penelitian Terdahulu ... 26

2.7 Kerangka Konseptual ... 30

BAB III : METODE PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian ... 30

3.2 Jenis dan Sumber Data ... 30

3.3 Teknik pengumpulan data ... 30

3.4 Metode Analisis ... 30

3.4.1. Analisis Perbandingan Antar Waktu ... 31

3.4.2. Analisis Perbandingan Dengan Capaian Daerah Kabupaten/Kota Pemekaran ... 31

3.4.3. Analisis Rekomendasi Kebijakan ... 31

3.5 Defenisi Operasional ... 31

(8)

4.1.1 Sejarah Provinsi Sumatera Utara ... 34

4.1.2 Profil Sumatera Utara ... 35

4.1.3 Gambaran Sumatera Utara ... 37

4.1.3.1 Sumatera Utara Secara Geografis ... 37

4.1.3.2 Sumatera Utara Secara Demografis ... 38

4.1.3.3 Kondisi Perekonomian Sumatera Utara ... 42

4.1.4 Penyelenggaraan Pemerintahan ... 43

4.1.5 Potensi Daerah ... 44

4.2 Hasil Penelitian ... 45

4.2.1 Indikator Pembangunan Ekonomi ... 45

4.2.1.1 Pertumbuhan Ekonomi ... 45

4.2.1.2 PDRB Atas Dasar Harga Berlaku, Harga Konstan dan PDRB Per Kapita ... ... 48

4.2.1.3 Pendapatan Asli Daerah (PAD) ... 57

4.2.1.4 Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) ... 59

4.2.1.5 Penanaman Modal Asing (PMA) ... 63

4.2.1.6 Kemiskinan ... 66

4.2.1.7 Pengangguran... ... 69

4.2.1.8 AnalisisPerbandingan Antar Waktu... ... 73

4.2.1.9 Analisis Perbandingan Dengan Capaian Kinerja Daerah Kabupaten/Kota Pemekaran ... 77

4.2.1.10 Rekomendasi Kebijakan ... 81

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 83

5.2 Saran ... 86

DAFTAR PUSAKA LAMPIRAN

(9)

DAFTAR TABEL

No. Tabel

Judul

Halaman

1.1.

Tingkat Inflasi Tahun 2008-2012

8

2.1.

Penelitian Terdahulu

27

2.2.

Indikator Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah

29

4.1.

Daftar Kabupaten/Kota Di Sumatera Utara

36

(10)

DAFTAR GAMBAR

No. Gambar

Judul

Halaman

4.1 Tren Laju Pertumbuhan ekonomi 46

4.2 Tren PDRB Atas Dasar Harga Berlaku 49

4.3 Tren PDRB Atas Dasar Harga Konstan 51

4.4 Tren PDRB Per Kapita Atas Dasar Harga Berlaku 54

4.5 Tren PDRB Per Kapita Atas Dasar Harga Konstan 56

4.6 Anggaran Pendapatan Asli Daerah (PAD) 59

4.7 Banyaknya Proyek Pada Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) 61

4.8 Nilai Investasi Pada Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) 62

4.9 Banyaknya Proyek Pada Penanaman Modal Asing (PMA) 64

4.10 Nilai Investasi Pada Penanaman Modal Asing (PMA) 65

4.11 Jumlah Persentase Penduduk Miskin 67

4.12 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) 70

(11)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Lampiran

(12)

ABSTRACT

Purpose of this study is to determine the ratio between time, comparison with the

achievements of the area, and the performance og policy recommendations district/city

development division in north Sumatera. In this study the authours used the development of

performance indicators that economic development.

Processing the data in this study using descriptive method by analyzing the ratio

between time, comparison with the achievements of the district/city division, and policy

recommendations in the economic indicators of performance development is economic

growth, GDP at current prices, GDP per capita, inflations, exports and imports, local

revenues, domestic invesment, foreign invesment, poverty and unemployment.

Of the analysis conducted, found that the gains of economic development in the

district/city has been achieved with good and with the economic development of the province

of North Sumatra.

(13)

ABSTRAK

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perbandingan antar waktu,

perbandingan dengan capaian daerah, dan rekomendasi kebijakan kinerja pembangunan

Kabupaten/Kota pemekaran di Sumatera Utara. Dalam penelitian ini penulis menggunakan

satu indikator kinerja pembangunan yaitu pembangunan ekonomi.

Pengolahan data dalam penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan

menganalisis perbandingan antar waktu, pebandingan dengan capaian daerah kabupaten/kota,

dan rekomendasi kebijakan di indikator ekonomi kinerja pembangunan yaitu pertumbuhan

ekonomi, PDRB atas dasar harga berlaku, PDRB per kapita, laju inflasi, ekspor dan impor,

pendapatan asli daerah, penanaman modal dalam negeri, penanaman modal asing,

kemiskinan dan tingkat pengangguran.

Dari hasil analisis yang dilakukan, diperoleh bahwa capaian kinerja pembangunan

ekonomi di kabupaten/kota sudah tercapai dengan baik dan dengan pembangunan ekonomi

Provinsi Sumatera Utara.

(14)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.

Latar Belakang

Indonesia memiliki 34 provinsi yang kini telah tumbuh menjadi beberapa wacana

untuk mendirikan provinsi-provinsi baru di Indonesia. Pembentukan provinsi baru ini

didasari atas beberapa hal, misalnya kondisi alam dan ekonomi, keadaan sosial masyarakat,

keterkaitan beberapa kabupaten/kota dalam suatu kesatuan sejarah, suku bangsa dan budaya,

dan lain sebagainya. Alasan yang paling mengemuka adalah wacana tentang pemekaran

daerah yang sejalan dengan semangat otonomi daerah, beberapa provinsi dianggap memiliki

wilayah terlalu luas sehingga diperlukan upaya untuk memudahkan pelayanan administrasi

dan pemangkasan birokrasi dari ibu kota provinsi ke daerah dengan cara pemekaran, yaitu

dengan penyatuan beberapa kabupaten/kota menjadi provinsi baru.

(15)

terdiri dari 151 Kabupaten dan 32 Kota, ini artinya pertumbuhan jumlah daerah

Kabupaten/Kota terjadi rata-rata 20 daerah Kabupaten/Kota per tahun.

Berikut ini adalah nama-nama Kabupaten/Kota sebelum ada pemekaran daerah di

wilayah Sumatera Utara (Sumut), yaitu :

1.

Kabupaten Asahan

2.

Kabupaten Dairi

3.

Kabupaten Deli Serdang

4.

Kabupaten Karo

5.

Kabupaten Labuhanbatu

6.

Kabupaten Langkat

7.

Kabupaten Nias

8.

Kabupaten Simalungun

9.

Kabupaten Tapanuli Selatan

10.

Kabupaten Tapanuli Tengah

11.

Kabupaten Tapanuli Utara

12.

Kota Binjai

13.

Kota Medan

14.

Kota Pematang Siantar

15.

Kota Sibolga

16.

Kota Tanjung Balai

17.

Kota Tebing Tinggi

(16)

Dan berikut ini adalah pemekaran kabupaten dan kota di Indonesia yang sebenarnya

sudah berlangsung sejak 1991 khususnya wilayah Sumatera Utara (Sumut) :

1.

Kabupaten Pakpak Bharat, pemekaran dari Kabupaten Dairi (25 Februari 2003)

2.

Kabupaten Serdang Bedagai, pemekaran dari Kabupaten Deli Serdang (18 Desember

2003)

3.

Kabupaten Nias Selatan, pemekaran dari Kabupaten Nias (25 Februari 2003)

4.

Kabupaten Mandailing Natal, pemekaran dari Kabupaten Tapanuli Selatan (23

November 1998)

5.

Kota Padangsidimpuan, pemekaran dari Kabupaten Tapanuli Selatan (21 Juni 2001)

6.

Kabupaten Toba Samosir, pemekaran dari Kabupaten Tapanuli Utara (23 November

1998)

7.

Kabupaten Humbang Hasundutan, pemekaran dari Kabupaten Tapanuli Utara (25

Februari 2003)

8.

Kabupaten Samosir, pemekaran dari Kabupaten Toba Samosir (18 Desember 2003)

9.

Kabupaten Batubara, pemekaran dari Kabupaten Asahan (2 Januari 2007)

10.

Kabupaten Padang Lawas, pemekaran dari Kabupaten Tapanuli Selatan (17 Juli 2007)

11.

Kabupaten Padang Lawas Utara, pemekaran dari Kabupaten Tapanuli Selatan (17 Juli

2007)

12.

Kabupaten Labuhanbatu Utara, pemekaran dari Kabupaten Labuhanbatu (24 Juni 2008)

13.

Kabupaten Labuhanbatu Selatan, pemekaran dari Kabupaten Labuhanbatu (24 Juni 2008)

14.

Kota Gunung Sitoli, pemekaran dari Kabupaten Nias (29 Oktober 2008)

15.

Kabupaten Nias Barat, pemekaran dari Kabupaten Nias (29 Oktober 2008)

16.

Kabupaten Nias Utara, pemekaran dari Kabupaten Nias (29 Oktober 2008)

(17)

berkembang dalam usaha pembangunan yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan

penduduknya. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi tersebar cukup merata dan diikuti dengan

membaiknya taraf hidup dibawah garis kemiskinan. Sasaran yang ingin dicapai pada

umumnya dalam pembangunan ekonomi di negara berkembang adalah untuk mencapai

tingkat pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) jauh lebih tinggi

dibandingkan dengan laju pertumbuhan penduduk (Robinson, 2004;18). Dalam

mengendalikan perkembangan penduduk diperlukan kebijakan yang terintegrasi sekaligus

antisipatif sehingga harus ditangani secara terpadu dan komprehensif. Kebijakan

pembangunan tidak semata-mata diarahkan hanya untuk mengejar pertumbuhan ekonomi

daerah yang tinggi, tetapi juga ditujukan kepada upaya mengurangi jumlah penduduk miskin,

mengurangi laju pertumbuhan penduduk yang tinggi serta mengurangi tingkat pengangguran

terbuka.

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang pemerintahan daerah

yang dituangkan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 78 Tahun 2007 tentang tata cara

pembentukan, penghapusan dan penggabungan daerah, diisyaratkan bahwa dalam

pembentukan pemerintah daerah yang baru didasari kepada persyaratan administratif, teknis

dan fisik kewilayahan, termasuk kemampuan ekonomi, potensi daerah, sosial budaya, sosial

politik, kependudukan, luas daerah, pertahanan, keamanan, tingkat kesejahteraan masyarakat,

dan faktor lain yang memungkinkan terselenggaranya otonomi daerah. Secara administratif

paling sedikit 5 (lima) kabupaten/kota untuk pembentukan suatu provinsi dan paling sedikit 5

(lima) kecamatan untuk pembentukan suatu daerah kabupaten, dan 4 (empat) kecamatan

untuk pembentukan kota termasuk lokasi calon Ibukota, sarana, dan prasarana pemerintahan.

(18)

(2) menjamin terciptanya integrasi, sinkronisasi, dan sinergi antar daerah, antar ruang, antar

waktu, dan antar fungsi pemerintah, serta antara pusat dan daerah; (3) menjamin keterkaitan

dan konsistensi antara perencanaan, penganggaran, pelaksanaan, dan pengawasan; (4)

mengoptimalkan partisipasi masyarakat; dan (5) menjamin tercapainya penggunaan sumber

daya secara efisien, efektif, berkeadilan, dan berkelanjutan.

Mengacu pada 5 (lima) tujuan tersebut, maka dalam Rencana Strategis (Renstra)

Bappenas dijelaskan bahwa pelaksanaan tugas Kementerian PPN/Bappenas mencakup 4

peran penting yang saling terkait, yaitu peran sebagai: (1) pengambil kebijakan/keputusan

(police maker) dengan penjabaran pengendalian dan evaluasi terhadap pelaksanaan rencana

pembangunan; (2) koordinator; (3) think-tank; dan (4) administrator dengan penjabaran

penyusunan dan pengelolaan laporan hasil pemantauan terhadap pelaksanaan rencana

pembangunan dan penyusunan laporan hasil evaluasi.

Dengan demikian, salah satu peran Bappenas adalah melakukan evaluasi terhadap

pelaksanaan rencana pembangunan. Sebagai tindak lanjut dari peran tersebut telah diterbitkan

Peraturan Pemerintah (PP) No. 39 Tahun 2006 tentang Tata Cara Pengendalian dan Evaluasi

Pelaksanaan Rencana Pembangunan, yang didalamnya mencakup evaluasi ex-ante, on-going,

dan ex-post. Terkait dengan peran utama Bappenas diatas, maka evaluasi tahunan terhadap

pelaksanaan Peraturan Presiden No. 5 Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka

Menengah Nasional (RPJMN) 2010-2014 mutlak diperlukan, demikian juga pencapaian di

tiap daerah.

RPJMN 2010-2014 memiliki 11 prioritas nasional dan 3 prioritas lainnya, yaitu :

1.

Reformasi Birokrasi dan Tata Kelola

2.

Pendidikan

3.

Kesehatan

(19)

5.

Ketahanan Pangan

6.

Infrastruktur

7.

Iklim Investasi dan Iklim Usaha

8.

Energi

9.

Lingkungan Hidup dan Pengelolaan Bencana

10.

Daerah Tertinggal, Terdepan, Terluar, dan Pasca Konflik

11.

Kebudayaan, Kreatifitas, dan Inovasi Teknologi

Tiga prioritas lainnya, yaitu :

1.

Kesejahteraan Rakyat

2.

Politik, Hukum, dan Keamanan

3.

Perekonomian

Pelaksanaan evaluasi kinerja pembangunan daerah akan mengacu pada RPJMN

2010-2014, dengan fokus utama untuk mengetahui : (1) tingkat pencapaian target kinerja RPJMN

tahun 2010 dan 2014 di tiap daerah; (2) relevansi isu strategis, sasaran, arah kebijakan, dan

strategi pengembangan dalam RPJMN 2010-2014 dengan kondisi daerah; dan (3) evaluasi

tematik di tiap daerah; (4) indikator kinerja dalam evaluasi kinerja pembangunan ekonomi

daerah yang terdapat indikator ekonomi. Pelaksanaan evaluasi RPJMN 2010-2014 dilakukan

secara eksternal dengan harapan agar seluruh proses evaluasi tersebut beserta

rekomendasinya berlangsung dalam proses yang lebih independen.

(20)

berlaku dan harga konstan, PDRB per kapita, pendapatan asli daerah, penanaman modal

dalam negeri, penanaman modal asing, kemiskinan, dan pengangguran.

Dalam indikator ekonomi di Sumatera Utara pada tahun 2009 pertumbuhan ekonomi

mencapai 5.07%, dengan PDRB atas dasar harga berlaku sebesar Rp. 236.353,62, di tahun

2010 mencapai 6.42%, dengan PDRB berdasarkan harga berlaku sebesar Rp. 275.056,51,

pada tahun 2011 sebesar 6.63%, dengan PDRB berdasarkan harga berlaku sebesar Rp.

314.972,44, pada tahun 2012 pertumbuhan ekonomi Provinsi Sumatera Utara mencapai

sebesar 6.22%, dengan PDRB berdasarkan harga berlaku sebesar Rp. 351.118,16, sedangkan

pada tahun 2013 pertumbuhan ekonomi Provinsi Sumatera Utara mencapai sebesar 6.01%

dengan PDRB berdasarkan harga berlaku sebesar Rp. 403.933,05.

(21)
[image:21.595.75.524.128.230.2]

Tabel 1.1.

Tingkat Inflasi Tahun 2008-2013

Menurut Kabupaten/Kota (%)

NO

KABUPATEN / KOTA

TINGKAT INFLASI (%)

2009

2010

2011

2012

2013

1.

Medan

2.69

7.65

3.54

3.79

10.09

2.

Sibolga

1.59

11.83

3.71

3.30

10.08

3.

Padangsidimpuan

1.87

7.42

4.66

3.54

7.82

4.

Pematangsiantar

2.72

9.68

4.25

4.73

12.02

5.

Sumatera Utara

2.61

8.00

3.67

3.86

10.18

Sumber : BPS Provinsi Sumatera Utara

Pendapatan Asli Daerah menurut Undang-Undang No. 28 Tahun 2009 yaitu sumber

keuangan daerah yang digali dari wilayah daerah yang bersangkutan yang terdiri dari hasil

pajak daerah, hasil retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan, daerah yang dipisahkan dan

lain-lain pendapatan asli daerah yang sah. Di Sumatera Utara, besar anggaran pendapatan asli

daerah pada tahun 2013 untuk pajak daerah sebesar Rp.1.937.261.087,-, untuk retribusi daerah

sebesar Rp.819.180.418,-, dan untuk hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan sebesar

Rp.201.899.721,-.

(22)

rencana dan 67 realisasi, sedangkan rencana pada nilai investasi sebesar Rp. 757.784,68 dan

realisasi pada nilai investasi sebesar Rp. 682.868,10.

Kemiskinan sering dianggap sebagai musuh utama pembangunan dan kemiskinan ini terjadi

salah satunya disebabkan tingkat pengangguran terbuka yang tinggi di tengah masyarakat. jumlah

persentase penduduk miskin di Sumatera Utara pada tahun 2008 sebesar 12.55%, dan di tahun 2009

menurun menjadi 11.51%, tahun 2010 kembali menurun menjadi 11.31%, sampai pada tahun 2011

terus mengalami penurunan sebesar 10.83%, dan di tahun 2012 tetap menurun mencapai 10.41%,

sedangkan pada tahun 2013 mengalami penurunan sebesar 10.39%.

Definisi ekonomi tentang pengangguran tidak identik dengan tidak (mau) bekerja.

Tingkat pengangguran terbuka di Sumatera Utara pada tahun 2008 adalah sebesar 9.10%, dan sedikit

mengalami penurunan pada tahun 2009 sebesar 8.45%, sampai pada tahun 2010 terus mengalami

penurunan mencapai 7.43%, di tahun 2011 juga terus menurun sebesar 6.37%, dan pada tahun 2012

penurunan terus terjadi mencapai 6.20%.

Isu strategis dalam evaluasi kinerja pembangunan daerah adalah kondisi atau hal yang

harus diperhatikan atau dikedepankan dalam perencanaan pembangunan, karena dampaknya

yang signifikan bagi entitas (daerah/masyarakat) dimasa datang. Isu strategis juga diartikan

sebagai kondisi/kejadian penting/keadaan yang apabila tidak diantisipasi, akan menimbulkan

kerugian yang lebih besar atau sebaliknya akan menghilangkan peluang apabila tidak

dimanfaatkan. Karakteristik suatu isu strategis adalah kondisi atau hal yang bersifat penting,

mendasar, berjangka panjang, mendesak, bersifat kelembagaan/keorganisasian dan

menentukan tujuan dimasa yang akan datang. Oleh karena itu, untuk memperoleh rumusan

isu-isu strategis diperlukan analisis terhadap berbagai fakta dan informasi kunci yang telah

diidentifikasi untuk dipilih menjadi isu strategis.

(23)

menjadi fokus, yaitu : (1) kerangka regulasi yang merupakan struktur peraturan

perundang-undangan yang dibentuk dalam rangka memfasilitasi, mendorong, dan mengatur perilaku

masyarakat, termasuk swasta, dan penyelenggaraan negara dalam rangka mewujudkan tujuan

bernegara yang tercantum dalam pembukaan UUD 1945; (2) kerangka kelembagaan

merupakan struktur kelembagaan dimana dapat terlihat interaksi antar aktor, proses transaksi,

stabilitas dan prediktabilitas interaksi dan transaksi tersebut, serta derajat governability dari

suatu pemerintahan; (3) kerangka pendanaan merupakan salah satu komponen penting dalam

perencanaan pembangunan sehingga analisis mendalam mengenai kondisi pendanaan perlu

dilakukan. Kerangka pendanaan dimaksudkan untuk mendapatkan informasi komprehensif

mengenai kebutuhan pendanaan prioritas dalam rencana pembangunan, kebijakan pendanaan

itu sendiri.

Berdasarkan kajian diatas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian melalui

penulisan skripsi yang berjudul

“Analisis Evaluasi Kinerja Pembangunan Ekonomi

Kabupaten / Kota Pemekaran Di Sumatera Utara”

. Beberapa kabupaten/kota pemekaran

yang akan diteliti di Provinsi Sumatera Utara antara lain : (1) Kabupaten Serdang Bedagai;

(2) Kabupaten Toba Samosir; (3) Kabupaten Padang Lawas Utara; (4) Kabupaten

Labuhanbatu Utara; dan (5) Kabupaten Labuhanbatu Selatan.

1.2.

Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas maka penulis merumuskan masalah

yang menjadi dasar kajian tersebut adalah sebagai berikut :

(24)

Negeri (PMDN) dan Penanaman Modal Asing (PMA), Kemiskinan, dan Pengangguran

setelah pemekaran daerah ?

2.

Apakah capaian evaluasi kinerja yang diukur sudah tercapai untuk daerah kabupaten/kota

pemekaran atau belum tercapai untuk daerah kabupaten/kota pemekaran ?

1.3.

Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :

1.

Untuk mengetahui bagaimana evaluasi kinerja pembangunan daerah yang ditinjau dari

indikator ekonomi terkait dalam Pertumbuhan Ekonomi, PDRB Atas Dasar Harga

Berlaku, PDRB Atas Dasar Harga Konstan, PDRB Perkapita, Pendapatan Asli Daerah

(PAD), Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN), Penanaman Modal Asing (PMA),

Kemiskinan, dan Pengangguran setelah pemekaran daerah.

2.

Untuk mengetahui apakah capaian evaluasi kinerja yang diukur sudah tercapai untuk

daerah kabupaten/kota pemekaran atau belum tercapai untuk daerah kabupaten/kota

pemekaran.

1.4.

Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1.

Sebagai bahan studi dan tambahan ilmu pengetahuan bagi mahasiswa Fakultas Ekonomi

terutama Departemen Ekonomi Pembangunan yang ingin melakukan penelitian

selanjutnya.

2.

Sebagai penambah, pelengkap, sekaligus sebagai pembanding hasil-hasil penelitian

menyangkut topik yang sama.

(25)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1.

Teori Ekonomi Pembangunan

Pembangunan ekonomi mencakup pengertian yang sangat luas, tidak hanya sekedar

menaikkan pendapatan perkapita pertahun bahkan indikator PNB (Produk Nasional Bersih).

Sebagai indikator utama tidak selalu dapat menggambarkan suksesnya suatu pembangunan.

Indikator-indikator yang lain seperti pendidikan, distribusi pendapatan, jumlah penduduk

miskin, juga menunjukkan keberhasilan pembangunan. Pengalaman pada tahun 1950-an dan

tahun 1960-an telah membuktikan hal ini. Negara-negara di dunia ketiga telah mencapai

tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi sesuai dengan target namun gagal dalam

meningkatkan taraf hidup sebagian besar masyarakatnya. Masalah-masalah sosial seperti

pengangguran, kesenjangan pendapatan dan sebagainya tidak mengalami perbaiki. Dan

selama tahun 1970-an mulai muncul pandangan bahwa tujuan utama dari usaha-usaha

pembangunan bukan menciptakan tingkat pertumbuhan yang tinggi melainkan penghapusan

dan pengurangan tingkat kemiskinan. Penanggulangan ketimpangan pendapatan, penyediaan

lapangan kerja dalam konteks perekonomian yang terus berkembang.

(26)

sendiri dan aspirasi masyarakat dalam ikatan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Artinya,

otonomi daerah memberikan pelimpahan wewenang baik dalam pengambilan kebijakan

maupun keputusan pembiayaan kepada daerah dan berusaha melibatkan masyarakat dalam

upaya pembangunan daerah sehingga kohesi sosial antara politik dan masyarakat semakin

kuat. Berdasarkan alasan tersebut, beberapa daerah mulai tertarik untuk mengajukan

pembentukan daerah otonom baru bagi wilayahnya. Besarnya keinginan daerah untuk

membentuk daerah otonom baru pasca dibentuknya Undang-undang No.22/1999 disebabkan

oleh keinginan daerah untuk ikut serta dalam memajukan dan mengembangkan potensi

wilayahnya berdasarkan prakarsa dan aspirasi sendiri. Dalam Peraturan Pemerintah

No.129/2000 tentang “Persyaratan Pembentukan dan Kriteria Pemekaran, Penghapusan dan

Penggabungan Daerah” disebutkan bahwa tujuan pemekaran daerah adalah untuk

meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui : (1) Peningkatan pelayanan kepada

masyarakat, (2) Percepatan pertumbuhan kehidupan demokrasi, (3) Percepatan pelaksanaan

pembangunan ekonomi daerah, (4) Peningkatan keamanan dan ketertiban, serta (5)

Peningkatan hubungan yang serasi antara Pusat dan Daerah.

Widjoyokusumo (2011) mengatakan bahwa secara teoritis, awal dari semangat

pemekaran ini adalah merupakan suatu upaya untuk mencapai pemerataan pembangunan dan

kesejahteraan rakyat serta demi mempercepat perwujudan masyarakat Indonesia yang

sejahtera.

Terdapat 2 (dua) alasan yang melatarbelakangi maraknya fenomena pemekaran

wilayah di Indonesia diantaranya :

a.

Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik

(27)

perencanaan pembangunan daerah baru yang lebih terbatas, maka pelayanan publik yang

tersedia akan sesuai dengan kebutuhan lokal. Jarak dan rentang kendali yang lebih singkat

dan pendek antara birokrasi dan masyarakat akan menciptakan interaksi yang lebih intensif

bagi pemerintah maupun masyarakat sehingga kebutuhan akan pelayanan publik akan

terpenuhi dengan baik.

20.

Percepatan Pertumbuhan Ekonomi

Pemekaran daerah di asumsikan mampu mempercepat pertumbuhan ekonomi daerah

melalui pemanfaatan potensi lokal. Dengan dikembangkannya daerah baru, pemerintah

setempat memiliki peluang untuk menggali berbagai potensi ekonomi daerah yang selama ini

tidak tergali. Pemekaran daerah juga memungkinkan terciptanya usaha-usaha baru yang

mampu menyerap tenaga kerja baik sektor formal maupun informal. Penciptaan usaha-usaha

baru diharapkan mampu mempercepat pertumbuhan ekonomi dan mendukung proses

pemerataan dalam pembangunan.

Dalam hal ini, peningkatan kesejahteraan masyarakat menjadi hal yang paling penting

disamping meningkatkan pembangunan maupun pemasukan daerah. Otonomi daerah

diharapkan mampu mendekatkan fungsi pelayanan birokrasi pemerintahan terhadap rakyat

melalui pelayanan publik yang baik guna mempercepat terwujudnya kesejahteraan

masyarakat. Swianiewicz Riani (2012) mengungkapkan bahwa pemerintahan kecil yang lebih

homogen cenderung mudah untuk mengimplementasikan kebijakan yang sesuai dengan

preferensi sebagian besar masyarakatnya.

(28)

Teori-teori pertumbuhan ekonomi melihat hubungan antara pertumbuhan ekonomi

dengan faktor-faktor penentu pertumbuhan ekonomi. Beberapa teori mengenai pertumbuhan

ekonomi yaitu :

2.1.1.

Teori Klasik

Adam Smith adalah ahli ekonomi klasik pertama, yang mengemukakan pentingnya

kebijaksanaan lisezfaire atas sistem mekanisme untuk memaksimalkan tingkat perkembangan

ekonomi suatu masyarakat. Menurut Smith sistem ekonomi pasar bebas menciptakan

efisiensi, membawa ekonomi kepada full employment, dan menjamin pertumbuhan ekonomi

sampai tercapai posisi stationer (stationery state) yang terjadi apabila sumber daya alam telah

seluruhnya dimanfaatkan, dan kalaupun ada pengangguran itu bersifat sementara.

2.1.2.

Teori Schumpeter

Schumpeter berpandangan bahwa pertumbuhan ekonomi sangat ditentukan oleh kemampuan

kewirausahaan (entrepreneurship). Sebab, para pengusahalah yang mempunyai kemampuan

dan keberanian mengaplikasi penemuan-penemuan baru dalam dunia usaha merupakan

langkah inovasi. Termasuk dalam langkah-langkah inovasi adalah penyusunan teknik dalam

tahap produksi serta masalah organisasi manajemen, agar produk yang dihasilkan dapat

diterima pasar.

2.2.

Pengertian Perencanaan Pembangunan Ekonomi

(29)

keputusan-keputusan atau pilihan-pilihan berbagai alternatif penggunaan sumber daya untuk

mencapai tujuan-tujuan tertentu pada masa yang akan datang.

Walaupun belum ada kesepakatan yang di antara pakar ekonom berkenaan dengan

istilah perencanaan ekonomi, dapat diambil inti dari istilah perencanaan ekonomi

mengandung arti pengendalian dan pengaturan suatu perekonomian untuk mencapai sasaran

dan tujuan tertentu dalam jangka waktu tertentu.

Adapun ciri dari suatu perencanaan pembangunan ekonomi yaitu :

1.

Usaha yang dicerminkan dalam rencana untuk mencapai perkembangan sosial ekonomi

yang mantap (steady social economic growth). Hal ini dicerminkan dalam usaha

pertumbuhan ekonomi yang positif.

2.

Usaha yang dicerminkan dalam rencana untuk meningkatkan pendapatan per kapita.

3.

Usaha untuk mengadakan pertumbuhan struktur ekonomi.

4.

Usaha perluasan kesempatan kerja.

5.

Usaha pemerataan pembangunan sering disebut sebagai distributive justice.

6.

Usaha pembinaan lembaga-lembaga ekonomi masyarakat yang lebih menunjang

kegiatan-kegiatan pembangunan.

Unsur-unsur pokok perencanaan pembangunan ekonomi :

a.

Kebijaksanaan dasar atau strategi dasar rencana pembangunan.

b.

Perkiraan sumberdaya-sumberdaya bagi pembangunan khususnya sumber-sumber

pembiayaan pembangunan.

c.

Perencanaan pembangunan adalah program investasi yang dilakukan secara sektoral.

Penyusunan program investasi secara sektoral ini dilakukan bersama-sama dengan

pernyusunan rencana-rencana sasaran.

(30)

Secara umum fungsi perencanaan pembangunan ekonomi yaitu :

1.

Dengan perencanaan diharapkan terdapatnya suatu pengarahan kegiatan, adanya pedoman

bagi pelaksanaan kegiatan-kegiatan yang ditujukan kepada pencapaian tujuan

pembangunan.

2.

Dengan perencanaan dapat dilakukan suatu perkiraan potensi-potensi, prospek-prospek

perkembangan, hambatan serta resiko yang mungkin dihadapi pada masa yang akan

datang.

3.

Perencanaan memberikan kesempatan untuk mengadakan pilihan yang terbaik.

4.

Dengan perencanaan dilakukan penyusunan skala prioritas dari segi pentingnya tujuan.

5.

Perencanaan sebagai alat untuk mengukur atau standar untuk mengadakan pengawasan

evaluasi (Arsyad, 2002).

Menurut Jhingan (1983) syarat-syarat keberhasilan suatu perencanaan memerlukan

adanya hal-hal berikut ini :

1.

Komisi Perencanaan

Pembentukan suatu komisi (badan atau lembaga) perencanaan yang harus

diorganisir secara tepat yang dibagi dalam bagian-bagian dan subbagian yang

dikoordinir oleh para pakar, seperti pakar ekonomi, statistic, teknik serta pakar lain

yang berkenaan dengan masalah perekonomian.

2.

Data Statistik

(31)

3.

Tujuan

Suatu perencanaan dapat menetapkan tujuan dan sasaran yang ingin dicapai.

Berbagai sasaran dan tujuan yang ingin dicapai tersebut hendaknya realistis dan

disesuaikan dengan kondisi perekonomian negara yang bersangkutan.

4.

Penetapan Sasaran dan Prioritas

Penetapan sasaran dan prioritas perencanaan secara makro dan sektoral. Sasaran

secara makro dirumuskan secara tegas serta mencakup setiap aspek perekonomian dan

dapat dikuantifikasikan. Untuk sasaran sektoral harus disesuaikan dengan sasaran

makronya, sehingga ada keserasian dalam pencapaian tujuan.

5.

Mobilisasi Sumberdaya

Dalam perencanaan ditetapkan adanya pembiayaan oleh pemerintah sebagai dasar

mobilisasi sumberdaya yang tersedia. Sumber pembiayaan ini bisa berasal dari

sumber luar negeri dan dalam negeri (domestik).

6.

Keseimbangan dalam Perencanaan

Suatu perencanaan hendaknya mempu menjamin keseimbangan dalam

perekonomian, untuk menghindarkan kelangkaan maupun surplus pada periode

perencanaan.

7.

Sistem Administrasi yang Efisien

Administrasi yang baik, efesien dan tidak ada unsure KKN (Korupsi, Kolusi, dan

Nepotisme) adalah syarat mutlak keberhasilan suatu perencanaan.

8.

Kebijakan Pembangunan yang Tepat

(32)

ilmiah; penelitian pasar; (b) penyediaan prasarana yang memadai (air, listrik,

infrastruktur, dan telekomunikasi); (c) penyediaan fasilitas latihan khusus dan juga

pendidikan umum yang memadai untuk menyediakan keterampilan yang diperlukan;

(d) perbaikan landasan hukum bagi kegiatan perekonomian.

9.

Administrasi yang Ekonomis

Setiap usaha harus dibuat berdampak ekonomis dalam administrasi, khususnya

dalam pengembangan bagian-bagian departemen dan pemerintahan.

10.

Dasar Pendidikan

Administrasi yang bersih dan efisien memerlukan dasar pendidikan yang kuat.

Perencanaan yang berhasil harus memperhatikan standar moral dan etika masyarakat.

11.

Teori Konsumsi

Menurut Galbraith (1962), satu syarat penting dalam perencanaan pembangunan

modern adalah bahwa perencanaan tersebut harus dilandasi oleh teori konsumsi.

Negara sedang berkembang tidak harus demokratis dan perhatian pertama harus

diberikan kepada barang dan jasa yang berada dalam jangkauan pendapatan

masyarakat tertentu.

12.

Dukungan Masyarakat

(33)

2.3.

Desentralisasi Dan Otonomi

Desentralisasi dari sudut asal usul kata berasal dari bahasa latin, yaitu “de” atau lepas

dan

”centrum” atau pusat, jadi desentralisasi dapat berarti lepas dari pusat. Handoko (2003:

229) mengartikan desentralisasi adalah penyebaran atau pelimpahan secara meluas kekuasaan

dan pembuatan keputusan kepada tingkatan-tingkatan organisasi yang lebih rendah.

Desentralisasi menurut Rondinelli (1981) merupakan: “the transfer or delegation of legal

and authority

to plan, make decisions and manage public functions from the central

govermental its agencies to field organizations of those agencies, subordinate

units of

government, semi autonomous public corparation, area wide or regional

development

authorities, functional authorities, autonomous local government, or

non-governmental

organizations”

(desentralisasi adalah pemindahan wewenang perencanaan, pembuatan

keputusan, dan administrasi dari pemerintah pusat kepada organisasi-organisasi lapangannya,

unit-unit pemerintah daerah, organisasi-organisasi setengah swasta-otorita, pemerintah

daearah dan non pemerintah daerah (Koirudin, 2005: 3). Sejalan dengan pengertian/defenisi

desentralisasi di atas, dalam Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan

Daerah disebutkan bahwa desentralisasi adalah penyerahan wewenang pemerintah kepada

daerah otonom untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dalam kerangka Negara

Kesatuan Republik Indonesia.

(34)

adalah hak, wewenang dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri

urusan pemerintahan sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Secara prinsipil terdapat

dua hal yang tercantum dalam otonomi yaitu hak dan wewenang untuk mengelola daerah

serta tanggung jawab untuk kegagalan dalam memanajemeni daerah. Sementara “daerah”

dalam arti local state government adalah pemerintah di daerah yang merupakan perpanjangan

tangan dari pemerintah pusat. Sumodiningrat (1999: 255) mengemukakan bahwa hakikat

otonomi adalah meletakkan landasan pembangunan yang tumbuh berkembang dari rakyat,

diselenggarakan secara sadar dan mandiri oleh rakyat.

2.4.

Kota Dan Daerah Belakangnya

Dalam ekonomi regional, secara implisit dibuat asumsi bahwa wilayah yang dianalisis

adalah homogen. Hal itu karena sifat analisis adalah makro, sifat analisis suatu wilayah

terdapat perbedaan yang menciptakan hubungan antara satu bagian dengan bagian yang

lainnya dalam wilayah tersebut. Perlu diingat bahwa sifat analisis ini disebut dengan analisis

makro regional. Secara umum diketahui dalam suatu wilayah ada tempat-tempat dimana

penduduk atau kegiatan yang terkonsentrasi, dan ada tempat-tempat dimana penduduk atau

kegiatan yang kurang terkonsentrasi. Tempatn konsentrasi penduduk dan kegiatannya

dinamakan dengan berbagai istilah, yaitu kota, pusat perdagangan, pusat industri, dan pusat

pemukiman. Masing-masing istilah itu bersangkut paut dengan asosiasi pikiran kita tentang

fungsi apa yang hendak ditonjolkan atas tempat-tempat konsentrasi tersebut. Daerah diluar

pusat konsentrasi dinamakan dengan berbagai istilah seperti pedalaman, wilayah belakang

(hinterland), dan daerah pertanian atau daerah pedesaan. Hal ini sangat bermanfaat dalam

mengatur kinerja pembangunan kota dan daerah.

(35)

pedesaan/pedalaman. Padahal dipedesaan pun terdapat lokasi pemukiman plus berbagai

kegiatan nonpertanian seperti perdagangan, warung kopi, tukang pangkas, atau tukang jahit

pakaian, walaupun dalam jumlah dan intensitas yang kecil dan biasanya hanya ditujukan

untuk melayani kebutuhan masyarakat setempat. Karena fungsinya yang berbeda, maka

kebijakan pembangunan pun bisa berbeda antara wilayah perkotaan dengan wilayah

pedesaan. Di pedesaan umumnya yang menjadi kegiatan basis adalah sektor penghasil barang

(pertanian, industri, dan pertambangan). Di perkotaan selain sektor penghasil barang maka

sektor perdagangan dan jasa dapat menjadi basis asalkan kegiatan tersebut mendatangkan

uang dari luar wilayah (pelanggannya datang dari luar wilayah). Karena kegiatan sektor

penghasil barang, seringkali kegiatannya dibatasi di perkotaan maka kota umumnya

mengandalkan kegiatan perdagangan dan jasa sebagai basis utama. Dengan demikian maka

adalah wajar apabila program pemerintah pun seringkali dibedakan antara program perkotaan

dan program untuk pedesaan. Namun, sektor perdagangan dan jasa di luar yang melayani

pariwisata, bukanlah basis murni. Perkembangan perdagangan dan jasa di perkotaan

tergantung pada perkembangan perekonomian wilayah belakangnya. Perkembangan

perekonomian wilayah belakangnya tergantung pada sektor basis di wilayah belakang

tersebut. Dengan demikian, perkembangan perekonomian secara keseluruhan tetap

tergantung pada perkembangan sektor basis murni.

2.5.

Indikator Kinerja Pembangunan Daerah

(36)

dua indikator yang terkait dalam kinerja pembanguan daerah yaitu indikator ekonomi dan

indikator sosial. Salah satu indikator yang terkait dalam penulisan skripsi ini adalah Indikator

Ekonomi. Dalam indikator ekonomi terdapat beberapa hal yang terkait dalam evaluasi kinerja

pembangunan daerah antara lain :

1.

Pertumbuhan Ekonomi

Pertumbuhan ekonomi adalah proses perubahan kondisi perekonomian suatu negara

secara berkesinambungan menuju keadaan yang lebih baik selama periode tertentu.

Pertumbuhan ekonomi dapat diartikan juga sebagai proses kenaikan kapasitas produksi suatu

perekonomian yang diwujudkan dalam bentuk kenaikan pendapatan nasional. Adanya

pertumbuhan ekonomi merupakan indikasi keberhasilan pembangunan ekonomi.

2.

PDRB Per Kapita

Produk Domestik Regional Bruto Per Kapita (PDRB Per Kapita) bila dibagi dengan

jumlah penduduk pertengahan tahun yang tinggal di suatu wilayah (wilayah penghitungan

PDRB), akan diperoleh angka PDRB per kapita. PDRB juga terbagi atas dua kategori yaitu

PDRB atas dasar harga berlaku dan PDRB atas dasar harga konstan.

3.

Pendapatan Asli Daerah (PAD)

Pendapatan Asli Daerah menurut Undang-Undang No. 28 Tahun 2009 yaitu sumber

keuangan daerah yang digali dari wilayah daerah yang bersangkutan yang terdiri dari hasil

pajak daerah, hasil retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan, daerah yang dipisahkan dan

lain-lain pendapatan asli daerah yang sah. Menurut Nurcholis (2007:182), pendapatan asli

daerah adalah pendapatan yang diperoleh daerah dari penerimaan pajak daerah, retribusi

daerah, laba perusahaan daerah, dan lain-lain yang sah.

(37)

Hasil retribusi daerah yaitu pungutan yang telah secara sah menjadi pungutan daerah sebagai

pembayaran pemakaian atau karena memperoleh jasa atau karena memperoleh jasa pekerjaan,

usaha atau milik pemerintah daerah bersangkutan. (3) Hasil perusahaan milik daerah dan

hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan. (4) Lain-lain pendapatan daerah yang

sah adalah pendapatan-pendapatan yang tidak termasuk dalam jenis-jenis pajak daerah,

retribusi daerah, pendapatan dinas-dinas.

4.

Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN)

Penanaman modal dalam negeri adalah kegiatan menanam modal modal untuk

melakukan usaha di wilayah negara Republik Indonesia yang dilakukan oleh penanam modal

dalam negeri dengan menggunakan modal dalam negeri. Ketentuan mengenai penanaman

modal diatur di dalam Undang-Undang No. 25 Tahun 2005 tentang Penanaman Modal.

Kegiatan usaha-usaha atau jenis usaha terbuka bagi kegiatan penanaman modal, kecuali

bidang usaha atau jenis usaha yang dinyatakan tertutup dan terbuka dengan persyaratan dan

batasan kepemilikan modal negeri atas bidang usaha perusahaan diatur didalam Peraturan

Presiden No. 36 Tahun 2010 tentang Perubahan daftar bidang usaha yang tertutup dan bidang

usaha yang terbuka dengan persyaratan di bidang penanaman modal.

5.

Penanaman Modal Asing (PMA)

(38)

Manajemen, membuka lapangan kerja baru. Lapangan kerja ini sangat penting bagi negara

yang sedang berkembang mengingat terbatasnya kemampuan pemerintah untuk penyediaan

lapangan pekerjaan.

6.

Kemiskinan

Kemiskinan merupakan refleksi dari ketidakmampuan seseorang untuk memenuhi

kebutuhannya sesuai standar yang berlaku. Sudah cukup banyak ukuran dan standar yang

dikeluarkan oleh para pakar dan lembaga mengenai batas garis kemiskinan.

Djoyohadikusumo (1996:21) menggunakan standar kemiskinan berdasarkan pendapatan

perkapita pertahun adalah US$50 untuk pedesaan dan US$75 untuk perkotaan. Bank Dunia

(1990:36) untuk standar internasional memberikan batas garis kemiskinan yang lebih tinggi

dari standar-standar lainnya yaitu dengan pendapatan perkapita sebesar US$275 pertahun.

Kemiskinan sering dianggap sebagai musuh utama pembangunan dan kemiskinan ini

terjadi salah satunya disebabkan tingkat pengangguran terbuka yang tinggi di tengah

masyarakat. Penanganan masalah ini diupayakan oleh pemerintah dengan menyalurkan

berbagai bantuan dan subsidi serta membuka lapangan kerja dengan meningkatkan inisiatif

dan kreatifitas masyarakat di samping memperluas kesempatan investasi langsung bagi

semua pihak. Jumlah penduduk miskin yang meningkat disebabkan karena banyaknya tingkat

pengangguran yang tinggi di tengah masyarakat. Diketahui secara umum, upaya untuk

menurunkan angka kemiskinan disebabkan oleh dampak krisis ekonomi yang pada dasarnya

telah menunjukkan hasil walaupun masih bersifat fluktuatif. Upaya menurunkan jumlah

penduduk miskin secara berencana dilakukan baik melalui subsidi-subsidi di bidang sosial.

7.

Pengangguran

(39)

tentang pengangguran tidak identik dengan tidak (mau) bekerja. Seseorang baru dikatakan

menganggur bila dia ingin bekerja dan telah berusaha mencari kerja, namun tidak

mendapatkannya. Orang yang mencari kerja masuk ke dalam kelompok penduduk yang

disebut angkatan kerja. Yang dihitung sebagai angkatan kerja adalah penduduk berusia 15-64

tahun dan sedang mencari kerja, sedangkan yang tidak mencari kerja, karena harus mengurus

keluarga dan sekolah, tidak masuk angkatan kerja.

2.6.

Penelitian Terdahulu

(40)
(41)
[image:41.842.75.770.107.522.2]

Tabel 2.1

Penelitian Terdahulu

No

Nama Peneliti

Judul

Isu yang Diangkat

Variabel Penelitian

Metode Hasil Penelitian

1.

Bidang

Pemerintahan Dan

Kemasyarakatan

BALITBANG

Provinsi Sumatera

Utara, (2009)

Dampak Pemekaran

Daerah Terhadap

Kehidupan Ekonomi Dan

Pelayanan Publik (Public

Service) Bagi Masyarakat

Di Sumatera Utara

Dampak pemekaran

terhadap kehidupan

ekonomi masyarakat di

Sumatera Utara

Penelitian bersifat

deskriptif evaluatif,

yakni menggambarkan

dan mengevaluasi kinerja

pemerintah daerah

(Kabupaten/Kota)

berdasarkan indikator

yang ditentukan

Peningkatan

kesejahteraan dan

kemajuan dalam bidang

ekonomi pasca

pemekaran di daerah

otonom baru dapat dilihat

dari PDRB, pertumbuhan

ekonomi dan ketersediaan

sarana dan prasarana yang

meningkat dari sebelum

dan setelah pemekaran

2.

Fadilla, (2008)

Analisis Ketimpangan

Pendapatan Antar

Kabupaten Pemekaran Di

Sumatera Utara

Bagaimana

pengaruh

jumlah penduduk,

pengaruh PDRB, dan

pengeluaran pemerintah

terhadap ketimpangan

pendapatan antar

kabupaten/kota

pemekaran di Sumatera

Utara

Dengan menggunakan

metode Ordinary Least

Square (OLS)

menunjukkan bahwa data

panel memiliki perilaku

data yang berbeda (tidak

seragam) di

masing-msing kabupaten

pemekaran

Ketimpangan

pembangunan antar

Kabupaten/Kota

pemekaran di Sumatera

Utara relatif kecil atau

lebih merata dengan

angka Indeks Williamson.

3.

Fahrul, (2011)

Efektifitas Dan Relavansi

Kinerja Pembangunan

Kota Medan Terhadap

Sumatera Utara

Bagaimana efektivitas dan

relavansi perekonomian

daerah, kondisi sosial, dan

infrastruktur Kota Medan

terhadap Sumatera Utara

Penelitian bersifat data

sekunder yang diperoleh

dengan melihat

bahan-bahan kepustakaan

berupa tulisan ilmiah,

literature, jurnal, majalah

(42)

ekonomi dan internet

dengan menganalisis

efektivitas dan relavansi

kinerja pembangunan

ekonomi

4.

Badan Perencanaan

Pembangunan

Nasional

(BAPPENAS), 2008

Studi Evaluasi Dampak

Pemekaran Daerah

2001-2007

Mengevaluasi

perkembangan pemekaran

daerah dalam aspek

ekonomi, keuangan

pemerintah, serta dampak

terhadap kesejahteraan

masyarakat

Kinerja ekonomi daerah,

meliputi pertumbuhan

PDRB non migas,

pertumbuhan PDRB per

kapita, rasio PDRB

Kabupaten terhadap

PDRB Provinsi, Angka

Kemiskinan

Menggunakan metodologi

treatment-control dan

pemilihan sample secara

purposive

5.

Meita Ahadiyati,

(2005)

Evaluasi Kinerja

Penyelenggara Otonomi

Daerah Periode 1999-2003

Mengukur tingkat kinerja

daerah Kabupaten/Kota

dalam menyelenggarakan

otonomi daerah periode

1999-2003

Derajat kesejahteraan

masyarakat meliputi

pertumbuhan ekonomi,

PDRB per kapita, indeks

pembangunan manusia,

angka pengangguran,

indeks kemiskinan.

(43)

Evaluasi Kinerja

Pembangunan Daerah

2.7.

Kerangka Konseptual

[image:43.595.68.527.314.539.2]

Pada penulisan skripsi ini, penulis hanya menganalisa data yang diperoleh dari

sumber Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Sumatera Utara, data yang didapat ada di dalam

buku yang berjudul “Sumatera Utara Dalam Angka” mulai dari tahun 2007-2008 sampai

dengan tahun 2012-2013, buku-buku, laporan ilmiah, jurnal dan internet. Yang terkait dalam

indikator ekonomi adalah :

Tabel 2.2.

Indikator Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah

1.

Pertumbuhan Ekonomi

2.

PDRB Atas Dasar Harga Berlaku dan

Harga Konstan, PDRB Per kapita

3.

Pendapatan Asli Daerah (PAD)

4.

Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN)

5.

Penanaman Modal Asing (PMA)

(44)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini dilakukan di Kabupaten/Kota Pemekaran Sumatera

Utara, dengan menganalisis evaluasi kinerja pembangunan ekonomi Kabupaten/Kota

pemekaran di Sumatera Utara melalui Sumatera Utara Dalam Angka dengan melihat

keterkaitan di dalam indikator ekonomi di daerah pemekaran di Sumatera Utara setelah

adanya pemekaran daerah tahun 2001.

3.2. Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang akan dianalisis oleh penulis adalah data sekunder. Data sekunder

adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan peneliti dari berbagai sumber yang telah ada

(peneliti sebagai tangan kedua). Data sekunder dapat diperoleh dari berbagai sumber seperti

Badan Pusat Statistik (BPS), buku-buku, laporan penelitian ilmuah, jurnal, dan internet.

3.3. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian penulis menggunakan teknik penelitian kepustakaan (library

research) melalui jurnal-jurnal dan buku-buku pendukung. Teknik pengumpulan data dengan

pengambilan data langsung berupa buku “Sumatera Utara Dalam Angka” Edisi Tahun

2008-2009 sampai dengan 2012-2013.

3.4. Metode Analisis

(45)

pertumbuhan ekonomi setelah terjadinya pemekaran Kabupaten/Kota yang ditunjukkan dari

indikator dari tahun ke tahun, dengan perbandikan antar waktu, perbandingan dengan capaian

daerah kabupaten / kota, serta memberikan rekomendasi kebijakan dari hasil analisis tersebut.

3.4.1.

Analisis Perbandingan Antar Waktu

Dalam hal ini, analisis perbandingan antar waktu menganalisis dengan menggunakan

analisis tren dengan membandingkan capaian dengan tahun sebelumnya, apakah terjadi

kenaikan atau penurunan dalam pencapaiannya (dibuat grafik untuk melihat tren capaian

kinerja).

3.4.2.

Analisis Perbandingan Dengan Capaian Daerah Kabupaten / Kota

Dalam hal ini, analisis perbandingan dengan capaian daerah kabupaten / kota

menganalisis dengan membandingkan capaian daerah dengan capaian nasional, sehingga

diketahui apakah kinerja daerah sudah tercapai atau belum dibandingkan dengan propinsi

nasional.

3.4.3.

Analisis Rekomendasi Kebijakan

Dalam hal ini, analisis rekomendasi kebijakan menganalisis dengan menyusun

sejumlah kebijakan untuk menindaklanjuti penanganan dari kinerja yang tidak tercapai.

Dalam artian harus aplikatif dan dapat segera ditindaklanjuti.

3.5. Definisi Operasional

Dalam hal ini yang didefinisikan adalah variabel yang terkait didalam indikator

ekonomi, yaitu :

1.

Pertumbuhan Ekonomi

(46)

perekonomian yang diwujudkan dalam bentuk kenaikan pendapatan nasional. Adanya

pertumbuhan ekonomi merupakan indikasi keberhasilan pembangunan ekonomi.

2.

PDRB Atas Dasar Harga Berlaku, Harga Konstan dan PDRB Per Kapita

PDRB atas dasar harga berlaku adalah jumlah nilai produksi, pendapatan, atau

pengeluaran, yang dinilai sesuai dengan harga yang berlaku pada tahun yang bersangkutan.

PDRB atas dasar harga konstan adalah jumlah nilai produksi, pendapatan, atau pengeluaran

yang dinilai atas dasar harga tetap (harga pada tahun dasar) yang digunakan selama satu

tahun. Sedangkan PDRB Per Kapita adalah bila dibagi dengan jumlah penduduk pertengahan

tahun yang tinggal di suatu wilayah (wilayah penghitungan PDRB), akan diperoleh angka

PDRB per kapita.

3.

Pendapatan Asli Daerah (PAD)

Pendapatan Asli Daerah menurut Undang-Undang No. 28 Tahun 2009 yaitu sumber

keuangan daerah yang digali dari wilayah daerah yang bersangkutan yang terdiri dari hasil

pajak daerah, hasil retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan, daerah yang dipisahkan dan

lain-lain pendapatan asli daerah yang sah.

4.

Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN)

Penanaman Modal Dalam Negeri adalah kegiatan menanam modal untuk melakukan

usaha diwilayah negara Republik Indonesia yang dilakukan oleh penanaman modal dalam

negeri dengan menggunakan modal dalam negeri.

5.

Penanaman Modal Asing (PMA)

(47)

6.

Kemiskinan

Kemiskinan merupakan refleksi dari ketidakmampuan seseorang untuk memenuhi

kebutuhannya sesuai dengan standar yang berlaku. Sudah cukup banyak ukuran dan standar

yang dikeluarkan oleh para pakar dan lembaga mengenai batas garis kemiskinan. Pemerintah

saat ini memiliki berbagai program penanggulangan kemiskinan yang terintegrasi mulai dari

program penanggulangan kemiskinan berbasis bantuan sosial, program penanggulangan

kemiskinan yang berbasis pemberdayaan masyarakat serta program penanggulangan

kemiskinan yang berbasis pemberdayaan usaha kecil, yang dijalankan oleh berbagai elemen

Pemerintah baik pusat maupun daerah.

7.

Pengangguran

(48)

BAB IV

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Umum Provinsi Sumatera Utara 4.1.1. Sejarah Provinsi Sumatera Utara

Pada tahun 1863, Jacob Nienhuys seorang Belanda pengusaha perkebunan di Jawa

mengunjungi pesisir timur laut Sumatera dan mendapatkan tanah untuk perkebunan di Labuhan Deli

yang merupakan tanah konsesi dari Sultan Deli Mahmud Perkasa Alam, dan selanjutnya Martubung,

sunggal, Sungai Beras dan Klumpang. Keadaan ini kemudian terbuka kesempatan kepada para

peminat orang eropah menanam modalnya di Deli. Setahun kemudian, hasil panen tembakau yang

pertama sekali dikapalkan ke Rotterdam, hasilnya memuaskan kemudian tembakau Deli menjadi

mashyur. Inilah awal eksploitasi besar-besaran perusahaan perkebunan Eropah di pesisir timur laut

Sumatera, khususnya daerah Deli dan sekitarnya. Pada kurun waktu itu mulai dipekerjakan buruh

perkebunan yang didatangkan dari Swatow (China), Singapura, Malaka serta orang keling (India)

yang didatangkan dari Penang.

Tanah Deli Sumatera Timur adalah merupakan wilayah yang sangat subur untuk melakukan

kegiatan pertanian dan perkebunan. Sepuluh tahun kemudian 1872 jumlah perusahaan perkebunan

tembakau yang beroperasidi deli mencapai 13 perusahaaan yang tersebar di Langkat dan Deli

Serdang. Jumlah orang Eropah yang bekerja sebanyak 75 orang dan jumlah buruh sebanyak 4000

orang.

Badan Warisan Provinsi Sumatera Utara (Seminar Arsitektur, 1995) dataran yang luas daerah

Deli telah di usahakan dengan penanaman tembakau, kopi, teh, karet dan kelapa sawit. Lalu kualitas

tembakau Deli sebagai pembalut cerutu amat terkenal pada masa sekitar 1875 sampai 1900

pembangunan dan perluasan perkebunan berlangsung dengan sangat cepat dan mengagumkan.

Konsensi-konsensi atas tanah diberikan Sultan Deli kepada perusahaan-perusahaan asing yang

(49)

Pada zaman penjajahan, pemerintahan daerah Sumatera Utara merupakan bagian dari

pemerintah Sumatera, yakni Gouverment Van Sumatera yang dikepalai seorang Gouvernur

berkedudukan di Medan. Pada tahun 1948 Sumatera dibagi menjadi 3 (tiga) wilayah yaitu :

1. Provinsi Sumatera Utara meliputi keresidenan Aceh, Sumatera Timur dan Tapanuli.

2. Provinsi Sumatera Tengah meliputi keresidenan Sumatera Barat, jambi, dan Riau.

3. Provinsi Sumatera Selatan meliputi keresidenan Bengkulu, Palembang, Lampung dan Bangka

Belitung.

Pada tahun 1956 Sumatera Utara dibagi menjadi dua Propinsi, yakni Provinsi Daerah

Istimewa Aceh yang sekarang dikenal NAD dan Provinsi Sumatera Utara.

4.1.2.

Profil Sumatera Utara

Pusat pemerintahan Sumatera Utara terletak di kot

Utara termasuk ke dalam Provinsi Sumatra sesaat Indonesia merdeka pada tahun 1945. Tahun

1950. Provinsi Sumatera Utara dibentuk meliputi sebagian Aceh. Tahun 1956, Aceh

dipisahkan menjadi Daerah Otonom dari Provinsi Sumatera Utara. Sumatera Utara dibagi

kepada

(50)
[image:50.595.78.523.112.753.2]

Tabel 4.1.

Daftar Kabupaten / Kota di Sumatera Utara

No.

Kabupaten/Kota

Ibu Kota

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

9.

10.

11.

12.

13.

14.

15.

16.

17.

18.

19.

20.

21.

22.

23.

24.

25.

26.

27.

-

28.

-

29.

-

30.

-

31.

-

32.

-

33.

-

(51)

4.1.3

Gambaran Sumatera Utara

Secara umum ada 3 (tiga) faktor utama yang mempengaruhi kinerja pembangunan

kota, yaitu :

1.

Faktor Geografis,

2.

Faktor Demografis, dan

3.

Faktor Sosial Ekonomi.

4.1.3.1. Sumatera Utara Secara Geografis

Luas daratan Provinsi Sumatera Utara adalah 71.680,68 km

2

, sebagian besar berada

di daratan Pulau Sumatera dan sebagian kecil berada di Pulau Nias, Pulau-pulau Batu, serta

beberapa pulau kecil, baik dibagian barat maupun bagian timur pantai Pulau Sumatera.

Berdasarkan luas daerah menurut kabupaten/kota di Sumatera Utara, luas daerah terbesar

adalah Kabupaten Mandailing Natal dengan luas 6.620,70 km

2

atau sekitar 9.23 persen dari

total luas Sumatera Utara, diikuti dengan Kabupaten Langkat dengan luas 6.263,29 km

2

atau

8.74 persen, kemudian Kabupaten Simalungun dengan luas 4.386,60 km

2

atau sekitar 6.12

persen. Sedangkan luas daerah terkecil adalah Kota Sibolga dengan luas 10.77 km

2

atau

sekitar 0.02 persen dari total luas wilayah Sumatera Utara.

Provinsi Sumatera Utara berada di bagian barat Indonesia, terletak pada garis 1

˚

- 4

˚

Lintang Utara dan 98

˚

- 100

˚ Bujur Timur. Daerah ini berbatasan dengan :

-

Sebelah Utara

: Provinsi Aceh

-

Sebelah Timur

: Negara Malaysia di Selat Malaka

-

Sebelah Selatan : Provinsi Riau dan Sumatera Barat

-

Sebelah Barat

: Samudera Hindia

(52)

Kabupaten Mandailing Natal, Kabupaten Tapanuli Selatan, Kabupaten Padang Lawas,

Kabupaten Padang Lawas Utara, Kabupaten Tapanuli Tengah, Kabupaten Nias Selatan, Kota

Padangsidimpuan, Kota Sibolga dan Kota Gunungsitoli. Kawasan dataran tinggi meliputi

Kabupaten Tapanuli Utara, Kabupaten Toba Samosir, Kabupaten Simalungun, Kabupaten

Dairi, Kabupaten Toba Samosir, dan Kota Pematangsiantar. Kawasan Pantai Timur Meliputi

Kabupaten Labuhanbatu, Kabupaten Labuhanbatu Utara, Kabupaten Labuhanbatu Selatan,

Kabupaten Asahan, Kabupaten Batu Bara, Kabupaten Deli Serdang, Kabupaten Langkat,

Kabupaten Serdang Bedagai, Kota Tanjungbalai, Kota Tebing Tinggi, Kota Medan, dan Kota

Binjai.

Karena terletak dekat garis khatulistiwa, Provinsi Sumatera Utara tergolong ke

dalam daerah beriklim tropis. Ketinggian permukaan daratan Provinsi Sumatera Utara sangat

bervariasi, sebagian daerahnya datar hanya beberapa meter diatas permukaan laut, beriklim

cukup panas bisa mencapai 30.1

˚C, sebagian daerah berbukit dengan kemiringan yang landai,

beriklim sedang dan sebagian lagi berada pada daerah ketinggian yang suhu minimalnya bisa

mencapai 21.4

˚C.

4.1.3.2. Sumatera Utara Secara Demografis

Sumatera Utara merupakan Provinsi keempat terbesar jumlah penduduknya di Indonesia

setelah Jawa Timur, Jawa Barat dan Jawa Tengah. Menurut hasil pencacahan lengkap Sensus

Penduduk (SP) 1990 penduduk Sumatera Utara keadaan tanggal 31 Oktober 1990 (hari sensus)

berjumlah 10.26 juta jiwa, dan dari hasil sensus penduduk tahun 2000, jumlah penduduk Sumatera

Utara sebesar 11.51 juta jiwa. Pada bulan April tahun 2003 dilakukan Pendaftaran Pemilih dan

Pendataan Penduduk Berkelanjutan (P4B). dari hasil pendaftaran tersebut diperoleh jumlah penduduk

sebesar 11.890.399 jiwa. Selanjutnya dari hasil sensus penduduk pada bulan Mei 2010 jumlah

penduduk Sumatera Utara 12.982.204 jiwa. Kepadatan penduduk Sumatera Utara Tahun 1990 adalah

(53)

2010 menjadi 188 jiwa per km2. Laju pertumbuhan penduduk Sumatera Utara selama kurun waktu

tahun 1990-2000 adalah 1.20 persen per tahun, dan pada tahun 2000-2010 menjadi 1.22 persen per

tahun.

Pada tahun 2013 penduduk Sumatera Utara berjumlah 13.326.307 jiwa yang terdiri dari

6.648.190 jiwa penduduk laki-laki. Dan 6.678.117 jiwa perempuan atau dengan ratio jenis

kelamin/sex sebesar 99.55. Pada tahun 2013 penduduk Sumatera Utara lebih banyak yang tinggal di

daerah pedesaan dari pada daerah perkotaan. Jumlah penduduk Sumatera Utara yang tinggal di

pedesaan adalah 6.67 juta jiwa (51.83%) dan yang tinggal di daerah perkotaan sebesar 6.55 juta jiwa

(49.17%).

Jumlah penduduk miskin di Sumatera Utara mengalami perubahan dari tahun 1999-2010.

Akibat terjadinya krisis moneter pada pertengahan tahun 1997, penduduk miskin tahun 1999

meningkat tajam menjadi 1.97 jiwa atau sebesar 16.74 persen dari total penduduk Sumatera Utara.

Pada tahun 2003 terjadi penurunan penduduk miskin secara absolute maupun secara persentase, yaitu

menjadi 1.89 juta jiwa atau 15.89 persen, sedangkan tahun 2004 jumlah dan persentase turun

sebanyak 1.80 juta jiwa atau 14.93 persen, kemudian pada tahun 2005 penduduk miskin turun menjadi

1.84 juta jiwa (14.68%), namun akibat dampak kenaikan harga BBM pada bulan Maret dan Oktober

2005 penduduk miskin tahun 2006 meningkat menjadi 1.98 juta jiwa (15.66%).

Pada tahun 2007 jumlah penduduk miskin sebanyak 1.77 juta jiwa atau 13.90 persen, angka

ini menurun pada tahun 2008 menjadi 1.61 juta jiwa atau 12.55 persen. Pada tahun 2009 angka

kemiskinan ini turun menjadi 1.50 juta jiwa atau 11.51 persen. Selanjutnya pada kondisi bulan

September 2013 jumlah penduduk miskin Sumatera Utara menjadi 1.39 juta jiwa atau 10.39 persen.

Pencapaian pembangunan manusia di provinsi Sumatera Utara tahun 2013 lebih baik

dibandingkan tahun 2012, tercermin dari Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Nilai IPM Sumatera

Utara pada tahun 2012 sebesar 75.13, pada tahun 2013 angka tersebut 75.55 atau meningkat sebesar

0.42 poin. Meningkatnya IPM di tahun 2013 tersebut didukung oleh adanya angka harapan hidup

(54)

persen, dan rata-rata pengeluaran riel per kapita mencapai Rp. 646.830.000,-. Sementara pada tahun

2012 , angka harapan hidup Sumatera Utara adalah 69.81, rata-rata lama sekolah mencapai 9.07 ,

angka melek huruf mencapai 97.51 persen, dan rata-rata pengeluaran riel per kapita mencapai Rp.

643.630.000,-. Pada tahun 2013 target RPJM tahun 2013 pada indeks pembangunan manusia (IPM)

sudah hampir mencapai target yang ditentukan.

Tingkat pengangguran terbuka (TPT), berdasarkan Survey Angkatan Kerja Nasional

(Sakernas) yang dilakukan BPS pada tahun 2012, masih berada pada kisaran 6.20 persen. Tingkat

pengangguran ini jauh lebih rendah dibandingkan pada tahun 2013 dimana TPT hanya sebesar 6.53

persen. Dan tingkat partisipasi angkatan kerja ((TPAK) pada tahun 2012 sebesar 69.41 persen dan

pada tahun 2013 sebesar 70.67 persen.

Sumatera Utara secara kultural merupakan provinsi multietnis denga

da

umumnya dihuni oleh orang-orang Melayu. Pantai barat dari Barus hingga Natal, banyak

bermukim orang

Suku Batak yang sebagian besarnya beragam

sebelah barat. Sejak dibukanya perkebuna

kolonial

perkebunan.

Pendatang tersebut kebanyakan berasal dari etnis

penyebaran suku-suku di Sumatra Utara, sebagai berikut :

1.

Bedagai, dan Langkat

2.

3.

(55)

5.

Mandailing Natal

6.

7.

8.

9.

10.

11.

12.

Bahasa yang

Gambar

Tabel 1.1.
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu
Tabel 2.2.
Tabel 4.1.
+7

Referensi

Dokumen terkait

Perilaku agresif peserta didik kelas IX MTsN 1 Pesisir Selatan dari 35 orang peserta didik yang dijadikan sebagai sampel, terdapat 9 orang peserta didik dengan

membuang sampah sembarangan, penggunaan air secara berlebihan, serta kebiasaan anak mencabuti dan menginjak tumbuh-tumbuhan yang ada di sekitar sekolah. Penelitian ini

6 Proses penguraian yang lama menyebabkan limbah plastik bisa terkubur hingga puluhan bahkan ratusan tahun dalam tanah oleh karena itu perlu adanya tindakan untuk

Layanan klaim PT. IBS Insurance Broking Service saat ini mengalami kendala dalam proses penanganan laporan klaim. Petugas klaim tidak dapat mengirimkan surat pemberitahuan dan

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: “Apakah ada hubungan antara pola asuh otoriter

cooperative learning tipe kartu arisan peserta didik banyak yang tidak memperhatikan karena peserta didik fokus pada media yang ada di depan kelas. f)Alokasi

Hasil Uji Kontingensi diperoleh contingency coefficient sebesar 0,632 masuk dalam interval koefesien 0,60 – 0,799, dalam kategori kuat, sehingga dapat dinyatakan hubungan

Hal ini pun tidak